Skripsi Oleh Icsni Poppy Resta - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23308/16/SKRIPSI TANPA BAB...
-
Upload
duongtuyen -
Category
Documents
-
view
221 -
download
0
Transcript of Skripsi Oleh Icsni Poppy Resta - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23308/16/SKRIPSI TANPA BAB...
UJI EFEKTIVITAS TAURIN DAN Gracillaria sp. TERHADAP
PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL MENCIT
(Mus musculus L.) JANTAN HIPERKOLESTEROLEMIA
Skripsi
Oleh
Icsni Poppy Resta
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ABSTRAK
UJI EFEKTIVITAS TAURIN DAN Gracillaria sp. TERHADAP
PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL MENCIT
(Mus musculus L.) JANTAN HIPERKOLESTEROLEMIA
Oleh
Icsni Poppy Resta
Hiperkolesterolemia merupakan suatu kondisi saat jumlah kolesterol melebihi
kadar normal dalam tubuh. Tujuan dari penelitian ini untuk menguji efektifitas
taurin dan Gracillaria sp. serta menentukan penggunaan bahan yang paling efektif
dalam menurunkan kadar kolesterol total pada mencit setelah efek
hiperkolesterolemia. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan
metode Rancangan Acak Lengkap menggunakan 30 ekor mencit jantan. Subjek
penelitian dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan dengan 5 pengulangan, yaitu
kontrol negatif (K-) hanya diberi pakan standar (pellet) sampai akhir masa
penelitian, kontrol positif (K+) diberi diet hiperkolesterol (suspensi otak sapi 1
ml/hari) sampai akhir masa penelitian, kontrol pembanding (KP), perlakuan 1, 2,
dan 3 (P1, P2, dan P3) diberi diet hiperkolesterol selama 14 hari. Kemudian 14
hari berikutnya KP diberi pakan standar, P1 diberi taurin 15,6 mg/gBB/hari, P2
diberi Gracillaria 32 mg/gBB/hari, dan P3 diberi campuran taurin 15,6
mg/gBB/hari + Gracillaria 32 mg/gBB/hari. Pengujian kolesterol dilakukan
menggunakan alat tes strip kolesterol Nesco pada hari ke 0, 14, dan 28. Data yang
diperoleh dianalisis dengan uji ANOVA dan dilanjutkan dengan uji LSD α = 5%.
Hasil yang diperoleh menunjukkan pemberian larutan Gracillaria 32 mg/gBB/hari
mampu menurunkan rata-rata kadar kolesterol tertinggi hingga 93,8 mg/dl dan
pemberian kombinasi larutan taurin 15,6 mg/gBB/hari + Gracillaria 32
mg/gBB/hari menurunkan rerata kadar kolesterol sebesar 30,6 mg/dl dalam 14
hari. Kadar kolesterol keduanya lebih rendah secara nyata terhadap kadar
kolesterol KP (P<0,05) dan tidak berbeda nyata terhadap kadar kolesterol mencit
normal (K-) (P>0,05). Demikian juga dengan pemberian taurin 15,6 mg/gBB/hari
menurunkan rerata sebesar 12,2 mg/dl meskipun tidak signifikan terhadap KP
(P>0,05).
Kata Kunci : Kolesterol total, mencit jantan, taurin, Gracillaria sp.,
hiperkolesterolemia.
UJI EFEKTIVITAS TAURIN DAN Gracillaria sp. TERHADAP
PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL MENCIT
(Mus musculus L.) JANTAN HIPERKOLESTEROLEMIA
Oleh
Icsni Poppy Resta
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, Provinsi
Lampung, pada tanggal 21 Mei 1994, sebagai anak
kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak
Tommy Sutami dan Ibu Samaria.
Penulis mulai menempuh pendidikan pertamanya di
Taman Kanak – Kanak Aisyiyah Bustanul Athfal
Panjang, Kota Bandar Lampung pada tahun 1998. Pada
tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 3 Panjang
Utara Kota Bandar Lampung. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan Sekolah
Menengah Pertama di SMPN 11 Kota Bandar Lampung pada tahun 2006, dan
pada tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di
SMAN 6 Kota Bandar Lampung.
Pada tahun 2012, penulis tercatat sebagai salah satu mahasiswa Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung melalui
jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tertulis.
Selama menjadi mahasiswa di Jurusan Biologi FMIPA Unila, penulis memperoleh
beasiswa penuh selama 4 tahun dari Bidikmisi yang merupakan program bantuan
dana kuliah dari Dikti. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah
iii
Biologi Umum Jurusan Biologi dan Fakultas Pertanian, Sains Dasar Jurusan
Biologi dan Kimia, Biomedik Fakultas Kedokteran, Biosistematika Hewan,
Embriologi Hewan, Fisiologi Hewan, Pengenalan Alat Laboratorium, Genetika,
Algalogi, dan Planktonologi pada tahun 2014 hingga tahun 2016. Selain itu,
penulis juga aktif di Organisasi Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO) Unila
sebagai anggota Bidang Sains dan Teknologi tahun kepengurusan 2013 – 2014
dan tahun 2014 – 2015.
Pada tahun 2015, penulis melaksanakan Program Kuliah Kerja Nyata di Desa
Mulyo Dadi, Kecamatan Rawa Pitu, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi
Lampung. Kemudian di tahun yang sama penulis melaksanakan Kerja Praktik di
Balai Veteriner Lampung, Provinsi Lampung, dengan judul “Uji Angka
Lempeng Total (ALT) Pada Daging Sapi (Bos sp.) di Balai Veteriner
Lampung”. Pada tahun 2016, penulis melaksanakan penelitian akhir dengan
judul “Uji Efektivitas Taurin dan Gracillaria sp. Terhadap Penurunan Kadar
Kolesterol Total Mencit (Mus musculus L.) Jantan Hiperkolesterolemia” di
bawah bimbingan ibu Endang Linirin Widiastuti, Ph.D., ibu Dra. Sri Murwani,
M.Sc., dan bapak Drs. Hendri Busman, M.Biomed..
PERSEMBAHAN
Bissmillahir Rahmaanir Rahiim
Dengan mengucap syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan kasih-Nya untuk setiap nikmat kekuatan, kesabaran, kemudahan, dan kesehatan yang tak terputus. Tercurah pula shalawat serta
salam kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Kupersembahkan karya kecil ini
sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada :
Almarhum Ayah dan Almarhumah Mamahku tercinta serta kedua orangtua angkatku terkasih
Sebagai sumber motivasi terbesar dalam hidupku.
Kakak dan adikku, Kakek, Nenek, dan seluruh keluarga besarku tercinta yang selalu ada untukku dan tak tergantikan.
Guru-guru dan dosen-dosen
Sahabat-sahabatku Untuk segala pelajaran hidup dan suasana bahagia yang tercipta.
Almamater Tercinta.
MOTTO
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila kamu sudah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain),
dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (QS. Insyirah: 6-8)
Standar terbaik untuk mengukur keberhasilan anda dalam kehidupan adalah dengan menghitung jumlah orang yang telah anda buat bahagia.
(Robet J. Lumsden)
Hard work beats talent when talent doesn’t work hard. (Tim Notke)
Jika KEYAKINAN adalah alasan terbesar untuk tetap bangkit dan berjuang meraih sesuatu,
maka SABAR adalah pendampingnya. (Anonim)
Your blessing aren’t dressed the same as someone else’s. Continue to work hard in your life. Continue to give thanks for your abilities. Continue to journey in
your own light, that is extremely important. (Alex Elle)
vi
SANWACANA
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur atas rahmat Allah SWT dengan segala karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan salah satu syarat dalam menempuh pendidikan strata satu
(S1) atau sarjana dalam bidang sains yaitu skripsi yang berjudul “UJI
EFEKTIVITAS TAURIN DAN Gracillaria sp. TERHADAP PENURUNAN
KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA MENCIT (Mus musculus L.)
JANTAN HIPERKOLESTEROLEMIA”.
Dengan terselesaikannya skripsi ini penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar – sebesarnya kepada:
1. Alm. ayah (Tommy S.) dan Almh. mama (Samaria) untuk cinta kasihnya
hingga akhir hayat. Kedua orangtua angkatku tercinta, bapak Yusro dan
mama Ismawati, terimakasih untuk do’a, semangat, dukungan, dan
pengorbanan yang besar sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Endang Linirin Widiastuti, Ph.D., selaku pembimbing I yang telah begitu
sabar membimbing, menasehati, memberi saran, kritik, serta kepercayaan
bagi penulis.
vii
3. Ibu Dra. Sri Murwani, M.Sc., selaku pembimbing II, terimakasih atas
bimbingan, saran, dan nasihatnya dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA
Unila, terimakasih untuk setiap nasihat, saran, dan motivasi yang membangun
bagi penulis.
5. Bapak Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D. sebagai Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
6. Bapak Drs. Hendri Busman, M.Biomed., selaku penguji skripsi, terimakasih
atas bimbingan, saran, dan kritik, serta ketersediannya menjadi pembahas
dalam penelitian ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
7. Bapak Drs. M. Kanedi, M.Si., selaku pembimbing akademik yang telah
membimbing, memberi nasehat, saran, dan motivasi untuk penulis.
8. Kepala Laboratorium Biologi Molekuler yang telah mengizinkan penulis
untuk melaksanakan penelitian ini serta Laboran Laboratorium Biologi
Molekuler (mbak Nunung) yang telah membantu, membimbing, dan memberi
nasihat kepada penulis selama penelitian.
9. Bapak dan Ibu Dosen, laboran dan karyawan Jurusan Biologi FMIPA Unila,
terimakasih atas ilmu, bimbingan, dan bantuannya kepada penulis.
10. Kakak dan adikku tersayang (Hafik M. dan Mario Lan) dan keluarga besarku
terimakasih atas doa, kasih sayang, kesabaran, semangat, dukungan baik
moril maupun materil, dan nasehat – nasehatnya sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini.
11. Partner penelitian Sabrina Prihantika yang selalu sabar memberikan
semangat, motivasi, bantuan, dan canda tawa selama penelitian ini.
viii
12. Seluruh sahabat seperjuangan tersayang, Nora, Erika, Khorik, Henny,
Mustika, Lutfi, dan keluarga Biologi angkatan 2012 lainnya yang belum
penulis sebutkan, terimakasih atas dukungan, bantuan, saran, kritik, canda,
tawa, dan kebersamaannya untuk penulis.
13. Annisa Rizka Amalia, S.Si., Anny Ayu Safitri, Emmy Indriawati, A.Md.AK.,
Fidelia Alonigratia, A.Md.Far., Revi Junita, S.Kom., Nurmala Sari, S.Pd.,
terimakasih untuk semangat dan persahabatan yang selalu memotivasi,
always be my favorite girls.
14. Kakak tingkat 2009, 2010, 2011, adik – adik 2013, 2014, 2015 dan seluruh
Wadya Ballad Himbio yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih
kebersamaan dan pembelajaran yang sangat berarti bagi penulis.
15. Almamater tercinta.
Semoga Allah SWT selalu memberikan hidayah dan barokah kepada semua pihak
yang telah membantu penulis. Akhir kata, Penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan di dalam penyusunan skripsi ini dan jauh dari kesempurnaan, akan
tetapi besar harapan semoga hasil tulisan ini berguna dan bermanfaat bagi kita
semua.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Bandar Lampung, Juli 2016
Penulis,
Icsni Poppy Resta
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................................................ ............................................. i
RIWAYAT HIDUP ...................... ......................................................................... ii
PERSEMBAHAN ................................................................................................ iv
MOTTO ................................................................................................................. v
SANWACANA ......................................................................................................vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... ........ 1
B. Tujuan Penelitian ................................................................................. ..... 4
C. Manfaat Penelitian ............................................................................... ...... 4
D. Kerangka Pemikiran ............................................................................... .... 4
E. Hipotesis ..................................................................................... ............... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kolesterol .................................................... ................ .............. ........ ...... 6
1. Definisi Kolesterol ..................................... ........... .............. ............... 6
2. Klasifikasi Kolesterol ......................... ................... .............. ................ 7
3. Faktor yang mempengaruhi Jumlah Kolesterol Tubuh ...................... .. 9
4. Pemeriksaan Laboratorium Untuk Mengetahui Kadar Kolesterol .....10
a. Kolesterol Total ..................................... ......... .............. ............. 10
b. LDL Kolesterol ..................................... .......... .............. ............. 10
c. HDL Kolesterol ..................................... .......... .............. ............. 10
d. Rasio Kolesterol Total : HDL Kolesterol .................................... 10
e. Kadar Trigliserida ..................................... ...... .............. ............. 11
5. Biosintesis Kolesterol ........................................................................ 12
6. Hiperkolesterolemia .......................................................................... 13
B. Taurin ................................................................. ................. ...... ........ .....15
C. Gracillaria sp. ............................................................................... ..... ..... 16
1. Morfologi Gracillaria sp. ................................................................. . 16
2. Klasifikasi Gracillaria sp. ................................................................. 17
3. Habitat dan Penyebaran ..................................................................... 18
4. Kandungan Nutrisi ............................................................................. 18
D. Mencit (Mus musculus L.) ......................................... ..............…….. .... 20
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................. 23
B. Alat dan Bahan ......................................................................................... 23
C. Pelaksanaan penelitian ......................................................................... .... 24
1. Persiapan Hewan Uji ......................................................................... . 25
2. Pemberian Pakan Tinggi Kolesterol ................................................... 25
3. Persiapan Dosis Taurin ....................................................................... 26
4. Pembuatan Pakan Alga Merah Gracillaria sp. .................................. 26
5. Pemberian Perlakuan ......................................................................... .27
6. Pengambilan Sampel Darah ............................................................... 28
7. Pengukuran Kadar Kolesterol Darah Mencit Jantan .......................... 28
8. Analisis Data ......................................................................... . ...... ..... 29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...................................................... .................... ........ .... 30
1. Kadar Kolesterol Total Mencit Setelah Pemberian Diet
Hiperkolesterol ................................. .................................... ........ .... 30
2. Kadar Kolesterol Total Mencit Setelah Pemberian Diet
Hipokolesterol ................................ .................................................... 32
3. Nilai Rerata Berat Badan Mencit (Mus musculus L.) Selama Masa
Penelitian ......................................... ..................................... ........ .... 33
B. Pembahasan ........................................... ..................................... ........ .... 35
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan ........................................... .................................... ........ .... 41
B. Saran ....………………………………………....................................... 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Komposisi Lipoprotein ................................................................ ............. 7
Tabel 2. Kadar Kolesterol Darah ... ....................................................................... 12
Tabel 3. Kandungan Nutrisi Gracillaria sp. Kering ............................................. 19
Tabel 4. Data Biologi Mencit ............................................................................... . 22
Tabel 5. Rerata Kadar Kolesterol Total Pada Mencit Hiperkolesterolemia
Setelah Perlakuan Diet Hipokolesterol .... ............................. ... ........ .... 32
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Struktur Kimia Kolesterol (C27H46O) . ................................................... 6
Gambar 2. Struktur Kimia Taurin (C2H7NO3S) ..... . ................................................. 15
Gambar 3. Morfologi Gracillaria verrucosa ..... ................................. .. ........ ......... 17
Gambar 4. Mencit (Mus musculus L.) ..................................................................... 20
Gambar 5. Diagram Alir Penelitian ......................................................................... 24
Gambar 6. Kadar Kolesterol Mencit Setelah Perlakuan Hiperkolesterolemia ........ 31
Gambar 7. Rerata Perkembangan Berat Badan Mencit Selama Masa Penelitian ... 34
Gambar 8. Mencit (Mus musculus L.) jantan .......................................................... 63 6
Gambar 9. Lab animal house ................................................................................... 63
Gambar 10. Otak sapi .............................................................................................. 63
Gambar 11. Bubuk Gracillaria sp. .......................................................................... 63
Gambar 12. Taurin ................................................................................................... 63
Gambar 13. Gelas ukur dan akuades ....................................................................... 63
Gambar 15. Tisu, spuit, dan sonde .......................................................................... 63
Gambar 14. Neraca analitik ..................................................................................... 63
Gambar 16. Tabung dan rak tabung reaksi .............................................................. 64
Gambar 17. Strip cek kolesterol .............................................................................. 64
Gambar 18. Alat tes strip kolesterol ........................................................................ 64
Gambar 19. Pengukusan otak sapi .......................................................................... 64
Gambar 20. Blanding otak sapi .............................................................................. 64
Gambar 21. Pengadukan suspensi otak sapi ............................................................ 64
Gambar 22. Pemberian suspensi otak sapi .............................................................. 64
Gambar 23. Penimbangan taurin dan bubuk Gracillaria ........................................ 64
Gambar 24. Pembuatan larutan Gracillaria ............................................................ 64
Gambar 25. Pengambilan sampel darah .................................................................. 65
Gambar 26. Pemeriksaan kadar kolesterol total ...................................................... 65
Gambar 27. Kadar kolesterol mencit hiperkolesterolemia ...................................... 65
Gambar 28. Kadar kolesterol mencit normal ........................................................... 65
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data kadar kolesterol darah mencit selama penelitian ................ 50
Lampiran 2. Data berat badan mencit selama penelitian ................................. 51
Lampiran 3. Uji statistik kadar kolesterol total mencit setelah aklimasi
(hari ke-0) pada seluruh perlakuan ............................................ 53
Lampiran 4. Uji statistik kadar kolesterol total mencit setelah perlakuan
diet hiperkolesterol (hari ke-14) pada seluruh perlakuan ........... 54
Lampiran 5. Uji statistik kadar kolesterol total mencit setelah perlakuan
diet hipokolesterol (hari ke-28) pada seluruh perlakuan ............ 57
Lampiran 6. Uji statistik bobot tubuh mencit setelah aklimasi (hari ke-0)
pada seluruh perlakuan .............................................................. 60
Lampiran 7. Uji statistik bobot tubuh mencit setelah pemberian diet
hiperkolesterol (hari ke-14) pada seluruh perlakuan ................. 61
Lampiran 8. Uji statistik bobot tubuh mencit setelah pemberian diet
hipokolesterol (hari ke-28) pada seluruh perlakuan .................. 62
Lampiran 9. Alat dan bahan yang digunakan dan kegiatan penelitian ............. 63
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hiperkolesterolemia merupakan suatu kondisi dimana kadar kolesterol melebihi
batas normal di dalam tubuh. Kolesterol adalah senyawa sterol utama yang
dibutuhkan tubuh namun hanya dalam jumlah yang sedikit (Hernawati, 2011).
Apabila jumlahnya berlebih dapat memicu timbulnya penyakit lain seperti
penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke yang diketahui sebagai salah satu
penyebab utama kematian di beberapa negara maju dan berkembang (Wikanta et
al., 2003). Penyakit jantung koroner merupakan kelainan otot jantung akibat
berkurangnya aliran darah karena terjadinya penyempitan (aterosklerosis)
pembuluh darah koroner oleh kolesterol yang secara kompleks melapisi dinding
pembuluh darah bagian dalam (Herpandi et al., 2006).
Kadar kolesterol total sangat berpengaruh terhadap insiden aterosklerosis dan
penyakit jantung koroner tersebut. Menurut Lutfiana (2006), penyebab yang
paling prediktif adalah rasio Low Density Lipoprotein (LDL) yang tinggi dan
High Density Liporotein (HDL) kolesterol yang rendah. Faktanya kondisi
hiperkolesterol bersifat reversibel, dapat normal kembali apabila kadar kolesterol
dalam darah berhasil dikontrol dengan baik, terutama menurunkan kadar LDL
plasma dan meningkatkan HDL plasma.
2
Taurin merupakan salah satu senyawa asam sulfonat amino yang mampu
mengontrol kolesterol dengan meningkatkan sintesis lipoprotein di hati.
Peningkatan lipoprotein tersebut berbanding lurus dengan peningkatan kolesterol
baik atau dikenal dengan HDL. HDL berfungsi menghancurkan kelebihan
kolesterol jahat atau LDL yang beredar, sehingga menjadi indikator berkurangnya
resiko penyakit hiperkolesterolemia (Shim et al., 2009). Selain berperan dalam
proses metabolisme kolesterol, taurin juga berfungsi menstimulasi glikolisis dan
glikogenesis, mengurangi resiko penyakit kardiovaskular, antihipertensi,
antidiabetes, stabilitas membran, menghambat neurotransmitter, mengatur
keseimbangan ion Ca⁺ dan Na- pada sel, memacu pertumbuhan, osmoregulasi, dan
penglihatan (Kim et al., 2012).
Upaya pencegahan, perawatan, dan pengobatan penyakit yang disebabkan
kolesterol juga dapat dilakukan melalui pengobatan alternatif dengan
menggunakan bahan alami. World Health Organization (WHO) sedang giat
mencanangkan program back to nature (kembali ke alam) dan memperhatikan
pentingnya sistem pengobatan tradisional untuk dikaji dan dikembangkan.
Anjuran Departemen Kesehatan RI untuk kembali ke obat-obatan tradisional
adalah suatu anjuran yang tepat karena bahannya yang mudah didapat, murah,
serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Sudarsono, 2006).
Rumput laut dari jenis Gracillaria sp. telah banyak dikonsumsi oleh masyarakat
pesisir karena dipercaya memiliki efek pengobatan beberapa penyakit (Kang et
al., 2005). Selain itu, Gracillaria sp. merupakan sumber serat pangan yang baik
karena mengandung serat larut dan tak larut air yang sangat bermanfaat bagi
3
tubuh (Utomo et al., 2009). Menurut Astawan et al. (2003), mengkonsumsi
makanan tinggi serat memiliki manfaat kesehatan seperti menurunkan konsentrasi
kolesterol pada penderita hiperkolesterolemik, menurunkan kebutuhan insulin
pada penderita diabetes, menurunkan konsentrasi trigliserida serum pada
penderita hipertrigliseridemia, menurunkan resiko aterosklerosis, mengurangi
resiko penyakit kanker tertentu, dan baik untuk penderita obesitas.
Gracillaria sp. merupakan salah satu makro alga yang termasuk dalam kelas alga
merah (Rhodophyta). Gracillaria sp. mengandung senyawa aktif yang berperan
dalam menurunkan kolesterol seperti betakaroten, vitamin A dan C sebagai
antioksidan, dan zat koloid hidrofilik (hidrokoloid) berupa agar dan karagenan
sebagai komponen primernya (Julyasih et al., 2010 dan Hernawati et al., 2013).
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa rumput laut yang mengandung
komponen agar dan karagenan mempunyai pengaruh kuat dalam menurunkan
kadar kolesterol plasma. Komponen agar dalam Gracillaria sp. dapat
menurunkan kolesterol darah hingga 39% (Ren et al., 1994), sedangkan
kandungan karagenannya mempunyai potensi tinggi dalam menurunkan kolesterol
melalui penghambatan absorpsi kolesterol di usus (Subroto, 2011). Selain kedua
zat tersebut, Gracillaria juga kaya akan protein yaitu sebesar 6,59 g/100 g,
karbohidrat, mineral, vitamin, dan sedikit lemak (Winarto dan Tim Lentera,
2004).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui efek fisiologis dari taurin, Gracillaria sp., dan kombinasi taurin
dengan Gracillaria terhadap profil total kolesterol darah pada mencit jantan.
4
B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui efektivitas taurin, Gracillaria sp., dan kombinasi taurin
dengan Gracillaria sp. terhadap penurunan kadar kolesterol total mencit
(Mus musculus L.) jantan setelah pemberian diet tinggi kolesterol.
2. Menentukan penggunaan bahan yang paling efektif antara taurin,
Gracillaria sp., dan kombinasi taurin dengan Gracillaria sp. dalam
menurunkan kolesterol total.
C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
mengenai efektivitas diet taurin dan Gracillaria sp. terhadap penurunan kadar
kolesterol total sebagai pengobatan alternatif penderita hiperkolesterolemia.
D. Kerangka Pemikiran
Penyakit jantung koroner dan stroke saat ini menjadi salah satu penyebab
tingginya angka kematian di negara-negara maju dan berkembang. Penyakit
tersebut merupakan manifestasi klinis dari penyakit hiperkolesterolemia yang
disebabkan peningkatan kadar kolesterol dalam darah. Senyawa taurin dapat
mengontrol kadar kolesterol dengan cara meningkatkan sintesis lipoprotein yang
berperan dalam sintesis HDL dan mengontrol metabolisme lipid di hati. HDL
tersebut dapat menghancurkan kelebihan LDL yang beredar. Semakin tinggi
5
kadar kolesterol HDL, merupakan indikasi berkurangnya resiko penyakit
hiperkolesterolemia. Selain dengan memanfaatkan taurin, rumput laut Gracillaria
sp. juga dapat digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol darah. Kandungan
serat yang tinggi pada Gracillaria diduga mempunyai sifat amba (bulky) yang
dapat mengikat kolesterol dan langsung dibawa melewati sistem pencernaan yang
selanjutnya dibuang bersama faeces. Semakin banyak serat yang berikatan
dengan kolesterol, maka semakin banyak pula kolesterol yang dimetabolisme,
sehingga pada akhirnya kadar kolesterol menurun. Pada peneletian ini dilakukan
pemberian senyawa taurin dan Gracillaria sp. sebagai diet hipokolesterol mencit
diharapkan dapat menurunkan kadar kolesterol total mencit setelah efek
hiperkolesterolemia.
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pemberian taurin, Gracillaria sp., dan kombinasi taurin dengan
Gracillaria sp. efektif dalam menurunkan kolesterol total mencit (Mus
musculus L.) jantan hiperkolesterolemia.
2. Kombinasi taurin dengan Gracillaria sp. merupakan pengobatan yang
paling efektif untuk menurunkan kadar kolesterol total pada mencit (Mus
musculus L.) jantan hiperkolesterolemia.
1
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kolesterol
1. Definisi Kolesterol
Kolesterol merupakan sterol utama dalam jaringan manusia yang mempunyai
formula C27H46O, dan dapat dinyatakan sebagai 3 hidroksi-5,6 kolesten karena
hanya mempunyai satu gugus hidroksil pada atom C3 dan ikatan rangkap pada
C5 dan C6 serta percabangan pada C12, C13 dan C17 (Hernawati, 2011)
(Gambar 1).
Gambar 1. Struktur Kimia Kolesterol (C27H46O) (Murray et al., 2003).
Kolesterol adalah substansi lemak hasil metabolisme di dalam sel yang banyak
ditemukan dalam struktur tubuh manusia maupun hewan. Fungsinya sebagai
komponen pembentuk membran struktural sel dan komponen sel otak maupun
saraf. Kolesterol diperlukan oleh tubuh namun dalam jumlah sedikit, apabila
jumlah kolesterol berlebih di dalam tubuh akan membahayakan tubuh karena
dapat menyebabkan berbagai penyakit degeneratif, seperti jantung koroner,
kanker, hipertensi, dan diabetes. Orang dewasa rata-rata membutuhkan 1,1 gr
7
kolesterol untuk memelihara dinding sel dan fungsi lain. Dari jumlah itu, 25%
- 40% (200 mg – 300 mg) secara normal berasal dari makanan dan selebihnya
dari endogen (biosintesis), terutama oleh hati, kemudian oleh usus kecil
(Almatsier, 2004).
Kolesterol darah adalah kolesterol yang terlarut dalam plasma darah yang bisa
berupa kolesterol bebas atau gabungan dengan asam lemak rantai panjang
sebagai ester kolesterol (Murray et al., 2003). Kolesterol tidak dapat larut
dalam air. Oleh karena itu, agar bisa diangkut, kolesterol harus bergabung
dengan molekul lemak dan protein, sehingga gabungan ini dinamakan
lipoprotein, yang kepadatannya berbeda-beda sesuai komposisi dan
kekompakan kandungannya yang terdiri dari kolesterol, trigliserida, dan
protein (Tabel 1). Sehingga dikenal adanya kolesterol berkepadatan rendah
(LDL/low density lipoprotein), dan kolesterol berkepadatan tinggi (HDL/high
density lipoprotein) (Sudoyo et al., 2007).
Tabel 1. Komposisi Lipoprotein
No Lipoprotein Trigliserida
(%)
Kolesterol
(%)
Fosfolipida
(%)
Protein
(%)
1
2
3
4
Kilomikron
VLDL
LDL
HDL
80 – 90
55 – 65
10
5
2 – 7
10 – 15
45
20
3 – 6
15 – 20
22
30
1 – 2
5 – 10
25
45 – 50
Sumber : Almatsier (2001)
2. Klasifikasi Kolesterol
Berdasarkan kepadatannya, kolesterol dibedakan kolesterol berkepadatan
rendah (LDL / low density lipoprotein) dan kolesterol berkepadatan tinggi
(HDL / high density lipoprotein). LDL dikenal dengan kolesterol “jahat” atau
8
merugikan, beredar dalam tubuh mengangkut 60-80% kolesterol yang
diperlukan oleh tubuh dan akan diserap sel-sel sebagai bahan pembuat hormon
dan sel-sel tubuh. Tidak semua LDL akan digunakan sehingga sisanya
terbuang dan tetap mengalir dalam darah, karena sifat kepadatan/densitinya
rendah, LDL kolesterol dapat menumpuk dan menempel di dinding pembuluh
darah, menjadikan pembuluh darah tersebut menyempit, sehingga mengurangi
volume darah yang mengalir membawa nutrisi maupun oksigen keseluruh
jaringan tubuh. Oleh karena itu, angka normal LDL paling baik adalah kurang
dari 130 mg/dl (Rubenstein et al., 2007).
HDL dikenal sebagai kolesterol “baik” atau menguntungkan karena terdiri dari
protein dan hanya mengandung sedikit lemak. Fungsinya dapat
menghancurkan kelebihan LDL yang beredar, memperbaiki kerusakan yang
ditimbulkannya, termasuk merontokkan LDL yang menempel pada dinding
pembuluh darah. Oleh karena itu semakin tinggi kadar kolesterol HDL,
merupakan indikasi berkurangnya resiko penyakit yang disebabkan
penyumbatan pembuluh darah seperti penyakit jantung koroner dan stroke
(serangan otak /cerebro vascular attack). Sebagai pedoman aman terhadap
resiko penyakit penyempitan pembuluh darah tersebut, maka rasio
perbandingan yang baik, antara HDL dan LDL agar tidak kurang dari 1 : 3.
(Rubenstein et al., 2007).
Selanjutnya berdasarkan sumbernya, kolesterol dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Kolesterol yang berasal dari makanan (kolesterol eksogen)
2. Kolesterol yang diproduksi sendiri oleh tubuh (kolesterol endogen)
9
Apabila kolesterol yang berasal dari makanan sedikit, untuk memenuhi
kebutuhan jaringan dan organ lain, maka sintesis kolesterol di dalam hati dan
usus akan meningkat. Demikian juga sebaliknya, jika jumlah kolesterol dalam
makanan meningkat maka sintesis kolesterol dalam hati dan usus akan
menurun (Hernawati, 2011).
3. Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Kolesterol Tubuh
Jumlah kolesterol dalam sel di dalam tubuh manusia dan hewan diatur oleh
banyak faktor. Pada umumnya semua faktor tersebut dapat dibagi menjadi dua
macam, yaitu faktor luar sel, seperti jumlah kolesterol bebas atau yang terikat
dalam lipoprotein di luar sel, persediaan asam lemak bebas, dan adanya
hormon tertentu. Kedua, faktor dalam sel, seperti kegiatan sistem enzim yang
berperan dalam katabolisme kolesterol, jumlah persediaan terpenoida,
lanosterol, dan skualen sebagai prekursor untuk sintesis kolesterol, jumlah hasil
metabolisme kolesterol, adanya kegiatan pengangkutan kolesterol atau
derivatnya keluar dari sel dengan mekanisme pengangkutan aktif melalui
membran sel, dan pengaruh viskositas membran. Kedua macam faktor tersebut
bekerja saling berhubungan dalam mengatur biosintesis kolesterol. Perubahan
yang terjadi pada faktor yang satu akan mempengaruhi faktor yang lainnya,
atau sebaliknya, sehingga akan mempengaruhi laju biosintesis kolesterol
(kolesterogenesis) (Hernawati, 2011).
10
4. Pemeriksaan Laboratorium Untuk Mengetahui Kadar Kolesterol
a. Kolesterol Total
Kadar kolesterol total darah yang sebaiknya adalah < 200 mg/dl bila > 200
mg/dl berarti risiko untuk terjadinya penyakit jantung koroner (PJK)
meningkat. Bila kadar kolesterol darah berkisar antara 200-239 mg/dl,
tetapi tidak ada faktor resiko lainnya untuk PJK maka biasanya tidak
diperlukan penanggulangan yang intensif. Akan tetapi bila dengan kadar
tersebut didapatkan PJK atau 2 faktor risiko lainnya untuk PJK maka
diperlukan pengobatan yang intensif seperti halnya penderita dengan kadar
kolesterol yang tinggi atau > 240 mg/dl (Anwar, 2003) (Tabel 2).
b. LDL Kolesterol
Kadar LDL kolesterol lebih tepat dijadikan indikator untuk mengetahui
risiko PJK dibandingkan kadar kolesterol saja (Anwar, 2003).
c. HDL Kolesterol
Makin rendah kadar HDL kolesterol, makin besar kemungkinan resiko
terjadinya hiperkolesterolemia. Sehingga semakin tinggi kadar HDL maka
kadar kolesterol darah semakin normal (Anwar, 2003).
d. Rasio Kolesterol Total : HDL Kolesterol
Rasio kolesterol total : HDL kolesterol sebaiknya < 4,6 pada laki-laki dan
< 4,0 pada perempuan. Makin tinggi rasio kolesterol total : HDL kolesterol,
risiko hiperkolesterol makin meningkat. Pada beberapa orang yang
mempunyai kadar kolesterol total yang normal dapat menderita
hiperkolesterol juga karena disebabkan rasio kolesterol total : HDL
11
kolesterol yang meninggi. Contoh penderita dengan kolesterol total 140-
185 mg/dl, HDL kolesterol 20-22 mg/dl maka rasio kolesterol total : HDL
kolesterol lebih besar dari 7. Jadi tidak hanya kadar kolesterol total yang
meninggi saja yang berbahaya, akan tetapi rasio kolesterol total : HDL
kolesterol yang meninggi juga merupakan faktor resiko terjadinya PJK
(Anwar, 2003).
e. Kadar Trigliserida
Trigliserida merupakan lemak di dalam tubuh yang terdiri dari 3 jenis lemak
yaitu lemak jenuh, lemak tidak jenuh tunggal, dan lemak tidak jenuh ganda.
Kadar trigliserida yang tinggi merupakan faktor resiko untuk terjadinya
hiperlipidemia. Kadar trigliserida perlu diperiksa pada keadaan kadar
kolesterol total >200 mg/dl (Anwar, 2003) (Tabel 2). Pengukuran kadar
trigliserida kadang-kadang diperlukan untuk menghitung kadar LDL
kolesterol, karena pemeriksaan laboratorium biasanya langsung dapat
mengukur kolesterol total, HDL kolesterol dan trigliserida sedangkan untuk
mendapatkan kadar LDL kolesterol menggunakan metode Barras (1994),
dengan rumus sebagai berikut:
LDL = Kolesterol total – HDL – Trigliserida/5
Misalnya : bila kolesterol total 200 mg/dl, HDL kolesterol 50 mg/dl dan
trigliserida 100 mg/dl, maka:
LDL = 200 – 50 – 100/5 = 130 mg/dl
Untuk mengukur kadar trigliserida harus puasa 12 jam sebelum pemeriksaan
darah karena kadarnya akan meningkat segera setelah makan. Tidak seperti
12
pemeriksaan kadar kolesterol, untuk mengukurnya tidak perlu puasa
kadarnya tidak begitu terpengaruh setelah makan (Anwar, 2003).
Tabel 2. Kadar Kolesterol Darah
Jenis Kolesterol Normal
(mg/dl)
Hati-hati
(mg/dl)
Bahaya
(mg/dl)
Kolesterol Total < 200 200 - 240 > 240
Kolesterol LDL
-tanpa PJK
-dengan PJK
< 130
< 100
130 - 160
-
> 160
-
Kolesterol HDL > 45 35 - 45 < 35
Trigliserida
-tanpa PJK
-dengan PJK
< 200
< 150
200 - 400
-
> 400
-
Sumber : Anwar (2003).
5. Biosintesis Kolesterol
Kolesterol disintesis dari asetil-KoA yang dapat berasal dari perombakan
karbohidrat, asam amino, dan lemak. Hati merupakan tempat utama sintesis
kolesterol di samping usus dan kelenjar-kelenjar yang memproduksi hormon
steroid yaitu korteks adrenal, testis, dan ovarium. Semua reaksi sintesis
berlangsung dalam kompartemen sitoplasma sel (Montgomery et al., 1983).
Kolesterol itu sendiri merupakan komponen utama cairan empedu, sekitar 50
mg asam empedu dibentuk dari kolesterol (Linder, 2006). Sintesis asam
empedu primer dari kolesterol dimulai dengan reaksi hidroksilasi yang
dikatalisis oleh enzim 7α-hidroksilase yang diaktifkan oleh vitamin C dan
membutuhkan oksigen, NADPH, serta sitokrom P-450. Kolesterol bebas akan
diubah menjadi 7α-hidroksikolesterol. Selanjutnya ikatan rangkapnya
mengalami reduksi dan terjadi hidroksilasi tambahan sehingga dihasilkan dua
asam empedu yang berbeda, yaitu asam kenodeoksikolat, yang memiliki gugus
13
A-hidroksi pada posisi 3,7, dan 12 (Marks, 1996). Menurut Stryer (2000),
mekanisme sintesis kolesterol dimulai dari :
Asetat (C2) Mevalonat (C30) Isopentenil pirofosfat (C5) Skualen (C30)
Kolesterol (C27).
Sintesis mevalonat merupakan langkah kunci dalam pengaturan sintesis
kolesterol dan enzim 3-hidroksi-3-metil-glutaril CoA sebagai kontrol penting
di dalam biosintesis kolesterol (Stryer, 2000). Jika diuraikan sintesis kolesterol
terdiri atas tiga tingkat yaitu :
1. Asetil CoA diubah menjadi senyawa triester enam karbon, 3-hidroksi-
3metilglutaril CoA (HMG-CoA). Dalam uraian reaksi tersebut, asetil CoA
diubah menjadi HMG-CoA.
2. HMG-CoA diubah menjadi skualen, suatu hidrokarbon asiklik yang
mengandung 30 atom karbon.
3. Skualen dijadikan siklik dan diubah menjadi sterol dengan 27 atom karbon
(kolesterol). Seluruh reaksi skualen menjadi kolesterol berlangsung dalam
retikulum endoplasma (Stryer, 2000).
6. Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia adalah suatu kondisi di mana kadar kolesterol dalam darah
melebihi batas yang dibutuhkan. Tingginya kadar total kolesterol di dalam
serum darah disebabkan perubahan dinding pembuluh darah, peningkatan
hipoksia pada jaringan usus besar, perubahan homeostasis sel-sel, umur,
14
heriditas, kesalahan pola makan, gaya hidup, polusi lingkungan, konsumsi
alkohol dan rokok dalam waktu lama (Herbey et al., 2005).
Peningkatan jumlah kolesterol yang dicerna setiap hari sedikit meningkatkan
konsentrasi plasma, tetapi bila kolesterol diabsorbsi oleh sel-sel tubuh maka
peningkatan konsentrasi kolesterol menghambat enzim 3-hidroksi-3-
metilglutaril KoA reduktase untuk pembentukan kolesterol dan ini menjadi
sistem kontrol umpan balik intrinsik untuk mencegah peningkatan konsentrasi
LDL (kolesterol jahat) yang berlebihan. Konsentrasi HDL (kolesterol baik)
biasanya tidak berubah naik atau turun kurang lebih 15%, kecuali bila
dilakukan pengubahan jumlah kolesterol dalam diet. Diet lemak yang sangat
jenuh meningkatkan konsentrasi kolesterol LDL sebanyak 15-25% (Guyton,
2007). Kadar LDL yang meningkat dapat mempercepat terjadinya penyakit
aterosklerosis vaskuler yang merupakan manifestasi klinis dari
hiperkolesterolemia.
Peningkatan LDL disebabkan oleh kenaikkan kolesterol yang terdapat pada
very low density beta lipoprotein dan low density beta lipoprotein sekunder
akibat peningkatan trigliserida/lemak yang besar dalam sirkulasi, sehingga
dapat menyebabkan peningkatan asetil Ko-A dalam sel hati untuk
menghasilkan kolesterol (Ganong, 2005). Oleh karena itu, untuk menurunkan
konsentrasi kolesterol LDL sangat penting yaitu dengan mempertahankan diet
rendah lemak jenuh dan diet rendah kolesterol (Guyton, 2007).
Mekanisme penurunan kolesterol oleh obat maupun pangan fungsional ada tiga
cara yaitu melalui penghambatan terhadap aktivitas enzim pembentuk
15
kolestrol, menghambat pembentukan kolesterol melalui regulasi fungsi garam
empedu, serta entrapping kolesterol dengan serat. Rata-rata pengurangan
kadar kolesterol dengan terapi pengaturan makanan hanya 12%. Apabila
dengan terapi pengaturan makanan tidak memberikan respon positif, maka
diperlukan bantuan dengan terapi obat (Simatupang, 1997).
B. Taurin
Taurin (C2H7NO3S) dengan nama kimia 2-aminoethanesulfonic acid merupakan
asam amino yang mengandung gugus asam sulfonat, berbeda dengan molekul
asam amino lainnya yang terdapat gugus asam karboksilat (Raiha et al., 1975)
(Gambar 2). Taurin dapat ditemukan dalam bentuk bebas ataupun dalam bentuk
peptida sederhana yang jumlahnya melimpah di jaringan tubuh, seperti pada otot
jantung, otot rangka, dan otak (Huxtable, 1992). Senyawa taurin pertama kali
ditemukan pada tahun 1827 oleh dua orang ilmuwan asal Jerman, yaitu Friedrich
Tiedemann dan Leopold Gmelin dalam empedu sapi jantan (Raiha et al., 1975).
Taurin termasuk dalam asam amino semi-essensial karena dapat disintesis dari
asam sulfonat amino lain seperti sistein dan metionin dengan bantuan vitamin B6
(Shin dan Linkswiler, 1974).
Gambar 2. Struktur Kimia Taurin (C2H7NO3S) (Birdsall, 1998)
16
Tahun 1975, taurin pertama kali diketahui memiliki manfaat penting bagi
kesehatan manusia (Raiha et al., 1975). Taurin berperan penting dalam beberapa
proses fisiologis dalam tubuh, seperti dalam proses detoksifikasi, stabilisasi
membran, osmoregulasi, dan modulasi kadar kalsium seluler. Selain itu taurin
sering digunakan dalam pengobatan beberapa penyakit, seperti penyakit
kardiovaskuler, epilepsi, kelainan pada hati (liver), alzheimer, dan fibrosis sistic.
Namun yang paling dikenal adalah perannya dalam meningkatkan HDL sebagai
upaya mengontrol kadar LDL kolesterol darah (Birdsall, 1998).
Peran taurin dalam metabolisme kolesterol merupakan fungsi terbaik dari taurin
yang pernah diketahui (Truswell et al., 1965). Taurin mampu meningkatkan
sintesis protein sehingga mempengaruhi kadar lipoprotein pembentuk HDL.
Sedangkan kadar HDL dalam serum berbanding terbalik terhadap kadar LDL
dalam serum. Semakin tinggi kadar HDL maka kadar LDL serum akan semakin
menurun sehingga mengurangi resiko hiperkolesterolemia (Shim et al., 2009).
C. Gracillaria sp.
1. Morfologi Gracillaria sp.
Gracillaria sp. merupakan jenis alga merah termasuk divisi Thallophyta
(tumbuhan bertalus) karena memiliki struktur kerangka tubuh (morfologi) yang
tidak berdaun, berbatang, dan berakar, semuanya terdiri dari talus (batang saja)
(Aslan, 2003). Gracillaria sp. memiliki permukaan licin dan diameter talus
berkisar antara 0,5 – 2 mm dengan bentuk talus gepeng atau silindris,
sedangkan pada permukaan talusnya halus atau berbintil – bintil, talus tersusun
17
oleh jaringan yang kuat, bercabang-cabang dengan panjang kurang lebih 250
mm (Dawes, 1981). Sedangkan panjang dari Gracillaria sp. dapat mencapai
30 cm (Anggadiredja et al., 2006) (Gambar 3).
Gambar 3. Morfologi Gracillaria verrucosa (Anggadiredja et al., 2006)
Gracillaria sp. memiliki percabangan berseling tidak beraturan dan memusat
ke arah pangkal. Cabang lateral memanjang menyerupai ramput (Anggadireja
et al., 2006). Talus menyempit pada pangkal percabangan dan meruncing pada
ujung-ujungnya, sifat substansi talus Gracillaria menyerupai gel atau lunak
seperti tulang rawan (Risiani, 2004).
2. Klasifikasi Gracillaria sp.
Mengutip dari Jana (2006), berikut adalah klasifikasi Gracillaria sp. :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Rhodophyta
Subdivisi : Eurhodophyta
Kelas : Rodhophyceae
Bangsa : Gigartinales
Suku : Gracilariacea
Marga : Gracillaria
Jenis : Gracillaria sp.
18
3. Habitat dan Penyebaran
Gracillaria sp. dapat hidup dan tumbuh pada kisaran salinitas yang sempit
antara 20 sampai 30 permil karena bersifat eurihalin, dan penyebarannya ada di
wilayah tropis (Risiani, 2004). Gracillaria sp. tumbuh melekat pada substrat
karang di terumbu karang berarus sedang, selain itu juga dapat tumbuh di
sekitar muara sungai. Umumnya pertumbuhan Gracillaria sp. jauh lebih baik
di daerah dangkal dibandingkan di tempat yang dalam. Alga merah ini hidup
kosmopolit, karena tidak mempunyai akar sebenarnya, alga menempel pada
substratnya (fitobentes) yang berupa lumpur, pasir, karang, fragmen karang
mati, kulit kerang, batu dan kayu dan seluruh bagian talus mengambil makanan
dari air di sekitarnya dengan cara osmosa (Mubarak et al.,1990).
Sebagian besar Gracillaria sp. lebih menyukai intensitas cahaya yang tinggi
dan suhu merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakannya. Suhu optimum untuk pertumbuhan adalah antara (20-
28) °C (Soegiarto, 1987).
4. Kandungan Nutrisi
Rumput laut dikenal sebagai sumber makanan yang mengandung serat tinggi
karena mampu menghasilkan senyawa hidrokoloid sebagai komponen
utamanya, begitu pula pada Gracillaria sp. yang sebagian besar kandungannya
adalah zat hidrokoloid berupa agar dan karagenan, keduanya mempunyai
kekuatan gel yang besar. Pada umumnya agar digunakan oleh industri
makanan untuk menghasilkan produk makanan olahan seperti jelly, ice cream,
makanan kaleng, roti, manisan, dan sebagainya (Atmadja, 1988). Selain itu,
19
zat hidrokoloid juga memiliki manfaat dari aspek kesehatan, salah satunya
adalah untuk mereduksi lemak dan kolesterol dengan prinsip entrapping
kolesterol. Serat pada Gracillaria sp. mampu mengikat kolesterol dan
mengekskresikannya bersamaan dengan feses (Ren et al., 1994).
Selain senyawa hidrokoloid, Gracillaria sp. juga mengandung karbohidrat
(Gula Vegetable GUM), protein, sedikit lemak, abu, dan sebagian besarnya
merupakan senyawa garam dan kalori. Selain itu mengandung vitamin-vitamin
seperti A, B1, B2, B6, B12, dan C, betakaroten, serta mineral penting seperti
kalsium, dan zat besi (Tabel 3). Bila dibandingkan dengan tanaman dan sayur-
sayuran yang tumbuh di darat, kandungan protein rumput laut jauh lebih tinggi
(Winarto dan Tim Lentera, 2004).
Tabel 3. Kandungan nutrisi Gracilaria sp. kering
Parameter Kandungan (100 gram kering)
Kalori (kkal) 312
Protein (g) 1,3
Lemak (g) 1,2
Karbohidrat (g) 83,5
Serat (g) 2,7
Abu (g) 4
Kalsium (g) 756
Fosfor (mg) 18
Besi (mg) 7,8
Sodium (mg) 115
Potassium (mg) 107
Thiamin (mg) 0,01
Riboflavin (mg) 0,22
Niasin (mg) 0,2
Sumber : Septian (2014).
20
D. Mencit (Mus musculus L.)
Mencit adalah hewan pengerat yang termasuk dalam genus Mus, subfamili
Murinae, famili Muridae, dan ordo Rodentia. Mencit yang biasa digunakan dalam
penelitian biomedis adalah jenis Mus musculus (Gambar 4). Berbeda dengan
hewan-hewan lainnya, mencit tidak memiliki kelenjar keringat. Pada umur 4
minggu telah menjadi mencit dewasa dengan berat badan mencapai 18-20 gram.
Mencit memiliki bentuk tubuh yang kecil, dengan panjang tubuh 75-100 mm, dan
luas permukaan tubuh 36 cm2, sehingga dapat dipelihara dan digunakan dalam
jumlah banyak (Setijono, 1985).
Gambar 4. Mencit (Mus musculus L.)
Mencit memiliki jantung yang terdiri dari empat ruangan dengan dinding atrium
yang tipis dan dinding ventrikel yang lebih tebal. Peningkatan temperatur tubuh
tidak mempengaruhi tekanan darah, sedangkan frekuensi jantung, cardiac output
berkaitan dengan ukuran tubuhnya. Hewan ini memiliki karakter yang lebih aktif
21
pada malam hari daripada siang hari dan memiliki kadar kolesterol normal sebesar
26,0-82,4 mg/dl (Kusumawati, 2004). Di antara spesies-spesies hewan lainnya,
mencitlah yang paling banyak digunakan untuk tujuan penelitian medis (60-80%)
karena dapat memberikan keuntungan ganda baik dalam segi waktu, tempat,
tenaga, dan biaya karena morfologinya yang kecil, konsumsi makanan yang relatif
sedikit, kapasitas reproduksi yang tinggi, siklus hidupnya yang singkat, dan
kelebihan lainnya (Tabel 4). Apabila menggunakan hewan ini dalam percobaan
masih harus dikonversi dan dilakukan pendekatan dengan perhitungan matematik
yang akurat, sebab hasilnya belum dapat persis sama jika diterapkan pada manusia
atau hewan lain (Setijono, 1985).
Menenurut Lane-Petter (1976) dan Ungerer (1985), klasifikasi dari mencit adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Class : Mamalia
Ordo : Rodentia
Sub ordo : Myomorpha
Famili : Muridae
Sub famili : Murinae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus L.
22
Tabel 4. Data Biologi Mencit (Mus musculus L.)
Data Biologi Keterangan
Berat badan jantan (gram) 20-40
Berat badan betina (gram) 18-35
Lama hidup (tahun) 1-3
Temperature tubuh (0C) 36,5
Kebutuhan air Ad libitum
Kebutuhan makanan (g/hari) 4-5
Pubertas (hari) 28-49
Lama kebuntingan (hari) 17-21
Mata membuka (hari) 12-13
Tekanan darah :
Sistolik (mmHg) 133-160
Diastolik (mmHg) 102-110
Kolesterol (mg/dl) 26,0-82,4
Sumber : Kusumawati (2004)
1
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biomolekuler, Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung, pada
bulan Februari sampai dengan Maret 2016.
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 6 unit kandang mencit
berukuran 30 cm x 25 cm x 10 cm dilengkapi kawat kasa sebagai penutup
kandang, serbuk kayu sebagai alas mencit di dalam kandang agar kotoran mencit
mudah dibersihkan, tempat pakan dan botol minumnya. Kemudian neraca
analitik, timbangan untuk menimbang berat badan mencit, jarum franke untuk
mengambil sampel darah mencit, dan kapas. Selanjutnya mortar untuk
menghaluskan Gracillaria , saringan untuk memisahkan serbuk halus Gracillaria,
sonde lambung, blender, panci pengukus, beaker glass, alat cek kolesterol dan
strip tes kolesterol untuk mengukur kadar kolesterol darah mencit.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah 30 ekor mencit jantan dengan
berat badan 20-40 gram, taurin, rumput laut Gracillaria sp., akuades, alkohol
70%, pakan standar (pellet), dan otak sapi sebagai diet tinggi lemak.
24
C. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam tahap-tahap yang ditampilkan pada Gambar 5.
Gambar 5. Diagram Alir Penelitian
Aklimasi selama 7 hari (diberi pakan standar dan air minum)
Uji kadar kolesterol normal
5 ekor
mencit P3
5 ekor
mencit P2
5 ekor
mencit P1
5 ekor
mencit
K-
pakan
standar
(pellet)
sampai
akhir masa
penelitian
pakan
standar +
pakan
tinggi
kolesterol
sampai
akhir masa
penelitian
Uji kadar kolesterol hingga mencapai
≥100 mg/dl
pakan standar + diet tinggi
kolesterol selama 14 hari
P3 : pakan
standar +
taurin +
Gracillaria
selama 14 hari
P2 : pakan
standar +
Gracillaria
selama 14
hari
P1 : pakan
standar +
taurin
selama 14
hari
Analisis data
Uji kadar kolesterol total mencit
Mencit dipuasakan selama 8 jam
5 ekor
mencit
K+
5 ekor
mencit KP
KP :
pakan
standar
selama 14
hari
Menyiapkan 30 ekor mencit jantan
25
Adapun tahap-tahap penelitian lebih lengkap adalah sebagai berikut :
1. Persiapan Hewan Uji
Dalam tahap ini, disiapkan mencit dengan berat berkisar 20-40 gram sebanyak
30 ekor yang diperoleh dari Balai Veteriner Lampung. Sebelum diberi
perlakuan, mencit diaklimasi selama 7 hari dalam Laboratorium. Selama
aklimasi semua mencit hanya diberi pakan standar (pellet) dan air.
2. Pembuatan Diet Tinggi Kolesterol
Pembuatan diet tinggi kolesterol mengikuti metode yang telah dilakukan
Pratama dan Probosari (2012) menggunakan suspensi otak sapi sebanyak 2
ml/hari dan terbukti dapat meningkatkan kadar kolesterol pada tikus putih
secara bermakna dalam 15 hari. Pembuatan suspensi otak sapi diolah dengan
cara dikukus lalu diblender dengan penambahan air dalam perbandingan 1:1.
Pada penelitian ini digunakan hewan uji mencit yang memiliki range kadar
kolesterol normal yang lebih rendah (26 – 82,4 mg/dl) dibandingkan kadar
kolesterol normal pada tikus putih sehingga suspensi otak sapi yang
diinduksikan hanya sebanyak 1 ml/hari untuk membuat mencit
hiperkolesterolemia.
Diet tinggi kolesterol mulai diberikan setelah aklimasi (hari ke-0) pada
kelompok K+, KP, P1, P2, dan P3 selama 14 hari atau sampai kadar kolesterol
mencit ≥100 mg/dl (berdasarkan batas minimum dari kadar kolesterol yang
dapat terdeteksi pada alat cek kolesterol).
26
3. Persiapan Dosis Taurin
Dosis taurin yang digunakan mengikuti penelitian yang dilakukan Maysa
(2015) yaitu sebanyak 15,6 mg/gBB/hari yang dilarutkan dalam 1 ml akuades
terbukti mampu menyembuhkan kanker pada mencit secara signifikan.
Sehingga pada penelitian ini diharapkan penggunaan dosis tersebut juga dapat
menyembuhkan hiperkolesterolemia pada mencit percobaan.
4. Pembuatan Suspensi Rumput Laut Gracillaria sp.
Pembuatan larutan Gracillaria sp. dilakukan dengan cara mencuci Gracillaria
terlebih dulu hingga benar-benar bersih lalu keringkan matahari selama 2 hari.
Selanjutnya dilakukan sortasi untuk memperoleh Gracillaria tanpa campuran
bahan lain. Setelah itu digiling dan diayak untuk memisahkan Gracillaria
yang masih kurang halus sehingga hanya diperoleh serbuk Gracillaria sp. yang
sudah benar-benar halus saja. Untuk serbuk yang belum lolos ayakan, dapat
dihancurkan lagi (Prosky et al., 1988). Pada penelitian ini digunakan diet
rumput laut dalam bentuk larutan, sehingga serbuk yang sudah dibuat akan
dilarutkan dengan akuades dalam dosis tertentu.
Dosis Gracillaria sp. yang digunakan mengikuti dosis dalam penelitian
Edriansyah (2013) sebanyak 160 mg/200g bb/hari yang dilarutkan dalam 1 ml
akuades terbukti mampu menurunkan kolesterol darah hingga batas normal
pada tikus putih. Pada penelitian ini digunakan mencit dengan berat badan
(bb) maksimal 40 g sebagai hewan uji, sehingga dosis Gracillaria yang
digunakan adalah :
27
Dosis Gracillaria/gram bb = 160 mg
200 g = 0,8 mg/g
Dosis Gracillaria untuk mencit = 0,8 mg/g x 40 g (bb mencit)
= 32 mg/gBB/hari
5. Pemberian Perlakuan
Setelah mencit selesai diaklimasi selama 7 hari, maka pemberian perlakuan
dapat segera dimulai. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan
metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 6 perlakuan dengan
masing-masing perlakuan sebanyak 5 kali ulangan. Perlakuan yang diberikan
adalah sebagai berikut :
1. Kontrol negatif (K-) : Pakan standar berupa pellet selama masa penelitian
(hari ke 0 - 28).
2. Kontrol positif (K+) : Suspensi otak sapi 1ml/hari selama masa penelitian
(hari ke 0 - 28).
3. Kontrol pembanding (KP) : Suspensi otak sapi 1 ml/hari (hari 0-14).
Pakan standar selama 14 hari (hari ke 15–28)
4. Perlakuan 1 (P1) : Suspensi otak sapi 1 ml/hari (hari ke 0-14).
Larutan taurin 15,6 mg/gBB (hari ke 15-28).
5. Perlakuan 2 (P2) : Suspensi otak sapi 1 ml/hari (hari ke 0-14).
Larutan Gracillaria 32 mg/gBB (hari ke 15-28).
6. Perlakuan 3 (P3) : Suspensi otak sapi 1 ml/hari (hari ke 0–14).
Larutan taurin 15,6 mg/gBB + larutan Gracillaria
32 mg/gBB (hari ke 15 -28).
28
6. Pengambilan Sampel Darah
Pengambilan sampel darah dilakukan setelah mencit dipuasakan selama 8 jam.
Darah diambil melalui bagian ekor mencit. Sebelumnya ekor mencit
dibersihkan dengan alkohol 70%, selanjutnya darah diambil secukupnya pada
vena dari bagian pangkal ekor mencit menggunakan jarum franke lalu dicek
secara otomatis menggunakan alat cek kolesterol.
Pengambilan darah dilakukan pada tiga waktu, yaitu setelah selesai aklimasi
(hari ke-0), setelah pemberian diet tinggi kolesterol (hari ke-14), dan terakhir
setelah diberi perlakuan diet taurin dan rumput laut (hari ke-28). Mencit
dinyatakan hiperkolesterol apabila kolesterolnya telah mencapai ≥100 mg/dl
(berdasarkan batas minimum dari kadar kolesterol yang dapat terdeteksi pada
alat cek kolesterol).
7. Pengukuran Kadar Kolesterol Darah Mencit Jantan
Pengukuran kadar kolesterol darah dilakukan menggunakan alat cek kolesterol
dan strip tes kolesterol Nesco yang dirancang untuk pengukuran kuantitatif
kadar kolesterol total dalam darah. Prinsip kerja dari alat cek kolesterol ini
berdasarkan reaksi kolesterol pada strip yang dapat menyebabkan perubahan
arus dari reagen pada elektroda di strip tersebut (Edriansyah, 2013).
Langkah pengujian kadar kolesterol total adalah sebagai berikut:
1. Disiapkan alat cek kolesterol dan test strip kolesterol. Dimasukkan chip
warna kuning pada alat hingga muncul “OK” pada layar.
2. Dimasukkan test strip untuk kolesterol ke dalam slot pada alat.
29
3. Diteteskan darah mencit pada daerah uji strip target. Darah secara
otomatis ditarik ke dalam zona reaksi dari strip hingga pipa kapiler
berubah menjadi merah.
4. Dibaca hasil pengujian yang ditampilkan di layar setelah alat tes kolesterol
menghitung mundur 150 detik.
D. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan uji Oneway ANOVA pada taraf α = 5%
untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata kadar kolesterol diantara 6
kelompok perlakuan. Jika terdapat perbedaan yang signifikan dilanjutkan dengan
uji Least Significant Difference (LSD) pada taraf α = 5% untuk melihat lebih
jelas perbedaan antarkelompok perlakuan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1. Larutan Gracillaria sp. 32 mg/gBB/hari mampu menurunkan rerata kadar
kolesterol tertinggi hingga 93,8 mg/dl dan kombinasi larutan taurin 15,6
mg/gBB/hari + Gracillaria 32 mg/gBB/hari mampu menurunkan rerata kadar
kolesterol 30,6 mg/dl dalam 14 hari, keduanya lebih baik dalam menurunkan
kolesterol total mencit (Mus musculus L.) jantan hiperkolesterolemia hingga
mendekati kadar kolesterol mencit normal. Demikian pula larutan taurin 15,6
mg/gBB/hari mampu menurunkan rerata kadar kolesterol sebesar 12,2 mg/dl.
2. Larutan Gracillaria sp. 32 mg/gBB/hari merupakan penggunaan bahan yang
paling efektif dalam menurunkan kadar kolesterol total dalam penelitian ini.
B. Saran
1. Diperlukan penelitian lanjut tentang efektivitas taurin dan Gracillaria terhadap
profil HDL, LDL, dan trigliserida pada mencit jantan hiperkolesterolemia.
2. Perlu dilakukan penelitian tentang efektivitas taurin dan Gracillaria dalam
menurunkan kolesterol total pada mencit betina hiperkolesterolemia.
1
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi Cetakan keempat. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Anggadiredja T. J., A.Zatnika, Heri, dan P.Istini. 2006. Rumput Laut. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Anonim. 2013. Langkah Menurunkan Kadar Kolesterol Jahat. Terdapat Pada:
http://pengobatankolesterol.com/2013/12/langkah-menurunkan-kadar-
kolesterol-jahat//. Diakses 2 April 2016.
Anwar, T. B. 2003. Manfaat Diet Pada Penanggulangan Hiperkolesterolemi.
[Skripsi]. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan.
Aslan, L. M. 2003. Budidaya Rumput Laut. Penerbit kanisius. Yogyakarta.
Astawan M., F.Kusnandar, dan Subarna. 2003. The addition of Eucheuma cottonii
Seaweed to Increase Iodine and Dietary Fiber Contents of Noodles and
Some Indonesian Traditional Snacks. Proceeding of the 8th Asean Food
Conference, 8-11 October 2003. Hanoi. Vietnam.
Atmadja, W.S. 1988. Rumput Laut Sebagai Obat. Oseana 17 : 1-5.
Barras, F. 1994. Mencegah Serangan Jantung dengan Menekan Kolesterol.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Birdsall, T. C. 1998. Therapeutic Applications of Taurine. Altern Med Rev 3 :
128-136.
Carvalho A.F.U, M.C.C.Portela, M.B.Sousa, F.S.Martins, F.C.Rocha, D.F.Farias.
2009. Physiological and physico-chemical characterization of dietary fibre
from the green seaweed Ulva fasciata Delile. Braz J. Bio. 69:969-977.
Dawes, C. J. 1981. Marine botany. A. Wiley – Interscience Publication. United
states.
44
Edriansyah. 2013. Uji Aktivitas Ekstrak Ethanol 70% Ganggang Merah
(Gracillaria verrucosa) Terhadap Penurunan Kolesterol Total Pada Tikus
Putih Jantan. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. UIN
Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Ganong, W. F. 2005. Review Of Medical Physiology 22nd ed. Mc Graw Hill.
Singapore.
Guyton, A. C. 1991. Buku Teks Fisiologi Kedokteran. Adji Dharmadan P.
Lukmanto. [Ed]. EGC. Jakarta.
Hartoyo A., dan M. Astuti. 2002. Aktivitas Antioksidatif dan Hipokolesterolemik
Ekstrak Teh Hijau dan Teh Wangi pada Tikus yang diberi Ransum Kaya
Asam Lemak Tidak Jenuh Ganda. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan.
XIII(1).
Herbey I.I., N.V. Ivankova, V.R. Katkoori, dan O.A. Mamaeva. 2005.
Experimental Oncology. 27 : 166-178.
Hernawati. 2011. Peranan Berbagai Sumber Serat dalam Dinamika Kolesterol
Pada Individu Hiperkolesterolemia dan Normokolesterolemia. [Artikel].
Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Hernawati, W. Manalu, A. Suprayogi, D.A. Astuti. 2013. Suplementasi Serat
Pangan Keragenan dalam Diet untuk Memperbaiki Parameter Lipid Darah
Mencit Hiperkolesterolemia. Makara Seri Kesehatan. 17:1-9.
Herpandi, M. Astawan, T. Wresdiyati, N.S. Palupi. 2006. Perubahan Profil Lipida,
Kolesterol Digesta, dan Asam Propionat Pada Tikud dengan Diet Tepung
Rumput Laut. Jurnal Teknol. dan Industri Pangan. 17:227-232.
Huxtable, R. J. 1992. Physiological Actions Of Taurine. Physiol Rev. 72:101-163.
Jana, T. 2006. Rumput laut. Penebar Swadaya. Jakarta.
Jae, K.W. 2008. Kolesterol. [Internet]. Terdapat pada: Yayasan Jantung Indonesia.
URL: http://www.heartinfo.org. Diakses: 23 Desember 2015.
Jenkins A., D. Jenkins, U. Zdravkovic, P. Wursch, V.Vuksan. 2002. Depression of
glycemic index by high levels of β-glucan fiber in two functional foods
tested in type 2 diabetes. Eur J Clin Nutr. 56:622-628.
Jiao G., G. Yu, J. Zhang, H.S. Ewart. 2011. Chemical structures and bioactivities
of sulfated polysaccharides from marine algae. Mar Drugs. 9:196-223.
Julyasih K.S.M, I.G.P. Wirawan, W. Widajati, W.S. Harijani. 2010. Aktivitas
Antioksidan Beberapa Jenis Rumput Laut (Seaweeds) Komersial di Bali dan
Potensinya dalam Menurunkan Kadar Kolesterol Darah. [Artikel]. Seminar
45
Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Oleh LPPM-UPN
Veteran. Surabaya.
Julyasih, K.S.M. 2012. Tepung Rumput Laut Menurunkan Kadar LDL (Low
Density Lipoprotein) Plasma Tikus Wistar Hiperkolesterolemia.
Rekapangan. 6:8-12.
Kang K.A., H.D. Bu, D.S. Park, G.M. Go, Y. Jee, T. Shin, dan J.W. Hyun. 2005.
Antioxidant Activity of Ethanol Extract of Callophyllis japonica. Phytother
Res 19 : 506-510.
Kim K.S., D.H.Oh, J.Y.Kim, B.G.Lee, J.S.You, K.J.Chang, H.Chung, M.C.Yoo,
H.I.Yang, J.H.Kang, Y.C.Hwang, K.J.Ahn, H.Y.Chung, dan I.K.Jeong.
2012. Taurine Ameliorates Hyperglycemia and Dyslipidemia By Reducing
Insulin Resistance and Leptin Level in Otsuka Long-Evans Tokushima Fatty
(OLETF) Rats with Long-Term Diabetes. Experimental and Molecular
Medicine. 44:665-673.
Kusumawati, D. 2004. Bersahabat dengan Hewan Coba. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Lane-Petter, W. 1976. The Laboratory Mouse. In : C. W. Hume. The UFAW
Handbook on the Care and Management of Laboratory Animals. Churchill
Livingstone. Edinburg, New York.
Linder, M. C. 1985. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme Ed ke-1. Aminuddin
Parakkasi. [Ed]. Univ. Indonesia Press. Jakarta.
Lutfiana, S. 2006. Pengaruh Pemberian Virgin Coconut Oil Terhadap Kadar
Kolesterol HDL Serum Tikus Wistar Setelah Diinduksi Aterogenesis.
Fakultas Kedokteran UNDIP. Semarang.
Marks, D. B. 1996. Biokimia Kedokteran Dasar : Sebuah Pendekatan Klinis. Joko
Suyono. [Ed]. EGC. Jakarta.
Maryanto S, S. Fatimah, Sugiri, Y. Marsono. 2013. Efek pemberian buah jambu
biji merah terhadap produksi SCFA dan kolesterol dalam caecum tikus
hiperkolesterolemia. Agritech. 33:334-339.
Maysa, A. 2015. Uji Senyawa Taurin Sebagai Antikanker Terhadap Jumlah Sel-
Sel Leukosit dan Sel-Sel Eritrosit Mencit (Mus musculus L.) yang Diinduksi
Benzo α Pyren Secara In Vitro. [Skripsi]. Universitas Lampung. Lampung.
Montgomery R., R.L.Dryer, T.W.Conway, dan A.A.Spector. 1993. Biokimia :
Suatu Pendekatan Berorientasi Kasus. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
46
Mubarak H., S.Ilyas, W.Ismail, dan I.S.Wahyuni. 1990. Petunjuk Teknik
Budidaya Rumput Laut. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan.
Jakarta. 94 hal.
Muchtadi D., N.S.Palupi, dan M.Astawan. 1993. Metabolisme Zat Gizi : Sumber,
Fungsi, dan Kebutuhan Bagi Manusia. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Murakami S., I.Yamagishi, Y.Asami, Y.Ohta, Y.Toda, Y.Nara,Y.Yamori. 1996.
Hypolipidemic effect of taurine in stroke-prone spontaneously
hypersensitive rats. Pharmacology. 52:303-13.
Murray R.K., D.K.Granner, P.A.Mayes, dan V.W.Rodwell. 2003. Biokimia
Klinik Edisi 4. EGC. Jakarta.
Myers, S. 2005. The Carotenoids Palette. An array of colors, researched health
benefits and formulation challengers highlight the future of carotenoids.
Terdapat di: http:// www.naturalproductsinsider.com. Diakses 5 April 2016.
Nakaya Y., A.Minami, N.Harada, S.Sakamoto, Y.Niwa, M.Ohnaka. 2000.
Taurine Improves Insulin Sensitivity in the Otsuka Long-Evans Tokushima
Fatty Rat, a model of spontaneous type 2 diabetes. Am J Clin Nutr. 71:54-8.
Panlasigui LN, O.Q.Baello, J.M.Dimatangal, B.D.Dumelod. 2003. Blood
cholesterol and lipid-lowering effect of carrageenan in animal experiments.
Environ. Health Perspect. 109:983-994.
Pratama S.E., dan E.Probosari. 2012. Pengaruh Pemberian Kefir Susu Sapi
Terhadap Kadar Kolesterol LDL Tikus Jantan Sprague Dawley
Hiperkolesterolemia. Semarang. Journal of nutrition college. 1 : 358-364.
Prosky, L., Asp N. G., Scheweizer T. F., De Vries J. W., dan Furda I. 1988.
Determination Of Insoluble And Soluble, And Total Dietary Fibre In Foods
And Food Products: Interlaboratory Study. Journal Association of Official
Analytical Chemists. 71 : 1017–1023.
Raiha, N., Rassin D., Heinonen K., Gaull G.E. 1975. Milk Protein Quality And
Quantity: Biochemical And Growth Effects In Low Birth Weight Infants
(LBWI). Pediatr Res. 9 : 370.
Ren D., H.Noda, H.Amano, T.Nishino, dan K.Nishizawa. 1994. Study On
Antihypertensive And Hyperlipidemic Effects Of Marine Algae. J Fisheries
Sci 60:83-88.
Risiani, Y. 2004. Potensi Sumber Daya Rumput Laut di Jawa Timur dan Jenis-
Jenis Ekonomi Penting. Universitas Brawijaya. Malangi.
Rubenstein D., W.David, dan B.John. 2007. Lecture Notes: Kedokteran Klinis.
Ed VI. Erlangga. Jakarta.
47
Sekhon S. dan Loodu. 2012. Antioxidan, Anti-inflammatory and Hypolipidemic
Properties of Apple Flavanols. Departement Environmental of
Science Dalhaousie University. p 57-62.
Septian. 2014. http://septians09.student.ipb.ac.id/. Diakses pada hari selasa,
tanggal 15 desember 2015 pukul 16.50 WIB.
Setijono, M. M. 1985. Mencit (Mus musculus) Sebagai Hewan Percobaan.
[Skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Shim, K.S., H.J.Jung, C.S.Na, C.Yoon, dan G.H.Park. 2009. Effect of Taurine on
Lipid Metabolism and Protein Synthesis in Poultry and Mice. J.Anim.Sci.
22:865-870.
Shin H.K., dan H.M.Linkswiler. 1974. Tryptophan And Methionine Metabolism
Of Adult Females As Affected By Vitamin B6 Deficiency. J Nutr. 104 :
1348-1355.
Simatupang, A. 1997. Cholesterol, Hypercholesterolemia And The Drugs Against
It - a review. Cermin Dunia Kedokteran. 116 : 5-12.
Soegiarto A., Sulistijo, W.S.Atmaja, dan H.Mubarak. 1978. Rumput Laut
(Alga), Manfaat, Potensi, dan Usaha Budidayanya. LON_LIPI. Jakarta.
Stryer, L. 2000. Biokimia. Edisi IV, Volume 2. EGC. Jakarta.
Subroto, T. 2011. Efek Anti Hiperkolesterolemik Karagenan Rumput Laut dalam
Diet Terhadap Plasma Lipid Tikus Putih. Bionatura-Jurnal Ilmu-ilmu
Hayati dan Fisik. 13:58-65.
Sudarsono. 2006. Prospek Pengembangan Obat Bahan Alami Di Bidang
Kesehatan, Seminar Nasional Prospek Obat Tradisional dalam Prospektif
Kesehatan. Fakultas Kedokteran UNISSULA. Semarang.
Sudoyo A.W., B.Setiyohadi, I.Alwi, M.Simadibrata, dan S.Setiati. 2007. Buku
Ajar Ilmu penyakit Dalam. Edisi 4, Jilid 1. Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI. Jakarta.
Sugiyama K., A.Ohishi, K.Muramatsu. 1989. Comparison between the plasma
cholesterol-elevating effects of caffeine and methionine in rats on a high
cholesterol diet. Agricultural and Biological Chemistry. 53:3101-3103.
Suzuki T, K.Nakai, Y.Yoshie, T.Shirai, T.Hirano. 1993. Effect Of Sodium
Alginates Rich In Guluronic And Mannuronic Acids On Cholesterol Levels
And Digestive Organs Of High-Cholesterol-Fed Rats. Nippon Suisan
Gakkaishi 59:545-551.
48
Truswell A.S., S.Mcveigh, W.D.Mitchell, B.Brontest. 1965. Effect In Man Of
Feeding Taurine on Bile Acid Conjugation and Serum Cholesterol Level.
Journal of atherosclerosis research 5 : 526-529.
Ungerer, T. 1985. Biologi Reproduksi Hewan Percobaan Laboratorium dalam
Rangka Pengadaan dan Pengembangan Sarana Penelitian serta
Pendayagunaan Scanning Electron Microscope. Direktorat Pembinaan
Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Ditjen Pendidikan Tinggi,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Utomo R.D.S., E.M.Lubis, D.Marisa, Y.Zega, dan N.Afiandi. 2009. One stop
seaweed: Konsep Pemasaran Produk - Produk Olahan Rumput Laut.
[Laporan Akhir Program Kreatifitas Bidang Kewirausahaan]. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Wikanta T, RR.Nasution, dan L.Rahayu. 2003. Pengaruh Pemberian Natrium
Alginat Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Total Darah dan Bobot
Badan Tikus. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 9 : 23-31.
Winarto W.P. dan Tim Lentera. 2004. Memanfaatkan Tanaman Sayur Untuk
Mengatasi Aneka Penyakit. Agromedia Pustaka. Jakarta.