Paper Rengar Sat Reskrim Resta Malang

21
OPTIMALISASI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KINERJA FUNGSI RESKRIM POLRESTA MALANG TAHUN ANGGARAN 2010 I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Keberhasilan kinerja suatu satuan kewilayahan Polri sampai dengan saat ini masih menggunakan pemahaman yang masih berada dalam paradigma ”konservatif” dimana keberhasilan dimaksud seringkali diukur hanya berdasarkan tingginya angka pengungkapan kasus-kasus kriminalitas (crime clearence) dari keseluruhan jumlah kasus kriminalitas yang terjadi (crime total). Keberhasilan dalam konteks yang demikian pula yang hingga saat ini masih ”populer” di kalangan middle manager dalam lingkungan Polri sehingga pendekatan dimaksud masih digunakan sebagai acuan dalam rangka peningkatan jenjang karir seorang middle manager tersebut. Fenomena tersebut juga dialami oleh penulis sewaktu berdinas pada fungsi Reskrim di lingkungan Polda Jatim selama kurang lebih 4 tahun. Namun demikian, sebenarnya terdapat aspek-aspek lain yang sangat vital dalam menunjang keberhasilan pada aspek operasional tersebut, yaitu terkait dengan aspek perencanaan dan penganggaran. Apabila dalam suatu perencanaan dan penganggaran terhadap rencana kerja suatu satuan kerja tertentu tidak dilaksanakan dengan

description

Tugas Mata Kuliah Manajemen Perencanaan dan Penganggaran

Transcript of Paper Rengar Sat Reskrim Resta Malang

Page 1: Paper Rengar Sat Reskrim Resta Malang

OPTIMALISASI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KINERJA

FUNGSI RESKRIM POLRESTA MALANG TAHUN ANGGARAN 2010

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Keberhasilan kinerja suatu satuan kewilayahan Polri sampai dengan

saat ini masih menggunakan pemahaman yang masih berada dalam

paradigma ”konservatif” dimana keberhasilan dimaksud seringkali diukur

hanya berdasarkan tingginya angka pengungkapan kasus-kasus

kriminalitas (crime clearence) dari keseluruhan jumlah kasus kriminalitas

yang terjadi (crime total). Keberhasilan dalam konteks yang demikian pula

yang hingga saat ini masih ”populer” di kalangan middle manager dalam

lingkungan Polri sehingga pendekatan dimaksud masih digunakan sebagai

acuan dalam rangka peningkatan jenjang karir seorang middle manager

tersebut. Fenomena tersebut juga dialami oleh penulis sewaktu berdinas

pada fungsi Reskrim di lingkungan Polda Jatim selama kurang lebih 4

tahun.

Namun demikian, sebenarnya terdapat aspek-aspek lain yang sangat

vital dalam menunjang keberhasilan pada aspek operasional tersebut,

yaitu terkait dengan aspek perencanaan dan penganggaran. Apabila

dalam suatu perencanaan dan penganggaran terhadap rencana kerja

suatu satuan kerja tertentu tidak dilaksanakan dengan baik maka niscaya

dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang telah disusun pun tidak akan

berhasil secara optimal. Fenomena berupa ketidaksinkronan antara aspek

perencanaan dan penganggaran terhadap aspek operasional dimaksud

senantiasa dialami oleh penulis setiap kali berdinas pada fungsi Reskrim di

tiap satuan kerja yang berbeda-beda dalam lingkungan Polda Jatim, antara

lain sewaktu penulis menjabat sebagai Kanit Tekab Sat Reskrim Polres

Probolinggo (2005), sebagai Kanit Idik I / TP HaKI Subbag Reskrim Polwil

Malang (2006), Kanit Reskrim Polsek Blimbing Polresta Malang (2007) dan

Kaur Bin Ops Sat Reskrim Polresta Malang (2008).

Page 2: Paper Rengar Sat Reskrim Resta Malang

Dalam perspektif ilmu manajemen modern, aspek perencanaan dan

penganggaran terhadap kinerja suatu organisasi menempati posisi yang

penting disamping aspek-aspek manajemen lainnya. Bahkan dikatakan

dalam ilmu manajemen bahwa perencanaan dan penganggaran sangat

menentukan keberhasilan pencapaian sasaran-sasaran yang ditentukan

oleh suatu organisasi. Disamping itu, sehubungan dengan telah

dimasukinya tahap II (2010 – 2014) dari Grand Strategy Polri, yaitu

Partnership Building serta senantiasa dilakukannya upaya-upaya guna

membangun kepercayaan melalui program akselerasi transformasi kultural

dan reformasi birokrasi Polri yaitu melalui Program Quick Wins, terutama

Program Quick Wins di bidang penyidikan, yaitu transparansi dalam

pelaksanaan penyidikan melalui pemberian Surat Pemberitahuan

Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP) secara berkala terhadap

pelapor / korban tindak pidana, maka apabila dalam aspek perencanaan

dan penganggaran kegiatan penyelidikan tidak terlaksana dengan optimal

berdasarkan prinsip-prinsip ilmu manajemen serta ketentuan perundang-

undangan, niscaya akan terjadi hambatan dalam pencapaian Partnership

Building dimaksud, termasuk hambatan dalam mewujudkan transparansi di

bidang penyidikan.

Oleh karena itu, selanjutnya dalam penulisan ini, penulis hendak

berupaya melakukan pembahasan terkait dengan pentingnya pengaruh

aspek perencanaan dan penganggaran terhadap aspek operasional pada

fungsi Reskrim Polresta Malang berdasarkan fenomena nyata berupa

ketidaksinkronan antara aspek perencanaan dan penganggaran terhadap

aspek operasionalnya yang dialami secara langsung oleh penulis sewaktu

menjabat sebagai Kaur Bin Ops Polresta Malang periode tahun 2008.

Penulisan dimaksud akan menggunakan naskah Laporan Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Polresta Malang Tahun 2009 dan

Rencana Kerja (Renja) Polresta Malang Tahun 2010 sebagai data acuan

untuk melakukan analisis. Analisis dimaksud ditujukan untuk mengetahui

apakah dalam perencanaan dan penganggaran tersebut sudah sesuai

dengan prinsip-prinsip manajemen maupun ketentuan perundang-

undangan yang berlaku.

2

Page 3: Paper Rengar Sat Reskrim Resta Malang

2. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, maka yang

menjadi permasalahan dalam penulisan ini adalah :

”Bagaimana upaya optimalisasi perencanaan dan penganggaran

dalam rangka peningkatan kinerja Sat Reskrim Polresta Malang tahun

2010 ?”

3. Persoalan-persoalan

a. Bagaimana kondisi riil perencanaan dan penganggaran dalam rangka

pencapaian sasaran kinerja Fungsi Reskrim Polresta Malang tahun

2010 ?

b. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perencanaan dan

penganggaran dalam rangka pencapaian sasaran kinerja Fungsi

Reskrim Polresta Malang ?

c. Bagaimana upaya optimalisasi perencanaan dan penganggaran

dalam rangka peningkatan kinerja Fungsi Reskrim Polresta Malang

tahun 2010 ?

II. PEMBAHASAN

1. Kondisi Riil

Berdasarkan naskah Renja Polresta Malang tahun 2010, maka telah

dilakukan penyusunan visi, misi, sasaran, kebijakan strategi dan usulan

anggaran yang terkait dengan kegiatan penyelidikan dan penyidikan tindak

pidana di Polresta Malang, yang di dalamnya telah mencakup aspek

perencanaan dan penganggaran, sebagai berikut :

a. Visi

Mewujudkan keamanan dalam negeri melalui kemitraan dan

memantapkan kepercayaan di wilayah hukum Polresta Malang.

b. Misi

Meningkatkan kemampuan penyelidikan dan penyidikan perkara

secara profesional dalam upaya penegakan hukum dengan

memperhatikan hak asasi manusia.

c. Tujuan

3

Page 4: Paper Rengar Sat Reskrim Resta Malang

1) Menurunkan angka pelanggaran hukum dan indeks kriminalitas

serta meningkatkan penuntasan kasus kriminalitas untuk

menciptakan rasa aman masyarakat.

2) Mengungkap jaringan kejahatan internasional terutama

narkotika, perdagangan manusia dan pencucian uang serta

terorisme.

3) Meningkatkan kinerja Polresta Malang yang tercermin dengan

menurunnya angka kriminalitas, pelanggaran hukum dan

meningkatnya penyelesaian kasus, serta meningkatnya

partisipasi masyarakat terhadap tugas-tugas polisi dilapangan.

d. Sasaran

1) Meningkatkan kerja sama dan koordinasi dengan sejumlah

instansi terkait dalam rangka penyelesaian kasus kejahatan

terutama kasus-kasus yang menjadi sorotan masyarakat.

2) Mengoptimalkan penegakkan hukum terhadap kejahatan

konvensional yang diprioritaskan kepada kejahatan yang

meresahkan masyarakat ( seperti : premanisme, pencopetan,

perjudian, kejahatan jalanan, debt colector, pencurian kendaraan

bermotor, pencurian dengan pemberatan/kekerasan,

penggelapan dan penipuan ), maupun kejahatan transnasional

yang menonjol ( seperti narkoba, terorisme, perdagangan orang

dan kejahatan maya ), serta kejahatan yang merugikan

kekayaan negara ( seperti korupsi, illegal logging, illegal fishing

dan kasus penyalahgunaan BBM), dan kejahatan yang

berimplikasi kontijensi.

3) Meningkatkan penyelidikan tindak pidana yang berdimensi

Internasional meliputi cyber crime, illegal logging, money

laundering dan trafficking in person serta tindak pidana

konvensional yang meresahkan masyarakat.

4) Membangun sarana prasarana penyidikan dan penyelidikan

terutama pada peningkatan kualitas ruang tahanan di Polresta

dan Polsek, tempat-tempat penyimpanan barang bukti yang

berstandar pada tuntutan Hak Azasi Manusia ( HAM ).

4

Page 5: Paper Rengar Sat Reskrim Resta Malang

5) Terwujudnya peningkatan pengungkapan dan penyelesaian

perkara kejahatan konvensional, kejahatan transnasional,

kejahatan terhadap kekayaan negara dan kejahatan yang

berimplikasi kontinjensi serta terlaksananya operasi kepolisian

kewilayahan dan terpusat secara selektif dalam rangka

pengungkapan kejahatan dimaksud termasuk yang bersifat

preventif maupun preemtif.

e. Kebijakan Strategi

1) Meningkatkan penyelidikan tindak pidana yang berdimensi

Internasional meliputi cyber crime, illegal logging, money

laundering dan trafficking in person serta tindak pidana

konvensional yang meresahkan masyarakat.

2) Membangun sarana prasarana penyidikan dan penyelidikan

terutama pada peningkatan kualitas ruang tahanan di Polresta

dan Polsek, tempat-tempat penyimpanan barang bukti yang

berstandar pada tuntutan Hak Azasi Manusia ( HAM ).

f. Usulan Anggaran

Program Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana dialokasikan

untuk kegiatan :

1) Penyelidikan dan penyidikan tindak pidana Rp. 2.194.295.000,-,

terdiri dari :

a) Terawatnya kebutuhan makan tahanan di Rutan Polri

Polresta Malang dan Polsek jajaran :

(1) Makan Tahanan Tahun 2010 (130 Org x 365 Hari) :

Rp. 47.450,- per orang / hari.

(2) Perawatan Tahanan Tahun 2010 (130 Org x 365

Hari) : Rp. 47.450,- per orang / hari.

b) Penanganan perkara oleh Polres dan Polsek jajaran :

(1) Sat Reskrim :

(a) Kasus berat : 20 kasus per tahun.

(b) Kasus sedang : 50 kasus per tahun.

(c) Kasus ringan : - (nihil)

(2) Sat Reskoba :

(a) Kasus berat : 5 kasus per tahun.

5

Page 6: Paper Rengar Sat Reskrim Resta Malang

(b) Kasus sedang : 25 kasus per tahun.

(c) Kasus ringan : - (nihil).

(3) Sat Samapta :

Pelanggaran : 145 kasus per tahun.

(4) Unit Reskrim Polsek Klojen :

(a) Kasus berat : - (nihil)

(b) Kasus sedang : 5 kasus per tahun.

(c) Kasus ringan : 7 kasus per tahun

(5) Unit Reskrim Polsek Blimbing :

(a) Kasus berat : - (nihil)

(b) Kasus sedang : 4 kasus per tahun.

(c) Kasus ringan : 7 kasus per tahun.

(6) Unit Reskrim Polsek Kedung Kandang :

(a) Kasus berat : - (nihil)

(b) Kasus sedang : 5 kasus per tahun.

(c) Kasus ringan : 6 kasus per tahun.

(7) Unit Reskrim Polsek Lowokwaru :

(a) Kasus berat : - (nihil)

(b) Kasus sedang : 5 kasus per tahun.

(c) Kasus ringan : 7 kasus per tahun.

(8) Unit Reskrim Polsek Sukun :

(a) Kasus berat : - (nihil)

(b) Kasus sedang : 4 kasus per tahun.

(c) Kasus ringan : 6 kasus per tahun.

2) Bantuan Teknik Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana

Rp.6.000.000,-, terdiri dari :

a) Film berwarna : 8 rol.

b) Film hitam putih : 5 rol.

c) Baterai Blits : 82 buah.

d) Blanko AK 23 : 8 box.

e) Tinta sidik jari : 2 tube.

f) Cuci cetak film : 15 set.

Selanjutnya berdasarkan data yang terdapat dalam naskah Renja

Polresta Malang tersebut diatas, penulis akan membandingkannya dengan

6

Page 7: Paper Rengar Sat Reskrim Resta Malang

data yang terdapat dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (LAKIP) Polresta Malang Tahun 2009 tentang realisasi

dukungan Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana, sebagai berikut :

1) Penyelenggaraan perawatan dan makan tahanan tahun 2009 sebanyak 75 orang per hari.

2) Kegiatan Penyidikan / Pemeriksaan / penanganan kasus pidana yang terjadi :

a) Sat Reskrim : 7 Kasus berat dan 50 Kasus sedang.

b) Sat Reskoba : 6 Kasus berat dan 25 Kasus sedang.

c) Sat Samapta : 95 kasus pelanggaran / Tipiring.

d) Polsek Klojen : 5 kasus sedang, 7 kasus ringan dan 10 pelanggaran.

e) Polsek Blimbing : 4 kasus sedang, 7 kasus ringan dan 10 pelanggaran.

f) Polsek Kedung Kandang : 5 kasus sedang, 6 kasus ringan dan 10 pelanggaran.

g) Polsek Lowok Waru : 5 kasus sedang, 7 kasus ringan dan 10 pelanggaran.

h) Polsek Sukun : 4 kasus sedang, 6 kasus ringan dan 10 pelanggaran.

Dalam kesimpulan LAKIP dimaksud dinyatakan bahwa dibidang

anggaran, seluruh anggaran penyelidikan dan penyidikan tindak pidana

telah terserap 100 % sesuai dengan penyelesaian perkara yang dapat

dilakukan hingga akhir tahun 2009. Namun demikian dinyatakan pula

bahwa jumlah tindak pidana tahun 2009 mengalami kenaikan 69 perkara

(6%) bila dibandingkan dengan tahun 2008, demikian pula penyelesaian

tindak pidana mengalami penurunan 2%.

Berdasarkan data-data tersebut diatas ditambah dengan fakta-fakta

yang diketahui sendiri oleh penulis berdasarkan observasi selama berdinas

di Polresta Malang, maka penulis berpendapat bahwa dalam penyusunan

naskah Renja Polresta Malang tahun 2010, terutama untuk kegiatan

penyelidikan dan penyidikan tindak pidana belum dilakukan secara

optimal, artinya bahwa dalam penyusunan Renja dimaksud belum

menerapkan prinsip-prinsip perencanaan dan penganggaran secara

7

Page 8: Paper Rengar Sat Reskrim Resta Malang

optimal. Pertimbangan penulis menyatakan pendapat demikian adalah

didasari fakta-fakta sebagai berikut :

a. Terkait dengan kegiatan penanganan perkara, perencanaan tentang

jumlah dan kualitas perkara tindak pidana secara garis besar hanya

“disamakan” dengan jumlah dan kualitas perkara tindak pidana yang

telah ditangani oleh fungsi Reskrim Polresta Malang pada tahun

2009, yaitu sebagaimana yang terdapat LAKIP Polresta Malang tahun

2009, namun terdapat perbedaan pengajuan anggaran yang cukup

signifikan untuk tahun 2010, dimana jumlah anggaran yang diajukan

untuk tahun 2010 adalah Rp. 2.194.295.000,- dan jumlah anggaran

yang dialokasikan untuk penanganan perkara tindak pidana pada

tahun 2009 adalah Rp. 1.617.572.000,-.

b. Perencanaan terkait dengan target kuantitas dan kualitas perkara

tindak pidana tidak didasarkan pada data riil trend kriminalitas yang

terjadi, buktinya adalah bahwa berdasarkan data crime total (CT) dan

crime clearence (CC) pada Sat Reskrim Polresta Malang yaitu :

1) Sat Reskrim : CT=888 kasus; CC=497 kasus.

2) Unit Reskrim Polsek Lowokwaru : CT=312 kasus; CC=138 kasus.

3) Unit Reskrim Polsek Kedung Kandang: CT=179 kasus; CC=90

kasus.

4) Unit Reskrim Polsek Klojen : CT=168 kasus ; CC=107 kasus.

5) Unit Reskrim Polsek Sukun : CT=233 kasus ; CC=118 kasus.

6) Unit Reskrim Polsek Blimbing : CT=129 kasus ; CC=82 kasus

Secara keseluruhan, maka jumlah perkara tindak pidana (crime total)

yang ditangani Polresta Malang pada tahun 2009 adalah 1909 kasus

dan yang berhasil diselesaikan (crime clearence) adalah 1032 kasus.

Berdasarkan data tersebut, maka nampak sekali adanya ketimpangan

antara realita kondisi crime total serta crime clearence perkara tindak

pidana tahun 2009 yang seharusnya dijadikan dasar perencanaan

dan penganggaran kegiatan penyelidikan dan penyidikan tindak

pidana oleh Polresta Malang dalam periode tahun 2010. Oleh karena

itu penetapan kuantitas dan kualitas perkara yang akan ditangani

dalam naskah Renja Polresta Malang tahun 2010 tersebut hanya

terkesan sebagai formalitas belaka dan belum menyentuh

8

Page 9: Paper Rengar Sat Reskrim Resta Malang

permasalahan riil dalam pelaksanaan perencanaan dan

penganggaran dimaksud.

c. Perencanaan hanya dilaksanakan oleh para personel yang bertugas

di Subbag Ren Bag Min Polresta Malang dan tidak melibatkan para

pihak terkait lainnya terutama para Ka Sub Satker (Kasat, Kapolsek,

Kabag, dll) yang merupakan pihak-pihak yang berkompeten dalam

pelaksanaan kegiatan-kegiatan kepolisian dan penggunaan

anggaran.

d. Realisasi anggaran yang diterima oleh para penyidik dan penyidik

pembantu pada Sat Reskrim dan Unit Reskrim Polsek Jajaran

Polresta Malang tidak sesuai dengan sebagaimana yang dilaporkan

dalam LAKIP maupun sebagaimana yang diusulkan dalam Renja.

Dalam pelaksanaan pencairan anggaran penyelidikan dan penyidikan

masih terjadi praktek-praktek korupsi dimana anggaran yang

diturunkan oleh kuasa pengguna anggaran (Kapolres) hanya berkisar

40%-50% dari keseluruhan jumlah anggaran yang seharusnya

menjadi hak dari para penyidik dan penyidik pembantu sedangkan

sisanya digunakan oleh kuasa pengguna anggaran untuk “keperluan

lainnya” yang tidak terkait dengan kegiatan penyelidikan dan

penyidikan.

e. Hingga saat ini, masih terjadi rekayasa laporan terkait dengan jumlah

tindak pidana yang terjadi (crime total) dan jumlah tindak pidana yang

berhasil diselesaikan (crime clearence) oleh Sat Reskrim dan Unit

Reskrim Polsek Jajaran Polresta Malang sehingga data-data yang

dilaporkan bukan merupakan data riil yang benar melainkan

merupakan dark number yang tidak dapat dipertanggungjawabkan

validitasnya.

f. Dukungan berupa peralatan untuk kegiatan penyelidikan dan

penyidikan tidak mendapatkan perhatian yang optimal dalam hal

pemenuhannya sehingga banyak menimbulkan penyimpangan yang

dilakukan oleh para penyidik dan penyidik pembantu, antara lain : 1)

untuk memenuhi kebutuhan akan komputer, maka penyidik dan

penyidik pembantu melakukan upaya pemerasan maupun pungli

untuk mendapatkan sejumlah uang yang kemudian digunakan untuk

9

Page 10: Paper Rengar Sat Reskrim Resta Malang

membeli komputer; 2) untuk memenuhi kebutuhan akan kendaraan

bermotor, maka para penyidik dan penyidik pembantu memenuhinya

dengan cara menggunakan kendaraan bermotor yang merupakan

barang bukti dalam suatu perkara tindak pidana; dll.

g. dll.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Berdasarkan kondisi riil aspek perencanaan dan penganggaran yang

telah dilaksanakan oleh Polresta Malang tersebut diatas, maka penulis

menganalisis bahwa tidak optimalnya perencanaan dan penganggaran

terhadap kegiatan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana yang

dilaksanakan oleh fungsi Reskrim Polresta Malang, antara lain disebabkan

beberapa faktor sebagai berikut :

a. Dalam perancangan dan penganggaran tersebut tidak diterapkan

prinsip-prinsip manajemen secara optimal, terutama prinsip SMART

(spesific, measureble, attainable, result oriented, time bound)1 yang

merupakan bagian dari konsep Management By Objectives (MBO)2.

Tidak diterapkannya prinsip-prinsip manajemen tersebut dapat

disebabkan antara lain dikarenakan para pihak yang terlibat dalam

penyusunan perencanaan dan penganggaran tidak menguasai

prinsip-prinsip manajemen dengan baik, melainkan hanya

menggunakan pedoman praktis dengan menyamakan format-format

sebelumnya sebagaimana “biasanya”3.

b. Dalam perencanaan dan penganggaran untuk pelaksanaan kegiatan

penyelidikan dan penyidikan dilaksanakan secara top down dengan

pelaksananya terdiri dari para staf Subbag Ren Bag Min Polresta

Malang. Seharusnya dalam perencanaan dan penganggaran tersebut

1 Prof. Dr. Wibowo, S.E., M. Phil., Manajemen Kinerja, Rajawali Press, Jakarta, 2007, hal. 50. Spesific, artinya sasaran kinerja dinyatakan dengan jelas, singkat dan mudah dimengerti; Measureble, artinya sasaran kinerja dapat diukur dan dikuantifikasi; Attainabel, artinya sasaran kinerja bersifat menantang, tetapi masih dapat terjangkau; Result Oriented, artinya sasaran kinerja berfokus pada hasil untuk dicapai; Time-bound, artinya pencapaian sasaran kinerja ada batas waktu dan dapat dilacak, dapat dimonitor progresnya terhadap sasaran untuk dikoreksi.

2 Do Media, Efektivitas Iklan Partai Dalam Pemilu 2009 Pada Media Masa, diakses dari situs : http://dumadimengguggat.blogspot.com/, pada tanggal 24 Februari 2010. Deskripsi MBO menerangkan secar obyektif dari setiap kader dan membandingkan dan langsung selalu menggambarkan kinerja yang obyektif yang diatur. Peningkatan kinerja organisasional dengan menerapkan sasaran organisasi dengan obyektif dari subordinat melalui Organisasi. Idealya, kader memiliki kekuatan yang memasuk diidentifikasi secara obyektif, tepat dan lengkap, dan sebagainya. Prinsip Management by Objectives (manajemen berdasarakan sasaran) adalah : Melalui tujuan organisasi (Cascading of organizational goals and objectives), Spesifikasi sasaran bagi anggota (Specific objectives for each member), membuat keputusan yang partisipatif (Participative decision making), periode waktu eksplisit (Explicit time period), dan evaluasi kinerja dan menghasilkan umpan balik (Performance evaluation and provide feedback).

3 Yang dimaksud penulis yaitu bahwa anggota Polri secara umum cenderung menggunakan acuan kerja berdasarkan kebiasaan yang dilakukan secara turun-temurun dari anggota Polri yang senior kepada yuniornya tanpa mau tau terhadap konsep dasar sebenarnya dalam pelaksanaan suatu jenis pekerjaan.

10

Page 11: Paper Rengar Sat Reskrim Resta Malang

dilaksanakan secara partisipatif dengan melibatkan pihak-pihak

terkait yang berkompeten, seperti Kasat Reskrim, para Kanit Reskrim

Polsek Jajaran, dsb, dalam rangka menyerap masukan-masukan

terkait dengan berbagai aspek perencanaan dan penganggaran

tersebut sehingga dapat dihasilkan suatu Renja yang optimal karena

perencanaan dan penganggarannya tidak melulu dilaksanakan

secara top down, melainkan juga secara bottom up.

c. Dalam perencanaan dan penganggaran tersebut tidak diterapkan

prinsip-prinsip good governance4 secara optimal.

d. Tidak adanya keberanian dari para penyidik dan penyidik pembantu

untuk mengungkapkan penyimpangan terkait dengan penggunaan

anggaran penyelidikan dan penyidikan oleh kuasa pengguna

anggaran serta pihak-pihak lainnya. Hal tersebut menyebabkan

penyimpangan dimaksud berlangsung secara terus menerus dari satu

kuasa pengguna anggaran (pejabat lama) kepada yang lainnya

(pejabat baru).

e. Tidak optimalnya pelaksanaan pengawasan dan pengendalian,

terutama melalui kegiatan supervisi, baik secara internal oleh Itwasda

dan Itwasum, maupun secara eksternal, antara lain oleh BPK. Hal

tersebut dapat terjadi karena para pelaksana pengawasan dan

pengendalian secara umum masih berperilaku koruptif sehingga

dalam pelaksanaan tugasnya seringkali tidak obyektif akibat

“sejumlah uang” yang diterimanya dari Satker Polri yang sedang

diperiksa.

f. Tidak dilaksanakannya penindakan secara tegas dan keras sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan terhadap para pejabat Polri

yang telah terbukti melakukan korupsi oleh instrumen internal Polri

(Itwasum, Propam, dll), terutama hukum pidana, melainkan hanya

diberikan sanksi yang bersifat administratif terhadap pejabat

dimaksud. Hal ini akan menjadikan tidak adanya deterrence effect

bagi para pejabat Polri dalam melakukan korupsi anggaran.

g. dll.

4 Diakses dari situs : http://www.governance-indonesia.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=74, pada tanggal 24 Februari 2010. Prinsip-prinsip dalam good governance yaitu : Partisipasi Masyarakat, Tegaknya Supremasi Hukum, Transparansi, Peduli pada Stakeholder, Berorientasi pada Konsensus, Kesetaraan, Efektifitas dan Efisiensi, Akuntabilitas dan Visi Strategis.

11

Page 12: Paper Rengar Sat Reskrim Resta Malang

3. Upaya Optimalisasi

Dalam rangka mengoptimalkan perencanaan dan penganggaran

terhadap kegiatan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, maka

penulis selanjutnya hendak menyajikan beberapa langkah-langkah

konseptual dan praktis yang didasari dengan prinsip-prinsip keilmuan di

bidang manajemen, khususnya prinsip-prinsip perencanaan dan

penganggaran, serta diseduaikan dengan ketentuan perundang-undangan

yang berlaku di Indonesia, antara lain sebagai berikut :

a. Dalam penyusunan perencanaan kegiatan penyelidikan dan

penyidikan hendaknya dilaksanakan dengan berpedoman terhadap

tipe dari masing-masing kategori subyek yang direncanakan, yaitu

tujuan atau misi; sasaran; strategi-strategi; kebijaksanaan-

kebijaksanaan; prosedur-prosedur dan peraturan-peraturan; program-

program; serta anggaran-angaran. Perlu diperhatikan pula bahwa

tipe-tipe rencana dimaksud bersifat hierarkhis (hierarkhi rencana).5

b. Dalam penganggaran harus mengikuti ketentuan perundang-

undangan yang ditetapkan oleh pemerintah, mengingat Polri

termasuk salah satu organisasi di lingkungan pemerintah.

Penganggaran dimaksud juga harus tetap memperhatikan proses

pentahapan yang telah ditentukan dalam perundang-undangan,

antara lain : tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap

pertanggungjawaban.6

c. Dalam rangka mengeliminasi kerawananan potensi korupsi dalam

pengelolaan anggaran, maka dalam perencanaan dan penganggaran

suatu kegiatan organisasi pemerintah paling tidak harus mengacu

pada legislasi yang telah ditetapkan7, antara lain sebagai berikut :

1) UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2) UU No, 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan

3) UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung Jawab Keuangan Negara.

5 Karyoso, Manajemen Perencanaan dan Penganggaran, PTIK Press dan CV Restu Agung, Jakarta, 2005, hal. 17-19.6 Ibid., hal. 118-122.7 Endin AJ. Soefihara, Reformasi Pengelolaan Anggaran Negara : Sistem Penganggaran Berbasis Kinerja, Pustaka

Sinar Harapan, Jakarta, 2005, hal. 68.

12

Page 13: Paper Rengar Sat Reskrim Resta Malang

d. Dalam pelaksanaan perencanaan dan penganggaran hendaknya

dilakukan secara transparan dengan melibatkan pihak-pihak terkait

yang berkompeten dan jika perlu melakukan konsultasi terhadap ahli

di bidang perencanaan dan penganggaran sehingga produk dari

perencanaan dan penganggaran tersebut dapat optimal dalam

mendukung kegiatan yang akan dilakukan organisasi.

e. Penerapan reward and punishment secara tegas dan terukur, yaitu

apabila dalam perencanaan dan penganggaran tersebut dilakukan

secara optimal oleh suatu satuan kerja Polri, maka hendaknya

diberikan reward yang layak, baik terhadap instansinya maupun

personel yang terlibat di dalamnya, dan sebaliknya apabila terjadi

suatu penyimpangan, apalagi yang memasuki ranah hukum pidana,

maka selayaknya diterapkan punishment terhadap para personel

yang terlibat di dalamnya.

f. Polri harus membuka informasi seluas-luasnya terhadap publik terkait

dengan perencanaan dan penganggaran yang dilakukannya sehingga

diharapkan terjadi suatu social control dari publik terhadap satuan

kerja Polri dimana pun dalam rangka turut mencegah terjadinya

penyimpangan-penyimpangan.

g. Penyusunan mekanisme pengawasan dan pengendalian yang handal

sehingga tidak terdapat celah sedikit pun bagi pihak-pihak yang akan

melakukan upaya koruptif terkait dengan perencanaan dan

penganggaran tersebut.

III. KESIMPULAN

Kondisi riil perencanaan dan penganggaran kegiatan penyelidikan dan

penyidikan oleh Polresta Malang masih jauh dari sempurna, yaitu dengan

adanya temuan berupa fakta-fakta hasil studi dokumen dan observasi

pengalaman oleh penulis tentang penyimpangan-penyimpangan dalam hal

perencanaan dan penganggaran beserta pengelolaan anggaran tersebut.

Kondisi yang demikian tercipta akibat suatu kelemahan-kelemahan sistem yang

kompleks di tubuh Polri sebagaimana yang diuraikan penulis diatas, antara lain,

lemahnya pemahaman terhadap prinsip-prinsip manajemen; tidak ditaatinya

ketentuan perundang-undangan yang berlaku; perilaku koruptif pejabat yang

terlibat dalam perencanaan dan penganggaran, pejabat yang berperan untuk

13

Page 14: Paper Rengar Sat Reskrim Resta Malang

melakukan pengawasan dan pengendalian, dll; serta tidak transparannya

sistem perencanaan dan penganggaran tersebut.

Mekanisme perencanaan dan penganggaran yang memprihatinkan di

Polresta Malang tersebut sangat merugikan negara pada umumnya dan Polri

pada khususnya sehingga perlu ditempuh upaya-upaya guna memperbaikinya

melalui suatu sistem yang baik dan tepat. Dalam perbaikan dimaksud

diperlukan good will dari setiap elemen terkait di tubuh Polri, terutama pihak-

pihak yang berkompeten dalam perencanaan dan penganggaran tersebut.

Apabila perencanaan dan penganggaran kegiatan penyelidikan dan

penyidikan telah terlaksana dengan baik dan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan, maka niscaya Polri akan mampu mencapai

kepercayaan masyarakat dan terwujud pula transparansi yang dicanangkan

melalui program Quick Wins.

Jakarta, 25 Februari 2010

Penulis

HANDIK ZUSENNO. MHS. 6877

14

Page 15: Paper Rengar Sat Reskrim Resta Malang

DAFTAR PUSTAKA

1. Karyoso, Manajemen Perencanaan dan Penganggaran, PTIK Press dan CV

Restu Agung, Jakarta, 2005.

2. Wibowo, Manajemen Kinerja, Rajawali Press, Jakarta, 2007.

3. Soefihara, Endin AJ., Reformasi Pengelolaan Anggaran Negara : Sistem

Penganggaran Berbasis Kinerja, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta,

2005.

4. http://www.governanceindonesia.com/index2.php?option=com_content&dopdf=

1&id=74, diakses pada tanggal 24 Februari 2010.

5. Do Media, Efektivitas Iklan Partai Dalam Pemilu 2009 Pada Media Masa,

diakses dari situs : http://dumadimengguggat.blogspot.com/, pada

tanggal 24 Februari 2010.

15