SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/29082/1/3401412158.pdf · Guru Sosiologi, Kompetensi...
Transcript of SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/29082/1/3401412158.pdf · Guru Sosiologi, Kompetensi...
PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN GURU
DAN PELATIHAN KEGURUAN TERHADAP
KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SOSIOLOGI
SMA NEGERI DAN SWASTA DI KABUPATEN KUDUS
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sosiologi dan Antropologi
Oleh:
Lina Fauzul Muna
3401412158
JURUSAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia
Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Unnes pada:
Hari : Kamis
Tanggal : 29 Oktober 2016
Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II
Drs. Adang Syamsudin Sulaha, M.Si. Antari Ayuning Arsi, S.Sos., M.Si.
NIP. 19531013 198403 1 001 NIP. 19720616 200501 2 001
Mengetahui
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Jumat
Tanggal : 25 November 2016
Penguji Pertama Penguji Kedua Penguji Ketiga
Nurul Fatimah S.Pd, M.Si
NIP. 19830409200604 2 004
Antari A Arsi, S.Sos., M.Si.
NIP. 19720616200501 2 001
Drs. Adang S Sulaha, M.Si
NIP. 19531013198403 1 001
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau
seluruhya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, November 2016
Lina Fauzul Muna
NIM. 3401412158
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari
betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.
(Thomas Alva Edison)
Semua orang tidak perlu menjadi malu karena pernah berbuat kesalahan,
selama ia menjadi lebih bijaksana daripada sebelumnya.
(Kahlil Gibran)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
Kedua orang tua penulis, Bapak Drs. Nur hudlri dan Ibu Musrifatun yang tak
pernah lelah membimbing, mendoakan, memberi semangat dan kasih sayang
kepada penulis.
Keluarga besar pondok pesantren Assabilla
Orang-orang terdekat dan sahabat yang telah banyak memberikan semangat
dan motivasi.
Teman-teman UKM Rebana Modern Unnes angkatan 2012
Teman-teman Jurusan Sosiologi dan Antropologi UNNES angkatan 2012.
Almamater tercinta.
vi
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Latar
Belakang Pendidikan Guru dan Pelatihan Keguruan terhadap Kompetensi
Profesional Guru Sosiologi SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Kudus”,
yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Sosiologi dan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri
Semarang.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu, baik dalam pelaksanaan penelitian maupun penulisan
skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Fakhtur Rokhman, M.Hum., Rektor UNNES yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di UNNES.
2. Drs. Moh. Solehatul Mustofa, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Kuncoro Bayu Prasetyo, S.Ant., M.A., Ketua Jurusan Sosiologi dan
Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang yang telah
memberi masukan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi.
4. Nurul Fatimah, S.Pd, M.Si., selaku Dosen Penguji Utama yang telah
memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
vii
5. Drs. Adang Syamsudin Sulaha, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang
dengan penuh kesabaran telah membimbing, mengarahkan, menasehati dan
memotivasi dalam penulisan skripsi ini sampai akhir.
6. Antari Ayuning Arsi, S.Sos., M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang penuh
kesabaran telah membimbing, mengarahkan dan memotivasi sehingga
penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Seluruh guru Sosiologi SMA negeri dan swasta di Kabupaten Kudus yang
telah membantu penulis selama proses penelitian dan pengumpulan data.
8. Sahabat seperjuangan Puji, Ani, Ratna, Lina, Najma, Arini, Dan Ela.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu sejak awal penyusunan skripsi ini.
Semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis menjadi catatan
amalan baik serta mendapat pahala yang setimpal dari Allah SWT. Pada akhirnya
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Semarang, November 2016
Penulis
viii
SARI
Muna, Lina Fauzul. 2016. Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Guru dan
Pelatihan Keguruan terhadap Kompetensi Profesional Guru Sosiologi SMA
Negeri dan Swasta di Kabupaten Kudus. Skripsi. Jurusan Sosiologi dan
Antropologi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang. Dosen
Pembimbing Drs. Adang Syamsudin Sulaha, M.Si dan Antari Ayuning Arsi,
S.Sos., M.Si. 104 halaman
Kata Kunci: Guru Sosiologi, Kompetensi Profesional, Latar Belakang
Pendidikan, Pelatihan Keguruan
Kompetensi profesional merupakan kompetensi yang berkaitan dengan
kemampuan penguasaan materi pembelajaran, sehingga dibutuhkanlah guru yang
mumpuni dalam bidangnya. Akan tetapi, banyak guru yang yang belum memiliki
kesesuaian antara latar belakang pendidikan yang dimiliki dengan mata pelajaran
yang diampu. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan kompetensi
profesional guru tersebut salah satunya dengan mengikuti pelatihan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latar belakang pendidikan guru
dan pelatihan keguruan baik secara simultan maupun secara parsial terhadap
kompetensi profesional guru sosiologi SMA negeri dan swasta di Kabupaten
Kudus.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Populasi dalam penelitian
ini adalah guru sosiologi SMA negeri dan swasta di Kabupaten Kudus yang
berjumlah 30 guru. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
sampel jenuh karena populasi yang diteliti kecil. Metode pengambilan data yang
digunakan adalah adalah angket. Data yang diperoleh dianalisis dengan teknik
analisis regresi.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa: (1) Variabel
latar belakang pendidikan guru dan pelatihan keguruan secara parsial
mempengaruhi kompetensi profesional guru dengan kontribusi variabel latar
belakang pendidikan guru sebesar 8% dan kontribusi variabel pelatihan keguruan
sebesar 10,1%. Selanjutnya, variabel latar belakang pendidikan guru dan pelatihan
keguruan secara simultan mempengaruhi kompetensi profesional guru dengan
kontribusi sebesar 19% dan sisanya 81% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini. (2) Variabel pelatihan keguruan berpengaruh lebih
besar dibandingkan dengan variabel latar belakang pendidikan guru sehingga
terbuka peluang bagi guru non sosiologi untuk meningkatkan kompetensinya. (3)
masih banyak guru yang belum melakukan PTK dan jarang mengikuti MGPM. (4)
pelatihan dari lembaga pendidikan pemerintah lebih sering ditujukan pada sekolah
yang menjadi rujukan bagi sekolah lain ataupun lebih sering ditujukan pada guru-
guru yang memiliki status PNS.
Saran yang diajukan dalam penelitian ini yaitu (1) Hendaknya guru lebih
meningkatkan lagi keikutsertaannya dalam pelatihan terutama pelatihan dalam
kegiatan MGMP (2) Guru diharapkan lebih sering melakukan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) (3) Pihak sekolah diharapkan lebih rutin dalam megadakan pelatihan
ix
bagi para guru. (4) pihak pemerintah diharapkan melakukan pemetaan tekait
sekolah-sekolah atau guru-guru yang lebih membutuhkan pelatihan, (5) Pihak
MGMP Sosiologi diharapkan proaktif mengajak guru untuk mengikuti kegiatan
MGMP dan mengadakan pelatihan terkait dengan prosedur peaksanaan PTK
maupun pelatihan terkait dengan pengembangan keprofesionalan guru.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................ iii
PERNYATAAN ..................................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v
PRAKATA ............................................................................................................. vi
SARI ..................................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8
E. Definisi Operasional..................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR ...................... 13
A. Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan .............................................. 13
F. Deskripsi Teoritis ....................................................................................... 20
G. Landasan Teori ........................................................................................... 29
H. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 32
I. Hipotesis ..................................................................................................... 35
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 36
A. Populasi Penelitian ..................................................................................... 36
B. Sampel dan Teknik Sampling .................................................................... 36
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................................ 36
D. Alat dan Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 38
E. Validitas dan Reliabilitas Alat ................................................................... 42
F. Teknik Analisis Data .................................................................................. 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 58
A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 58
xi
1. Deskripsi Populasi Penelitian ................................................................. 58
2. Deskripsi Responden Penelitian ............................................................. 58
3. Deskripsi Latar Belakang Pendidikan Guru Sosiologi ........................... 60
4. Deskripsi Pelatihan Keguruan Guru Sosiologi ....................................... 62
5. Deskripsi Kompetensi Profesional Guru Sosiologi ................................ 67
6. Uji Prasyarat Analisis ............................................................................. 76
7. Analisis Regresi ...................................................................................... 82
8. Uji Hipotesis ........................................................................................... 86
9. Koefisien Determinasi ............................................................................ 89
B. Pembahasan ................................................................................................ 91
1. Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Guru terhadap Kompetensi
Profesional Guru Sosiologi ............................................................................ 91
2. Pengaruh Pelatihan Keguruan Terhadap Kompetensi Profesional Guru
Sosiologi ........................................................................................................ 93
3. Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Guru dan Pelatihan Keguruan
terhadap Kompetensi Profesional Guru Sosiologi ......................................... 94
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 98
A. Simpulan .................................................................................................... 98
B. Saran ........................................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 102
xii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1. Model kausalitas timbal-balik tiga sisi ............................................... 30
Bagan 2.2. Kerangka Berpikir ............................................................................... 34
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Rujukan Penilaian Latar Belakang Pendidikan .................................... 40
Tabel 3.2. Rujukan Penilaian Pelatihan Keguruan................................................ 40
Tabel 3.3. Rujukan Penilaian Kompetensi Profesional ......................................... 41
Tabel 3.4. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian .......................................... 45
Tabel 3.5. Kriteria Kompetensi Profesional .......................................................... 48
Tabel 4.1. Crosstab Responden Berdasarkan Status Sekolah dan
Latar Belakang Pendidikan ................................................................... 59
Tabel 4.2. Crosstab Latar Belakang Pendidikan Guru Sosiologi .......................... 61
Tabel 4.3. Crosstab Pelatihan Keguruan Guru Sosiologi ...................................... 64
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kompetensi Profesional Guru ............................ 67
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Indikator Penguasaan Materi Pembelajaran
yang Diampu ........................................................................................ 69
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Indikator Penguasaan SK Dan KD Mata Pelajaran
yang Diampu ........................................................................................ 70
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Indikator Pengembangan Materi Pembelajaran
Secara Kreatif ....................................................................................... 71
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Indikator Pengembangan Keprofesionalan Melaui
Tindakan Reflektif ................................................................................ 73
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Indikator Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk
Mengembangkan Diri ........................................................................... 75
Tabel 4.10. Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov ................................... 78
Tabel 4.11. Uji Linieritas Variabel Latar Belakang Pendidikan ........................... 79
Tabel 4.12. Uji Linieritas Variabel Pelatihan Keguruan ....................................... 79
Tabel 4.13. Uji Multikolinieritas ........................................................................... 80
Tabel 4.14. Analisis Regresi Linear Sederhana Latar Belakang Pendidikan ........ 83
Tabel 4.15. Analisis Regresi Linear Sederhana Pelatihan Keguruan.................... 84
Tabel 4.16. Analisis Regresi Linear Berganda ..................................................... 85
Tabel 4.17. Hasil Uji T Variabel Latar Belakang Pendidikan .............................. 86
Tabel 4.18. Hasil Uji T Variabel Pelatihan Keguruan .......................................... 87
xiv
Tabel 4.19. Hasil Uji Koefisien Regresi Simultan (Uji F) .................................... 88
Tabel 4.20. Hasil Uji Koefisien Determinasi Simultan (R2) ................................. 89
Tabel 4.21. Hasil Uji Koefisien Determinasi Parsial (r2) ...................................... 90
xv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1. Uji Normalitas dengan Grafik Normal P-P Plot ................................. 77
Grafik 4.2. Uji Heteroskedastisitas dengan Grafik Scatterplot ............................. 81
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Sekolah Penelitian ......................................................... 105
Lampiran 2. Daftar Responden Penelitian ..................................................... 106
Lampiran 3. Hasil Uji Realibilitas Angket .................................................... 107
Lampiran 4. Kisi-Kisi Intrumen Penelitian .................................................... 108
Lampiran 5. Angket Penelitian ...................................................................... 110
Lampiran 6. Surat-Surat ................................................................................ 115
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003
menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Melalui bidang pendidikan inilah diharapkan pendidik mampu
mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas serta sesuai dengan
harapan masyarakat, bangsa dan negara.
Berbicara mengenai kualitas pendidikan tentunya tidak bisa lepas dari
kualitas pendidiknya. Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, yang
dimaksud dengan guru berkualitas adalah guru yang profesional. Guru yang
profesional yaitu guru yang dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan
memiliki kompetensi profesional. Kompetensi profesional merupakan
kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing
peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar
nasional (Rifa’i dan Anni, 2012: 9). Seiring dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi, kompetensi profesional juga perlu
dikembangakan agar kualitas guru semakin meningkat.
2
Perkembangan kompetensi profesional setiap guru tentunya berbeda-
beda, tergantung pada faktor individu itu sendiri serta kualifikasi akademik
yang dimilikinya. Faktor individu itu sendiri dapat dilihat dari motivasi guru
untuk mau berkembang. Sedangkan pada faktor kualifikasi akademik dapat
dilihat pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa guru sebagai pendidik harus
memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV)
atau sarjana (S1), latar belakang pendidikan tinggi dengan program
pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan serta memiliki
sertifikat profesi guru. Standar pendidikan ini tentunya berlaku bagi semua
guru pada setiap jenjang pendidikan, termasuk jenjang pendidikan SMA baik
negeri maupun swasta.
Semenjak ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Pendidikan Nasional pada tanggal 16 Mei 2005, masih
banyak guru yang belum memenuhi ketentuan sebagai pendidik terutama
pada kesesuaian antara latar belakang pendidikan guru dengan mata pelajaran
yang diampu. Berdasarkan data kementrian pendidikan nasional, sebanyak
873.650 guru pada jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah tidak
memiliki kesesuaian antara latar belakang pendidikan atau ijazah yang
dimiliki dengan mata pelajaran yang diampu. Dari total 873.650 guru yang
tidak memiliki kesesuaian antara latar belakang pendidikan guru dengan mata
pelajaran yang diampunya, paling banyak ditemukan di jenjang sekolah
3
menengah yaitu sebanyak 49,24% atau sekitar 252.947 guru (Kompas, 19 Juli
2011).
Ketidaksesuaian tersebut juga memberikan dampak pada penguasaan
materi guru. Berdasarkan pengujian Departemen Pendidikan Nasional pada
tahun 2004 terhadap tingkat kelayakan dan kompetensi guru, rata-rata hasil
tes guru pada saat ujian mata pelajaran yang diampu berada di bawah 25%
(Kompas, 19 Juli 2011). Jika hal ini dibiarkan terus-menerus, maka kualitas
pendidikan dapat semakin menurun.
Beberapa upaya telah dilakukan untuk mengurangi dampak dari
permasalahan tersebut, salah satunya adalah pengadaan pelatihan yang
dilakukan oleh pihak pemerintah maupun pihak sekolah. Pelatihan adalah
suatu proses yang meliputi serangkaian tindakan (upaya) yang dilaksanakan
dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang
dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang
pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktivitas dalam
suatu organisasi (Hamalik, 2007: 10).
Pihak pemerintah tentu memiliki peran yang penting dalam pengadaan
pelatihan keguruan. Oleh karena itu, dibentuklah sebuah Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) yang bernaung di bawah Depdiknas.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan Nomor 37 Tahun
2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjamin Mutu
4
Pendidikan, yang disebut LPMP adalah unit pelaksana teknis kementrian
pendidikan dan kebudayaan yang bertugas menjamin mutu pendidikan di
tingkat provinsi. Untuk menjalankan tugas tersebut, pihak LPMP berupaya
mengadakan berbagai pelatihan maupun program yang dapat menunjang
kompetensi guru seperti training of trainer, diklat multimedia, diklat
kurikulum, program UKG/MGMP dan lain-lain. Selain pihak pemerintah,
peran pihak sekolah juga sangat diperlukan dalam mengadakan pelatihan
yang tentunya disesuaikan dengan kebutuhan guru di sekolah tersebut.
Adanya peran pihak pemerintah maupun pihak sekolah dalam
mengadakan pelatihan bertujuan pula dalam meningkatkan wawasan dan
kompetensi yang dimiliki guru, terutama kompetensi profesional guru. Hal ini
sejalan dengan pendapat Mulyawan (2012: 19) yang menyatakan bahwa
pelatihan merupakan bagian yang esensial dalam meningkatkan kompetensi
profesional guru. Saat ini, peningkatan kompetensi profesional guru sangat
diperlukan karena mengingat masih banyaknya guru yang belum memiliki
kesesuaian antara latar belakang pendidikan guru dengan mata pelajaran yang
diampu, salah satunya banyak terjadi pada guru pengampu mata pelajaran
sosiologi baik di SMA negeri maupun swasta. Berdasarkan hasil penelitian
Rochana (2012), guru sosiologi SMA negeri di Jawa Tengah yang benar-
benar memiliki latar belakang pendidikan sosiologi hanya 9,9% dari 1539
guru pengampu mata pelajaran sosiologi. Selanjutnya, sebesar 17,5% berlatar
belakang keilmuan geografi, 14% berlatar belakang keilmuan sejarah, 13,3%
berlatar belakang keilmuan PKn, dan selebihnya berlatar belakang keilmuan
5
bahasa, agama, ekonomi, IPA, BK, dan ada pula yang berlatar belakang dari
teknik elektro.
Tidak sedikit guru yang memiliki latar belakang pendidikan selain
sosiologi merasa bahwa sosiologi merupakan mata pelajaran yang mudah.
Hal ini karena, sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari interaksi manusia
dalam masyarakat yang pastinya sudah tidak sulit lagi bagi setiap orang untuk
memahaminya (Soekanto, 2006: 14). Perlu diingat bahwa dalam mempelajari
interaksi manusia, ilmu sosiologi tidak mempersoalkan baik atau buruknya
fakta yang ada dalam masyarakat, akan tetapi mencoba menjelaskan fakta
tersebut secara analistis (Soekanto, 2006: 13), sehingga diperlukanlah guru
yang benar-benar memiliki wawasan pengetahuan yang luas dan mendalam
mengenai sosiologi. Luas dan mendalamnya pengetahuan yang dimiliki guru
juga menjadi salah satu penentu hasil belajar siswa (Purwanto, 2010: 104-
105). Oleh karena itu, diperlukanlah guru yang memiliki latar belakang
pendidikan sosiologi sehingga dapat memberikan wawasan ilmu pengetahuan
yang lebih mendalam saat proses belajar mengajar.
Guru sosiologi yang sudah memilki kesesuain latar belakang
pendidikan maupun yang belum memiliki kesesuaian latar belakang
pendidikan dengan mata pelajaran yang diampu tetap sama-sama perlu
mengikuti pelatihan. Hal ini dikarenakan tugas seorang guru, termasuk guru
sosiologi, dituntut untuk selalu berkembang seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (Danim, 2002:38). Selain mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi, kompetensi guru pun perlu dikembangkan.
6
Tuntutan untuk mengembangkan kompetensi guru sosiologi tentunya
sangat penting bagi semua guru sosiologi di berbagai daerah, tidak terkecuali
guru sosiologi SMA negeri dan swasta di Kabupaten Kudus. Berdasarkan
observasi awal di beberapa SMA negeri dan SMA swasta di Kabupaten
Kudus dengan melakukan wawancara pada guru yang mengampu mata
pelajaran sosiologi, masih banyak ditemukan guru yang tidak memiliki
kesesuaian antara mata pelajaran yang diampu dengan kualifikasi akademik
yang ditempuh pada saat di perguruan tinggi terutama guru yang mengajar di
SMA swasta. Banyak di antara guru tersebut berasal dari jurusan ekonomi,
PKn, maupun sejarah. Hal ini terjadi karena masih banyaknya anggapan
bahwa mata pelajaran sosiologi merupakan mata pelajaran yang mudah untuk
dipelajari sehingga siapapun merasa mampu untuk mengajar mata pelajaran
sosiologi.
Selain banyak ditemukan guru yang belum memiliki kualifikasi
akademik yang sesuai, ternyata dalam kegiatan MGMP Sosiologi masih ada
beberapa guru, terutama guru swasta yang mengajar sosiologi yang belum
mengikuti kegiatan MGMP Sosiologi bahkan belum tercatat sebagai anggota
MGMP Sosiologi. Ketidakikutsertaan mereka dalam kegiatan MGMP
Sosiologi menjadikan beberapa upaya guna meningkatkan kompetensi guru
sosiologi tidak menyebar secara merata. Berdasarkan hasil wawancara awal
dengan beberapa guru di SMA negeri maupun swasta di Kabupaten Kudus,
ketidakikutsertaan beberapa guru dalam kegiatan MGMP Sosiologi maupun
belum tercatatnya beberapa guru sebagai anggota MGMP Sosiologi karena
7
guru tersebut tidak memiliki latar belakang pendidikan sosiologi sehingga
tidak merasa perlu bergabung atau mengikuti kegiatan MGMP Sosiologi
meskipun guru tersebut mengajar sosiologi. Selain itu, hasil wawancara
dengan guru sosiologi pada salah satu sekolah swasta di Kabupaten Kudus
meyatakan bahwa kesibukan beberapa guru yang mengejar target jam
mengajar menjadikan guru tidak bisa mengikut kegiatan MGMP Sosiologi
serta peran pihak beberapa sekolah yang masih kurang maksimal dalam
mengadakan pelatihan keguruan guna meningkatkan kompetensi guru.
Berdasarkan kondisi tersebut, peneliti pun tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Guru dan
Pelatihan Keguruan terhadap Kompetensi Profesional Guru Sosiologi SMA
Negeri dan Swasta di Kabupaten Kudus”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian masalah yang telah diungkapkan, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Seberapa besar pengaruh latar belakang pendidikan guru terhadap
kompetensi profesional guru sosiologi SMA negeri dan swasta di
Kabupaten Kudus?
2. Seberapa besar pengaruh pelatihan keguruan terhadap kompetensi
profesional guru sosiologi SMA negeri dan swasta di Kabupaten Kudus?
8
3. Seberapa besar pengaruh latar belakang pendidikan guru dan pelatihan
keguruan terhadap kompetensi profesional guru sosiologi SMA negeri dan
swasta di Kabupaten Kudus?
C. Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh latar belakang pendidikan guru terhadap
kompetensi profesional guru sosiologi SMA negeri dan swasta di
Kabupaten Kudus.
2. Untuk mengetahui pengaruh pelatihan keguruan terhadap kompetensi
profesional guru sosiologi SMA negeri dan swasta di Kabupaten Kudus.
3. Untuk mengetahui pengaruh latar belakang pendidikan guru dan pelatihan
keguruan terhadap kompetensi profesional guru sosiologi SMA negeri dan
swasta di Kabupaten Kudus.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi yang
bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis, yakni sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
pengembangan teori-teori atau konsep-konsep khususnya terkait dengan
latar belakang pendidikan, pelatihan keguruan, dan kompetensi
profesional guru.
9
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi nyata pada
guru bidang studi sosiologi dan bidang studi lain pada umumnya
sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam meningkatkan
kompetensi profesionalnya.
b. Bagi lembaga terkait
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
evaluasi dan masukan dalam upaya meningkatkan kompetensi
profesional guru.
c. Bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
E. Definisi Operasional
1. Latar Belakang Pendidikan Guru
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan
merupakan usaha dasar bagi seseorang untuk mengembangkan potensi
dirinya melalui jalur pendidikan yang terstruktur. Pada dunia kerja,
pendidikan sering digunakan sebagai tolak ukur untuk mencerminkan
kecerdasan keterampilan seseorang. Hal ini juga berlaku pada profesi
seseorang sebagai guru.
Pekerjaan sebagai seorang guru sebenarnya tidak bisa dilakukan
oleh sembarang orang. Perlu syarat-syarat tertentu untuk menjadi seorang
10
guru. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Pendidikan Nasional, guru sebagai pendidik harus memiliki
kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau
sarjana (S1), latar belakang pendidikan tinggi dengan program
pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan serta
memiliki sertifikat profesi guru. Pendapat lain dari R.D. Lansbury (dalam
Danim, 2002: 26) menyatakan bahwa, guru yang sesungguhnya adalah
guru yang memiliki sebuah kekhususan penguasaan bidang keilmuan
tertentu. Oleh karena itu, kesesuaian antara ilmu yang dimiliki oleh guru
dengan mata pelajaran yang diampu sangatlah penting.
Adapun latar belakang pendidikan guru yang dimaksudkan dalam
penelitian ini adalah tingkat pendidikan yang telah ditempuh dan
kesesuaian antara latar belakang pendidikan guru dengan mata pelajaran
yang diampu.
2. Pelatihan Keguruan
Pelatihan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian tindakan
(upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian
bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga profesioanal
kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna
meningatkan efektivitas dan produktivitas dalam suatu organisasi
(Hamalik, 2007: 10). Pelatihan juga merupakan salah satu upaya untuk
mengembangkan diri seorang guru dalam dunia pendidikan. Melalui
11
pelatihan diharapkan guru dapat meningkatkan kompetensi yang
dimilikinya, sehingga dapat melaksanakan kewajibannya sebagai
pengajar dan pendidik peserta didik yang baik.
Adapun Pelatihan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
pelatihan keguruan yang memiliki tujuan dalam menunjang profesi dan
kompetensi seorang guru baik pelatihan dari pihak sekolah maupun
pemerintah seperti Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), teacher
training, workshop, pelatihan kurikulum, dan berbagai pelatihan lainnya.
3. Kompetensi Profesional
Menurut Mulyasa (2004: 37-38), kompetensi merupakan
perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kompetensi
tersebut harus dimiliki oleh setiap orang sesuai dengan profesinya, salah
satunya adalah seorang guru.
Berdasarkan Peraturan pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang
Standar Pendidikan Nasional pasal 28 ayat (3), seorang guru sebagai
agen pembelajaran harus memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan
kompetensi sosial. Adapun dalam penelitian ini, kompetensi yang
dimaksudkan adalah kompetensi profesional. Kompetensi profesional
merupakan kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan penguasaan
materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
12
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam standar nasional (Rifa’i dan Anni, 2012: 9).
Adapun kompetensi profesional yang dimaksudkan dalam
penelitian ini adalah kompetensi guru dalam menguasai materi,struktur,
konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang
diampu, menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran yang diampu, mengembangkan materi pembelajaran yang
diampu secara kreatif, mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan melalui tindakan reflektif, serta mampu memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri
(Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007).
4. Guru Sosiologi
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik (PP Nomor 74 Tahun 2008). Adapun dalam
penelitian ini, guru yang dimaksudkan adalah guru yang mengajar mata
pelajaran sosiologi pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) baik
negeri maupun swasta di Kabupaten Kudus.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan
Berbagai hasil penelitian mengenai latar belakang pendidikan guru,
pelatihan maupun kompetensi profesional guru sebelumnya telah banyak
diteliti. Oleh karena itu, berbagai penelitian terdahulu yang sesuai dengan
permasalahan yang diteliti menjadi literatur tambahan peneliti selain dari
buku maupun jurnal. Berikut ini merupakan penelitian-penelitian terdahulu
yang membahas mengenai latar belakang pendidikan guru, pelatihan maupun
kompetensi profesional guru.
Penelitian mengenai komepetsni profesiona guru pernah dilakukan
oleh Waluyanti (2010) dengan judul “Pernanan Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) Sosiologi dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional
Guru SMA”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran MGMP
Sosiologi dalam meningkatkan kompetensi profesional guru sosiologi SMA
di Kabupaten Sleman dengan merencanakan dan melaksanakan program
kinerjanya. Jenis penelitian ini adalah penelitian kulitatif deskriptif.
Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa beberapa program
materi yang telah direncanakan oleh MGMP Sosiologi Kabupaten Sleman
belum sepenuhnya mencakup aspek-aspek kompetensi profesional yang telah
ditetapkan oleh pemerintah, seperti belum adanya materi tentang
pengembangan silabus. Pengembangan silabus sangat diperlukan karena
14
masih banyak guru yang belum memilki kesesuaian latar belakang pendidikan
dengan mata pelajaran yang diampu. Selain itu, pihak MGMP memiliki
program jangka panjang yang diadakan satu tahun sekali untuk
mengembangkan teori dengan praktek di lapangan, akan tetapi program
tersebut tidak berjalan dengan lancar karena secara pribadi para anggota lebih
memilih untuk membagikan uang subsidi untuk keperluan pribadi daripada
melakukan studi lapangan. Selanjutnya, terdapat beberapa kendala dalam
pelaksanaan program diantaranya kemampuan guru yang belum cukup jauh
menjangkau mata pelajaran sosiologi, ketidakpastian kedatangan narasumber,
serta kekurangan dana. Dalam mengatasi masalah tersebut, pihak MGMP
sosiologi Kabupaten Sleman melakukan solusi dengan mengadakan pelatihan
atau seminar dengan mengundang narasumber ahli.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Waluyanti dengan
penelitian ini terletak pada variabel terikat yaitu sama-sama menggunakan
variabel kompetensi profesional guru. Perbedaan pada penelitian Waluyanti
dengan penelitian ini terletak pada variabel bebas. variabel bebas dalam
penelitian Waluayanti lebih memfokuskan pada peran MGMP sedangkan
dalam penelitian ini menggunakan variabel pelatihan keguruan.
Jahangir dkk (2012) dengan judul “Pelatihan yang Menjadi Faktor
Perubahan Kinerja Guru di Pakistan”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dampak mengikuti pelatihan mengenai konsep guru yang baik.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan
analisis t-test yang bertujuan untuk membandingkan sampel sebelum dan
15
sesudah dilakukan penelitian. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara respon peserta sebelum dan
sesudah pelatihan mengenai konsep guru yang baik dalam hal kepribadian,
pengetahuan, kemampuan komunikasi dan komitmen.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Jahangir dkk dengan
penelitian ini terletak pada variabel bebas yaitu sama-sama menggunakan
variabel pelatihan. Perbedaan pada penelitian Jahangir dkk dengan penelitian
ini terletak pada fokus penelitian yang melihat pengaruh pelatihan terhadap
kinerja guru, sedangkan dalam penelitian ini berfokus pada pengaruh
pelatihan terhadap kompetensi profesional guru.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Sukmandari (2012) tentang
pengaruh motivasi berprestasi dan partisipasi guru dalam MGMP terhadap
kompetensi profesional guru matematika SMP di Kabupaten Jepara. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan analisis
regresi. Kompetensi profesional guru dipengaruhi oleh banyak faktor di
antaranya motivasi, sikap guru, kinerja guru, tingkat kesejahteraan guru,
sarana prasarana, budaya kerja, dan lain-lain. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif motivasi berprestasi dan
partisipasi guru dalam MGMP terhadap kompetensi profesional guru baik
secara simultan (bersama) maupun parsial (terpisah).
Persamaan penelitian Sukmandari dengan penelitian ini terletak pada
fokus penelitian, yaitu sama-sama mengkaji mengenai kompetensi
profesional guru. Adapun perbedaan penelitian Sukmandari dengan penelitian
16
ini terletak pada variabel bebas dan subjek penelitian. Variabel bebas pada
penelitian sebelumnya adalah motivasi berprestasi dan partisipasi guru dalam
MGMP, sedangkan dalam penelitian ini adalah latar belakang pendidikan
guru dan pelatihan guru. Subjek penelitian Sukmandari adalah guru
matematika SMP di Kabupaten Jepara, sedangkan dalam penelitian ini adalah
guru sosiologi SMA di Kabupaten Kudus.
Penelitian mengenai keterkaitan antara latar belakang pendidikan guru
dengan pelatihan juga pernah dilakukan oleh Rappareni (2013) dengan judul
“Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Produktivitas Guru Yayasan
Jihadiyah Palembang”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuantitatif dengan analisi regresi. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat
pengaruh yang positif dan siginfikan antara variabel pendidikan dan pelatihan
terhadap variabel produktivitas guru pada Yayasan Pendidikan Jihadiyah
Palembang sebesar 94,6%. Hal ini sejalan dengan konsep bahwa melalui
pendidikan dan pelatihan maka produktivitas kerja akan meningkat, kualitas
produksi semakin baik karena technical skill dan managerial skill pegawai
yang semakin baik.
Persamaan penelitian yang dilakukan Rappareni dengan penelitian ini
adalah adanya persamaan pengunaan variabel pelatihan. Perbedaan penelitian
yang dilakukan Rappareni dengan penelitian ini terletak pada variabel terikat
dan subjek penelitian. Penelitian yang dilakukan Rappareni menggunakan
variabel terikat produktifitas guru, sedangkan dalam penelitian ini adalah
kompetensi profesional guru. Subjek pada penelitian Rappareni adalah guru
17
di Yayasan Jihadiyah Palembang, sedangkan dalam penelitian ini adalah guru
sosiologi SMA di Kabupaten Kudus.
Penelitian selajutnya dilakukan oleh Aziz dan Mahar (2014) dengan
judul “Impact of Training on Teachers Competensies at Higher Education
Level in Pakistan”. Subjek dalam penelitian ini adalah dosen di Universitas
Punjab Pakistan. Penelitian ini bertujuan mendiagnosa dampak program
pengembangan profesional fakultas pada kompetensi pendidik. Metode yang
digunakan adalah metode eksperimen dengan membagi sampel ke dalam dua
kelas di mana satu kelas diberi perlakuan berupa pelatihan sedangkan kelas
yang lainnya tidak diberi perlakuan. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa dosen yang berada pada kelas yang diberi pelatihan lebih kompeten
dari pada dosen yang tidak diberi perlakuan. Kualitas dan kompetensi guru
merupakan salah satu acuan unggul tidaknya kualitas pendidikan sebuah
negara, sehingga dengan adanya program pengembangan profesional fakultas
melalui pelatihan dapat meningkatkan kompetensi guru.
Persamaan penelitian Aziz dan Mahar dengan penelitian ini adalah
adanya persamaan dalam variabel pelatihan. Adapun perbedaan penelitian
yang dilakukan Aziz dan Mahar dengan penelitian ini terletak pada metode
dan subjek penelitian. penelitian yang dilakukan Aziz dan Mahar
menggunakan metode kuantitatif eksperimen sedangkan dalam penelitian ini
menggunakan metode kuantitaif non eksperimen. Subjek pada penelitian Aziz
dan Mahar dilakukan pada dosen di Universitas Punjabi Pakistan sedangkan
dalam penelitian ini dilakukan pada guru SMA di Kabupaten Kudus.
18
Penelitian mengenai latar belakang pendidikan guru juga pernah
dilakukan oleh Eviranti dkk (2014) dengan judul “Studi Komparatif
Kompetensi Pedagogik Guru PKn Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan”.
Subjek dalam penelitian adalah guru SMP swasta di Kecamatan Kedaton,
Bandar Lampung. Penelitian ini bertujuan menganalisis perbedaan
kompetensi pedagogik guru berlatar belakang PKn dan nonPKn. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode evaluatif. Adapun hasil dari
penelitian ini adalah guru berlatar belakang PKn dan nonPKn sebagian besar
memiliki kompetensi pedagogik yang baik dan tidak terdapat perbedaan
antara guru berlatar belakang PKn dan nonPKn dalam kompetensi pedagogik
guru. Hal ini dikarenakan guru yang berlatar belakang nonPKn juga
mengikuti dan melaksanakan pelatihan-pelatihan PKn walaupun dalam
beberapa bulan saja.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Eviranti dkk dengan
penelitian ini adalah sama-sama ingin mengetahui tentang latar belakang
pendidikan guru. Perbedaan penelitian yang dilakukan Eviranti dkk dengan
penelitian ini adalah terletak pada fokus penelitian dan subjek penelitian.
Penelitian yang dilakukan Eviranti dkk berfokus pada latar belakang
pendidikan guru terhadap kompetensi pedagogik guru, sedangkan fokus
dalam penelitian ini adalah pengaruh latar belakang pendidikan guru dan
pelatihan terhadap kompetensi profesional guru. Subjek pada penelitian
Eviranti dkk adalah guru PKn, sedangkan dalam penelitian ini adalah guru
sosiologi.
19
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Rahmandani (2014)
dengan judul “Pengaruh Pelatihan, Pengembangan, dan Pengalaman Kerja
Terhadap Kompetensi Guru”. Subjek dalam penelitian ini adalah guru SMA
Muhammadiyah 2 Surabaya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh secara parsial, simulan, dan dominan antara pelatihan,
pengembangan, dan pengalaman kerja terhadap kompetensi guru di SMA
Muhammadiyah 2 Surabaya. Metode dalam penelitian ini adalah kuantitatif
deskriptif. Adapun hasil penelitian ini adalah secara simultan terdapat
pengaruh yang signifikan antara variabel pelatihan, pengembangan, dan
pengalaman kerja terhadap kompetensi guru yaitu sebesar 78,1%. Secara
parsial hanya variabel pelatihan dan pengalaman kerja yang berpengaruh
terhadap kompetensi. Hasil dari penelitian juga menunjukkan bahwa
pengalaman kerja memiliki pengaruh dominan terhadap kompetensi guru
sebesar 30,6%.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Rahmandani dengan
penelitian ini adalah terletak sama-sama ingin mengetahui pengaruh pelatihan
terhadap kompetensi guru. Adapun perbedaan antara penelitian Rahmandani
dengan penelitian ini adalah pada variabel bebas yaitu selain menggunakan
variabel pelatihan, pada penelitian Rahmandani juga menggunakan variabel
pengembangan dan pengalaman kerja, sedangkan dalam penelitian ini
menggunakan variabel latar belakang pendidikan guru.
20
F. Deskripsi Teoritis
1. Kompetensi Profesional Guru
a) Pengertian Kompetensi
Pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan dan
kecakapan (Uno, 2008: 62). Dapat dikatakan bahwa seseorang yang
memiliki kompetensi di bidang tertentu dapat juga menguasai
kecakapan dengan bidang pekerjaan yang dimilikinya, salah satunya
adalah menjadi seorang guru. Berdasarkan Undang-Undang No. 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi adalah
seperangkat pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.
Pendapat lain dari Mulyasa (2004: 37-38), kompetensi
merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap
yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Pada
sistem pengajaran, kompetensi digunakan untuk mendeskripsikan
kemampuan profesional. Kompetensi ini dapat diperoleh melalui
pendidikan, pelatihan dan pengalaman lain sesuai tingkat
keprofesionalan.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
kompetensi merupakan perpaduan seperangkat pengetahuan,
ketrampilan, perilaku, sikap, pikiran dan nilai yang harus dimiliki,
dihayati dan dikuasai guru yang bersumber dari pendidikan,
21
pelatihan dan pengalaman sehingga dapat menjalankan tugasnya
dengan profesional.
b) Kompetensi Guru
Seorang guru memiliki tugas dan kewajiban untuk mengajar
dan mendidik peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional. Seorang guru dalam menunjang tugasnya harus memiliki
kompetensi. Kompetensi ini harus dimiliki oleh seorang guru sebagai
kemampuan, kecakapan dan ketrampilan mengelola pendidikan.
Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam
melaksanakan kewajiban secara bertanggung jawab dan layak
(Usman, 2006: 14).
Menurut Sahertian (1994: 73), kompetensi guru adalah
kemampuan melakukan tugas mengajar dan mendidik yang
diperoleh melalui pendidikan dan latihan. Selain itu, Suparlan (2006:
85) berpendapat bahwa kompetensi guru merupakan kombinasi
kompleks dari pengetahuan, sikap, ketrampilan dan nilai-nilai yang
ditujukkan guru dalam konteks kinerja yang diberikan kepadanya.
Mengingat betapa pentingnya kompetensi dalam diri seorang guru,
maka tidak salah jika kompetensi merupakan salah satu syarat yang
harus dimiliki guru untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
(PP Nomor 74 Tahun 2008).
Berdasarkan uraian di atas, kompetensi guru dapat diartikan
sebagai kemampuan seorang guru berupa pengetahuan, sikap,
22
ketrampilan dan nilai-nilai yang diperoleh melalui pendidikan dan
pelatihan sehingga dapat melaksanakan kewajiban dan tugasanya
secara bertanggung jawab dan layak.
c) Kompetensi Profesional Guru
Berdasarkan Pertauran Pemerintah No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Pendidikan Nasional pasal 28 ayat (3), kompetensi
yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai agen pembelajaran
adalah sebagai berikut:
1) Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik meliputi pemahaman terhadap
peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dimilikinya.
2) Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan
bagi peserta didik dan berakhlak mulia.
3) Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan-
nya membimbing peserta didik mememenuhi standar
kompetensi yang ditetapkan.
4) Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian
dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif
23
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
Tanpa mengabaikan kompetensi yang lainnya, kompetensi
yang harus dimiliki oleh guru profesional adalah kompetensi
profesional. Kompetensi profesional dirasa sangat penting dalam
menunjang keprofesionalan seorang guru karena kompetensi ini
mencakup kemampuan pengelolaan pembelajaran serta penguasaan
materi yang diajarakan oleh guru kepada peserta didik.
Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan
materi pelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup
penguasaan materi kurikulum, materi pelajaran di sekolah, dan
subtansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan
terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. Pendapat lain dari
Arikunto (1993: 239) menjelaskan bahwa kompetensi profesional
berarti guru harus memiliki pengetahuan yang luas serta mendalam
tentang bidang studi yang diajarkan, serta penguasaan metodologi
dalam arti memiliki konsep teoritik, mampu memiliki metode yang
tepat, serta mampu menggunakan dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 dijelaskan
tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru guna
24
menunjang kompetensi profesional guru. Adapun kompetensi
profesional meliputi:
a) Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan
yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
Guru diharapkan mampu memahami materi, struktur, dan pola
pikir yang mendukung ilmu pengetahuan mata pelajaran yang
diampu serta mampu menunjukkan manfaat mata pelajaran yang
diampu.
b) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu.
Guru diharapkan mampu memahami standar kompetensi mata
pelajaran yang diampu, mampu memahami kompetensi dasar
mata pelajaran yang diampu serta mampu memahami tujuan
pembelajaran yang diampu.
c) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara
kreatif.
Guru diharapkan mampu memilih materi pembelajaran yang
diampu sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik serta
mampu mengolah materi pelajaran yang diampu secara kreatif
sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
d) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif.
25
Guru diharapkan mampu melakukan refleksi terhadap kinerja
sendiri secara terus menerus, mampu memanfaatkan hasil
refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan, mampu
melakukan penelitian tindakan kelas, serta mampu mengikuti
kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber.
e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri.
Guru diharapkan mampu memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi dalam berkomunikasi serta mampu memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri.
Berdasarkan beberapa pengertian mengenai kompetensi
profesional guru dan aspek-aspek yang terkandung di dalamnya,
maka definisi konsep kompetensi profesional guru merupakan
kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam
yang meliputi kemampuan guru dalam penguasaan materi
pembelajaran secara kreatif, mampu mengembangkan keprofesional-
an dengan tindakan reflektif serta dapat memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi. Adapun indikator kompetensi profesional
dalam penelitian ini sesuai dengan Permendiknas Nomor 16 Tahun
2007.
2. Latar Belakang Pendidikan Guru
Pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
diartikan sebagai usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana
26
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara. Pendidikan dapat ditempuh melalui dua jalur, yaitu pendidikan
formal dan pendidikan non formal. Adapun pendidikan yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah pendidikan jalur formal.
Menurut UU Nomor 20 Tahun 2005, Pendidikan formal
merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri
atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Pada dunia kerja, pendidikan sering digunakan sebagai tolak ukur untuk
mencerminkan kecerdasan ketrampilan seseorang. Hal ini juga tentunya
berlaku pada profesi seseorang sebagai guru.
Pekerjaan sebagai seorang guru sebenarnya tidak bisa dilakukan
oleh sembarang orang, diperlukan syarat-syarat khusus untuk menjadi
seorang guru. Seorang guru yang profesional, harus menguasai betul
seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu
pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa
pendidikan tertentu (Usman, 2006: 5).
Guru yang memiliki tingkat pengetahuan dan kompetensi yang
memadai akan berpengaruh positif pada peserta didiknya, sehingga guru
tersebut dapat dikatakan sebagai guru yang profesional. Danim (2002:
30) menyatakan bahwa seorang guru dikatakan profesional atau tidak,
27
dapat dilihat dari dua prespektif. Pertama yaitu latar belakang pendidikan
dan yang kedua adalah penguasaan guru terhadap materi bahan ajar,
pengelolaan pembelajaran, pengelolaan siswa, pelaksanaan tugas
bimbingan, dan lain-lain.
Saat ini, profesionalisme guru dituntut untuk semakin
meningkat. sehingga semua guru diharapkan memiliki pendidikan
minimal sarjana (S1) tidak terkecuali guru pada tingkat SMA atau bentuk
lain yang sederajat. Guru pada SMA, atau bentuk lain yang sederajat
harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimal diploma empat
(D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata
pelajaran yang diajarkan atau diampu, dan diperoleh dari program studi
yang terakreditasi (Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pendidikan merupakan usaha sadar untuk mengembangkan potensi
manusia melalui jalur pendidikan yang terstruktur yang terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Pendidikan tersebut berkaitan dengan profesionalisme guru. Semakin
tinggi tingkat pendidikan seorang guru, maka semakin tinggi pula tingkat
profesionalitas guru tersebut. Adapun indikator yang digunakan untuk
mengukur latar belakang pendidikan guru berdasarkan Permendiknas
Nomor 16 Tahun 2007, yaitu tingkat pendidikan dan Kesesuaian program
studi.
28
3. Pelatihan Keguruan
Pelatihan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian
tindakan (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk
pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga
profesioanal kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu
guna meningkatkan efektivitas dan produktivitas dalam suatu organisasi
(Hamalik, 2007: 10). Sedangkan menurut Rae (dalam Sofyandi, 2008:
113), pelatihan adalah suatu usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya lebih efektif
dan efisien.
Pelatihan juga merupakan salah satu upaya untuk
mengembangkan diri seorang guru dalam dunia pendidikan. Melalui
pelatihan diharapkan guru dapat meningkatkan kompetensi yang
dimilikinya, sehingga dapat melaksanakan kewajibannya sebagai
pengajar dan pendidik dengan baik. Pelatihan juga dapat menjadi
kegiatan bagi seorang guru dalam memperbaiki maupun meningkatkan
kinerjanya (Danim, 2002: 47).
Berdasarkan Pedoman Penyusunan Portofolio 2009, maka
indikator yang dipakai untuk mengukur program pelatihan adalah:
a) Lama pelatihan, diukur berdasarkan lama jam atau hari yang
ditempuh selama pelatihan. Semakin lama guru mengikuti pelatihan
29
maka kemampuan dan ketrampilan guru akan bertambah sehingga
dapat menunjang peningkatan proses pembelajaran.
b) Tingkat pelatihan, diukur berdasarkan tingkat wilayah yang meliputi
tingkat kecamatan, tingkat kabupaten/kota, tingkat provinsi, tingkat
nasional, maupun tingkat internasional serta tingkat lokal (pelatihan
yang diadakan oleh pihak sekolah).
c) Relevansi, diukur berdasarkan kesesuaian pelatihan yang diikuti
guru antara kebutuhan, keadaan guru, dan perkembangan ilmu
pengetahuan.
G. Landasan Teori
Teori merupakan unsur penelitian yang memiliki peran yang besar
dalam menjelaskan fenomena yang terjadi. Teori juga berfungsi memperjelas
masalah yang diteliti (Sugiyono, 2013: 213). Penelitian ini menggunakan
teori kognitif sosial Albert Bandura.
1. Gagasan Utama
Teori kognitif sosial yang dikemukakan oleh Albert Bandura
menyatakan bahwa sebagian pembelajaran manusia terjadi dalam sebuah
lingkungan sosial. Lingkungan sosial memberi banyak kesempatan bagi
individu untuk mendapatkan ketrampilan, pengetahuan, keyakinan, sikap,
dan kemampuan yang kompleks. Ketrampilan, pengetahuan, keyakinan,
sikap, dan kemampuan didapatkan baik melalui pengalaman secara
langsung maupun melalui pengamatan terhadap orang atau model.
Pengamatan yang dilakukan individu terhadap orang atau model di
30
lingkungannya selanjutnya disesuaikan dengan dirinya dan tujuan yang
diharapkan (Schunk, 2012: 161-162).
2. Kerangka Konseptual
Teori kognitif sosial membuat beberapa asumsi tentang
pembelajaran dan praktik perilaku-perilaku. Asumsi-asumsi ini
membicarakan tentang interaksi-interaksi timbal balik antar manusia,
perilaku dan lingkungan; pembelajaran melalui praktik dan pengamatan;
serta peran pengaturan diri.
a. Interaksi-interaksi timbal balik
Bandura membuat sebuah kerangka perilaku manusia dalam
timbal-balik tiga sisi, yaitu antara pelaku, perilaku, dan lingkungan
(Schunk, 2012: 163). Orang menentukan atau mempengaruhi tingkah
lakunya dengan mengontrol lingkungan, tetapi orang juga dikontrol
oleh kekuatan lingkungan tersebut.
Bagan 2.1 Model kausalitas timbal-balik tiga sisi
Ketiga faktor tersebut sering berinteraksi. Arah dalam bagan 2.1
tidak selalu mengimplikasikan dari pengaruh yang selalu sama. Pada
Orang Perilaku
Lingkungan
31
saat-saat tertentu satu faktor dapat lebih dominan dibandingkan faktor
lainnya. Misalnya, ketika pengaruh-pengaruh lingkungan lemah,
faktor-faktor personal akan lebih dominan dalam mempengaruhi
perilaku orang tersebut.
b. Pembelajaran Melalui Praktik dan pengamatan
Pembelajaran dalam teori kognitif sosial dapat melalui cara
praktik atau dapat dengan cara melalui orang lain dengan mengamati
model-model yang melakukannya, misalnya model hidup, simbolis,
maupun gambaran dalam media elektronik. Pembelajaran melalui
praktik adalah belajar dari akibat-akibat atas tindakan-tindakan
sendiri. Perilaku-perilaku yang menghasilkan akibat-akibat yang
berhasil akan dipertahankan, sementara yang menghasilkan kegagalan
akan diperbaiki atau disingkirkan (Schunk, 2012: 166).
Sebagian besar pembelajaran juga melalui pengamatan.
Sumber-sumber pengamatan dapat mempercepat pembelajaran
melebihi yang mungkin dicapai orang ketika ia harus menjalankan
tiap-tiap perilaku. Tidak menutup kemungkinan kedua cara tersebut
dapat digunakan secara bersamaan. Misalnya, ketika orang yakin
bahwa perilaku-perilaku contoh atau model yang dilihat berguna maka
orang tersebut akan memperhatikan contoh atau model tersebut
dengan cermat dan mempraktikkan perilaku tersebut dalam pikirannya
(Schunk, 2012: 167).
32
c. Pengaturan Diri
Pada konsepnya, Bandura menempatkan manusia sebagai
pribadi yang dapat mengatur diri sendiri. Mempengaruhi tingkah laku
dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif
serta menciptakan konsekuensi bagi tingkah lakunya sendiri. Selain
itu, seseorang akan menggunakan kemampuannya untuk menciptakan
sebuah perilaku guna mencapai tujuan yang akan dicapai dengan tetap
memperhatikan kesesuaian dengan diri individu untuk membuat hidup
lebih bahagia. Pengaturan diri juga bersifat terbuka karena tujuan dan
aktifitas dapat berubah berdasarkan umpan balik evaluasi diri
(Schunk, 2012: 564).
H. Kerangka Berpikir
Keberadaan guru dalam dunia pendidikan tentunya sangatlah penting,
karena guru sebagai agen pendidik memiliki tugas untuk mencetak penerus
generasi bangsa yang berkualitas. Sebelum mencetak peserta didik yang
berkualitas, tentunya seorang guru harus berkualitas pula. Adapun yang
dimaksud dengan guru berkualitas adalah guru yang profesional. Guru yang
profesional yaitu guru yang dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan
memiliki kompetensi profesional.
Dalam menciptakan guru yang profesional, pemerintah telah membuat
persyaratan untuk menjadi pendidik yaitu dalam Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa
33
guru sebagai pendidik harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan
minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1), memiliki latar belakang
pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata
pelajaran yang diajarkan, serta memiliki sertifikat profesi guru.
Selain itu, seorang guru sebagai agen pembelajaran juga harus
memiliki empat kompetensi, salah satunya adalah kompetensi profesional.
Salah satu syarat seorang guru dapat dikatakan profesional adalah dilihat dari
latar belakang pendidikan yang dimilikinya (Danim, 2002: 30). Dapat
dikatakan bahwa semakin sesuai antara latar belakang pendidikan guru saat di
perguruan tinggi dengan mata pelajaran yang diampu maka profesionalisme
guru juga semakin tinggi. Pada umumnya, orang yang memiliki keseuaian
antara latar belakang pendidikan yang dimiliki dengan mata pelajaran yang
diampu maka akan memiliki wawsan yang lebih luas.
Selanjutnya untuk menambah wawasan, seorang guru juga harus
sering mengikuti pelatihan. Pelatihan adalah suatu proses yang meliputi
serangkaian tindakan (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam
bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga
profesioanal kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu
guna meningktakan efektivitas dan produktivitas dalam suatu organisasi
(Hamalik, 2007:10). Semakin banyak pelatihan yang diikuti oleh guru, maka
semakin bertambah pula wawasan guru tersebut.
34
Dalam penelitian ini, peneliti menggali pengaruh latar belakang
pendidikan dan pelatihan keguruan terhadap kompetensi profesional guru
sosiologi SMA negeri dan swasta di Kabupaten Kudus.
Bagan 2.2. Kerangka Berpikir
Latar Belakang
Pendidikan Guru
(X1)
1. Tingkat
pendidikan
2. Kesesuaian
program studi
(Permendiknas
Nomor 16 Tahun
2007)
Pelatihan Keguruan
(X2)
1. Lama pelatihan
2. Tingkat pelatihan
3. Relevansi
pelatihan
(Pedoman
Portofolio 2009)
Kompetensi Profesional Guru (Y)
1. Menguasai materi, struktur,
konsep dan pola pikir
keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang diampu.
2. Menguasai standar
kompetensi dan kompetensi
dasar mata pelajaran yang
diampu.
3. Mengembangkan materi
pembelajaran yang diampu
secara kreatif.
4. Mengembangkan
keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif.
5. Memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi
untuk berkomunikasi dan
mengembangkan diri.
(Permendiknas Nomor 16 Tahun
2007)
Teori
Kognitif
Sosial
H 1
H 2
H 3
35
I. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara yang masih harus diuji
kebenarannya melalui kegiatan penelitian. Hipotesis adalah asumsi atau
dugaan mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal yang sering
dituntut untuk melakukan pengecekan (Sudjana, 2001: 219). Selain itu,
hipotesis dalam penelitian dapat diartikan sebagai jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiyono, 2010: 84).
Berdasarkan permasalahan yang ada serta kerangka berpikir, dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H1: Latar belakang pendidikan guru berpengaruh terhadap kompetensi
profesional guru sosiologi SMA negeri dan swasta di Kabupaten Kudus
H2: Pelatihan keguruan berpengaruh terhadap kompetensi profesional guru
sosiologi SMA negeri dan swasta di Kabupaten Kudus
H3: Latar belakang pendidikan guru dan pelatihan keguruan berpengaruh
terhadap kompetensi profesional guru sosiologi SMA negeri dan swasta di
Kabupaten Kudus
98
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkan sebagai
berikut:
1. Hasil perhitungan koefisien determinasi menunjukkan bahwa, variabel
latar belakang pendidikan guru dan variabel pelatihan keguruan secara
terpisah (parsial) mempengaruhi kompetensi profesional guru dengan
kontribusi variabel latar belakang pendidikan guru sebesar 8% dan
variabel pelatihan kegururan sebesar 10,1%. Selanjutnya, variabel latar
belakang pendidikan guru dan pelatihan keguruan secara bersama-sama
(simultan) memberikan kontribusi sebesar 19% dalam memengaruhi
kompetensi profesional guru dan sisanya 81% dipengaruhi oleh variabel
lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hal tersebut menunjukkan
bahwa variabel latar belakang pendidikan guru dan pelatihan keguruan
mempunyai kontribusi dalam meningkatkan kompetensi profesional guru
sosiologi SMA negeri dan swasta di Kabupaten Kudus.
2. Variabel pelatihan keguruan memiliki pengaruh lebih besar dibandingkan
dengan variabel latar belakang pendidikan guru, sehingga guru yang
memiliki latar belakang non sosiologi masih memiliki kesempatan untuk
meningkatkan kompetensi profesional melalui pelatihan.
3. Rata-rata kompetensi profesional guru sosiologi SMA di Kabupaten
Kudus berada pada kriteria tinggi yaitu sebesar 78,1%. Hal tersebut
99
dikarenakan sebesar 88,6% guru memahami standar komptensi,
kompetensi dasar, dan tujuan pembelajaran terlebih dahulu sebelum
disampaikan pada peserta. Sedangkan, indikator mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan
reflektif mendapatkan persentase rata-rata terendah yaitu sebesar 73,3%
karena masih banyak guru yang belum melakukan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK), masih kurang maksimalnya guru dalam mengikuti
pelatihan, serta masih banyak guru yang jarang aktif dalam kegiatan
MGMP Sosiologi.
4. Masih banyak guru yang jarang mengikuti pelatihan dari lembaga
pendidikan pemerintah. Hal tersebut dikarenakan model mekanisme
pengiriman guru yang ditunjuk langsung oleh lembaga pendidikan
pemerintah yang ditujukan bagi sekolah-sekolah yang memiliki peringkat
yang bagus atau menjadi rujukan bagi sekolah-sekolah lain. Selain itu,
guru-guru yang diutamakan untuk mengikuti pelatihan adalah guru-guru
yang memiliki status sebagai PNS.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, maka
dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Guru
a) Guru diharapkan lebih meningkatkan lagi keikutsertaannya dalam
mengikuti berbagai pelatihan terutama pelatihan dalam kegiatan
MGMP Sosiologi Kudus.
100
b) Sehubungan dengan masih banyaknya guru yang belum melakukan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), diharapkan guru lebih aktif dalam
melakukan PTK sehingga permasalahan-permasalahan yang dialami
guru dalam proses pembelajaran dapat terpecahkan.
2. Bagi Pihak Sekolah
Pihak sekolah terutama sekolah swasta diharapkan lebih rutin
mengadakan pelatihan bagi para guru yang sesuai dengan kebutuhan dan
lebih aktif mengirimkan guru untuk mengikuti pelatihan baik di luar
maupun di dalam sekolah.
3. Bagi Lembaga Pendidikan Pemerintah
Terkait dengan masih mekanisme pengirimin guru yang hanya ditujukan
pada sekolah-sekolah yang telah menjadi rujukan bagi sekolah lain
ataupun hanya ditujukan pada guru-guru yang sudah memiliki status
PNS, diharapkan pihak lembaga pendidikan pemerintah melakukan
pemetaan sekolah-sekolah ataupun guru-guru yang lebih membutuhkan
pelatihan.
4. Bagi Pihak MGMP Sosiologi
a) Sehubungan dengan masih ada beberapa guru yang jarang mengikuti
kegiatan MGMP bahkan belum terdaftar sebagai anggota MGMP,
diharapkan pihak MGMP lebih proaktif mengajak guru-guru sosiologi
terutama guru yang berasal dari sekolah swasta untuk mengikuti
kegiatan MGMP.
101
b) Terkait dengan masih banyaknya guru yang belum melakukan PTK,
diharapkan pihak MGMP mengadakan pelatihan terkait dengan
prosedur pelaksanaan PTK maupun pelatihan yang lebih menunjang
pada peningkatan keprofesionalan guru.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dapat menambahkan atau mengembangkan variabel lainnya
untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kompetensi
profesional guru, khusunya kompetensi profesional guru sosiologi.
102
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
-----. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Aziz, Fakhra dan Mahar Muhammad S Akhtar. 2014. Impact of Training on
Teachers Competencies at Nigher Educatin Level in Pakistan. Journal of
Arts, science, and Commerce. 7 (1). 121-128.
Danim, Sudarwan. 2002. Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan
Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka setia.
Depdiknas. 2003. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
-----. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005, tentang Guru dan
Dosen. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
-----. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar
Nasional Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
-----. 2009. Pedoman Penyusunan Portofolio. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Evirianti, Dania., Irawan Suntoro, dan Yunisca N. 2014. Studi Komparatif
Kompetensi Pedagogik Guru PKn Berdasarkan Latar belakang
Pendidikan. Jurnal Kultur Demokrasi. 2 (4). 1-12.
Ghozali, Imam. 2009. Ekonometrika Teori, Konsep, dan Aplikasi dengan SPSS
17. Semarang: Universitas Diponegoro.
-----. 2011. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Hamalik, Oemar. 2007. Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan
Terpadu: Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Jahanggir, S Farhana., Nighat Saheen, dan Syeda F Kazmi. 2012. In Service
Training: a Contibutory Factor Influencing Teacher’s Performance.
International Journal of Academic Research in Progressive Education
and Development. 1 (1). 31-38.
103
Kemendiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasioanl Nomor 16 Tahun
2007, tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Jakarta: Kementrian Pendidikan nasional.
-----. 2008. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008,
tentang Guru. Jakarta: Kementrian Pendidikan nasional.
Kemendikbud. 2012. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 37 Tahun 2012, tentang Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan. Jakarta: Kementrian Pendidikan
dan Budaya.
Kompas.com. (2011). 873.650 Guru Tak Cocok.
(http://nasional.kompas.com/read/2011/07/19/03111961/873.650.Guru.Tak.Cocok
.), diakses pada 08 Maret 2016.
Mulyasa, E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, Dan
Implementasi/ RSD. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.
Mulyawan, Budi. 2012. Pengaruh Pengalaman Dalam Pelatihan Terhadap
Peningkatan Kompetensi Profesional Guru. Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial. 11
(1). 45-65.
Nugroho, Bhuono Agung. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian
dengan SPSS. Yogyakarta: Andi Offset.
Purwanto, M Ngalim. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Rahmandani, Reni. 2014. Pengaruh Pelatihan, Pengembangan, dan Pengalaman
Kerja terhadap Komepetensi Guru. Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen. 3
(6). 1-15.
Rappareni, Yussi. 2013. Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap
Produktivitas Guru Yayasan Jihadiyah Palembang. JENIUS. 3 (3). 216-
229.
Rifa’i, Achmad dan Catharina T Anni. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang:
Pusat Pengembangan MKU-MKDK Unnes.
Rochana, Totok. 2012. Relevansi Kurikulum Prodi Pendidikan Sosiologi
Antropologi dengan Kebutuhan Mengajar Guru SMA. Jurnal Komunitas.
4 (2). 218-229.
Sahertian, Piet A. 1994. Profil Pendidik Profesional. Yogyakarta: Andi Offset.
104
Sarwono, Jonathan. 2006. Analaisis Data Penelitian Menggunakan SPSS 13.
Yogyakarta: Andi Offset.
Schunk, Dale H. 2012. Teori-Teori Pembelajaran: Perspektif Pendidikan.
Terjemahan Eva Hamdiah dan Rahmat Fajar. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Sofyandi, Herman. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.
-----. 2013. Metode Penelitian pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). Bandung: Alfabeta.
Sukmandari. 2012. Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Partisipasi Guru dalam
MGMP Terhadap Kompetensi Profesional Guru Matematika SMP di
Kabupaten Jepara. Jurnal Manajemen Pendidikan. 1 (3). 313-330.
Suparlan. 2006. Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing.
Uno, Hamzah B. 2007. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Usman, Moh Uzer. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Waluyanti, Rizkia. 2010. Peranan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
Sosiologi dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru SMA.
Dimensia. 4 (1). 77-96.
119