SKRIPSI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM JABATAN PUBLIK …
Transcript of SKRIPSI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM JABATAN PUBLIK …
SKRIPSI
KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM JABATAN PUBLIK
(STUDI KASUS PADA KANTOR KECAMATAN PANGKAJENE,
KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN)
OLEH :
AFRIANI
NOMOR INDUK MAHASISWA :105611125416
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
i
SKRIPSI
KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM JABATAN PUBLIK
(STUDI KASUS PADA KANTOR KECAMATAN PANGKAJENE,
KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN)
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun dan Diajukan Oleh :
AFRIANI
Nomor Stambuk :105611125416
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
ii
iii
iv
HALAMAN PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Mahasiswa : Afriani
Nomor Induk Mahasiswa : 105611125416
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyatakan bahwa benar skripsi penelitian ini adalah karya saya sendiri dan
bukan hasil plagiat dari sumber lain. Pernyataan ini saya bua dengan
sesungguhnya dan apa bila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku di Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Makassar, 10 September 2021
Yang Menyatakan
Afriani
v
ABSTRAK
Afriani, Muhlis Madani, dan Ihyani Malik. Kepemimpinan Perempuan
dalam Jabatan Publik (Studi Kasus pada Kantor Kecamatan Pangkajene,
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan).
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kepemimpinan perempuan dalam
jabatan publik pada Kantor Kecamatan Pangkajene, Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Data
penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi. Adapun jumlah
informan dalam penelitian ini adalah 7 orang. Hasil Penelitian menunjukkan
bahwa (1) Pemimpin perempuan sebagai the mother sudah terlaksana dengan baik
yakni pemimpin ada untuk mendengar bawahannya, (2) Pemimpin perempuan
sebagai obyek seksual atau penyemangat yang baik sudah berjalan dengan baik
karena para bawahan mampu bekerja tanpa diperintah, (3) Pemimpin perempuan
sebagai kesayangan terbukti ada karena para staff menjadikan kepala seksi
sebagai orang terdekat dan menyayangi mereka, (4) Pemimpin perempuan sebagai
wanita besi ada dalam kepemimpinan kepala seksi dilihat dari mereka yang tegas
kepada para staffnya guna memberi kedisiplinan dengan baik.
Kata Kunci: Kepemimpinan perempuan, jabatan publik
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji syukur, penulis hatur dan panjatkan untuk kehadirat Allah
SWT, sang pencipta yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Kepemimpinan Perempuan
dalam Jabatan Publik (Studi Kasus pada Kantor Kecamatan Pangkajene,
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan)”.
Berbagai pihak yang telah memberikan semangat, dukungan dan bantuan
kepada penulis dalam pembuatan skripsi ini, maka dari itu pada kesempatan ini
penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Kepada Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar beserta jajarannya.
2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar beserta jajarannya.
3. Bapak Nasrulhaq, S.Sos., MPA selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi
Negara dan Ibu Nurbiah Tahir, S.Sos., M.AP selaku Sekretaris Program Studi
Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politk Universitas
Muhammadiyah Makassar beserta jajarannya.
4. Bapak Dr. Muhlis Madani, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. Ihyani
Malik, S.Sos., M.Si selaku Pembimbing II yang tak kenal lelah telah memberikan
vii
bimbingan, mengarahkan, mengkoreksi, serta selalu mendorong dan membantu
untuk memberi semangat penulis hingga penyelesaian skripsi ini.
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen baik Pengajar atau Asistennya, seluruh Staff
Pegawai di ruang lingkup Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politk Universitas
Muhammadiyah Makassar.
6. Kedua Orang Tua dan segenap Keluarga Besar yang senantiasa memberikan
semangat dan spirit bantuan baik bentuk moril maupun materil.
7. Teman-teman seperjuangan Administrasi Negara terimakasih sudah
menemaniku berproses mulai dari maba hingga penulisan skripsi.
8. Segenap Pemerintah di Kantor Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkajene
dan Kepulauan , dan seluruh Informan yang telah membantu dan memberikan
arahan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian.
9. Saudara seperjuangan Angkatan Ilmu Administrasi Negara Federasi 2016
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Makassar sebagai
rekan-rekan seperjuangan dalam memperjuangkan Toga.
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang bersifatnya
membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Makassar, 27 Agustus 2021
Afriani
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 8
A. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 8
B. Konsep dan Teori ................................................................................. 10
C. Kerangaka Pikir .................................................................................... 31
D. Fokus Penelitian ................................................................................... 32
E. Deskripsi Fokus Penelitian ................................................................... 33
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 37
A. Waktu dan Lokasi ................................................................................ 37
ix
B. Jenis dan Tipe Penelitian ...................................................................... 37
C. Sumber Data ......................................................................................... 38
D. Informan ............................................................................................... 38
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 39
F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 39
G. Teknik Pengabsahan Data .................................................................... 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN .............................. 42
A. Deskripsi Lokasi Penelitian.................................................................. 42
B. Hasil Penelitian .................................................................................... 45
C. Pembahasan .......................................................................................... 62
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 67
A. Kesimpulan .......................................................................................... 67
B. Saran ..................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data Informan ................................................................................. 39
Tabel 4.1 Data Kepemimpinan ....................................................................... 44
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pikir .......................................................................... 32
Gambar 4.1 Peta Pangkajene dan Kepulauan ............................................... 42
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keterlibatan perempuan menjadi syarat mutlak dalam upaya mewujudkan
pembangunan yang berkeadilan dan berkelanjutan. Negara tidak mungkin
sejahtera jika para perempuannya dibiarkan tertinggal serta mengalami
diskriminasi, tersisihkan dan tertindas serta negara dan bangsa yang tidak
menghormati kaum perempuannya tidak akan pernah menjadi besar, baik di saat
ini maupun dimasa yang akan datang. Satu alasan mendasar sebagai penyebab
jatuhnya bangsa secara drastis adalah karena tidak memiliki rasa hormat dan
menghargai pada kehidupan perempuan yang di lukiskan sebagai kuat dan sakti.
Sehingga pembangunan yang utuh dan menyeluruh dari suatu negara
menuntut peranan penuh dari kaum perempuan dalam segala bidang. Bahwa
wanita baik sebagai warga negara maupun sebagai sumber insan pembangunan itu
mempunyai hak, kewajiban dan kesempatan yang sama dengan pria dalam
segenap kegiatan pembangunan di segala bidang kehidupan saat ini.
Selama ini wanita bukanlah sebagai subjek tetapi hanya dijadikan objek
dalam pelaksanaan pembangunan diberbagai negara, dan sebagian kebijakan yang
diputuskan juga tidak inspiratif dan tidak representatif terhadap wanita bahkan
wanita tidak disuarakan, tidak bersuara, dan tidak didengarkan suaranya bahkan
sering mendapat tindak diskriminasi. Agar wanita dapat diterima dalam semua
bidang tentunya perlu pengakuan, pembelaan dan dukungan dari masyarakat, dan
lingkungan sosial juga perlu mendukung untuk memposisikan wanita setara
2
dengan laki-laki. Ini merupakan suatu kondisi masyarakat yang sangat erat
kaitannya dengan perubahan budaya patrialki yang selama ini sudah berkembang.
Dan iklim ini tentunya harus diciptakan oleh pemerintah dengan merancang
berbagai program sesuai dengan perspektif gender guna mempertegas kedudukan
kaum dalam kehidupan masyarakat. Serta banyaknya argumen-argumen yang
menunjukkan bahwa laki-laki lebih superior dibanding perempuan yang
menghambat munculnya pemimpinan perempuan. Asumsi bahwa pihak laki-laki
memiliki aset kekayaan yang mampu menghidupi istri dalam bentuk maskawin
dan pembiayaan hidup keluarga sehari-hari
Selama ini di masyarakat tradisional kuatnya budaya patrialki menyebabkan
tugas dan peran wanita diidentifikasikan sebagai pelaku peranan domestik saja.
Hal ini disebabkan karena wanita dianggap memiliki berbagai keterbatasan jika
melakukan peranan publik, serta keterbatasan dalam hubungan sosial budaya.
Peran wanita menurut pandangan ini, terbatas disektor domestik yang menyangkut
reproduksi biologis saja. Seharusnya peran wanita disektor domestik maupun
disektor publik dianggap berkedudukansama, namun tampaknya hal ini belum
terwujud walaupun telah mendapat pengakuan secara yuridis, dan hak wanita
dalam kehidupan politik serta pemerintah nyatanya sudah dijamin. Wanita
mempunyai hak untuk bekerja dalam berbagai bidang selagi pekerjaan yang
dilakukannya dalam keadaan sopan, memelihara agamanya, tidak melanggar
peraturan dan menghindari kesan-kesan negatif terhadap diri, berlandaskan hukum
dan sekitarnya. Keterlibatan wanita dalam pekerjaan tidak membebaskan mereka
dari tanggungjawabnya kepada keluarga. Ini menunjukkan wanita mempunyai 3
3
(tiga) peranan serentak yaitu sebagai ibu kepada anak, isteri kepada suami dan
pekerja kepada Negara.
Namun terlepas dari kontroversi yang ada pada saat ini, negara Indonesia dan
juga negara lain, upaya peningkatan peran dan kedudukan wanita terus berlanjut.
Secara Konstitusional dalam Undang Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 1
dinyatakan pula bahwa “setiap warga negara bersamaan kedudukannya didalam
hukum dan pemerintahan, dan wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan
itu dengan tidak ada kecualinya”. Pembinaan peranan wanita sebagai mitra
sejajar pria ditujukan untuk meningkatkan peran aktif dalam kegiatan
pembangunan.” Dijelaskan bahwa wanita, baik sebagai warga negara maupun
sebagai sumber daya insani pembangunan mempunyai hak dan kewajiban yang
sama dengan pria dalam pembangunan disegala bidang. Wanita diakui sebagai
mitra sejajar pria. Jadi, tidak ada masalah bagi wanita untuk mengembangkan
potensinya disuatu bidang. Meskipun saat ini masih banyak terjadi perlakuan
diskriminasi terhadap wanita, namun jumlah wanita yang menduduki posisi
strategis sebagai perumus serta pelaksana kebijakan negara semakin bertambah.
Faktor yang menghambat kemajuan perempuan adalah kurangnya kebijakan
dalam organisasi yang mendukung keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan,
khususnya bagi perempuan yang memiliki keluarga. Kendati demikian, sudah
mulai banyak perusahaan yang women-friendly. Perusahaan memberikan
kesempatan bagi wanita untuk meniti kariernya, serta menghasilkan para
perempuan yang sukses dalam karier dan keluarga. Mereka sadar bahwa
4
memberikan kesempatan bagi perempuan untuk naik ke posisi kepemimpinan
merupakan langkah strategis dan humanis untuk memajukan organisasi.
Struktur peranan wanita Indonesia, ide atau pemikiran dari Barat masuk
bersamaan dengan diperkenalkannya serta disebar luaskan pendidikan dari Barat
dalam kaitannya dengan politik etika yang dijalankan oleh kaum wanita
pemerintah Hindia dan belanda. Walaupun jumlahnya masih sangat terbatas,
namun mulai ada wanita yang berkesempatan menikmati pendidikan Barat itu.
Oleh karena itu, muncullah orang-orang yang sadar akan diri dan statusnya.
Banyak kendala serta masalah baru yang diterima wanita jika ia memainkan
peran gandanya. Namun berdasarkan Undang-undang nomor 12 tahun 2008
tentang Pemerintah Daerah khususnya dalam hubungannya dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia nomor 13 tahun 2002 tentang perubahan atas
Peraturan pemerintah nomor 100 tahun 2000 tentang Pengangkatan PNS dalam
Jabatan Struktural beserta peraturan pelaksanaannya, merupakan salah satu dari
Pengarusutamaan gender sebagai strategi paling mutakhir penyetaraan gender,
dengan maksud percepatan terciptanya suatu keadilan gender di masyarakat
dengan menggunakan sarana advokasi, studi dan perencanaan kebijakan,
menempatkan Otonomi Daerah sebagai momen yang sangat memberi harapan
secara khusus bagi wanita untuk menaikkan kedudukannya terutama di jabatan
publik.
Peran wanita pada era modern saat ini yang menggambarkan rendahnya peran
wanita dalam jabatan publik yaitu pada kantor Kecamatan, Kabupaten Pangkajene
setiap kantor Kecamatan di Kabupaten Pangkep dengan jabatan publik
5
kepemimpinannya sebagian besar yang menempati posisi kepemimpinan tersebut
adalah laki-laki, kecuali pada kantor Kecamatan Pangkajene. Terdapat beberapa
perempuan yang berhasil menjadi pemimpin pada jabatan publik sebagai kepala
seksi di kantor Kecamatan Pangkajene diantaranya yaitu Henny Rosmala HS, SE,
M.si sebagai kepala seksi ketentraman dan tata tertib, Sukriah, S. Kom sebagai
kepala seksi perekonomian serta Sudarmiati, SP sebagai kepala seksi
pemerintahan, ini menunjukkan rendahnya peran wanita pada jabatan publik
kepemimpinan.
Penelitian ini penting dilakukan oleh peneliti agar dapat dijadikan
rekomendasi bagi Kantor Kecamatan Pangkajene khususnya bagi pemimpin
perempuan pada jabatan publik di kantor tersebut sekaligus dapat dijadikan
sebagai pedoman guna meningkatkan peran pemimpin wanita dalam jabatan
publik pada Kantor Kecamatan Pangkajene.
Menariknya penelitian ini karena akan mendeskripsikan dan menganalisis
peran kepemimpinan wanita pada Kantor Kecamatan Pangkajene, Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan dengan menggunakan teori-teori dan konsep-konsep
terkait Ilmu Administrasi Negara dan Kepemimpinan Perempuan. Berdasarkan
gambaran yang telah dikemukakan diatas, maka penulis tertarik mengadakan
penelitian dengan judul “Kepemimpinan Perempuan dalam Jabatan Publik
(Studi Kasus pada Kantor Kecamatan Pangkajene, Kabupaten Pangkajene
dan Kepulauan).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada maka rumusan masalahnya adalah :
6
1. Bagaimanakah pemimpin perempuan menjalankan kepemimpinannya
dalam jabatan publik di Kantor Kecamatan Pangkajene, Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan?
2. Apakah faktor penghambat kepemimpinan perempuan dalam jabatan
publik di Kantor Kecamatan Pangkajene, Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian yaitu :
1. Untuk mengetahui bagaimana pemimpin perempuan menjalankan
kepemimpinannya dalam jabatan publik di Kantor Kecamatan Pangkajene,
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
2. Untuk mengetahui faktor penghambat kepemimpinan perempuan dalam
jabatan publik di Kantor Kecamatan Pangkajene, Kabupaten Pangkajene
dan Kepulauan.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian dalam skripsi ini terbagi dua yaitu:
1. Manfaat teoritis, penulis dapat berpartisipasi dalam perkembangan Ilmu
Pengetahuan Sosial dimasa yang akan datang, terutama Ilmu Administrasi
Negara.
2. Manfaat praktis, Dapat menjadi masukan dan memberikan rekomendasi
bagi instansi yang penulis jadikan objek penelitian.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai peran perempuan dalam jabatan publik telah diteliti
beberapa peneliti terdahulu, berikut beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan
rujukan untuk memahami kepemimpinan perempuan dalam jabatan publik.
Adapun yang menjadi rujukan dalam penelitian ini yaitu beberapa penelitian
terdahulu sebagai berikut :
1. Sultan Syarif Kasim (2016) dalam Judul "Analisis Peranan Wanita dalam
Jabatan Publik". Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peranan wanita
dalam jabatan publik pada Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Rokan
Hilir tergolong masih rendah, dikarenakan wanita itu sendiri yang
mencakup pendidikan, pengalaman terhadap peran, mentalitas dan
pemahaman wanita terhadap peran yang diemban.
a. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu Penelitian
terdahulu dengan penelitian sekarang membahas mengenai wanita
yang menjabat dalam jabatan publik, metode penelitian yang
digunakan kualitatif, menjelaskan faktor penghambat.
b. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu Penelitian
terdahulu menjelaskan mengenai peran sedangkan penelitian sekarang
fokus membahas mengenai kepemimpinan, narasumber penelitian
terdahulu hanya pemimpin perempuan, tanpa melibatkan staff,
8
penelitian terdahulu mengambil objek Dinas Pendidikan Rokan Hilir
sedangkan penelitian sekarang di Kantor Kecamatan Pangkajene,
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
2. Firda Amalia (2018) dalam Judul "Kepemimpinan Perempuan dalam
Jabatan Publik di Provinsi Banten (Studi Kasus Bupati Lebak Periode
2014-2019". Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bupati lebak dalam
menjalankan Kepemimpinannya belum maksimal karena beberapa
indikator kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh pemimpin.
Kelebihannya seperti transparansi, Pemantauan dilakukan dengan tegas,
dan Visi misi yang sejalan. Sedangkan kekurangannya seperti konsultasi
belum sesuai harapan masyarakat.
a. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu Penelitian
terdahulu dengan penelitian sekarang fokus membahas mengenai
kepemimpinan, metode penelitian yang digunakan kualitatif, sumber
data primer,hasil penelitian memiliki kesamaan dengan penelitian
sekarang yaitu kepemimpinan perempuan belum terlalu maksimal.
b. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu Penelitian
terdahulu menambahkan penjelasan mengenai gaya kepemimpinan,
penelitian terdahulu mengambil objek Kantor Bupati Lebak sedangkan
penelitian sekarang di Kantor Kecamatan Pangkajene, Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan.
3. Djumar Soewito (2018) dalam Jurnal Vol, 3 No. 1 yang berjudul "Peran
Kepemimpinan Perempuan dalam Jabatan Publik di Kantor Kelurahan Air
9
Hitam Kecamatan Samarinda Ulu Kota Samarinda". Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa peran kepemimpinan perempuan dalam jabatan
publik belum optimal dalam melakukan pengawasan maka perlu adanya
pengawasan yang harus ditingkatkan oleh Lurah Kelurahan Air Hitam agar
bawahannya dapat meningkatkan semangat kerjanya.
a. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah Metode
penelitian yang digunakan kualitatif, sumber data primer, hasil
penelitian terdahulu memiliki kesamaan dengan penelitian sekarang
yaitu kepemimpinan perempuan dalam jabatan publik belum terlalu
maksimal, menjelaskan faktor penghambat kepemimpinan perempuan.
b. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian
terdahulu menjelaskan mengenai peran sedangkan penelitian sekarang
fokus membahas mengenai kepemimpinan, menjelaskan faktor faktor
pendukung, penelitian terdahulu mengambil objek Kantor Kelurahan
Air Hitam Kecamatan Samarinda sedangkan penelitian sekarang di
Kantor Kecamatan Pangkajene, Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan.
B. Konsep dan Teori
Konsep adalah defenisi yang digunakan oleh para peneliti untuk
menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial-ekonomi. Sedangkan teori
adalah seperangkat konsep, asumsi, dan generalisasi yang dapat digunakan untuk
mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam organisasi, (Sugiyono,
2010:55). Sebagai landasan atau teori-teori untuk menerangkan peran wanita
10
dalam jabatan publik, khususnya peran perempuan dalam jabatan publik pada
kantor Kecamatan Pangkajene, Kabupaten Pangkajene dan kepulauan. Maka
teori–teori yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Teori Kepemimpinan
Menurut (Uswatun 2012) beberapa teori yang terdapat dalam
kepemimpinan yaitu:
a. Teori Karakter
Suatu teori yang berusaha mengidentifikasikan beberapa karakteristik
atau sifat pemimpin yang khas yang dihubungkan dengan keberhasilan
seorang pemimpin. Karakter yang dapat diperhatikan seperti intelegensia,
kepribadian, fisik karakter, kemampuan pengawasan dan sebagainya.
Intelegensia, seorang pemimpin lebih pintar dan cerdik dari pengikut.
Namun perbedaan intelegensia dapat menimbulkan masalah antara
pemimpin dan pengikut. Kelebihan kepintaran seorang pemimpin mampu
membuat kepemimpinan lebih efisien dan efektif. Kepribadian, seorang
pemimpin memiliki sifa yang selalut siaga, integritas secara pribadi,
kepercayaan diri, dan penuh inisiatif. Pada prinsipnya ada kepribadian tertentu
yang membedakan pemimpin juga yang bukan pemimpin. Karakteristik fisik,
seorang pemimpin dapat terlihat dari karakter fisiknya. Dengan pengertian lain
menganggap sikap fisik membedakan antara pemimpin dan bukan yang
pemimpin (penampilan fisik). Akan tetapi semua anggapan ini menimbulkan
diskusi yang sangat tajam. Kenyataan banyak menunjukkan sulit melihat
efektifitas pemimpin dari penampilan fisikis.
11
Stogdil (dalam Sobry S, 2014) mengatakan terdapat hampir sama
banyaknya definisi kepemimpinan dengan banyaknya orang yang
mendefinisikannya seperti menemukan terdapat hubungan yang sangat positif
antara tingkat berbagai pengawasan dengan tingkat hirarki. Krikpatrick dan
Locke menambahkan bahwa pemimpin tidak juga harus memiliki intelegensi
yang tinggi akan tetapi pemimpin harus memiliki “hal-hal yang bagus dan
tepat atau karakter/sifat untuk menjadi efisien dan efektif.
Adapun beberapa hal yang membedakan pemimpin dan bukan pemimpin
adalah: ambisi dan energi, hasrat untuk memimpin bawahannya juga
kejujuran, kepercayaan diri, dan sosiabilitas, pengetahuan serta stabilitas
emosi. Adapun beberapa alasan teori yang cirinya kurang tepat di dalam
menerangkan bentuk efektifitas kepemimpinan. Karena mengabaikan pengikut
atau bawahan, kurang mampu dapat menjelaskan pentingnya beberapa ciri,
dan mengabaikan beberapa faktor situasional.
Hasil ringkasan (Chozin 2016) dalam One Two Leadership yaitu
sebagai berikut:
1) Pemimpin harus mempunyai rasa tanggung jawab yang kuat dan memiliki
keinginan menyelesaikan tugas.
2) Keras hati untuk mencapai tujuan.
3) Suka berpetualang sehingga dapat menyelesaikan masalah.
4) Dorongan-dorongan yang berinisiatif dalam situasi sosial.
5) Rasa percaya diri yang baik dan memiliki identitas pribadi.
12
6) Kemauan menerima konsekuensi dengan keputusan dan tindakan yang
dilakukan.
7) Kesiapan hati dan mental dalam menerima tekanan.
8) Kemauan dalam memberi toleransi terhadap frustrasi dan penundaan.
9) Kemampuan mempengaruhi sikap dan perilaku orang lain.
10) Kapasitas yang membuat struktur sistem interaksi sosial sesuai dengan
tujuan-tujuan yang dikehendaki.
b. Teori Perilaku
Teori perilaku kepemimpinan adalah teori-teori yang mengemukakan
bahwa perilaku spesifik membedakan pemimpin dari bukan pemimpin. Dalam
teori perilaku terdapat dua pendekatan yaitu: job centered dan employee
centered. Job centered adalah pemimpin yang berpusat pada pekerjaan, yang
mengawasi secara ketat dan memperhatikan kerja orang lain. Sedangkan
employee centered adalah memperhatikan hubungan dengan karyawan,
memperhatikan kepuasan pengikut. Teori perilaku dapat memperlihatkan
bahwa keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung pada perilakunya
dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan serta gaya atau perilaku
kepemimpinan tampak dari cara melakukan pengambilan keputusan, cara
memerintah (instruksi), cara memberikan tugas, cara berkomunikasi, cara
mendorong semangat bawahan, cara membimbing dan mengarahkan, cara
menegakkan disiplin, cara memimpin rapat serta cara menegur dan
memberikan sanksi.
13
c. Teori Kontingensi
Teori Kontigensi yang dikembangkan oleh Fiedler. Menurut Fiedler suatu
prestasi kerja suatu kelompok sangat dipengaruhi beberapa sistem motivasi
dari hal kepemimpinan dan sejauh mana pemimpin bisa melakukan
pengendalian dan mempengaruhi situasi tertentu. Kepemimpinan dapat dilihat
sebagai suatu hubungan yang didasari oleh kekuatan dan pengaruh-
pengaruhnya.
1) Kepemimpinan yang efektif berada di “belajar seperti pemimpin yang
baik”.
2) Penolakan-penolakan terhadap pemikiran “satu jalan menjadi terbaik”.
3) Perilaku dan sikap pemimpin sesuai tergantung dengan karakteristik
tertentu dari pemimpin, situasi yang terjadi pada bawahan (mereka-mereka
yang dipimpin).
4) Dasar teori kontingensi sendiri ialah perilaku dan sikap pemimpin berubah
sesuai dengan kondisi dan keadaan tertentu.
Terdapat dua pertimbangan yang sangat penting yaitu
sejauh mana kondisi dan situasi memberikan seorang pemimpin kekuatan dan
pengaruh yang dibutuhkan agar menjadi efektif dan sampai sejauh mana
pemimpin bersikap sehingga dapat meramalkan efek dari gaya-gaya pemimpin
pada perilaku atau prestasi-prestasi pengikut. Adapun efektifitas
kepemimpinan yang dicetuskan oleh Fiedler tergantung pada interaksi antara
gaya kepemimpinan dengan situasi yang mendukung, sebagai berikut:
14
1) Struktur-struktur kebutuhan pemimpin; apakah motivasi pada pencapaian
tugas serta beberapa hubungan antar pribadi.
2) Kendali kondisi dan situasi pemimpin, yakni keyakinan pemimpin bahwa
tugas bisa diselesaikan. Kendali situasi adalah fungsi dari; hubungan
pemimpin ke anggota (tingkat-tingkat keyakinan, kepercayaan, dan respek
bawahan terhadap beberapa pemimpin mereka), struktur tugas (tingkat di
mana penugasan pekerjaan diprosedurkan yakni terstruktur dan yang tidak
terstruktur), kekuasaan serta jabatan-jabatan (tingkat pengaruh yang
dimiliki seorang pemimpin mempunyai variabel kekuasaan seperti
mempekerjakan, dan memecat, mendisiplinkan, juga mempromosikan, dan
menaikan gaji bawahan).
3) Interaksi dalam struktur kebutuhan pemimpin dengan kendali situasi.
Fiedler mengevaluasi situasi dalam ketiga variabel kemungkinan tersebut
(hubungan pemimin-anggota, struktur beberapa tugas dan juga kekuasaan
jabatan). Hubungan pemimpin dan anggota baik atau buruk, struktur tugas
tinggi maupun rendah, kekuasaan jabatan yang kuat atau lemah. Fiedler
mengatakan bahwa semakin baik hubungan antara pemimpin dengan
bawahan-bawahan dan anggotanya, makin terstruktur pekerjaan itu, dan
makin kuat kekuasaan posisi, makin banyak kendali atau pengaruh yang
dimiliki pemimpin itu.
d. Teori Kepemimpinan Situasional (Situasional Leadership Theory).
Teori kepemimpinan situasional, yang pernah dikembangkan oleh Hersey
dan Blanchard. Teori ini selalu berusaha memberikan beberapa pemahaman
15
kepada pemimpin mengenai kaitan antara gaya kepemimpinan yang efisien
dan efektif dengan tingkat-tingkat kematangan dari pengikutnya. Hersey dan
Blanchard berpendapat bahwa anggota itu merupakan faktor yang sangat
penting di situasi kepemimpinan. Tingkat-tingkat kematangan dari bawahan
menentukan gaya efektif dari seorang pemimpin. Dengan demikian konsep
dari teori kepemimpinan yang situasional sangat menekankan bahwa seorang
pemimpin hendaknya menganalisa dengan cermat tingkat kematangan anggota
ketika melaksanakan tugasnya. Misalnya beberapa anggota yang sudah bisa
memotivasi dirinya sendiri dan akan sangat sesuai jika ia dipimpin dengan
cara-cara delegasi.
Artinya dia bisa dipercaya penuh mengerjakan tugas-tugasnya secara
mandiri tanpa perlu ada beberapa pengawasan melekat. Jadi dalam hal ini
seorang pemimpinlah yang menyesuaikan dirinya dengan tuntutan-tuntunan
situasi. Sehingga Teori Situasional mengusulkan bahwa pemimpin harus
bertindak yang terbaik berdasarkan variabel situasional. Gaya-gaya
kepemimpinan yang sangat berbeda mungkin lebih tepat untuk beberapa jenis
tertentu dalam pengambilan keputusan tertentu. Seperti, seorang pemimpin
berada dalam kelompok yang anggotanya berpengetahuan dan berpengalaman,
gaya otoriter mungkin paling tepat. Dalam kasus lain di mana anggota
kelompok adalah ahli yang terampil, gaya demokratis akan lebih efektif.
e. Teori Partisipatif
Teori kepemimpinan partisipatif ini harus bias menunjukkan bahwa gaya-
gaya kepemimpinan yang ideal adalah mengambil masukan dari orang lain.
16
Para pemimpin harus bisa mendorong partisipasi dan kontribusi dari anggota
kelompok dan bisa membantu bebrapa anggota kelompok merasa lebih
berkomitmen dan bertanggung jawab terhadap berbagai proses pengambilan
keputusan. Dalam teori partisipatif, sehigga pemimpin berhak untuk
memungkinkan beberapa masukan pendapat dari orang lain.
f. Teori Manajemen
Teori manajemen juga dikenal dengan teori transaksional, yang fokus pada
peran-peran pengawasan kinerja, beberapa organisasi dan kelompok. Teori ini
diliht berdasarkan pada sistem imbalan dan hukuman. Teori manajemen sering
digunakan dalam bisnis, ketika karyawan berhasil mereka dihargai, ketika
mereka gagal mereka ditegur atau dihukum.
g. Teori Hubungan
Teori hubungan dikenal sebagai teori transformasi, yang dimana teori ini
fokus pada hubungan yang terbentuk antara pemimpin dan pengikut.
Pemimpin transformasional tersebut hrus bias memotivasi dan menginspirasi
sehingga bisa membantu beberapa anggota kelompok melihat penting dan
baiknya suatu tugas. Pemimpin fokus pada kinerja anggota kelompok dan juga
ingin setiap orang untuk memaksimalkan potensinya. Pemimpin dengan gaya
ini sering memiliki standar etika dan moral yang tinggi.
h. Teori Greatman
Menurut teori Greatmen ini, seorang pemimpin yang besar dilahirkan
dengan berbagai karakteristik tertentu seperti sesuatu yang memiliki karisma,
keyakinan, kepintaran dan kecerdasan dan keterampilan sosial yang
17
membuatnya dapat terlahir sebagai pemimpin yang alamiah. Teori greatman
mengasumsikan bahwa beberapa kapasitas untuk memimpin adalah sesuatu
yang melekat, pemimpin besar dilahirkan bukan dibuat. Teori ini
menggambarkan seorang pemimpin yang heroik dan memang sudah
ditakdirkan dengan menjadi pemimpin atau memimpin karena beberapa
kondisi sudah membutuhkannya
Kepemimpinan pada dasarnya berasal dari kata “pimpin” yang artinya bimbing
atau tuntun. Sedangkan kepemimpinan yaitu kemampuan seseorang dalam
mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan, Pasolong (2013:107).
Menurut Kadarusman (2012) Kepemimpinan (leadership) dibagi tiga yaitu:
(1) Self Leadership, (2) Team Leadership, (3) Organizational Leadership. Self
Leadership yang dimaksud adalah memimpin diri sendiri agar jangan sampai
gagal atau melakukan kesalahan dalam menjalani hidup. Team Leadership
diartikan sebagai memimpin orang lain. Pemimpinnya dikenal dengan istilah team
leader (pemimpin berkelompok) yang memahami segala bentuk tanggung jawab
kepemimpinannya, serta menyelami kondisi bawahannya. Kesediaannya dalam
meleburkan diri dengan berbagai tuntutan dan konsekuensi dari tanggung jawab
yang dipikulnya, serta mampu berkomitmen untuk membawa bawahannya
mengeksplorasi kapasitas yang ada dalam dirinya hingga mampu menghasilkan
prestasi tertinggi.
Sedangkan organizational leadership dilihat dalam konteks suatu organisasi
yang dipimpin oleh Organizational Leader (pemimpin organisasi) yang mampu
memahami persoalan dan masalah bisnis perusahaan yang dipimpinnya,
18
membangun visi dan misi pengembangan bisnisnya, serta kesediaan untuk
melebur dengan berbagai tuntutan dan konsekuensi tanggung jawab sosial, serta
komitmen yang tinggi untuk menjadika perusahaan yang dipimpinnya sebagai
pembawa berkah bagi komunitas baik itu tingkat lokal, nasional, maupun yang
internasional.
Kepemimpinan secara dinamis dapat melibatkan hubungan seseorang atau
beberapa orang dan hanya terbentuk dalam suatu lingkungan. Seorang hanya bisa
diklaim sebagai seorang pemimpin jika dirinya mempunyai sejumlah pengikut.
Selanjutnya adanya ikatan emosional dan rasional yang terjalin antara para
pemimpin dan pengikutnya terkait kesamaan nilai yang ingin ditanam dan disebar
serta pencapaian tujuan yang sama. Walaupun dalam kenyataannya pemimpin
yang biasanya memperkenalkan atau bahkan merumuskan nilai dan tujuan. Dalam
kepemimpinan ada beberapa unsur dan karakter yang sangat menentukan untuk
pencapaian tujuan suatu organisasi.
Menurut Gibb dalam Salusu (2006:203), terdapat empat elemen utama dalam
kepemimpinan yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya, yaitu pemimpin
yang mennjukkan kepribadian pemimpin, kelompok, bawahan yang muncul
dengan berbagai kebutuhannya, sikap serta masalah-masalahnya, dan situasi yang
meliputi beberapa keadaan fisik dan tugas kelompok.
Menurut Robbert (2002: 352) bahwa pemimpin ialah seorang yang diharapkan
memiliki keahlian dalam memberi petunjuk serta mempengaruhi individu untuk
mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan di pandang sangat penting karna dua
hal yaitu adanya realita bahwa pergantian pemimpin sering kali mengubah kinerja
19
suatu unit, lembaga atau organisasi salah satu faktor internal berpengaruh terhadap
keberhasilan ialah kepemimpinan dimana proses kepemimpinan pada setiap
jenjang organisasi, kompetensi, dan tindakan pemimpin yang bersangkutan.
Kepemimpinan merupakan inti dari pada suatu organisasi karena
kepemimpinan merupakan motor penggerak bagi sumber-sumber dan alat-alat
manusia dan alat lainnya dalam suatu organisasi. Pentingnya peran kepemimpinan
dalam usaha pencapaian tujuan suatu organisasi sehingga bisa dikatakan bahwa
kegagalan atau sukses yang pernah dialami suatu organisasi ditentukan oleh
sebagian besar dari kualitas kepemimpinan yang dimiliki oleh orang yang diserahi
tugas memimpin dalam organisasi itu. Menurut Thoha (2003:9) Kepemimpinan
merupakan kegiatan dalam mempengaruhi sikap orang lain atau seni dalam
mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok. Sedangkan
kepemimpinan sendiri dalam konteks islam dapat dijadikan nilai-nilai dasar
pengetahuan untuk mempelajari lebih dalam model dan karakteristik
kepemimpinan dalam lembaga-lembaga islam.
Terdapat pula beberapa argumen atau pertanyaan yang dikemukakan
beberapa ulama kontemporer yang menyatakan bahwa dari tradisi terdahulu tidak
memunkinkan untuk perempuan dalam memimpin suatu jabatan karna legitimasi
dan tidak dihormati oleh masyarakat jika mereka atau perempuan yang
memimpin. Walau perlu dipahami oleh seorang pemimpin mengenai prinsip yang
berkaitan langsung dengan kepemimpinan yaitu bagaimana menjadi pengikut
yang baik (followership). Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang juga
20
dapat menjadi pengikut yang efektif, seperti ungkapan yang sering diucapkan,
“sebelum engkau mampu memimpin, maka engkau harus belajar mengikuti”.
Menurut teori West Point bahwa “pemimpin yang mampu lahir dari
tingkatan pengikut yang mampu” karena kebanyakan orang di dalam organisasi
pada keadaan tertentu menjadi seorang pemimpin, dan dalam keadaan tertentu
juga adalah sebagai pengikut. Oleh karena itu, agar mampu menjadi seorang
pemimpin yang efektif dan berhasil, maka perlu adanya pemimpin yang mampu
mengembangkan kemampuannya sebagai pengikut dan juga pada saat yang sama
mampu mengembangkan bawahannya menjadi pengikut yang efektif.
Menurut U.S. Army, ada sebelas dasar kepemimpinan yang dimiliki oleh
seorang pemimpin :
1) Layak Teknis: pemimpin harus memahami tugasnya dan tanggung jawaabnya
serta memiliki pemahaman yang kuat terhadap tugas yang diberikan dari
karyawan-karyawannya;
2) Mengembangkan rasa tanggung jawab bawahan: Membantu dalam
mengembangkan perilaku-perilaku yang baik sehingga dapat membantu
bawahan dalam mempertanggung jawabkan serta professional;
3) Memastikan tugasnya dipahami, serta diselesaikan: Komunikasi adalah kunci.
Seorang pemimpin harus mampu untuk berkomunikasi secara efektif.
Pemimpin harus menghabiskan seluruh harinya dengan berkutat pada
komunikasi. Penelitian terdahulu menyimpulkan bahwa manager (pemimpin
organisatorial) menghabiskan 70 hingga 90 persen waktunya setiap hari
dengan komunikasi serta aktivitas terkait .
21
4) Memastikan bawahan memperoleh informasi yang jelas, memahami
bagaimana berkomunikasi tidak hanya staf muda tetapi dengan staf senior juga
orang lain dengan sebaik-baiknya;
5) Memahami bawahan dan memperhatikan perilakunya: selalu menunjukkan
sikap baik dan mengetahui seberapa pentingnya perhatian awal kepada
bawahan;
6) Memahami diri sendiri dan meningkatkan mutu (kaizen): Selain memahami
diri sendiri, pemimpin harus memahami siapa dirinya, apa yang ia ketahui,
dan apa yang bisa ia kerjakan. Melakukan peningkatan diri sendiri
maksudnya terus mengerjakan dan memperkuat perilaku dan skill. Hal ini
dapat dicapai dengan belajar sendiri, mengerjakan pendidikan formal,
megikuti pelatihan, refleksi, serta berinteraksidengan orang .
7) Membuat keputusan yang jelas dan permanen: dengan metode yang bagus
untuk digunakan dalam penyelesaian masalah, dalam perencanaan juga
dalam pengambilan keputusan.
8) Bertanggung jawab dengan mengambil tindakan di atasnya: mencari jalan
yang terbaik sehingga bisa membimbing suatu organisasi menuju level yang
baru. Apabila adanya hal-hal yang yang tidak baik terjadi, tidak
menyalahkan orang lain tetapi menganalisis terlebih dahuluu situasi yang
terjadi, selanjutnya melakukan tindakan perbaikan, dan segera bergerak
mencari tantangan baru.
9) Menjadi teladan yang baik bagi bawahan. Bawahan tidak hanya diberi tahu
apa yang menjadi target tujuan mereka tetapi melihat bagaimana pemimpin
22
mengejawantahkan dalam mewujudkan kualitas dan etika organisasi.
Pemimpin harus bisa mengerjakan apa yang menjadi harapan bawahan saat
terlihat oleh mereka.
10) Melatih sebagai anggota tim: tidak hanya fokus pada divis, bagian, atau
bawahan, tetapi menganggap seluruh organisasi sebagai suatau kesatuan
untuk terus belajar dan sukses bersama.
11) Menggunakan keahlian penuh dari organisasi anda: Dengan meningkatkan
semangat organisasi, anda akan bisa memanfaatkan kemampuan dari seluruh
anggota organisasi menuju pencapaian tujuan suatu organisasi.
Selain itu, Menurut US Army ada empat factor yang penting di dalam suatu
kepemimpinan :
1) Pemimpin
2) Pengikut
3) Komunikasi serta
4) Situasi
Hargreaves and Fink (2006) menuliskan tujuh prinsip kepemimpinan :
1) Kepemimpinan yang berlanjut menyediakan dan menciptakan
pembelajaran yang berlanjut.
2) Kepemimpinan yang berlanjut menjamin kesuksesan setiap saat.
3) Kepemimpinan yang berlanjut memelihara keberlangsungan
kepemimpinan kepada pihak lain.
4) Kepemimpinan yang berlanjut memberi pesan keadilan sosial.
5) Kepemimpinan yang berlanjut cenderung mengembangkan dibandingkan
23
menghabisi sumber daya material dan manusia.
6) Kepemimpinan yang berlanjut meningkatkan keberagaman juga kapasitas
lingkungan.
7) Kepemimpinan yang berlanjut mengerjakan aktivitas yang berkaitan
dengan lingkungan.
Menurut Gibson kepemimpinan adalah suatu usaha untuk menggunakan gaya
mempengaruhi dan tidak memaksa untuk memotivasi individu dalam mencapai
tujuan sedangkan menurut Fleishman (Gibson dkk,1998) kepemimpinan adalah
suatu usaha mempengaruhi anggota kelompok atau orang antar perseorangan,
lewat proses komunikasi, untuk mencapai sesuatu atau beberapa tujuan. Definisi
ini mengandung arti :
1) Bahwa kepemimpinan mencakup penggunaan pengaruh, dan bahwa semua
hubungan antar perseorangan dapat menyangkut kepemimpinan;
2) bahwa kepemimpinan berhubungan dengan pentingnya komunikasi, kejelasan
dan ketelitian komunikasi mempengaruhi perilaku dan hasil kerja para anggota
atau bawahan; dan
3) bahwa kepemimpinan memusatkan perhatian pada pencapaian tujuan,
efektivitas pemimpin secara khusus dipertimbangkan dari segi tingkat
tercapainya satu atau beberapa tujuan.
Menurut Kanter (1977) Kepemimpinan yaitu suatu usaha
memberdayakan orang lain, membentuk visi misi, dan mendorong orang dari
berbagai fungsi. Disiplin untuk memperbaiki industry, komunitas, negara dan
antar negara.
24
Dari beberapa pendapat ahli diatas peneliti dapat menarik kesimpulan
bahwa kepemimpinan merupakan inti dalam suatu organisasi baik mengerjakan
segala sesuatu dalam organisasi maupun dalam mempengaruhi anggota
kelompoknya untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Konsep Kepemimpinan Perempuan
Kepemimpinan adalah suatu sikap mempengaruhi orang lain untuk
mencapai suatu tujuan dengan visi dan misi yang kuat. Masalah kepemimpinan
telah lama muncul bersamaan dengan awal mula sejarah manusia, yaitu sejak
manusia menyadari pentingnya hidup berkelompok untuk mencapai tujuan
bersama. Mereka saling membutuhkan satu sama lain karena semuanya memiliki
kelebihannya masing-masing. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena manusia
selalu mempunyai keterbatasan serta kelebihan-kelebihan tertentu.Pemikiran
masyarakat pada umumnya jika berbicara mengenai kepempinan, identik dengan
kaum laki-laki padahal jika kita telaah lagi perempuan juga memiliki jiwa
kepemimpinan, yang tidak jauh berbeda kemampuannya dalam memberi arahan
dalam berorasi juga beretorika bahkan memberi gagasan dan berbagai pemikiran
yang baik.
Kepemimpinan adalah entitas yang mengarahkan kerja para anggota
organsasi untuk mencapai tujuan organisasi serta merupakan unsur penentu bagi
keberhasilan suatu organisasi, terlebih lagi dalam menuju perubahan. Menurut
Nurkolis Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh
peimpin kepada pengikutnya dalam upaya pencapaian tujuan organisasi
sedangkan kepemimpinan yang diajukan oleh Mullins (2005) yaitu kepemimpinan
25
adalah a relathionship through wich one person influentcheste behaviour or
actions of other people. Definisi mullins menekankan pada konsep “hubungan”
yang dilalui seseorang dapat mempengaruhi perilaku sesorang atau orang lain
dalam berprilaku baik di organisasi formal, informal ataupun informal. Asalkan
dapat membentuk kelompok , maka kepemimpinan dapat hadir guna mengarahkan
kelompok tersebut.
Pada dasarnya semua orang dapat menjadi pemimpin. Perempuan tidak
semuanya lemah, perempuan layaknya sebuah bangunan yang kokoh dan fondasi
yang berstruktur kuat. Hal ini terlihat dari perannya pada kehidupan
bermasyarakat, bahkan dalam kenyataannya banyak peran seorang perempuan
tradisional hanya sebagai “cadangan” Terwujudnya peran wanita untuk memiliki
kesempatan memegang peranan sebagai kepemimpinan membawa dampak yang
mengarah lebih baik bahwa permasalahan akan kesetaraan gender ditandai dengan
tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki. Dengan demikian,
antara perempuan dan laki-laki memiliki akses dan kesempatan yang sama dalam
mencapai sebuah peran kepemimpinan. Kini para perempuan dapat memberikan
sumbangsi suara dalam berpartisipasi yang mengontrol setiap pembangunan
negara yang lebih baik. Tentu hal ini adalah sebuah kebijakan dalam memperoleh
manfaat kesetaraan yang adil dari pembangunan. Saatnya para wanita maju dan
memiliki peran-peran yang penting dalam kepemimpinan.
Berdasarkan uraian sebelumnya mengenai “peran” dan “perempuan” maka
yang dimaksud dengan “peran perempuan” dalam penelitian ini adalah “manusia
26
yang bersikap halus melakukan serangkaian perilaku yang menduduki posisi
tertentu baik dalam organisasi maupun dalam kelompok”.
Adanya peran perempuan yang berkesempatan dalam peran sebagai pemimpin
yang membawa dampak positif yaitu berbagai permasalahan kesetaraan gender
ditandai dengan tidak adanya perbedaan yang timbul (diskriminasi) antara
perempuan dan laki-laki. Perempuan dan laki-laki memiliki peluang atau akses
yang sama dalam bidang kepemimpinan serta menduduki posisi dalam jabatan-
jabatan tertentu. Ditandai dengan kemampuan perempuan yang bisa memberikan
suara, berpartisipasi dalam pembangunan negara yang lebih baik. Tentu hal ini
merupakan kebijakan tersendiri yang memiliki manfaat persamaan serta adil dari
pembangunan dan kehidupan.
Untuk mengetahui pemimpin perempuan dalam jabatan publik dapat
digunakan teori fungsionalisme yang merupakan arus utama (mainstream) dalam
ilmu sosial. Teori fungsionalisme mempunyai pendapat bahwa dalam setiap
masyarakat pasti memiliki beberapa fungsi–fungsi yang harus dijalankan demi
kelangsungan hidup masyarakat itu. Setiap orang dan manusia mempunyai
peranan yang harus dilakukannya melalui interaksi dan bersosialisasi dengan
individu lain. Mansur (1999:109) peran serta wanita itu bukan hanya sekedar
partisipasi, tapi lebih jauh lagi perempuan dituntut untuk mampu bergerak dalam
berbagai tatanan konseptual. Wanita sebagai pejabat publik harus bisa melihat
bagaimana peran mereka didalam pemerintahan, menjalankan roda pemerintahan
secara sungguh-sungguh tanpa ada tekanan dari pihak manapun sehingga dapat
menjalankan tugas dengan baik.
27
Tugas dan wewenang wanita sebagai pejabat publik adalah menjalankan
semua aktivitas yang berhubungan dengan publik dan menerima laporan dari
masyarakat mengenai tata cara system pemerintahan. Wanita dituntut untuk bisa
menjalankan semua urusan dan mengurus segala hal yang menyangkut masalah
publik. Seorang pejabat publik dilingkungan pemerintah harus bisa menunjukkan
bahwa ia bisa melaksanakan semua tugas yang diberikan kepadanya dan
menjalankannya dengan baik sehingga orang menilai bahwa mereka ditunjuk
untuk menduduki suatu jabatan sesuai dengan keahliannya.
Seorang perempuan dalam hal kepemimpinan terutama di bidang
pembangunan sekarang ini sangat diperlukan ketika dalam segi pemikiran serta
kreatif dalam mengembangkan dalam mewujudkan kehidupan maupun lembaga
dan organisasi. Kata perempuan dapat diartikan sebagai sosok yang tangguh,
mandiri, aktif, berperan dan berdaya, sehingga peneliti menilai kata perempuan
pantas disandingkan dengan kata pembangunan yang juga perlu peran aktfi dari
seluruh masyarakat.
3. Indikator Kepemimpinan Perempuan
Dalam suatu proses kepemimpinan terdapat beberapa cara memimpin
yang berbeda-beda, namun kepemimpinan memiliki tujuan yang serupa.
Dalam sudut pandang ilmu, perempuan dan laki-laki memiliki potensi yang
sama untuk menjadi pemimpin namun dalam sudut pandang seni
kepemimpinan perempuan dan laki-laki memiliki perbedaan. Perbedaan-
perbedaan tersebut mempengaruhi pola kepemimpinan, perempuan memimpin
dengan cara yang berbeda namun belum tentu kepemimpinan perempuan lebih
28
jelek daripada kepemimpinan laki-laki. Kanter (1977) menjelaskan beberapa
indikator Kepemimpinan Perempuan yaitu sebagai berikut :
a. Pemimpin Perempuan sebagai The Mother (Simpatik)
The mother atau keibuan dalam jabatan publik diasumsikan bahwa
pemimpin perempuan memiliki sikap simpatik lebih dari pada pemimpin
laki-laki, seperti halnya seorang ibu yang sigap menyediakan obat, selalu
bersedia menjadi pendengar yang baik serta pemimpin perempuan juga
mudah diajak bertukar pikiran dan berbicara masalah pribadi.
Dengan asumsi tersebut diharapkan staff dapat lebih santai ketika
bercerita atau menyampaikan keluh kesah, menyampaikan pendapat dan
kritikan serta bercerita kepada atasan, peran ibu relative aman bagi
pemimpin perempuan karna mudah tersedia untuk semua orang ketika
dibutuhkan sehingga hal ini menjadi salah satu indikator yang dapat
mengembangkan lingkungan kerja yang lebih baik.
b. Pemimpin perempuan sebagai Seductress (Penyemangat)
Kepemimpinan perempuan sebagai Seductress atau penggoda ini
adalah pemimpin perempuan yang cenderung lebih memperkenalkan
unsur persaingan dan kecemburuan pada karyawannya dan pemimpin
perempuan terkadang tidak sadar bahwa sikap menggoda itulah yang dapat
menimbulkan semangat pada karyawannya atau bawahannya. Dalam hal
ini pemimpin perempuan dianggap sebagai faktor yang mampu
memotivasi karyawan atau staffnya untuk lebih giat dalam bekerja dan
29
mempunyai cara memberi semangat yang berbeda lebih baik daripada
pemimpin laki-laki.
c. Pemimpin perempuan sebagai The pet (Kekeluargaan)
Pemimpin perempuan sebagai kesayangan para staff merupakan hal
yang sering ditemui dalam dunia kerja, karakter kesayangan tersebut
diadopsi oleh para karyawan sebagai hal yang mampu menunjukkan
kehebatan dalam kepemimpinan perempuan bahwa pemimpin perempuan
mampu membuat pendekatan yang lebih baik kepada karyawan daripada
kepemimpinan laki-laki.
Dalam hal ini para atasan memiliki sikap yang cepat menganggap
bawahan sebagai orang terdekat atau sebagai keluarga sehingga staff akan
menganggap bahwa pemimpin perempuan sebagai orang dekat, hal inilah
yang membuat para staff tidak merasa canggung lagi ketika berkolaborasi
dengan atasannya atau ketika menyampaikan sesuatu. Hal tersebut cukup
membangun dalam menciptakan suasana kerja dan lingkungan kerja yang
lebih baik.
d. Pemimpin perempuan sebagai The iron maiden (Tegas)
The “iron maiden” yaitu peran yang dimana pemimpin perempuan
memiliki sikap tegas dalam memimpin. Peran iron maiden ini cenderung
membuat pemimpin perempuan lebih bersikap tegas dalam memimpin
bawahannya, hal tersebut agar mampu membuat bawahannya lebih baik
dalam bekerja atau lebih disiplin lagi dalam dunia kerja hal ini cenderung
menimbulkan kesan tegas. Peranan iron maiden ini terkadang menjadikan
30
pemimpin perempuan sebagai atasan yang tidak diperhatikan oleh staff
karena lebih kerap tegas dan keras dalam berbicara kepada bawahan
sehingga ketika pemimpin perempuan tersebut memiliki masalah maka
staff skurang memperhatikannya berbeda dengan seductress dan pet.
C. Kerangka Pikir
Penelitian ini dilakukan di Kantor Kecamatan Pangkajene, Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan untuk mengetahui kepemimpinan perempuan
khususnya dalam jabatan publik dimana rendahnya kepemimpinan perempuan
dalam jabatan publik yaitu pada kantor Kecamatan Pangkajene, Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan. Setiap kantor Kecamatan di Kabupaten Pangkep
dengan jabatan publik sebagian besar yang menempati posisi jabatan
kepemimpinan tersebut adalah laki-laki, kecuali pada kantor Kecamatan
Pangkajene. Ada beberapa perempuan yang berhasil menempati dan duduk
sebagai pemimpin dijabatan publik tersebut, ini menunjukkan bahwa masih
rendahnya kepemimpinan perempuan pada struktur kepemimpinan dijabatan
publik.
Penelitian tentang kepemimpinan perempuan di Kantor Kecamatan
Pangkajene, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan ini akan dianalisis
berdasarkan indikator: (1) Pemimpin perempuan sebagai the mother (Simpatik);
(2) Pemimpin perempuan sebagai seductress (Penyemangat); (3) Pemimpin
perempuan sebagai the pet (Kekeluargaan); (3) Pemimpin perempuan sebagai the
iron maiden (Tegas).
31
Gambar 2.1. Kerangka Pikir
D. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah kepemimpinan perempuan dalam jabatan
publik dikantor Kecamatan Pangkajene, Kabupaten Pangkajene dan kepulauan,
yaitu perempuan yang bisa menduduki posisi jabatan publik yang biasanya hanya
diduduki oleh laki-laki.
Kepemimpinan Perempuan dalam Jabatan
Publik Pada Kantor Kecamatan Pangkajene,
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
Indikator Kepemimpinan
Perempuan, Kanter (1977) :
1. Sebagai The mother
(Simpatik)
2. Sebagai Seductress
(Penyemangat)
3. Sebagai The pet
(Kekeluargaan)
4. Sebagai The Iron Maiden
(Tegas)
Faktor Penghambat
Kepemimpinan
Perempuan dalam Jabatan
Publik
1. Stereotype Gender
2. Peran Domestik
Perempuan
Mengetahui bagaimana pemimpin perempuan
menjalankan kepemimpinannya dalam jabatan
publik di Kantor Kecamatan Pangkajene,
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
32
E. Deskripsi Fokus Penelitian
Adapun sub-sub fokus dari fokus penelitian kepemimpinan perempuan
dalam jabatan publik dikantor Kecamatan Pangkajene, Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan, adalah :
1. Pemimpin perempuan sebagai the mother (Simpatik)
Pemimpin perempuan sebagai ibu dalam jabatan publik di Kantor Kecamatan
Pangkajene, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan memiliki sikap simpatik yang
lebih baik dari pada pemimpin laki-laki, seperti halnya pada saat anak sakit maka
ibu dengan sigap menyediakan obat, menjadi pendengar yang baik serta mudah
diajak bertukar pikiran dan berbicara masalah pribadi.
Sehingga staff di Kantor Kecamatan Pangkajene, Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan dapat lebih santai ketika menyampaikan keluh kesah, menyampaikan
pendapat dan kritikan serta bercerita kepada atasan, peran ibu relative aman bagi
pemimpin perempuan karna mudah tersedia untuk semua orang ketika dibutuhkan
sehingga hal ini menjadi salah satu indikator yang dapat mengembangkan
lingkungan kerja yang lebih baik.
2. Pemimpin perempuan sebagai Seductress(Penyemangat)
Pemimpin perempuan sebagai Seductress atau penggoda di Kantor Kecamatan
Pangkajene, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan cenderung menjadi penggoda
tapi dengan sikap menggoda inilah mereka secara tidak sadar mampu
menyemangati bawahannya walaupun dengan cara menimbulkan kecemburuan
dan persaingan. Dalam hal ini pemimpin perempuan dianggap sebagai faktor
33
penggoda yang mampu memotivasi karyawan atau staffnya untuk lebih giat dan
mempunyai cara yang lebih baik daripada pemimpin laki-laki. Seperti dalam
intonasi dalam memotivasi yang lebih baik, yang lebih menunjukkan karakter
pemimpin yang lebih semangat lagi sehingga semangat dari pemimpin perempuan
mampu membuat bawahan semangat dan bekerja lebih giat lagi bukan karena
perintah melainkan dorongan dari dalam.
3. Pemimpin perempuan sebagai The pet (kekeluargaan)
Pemimpin perempuan sebagai kesayangan para staff di Kantor Kecamatan
Pangkajene, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan sering ditemui dalam
lingkungan kerja, karakter kesayangan tersebut diadopsi oleh para karyawan
sebagai hal yang dapat menunjukkan kehebatan dalam kepemimpinan perempuan
bahwa pemimpin perempuan mampu membuat pendekatan yang lebih baik
kepada karyawan daripada kepemimpinan laki-laki.
Dalam hal ini para Kepala Seksi memiliki sikap yang cepat menganggap
bawahan sebagai orang terdekat atau sebagai keluarga sehingga staff akan
menganggap bahwa pemimpin perempuan sebagai orang dekat, hal inilah yang
membuat para staff setiap seksi di Kantor Kecamatan Pangkajene, Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan tidak lagi merasa canggung lagi ketika berkolaborasi
dengan atasannya atau ketika menyampaikan sesuatu. Hal tersebut cukup
membangun dalam menciptakan suasana kerja dan lingkungan kerja yang lebih
baik.
4. Pemimpin perempuan sebagai The iron maiden (Tegas)
34
The “iron maiden” adalah perubahan untuk masa kini, yaitu peran yang
dimana perempuan kuat ditempatkan. Peran iron maiden di Kantor Kecamatan
Pangkajene membuat pemimpin perempuan lebih bersikap tegas dalam memimpin
bawahannya, karena para kepala seksi ingin membuat bawahannya lebih baik
dalam bekerja atau lebih disiplin lagi dalam dunia kerja hal ini cenderung
menimbulkan kesan tegas. Peranan iron maiden ini terkadang menjadikan
pemimpin perempuan sebagai atasan yang tidak diperhatikan oleh staff karena
lebih kerap tegas dan keras dalam berbicara kepada bawahan sehingga ketika
pemimpin perempuan tersebut memiliki masalah maka staff kurang
memperhatikannya berbeda dengan seductress dan pet.
5. Stereotype Gender
Ketimpangan gender ini adalah sebuah keadaan dimana ada salah satu jenis
gender yang merasa kedudukannya lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan
dengan jenis gender yang lain. Perempuan dan laki-laki dikonstruksikan memiliki
perbedaan seperti pada Kantor Kecamatan Pangkajene dan Kepulauan yang kedua
jenis gender tersebut diposisikan berbeda serta dipengaruhi oleh masyarakat maka
dari itu terkadang ditemui kondisi yang tidak seimbang antara laki-laki dan
perempuan dikarenakan hasil dari pemikiran masyarakat itu sendiri. Konstruksi
pemikiran tersebut pada dasarnya dipicu oleh stereotype gender yang memberikan
kesan atau keyakinan mengenai perilaku apa yang tepat dilakukan oleh
perempuan dan laki-laki.
6. Peran Domestik Perempuan
35
Peran domestik yang maksudnya adalah ruang lingkup kegiatan perempuan
yang berhubungan dengan kegiatan di rumah dan kodratnya sebagai seorang
perempuan, misalnya menjadi ibu yang bertanggung jawab dalam hal pengasuhan
anak dan urusan rumah tangga lainnya, seperti membersihkan rumah, juga
memasak. Terdapatnya anggapan yang mengatakan bahwa perempuan
mempunyai kewajiban hanya pada dapur untuk mengurusi rumah tangga.
Hal tersebut membuat perempuan yang ada dalam Kantor Kecamatan
Pangkajene dan Kepulauan tidak memiliki ruang bebas dalam ranah publik serta
tidak mampu membuat perempuan bersaing dalam birokrasi.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi
Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini dilaksanakan mulai dari tanggal
25 Januari 2021 sampai tanggal 25 Maret 2021. Lokasi penelitian ini dilakukan
pada kantor Kecamatan Pangkajene, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
karena peneliti melihat di kantor-kantor Kecamatan di Kabupaten Pangkep masih
sangat rendah akan adanya pemimpin perempuan dalam jabatan publik. Akan
tetapi di kantor Kecamatan Pangkajene, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
masih ada perempuan yang bisa menjabat sebagai pemimpin di dalamnya. Jadi
peneliti ingin mengetahui peran kepemimpinan perempuan dalam jabatan publik
serta faktor rendahnya peran kepemimpinan perempuan dalam jabatan publik.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
1. Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, yang
dapat menggambarkan fenomena sesuai dengan objek penelitian tentang
Peran Kepemimpinan Perempuan dalam Jabatan Publik pada Kantor
Kecamatan Pangkajene, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
2. Tipe Penelitian yang di gunakan pada penelitian ini adalah tipe
fenomenologi, dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai peran
Kepemimpinan Perempuan dalam Jabatan Publik pada Kantor Kecamatan
Pangkajene, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
37
C. Sumber Data
1. Data Primer
Data yang peneliti peroleh melalui kegiatan penelitian langsung dengan
melakukan wawancara kepada narasumber dan observasi di lokasi
penelitian.
2. Data Sekunder
Data yang peneliti dapatkan melalui sumber kedua, seperti :
a. Buku-buku referensi
b. Struktur Organisasi
d. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi, Wewenang, Visi dan Misi,
Tujuan dan sasaran
D. Informan
Informan yang dimaksud adalah subjek penelitian yang akan memberikan
informasi selama penelitian ini berlangsung, berdasarkan uraian tersebut maka
peneliti menentukan informan dengan menggunakan purposive sampling yaitu
menentukan informan tidak di dasarkan atas strata, kedudukan, pedoman ataupun
wiayah tapi didasarkan atas tujuan tertentu yang berhubungan dengan
permasalahan penelitian agar diperoleh data yang representatif.
Informan penelitian yang dimaksud adalah wanita yang menjadi pemimpin
dalam jabatan publik di Kantor Kecamatan Pangkajene, Kabupaten Pangkajene
dan Kepulauan serta staf-staf yang terlibat dan berhubungan dengan penelitian.
38
Adapun yang menjadi informan-informan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Tabel 3.1. Data Informan
No. NAMA JABATAN
1 HENNY ROSMALA HS, SE, M.Si Kasi Trantib
2 SUKRIAH, S.Kom Kasi Perekonomian
3 SUDARMIATI, SP Kasi Pemerintahan
4 YULIA ANWAR Staff Kasi Ketentraman dan Tata
Tertib
5 ABDUL AZIS, SM Staff Kasi Perekonomian
6 SITI NURHAYATI, SE Staff Kasi Pemerintahan
7 USMAN, S.Sos Staff Kasi Pemerintahan
Sumber : Tabel Kepemimpinan Kantor Kecamatan Pangkajene, Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan
E. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam
penelitian ini sebagai berikut :
1. Wawancara
Yaitu dengan melakukan dialog atau wawancara langsung dengan
Narasumber untuk mendapatkan keterangan yang bersangkutan dengan
penelitian.
2. Observasi
Yaitu mengumpulkan data melalui pengamatan secara langsung
dilokasi penelitian agar mendapatkan data yang erat hubungannya dengan
penelitian ini.
39
F. Teknik Analisis Data
Menurut Milla & Schumacher 2001 analisis data adalah suatu proses induktif
dalam mengorganisir data dalam beberapa kategori dan mengidentifikasinya,
kemudian data tersebut dianalisa dengan menggunakan deskriptif kualitatif untuk
menggambarkan secara utuh kenyataan mengenai peranan wanita dalam jabatan
publik, dan data tersebut disajikan untuk mendukung dalam pengambilan
kesimpulan.
G. Teknik Pengabsahan Data
Triangulasi yang digunakan dalam pengujian yang kredibilitas ini adalah
sebagai pengecekan data dari sumber-sumber yang ada dengan berbagai macan
cara dan berbagai waktu, Terdapat triangulasi sumber, triangulasi waktu, serta
triangulasi pengumpulan data, sebagaimna yang dijelaskan dalam Sugiyono
(2017) yaitu sebagai berikut:
a. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber untuk mengkaji kredibilitas data yang dilakukan dengan
cara mnegecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
b. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji data agar memiliki kredibilitas yang
dilakukan dengan cara sumber yang sama dengan teknik yang beda.
Contohnya data diperoleh dari hasil wawancara, lalu dicek dan dilihat dari
observasi, dan dokumentasi.
c. Triangulasi waktu
40
Triangulasi waktu sangat penting dan mempengaruhi kredibilitas data. Data
dikumpulkan menggunakan teknik wawancara dan lebih baik dilakukan
pada pagi hari pada saat semua narasumber semangat dan masih segar,
belum banyak masalah sehingga mampu dan akan memberikan data yang
lebih valid sehingga hasilnya lebih kredibel. Pengujian keabsahan data
dilakukan dengan cara pengecekan pada hasil wawancara, observasi dan
teknik dalam waktu-waktu dan situasi yang berbeda. Jika hasil uji tersebut
menghasilkan data berbeda, maka dilakukan dengan berulang-ulang
sehingga dapat ditemukan kapasitas datanya.
41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Gambar 4.1 Peta Pangkajene dan Kepulauan
Kecamatan Pangkajene adalah kecamatan yang ada di Kabupaten
pangkajene dan Kepulauan, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kotanya
adalah Pangkajene. Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan di resmikan pada
tanggal 8 Februari 1960. Kawasan yang kental dengan budaya ini, pada hasil
sensus tahun 2017, kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.132,08 km² dan jumlah
penduduk sebesar 361.636 jiwa dengan sebaran penduduk 319 jiwa/km².
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yang struktur wilayah terdiri atas 2
bagian utama yang membentuk kabupaten pangkajene dan kepulauan yaitu: 1.
Wilayah Daratan Secara garis besar wilayah daratan Kabupaten Pangkajene, dan
Kepulauan ditandai dengan bentang alam wilayah dari daerah dataran rendah
sampai pegunungan, di mana potensi cukup besar juga terdapat pada wilayah
daratan Kabupaten Pangkajene, dan Kepulauan yaitu ditandai dengan terdapatnya
42
sumber daya alam berupa hasil tambang, seperti batu bara, marmer, dan semen.
Disamping itu potensi pariwisata alam yang mampu menembah pendapatan
daerah
2. Karakteristik Lokasi dan Wilayah
Kota Pangkajene merupakan ibukota Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
(Pangkep), Provinsi Sulawesi Selatan. Pangkajene merupakan satu dari 13
kecamatan yang ada di Kabupaten Pangkep. Ketigabelas kecamatan itu tersebar di
daratan Sulawesi, sembilan kecamatan (Pangkajene, Balocci, Bungoro,
Labakkang, Ma’rang, Segeri, Minasatene, Tondong Tallasa dan Mandalle). dan di
kepulauan empat kecamatan (Liukang Tupabiring, Liukang Tupabiring Utara,
Liukang Kalmas, dan Liukang Tangaya).
Luas Kota Pangkajene 50,78 km2 dengan jumlah penduduk pada tahun
2010 sebanyak 41.601 jiwa, sehingga kepadatan penduduk mencapai 819 jiwa per
km2. Jumlah penduduk Kecamatan Pankajene masih lebih sedikit dibanding
jumlah penduduk Kecamatan Labakkang yang mencapai 43.645 jiwa, merupakan
kecamatan berpenduduk paling banyak di Kabupaten Pangkep. Sedangkan
kecamatan yang memiliki wilayah paling luas ialah Kecamatan Balocci 147,29
km2.
Kota Pangkajene meliputi sembilan kelurahan, yaitu Sibatua, Bonto Perak,
Anrong Appaka, Tekolabbua, Jagong, Tumampua, Paddoang-doangan,
Mappasaile dan Pabundukang.
Dengan batas wilayah Kota Pangkajene dan Kepulauan adalah sebagai
berikut :
a) Sebelah Utara : Berbatasan Kecamatan Bungoro
b) Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Minasatene
43
c) Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Maros
d) Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Liukang Tupabbiring.
3. Data Kepemimpinan pada Kantor Kecamatan Pangkajene, Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan
Kantor Kecamatan Pangkajene, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan telah
menyediakan struktur serta data kepemimpinan dan kepegawaian yang ada
dikantor kecamatan pangkajene dan Kepulauan, sehingga memudahkan
masyarakat untuk melihat data atau informasi-informasi yang terdapat pada kantor
kecamatan Pangkajene, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
Adapun data kepemimpinan yang ada di kantor kecamatan pangkajene,
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan sebagai berikut :
Tabel 4.1. Data Kepemimpinan
No Nama GOL. Jabatan
1 Drs. KHAIRUL AZWAR, M.Si IV/a Sekcam
2 H. RIZAL SAM SAM, SE III/d Kasi Kessos
3 HENNY ROSMALA HS, SE, Msi III/d Kasi Trantib
4 SUKRIAH, S.Kom III/c Kasi Perekonomian
5 SUDARMIATI, SP III/c Kasi Pemerintahan
6 AWALUDDIN DJAYA, S.Sos III/c Kasi Pembangunan
7 ABDULLAH RIDWAN, S. Sos III/b
Ka Sub Bagian
Perencanaan & Pelaporan
Keuangan
8 ABDUL AZIS, SM III/a
Ka Sub Bagian Umum &
Kepegawaian
9 LUTFI LANTI, SPI III/d Staff
10 USMAN, S.Sos III/b Staff
11 BESSE SYUKRIAH, SE III/b Staff
12 ANDI INDRAWATI IDRIS, A. Md III/a Staff
13 HALIMAH, SE III/a Staff
14 NURJANNA II/d Staff
15 ABDUL JALIL II/d Staff
16 YOHANNES II/c Staff
44
17 TAJUDDIN II/b Staff
Sumber : Peta Data Kepemimpinan Kantor Kecamatan Pangkajene
B. Hasil Penelitian
1. Kepemimpinan Kerempuan dalam Jabatan Publik
Kepemimpinan adalah suatu sikap mempengaruhi orang lain untuk
mencapai suatu tujuan dengan visi dan misi yang kuat, terciptanya peran wanita
dalam berkesempatan memegang peranan sebagai kepemimpinan dapat membawa
dampak yang positif yaitu permasalahan kesetaraan gender ditandai dengan tidak
adanya perbedaan (diskriminasi) antara perempuan dan laki-laki. Dengan
demikian perempuan dan laki-laki memiliki peluang atau akses yang sama dalam
kepemimpinan.
Kepemimpinan perempuan dalam jabatan publik dapat diartikan sebagai
serangkaian perilaku yang dilakukan oleh perempuan sesuai dengan
kedudukannya sebagai pemimpin dalam jabatan publik. Dalam manajemen
kepemimpinan perempuan tak jauh berbeda dari laki-laki, perempuan juga
memiliki kecerdasan dan kekuatan dalam menempatkan diri di tempat kerja, di
rumah, bahkan dalam lingkungan masyarakat sekitar. Dengan memberikan
kesempatan dan menyemangati perempuan untuk berperan sebagai pemimpin.
Kepemimpinan yang dilakukan oleh para pemimpin perempuan
menggunakan beberapa pola komunikasi yang baik seperti tindakan pemimpin
perempuan terhadap bawahan, baik yang tampak maupun tidak tampak oleh
bawahannya, pemimpin perempuan ini juga mengambarkan beberapa kombinasi
seperti keterampilan motivasi, sifat, dan sikap yang mendasari prilaku seseorang.
45
Sehingga mampu memaksimumkan produktivitas, kepuasan kerja, pertumbuhan,
serta mampu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi.
Dalam Kepemimpinan perempuan menurut Kanter 1977 terdiri dari
empat indikator yaitu : kepemimpinan perempuan sebagai the mother (Simpatik),
kepemimpinan perempuan sebagai seductress (Penyemangat), kepemimpinan
perempuan sebagai the pet (Kekeluargaan), kepemimpinan perempuan sebagai the
iron maiden (Tegas).
a. Pemimpin Perempuan Sebagai The mother (Simpatik)
Pemimpin perempuan sebagai ibu dalam jabatan publik diasumsikan
bahwa perempuan memiliki sikap simpatik, seperti pada saat anak sakit maka
ibu menyediakan obat, pendengar yang baik dan mudah diajak berbicara
masalah pribadi. Dengan asumsi tersebut diharapkan bahwa staff dapat lebih
santai ketika bercerita kepada atasan, sehingga hal ini menjadi salah satu
indikator yang dapat mengembangkan lingkungan kerja yang lebih baik.
Sebagaimana hasil wawancara dari Kepala Seksi Trantib yang
mengatakan bahwa :
“Saya selaku kepala seksi trantib di kantor kecamatan ini
memperhatikan betul jika ada yang sedang bermasalah lalu kemudian
bingung mencari solusinya, saya akan membantu mencari jalan keluar
dari masalah itu contohnya sebagai ibu yang mendengarkan staff
dengan baik. Karna kan juga staff saya perempuan jadi saya
memposisikan diri seperti itu.”
(Hasil wawancara HR, Tanggal 07 Maret 2021).
Dalam hal ini Kepala seksi trantib selalu memperhatikan staff dan
bawahannya dibidang ketentraman dan tata tertib serta membantu memberikan
solusi disetiap masalah yang ada, hal tersebut dilakukan sebagai bentuk perhatian
46
dengan memposisikan diri sebagai ibu dan tanggung jawabnya sebagai seorang
pemimpin.
Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Kepala Seksi Perekonomian
sebagai berikut :
”Kita harus mengetahui betul fungsi kita sebagai seorang pemimpin,
terutama bagaimana komunikasi kita terhadap bawahan, sehingga
ketika bawahan ingin menyampaikan keluh kesahnya, kita siap
menampung dan mendengarkan. Berbicara keibuan yah sudah termasuk
seperti itu, merangkul staff sehingga para staff juga santai dalam
menyampaikan keluh kesahnya pada pimpinan. Yah, kalau saya seperti
itu terhadap bawahan”
(Hasil wawancara S, Tanggal 07 Maret 2021).
Hal ini juga dituturkan oleh Kepala Seksi Perekonomian dalam hal pemimpin
perempuan sebagai the mother , yang mengatakan bahwa ia mengetahui betul
fungsinya sebagai seorang pemimpin perempuan sehingga mampu menampung
pengaduan dan menerima keluh kesah bawahannya serta mampu berkomunikasi
dengan baik terhadap bawahan ketika ada masalah sehingga mampu mencari jalan
keluar bersama.
Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala Seksi Pemerintahan yang
mengatakan bahwa :
“Sebagai seorang pemimpin saya dengan bawahan cukup bekerja sama
dengan baik, karena staff juga cepat memberitahu ketika melaksanakan
sesuatu dan ada yang kurang maka kita sebagai atasan juga cepat
membantu begitupun kalau ada masalah atau ada yang ingin mereka
sampaikan, yah saya persilahkan saja bicara semuanya karena saya juga
memposisikan diri saya sebagai pendengar yang baik.
(Hasil wawancara DR, Tanggal 07 Maret 2021)
Dalam hal ini Kepala Seksi Pemerintahan cukup bekerja sama dengan baik
terhadap bawahan sehingga ketika bawahan menyampaikan sesuatu atau masalah
47
maka atasan memposisikan diri sebagai pendengar yang baik juga cepat
membantu untuk mencari solusi terhadap masalah yang ada.
Berdasarkan hasil wawancara dari 3 Kepala seksi diatas dapat disimpulkan
bahwa peran kepemimpinan perempuan sebagai The mother (keibuan) di Kantor
Kecamatan Pangkajene dan Kepulauan cukup baik hal ini terlihat ketika mereka
memberi kesempatan, memberi ruang kepada bawahannya untuk menyampaikan
segala keluh kesah dan memposisikan dirinya sebagai pendengar yang baik.
Hal tersebut senada dengan hasil wawancara dari Staff Seksi Trantib
yaitu sebagai berikut :
“Kalau ibu di trantib menurut saya baik dalam merespon. Jadi saya juga
tidak memendam jika ada masalah, karena ibu membantu jika ditanya.
Sikap ibu juga baik dalam mendengarkan seperti sahabat kalau
mendengarkan, sikap simpatiknya juga cukup baik”.
(Hasil wawancara YA, Tanggal 07 Maret 2021)
Dalam hal ini Kepala Seksi Ketentraman dan Tata Tertib cepat dalam
merespon ketika staff mempertanyakan sesuatu hal yang tidak diketahui atau
sedang bermasalah serta cukup baik dalam hal mendengarkan bawahannya.
Seperti yang diungkapkan oleh Staff Seksi Perekonomian dalam wawancara
sebagai berikut :
“Ibu diseksi Perekonomian sangat jeli ketika ada bawahannya yang
sedang bermasalah, beliau tidak banyak berbicara dalam hal yang tidak
terlalu penting atau bukan urusan kantor tapi cepat dalam bertindak.
Beliau juga sangat berjiwa keibuan sehingga kita juga merasa
diperhatikan. Menurut saya beliau adalah pemimpin perempuan yang
baik”
(Hasil wawancara AA, Tanggal 07 Maret 2021)
Hal ini juga dituturkan oleh Staff Seksi Perekonomian yang mengatakan
bahwa Kepala Seksi Perekonomian baik dalam hal mendengarkan bawahannya,
48
mencari solusi atas masalah yang ada serta membantu setiap kesulitan
bawahannya serta menfasilitasi kebutuhan pegawainya ketika ada yang
kekurangan, jiwa kepemimpinannya sebagai perempuan sangat terasa.
Adapun hasil wawancara dengan Staff Seksi Pemerintahan, mengatakan
bahwa :
“Selaku pemimpin perempuan diseksi pemerintahan, menurut kami ibu
baik dalam menjalankan tugasnya. Beliau tegas tapi relasinya terhadap
bawahan sangat baik, terutama dalam mendengar pengaduan
bawahannya, dan selalu bersiap menerima kritikan dan keluh kesah
bawahannya. Karakter beliau keibuan menurut saya karna tegas tapi
menjadi pendengar yang baik juga”
(Hasil wawancara SN, Tanggal 07 Maret 2021, U Tanggal 07 Maret
2021)
Berdasarkan hasil wawancara 4 informan diatas dapat disimpulkan bahwa
peran kepemimpinan perempuan sebagai the mother (keibuan) pada Kantor
Kecamatan Pangkajene dan Kepulauan cukup baik. Hal ini terlihat dari cara
Kepala Seksi membangun kepercayaan bawahannya dengan menjadi pendengar
yang baik, ada disaat staffnya ingin mencurahkan masdeskrialahnya.
b. Pemimpin Perempuan Sebagai Seductress (Penyemangat)
Peran kepemimpinan perempuan sebagai penggoda ini cenderung
menimbulkan unsur persaingan dan kecemburuan namun pemimpin perempuan
terkadang menimbulkan sikap menyemangati bawahannya atau menjadi
penyemangat bagi bawahannya dari hal itu. Dalam hal ini pemimpin perempuan
dianggap sebagai faktor yang lebih baik dibanding dengan pemimpin laki-laki
dalam hal menyemangati dan memotivasi karyawan untuk lebih giat. Sehingga
bawahan bekerja lebih giat bukan karena perintah melainkan dorongan dari dalam.
49
Didukung oleh hasil wawancara Kepala Seksi Ketentraman dan Tata Tertib
yang mengatakan bahwa :
“ Mengenai pemimpin perempuan sebagai Seductress, apalagi
pemimpin perempuan yang dianggap lebih memiliki sikap lembut atau
dalam pengertian menggoda yah terkadang menggunakan hal itu agar
bawahan juga tidak terlalu kaku, mengenai kecemburuan menurut saya
itu munkin tidak ada yah, nah seperti itu salah satu cara agar saya dapat
menjalin komunikasi yang baik dengan bawahan.”.
(Hasil wawancara HR, Tanggal 07 Maret 2021)
Berdasarkan hasil wawancara dari Kepala Seksi Ketentraman dan Tata Tertib,
seorang pemimpin perempuan harus bisa berperan banyak jika itu bisa
meningkatkan kemampuan bawahan apalagi jika bisa sebagai penyemangat
terhadap bawahan atau pemimpin yang selalu harus menjalin komunikasi dengan
bawahannya. Dan selama masa jabatan Kepala Seksi telah berusaha untuk selalu
menjalin komunikasi yang baik dengan staffnya dengan cara memberi semangat
kerja.
Senada dengan hasil wawancara dari Kepala Seksi Perekonomian yang
mengatakan bahwa :
“Saya sebagai pemimpin sadar yang namanya pemimpin ya harus
pintar-pintar dalam mengambil hati bawahannya, contohnya itu
menyemangati mereka dengan cara menggoda yang sewajarnya saja
yah. Tentu setiap pemimpin mempunyai cara yang berbeda tapi saya
menyemangati dengan cara memberi kata pembangkit yang baik juga
terkadang memberi mereka hadiah agar lebih giat dalam bekerja”.
(Hasil wawancara S, Tanggal 07 Maret 2021)
Mampu menjadi penyemangat yang baik dengan bawahan merupakan hal
yang sangat penting dalam memimpin, penerapan komunikasi yang baik dalam
menyemangati bawahan dengan komunikasi yang baik Kepala Seksi dengan Staff
akan lebih bersinergi dalam bekerja.
50
Sejalan dengan hasil wawancara dari Kepala Seksi Pemerintahan yang
mengatakan bahwa :
“Saya selaku pemimpin sangat menjaga komunikasi dengan bawahan,
seperti menyemangati mereka disaat lagi down, saat lagi kecapean.
Dengan begitu mereka juga merasa lebih diperhatikan juga hal itu dapat
menarik simpati mereka bahwa kita adalah pemimpin yang baik”.
(Hasil wawancara DR, Tanggal 07 Maret 2021)
Berdasarkan hasil wawancara dari 3 Informan diatas dapat disimpulkan
bahwa para pemimpin perempuan atau Kepala Seksi mampu menciptakan serta
menjadi penyemangat yang baik bagi bawahannya, dilihat dari kemampuan kepala
seksi mendekati staff dan membangun relasi dengan baik dengan cara
menyemangati bawahan.
Sejalan dengan hasil wawancara dari Staff Ketentraman dan Tata Tertib
yang mengatakan bahwa :
“Ibu cukup baik ketika menjadi penyemangat dengan staff, mengenai
ada unsur kecemburuan kalau bagi saya itu tidak ada. Dan mengenai
persaingan yah pasti ada tapi lebih ke persaingan secara sehat saja tapi
tetap membuat kita nyaman dan merasa tersemangati.”
(Hasil wawancara YA, Tanggal 07 Maret 2021)
Menyemangati adalah hal sangat penting dalam kepemimpinan perempuan
terhadap bawahan dalam jabatan publik, yang menurut penjelasan dari Staff
Ketentraman dan Tata Tertib yang mengatakan bahwa Kepala Seksi Trantib tegas
dalam menyemangati akan tetapi tetap membuat bawahannya merasa semangat
dalam bekerja.
Sejalan dengan hasil wawancara dari Staff Seksi Perekonomian yang
mengatakan bahwa :
“Sebagai pemimpin, ibu diseksi perekonomian sangat baik dan bagus
dalam menyemangati staff, sikap beliau yang lemah lembut semakin
51
membuat jiwa penyemangatnya lebih bagus begitu. Mengenai kesan
cemburu terhadap staff yang lain gara-gara perilaku menggoda menurut
saya itu tidak ”.
(Hasil wawancara AA, Tanggal 07 Maret 2021)
Berdasarkan hasil wawancara dari Staff Seksi Perekonomian dalam hal
menyemangati, Kepala Seksi Perekonomian telah menjalankan dengan cukup baik
karena Kepala Seksi harus mampu menjadi penyemangat bagi bawahannya agar
bawahan juga tetap semangat dan kerjanya semakin giat lagi.
Sejalan dengan hasil wawancara dari Staff Seksi Pemerintahan yang
mengatakan bahwa :
“Ibu dikantor baik dalam hal menyemangati bawahan karena beliau
sangat memperhatikan staff, beliau juga selalu mengecek staff ketika
melakukan sesuatu apakah sudah selesai atau belum. Jika belum beliau
menyemangati kembali jadi kita sebagai staff merasa diperhatikan juga,
ibu juga bertutur kata yg lembut terhadap staff”
(Hasil wawancara SN, Tanggal 07 Maret 2021, U Tanggal 07 Maret
2021).
Berdasarkan hasil wawancara dari 4 informan diatas dapat disimpulkan
bahwa Kepala Seksi Ketentraman dan Tata tertib, Kepala Seksi Perekonomian
dengan Kepala Seksi Pemerintahan telah memberikan semangat yang baik bagi
bawahannya, perhatian kepada bawahannya dilihat dari cara pemimpin perempuan
yang memberi semangat berbeda dengan pemimpin laki-laki.
c. Pemimpin Perempuan Sebagai The Pet (Kekeluargaan)
Karakter kesayangan diadopsi oleh karyawan sebagai hal yang dapat
menunjukkan kehebatan dalam kepemimpinan perempuan daripada
kepemimpinan laki-laki. Dalam hal ini staff akan menganggap bahwa pemimpin
perempuan sebagai orang dekat, sehingga tidak terdapat rasa canggung.
52
Didukung oleh hasil wawancara dari Kepala Seksi Ketentraman dan Tata
Tertib yang mengatakan sebagai berikut :
“Sebagai pemimpin saya tidak tau ya apakah mereka menjadikan saya
sebagai kesayangan, tapi dilihat dari cara mereka yang sudah tidak
canggun kepada saya serta cara saya juga kepada mereka memang
memperlakukan bawahan saya seperti orang terdekat saya sehingga
mereka lebih santai dalam berkolaborasi dengan saya di pekerjaan”
(Hasil wawancara HR, Tanggal 07 Maret 2021).
Berdasarkan hasil wawancara dari Kepala Seksi Ketentraman dan Tata Tertib
seorang pemimpin harus mampu menarik simpatik bawahannya dengan cara
menganggap bawahan adalah orang terdekat, sehingga bawahan dapat bekerja
dengan baik tanpa ada rasa canggung dan malu-malu dan tujuan organisasi dapat
tercapai.
Senada dengan hasil wawancara dari Kepala Seksi Perekonomian yang
mengatakan bahwa :
“Saya selaku pemimpin sadar bahwa saya harus membina hubungan
baik dengan bawahan, salah satunya dengan menjadikan staff sebagai
orang terdekat, menganggap mereka keluarga dengan begitu kita
sebagai pemimpin perempuan lebih memiliki nilai lebih daripada
pemimpin laki-laki”.
(Hasil wawancara S, Tanggal 07 Maret 2021).
Bagi seorang pemimpin Kepala Seksi harus bisa mendekatkan diri bawahan
karena hal tersebut juga dapat menumbuhkan jiwa dan dorongan tersendiri bagi
staff atau pegawai dalam bekerja sehingga ketika ada masalah tidak canggung lagi
untuk bertanya.
Senada dengan hasil wawancara dari Kepala Seksi Pemerintahan yang
mengatakan sebagai berikut :
“Saya sebagai pemimpin perempuan diseksi pemerintahan ini memang
dalam bersikap kebawahan ya selayaknya orang terdekat dengan
53
memperlakukan mereka dengan baik sehingga staff juga bisa timbul
semangat dalam bekerja dan menjalankan tugas yang diberikan dengan
cepat dan lebih optimal lagi”
(Hasil wawancara DR, Tanggal 07 Maret 2021).
Berdasarkan hasil wawancara dari 3 Informan diatas dapat disimpulkan
bahwa para Kepala Seksi dalam hal menjadi kesayangan bagi bawahan sejauh ini
cukup baik dilihat dari cara para kepala seksi atau pemimpin perempuan
menganggap bawahan sebagai orang terdekat sehingga mereka tidak canggung
kepada pemimpin perempuan dan hal tersebut bersifat positif dan membangun
kepada bawahannya.
Sejalan dengan hasil wawancara dari Staff Seksi Ketentraman dan Tata Tertib
sebagai berikut :
“Ibu di kantor termasuk kesayangan bagi staffnya karna beliau memang
pintar mengambil hati bawahan, kita juga sebagai staff merasa harus
lebih giat dalam bekerja dan tidak mau mengecewakan pemimpin
perempuan yang sudah bersikap baik kepada staff. Hal itu juga cukup
baik dalam hal atasan dengan bawahan”
(Hasil wawancara YA, Tanggal 07 Maret 2021).
Senada dengan hasil wawancara dari Staff Perekonomian yang mengatakan
bahwa :
“Dilihat dari cara ibu memberikan perhatian, menganggap staff sebagai
keluarga menurut kami itu sudah sangat bagus, karna ibu juga selalu
dekat dengan staffnya jadi kami juga merasa tidak canggung lagi jika
ada masalah pekerjaan dan ingin menceritakan kepada ibu. Mengenai
kesayangan yah ibu termasuk kesayangan para staffnya”.
(Hasil wawancara AA, Tanggal 07 Maret 2021)
Dalam hal pemimpin perempuan sebagai the pet, Kepala Seksi Perekonomian
sangat dengan bawahannya sehingga bawahan telah menganggap mereka sebagai
54
kesayangan, hal kekeluargaan yang dilakukan atasan termasuk factor yang penting
dalam tercapainya suatu tujuan organisasi.
Sejalan dengan hasil wawancara dari Staff Seksi Pemerintahan yaitu sebagai
berikut :
“Ibu di seksi pemerintahan termasuk kesayangan para staffnya, karena
memang dari perlakuannya yang sudah menganggap kami orang
terdekatnya, perilakunya dalam berkolaborasi juga cukup baik. Jadi
kami tidak pernah lagi canggung ketika ingin berbicara dengan ibu juga
tidak canggung lagi menceritakan ketika ada masalah di kantor”.
(Hasil wawancara ST, 07 Maret 2021, U 07 Maret 2021).
Berdasarkan hasil wawancara dari 4 informan diatas dapat disimpulkan
bahwa Kepala Seksi Ketentraman dan Tata Tertib, Perekonomian dan
Pemerintahan cukup menjadi kesayangan para staffnya dilihat dari cara para staff
yang tidak lagi canggung dalam menceritakan keluh kesah kepada para pemimpin,
dan menganggap mereka orang terdekat. Hal tersebut cukup baik untuk mencapai
tujuan yang ingin dicapai.
d. Pemimpin Perempuan Sebagai The Iron Maiden (Tegas)
The “iron maiden” adalah perubahan untuk masa kini, peran yang dimana
perempuan kuat ditempatkan. Peran iron maiden ini cenderung membuat
perempuan bersikap tegas dalam memimpin bawahannya, sehingga timbul kesan
tegas. Peranan iron maiden ini terkadang menjadikan pemimpin perempuan tidak
diperhatikan oleh staff ketika memiliki masalah, berbeda dengan seductress dan
pet.
Didukung oleh hasil wawancara dari Kepala Seksi Ketentraman dan Tata
Tertib yang mengatakan sebagai berikut :
55
“Saya menjalani kepemimpinan saya terkadang juga tegas dalam
memimpin. Tegas nya yah berbeda dengan tegas laki-laki yang
keseringan dianggap tegas tapi memarahi juga. Kalau perempuan kan
tegas tapi tidak keras jdi tegasnya tetap lembut begitu”
(Hasil Wawancara HR, Tanggal 07 Maret 2021)
Berdasarkan hasil wawancara dari Kepala Seksi Ketentraman dan Tata Tertib
ia mengatakan bahwa pemimpin perempuan sebagai the iron maiden itu ada,
yakni tegas dalam memimpin. Tapi tetap membedakan tegas dengan keras yang
identic dengan pemimpin laki-laki, hal tersebut agar komunikasi dengan staff
tetap baik dan tujuan organisasi dapat tercapai.
Senada dengan hasil wawancara dari Kepala Seksi Pereknomian yang
mengatakan bahwa :
“Berbicara tegas, ya saya tegas ketika menghadapi beberapa
permasalahan di kantor sebagai pemimpin perempuan. Karna menurut
saya itu hal yang baik juga dalam membuat bawahan disiplin tapi
bukan juga yang tegas dalam artian memarahi, tidak. Tapi dalam hal
tertentu saja.
(Hasil Wawancara S, Tanggal 07 Maret 2021)
Kepemimpinan perempuan dengan indikator yang tegas itu ada dan menurut
Kepala Seksi Perekonomian hal tersebut baik agar bawahan tetap dalam keadaan
yang baik dan disiplin dalam bekerja.
Sejalan dengan hasil wawancara dari Kepala Seksi Pemerintahan yang
mengatakan bahwa :
“Sebagai pemimpin perempuan yang tegas ya saya juga seperti itu,
tegas dalam memimpin itu harus tapi tetap tegas yang sewajarnya,
apalagi perempuan yang identik dengan emosionalnya yang terkadang
tidak bisa dikontrol. Jangan sampai tegas tapi sudah masuk dalam rana
memarahi atau keras. Kalau saya dibilang tegas dalam memimpin ya
tegas ji juga”.
(Hasil Wawancara DR, Tanggal 07 Maret 2021)
56
Berdasarkah hasil wawancara dari 3 informan diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa kepemimpinan perempuan sebagai wanita besi atau the iron maiden itu ada
terlihat dari cara mereka tetap tegas dalam memimpin bawahannya. Tapi hal
tersebut mereka lakukan secara baik dan tetap berwibawa karena mereka ingin
berbeda dengan pemimpin laki-laki yang cenderung tegas namun juga terlihat
keras oleh bawahannya.
Sejalan dengan hasil wawancara dari Staff Seksi Ketentraman dan Tata
Tertib sebagai berikut :
“Berbicara tegas, ya ibu di kantor tegas tapi tetap baik, dalam
artian tegasnya itu bukan yang bikin kita takut untuk bekerja tapi
tegas yang kami sukai. Seperti ketika ada program atau hal yang
harus dikerjakan staff maka beliau dengan tegas mengatakan
bahwa program itu harus bisa selesai tepat waktu tapi tegasnya
tetap baik. Jadi saya sebagai staff suka karena berbeda dengan
tegasnya pemimpin laki-laki pada umumnya”
(Hasil Wawancara YA, Tanggal 07 Maret 2021)
Berdasarkan hasil wawancara dari Staff, sikap tegas dimiliki Kepala Seksi
Ketentraman dan Tata Tertib hal tesebut terlihat dari cara pemimpin perempuan
pada seksi tersebut tegas dalam menyampaikan dan tegas dalam mengingatkan
bawahannya mengenai suatu program yang harus cepat terlaksana.
Senada dengan hasil wawancara dari Staff Seksi Perekonomian yang
mengatakan bahwa :
“Beliau sebagai pemimpin menurut saya sebagai staffnya yah
beliau tegas. Tidak banyak bicara yang tidak berfaedah tapi tegas
dalam membimbing staffnya dan juga mengajari staffnya sehingga
karna tegasnya itulah kita juga giat bekerja. Beda sih dengan
tegasnya pemimpin laki-laki”
(Hasil Wawancara AA, Tanggal 07 Maret 2021)
57
The iron maiden ada dalam kepemimpinan perempuan pada Seksi
Perekonomian. Tegas tapi tidak merasa yang paling kuat dan merasa yang paling
benar, akan tetapi tegas yang membuat staff giat dalam bekerja terlihat dari sikap
pemimpin yang tegas dalam membimbing staffnya dan tegas dalam mengajari
staffnya.
Sejalan dengan hasil wawancara dari Staff Seksi Pemerintahan yang
mengatakan bahwa :
“Kami selaku staff melihat beliau memang tegas, tapi tetap baik
dan seperti tegas yang menyayangi. Kami sebagai staff suka
pemimpin apalagi perempuan yang seperti ibu baik walaupun
dalam memimpin beliau tegas namun jiwa perempuannya masih
terlihat begitu”
(Hasil wawancara ST, 07 Maret 2021, U 07 Maret 2021).
Berdasarkan hasil wawancara dari 4 informan diatas dapat di tarik
kesimpulan bahwa para pemimpin perempuan atau kepala seksi tegas atau sebagai
the iron maiden dalam kepemimpinannya akan tetapi tegasnya dalam hal yang
baik tidak merasa dirinya paling benar serta ketegasan mereka yang berbeda
dengan ketegasan pemimpin laki-laki yang cenderung tegas namun juga keras
seperti pada ketegasan perkataan.
2. Faktor penghambat kepemimpinan perempuan dalam jabatan publik
Berdasarkan pemaparan sebelumnya , dapat diketahui bahwa sampai saat
ini kaum perempuan masih menghadapi banyak hambatan dalam menjalankan
kepemimpinannya dalam jabatan publik. Hal tersebut dapat terlihat dari masih
rendahnya angka perempuan yang menempati posisi strategis sebagai
pemimpin dalam jabatan publik.
a) Stereotype Gender
58
Dalam kehidupan sosial ada dampak yang bisa terjadi akibat adanya
perbedaan jenis gender yaitu posisi yang timpang. Ketimpangan gender ini
adalah sebuah kondisi dimana ada salah satu jenis gender yang
kedudukannya lebih tinggi dan lebih rendah dibandingkan dengan gender
yang lain. Hal tersebut senada dengan yang dikemukakan oleh faikh
(dalam mahmud 2011:21), menyatakan bahwa perbedaan gender yang
telah melahirkan ketidakadilan yang mengakibatkan lahirnya sifat yang
masyarakat anggap kodrati. Seperti dalam dunia kerja perempuan
cenderung dianggap tidak memiliki kompetensi yang mumpuni, lebih
emosian serta selalu membawa urusan perasaan dalam pekerjaan.
Sebagaimana hasil wawancara dari Kepala Seksi Ketentraman dan
Tatatertib sebagai berikut :
“Saya sebagai perempuan yang awalnya, dulu ingin menjabat
sebagai pemimpin merasakan betul jika ada yang namanya
perbedaan gender seperti halnya kita dianggap cepat emosian
dibanding laki-laki, dan laki-laki lebih dianggap berwibawa ketika
ia memimpin. Jadi kita sebagai perempuan haruspi betul-betul
mampu meyakinkan kalau kita juga bisa menjadi pemimpin”
(Hasil wawancara HR, Tanggal 07 Februari 2021).
Berdasarkan hasil wawancara dari Kepala Seksi Ketentraman dan
Tata Tertib, gender masih ada dalam hal melihat kemampuan perempuan
dan laki-laki baik itu secara emosionalnya, serta cenderung melihat bahwa
laki-laki lebih memiliki kompetensi disbanding perempuan.
Sejalan dengan hasil wawancara dari Kepala Seksi Perekonomian
yang mengatakan bahwa :
“Berbicara mengenai gender pasti ada apalagi ketika ingin menjabat sebagai pejabat publik, kita kerap dibandingkan dalam hal kepemimpinanya terkadang lebih emosian ditambah lagi ketika
59
banyak saingan laki-laki jadi kita juga kadang merasa akan gagal. Tapi tetap semangat juga dan tetap membuktikan kalau kita bisa”
(Hasil Wawancara S, Tanggal 07 Februari 2021).
Melihat Kepemimpinan dalam jabatan publik, gender masih menjadi
penghambat sebelum perempuan menjadi pemimpin, berdasarkan hasil
wawancara dari Kepala Seksi Perekonomian yang mengatakan bahwa laki-
laki dan perempuan masih kerap dibandingkan terutama dalam hal
emosional.
Senada dengan hasil wawancara dari Kepala Seksi Pemerintahan
yang mengatakan bahwa :
“Mengenai gender sebenarnya bukan penghambat, namun terkadang pemegang atau pemimpin tertinggi lebih memberi daya jangkau yang luas kepada laki-laki. Namun bila ada perempuan yang betul-betul mampu memimpin kedepan itu bukan masalah”.
(Hasil Wawancara DR, Tanggal 07 Februari 2021)
Berdasarkan hasil wawancara dari Kepala Seksi Pemerintahan
mengatakan bahwa persoalan gender dalam dunia kerja terkadang dan
masih kerap kita temui akan tetapi hal tersebut jangan dianggap sebagai
penghambat ketika perempuan ingin menjadi pemimpin. Tapi dijadikan
sebagai motivasi ketika ingin menjadi pemimpin perempuan dalam jabatan
publik.
b) Peran Domestik Perempuan
Budaya patriarki yang membawa banyak implikasi pada tataran
kehidupan perempuan. Salah satunya adalah masih ada anggapan bahwa
perempuan mempunyai kewajiban mengurus rumah tangga. Peran
domestik perempuan yang telah tertanam dalam pola pikir masyarakat
cenderung membuat perempuan tidak bebas di ranah publik. Lebih lanjut
60
lagi ketika perempuan di identikkan dengan peran domestiknya dan juga
berkarir di ranah publik maka terjadi beban ganda yang dapat menghambat
perkembangan karir perempuan. Beban ganda disini merujuk pada kondisi
dimana perempuan harus menjalankan peran sebagai istri dan ibu serta
melakukan pekerjaan lain di bidang kerjanya. Logika tersebut pula yang
menjadi dasar pemikiran bahwa perempuan yang ada di birokrasi
pemerintah di Kantor Pangkajene dan Kepulauan tidak memiliki banyak
ruang untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya untuk
menjadi pemimpin. Hal itulah yang kemudian dapat menghambat
kepemimpinan perempuan.
Sebagaimana hasil wawancara dari Kepala Seksi Ketentraman dan
Tatatertib sebagai berikut :
“Menghambat kepemimpinan munkin bisa ya karna sudah banyak
yang kemarin-kemarin seperti itu, namun bagaimana kitanya
sebagai perempuan yang membuktikan kalau kita bisa bekerja
lebih berpotensi dibanding dengan apa yang mereka fikiran”
(Hasil Wawancara HR, Tanggal 09 April 2021)
Berdasarkan hasil wawancara dari Kepala Seksi Ketentraman dan
Tata Tertib, peran domestik perempuan masih ada dalam hal melihat
kemampuan perempuan dari potensinya, serta cenderung memiliki
keraguan dalam melihat kompetensi yang dimiliki perempuan.
Sejalan dengan hasil wawancara dari Kepala Seksi Perekonomian
yang mengatakan bahwa :
“Adanya pandangan yang mengatakan bahwa perempuan bagusnya
mengurus rumah tangga saja, kita sebagai perempuan harus
membantahnya dengan cara layakkan diri untuk jadi pemimpin.
Jangan melihat hambatannya tapi buktikan saja potensi kita”
(Hasil Wawancara S, Tanggal 09 April 2021)
61
Melihat Kepemimpinan dalam jabatan publik, peran domestik
perempuan masih menjadi penghambat sebelum perempuan menjadi
pemimpin, berdasarkan hasil wawancara dari Kepala Seksi Perekonomian
yang mengatakan bahwa kepemimpinan tertinggi masih melihat bahwa
laki-laki lebih memiliki kapasitas dalam bekerja dari pada perempuan.
Senada dengan hasil wawancara dari Kepala Seksi Pemerintahan
yang mengatakan bahwa :
“Menghambat mungkin bisa apalagi yang selalu mengidentikkan
perempuan dengan banyak urusan rumah tangga, jadi mereka
berpendapat bahwa kita tidak mampu memimpin tapi seiring
berjalannya zaman hal seperti ini sudah lumayan langka ditemui”
(Hasil Wawancara DR, Tanggal 09 April 2021)
Berdasarkan hasil wawancara dari Kepala Seksi Pemerintahan
mengatakan bahwa persoalan peran domestik perempuan dalam dunia
kerja terkadang masih kita temui akan tetapi hal tersebut membuat
perempuan harus membuktikan bahwa perempuan bisa berpotensi
memimpin lebih baik.
C. Pembahasan
1) Kepemimpinan Perempuan
Kepemimpinan perempuan dalam jabatan publik dapat di artikan sebagai
serangkaian perilaku yang di lakukan oleh perempuan sesuai dengan
kedudukannya sebagai pemimpin dalam jabatan publik. Menurut Saputra (2013)
dalam kepemimpinan perempuan harus tetap memiliki sikap yang dimiliki oleh
rasulullah SAW yaitu memiliki sikap yang jujur, benar serta berintegritas tinggi,
cerdas dan memiliki intelektualitas yang tinggi, senanstisa menyampaikan risalah
62
dengan baik dan amanah, menjalin hubungan sosial dan berinteraksi dengan
bawahan serta memiliki kelebihan mengatur dan mengrahkan bawahannya dengan
baik.
Menurut Sutikno (2014: 29) kepemimpinan perempuan sangat
bergantung pada kelebihan seorang pemimpin dalam mengerti situasi dan
kondisi bawahannya serta mempunyai sikap keluhuran budi pekerti yang
membuat bawahannya menyukai atasannya selama masa kepemimpinannya.
Hal serupa dikemukakan oleh Sulaeman (2010) dalm sudut pandang
biologis erempuan yang memiliki sikap keibuan, simpatik dan lemah lembut,
mudah menyayangi namun mampu mengembangkan diri dengan baik dan
memiliki semangat motivasi yang cukup baik pula.
Sejalan dengan beberapa teori mengenai kepemimpinan perempuan
maka dalam penelitian ini menggunakan empat indikator menurut Kanter 1977
yaitu :
a. Pemimpin Perempuan Sebagai The mother (Simpatik)
Kepemimpinan perempuan mulai bangkit dari tidur panjang sejak isu hak
asasi manusia dan persamaan gender seacara lanatang disuarakan ooleh aktivis
feminisme. Kiprah perempuan tersebut semakin menonjol pada abad ke 21 karena
perempuan sudah menunjukkan kepercayan diri dan integritasnya dengan rasa
simpatik yang baik (Sutikno, 2014)
Pemimpin perempuan sebagai the mother dalam jabatan publik dikatakan
bahwa seorang perempuan memiliki sikap yang simpatik, seperti halnya para
Kepala Seksi dalam Kantor Kecamatan Pangkajene dan Kepulauan yang memiliki
63
sikap the mother atau sikap keibuan yang cukup baik. Hal ini dikarenakan Kepala
Seksi Perempuan yang ada di Kantor Kecamatan Pangkajene dan Kepulauan
mampu memberi kesempatan, dan memberi ruang kepada bawahannya untuk
menyampaikan segala keluh kesahnya bahkan terbuka ketika diajak berbicara
mengenai masalah pribadi.
Dalam hal ini Kepala Seksi Ketentraman dan Tata Tertib, Kepala Seksi
Perekonomian dan Kepala Seksi Pemerintahan juga mampu memposisikan dirinya
sebagai pendengar yang baik kepada bawahannya sehingga para bawahan disetiap
seksi merasa lebih santai dalam menyampaikan sesuatu seperti pendapat dan
kritikan sehingga staff merasa diperhatikan oleh atasannya. Hal ini menjadi salah
satu indikator yang dapat mengembangkan lingkungan kerja yang lebih baik
sebagai pemimpin perempuan The Mother .
b. Pemimpin perempuan sebagai Seductress (Penyemangat)
Kepemimpinan perempuan sebagai obyek seksual adalah kemampuan
menyemangati dengan baik hal ini sejalan dengan pendapat Kaloh (2009). Di
Kantor Kecamatan Pangkajene dan Kepulauan perempuan sebagai seductress
cukup baik, karena Kepala Seksi cenderung rajin menyemangati bawahannya.
Dalam hal ini Kepala Seksi perempuan yang ada di Kantor Kecamatan
Pangkajene dan Kepulauan mampu memotivasi staffnya dengan cara
menyemangati yang lebih baik daripada pemimpin laki-laki.
Terlihat dari Kepala Seksi Ketentraman dan Tata Tertib yang tegas namun
jiwa menyemangatinya membuat para staffnya lebih giat, juga Kepala Seksi
Perekonomian yang menyemangati bawahannya wssalaupun dengan suara yang
64
lembut namun mampu membangkitkan semangat staffnya serta Kepala Seksi
Pemerintahan yang menyemangati dengan memberi hadiah juga mampu
menambah semangat sehingga membuat bawahan bekerja lebih giat lagi bukan
karena perintah melainkan dorongan .
c. Pemimpin perempuan sebagai The pet (Kekeluargaan)
Pemimpin perempuan yang mendapat gelar kesayangan oleh bawahannya
adalah mereka yang mampu dekat dan menjalin sikap kekeluargaan yang baik
dengan bawahannya sesuai dengan Kaloh (2009).
Kepala Seksi Perempuan di Kantor Kecamatan Pangkajene dan Kepulauan
menyandang kata The Pet atau kesayangan. Karakter kesayangan diadopsi oleh
para staff kepada atasannya karna Kepala Seksi Perempuan dapat menunjukkan
kehebatan mereka dalam kepemimpinannya daripada kepemimpinan laki-laki.
Dalam hal ini pemimpin perempuan di Kantor Kecamatan Pangkajene dan
Kepulauan mampu memperlakukan bawahan seperti orang terdekat atau
menganggap bawahannya seperti keluarga sehingga bawahan lebih santai dalam
berkolaborasi dengan atasannya dan bawahan tidak canggung lagi dalam
menyampaikan sesuatu. Hal inilah yang membuat staff merasa lebih dekat dengan
para Kepala Seksi Perempuan, dan karakteristik yang dibangun oleh para
pemimpin perempuan dalam jabatan publik tersebut yang mampu menjadikan
mereka kesayangan bagi para staffnya cukup baik.
65
d. Pemimpin perempuan sebagai The iron maiden (Tegas)
Kepemimpinan perempuan dalam jabatan publik tidak terlepas dari kata
The “iron maiden” yang cenderung membuat perempuan bersikap tegas dalam
memimpin bawahannya, sehingga timbul kesan tegas sejalan dengan Sutikno
(2014). Seperti Kepala Seksi Perempuan pada Kantor Kecamatan Pangkajene
dan Kepulauan yang memiliki sikap tegas dalam memimpin bawahannya.
Kepala Seksi Ketentraman dan Tata Tertib yang memiliki sikap tegas namun
tetap mempertahankan karakter lembutnya ketika menyampaikan sesuatu, juga
Kepala Seksi Perekonomian dan Kepala Seksi Pemerintahan yang bersikap tegas
untuk membuat bawahannya tetap disiplin, namun tegasnya tetap berbeda
dengan tegas laki-laki yang cenderung tegas tapi juga keras dalam memimpin.
2) Faktor Penghambat Kepemimpinan Perempuan dalam Jabatan Publik
Faktor penghambat kepemimpinan perempuan dalam jabatan publik di
Kantor Kecamatan Pangkajene, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, dapat
dilihat bahwa perbedaan gender dan peran domestik perempuan masih menjadi
hal penentu dalam terpilihnya suatu pemimpin, dilihat dari Kepala Seksi
Ketentraman dan Tata Tertib dan Kepala Seksi Perekonomian yang mengatakan
bahwa seringnya muncul asumsi perbedaan mengenai perempuan yang lebih cepat
emosional dibanding laki-laki ketika menjadi pemimpin dan laki-laki dianggap
lebih berwibawa dan memiliki kompetensi lebih dibanding dengan pemimpin
perempuan. Persoalan gender dan peran domestik perempuan dalam dunia kerja
masih kerap ditemui dalam Kantor Kecamatan Pangkajene, Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan seperti yang dikatakan oleh Kepala Seksi
66
Pemerintahan bahwa pemegang atau pemimpin tertinggi lebih memberi daya
jangkau yang luas kepada laki-laki sehingga hal tersebut menjadi faktor
penghambat kepemimpinan perempuan dalam jabatan publik.
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, penulis dapat menarik kesimpulan secara
umum sesuai dengan judul skripsi “Kepemimpinan Perempuan dalam Jabatan
Publik (Studi Kasus pada Kantor Kecamatan Pangkajene, Kabupaten Pangkajene
dan Kepulauan)” maka dari itu, penulis dapat menyimpulkan dari beberapa
indikator sebagai berikut :
1. Kemimpinan perempuan sebagai the mother (Simpatik) dilihat dari para
Kepala Seksi yang selalu menjadi pendengar yang baik, mendengar keluh
kesah bawahannya, serta selalu ada ketika dibutuhkan staff atau
bawahannya.
2. Kepemimpinan perempuan sebagai seductress (Penyemangat) atau Kepala
Seksi pada Kantor Kecamatan Pangkajene, Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan dapat dilihat bahwa para Kepala Seksi cukup baik dalam
menjadi penyemangat bagi karyawannya walaupun dalam hal ini
menimbulkan unsur persaingan. Dilihat dari cara menyemangati mereka
lebih lembut namun cenderung menggoda dan lebih membangkitkan,
sehingga karyawan bekerja karena dorongan dari dalam.
3. Kepemimpinan perempuan sebagai the pet (kekeluargaan) dapat dilihat
bahwa para Kepala Seksi pada Kantor Kecamatan Pangkajene, Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan mampu memberikan pendekatan yang baik
kepada bawahannya, dilihat dari bagaimana staff tidak canggung lagi
68
karena telah menganggap mereka sebagai orang terdekat dan menyayangi
pemimpin perempuan mereka.
4. Kepemimpinan Perempuan sebagai the iron maiden (Tegas) dapat dilihat
bahwa para Kepala Seksi tegas dalam menjalani kepemimpinannya. Tegas
yang berbeda dengan tegas dari kepemimpinan laki-laki, dimana tegasnya
kepemimpinan perempuan tetap terlihat jiwa lemah lembutnya sedangkan
laki-laki cenderung lebih keras ketika mencoba tegas, sebagaimana
pengakuan dari pemimpin serta staff itu sendiri.
5. Faktor Penghambat Kepemimpinan Perempuan dalam jabatan publik dapat
dilihat bahwa perbedaan gender masih menjadi hal yang cenderung dilihat
apalagi perbedaan mengenai perempuan yang lebih cepat emosional
dibanding laki-laki serta laki-laki yang dianggap lebih memiliki
kompetensi disbanding dengan perempuan.
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian diatas maka dapat disampaikan
saran-saran sebagai berikut :
1. Diharapkan agar pemimpin perempuan dalam hal ini Kepala Seksi yang
ada di Kantor Kecamatan Pangkajene, Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan lebih berperan aktif lagi sebagai the mother atau simpatik yaitu
tetap menjadi pendengar yang baik bagi bawahannya, selalu ada untuk
bawahannya serta memberi solusi atas permasalahan yang ada.
2. Kepala Seksi diharapkan lebih aktif lagi dalam menjadi penyemangat bagi
bawahannya sehingga lingkungan kerja dapat terjalin lebih baik lagi.
69
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak,
khususnya bagi penulis itu sendiri dalam pengembangan ilmu
pengetahuan.
4. Keterbatasan penelitian ini adalah kurangnya minat informan dalam
memberi informasi kepada peneliti sehingga diharapkan untuk penelitian
selanjutnya informan benar-benar memberikan informasi yang lebih
relevan.
70
DAFTAR PUSTAKA
Afifah Dara (2017). Islam, Kepemimpinan Perempuan dan Seksualitas.Jakarta :
PT. Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Amalia, Agustino, Waseh (2018). Kepemimpinan Perempuan dalam jabatan
publik di Provinsi Banten (Studi Kasus Bupati Lebak Periode 2014-2019).
(Doctoral Dissertation, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa).
Repository.fisip-untirta.ac.id/990/
Anin, Rasimin, Atamimi (2015). Hubungan Self Monitoring dengan Buying
Terhadap Produk Fashion Pada Remaja. Jurnal Psikologi, Vol 35.No 2.
Bedong, M. Ali Rusdi, Ahmad Fauziah. Kepemimpinan Wanita di Dunia Publik
(Kajian Tematik Hadis). AL-MAIYYAH: Media Transformasi Gender
dalam Paradigma Sosial Keagamaan, Vol (2), Hal ( 214-231).
Budiman Arif (1995). Pembagian Kerja Secara Seksual. Jakarta s: PT Raja
Grafindo Persada
Chozin Dahlan. (2016). One Two Leadership, New York: the free press
Darwin, M. Muhadjir ( 2005). Negara dan Perempuan: Reorientasi Kebijakan
Publik. Yogyakarta: Media Wacana
Eko, Bambang S. (2005). Wanita, Martabat, dan Pembangunan. Jakarta : PT
Rineka Cipta.
Eowito. D, Saidi, A., & Nagong, A (2019). Peran Kepemimpinan Perempuan
dalam Jabatan Publik di Kantor Kelurahan Air Hitam Kecamatan
Samarinda Ulu Kota Samarinda. FisiPublik: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, 3(1),1-13.
Fakih Mansyur. (1999). Analisis Gender dan Transformasi Sosial.Yogyakarta :
Pustaka Belajar
Harbani Pasolong. (2013). Kepemimpinan Birokrasi. Bandung : CV.Alfabeta.
Harbani Pasolong. (2008). Kepemimpinan Birokrasi.Bandung : CV.Alfabeta.
Hargreaves, Fink. (2006). Sustainable Leadership. San Francisco : Jossey – Bass
Hasanah Uswatun. (2012). Teori Kepemimpinan.
http://uswtunhasanah.wordprees/teorikepemimpinan
Irawati, D. (2011). Perkembangan Teori Kepemimpinan : Suatu Tinjauan
71
Pustaka. Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol. 7 No.1
Mahmud. (2011). Metode Penelitian Pendidikan.Bandung : Pustaka Setia.
Mullins, Laurie J. (2005). Management And Organization, Seventh Edition.
England : Prentice Hall Financial Times.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitafif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta
Stogdill.(2014). Pemimpin dan Gaya Kepemimpinan, Edisi Pertama.Lombok :
Holistica
Syarif Sultan. (2016). Analisis Peran Wanita dalam Jabatan Publik. Jurnal
Administrasi Negara.
UA Army. (2000). Hec-Hms Applications Guide, Hydrologic Engineering Center.
Wibowo, U. B. (2011). Teori Kepemimpinan. Badan Kepegawaian Daerah Kota
Yogyakarta.http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/C, 20201113.
Yudiaatmaja F. (2013). Kepemimpinan: Konsep, Teori dan Karakternya. Media
Komunikasi FPIPS
Yulianti, Reni dkk. (2018). Women Leadership : Telaah Kapasitas Perempuan
sebagai pemimpin : Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan, Vol. 10,
No.2
Peraturan Perundang-Undangan
Instruksi Presiden nomor 9 tahun 2000 Tentang Pengarusutamaan Gender dalam
Pembangunan Nasional.
Undang-Undang nomor 25 tahun 2000 Tentang Program Pembangunan Nasional
(PROPERNAS) tahun 2000-2004.
Undang-Undang nomor 12 tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah yang
berhubungan dengan PP RI nomor 13 tahun 2002 tentang perubahan atas
peraturan pemerintah nomor 100 tahun 2000 tentang Pengangkatan PNS
dalam jabatan Struktural beserta peraturan pelaksanaannya.
72
LAMPIRAN
Gambar Wawancara dengan Kepala Seksi Ketentraman dan Tata Tertib
(Henny Rosmala HS, SE, M.Si)
Gambar Wawancara dengan Kepala Seksi Pemerintahan
(Sudarmiati, SP)
Gambar Wawancara dengan Kepala Seksi Perekonomian
(Sukriah, S.Kom)
Gambar Wawancara dengan Staff Kepala Seksi Ketentraman dan Tata Tertib
(Yulia Anwar)
Gambara Wawncara dengan Staff Kepala Seksi Perekonomian
(Abdul Azis, SM)
Gambar Wawancara dengan Staff Kepala Seksi Pemerintahan
(Siti Nurhayati, SE)
Wawancara dengan Staff Kepala Seksi Pemerintahan
(Usman, S.Sos)
RIWAYAT HIDUP
Afriani atau yang lebih dikenal dengan nama Vhia,
lahir di Belawa Wajo 14 September 1998. Anak
Pertama dari 2 bersaudara, lahir dari pasangan suami
istri Bapak Padlang dan Ibu Suriani. Penulis pertama
kali menempuh pendidikan di Sekolah Dasar di SD
Negeri No.220 Sappa dan selesai pada tahun 2010,
pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah
Menengah Pertama di SMPN 2 Belawa dan selesai pada tahun 2013. Kemudian
penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 7 Luwu Utara pada tahun
2013 dan selesai pada tahun 2016. Karena memiliki keinginan yang kuat dalam
hal pendidikan penulis melanjutkan jenjang pendidikan di salah satu perguruan
tinggi swasta di Makassar yaitu Universitas Muhammadiyah Makassar, dan
terdaftar sebagai salah satu mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
jurusan Ilmu Administrasi Negara, dengan nomor stambuk 10561 11254 16.
Berkat petunjuk serta pertolongan dari Allah SWT, usaha dan doa kedua orang tua
dalam menjalani aktivitas akademik di perguruan tinggi Universitas
Muhammadiyah Makassar, Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir skripsi dengan judul “Kepemimpinan Perempuan dalam Jabatan Publik
(Studi Kasus pada Kantor Kecamatan Pangkajene dan Kepulauan).