Hukum Kepemimpinan Perempuan Dalam Politik Menurut Kajian Islam

24
HUKUM KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM POLITIK MENURUT KAJIAN ISLAM Makalah ini di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah hukum islam Oleh : Nama : Rena Sofyana Jurusan : PPKN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SURYAKENCANA CIANJUR 2013

Transcript of Hukum Kepemimpinan Perempuan Dalam Politik Menurut Kajian Islam

Page 1: Hukum Kepemimpinan Perempuan Dalam Politik Menurut Kajian Islam

HUKUM KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM POLITIK

MENURUT KAJIAN ISLAM

Makalah ini di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah hukum islam

Oleh :

Nama : Rena SofyanaJurusan : PPKN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SURYAKENCANA

CIANJUR2013

Page 2: Hukum Kepemimpinan Perempuan Dalam Politik Menurut Kajian Islam

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat-Nya, karena berkat karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “HUKUM KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

DALAM POLITIK MENURUT KAJIAN ISLAM”. Tentu banyak hambatan dan kendala

yang penulis hadapi dalam proses penyusunan makalah ini. Namun, berkat bantuan

semua pihak, khususnya bimbingan, dan petunjuk dosen bidang studi, akhirnya penulis

dapat menyelesaikan makalah ini.

Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang telah mendukung

sehingga selesainya makalah ini.

1. Dosen pembimbing yang banyak membantu penulis dalam menyusun makalah ini.

2. Kedua orang tua yang telah banyak memberikan bantuan moril dan material dalam

penyelesaian makalah ini.

3. teman teman satu jurusan yang banyak memberi masukan berharga untuk penulis

dalam menyusun makalah ini.

4. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, yang telah mendukung penulis

dalam menyusun makalah ini.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis mempersembahkan

makalah ini. Semoga dapat membuahkan hasil yang besar bagi seluruh kalangan.Serta

kritik dan saran senantiasa penulis harapkan dari pembaca sebagai bahan

perbandingan dalam pengembangan makalah ini kedepannya.

Cianjur, 01 Desember 2013

Rena Sofyana

1

Page 3: Hukum Kepemimpinan Perempuan Dalam Politik Menurut Kajian Islam

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................1

DAFTAR ISI...................................................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................3

A. Latar Belakang.................................................................................................................................3

B. Tujuan Makalah...............................................................................................................................4

C. Rumusan masalah............................................................................................................................4

BAB II ISI......................................................................................................................................................5

A. PERAN WANITA DALAM PERADABAN ISLAM...................................................................................5

1. Zaman Nabi Muhammad SAW.....................................................................................................5

2. Zaman Tabi’in..............................................................................................................................6

3. Zaman Abbasiyah.........................................................................................................................6

B. KEDUDUKAN WANITA......................................................................................................................7

C. DASAR HUKUM KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM ISLAM........................................................8

D. FAKTOR PENYEBAB KEPEMIMPINAN WANITA MENDAPAT TENTANGAN......................................10

1. QS : a l - N i s ā : 3 4 ......................................................................................................................10

2. hadist dari Abi B a k r a h . .........................................................................................................10

E. JAWABAN DIPERBOLEHKANNYA KEPEMIMPINAN PEREMPUAN...................................................10

1. Studi QS : a l - N i s ā : 3 4 .............................................................................................................10

2. Studi Hadist dari Abi B a k r a h . ................................................................................................12

BAB III PENUTUP........................................................................................................................................16

A. Kesimpulan....................................................................................................................................16

B. Saran..............................................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................17

2

Page 4: Hukum Kepemimpinan Perempuan Dalam Politik Menurut Kajian Islam

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemimpin adalah orang yang mempunyai pengikut, yang mengatur dan

mengkoordinasikan aktifitas kelompoknya untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan

dalam Islam dikenal dengan istilah khalifah. Pemimpin untuk mencapai tujuan yang

diinginkan membutuhkan staf dan anggota yang kemudian muncul istilah yang dikenal

dengan kepemimpinan.

Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan dari seseorang untuk

mempengaruhi orang lain atau pengikut-pengikutnya sehingga orang lain tersebut

bertingkah laku sebagaimana yang dikehendaki oleh pemimpin tersebut. (Abu Ahmadi,

1999: 123).

Sebelum agama Islam datang, kedudukan wanita sangat rendah, mereka

tidak berhak mendapat harta warisan. Harta hanya hak monopoli kaum pria saja.

Setelah Islam datang, wanita serasa mendapat angin segar. Mereka diperlakukan

selayaknya manusia pada umumnya, tidak ada pilih kasih antara pria dan wanita.

Pada zaman sekarang ini, para wanita ikut serta mengambil bagian hampir

pada semua lapangan kegiatan atau pekerjaan. Di Indonesia ada wanita yang menjadi

Menteri, Pemimpin Perusahaan, Angkatan Bersenjata, Anggota Majelis

Permusyawaratan Rakyat (DPR), Pegawai Negeri, Kepala Sekolah dan menjadi buruh

serta ibu rumah tangga yang saat ini dianggap sebagai lapisan bawah.

Lalu pertanyaan yang muncul adalah bagaimana fenomena ini apabila dikaji

menurut islam. Apakah diperbolehkan. Atau malah islam mengharamkannya. Untuk

mencari jawaban dari hal tersebut penulis perlu mencari dari pihak yang kontra dan dari

pihak yang pro. Lalu bagaimana ulama menanggapinya. Sehingga terciptalah

kesimpulan yang dapat dipercaya kebenarannya.

3

Page 5: Hukum Kepemimpinan Perempuan Dalam Politik Menurut Kajian Islam

B. Tujuan Makalah

1. Mengetahui peran wanita dalam peradaban islam.

2. Mengetahui dasar hukum islam tentang kepemimpinan perempuan.

3. Mengetahui argumen yang kontra terhadap kepemimpinan perempuan.

4. Mengetahui argument pro terhadap kepemimpinan perempuan.

C. Rumusan masalah

1. Bagaimana peranan wanita dalam peradaban islam?

2. Bagaimana dasar hukum Islam mengenai kepemimpinan perempuan?

3. Apa yang menyebabkan kepemimpinan wanita mendapat tentangan?

4. Apa jawaban diperbolehkannya kepemimpinan perempuan dalam islam ?

5. Apa persamaan hak perempuan dan laki- laki dalam islam ?

4

Page 6: Hukum Kepemimpinan Perempuan Dalam Politik Menurut Kajian Islam

BAB II

ISI

A. PERAN WANITA DALAM PERADABAN ISLAM

1. Zaman Nabi Muhammad SAW.

Kiprah wanita dalam analisis sejarah islam telah menghasilkan tulisan

tentang kegemilangan mereka. Wanita diketahui telah memberikan jasa yang besar

dalam bidang intelektual klasik. Banyak ditemukan guru-guru agama, perawi hadits,

sufi wanita bahkan dokter wanita.

Siti Khadijah adalah wanita yang mempunyai perjuangan luar biasa bagi

perkembangan Islam. Siti Khadijah sudah memberikan dukungan yang luar biasa

bagi Rasulullah pada masa awal kenabian beliau. Tidak hanya berupa dukungan

moril, Siti Khadijah turut menafkahkan hartanya demi perjuangan dakwah. Dia juga

adalah wanita yang masuk Islam pertama kali.

Siti Aisyah dikenal sebagai pembawa hadist yang sangat berarti, bahkan para

sahabat nabi belajar padanya. Aisyah dikenal sebagai wanita yang sangat cerdas.

Aisyah mampu menghafal ribuan hadis dan hal ini membuktikan dedikasinya dalam

hal intelektualitas.

Dalam keluarga Nabi sendiri, anak wanita menjadi sangat dominan. Dimana

Nabi pernah mempunyai anak laki-laki (Ibrahim bin Muhammad) akan tetapi

meninggal dunia ketika masih remaja. Sedangkan anak yang perempuan sebanyak

4 orang, dan yang paling utama adalah Fatimah Zahrah. Ini dapat dilihat dengan

kemunculan mazhab politik Syi'ah yang kemudian menjadi mazhab Aqidah. Lebih

jauh mazhab ini mampu mendirikan sebuah pemerintahan Fatimiyah Isma'liyyah di

Mesir.

Karya wanita dalam sejarah Islam adalah keterlibatannya dalam proses

ba'iah (sumpah setia). Sumpah setia dari 2 wanita Madinah untuk masuk Islam dan

5

Page 7: Hukum Kepemimpinan Perempuan Dalam Politik Menurut Kajian Islam

setia kepada Nabi tercermin dalam Bai'ah An-Nisa'i (bai'ah Perempuan). Bukan

hanya itu saja, dalam bai'ah kedua jumlah wanita mencapai 449 wanita

menyatakan diri masuk Islam dan menerima kerasulan Muhammad SAW, yang

kemudian dikenal dengan bai'ah harbi (perang).

Hal lain yang sangat bertolak belakang dengan paradigma masa kina adalah

keterlibatan wanita dalam beberapa pertempuran. Baik dalam masa Nabi maupun

dalam masa khilafah Rasyidin. Nusaibah binti Ka’ab Ansyariyah adalah pahlawan

wanita Islam yang mempertaruhkan jiwa dan raga demi Islam termasuk ikut dalam

perang Yamamah di bawah pimpinan Panglima Khalid bin Walid sampai terpotong

tangannya. Nusaibah juga bersama Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam dalam

menunaikan Baitur Ridhwan, yaitu suatu janji setia untuk sanggup mati syahid di

jalan Allah.

2. Zaman Tabi’in.

Disamping analisis disekitar shahabat dan keluarga nabi, wanita di zaman

tabi'in. Wanita seperti Amra binti Abdur Rahman, sebagai seorang ahli fiqih yang

mempunyai hubungan yang dekat dengan Aisyah. Terdapat pula Hafshah binti

Sirin, sebagai seorang ahli hadist generasi kedua dari Basrah, yang terkenal

dengan ketaqwaan dan kezahidannya. Ia digambarkan oleh Ibnu Jauzi

digambarkan sebagai wanita yang shaleh, ia melakukan shalat sepanjang waktu.

Terdapat pula Aisyah binti Thalhah cucu Abu Bakar yang dalam sejarah cukup

mengandung kontroversi, dari kepandaiannya sebagai penyampai hadist maupun

tentang kecantikannya.

3. Zaman Abbasiyah

Analisis tentang peran wanita dalam sejarah dalam zaman Abbasiyah

melebar kedalam masalah politik kenegaraan. Ummu Salamah istri dari Abu Al

Abbas sang pendiri Abbasiyah mempunyai pengaruh yang besar kepada suaminya,

bahkan Abu al-Abbas selalu meminta pertimbangannya dalam segala hal.

Kemenakan perempuan Harun al-Rasyid Zubaidah mampu mempengaruhi untuk

6

Page 8: Hukum Kepemimpinan Perempuan Dalam Politik Menurut Kajian Islam

mendapatkan hak-hak istimewa. Pengaruh Zubaidah sendiri sampai masa

pemerintahan khalifah al-Makmun.

Dalam kekhilafahan Abbasiyah, puncak peran wanita dalam masalah politik

adalah dengan tampilnya Syajarat Ad-Durr yang sempat memerintah di Mesir

selama beberapa bulan. Kapasitas Durr sebelumnya adalah sebagai seorang selir

Sultan Ayyubiyah yakni Malik Ash-Shalih Najmuddin. Kemampuan Durr tidak hanya

dalam masalah pemerintahan, ia juga terlibat dalam perang melawan pasukan

Salib.

Dia memerintah karena kondisi yang sangat darurat, yang mengharuskan ia

mengambil kekuasaan ketika kondisi pemerintahan kacau, dan ancaman eksternal

sangat kuat. Hal demikian juga dialami oleh Ghaziyah, yang memerintah

mengatasnamakan putranya yang masih kecil setelah suaminya meninggal. Ia

dilukiskan oleh Adz-Dzahabi sebagai orang yang shaleh dan sopan. Kekayaan

tampilnya wanita dalam politik banyak di warnai dalam sejarah dinasti Mamluk dan

Seljuk.

B. KEDUDUKAN WANITA

Dalam Al-Qur’an Allah menjelaskan mengenai kedudukan wanita, di

antaranya Allah berfirman:

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah)

menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang

ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan salat, menunaikan zakat dan

mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah,

sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At Taubah: 71).

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa pria dan wanita saling tolong

menolong, terutama dalam satu rumah tangga dan mempunyai tugas dan

kewajiban yang sama untuk menjalankan amar ma’ruf, nahi munkar.

Allah juga berfirman dalam QS. An-Nisaa’: 32 “Dan janganlah kamu iri hati

terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari

7

Page 9: Hukum Kepemimpinan Perempuan Dalam Politik Menurut Kajian Islam

sebagia yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bagian daripada apa yang

mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka

usahakan...” (An-Nisaa: 32).

Kalau kita perhatikan, maka ayat ini pun cukup jelas memberi gambaran,

bahwa tidak ada diskriminasi bagi wanita, tidak ada alasan untuk merendahkan

derajat kaum wanita. Semuanya bergantung kepada amalan masing-masing.

Wanita mempunyai hak dari hasil usahanya sebagaimana pria, disamping juga

mempunyai kewajiban.

Akan tetapi dalam hal tertentu, kedudukan wanita tidak harus sama benar

dengan kaum pria. Bukan karena kurang penghargaan, tetapi karena kodrat wanita

yang menghendaki demikian. Sebagaimana firman Allah SWT :

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah

melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) dan

karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan dari harta mereka...” (An-Nisa: 34).

Para musafir menyatakan bahwa qawwam berarti pemimpin, pelindung,

penanggung jawab, pendidik, dan pengatur. Selanjutnya, mereka mengatakan

bahwa kelebihan yang dimiliki laki-laki atas perempuan adalah karena keunggulan

akal dan fisiknya.

C. DASAR HUKUM KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM ISLAM.

Al-Qur’an memaparkan kisah seorang Ratu yang memimpin kerajaan besar,

yaitu Ratu Balqis di negeri Saba’. hal ini disebutkan dalam QS: Saba :15 sebagai

berikut :

Artinya ”sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di

tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah

kiri. (kepada mereka dikatakan) : “makanlah olehmu dari rezeki yang

(dianugrahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah

negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun”.

8

Page 10: Hukum Kepemimpinan Perempuan Dalam Politik Menurut Kajian Islam

Ratu Balqis adalah seorang perempuan yang berpikir lincah, bersikap hati-

hati dan teliti dalam memutuskan sesuatu. Ia tidak gegabah dan buru-buru dalam

memutuskan sesuatu, sehingga ketika ditanya tentang singgasananya yang telah

dipindahkan itu, ia menjawab dengan ungkapan diplomatis.

Bahkan kecerdasan Balqis dan berlogika dan bertauhid terlihat ketika ia

melihat keindahan istana Sulaiman yang lantainya dari marmer yang berkilauan

laksana air. Dalam ketakjuban itu, Ratu Balqis tidak menyerah begitu saja kepada

Sulaiman. Tetapi ia mengatakan : “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat

zalim terhadap diriku dan aku berserah diri kepada Sulaiman, kepada Allah, tuhan

semesta alam”.

Ini hanyalah sebuah ungkapan yang hanya dapat diucapkan oleh orang yang

cerdas. Dikala ia dalam kondisi seperti itu tetapi ia merangkul lawannya dan

menundukan diri kepada zat yang lebih tinggi daripada Sulaiman.

Demikian al-Qur’an bercerita tentang kepemimpinan seorang perempuan

dengan menceritakan contoh historis Ratu Balqis di negeri Saba’ yang merupakan

gambaran perempuan yang mempunyai kecemerlangan pemikiran. Ketajaman

pandangan, kebijaksanan dalam mengambil keputusan, dan stategi politik yang

baik.

Waktu ia mendapat surat dari nabi Sulaiman ia bermusyawarah dengan para

pembesarnya. Walaupun merasa kuat dan siap menghadapi perang melawan

Sulaiman, namun ia mempunyai pandangan yang jauh. Ia tidak ingin negerinya

hancur dan rakyat menjadi korbannya. Karena ia mempunyai intuisi, bahwa

Sulaiman itu seorang nabi.

Maka tidaklah bijaksana melawan Sulaiman itu kebenaran yang tentu dijamin

oleh tuhan dengan kemenangan juga tidaklah bijaksana mengahalangi kaum dan

rakyatnya untuk menikmati kebenaran tersebut dengan berperang melawannya

untuk mempertahankan kebatilan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kaum perempuan berhak untuk

memimpin suatu negara (Presiden atau Perdana Menteri), sebagaimana halnya

kaum laki-laki. Pengangkatan tema Ratu Balqis di dalam al-Qur’an mengandung

9

Page 11: Hukum Kepemimpinan Perempuan Dalam Politik Menurut Kajian Islam

makna implicit bahwa perempuan boleh menjadi pemimpin sebagaimana halnya

laki-laki.

D. FAKTOR PENYEBAB KEPEMIMPINAN WANITA MENDAPAT TENTANGAN.

Dibawah ini adalah hal-hal yang menjadi perdebatan akan kepemimpinan

perempuan dalam islam :

1. QS : a l -N isā :34

Artinya : “ Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena

Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain

(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta

mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi

memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara

(mereka) Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah

mereka dan pisahkanlah mereka ditempat tidur mereka, dan pukullah mereka.

Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk

menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”.

2. hadist dari Abi B a k r a h .

“Telah bercerita kepada kami Ustman bin al-Haitsan, telah bercerita kepada

kami ‘Auf dari al-Hasan dari Abu Barkah berkata : “Sungguh Allah memberi

manfaat kepadaku dengan sebuah kalimat pada hari (perang) Jamal. Tatkala Nabi

mendengar orang-orang Persia mengangkat anak perempuan Kisra sebagai

pemimpin, maka beliau bersabda : “Tidaklah sekali-kali suatu kaum memperoleh

kemakmuran, apabila menyerahkan urusan mereka kepada perempuan.” (H.R.

Bukhari).

E. JAWABAN DIPERBOLEHKANNYA KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

1. Studi QS : a l -N isā :34

Menurut Quraish Shihab dalam kitab Tafsir al-Mishbah, adalah sebagai

berikut :

10

Page 12: Hukum Kepemimpinan Perempuan Dalam Politik Menurut Kajian Islam

Pertama : “oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki)

atas sebahagian yang lain (wanita)”. masing-masing memi l i k i

ke is t imewaan-ke is t imewaan. Te tap i ke is t imewaan yang d im i l i k i

l e lak i l eb ih menunjang tugas kepemimpinan daripada keistimewaan yang

dimiliki perempuan. Bagi Ayatullah Jawadi Amuli, kelebihan ini bukanlah

bukti kemuliaan atau kelebihan yang patut dibanggakan. Melainkan tugas

dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan. Maka lelaki diharapkan untuk

tidak bersikap tidak adil terhadap apa-apa yang dipimpinnya.

Kedua : “karena mereka (laki-laki)telah menafkahkan sebagian dari

harta mereka”. Kalimat ini menunjukkan bahwa member na fkah kepada

wan i ta te lah men jad i sua tu ke laz iman bag i le lak i , se r ta kenya taan

umum dalam masyarakat umat manusia sejak dahulu hingga kini.

Disini terdapat dua persoalan penting yang berada dibawah rentetan

penggunaan kata qawwam ini :

1 . K a u m l e l a k i b e r t a n g g u n g j a w a b u n t u k m e n y e d i a k a n

s e g a l a k e p e r l u a n m a t e r i a l d a n s p i r i t u a l w a n i t a d a l a m b e n t u k

y a n g m e m u a s k a n s e s u a i d e n g a n k e s e n a n g a n d a n  perasaannya

sehingga dia tenang dan tenteram.

2 . Kaum le lak i memeber ikan per l indungan dan pen jagaan

te rhadap anggota ke luarganya dalam batas-batas kekuasaan terhadap

keluarganya.

Bagi Quraish Shihab, ayat ini tidak mengenai kepemimpinan lelaki dalam

segala hal ( t e r m a s u k s o s i a l d a n p o l i t i k ) a t a s p e r e m p u a n ,

m e l a i n k a n k e p e m i m p i n a n l e l a k i a t a s  perempuan dalam rumah

tangga. Artinya menggunakan ayat ini sebagai larangan terhadap perempuan

untuk memimpin dalam politik tidaklah tepat.

Melihat konteks dan munasabah ayatnya yakni mengenai hubungan

rumah tangga, tampaknya hal ini mendukung pendapat Quraish Shihab.

11

Page 13: Hukum Kepemimpinan Perempuan Dalam Politik Menurut Kajian Islam

Kemudian dalam bukunya Wawasan al-Qur`an mengatakan bahwa ada ayat lain

yang justru memberikan tanda-tanda kebolehan kepemimpinan

perempuan, yakni QS: al-Taubah : 71 Melalui teks ayatnya, kata “sebagian

mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain” .

be ra r t i seorang perempuan dapa t men jad i awliyā bag i le lak i .

K e m u d i a n i a m e n y e b u t k a n b a h w a a r t i k a t a awliya ada lah

pemimp in , pe l indung dan  penolong. Meski dalam penerjemahan Depag

menggunakan kata penolong, menurut Quraish Shihab menganggap bahwa

keluasan makna kata awliyā` tentu saja dapat berimplikasi pada arti kepemimpinan.

Hasil kesimpulan dari Quraish Shihab diambil setelah beliau menggali

pendapat ulama klasik yang mengatakan sedang dan hanya berkaitan dengan

urusan rumah tangga. Penelitian yang dia lakukan adalah untuk mencari jawaban

dari banyak ulama tradisional yang menggunakan ayat ini sebagai ketidak bolehan

terhadap kepemimpinan perempuan dalam politik.

2. Studi Hadist dari Abi B a k r a h .

Hadis ini pada tingkat sahabat disandarkan kepada sahabat Abu Barkah,

salah seorang mantan budak yang dihadapkan oleh suatu kondisi sulit, ia harus

memilih antara mendukung Ali, Khalifah ke empat, suami Fatimah anak

kesayangan Nabi, atau mendukung A’isyah, istri kesayangan Nabi, putrid Abu

Bakar, khalifah pertama. Dalam posisi ini Abu Barkah mempopulerkan hadis di atas

karena ia berpihak kepada Ali.

Menurut Fatima Mernissi, penyampaian Abu Bakrah bersamaan dengan

kondisi kritis A’isyah memiliki muatan politis yang signifikan. Dengan kata lain hadis

ini menjadi alat untuk mengambil hati pihak penguasa. Padahal Mernissi

membuktikan secara empiris bahwa perempuan memiliki kemampuan untuk

memimpin. Para pemimpin ini dihimpun Mernissi dalam bukunya The Forgotten

Queens of Islam (Ratu-Ratu Islam yang Terlupakan).

12

Page 14: Hukum Kepemimpinan Perempuan Dalam Politik Menurut Kajian Islam

Disinilah paradoksal hadis yaitu keputusan antara muatan nilai dengan

praksisnya apabila dipahami secara tekstual. Menurut Asghar Ali, hadis ini tidak

dipahami secara kontekstual dan bertentangan dengan fakta sosial. Fakta tersebut

dapat dilihat dari berkuasanya Benazir Bhutto di Pakistan, Ratu Saba’ pada zaman

Nabi Sulaiman dalam Al-Qur’an.

Sejarah dunia mencatat, pergantian Raja Kisra oleh anak perempuannya

mengandung persoalan mendasar. Anak perempuan Kisra tidak memiliki

kemampuan untuk memimpin. Namun, demi menjaga nasab keluarga, anak

perempuan Kisra dipaksa untuk menjadi ratu di negeri Persia yang luas itu. Apabila

Rasulullah menyampaikan hadis dalam soal ini, maka yang dilarang bukan karena

jenis kelaminnya, tetapi karena kemampuan memimpin yang tidak dimilikinya.

Siapapun, baik laki-laki atau perempuan, yang diserahi tugas yang bukan ahlinya

niscaya akan mendapati kehancuran.

Menurut Gus Dur, untuk mengkaji dan memahami sebuah hadis, mutlak

diperlukan informasi yang memadai mengenai latar belakang kejadian yang

melingkupi teks hadis tersebut. Jauh pada masa sebelum hadis tersebut muncul,

yaitu saat Rsulullah SAW berdakwah ke berbagai daerah, ia pernah berkirim surat

kepada para pembesar negeri lain untuk memeluk Islam. Diantaranya adalah

kepada Raja Kisra di Persia.

Setelah menerima surat itu, Kisra merobek-robek surat Rasulullah tersebut.

Rasulullah begitu menerima laporan dari Hudzaifah bahwa suratnya dirobek-robek,

bersabda : “Siapa saja yang merobek-robek surat saya, diri dan kerajaan orang itu

akan di robek-robek,” (HR. Ibn Musayab). Tak lama kemudian, Persia dilanda

kekacauan dan berbagai pembunuhan didalam keluarga kerajaan akibat suksesi

kepemimpinan.

Diangkatlah puteri Buwaran binti Syairawaih ibn Kisra sebagai Ratu

menggantikan ayahnya yang meninggal dan saudara laki-lakinya yang terbunuh.

Sementara tradisi masyarakat Persia pada waktu itu, jabatan sebagai kepala

negara atau raja selalu dipegang kaum laki-laki, dan perempuan sama sekali tidak

13

Page 15: Hukum Kepemimpinan Perempuan Dalam Politik Menurut Kajian Islam

diizinkan  untuk turut serta mengurus kepentingan masyarakat umum. Jadi,

bagaimana mungkin Putri Buwaran bisa sukses menjadi pemimpin bila keadaan

tradisi masyarakatnya seperti itu.

Sebelum memeluk agama Islam, Abu Bakrah menjalani kehidupan yang

keras dan hina sebagai seorang budak di kota Taif. Abu Bakrah telah lahir sebelum

risalah Islam sehingga dia termasuk salah seorang sahabat yang sulit dilacak garis

keturunannya. Masuknya Abu Bakrah  kedalam Islam bukan saja telah

menyelamatkan dirinya dari hinaan sebagai budak, tetapi juga menyejajarkan

dirinya dengan orang-orang muslim yang lain.

Kebanggan ini tercermin dari perkataan yang sering dilontarkan ke

sekelilingnya, “Saya adalah saudara seagamamu.” Bahkan, Islam telah menjadikan

dirinya sebagai pemuka terhormat di kota Basrah sepanjang hidupnya. Dia dikenal

faqih dan saleh serta seutama-utama sahabat.

Menurut Fatima Mernissi, latar belakang seperti ini menjadikan Abu Bakrah

memusuhi setiap perang saudara yang bisa merusak berdirinya masyarakat Islam.

Hal ini menjadi alasan penting kenapa Abu Bakrah menolak ajakan ‘Aisyah untuk

mendukungnya dalam Perang Jamal dan disampaikan hadis ini.

Perang saudara hanya menjadikan dirinya kembali ke masa-masa sebelum

memeluk Islam. Dan secara politis, perang dapat memupus kesempatannya untuk

menjadi penduduk Basrah yang terhormat.

Dalam biografinya, Abu Bakrah pernah dihukum cambuk oleh  Khalifah Umar

bin Khathab karena memberi kesaksian bersama ‘Nafi dan Syibl bin ‘Ma’bad bahwa

al-Mugirah telah melakukan zina. Tuduhan tersebut tidak disertai bukti yang kuat.

Karenanya, ‘Nafi dan Sibl meminta maaf.

Adapun Abu Bakrah bersikeras dengan tuduhannya dan enggan meminta

maaf. Keteguhan Abu Bakrah dengan tuduhannya selalu diekspresikan dengan

perkataan : “Sungguh mereka telah mendustakanku.” Abu Bakrah wafat pada tahun

51 H dan ada yang mengatakan pada tahun 52 H.

14

Page 16: Hukum Kepemimpinan Perempuan Dalam Politik Menurut Kajian Islam

Dengan mengacu kepada criteria Imam Malik dalam kritik sanad hadis,

Fatima Mernissi meragukan validitas Abu Bakrah. Imam Malik mengatakan :

“Pengetahuan tidak bisa diterima dari seseorang yang terbelakang mental, orang

yang berada dalam cengkraman nafsu dan yang pernah melakukan bid’ah serta

seorang pembohong yang menceritakan segala sesuatu kepada orang lain.

Akhirnya, seseorang tidak boleh menerima pengetahuan dari seorang Syekh,

meskipun dia terhormat dan shaleh, jika dia tidak menguasai ajaran yang hendak

dia sampaikan

15

Page 17: Hukum Kepemimpinan Perempuan Dalam Politik Menurut Kajian Islam

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa kepemimpinan

perempuan dalam politik menurut kajian islam adalah diperbolehkan. tidak ada

diskriminasi bagi wanita, tidak ada alasan untuk merendahkan derajat kaum wanita.

Wanita mempunyai hak dari hasil usahanya sebagaimana pria, disamping juga

mempunyai kewajiban.

B. Saran

Ayat dan hadist yang disampaikan untuk memperkuat argumen bahwa wanita

tidak diperbolehkan untuk memimpin dalam politik, mutlak diperlukan informasi yang

memadai mengenai latar belakang kejadian yang melingkupi teks hadist dan ayat

tersebut.

16

Page 18: Hukum Kepemimpinan Perempuan Dalam Politik Menurut Kajian Islam

DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Murtadho. 2010. Ratu Kalinyamat. LKiS Pustaka Sastra : Yogyakarta.

Ibad, M. N. 2011. Kekuatan Perempuan dalam Perjuangan Gus Dur-Gus Miek. LKiS

Pustaka Pesantren : Yogyakarta.

Kadarusman. 2005. Agama, Relasi Gender & Feminisme. Kreasi Wacana : Yogyakarta

Subhan, Zaitunah. 2006. PEREMPUAN dan Politik Dalam Islam. LKiS Pelangi Aksara :

Yogyakarta.

Umar, Nasaruddin. 2010. Fikih Wanita untuk Semua. Serambi Ilmu Semesta : Jakarta.

Hasan, Ali. (2003). Masail Fiqhiyah Al-Haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer

Hukum Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Muhammad, Husein. (2001). Fiqh Perempuan Refleksi Kiai Atas Wacana Agama dan

Gender. Yogyakarta: LKiS.

http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/10/makalah-kepemimpinan-wanita-dalam-

islam.html.

http://garasikeabadian.blogspot.com/2013/03/kepemimpinan-perempuan-dalam-

islam.html.

http://jumadiattayani.blogspot.com/2012/12/kepemimpinan-perempuan-dalam-

perspektif.html.

http://www.academia.edu/3529945/Kepemimpinan_Perempuan_dalam_Perspektif_Al-

Quran_Perempuan_sebagai_Pimpinan_Publik.

17