Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

61
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan kehamilan berisiko tinggi adalah ciri utama dari sebagian besar program perinatal di semua negara berkembang. Adalah wajar untuk mengalokasikan sumber daya dalam pelayanan kesehatan kepada orang- orang yang memiliki kebutuhan terbesar. Namun, proses penyaringan risiko setelah 25 tahun digunakan di negara berkembang, tidak lagi efisien dalam mengurangi angka kematian ibu. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sedang mengembangkan paket intervensi (Manajemen Terpadu Kehamilan dan Persalinan) dengan penekanan pada kualitas perawatan obstetrik darurat (EOC) dan telah memberikan bukti efektivitas perawatan antenatal (ANC). Uji coba terkontrol secara acak multisenter besar telah berhasil membandingkan model tradisional ANC dengan model yang mengurangkan jumlah kunjungan dan program multinasional untuk memastikan ketersediaan EOC. 1 Skrining risiko memiliki sejarah panjang, tapi itu diformalkan dalam negara-negara industri pada tahun 1960-an, ketika beberapa sistem risiko penilaian sedang dibuat. Menjelang akhir tahun 1970-an, "berorientasi pada tindakan" kartu kehamilan dipersiapkan untuk sejumlah negara berkembang, tetapi efek dari kartu telah dievaluasi dalam beberapa tempat. Pada evaluasi 1

description

mmm

Transcript of Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

Page 1: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemilihan kehamilan berisiko tinggi adalah ciri utama dari sebagian besar

program perinatal di semua negara berkembang. Adalah wajar untuk

mengalokasikan sumber daya dalam pelayanan kesehatan kepada orang-orang

yang memiliki kebutuhan terbesar. Namun, proses penyaringan risiko setelah 25

tahun digunakan di negara berkembang, tidak lagi efisien dalam mengurangi

angka kematian ibu. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sedang

mengembangkan paket intervensi (Manajemen Terpadu Kehamilan dan

Persalinan) dengan penekanan pada kualitas perawatan obstetrik darurat (EOC)

dan telah memberikan bukti efektivitas perawatan antenatal (ANC). Uji coba

terkontrol secara acak multisenter besar telah berhasil membandingkan model

tradisional ANC dengan model yang mengurangkan jumlah kunjungan dan

program multinasional untuk memastikan ketersediaan EOC.1

Skrining risiko memiliki sejarah panjang, tapi itu diformalkan dalam negara-

negara industri pada tahun 1960-an, ketika beberapa sistem risiko penilaian

sedang dibuat. Menjelang akhir tahun 1970-an, "berorientasi pada tindakan" kartu

kehamilan dipersiapkan untuk sejumlah negara berkembang, tetapi efek dari kartu

telah dievaluasi dalam beberapa tempat. Pada evaluasi efisiensi skrining risiko,

kebanyakan studi validitas kartu kehamilan di negara-negara berkembang telah

difokuskan pada prediksi hasil perinatal sementara morbiditas dan mortalitas ibu

telah menjadi obyek studi analitis lebih sedikit. Kepadatan penduduk yang rendah,

akses yang sulit dan morbiditas penduduk yang tinggi berarti bahwa itu adalah

sulit dan mahal untuk diikuti walaupun populasinya kecil. Akibatnya. kebanyakan

studi kematian ibu didasarkan pada metode tidak langsung seperti The Sisterhood

Metode atau jaringan (networking), sehingga menghilangkan kemungkinan

mengukur profil risiko pada saat yang sama. Studi lain adalah di institusi

kesehatan, sehingga menghadapi risiko yang paling berat yaitu kehilangan kasus

yang paling sulit (kematian ibu tanpa kontak dengan sistem perawatan kesehatan).

Menggunakan penelitian berbasis populasi longitudinal, studi ini mengevaluasi

1

Page 2: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

karakteristik demografi, geografis dan lingkungan sebagai faktor risiko untuk

kematian ibu di daerah pedesaan Negeri Sembilan, Malaysia.1

Pada tahun 1990, sebuah langkah penting adalah pengenalan Penyelidikan

Rahasia menjadi Kematian Ibu (CEMD). Masih ada kelompok wanita yang

terpinggir dengan status kesehatan ibu miskin di Malaysia seperti wanita Orang

Asli yang merupakan komunitas minoritas dianggap salah satu kelompok

terpinggir karena kondisi mereka yang miskin dan kurangnya akses ke sumber

daya. Ada 141.230 penduduk Orang Asli di tahun 2008 dan 50% dari mereka

dikategorikan berada di tahap paling miskin (hardcore poverty). Mereka biasanya

dibagi menjadi tiga kelompok utama: Senoi (54,1%), Proto-Melayu (42,7%) dan

Negrito (3,2%). Bidan dan dukun adalah tokoh-tokoh penting dalam sistem

kesehatan tradisional Orang Asli. Dilaporkan bahwa angka kematian ibu etnik

Orang Asli pada tahun 2002 adalah 480 per 100.000 kelahiran hidup, yang lebih

dari sepuluh kali lebih tinggi dibandingkan dengan data nasional dari 30 kematian

per 100.000 kelahiran hidup seperti di tahun yang sama. Meskipun status

kesehatan wanita Orang Asli telah meningkat selama bertahun-tahun, masih tidak

setara dengan patokan nasional.2

Di antara wanita Orang Asli di Negeri Sembilan pada tahun 2009, angka

kematian ibu dilaporkan menjadi 35,7 per 100.000 kelahiran hidup yang sekitar

30% lebih tinggi dari data nasional. Perawatan antenatal Orang Asli juga

dilaporkan lebih rendah dibandingkan dengan tingkat nasional. Menurut survei

yang dilakukan oleh Lim & Chee pada tahun 1998 di kalangan wanita Orang Asli

di negara bagian Pahang, hanya sekitar 64% dari mereka datang untuk

pemeriksaan antenatal. Situasi serupa dilaporkan di daerah lain pedesaan di

Malaysia di mana hanya sekitar 50% wanita Orang Asli hamil datang untuk

pemeriksaan antenatal pertama mereka di trimester pertama.2

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, yaitu tingginya angka kematian ibu di

kawasan luar kota di Malaysia, kurangnya efektifitas sistem mendeteksi dini ibu

beresiko tinggi dan karena AKI merupakan salah satu indikator mutu pelayanan

kebidanan dalam suatu negara atau daerah, maka dipandang perlu untuk

2

Page 3: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

melakukan studi mengenai angka kematian ibu.

Berkaitan dengan kematian ibu, maka terdapat beberapa permasalahan yang

ingin diteliti, yaitu:

a. Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) di luar kota di daerah Negeri Sembilan

Malaysia (2011 – 2013)

b. Faktor – faktor resiko penyebab kematian ibu di luar kota Malaysia

tersebut

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui atau mendapatkan data mengenai angka kematian ibu (AKI)

di luar kota Malaysia di Hospital Tuanku Jaafar tahun 2011-2013.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1Untuk mengetahui jumlah kasus kematian ibu berdasarkan

penyebab kematian

1.3.2.2 Untuk mengetahui jumlah kasus kematian ibu berdasarkan usia ibu

1.3.2.3 Untuk mengetahui jumlah kasus kematian ibu berdasarkan paritas

1.3.2.4 Untuk mengetahui jumlah kasus kematian ibu berdasarkan etnisitas

1.3.2.5 Untuk mengetahui jumlah kasus kematian ibu berdasarkan jarak ke

rumah sakit atau puskesmas

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam upaya pencegahan dan

penanggulangan kematian ibu

1.4.2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukkan bagi penelitian

yang lebih besar untuk memperkirakan angka kematian ibu, khususnya di

daerah Seremban.

1.4.3 Bagi peneliti sendiri merupakan pengalaman yang berharga dalam

memperluas wawasan keilmuan dan menjadi sarana pengembangan diri

melalui penelitian

BAB II

3

Page 4: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kematian Ibu di kalangan bumiputera dan orang asli di luar kota

Kematian ibu atau kematian maternal merupakan kematian dari setiap wanita

selama masa kehamilan, bersalin atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya

kehamilan oleh sebab apapun, tanpa melihat usia dan lokasi kehamilan, oleh

setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau

penanganannya tetapi bukan oleh kecelakaan atau insidental. Hal ini sesuai

dengan defenisi International Statistical Classification of Disease and Related

Health Problems (ICD). Angka kematian maternal kemudian didefenisikan

sebagai jumlah kematian maternal selama satu periode waktu dalam 100.000

kelahiran hidup. 2,3

Malaysia adalah masyarakat multi-rasial yang terdiri dari banyak kelompok

etnis. Pada tahun 2008, distribusi penduduk (warga negara) oleh kelompok etnis

Melayu merupakan menunjukkan 54,3% dari penduduk, Cina 25%, Lainnya

Bumiputera (Adat) 11,9%, India 7,5% dan Lainnya 1,3%. Di Semenanjung

Malaysia, Bumiputera lain yang dikenal sebagai Orang Asli. Populasi Sensus

tahun 2004 oleh Departemen Urusan Orang Asli (JHEOA), menunjukkan bahwa

ada 149.723 Orang Asli, yang mewakili 0,6 persen dari nasional penduduk.

Mereka diklasifikasikan menjadi 3 sub-etnis utama Proto-Melayu, Senoi dan

Negrito. Di Sabah, ada sekitar 32 etnis dari Bumiputera lain dan terutama adalah

Kadazandusun, Bajau, Murut dan sisanya ditujukan sebagai Bumiputera Sabah

lain. Sementara di Sarawak, ada sekitar 26 komunitas etnis yang berbeda dan yang

paling umum adalah Iban, Bidayuh, Melanau dan yang lainnya dikelompokkan

sebagai Bumiputera Sarawak lain . Dalam bab ini Bumiputera lain-lain akan

disebut sebagai Orang Asli dan Bumiputera Sabah dan Sarawak (S / S).

Bumiputera lainnya tercatat persentase kedua kematian tertinggi (setelah Melayu)

di 15,2%.2

Pada tahun 2006, ada 19 (15%) kematian ibu yang dilaporkan antara lain

Bumiputera yang meningkat menjadi 23 (16,9%) pada tahun 2007 dan berkurang

menjadi 22 (16,5%) pada tahun 2008. Selama tiga tahun, tren menurut spesifik

etnis menunjukkan bahwa kematian ibu tinggi di antara Iban dengan 6 kematian di

4

Page 5: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

2006 dan pada tahun 2007, dan meningkat menjadi 7 tahun 2008, sementara Bajau

menunjukkan peningkatan yang luar biasa dari 5 kematian pada tahun 2006

menjadi 8 tahun 2007, namun dikurangi 1 kematian pada tahun 2008. Sementara

kematian ibu di Orang Asli adalah 4 pada tahun 2006 dan dikurangi menjadi 3

kematian pada tahun 2007 dan 2008 (Tabel 2.1 ) dan (Grafik 2.1) Dalam laporan

ini, kami dapat menganalisis angka kematian ibu etnis tertentu untuk tahun 2006

dan 2007. Perlu dicatat bahwa risiko kematian tertinggi di antara Bajau (101,84

per 100.000 kelahiran hidup) diikuti oleh Murut (100.4 per 100.000 kelahiran

hidup) dan Orang Asli (85.21 per 100.000). Sedangkan risiko kematian ibu di

kalangan Bidayuh dan Kadazandusun mirip dengan populasi umum (Tabel 2.2) 2

Tabel 2.1. Angka Kematian Ibu (AKI) etnik bumiputera Sabah/Sarawak dan

orang asli Tahun 2006 hingga 2008

*Confidential Enquiries Into Maternal Deaths in Malaysia 2006-2008

5

Page 6: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

Gambar 2.1. Angka Kematian Ibu (AKI) etnik bumiputera orang asli Tahun 2006 hingga 2008

Dalam laporan ini, kami dapat menganalisis angka kematian ibu etnis tertentu

untuk tahun 2006 dan 2007. Perlu dicatat bahwa risiko kematian tertinggi di

antara Bajau (101,84 per 100.000 kelahiran hidup) diikuti oleh Murut (100.4 per

100.000 kelahiran hidup) dan Orang Asli (85.21 per 100.000). Sedangkan risiko

kematian ibu di kalangan Bidayuh dan Kadazandusun mirip dengan populasi

umum (Grafik 2.2)2

Tabel 2.2 Kematian Ibu secara spesifik di kalangan Bumiputera dan Orang asli

Dari 2006 hingga 2008, sebagian besar kematian ibu (79,2%) yang terutama

disebabkan penyebab langsung. Penyebab langsung diidentifikasi dalam

Bumiputera Sabah dan Sarawak adalah gangguan hipertensi pada kehamilan,

PPH, emboli obstetrik dan penyakit jantung di kehamilan, sedangkan PPP dan

penyakit jantung pada kehamilan adalah penyebab umum pada Orang Asli (Tabel

2.3).2

6

Page 7: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

Tabel2. 3. Angka Kematian ibu di kalangan Bumiputera Sabah/Sarawak dan Orang asli

*Confidential Enquiries Into Maternal Deaths in Malaysia 2006-2008

Mayoritas ibu-ibu ini berada di kelompok usia risiko rendah dari 20-34 (57,8%)

dan diikuti dengan di atas 35 kelompok umur (35,9%). Mereka juga dalam risiko

rendah paritas (1-5) (68.7%) dan lebih dari 80% adalah ibu rumah tangga (Tabel

2.4 dan 2.5 ).Sebagian besar Bumiputera di Sabah dan Sarawak (81%) memiliki

pendidikan formal, bertentangan dengan 60% dari Orang Asli yang tidak memiliki

pendidikan formal. 35% dari Bumiputera Sabah dan Sarawak (S & S) dan 90%

dari Orang Asli hidup lebih dari 20 km dari rumah sakit. 55% dari Bumiputera

Sabah dan Sarawak dan 70% dari Orang Asli tidak pernah mempraktekkan

keluarga berencana.2

7

Page 8: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

Tabel 2.4 Profil pasien yang beresiko

Tabel 2.5. Profil pasien yang beresiko

8

Page 9: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

2.2 Penyebab Kematian Maternal

Penyebab kematian maternal merupakan suatu hal yang cukup kompleks,

yang dapat digolongkan pada beberapa faktor, antara lain faktor reproduksi,

komplikasi obstetrik, pelayanan kesehatan, dan sosioekonomi.4,8

1. Faktor – faktor reproduksi

a.Usia

Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan

persalinan adalah 20 – 30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan

melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2 – 5 kali lebih tinggi

daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20 – 29 tahun. Kematian

maternal meningkat sesudah usia 30 – 35 tahun.4

b.Paritas

Paritas 2 – 3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian

maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka

kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian

maternal.4,8

c.Kehamilan yang tidak diinginkan

World Fertility Survey yang diadakan di 40 negara sedang berkembang

menyatakan bahwa 40 – 60% wanita berkeluarga tidak ingin menambah

jumlah anak lagi. Namun 50 – 75% dari jumlah ini ternyata tidak

menggunakan salah satu metode kontrasepsi efektif, sehingga kemungkinan

terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan masih cukup besar.4,7

2. Komplikasi obstetrik

a. Perdarahan

Perdarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus yang

terjadi pada kehamilan kurang dari 22 minggu, sedangkan pada kehamilan

tua di atas usia kehamilan 22 minggu disebut perdarahan antepatum dan

perdarahan yang terjadi setelah melahirkan atau yang disebut perdarahan

postpartum. Perdarahan yang terjadi setelah usia kehamilan di atas 22

minggu biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada sebelum 22

minggu dan membutuhkan penanganan yang berbeda.

b. Perdarahan antepartum

9

Page 10: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

Pada setiap perdarahan anterpartum pertama-tama harus selalu dipikirkan

bahwa hal tersebut bersumber pada kelahiran plasenta. Perdarahan

anterpartum yang terjadi kira-kira terbagi atas:

(1) Plasenta previa

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada

segmen bawah uterus sehingga dapat menutup sebagian atau seluruh

pembukaan jalan lahir.

Gejala plasenta previa adalah perdarahan pervaginam, biasanya tidak

nyeri, berwarna merah terang, tidak disertai kontraksi uterus dan

cenderung terjadi tiba-tiba sewaktu trisemester III. Sebelum

persalinan, kejadiannya sering ringan sampai sedang dan cenderung

berhenti secara spontan, sewaktu persalinan aktif, perdarahan dapat

hebat.

Penanganan plasenta previa antara lain secara konservatif dan

penanganan secara aktif.

(2) Solusio plasenta

Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal

pada corpus uteri sebelum janin lahir. Gejalanya berupa perdarahan

pervaginam antepartum disertai nyeri uterus. Perdarahan anterpartum

dan intrapartum tidak dapat dicegah kecuali dengan menyelesaikan

persalinan segera. Bila persalinan telah selesai, penderita belum

bebas dari bahaya postpartum.

Penatalaksanaan tergantung berat ringannya kasus. Pada kasus

ringan dilakukan istirahat, pemberian sedatif, kemudian penentuan

apakah gejala semakin progresif atau akan berhenti. Pada kasus

sedang dan berat maka penanganan bertujuan untuk mengatasi

renjatan, memperbaiki anemia, menghentikan perdarahan, dan

mengosongkan uterus secepat mungkin.4, 7, 9

c. Perdarahan postpartum

Perdarahan postpartum didefinisikan sebagai hilangnya darah sebanyak

500 ml atau lebih dari organ-organ reproduksi setelah selesainya kala tiga

persalinan (ekspulsi atau ekstraksi plasenta dan ketuban). Perdarahan dapat

10

Page 11: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

terjadi secara dini yaitu bila terjadi perdarahan yang berlebihan selama 24

jam setelah kala tiga persalinan selesai dan perdarahan postpartum lanjut

bila terjadi setelah periode 24 jam pertama sampai selama masa nifas. Hal-

hal yang dapat menyebabkan perdarahan postpartum adalah; atonia uteri,

perlukaan jalan lahir, terlepasnya bagian plasenta dari uterus, tertinggalnya

sebagian dari plasenta. Kadang-kadang perdarahan dapat juga disebabkan

oleh adanya kelainan dalam proses pembekuan darah.

(1) Atonia uteri

Sebab terpenting dari perdarahan postpartum adalam atonia uteri

yang terjadi bila miometrium tidak berkontraksi. Uterus menjadi

lunak dan pembuluh darah bekas perlengketan plasenta terbuka

lebar. Diagnosis biasanya tidak sulit, terutama apabila timbul

perdarahan yang banyak segera setelah lahir sehingga pasien segera

jatuh dalam keadaan syok. Atoni uteri dapat terjadi sebagai akibat

dari: 1) partus lama, 2) pembesaran uterus yang berlebihan, 3)

multiparitas, 4) persalinan yang terlalu cepat, 5) persalinan dengan

induksi.4,9

(2) Retensio plasenta

Bila plasenta belum terlepas setengah jam sesudah anak lahir,

keadaan ini disebut retensi plasenta. Dalam hal ini dapat disebabkan:

Plasenta adhesive, dimana plasenta tidak mudah terlepas akibat

kontraksi uterus yang tidak adekuat

Plasenta increta-perkreta, dalam hal mana pada beberapa tempat

villi chorialis menjalar sampai ke tengah-tengah otot dinding

rahim sehingga plasenta melekat dan sukar terlepas dari dinding

rahim.

Plasenta inkarserata, dimana terjadi kala uri sudah terlepas tetapi

masih tidak dapat keluar oleh karena segmen bawah uterus

berkontraksi

Penatalaksanaan retensi plasenta dicoba dengan melakukan manual

plasenta, jika tindakan ini gagal maka jaringan plasenta dikeluarkan

dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta. Bila

11

Page 12: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

plasenta tidak dapat dilaksanakan, histerektomi dapat

dipertimbangkan.4,6,8

(3) Sisa plasenta (rest plasenta)

Sisa plasenta dan ketuban yang masih tertinggal dalam rongga rahim

dapat menimbulkan perdarahan pervaginam setelah plasenta lahir

atau kontraksi uterus baik. Ataupun perdarahan postpartum lambat

(biasanya terjadi 6-10 hari pasca persalinan), yaitu perdarahan

pervaginam berulang atau yang terus berlangsung pasca persalinan.

Pada umumnya, pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan

kuretase. Dalam kondisi tertentu apabila memungkinkan sisa

plasenta dikeluarkan secara manual, lalu diikuti dengan pemberian

obat uterotonika dan antibiotik. 4,10

(4) Perlukaan jalan lahir

Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan

kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut

berasal dari perlukaan jalan lahir, yang terdiri dari :

Robekan perneum, yang dibagi ke dalam empat tingkatan, yaitu

Tingkat I : robekan hanya pada selaput lendir vagina dengan

atau tanpa mengenai kulit perineum.

Tingkat II : robekan mengenai selapur lendir vagina dan otot

perinea transversalis tapi tidak mengenai sfingter

ani

Tingkat III : robekan mengenai seluruh perineum dan otot

sfingter ani.

Tingkat IV : robekan sampai mukosa rektum

Penanganan robekan perineum adalah harus dijahit.4,8

Hematoma vulva

Penanganan hematoma tergantung pada lokasi dan besar

hematoma.Pada hematoma yang kecil tidak perlu operatif, cukup

dilakukan kompres.Pada hematoma yang besar, lebih-lebih disertai

anemia dan presyok, harus segera dilakukan pengosongan hematom,

mencari sumber perdarahan, lalu menjahit sumber perdarahan

12

Page 13: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

tersebut.4

Robekan dinding vagina

Robekan dinding vagina harus dijahit. Untuk kasus

kolpoporeksis, yaitu robekan vagina bagian atas sehingga

sebagian serviks uteri dan sebagian uterus terlepas dari vagina,

serta fistula visikovaginal harus dirujuk ke rumah sakit.7,8

Robekan serviks

Robekan serviks paling sering terjadi adalah pada arah jam 3

dan 9. Penanganan robekan serviks adalah dengan penjahitan

untuk menghentikan perdarahan.4,8

Ruptura uteri

Ruptura uteri atau robekan uterus adalah laparatomi. Ruptura

uteri merupakan peristiwa yang gawat bagi ibu, terlebih bagi

anak. Apa bila peristiwa ini terjadi di rumah sakit dan

pertolongan dapat diberikan dengan segera, angka mortalitas ibu

dapat ditekan sampai beberapa persen. Akan tetapi apabila

penderita dibawa ke rumah sakit dalam keadaan shock dan

karena persalinan lama, menderita pula dehidrasi dan infeksi

intrapartum, angka kematian ibu menjadi sangat tinggi.4,8

d. Pre Eklampsia dan Eklampsia

Pre eklampsia adalah penyakit yang ditandai oleh hipertensi, edema,

proteinuri yang timbul karena kehamilan, penyakit ini umumnya terjadi

dalam triwulan III kehamilan. Faktor predisposisinya yaitu nullipara

umur belasan tahun, riwayat preeklampsia/eklampsia dalam keluarga,

kehamilan ganda, molahidatidosa dan DM.4

Eklampsia ditandai oleh suatu atau beberapa kejang yang didahului oleh

makin memburuknya preeklampsia dan timbulnya gejala-gejala nyeri

kepala, gangguan penglihatan, mual dan nyeri epigastrium. Komplikasi

terberat adalah kematian ibu dan janin. Komplikasi lainnya antara lain

hipofibrinogenemia, perdarahan otak, edema paru, solusio plasenta dan

lain-lain. 4

Penanganan preeklampsia tergantung dari berat ringannya kasus

13

Page 14: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

preeklampsia yang terjadi pada ibu hamil. Pada preeklampsia ringan

penanganannya meliputi; diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak

dan garam; sedatif ringan, roborantia. Pada preeklampsia berat atau

eklampsia meliputi tirah baring ke satu sisi, pemberian obat kejang,

pemberian obat anti hipertensi dan mengupakan untuk segera mengakhiri

kehamilan.4,8,11

e. Infeksi nifas

Istilah infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh

masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genital pada waktu

persalinan dan nifas. Demam nifas ditandai dengan kenaikan suhu sampai

38oC atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama postpartum dengan

mengecualikan hari pertama. Dahulu infeksi nifas merupakan penyebab

kematian maternal yang paling penting, akan tetapi berkat kemajuan ilmu

pengetahuan tentang sebab-sebab infeksi nifas dan pencegahannya, dan

penemuan obat-obat terbaru seperti sulfa dan antibiotika lainnya. Di

negara-negara berkembang dengan pelayanan kebidanan yang masih jauh

dari sempurna, peranan infeksi masih besar. 4,8,12

Infeksi nifas dapat terjadi pada pertolongan persalinan yang tidak

mengindahkan syarat-syarat asepsis, antisepsis, partus lama, ketuban

pecah dini, dan sebagainya.

Faktor predisposisi yang terpenting pada infeksi nifas ialah :

Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan penderita, seperti

perdarahan yang banyak, preeklampsia, juga infeksi lain, seperti

pneumonia, penyakit jantung dan sebagainya.

Partus lama, terutama dengan ketuban pecah lama

Tindakan bedah vaginal, yang menyebabkan perlukaan pada jalan

lahir

Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah4,7,8

Infeksi nifas dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu:

Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks dan

endometrium

14

Page 15: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

Penyebaran dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena, melalui

jalan limfe dan melalui permukaan endometrium

Menurut derajatnya septikemia merupakan infeksi yang paling berat

dengan mortalitas tinggi, dan segera diikuti oleh peritonitis umum.

Piema menyebabkan kematian yang cukup tinggi. Penyakitnya

berlangsung lebih lama. Pada pelvioperitonitis dan selulitis pelvis

bahaya kematian dapat diatasi dengan pengobatan yang sesuai. Abses

memerlukan tindakan untuk mengeluarkan nanahnya. 4,7

Antibiotik memegang peranan penting dalam pengobatan infeksi nifas.

Pemberian penicilin dalam dosis tinggi atau dengan antibiotik spektrum

luas sangat efeektif sebelum hasil pembiakan dan tes-tes kepekaan

diketahui dan dilakukan pengobatan yang paling sesuai. Disamping

pengobatan dengan antibiotika, tindakan-tindakan untuk mempertinggi

daya tahan tubuh tetap diperlukan. Perawatan baik sangat penting. 4,8

f. Emboli cairan amnion

Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah sejumlah

besar cairan ketuban memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba terjadi

gangguan pernafasan yang akut dan shock, 25% wanita yang menderita

keadaan ini meninggal dunia dalam waktu 1 jam. Emboli cairan ketuban

jarang dijumpai, kemungkinan banyak kasus tidak terdiagnosa, diagnosa

yang dibuat adalah Shok obstetric, perdarahan postpartum atau edema

pulmoner akut. Dua tempat utama masuknya cairan ketuban kedalam

sirkulasi darah maternal adalalah vena endocervical (yang dapat terobek

sekalipun pada persalinan normal) dan daerah utero plasenta. Ruputra

uteri meningkat kemungkinan masuknya cairan ketuban. Abruption

plasenta merupakan peristiwa yang sering di jumpai, kejadian ini

mendahului atau bersamaan dengan episode emboli.

Etiologi

Faktor predisposisi;

1. Multi paritas

2. Usia lebih dari 30 thn

15

Page 16: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

3. Janin yang besar

4. Kematian janin intrauterine

5. Meconium dalam cairan ketuban

6. Kontraksi uterus yang kuat

7. Insidensi yang tinggi kelahiran dengan operasi.

Syok yang dalam yang terjadi secara tiba – tiba tanpa diduga pada wanita yang

proses persalinanya sulit atau baru saja menyelesaikan persalinan yang sulit.

Khususnya kalau wanita itu multipara berusia lanjut dengan janin yang amat

besar, mungkin sudah meninggal dengan meconium dalam cairan ketuban, harus

menimbulkan kecurigaan, pada kemungkinan ini (emboli cairan ketuban). Jika

sesak juga didahului dengan gejala mengigil yang diikuti dyspnea, vomitus,

gelisah, dll disertai penurunan tekanan darah yang cepat serta denyut nadi yang

lemah dan cepat. Maka gambaran tersebut menjadi lebih lengkap lagi. Jika

sekarang dengan cepat timbul edema pulmoner padahal sebelumnya tidak terdapat

penyakit jantung, diagnose emboli cairan ketuban jelas sudah dapat dipastikan.

Pada uraian ini tidak ada lagi yang ditambahkan kecuali hasil pemeriksaan

selanjutnya menunjukkan bahwa gambaran tersebut biasanya disertai kegagalan

koagulasi darah pasien dan adanya perdarahan dari tempat plasenta. Pasien

dengan kecurigaan emboli cairan ketuban.

Faktor Resiko

Antara lain:

• Kehamilan multipara.

• Persalinan yang cepat

• Stimulasi oxytosin

• Overstimulasi rahim

• Manipulasi rahim.

Faktor – faktor predisposisi, meliputi

Kelahiran yang tergesa – gesa

Multiparitas

Kematian janin intrauteri.

Meconium dalam cairan amnion.

16

Page 17: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

Kelahiran operatif dan plasenta previa.

Kemungkinan emboli air ketuban terjadi kalau:

Ketuban sudah pecah

His kuat

Pembulu darah yang terbuka (SC, ruptura uteri).

g. Gestosis

Penyebab gestosis sampai saat ini belum diketahui. Primipara dan gravid

pada usia di atas 35 tahun merupakan kelompok risiko tinggi untuk

gestosis.4

h. Kehamilan ektopik

Penyakit radang panggul, penyakit hubungan seksual, atau infeksi pasca

abortus sering merupakan factor predisposisi pada kehamilan ektopik. 4

i. Distosia

Distosia adalah suatu keadaan dimana persalinan mengalami

hambatan/kesulitan sehingga persalinan tidak ada kemajuan. Sebab-sebab

distosia dapat dibagi dalam 3 golongan, yaitu:

Kelainan tenaga atau kelainan his

His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menunjukkan

bahwa rintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat dalam persalinan

tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau

kemacetan.

Kelainan janin

Persalinan dapat gangguan atau kemacetan karena kelainan letak atau

kelainan bentuk janin

Kelainan jalan lahir

Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi

kemajuan persalinan. 4,7,8

j. Pengguguran kandungan

Pengguguran kandungan yang dilakukan secara illegal dan tidak aman

17

Page 18: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

secara medis akan berakibat timbulnya perdarahan dan sepsis, yang dapat

diikuti dengan kematian. 4

3. Faktor – faktor pelayanan kesehatan

a. Kurangnya kemudahan untuk pelayanan kesehatan maternal.

b. Asuhan medik kurang baik

c. Kurangnya tenaga terlatih dan obat – obat penyelamat jiwa.4,8

4. Faktor – faktor sosiobudaya

Kemiskinan, ketidaktahuan, kebodohan, dan rendahnya status wanita

merupakan beberapa faktor sosiobudaya yang berperan pada tingginya

kematian maternal.4,8

2.3 Upaya Menurunkan Tingkat Kematian Maternal

a. Pencegahan

Keluarga Berencana

Jika para ibu yang tidak ingin hamil lagi dapat memperoleh pelayanan

kontrasepsi efektif sebagaimana diharapkan, maka akan berkuranglah

prevalensi abortus provokatus serta prevalensi wanita hamil pada usia

lanjut dan paritas tinggi. Dengan berkurangnya faktor risiko ini, maka

angka kematian maternal dapat turun pula dengan bermakna. Oleh

karena itu, pelayanan keluarga berencana harus dapat mencapai sasaran

seluas-luasnya di masyarakat, terutama golongan risiko tinggi.4,13

Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan rujukan

Pemeriksaan antenatal yang baik dan tersedianya fasilitas rujukan bagi

kasus risiko tinggi dapat menurunkan angka kematian maternal. Petugas

kesehatan seharusya dapat mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang

berhubungan dengan usia, paritas, riwayat obstetric buruk, dan

perdarahan selama kehamilan. Mereka harus mampu memberikan

pengobatan terhadap penyakit-penyakit penyerta kehamilan, misalnya

anemia. Mereka juga harus mampu mengenal tanda-tanda dini infeksi,

partus lama, perdarahan berlebihan, dan mengetahui saat yang tepat

18

Page 19: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

untuk merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap. 4

b. Perbaikan pelayanan gawat darurat

Walaupun upaya pencegahan dengan identifikasi faktor-faktor risiko telah

dilakukan, namun masih ada kemungkinan komplikasi berat terjadi

sewaktu-waktu. Dalam hal ini, rujukan harus segera dilakukan, karena

kematian dapat terjadi dalam waktu singkat. Oleh karena itu, petugas

kesehatan di lini terdepan harus dibekali dengan kemampuan melakukan

tindakan darurat dengan tepat.4,8,13

c. Perbaikan jaringan pelayanan kesehatan

Pengadaan tenaga terlatih di pedesaan.

Di Malaysia, sebagian besar persalinan masih ditolong oleh dukun,

khususnya yang berlangsung di desa-desa. Mereka harus dilatih untuk

melakukan teknik asepsis dan pengenalan dini tanda-tanda bahaya, serta

kemampuan pertolongan pertama dan mengetahui rujukan harus dilakukan

ke mana. Pada saat ini, pemerintah sedang mengupayakan pengadaan

tenaga bidan untuk setiap desa.4

Peningkatan kemampuan Klinik Desa.

Klinik Desa yang merupakan fasilitas rujukan pertama dari petugas lini

terdepan harus dilengkapi dengan dokter terlatih serta kelengkapan yang

diperlukan untuk mencegah kematian maternal. Klinik Desa seharusnya

dapat mengatasi perdarahan akut, tersedia antibiotika dan cairan yang

cukup, dan mampu memberikan pertolongan bedah obstetrik sederhana.4,8

Hospital rujukan

Hospital rujukan harus dilengkapi dengan fasilitas transfuse darah, listrik,

air bersih, alat operasi, anesthesia, antibiotika, serta tenaga terlatih.

Menurut WHO ada 7 fungsi utama dari hospital rujukan pertama yang

harus dipenuhi, antara lain : (1) mampu melakukan tindakan bedah

meliputi seksio sesarea, terapi bedah pada sepsis, reparasi robekan vagina

dan serviks, laparatomi pada rupture uteri dan kehamilan ektopik, dan

evakuasi abortusi komplit; (2) mampu memberikan pelayanan anestesi dan

resusitasi jantung paru; (3) mampu melakukan tindakan medis pada

renjatan, sepsis dan eklamsia; (4) mampu memberikan transfuse darah dan

19

Page 20: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

terapi cairan; (5) mampu melakukan tindakan bedah kebidanan per

vaginam serta partograf; (6) mampu memberikan pelayanan kontrasepsi

efektif; (7) mampu mengelola kasus risiko tinggi. 4,8,13

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti

Kematian maternal adalah kematian sewaktu hamil, melahirkan atau

20

Page 21: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung dari lama dan

lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan

atau penanganannya, tetapi tidak secara kebetulan.

Kematian maternal ini umumnya disebabkan oleh komplikasi obstetrik

seperti perdarahan, infeksi, pre eklampsia, eklampsia, distosia. Selain itu, terdapat

faktor-faktor risiko yang memperngaruhi terjadinya kematian ibu bersalin, antara

lain umur, paritas, jarak kehamilan, pendidikan, ekonomi.

Karena keterbatasan peneliti untuk mengakses data mengenai faktor-faktor

lainnya, maka variabel-variabel yang diteliti meliputi:

1. Umur

Umur ibu pada saat hamil dan bersalin merupakan salah satu faktor yang

menentukan tingkat risiko kehamilan dan persalinan. Dalam kurun reproduksi

dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dalam persalinan adalah 20-35 tahun.

Kematian maternal meningkat pada usia di bawah 20 tahun, dan di atas 35 tahun.

2. Paritas

Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal.

Paritas satu atau paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal

lebih tinggi.

3. Etnisitas

Angka kematian ibu antara etnik lain-lain, bumiputera lainnya, India, Melayu

adalah dua kali lipat tingkat di kalangan etnik Cina.

4. Jarak ke rumah sakit atau puskesmas

Transportasi dan transfer dari pusat kesehataan pedesaan ke rumah sakit umum

masih kurang efisien.

5. Penyebab Kematian

Penyebab kematian merupakan faktor medis/langsung yang disebabkan oleh

komplikasi obstetrik atau penyakit kronik yang menjadi lebih berat selama masa

kehamilan, sehingga berakhir dengan kematian, yaitu perdarahan, eklampsia,

infeksi, abortus, partus lama, trauma obstetrik, emboli obstetrik, komplikasi masa

nifas, dan lain-lain.

3.2 Definisi Operasional dan Kriteria Obyek

21

Page 22: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

1. Kematian ibu

a. Definisi: kematian yang berlangsung pada saat kehamilan dan persalinan

atau dalam waktu 42 hari setelah persalinan yang dialami ibu yang dirawat

di bagian kebidanan Hospital Tuanku Jaafar selama periode Januari 2011-

Desember 2013

b. Cara ukur: Mengumpulkan data melalui rekam medik kemudian

diakumulasikan berdasarkan jumlah kematian ibu.

2. Angka kematian ibu bersalin

a. Definisi: jumlah kematian ibu dalam satu tahun dibagi jumlah persalinan

dalam tahun yang sama yang dirawat di Hospital Tuanku Jaafar dikali

100.000.

b. Cara ukur: Mengumpulkan data melalui rekam medik kemudian

diakumulasikan berdasarkan jumlah angka kematian ibu.

3. Usia

a. Definisi: Usia terakhir yang dicapai oleh ibu sehingga persalinan terakhir

yang diperoleh dari status ibu.

- Risiko tinggi: Bila pada status ibu tercatat usia ibu kurang dari 20 tahun

atau lebih 35 tahun.

- Bukan risiko tinggi: Bila pada status ibu tercatat umur ibu 20-35 tahun.

b. Cara ukur: Dengan mencatat variabel umur sesuai dengan yang tercantum

pada rekam medic.

Hasil: 1) < 19 tahun

2) 20-34 tahun

3) > 35 tahun

4. Paritas

a. Definisi: Frekuensi persalinan yang dialami ibu, yang tercatat dalam status

ibu.

- Primipara : ibu pertama kali melahirkan

22

Page 23: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

- Multipara: ibu pernah melahirkan sebelum ini.

b. Cara ukur: Dengan mencatat variabel paritas sesuai dengan yang

tercantum pada rekam medic

Hasil: 1) 0

2) 1-5

3) 6 dan ke atas

5. Etnisitas

a. Definisi: Etnik orang asli di luar kota daerah Negeri Sembilan yaitu etnik

Semelai, Temuan dan Jahudi.

b. Cara ukur: Dengan mencatat variabel etnik sesuai dengan yang tercantum

pada rekam medic.

6. Desa/kampung

a. Definisi: Satu petempatan di luar kota daerah Negeri Sembilan yang

penduduknya kurang dari 1000 orang di sesebuah kawasan dan didiami

oleh masyarakat orang asli.

b. Cara ukur: Dengan mencatat variabel nama desa/kampong sesuai dengan

yang tercantum pada rekam medic

Hasil: 1) Kampung Sungai Cherbang

2) Kampung Sungai Sot

3) Kampung Sungai Lui

7. Jarak ke rumah sakit

a. Definisi: Jarak satu petempatan di luar kota daerah Negeri Sembilan yang

penduduknya kurang dari 1000 orang di sesebuah kawasan dan didiami

oleh masyarakat orang asli.

b. Cara ukur: Dengan mencatat variabel jarak sesuai dengan yang tercantum

23

Page 24: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

pada rekam medic.

Hasil: 1) 0 km

2) 10-20 km

3) > 20 km

8. Penyebab Kematian

a. Definisi: Faktor medis/langsung yang menjadi penyebab kematian ibu,

yang tercatat dalam status ibu.

b. Cara ukur: Mengumpulkan data melalui rekam medik kemudian dicatat

sesuai dengan variable penyebab kematian.

Hasil:

1) Perdarahan postpartum

2) Hipertensi waktu kehamilan

3) Emboli onstetrik

4) Penyakit jantung waktu kehamilan

5) Plasenta praevia

6) Septicaemia

7) Abortus/molar/ektopik

8) SLE

9) Lain-lain

Bedasarkan teori yang telah dipaparkan dan ditelaah dari berbagai sumber, maka

kerangka konsep yang berhubungan dengan penelitian ini dapat dijabarkan

sebagai berikut:

24

UMUR

PARITAS

JARAK KE RUMAH SAKIT

ATAU PUSKESMAS

Page 25: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

KEMATIAN IBU

PENYEBAB

KEMATIAN

ETNISITAS

Keterangan:

Variabel yang Diteliti

Gambar 3.1.Pola Hubungan Variabel yang Diteliti

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Peneltian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif deskriptif

yang menggambarkan distribusi kematian ibu dilihat dari beberapa variabel,

seperti umur, paritas, etnisitas, jarak ke rumah sakit atau puskesmas serta

25

Page 26: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

penyebab langsung kematian ibu, yaitu perdarahan, preeklampsia/eklampsia, dan

infeksi, abortus, hipertensi, trauma obstetrik, emboli obstetric dan lain-lain.

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 29 September-10 Oktober 2014

yang dilakukan di Hospital Tuanku Jaafar, Seremban, Negeri Sembilan.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah dari 1511 ibu hamil etnik orang asli yang terdaftar dan 104

pasien yang meninggal akibat kehamilan dan persalinan dibagian kebidanan di

Hospital Tuanku Jaafar pada tahun 2011-2013. Sampel adalah pasien dibagian

kebidanan yang meninggal akibat kehamilan dan persalinan pada tahun 2011-

2013 yang memenuhi syarat untuk dimasukkan dalam penelitian. Semua populasi

dijadikan sampel (total sampling).

4.4 Cara Pengumpulan Data

Data yang di kumpulkan berupa data sekunder yang berasal dari status ibu

dibagian kebidanan di Hospital Tuanku Jaafar, yang tersimpan di bagian rekam

medik.

4.5 Jenis Data dan Instrumen Penelitian

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh melalui

rekam medik subjek penelitian. Alat pengumpul data dan instrumen penelitian

yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari lembar isian dengan tabel-

tabel tertentu untuk merekam atau mencatat data yang dibutuhkan dari rekam

medik.

4.6 Manajemen Penelitian

Pengumpulan data dilakukan setelah meminta perizinan dari pihak pengarah

Hospital Tuanku Jaafar, Seremban, Negeri Sembilan. Kemudian nomor rekam

medik pasien yang rawat inap dalam periode yang telah ditentukan. Setelah itu

dilakukan pengamatan dan pencatatan langsung ke dalam lembar isian yang telah

26

Page 27: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

disediakan.Setelah dilakukan pengumpulan data, dilakukan pengolahan data

dengan menggunakan program Excel Microsoft Office. Data yang telah diolah

selanjutnya disusun dan disajikan dalam bentuk table secara deskriptif dan

dikelompokkan sesuai dengan tujuan penelitian.

BAB V

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1 Sejarah

Hospital Tuanku Jaafar terletak di Seremban,di daerah Negeri Sembilan.

Hospital ini mempunyai 860 buah katil, 20 disiplin klinikal, dan menyediakan

khidmat rawatan menengah dan rawatan lanjutan kebangsaan yang terpilih.

27

Page 28: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

Dalam pelaksanaan dan pembentukan Hospital Tuanku Jaafar, Kementerian

Kesihatan Malaysia telah mengatur langkah oleh objektif Wawasan 2020 di mana

Malaysia harus mencapai status negara maju pada tahun 2020 dan

menyempurnakan visi Kementerian Kesihatan Malaysia. Oleh itu Hospital

Tuanku Jaafar adalah direkabentuk dan dilengkapi dengan peralatan canggih

sesuai dengan piawaian antarabangsa.

Hospital Tuanku Jaafar telah direkabentuk, dibina dan dilengkapi dengan

persekitaran Sistem Maklumat Hospital Menyeluruh dengan satu matlamat

operasi unggul. Merupakan hospital yang pertama di Malaysia dan di dunia yang

beroperasi dengan sistem ini meliputi seluruh aspek operasinya. Untuk mencapai

objektif keadaan fasiliti terbaik, organisasi berkesan dan berkemahiran tinggi,

operasi dan pentadbiran dijamin untuk kejayaan hospital ini.

Hospital Tuanku Jaafar adalah pusat Gastroenterologi, Rheumatologi,

Hepatologi, Hepatobiliari Surgeri, Vitreoretinal Surgeri, Kolorektal Surgeri,

Mikrosurgeri, dan Khidmat Renal. Menjadi hospital rujukan yang menyediakan

khidmat pakar pesakit luar bagi kes-kes yang dirujuk sahaja. Di sini tiada

menerima rawatan pesakit luar yang masuk begitu sahaja kecuali jika kes

kecemasan dikendali dalam Jabatan Kecemasan. Hospital ini juga memfokuskan

pada Khidmat Rawatan Ambulatori. Oleh itu Hospital Tuanku Jaafar telah

mendedikasikan disiplin-pelbagai Pusat Rawatan Ambulatori yang mencakupi

pembedahan rawatan harian, rawatan perubatan harian,perkhidmatan

endoskopi dan lithotripter.

5.2 Misi

a) Menyediakan perkhidmatan yang berkualiti tinggi, selamat, efisyen, efektif

dengan mengutamakan pelanggan.

b) Berkerjasama dengan masyarakat untuk mempromosi penjagaan kesihatan.

c) Komited untuk membangunkan tenaga kerja yang beretika, cekap dan

berdisiplin.

d) Membentuk organisasi yang berteraskan ilmu pengetahuan, inovatif, telus

28

Page 29: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

dan amanah.

e) Menggunakan teknologi maklumat dalam merealisasikan objektif

organisasi.

5.3 Visi

Menjadi sebuah hospital terbilang di peringkat antarabangsa yang memberi

perkhidmatan perawatan perubatan yang profesional, berkualiti dan mesra

pelanggan berlandaskan Teknologi Maklumat.

BAB VI

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

6.1 Hasil Penelitian

Ada total 104 kematian maternal dan 12.742 kelahiran hidup selama periode

ulasan tahun 2011-2013. Data demografi diilustrasikan pada Gambar 6.2, 6.3, 6.4,

dan 6.5.

Tabel 6.1. Angka kematian ibu hamil dan jumlah kelahiran hidup pada kelompok etnik orang asli tahun 2011-2013 di Hospital Tuanku Jaafar.

29

Page 30: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

Etnik Kematian ibu hamil (n) Jumlah Kelahiran Hidup

Semelai 88 4694

Temuan 12 4643

Jahudi 4 3405

Total 104 12.742

Gambar 6.2. Distribusi rasio kematian ibu hamil pada kelompok etnik orang asli tahun 2011-2013 di Hospital Tuanku Jaafar

Gambar 6.2 menunjukkan angka kematian ibu untuk tahun 2011, 2012 dan 2013

berdasarkan etnik orang asli. Etnik Semelai mencatatkan rasio kematian ibu yang

meningkat selama periode ulasan yaitu 841, 7 per 100.000 kelahiran hidup pada

tahun 2011, 857, 1 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012, dan 1120 per

100.000 kelahiran hidup pada tahun 2013. Hal yang sama terjadi pada etnik

Temuan yang mana angka kematian ibu meningkat pada tahun 2013 berbanding 2

tahun sebelumnya yaitu 571, 4 per 100.000 kelahiran hidup. Etnik Jahudi pula

mencatatkan angka kematian ibu yang berfluktuasi yaitu 666,6 per 100.000

kelahiran hidup pada tahun 2011, 319, 4 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun

2012 dan 487, 8 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2013.

30

Page 31: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

Gambar 6.3 menunjukkan distribusi angka kematian ibu berdasarkan usia untuk

etnik orang asli pada tahun 2011-2013 di Hospital Tuanku Jaafar. Ibu hamil yang

berusia lebih dari 35 tahun mencatatkan angka kematian ibu yang meningkat

selama periode ulasan yaitu 741,0 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2011,

640 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 dan 866.6 per 100.000

kelahiran hidup pada tahun 2013. Ibu hamil yang berusia dari 20 hingga 34 tahun

mencatatkan angka kematian ibu yang berkurang selama periode ulasan yaitu

973,4 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2011, 1272 per 100.000 kelahiran

hidup pada tahun 2012, dan 875 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2013. Ibu

hamil yang berusia kurang dari 19 tahun mencatatkan angka kematian ibu yang

meningkat yaitu 600 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2011, 479,3 per

100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 dan 1967 per 100.000 kelahiran hidup

pada tahun 2013.

31

Gambar 6.3. Distribusi rasio kematian ibu hamil berdasarkan usia untuk etnik orang asli pada tahun 2011-2013 di Hospital Tuanku Jaafar

Page 32: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

Gambar 6.4 menunjukkan distribusi angka kematian ibu hamil berdasarkan paritas

untuk etnik orang asli pada tahun 2011-2013 di Hospital Tuanku Jaafar. Angka

kematian ibu berdasarkan paritas lebih dari enam mencatatkan tren yang menurun

selama periode ulasan yaitu 468,0 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2011,

440 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 dan 333.3 per 100.000

kelahiran hidup pada tahun 2013. Angka kematian ibu berdasarkan paritas 1

hingga 5 pula mencatatkan tren yang sedikit berfluktuasi yaitu 2389 per 100.000

kelahiran hidup pada tahun 2011, 2363 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun

2012 dan 2400 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2014.

32

Gambar 6.4. Distribusi rasio kematian ibu berdasarkan paritas etnik orang asli pada tahun 2011-2013 di Hospital Tuanku Jaafar

Page 33: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

Gambar 6.5 menunjukkan distribusi kematian ibu berdasarkan jarak ke rumah

sakit untuk etnik orang asli pada tahun 2011-2013 di Hospital Tuanku Jaafar.

Seramai 4 (100%) orang ibu hamil dari etnik Jahudi tinggal lebih dari 20 km dari

rumah sakit diikuti dengan 10 (58,33%) orang ibu hamil dari etnik Temuan dan 58

(65,88%) orang ibu hamil dari etnik Semelai.

Gambar 6.6. Distribusi klasifikasi kematian ibu hamil etnik orang asli

33

Gambar 6.5. Distribusi kematian ibu hamil berdasarkan jarak ke rumah sakit etnik orang asli tahun 2011-2013 di Hospital Tuanku Jaafar

a

Page 34: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

Gambar 6.7. Distribusi kausa kematian ibu hamil etnik orang asli

Gambar 6.6 menunjukkan angka kematian ibu etnik Semelai, Temuan dan Jahudi

di Negeri Sembilan dari 2011 hingga 2013, sebagian besar kematian ibu (98.89 %)

yang terutama disebabkan penyebab langsung dan 11,11% disebabkan penyebab

tidak langsung. Gambar 6.7 menunjukkan penyebab langsung diidentifikasi dalam

ketiga-tiga etnik adalah perdarahan postpartum, dan obstetric embolism pada

kehamilan manakala untuk penyebab tidak langsung adalah penyakit jantung.

6.2 Pembahasan

6.2.1 Etnik

Dari hasil penelitian selama 2 minggu mengenai rasio kematian ibu hamil di

Hospital Tuanku Jaafar dari periode Januari 2011- Desember 2013 etnik Semelai

dan Temuan mencatatkan rasio kematian ibu yang meningkat manakala etnik

Jahudi pula mencatatkan rasio kematian ibu yang berfluktuasi. Masyarakat orang

asli masih mengamalkan budaya tradisional mereka yang meliputi praktek

kesehatan tradisional. Kelahiran di rumah masih menjadi pilihan di kalangan

masyarakt orang asli mugkin karena pengaruh kuat praktek kesehatan tradisional

etnik masing-masing. Kelahiran di rumah sakit dapat ditingkatkan di kalangan ibu

hamil orang asli jika intervensi kesehatan yang sensitif terhadap budaya dan

kebutuhan khusus setiap etnik orang asli. Sebuah laporan oleh Gabrysch et al.

(2009) telah membuktikan bahwa adaptasi budaya pelayanan persalinan yang

34

a

Page 35: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

sensitif terhadap budaya orang asli telah berhasil meningkatkan jumlah persalinan

di fasilitas kesehatan oleh ibu hamil orang asli di daerah pendesaan Peru.7

6.2.2 Paritas

Dari hasil penelitian selama 2 minggu mengenai rasio kematian ibu hamil di

Hospital Tuanku Jaafar dari periode Januari 2011- Desember 2013 paritas lebih

dari enam mencatatkan tren yang menurun selama periode ulasan yaitu 468,0 per

100.000 kelahiran hidup pada tahun 2011, 440 per 100.000 kelahiran hidup pada

tahun 2012 dan 333.3 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2013. Angka

kematian ibu berdasarkan paritas 1 hingga 5 pula mencatatkan tren yang sedikit

berfluktuasi yaitu 2389 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2011, 2363 per

100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 dan 2400 per 100.000 kelahiran hidup

pada tahun 2014. Kehamilan multipara meningkatkan risiko pertumbuhan janin,

persalinan prematur, solusio plasenta, cacat bawaan, morbiditas dan mortalitas

perinatal, dan, setelah melahirkan, atonia uteri dan perdarahan.2

6.2.3 Usia

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada periode Januari 2011-Desember

2013, ibu hamil yang berusia lebih dari 35 tahun dan kurang dari 19 tahun

mencatatkan angka kematian ibu yang meningkat manakala ibu hamil yang

berusia 20 hingga 34 tahun mencatatkan angka kematian ibu yang menurun

selama periode ulasan.

Usia dan paritas merupakan faktor risiko yang paling sering digunakan

untuk mendefinisikan risiko tinggi. Sebagian bukti menggunakan usia dan paritas

sebagai kriteria risiko namun, peningkatan risiko menunjukkan di usia subur,

nullipara atau multipara. Alasan mengapa usia dan paritas merupakan penentu

kematian ibu yang kurang tepat mungkin karena kondisi yang tidak

menguntungkan. Kurangnya perawatan dan pelayanan kesehatan yang tidak

memadai berarti bahwa masalah seperti perdarahan atau kelelahan selama

persalinan sering berkembang menjadi penyakit serius, sehingga pengaruh usia

dan paritas menjadi tidak signifikan dibandingkan dengan komplikasi yang

kebetulan.1 Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk

35

Page 36: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

kehamilan dan persalinan adalah 20 – 30 tahun. Kematian maternal pada wanita

hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2 – 5 kali lebih tinggi

daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20 – 29 tahun. Kematian

maternal meningkat sesudah usia 30 – 35 tahun.4

6.2.4 Jarak ke rumah sakit

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada periode Januari 2011-Desember

2013, didapatkan kasus kematian ibu berdasarkan jarak ke rumah sakit. Sebanyak

100% etnik Jahudi , etnik Temuan 58,33% dan Semelai 65,88% tinggal lebih dari

20 km dari rumah sakit. Hambatan dan kesulitan geografis dalam membangun

klinik kesehatan adalah beberapa masalah yang dihadapi dan ini menyulitkan

aksesibilitas pelayanan kesehatan terutama untuk etnik Semelai yang mayoritas

tinggal lebih dari 20 km dari rumah sakit. Keputusan untuk mencari bantuan akan

ditunda karena masalah yang diharapkan dalam mengatur transportasi dan uang

dan kondisipasien cenderung memburuk selama perjalanan panjang dan

melelahkan. Disarankan bahwa 83% dari kematian ibu dapat dianggap berasal dari

jarak jauh ke rumah sakit.1

6.2.5. Penyebab kematian

Dari hasil peneltian pada periode Januari 2011-Desember 2013, didapatkan

kasus kematian ibu berdasarkan penyebab kematian. Sebagian besar kematian ibu

terutama disebabkan penyebab langsung yaitu sebanyak 98,89%. Penyebab

langsung yang menjadi penyebab umum kematian ibu adalah perdarahan

postpartum, dan obstetric embolism. Perdarahan postpartum menjadi penyebab

utama untuk etnik Jahudi yaitu sebanyak 100%, diikuti etnik semelai 88% dan

etnik Temuan 67%. Sebanyak 8,33% etnik Temuan untuk penyebab obstetric

embolism dan 0% untuk etnik lain. Penyebab kematian tidak langsung terbesar

adalah penyakit jantung sewaktu hamil dengan etnik Jahudi 100%, etnik Temuan

25% dan etnik Semelai 10%.

Kematian akibat perdarahan postpartum yang sering dikaitkan dengan

perawatan kurang lancar, dan dalam kebanyakan kasus ada penundaan dalam

memberikan perawatan yang sesuai. Hampir setengah dari kematian ini

36

Page 37: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

disebabkan ibu yang melahirkan di rumah, sering di daerah di mana akses ke

pusat kesehatan atau rumah sakit adalah sukar. Banyak wanita yang melahirkan di

rumah berada dalam kategori beresiko tinggi dan banyak menolak perawatan di

rumah sakit. Fasilitas resusitasi yang tidak mencukupi, dokter yang kurang

berpengalaman, gagal untuk mengamati standar praktek dan gagal untuk

mendapatkan konsultasi dari dokter senior sehingga terlambat merupakan

beberapa factor lain yang meningkatkan kasus perdarahan postpartum.8

Penyebab tidak langsung seperti penyakit jantung masih merupakan

kontributor yang signifikan karena kurangnya perhatian yang sesuai dari dokter

kandungan dan dokter ahli jantung. Pasien dengan penyakit jantung pada

kelompok usia reproduksi sering tidak dikonseling mengenai kontrasepsi.

Kebanyakan dokter mengabaikan bagian sosial dari pasien dan karenanya gagal

untuk merencana reproduksi di masa depan. Jika pasien telah diidentifikasi

rencana masa depannya untuk kehamilan, mereka bisa saja dibawa awal ke dokter

kandungan dan perawatan bersama akan memastikan rencana manajemen yang

baik. Pasien dengan tingkat pendidikan yang rendah gagal untuk memahami dan

menghargai keparahan masalah kesehatan. Dalam masalah ini klinik cardio

gabungan telah dimulai yang terdiri dari dokter kandungan dan dokter ahli

jantung. Selain memantau perkembangan penyakit, hal ini juga merupakan sesi

yang berharga untuk membahas dan meyakinkan pasien tentang kepentingan dan

metode kontrasepsi yang paling cocok.10

Adapun selama berlangsungnya penelitian ini saya mengalami beberapa

keterbatasan dalam penelitian yaitu:

1. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa status pasien

oleh karena itu validitas data (kesesuaian data) dengan keadaan

sebenarnya dapat terjadi ketimpangan, namun dalam penelitian

ini validitas data tersebut diabaikan.

2. Pada penelitian ini hanya menggambarkan faktor-faktor

penyebab kematian maternal pada Hospital Tuanku Jaafar di

Seremban, oleh karena keterbatasan izin meneliti sehingga hasil

yang diperoleh dapat saja berbeda pada hospital di daerah lain.

3. Pada penelitian ini hanya mencari faktor-faktor penyebab

37

Page 38: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

kematian maternal yang paling banyak ditemukan di Hospital

Tuanku Jaafar di Seremban, sehingga data yang diperoleh dapat

saja berbeda dari hospital di daerah lain.

38

Page 39: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang deskripsi angka kematian ibu hamil di

kawasan luar kota di daerah Negeri Sembilan, Malaysia periode Januari 2011-

Desember 2013, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Distribusi kausa kematian ibu pada kelompok etnik orang asli tahun 2011-

2013 di Hospital Tuanku Jaafar terbanyak adalah kausa perdarahan

postpartum berkisar 85% kemudian kasus kausa terendah adalah kausa

obstetric embolism berkisar 2,78%.

2. Distribusi usia ibu hamil etnik orang asli pada tahun 2011-2013 di

Hospital Tuanku Jaafar terbanyak adalah usia lebih dari 35 tahun berkisar

57,80 % kemudian kasus kematian ibu angka terendah adalah usia kurang

dari 19 tahun 6,33%.

3. Distribusi paritas ibu hamil etnik orang asli pada tahun 2011-2013 di

Hospital Tuanku Jaafar terbanyak adalah paritas 1 hingga 5 berkisar

83,30% kemudian kasus kematian ibu paritas lebih dari enam adalah

berkisar 16,70%.

4. Distribusi kematian ibu pada kelompok etnik orang asli tahun 2011-2013

di Hospital Tuanku Jaafar terbanyak adalah etnik Semelai sebanyak 88

kasus berkisar 84,61%.

5. Distribusi jarak ke rumah sakit pada tahun 2011-2013 di Hospital Tuanku

Jaafar terbanyak adalah jarak lebih dari 20 km berkisar 74,74% kasus, 10

hingga 20 km berkisar 13,63% dan kurang 0 hingga 10 km berkisar

3,33%.

7.2 Saran

1. Pengenalan prasarana kesehatan yang memberikan tumpuan kepada

pembangunan kesehatan pusat dan klinik kebidanan bagi penduduk desa.

Ini dapat memberikan aksesibilitas dan ketersediaan pelayanan kesehatan

39

Page 40: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

dasar dan khususnya perawatan antenatal untuk wanita. Hal ini dapat

membantu untuk meningkatkan cakuapan perawatan antenatal sehingga

98% pada tahun 2010 dan meningkat rata-rata per ibu hamil menjadi dari

6 pada tahun 1980 kepada 12 kunjungan pada tahun 2010.

2. Membangun rumah sementara, perawatan awal ke fasilitas dan

ketersediaan transportasi untuk mengirim pasien ke rumah sakit terdekat

adalah beberapa solusi untuk mengurangi angka kematian ibu orang asli.

Rumah-rumah transit yang didirikan untuk Orang Asli di Semenanjung

Malaysia telah memberikan kontribusi dalam mengurangi angka kematian

ibu di antara kelompok masyarakat ini.

3. Kasus-kasus berisiko tinggi diidentifikasi lebih awal, dan dirawat di

rumah sakit dan rencana darurat harus tersedia untuk mentransfer pasien

dengan cepat ke rumah sakit. Ibu di daerah terpencil disimpan di

Alternative Birthing Centre (ABC), dengan akses mudah ke fasilitas

rumah sakit. Flying squads tersedia di daerah terpencil dan tidak dapat

diakses untuk mengambil ibu dalam proses persalinan.

4. Pelayanan kesehatan desa yang disediakan oleh Departemen Kesehatan

seperti Pelayana Kesehatan Ibu dan Anak harus diperkuat. Alokasi

sumber daya harus perlu berdasarkan komunitas kota dan desa. Pelayanan

kesehatan harus dikembangkan di semua tingkat masyarakat.

5. Semua rumah sakit harus memiliki system untuk cepat menelepon pada

layanan personil, termasuk bank darah dan staf anestesi. Perawatan

Teleprimary telah dilaksanakan di mana para dokter di klinik terpencil

dapat membahas kasus bermasalah melalui konsultasi jarak jauh dengan

dokter dan spesialis di rumah sakit. Ini memberikan perawatan yang lebih

komprehensif kepada pasien

6. Survei Nasional Kesehatan dan Morbiditas 3 (NHMS3) membuat

rekomendasi berikut untuk subkelompok dengan mengidentifikasikan

penduduk yang membutuhkan perhatian untuk meningkatkan status

kesehatan mereka. Pelayanan kesehatan yang ada di pedesaan yang

disediakan oleh Departemen Kesehatan seperti Pelayanan Kesehatan Ibu

dan Anak harus diperkuat.

40

Page 41: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

DAFTAR PUSTAKA

1. L.Hoj, Silva Dd, K.Hedegaard, A.Sandstrom, P.Aaby. Factors associated with

maternal mortality in rural Guinea-Bissau. A longitudinal population-based

study. International Journal of Obstetrics and Gynaecology. 2002;109:792-9.

2. Bahrin DS. Report on the Confidential Enquiries Into Maternal Deaths in

Malaysia 2006-2008. Kuala Lumpur: Division of Family Health Ministry of

Health Malaysia; 2008 Contract No.: Document Number|.

3. WHO, UNICEF. Maternal Mortality in 2005: estimates developed by WHO,

UNICEF, UNFPA, and the World Bank. WHO Press: Geneva. 2007

4. Cunningham, F et al. Williams Obstetric, Twenty Second Edition. Medical

Publishing Division: USA.2005. p8-15, 76.

5. Yadav H. A Review of Maternal Mortality in Malaysia. International Medical

University. 2012;6:142-51.

6. Neilson, J et al. Obstructed Labour. Departments of Obstetric &

Gynaecologyc and Physiologic, University of Liverpool. British Medical

Bulletin. 2003. p.191-204.

7. AM R, HJ M. Knowledge, Attitude and Practice on Antenatal Care Among

Orang Asli Women In Jempol, Negeri Sembilan. Faculty of Medicine and

Health Sciences Universiti Putra Malaysia. 2011;11:13-21.

8. Suleiman AB, Mathews A, Jegasothy R, Ali R, Kandiah N. A strategy for

reducing maternal mortality. Bulletin of the World Health Organization.

1999;2:190-3.

9. Trends in maternal mortality 1990–2010. WHO, UNICEF, UNFPA and The

41

Page 42: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

World Bank estimates.

10. Ministry of Health. Annual Report, 2004.

11. Department of statistics Malaysia, 2009-2010.

12. Report on the Confidential Enquiries Into Maternal Deaths in Malaysia,

1997-2000.

13. The WHO Application of ICD-10 to deaths during pregnancy, childbirth, and

the puerperium: ICD-Maternal Mortality (ICD-MM).

14. Review of Maternal Mortality in Malaysia, 1991-2008. Dato’ Dr Mukudan

Krishnan, OGSM 2011.

42

Page 43: Skripsi Kematian Ibu Hamil 2

43