SKRIPSI -...
Transcript of SKRIPSI -...
SKRIPSI
TINGKAT KOMPETITIF ANTARA PRODUK TABUNGAN WADIAH YAD
DHAMANAH DENGAN MUDHARABAH MUTLAQAH DI BANK TABUNGAN
NEGARA SYARIAH CABANG HARMONI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh
Rananda Septanta
NIM: 107046101991
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011M
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahim
Alhamdulillahi Rabbil‘alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, atas segala taufiq dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga senantiasa Allah berikan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,
para sahabatNya, dan para pengikutNya sampai akhir zaman.
Adapun penulisan skripsi ini diajukan untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak menerima saran,
petunjuk, bimbingan, dan masukkan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak, khususnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Drs. H.M. Amin Suma, SH., MA.,MM. selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memudahkan penulis menyelesaikan
skripsi ini.
2. Ibu Euis Amalia. sebagai Ketua Jurusan Muamalat (Ekonomi Syariah) Fakultas Syariah
dan hokum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu mengarahkan dan pemberi
semangat.
3. Bapak Ahmad Azharuddin Lathif, M.Ag. sebagai Dosen Pembimbing yang dengan sabar
telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan ilmunya kepada penulis.
4. Dosen-dosen Fakultas Syariah da Hukum, Khususnya dosen-dosen di Jurusan Perbankan
Syariah yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama
mengikuti perkuliahan.
5. Teristimewa untuk Ibunda Shofia Derwati dan Ayahandaku Rachmat Muchtadi, yang
selalu menyanyangi aku sedari kecil, yang tak pernah lelah mengajariku banyak hal, yang
tak berhenti berdo’a untukku, ketulusanmu dalam membimbing tak terbalaskan, hanya
Allah SWT yang dapat membalasnya, semoga aku bisa memberikan yang terbaik untukmu.
6. Seluruh staf dan karyawan Bank Tabungan Negara Syariah Cabang Harmoni yang telah
sudi menerima penulis untuk melakukan riset dan mau membantu memberikan data yang
diperlukan guna penyelesaian skripsi ini.
7. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif hidayatullah Jakart, tempat penulis memperoleh berbagai informasi dan sumber-
sumber skripsi.
8. Para dosen yang telah mencurahkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan
di fakultas Syariah dan hukum UIN syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Teman-teman seperjuanganku jurusan Perbankan Syariah terima kasih yang telah bersama-
sama ketika suka dan duka selama kuliah. Sahabatku Asep J Sanda, Ipul, (terima kasih atas
bantuan dan motivasinya), dan untuk Sri Sumiati terima kasih atas kesediaaanya untuk
menemani dan mensupport penulis dalam menyelesaikan skripsi. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya
kritik dan saran demi kesempurnaannya.
10. Teman-teman PS C angkatan 2007, semoga tali silaturahmi kita tetap terjalin.
Hanya kepada Allah jualah kita berserah diri, semoga yang kita amalkan mendapat
Ridho-Nya. Amin ya Robbal ‘alamin. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat
menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat bagi para pembaca, semua pihak yang memerlukan,
dan khususnya kepada penulis sebagai calon guru.
Jakarta, 30 September 2011
Penulis,
Rananda Septanta
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Rananda Septanta
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 7 September 1989
NIM : 107046101991
Jurusan : Perbankan Syariah
Judul Skripsi : Tingkat Kompetitif Antara Tabungan Wadiah Yad
Dhamanah Dengan Mudharabah Mutlaqah di Bank
Tabungna Negara Syariah
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan karya saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S-1) di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 30 September 2011
Rananda Septanta
NIM 107046101991
ABSTRAK
RANANDA SEPTANTA: Tingkat Kompetitif Antara Produk Tabungan Wadiah
Yad Dhamanah Dengan Mudharabah Mutlaqah di Bank Tabungan Negara
Syariah Cabang Harmoni. Skripsi. Jakarta: Perbankan Syariah, Fakultas Syariah
dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Perbankan merupakan suatu jenis yang sangat unik. Keunikannya terletak
pada peraturan yang sedemikian banyak untuk yang memagari seluruh jenis
transaksinya. Hal ini sebenarnya merupakan tindakan preventif untuk mengamankan
dana masyarakat yang dihimpun oleh bank, dan untuk menjaga agar bank tetap eksis
sebagai lembaga kepercayaan mesyarakat. Dari pihak internal bank, peraturan dibuat
sedemikian rupa untuk meghindari resiko yang akan membawa kerugian materil
ataupun immateril.
Banyak masyarakat di Indonesia yang belum mengetahui bagaimana konsep
cara kerja produk bank syariah khususnya pada produk tabungan saat ini. Maka dari
itu, hal dasar bagi bank tersebut terlebih dahulu harus bisa memasarkan nama merk
(Brand) produk tabungannya yaitu Wadiah Yad Dhamanah dan Mudharabah
Mutlaqah agar masyarakat dapat mengenalnya.
Dengan adanya produk tabungan Wadiah Yad Dhamanah dan Mudharabah
Mutlaqah, masyarakat dapat melakukan transaksi sesuai dengan syarat dan ketentuan
yang berlaku sehingga proses transaksi dapat berjalan dengan lancar. Penelitian ini mengangkat judul “Tingkat Kompetitif Antara Produk Tabungan Wadiah Yad Dhamanah
Dengan Mudharabah Mutlaqah di Bank Tabungan Negara Syariah Cabang Harmoni”,
dengan rumusan masalah Apa kekurangan dan kelebihan dari produk tabungan Wadi’ah Yad
Dhamanah dengan Mudharabah Mutlaqah di Bank Tabungan Negara Syariah, dan Faktor-
faktor Apa yang menyebabkan salah satu dari produk tersebut lebih diminati dalam
kompetitif. Pada skripsi ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
analisis dekriptif. Penelitian analisis deskriptif bertujuan untuk mengetahui lebih jauh
mengenai kekurangan dan kelebihan pada tabungan Wadiah Yad Dhamanah dengan
Mudharabah Mutlaqah.. Penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi, yaitu teknik
pengumpulan data atau dokumen untuk memperkuat informasi seperti buku bacaan, internet,
lalu dilanjutkan dengan menganalisis kekurangan dan kelebihan pada tabungan Bank Negara
Syariah Cabang Harmoni.
Bank Tabungan Negara Syariah merupakan perusahaan yang bergerak
dibidang keuangan berbasis syariah, dengan demikian tabungan wadiah yad
dhamanah lebih banyak diminati dari pada produk tabungan Mudharabah Mutlaqah
dikarenakan di dalam faktor-faktor tersebut produk tabungan Wadi’ah Yad
Dhamanah tidak merugikan nasabah dalam hal materi itu sendiri.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................... 10
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................... 11
D. Metode Penelitian .................................................................. 12
E. Tehnik Pengumpulan Data ..................................................... 13
F. Review Studi Terdahulu ........................................................ 14
G. Tehnik Penulisan .................................................................... 18
H. Sistematika Penulisan ............................................................ 18
BAB II KAJIAN TEORETIS
A. Wadiah ................................................................................... 20
1. Pengertian Wadiah .......................................................... 20
2. Rukun Wadiah ................................................................ 21
3. Syarat Wadiah ................................................................. 21
4. Macam-macam Wadiah .................................................. 22
5. Giro Wadiah .................................................................... 23
6. Rusak dan Hilangnya Benda Titipan .............................. 24
7. Praktek Wadiah Dalam Perbankan ................................. 25
B. Mudharabah ........................................................................... 26
1. Pengertian Mudharabah .................................................. 26
2. Rukun Mudharabah ......................................................... 28
3. Syarat-syarat Mudharabah .............................................. 28
4. Macam-macam Mudharabah .......................................... 29
5. Deposito Mudharabah ..................................................... 30
6. Berakhirnya Akad Mudharabah ...................................... 31
7. Praktek Mudharabah Dalam Perbankan .......................... 32
BAB III PROFIL BANK TABUNGAN NEGARA SYARIAH
A. Gambaran Umum BTN Syariah ............................................ 35
1. Latar Belakang Berdirinya Syariah ................................. 35
2. Pedoman BTN Syariah ................................................... 38
3. Produk-produk BTN Syariah .......................................... 42
B. Aplikasi Tabungan BTN Syariah .......................................... 44
1. Ketentuan Pembuatan Tabungan BTN Syariah .............. 44
2. Penentuan Nisbah Bagi Hasil.......................................... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Kekurangan dan Kelebihan Pada BTN Syariah .................. 50
1. Tabungan Yang Berakad Wadiah Yad Dhamanah ....... .50
2. Tabungan Yang Berakad Mudharabah Mutlaqah ......... 53
B. Perbandingan Produk Tabungan di BTN Syariah ............... 58
1. Aspek Pengembalian (Return) ...................................... 58
2. Aspek Biaya .................................................................. 60
3. Aspek Pertumbuhan ...................................................... 63
4. Aspek Sosial….……………………………………… 64
5. Aspek Resiko…………….…………………………… 66
6. Aspek Promosi……………………………………….. 70
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................... 75
B. Saran ................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Awal abad ke-20, Bank islam hanya merupakan obsesi dan diskusi
teoretis para akademis, walaupun demikian, gagasan tersebut nyaris
tenggelam dalam lautan sistem ekonomi dunia yang tidak bisa melepaskan
diri dari bunga. Walaupun demikian,gagasan tersebut terus berkembang meski
secara perlahan. Dari upaya ini pemrakarsa bank islam dapat memikirkan
untuk membuat infrastruktur sistem perbankan yang bebas bunga.1
Pada penghujung tahun 2006 Bank Indonesia, sebagai otoritas
tertinggi perbankan nasional mencanangkan kebijakan Program Akselerasi
Pengembangan Perbankan Syariah 2007-2008. Tujuannya adalah mencapai
target market share perbankan syariah sebesar 5% dari total aset perbankan
nasional pada akhir tahun 2008 dengan tetap mempertahankan prinsip kehati-
hatian dan kepatuhan terhadap prinsip syariah.2 Lebih dari itu program
akselerasi ini diharapkan mampu mendorong pertumbuhan volume usaha
bank syariah dengan lebih cepat. Namun pada akhir tahun 2008 Bank
Indonesia merevisi target tersebut, dari tahun 2008 menjadi tahun 2010,
1 Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Konsep, Produk dan
Implementasi Operasional Bank Syariah, (Jakarta: Djambatan, 2002), h. 21. 2 Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Kebijakan Akselerasi Pengembangan Perbankan
Syariah 2007-2008, (Jakarta: Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, 2006), h.3.
2
disebabkan perlambatan ekonomi yang diperkirakan berlagsung hingga
pertengahan tahun 2009.3
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia diawali dengan
didirikannya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1991 dan baru
beroperasi pada tahun 1992, kemudian setelah itu terutama di awal tahun
2000-an bermuculan bank-bank syariah di indonesia.4 Hal ini dapat dilihat
dari jumlah BUS yang awalnya pada tahun 1992 hanya Bank Muamalat
Indonesia sekarang pada awal tahun 2010 jumlah BUS di Indonesia ada 8
BUS yakni Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah
Mega Indonesia, Bank BRI Syariah, Bank Bukopin Syariah, Bank Panin
Syariah, Bank Victori Syariah dan Bank BCA Syariah. Selain itu juga
terdapat 25 Unit Usaha Syariah (UUS). dan juga pertumbuhan perbankan
syariah
Saat ini masih jelas bahwa masih banyak masyarakat indonesia yang
hanya mengetahui bahwa jenis kehalalan saja yang mengisyaratkan untuk
beralih ke dalam perbankan syariah adanya fenomena ini jelas direspon oleh
praktisi perbankan syariah untuk bisa mewjudkan sistem perbankan syariah
yang tidak hanya mementingkan kehalalan tetapi juga kemaslahtan bagi
seluruh umat manusia. Sampai bulan September 2010 posisi asset perbankan
syariah di Indonesia masih pada kisaran Rp 83,545 triliun. Sedangkan untuk
3 “Dampak Krisis Keuangan Global Terhadap Indonesia”,Republika, h.24.
4 Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi Dan Keuangan Islam
(Jakarta : Kholam Publishing, Februari 2008), h. 401.
3
pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Bank Syariah yang pada akhir tahun 2005
hanya berjumlah 15,593 milyar menjadi 52,271 milyar pada akhir tahun 2009
dan bahkan pada sepember 2010, Dana Pihak Ketiga Bank Syariah menjadi
63,912 milyar rupiah.5
Hal ini jelas menyatakan bahwa perkembangan syariah di indonesia
sudah sangat signifikant melihat market sharenya yang sudah semakin kian
meningkat.semakin tahunnya. Tetapi hal ini tidak terus memberikan dampak
positif yang terus menerus dikarenakan banyaknya masyarakat yang belum
mengetahui perbankan syariah pada umumnya. Walaupun bank syariah sudah
bisa melewati badai krisis pada akhir tahun 1997 hal ini jelas suatu sistem
yang baik serta harus tetap jelas dianalisis terlebih dahulu agar masyarakat
lebih mengetahui dengan pasti tentang keunggulan yang ada di sistem
perbankan syariah tersebut.
Ajaran agama Islam pun mengajarkan kepada kita, bagaimana
berinteraksi antara manusia dengan tuhannya (hablun minallah), dan
bagaimana berinteraksi antara manusia dengan manusia yang lain (hablun
minannas). Ajaran Islam merupakan system kehidupan yang bersifat
komprehensif yang mengatur semua aspek, baik sosial, ekonomi, dan politik
maupun kehidupan yang bersifat spiritual.6 Dengan banyaknya bank-bank
5 Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Statistik Perbankan Syariah september 2010,
(Jakarta: Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, 2010), h.18.. 6 Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Prenada Media Group,
2007), h. 1.
4
syariah baik yang beroperasi secara stand alone maupun yang sudah
menerapkan dual banking system, yang mana perbankan konvensional dengan
sistem konvensional bisa membentuk unit-unit perbankan dengan sistem
syariah merupakan sebuah fenomena tersendiri di negeri ini.7 Pada dasarnya
aktifitas Bank Syariah tidak jauh berbeda dengan aktifitas Bank
Konvensional. Perbedaannya selain terletak pada orientasi konsep juga
terletak pada konsep dasar operasionalnya yang berdasarkan pada ketentuan-
ketentuan dalam islam.8
Sebagaimana Bank konvensional, bank islam juga mempunyai fungsi
perantara intermediary, yaitu menjembatani kepentingan orang yang
membutuhkan dana dengan yang memiliki kelebihan dana. Selain itu, bank
islam juga mempunyai fungsi amanah sehingga berkewajiban menjaga dan
bertanggung jawab atas keamanan dana yang disimpan dan siap apabila dana
tersebut ditarik kembali oleh nasabah sesuai dengan perjanjian.9
Ciri khas sistem produk tabungan yang penting di perbankan syariah
saat ini adalah harus tidak adanya unsur riba baik dalam bentuk berwujud
maupun tidak berwujud agar ciri khas informasi yang diberikan kepada
konsumen tetap terjaga. untuk itu, Menciptakan dan mempertahankan
kesetiaan konsumen sudah menjadi tugas dan kewajiban bagi strategi
7 Faisal Baasir, Indonesia Pasca krisis: Catatan positif dan Ekonomi (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 2004), h. 161—162 8 M.Amin Azis, Mengembangkan Bank Islam di Indonesia, (Jakarta: Bangkit, 1990),h. 1
9 Karnaen A. Perwataatmadja, Membumikan Ekonomi Islam di Indonesia, (Depok: Usaha Kami,
1996), Cet ke-1, h. 40
5
pelayanan jasa pada setiap perusahaan. Konsumen yang loyal pada
perusahaan dapat memberikan keuntungan yang sangat berarti bagi masa
depan perusahaan. Setiap konsumen memiliki pandangan yang berbeda pada
setiap perusahaan. Berdasarkan hal ini, kewajiban bagi perusahaan penyedia
jasa menjadi bertambah untuk memahami konsumen dasar mereka. 10
Perbankan merupakan suatu jenis yang sangat unik. Keunikannya
terletak pada peraturan yang sedemikian banyak untuk yang memagari seluruh
jenis transaksinya. Hal ini sebenarnya merupakan tindakan preventif untuk
mengamankan dana masyarakat yang dihimpun oleh bank, dan untuk menjaga
agar bank tetap eksis sebagai lembaga kepercayaan mesyarakat. Dari pihak
internal bank, peraturan dibuat sedemikian rupa untuk meghindari resiko yang
akan membawa kerugian materil ataupun immateril.11
Akan tetapi, masih banyak masyarakat di Indonesia yang belum
mengetahui bagaimana konsep cara kerja produk bank syariah khususnya
pada produk tabungan saat ini. Maka dari itu, hal dasar bagi bank tersebut
terlebih dahulu harus bisa memasarkan nama merk (Brand) produk
tabungannya yaitu Wadiah Yad Dhamanah dan Mudharabah Mutlaqah agar
masyarakat bisa mengenalnya. Hal itu dikarenakan merk (Brand)
mempresentasikan keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari
10 Ganesh, Jaishankar, Mark J Arnold, dkk, (2000). Understanding the Customers Base of
Service Provider: an Examination of the Differences Between Switchers and Stayers. Journal of
Marketing. Vol. 64. H. 65 11 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, ( jakarta : Zikrul
Hakim,juli 2003 ).
6
informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu. Kottler dan Fox
mendefinisikan citra (Image) sebagi jumlah dari gambaran-gambaran, kesan-
kesan dan keyakinan-keyakinan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu
objek. Citra (Image) terhadap merk (Brand) berhubungan dengan sikap yang
berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Hal yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana mempertahankan dan meningkatkan citra
merk (Brand image) yang sudah positif.12
Di dalam produk salah satu pada tabungan bank syariah tersebut,
Merk (Brand) dapat dikatakan sebagai sebagai sebuah nama, logo, dan
symbol-simbol yang membedakan sebuah produk atau jasa dari produk
pesaing. Namun sebenarnya merek memiliki cakupan yang lebih luas, karena
berbagai karakter yang ditampilkannya akan mengarah pada sebuah identitas.
Oleh karena itu, merek dapat dikatakan sebagai sekelompok keyakinan yang
disodorkan oleh pemasar sebagai sebuah identitas merk (Brand Identity) dan
yang diterima oleh konsumen adalah citra merk (Brand Image).13
Untuk itulah
bagi suatu perusahaan seperti Bank Syariah hendaknya menyusun konsep
yang strategis yang dapat menyelaraskan turbulensi lingkungan bisnis yang
sarat akan persaingan dengan sasaran, strategi, dan program pemasaran.
Semua itu dapat dilakukan oleh suatu Bank Syariah dengan Resegmentation,
12 Nugroho J Setiadi, Perilaku Konsumena: Konsep dan Implikasi Untuk Strategi dan
Penelitian Pemasaran, (Jakarta: Kencana, 2003), hal 180. 13 A.B. Susanto dan Himawan Wijanarko, Power Branding: Membangun Merek Unggul dan
Organisasi Pendukungnya, (Jakarta: PT Mizan Publika, 2004) hal 15
7
Retargeting, dan Repositioning mengacu pada pengelompokkan ulang pasar,
Retargeting memperbaharui pembidikan pasar sasaran (Target Market).
Sedangkan Repositioning berusaha membentuk citra (Image) baru yang jelas,
berbeda, dan unggul secara relatif dibanding dengan merk produk tabungan
lainnya di dalam perbankan syariah.14
Banyak para pakar atau ahli manajemen yang menyatakan bahwa
inovasi merupakan salah satu jaminan untuk perusahaan dalam meningkatkan
daya saingnya. Pernyataan tersebut banyak didukung dengan hasil penelitian
atau bukti empiris. Berbagai indikator menunjukkan bahwa ketertinggalan
dalam hal inovasi atau faktor terkaitnya lainnya bisa menyebabkan sebuah
negara relatif tertinggal perkembangan ekonomi dan kesejahteraan rakyatnya.
Tetapi bagaimana menyikapi dan mengantisipasi ketertinggalan tersebut
melalui sebuah inovasi bukanlah suatu jawaban yang sederhana dan mudah.15
Dalam teori ekonomi “tradisional,” biaya komparatif produksi
menentukan daya saing relatif pada tingkat perusahaan. Dalam hal ini, salah
satu cara perusahaan menjadi kompetitif yang berdaya saing adalah dengan
memproduksi lebih murah misalnya mengurangi berbagai macam biaya.
Beragam studi belakangan ini menunjukkan secara konsisten bahwa faktor-
faktor selain harga setidaknya sama pentingnya dengan faktor harga bahkan
14 Bilson Simamora, Remarketing For Business Recovery, (Jakarta: PT Gramedia Utama
Pustaka, 2001), hal.1 15 Wika, “ Implementasi Teknologi untuk keunggulan kompetitif dalam operasional
perusahaa”. Artikel diakses dari http : //wika bogspot.com pada tanggal 3 februari 2011.
8
acapkali dipandang lebih penting sebagai penentu daya saing (determinants of
competitiveness). Patut diakui bahwa konsep daya saing yang paling diterima
adalah pada tingkat mikro. Teori ekonomi mikro secara klasik mengajarkan
bahwa dalam suatu arena persaingan bisnis, perusahaan yang pada dasarnya
mempunyai tujuan memaksimumkan keuntungan (profit), Keberhasilan
perusahaan diindikasikan oleh kemampuan keuntungannya atau profitabilitas
(profitability). Jadi dalam bentuk yang paling sederhana, perusahaan yang
tidak mampu untung (unprofitable) adalah perusahaan yang tidak berdaya
saing atau tidak kompetitif.16
Semakin tinggi tingkat persaingan di dalam produk perbankan, tentu
konsumen semakin diuntungkan karena banyaknya pilihan produk atau jasa
yang ada. Oleh karena itu konsumen semakin kritis terhadap kualitas dari
produk dan jasa yang ditawarkan perusahaan. Tidak hanya kualitas yang
dipentingkan oleh konsumen yang semakin kritis pada saat ini, melainkan
juga kecepatan respon dan layanan yang diberikan oleh produsen. Selain itu,
untuk memenangkan persaingan yang hiperkompetitif diperlukan visi
terhadap perubahan, gangguan, kapabilitas dan taktik.17
Dengan semakin
besarnya ketidakpastian di dalam bisnis, perusahaan juga di tuntut untuk
16 Taufik Tatang, “ Daya Saing Pada Tingkat Mikro “. Artikel diakses dari http : // sistem –
inovasi.blogspot.com pada tanggal 3 februari 2011 17 Kuncoro, mudrajad, “Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif “. (jakarta : erlangga
2009)
9
semakin mampu untuk memenuhi kebutuhan konsumen baik yang
diperkirakan ataupun yang tidak diperkirakan.
Saat ini keunggulan kompetitif berada pada modal manusia, yang
mana kapasitas produktif menyatu di dalamnya, menjadikan modal manusia
sumber utama keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Untuk itu
dibutuhkan suatu sistem untuk mengukur modal manusia, perkembangannya,
dan pengaruhnya terhadap hasil bisnis sehingga perusahaan mampu
menghindari kecenderungan negatif dalam program investasi pengembangan
manusia.18
Hal persaingan ini jelas diberlakukan di dalam dunia perbankan
syariah yang selalu menggunakan analisisnya untuk menggunakan dana pihak
ketiga agar dapat mendapatkan keuntungan yang maksimal dan juga
berlandaskan prinsip syariah tentunya.Berdasarkan persaingan pada produk
tabungan di bank syariah seperti yang dikemukakan tersebut. Maka penulis
ingin mengangkat judul ”Tingkat Kompetitif Antara Produk Tabungan
Wadi’ah Yad Dhamanah Dengan Mudharabah Mutlaqah di Bank
Tabungan Negara Syariah Cabang Harmoni”.
18 Alex, Denni, “ Human Capital Index Untuk Era Pengetahuan “. Artikel diakses dari http : //
www.dunamis.co.id pada tanggal 3 februari 2011
10
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, tenaga, pikiran, biaya dan kemampuan
yang dimiliki penulis, maka perlu adanya pembatasan masalah dalam
penelitian ini. Maka dalam penelitian ini penulis hanya akan membahas
mengenai tingkat kompetitif produk tabugan Mudharabah Mutlaqah
dengan Wadi’ah Yad Dhamanah di Bank Tabungan Negara Syariah
Cabang Harmoni.
2. Perumusan Masalah
Setiap produk tabungan di bank syariah pasti memiliki perbedaan.
agar dapat memaksimalkan keuntungan bagi bank tersebut, untuk itu bank
harus dapat menganalisa tingkat kompetitif produk yang ada pada Bank
Tabungan Negara Syariah tersebut.
Berdasarkan asumsi diatas, maka penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut:
a. Apa kekurangan dan kelebihan dari produk tabungan Wadi’ah Yad
Dhamanah dengan Mudharabah Mutlaqah di Bank Tabungan Negara
Syariah?
b. Faktor-faktor Apa yang menyebabkan salah satu dari produk tersebut
lebih diminati dalam kompetitif?
11
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
a Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan antara produk tabungan
Wadi’ah Yad Dhamanah dengan Mudharabah Mutlaqah di Bank
Tabungan Negara Syariah
b Untuk mengetahui penyebab salah satu dari produk tersebut lebih
diminati dalam kompetitifnya
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Praktis
Untuk memberikan penjelasan secara rinci kepada seluruh
masyarakat agar lebih mngetahui bagaimana mekanisme produk
tabungan Wadi’ah Yad Dhamanah dengan Mudharabah Mutlaqah di
Bank Tabungan Negara Syariah
b. Kegunaan bagi Perusahaan
Agar. Bank Tabungan Negara Syariah bisa memaksimalkan
keuntungan yang di dapat dari analisa tingkat kompetitif antara produk
tabungan Wadi’ah Yad Dhamanah dengan Mudharabah Mutlaqah.
c. Manfaat Akademis
Adapun kegunaan akademis dari penelitian yaitu sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
12
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan
metode deskriptif analitis. Dalam hal ini dengan cara mendeskripsikan dua
konsep produk tabungan di Bank Tabungan Negara Syariah yang berakad
Wadi’ah Yad Dhamanah dan Mudharabah Mutlaqah dalam konteks
pemasaran kepada masyarakat. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
berupa kata-kata atau bukan angka-angka kalaupun ada angka-angka
sifatnya sebagai penunjang. Sedangkan metode deskriptis analitis adalah
penelitian yang menggambarkan data-data informasi berdasarkan fakta
yang diperoleh di lapangan.19
Tujuan dari menganalisis kedua hal ini
adalah untuk membuat deskripsi antara dua objek sesuai dengan fakta
yang ada agar masyarakat bisa mendapatkan informasi yang jelas ketika
membuat tabungan di Bank Tabungan Negara Syariah.
2. Pendekatan Penelitian
Adapun tipe atau pendekatan penlitian yang digunakan dalam
penelitian ini berupa Survei pada Bank Tabungan Negara Syariah
3. Jenis Data dan Sumber Data
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan dua jenis
sumber data, yaitu:
19 Sudarwan, Danim. Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2002). Hlm
51
13
a. Data primer
Merupakan data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara
pihak praktisi Bank Tabungan Negara Syariah, yaitu hasil pertanyaan
yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Penulis secara langsung
mengadakan wawancara.
b. Data sekunder
Adalah data yang diperoleh dari literature-literature kepustakaan
seperti buku-buku, artikel, surat kabar, internet serta sumber lainnya
yang berkaitan dengan materi penulis skripsi ini.
E. Tehnik Pengumpula Data
Sesuai dengan permasalahan yang diangkat , maka dalam
pengumpulan data skripsi ini , penuli menggunakan metode pegumpulan data
sebagai berikut :
a. Penelitian kepustakaan ( library research ), merupakan data sekunder yang
digunakan untuk mrndukung data primer, dan dalam hal ini penulis
mengadakan penelitian terhadap literatur yang ada kaitannya dengan
penulis skripsi ini, literatur ini berupa buku, majalah, surat kabar, internet
dan lain lain yang berkaitan dengan dengan tema skripsi tersebut
b. Penelitian lapangan ( field research ), yaitu data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini adalah jenis primer, yaitu data yang didapatkan dari
lapangan atau pengumpulan data dengan melakukan interview kepada
14
pihak pihak yang dapat memberikan informasi untuk penelitia ini. Dengan
metode ini penulis memperoleh data dan informasi tentang analisa produk
tabungan dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebgai berikut:
1). Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap
fenomena
fenoena yang diselidiki.20
2) wawancara ( interview), sumber data yang digunakan adalah data
primer yaitu data yang didapatkan dari lapangan atau pengumpulan
data dengan melakukan interview kepada Praktisi Bank Tabungan
Negara Syariah.
F. Review Studi Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Irma Rahmawati ( 2008 ) yang
skripsinya yang berjudul “ Analisis Persepsi Nasabah Terhadap Manfaat
Tabungan Permata Syariah ( Studi pada PT. Bank Permata Tbk Kantor
Cabang Syariah Arteri Pondok Indah ). “ Permata Bank merupakan salah satu
bank nasional di indnesia. Dalam hal ini, penulis tersebut menganalisi data
kuantitatif yang menggunakan bentuk-bentuk kuisioner berupa pertanyaan –
pertanyaan yang menghasilkan angka – angka sehingga memudahkan untuk
mendapatkan jawaban dari rumusan masalahya tersebut. dapat disimpulkan
dari skripsi ini bahwa gambaran umum nasabah terhadap produk tabungan
20 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Cet-XXI, (Yogyakarta, Andi Offset, 1992), h. 132
15
permata pendidikan syariah adalah “positif” dengan nilai mean/rata –rata 3,5
pada perhitungan skornya dan sebesar 57% gambaran umum nasabah masuk
kedalam kategori positif. Tentu Jelas hal ini dapat dilandasi oleh banyaknya
masyarakat yang merencanakan biaya pendidikan anak dan juga investasi
serta tentu untuk meminimalkan resiko yang ada tentunya.
Penelitian yang dilakukan oleh Wita Anisa ( 2005 ) yang skripsinya
yang berjudul “ mengukur tingkat kepuasan nasabah terhadap pelayanan
costumer service pada PT. BPRS wakalumi ciputat.” Skripsi ini membahas
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan nasabah terhadap
pelayanan customer service pada PT. BPRS wakalumi ciputat, diantaranya
pada sisi kualitas produk, murahnnya prosedur menabung. Kualitas
pelayanan, faktor emosional dan adanya hadiah bagi nasabah yang sudah lama
menabung. Untuk mengacu kepuasan nasabah, maka praktisi perbankan
syariah harus mengetahui keinginan keinginan nasabah agar merasa puas atas
pelayanan yang di berikan. Dan kemudian tentu juga akan memeihara
hubungan antara bank dengan nasabah tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu Lisa Priyanti ( 2008 ) yang
skripsinya yang berjudul “ Analisis Produk Tabungan Dinas Sebagai
Implementasi Konsep Wadi’ah. “ skripsi ini membahas tentang bagai mana
pentingnya menjaga amanah dari masyarakat untuk bisa memajukan keuangan
masyarakat itu sendiri dengan adanya berbagai macam ketentuan yang berlaku
di dalam suatu sistem di Wakala Induk Nusantara Tersebut. Dari kesimpulan
16
skripsi tersebut bahwa nasabah setuju dan mengikatkan diri serta memenuhi
ketentuan –ketentuan yang tercantum pada pasal –pasal , dimana didalamnya
waktu pelayana penitipan dan pengambilan, biaya administrasi, pembayaran
untuk biaya penitipan, penggantian nasabah apabila nasabah meninggal dunia
dan ditandatanganinya formulir penitipan uang dinar oleh nasabah dalam
tabungan dinar yang dikelola wakala induk nusantara tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Zidni Robby Rodliyya ( 2008 ) yang
skripsinya berjudul “Pengaruh Jumlah Kantor Layanan Syariah Terhadap
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Pada BNI Syariah.” Skripsi ini membahas
tentang bagaimana pentingnya dana pihak ketiga sehingga bisa menambah
jumlah unit kantor pada BNI syariah tersebut sehingga tentu bisa
meningkatkan aset yang semakin besar pula. Dalam skripsi ini dapat memberi
kesimpulan bahwa layanan syariah memberikan pengaruh yang signifikan
bagi peningkatan dana pihak ketiga BNI syariah. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa antara jumlah kantor layanan syariah memiliki hubungan
yag kuat dengan jumlah dana pihak ketiga yang dikumpulkan BNI syariah
dengan nilai koefisien korelasi 0,743. Uji koefisien determinasi menunjukkan
angka 0,552 yang berarti 55,2% dana pihak ketiga kantor layanan syariah
dipengaruhi oleh jumlah kantor layanan syariah.
Penelitian yang dilakukan oleh Budi Rahman Wardana ( 2008 ) yang
skripsinya yang berjudul “ Efektifitas Model Penghimpunan Dana Pihak
Ketiga ( Studi Kasus Kartu Shar – E PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. ) “
17
skripsi ini membahas tentang bagaimana sistem penghimpunan dana yang
aman bagi masyarakat sehingga terhindar dari bentuk penyimpangan dari
berbagai macam transaksi yang haram dan meminimalkan resiko yang ada
bagi nasabah tersebut. Dengan hal ini nasabah tentu akan minat menabung di
PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Dalam skripsi ini memberikan
kesimpulan bahwa secara umum model penghimpunan dana pada Bank
Muamalat Indonesia terbagi dua yaitu produk dana investasi dan produk dana
simpanan. Hal ini didasari oleh adanya nasabah yang hanya memiliki motif
untuk menyimpan saja, tanpa memiliki niat untuk untuk memperoleh hasil
investasi tertentu dan juga nasabah yang sebaliknya yaitu nasabah yang ingin
berinvestasi dengan memikirkan dampak keuntungan maupun kerugian yang
ada. Adapun perbedaan dari skripsi tersebut yaitu di dalam penelitian ini,
penulis menjelaskan betapa pentignya produk penghimpunan dana dalam akad
Wadiah Yad Dhamanah di dalam suatu perbankan khususnya diperuntukkan
oleh Bank Permata Syariah mengingatkan bahwa akad Mudharabah bisa
menimbulkan kerugian. Dalam hal ini jelas akad Wadiah Yad Dhamanah bisa
meminimalkan tingkat resiko yang ada ketika di dalam Bank Permata Syariah
mengalami kerugian dalam melakukan kegiatan bisnisnya yang berprinsip
syariah.
18
G. Tehnik Penulisan
Penulisan skripsi ini mengacu pada buku “ pedoman penulisa skripsi ‘
yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, tahun 2007.
H. Sistematika Penulisan
Untuk lebih terarah dalam pembahasan skripsi ini, penulis membuat
sistematika penulisan sesuai dengan masing – masing bab. Penulis
membaginya menjadi 5 ( lima ) bab, yang masing – masing bab terdiri dari
beberapa sub bab yang merupakan penjelasan dari bab tersebut. adapun
sistematika penulisan tersebut adalah sebagai berikut:
BAB I. Pendahuluan, berisi uraian tentang Latar Belakang Masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode
Penelitian dan Tehnik Penulisan, Review Study Terdahulu, serta Sistematika
Penulisan.
BAB II. Acuan Teoretis yang menguraikan pengertian Wadi’ah, rukun
Wadi’ah, macam-macam Wadi’ah, giro Wadi’ah, rusak hilangnya benda
titipan, praktek Wadi’ah di perbankan, resiko Wadi’ah, ketentuan-ketentuan
Wadi’ah di perbankan, pengertian Mudharabah, rukun Mudharabah, syarat-
syarat Mudharabah, macam-macam Mudharabah, deposito Mudharabah,
berakhirnya akad Mudharabah, praktek Mudharabah di perbankan, resiko
Mudharabah, ketentuan-ketentuan Mudharabah di perbankan.
19
BAB III. Profil Bank Tabungan Negara Syariah yang menguraikan
berdirinya Bank Tabungan Negara Syariah, visi dan misi Bank Tabungan
Negara Syariah, keadaan geografi, struktur organisasi, pedoman Bank
Tabungan Negara Syariah, Produk-produk Tabungan Bank Tabungan Negara
Syariah, Aplikasi Bank Tabungan Negara Syariah, penentuan nisbah bagi
hasil Bank Tabungan Negara Syariah, dan bentuk promosi pada tabungan
Bank Tabungan Negara Syariah.
BAB IV. Hasil Penelitian dan analisa data terdiri dari kekurangan dan
kelebihan produk tabungan pada Bank Tabungan Negara Syariah, tingkat
kompetitif antar produk tabungan Wadiah Yad Dhamanah dengan
Mudharabah Mutlaqah di Bank Tabungan Negara Syariah, faktor-faktor yang
mempengaruhi produk tabungan Bank Tabungan Negara Syariah lebih unggul
dari yang lainnya.
BAB V. Penutup. Dalam bab kelima ini merupakan akhir dari seluruh
rangkaian pembahasan dalam skripsi ini. Bab ini berisi : kesimpulan dan
saran-saran dari penulis mengenai hal-hal yang dibahas dalam skrisi ini.
20
BAB II
KAJIAN TEORETIS
A. WADI’AH
1. Pengertian Wadi’ah
Dalam tradisi fiqih islam, prinsip titipan atau simpanan dikenal
dengan prinsip al-wadi’ah. Hal ini dapat diartikan sebagai titipan murni
dari satu pihak ke pihak lainnya, baik individu maupun badan hukum,
yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip meghendaki.
Menurut pendapat lain, Wadi’ah adalah akad penitipan barang atau
uang antara pihak yang mempunyai barang atau uang dengan pihak yang
diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan,
serta keutuhan barang atu uang.21
Dengan demikian dapat disimpulkan, Wadi’ah adalah titipan murni
dari pihak penitip yang mempunyai barang atau aset kepada pihak
penyimpan yang diberi amanah atau kepercayaan, baik individu maupun
badan hukum, tempat barang yang dititipkan harus dijaga dari kerusakan,
kerugian, keamanan, dan keutuhannya, dan dikembalikan kapan saja
penyimpan menghendaki.
21 Sunarto, Zulkifli. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta : Zikrul Hakim,
2007. Hal 37.
21
2. Rukun Wadi’ah
Rukun Wadi’ah adalah sebagai berikut:
a. Barang atau uang yang disimpan dititipkan (Wadi’ah) agar dapat
dimanfaatkan maupun tidak dimanfaatkan.
b. Pemilik barang atau uang yang bertindak sebagai pihak yang
menitipkan (Muwaddi’)
c. Pihak yang menyimpan atau memberikan jasa custodian (Mustawda’)
agar bisa dimanfaatkan.
d. Ijab Kabul (Sighat). Diantara masing-masing pihak yang akan
melakukan kegiatan ekonomi
3. Syarat-syarat Wadi’ah
Adapun syarat-syarat Wadi’ah adalah sebagai berikut:
a. Menurut ulamma Hanafiyah kedua belah pihak yang melakukan akad
adalah harus orang yang berakal
b. Barang titipan harus jelas dan boleh dikuasai (al-qabdh). Maksudnya,
barang yang dititipkan itu boleh diketahui identitasnya dengan jelas
dan boleh dikuasai untuk dipelihara.
c. Disyaratkan pada ijab dan qabul dimengerti oleh kedua belah pihak,
baik secara jelas maupun samar.
22
4. Macam-macam Wadi’ah
Pada macam-macamnya Wadi’ah terdiri dari dua jenis, yakni :
a. Wadi’ah Yad al-Amanah
Wadi’ah Yad al-Amanah adalah akad titipan di mana penerima
titipan (custodian) adalah penerima kepercayaan (trustee), artinya ia
tidak diharuskan mengganti segala resiko kehilangan atau kerusakan
yang terjadi pada aset titipan, kecuali bila hal itu terjadi karena akibat
kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan atau bila status titpan
telah berubah menjadi Wadi’ah Yad adh-Dhamanah. Dibawah prinsip
Yad Amanah ini aset titipan dati setiap pemilik harus dipisahkan, dan
aset tersebut tidak boleh dipergunakan dan custodian tidak berhak
untuk memanfaatkan asset titipan tersebut.22
b. Wadi’ah Yad adh-Dhamanah
Wadi’ah Yad Dhamanah yaitu akad penitipan barang atau uang
dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik barang
atau uang dapat memanfaatkan barang atau uang titipan dan harus
bertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang atau
uang titipan . semua manfaat dan keuntungan yang diperoleh dalam
penggunaan barang atau uang tersebut menjadi hak penerima titipan.23
22 Dewi, Gemala. Aspek-aspek Hukum Dalam Perbankan & Perasuransian Syariah Di
Indonesia.jakarta :Kencana, 2007. Hal. 82 23 Sunarto, Zulkifli. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta : Zikrul Hakim,
2007. Hal 36.
23
Dari prinsip Yad al-Amanah kemudin berkembang prinsip Yad
Dhamanah yang berarti bahwa pihak penyimpan bertanggung jawab
atas segala kerusakan atau kehilangan yang terjadi pada barang atau
aset titipan24
5. Giro Wadi’ah
Giro Wadi’ah adalah produk pendanaan bank syariah berupa
simpanan dari nasabah dalam bentuk rekening giro untuk keamanan dan
kemudahan pemakaiannya. Karakteristik giro Wadi’ah ini mirip dengan
giro bank konvensional, ketika kepada nasabah penyimpan diberi garansi
untuk dapat menarik dananya sewaktu-waktu dengan fasilitas yang
disediakan, seperti cek, bilyet giro, kartu ATM, atau dengan menggunakan
sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindah bukuan
tanpa biaya. Bank boleh menggunakan dana nasabah yang terimpun untuk
tujuan mencari keuntungan dalam kegiatan yang berjangka pendek atau
untuk memenuhi kebutuhan likuiditas bank, selama dana tersebut tidak
ditarik. Biasanya bank tidak menggunakan dana ini untuk pembiayaan
bagi hasil karena sifatnya yang jangka pendek. Keuntungan yang
diperoleh bank dari penggunaan dana ini menjadi milik bank. Demikian
juga, kerugian yang timbul menjadi tanggung jawab sepenuhnya. Bank
diperbolehkan untuk memberikan insentif berupa bonus kepada nasabah,
24 Ascarya. Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta : PT RajaGrafindo Perssada, 2008 hal 43.
24
selama hal ini tidak disyaratkan sebelumnya. Besarnya bonus juga
ditetapkan dimuka. 25
6. Rusak dan Hilangnya Benda Titipan
Menurut ibnu taimiyah apabila seseorang yang memelihara benda-
benda titipan mengaku bahwa benda-benda titipan ada yang mencuri,
sementara hartanya yang ia kelola tidak ada yang mencuri, maka orang
yang menerima benda-benda titipan tersebut wajib menggantinya.
Pendapat ibnu taimiyah ini berdasarkan pada atsar bahwa Umar r.a.
pernah meminta jaminan dari anas bin malik r.a. ketika barang titipannya
yang ada pada anas r.a. sendiri masih ada.
Orang yang meninggal dunia dan terbukti padanya terdapat benda
benda titipan milik orang lain, ternyata barang titipan tersebut tidak dapat
ditemukan, maka ia merupakan utang bagi yang menerima titipan dan
wajib dibayar oleh para ahli warisnya. Jika terdapat surat dengan
tulisannya sendiri, yang berisi adanya pengakuan benda-benda titipan,
maka surat tersebut dijadikan pegangan karena tulisan dianggap sama
dengan perkataan apabila tulisan tersebut ditulis oleh dirinya sendiri.
Bila seseorang menerima benda-benda titipan, sudah sangat lama
waktunya, sehingga ia tidak lagi mengetahui dimana atau siapa pemilik
25 Ascarya. Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta : PT RajaGrafindo Perssada, 2008. hal
113.
25
benda-benda titipan tersebut dan sudah berusaha mencarinya dengan cara
yang wajar, namun itdak dapat diperoleh keterangan yang jelas, maka
benda-benda titipan tersebut dapat digunakan untuk kepentingan agama
Islam, dengan mendahulukan hal-hal yang paling penting di antara
masalah-masalah yang penting.
7. Praktek Wadi’ah Dalam Perbankan
Tabungan Wadiah merupakan tabungan yang dijalankan
berdsarkan akad Wadi’ah, yakni titipan murni yang harus dijaga dan
dikembalikan setiap saat sesuai dengan kehendak pemiliknya. Berkaitan
dengan produk tabungan wadi’ah, bank syariah menggunakan akad
Wadi’ah Yad Dhamanah. Dalam hal ini, nasabah bertindak sebagai penitip
yang memberikan hak kepada bank syariah untuk menggunakan atau
memanfaatkan uangnya. Sedangkan bank syariah sebagai pihak yang
dititipi dana disertai hak untuk memanfaatkan dana tersebut. Sebagai
konsekuensinya, bank bertanggung jawab terhadap keutuhan harta titipan
tersebut serta mengembalikannya kapan saja pemiliknya menghendaki. Di
sisi lain, bank juga berhak sepenuhnya atas kentungan dari hasil
pemanfaatan dana tersebut.
Mengingat Wadi’ah Yad Dhamanah ini mempunyai implikasi
hukum yang sama dengan Qard, maka nasabah penitip dan bank tidak
boleh saling menjanjikan untuk membagihasilkan keuntungan harta
26
NASABAH
tersebut. Namun demikian, bank diperkenankan memberikan bonus
kepada pemilik harta titipan selama tidak disyaratkan dimuka. Dengan
kata lain, pemberian bonus merupakan kebijakan bank syariah semata
yang bersifat sukarela26
. Adapun skemanya sebagai berikut:
2.Penyerahan Harta
1.Akad Wadi’ah
6.Beri bonus 4.Dapat manfaat
3.Pemanfaatan Harta
5.Pengembalian Harta
B. MUDHARABAH
1. Pengertian Mudharabah
Mudharabah diambil dari lafal “ad-darb fi al-ard” yaitu perjalanan
untuk berdagang.27Mudharabah yaitu salah satu jenis transaksi
26 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta : Zikrul Hakim.
2007.hal 34-36 27 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid 3, Bandung, PT. Al-Maarif, 1987 Hal. 297
BANK
DUNIA USAHA
27
musyarakah dimana pihak yang bersyirkah adalah pemilik dana (Shahibul
maal) dan pemilik tenaga (Mudharib).28
Mudharabah secara umum merupakan suatu perjanjian
perkongsian dimana yang saling berkongsi saling membagi keuntungan
dan kerugian berdasarkan ekuiti, walaupun sebenarnya tidak harus begitu.
Semua kerugian biasanya dianggap sebagai sifat modal dan risiko dari
modal. Mudarib atau agen sebagai tidak mengalami kerugian kecuali para
tenaga kerja. Dengan demikian, golongan ahli fikih Hanafi tidak
menyebutnya sebagai perkongsian yang sebenarnya.29
Akad yang sesuai dengan prinsip investasi adalah Mudharabah
yang mempunyai tujuan kerja sama antara pemilik dana (Shahibul Maal)
dan pengelola dana (Mudharib), dalam hal ini adalah bank. Pemilik dana
sebagai deposan di bank syariah berperan sebagai investor murni yang
menanggung aspek sharing risk dan return dari bank. Dengan demikian
deposan bukanlah lender atau kreditor bagi bank seperti halnya pada Bank
Konvensional.30
28 Sunarto, Zulkifli. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta : Zikrul Hakim,
2007. Hal 56 29 Muslehuddin, Muhammad.Sistem Perbankan dalam Islam. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004.
h. 65. 30 Antonio, M. Syafii. Bank syariah: teori dan praktik. Jakarta: Gema Insani Press. 2001. Hal
151.
28
2. Rukun Mudharabah
Adapun rukun Mudharabah adalah sebagai berikut :
a. Pemilik modal atau Pemilik barang yang akan menyerahkan barang-
barangnya.
b. Pemilik usaha atau juga yang bekerja yaitu mengelola barang yang
diterima dari pemilik barang.
c. Ijab yaitu ungkapan penyerahan modal dari pemiliknya dan qabul
yaitu ungkapan menerima modal dan persetujuan mengelola modal
dari pedagang.
d. Nisbah bagi hasil yang dapat menghasilkan keuntungan atau juga laba
yang akan didapat.
3. Syarat-syarat Mudharabah
Syarat-syarat Mudharabah sebagai berikut :
a. Modal berbentuk uang tunai, jika berbentuk emas atau perak batangan
atau barang perhiasan atau barang dagangan maka tidak sah.
b. Keuntungan yang menjadi milik pekerja dan pemilik modal jelas
prosentasinya, seperti setengah, sepertiga, atau seperempat. Karena
Rasulullah bermu’amalah dengan penduduk Khaibar sebanyak separoh
dari hasilnya.31
31 Resa Kusuma Wardana, Makalah fiQih muamalah, 2005, h. 36
29
c. Dalam kapasitasnya mudharib, bank dapat melakukan berbagai
macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan
mengembangkannya, termasuk di dalamnya melakukan mudharabah
dengan pihak lain.
d. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah
tanpa persetujuan yang bersangkutan. 32
4. Macam-macam Mudharabah
Pada macam-macamnya mudharabah terdiri dari dua jenis, yakni :
a. Mudharabah Muthlaqah
Yang dimaksud dengan transaksi Mudharabah Mutlaqah
adalah bentuk kerja sama antara shahibul mal dan mudharib yang
cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha,
waktu, maupun daerah bisnis. Dalam bahasa fiqh ulama Salaf sering
kali dicontohkan dengan ungkapan lakukanlah sesukamu dari Shahibul
mal ke Mudharib yang memberi kekuasaan sangat besar.selain itu,
Mudharabah Mutlaqah Yaitu salah satu jenis mudharabah, dimana
pemilik usaha (Mudharib) diberikan hak yang tidak terbatas untuk
melakukan investasi oleh pemilik modal (Shahibul mal).33
32 Anshori, Abdul Ghofur, Perbankan Syariah di Indonesia, Yogyakarta: Gadjah Mada
Universiti Press, 2007, h. 90 33Sunarto, Zulkifli. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta : Zikrul Hakim,
2007. Hal 57.
30
b. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah Muqayyadah yaitu Salah satu jenis Mudharabah,
dimana pemilik usaha (Mudharib) dibatasi haknya oleh pemilik modal
(Shahibul mal), antara lain dalam hal jenis usaha, waktu, tempat usaha,
dll.34
Mudharabah Muqayyadah atau disebut juga dengan istilah
Restricted Mudharabah. Specified Mudharabah adalah kebalikan dari
Mudharabah Mutlaqah. Mudharib dibatasi dengan batasan jenis
usaha, waktu, dan tempat usaha. Adanya pembatasan ini sering kali
mencerminkan kecenderungan umum Shahibul mal dalam memasuki
jenis dunia usaha.35
5. Deposito Mudharabah
Deposito menurut undang-undang perbankan syariah nomor 21
tahun 2008 adalah investasi dana berdasarkan akad Mudharabah atau akad
lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya
hanya dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah
penyimpanan dan bank syariah atau unit usaha syariah (UUS)
Dalam fatwa dewan syariah nasional no. 03/DSN-MUI/IV/200,
deposito terdiri atas dua jenis: pertama, deposito yang tidak dibenarkan
34 Sunarto, Zulkifli. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta : Zikrul Hakim,
2007. Hal 58. 35 Antonio, M. Syafii. Bank syariah: teori dan praktik. Jakarta: Gema Insani Press. 2001. Hal
97
31
secara prinsip syariah yaitu deposito yang berdasarkan perhitungan bunga.
Kedua,deposito yang dibenarkan syariah yaitu deposito yang berdasarkan
prinsip mudharabah
Deposito adalah bentuk simpanan nasabah yang mempunyai
jumlah minimal tertentu, jangka waktu tertentu dan bagi hasilnya lebih
tinggi dari daripada tabungan . nasabah membuka deposito dengan jumlah
minimal tertentu dengan jangka waktu yang telah disepakati, sehingga
nasabah tidak dapat mencairkan dananya sebelum jatuh tempo yang telah
disepakati, akan tetapi bagi hasil yang ditawarkan jauh lebih tinggi
daripada tabungan biasa maupun tabungan berencana. Produk
penghimpunan dana ini biasanya dipilih oleh nasabah yang memiliki
kelebihan dana sehingga selain bertujuan untuk menyimpan dananya,
bertujuan pula untuk salah satu sarana berinvestasi.36
6. Berakhirnya Akad Mudharabah
Para ulama fiqh menyatakan bahwa akad Mudharabah dinyatakan
batal dalam hal-hal sebagai berikut:
a. Tidak terpenuhinya salah satu atau beberapa syarat Mudharabah. Jika
salah satu syarat Mudharabah tidak terpenuhi, sedangkan modal sudah
dipegang oleh pengelola dan sudah diperdagangkan, maka pengelola
36 Al Arif, Nur Riyanto, Dasar –Dasar Pemasaran Bank Syariah. Bandung: Alfabeta, 2010, h.
35
32
mendapatkan sebagian keuntungannya sebagai upah, karena
tindakannya atas pemilik modal dan ia melakukan tugas berhak
menerima upah. Jika terdapat keuntungan, maka keuntungan tersebut
untuk pemilik modal. Jika ada kerugian, maka kerugian tersebut
menjadi tanggung jawab pemilik modal, karena pengelola adalah
sebagai buruh yang hanya berhak menerima upah dan tidak
bertanggung jawab sesuatu apapun, kecuali atas kelalaiannya.
b. Pengelola dengan sengaja meninggalkan tugasnya sebagai pengelola
modal atau pengelola modal berbuat sesuatu yang bertentangan
dengan tujuan akad. Dalam keadaan seperti ini pengelola modal
bertanggung jawab jika terjadi kerugian, karena dialah penyebab
kerugian.
c. Apabila pelaksana atau pemilik modal meninggal dunia, atau salah
seseorang pemilik modal meninggal dunia, maka Mudharabah
menjadi batal
7. Praktek Mudharabah Dalam Perbankan
Dalam hal ini, bank syariah bertindak sebagai pengelola dana,
sedangkan nasabah bertindak sebagai pemilik dana. Bank syariah dalam
kapasitasnya sebagai Mudharib, mempunyai kuasa untuk melakukan
berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah
serta mengembangkannya, termasuk melakukan akad Mudharabah
33
dengan pihak lain. Namun, disisi lain, Bank syariah juga memiliki sifat
sebagai seorang wali amanah, yang berarti Bank harus berhati-hati atau
bijaksana serta beritikad baik dan bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang timbul akibat kesalahan atau kelalaiannya.
Dari hasil pengelolaan dana Mudharabah, Bank syariah akan
membagihasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah
disepakati dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. Dalam
mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggungjawab terhadap kerugian
yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya. Namun, apabila yang terjadi
adalah salah urus (Mismanagement), bank bertanggung jawab penuh
terhadap kerugian tersebut.
Dalam mengelola harta Mudharabah, bank menutup biaya
operasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang
menjadi haknya. Di samping itu, bank tidak diperkenankan mengurangi
nisbah keuntungan nasabah penabung tanpa persetujuan yang
bersangkutan. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, PPh bagi hasil
tabungan Mudharabah dilakukan berdasarkan saldo rata-rata harian yang
dihitung di tiap akhir bulan dan buku awal bulan berikutnya37
. Adapun
skemanya sebagai berikut:
37Sunarto, Zulkifli. Panduan Praktis Transakri Perbankan Syariah, Jakarta : Zikrul Hakim.
2007 hal 58.
34
1.Akad Mudharabah
2.Memberikan Modal
3.Profesionalisme
4.Laba/Rugi
PEMILIK USAHA PEMILIK MODAL
USAHA
BAGI HASIL SESUAI KESEPAKATAN
35
35
BAB III
PROFIL BANK TABUNGAN NEGARA SYARIAH
A. Gambaran Umum Bank Tabungan Negara Syariah
1. Latar belakang
BTN Syariah merupakan Strategic Bussiness Unit (SBU) dari Bank
BTN yang menjalankan bisnis dengan prinsip syariah, mulai beroperasi
pada tanggal 14 Februari 2005 melalui pembukaan Kantor Cabang
Syariah pertama di Jakarta. Pembukaan SBU ini guna melayani tingginya
minat masyarakat dalam memanfaatkan jasa keuangan Syariah dan
memperhatikan keunggulan prinsip Perbankan Syariah, adanya Fatwa
MUI tentang bunga bank, serta melaksanakan hasil RUPS tahun 2004.
Dan semua itu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan Bank dalam
memberikan pelayanan jasa keuangan syariah, Mendukung pencapaian
sasaran laba usaha Bank, Meningkatkan ketahanan Bank dalam
menghadapi perubahan lingkungan usaha, dan Memberi keseimbangan
dalam pemenuhan kepentingan segenap nasabah dan pegawai.38
Visi dan Misi Bank BTN Syariah sejalan dengan Visi Bank BTN
yang merupakan Strategic Business Unit dengan peran untuk
meningkatkan pelayanan dan pangsa pasar sehingga Bank BTN tumbuh
dan berkembang di masa yang akan datang. BTN Syariah juga sebagai
38 Artikel diakses dari http : // www.BTNsyariah.co.id pada tanggal 27 juli 2011
36
pelengkap dari bisnis perbankan di mana secara konvensional tidak dapat
terlayani.
Kemudian yang menjadi acuan dalam visi BTN syariah adalah
Menjadi Strategic Business Unit BTN yang sehat dan terkemuka dalam
penyediaan jasa keuangan syariah dan mengutamakan kemaslahatan
bersama." Sementara itu yang menjadi acuan dalam misi BTN syariah
adalah Mendukung pencapaian sasaran laba usaha BTN, Memberikan
pelayanan jasa keuangan Syariah yang unggul dalam pembiayaan
perumahan dan produk serta jasa keuangan Syariah terkait sehingga dapat
memberikan kepuasan bagi nasabah dan memperoleh pangsa pasar yang
diharapkan, Melaksanakan manajemen perbankan yang sesuai dengan
prinsip Syariah sehingga dapat meningkatkan ketahanan BTN dalam
menghadapi perubahan lingkungan usaha serta meningkatkan
shareholders value, Memberi keseimbangan dalam pemenuhan
kepentingan segenap stakeholders serta memberikan ketentraman pada
karyawan dan nasabah.
Dengan Keadaan yang sangat strategis Bank Tabungan Negara
Syariah mudah dikenali karena terletak di pusat kota sebagaimana banyak
aktivitas yang dilakukan sehari-hari, dapat kita lihat di sebelah utara
terdapat kantor Lion Air, Merlyn Pak hotel, Carrefour. Kemudian di
sebelah Barat terdapat Hotel Des Galleries (jalan Hayam Wuruk), Happy
Day Restoran, Briliant Palace Restaurant. Disebelah Timur terdapat Duta
37
Merlyn, Apotik Medicare, Rumah Sakit Tarakan. Adapun disebelah
selatan terdapat PT Solusi Integrasi Utama, Radio Station, serta Istana
Merdeka. Dengan demikian Bank Tabungan Negara Syariah sangatlah
strategis karena letak yang sering dilewati oleh kalangan, baik yang
bekerja di kantor, pelajar, hingga kalangan menengah ke bawah sehingga
daya tarik masyarakat untuk menjadi nasabah Bank Tabungan Negara
Syariah kemungkinannya sangat besar dan berpotensi untuk meningkatkan
Bank Tabungan Negara Syariah.
Pada saat ini Bank Tabungan Negara Syariah memberikan layanan
pembiayaan dan simpanan berbasis syariah yang jelas menguntungkan.
Total unit usaha syariah per 31 desember 2009 sebesar 2,25 triliun rupiah.
Sementara pada untuk per 31 desember 2010 menjadi 3,4 triliun rupiah
dengan laba bersih sebesar 19,37 miliar rupiah. Hal ini jelas menimbulkan
kenaikan keuntungan yang begitu signifikan untuk Bank Tabungan
Negara Syariah tersebut.
Selain itu pembiayaan syariah juga mengalami kenaikan pada per
31 desember 2009 sebesar 1,99 triliun rupiah menjadi sebesar 2,84 triliun
rupiah pada 31 desember 2010. Hal ini jelas menyatakan bahwa dana yang
di dapatkan Bank Tabungan Negara Syariah cukup menyentuh sektor riil.
Kemudian untuk dana pihak ketiga juga mengalami kenaikan pada
per 31 desember 2009 sebesar 1,44 triliun rupiah menjadi sebesar 2,4
triliun rupiah pada 31 desember 2010. Hal ini jelas bahwa pemasaran yang
38
dilakukan Bank Tabungan Negara Syariah cukup memenuhi target
mengingat umurnya bank tersebut belum terlalu lama dalam melakukan
kegiatan ekonomi tentunya.
Kerjasama dengan Kantor Pos merupakan bagian penting dari
upaya meningkatkan dana pihak ketiga. Pada Desember 2005, BTN
menandatangani perjanjian kerja sama dengan Pos Indonesia untuk
implementasi online sistem antara kedua perusahaan Per 30 Sep 2010,
terdapat 2.600 kantor pos diseluruh Indonesia yang sudah terhubung
secara real-time online dengan BTN dan Kantor Pos sepakat untuk
menambah 500 outlet setiap tahunnya yang akan dihubungkan secara
elektronis pada tahun 2010 dan 2011 Untuk tahun 2010, sudah
direalisasikan 555 Kantor Pos baru.39
2. Pedoman Bank Tabungan Negara Syariah
Ketentuan yang menjadi pedoman di Bank Tabungan Negara Syariah
Perangkat ketentuan-ketentuan yang diperlukan bagi operasional
perbankan syariah secara umum dibagi tiga kelompok. Yaitu peraturan
yang terkait dengan:
39Diambil dari laporan Tahunan Bank Tabungan Negara Syariah Tahun 2010, Annual
Report/Laporan Tahiun 2010. Bank Tabungan Negara Syariah.
39
a. Kelembagaan yang meliputi pengaturan mengenai tata cara pendirian
kepemilikan, kepengurusan, dan kegiatan usaha bank. adalah sebagai
berikut ini :
1) Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 tanggal 7
Desember 2009 yang berisikan tentang Pelaksanaan Good
Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah.
2) Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/15/PBI/2009 yang berisikan
tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank Konvensional Menjadi
Bank Syariah untuk memberikan landasan hukum yang lebih jelas
mengenai persyaratan dan tata cara bagi Bank Konvensional (bank
umum dan BPR) yang ingin mengubah kegiatan usahanya
(konversi) menjadi Bank Syariah, yang berbeda dengan pendirian
Bank Syariah baru.
3) Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/2/PBI/2011 tanggal 12
Januari 2011 berisikan tentang Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan
Bank Umum yaitu serangkaian tindakan atau langkah-langkah
yang bersifat preventif untuk memastikan bahwa kebijakan,
ketentuan, sistem, dan prosedur, serta kegiatan usaha yang
dilakukan oleh Bank telah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk sesuai
dengan Prinsip Syariah bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
40
Syariah, serta memastikan kepatuhan Bank terhadap komitmen
yang dibuat oleh Bank kepada Bank Indonesia atau otoritas
pengawas lain yang berwenang.
b. Pengaturan yang diperlukan untuk mengatasi masalah likuiditas dan
instrumen moneter yang sesuai dengan prinsip syariah adalah sebagai
berikut ini:.
1) Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/10/PBI/2011 tanggal 9
Februari 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia
Nomor 12/19/PBI/2010 yang berisikan tentang Giro Wajib
Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan
Valuta Asing agar diperlukan penguatan manajemen likuiditas
valuta asing oleh bank dan pengelolaan arus modal asing oleh
Bank Indonesia melalui kebijakan peningkatan giro wajib
minimum dalam valuta asing.
2) Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tanggal 5 Januari
2011 yang berisikan tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum agar dapat meningkatkan efektivitas penilaian Tingkat
Kesehatan Bank untuk menghadapi perubahan kompleksitas usaha
dan profil risiko.
3) Peraturan Bank Indonesia Nomor: 12/ 7 /PBI/2010 - Perubahan
Atas PBI No.11/19/PBI/2009 yang berisikan tentang Sertifikasi
Manajemen Risiko Bagi Pengurus dan Pejabat Bank Umum
41
dimaksudkan untuk meningkatkan sinergi dengan otoritas
sertifikasi profesi untuk mempermudah implementasi ketentuan
sertifikasi manajemen risiko bagi pengurus dan pejabat bank
umum.
c. Pelaksanaan prinsip kehati-hatian (Prudential Banking Regulation).
Pengaturan yang diberlakukan bagi Bank Syariah untuk melaksanakan
prinsip kegiatan usaha yang berhati-hati dan berdasarkan praktik-
praktik usaha yang sehat adalah sebagai berikut ini:.
1) Peraturan Bank Indonesia No. 13/ 3 /PBI/2011 yang berisikan
berisikan tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan
Bank. Dalam rangka mempercepat penyelesaian permasalahan
bank, menjaga tingkat kepercayaan masyarakat serta mendukung
terciptanya Stabilitas Sistem Keuangan, Bank Indonesia
memberikan batasan waktu untuk setiap status pengawasan bank
dan menuntut upaya yang sungguh-sungguh dari Pengurus dan
Pemegang Saham Pengendali (PSP) untuk menyelesaikan
permasalahan bank karena terdapat konsekuensi peningkatan
Status Pengawasan Bank apabila batas waktu tidak dipenuhi atau
kondisi bank semakin memburuk.
2) Peraturan Bank Indonesia Nomor: 12/20/PBI/2010 berisikan
tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang (APU) dan
Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT) untuk mendukung upaya
42
pencegahan tindak pidana pencucian uang dan pencegahan
pendanaan terorisme.
3) Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/21/PBI/2010 berisikan
tentang Rencana Bisnis Bank agar Bank memiliki Rencana bisnis
yang disusun secara matang dan realistis berdasarkan prinsip
kehati-hatian dan penerapan manajemen risiko, dengan cakupan
yang komprehensif.
3. Produk-produk Tabungan pada Bank Tabungan Negara Syariah
a. Tabungan Batara IB
Tabungan Batara IB adalah Produk Tabungan sebagai media
penyimpanan dana dalam rupiah dengan menggunakan akad sesuai
syariah yaitu Wadi’ah Yad Dhamanah, bank tidak menjanjikan bagi
hasil tetapi dapat memberikan bonus yang menguntungkan dan
bersaing bagi nasabah.
b. Tabunga Investa Batara IB
Tabungan Investa Batara IB adalah Produk Tabungan sebagai
media penyimpanan dana dalam rupiah dengan menggunakan akad
sesuai syariah yaitu Mudharabah Mutlaqah, bank menjanjikan bagi
hasil yang menguntungkan dan bersaing bagi nasabah atas
simpanannya
c. Tabungan Baitullah Batara IB
43
Tabungan Baitullah Batara IB adalah Produk tabungan sebagai
media penyimpanan dana dalam rupiah untuk Biaya Perjalanan Ibadah
Haji, dengan menggunakan akad sesuai syariah yaitu Mudharabah
Mutlaqah , bank menjanjikan bagi hasil yang menguntungkan dan
bersaing bagi nasabah atas simpanannya.
d. TabunganKu IB
TabunganKu iB adalah produk tabungan perorangan dengan
syarat yang mudah dan ringan yang diterbitkan secara bersama-sama
oleh bank-bank di Indonesia guna menumbuhkan budaya menabung
serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Adapun fitur produk
TabunganKu dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Fitur Standar (Mandatory) adalah fitur produk TabunganKu yang
harus diterapkan secara seragam oleh seluruh bank yang
meluncurkan produk TabunganKu,
2) Fitur Optional (Customized) adalah fitur tambahan atas produk
TabunganKu yang dapat dipilih untuk diterapkan oleh bank yang
meluncurkan produk TabunganKu selama tidak melanggar
kesepakatan bersama. 40
40 Artikel diakses dari http : // www.BTNsyariah.co.id pada tanggal 27 juli 2011
44
B. Aplikasi Tabungan Bank Tabungan Negara Syariah Cabang Harmoni
1. Ketentuan pembuatan tabungan pada Bank Tabungan Negara
Syariah Cabang Harmoni
Prosedur dan syarat–syarat pembuatan di Bank Tabungan Negara
Syariah harus tetap mengacu kepada Know Your Costumer yang
penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Tabungan Batara IB.
1) Perorangan
Untuk perorangan prosedur yang dilakukan terlebih dahulu
adalah dengan cara mengisi dan menandatangani formulir
tabungan Batara IB disertai dengan identitas diri berupa KTP.
Kemudian konsumen tidak akan akan dikenakan biaya untuk
pembuatan tabungan. Dan untuk saldo minimal yang harus
dilakukan konsumen pada tabungan Batara IB adalah Rp 50.000,-.
Kemudian minimum setoran di awal pada tabungan Batara IB
adalah sebesar Rp 50.000. dan minimum setoran seterusnya pada
tabungan Batara IB adalah Rp 10.000,-. Untuk biaya administrasi
per bulan adalah gratis. Apabila konsumen melakukan tutup
rekening dari tabungan Batara IB akan dikenakan biaya sebesar Rp
20.000,-
45
2) Lembaga
Untuk lembaga prosedur yang dilakukan terlebih dahulu
adalah dengan cara mengisi dan menandatangani formulir
tabungan Batara IB disertai identitas lembaga tersebut berupa
NPWP, TDP, SIUP dan Akte Pendirian Perusahaan. Kemudian
lembaga tersebut tidak akan dikenakan biaya untuk pembuatan
tabungan dan untuk saldo minimal yang harus dilakukan oleh
lembaga pada tabungan Batara IB adalah adalah Rp 50.000,-..
kemudian minimum setoran di awal dan minimum setoran
seterusnya adalah Rp 50.000. Untuk biaya administrasi per bulan
adalah gratis. Apabila lembaga tersebut melakukan tutup rekening
dari tabungan Batara IB akan dikenakan biaya sebesar Rp 20.000,-
b. Tabungan Investa Batara IB
1) Perorangan
Untuk perorangan prosedur yang dilakukan terlebih dahulu
adalah dengan cara mengisi dan menandatangani formulir
tabungan Investa Batara IB disertai dengan identitas diri berupa
KTP. Kemudian konsumen tidak akan dikenakan biaya untuk
pembuatan tabungan Dan untuk saldo minimal yang harus
dilakukan konsumen pada tabungan Batara IB adalah Rp 100.000.
Kemudian minimum setoran di awal pada tabungan Investa Batara
IB adalah sebesar Rp 100.000. dan minimum setoran seterusnya
46
pada tabungan Batara IB adalah Rp 50.000,-. Untuk biaya
administrasi per bulan pada tabungan Investa Batara IB adalah
sebesar Rp 5.000. Apabila konsumen melakukan tutup rekening
dari tabungan Batara IB akan dikenakan biaya sebesar Rp 40.000.
2) Lembaga
Untuk lembaga prosedur yang dilakukan terlebih dahulu
adalah dengan cara mengisi dan menandatangani formulir
tabungan Batara IB disertai identitas lembaga tersebut berupa
NPWP, TDP, SIUP dan Akte Pendirian Perusahaan. Kemudian
lembaga tersebut akan dikenakan biaya untuk pembuatan tabungan
sebesar dan untuk saldo minimal yang harus dilakukan oleh
lembaga pada tabungan Batara IB adalah Rp 100.000. kemudian
minimum setoran di awal dan minimum setoran seterusnya adalah
Rp 100.000 Untuk biaya administrasi per bulan adalah Rp 5.000
Apabila lembaga tersebut melakukan tutup rekening dari tabungan
Batara IB akan dikenakan biaya sebesar Rp 40.000
c. Tabungan Baitullah Batara IB
Tabungan ini hanya untuk perorangan. Prosedur yang
dilakukan terlebih dahulu adalah dengan cara mengisi dan
menandatangani formulir tabungan Investa Batara IB disertai dengan
identitas diri berupa KTP. Kemudian konsumen tidak akan dikenakan
biaya untuk pembuatan tabungan Dan untuk saldo minimal yang
47
harus dilakukan konsumen pada tabungan Batara IB adalah Rp
100.000 Kemudian minimum setoran di awal dan minimum setoran
seterusnya pada tabungan Batara IB adalah Rp 100.000,-. Untuk biaya
administrasi per bulan adalah gratis. Apabila konsumen melakukan
tutup rekening dari tabungan Batara IB akan dikenakan biaya sebesar
Rp 25.000.
d. TabunganKu IB
Tabungan ini hanya untuk perorangan. Untuk prosedur
yang dilakukan terlebih dahulu adalah dengan cara mengisi dan
menandatangani formulir TabunganKu IB disertai dengan identitas
diri berupa KTP. Pada tabungan ini merupakan Tabungan perorangan
untuk warga negara Indonesia. Apabila Penabung di bawah perwalian,
harus menggunakan nama orang tua. Dalam hal ini, Satu orang hanya
memiliki 1 rekening di 1 bank untuk produk yang sama, kecuali bagi
orang tua yang membuka rekening untuk anak yang masih di bawah
perwalian sesuai kartu keluarga yang bersangkutan dan tidak
diperkenankan untuk rekening bersama dengan status dan. Transaksi
penarikan tunai dan pemindahbukuan melalui counter hanya dapat
dilakukan di kantor bank dimana rekening dibuka. Konsumen tidak
akan dikenakan biaya untuk pembuatan tabungan Dan untuk saldo
minimal yang harus dilakukan konsumen pada tabunganKu IB adalah
Rp 20.000. Kemudian minimum setoran di awal adalah sebesar Rp
48
20.000 dan minimum setoran seterusnya pada TabunganKu IB adalah
Rp 10.000,-. Untuk biaya administrasi per bulan adalah gratis. Apabila
konsumen melakukan tutup rekening dari TabunganKu IB akan
dikenakan biaya sebesar Rp 20.000.
2. Penentuan Nisbah Bagi Hasil pada Tabungan Bank Negara Syariah
Nisbah bagi hasil merupakan faktor penting dalam menentukan
tingkat keuntungan di bank syariah yang sesuai dengan prinsip syariah
tentunya. Sebab nisbah merupakan instrument yang disepakati bersama
antara kedua belah pihak yang melakukan transaksi. Ketentuan nisbah
pada tabungan di bank Tabungan Negara Syariah adalah sebagai berikut:
a. Tabungan Batara IB
Untuk tabungan Batara IB karena produk tabungan ini
berprinsipkan akad Wadi’ah Yad Dhamanah maka bank tabungan
Negara syariah tidak memberikan nisbah melainkan dalam bentuk
bonus. Tetapi bonus ini tidak diperjanjikan pada saat awal tetapi
karena dapat berubah – ubah sesuai ketentuan bank per tahunnya. pada
umumnya bank tabungan negara syariah memberikan bonus ini setara
4 % per tahun.
b. Tabungan Investa Batara IB
Untuk Tabungan Investa Batara IB penentuan nisbah yang
digunakan adalah Nasabah : Bank = 38,00 % : 62,00%. Dikarenakan
49
pendapatan dari hasil bank yang berbeda-beda dan tidak menentu
maka nasabah tidak bisa menentukan seberapa besar nasabah tersebut
memperoleh keuntungan yang diterimanya
c. Tabungan Baitullah Batara IB
Untuk Tabungan Baitullah Batara IB penentuan nisbah yang
digunakan adalah Nasabah : Bank = 15,50% : 84,50%. Dikarenakan
Tabungan ini juga sama dengan Tabungan Investa Batara IB yang
berakad Mudharabah Mutlaqah maka nasabah belum bisa mengeahui
dengan pasti berapa besar keuntungan yang akan di dapatkannya.
Untuk perhitungannya sama dengan Tabungan Investa Batara IB.
d. TabunganKu IB
Untuk TabunganKu IB karena produk tabungan ini
berpinsipkan akad wadiah yad dhamanah maka bank tabungan Negara
syariah tidak memberikan nisbah melainkan dalam bentuk bonus.
Tetapi bonus ini tidak diperjanjikan pada saat awal tetapi karena dapat
berubah-ubah sesuai ketentuan bank per tahunnya. pada umumnya
bank tabungan negara syariah memberikan bonus ini sebesar 1 % per
tahun.41
41Hanan Wihasto,Kepala Departemen pada Bank Tabungan Negara Syariah Cabang
Harmoni, Wawancara Pribadi, Tanggal 29 juli 2011.
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Kekurangan dan Kelebihan pada Bank Tabungan Negara Syariah
1. Tabungan yang berakad Wadi’ah Yad Dhamanah
BTN Syariah merupakan Strategic Bussiness Unit (SBU) dari
Bank BTN yang menjalankan bisnis dengan prinsip syariah. Pada saat ini
Bank Tabungan Negara Syariah memberikan layanan pembiayaan dan
simpanan berbasis syariah yang jelas menguntungkan. Akan tetapi, masih
banyak masyarakat di Indonesia yang belum mengetahui bagaimana
konsep cara kerja produk bank syariah khususnya pada produk tabungan
saat ini. Maka dari itu, hal dasar bagi bank tersebut terlebih dahulu harus
bisa memasarkan nama merk (Brand) produk tabungannya yaitu Wadiah
Yad Dhamanah dan Mudharabah Mutlaqah agar masyarakat bisa
mengenalnya.Dalam hal ini, setiap perusahaan pasti memiliki kekurangan
dan kelebihan, dalam pembahasan ini penulis akan memaparkan masalah
kekurangan dan kelebihan pada PT. Bank Tabungan Negara Syariah
Persero Cabang Harmoni.
Dengan adanya kekurangan dan kelebihan, perusahaan dapat
mengetahui sejauh mana kualitas yang ditawarkan kepada masyarakat
luas. Sehingga masyarakatpun memahami resiko maupun keuntungan
lainnya yang kemungkinan terjadi.
51
Adapun kekurangan pada Tabungan Batara IB dan TabunganKu
yang berakad Wadi’ah Yad Dhamanah keuntungan yang didapat oleh
nasabah tidak bisa secara maksimal dikarenakan bonus yang di berikan
oleh bank tidak berubah dalam per tahun. Sedangkan pada Tabungan
Batara IB dan TabunganKu yang berakad Wadi’ah Yad Dhamanah
Keuntungan yang akan di dapat oleh nasabah kemungkinan bisa
dipermainkan oleh bank karena yang menentukan bonus adalah pihak
Bank Tabungan Negara Syariah. Adapun dana yang di dapat pada
Tabungan Batara IB dan TabunganKu yang berakad Wadi’ah Yad
Dhamanah ini belum dapat menjangkau ke sektor rill dengan optimal
dikarenakan Wadi’ah Yad Dhamanah hanya merupakan titipan semata
walaupun uangnya dapat dipergunakan oleh bank tetapi untuk resiko yang
lebih kecil.
Sedangkan dalam hal yang menangani dalam masalah Informasi
yang ada Pada Tabungan Batara IB dan TabunganKu yang berakad
Wadi’ah Yad Dhamanah belum sampai kepada masyarakat secara
menyeluruh sehingga masyarakat masih ada yang belum mengetahui
perbedaan antara Wadi’ah dan Mudharabah dikarenakan Motivasi
masyarakat muslim untuk terlibat di dalam aktivitas bank islam adalah
emosi keagamaan. Ini berarti tingkat efektivitas keterlibatan masyarakat
muslim dalam bank islam tergantung pada sikap pola pikir masyarakat
52
muslim itu sendiri. Faktanya masyarakat muslim masih memiliki sikap
dan pola pikir yang konsumtif akibat kurangnya pendidikan
Kurangnya mesin ATM yang tersebar di seluruh Indonesia hal ini
menyebabkan nasabah tidak bisa mengoptimalkan waktu ketika ingin
mengambil uang di ATM Bank Tabunan Negara Syariah. Pada saat ini
fasilitas yang mendukung dalam pengoperasian pada Tabungan Batara IB
dan TabunganKu yang berakad Wadi’ah Yad Dhamanah ini belum bisa
meggunakan fasilitas mobile banking dan internet bangking sehingga
belum bisa memudahkan transaksi bagi nasabah ketika melakukan
kegiatan ekonominya.
Adapun kelebihan pada Tabungan Batara IB dan TabunganKu
yang berakad Wadi’ah Yad Dhamanah ini, nasabah lebih aman
menyimpan keuangannya dikarenakan titipan yang di mandatkan oleh
nasabah ini tidak boleh merugikan nasabah tersebut. sehingga nasabah
merasa aman dalam melakukan transaksi. Kemudian biaya administrasi
pada Tabungan Batara IB dan TabunganKu yang berakad Wadi’ah Yad
Dhamanah ini, nasabah masih digratiskan biaya administrasinya sehingga
dapat memberikan harapan besar bagi masyarakat luas untuk segera
menabung di Bank Tabungan Negara Syariah. Keuntungan lainnya yang
terdapat pada Tabungan Batara IB dan TabunganKu yang berakad
Wadi’ah Yad Dhamanah ini nasabah bisa mendapatkan berbagai hadiah
dari hasil promosi yang dilakukan Bank Tabungan Negara Syariah
53
sehingga dapat memberikan harapan besar bagi masyarakat luas untuk
segera menabung di Bank Tabungan Negara Syariah.
Kemudian kelebihan yang terdapat pada TabunganKu yang
berakad Wadi’ah Yad Dhamanah ini, dapat mendorong masyarakat
sekolah dasar sederajat yang belum memiliki KTP agar bisa membiasakan
diri untuk budaya menabung sejak dini demi masa depan yang lebih cerah.
Selanjutnya, kelebihan yang terdapat pada Tabungan Batara IB yang
berakad Wadi’ah Yad Dhamanah ini nasabah akan di daftarkan untuk
mendapatkan asuransi jiwa yang dapat memberikan pertolongan bagi
nasabah tersebut sehingga dapat memberikan harapan besar bagi
masyarakat luas untuk segera menabung di Bank Tabungan Negara
Syariah.42
2. Tabungan yang berakad Mudharabah Mutlaqah
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya Yang
dimaksud dengan transaksi Mudharabah Mutlaqah adalah bentuk kerja
sama antara shahibul mal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan
tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, maupun daerah bisnis.
Dalam bahasa fiqh ulama Salaf sering kali dicontohkan dengan ungkapan
lakukanlah sesukamu dari Shahibul mal ke Mudharib yang memberi
kekuasaan sangat besar.
42Hanan Wihasto,Kepala Departemen pada Bank Tabungan Negara Syariah Cabang Harmoni,
Wawancara Pribadi, Tanggal 29 juli 2011.
54
Pada Tabungan Investa Batara IB yang berakad Mudharabah
Mutlaqah ini kemungkinan akan terjadinya perselisihan lebih besar
dikarenakan bank kemungkinan banyak tidak tahu kegiatan investasi apa
yang digunakan nasabah untuk mendapatkan suatu keuntungan yang
menjanjikan dikarenakan banyaknya jenis usaha yang ada dan juga
mengingat. Lemahnya disipin terhadap ajaran islam menyebakan sulitnya
bank memperoleh jaminan keamanaan atas modal yang disalurkan. Hal ini
tentu dapat menimbulkan kekurangan likuiditas pada bank yang
mengeluarkan tabungan Mudharabah ini.
Kemudian pada Tabungan Investa Batara IB yang berakad
Mudharabah Mutlaqah ini Nasabah bisa mendapatkan sebagian kerugian
yang lebih besar dari pada keuntungannya jika kegiatan usaha yang
dilakukan Bank Tabungan Negara Syariah ini sudah cukup lama berjalan
Jadi saat ini jelas kemampuan pengalaman dan pendidikan sangat
dibutuhkan dalam hal ini. Sementara itu masih adanya Tingkat pendidikan
dan keterampilan masyarakat yang masih rendah khususnya masyarakat
pedesaan, sehingga Masih sulitnya pada tabungan Mudharabah yang
prinsipnya untuk berkomitmen kepada kelompok lemah. Karena bank
islam harus berupaya menyukseskan tugas mulianya untuk mengentaskan
kemiskinan ini diperlukan proyeksi yang tepat serta peta-peta potensi
ekonomi umat yang akurat. Dan fakta pada saat ini pengalaman praktik
Mudharabah menunjukan bahwa meskipun bank islam berorientasi pada
55
masyarakat bawah, namun sebagai konsekuensi logis dari kompetisi
ekonomi, bank islam memiliki kecenderungan untuk mendapatkan proyek
yang benar-benar bonafide. Ini berarti terdapat kecenderungan bahwa
yang berhasil mendapatkan fasilitas kredit dari bank islam adalah
kelompok kuat. Hal ini dapat menimbulkan menurunnya tingkat reputasi
bank dikarenakan hanya mementingkan golongan ekonomi kuat.43
Kemudian kekurangan Pada Tabungan Investa Batara IB yang
berakad Mudharabah Mutlaqah ini nasabah dapat menimbulkan keraguan
yang jelas ketika mendapatkan jumlah nominal yang terus berubah setiap
bulannya dikarenakan tidak jelasnya keuntungan maupun kerugian yang di
dapatkan oleh Bank Tabungan Negara Syariah.
Kemudian kekurangan dalam hal ini yakni adanya pencampuran
pada Tabungan Investa Batara IB yang berakad Mudharabah Mutlaqah
yakni pencampuran modal untuk melakukan kegiatan usaha demi
mendapatkan keuntungan memerlukan ketelitian yang benar-benar extra
agar tidak mengalami kerugian mengingat adanya resiko murni bahwa
adanya kemungkinan terjadinya suatu kerugian dalam kegiatan usaha yang
dijalankan bank pada tabungan Mudharabah ini. Maka itu tuntutan akan
sistem bagi hasil yang adil sangat penting, sehingga menuntut pula tingkat
profesionalitas yang tinggi bagi pengelola bank untuk membuat
43 Adiwarman, Karim. Bank Islam dan Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta, Rajawali Pers,
2009 Hlm. 260
56
perhitungan yang cermat dan terus-menerus, karena perolehan dari sistem
bagi hasil tergantung pada tingkat keberhasilan usaha nasabah, padahal
pengelola yang profesional merupakan persoalan yang belum terpecahkan
dalam perbankan konvesional yang kelahirannya lebih lama. Tingkat
profesionalitas nasabah juga menjadi persoalan karena tingginya
pendapatan bank tergantung keberhasilan usaha nasabah tergantung pada
tingkat profesionalitasnya.
Kekurangan Tabungan Investa Batara IB yang berakad
Mudharabah Mutlaqah ini belum bisa meggunakan fasilitas mobile
banking dan internet bangking sehingga belum bisa memudahkan
transaksi bagi nasabah ketika melakukan kegiatan ekonominya. Adapun
kekurangan yang lain yakni masalah keuntungan, Pada Tabungan Investa
Batara IB yang berakad Mudharabah Mutlaqah ini keuntungan yang
diterima jangka waktunya lama karena membutuhkan proses yang panjang
pula ketika ingin mendapatkan yang maksimal. Hal ini jelas bertolak
belakang dengan masyarakat yang selalu ingin memiliki keuntungan
dengan jangka waktu yang cepat Dikarenakan adanya benturan dengan
system nilai dan tradisi masyarakat khususnya masyarakat desa yang
masih puas menyimpan uang dibawah bantal dan tradisi meminjam uang
kepada sesama warga desa berupa barang, khususnya sapi, emas dan
tanah, yang saat pengembalian diperhitungkan dengan uang, dimana pada
57
saat pengembaliannya berlipat ganda dengan nilai barang pada saat
dipinjam dengan waktu yang sangat cepat pula.
Pada Tabungan Investa Batara IB yang berakad Mudharabah
Mutlaqah ini terdapat beberapa keuntungan yang pertama, keuntungan
yang di dapatkan oleh nasabah bisa maksimal dalam artian nasabah bisa
mendapatkan keuntungan yang terus meningkat besar ketika menabung
pada tabungan ini. Kelebihan yang kedua Pada Tabungan Investa Batara
IB yang berakad Mudharabah Mutlaqah ini lebih menyentuh ke sektor riil
dikarenakan mengarah kepada jenis berbagai macam usaha sehingga
perekonomian Negara tumbuh lebih cepat.
Kelebihan yang ketiga yakni, pada Tabungan Investa Batara IB
yang berakad Mudharabah Mutlaqah ini tidak berdampak sistemik akibat
krisis global seperti penggelembungan bunga akibat adanya hutang-hutang
dari bank dunia seperti world bank dan lain. Kemudian kelebihan yang
keempat, Pada Tabungan Investa Batara IB yang berakad Mudharabah
Mutlaqah ini bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil yang sesuai
dengan target karena bagi hasil sesuai dengan hasil usaha yang dijalankan
oleh bank sehingga bank dan nasabah tinggal menikmati keuntungannya
saja.44
44 Hanan Wihasto,Kepala Departemen pada Bank Tabungan Negara Syariah Cabang
Harmoni, Wawancara Pribadi, Tanggal 29 juli 2011.
58
B. Perbandingan Produk Tabungan di Bank Tabungan Negara Syariah
Dalam hal ini analisa Tingkat Kompetitif Terhadap Produk Tabungan
di Bank Tabungan Negara Syariah ini dapat ditentukan melalui berbagai
aspek yaitu sebagai berikut:
1. Aspek Pengembalian (Return)
Aspek pengembalian merupakan unsur yang penting bagi
pemasaran ketika menabung di suatu bank agar bank tersebut dapat
memberikan keuntungan kepada masyarakat tentunya baik dalam
perhitungan bagi hasil maupun perhitungan bonus semata. Prinsip bagi
hasil dalam perbankan syari’ah menjadi prinsip utama dan terpenting,
karena keuntungan bagi hasil merupakan imbalan atas usaha dan modal,
besar-kecilnya pun tergantung kesepakatan kedua pihak. Dalam kaidah
fiqh dikatakan “algharam bil Ghanam” yaitu ada untung rugi, prinsip ini
memenuhi prinsip keadilan ekonomi. Jadi, tingkat keuntungan yang
semakin tinggi tentu dapat mempengaruhi minat konsumen untuk
menabung. Dalam hal ini bentuk perbandingan antara tabungan Wadi’ah
Yad Dhamanah dengan Mudharabah Mutlaqah dalam aspek
pengembalian (Return) adalah sebagai berikut:
1) Tabungan yang berakad Wadi’ah Yad Dhamanah
Contoh untuk tabungan yang berakad Wadi’ah Yad Dhamanah
adalah Jika di asumsikan nasabah menabung sebesar Rp 2.000.000.
maka bonus sebesar 4% yang di dapat oleh nasabah per bulan adalah
59
sebesar Rp 6.666,66. dan dalam per tahun bonus akan di dapat oleh
nasabah tersebut menjadi sebesar Rp 79.999,92
2) Tabungan yang berakad Mudharabah Mutlaqah
Contoh untuk tabungan yang berakad Mudharabah Mutlaqah
adalah Jika iasumsikan pada bulan desember 2010 Nasabah memiliki
Tabungan Investa Batara IB yang berakad Mudharabah Mutlaqah di
bank Tabungan Negara Syariah dengan saldo rata-rata bulan
September sebesar Rp. 2.000.000,00. Perbandingan nisbah antara
nasabah dengan bank adalah 38,00% : 62,00%. Saldo rata-rata per
bulan desember 2010 di seluruh bank Tabungan Negara Syariah
sebesar Rp. 146.156.280.000. Kemudian keuntungan Bank Tabungan
Negara Syariah yang dibagihasilkan pada bulan tersebut adalah Rp.
1.611.960.000. Berapa keuntungan Nasabah pada bulan tersebut?
Jawab :
Keuntungan Nasabah
= (Saldo rata-rata Nasabah X Keuntungan Bank Syariah X 38%)
Saldo rata-rata bank syariah 31 des 2010
= (Rp. 2.000.000,00 X Rp. 1.611.960.000 X 38%)
Rp 146.156.280.000
= Rp. 8.382
Berarti keuntungan Nasabah yang diperoleh selama bulan
tersebut setelah dikurangi biaya administrasi dari bank sebesar Rp
60
5.000 adalah sebesar Rp. 3.382. per bulan. Dan per tahun akan
menjadi Rp 40.584.
Jadi saat ini dalam hal Aspek pengembalian (return) dalam hal
perhitungan di Bank Tabungan Negara Syariah bagi nasabah jelas
cenderung lebih menguntungkan ketika memakai tabungan yang berakad
Wadi’ah Yad Dhamanah dari pada tabungan yang berakad Mudharabah
Mutlaqah dalam jangka yang pendek. Hal ini jelas terlihat ketika
keuntungan pada tabungan yang berakad Wadi’ah Yad Dhamanah lebih
besar dari pada tabungan yang berakad Mudharabah Mutlaqah yaitu
sebesar Rp 79.999,92 per tahun
2. Aspek Biaya
Biaya merupakan harga bauran pemasaran dengan kedudukan
khusus. Untuk mengembangkan produk, branding dan menambah fitur
tentu memerlukan uang untuk biaya riset dan sebagainya. Disamping
untuk menyukseskan program pemasaran, tak berlebihan bila kita
mengatakan unsur harga ini menentukan hidup matinya perusahaan. Jadi,
biaya ini adalah bisa dikatakan jumlah keseluruhan nilai yang
dipetukarkan konsumen untuk manfaat atas produk dan jasa 45
45 M. Taufik Amir, Dinamika Pemasaran, (Jakarta : PT RajaGrafindoPersada, 2005) Hlm.161
61
Dalam hal ini bentuk perbandingan antara tabungan Wadi’ah Yad
Dhamanah dengan Mudharabah Mutlaqah dalam aspek biaya adalah
sebagai berikut:
1) Tabungan yang berakad Wadi’ah Yad Dhamanah
Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh nasabah ketika membuat
tabungan ini adalah sebagai berikut:
a) Saldo minimal yang harus dilakukan nasabah ketika membuat
tabungan ini adalah sebesar Rp 50.000
b) Minimum setoran awal yang harus dilakukan nasabah ketika
membuat tabungan ini adalah sebesar Rp 50.000
c) Minimum setoran seterusnya yang harus dilakukan nasabah ketika
membuat tabungan ini adalah sebesar Rp 10.000
d) Tidak ada Biaya pembuatan tabungan yang harus dilakukan
nasabah ketika membuat tabungan ini.
e) Tidak ada biaya administrasi per bulan yang harus dilakukan
nasabah ketika membuat tabungan ini
f) Biaya tutup rekening yang harus dilakukan nasabah ketika
membuat tabungan ini adalah sebesar Rp 20.000
2) Tabungan yang berakad Mudharabah Mutlaqah
Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh nasabah ketika membuat
tabungan ini adalah sebagai berikut:
62
a) Saldo minimal yang harus dilakukan nasabah ketika membuat
tabungan ini adalah sebesar Rp 100.000
b) Minimum setoran awal yang harus dilakukan nasabah ketika
membuat tabungan ini adalah sebesar Rp 100.000
c) Minimum setoran seterusnya yang harus dilakukan nasabah ketika
membuat tabungan ini adalah sebesar Rp 50.000
d) Tidak ada biaya pembuatan tabungan yang harus dilakukan
nasabah ketika membuat tabungan ini
e) Biaya administrasi per bulan yang harus dilakukan nasabah ketika
membuat tabungan ini adalah sebesar Rp 5.000
f) Biaya tutup rekening yang harus dilakukan nasabah ketika
membuat tabungan ini adalah sebesar Rp 40.00046
Jadi saat ini dalam hal aspek biaya yang dikeluarkan dalam hal
kegiatan transaksi di Bank Tabungan Negara Syariah bagi nasabah
jelas cenderung lebih menguntungkan ketika memakai tabungan yang
berakad Wadi’ah Yad Dhamanah dari pada tabungan yang berakad
Mudharabah Mutlaqah. Hal ini dibuktikan pada saat saldo minimal,
setoran awal, setoran seterusnya, biaya administrasi dan biaya tutup
rekening yang yang ada pada tabungan yang berakad Wadi’ah Yad
46 Hanan Wihasto,Kepala Departemen pada Bank Tabungan Negara Syariah Cabang
Harmoni, Wawancara Pribadi, Tanggal 29 juli 2011.
63
Dhamanah jauh lebih murah dibandingkan dengan tabungan yang
berakad Mudharabah Mutlaqah.
3. Aspek Pertumbuhan
Menurut Prof. Simon Kuznets, mendefinisikan pertumbuhan
ekonomi sebagai ”kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu
negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi
kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan
teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan idiologis yang
diperlukannya. Definisi ini mempunyai tiga komponen: pertama,
pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara
terus-menerus persediaan barang; kedua,teknologi maju merupakan faktor
dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan
kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk;
ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya
penyesuaian di bidang kelembagaan dan idiologi sehingga inovasi yang
dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan
secara tepat.
Dalam hal ini bentuk perbandingan antara tabungan Wadi’ah Yad
Dhamanah dengan Mudharabah Mutlaqah dalam aspek pertumbuhan
adalah sebagai berikut :
64
1) Tabungan yang berakad Wadi’ah Yad Dhamanah
Kenaikan dana pihak ketiga nasabah yang memakai tabungan
yang berakad Wadi’ah Yad Dhamanah Dari tahun 2008 sampai
dengan tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 45.425,97(dlm
jutaan) rupiah.
2) Tabungan yang berakad Mudharabah Mutlaqah
Kenaikan dana pihak ketiga nasabah yang memakai tabungan
Mudharabah Mutlaqah Dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010
mengalami peningkatan sebesar 69.776,28 (dlm jutaan) rupiah.
Jadi pada saat ini dalam hal aspek pertumbuhan dana pihak ketiga
bagi nasabah lebih menguntungkan tabungan yang menggunakan akad
Mudharabah Mutlaqah dibandingkan dengan tabungan yang
menggunakan akad Wadi’ah Yad Dhamanah dalam jangka panjang di
Bank Tabungan Negara Syariah. Hal ini jelas dibuktikan dari jumlah
peningkatan dana pihak ketiga pada tabungan yang berakad Mudharabah
Mutlaqah jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tabungan yang berakad
Wadi’ah Yad Dhamanah yaitu sebesar 69.776,28 (dlm jutaan) rupiah.
4. Aspek Sosial
Nilai-nilai sosial jelas memiliki pengaruh terhadap pembentukan
gaya hidup di dalam suatu pemasaran. Kadang-kadang gaya hidup ada
yang mendadak berubah dan perubahan ini selalu diantisipasi dan setiap
individu pada dasarnya sangat mendapatkan pengaruh dari orang-orang
65
disekitar saat membeli suatu barang baik berupa produk maupun jasa.
Oleh karena itu setiap orang memiliki rumusan diri sendiri ketika ia
melihat dan mengaitkan dirinya dengan orang lain disekitarnya47
.
Dalam hal ini bentuk perbandingan antara tabungan Wadi’ah Yad
Dhamanah dengan Mudharabah Mutlaqah dalam aspek sosial adalah
sebagai berikut:
1) Tabungan yang berakad Wadi’ah Yad Dhamanah
Dalam hal Tabungan yang berakad Wadi’ah Yad Dhamanah
ini terbagi dalam dua nama jenis produk yaitu Tabungan Batara IB
yang merupakan Produk Tabungan sebagai media penyimpanan dana
dalam rupiah dengan menggunakan akad sesuai syariah yaitu Wadi’ah
Yad Dhamanah, bank tidak menjanjikan bagi hasil tetapi dapat
memberikan bonus yang menguntungkan dan bersaing bagi nasabah.
Selain itu, terdapat juga nama jenis TabunganKu IB yang merupakan
produk tabungan perorangan dengan syarat yang mudah dan ringan
yang diterbitkan secara bersama-sama oleh bank-bank di Indonesia
guna menumbuhkan budaya menabung serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
47 M. Taufik Amir, Dinamika Pemasaran, (Jakarta : PT RajaGrafindoPersada, 2005) Hlm 34
66
2) Tabungan yang berakad Mudharabah Mutlaqah
Dalam hal Tabungan yang berakad Mudharabah Mutlaqah ini
hanya memiliki satu nama jenis produk yaitu Tabungan Investa Batara
IB Tabungan Investa Batara IB yang merupakan Produk Tabungan
sebagai media penyimpanan dana dalam rupiah dengan menggunakan
akad sesuai syariah yaitu Mudharabah Mutlaqah, bank menjanjikan
bagi hasil yang menguntungkan dan bersaing bagi nasabah atas
simpanannya
Jadi saat ini dalam hal Aspek sosialisasi nama jenis produk di
Bank Tabungan Negara Syariah bagi nasabah jelas lebih banyak mengacu
kepada tabungan yang berakad Wadi’ah Yad Dhamanah dikarenakan
memiliki nama jenis produk yang lebih banyak dari pada tabungan yang
berakad Mudharabah Mutlaqah dikarenakan meningkatkan budaya
menabung kepada masyarakat yang belum memiliki tabungan khususnya.
5. Aspek Resiko
Di dalam perbankan terdapat dua peran utama bank yang menjadi
porsi utama yaitu yang menyangkut perannya sebagai lembaga
kepercayaan masyarakat dan sebagai agen pembangunan dalam
perekonomian. Resiko adalah peluang kemungkinan terjadinya sebuah
kerugian baik dalam hal benda yang berwujud maupun tidak. Oleh karena
itu dari sudut pandang ank didefinisikan sebagai peluang dari
kemungkinan terjadinya situasi yang memburuk. Banyak peristiwa yang
67
dapat terjadi kapan saja, menimpa bank mana saja dan di mana saja.
Peristiwa itu dapat pula berawal dari dalam diri bank sendiri ataupun dari
luar bank.48
Dalam hal ini bentuk perbandingan antara tabungan Wadi’ah Yad
Dhamanah dengan Mudharabah Mutlaqah dalam aspek resiko adalah
sebagai berikut:
1) Tabungan yang berakad Wadi’ah Yad Dhamanah
Resiko-resiko yang ada pada tabungan yang berakad Wadiah
Yad Dhamanah adalah sebagai berikut:
a) Resiko motivasi agama yaitu akan mengakibatkan masyarakat
muslim yang menabung tabungan di bank syariah hanya
memikirkan tidak terkena oleh dosa saja
b) Resiko kelebihan likuiditas yaitu yang diakibatkan Semakin
berbondong-bondongnya umat islam memanfaatkan fasilitas
tabungan Wadi’ah, sementara belum tersedia proyek-proyek yang
bisa dibiayai sebagai akibat dari kurangnya tenaga-tenaga
professional yang siap pakai, maka bank akan menghadapi resiko
masalah kelebihan likuiditas.
48 H. Masyhud Ali, Manajemen Resiko Strategi Perbankan dan Dunia Usaha Menghadapi
Tantangan Globalisasi Bisnis (Jakarta : PT RajaGrafindoPersada 2006) Hlm.3
68
c) Resiko tidak ada peminat yang diakibatkan oleh bank yang terus
menerus hanya memberikan bonus yang relatif kecil dengan
adanya jumlah nasabah yang semakin banyak
d) Resiko mempermainkan keuntungan yaitu yang dikabibatkan oleh
bank yang bisa mengubah-ubah binus yang akan diberikan kepada
nasabahnya pada waktu kapanpun.
e) Resiko sistem informasi yaitu yang diakibatkan oleh sistem
opersional yang tidak update dapat mengakibatkan kesalahan
informasi kepada nasabah yang sudah menabung di tabungan ini.
f) Resiko hukum yaitu diakibatkan oleh tabungan yang memberikan
bonus tetapi bonus ini tidak diperjanjikan. Apabila bank memiliki
aspek hukum yang lemah. Maka ini akan menimbulkan resiko
hukum yang besar ketika nasabah mengharuskan keuntungan yang
besar dengan melakukan berbagai macam tuntutan
2) Tabungan yang berakad Mudharabah Mutlaqah
Resiko-resiko yang ada pada tabungan yang berakad Wadiah
Yad Dhamanah adalah sebagai berikut:
a) Resiko pengawasan individu yaitu yang diakibatkan oleh nasabah
yang tidak professional dalam mengerjakan usahanya maka selain
merugikan bank, maka bank akan kesulitan memberian sanksi
karena pada bank syariah seharusnya tidak mengenal adanya
bunga, denda keterlambatan, commitment fee dan sebagainya.
69
b) Resiko ketelitian dalam perhitungan yaitu kerugian yang
diakibatkan oleh banyaknya investasi yang dilakukan nasabah
dengan berbagai macam perhitungan yang berbeda-beda antara
masing-masing individu yang melakukan kegiatan ekonominya
c) Resiko hubungan antar individu yaitu yang diakibatkan oleh
investasi kelompok, dimana mereka tidak saling mengenal. Jadi
kecil sekali kemungkinannya terjadi hubungan yang langsung dan
personal sehingga menimbulkan resiko kecurangan yang dilakukan
pelaku usaha yang tentu dapat merugikan bank.
d) Resiko ketidak percayaan yaitu yang diakibatkan oleh bank yang
terus-menerus mengalami kerugian dalam bisnisnya untuk
mendapatkan keuntungan dalam jangka waktu yang lama sehingga
masyarakat tidak mau menabung di bank tersebut
e) Resiko krisis likuiditas yaitu yang diakibatkan oleh bank yang reus
mempergunakan dananya untuk pembiayaan mudharabah sehingga
tidak memiliki cadangan untuk likuiditasnya
f) Resiko hukum yaitu yang diakibatkan oleh terjadinya perselisihan
antara bank dengan nasabah ketika nasabah tidak puas dengan bagi
hasil yang didapat sehingga nasabah mengajukan berbagai macam
tuntutan
g) Resiko hanya membela kalangan yang memiliki ekonomi atas
yaitu yang diakibatkan oleh ketika banyaknya orang yang
70
menabung maka bank cenderung bank akan lebih mementingkan
atau memproritaskan orang yang menaruh uangnya dalam jumlah
yang banyak dari pada yang dikit.hal ini jelas bertentangan dengan
prinsip syariah tentunya
h) Resiko kerugian dalam bisnis yaitu yang diakibatkan oleh fungsi
manajemen yang tidak professional yang dapat menyebabkan
kalah dalam persaingan bisnis di dalam kegiatan ekonomi investasi
tersebut.49
Jadi saat ini dalam hal Aspek resiko kegiatan transaksi bagi
nasabah jelas lebih besar resikonya yang ada pada tabungan yang berakad
Mudharabah dari pada tabungan yang berakad Wadi’ah di Bank
Tabungan Negara Syariah. Hal ini jelas terlihat ketika Keamanan uang
yang ada pada tabungan yang berakad Wadi’ah Yad Dhamanah dapat
dijamin oleh bank sebesar 100% di karenakan Wadi’ah Yad Dhamanah
merupakan prinsip titipan yang harus bisa di pertanggung jawabkan oleh
Bank Tabungan Negara Syariah tersebut
6. Aspek Promosi
Promosi merupakan suatu usaha dari pemasar dalam
menginformasikan dan mempengaruhi orang atau pihak atau pihak lain
sehingga tertarik untuk melakukan transaksi atau pertukaran produk
49 Adiwarman, Karim. Bank Islam dan Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta, Rajawali Pers,
2009 Hlm. 278
71
barang atau jasa yang dipasarkannya.50
Promosi penjualan pada pemasaran
ini yang seperti periklanan yang mempunyai banyak varian, kupon,
hadiah, diskon dan lain-lain mempunyai ciri yaitu memberikan informasi
kepada pelanggan tentang program yang menarik yang harus diikuti
konsumen. Biasanya tenggang waktu sedikit dan mengharapkan respon
yang segera dari konsumen. Jadi ini bertujuan untuk meningkatkan
penjualan produk dengan memberikan berbagai insentif dan biasanya
diarahkan kepada konsumen akhir.51
Jadi, promosi merupakan perencanaan kegiatan komunikasi
informal dari produsen kepada konsumen untuk mempengaruhi sikap dan
perilaku, baik individu maupun organisasi terlebih dahulu, dalam
melakukan kegiatan diperlukan suau rencana yang matang karena
merupakan proses dasar yang dipergunakan untuk memilih tujuan dan
menentukan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut. Penggolongan
promosi ada dua yaitu Promosi kelembagaan yang dimaksud untuk
membangun reputasi nama baik suatu perusahaan. Tujuannya adalah
menonjolkan gambaran dan suatu perusahaan. bukan gambaran dari suatu
produk khusus. Dan juga promosi produk yang dimaksudkan untuk
mendorong peningkatan konsumsi atau penggunaan suatu produk tertentu.
50 Organisasi Komunitas & Perpustakaan Online Indonesia, “ Definisi Pengertian Promosi”,
Artikel diakses pada 20 juni 2011 dari http://Organisasi.Org/definisi-pengertian-promosi-fungsi-
tujuan-bauran-promosi-promosional-mix-produk 51 M. Taufik Amir, Dinamika Pemasaran, (Jakarta : PT RajaGrafindoPersada, 2005)
Hlm.235
72
Suatu produk dan merek baru perlu dijual dengan mengadakan promosi
khusus.52
Dalam hal ini bentuk perbandingan antara tabungan Wadi’ah Yad
Dhamanah dengan Mudharabah Mutlaqah dalam aspek promosi adalah
sebagai berikut:
1) Tabungan yang berakad Wadi’ah Yad Dhamah
promosi yang dikeluarkan oleh bank ketika nasabah membuat
tabungan Batara IB adalah sebagai berikut:
a) Apabila nasabah melakukan setoran awal sebesar Rp 1.000.000
maka nasabah akan mendapatkan HP Case.
b) Apabila nasabah melakukan setoran awal sebesar Rp 5.000.000
maka nasabah akan mendapatkan sebuah boneka.
c) Apabila nasabah melakukan setoran awal sebesar Rp 10.000.000
maka nasabah akan mendapatkan Sportbag.
d) Apabila nasabah melakukan setoran awal sebesar Rp 15.000.000
maka nasabah akan mendapatkan tufferware.
e) Nasabah sudah di daftarkan asuransi jiwa oleh pihak bank dan
preminya di tanggung oleh bank.
Promosi yang dikeluarkan oleh bank ketika nasabah membuat
TabungaKu IB adalah sebagai berikut:
52 Basu Swasta dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern (Yogyakarta: Penerbit Liberty,
2005), h. 351.
73
1) Apabila nasabah melakukan setoran awal sebesar Rp. 1000.000.,
maka nasabah akan mendapatkan tempat pensil.
2) Jika nasabah melakukan setoran awal sebesar Rp. 5.000.000.,
maka nasabah akan mendapatkan buku.
3) Jika nasabah melakukan setoran awal sebesar Rp. 10.000.000.,
maka nasabah akan mendapatkan tempat minum.
4) Jika nasabah melakukan setoran awal sebesar Rp. 15.000.000.,
maka Nasabah akan mendapatkan jam.
2) Tabungan yang berakad Mudharabah Mutlaqah
promosi yang dikeluarkan oleh bank ketika nasabah membuat
Tabungan Investa Batara IB adalah sebagai berikut:
a) Apabila nasabah melakukan setoran awal sebesar Rp 1.000.000
maka nasabah akan mendapatkan sebuah gantungan kunci.
b) Apabila nasabah melakukan setoran awal sebesar Rp 5.000.000
maka nasabah akan mendapatkan kalender.
c) Apabila nasabah melakukan setoran awal sebesar Rp 10.000.000
maka nasabah akan mendapatkan sebuah kaos.
d) Apabila nasabah melakukan setoran awal sebesar Rp 15.00.000
maka nasabah akan mendapatkan jam dinding.
74
promosi yang dikeluarkan oleh bank ketika nasabah membuat
Tabungan Baitullah Batara IB adalah sebagai berikut:
1) Apabila nasabah melakukan setoran awal sebesar Rp. 1000.000.,
maka nasabah akan mendapatkan sebuah tasbih.
2) Jika nasabah melakukan setoran awal sebesar Rp. 5.000.000.,
maka nasabah akan mendapatkan sajadah.
3) Jika nasabah melakukan setoran awal sebesar Rp. 10.000.000.,
maka nasabah akan mendapatkan dompet pasport.
4) Jika nasabah melakukan setoran awal sebesar Rp. 15.000.000.,
maka nasabah akan mendapatkan perlengkapan haji.53
Jadi saat ini dalam hal aspek promosi jenis produk di Bank
Tabungan Negara Syariah bagi nasabah jelas cenderung lebih
menguntungkan ketika memakai tabungan yang berakad Wadi’ah Yad
Dhamanah dari pada tabungan yang berakad Mudharabah Mutlaqah. Hal
ini terlihat jelas ketika Bank Tabungan Negara Syariah memberikan
bentuk promosi kepada nasabah yang membuat tabungan berakad
Wadi’ah Yad Dhamanah dengan nilai bentuk promosi yang lebih tinggi
harganya dibandingkan dengan nasabah yang membuat tabungan berakad
Mudharabah Mutlaqah.
53 Hanan Wihasto,Kepala Departemen pada Bank Tabungan Negara Syariah Cabang
Harmoni, Wawancara Pribadi, Tanggal 29 juli 2011.
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian penjelasan dan analisa di atas sebagai hasil penelitian yang
berkenaan dengan tingkat kompetitif antara tabungan wadi’ah yad dhamanah
dengan mudharabah mutlaqah di Bank Tabungan Negaa Syariah Cabang
Harmoni, maka sebagai upaya mengakhiri pembahasan skripsi ini, penulis
mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. kekurangan dan kelebihan dari produk tabungan Wadi’ah Yad Dhamanah
dengan Mudharabah Mutlaqah di Bank Tabungan Negara Syariah adalah
keuntungan yang di dapat sama-sama tidak dapat dipastikan secara jelas
dikarenakan bentuk bonus maupun bentuk keuntungan dari bagi hasil
yang berjalan tidak dapat diketahui dengan jelas mengingat keuntungan
yang di dapat selalu berubah-ubah tentunya. Hanya saja perbedaannya
pada tabungan Wadi’ah Yad Dhamanah dana tetap terjamin seluruhnya
sedangkan pada tabungan Mudharabah Mutlaqah dana tidak dapat
dijamin seluruhnya sehingga bisa mengalami kerugian materi dikarenakan
adanya bentuk suatu macam usaha yang bisa menyebabkan kerugian
ketika melakukan kegiatan ekonominya. Sementara itu, Kelebihan yang
dimiliki pada produk tabungan Wadi’ah Yad Dhamanah dengan
Mudharabah Mutlaqah di Bank Tabungan Negara Syariah adalah
76
keduanya sama-sama bisa memajukan perekonomian bagi nasabah yang
menabung di Bank Tabungan Negara Syariah tersebut. hanya saja
perbedaannya pada tabungan Wadi’ah Yad Dhamanah sistem yang
digunakan tidak terlalu menyentuh ke sektor riil dikarenakan bank
menggunakannya hanya sebagai titipan semata yang digunakan sebagian
besar untuk sertifikat Wadi’ah di Bank Indonesia saja. Sedangkan pada
tabungan Mudharabah Mutlaqah sistem yang digunakan lebih menyentuh
sektor riil dikarenakan bentuk usaha yang dilakukan langsung dapat
berhubungan dengan kegiatan jual beli yang ada di dalam lingkungan
masyarakat tersebut sehingga lebih cepat memajukan perekonomian suatu
negara.
2. Faktor-faktor yang menyebabkan salah satu dari produk tersebut lebih
diminati dalam kompetitif adalah dikarenakan oleh faktor intern dan juga
faktor ekstern. Faktor intern yaitu faktor yang bersumber dari Bank
Tabungan Negara Syariah itu sendiri yang terdiri dari aspek pengembalian
(Return), aspek biaya dan aspek promosi. Sementara itu, faktor
ekstern terdiri dari aspek sosial, aspek pertumbuhan dan aspek resiko.
Kemudian berdasarkan analisis yang ada, ternyata produk tabungan
Wadi’ah Yad Dhamanah yang lebih banyak diminati dari pada produk
tabungan Mudharabah Mutlaqah dikarenakan di dalam faktor-faktor
tersebut produk tabungan Wadi’ah Yad Dhamanah tidak merugikan
nasabah dalam hal materi itu sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa dari
77
berbagai faktor-faktor intern dan ekstern yang ada saat ini Bank Tabungan
Negara Syariah tersebut cenderung lebih unggul menggunakan produk
tabungan yang berakad Wadi’ah Yad Dhamanah dari pada produk
tabungan yang berakad Mudharabah Mutlaqah.
B. Saran-saran
Dari hasil studi dan pengkajian yentang observasi yang tertuang dalam
pembahasan skripsi ini, kiranya tidak berlebihan jika penulis mengemukakan
saran-saran sebagai berikut :
1. Kemungkinan besar semua bank mengalami resiko dalam melakukan
pembiayaannya, untuk itu bank Bank Tabungan Negara Syariah perlu
mempersiapkan panduan pengelolaan pembiayaan bermasalah, khususnya
pembiayaan yang berbasis bagi hasil, seperti pembiayaan Mudharabah
karena Mudharabah adalah pembiayaan yang sarat dengan adanya risiko
atau permasalahan yang kemungkinan dapat menyebabkan kerugian pada
tabungan Mudharabah itu sendiri.
2. Penyebab terjadinya kerugian pada tabungan Mudharabah adalah
kurangnya pengetahuan dan komunikasi di antara manajemen bank dan
nasabah pengguna pembiayaan tersebut, oleh sebab itu setiap praktisi
Bank Tabungan Negara Syariah diharuskan senantiasa mengupayakan
terciptanya komunikasi yang baik dengan nasabah, agar kebijakan yang
telah ditetapkan dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan kesepakatan
perjanjian kedua belah pihak.
78
3. Dana yang dimiliki oleh Bank Tabungan Negara Syariah bukan hanya
milik pribadi, tetapi juga milik masyarakat. Oleh karena itu, pihak nasabah
hendaknya dapat memahami bahwa penyertaan jaminan dalam akad
Mudharabah hanya untuk menghindari moral negative nasabah dalam
menjalankan kerja sama pada pembiayaan Mudharabah
1
DAFTAR PUSTAKA
A.B. Susanto dan Himawan Wijanarko, Power Branding: Membangun Merek Unggul
dan Organisasi Pendukungnya, (Jakarta: PT Mizan Publika, 2004)
Al Arif, Nur Riyanto, Dasar –Dasar Pemasaran Bank Syariah. Bandung: Alfabeta,
2010
Alex, Denni, “ Human Capital Index Untuk Era Pengetahuan “. Artikel diakses dari
http : // www.dunamis.co.id pada tanggal 3 februari 2011
Algaoud, Latifa M. dan Mervyn K. Lewis. Perbankan Syariah Prinsip, Praktek, dan
Prospek. Jakarta : PT Serambi Ilmu Semesta, 2001
Amin Suma Muhammad, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi Dan Keuangan
Islam (Jakarta : Kholam Publishing, Februari 2008), .
Anshori, Abdul Ghofur, Perbankan Syariah di Indonesia, Yogyakarta: Gadjah Mada
Universiti Press, 2007,
Antonio, M. Syafii. Bank syariah: teori dan praktik. Jakarta: Gema Insani Press.
2001
Ascarya. Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta : PT RajaGrafindo Perssada, 2008
Bilson Simamora, Remarketing For Business Recovery, (Jakarta: PT Gramedia
Utama Pustaka, 2001)
Consuelo G Sevilla. Pengantar Metode Penelitian. (Jakarta: UII Press, 1993).
Dampak Krisis Keuangan Global Terhadap Indonesia”,Republika, .
2
Dewi, Gemala. Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di
Idonesia. Jakarta : Kencana, 2007.
Diambil dari laporan Tahunan Bank Tabungan Negara Syariah Tahun 2010, Annual
Report/Laporan Tahiun 2010. Bank Tabungan Negara Syariah
Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Kebijakan Akselerasi Pengembangan
Perbankan Syariah 2007-2008, (Jakarta: Direktorat Perbankan Syariah
Bank Indonesia, 2006),
Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Statistik Perbankan Syariah
september 2010, (Jakarta: Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia,
2010),
Ety Rochaety, dkk. Metodologi Penelitian Bisnis Dengan Aplikasi SPSS. Jakarta :
Penerbit Mitra Wacana Media, 2009
Faisal Baasir, Indonesia Pasca krisis: Catatan positif dan Ekonomi (Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 2004),
Ganesh, Jaishankar, Mark J Arnold, dkk, (2000). Understanding the Customers Base
of Service Provider: an Examination of the Differences Between
Switchers and Stayers. Journal of Marketing. Vol. 64.
Hanan Wihasto,Kepala Departemen pada Bank Tabungan Negara Syariah Cabang
Harmoni, Wawancara Pribadi, Tanggal 29 juli 2011.
Hartanto Widodo, dkk, Panduan Praktis Operasional Baitul Ma>l Wat Tamwil,
terj.Bandung, Mizan, 1999
3
Heri, Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan ilustrasi.
Yogyakarta: Ekosinia, 2008.
Ipah Farihah. Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. (Jakarta:
UIN Jakarta Press, 2006).
Iqbal, Muhamad. Dinar Solution Dinar Sebagai Solusi. Jakarta : Gema Insani. 2008
Karnaen A. Perwataatmadja, Membumikan Ekonomi Islam di Indonesia, (Depok:
Usaha Kami, 1996), Cet ke-1,
Karim, Adiwarman. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta :PT
RajaGrafindo Persada, 2004.
Kuncoro, mudrajad, “Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif “. (jakarta :
erlangga 2009)
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. Metode Penelitian Survai. Cet. XVII, februari
2006. (Jakarta : lP3ES, 1989)
Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif. (Jakarta
: Rajaeali Pers PT RajaGrafindoPersada, 2008).
Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Prenada
Media Group, 2007),
Muslehuddin, Muhammad, Sistem Perbankan dalam Islam. Jakarta: PT Rineka Cipta,
2004.
M.Amin Azis, Mengembangkan Bank Islam di Indonesia, (Jakarta: Bangkit, 1990),
Nugroho J Setiadi, Perilaku Konsumena: Konsep dan Implikasi Untuk Strategi dan
Penelitian Pemasaran, (Jakarta: Kencana, 2003)
4
Prasetyo Bambang dan Miftahul Jannah Lina, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta
: PT RajaGrafindoPersada), 2006
Resa Kusuma Wardana, Makalah fiQih muamalah, 2005,
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid 3, Bandung, PT. Al-Maarif, 1987
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian, cet. Ke – 12 ( jakarta : PT Rineka Cipta ),
2002
Soeratno dan Lincolin Arsyad, Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis.
(Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Akedemi Manajemen
Perusahaan YKPN, 2003)
Sumitro, Warkum. Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait
(BAMUI & TAKAFUL) di Indonesia. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,
1997.
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, ( jakarta : Zikrul
Hakim,juli 2003 ).
Susilo, Y. Sri, et.al, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Jakarta: Salemba Empat,
2000.
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Cet-XXI, (Yogyakarta, Andi Offset, 1992),
Taufik Tatang, “ Daya Saing Pada Tingkat Mikro “. Artikel diakses dari http : //
sistem – inovasi.blogspot.com pada tanggal 3 februari 2011
Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Konsep, Produk
dan Implementasi Operasional Bank Syariah, (Jakarta: Djambatan, 2002),
5
Wika, “ Implementasi Teknologi untuk keunggulan kompetitif dalam operasional
perusahaa”. Artikel diakses dari http : //wika bogspot.com pada tanggal 3
februari 2011
Hasil Wawancara Bank Tabungan Negara Syariah
1. Apa visi dari Bank Tabungan Negara Syariah?
- Adalah Menjadi Strategic Business Unit BTN yang sehat dan terkemuka dalam
penyediaan jasa keuangan syariah dan mengutamakan kemaslahatan bersama.
2. Apa misi dari Bank Tabungan Negara Syariah?
- Adalah Mendukung pencapaian sasaran laba usaha BTN, Memberikan pelayanan jasa
keuangan Syariah yang unggul dalam pembiayaan perumahan dan produk serta jasa
keuangan Syariah terkait sehingga dapat memberikan kepuasan bagi nasabah dan
memperoleh pangsa pasar yang diharapkan.
3. Di dalam Bank Tabungan Negara Syariah terdapat tabungan yang berprinsip Wadiah Yad
Dhamanah dan tabungan yang berprinsip Mudharabah Mutlaqah. Dalam hal ini, apakah
anda yang menentukan pilihan atau anda memberikan pilihan kepada konsumen ketika
konsumen ingin membuat tabungan di Bank Tabungan Negara Syariah?
- Yang menentukan pilihan adalah konsumen, pihak bank hanya memberikan informasi
dan pelayanan ketika konsumen ada yang tidak mengerti.
4. Selama ini apakah ada ketidakpuasan nasabah terhadap tabungan Bank Tabungan Negara
Syariah baik dalam akad yang berprinsip Wadiah Yad Dhamanah maupun yang berprinsip
Mudharabah Mutlaqah?
- Tidak ada
5. Jenis tabungan apa yang paling banyak diminati nasabah?
- Wadi’ah Yad Dhamanah
6. Bagaimana perspektif anda tentang Wadiah Yad Dhamanah?
- yaitu akad penitipan dana dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik
dana dapat memanfaatkan dana titipan dan harus bertanggung jawab terhadap kehilangan
atau kerusakan dana titipan . semua manfaat dan keuntungan yang diperoleh dalam
penggunaan dana tersebut di bidang surat berharga syariah dan lainnya yang menjadi hak
penerima titipan.
7. Bagaimana perspektif anda tentang Mudharabah Mutlaqah?
- yaitu perjanjian antara pemilik modal yang memiliki uang atau barang dengan pengusaha
(entrepreneur). Dimana pemilik modal bersedia membiayai sepenuhnya suatu proyek
atau usaha dan pengusaha setuju untuk mengelola proyek tersebut dengan pembagian
hasil sesuai dengan perjanjian
8. Bagaimana prosedur dan persyaratan dari Tabungan Batara IB yang berprinsip Wadiah Yad
Dhamanah?
- Saldo minimal = Rp 50.000,-
- Minimum setoran awal = Rp 50.000,-
- Minimum setoran seterusnya = Rp 10.000,-
- Biaya pembuatan tabungan = tidak ada biaya pembuatan tabungan
- Administrasi per bulan = tidak ada biaya administrasi per bulan
- Biaya tutup rekening = Rp 20.000,-
- Lain-lain = dana dijamin sepenuhnya sehingga tidak berdampak
sistemik Dan untuk mendukung transaksi perbankan
syariah saat ini sedang dikembangkan fasilitas internet
bangking, mobile bangking, penambahan ATM,
melakukan penyempurnaan agar bisa menjangkau ke
sektor riil, serta terus memberikan informasi kepada
masyarakat tentang tabungan Wadi’ah
9. Bagaimana prosedur dan persyaratan dari Tabungan Investa Batara IB yang berprinsip
Mudharabah Mutlaqah?
- Saldo minimal = Rp 100.000,-
- Minimum setoran awal = Rp 100.000,-
- Minimum setoran seterusnya = Rp 50.000,-
- Biaya pembuatan tabungan = tidak ada biaya pembuatan tabungan
- Administrasi per bulan = Rp 5.000,-
- Biaya tutup rekening = Rp 40.000,-
- Lain-lain = keuntungan semakin bertambah dan untuk mendukung
transaksi perbankan syariah saat ini sedang
dikembangkan fasilitas internet bangking, mobile
bangking, penambahan ATM, Melakukan analisis yang
up to date sehingga sangat mendetail agar setiap bisnis
antar indvidu dapat diketahui, meminimalisir kerugian
yang ada, lebih menyentuh sector riil, jangka waktu
yang tidak terlalu lama serta terus memberikan informasi
kepada masyarakat tentang tabungan Mudharabah
10. Bagaimana prosedur dan persyaratan dari Tabungan Baitullah Batara IB yang berprinsip
Mudharabah Mutlaqah?
- Saldo minimal = Rp 100.000,-
- Minimum setoran awal = Rp 100.000,-
- Minimum setoran seterusnya = Rp 100.000,-
- Biaya pembuatan tabungan = tidak ada biaya pembuatan tabungan
- Administrasi per bulan = tidak ada biaya administrasi per bulan
- Biaya tutup rekening = Rp 40.000,-
- Lain-lain = keuntungan semakin bertambah dan untuk mendukung
transaksi perbankan syariah saat ini sedang
dikembangkan fasilitas internet bangking, mobile
bangking, penambahan ATM, memudahkan
perencanaan untuk melakukan ibadah haji, jangka waktu
yang tidak terlalu lama serta terus memberikan informasi
kepada masyarakat tentang tabungan Mudharabah.
11. Bagaimana prosedur dan persyaratan dari TabunganKu IB yang berprinsip Wadi’ah Yad
Dhamanah?
- Saldo minimal = Rp 20.000,-
- Minimum setoran awal = Rp 20.000,-
- Minimum setoran seterusnya = Rp 10.000,-
- Biaya pembuatan tabungan = tidak ada biaya pembuatan tabungan
- Administrasi per bulan = tidak ada biaya administrasi per bulan
- Biaya tutup rekening = Rp 20.000,-
- Lain-lain = dana dijamin sepenuhnya sehingga tidak berdampak
sistemik Dan untuk mendukung transaksi perbankan
syariah saat ini sedang dikembangkan fasilitas internet
bangking, mobile bangking, penambahan ATM,
melakukan penyempurnaan agar bisa menjangkau ke
sektor riil, selalu memudahkan siswa untuk menabung
sehingga dapat meningkatkan budaya menabung serta
terus memberikan informasi kepada masyarakat tentang
tabungan Wadi’ah
12. Bagaimana bentuk promosi yang ada pada saat ini dari Tabungan Batara IB yang berprinsip
Wadi’ah Yad Dhamanah?
- Apabila nasabah melakukan setoran awal sebesar Rp. 1000.000., maka nasabah akan
mendapatkan HPcase.
- Jika nasabah melakukan setoran awal sebesar Rp. 5.000.000., maka nasabah akan
mendapatkan sebuah boneka.
- Jika nasabah melakukan setoran awal sebesar Rp. 10.000.000., maka nasabah akan
mendapatkan sebuah Sportbag.
- Jika nasabah melakukan setoran awal sebesar Rp. 15.000.000., maka nasabah akan
mendapatkan Tufferware.
- Nasabah sudah di daftarkan asuransi jiwa oleh pihak Bank dan preminya di tanggung
oleh Bank.
13. Bagaimana bentuk promosi yang ada pada saat ini dari Tabungan Investa Batara IB yang
berprinsip Mudharabah Mutlaqah?
- Apabila nasabah melakukan setoran awal sebesar Rp. 1000.000., maka nasabah akan
mendapatkan sebuah gantungan kunci.
- Jika nasabah melakukan setoran awal sebesar Rp. 5.000.000., maka nasabah akan
mendapatkan kalender.
- Jika nasabah melakukan setoran awal sebesar Rp. 10.000.000., maka nasabah akan
mendapatkan sebuah kaos.
- Jika nasabah melakukan setoran awal sebesar Rp. 15.000.000., maka nasabah akan
mendapatkan jam dinding.
- Nasabah sudah di daftarkan kepada program Bantuan Pengembangan Operasi.
14. Bagaimana bentuk promosi yang ada pada saat ini dari Tabungan Baitullah Batara IB yang
berprinsip Mudharabah Mutlaqah?
- Apabila nasabah melakukan setoran awal sebesar Rp. 1000.000., maka nasabah akan
mendapatkan sebuah tasbih.
- Jika nasabah melakukan setoran awal sebesar Rp. 5.000.000., maka nasabah akan
mendapatkan sajadah.
- Jika nasabah melakukan setoran awal sebesar Rp. 10.000.000., maka nasabah akan
mendapatkan dompet pasport.
- Jika nasabah melakukan setoran awal sebesar Rp. 15.000.000., maka nasabah akan
mendapatkan perlengkapan haji.
15. Bagaimana bentuk promosi yang ada pada saat ini dari TabunganKu IB yang berprinsip
Wadi’ah Yad Dhamanah?
- Apabila nasabah melakukan setoran awal sebesar Rp. 1000.000., maka nasabah akan
mendapatkan tempat pensil.
- Jika nasabah melakukan setoran awal sebesar Rp. 5.000.000., maka nasabah akan
mendapatkan buku.
- Jika nasabah melakukan setoran awal sebesar Rp. 10.000.000., maka nasabah akan
mendapatkan tempat minum.
- Jika nasabah melakukan setoran awal sebesar Rp. 15.000.000., maka Nasabah akan
mendapatkan jam.
16. Bagaimana asumsi perhitungan Bonus dengan memakai Tabungan Batara IB?
- Bonus tidak diperjanjikan oleh bank melainkan kebijakan bank Tabungan Negara Syariah
sendiri apakah akan memberikan bonus atau tidak. Saat ini Bank Tabungan Negara
Syariah memberikan bonus sebesar 4 %.
17. Bagaimana asumsi perhitungan Bagi hasil dengan memakai Tabungan Investa Batara IB?
Jawab :
- Keuntungan Nasabah yaitu =
(Saldo rata-rata Nasabah X Keuntungan Bank Syariah X nisbah untuk nasabah)
Saldo rata-rata bank syariah