SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

177
SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN KHUSUS PADA SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS BAGI PESERTA DIDIK BERKELAINAN FISIK ( Studi Kasus Sekolah Luar Biasa Negeri Parangtambung Makassar) SUSILAWATI Nomor Stambuk :105610395911 PRORAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAAR 2015

Transcript of SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

Page 1: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

SKRIPSI

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN

PENDIDIKAN KHUSUS PADA SEKOLAH LANJUTAN

TINGKAT ATAS BAGI PESERTA DIDIK BERKELAINAN FISIK

( Studi Kasus Sekolah Luar Biasa Negeri Parangtambung Makassar)

SUSILAWATI

Nomor Stambuk :105610395911

PRORAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAAR

2015

Page 2: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN

PENDIDIKAN KHUSUS PADA SEKOLAH LANJUTAN

TINGKAT ATAS BAGI PESERTA DIDIK BERKELAINAN FISIK

( Studi Kasus Sekolah Luar Biasa Negeri Parangtambung Makassar)

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memporoleh Gelar

Sarjana Ilmu Administrasi Negara

Disusun dan diajukan oleh:

SUSILAWATI

Nomor Stambuk :105610395911

Kepada

PRORAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAAR

2015

Page 3: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

PERSETUJUAN

Judul Skripsi Penelitian :Implementasi Kebijakan Pelayanan Pendidikan

Khusus Pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

Bagi Peserta Didik Berkelainan Fisik

(Studi Kasus Sekolah Luar Biasa Negeri Parangta

mbung Makassar)

Nama Mahasiswa : Susilawati

Nomor Stambuk : 105610395911

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Parakkasi Tjaija, M.Si Drs. Muhammad Tahir, M.Si

Mengetahui:

Dekan Ketua Jurusan

Fisipol Universitas Muhammadiyah Ilmu Administrasi Negara

Dr. H. Muhlis Madani, M. Si Dr. Burhanuddin S.Sos., M.Si

Page 4: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

PENERIMAAN TIM

Telah diterima oleh TIM penguji skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Makassar, berdasarkan Surat Keputusan/Undangan

menguji ujian skripsi dekan Fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar, Nomor:

0894/FSP/A.I-VIII/V/36/2015 sebagai salah satu syarat untuk memporoleh gelar

sarjana ( S.1) dalam program studi Ilmu Administrasi Negara Di Makassar pada hari

Selasa tanggal 5 (lima) bulan 5 (lima) tahun 2015.

TIM PENILAI

Ketua, Sekretaris

Dr. H. Muhlis Madani, M.Si Drs. H. Muhammad Idris, M.Si.

Penguji:

1. Drs. H. Parakkasi Tjaija, M..Si (ketua) ( )

2. Dr. H. Lukman Hakim, M.Si ( )

3. Drs. Ruskin Azikin, M.M ( )

4. Drs. Muhammad Tahir, M.Si ( )

Page 5: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasisiwa : Susilawati

Nomor Stambuk : 105610395911

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa

bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan

plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila kemudian hari

pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai

aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, 30 Maret 2015

Yang menyatakan,

Susilawati

Page 6: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

ABSTRAK

SUSILAWATI. Implementasi Kebijakan Pelayanan Pendidikan Khusus Pada

Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Bagi Peserta Didik Berkelainan Fisik

(Studi Kasus Sekolah Luar Biasa Negeri Parangtambung Makassar) (dibimbing

oleh Parakkasi Tjaija dan Muhammad Tahir).

Permasalahan penelitian tentang implementasi kebijakan pelayanan pendidkan

khusus pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas bagi peserta didik berkelainan fisik

di Sekolah Luar Biasa Negeri Parangtambung Makassar, dengan tujuan penelitian

yaitu untuk mengetahui (1) Untuk mengetahui Bagaimana implementasi kebijakan

pelayanan pendidikan khusus pada sekolah lanjutan tingkat atas bagi peserta didik

berkelainan fisik di sekolah luar biasa negeri parangtambung makassar (2) Untuk

mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi implementasi kebijakan

pelayanan pendidikan khusus Pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Di Sekolah Luar

Biasa Negeri Parangtambung Makassar. Jenis penelitian ini menggunakan

pendekatan Deskriftif kualitatif dan tipe penelitian ini studi kasus. Informan

penelitian di tetapkan yaitu kepala sekolah, staf, bagian sarana dan prasarana, bagian

kesiswaan, bagian Humas, Guru keterampilan,Guru tunagrahita, Guru pendidikan

Agama, Staf administarasi, sekertaris komite, orang tua siswa. Teknik pengumpulan

Data menggunakan wawancara mendalam dengan informan, observasi, dan

Dokumentasi. Teknik analisis data reduksi data, penyajian data penarikan

kesimpulan dan pengabsahan data, member cheking, trianggulasi, eksternal audit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa(1) Implementasi kebijakan pelayanan

pendidikan khusus pada sekolah lanjutan tingkat atas bagi peserta didik berkelainan

fisik di Sekolah Luar Biasa Negeri Parangtambungng Makassar dipengaruhi empat

indikator pelayanan yaitu: (a) Tanggung jawab sudah dilaksanakan dengan baik

tenaga pendidik sesuai dengan disiplin ilmu (b) fasilitas sarana dan prasarana masih

perlu perbaikan dan penambahan kelas (c)kemudahan akses, pelayanan cenderung

tidak mengganggu dan akses keamanan dapat dilihat securitas sudah tertib

administrasi(d) kedisiplinan sesuai dengan konsisitensi waktu yang berlaku.

(2)Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan yaitu:(a) Komunikasi

sudah berjalan dengan baik dengan adanya kordinasi (b) Sumber daya dengan

profesionalisme staf dan keadaan sarana dan prasarana yang menunjang dengan

adanya anggaran dana Bantuan Operasional Sekolah(c) Disposisi sudah terealisasi

sesuai dengan visi dan misi (d) Struktur birokrasi dilaksanakan sesuai standar

operasional prosedur dan adanya penyebarang tangung jawab masing-masing.

Keyword: Implementasi kebijakan pelayanan pendidikan khusus peserta didik

berkelainan fisik.

KATA PENGANTAR

Page 7: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

Alhamdulillah segala bentuk pujian penulis panjatkan hanya kepada allah

SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidahnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skiripsi yang berjudul ” Implementasi kebijakan pelayanan

pendidikan khusus pada sekolah lanjutan tingkat atas bagi peserta didik berkelainan

fisik di sekolah luar biasa negeri parangtambung Makassar.

Skripsi merupakan tugas akhir merupakan tugas akhir yang diajukan untuk

memenuhi syarat dalam memporoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara Pada

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Sosial Politik Universitas Muhammadiyah.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa

adanya pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan

terima kasih.

1. Bapak Drs. H. Parakkasi Tjaija M.Si, selaku Pembimbing I dan Bapak Drs.

Muhammad Tahir M.Si. selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan

waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan.

2. Bapak Dr. Muhlis Madani, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu

Politik Univeritas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Dr. Burhanuddin S.Sos.,M.Si selaku ketua Jurusan Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosil Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah

Makassar.

4. Bapak Drs. Muhammad Idris M.Si, selaku penasehat akademik penulis dari awal

perkuliahan hingga akhir studi.

Page 8: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

5. Seluruh dosen ilmu administrasi Negara dan ilmu administrasi Negara dan ilmu

pemerintahan di Fakultas Ilmu Sosil Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah

Makassar yang telah membekali banyak ilmu kepada penulis.

6. Kedua orang tua tercinta dan segenap keluarga ayahanda Alm. Safaruddin dan

ibunda Husmawati dan kedua adikku Febriani dan Majdan, yang senantiasa

memberikan semangat dan bantuan, baik moril maupun materil. Terima kasih atas

segalah pengorbanan, kesabaran, doa, dukungan dan semangat yang tak ternilai

hingga saat ini.

7. Seluruh teman-teman Seperjuangan dalam perkuliahan teruma kelas A angkatan

2011, Rismawati, Wahyuni, Melani, Martia, Nuryanti, yang tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu.

8. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir

yang penulis tidak bias sebutkan satu persatu.

Semoga Allah Subhana Wata’ala Membalas semua kebaikan dan

melimpahkan rahmat serta hidayahnya kepada semua pihak yang membantu hingga

terselesainya skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan

skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu pada kesempatan ini saran dan

kriktik yang sifatnya membangun seperti penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini

bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang

membutuhkan.

Makassar, 30 Maret 2015

Susilawati

Page 9: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

DAFTAR ISI

Halaman Pengajuan Skripsi ................................................................................. ii

Halaman Persetujuan ........................................................................................... iii

Halaman Penerimaan Tim ..................................................................................... iv

Halaman keaslian Karya Ilmiah .............................................................................. v

Abstrak .................................................................................................................. vi

Kata Pengantar .................................................................................................... vii

Daftar Isi............................................................................................................... ix

Daftar Tabel ......................................................................................................... xi

Daftar Gambar ...................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 6

D. Kegunaan Penelitin .................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian,Konsep dan Teori ...................................................................... 8

1. Konsep Kebijakan publik……….. ...................................................... 8

2. KonsepImplementasiKebijakan ........................................................... 9

B. Teori Pendekatan ImplementasiKebijakan ............................................... 11

C. Konsep Pelayanan ..................................................................................... 20

D. Konsep Pendidikan Khusus Bagi Peserta DidikBerkelainan .................... 23

E. Kerangka Fikir .......................................................................................... 25

F. Fokus Penelitian ....................................................................................... 29

........................................................................................................................

G. Deskripsi Fokus Penelitian ....................................................................... 29

BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu dan LokasiPenelitian ..................................................................... 31

B. Jenis dan Tipe Penelitian ........................................................................... 31

C. Sumber Data .............................................................................................. 32

D. Informan Penelitian ................................................................................... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 33 F. Teknik Analis Data ................................................................................... 34

G. Pengabsahan Data .................................................................................... 35

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi objek penelitian ....................................................................... . 37

1. Keadaan Sarana Dan Prasarana Pada Sekolah Lanjutam Tingkatan

Atas Di SLBN Pembina Tingkat Provinsi Pada Sekolah

Lanjutan Tingkatan Atas .................................................................... 37

Page 10: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

2. Keadaan Sumber Daya Manusia ( SDM) di SLBN Pembina

Tingkat Provinsi SulSel..................................................................... 40

3. Visi danMisi ...................................................................................... 41

4. StrukturOrganisasi.............................................................................. 42

B. Pelayanan pendidikan khusus pada sekolah lanjutan tingkat atas bagi

peserta didik berkelainan fisik di SLBN Pembina Tingkat Provinsi

Sulsel ........................................................................................................ 43

1. Tanggung Jawab ................................................................................ 44

2. Kelengkapan sarana dan prasarana ...................................................... 47

3. Kemudahan akses ............................................................................... 51

4. Kedisiplinan........................................................................................ 52

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan ................ 55

1. Faktor Komunikasi ............................................................................. 55

2. Faktor sumber Daya ........................................................................... 58

3. Faktor Disposisi .................................................................................. 65

4. Faktor Struktur Organisasi ................................................................ 71

D. BAB V PENUTUP ................................................................................... 73

1. Kesimpulan .......................................................................................... 73

2. Saran ................................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 77

Page 11: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar InformanPenelitian...................................................................... 33

Tabel 2. Data Kondisi Sarana dan prasarana Di SLBN Pembina Tingkat

Provinsi Pada Sekolah Lanjutan Tinkat Atas tahun pelajaran

2015-2016 ............................................................................................... 37

Tabel 3. Data Kondisi Sarana Di SLBN Pembina Tingkat Provinsi sulsel

Pada Sekolah Lanjutan Tinkat Atas tahun pelajaran 2015-2016 ............. 39

Tabel 4. Tenaga Pendidik Dan Kependidikan Pada sekolah lanjutan tingkat

atas SLBN Pembina Tingkat Propinsi Sulsel ............................................ 40

Tabel 5. Tenaga Honorer/Tidak Tetap/Sukarela Di SLBN Pembina

Tingkat Provinsi Sulsel ............................................................................. 41

Page 12: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 .............................................................................................................. 28

Gambar 2 .............................................................................................................. 42

Page 13: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

i

SKRIPSI

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN

PENDIDIKAN KHUSUS PADA SEKOLAH LANJUTAN

TINGKAT ATAS BAGI PESERTA DIDIK BERKELAINAN FISIK

( Studi Kasus Sekolah Luar Biasa Negeri Parangtambung Makassar)

SUSILAWATI

Nomor Stambuk :105610395911

PRORAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAAR

2015

Page 14: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN

PENDIDIKAN KHUSUS PADA SEKOLAH LANJUTAN

TINGKAT ATAS BAGI PESERTA DIDIK BERKELAINAN FISIK

( Studi Kasus Sekolah Luar Biasa Negeri Parangtambung Makassar)

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memporoleh Gelar

Sarjana Ilmu Administrasi Negara

Disusun dan diajukan oleh:

SUSILAWATI

Nomor Stambuk :105610395911

Kepada

PRORAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAAR

2015

Page 15: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

PERSETUJUAN

Judul Skripsi Penelitian :Implementasi Kebijakan Pelayanan Pendidikan

Khusus Pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

Bagi Peserta Didik Berkelainan Fisik

(Studi Kasus Sekolah Luar Biasa Negeri Parangt

ambung Makassar)

Nama Mahasiswa : Susilawati

Nomor Stambuk : 105610395911

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Parakkasi Tjaija, M.Si Drs. Muhammad Tahir, M.Si

Mengetahui:

Dekan Ketua Jurusan

Fisipol Universitas Muhammadiyah Ilmu Administrasi Negara

Dr. H. Muhlis Madani, M. Si Dr. Burhanuddin S.Sos., M.Si

Page 16: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

PENERIMAAN TIM

Telah diterima oleh TIM penguji skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Makassar, berdasarkan Surat Keputusan/Undangan

menguji ujian skripsi dekan Fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar, Nomor:

0894/FSP/A.I-VIII/V/36/2015 sebagai salah satu syarat untuk memporoleh gelar

sarjana ( S.1) dalam program studi Ilmu Administrasi Negara Di Makassar pada

hari Selasa tanggal 5 (lima) bulan 5 (lima) tahun 2015.

TIM PENILAI

Ketua, Sekretaris

Dr. H. Muhlis Madani, M.Si Drs. H. Muhammad Idris, M.Si.

Penguji:

1. Drs. H. Parakkasi Tjaija, M..Si (ketua) ( )

2. Dr. H. Lukman Hakim, M.Si ( )

3. Drs. Ruskin Azikin, M.M ( )

4. Drs. Muhammad Tahir, M.Si ( )

Page 17: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasisiwa : Susilawati

Nomor Stambuk : 105610395911

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa

bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan

plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila kemudian hari

pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai

aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, 30 Maret 2015

Yang menyatakan,

Susilawati

Page 18: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

ABSTRAK

SUSILAWATI. Implementasi Kebijakan Pelayanan Pendidikan Khusus Pada

Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Bagi Peserta Didik Berkelainan Fisik (Studi Kasus

Sekolah Luar Biasa Negeri Parangtambung Makassar) (dibimbing oleh Parakkasi

Tjaija dan Muhammad Tahir).

Permasalahan penelitian tentang implementasi kebijakan pelayanan

pendidkan khusus pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas bagi peserta didik

berkelainan fisik di Sekolah Luar Biasa Negeri Parangtambung Makassar, dengan

tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui (1) Untuk mengetahui Bagaimana

implementasi kebijakan pelayanan pendidikan khusus pada sekolah lanjutan tingkat

atas bagi peserta didik berkelainan fisik di sekolah luar biasa negeri parangtambung

makassar (2) Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

implementasi kebijakan pelayanan pendidikan khusus Pada Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas Di Sekolah Luar Biasa Negeri Parangtambung Makassar. Jenis

penelitian ini menggunakan pendekatan Deskriftif kualitatif dan tipe penelitian ini

studi kasus. Informan penelitian di tetapkan yaitu kepala sekolah, staf, bagian

sarana dan prasarana, bagian kesiswaan, bagian Humas, Guru keterampilan,Guru

tunagrahita, Guru pendidikan Agama, Staf administarasi, sekertaris komite, orang

tua siswa. Teknik pengumpulan Data menggunakan wawancara mendalam dengan

informan, observasi, dan Dokumentasi. Teknik analisis data reduksi data, penyajian

data penarikan kesimpulan dan pengabsahan data, member cheking, trianggulasi,

eksternal audit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa(1) Implementasi kebijakan pelayanan

pendidikan khusus pada sekolah lanjutan tingkat atas bagi peserta didik berkelainan

fisik di Sekolah Luar Biasa Negeri Parangtambungng Makassar dipengaruhi empat

indikator pelayanan yaitu: (a) Tanggung jawab sudah dilaksanakan dengan baik

tenaga pendidik sesuai dengan disiplin ilmu (b) fasilitas sarana dan prasarana masih

perlu perbaikan dan penambahan kelas (c)kemudahan akses, pelayanan cenderung

tidak mengganggu dan akses keamanan dapat dilihat securitas sudah tertib

administrasi(d) kedisiplinan sesuai dengan konsisitensi waktu yang berlaku.

(2)Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan yaitu:(a) Komunikasi

sudah berjalan dengan baik dengan adanya kordinasi (b) Sumber daya dengan

profesionalisme staf dan keadaan sarana dan prasarana yang menunjang dengan

adanya anggaran dana Bantuan Operasional Sekolah(c) Disposisi sudah terealisasi

sesuai dengan visi dan misi (d) Struktur birokrasi dilaksanakan sesuai standar

operasional prosedur dan adanya penyebarang tangung jawab masing-masing.

Keyword: Implementasi kebijakan pelayanan pendidikan khusus peserta didik

berkelainan fisik.

Page 19: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala bentuk pujian penulis panjatkan hanya kepada allah

SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidahnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skiripsi yang berjudul ” Implementasi kebijakan pelayanan

pendidikan khusus pada sekolah lanjutan tingkat atas bagi peserta didik berkelainan

fisik di sekolah luar biasa negeri parangtambung Makassar.

Skripsi merupakan tugas akhir merupakan tugas akhir yang diajukan untuk

memenuhi syarat dalam memporoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara Pada

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Sosial Politik Universitas Muhammadiyah.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa

adanya pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan

terima kasih.

1. Bapak Drs. H. Parakkasi Tjaija M.Si, selaku Pembimbing I dan Bapak Drs.

Muhammad Tahir M.Si. selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan

waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan.

2. Bapak Dr. Muhlis Madani, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu

Politik Univeritas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Dr. Burhanuddin S.Sos.,M.Si selaku ketua Jurusan Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosil Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah

Makassar.

4. Bapak Drs. Muhammad Idris M.Si, selaku penasehat akademik penulis dari awal

perkuliahan hingga akhir studi.

Page 20: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

5. Seluruh dosen ilmu administrasi Negara dan ilmu administrasi Negara dan ilmu

pemerintahan di Fakultas Ilmu Sosil Dan Ilmu Politik Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah membekali banyak ilmu kepada penulis.

6. Kedua orang tua tercinta dan segenap keluarga ayahanda Alm. Safaruddin dan

ibunda Husmawati dan kedua adikku Febriani dan Majdan, yang senantiasa

memberikan semangat dan bantuan, baik moril maupun materil. Terima kasih atas

segalah pengorbanan, kesabaran, doa, dukungan dan semangat yang tak ternilai

hingga saat ini.

7. Seluruh teman-teman Seperjuangan dalam perkuliahan teruma kelas A angkatan

2011, Rismawati, Wahyuni, Melani, Martia, Nuryanti, yang tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu.

8. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir

yang penulis tidak bias sebutkan satu persatu.

Semoga Allah Subhana Wata’ala Membalas semua kebaikan dan

melimpahkan rahmat serta hidayahnya kepada semua pihak yang membantu hingga

terselesainya skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan

skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu pada kesempatan ini saran dan

kriktik yang sifatnya membangun seperti penulis harapkan. Semoga karya skripsi

ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang

membutuhkan.

Makassar, 30 Maret 2015

Susilawati

Page 21: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

DAFTAR ISI

Halaman Pengajuan Skripsi ................................................................................. ii

Halaman Persetujuan ........................................................................................... iii

Halaman Penerimaan Tim ..................................................................................... iv

Halaman keaslian Karya Ilmiah .............................................................................. v

Abstrak .................................................................................................................. vi

Kata Pengantar .................................................................................................... vii

Daftar Isi............................................................................................................... ix

Daftar Tabel ......................................................................................................... xi

Daftar Gambar ...................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 6

D. Kegunaan Penelitin .................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian,Konsep dan Teori ...................................................................... 8

1. Konsep Kebijakan publik……….. ...................................................... 8

2. KonsepImplementasiKebijakan ........................................................... 9

B. Teori Pendekatan ImplementasiKebijakan ............................................... 11

C. Konsep Pelayanan ..................................................................................... 20

D. Konsep Pendidikan Khusus Bagi Peserta DidikBerkelainan .................... 23

E. Kerangka Fikir .......................................................................................... 25

F. Fokus Penelitian ....................................................................................... 29

........................................................................................................................

G. Deskripsi Fokus Penelitian ....................................................................... 29

BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu dan LokasiPenelitian ..................................................................... 31

B. Jenis dan Tipe Penelitian ........................................................................... 31

C. Sumber Data .............................................................................................. 32

D. Informan Penelitian ................................................................................... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 33 F. Teknik Analis Data ................................................................................... 34

G. Pengabsahan Data .................................................................................... 35

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi objek penelitian ....................................................................... . 37

1. Keadaan Sarana Dan Prasarana Pada Sekolah Lanjutam Tingkatan

Atas Di SLBN Pembina Tingkat Provinsi Pada Sekolah

Lanjutan Tingkatan Atas .................................................................... 37

Page 22: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

2. Keadaan Sumber Daya Manusia ( SDM) di SLBN Pembina

Tingkat Provinsi SulSel..................................................................... 40

3. Visi danMisi ...................................................................................... 41

4. StrukturOrganisasi.............................................................................. 42

B. Pelayanan pendidikan khusus pada sekolah lanjutan tingkat atas bagi

peserta didik berkelainan fisik di SLBN Pembina Tingkat Provinsi

Sulsel ........................................................................................................ 43

1. Tanggung Jawab ................................................................................ 44

2. Kelengkapan sarana dan prasarana ...................................................... 47

3. Kemudahan akses ............................................................................... 51

4. Kedisiplinan........................................................................................ 52

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan ................ 55

1. Faktor Komunikasi ............................................................................. 55

2. Faktor sumber Daya ........................................................................... 58

3. Faktor Disposisi .................................................................................. 65

4. Faktor Struktur Organisasi ................................................................ 71

D. BAB V PENUTUP ................................................................................... 73

1. Kesimpulan .......................................................................................... 73

2. Saran ................................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 77

Page 23: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar InformanPenelitian...................................................................... 33

Tabel 2. Data Kondisi Sarana dan prasarana Di SLBN Pembina Tingkat

Provinsi Pada Sekolah Lanjutan Tinkat Atas tahun pelajaran

2015-2016 ............................................................................................... 37

Tabel 3. Data Kondisi Sarana Di SLBN Pembina Tingkat Provinsi sulsel

Pada Sekolah Lanjutan Tinkat Atas tahun pelajaran 2015-2016 ............. 39

Tabel 4. Tenaga Pendidik Dan Kependidikan Pada sekolah lanjutan tingkat

atas SLBN Pembina Tingkat Propinsi Sulsel ............................................ 40

Tabel 5. Tenaga Honorer/Tidak Tetap/Sukarela Di SLBN Pembina

Tingkat Provinsi Sulsel ............................................................................. 41

Page 24: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 .............................................................................................................. 28

Gambar 2 .............................................................................................................. 42

Page 25: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Pendidikan nasional memiliki peran yang sangat penting pendidikan

nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa

terhadap tuhan yang maha esa dan berbudi luhur pekerti, memiliki pengetahuan

dan keterampilan, kesehatan jasmani, rohani, dan kepriadian yang mandiri serta

rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Oleh karena itu setiap

warga Negara berhak untuk mendapatkan pendidikan seperti tercantum di

dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan undang-undang nomor 2 tahun 1989

tentang sistem pendidikan nasional bab III ayat 5 dinyatakan bahwa setiap

warga Negara mempunyai kesempatan yang sama untuk memporoleh

pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa anak yang berkelainan berhak pula

memperoleh kesempatan yang sama dengan anak yang lainnya(anak normal).

Perkembangan manusia merupakan perubahan yang progresif dan

berlangsung terus menerus atau berkelanjutan. Keberhasilan dalam mencapai

suatu tahap perkembangan akan sangat menentukan keberhasilan dalam tahap

perkembangan berikutnya. Sedangkan, apabila ditemukan adanya satu proses

perkembangan yang terhambat, terganggu, atau bahkan terpenggal, dan

kemudian dibiarkan maka untuk selanjutnya sulit mencapai perkembangan yang

optimal. Tidak setiap anak mengalami perkembangan normal. Banyak di antara

mereka yang dalam perkembangannya mengalami hambatan, gangguan,

Page 26: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

kelambatan, atau memiliki faktor-faktor resiko sehingga untuk mencapai

perkembangan optimal diperlukan penanganan atau intervensi khusus.

Kelompok inilah yang kemudian dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus.

Masalah pendidikan pada hakekatnya tidak terlepas dari berbagai

macam faktor yang mempengaruhinya, baik faktor-faktor yang fositif maupun

negative. Selain pengaruh di bidan sosial ekonomi dan sikap mental masyarakat

juga merupakan faktor yang menghambat dan efek negatifnya tidak hanya

berpengaruh pada bidang sosial ekonomi, nilai-nilai dan sikap mental

masyarakat juga merupakan faktor menghambat dan efek negatifnya tidak

hanya berpengaruh pada bidang pendidikan melainkan meluas sampai

pelaksanaan pembangunan pendidikan bagi anak luar biasa. Apabila usaha-

usaha pembangunan anak luar biasa di bandingkan dengan usaha pembangunan

pendidikan bagi anak-anak umumnya, pendidikan anak luar biasa masih

ketinggalan ketika kita melihat sejarah di perkenalkannya pendidikan anak luar

biasa pada tahun 1901 tentang munculnya pendidikan bagi anak-anak

berketerbelakangan mental, tuli, dan bisu kemudian setelah itu tahun 1952

didirikan sekolah guru pengajaran luar biasa (Rochman Natawidjaja, 179:3).

Kebijakan pemerintah terhadap amanat atas dasar pendidikan bagi

penyandang kelaianan dan ketunaan di tetapkan tentang sistem pendidikan

nasional UU No. 20 Tahun 2003 di sebutkan bahwa pendidikan khusus

(pendidikan luar biasa) merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki

tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,

emosional, mental, sosial. Ketetapan dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003

Page 27: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

tersebut bagi penyandang kelainan sangat berarti karena memberikan

kesempatan yang sama sebagaimana yang diberikan kepada anak normal

lainnya dalam hal pendidikan dan pengajaran (Mohammad Efendi, 2006:1).

Anak berkelainan dapat juga di sebut denga anak yang terlahir secara

tidak sempurna seperti anak pada umumnya. Salah satu istilah anak berkelainan

yang sering kita dengar adalah Anak Tunagrahita. Kelainan mental yang

mental yng dimiliki anak tunagrahita tergantung dari gradasinya. Semakin

komplek dampak yang mengiringinya (Mohammad Efendi, 2006:87).

Pendidikan khusus bagi anak berkelainan Selanjutnya secara teknis

penyelenggarakan pendidikan khusus bagi anak berkelainan menurut PP Nomor

17 Tahun 2010 dalam pasal 130 ayat 1 dan 2 Pendidikan khusus bagi peserta

didik berkelainan dapat diselenggarakan pada semua jalur dan jenis pendidikan

pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Berdasarkan ayat 1 pasal 130 PP

Nomor 17 Tahun 2010 maka dapat dipahami bahwa Pendidikan khusus bagi

peserta didik berkelainan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal,

dan non formal, jenjang pendidikan dasar dan menengah baik dalam jenis

pendidikan umum, kejuruan, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus. Peraturan

Pemerintah No. 17 thun 2010 Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan

menjelaskan yaitu: Pasal 129 ayat 1. Pendidikan khusus bagi peserta didik

berkelainan berfungsi memberikan pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang

memiliki kesulitan dalam mengitu proses pembelajaran karena kelainan fisik,

emosional, mental, intelektual dan/atau sosial. 2. Pendidikan khusus bagi peserta

didik bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal

Page 28: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

sesuai kemampuannya. 3. Peserta didik berkelainan terdiri atas peserta didik

yang tunalaras, tunarungu, tunawicara, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras,

berkesulitan belajar, lambat belajar, autis, memiliki gangguan motorik , menjadi

korban penyalagunaan narkotika, obat terlarang dan zat adiktif lain dan

memiliki kelainan lain. Penyelenggaraan pendidikan khusus dapat dilakukan

melalui satuan pendidikan khusus, satuan pendidikan umum, satuan pendidikan

kejuruan, dan/atau satuan pendidikan keagamaan. Melihat fenomena tersebut

peran pemerintah sangat di butuhkan dalam pengimplementasian kebijakan

pelayanan pendidikan khusus pada sekolah lanjutan tingkat atas bagi peserta

didik berkelainan fisik.

Satuan pendidikan khusus adalah satuan pendidikan yang diselenggarakan secara

khusus bagi peserta didik yang memiliki kesulitan dalam pembelajaran, sebagai

dampak keterbatasan yang dimiliknya. Perkembangan terakhir banyak kebijakan

yang menempatkan layanan pendidikan dalam bentuk SLB Satu Atap yang

memberikan layanan kepada semua jenis ketunaan dan semua jenjang dalam

satu lembaga. Contohnya SLB Negeri sebagai pengembangan dari SDLB

Negeri. Ditinjau dari jenis peserta didiknya maka ada SLB yang

menyelenggarakan layanan bagi peserta didik Tunanetra, Tunarungu,

Tunagrahita Ringan, Tunagrahita Sedang, Tunadaksa, Tunadaksa Sedang,

Tunalaras, dan Penyandang Autis. Ditinjau dari jenjang lembaga satuan

pendidiknya maka ada SLB yang menyelenggarakan layanan untuk jenjang

TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB.

Page 29: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

SLBN Pembina Pembina Provinsi Sulawesi Selatan Sentra PK-PLK

terletak di Jl. Daeng Tata parangtambung kelurahan parangtambung kecamatan

tamalate Kota Makassar. Awalnya SLB bagian D pembina tingkat prov. Sulsel

menerima D (Tunadaksa), seiring perkembangan menerima siswa Tunanetra,

Tunarungu, Tunadaksa, Tunagrahita, Autis, Kesulitan belajar, dan lambat ajar.

Jumlah siswa/ Siswi khususnya sekolah lanjutan tingkat atas pada tahun

pelajaran 2015-2016 sebanyak 42 (empat puluh dua). Fakta enperik yang terjadi

anak berkelainan fisik selalu dilupakan, tidak diingat, seringkali tidak dicatat

kalaupun dicatat seringkali tidak dilayani bahkan seringkali di lupakan padahal

hak mereka juga anak bangsa yang punya hidup belajar dan mendapat pelayanan.

Menyadari bahwa pembinaan kelembagaan pendidikan di Indonesia

diselenggarakan berdasarkan jenjang pendidikan, maka dalam persepsi penulis

yang ideal adalah yang menyesuaikan posisi struktur Direktorat Pendidikan

Khusus dan Layanan Khusus (PK-LK) yang berada dalam koridor pendidikan

Dasar dan Pendidikan Menengah. Agar keberadaannya mudah dan

menyesuaikan dengan berbagai kegiatan pembinaan pendidikan.

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas maka diperlukan adanya

implementasi kebijakan dalam meningkatkan pelayanan pendidikan bagi peserta

didik berkelainan fisik yang terdaftar di Sekolah Luar Biasa Negeri

ParangTambung Makassar. Dengan demikian diharapkan nantinya Kota

Makassar memporoleh pelayanan pendidikan khusus bagi peserta didik dari

sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA).

Page 30: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

Melihat dari kebijakan tersebut maka peneliti tertarik mengambil judul

“Implementasi Kebijakan Pelayanan Pendidikan Khusus Pada Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas Bagi Peserta Didik Berkelainan Fisik Di Sekolah Luar Biasa

Negeri ParangTambung Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah:

1. Bagaimana Implementasi Kebijakan Pelayanan Pendidikan Khusus Pada

Sekolah Lanjutan Tinkat Atas Bagi Peserta Didik Berkelainan Fisik Di

Sekolah Luar Biasa Negeri Parangtambung Makassar ?

2. Faktor-Faktor Apa Saja Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan

Pelayanan Pendidikan Khusus Pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Bagi

Peserta Didik Berkelainan Fisik Di Sekolah Luar Biasa Negeri

Parangtambung Makassar ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian adalah:

1. Untuk Mengetahui Bagaimana Implementasi Pelayanan Pendidikan Khusus

Pada Sekolah Tingkat Lanjutan Atas Bagi Peserta Didik Berkelainan Fisik

Di Sekolah Luar Biasa Negeri Parangtambung Makassar?

2. Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Apa Saja Mempengaruhi Implementasi

Kebijakan Pelayanan Pendidikan Khusus Pada Sekolah Lanjutan Tingkat

Atas Bagi Peserta Didik Berkelainan Di Sekolah Luar Biasa Negeri

Parangtambung Makassar?

Page 31: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

D. Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah dalam

melaksanakan kebijakan, sedangkan manfaat lainnya dapat di peroleh dari hasil

penelitian sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Sebagai tambahan wawasan dan ilmu pengetahuan penulis,serta

sebagai satu syarat bagi penulis dalam menyelesaikan perkuliahan.

2. Manfaat praktis

a. Sebagai sumbangan yang berarti Bagi Sekolah Luar Biasa Negeri

ParangTambung Makassar.

b. Memberikan informasi tentang Pelayanan Pendidikan Khusus pada

sekolah lanjutan tingkat atas bagi peserta Didik Berkelainan fisik

pentingnya pemerintah dan masyarakat dalam menentukan kebijakan

demi kepentingan bersama.

Page 32: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian, Konsep dan Teori

1. Konsep Kebijakan Publik

Istilah kebijakan berasal dari bahasa inggris ’polycy’ yang di bedakan

dari kebijaksanaan, maupun kebajikan. Sedangkan menurut pengertian kebijakan

adalah prinsip atau cara tindakan yang dipilih untuk mengarahkan pengambilan ke

putusan. Menurut Carl friedric dalam (Agustino, 2012:7) Kebijakan adalah serang

kaian tindakan/kegiatan yang diusulkan oleh seorang, kelompok, atau pemerintah

dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-

kesulitan dan kemungkinan-kemungkinan (kesempatan-kesempatan) dimana

kebijkan tersebut diusulkan agar berguna untuk mengatasinya untuk mencapai

tujuan yang dimaksud.

Eystone dalam (Wahab, 2012:13) yang merumuskan pendek bahwa

kebijakan publik ialah ” the relationship of govermental unit to its enverenment ”

(antara hubungan yang berlangsung antara unit/satuan pemerintah dengan lingkun

gannya).

Thomas R. Dye dalam (Wahab, 2012:14) menyatakan bahwa kebijakan

publik adalah ’’whetever governments choose to do or not do” (Pilihan tindakan

apapun yang di lakukan atau tidak ingin di lakukan oleh pemerintah).

Menurut Anderson dalam (Winarno, 2012:21) kebijakan merupakan arah

tindakan yang mempunyai maksud yang di tetapkan oleh seorang aktor atau

sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan.

Page 33: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

2. Konsep Implementasi Kebijakan

Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier dalam (Agustino, 2008:139),

mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai pelaksanaan keputusan

kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk Undang-Undang, namun dapat pula

berbentuk perintah-perintah atau keputusan eksekutif yang pentin atau keputusan

badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifakisan masalah yang

ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses

implementasi.

Menurut Merille Grindle dalam (Agustino, 2008:139), mengemukakan

bahwa pengukuran keberhasilan implementasi dapat dilihat dari prosesnya, dengan

mempertanyakan apakah pelaksnaan program sesuai dengan yang telah ditentukan

yaitu melihat action program dan individual project dan yang kedua apakah tujuan

program tersebut tercapai.

Menurut Dunn dalam (Nuryanti Mustari, 2013) Implementasi kebijakan

pada dasarnya merupakan kegiatan praktis, termasuk didalamnya mengeksekusi

dan mengarahkan. Implementasi kebijakan di pandang dari pengertian yang luas,

merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai actor, organisasi, prosedur

dan teknik yang bekerja sama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih

dampak atau tujuan yang diinginkan ( Lester dan Stewart dalam ( Nurudin, 2007:

17).

Van Meter dan Van Horn dalam (Wahab,2012:13) Mendefinisikan implementasi

kebijakan, merupakan tindakan yang dilakukan baik oleh individu atau pejabat atau

Page 34: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

kelompok - kelompok pemerintah atau swasta yang di arahkan untuk tercapainya

tujuan yang telah digariskan dalam keputusan.

Jones dalam (Nawawi, 2009:132) Mengemukakan bahwa implementasi

kebijakan, merupakan tindakan yang dilakukan baik oleh individu atau pejabat atau

kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan untuk tercapainya

tujuan yang telah digariskan dalam keputusan.

Jadi implementasi kebijakan dalam (Said Zainal Abidin, 2012:145)

merupakan langkah yang sangat penting proses kebijkan. Tampa implementasi

suatu kebijakan adalah hanyalah sebuah dokumen yang tidak bermakna dalam

kehidupan masyarakat.

B. Teori Pendekatan implementasi kebijakan publik

Menurut pendapat lester dan steward dalam (Agustino,2008:141) ada

beberapa terapan model pendekatan implementasi kebijakan yaitu sebagai

berikut:

1. Implementasi kebijakan Public Model George C.Edward III

Model pendekatan yang di kemukakan oleh Edward III dalam (Agustino,

2008:149) terdapat empat variabel yang sangat menentukan keberhasilan

implementasi suatu kebijakan yaitu:

a. Komunikasi (Communication)

Komunikasi merupakan proses penyampaian imformasi dari komunikator

kepada komunikan. Sementara itu, komunikasi kebijakan berarti merupakan proes

penyampaian informasi kebijakan dari pembuat kebijakan (policy maker) kepada pe

laksana kebijakan (policy implementer) (Widodo,2011: 97). Widodo kemudian men

Page 35: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

ambahkan bahwa informasi perlu disampaikan kepada pelaku kebijakan agar

pelaku kebijakan dapat memahami apa yang menjadi isi, tujuan, arah, kelompok

sasaran(target group) kebijakan,sehingga pelaku kebijakan dapat mempersiapkan

hal-hal apa saja yang berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan, agar proses

implementasi kebijakan bias berjalan dengan efektif serta sesuai dengan tujuan

kebijakan itu sendiri.

Komunikasi dalam implementasi kebijakan mencakup beberapa dimensi

penting yaitu transformasi informasi (transmisi), kejelasan informasi (clarity) dan

konsisitensi informasi (consistency). Dimensi tansformasi menghendaki agar

informasi tidak hanya di sampaikan kepada pelaksana kebijakan tetapi juga kepada

kelompok sasaran dan pihak terkait. Dimensi kejelasan menghendaki agar

informasi yang jelas dan mudah di pahami, selain itu menghindari kesalahan

intrepertasi dari pelaksanaan kebijakan, kelompok sasaran maupun pihak yang

terkait dalam implementasi kebijakan. Sedangkan dimensi konsistensi

menghendaki agar informasi yang di sampaikan menimbulkan kebingunan

pelaksana kebijakan, kelompok sasaran maupun pihak terkait.

b. Sumber Daya (Resources)

Sumber daya memiliki peranan penting dalam implementasi kebijakan.

Edward III dalam (Widodo 2011:98) mengemukakan bahwa bagaimanapun jelas

dan konsistensinya ketentuan-ketentuan aturan dan aturan-aturan tersebut serta

bagaimanapun akuratnya penyampaian ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan

tersebut, jika para pelaksana kebijakan yang bertanggung jawab untuk

melaksanakan kebijakan kurang mempunyai sumber-sumber daya untuk

Page 36: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

melaksanakan kebijakan secara efektif maka implementasi kebijakan tersebut tidak

efektif.

Sumber daya di sini berkaitan dengan segala sumber yang dapat di

gunakan untuk mendukung keberhasilkan implementasi kebijakan. Sumber daya

manusia, anggaran, fasilitas, informasi, dan kewenangan yang di jelaskan sebagai

berikut:

1) Sumber daya manusia (Staff)

Implementasi kebijakan tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari sumber

daya manusia yang cukup kualitas dan kuantitasnya. Kualitas sumber daya

manusia berkaitan dengan keterampilan, dedikasi, profesionalitas, dan

kompotensi di bidangnya, sedangkan kualitas berkaitan dengan jumlah sumber

daya manusia apakah sudah cukup untuk melingkupi seluruh kelompok sasaran,

sumber daya manusia sangat berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi,

sebab tanpa sumber daya manusia yang kehandalan sumber daya manusia,

implementasi kebijakan akan berjalan lambat.

2) Anggaran (Budgetary)

Dalam implementasi kebijakan, anggaran berkaitan dengan kecukupan

modal dan investasi atas satu program atau kebijakan untuk terjamin

terlaksananya kebijakan, sebab tanpa dukungan anggaran yang memadahi,

kebijakan tidak akan berjalan dengan efektif dalam mencapai tujuan dan sasaran.

3) Fasilitas (facility)

Fasilitas atau sarana atau prasarana merupakan salah satu faktor yang

berpengaruh dalam implementasi kebijakan. Pengadaan fasilitas yang layak,

Page 37: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

seperti gudang, tanah dan peralatan perkantoran akan menunjang dalam

keberhasilan implementasi suatu program atau kebijakan.

4) Informasi dan kewenengan (Imformation and Authority)

Informasi juga menjadi faktor penting dalam implementasi kebijakan,

terutama imformasi yang relevan dan cukup terkait bagaimana mengimpletasikan

suatu kebijakan. Sementara wewenang berperang penting terutama untuk

meyakinkan dan menjamin bahwa kebijakan yang dilaksanakan sesuai dengan yang

di kehendaki.

c. Disposisi (Disposition)

Kecendrungan perilaku atau karakteristik dan pelaksana kebijakan

berperang penting untuk mewujudkan implementasi kebijakan yang sesuai dengan

tujuan dan sasaran. Karakter penting yang harus dimiliki oleh pelaksana kebijakan

misalnya kejujuran dan komitmen yang tinggi. Kejujuran mengarahkan

implementor untuk tetap berada dalam asa program yang telah di gariskan,

sedangkan komitmen yang tinggi dari pelaksana kebijakan akan membuat mereka

selalu antusias dalam melaksanakan tugas, wewenang, fungsi, dan tanggung jawab

sesuai dengan peraturan yang telah di tetapkan.

Sikap dari pelaksana kebijakan akan sangat berpengaruh dalam

implementasi kebijakan. Apabila implementator memiliki sikap yang baik maka dia

akan dapat menjelaskan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh

pembuat kebijakan, sebaliknya apabila sikapnya tidak mendukung maka

implementasi tidak akan terlaksana dengan baik.

d. Struktur Birokrasi (Bureuctaric Strukture)

Page 38: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

Stuktur organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

implementasi kebijakan. Aspek struktur organisasi ini melingkupi dua hal yaitu

mekanisme dan struktur birokrasi itu sendiri. Aspek pertama adalah mekanime,

dalam implementasi kebijakan biasanya sudah dibuat operation procedur (SPO),

SPO menjadi pedoman bagi setiap implementator dalam bertindak agar dalam

pelaksanaan kebijakan tidak melenceng dari tujuan dan sasaran. Aspek kedua

adalah struktur birokrasi, struktur birokrasi yang terlalu panjang dan terfragmentasi

akan cenderung melemahkan pengawasan yang menyebabkan prosedur birokrasi

yang rumit dan kompleks yang selanjutnyaa akan menyebabkan aktifitas organisasi

menjadi fleksibel.

2. Implementasi Kebijakan Dan Publik Model Donal Van Meter Dan Carl

Van Horn

Model pendektan top-down yang dirumuskan oleh Donal van meter dan

carl van horn dengan A model of the policy implementation. Model ini

mengendalkan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linear dari

keputusan politik yang tersedia, pelaksana, dan kinerja kebijakan public.

Ada enem variabel, menutur Van Meter dan Van Horn dalam (Agustino,

2008:142) yang mempengaruhi kinerja kebijakan piblik tersebut adalah:

a. Ukuran dan tujuan kebijakan

Kinerja implementasi kebijakan dapat di ukur keberhasilannya jika hanya

di ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realististis dengan sosio-kultur yang

berada di level pelaksana kebijakan. Ketika tujuan kebijakan terlalu ideal yang di

Page 39: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

laksanakan di level warga, maka sulit merealisasikan kebijakan public hanya titik

yang dapat dikatakan berhasil.

b. Sumber daya

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari

kemampuan memanfatkan sumberdaya yang tersedia. Manusia merupakan

sumberdaya yang terpenting dalam menentukan keberhasilan proses implementasi

menurut adanya sumberdaya manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan

yang diisyarakatkan oleh kebijakan yang telah di tetapkan secara politik. Tetapi

ketika kompotensi dan kapabilitas dari sumber-sumber daya yang nihil, maka

kinerja publik sangat sulit di harapkan.

Tetapi diluar sumberdaya manusia, sumber daya lain yang perlu

diperhitungkan juga ialah sumber daya manusia dan sumber daya waktu. Karena

ketika sumber daya manusia yang kompoten dan kapabel telah tersedia sedangkan

kecurangan dan melalui anggaran tidak tersedia, maka memang menjadi persoalan

pelik untuk meralisasikan apa yang hendak dituju oleh tujuan kebijakan publik.

Demikian pula halnya dengan sumber daya waktu. Saat sumber daya manusia giat

bekerja dengan kecurangan dana berjalan dengan baik. Tetapi terbentur dengan

persoalan waktu yang terlalu ketat, maka hal ini perlu dapat menjadi penyebab

ketiakberhasilan implementasi kebijakan.

c. Karakteristik Agen Pelaksana

Pusat penelitian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan

organisasi informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik. Hal

ini sangat penting kinerja implementasi kebijakan (public) akan sangat banyak

Page 40: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan para pelaksananya.

Misalnya, implementasi kebijakan publik yang berusaha merubah perilaku tingkah

laku manusia secara radikal, maka agen pelaksana projek itulah hanya

berkarakteristik keras dan ketat pada aturan serta sanksi hukum. Sedangkan bila

kebijakan public itu tidak terlalu merubah perilaku dasar manusia, maka dapat-

dapat saja agen pelaksana yang di turungkan tidak sekeras dan tidak setegas pada

gambaran yang pertama. Selain itu, cakupan atau luas wilayah implementasi

kebijakan perlu juga di perhitungkan manakala hendak menentukan agen pelaksana.

Semakin luas cakupan implementasi kebijakan, khusnya semakin besar pula agen

yang di libatkan.

d. Sikap/kecendrungan (disposition) para pelaksana

Sikap penerima atau penolakan dari (agen) pelaksana akan sangat banyak

mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja pelaksanaan kebijakan publik.

Hal ini sangat mungkin terjadi karena kebijakan yang di laksanakan bukanlah hasil

formulasi warga setempat yang mengenal betul persoalan dan permasalahan yang

mereka rasakan. Tetapi kebijakan yang akan di laksanakan bukanlah hasil formulasi

warga setempat mengenai betul persoalan dan permasalahan yang mereka rasakan.

Tetapi kebijakan yang akan di laksanakan adalah kebijakan “dari atas” (top down)

yang sangat mungkin para pengambil keputusan tidak mengetahui (bahkan tidak

mampu menyentuh) kebutuhan, keinginan, atau permasalahan yang warga ingin

selesaikan.

Page 41: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

e. Komunikasi Antarorganisasi Dan Aktivitas Pelaksana

Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi

kebijakan public. Semakin baik koordinasi komunikasi antara pihak-pihak yang

terlibat dalam suatu proses implementasi,maka asumsinya kesalahan-kesalahan

akan sangat kecil untuk terjadi. Dan begitu pula sebaliknya.

f. Lingkungan Ekonomi, Sosial Dan Politik

Hal yang penting lainnya adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut

mendorong keberhasilan kebijakan publik yang telah di terapkan. Lingkungan

social, ekonomi, dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi biang keladi dari

kegagalan kinerja implementasi kebijakan. Karena itu upaya untuk

mengimplementasikan kebijakan harus pula memperhatikan kekondusifan kondisi

lingkungan eksternal.

3. Implementasi Kebijakan Publik Model Merilee S. Grindle

Menurut Grindle (Agustino,2008:154), ada dua variabel yang mempengaruhi

pelaksanaan suatu kebijakan suatu kebijakan publik dapat diukur dari proses

pencapaian hasil akhir ( outcame ), yaitu tercapai atau tidaknya tujuan yang ingin

di raih. Hal ini di kemukakan oleh Grindle, di mana pengukuran keberhasilan

implementasi kebijakan tersebut dapat dilihat dari dua hal yaitu:

a. Dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan

kebijakan sesuai dengan yang di tentukan (design) dengan merujuk pada aksi

kebijakannya.

b. Apakah tujuan kebijakan tercapai. Dimensi ini di ukur dengan melihat dua

factor, yaiu:

Page 42: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

1) Impak atau efeknya pada masyarakat secara individu dan kelompok.

2) Tingkat perubahan yang terjadi serta Penerimaan kelompok sasaran dan

perubahan yang terjadi.

Keberhasilan suatu implementasi kebijakan public, juga menurut grindle,

amat ditentukan oleh tingkat implementability kebijakan itu sendiri, yang terdiri

atas content of policy dan context of policy (1980:5).

(1). Content of policy menurut Grindle adalah:

(a) Interest affected (kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi)

Interest affected berkaitan dengan berbagai kepentingan yang

mempengaruhi suatu implementasi kebijakan. Indakator ini berargumen pasti

melibatkan banyak kepentingan, dan sejauh mana kepentingan-kepentingan

tersebut membawa pengaruh terhadap implementasinya, hal inilah yng di ingin di

diketahui lebih lanjut.

(b) Type of Benefits ( tipe manfaat)

Pada ini upaya untuk menjelaskan bahwa dalam suatu kebijakan harus

terdapat beberapa jenis manfaat yang menunjukkan dampak positif yang

dihasilkan oleh pelaksanaan kebijakan yang hendak dikerjaakan.

(c) Extent of change Envision ( derajat perubahan yang ingin dicapai )

Seberapa besar perubahan yang hendak di capai melalui suatu

implementasi kebijakan harus mempunyai skala yang jelas.

(d) Site Of Decisiuon Making (letak pengambilan keputusan)

Pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan memegang peranan

penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan, maka pada bagian ini harus di

Page 43: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

jelaskan di mana letak pengambilan keputusan dari suatu kebijakan yang

diimplementasikan.

(e) Program implementer ( pelaksana program)

Dalam dengan adanya pelaksanaa kebijkan yang melaksanakan suatu

kebijakan harus didukung dengan adanya pelaksanaan kebijakan yang kompoten

dan kapabel demi keberhasilan suatu kebijakan. Dan hal ini harus sudah terdata

atau terpapar dengan baik pada bagian itu.

(f) Recources Commited (Sumber-sumber daya yang di gunakan)

Pelaksanaan suatu kebijakan juga harus didukung oleh sumber daya yang

mendukung agar pelaksanaanya berjalan dengan baik.

(2) Context Of Policy menurut grindle adalah:

(a) Power , interest, and strategis of actor involved (kekuasaan kepentingan-

kepentingan, dan strategi dari actor yang terlibat).

Dalam suatu kebijakan perlu di perhitungkan pula kekuatan atau kekuasaan,

kepentingan strategi yang di gunakan oleh para actor yang terlibat guna

memperlancar jalannya pelaksanaan suatu implementasi kebijakan. Bila hal ini

tidak dapat di perhitungkan dengan matang sangat besar kemungkinan program

yang diimplementasikan akan jauh arang dari api.

(b) Instution and Regime Characteristic ( karakteristik lembaga dan rezim yang

berkuasa)

Lingkungan dimana suatu kebijakan tersebut dilaksanakan juga

berpengaruh terhadap keberhasilannya, maka pada bagian ini ingin di jelaskan

karakteristik dari suatu lembaga yang akan turut mempengaruhi suatu kebijakan.

Page 44: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

(b) Compliance and Responsiviness (tingkat kapatuhan dan adanya respon dari

pelaksana)

Hal ini yang dirasa penting dalam proses pelaksanaan suatu kebijakan

adalah kepatuhan dengan dan respon dari pelaksana, maka yang hendak di jelaskan

pada poin adalah sejauh mana kepatuhan dan respon dari pelaksanaan dalam

menanggapi suatu kebijakan.

C. Konsep Pelayanan

1. Pengertian pelayanan publik

Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urusan kegiatan yang terjadi dalam

interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan

menyediakan kepuasan pelanggan.

Menurut Kotler dalam Laksana (2008) Pelayanan adalah setiap tindakan

atau kegiatan yang dapat di tawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada

dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Gronros

dalam Tjiptono (2005) menyatakan bahwa pelayanan merupakan proses yang

terdiri atas serangkaian aktivitas ingtable yang biasa (namun harus selalalu) terjadi

pada interaksi antara pelanggan dan karyawan , jasa dan sumber daya, fisik atau

barang, dan sistem penyedia jasa, yang di sediakan. Sebagai solusi atas masalah

pelanggan. Sementara itu menurut lovelock, petterson dan walker dalam Tjiptono

(2005) mengemukakan persfektif pelayanan sebagai sebuah sistem, dimana setiap

bisnis jasa di pandang sebagai sebuah system yang terdiri atas dua komponen

utama: operasi jasa: dan penyampaian jasa.

Page 45: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

Menurut wiwi jayanti (2013). ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya

pelayanan yaitu:

a. Adanya rasa cinta dan kasih sayang membuat manusia bersedia mengorbangkan

apa yang ada padanya sesuai kemampuannya, di wujudkan menjadi layanan dan

pengorbanan dalam batas ajaran agama, norma agama, sopan santun, dan

kesusilaan yang hidup dalam masyarakat.

b. Adanya keyakinan untuk saling menolong sesamanya. Rasa tolong menolong

merupakan gerak naluri yang sudah melekat pada manusia. Apa yang dilakukan

oleh seseorang untuk orang lain kerena diminta oleh orang yang membutuhkan

pertolongan adalah hakikatnya pelayanan, disamping ada unsur pengorbanan,

namun kata pelayanan tidak pernah di gunakan dalam hubungan ini.

c. Adanya keyakinan bahwa berbuat baik kepada orang lain adalah salah satu

bentuk amal. Inisiatif berbuat baik timbul dari orang yang bukan

berkepentingan untuk membantu orang yang membutuhkan bantuan, proses ini

di sebut pelayanan. Keinginan berbuat baik timbul dari orang lain yang

mebutuhkan pertolongan ini disebut yang membutuhkan pertolongan, ini di

sebut bantuan.

2. Prinsip Pelayanan Publik

Atik Septi Winarsih (2005) mengatakan keputusan MENPAN No 36

tahun 2003 disebabkan bahwa penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi

beberapa prinsip sebagai berikut :

Page 46: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

a. Kesederhanaan

Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah

dilaksanankan.

b. Kejelasan

Kejelasan ini mencakup ini kejelasan dalam hal :

1. Persyaratan teknis dan administrasi pelayanan publik.

2. Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam

memberikan pelayanan dalam menyelesaikan keluha/persoalan/ sengketa

dalam pelaksanaan pelayanan publik.

3. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.

c. Kepastian waktu

Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang

telah ditentukan.

d. Akurasi

Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah.

e. Keamanan

Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian

hukum.

f. Tanggung jawab

Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk

bertanggung jawab atas penyelenggara pelayanan dan penyelesaian keluhan /

persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.

Page 47: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

g. Kelengkapan sarana dan prasarana

Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung

lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana telekomunikasi dan

informatika ( telematika).

h. Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung

lainnya yng memadai termasuk penyediaan sarana telekomunikasi dan

informatika.

i. Kemudahan akses

Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah di jangkau

oleh masyarakat, dan memanfaatkan teknologi telemonikan dan informasi.

j. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahtamahan.

Pemberian pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta

memberikan pelayanan dengan iklas.

k. Kenyamanan

Lingkungan pelayanan harus tertib, tertutup, di sediakan ruangan tunggu

yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi

dengan fasilitas pendukung pelayanan seperti parkir, toilet, tempat ibadah

dan lain-lain.

D. Konsep Pendididikan Khusus Bagi Peserta Didik Berkelainan

Mangunsong, dkk.(1998), menyimpulkan bahwa anak yang tergolong luar

biasa atau berkelainan ” adalah anak yang menyimpang dari rata-rata anak normal

dalam hal : cirri-ciri mental, kemampuan sensorik, fisik dan neouromuskular,

perilaku sosil dan emosional, kemampuan berkomunikasi, maupun kombinasi 2

Page 48: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

(dua) atau lebih dari hal-hal di atas. Sejauh anak tersebut memerlukan modifikasi

dari tugas - tugas sekolah metode belajar atau pelayanan terkait lainnya yang di

tunjuk untuk mengembangkan potensi atau kapasitasnya secara maksimal.

Amanat atas pendidikan bagi penyandang kelainan atau ketunaan di

tetapkan dalam Undang-Undang pasal 32 di sebutkan bahwa pendidikan

khusus (Pendidikan Luar Biasa) merupakan pendidikan bagi peserta didik yang

memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan

fisisk, emosional, mental dan sosial. Ketetapan dalam Undang-Undang No.20 tahun

2003 tersebut bagi anak penyandang berkelainan sangat berarti karna memberikan

landasan yang kuat bahwa anak berkelainan berhak memporoleh kesempatan yang

sama sebagaimana di berikan kepada anak normal lainnya dalam pendidikan dan

pengajaran ( Mohammad Efendi 2006:1).

Memberikan kesempatan yang sama kepada anak berkelainan untuk

memporoleh pendidikan dan pengajaran, berarti memperkecil kesenjangan antara

partisispasi pendidikan anak norml dengan berkelainan. Investasi jangka panjang,

dengan lainnya bagi penyandang cacat yang terdidik dan terampil, secara langsung

dapat mengurangi biaya pos perawatan dan pelayanan kebutuhan sehari-hari. Hal

ini juga memberika efek psikologis, yaitu tumbuhnya berprestasi dan meningkatnya

harga diri anak berkelainan yang nilainya jauh lebih penting dan dapat melebihi

nilai ekonomi. Kondisi yang konstruktif ini dapat memperkuat pembentukan

konsep diri anak berkelainan (Mohammad Efendi, 2006:87).

Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 Pendidikan khusus bagi peserta

didik berkelainan menjelaskan yaitu Pasal 129 ayat 1. Pendidikan khusus bagi

Page 49: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

peserta didik berkelainan berfungsi memberikan pelayanan pendidikan bagi peserta

didik yang memiliki kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena

kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan/atau sosial. 2. Pendidikan khusus

bagi peserta didik bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik secara

optimal sesuai kemampuannya. 3. Peserta didik berkelainan terdiri atas peserta

didik yang tunalaras, tunarungu, tunawicara, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras,

berkesulitas belajar, lamban belajar, autis, memiliki gangguan motorik, menjadi

korban penyalagunaan narkotika, obat terlarang dan zat adiktif lain dan memiliki

kelainan lain.

E. Kerangka Fikir

Pendidikan merupakan kebutuhan manusia dalam pengembangan bakat

dan potensi yang ada dalam diri seseorang. Pendidikan juga berperang proses

penting dalam proses kehidupan manusia yang ada di dalamnya terkandung proses

belajar yang tersusun secara sistematis dan terus menerus, maka kebijakan

pemerintah harus senantiasa berkembang dan memberikan jalan keluar tentang

permasalahan-permasalahan pendidikan yang berkembang di masyarakat sesuai

dengan perkembangan zaman. Kebijakan pemerintah sangatlah penting dalam

mengatur segala kelangsungan harkat dan martabat berkehidupan warga Negara

supaya semua dapat merasakan kebijakan yang di keluarkan oleh pemerintah salah

satunya kebijakan pendidikan.

Pendidikan merupakan suatu keharusan yang harus dinikmati oleh semua

orang tanpa tanpa memandang anak berkebutuhan khusus maupun normal. Seperti

yang tercantum pada Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pada pasal 5 ayat 1

Page 50: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

menyebutkan bahwa setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk

memporoleh pendidikan yang bermutu.Warga Negara yang berkelainan juga telah

di sebutkan dalam pasal 5 ayat 2, yang menyebutkan bahwa: warga Negara yang

memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan atau sosial berhak

memporoleh pendidikan khusus.

Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 Pendidikan khusus bagi peserta

didik berkelainan menjelaskan yaitu: Pasal 129 ayat 1. Pendidikan khusus bagi

peserta didik berkelainan berfungsi memberikan pelayanan pendidikan bagi peserta

didik yang memiliki kesulitan dalam mengitu proses pembelajaran karena kelainan

fisik, emosional, mental, intelektual dan/atau sosial. 2. Pendidikan khusus bagi

peserta didik bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal

sesuai kemampuannya. 3. Peserta didik berkelainan terdiri atas peserta didik yang

tunalaras, tunarungu, tunawicara, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, berkesulitan

belajar, lamban belajar, autis, memiliki gangguan motorik, menjadi korban

penyalagunaan narkotika, obat terlarang dan zat adiktif lain dan memiliki kelainan

lain.

Tahapan pelaksanaan kebijakan ini menjadi begitu penting karena suatu

kebijakan kebijakan ini begitu penting karena suatu kebijakan tidak akan berarti

apa-apa jika tidak dapat di laksanakan dengan baik dengan benar. Dalam penelitian

ini penulis mengangkat model implementasi kebijakan yang di kemukakan oleh

George Edward III dalam (Agustino, 2008 :149) di mana terdapat empat variabel

yang menjadi indikator keberhasilan implementasi kebijakan. Indikatornya yaitu: 1)

komunikasi (Comunication) adalah penyampaian informasi dari pembuat kebijakan

Page 51: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

kepada pelaksana kebijakan yaitu pihak sekolah, 2) Sumber daya (Resources) ialah

segala hal yang dimiliki oleh satu organisasi baik berupa manusia, sarana dan

prasarana yang dapat di gunakan untuk meningkatkan kerjasama dalam kelompok

tersebut, 3) Dispoisi (Disposisition) yaitu tindakan/sikap atau lanjutan dari

pimpinan kepada bawahan yang berupa memo atau perintah yang menjelaskan

tentang pekerjaan apa yang seharusnya dikerjakan dan siapa penanggung jawabnya

sesuai keinginan pemimpinan, dan 4) Struktur Birokrasi (Bureaucraiti structure)

adalah hirarki otoritas yang mengutamakan pembagian kerja secara terperinci yang

dilakukan sistem administrasi untuk memperlancar kerjasama di antara anggota

organisasi.

Pencapaian tujuan implementasi kebijakan pelayanan pendidikan khusus

pada sekolah lanjutan tingkat atas bagi peserta didik berkelainan fisik untuk

terlaksanya pendidikan secara menyeluruh.

Page 52: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

Untuk lebih jelasnya bagan kerangka fikir akan di gambarkan dalam

gambar berikut:

Gambar 1 : Bagan Kerangka Pikir

Implementasi kebijakan

pelayanan pendidikan khusus

pada sekolah lanjutan tingkat

atas bagi peserta didik

berkelainan fisik

Indikator pelayanan

keterkaitannya dengan

implementasi

1. Tanggung jawab

2. Kelengkapan sarana

dan prasarana

3. Kemudahan akses

4. Kedisiplinan.

Faktor-faktor yang

mempengaruhi

implementasi

1. Komunikasi

2. Sumber daya

3. Disposisi

4. Struktur Birokrasi

Efektifitas

implementasi

kebijakan

Sumber Kebijakan

UU NO. 20 Tahun 2003

PP NO. 17 Tahun 2010

Page 53: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

F. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini untuk mengetahui bagaimana implementasi kebijakan

pelayanan pendidikan khusus pada sekolah lanjutan tingkat atas bagi peserta didik

berkelainan fisik dan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

pelayanan pendidikan khusus pada sekolah lanjutan tingkat atas bagi peserta didik

berkelainan fisik Di Sekolah Luar Biasa Negeri Parangtambung Makassar.

G. Deskripsi Fokus Penelitian

Berdasarkan kerangka fikir sebelumnya maka dapat di kemukakan

deskripsi fokus penelitian

1. Implementasi kebijakan sebagai aktivitas penyelesaian atau pelaksanaan suatu

kebijakan publik yang telah ditetapkan/disetujui dengan penggunaan sarana

atau (alat) untuk mencapai tujuan kebijakan.

2. Tanggung jawab yaitu dimana dalam suatu lingkungan sekolah bertanggung

jawab atas penyelenggara pelayanan dan penyelesaian keluhan persoalan

dalam pelaksanaan pelayanan.

3. Kelengkapan sarana dan prasarana yaitu tersedianya sarana dan prasarana yang

memadai termasuk telekomunikasi dan informatika.

4. Kemudahan akses yaitu tempat dan lokasi pelayanan sarana pelayanan yang

memadai termasuk penyediaan telekomunikasi dan informatika (Telematika).

5. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahtamahan yaitu pemberian pelayanan

bersikap disiplin sopan dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan

dengan iklas.

Page 54: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

6. Komunikasi yaitu penyampaian informasi/pengetahuan dan koordinasi diantara

pihak-pihak yang terlibat dalam proses implementasi kebijakan. Indikator

variabel komunikasi antara lain : 1) Transisi (penyaluran komunikasi), 2)

kejelasan komunikasi, dan 3) Konsistensi perintah. Di Sekolah Luar Biasa

Negeri Parangtambung Makassar.

7. Sumber daya, di mana indikator sumber daya yang mempengaruhi

keberhasilan implementasi suatu kebijakan yaitu terdiri dari atas: 1) Staf, 2)

Informasi, 3) wewenang dan 4) fasilitas.

8. Disposisi, yaitu sikap dari pelaksana kebijakan. Variabel dari disposisi adalah

pengankatan birokrasi dan insentif.

9. Struktur birokrasi adalah terdiri dari atas kerjasama dari banyak orang dalam

suatu organisasi. Variabel yang dapat meningkatkan kinerja struktur

birokrasi/organisasi kearah yang lebih baik atau komitmen, toleransi dan

melaksanakan fragmentasi (penyebaran tanggung jawab kegiatan-kegiatan

pegawai di antara beberapa unit kerja).

10. Efektifitas implementasi kebijakan adalah pencapaian tujuan sejauh mana

kesusaian antara proses implementasi kebijakan dengan garis petunjuk teknis

dan petunjuk pelaksanaan yang telah di tetapkan.

Page 55: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

43

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian merupakkan suatu tempat/wilayah yang dibutuhkan

dimana penelitian dilaksanakan. Adapun waktu yang digunakan dalam penelitian

ini adalah selama 2 (dua) bulan yaitu Maret-Mei. Sedangkan lokasi penelitian

yang akan ditempati Di SLBN Pembina Tingkat Provinsi SulSel di Kelurahan

Parangtambung Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Alasan penentuan lokasi

tersebut karena selain lokasi tersebut mudah di jangkau sekolah luar biasa

tersebut di mana di sini untuk mengetahui implementasi kebijakan pelayanan

pendidikan khusus pada sekolah lanjutan tingkat atas bagi peserta didik

berkelaiann fisik. Oleh karena itu, pemerintah di mana berpartisipasi dalam

pengimplementasian kebijakan tersebut.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu penelitian deskriftif kualitatif. Penelitian ini

berusaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau peristiwa

sebagaimana adanya sehingga bersifat mengungkapkan fakta yang di poroleh

di lapangan dan memberikan gambaran secara obyektif tentang keadaan

sebenarnya dari objek yang diteliti.

Page 56: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

2. Tipe penelitian

Tipe penelitian ini menggunakan tipe penelitian studi kasus (case studies)

yaitu penelitian yang mendalam tentang individu, satu organisasi ,satu

program kegiatan, dan sebagainya dalam waktu tertentu. Tujuannya untuk

memporoleh deskripsi yang utuh dan mendalam dari suatu entitas. Studi kasus

menghasilkan data untuk selanjutnya dianalisis untuk menghasilkan teori.

C. Sumber Data

Sumber Data Dalam Penelitian Ini Terdiri Atas Data Primer Dan Data

Sekunder.

1. Data Primer

Yaitu data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data ini diporoleh

melalu narasumber/informan atau dalam istilah teknisnya responden, yaitu

orang yang dijadikan objek atau sebagai sarana mendapatkan informasi

ataupun data di lokasi penelitian.

2. Data Sukunder

Yaitu data yang sifatnya mendukung keperluan data primer seperti buku-buku,

literature, dokumentasi dan bahan bacaan yang berkaitan dengan

Implementasi Kebijakan Pelayanan pendidikan khusus bagi peseta didik

berkelainan fisik.

Page 57: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

D. Informan Penelitian

Adapun yang akan menjadi informan dalam penelitian ini yaitu:

Tabel 1. Nama informan

NO. Nama informan Inisial Jabatan/Status

1 Jamaluddin S.Pd, M,Pd. JML Bagian sarana dan prasarana

2 Drs. Komargono M.M KMG Bagian Humas

3 Dra.Khadijah KDJ Bagian kesiswaan

4 Supraptomo S.Pd SPT Bagian kurikulum

5 Dra. Wiwik susianti WWS Guru keterampilan

6 Herawati S.Pd HRW Guru pendidikan kewarganegaraan

7 Hudaya Muis S.Pd HDY Guru pendidikan agama

8 Andi Nirmawati S.Pd ANM Guru bagian tunagrahita

9 Ahcmad Teddy lira ATL Sekertaris komite

10 Saiful Malik SFM Staf Administrasi

11 Ardiati ARD Orang tua murid

12 Hamjah Nur Hasan HNH Orang tua murid

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan

data sekunder. Untuk mengumpulkan data primer dan sekunder peneliti

menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu:

1. Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan sistematik tentang gejala-gejala

yang diamati. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakaukan dengan cara

observasi langsung (direct observasion) dan sebagai peneliti yang

menempatkan diri sebagai pengamat (reconigzed outsider) sehingga interaksi

peneliti dengan subjek penelitian bersifat terbatas. Dengan melakukan

observasi di Sekolah Luar Biasa Negeri Parangtambung Makassar, maka

peneliti mencatat apa saja yang berkaitan dengan pelayananan pendidikan

khusus pada sekolah lanjutan tingkat atas bagi peserta didik berkelainan fisik.

Page 58: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

2. Wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu wawancara (interview) yang mengajukan

pertanyaan dan yang di wawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Teknik ini digunakan untuk mengungkapkan hal-hal yang berhubungan

dengan implementasi kebijakan pelayanan pendidikan khusus pada lanjutan

tingkat atas bagi peserta didik berkelaianan fisik pada lokasi penelitian.

3. Dokumen yaitu cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis,

terutama berupa arsip-arsip, dan termasuk juga buku-buku, dokumen resmi,

maupun statistik yang berhubungan dengan masalah penelitian. Teknik ini

dilakukan dengan cara mengadakan penelahan terhadap bahan-bahan tertulis

yang berkaitan dengan implementasi kebijakan pelayanan pendidikan khusus

bagi peserta didik berkelaianan fisik pada lokasi penelitian.

F. Teknik Analis Data

Analis data adalah tahapan selanjutnya untuk mengolah data di mana data

yang di poroleh, dikerja dan dimanfaatkan untuk menyimpilkan persoalan yang

diajukan dalam menyusun hasil penelitian. Menurut Miles dan Huberman dalam

(Sugiyono, 2012:91), terdapat 3 (tiga) aktivitas dalam menganalis data, yaitu:

a. Reduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan

pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data

yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

Page 59: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

b. Penyajian data yaitu merupakan rakitan informasi dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan kategori, flowchart. Dan sejenisnya agar makna

peristiwa lebih mudah dipahami.

c. Penarikan kesimpulan

Pada penelitian kualitatif ini, verifikasi data dilakukan secara terus

menerus sepanjang proses penelitian dilakukan. Sejak pertama memasuki

lapangan dan selama proses pengumpulan data, peneliti berusaha untuk

menganalisis dan mencari makna dari data yang di kumpulkan,yaitu mencari pola

tema, hubungan persamaan, hipotesis dan selanjutnya dituangkan dalam bentuk

kesimpulan.

G. Pengabsahan Data

Setelah menganalisis data ,peneliti harus memastikan apakah interpretasi

dan temuan penelitian akurat. Validasi temuan Creswell dalam (Sugiono 2012:

42) berarti bahwa peneliti menentukan keakuratan dan kredibilitas temuan melalui

strategi antara lain:

1. Member cheking adalah proses penelitian menyajikan pertanyaan pada satu

atau lebih partisipan atau tujuan yang telah di jelaskan di atas. Aktivitas ini

juga dilakukan untuk mengambil temuan kembali pada partisipan dan

menanyakan pada mereka baik lisan maupun tulisan tentang keakuran

laporan penelitian.

2. Triangulasi merupakan proses penyekongan bukti terhadap temuan, analisis

dan interpretasi data yang telah di lakukan peneliti yang berasal dari:1)

individu (informan) yang berada (Guru dan Murid), 2) tipe member data

Page 60: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

(wawancara,pengamatan dan dokumen), serta 3) metode pengumpulan

data(wawancara, pengamatan dan dokumen).

3. Eksternal audit, yaitu untuk menghindari bias atas hasil temuan penelitian,

peneliti perlu melakukan cek silang dengan seseorang diluar penelitian.

Seseorang tersebut dapat berupa pakar yang dapat memberikan penilaian

imbang dalam bentuk pemeriksaan laporan penelitian yan akurat.

Page 61: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

SLBN Pembina Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan Sentra PK-PLK

terletak di Jl. Daeng Tata Kelurahan Parangtambung Kecamatan Tamalate Kota

Makassar. Sekolah ini dinaungi oleh pemerintah pusat ini berdiri di atas tanah

36436 m2. Diresmikan tanggal 20 september 1985 oleh direktur pendidikan dasar

dan menengah (Prof. Dr. Hasan Walinono). Awalnya SLB bagian D pembina

tingkat Prov. Sulsel menerima D (Tunadaksa), seiring perkembangan menerima

sisiwa Tunanetra, Tunarungu, Tunadaksa, Tunagrahita, Autis, Kesulitan belajar,

dan lambat ajar. Jumlah Siswa/Siswi khususnya sekolah lanjutan tingkat atas

pada tahun pelajaran 2015-2016 sebanyak 42 ( empat puluh dua).

1. Keadaan Sarana Dan Prasarana Pada Sekolah Lanjutan Tingkatan Atas

Di SLBN Pembina Tingkat Provinsi Pada Sekolah Lanjutam Tingkatan

Atas

Berkaitan dengan kondisi sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SLBN

Pembina Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan pada sekolah lanjutan tingkat atas

pada tahun ajaran 2015-2016 dapat dilihat pada table 2 berikut ini.

Table 2. Kondisi Sarana dan prasarana Di SLBN Pembina Tingkat Provinsi

Pada Sekolah Lanjutan Tinkat Atas tahun pelajaran 2015-2016.

No Komponen Sarana Dan

Prasarana Jumlah

Kondisi Ket.

Baik Rusak

1 2 3 4 5 6

1 Ruang pembelajaran umum 27 23 4

1.1 Ruang perpustakaan 1 1 -

2 Ruang pembelajaran

2.1 Ruang OM 1 1 -

2.2 Ruang BPKPI 1 1 -

2.3 Ruang Bina Diri 1 1 -

2.4 Ruang Tata Busana 1 1 -

Page 62: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

1 2 3 4 5 6

2.4 Ruang tata boga 1 1 -

2.5 Ruang ICT 1 1 -

2.6 Ruang Tata Rias 1 1 -

2.7 Ruang otomotif 1 1 -

2.8 Ruang Kriya Kayu 1 1 -

2.9 Ruang Hantaran 1 1 -

2.10 Ruang elektro 1 1 -

2.11 Ruang music 1 1 -

2.12 Ruang akupuntur/ spa therapy 1 1 -

2.13 Ruang fisioterapi 1 1 -

2.14 Ruang audiometer 1 1 -

2.15 Ruang E-Learnin 1 1 -

3 Ruang penunjang 1 1 -

3.1 Ruang Pimpinan/kepala sekolah 1 1 - 3.2 Ruang Guru 1 1 - 3.3 Ruang Tata Usaha 1 1 - 3.4 Tempat Ibadah/Masjid 1 1 - 3.5 Ruang UKS 1 1 - 3.6 Ruang Asesment/Konseling 1 1 - 3.7 Ruang Organisasi Pramuka 1 1 - 3.7 WC 10 6 4 3.8 Gudang 3 2 1 3.9 Ruang Sirkula/Koridor 1 1 - 3.11 Tempat Bermain 1 1 - 3.12 Ruang Wakasek 1 1 - 3.13 Ruang Centre Braillo 1 1 - 3.14 Aula 1 1 - 3.15 Gedung Diklat 1 1 - 3.16 Laboratorium 1 1 -

Sumber: Profil SLBN Pembina Tk provinsi SULSEL 27 maret 2015

SLBN Pembina tingkat provinsi sulsel telah memiliki sarana dan

prasarana yang menunjang proses kegiatan belajar mengajar di sekolah

tersebut. Sarana dan prasarana ini di adakan dari bantuan pemerintah yang di

terima oleh sekolah. Berikut ini jumlah dan kondisi sarana dan prasarana

tersebut.

Page 63: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

Table 3. Data Kondisi Sarana Di SLBN Pembina Tingkat Provinsi sulsel

Pada Sekolah Lanjutan Tinkat Atas tahun pelajaran 2015-2016.

No. Nama Prasarana Jumlah Kondisi

Keterangan Baik Rusak

1 Computer E-Learning 7 unit 7 - Bantuan direktorat P PK-PLK

Dikmen Tahun 2011

2 Computer Braillo 1 unit 1 - Bantuan Direktorat

PPK LK Dikmen Tahun 2011

3 Laptop E-Learning

Dikmen

6 unit 6 - Bantuan Direktorat

PPK LK Dikmen Tahun 2011

4 Laptop E-Learning

Diknas

1 unit 1 - Bantuan Direktorat

PPK LK Diknas Tahun 2011

5 LCD Projector

E-Learnig Diknas

1 unit 1 - Bantuan Direktorat

PPK LK Dikmen Tahun 2011

6 Printer canon E-learning

Diknas

2 unit 2 - Bantuan Direktorat

PPK LK Diknas Tahun 2011

7 printer projector

E-learnig diknas

1 unit 1 - Bantuan Direktorat

PPK LK Dikmen Tahun 2011

8. Printer Braille 1 Set 1 - Bantuan Direktorat

PPK LK Diknas Tahun 2011

9. Kamera digital 1 Unit 1 - Bantuan Direktorat

PPK LK Diknas Tahun 2011

10. Audiometer Dikmen 1 Set 1 - Bantuan Direktorat

PPK LK Dikdasn Tahun 2011

11. Audiometer Dikdas 1 unit 1 - Bantuan Direktorat

PPK LK Dikdas Tahun 2011

12. Layar 1 Unit 1 - Bantuan Direktorat

PPK LK Dikdas Tahun 2011

13. Mesin ketik Braille 1 unit 1 - Bantuan Direktorat

PPK LK Dikdas Tahun 2011

14. Riglet besar 4 buah 4 - Bantuan Operasional Dikmen

2011

15. Mesin fax 1 unit 1 - Bantuan Operasional Dikmen

2011

16. Gerobak sampah (atro) 1 unit 1 - Bantuan Operasional Dikmen

2011

17. Tempat sampah 7 buah 7 - Bantuan Operasional Dikmen

2011

18. Mesin plong 1 set 1 - Bantuan Operasional Dikmen

2011

19. Tenda terowongan 1 set 1 - Bantuan Operasional Dikmen

2011

20. Papan pengumuman 4 set 4 - Bantuan Dana Bos SDLB/SMP

LB 2011

21. Lemari piala 1 set 1 - Bantuan Dana Bos SDLB 2011

22. Lemari arsip 1 set 1 - Bantuan Dana Bos SDLB 2011

Sumber: profil SLBN Pembina Tingkat Provinsi SulSel 27 maret 2015

Berdasarkan keadaan sarana dapat dilihat dalam keadaan kondisi baik dan

adanya bantuan bantuan direktorat PK-PLK Dikmen, bantuan Direktoran Dikmen

Page 64: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

PPK-PLK, bantuan direktoran PPK-LK Dikdas, bantuan direktorat PPK- LK

Diknas, bantuan operasional Dikmen dari tahun 2011.

2. Keadaan Sumber Daya Manusia (SDM) di SLBN Pembina Tingkat

Provinsi SulSel.

Berikut ini tenaga pendidik dan kependidikan di SLBN Pembina

Tingkat Provinsi SulSel khususnya tenaga pendidikan pada sekolah lanjutan

tingkat Atas tahun pelajaran 2015-2016.

Tabel. 4 Tenaga Pendidik Dan Kependidikan Pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

SLBN Pembina Tingkat Propinsi Sulsel.

STATUS KEPEGAWAIAN

JABATAN

GOLONGAN KUALIFIKASI PENDIDIKAN

JUMLAH II III IV SMP SMA D.II S1 S2

L P L P L P

TETAP/PNS

Kepala Sekolah - - - - 1 - - - - 1 1

Guru PNS 3 1 9 12 9 22 - 2 46 8 56

Guru PNS DEPAG - - - - 1 - - - 1 - 1

JUMLAH 3 1 9 12 11 22 - 2 47 9 58

Tenaga

Administrasi 1 - 1 3 - - - 4 - 1 - 5

JUMLAH 1 - 1 3 - - - 4 - 1 - 5

Sumber: profil SLBN Pembina Tingkat Provinsi SulSel 27 maret 2015

Berkaitan sumber daya manusia tenaga pendidik dan kependidikan di

Sekolah Luar Biasa Negeri parangtambung Makassar dilihat dari jabatan terdiri

dari kepala sekolah, guru pegawai negeri sipil, guru pegawai negeri, departemen

agama dan tenaga administrasi. Dilihat dari golongan II laki-laki 4 (empat) orang

dan perempuan 1(satu) orang , dilihat dari golongan III laki-laki 10 (orang),

dilihat golongan III dan perempuan 15 (lima belas) orang, dan golongan IV laki-

laki 11 (sebelas) orang dan perempuan 11 (sebelas) orang. Sedangkan kualifikasi

pendidikan D.II 2 (dua) orang, S1 48 (empat puluh delapan) dan S2 9 (Sembilan)

orang.

Page 65: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

Tabel 5. Tenaga Honorer/Tidak Tetap/Sukarela Di SLBN Pembina Tingkat

Provinsi Sulsel.

No STATUS KEPEGAWAIAN

JENIS

KELAMIN KUALIFIKASI PENDIDIKAN JUMLAH

L P SMP SMA D.II S.1 S.2

1 Guru Bantu - 1 - - - 1 - 1

2 Guru Kontrak 2 1 - - - 3 - 3

3 Tenaga/guru Sosial 7 6 - - 2 11 - 13

4 Tenaga sosial adminstrasi 3 1 - 4 - - - 4

5 Tenaga sosial perpustakaan - 1 - 1 - - - 1

6 Laboran - 1 - 1 - - - 1

Tenaga sosial ket.tatabusana 1 - - 1 - - - 1

7 Bujang sekolah 1 - - 1 - - - 1

8 Cleaning Service 5 1 - 6 - - - 6

9 Satpam 1 - 1 - - - - 1

JUMLAH 20 12 1 14 2 15 - 32

Sumber: profil SLBN Pembina Tingkat Provinsi SulSel.27 maret 2015

Berkaitan sumber daya manusia tenaga honorer/tidak tetap/sukarela di

sekolah luar biasa negeri parangtambung Makassar dilihat dari status kepegawaian

terdiri dari guru bantu, guru kontrak, tenaga/guru sosial, tenaga sosial

administrasi, tenaga sosial perpustakaan, laboran, tenaga sosial keterampilan

tatabusana, bujang sekolah, cleaning service, satpam, dan memiliki jumlah

perempuan 20 (dua puluh) dan perempuan 12 (dua belas) orang, sedangkan

kualifikasi pendidikan D.II 2 (dua) orang dan S.1 15 (lima belas) orang.

3. Visi Dan Misi

a. Visi : Terwujudnya pelayanan pendidikan khusus dan layanan khusus sesuai

dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik, sehingga senang belajar dan

mengembangkan potensinya secara optimal yang berprestasi dan bertaqwa.

b. Misi : 1). Mengembangkan pembelajaran yang menyenangkan dan meningkatk

an, harga diri dan tantangan bagi peserta didik. 2). Memelihara suasana yang

membantu, harga diri dan menghargai diantara warga sekolah. 3). Memiliki

Page 66: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

lingkungan fisik yang aksebilitas, aman rapid an bersih dan nyaman. 4).

Mengembangkan disiplin dari dalam peserta didik maupun pendidikan dan

tenaga kependidikan.

4. Struktur Organisasi

Berdasarkan struktur organisasi SLBN Pembina Tingkat provinsi

SulSel dapat dilihat pada bagan struktur organisisasi berikut ini:

Gambar 2. Struktur Organisasi

Kepala sentra

PK dan PLK

Kepala Sekolah Muh. Hasyim S.Pd M.Pd

NN

Ketua Komite Drs. Kamaluddin arfah

Wakasek Urusan Urusan Urusan Sarana Urusan

Kurikulum Kesiswaan Dan Prasarana Humas Supramono S.Pd Teti Supriati S.Pd jamaluddin S.Pd. M.Pd Drs.Komargono M.M

Tata Usaha SyarifuddinSukmin

Bengkel Kerja Muhammad Nur S.Pd

BP Dra.Widyastuti

Laboran Syamsiah S.Pd

Pustakawan Nirmalasari

Guru

Siswa A ( Tunanetra), B ( Tunarungu), C ( Tunagrahita), D ( Tunadaksa), Autis, Lambat ajar

Page 67: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

B. Pelayanan Pendidikan Khusus Pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Bagi

Peserta Didik Berkelainan Fisik Di SLBN Pembina Tingkat Provinsi

SulSel di parantambung Makassar.

Pelayanan adalah sebagai suatu fungsi dari interaksi antara personal atau

individu dengan lingkungannya. Individu membawa kedalam tatanan organisasi

kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan kebutuhan, dan pengalaman

masalalunya. Ini semuanya adalah karakteristik ini akan dibawa olehnya manakala

ia akan memasuki suatu lingkungan baru, yakni organisasi atau lainnya.

Organisasi yang juga merupakan lingkungan mempunyai karakteristik pula.

Adapun karakteristik yang mempunyai organisasi antara keteraturan yang

di wujudkan dalam susunan hirarki, pekerjaan- pekerjaan, tugas-tugas, wewenang

dan tanggung jawab, sistem penggajian (reward system) sistem pengendalian dan

lain sebagainya. Jika karakteristik organisasi maka akan terwujudnya perilaku

individu dalam organisasi.

Sebagaimana dengan tujuan penelitian yang tercantum pada bab

sebelumnya, yaitu untuk mengetahui pelayanan pendidikan khusus Pada sekolah

lanjutan tingkatan atas bagi peserta didik bekelainan fisik di SLBN Pembina

Provinsis Sulsel. Sekolah ini telah menjalankan pendidikan khusus bagi peserta

didik berkelainan fisik. Adapun indikator keberhasilan pelayanan pendidikan

khusus pada sekolah lanjutan tingkat atas bagi peserta didik berkelainan fisisk di

SLBN Pembina Tingkat provinsi SulSel. Yakni 1). Tanggung jawab 2).

Kelengkapan sarana dan prasarana 3). Kemudahan akses 4). Kedisiplinan. Berikut

ini indikator diatas.

Page 68: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

1. Tanggung jawab

Setiap manusia memiliki tanggung jawab dalam hidupnya masing-

masing terhadap apapun yang dilakukannya. Ridwan halim mengatakan (1988)

mendefinisikan tanggung jawab adalah sebagai suatu akibat lebih lanjut dari

pelaksanaan peranan, baik peranan itu merupakan hak dan maupun kewajiban atas

kekuasaan. Secara umum tanggung jawab diartikan untuk melakukan suatu atau

berperilaku menurut cara tertentu.

a. Melaksanakan tugas dengan baik

Tanggung jawab bersumber dari atau lahir atas pengunaan fasilitas dalam

penerapan kemampuan tiap orang untuk menggunakan hak dan melaksanakan

kewajibannya. Hasil wawancancara dengan KMG selaku bagian humas

menyatakan bahwa:

“Bentuk tanggung jawab dinas pendidikan terhadap sekolah sudah

berjalan dengan baik tetapi perlu adanya tambahan masalah biaya

pemeliharaan sekolah yang harus dianggarkan lewat APBD Provinsi”

(Hasil wawancara KMG, 18 Maret 2015).

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat di analisis dalam hal bentuk

tanggung jawab dinas pendidikan terhadap sekolah sudah berjalan dengan baik

dalam hal dinas pendidikan sering melakukan pengawasan dan pelatihan, tetapi

masih perlu penambahan anggaran dana lewat APBD Provinsi untuk biaya

pemeliharaan sekolah. Tanggung jawab yang baik adalah sebaik suatu akibat lebih

lanjut dari pelaksanaan peranan, baik peran itu merupakan hak maupun kewajiban

ataupun kekuasaan. Secara umum tanggung jawab diartikan sebagai kewajiban

untuk melakukan sesuatu atau berperilaku menurut cara tertentu. Secara umum

Page 69: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

tanggung jawab diartikan sebagai kewajiban untuk melakukan sesuatu atau

berperilaku menurut cara tertentu.

Tambahan biaya pemeliharaan sekolah dianggarkan lewat APBD

Provinsi adalah salah satu faktor pendukung anggaran berkaitan dengan

kecukupan modal dan investasi atas satu program atau kebijakan untuk terjamin

terlaksananya kebijakan, sebab tanpa dukungan anggaran yang memadahi,

kebijakan tidak akan berjalan dengan efektif dalam mencapai tujuan dan

sasaran. Ditambahkan dengan hasil wawancara JML bagian sarana dan

prasarana JML menuturkan bahwa:

“Bentuk tanggung jawab dinas pendidikan terhadap sekolah kami selalu

melakukan kordinasi langsung dari provinsi, tanggung jawab sesuai

dengan tugas dan fungsi dal hal ini kepala UPTD balai pengembangan

pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus” (Hasil wawancara

JML, 16 Maret 2015).

Hasil wawancara diatas dapat di analisis bahwa dalam hal dinas

pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam hal tanggung jawab ini

seringnya memperhatikan kepentingan bagi peserta didik berkelainan fisik, dapat

dilihat sering diadakan kordinasi langsung dari provinsi, tanggung jawab sesuai

dengan tugas dan fungsi hal ini kepala UPTD balai pengembangan pendidikan

khusus dan layanan khusus dan bentuk tanggung jawab dapat di lihat dengan

seringnya diadakan pengawasan dan pelatihan. Hal ini sangat mempengaruhi

keberadaan peseta didik untuk memberikan pelayanan secara maksimal.

Hal ini sependapat van meter dan van horn dalam (Agustino, 2008:142)

mengatakan bahwa koordinasi merupakan mekanisme yang sangat ampuh dalam

implementasi kebijakan public. Semakin baik kordinasi komunikasi antara pihak-

Page 70: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka asumsi kesalahan-

kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi. Dan begitu pula sebaliknya.

b. Pelaksanaan tanggung jawab

Tanggung jawab bersumber dari atau lahir atas pengunaan fasilitas dalam

penerapan kemampuan tiap orang untuk menggunakan hak dan melaksanakan

kewajibannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan KMG bagian Humas.

menyatakan bahwa:

“Tanggung jawab pihak sekolah mengenai peserta didik hampir sudah

berjalan dengan baik dan tepat mengenai kelancaran peserta didik untuk

mendapatkan pendidikan” (Hasil wawancara KMG, 18 Maret 2015).

Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa tanggung jawab pihak

sekolah sudah berjalan dengan baik dapat dilihat mengenai kelancaran peserta

didik untuk mendapatkan pendidkan dimana penyelenggara pelayanan dan

keluhan/Persoalan, bahkan tenaga pendidik disiplin ilmu sesuai dengan tugasnya

masing-masing dan tidak adanya tumpah tindih.

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa pihak sekolah sangat

berperan dalam kelancaran peserta didik yang memiliki kelainan fisik untuk

mendapatkan pendidikan.

Hal ini dapat dilihat peraturan pemerintah tentang pendidikan khusus bagi

peserta didik berkelainan pasal 129 menyatakan bahwa pendidikan khusus bagi

peserta didik berkelainan berfungsi memberikan pelayanan pendidikan bagi

peserta didik yang memiliki kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran

karena kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan/ Sosial. Berdasarkan

Page 71: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

hasil wawancara kepala sekolah SLBN Pembina Tingkat provinsi SulSel

mengatakan bahwa:

“Selama ini tanggung jawab pihak sekolah sudah baik karena disini sudah

mendapatkan beasiswa dan tidak ada yang di bayar” (Hasil wawancara

HNH, 18 Maret 2015).

Berdasrkan hasil wawancara di atas penulis menyimpulkan tanggung

jawab yang diberikan sekolah sudah berjalan dengan baik hal ini dapat lilihat

bahwa tenaga pendidik sudah disiplin ilmu sesuai dengan tugasnya masing-

masing dan diperkuat dengan salah satu orang tua siswa yang mengatakan bahwa

tanggung jawab pihak sekolah sudah berjalan dengan baik dapat dilihat dengan

mendapatkannya beasiswa bagi peserta didik dan dalam memporoleh pendidikan

akan lebih mudah dengan digratiskannya biaya pendidikan.

2. Kelengkapan sarana dan prasarana

Kelengkapan Sarana dan prasarana pelayanan merupakan hal yang paling

penting dalam pelayanan pendidikan yang memadai termasuk pelayanan

telekomunikasi dan informatika.

a. Ketercukupan

Ketercukupan sarana dan prasarana yang menjadi faktor pendukung dalam

pelayanan pendidikan. Dari hasil wawancara JML selaku bagian sarana dan

prasarana mengatakan mengenai kelengkapan saran dan prasarana:

“kelengkapan sarana dan prasarana Sampai hari ini terpenuhi walaupun

sebenarnaya masih ada juga kelas perlu direhab, dan masih ada beberapa

ruangan yang disekat” (Hasil wawancara JML, 16 Maret 2015).

Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa ketercukupan sarana

dan prasarana yang menjadi faktor pendukung masih perlu pembenahan dan

Page 72: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

perbaikan sehingga tidak ada lagi kelas yang di sekat demi terpenuhinya

kebutuhan peserta didik berkelainan fisik. Hasil wawancara KDJ selaku bagian

kesiswaan mengatakan bahwa:

“Untuk sementara cukup untuk kegiatan proses belajar mengajar, seperti

fasilitas computer, keterampilan yang ada disekolah ini seperti

keterampilan busana, keterambilan boga, keterampilan otomotif” (Hasil

wawancara KDJ, 18 Maret 2015).

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan terdapatnya fasilitas

saranana dan prasarana yang ada seperti fasilitas computer, keterampilan yang ada

seperti keterampilan boga, dan keterampilan otomotif. Hasil wawancara ATL

salah satu sekertaris komite mengatakan bahwa:

“Mulai dilengkapi dan memadai ditandai dengan pengadaan

infrakstruktur yang mengadakan sekolah bukan dinas pendidikan” (Hasil

wawancara ATL, 18 Maret 2015).

Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa pengadaan

infrakstuktur yang terdapat telah dilengapi fasilitas sarana dan prasarana yang

mengadakan sekolah bukan dinas pendidikan.

Dari hasil wawancara diatas penulis menyimpulkan bahwa kelengkapan

sarana dan prasarana terpenuhi walaupun sebenarnya masih ada juga kelas yang

perlu direhab, yang di sekat. Namun informan lain mengatakan bahwa

kelengkapan sarana dan prasarana untuk sementara cukup, alasannya dengan

adanya fasilitas computer, keterampilan yang ada seperti, keterampilan Boga,

otomotif dan busana. Informan lain mengatakan kelengkapan sarana dan

prasarana mulai dilengkapi dan memadai dengan pengadaan infrakstuktur sekolah

bukan dinas pendidikan.

Page 73: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

b. Pemenuhan Harapan.

Kelengkapan sarana dan prasarana di dukung pemenuhan harapan

fasilitas yang ada. Hasil wawancara JML bagian sarana dan prasarana mengatakan

bahwa Belum sesuai harapan karena masih ada kelas yang digabung, meskipun

sudah ada beberapa yang memenuhi” (Hasil wawancara JML, 16 Maret 2015).

Dari hasil wawancara dapat dianalisis bahwa pemenuhan harapan fasilitas

sarana dan prasarana yang ada belum sesuai diharapkan masih perlu penambahan

kelas demi kelancaran proses mengajar terhadap peserta didik. Hasil wawancara

ATL salah satu sekertaris komite mengatakan bahwa:

“Pada umumnya sudah sesuai yang diharapkan, tetapi harapan

kedepannya diadakan peremajaan, contohnya gedung bengkel perlu

perbaikan karena bagian atas sudah mulai rusak, perlu penambahan alat-

alat peraga di bagian autis, dan bagian lain sudah memadai Cuma perlu

penambahan” (Hasil wawancara ATD, 18 Maret 2015).

Dari hasil wawancara diatas penulis menyimpulkan dalam peningkatan

sarana dan prasarana masih perlu dilakukan terutama gedung bengkel perlu

perbaikan dan penambahan karna bagian atas sudah mulai rusak, begitu pula

penambahan alat-lat peraga di bagian autis agar pemenuhan harapan memadai.

3. Kemudahan Akses

Kemudahan akses yaitu.Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang

memadai, mudah di jangkau oleh masyarakat, dan memanfaatkan teknologi

telemonikanikasi dan informasi.

Page 74: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

a. Lokasi pelayanan

Lokasi pelayanan adalah satu satu faktor pendukung yang memadai. Dari hasil

wawancara WWS salah satu salah satu guru keterampilan mengatakan bahwa

Lokasi kalau kita lihat cendrung tidak mengganggu, Cuma memang akses masuk

jalanannya agak sempit” (Hasil wawancara WWS, 16 Maret 2015).

Dari hasil wawancara dapat dianalisis bahwa demi terwujudnya lokasi

pelayanan yang baik. Lokasi yang terdapat Lingkungan pelayanan harus tertib,

tertutup, di sediakan ruangan tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang

indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan seperti

parkir, toilet, tempat ibadah dan lain-lain. Dari hasil wawancara sekertaris komite

mengatakan bahwa:

“Lokasi pelayanan sudah cukup memadai tetapi perlu penambahan dan

peremajaan karena sebagian masih pembenahan dan membutuhkan

anggaran setiap anggaran setiap 3 (Tiga) tahun” (Hasil wawancara ATL,

18 Maret 2015).

Dari hasil wawancara dapat dianalisis demi terwujudnya lokasi pelayanan

yang baik untuk meningkatkan penambahan dan peremajaan memerlukannya

Anggaran untuk menjamin terlaksananya kebijakan, sebab tanpa dukungan

anggaran yang memadai, kebijakan tidak akan berjalan dengan efektif dalam

mencapai tujuan dan sasaran. Dari hasil wawancara HNH salah satu orang tua

murid mengatakan bahwa “Lokasi pelayanan sudah sesuai yang diharapkan karena

lokasinya tenang, bagus, dan tertib” (Hasil Wawancara HNH, 18 Maret 2015).

Dari hasil wawancara diatas yang diharapkan orang tua siswa sudah

sesuai yang diharapkan disebabkan lokasi tenang, bagus dan tertib, dan yang di

Page 75: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

sediakan kepada orang tua siswa di sediakannya ruangan tunggu yang nyaman,

bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas

pendukung pelayanan seperti parkir, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.

Dari hasil wawancara diatas penulis dapat disimpulkan bahwa lokasi

pelayanan terhadap peserta didik berkelainan fisik. demi terwudnya lokasi

pelayanan yang baik. Lokasi yang terdapat Lingkungan pelayanan harus tertib,

tertutup, di sediakan ruangan tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang

indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan seperti

parkir, toilet, tempat ibadah memerlukannya Anggaran setiap 3 (Tiga) untuk

menjamin terlaksananya kebijakan, sebab tanpa dukungan anggaran yang

memadai, kebijakan tidak akan berjalan dengan efektif dalam mencapai tujuan dan

sasaran.

b. Akses Keamanan

Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan

kepastian hukum. Hasil wawancara KMG salah satu bagian Humas mengatakan

bahwa:

“Keamanan di sini sudah bagus karena sucuritas sangat tertib

administrasi, administrasi sudah di jalankan dengan baik, dan

melakunkan control selama 24 jam” (Hasil wawancara KMG, 18 Maret

2015).

Dari hasil wawancara dapat dianalis salah satu faktor pendukung

terhadap peserta didik berkelainan fisik adalah keamanan yang bagus, ini dapat

dilihat terdapatnya securitas yang tertib administrasi dan dijalankannya tugas dan

tanggung jawab dengan melakukan control 24 jam. Hasil wawancara salah satu

Page 76: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

orang tua siswa HNH mengatakan bahwa“Terdapat dua security yang menjaga

tetapi belum maksimal dalam menjaga dan perlu ditingkatkan” (Hasil wawancara

HNH,18 Maret 2015).

Akses keamanan yang terdapat masih perlu peningkatan guna untuk

menjamin terselenggranya pendidikan bagi peserta didik berkelainan fisik.

Dari hasil wawancara diatas dapat di simpulkan bahwa terdapatnya

keamanan yang bagus ini dapat diliha sucuritas sangat tertib administrasi,

administrasi sudah di jalankan dengan baik, dan melakukan control selama 24 jam

tetapi disisi lain harapan orang tua masih perlunya peningkatan keamanan agar

maksimal.

4. Kedispilinan

Kesungguhan memberikan pelayanan terutama konsisitensi waktu kerja

sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk menilai sejauh mana petugas

pelayanan dapat dikatakan baik atau buruk. Pemberian pelayanan harus bersikap

disiplin, sopan dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan iklas.

a. Kesopanan

Kesopanan adalah salah satu faktor pendukung dalam memberikan

pelayanan terhadap peserta didik berkelainan fisik. Menurut hasil wawancara

KMG bagian Humas mengatakan bahwa:

“Sudah cukup menerapkan kedisiplinan, upacara setiap hari senin

dilaksanakan, kehadiran absensi, datang dan pulang terisi” (Hasil

wawancara KMG, 18 maret 2015).

Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa kedisiplinan adalah

konsisitensi waktu kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk menilai

Page 77: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

sejauh mana petugas pelayanan dapat dikatakan baik atau buruk. Menurut hasil

wawancara dengan sekertaris komite menuturkan bahwa: “Sudah rata-rata

menerapkan kedisplinan walaupun masih ada yang belum (Hasil wawancara ATL,

18 maret 2015).

Dari hasil wawancara dapat disimpulkan Masih perlu peningkatan

kedisiplinan demi terwujudnya dalam memberikan pelayanan terutama

konsisitensi waktu kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hasil wawancara

HNH salah satu orang tua murid mengatakan bahwa “Kesopanan dan

keramtamahan sudah baik, tata tertib, dan kebersamaan keliatan rukun” (Hasil

wawancara HNH, 18 Maret 2015).

Dalam memberikan pelayanan salah satu orang tua siswa mengatakan

sikap yang diporoleh sudah baik, tata tertib dan kebersamaan keliatan rukun.

Menurut hasil wawancara diatas menyimpulkan bahwa para pelaksanan

Sudah cukup menerapkan kedisiplinan, upacara setiap hari senin dilaksanakan,

kehadiran absensi, datang dan pulang terisi. Menurut informan lain Sudah rata-

rata menerapkan kedisplinan walaupun masih ada yang belum ini dapat dilihat

bahwa masih perlu peningkatan dalam menerapkan kedisiplinanan. Menurut

informan lain mengatakan Kesopanan dan keramtamahan sudah baik, tata tertib,

dan kebersamaan kelihatan rukun.

Page 78: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

b. Keramhtamahan

kesopanan dan keramahtamahan yaitu sikap dan perilaku dalam memberikan

pelayanan secara optimal serta saling menghargai dan menghormati. Hasil

wawancara dari salah bagian kesiswaan KDJ mengatakan bahwa:

“Dalam memberikan pelayanan kami selalu menerapkan keramahtamahan

terhadap murid maupun orang tua murid, ini dapat dilihat bahwa dalam

perkembangan terhadap anaknya orang tua yang menginginkan kemandiri

an secara terampil” ( Hasil wawancara KDJ, 18 Maret 2015).

Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa dalam memberikan

pelayanan diterapkannya keramhtamahan terhadap murid maupun orang tua

murid, dimana orang tua siswa mengingikan anaknya kemandirian secara

terampil.

Hal ini sesuai dengan peraturan pemerintah tentang peserta didik

berkelainan fisik pasal 129 ayat 1 pendidikan khusus bagi peserta didik

berkelainan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal

sesuai kemampuannya. Hasil wawancara salah satu sekertaris komite mangatakan

bahwa “Pelayanan harus lebih ditinkatkan terutama di bagian Autis” (Hasil

wawancara ATL, 18 Maret 2015).

Dalam memberikan pelayanan optimal masih perlu ditingkatkan terutama

pelayanan di bagian autis. Hasil wawancara salah satu orang tua murid

mengatakan bahwa Dalam memberikan pelayanan sudah baik, Cuma mungkin

jam pelayanan perlu di tambah” ( Hasil wawancara HNH, 18 Maret 2015).

Dari wawancara diatas penulis menyimpulkan Dalam memberikan

pelayanan selalu menerapkan keramahtamahan terhadap murid maupun orang tua

Page 79: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

siswa, ini dapat dilihat bahwa perkembanganan orang tua yang menginginkan

kemandirian secara terampil dan Pelayanan harus lebih ditinkatkan terutama di

bagian Autis. Menurut informan lain dalam memberikan pelayanan sudah baik,

Cuma mungkin jam pelayanan perlu di tambah.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan

Sebagaimana dengan tujuan penelitian yang tercantum pada bab

sebelumnya, yaitu untuk mengetahui bagaimana keberhasilan implementasi

kebijakan pelayanan pendidikan khusus Pada sekolah lanjutan tingkatan atas bagi

peserta didik bekelainan fisik di SLBN Pembina Tingkat Provinsi Sulsel di

Parangtambung Makassar. Sekolah ini telah menjalankan pendidikan khusus bagi

peserta didik berkelainan fisik. Adapun indikator keberhasilan implementasi

kebijakan pelayanan pendidikan khusus pada sekolah lanjutan tingkat atas bagi

peserta didik berkelainan fisik di SLBN Pembina Tingkat provinsi SulSel. Yakni

1) Komunikasi (communication) 2)Sumber daya (Resources) 3)Disposisi

(Disposisition) dan 4)Struktur Birorasi (Beructaric structure). Berikut ini

indikator diatas.

1. Faktor Komunikasi (Comunication)

Komunikasi adalah penyampaian informasi/pengetahuan dan kordinasi

diantara pihak-pihak yang terlibat dalam implementasi kebijakan mencakup

beberapa dimensi penting yaitu:

Page 80: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

a. Penyaluran Komunikasi

Yaitu dimana suatu implementasi kebijakan yang baik adalah efek dari penyaluran

komunikasi yang terlaksana dengan baik pula. Petikan wawancara dengan KMG

bagian Humas Memaparkan bahwa:

“Penyaluran komunikasi antara dinas pendidikan dan sekolah sementara

lancar-lancar saja semua kegiatan yang diadakan dinas provinsi, biasanya

kami libatkan” (Hasil wawancara KMG,18 Maret 2015).

Dari hasil wawancara dapat dianilisis bahwa, Penyaluran komunikasi

sudah dianggap baik dapat mennghasilkan suatu implementasi yang baik pula.

Penyaluran komunikasi dianggap baik oleh informan diatas dengan alasan bahwa

penyaluran komunikasi lancar-lancar saja dapat dilihat bahwa semua kegiatan

yang diadakan dinas provinsi selalu melibatkan sekolah bahkan dinas pendidikan

menyurati sekolah, berkunjung kesekolah untuk memantau dan memonitoring.

Hal yang sama juga dituturkan oleh ATL sekertaris komite mengatakan bahwa:

“penyaluran komunikasi dinas pendidikan dengan pihak sekolah sudah

sangat bagus serinnya ada pengawasan adanya interaksi, bahkan kami

ketua komite sering diundang dialog untuk evaluasi” (Hasil wawancara

ATL, 18 Maret 2015).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa Penyaluran

komunikasi dinas pendidikan dengan pihak sekolah diangap baik oleh informan

dengan alasan bahwa dimana dinas pendidikan penyaluran komunikasi sudah

sangat bagus ini dapat di lihat dengan adanya kordinasi antara pihak dinas

pendidikan kepada sekolah seringnnya dilakukan pengawasan bahkan adanya

interaksi dan ketua komite sering di undang untuk dilakukannya evaluasi.

Page 81: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

b. Kejelasan Informasi

Yaitu komunikasi yang diterima dari pelaksana kebijakan haruslan jelas

dan tidak membingunkan (tidak ambigu/Mendua). Dari hasil wawancara ATL

selaku sekertaris komite menyatakan bahwa :

“Kejelasan komunikasi sudah diterima dengan jelas, ini dapat dilihat

bahwa adanya pembagian tugas dengan menunjuk beberapa guru pimpinan

sebagai wakil kepala sekolah, kesiswaan, sapras, kurikulum dan bagian

keterampilan ada penunjuk tanggung jawab masing-masing’’(Hasil

wawancara ATL, 18 Maret 2015).

Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis Mengenai kejelasan

komunikasi menurut beberapa informan sudah di terima dengan jelas. Dengan

alasan bahwa adanya pembagian bahwa adanya penunjuk tugas beberapa guru

pimpinan untuk mempermudah tugas dan tanggung jawab masing-masing

sehingga dapat dilaksanakan demgan lancar dengan pemahaman yang sama

diantara penanggung jawab yang sudah ditetapkan. Selain itu, guru bagian

kurikulum SPT menyampaikan pendapatnya sebagai berikut:

“Kejelasan komunikasi sudah diterima dengan jelas dengan adanya

sosialisasi berbentuk persuratan, pengarahan langsung dari dinas

pendidikan” (Hasil wawancara SPT, 16 Maret 2015).

Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa bentuk sosialisasi

sering di lakukan berbentuk undangan, pelatihan-pelatihan yang sering diadakan

dan interaksi juga sering diadakan dari pihak luar terutama dengan perguruan

tinggi. Kejelasan komunikasi sangat jelas dengan adanya interaksi kordinasi

dengan pihak-pihak yang terkait.

Page 82: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

c. Konsistensi Perintah

Yaitu perintah yang diberikan dalam pelaksanaan haruslah konsisten/

tidak berubah-ubah dan jelas (untuk ditetepkan dan dijalankan). Dari hasil

wawancara Selaku guru bagian kurikulum SPT mengenai konsistensi perintah

bahwa:

“konsistensi perintah sudah sangat baik, ini dapat dilihat administrasi

kinerja sudah semakin baik, opersional sudah bagus dan mengikuti secara

kurikulum dan perlu diintensifkan”(Hasil wawancara SPT,17 Maret 2015).

Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa konsisitensi perintah

sudah sangat baik, dimensi konsisitensi menghendaki agar informasi yang

disampaikan tidak menimbulkan kebingungan pelaksana kebijakan kelompok

sasaran maupun pihak terkait. Konsisitensi perintah dapat dilihat administrasi

kinerja sudah semakin baik, operasional sudah bagus dan mengikuti secara

kurikulum dan konsistensi perintah yang ada perlu diintensifkan. Dari hasil

wawancara SFM selaku staf administrasi mengatakan bahwa konsisitensi

perintah:

“konsistensi perintah dilakukan dengan tegas dan memahami tugas dan

fungsinya masing-masing dan konsistensi perintah tidak boleh berubah-

ubah sesuai dengan penyampaian yang telah di tetapkan sebelumnya”

(Hasil wawancara SFM, 17 Maret 2015).

Perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi haruslah

konsistensi dan jelas untuk ditetapkan dan dijalankan dengan baik. Dalam

pelaksananaan mengenai pengimplementasian pelayanan pendidikan khusus bagi

peserta didik berkelainan fisik diterima oleh informan diatas diporoleh dengan

baik dan tegas. Alasannya bahwa perintah yang diberikan sudah dilakukan

dengan baik dapat dilihat dari kinerja administrasi sudah semakin baik. Alasannya

Page 83: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

namun informan lain mengatakan konsistensi perintah seharusnya tidak berubah-

ubah sesuai dengan penyampaian yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Faktor Sumber Daya (Resources)

Sumber daya berkaitan dengan segala sumber yang dapat digunakan

untuk mendukung keberhasilan implementasi kebijkan pelayanan pendidikan

khusus pada sekolah lanjutan tingkat atas bagi peserta didik berkelinan fisik.

Sumber daya ini mencakup beberapa indikator yang menjadi alat ukur tercapainya

keberhasilan dalam pelaksanaan kebijakan tersebut. Indikator itu antara lain:

a. Staf

Dimana penambahan jumlah staf dan pelaksana kebijakan tidak

mencukupi namun diperlukan pula kecakapan staf dan keahlian dan

kemampuannya melaksanakan tugas yang diinginkan oleh kebijakan itu sendiri.

Dari hasil wawancara WWS salah satu guru bagian keterampilan mengatakan

bahwa:

“Kemampuan dan keahlian staf mereka di sana sangat mendukung dalam

mengimplementasikan sudah sesuai yang diharapkan. Hanya perlu

peningkatan komunikasi yang lebih baik lagi” (Hasil wawancara WWS,

17 maret 2015).

Dari hasil wawancara diatas penulis menyimpulkan Sumber daya utama

dalam implementasi kebijakan adalah staf, kemampuan dan keahlian staf yang

dimiliki sudah cukup baik Hanya perlu peningkatan komunikasi yang lebih baik

lagi.

Hal ini sependapat dengan Edward III dalam widodo (2011:98)

mengemukakan bahwa implementasi kebijakan tidak akan berhasil Implementasi

Page 84: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

kebijakan tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari sumber daya manusia

yang cukup kualitas dan kuantitasnya. Kualitas sumber daya manusia berkaitan

dengan keterampilan, dedikasi, profesionalitas, dan kompotensi di bidangnya,

sedangkan kualitas berkaitan dengan jumlah sumber daya manusia apakah sudah

cukup untuk melingkupi seluruh kelompok sasaran, sumber daya manusia sangat

berpengaruh terhadap keberhasilan implementsi, sebab tanpa sumber daya

manusia yang kehandalan sumber daya manusia, implementasi kebijakan akan

berjalan lambat. Dari hasil wawancara ATL Selaku sekertaris komite sekolah

menuturkan bahwa:

“kemampuan dan keahlian staf cukup handal dan dipercaya seluruh

tenaga pendidik terhadap peserta didik” (Hasil Wawancara ATL,18

Maret 2015).

Dalam menjalankan suatu kebijakan atau program harus didukung

dengan adanya pelaksanan kebijakan yang kompoten dan kapabel demi

keberhasilan suatu kebijakan. Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan

bahwa kemampuan dan keahlian staf cukup handal dan dipercaya seluruh tenaga

pendidik terhadap peserta didik.

b. Informasi

Yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan cara melaksanakan

kebijakan dan tentang data kepatuhan dari data pelaksana terhadap peraturan atau

regulasi pemerintah tentang kebijakan tersebut. Dari hasil wawancara JML selaku

bagian sarana dan prasarana memaparkan bahwa:

“Hubungan informasi/Kerjasama antara guru saat ini sudah sesuai dengan

visi dan misi misalnya guru senior membimbing guru yunior”(Hasil

Wawancara JML, 16 Maret 2015).

Page 85: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dianalisis bahwa hubungan

informasi menjadi faktor penting dalam informasi yang relevan dan cukup terkait

bagaimana mengimplementasikan suatu kebijakan. Ini dapat dilihat bahwa

kerjasama antara guru sudah sesuai ini dapat dilihat visi misi yang ada dan guru

senior membimbing yang yunior. Begitu pula hasil wawancara bagian Humas

KMG menuturkan bahwa:

“Hubungan informasi/ Kerjasama sudah berjalan dengan baik, karena

saling ketergantungan satu sama lain dan sumber informasi diporoleh dari

dinas pendidikan melalui kepala sekolah” (Hasil Wawancara KMG,18

Maret 2015).

Dari hasil wawancara di atas dapat dianilisis bahwa Informasi/kerjasama

adalah salah satu sumber daya yang sangat mempengaruhi keberhasilan suatu

kebijakan. Sumber-sumber informasi dibutuhkan untuk memporoleh data baik

mengenai bagaimana melaksanakan pendidikan bagi peserta didik berkelainan

fisik maupun mengenai data kepatuhan dari pelaksana terhadap kepatuhan dan

regulasi pemerintah yang telah ditetapkan. Dari beberapa informan diatas

berpendapat bahwa hubungan Informasi sudah berjalan dengan baik. Alasannya

bahwa karena saling ketergantungan satu sama lain tersebut di poroleh dari dinas

pendidikan melalui kepala sekolah.

c. Anggaran

Anggaran pada implementasi kebijakan berkaitan implementasi kebijakan

berkaitan dengan ketercukupan modal atau investasi atas suatu program atau

kebijakan untuk menjamin terlaksananya kebijakan, sebab tanpa dukungan

anggaran yang memadai, kebijakan tidak akan berjalan dengan efektif dalam

Page 86: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

mencapai tujuan dan sasaran. Sebagaimana penuturan selaku guru bagian sarana

dan prasarana JML menuturkan bahwa:

“Penyaluran anggaran sudah menjadi faktor pendukung dengan adanya

beasiswa bagi peserta didik. Hal ini terbukti dengan bertambahnya fasilitas

sarana dan prasarana yang ada di sekolah sangat menunjang proses belajar

mengajar” (Hasil wawancara JML,16 Maret 2015).

Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisis dengan adanya anggaran

beasiswa yang di berikan akan menjadi faktor pendukung bagi peserta didik.

Penyaluran anggaran dapat dilihat dengan bertambahnya fasilitas sarana dan

prasarana yang ada dan anggaran tersebut menunjang proses belajar mengajar.

Hal ini sependapat yang di kemukan Edwar III dikemukakan bahwa

Anggaran pada implementasi kebijakan berkaitan implementasi kebijakan

berkaitan dengan ketercukupan modal atau investasi atas suatu program atau

kebijakan untuk menjamin terlaksananya kebijakan, sebab tanpa dukungan

anggaran yang memadai, kebijakan tidak akan berjalan dengan efektif dalam

mencapai tujuan dan sasaran. Hal tersebut didukung oleh pernyataan KMG selaku

bagian Humas mengatakan bahwa:

“Penyaluran anggaran untuk sementara yang ada di dinas pendidikan

provinsi, yaitu berupa anggaran dana bantuan operasional sekolah,

Anggaran beasiswa dan pendidikan gratis” ( Hasil wawancara KMG, 18

Maret 2015).

Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa terdapatnya anggaran

yang telah diberikan kepada peserta didik berkelainan fisik yang ada di dinas

pendidikan provinsi yaitu anggaran dana bantuan operasional sekolah, anggaran

yang ada sangat mendukung bagi peserta didik berkelainan fisik dengan

Page 87: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

dilaksanakannya pendidikan gratis. Begitu pula penuturan ATL Selaku sekertaris

komite mengatakan bahwa:

“Anggaran beasiswa sudah tersalurkan dengan baik sesuai dengan

juknis. Mengenai anggaran sudah terelesasi seperti penambahan sarana

dan prasarana” (Hasil Wawancara ATL, 18 Maret 2015).

Anggaran yang ada berupa beasiswa sudah tersalurkan dengan baik

sesuai dengan juknis. Ini dapat dilihat bahwa anggaran yang ada menjadi faktor

pendukung terutama di bagian sarana dan prasarana. Begitu Pula penuturan ARD

orang siswa mengatakan bahwa “kami selaku orang tua siswa sangat terbantu

dengan adanya anggaran dana bantuan operasional sekolah Kami terima” ( Hasil

Wawancara ARD, 17 Maret 2015).

Orang tua yang memiliki anak berkelainan fisik sangat terbantu dengan

adanya Bantuan operasional sekolah yang di berikan dari pihak sekolah.

Berdasarkan hasil wawancara diatas, penyaluran anggran yang ada

sudah terelesai denga baik yang ada di SLBN Pembina Tingkat Provinsi SulSel

sudah tersalurkan dengan baik. Efektifas penyaluran anggaran sangat menunjang

tujuan pelaksanaan terhadap pelayanan pendidikan khusus bagi peserta didik

berkelainan fisik. Hal ini terlihat dengan semakin bertambahnya sarana dan

prasarana penunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut. Namun

menurut informan lain dengan adanya anggaran sangat terbantu dengan anggaran

dana Bantuan Operasional Sekolah.

d. Fasilitas

Fasilitas atau sarana atau prasarana merupakan salah satu faktor yang

berpengaruh dalam implementasi kebijakan. Pengadaan fasilitas yang layak,

Page 88: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

seperti gudang, tanah dan peralatan perkantoran akan menunjang dalam

keberhasilan implementasi suatu program atau kebijakan. Berdasarkan hal

tersebut Dari hasil wawancara JML selaku bagian sarana dan Prasarana:

“Sarana dan Prasarana sangat mendukung pelayanan dengan di

lakukannya penambahan kelas, dan di lakukannya pemberdayaan kepada

peserta didik” ( Hasil wawancara JML, 16 Maret 2015).

Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa fasilitas yang ada

sangat mendukung terhadap pelayanan bagi peserta didik ini dapat dilihat dengan

dilakukannya penambahan kelas dan fasilitas sarana dan prasarana yang

mendukung ini dapat di lakukan dengan adanya program pemberdayaan kepada

peserta didik agar peserta didik menghasilkan keterampilan. Sama halnya

pernyataan HRW selaku guru Pendidikan kewarganegaraan mengatakan bahwa

“Fasilitas sarana dan Prasarana sudah cukup memadai, tetapi masih perlu

penambahan dan perbaikan” (Hasil wawancara HRW, 17 Maret 2015).

Fasilitas sarana dan prasarana yang ada untuk proses belajar mengajar

terhadap peserta didik sudah cukup memadai, tetapi fasilitas sarana dan prasarana

yang masih perlu peningkatan dengan dilakukannya penambahan dan perbaikan

yang yang mendukung terhadap peserta didik. Begitu pula penuturan ARD orang

tua siswa ibu Ardiati Mengatakan bahwa:

“Fasilitas Sarana dan Prasarana yang ada disekolah ini sudah cukup

dilengkapi dengan perangkat Komputer alat-alat peraga lainnya yang

mendukung terhadap anak saya yang mengalami Autis”(Hasil wawancara

ARD,18 maret 2015).

Dari hasil wawancara dianalisis bahwa Fasilitas ini menjadi faktor

pendukung penting dalam implementasi kebijakan. Tanpa adanya fasilitas

Page 89: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

pendukung maka pelaksanaan kebijakan tersebut tidak akan berhasil. sarana dan

Prasarana sudah cukup memadai dengan dilakukannya penambahan kelas,

perangkat computer, alat-alat peraga lainnya. dan di lakukannya pemberdayaan

kepada peserta didik. Namun menurut informan lain mengatakan bahwa cukup

memadai tetapi masih perlu penambahan dan perbaikan.

3. Faktor Disposisi ( sikap pelayanan) (Disposisition)

Kecendrungan perilaku atau karakteristik dan pelaksana kebijakan

berperang penting untuk mewujudkan implementasi kebijakan yang sesuai dengan

tujuan dan sasaran. Karakter penting yang harus dimiliki oleh pelaksana kebijakan

misalnya kejujuran dan komitmen yang tinggi. Kejujuran mengarahkan

implementor untuk tetap berada dalam asa program yang telah di gariskan,

sedangkan komitmen yang tinggi dari pelaksana kebijakan akan membut mereka

selalu antusias dalam melaksanakan tugas, wewenang, fungsi, dan tanggung

jawab sesuai dengan peraturan yang telah di tetapkan. Sikap dari pelaksana

kebijakan akan sangat berpengaruh dalam implementasi kebijakan. Apabila

implementator memiliki sikap yang baik maka dia akan dapat menjelaskan

kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan,

sebaliknya apabila sikapnya tidak mendukung maka implementasi tidak akan

terlaksana dengan baik. Adapun hal penting yang menjadi indikator dalam faktor

disposisi pada pelaksana kebijakan yaitu:

Page 90: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

a. Komitmen

Karakter penting adalah yang harus di miliki pelaksana kebijakan misalnya

kejujuran dan komitmen yang tinggi. Dari hasil wawancara HDM salah satu guru

pendidikan agama mengatakan bahwa:

“Komitmen kita dalam mendidik sangat besar dan tinggi dan kita sudah

merasa bangga dengan prestasi yang didapatkan”(Hasil wawancara

HDM, 18 Maret 2015).

Dari hasil wawancara dapat dianalisis bahwa komitmen yang dimiliki

dalam mendididik sangat besar dan tinggi. komitmen yang tinggi dari pelaksana

kebijakan akan membuat mereka selalu antusias dalam melaksanakan tugas,

wewenang, fungsi, dan tanggung jawab sesuai dengan peraturan yang telah di

tetapkan. Sikap dari pelaksana kebijakan akan sangat berpengaruh dalam

implementasi kebijakan.

Komitmen yang dapat dilihat dalam melaksanakan wewenang, fungsi, dan

tanggung jawab yaitu dengan seringgnya mendapatkan prestasi peserta didik

berkelainan fisik. Begitu pula dengan penuturanan wawancara dengan ATD

sekertaris komite mengatakan bahwa :

“Komitmen sudah bagus sudah terealisasi dari visi dan misi yang

dilaksanakan dalam jangka pendek dan jangka panjang”(Hasil wawancara

ATD, 18 Maret 2015).

Dari hasil wawancara dapat dianalis bahwa terdapatnya komitmen yang

terealisasi dengan baik berdasarkan visi dan misi yang ada yang akan

dilaksanakan jangka pendek dan jangka panjang. Dari hasil wawancara KMG

selaku bagian Humas mengatakan bahwa“Komitmen berjalan sesuai dengan

Page 91: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

aturan dan arahan kepala sekolah yang sebelumnya ditetapkan bersama” (Hasil

wawancara KMG, 18 maret 2015).

Dalam menjalankan kebijakan karakter penting yang harus dimiliki oleh

pelaksana kebijakan misalnaya pelaksana kebijakan kejujuran dan komitmen yang

tinggi. Komitmen yang tinggi dari pelaksana kebijakan akan membuat mereka

selalu antusias dalam melaksanakan tugas, wewenang, fungsi dan tanggung jawab

sesuai dengan pereturan yang telah ditetapakan. Dari Hasil wawancara diatas

penulis menyimpulkan bahwa komitmen sudah berjalan dengan baik. Alasannya

terealisasinya visi dan misi dilaksanakan dalam jangka pendek dan jangka panjag.

Dan menurut informan lain mengatakan bahwa komitmen sangat tinggi ini dapat

dilihat dengan prestasi yang telah diraih.

b. Toleransi

Tolenransi adalah sikap yang menghargai dan memberikan perlakuan

yang sama. Menurut hasil wawancara di atas dengan salah satu bagian kesiswaan

KDJ mengatakan bahwa:

“Kami cukup toleransi dalam memberikan pelayanan disesuaikan dengan

kemampuan terhadap anak dan mengerti terhadap kondisi anak dengan

memahami krakteristik anak” (Hasil wawancara KDJ, 18 Maret 2015).

Menurut hasil wawancara didukung salah ANM satu guru bagian jenis

tunagrahita mengatakan bahwa “Sikap dan Toleransi yang kami berikan

disesuaikan dengan kondisi peserta didik” (Hasil wawancara ANM 18 Maret

2015).

Page 92: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

Menurut hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa sikap dan

toleransi yang diberikan terhadap peserta didik berkelainan fisik dalam

memberikan pelayanan sudah sesuai yang diharapkan ini dapat dilakukan

disesuaikankannya dengan kemampuan anak dan mengerti terhadap karakteristik

peserta didik.

c. Pemberian insentif

Yaitu biaya tertentu yang diporoleh setelah melaksanakan suatu tugas

tertentu sesuai dengan arahan kebijakan yang dilaksanakan. Dari hasil wawancara

tanggapan bagian humas KMG mengatakan bahwa:

“Pemberian insentif tidak mempengaruhi kinerja karna kami ini rata-rata

PNS jadi mau tidak mau harus melaksanakan tugas masing-masing”

(Hasil wawancara KMG,18 Maret 2015).

Dari hasil wawancara diatas bahwa dapat dianalisis dalam pemberian

insentif tidak terlalu mempengaruhi kinerja mereka. Hal ini didasarkan pada

kinerja staf yang konsisiten dan amanah dalam melaksanakan tugas dan tanggung

jawab yang telah dibebangkan kepadanya. Menurut hasil wawancara salah satu

guru bagian sarana dan prasarana mengatakan bahwa “Insentif sangat

mempengruhi kinerja mereka dengan adanya sertifikasi (Hasil wawancara JML,

17 Maret 2015). Begitu pula dengan hasil wawancara yang didukung dengan

sekertaris komite mengatakan bahwa:

“Insentif sangat mempengaruhi dan memotifasi guru, dan harus bisa

berkesinambungan mulai dari, guru, tata usaha, yang menganggap

dalam hal positif. Saran saya diberikan sertifikasi untuk mendapatkan

taget dan adanya kompensasi” ( Hasil wawancara ATL,18 maret 2015).

Page 93: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

Insentif adalah salah satu pendorong yang membuat para pelaksana

kebijakan melaksanakan perintah dengan baik. Suatu kebijakan harus di dukung

dengan adanya pelaksana kebijakan yang kompoten dan kapabel demi

keberhasilan suatu kebijakan.

Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa dengan adanya

faktor insentif yang ada mempengaruhi kinerja staf yaitu berupa sertifikasi yang

sangat mempengaruhi dan memotivasi guru, tata usaha, yang mengangggap

insentif dalam hal positif dan saran menurut informan diberikan sertifikasi.

Dengan adanya sertifikasi yang di berikan disarankan kepada kinerja staf

yanga menjadi acuan untuk mendapatkan pencapaian target dengan adanya

kompensasi agar terlaksana dengan baik.

4. Faktor Struktur Birokrasi (Beructaric structure)

Hal ini yang mempengaruhi keberhasilan kebijakan yaitu struktur

birokrasi di mana terdapat 2 (Dua) indikator keberhasilan implementasi

kebijakan yaitu:

a. Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur ( SOPs)

SOPs adalah salah suatu kegiatan rutin yang memungkinkan pegawai

atau pelaksana kebijakan dapat melaksanakan kegiatan-kegiatannya setiap hari

sesuai standar yang ditetapkan. Berdasarkan hasil wawancara KMG salah satu

bagian humas menyatakan bahwa:

“Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur sudah bagus ditandai

dengan struktur organisasi yang cukup jelas, laporan pertanggung

jawaban harus ada. Yang membagakan anak berkebutuhan khusus sudah

bisa memproduksi dan mendapatkan prestasi” (Hasil wawancara KMG,

18 Maret 2015).

Page 94: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa terdapatnya

Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur yang sesuai dengan ketentuan yang

berlaku maka akan menujukkan tercapainya tujuan kebijakan yang telah

ditetapkan pelaksanaan standar operasional yang baik dan dapat dilihat dengan

struktur organisasi yang jelas dengan adanya laporan pertanggung jawaban yang

ada.

Dengan adanya pelaksanaan standar operasional yang baik dapat dilihat

menunjukkan tercapainya tujuan yaitu anak yang memiliki tingkat kesulitan

belajar dapat memproduksi dan mendapatkan prestasi. Begitu pula hasil

Wawancara dengan JML salah bagian sarana dan prasarana mengatakan bahwa:

“Mengacu pada Permen Diknas No 33 tahun 2008 khususnya sarana

dan prasarana dan standar nasional pendidikan. Standar operasional

prosedur sudah sesuai dengan jenis kebutuhan masing-masing” (Hasil

wawancara JML, 16 maret 2015).

Berdasarkan hasil wawancara dianalisis bahwa dalam Standar

Operasional Prosedur yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku maka akan

menujukkan tercapainya tujuan kebijakan yang telah ditetapkan. Standar prosedur

yang ada mengacu pada permen diknas No.33 tahun 2008 yang terdapat di

dalamnya khususnya standar sarana dan prasarana dan standar nasional

pendidikan yang sudah sesuai dengan kebutuhan jenis masing terhadap

berkelainan fisik.

b. Fragmentasi ( penyebaran tanggung jawab aktivitas pegawai)

Pelaksanaan fragmentasi ( penyebaran tangung jawab aktivitas pegawai)

kepada beberapa unit kerja/orang lain, pelaksanaan diutarakan oleh salah satu

ANM guru bagian jenis tunagrahita memaparkan bahwa:

Page 95: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

“Di SLBN Ini Adanya Penyebaran Tanggung Jawab Masing-Masing

sesuai bagian jurusan kecacatan peserta didik yang telah ditetapkan

sebelumnya dan dilaksanakan dngan baik” (Hasil wawancara ANM, 18

Maret 2015).

Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis dalam penyebaran tanggung

jawab yang ada telah terdapatnya tangung jawab yang telah ditentukan

sebelumnya. Dalam melaksanakan tanggung jawab yang telah ditetapkan

tanggung jawab tersebut dilaksanakan dengan baik. Hasil wawancara KMG salah

satu bagian Humas mengatakan bahwa:

“Adanya Tanggung jawab masing-masing Guru dalam melaksanakan

tugas dan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan SK yang telah

ditetapkan sebelumnya” ( Hasil wawancara KMG, 18 Maret 2015).

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan Terdapat penyebaran

tanggung jawab masing-masing dan memiliki yang telah di tetapkan sesuai

dengan SK yang ditentukan sesuai dengan tugas masing-masing. Hasil wawancara

ATD salah satu ketua sekertaris komite mengatakan bahwa:

“Adanya tanggung jawab masing-masing Cuma satu saran untuk

meningkatkan profesionanlisme terhadap peserta didik diadakannya

pelatihan, seminar dan studi banding dan mendatangkan ahli untuk

meningkatkan pelayanan” (Hasil wawancara ATD, 18 Maret 2015).

Pelaksanaan penyebaran aktivitas menurut informan diatas dilaksanakan

dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari penyebaran tanggung jawab yang jelas

sesuai dengan jenis atas kegiatan dan aktivitas pegawai sesuai dengan deskripsi

kerja masing-masing.

Demi terwujudnya tangung jawab yang baik menyarankan untuk

meningkatkan profesionalisme terhadap peserta didik perlunya diadakan

Page 96: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

diadakannya pelatihan, seminar, studi banding, mendatangkan ahli guna

meningkatkan pelayanan terhadap peserta didik.

Page 97: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

85

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis mengenai

Implementasi Kebijakan Pelayanan Pendidikan Khusus Pada Sekolah

Lanjutan Tingkat Atas Bagi Peserta Didik Berkelainan Fisik Di SLBN

Pembina Tingkat Provinsi Sulsel, maka kesimpulan pada penelitian ini

adalah:

1. Implementasi Kebijakan Pelayanan Pendidikan Khusus Pada Sekolah

Lanjutan Tingkat Atas Bagi Peserta Didik Berkelainan Fisik Di SLBN

Pembina Tingkat Provinsi Sulsel, sudah berjalan efektif. Hal ini dapat

dilihat pada 4 (empat) indikator yaitu:

a. Pelayanan dalam bentuk Tanggung jawab dari pihak-pihak yang terkait

sudah dilaksanakan dengan baik. Dapat dilihat bahwa tenaga pendidik

sudah sesuai disiplin ilmu dengan tugasnya masing-masing dan kelancaran

peserta didik untuk mendapatkan pendidikannya.

b. Kelengkapan sarana dan prasarana merupakan pelayanan paling penting

dalam pelayanan pendidikan yang memadai, kelengkapan sarana dan

prasarana yang dimiliki terpenuhi tetapi masih perlu perbaikan beberapa

kelas.

c. Kemudahan akses adalah tempat dan lokasi pelayanan yang memadai dan

mudah di jangkau oleh masyarakat, kemudahan akses pada lokasi SLBN

Page 98: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

Pembina Tingkat Provinsi SulSel, pelayanan cendrung tidak menganggu.

Lokasi pelayanan cendrung tidak mengannggu, lokasi pelayanan sudah

cukup memadai dan akses keamanan sudah berjalan dengan baik karena

terdapatnya 2 (Dua) orang security dan tertib administrasi.

d. Kedisiplinan dalam memberikan pelayanan terutama konsistensi waktu

kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta pemberian pelayanan

harus bersikap disiplin, sopan, santun, dan ramah. Dalam menjalankan

kedisiplinan tersebut sudah rata-rata menerapkan kedisiplinan, kesopanan

dan keramahtamahan ini dapat dilihat dengan menerapkan peraturan yang

ada dan pemberian pelayanan kesopanan dan keramahtamahan sudah

cukup baik.

2. Faktor - faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan pelayanan

pendidikan khusus pada sekolah lanjutan tingkat atas bagi peserta didik

berkelainan fisik dapat dilihat pada 4 (empat) indikator yaitu:

a. Faktor komunikasi sudah berjalan dengan baik. Pihak sekolah menjalin

komunikasi yang baik dengan adanya koordinasi antara dinas pendidikan

kepada sekolah ini dapat dilihat seringnya dilakukan pengawasan bahkan

bahkan adanya interaksi dan ketua komite sering diundang untuk

dilakukan evaluasi.

b. Sumber daya menunjang keberhasilan implementasi pelayanan pendidikan

khusus bagi peserta didik berkelainan fisik. Dalam menjalankan kebijakan

tersebut profesionalisme dan kualitas staf sudah dijalankan dengan baik,

kemampuan dan keahlian staf cukup handal dan dipercaya seluruh tenaga

Page 99: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

pendidik terhadap peserta didik dan fasilitas sarana dan prasarana yang

menunjang dengan adanya anggaran dana bantuan operasional sekolah.

c. Faktor Disposisi (Sikap pelayanan) dan pemberian insentif sudah

menerapkan komitmen yang tinggi dan sudah terealisasi dari visi dan misi

yang dilaksanakan.

d. Pelaksanaan pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan fisik sudah

dilaksanakan didasarkan pada struktur organisasi yang jelas dan laporan

pertanggung jawaban yang ada yaitu dilaksanakan sesuai SOPs yang

diterima dan fragmentasi (Penyebaran tanggung Jawab aktivitas pegawai).

B. Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan penelitian, dikemukakan

saran-saran sebagai berikut:

1. Hendaknya pelayanan terhadap peserta didik berkelainan fisik lebih

ditingkatkan lagi dari berbagai pihak-pihak yang terkait.

2. Hendaknya pelaksana kebijakan selalu memperhatikan fasilitas pendukung

terhadap peserta didik berkelainan fisik.

3. Hendaknya penyaluran anggaran dilakukan secara transparan dan perlu

dilaporkan juga kepada orang tua siswa sebagai bentuk tranparansi dan

akuntabilitas kepada publik.

4. Proses kerjasama yang dilaksanakan perlu didukung dengan monitoring

dan supervisi yang memadai, mencakup seluruh ketentuan dalam panduan

mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai dengan pelaporan.

Page 100: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

5. Untuk meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik terhadap peserta

pendidik seringnya diadakan pelatihan, seminar atau studi banding dan

mendatangkan ahli untuk meningkatkan pelayanan.

Page 101: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

DAFTAR PUSTAKA

Agustino, Leo. 2012. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: CV. Alpabeta.

2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: CV. Alfabeta.

Abidin, Said Zainal. 2012. Analisis Kebijakan. Salemba Humanika: Jakarta.

2004. Kebijakan Publik: Yayasan Pacur Sawah.

Winarsih dan Ratminto. 2005. Manajemen Pelayanan. Coleban Timur UH III/

548. Yogyakarta 55167.

Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik, Dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta; Kencana Prenada Media

Group.

Laksana. 2008. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Mustari, Nuryanti. 2013. Implementasi Kebijakan Publik Pemahaman Teoritis

Dan Empiris. Makassar: Membumi Publishing.

Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT

Remaja Rosadayakarya.

Mangunsong, F, dkk. 1998. Psikologi Dan Pendidikan Anak Luar Biasa.

LPSP3UI.

Nurudin. 2007. Efektifitas Pendidikan Gratis Di Kabupaten Banyuwangi,

Unpubulished Thesis. Jakarta : PPS Pisip UI.

Nawawi, Ismail. 2009. Publik Analisis Dan Strategis Advokasi Teori Dan Praktik,

Surabaya: Putra Media Nusantara.

Purwanto, Agus Erwan. 2012. Implementasi Kebijakan Publik, Konsep Dan

Aplikasinya Di Indonesia. Yogyakarta: Gava Media.

Sugiono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. CV. Alfabeta: Bandung.

Sugiono, 2009. Metode Penelitian Adminstrasi. CV. Alfabeta: Bandung.

Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT. Refika Aditama.

Tjiptono. 2005. Pemasaran Jasa. Malang: Bayumedia publishing.

77

Page 102: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

Winarno, Budi. 2002. Kebijakan Publik Teori, Proses, Dan Study Kasus

,Yogyakarta:CAPS.

2012. Kebijakan Publik Teori, Proses, Dan Study kasus

,Yogyakarta:CAPS.

Wahab , Abdul, Solichin, 2002. Analisis Kebijakan. Jakarta: Bumi Aksara.

2012. Analisis Kebijakan. Jakarta: Bumi Aksara.

1997. Analisis Kebijakan. Jakarta: Bumi Aksara.

Peraturang Perundang-Undangan:

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pendidikan Khusus Bagi

Peserta Didik Berkelainan.

Sumber internet :

Efendi Mohammad, 2006. http://eprints.undip.ac.id/998/2/SRI_NOVA.pdf . di akses

20 desember 2014), Pukul: 19.20.

Natawidjaya Rochman, 2010. http://eprints.undip.ac.id/998/2/SRI_NOVA.pdf . di

akses 20 desember 2014), Pukul: 15.20.

Jayanti wiwi, 2013. http://wiwijayanti.blogspot.com./2013/09/bentuk-dan-jenis-

pelayanan- kesehatan.html). di akses 12 maret 2015, Pukul: 20.15.

Page 103: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

RIWAYAT HIDUP

SUSILAWATI lahir pada tanggal 07 Mei 1993 di Tagari kec

Tondong Tallasa kab. Pangkep Penulis adalah anak 1 Pertama

Dari 2 (Dua) bersaudara yang lahir dari pasangan ayahanda

Safaruddin dan Ibunda Husmawati. Penulis tamat sekolah di

Sekolah dasar (SD) 2005 yaitu di Sekolah Dasar Negeri 7

Lanne untuk sekolah menengah pendidikan pertama penulis lanutkan di SMP

PGRI 1 Tamalate Makassar Tahun dan Tamat 2008. Kemudian penulis

melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA YPLP PGRI 2 TAMALATE dan

tamat tahun 2011 Kemudian penulis melanjutkan di Universitas Muhammadiyah

Makassardan di terima pada Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik jurusan Ilmu

Administrasi Negara Tahun 2011. Kemudian Kamis Tanggal 5 Mei 2015 pada

pukul 09.30 melaksanakan ujian skripsi merupakan persyaratan memporoleh gelar

sarjana Ilmu Administrasi Negara. Momen menandakan bahwa berakhirnya studi

penulis jenjang stara satu (1) Universitas Muhammadiyah Makassar.

Page 104: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Pendidikan nasional memiliki peran yang sangat penting pendidikan nasional bertujuan

untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu

manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap tuhan yang maha esa dan berbudi luhur pekerti,

memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani, rohani, dan kepriadian yang mandiri

serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Oleh karena itu setiap warga Negara

berhak untuk mendapatkan pendidikan seperti tercantum di dalam Undang-Undang Dasar 1945

dan undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional bab III ayat 5

dinyatakan bahwa setiap warga Negara mempunyai kesempatan yang sama untuk memporoleh

pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa anak yang berkelainan berhak pula memperoleh

kesempatan yang sama dengan anak yang lainnya (anak normal).

Perkembangan manusia merupakan perubahan yang progresif dan berlangsung terus

menerus atau berkelanjutan. Keberhasilan dalam mencapai suatu tahap perkembangan akan

sangat menentukan keberhasilan dalam tahap perkembangan berikutnya. Sedangkan, apabila

ditemukan adanya satu proses perkembangan yang terhambat, terganggu, atau bahkan

terpenggal, dan kemudian dibiarkan maka untuk selanjutnya sulit mencapai perkembangan yang

optimal. Tidak setiap anak mengalami perkembangan normal. Banyak di antara mereka yang

dalam perkembangannya mengalami hambatan, gangguan, kelambatan, atau memiliki faktor-

faktor resiko sehingga untuk mencapai perkembangan optimal diperlukan penanganan atau

intervensi khusus. Kelompok inilah yang kemudian dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus.

1

Page 105: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

2

Masalah pendidikan pada hakekatnya tidak terlepas dari berbagai macam faktor yang

mempengaruhinya, baik faktor-faktor yang fositif maupun negative. Selain pengaruh di bidan

sosial ekonomi dan sikap mental masyarakat juga merupakan faktor yang menghambat dan efek

negatifnya tidak hanya berpengaruh pada bidang sosial ekonomi, nilai-nilai dan sikap mental

masyarakat juga merupakan faktor menghambat dan efek negatifnya tidak hanya berpengaruh

pada bidang pendidikan melainkan meluas sampai pelaksanaan pembangunan pendidikan bagi

anak luar biasa. Apabila usaha-usaha pembangunan anak luar biasa di bandingkan dengan usaha

pembangunan pendidikan bagi anak-anak umumnya, pendidikan anak luar biasa masih

ketinggalan ketika kita melihat sejarah di perkenalkannya pendidikan anak luar biasa pada tahun

1901 tentang munculnya pendidikan bagi anak-anak berketerbelakangan mental, tuli, dan bisu

kemudian setelah itu tahun 1952 didirikan sekolah guru pengajaran luar biasa (Rochman

Natawidjaja, 179:3).

Kebijakan pemerintah terhadap amanat atas dasar pendidikan bagi penyandang kelaianan

dan ketunaan di tetapkan tentang sistem pendidikan nasional UU No. 20 Tahun 2003 di

sebutkan bahwa pendidikan khusus (pendidikan luar biasa) merupakan pendidikan bagi peserta

didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan

fisik, emosional, mental, sosial. Ketetapan dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tersebut

bagi penyandang kelainan sangat berarti karena memberikan kesempatan yang sama

sebagaimana yang diberikan kepada anak normal lainnya dalam hal pendidikan dan pengajaran

(Mohammad Efendi, 2006:1).

Anak berkelainan dapat juga di sebut denga anak yang terlahir secara tidak sempurna

seperti anak pada umumnya. Salah satu istilah anak berkelainan yang sering kita dengar adalah

Page 106: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

3

Anak Tunagrahita. Kelainan mental yang mental yng dimiliki anak tunagrahita tergantung dari

gradasinya. Semakin komplek dampak yang mengiringinya (Mohammad Efendi, 2006:87).

Pendidikan khusus bagi anak berkelainan Selanjutnya secara teknis penyelenggarakan

pendidikan khusus bagi anak berkelainan menurut PP Nomor 17 Tahun 2010 dalam pasal 130

ayat 1 dan 2 Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan dapat diselenggarakan pada

semua jalur dan jenis pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Berdasarkan

ayat 1 pasal 130 PP Nomor 17 Tahun 2010 maka dapat dipahami bahwa Pendidikan khusus

bagi peserta didik berkelainan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, dan non

formal, jenjang pendidikan dasar dan menengah baik dalam jenis pendidikan umum, kejuruan,

profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus. Peraturan Pemerintah No. 17 thun 2010 Pendidikan

khusus bagi peserta didik berkelainan menjelaskan yaitu: Pasal 129 ayat 1. Pendidikan khusus

bagi peserta didik berkelainan berfungsi memberikan pelayanan pendidikan bagi peserta didik

yang memiliki kesulitan dalam mengitu proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional,

mental, intelektual dan/atau sosial. 2. Pendidikan khusus bagi peserta didik bertujuan untuk

mengembangkan potensi peserta didik secara optimal sesuai kemampuannya. 3. Peserta didik

berkelainan terdiri atas peserta didik yang tunalaras, tunarungu, tunawicara, tunagrahita,

tunadaksa, tunalaras, berkesulitan belajar, lambat belajar, autis, memiliki gangguan motorik ,

menjadi korban penyalagunaan narkotika, obat terlarang dan zat adiktif lain dan memiliki

kelainan lain. Penyelenggaraan pendidikan khusus dapat dilakukan melalui satuan pendidikan

khusus, satuan pendidikan umum, satuan pendidikan kejuruan, dan/atau satuan pendidikan

keagamaan. Melihat fenomena tersebut peran pemerintah sangat di butuhkan dalam

pengimplementasian kebijakan pelayanan pendidikan khusus pada sekolah lanjutan tingkat atas

bagi pesertadidik berkelainan fisik.

Page 107: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

4

Satuan pendidikan khusus adalah satuan pendidikan yang diselenggarakan secara khusus

bagi peserta didik yang memiliki kesulitan dalam pembelajaran, sebagai dampak keterbatasan

yang dimiliknya. Perkembangan terakhir banyak kebijakan yang menempatkan layanan

pendidikan dalam bentuk SLB Satu Atap yang memberikan layanan kepada semua jenis

ketunaan dan semua jenjang dalam satu lembaga. Contohnya SLB Negeri sebagai

pengembangan dari SDLB Negeri. Ditinjau dari jenis peserta didiknya maka ada SLB yang

menyelenggarakan layanan bagi peserta didik Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita Ringan,

Tunagrahita Sedang, Tunadaksa, Tunadaksa Sedang, Tunalaras, dan Penyandang Autis. Ditinjau

dari jenjang lembaga satuan pendidiknya maka ada SLB yang menyelenggarakan layanan untuk

jenjang TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB.

SLBN Pembina Pembina Provinsi Sulawesi Selatan Sentra PK-PLK terletak di Jl. Daeng

Tata parangtambung kelurahan parangtambung kecamatan tamalate Kota Makassar. Awalnya

SLB bagian D pembina tingkat prov. Sulsel menerima D (Tunadaksa), seiring perkembangan

menerima siswa Tunanetra, Tunarungu, Tunadaksa, Tunagrahita, Autis, Kesulitan belajar, dan

lambat ajar. Jumlah siswa/ Siswi khususnya sekolah lanjutan tingkat atas pada tahun pelajaran

2015-2016 sebanyak 42 (empat puluh dua). Fakta enperik yang terjadi anak berkelainan fisik

selalu dilupakan, tidak diingat, seringkali tidak dicatat kalaupun dicatat seringkali tidak dilayani

bahkan seringkali di lupakan padahal hak mereka juga anak bangsa yang punya hidup belajar dan

mendapat pelayanan.

Menyadari bahwa pembinaan kelembagaan pendidikan di Indonesia diselenggarakan

berdasarkan jenjang pendidikan, maka dalam persepsi penulis yang ideal adalah yang

menyesuaikan posisi struktur Direktorat Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PK-LK) yang

Page 108: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

5

berada dalam koridor pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Agar keberadaannya mudah

dan menyesuaikan dengan berbagai kegiatan pembinaan pendidikan.

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas maka diperlukan adanya implementasi

kebijakan dalam meningkatkan pelayanan pendidikan bagi peserta didik berkelainan fisik yang

terdaftar di Sekolah Luar Biasa Negeri ParangTambung Makassar. Dengan demikian diharapkan

nantinya Kota Makassar memporoleh pelayanan pendidikan khusus bagi peserta didik dari

sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA).

Melihat dari kebijakan tersebut maka peneliti tertarik mengambil judul “Implementasi

Kebijakan Pelayanan Pendidikan Khusus Pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Bagi Peserta

Didik Berkelainan Fisik Di Sekolah Luar Biasa Negeri ParangTambung Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah:

1. Bagaimana Implementasi Kebijakan Pelayanan Pendidikan Khusus Pada Sekolah

Lanjutan Tinkat Atas Bagi Peserta Didik Berkelainan Fisik Di Sekolah Luar Biasa Negeri

Parangtambung Makassar ?

2. Faktor-Faktor Apa Saja Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Pelayanan

Pendidikan Khusus Pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Bagi Peserta Didik Berkelainan

Fisik Di Sekolah Luar Biasa Negeri Parangtambung Makassar ?

Page 109: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

6

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian adalah:

1. Untuk Mengetahui Bagaimana Implementasi Pelayanan Pendidikan Khusus Pada Sekolah

Tingkat Lanjutan Atas Bagi Peserta Didik Berkelainan Fisik Di Sekolah Luar Biasa

Negeri Parangtambung Makassar?

2. Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Apa Saja Mempengaruhi Implementasi Kebijakan

Pelayanan Pendidikan Khusus Pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Bagi Peserta Didik

Berkelainan Di Sekolah Luar Biasa Negeri Parangtambung Makassar?

D. Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah dalam melaksanakan

kebijakan, sedangkan manfaat lainnya dapat di peroleh dari hasil penelitian sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Sebagai tambahan wawasan dan ilmu pengetahuan penulis,serta sebagai satu syarat

bagi penulis dalam menyelesaikan perkuliahan.

2. Manfaat praktis

a. Sebagai sumbangan yang berarti Bagi Sekolah Luar Biasa Negeri ParangTambung

Makassar.

b. Memberikan informasi tentang Pelayanan Pendidikan Khusus pada sekolah lanjutan

tingkat atas bagi peserta Didik Berkelainan fisik pentingnya pemerintah dan

masyarakat dalam menentukan kebijakan demi kepentingan bersama.

Page 110: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian, Konsep dan Teori

1. Konsep Kebijakan Publik

Istilah kebijakan berasal dari bahasa inggris ’polycy’ yang di bedakan

dari kebijaksanaan, maupun kebajikan. Sedangkan menurut pengertian kebijakan

adalah prinsip atau cara tindakan yang dipilih untuk mengarahkan pengambilan keputusan. Menu

rut Carl friedric dalam (Agustino, 2012:7) Kebijakan adalah serangkaian tindakan/kegiatan yang

diusulkan oleh seorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana

terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan dan kemungkinan-kemungkinan (kesempatan-

kesempatan) dimana kebijkan tersebut diusulkan agar berguna untuk mengatasinya untuk

mencapai tujuan yang dimaksud.

Eystone dalam (Wahab, 2012:13) yang merumuskan pendek bahwa kebijakan publik

ialah ” the relationship of govermental unit to its enverenment ”

(antara hubungan yang berlangsung antara unit/satuan pemerintah dengan lingkungannya).

Thomas R. Dye dalam (Wahab, 2012:14) menyatakan bahwa kebijakan publik adalah

’’whetever governments choose to do or not do” (Pilihan tindakan apapun yang di lakukan atau

tidak ingin di lakukan oleh pemerintah).

Menurut Anderson dalam (Winarno, 2012:21) kebijakan merupakan arah tindakan

yang mempunyai maksud yang di tetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam

mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan.

7

Page 111: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

8

2. Konsep Implementasi Kebijakan

Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier dalam (Agustino, 2008:139), mendefinisikan

implementasi kebijakan sebagai pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam

bentuk Undang-Undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan

eksekutif yang pentin atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut

mengidentifakisan masalah yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau

mengatur proses implementasi.

Menurut Merille Grindle dalam (Agustino, 2008:139), mengemukakan bahwa

pengukuran keberhasilan implementasi dapat dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan

apakah pelaksnaan program sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu melihat action program

dan individual project dan yang kedua apakah tujuan program tersebut tercapai.

Menurut Dunn dalam (Nuryanti Mustari, 2013) Implementasi kebijakan pada dasarnya

merupakan kegiatan praktis, termasuk didalamnya mengeksekusi dan mengarahkan.

Implementasi kebijakan di pandang dari pengertian yang luas, merupakan alat administrasi

hukum dimana berbagai actor, organisasi, prosedur dan teknik yang bekerja sama-sama untuk

menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan ( Lester dan Stewart

dalam ( Nurudin, 2007: 17).

Van Meter dan Van Horn dalam (Wahab,2012:13) Mendefinisikan implementasi kebijakan,

merupakan tindakan yang dilakukan baik oleh individu atau pejabat atau kelompok - kelompok

pemerintah atau swasta yang di arahkan untuk tercapainya tujuan yang telah digariskan dalam

keputusan.

Jones dalam (Nawawi, 2009:132) Mengemukakan bahwa implementasi kebijakan,

merupakan tindakan yang dilakukan baik oleh individu atau pejabat atau kelompok-kelompok

Page 112: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

9

pemerintah atau swasta yang diarahkan untuk tercapainya tujuan yang telah digariskan dalam

keputusan.

Jadi implementasi kebijakan dalam (Said Zainal Abidin, 2012:145) merupakan langkah

yang sangat penting proses kebijkan. Tampa implementasi suatu kebijakan adalah hanyalah

sebuah dokumen yang tidak bermakna dalam kehidupan masyarakat.

B. Teori Pendekatan implementasi kebijakan publik

Menurut pendapat lester dan steward dalam (Agustino,2008:141) ada beberapa terapan

model pendekatan implementasi kebijakan yaitu sebagai berikut:

1. Implementasi kebijakan Public Model George C.Edward III

Model pendekatan yang di kemukakan oleh Edward III dalam (Agustino, 2008:149)

terdapat empat variabel yang sangat menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan

yaitu:

a. Komunikasi (Communication)

Komunikasi merupakan proses penyampaian imformasi dari komunikator kepada

komunikan. Sementara itu, komunikasi kebijakan berarti merupakan proes

penyampaian informasi kebijakan dari pembuat kebijakan (policy maker) kepada pelaksana kebij

akan (policy implementer) (Widodo,2011: 97). Widodo kemudian menambahkan bahwa informa

si perlu disampaikan kepada pelaku kebijakan agar pelaku kebijakan dapat memahami apa yang

menjadi isi, tujuan, arah, kelompok sasaran(target group) kebijakan,sehingga pelaku kebijakan

dapat mempersiapkan hal-hal apa saja yang berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan, agar

proses implementasi kebijakan bias berjalan dengan efektif serta sesuai dengan tujuan kebijakan

itu sendiri.

Page 113: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

10

Komunikasi dalam implementasi kebijakan mencakup beberapa dimensi penting yaitu

transformasi informasi (transmisi), kejelasan informasi (clarity) dan konsisitensi informasi

(consistency). Dimensi tansformasi menghendaki agar informasi tidak hanya di sampaikan

kepada pelaksana kebijakan tetapi juga kepada kelompok sasaran dan pihak terkait. Dimensi

kejelasan menghendaki agar informasi yang jelas dan mudah di pahami, selain itu menghindari

kesalahan intrepertasi dari pelaksanaan kebijakan, kelompok sasaran maupun pihak yang terkait

dalam implementasi kebijakan. Sedangkan dimensi konsistensi menghendaki agar informasi

yang di sampaikan menimbulkan kebingunan pelaksana kebijakan, kelompok sasaran maupun

pihak terkait.

b. Sumber Daya (Resources)

Sumber daya memiliki peranan penting dalam implementasi kebijakan. Edward III

dalam (Widodo 2011:98) mengemukakan bahwa bagaimanapun jelas dan konsistensinya

ketentuan-ketentuan aturan dan aturan-aturan tersebut serta bagaimanapun akuratnya

penyampaian ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan tersebut, jika para pelaksana kebijakan

yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kebijakan kurang mempunyai sumber-sumber

daya untuk melaksanakan kebijakan secara efektif maka implementasi kebijakan tersebut tidak

efektif.

Sumber daya di sini berkaitan dengan segala sumber yang dapat di gunakan untuk

mendukung keberhasilkan implementasi kebijakan. Sumber daya manusia, anggaran, fasilitas,

informasi, dan kewenangan yang di jelaskan sebagai berikut:

1) Sumber daya manusia (Staff)

Implementasi kebijakan tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari sumber daya manusia

yang cukup kualitas dan kuantitasnya. Kualitas sumber daya manusia berkaitan dengan

Page 114: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

11

keterampilan, dedikasi, profesionalitas, dan kompotensi di bidangnya, sedangkan kualitas

berkaitan dengan jumlah sumber daya manusia apakah sudah cukup untuk melingkupi seluruh

kelompok sasaran, sumber daya manusia sangat berpengaruh terhadap keberhasilan

implementasi, sebab tanpa sumber daya manusia yang kehandalan sumber daya manusia,

implementasi kebijakan akan berjalan lambat.

2) Anggaran (Budgetary)

Dalam implementasi kebijakan, anggaran berkaitan dengan kecukupan modal dan

investasi atas satu program atau kebijakan untuk terjamin terlaksananya kebijakan, sebab tanpa

dukungan anggaran yang memadahi, kebijakan tidak akan berjalan dengan efektif dalam

mencapai tujuan dan sasaran.

3) Fasilitas (facility)

Fasilitas atau sarana atau prasarana merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam

implementasi kebijakan. Pengadaan fasilitas yang layak, seperti gudang, tanah dan peralatan

perkantoran akan menunjang dalam keberhasilan implementasi suatu program atau kebijakan.

4) Informasi dan kewenengan (Imformation and Authority)

Informasi juga menjadi faktor penting dalam implementasi kebijakan, terutama

imformasi yang relevan dan cukup terkait bagaimana mengimpletasikan suatu kebijakan.

Sementara wewenang berperang penting terutama untuk meyakinkan dan menjamin bahwa

kebijakan yang dilaksanakan sesuai dengan yang di kehendaki.

c. Disposisi (Disposition)

Kecendrungan perilaku atau karakteristik dan pelaksana kebijakan berperang penting

untuk mewujudkan implementasi kebijakan yang sesuai dengan tujuan dan sasaran. Karakter

penting yang harus dimiliki oleh pelaksana kebijakan misalnya kejujuran dan komitmen yang

Page 115: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

12

tinggi. Kejujuran mengarahkan implementor untuk tetap berada dalam asa program yang telah

di gariskan, sedangkan komitmen yang tinggi dari pelaksana kebijakan akan membuat mereka

selalu antusias dalam melaksanakan tugas, wewenang, fungsi, dan tanggung jawab sesuai

dengan peraturan yang telah di tetapkan.

Sikap dari pelaksana kebijakan akan sangat berpengaruh dalam implementasi kebijakan.

Apabila implementator memiliki sikap yang baik maka dia akan dapat menjelaskan kebijakan

dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan, sebaliknya apabila sikapnya

tidak mendukung maka implementasi tidak akan terlaksana dengan baik.

d. Struktur Birokrasi (Bureuctaric Strukture)

Stuktur organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan.

Aspek struktur organisasi ini melingkupi dua hal yaitu mekanisme dan struktur birokrasi itu

sendiri. Aspek pertama adalah mekanime, dalam implementasi kebijakan biasanya sudah dibuat

operation procedur (SPO), SPO menjadi pedoman bagi setiap implementator dalam bertindak

agar dalam pelaksanaan kebijakan tidak melenceng dari tujuan dan sasaran. Aspek kedua adalah

struktur birokrasi, struktur birokrasi yang terlalu panjang dan terfragmentasi akan cenderung

melemahkan pengawasan yang menyebabkan prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks yang

selanjutnyaa akan menyebabkan aktifitas organisasi menjadi fleksibel.

2. Implementasi Kebijakan Dan Publik Model Donal Van Meter Dan Carl Van Horn

Model pendektan top-down yang dirumuskan oleh Donal van meter dan carl van horn

dengan A model of the policy implementation. Model ini mengendalkan bahwa implementasi

kebijakan berjalan secara linear dari keputusan politik yang tersedia, pelaksana, dan kinerja

kebijakan public.

Page 116: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

13

Ada enem variabel, menutur Van Meter dan Van Horn dalam (Agustino, 2008:142)

yang mempengaruhi kinerja kebijakan piblik tersebut adalah:

a. Ukuran dan tujuan kebijakan

Kinerja implementasi kebijakan dapat di ukur keberhasilannya jika hanya di ukuran

dan tujuan dari kebijakan memang realististis dengan sosio-kultur yang berada di level

pelaksana kebijakan. Ketika tujuan kebijakan terlalu ideal yang di laksanakan di level warga,

maka sulit merealisasikan kebijakan public hanya titik yang dapat dikatakan berhasil.

b. Sumber daya

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan

memanfatkan sumberdaya yang tersedia. Manusia merupakan sumberdaya yang terpenting dalam

menentukan keberhasilan proses implementasi menurut adanya sumberdaya manusia yang

berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang diisyarakatkan oleh kebijakan yang telah di tetapkan

secara politik. Tetapi ketika kompotensi dan kapabilitas dari sumber-sumber daya yang nihil,

maka kinerja publik sangat sulit di harapkan.

Tetapi diluar sumberdaya manusia, sumber daya lain yang perlu diperhitungkan juga

ialah sumber daya manusia dan sumber daya waktu. Karena ketika sumber daya manusia yang

kompoten dan kapabel telah tersedia sedangkan kecurangan dan melalui anggaran tidak

tersedia, maka memang menjadi persoalan pelik untuk meralisasikan apa yang hendak dituju

oleh tujuan kebijakan publik. Demikian pula halnya dengan sumber daya waktu. Saat sumber

daya manusia giat bekerja dengan kecurangan dana berjalan dengan baik. Tetapi terbentur

dengan persoalan waktu yang terlalu ketat, maka hal ini perlu dapat menjadi penyebab

ketiakberhasilan implementasi kebijakan.

c. Karakteristik Agen Pelaksana

Page 117: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

14

Pusat penelitian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan organisasi informal

yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik. Hal ini sangat penting kinerja

implementasi kebijakan (public) akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta

cocok dengan para pelaksananya. Misalnya, implementasi kebijakan publik yang berusaha

merubah perilaku tingkah laku manusia secara radikal, maka agen pelaksana projek itulah hanya

berkarakteristik keras dan ketat pada aturan serta sanksi hukum. Sedangkan bila kebijakan public

itu tidak terlalu merubah perilaku dasar manusia, maka dapat-dapat saja agen pelaksana yang di

turungkan tidak sekeras dan tidak setegas pada gambaran yang pertama. Selain itu, cakupan atau

luas wilayah implementasi kebijakan perlu juga di perhitungkan manakala hendak menentukan

agen pelaksana. Semakin luas cakupan implementasi kebijakan, khusnya semakin besar pula

agen yang di libatkan.

d. Sikap/kecendrungan (disposition) para pelaksana

Sikap penerima atau penolakan dari (agen) pelaksana akan sangat banyak

mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja pelaksanaan kebijakan publik. Hal ini sangat

mungkin terjadi karena kebijakan yang di laksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat

yang mengenal betul persoalan dan permasalahan yang mereka rasakan. Tetapi kebijakan yang

akan di laksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat mengenai betul persoalan dan

permasalahan yang mereka rasakan. Tetapi kebijakan yang akan di laksanakan adalah kebijakan

“dari atas” (top down) yang sangat mungkin para pengambil keputusan tidak mengetahui

(bahkan tidak mampu menyentuh) kebutuhan, keinginan, atau permasalahan yang warga ingin

selesaikan.

Page 118: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

15

e. Komunikasi Antarorganisasi Dan Aktivitas Pelaksana

Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan public.

Semakin baik koordinasi komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses

implementasi,maka asumsinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi. Dan begitu

pula sebaliknya.

f. Lingkungan Ekonomi, Sosial Dan Politik

Hal yang penting lainnya adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong

keberhasilan kebijakan publik yang telah di terapkan. Lingkungan social, ekonomi, dan politik

yang tidak kondusif dapat menjadi biang keladi dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan.

Karena itu upaya untuk mengimplementasikan kebijakan harus pula memperhatikan

kekondusifan kondisi lingkungan eksternal.

3. Implementasi Kebijakan Publik Model Merilee S. Grindle

Menurut Grindle (Agustino,2008:154), ada dua variabel yang mempengaruhi pelaksanaan

suatu kebijakan suatu kebijakan publik dapat diukur dari proses pencapaian hasil akhir (

outcame ), yaitu tercapai atau tidaknya tujuan yang ingin di raih. Hal ini di kemukakan oleh

Grindle, di mana pengukuran keberhasilan implementasi kebijakan tersebut dapat dilihat dari

dua hal yaitu:

a. Dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan kebijakan sesuai

dengan yang di tentukan (design) dengan merujuk pada aksi kebijakannya.

b. Apakah tujuan kebijakan tercapai. Dimensi ini di ukur dengan melihat dua factor, yaiu:

1) Impak atau efeknya pada masyarakat secara individu dan kelompok.

2) Tingkat perubahan yang terjadi serta Penerimaan kelompok sasaran dan perubahan

yang terjadi.

Page 119: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

16

Keberhasilan suatu implementasi kebijakan public, juga menurut grindle, amat

ditentukan oleh tingkat implementability kebijakan itu sendiri, yang terdiri atas content of

policy dan context of policy (1980:5).

(1). Content of policy menurut Grindle adalah:

(a) Interest affected (kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi)

Interest affected berkaitan dengan berbagai kepentingan yang mempengaruhi suatu

implementasi kebijakan. Indakator ini berargumen pasti melibatkan banyak kepentingan, dan

sejauh mana kepentingan-kepentingan tersebut membawa pengaruh terhadap implementasinya,

hal inilah yng di ingin di diketahui lebih lanjut.

(b) Type of Benefits ( tipe manfaat)

Pada ini upaya untuk menjelaskan bahwa dalam suatu kebijakan harus terdapat

beberapa jenis manfaat yang menunjukkan dampak positif yang dihasilkan oleh pelaksanaan

kebijakan yang hendak dikerjaakan.

(c) Extent of change Envision ( derajat perubahan yang ingin dicapai )

Seberapa besar perubahan yang hendak di capai melalui suatu implementasi

kebijakan harus mempunyai skala yang jelas.

(d) Site Of Decisiuon Making (letak pengambilan keputusan)

Pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan memegang peranan penting dalam

pelaksanaan suatu kebijakan, maka pada bagian ini harus di jelaskan di mana letak

pengambilan keputusan dari suatu kebijakan yang diimplementasikan.

(e) Program implementer ( pelaksana program)

Page 120: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

17

Dalam dengan adanya pelaksanaa kebijkan yang melaksanakan suatu kebijakan harus

didukung dengan adanya pelaksanaan kebijakan yang kompoten dan kapabel demi keberhasilan

suatu kebijakan. Dan hal ini harus sudah terdata atau terpapar dengan baik pada bagian itu.

(f) Recources Commited (Sumber-sumber daya yang di gunakan)

Pelaksanaan suatu kebijakan juga harus didukung oleh sumber daya yang mendukung

agar pelaksanaanya berjalan dengan baik.

(2) Context Of Policy menurut grindle adalah:

(a) Power , interest, and strategis of actor involved (kekuasaan kepentingan-kepentingan, dan

strategi dari actor yang terlibat).

Dalam suatu kebijakan perlu di perhitungkan pula kekuatan atau kekuasaan, kepentingan

strategi yang di gunakan oleh para actor yang terlibat guna memperlancar jalannya pelaksanaan

suatu implementasi kebijakan. Bila hal ini tidak dapat di perhitungkan dengan matang sangat

besar kemungkinan program yang diimplementasikan akan jauh arang dari api.

(b) Instution and Regime Characteristic ( karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa)

Lingkungan dimana suatu kebijakan tersebut dilaksanakan juga berpengaruh terhadap

keberhasilannya, maka pada bagian ini ingin di jelaskan karakteristik dari suatu lembaga yang

akan turut mempengaruhi suatu kebijakan.

(b) Compliance and Responsiviness (tingkat kapatuhan dan adanya respon dari pelaksana)

Hal ini yang dirasa penting dalam proses pelaksanaan suatu kebijakan adalah kepatuhan

dengan dan respon dari pelaksana, maka yang hendak di jelaskan pada poin adalah sejauh mana

kepatuhan dan respon dari pelaksanaan dalam menanggapi suatu kebijakan.

Page 121: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

18

C. Konsep Pelayanan

1. Pengertian pelayanan publik

Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urusan kegiatan yang terjadi dalam interaksi

langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan

pelanggan.

Menurut Kotler dalam Laksana (2008) Pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan

yang dapat di tawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud

dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Gronros dalam Tjiptono (2005) menyatakan

bahwa pelayanan merupakan proses yang terdiri atas serangkaian aktivitas ingtable yang biasa

(namun harus selalalu) terjadi pada interaksi antara pelanggan dan karyawan , jasa dan sumber

daya, fisik atau barang, dan sistem penyedia jasa, yang di sediakan. Sebagai solusi atas masalah

pelanggan. Sementara itu menurut lovelock, petterson dan walker dalam Tjiptono (2005)

mengemukakan persfektif pelayanan sebagai sebuah sistem, dimana setiap bisnis jasa di pandang

sebagai sebuah system yang terdiri atas dua komponen utama: operasi jasa: dan penyampaian

jasa.

Menurut wiwi jayanti (2013). ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya pelayanan

yaitu:

a. Adanya rasa cinta dan kasih sayang membuat manusia bersedia mengorbangkan apa yang ada

padanya sesuai kemampuannya, di wujudkan menjadi layanan dan pengorbanan dalam batas

ajaran agama, norma agama, sopan santun, dan kesusilaan yang hidup dalam masyarakat.

b. Adanya keyakinan untuk saling menolong sesamanya. Rasa tolong menolong merupakan

gerak naluri yang sudah melekat pada manusia. Apa yang dilakukan oleh seseorang untuk

orang lain kerena diminta oleh orang yang membutuhkan pertolongan adalah hakikatnya

Page 122: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

19

pelayanan, disamping ada unsur pengorbanan, namun kata pelayanan tidak pernah di gunakan

dalam hubungan ini.

c. Adanya keyakinan bahwa berbuat baik kepada orang lain adalah salah satu bentuk amal.

Inisiatif berbuat baik timbul dari orang yang bukan berkepentingan untuk membantu orang

yang membutuhkan bantuan, proses ini di sebut pelayanan. Keinginan berbuat baik timbul

dari orang lain yang mebutuhkan pertolongan ini disebut yang membutuhkan pertolongan,

ini di sebut bantuan.

2. Prinsip Pelayanan Publik

Atik Septi Winarsih (2005) mengatakan keputusan MENPAN No 36 tahun 2003

disebabkan bahwa penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai

berikut :

a. Kesederhanaan

Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanankan.

b. Kejelasan

Kejelasan ini mencakup ini kejelasan dalam hal :

1. Persyaratan teknis dan administrasi pelayanan publik.

2. Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan

dalam menyelesaikan keluha/persoalan/ sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik.

3. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.

c. Kepastian waktu

Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah

ditentukan.

d. Akurasi

Page 123: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

20

Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah.

e. Keamanan

Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian hukum.

f. Tanggung jawab

Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab

atas penyelenggara pelayanan dan penyelesaian keluhan / persoalan dalam pelaksanaan

pelayanan publik.

g. Kelengkapan sarana dan prasarana

Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang

memadai termasuk penyediaan sarana telekomunikasi dan informatika ( telematika).

h. Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yng

memadai termasuk penyediaan sarana telekomunikasi dan informatika.

i. Kemudahan akses

Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah di jangkau oleh

masyarakat, dan memanfaatkan teknologi telemonikan dan informasi.

j. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahtamahan.

Pemberian pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta memberikan

pelayanan dengan iklas.

k. Kenyamanan

Lingkungan pelayanan harus tertib, tertutup, di sediakan ruangan tunggu yang nyaman,

bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung

pelayanan seperti parkir, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.

Page 124: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

21

D. Konsep Pendididikan Khusus Bagi Peserta Didik Berkelainan

Mangunsong, dkk.(1998), menyimpulkan bahwa anak yang tergolong luar biasa atau

berkelainan ” adalah anak yang menyimpang dari rata-rata anak normal dalam hal : cirri-ciri

mental, kemampuan sensorik, fisik dan neouromuskular, perilaku sosil dan emosional,

kemampuan berkomunikasi, maupun kombinasi 2 (dua) atau lebih dari hal-hal di atas. Sejauh

anak tersebut memerlukan modifikasi dari tugas - tugas sekolah metode belajar atau pelayanan

terkait lainnya yang di tunjuk untuk mengembangkan potensi atau kapasitasnya secara maksimal.

Amanat atas pendidikan bagi penyandang kelainan atau ketunaan di tetapkan dalam

Undang-Undang pasal 32 di sebutkan bahwa pendidikan khusus (Pendidikan Luar Biasa)

merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti

proses pembelajaran karena kelainan fisisk, emosional, mental dan sosial. Ketetapan dalam

Undang-Undang No.20 tahun 2003 tersebut bagi anak penyandang berkelainan sangat berarti

karna memberikan landasan yang kuat bahwa anak berkelainan berhak memporoleh kesempatan

yang sama sebagaimana di berikan kepada anak normal lainnya dalam pendidikan dan

pengajaran ( Mohammad Efendi 2006:1).

Memberikan kesempatan yang sama kepada anak berkelainan untuk memporoleh

pendidikan dan pengajaran, berarti memperkecil kesenjangan antara partisispasi pendidikan anak

norml dengan berkelainan. Investasi jangka panjang, dengan lainnya bagi penyandang cacat yang

terdidik dan terampil, secara langsung dapat mengurangi biaya pos perawatan dan pelayanan

kebutuhan sehari-hari. Hal ini juga memberika efek psikologis, yaitu tumbuhnya berprestasi dan

meningkatnya harga diri anak berkelainan yang nilainya jauh lebih penting dan dapat melebihi

nilai ekonomi. Kondisi yang konstruktif ini dapat memperkuat pembentukan konsep diri anak

berkelainan (Mohammad Efendi, 2006:87).

Page 125: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

22

Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 Pendidikan khusus bagi peserta didik

berkelainan menjelaskan yaitu Pasal 129 ayat 1. Pendidikan khusus bagi peserta didik

berkelainan berfungsi memberikan pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki

kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental,

intelektual dan/atau sosial. 2. Pendidikan khusus bagi peserta didik bertujuan untuk

mengembangkan potensi peserta didik secara optimal sesuai kemampuannya. 3. Peserta didik

berkelainan terdiri atas peserta didik yang tunalaras, tunarungu, tunawicara, tunagrahita,

tunadaksa, tunalaras, berkesulitas belajar, lamban belajar, autis, memiliki gangguan motorik,

menjadi korban penyalagunaan narkotika, obat terlarang dan zat adiktif lain dan memiliki

kelainan lain.

E. Kerangka Fikir

Pendidikan merupakan kebutuhan manusia dalam pengembangan bakat dan potensi

yang ada dalam diri seseorang. Pendidikan juga berperang proses penting dalam proses

kehidupan manusia yang ada di dalamnya terkandung proses belajar yang tersusun secara

sistematis dan terus menerus, maka kebijakan pemerintah harus senantiasa berkembang dan

memberikan jalan keluar tentang permasalahan-permasalahan pendidikan yang berkembang di

masyarakat sesuai dengan perkembangan zaman. Kebijakan pemerintah sangatlah penting dalam

mengatur segala kelangsungan harkat dan martabat berkehidupan warga Negara supaya semua

dapat merasakan kebijakan yang di keluarkan oleh pemerintah salah satunya kebijakan

pendidikan.

Pendidikan merupakan suatu keharusan yang harus dinikmati oleh semua orang tanpa

tanpa memandang anak berkebutuhan khusus maupun normal. Seperti yang tercantum pada

Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pada pasal 5 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap warga

Page 126: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

23

Negara mempunyai hak yang sama untuk memporoleh pendidikan yang bermutu.Warga Negara

yang berkelainan juga telah di sebutkan dalam pasal 5 ayat 2, yang menyebutkan bahwa: warga

Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan atau sosial berhak

memporoleh pendidikan khusus.

Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 Pendidikan khusus bagi peserta didik

berkelainan menjelaskan yaitu: Pasal 129 ayat 1. Pendidikan khusus bagi peserta didik

berkelainan berfungsi memberikan pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki

kesulitan dalam mengitu proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental,

intelektual dan/atau sosial. 2. Pendidikan khusus bagi peserta didik bertujuan untuk

mengembangkan potensi peserta didik secara optimal sesuai kemampuannya. 3. Peserta didik

berkelainan terdiri atas peserta didik yang tunalaras, tunarungu, tunawicara, tunagrahita,

tunadaksa, tunalaras, berkesulitan belajar, lamban belajar, autis, memiliki gangguan motorik,

menjadi korban penyalagunaan narkotika, obat terlarang dan zat adiktif lain dan memiliki

kelainan lain.

Tahapan pelaksanaan kebijakan ini menjadi begitu penting karena suatu kebijakan

kebijakan ini begitu penting karena suatu kebijakan tidak akan berarti apa-apa jika tidak dapat di

laksanakan dengan baik dengan benar. Dalam penelitian ini penulis mengangkat model

implementasi kebijakan yang di kemukakan oleh George Edward III dalam (Agustino, 2008

:149) di mana terdapat empat variabel yang menjadi indikator keberhasilan implementasi

kebijakan. Indikatornya yaitu: 1) komunikasi (Comunication) adalah penyampaian informasi dari

pembuat kebijakan kepada pelaksana kebijakan yaitu pihak sekolah, 2) Sumber daya (Resources)

ialah segala hal yang dimiliki oleh satu organisasi baik berupa manusia, sarana dan prasarana

yang dapat di gunakan untuk meningkatkan kerjasama dalam kelompok tersebut, 3) Dispoisi

Page 127: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

24

(Disposisition) yaitu tindakan/sikap atau lanjutan dari pimpinan kepada bawahan yang berupa

memo atau perintah yang menjelaskan tentang pekerjaan apa yang seharusnya dikerjakan dan

siapa penanggung jawabnya sesuai keinginan pemimpinan, dan 4) Struktur Birokrasi

(Bureaucraiti structure) adalah hirarki otoritas yang mengutamakan pembagian kerja secara

terperinci yang dilakukan sistem administrasi untuk memperlancar kerjasama di antara anggota

organisasi.

Pencapaian tujuan implementasi kebijakan pelayanan pendidikan khusus pada sekolah

lanjutan tingkat atas bagi peserta didik berkelainan fisik untuk terlaksanya pendidikan secara

menyeluruh.

Page 128: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

25

Untuk lebih jelasnya bagan kerangka fikir akan di gambarkan dalam gambar berikut:

Gambar 1 : Bagan Kerangka Pikir

Implementasi kebijakan

pelayanan pendidikan khusus

pada sekolah lanjutan tingkat

atas bagi peserta didik

berkelainan fisik

Indikator pelayanan

keterkaitannya dengan

implementasi

1. Tanggung jawab

2. Kelengkapan sarana

dan prasarana

3. Kemudahan akses

4. Kedisiplinan.

Faktor-faktor yang

mempengaruhi

implementasi

1. Komunikasi

2. Sumber daya

3. Disposisi

4. Struktur Birokrasi

Efektifitas

implementasi

kebijakan

Sumber Kebijakan

UU NO. 20 Tahun 2003

PP NO. 17 Tahun 2010

Page 129: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

26

F. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini untuk mengetahui bagaimana implementasi kebijakan pelayanan

pendidikan khusus pada sekolah lanjutan tingkat atas bagi peserta didik berkelainan fisik dan

untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pelayanan pendidikan khusus pada

sekolah lanjutan tingkat atas bagi peserta didik berkelainan fisik Di Sekolah Luar Biasa Negeri

Parangtambung Makassar.

G. Deskripsi Fokus Penelitian

Berdasarkan kerangka fikir sebelumnya maka dapat di kemukakan deskripsi fokus

penelitian

1. Implementasi kebijakan sebagai aktivitas penyelesaian atau pelaksanaan suatu kebijakan

publik yang telah ditetapkan/disetujui dengan penggunaan sarana atau (alat) untuk mencapai

tujuan kebijakan.

2. Tanggung jawab yaitu dimana dalam suatu lingkungan sekolah bertanggung jawab atas

penyelenggara pelayanan dan penyelesaian keluhan persoalan dalam pelaksanaan pelayanan.

3. Kelengkapan sarana dan prasarana yaitu tersedianya sarana dan prasarana yang memadai

termasuk telekomunikasi dan informatika.

4. Kemudahan akses yaitu tempat dan lokasi pelayanan sarana pelayanan yang memadai

termasuk penyediaan telekomunikasi dan informatika (Telematika).

5. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahtamahan yaitu pemberian pelayanan bersikap disiplin

sopan dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan iklas.

6. Komunikasi yaitu penyampaian informasi/pengetahuan dan koordinasi diantara pihak-pihak

yang terlibat dalam proses implementasi kebijakan. Indikator variabel komunikasi antara

Page 130: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

27

lain : 1) Transisi (penyaluran komunikasi), 2) kejelasan komunikasi, dan 3) Konsistensi

perintah. Di Sekolah Luar Biasa Negeri Parangtambung Makassar.

7. Sumber daya, di mana indikator sumber daya yang mempengaruhi keberhasilan

implementasi suatu kebijakan yaitu terdiri dari atas: 1) Staf, 2) Informasi, 3) wewenang dan

4) fasilitas.

8. Disposisi, yaitu sikap dari pelaksana kebijakan. Variabel dari disposisi adalah pengankatan

birokrasi dan insentif.

9. Struktur birokrasi adalah terdiri dari atas kerjasama dari banyak orang dalam suatu

organisasi. Variabel yang dapat meningkatkan kinerja struktur birokrasi/organisasi kearah

yang lebih baik atau komitmen, toleransi dan melaksanakan fragmentasi (penyebaran

tanggung jawab kegiatan-kegiatan pegawai di antara beberapa unit kerja).

10. Efektifitas implementasi kebijakan adalah pencapaian tujuan sejauh mana kesusaian antara

proses implementasi kebijakan dengan garis petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan yang

telah di tetapkan.

Page 131: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian merupakkan suatu tempat/wilayah yang dibutuhkan dimana penelitian

dilaksanakan. Adapun waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah selama 2 (dua) bulan

yaitu Maret-Mei. Sedangkan lokasi penelitian yang akan ditempati Di SLBN Pembina Tingkat

Provinsi SulSel di Kelurahan Parangtambung Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Alasan

penentuan lokasi tersebut karena selain lokasi tersebut mudah di jangkau sekolah luar biasa

tersebut di mana di sini untuk mengetahui implementasi kebijakan pelayanan pendidikan khusus

pada sekolah lanjutan tingkat atas bagi peserta didik berkelaiann fisik. Oleh karena itu,

pemerintah di mana berpartisipasi dalam pengimplementasian kebijakan tersebut.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu penelitian deskriftif kualitatif. Penelitian ini berusaha

mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga

bersifat mengungkapkan fakta yang di poroleh di lapangan dan memberikan gambaran

secara obyektif tentang keadaan sebenarnya dari objek yang diteliti.

2. Tipe penelitian

Tipe penelitian ini menggunakan tipe penelitian studi kasus (case studies) yaitu penelitian

yang mendalam tentang individu, satu organisasi ,satu program kegiatan, dan sebagainya

dalam waktu tertentu. Tujuannya untuk memporoleh deskripsi yang utuh dan mendalam dari

suatu entitas. Studi kasus menghasilkan data untuk selanjutnya dianalisis untuk menghasilkan

teori.

28

Page 132: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

29

C. Sumber Data

Sumber Data Dalam Penelitian Ini Terdiri Atas Data Primer Dan Data Sekunder.

1. Data Primer

Yaitu data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data ini diporoleh melalu

narasumber/informan atau dalam istilah teknisnya responden, yaitu orang yang dijadikan

objek atau sebagai sarana mendapatkan informasi ataupun data di lokasi penelitian.

2. Data Sukunder

Yaitu data yang sifatnya mendukung keperluan data primer seperti buku-buku, literature,

dokumentasi dan bahan bacaan yang berkaitan dengan Implementasi Kebijakan Pelayanan

pendidikan khusus bagi peseta didik berkelainan fisik.

D. Informan Penelitian

Adapun yang akan menjadi informan dalam penelitian ini yaitu:

Tabel 1. Nama informan

NO. Nama informan Inisial Jabatan/Status

1 Jamaluddin S.Pd, M,Pd. JML Bagian sarana dan prasarana

2 Drs. Komargono M.M KMG Bagian Humas

3 Dra.Khadijah KDJ Bagian kesiswaan

4 Supraptomo S.Pd SPT Bagian kurikulum

5 Dra. Wiwik susianti WWS Guru keterampilan

6 Herawati S.Pd HRW Guru pendidikan kewarganegaraan

7 Hudaya Muis S.Pd HDY Guru pendidikan agama

8 Andi Nirmawati S.Pd ANM Guru bagian tunagrahita

9 Ahcmad Teddy lira ATL Sekertaris komite

10 Saiful Malik SFM Staf Administrasi

11 Ardiati ARD Orang tua murid

12 Hamjah Nur Hasan HNH Orang tua murid

Page 133: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

30

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data

sekunder. Untuk mengumpulkan data primer dan sekunder peneliti menggunakan beberapa

teknik pengumpulan data, yaitu:

1. Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan sistematik tentang gejala-gejala yang diamati.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakaukan dengan cara observasi langsung (direct

observasion) dan sebagai peneliti yang menempatkan diri sebagai pengamat (reconigzed

outsider) sehingga interaksi peneliti dengan subjek penelitian bersifat terbatas. Dengan

melakukan observasi di Sekolah Luar Biasa Negeri Parangtambung Makassar, maka peneliti

mencatat apa saja yang berkaitan dengan pelayananan pendidikan khusus pada sekolah

lanjutan tingkat atas bagi peserta didik berkelainan fisik.

2. Wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua

pihak, yaitu wawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dan yang di wawancarai

memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Teknik ini digunakan untuk mengungkapkan hal-

hal yang berhubungan dengan implementasi kebijakan pelayanan pendidikan khusus pada

lanjutan tingkat atas bagi peserta didik berkelaianan fisik pada lokasi penelitian.

3. Dokumen yaitu cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa

arsip-arsip, dan termasuk juga buku-buku, dokumen resmi, maupun statistik yang

berhubungan dengan masalah penelitian. Teknik ini dilakukan dengan cara mengadakan

penelahan terhadap bahan-bahan tertulis yang berkaitan dengan implementasi kebijakan

pelayanan pendidikan khusus bagi peserta didik berkelaianan fisik pada lokasi penelitian.

Page 134: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

31

F. Teknik Analis Data

Analis data adalah tahapan selanjutnya untuk mengolah data di mana data yang di

poroleh, dikerja dan dimanfaatkan untuk menyimpilkan persoalan yang diajukan dalam

menyusun hasil penelitian. Menurut Miles dan Huberman dalam (Sugiyono, 2012:91), terdapat 3

(tiga) aktivitas dalam menganalis data, yaitu:

a. Reduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal

yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya.

b. Penyajian data yaitu merupakan rakitan informasi dalam bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan kategori, flowchart. Dan sejenisnya agar makna peristiwa lebih mudah dipahami.

c. Penarikan kesimpulan

Pada penelitian kualitatif ini, verifikasi data dilakukan secara terus menerus sepanjang

proses penelitian dilakukan. Sejak pertama memasuki lapangan dan selama proses pengumpulan

data, peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang di

kumpulkan,yaitu mencari pola tema, hubungan persamaan, hipotesis dan selanjutnya dituangkan

dalam bentuk kesimpulan.

G. Pengabsahan Data

Setelah menganalisis data ,peneliti harus memastikan apakah interpretasi dan temuan

penelitian akurat. Validasi temuan Creswell dalam (Sugiono 2012: 42) berarti bahwa peneliti

menentukan keakuratan dan kredibilitas temuan melalui strategi antara lain:

1. Member cheking adalah proses penelitian menyajikan pertanyaan pada satu atau lebih

partisipan atau tujuan yang telah di jelaskan di atas. Aktivitas ini juga dilakukan untuk

Page 135: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

32

mengambil temuan kembali pada partisipan dan menanyakan pada mereka baik lisan

maupun tulisan tentang keakuran laporan penelitian.

2. Triangulasi merupakan proses penyekongan bukti terhadap temuan, analisis dan interpretasi

data yang telah di lakukan peneliti yang berasal dari:1) individu (informan) yang berada

(Guru dan Murid), 2) tipe member data (wawancara,pengamatan dan dokumen), serta 3)

metode pengumpulan data(wawancara, pengamatan dan dokumen).

3. Eksternal audit, yaitu untuk menghindari bias atas hasil temuan penelitian, peneliti perlu

melakukan cek silang dengan seseorang diluar penelitian. Seseorang tersebut dapat berupa

pakar yang dapat memberikan penilaian imbang dalam bentuk pemeriksaan laporan

penelitian yan akurat.

Page 136: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

33

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

SLBN Pembina Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan Sentra PK-PLK

terletak di Jl. Daeng Tata Kelurahan Parangtambung Kecamatan Tamalate Kota

Makassar. Sekolah ini dinaungi oleh pemerintah pusat ini berdiri di atas tanah

36436 m2. Diresmikan tanggal 20 september 1985 oleh direktur pendidikan dasar

dan menengah (Prof. Dr. Hasan Walinono). Awalnya SLB bagian D pembina

tingkat Prov. Sulsel menerima D (Tunadaksa), seiring perkembangan menerima

sisiwa Tunanetra, Tunarungu, Tunadaksa, Tunagrahita, Autis, Kesulitan belajar,

dan lambat ajar. Jumlah Siswa/Siswi khususnya sekolah lanjutan tingkat atas pada

tahun pelajaran 2015-2016 sebanyak 42 ( empat puluh dua).

1. Keadaan Sarana Dan Prasarana Pada Sekolah Lanjutan Tingkatan Atas

Di SLBN Pembina Tingkat Provinsi Pada Sekolah Lanjutam Tingkatan

Atas

Berkaitan dengan kondisi sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SLBN

Pembina Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan pada sekolah lanjutan tingkat atas

pada tahun ajaran 2015-2016 dapat dilihat pada table 2 berikut ini.

Tabel 2. Kondisi Sarana dan prasarana Di SLBN Pembina Tingkat Provinsi Pada

Sekolah Lanjutan Tinkat Atas tahun pelajaran 2015-2016.

No Komponen Sarana Dan

Prasarana Jumlah

Kondisi Ket.

Baik Rusak

1 2 3 4 5 6

1 Ruang pembelajaran umum 27 23 4

1.1 Ruang perpustakaan 1 1 -

2 Ruang pembelajaran

2.1 Ruang OM 1 1 -

2.2 Ruang BPKPI 1 1 -

2.3 Ruang Bina Diri 1 1 -

33

Page 137: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

34

2.4 Ruang Tata Busana 1 1 -

2.4 Ruang tata boga 1 1 -

2.5 Ruang ICT 1 1 -

2.6 Ruang Tata Rias 1 1 -

2.7 Ruang otomotif 1 1 -

2.8 Ruang Kriya Kayu 1 1 -

2.9 Ruang Hantaran 1 1 -

2.10 Ruang elektro 1 1 -

2.11 Ruang music 1 1 -

2.12 Ruang akupuntur/ spa therapy 1 1 -

2.13 Ruang fisioterapi 1 1 -

2.14 Ruang audiometer 1 1 -

2.15 Ruang E-Learnin 1 1 -

3 Ruang penunjang 1 1 -

3.1 Ruang Pimpinan/kepala sekolah 1 1 -

3.2 Ruang Guru 1 1 - 3.3 Ruang Tata Usaha 1 1 - 3.4 Tempat Ibadah/Masjid 1 1 - 3.5 Ruang UKS 1 1 - 3.6 Ruang Asesment/Konseling 1 1 - 3.7 Ruang Organisasi Pramuka 1 1 - 3.7 WC 10 6 4 3.8 Gudang 3 2 1 3.9 Ruang Sirkula/Koridor 1 1 - 3.11 Tempat Bermain 1 1 - 3.12 Ruang Wakasek 1 1 - 3.13 Ruang Centre Braillo 1 1 - 3.14 Aula 1 1 - 3.15 Gedung Diklat 1 1 - 3.16 Laboratorium 1 1 -

Sumber: Profil SLBN Pembina Tk provinsi SULSEL 27 maret 2015

SLBN Pembina tingkat provinsi sulsel telah memiliki sarana dan prasarana

yang menunjang proses kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut. Sarana dan

prasarana ini di adakan dari bantuan pemerintah yang di terima oleh sekolah.

Berikut ini jumlah dan kondisi sarana dan prasarana tersebut.

Page 138: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

35

Table 3. Data Kondisi Sarana Di SLBN Pembina Tingkat Provinsi sulsel Pada

Sekolah Lanjutan Tinkat Atas tahun pelajaran 2015-2016.

No. Nama Prasarana Jumlah Kondisi

Keterangan Baik Rusak

1 Computer E-Learning 7 unit 7 - Bantuan direktorat P PK-PLK Dikmen Tahun 2011

2 Computer Braillo 1 unit 1 - Bantuan Direktorat PPK LK Dikmen Tahun 2011

3 Laptop E-Learning Dikmen

6 unit 6 - Bantuan Direktorat PPK LK Dikmen Tahun 2011

4 Laptop E-Learning Diknas

1 unit 1 - Bantuan Direktorat PPK LK Diknas Tahun 2011

5 LCD Projector E-Learnig Diknas

1 unit 1 - Bantuan Direktorat PPK LK Dikmen Tahun 2011

6 Printer canon E-learning Diknas

2 unit 2 - Bantuan Direktorat PPK LK Diknas Tahun 2011

7 printer projector E-learnig diknas

1 unit 1 - Bantuan Direktorat PPK LK Dikmen Tahun 2011

8. Printer Braille 1 Set 1 - Bantuan Direktorat PPK LK Diknas Tahun 2011

9. Kamera digital 1 Unit 1 - Bantuan Direktorat PPK LK Diknas

Tahun 2011

10. Audiometer Dikmen 1 Set 1 - Bantuan Direktorat

PPK LK Dikdasn Tahun 2011

11. Audiometer Dikdas 1 unit 1 - Bantuan Direktorat PPK LK Dikdas

Tahun 2011

12. Layar 1 Unit 1 - Bantuan Direktorat PPK LK Dikdas

Tahun 2011

13. Mesin ketik Braille 1 unit 1 - Bantuan Direktorat PPK LK Dikdas

Tahun 2011

14. Riglet besar 4 buah 4 - Bantuan Operasional Dikmen 2011

15. Mesin fax 1 unit 1 - Bantuan Operasional Dikmen 2011

16. Gerobak sampah (atro) 1 unit 1 - Bantuan Operasional Dikmen 2011

17. Tempat sampah 7 buah 7 - Bantuan Operasional Dikmen 2011

18. Mesin plong 1 set 1 - Bantuan Operasional Dikmen 2011

19. Tenda terowongan 1 set 1 - Bantuan Operasional Dikmen 2011

20. Papan pengumuman 4 set 4 - Bantuan Dana Bos SDLB/SMPLB

2011

21. Lemari piala 1 set 1 - Bantuan Dana Bos SDLB 2011

22. Lemari arsip 1 set 1 - Bantuan Dana Bos SDLB 2011

Sumber: profil SLBN Pembina Tingkat Provinsi SulSel 27 maret 2015

Berdasarkan keadaan sarana dapat dilihat dalam keadaan kondisi baik dan

adanya bantuan bantuan direktorat PK-PLK Dikmen, bantuan Direktoran Dikmen

PPK-PLK, bantuan direktoran PPK-LK Dikdas, bantuan direktorat PPK- LK

Diknas, bantuan operasional Dikmen dari tahun 2011.

Page 139: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

36

2. Keadaan Sumber Daya Manusia (SDM) di SLBN Pembina Tingkat

Provinsi SulSel.

Berikut ini tenaga pendidik dan kependidikan di SLBN Pembina

Tingkat Provinsi SulSel khususnya tenaga pendidikan pada sekolah lanjutan

tingkat Atas tahun pelajaran 2015-2016.

Tabel. 4 Tenaga Pendidik Dan Kependidikan Pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

SLBN Pembina Tingkat Propinsi Sulsel.

STATUS KEPEGAWAIAN

JABATAN

GOLONGAN KUALIFIKASI PENDIDIKAN

JUMLAH II III IV SMP SMA D.II S1 S2

L P L P L P

TETAP/PNS

Kepala Sekolah - - - - 1 - - - - 1 1

Guru PNS 3 1 9 12 9 22 - 2 46 8 56

Guru PNS DEPAG - - - - 1 - - - 1 - 1

JUMLAH 3 1 9 12 11 22 - 2 47 9 58

Tenaga

Administrasi 1 - 1 3 - - - 4 - 1 - 5

JUMLAH 1 - 1 3 - - - 4 - 1 - 5

Sumber: profil SLBN Pembina Tingkat Provinsi SulSel 27 maret 2015

Berkaitan sumber daya manusia tenaga pendidik dan kependidikan di

Sekolah Luar Biasa Negeri parangtambung Makassar dilihat dari jabatan terdiri

dari kepala sekolah, guru pegawai negeri sipil, guru pegawai negeri, departemen

agama dan tenaga administrasi. Dilihat dari golongan II laki-laki 4 (empat) orang

dan perempuan 1(satu) orang , dilihat dari golongan III laki-laki 10 (orang),

dilihat golongan III dan perempuan 15 (lima belas) orang, dan golongan IV laki-

laki 11 (sebelas) orang dan perempuan 11 (sebelas) orang. Sedangkan kualifikasi

pendidikan D.II 2 (dua) orang, S1 48 (empat puluh delapan) dan S2 9 (Sembilan)

orang.

Page 140: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

37

Tabel 5. Tenaga Honorer/Tidak Tetap/Sukarela Di SLBN Pembina Tingkat

Provinsi Sulsel.

No STATUS KEPEGAWAIAN

JENIS

KELAMIN KUALIFIKASI PENDIDIKAN JUMLAH

L P SMP SMA D.II S.1 S.2

1 Guru Bantu - 1 - - - 1 - 1

2 Guru Kontrak 2 1 - - - 3 - 3

3 Tenaga/guru Sosial 7 6 - - 2 11 - 13

4 Tenaga sosial adminstrasi 3 1 - 4 - - - 4

5 Tenaga sosial perpustakaan - 1 - 1 - - - 1

6 Laboran - 1 - 1 - - - 1

Tenaga sosial ket.tatabusana 1 - - 1 - - - 1

7 Bujang sekolah 1 - - 1 - - - 1

8 Cleaning Service 5 1 - 6 - - - 6

9 Satpam 1 - 1 - - - - 1

JUMLAH 20 12 1 14 2 15 - 32

Sumber: profil SLBN Pembina Tingkat Provinsi SulSel.27 maret 2015

Berkaitan sumber daya manusia tenaga honorer/tidak tetap/sukarela di

sekolah luar biasa negeri parangtambung Makassar dilihat dari status kepegawaian

terdiri dari guru bantu, guru kontrak, tenaga/guru sosial, tenaga sosial

administrasi, tenaga sosial perpustakaan, laboran, tenaga sosial keterampilan

tatabusana, bujang sekolah, cleaning service, satpam, dan memiliki jumlah

perempuan 20 (dua puluh) dan perempuan 12 (dua belas) orang, sedangkan

kualifikasi pendidikan D.II 2 (dua) orang dan S.1 15 (lima belas) orang.

3. Visi Dan Misi

a. Visi : Terwujudnya pelayanan pendidikan khusus dan layanan khusus sesuai

dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik, sehingga senang belajar dan

mengembangkan potensinya secara optimal yang berprestasi dan bertaqwa.

b. Misi : 1). Mengembangkan pembelajaran yang menyenangkan dan meningkatk

an, harga diri dan tantangan bagi peserta didik. 2). Memelihara suasana yang

membantu, harga diri dan menghargai diantara warga sekolah. 3). Memiliki

Page 141: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

38

lingkungan fisik yang aksebilitas, aman rapid an bersih dan nyaman. 4).

Mengembangkan disiplin dari dalam peserta didik maupun pendidikan dan

tenaga kependidikan.

4. Struktur Organisasi

Berdasarkan struktur organisasi SLBN Pembina Tingkat provinsi

SulSel dapat dilihat pada bagan struktur organisisasi berikut ini:

Gambar 2. Struktur Organisasi

Kepala sentra

PK dan PLK

Kepala Sekolah Muh. Hasyim S.Pd M.Pd

NN

Ketua Komite Drs. Kamaluddin arfah

Wakasek Urusan Urusan Urusan Sarana Urusan

Kurikulum Kesiswaan Dan Prasarana Humas Supramono S.Pd Teti Supriati S.Pd jamaluddin S.Pd. M.Pd Drs.Komargono M.M

Tata Usaha SyarifuddinSukmin

Bengkel Kerja Muhammad Nur S.Pd

BP Dra.Widyastuti

Laboran Syamsiah S.Pd

Pustakawan Nirmalasari

Guru

Siswa A ( Tunanetra), B ( Tunarungu), C ( Tunagrahita), D ( Tunadaksa), Autis, Lambat ajar

Page 142: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

39

B. Pelayanan Pendidikan Khusus Pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Bagi

Peserta Didik Berkelainan Fisik Di SLBN Pembina Tingkat Provinsi

SulSel di parantambung Makassar.

Pelayanan adalah sebagai suatu fungsi dari interaksi antara personal atau

individu dengan lingkungannya. Individu membawa kedalam tatanan organisasi

kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan kebutuhan, dan pengalaman

masalalunya. Ini semuanya adalah karakteristik ini akan dibawa olehnya manakala

ia akan memasuki suatu lingkungan baru, yakni organisasi atau lainnya.

Organisasi yang juga merupakan lingkungan mempunyai karakteristik pula.

Adapun karakteristik yang mempunyai organisasi antara keteraturan yang

di wujudkan dalam susunan hirarki, pekerjaan- pekerjaan, tugas-tugas, wewenang

dan tanggung jawab, sistem penggajian (reward system) sistem pengendalian dan

lain sebagainya. Jika karakteristik organisasi maka akan terwujudnya perilaku

individu dalam organisasi.

Sebagaimana dengan tujuan penelitian yang tercantum pada bab

sebelumnya, yaitu untuk mengetahui pelayanan pendidikan khusus Pada sekolah

lanjutan tingkatan atas bagi peserta didik bekelainan fisik di SLBN Pembina

Provinsis Sulsel. Sekolah ini telah menjalankan pendidikan khusus bagi peserta

didik berkelainan fisik. Adapun indikator keberhasilan pelayanan pendidikan

khusus pada sekolah lanjutan tingkat atas bagi peserta didik berkelainan fisisk di

SLBN Pembina Tingkat provinsi SulSel. Yakni 1). Tanggung jawab 2).

Kelengkapan sarana dan prasarana 3). Kemudahan akses 4). Kedisiplinan. Berikut

ini indikator diatas.

Page 143: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

40

1. Tanggung jawab

Setiap manusia memiliki tanggung jawab dalam hidupnya masing-

masing terhadap apapun yang dilakukannya. Ridwan halim mengatakan (1988)

mendefinisikan tanggung jawab adalah sebagai suatu akibat lebih lanjut dari

pelaksanaan peranan, baik peranan itu merupakan hak dan maupun kewajiban atas

kekuasaan. Secara umum tanggung jawab diartikan untuk melakukan suatu atau

berperilaku menurut cara tertentu.

a. Melaksanakan tugas dengan baik

Tanggung jawab bersumber dari atau lahir atas pengunaan fasilitas dalam

penerapan kemampuan tiap orang untuk menggunakan hak dan melaksanakan

kewajibannya. Hasil wawancancara dengan KMG selaku bagian humas

menyatakan bahwa:

“Bentuk tanggung jawab dinas pendidikan terhadap sekolah sudah

berjalan dengan baik tetapi perlu adanya tambahan masalah biaya

pemeliharaan sekolah yang harus dianggarkan lewat APBD Provinsi”

(Hasil wawancara KMG, 18 Maret 2015).

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat di analisis dalam hal bentuk

tanggung jawab dinas pendidikan terhadap sekolah sudah berjalan dengan baik

dalam hal dinas pendidikan sering melakukan pengawasan dan pelatihan, tetapi

masih perlu penambahan anggaran dana lewat APBD Provinsi untuk biaya

pemeliharaan sekolah. Tanggung jawab yang baik adalah sebaik suatu akibat lebih

lanjut dari pelaksanaan peranan, baik peran itu merupakan hak maupun kewajiban

ataupun kekuasaan. Secara umum tanggung jawab diartikan sebagai kewajiban

untuk melakukan sesuatu atau berperilaku menurut cara tertentu. Secara umum

Page 144: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

41

tanggung jawab diartikan sebagai kewajiban untuk melakukan sesuatu atau

berperilaku menurut cara tertentu.

Tambahan biaya pemeliharaan sekolah dianggarkan lewat APBD

Provinsi adalah salah satu faktor pendukung anggaran berkaitan dengan

kecukupan modal dan investasi atas satu program atau kebijakan untuk terjamin

terlaksananya kebijakan, sebab tanpa dukungan anggaran yang memadahi,

kebijakan tidak akan berjalan dengan efektif dalam mencapai tujuan dan

sasaran. Ditambahkan dengan hasil wawancara JML bagian sarana dan

prasarana JML menuturkan bahwa:

“Bentuk tanggung jawab dinas pendidikan terhadap sekolah kami selalu

melakukan kordinasi langsung dari provinsi, tanggung jawab sesuai

dengan tugas dan fungsi dal hal ini kepala UPTD balai pengembangan

pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus” (Hasil wawancara

JML, 16 Maret 2015).

Hasil wawancara diatas dapat di analisis bahwa dalam hal dinas

pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam hal tanggung jawab ini

seringnya memperhatikan kepentingan bagi peserta didik berkelainan fisik, dapat

dilihat sering diadakan kordinasi langsung dari provinsi, tanggung jawab sesuai

dengan tugas dan fungsi hal ini kepala UPTD balai pengembangan pendidikan

khusus dan layanan khusus dan bentuk tanggung jawab dapat di lihat dengan

seringnya diadakan pengawasan dan pelatihan. Hal ini sangat mempengaruhi

keberadaan peseta didik untuk memberikan pelayanan secara maksimal.

Hal ini sependapat van meter dan van horn dalam (Agustino, 2008:142)

mengatakan bahwa koordinasi merupakan mekanisme yang sangat ampuh dalam

implementasi kebijakan public. Semakin baik kordinasi komunikasi antara pihak-

Page 145: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

42

pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka asumsi kesalahan-

kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi. Dan begitu pula sebaliknya.

b. Pelaksanaan tanggung jawab

Tanggung jawab bersumber dari atau lahir atas pengunaan fasilitas dalam

penerapan kemampuan tiap orang untuk menggunakan hak dan melaksanakan

kewajibannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan KMG bagian Humas.

menyatakan bahwa:

“Tanggung jawab pihak sekolah mengenai peserta didik hampir sudah

berjalan dengan baik dan tepat mengenai kelancaran peserta didik untuk

mendapatkan pendidikan” (Hasil wawancara KMG, 18 Maret 2015).

Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa tanggung jawab pihak

sekolah sudah berjalan dengan baik dapat dilihat mengenai kelancaran peserta

didik untuk mendapatkan pendidkan dimana penyelenggara pelayanan dan

keluhan/Persoalan, bahkan tenaga pendidik disiplin ilmu sesuai dengan tugasnya

masing-masing dan tidak adanya tumpah tindih.

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa pihak sekolah sangat

berperan dalam kelancaran peserta didik yang memiliki kelainan fisik untuk

mendapatkan pendidikan.

Hal ini dapat dilihat peraturan pemerintah tentang pendidikan khusus bagi

peserta didik berkelainan pasal 129 menyatakan bahwa pendidikan khusus bagi

peserta didik berkelainan berfungsi memberikan pelayanan pendidikan bagi

peserta didik yang memiliki kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran

karena kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan/ Sosial. Berdasarkan

Page 146: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

43

hasil wawancara kepala sekolah SLBN Pembina Tingkat provinsi SulSel

mengatakan bahwa:

“Selama ini tanggung jawab pihak sekolah sudah baik karena disini sudah

mendapatkan beasiswa dan tidak ada yang di bayar” (Hasil wawancara

HNH, 18 Maret 2015).

Berdasrkan hasil wawancara di atas penulis menyimpulkan tanggung

jawab yang diberikan sekolah sudah berjalan dengan baik hal ini dapat lilihat

bahwa tenaga pendidik sudah disiplin ilmu sesuai dengan tugasnya masing-

masing dan diperkuat dengan salah satu orang tua siswa yang mengatakan bahwa

tanggung jawab pihak sekolah sudah berjalan dengan baik dapat dilihat dengan

mendapatkannya beasiswa bagi peserta didik dan dalam memporoleh pendidikan

akan lebih mudah dengan digratiskannya biaya pendidikan.

2. Kelengkapan sarana dan prasarana

Kelengkapan Sarana dan prasarana pelayanan merupakan hal yang paling

penting dalam pelayanan pendidikan yang memadai termasuk pelayanan

telekomunikasi dan informatika.

a. Ketercukupan

Ketercukupan sarana dan prasarana yang menjadi faktor pendukung dalam

pelayanan pendidikan. Dari hasil wawancara JML selaku bagian sarana dan

prasarana mengatakan mengenai kelengkapan saran dan prasarana:

“kelengkapan sarana dan prasarana Sampai hari ini terpenuhi walaupun

sebenarnaya masih ada juga kelas perlu direhab, dan masih ada beberapa

ruangan yang disekat” (Hasil wawancara JML, 16 Maret 2015).

Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa ketercukupan sarana

dan prasarana yang menjadi faktor pendukung masih perlu pembenahan dan

Page 147: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

44

perbaikan sehingga tidak ada lagi kelas yang di sekat demi terpenuhinya

kebutuhan peserta didik berkelainan fisik. Hasil wawancara KDJ selaku bagian

kesiswaan mengatakan bahwa:

“Untuk sementara cukup untuk kegiatan proses belajar mengajar, seperti

fasilitas computer, keterampilan yang ada disekolah ini seperti

keterampilan busana, keterambilan boga, keterampilan otomotif” (Hasil

wawancara KDJ, 18 Maret 2015).

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan terdapatnya fasilitas

saranana dan prasarana yang ada seperti fasilitas computer, keterampilan yang ada

seperti keterampilan boga, dan keterampilan otomotif. Hasil wawancara ATL

salah satu sekertaris komite mengatakan bahwa:

“Mulai dilengkapi dan memadai ditandai dengan pengadaan

infrakstruktur yang mengadakan sekolah bukan dinas pendidikan” (Hasil

wawancara ATL, 18 Maret 2015).

Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa pengadaan

infrakstuktur yang terdapat telah dilengapi fasilitas sarana dan prasarana yang

mengadakan sekolah bukan dinas pendidikan.

Dari hasil wawancara diatas penulis menyimpulkan bahwa kelengkapan

sarana dan prasarana terpenuhi walaupun sebenarnya masih ada juga kelas yang

perlu direhab, yang di sekat. Namun informan lain mengatakan bahwa

kelengkapan sarana dan prasarana untuk sementara cukup, alasannya dengan

adanya fasilitas computer, keterampilan yang ada seperti, keterampilan Boga,

otomotif dan busana. Informan lain mengatakan kelengkapan sarana dan

prasarana mulai dilengkapi dan memadai dengan pengadaan infrakstuktur sekolah

bukan dinas pendidikan.

Page 148: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

45

b. Pemenuhan Harapan.

Kelengkapan sarana dan prasarana di dukung pemenuhan harapan

fasilitas yang ada. Hasil wawancara JML bagian sarana dan prasarana mengatakan

bahwa Belum sesuai harapan karena masih ada kelas yang digabung, meskipun

sudah ada beberapa yang memenuhi” (Hasil wawancara JML, 16 Maret 2015).

Dari hasil wawancara dapat dianalisis bahwa pemenuhan harapan fasilitas

sarana dan prasarana yang ada belum sesuai diharapkan masih perlu penambahan

kelas demi kelancaran proses mengajar terhadap peserta didik. Hasil wawancara

ATL salah satu sekertaris komite mengatakan bahwa:

“Pada umumnya sudah sesuai yang diharapkan, tetapi harapan

kedepannya diadakan peremajaan, contohnya gedung bengkel perlu

perbaikan karena bagian atas sudah mulai rusak, perlu penambahan alat-

alat peraga di bagian autis, dan bagian lain sudah memadai Cuma perlu

penambahan” (Hasil wawancara ATD, 18 Maret 2015).

Dari hasil wawancara diatas penulis menyimpulkan dalam peningkatan

sarana dan prasarana masih perlu dilakukan terutama gedung bengkel perlu

perbaikan dan penambahan karna bagian atas sudah mulai rusak, begitu pula

penambahan alat-lat peraga di bagian autis agar pemenuhan harapan memadai.

3. Kemudahan Akses

Kemudahan akses yaitu.Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang

memadai, mudah di jangkau oleh masyarakat, dan memanfaatkan teknologi

telemonikanikasi dan informasi.

Page 149: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

46

a. Lokasi pelayanan

Lokasi pelayanan adalah satu satu faktor pendukung yang memadai. Dari hasil

wawancara WWS salah satu salah satu guru keterampilan mengatakan bahwa

Lokasi kalau kita lihat cendrung tidak mengganggu, Cuma memang akses masuk

jalanannya agak sempit” (Hasil wawancara WWS, 16 Maret 2015).

Dari hasil wawancara dapat dianalisis bahwa demi terwujudnya lokasi

pelayanan yang baik. Lokasi yang terdapat Lingkungan pelayanan harus tertib,

tertutup, di sediakan ruangan tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang

indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan seperti

parkir, toilet, tempat ibadah dan lain-lain. Dari hasil wawancara sekertaris komite

mengatakan bahwa:

“Lokasi pelayanan sudah cukup memadai tetapi perlu penambahan dan

peremajaan karena sebagian masih pembenahan dan membutuhkan

anggaran setiap anggaran setiap 3 (Tiga) tahun” (Hasil wawancara ATL,

18 Maret 2015).

Dari hasil wawancara dapat dianalisis demi terwujudnya lokasi pelayanan

yang baik untuk meningkatkan penambahan dan peremajaan memerlukannya

Anggaran untuk menjamin terlaksananya kebijakan, sebab tanpa dukungan

anggaran yang memadai, kebijakan tidak akan berjalan dengan efektif dalam

mencapai tujuan dan sasaran. Dari hasil wawancara HNH salah satu orang tua

murid mengatakan bahwa “Lokasi pelayanan sudah sesuai yang diharapkan karena

lokasinya tenang, bagus, dan tertib” (Hasil Wawancara HNH, 18 Maret 2015).

Dari hasil wawancara diatas yang diharapkan orang tua siswa sudah

sesuai yang diharapkan disebabkan lokasi tenang, bagus dan tertib, dan yang di

Page 150: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

47

sediakan kepada orang tua siswa di sediakannya ruangan tunggu yang nyaman,

bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas

pendukung pelayanan seperti parkir, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.

Dari hasil wawancara diatas penulis dapat disimpulkan bahwa lokasi

pelayanan terhadap peserta didik berkelainan fisik. demi terwudnya lokasi

pelayanan yang baik. Lokasi yang terdapat Lingkungan pelayanan harus tertib,

tertutup, di sediakan ruangan tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang

indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan seperti

parkir, toilet, tempat ibadah memerlukannya Anggaran setiap 3 (Tiga) untuk

menjamin terlaksananya kebijakan, sebab tanpa dukungan anggaran yang

memadai, kebijakan tidak akan berjalan dengan efektif dalam mencapai tujuan dan

sasaran.

b. Akses Keamanan

Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan

kepastian hukum. Hasil wawancara KMG salah satu bagian Humas mengatakan

bahwa:

“Keamanan di sini sudah bagus karena sucuritas sangat tertib

administrasi, administrasi sudah di jalankan dengan baik, dan

melakunkan control selama 24 jam” (Hasil wawancara KMG, 18 Maret

2015).

Dari hasil wawancara dapat dianalis salah satu faktor pendukung

terhadap peserta didik berkelainan fisik adalah keamanan yang bagus, ini dapat

dilihat terdapatnya securitas yang tertib administrasi dan dijalankannya tugas dan

tanggung jawab dengan melakukan control 24 jam. Hasil wawancara salah satu

Page 151: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

48

orang tua siswa HNH mengatakan bahwa“Terdapat dua security yang menjaga

tetapi belum maksimal dalam menjaga dan perlu ditingkatkan” (Hasil wawancara

HNH,18 Maret 2015).

Akses keamanan yang terdapat masih perlu peningkatan guna untuk

menjamin terselenggranya pendidikan bagi peserta didik berkelainan fisik.

Dari hasil wawancara diatas dapat di simpulkan bahwa terdapatnya

keamanan yang bagus ini dapat diliha sucuritas sangat tertib administrasi,

administrasi sudah di jalankan dengan baik, dan melakukan control selama 24 jam

tetapi disisi lain harapan orang tua masih perlunya peningkatan keamanan agar

maksimal.

4. Kedispilinan

Kesungguhan memberikan pelayanan terutama konsisitensi waktu kerja

sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk menilai sejauh mana petugas

pelayanan dapat dikatakan baik atau buruk. Pemberian pelayanan harus bersikap

disiplin, sopan dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan iklas.

a. Kesopanan

Kesopanan adalah salah satu faktor pendukung dalam memberikan

pelayanan terhadap peserta didik berkelainan fisik. Menurut hasil wawancara

KMG bagian Humas mengatakan bahwa:

“Sudah cukup menerapkan kedisiplinan, upacara setiap hari senin

dilaksanakan, kehadiran absensi, datang dan pulang terisi” (Hasil

wawancara KMG, 18 maret 2015).

Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa kedisiplinan adalah

konsisitensi waktu kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk menilai

Page 152: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

49

sejauh mana petugas pelayanan dapat dikatakan baik atau buruk. Menurut hasil

wawancara dengan sekertaris komite menuturkan bahwa: “Sudah rata-rata

menerapkan kedisplinan walaupun masih ada yang belum (Hasil wawancara ATL,

18 maret 2015).

Dari hasil wawancara dapat disimpulkan Masih perlu peningkatan

kedisiplinan demi terwujudnya dalam memberikan pelayanan terutama

konsisitensi waktu kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hasil wawancara

HNH salah satu orang tua murid mengatakan bahwa “Kesopanan dan

keramtamahan sudah baik, tata tertib, dan kebersamaan keliatan rukun” (Hasil

wawancara HNH, 18 Maret 2015).

Dalam memberikan pelayanan salah satu orang tua siswa mengatakan

sikap yang diporoleh sudah baik, tata tertib dan kebersamaan keliatan rukun.

Menurut hasil wawancara diatas menyimpulkan bahwa para pelaksanan

Sudah cukup menerapkan kedisiplinan, upacara setiap hari senin dilaksanakan,

kehadiran absensi, datang dan pulang terisi. Menurut informan lain Sudah rata-

rata menerapkan kedisplinan walaupun masih ada yang belum ini dapat dilihat

bahwa masih perlu peningkatan dalam menerapkan kedisiplinanan. Menurut

informan lain mengatakan Kesopanan dan keramtamahan sudah baik, tata tertib,

dan kebersamaan kelihatan rukun.

Page 153: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

50

b. Keramhtamahan

kesopanan dan keramahtamahan yaitu sikap dan perilaku dalam memberikan

pelayanan secara optimal serta saling menghargai dan menghormati. Hasil

wawancara dari salah bagian kesiswaan KDJ mengatakan bahwa:

“Dalam memberikan pelayanan kami selalu menerapkan keramahtamahan

terhadap murid maupun orang tua murid, ini dapat dilihat bahwa dalam

perkembangan terhadap anaknya orang tua yang menginginkan kemandiri

an secara terampil” ( Hasil wawancara KDJ, 18 Maret 2015).

Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa dalam memberikan

pelayanan diterapkannya keramhtamahan terhadap murid maupun orang tua

murid, dimana orang tua siswa mengingikan anaknya kemandirian secara

terampil.

Hal ini sesuai dengan peraturan pemerintah tentang peserta didik

berkelainan fisik pasal 129 ayat 1 pendidikan khusus bagi peserta didik

berkelainan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal

sesuai kemampuannya. Hasil wawancara salah satu sekertaris komite mangatakan

bahwa “Pelayanan harus lebih ditinkatkan terutama di bagian Autis” (Hasil

wawancara ATL, 18 Maret 2015).

Dalam memberikan pelayanan optimal masih perlu ditingkatkan terutama

pelayanan di bagian autis. Hasil wawancara salah satu orang tua murid

mengatakan bahwa Dalam memberikan pelayanan sudah baik, Cuma mungkin

jam pelayanan perlu di tambah” ( Hasil wawancara HNH, 18 Maret 2015).

Dari wawancara diatas penulis menyimpulkan Dalam memberikan

pelayanan selalu menerapkan keramahtamahan terhadap murid maupun orang tua

Page 154: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

51

siswa, ini dapat dilihat bahwa perkembanganan orang tua yang menginginkan

kemandirian secara terampil dan Pelayanan harus lebih ditinkatkan terutama di

bagian Autis. Menurut informan lain dalam memberikan pelayanan sudah baik,

Cuma mungkin jam pelayanan perlu di tambah.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan

Sebagaimana dengan tujuan penelitian yang tercantum pada bab

sebelumnya, yaitu untuk mengetahui bagaimana keberhasilan implementasi

kebijakan pelayanan pendidikan khusus Pada sekolah lanjutan tingkatan atas bagi

peserta didik bekelainan fisik di SLBN Pembina Tingkat Provinsi Sulsel di

Parangtambung Makassar. Sekolah ini telah menjalankan pendidikan khusus bagi

peserta didik berkelainan fisik. Adapun indikator keberhasilan implementasi

kebijakan pelayanan pendidikan khusus pada sekolah lanjutan tingkat atas bagi

peserta didik berkelainan fisik di SLBN Pembina Tingkat provinsi SulSel. Yakni

1) Komunikasi (communication) 2)Sumber daya (Resources) 3)Disposisi

(Disposisition) dan 4)Struktur Birorasi (Beructaric structure). Berikut ini

indikator diatas.

1. Faktor Komunikasi (Comunication)

Komunikasi adalah penyampaian informasi/pengetahuan dan kordinasi

diantara pihak-pihak yang terlibat dalam implementasi kebijakan mencakup

beberapa dimensi penting yaitu:

Page 155: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

52

a. Penyaluran Komunikasi

Yaitu dimana suatu implementasi kebijakan yang baik adalah efek dari penyaluran

komunikasi yang terlaksana dengan baik pula. Petikan wawancara dengan KMG

bagian Humas Memaparkan bahwa:

“Penyaluran komunikasi antara dinas pendidikan dan sekolah sementara

lancar-lancar saja semua kegiatan yang diadakan dinas provinsi, biasanya

kami libatkan” (Hasil wawancara KMG,18 Maret 2015).

Dari hasil wawancara dapat dianilisis bahwa, Penyaluran komunikasi

sudah dianggap baik dapat mennghasilkan suatu implementasi yang baik pula.

Penyaluran komunikasi dianggap baik oleh informan diatas dengan alasan bahwa

penyaluran komunikasi lancar-lancar saja dapat dilihat bahwa semua kegiatan

yang diadakan dinas provinsi selalu melibatkan sekolah bahkan dinas pendidikan

menyurati sekolah, berkunjung kesekolah untuk memantau dan memonitoring.

Hal yang sama juga dituturkan oleh ATL sekertaris komite mengatakan bahwa:

“penyaluran komunikasi dinas pendidikan dengan pihak sekolah sudah

sangat bagus serinnya ada pengawasan adanya interaksi, bahkan kami

ketua komite sering diundang dialog untuk evaluasi” (Hasil wawancara

ATL, 18 Maret 2015).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa Penyaluran

komunikasi dinas pendidikan dengan pihak sekolah diangap baik oleh informan

dengan alasan bahwa dimana dinas pendidikan penyaluran komunikasi sudah

sangat bagus ini dapat di lihat dengan adanya kordinasi antara pihak dinas

pendidikan kepada sekolah seringnnya dilakukan pengawasan bahkan adanya

interaksi dan ketua komite sering di undang untuk dilakukannya evaluasi.

Page 156: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

53

b. Kejelasan Informasi

Yaitu komunikasi yang diterima dari pelaksana kebijakan haruslan jelas

dan tidak membingunkan (tidak ambigu/Mendua). Dari hasil wawancara ATL

selaku sekertaris komite menyatakan bahwa :

“Kejelasan komunikasi sudah diterima dengan jelas, ini dapat dilihat

bahwa adanya pembagian tugas dengan menunjuk beberapa guru pimpinan

sebagai wakil kepala sekolah, kesiswaan, sapras, kurikulum dan bagian

keterampilan ada penunjuk tanggung jawab masing-masing’’(Hasil

wawancara ATL, 18 Maret 2015).

Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis Mengenai kejelasan

komunikasi menurut beberapa informan sudah di terima dengan jelas. Dengan

alasan bahwa adanya pembagian bahwa adanya penunjuk tugas beberapa guru

pimpinan untuk mempermudah tugas dan tanggung jawab masing-masing

sehingga dapat dilaksanakan demgan lancar dengan pemahaman yang sama

diantara penanggung jawab yang sudah ditetapkan. Selain itu, guru bagian

kurikulum SPT menyampaikan pendapatnya sebagai berikut:

“Kejelasan komunikasi sudah diterima dengan jelas dengan adanya

sosialisasi berbentuk persuratan, pengarahan langsung dari dinas

pendidikan” (Hasil wawancara SPT, 16 Maret 2015).

Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa bentuk sosialisasi

sering di lakukan berbentuk undangan, pelatihan-pelatihan yang sering diadakan

dan interaksi juga sering diadakan dari pihak luar terutama dengan perguruan

tinggi. Kejelasan komunikasi sangat jelas dengan adanya interaksi kordinasi

dengan pihak-pihak yang terkait.

Page 157: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

54

c. Konsistensi Perintah

Yaitu perintah yang diberikan dalam pelaksanaan haruslah konsisten/

tidak berubah-ubah dan jelas (untuk ditetepkan dan dijalankan). Dari hasil

wawancara Selaku guru bagian kurikulum SPT mengenai konsistensi perintah

bahwa:

“konsistensi perintah sudah sangat baik, ini dapat dilihat administrasi

kinerja sudah semakin baik, opersional sudah bagus dan mengikuti secara

kurikulum dan perlu diintensifkan”(Hasil wawancara SPT,17 Maret 2015).

Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa konsisitensi perintah

sudah sangat baik, dimensi konsisitensi menghendaki agar informasi yang

disampaikan tidak menimbulkan kebingungan pelaksana kebijakan kelompok

sasaran maupun pihak terkait. Konsisitensi perintah dapat dilihat administrasi

kinerja sudah semakin baik, operasional sudah bagus dan mengikuti secara

kurikulum dan konsistensi perintah yang ada perlu diintensifkan. Dari hasil

wawancara SFM selaku staf administrasi mengatakan bahwa konsisitensi

perintah:

“konsistensi perintah dilakukan dengan tegas dan memahami tugas dan

fungsinya masing-masing dan konsistensi perintah tidak boleh berubah-

ubah sesuai dengan penyampaian yang telah di tetapkan sebelumnya”

(Hasil wawancara SFM, 17 Maret 2015).

Perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi haruslah

konsistensi dan jelas untuk ditetapkan dan dijalankan dengan baik. Dalam

pelaksananaan mengenai pengimplementasian pelayanan pendidikan khusus bagi

peserta didik berkelainan fisik diterima oleh informan diatas diporoleh dengan

baik dan tegas. Alasannya bahwa perintah yang diberikan sudah dilakukan

dengan baik dapat dilihat dari kinerja administrasi sudah semakin baik. Alasannya

Page 158: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

55

namun informan lain mengatakan konsistensi perintah seharusnya tidak berubah-

ubah sesuai dengan penyampaian yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Faktor Sumber Daya (Resources)

Sumber daya berkaitan dengan segala sumber yang dapat digunakan

untuk mendukung keberhasilan implementasi kebijkan pelayanan pendidikan

khusus pada sekolah lanjutan tingkat atas bagi peserta didik berkelinan fisik.

Sumber daya ini mencakup beberapa indikator yang menjadi alat ukur tercapainya

keberhasilan dalam pelaksanaan kebijakan tersebut. Indikator itu antara lain:

a. Staf

Dimana penambahan jumlah staf dan pelaksana kebijakan tidak

mencukupi namun diperlukan pula kecakapan staf dan keahlian dan

kemampuannya melaksanakan tugas yang diinginkan oleh kebijakan itu sendiri.

Dari hasil wawancara WWS salah satu guru bagian keterampilan mengatakan

bahwa:

“Kemampuan dan keahlian staf mereka di sana sangat mendukung dalam

mengimplementasikan sudah sesuai yang diharapkan. Hanya perlu

peningkatan komunikasi yang lebih baik lagi” (Hasil wawancara WWS,

17 maret 2015).

Dari hasil wawancara diatas penulis menyimpulkan Sumber daya utama

dalam implementasi kebijakan adalah staf, kemampuan dan keahlian staf yang

dimiliki sudah cukup baik Hanya perlu peningkatan komunikasi yang lebih baik

lagi.

Hal ini sependapat dengan Edward III dalam widodo (2011:98)

mengemukakan bahwa implementasi kebijakan tidak akan berhasil Implementasi

Page 159: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

56

kebijakan tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari sumber daya manusia

yang cukup kualitas dan kuantitasnya. Kualitas sumber daya manusia berkaitan

dengan keterampilan, dedikasi, profesionalitas, dan kompotensi di bidangnya,

sedangkan kualitas berkaitan dengan jumlah sumber daya manusia apakah sudah

cukup untuk melingkupi seluruh kelompok sasaran, sumber daya manusia sangat

berpengaruh terhadap keberhasilan implementsi, sebab tanpa sumber daya

manusia yang kehandalan sumber daya manusia, implementasi kebijakan akan

berjalan lambat. Dari hasil wawancara ATL Selaku sekertaris komite sekolah

menuturkan bahwa:

“kemampuan dan keahlian staf cukup handal dan dipercaya seluruh

tenaga pendidik terhadap peserta didik” (Hasil Wawancara ATL,18

Maret 2015).

Dalam menjalankan suatu kebijakan atau program harus didukung

dengan adanya pelaksanan kebijakan yang kompoten dan kapabel demi

keberhasilan suatu kebijakan. Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan

bahwa kemampuan dan keahlian staf cukup handal dan dipercaya seluruh tenaga

pendidik terhadap peserta didik.

b. Informasi

Yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan cara melaksanakan

kebijakan dan tentang data kepatuhan dari data pelaksana terhadap peraturan atau

regulasi pemerintah tentang kebijakan tersebut. Dari hasil wawancara JML selaku

bagian sarana dan prasarana memaparkan bahwa:

“Hubungan informasi/Kerjasama antara guru saat ini sudah sesuai dengan

visi dan misi misalnya guru senior membimbing guru yunior”(Hasil

Wawancara JML, 16 Maret 2015).

Page 160: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

57

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dianalisis bahwa hubungan

informasi menjadi faktor penting dalam informasi yang relevan dan cukup terkait

bagaimana mengimplementasikan suatu kebijakan. Ini dapat dilihat bahwa

kerjasama antara guru sudah sesuai ini dapat dilihat visi misi yang ada dan guru

senior membimbing yang yunior. Begitu pula hasil wawancara bagian Humas

KMG menuturkan bahwa:

“Hubungan informasi/ Kerjasama sudah berjalan dengan baik, karena

saling ketergantungan satu sama lain dan sumber informasi diporoleh dari

dinas pendidikan melalui kepala sekolah” (Hasil Wawancara KMG,18

Maret 2015).

Dari hasil wawancara di atas dapat dianilisis bahwa Informasi/kerjasama

adalah salah satu sumber daya yang sangat mempengaruhi keberhasilan suatu

kebijakan. Sumber-sumber informasi dibutuhkan untuk memporoleh data baik

mengenai bagaimana melaksanakan pendidikan bagi peserta didik berkelainan

fisik maupun mengenai data kepatuhan dari pelaksana terhadap kepatuhan dan

regulasi pemerintah yang telah ditetapkan. Dari beberapa informan diatas

berpendapat bahwa hubungan Informasi sudah berjalan dengan baik. Alasannya

bahwa karena saling ketergantungan satu sama lain tersebut di poroleh dari dinas

pendidikan melalui kepala sekolah.

c. Anggaran

Anggaran pada implementasi kebijakan berkaitan implementasi kebijakan

berkaitan dengan ketercukupan modal atau investasi atas suatu program atau

kebijakan untuk menjamin terlaksananya kebijakan, sebab tanpa dukungan

anggaran yang memadai, kebijakan tidak akan berjalan dengan efektif dalam

Page 161: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

58

mencapai tujuan dan sasaran. Sebagaimana penuturan selaku guru bagian sarana

dan prasarana JML menuturkan bahwa:

“Penyaluran anggaran sudah menjadi faktor pendukung dengan adanya

beasiswa bagi peserta didik. Hal ini terbukti dengan bertambahnya fasilitas

sarana dan prasarana yang ada di sekolah sangat menunjang proses belajar

mengajar” (Hasil wawancara JML,16 Maret 2015).

Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisis dengan adanya anggaran

beasiswa yang di berikan akan menjadi faktor pendukung bagi peserta didik.

Penyaluran anggaran dapat dilihat dengan bertambahnya fasilitas sarana dan

prasarana yang ada dan anggaran tersebut menunjang proses belajar mengajar.

Hal ini sependapat yang di kemukan Edwar III dikemukakan bahwa

Anggaran pada implementasi kebijakan berkaitan implementasi kebijakan

berkaitan dengan ketercukupan modal atau investasi atas suatu program atau

kebijakan untuk menjamin terlaksananya kebijakan, sebab tanpa dukungan

anggaran yang memadai, kebijakan tidak akan berjalan dengan efektif dalam

mencapai tujuan dan sasaran. Hal tersebut didukung oleh pernyataan KMG selaku

bagian Humas mengatakan bahwa:

“Penyaluran anggaran untuk sementara yang ada di dinas pendidikan

provinsi, yaitu berupa anggaran dana bantuan operasional sekolah,

Anggaran beasiswa dan pendidikan gratis” ( Hasil wawancara KMG, 18

Maret 2015).

Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa terdapatnya anggaran

yang telah diberikan kepada peserta didik berkelainan fisik yang ada di dinas

pendidikan provinsi yaitu anggaran dana bantuan operasional sekolah, anggaran

yang ada sangat mendukung bagi peserta didik berkelainan fisik dengan

Page 162: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

59

dilaksanakannya pendidikan gratis. Begitu pula penuturan ATL Selaku sekertaris

komite mengatakan bahwa:

“Anggaran beasiswa sudah tersalurkan dengan baik sesuai dengan

juknis. Mengenai anggaran sudah terelesasi seperti penambahan sarana

dan prasarana” (Hasil Wawancara ATL, 18 Maret 2015).

Anggaran yang ada berupa beasiswa sudah tersalurkan dengan baik

sesuai dengan juknis. Ini dapat dilihat bahwa anggaran yang ada menjadi faktor

pendukung terutama di bagian sarana dan prasarana. Begitu Pula penuturan ARD

orang siswa mengatakan bahwa “kami selaku orang tua siswa sangat terbantu

dengan adanya anggaran dana bantuan operasional sekolah Kami terima” ( Hasil

Wawancara ARD, 17 Maret 2015).

Orang tua yang memiliki anak berkelainan fisik sangat terbantu dengan

adanya Bantuan operasional sekolah yang di berikan dari pihak sekolah.

Berdasarkan hasil wawancara diatas, penyaluran anggran yang ada

sudah terelesai denga baik yang ada di SLBN Pembina Tingkat Provinsi SulSel

sudah tersalurkan dengan baik. Efektifas penyaluran anggaran sangat menunjang

tujuan pelaksanaan terhadap pelayanan pendidikan khusus bagi peserta didik

berkelainan fisik. Hal ini terlihat dengan semakin bertambahnya sarana dan

prasarana penunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut. Namun

menurut informan lain dengan adanya anggaran sangat terbantu dengan anggaran

dana Bantuan Operasional Sekolah.

d. Fasilitas

Fasilitas atau sarana atau prasarana merupakan salah satu faktor yang

berpengaruh dalam implementasi kebijakan. Pengadaan fasilitas yang layak,

Page 163: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

60

seperti gudang, tanah dan peralatan perkantoran akan menunjang dalam

keberhasilan implementasi suatu program atau kebijakan. Berdasarkan hal

tersebut Dari hasil wawancara JML selaku bagian sarana dan Prasarana:

“Sarana dan Prasarana sangat mendukung pelayanan dengan di

lakukannya penambahan kelas, dan di lakukannya pemberdayaan kepada

peserta didik” ( Hasil wawancara JML, 16 Maret 2015).

Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa fasilitas yang ada

sangat mendukung terhadap pelayanan bagi peserta didik ini dapat dilihat dengan

dilakukannya penambahan kelas dan fasilitas sarana dan prasarana yang

mendukung ini dapat di lakukan dengan adanya program pemberdayaan kepada

peserta didik agar peserta didik menghasilkan keterampilan. Sama halnya

pernyataan HRW selaku guru Pendidikan kewarganegaraan mengatakan bahwa

“Fasilitas sarana dan Prasarana sudah cukup memadai, tetapi masih perlu

penambahan dan perbaikan” (Hasil wawancara HRW, 17 Maret 2015).

Fasilitas sarana dan prasarana yang ada untuk proses belajar mengajar

terhadap peserta didik sudah cukup memadai, tetapi fasilitas sarana dan prasarana

yang masih perlu peningkatan dengan dilakukannya penambahan dan perbaikan

yang yang mendukung terhadap peserta didik. Begitu pula penuturan ARD orang

tua siswa ibu Ardiati Mengatakan bahwa:

“Fasilitas Sarana dan Prasarana yang ada disekolah ini sudah cukup

dilengkapi dengan perangkat Komputer alat-alat peraga lainnya yang

mendukung terhadap anak saya yang mengalami Autis”(Hasil wawancara

ARD,18 maret 2015).

Dari hasil wawancara dianalisis bahwa Fasilitas ini menjadi faktor

pendukung penting dalam implementasi kebijakan. Tanpa adanya fasilitas

Page 164: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

61

pendukung maka pelaksanaan kebijakan tersebut tidak akan berhasil. sarana dan

Prasarana sudah cukup memadai dengan dilakukannya penambahan kelas,

perangkat computer, alat-alat peraga lainnya. dan di lakukannya pemberdayaan

kepada peserta didik. Namun menurut informan lain mengatakan bahwa cukup

memadai tetapi masih perlu penambahan dan perbaikan.

3. Faktor Disposisi ( sikap pelayanan) (Disposisition)

Kecendrungan perilaku atau karakteristik dan pelaksana kebijakan

berperang penting untuk mewujudkan implementasi kebijakan yang sesuai dengan

tujuan dan sasaran. Karakter penting yang harus dimiliki oleh pelaksana kebijakan

misalnya kejujuran dan komitmen yang tinggi. Kejujuran mengarahkan

implementor untuk tetap berada dalam asa program yang telah di gariskan,

sedangkan komitmen yang tinggi dari pelaksana kebijakan akan membut mereka

selalu antusias dalam melaksanakan tugas, wewenang, fungsi, dan tanggung

jawab sesuai dengan peraturan yang telah di tetapkan. Sikap dari pelaksana

kebijakan akan sangat berpengaruh dalam implementasi kebijakan. Apabila

implementator memiliki sikap yang baik maka dia akan dapat menjelaskan

kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan,

sebaliknya apabila sikapnya tidak mendukung maka implementasi tidak akan

terlaksana dengan baik. Adapun hal penting yang menjadi indikator dalam faktor

disposisi pada pelaksana kebijakan yaitu:

Page 165: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

62

a. Komitmen

Karakter penting adalah yang harus di miliki pelaksana kebijakan misalnya

kejujuran dan komitmen yang tinggi. Dari hasil wawancara HDM salah satu guru

pendidikan agama mengatakan bahwa:

“Komitmen kita dalam mendidik sangat besar dan tinggi dan kita sudah

merasa bangga dengan prestasi yang didapatkan”(Hasil wawancara

HDM, 18 Maret 2015).

Dari hasil wawancara dapat dianalisis bahwa komitmen yang dimiliki

dalam mendididik sangat besar dan tinggi. komitmen yang tinggi dari pelaksana

kebijakan akan membuat mereka selalu antusias dalam melaksanakan tugas,

wewenang, fungsi, dan tanggung jawab sesuai dengan peraturan yang telah di

tetapkan. Sikap dari pelaksana kebijakan akan sangat berpengaruh dalam

implementasi kebijakan.

Komitmen yang dapat dilihat dalam melaksanakan wewenang, fungsi, dan

tanggung jawab yaitu dengan seringgnya mendapatkan prestasi peserta didik

berkelainan fisik. Begitu pula dengan penuturanan wawancara dengan ATD

sekertaris komite mengatakan bahwa :

“Komitmen sudah bagus sudah terealisasi dari visi dan misi yang

dilaksanakan dalam jangka pendek dan jangka panjang”(Hasil wawancara

ATD, 18 Maret 2015).

Dari hasil wawancara dapat dianalis bahwa terdapatnya komitmen yang

terealisasi dengan baik berdasarkan visi dan misi yang ada yang akan

dilaksanakan jangka pendek dan jangka panjang. Dari hasil wawancara KMG

selaku bagian Humas mengatakan bahwa“Komitmen berjalan sesuai dengan

Page 166: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

63

aturan dan arahan kepala sekolah yang sebelumnya ditetapkan bersama” (Hasil

wawancara KMG, 18 maret 2015).

Dalam menjalankan kebijakan karakter penting yang harus dimiliki oleh

pelaksana kebijakan misalnaya pelaksana kebijakan kejujuran dan komitmen yang

tinggi. Komitmen yang tinggi dari pelaksana kebijakan akan membuat mereka

selalu antusias dalam melaksanakan tugas, wewenang, fungsi dan tanggung jawab

sesuai dengan pereturan yang telah ditetapakan. Dari Hasil wawancara diatas

penulis menyimpulkan bahwa komitmen sudah berjalan dengan baik. Alasannya

terealisasinya visi dan misi dilaksanakan dalam jangka pendek dan jangka panjag.

Dan menurut informan lain mengatakan bahwa komitmen sangat tinggi ini dapat

dilihat dengan prestasi yang telah diraih.

b. Toleransi

Tolenransi adalah sikap yang menghargai dan memberikan perlakuan

yang sama. Menurut hasil wawancara di atas dengan salah satu bagian kesiswaan

KDJ mengatakan bahwa:

“Kami cukup toleransi dalam memberikan pelayanan disesuaikan dengan

kemampuan terhadap anak dan mengerti terhadap kondisi anak dengan

memahami krakteristik anak” (Hasil wawancara KDJ, 18 Maret 2015).

Menurut hasil wawancara didukung salah ANM satu guru bagian jenis

tunagrahita mengatakan bahwa “Sikap dan Toleransi yang kami berikan

disesuaikan dengan kondisi peserta didik” (Hasil wawancara ANM 18 Maret

2015).

Page 167: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

64

Menurut hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa sikap dan

toleransi yang diberikan terhadap peserta didik berkelainan fisik dalam

memberikan pelayanan sudah sesuai yang diharapkan ini dapat dilakukan

disesuaikankannya dengan kemampuan anak dan mengerti terhadap karakteristik

peserta didik.

c. Pemberian insentif

Yaitu biaya tertentu yang diporoleh setelah melaksanakan suatu tugas

tertentu sesuai dengan arahan kebijakan yang dilaksanakan. Dari hasil wawancara

tanggapan bagian humas KMG mengatakan bahwa:

“Pemberian insentif tidak mempengaruhi kinerja karna kami ini rata-rata

PNS jadi mau tidak mau harus melaksanakan tugas masing-masing”

(Hasil wawancara KMG,18 Maret 2015).

Dari hasil wawancara diatas bahwa dapat dianalisis dalam pemberian

insentif tidak terlalu mempengaruhi kinerja mereka. Hal ini didasarkan pada

kinerja staf yang konsisiten dan amanah dalam melaksanakan tugas dan tanggung

jawab yang telah dibebangkan kepadanya. Menurut hasil wawancara salah satu

guru bagian sarana dan prasarana mengatakan bahwa “Insentif sangat

mempengruhi kinerja mereka dengan adanya sertifikasi (Hasil wawancara JML,

17 Maret 2015). Begitu pula dengan hasil wawancara yang didukung dengan

sekertaris komite mengatakan bahwa:

“Insentif sangat mempengaruhi dan memotifasi guru, dan harus bisa

berkesinambungan mulai dari, guru, tata usaha, yang menganggap

dalam hal positif. Saran saya diberikan sertifikasi untuk mendapatkan

taget dan adanya kompensasi” ( Hasil wawancara ATL,18 maret 2015).

Page 168: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

65

Insentif adalah salah satu pendorong yang membuat para pelaksana

kebijakan melaksanakan perintah dengan baik. Suatu kebijakan harus di dukung

dengan adanya pelaksana kebijakan yang kompoten dan kapabel demi

keberhasilan suatu kebijakan.

Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa dengan adanya

faktor insentif yang ada mempengaruhi kinerja staf yaitu berupa sertifikasi yang

sangat mempengaruhi dan memotivasi guru, tata usaha, yang mengangggap

insentif dalam hal positif dan saran menurut informan diberikan sertifikasi.

Dengan adanya sertifikasi yang di berikan disarankan kepada kinerja staf

yanga menjadi acuan untuk mendapatkan pencapaian target dengan adanya

kompensasi agar terlaksana dengan baik.

4. Faktor Struktur Birokrasi (Beructaric structure)

Hal ini yang mempengaruhi keberhasilan kebijakan yaitu struktur

birokrasi di mana terdapat 2 (Dua) indikator keberhasilan implementasi

kebijakan yaitu:

a. Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur ( SOPs)

SOPs adalah salah suatu kegiatan rutin yang memungkinkan pegawai

atau pelaksana kebijakan dapat melaksanakan kegiatan-kegiatannya setiap hari

sesuai standar yang ditetapkan. Berdasarkan hasil wawancara KMG salah satu

bagian humas menyatakan bahwa:

“Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur sudah bagus ditandai

dengan struktur organisasi yang cukup jelas, laporan pertanggung

jawaban harus ada. Yang membagakan anak berkebutuhan khusus sudah

bisa memproduksi dan mendapatkan prestasi” (Hasil wawancara KMG,

18 Maret 2015).

Page 169: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

66

Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa terdapatnya

Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur yang sesuai dengan ketentuan yang

berlaku maka akan menujukkan tercapainya tujuan kebijakan yang telah

ditetapkan pelaksanaan standar operasional yang baik dan dapat dilihat dengan

struktur organisasi yang jelas dengan adanya laporan pertanggung jawaban yang

ada.

Dengan adanya pelaksanaan standar operasional yang baik dapat dilihat

menunjukkan tercapainya tujuan yaitu anak yang memiliki tingkat kesulitan

belajar dapat memproduksi dan mendapatkan prestasi. Begitu pula hasil

Wawancara dengan JML salah bagian sarana dan prasarana mengatakan bahwa:

“Mengacu pada Permen Diknas No 33 tahun 2008 khususnya sarana

dan prasarana dan standar nasional pendidikan. Standar operasional

prosedur sudah sesuai dengan jenis kebutuhan masing-masing” (Hasil

wawancara JML, 16 maret 2015).

Berdasarkan hasil wawancara dianalisis bahwa dalam Standar

Operasional Prosedur yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku maka akan

menujukkan tercapainya tujuan kebijakan yang telah ditetapkan. Standar prosedur

yang ada mengacu pada permen diknas No.33 tahun 2008 yang terdapat di

dalamnya khususnya standar sarana dan prasarana dan standar nasional

pendidikan yang sudah sesuai dengan kebutuhan jenis masing terhadap

berkelainan fisik.

b. Fragmentasi ( penyebaran tanggung jawab aktivitas pegawai)

Pelaksanaan fragmentasi ( penyebaran tangung jawab aktivitas pegawai)

kepada beberapa unit kerja/orang lain, pelaksanaan diutarakan oleh salah satu

ANM guru bagian jenis tunagrahita memaparkan bahwa:

Page 170: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

67

“Di SLBN Ini Adanya Penyebaran Tanggung Jawab Masing-Masing

sesuai bagian jurusan kecacatan peserta didik yang telah ditetapkan

sebelumnya dan dilaksanakan dngan baik” (Hasil wawancara ANM, 18

Maret 2015).

Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis dalam penyebaran tanggung

jawab yang ada telah terdapatnya tangung jawab yang telah ditentukan

sebelumnya. Dalam melaksanakan tanggung jawab yang telah ditetapkan

tanggung jawab tersebut dilaksanakan dengan baik. Hasil wawancara KMG salah

satu bagian Humas mengatakan bahwa:

“Adanya Tanggung jawab masing-masing Guru dalam melaksanakan

tugas dan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan SK yang telah

ditetapkan sebelumnya” ( Hasil wawancara KMG, 18 Maret 2015).

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan Terdapat penyebaran

tanggung jawab masing-masing dan memiliki yang telah di tetapkan sesuai

dengan SK yang ditentukan sesuai dengan tugas masing-masing. Hasil wawancara

ATD salah satu ketua sekertaris komite mengatakan bahwa:

“Adanya tanggung jawab masing-masing Cuma satu saran untuk

meningkatkan profesionanlisme terhadap peserta didik diadakannya

pelatihan, seminar dan studi banding dan mendatangkan ahli untuk

meningkatkan pelayanan” (Hasil wawancara ATD, 18 Maret 2015).

Pelaksanaan penyebaran aktivitas menurut informan diatas dilaksanakan

dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari penyebaran tanggung jawab yang jelas

sesuai dengan jenis atas kegiatan dan aktivitas pegawai sesuai dengan deskripsi

kerja masing-masing.

Demi terwujudnya tangung jawab yang baik menyarankan untuk

meningkatkan profesionalisme terhadap peserta didik perlunya diadakan

Page 171: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

68

diadakannya pelatihan, seminar, studi banding, mendatangkan ahli guna

meningkatkan pelayanan terhadap peserta didik.

Page 172: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

69

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis mengenai Implementasi

Kebijakan Pelayanan Pendidikan Khusus Pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Bagi Peserta

Didik Berkelainan Fisik Di SLBN Pembina Tingkat Provinsi Sulsel, maka kesimpulan pada

penelitian ini adalah:

1. Implementasi Kebijakan Pelayanan Pendidikan Khusus Pada Sekolah Lanjutan Tingkat

Atas Bagi Peserta Didik Berkelainan Fisik Di SLBN Pembina Tingkat Provinsi Sulsel,

sudah berjalan efektif. Hal ini dapat dilihat pada 4 (empat) indikator yaitu:

a. Pelayanan dalam bentuk Tanggung jawab dari pihak-pihak yang terkait sudah

dilaksanakan dengan baik. Dapat dilihat bahwa tenaga pendidik sudah sesuai disiplin

ilmu dengan tugasnya masing-masing dan kelancaran peserta didik untuk mendapatkan

pendidikannya.

b. Kelengkapan sarana dan prasarana merupakan pelayanan paling penting dalam

pelayanan pendidikan yang memadai, kelengkapan sarana dan prasarana yang dimiliki

terpenuhi tetapi masih perlu perbaikan beberapa kelas.

c. Kemudahan akses adalah tempat dan lokasi pelayanan yang memadai dan mudah di

jangkau oleh masyarakat, kemudahan akses pada lokasi SLBN Pembina Tingkat

Provinsi SulSel, pelayanan cendrung tidak menganggu. Lokasi pelayanan cendrung

tidak mengannggu, lokasi pelayanan sudah cukup memadai dan akses keamanan sudah

berjalan dengan baik karena terdapatnya 2 (Dua) orang security dan tertib administrasi.

69

Page 173: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

70

d. Kedisiplinan dalam memberikan pelayanan terutama konsistensi waktu kerja sesuai

dengan ketentuan yang berlaku serta pemberian pelayanan harus bersikap disiplin,

sopan, santun, dan ramah. Dalam menjalankan kedisiplinan tersebut sudah rata-rata

menerapkan kedisiplinan, kesopanan dan keramahtamahan ini dapat dilihat dengan

menerapkan peraturan yang ada dan pemberian pelayanan kesopanan dan

keramahtamahan sudah cukup baik.

2. Faktor - faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan pelayanan pendidikan

khusus pada sekolah lanjutan tingkat atas bagi peserta didik berkelainan fisik dapat

dilihat pada 4 (empat) indikator yaitu:

a. Faktor komunikasi sudah berjalan dengan baik. Pihak sekolah menjalin komunikasi yang

baik dengan adanya koordinasi antara dinas pendidikan kepada sekolah ini dapat dilihat

seringnya dilakukan pengawasan bahkan bahkan adanya interaksi dan ketua komite

sering diundang untuk dilakukan evaluasi.

b. Sumber daya menunjang keberhasilan implementasi pelayanan pendidikan khusus bagi

peserta didik berkelainan fisik. Dalam menjalankan kebijakan tersebut profesionalisme

dan kualitas staf sudah dijalankan dengan baik, kemampuan dan keahlian staf cukup

handal dan dipercaya seluruh tenaga pendidik terhadap peserta didik dan fasilitas sarana

dan prasarana yang menunjang dengan adanya anggaran dana bantuan operasional

sekolah.

c. Faktor Disposisi (Sikap pelayanan) dan pemberian insentif sudah menerapkan komitmen

yang tinggi dan sudah terealisasi dari visi dan misi yang dilaksanakan.

d. Pelaksanaan pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan fisik sudah dilaksanakan

didasarkan pada struktur organisasi yang jelas dan laporan pertanggung jawaban yang

Page 174: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

71

ada yaitu dilaksanakan sesuai SOPs yang diterima dan fragmentasi (Penyebaran tanggung

Jawab aktivitas pegawai).

B. Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan penelitian, dikemukakan saran-saran

sebagai berikut:

1. Hendaknya pelayanan terhadap peserta didik berkelainan fisik lebih ditingkatkan lagi dari

berbagai pihak-pihak yang terkait.

2. Hendaknya pelaksana kebijakan selalu memperhatikan fasilitas pendukung terhadap

peserta didik berkelainan fisik.

3. Hendaknya penyaluran anggaran dilakukan secara transparan dan perlu dilaporkan juga

kepada orang tua siswa sebagai bentuk tranparansi dan akuntabilitas kepada publik.

4. Proses kerjasama yang dilaksanakan perlu didukung dengan monitoring dan supervisi

yang memadai, mencakup seluruh ketentuan dalam panduan mulai dari tahap persiapan,

pelaksanaan sampai dengan pelaporan.

5. Untuk meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik terhadap peserta pendidik

seringnya diadakan pelatihan, seminar atau studi banding dan mendatangkan ahli untuk

meningkatkan pelayanan.

Page 175: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

72

DAFTAR PUSTAKA

Agustino, Leo. 2012. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: CV. Alpabeta.

2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: CV. Alfabeta.

Abidin, Said Zainal. 2012. Analisis Kebijakan. Salemba Humanika: Jakarta.

2004. Kebijakan Publik: Yayasan Pacur Sawah.

Winarsih dan Ratminto. 2005. Manajemen Pelayanan. Coleban Timur UH III/ 548. Yogyakarta

55167.

Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, Dan Ilmu

Sosial Lainnya. Jakarta; Kencana Prenada Media Group.

Laksana. 2008. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Mustari, Nuryanti. 2013. Implementasi Kebijakan Publik Pemahaman Teoritis Dan Empiris.

Makassar: Membumi Publishing.

Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja

Rosadayakarya.

Mangunsong, F, dkk. 1998. Psikologi Dan Pendidikan Anak Luar Biasa. LPSP3UI.

Nurudin. 2007. Efektifitas Pendidikan Gratis Di Kabupaten Banyuwangi, Unpubulished Thesis.

Jakarta : PPS Pisip UI.

Nawawi, Ismail. 2009. Publik Analisis Dan Strategis Advokasi Teori Dan Praktik,

Surabaya: Putra Media Nusantara.

Purwanto, Agus Erwan. 2012. Implementasi Kebijakan Publik, Konsep Dan Aplikasinya Di

Indonesia. Yogyakarta: Gava Media.

Sugiono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. CV. Alfabeta: Bandung.

Sugiono, 2009. Metode Penelitian Adminstrasi. CV. Alfabeta: Bandung.

Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT. Refika Aditama.

Tjiptono. 2005. Pemasaran Jasa. Malang: Bayumedia publishing.

Winarno, Budi. 2002. Kebijakan Publik Teori, Proses, Dan Study Kasus ,Yogyakarta:CAPS. 77

72

Page 176: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

73

2012. Kebijakan Publik Teori, Proses, Dan Study kasus ,Yogyakarta:CAPS.

Wahab , Abdul, Solichin, 2002. Analisis Kebijakan. Jakarta: Bumi Aksara.

2012. Analisis Kebijakan. Jakarta: Bumi Aksara.

1997. Analisis Kebijakan. Jakarta: Bumi Aksara.

Peraturang Perundang-Undangan:

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pendidikan Khusus Bagi Peserta Didik

Berkelainan.

Sumber internet :

Efendi Mohammad, 2006. http://eprints.undip.ac.id/998/2/SRI_NOVA.pdf . di akses 20

desember 2014), Pukul: 19.20.

Natawidjaya Rochman, 2010. http://eprints.undip.ac.id/998/2/SRI_NOVA.pdf . di akses 20

desember 2014), Pukul: 15.20.

Jayanti wiwi, 2013. http://wiwijayanti.blogspot.com./2013/09/bentuk-dan-jenis-pelayanan-

kesehatan.html). di akses 12 maret 2015, Pukul: 20.15.

Page 177: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PENDIDIKAN …

RIWAYAT HIDUP

SUSILAWATI lahir pada tanggal 07 Mei 1993 di Tagari kec

Tondong Tallasa kab. Pangkep Penulis adalah anak 1 Pertama

Dari 2 (Dua) bersaudara yang lahir dari pasangan ayahanda

Safaruddin dan Ibunda Husmawati. Penulis tamat sekolah di

Sekolah dasar (SD) 2005 yaitu di Sekolah Dasar Negeri 7

Lanne untuk sekolah menengah pendidikan pertama penulis lanutkan di SMP

PGRI 1 Tamalate Makassar Tahun dan Tamat 2008. Kemudian penulis

melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA YPLP PGRI 2 TAMALATE dan

tamat tahun 2011 Kemudian penulis melanjutkan di Universitas Muhammadiyah

Makassardan di terima pada Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik jurusan Ilmu

Administrasi Negara Tahun 2011. Kemudian Kamis Tanggal 5 Mei 2015 pada

pukul 09.30 melaksanakan ujian skripsi merupakan persyaratan memporoleh gelar

sarjana Ilmu Administrasi Negara. Momen menandakan bahwa berakhirnya studi

penulis jenjang stara satu (1) Universitas Muhammadiyah Makassar.