Kebijakan pelayanan kesehatan

30
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupaan sehari-hari kita sering menemui pelayanan kesehatan di tempat tertentu, baik di Pustu, Puskesmas, Klinik dan rumah sakit. Pelayanan kesehatan meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan, dan pemulihan, baik pelayanan kesehatan konvensional maupun pelayanan kesehatan yang terdiri dari pengobatan tradisional dan komplementer melalui pendidikan dan pelatihan dengan selalu mengutamakan keamanan dan efektifitas yang tinggi. Ruang lingkup pelayanan kesehatan masyarakat menyangkut kepentingan masyarakat banyak, maka peranan pemerintah dalam pelayanan kesehatan masyarakat mempunyai bagian atau porsi yang besar. Namun karena keterbatasan sumber daya pemerintah, maka potensi masyarakat perlu digali atau diikutsertakan dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat tersebut. Didalam kehidupan nyata sekarang ini masih ada masyarakat yang belum mendapatkan hak pelayanan kesehatan, kurangnya informasi serta sosialisasi merupakan salah satu faktor yang menjadikan masyarakat belum bisa menikmati pelayanan kesehatan dengan layak. Progam tentang pelayanan kesehatan dari pemerintah pun sampai sekarang belum mencapai angka keberhasilan yang tinggi. 1

Transcript of Kebijakan pelayanan kesehatan

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

      Dalam kehidupaan sehari-hari kita sering menemui pelayanan kesehatan di

tempat tertentu, baik di Pustu, Puskesmas, Klinik dan rumah sakit. Pelayanan

kesehatan meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan, dan pemulihan, baik

pelayanan kesehatan konvensional maupun pelayanan kesehatan yang terdiri dari

pengobatan tradisional dan komplementer melalui pendidikan dan pelatihan

dengan selalu mengutamakan keamanan dan efektifitas yang tinggi.

Ruang lingkup pelayanan kesehatan masyarakat  menyangkut kepentingan

masyarakat banyak, maka peranan pemerintah dalam pelayanan kesehatan

masyarakat  mempunyai bagian atau porsi yang besar. Namun karena keterbatasan

sumber daya pemerintah, maka potensi masyarakat perlu digali atau

diikutsertakan dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat tersebut. Didalam

kehidupan nyata sekarang ini masih ada masyarakat yang belum mendapatkan hak

pelayanan kesehatan, kurangnya informasi serta sosialisasi merupakan salah satu

faktor yang menjadikan masyarakat belum bisa menikmati pelayanan kesehatan

dengan layak. Progam tentang pelayanan kesehatan dari pemerintah pun sampai

sekarang belum mencapai angka keberhasilan yang tinggi.

Dalam pelayanan pemerintah, rasa puas masyarakat terpenuhi bila apa yang

diberikan oleh pemerintah kepada mereka sesuai dengan apa yang mereka

harapkan, dengan memperhatikan kualitas dan kuantitas pelayanan itu di berikan

serta biaya yang relatif terjangkau dan mutu pelayanan yang baik. Jadi, terdapat

tiga unsur pokok dari pelayanan itu sendiri. Pertama, biaya harus relatif lebih

rendah, kedua, waktu yang diperlukan, dan terakhir mutu pelayanan yang

diberikan relatif baik.

Keterlibatan pemerintah dalam hal ini sebagai penanggung jawab di bidang

pembangunan dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan

masyarakat sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum yang merupakan tujuan

nasional yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia. Untuk

itu makalah ini membahas tentang kebijakan pelayanan kesehatan yang mana

1

diharapkan dapat memberikan jawaban tentang kebijakan-kebijakan yang sudah

tercapai atau belum dalam kehidupan nyata sekarang ini.

B. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan

a. Kebijaksanaan/Kebijakan

b. Pengertian Pelayanan Kesehatan

c. Konsep Pelayanan Kesehatan Masyarakat

d. Macam Pelayanan Kesehatan

e. Pola Pikir Dalam Perilaku Kesehatan

f. Sistem Kesehatan

g. Pelayanan Kesehatan Masyarakat

h. Program Pelayanan Kesehatan Masyarakat

i. Perkembangan Program Pelayanan Kesehatan Masyarakat Di Indonesia

2. Manfaat

Pembuatan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siapa saja yang

ingin menambah wawasan dan pengetahun tentang pelayanan kesehatan

masyarakat dan program pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia serta

upaya untuk pengembangan pelayanan kesehatan masyarakat.

2

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Kebijaksanaan/Kebijakan

Pemerintah dalam peningkatan pelayanan publik terdapat beberapa kebijakan-

kebijakan pemerintah dalam hal ini biasa juga disebut sebagai kebijaksanaan.

Kebijaksanaan Menurut Amara Raksasataya, adalah sebagai suatu taktik dan

strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan.

Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Dr. SP. Siagian, MPA dalam proses

pengolahan Pembangunan Nasional, bahwa Kebijaksanaan adalah serangkaian

keputusan yang sifatya mendasar untuk dipergunaan sebagai landasan bertindak

dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan yang ditetapkan sebelumnya.

Kesimpulannya, Kebijakan/kebijaksanaan adalah suatu rangkaian keputusan

yang telah di tetapkan dengan cara yang terbaik untuk mencapai suatu tujuan yang

telah ditetapkan sebelum kebijakan tersebut diambil.

Secara garis besar ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembuatan kebijakan,

yaitu :

1. Adanya pengaruh tekanan dari luar

2. Adanya pengaruh kebiasaan lama (konservatisme)

3. Adanya pengaruh sifat pribadi

4. Adanya pengaruh dari kelompok luar

5. Adanya pengaruh keadaan masa lalu.

B. Pengertian Pelayanan Kesehatan

Pengertian pelayanan kesehatan banyak macamnya. Menurut pendapat Levey

dan Loomba (1973), Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang

diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan

penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan

ataupun masyarakat.

3

C. Konsep Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Pelayanan pada hakikatnya adalah serangkaian kegiatan, karena itu ia

merupakan proses. Sebagai proses, pelayanan secara rutin dan berkesinambugan

orang dalam masyarakat.

Pelayanan merupakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia

berusaha, baik melalui aktivitas sendiri, maupun secara langsung melalui aktivitas

orang lain aktivitas adalah suatu proses penggunaan akal, pikiran, panca indra dan

anggota badan dengan atau tanpa alat bantu yang dilakukan oleh seseorang untuk

mendapkan sesuatu yang diinginkan baik dalam bentuk barang maupun jasa.

Proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang secara langsung

inilah yang dinamakan pelayanan.

Timbulnya pelayanan dari orang lain kepada seseorang yang orang lain tidak

ada kepentingan langsung atas sesuatu yang orang lain tidak ada kepentingan

langsung atas sesuatu yang dilakukan karena faktor penyebab yang bersifat ideal

mendasar dan bersifat material.

Selanjutnya faktor material adalah oraganisasi, yang menimbulkan hak dan

kewajiban, baik dalam maupun keluar. Hak dan kewajiban kedalaman dapat

disebut misalnya :

Hak :

1. Hak mendapatkan perlakuan yang sama atas dasar aturan yang adil dan jujur.

2. Hak atas penghasilan berdasarkan paraturan yang ada.

3. Hak menjalankan ibadah di tempat kerja.

4. Hak istirahat sesuai konfensi Interational Labour Organisation (ILO)

5. Hak perlindungan terhadap kesehatan dan keselamatan kerja.

Kewajiban :

1. Menyelesaikan tugas/pekerjaan yang dibebankan kepadanya dalam waktu

yang telah ditentukan.

2. Melayani keperluan orang yang berkepentingan, baik orang dalam (sesame

pegawai/karyawan) maupu orang lain bukan pegawai/karyawan, dengan cara

da sikap yang sama (sesuai dengan norma umum dan upaya organisasi).

4

3. Mentaati aturan organisasi.

4. Bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan doktrin dan budaya organisasi.

Adapun hak dan kewajiban keluar ditujukan kepada orang luar atau masyarakat

yang berkepentingan ialah :

Hak :

1. Bertahan terhadap paksaan yang bersifat penyimpangan dari aturan

organisasi.

2. Melakukan tindakan darurat dilapangan apabila diperlukan.

Kewajiban, yaitu melayani keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai

kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang

telah ditetapkan.

Berdasarkan undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2009

tentang Pelayanan Publik. yang dimaksud dengan pelayanan public adalah

kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan

penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administrative yang disediakan

oleh penyelenggara pelayanan public.

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau

secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan

perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.

Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kesehatan

masyarakat yang ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya secara

bersama-sama dalam satu organisasi, tujuan utamanya untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit yang sasaran utamanya untuk

kelompok dan masyarakat.

Lingkungan pelayanan kesehatan meliputi sistem pembiayaan kesehatan,

peraturan perundang – undangan, kebijakan pemerintah dalam pelayanan

kesehatan, kebijakan pembiayaan dan peraturan keuangan, serta sistem regulasi

5

kesehatan. Seluruh sistem yang berlaku di masyarakat sangat berpengaruh

terhadap sistem organisasi pelayanan kesehatan dan sistem mikro pelayanan

kesehatan.

Untuk melakukan perbaikan mutu pelayanan kesehatan, perlu diperhatikan empat

tingkat perubahan, yaitu :

1. Pengalaman pasien dan masyarakat

2. Sistem mikro pelayanan

3. Sistem organisasi pelayanan kesehatan

4. Lingkungan pelayanan kesehatan

6

Pembangunan di bidang kesehatan sangat penting untuk melaksanakan program,

seperti program air bersih dan sanitasi, pelayanan klinik, dan pengembangan

Sumber Daya Manusia. Syarat pelayanan kesehatan yang baik setidaknya dapat

dibedakan atas 13 macam, yakni tersedia , menyeluruh, terpadu,

berkesinambungan , adil/merata, mandiri, wajar, efektif, efisien, serta bermutu.

Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu banyak upaya

yang dapat dilaksanakan. Upaya tersebut jika- dilaksanakan secara terarah dan

terencana, dalam Ilmu administrasi kesehatan dikenal dengan nama Program

Menjaga Mutu

D. Macam Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan mencakup pelayanan kedokteran (medical services) dan

pelayanan kesehatan masyarakat (public health services). Jika dijabarkan dari

pendapat Hodgetts dan Cascio (1983) adalah :

1.    Pelayanan kedokteran ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat

bersifat sendiri atau secara bersama-sama dalam satu organisasi, tujuan utamanya

ialah untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta sasarannya

terutama untuk perseorangan dan keluarga.

2.    Pelayanan kesehatan masyarakat ditandai dengan cara pengorganisasian yang

umumnya bersama-sama dalam satu organisasi, tujuan utamanya ialah untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, serta

sasarannya terutama untuk kelompok dan masyarakat.

3.    Bentuk Pelayanan Kesehatan

Secara umum, ada 3 tingkat atau gradasi penyakit yaitu sakit ringan (mild), sakit

sedang (moderate), dan sakit parah (severe) yang menuntut bentuk pelayanan

kesehatan yang berbeda pula. Oleh sebab itu, perlu dibedakan adanya 3 bentuk

pelayanan, yakni : 

1) Pelayanan kesehatan tingkat pertama (Primary health care) :

Pelayanan kesehatan ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan

masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi

kesehatan. Pelayanan yang diperlukan pada jenis ini bersifat pelayanan kesehatan

7

dasar (basic health services) atau juga merupakan pelayanan kesehatan primer

atau utama (primary health care). Bentuk pelayanan ini seperti Puskesmas,

Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, dan Balkesmas.

2) Pelayanan kesehatan tingkat kedua (secondary health services) :

Pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang

memerlukan perawatan nginap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan

kesehatan primer. Bentuk pelayanan ini misalnya Rumah Sakit tipe C dan D, dan

memerlukan tersedianya tenaga-tenaga spesialis.

3) Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health services) :

Pelayanan kesehatan ini diperlukan untuk kelompok masyarakat atau pasiaen

yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan

kesehatan ini sudah komplek, dan memerlukan tenaga-tenaga super spesialis.

Contohnya Rumah sakit bertipe A dan B.

E. Pola Pikir dalam Prilaku Kesehatan

Masyrakat luas di Amerika Serikat beranggapan bahwa mendapatkan

pelayanan kesehatan yang bermutu adalah hak mereka. Hal ini tentu memicu para

penyelenggara pelayanan kesehatan untuk secara serius berupaya meningkatkan

mutu pelayanan kesehatan yang akan diberikan kepada masyarakat. Bercermin

dari pola pikir masyarakat Amerika tersebut, yang memandang bahwa kesehatan

yang bermutu adalah suatu hak yang harus didapatkan.

Masyarakat Indonesia juga harus menyadari bahwa kesehatan adalah hak

mutlak kita semua karena kesehatan adalah kebutuhan dasar yang paling utama.

Pada dasarnya masih banyak pola pikir dan prilaku tentang kesehatan di

masyarakat kita yang masih kental menganut kepercayaan praktek kesehatan

tradisional diantaranya masih banyak persalinan di pedesaan dan semi-kota yang

ditolong dukun bayi, masih ada anggapan masyarakat bahwa penyakit disebabkan

oleh makhluk halus sehingga mereka lebih memilih berobat ke dukun daripada

memanfaatkan sarana kesehatan dan masih ada prilaku masyarakat merasa

membutuhkan upaya kesehatan jika mereka telah berada dalam tahap sakit yang

parah.

8

Masih kurangnya kesadaran masyarakat kita tentang prilaku sehat dan

memanfaatkan sarana kesehatan merupakan pekerjaan rumah bagi pemerintah

daerah untuk lebih menggiatkan program promotif kesehatan dan pendidikan

kesehatan bagi masyarakat di daerahnya masing-masing. Dengan cara ini maka

penggunaan sarana kesehatan diharapkan dapat lebih ditingkatkan kualitas

pelayananya dan masyarakat dapat menyadari bahwa sarana kesehatan yang telah

disediakan oleh pemerintah memang diperuntukkan bagi masyarakat.

F. Sistem Kesehatan

Pemahaman sempit tentang sistem pelayanan kesehatan membuat fokus

pelayanan lebih kuratif dibanding preventif. Sistem pelayanan kesehatan seperti

ini dapat memacu investasi besar pada rumah sakit. Anggaran kesehatan yang

masih rendah, sistem pengobatan dan penggunaan dana yang tidak efektif dan

efesien adalah satu elemen kronis penyebab lemahnya sistem pelayanan kesehatan

terutama ibu dan anak.Sejauh ini sumber swasta menempati kisaran 75 % sampai

80% pembiayaan kesehatan. Dari sumber swasta ini sekitar 72% dari kantong

masyarakat. Situasi ini membuat pelayanan kesehatan akan menjadi lebih mahal

terlebih bagi masyarakat miskin.

Kinerja sektor kesehatan diperlemah oleh rendahnya kompetensi dan

ketimpangan distribusi tenaga kesehatan. Disamping itu banyak tenaga kesehatan

pemerintah bekerja tidak resmi disektor swasta karena alasan pendapatan dan

tradisi. Akses dan kualitas pelayanan kesehatan masih memprihatinkan. Belum

ada suatu mekanisme yang menjamin akses terhadap pelayanan kesehatan yang

berkualitas bagi masyarakat miskin.

G. Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan kesehatan

dan mencegah penyakit dengan sasaran utamanya adalah masyarakat. Oleh karena

ruang lingkup pelayanan kesehatan masyarakat  menyangkut kepentingan

masyarakat banyak, maka peranan pemerintah dalam pelayanan kesehatan

masyarakat  mempunyai bagian atau porsi yang besar. Namun karena keterbatasan

9

sumber daya pemerintah, maka potensi masyarakat perlu digali atau

diikutsertakan dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat tersebut.

 Mengalang potensi masyarakat mencakup 3 dimensi, yaitu :

1. Potensi masyarakat dalam arti komunitas (misalnya masyarakat RT, RW,

Kelurahan dan sebagainya). Bentuk-bentuk partisipasi dan penggalian potensi

masyarakat dalam pelayanan kesehatan masyarakat seperti adanya dana sehat,

iuran untuk PMT (Pembinaan Makanan Tambahan), untuk anak balita, dan

sebagainya.

2. Menggalang potensi masyarakat melalui organisasi-organisasi masyarakat

atau sering disebut Lembaga-lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Penyelenggaraan pelayanan-pelayanan kesehatan masyarakat oleh LSM-LSM

pada hakikatnya merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam system

pelayanan kesehatan masyarakat.

3. Menggalang potensi masyarakat melalui perusahaan-perusahaan swasta yang

ikut membantu meringankan beban penyelenggara pelayanan kesehatan

masyarakat (Puskesmas, Balkesmas, dan sebagainya).

Ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan dalam pelayanan kesehatan

masyarakat, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta, antara

lain :

a. Penanggung jawab: pengawasan, standar pelayanan, dan sebagainya dalam

pelayanan kesehatan masyarakat baik pemerintah (Puskesmas) maupun

swasta (Balkesmas) berada di bawah koordinasi penanggung jawab seperti

Departemen Kesehatan.

b. Standar pelayanan: pelayanan kesehatan masyarakat, baik pemerintah

maupun swasta harus berdasarkan pada suatu standar tertentu. Di Indonesia

standar ini telah ditetapkan oleh Departemene Kesehatan, dengan adanya

“Buku Pedoman Puskesmas”.

c. Hubungan kerja: dalam hal ini harus ada pembagian kerja yang jelas antara

bagian satu dengan yang lain. Artinya fasilitas kesehatan harus mempunyai

struktur organisasi yang jelas yang menggambarkan hubungan kerja baik

horizontal maupun vertical.

10

d. Pengorganisasian potensi masyarakat: keikutsertaan masyarakat atau

pengorganisasian masyarakat ini penting, karena adanya keterbatasan

sumber-sumber daya penyelenggara pelayanan kesehatan masyarakat.

H. Program Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Untuk memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh kepada seluruh

masyarakat, maka berikut ini akan dipaparkan beberapa program pelayanan

kesehatana masyarakat.

1. Puskesmas

Usaha kesehatan masyarakat terutama dilakukan melalui peningkatan

pelayanan Puskesmas dan upaya kesehatan kerja. Upaya kesehatan Puskesmas

direncanakan terutama ditujukan kepada golongan ibu, anak, tenaga kerja, dan

masyarakat berpenghasilan rendah baik di pedesaan maupun di perkotaan.

Puskesmas akan dikembangkan menjadi pusat pembangunan kesehatan di wilayah

kerjanya. Pemerataan upaya kesehatan Puskesmas akan diusahakan, baik melalui

peningkatan fungsi Puskesmas maupun peran serta masyarakat dengan

pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD).

2. Keluarga Berencana

Kegiatan kelurga berencana diarahkan pada pengembangan keluarga sehat

sejahtera, yaitu dengan makin diterimanya Norma Keluaga Kecil yang Bahagia

dan Sejahtera (NKKBS) melalui kegiatan penyuluhan dan motivasi pada pasangan

usia subur, generasi muda serta pelayanan medic KB.

Pelaksanaan program KB dilaksanakan secara bertahap, mula – mula program

mempunyai orientasi klinis. Kemudian berkembang dengan pesat, untuk

mendapat liputan yang lebih luas, beberapa tenaga pelaksana lapangan

ditempatkan di klinik juga diwajibkan mengadakan kunjungan ke rumah-rumah

untuk memberikan motivasi dan penerangan di mana dapat memperoleh

pelayanan KB.

Peningkatan peranan masyarakat dalam program KB akan memungkinkan alih

peran pengelolaan program KB kepada masyarakat di masa yang akan datan,

dengan demikian perkembangan NKKBS juga akan menjadi kenyataan.

11

3. Kesejahteraan Ibu dan Anak

Pelayanan dan monitoring ibu hamil, ibu melahirkan, dan ibu menyusui

ditingkatkan melalui pemeriksaan kehamilan, imunisasi, identifikasi risiko tinggi

kehamilan dan tindak lanjutnya, pelayanan ibu menyusui dan pertolongan oleh

tenaga terlatih.

Pelayanan bayi dan anak prasekolah termasuk murid Taman Kanak-kanak

dilakukan melalui penelitian dan pengamatan dari pertumbuhan dan

perkembangan secara berkala, imunisasi, identifikasi risiko tinggi dengan tindak

lanjutdan pencegahan dehidrasi.

Peran serta masyarakat ditingkatkan melalui penyuluhan yang terutama

ditujukan kepada ibu dan dukun beranakserta guru TK. Penyuluhan juga

dilakukan melalui PKK.

4. Kesehatan Sekolah

Melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) diharapkan dapat ditingkatkan

derajat kesehatan dan kemampuan untuk hidup sehat dari anak sekolah pada

tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), SMP, dan SMA

termasuk pondok pesantren melalui upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan

dan pemeliharaan sehingga mempunyai dampak terhadap penurunan angka

absensi karena sakit.

5. Kesehatan Gigi dan Mulut

Dalam memperluas jangkauan, pemerataan dan peningkatan suatu pelayanan

kesehatan gigi dan mulut dilakukan kegiatan-kegiatan :

a. Pelayanan kesehatan gigi pada unit kelurga terutama ibu hamil, ibu menyusui

dan anak pra sekolah.

b. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara paripurna di sekolah dasar,

kegiatan promotif dan preventif di SD.

c. Pelayanan medic dasar kedokteran gigi dilakukan di puskesmas.

6. Kesehatan Jiwa

Tujuan pokok kesehatan ini adalah mencegah meningkatnya angka penderita

berbagai gangguan jiwa, seperti psikonerotik, psikomatik, retardasi mental,

12

kelainan perilaku dan penyalahgunaan narkotik, alcohol, obat, dan bahan

berbahaya lainnya.

Pelayanan kesehatan jiwa dilakukan berdasarkan pendekatan yang

menyeluruh dan mendalam dari berbagai segi yang saling berkaitan, dan

melakukan pembinaan sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan jiwa,

terutama untuk dapat mendeteksi secara dini berbagai gangguan kesehatan jiwa.

7. Laboratorium sederhana

Sasaran pokok kegiatan ini adalah meningkatkan kemampuan pemeriksaan

sediaan, untuk mencapai ini dilakukan penataran tenaga laboratorium.

Kegiatannya adalah melaksanakan pelayanan rutin, penyuluhan dan pengiriman

sediaan penyakit dalam rangka pengamatan kejadian penyakit.

8. Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD)

PKMD diselenggarakan oleh masyarkat sendiri yang pengelolaan di lapangan

memanfaatkan sumber-sumber setempat dalam penyelenggaraan secara terus-

menerus serta terorganisir hingga ikut merangkaikan hasil-hasil kegiatannya

secara tersambung dengan perpanjangan program-program Puskesmas di desanya

serta mampu terpadu dan menunjang system kesehatan nasional.

9. Program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

Tujuan pokok kegiatan ini adalah untuk mencegah timbulnya penyakit,

menurunkan angka kesakitan, kematian, dan akibt buruk dari penyakit menular.

Untuk mencapai tujuan tersebut diambil langkah-langkah untuk meningkatkan:

a. Pengamatan penyakit menular, termasuk pelabuhan.

b. Kualitas dan kuantitas tenaga di bidang epidemiologi, entomologi, ekologi,

sanitasi, dan laboratorium.

c. Kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam hal

pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dengan menggunakan

teknologi tepat guna dan secara sederhana yang berhasilguna dan

berdayaguna.

d. Penggunaan alat, serum dan vaksin dalam negeri.

e. Isolasi penderita npenyakit manular.

f. Pengamatan vector penyakit.

13

10. Pencegahan dan pemberantasan penyakit tak menular

Tujuan kegiatan ini adalah menurunkan angka kesakitan dan angka kematian

akibat penyakit jantung, dan pembuluh darah, kanker, kecelakaan, dan lain-lain.

Kegiatan pelayanan penyembuhan dan pemulihan diutamakan pada pengobatan

jalan melalui Puskesmas dan rujukannya.

Sebagai langkah pertama diadakan kegiatan pengumpulan data dan penelitian

tentang masalah penyakit tak menular, antara lain dengan mengadakan kegiatan

panduan dan penjaringan selektif pada Puskesmas di daerah tertentu.

11. Program perbaikan gizi

Program ini bertujuan bertujuan untuk menunjang upaya penurunan angka

kematian balita, dan meningkatkan kemampuan masyarakat guna mewujudkan

derajat kesehatan yang optimal, melalui peningkatan status gizi, terutama bagi

golongan rawan dan masyarakat berpenghasilan rendah baik di desa maupun di

kota.

Pokok kegiatan yang dilaksanakan dalm program perbaikan gizi adalah Usaha

Perbaikan Gizi Keluarga (UPKG), pencegahan dan penanggulangan penyakit

gangguan gizi terutama KKP, Kekurangan Vitamin A, gondok endemic dan anemi

gizi besi, peningkatan gizi anak sekolah, dan pelayanan gizi institusi.

12. Program peningkatan kesehatan lingkungan

Program ini bertujuan mencapai mutu lingkungan yang dapat menjamin

kesehatan menuju derajat kesehatan masyarakat yang optimal, serta untuk

mewujudkan keikutsertaan dan kesadaran masyarakat dan sector pemerintah yang

berkaitan dalam tanggung jawab upaya peningkatan dan pelestarian kesehatan

lingkungan.

Program ini meliputi program peningkatan air bersih, program penyehatan

perumahan dan lingkungan, program pengawasan kualitas lingkungan, dan

pengembangan kegiatan instalasi pemeriksaan specimen kesehatan lingkungan.

Dengan terbitnya undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem

Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN) dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011

tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS) , Pemerintah diwajibkan

14

untuk memberikan lima jaminan dasar bagi seluruh masyarakat Indonesia yaitu

jaminan kesehatan, kecelakaan kerja, kematian, pensiun, dan tunjangan hari tua.

Jaminan dimaksud akan dibiayai oleh perseorangan, pemberi kerja, dan/atau

Pemerintah. Dengan demikian, Pemerintah akan mulai menerapkan kebijakan

Universal Health Coverage dalam hal pemberian pelayanan kesehatan kepada

masyarakat, dimana sebelumnya Pemerintah (Pusat) hanya memberikan

pelayanan kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil dan ABRI-Polisi.

Kebijakan ini umumnya diterapkan di negara-negara yang menganut paham

welfare state yaitu negara di Eropa Barat dan negara jajahan mereka serta

beberapa negara Amerika Latin.

Perubahan kebijakan dalam layanan kesehatan dimaksud tidak terlepas dari

himbauan World Health Assembly (WHA), pada sidang ke-58 pada tahun 2005 di

Jenewa, agar setiap negara anggota memberikan akses terhadap pelayanan

kesehatan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi yang kurang mampu. Ada

pun mekanisme yang digunakan adalah mekanisme asuransi kesehatan sosial. Hal

ini pun sudah sejalan dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan yang menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang

sama dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan

terjangkau.

Dalam implementasi SJSN, Pemerintah akan membentuk dua Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS

Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan akan menyelenggarakan program jaminan

kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan akan menyelenggarakan program jaminan

atas kecelakaan kerja, kematian, pensiun dan hari tua. Secara eksplisit, UU SJSN

menyatakan bahwa 4 (empat) BUMN di bidang asuransi yaitu PT Jamsostek

(Persero), PT Taspen (Persero), PT Asabri (Persero), dan PT Askes (Persero) akan

ditransformasi menjadi BPJS. Berkaitan dengan institusi BPJS Kesehatan, UU

BPJS secara jelas menyatakan bahwa PT Askes (Persero) akan bertransformasi

menjadi BPJS Kesehatan.

Selanjutnya semua program jaminan kesehatan yang diselenggarakan oleh

Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia,

15

Kepolisian Republik Indonesia, PT Jamsostek (Persero), dan PT Askes (Persero)

akan diambil alih oleh BPJS Kesehatan. Pada Buku Peta Jalan Menuju Jaminan

Kesehatan Nasional 2012-2019 dinyatakan bahwa pada tahun 2014, Pemerintah

menargetkan sebanyak 121,6 juta penduduk akan diberikan jaminan kesehatan

oleh BPJS Kesehatan. Jumlah dimaksud diasumsikan berasal dari program

Jamkesmas (96,4 juta jiwa), peserta yang dikelola oleh PT Askes (Persero) (17,2

juta jiwa), peserta Jaminan Pelayanan Kesehatan (JPK) Jamsostek (5,5 juta jiwa),

dan dari peserta Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum

(PJKMU) dari pemerintah daerah (2,5 juta jiwa). Selanjutnya pada tahun 2019,

Pemerintah menargetkan seluruh masyarakat yaitu sebanyak 257,5 juta jiwa akan

dijamin oleh BPJS Kesehatan.

I. Perkembangan Program Pelayanan Kesehatan Masyarakat di Indonesia

Mengkaji perkembangan pelayanan kesehatan massyarakat di Indonesia

memang sejalan dengan perjuangan bangsa mensejahterahkan masyarakat

Indonesia. Beberapa catatan penting di bawah ini baik sebelum maupun sesudah

Indonesia merdeka dapat dijadikan tonggak sejarah perkembangan program

kesehatan masyarakat di Indonesia.

a. Tahun 1942 : Mulai dirintis pengembangan program pendidikan kesehatan

masyarakat untuk peningkatan sanitasi lingkungan di wilayah pedesaan.

b. Tahun 1952 : Pengembangan upaya usaha Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

mulai dirintis dengan didirikannya Direktorat KIA di lingkungan Kementrian

Kesehatan

c. Tahun 1956 : Proyek UKS diperkenalkan di wilayah Jakarta.

d. Tahun 1959 : Program pemberantasan penyakit malaria di milai dengan

bantuan WHO.

e. Tahun 1960 : UU Pokok kesehatan dirumuskan.

f. Tahun 1969 : Dengan mulai tersusunnya Repelita, sector kesehatan juga

mulai menata perencanaannya secara nasional.

g. Tahun 1982 : Sistem Kesehatan Nasional (SKN) mulai diberlakukan.

h. Tahun 1988 : Penggunaan obat generic diperkenalkan.

16

i. Tahun 1991 : Dokter sebagai pegawai tidak tetap (PTT) mulai diberlakukan.

j. Tahun 1992 : UU no. 23 mulai diterapkan untuk sector kesehatan.

k. Tahun 1994 : Keppres 36 tentang strategi penanggulangan AIDS Nasional

dan Daerah.

l. Tahun 1995 : Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dimulai untuk mencapai target

Indonesia bebas polio tahun 2000.

Pembangunan Puskesmas di Indonesia mulai dirintis dengan berbagai

pertimbangan yang bersifat strategis. Untuk jangka panjang pengembangan

pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care/PHC) melalui Puskesmas dinilai

jauh lebih efisien dan efektif hasilnya dibandingkan pengembangan pelayanan RS.

Dari konsep pengembangan PHC lahirlah konsep PKMD (Pembangunan

Kesehatan Masyarakat Desa) di Indonesia. PKMD saat ini sudah berkembang

menjadi model peran serta masyarakat di bidang pelayanan kesehatan yang

kemudian diberikan nama sesuai dengan muatan lokalnya seperti muatan

tambahan program gizi dikenal dengan nama UPKG (Upaya Pelayanan Gizi

Keluarga); Proyandu (Program Pelayanan Terpadu) yang diberikan muatan

program KIA, Gizi (Penimbangan Balita, pemberian vitamin A untuk Balita, dan

Sulfas Ferrosus untuk Ibu Hamil), P2M (Imunisasi dan pemberantasan diare,

cacingan), program KB (Konseling); POD (Pos Obat Desa); DUKM (Dana Upaya

Kesehatan Masyarakat) semacam ansuransi kesehatan di desa; Bidan Desa dengan

Polindes (Poliknik Persalinan); pembinaan pengobatan tradisional, dan

sebagainya.

Globalisasi dan liberalisasi perdagangan dunia (AFTA 2003 dan APEC 2010-

2020) akan berpengaruh pada kebijakan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan

di Indonesia. Peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan sangat

dibutuhkan untuk memasuki persaingan global di bidang kesehatan.

Setelah 25 tahun Indonesia mengembangkan primary health care services,

Indonesia sudah mencatat sukses besar dengan turunnya tingkat kematian bayi

(IMR), tingkat fertilitas (FR), tingkat kematian ibu bersalin (MMR), kematian

17

kasar (CDR), angka kesakitan beberapa penyakit menular terutama yang bisa

dicegah dengan imunisasi dan memperpanjang angka harapan hidup.

Meskipun Indonesia sudah mencatat sukses besar di bidang pembangunan

kesehatan namun globalisasi di bidang jasa pelanyanan kesehatan juga akan

ditandai dengan adanya investasi modal asing di Indonesia untuk membangun

pusat–pusat pelayanan kesehatan seperti RS dan laboratorium, termasuk di

biidang farmasi dengan membangun pabrik obat PMA . Akibatnya, persaingan

tenaga kesehatan juga akan berlangssung semakin ketat.

18

BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Ketentuan yang perlu diperhatikan dalam pelayanan kesehatan masyarakat

yaitu Penanggung jawab, standar pelayanan, hubungan kerja, dan

pengorganisasian potensi masyarakat.

2. Program-program pelayanan kesehatan masyarakat meliputi Puskesmas,

Keluarga Berencana, Kesejahteraan Ibu dan Anak, Usaha Kesehatan Sekolah

(UKS), Kesehatan Gigi dan Mulut, Kesehatan Jiwa, Laboratorium

sederhana, Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD), Program

pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, Pencegahan dan

pemberantasan penyakit tak menular, Program perbaikan gizi, dan Program

peningkatan kesehatan lingkungan.

3. Bentuk pelayanan kesehatan dari tahun ke tahun mengalami perubahan. Di

tahun sekarang pemerintah menerapkan sistem BPJS yang dapat dinikmati

oleh semua kalangan masyarakat dengan syarat terdaftar menjadi anggota

BPJS. Diharapkan dengan sistem pelayanan kesehatan tersebut tanggung

jawab pemerintah dalam melayani kesehatan semua rakyatnya dapat tercapai

sehingga angka kesehatan masyarakat dapat meningkat. Oleh karena itu

diciptakanlah kebijakan dalam pelayanan kesehatan supaya mempunyai

tujuan bersama yang bersifat jelas karena kebijakan dapat diartikan sebagai

tujuan bersama.

B. Saran

Untuk dapat mencapai visi dan misi dalam pelayanan kesehatan untuk seluruh

masyarakat Indonesia membutuhkan waktu yang panjang, untuk itu diperlukan

kerja samanya kepada semua instansi pemerintahan dalam meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan serta mensosialisasikan hal tersebut kepada semua kalangan

masyarakat, sehingga pemenuhan pelayanan kesehatan dapat tercapai dengan

optimal.

19

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman.(2012). Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pelayanan

Kesehatan Masyarakat Di Kecamatan Bacan Tengah Kabupaten Halmahera

Selatan.Universitas Hasanuddin Makassar:tidak diterbitkan.

Ferdi, Roni.(2008). Kebijakan Pelayanan Kesehatan Sistem

Desentralisasi.STIKES alma’arif Baturaja:tidak diterbitkan.

Fitri, Arini.(2012). Pelayanan Kesehatan Masyarakat.Universitas Hasanuddin

Makasar:tidak diterbitkan

Janis, Novijan.(2014).BPJS Kesehatan, Supply, dan Demand Terhadap Layanan

Kesehatan. Kepala Subbidang Analisis Risiko Ekonomi, Keuangan, dan

Sosial:tidak diterbitkan.

20