SKRIPSI HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/637/1/1.pdf · 2020....
Transcript of SKRIPSI HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP …repository.stikes-bhm.ac.id/637/1/1.pdf · 2020....
SKRIPSI
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP
TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA
PRASEKOLAH (4-6 TAHUN) DI TK DHARMA WANITA
NGAWI
Oleh :
ASTRI NUR ARINTA PUTRI
NIM : 201502043
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
ii
SKRIPSI
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP
TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA
PRASEKOLAH (4-6 TAHUN) DI TK DHARMA WANITA
NGAWI
Diajukan untuk memenuhi
Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh :
ASTRI NUR ARINTA PUTRI
NIM : 201502043
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak
mengikuti Ujian Sidang
SKRIPSI
HUBUNGAN POLA SUH ORANG TUA TERHADAP
TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA
PRASEKOLAH (4-6 TAHUN) DI TK DHARMA WANITA TEGUHAN
NGAWI
Menyetujui, Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Kartika, S.Kep., Ns., M.K.M
NIS. 20130091
Muncul Wiyana, S.Kep., Ns., M.Kep
NIS. 20070041
Mengetahui,
Ketua Program Studi Keperawatan
Mega Arianti Putri, S.Kep., Ns., M.Kep
NIS. 20130092
iv
PENGESAHAN
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Tugas Akhir (Skripsi) dan dinyatakan
telah memenuhi sebagai syarat memperoleh gelar (S.Kep)
Pada Tanggal 3 Agustus 2019
Dewan Penguji
1. Sagita Haryati , S.Kep., Ns., M.Kes : ..............................................
(Ketua Dewan Penguji)
2. Kartika, S.Kep., Ns., M.K.M : ...........................................
(Dewan Penguji 1)
3. Muncul Wiyana, S.Kep., Ns., M.Kep : ...........................................
(Dewan Penguji 2)
Mengesahkan,
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Ketua,
Zaenal Abidin, S.KM, M.Kes (Epid)
NIS. 20160130
v
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Astri Nur Arinta Putri
NIM : 201502043
Prodi : S1 Keperawatan
JUDUL SKRIPSI : HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP
TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA
PRASEKOLAH (4-6 TAHUN) DI TK DHARMA
WANITA TEGUHAN NGAWI
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri.
Hasil penelitian ini merupakan pemikiran dan pemaparan asli dan didalamnya
tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam memperoleh gelar Sarjana di
suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan yang
diperoleh dari hasil penerbitan baik yang sudah maupun belum/ tidak
dipublikasikan, sumbernya dijelaskan dalam tulisan dan daftar pustaka. Jika
terdapat refrensi terhadap karya orang lain atau pihak lain, maka dituliskan
sumbernya dengan jelas.
Demikian pernyataan ini penulis buat secara sadar dan bersungguh-sungguh
tanpa paksaan dari pihak manapun
Madiun, Juli 2019
Astri Nur Arinta Putri
NIM. 201502043
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Diri :
Nama : Astri Nur Arinta Putri
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Tempat dan Tanggal Lahir : Jayapura, 5 Februari 1997
No. HP : 082282834328
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. 2001– 2003 : Tk Dharma Wanita Ngawi
2. 2003 – 2009 : SDN Teguhan 1 Ngawi
3. 2009 – 2012 : SMP N 1 Ngawi
4. 2013 – 2015 : SMA N 1 Jogorogo Ngawi
5. 2015 – Sekarang : STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Riwayat Pekerjaan : Belum pernah bekerja
vii
LEMBAR PERSEMBAHAN
Ibu dan Bapak Tercinta
Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga
kupersembahkan karya kecil ini kepada ibu dan bapak yang telah memberikan
kasih sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tidak
dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan
persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat ibu dan bapak
bahagia karena kusadar selama ini belum bisa berbuat yang lebih. Untuk Ibu dan
Bapak yang selalu membuatku termotivasi dan selalu menyirami kasih sayang,
selalu mendoakanku, selalu menasehatiku menjadi lebih baik.
Terima kasih Ibu…..Terima kasih Bapak….. I Love You
Dosen Pembimbing Tugas Akhirku
Ibu Kartika, S.Kep., Ns., M.K.M dan Bapak Muncul Wiyana, S.Kep., Ns., M.Kep
selaku dosen pembimbing tugas akhir saya, terima kasih banyak bu pak …. , saya
sudah dibantu selama ini, sudah dinasehati, sudah diajari, saya tidak akan lupa
atas bantuan dan kesabaran ibu dan bapak . Terima kasih banyak bu pak …
Seluruh dosen pengajar di STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun Terima kasih
banyak untuk semua ilmu, didikan dan pengalaman yang sangat berarti yang telah
kalian berikan kepada saya.
My Best Friend’s
Terimakasih kepada Micin Squad ( Devi Risnawati, Bella Okta, Mina Wasik, Leni
Pitrina, Nurul Fatonal, Dimas Ari Sabella, Dosi Ayu ). Terima kasih atas bantuan,
doa, nasehat, hiburan, traktiran dan semangat yang kamu berikan selama aku
kuliah, aku tak akan melupakan semua yang telah kamu berikan selama ini.
Semoga keakraban di antara kita selalu terjaga.
viii
Program Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2019
ABSTRAK
Astri Nur Arinta Putri
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP TINGKAT
KECERDASAN EMOSIONAL PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (4 – 6
TAHUN) DI TK DHARMA WANITA TEGUHAN NGAWI
Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anaknya yaitu
bagaimana sikap antara perilaku orangtua saat berinteraksi dengan anak, termasuk
caranya menerapkan aturan, mengajarkan nilai / atau norma, memberikan
perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku yang baik
sehingga dijadikan contoh atau panutan bagi anaknya. Kecerdasan Emosional
adalah mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali
emosi orang lain, dan membina hubungan baik dengan orang lain. Manfaat
penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dalam memperkaya wawasan dan pengetahuan tentang pola asuh orangtua
terhadap tingkat kecerdasan emosional anak usia prasekolah. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orangtua terhadap tingkatkecerdasan
emosional anak usia prasekolah (4-6 tahun) di TK Teguhan Ngawi.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan
metode analisis dengan desain cross-sectional. Populasi target sebesar 53 anak
yang diasuh oleh orang tua di TK Darama Wanita Teguhan. Pengambilan sampel
menggunakan tekhnik Simpel random sempling jumlah sample sebanyak 48 anak
yang di asuh oleh orang tua secara langsung yang di tentukan dengan rumus
slovin. Pengambilan data menggunakan angket berupa kuesioner yang dianalisis
dengan uji chi- square.
Hasil Penelitian menunjukkan korelasi antara Pola Asuh Orangtua
terhadap Tingkat Kecerdasan Emosional pada anak usia prasekolah di TK Dharma
Wanita Teguhan Ngawi dengan signifikansi atau p= 0,001 < =0,005 artinya
bahwa Pola Asuh Orangtua berhubungan dengan Tingkat Kecerdasan Emosional
pada anak usia prasekolah (4 – 6 tahun) di TK Dharma Wanita Teguhan Ngawi.
Dengan kekuatan hubungan sedang r = 0,443.
Simpulan dari penelitian ini membuktikan bahwa ada hubungan Pola Asuh
Orangtua dengan Tingkat Kecerdasan Emosional pada anak usia prasekolah (4 – 6
tahun) di TK Dharma Wanita Teguhan Ngawi. Peneliti menyarankan untuk
dilakukan edukasi oleh pendidik ke orangtua tentang pola asuh yang baik serta
mengenai tingkat kecerdasan emosional pada anak.
Kata kunci :Pola Asuh, Kecrdasan Emosional
ix
Nursing Study Program STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2019
ABSTRACT
Astri Nur Arinta Putri
RELATIONSHIP BETWEEN PARENTING TO EMOTIONAL INTELLIGENCE
LEVELS OF PRESCHOOLERS (4-6 YEARS OLD) IN DHARMA WANITA
TEGUHAN NGAWI KINDERGARTEN
Parenting is a pattern of interaction between parents and their children,
which is the attitude between parents' behavior when interacting with children,
including how to apply rules, teach values / norms, give attention and affection
and show good attitudes and behavior so that they are used as examples or role
models for his child. Emotional Intelligence is recognizing one's emotions,
managing emotions, motivating oneself, recognizing the emotions of others, and
building good relationships with others. The benefits of this research are
theoretically expected to contribute ideas in enriching insight and knowledge
about parenting to the level of emotional intelligence of preschoolers. The
purpose of this study was to determine the relationship between parenting parents
to emotional intelligence levels of preschoolers (4-6 years old) in Dharma Wanita
Teguhan Ngawi Kindergarten.
The type of research used is qualitative research with analytical methods
with cross-sectional design. The target population was 53 children who were
cared for by parents at the Dharma Wanita Teguhan Kindergarten. Sampling
using a simple random sampling technique the number of samples as many as 48
children who are fostered by parents directly are determined by the Solving
formula. Retrieving data using questionnaires in the form of questionnaires
analyzed by chi-square test.
The results showed a correlation between parenting parents to emotional
intelligence levels of preschoolers in Dharma Wanita Teguhan Kindergarten
Ngawi with significance or p = 0,001 < = 0.005 which means that Parenting
Parents are associated with Emotional Intelligence Levels in preschoolers (4-6
year old) at the Teguh Ngawi Dharma Wanita Kindergarten. With the strength of
the relationship being r = 0.443.
The conclusions from this study prove that there is a relationship between
parenting parents to emotional intelligence levels of preschoolers (4-6 years old)
in Dharma Wanita Teguhan Ngawi Kindergarten. Researchers suggest that
educators educate parents about good parenting and the level of emotional
intelligence in children.
Keywords: Parenting, Emotional Intelligence
x
DAFTAR ISI
Sampul Depan .................................................................................................... i
Sampul Dalam ..................................................................................................... ii
Lembar Persetujuan ............................................................................................. iii
Lembar Pengesahan ............................................................................................ iv
Halaman Pernyataan Keaslian............................................................................. v
Daftar Riwayat Hidup ......................................................................................... vi
Persembahan ...................................................................................................... vii
Abstrak ................................................................................................................ viii
Daftar Isi.............................................................................................................. x
Daftar Tabel ........................................................................................................ xii
Daftar Gambar ..................................................................................................... xiii
Daftar Lampiran .................................................................................................. xiv
Daftar Istilah........................................................................................................ xv
Daftar Singkatan.................................................................................................. xvi
Kata Pengantar ....................................................................................................xxvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pola Asuh ....................................................................... 8
2.1.1 Pengertian Pola Asuh .................................................... 8
2.1.2 Klasifikasi Pola Asuh .................................................... 9
2.1.3 Faktor yang Mepengaruhi Pola Asuh ............................ 11
2.1.4 Aspek Pembentukan Pola Asuh .................................... 13
2.1.5 Kelebihan dan Kekurangan Jenis Pola Asuh ................. 15
2.2 Konsep Kecerdasan Emosi .......................................................... 16
2.2.1 Pengertian Kecerdasan Emosi ....................................... 16
2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi ........... 17
2.2.3 Aspek Pembentukan Kecerdasan Emosi ....................... 21
2.2.4 Ciri Anak yang Mempunyai Kecerdasan Emosi
Tinggi ............................................................................ 24
2.2.5 Upaya Mengembangkan Kecerdasan Emosi Anak ....... 25
2.3 Konsep Anak Usia Prasekolah .................................................... 26
2.3.1 Pengertian Anak Usia Prasekolah ................................. 26
2.3.2 Ciri Anak Usia Prasekolah ............................................ 26
2.3.3 Tugas Perkembangan Anak Usia Prasekolah ................ 27
2.4 Patofisiologi ................................................................................. 30
xi
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual .................................................................. 31
3.2 Hipotesis ...................................................................................... 32
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ......................................................................... 34
4.2 Populasi dan Sampel.................................................................... 35
4.2.1 Populasi .............................................................................. 35
4.2.2 Besar Sampel...................................................................... 35
4.2.3 Kriteria Sampel .................................................................. 36
4.3 Teknik Pengembilan Sampling .................................................... 36
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ........................................................... 38
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................. 39
4.5.1 Variabel Penelitian ........................................................ 39
4.5.2 Definisi Operasional ...................................................... 40
4.6 Instrumen Penelitian .................................................................... 41
4.6.1 Validitas ........................................................................ 45
4.6.2 Rehabilitas ..................................................................... 45
4.7 Lokasidan Waktu Penelitian ..................................................….. 46
4.7.1 Lokasi penelitian .......................................................... 46
4.7.2 Waktu Penelitian .......................................................... 46
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ....................................................... 46
4.9 Pengolahan Data .......................................................................... 47
4.10 Teknik Analisis Data ................................................................... 49
4.11 Etika Penelitian ............................................................................ 51
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................... 53
5.2 Hasil Penelitian ............................................................................... 53
5.3 Pembahasan .................................................................................... 60
5.4 Keterbatasan Penelitian ................................................................... 66
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ..................................................................................... 67
6.2 Saran ............................................................................................... 67
Daftar Pustaka .................................................................................................... 69
Lampiran-lampiran ............................................................................................. 72
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
Tabel 1.1 Aspek – Aspek Pembentukan Kecerdasan Emosi .................... 23
Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel .................................................. 40
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin........ ..... 54
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan............... ..... 54
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan .................. 55
Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ............................. 55
Tabel 5.6 Karakteristik Anak Berdasarkan Usia ...................................... 56
Tabel 5.6 Karakteristik Pola Asuh ........................................................... 57
Tabel 5.7 Karakteristik Tingkat Kecerdasan Emosional .......................... 57
Tabel 5.8 Tabulasi Silang ......................................................................... 58
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
Gambar 2.1 Patofisiologi ....................................................................... 30
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual .... ..................................................... 31
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian ................................................... 38
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Pencarian Data Awal .................................................. 73
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian .................................................................... 74
Lampiran 3 Surat Izin Validitas dan Rehabilitas ............................................ 75
Lampiran 4 Surat Keterangan Selesai Penelitian ............................................ 76
Lampiran 5 Lembar Permohonan Menjadi responden ................................... 77
Lampiran 6 Lembar Persetujuan Menjadi Responden .................................... 78
Lampiran 7 Kisi- Kisi Valid............................................................................ 79
Lampiran 8 Kisi – Kisi ................................................................................... 80
Lampiran 9 Petunjuk Pengisian ....................................................................... 82
Lampiran 10 Kuesioner ...................................................................................... 83
Lampiran 11 Kuesioner Valid ............................................................................ 86
Lampiran 12 Tabulasi ....................................................................................... 89
Lampiran 13 Validitas dan Rehabilitas .............................................................. 93
Lampiran 14 Analisis Data ................................................................................ 96
Lampiran 15 Jadwal Penelitian .......................................................................... 109
Lampran 17 Lembar Kosultasi Bimbingan ....................................................... 110
Lampiran 18 Dokumentasi ................................................................................. 112
xv
DAFTAR ISTILAH
Distres : Stres yang bersifat negatif
Door to door : Rumah ke rumah
Emotion : Emosi
Emotional alchemy : Alkimia emosi
Emotional depth : Kedalaman emosi
Emotional fitness : Ketangguhan emosi
Emotional literacy : Kesadaran emosi
Handing relationships : Membina hubungan
Health education : Pendidikan kesehatan
Himisfer : Dua sisi simetris yang membagi otak
besar
Informed Consent : Lembar persetujuan
Intellegence : Kecerdasan
Knowing one’s emotions-self-awareness : Mengenali emosi dir – keasadaran diri
Limbik : Sekelompok struktur di otak yang
berhubungan dengan emosi atau
perasaan
Literatur : Bahan atau sumber ilmiah
Managing emotions : Mengelola emosi
Play group : Kelompok bermain
Quotient : Hasil bagi
Recognizing emotions in other : Mengenali emosi atau empati
Relationship auotient : Hasil bagi hubungan
Toddler : Usia bermain
xvi
DAFTAR SINGKATAN
Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Kemenkes R I : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
TK : Taman Kanak - Kanak
WHO : Word Health Onrganization
xvii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang
berjudul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua terhadap Tingkat Kecerdasan
Emosional Anak Usia Prasekolah (4-6 Tahun) di TK Darma Wanita Ngawi”
dengan baik. Tersusunnya proposal ini tentu tidak lepas dari bimbingan, saran dan
dukungan moral kepada penulis, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada : 1. Ibu Ummi selaku Kepala Sekolah TK Darma Wanita Ngawi yang telah
memberikan izin serta kerja sama selama proses pengambilan data.
2. Zaenal Abidin, SKM.,M.Kes (Epid) selaku ketua STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun.
3. Mega Arianti Putri, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Prodi Sarjana
Keperawatan STIKKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
4. Kartika, S.Kep.,Ns.,M.K.M selaku dosen pembimbing 1 yang selalu
membimbing dengan penuh kesabaran dan ketelatenan
5. Muncul Wiyana, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing 2 yang selalu
membimbing dengan penuh kesabaran dan ketelatenan.
6. Sagita Haryati, S.Kep., Ns., M.Kes, selaku dewan penguji yang telah
meluangkan waktu dan pikiran untuk menguji proposal, memberikan
masukan dan motivasi demi kesempurnaan proposal ini.
7. Kedua Orang tua saya yang sangat saya sayangi yang telah memberi
dorongan, semangat dan doa tanpa henti.
8. Teman - teman yang telah memberi dorongan dan bantuan berupa apapun
dalam penyusunan tugas proposal ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan proposal ini.
Akhir kata penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan proposal ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin
Wassalamualaikum Wr.Wb
Madiun, Juli 2019
Peneliti
Astri Nur Arinta Putri
NIM. 201502043
1
BAB 1
PEMBAHASAN
1.1 Latar Belakang
Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan
emosinya dengan intelegensi, menjaga keselarasan emosi dan mengungkapkanya
melalui ketrampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan
ketrampilan sosial (Bahtiar,2009). Faktor tersebut yang dapat mempengaruhi
perkembangan pada anak usia prasekolah. Perkembangan yang penting pada anak
usia prasekolah dapat dibagi menjadi tiga aspek yaitu perkembangan fisik,
kemampuan mental, dan kepribadian. Aspek inilah yang dapat dibentuk dari
perkembangan psikososial pada anak (Nuryanti, 2008).
Perkembangan psikososial artinya bukan hanya perkembangan secara fisik
dan sosial, namun anak juga mengalami perkembangan pada mentalnya.
Perkembangan mental anak sangat berhubungan dengan kecerdasan emosional.
Masalah kecerdasan emosional merupakan distress psikologik. Kondisi ini adalah
suatu keadaan yang mengidentifikasi seseorang mengalami perubahan psikologis,
dimana dampak dari orang yang mengalami gangguan kecerdasan emosional ini
dapat terjadi pada semua orang terutama bisa terjadi pada anak usia prasekolah
(Kemenkes RI, 2013).
Adapun dampak dari perkembangan kecerdasan emosional anak pada anak
usia prasekolah ada dua yakni dampak positif dan negatif. Dampak positif dari
perkembangan kecerdasan emosional anak usia pra sekolah yaituanak yang sehat
mental / emosionalnya dapat mengendalikan emosinya sendiri dan mengatur
2
ekspresi emosi dalam situasi sosialnya misalnya tidak menyerah saat mengerjakan
tugas meskipun merasa kesulitan,pandai bergaul dengan temannya, sebaliknya
dampak negatif dari anak yang mengalami gangguan perkembangan emosional maka
akan mengalami kesulitan dalam mengatur emosinya misalnya sulit mengikuti
pembelajaran, mudah bosan, sering mengeluh sakit, gangguan makan, gangguan
tidur,dan sering marah-marah bahkan menarik diri dari lingkunganya(Nuryanti,
2008). Menurut Departemen Kesehatan Indonesia 62,02%anak usia prasekolah
mengalami gangguan perkembangan emosional, gangguan perkembangan
emosional ini apabila berlangsung terus menerus maka dapat berdampak pada
masalah kecerdasan emosional anak usia prasekolah (Depkes RI, 2013).
World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 5-25% dari anak-
anak usia prasekolah mengalami gangguan perkembangan emosional dengan
populasi anak sebesar 23,979,000. Anak yang mengalami gangguan berupa
kecemasan sekitar 9%, mudah emosi 11-15%, dan gangguan perilaku 9-15%
(WHO,2017).Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun
(2018), prevelensi perkembangan anak pada usia 4 – 6 tahun di indonesia
mencapai 88,3% dengan prevalensi perkembangan sosial-emosional mencapai
69,9%, perkembangan fisik mencapai 97,8%, dan perkembangan literasi mencapai
64,6%. Dari data tersebut perkembangan sosial-emosional yang di alami anak
pada usia 4-6 tahun cukup tinggi, yakni berada di urutan ke dua setelah
perkembangan fisik anak kemudian setelah itu baru diikuti dengan perkembangan
literasi.
Kecerdasan emosional dapat dipengaruhi beberapa faktor yakni
lingkungan sosial, kondisi fisik dan kesehatan,serta pola asuh orangtua. Dari
3
beberapa faktor tersebut salah satu faktor yang turut berperan dalam
perkembangan mental emosional pada anak adalah pola asuh orangtua (Isfandari
& Suhardi,1997). Orangtua memiliki hubungan yang dekat dan waktu yang relatif
lama dalam bersosialisasi dengan anak, sehingga kemampuan orangtua dalam
memberikan rangsangan atau stimulus mempengaruhi kondisi emosional anak
(Isfandari & Suhardi, 1997). Sikap, perilaku, dan kebiasaan orangtua selalu
dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anak, secara sadar atau tidak sadar akan diresapi
kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak dan akan berpengaruh terhadap
perkembangan anak.
Masalah tingkah laku dalam proses perkembangan dapat timbul tidak
hanya tertuju pada pertumbuhan fisik saja tetapi juga pada perkembangan mental
emosional. Beberapa bentuk permasalahan emosi dari hasil survey yang dilakukan
oleh Izzaty tahun 2015 di Taman Kanak – Kanak Yogyakarta adalah agresivitas,
kecemasan, temper tantrum, sulit berkonsentrasi, gagap atau sulit berkomunikasi,
menarik diri, bergantung, pemalu dan takut yang berlebihan. Menurut Yusuf
(2011) prevelensi permasalahan pada anak berkisar dari 3,5% untuk masalah
perhatian dan hiperaktivitas 10,4% untuk masalah kecemasan, dan 21,9% untuk
gangguan tingkah laku. Kekurangan kasih sayang, penerapan pola asuh orang tua,
perpisahan dengan orang tua, kekerasan dan kegagalan dalam memenuhi
kebutuhan pada masa prasekolah merupakan faktor yang mempengaruhi kondisi
tersebut.
Menurut (Kay- Lambkin, dkk, 2007) secara global dilaporkan anak
yangmengalami gangguan berupakecemasan sekitar 9%, mudahemosi 11-15%,
4
gangguan perilaku 9-15%.Rasarendah diri, kecemburuan terhadapanak lain,
mudah marah dan malu akanmenyebabkan terganggunya kecerdasan emosional
pada anak. Ketrampilan motorik sangatdiperlukan dalam bersosialisasidengan
teman sebaya dalam halbermain, keterampilan menulis danmembaca
kekecewaanterhadap orang dewasa akanmempengaruhi mental emosionalnya
(Sulistyaningsih, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ridhoyanti Hidayah &
Eka Yunita & Yulian Wiji Utami tahun (2015) di TK Senaputra Malang, orangtua
yang menggunakan pola asuh demokratis sebesar 63,15 %, pola asuh otoriter
sebesar 19,29% dan pola asuh permisif sebesar 17,56%. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa bahwa mayoritas orangtua siswa TK Senaputra terdapat pola
asuh demokratis.Dari hasil penelitian tersebut menjukkan bahwa anak usia
prasekolah yang memiliki tingkat kecerdasan emosional baik sebesar 63,16%,
tingkat kecerdasan emosional cukup sebesar 26,31% dan tingkat kecerdasan
emosional kurang sebesar 10,53%.Pengujian menggunakan uji kolerasi Spearman
Rank menghasilkan nilai p value sebesar 0,000 yang berarti bahwa kedua variabel
mempunyai hubungan yang signifikan/bermakna karena nilai p value <0,05 yang
artinya ada hubungan antara pola asuh orangtua dengan tingkat kecerdasan
emosional anak usia prasekolah.
Perkembangan emosional pada anak usia prasekolah dapat diatasi dengan
memberikan Health Education tentang bembinaan orangtua terhadap kecerdasan
emosi anak. Health Education menjadi masukan kepada semua orangtua untuk
5
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam meningkatkan kecerdasan
emosi anak (selalu meluangkan waktu untuk anak).
Orangtua dapat berpengaruh terhadap pengembangan perilaku emosional
anak dengan cara menanamkan sejak dini pentingnya pembinaan perilaku dan
sikap yang dapat dilakukan melalui pembiasaan yang baik sehingga menjadi dasar
utama pengembangan perilaku emosional dalam mengarahkan pribadi anak sesuai
dengan nilai – nilai yang di junjung tinggi di masyarakat (Susanto, 2011).
Orangtua selalu menjaga keharmonisan rumah tangga mereka, membimbing dan
memberi teladan yang baik bagi anaknya serta meningkatkan pengetahuan dalam
mengasuh anak khususnya dalam hal meningkatkan kecerdasan emosi anak.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di TK Teguhan Ngawi dari 2 TK
yang ada, terdapat siswa sebanyak 48 anak yang diasuh oleh orang tua secara
langsung yang terdiri dari 18 anak laki – laki dan 30 anak perempuan. Dari 10
orang tua anak yang peneliti wawancarai terdapat 50% orang tua yang
menerapkan pola asuh demokratis, 30% orang tua menerapkan pola asuh otoriter
dan 20% orang tua menerapkan pola asuh permisif. Setelah peneliti
mengobservasi ada siswa yang sering tidak mengikuti arahan yang diberiakan
oleh guru, sering marah – marah, mengamuk dengan teman dan ada yang pulang
ketika diberi tugas oleh guru.
Dari urainya yang telah dipaparkan, peneliti tertarik untuk meneliti
hubungan pola asuh orangtua dengan tingkat kecerdasan emosional anak pada
usia pra sekolah (4 - 6 tahun) di Tk Teguhan Ngawi.
6
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan penelitian ini adalah “ Apakah
ada hubungan antara pola asuh orang tua terhadap tingkat kecerdasan emosional
pada anak usia pra sekolah (4 -6 tahun) di TK Teguhan Ngawi ” ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orangtua terhadap
tingkatkecerdasan emosional anak usia prasekolah (4-6 tahun) di TK Teguhan
Ngawi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pola asuh orangtua pada anak usia prasekolah di TK
Darma Wanita Teguhan Ngawi Tahun 2019.
2. Mengidentifikasi kecerdasan emosional anak usia prasekolah di Tk
Darma Wanita Teguhan Ngawi Tahun 2019.
3. Mengidentifikasi hubungan pola asuh orangtua terhadap tingkat
kecerdasan emosional anak usia prasekolah ( 4-6 tahun) di TK Darma
Wanita Teguhan NgawiTahun 2019.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan dan pengetahuan tentang pola
asuh orangtua terhadap tingkat kecerdasan emosional anak usia prasekolah.
7
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Responden
Meningkatkan wawasan dan pengetahuan pola asuh orangtua terhadap
tingkat kecerdasan emosional anak.
2. Bagi tempat Penelitian
Meningkatkan informasi sekaligus sebagai ilmu pengetahuan tentang
pola asuh yang baik untuk di terapkan kepada peserta didik di TK
Darma Wanita Teguhan Ngawi.
3. Bagi tenaga Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan sekaligus
sebagai ilmu pengetahuan bagi perkembangan ilmu keperawatan yang
dapat disosialisasikan dikalangan institusi keperawatan dan dapat
diaplikasikan dikalangan institusi.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini bisa di jadikan sebagai literatur untuk penelitian
selanjutnya dan peneliti selanjutnya di harapkan bisa menyempurnakan
penelitian ini.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pola Asuh
2.1.1 Pengertian Pola Asuh
Pola asuh adalah suatu cara yang digunakan oleh orang dalam mencoba
berbagai strategi untuk mendorong anak – anaknya mencapai tujuan yang
diinginkan, dimana tujuan tersebut antara lain pengetahuan, nilai moral dan
standart perilaku yang harus dimiliki anak bila dewasa nanti (Mussen,2016).
Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anaknya yaitu
bagaimana sikap antara perilaku orangtua saat berinteraksi dengan anak, termasuk
caranya menerapkan aturan, mengajarkan nilai / atau norma, memberikan
perhatian dan kasih sayang serta menunjukkansikap dan perilaku yang baik
sehingga dijadikan contoh atau panutan bagi anaknya (Aisyah,2010).
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pola asuh
adalah suatu interaksi antara orang tua dan anak, yang meliputi kegiatan seperti
menerapkan aturan, mengajarkan nilai / norma,memberikan perhatian dan kasih
sayang, melindungi, dan mengarahkan tingkah laku anak selama masa
perkembangan serta memberi pengaruh terhadap perkembangan kepribadaian
anak dan terkait dengan kondisi psikologis anak bagaimana cara orang tua
mengkomunikasikan perasan dan norma – norma yang berlaku di masyarakat agar
anak dapat hidup selaras dengan lingkungan.
9
2.1.2 Klasifikasi Pola Asuh
Menurut Hourlock (2010) mengemukakan ada tiga jenis pola asuh
orangtua terhadap anaknya, yakni:
1) Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter ditandai dengan cara mengasuh anak dengan aturan –
aturan yang ketat, seringkali memaksa anak untuk berperilaku sesuai dirinya
(orang tua), kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri di batasi.Jadi dalam
hal ini kebebasan anak sangat dibatasi oleh orang tua, apa saja yang akan
dilakukan oleh anak harus sesuai dengan keinginan orang tua. Orang tua yang
otoriter menetapkan batasan – batasan yang tegas dan tidak memberikan peluang
yang besar kepada anak – anak untuk berbicara atau bermusyawarah.
Menurut Hurlock (2010), peraturan yang keras untuk memaksa perilaku
yang diinginkan menandai semua jenis pola asuh yang otoriter. Orang tua tidak
mendorong anak untuk mandiri dengan mengambil keputusan – keputusan yang
berhubungan dengan tindakan mereka, sebaliknya, mereka hanya mengatakan apa
yang harus dilakukan. Dengan cara otoriter, ditambah dengan sikap keras,
menghukum dan mengancam akan menjadikan anak “patuh” di hadapan orang tua
tetapi dibelakangnya dia akan menentang dan melawan karena anak merasa “
dipaksa”.
2) Pola Asuh Demokratis
Baumrind (Agoes Dariyo ,2013) menjelaskan bahwa pola asuh demokratis
mendorong anak – anak untuk mandiri tetapi masih menetapkan batasan – batasan
pengendalian mereka. Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya pengakuan
10
orang tua terhadap kemampuan anak, anak diberi kesempatan untuk tidak selalu
tergantung pada orangtua. Dalam pola asuh ini ditandai sikap terbuka antara orang
tua dengan anak. Mereka membuat aturan – aturan yang telah disetujui bersama.
Anak diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat, perasaan dan keinginan.
Menurut Hurlock (2010) metode demokratis menggunakan penjelasan,
diskusi dan penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu
diharapkan. Pola asuh ini menggunakan hukuman dan penghargaan, dengan
penekanan yang lebih besar pada penghargaan. Hukuman hanya digunakan bila
terdapat bukti bahwa anak – anak secara sadar menolak melakukan apa yang
diharapkan dari mereka. Bila perilaku anak memenuhi standar yang diharapkan,
orang tua yang demokratis akan menghargainya dengan pujian. Jadi dalam pola
asuh ini terdapat komunikasi yang baik antara orangtua dengan anak.
Selain itu menurut pendapat Baumrind (dalam Santrock, 2002: 257-258)
ada tiga macam bentuk pola asuh yang diterapkan oleh masing – masing orang
tua, bentuk – bentuk pola asuh itu adalah pola asuh demokratis, pola asuh otoriter
dan pola asuh permisif. Dari ketiga macam bentuk pola asuh itu, bentuk pola asuh
demokratislah yang paling baik diterapkan oleh orang tua dalam mengasuh anak –
anaknya.
3) Pola Asuh Permisif
Baumrind (Agoes Dariyo ,2013) menjelaskan bahwa pengasuhan yang
bersifat permisif ialah suatu gaya dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam
kehidupan anak. Pola asuh ini ditandai dengan cara orang tua mendidik anak yang
11
cenderung bebas, anak dianggap sebagai orang dewasa atau muda, ia diberi
kelonggaran seluas – luasnya untuk melakukan apa saja yang dikehendaki.
Selain itu pola asuh permisif juga di tandai dengan adanya kebebasan yang
diberikan kepada anak untuk berperilaku sesuai dengan keinginan sendiri. Anak
tidak tahu apakah perilakunya benar atau salah karena orangtua tidak pernah
membenarkan atau menyalahkan anak. Akibatnya anak berperilaku sesuai dengan
keinginan sendiri, tidak perduli apakah hal itu sesuai dengan norma masyarakat
atau tidak.
Keadaan lain pada pola asuh ini adalah anak – anak bebas bertindak dan
berbuat. Anak dari orang tua yang permisif akan memiliki harga diri yang rendah,
tidak dewasa, kesulitan belajar menghargai orang lain, kesulitan mengendalikan
perilakunya, egosentris, tidak menuruti peraturan, dan kesulitan dalam
berhubungan dengan teman sebaya (Santrock, 2013).
2.1.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua
Dalam setiap keluarga, terutama orang tua memiliki norma dan alasan
tertentu dalam menerapkan pola asuh kepada anak – anaknya. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi pola asuh (Harlock, 2010), yaitu:
1. Pekerjaan
Orangtua dari kalangan menegah ke bawah akan lebih tidak baik
dan memaksa dari pada dari mereka dari menengah keatas. Semakin
tinggi profersi orang tua maka akan mempengaruhi pola asuh yang
diberikan. Jika orang tua memiliki pekerjaan yang mapan maka
kesejahteraan keluarga juga meningkat dan peranpengasuhan pun
12
dapat terlaksana dengan baik (Supartini, 2010). Orang tua akan
cenderung menerapkan pola asuh demokratis. Metode demokratis
menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu
anak mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan. Jadi dalam pola
asuh ini terdapat komunikasi yang baik antara orangtua dengan anak.
2. Usia
Usia muda lebih cenderung demokratis dibandingkan dengan
mereka yang tua, karena pada usia muda orang tua cenderung dapat
menerima hal-hal yang baru dan mampu dalam mengakses teknologi
informasi sehingga penerapan pola asuh yang baik mudah diterapkan.
3. Lingkungan tempat tinggal
Lingkungan tempat tinggal akan mempengaruhi cara orang tua
dalammenerapkan pola asuh. Hal ini dapat dilihat jika suatu keluarga
yang tinggal dikota besar, kemungkinan orangtua akan banyak
mengontrol anak karena merasa khawatir, misal melarang anaknya
pergi kemana – mana sendiri. Sedangkan keluarga yang tinggal di
pedesaan kemungkinan orangtua tidak begitu khawatir anaknya pergi
kemana mana.
4. Pendidikan Orang Tua
Pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak akan
mempengaruhi persiapan merekan menjalankan pengasuhan. Ada
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjadi lebih siap dalam
melakukan peran pengasuhan antara lain terlibat aktif dalam setiap
13
pendidikan anak, mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada
masalah anak, selalu berupaya dalam menyediakan waktu untuk anak
– anak dan menilai perkembangan fungsi keluarga dan kepercayaan
anak.
Hasil riset dari Sir Godfrey Thomson (2013) menunjukkan
bahwa pendidikan di artikan sebagai pengaruh lingkungan atas
individu untuk menghasilkan perubahan – perubahan yang tetap atau
permanen didalam kebiasaan tingkah laku, pikiran dan sikap. Orang
tua yang sudah mempunyai pengalaman sebelunya dapat mengasuh
anak akan lebih siap dalam menjalankan peran asuh, selain itu orang
tua akan lebih mampu mengamati tanda- tanda pertumbuhan dan
perkembangan yang normal.
5. Jenis Kelamin
Orang Tuaumunya akan lebih protektif terhadap anak
perempuandibandingkan dengan anak laki – lakinya.
2.1.4 Aspek – Aspek Pembentukan Pola Asuh Orang Tua
Dalam menerapkan pola asuh penting yang dapat mendukung
pembentukan pola asuh pada anak. Hurlock (2010) mengemukakan bahwa pola
asuh orang tua memiliki aspek – aspek berikut ini:
1. Peraturan, tujuanya adalah untuk membekali anak dengan pedoman
perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu. Hal ini berfusngsi untuk
mendidik dan bersikap lebih bermoral. Karenan peraturan memiliki nilai
pendidikan mana yang baik serta mana yang tidak. Peraturan juga akan
14
membantu mengekan perilaku yang tidak diinginkan. Peraturan haruslah
dimengerti, diingat dan diterima oleh anak sesuai fungsi peraturan itu
sendiri.
2. Hukuman, yaitu merupakan sanksi pelanggaran. Hukuman memiliki tiga
peranan penting dalam perkembangan moral anak. Pertama,hukuman
menghalangi pengulangan tindakan yang tidak diinginkan oleh
masyarakat. Kedua hukuman sebagai pendidik, karena sebelum anak tahu
tentang peraturan merekan dapat belajar bahwa tindakan mereka benar
atau salah, dan tindakan yang salah akan memperoleh hukuman. Ketiga,
hukuman sebagai motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak
diterima oleh masyarakat.
3. Penghargaan, bentuk penghargaan yang diberikan tidaklah harus berupa
benda atau materi, namun dapat berupa kata – kata pujian, senyuman,dan
ciuman. Biasanya hadiah diberikan setelah anak melaksanakan hal yang
terpuji. Fungsi penghargaan meliputi penghargaan mempunyai nilai yang
mendidik, motivasi untuk mengulang perilaku yang disetujui secara
sosial serta memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial, dan
tiadanya penghargaan melemahkan keinginan untuk mengulangi perilaku
itu.
4. Konsistensi, berarti kestabilan atau keseragaman. Sehingga anak tidak
bingung tentang apa yang diharapkan pada mereka. Fungsi konsistensi
adalah mempunyai nilai didik yang besar sehingga dapat memacu proses
belajar, memiliki motivasi yang kuat akan mempertinggi penghargaan
15
terhadap peraturan dan orang tua yang berkuasa. Oleh karena itu orang
tua harus konsisten dalam menerapkan semua aspek disiplin agar nilai
yang kita miliki tidak hilang.
2.1.5 Kelebihan dan Kekurangan Jenis Pola Asuh Orang Tua
Baumrind (Agoes Dariyo, 2011) mengatakan bahwa setiap pola asuh yang
diterapkan memiliki akibat positif dan negatif. Berdasarkan ciri-ciri yang
disebutkan pada pola asuh otoriter, maka akibat negatif yang timbul pada pola
asuh ini akan cenderung lebih dominan. Hal yang senada juga disampaikan oleh
(Bjorklund, 2010) yang mengatakan bahwa pola asuh otoriter menjadikan seorang
anak menarik diri dari pergaulan serta tidak puas dan tidak percaya terhadap orang
lain. Namun, tidak hanya akibat negatif yang ditimbulkan, tetapi juga terdapat
akibat positif atau kelebihan dari pola asuh otoriter yaitu anak yang dididik akan
menjadi disiplin yakni menaati peraturan. Meskipun, anak cenderung disiplin
hanya di hadapan orang tua.
Pola asuh demokratis memiliki kelebihan yaitu menjadikan anak sebagai
seorang individu yang mempercayai orang lain, bertanggungjawab terhadap
tindakannya, tidak munafik, dan jujur. Pendapat (Bjorklund, 2010) memperkuat
pendapat Baumrind bahwa pola asuh otoritatif juga menjadikan anak mandiri,
memiliki kendali diri, bersifat eksploratif, dan penuh dengan rasa percaya diri.
Namun, terdapat kekurangan dari pola asuh otoritatif yaitu menjadikan anak
cenderung mendorong kewibawaan otoritas orang tua, bahwa segala sesuatu harus
dipertimbangkan antara anak dan orang tua.
16
Pada pola asuh permisif, orang tua memberikan kebebasan yang sebebas-
bebasnya kepada anak. Sehingga dapat dikatakan bahwa kelebihan pola asuh ini
adalah memberikan kebebasan yang tinggi pada anak dan jika kebebasan tersebut
dapat digunakan secara bertanggung jawab, maka akan menjadikan anak sebagai
individu yang mandiri, kreatif, inisiatif, dan mampu mewujudkan aktualisasinya.
Di samping kelebihan tersebut, akibat negatif juga ditimbulkan dari penerapan
pola asuh ini yaitu dapat menjadikan anak kurang disiplin dengan aturan-aturan
sosial yang berlaku. Sejalan dengan pendapat tersebut juga menyampaikan bahwa
pola asuh permisif menjadikan anak kurang dalam harga diri, kendali diri dan
kecenderungan untuk bereksplorasi. Setiap pola asuh yang diterapkan orang tua
memiliki dampak positif dan negatif terhadap perilaku dan kondisi emosi seorang
anak. Agar anak berkembang dengan baik, maka setiap orang tua perlu memilih
jenis pola asuh yang sesuai dengan karakteristik anak.
2.2 Kecerdasan Emosi
2.2.1 Pengertian Kecerdasan Emosi
Kecerdasan merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang diberikan
kepada setiap umat manusia. Kecerdasan dikenal juga dengan istilah intelegensi.
Intelegensi berasal dari Bahasa Inggris yaitu intellegence. Pada kamus Bahasa
Inggris menurut ( John M. Echols dan Hassan Shadily, 2010), intellegence berarti
kecerdasan atau keterangan-keterangan. ( Howard Gardner, 2011) mendefinisikan
kecerdasan sebagai kemampuan untuk memecahkan atau menciptakan sesuatu
yang bernilai bagi budaya tertentu. Sedangkan (David Weschler,2013)
17
merumuskan kecerdasan sebagai suatu kapasitas umum dari individu untuk
bertindak, berpikir rasional, dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif.
Emotion merupakan istilah emosi dalam Bahasa Inggris. Pada kamus
Bahasa Inggris menurut (John M. Echols dan Hassan Shadily, 2011) emotion
berarti emosi atau perasaan yang menggugah hati. Kecerdasan emosi merupakan
gabungan dari kata kecerdasan dan emosi. Istilah kecerdasan emosi pada mulanya
dilontarkan oleh dua ahli psikologi, yakni Salovey dari Universitas Harvard dan
Mayer dari Universitas New Hampshire. Salovey dan Mayer, 2011 menggunakan
istilah kecerdasan emosi untuk menggambarkan sejumlah keterampilan yang
berhubungan dengan keakuratan penilaian tentang emosi diri sendiri danorang
lain, serta kemampuan mengelola perasaan untuk memotivasi, merencanakan dan
meraih tujuan hidup.
Menurut Salovey (2008), Kecerdasan Emosional adalah mengenali emosi
diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan
membina hubungan baik dengan orang lain.
2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi
Menurut (Goleman, 2015), ada dua faktor yang mempengaruhi kecerdasan
emosi, faktor tersebut adalah faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor yang timbul dari dalam diri
seorang individu yang dipengaruhi oleh keadaan otak emosi seseorang.
Bagian otak yang mengurusi emosi adalah sistem limbik. Sistem
18
limbikterletak jauh dalam himisfer otak besar dan terutama bertanggung
jawab atas pengaturan emosi.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor yang datang dari luar individu dan
mempengaruhi individu untuk mengubah sikap. Pengaruh luar dapat
bersifat individu maupun kelompok. Misalnya antara individu kepada
individu lain ataupun antara kelompok kepada individu maupun
sebaliknya. Pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anak merupakan
salah satu contoh pengaruh yang diberikan dari individu kepada individu
lain, dalam hal ini adalah anak. Pengaruh juga dapat bersifat tidak
langsung yaitu melalui perantara misalnya media masa baik cetak maupun
elektronik serta informasi yang canggih lewat jasa satelit. Kondisi ikut
mempengaruhi emosi.
Hasil riset yang dilakukan oleh Ridhoyanti Hidayah & Eka Yunita
& Yulian Wiji Utami tahun (2015) di TK Senaputra Malang, orangtua
yang menggunakan pola asuh demokratis sebesar 63,15 %, pola asuh
otoriter sebesar 19,29% dan pola asuh permisif sebesar 17,56%. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa bahwa mayoritas orangtua siswa
TK Senaputra terdapat pola asuh demokratis.Dari hasil penelitian tersebut
menjukkan bahwa anak usia prasekolah yang memiliki tingkat kecerdasan
emosional baik sebesar 63,16%, tingkat kecerdasan emosional cukup
sebesar 26,31% dan tingkat kecerdasan emosional kurang sebesar
10,53%.Pengujian menggunakan uji kolerasi Spearman Rank
19
menghasilkan nilai p value sebesar 0,000 yang berarti bahwa kedua
variabel mempunyai hubungan yang signifikan/bermakna karena nilai p
value <0,05 yang artinya ada hubungan antara pola asuh orangtua dengan
tingkat kecerdasan emosional anak usia prasekolah.
Menurut (Hurlock, 2010) ada beberapa kondisi yang
mempengaruhi emosi seseorang, diantaranya sebagai berikut:
1. Kondisi kesehatan
Kondisi kesehatan yang baik mendorong emosi yang
menyenangkan menjadi dominan, sedangkan kesehatan yang buruk
menjadikan emosi yang tidak menyenangkan lebih menonjol.
2. Suasana rumah
Suasana rumah yang berisi kebahagiaan, sedikit kemarahan,
kecemburuan dan dendam, maka anak akan lebih banyak mempunyai
kesempatan untuk menjadi anak yang bahagia.
3. Pola asuh orang tua
Pola asuh yang digunakan untuk mendidik anak oleh orang tua
berbeda – beda, misalnya mendidik anak secara otoriter, yang
menggunakan hukuman untuk memperkuat kepatuhan secara ketat,
akan mendorong emosi yang tidak menyenangkan menjadi dominan.
Cara mendidik anak yang bersifat demokratis dan permisif akan
menjadikan suasana yang santai akan menunjang emosi yang
menyenangkan.
20
4. Hubungan dengan para anggota keluarga
Hubungan yang tidak rukun antara orang tua atau saudara akan
lebih banyak menimbulkan kemarahan dan kecemburuan sehingga
emosi negatif cenderung menguasai kehidupan anak di rumah.
5. Hubungan dengan teman sebaya
Jika anak diterima dengan baik oleh kelompok teman sebaya, maka
emosi yang menyenangkan akan menjadi dominan. Apabila anak
ditolak atau diabaikan oleh kelompok teman sebaya maka emosi yang
dominan adalah emosi yang negatif.
6. Perlindungan yang berlebih-lebihan
Orang tua yang melindungi anak secara berlebihan, yang selalu
berprasangka bahaya terhadap sesuatu akan menimbulkan rasa takut
pada anak menjadi dominan.
7. Bimbingan
Bimbingan dengan menitikberatkan kepada penanaman pengertian
bahwa mengalami frustasi diperlukan sekali waktu dapat mencegah
kemarahan dan kebencian menjadi emosi yang dominan.
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa pola asuh yang diterapkan orang tua merupakan salah satu kondisi
juga sebagai faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosi anak.
21
2.2.3 Aspek- Aspek Pembentukan Kecerdasan Emosi
Cooper dan Sawaf, (2007) menyebutkan empat aspek kecerdasan
emosi, yaitu:
1. Kesadaran emosi (emotional literacy)
Kesadaran Emosi bertujuan untuk membangun rasa percaya
diri pribadi melalui pengenalan emosi yang dialami dan kejujuran
terhadap emosi yang dirasakan. Kesadaran emosi akan mempengaruhi
penyaluran energi emosi ke arah yang konstruktif jika seseorang dapat
mengelola emosi yang telah dikenalnya.
2. Kebugaran emosi (emotional fitness)
Kebugaran emosi bertujuan mempertegas antusiasme dan
ketangguhan untuk menghadapi tantangan dan perubahan.
Pada kebugaran emosi terdapat kemampuan untuk mempercayai oran
lain, mengelola konflik serta mengatasi kekecewaan dengan cara yang
membangun.
3. Kedalaman emosi (emotional depth)
Kedalaman emosi yaitu mencakup komitmen untuk
menyelaraskan hidup dan kerja dengan potensi serta bakat unik yang
dimiliki. Dengan adanya kedalaman emosi, seseorang dapat
melakukan kerja dengan senang hati.
4. Alkimia emosi (emotional alchemy)
Alkimia emosi yaitu kemampuan kreatif untuk mengalir
bersama masalah-masalah dan tekanan-tekanan tanpa larut di
22
dalamnya.Mencakup keterampilan bersaing dengan lebih peka
terhadap kemungkinan solusi yang masih tersembunyi dan peluang
yang masih terbuka untuk memperbaiki hidup.
Goleman (2015) menyebutkan ada lima komponen dalam
kecerdasan emosi yaitu:
1. Mengenali emosi diri - kesadaran diri (knowing one’s emotions -
self-awareness), yaitu mengetahui apa yang kita rasakan pada
suatu saat, dan menggunakannya untuk pengambilan keputusan
sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri
dan kepercayaan diri yang kuat.
2. Mengelola emosi (managing emotions), yaitu lebih mampu
mengungkapkan amarah dengan tepat tanpa berkelahi,
berkurangnya kesepian dan kecemasan dalam pergaulan,
berkurangnya agresif atau merusak diri sendiri.
3. Memanfaatkan emosi secara produktif, yaitu lebih bertanggung
jawab, lebih mampu memusatkan perhatian pada tugas yang
dikerjakan, lebih menguasai diri, nilai pada tes – tes prestasi
meningkat.
4. Mengenali emosi atau empati (recognizing emotions in other),
yaitu kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang
lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan
hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan orang
banyak atau masyarakat.
23
5. Membina hubungan (handling relationships), yaitu kemampuan
mengendalikan dan menangani emosi dengan baik ketika
berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca
situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, memahami
dan bertindak bijaksana dalam hubungan antarmanusia.
Menurut Goleman (2015), aspek – aspek kecerdasan dijelaskan
dalam tabel 1.1
Tabel 1.1 Aspek – Aspek Pembentukan Kecerdasan Emosi.
Aspek Karakteristik Perilaku
1. Kesadaran diri
a. Mengenal dan merasakan emosi sendiri
b. Memahami penyebab perasaan yang timbul
c. Mengenal pengaruh perasaan terhadap
tindakan
2. Mengelola emosi
a. Bersikap toleran terhadap frustasi dan
mampu mengelola amarah secara baik.
b. Mampu mengungkapkan amarah dengan
tepat tanpa berkelahi.
c. Dapat mengendalikan perilaku agresif yang
merusak diri sendiri dan orang lain.
d. Memiliki perasaan yang positif tentang diri
sendiri, sekolah dan keluarga.
e. Memiliki kemampuan untuk mengatasi
ketegangan jiwa.
f. Dapat mengurangi perasaan kesepian dan
cemas dalam pergaulan.
3. Memanfaatkan
emosi secara produkti
a. Memiliki rasa tanggung jawab.
b. Mampu memusatkan perhatian pada tugas
yang dikerjakan.
c. Mampu mengendalikan diri dan tidak
bersikap impulsif.
4 Empati
a. Mampu menerima sudut pandang orang lain
b. Memiliki kepekaan terhadap perasaan orang
lain (empati)
c. Mampu mendengarkan orang lain
5 Membina
hubungan
a. Memiliki pemahaman dan kemampuan
untuk menganalisis hubungan dengan orang
lain
24
Aspek Karakteristik Perilaku
b. Dapat menyelesaikan konflik dengan orang
lain
c. Memiliki kemampuan untuk berkomunikasi
d. Memiliki sikap bersahabat atau mudah
bergaul
e. Memiliki sikap tenggangrasa atau pehatian
f. Memperhatikan kepentingan sosial(senang
menolong orang lain) dan dapat hidup
selaras dengan kelompok
g. Bersikap senang berbagi rasa dan bekerja
sama
h. Bersikap demokratis dalam bergaul dengan
orang lain.
2.2.4 Ciri-ciri Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosi Tinggi
Dapsari (2007) mengemukakan ciri-ciri anak yang memiliki
kecerdasan emosi tinggi diantaranya:
1. Optimal dan selalu positif pada saat menangani situasi-situasi dalam
hidupnya, misalnya saat menangani peristiwa dalam hidupnya dan
menangani tekanan masalah yang dihadapi.
2. Terampil dalam membina emosinya, dimana orang tersebut terampil
didalam mengenali kesadaran emosi diri dan ekspresi emosi.
3. Optimal pada kecakapan kecerdasan emosi, meliputi kecakapan
intensionalitas, kreativitas, ketangguhan, hubungan antarpribadi dan
ketidakpuasan kostruktif.
4. Optimal pada nilai-nilai empati, intuisi, radius kepercayaan, daya
pribadi dan integritas.
5. Optimal pada kesehatan secara umum, kualitas hidup, relationship
quotient dan kinerja optimal.
25
Goleman (2015) mengemukakan ciri seseorang yang memiliki
kecerdasan emosi tinggi yaitu:
1. Sosial mantap.
2. Mudah bergaul dan jenaka.
3. Tidak mudah takut dan gelisah.
4. Berkemampuan besar untuk melibatkan diri dengan orang-orang
atau permasalahan.
5. Memikul tanggung jawab dan mempunyai pandangan moral.
6. Simpatik dan hangat dalam berhubungan.
7. Merasa nyaman dengan dirinya sendiri, orang lain maupun
pergaulannya, dan memandang dirinya secara positif.
2.2.5 Upaya Mengembangkan Kecerdasan Emosi Anak
Pelatihan emosi yang dilakukan orang tua merupakan salah satu cara untuk
mengembangkan kecerdasan emosi yang dimiliki anak. John Gottman dan Joan
DeClaire (2010) mengemukakan bahwa pelatihan emosi biasanya digunakan oleh
orang tua untuk memupuk empati dalam membina hubungan dengan anak mereka
sambil meningkatkan kecerdasan emosi anak.Langkah-langkah yang digunakan
untuk melatih emosi menurut dua ahli di atas yaitu:
1. Menyadari emosi anak.
2. Mengenali emosi anak.
3. Mendengarkan dengan penuh empati dan menegaskan perasaan - perasaan
anak.
4. Menolong anak untuk memberi nama bagi emosinya dengan kata-kata.
26
5. Menentukan batas-batas sambil menolong anak untuk memecahkan
masalah.
Kecerdasan emosi dapat mendukung kesuksesan seseorang. Oleh karena itu,
perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengembangkan kecerdasan emosi seseorang.
Salah satunya dengan cara pelatihan emosi seperti yang telah diuraikan di atas.
2.3 Konsep Anak Usia Pra Sekolah
2.3.1 Pengertian Anak Usia Pra Sekolah
Hidayat (2010) mengatakan anak merupakan individu yang berada dalam
satu rentang perubahan perkembangan yang mulai dari bayi hingga remaja. Masa
anak merupakan perkembangan yang dimulai dari bayi (0- 1 tahun), usia
bermain/toddler (1- 2,5 tahun), pra sekolah (2,5 – 5 tahun), usia sekolah (5-11
tahun), usia remaja (11- 18 tahun).Rentang ini berbeda antara anak yang satu
dengan anak yang lainya karena mengingat latar belakang anak yang berbeda.
Anak usia pra sekolah dalah mereka yang berusia 3 – 6 tahun. Mereka
biasa mengikuti program pra sekolah. Di Indonesia pada umumnya mereka
mengikuti program tempat penitipan anak 3 – 5 tahun dan kelompok bermain atau
Play Group ( usia 3 tahun), sedangkan pada anak usia 4 -6 tahun biasanya mereka
mengikuti program taman kanak – kanak (TK) ( Patmonodewo, 2011).
2.3.2 CiriAnak Usia Pra Sekolah
Menurut Snowman dalam Dewi dkk (2015), mengemukakan ciri-ciri anak
usia pra sekolah meliputi emosional, sosial, dan kognitif anak.
27
1. Ciri Emosional Anak Usia Pra Sekolah
Anak cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka.
Sikap sering marah dan iri hati sering diperlihatkan.
2. Ciri Sosial Anak Usia Pra sekolah
Anak usia pra sekolah biasanya mudah bersosialisasi dengan orang di
sekitarnya. Biasanya mereka mempunyai sahabat yang berjenis kelamin
sama. Kelompok bermainnya cenderung kecil dan tidak terlalu terorganisasi
secara baik, oleh karena itu kelompok tersebut cepat berganti-ganti.
3. Ciri Kognitif Anak Usia Pra Sekolah
Anak usia pra sekolah umumnya telah terampil dalam berbahasa.
Sebagian besar dari mereka senang berbicara, khususnya dalam
kelompoknya. Sebagian dari mereka juga perlu dilatih untuk menjadi
pendengar yang baik.
2.3.3 Tugas Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah
Menurut Gunarsa (2010) tugas – tugas perkembangan anak usia dini (0 -6
tahun) adalah sebagia berikut :
1. Belajar berjalan. Belajar berjalan terjadi pada usia antara 9 sampai 15
bulan, pada usia ini tulang kaki, otot dan sumsum sarafnya telah matang
untuk belajar berjalan.
2. Belajar memakai pakaian. Terjadi pada tahun kedua, sistem alat – alat
pencernaan makanan dan alat – alat pengunyah pada mulut telah matang.
28
3. Belajar berbicara. Diperlukan kematangan otot – otot dan saraf dari alat –
alat bicara untuk dapat mengeluarkan suara yang berarti dan
menyampaikannya kepada orang lain dengan perantara suara.
4. Belajar buang air kecil dan buang air besar. Sebelum usia 4 tahun, anak
pada umumnya belum dapat menahan buang air besar dan kecil karena
perkembangan saraf yang mengatur pembuangan belum sempurna,
sehingga diperlukan pembiasaan untuk memberikan pendidikan
kebersihan.
5. Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin. Agar anak mengenal jenis
kelamin dengan baik, maka orang tua prlu memperlakukan anaknya, baik
dalam memberikan mainan, pakaian maupun aspek lainya sesuai dengan
jenis kelamin anak.
6. Mencapai kestabilan jasmaniah fisologis. Untuk mencapai kestabilan
jasmaniah, bagi anak diperlukan waktu sampai usia 5 tahun. Dalam proses
tersebut, orang tua perlu memberikan perawatan yang internsif baik
menyangkut pemberian makanan yang bergizi maupun pemeliharaan
kebersihan.
7. Membentuk konsep sederhana tentang realitas sosial dan fisik. Mulanya
dunia bagi anak merupakan suatu keadaan yang kompleks. Perkembangan
lebih lanjut anak menemukan keteraturan dan membentuk generalisasi.
8. Belajar melibatkan diri secara emosional dengan orang tua, saudara, dan
orang lain. Anak akan berinteraksi dengan orang- orang disekiratnya. Cara
29
yang diperoleh dalam belajar mengadakan hubungan emosional dengan
orang lain, akan menentukan sikapnya di kemudian hari.
9. Belajar membentuk konsep tentang benar - salah. Seiring berkembanganya
anak, ia harus belajar pengertian baik - buruk, benar dan salah, sebab
sebagian makhluk sosial manusia tidak hanya memperhatikan kepentingan
sendiri saja, tetapi harus memperhatikan kepentingan oranmg lain.
Sedangkan menurut Hurlock (2010) tugas - tugas perkembangan anak usia
4 - 6 tahun adalah sebagai berikut:
1. Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk permainan yang
umum.
2. Membangn sikap yang sehat mengenal diri sendiri sebaik makhluk yang
sedang tumbuh.
3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya.
4. Mulai mengembangkan peran sosial laki - laki atau perempuan dengan
tepat.
5. Mengenbangkan ketrampila - keterampilan dasar untuk membaca, menulis
dan berhitung.
6. Mengenbangkan pengertian - pengertian yang diperlukan untuk kehidupan
sehari - hari.
7. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral dan tingkah laku.
8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok - kelompok sosial dan lembaga
- lembaga.
9. Mencapai kebebasan pribadi.
30
2.4 Patofisiologi
Gambar 2.1 : Patofisiologi Hubungan Pola Asuh Orang Tua terhadap Tingkat
Kecerdasan emosional Anak Usia Prasekolah (4-6 Tahun)
Faktor pola asuh :
1. Pekerjaan
2. Usia
3. Lingkungan
4. Pendidikan orang
tua
5. Jenis kelamin
Faktor Kecerdasan emosional:
1. Internal
Yang dipengaruhi oleh
keadaan otak seseorang
2. Eksternal
a. Kondidi kesehatan
b. Suasana rumah
c. Cara mendidik anak
d. Hubungan dengan para
anggota
e. Hubungan dengan teman
sebaya
f.
g. Perlindungan berlebih
f. Pola asuh
Demokratis Otoriter Permisif
Kecerdasan emosional anak
Demokratis
(+) mandiri,
bertanggung jawab,
jujur penuh rasa
percaya diri, patuh
(-) Segala sesuatu harus
dipertimbangkan
dulu
Otoriter
(+) disiplin, taat
aturan
(-) Tidak percaya
terhadap orang
lain, menarik diri
dari pergaulan
Permisif
(+) mandiri, kreatif,
inisiatif, mampu
mewujudkan
aktualisasinya
(-) Kurang disiplin,
kurang kendali diri
1. Hukuman
2. Peraturan
3. Penghargaan
Demokratis Non Demokratis
31
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang
ingin diukur melalui penelitian yang dilakukan (Notoatmodjo, 2010)
Keterangan :
: Tidak Diteliti : Berhubungan
: Diteliti : Berpengaruh
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap
Tingkat Kecerdasan Emosional Anak Prasekolah Usia (4 – 6 Tahun).
Faktor yang mempengaruhi
Mempengaruhi Kecerdasan
Emosional:
1. Faktor Internal Yang dipengaruhi oleh
keadaan otak seseorang.
2. Faktor Eksternal
a. Kondisi kesehatan b. Suasana rumah
c. Cara mendidik anak d. Hubungan dengan para
anggota keluarga e. Hubungan dengan
teman sebaya
g. Perlindungan yang
berlebihan
1. Pola asuh Demokratis
2. Pola asuh Non
Demokratis
- Otoriter
- Permisif
f. Pola Asuh
Kecerdasan Emosional pada
Anak
Faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua:
1. Pekerjaan 4. Pendidikan orang tua
2. Usia 5. Jenis kelamin
3. Lingkungan tempat tinggal
32
Dari Gambar 3.1 Menjelaskan bahwa faktor – faktor Kecerdasan Emosional
antara lain:
1. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang timbul dari dalam diri seorang
individu yang dipengaruhi oleh keadaan otak emosi seseorang.
2. Faktor Eksternal
a. Kondisi kesehatan
b. Suasana rumah
c. Cara mendidik anak
d. Hubungan dengan para anggota keluarga
e. Hubungan dengan teman sebaya
f. Pola asuh orang tua
g. Perlindungan yang berlebih – lebihan
Pada kerangka konsep tersebut yang diteliti adalah pola asuh orang tua.
Proses pengasuhan anak bagi orang tua bukan hanya mampu mengkomunikasikan
fakta, gagasan dan pengetahuan saja, melainkan membantu proses tumbuh
kembang kepribadian anak (Fitriyati, 2013). Bentuk – bentuk pola asuh orang tua
sangat erat hubungannya dengan kepribadian anak dan salah satunya dapat
mempengaruhi tingkat kecerdasan emosional anak.
3.2 Hipotesis
Hipotesis adalah sesuatu yang diduga ada hubungan yang diharapkan
antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris. Hipotesis atau
dugaan sementara diperlukan untuk memandu jalan pikiran ke arah tujuan yang
33
dicapai (Notoatmodjo, 2010). Hipotesis pada penelitian ini ada hubungan antara
pola asuh orang tua dengan tingkat kecerdasan emosional pada anak prasekolah
usia ( 4- 6 tahun).
H1 : Ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kecerdasan
emosional anak prasekolah usia ( 4- 6 tahun).
Ho : Tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kecerdasan
Emosional anak prasekolah usia (4 – 6 tahun).
34
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah metode yang digunakan peneliti untuk
menentukan arah penelitian berdasarkan tujuan dan hipotesis. Desain penelitian
yang digunakan untuk meneliti hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat
kecerdasan emosional anak prasekolah usia (4-6 tahun) dalah penelitian
kuantitatif. Penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif apabila dalam
mendeskripsikan, peneliti menggunakan angka – angka dengan analisis univariat
berupa persentase dan standar deviasi kemudian disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi (Saryono, 2011). Desain penelitian yang akan digunakan
adalah desain analitik dengan pendekatan cross-sectional. Cross-sectional yaitu
jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran/ observasi data variabel
independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam 2016).Pada
jenis ini, variabel independen dan dependen dinilai secara stimulat pada suatu
saat, jadi tidak ada tindak lanjut. Tentunya tidak semua subjek penelitian harus
diobservasi pada hari atau pada waktu yang sama, akan tetapi baik variabel
independen maupun variabel dependen dinilai hanya hatu kali saja. Dengan studi
ini, akan diperoleh prevelensi atau efek suatu fenomena (variabel independen)
dihubungkan dengan penyebab (variabel dependen). Pada penelitian ini yang
menjadi variabel independen yaitu pola asuh orang tua dan variabel dependen
yaitu kecerdasan emosional anak.
35
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek / subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Saryono, 2011). Jumlah
keseluruhan anak usia prasekolah usia (4-5 tahun) di TK Darma Wanita adalah 63
anak, dari jumlah keseluruhan tersebut didapatkan populasi target yang sesuai
dengan kriteria peneliti sebesar 53 anak yang di asuh oleh orang tua.
4.2.2 Besar Sampel
Dari hasil yang di dapatkan populasi targetsebesar 53 anak yang diasuh
oleh orang tua di TK Darama Wanita Teguhan, besar sampel penelitian di dapat
dari rumus slovin sebagai berikut:
n = N
1 + N(d)²
n = 53
1+53(0,05)²
n = 53
1,1
n = 48
Keterangan:
n : Jumlah Sampel
N : Jumlah populasi target
e : Tingkat kepercayaan 0,1
36
d : Tingkat signifikasi (p)
Hasil perhitungan dengan rumus diatas diperoleh sampel minimum untuk
penelitian ini adalah 48 sampel. Jadi, jumlah sampel kasus dalam penelitian ini
adalah 48 anak.
4.2.3 Kriteria Sampel
1. Kriteria Inklusi
a. Orang tua yang mengasuh anaknya secara langsung yang
berusia ( 4 – 6 tahun) di TK Dharma Wanita Teguhan Ngawi.
b. Orang tua yang bersedia menjadi responden.
2. Kriteria ekskulsi
a. Orang tua yang memiliki anak dengan berkebutuhan khusus.
4.3 Teknik Pengambilan Sampling
Sampling adalah cara menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan
ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan
memperhatikan sifat – sifat penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang
representatif (Saryono, 2011). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
adalah probabiliti sampling yaitu bahwa setip subjek dalam populasi mempunyai
kesempatan utuk terpilih atau tidak terpilih atau tidak terpilih sesuai sampel
(Nursalam, 2016). Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel yaitu
menggunakan metode simple random sampling. Untuk mencapai sampling ini,
setiap elemen diseleksi secara acak. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
menulis nama pada kertas, dibentuk lot, ditaruh di dalam wadah kemudian di
kocok dan dijatuhkan. Maka secara acak diambil sejumlah 48 sampel dari 53
37
populasi target yang tersedia. Peneliti kemudian mendatangi calon responden
dengan cara door to door untuk memperkenalkan diri dan memberikan penjelasan
kepada responden tentang tujuan dan manfaat penelitian. Apabila ada responden
yang tidak bersedia maka akan diambil undian lagi. Calon responden yang
bersedia kemudian diberi lembar Informed Consent untuk tanda tangan
pernyataan sebagai bukti ketersediaan untuk menjadi responden. Setelah
responden tanda tangan lembar Informed Consent, peneliti memberikan lembar
kuesioner untuk diisi oleh responden.
38
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Adapun kerangka kerja penelitian ini adalah:
Populasi Target
Seluruh Anak prasekolah usia (4-6 tahun) yang diasuh oleh
Orang tua sebesar 48 anak di TK Darma Wanita teguhan Ngawi.
Sampel
Anak prasekolah usia (4-6 tahun) yang diasuh oleh orang tua di TK Teguhan
Ngawi sebesar 48 anak.
Sampling : Simpel random sempling
Desain Penelitian : Analiti dengan pendekatan cross-sectional
Pengumpulan Data:
Menilai Pola asuh Orangtua dan
Kecerdasan Emosional
Kuesioner Pola Asuh Kuesioner Kecerdasan
Orang Tua Emosional pada anak
Prasekolah
Pengolahan Data: Editing, coding, scoring, dan tabulating
Analisis : Chi Square
Hasil dan Kesimpulan
Pelaporan
Gambar 4.1 Kerangka kerja penelitian Hubungan pola asuh orang tua terhadap
tingkat kecerdasan emosional pada anak prasekolah usia (4-6 tahun)
di Tk Darma Wanita Teguhan Ngawi.
39
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
4.5.1 Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2012). Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Variabel Independent dan Variabel Dependen.
1. Variabel Independen (Bebas) adalah variabel yang menjadi sebab
timbulnya atau berubahnya variabel dependen (Saryono, 2011).
Dalam penelitian ini Variabel Independen adalah Pola Asuh Orangtua.
2. Variabel Dependen (Terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karenya adanya variabel independen (Saryono,
2011). Dalam penelitian ini Variabel Dependen adalah Kecerdasan
Emosional anak Prasekolah.
40
4.5.2 Definisi Operasional
Tabel 4.2 : Definisi Operasional Hubungan Pola Asuh Orangtua terhadap Tingkat
Kecerdasan Emosional Anak Prasekolah usia (4-6 tahun) di TK Darma
Wanita Teguhan Ngawi.
Variabel Definisi
Operasional
Parameter Alat Ukur Skala
Data
Skor
Kriteria
Variabel
Independen:
Pola Asuh
Orangtua
Kecerdasan
Emosional
Pola asuh adalah
suatu interaksi
antara orang tua
dan anak, yang
meliputi kegiatan
seperti menerapkan
aturan,
mengajarkan nilai /
norma,memberikan
perhatian dan kasih
sayang,
melindungi, dan
mengarahkan
tingkah laku anak
selama masa
perkembangan
serta memberi
pengaruh terhadap
perkembangan
kepribadaian anak .
Kecerdasan
Emosional adalah
mengenali emosi
diri, mengelola
emosi, memotivasi
diri sendiri,
mengenali emosi
orang lain, dan
1. Pola Asuh
Demokratis
2. Pola Asuh
Non
Demokratis
1. Kesadaran
diri
2. Mengelola
emosi
3. Memanfaat
kan emosi
secara
Kuesioner
Kuesioner
Nominal
Ordinal
Favorable:
“Selalu”
diberi skor 4
“Kadang -
Kadang”
diberi skor 3
“Tidak
Pernah”
diberi skor 2
“Selalu tidak
pernah”
diberi skor 1
Unfavorable:
“Selalu”
diberi skor 1
“Kadang -
Kadang”
diberi skor 2
“Tidak
Pernah”
diberi skor 3
“Selalu tidak
pernah”
Kategori:
X ≥ 20
Demokratis
X ≤ 10 : Non
Demokratis
Favorable:
Jawaban“San
gat tidak
setuju” diberi
skor 4
“Tidak
41
membina
hubungan baik
dengan orang lain.
produktif
4. Empati
5. Membina
hubungan
setuju” diberi
skor 3
“Setuju”
diberi skor 2
“Sangat
setuju” diberi
skor 1
Unfavorable:
Jawaban
“Sangat tidak
setuju”diberi
skor 1
“Tidak
setuju” diberi
skor 2
“Setuju”diber
i skor 3
“Sangat
setuju” diberi
skor 4
Kategori:
X ≥ 48 :
Tinggi
X ≥ 24:
Rendah
4.6 Instrumen Penelitian
1. Pola Asuh Orangtua
Pengukuran pola asuh orang tua dalam penelitian ini menggunakan
lembar kuesioner untuk mengetahui bagaimana pola asuh orang tua
terhadap anaknya. Kategori skala pola asuh yang disusun
berdasarkan dua elemen yaitu pola asuh demokratis, dan pola asuh
non demokratis. Untuk pengkategorianya sebagai berikut.
42
1. X ≥ (μ + σ) : Demokratis
2. X ≤ (μ -σ) : Non Demokratis
Keterangan :
μ = Mean Teoritik
σ= Standar Deviasi
X = Skor Kuesioner
Yang selanjutnya untuk penghitungan μ sebagai berikut :
μ = –
2
μ = 40 − 10
2
μ = 15
penghitungan σ sebagai berikut :
σ = −
6
σ = 40 − 10
6
σ = 5
Selanjutnya untuk menentukan skor pola asuh dimasukan kedalam kategorisasi
model distribusi normal (Azwar, 2010) :
1. X ≥ (15 + 5)
X ≥ 20 : Demokratis
2. X ≤ (15 - 5 )
X ≤ 10 : Non Demokratis
43
Jadi untuk kriteria skor kecerdasan emosional adalah :
X ≥ 20 : Kategori Demokratis
X ≤ 10 : Kategori Non Demokratis
2. Kecerdasan emosional
Pengukuran Kecerdasan emosional anak dalam penelitian ini
menggunakan lembar kuesioner untuk mengukur dampak dari
diterapkanya pola asuh orang tua terhadap anaknya.Pada instrumen
penelitian kecerdasan emosional menggunakan klasifikasi skor
intrumen untuk membuat pengkategoriandata. Tujuan kategorisasi
ini adalah menempatkanindividu ke dalam kelompok-kelompok
yang posisinya berjenjang suatu kontinum berdasarkan atribut yang
diukur. Bila diinginkan penggolongansubjek ke dalam dua kategori
diagnosis, maka satuan deviasi standar dibagi ke dalam tiga bagian
sebagai berikut.
1. X ≥ (μ + σ) : kategori tinggi
2. X ≤ (μ -σ) : kategori rendah
Keterangan :
μ = Mean Teoritik
σ= Standar Deviasi
X = Skor Kuesioner
44
Yang selanjutnya untuk penghitungan μ sebagai berikut :
μ = –
2
μ = 96 − 24
2
μ = 36
penghitungan σ sebagai berikut :
σ = −
6
σ = 96 − 24
6
σ = 12
Selanjutnya untuk menentukan skor kecerdsan emosional dimasuka kedalam
kategorisasi model distribusi normal (Azwar, 2010) :
3. X ≥ (36 + 12)
X ≥ 48 : Tinggi
4. X≤ (36 - 12)
X ≤ 24 : Rendah
Jadi untuk kriteria skor kecerdasan emosional adalah :
X ≥ 48 : Kategori Tinggi
X ≤ 24 : Kategori Rendah
45
4.6.1 Validitas
Validitas merupakan pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip
keandalan instrumen dalam mengumpulkan data ( Nursalam, 2016). Pada
penelitian ini, kedua variabel menggunakan uji validitas berupa kuesioner. Uji
validitas dilakukan sebelum pengumpulan data pada responden. Kuesioner pola
asuh orang tua dan kecerdasan emosionalini sudah diuji validitas oleh peneliti.
Koefisien ujivaliditas untuk pola asuh orangtua antara 0,579–0,888. Dari 15
pertanyaan, 10 pertanyaan dinyatakan valid. Sementara untuk kuesioner
kecerdasan emosional sebanyak 34 pertanyaan dinyatakan validsebesar 24 dengan
koefisien validitas 0,501–0,772.
4.6.2 Reliabilitas
Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta
atau kenyataan diukur atau diamati berkali – kali dalam waktu yang berlainan.
Alat atau cara mengukur atau mengamati sama- sama memegang peran penting
dalam waktu yang bersamaan (Nursalam, 2016). Peneliti akan melakukan uji
reliabilitas kedua instrument sebelum melakukan pengambilan data pada
responden. Reliabilitas untuk kuesioner pola asuh sebesar 0,806 dan kuesioner
kecerdasan emosionalsebesar 0,866 yang berarti sangat reliabel. Uji dikatakan
reliabel apabila nilai koefisien alpha > 0,6.
46
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.7.1 Lokasi Penelitian
Dalam penelitian tempat dan lokasi yang digunakan sebagai objek
penelitian adalah di TK Darma Wanita Teguhan Ngawi.
4.7.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Januari – Juni 2019 mulai
dari perizinan sampai pengambilan data berlansung. Bimbingan dan ujian
proposal antara bulan Januari sampai Mei, kemudian pengambilan data penelitian
izin pada bulan Mei, pengolahan data pada bulan Juni dan pelaporan pada bulan
Juli.
4.8 Prosedur Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian ini prosedur yang ditetapkan adalah sebagai
berikut:
1. Mengajukan permohonan izin kepada institusi pendidikan STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun.
2. Mengirimkan permohonan izin yang diperoleh kepada bagian
Bankesbangpol kabupaten Ngawi.
3. Mengirimkan permohonan izin yang diperoleh kepada bagian kepala
sekolah TK Darma Wanita Ngawi.
4. Mengumpulkan orang tua anak usia prasekolah disatu ruangan.
5. Memberi penjelasan kepada orang tua mengenai maksud dan tujuan
penelitian.
6. Menayakan kesediaan dijadikan objek penelitian.
7. Memberi Inform Consent kepada orang tua.
8. Melakukan pengambilan data pola asuh orang tua dengan cara mengisi
kuesioner.
47
9. Melakukan pengambilan data kecerdasan emosional dengan cara menisi
kuesioner.
10. Menganalisis hasil data yang diperoleh.
11. Melaporkan hasil analisis.
4.9 Pengolahan Data
Prosedur pengolahan data yang dilakukan adalah sebai berikut:
1. Editing
Peneliti melakukan pengecekan data dari hasil lembar kuesioner skala indeks
bartle, bila ada lebar kuesioner yang belum terisi jika memungkinkan untuk
pengambilan data ulang, tetapi bila tidak memungkinkan maka data tidak
lengkap tersebut diolah atau dimasukan ke data missing.
2. Coding
Mengklasifikasikan jawaban dari pada responsen kedalam kategori.
Klasifikasi data merupakan usaha untuk menggolongkan, mengklompokkan,
dan memilih data berdasarkan klasifikasi tertentu. Kegiatan ini akan
memudahkan dalam menguji hipotesis. Pada proses coding peneliti
melakukan pengklasifikasian jawaban responden.
1) Pola Asuh
a. Demokratis : 1
b. Non Demokratis : 2
2). Kecerdasan Emosional
a. Tinggi : 1
b. Rendah : 2
48
3. Processing atau entry data
Proses kelanjutan setelah coding data yaitu memasukan data dari lebar
kuesioner kedalam komputer.
4. Scoring ( Pemberian skore)
Memberikan penilaian terhadap item – item yang perlu diberi penilaian atau
skor.
Untuk skoring pada pola asuh :
Favorable:
“Selalu” diberi skor 4, “Kadang - Kadang” diberi skor 3, “Tidak Pernah”
diberi skor 2,”Selalu tidak pernah” di beri skor 1
Unfavorable:
“Selalu” diberi skor 1, “Kadang - Kadang” diberi skor 2, “Tidak Pernah”
diberi skor 3,” Selalu tidak pernah” diberi skor 4
Untuk Kategori :
X ≥ 20 : Demokratis
X ≤ 10 : Non Demokratis
Sementara untuk skoring kecerdasan emosional:
Favorable (Positif)
Jawaban “sangat tidak setuju” di beri skor 4, “tidak setuju” diberi skor 3,
“setuju” diberi skor 2, “ sangat setuju” diberi skor 1
Unfavorable (Negatif)
Jawaban “sangat tidak setuju” di beri skor 1, “tidak setuju” diberi skor 2,
“setuju” diberi skor 3,” sangat setuju” diberi skor 4
49
X ≥ 48 : Kategori Tinggi
X ≤ 24 : Kategori Rendah
5. Tabulating
Pekerjaan membuat tabel. Jawaban – jawaban yang telah diberi kode
kemudian dimasukan kedalam tabel. Langkah terakhir dari penelitian ini
adalah melakukan analisis data. Selanjutnya data dimasukan ke komputer
untuk dianalisa secara statistik.
4.10 Teknik Analisis Data
Teknik analisa yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
statistik menggunakan program SPSS 16.0, analisis data dalam penelitian ini
menggunkan statistik inferesial. Analisis statistik inferesian bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh, perbedaan, hubungan, atara sampel yang
diteliti pada taraf signifikan tertentu.
1. Univariat
Analisa data univariat adalah analisa yang dilakukan untuk menganalisis
tiap variabel dari hasil penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung dari
jenis datanya (Notoatmodjo, 2012). Analisis univariat bertujuan untuk
mengetahui ferkuensi dan gambaran karakteristik meliputi usia, jenis
kelamin, variabel Independen (Pola asuh) dan dependen (Kecerdasan
emosional). Hasil analisis menunjukkan nilai mean, median standar
deviasi, frekuensi dan proporsi masing – masing (Notoatmodjo, 2012).
50
2. Bivariat
Analisis Bivariat merupakan analisis untuk mengetahui interaksi
duavariabel, baik berupa komparatif, asosiatif, maupun korelatif ( saryono,
2011). Pendapat lain menurut (Sopiyudin, 2009) mengatakan semua
hipotesis untuk kategorik yang berskala nominal dan ordinal tidak
berpasangan menggunakan analisa data uji Chi Square.Pada Uji Chi
Square (p < 0,05) pengolahan data menggunakan bantuan program SPSS
16 dengan rumus :
X² = Σ (fo - fh)²
fh
Keterangan :
X² = Chi Kuadrat
fo = Frekuensi yang diobserfasi
fh = Frekuensi yang diharapkan
Syarat uji Chi-square adalah sebagai berikut:
a. Tidak ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut juga Actual
Count (F0) sebesar 0 (Nol).
b. Apabila bentuk tabel kontingensi 2 x2, maka tidak boleh ada 1 cell saja
yang memiliki frekuensi harapan atau disebut juga expected cound (“Fh”)
kurang dari 5.
c. Apabila bentuk tabel lebi dari 2x2, misal 2x3 maka jumlah cell dengan
frekuensi harapan yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20%.
51
Keputusan hasil uji statistic dengan membandingkan p value dan nilai α
(0,05), ketentuan yang berlaku adalah :
1. Jika p-value ≤ 0,05 maka H0 ditolak, artinya ada pengaruh pola asuh orang tua
terhadap tingkat kecerdasan emosional pada anak usia prasekolah.
2. Jika p-value > 0,05 maka H0 diterima, artinya tidak ada pengaruh pola asuh
orang tua terhadap tingkat kecerdasan emosional pada anak usia prasekolah.
4.11 Etika Penelitian
Pada penelitian ini menjunjung tinggi prisip etika penelitian yang
merupakan standar etika dalam melakukan penelitian ( Saryono, 2011). Untuk
menjaga aspek tersebut dilakukan dengan:
1. Manfaat
Prinsip ini mengharuskan peneliti untuk memperkecil resiko dan
memaksimalkan manfaat. Prinsip ini meliputi hak untuk mendapatkan
perlindungan dari kejahatan dan kegelisahan dan hak untuk mendapatkan
perlindungan dari eksploitasi.
2. Menghormati
Prinsip ini meliputi hak untuk menetukan pilihan yaitu hak untuk
memutuskan dengan sukarela apakah ikut ambil bagian dalam suatu
penelitian tanpa resiko yang merugikan. Hak ini meliputi hak untuk
mendapat pertanyaan, mengungkapkan keberatan, dan menarik diri. Hak
mendapatkan data yang lengkap yaituhak untuk mendapat informasi,
keputusan sukarela tentang keikut sertaan penelitian yang memerlukan
ungkapan data lengkap.
52
3. Keadilan
Prinsip ini bertujuan untuk menjunjung tinggi keadilan dengan menghargai
hak – hak memberikan perawatan secara adil, dan hak untuk menjaga
privasi.
54
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini disajikan hasil dan pembahasan dari pengumpulan data
kuesioner yang telah diisi oleh responden mengenai hubungan pola asuh orang tua
terhadap tingkat kecerdasan emosional anak usia prasekolah (4-6 tahun) di TK
Darma Wanita Teguhan Ngawi . Pengumpulan data dilakukan selama 2 Minggu
pada tanggal 13 Mei sampai dengan 25 Mei 2019. Penelitian ini dilaksanakan
dengan cara door to door dengan jumlah responden sebanyak 48 anak yang diasuh
oleh orang tua.
5.1 Gambaran Umun Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di TK Darma Wanita Teguhan Ngawi.TK
Darma Wanita Teguhan Ngawi terdiri dari 4 tenaga pengajar.Waktu pembelajaran
dimulai dari pukul 08.00 sampai dengan 10.00 WIB. TK Darma Wanita Teguhan
Ngawi ini berda di dekat Puskesmas dan Kantor Desa.
5.2 Hasil Penelitian
Hasil Penelitian ini terdiri dari data umum dan data khusus. Data umum
meliputi jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, umur orang tua dan umur anak.
sedangkan data khusus menampilkan pola asuh orang tua dan tingkat kecerdasan
emosional anak prasekolah di TK Darma Wanita Teguhan Ngawi
54
5.2.1 Data Umum
Data umun yang diidentifikasi dari responden meliputi jenis kelamin,
pekerjaan, pendidikan, umur orang tua dan umur anak.
5.2.1.1 Karakteristik responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin responden di
TK Darma Wanita Teguhan Ngawi.
No Jenis Kelamin Jumlah (F) Persentase (%)
1 Laki – laki 0 0
2 Perempuan 48 100
Jumlah 48 100
Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2019
Berdasarkan tabel 5.1 dari 48 responden dapat diketahui bahwa sebagian
besar orang tua yang menjadi responden yaitu sebanyak 48 responden (100%)
berjenis kelamin perempuan.
5.2.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi berdasarkan pekerjaan responden di TK
Darma Wanita Teguhan Ngawi.
No Pekerjaan Jumlah (F) Persentase (%)
1 Tidak bekerja 7 14,6
2 Wiraswasta 8 16,7
3 Petani 14 29,1
4 Pegawai negeri 19 39,6
Jumlah 48 100,00
Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2019
Berdasarkan tabel 5.2 dari 48 responden dapat diketahui bahwa persentase
tertinggi pekerjaan sebagai Pegawai Negeri yaitu sebanyak 19 orang dengan
persentasi (39,6%) dan terendah Tidak Bekerja sebanyak 7 orang dengan
persentase (14,6%).
55
5.1.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel 5.3Distribusi Frekuensi berdasarkan pendidikan responden di
TKDarma Wanita Teguhan Ngawi. No Pendidikan Jumlah (F) Persentase (%)
1 SD 6 12.5
2 SMP 11 22.9
3 SMA 11 22.9
4 Sarjana 20 41.7
Jumlah 48 100,00
Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2019
Berdasarkan tabel 5.3 dari 48 responden dapat diketahui bahwa persentase
tertinggi yaitu pendidikan terakhir Sarjana sebanyak 20 orang dengan persentasi
(41,7%) dan terendah pendidikan SD sebanyak 6 orang dengan persentasi
(12,5%).
5.1.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi berdasarkan usiaresponden di TK
DarmaWanita Teguhan Ngawi. No Variabel Mean Median Minimal
Maksimal
Modus Standar
Deviasi
1 Usia 32.25 32.00 20
42
32 4.940
Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2019
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa rata-rata usia responden
adalah 32,25 tahun dengan usia yang termuda adalah 20 tahun sedangkan yang
tertua adalah 42 tahun. Usia responden yang paling banyak yaitu 32 tahun dengan
standart deviasi 4.940.
56
5.1.2.5 Karakteristik Anak Berdasarkan Usia
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi berdasarkan usia anak di TKDarma
Wanita Teguhan Ngawi. No Variabel Mean Median Minimal
Maksimal
Modus Standar
Deviasi
1 Usia 5.56 6.00 4
6
6 0.681
Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2019
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa rata-rata usia anak adalah
5,56 tahun. Usia yang termuda adalah 4 tahun sedangkan yang tertua adalah 6
tahun.Usia anak yang paling banyak yaitu 6 tahun dengan standart deviasi 0,681.
5.2.2 Data Khusus
Setelah diketahui data umun dalam penelitian ini makan berikut akan
ditampilkan hasil penelitian yang terkait dengan data khusus yaitu Pola Asuh
Orangtua dan Tingkat Kecerdasan Emosional Anak pada Usia Prasekolah (4-6
tahun) di TK Darma Wanita Teguhan Ngawi.
5.2.2.1 Karakteristik Penerapan Pola Asuh Orang Tua di TK Darma
Wanita Teguhan Ngawi
Tabel 5.6 Karakteristik pola asuh orangtua di TK Darma Wanita Teguhan
Ngawi.
Pada data karakteristik penerapan pola asuh orang tua terdapat data
yang tidak signifikan, yaitu nilai expeded kurang dari 5. Berdasarkan hasil
tersebut dilakukan penyederhanaan dengan cara menggabungkan data yang
semula 3 bagian yaitu pola asuh demokratis, pola asuh otoriter dan pola asuh
permisif menjadi 2 bagian yaitu pola asuh demokratis dan pola asuh non
demokratis. Untuk pola asuh otoriter dan permisif digabung menjadi pola asuh
57
non demokratis, sehingga data menjadi signifikan dan nilai expeded tidak ada
yang kurang dari 5.
No Karakteristik Pola Asuh Jumlah (F) Persentase (%)
1 Demokratis 29 60.4
2 Non demokratis 19 39.6
Jumlah 48 100.0
Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2019
Berdasarkan tabel 5.6 dari total 48 responden, responden didapati hasil
pola asuh demokratis sebanyak 29 reponden (60,4%), pada pola asuh non
demokratis sebanyak 19 responden (39,6%).
5.2.2.2 Karakteristik Tingkat Kecerdasan Emosional Anak di TK Darma
Wanita Teguhan Ngawi
Tabel 5.7 Karakteristik Tingkat Kecerdasan Emosional di TK Darma
Wanita Teguhan Ngawi.
Pada data karakteristik tinggat kecerdasan emosional terdapat data yang
tidak signifikan, yaitu nilai expeded kurang dari 5. Berdasarkan hasil tersebut
dilakukan penyederhanaan dengan cara menggabungkan data yang semula 3
bagian yaitu tinggi, sedang, rendah menjadi 2 bagian yaitu tinggi dan rendah.
Untuk tingkat kecerdasan emosional sedang digabung menjadi tingkat
kecerdasan rendah, sehingga data menjadi signifikan dan nilai expeded tidak
ada yang kurang dari 5.
No Tingkat Kecerdasan Emosional
Anak
Jumlah (F) Persentase (%)
1 Tinggi 26 54.2
2 Rendah 22 45.8
Jumlah 48 100.0
Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2019
58
Berdasarkan Tabel 5.7 diketahui sebagian besar responden yaitu
sebanyak 26 responden (54,2%) menunjukkan tingkat kecerdasan
emosionaltinggi, sebanyak 22 responden (45,8%) menunjukkan tingkat
kecerdasan emosional rendah.
5.2.2.3 Hubungan Pola Asuh Orang Tua terhadap Tingkat Kecerdasan
Emosional Anak Usia Prasekolah (4-6 Tahun) di TK Darma Wanita
Teguhan Ngawi.
Tabel 5.8 Tabulasi silang pola asuh orangtua terhadap tingkat kecerdasan
emosional anak usia prasekolah (4-6 tahun) di TK Darma Wanita
Teguhan Ngawi. Kecerdasan Emosional Total
Tinggi Rendah
Pola Asuh
Orang tau
N % N % N %
Demokratis 21 75 7 25 28 100
Non Demokratis 5 25 15 75 20 100
Total 26 54,2 22 45,8 48 100
= 0,05 r= 0,443 P Value = 0,001
Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2019
Dari tabel 5.8 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua
menerapkan pola asuh demokratis dengan tingkat kecerdasan emosional tinggi
yaitu 21 responden (75,0%), orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis
dengan tingkat kecerdasan emosional rendah sebanyak 7 responden (25,0%).
Sedangkan orangtua yang menerapkan pola asuh non demokratis dengan tingkat
kecerdasan emosional tinggi sebesar 5 responden (25,0%), pada orang tua yang
menerapkan pola asuh non demokratis dengan tingkat kecerdasan emosional
rendah sebanyak 15 responden (75,0%).
Data diperoleh dengan cara penggabungan sel, yaitu dengan cara
menggabungkan kriteria pilihan jawaban yang semula 3 kriteria menjadi 2
59
kriteria. Caranya dengan menyerderhanakan cell yaitu langkah pertama pada
tabel 3x3 terdapat 6 cell (66,7%) dan mempunyai nilai expeded kurang dari dari 5.
Langkah ke 2 dilakukan penyederhanaan cell maka tabelnya menjadi 3x2 dan
hasilnya masih ada 2 cell (33,3%) dan mempunyai nilai expeded kurang dari 5.
Pada langkah yg ke 3 dilakukan penyederhanaan cell dengan tabel 2x2 dan
hasilnya memenuhi syarat pada uji chi square. Pada uji chi square apabila data
tidak memenuhi syarat uji maka dilakukan penggabungan sel. Jika langkah
penggabungan sel masih belum memenuhi syarat langkah selanjutnya dilakukan
pergantian uji.
Selain itu menurut pendapat Baumrind (dalam Santrock, 2002: 257-258) ada
tiga macam bentuk pola asuh yang diterapkan oleh masing – masing orang tua,
bentuk – bentuk pola asuh itu adalah pola asuh demokratis, pola asuh otoriter dan
pola asuh permisif. Dari ketiga macam bentuk pola asuh itu, bentuk pola asuh
demokratislah yang paling baik diterapkan oleh orang tua dalam mengasuh anak –
anaknya. Sehingga peneliti menggabungkan yang semula ada 3 macam bentuk
pola asuh yakni pola asuh demokratis, otoriter dan permisif menjadi 2 bentuk pola
asuh yakni demokratis dan non demokratis.
Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square didapatkan ρ= 0,001 <α = 0,05
maka H1 diterima H0 ditolak, yang berarti ada hubungan antara pola asuh
orangtua dengan tingkat kecerdasan emosionalpada anak usia prasekolah (4-6
Tahun) di TK Darma Wanita Teguhan Ngawi, sedangkan nilai koefisien korelasi
sebesar 0,443 yang di interpretasikan bahwa kekuatan hubungan antar variabel
pada tingkat sedang.
60
5.3 Pembahasan
5.3.1 Pola Asuh Orang tua di TK Darma Wanita Teguhan Ngawi
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.6 yang dilakukan pada 48
responden di TK Darma Wanita Teguhan Ngawi menunjukkan bahwa pola asuh
demokratis sebanyak 29 reponden (60,4%), pada pola asuh non demokratis
sebanyak 19 responden (39,6%). Faktor yang mempengaruhi pola asuh menurut
Hurlock (2010) antara lain pendidikan, pekerjaan,dan usia.
Faktor yang pertama yang dapat mempengaruhi pola asuh orangtua adalah
tingkat pendidikan. Orangtua yang memiliki pendidikan tinggidapat mengasuh
dan mengerti kebutuhan anak dan akan lebih menerapkan pola asuh yang
demokratis dari pada orang tua yang kurang berpendidikan atau tidak mengerti.
Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan hasil yaitu sebagian besar yaitu sebanyak 20
responden (141,7%) pendidikan terakhir Sarjana, 11 responden (22,9%)
pendidikan terakhir SMA, 11 responden (22,9%) pendidikan terakhir SMP dan 6
responden (12,5%) pendidikan terakhir SD. Dari data tersebut menunjukan bahwa
tingkat pendidikan orangtua yang tinggi yaitu Sarjana.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Setyono (2009), tentang
pengaruh tingkat pendidikan dan pengalaman mengasuh orang tua terhadap pola
asuh anak, sehingga berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti di TK DharmaWanita Teguhan Ngawi peneliti berasumsi bahwa
pendidikan orangtua berpengaruh dalam proses pemberian pola asuh pada anak.
Pendidikan orangtua yang tinggi maka orangtua akan mengerti tentang bagaimana
menerapkan pola asuh yang baik, sedangkan jika berpendidikan rendah orangtua
61
tidak terlalu memikirkan dalam menerapkan pola asuh, orangtua tidak
memikirkan bagaimana efek pola asuh bagi perkembangan anak. Orang tua yang
memiliki pendidikan yang tinggi akan lebih banyak informasi dan pengalaman
misalnya dari temannya. Orang tua yang berpendidikan tinggi maka, orang tua
akan memiliki wawasan yang lebih luas. Hal ini dibuktikan pada saat peneliti
melakukan wawancara saat memberikan kuesioner kepada responden.
Faktor pekerjaan mempengaruhi pola asuh menurut Hurlock (2010).
Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan hasil penelitian bahwa responden yang
berprofesi sebagai pegawai negeri dengan jumlah 19 responden (39,6%), petani
dengan jumlah 14 responden (29,2%), wiraswasta dengan jumlah 8 responden
(16,7%) dan tidak bekerja dengan jumlah 7 responden (14,6%). Dari data tersebut
dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berprofersi sebagai pegawai negeri.
Semakin tinggi profersi orang tua maka akan mempengaruhi pola asuh yang
diberikan. Jika orang tua memiliki pekerjaan yang mapan maka kesejahteraan
keluarga juga meningkat dan peran pengasuhan pun dapat terlaksana dengan baik
(Supartini, 2010). Orang tua akan cenderung menerapkan pola asuh demokratis.
Metode demokratis menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk
membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan. Jadi dalam pola
asuh ini terdapat komunikasi yang baik antara orangtua dengan anak, ini sesuai
dengan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti. saat melakukan
penelitian, peneliti mengamati serta mewawancarai saat responden mengisi
kuesioner bahwa anak dari orang tua yang berprofersi sebagai pegawai negeri
lebih merasaa aman, nyaman,ceria serta anak merasa diperhatiakan penuh oleh
62
orang tua karena memiliki fasilitas yang cukup sehingga kesejahteraan anak dapat
terpenuhi.
Faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua selanjut yaitu usia. Dari
48 responden. Berdasarkan tabel 5.4 usia responden di TK Darma Wanita
Teguhan Ngawi berkisar antara 20 – 42 tahun dan untuk usia rata- rata responden
adalah 32 tahun. Hurlock (2010) mengatakan bahwa usia muda lebih cenderung
demokratis dibandingkan dengan mereka yang tua, berdasarkan hasil penelitian
ini maka usia tua cenderung menerapkan pola asuh non demokratis. Ini sesuai
dengan hasil yang diperoleh peneliti. Usia yang cenderung tua, akan
menyebabkan orang tersebut kurang pergaulan sehingga kebanyakan akan
menerapkan pola asuh yang sifatnya mengekang anak.
Dari hasil penelitian ini dapat diasumsikan bahwa pola asuh dipengaruhi
oleh tiga faktor yaitu pendidikan, usia dan pekerjaan.Semakin tinggi pendidikan,
dan pekerjaan, maka orang tua cenderung akan menerapkan pola asuh
demokratis.Orangtua yang memiliki pendidikan tinggi dan pekerjaan yang mapan
dapat mengasuh dan mengerti kebutuhan anak dan akan lebih menerapkan pola
asuh yang demokratis dari pada orang tua yang kurang berpendidikan dan tidak
memiliki pekerjaan yang mapan. Sedangkan pada usia, semakin muda usia orang
tua maka akan cederung menerapkan pola asuh demokratis, karena pada usia
muda orang tua cenderung dapat menerima hal-hal yang baru dan mampu dalam
mengakses teknologi informasi sehingga penerapan pola asuh yang baik mudah
diterapkan.
63
5.3.2 Tingkat Kecerdasan Emosional padaAnak Usia Prasekolah (4-6
Tahun) di TK Darma Wanita Teguahan Ngawi.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.7 yang dilakukan pada 48
responden di TK Darma Wanita Teguhan Ngawi menunjukkan bahwa sebagian
besar responden yaitu sebanyak 26 responden (54,2%) menunjukkan tingkat
kecerdasan emosional yang tinggi dan sebanyak 22 responden (45,8%)
menunjukan tingkat kecerdasan emosional rendah. Faktor yang mempengaruhi
tingkat kecerdasan emosional salah satunya adalah pola asuh orang tua. Orangtua
dalam hal ini sebenarnya lebih padabagaimana orangtua dapat memberikan contoh
atau teladan kepada anak dalam setiap bertingkah laku karena anak akan selalu
meniru setiap tingkah laku orangtua.
Menurut Goleman (2015) mengemukakan ciri seseorang yang memiliki
kecerdasan emosi tinggi yaitu sosial mantap, mudah bergaul dan jenaka, tidak
mudah takut dan gelisah, berkemampuan besar untuk melibatkan diri dengan
orang-orang atau permasalahan, memikul tanggung jawab dan mempunyai
pandangan moral, simpatik dan hangat dalam berhubungan, merasa nyaman
dengan dirinya sendiri, orang lain maupun pergaulannya, dan memandang dirinya
secara positif. Jadi jika seorang anak memiliki tingkat kecerdasan emosional yang
tinggi maka anak tersebut akan lebih disenangi orang lain, pandai bergaul dan
dapat diterima semua orang.
Dari hasil penelitian ini dapat diasumsikan bahwa anak di TK Darma
Wanita Teguhan Ngawi lebih dominan pada tingkat kecerdasan emosional tinggi,
hanya sebagian anak yang mengalami tingkat kecerdasan emosional yang
64
rendah.Faktor yang mempengaruhi tingkat kecerdasan emosional salah satunya
adalah pola asuh orang tua. Orangtua dapat memberikan contoh atau teladan
kepada anak dalam setiap bertingkah laku karena anak akan selalu meniru setiap
tingkah laku orangtua. Jika seorang anak memiliki tingkat kecerdasan emosional
yang tinggi maka anak tersebut akan lebih disenangi orang lain, pandai bergaul
dan dapat diterima semua orang
5.3.3 Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Tingkat Kecerdasan emosional
Anak Usia Prasekolah (4-6 Tahun) di TK Darma Wanita Teguhan
Ngawi.
Dari hasil tabel 5.8 menunjukkan bahwa orang tua yang menerapkan pola
asuh demokratis sebagian besar menghasilkan tingkat kecerdasan emosional
tinggi sebesar 21 responden (75,0%). Sedangkan pada pola asuh orang tua yang
non demokratis menghasilkan tingkat kecerdasan emosional rendah sebesar 15
responden (75,0%). Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan uji statistic
ChiSquare dengan program SPSS versi 16.0 didapatkan ρ= 0,001 < α = 0,05
dengan nilai hitung pearson = 11,748 maka H1 diterima H0 ditolak, yang berarti
ada hubungan antara pola asuh orangtua dengan tingkat kecerdasan
emosionalpada anak usia prasekolah (4-6 Tahun) di TK Darma Wanita Teguhan
Ngawi.Sedangkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,443 yang diinterpretasikan
bahwa kekuatan hubungan antar variable pada tingkat sedang. Dari hasil tersebut
didapatkan bahwa pola asuh yang diterapkan orang tua yaitu pola asuh demokratis
yang akan mengakibatkan tingkat kecerdasan emosional anakyang tinggi.
65
Ini sesuai denganhasil penelitian yang dilakukan Desy,(2015) yang
dilakukan di Pontianak menyatakan bahwa dari ketiga pola asuh tersebut, pola
asuh yang baik digunakan untuk mengembangkan kecerdasan emosional anak
adalah pola asuh demokratis. Dimana pola asuh ini sangat responsif dan
memberikan perhatian penuh tanpa menegkang kebebasan anak. Dalam pola asuh
demokratis, orang tua bersikap fleksibel, melakukan pengawasan dan tuntutan,
tetapi juga hangat, rasionald dan mau berkomunikasi, sehingga menjadikan anak
tidak tergantung, mendorong anak untuk berprestasi, anak menjadi percaya diri,
mandiri, imajinatif, mudah beradaptasi, kreatif, dan disukai banyak orang secara
responsif. Namuun semua pola asuh bisa diterapkan sesuai kebutuhan dengan
anak. Selanjutnya untuk kecerdasan emosi dalam hal ini perilaku emosi anak,
dapat disimpulkan bahwa perilaku emosi anak sudah berkembang sangat baik. Hal
ini dapat dilihat dari hasil persentase perilaku emosi positif anak sebesar 69,3%
dan perilaku emosi negatif sebesar 30,7%. Penelititan tersebut menunjukan bahwa
anak yang mendapat perhatian atau mendapat asuhan yang baik, memiliki tingkat
kecerdasan emosional yang tinggi.
Pola asuh yang baik adalah pola asuh yang menggunakan penjelasan,
diskusi dan penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu
diharapkan. Metode ini lebih menekankan aspek edukatif dan disiplin dari pada
aspek hukumannya. Pada pola asuh ini menggunakan hukuman danpenghargaan.
Hukuman tidak pernah keras dan biasanya tidak berbentuk hukumanbadan.
Hukuman hanya digunakan bila terdapat bukti bahwa anak-anakmenolak
melakukan apa yang diharapkan oleh orang tua. Bilaperilaku anak memenuhi
66
standar yang diharapkan, orang tua yangdemokratis akan menghargainya dengan
pujian atau persetujuan oranglain.Dengan cara demokratis ini pada anak akan
tumbuh rasatanggungjawab untuk memperlihatkan sesuatu tingkah laku
danselanjutnya memupuk rasa percaya dirinya. Anak akan mampu
bertindaksesuai norma dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya
(Gunarsa,2010).
Dari hasil penelitian ini dapat diasumsikan bahwa terdapat hubungan atara
pola asuh orang tua dengan tingkat kecerdasan emosional pada anak usia
prasekolah (4-6 tahun) di TK Darma Wanita Teguhan Ngawi.
5.4. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menyadari bahwa terdapat keterbatasan dalam
penelitian sehingga memungkinkan hasil yang ada belum optimal atau bisa
dikatakan belum sempurna. Setiap penelitian pasti memiliki hambatan dalam
proses pelaksanaanya, dalam penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu:
1. Salah satu cara pengumpulan data menggunakan kuesioner,
memungkinkan responden menjawab pertanyaan dengan tidak jujur.
2. Masih terdapat faktor lain dari kecerdasan emosional yang memungkinkan
memiliki pengaruh terhadap pola asuh.
67
BAB 6
PENUTUP
Pada bab ini peneliti akan menyampaikan tentang hubungan pola asuh
orangtua dengan tingkat kecerdasan emosional pada anak usia prasekolah di TK
Darma Wanita Teguhan Ngawi.
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil penelitian yang telah dilakukan dapatdiambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebagian besarorang tua menerapkan pola asuh demokratis di TK Dharma
Wanita Teguhan Ngawi.
2. Sebagian besar memiliki tingkat kecerdasan emosional tinggi di TK
Dharma Wanita Teguhan Ngawi.
3. Ada hubungan antara pola asuh orangtua dengan tingkat kecerdasan
emosional pada anak usia prasekolah (4-6 Tahun) di TK Darma Wanita
Teguhan Ngawi, menggunakan uji SPSS dengan tingkat signifikan
ρ= 0,001 < α = 0,05.
6.2 Saran
1. Bagi Keluarga
Orang tua harus menerapkan pola asuh demokratis agar kecerdasan anak
dapat berkembang dengan baik.
68
2. Institusi Tempat Penelitian
Tingkatkan pengetahuan tentang pola asuh orangtua dengan tingkat
kecerdasan emosional anak prasekolah, dan diharapkan tenaga pendidik
untuk dapat memberitahu para orangtua.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Dari hasil penelitian dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
dan wawasan mahasiswa tentang pola asuh orang tua dan tingkat
kecerdasan emosional pada anak usia prasekolah (4 - 6 tahun).
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
untuk peneliti selanjutnya, dapat menambah variabel lain yang
dimungkinkan memiliki pengaruh terhadap pola asuh orangtua dan tingkat
kecerdasan emosional.
69
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin. 2010. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Balitbang
Kemenkes.
Carsel, Syamsunie. 2018. Metodologi Kesehatan dan Pendidikan . Yogyakarta: Penebar
Media Pustaka.
Dariyo, Agoes. 2007. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama.
Bandung: Refika Aditama.
Echols, M. John & Shandily, H. 2010. Indonesia Englis Dictionar Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Farida, Lutfiah.2015. Hubungan Pola Asuh Otoritatif Dengan Perkembangan
Mental Emosional Pada Anak Usia Prasekolah Di TK Melati putih
Banyumanik. Jurnal. Jurusan Keperawatan: UNDIP).
Gardner. Howard. 2011. Graduate School Of Education Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.
Goleman, Daniel. 2016. Emotional Intelligence. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
. 2017. Emotional Intelligence. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
2018. Emotional Intelligence. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Gottman, John. 2010. Raising Of Emotionally Intellegant Child. Amerika.
Gunarsa. Singgih. 2010. Psikologi Praktis Anak , Remaja, dan Keluarga.
Jakarta : PT PK Gunung Mulia.
Hasan, Maimunah. 2011. Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta: Diva Press.
Hurlock, E.B. 2010. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
John W, Santrock. 2013. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat. 2008. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Kristanto, Vigih . 2018. Metodologi Penelitian Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah
70
Yogyakarta: CV Budi Utama.
Maghfiroh, Laela. 2017. Hubungan Pola asuh Orang Tua Dengan Kecerdasan
Emosional Siswa Kelas IV SDN Grogol Selatan. Skripsi.
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan: Jakarta.
Mardiantina, Andini.2018. Hubungan Pendidikan Anak Usia Dini Dengan Tugas
Perkembangan Pada Anak Usia Prasekolah. Skripsi Stikes Kusuma
Husada, Surakarta.
Mussen. P. H. Et. Al. 2016. Child Development and Personality. Amerika
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Nursalam. 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Oktaviani, Vivi. 2018. Hubungan Dukungan Sosial Di Lingkungan
SekolahDengan Masalah Mental Emosional Pada Anak Usia Sekolah.
Jurnal. Fakultas Keperawatan: UNRI.
Patmodewo, Soemiati. 2011. Buku Ajar Pendidikan prasekolah. Jakarta : Rineka
Cipta.
Potter, P. A., Perry, A. G. 2005. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,
proses, dan praktik. Jakarta: EGC.
. 2010. Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice.
Edisi 7. Vol. 3. Jakarta : EGC.
. 2015. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses &.
Praktek. Edisi 4. Vol 1. Jakarta : EGC.
Putri, Pratika. K. 2018.Hubungan Pola Komunikasi Terhadap Tingkat
Kecerdasan Emosional Anak Prasekolah.Skripsi Fakultas Ilmu
Kesehatan,UMP.
Rachmadtullah, Reza.2015. Pola Asuh Orangtua Terhadap Tingkat Kecerdasan
Sosial Siswa Kelas awal Sekolah Dasar. Jurnal.Universitas Negeri
Jakarta.
Rizki, Virda. 2011. Hubungan Pendidikan Anak Usia DiniDengan Tugas
Perkembangan Pada Anak Usia Prasekolah. Skripsi Kusuma Husada,
Surakarta.
Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendekia.
71
Setiadi. 2013. Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif. Bandung: Alfabeta
. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alafabeta.
Swarjana, Ketut. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan.Yogyakarta: CV Andi
Offset.
72
LAMPIRAN
73
Lampiran 1
Surat izin pencarian data awal
74
Lampiran 2
Surat Ijin Penelitian
75
Lampran 3
Surat Ijin Validitas
76
Lampiran 4
Surat Keterangan Selesai Penelitian
77
Lampiran 5
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
Yth.CalonResponden
Di Tempat
Denganhormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan STIKES Bhakti Husada MuliaMadiun:
Nama : Astri Nur Arinta Putri
NIM : 201502043
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Pola Asuh Orang
Tua Terhadap Tingkat Kecerdasan Emosional Pada Anak Usia Prasekolah (4 – 6
Tahun) di TK Darama Wanita Ngawi”. Sehubungan dengan judul penelitian
diatas, data yang diperoleh dari peneliti anakan sangat bermanfaat bagi peneliti
untuk melakukan penelitian. Untuk kepentingan tersebut peneliti memohon anda
untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang saya ajukan dengan jujur.
Semua data yang dikumpulkan akan dirahasiakan.
Atas perhatian, kerja sama dan kesedia anda dalam partisipasi sebagai
respon den dalam penelitian ini, saya menyampaikan terimaksih dan berharap
informasi anda akan berguna khususnya dalam penelitian ini.
Hormat Saya,
Astri Nur Arinta Putri
78
Lampiran 6
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(Informed Consent)
Yang bertandatangan di bawahinisaya:
Nama : ..................................................................
Umur : .................................................................
Alamat : ..................................................................
Setelah mendapat keterangan secukupnya dari penulis serta mengetahui
manfaat, tujuan dan prosedur penelitian yang berjudul “Hubungan Pola Asuh
Orang Tua Terhadap Tingkat Kecerdasan Emosional Pada Anak Usia Prasekolah
(4 – 6 Tahun) di TK Darma Wanita Ngawi” menyatakan *BERSEDIA/TIDAK
BERSEDIA* diikut sertakan dalam penelitian ini dengan catatan apabila suatu
waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan persetujuan
ini.Saya percaya apa yang diinformasikan dijamin kerahasiaannya oleh penulis.
Peneliti,
Astri Nur Arinta Putri
Ngawi, ....... - ............ 2019
Responden,
79
Lampiran 7
Kisi – Kisi Pola Asuh Orang Tua Valid
Kuesioner Jumlah
pertanyaan
Nomor soal
( + / - )
Parameter
1-4 Demokratis
Pola asuh
orangtua
8 5 -6 Otoriter
7 – 10 Permisif
Kisi – Kisi Kuesioner Kecerdasan Emosional Valid
Variabel Aspek Indikator Nomor Jumlah
item
( + ) ( - )
Mengenali dan merasakan
emosinya sediri
19 30 2
Kesadaran diri Memahami penyebab
perasaan yang timbul
10 2 2
Lebih mampu
mengungkapkan amarah
dengan tepat, tanpa berkelahi
16 24 2
Mengelola
emosi
Berkurangnya perilaku agresif
atau merusak diri sendiri
32 5 2
Berkurangnya kesepian dan
kecemasan dalam pergaulan
33 13 2
Kecerdasan Memanfaatkan
emosi secara
produktif
Mampu memusatkan
perhatian pada tugas yang
dikerjakan
23 7 2
Emosi Mampu mengendalikan diri 6 27 2
Empati
Tidak egois 21 22 2
Mampu mendengarkan orang
lain
26 8 2
Lebih dibutuhkan teman
sebaya
28 12 2
Membina
hubungan
Mudah bergaul, bersahabat
dengan teman sebaya
31 15 2
Suka bekerja sama, dan suka
menolong
25 29 2
Jumlah 24
80
Lampiran 8
Kisi – Kisi Kuesioner Pola Asuh Belum Valid
Kuesioner Jumlah
pertanyaan
Nomor soal
( + / - )
Parameter
1-5 Demokratis
Pola asuh
orangtua
15 6-10 Otoriter
11-15 Permisif
81
Kisi – Kisi Kecerdasan Emosional belum valid
Variabel Aspek Indikator Nomor Jumlah
item
( + ) ( - )
Mengenali dan merasakan
emosinya sediri
19 30 2
Kesadaran diri Memahami penyebab perasaan
yang timbul
10 2 2
Mengenali perbedaan perasaan
dengan tindakan
1 20 2
Lebih mampu mengungkapkan
amarah dengan tepat, tanpa
berkelahi
16 24 2
Mengelola
emosi
Berkurangya perilaku agresif
atau merusak diri sendiri
17 5 2
Perasaan yang lebih positif
tentang diri sendiri,sekolah
3 32 2
Berkurangnya kesepian dan
kecemasan dalam pergaulan
33 13 2
Memanfaatkan
emosi secara
Lebih bertanggung jawab 9 15 2
Kecerdasan produktif Mampu memusatkan perhatian
pada tugas yang dikerjakan
23 7 2
emosi Mampu mengendalikan diri 6 27 2
Tidak egois 21 22 2
Empati Peka terhadap perasaan orang
lain
11 4 2
Mampu mendengarkan orang
lain
26 8 2
Lebih dibutuhkan teman sebaya 28 12 2
Membina
hubungan
Mudah bergaul, bersahabat
dengan teman sebaya
31 18 2
Suka bekerja sama, dan suka
menolong
34 29 2
Terampil dalam berkomunikasi 14 25 2
Jumlah 34
82
Lampiran 9
PETUNJUK PENGISIAN
1. Tulis identitas Bapak/ Ibu pada lembar jawab yang telah disediakan,
jawabanBapak/ Ibu terjamin kerahasiaannya.
2. Jawablah semua pernyataan yang ada.
3. Bapak/ Ibu harus memilih salah satu jawaban dengan memberi tanda
silang(X) pada kolom jawaban yang telah disediakan. Usahakan
janganterpengaruh jawaban orang lain.
4. Teliti kembali apakah ada nomor yang belum terjawab.
5. Terimakasih atas perhatian dan kerjasamanya.
Nama : Nama Anak :
Usia : Usia :
Jenis Kelamin : L/P Jenis Kelamin : L/P
Pekerjaan : Petani/wiraswasta/Pegawai Negeri/Tidak bekerja
Pendidikan : SD/SMP/SMA/Sarjana
83
Lampiran 10
KUESIONER POLA ASUH BELUM VALID
No Pertanyaan Selalu Kadang
-Kadang
Tidak
Pernah
Selalu
tidak
pernah
1 Saya pertimbangkan pilihan anak saya
dalam merencanakan sesuatu untuk
keluarga
(misalnya berakhir-pekan,liburan)
2 Saya tidak melibatkan anak saya dalam
merencanakan apapun
3 Saya terlebih dahulu mempertimbangkan
keinginan anak saya sebelum memintanya
melakukan sesuatu
4 Saya selalu mendengarkan anak saya
berbicara mengenai perasaan dan masalah
– masalahnya
5 Bila anak saya melakukan kesalahan saya
menayai masalahnya terlebih dahulu
6 Saya masih mengkritik anak saya jika
tidak sesuai dengan keinginan saya
7 Saya memaksa anak saya supaya dia
memperbaiki kelakuannya sesuai
keinginan saya
8 Saya langsung mengkritik anak saya di
jika dia malas belajar
9 Saya memberi sesuatu jika anak saya
rewel agar diam
10 Saya langsung menghukum anak saya jika
melakukan hal tidak baik.
11 Jika anak saya berkelahi saya
memisahnya dan saya memarahinya
untuk tidak bermain dengan temanya lagi
12 Saya tidak akan memisah anak saya jika
berkelahi karena masih kecil dan belum
mengerti
13 Saya membiarkan anak saya bolos
sekolah karena belum terlalu mengerti
14 Saya menyuruh anak saya bolos sekolah
ketika anak saya menangis untuk tidak
sekolah
15 Saya selalu memberikan apa saja yang
anak saya mau
84
KUESIONER KECERDASAN EMOSIONAL ANAK BELUM VALID
No Pertanyaan STS TS S SS
1 Anak saya sedih sedih saat ada temanya
yang saling megejek dan anak saya
berusaha untuk menasehatinya
2 Anak saya menangis dan membenci teman
yang menjadi juara kelas
3 Anak lebih memilih menyelesaikan tugas
terlebih dahulu kemudian bermain
4 Anak menertawakan teman yang mendapat
hukuman dari guru
5 Ketika menunggu giliran untuk masuk kelas
anak saya tidak mau mengantri
6 Anak saya selalu diam dan mendengarkan
ketika gurunya sedang mengajar dikelas
7 Ketika guru menjelaskan di depan kelas,
anak saya mengobrol dengan teman
8 Sama sekali anak tidak mau mendengarkan
perkataan orang tua
9 Anak saya meminta maaf ketika berbuat
salah kepada teman
10 Anak saya merasa senang dan memberi
selamat kepada temanya yang menjadi juara
kelas
11 Anak menasehati teman lainya ketika
menertawakan teman yang mendapat
hukuman dari guru
12 Anak saya hanya mau berteman dengan
teman yang tertentu saja
13 Anak saya cenderung lebih memilih
bermain dengan mainanya sendiri dirumah
dari pada bermain dengan teman sebayanya
14 Kertika ditanya orang anak saya selalu
menjawab
15 Anak saya langsung meninggalkan temanya
yang menangis setelah berbuat salah pada
temanya
16 Anak saya lebih memilih meninggalkan
teman yang mengejeknya
17 Anak saya sabar menunggu giliran untuk
masuk kelas ketika teman yang lain berebut
masuk
18 Ketika anak saya hanya didalam rumah saja
menonton televisi dan tidak mau bergabung
dengan teman bermainya
85
19 Anak saya mudah memaafkan orang yang
telah menyinggung perasaan saya
20 Anak saya merasa senang saat ada
temannya yang saling mengejek karena
dianggapnya hal lucu
21 Anak meminjamkan alat tulis kepada
teman yang tidak membawa
22 Anak saya menyembunyikan penghapusnya
ketika ada teman yang ingin meminjamnya
23 Anak selalu diam mendengarkan gurunya
dan tidak terpengaruh dengan temanya yang
mengajak berbicara
24 Anak saya langsung memukul temanya
ketika diejek
25 Anak saya selalu diam jika ditanya oleh
orang lain
26 Anak selalu mendengarkan orang tua ketika
dinasehati
27 Anak selalu menyela penjelasan guru ketika
gurunya mengajari belajar dikelas
28 Anak mau bersosialisasi dengan semua
teman sebanyanya
29 Anak tidak suka membantu teman dan
bersikap masa bodoh
30 Anak saya langsung marah ketika ada orang
yang menyinggung perasaanya
31 Anak saya memiliki teman banyak 32 Anak lebih memilih bermain dengan teman
- temanya terlebih dahulu kemudian belajar
33 Anak merasa senang ketika bermain dengan
teman sebayanya
34 Ketika disekolah anak selalu menolong
teman yang kesulitan
86
Lampiran 11
KUESIONER POLA ASUH VALID
No Pertanyaan Selalu Kadang -
Kadang
Tidak
pernah
Selalu
tidak
pernah
1 Saya pertimbangkan pilihan anak saya
dalam merencanakan sesuatu untuk
keluarga (misalnya berakhir-pekan,liburan)
2 Saya tidak melibatkan anak saya dalam
merencanakan apapun
3 Saya terlebih dahulu mempertimbangkan
keinginan anak saya sebelum memintanya
melakukan sesuatu.
4 Saya langsung menghukum anak saya jika
melakukan hal tidak baik
5 Jika anak saya berkelahi saya memisahnya
dan saya memarahinya untuk tidak bermain
dengan temanya lagi
6 Saya memaksa anak saya supaya dia
memperbaiki kelakuannya sesuai keinginan
saya
7 Saya menyuruh anak saya bolos sekolah
ketika anak saya menangis untuk tidak
sekolah
8 Saya selalu memberikan apa saja yang anak
saya mau.
9 Saya tidak akan memisah anak saya jika
berkelahi karena masih kecil dan belum
mengerti
10 Saya membiarkan anak saya bolos sekolah
karena belum terlalu mengerti
87
KUESIONER KECERDASAN EMOSIONAL VALID
No Pertanyaan STS TS S SS
1 Anak saya menangis dan membenci teman
yang menjadi juara kelas
2 Ketika menunggu giliran untuk masuk
kelas anak saya tidak mau mengantri
3 Anak saya selalu diam dan mendengarkan
ketika gurunya sedang mengajar dikelas
4 Ketika guru menjelaskan di depan kelas,
anak saya mengobrol dengan teman
5 Sama sekali anak tidak mau mendengarkan
perkataan orang tua
6 Anak saya merasa senang dan memberi
selamat kepada temanya yang menjadi
juara kelas
7 Anak saya hanya mau berteman dengan
teman yang tertentu saja
8 Anak saya cenderung lebih memilih
bermain dengan mainanya sendiri dirumah
dari pada bermain dengan teman
sebayanya
9 Anak saya suka menjahili temannya ketika
bermain bersama sehingga jarang ada yang
mau bermain dengan nya
10 Anak saya lebih memilih meninggalkan
teman yang mengejeknya
11 Anak saya mudah memaafkan orang yang
telah menyinggung perasaan saya
12 Anak meminjamkan alat tulis kepada
teman yang tidak membawa
13 Anak saya menyembunyikan
penghapusnya ketika ada teman yang ingin
meminjamnya
14 Anak selalu diam mendengarkan gurunya
dan tidak terpengaruh dengan temanya
yang mengajak berbicara
15 Anak saya langsung memukul temanya
ketika diejek
16 Anak saya sering menolong temanya misal
jika temanya tidak membawa pensil atau
penghapus
17 Anak selalu mendengarkan orang tua
ketika dinasehati
18 Anak selalu menyela penjelasan guru
88
ketika gurunya mengajari belajar dikelas
19 Anak mau bersosialisasi dengan semua
teman sebanyanya
20 Anak tidak suka membantu teman dan
bersikap masa bodoh
21 Anak saya langsung marah ketika ada
orang yang menyinggung perasaanya
22 Anak saya memiliki teman banyak
23 Anak lebih memilih mengantri ketika mau
masuk kelas untuk memulai pelajaran
24 Anak merasa senang ketika bermain
dengan teman sebayanya
89
LAMPIRAN 12
Data pola asuh
Nama
Orangtua
Usia Jenis
Kelamin
Pekerjaan Pendidikan Nama
Anak
Usia Jenis
kelamin
Soal
1
Soal
2
Soal
3
Soal
4
Soal
5
Soal
6
Soal
7
Soal
8
Soal
9
Soal
10
kode
A 29 P 4 4 An. A 5 P 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1
S 31 P 1 4 An. A 6 L 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 1
T 31 P 3 3 An. A 6 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
E 31 P 4 4 An. A 6 P 4 4 4 3 3 3 4 2 4 4 2
L 32 P 3 4 An. B 6 L 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 1
L 20 P 1 1 An. B 4 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
W 29 P 4 4 An. C 6 P 4 3 3 4 3 3 3 2 2 1 1
S 41 P 4 4 An. L 6 L 4 3 4 4 4 3 3 3 2 3 1
S 33 P 4 3 An. C 6 P 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 1
S 32 P 4 4 An. V 6 P 4 4 4 2 3 1 3 3 3 1 2
A 35 P 4 4 An. N 5 L 3 4 1 3 1 3 1 3 3 4 2
A 32 P 3 3 An. R 5 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
B 29 P 2 3 An. A 6 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
N 41 P 3 2 An. Y 6 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
M 27 P 2 3 An. R 5 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
S 40 P 4 4 An. S 6 P 2 3 2 2 2 3 3 4 4 4 1
S 29 P 4 4 An. K 5 P 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2
E 20 P 1 1 An. K 4 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
U 34 P 3 2 An. R 5 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
M 22 P 1 1 An. A 5 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
N 40 P 4 4 An. V 6 P 2 3 3 2 3 4 4 3 3 2 2
T 31 P 3 2 An. R 6 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
N 31 P 3 3 An. S 5 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
A 32 P 4 4 An.M 5 P 2 3 2 2 3 2 3 3 2 4 1
T 31 P 3 2 An. R 5 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
A 35 P 2 2 An. V 5 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
A 32 P 4 4 An. Z 6 L 2 3 2 3 2 2 3 3 2 4 1
C 32 P 3 3 An. Z 6 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
I 41 P 2 2 An. A 6 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
I 32 P 4 4 An. A 6 L 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 1
L 32 P 2 2 An. B 6 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
90
L 32 P 3 2 An. J 6 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
K 42 P 2 1 An. F 6 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
L 32 P 4 4 An. D 6 P 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 1
M 33 P 2 1 An. F 6 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
M 34 P 4 4 An. E 6 L 3 2 3 3 2 3 4 3 4 4 2
M 34 P 2 2 An. E 6 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
J 36 P 3 2 An. R 6 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
J 32 P 4 4 An. R 5 P 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 1
N 33 P 3 2 An. S 5 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
R 33 P 4 4 An. Z 6 L 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 1
E 34 P 3 3 An. L 5 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
E 32 P 4 4 An. S 6 L 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 2
E 32 P 1 3 An. Y 6 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
K 35 P 1 3 An. Z 6 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
G 36 P 4 4 An. C 5 P 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 2
V 20 P 1 1 An. A 4 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
A 31 p 3 3 An. N 5 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Keterangan:
1. Pendidikan : 2. Pekerjaan : 3. Koding:
4 : Sarjana 1 : Tidak Bekerja 1 : Demokratis
3 : SMA 2 : Wiraswasta 2 : Otoriter
2 : SMP 3 : Petani 3 : Permisif
1 : SD 4 : Pegawai Negeri
91
Data Kecerdasan Emosional
Nama
Ortu
Usia Jenis
Kel.
Pkrj Pd
kn
Nama
Anak
Usia Jenis
Kel.
Soal Tot Ko.
A 29 P 4 4 An. A 5 P 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 69 1
S 31 P 1 4 An. A 6 L 4 2 3 3 1 3 2 3 4 4 3 1 4 3 2 4 4 4 2 1 4 4 1 3 24 3
T 31 P 3 3 An. A 6 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 90 1
E 31 P 4 4 An. A 6 P 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 24 3
L 32 P 3 4 An. B 6 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 93 1
L 20 P 1 1 An. B 4 P 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 47 2
W 29 P 4 4 An. C 6 P 3 2 2 1 1 1 3 2 3 2 4 4 2 2 1 2 1 1 1 1 4 2 1 1 47 2
S 41 P 4 4 An. L 6 L 3 2 2 1 1 1 3 3 1 3 1 1 2 1 2 4 2 3 2 2 1 2 1 3 88 1
S 33 P 4 3 An. C 6 P 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 4 2 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 78 1
S 32 P 4 4 An. V 6 P 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 45 2
A 35 P 4 4 An. N 5 L 3 1 4 1 1 1 1 3 1 1 2 3 2 2 2 4 3 2 2 2 1 1 1 1 24 3
A 32 P 3 3 An. R 5 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 93 1
B 29 P 2 3 An. A 6 L 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 70 1
N 41 P 3 2 An. Y 6 P 3 1 2 4 2 2 4 4 2 3 2 1 3 4 4 4 2 4 4 4 3 3 2 3 24 3
M 27 P 2 3 An. R 5 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 3
S 40 P 4 4 An. S 6 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 61 1
S 29 P 4 4 An. K 5 P 4 3 1 2 1 3 1 2 3 1 1 3 4 2 2 4 3 2 3 4 4 2 4 2 24 3
E 20 P 1 1 An. K 4 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 96 1
U 34 P 3 2 An. R 5 P 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 24 3
M 22 P 1 1 An. A 5 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 94 1
N 40 P 4 4 An. V 6 P 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 24 3
T 31 P 3 2 An. R 6 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 89 1
N 31 P 3 3 An. S 5 L 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 83 1
A 32 P 4 4 An.M 5 P 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 89 1
T 31 P 3 2 An. R 5 P 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 24 3
A 35 P 2 2 An. V 5 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 3
A 32 P 4 4 An. Z 6 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 86 1
C 32 P 3 3 An. Z 6 P 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 88 1
I 41 P 2 2 An. A 6 P 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 46 2
I 32 P 4 4 An. A 6 L 2 3 2 2 1 3 2 2 2 1 3 1 1 4 1 4 1 1 2 1 2 1 2 2 85 1
L 32 P 2 2 An. B 6 P 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 47 2
L 32 P 3 2 An. J 6 L 4 2 2 1 3 2 1 2 1 1 2 2 2 2 3 1 3 1 1 1 2 3 2 3 24 3
K 42 P 2 1 An. F 6 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 86 1
L 32 P 4 4 An. D 6 P 4 4 3 4 4 4 4 2 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 24 3
M 33 P 2 1 An. F 6 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 86 1
M 34 P 4 4 An. E 6 L 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 84 1
92
M 34 P 2 2 An. E 6 P 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 2 3 3 4 4 3 4 47 2
J 36 P 3 2 An. R 6 P 3 1 2 1 3 1 3 4 2 2 3 1 2 2 1 1 3 1 2 2 1 2 2 2 84 1
J 32 P 4 4 An. R 5 P 3 4 2 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 86 1
N 33 P 3 2 An. S 5 P 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 47 2
R 33 P 4 4 An. Z 6 L 3 2 1 3 1 2 1 3 3 2 3 2 1 2 1 2 3 1 2 1 2 2 2 2 88 1
E 34 P 3 3 An. L 5 L 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 45 2
E 32 P 4 4 An. S 6 L 4 2 1 3 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 3 3 1 2 3 1 1 2 3 24 3
E 32 P 1 3 An. Y 6 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 84 1
K 35 P 1 3 An. Z 6 P 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 4 3 3 3 4 3 3 4 4 84 1
G 36 P 4 4 An. C 5 P 4 3 2 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 46 2
V 20 P 1 1 An. A 4 L 3 1 4 2 2 2 1 3 3 1 2 1 2 1 1 3 3 2 1 1 1 3 1 2 87 1
A 31 p 3 3 An. N 5 P 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 89 1
Keterangan:
1. Pendidikan : 2. Pekerjaan : 3. Koding:
4 : Sarjana 1 : Tidak Bekerja 1 : Tinggi
3 : SMA 2 : Wiraswasta 2 : Sedang
2 : SMP 3 : Petani 3 : Rendah
1 : SD 4 : Pegawai Negeri
93
Lampiran 13
Validitas dan Rehabilitas
Pola Asuh
Total_Score
Person
Correlation
Sig. (2- tailed) N
Item1
Item2
Item3
Item4
Item5
Item6
Item7
Item8
Item9
Item10
Total_score
,741”
,579”
,761”
,615”
,594”
,888”
,757”
,776”
,549
,741
1
,000
,007
,000
,004
,006
,000
,000
,000
,000
,000
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
94
Kecerdasan Emosional
Total_Score
Person
Correlation
Sig. (2- tailed) N
Item1
Item2
Item3
Item4
Item5
Item6
Item7
Item8
Item9
Item10
Item11
Item12
Item13
Item14
Item15
Item16
Item17
Item18
Item19
Item20
Item21
Item22
Item23
Item24
Total_score
,633”
,501’
,501’
,533’
,533’
,533’
,509’
,509’
,572”
,610”
,537’
,513’
501’
,501’
,772”
,730”
,526’
,513’
,772”
,673”
,556’
,529’
,501’
,501
1
,003
,025
,025
,011
,011
,011
,022
,022
,008
,004
,015
,021
,025
,025
,000
,000
,017
0,21
,000
,001
,011
,016
,025
,025
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
95
Pola Asuh
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.806 15
Kecerdasan Emosional
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.866 34
96
Lampiran 14
Analisis Data
Statistics
Jenis_Kelamin_Orangtua
N Valid 48
Missing 0
Mean .0000
Median .0000
Std. Deviation .00000
Minimum .00
Maximum .00
Jenis_Kelamin_Orangtua
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid perempuan 48 100.0 100.0 100.0
Statistics
Pekerjaan
N Valid 48
Missing 0
Mean 2.94
Median 3.00
Mode 4
Std. Deviation 1.080
Minimum 1
Maximum 4
Sum 141
97
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak bekerja 7 14.6 14.6 14.6
wiraswata 8 16.7 16.7 31.2
Petani 14 29.2 29.2 60.4
pegawai negeri 19 39.6 39.6 100.0
Total 48 100.0 100.0
Statistics
Pendidikan
N Valid 48
Missing 0
Mean 2.94
Median 3.00
Mode 4
Std. Deviation 1.080
Minimum 1
Maximum 4
Sum 141
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Sd 6 12.5 12.5 12.5
Smp 11 22.9 22.9 35.4
Sma 11 22.9 22.9 58.3
sarjana 20 41.7 41.7 100.0
Total 48 100.0 100.0
98
Statistics
usia_orangtua
N Valid 48
Missing 0
Mean 32.25
Median 32.00
Mode 32
Std. Deviation 4.940
Minimum 20
Maximum 42
Sum 1548
usia_orangtua
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 20 3 6.2 6.2 6.2
22 1 2.1 2.1 8.3
27 1 2.1 2.1 10.4
29 4 8.3 8.3 18.8
31 7 14.6 14.6 33.3
32 13 27.1 27.1 60.4
33 4 8.3 8.3 68.8
34 4 8.3 8.3 77.1
35 3 6.2 6.2 83.3
36 2 4.2 4.2 87.5
40 2 4.2 4.2 91.7
41 3 6.2 6.2 97.9
42 1 2.1 2.1 100.0
Total 48 100.0 100.0
99
Statistics
usia_anak
N Valid 48
Missing 0
Mean 5.56
Median 6.00
Mode 6
Std. Deviation .681
Minimum 4
Maximum 6
Sum 267
usia_anak
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 4 5 7.6 10.4 10.4
5 11 16.7 22.9 33.3
6 32 48.5 66.7 100.0
Total 48 72.7 100.0
100
Statistics
Jenis_Kelamin_Anak
N Valid 48
Missing 0
Mean .5208
Median 1.0000
Std. Deviation .50485
Minimum .00
Maximum 1.00
Jenis_Kelamin_Anak
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid perempuan 23 47.9 47.9 47.9
laki-laki 25 52.1 52.1 100.0
Total 48 100.0 100.0
101
Pola asuh orang tua
Statistics
pola_asuh
N Valid 48
Missing 0
Mean 1.40
Median 1.00
Mode 1
Std. Deviation .494
Minimum 1
Maximum 2
Sum 67
pola_asuh
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid demokratis 29 60.4 60.4 60.4
non demokratis 19 39.6 39.6 100.0
Total 48 100.0 100.0
102
Kecerdasan emosional
Statistics
kecerdasan_emosional
N Valid 48
Missing 0
Mean 1.46
Median 1.00
Mode 1
Std. Deviation .504
Minimum 1
Maximum 2
Sum 70
item_total
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tinggi 26 54.2 54.2 54.2
kurang baik 22 45.8 45.8 100.0
Total 48 100.0 100.0
103
Hasil uji chi square yang ke 1
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pola_asuh *
kecerdasan_emosional 48 100.0% 0 .0% 48 100.0%
pola_asuh * kecerdasan_emosional Crosstabulation
kecerdasan_emosional
Total tinggi Sedang rendah
pola_asuh demokratis Count 20 4 1 25
Expected Count 13.5 4.7 6.8 25.0
% within pola_asuh 80.0% 16.0% 4.0% 100.0%
otoriter Count 3 4 7 14
Expected Count 7.6 2.6 3.8 14.0
% within pola_asuh 21.4% 28.6% 50.0% 100.0%
permisif Count 3 1 5 9
Expected Count 4.9 1.7 2.4 9.0
% within pola_asuh 33.3% 11.1% 55.6% 100.0%
Total Count 26 9 13 48
Expected Count 26.0 9.0 13.0 48.0
% within pola_asuh 54.2% 18.8% 27.1% 100.0%
104
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 18.000a 4 .001
Likelihood Ratio 20.119 4 .000
Linear-by-Linear Association 12.836 1 .000
N of Valid Cases 48
a. 6 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1,69.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .522 .001
N of Valid Cases 48
105
Hasil uji chi square yang ke 2
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pola_asuh *
kategorikecerdasan 48 100.0% 0 .0% 48 100.0%
pola_asuh * kategorikecerdasan Crosstabulation
Kategorikecerdasan
Total baik curang baik
pola_asuh demokratis Count 20 5 25
Expected Count 13.5 11.5 25.0
% within pola_asuh 80.0% 20.0% 100.0%
otoriter Count 3 11 14
Expected Count 7.6 6.4 14.0
% within pola_asuh 21.4% 78.6% 100.0%
permisif Count 3 6 9
Expected Count 4.9 4.1 9.0
% within pola_asuh 33.3% 66.7% 100.0%
Total Count 26 22 48
Expected Count 26.0 22.0 48.0
% within pola_asuh 54.2% 45.8% 100.0%
106
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 14.338a 2 .001
Likelihood Ratio 15.183 2 .001
Linear-by-Linear Association 9.554 1 .002
N of Valid Cases 48
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 4,13.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .480 .001
N of Valid Cases 48
107
Hasil uji chi square yang ke 3
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kategoripolaasuh *
kategorikecerdasan 48 100.0% 0 .0% 48 100.0%
kategoripolaasuh * kategorikecerdasan Crosstabulation
kategorikecerdasan
Total tinggi rendah
kategoripolaasuh demokratis Count 21 7 28
Expected Count 15.2 12.8 28.0
% within kategoripolaasuh 75.0% 25.0% 100.0%
non demokratis Count 5 15 20
Expected Count 10.8 9.2 20.0
% within kategoripolaasuh 25.0% 75.0% 100.0%
Total Count 26 22 48
Expected Count 26.0 22.0 48.0
% within kategoripolaasuh 54.2% 45.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 11.748a 1 .001
Continuity Correctionb 9.821 1 .002
Likelihood Ratio 12.224 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear Association 11.503 1 .001
N of Valid Casesb 48
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,17.
b. Computed only for a 2x2 table
108
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .443 .001
N of Valid Cases 48
109
Lampiran 15
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
No Kegiatan Bulan
Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
1 Pengajuan dan konsul judul
2 Penyusunan proposal
3 Bimbingan proposal
4 Ujian proposal
5 Revisi proposal
6 Pengambilan data (penelitian)
7 Penyusunan dan bimbingan skripsi
8 Ujian skripsi
110
Lampiran 16
LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN
111
112
Lampiran 17
Dokumentasi