SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN...

85
SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh: ERNA DONA NIM:154111049 PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI UNIVERSITAS CITRA BANGSA KUPANG 2019

Transcript of SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN...

Page 1: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

SKRIPSI

HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT

KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA

KOTA KUPANG TAHUN 2019

Oleh:

ERNA DONA

NIM:154111049

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

KUPANG

2019

Page 2: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

i

SKRIPSI

HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT

KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA

KOTA KUPANG TAHUN 2019

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai

derajat strata 1 Program Studi Sarjana Farmasi

Oleh:

ERNA DONA

NIM:154111049

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

KUPANG

2019

Page 3: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

ii

PENGESAHAN

Dipertahankan di depan Tim Penguji Ujian Skripsi

Program Studi Sarjana Farmasi Universitas Citra Bangsa

dan diterima untuk Memenuhi Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana

Farmasi (S. Farm)

Tanggal 27 September 2019

Mengesahkan

Universitas Citra Bangsa

Wakil Rektor Bidang Akademik,

Dr. Frans Salesman, SE.,M. Kes

NIDN.0809055501

Page 4: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

iii

PERSETUJUAN

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL 27 SEPTEMBER 2019

Oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Serlibrina W. Turwewi, S. Farm., M.Si., Apt Novi Winda Lutsina, S.Farm., M.Si.,

Apt NIDN. 0813099201 NIDN. 0819118802

Mengetahui

Ketua Program Studi Farmasi

Novi Winda Lutsina, S.Farm., M.Si., Apt

NIDN. 0819118802

Page 5: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

iv

PANITIA PENGUJI UJIAN SKRIPSI

Telah diuji pada Ujian Skripsi (Tertutup)

Tanggal 28 Agustus 2019

Ketua : Serlibrina Wulandari Turwewi, S.Farm., M.Si., Apt ........................

Anggota : 1. Aurelia Da Silva S.Fraga, S.Farm., M.Farm., Apt .........................

2. Novi Winda Lutsina, S.Farm., M.Si., Apt .........................

Ditetapkan dengan Surat Keputusan

Rektor Fakultas Kesehatan Universitas Citra Bangsa

Nomor: SK.060/STIKesCHMK/AKDM/VIII/2018

Tanggal : 28 Agustus 2019

Page 6: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

v

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini saya :

Nama : Erna Dona

Nim : 154111049

Program Studi : Sarjana Farmasi

Alamat Rumah : Jl. Tosi Kecamatan Alak

No. Telepon / Hp : 081338102283

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini adalah asli dan benar-benar hasil karya sendiri, dan bukan

hasil karya orang lain dengan mengatas namakan saya, serta bukan

merupakan hasi peniruan atau jiplakan (Plagiarism) dari hasil karya

orang lain. Skripsi ini belum pernah diajukan untuk mendapat gelar

akademik baik di Univeritas Citra Bangsa, maupun di perguruan tinggi

lainnya.

2. Di dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah

ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan

jelas dicantumkan sebagai acuan dengan disebutkan nama pengarang

dan dicantumkan dalam daftar kepustakaan.

3. Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, dan apabila

dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam

pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa

pencabutan gelar saya yang telah di peroleh karena skripsi ini, serta

sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Kupang, 28 Agustus 2019

Yang membuat pernyataan,

Erna Dona

Nim : 154111049

Page 7: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

vi

PERSEMBAHAN

MAU SUKSES ITU PILIHAN, MAU BERJUANG ATAU

MENYERAH.

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

ini.

2. Dosen-dosen Prodi Farmasi yang telah memberikan banyak ilmu dan

pengetahuan serta motivasi kepada penulis yang tidak ternilai harganya.

3. Kedua orang tua (Bapa dan Mama), kakak dan adik-adik, dan keluarga

besar sang telah memberikan doa dan juga semangat kepada penulis

selama penyusunan skripsi ini.

4. Teman-teman Farmasi A, B, C angkatan I Universitas Citra Bangsa

Kupang.

5. Bagi saya sendiri yang telah telah berhasil menyelesaikan skripsi ini.

Page 8: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul “HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN

TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS

SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019” Skripsi ini merupakan salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Universitas Citra

Bangsa Kupang.

Bersama ini, perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Jefry Jap, drg., M.Kes selaku Rektor Universitas Citra

Bangsa Kupang yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas

kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan S1

Farmasi.

2. Ibu Novi Winda Lutsina, S.Farm., M.Si., Apt selaku Ketua Program

Studi S1 Farmasi Universitas Citra Bangsa Kupang yang telah

memberikan motivasi dengan setiap peraturan yang membangun

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Maria Philomena Erika Rengga, S.Farm, M.Farm-Klin., Apt selaku

Sekertaris Prodi Studi S1 Farmasi Universitas Citra Bangsa Kupang.

4. Ibu Serlibrina W. Turwewi, S.Farm., M.Si., Apt selaku dosen

pembimbing 1 dan ibu Novi Winda Lutsina, S.Farm., M.Si., Apt

selaku pembimbing II yang dengan setia dan sabar meluangkan waktu

untuk mengarahkan, membimbing, memberikan motivasi serta

memberikan masukan kepada penulis demi kesempurnaan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Aurelia Da Silva S. Fraga, S.Farm., M.Farm., Apt selaku penguji II

yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan

masukan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 9: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

viii

6. Ibu Yohana Krisostoma Anduk Mbulang, S.Farm., M.Farm., Apt

sebagai wali kelas yang selalu setia mendukung dan memberikan doa

maupun motivasi selama penulis menjadi mahasiswi di Program Studi

Sarjana Farmasi Universitas Citra Bangsa Kupang.

7. Seluruh Dosen dan Staf Universitas Citra Bangsa Kupang yang telah

membantu kelancaran penulis dalam menyelesaikan studi.

8. Tempat Penelitian Puskemas Sikumana Kota Kupang yang telah

memberikan ijin untuk melakukan pengambilan data demi kelancaran

penyusunan skripsi ini.

9. Kedua orang tua, kakak, adik dan semua keluarga yang selalu

mendukung dalam doa serta memberikan motivasi kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman seperjuangan dari awal masuk Farmasi A,B,C angkatan

1 Universitas Citra Bangsa Kupang yang terus mendukung dalam doa,

memberikan dorongan dan masukan.

Semoga Tuhan membalas budi baik semua pihak yang telah

memberikan dukungan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

tetapi saya berharap bahwa skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Kupang, 28 Agustus 2019

Penulis

Page 10: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iii

HALAMAN PANITIA PENGUJI ............................................................ iv

HALAMAN PERNYATAAN ................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi

KATA PENGANTAR .............................................................................. vii

DAFTAR ISI .............................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv

ABSTRAK ................................................................................................. xv

ABSTRAC ................................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 6

A. Standar Pelayanan Kefarmasian ................................................. 6

A.1 Definisi Pelayanan Kefarmasian ........................................... 6

A.2 Ruang Lingkup Pelayanan Kefarmasian ............................... 6

B. Pelayanan Informasi Obat ............................................................ 7

B.1 Definisi Pelayanan Informasi Obat ..................................... 7

B.2 Tujuan Pelayanan Informasi Obat ....................................... 8

B.3 Kegiatan Pelayanan Informasi Obat ..................................... 8

B.4 Faktor-faktor Pelayanan Informasi Obat .............................. 10

C. Kepatuhan ................................................................................... 11

C.1 Definisi Kepatuhan .............................................................. 11

C.2 Faktor-faktor Mempengaruhi Kepatuhan ............................. 13

C.3 Cara Meningkatkan Kepatuhan ........................................... 13

D. Hipertensi .................................................................................... 14

Page 11: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

x

D.1 Definisi Hipertensi .............................................................. 14

D.2 Penggolongan Hipertensi .................................................... 15

D.3 Patofisiologi Hipertensi ....................................................... 16

D.4 Penyebab Hipertensi ............................................................ 17

D.5 Faktor Resiko Hipertensi ..................................................... 18

D.6 Gejala Hipertensi ................................................................. 20

D.7 Komplikasi Hipertensi ......................................................... 22

D.8 Pencegahan Hipertensi ........................................................ 23

E. Puskesmas ................................................................................... 27

E.1 Definisi Puskesmas .............................................................. 27

E.2 Tujuan Puskesmas ............................................................... 27

E.3 Fungsi Puskesmas ................................................................. 27

F. Puskesmas Sikumana .................................................................. 28

F.1 Profil Puskesmas Sikumana .................................................. 28

F.2 Visi Puskesmas Sikumana ................................................... 29

F.3 Misi Puskesmas Sikumana ................................................... 29

F.4 Moto Puskesmas Sikumana ................................................. 29

G. Kerangka Konsep ........................................................................ 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 31

A. Desain dan Rancangan Penelitian ............................................... 31

B. Populasi dan Sampel ................................................................... 31

C. Variabel Penelitian ....................................................................... 32

D. Definisi Operasional .................................................................... 34

E. Instrumen Penelitian ................................................................... 35

F. Uji Validasi dan Uji Reiliabilitas ................................................ 35

G. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 36

H. Jalannya Penelitian ...................................................................... 36

I. Alur Penelitian ............................................................................ 38

J. Analisis Data ............................................................................... 38

K. Jadwal Penelitian ........................................................................ 40

Page 12: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

xi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 41

A. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ......................................... 41

B. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........................ 42

C. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pendidikan .................. 44

D. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pekerjaan...................... 45

E. Komponen Pelayanan Informasi Obat ................................................ 47

F. Tingkat Kepatuhan Pasien Hipertensi .................................................. 49

G. Hubungan PIO dengan Tingkat Kepatuhan ........................................ 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 53

A. Kesimpulan ......................................................................................... 53

B. Saran .................................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 54

LAMPIRAN ................................................................................................... 58

Page 13: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Konsep ........................................................................... 30

Gambar 2. Alur Penelitian................................................................................ 38

Page 14: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi ......................................................................... 16

Tabel 2. Definisi Operasional .......................................................................... 34

Tabel 3. Kerataan Hubungan Antar Variabel ................................................... 39

Tabel 4. Jadwal Penelitian................................................................................ 40

Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ....................................... 41

Tabel 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ....................... 42

Tabel 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pendidikan ................. 44

Tabel 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pekerjaan .................. 46

Tabel 9. Komponen Pemberian PIO pada Pasien Hipertensi. .......................... 48

Tabel 10. Tingkat Kepatuhan Pada Paien Hipertensi....................................... 49

Tabel 11. Hubungan PIO Dengan Tingkat Kepatuhan .................................... 51

Page 15: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian dari kampus ................................................ 59

Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian Dari Dinas Kesehatan Kota Kupang ......... 60

Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian Dari Kecamatan Maulafa .......................... 61

Lampiran 4. Informed Consent ........................................................................ 62

Lampiran 5. Formulir Identitas Responden ..................................................... 63

Lampiran 6. Kuisoner....................................................................................... 64

Lampiran 7. Lembaran check-list ..................................................................... 65

Lampiran 8. Dokumentasi .............................................................................. 68

Page 16: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

xv

ABSTRAK

Dona, Erna. 2019. Hubungan Pelayanan Informasi Obat Dengan Tingkat

Kepatuhan Pasien Hipertensi Di Puskesmas Sikumana Kota Kupang.

Serlibrina W Turwewi, S.Farm., M.Si, Apt. Novi Winda Lutsina, S.Farm.,

M.Si, Apt. Program Studi Sarjana Farmasi Universitas Citra Bangsa.

Pelayanan informasi obat sangat penting dalam upaya menunjang

pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional. Pelayanan informasi obat

sangat diperlukan, terlebih lagi banyak pasien yang belum mendapatkan

informasi obat secara memadai. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat

gambaran hubungan pelayanan informasi obat dengan tingkat kepatuhan

pasien hipertensi di puskesmas sikumana kota kupang

Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan

rancangan penelitian deskriptif dengan pendekatan secara prospektif. Teknik

sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Responden dalam

penelitian ini adalah semua pasien yang menderita darah tinggi (Hipertensi)

di puskesmas sikumana kota kupang dengan jumlah 50 orang. Selanjutnya

data dianalisis dengan analisis correlation kendal’s tau-b dengan tingkat

kemaknaan p < 0,005.

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan correlation kendal’s tau-b

mendapatkan nilai signifikan 0,004 menyatakan ada hubungan antara

pelayanan informasi obat dengan tingkat kepatuhan pasien hipertensi, dengan

nilai koefisien kolerasi yaitu 0,348 dengan derajat hubungan yaitu kolerasi

cukup, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara

pelayanan informasi obat dengan tingkat kepatuhan pasien hipertensi dan

derajat hubungan yaitu kolerasi cukup.

Kata kunci: Kepatuhan, pelayanan informasi obat, hubungan, hipertensi.

Page 17: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

xvi

ABSTRACT

Dona, Erna. 2019. The Drugs Information Service and The Obedience

Level at Hypertensive Patients in Health Center in Sikumana, Kupang

City. Serlibrina W Turwewi, S.Farm., M.Si, Apt. Novi Winda Lutsina,

S.Farm., M.Si, Apt. Bachelor of Pharmacy Study Program, Citra Bangsa

University.

The drugs information service is so important in order to support culture of

processing and using of drugs rationally. This thing is necessary, especially

many patients didn’t get information about the drugs that they will used. This

research purpose is to know relation between the medicine information service

and the adherence level of hypertensive patients in sikumana primary health

cetre.

The method of this research is non-experimental with descriptive design

and prospective approach. The sampling tecnic is purposive sampling.

Respondents in this research are 50 hypertensive patients in sikumana primary

health cetre. The statistic test used is the statistic analysis test, correlation with

level of significance < 0,005.

Based on the results of statistical tests using Kendal's tau-b correlation, a

significant value of 0.004 states that there is a relationship between drug

information services and the level of compliance with hypertension patients,

with a correlation coefficient value of 0.348 with a degree of correlation that is

sufficient correlation, so it can be concluded that there is a relationship

between drug information services with the level of compliance with

hypertension patients and the degree of relationship that is sufficient

correlation.

Key words: Obedience, the medicine information service, relationship.

Page 18: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kefarmasian di puskesmas merupakan satu kesatuan

yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan

penting dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk

mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah

yang berhubungan dengan kesehatan. Bentuk pelayanan kefarmasian salah

satunya adalah pemberian informasi obat kepada pasien (Permenkes RI,

2016).

Pelayanan informasi obat merupakan salah satu bentuk pekerjaan

kefarmasian berupa sebuah pelayanan langsung serta bertanggung jawab

terhadap pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud

mencapai hasil yang pasti dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan

pasien. Pelayanan informasi obat sangat penting dalam upaya menunjang

budaya pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional. Pelayanan informasi

obat sangat diperlukan, terlebih lagi banyak pasien yang belum mendapatkan

informasi obat secara memadai tentang obat yang digunakan, karena

penggunaan obat yang tidak benar dan ketidak patuhan meminum obat bisa

membahayakan pasien. Pelayanan informasi obat ditujukan untuk

meningkatkan hasil terapi dengan memaksimalkan penggunaan obat-obatan

yang tepat. Salah satu manfaat dari pelayanan informasi obat adalah

meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat yang rasional oleh

pasien sehingga angka kematian dan kerugian (baik biaya maupun hilangnya

produktivitas) dapat ditekan (Dianita dkk, 2017 ; Tumiwa dkk, 2014).

Kepatuhan pasien berpengaruh terhadap keberhasilan suatu

pengobatan. Hasil terapi tidak akan mencapai tingkat optimal tanpa adanya

kesadaran dari pasien itu sendiri, bahkan dapat menyebabkan kegagalan terapi,

serta dapat pula menimbulkan komplikasi yang sangat merugikan dan pada

akhirnya akan berakibat fatal. Pelayanan kefarmasian saat ini telah bergeser

Page 19: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

2

orientasinya dari orientasi obat (drug oriented) menjadi orientasi pasien

(patient oriented) yang mengacu pada asuhan kefarmasian (pharmaceutical

care). Kepatuhan pasien dalam penggunaan obat perlu ditingkatkan terlebih

lagi bagi pasien dengan penyakit kronik seperti hipertensi agar hasil terapi

yang diinginkan dapat tercapai (Pratiwi, 2011).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan

darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90

mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam

keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung

dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada

ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak bila tidak

dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai.Peningkatan

tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko antara lain umur, jenis

kelamin, riwayat keluarga, genetik (faktor risiko yang tidak dapat

diubah/dikontrol) dan gaya hidup seperti kebiasaan merokok, konsumsi

garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi

minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stres,

penggunaan estrogen (Kemenkes RI, 2014).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2013 bahwa

jumlah penderita hipertensi di dunia akan terus meningkat seiring dengan

peningkatan jumlah penduduk, dari 600 juta tahun 1980 menjadi hampir 1

miliar tahun 2008. Terjadi perbedaan prevalensi hipertensi antara negara

ekonomi berkembang yaitu 40 % dan negara maju yaitu 35%. Menurut survei

Riset Dasar Kesehatan Nasional (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi hipertensi

di Provinsi Nusa Tenggara Timur berdasarkan hasil pengukuran pada

penduduk umur ≥ 18 tahun sebesar 27,72% dan berdasarkan proporsi minum

obat antihipertensi secara rutin pada penduduk umur ≥ 18 tahun pada pasien

hipertensi di Nusa Tenggara Timur yang rutin minum obat antihipertensi

sebesar 56,75%, yang tidak rutin minum obat antihipertensi sebesar 28,58%

dan tidak minum obat antihipertensi sebesar 14,67%.

Page 20: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

3

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Kupang dalam Profil

Kesehatan Kota Kupang tahun 2016 puskesmas dengan tingkat penderita

hipertensi tertinggi di Kota Kupang yaitu Puskesmas Sikumana dengan

jumlah 1766 pasien atau sebesar 9,63%, Puskesmas Pasir Panjang dengan

jumlah 1503 pasien atau sebesar 11,69% dan Puskemas Bakunase dengan

jumlah 1440 pasien atau sebesar 57,36%. Berdasarkan data Dinas Kesehatan

Kota Kupang dalam profil Kesehatan Kota Kupang tahun 2017, penyakit

hipertensi menempati peringkat ke 4 setelah ISPA, dispepsia/gastritis dan

common cold dalam jumlah penyakit terbanyak di Kota Kupang tahun 2017

dengan total jumlah kasus sebanyak 21,856 atau sekitar 9,7%. Puskesmas

dengan tingkat penderita hipertensi tertinggi di Kota Kupang pada tahun 2017

yaitu Puskesmas Oebobo dengan jumlah 2983 pasien, Puskesmas Pasir

Panjang di peringkat ke dua dengan jumlah 2965 pasien dan peringkat ke tiga

yaitu Puskesmas Sikumana dengan jumlah 2636 pasien (Profil Dinas

Kesehatan Kota Kupang, 2017).

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif

dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI, 2014).

Hipertensi merupakan penyakit kronis sehingga perlu diperhatikan

kepatuhan terhadap penggunaan obat hipertensi tersebut. Dari uraian di atas

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Pelayanan

Informasi Obat Dengan Tingkat Kepatuhan Pasien Hipertensi di Puskesmas

Sikumana pada Tahun 2019”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran pelayanan informasi obat di Puskesmas

Sikumana Kota Kupang?

2. Bagaimana gambaran tingkat kepatuhan pasien hipertensi di

Puskesmas Sikumana Kota Kupang?

Page 21: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

4

3. Bagaimana hubungan pelayanan informasi obat dengan tingkat

kepatuhan Pasien hipertensi di Puskesmas Sikumana Kota Kupang?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pelayanan informasi obat di Puskesmas Sikumana

Kota Kupang.

2. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan pasien hipertensi di Puskesmas

Sikumana Kota Kupang.

3. Untuk mengetahui hubungan pelayanan informasi obat dengan tingkat

kepatuhan pasien hipertensi di Puskesmas Sikumana kota Kupang.

D. Manfaat Peneliti

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritas dari penelitian ini dapat berguna bagi

perkembangan ilmu kefarmasian komunitas, serta perkembangan ilmu

pelayanan kefarmasian di puskesmas.

2. Manfaat Praktis

2.1 Bagi Institusi Pedidikan

Dapat dijadikan sebagai informai dan masukan untuk

menambah kepustakaan serta membantu dalam proses

pembelajaran yang berhubungan denganhubungan pelayanan

informasi obat dengan tingkat kepatuhan pasien hipertensi di

Puskesmas Sikumana Kota Kupang.

2.2 Bagi Masyarakat

Sebagai bahan masukkan bagi masyarakat mengenai

pentingnya manfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia, dalam

melakukan upaya peningkatan derajat kesehatan bagi anggota

keluarganya dan juga dirinya sendiri.

2.3 Bagi Peneliti

Untuk meningkatkan wawasan dan pengalaman dalam

menyusun, merencanakan dan melaksanakan sebuah penelitian

sebagai peneliti pemula.

Page 22: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

5

2.4 Bagi Tempat Peneliti

Sebagai bahan masukan bagi tempat penelitian untuk

meningkatkan pengetahuan dari masyarakat mengenai hubungan

pelayanan informasi obat dengan tingkat kepatuhan pasien

hipertensi di Puskesmas Sikumana Kota Kupang.

Page 23: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas

A.1. Definisi Pelayanan Kefarmasian

Pelayanan kefarmasian di puskesmas merupakan satu kesatuan

yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan

penting dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi

masyarakat. Pelayanan kefarmasian di Puskesmas harus mendukung tiga

fungsi pokok Puskesmas, yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan

berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat

pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan

perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat (Permenkes RI, 2016).

Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu

dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan

masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan.

Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu pelayanan

kefarmaian, perluasan dari paradigma lama yang berorientasi pada

pasien (drug oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi pada

pasien (patient oriented) dengan filosofi pelayanan kefarmasian

(pharmaceutical care) (Permenkes RI, 2016).

A.2. Ruang Lingkup Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas

Pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi 2 (dua) kegiatan,

yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan sediaan

farmasi dan bahan medis habis pakai (mulai dari perencanaan,

permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,

pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi) dan kegiatan

pelayanan farmasi klinik (pengkajian dan pelayanan resep, Pelayanan

Informasi Obat (PIO), Konseling, Visite pasien (khusus puskesmas

rawat inap), Monitoring Efek Samping Obat (MESO), Pemantauan

Page 24: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

7

Terapi Obat (PTO), Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) (Permenkes RI,

2016).

B. Pelayanan Informasi Obat

B.1. Definisi Pelayanan Informasi Obat

Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya

manusia (SDM), sarana prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan

kesehatan serta administrasi) dan pelayanan farmasi klinik (penerimaan

resep, peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat dan

pencatatan/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga, dana,

prasarana, sarana dan metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya

mencapai tujuan yang ditetapkan. Pelayanan informasi obat merupakan

bagian yang tak terpisahkan dari pelaksanaan pelayanan kefarmasian di

Puskesmas. Tujuan dari dilaksanakannya pelayanan informasi obat di

puskesmas yaitu untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan

masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan

(Permenkes RI, 2016).

Tujuan dari pelaksanaan pelayanan informasi obat di

puskesmas tersebut dapat tercapai, dibutuhkan suatu standar yang yang

dapat digunakan sebagai panduan untuk menjalankan kegiatan pelayanan

informasi obat. Standar tersebut telah diatur dalam Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas yang kemudian diperbaharui pada

tahun 2016 menjadi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di

Puskesmas.

Pelayanan informasi obat merupakan salah satu bentuk

pekerjaan kefarmasian berupa sebuah pelayanan langsung serta

bertanggung jawab terhadap pasien yang berkaitan dengan sediaan

farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti dengan tujuan untuk

meningkatkan kesehatan pasien. Pelayanan informasi obat sangat

Page 25: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

8

penting dalam upaya menunjang budaya pengelolaan dan penggunaan

obat secara rasional (Dianita dkk, 2017).

Pelaksanaan pelayanan informasi obat merupakan kewajiban

tenaga kefarmasian yang didasarkan pada kepentingan pasien, dimana

salah satu bentuk pelayanan informasi obat yang wajib diberikan oleh

tenaga farmasi adalah pelayanan informasi yang berkaitan dengan

penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien dan penggunaan obat

secara tepat, aman dan rasional atas permintaan masyarakat. Salah satu

manfaat dari pelayanan informasi obat adalah meningkatkan kepatuhan

pasien dalam penggunaan obat, sehingga angka kematian dan kerugian

(baik biaya maupun hilangnya produktivitas) dapat ditekan (Adityawati,

2016).

B.2. Tujuan Pelayanan Informasi Obat

Pada dasarnya, pelayanan informasi obat merupakan kegiatan

pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi

secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat,

profesi kesehatan lainnya dan pasien (Permenkes RI, 2016).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di

Puskesmas, Tujuan pelayanan informasi obat adalah:

a. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan

tenaga kesehatan dilingkungan puskesmas.

b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan

yang berhubungan dengan obat, terutama bagi Panitia/Komite

Farmasi dan Terapi.

c. Meningkatkan profesionalisme apoteker.

d. Menunjang terapi obat yang rasional.

B.3. Kegiatan Pelayanan Informasi Obat

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di

Puskesmas, Kegiatan pelayanan informasi obat meliputi:

Page 26: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

9

a. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen

secara pro aktif dan pasif.

b. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan

melalui telepon, surat atau tatap muka.

c. Membuat buletin, leaflet, label obat, poster, majalah dinding

dan lain-lain.

d. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan

rawat inap, serta masyarakat.

e. Melakukan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kefarmasian

dan tenaga kesehatan lainnya terkait dengan obat dan Bahan

Medis Habis Pakai.

f. Mengkoordinasikan penelitian terkait obat dan kegiatan

pelayanan kefarmasian.

Pelayanan informasi obat harus benar, jelas, mudah

dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini sangat

diperlukan dalam upaya penggunaan obat yang rasional oleh pasien.

Informasi obat yang lazim diperlukan pasien meliputi :

a. Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat

digunakan dalam sehari, apakah diwaktu pagi, siang, sore

atau malam. Dalam hal ini termasuk apakah obat diminum

sebelum atau sesudah makan.

b. Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada

atau harus dihabiskan meskipun sudah sembuh.

c. Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan

keberhasilan pengobatan. Oleh karena itu pasien harus

mendapat penjelasan mengenai cara penggunaan obat yang

benar terutama untuk sediaan farmasi tertentu seperti obat

oral, obat tetes mata, obat dalam bentuk inhaler, krim/salep

dan suppositoria.

Page 27: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

10

d. Efek yang akan timbul dari penggunaan obat yang akan

dirasakan, misalnya berkeringat, mengantuk, kurang

kesadaran, tinja berubah warna, dan sebagainya.

e. Hal-hal yang mungkin timbul. Misalnya efek samping obat,

interaksi obat dengan obat lain atau makanan tertentu, dan

kontra indikasi obat tertentu dengan diet rendah kalori,

kehamilan dan menyusui.

f. Cara penyimpanan yang baik untuk obat tersebut.

Informasi tentang suatu obat dan promosi yang dilakukan

sangat mempengaruhi penggunaan obat tersebut dan tinggi rendahnya

pemahaman konsumen mengenai produk tergantung pada tingkat

kebenaran informasi yang disampaikan penjual atau pengusaha serta daya

tangkap konsumen yang bersangkutan (Ghea, 2015).

B.4. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan Pelayanan

Informasi Obat

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di

Puskesmas,Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan

pelayanan informasi obat adalah:

a. Sumber informasi obat

Sumber informasi obat dapat berasal dari media cetak dan

media elektronik. Banyaknya sumber informasi dari media

elektronik, menjadikan kita harus dapat mencari literatur yang

valid dan akurat yang akan disampaikan kepada konsumen.

b. Tempat

Pelayanan informasi obat membutuhkan tempat tersendiri,

terutama untuk pasien-pasien yang mempunyai kasus khusus

dan tidak ingin diketahui orang lain. Proses dokumentasi juga

dibutuhkan dalam proses pelayanan informasi obat, sehingga

dibutuhkan ruang khusus untuk keperluan pencatatan

informasi.

Page 28: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

11

c. Tenaga

Tenaga kefarmasian yang dapat menyampaikan informasi obat

hendaknya memenuhi persyaratan tertentu, yaitu minimal

apoteker. Apoteker mempunyai kompetensi dasar mampu

mencari sumber informasi yang valid dan akurat serta

menguasai teknik komunikasi dalam menyampaikan informasi

tersebut.

d. Perlengkapan

Untuk mencari literature sebagai dasar informasi diperlukan

pustaka dari berbagai sumber. Oleh karena itu perlengkapan

seperti buku-buku standar serta internet diperlukan sebagai

sarana pendukung pelaksanaan pelayanan informasi obat.

C. Kepatuhan Pasien

C.1. Definisi Kepatuhan

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia patuh adalah suka

menuruti (perintah), taat (perintah, aturan), kepatuhan (taat) sebagai

tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang sesuai

dengan yang disarankan oleh dokter atau petugas kesehatan.

Kepatuhan adalah salah satu komponen penting dalam

pengobatan, terlebih lagi pada terapi jangka panjang pada penyakit

kronis seperti hipertensi, kepatuhan menggunakan obat berperan sangat

penting terhadap keberhasilan terapi. Kepatuhan didefinisikan sebagai

sejauh mana kesesuaian pasien dalam menggunakan rejimen obat

(interval dan dosis) seperti yang telah ditentukan berdasarkan resep

dokter. Komponen kepatuhan pasien dalam menggunakan obat terdiri

dari tiga yaitu inisiasi, implementasi dan diskontinyuitas. Inisiasi

merupakan kepatuhan pasien yang menerima pengobatan yang

diresepkan untuk pertama kali. Implementasi adalah kesesuaian rejimen

obat yang digunakan mulai dari tahap inisiasi sampai dosis terakhir yang

digunakan, sedangkan diskontinyuitas atau continued adherence adalah

Page 29: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

12

kepatuhan pada saat pasien melanjutkan terapi yang diperoleh (I Gede,

2015).

Kepatuhan pengobatan pasien hipertensi merupakan hal

penting karena hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat

disembuhkan tetapi harus selalu dikontrol atau dikendalikan agar tidak

terjadi komplikasi yang dapat berujung pada kematian. Masalah

ketidakpatuhan umum dijumpai dalam pengobatan penyakit kronis yang

memerlukan pengobatan jangka panjang seperti hipertensi. Obat-obat

antihipertensi yang ada saat ini telah terbukti dapat mengontrol tekanan

darah pada pasien hipertensi, dan juga sangat berperan dalam

menurunkan resiko berkembangnya komplikasi kardiovaskular. Namun

demikian, penggunaan obat antihipertensi saja terbukti tidak cukup

untuk menghasilkan efek pengontrolan tekanan darah jangka panjang

apabila tidak didukung dengan kepatuhan dalam menggunakan obat

antihipertensi tersebut (Yulike., et al, 2017)

Kepatuhan adalah derajat dimana pasien mengikuti anjuran

klinis dari dokter yang mengobatinya dan mengunakan obat sesuai

anjuran yang sudah diberikan. Kepatuhan atau ketaatan (compliance atau

adherence) sebagai tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan

perilaku yang disarankan oleh dokternya atau oleh tim medis lainnya

atau perilaku pasien yang mentaati semua nasihat dan petunjuk yang

dianjurkan oleh kalangan tenaga medis. Segala sesuatu yang harus

dilakukan untuk mencapai tujuan pengobatan, salah satunya adalah

kepatuhan minum obat. Kepatuhan adalah secara sederhana sebagai

perluasan prilaku individu yang berhubungan dengan minum obat,

mengikuti diet dan merubah gaya hidup yang sesuai dengan petunjuk

medis yang sudah dianjurkan (Evadewi dan Luh, 2013).

Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang

dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam

menyelenggarakan pelayanan kefarmasian sedangkan Pelayanan

Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab

Page 30: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

13

kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud

mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan

pasien(Pratiwi, 2011).

Kepuasan merupakan fungsi dari kesan kinerja dan harapan.

Pasien baru akan merasa puas apabila kinerja layanan kesehatan yang

diperolehnya sama atau melebihi harapannya dan sebaliknya,

ketidakpuasan atau perasaan kecewa pasien akan muncul apabila kinerja

layanan kesehatan yang diperolehnya itu tidak sesuai dengan harapannya

(Sutrisna, 2008: 2). Dalam memberikan pelayanan, seorang petugas

kesehatan memiliki budi pekerti yang baik. Pelayanan yang baik

merupakan hal mendasar yang diperlukan bagi setiap orang. Oleh karena

itu pihak yang memberikan pelayanan kesehatan, seperti Rumah Sakit,

Puskesmas dan lainnya perlu memiliki kualitas pelayanan yang sesuai

dengan harapan pasien. Dengan pemberian informasi kepada pasien

diharapkan dapat terjalin hubungan yangbaik sehingga dapat mengurangi

atau menghindari kemungkinan terjadi kesalahan penyerahan atau

pemakaian obat.

C.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan

Faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien hipertensi adalah

faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi dampak

pendidikan dan kesehatan, hubungan antara pasien dengan petugas

kesehatan serta dukungan dari lingkungan sosial dan keluarga. Faktor

internal meliputi usia, latar belakang, sikap dan emosi yang di sebabkan

oleh penyakit yang diderita dan kepribadian pasien (Jaya,2009).

C.3. Cara Untuk Meningkatkan Kepatuhan pasien

Beberapa cara untuk meningkatkan kepatuhan pasien yaitu :

a) Memberikan informasi pada pasien akan manfaat dan

pentingnya kepatuhan untuk mencapai keberhasilan

pengobatan.

Page 31: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

14

b) Mengingatkan pasien untuk melakukan segala sesuatu yang

harus dilakukan demi keberhasilan pengobatan melalui

telepon atau alat komunikasi lainnya.

c) Menunjukan kepada pasien kemasan obat yang sebenarnya

atau dengan cara menunjukan obat aslinya.

d) Memberikan keyakinan pada pasien akan efektivitas obat

dalam penyembuhan.

e) Memberikan resiko ketidakpatuhan dalam meminum obat.

f) Memberikan layanan kefarmasian dengan observasi langsung,

mengunjungi rumah pasien dan memberikan konsultasi

kesehatan.

g) Adanya dukungan dari pihak keluarga, teman dan orang

disekitarnya untuk selalu mengingatkan pasien, agar teratur

minum obat demi keberhasilan minum obat.

D. Hipertensi

D.1. Difinisi Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan

tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik

lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima

menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah

dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko antara lain umur, jenis kelamin,

riwayat keluarga, genetik (faktor risiko yang tidak dapat

diubah/dikontrol) dan gaya hidup seperti kebiasaan merokok, konsumsi

garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi

minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stres,

penggunaan estrogen (Kemenkes RI, 2014).

Menurut American Sosiety of Hypertension (ASH) tahun 2015

hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler

yang progresif sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling

berhubungan. Menurut Joint National Committe on Prevention

Page 32: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

15

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure VII/JNC

(2014) hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg

dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg.

D.2. Penggolongan

Menurut Worlth Health Organization (WHO) tahun 2012,

tekanan darah normal adalah kurang dari 135/85 mmHg, dikatakan

hipertensi bila lebih dari 140/90 mmgHg. Klasifikasi hipertensi menurut

WHO berdasaran tekanan diastolik adalah sebagai berikut :

a. Hipertensi derajat I, yaitu jika tekanan diastoliknya 95-109

mmHg

b. Hipertensi derajat II, yaitu jika tekanan diastoliknya 110-119

mmHg

c. Hipertensi derajat III, yaitu jika tekanan diastoliknya lebih

dari 120 mmHg

Salah satu cara untuk mengetahui apakah seseorang menderita

hipertensi atau tidak adalah dengan membuat suatu standar nilai ukur

dari tensi atau tekanan darah. salah satu contoh standar yang

digunakan yaitu JNC (Joint National Committee).

JNC (Joint National Committee) telah mengeluarkan guideline

terbaru pada tahun 2014 yaitu JNC 8 mengenai tatalaksana hipertensi.

Mengingat bahwa hipertensi merupakan salah satu penyakit penyebab

kematian terbesar atau disebut juga sebagai “silent killer” dan masa

terapinya yang cukup lama sehingga perlu dideteksi secara dini dan

diterapi dengan terapi yang tepat.

Page 33: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

16

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi menurut JNC 8 tahun 2014

Klasifikasi Tekanan darah

Sistolik

(mmHg)

Tekanan darah

Diastolik

(mmHg)

Normal <120 mmHg Dan <80 mmHg

Pre-Hipertensi 120-129

mmHg

Dan <80 mmHg

Hipertensi

Tahap 1

130-139

mmHg

Atau 80-89 mmHg

Hipertensi

Tahap 2

≥140 mmHg Atau ≥ 90 mmHg

D.3. Patofisiologi

Patofisiologi terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya

angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme

(ACE). Angiotensin converting enzim (ACE) memegang peran

fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung

angiotensinogen yang diproduksi di hati, Selanjutnya oleh hormone

renin akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh angiotensin converting

enzim (ACE) yang terdapat di paru-paru, angiotensin Idiubah menjadi

angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci

dalam menaikkan tekanan darah melalui 2 aksi utama. Aksi pertama

adalah meningkatkan sekresi hormone antidiuretik (ADH) dan rasa

haus. Hormone antidiuretik (ADH) diproduksi di hipotalamus (kelenjar

pituitary) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan

volume urin. Dengan meningkatnya hormone antidiuretik (ADH),

sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis),

sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk

mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan

dengan cara menarik cairan dari intraseluler. Akibatnya, volume darah

meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah

(Lestari, 2017).

Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari

korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormone steroid yang memiliki

peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan

Page 34: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

17

ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam)

dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi

NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume

cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume

dan tekanan darah (Lestari, 2017).

Beberapa faktor yang mengontrol tekanan darah berkontribusi

untuk mengembangkan hipertensi primer. Dua faktor utama termasuk

masalah RAAS (Natriuretik hormon, sistem Renin angiotensin-

aldosteron) dan gangguan elektrolit (natrium, klorida, kalium). Hormon

natriuretik menyebabkan peningkatan konsentrasi natrium dalam sel

sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah. RAAS

mengatur natrium, kalium, dan volume darah, yang pada akhirnya akan

mengatur tekanan darah dalam arteri (pembuluh darah yang membawa

darah dari jantung). Dua hormon yang terlibat dalam sistem RAAS

termasuk angiotensin II dan aldosteron. Angiotensin II menyebabkan

penyempitan pembuluh darah, meningkatkan pelepasan bahan kimia

yang meningkatkan tekanan darah, dan meningkatkan produksi

aldosteron. Penyempitan pembuluh darah meningkatkan tekanan darah

(ruang kurang, jumlah yang sama dari darah), yang juga menempatkan

tekanan pada jantung. Aldosteron menyebabkan natrium dan air untuk

tetap dalam darah. Akibatnya, ada volume yang lebih besar darah, yang

akan meningkatkan tekanan pada jantung dan meningkatkan tekanan

darah (Bell, 2015).

D.4. Penyebab

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua yaitu :

a. Hipertensi Primer

Hipertensi primer (esensial atau idiopatik) merupakan

peningkatan tekanan darah tanpa diketahui penyebabnya dan

berjumlah 90%-95% dari semua kasus hipertensi. Meskipun

hipertensi primer tidak diketahui penyebabnya, namun

beberapa faktor yang berkontribusi meliputi peningkatan

Page 35: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

18

aktivitas Symphathetic Nervous System (SNS), produksi

sodium-retaining hormones berlebihan dan vasokonstriksi,

peningkatan masukan natrium, berat badan berlebihan,

diabetes melitus dan konsumsi alkohol berlebihan (Lewis,

Dirksen, Heitkemper, & Bucher, 2014).

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder merupakan peningkatan tekanan darah

dengan penyebab yang spesifik dan biasanya dapat

diidentifikasi. Hipertensi sekunder diderita oleh 5%-10% dari

semua penderita hipertensi pada orang dewasa menyatakan

bahwa penyebab hipertensi sekunder meliputi penyakit ginjal,

aldosteronisme primer, pheochromocytoma, penyakit

Chusing’s, penyempitan pada aorta, tumor otak, ensefalitis,

kehamilan, dan obat (estrogen misalnya kontrasepsi oral:

glukokortikoid, mineralokortikoid, simpatomimrtik)

(Ignatavicius, Workman, & Winkelman, 2016).

D.5. Faktor Resiko

Faktor resiko pada pasien hipertensi dibagi atas 2 yaitu :

D.5.1 Faktor yang tidak dapat diubah (Depkes RI, 2013).

a. Usia

Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan

bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih

besar. Pada usia lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya

berupa kenaikan tekanan darah sistolik. Kejadian ini

disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah

besar.

b. Jenis Kelamin

Jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya hipertensi. Pria

mempunyai risiko sekitar 2,3 kali lebih banyak mengalami

peningkatan tekanan darah sistolik dibandingkan dengan

perempuan, karena pria diduga memiliki gaya hidup yang

Page 36: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

19

cenderung meningkatkan tekanan darah. Namun setelah

memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada perempuan

meningkat.

c. Keturunan (Genetik)

Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor

keturunan) juga meningkatkan risiko hipertensi, terutama

hipertensi primer. Faktor genetik juga berkaitan dengan

metabolisme pengaturan garam dan renin membran sel.

D.5.2 Faktor resiko yang dapat diubah (Depkes RI 2013).

a. Kegemukan (Obesitas)

Berat badan dan indeks masa tubuh (IMT) berkolerasi langsung

dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik dimana

risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang-orang

gemuk 5 kali lebih tinggi untuk menderita hipertensi

dibandingkan dengan seorang yang badanya normal.

Sedangkan, pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-

30% memilki berat badan lebih (overweight).

b. Merokok

Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida

yang dihisap melalui rokok yang masuk melalui aliran darah

dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi. Merokok akan

meningkatkan denyut jantung, sehingga kebutuhan oksigen

otot-otot jantung bertambah.

c. Kurang aktivitas fisik

Olahraga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan

darah dan bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan. Dengan

melakukan olahraga aerobik yang teratur tekanan darah dapat

turun, meskipun berat badan belum turun.

Page 37: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

20

d. Konsumsi garam berlebihan

Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena

menarik cairan diluar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan

meningkatkan volume tekanan darah.

e. Dislipidemia

Kolesterol merupakan faktor penting dalam terjadinya

aterosklerosis, yang kemudian mengakibatkan peningkatan

tahanan perifer pembuluh darah sehingga tekanan darah

meningkat.

f. Konsumsi alkohol berlebih

Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah

dibuktikan. Diduga peningkatan kadar kortisol, peningkatan

volume sel darah merah dan peningkatan kekentalan darah

berperan dalam menaikan tekanan darah.

g. Psikososial dan stress

Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, marah,

dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar

anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung

berdenyut lebih cepat serta kuat, sehingga tekanan darah

meningkat.

D.6. Gejala Hipertensi

Hipertensi dikenal sebagai “silent killer” karena biasanya tidak

memiliki tanda-tanda peringatan atau gejala, dan banyak orang tidak

tahu mereka memilikinya bahkan ketika tingkat tekanan darah yang

sangat tinggi, kebanyakan orang tidak memiliki tanda-tanda atau gejala.

Sejumlah kecil orang mungkin mengalami gejala seperti sakit kepala,

muntah, pusing, dan lebih sering mimisan (hipertensi ringan). Gejala ini

biasanya tidak terjadi sampai tingkat tekanan darah telah mencapai tahap

yang parah atau yang mengancam jiwa. Beberapa gejala yang muncul

ditahap hipertensi yang sudah parah biasanya bukan merupakan akibat

langsung dari perubahan tekanan darah, melainkan karena kerusakan

Page 38: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

21

ginjal. Gejala tersebut yaitu keringat berlebih, kram otot, keletihan,

peningkatan frekuensi berkemih dan denyut jantung cepat atau tidak

teratur (Depkes RI, 2013).

Tekanan darah tinggi menyebabkan pengerasan dan penebalan

arteri (aterosklerosis), yang menurunkan aliran darah dan oksigen ke

jantung. Hal ini juga dapat menyebabkan nyeri dada, gagal jantung, atau

bahkan serangan jantung. Gagal jantung terjadi ketika jantung tidak

dapat memompa cukup darah dan oksigen untuk memenuhi kebutuhan

tubuh. Serangan jantung terjadi karena suplai darah ke jantung yang

diblokir sehingga jantung tidak mendapatkan oksigen yang diperlukan

dibutuhkan untuk bertahan hidup (Depkes RI, 2013).

Tekanan darah tinggi juga dapat memiliki efek merusak otak,

khususnya dapat menyebabkan aneurisma atau struk. Peningkatan

tekanan darah dapat menyebabkan pembuluh darah melemah dan

tonjolan, yang menyebabkan pembentukan aneurisma jika pecah

aneurisma, dapat memiliki konsekuensi yang mengancam jiwa yang

serius. Seperti di jantung, tekanan darah tinggi dapat menyebabkan

aterosklerosis pada pembuluh darah yang masuk ke otak dengan darah

dan oksigen. Ketika hal ini terjadi dapat menyebabkan stroke. Stroke

sering menyebabkan masalah dalam berbicara, gerakan, dan kegiatan

sederhana lainnya. Seperti serangan jantung, stroke dapat mengancam

kehidupan (Bell, 2015)

Gejala hipertensi berdasarkan klasifikasi tekanan darah yaitu

(Anonim, 2013).

a) Hipertensi ringan, tanda dan gejalanya terjadi sakit kepala,

pusing atau migrain, gangguan penglihatan, rasa berat di

tekuk, mudah lelah, mudah marah, cemas, dan sulit tidur.

b) Hipertensi sedang, tanda dan gejala terjadi rasa sakit pada

dada dan menjalar pada rahang, lengan, punggung, atau perut

bagian atas menjadi tanda permulaan angina.

Page 39: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

22

c) Hipertensi berat, tanda dan gejalanya terjadi kegagalan organ

seperti susah bernapas sehingga merasa mudah dengan tidak

berbaring datar, dengan gembung pada kaki dan pergelangan

kaki, gagal ginjal, retinopati, miokardial infark.

d) Hipertensi terisolasi, tanda dan gejalanya terjadi kelumpuhan

pada anggota badan, terutama pada salah satu anggota badan

atau salah satu bagian muka atau salah satu tangan, atau

kemampuan bicara turun, menjadi tanda peringatan adanya

strok.

D.7. Komplikasi Hipertensi

Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya

penyakit jantung, gagal ginjal, stroke, infrak miokard. Hipertensi yang

tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya

memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun. Mortalitas pada

pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak terkontrol dan

telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Penyebab

kematian yang paling sering terjadi adalah penyakit jantung dengan atau

tanpa disertai stroke dan gagal ginjal (Nuraini, 2015).

a. Infrak miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang

arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke

miokardium atau apabila terbentuk trombus yang

menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut.

Hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan

oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat

terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infrak. Demikian

juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-

perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga

terjadi distritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko

pembentukan bekuan (Depkes RI, 2013).

b. Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang

diakibatkan oleh hipertensi. Stroke timbul karena perdarahan,

Page 40: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

23

tekanan intra kranial yang meninggi, atau akibat embolus

yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan

tinggi (Nuraini, 2015).

c. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat

tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal. (Glomerolus).

Dengan rusaknya glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit

fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut

menjadi hipoksia dan kematian. Rusaknya membran

glomerolus menyebabkan protein akan keluar melalui urin

sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang,

menyebabkan edema yang sering di jumpai pada hipertensi

kronik (Depkes RI, 2013).

d. Ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang

kembali kejantung dengan cepat dapat mengakibatkan caitan

terkumpul diparu, kaki dan jaringan lain. Cairan didalam

paru-paru menyebabkan sesak napas, timbunan cairan

ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan

edema (Depkes RI, 2013).

D.8. Pencegahan

Pencegahan pada pasien hipertensi dibagi atas 2 terapi yaitu :

D.8.1 Terapi Non Farmakologi

Terapi non-farmakologi dilakukan pada penderita hipertensi

dengan mengendalikan factor resiko dan memperbaiki pola hidup.

Menurut JNC VII dan beberapa panduan lain modifikasi gaya hidup

dapat dilakukan dengan cara:

a) Menurunkan berat badan pada penderita obesitas. Penurunan

berat badan dapat mengurangi tekanan darah sistolik 5-20

mmHg/penurunan 10 kg. Rekomendasi ukuran pinggang > 94

cm untuk pria dan < 80 cm untuk wanita indeks massa tubuh

< 25 kg/m2. Rekomendasi penurunan berat badan meliputi

Page 41: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

24

pengurangan asupan kalori dan juga meningkatkan aktivitas

fisik.

b) Adopsi pola makan Dietary Approaches to Stop Hypertension

(DASH) dapat menurunkan tekanan darah sistolik 8-4

mmHg. Memperbanyak makan buah, sayur-sayuran dan

produk susu rendah lemak dengan kandungan lemak jenuh

dan total lebih sedikit, kaya potassium dan calcium.

c) Restriksi garam harian dapat menurunkan tekanan darah

sistolik 2-8 mmHg. Konsumsi sodium chloride ≤ 6 g/hari

(100 mmol sodium/hari). Rekomendasikan makan rendah

garam sebagai bagian pola makan sehat.

d) Aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4–9

mmHg. Lakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang atau

setiap hari pada 1 minggu (total harian dapat diakumulasikan,

misalnya 3 sesi @ 10 menit).

e) Membatasi konsumsi alcohol dapat menurunkan tekanan

darah sistolik 2-4 mmHg.

f) Berhenti merokok untuk mengurangi resiko kardiovaskular

secar keseluruhan.

Dengan memperbaiki gaya hidup biasanya cukup membantu

untuk pasien prehipertensi, namun hal ini tidak akan cukup untuk

pasien dengan pasien hipertensi yang disertai factor resiko

kardiovaskular atau adanya kerusakan organ terkait hipertensi

(Dipiro et al., 2015).

D.8.2 Farmakologi

Pelaksanaan terapi farmakologi bias diberikan pada pasien

hipertensi tingkat 1 seperti pemberian obat antihipertensi first-line

atau dengan kombinasi dua obat. Obat first-line antihipertensi yaitu

golongan angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors,

angiotensin II reseptor blockers (ARBs), calcium channel blocker

(CCB) dan diuretik thiazid. Sedangkan terapi kombinasi obat

Page 42: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

25

direkomendasikan untuk pasien hipertensi tingkat 2, menggunakan

kombinasi dari obat first-line. Sedangkan obat antihipertensi lainnya

seperti α1–bloker, direct rennin inhibitor, central α2-agonis,

antagonis peripheral adrenergik dan direct arterial vasodilator

merupakan alternatif yang dapat digunakan kepada beberapa pasien

setelah penggunaan obat first-line (Dipiro et al, 2015).

a. Angiotensin Converting Enzim (ACE) inhibitor

Cara kerja angiotensin converting enzim (ACE) adalah

memblok angiotensin I menjadi angiotensin II, yang

merupakan vasokontriktor yang potensial dan yang

merangsang sekresi aldosterone. Selain itu, angiotensin

converting enzim (ACE) inhibitor juga dapat memblok

degradasi bradikinin dan menstimulasi sintensis dari

substansi vasodilator lainnya, termasuk prostaglandin E dan

prostasiklin. Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah

captopril. Efek samping yang mungkin timbul adalah batuk

kering, pusing, sakit kepala dan lemas (Dipiro et al, 2015).

b. Angiotensin II Receptor Blockers

Angiotensin II receptor blockers (ARB) bekerja dengan cara

menghambat secara langsung reseptor angiotensinogen II tipe

I (ATI) yang memediasi efek angiotensinogen II. Angiotensin

II receptor blockers (ARB) tidak memblok reseptor

angiotensinogen tipe 2 (AT2). Jadi efek yang menguntungkan

dari stimulasi AT2 (seperti vasodilatasi, perbaikan jaringan

dan penghambatan pertumbuhan sel) tetap utuh dengan

penggunaan Angiotensin II receptor blockers (ARB).

Efeksamping Angiotensin II receptor blockers (ARB) adalah

insufisiensi ginjal, hyperkalemia dan hipotensi ortostatik.

Contoh obatnya adalah losartan dan valsartan (Dipiro et al,

2015).

Page 43: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

26

c. Calcium Channel Blocker (CCB)

Calcium channel blocker (CCB) dapat menyebabkan

relaksasi jantung dan melemaskan otot dengan cara memblok

channel calcium sehingga mengurangi masuknya kalsium

ekstraseluler ke dalam sel. Hal ini akan menyebabkan

vasodilatasi dan mengurangi tekanan darah. Contoh obat

calcium channel blocker (CCB) adalah verapamil dan

diltiazem. Verapamil dan diltiazem dapat menurunkan denyut

jantung dan memperlambat konduksi nodal antriventrikular.

Verapamil menghasilkan efek negativ inotropik dan

kronotropik yang bertanggung jawab terhadap

kecenderungannya untuk memperparah atau menyebabkan

gagal jantung pada pasien resiko tinggi. Diltiazim juga

mempunyai efek ini tetapi tidak sebesar verapamil (Dipiro et

al, 2015).

d. Diuretik

Obat golongan diuretik akan menurunkan volume darah dan

cairan ekstraseluler dengan cara meningkatkan ekskresi

natrium, air dan klorida, dengan demikian tekanan darah akan

menurun. Obat golongan diuretik juga dapat menurunkan

resistensi perifer, sehingga menambah efek hipotensi. Contoh

obat golongan diuretik adalah tiazid diuretik, loop, penahan

kalium dan antagonis aldosteron. Efek samping obat tersebut

antara lain hipokalemia yang dapat mengakibatkan gejala

lemas, hiperurisemia, lemah otot, muntah dan pusing (Dipiro

et al, 2015).

e. β-blockers

β-blockers hanya dapat digunakan sebagai agen first-line

untuk mengobati indikasi spesifik seperti infark miokard atau

penyakit arteri koronari. Mekanisme kerjanya dapat

menurunkan output jantung melalui kronotropik dan

Page 44: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

27

inotropik ke jantung dan inhibisi pelepasan rennin dari ginjal.

Contoh obatnya adalah atenolol, propranolol dan bisoprolol

(Dipiro et al, 2015).

E. Puskesmas

E.1. Definisi puskesmas

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya

promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat

yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI, 2014).

E.2. Tujuan Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang di selenggarakan

puskesmas yang tertera pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia nomor 75 tahun 2014 Pasal 2 yang mana tujuan tersebut untuk

mewujudkan masyarakat yang memiliki perilaku sehat yang meliputi

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat, untuk mewujudkan

masyarakat yang mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu,

untuk mewujudkan masyarakat yang hidup dalam lingkungan sehat,

untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang

optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

E.3. Fungsi Puskesmas

Dalam melaksanakan tugasnya, puskesmas menyelenggarakan

fungsi yaitu penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)

tingkat pertama di wilayah kerjanya dan Upaya kesehatan mayarakat

(UKM) tingkat pertama di wilayah kerjanya. Dalam menyelenggarakan

fungsinya, Puskesmas berwenang untuk:

a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah

kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang

diperlukan.

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.

Page 45: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

28

c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan

pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.

d. Menggerakkan masyarakat untuk mengindentifikasi dan

menyelesaikan.

e. Masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan

masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain terkait.

f. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan

dan upaya kesehatan berbasis masyarakat.

g. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia

Puskesmas.

h. Memantau pelaksanaaan pembangunan agar berwawasan

kesehatan.

i. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap

akses, mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan.

j. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan

masyarakat, termasukdukungan terhadap sistem

kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit

(Permenkes RI, 2014).

F. Puskesmas Sikumana

F.1. Profil Puskesmas Sikumana

Puskesmas Sikumana terletak di Kelurahan Sikumana

Kecamatan Maulafa. Wilayah kerja Puskesmas Sikumana mencakup 6

kelurahan dalam wilayah Kecamatan maulafa dengan luas wilayah kerja

sebesar 37,92 km. Kelurahan yang termasuk dalam wilayah kerja

Puskesmas Sikumana adalah kelurahan Sikumana, Kelurahan Kolhua,

Kelurahan belo, Kelurahan Fatukoa, Kelurahan Naikolan, dan Kelurahan

Oepura.

Wilayah kerja Puskesmas Sikumana berbatasan dengan

wilayah-wilayah sebagai berikut:

Page 46: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

29

1. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kupang Tengah

2. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Alak

3. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Oebobo

4. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kupang Barat.

Kelurahan sikumana mencakup seluruh penduduk yang

berdomisili di Kecamatan Maulafa kecuali Kecamatan Penfui, Kelurahan

Naimata dan Kelurahan Maulafa. Berdasarkan data Kelurahan Maulafa,

jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Sikumana pada Tahun

2016 berjumlah 55.083 jiwa. Puskesmas Sikumana merupakan salah satu

Puskesmas rawat inap dan Puskesmas PONED yang ada di Kota Kupang.

Bagian rawat inap melayani pasien umum dan persalinan. Dalam upaya

pemberian pelayanan kepada masyarakat selanjutnya dikembangkan pos

pelayanan terpadu (posyandu), yaitu posyandu balita 50 buah dan

posyandu lansia 26 buah.

F.2. Visi Puskesmas Sikumana

Terwujudnya kota kupang yang layak huni, cerdas, mandiri dan

sejahtera dengan tata kelola bebas korupsi,kolusi dan nepotisme (KKN).

F.3. Misi

Mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang sehat,

berakhlak, professional dan berdaya saing (Kupang Sehat Sejahtera).

F.4. Moto

Anda sehat tujuan kami, anda puas kebanggaan kami.

Page 47: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

30

G. Kerangka Konsep

Keterangan :

: Yang diteliti

: Yang tidak diteliti

Gambar 1. Kerangka Konsep

Pasien Hipertensi

Terapi Farmakologi Terapi Non

Farmakologi

Pelayanan Kefarmasian

Pelayanan Informasi

Obat

Konseling

Kepatuhan Pasien

1. Patuh

2. Tidak Patuh

Page 48: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian dan Rancangan Penelitian

Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun

sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap

pertanyaan penelitian (Setiadi, 2013). Penelitian ini merupakan penelitian

non-eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif dengan

pendekatan secara prospektif.

Penelitian non-eksperimental deskriptif adalah ditujukan untuk

mendeskripsikan atau menggambarkan suatu keadaan di dalam masyarakat

ataupun komunitas (Novitasari, 2016).

Menurut Sumanto (2014), penelitian kolerasi berkaitan dengan

pengumpulan data untuk menentukan ada atau tidaknya hubungan antara

dua variabel atau lebih.

B. Populasi dan Sampel

B.1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Populasi penelitian ini adalah pasien

yang berobat dan menebus resep obat antihipertensi di Puskesmas

Sikumana.

B.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2017). Dalam penelitian ini

teknik sampling yang digunakan yaitu nonprobability sampling dengan

teknik Purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan

sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2017).

Page 49: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

32

Sampel pada penelitian ini adalah pasien yang didiagnosa

hipertensi mendapatkan obat hipertensi oleh dokter dan menebus resep

obat di Puskesmas Sikumana pada agustus tahun 2019 dan yang

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian

dapat mewakili dalam sampel penelitian yang mempunyai

syarat menjadi sampel (Adityawati R. et al 2016).

a. Pasien hipertensi yang menerima pengobatan

antihipertensi di Puskesmas Sikumana pada bulan

agustus tahun 2019.

b. Pasien yang berusia 18 tahun ke atas.

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian

tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian (Adityawati R. et al 2016). Kriteria

eksklusi dari penelitian ini adalah:

a. Pasien yang tidak bersedia menjadi responden.

b. Pasien hipertensi dengan komplikasi.

C. Variabel Penelitian

C.1 Identifikasi Variabel

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa

saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2017). Variabel yang ada dalam tulisan ini terdiri dari satu

variable terikat dan satu variabel bebas.

a. Variabel Independen (bebas)

Variabel Independen (bebas) adalah merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2017).

Page 50: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

33

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pelayanan informasi

obat.

b. Variabel Dependen (terikat)

Variabel dependen merupakan merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel

bebas (Sugiyono, 2017).Variabel terikat dalam penelitian ini

adalah kepatuhan pasien hipertensi dalam penggunaan obat

antihipertensi.

Page 51: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

34

D. Definisi Operasional

Tabel 2. Tabel Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Parameter Instrumen/

alat ukur Skala Skor

Independen :

Pelayanan

Informasi Obat

(PIO) terhadap

kepatuhan pasien

hipertensi

Informasi terkait pentingnya

penggunaan obat yang diberikan

kepada pasien hipertensi sebagai

upaya untuk meningkatkan

kepatuhan pasien dalam

mengambil obat.

Standar

Pelayanan

kefarmasian di

Puskesmas

dalam Peraturan

Menteri

Kesehatan No

74 tahun 2016.

Observasi

dengan

lembar

Check-list

Nominal Skor :

Ya : 1

Tidak : 0

Dengan kategori :

Sesuai : 100%

Tidak sesuai :<

100%

Dependen :

Kepatuhan pasien

hipertensi.

Pasien hipertensi menggunakan

obat sesuai dengan informasi

obat yang diberikan.

Penggunaan

obat yang

rasional.

Kuesioner

MMAS-8 Nominal

Hipertensi . Hipertensi adalah peningkatan

tekanan darah sistolik lebih dari

140 mmHg dan tekanan darah

distolik lebih dari 90 mmHg

pada dua kali pengukuran

dengan selang waktu lima menit

dalam keadaan cukup

istirahat/tenang.

140 mmHg/

90 mmHg Tensi

meter.

Normal

Antihipertensi Antihipertensi adalah agen yang

menurunkan tekanan darah

tinggi.

Pelayanan

Informasi Obat Pelayanan informasi obat

merupakan salah satu bentuk

pekerjaan kefarmasian berupa

sebuah pelayanan langsung

kepada pasien yang berkaitan

dengan sediaan farmasi.

Kepatuhan Kepatuhan adalah derajat

dimana pasien mengikuti

anjuran klinis yang diberikan

dari dokter dan menggunakan

obat sesuai dengan informasi

yang di dapat.

Tenaga Teknis

Kefarmasian Tenaga teknis kefarmasian

adalah tenaga yang membantu

apoteker dalam menjalani

pekerjaan kefarmasian .

Puskesmas Puskesmas adalah fasilitas

pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya

kesehatan masyarakat dan upaya

perseorangan tingkat pertama.

Page 52: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

35

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk

smengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2017).

Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar check-list dan

kuesioner.

Check-list yang digunakan adalah lembaran Check-list pemberian

informasi obat pasien rawat jalan yang diambil dari Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No 74 Tahun 2016 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.

Kuesioner yang digunakan yaitu kuesioner Morisky Medication

Adherence Scale (MMAS-8). MMAS-8 digunakan untuk menilai kepatuhan

minum obat yang sudah ditranslasi, divaliditas dan direliabilitas dalam versi

bahasa Indonesia oleh Ardanti (2016) tentang penelitian kepatuhan minum

obat pasien DM. Kuesioner ini berisi 8 pertanyaan, setiap pertanyaan

memiliki pilihan jawaban “ya” atau “tidak” dan satu pertanyaan dengan 5

skala likert (tidak pernah/jarang, beberapa kali, kadang kala, sering dan

selalu). Kategori respon terdiri dari “ya” atau” tidak” untuk item pertanyaan

nomer 1-8. Pada item pertanyaan nomer 1-4 dan 6-8 nilainya 1 bila jawaban

“tidak” dan 0 jika jawaban “ya”, sedangkan pertanyaan nomer 5 dinilai 1

bila “ya” dan 0 bila “tidak”. Interpretasi dari kuesioner ini adalah

dinyatakan patuh (nilai=8), kurang patuh ( nilai=6-7) dan tidak patuh

(nilai=<6) (Morisky.,et al, 2008).

F. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

F.1 Uji Validitas

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk

mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut

dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur secara tepat

dan teliti (Sugiyono, 2017).

Kuesioner MMAS-8 telah dilakukan uji validitas oleh Ardanti

(2016) dengan responden sebanyak 23 orang dengan Pearson Product

Page 53: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

36

Moment Corelation. Hasil uji validitas tersebut mendapatkan nilai r tabel

0,413 dan hasilnya dinyatakan valid karena item pertanyaan 1-8 pada

kuesioner nilai corrected item-total correlation (r hitung) antara

pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner lebih tinggi dari r tabel, yang

artinya nilai ini sudah memenuhi validitas item.

F.2 Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan

beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data

yang sama. Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat sejauh mana alat ukur

tersebut bisa dipercaya (reliabel) dalam mengumpulkan data responden.

Pada penelitian Ardanti (2016), kuesioner MMAS-8 telah dilakukan uji

reabilitas menggunakan (Alpha) Cronbach dengan hasil 0,76 dan menurut

Arikunto (2013), kuesioner tersebut dinyatakan reliabel karena nilainya

lebih dari 0,6.

G. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sikumana pada bulan agustus tahun

2019.

H. Jalannya Penelitian

H.1 Tahap Awal

Tahap awal penelitian merupakan langkah awal atau disebut

juga persiapaan awal sebelum melakukan penelitian. Adapun tahap awal

penelitian meliputi:

1. Membuat rancangan penelitian

2. Menentukan sampel yang akan diteliti

3. Mengurus surat ijin pra penelitian

4. Menyiapkan instrumen penelitian

5. Menyesuaikan etika penelitian

Page 54: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

37

H.2 Tahap Penelitian

Tahap peneltian merupakan proses dilakukannya suatu

kegiatan meneliti dan mengumpulkan data. Adapun tahap pelaksanaan

penelitian meliputi :

1. Informed consent

Informed consent adalah langkah awal untuk mendapatkan

persetujuan dari pasien hipertensi agar bersedia mengisi

kuesioner untuk penelitian.

2. Pengumpulan Data

Data yang sudah dikumpulkan melalui kegiatan penelitian

dijadikan dasar dalam menguji hipotesis yang diajukan.

3. Analisis data

Analisis data dilakukan setelah data terkumpul semua

kemudian dilakukan analisis menggunakan analisis

univariate dan analisis bivariate, dan hipotesis yang diajukan

akan diuji kebenarannya melalui analisis tersebut.

Page 55: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

38

I. Alur Penelitian

Gambar 2. Skema Prosedur penelitian

J. Analisis Data

Analisisi data suatu penelitian, biasanya melalui prosedur bertahap

antara lain :

1. Analisis Univariate (analisis deskriptif)

Menurut Notoatmodjo (2010), analisis univariate bertujuan

untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik tiap

variabel penelitian. Analisis ini hanya menghasilkan distribusi

Pasien Hipertensi di Puskesmas

Sikumana

Kriteria Inklusi

Pelayanan Informasi Obat

Informed Consent

Informed Consent

Analisis Data

Hasil

Kesimpulan

Pengumpulan Data

Kepatuhan pasien

Page 56: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

39

frekuensi dan presentasi dari tiap variabel. Analisis univariate

dalam penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran

distribusi frekuensi responden berdasarkan penerapan

pelayanan informasi obat dan kepatuhan pasien hipertensi

dalam penggunaan obat antihipertensi.

2. Analisis Bivariate

Menurut Notoatmodjo (2010), analisis bivariate dilakukan

terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau

berkorelasi (Thalib, 2014). Dalam penelitian ini analisis

bivariate dilakukan untuk melihat kerataan hubungan antara

variabel independen (pelayanan informasi obat) dengan

variabel dependen (kepatuhan pasien hipertensi).

Dalam analisis ini, uji statistik yang digunakan adalah correlation,

yang digunakan untuk mengetahui hubungan pelayanan informasi obat

dengan kepatuhan pasien hipertensi. Untuk melihat ada atau tidaknya

hubungan dapat dilihat pada signifikan, jika hasil uji menunjukan nilai

signifikan ≥ 0,05 berarti tidak ada hubungan pelayanan informasi obat

dengan kepatuhan pasien hipertensi tetapi jika hasil uji menunjukan nilai

signifikan ≤ 0,05 berarti ada hubungan pelayanan informasi obat dengan

kepatuhan pasien hipertensi.

Menurut Sarwono (2015) kriteria kerataan hubungan (koefisien

korelasi) antar variabel dalam analisis korelasi dapat dikategorikan sebagai

berikut :

Tabel 3. Kerataan hubungan (koefisien korelasi) antar variable

Nilai Pearson Correlation Derajat Hubungan

0,00 s/d 0,25 Hubungan sangat lemah

0,026 s/d 0,50 Hubungan cukup

0,51 s/d 0,75 Hubungan kuat

0,76 s/d 0,99 Hubungan sangat kuat

1,00 Hubungan sempurna

Page 57: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

40

K. Jadwal Penelitian

Table 4. Jadwal Penelitian

No Kegatan Bulan 2018/2019

Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli agt

1. Tahap Penelitian

a. Pengajuan judul

b. Penyusunan

Proposal

c. Pengajuan Proposal

d. Pengajuan perijinan

penelitian

2. Tahap Pelaksanan

a. Pengumpulan data

b. Analisis data

3. Tahap pengelolaan data

4. Ujian skripsi

Page 58: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

41

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang

hubungan pelayanan informasi obat dengan tingkat kepatuhan pasien

hipertensi di Puskesmas Sikumana pada tahun 2019. Data diperoleh melalui

pengisian kuesioner yang di isi oleh pasien dan lembar checklist yang di isi

oleh peneliti.

Sebanyak 50 orang telah bersedia menjadi responden dan terlibat

dalam penelitian ini yang merupakan pasien hipertensi yang mendapatkan

pelayanan informasi obat di puskesmas sikumana. Setiap responden dalam

penelitian ini merupakan responden yang telah memenuhi kriteria inklusi

dengan bersedia menandatangani informed consent.

A. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan jumlah usia responden

terbanyak pada kelompok usia 41-50 tahun yaitu 19 responden (38%).

Semakin bertambahnya usia arteri dalam tubuh kehilangan elastisitas atau

kelenturan. Selain itu juga jantung, pembuluh darah dan hormon akan

mengalami perubahan secara alami setiap pertambahan usia dan akan memicu

terjadi hipertensi dengan adanya faktor – faktor lainnya.

Tabel 5. Data Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia Jumlah Pasien (n) Persentase (%)

<40

41-50

51-60

61-70

9

19

14

8

18 %

38 %

28 %

16 %

Total 50 100%

Sumber : Data Primer Agustus 2019

Page 59: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

42

Menurut Centers For Disease Control and Prevetion (CDC) tahun

2014 yang menyatakan bahwa orang yang memiliki usia di atas 40 tahun

memiliki risiko untuk menderita hipertensi lebih tinggi dari pada orang yang

memiliki usia dibawah 40 tahun.

Menurut Anggrain (2009), usia antara 40-50 tahun merupakan

awal seseorang mulai terkena hipertensi, sehingga mayoritas responden adalah

pre hipertensi. Dengan bertambahnya maka tekanan darah juga meningkat,

dimana setelah usia 45 tahun dinding arteri akan megalami penebalan

sehingga akan menyempit dan kaku, yang akan membuat tekanan darah

meningkat. Pre hipertensi merupakan suatu tanda bahwa seseorang mengkin

memiliki tekanan darah tinggi di masa yang akan dating. Pre hipertensi akan

berubah menjadi hipertensi jika seseorang tidak merubah pola hidup seperti

olahraga yang teratur, makan yang teratur, istirahat yang cukup dan konsumsi

garam tidak berlebihan.

B. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Menurut Singalingging (2011) rata-rata perempuan akan

mengalami peningkatan resiko tekanan darah tinggi (hipertensi) setelah

menopouse yaitu usia diatas 45 tahun. Perempuan yang belum menopouse

dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar

High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL rendah dan tingginya

kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) mempengaruhi terjadinya proses

aterosklerosis (Anggraini dkk, 2009).

Tabel 6. Data Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien (n) Persentase (%)

Laki-laki 14 28%

Perempuan 36 72%

Total 50 100%

Sumber : Data Primer Agustus 2019

Page 60: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

43

Pada tabel 6 menunjukan bahwa dari 50 orang penderita hipertensi

didapatkan klasifikasi jenis kelamin terbanyak adalah perempuan yaitu

berjumlah 36 orang (72%).

Menurut Julius (2008) bahwa pada perempuan risiko hipertensi

akan meningkat setelah masa monopouse yang mempengaruhi penurunan

hormon estrogen yang menyebabkan penurunan kadar High Density

Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol yang rendah merupakan faktor penyebab

dalam terjadinya proses aterosklerosis. Pada menopouse wanita mulai

kehilangan sedikit demi sedikit hormone estrogen yang selama ini melindungi

pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon

estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara

alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 40-55 tahun.

Tekanan darah cenderung meningkat pada perempuan setelah

menopause, hal ini disebabkan oleh faktor psikologi dan adanya perubahan

dalam diri wanita tersebut seperti perubahan hormon estrogen dan

progesteron. Hampir 50% penderita hipertensi adalah perempuan, karena

memiliki beberapa kondisi khusus yang berhubungan dengan asupan kalsium,

masa kehamilan, kontrasepsi oral dan menopouse (Susi, 2014).

Antara laki-laki dan perempuan mempunyai respon yang berbeda

dalam menghadapi masalah. Dimana laki-laki cenderung kurang peduli, tidak

mau menjaga, mengontrol ataupun memeriksakan kesehatan secara rutin ke

Puskesmas sehingga hipertensi pada perempuan lebih banyak ditemukan dari

pada laki-laki. Selain itu rata-rata perempuan akan mengalami peningkatan

resiko hipertensi setelah menopouse yaitu usia diatas 45 tahun (Yenni, 2011).

Jenis kelamin perempuan pada penelitian ini lebih banyak

mengalami hipertensi dibandingkan laki-laki, dikarenakan mereka masih sulit

dalam mengontrol kesehatannya. Apalagi banyak didapatkan yang sudah

mengalami menopouse. Selain sistem tubuh dan hormone yang menurun, stres

karena keadaan dan lingkungan juga sangat mempengaruhi.

Page 61: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

44

C. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 7 di ketahui bahwa dari 50

penderita hipertensi yang menjalani rawat jalan di Puskesmas Sikumana Kota

Kupang pada bulan agustus tahun 2019, tingkat pendidikan terbanyak adalah

SMP dengan jumlah 16 orang (32%). Sebagian besar responden berada dalam

tingkat pengetahuan rendah, dikarenakan keterbatasan masyarakat sekitar

dalam masalah ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan.

Tingkat resiko terkena hipertensi pada pendidikan yang rendah,

kemungkinan disebabkan karena kurangnya pengetahuan pada pasien yang

berpendidikan rendah terhadap kesehatan, dan sulit atau lambat menerima

informasi yang diberikan oleh petugas sehigga berdampak pada perilaku/pola

hidup sehat (Anggara & Prayito 2012).

Tabel 7. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pendidikan

Pendidikan Jumlah Pasien (n) Persentase (%)

SD 13 26%

SMP 16 32%

SMA 14 28%

Diploma 1 2%

Sarjana 6 12%

Total 50 100%

Sumber : Data Primer Agustus 2019

Menurut Notoatmodjo (2010) mengatakan bahwa tingkat

pendidikan seseorang mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menerima

informasi dan mengolahnya sebelum menjadi perilaku yang baik atau buruk

sehingga berdampak terhadap status kesehatannya. Pengetahuan individu

mempengaruhi kesadaran terhadap perilaku pencegahan hipertensi, dengan

kata lain makin tinggi pengetahuan individu mengenai penyebab hipertensi,

faktor pemicu, tanda gejala, dan tekanan darah normal dan tidak normal maka

individu akan cenderung menghindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya

hipertensi, seperti perilaku merokok, minum kopi, dan obesitas.

Page 62: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

45

Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin baik

pengetahuannya. Seseorang yang mengalami hipertensi dengan tingkat

pendidikan yang rendah disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang

kesehatan maupun penyakit yang dialaminya sehingga sulit untuk mengontrol

masalah kesehatannya (Susanti, 2013). Tingkat pendidikan yang rendah pada

responden yang didapatkan sangat berpengaruh besar terhadap hipertensi yang

dideritanya, karena kurang efektif dalam menanggapi dan menjaga

berhubungan dengan masalah-masalah kesehatannya. Dalam penelitian ini

pendidikan memiliki pengaruh pada penyakit seseorang, dimana seseorang

dengan pendidikan rendah menyebabkan sulit atau lambat dalam menerima

informasi yang diberikan petugas kesehatan sehingga akan berpengaruh pada

gaya hidup sehat.

D. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 8 diketahui bahwa dari 50

penderita hipertensi yang menjalani rawat jalan di Puskesmas Sikumana Kota

Kupang bulan agustus tahun 2019, jenis pekerjaan terbanyak adalah ibu rumah

tangga (IRT) dengan jumlah 30 orang (60%). Pekerjaan dapat mempengaruhi

hipertensi karena dalam melakukan kerja, banyak beban yang dirasakan

kemudian menyebabkan seseorang seringkali mengalami stres dan cemas

dalam memikirkan hal tersebut yang dapat memicu tekanan darah tinggi.

Adanya kecemasan dari stres ini mengakibatkan pola tidur menjadi terganggu,

akibat memikirkan suatu masalah atau kejadian yang akan dihadapi. Hal ini

biasanya dialami oleh ibu rumah tangga (IRT).

Ibu rumah tangga adalah individu dalam keluarga yang berperan

dalam kegiatan melayani, mendidik, mengatur dan mengurus keluarga

(Suparyanto, 2011). Ibu rumah tangga (IRT) selalu memikirkan banyak hal

dalam urusan rumah tangga seperti, mengurus keperluan suami, anak dan

rumah. Ditambah lagi dengan kondisi ekonomi yang tidak mendukung,

menyebabkan terjadinya kecemasan sendiri yang mengakibatkan pikiran

seorang ibu rumah tangga (IRT) menjadi terbebani dan terjadi peningkatan

Page 63: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

46

emosional yang berakibat pada stres. Kejadian ini menyebabkan pola tidur ibu

rumah tangga (IRT) menjadi terganggu, tidur yang tidak tenang dan tidak

nyaman akibat banyak hal yang harus dipikirkan. Menurut Prasaja (2009), ibu

rumah tangga rentan sekali mengalami stres, ibu rumah tangga harus

mengatasi segala permasalahan emosional, sedih, marah, kecemasan dan

depresi, sehingga akan mempengaruhi pola tidur ibu rumah tangga.

Kecemasan/kekhawatiran merupakan respon terhadap suatu

ancaman dari hal yang tidak diketahui penyebabnya. Keadaan tersebut

biasanya mengganggu kehidupan seseorang apabila sudah sampai ke tingkat

yang sedang dan berat, serta kurangnya pengetahuan dan wawasan tentang

masalah yang dihadapinya terutama pada penyakit yang dideritanya seperti

hipertensi (Hardy, 2012).

Tabel 8. Data Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Pasien (n) Persentase (%)

Pensiun 5 10%

PNS 6 12%

Wirasuasta 6 12%

IRT 30 60%

Tidak ada 3 6%

Total 50 100%

Sumber : Data Primer Agustus 2019

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Istirokah (2013),

didapatkan bahwa kekhawatiran seseorang akan timbulnya suatu masalah baru

yang ada pada penyakit hipertensi akan menyebabkan gangguan mental,

emosional atau perasaan tidak menyenangkan pada penderitanya maupun

orang yang baru saja terdiagnosa. Perasaan ini muncul akibat dari dampak

psikologis seseorang sejak mengetahui bahwa dirinya mengalami masalah

pada kesehatannya dan merupakan suatu ketakutan terhadap sesuatu yang

tidak diketahuinya. Menurut Anggriani (2009), pengaruh psikologis yang

dialami dapat berupa kejadian stres. Stres dapat meningkatkan tekanan dalam

Page 64: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

47

pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi

aktivitas saraf simpatis. Dalam penelitian yang dilakukan Sutangi (2013),

dikatakan bahwa hampir semua orang mengalami stres dengan pekerjaan

mereka karena dipengaruhi dengan tuntutan kerja yang terlalu banyak dan

memerlukan tanggung jawab yang sangat besar atas pekerjaan sehingga

merasa pikirannya terbebani dan memicu terjadinya tekanan darah tinggi.

Pola tidur yang buruk akan memicu terjadinya stres psikologis dan

fisik, sehingga terjadi peningkatan kadar garam dalam darah, menekan

ekskresi garam dalam ginjal selama 24 jam, akibatnya terjadi hipertrofi atrium

dan ventrikel kiri kemudian meningkatkan kerja jantung sehingga terjadi

peningkatan tekanan (Riyadi & Widuri, 2015). Seseorang mempunyai pola

tidur yang buruk apabila memiliki awal tidur yang tidak baik, sering terbangun

pada malam hari dan durasi tidur yang kurang. Pola tidur yang buruk akan

berdampak buruk terhadap kesehatan. Hal inilah yang sering di alami oleh

seorang ibu rumah tangga.

E. Identifikasi Komponen Pemberian Pelayanan Informasi Obat pada

Pasien Hipertensi.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 9 didapatkan pelayanan

informasi obat yang sering diberikan yaitu nama obat, dosis, cara pakai dan

indikasi sedangkan penyimpanan obat dan efek samping baru terlaksana 52%

dan 40%. Informasi yang belum diberikan yaitu bentuk sediaan, kontra

indikasi, stabilitas dan interaksi. Pelayanan informasi obat yang diberikan

pada pasien hipertensi di Puskesmas Sikumana sudah terlaksana, semua

responden menerima pelayanan informasi obat meskipun realisasinya belum

tercapai yang ditargetkan.

Page 65: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

48

Tabel 9. Data Distribusi Identifikasi Komponen Pemberian Pelayanan Informasi

Obat pada Pasien Hipertensi.

Komponen PIO Jumlah Pasien (n) Persentase (%)

Nama Obat 50 100%

Bentuk Sediaan 0 0%

Dosis 50 100%

Cara Pakai 50 100%

Cara Penyimpanan 26 52%

Indikasi 50 100%

Kontra Indikasi 0 0%

Stabilitas 0 0%

Efek Samping 20 40%

Interaksi 0 0%

Sumber : Data Primer Agustus 2019

Adapun alasan tidak diberikannya komponen informasi obat tersebut

karena antrian pasien yang cukup banyak sehingga tidak memungkinkan

untuk memberikan semua komponen informasi obat tersebut, tidak

tersedianya ruangan informasi yang nyaman sehingga pemberian pelayanan

informasi obat hanya dapat dilakukan ditempat pemberian obat dan tidak

adanya tenaga apoteker di Puskesmas Sikumana Kota Kupang, sehingga dapat

disimpulkan bahwa pelayanan informasi obat yang dilaksanakan di Puskesmas

Sikumana Kota Kupang tidak sesuai dengan Peraturan Manteri Kesehatan

Republik Indonesia No. 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Puskesmas.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rina

Adityawati, et al (2016) tentang Evaluasi Pelayanan Informasi Obat Pada

Pasien Rawat Jalan di Instalasi Farmasi Puskesmas Grabang I, dimana

pelayanan informasi obat sudah terlaksana namun realitasnya belum mencapai

target yang diinginkan. Petugas kurang lengkap dalam memberikan komponen

informasi obat kepada pasien, terutama pada penyimpanan dan stabilitas obat.

Pada penelitian ini semua pasien hipertensi mendapatkan pelayanan informasi

Page 66: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

49

obat namun komponen informasi obat yang diberikan oleh petugas kepada

pasien hipertensi hanya mencakup nama obat, dosis, cara pakai, indikasi dan

efek samping.

Penelitian yang dilakukan oleh Estherina & Septyani (2018)

tentang Pengaruh Pasien dan Tingkat Pendidikan Terhadap Pemahaman

Pasien Setelah Pelayanan Informasi Obat di Puskesmas Makale Kabupaten

Tana Toraja, dimana komponen pelayanan informasi obat masih ada yang

belum terlaksana seperti kontra indikasi, bentuk sediaan, stabilitas dan

interaksi karena keterbatasan waktu yang ada dan lamanya menyiapkan obat

sehingga petugas kefarmasian tidak menjelaskan informasi tersebut yang

seharusnya dijelaskan dengan jelas, baik dan benar karena petugas

kefarmasian tidak menjelaskan.

F. Identifikasi Tingkat Kepatuhan Pasien Hipertensi dalam penggunaan

Obat Hipertensi.

Pada penelitian ini penilaian tingkat kepatuhan pasien diperoleh

berdasarkan hasil pengisian kuesioner MMAS-8. Kuesioner tersebut berisi 8

buah pertanyaan yang mengandung jawaban ya atau tidak dan total skor

MMAS-8 adalah 8. Kepatuhan dikatakan tinggi jika skor MMAS-8 yang

diperoleh adalah 8, jika skor MMAS-8 yang diperoleh 6-7 maka termasuk

kepatuhan sedang dan jika skor MMAS-8 diperoleh <6 maka termasuk

kepatuhan rendah.

Tabel 10. Data Distribusi Identifikasi Tingkat Kepatuhan Pasien Hipertensi dalam

penggunaan Obat Hipertensi.

Tingkat

Kepatuhan

Jumlah pasien (n) Persentase (%)

Kepatuhan Tinggi 9 18%

Kepatuhan Sedang 19 38%

Kepatuhan Rendah 22 44%

Total 50 100%

Sumber : Data Primer Agustus 2019

Page 67: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

50

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 10 di ketahui bahwa dari 50

penderita hipertensi yang menjalani rawat jalan di Puskesmas Sikumana Kota

Kupang pada bulan agustus tahun 2019 didapatkan hasil penelitian responden

memiliki tingkat kepatuhan rendah dengan persentase 44%.

Kepatuhan adalah suatu bentuk perilaku yang timbul akibat adanya

interaksi antara petugas kesehatan dengan pasien sehingga pasien mengerti

rencana dengan segala konsekuensinya dan menyetujui rencana tersebut serta

melaksanakannya (Kemenkes R.I, 2011). Kepatuhan pengobatan pasien

hipertensi merupakan hal penting karena hipertensi merupakan penyakit yang

tidak dapat disembuhkan tetapi harus selalu dikontrol atau dikendalikan agar

tidak terjadi komplikasi yang dapat berujung pada kematian (Mangendai et al,

2017). Kepatuhan pasien dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis

kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, lama menderita hipertensi dan motivasi

berobat pasien.

Pada penelitian ini kepatuhan pasien hipertensi di Puskesmas

Sikumana masih tergolong tingkat kepatuhan rendah karena kurangnya

pemahaman tentang instruksi pengobatan karena kebanyakan pasien memiliki

tingkat pendidikan yang rendah yaitu SMP, pasien juga sibuk dengan

pekerjaan dirumah sehingga kadang lupa untuk minum obat karena

kebanyakkan pasien adalah ibu rumah tangga.

Derajat kepatuhan pasien dikatakan rendah apabila pasien masih

dalam tahap identifikasi, yaitu pasien masih memilah-milah dalam melakukan

perintah atau anjuran yang yang diberikan kepadanya dalam artian hanya

melakukan apa yang ingin ia lakukan, sedangkan derajat sedang yaitu dimana

pasien mau melakukan anjuran dan aturan-aturan tanpa adanya kerelaan, dan

pada derajat tertinggi atau patuh individu sudah menginternalisasikan perintah

dan anjuran ke dalam dirinya yang disertai dengan kerelaan untuk melakukan

perintah atau anjuran tersebut (Widya Prilansari et al, 2014).

Page 68: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

51

G. Hubungan Pelayanan Informasi Obat dengan Tingkat Kepatuhan pasien

di Puskesmas Sikumana.

Tabel 11. Hubungan pelayanan informasi obat dengan Tingkat Kepatuhan pasien di

Puskesmas Sikumana.

Variabel Signifikan Korelasi

Pelayanan Informasi

Obat

0,004 0,348

Kepatuhan Pasien

Hipertensi

0,004 0,348

Sumber : Data Primer Agustus 2019

Berdasarkan hasil uji statistik ada hubungan menggunakan

correlation mendapatkan nilai signifikan 0,004 menyatakan ada hubungan

antara pelayanan informasi obat dengan tingkat kepatuhan pasien hipertensi,

dengan nilai koefisien korelasi yaitu 0,348 menyatakan derajat hubungan yaitu

kolerasi cukup, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara

pelayanan informasi obat dengan tingkat kepatuhan pasien hipertensi dengan

derajat hubungan yaitu korelasi cukup. Hasil koefisien korelasi juga dapat

dipahami bahwa korelasi bertanda positif, artinya semakin tinggi pelayanan

informasi obat yang diberikan maka akan meningkatkan kepatuhan pasien

hipertensi dalam menggunakan obat hipertensi.

Faktor kunci kepatuhan pasien terhadap pengobatan adalah

pemahaman tentang instruksi pengobatan. Dalam hal ini peningkatan

pemahaman tentang instruksi pengobatan dan peningkatan kepatuhan pasien

sangat dipengaruhi intervensi pelayanan kefarmasian yaitu Pelayanan

Informasi Obat (PIO). Tenaga kefarmasian sebagai salah satu tenaga

kesehatan pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat mempunyai

peranan penting karena terkait langsung dengan pemberian pelayanan

khususnya pelayanan kefarmasian (Kurmiapuri dan Supadmi, 2014).

Pemberian Informasi Obat dapat meningkatkan pengetahuan pasien

dalam penggunaan obat yang tepat dan memotivasi pasien untuk

menggunakan obat sesuai dengan anjuran penggunaan yang telah diberikan

sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pasien dan dapat meningkatkan

Page 69: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

52

keberhasilan terapi hipertensi yang sedang dilakukan yaitu mewujudkan

tekanan darah yang stabil dan mencegah terjadinya penyakit komplikasi

karena hipertensi.

Page 70: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

53

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai

hubungan pelayanan informasi obat dengan tingkat kepatuhan pasien

hipertensi di puskesmas sikumana kota kupang tahun 2019 di dapat

disimpulkan bahwa :

1. Pelayanan Informasi Obat yang dilakukan di Puskesmas Sikumana

belum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No. 74 tahun 2016.

2. Pasien patuh dalam menggunakan obat hipertensi.

3. Terdapat hubungan antara pelayanan informasi obat dengan tingkat

kepatuhan pasien hipertensi dengan derajat hubungan yaitu korelasi

cukup.

B. Saran

Diharapkan kepada tenaga kefarmasian agar dapat meningkatkan

pelayanan informasi obat kepada pasien agar tingkat kepatuhan pasien

dapat meningkat.

Page 71: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

54

DAFTAR PUSTAKA

Adityawati . dkk. 2016. Evaluasi Pelayanan Informasi Obat pada Pasien Rawat

Jalan di Instalasi Farmasi Puskesmas Grabag I. Jurnal Farmasi Sains

dan Praktis, Vol. I, No. 2, Februari 2016.

Anggara, F.H.D. & Prayanto, N. (2012). Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan

Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012.

Jurnal Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKES MH. Thamrin

(Diakses Tanggal 11 Januri 2017).

Anggraini, AD., Waren, S., Situmorang, E., Asputra, H., dan Siahaan, SS. 2009.

Faktor--Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada

Pasien Yang Berobat Di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang

Periode Januari Sampai Juni 2008.Fakultas Kesehatan. Universitas Riau.

Files of DrsMed-FK UNRI : 1-41

Ardanti, R. F. 2016. Hubungan Persepsi Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan

Minum Obat Pasien Diabetes Melitus di Puskesmas Gamping. Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta.

CDC USA. High Blood Pressure [Online] 2014. [diakses pada 23 Oktober 2014].

Departemen Kesehatan RI, 2013, Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana

Penyakit Hipertensi, Jakarta: Direktorat pengendalian penyakit tidak

menular.

Dipiro, J.T., Dipiro,C.V., Wells, B.G., dan Schwinghammer, T.L., 2015

Pharmacotherapy Handbook, 9th edition. McGrawe-Hill. United States.

Dianita P. S., dkk. 2017. Evaluasi Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian di

Puskesmas Kabupaten Magelang Berdasarkan Permenkes RI. Dorland, W.

Evadewi, P.K.R. & Sukmayanti, Luh M.K.S. (2013).Kepatuhan mengonsumsi

obat pasien hipertensi di denpasar ditinjau dari kepribadian tipe Adan

tipe B. Jurnal Psikologi Udayana.

Page 72: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

55

Ghea M. T., 2015. Profil Pelayanan Informasi Obat Dan Harapan Penderita Asma

Di Kabupaten Sleman. Skripsi. Yogyakarta.

Hardy, S., purnama, Anita, & Theresia. (2012). Hubungan Tingkat Kecemasan

Dengan Morbus Hansen dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya di

Bagian Kulit dan Kelamin BLU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode

November- Desember 2012.

Istirokah, I., Surtiningrum, A., & Nurullita, U. (2013). Pengaruh Terapi Terwtawa

Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Penderita Hipertensi (Studi

di Wilayah Kerja Puskesmas Pegandan Semarang).

I Gede Made Saskara Edi, 2014. Jurnal Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Kepatuhan Pasien Pada Pengobatan: Telaah Sistematik. Denpasar, Bali.

Ignatavicius, D. D., Workman, M. L., & Winkelman, C. (2016). Medical-Surgical

Nursing: Patient-Centered Collaborative Care (8th Ed.). St. Loius,

Missouri: Elsevier.

Jaya, N. (2009). Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan

pasien dalam minum obat antihipertensi di puskesmas pamulang kota

tangerang selatan propinsi banten tahun 2009. Dipetik 6 November 2012.

Julius, S., 2008, Clinical Implications of Pathophysiologic Changes in the Midlife

Hypertensive Patients. American Heart Journal, 122: 886-891.

Kayce Bell, Pharm.D. Calon 2015 Harrison Sekolah Farmasi, Auburn University;

and Bernie R. Olin, Pharm.D., Professor Klinis Associate Pharmacy

Practice, Informasi Obat dan Pusat Sumber Belajar, Harrison Sekolah

Farmasi, Universitas Auburn : Hipertensi: The Silent Killer: Diperbarui

JNC-8 Rekomendasi pedoman

Kemenkes RI. 2014. Infodatin Hipertensi. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.

(diakses 19 Desember 2016).

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016, Laporan Survei Indikator

Kesehatan Nasional (Sirkesnas) 2016.

Page 73: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

56

Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., & Bucher, L. (2014). Medical

Surgical: Assessment and management of clinical problems. St. Louis,

Missouri: Elsevier/Mosby.

Lestari Dwi. 2017. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Hipertensi

pada pekerja sector informal di pasar Bringharjo kota

Yogyakarta.Program Studi Bidan pendidikan Jenjang Dipolma IV.FIK

Universitas Aisyiyah. Yogyakarta

Morisky, D. E., Ang, A., Krousel-Wood, M., Ward, H. J. (2008). Predoctive

Validity of A Medication Adherence Measure in an Outpatient Setting.

Jurnal Clin Hipertens. Vol 10 (5). Diakses pada tanggal 8 Juni 2019

diwww.ncbi.nlm.nih.gov.

Notoadmodjo, 2010, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi PenelitianKesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Novitasari, Isti. 2016. Studi Deskriptif Gaya Komunikasi .Fakultas Psikologi

UMP.

Nuraini, B. 2015. Risk Fators of Hypertension. Faculty of Medicine, University of

Lampung. Vol. 4, No. 5, pp. 1.1

Prasaja. (2009). Ayo Bangun Dengan Bugar Karena Tidur yang Benar. Jakarta:

Penerbit Hikmah.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas.

Pratiwi, D. 2011. Pengaruh Konseling Obat terhadap Kepatuhan Pasien

Hipertensi di Poliklinik Khusus RSUP Dr. M. Djamil Padang, diakses

tanggal 20 September 2014.

Riyadi & Widuri. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia : Aktivitas Istirahat Tidur :

Diagnosis Nanda. Yokyakarta : Gosyen Publishing.

Riset Kesehatan Dasar 2018 Dalam Angka Daerah Istimewa yokyakarta, diakses

pada 11 Desember 2018.

Page 74: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

57

Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Singalingging, G. 2011. Karakteristik Penderita Hipertensi Di Rumah Sakit

Umum Herna Medan 2011. Medan : 1-6.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sumanto. (2014).Teori dan Aplikasi Metode Penelitian. Yogyakarta: CAPS

(Center Of Academic Publishing Service).

Sustrisna, E. M., Ekawati, M. D., & Yulianti, T. (2008). Tingkat Kepuasan Pasien

Rawat Jalan Terhadap Kualitas Pelayanan di Apotek Instalasi Farmasi

Rumah Sakit Umum Daerah Sragen.

Susi, Hiswani, & Jemadi. (2014). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan

Hipertensi Pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum

Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi Tahiun 2014,2.

Sutangi, H., &Winantri. (2013). Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan

Kejadian Hipertensi Pada Wanita Lansia Posbindu Desa Sukaurip

Kecamatan Balongan Indra Mayu.

Suparyanto. (2011). Konsep Ibu Rumah Tangga.

Tumiwa N. N. G, et al., 2014. Pelayanan Informasi Obat Terhadap Kepatuhan

Minum Obat Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUP Prof. Dr. R.

D. Kandou Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi –Vol. 3 No. 3.

WHO 2012, World Health Day 2013, Measure your blood pressure,

reduceyourrisk,diaksestanggal16Desembrer 2016.

Yeni, (2011). Hubungan Dukungan Keluarga dan Karakteristik Lansia Dengan

Kejadian Stroke pada Lansia Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas

Perkotaan Bukit Tinggi. Tesis Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

(Diaksese Tanggal 18 Januari 2017).

Page 75: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

58

L

A

M

P

I

R

A

N

Page 76: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

59

Lampiran 1.

Page 77: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

60

Lampiran 2.

Page 78: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

61

Lampiran 3.

Page 79: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

62

Lampiran 4.

Page 80: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

63

Lampiran 5.

Page 81: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

64

Lampiran 6.

lampi

Page 82: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

65

Lampiran 7.

Page 83: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

66

Page 84: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

67

Lampiran 8.

Page 85: SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ...SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2019 Oleh:

68

DOKUMENTASI

Gambar 1 ; persetujuan menjadi responden

Gambar 2 : pengisian kuesioner

Gambar 3 : Pelayanan Informasi Obat