SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul...

147
SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKOREJO KABUPATEN PONOROGO Oleh : ULUL SYA’DIANA NIM : 201403043 PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2018

Transcript of SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul...

Page 1: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

SKRIPSI

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN PERSONAL

HYGIENE DENGAN KEJADIAN KUSTA DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS SUKOREJO KABUPATEN

PONOROGO

Oleh :

ULUL SYA’DIANA

NIM : 201403043

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2018

Page 2: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

ii

SKRIPSI

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN PERSONAL HYGIENE

DENGAN KEJADIAN KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

SUKOREJO KABUPATEN PONOROGO

Diajukan untuk memenuhi

Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)

Oleh :

ULUL SYA’DIANA

NIM : 201403043

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2018

Page 3: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

iii

Page 4: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

iv

Page 5: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

v

LEMBAR PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat, nikmat, dan rahmat Nya

yang telah memberiku kekuatan, dan kesempatan menggenggam ilmu sehingga

penulis dapat menyelesaikan karya kecil ini. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu

ada kemudahan maka apaila telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya

kamu berharap (Qs. Alam Nasyrah: 7,9). Dengan seiring rasa syukurku,

kupersembahkan karya kecil ini kepada orang-orang tercinta dan rasa

trimakasihku untuk :

1. Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat, taufik dan hidayahNya

kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan karya ini dengan baik.

2. Ayah, ibu dan kakakku tercinta yang tidak pernah hentinya selama ini

memberiku semangat, doa, dorongan, nasehat dan kasih sayang yang tak

tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku.

3. Untuk Sahabat-sahabatku yang sama-sama berjuang yang tidak bosan

mengingatkan dan memberi semangat satu sama lain: Ardhin, Resita, Fatika,

Anisa, Yayuk, Dania, Desi, Putri PM, Riayana, Elfira, Inna

4. Untuk teman-temanku Kesmas angkatan 2014 terimakasih atas segala

dukungannya, motivasinya sehingga tersusunlah skripsi ini.

5. Untuk dosen pembimbing dan penguji, trimakasih atas kesabarannya dalam

membimbing dan ilmunya yang telah memberikan coretan terindah sehingga

saya bisa menyelesaikan karya kecil ini dengan baik.

Page 6: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

vi

Page 7: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ulul Sya’diana

Tempat/Tanggal Lahir : Madiun, 14 Februari 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jln Singajaya XIV Prumnas Singosaren Blok C/32

RT 03 RW 06, Kec. Jenangan, Kab.Ponorogo

Riwayat Pendidikan :

1. Lulus TK MUSLIMAT Tahun 2002

2. Lulus SD SINGOSAREN I Tahun 2008

3. Lulus SMPN 6 PONOROGO Tahun 2011

4. Lulus SMAN 1 BABADAN PONOROGO

Tahun 2014

5. Menempuh Pendidikan di Program Studi

Kesehatan Masyarakat STIKES BHAKTI

HUSADA MULIA MADIUN Sejak Tahun

2014.

Page 8: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

viii

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT STIKES BHAKTI

HUSADA MULIA MADIUN

ABSTRAK

Ulul Sya’diana. 201403043

“Hubungan Kondisi Fisik Rumah dan Personal Hygiene dengan Kejadian

Kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo”

92 Halaman + 27 tabel + 7 gambar + 8 Lampiran

Kusta merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae

yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya kecuali susunan

saraf pusat. Jumlah kasus penderita kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Sukorejo

pada tahun 2016 dan tahun 2017 sebesar 11 kasus. Kecamatan Sukorejo

merupakan wilayah dengan kusta tertinggi selama 2 tahun berturut-turut ditahun

2016 dan 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kondisi fisik

rumah dan personal hygiene di Wilayah Kerja Puskesmas Sukorejo Kabupaten

Ponorogo.

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian survey analitik dengan

pendekatan case control. Teknik pengambilan sampel menggunakan total

sampling, dimana 11 orang sebagai kasus dan 22 orang sebagai kontrol dengan

perbandingan 1:2. Teknik analisis data menggunakan uji statistic chi-square.

Hasil Penelitian menunjukkan ada hubungan antara : kondisi fisik rumah

dengan kejadian kusta (p=0,036), jenis lantai dengan kejadian kusta (p=0,014),

luas ventilasi dengan kejadian kusta (p=0,026), kelembaban dengan kejadian

kusta (p=0,007), kepadatan hunian dengan kejadian kusta (p=0,006), personal

hygiene dengan kejadian kusta (p=0,019), kebiasaan mandi dengan kejadian kusta

(p=0,013), kebiasaan meminjam handuk dengan kejadian kusta (p=0,026).

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang diberikan yaitu meningkatkan

kebersihan perorangan dan perbaikan kondisi lingkungan rumah yang bertujuan

mengurangi potensi perkembangbiakan bakteri penyebab kusta.

Kata Kunci : Kusta, Kondisi Fisik Rumah, Personal Hygiene

Kepustakaan : 53 (2000-2017)

Page 9: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

ix

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT STIKES BHAKTI

HUSADA MULIA MADIUN

ABSTRACT

Ulul Sya’diana. 201403043

"Relationship between Physical Conditions of Home and Personal Hygiene

with Leprosy Events in the Work Area of Sukorejo Health Center in Ponorogo

Regency"

92 Pages + 27 tables + 7 images + 8 Attachments

Leprosy was a disease caused by Mycobacterium leprae that attacked

peripheral nerves, skin and other body tissues except the central nervous system.

The sickness of leprosy cases in Sukorejo Public Health Center Work Area in

2016 and 2017 was 11 cases. Sukorejo Subdistrict was the region with the highest

leprosy for 2 consecutive years in 2016 and 2017. This study aims to determine

the relationship between the physical condition of the house and personal hygiene

in the Work Area of Puskesmas Sukorejo, Ponorogo Regency.

This research used analytical survey research with a case control approach.

The sampling technique used total sampling, where 11 people as cases and 22

people as controls with a ratio of 1: 2. Data analysis technique used chi-square

statistical test.

The results showed that there was a relationship between: the physical

condition of the house and the incidence of leprosy (p = 0.036), the type of floor

with the incidence of leprosy (p = 0.014), the extent of ventilation with the

incidence of leprosy (p = 0.026), humidity with the incidence of leprosy (p =

0.007) , occupancy density with the incidence of leprosy (p = 0.006), personal

hygiene with the incidence of leprosy (p = 0.019), bathing habits with leprosy

incidence (p = 0.013), the habit of borrowing towels with leprosy (p = 0.026).

Based on the results of the study, the advice given is to improve personal

hygiene and improve the condition of the home environment which aims to reduce

the potential for proliferation of leprosy-causing bacteria.

Keywords: Leprosy, Home Physical Conditions, Personal Hygiene

Literature: 53 (2000-2017)

Page 10: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

x

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan

petunjuk sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan

Kondisi Fisik Rumah dan Personal Hygiene dengan Kejadian Kusta diWilayah

Kerja Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo” ini dapat terselesaikan dengan

baik.

Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,

untuk itu penulis menyampaikan rasa hormat dan trimakasih atas semua bantuan

dan dukungannya selama pelaksanaan dan penyusunan laporan skripsi ini kepada :

1. Bapak Zaenal Abidin, S.KM.,M.Kes (Epid) Selaku Ketua STIKES Bhakti

Husada Mulia Madiun.

2. Ibu Avicena Sakufa Marsanti, S.KM.,M.Kes, Selaku Ketua Program Studi

Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

3. Bapak dr.Hari Prasetyo Prijo Oetomo Selaku Kepala UPT Puskesmas

Sukorejo Kabupaten Ponorogo.

4. Ibu Riska Ratnawati, S.KM.,M.Kes Selaku pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan dalam penyusunan skripsi

ini.

5. Bapak A.Agus Widodo, S.KM.,MMKes Selaku pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan dalam penyusunan skripsi

ini.

Page 11: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

xi

6. Bapak Beny Suyanto, S.Pd.,M.Si Selaku penguji skripsi yang telah

memberikan masukan yang bermanfaat dalam skripsi ini.

7. Bapak, Ibu, dan Kakak tersayang yang telah memberikan Do’a, semangat,

dan nasihat serta kasih sayang yang luar biasa yang selalu membuatku tidak

mudah putus asa.

8. Untuk Sahabat-sahabatku yang sama-sama berjuang yang tidak bosan

mengingatkan dan memberi semangat satu sama lain: Ardhin, Resita, Fatika,

Anisa, Yayuk, Dania, Desi, Putri PM, Riayana, Elfira, Inna

9. Teman-teman seperjuangan kesmas angkatan 2014.

10. Dan semua pihak yang telah banyak membantu peneliti dalam

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Akhir kata penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang

telah berperan serta dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir, semoga

Allah SWT senantiasa maridhoi segala usaha kita, Amin

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Madiun, Agustus 2018

Penyusun

Page 12: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

xii

DAFTAR ISI

Sampul Depan ............................................................................................................ i

Sampul Dalam ............................................................................................................ ii

Lembar Persetujuan .................................................................................................... iii

Lembar Pengesahan .................................................................................................. iv

Lembar Persembahan ................................................................................................. v

Lembar Pernyataan .................................................................................................... vi

Daftar Riwayat Hidup ................................................................................................ vii

Abstrak ...................................................................................................................... viii

Abstract ...................................................................................................................... ix

Kata Pengantar ........................................................................................................... x

Lembar Pernyataan .................................................................................................... xi

Daftar Isi..................................................................................................................... xii

Daftar Tabel....... ........................................................................................................ xiv

Daftar Gambar....... ..................................................................................................... xvi

Daftar Lampiran....... .................................................................................................. xvii

Daftar Singkatan dan Istilah....... ................................................................................ xviii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 7

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 7

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8

1.5 Keaslian Penelitian....................................................................................... 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kusta ......................................................................................... 12

2.2 Klasifikasi Kusta ......................................................................................... 12

2.3 Penyebab Kusta ........................................................................................... 14

2.4 Cara Penularan ............................................................................................ 14

2.5 Tanda dan Gejala......................................................................................... 15

2.6 Pengobatan Kusta ........................................................................................ 16

2.7 Reaksi Kusta ............................................................................................... 18

2.8 Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Kusta .......................................... 19

2.8.1 Pencegahan ......................................................................................... 19

2.8.2 Penanggulangan ................................................................................. 20

2.9 Masalah yang Ditimbulkan Akibat Penyakit Kusta .................................... 21

2.10 Kondisi Fisik Rumah .................................................................................. 22

2.10.1 Pengertian Rumah ............................................................................ 22

2.10.2 Persyaratan Rumah........................................................................... 23

2.10.3 Standar Rumah Sehat ....................................................................... 25

Page 13: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

xiii

2.10.4 Komponen Rumah ........................................................................... 26

2.11 Personal Hygiene ......................................................................................... 27

2.11.1 Macam-macam Personal Hygiene ..................................................... 27

2.11.2 Tujuan Perawatan Personal Hygiene ................................................ 27

2.11.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene ...................... 28

2.11.4 Dampak Personal Hygiene ................................................................ 29

2.12 Faktor Risiko Kusta ..................................................................................... 29

2.13 Kerangka Teori............................................................................................. 40

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep ........................................................................................ 41

3.2 Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 42

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian 44

4.2 Populasi dan Sampel 45

4.2.1 Populasi 45

4.2.2 Sampel 46

4.3 Teknik Sampling 49

4.4 Kerangka Kerja Penelitian 50

4.5 Variabel Penelitian 51

4.5.1 Variabel Bebas (Independent) ............................................................. 51

4.5.2 Variabel Terikat(Dependent) .............................................................. 51

4.6 Definisi Operasional Variabel 51

4.7 Instrumen Penelitian 54

4.7.1 Kuesioner ............................................................................................ 54

4.7.2 Observasi............................................................................................. 54

4.7.3 Pengukuran ......................................................................................... 55

4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian 56

4.9 Prosedur Pengumpulan Data 56

4.9.1 Data Primer ......................................................................................... 56

4.9.2 Data Sekunder ..................................................................................... 57

4.10 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 57

4.10.1 Pengolahan Data 57

4.10.2 Analisis Data 58

4.11 Etika Penelitian 60

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 61

5.2 Karakteristik Responden 63

5.3 Hasil Penelitian 69

5.4 Pembahasan 73

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan 90

6.2 Saran 91

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian 9

Tabel 1.2 Matrik Perbedaan Penelitian 11

Tabel 2.1 Tanda utama kusta pada tipe PB dan MB 13

Tabel 2.2 Tanda lain untuk menemukan klasifikasi kusta 13

Tabel 2.3 Perbedaan antara Reaksi kusta Tipe I dengan Tipe II 18

Tabel 4.1 Kriteria inklusi dan eksklusi 47

Tabel 4.2 Definisi Operasional 52

Tabel 4.4 Analisis Bivariat 59

Tabel 5.1 Jumlah Pegawai Puskesmas berdasarkan status Pendidikan Tahun

2016 (Pada Saat Profil dibuat) 62

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan umur di UPT

Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo 63

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan jenis kelamin di

UPT Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo 64

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan pendidikan di

UPT Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo 64

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan pekerjaan di

UPT Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo 65

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan kejadian kusta di

UPT Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo 65

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan kondisi fisik rumah di

UPT Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo 65

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan jenis lantai di

UPT Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo 65

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan luas ventilasi di

UPT Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo 66

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan kelembaban di

UPT Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo 67

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan kepadatan hunian

rumah di UPT Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo 67

Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan personal hygiene

di UPT Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo 68

Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan kebiasaan mandi

di UPT Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo 68

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan kebiasaan meminjam

handuk di UPT Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo 69

Tabel 5.15 Analisis kondisi fisik rumah dengan kejadian kusta di UPT

Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo 69

Tabel 5.16 Analisis Jenis lantai dengan kejadian kusta di UPT

Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo 70

Page 15: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

xv

Tabel 5.17 Analisis Luas ventilasi dengan kejadian kusta di UPT

Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo 71

Tabel 5.18 Analisis Kelembaban dengan kejadian kusta di UPT

Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo 71

Tabel 5.19 Analisis Kepadatan hunian rumah dengan kejadian kusta di

UPT Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo 72

Tabel 5.20 Analisis personal hygiene dengan kejadian kusta di UPT

Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo 72

Tabel 5.21 Analisis Kebiasaan mandi dengan kejadian kusta di UPT

Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo 73

Tabel 5.22 Analisis Kebiasaan meminjam handuk dengan kejadian kusta di

UPT Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo 74

Page 16: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

xvi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Tabel Halaman

Gambar 2.1 Model 1 Segitiga Epidemiologi 30

Gambar 2.2 Model 2 Segitiga Epidemiologi 31

Gambar 2.3 Model 3 Segitiga Epidemiologi 31

Gambar 2.4 Kerangka Teori 40

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 41

Gambar 4.1 Skema Rancangan Case Control 45

Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian 50

Page 17: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Persetujuan Izin Penelitian

Lampiran 2 Surat Pernyataan Persetujuan (Informed Consent)

Lampiran 3 Surat Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 4 Kuesioner Penelitian

Lampiran 5 Hasil Ouput SPSS

Lampiran 6 Dokumentasi

Lampiran 7 Form Komunikasi

Lampiran 8 Format Revisi

Page 18: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

xviii

DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH

BTA : Bersifat Tahan Asam

CO2 : Karbondioksida

DADDS : Diasenti-Diamino-Difenil-Sulfon

ENL : Erythema Nodusum Leprosum

KUSTA MB : Multi Basiler atau kusta basah

KUSTA PB : Pausi Basiler atau kusta kering

MDT : Multi Drug Therapy

NCDR : New Case Detection Rate

O2 : Oksigen

OR : Odd Ratio

PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

PR : Prevalensi Rate

Progresif : Terus meningkat tingkat keparahannya

P2PL : Pengendalian Penyakit Penyehatan Lingkungan

P2PM : Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular

Personal Hygiene : Kebersihan diri seseorang

RFT : Relasif From Treatment

SO2 : Sulfur dioksida

The Great Iminator Disease : Penyakit yang mirip dengan banyak penyakit kulit

lainnya seperti infeksi jamur kulit

WHO : World Health Organization

Page 19: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu 1riter

kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945. Setiap kegiatan dalam upaya untuk

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan

berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia,

serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan

nasional serta upaya pembangunan harus dilandasi dengan wawasan kesehatan

dalam arti pembangunan nasional harus memperhatikan kesehatan masyarakat

dan merupakan tanggung jawab semua pihak baik Pemerintah maupun

masyarakat ( Kemenkes RI, 2009).

Penyakit berbasis lingkungan merupakan penyakit yang proses

kejadiannya pada sebuah kelompok masyarakat yang memiliki keterkaitan erat

dengan satu atau lebih komponen lingkungan dalam sebuah ruang. Laporan

WHO menunjukkan bahwa faktor lingkungan berpengaruh secara signifikan

terhadap lebih dari 80% penyakit. Masalah kesehatan dan penyakit berbasis

lingkungan yang disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak memadai,

baik kualitas maupun kuntitasnya dapat menyebabkan berbagai penyakit salah

satunya adalah penyakit kusta.

Page 20: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

2

Penyakit kusta adalah penyakit menular menahun yang menimbulkan

masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya masalah

dari segi medis tetapi meluas sampai masalah ekonomi, sosial, budaya, dan

keamanan. Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat termasuk

sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan

atau pengertian, kepercayaan yang keliru terhadap penyakit kusta dan cacat

yang ditimbulkannya (Depkes RI, 2006).

Kusta atau disebut juga Morbus Hansen (MH) merupakan penyakit yang

disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang menyerang syaraf tepi, kulit dan

jaringan tubuh lainnya kecuali susunan saraf pusat. Dikenal ada dua macam

tipe kusta yaitu tipe MB (Multi Basiler atau kusta basah). Dan tipe PB (Pausi

Basiler atau kusta kering). Kusta tipe MB merupakan sumber penularan

penyakit kusta, namun cara penularan yang pasti belum diketahui. Penularan

kusta secara jelas masih belum diketahui tetapi sebagian besar dari peneliti

menyimpulkan bahwa penularan utama kusta yaitu melewati saluran

pernafasan dan kulit, namun perlu kontak yang akrab dan lama dengan

penderita kusta hingga dapat terinfeksi penyakit kusta. Hanya sebagian orang

yang dapat terinfeksi oleh bakteri kusta setelah kontak dengan penderita lain

karena adanya imunitas dari tubuh masing-masing orang (Emmy S, 2006).

Menurut World Health Organization (WHO) kusta merupakan salah

satu dari tujuh belas penyakit tropis yang terabaikan dan membutuhkan

perhatian khusus dunia. Kusta dikenal juga sebagai “The Great Imitator

Disease” karena manifestasi yang mirip dengan banyak penyakit kulit lainnya

Page 21: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

3

seperti infeksi jamur kulit, sehingga seseorang jarang menyadari bahwa

dirinya telah menderita kusta.

Prevalensi penyakit kusta di dunia masih tinggi. World Health

Organization (WHO) mencatat pada tahun 2014, sebanyak 213.899 penemuan

kasus baru kusta terdeteksi di seluruh dunia dengan kasus tertinggi berada di

regional Asia Tenggara yakni sebesar 154.834 kasus. Prevalensi kusta pada

awal tahun 2015 didapatkan sebesar 0,31 per 100.000 penduduk. Indonesia

menduduki peringkat ketiga 3riter dengan 3riteri kusta terbanyak setelah India

dan Brazil. Kejadian Kusta masih sangat tinggi di beberapa 3riter, terutama

3riter berkembang yang sangat erat kaitannya dengan tingkat kemiskinan dan

kepadatan penduduk.

Di Indonesia Sepanjang tahun 2013, kementrian kesehatan RI mencatat

16.825 kasus kusta baru, dengan angka kecacatan 6,82 per 10.000 penduduk.

Angka ini menempatkan Indonesia di peringkat tiga dunia dengan kasus baru

kusta terbanyak setelah india (134.752 kasus) dan Brasil (33.303 kasus).Tahun

2014 provinsi Jawa Timur memiliki jumlah penderita baru sebesar 4.119

kasus dengan Prevalensi Rate (PR) 1.07 per 10.000 penduduk (Kemenkes,

2015).

Di Provinsi Jawa Timur penderita kusta yang terdaftar pada tahun 2014

sebanyak 4.114 dengan angka Prevalen Rate 1,1 per 10.000 penduduk,

sedangkan pada tahun 2015 penderita kusta mengalami penurunan dengan

jumlah penderita ditahun 2015 sebanyak 3.946 dengan angka Prevalen Rate

1,02 per 10.000 penduduk dan pada tahun 2016 jumlah penderita kusta yang

Page 22: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

4

terdaftar mengalami kenaikan menjadi 4.058 dengan angka Prevalen Rate

1,04 per 10.000 penduduk (Profil Kesehatan Indonesia, 2016).

Di Kabupaten Ponorogo kasus kusta yang ditemukan dan diobati tahun

2016 sebanyak 52 orang dengan angka prevalensi 0,62 per 10.000 penduduk,

terdiri dari tipe PB sebanyak 8 orang dan tipe MB sebanyak 44 orang.

Penderita selesai pengobatan (RFT) MB ada 47 (98%) dan RFT PB ada 3

orang (100%). Penderita dengan cacat 2 sebanyak 2 orang (4%) dan penderita

anak sebanyak 2 orang (4%). Cacat pada kusta inilah yang menyebabkan

masalah bagi penderita dan keluarganya, karena cacatnya penderita menurun

produktifitasnya serta menimbulkan stigma yang besar di masyarakat.(Dinkes

Kab.Ponorogo, 2016).

Berdasarkan hasil kunjungan dan wawancara yang dilakukan di

puskesmas sukorejo, jumlah kasus penderita kusta pada tahun 2016 dan tahun

2017 sebesar 11 kasus. Hal ini menunjukkan bahwa di sukorejo cenderung

stagnan. Kecamatan Sukorejo merupakan wilayah yang menduduki kusta

tertinggi selama 2 tahun berturut-turut yaitu ditahun 2016 dan 2017 jika

dibandingkan dengan kecamatan lain yang ada di kabupaten ponorogo.

Diwilayah kecamatan sukorejo merupakan wilayah 4riteria kusta atau sebuah

kondisi yang menggambarkan keadaan yang tidak merata atau tidak tentu

tentang peristiwa kejadian kusta, terkadang peristiwa tersebut naik, turun dan

tetap. Rata-rata kondisi fisik rumah penderita kusta di kecamatan sukorejo

kurang memenuhi syarat kesehatan. Keadaan ini diduga menjadi

perkembangbiakan kuman kusta di dalam rumah penderita dan

Page 23: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

5

memungkinkan penularan penyakit kusta dapat berlangsung terus menerus,

sementara itu keadaan kebersihan diri penderita juga diduga menjadi hal yang

sangat berperan dalam terjadinya penularan penyakit kusta di kecamatan

sukorejo. Kecamatan sukorejo memiliki kepadatan hunian yang cukup tinggi,

hal ini dapat terlihat dari setiap rumah yang rata-rata memiliki anggota

keluarga 3-5 orang dalam satu rumah sederhana. Rumah yang dihuni banyak

penghuni akan menimbulkan akibat buruk pada kesehatan dan merupakan

sumber yang potensial terhadap penyakit-penyakit infeksi.

Jumlah seluruh rumah yang ada di kecamatan sukorejo sebanyak 13.130

rumah, jumlah rumah yang sudah memenuhi syarat sebanyak (73,78%),

sedangkan target rumah yang disyaratkan rumah sehat yaitu (85%). Presentase

rumah tangga yang berprilaku hidup bersih dan sehat sebanyak 3.587 (58,1%)

rumah tangga yang dikategorikan sebagai rumah tangga yang ber-PHBS dari

6.169 rumah yang dipantau. Angka cakupan rumah dan perilaku perorangan

pada masyarakat di kecamatan sukorejo dalam kategori belum memenuhi

syarat dan masih dibawah target. Hal ini mungkin dapat menyebabkan

berbagai penyakit menular masih terjadi di kabupaten ponorogo.

Kondisi fisik rumah sangat mempengaruhi kesehatan bagi penghuninya.

Rumah Sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat

kesehatan yang terdiri dari komponen rumah, sarana sanitasi dan perilaku

antara lain yaitu memiliki jamban sehat, tempat pembuangan sampah,

sarana air bersih, sarana pembuangan air limbah, ventilasi baik, kepadatan

Page 24: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

6

hunian rumah sesuai dan lantai rumah tidak dari tanah. (Profil Kesehatan

Indonesia, 2016).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Moga Aryo Wicaksono, H.

Acmad dan Iwan (2015) mengenai lingkungan fisik rumah dan karakteristik

responden yang berhubungan dengan timbulnya penyakit kusta. Faktor yang

berhubungan secara bermakna yaitu luas ventilasi, kepadatan hunian, sosial

ekonomi, personal hygiene, pekerjaan dan pendidikan.

Sedangkan Menurut penelitian Lia setiani (2014) tentang faktor-faktor

yang berhubungan dengan kejadian kusta, peneliti ini menyatakan ada

hubungan yang bermakna antara kepadatan hunian, lama kontak, dan

kebersihan individu dengan penyakit kusta.

Berdasarkan permasalahan diatas maka perlu memperhatikan mata rantai

penularan penyakit kusta, penyakit kusta dapat diputus penularannya melalui

intervensi yang sesuai dan hal ini dapat dilakukan jika proses terjadinya

infeksi penyakit tersebut diketahui. Menurut Rismawati (2013) yang

menunjukkan adanya hubungan antara suhu rumah, pencahayaan, luas

ventilasi rumah, kepadatan hunian, kebiasaan membersihkan lantai dan

kebiasaan mandi dengan kejadian kusta. Sementara penelitian lain yang

dilakukan Noorlatifah, dkk (2010) menunjukkan hubungan antara kondisi fisik

rumah, riwayat kontak, dan tingkat pendidikan dengan kejadian kusta.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis ingin melakukan penelitian

mengenai hubungan kondisi fisik rumah dan personal hygiene dengan

kejadian kusta di wilayah kerja puskesmas sukorejo kebupaten ponorogo.

Page 25: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut “Apakah ada hubungan antara kondisi fisik rumah dan personal

hygiene dengan kejadian kusta di wilayah kerja puskesmas sukorejo kabupaten

Ponorogo ?”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi dan mengetahui hubungan kondisi fisik rumah dan

personal hygiene dengan kejadian kusta diwilayah kerja puskesmas

sukorejo, kabupaten ponorogo.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi jenis lantai rumah penderita kusta di wilayah kerja

puskesmas sukorejo, kabupaten Ponorogo.

2. Mengidentifikasi luas ventilasi rumah penderita kusta di wilayah kerja

puskesmas sukorejo, kabupaten Ponorogo.

3. Mengidentifikasi kelembaban rumah penderita kusta di wilayah kerja

puskesmas sukorejo, kabupaten Ponorogo.

4. Mengidentifikasi kepadatan hunian rumah penderita kusta di wilayah

kerja puskesmas sukorejo, kabupaten Ponorogo.

5. Mengidentifikasi kebiasaan mandi dalam sehari pada penderita kusta di

wilayah kerja puskesmas sukorejo, kabupaten Ponorogo.

6. Mengidentifikasi kebiasaan meminjam handuk pada penderita kusta di

wilayah kerja puskesmas sukorejo, kabupaten Ponorogo.

Page 26: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

8

7. Menganalisis hubungan antara kondisi fisik rumah dengan kejadian kusta

diwilayah kerja puskesmas sukorejo kabupaten Ponorogo

8. Menganalisis hubungan antara personal hygiene dengan kejadian kusta

diwilayah kerja puskesmas sukorejo kabupaten Ponorogo

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran

masyarakat khususnya pada masyarakat yang menderita kusta tentang

pentingnya menjaga kondisi fisik rumah seperti luas ventilasi yang

memenuhi standar, lantai rumah yang baik, kepadatan hunian, dan

kelembaban ruangan yang sesuai standar serta memperhatikan kebiasaan

personal hygiene penderita yang meliputi kebiasaan mandi yang baik, dan

kebiasaan meminjam handuk antar anggota keluarga pada penderita kusta.

1.4.2 Bagi instansi yang terkait khususnya Puskesmas Sukorejo

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada

puskesmas Sukorejo khususnya bidang P2PL tentang hasil penelitian yang

meliputi jenis lantai, luas ventilasi, kelembapan ruangan, kepadatan hunian,

dan kebiasaan mandi, serta kebiasaan meminjam handuk.

1.4.3 Bagi peneliti lain

Sebagai sumber referensi dan mengembangkan wawasan bagi peneliti

selanjutnya dalam melakukan penelitian khususnya meneliti tentang

hubungan kondisi fisik rumah dan personal hygiene dengan kejadian kusta.

Page 27: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

9

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No JUDUL

PENELITIAN

NAMA

PENELITI

TEMPAT DAN

TAHUN

PENELITIAN

RANCANGAN

PENELITIAN

VARIABEL

PENELITIAN

HASIL

PENELITIAN

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1.

Hubungan

Antara

Sanitasi

Rumah dan

Personal

Hygiene

dengan

Kejadian

Kusta

Multibasiler

Dwina

Rismawati

RSUD

Tugurejo

Semarang

tahun 2012

Jenis

penelitian ini

adalah analitik

observasional

dengan desain

case control

Variabel

Bebas

Sanitasi

rumah : Suhu

rumah,

pencahayaan

alami di

dalam

rumah, luas

ventilasi,

kepadatan

hunian

kamar,

kebiasaan

membersihka

n lantai,

kebiasaan

mandi,

kebiasaan

cuci rambut,

kelembaban

udara, jenis

lantai, sarana

pembuangan

tinja,

kebiasaan

cuci tangan.

Variabel

Terikat

Kejadian

Kusta

Multibasiler

Ada hubungan

antara suhu

rumah (p=0,008,

OR=4,295),

pencahayaan

alami (p=0,036,

OR=3,190), luas

ventilasi

(p=0,035,

OR=3,148),

Kepadatan

hunian kamar

(p=0,033,OR=3,2

31), kebiasaan

membersihkan

lantai (p=0,018,

OR=3,610),

kebiasaan mandi

(p=0,018,OR=3,6

36), kebiasaan

cuci rambut

(p=0,03,

OR=3,367)

Tidak ada

hubungan antara

kelembaban

rumah (p=0,487),

jenis lantai

(p=0,269), sarana

pembuangan tinja

(p=0,738),

kebiasaan cuci

tangan (p=0,115).

2.

Hubungan

Lingkungan

Fisik Rumah

dan

Moga,

Aryo,

H.Achmad

F, Iwan

Bandar

Lampung

tahun 2015

Penelitian ini

menggunakan

desain Case

Control

Variabel

Bebas

Pendidikan,

pekerjaan,

Ada hubungan

yang bermakna

antara

pendidikan,

Page 28: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

10

Karakteristik

Responden

Dengan

Penyakit

Kusta Klinis

Di Kota

Bandar

Lampung

Stia Budi personal

hygiene,

sosial

ekonomi,

kepadatan

hunian, luas

ventilasi,

jenis

kelamin,

umur,

kelembaban.

Variabel

Terikat

Kejadian

penyakit

kusta

pekerjaan,

personal hygiene,

sosial ekonomi,

kepadatan

hunian, dan luas

ventilasi

Tidak ada

hubungan antara

jenis kelamin,

umur, dan

kelembaban

3. Hubungan

Antara Faktor

Risiko

Terhadap

Kejadian

Kusta

(Morbus

Hansen) Di

Wilayah Kerja

Puskesmas

Beringin

Kabupaten

Ngawi

Setyawan Wilayah

kerjaUPTD

Puskesmas

Beringin

Kabupaten

Ngawi tahun

2014

Penelitian ini

menggunakan

metode

observasional

dengan

rancangan

penelitian

Case Control

Variabel

Bebas

Sanitasi

rumah:

jamban,

sarana air

bersih,

saluran

pembuangan

air limbah,

tempat

sampah, atap,

dinding,

lantai,

ventilasi,

jendela,

kepadatan

hunian

Variabel

Terikat

Kejadian

kusta

Ada hubungan

antara kondisi

sanitasi rumah

(p=0,002,

OR=7,857),

kondisi dinding

rumah (p=0,007,

OR=5,500),

kondisi lantai

rumah (p=0,001,

OR=8,846),

jamban sehat

(p=0,007,

OR=5,179),

pendidikan

(0,020,

OR=4,375) dan

riwayat kontak

(p=0,000,

OR=28,000).

Tidak terdapat

hubungan antara

umur, jenis

kelamin,

pekerjaan, dan

tingkat sosial

ekonomi

Page 29: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

11

MATRIK PERBEDAAN PENELITIAN

Tabel 1.2 Matrik Perbedaan Penelitian

No Perbedaan Dwina

Rismawati

Moga, Aryo,

H.Achmad F,

Iwan Stia Budi

Setyawan Ulul Sya’diana

1. Tempat RSUD Tugurejo

Semarang

Bandar Lampung Wilayah

kerjaUPTD

Puskesmas

Beringin

Kabupaten Ngawi

Wilayah Kerja

Puskesmas

Sukorejo

Kabupaten

Ponorogo

2. Waktu 2012 2015 2014 2018

3. Sampel 58 (29 kasus, 29

kontrol)

60 (20 kasus, 40

kontrol)

54 (18 kasus, 36

kontrol)

33 (11 kasus, 22

kontrol)

4. Desain

Penelitian

Case Control Case Control Case Control Case Control

5. Metode

Penelitian

Purposive

Sampling

Purposive

Sampling

Purposive

Sampling

Total Sampling

6. Variabel

Penelitian Variabel Bebas

Sanitasi rumah :

Suhu rumah,

pencahayaan

alami di dalam

rumah, luas

ventilasi,

kepadatan hunian

kamar, kebiasaan

membersihkan

lantai, kebiasaan

mandi, kebiasaan

cuci rambut,

kelembaban

udara, jenis

lantai, sarana

pembuangan

tinja, kebiasaan

cuci tangan.

Variabel

Terikat

Kejadian Kusta

Multibasiler

Variabel Bebas

Pendidikan,

pekerjaan,

personal hygiene,

sosial ekonomi,

kepadatan hunian,

luas ventilasi,

jenis kelamin,

umur,

kelembaban.

Variabel Terikat Kejadian penyakit

kusta

Variabel Bebas

Sanitasi rumah:

jamban, sarana air

bersih, saluran

pembuangan air

limbah, tempat

sampah, atap,

dinding, lantai,

ventilasi, jendela,

kepadatan hunian

Variabel Terikat

Kejadian Kusta

Variabel Bebas

Kondisi fisik

rumah :

Jenis Lantai,

Luas Ventilasi,

Kelembaban

ruangan,

Kepadatan

Hunian

Personal

Higiene:

Kebiasaan mandi

dalam sehari,

kebiasaan

meminjam

handuk.

Variabel

Terikat

Kejadian Kusta

Page 30: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

12

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kusta

Penyakit Kusta atau Penyekit Hansen adalah sebuah penyakit infeksi

kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobakterium Leprae. Penyakit ini

adalah tipe penyakit granulomatosa pada saraf 12riteria mukosa dari saluran

pernafasan atas, dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar.

Bila tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif , menyebabkan kerusakan

pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak, dan mata (Andareti,obi.2015).

Kusta merupaka penyakit menahun yang menyerang syaraf tepi kulit dan

organ tubuh manusia yang dalam jangka panjang mengakibatkan sebagian

anggota tubuh penderita tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Meskipun infeksius tetapi derajat infeksinya rendah. Waktu inkubasinya

panjang, mungkin beberapa tahun, dan tampaknya kebanyakan pasien

mendapatkan infeksi sewaktu masa kanak-kanak (Andareti,obi.2015).

2.2 Klasifikasi Kusta

Klasifikasi penyakit kusta dibagi menjadi tipe Paucibacillary (PB) dan

Multibacillary (MB). Tipe Paucibacillary atau tipe kering memiliki 12rite

bercak atau 12riter dengan warna keputihan, ukurannya kecildan besar, batas

tegas, dan terdapat di satu atau beberapa tempat di badan (pipi,punggung,

dada, ketiak, lengan, pinggang, pantat, paha, betis atau pada punggung kaki),

dan permukaan bercak tidak berkeringat.

Page 31: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

13

Kusta tipe ini jarang menular tetapi apabila tidak segera diobati menyebabkan

kecacatan (Depkes RI, 2006).

Tipe yang kedua yaitu Multibacillary atau tipe basah memiliki 13rite-ciri

berwarna kemerahan, tersebar merata diseluruh badan, kulit tidak terlalu

kasar, batas 13riter tidak begitu jelas, terjadi penebalan kulit dengan warna

kemerahan, dan tanda awal terdapat pada telinga dan wajah.

Tabel 2.1 Tanda utama kusta pada tipe PB dan MB

Tanda Utama Paucibacillary (PB)/

Kusta Kering

Multibacillary (MB)/

Kusta Basah

Bercak Kusta Jumlah -5 Jumlah >5

Penebalan syaraf tepi

disertai gangguan fungsi

(mati rasa atau

kelemahan otot,

didaerah yang

dipersarafi saraf yang

bersangkutan).

Hanya 1 syaraf Lebih dari 1 syaraf

Kerokan jaringan kulit BTA negative BTA positif

Apabila satu dari tanda utama MB ditemukan, maka paien diklasifikasikan

sebagai kusta MB. Sementara itu, tanda lain yang dapat dijadikan sebagai

pertimbangan dalam menentukan klasifikasi penyakit kusta yaitu :

Tabel 2.2 Tanda lain untuk menemukan klasifikasi kusta

Tanda Lain Paucibacillary (PB)/

Kusta Kering

Multibacillary (MB)/

Kusta Basah

Distribusi Unilateral atau bilateral

asimetris

Bilateral simetris

Permukaan bercak Kering, kasar Halus, mengkilat

Batas bercak Tegas Kurang tegas

Mati rasa pada bercak Jelas Biasanya kurang jelas

Deformitas Proses terjadi lebih Terjadi pada tahap

Page 32: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

14

cepat lanjut

Ciri-ciri Khas - Madarosis, hidung

pelana, wajah singa.

2.3 Penyebab Kusta

Penyebab kusta adalah kuman Mycobacterium Leprae dimana

Mycobacterium ini adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk

batang, dikelilingi oleh 14riteria sel lilin yang merupaka 14rite dari spesies

Mycobacterium, berukuran panjang 1-8 micro, lebar 0,2-0,5 micro biasanya

berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel dan bersifat

tahan asam (BTA) atau gram positif, Tidak mudah diwarnai namun jika

diwarnai akan tahan terhadap dekolorisasi oleh asam atau alcohol sehingga

oleh karena itu dinamakan sebagai basil”tahan asam”.

Kuman Mycobacterium leprae menular kepada manusia melalui kontak

langsung dengan penderita dan melalui pernapasan, kemudian kuman

membelah dalam jangka 14-21 hari dengan masa inkubasi rata-rata dua hingga

lima tahun.Setelah lima tahun, tanda-tanda seseorng menderita penyakit kusta

mulai muncu antara lain, kulit menglami bercak putih, merah, rasa kesemutan

begian aggota tubuh hingga tidak berfungsi sebagaimana mestinya

(Andareti,obi.2015).

2.4 Cara Penularan

Meskipun cara penularan yang pasti belum diketahui dengan jelas,

penularan di dalam rumah tangga dan kontak atau hubungan dekat dalam

waktu yang lama tampaknya sangat berperan dalam penularn kusta.

Page 33: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

15

Cara-cara penularan penyakit kusta sampai saat ini masih merupakan

tanda Tanya. Yang diketahui hanya pintu keluar kuman kusta dari tubuh si

penderita, yakni selaput lender hidung. Tetapi ada yang mengatakan bahwa

penularan penyakit kusta adalah :

1. Melalui sekresi hidung, basil yang berasal dari sekresi hidung penderita

yang sudah mongering, diluar masih dapat hidup 2-7 x 24 jam.

2. Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah harus dibawah umur 15

tahun, keduanya harus ada lesi baik mikroskopis maupum makroskopis,

dan adanya kontak yang lama dan berulan-ulang.

2.5 Tanda dan Gejala Kusta

Tanda-tanda seseorang menderita kusta antara lain :

1) Kulit mengalami bercak putih seperti panu, pada awalnya hanya sedikit

tetapi lama kelamaan semakin lebar dan banyak.

2) Adanya bintil-bintil kemerahan yang tersebar pada kulit.

3) Ada bagian tubuh yang tidak berkeringat

4) Rasa kesemutan pada anggota badan atau bagian raut muka.

5) Muka berbenjol-benjol dan tegang yang disebut facies leomina (muka

singa).

6) Mati rasa karena kerusakan syaraf tepi.

Gejalanya memang tidak terlalu Nampak justru sebaiknya waspada jika

ada anggota keluarga yang menderita luka tak kunjung sembuh dalam jangka

waktu lama dan juga bila luka ditekan dengan jari tidak terasa sakit.

Kusta terkenal sebagai penyakit yang paling ditakuti karena

menyebabkan cacat tubuh. Namun pada tahap awal kusta gejala yang timbul

Page 34: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

16

dapat hanya berupa kelainan warna kulit. Kelainan kulit yang dijumpai dapat

berupa perubahan warna seperti hipopigmentasi (warna kulit menjadi lebih

terang), hiperpigmentasi (warna kulit menjadi lebih gelap), dan eritematosa

(kemerahan pada kulit). Gejala-gejala umum pada kusta/lepra, reaksi panas

dari derajat yang rendah sampai dengan menggigil, cephalgia (nyeri kepala),

kadang-kadang disertai iritasi. Kolompok yang berisiko tinggi terkena kusta

adalah yang tinggal didaerah 16riteri dengan kondisi yang buruk seperti

tempat tidur yang tidak memadai, air yang tidak bersih, asupan gizi yang

buruk, dan adanya penyertaan penyakit lain seperti HIV yang dapat menekan

system imun (Andareti,obi.2015).

2.6 Pengobatan Kusta

Tujuan utama program pemberantasan penyakit kusta adalah memutuskan

rantai penularan untuk menurunkan insidensi penyakit, mengobati dan

menyembuhkan.penderita serta mencegah timbunya cacat. Untuk mencapai

tujuan itu sampai sekarang strategi yang dilakukan masih didasarkan atas

deteksi dini dan pengobatan penderita yang tampaknya masih tetap diperlukan

walaupun nanti vaksin kusta yang efektif telah tersedia.

1.2 MDT (Multi Drug Therapy)

MDT (Multi Drug Therapy) merupakan jenis obat yang direkomendasikan

oleh badan kesehatan dunia (WHO) untuk menekan jumlah penderita kusta.

Manajemen penyakit kusta yang tepat memerlukan pengetahuan tentang

tujuan tetapi, sifat-sifat obat yang digunakan dan perjalanan alamiah

penyakit. Yang penting diperlukan kesabaran dan pengertian akan keadaan

psikologik penderita.

Page 35: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

17

Keuntungan MDT :

a) Mencegah resistensi obat

b) Mengubah konsep dari terapi jangka panjang yang hanya mencegah

perluasan penyakit ke terapi jangka pendek yang menyembuhkan penyakit.

c) Meningkatkan ketaan berobat dari 50% ke 95%.

d) Menurunkan jumlah kasus-kasus setiap tahunnya

e) Cepat membuat penderita menjadi tidak infeksius.

2. Berikut adalah obat-obat anti kusta

1. Sulfon

a) Dapson(4,4-diamino difenil silfon, DDS), merupakan dasar terapi untuk

kusta, bersifat bakteriostatik, dosis 100 mg bersifat bakterisidal lemah

dan merupakan suatu inhibitor kompetitif yang berhubungan dengan

metabolism asam folat tetapi sensitivitas M.leprae yang unik terhadap

depson menimbulkan perkiraan adanya mekanisme lain yang terlibat

Efek samping dapat menimbulkan anemia normositik hipokromik dan

lekopenia.obat harus dihentikan apabila hitung total sel darah kurang

dari 3,5 juta/mm3. Jarang timbul anemia setelah terapi 4 bulan.

b) DADDS (diasentil-diamino-difenil sulfon) penggunaan intramuscular

225 mg dapat diaktifkan sampai 2 bulan. Obat ini tidak boleh digunakan

sebagai obat tunggal, sebagai tambahan untuk terapi oral diberikan satu

injeksi tiap 8-10 minggu.

2. Rifampisin, merupakan antikusta yang paling poten menurunkan MI

(Indeks Morfologi) pada kusta lepromatosa menjadi 0 dalam kurang lebih 5

minggu, bersifat bakterisidal.

Page 36: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

18

2.7 Reaksi Kusta

Reaksi kusta adalah suatu episode dalam perjalanan kronis penyakit kusta

yang merupakan reaksi kekebalan (cellular respons) atau reaksi antigen

antibody (humoral respon) dengan akibat merugikan penderita. Reaksi ini

dapat terjadi sebelum saat, maupun sesudah pengobatan. Umumnya ditandai

dengan bercak bertambah merah disertai dengan peradangan akut pada kulit,

syaraf, timbul benjolan kemerahan yang nyeri, syaraf tepi menjadi sakit, nyeri

dan bengkak, demam dan lesu, tangan dan kaki mungkin membengkak. Paling

sering terjadi pada 6 bulan sampai 1 tahun setelah selesai pengobatan. Reaksi

kusta merupakan peristiwa awal terjadinya kecacatan maka dideteksi dan

diobati dengan obat dan dosis khusus menggunakan prednisone.

Ada 2 macam reaksi kusta yaitu reaksi tipe I (Reversal reakction) dan reaksi

tipe II (Erythema Nodusum Leprosum=ENL).

Tabel 2.3 perbedaan antara Reaksi kusta Tipe I dengan Tipe II

Gejala/Tanda Reaksi Tipe I Reaksi Tipe II

Keadaan umum Demam ringan atau

tanpa demam.

Ringan sampai berat desertai

kelemahan umum dan

demam tinggi.

Peradangan dikulit Bercak kulit lama

kelamaan menjadi

meradang (merah),

dapat timbul bercak

baru.

Timbul nodul (bintil-bintil)

baru kemerahan lunak dan

nyeri. Nodul dapat pecah.

Biasanya pada lengan dan

tungkai.

Syaraf Sering terjadi,

umumnya berupa nyari

tekanan syaraf dan

gangguan fungsi.

Jarang terjadi.

Peradangan pada organ

lain

Hampir tidak pernah

ada.

Terjadi pada mata, kelenjar

getah bening, sendi, ginjal,

testis, dll.

Waktu timbulnya Biasanya segera

setelah pengobatan.

Biasanya setelah

mendapatkan pengobatan

Page 37: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

19

yang lama, umumnya lebih

dari 6 bulan.

Tipe kusta Dapat terjadi pada

kusta tipe PB maupun

MB.

Hanya pada kusta tipe MB.

Faktor Pencetus -Melahirkan.

-Obat-obatan yang

meningkatkan

kekebalan tubuh.

-Emosi.

-Kelelahan dan stress.

-Kehamilan.

-Penyakit infeksi lainnya.

Hal-hal yang dapat mempermudah terjadinya reaksi kusta atau timbulnya

kembali penyakit kusta setelah pengobatan yaitu pada penderita yang dalam

kondisi lemah, kehamilan , pembedahan, stress, dan lain-lain (Arifputra,

2016).

2.8 Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Kusta

2.8.1 Pencegahan

Pencegahan secara umum adalah mengambil tindakan terlebih dahulu

sebelum kejadian. Ada tiga tingkatan pencegahan penyakit menular secara

umum yaitu :

1.3 Pencegahan Tingkat Pertama (Primer)

Sasaran yang ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan serta faktor

penjamu.

a) Sasaran yang ditujukan pada faktor penyebab kusta yang bertujuan untuk

mengurangi penyebab atau menurunkan pengaruh penyebab serendah

mungkin dengan usaha antara lain : desinfektan, pasteurisasi. Sterilisasi

yang bertujuan untuk menghilangkan mikroorganisme penyebab penyakit,

menghilangkan sumber penularan maupun memutuskan rantai penularan,

serta mengurangi atau menghindari perilaku yang dapat meningkatkan

risiko perorangan atau masyarakat.

Page 38: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

20

b) Mengatasi/Modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik

seperti peningkatan air bersih, sanitasi lingkungan, dan perumahan serta

bentuk pemukiman lainnya.

c) Meningkatkan daya tahan penjamu melalui perbaikan status gizi, status

kesehatan umum dankualitas hidup penduduk, serta berbagai bentuk

pencegahan khusus lainnya serta peningkatan ketahanan fisik melalui

olahraga.

2. Pencegahan Tingkat Kedua (Sekunder)

a) Sasaran yang ditujukan kepada mereka yang menderita atau yang dianggap

menderita (suspek) atau yang terancam menderita (masa tunas). Adapun

tujuan tingkat ini meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar

dapat dicegah meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya wabah,

dan mencegah proses penyakit lebih lanjut/ komplikasi.

3. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tersier)

Sasaran pencegahan adalah penderita kusta dengan tujuan mencegah jangan

sampai mengalami kecacatan. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha

rehabilitasi. Rehabilitasi adalah usaha pengembalian fungsi fisik,

psikologis, dan sosial penderita kusta seoptimal mungkin.

2.8.2 Penanggulangan

Penanggulangan penyakit kusta telah banyak dilakukan dimana-mana

dengan maksud mengembalikan penderita kusta menjadi manusia yang

berguna, mandiri, produktif dan percaya diri. Metode penanggulangan ini

terjadi dari metode rehabilitasi yang terdiri dari rehabilitasi medis,

Page 39: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

21

rehabilitasi sosial, dan metode pemasyarakatan yang merupakan tujuan

tujuan akhir dari rehabilitasi, dimana penderita dan masyarakat membaur

sehingga tidak ada kelompok tersendiri. Ketiga metode tersebut merupakan

suatu system yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.

Di Indonesia, upaya yang dilakukan untuk pemberantasan penyakit kusta

melalui :

a) Penemuan penderita secara dini.

b) Pengobatan penderita

c) Penyuluhan kesehatan dibidang kusta

d) Peningkatan keterampilan petugas kesehtan dibidang kusta

e) Rehabilitasi penderita kusta

2.9 Masalah yang Ditimbulkan Akibat Penyakit Kusta

Seseorang yang merasakan dirinya menderita penyakit kusta akan mengalami

trauma psikis (Zulkifli, 2003). Sebagai akibat trauma psikis ini, penderita

antara lain sebagai berikut :

a) Dengan segera mencari pertolongan pengobatan.

b) Mengulur-ulur waktu karena ketidaktahuan atau malu bahwa ia atau

keluarganya menderita penyakit kusta.

c) Menyembunyikan (mengasingkan) diri dari masyarakat sekelilingnya,

termasuk keluarga.

d) Oleh berbagai masalah, pada akhirnya penderita bersifat masa bodoh

terhadap penyakitnya.

Page 40: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

22

Sebagai akibat dari hal-hal tersebut diatas timbullah berbagai masalah antara

lain :

1. Masalah terhadap diri penderita kusta

Pada umumnya penderita kusta merasa rendah diri, merasa tekanan batin,

tekut terhadap penyakitnya dan terjadi kecacatan, takut menghadapi

keluarga dan masyarakat karena sikap penerimaan mereka yang kurang

wajar. Segan berobat karena malu, karena kecacatan tidak dapat mandiri

sehingga beban bagi orang lain.

2. Masalah terhadap keluarga

Keluarga mencari pertolongan termasuk dukun dan pengobatan

tradisional, keluarga merasa takut diasingkan oleh masyarakat

disekitarnya, berusaha menyembunyikan penderita dari keluarga karena

takut ketularan.

3. Masalah terhadap masyarakat

Pada umumnya masyarakat mengenal penyakit kusta dari tradisi

kebudayaan dan agama, singga pendapat tentang kusta merupakan

penyakit yang sangat menular, tidak dapat diobati, menyebabkan

kecacatan. Sebagai akibat kurangnya pengetahuan atau infoemasi tentang

penyakit kusta, maka penderita sulit untuk diterima di tengah-tengah

masyarakat.

2.10 Kondisi Fisik Rumah

2.10.1 Pengertian Rumah

Rumah sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai drajat

kesehatan yang optimum. Untuk memperoleh rumah yang sehat ditentukan

Page 41: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

23

oleh tersedianya sarana sanitasi perumahan. Rumah juga merupakan salah

satu bangunan tempat tinggal yang harus memenuhi criteria kenyamanan,

keamanan dan kesehatan guna mendukung penghuninya agar dapat bekerja

dengan produktif. Konstruksi bangunan yang tidak memenuhi syarat

kesehatan merupakan faktor risiko sumber penularan berbagai jenis

penyakit. Secara umum yang dimaksud rumah sehat merupakan rumah yang

dekat dengan air bersih, berjarak lebih dari 100 m dari tempat pembuangan

sampah, dekat dengan sarana pembersihan, serta berada di tempat dimana air

hujan dan air kotor tidak menggenang

Rumah sehat adalah suatu tempat untuk tinggal permanen, berfungsi

sebagai tempat bermukim, beristirahat, berekreasi (bersantai) dan sebagai

tempat perlindungan dari pengaruh lingkungan yang memenuhi syarat

fisiologis, psikologis, dan bebas dari penularan penyakit (Mubarak, 2009).

2.10.2 Persyaratan Rumah

Berdasarkan hasil rumusan yang dikeluarkan oleh APHA di Amerika, rumah

sehat adaah rumah yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1) Harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisiologis.

2) Memenuhi kebutuhan-kebutuhan psikologis

3) Dapat terhindar dari penyakit menular

4) Terhindar dari kecelakaan-kecelakaan

Jika ditelti lebih lanjut, persyaratan yang diuraikan diatas adalah sama

dengan persyaratan seperti yang disebutkan berikut ini :

1) Persyaratan letak rumah

Page 42: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

24

Letak rumah yang baik dapat menghindarkan dari bahaya timbulnya

penyakit menular, kecelakaan, dan kemungkinan gangguan-gangguan

lainnya. Persyaratan letak rumah merupakan persyaratan pertama dari

sebuah rumah sehat.

2) Persyaratan Fisik

Persyaratan fisik meliputi konstruksi dan luas bangunan. Konstruksi

rumah harus baik dan kuat, sehingga dapat mencegah kemungkinan

terjadinya kelembaban dan mudah diperbaiki bila ada kerusakan.

Persyaratan fisik menyangkut konstruksi rumah.

3) Persyaratan Fisiologis

Rumah sehat harus memenuhi 24riteria ventilasi yang baik, pencahayaan

yang cukup, terhindar dari kebisingan.

4) Persyaratan Psikologis

Rumh sehat harus memiliki pembagian ruangan yang baik, penataan

perabot yang rapi. Penyebaran penyakit-penyakit menular dirumah yang

padat penghuninya cepat terjadi. Selain itu, didaerah yang seperti ini,

kesibukan dan kebisingan akan meningkat, yang akan menimbulkan

gangguan terhadap ketenangan, baik individu, keluarga, maupun

keseluruhan masyarakat disekitarnya.

5) Kelengkapan fasilitas sanitasi untuk menciptakan rumah yang higienis

Sebuah rumah sehat harus memiliki fasilitas-fasilitas sanitasi yang

baikatau memadai, seperti pembuangan kotoran, pembuangan sampah,

Page 43: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

25

penyediaan air keperluan rumah tangga, tempat pengolahan, dan

penyimpanan makanan yang higienis atau bersih.

2.10.3 Standar Rumah Sehat

Pada dasarnya rumah yang baik dan pantas untuk dihuni harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut :

1) Bebas dari kelembaban

2) Mudah diadakan perbaikan

3) Mempunyai cukup akomodasi dan fasilitas untuk mencuci, mandi, dan

buang kotoran

4) Mempunyai fasilitas yang cukup untuk menyimpan, meracik dan

memasak makanan.

Di Inggirs ada sebuah Sub Committee On Standards of Fitness for

Habitation yang membuat rekomendasi terhadap rumah yang akan dihuni,

antara lain sebagai berikut :

a) Dalam segala hal harus kering.

b) Dalam keadaan rumah diperbaiki.

c) Tiap kamar mempunyai lampu dan lubang ventilasi.

d) Mempunyai persediaan air yang cukup untuk segala keperluan rumah

tangga.

e) Mempunyai kamar mandi.

f) Mempunyai tempat cuci dengan pembuangan air limbah yang baik.

g) Mempunyai system drainase yang baik.

h) Mempunyai jamban yang memenuhi syarat kesehatan.

i) Tempat penyimpanan makanan harus mempunyai ventilasi yang baik.

Page 44: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

26

2.10.4 Komponen Rumah

Menurut Syafrudin, Damayani & Delmaifanis (2011), Komponen rumah harus

memiliki persyaratan fisik dan biologis sebagai berikut :

a) Lantai

Menurut Kepmenkes Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang

Persyaratan Kesehatan Perumahan, komponen dan penataan ruangan rumah

sehat dimana lantai kedap air, mudah dibersihkan dan tidak rawan

kecelakaan. Ada berbagai jenis lantai rumah seperti dari semen atau ubin,

keramik atau cukup tanah biasa yang di padatkan. Syarat yang penting

adalah tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak becek pada musim

hujan. Lantai yang basah dan berdebu merupakan sarang penyakit.

b) Ventilasi

Ventilasi rumah memiliki banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk

menjaga agar aliran udara didalam rumah tersebut tetap segar. Kurangnya

ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 didalam rumah yang berarti

kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya meningkat. Disamping itu

kurangnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara didalam ruangan

naik karena terjadi proses penguapan dari kulit dan penyerapan. Luas

ventilasi alamiah yang permanen yaitu ≥10% dari luas lantai. Fungsi kedua

adalah membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri. Fungsi lainnya

untuk menjaga agar ruangan rumah selalu tetap didalam kelembaban yang

optimum.

c) Kualitas Udara

1) Suhu udara nyaman antara 18-300C.

Page 45: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

27

2) Kelembaban antara 40-60%.

3) Gas SO2 kurang dari 0,1 ppm/24jam.

4) Pertukaran udara 5 kaki3/menit/pernghuni.

5) Gas CO kurang dari 100 ppm/8jam.

6) Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3.

2.11 Personal Hygiene

Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani, berasal dari kata personal yang

artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Dari pernyataan tersebut dapat

diartikan bahwa kebersihan perorangan atau personal hygiene adalah suatu

tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk

kesejahteraan, baik fisik maupun psikisnya (Isro’in,Lail dan Andarmoyo,

Sulistyo, 2012).

2.11.1 Macam-Macam Personal Hygiene

1) Perawatan kulit

2) Perawatan kaki, tangan, kuku

3) Perawatan rongga mulut dan gigi

4) Perawatan rambut

5) Perawatan mata, telinga, dan hidung

2.11.2 Tujuan Perawatan Personal Hygiene

1) Meningkatkan drajat kesehatan seseorang

2) Memelihara kebersihan diri seseorang

3) Memperbaiki personal hygiene yang kurang

4) Pencegahan penyakit

Page 46: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

28

5) Meningkatkan percaya diri seseorang

6) Menciptakan keindahan

2.11.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene

1) Praktik sosial

Manusia merupakan makhluk sosial dan karenanya berada dalam kelompok

sosial. Kondisi ini akan memungkinkan seseorang untuk berhubungan,

berinteraksi, dan bersosialisasi satu dengan yang lainnya. Personal hygiene

atau kebersihan diri seseorang sangat mempengaruhi praktek sosial

seseorang. Selama masa anak-anak kebiasaan keluarga mempengaruhi

praktek kebersihan diri misalnya frekuensi mandi, waktu mandi, dan

kebersihan mulut.

2) Pilihan Pribadi

Setiap orang memiliki keinginan dan pilihan tersendiri dalam praktik

personal hygienenya misalnya kapan dia harus mendi, bercukur,

melakukan perawatan rambut dsb termasuk dalam memilih produk yang

digunakan dalam praktik misalnya sabun, 28riteri, dan pasta gigi menurut

pilihan dan kebutuhan pribadinya.

3) Citra tubuh

Citra tubuh adalah cara pandang seseorang terhadap bentuk tubuhnya, citra

tubuh sangan mempengaruhi dalam praktik hygiene seseorang.

4) Pengetahuan dan motivasi

Pengetahuan akan hygiene akan mempengaruhi praktik hygiene seseorang.

Namun, hal ini saja tidak cukup, karena motivasi merupakan kunci penting

dalam pelaksanaan hygiene tersebut. Permasalahan yang sering terjadi

Page 47: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

29

adalah ketiadaan motivasi karena kurangnya pengetahuan (Isro’in,Lail dan

Andarmoyo, Sulistyo, 2012).

2.11.4 Dampak Personal Hygiene

a) Dampak Fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak

terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang

sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan 29riteria mukosa

mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku.

b) Dampak Psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah

gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, dan

gangguan dalam interaksi sosial (Isro’in, 2012).

2.12 Faktor Risiko Kusta

Suatu penyakit timbul akibat dari interaksi berbagai faktor, baik dari host

(induk semang), Agen, dan Environment (lingkungan). Segitiga epidemiologi

ini sangat umum digunakan para ahli dalam menjelaskan konsep berbagai

permasalahan kesehatan termasuk salah satunya adalah terjadinya penyakit.

Terjadinya suatu penyakit sangat tergantung dari keseimbangan dan interaksi

ketiganya. Teori ini menjelaskan bahwa timbul atau tidaknya penyakit pada

manusia dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu host (induk semang), agen,

dan 29riteria29c29 (lingkungan). Keterhubungan antara penjamu, agen, dan

lingkungan ini merupakan suatu kesatuan yang dinamis yang dalam

keseimbangan pada seseorang individu yang sehat, jika terjadi gangguan

Page 48: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

30

terhadap keseimbangan hubungan segitiga tersebut yang akan menimbulkan

status sakit (Prasetyawati, Eka Arsita, 2011). Dalam segitiga epidemiologi

terdapat beberapa model hubungan antara Host, Agen dan Environment antara

lain sebagai berikut :

1. Model 1 Hubungan Host-Agen-Environment

Pada model ini, seseorang berada pada kondisi sehat,

Pada model ini seseorang baerada pada kondisi sehat, dimana host, agen dan

environment berada pada kondisi seimbang.

2. Model 2 Hubungan Host-Agen-Environment

Gambar 2.1 Model 1 Segitiga Epidemiologi

Agen Host

Environment

Agen

Host

Environment

Gambar 2.2 Model 2 Segitiga Epidemiologi

Page 49: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

31

Pada model ini, seseorang berada pada kondisi tidak sehat, dimana daya

tahan pejamu (faktor Host) berkurang.

3. Model 3 Hubungan Host-Agen-Environment

Pada model ini, seseorang pada kondisi tidak sehat, dimana kondisi

lingkungan mengalami pergeseran atau perubahan dari kondisi normal.

1. Faktor Host

Host/penjamu atau manusia dan makhluk hidup lainnya yang menjadi

tempat terjadinya proses alamiah perkembangan penyakit.

1) Umur

Kusta diketahui terjadi pada semua umur yang berkisar antara bayi

sampai dengan usia lanjut atau dengan kata lain kusta dapat menyerang

dari umur tiga minggu sampai dengan umur lebih dari 70 tahun, namun

penderita kusta yang terbanyak adalah pada usia produktif (Kemenkes RI,

2012).

Agen

Host

Environment

Gambar 2.3 Model 3 Segitiga Epidemiologi

Page 50: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

32

Berdasarkan penelitian Nabila, dkk (2012) menunjukkan hasil yang

sama yang dilakukan di Rumah Sakit Kusta Kediri, mayoritas penderita

kusta adalah usia dewasa dengan presentase 90%.

2) Jenis Kelamin

Beberapa penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa jumlah

penderita kusta yang berjenis kelamin laki-laki lebih sering terjadi

32riteria32c dengan perempuan. Penelitian yang dilakukan Peter (2002)

menyatakan bahwa terdapat perbedaan jumlah penderita kusta antara pria

dan wanita. Kusta lebih sering terjadi pada pria disbanding wanita dengan

perbandingan masing-masing 32riter 2:1.

3) Tingkat pendidikan

Pendidikan merupakan upaya pembelajaran kepada masyarakat agar

masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan untuk memelihara

(mengatasi masalah-masalah) dan meningkatkan kesehatannya. Tingkat

pendidikan dianggap sebagai salah satu 32riter yang menentukan

pengalaman dan pengetahuan seseorang, baik dalam ilmu pengetahuan

maupun kehidupan sosial.

Dari hasil penelitian Riyanto Martomijoyo (2012) diperoleh data

sebanyak 29 (80,6%) responden memiliki tingkat pendidikan rendah

(<SD-SMP) dan setelah dilakukan uji 32riteria32, menunjukkan adanya

hubungan antara faktor pendidikan dengan kejadian kusta artinya dengan

Page 51: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

33

memiliki pendidikan yang rendah akan berisiko lebih tinggi terjangkit

penyakit kusta.

4) Riwayat Kontak

Kontak dengan penderita kusta dikatakan berisiko jika >2 tahun dan

tidak berisiko jika kontak terjadi 2 tahun. (Depkes RI, 2007).

Hasil dari penelitian Norlatifah dkk tahun 2010 menunjukkan bahwa

secara 33riteria33 terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat

kontak dengan kejadian kusta pada responden. Peluang orang dengan

riwayat kontak serumah tertular penyakit kusta 5,06 kali lebih besar

dibandingkan dengan tidak ada riwayat kontak serumah.

Dari hasil penelitian Berbasari dkk tahun 2015 menunjukkan bahwa

nilai p<0,05 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara riwayat kontak

dengan kejadian kusta. Hasil tersebut disebabkan karena seseorang yang

kontak dengan penderita kusta dalam jarak dekat dan dalam jangka waktu

lama akan mempermudah penularan, sehingga orang yang memiliki

riwayat kontak dengan penderita kusta juga akan menderita penyakit

kusta.

5) Personal Hygiene

Personal Hygiene atau kebersihan diri adalah tindakan pencegahan

yang meliputi tanggung jawab individu untuk meningkatkan kesehatan

serta membatasi menyebarnya penyakit menular, terutama yang ditularkan

secara kontak langsung.

Page 52: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

34

Penelitian yang dilakukan oleh Yudied, dkk (2008) menyatakan

bahwa faktor risiko lingkungan yang berpengaruh yaitu kondisi sanitasi

yng kurang baik meliputi fasilitas sanitasi yang jelek, kebiasaan

masyarakat tidur bersama-sama, memakai pakaian bergantian juga dapat

memicu terjadinya penularan berbagai macam penyakit yang tidak mentup

kemungkinan penyakit kusta.

a) Kebiasaan Mandi dalam sehari

Mandi merupakan upaya perawatan kulit dan membersihkan tubuh.

Yang dianjurkan yakni 2x sehari dengan menggunakan sabun anti bakteri

dan kualitas air tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa (Suardi,

2012).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwina Rismawati

(2013) mengenai hubungan perorangan dan hasil diperoleh bahwa nilai p

(0,018) < a (0,05) sehingga dapat diketahui bahwa ada hubungan antara

kebiasaan mandi dengan kejadian kusta multibasiler.

b) Kebiasaan meminjam handuk

Penelitian yang dilakukan oleh Yudied, dkk tahun 2008 menyatakan

bahwa faktor risiko lingkungan yang berpengaruh yaitu memakai handuk

mandi secara bergantian dapat memicu terjadinya penularan berbagai

macam penyakit yang tidak menutup kemungkinan penyakit kusta.

Page 53: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

35

Menurut teori yang dikemukakan oleh Entjang (2000) faktor risiko

hygiene perorangan yang mempengaruhi terhadap penularan penyakit

kusta diantaranya adalah penggunaan handuk secara bergantian.

2. Faktor Agen

Faktor Agen adalah 35riter, 35riteria hidup atau kuman infektif yang

dapat menyebabkan terjadinya suatu penyakit. Penyakit kusta disebabkan

oleh bakteri yang bernama Mycobacterium leprae dimana bakteri ini

termasuk kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang,

dikelilingioleh membrane sel lilin yang merupakan cirri darispesies

Mycobacterium, berukuran panjang 1-8 micro, lebar 0,2-0,5 micro.

Biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel

dan bersifat tahan asam (BTA) atau gram positif. (Infodatin kusta, 2015)

3. Faktor Lingkungan Fisik

Faktor lingkungan fisik adalah semua faktor dari luar dari suatu individu.

1. Jenis Lantai

lantai yang baik harus selalu kering, tinggi lantai harus disesuaikan

dengan kondisi setempat, lantai harus lebih tinggi dari muka tanah. Ubin

atau semen adalah baik. Syarat yang penting disini adalah tidak berdebu

pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan, sehingga dapat

mencegah terjadinya penularan penyakit terhadap penghuninya.

Lantai rumah sangat penting untuk diperhatikan terutama dari segi

kebersihan dan persyaratan. Lantai dari tanah lebih baik tidak digunakan

Page 54: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

36

lagi karena jika musim hujan akan menjadi lembab sehingga dapat

menimbulkan gangguan terhadap penghuninya dan merupakan tempat yang

baik untuk berkembangbiaknya kuman penyakit. Lantai yang baik adalah

lantai yang dalam keadaan kering dan tidak lembab. Bahan lantai harus

kedap air, mudah dibersihkan dan tidak menghasilkan debu.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Yuldan, 2010) bahwa jenis

lantai pada sebuah rumah memiliki pengaruh terhadap kejadian kusta ( P-

Value=0,001). Lantai merupakan dinding penutup ruangan bagian bawah,

kontruksi lantai rumah harus rapat air dan selalu kering agar mudah

dibersihkan dari kotoran dan debu.

2) Luas Ventilasi

Ada dua macam jenis ventilasi yaitu :

a) Ventilasi Alamiah

Dimana aliran udara dalam ruangan tersebut terjadi secara alamiah

melalui jendela, pintu, lubang – lubang pada dinding dsb.Di pihak lain

ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan karena juga merupakan jalan

masuknya nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah. Untuk itu harus

ada usaha-usaha lain untuk melindungi dari gigitan nyamuk tersebut.

b) Ventilasi Buatan

Ventilasi buatan merupakan ventilasi dengan menggunakan alat-alat

khusus untuk mengalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin dan mesin

penghisap udara.

Page 55: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

37

Secara umum, penilaian ventilasi dan luas lantai rumah, dengan

menggunakan rollmeter. Menurut kriteria pengawasan rumah, luas ventilasi

yang memenuhi syarat kesehatan adalah ≥10% luas lantai rumah dan luas

ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah <10% luas lantai

rumah (Permenkes, 2011).

3) Kelembaban

Kelembaban yang terlalu tinggi maupun rendah dapat menyebabkan

suburnya pertumbuhan mikroorganisme. Menurut Permenkes RI Nomor

1077/Menkes/Per/V/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam

Ruang Rumah, kelembaban udara yang memenuhi syarat kesehatan dalam

rumah adalah 40-60%. Rumah yang tidak memiliki kelembaban yang

memenuhi syarat kesehatan akan membawa pengaruh bagi penghuninya.

Rumah yang lembab merupakan media yang baik bagi pertumbuhan

mikroorganisme antara lain bakteri, spiroket, dan virus. Mikroorganisme

tersebut dapat masuk kedalam tubuh melalui udara.

4) Pencahayaan

Pencahayaan didalam rumah diukur menggunakan luxmeter.

Pencahayaan minimal yang ada di dalam rumah yaitu 60 lux. Hal ini

ditetapkan oleh Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1077/Menkes/Per/V/2011 tentang pedoman penyehatan udara dalam

rumah.

5) Jenis Dinding

Page 56: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

38

Dinding rumah yang baik menggunakan tembok, tetapi dinding rumah

daerah tropis khususnya dipedesaan banyak yang berdinding papan, kayu,

dan 38riter. Hal ini disebabkan masyarakat pedesaan perekonomiannya

kurang. Rumah yang berdinding tidak rapat seperti papan, kayu, dan 38riter

dapat menyebabkan berbagai macam penyakit. Untuk dinding di kamar

mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan.

6) Kepadatan Hunian

Kepadatan hunian merupakan perbandingan antara luas antai rumah

dengan jumlah anggota keluarga dalam satu rumah tinggal (Lubis, Arfan,

Sutopo, 2003). Secara umum penilaian kepadatan penghuni dengan

menggunakan ketentuan standar minimum, yaitu kepadatan hunian yang

memenuhi syarat kesehatan diperoleh hasil bagi antara luas lantai dengan

jumlah penghuni 10 m2 per orang dan kepadatan hunian yang tidak

memenuhi syarat kesehatan bila diperoleh hasil bagi antara luas lantai

dengan jumlah penghuni <10 m2 per orang (Lubis, Arfan, Sutopo, 2003).

Kepadatan penghuni dalam satu rumah tinggal akan memberikan

pengaruh bagi penghuninya. Luas rumah yang tidak sebanding dengan

jumlah penghuninya akan menyebabkan berjubelan (overcrowded). Hal ini

tidak baik karena selain menyebabkan kurangnya oksigen, juga apabila

salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular

kepada anggota keluarga yang lain, dimana seseorang penderita rata-rata

dapat menularkan 2-3 orang didalam rumahnya (Suardi,2012).

Page 57: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

39

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Rismawati (2013) didapatkan

bahwa ada hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian kusta

multibasiler. Responden dengan kepadatan hunian tidak memenuhi syarat

memiliki risiko 3,231 kali lebih besar menderita kusta multibasiler bila

dibandingkan responden dengan kepadatan hunian yang memenuhi syarat.

Page 58: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

40

2.13 Kerangka Teori

Gambar 2.4 Kerangka Teori

Sumber : Teori Segitiga Epidemiologi (Prasetyawati, Eka Arsita, 2011)

Agen Penyakit Kusta

Mycobacterium leprae Kejadian Kusta

Host

1. Umur

2. Jenis kelamin

3. Tingkat pendidikan

4. Riwayat Kontak

5. Personal Higiene

a) Kebiasaan Mandi dalam Sehari

b) Kebiasaan Meminjam Handuk

Environmen (Lingkungan Fisik Rumah)

1. Jenis Lantai

2. Luas Ventilasi

3. Kelembaban

4. Pencahayaan

5. Jenis Dinding

6. Kepadatan Hunian

Page 59: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

41

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN

3.1Kerangka Konsep

Kerangka konseptual merupakan kerangka fikir mengenai hubungan

antara variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian atau hubungan antar

konsep dengan konsep lainnya dari masalah yang diteliti sesuai dengan apa

yang telah diuraikan pada studi kepustakaan (Nasir,Abdul,ideputri, 2011).

Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Variabel Independen

1.Kondisi Fisik Rumah

a) Jenis Lantai

b) Luas Ventilasi

c) Kelembaban

d) Kepadatan Hunian

2. Personal Higiene

a) Kebiasaan mandi dalam sehari

b) Kebiasaan meminjam handuk

Variabel Dependen

Kejadian Kusta

Keterangan

: DiTeliti

: Berhubungan

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Page 60: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

42

Pada penelitian ini, variabel bebas (Independen) yang di teliti adalah kondisi

fisik rumah yang meliputi jenis lantai, luas ventilasi, kelembaban, dan

kepadatan hunian. Sedangkan dari personal hygiene meliputi kebiasaan mandi

dalam sehari dan kebiasaan meminjam handuk. Sedangkan variabel terikat

(Dependen) pada penelitian ini yaitu kejadian kusta.

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian

yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis menyatakan

hubungan apa yang kita cari atau ingin kita pelajari. Hipotesis adalah

keterangan sementara dari hubungan fenomena yang kompleks, oleh karena

itu hipotesis menjadi sangat penting dalam sebuah penelitian

(Nasir,Abdul,Ideputri, 2011).

Ditinjau dari operasi rumusannya, ada dua jenis hipotesis yaitu :

1. Hipotesis nol atau hipotesis nihil, hipotesis ini dituliskan dengan “Ho”

adalah hipotesis yang meniadakan perbedaan antar kelompok atau

meniadakan hubungan sebab akibat antar variabel.

2. Hipotesis Ha, hipotesis ini ditulis dengan “Ha”. Hipotesis ini digukana

untuk menolak atau menerima hipotesis nihil (nol). Hipotesis ini

menyatakan adanya hubungan antar variabel.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan behwa hipotesis penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Ha : Ada hubungan antara jenis lantai dengan kejadian kusta di

wilayah kerja puskesmas sukorejo kabupaten ponorogo.

Page 61: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

43

2. Ha : Ada hubungan antara luas ventilasi dengan kejadian kusta di

wilayah kerja puskesmas sukorejo kabupaten ponorogo.

3. Ha : Ada hubungan antara kelembaban dengan kejadian kusta di

wilayah kerja puskesmas sukorejo kabupaten ponorogo.

4. Ha : Ada hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian kusta di

wilayah kerja puskesmas sukorejo kabupaten ponorogo.

5. Ha : Ada hubungan antara kebiasaan mandi dalam sehari dengan

kejadian kusta di wilayah kerja puskesmas sukorejo kabupaten

ponorogo.

6. Ha : Ada hubungan antara kebiasaan meminjam handuk dengan

kejadian kusta di wilayah kerja puskesmas sukorejo kabupaten

ponorogo.

7. Ha : Ada hubungan antara kondisi fisik rumah dengan kejadian kusta di

wilayah kerja puskesmas sukorejo kabupaten ponorogo.

8. Ha : Ada hubungan antara personal hygiene dengan kejadian kusta di

wilayah kerja puskesmas sukorejo kabupaten ponorogo.

Page 62: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

44

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian survey analitik. Survei

analitik adalah penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa

fenomena kesehatan itu terjadi. (Notoatmodjo, 2012).

Penelitian ini menggunakan desain rancangan case control yang

merupakan rancangan penelitian dengan membandingkan antara kelompok

kasus dengan kelompok kontrol untuk mengetahui proporsi kejadian

berdasarkan riwayat ada tidaknya paparan. Penelitian ini menyangkut

bagaimana faktor resiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan

retrospective yaitu rancangan bangunan yang melihat ke belakang dari suatu

kejadian yang berhubungan dengan kejadian kesakitan yang di teliti. Intinya

penelitian case control ini adalah diketahui penyakitnya kemudian ditelusuri

penyebabnya (Nasir,Abdul,Ideputri, 2011).

Ciri-ciri penelitian Case Control adalah sebagai berikut :

1) Pemilihan subjek berdasarkan status penyakitnya

2) Dilakukan pengamatan apakah subjek mempunyai riwayat terpapar atau

tidak.

3) Subjek yang didiagnosis menderita disebut kasus berupa insiden/prevalen

dan populasi.

4) Subjek yang tidak menderita disebut kontrol.

Tahap- tahap penelitian case control :

Page 63: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

45

45

1. Identifikasi variabel-variabel penelitian (faktor resiko dan efek).

2. Menetapkan objek penelitian (populasi dan sampel)

3. Identifikasi kasus

4. Melakukan pengukuran retrospektif (melihat ke belakang untukmelihat

faktor resiko)

5. Melakukan analisis dengan membandingkan proporsi antara variabel-

variabel objek penelitian dengan variabel-variabel kontrol.

Rancangan penelitian case control dapat digambarkan sebagai berikut :

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas obyek atau subyek

yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh

Populasi

(sampel)

KASUS

(Penderita)

KONTROL

(Bukan

Penderita)

Terekspos

Tidak Terekspos

Terekspos

Tidak Terekspos

Gambar 4.1 Skema Rancangan Case Control

Sumber : Ryadi &Wijayanti, 2012

Page 64: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

46

peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sujarweni,

2012).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita kusta yang

terdaftar dalam anggota paguyuban “Sumber Sehat” di wilayah kerja

puskesmas sukorejo kabupaten Ponorogo. Populasi dalam penelitian ini ada

dua yaitu populasi kasus adalah warga yang menderita penyakit kusta dan

tinggal di kecamatan sukorejo dan kelompok kontrol adalah warga yang

tidak menderita kusta dan tinggal di kecamatan sukorejo. Jumlah populasi

kelompok kasus sebesar 11 orang, sedangkan jumlah kelompok kontrol

sebesar 22 orang dengan perbandingan 1:2 karena terutama untuk penyakit

yang jarang terjadi lebih mudah mencari kontrol dibandingkan dengan

mencari kasus dengan memilih kontrol lebih banyak maka kasus dapat

dikurangi. Semakin banyak responden maka semakin mendekati distribusi

normal (Budiarto, Eko, 2013).

4.2.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki

oleh populasi yang digunakan untuk penelitian (Sujarweni, 2014). Sampel

dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok kasus 11

orang (total populasi) dan kelompok kontrol 22 orang. Agar hasil penelitian

sesuai dengan tujuan, maka penentuan sampel yang dikehendaki harus

sesuai dengan 46riteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Berikut

46riteria inklusi dan eksklusi dari kelompok kasus dan kontrol :

Page 65: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

47

Tabel 4.1 Kriteria inklusi dan eksklusi

Sampel Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

Kasus 1. Warga yang tinggal di

kecamatan Sukorejo

kabupaten Ponorogo.

2. Warga yang telah

terdiagnosis penyakit

kusta dan terdaftar dalam

paguyuban sumber sehat.

3. Bersedia menjadi

responden.

1. Sudah meninggal

dunia.

2. Telah pindah

alamat ke luar dari

kecamatan

Sukorejo.

Kontrol 1. Warga yang tinggal

dikecamatan Sukorejo

kabupaten Ponorogo.

2. Warga yang tidak

terdiagnosis kusta dan

tidak terdaftar dalam

paguyuban sumber sehat.

3. Warga yang menjadi

keluarga dari penderita

kusta yang tinggal

serumah dengan penderita

kusta.

4. Warga yang menjadi

pasangan atau anak dari

penderita kusta.

5. Bersedia menjadi

responden.

Page 66: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

48

4.2.2.1 Penentuan Kasus

A. Batasan Kasus

Menentukan batasan kasus pada penelitian kasus-kontrol sangat penting

untuk menghindari bias. Yang dimaksud kasus adalah orang yang

menderita penyakit yang sedang diteiti dan ditentukan berdasarkan dua

48riteria :

1. Kriteria 48riteria48c secara objektif (tanda dan gejala, pemeriksaan

klinis, patologi anatomi, dan pemeriksaan penunjang lainnya).

2. Kriteria inklusi.

B. Sumber Kasus

Kelompok kasus dapat diperoleh dari catatan 48rite yang didasarkan

atas 48riteria (Budiarto, Eko, 2013).

4.2.2.2 Penentuan Kontrol

A. Batasan Kontrol

Kontrol adalah kelompok pembanding yang digunakan sebagai

pembanding dan berkriteria.

1. Mempunyai Potensi terpajan oleh faktor risiko yang sama dengan

kelompok kasus.

2. Tidak menderita penyakit yang diteliti.

B. Sumber Kontrol

1. Sesuai dengan batasan diatas maka kelompok kontrol tidak saja

harus bebas dari penyakit yang sedang diteliti, tetapi juga harus

Page 67: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

49

mempunyai peluang terpajan oleh faktor risiko yang sama dengan

kelompok kasus.

2. Kontrol dapat diambil dari masyarakat tempat kasus berasal melalui

49riter khusus sesuai dengan 49riteria yang telah ditentukan.

3. Cara lain adalah mengambil teman, saudara, tetangga, dan keluarga

penderita yang memenuhi syarat untuk digunakan sebagai kontrol

(Budiarto, Eko, 2013).

4.3 Teknik Sampling

Sampling adalah suatu cara yang ditempuh dengan pengambilan sampel

yang benar-benar sesaui dengan keseluruhan obyek penelitian (Nursalam,

2008). Teknik sampling pada penelitian ini yaitu menggunakan teknik total

samping yaitu seluruh populasi diambil untuk dijadikan sebagai sampel.

Alasan menggunakan total samping karena jumlah populasi yang kurang dari

100 maka seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian (Nursalam,

2008).

Page 68: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

50

4.4 Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka kerja merupakan penahapan dalam suatu penelitian pada

kerangka kerja disajikan alur penelitian terutama variabel yang akan

digunakan dalam penelitian (Nursalam, 2010). Berikut disampaikan kerangka

kerja dari penelitian ini mulai awal hingga penarikan kesimpulan.

Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian

Populasi

Semua penderita kusta yang tergabung dalam paguyuban Sumber Sehat

sejumlah 11 orang.

Teknik Sampling

Total Sampling

Sampel

Sampel pada penderita kusta sebanyak 11 orang (Total populasi kasus)

dan bukan penderita kusta sebanyak 22 orang (kontrol) dengan

perbandingan 1:2.

Pengumpulan Data

Kuesioner, Observasi, dan Pengukuran

Pengolahan Data

Editing, Coding, Entry, Cleaning, Tabulasi

Hasil dan Kesimpulan

Page 69: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

51

4.5 Variabel Penelitian

4.5.1 Variabel Bebas (Variabel Independent)

Variabel bebas merupakan variabel yang dapat mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (dependent)

(Sugiyono, 2009). Variabel bebas pada penelitian ini adalah jenis lantai, luas

ventilasi, kelembaban, kepadatan hunian, kebiasaan mandi dalam sehari, dan

kebiasaan meminjam handuk.

4.5.2 Variabel Terikat (Variabel Dependent)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2009). Variabel terikat pada

penelitian ini adalah kejadian kusta di kecamatan sukorejo.

4.5.3 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah pengertian variabel yang diungkap

dalam definisi konsep secara operasional, secara praktik dan secara nyata

dalam lingkup objek penelitian/objek yang diteliti. Mendefinisikan variabel

secara operasional adalah menggambarkan atau mendeskripsikan variabel

penelitian sedemikian rupa, sehingga orientasi pengertian definisi operasional

terletak pada istilah yang spesifik (tidak berinterpretasi ganda) dan terukur

(Observable atau measurabele) (Nasir,Abdul,ideputri, 2011).

Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Definisi Operasional

Variabel penelitian ini adalah :

Page 70: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

52

Tabel 4.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Data Skor

1. Kejadian

Kusta

Kondisi responden

berdasarkan diagnosis

petugas kesehatan

ditemukan tanda

utama yaitu bercak

mati rasa, penebalan

saraf tepi yang disertai

gangguan fungsi.

Kuesioner Nominal 0=Kasus, Warga

yang tercatat

sebagai penderita

di puskesmas

sukorejo.

1=Kontrol, Warga

yang tidak

menderita kusta

yang menjadi

keluarga dari

penderita kusta.

2. Kondisi Fisik

Rumah

Kondisi rumah yang

berfungsi sebagai

tempat bermukim,

beristirahat, bersantai

dan sebagai tempat

perlindungan dari

pengaruh lingkungan

yang memenuhi syarat

fisiologis, psikologis,

dan bebas dari

penularan penyakit

Lembar

observasi

Nominal 0 = Tidak memenuhi

syarat bila < 50%

dari 4 indikator

1 = Memenuhi syarat

bila ≥ 50% dari 4

indikator

3. Jenis lantai Jenis bahan yang

digunakan sebagai

dasar sebuah ruangan

yang terbuat dari

semen/ubin/kramik

Lembar

Observasi

Nominal 0=Tidak memenuhi

syarat, bila

sebagian/seluruh

lantai terbuat dari

tanah dan plester

yang retak.

1=Memenuhi syarat,

bila jenis lantai

terbuat dari

semen/ubin/kramik

(Kepmenkes RI,

1999).

4. Luas Ventilasi Mengukur Panjang

dan Lebar lantai serta

ventilasi dengan

menggunakan

rollmeter

Rollmeter

dan lembar

pengukuran

Nominal 0=Tidak memenuhi

syarat, bila

ventilasi <10%

luas lantai.

1=Memenuhi syarat,

bila ventilasi ≥10%

luas lantai.

(Permenkes RI,

2011).

Page 71: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

53

5. Kelembaban Angka yang

menunjukkan

kelembaban ruangan

(dalam%).

Hygrometer Nominal 0=Tidak memenuhi

syarat, bila

kelembaban < 40-

60%

1=Memenuhi syarat,

bila kelembaban

40-60% .

(Permenkes RI,

2011).

6. Kepadatan

Hunian

Mengukur panjang dan

lebar rumah serta

menghitung

banyaknya penghuni

yang tinggal serumah

dengan responden.

lembar

pengukuran

serta

Rollmeter

Nominal 0=Tidak memenuhi

syarat, bila luas

lantai dengan

jumlah penghuni

<10m2 per orang.

1=Memenuhi syarat,

bila luas lantai

dengan jumlah

penghuni 10m2 per

orang. (Lubis,

2003).

7. Personal

Hygiene

Upaya pencegahan

penyakit melalui

tindakan

membersihkan diri.

Kuesioner Nominal 0 = Tidak memenuhi

syarat bila < 50%

dari 2 indikator

1 = Memenuhi syarat

bila ≥ 50% dari 2

indikator

8. Kebiasaan

Mandi dalam

sehari

Tindakan

membersihkan diri

yang dilakukan oleh

responden

Kuesioner Nominal 0=Tidak memenuhi

syarat, bila mandi

kurang dari 2x

sehari dan tidak

menggunakan

sabun anti bakteri

dan kualitas air

berbau, berwarna

dan berasa.

1=Memenuhi syarat,

bila mandi 2x

sehari atau lebih

dan menggunakan

sabun anti bakteri

dan kualitas air

tidak berbau, tidak

berwarna dan tidak

berasa.

(Suardi, 2012)

9. Kebiasaan Tindakan memakai Kuesioner Nominal 0=Tidak memenuhi

Page 72: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

54

Meminjam

handuk

handuk milik orang

lain.

syarat, bila

memiliki

kebiasaan

meminjam handuk

1=Memenuhi syarat,

bila tidak memiliki

kebiasaan

meminjam handuk

(Entjang,2000)

4.7 Instrumen Penelitian

4.7.1 Kuesioner

Kuesioner adalah metode pengumpulan data dengan cara menggunakan

daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden untuk dijawab dengan

memberikan angket (Suyonto, 2012). Dalam kuesioner penelitian cukup

banyak berisi jawaban dalam bentuk kata sehingga diperlukan skoring untuk

memudahkan penilaian dan akan membantu dalam proses analisis data

yang telah ditemukan. Untuk penelitian ini menggunakan penilaian skoring

dengan skala pengukuran Gutman (Sujarweni , 2014). Untuk hasil jawaban

terhadap pertanyaan kuesioner akan dilakukan penilaian berupa skor angka 0

untuk jawaban tidak memenuhi syarat, sedangkan skor 1 untuk jawaban

memenuhi syarat.

4.7.2 Observasi

Observasi merupakan suatu metode yang digunakan oleh peneliti

dengan cara pengamatan langsung terhadap kegiatan yang dilakukan oleh

responden. Observasi dapat berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang

mungkin timbul dan akan diamati oleh peneliti (Nasir,Abdul,Ideputri,

2011).

Page 73: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

55

4.7.3 Pengukuran

4.7.3.1 Pengukuran Luas Ventilasi

Secara umum mengukur luas ventilasi yaitu dengan cara membandingkan

antara luas lantai dengan luas ventilasi. Luas ventilasi yang memenuhi

syarat bila ventilasi ≥10% luas lantai dan luas ventilasi yang tidak

memenuhi syarat bila ventilasi <10% luas lantai (Permenkes, 2011).

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan rollmeter, berikut cara

pengukurannya :

1. Luas ventilasi ruang tamu, dan ruang tidur diukur.

2.Luas lantai ruang tamu, dan ruang tidur diukur.

3.Luas Ventilasi dibandingkan dengan luas lantai rumah.

4.7.3.2 Pengukuran Kelembaban

Udara harus dijaga kelembabannya jangan sampai terlalu tinggi atau

rendah. Karena kelembaban udara dapat mempengaruhi perkembangbiakan

kuman. Kelembaban udara yang memenuhi syarat bila kelembaban 40-

60% dan kelembaban udara yang tidak memenuhi syarat bila kelembaban

< 40-60% (Permenkes RI, 2011).

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan hygrometer. Berikut cara

penggunaannya :

1. Tempatkan atau gantungkan alat hygrometer pada tempat yang akan

diukur kelembabannya.

2. Tunggu 10 sampai 15 menit.

3. Amati skala pada hygrometer, baca jarum yang menunjukkan hasil

pengukuran.

Page 74: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

56

4.7.3.3 Pengukuran Kepadatan Hunian

Secara umum penilaian kepadatan penghuni dengan menggunakan

ketentuan standar minimum, yaitu kepadatan penghuni yang memenuhi

syarat kesehatan diperoleh dari hasil bagi antara luas lantai dengan jumlah

penghuni ≥10m2 per orang dan kepadatan hunian tidak memenuhi syarat

kesehatan bila diperoleh hasil bagi antara luas lantai dengan jumlah

penghuni <10m2

per orang (Lubis, 2003). Pengukuran dilakukan dengan

menggunakan rollmeter. Berikut cara menghitung kepadatan hunian rumah:

1. Hitung berapa penghuni dalam satu rumah.

2. Hitung luas lantai rumah dengan cara rentangkan rollmeter, ukur panjang

dan lebar rumah kemudian kalikan.

3. Bandingkan antara jumlah penghuni rumah dengan luas lantai rumah,

bila luas lantai dengan jumlah penghuni ≥10m2 per orang maka

memenuhi syarat.

4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo dan

waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli 2018.

4.9 Prosedur Pengumpulan Data

4.9.1 Data Primer

Data primer adalah data asli yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti

untuk menjawab masalah penelitiannya secara khusus. Pada umumnya data

primer ini belum tersedia, sehingga seorang peneliti harus melakukan

pengumpulan data sendiri berdasarkan kebutuhannya. Data primer dari

Page 75: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

57

penelitian ini meliputi wawancara dengan menggunakan kuesioner,

observasi yang dilakukan oleh peneliti secara langsung serta pengukuran.

4.9.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil pengumpulan

sumber lain atau pihak lain yaitu dengan mengadakan studi kepustakaan

dengan obyek penelitian atau dapat dilakukan dengan menggunakan data

yang diperoleh dari instansi yang terkait. Data sekunder pada penelitian ini

meliputi data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo,

Puskesmas Sukorejo, dan berbagai sumber lainnya.

4.10 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

4.10.1 Pengolahan Data

1. Editing, biasanya dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dan kebenaran

data seperti pengisian, kesalahan pengisian, konsistensi pengisian setiap

jawaban kuesioner. Editing juga meneliti lagi daftar pertanyaan yang telah

di isi apakah yang ditulis di situ benar atau sudah sesuai dengan yang

dimaksud.

2. Coding, adalah proses mengklasifikasian data dan pemberian kode

jawaban responden. Dilakukan saat pembuatan kuesioner untuk

mempermudah pengolahan data selanjutnya.

3. Entry, merupakan proses memasukkan data hasil kuesioner yang sudah

diberikan kode pada masing-masing variabel, kemudian dilakukan analisis

data dengan memasukkan data-data tersebut dengan software statistik

untuk dilakukan univariat.

Page 76: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

58

4. Cleaning, merupakan pengecekkan kembali data yang telah dimasukkan

untuk memastikan data tersebut tidak ada yang salah, sehingga dengan

demikian data tersebut telah siap diolah dan dianalisis.

5. Tabulating, yang mengelompokkan data sesuai variabel yang akan diteliti

guna memudahkan analisis data.

4.10.2 Analisis Data

A. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini

hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel

(Notoatmodjo, 2012). Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah

mengidentifikasi dari masing-masing variabel, seperti variabel jenis lantai,

luas ventilasi, kelembaban rumah, kepadatan hunian, kebiasaan mandi

dalam sehari, serta kebiasaan meminjam handuk.

B. Analisis Bivariat

Data yang diperoleh akan dianalisis secara analitik untuk mengetahui

hubungan antar variabel dengan menggunakan uji statistik. Analisa bivariat

dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi

(Notoatmodjo, 2012).

Analisa penelitian ini menggunakan uji uji statistic chi-square dan besarnya

resiko dengan Ood Ratio (OR). Ood Ratio merupakan perbandingan antara

oods subyek sakit dengan oods subyek tidak sakit. Dengan rumus sebagai

Page 77: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

59

berikut : OR = . Sedangkan untuk persyaratan uji chi square antara lain

(Rosjidi, 2015) :

1. Dalam analisis data terdapat output person Chi-square yang digunakan

2. Untuk table lebih dari 2x2, continuity correction untuk table 2x2 dengan

frekuensi harapan <5.

3. Sedangkan fisher’s exact digunakan untuk table 2x2 dengan nilai

harapan >5.

4. Skala data nominal dengan nominal.

Analisis bivariat dapat dibuat dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 4.4 Analisis Bivariat

Efek

Faktor Risiko Kasus Kontrol Jumlah

Ya a b a+b

Tidak c d c+d

Jumlah a+c b+d a+b+c+d

Sumber Rosjidi, 2015

Keterangan :

a = jumlah kasus dengan faktor resiko

b = jumlah kontrol dengan faktor resiko

c = jumlah kasus tanpa faktor resiko

d = jumlah kontrol tanpa faktor resiko

Dasar pengambilan keputusan dengan tingkat signifikan adalah :

1. Apabila sig p> 0,05 maka H0 diterima, sehingga antara kedua variabel

tidak ada hubungan yang bermakna jadi H1 ditolak.

2. Apabila sig p≤ 0,05 maka H0 ditolak, sehingga antara kedua variabel ada

hubungan yang bermakna jadi H1 diterima.

Page 78: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

60

Syarat pembacaan OR dalam SPSS sebagai berikut :

1. OR < 1, tidak merupakan faktor risiko.

2. OR = 1, merupakan faktor protektif.

3. OR >1, merupakan faktor risiko.

4.11 Etika Penelitian

4.11.1 Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Responden bersedia diteliti, setelah diberikan permintaan menjadi

responden harus mencantumkan tanda tangan. Jika responden menolak

untuk diteliti maka peneliti tidak boleh memaksa dan tetap menghormati

hak-hak responden.

4.11.2 Tanpa Nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan

nama responden. Peneliti hanya mencantumkan nama inisial responden.

Subyek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus

dirahasiakan sehingga tidak perlu mencantumkan nama identitas subyek

4.11.3 Kerahasiaan (Confidentiality)

Subyek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan

harus dirahasiakan. Kerahasiaan responden dan informasi yang telah

dikumpulkan dijamin oleh peneliti. Data tersebut hanya disajikan dan

dilaporkan kepada beberapa kelompok yang berhubungan dengan

penelitian.

Page 79: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

61

61

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

UPT Puskesmas Sukorejo merupakan salah satu puskesmas di kabupaten

ponorogo yang terletak di kecamatan Sukorejo dengan luas wilayah 59,58

Km2. Kecamatan Sukorejo mempunyai 18 Desa binaan antara lain desa

Sukorejo, desa Bangunrejo, desa Nambangrejo, desa Lengkong, desa Nampan,

desa Kranggan, desa Golan, desa Karang Lor, desa Gandu kepuh, desa

Kalimalang, desa Sragi, desa Morosari, desa Kedung banteng, desa Gelang

Lor, desa Gegeran, desa Sidorejo, desa Serangan, dan desa Prajegan. Batas

wilayah kerjanya meliputi :

Utara : Kabupaten Magetan

Timur : Kecamatan Ponorogo dan Kecamatan Babadan

Selatan : Kecamatan Kauman

Barat : Kecamatan Sampung

Sumber daya tenaga kesehatan UPT Puskesmas Sukorejo secara

keseluruhan berjumlah 59 orang dengan komposisi berdasarkan status

kepegawaian berikut ini :

1. Pegawai Negeri Sipil : 37 orang

2. Calon Pegawai Negeri Sipil : 0 orang

3. Pegawai Tidak Tetap : 5 orang

4. Pegawai Kontrak : 13 orang

5. Wiyata Bakti : 4 orang

Page 80: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

62

Jumlah pegawai berdasarkan status pendidikan dan tugas pokoknya dapat

dilihat pada tabel 5.1

Tabel 5.1 Jumlah Pegawai Puskesmas Sukorejo berdasarkan Status

Pendidikan Tahun 2016 (pada saat profil dibuat).

No Pendidikan Jumlah Jenis Kelamin

Pria Wanita

1. S1 Dokter Umum 1 1

2. S1 Dokter Gigi - -

3. S1 Kesehatan Masyarakat 1 1 -

4. S1 Perawat - - -

5. D3 AKPER 17 4 13

6. D3 AKBID 21 - 21

7. D3 Analis Kesehatan 2 - 2

8. D3 Gizi 1 - 1

9. D3 Kesling 1 - 1

10. D3 Akuntansi - - -

11. D3 Administrasi Alkes (Atem) - - -

12. D3 Asisten Apoteker 1 - 1

13. D3 Perawat Gigi 1 - 1

14. Sekolah Perawat Kesehatan

(SPK)

2 1 1

15. SMU dan SMP 6 6 1

TOTAL 54 13 42

Sumber : Profil UPT Puskesmas Sukorejo (2017)

Untuk mendukung operasional kegiatan Puskesmas Sukorejo memiliki

sarana gedung Puskesmas Induk yang terletak di kelurahan Sukorejo dan

empat (4) Puskesmas Pembantu yaitu Puskesmas Pembantu Gegeran,

Puskesmas Pembantu Bangunrejo, Puskesmas Pembantu Gelanglor,

Page 81: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

63

Puskesmas Pembantu Kedung banteng. Kendaraan bermotor yang dimiliki

adalah 2 mobil ambulan dan 4 sepeda motor dinas.

Pelayanan kesehatan di UPT Puskesmas Sukorejo meliputi Poli Umum,

Poli KIA/KB, Poli TB/ Jiwa, Poli Gigi, Poli Gizi, Laboratorium Apotek dan

Gudang Obat, Pelayanan kelas Ibu dan Senam hamil, dan Prolanis.

5.2 Karakteristik Responden

Hasil analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan karakteristik

responden masing-masing variabel, baik variabel bebas maupun variabel

terikat. Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

a. Umur

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan umur di UPT

Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo

Umur (Tahun) Jumlah Presentase (%)

20-30 4 12,1

31-40 5 15,2

41-50 9 27,3

51-60 10 30,3

61-70 5 15,2

Total 33 100,0

Sumber : Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat diketahui bahwa responden dengan

umur 20-30 tahun berjumlah 4 (12,1%) orang, responden dengan umur 31-

40 tahun berjumlah 5 (15,2%) orang, responden dengan umur 41-50 tahun

berjumlah 9 (27,3%) orang, responden dengan umur 51-60 tahun berjumlah

10 (30,3%) orang, dan responden dengan umur antara 61-70 tahun

berjumlah 5 (15,2%).

Page 82: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

64

b.Jenis Kelamin

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan jenis kelamin di UPT

Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo

Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)

Laki-laki 20 60,6

Perempuan 13 39,4

Total 33 100,0

Sumber : Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah responden sebanyak 20

(60,6%) orang, sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan

sebanyak 13 (39,4%) orang.

c. Pendidikan

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan pendidikan di UPT

Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo

Pendidikan Jumlah Presentase (%)

SD 9 27,3

SMP 13 39,4

SMA 11 33,3

Total 33 100,0

Sumber : Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat diketahui bahwa responden yang

memiliki tigkat pendidikan SD yaitu sebanyak 9 orang (27,3%), responden

dengan tingkat pendidikan SMP sebanyak 13 orang (39,4%), dan responden

dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 11 orang (33,3%).

Page 83: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

65

d.Pekerjaan

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan pekerjaan di UPT

Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo

Pekerjaan Jumlah Presentase (%)

Petani 15 45,5

Pedagang 10 30,3

Wiraswasta 8 24,2

Total 33 100,0

Sumber : Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat diketahui bahwa responden yang

bekerja sebagai petani sebanyak 15 orang (45,5%), responden yang bekerja

sebagai pedagang sebanyak 10 orang (30,3%), dan responden yang bekerja

sebagai wiraswasta sebanyak 8 orang (24,2%).

e. Kejadian Kusta

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan kejadian kusta di

UPT Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo

Kejadian Kusta Jumlah Presentase (%)

Kasus 11 33,3

Kontrol 22 66,7

Total 33 100,0

Sumber : Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 5.6 diatas dapat diketahui bahwa di UPT Puskesmas

Sukorejo kabupaten ponorogo terdapat kejadian kusta sejumlah 11 kasus

(33,3%) dan kontrol sebanyak 22 orang (66,7%).

f. Kondisi fisik rumah

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan kondisi fisik rumah

di UPT Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo

Page 84: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

66

Kondisi fisik rumah Jumlah Presentase (%)

Tidak memenuhi syarat 16 48,5

Memenuhi syarat 17 51,5

Total 33 100,0

Sumber : Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 5.7 diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 16

(48,5%) responden memiliki kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi

syarat, sedangkan sebanyak 17 (51,5%) responden memiliki kondisi fisik

rumah yang sudah memenuhi syarat.

g.Jenis Lantai

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan jenis lantai di UPT

Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo

Jenis Lantai Jumlah Presentase (%)

Tidak memenuhi syarat 17 51,5

Memenuhi syarat 16 48,5

Total 33 100,0

Sumber : Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 5.8 diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 17

(51,5%) rumah memiliki jenis lantai yang tidak memenuhi syarat, sedangkan

sebanyak 16 (48,5%) rumah memiliki jenis lantai yang sudah memenuhi

syarat.

h.Luas Ventilasi

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan luas ventilasi di UPT

Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo

Luas ventilasi Jumlah Presentase (%)

Tidak memenuhi syarat 18 54,5

Memenuhi syarat 15 45,5

Page 85: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

67

Total 33 100,0

Sumber : Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 5.9 diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 18

(54,5%) rumah memiliki luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat,

sedangkan sebanyak 15 (45,5%) rumah memiliki luas ventilasi yang sudah

memenuhi syarat.

i. Kelembaban

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan kelembaban di UPT

Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo

Kelembaban Jumlah Presentase (%)

Tidak memenuhi syarat 17 51,5

Memenuhi syarat 16 48,5

Total 33 100,0

Sumber : Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 5.10 diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 17

(51,5%) rumah memiliki kelembaban tidak memenuhi syarat, sedangkan

sebanyak 16 (48,5%) rumah memiliki kelembaban yang sudah memenuhi

syarat.

j. Kepadatan Hunian Rumah

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan kepadatan hunian

rumah di UPT Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo

Kepadatan hunian rumah Jumlah Presentase (%)

Tidak memenuhi syarat 16 48,5

Memenuhi syarat 17 51,5

Total 33 100,0

Sumber : Data Primer 2018

Page 86: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

68

Berdasarkan tabel 5.11 diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 16

(48,5%) rumah memiliki kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat,

sedangkan sebanyak 17 (51,5%) rumah memiliki kepadatan hunian yang

sudah memenuhi syarat.

k.Personal hygiene

Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan personal hygiene di

UPT Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo

Personal hygiene Jumlah Presentase (%)

Tidak memenuhi syarat 17 51,5

Memenuhi syarat 16 48,5

Total 33 100,0

Sumber : Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 5.12 diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 17

(51,5%) responden memiliki personal hygiene yang tidak memenuhi syarat,

sedangkan sebanyak 16 (48,5%) responden memiliki personal hygiene yang

sudah memenuhi syarat.

l. Kebiasaan Mandi

Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan kebiasaan mandi di

UPT Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo

Kebiasaan Mandi Jumlah Presentase (%)

Tidak memenuhi syarat 13 39,4

Memenuhi syarat 20 60,6

Total 33 100,0

Sumber : Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 5.13 diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 13

(39,4%) responden memiliki kebiasaan mandi yang tidak memenuhi syarat,

Page 87: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

69

sedangkan sebanyak 20 (60,6%) responden memiliki kebiasaan mendi yang

sudah memenuhi syarat.

m. Kebiasaan Meminjam Handuk

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan kebiasaan

meminjam handuk di UPT Puskesmas Sukorejo Kabupaten

Ponorogo

Kebiasaan meminjam handuk Jumlah Presentase (%)

Tidak memenuhi syarat 16 48,5

Memenuhi syarat 17 51,5

Total 33 100,0

Sumber : Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 5.14 diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 16

(48,5%) responden memiliki kebiasaan meminjam handuk kepada anggota

keluarga, sedangkan sebanyak 17 (51,5%) responden memiliki kebiasaan

tidak meminjam handuk kepada anggota keluarga lain.

5.3 Hasil Penelitian

Hasil analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan dan

besarnya nilai odd ratio faktor risiko dan digunakan untuk mencari hubungan

antara variabel bebas dan variabel teikat dengan uji satatistik yang disesuaikan

dengan skala data yang ada. Berikut adalah hasil analisis bivariat dibawah ini:

1. Hubungan Kondisi fisik rumah dengan kejadian kusta

Tabel 5.15 Analisis Kondisi fisik rumah dengan kejadian kusta di UPT

Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo

Kondisi fisik rumah Kasus Kontrol

p-value

OR

CI 95%

N % N % Lower Upper

Tidak memenuhi syarat 9 52,9 8 47,1

Memenuhi syarat 2 12,5 14 87,5 0,036 7,875 1,353 45,832

Page 88: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

70

Total 11 100 22 100

Sumber : Hasil Analisis Penelitian 2018

Berdasarkan hasil analisis diatas menunjukkan bahwa kondisi fisik

rumah memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian kusta p = 0,036

< 0,05, nilai OR = 7,875 dengan CI 95% = 1,353 – 45,832 yang memiliki

arti bahwa responden yang tinggal dirumah dengan kondisi fisik rumah yang

kurang memenuhi syarat akan memiliki risiko 7,875 kali lebih besar

dibandingkan dengan mereka yang tinggal dirumah dengan kondisi fisik

rumah yang sudah memenuhi syarat.

2. Hubungan Jenis lantai dengan kejadian kusta

Tabel 5.16 Analisis Jenis lantai dengan kejadian kusta di UPT Puskesmas

Sukorejo Kabupaten Ponorogo

Jenis lantai Kasus Kontrol

p-value

OR

CI 95%

N % N % Lower Upper

Tidak memenuhi syarat 9 52,9 8 47,1

0,014

7,875

1,353

45,832 Memenuhi syarat 2 12,5 14 10,7

Total 11 100 22 100

Sumber : Hasil Analisis Penelitian 2018

Berdasarkan hasil analisis diatas menunjukkan bahwa jenis lantai

memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian kusta p = 0,014 < 0,05,

nilai OR = 7,875 dengan CI 95% = 1,353 - 45,832 yang memiliki arti bahwa

jenis lantai merupakan faktor risiko kejadian kusta dan memiliki peluang

orang yang tinggal di rumah dengan kondisi lantai yang tidak baik akan

tertular penyakit 7,875 kali lebih besar jika dibandingkan dengan orang yang

tinggal dirumah dengan kondisi lantai yang baik.

3. Hubungan Luas ventilasi dengan kejadian kusta

Page 89: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

71

Tabel 5.17 Analisis Luas ventilasi dengan kejadian kusta di UPT

Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo

Luas ventilasi Kasus Kontrol

p-value

OR

CI 95%

N % N % Lower Upper

Tidak memenuhi syarat 9 50,0 9 50,0

Memenuhi syarat 2 13,3 13 86,7 0,026 6,500 1,127 37,484

Total 11 100 22 100

Sumber : Hasil Analisis Penelitian 2018

Berdasarkan hasil analisis diatas menunjukkan bahwa luas ventilasi

memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian kusta p = 0,026 < 0,05,

nilai OR = 6,500 dengan CI 95% = 1,127 – 37,484 yang memiliki arti bahwa

luas ventilasi merupakan faktor risiko kejadian kusta dan memiliki peluang

orang yang tinggal di rumah dengan kondisi ventilasi yang tidak baik akan

tertular penyakit 6,500 kali lebih besar jika dibandingkan dengan orang yang

tinggal dirumah dengan kondisi ventilasi yang baik.

4. Hubungan Kelembaban dengan kejadian kusta

Tabel 5.18 Analisis Kelembaban dengan kejadian kusta di UPT Puskesmas

Sukorejo Kabupaten Ponorogo

Kelembaban Kasus Kontrol

p-value

OR

CI 95%

N % N % Lower Upper

Tidak memenuhi syarat 9 56,2 7 43,8

Memenuhi syarat 2 11,8 15 88,2 0,007 9,643 1,633 56,925

Total 11 100 22 100

Sumber : Hasil Analisis Penelitian 2018

Berdasarkan hasil analisis diatas menunjukkan bahwa kelembaban

rumah memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian kusta p = 0,007

< 0,05, nilai OR = 9,643 dengan CI 95% = 1,633 – 56,925 yang memiliki

arti bahwa kelembaban merupakan faktor risiko kejadian kusta dan memiliki

Page 90: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

72

peluang orang yang tinggal di rumah dengan kondisi kelembaban yang tidak

memenuhi syarat akan tertular penyakit 9,643 kali lebih besar jika

dibandingkan dengan orang yang tinggal dirumah dengan kondisi

kelembaban yang memenuhi syarat.

5. Hubungan Kepadatan hunian rumah dengan kejadian kusta

Tabel 5.19 Analisis Kepadatan hunian rumah dengan kejadian kusta di UPT

Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo

Kepadatan hunian

rumah

Kasus Kontrol

p-value

OR

CI 95%

N % N % Lower Upper

Tidak memenuhi syarat 8 61,5 5 38,5

Memenuhi syarat 3 15,0 17 85,0 0,006 9,067 1,724 47,675

Total 11 100 22 100

Sumber : Hasil Analisis Penelitian 2018

Berdasarkan hasil analisis diatas menunjukkan bahwa kepadatan

hunian rumah memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian kusta p

= 0,006 < 0,05, nilai OR = 9,067 dengan CI 95% = 1,724 – 47,675 yang

memiliki arti bahwa mereka yang tinggal dirumah dengan tingkat kepadatan

hunian yang tinggi memiliki risiko 9,067 kali lebih besar dibandingkan

dengan mereka yang tinggal dirumah dengan tingkat kepadatan hunian yang

rendah.

6. Hubungan Personal hygiene dengan kejadian kusta

Tabel 5.20 Analisis Personal hygiene dengan kejadian kusta di UPT

Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo

Personal Hygiene Kasus Kontrol

p-value

OR

CI 95%

N % N % Lower Upper

Tidak memenuhi syarat 9 56,2 7 46,8

Memenuhi syarat 2 11,8 15 83,2 0,019 9,643 1,633 56,925

Total 11 100 22 100

Page 91: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

73

Sumber : Hasil Analisis Penelitian 2018

Berdasarkan hasil analisis diatas menunjukkan bahwa personal

hygiene memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian kusta p = 0,019

< 0,05, nilai OR = 9,643 dengan CI 95% = 1,633 – 56,925 yang memiliki

arti bahwa personal hygiene merupakan faktor risiko kejadian kusta dan

memiliki peluang orang yang tinggal di rumah yang memiliki kebersihan

diri (personal hygiene) yang kurang baik akan tertular penyakit kusta 9,643

kali lebih besar jika dibandingkan dengan orang yang memiliki kebersihan

diri (personal hygiene) yang baik.

7. Hubungan Kebiasaan mandi dengan kejadian kusta

Tabel 5.21 Analisis Kebiasaan mandi dengan kejadian kusta di UPT

Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo

Kebiasaan mandi Kasus Kontrol

p-value

OR

CI 95%

N % N % Lower Upper

Tidak memenuhi syarat 8 57,1 6 42,9

Memenuhi syarat 3 15,8 16 84,2 0,013 7,111 1,400 36,117

Total 11 100 22 100

Sumber : Hasil Analisis Penelitian 2018

Berdasarkan hasil analisis diatas menunjukkan bahwa kebiasaan mandi

memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian kusta p = 0,013 < 0,05,

nilai OR = 7,111 dengan CI 95% = 1,400 – 36,117 yang memiliki arti bahwa

kebiasaan mandi merupakan faktor risiko kejadian kusta dan memiliki

peluang orang yang tinggal di rumah dengan kebiasaan mandi yang tidak

baik akan tertular penyakit 7,111 kali lebih besar jika dibandingkan dengan

orang yang tinggal dirumah dengan kebiasaan mandi yang baik.

Page 92: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

74

8. Hubungan Kebiasaan meminjam handuk dengan kejadian kusta

Tabel 5.22 Analisis Kebiasaan meminjam handuk dengan kejadian kusta di

UPT Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo

Kebiasaan

meminjam handuk

Kasus Kontrol

p-value

OR

CI 95%

N % N % Lower Upper

Tidak memenuhi syarat 8 53,3 7 46,7

Memenuhi syarat 3 16,7 15 83,3 0,026 5,714 1,152 28,352

Total 11 100 22 100

Sumber : Hasil Analisis Penelitian 2018

Berdasarkan hasil analisis diatas menunjukkan bahwa kebiasaan

meminjam handuk memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian

kusta p = 0,026 < 0,05, nilai OR = 5,714 dengan CI 95% = 1,152 – 28,352

yang memiliki arti bahwa kebiasaan meminjam handuk anggota keluarga

merupakan faktor risiko kejadian kusta dan memiliki peluang orang yang

tinggal di rumah dengan kebiasaan meminjam handuk anggota keluarga

yang lain akan tertular penyakit 5,714 kali lebih besar jika dibandingkan

dengan orang yang tinggal dirumah dan tidak memiliki kebiasaan meminjam

handuk anggota keluarga yang lain.

5.4 Pembahasan

5.4.1 Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Kusta

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara kondisi fisik rumah dengan kejadian kusta (p = 0,036)

dengan nilai OR = 7,875 dan CI 95% = 1,353-45,832. Peluang orang

yang tinggal dirumah dengan kondisi rumah yang tidak memenuhi syarat

kesehatan mempunyai risiko 7,875 kali lebih besar dibandingkan dengan

orang yang tinggal dirumah dengan kondisi rumah yang telah memenuhi

Page 93: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

75

syarat kesehatan yang telah dianjurkan. Kondisi rumah ini meliputi jenis

lantai, luas ventilasi, kelembaban dan kepadatan hunian rumah. Menurut

WHO, rumah yang terlalu sempit dapat mengakibatkan penyakit bagi

para penghuni. Seharusnya rumah dapat memenuhi persyaratan teknis dan

hygiene yaitu tidak terlalu padat penghuni, keadaan ventilasi yang baik,

jenis lantai yang baik, serta kelembaban rumah yang memenuhi syarat.

Berdasarkan hasil observasi peneliti dapat disimpulkan bahwa

kondisi fisik rumah pada responden masih banyak yang blum memenuhi

syarat, hal ini dikarenakan kondisi fisik rumah yang meliputi jenis lantai

yang masih terbuat dari tanah dan plester yang retak, luas ventilasi yang

hanya terdapat pada ruang tamu saja dan sebagian besar ventilasi

permanen sehingga tidak bisa dibuka, kelembaban yang tinggi khususnya

pada tempat tidur reponden dan kepadatan hunian yang tinggi dalam satu

rumah. Sehingga kondisi fisik rumah yang kurang baik dapat menjadi

tempat perkembangbiakan bakteri penyebab penyakit.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nurcahyati (2016) yang menunjukkan bahwa mayoritas responden yang

mengalami kusta mempunyai lingkungan dengan kondisi yang tidak baik,

antara lain mempunyai rumah dengan lantai yang tidak kedap air.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Faturahman (2010) yang meneliti

tentang faktor lingkungan fisik rumah dengan kejadian kusta di kabupaten

cilacap bahwa terdapat hubungan antara ventilasi dengan kejadian kusta

(p=0,001<0,05) dan juga menyatakan bahwa kelembaban udara rumah

Page 94: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

76

merupakan salah satu faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian

kusta dengan didapatkan nilai (p=0,00 dan OR=6,00). Penelitian lain

yang dilakukan oleh Rismawati (2013) menunjukkan hasil bahwa ada

hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian kusta.

Berdasarkan uraian diatas, kondisi fisik rumah yang meliputi jenis

lantai, luas ventilasi, kelembaban dan kepadatan hunian rumah menjadi

salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan. Oleh karena itu masyarakat

diharapkan untuk menjaga kebersihan lingkungan rumah terutama pada

kebersihan lantai, luas ventilasi, kelembaban udara dalam rumah dan juga

kepadatan hunian dalam rumah agar tidak memicu munculnya suatu

penyakit akibat kondisi rumah yang kurang mendukung.

5.4.2 Hubungan Antara Jenis Lantai Rumah Dengan Kejadian Kusta

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa dari 11 penderita kusta

terdapat 9 orang (52,9%) warga yang jenis lantainya kurang memenuhi

syarat. Jenis lantai dengan plester yang retak atau berdebu serta tidak

kedap air berpotensi terhadap keberadaan bakteri M.leprae. kuman kusta

dapat hidup diluar tubuh manusia dan dapat ditemukan pada tanah atau

debu disekitar lingkungan rumah penderita.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara jenis lantai dengan kejadian kusta (p = 0,014) dengan

nilai OR = 7,875 dan CI 95% = 1,353-45,832. Peluang orang yang tinggal

dirumah dengan jenis lantai yang tidak memenuhi syarat mempunyai

risiko 7,875 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tinggal

Page 95: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

77

dirumah dengan jenis lantai yang sudah memenuhi syarat. Lantai rumah

harus sering diperhatikan kebersihannya, karena lantai yang kotor,

berdebu dan lembab dapat menjadi tempat berkembangbiak bibit penyakit

virus ataupun bakteri. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan nomor 829

tahun 1999 tentang syarat rumah sehat mengemukakan bahwa lantai

rumah untuk tempat tinggal harus kedap air, mudah dikeringkan dan

mudah dibersihkan. Lantai rumah yang termasuk kategori memenuhi

syarat kesehatan yaitu lantai yang terbuat dari keramik atau ubin.

Sedangkan yang termasuk kategori tidak memenuhi syarat kesehatan

terbuat dari bambu dan tanah.

Berdasarkan hasil observasi peneliti dapat disimpulkan bahwa jenis

lantai responden masih banyak yang blum memenuhi syarat, hal ini

dikarenakan kondisi lantai dari plester yang kondisinya sudah retak dan

banyak yang rusak kemudian ada dari beberapa responden yang masih

mempunyai jenis lantai yang terbuat dari tanah hal ini dapat menjadi

tempat perkembangbiakan bakteri penyebab penyakit.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nurcahyati (2016) yang menunjukkan bahwa mayoritas responden yang

mengalami kusta mempunyai lingkungan dengan kondisi yang tidak baik,

antara lain mempunyai rumah dengan lantai yang tidak kedap air. Orang

yang tinggal didalam rumah dengan lantai yang tidak memenuhi syarat

kesehatan memiliki peluang tertular penyakit kusta lebih besar

dibandingkan dengan orang yang tinggal dengan kondisi lantai rumah

Page 96: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

78

yang sehat. Penelitian lain yang dilakukan oleh Ratnawati (2016) juga

mengungkap hal yang sama dimana kondisi lantai rumah memiliki

hubungan yan bermakna dengan kejadian kusta. Orang yang tinggal

dengan lantai yang tidak memenuhi syarat kesehatan 8,846 kali lebih

besar berpeluang tertular penyakit kusta dibandingkan dengan orang yang

tinggal dengan kondisi lantai rumah yang sehat.

Berdasarkan uraian diatas, selain faktor jenis lantai, ternyata

kebiasaan membersihkan lantai rumah menjadi salah satu faktor yang

perlu dipertimbangkan juga. Sebagian besar lantai responden terbuat dari

tanah dan plester yang sudah retak sehingga walaupun sudah dibersihan

debu masih tertinggal. Sesuai dengan syarat rumah sehat yaitu lantai

harus kedap air dan selalu kering agar mudah dibersihkan dari kotoran

dan debu. Oleh karena itu masyarakat diharapkan untuk menjaga

kebersihan lingkungan rumah terutama pada kebersihan lantai.

5.4.3 Hubungan Antara Luas Ventilasi Rumah Dengan Kejadian Kusta

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa dari 11 penderita kusta

terdapat 9 orang (50,0%) warga yang tidak memiliki ventilasi yang

memenuhi syarat. Ventilasi yang tidak memenuhi syarat memiliki

dampak buruk yaitu pertukaran udara yang terdapat di dalam rumah

menjadi berkurang, udara yang segar sangat dibutuhkan untuk mencegah

rantai penularan kusta. Berdasarkan hasil penelitian yang ditemui peneliti

dilapangan membuktikan bahwa kebanyakan warga yang menderita kusta

Page 97: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

79

tidak rutin membuka jendela, hanya sebesar 13,3% yang rutin membuka

jendela.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara luas vemtilasi dengan kejadian kusta (p = 0,026) dengan

nilai OR = 6,500 dan CI 95% = 1,127-37,484. Peluang orang yang tinggal

dirumah dengan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat mempunyai

risiko 6,500 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tinggal

dirumah dengan luas ventilasi yang sudah memenuhi syarat. Luas

ventilasi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu luas jendela yang ada

di ruang tamu, dan kamar tidur dibagi dengan luas lantai yang ada di

ruang tamu dan kamar tidur.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti dapat

disimpulkan bahwa masih banyak luas ventilasi yang belum memenuhi

syarat yaitu ventilasi masih <10% dari luas lantai. Sebagian besar rumah

responden memiliki ventilasi hanya pada ruang tamu sedangkan pada

bagian kamar tidur hanya sedikit dan juga sebagian reponden juga

memakai jendela yang permanen sehingga sirkulasi udara menjadi

terhambat sehingga udara segar tidak dapat masuk kedalam ruangan. Hal

ini dapat memperburuk dengan kebiasaan keluarga yang jarang

membuka jendela setiap hari, sehingga dapat menyebabkan suhu dalam

rumah menjadi panas dan lembab, hal ini dapat memicu pertumbuhan

bakteri sehingga memungkinkan terjadinya kejadian kusta.

Page 98: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

80

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Faturahman (2010)

yang menyimpulkan bahwa ada hubungan antara ventilasi rumah dengan

kejadian kusta. Penelitian yang sama dilakukan oleh Moga Aryo (2015)

yang menunjukkan hasil penelitian dengan OR 5,762 (95%CI: 1,73-

19,14) dengan p (0,007) yang berarti ada hubungan antara ventilasi rumah

dengan kejadian kusta. Penelitian ini memiliki kesamaan yaitu ventilasi

rumah yang belum baik memiliki risiko lebih besar dibandingkan dengan

rumah yang memiliki ventilasi yang sudah memenuhi syarat. Selain

fungsi ventilasi untuk menjaga aliran udara didalam rumah agar tidak

pengap dan lembab dan juga sebagai pengaturan sinar ultraviolet yang

masuk ke dalam ruangan dan membunuh kuman termasuk M.leprae.

Berdasarkan uraian diatas, fungsi jendela sangat penting untuk

menjaga sirkulasi udara dalam rumah agar udara selalu segar dan juga

disarankan kepada responden untuk selalu membuka jendela setiap hari

sehingga kelembaban dalam rumah tetap terjaga dan juga sinar matahari

dapat masuk ke dalam rumah sesuai dengan syarat ventilasi yaitu luas

ventilasi ≥10% luas lantai, terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan.

Kemudian disarankan pada responden untuk membersihkan ventilasi

minimal sehari sekali. Jika rumah responden tidak terdapat ventilasi lebih

baik untuk selalu membuka pintu untuk memperlancar sirkulasi udara.

5.4.4 Hubungan Antara Kelembaban Rumah Dengan Kejadian Kusta

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa dari 11 penderita kusta

terdapat 9 orang (56,2%) warga yang kelembaban rumahnya kurang

Page 99: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

81

memenuhi syarat. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara kelembaban dengan kejadian kusta (p =

0,007) dengan nilai OR = 9,643 dan CI 95% = 1,643-56,925. Peluang

orang yang tinggal dirumah dengan kondisi kelembaban yang tidak

memenuhi syarat mempunyai risiko 9,643 kali lebih besar dibandingkan

dengan orang yang tinggal dirumah dengan kelembaban yang sudah

memenuhi syarat.

Berdasarkan hasil pengukuran kelembaban yang telah dilakukan

oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa hampir semua responden baik

kelompok kasus maupun kelompok kontrol mempunyai kelembaban

ruang tidur yang tidak memenuhi syarat. Keadaan lingkungan rumah

yang rapat dan padat yang ditempati oleh responden dan juga bentuk

tempat tinggal dan ruang tidur seadanya membuat lingkungan disekitar

menjadi berubah salah satunya kelembaban rumah. Jumlah penghuni juga

ikut mempengaruhi karena responden juga tinggal bersama anggota

keluarga yang lain. Hal tersebut yang dapat menyebabkan kelembaban

rumah menjadi meningkat.

Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Rismawati (2013) yang menyimpulkan bahwa responden dengan

kelembaban yang belum baik memiliki risiko lebih besar menderita kusta

bila dibandingkan dengan responden dengan kelembaban yang sudah

memenuhi syarat. Penelitian ini sejalan dengan peleitian yang dilakukan

oleh Faturahman (2010) tentang faktor lingkungan fisik rumah yang

Page 100: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

82

berhubungan dengan kejadian kusta di kabupaten cilacap yang

menyatakan bahwa kelembaban udara rumah merupakan salah satu faktor

risiko yang berhubungan dengan kejadian kusta dengan didapatkan nilai

(p=0,00 dan OR=6,00).

Berdasarkan uraian diatas, disarankan kepada responden agar selalu

membuka jendela terutama jendela kamar supaya udara segar dapat

masuk kedalam ruangan agar ruangan tidak menjadi lembab, hal tersebut

dilakukan untuk mewujudkan kelembaban didalam rumah yang sesuai

dengan standar kesehatan sehingga kuman kusta tidak mudah

berkembang didalam rumah sehingga penularan kuman kusta didalam

rumah dapat dihindari.

5.4.5 Hubungan Antara Kepadatan Hunian Rumah Dengan Kejadian

Kusta

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa dari 11 penderita kusta

terdapat 8 orang (61,5%) warga yang kepadatan huniannya tinggi. Hasil

uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara kepadatan hunian dengan kejadian kusta (p = 0,006) dengan nilai

OR = 9,067 dan CI 95% = 1,724-47,675. Peluang orang yang tinggal

dirumah dengan kepadatan hunian yang tinggi mempunyai risiko 9,067

kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tinggal dirumah dengan

kepadatan hunian yang rendah

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti dapat

disimpulkan bahwa rata-rata responden memiliki kepadatan hunian rumah

Page 101: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

83

yang tinggi. Tingkat kepadatan hunian yang tinggi disebabkan karena

luas rumah yang tidak sebanding dengan jumlah penghuni yang

menempati rumah. Hal ini disebabkan banyak warga yang dalam satu

rumah ditinggali oleh 2-3 kepala keluarga dengan rumah yang berukuran

7m x 7m.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Maria Christiana (2008) yang menemukan bahwa terdapat hubungan

antara kepadatan hunian dengan kejadian kusta (p=0,021<0,05).

Kepadatan hunian dalam satu rumah tinggal akan memberikan pengaruh

bagi penghuninya. Sejalan dengan penelitian yang diakukan Setiani

(2014) menjelaskan dengan hasil uji chi-squere didapat p (0,00)≤ a 0,05.

Luas rumah yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan

menyebabkan kurangnya oksigen dan bila salah satu anggota keluarga

terkena infeksi akan mudah menular kepada anggota keluarga lainnya.

Berdasarkan uraian diatas, penderita kusta memiliki kepadatan

hunian yang berisiko tinggi. Hal ini kembali lagi pada persoalan ekonomi

keluarga. Keluarga yang mempunyai ekonomi baik tentu dapat membuat

suatu bangunan untuk tempat tinggal yang baik dan layak. Jumlah

penghuni yang mendiami sebuah rumah tinggal harus disesuaikan dengan

luas bangunannya. Luas bangunan yang tidak sesuai dengan jumlah

penghuninya akan mengakibatkan bila ada anggota keluarga yang terkena

penyakit infeksi akan mudah menular ke anggota keluarga yang lain.

Page 102: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

84

Oleh karena itu kepadatan hunian rumah yang tidak memenuhi syarat

merupakan faktor risiko terjadinya penyakit kusta.

5.4.6 Hubungan Antara Personal Hygiene Dengan Kejadian Kusta

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara personal hygiene dengan kejadian kusta (p = 0,019)

dengan nilai OR = 9,643 dan CI 95% = 1,633-56,925. Peluang orang

yang tinggal dirumah dengan personal hygiene yang tidak baik

mempunyai risiko 9,643 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang

memiliki kebersihan diri (personal hygiene) yang baik. Personal hygiene

ini meliputi kebiasaan mandi dan kebiasaan meminjam handuk anggota

keluarga yang lain. Kebiasaan mandi yang kurang baik yaitu kurang dari

2x sehari sehingga dapat menimbulkan risiko untuk tertular kusta.

Kebiasaan meminjam handuk antar keluarga juga sangat memicu tertular

penyakit kusta, dapat diketahui bahwa kebiasaan meminjam handuk

secara bergantian dapat menularkan beberapa penyakit salah satunya

adalah penyakit kusta.

Berdasarkan hasil observasi peneliti dapat disimpulkan bahwa

kebersihan perorangan (personal hygiene) pada responden sebagian besar

belum memenuhi syarat, hal ini dikarenakan responden memiliki

kebiasaan mandi yang kurang dari 2x sehari dan mereka juga memiliki

kebiasaan meminjam handuk antar anggota keluarga yang lain.

Disamping itu, kebersihan individu sangat erat dengan kebersihan

masyarakat dan saling mempengaruhi secara timbal balik. Kebersihan diri

Page 103: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

85

perorangan yang tidak baik merupakan cerminan dari kondisi lingkungan

dan perilaku individu yang tidak sehat.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maria

Christiana (2008) yang meneliti tentang faktor risiko kejadian kusta (studi

kasus di Rumah Sakit Kusta Dinorejo Jepara), bahwa ada hubungan yang

bermakna antara personal hygiene dengan kejadian kusta dengan nilai p

sebesar 0,001. Hasil penelitian ini diperkuat dengan hasil penelitian

Yudied (2008) menyatakan bahwa memakai pakaian secara bergantian,

memakai handuk mandi secara bergantian juga dapat memicu terjadinya

penulara berbagai macam penyakit yang tidak menutup kemungkinan

penyakit kusta.

Berdasarkan uraian diatas, personal hygiene yang meliputi

kebiasaan mandi dan kebiasaan meminjam handuk menjadi salah satu

faktor yang perlu dipertimbangkan. Oleh karena itu masyarakat

diharapkan untuk menjaga kebersihan diri dengan mandi minimal 2x

dalam sehari dan pemakaian handuk yang tidak berganti-ganti dengan

anggota keluarga yang lain sehingga tidak memicu munculnya suatu

penyakit akibat kurangnya personal hygiene dan sebaiknya masyarakat

lebih meningkatkan pola hidup bersih dan sehat

5.4.7 Hubungan Antara Kebiasaan Mandi Dengan Kejadian Kusta

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa dari 11 penderita kusta

terdapat 8 orang (57,1%) warga yang memiliki kebiasaan mandi yang

kurang baik. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan

Page 104: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

86

yang bermakna antara kebiasaan mandi dengan kejadian kusta (p = 0,013)

dengan nilai OR = 7,111 dan CI 95% = 1,400-36,117. Peluang orang

yang tinggal dirumah dengan kebiasaan mandi yang kurang dari 2x dalam

sehari mempunyai risiko 7,111 kali lebih besar dibandingkan dengan

orang yang memiliki kebiasaan mandi yang baik.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar responden dari kelompok kasus

memiliki kebiasaan mandi yang kurang baik yaitu kurang dari 2x dalam

sehari. Hal ini dapat dilihat dari karakteristik responden bahwa sebagian

besar usia rata-rata responden berusia 50-60 tahun dan sebagian besar

responden dari kasus berpendidikan SD, hal tersebut mengakibatkan

responden kurang mengetahui kebiasaan mandi yang baik. Selain itu

sebagian besar pekerjaan mereka adalah petani sehingga sulit untuk

menyempatkan diri untuk mandi pagi hari dan hanya mandi sepulang

bekerja yaitu pada sore hari. Selain kebiasaan mandi yang rutin,

penggunaan sabun anti bakteri saat mandi juga sangat diperlukan. Mandi

merupakan upaya perawatan kulit dan membersihkan tubuh yang

dianjurkan yaitu 2x sehari dengan menggunakan sabun anti bakteri

dengan kualitas air yang tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa

(Suardi, 2012).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Dwina Rismawati (2013) bahwa kebiasaan mandi memiliki hubungan

terhadap kejadian kusta (p = 0,18< 0,05) dengan OR = 3,636. Dibutuhkan

Page 105: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

87

kebiasaan mandi yang baik yaitu ≥ 2x dalam sehari serta menggunakan

sabun antibakteri demi mencegah terjangkitnya bakteri kusta. Sejalan

dengan penelitian Muharry (2014) menyebutkan bahwa personal hygiene

adalah faktor yang berhubungan dengan kejadian kusta. Variabel

kebersihan perorangan dalam penelitian tersebut diantaranya adalah

kebiasaan mandi. Dalam penelitian ini personal hygiene yang buruk

mempunyai risiko 12,103 kali lebih besar menderita kusta dibandingkan

dengan seseorang yang memiliki kondisi kebersihan perorangan yang

baik.

Berdasarkan uraian diatas, kebiasaan mandi yang kurang baik yaitu

kurang dari 2x sehari dapat menimbulkan risiko untuk tertular kusta. Oleh

karena itu, perbaikan kebersihan diri harus ditingkatkan lagi untuk

mencegah penularan penyakit kusta dengan cara membiasakan diri untuk

mandi minimal 2x sehari dengan menggunakan air bersih.

5.4.8 Hubungan Antara Kebiasaan Meminjam Handuk Dengan Kejadian

Kusta

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa dari 11 penderita kusta

terdapat 8 orang (53,3%) warga yang memiliki kebiasaan meminjam

handuk kepada anggota keluarga yang lain. Hasil uji statistik

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan

meminjam handuk dengan kejadian kusta (p = 0,026) dengan nilai OR =

5,714 dan CI 95% = 1,152-28,352. Peluang orang yang tinggal dirumah

dengan kebiasaan meminjam handuk mempunyai risiko 5,714 kali lebih

Page 106: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

88

besar dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki kebiasaan

meminjam handuk kepada anggota keluarga yang lain.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti dapat

disimpulkan bahwa rata-rata responden dari kelompok kasus memiliki

kebiasaan meminjam handuk kepada anggota keluarga. Hal ini

disebabkan karena reponden memiliki handuk yang tidak sesuai dengan

jumlah anggota keluarga yang ada dirumah. Kemungkinan mereka

memiliki kebiasaan meminjam handuk anggota keluarga yang lain.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Lita (2005) menyatakan bahwa handuk sebaiknya tidak boleh dipakai

secara bergantian karena dapat dengan mudah menularkan bakteri dari

penderita ke orang lain. Apabila handuk tidak pernah dijemur dibawah

terik matahari atau tidak dicuci dalam jangka waktu yang lama maka

kemungkinan jumlah bakteri yang ada pada handuk semakin banyak dan

berisiko untuk menularkan penyakit kepada orang lain. Penelitian lain

yang dilakukan oleh sidit (2004) bahwa sebagian besar orang yang

menderita penyakit kulit sering bertukar handuk dengan orang lain.

Berdasarkan uraian diatas, diketahui bahwa kebiasaan meminjam

handuk secara bergantian dapat menularkan beberapa penyakit salah

satunya adalah penyakit kusta, oleh karena itu diharapkan kepada warga

untuk menghindari penggunaan handuk secara bergantian untuk

meminimalisir penularan penyakit kusta.

Page 107: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

89

5.5 Keterbatasan Peneliti

Keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitiannya adalah sebagai berikut :

1. Kemungkinan terjadi bias informasi karena responden menjawab kuesioner

tidak jujur.

2. Saat penyebaran kuesioner terkadang hanya ada wali responden sehingga

jawaban kurang meyakinkan.

3. Peneliti melakukan penelitian di 6 desa dengan jarak antar desa yang jauh.

Page 108: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

90

90

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan kondisi

fisik rumah dan personal hygiene dengan kejadian kusta di Wilayah Kerja

Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo, diperoleh kesimpulan sebagai

berikut :

1. Ada hubungan antara jenis lantai rumah dengan kejadian kusta di wilayah

kerja puskesmas sukorejo, kabupaten Ponorogo.

2.Ada hubungan antara luas ventilasi rumah dengan kejadian kusta di wilayah

kerja puskesmas sukorejo, kabupaten Ponorogo.

3. Ada hubungan antara kelembaban rumah dengan kejadian kusta di wilayah

kerja puskesmas sukorejo, kabupaten Ponorogo.

4. Ada hubungan antara kepadatan hunian rumah dengan kejadian kusta di

wilayah kerja puskesmas sukorejo, kabupaten Ponorogo.

5. Ada hubungan antara kebiasaan mandi dengan kejadian kusta di wilayah

kerja puskesmas sukorejo, kabupaten Ponorogo.

6. Ada hubungan antara kebiasaan meminjam handuk dengan kejadian kusta

di wilayah kerja puskesmas sukorejo, kabupaten Ponorogo.

7. Ada hubungan antara kondisi fisik rumah dengan kejadian kusta di wilayah

kerja puskesmas sukorejo, kabupaten Ponorogo.

8. Ada hubungan antara personal hygiene dengan kejadian kusta di wilayah

kerja puskesmas sukorejo, kabupaten Ponorogo.

Page 109: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

91

6.2 SARAN

1. Bagi Puskesmas Sukorejo

a. Bekerjasama dengan masyarakat untuk melakukan penemuan pasien

secara aktif melalui kegiatan kunjungan pasien dan pemeriksaan

kontak.

b. Meningkatkan penyuluhan tentang kusta kepada masyarakat dalam

rangka meningkatkan pengetahuan sehingga masyarakat dapat

meningkatkan usaha pencegahan penularan penyakit kusta sejak dini.

2. Bagi Masyarakat

a. Mengurangi risiko penularan kusta dengan cara memakai pakaian

panjang, menghindari pemakaian handuk secara bergantian, dan mandi

minimal 2x dalam sehari.

b. Melakukan deteksi dini dan pengobatan MDT (Multi Drug Therapy)

jika terdiagnosa penyakit kusta.

c. Untuk mengurangi risiko penularan kusta, sebaiknya dilakukan

perbaikan kondisi lingkungan rumah dengan cara membersihkan lantai

rumah, membuka jendela setiap hari dan meningkatkan kebersihan

perorangan dengan cara tidak menggunakan handuk secara bergantian

dan mandi minimal 2x sehari dengan menggunakan air bersih.Usaha-

usaha tersebut dapat dilakukan bertujuan agar mengurangi potensi

perkembangbiakan bakteri penyebab kusta.

Page 110: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

92

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat mengembangkan penelitian di tempat lain untuk menganalisis lebih

dalam tentang penyakit kusta dan faktor-faktor lain yang dapat

menyebabkan penyakit kusta. Seperti yang telah diketahui bahwa penyakit

kusta dapat diputus mata rantai penularannya dengan intervensi yang

sesuai .

Page 111: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

DAFTAR PUSTAKA

Amira, Nisa.2015. Hubungan Higiene Perorangan Anak dengan Kejadian Kusta

Anak di Kabupaten Pasuruan Tahun 2014-2015.Jurnal penelitian. Diakses

pada tanggal 5 Desember 2017

Andareti,obi.2015.Penyakit Menular Disekitar Anda. Jakarta.Pustaka Ilmu Semesta

Arifputra, J. 2016. Reaksi Kusta. Artikel. Diakses pada tanggal 9 Mei 2018

Berbasari A, Nuriana L, Tallo ratna S. 2015. Analisis Faktor Risiko yang

Berhubungan dengan Kejadian Kusta Diwilayah Kerja Puskesmas Kota

Kupang. Universitas Nusa Cendana. Jurnal Penelitian. Diakses pada tanggal

30 Mei 2018

Budiarto, Eko. 2013. Metodologi Penelitian Kedokteran:Sebuah Pengantar.

Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Christiana, Maria. 2008. Analisis Faktor Risiko Kejadian Kusta (Studi Kasus di

Rumah Sakit Kusta Donorojo Jepara. Skripsi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Universitas Negeri Semarang.

Departemen kesehatan RI. 2006. Buku Pedoman Nasional Pemberantasan

penyakit kusta. Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Nasional.Jakarta

Departemen Kesehatan RI. 1999. Kepmenkes RI No.829 Tahun 1999 tentang

Persyaratan Kesehatan Perumahan. Jakarta

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Jawa

Timur Tahun 2015. Surabaya

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2016. Profil Kesehatan Provinsi Jawa

Timur. Surabaya

Dinas kesehatan Ponorogo. 2016.Profil Penyakit Kusta.Bidang Pemberantasan

Penyakit Menular Dinkes Ponorogo

Ellyke. 2012. Kondisi Lingkungan Fisik Rumah Penduduk Dengan Kejadian Kusta

Di Kecamatan Jenggaweh Kabupaten Jember. Jember. Fakultas kesehatan

Masyarakat Universitas Jember. Jurnal Penelitian. Diakses pada tanggal 27

Februari 2018

Emmy S et al. 2006. Kusta. FKUI. Jakarta

Entjang,Indan.2000. Ilmu Kesehatan Msyarakat, Bandung, Citra Aditya Bakti

Page 112: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

Faturahman, Yuldan. 2010. Faktor Lingkungan Fisik Rumah yang Berpengaruh

dengan Kejadian Kusta di Kabupaten Cilacap. Jurnal Penelitian. Diakses

pada tanggal 27 Mei 2018

Isro’in, Laily dan Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Personal Hygiene : Konsep, Proses,

dan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan. Yogyakarta. Graha Ilmu

Irianto, Koes. 2014. Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular Panduan

Klinis. Bandung. Alfabeta

Kementrian kesehatan RI. 2009. UU RI No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

Jakarta

Kemenkes RI. 2015. Hari Kusta Sedunia. Jakarta. Pusat Data Dan Informasi

Kementrian Kesehatan RI

Lita, S. 2005. Perilaku Santri Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Scabies di

Pondok Pesantren Ulumu Qur’an Stabat. Medan

Lubis, Arfan, Sutopo. 2003.Kusta: Suatu Tinjauan Teoritis. Jurnal Vol 4 No.1.

Diakses Pada Tanggal 27 Mei 2018

Martomijoyo, Riyanto. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian

Penyakit Kusta Pada Penduduk Di Kecamatan Tukdana Kabupaten

Indramayu Tahun 2012. FKM Universitas Wiralodra Indramayu, Jawa

Barat. Jurnal Penelitian ISSN 1693-7945 Volume VII No.11 April 2014.

Diakses Pada tanggal 29 April 2018

Mubarak, Wahit Iqbal; Chayatin, Nurul. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Teori

dan Aplikasi. Jakarta. Salemba Medika

Muharry, Andry. 2014. Faktor Risiko Kejadian Kusta.Jurnal Penelitian. Diakses

pada tanggal 15 Desember 2017

Nabila, Annisa Qoyyum, dkk. 2012. Profil Penderita Kusta diRumah Sakit Kusta

Kediri Periode Januari 2010 Sampai Desember 2010. Jurnal Penelitian

Saintika Medika ISSN: 0216-759X Volume 8 No 2 Desember 2012. Diakses

pada tanggal 30 Mei 2018

Namira N. 2014. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kusta diwilayah

Kerja Puskesmas Kapita. Makassar. Universitas Islam Negri Alauddin

Makassar. Skripsi

Nasir,Abd, Abdul Muhith, M.E.Ideputri. 2011.Metodologi Penelitian Kesehatan :

Konsep Pembuatan Karya Tulis dan Thesis Untuk Mahasiswa Kesehatan.

Yogyakarta. Nuha Medika

Page 113: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

Norlatifah, dkk. 2010. Hubungan Kondisi Fisik Rumah, Sarana air Bersih dan

Karakteristik Masyarakat dengan Kejadian Kusta.Yogyakarta. Universitas

Ahmad Dahlan Yogyakarta. Jurnal Penelitian. Diakses pada tanggal 25

Februari 2018

Notoatmodjo, Soekidjo.2010.Promosi Kesehatan (Teori & Aplikasi),

Jakarta:PT.Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. PT

Rineka Cipta

Nurcahyati, Sri, Basuki, Hari dan Arief Wibowo. 2016. Sebaran Kasus Kusta Baru

Berdasarkan Faktor Lingkungan Dan Sosial Ekonomi Di Kecamatan

Konang Dan Geger Kabupaten Bangkalan. Jurnal Wiyata, Vol.3 No.1

Tahun 2016 P-ISSN 2355-6498.

Nugrahaeni Kunthi Dyan.2012.Konsep Dasar epidemiologi.Jakarta.Buku

Kedokteran EGC

Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. 2010. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika

Peraturan Mentri Kesehatan RI. 2011. Permenkes Nomor 1077/Menkes/Per/V/2011

Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruangan Rumah. Jakarta

Prasetyawati, Eka Arista. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat Untuk Kebidanan

Holistik. Yogyakarta. Nuha Medika

Peter, E.S, dkk. 2002. Male-Female (Sex) Differences in Leprosy Pattients in South

Eastern Nigeria: Female Present Late For Diagnosis and Treatment and

Have Higher Rates of Deformity.73:262-267.jurnal penelitian. Diakses pada

tanggal 29 Mei 2018

Rismawati, Dwina. 2013. Hubungan Antara Sanitasi Rumah Dan Personal Higiene

Dengan Kejadian Kusta MultiBasiler. Ilmu Kesehatan Masyarakat

Universitas Negri Semarang. Jurnal Penelitian. Diakses pada tanggal 23

Februari 2018

Rosjidi Harun Cholik, 2015. Panduan Penyusunan Proposal dan Laporan Akhir

Penelitian Untuk Mahasiswa Kesehatan. Ponorogo

Ryadi, slamet dan Wijayanti, 2012. Dasar-Dasar Epidemiologi. Jakarta. Salemba

Madika

Page 114: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

Setiani, Lia. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kusta Di

Wilayah Kerja Puskesmas Kabunan Kabupaten Pemalang. Universitas

Muhamadiyah Surakarta.Skripsi

Setyawan. 2014. Hubungan Antara Faktor Risiko Terhadap Kejadian Penyakit

Kusta (Morbus Hansen) Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Bringin

Kabupaten Ngawi.Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun. Skripsi

Sidi, Supriyadi. 2004. Perbedaan Sanitasi Lingkungan dan Hygiene Perorangan

Terhadap Kejadian Skabies.Skripsi FKM UNAIR, Surabaya.

Suardi. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Kusta

di Kabupaten Biak Numfor. Thesis Program Pascasarjana Undip 2012.

Diakses melalui http://eprint.undip.ac.id

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung :

Alfabeta

Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sujarweni, V.Wiratna. 2012. SPSS Untuk Paramedis. Yogyakarta. Gava Media

Sujarweni, V.Wiratna. 2014. Metode Penelitian Keperawatan. Yogyakarta. Gava

Medika

Suyonto, danang. 2012. Statistik Kesehatan : analisis data dengan perhitungan

manual dan program SPSS. Yogyakarta. Nuha Medika

UPT Puskesmas Sukorejo. 2017. Profil Puskesmas Sukorejo. Ponorogo

Wicaksono, Moga Aryo; Faisya, H.Ahmad Fickry; Budi, Iwan Setia. 2015.

Hubungan Lingkungan Fisik Rumah dan Karakteristik Responden dengan

Penyakit Kusta Klinis DiKota Bandar Lampung. Fakultas Kesehatan

Masyarakat. Universitas Sriwijaya. Jurnal Penelitian. Diakses pada tanggal

30 Mei 2018

Wijayanti,Juwita. 2017. Gambaran Faktor Host dan Lingkungan Fisik Rumah

Pada Penderita Kusta di Kota Tangerang Selatan. Fakultas kedokteran dan

Ilmu Kesehatan masyarakat. Universitas Islam negri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Skripsi

Yudied dkk. 2008. Kajian Pengendalian Potensial Faktor Risiko Penularan

Penyakit Kusta dan Interviensinya di Puskesmas Pragaam Kabupaten

Sumenep Tahun 2007. Buletin Human Media Volume 03 Nomor 03

September 2008. Diakses Pada Tanggal 30 Mei 2018

Zulkifli. 2003. Penyakit Kusta dan Masalah yang Ditimbulkannya. Fakultas

Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatra Utara. Jurnal Penelitian.

Diakses pada tanggal 30 Mei 2018

Page 115: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

LAMPIRAN

Page 116: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

Lampiran 1

Page 117: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.
Page 118: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.
Page 119: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.
Page 120: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

Lampiran 2

Lembar Pernyataan Persetujuan

(Informed Consent)

Kepada Yth :Bapak/Ibu Responden Penelitian

Dengan hormat,

Dalam rangka menyelesaikan Tugas Akhir (Skripsi) tahun 2018, Saya

sebagai mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada

Mulia Madiun,

Nama : Ulul Sya’diana

NIM : 201403043

Bermaksud untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Kondisi Fisik

Rumah dan Personal Hygiene dengan Kejadian Kusta di Wilayah Kerja Puskesmas

Sukorejo Kabupaten Ponorogo”.

Untuk memenuhi keperluann data penelitian diatas, saya mohon kesediaan

Bapak/Ibu untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon

Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Adapun

informasi yang Bapak/Ibu berikan akan dijamin kerahasiaannya dan hanya

digunakan sebagai kepentingan penelitian ini.

Demikian pengantar ini saya buat dengan sebenarnya, atas perhatian dan

kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terimakasih.

Ponorogo, 2018

Ulul Sya’diana

(NIM.201403043 )

Page 121: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

Lampiran 3

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah mendapat penjelasan tentang maksud dan tujuan serta hak dan

kewajiban sebagai responden, maka dengan ini saya bersedia menjadi responden

pada penelitian yang berjudul “Hubungan Kondisi Fisik Rumah dan Personal

Hygiene dengan Kejadian Kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Sukorejo Kabupaten

Ponorogo”. Demikian Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada unsur

paksaan dari siapapun.

Ponorogo, ………...2018

Responden

(………….…….)

Page 122: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

Lampiran 4

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN PERSONAL HYGIENE

DENGAN KEJADIAN KUSTA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS

SUKOREJO

No.Responden :

Status :

1.Identitas Responden

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan :

Pekerjaan :

2.Petunjuk Jawaban

Isilah jawaban dibawah ini dan berilah tanda silang (X) pada jawaban yang

dianggap benar.

3.Pertanyaan

A. Kejadian Kusta

KASUS

1.Apakah anda mengalami bercak putih seperti panu yang awalnya sedikit lama

kelamaan melebar/banyak ?

a. Ya b. Tidak

Kasus

Kontrol

Page 123: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

2.Apakah anda mengalami mati rasa pada bercak yang berwarna merah/putih di

kulit ?

a. Ya b. Tidak

3.Apakah ada penebalan/pembengkakan pada bercak yang ada dikulit ?

a. Ya b. Tidak

4.Sudah lamakah anda mempunyai penyakit kusta ?

a. Ya (…..tahun) b. Tidak

KONTROL

1. Apakah anda mulai merasakan munculnya bercak putih seperti panu yang

awalnya sedikit lama kelamaan melebar/banyak ?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah anda merasakan mati rasa pada bercak yang berwarna merah/putih di

kulit ?

a. Ya b. Tidak

3. Apakah mulai ada penebalan/pembengkakan pada bercak yang ada di kulit ?

a. Ya b. Tidak

4. Sudah lamakah anda kontak dengan penderita kusta ?

a. Ya (…..tahun) b. Tidak

B. Personal Hygiene

Kebiasaan Mandi

5. Apakah anda mandi 2x (atau lebih) dalam sehari dengan menggunakan

sabun antibakteri ?

a. Ya b. Tidak

Page 124: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

6. Apakah jumlah air bersih yang ada cukup untuk memenuhi kebutuhan semua

anggota keluarga ?

a. Ya b. Tidak

Kebiasaan Meminjam Handuk

7. Apakah anda memiliki kebiasaan meminjam handuk kepada anggota

keluarga lain ?

a. Ya b. Tidak

LEMBAR PENGUKURAN

LEMBAR OBSERVASI

No. Variabel Hasil Pengamatan Keterangan

1.

2.

Jenis Lantai

Kualitas Air

a. Semen

b. Kramik

c. Papan/Kayu

d. Tanah/plester

a. Berbau

b. Berwarna

c. Berasa

No. Variabel Hasil Pengukuran Keterangan

1. Kelembaban

2. Luas Ventilasi Luas Ventilasi Luas Lantai

3. Kepadatan

Hunian Rumah

panjang lebar Luas Penghuni

Page 125: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

Lampiran 5

Hasil Outpus SPSS

A. Univariat

Statistics

Umur Jenis_kelamin

N Valid 33 33

Missing 0 0

Umur

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid 20-30 Tahun 4 12.1 12.1 12.1

31-40 Tahun 5 15.2 15.2 27.3

41-50 Tahun 9 27.3 27.3 54.5

51-60 Tahun 10 30.3 30.3 84.8

61-70 Tahun 5 15.2 15.2 100.0

Total 33 100.0 100.0

Jenis_kelamin

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Laki-laki 20 60.6 60.6 60.6

Perempuan 13 39.4 39.4 100.0

Total 33 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid SD 9 27.3 27.3 27.3

SMP 13 39.4 39.4 66.7

SMA 11 33.3 33.3 100.0

Total 33 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Petani 15 45.5 45.5 45.5

Pedagang 10 30.3 30.3 75.8

Page 126: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

Wiraswasta 8 24.2 24.2 100.0

Total 33 100.0 100.0

kejadian_kusta

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid kasus 11 33.3 33.3 33.3

kontrol 22 66.7 66.7 100.0

Total 33 100.0 100.0

kondisi fisik rumah

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak_memenuhi_syarat 16 48.5 48.5 48.5

Memenuhi_syarat 17 51.5 51.5 100.0

Total 33 100.0 100.0

jenis_lantai

Frequenc

y Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak_memenuhi_syara

t 17 51.5 51.5 51.5

Memenuhi_syarat 16 48.5 48.5 100.0

Total 33 100.0 100.0

luas_ventilasi

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidakmemenuhi

syarat 18 54.5 54.5 54.5

Memenuhi syarat 15 45.5 45.5 100.0

Total 33 100.0 100.0

kelembaban

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak memenuhi

syarat 17 51.5 51.5 51.5

Memenuhi syarat 16 48.5 48.5 100.0

Total 33 100.0 100.0

Page 127: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

kepadatan_hunian_rumah

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak memenuhi

syarat 16 48.5 48.5 48.5

Memenuhi syarat 17 51.5 51.5 100.0

Total 33 100.0 100.0

personal hygiene

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak_memenuhi_syarat 17 51.5 51.5 51.5

Memenuhi_syarat 16 48.5 48.5 100.0

Total 33 100.0 100.0

kebiasaan_mandi

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak memenuhi

syarat 13 39.4 39.4 39.4

Memenuhi syarat 20 60.6 60.6 100.0

Total 33 100.0 100.0

kebiasaan_meminjam_handuk

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak memenuhi

syarat 16 48.5 48.5 48.5

Memenuhi syarat 17 51.5 51.5 100.0

Total 33 100.0 100.0

B. Bivariat

1. Hubungan antara kondisi fisik rumah dengan kejadian kusta

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

Page 128: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

N Percent N Percent N Percent

kondisi fisik rumah *

Kejadian kusta 33 100.0% 0 .0% 33 100.0%

kondisi fisik rumah * Kejadian kusta Crosstabulation

Kejadian kusta

Total Kasus Kontrol

kondisi fisik

rumah

Tidak_memenuhi_syar

at

Count 9 8 17

Expected Count 5.7 11.3 17.0

% within kondisi fisik

rumah 52.9% 47.1% 100.0%

Memenuhi_syarat Count 2 14 16

Expected Count 5.3 10.7 16.0

% within kondisi fisik

rumah 12.5% 87.5% 100.0%

Total Count 11 22 33

Expected Count 11.0 22.0 33.0

% within kondisi fisik

rumah 33.3% 66.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 6.066a 1 .014

Continuity Correctionb 4.383 1 .036

Likelihood Ratio 6.445 1 .011

Fisher's Exact Test .026 .017

Linear-by-Linear

Association 5.882 1 .015

N of Valid Casesb 33

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.33.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value

Approx.

Sig.

Nominal by

Nominal

Contingency

Coefficient .394 .014

N of Valid Cases 33

Risk Estimate

Page 129: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

Value

95% Confidence

Interval

Lower Upper

Odds Ratio for kondisi

fisik rumah

(Tidak_memenuhi_syar

at / Memenuhi_syarat)

7.875 1.353 45.832

For cohort Kejadian

kusta = Kasus 4.235 1.074 16.695

For cohort Kejadian

kusta = Kontrol .538 .314 .920

N of Valid Cases 33

2. Hubungan antara jenis lantai dengan kejadian kusta

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

jenis_lantai *

kejadian_kusta 33 100.0% 0 .0% 33 100.0%

jenis_lantai * kejadian_kusta Crosstabulation

kejadian_kusta

Total kasus kontrol

jenis_lantai Tidak_memenuhi_syar

at

Count 9 8 17

Expected Count 5.7 11.3 17.0

% within

jenis_lantai 52.9% 47.1% 100.0%

Memenuhi_syarat Count 2 14 16

Expected Count 5.3 10.7 16.0

% within

jenis_lantai 12.5% 87.5% 100.0%

Total Count 11 22 33

Expected Count 11.0 22.0 33.0

% within

jenis_lantai 33.3% 66.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Page 130: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

Pearson Chi-Square 6.066a 1 .014

Continuity Correctionb 4.383 1 .036

Likelihood Ratio 6.445 1 .011

Fisher's Exact Test .026 .017

Linear-by-Linear

Association 5.882 1 .015

N of Valid Casesb 33

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.33.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value

Approx.

Sig.

Nominal by

Nominal

Contingency

Coefficient .394 .014

N of Valid Cases 33

Risk Estimate

Value

95% Confidence

Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

jenis_lantai

(Tidak_memenuhi_syar

at / Memenuhi_syarat)

7.875 1.353 45.832

For cohort

kejadian_kusta = kasus 4.235 1.074 16.695

For cohort

kejadian_kusta =

kontrol

.538 .314 .920

N of Valid Cases 33

3. Hubungan antara luas ventilasi dengan kejadian kusta

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Page 131: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

luas_ventilasi *

kejadian_kusta 33 100.0% 0 .0% 33 100.0%

luas_ventilasi * kejadian_kusta Crosstabulation

kejadian_kusta

Total kasus kontrol

luas_ventilasi Tidakmemenuhi

syarat

Count 9 9 18

Expected Count 6.0 12.0 18.0

% within

luas_ventilasi 50.0% 50.0% 100.0%

Memenuhi syarat Count 2 13 15

Expected Count 5.0 10.0 15.0

% within

luas_ventilasi 13.3% 86.7% 100.0%

Total Count 11 22 33

Expected Count 11.0 22.0 33.0

% within

luas_ventilasi 33.3% 66.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 4.950a 1 .026

Continuity Correctionb 3.438 1 .064

Likelihood Ratio 5.276 1 .022

Fisher's Exact Test .034 .030

Linear-by-Linear

Association 4.800 1 .028

N of Valid Casesb 33

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.00.

Page 132: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 4.950a 1 .026

Continuity Correctionb 3.438 1 .064

Likelihood Ratio 5.276 1 .022

Fisher's Exact Test .034 .030

Linear-by-Linear

Association 4.800 1 .028

N of Valid Casesb 33

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value

Approx.

Sig.

Nominal by

Nominal

Contingency

Coefficient .361 .026

N of Valid Cases 33

Risk Estimate

Value

95% Confidence

Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

luas_ventilasi

(Tidakmemenuhi syarat

/ Memenuhi syarat)

6.500 1.127 37.484

For cohort

kejadian_kusta = kasus 3.750 .953 14.764

For cohort

kejadian_kusta =

kontrol

.577 .349 .954

N of Valid Cases 33

Page 133: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

4. Hubungan antara kelembaban dengan kejadian kusta

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kelembaban *

kejadian_kusta 33 100.0% 0 .0% 33 100.0%

kelembaban * kejadian_kusta Crosstabulation

kejadian_kusta

Total kasus kontrol

kelembaban Tidak memenuhi

syarat

Count 9 7 16

Expected Count 5.3 10.7 16.0

% within

kelembaban 56.2% 43.8% 100.0%

Memenuhi syarat Count 2 15 17

Expected Count 5.7 11.3 17.0

% within

kelembaban 11.8% 88.2% 100.0%

Total Count 11 22 33

Expected Count 11.0 22.0 33.0

% within

kelembaban 33.3% 66.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 7.340a 1 .007

Continuity Correctionb 5.475 1 .019

Likelihood Ratio 7.765 1 .005

Fisher's Exact Test .010 .009

Linear-by-Linear

Association 7.118 1 .008

Page 134: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

N of Valid Casesb 33

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.33.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value

Approx.

Sig.

Nominal by

Nominal

Contingency

Coefficient .427 .007

N of Valid Cases 33

Risk Estimate

Value

95% Confidence

Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

kelembaban (Tidak

memenuhi syarat /

Memenuhi syarat)

9.643 1.633 56.925

For cohort

kejadian_kusta = kasus 4.781 1.213 18.847

For cohort

kejadian_kusta =

kontrol

.496 .277 .887

N of Valid Cases 33

5. Hubungan antara kepadatan hunian rumah dengan kejadian kusta

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kepadatan_hunian_rum

ah * kejadian_kusta 33 100.0% 0 .0% 33 100.0%

kepadatan_hunian_rumah * kejadian_kusta Crosstabulation

kejadian_kusta Total

Page 135: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

kasus kontrol

kepadatan_hunian_

rumah

Tidak memenuhi syarat Count 8 5 13

Expected Count 4.3 8.7 13.0

% within

kepadatan_hunian_ru

mah

61.5% 38.5% 100.0%

Memenuhi syarat Count 3 17 20

Expected Count 6.7 13.3 20.0

% within

kepadatan_hunian_ru

mah

15.0% 85.0% 100.0%

Total Count 11 22 33

Expected Count 11.0 22.0 33.0

% within

kepadatan_hunian_ru

mah

33.3% 66.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 7.679a 1 .006

Continuity Correctionb 5.727 1 .017

Likelihood Ratio 7.778 1 .005

Fisher's Exact Test .009 .008

Linear-by-Linear

Association 7.446 1 .006

N of Valid Casesb 33

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.33.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value

Approx.

Sig.

Nominal by

Nominal

Contingency

Coefficient .434 .006

Page 136: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 7.679a 1 .006

Continuity Correctionb 5.727 1 .017

Likelihood Ratio 7.778 1 .005

Fisher's Exact Test .009 .008

Linear-by-Linear

Association 7.446 1 .006

N of Valid Casesb 33

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.33.

N of Valid Cases 33

Risk Estimate

Value

95% Confidence

Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

kepadatan_hunian_rum

ah (Tidak memenuhi

syarat / Memenuhi

syarat)

9.067 1.724 47.675

For cohort

kejadian_kusta = kasus 4.103 1.327 12.679

For cohort

kejadian_kusta =

kontrol

.452 .222 .922

N of Valid Cases 33

6. Hubungan antara personal hygiene dengan kejadian kusta

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Page 137: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

personal hygiene *

kejadian kusta 33 100.0% 0 .0% 33 100.0%

personal hygiene * kejadian kusta Crosstabulation

kejadian kusta

Total Kasus Kontrol

personal hygiene Tidak_memenuhi_syar

at

Count 9 7 16

Expected Count 5.3 10.7 16.0

% within personal

hygiene 56.2% 43.8% 100.0%

Memenuhi_syarat Count 2 15 17

Expected Count 5.7 11.3 17.0

% within personal

hygiene 11.8% 88.2% 100.0%

Total Count 11 22 33

Expected Count 11.0 22.0 33.0

% within personal

hygiene 33.3% 66.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 7.340a 1 .007

Continuity Correctionb 5.475 1 .019

Likelihood Ratio 7.765 1 .005

Fisher's Exact Test .010 .009

Linear-by-Linear

Association 7.118 1 .008

N of Valid Casesb 33

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.33.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value

Approx.

Sig.

Page 138: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

Nominal by

Nominal

Contingency

Coefficient .427 .007

N of Valid Cases 33

Risk Estimate

Value

95% Confidence

Interval

Lower Upper

Odds Ratio for personal

hygiene

(Tidak_memenuhi_syar

at / Memenuhi_syarat)

9.643 1.633 56.925

For cohort kejadian

kusta = Kasus 4.781 1.213 18.847

For cohort kejadian

kusta = Kontrol .496 .277 .887

N of Valid Cases 33

7. Hubungan antara kebiasaan mandi dengan kejadian kusta

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kebiasaan_mandi *

kejadian_kusta 33 100.0% 0 .0% 33 100.0%

kebiasaan_mandi * kejadian_kusta Crosstabulation

kejadian_kusta

Total Kasus Kontrol

kebiasaan_man

di

Tidak memenuhi

syarat

Count 8 6 14

Expected Count 4.7 9.3 14.0

% within kebiasaan_mandi 57.1% 42.9% 100.0%

Memenuhi syarat Count 3 16 19

Expected Count 6.3 12.7 19.0

% within kebiasaan_mandi 15.8% 84.2% 100.0%

Total Count 11 22 33

Page 139: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

Expected Count 11.0 22.0 33.0

% within kebiasaan_mandi 33.3% 66.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 6.203a 1 .013

Continuity Correctionb 4.482 1 .034

Likelihood Ratio 6.314 1 .012

Fisher's Exact Test .024 .017

Linear-by-Linear

Association 6.015 1 .014

N of Valid Casesb 33

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.33.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value

Approx.

Sig.

Nominal by

Nominal

Contingency

Coefficient .398 .013

N of Valid Cases 33

Risk Estimate

Value

95% Confidence

Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

kebiasaan_mandi

(Tidak memenuhi

syarat / Memenuhi

syarat)

7.111 1.400 36.117

For cohort

kejadian_kusta = Kasus 3.619 1.165 11.239

Page 140: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

For cohort

kejadian_kusta =

Kontrol

.509 .270 .961

N of Valid Cases 33

8. Hubungan antara kebiasaan meminjam handuk

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kebiasaan_meminjam_h

anduk * kejadian_kusta 33 100.0% 0 .0% 33 100.0%

kebiasaan_meminjam_handuk * kejadian_kusta Crosstabulation

kejadian_kusta

Total kasus kontrol

kebiasaan_meminjam_

handuk

Tidak memenuhi

syarat

Count 8 7 15

Expected Count 5.0 10.0 15.0

% within

kebiasaan_meminjam

_handuk

53.3% 46.7% 100.0%

Memenuhi syarat Count 3 15 18

Expected Count 6.0 12.0 18.0

% within

kebiasaan_meminjam

_handuk

16.7% 83.3% 100.0%

Total Count 11 22 33

Expected Count 11.0 22.0 33.0

% within

kebiasaan_meminjam

_handuk

33.3% 66.7% 100.0%

Page 141: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 4.950a 1 .026

Continuity Correctionb 3.438 1 .064

Likelihood Ratio 5.062 1 .024

Fisher's Exact Test .061 .031

Linear-by-Linear

Association 4.800 1 .028

N of Valid Casesb 33

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value

Approx.

Sig.

Nominal by

Nominal

Contingency

Coefficient .361 .026

N of Valid Cases 33

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

kebiasaan_meminjam_handuk (Tidak

memenuhi syarat / Memenuhi syarat)

5.714 1.152 28.352

For cohort kejadian_kusta = kasus 3.200 1.027 9.969

For cohort kejadian_kusta = kontrol .560 .314 .999

N of Valid Cases 33

Page 142: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

HASIL ANALISIS BIVARIAT

No. Faktor Risiko P-Value OR CI 95%

1. Kondisi Fisik Rumah 0,036 7,875 1,353-45,832

2. Jenis Lantai 0,014 7,875 1,353-45,832

3. Luas Ventilasi 0,026 6,500 1,127-37,484

4. Kelembaban 0,007 9,643 1,633-56,925

5. Kepadatan Hunian Rumah 0,006 9,067 1,724-47,675

6. Personal Hygiene 0,019 9,643 1,633-56,92

7. Kebiasaan Mandi 0,013 7,111 1,400-36,117

8. Kebiasaan Meminjam

Handuk

0,026 5,714 1,152-28,352

Page 143: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

Lampiran 6

DOKUMENTASI

Gambar 1 Pengukuran ventilasi rumah

Gambar 2 Lantai Rumah yang terbuat dari tanah

Page 144: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

Gambar 3 Lantai rumah yang retak

Gambar 4 rumah responden tampak depan

Gambar 5 Wawancara dengan responden

Page 145: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

Lampiran 7

Page 146: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.

Lampiran 8

Page 147: SKRIPSI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN ...repository.stikes-bhm.ac.id/338/1/SKRIPSI Ulul Sya'diana...tergantikan hingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. 3.