Skripsi FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN KOMERSIL YANG ...
Transcript of Skripsi FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN KOMERSIL YANG ...
Skripsi
FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN KOMERSIL YANG DITAMBAHKAN
CAIRAN RUMEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SINTASAN
BENIH IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
KAMAR FITRAH
105940069611
PROGRAM STUDI BUBIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2017
i
FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN KOMERSIL YANG DITAMBAHKAN
CAIRAN RUMEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SINTASAN
BENIH IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
SKRIPSI
KAMAR FITRAH
105940069611
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan Pada
Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDI BUBIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2017
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Frekuensi Pemberian Pakan Komersil Yang Ditambahkan Cairan
Rumen Terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Benih Ikan Nila
(Oreocrhomis niloticus)
Nama : Kamar Fitrah
Nim : 105940069611
Jurusan : Budidaya Perairan
Fakultas : Pertanian
Telah Diperiksa dan Disetujui:
Komisi Pembimbing,
Makassar, 6 Mei 2017
Pembimbing I, Pembimbing II,
Murni,S.Pi, M.Si DR. Abdul Haris Sambu, S.Pi, M.Si
NIDN. 0903037306 NIDN. 0021036708
Diketahui Oleh:
Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Prodi,
H. Burhanuddin, S.Pi. M.P. Murni, S.Pi, M.Si
NIDN. 092066901 NIDN. 0903037306
iii
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI
Judul : Frekuensi Pemberian Pakan Komersil Yang Ditambahkan
Cairan Rumen Terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Ikan
Nila (Oreocrhomis niloticus)
Nama : Kamar Fitrah
Stambuk : 105940069611
Jurusan : Perikanan
Program Studi : Budidaya Perairan
Fakultas : Pertanian
Universitas : Muhammadiyah Makassar
SUSUNAN PENGUJI
No. Nama Tanda Tangan
1. Murni, S.Pi, M.Si ....................................
Pembimbing I
2. DR. Abdul Haris Sambu, S.Pi, M.Si .....................................
Pembimbing II
3. H. Burhanuddin, S.Pi, M.P .....................................
Penguji I
4. Asni Anwar, S.Pi, M.Si ......................................
Penguji II
iv
HALAMAN HAK CIPTA
@ Hak cipta milik Universitas Muhammadiyah Makassar, Tahun 2017. Hak
cipta dilindungi undang-undang.
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumber.
a. Pengutip hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya
ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutip tidak merugikan kepentingan yang wajar Universitas
Muhammadiyah Makassar
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk laporan apapun tanpa izin Universitas Muhammadiyah Makassar
v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Kamar Fitrah
NIM : 105940069611
Jurusan : Perikanan
Program Studi : Budidaya Perairan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau
pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari skripsi ini adalah hasil karya tulisan
atau pemikiran orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Makassar, 6 April 2017
Kamar Fitrah
Nim. 105940069611
vi
ABSTRAK
Kamar Fitrah 105940069611. Frekuensi Pemberian Pakan Komersil
yang Ditambahkan Cairan Rumen Terhadap Pertumbuhan dan Sintasan
Benih Ikan Nila. Dibimbing Oleh Murni, S.Pi, M.Si dan Dr. Abdul Haris Sambu,
S.Pi, M.Si.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan frekuensi pemberian pakan
komersil yang ditambahkan cairan rumen yang paling optimal dalam peningkatan
kinerja pertumbuhan dan sintasan benih ikan nila. Cairan rumen yang digunakan
berasal dari rumen sapi yang kemudian di tambahkan kedalam pakan komersil
dengan dosis 20 ml/kg pakan. Rancangan penelitian menggunakan rancangan acak
lengkap dengan 4 perlakuan yaitu Perlakuan A (pemberan pakan 3 kali sehari),
perlakuan B (pemberian pakan 4 kali sehari), perlakuan C (pemberian pakan 5 kali
sehari) dan perlakuan D (pemberian pakan 6 kali sehari).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan B (pemberian pakan 4 kali
sehari) adalah perlakuan dengan tingkat pertumbuhan tertinggi dibandingkan
perlakuan lainnya dengan rata-rata pertumbuhan mutlak 25,99 g.
Kata kunci : Frekuensi, Cairan rumen, Pertumbuhan
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur tak henti-hentinya berderu atas hikmah yang diberikan oleh Allah
SWT, Karena atas nikmat, rahmat, hidayah dan petunjuk-Nyalah sehigga penulis
dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Frekuensi Pemberian Pakan Komersil
Yang Ditambahkan Cairan Rumen Terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Benih Ikan
Nila (Oreocrhomis niloticus)”.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan yang penulis jumpai,
namun semua itu dapat terselesaikan berkat bantuan, bimbingan dan pengarahan
serta doa restu dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dan mendukung, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pihak pihak tersebut diantaranya :
1. Terkhusus untuk Orang tuaku tercinta atas segala pengorbanan, dukungan, doa
restu demi kelancaran dan kebaikan penulis dimasa akan datang.
2. Ibu Murni, S.Pi.,M.Si selaku pembimbing I yang telah memberikan arahan dan
masukan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak DR. Abdul Haris Sambu, S.Pi, M,Si selaku pembimbing II yang telah
memberikan arahan dan masukan dalam penyusunan skripsi.
4. Ibu Murni, S.Pi.,M.Si selaku ketua jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Semua rekan-rekan seperjuanganku angkatan 2011 dan adik-adikku Jurusan
Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
viii
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan pendapat dan solusi demi
penyempurnaan yang akan datang. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat
kepada semua pihak terutama bagi penulis secara pribadi.
“fastabiqul khaerat”
Makassar, 6 Mei 2017
Penyusun
ix
DAFTAR ISI
SAMPUL ....................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ............................................................ iii
HALAMAN HAK CIPTA ............................................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ............................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar belakang ................................................................................. 1
1.2. Tujuan dan kegunaan penelitian ...................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 4
2.1. Klasifikasi dan morfologi ikan nila .................................................. 4
2.2. Kebutuhan nutrisi ikan nila .............................................................. 6
2.3. Cairan rumen ................................................................................. 10
2.4. Pertumbuhan ikan nila ................................................................... 15
2.5. Sintasan ......................................................................................... 16
2.6. Kualitas air .................................................................................... 17
III. METODE PENELITIAN ..................................................................... 19
3.1. Waktu dan tempat penelitian ......................................................... 19
x
3.2. Alat dan bahan .............................................................................. 19
3.3. Wadah pemeliharaan ..................................................................... 20
3.4. Hewan uji ...................................................................................... 20
3.5. Pakan uji ....................................................................................... 20
3.6. Prosedur penelitian ........................................................................ 20
3.7. Rancangan penelitian .................................................................... 21
3.8. Perubahan yang diamati ................................................................ 22
3.9. Analisis data .................................................................................. 23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 24
4.1. Laju pertumbuhan harian ............................................................... 24
4.2. Pertumbuhan mutlak ..................................................................... 25
4.3. Sintasan ......................................................................................... 27
4.4. Kualitas air .................................................................................... 28
V. PENUTUP............................................................................................ 30
5.1. Kesimpulan ................................................................................... 30
5.2. Saran ............................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
LAMPIRAN
BIOGRAFI PENULIS .....................................................................................
xi
DAFTAR TABEL
No. Uraian Halaman
1. Kebutuhan protein ikan nila dengan bobot tubuh berbeda 7
2. Komposisi asam amino dan makro-mikro mineral tepung ikan 9
3. Kandungan enzim dalam cairan rumen 11
4. Alat yang digunakan 19
5. Bahan yang digunakan 19
6. Laju pertumbuhan harian ikan nila 24
7. Hasil pengamatan pertumbuhan mutlak 25
8. Rata-rata sintasa 27
9. Kualitas air 28
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Uraian Halaman
1. Grafik laju pertumbuhan harian 33
2. Rata-rata laju pertumbuhan harian 33
3. Hasil test of varians 33
4. Grafik pertumbuhan mutlak 34
5. Pertumbuhan mutlak 34
6. Hasil analisis varians pertumbuhan mutlak 35
7. Dokumentasi selama penelitian 36
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Ikan nila merupakan salah satu komoditi penting perikanan budidaya air
tawar di Indonesia. Selain itu, ikan nila disukai karena ikan Nila mudah dipelihara,
laju pertumbuhan dan perkembangbiakannya cepat, serta tahan terhadap gangguan
hama dan penyakit.
Salah satu faktor yang berpengaruh dalam sistem budidaya ikan nila adalah
pakan, sementara harga pakan komersil relatif mahal. Selama ini perkembangan
pakan ikan nila umumnya masih bertumpu pada pakan komersil sebagai sumber
protein utama. Penurunan produksi pakan komersil dan meningkatnya permintaan
pakan ikan menyebabkan terjadinya peningkatan harga secara signifikan. Menurut
jurnal aquakultur rawa indonesia (JARI, 2013) Penggunaan bahan pakan impor
selama ini semakin meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan impor bahan pakan
maka otomatis akan mengakibatkan banyak menguras devisa negara, dan efeknya
adalah mahalnya harga pakan. Peningkatan harga pakan menimbulkan masalah
yang besar di sektor budidaya, sehingga perlu dicari bahan campuran pakan
alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor. Upaya yang dilakukan
adalah dengan pengaplikasian bahan lokal yang berkualitas, persediaannya terjamin
dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia, yaitu pemberian cairan rumen pada
pakan komersil.
Nilai kualitas pakan ikan sangat ditentukan oleh seberapa lengkap
ketersediaan komponen penyusunnya. Semakin lengkap komponen penyusunnya,
maka semakin tinggi pula kualitas pakan tersebut. Komponen pakan yang lengkap
2
itu meliputi protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. (Arie Tri Nugroho,
2010). Dengan pemberian cairan rumen pada pakan komersil maka akan
meningkatkan kandungan nutrisi pada pakan, sehingga pemanfaatan dalam
pertumbuhan, kebutuhan energi dan metabolisme ikan nila akan terpenuhi dengan
maksimal dan dengan enzim yang dikandungnya akan membantu sistem
pencernaan ikan.
Cairan rumen merupakan sumber daya lokal yang potensial untuk
digunakan sebagai salah satu sumber protein, karbohidrat dan lemak dalam pakan
ikan di dalam cairan rumen ini berdasarkan penelitian diketahui mengandung enzim
pendegradasi serat (Williams dan Withers, 1992). Martin et al. (1999) mendapatkan
bahwa enzim-enzim pencerna karbohidrat dalam cairan rumen antara lain adalah
amilase, xilanase, avicelase, α-Dglukosidase, α-L-arabinofuranosidase, β-D-
glukosidase, dan β-D-xylosidase. Penelitian Budiansyah (2010) menyatakan bahwa
di dalam enzim cairan rumen mengandung enzim selulase, xilanase, mannanase,
amilase, protease, dan fitase yang mampu menghidrolisis bahan pakan komersil.
Lebih lanjut penelitian Fitriliyani (2010); Pamungkas (2011) bahwa di dalam rumen
terdapat aktifitas enzimenzim selulase, amilase, protease, lipase, dan fitase.
Pamungkas (2011) menyatakan bahwa penggunaan ekstrak cairan rumen domba
100 ml/kg bahan dengan lama inkubasi 24 jam mampu menurunkan serat kasar dari
17,54% ke 6,69% dan meningkatkan nilai. Berdasarkan kandungan enzim dalam
cairan rumen tersebut tentu dapat membantu memperlancar dan mempermudah
proses cerna pada ikan nila.
3
1.2 Tujuan dan kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan frekuensi pemberian pakan
komersil yang ditambahkan cairan rumen yang paling optimal dalam peningkatan
kinerja pertumbuhan dan sintasan benih ikan nila.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Adapun klasifikasi lengkap ikan nila menurut Iwantoro (2002) adalah
sebagai berikut :
Filum : Chordata
Sub-filum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Sub-kelas : Acanthoptherigii
Ordo : Percomorphi
Sub-ordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Gambar 1. ikan nila
Ikan nila termasuk kelompok Tilapia yang memiliki bentuk tubuh
memanjang, ramping dan relatif pipih. Ikan nila dapat hidup di perairan yang dalam
5
dan luas maupun di kolam yang sempit dan dangkal. Ikan nila juga dapat hidup di
sungai yang tidak terlalu deras alirannya, di waduk, danau, rawa, sawah, tambak air
payau atau di dalam jaring terapung. Salah satu sifat biologi ikan nila yang penting
sehingga ikan ini cocok untuk dibudidayakan adalah respon yang luas terhadap
pakan yakni dapat tumbuh dengan memanfaatkan pakan alami serta pakan buatan
(Khoironi 1996). Ikan nila bersifat herbivora, omnivora dan pemakan plankton
(Rachmiwati, 2008). Sifat penting lain dari ikan nila adalah pertumbuhannya relatif
cepat dibandingkan ikan jenis lainnya. Ikan nila dikenal sebagai ikan yang relatif
tahan terhadap perubahan lingkungan hidup walaupun hidup di perairan tawar, nila
adalah spesies akuakultur yang cukup menarik karena pertumbuhannya cepat, trofik
level feeding-nya rendah sehingga dapat digunakan sebagai filter feeder,
reproduksinya cepat dan mampu menstabilkan kelimpahan fitoplankton
(Rachmiwati 2008).
Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita gelap
melintang (belang) yang makin mengabur pada ikan dewasa. Ikan nila yang masih
kecil belum tampak perbedaan alat kelaminnya. Setelah berat badannya mencapai
50 gram, dapat diketahui perbedaan antara jantan dan betina. Perbedaan antara ikan
jantan dan betina dapat dilihat pada lubang genitalnya dan juga ciri-ciri kelamin
sekundernya. Pada ikan jantan, di samping lubang anus terdapat lubang genital yang
berupa tonjolan kecil meruncing sebagai saluran pengeluaran kencing dan sperma.
Tubuh ikan jantan juga berwarna lebih gelap, dengan tulang rahang melebar ke
belakang yang memberi kesan kokoh, sedangkan yang betina biasanya pada bagian
perutnya besar.
6
2.2 Kebutuhan Nutrisi Ikan Nila
Kebutuhan nutrisi tiap spesies tentunya akan berbeda. Hal ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor yakni spesies ikan, ukuran ikan, umur ikan, temperatur air,
kandungan energi pakan, kecernaan terhadap nutrien dan kualitas atau komposisi
dari nutrien (NRC 1983) Kebutuhan nutrisi ikan nila akan terpenuhi dengan adanya
pakan. Komponen pakan yang berkontribusi terhadap penyediaan materi dan energi
tumbuh adalah protein, karbohidrat dan lemak. Protein merupakan molekul
kompleks yang terdiri dari asam amino essensial dan non essensial. Protein adalah
nutrien yang sangat dibutuhkan untuk perbaikan jaringan tubuh yang rusak,
pemeliharaan protein tubuh, penambahan protein tubuh untuk pertumbuhan, materi
untuk pembentukan enzim dan beberapa jenis hormon dan juga sebagai sumber
energi (NRC 1993).
Kebutuhan ikan nila akan protein dipengaruhi oleh berbagai faktor
diantaranya ukuran ikan, temperatur air, kadar pemberian pakan, kandungan energi
dalam pakan yang dapat dicerna dan kualitas protein (Furuichi 1988). Kebutuhan
protein ikan berbeda-beda menurut spesiesnya, namun pada umumnya ikan
membutuhkan protein sekitar 30-40% dalam pakannya (Jobling 1994). Ikan air
tawar umumnya dapat tumbuh baik dengan pemberian pakan yang mengandung
kadar protein 25-35% dengan rasio energi berbanding protein adalah sekitar 8
kkal/gram protein.
7
Tabel 1. Kebutuhan protein ikan nila dengan bobot tubuh yang berbeda
Spesies
Bobot
tubuh
ikan (g)
Keperluan
protein
(%)
Pustaka
O. mossambicus Fry 50 Jauncey and Ross (1982)
0,5-1,0 40 Jauncey and Ross (1982)
1,0-2,5 29-38 Cruz and Laudencia (1977)
1,8 40 Jauncey (1982)
6,0-30,0 30-35 Jauncey and Ross (1982)
O. niloticus 0,012 45 El-Sayed and Teshima (1992)
0,838 40 Siddiqui et al. (1988)
1,5-7,5 36 Kubaryk (1980)
3,2-3,7 30 Wang et al. (1985)
24 27,5-35 Wee and Tuan (1988)
40 30 Siddiqui et al. (1988)
O. aureus 0,16 40 Santiago and Laron (1991)
0,3-0,5 36 Davis and Stickney (1978)
Tilapia zillii 1,65 35 Mazid et al. (1979)
1,7 35-40 Teshima et al. (1978)
O.niloticus x O. Aureus 0,6-1,1 32 Shiau and Peng (1993)
21 28 Twibell and Brown (1998)
Sumber : Webster and C. Lim (2002)
Tinggi rendahnya kandungan protein optimum dalam pakan dipengaruhi
oleh kandungan energi non protein yaitu yang berasal dari karbohidrat dan lemak.
Menurut Stickney (1979) dalam Pelawi (2003), energi yang terkandung dalam
pakan yang berasal dari non-protein dapat mempengaruhi jumlah protein yang
digunakan untuk pertumbuhan. Jika pakan kekurangan energi yang berasal dari
non-protein maka sebagian besar protein yang seharusnya digunakan untuk
pertumbuhan, akan dimanfaatkan sebagai sumber energi. Sebaliknya jika energi
dalam pakan terlalu besar maka keadaan ini akan membatasi jumlah pakan yang
dimakan oleh ikan yang selanjutnya akan membatasi jumlah protein yang dimakan
sehingga pertumbuhan menjadi rendah.
8
Karbohidrat merupakan sumber energi yang penting meskipun kandungan
karbohidrat dalam pakan berada dalam jumlah yang relatif rendah. Karbohidrat
dalam pakan dapat berupa serat kasar serta bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN)
(NRC 1993). BETN mengandung banyak gula dan pati yang bersifat mudah dicerna
sedangkan serat kasar kaya akan lignin dan selulosa yang sukar untuk dicerna.
Pfeiffer (1980) menyatakan bahwa energi dari karbohidrat sama efektifnya dengan
energi dari lemak. Sedangkan Lovell (1989) mengemukakan bahwa pemberian
tingkat energi optimum dalam pakan sangat penting karena kelebihan dan
kekurangan energi dapat menurunkan pertumbuhan ikan.
Pemanfaatan karbohidrat oleh ikan berbeda-beda bergantung kepada
kompleksitas karbohidrat. Ikan-ikan karnivora tidak mampu memanfaatkan
karbohidrat kompleks seperti glukosa, sukrosa dan laktosa sebagai energi utama
dalam pakannya pada level yang tinggi. Ikan-ikan omnivora dan herbivora dapat
mencerna karbohidrat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (Yamada 1983). Ikan-
ikan karnivora dapat memanfaatkan karbohidrat optimum pada tingkat 10-20%
dalam pakannya sedangkan ikan-ikan omnivora mampu memanfaatkan karbohidrat
optimum sebesar 30-40% dalam pakan (Furuichi 1988).
Lemak pakan merupakan sumber asam lemak esensial (essential fatty acid
=EFA) yang dibutuhkan ikan untuk pertumbuhan, pemeliharaan dan metabolisme
tubuh (NRC 1993). Lemak sebagai salah satu makronutrien bagi ikan karena selain
sebagai sumber energi nonprotein dan asam lemak essensial, juga berfungsi
memelihara bentuk dan fungsi fosfolipid, membantu dalam absorbsi vitamin yang
larut dalam lemak dan mempertahankan daya apung tubuh (NRC 1993).
9
Komponen lain yang dibutuhkan dalam pakan ikan yaitu vitamin dan mineral.
Jumlah yang dibutuhkan dari vitamin dan mineral dalam pembuatan pakan
sangatlah kecil namun kehadirannya dalam pakan sangat penting karena
dibutuhkan tubuh ikan untuk tumbuh dan menjalani beberapa fungsi tubuh. NRC
(1993) menjelaskan bahwa mineral merupakan senyawa yang digunakan untuk
proses respirasi, osmoregulasi dan pembentukan kerangka tulang. Vitamin
merupakan senyawa organik kompleks yang diperlukan untuk tumbuh secara
normal, reproduksi, kesehatan dan metabolisme secara umum.
Tabel 2. Komposisi asam amino dan makro-mikro mineral dalam tepung ikan
Jenis asam amino esensial (g/16g N) Tepung
ikan
Arginina 4,6
Histidina 2,0
Isoleusina 3,0
Leusina 5,5
Lisina 6,2
Metionina 1,6
Fenilalanina 3,2
Treonina 3,1
Triptofan 2,3
Valina 3,2
Makro & mikro mineral
Kalsium (%) 4,00
Phospor (%) 2,60
Sodium (%) 0,87
Potassium (%) 0,70
Magnesium (%) 0,25
Klorin (%) -
Mangan (mg/kg) 2,00
Iron (mg/kg) 246
Tembaga (mg/kg) 111
Cupper (mg/kg) 11,0
Selenium (mg/kg) -
Iodin (mg/kg) -
Sumber : Hertrampf and Pascual (2000)
10
2.3 Cairan Rumen
Di dalam rumen ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba)
terdapat populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya. Cairan rumen
mengandung bakteri dan protozoa. Konsentrasi bakteri sekitar 109 setiap cc isi
rumen, sedangkan protozoa bervariasi sekitar 105 - 106 setiap cc isi rumen (Tillman,
1991). Isi rumen diperoleh dari rumah potong hewan. Isi rumen kaya akan nutrisi,
limbah ini sebenarnya sangat potensial bila dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Kandungan rumen sapi menurut Rasyid (1981), meliputi protein 8,86%, lemak
2,60%, serat kasar 28,78%, kalsium 0,53%, phospor 0,55%, BETN 41,24%, abu
18,54%, dan air 10,92%.
Rumen diakui sebagai sumber enzim pendegradasipolisakarida. Di dalam
retikulo rumen terdapat mikrobia rumen yang terdiri atas protozoa dan bakteri yang
berfungsi melaksanakan fermentasi untuk mensintesis asam amino, vitamin B-
komplek dan vitamin K sebagai sumber zat makanan bagi hewan induk semang
(Hungate 1966). Mikroba-mikroba rumen mensekresikan enzim-enzim pencernaan
ke dalam cairan rumen untuk membantu mendegradasi partikel makanan. Enzim-
enzim tersebut antara lain adalah enzim yang mendegradasi substrat selulosa yaitu
selulase, hemiselulosa/xylosa adalah hemiselulase/xylanase, pati adalah amilase,
pektin adalah pektinase, lipid/lemak adalah lipase, protein adalah protease dan lain-
lain (Kamra 2005). Aktivitas enzim dalam cairan rumen juga tergantung dari
komposisi atau perlakuan makanan (Moharrey and Das 2001).
11
Tabel 3. Kandungan enzim dalam cairan rumen
Enzim
Lee et al. (2002)1
Agarwal et al.
(2003) Enzim hanya dalam
cairan rumen domba
Enzim dalam
semua isi rumen
domba
Total Enzim (IU)
Selulase
- CMCase 362,7 ± 12,80 (IU/ml
enzim/menit)
1183,7 ± 20,39
(IU/ml
enzim/menit)
3,60 ± 0,63 umol
glukosa/jam/ml
Hemiselulase
- Xylanase 528,6 ± 29,03 (IU/ml
enzim/menit)
1751 ± 26,53
(IU/ml
enzim/menit)
0,29 ± 0,05 umol
xylosa/menit/ml
- Amilase 439,0 ± 16,53 (IU/ml
enzim/menit
637,9 ± 14,80
(IU/ml
enzim/menit)
0,33 ± 0,09 (umol
glukosa/menit/ml)
- Protease 84,80 ± 2,52 (IU/ml
enzim/menit)
125,6 ± 3,83
(IU/ml
enzim/menit)
452,7 ± 154,3 Ug
hidrolisis
protein/jam/ml)
Aktivitas Spesifik (IU/mg protein)
Selulase
- CMCase 206,7 ± 9,03 (IU/mg
protein/menit)
720,2 ± 19,43
(IU/mg
protein/menit)
Hemiselulase
- Xylanase 300,2 ± 11,34 (IU/mg
protein/menit)
1068,6 ± 53,48
(IU/mg
protein/menit)
- Amilase 250,90 ± 14,82
(IU/mg protein/menit)
390,2 ± 25,68
(IU/mg
protein/menit)
- Protease 48,30 ± 1,85 (IU/mg
protein/menit)
76,7 ± 4,70
(IU/mg
protein/menit)
Pemanfaatan materi dan energi pakan untuk pertumbuhan terlebih dahulu
melalui suatu proses pencernaan dan metabolisme. Dalam proses pencernaan,
makanan yang tadinya merupakan senyawa kompleks akan dipecah menjadi
senyawa yang lebih sederhana sehingga mudah diserap melalui dinding usus dan
12
disebarkan ke seluruh tubuh melalui sistem peredaran darah. Protein dihidrolisis
menjadi asam amino bebas dan peptida-peptida pendek, karbohidrat dipecah
menjadi gula-gula sederhana dan lemak menjadi asam-asam lemak dan gliserol.
Proses-proses di atas dilakukan oleh enzim-enzim pencernaan (Tillman et al. 1991).
Menurut Hepher (1990) kecernaan pakan dipengaruhi oleh keberadaan
enzim dalam saluran pencernaan ikan; tingkat aktivitas enzim-enzim pencernaan
dan lama kontak pakan yang dimakan dengan enzim pencernaan. Dengan demikian
peranan enzim pencernaan dalam proses pencernaan sangat dominan, yaitu
berperan dalam menghidrolisis senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana
yang siap untuk diserap. Enzim adalah katalisator biologis dalam reaksi kimia yang
sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Enzim adalah protein, yang disintesis di dalam
sel dan dikeluarkan dari sel yang membentuknya melalui proses eksositosis. Enzim
yang disekresikan ke luar sel digunakan untuk pencernaan di luar sel (di dalam
rongga pencernaan) atau ”extra cellular digestion”, sedangkan enzim yang
dipertahankan di dalam sel digunakan untuk pencernaan di dalam sel itu sendiri
atau disebut ”intra cellular digestion” (Affandi et al. 1992). Enzim pencernaan
yang disekresikan dalam rongga pencernaan berasal dari sel-sel mukosa lambung,
pilorik kaeka, pankreas dan mukosa usus. Oleh karena itu pekembangan sistem
pencernaan erat kaitannya dengan perkembangan aktivitas enzim di dalam rongga
saluran pencernaan (Watford and Lam 1993). Enzim-enzim tersebut berperan
sebagai katalisator dalam hidrolisis protein, lemak dan karbohidrat menjadi bahan-
bahan yang sederhana. Sel-sel mukosa lambung menghasilkan enzim protease
dengan suatu aktivitas proteolitik optimal pada pH rendah. Pilorik kaeka yang
13
merupakan perpanjangan usus terutama mensekresikan enzim yang sama seperti
yang dihasilkan pada bagian usus yaitu enzim pencernaan protein, lemak dan
karbohidrat yang aktif pada pH netral dan sedikit basa. Cairan pankreatik kaya akan
tripsin, yaitu suatu protease yang aktivitasnya optimal sedikit di bawah pH basa. Di
samping itu cairan ini juga mengandung amilase, maltase dan lipase. Ikan yang
tidak memiliki lambung dan pilorik kaeka, aktivitas proteolitik terutama berasal
dari cairan pankreatik. Kecernaan (digestibility) dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu
(1) jenis pakan yang dimakan dan kadar kepekaan pakan terhadap pengaruh enzim
pencernaan, (2) aktivitas enzim-enzim pencernaan, (3) lama waktu pakan yang
dimakan terkena aksi enzim pencernaan. Masing-masing faktor di atas dipengaruhi
oleh berbagai faktor sekunder yang berkaitan dengan ikan itu sendiri (spesies, umur,
ukuran) dan kondisi fisiologis, yang berkaitan dengan lingkungan (temperatur), dan
yang berkaitan dengan pakannya (komposisi pakan, ukuran partikel dan jumlah
pakan yang dimakan). Kecernaan berbeda antar spesies ikan, hal ini terjadi akibat
perbedaan sistem dan enzim-enzim pencernaan. Kemampuan ikan dalam mencerna
makanan sangat bergantung pada kelengkapan organ pencernaan dan ketersediaan
enzim pencernaan. Perkembangan saluran pencernaan tersebut berlangsung secara
bertahap dan setelah mencapai ukuran/umur tertentu saluran pencernaan mencapai
kesempurnaannya. Perkembangan struktur alat pencernaan ini diikuti oleh
perkembangan enzim pencernaan dan perubahan kebiasaan makan (food habit).
Kandungan nutrien pakan nampaknya berpengaruh pada aktivitas enzim
pencernaan. Kuzmina (1996) mengungkapkan bahwa tersedianya substrat
merupakan faktor yang nyata dalam pengaturan aktivitas enzim pada ikan dan
14
mamalia. Stickney and Shumway (1974) menyatakan bahwa enzim selulosa
diproduksi oleh mikroflora usus, yang dihubungkan dengan aktivitas selulosa
dalam usus dengan jumlah selulase/bakteri selulitik. Enzim protease menguraikan
rantai-rantai peptida dari protein. Berdasarkan letak ikatan peptida pada tengah atau
akhir molekul, peptidase diklasifikasikan menjadi endopeptidase dan
eksopeptidase. Endopeptidase menghidrolisis protein dan peptida-peptida rantai
panjang menjadi peptida-peptida pendek. Endopeptidase penting antara lain pepsin
yang dihasilkan dari zimogen pepsinogen, tripsin dari tripsinogen dan kimotripsin
dari kimotripsinogen. Eksopeptidase menghidrolisis peptida menjadi asam-asam
amino. Karboksipeptidase, aminopeptidase dan dipeptidase termasuk dalam
kelompok eksopeptidase. Alfa amilase adalah enzim yang bertanggung jawab
menghidrolisis pati menjadi glukosa. Enzim ini memutuskan ikatan 1,4- -
glukosidik dan mengubah pati menjadi glukosa dan maltosa. Sedangkan lipase
adalah enzim penting dalam pencernaan lemak. Lipase memecah lemak menjadi
gliserol dan asam lemak (Steffens 1989; Hepher 1990).
Enzim berperan dalam mengubah laju reaksi, sehingga kecepatan reaksi
yang diperlihatkan dapat dijadikan ukuran keaktivan enzim. Satu unit enzim adalah
jumlah enzim yang mengkatalisis transfoimasi 1 mikromol substrat dalam waktu 1
menit pada suhu 25oC dan pada keadaan pH optimal (Well 1979 dalam Affandi
1992). Aktivitas enzim bergantung pada konsentrasi enzim dan substrat, suhu, pH
dan inhibitor. Huisman (1976) menyatakan bahwa enzim pencernaan yang
dihasilkan oleh lambung ikan aktif pada pH 2 sampai 4.
15
2.4 Pertumbuhan Ikan Nila
Menurut Mudjiman (1998), pertumbuhan didefinisikan sebagai perubahan ikan
dalam berat, ukuran, maupun volume seiring dengan berubahnya waktu.
Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal
merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan ikan itu sendiri seperti umur,
dan sifat genetik ikan yang meliputi keturunan, kemampuan untuk memanfaatkan
makanan dan ketahanan terhadap penyakit. Faktor eksternal merupakan faktor yang
berkaitan dengan lingkungan tempat hidup ikan yang meliputi sifat fisika dan kimia
air, ruang gerak dan ketersediaan makanan dari segi kualitas dan kuantitas.
Berat dapat di anggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Hubungan panjang
dan berat hampir mengikuti hukum kubik yaitu berat ikan sebagai pangkat tiga dari
panjangnya. Tetapi hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya tidak demikian
karena bentuk dan panjang ikan berbeda-beda. (Effendi. 2002). Perbedaan nilai
berat pada ikan tidak saja antara populasi yang berbeda dari spesies yang sama,
tetapi juga antara populasi yang sama pada tahun – tahun yang berbeda yang
barangkali dapat diasosiasikan dengan kondisi nutrisi mereka. Hal ini bisa terjadi
karena pengaruh faktor ekologis dan biologis. ( Ricker, 1975 ). Ukuran ikan
ditentukan berdasarkan panjang atau beratnya. Ikan yang lebih tua, umumnya lebih
panjang dan gemuk. Pada usia yang sama, ikan betina biasanya lebih berat dari ikan
jantan. Pada saat matang telur, ikan mengalami penambahan berat dan volume.
Setelah bertelur beratnya akan kembali turun. Tingkat pertumbuhan ikan juga
dipengaruhi oleh ketersediaan makanan dilingkungan hidupnya (Poernomo, 2002).
Pengukuran panjang ikan dalam penelitian biologi perikanan hendaknya mengikuti
16
suatu ketentuan yang sudah lazim digunakan. Dalam hal ini panjang ikan dapat
diukur dengan menggunakan sistem metrik ataupun sistem lainnya (Effendie,
1979). Faktor kondisi ini menunjukan keadaan ikan, baik dilihat dari kapasitas fisik
maupun dari segi survival dan reproduksi. Dalam penggunaan secara komersial,
pengetahuan kondisi ikan dapat membantu untuk menentukan kualitas dan
kuantitas daging ikan yang tersedia agar dapat dimakan. Faktor kondisi nisbih
merupakan simpangan pengukuran dari sekelompok ikan tertentu dari berat rata-
rata terhadap panjang pada kelompok ikan tertentu dari berat rata-rata terdapat
panjang gelombang umurnya, kelompok panjang atau bagian dari populasi
(Weatherley, 1972 dalam Yasidi,dkk 2005).
2.5 Sintasan
Menurut Effendi (1997) sintasan adalah persentase jumlah organisme yang
hidup dalam kurung waktu tertentu. Sintasan yang dicapai suatu populasi
merupakan gambaran hasil intraksi dengan daya dukung lingkungan tersebut,
kondisi perairan yang tidak cocok dapat menyebabkan kematian pada ikan.
Royce (1973) mengatakan bahwa mortalitas ikan dapat ditentukan oleh
faktor luar meliputi: Komposisi makanan, ruang gerak ikan antara spesies, predator
dan parasit. Faktor dari dalm tubuh ikan yang mempengaruhi mortalitas adalah
umur dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkunganya. Selain itu
Menurut Mudjiman (2004). Pakan yang mempunyai nutrisi yang baik sangat
berperan dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan mempercepat
pertumbuhan ikan. Istilah sintasan biasanya dipakai dalam konteks populasi
individu muda yang harus bertahan hidup hingga siap berkembang biak. Dengan
17
pemberian cairan rumen pada pakan komersil, diharapkan akan berpengaruh
terhadap peningkatan sintasan ikan nila.
2.6 Kualitas Air
Penentuan kualitas air dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
2.6.1 Suhu
Suhu atau temperatur air sangat berpengaruh terhadap metabolisme dan
pertumbuhan organisme serta memengaruhi jumlah pakan yang dikonsumsi
organisme perairan. Suhu juga memengaruhioksigen terlarut dalam perairan. Suhu
optimal untuk hidup ikan nila pada kisaran 14-38 °C. Secara alami ikan ini dapat
memijah pada suhu 22-37 °C namun suhu yang baik untuk perkembangbiakannya
berkisar antara 25-30 °C.
2.6.2 pH
Nilai pH merupakan indikator tingkat keasaman perairan . Beberapa faktor
yang memengaruhi pH perairan di antaranya aktivitas fotosintesis, suhu, dan
terdapatnya anion dan kation. Nilai pH yang ditoleransi ikan nila berkisar antara 5
hingga 11, tetapi pertumbuhan dan perkembangannya yang optimal adalah pada
kisaran pH 7–8 ..
2.6.3 Oksigen terlarut
Oksigen terlarut diperlukan untuk respirasi, proses pembakaran makanan,
aktivitas berenang, pertumbuhan, reproduksi dan lain-lain. Sumber oksigen
perairan dapat berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer sekitar 35% dan
aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton. Kadar oksigen terlarut
yang optimal bagi pertumbuhan ikan nila adalah lebih dari 5 mg/l.
18
Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran di dasar kolam juga akan
memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh
adanya plankton; air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau
kecoklatan karena banyak mengandung diatom. Plankton ini baik sebagai makanan
ikan nila, sedangkan plankton biru kurang baik. Tingkat kecerahan air karena
plankton harus dikendalikan.
19
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan tempat
Penelitian ini telah dilakukan selama bulan November 2016 sampai dengan
bulan Desember 2016 selama 35 hari di BBI (Balai Benih Ikan) Limbung
Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan selama penelitian adalah :
Tabel 4. Alat yang digunakan
No Nama Alat Fungsi
1
2
3
5
6
7
8
9
Baskom volume 10 liter
Selang Aerasi
Gelas Ukur
Haemocytometer
Timbangan
Thermometer
pH meter
Timbangan digital
Tempat pembiakan benih ikan nila
Untuk menyuplai oksigen
Untuk mengukur jumlah cairan rumen
Mengukur salinitas
Untuk menimbang pakan
Untuk mengukur suhu
Untuk mengukur pH
Untuk mengukur berat ikan
Tabel 5. Bahan yang digunakan
No Nama Bahan Fungsi
1
2
3
Ikan Nila(Oreochromisniloticus)
Pakan Komersil
Cairan Rumen
Hewan uji
Sumber pakan ikan
Campuran pakan
20
3.3. Wadah Pemeliharaan
Wadah penelitian yang digunakan adalah baskom plastik berkapasitas 20 liter
sebanyak 12 buah. Masing–masing baskom diisi air sebanyak 15 liter dan
dilengkapi dengan aerasi.
3.4. Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah benih ikan nila dengan
berat 15 gram yang berumur 15 - 20 hari yang diperoleh dari Balai Benih Ikan
(BBI) Limbung dan ditebar dengan kepadatan 10 ekor/wadah
3.5. Pakan Uji
Pakan uji yang digunakan adalah pakan komersil yang ditambahkan cairan
rumen dengan dosis 20 ml/kg pakan, hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Muchtaromah et al. (2006) bahwa pemberian cairan rumen sebesar
20% dalam pakan memberikan nilai konsumsi pakan terbaik untuk ikan nila
(Oreocromis Niloticus).
3.6. Prosedur Penelitian
3.6.1. Wadah dan Peralatan
Wadah dan peralatan terlebih dahulu di bersihkan dan dikeringkan selama 1
hari sebelum digunakan.
3.6.2. Cairan Rumen
Isi rumen sapi diambil dari Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Sungguminasa
Gowa. Cairan rumen sapi diambil dari isi rumen sapi dengan cara filtrasi
(penyaringan dengan kain katun) dibawah kondisi dingin. Cairan rumen hasil
21
filtrasi disentrifuse dengan kecepatan 100 rpm selama 15 menit pada suhu 40C
untuk memisahkan supernatan dari sel-sel dan isi sel mikroba (Lee et al. 2000).
3.6.3. Pemeliharaan Benih
Sebelum melakukan penebaran benih peralatan dibersihkan terlebih dahulu.
Kemudian menetapkan tingkat kualitas air sesuai dengan yang dianjurkan. Benih
dipelihara selama 35 hari. Selama masa pemeliharaan diberi pakan komersil yang
ditambahkan cairan rumen dengan dosis 20 ml/kg pakan.
3.7. Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 4 (empat) perlakuan dan 3(tiga) kali ulangan. Perlakuan
yang diberikan adalah pakan komersil yang telah di campurkan dengan cairan
rumen. Tata letak satuan percobaan setelah pengacakan seperti disajikan :
Gambar 2. Tata letak wadah
Perlakuan A : Pemberian pakan 3 kali
Perlakuan B : Pemberian pakan 4 kali
Perlakuan C : Pemberian pakan 5 kali
Perlakuan D : Pemberian pakan 6 kali
A3 B1 D1 C3
D 2 A2 B3 C1
B2 C2 D3
C
A1
22
3.8. Perubahan yang Diamati
Perubahan yang akan diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.8.1. Pertumbuhan Mutlak
Pertumbuhan mutlak atau pertambahan bobot dihitung dengan rumus
Everhart et al (1975) dalam Effendie (1997), yaitu:
H = Wt – Wo
Keterangan:
H = Pertumbuhan mutlak.
Wt = Bobot total ikan uji pada akhir percobaan.
Wo = Bobot total ikan uji pada awal percobaan.
3.8.2. Laju Pertumbuhan Harian
Untuk menghitung laju pertumbuhan mutlak dilakukan dengan
menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Zonneveld, dkk(1991) yaitu :
In Wt – In W0
SGR = --------------- x 100 %
t
Keterangan:
SGR = Laju pertumbuhan individu
Wt = Bobot hewan uji pada akhir penelitian (g)
W0 = Bobot hewan uji pada awal penelitian (g).
t = Lamanya percobaan (hari)
23
3.8.3. Sintasan
Sintasan benih ikan nila dilakukan dengan cara mengambil hewan uji
kemudian dilakukan penyamplingan tiap wadah, adapun rumus yang dianjurkan
oleh Effendi (1997) dalam menghitung sintasan adalah sebagai berikut:
𝑆𝑅 =𝑁𝑡
𝑁𝑜 𝑋 100%
Dimana: SR = Sintasan (%)
Nt = Jumlah individu pada akhir penelitian (ind)
No = Jumlah individu pada awal penelitian (ind)
3.8.4. Kualitas Air
Selama penelitian, untuk menjaga agar kualitas air tetap layak sebagai
media pemeliharaan ikan, maka dilakukan penyiponan air media pemeliharaan ikan
setiap kali kualitas air mengalami penurunan. Sebagai data penunjang dilakukan
pengukuran parameter kualitas air yang meliputi: suhu, DO, dan pH.
3.9. Analisis data
Untuk mengetahui penggunaan cairan rumen sebagai pupuk pakan
komersil. Maka dianalisis menggunakan analisis sidik ragam pada tingkat
kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) untuk
melihat perbedaan antar perlakuan (Gasperz, 1991).
24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Laju Pertumbuhan Harian
Laju pertumbuhan harian benih ikan Nila setiap perlakuan selama penelitian
dapat dilihat pada tabel di bawah.
Tabel 6. Laju Petumbuhan harian (g) ikan Nila :
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rataan 1 2 3
A(3 kali) 0.29 0.306 0.307 0.903 0.301
B(4 kali) 0.7 0.753 0.775 2.228 0.743
C(5 kali) 0.163 0.155 0.154 0.472 0.157
D(6 kali) 0.147 0.15 0.149 0.446 0.149
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata laju pertumbuhan yang
optimal benih ikan diperoleh pada perlakuan B (4 kali) sebesar 0,743 g/hari, disusul
perlakuan A (3 kali) sebesar 0,301 g/hari, kemudian perlakuan C(5 kali) 0,157
g/haridan terendah pada perlakuan D (6 kali) dengan rata-rata 0,149 g/hari.
Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pakan
komersil yang ditambahkan cairan rumen berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap laju
pertumbuhan benih ikan nila. Hasil uji lanjut menunjukkan adanya pengaruh antar
perlakuan.
Tingginya laju pertumbuhan harian pada perlakuan B (pemberian 4 kali)
dibandingkan perlakuan A (pemberian 3 kali), perlakuan C (pemberian 5 kali), dan
perlakuan D (pemberian 6 kali) disebabkan karena pada perlakuan B (pemberian 4
kali) merupakan frekuensi pemberian pakan yang sesuai untuk menenuhi
kebutuhan benih ikan nila. Selain itu pakan komersil yang diberikan ditambahkan
cairan rumen, sehingga pakan yang dikonsumsi oleh benih ikan nila lebih mudah
25
dicerna karena sudah terhidrolisis oleh mikroba pada cairan rumen akibatnya energi
yang digunakan untuk mencerna lebih sedikit dan energi yang digunakan untuk
memperbaiki jaringan lebih banyak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Polisakarida
dihidrolisis di rumen disebabkan pengaruh sinergis dan interaksi dari komplek
mikro-organisme, terutama selulase dan xilanase (Trinci et al. 1994); mikroba-
mikroba rumen mensekresikan enzim-enzim pencernaan ke dalam cairan rumen
untuk membantu mendegradasi partikel makanan. Enzim- enzim tersebut antara
lain adalah enzim yang mendegradasi substrat selulosa yaitu selulase,
hemiselulosa/xylosa adalah hemiselulase/xylanase, pati adalah amilase, pektin
adalah pektinase, lipid/lemak adalah lipase, protein adalah protease dan lain-lain
(Kamra 2005). Aktivitas enzim dalam cairan rumen juga tergantung dari komposisi
atau perlakuan makanan (Moharrey and Das 2001). Affandi dan Tang
(2002),bahwa kebutuhan energi untuk metabolisme harus dipenuhi terlebih dahulu,
baru apabila berlebih maka kelebihannya akan digunakan untuk pertumbuhan.
4.2. Pertumbuhan Mutlak
Hasil pengamatan pertumbuhan mutlak benih Ikan Nila selama penelitian pada
setiap perlakuan dapat dilihat pada table 7.
Tabel 7. Hasil Pengamatan Pertumbuhan mutlak (gr) benih ikan Nila selama
Penelitian pada Semua Perlakuan
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rataan 1 2 3
A(3 kali) 10.15 10.71 10.75 31.61 10.54
B(4 kali) 24.5 26.35 27.13 77.98 25.99
C(5 kali) 5.71 5.43 5.39 16.53 5.51
D(6 kali) 5.13 5.25 5.21 15.59 5.2
26
Berdasarkan tabel 7 didapatkan bahwa frekuensi pemberian pakan yang optimal
diperoleh pada perlakuan B (pemberian 4 kali) dengan rata-rata pertumbuhan
sebesar 25,99 g, disusul perlakuan A (frekuensi 3 kali) sebesar 10.54 g, kemudian
perlakuan C (frekuensi 5 kali) sebesar 5.51 g, dan terendah perlakuan D (frekuensi
6 kali) sebesar sebesar 5.2 g. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa
frekuensi pemberian pakan komersil berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap
pertumbuhan mutlak benih ikan nila. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan adanya
pengaruh antar perlakuan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik pertumbuhan mutlak benih ikan
nila berikut:
Gambar 3. Rata-rata pertumbuhan mutlak (g) benih ikan nila
Tingginya pertumbuhan mutlak pada pelakuan B (frekuensi 4 kali)
disebabkan karena tercukupinya jumlah nutrisi yang dimiliki pakan sudah mampu
memenuhi kebutuhan dasar benih ikan Nila dan frekuensi pemberian pakan yang
10.54
25.99
5.51 5.2
0
5
10
15
20
25
30
Perlakuan A Perlakuan B Perlakuan C Perlakuan D
Pertumbuhan Mutlak (g)
27
tepat dapat memacu pertumbuhan benih dengan baik. Peningkatan efisiensi pakan
bergantung kepada banyaknya pakan yang dicerna dan diserap oleh tubuh ikan,
sehinggah dapat memacu pertumbuhan pada ikan. Hal ini sesuai dengan soetomo
(1987) bahwa benih umur 15 sampai 30 hari dapat diberi pakan sebanyak 3-5 kali
sehari.
Pertumbuhan mutlak pada perlakuan A lebih rendah dibandingkan
perlakuan B disebabkan kadar protein lebih rendah dari perlakuan B dan frekuensi
pemberian pakan yang berbeda sehingga mempengaruhi komposisi nutrisi dalam
pakan.
Pada perlakuan C dan D pertumbuhan rata-rata ikan lebih rendah dari
perlakuan B dan A disebabkan karna kadar protein dan kadar serat tinggi sehingga
tidak dapat dicerna dengan baik dan akan menimbulkan pengotoran dalam wadah,
menurut Watanabe (1996) pakan yang mengandung serat tinggi akan
mengakibatkan daya cerna menurun, penyerapan menurun, meningkatnya sisa
metabolisme.
4.3. Sintasan (SR)
Setelah penelitian sintasan benih ikan Nila pada setiap perlakuan dapat dilihat
pada tabel :
Tabel 8. Rata-rata Sintasan (%) Benih Ikan Nila Setelah Penelitian :
Perlakuan Ulangan
Total Rerata 1 2 3
A (3 kali) 100 100 100 300 100
B (4 kali) 100 100 100 300 100
C (5 kali) 100 100 100 300 100
D (6 kali) 100 100 100 300 100
28
Sesuai hasil pengamatan terhadap tingkat kelangsungan hidup selama masa
penelitian, sintasan rata-rata adalah sebesar 100 %. Tingkat kelangsungan hidup
merupakan nilai persentase jumlah ikan yang hidup selama periode pemeliharaan
(Effendie, 1979). Data perrlakuan A, B, C dan D semuanya memiliki nilai sintasan
sebesar 100% yang berarti tidak terjadi kematian sampai akhir penelitian. Menurut
Wardoyo (1985) kelangsungan hidup ikan sangat ditentukan oleh kualitas air.
4.4.Kualitas Air
Parameter kualitas air yang diamati selama penelitian meliputi suhu, oksigen
terlarut (DO) dan derajat keasaman (pH). Suhu air berkisar antara 27ºC - 28ºC, pH
air berkisar antara 7-7,5. Oksigen terlarut berkisar antara 5 – 6 mg/L. Sehingga
secara umum terlihat kualitas air selama penelitian masih pada kondisi yang
optimum untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila.
Ikan nila mampu mentolelir pH air antara 5-11, dan menurut Boyd and
Lichtkoppler (1991) kandungan oksigen terlarut yang baik untuk ikan adalah lebih
dari 5 ppm.
Selama penelitian berlangsung dilakukan pengukuran beberapa parameter
kualitas air media penelitian meliputi suhu, pH dan DO.
Tabel 9. Kualitas air selama penelitian
Parameter Perlakuan
A B C D
Suhu (˚C) 25-29 25-29 25-29 25-29
pH
DO
7-8
7-8
7-8
7-8
7-8
7-8
7-8
7-8
Dengan melihat pada tabel di atas, maka kisaran suhu yang diperoleh selama
penelitian adalah 250C - 290C. Suhu mempengaruhi aktivitas ikan, seperti
29
pernafasan, pertumbuhan, dan reproduksi (Huet, 1970). Suhu air sangat berkaitan
erat dengan konsentrasi oksigen terlarut dan laju konsumsi oksigen hewan air.
Toksisitas suatu senyawa kimia dipengaruhi oleh derajat keasaman suatu media.
Sedang titik batas kematian organisme air tehadap pH adalah 4 dan 11. Kisaran
suhu optimal bagi kehidupan ikan Nila antara 25ºC - 29ºC (Sucipto, 2005).
DO merupakan perubahan mutu air paling penting bagi organisme air, pada
konsentrasi lebih rendah dari 50℅ konsentrasi jenuh, tekanan parsial oksigen dalam
air kurang kuat untuk mempenetrasi lamela, akibatnya ikan akan mati lemas
(Ahmad et al., 2005). Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk
pernafasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan
energi untuk pertumbuhan dan pembiakkan. Disamping itu, oksigen juga
dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses
aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses
difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan
tersebut (Salmin, 2000). Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup
mendukung kehidupan organisme (Swingle, 1968). Kadar keasaman (pH) selama
penelitian adalah 7-8. Kondisi ini baik optimal untuk pemeliharaan ikan nila.
30
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dari penelitian ini, maka dapat disimpulkan:
1. Penambahan cairan rumen pada pakan ikan Nila memberikan pertumbuhan
yang baik bagi benih ikan Nila.
2. Pada perlakuan B dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak 4 kali
memperoleh pertumbuhan yang tertinggi dari perlakuan lainnya.
3. Hasil pengamatan sintasan yang diberikan penambahan cairan rumen pada
pakan ikan Nila rata-rata 100%.
5.2 Saran
Disarankan dalam pemberian pakan dengan penambahan cairan rumen, perlu
memperhatikan frekuensi pemberian pakan yang tepat agar hasil yang diperoleh
bisa lebih baik lagi. Menjaga kualitas air agar selama penelitian atau pemeliharaan
masih dalam keadaan yang layak untuk menunjang pertumbuhan dan sintasan benih
ikan nila.
31
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, R; Syafei D.S; Raharjo M.F; Sulistiono., 1992. Fisiologi Ikan. Pencernaan
dan Penyerapan Makanan. Pusat antar Universitas Ilmu Hayat. IPB,
Bogor.
Anggorodi, 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum, PT Gramedia, Jakarta.
Amin. 1997. Pengembangan Proses Pembuatan Selulosa Asetat dari Pulp Tandon
Kosong Sawit Proses Etanol. [Tesis]. Institut Teknologi Bandung.
Budiansyah A. 2010. Aplikasi cairan rumen sapi sebagai sumber enzim, asam
amino, mineral dan vitamin pada ransum broiler berbasis pakan lokal.
Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Bank Indonesia. 2008. Pola Pembiayaan Usaha
Kecil (PPUK) Budidaya Pembesaran Ikan Nila. Jakarta: Bank
Indonesia.
Effendi I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya, Jakarta.
Effendie, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Ellisma. 2013. Pemberian Pakan Dengan Kadar Protein yang Berbeda Terhadap
Tampilan Reproduksi Induk Ikan Belingka (Puntius Belinka Blkr).
[Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.. Universitas Bung
Hatta, Padang
Furuichi M. 1988. Dietary vity of Carbohydrates. In: Fish Nutrition and
Mariculture. Watanabe, T. Departement of Aquatic Biosciences Tokyo
University of Fishes. Tokyo: p 1-77.
Khoironi. 1996. Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Nila Merah
(Oreochromis sp.) pada Suhu Media 28±0,25°C dengan Salinitas 0, 10
dan 20 ppt. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Mudjiman. A. 1998. Makanan Ikan. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Poemono, T., 2002. Biologi Perikanan. Brawijaya, Malang.
Pamungkas WS. 2011. Uji Efektifitas penambahan enzim cairan rumen domba
terhadap penurunan serat kasar dan nilai kecernaan bungkil kelapa
sebagai pakan benih ikan patin siam Pangasius hypopthalmus. Tesis.
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
32
Rosmawati. 2005. Hidrolisis Pakan Buatan Oleh Enzim Pepsin dan Pankreatin
Untuk Meningkatkan Daya Cerna dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami
(Osphronemus gouramy). [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana. Institut
Pertanian Bogor.
Suyanto, R. 2010. Pembenihan dan Pembesaran Nila. Jakarta: Penebar Swadaya
Suhartono M dan Rukayadi Y. 1995. Penuntun Praktikum Biokimia. Program
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Pamungkas WS. 2011. Uji Efektifitas penambahan enzim cairan rumen domba
terhadap penurunan serat kasar dan nilai kecernaan bungkil kelapa
sebagai pakan benih ikan patin siam Pangasius hypopthalmus. Tesis.
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Wardoyo T. H. 1991. Pengelolaan Kualitas Air. Proyek Peningkatan Mutu
Perguruan Tinggi. Institut Pertanian Bogor.
Wardoyo, S.T.H. 1975. Pengelolaan Kualitas Air. Proyek Peningkatan Mutu
Perguruan Tinggi IPB. Bogor. 41 hal.
Watanabe T. 1988. Nutrition and Mariculture. Department of Aquatic Bioscience.
Tokyo University of Fisheries. JICA.
Widyanti, Widya. 2009. Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila Oreochromis niloticus
Yang Diberi Berbagai Dosis Enzim Cairan Rumen Pada Pakan Berbasis
Daun Lamtorogung Leucaena leucocephala. Institut Teknologi
Bandung.
Zonneveld N, Huisman EA DAN Boon JH. 1191. Prinsip-prinsip budidaya ikan.
PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.336 hlm.
Zuraida, et al. (2013) Efektivitas Penambahan Enzim Cairan Rumen Domba
Terhadap Penurunan Serat Kasar Bungkil Kelapa Sebagai Bahan Baku
Pakan Ikan. Program Magister Mayor Ilmu Akuakultur SPs-Institut
Pertanian Bogor (IPB) Bogor.
33
33
Lampiran 1. Laju pertumbuhan harian
Lampiran 2. Rata-rata laju pertumbuhan harian
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rataan 1 2 3
A(3 kali) 0.29 0.306 0.307 0.903 0.301
B(4 kali) 0.7 0.753 0.775 2.228 0.743
C(5 kali) 0.163 0.155 0.154 0.472 0.157
D(6 kali) 0.147 0.15 0.149 0.446 0.149
Lampiran 3. Hasil Test of varians laju pertumbuhan harian
Test of Homogeneity of Variances
hasil
Levene Statistic df1 df2 Sig.
4,877 3 8 ,033
ANOVA
hasil
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,701 3 ,234 519,383 ,000
Within Groups ,004 8 ,000
Total ,705 11
Hasil
A (3 kali) B (4 kali) C (5 kali) D (6 kali)
berat awal 15 15 15 15
minggu 1 17.2 19.48 16.24 16.16
minggu 2 19.43 26.32 17.27 17.53
minggu 3 21.27 31.55 18.45 18.43
minggu 4 23.2 35.17 19.21 19.16
minggu 5 25.54 40.99 20.51 20.2
05
1015202530354045
Grafik laju pertumbuhan (g)
34
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
d 3 ,1500
c 3 ,1567
a 3 ,3033
b 3 ,7433
Sig. ,710 1,000 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Lampiran 4. Grafik pertumbuhan mutlak
Lampiran 5. Rata-rata pertumbuhan mutlak (g)
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rataan 1 2 3
A(3 kali) 10.15 10.71 10.75 31.61 10.54
B(4 kali) 24.5 26.35 27.13 77.98 25.99
C(5 kali) 5.71 5.43 5.39 16.53 5.51
D(6 kali) 5.13 5.25 5.21 15.59 5.2
Perlakuan A (3kali)
Perlakuan B (4kali)
Perlakuan C (5kali)
Perlakuan D (6kali)
Ulangan 1 10.15 24.5 5.71 5.13
Ulangan 2 10.71 26.35 5.43 5.25
Ulangan 3 10.75 27.13 5.39 5.21
0
5
10
15
20
25
30
Pertumbuhan Mutlak (g)
35
Lampiran 6. Hasil Analisis varian Pertumbuhan Mutlak Benih Ikan Nila
Test of Homogeneity of Variances
hasil
Levene Statistic df1 df2 Sig.
6,364 3 8 ,016
ANOVA
hasil
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 858,643 3 286,214 580,763 ,000
Within Groups 3,943 8 ,493
Total 862,586 11
Hasil
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
D 3 5,1967
C 3 5,5100
A 3 10,5367
B 3 25,9933
Sig. ,600 1,000 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
36
Lampiran 7. Dokumentasi selama penelitian
37
BIOGRAFI PENULIS
Penulis dilahirkan di Bonerate pada hari jum’at tanggal 17
September 1989. Penulis merupakan anak bungsu dari dua
bersaudara, dari ayahanda Muhammad Misi dan Ibunda Siti
Aisya. Penulis memulai pendidikan formal di TK Dharma
Wanita Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun
1995, kemudian melanjutkan pendidikan ke SDN kaburea Kabupaten Ngada
Provinsi NTT pada Tahun 1996 dan tamat pada tahun 2002, kemudian melanjutkan
pendidikan di SMP Negeri 1 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar pada
Tahun 2002 dan selesai pada Tahun 2005, lalu melanjutkan pendidikan di SMK
Negeri 1 Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar dan mengambil jurusan
Administrasi Manajemen pada Tahun 2005 dan tamat Tahun 2008. Selama Tahun
2008 sampai Tahun 2010 pernah bekerja sebagai operator di kantor Kecamatan
Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar. Pada Tahun 2011 kembali
melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi di Universitas Muhammadiyah
Makassar pada Fakultas Pertanian dengan memilih Program Studi Budidaya
Perairan jurusan Perikanan sebagai bidang keilmuan yang akan digeluti di masa
depan. Penulis pernah melakukan magang budidaya di Balai Benih Ikan Limbung
selama dua bulan.
Akhirnya setelah melakukan penelitian pada bulan November sampai
Desember 2016 dengan judul “Frekuensi Pemberian Pakan Komersil yang
Ditambahkan Cairan Rumen Terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Benih
Ikan Nila”, maka penulis berhasil menyelesaikan dan mempertahankan karya
38
ilmiah tersebut sekaligus menyelesaikan studi di perguruan tinggi tersebut dan
berhak atas gelar Sarjana Perikanan (S.Pi) pada tahun 2017 dengan IPK 3,43.