SKRIPSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASYARAKAT...

131
  SKRIPSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMALANREA JAYA KOTA MAKASSAR DENY KURNIAWAN K111 11 392 Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat DEPARTEMEN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018

Transcript of SKRIPSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASYARAKAT...

  •   

    SKRIPSI

    FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASYARAKAT DALAM

    PEMANFAATAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI WILAYAH

    KERJA PUSKESMAS TAMALANREA JAYA

    KOTA MAKASSAR

    DENY KURNIAWAN

    K111 11 392

    Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

    Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

    DEPARTEMEN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

    UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

    2018

  •   

  •   

  • iv  

    RINGKASAN

    UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

    ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN SKRIPSI, SEPTEMBER 2017

    DENY KURNIAWAN “ FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMALANREA JAYA KOTA MAKASSAR ”

    (xviii + 84 + 13 tabel + 11 lampiran)

    Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah program yang bertujuan untuk memberikan jaminan kesehatan menyeluruh bagi setiap rakyat indonesia agar rakyat indonesia dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera. Pada proses evaluasi sebelumnya, program JKN masih dianggap belum optimal.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional di wilayah kerja Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar.

    Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional Study yang bertujuan untuk mengetahu hubungan antara variable independen dengan variable dependen. Jumlah sampel 100 responden yang ditentukan dengan teknik accidental sampling dengan menggunakan kuesioner yang disertai wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemanfaatan JKN (p=0,000), ada hubungan antara pengetahuan dengan pemanfaatan JKN (p=0,000), ada hubungan antara pekerjaan dengan pemanfaatan JKN (p=0,037), ada hubungan antara pendapatan dengan pemanfaatan JKN (p=0,039), dan tidak ada hubungan antara fasilitas kesehatan dengan pemanfaatan JKN (p=0,131).

    Kesimpulan penelitian ini bahwa tingkat pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, dan pendapatan berperngaruh tehadap pemanfaatan JKN sedangkan fasilitas kesehatan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemanfaatan JKN di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar.

    Kata kunci : JKN, BPJS, pemanfaatan pelayanan kesehatan

    Jumlah Pustaka : 40 (2006-2016).

  • v  

    ABSTRACT

    National Health Insurance (JKN) is a program that aims to provide comprehensive health insurance for every Indonesian people so that the people of Indonesia can live healthy, productive, and prosperous. In the previous evaluation process, JKN program is still considered not optimal. This study aims to determine the factors that affect the community in the utilization of National Health Insurance in the working area of Tamalanrea Jaya’s Health Center Makassar. This research method is quantitative with cross sectional study approach. Number of samples of 100 respondents determined by accidental sampling technique using questionnaires accompanied by interviews. The result of the research shows that there is a correlation between the level of education with the utilization of JKN (p = 0,000), there is a correlation between knowledge with the utilization of JKN (p = 0,000), there is relationship between work with JKN utilization (p = 0,037) JKN (p = 0,039), and there is no correlation between health facility and JKN utilization (p = 0,131). The conclusion of this research is that the level of education, knowledge, occupation and income influenced the utilization of JKN while the health care facility has no significant effect on the utilization JKN at Tamalanrea Jaya’s Health Center Makassar. Keywords : JKN, BPJS, health care utilization

  • vi  

    KATA PENGANTAR

    Segala Puji dan Syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus

    atas Kasih dan Perkenaan-Nyalah sehingga penulisan Skripsi yang berjudul

    “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat dalam Pemanfaatan

    Jaminan Kesehatan Nasional di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea Jaya

    Kota Makassar” dapat terselesaikan dengan baik yang sekaligus menjadi syarat

    untuk menyelesaikan pendidikan Strata Satu pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

    Universitas Hasanuddin.

    Hambatan dan tantangan dihadapi dalam menyelesaikan penulisan skripsi

    ini, namun berkat ketabahan, kesabaran, dan dukungan yang begitu besar dari

    berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Secara khusus penulis

    persembahkan karya ini untuk kedua orang tua tercinta, Ayahanda tercinta Rudy

    Thung dan Ibunda Anthomina, Kakak Dian Ekawaty, Kakak Devi Novita, serta

    segenap keluarga. Terima kasih atas segala pengorbanan, dukungan, kasih sayang,

    didikan dan bantuan moril maupun materil, sehingga Penulis dapat menyelesaikan

    pen didikan dengan baik.

    Penulis menyadari bahwa terselesainya Skripsi ini adalah berkat bantuan

    yang Penulis terima dari berbagai pihak sehingga melalui kesempatan ini Penulis

    ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. drg. H. A. Zulkifli Abdullah, M. Kes. sebagai Dekan Fakultas

    Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin dan para wakil dekan serta

    seluruh staf atas bantuannya selama penulis mengikuti pendidikan.

  • vii  

    2. Bapak Prof. Dr. dr. Muhammad Syafar, MS selaku Penasehat Akademik

    selama menuntut ilmu di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

    Hasanuddin.

    3. Bapak Muh. Yusri Abadi, SKM, M.Kes selaku pembimbing I dan Ibu Ir.

    Nurhayani, M.Kes selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk

    memberikan bimbingan, arahan, serta petunjuk yang sangat bermanfaat dalam

    penyusunan skripsi ini.

    4. Tim penguji Bapak Dian Saputra Marzuki, SKM, M.Kes, Bapak Dr.

    Darmawansyah, SE, MS, dan Bapak Muh. Fajaruddin Natsir, SKM, M.Kes

    yang telah banyak memberikan masukan serta arahan guna penyempurnaan

    penulisan Skripsi ini.

    5. Bapak Dr. H. Muh. Alwy Arifin, M.Kes selaku ketua jurusan bagian

    Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat

    Universitas Hasanuddin.

    6. Kepada dosen beserta staf jurusan bagian Administrasi dan Kebijakan

    Kesehatan FKM UNHAS yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang

    sangat berharga kepada penulis selama masa pendidikan.

    7. Para dosen FKM UNHAS yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang

    sangat berharga kepada penulis selama masa pendidikan.

    8. Kepala Puskesmas Tamalanrea Jaya yang telah memberikan izin kepada

    penulis untuk melakukan penelitian dan segenap Pegawai Puskesmas

    Tamalanrea Jaya yang tak sempat penulis sebutkan satu per satu yang telah

  • viii  

    membantu Penulis dalam melakukan penelitian sehubungan dengan judul

    Skripsi pada instansi tersebut.

    9. Keluarga besar PMK FKM UNHAS yang slalu mendukung penulis dalam doa

    dan memberikan semangat dalam perkuliahan. Serta teman-teman Blok L37

    (Djoker 411), terima kasih telah memberikan bantuan dan telah hadir selama

    masa perkuliahan yang membuat hari-hari penulis menjadi berkesan.

    10. Teman-teman PBL Kel. Pannampu, teman-teman KKN Desa Makkawaru

    Kec. Mattirobulu Kab. Pinrang Angkatan 88, serta teman-teman magang AKK

    di BKKBN Provinsi Sulawesi Selatan atas segala kebersamaan, dukungan

    doa, motivasi selama ini. Juga teman-teman angkatan 2011 KALASI dan

    teman-teman HAPSC Jurusan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan FKM

    UNHAS yang memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis.

    11. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir

    yang penulis tidak sebutkan. Semoga Tuhan membalas semua kebaikan dan

    melimpahkan rahmat-Nya.

    Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat

    kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran

    yang bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Akhirnya

    semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa melimpahkan berkat-Nya kepada

    kita semua dan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

    Makassar, November 2017

    Penulis

  • ix  

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................ ii

    LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI .................................................... iii

    RINGKASAN .................................................................................................. iv

    ABSTRAK ....................................................................................................... v

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

    DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

    A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ................................................................................ 7

    C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7

    D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 9

    A. Tinjauan Umum Tentang Jaminan Kesehatan Nasional ...................... 9

    B. Tinjauan Umum Tentang Puskesmas ................................................... 19

    C. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ...................................................... 24

    D. Tingkat Pendidikan .............................................................................. 31

    E. Pengetahuan ......................................................................................... 33

    F. Pekerjaan .............................................................................................. 34

  • x  

    G. Pendapatan ........................................................................................... 34

    H. Fasilitas Kesehatan ............................................................................... 35

    BAB III KERANGKA KONSEP .................................................................... 36

    A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti ............................................... 36

    B. Pola Pikir Variabel yang Diteliti .......................................................... 39

    C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif .......................................... 42

    D. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 45

    BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................. 47

    A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 47

    B. Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................... 47

    C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 47

    D. Pengumpulan Data ............................................................................... 49

    E. Pengolahan dan Penyajian Data ........................................................... 49

    F. Analisis Data ........................................................................................ 50

    G. Penyajian Data ..................................................................................... 52

    BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 53

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 53

    B. Hasil Penelitian .................................................................................... 53

    C. Pembahasan .......................................................................................... 66

    D. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 82

    BAB VI PENUTUP ......................................................................................... 83

    A. Kesimpulan .......................................................................................... 83

    B. Saran .................................................................................................... 83

  • xi  

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... xv

    LAMPIRAN

  • xii  

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Puskesmas

    Tamalanrea Jaya Kota Makassar Tahun 2016 .................................. 55

    Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas

    Tamalanrea Jaya Kota Makassar Tahun 2016 .................................. 55

    Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di

    Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar Tahun 2016 ................ 56

    Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan di

    Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar Tahun 2016 ................ 57

    Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Puskesmas

    Tamalanrea Jaya Kota Makassar Tahun 2016 .................................. 57

    Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan di Puskesmas

    Tamalanrea Jaya Kota Makassar Tahun 2016 .................................. 58

    Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan Fasilitas Kesehatan di

    Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar Tahun 2016 ................ 58

    Tabel 8 Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan JKN di

    Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar Tahun 2016 ................ 59

    Tabel 9 Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Pemanfaatan JKN di

    Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar Tahun 2016 ................ 60

    Tabel 10 Hubungan Antara Pengetahuan dengan Pemanfaatan JKN di

    Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar Tahun 2016 ................ 61

  • xiii  

    Tabel 11 Hubungan Antara Pekerjaan dengan Pemanfaatan JKN di

    Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar Tahun 2016 ................ 62

    Tabel 12 Hubungan Antara Pendapatan dengan Pemanfaatan JKN di

    Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar Tahun 2016 ................ 63

    Tabel 13 Hubungan Antara Fasilitas Kesehatan dengan Pemanfaatan JKN di

    Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar Tahun 2016 ................ 65

  • xiv  

    DAFTAR LAMPIRAN

    LAMPIRAN 1 Surat Izin Pengambilan Data Awal dari FKM Unhas

    LAMPIRAN 2 Surat Izin Pengambilan Data Awal dari Dinkes Kota

    Makassar

    LAMPIRAN 3 Surat Izin Penelitian dari FKM Unhas

    LAMPIRAN 4 Surat Izin Penelitian dari BKPMD Provinsi Sulawesi

    Selatan

    LAMPIRAN 5 Surat Izin Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan

    Politik Kota Makassar

    LAMPIRAN 6 Surat Izin Penelitian dari Dinkes Kota Makassar

    LAMPIRAN 7 Kuesioner Penelitian

    LAMPIRAN 8 Master Tabel

    LAMPIRAN 9 Keterangan Master Tabel

    LAMPIRAN 10 Output Hasil Analisis SPSS

    LAMPIRAN 11 Riwayat Hidup

  • 1  

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

    derajat kesehatan masyarakat ialah dengan menyelenggarakan pelayanan

    kesehatan. Peningkatan pelayanan kesehatan menjadi aspek penting yang

    perlu diperhatikan oleh pemerintah pada masa sekarang, sebab kesehatan

    bukan lagi menjadi kebutuhan sekunder manusia tapi sudah menjadi

    kebutuhan primer. Dalam Undang–Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

    Kesehatan, Pemerintah Republik Indonesia mencantumkan bahwa setiap

    orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan

    yang optimal, oleh karena itu agar pemerataan pelayanan kesehatan dapat

    tercapai, pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk mengadakan dan

    mengatur upaya pelayanan kesehatan.

    Di Indonesia sendiri, pemerataan dalam aspek kesehatan sangat sulit

    dicapai mengingat kondisi geografis Indonesia yang berpulau-pulau yang

    membuat pembangunan fasilitas kesehatan pada daerah-daerah tertentu masih

    sangat kurang. Belum lagi ditinjau dari segi ekonomi, dampak dari krisis

    monter yang mulai terjadi sejak akhir tahun 90-an sejak beberapa tahun

    terakhir menimbulkan dampak negatif bagi semua sektor. Dampak dari krisis

    ekonomi berlanjut pada sektor kesehatan, menurunnya daya beli masyrakat

    serta meningkatnya biaya kesehatan, menyebabkan akses kesehatan yang

  • 2  

    layak masih cenderung mahal dan masyarakat berpenghasilan rendah semakin

    sulit untuk menjangkau layanan kesehatan yang memadai.

    Sistem pembayaran tunai langsung dari kantong konsumen (out of

    pocket), yang selama ini dikenal masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan

    kesehatan dapat memberatkan masyarakat terutama mereka yang

    berpenghasilan rendah. Salah satu upaya pemerintah agar terjadi pemerataan

    terhadap akses pelayanan kesehatan adalah dengan mengembangkan Sistem

    Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

    Pada tahun 2004 pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No.40

    tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) sebagai salah satu cara untuk

    mengatasi masalah tersebut. Undang-undang ini mengamanatkan bahwa

    jaminan sosial wajib bagi seluruh rakyat Indonesia dan menunjuk Badan

    penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sebagai pelaksana. Salah satu bentuk

    program dari sistem jaminan ini yaitu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

    Program ini bertujuan untuk memberikan jaminan kesehatan menyeluruh bagi

    setiap rakyat indonesia agar rakyat indonesia dapat hidup sehat, produktif, dan

    sejahtera. Undang-undang ini sesuai dengan sesuai dengan rekomendasi dari

    resolusi World Health Assembly (WHA) ke-58 tahun 2005 di Jenewa, agar

    negara mengembangkan sistem pembiayaaan kesehatan dengan tujuan

    menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat (Putri, 2014).

    Jaminan Kesehatan Nasional yang dilaksanakan oleh BPJS Kesehatan

    merupakan program dari pemerintah Indonesia yang menggantikan peran

    Askes yang sebelumnya dilaksanakan oleh PT. Askes (Persero) dan Program

  • 3  

    Jaminan Pemeliharaan Kesehatan-JPKPT Jamsostek (Persero), sebagai badan

    penyelenggara jaminan kesehatan pada masyarakat dan diharapkan mampu

    lebih baik lagi dari Askes yang dulunya belum mampu menjadi penyelenggara

    jaminan kesehatan yang memberikan pelayanan terpadu dan berkualitas

    kepada masyarakat (Putri, 2014).

    Dewan Jaminan Sosial (DJSN) bersama 13 kementrian dan lembaga

    telah membuat sasaran pokok beserta dengan kegiatan-kegiatan yang akan

    dicapai oleh penyelenggara JKN pada tahun 2019. Fokus penyelenggaraan

    JKN pada tahun 2015-2019 tertuju pada perluasan kepesertaan menuju

    cakupan semesta (Universal Coverage).

    Agar dapat mencapai Universal Coverage terdapat delapan sasaran

    pokok yang akan dicapai pada tahun 2019, yaitu; BPJS Kesehatan beroperasi

    dengan baik, seluruh Penduduk Indonesia (yang pada 2019 diperkirakan

    sekitar 257,5 juta jiwa) mendapat jaminan kesehatan melalui BPJS Kesehatan,

    paket manfaat medis dan non medis (kelas perawatan) sudah sama, tidak ada

    perbedaan, untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat, jumlah dan

    sebaran fasilitas pelayanan kesehatan (termasuk tenaga dan alat-alat) sudah

    memadai untuk menjamin seluruh penduduk memenuhi kebutuhan medis

    mereka, semua peraturan pelaksanaan telah disesuaikan secara berkala untuk

    menjamin kualitas layanan yang memadai dengan harga keekonomian yang

    layak. Paling sedikit 85% peserta menyatakan puas, baik dalam layanan di

    BPJS maupun dalam layanan di fasilitas kesehatan yang dikontrak BPJS,

    paling sedikit 80% tenaga dan fasilitas kesehatan menyatakan puas atau

  • 4  

    mendapat pembayaran yang layak dari BPJS, dan BPJS dikelola secara

    terbuka, efisien, dan akuntabel (Putri, 2014).

    Berdasarkan sasaran pencapaian pada tahun 2019 bahwa seluruh

    penduduk Indonesia mendapat jaminan kesehatan melalui BPJS Kesehatan,

    maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Faktor-Faktor yang

    Mempengaruhi Masyarakat dalam Pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional

    untuk melihat peluang pencapaian sasaran pada tahun 2019.

    Berdasarkan data kementrian kesehatan, sampai dengan Desember

    2014 kepersertaan program JKN berjumlah 133.423.653 peserta (52,5%)

    yang terdiri dari peserta PBI yang berjumlah 95.167.229 dan peserta

    non PBI berjumlah 38.256.424 peserta. Peserta PBI terdiri dari peserta

    dengan iuran bersumber dari APBN berjumlah 86.400.000 peserta dan

    yang bersumber dari ABPD berjumlah 8.767.229 peserta. Sedangkan

    peserta non PBI terdiri atas pekerja penerima upah berjumlah 24.327.149

    peserta, pekerja bukan penerima upah berjumlah 9.052.859 peserta, dan

    bukan pekerja berjumlah 4.876.416 peserta. Untuk Provinsi dengan cakupan

    kepesertaan tertinggi adalah Papua Barat dengan 91,5%. Sedangkan

    provinsi dengan cakupan kepesertaan terendah adalah Kalimantan Utara

    dengan 31,4% (Kemenkes RI, 2015).

    Untuk Provinsi Sulawesi Selatan sendiri sebesar pengguna JKN

    sebanyak 4.301.539 peserta (46%) Peserta PBI terdiri dari peserta dengan

    iuran bersumber dari APBN berjumlah 2.944.923 peserta dan yang

    bersumber dari ABPD berjumlah 47.934 peserta. Sedangkan peserta non

  • 5  

    PBI terdiri atas pekerja penerima upah berjumlah 820.528 peserta,

    pekerja bukan penerima upah berjumlah 249.555 peserta dan bukan pekerja

    berjumlah 238.599 peserta (Kemenkes RI, 2015).

    Berdasarkan data, masih ada sekitar 47,5% Masyarakat Indonesia yang

    belum menjadi pengguna JKN. Menurut teori Andersen (dalam

    Notoatmodjo, 2007) pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh

    komponen predisposisi, pemungkin, dan kebutuhan seseorang, selanjutnya

    Andersen, menguraikan komponen predisposisi tersebut dalam 3 faktor,

    yaitu faktor demografi; terdiri dari usia, jenis kelamin dan status perkawinan.

    struktur sosial; terdiri dari tingkat pendidikan, pekerjaan dan ras.

    kepercayaan terdiri dari keyakinan, sikap atau pandangan terhadap

    pelayanan kesehatan. Faktor pemungkin terdiri dari sumber daya keluarga

    (pendapatan, pengetahuan tentang informasi pelayanan kesehatan), kualitas

    pelayanan dan jarak. Faktor kebutuhan terdiri dari penilaian individu dan

    penilaian klinik.

    Berdasarkan Penelitian Widiawati (2013) di Desa Meranti, program

    JKN BPJS masih dianggap belum optimal, disebabkan kurangnya

    informasi sehingga besar masyarakat belum mengetahui dan masih

    kebingungan terkait program ini. Ditinjau dari tingkat pengetahuan tentang

    JKN penelitian yang dilakukan oleh Septianingrum dan Sari (2015), di Desa

    Sobokerto, Ngemplak, Boyolali menyatakan Pengetahuan responden tentang

    JKN dapat mempengaruhi tindakan sebagai peserta JKN dalam menggunakan

    pelayanan kesehatan. Penelitian tersebut menunjukkan sebagian besar ibu

  • 6  

    hamil (66,7% dari total responden) tidak menggunakan kartu BPJS Kesehatan

    diakibatkan karena rendahnya pengetahuan ibu hamil tentang Jaminan

    Kesehatan Nasional, yakni 66,7% responden berpengetahuan kurang.

    Yulianto (2008) dalam penelitiannya menyatakan adanya hubungan

    antara tingkat pendidikan terhadap pemanfaatan kepesertaan Askeskin.

    Adanya perbedaan tingkat pendidikan pada diri seseorang juga menyebabkan

    perbedaan tingkat pengetahuan kesehatan. Rendahnya tingkat pendidikan

    secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat pengetahuan akan

    penggunaan pelayanan kesehatan sehingga akan berdampak pada penggunaan

    Jaminan Kesehatan.

    Selain faktor pendidikan dan pengetahuan, tingkat pendapatan juga

    berpengaruh pada penggunaan asuransi kesehatan, penelitian yang dilakukan

    oleh Sakinah (2014) menyatakan ada hubungan antara tingkat pendapatan

    dengan kesadaran masyarakat dalam berasuransi kesehatan di Kelurahan

    Poris Gaga, Tangerang. Semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

    semakin tinggi tingkat kesadaran masayarakat yang tinggi dalam

    berasuransi kesehatan.

    Berdasarkan data kunjungan pasien dari Puskesmas Tamalanrea Jaya,

    sepanjang tahun 2015 dari 8.737 pasien, 3.372 (38,59%) diantaranya masih

    belum menggunakan asuransi kesehatan dalam menggunakan pelayanan

    kesehatan. Untuk bulan Januari tahun 2016, ada sebanyak 445 (47,54%) dar

    936 pasien yang belum menggunakan Jaminan Kesehatan. Data tersebut

    menunjukkan masih kurangnya jumlah pasien yang berobat ke Puskesmas

  • 7  

    Tamalanrea Jaya yang memanfaatkan JKN. Padahal untuk kota Makssar

    sendiri penggunan BPJS sudah mencapai angka 59% (1,7 juta pengguna).

    Berdasarkan data mengenai penggunaan JKN khususnya di wilayah

    kerja Puskesma Tamalanrea Jaya, maka peneliti tertarik untuk memilih lokasi

    ini sebagai lokasi penelitian.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang, maka

    rumusan masalah pada penelitian ini adalah, “Faktor-Faktor yang

    Mempengaruhi Masyarakat dalam Pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional

    Di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar Tahun 2016”.

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat

    dalam Pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional Di Wilayah Kerja

    Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar Tahun 2016.

    2. Tujuan Khusus

    a. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan terhadap pemanfaatan

    Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota

    Makassar.

    b. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan terhadap pemanfaatan

    Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota

    Makassar.

  • 8  

    c. Untuk mengetahui pengaruh pekerjaan terhadap pemanfaatan Jaminan

    Kesehatan Nasional di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar.

    d. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan terhadap pemanfaatan

    Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota

    Makassar.

    e. Untuk mengetahui pengaruh fasilitas kesehatan terhadap pemanfaatan

    Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota

    Makassar.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Ilmiah

    Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan dapat

    menjadi bahan bacaan atau acuan bagi peneliti selanjutnya.

    2. Manfaat Institusi

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada

    Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan Khususnya Puskemas

    Tamalanrea Jaya untuk kemudian dijadikan referensi dalam mengevaluasi

    program JKN.

    3. Manfaat Praktis

    Menambah wawasan dan pengalaman. Selain itu penelitian ini

    merupakan salah satu syarat kelulusan di bagian Administrasi dan Kebijakan

    Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

  • 9  

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Umum Tentang Jaminan Kesehatan Nasional

    1. Pengertian

    Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari

    program Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (SJSN). Berdasarkan

    Undang-Undang No. 40 tahun 2004, SJSN diselenggarakan oleh beberapa

    Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yaitu Perusahaan Perseroan Jaminan

    Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek), Perusahaan Perseroan Dana Tabungan

    dan Asuransi Pegawai Negeri (Taspen), Perusahaan Perseroan Asuransi

    Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI), dan

    Perusahaan Perseroan Asuransi Kesehatan Indonesia (Askes). Setelah

    Pembentukan BPJS berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011

    tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, maka keempat lembaga

    tersebut bertransformasi menjadi Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial

    (BPJS) Undang-Undang ini merupakan pelaksanaan dari Pasal 5 ayat

    (1) dan Pasal 52 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem

    Jaminan Sosial Nasional yang mengamanatkan pembentukan Badan

    Penyelenggara Jaminan Sosial. Karena merupakan bagian dari SJSN,

    maka JKN diselenggarakan bersifat wajib (Mandatory) hal ini berdasarkan

    Undang-Undang No.40 Tahun 2004, yang bertujuan melindungi Penduduk

  • 10  

    Indonesia dalam sistem Asuransi sehingga dapat memenuhi kebutuhan

    dasar kesehatan masyarakat (Kemenkes, 2014).

    2. Prinsip-Prinsip

    Berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2004, prinsip-prinsip

    JKN adalah sebagai berikut:

    a. Prinsip Gotong Royong, prinsip ini dapat diartikan bahwa peserta JKN

    saling membantu dalam menanggung beban biaya jaminan, yang

    mampu membantu yang kurang mampu, dan yang sehat membantu

    yang sakit atau yang beresiko tinggi. Hal ini dapat terwujud karena

    kepersertaan JKN bersifat wajib bagi seluruh penduduk yang

    disesuaikan dengan tingkat pendapatan peserta.

    b. Prinsip Nirlaba, berarti tujuan utama BPJS adalah memenuhi

    kepentingan peserta BPJS agar dapat memberikan manfaat bagi

    peserta, bukan untuk mencari laba/keuntungan.

    c. Prinsip Keterbukaan, yang berati ada kemudahan dalam mengakses

    tentang informasi BPJS. Informasi itu harus lengkap, benar, dan jeelas

    bagi peserta.

    d. Prinsip Kehati-hatian, berkaitan dalam pengelolaan dana dilakukan

    dengan cermat, teliti, aman, dan tertib.

    e. Prinsip Akuntabilitas, berarti dalam melaksanakan program dan dalam

    pengelolaan dana dilakukan dengan akurat dan dapat

    dipertanggungjawabkan.

  • 11  

    f. Prinsip Portabilitas, jaminan bersifat berkelanjutan sekalipun peserta

    berpindah tempat tinggal atau pekerjaan selama peserta tetap berada di

    wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    g. Prinsip Kepesertaan Wajib, yaitu secara bertahap mengharuskan

    seluruh penduduk Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi

    peserta.

    h. Prinsip Dana Amanat, Sumber dana yang berasal dari iuran peserta

    merupakan titipan yang akan kembali digunakan untuk kepentingan

    peserta.

    i. Prinsip Hasil Pengelolaan Dana Jaminan Sosial, hasil yang berupa

    keuntungan digunakan untuk pengembangan program dan kepentingan

    peserta.

    3. Manfaat JKN

    Manfaat JKN seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No. 40

    Tahun 2004 adalah pelayanan kesehatan perseorangan yang bukan hanya

    pelayanan kesehatan yang berupa kuratif dan rehabilitatif, tetapi juga

    mencakup pelayanan promotif dan preventif, termasuk obat-obatan dan

    bahan medis habis pakai yang diperlukan.

    Pelayanan kesehehatan yang dimaksud di sini adalah pelayanan

    kesehatan yang terdiri atas manfaat medis dan manfaat non medis. Yang

    dimaksud dengan manfaat medis berupa penyuluhan kesehatan,

    pemeriksaan penunjang diagnostik, konsultasi, transfusi, tindakan medis

    dan perawatan, bahan medis habis pakai, obat-obatan, rehabilitasi medis,

  • 12  

    pelayanan kedokteran forensik, serta pelayanan jenasah. Manfaat medis

    yang diterima peserta JKN ini tidak dipengaruhi oleh besaran iuran yang

    dibayar peserta. Sedangkan yang termasuk dalam manfaat non medis

    adalah akomodasi layanan rawat inap dan ambulan yang digunakan untuk

    pasien rujukan. Manfaat non medis ini berbeda tiap peserta, bergantung

    pada besaran iuran yang dibayarkan peserta (Perpres No. 12 Tahun 2013).

    4. Kepesertaan

    Berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2004, salah satu

    prinsip dari JKN adalah kepesertaan bersifat wajib, yang artinya seluruh

    Penduduk Indonesia akan menjadi peserta JKN. Kepesertaan ini akan

    dilakukan secara bertahap dan diharapkan pada tahun 2019 seluruh

    penduduk Indonesia sudah menjadi peserta JKN.

    Berdasarkan Peraturan Presiden No. 111 Tahun 2013, kepesertaan

    JKN terdiri atas:

    a. Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan meliputi

    orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu.

    b. Peserta bukan PBI adalah Peserta yang tidak tergolong fakir miskin

    dan orang tidak mampu yang terdiri atas:

    1) Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:

    a) Pegawai Negeri Sipil;

    b) Anggota TNI;

    c) Anggota Polri;

    d) Pejabat Negara;

  • 13  

    e) Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri;

    f) Pegawai Swasta; dan

    g) Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf f

    yang menerima Upah.

    2) Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:

    a) Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri dan

    b) Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima

    Upah.

    c) Pekerja sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b,

    termasuk warga negara asing yang bekerja di Indonesia

    paling singkat 6 (enam) bulan.

    5. Prosedur Pendaftaran Peserta

    Berdasarkan Informasi pada situs resmi BPJS (http://bpjs-

    kesehatan.go.id) tata cara pendaftaran peserta JKN dijelaskan sebagai

    berikut:

    a. Pendaftaran bagi Penerima Bantuan Iuran / PBI

    Pendaftaran peserta PBI, yang terdiri atas Fakir Miskin dan

    Orang Tidak mampu untuk dapat mejadi peserta, pendataan pesrta PBI

    ini dilakukan oleh lembaga penyelenggara urusan Pemerintahan di

    bidang statistik (Badan Pusat Statistik) yang diverifikasi dan divalidasi

    oleh Kementerian Sosial. Peserta PBI juga dapat didaftarkan oleh

    Pemerintah Daerah berdasarkan SK Gubernur/Bupati/Walikota bagi

    Pemda yang mengintegrasikan program Jamkesda ke program JKN.

  • 14  

    b. Pendafataran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah / PPU

    1) Perusahaan/Badan usaha mendaftarkan seluruh karyawan beserta

    anggota keluarganya ke Kantor BPJS Kesehatan dengan

    melampirkan berkas berikut:

    a) Formulir Registrasi Badan Usaha/Badan Hukum Lainnya.

    b) Data-data Migrasi karyawan dan anggota keluarganya dengan

    format yang ditentukan oleh BPJS Kesehatan.

    2) Perusahaan/Badan Usaha akan menerima nomor Virtual Account

    (VA) yang digunakan untuk pembayaran ke Bank yang telah

    bekerja sama (BRI/Mandiri/BNI).

    3) Selanjutnya, Bukti Pembayaran iuran diserahkan ke Kantor BPJS

    Kesehatan

    4) Pencetakkan kartu JKN atau bisa juga mencetak e-ID secara

    mandiri oleh Perusahaan/Badan Usaha.

    c. Pendaftaran bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah/PBPU

    dan Bukan Pekerja

    1) Pendaftaran PBPU dan Bukan Pekerja

    a) Calon peserta mendaftar secara perorangan (bukan secara

    kolektif) di Kantor BPJS Kesehatan

    b) Mendaftarkan seluruh anggota keluarga sesuai dengan jumlah

    anggota yang terdapat pada Kartu Keluarga

    c) Mengisi formulir Daftar Isian Peserta (DIP) dan melampirkan,

    fotokopi Kartu Keluarga (KK), fotokopi KTP/Paspor (masing-

  • 15  

    masing satu lembar), fotokopi Buku Tabungan salah satu

    peserta yang ada d idalam Kartu Keluarga, pasfoto 3 x 4

    (masing-masing sebanyak 1 lembar).

    d) Mendapat Nomor Virtual Account (VA).

    e) Melakukan pembayaran iuran ke Bank yang bekerja sama

    (BRI/Mandiri/BNI) sesuai dengan Nomor VA.

    f) Bukti pembayaran iuran diserahkan ke kantor BPJS Kesehatan

    untuk dicetakkan kartu JKN. Selain di Kantor BPJS Kesehatan,

    pendaftaran dapat melalui Website BPJS Kesehatan

    2) Pendaftaran Bukan Pekerja Melalui Entitas Berbadan Hukum

    (Pensiunan BUMN/BUMD)

    Untuk pendaftaran pensiunan yang dana pensiunnya

    dikelola oleh entitas berbadan hukum dilakukan dengan mengisi

    formulir registrasi dan formulir migrasi data peserta, dan dapat

    didaftarkan secara kolektif melalui entitas berbadan hukum.

    6. Hak dan Kewajiban Peserta

    Hak dan kewajiban peserta JKN berdasarkan Peraturan Badan

    Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan No. 1 Tahun 2014 tentang

    Penyelenggaraan Jaminan Sosial Kesehatan adalah sebagai berikut:

    a. Hak Peserta:

    1) Mendapatkan identitas peserta sebagai bukti kepesertaan untuk

    memperoleh pelayanan kesehatan.

  • 16  

    2) Mendapatkan Nomor virtual account, yang digunakan pada saat

    pembayaran iuran.

    3) Memilih fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk memperoleh

    layanan kesehatan, dengan syarat fasilitas kesehatan tersebut telah

    bekerjasama dengan BPJS.

    4) Memperoleh pelayanan promotif, preventif kuratif, dan rehabilitatif

    termasuk obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai

    dengan kebutuhan medis peserta yang dilakukan oleh fasilitas

    kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS.

    5) Menyampaikan pengaduan jika peserta merasa haknya tidak

    terpenuhi.

    6) Mendapatkan informasi yang tepat dan akurat tentang pelayanan

    kesehatan.

    7) Peserta bebas mengikuti program asuransi kesehatan tambahan.

    b. Kewajiban Peserta:

    1) Membayar iuran sesuai besaran iuran yang telah ditetapkan

    2) Melaporkan perubahan data dan status kepesertaan seperti

    perubahan fasilitas kesehatan tingkat pertama, tempat tinggal,

    tempat bekerja, golongan, jenis kepesertaan, susunan keluarga,

    atau ada anggota keluarga tambahan.

    3) Melaporkan jika terjadi kerusakan atau kehilangan kartu identitas

    peserta jaminan kesehatan.

  • 17  

    7. Pembiayaan

    a. Iuran

    Berdasarkan Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 Tentang

    Jaminan Kesehatan, yang dimaksud dengan “Iuran Jaminan Kesehatan

    adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur oleh Peserta,

    Pemberi Kerja dan/atau Pemerintah untuk program Jaminan

    Kesehatan”.

    b. Pembayaran Iuran

    Bagi peserta PBI, pembayaran iuran ditanggung oleh

    pemerintah. Setiap Peserta Non PBI wajib membayar iuran yang

    besarnya ditetapkan berdasarkan persentase dari upah (untuk

    pekerja penerima upah) atau suatu jumlah nominal tertentu (bukan

    penerima upah dan PBI). Untuk Peserta Pekerja Penerima Upah, maka

    setiap Pemberi Kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya dan

    menanggung sebagian iuran peserta yang menjadi tanggung jawabnya.

    Jika terjadi keterlambatan pembayaran iuran JKN, maka akan

    dikenakan denda administratif sebesar 2% (dua persen) perbulan

    dari total iuran yang tertunggak dan dibayar oleh Pemberi Kerja.

    Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan

    Pekerja iuran dibayar oleh peserta yang bersangkutan. Pembayarkan

    iuran JKN dilakukan setiap bulan kepada BPJS Kesehatan secara

    berkala yang dilakukan paling lambat tanggal 10 setiap bulan (Perpres

    No. 111 tahun 2013).

  • 18  

    c. Besaran Iuran

    Berdasarkan Informasi pada situs resmi BPJS (http://bpjs-

    kesehatan.go.id) besaran iuran bagi pesarta JKN adalah sebagai

    berikut:

    1) Peserta Penerima Bantun Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan, seluruh

    bulanan ditanggung oleh Pemerintah.

    2) Iuran peserta Non PBI untuk Pekerja Penerima Upah yang bekerja

    pada Lembaga Pemerintahan terdiri dari Pegawai Negeri Sipil,

    anggota TNI, anggota Polri, pejabat negara, dan pegawai

    pemerintah non pegawai negeri sebesar 5% (lima persen) dari Gaji

    atau Upah per bulan dengan ketentuan : 3% (tiga persen) dibayar

    oleh pemberi kerja dan 2% (dua persen) dibayar oleh peserta.

    Sedangkan untuk Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja di

    BUMN, BUMD dan Swasta sebesar 5% ( lima persen) dari Gaji

    atau Upah per bulan dengan ketentuan : 4% (empat persen) dibayar

    oleh Pemberi Kerja dan 1% (satu persen) dibayar oleh Peserta.

    3) Jika ada anggota keluarga tambahan bagi peserta Pekerja Penerima

    Upah yang terdiri dari anak ke 4 dan seterusnya, ayah, ibu dan

    mertua, besaran iuran sebesar sebesar 1% (satu persen) dari dari

    gaji atau upah per orang per bulan, dibayar oleh pekerja penerima

    upah.

  • 19  

    4) Besaran iuran bagi kerabat lain dari pekerja penerima upah, peserta

    pekerja bukan penerima upah serta iuran peserta bukan pekerja

    adalah sebesar:

    a) Sebesar Rp. 25.500,- (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah)

    per orang per bulan dengan manfaat non medis ruang

    perawatan Kelas III.

    b) Sebesar Rp. 42.500,- (empat puluh dua ribu lima ratus rupiah)

    per orang per bulan dengan manfaat non medis ruang

    perawatan Kelas II.

    c) Sebesar Rp. 59.500,- (lima puluh sembilan ribu lima ratus

    rupiah) per orang per bulan dengan manfaat non medis ruang

    perawatan Kelas I.

    5) Besaran Iuran Jaminan Kesehatan bagi Veteran, Perintis

    Kemerdekaan, dan janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran

    atau Perintis Kemerdekaan, iurannya ditetapkan sebesar 5% (lima

    persen) dari 45% (empat puluh lima persen) gaji pokok Pegawai

    Negeri Sipil golongan III/a dengan masa kerja 14 (empat belas)

    tahun per bulan, ditanggung oleh Pemerintah.

    B. Tinjauan Umum Tentang Puskesmas

    1. Pengertian

    Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi

    kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan

    masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping

  • 20  

    memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat

    di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Menurut Depkes RI

    (2004) puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan

    kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

    kesehatan di wilayah kerja (Effendi, 2009).

    Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan

    pelayanan yang menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan),

    preventif (pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif

    (pemulihan kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua

    penduduk dengan tidak membedakan jenis kelamin dan golongan umur,

    sejak dari pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia (Effendi, 2009).

    2. Tujuan

    Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh

    puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan

    nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup

    sehat bagi orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar

    terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Trihono, 2005).

    3. Fungsi

    Puskesmas memiliki wilayah kerja yang meliputi satu kecamatan

    atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah,

    keadaan geografi dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan

    pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas. Untuk

    perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka puskesmas perlu ditunjang

  • 21  

    dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut

    puskesmas pembantu dan puskesmas keliling. Khusus untuk kota besar

    dengan jumlah penduduk satu juta jiwa atau lebih, wilayah kerja

    puskesmas dapat meliputi satu kelurahan. Puskesmas di ibukota

    kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan

    puskesmas Pembina yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi puskesmas

    kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi (Effendi, 2009).

    Menurut Trihono (2005) ada 3 (tiga) fungsi puskesmas yaitu: pusat

    penggerak pembangunan berwawasan kesehatan yang berarti puskesmas

    selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan

    pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di

    wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta menduku ng pembangunan

    kesehatan. Disamping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan

    dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan

    diwilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang

    dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan

    pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan

    pemulihan kesehatan.

    Pusat pemberdayaan masyarakat berarti puskesmas selalu berupaya

    agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat

    termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan

    melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif

    dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber

  • 22  

    pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau

    pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan

    masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan

    situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.

    Pusat pelayanan kesehatan strata pertama berarti puskesmas

    bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat

    pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan

    kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas

    meliputi:

    a. Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat

    pribadi (privat goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit

    dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharan

    kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut

    adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan

    rawat inap.

    b. Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik

    (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan

    kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan

    penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat

    disebut antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit,

    penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan

    keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta

    berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.

  • 23  

    Menurut Effendi (2009) ada beberapa proses dalam melaksanakan

    fungsi tersebut yaitu merangsang masyarakat termasuk swasta untuk

    melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri,

    memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali

    dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien,

    memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan

    medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan

    bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan memberikan

    pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat, bekerja sama dengan

    sektorsektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program puskesmas

    4. Peran Puskesmas

    Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi

    pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan

    jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran

    tersebut ditunjukkan dalam bentuk keikutsertaan dalam menentukan

    kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realistis,

    tata laksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan

    pemantauan yang akurat. Pada masa mendatang, puskesmas juga dituntut

    berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya

    peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu

    (Effendi, 2009).

  • 24  

    C. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

    1. Pengertian

    Pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan suatu hasil dari

    proses pencarian pelayanan kesehatan oleh individu maupun kelompok.

    Pengetahuan tentang faktor kunci mempelajari pemanfaatan pelayanan

    kesehatan dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pencarian

    pelayanan kesehatan berarti juga mengetahui faktor-faktor yang

    mempengaruhi pemanfaatan (Ilyas, 2006)

    Notoatmodjo (2012) mengemukakan bahwa perilaku pencarian

    pengobatan merupakan perilaku individu maupun kelompok untuk

    malakukan atau mencari pengobatan. Perilaku pencarian pengobatan di

    masyarakat terutama di negara berkembang sangat bervariasi.

    2. Model Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

    Terdapat berbagai model penggunaan pelayanan kesehatan

    yang digunakan untuk menggambarkan faktor-faktor yang

    mempengaruhi Perilaku pemanfaatan pelayan kesehatan dalam hal ini

    pemanfaatan Jaminan Kesehatan. beberapa model-model tersebut antara

    lain:

    a. Model Anderson

    Menurut Anderson (1974) yang dikutip dari Notoatmodjo

    (2012) adalah model sistem kesehtan (health system model) berupa

    model kepercayaan kesehatan. di dalam model Anderson ini terdapat

    tiga kategori utama dalam pelayanan kesehatan yaitu:

  • 25  

    1) Karakteristik predisposisi (Predisposing characteristics).

    Karakterisitik ini menggambarkan bahwa kecenderungan

    suatu individu menggunakan pelayanan kesehatan yang

    berbeda-beda disebabkan oleh adanya ciri-ciri individu, yang

    digolongkan kedalam tiga kelompok.

    a) Ciri demografi, seperti jenis kelamin dan umur

    b) Struktur sosial seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, suku,

    ras dan sebaginya.

    c) Manfaat-manfaat kesehatan berupa keyakinan bahwa

    pelayanan kesehatan dapat menolong proses penyembuhan

    penyakit.

    Sehingga Anderson percaya bahwa:

    a. Setiap individu yang mempunyai perbedaan karakteristik,

    tipe dan frekuensi penyakit serta pola penggunaan

    pelayanan kesehatan.

    b. Setiap individu yang mempunyai perbedaan struktur sosial

    dan gaya hidup akhirnya akan mempunyai perbedaaan pola

    penggunaan pelayanan kesehatan.

    c. Setiap individu percaya adanya kemanjuran dalam

    penggunaan pelayanan kesehatan.

    2) Karasteristik Pendukung (Enabling characteristics).

    Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun

    mempunyai predisposisi untuk menggunakan pelayanan

  • 26  

    kesehatan tapi individu tersebut tidak memanfaatkanya karena

    tidak adanya kemampuan dalam menggunakannya. Kemampuan

    penggunaanya dipengaruhi oleh kemampuan untuk membayar

    dengan sumber daya yang ada dalam hal ini sumber daya

    keluarga dan sumber daya masyarakat.

    3) Karakteristik kebutuhan (Need characteristics).

    Karakteristik kebutuhan disebut juga sebagai kesakitan

    karena mewakili kebutuhan akan pelayanan kesehatan. Suatu

    tindakan akan terwujud apabila dirasakan ada kebutuhan

    sehingga kebutuhan merupakan stimulan langsung dalam

    menggunakan pelayanan kesehatan. kebutuhan (need) di sini

    dibagi menjadi dua kategori yaitu yang dirasakan secara sujektif

    oleh individu dan berdasarkan penilaian klinis.

    b. Model Andersen dan Anderson

    Model penggunaan pelayanan kesehatan lain yang

    menjelaskan faktor-faktor penentu penggunaan pelayanan kesehatan

    dikemukakan oleh (Andersen dan Anderson, 1979) dalam

    Notoatmodjo (2012):

    1) Model Demografi

    Pada model ini variabel yang digunakan berdasarkan

    umur, jenis kelamin, status perkawinan dan besarnya keluarga.

    Variabel tersebut digunakan sebagai indikator yang

    mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan. Karakteristik

  • 27  

    demografi juga berhubungan dengan karakteristik sosial sperti

    perbedaan sosial dari jenis kelamin yang berbeda mempunyai ciri-

    ciri sosial yang berbeda.

    2) Model Struktur Sosial

    Pada model ini variabel yang digunakan adalah

    pendidikan, pekerjaan dan kebangsaan. Variabel-variabel

    tersebut mencerminkan status sosial dari individu atau keluarga

    di dalam masyarakat dan dapat pula menggambarkan gaya hidup

    individu dan keluarga dari kedudukan sosial tertentu.

    3) Model Sosial Psikologis

    Pada model ini variabel yang digunakan adalah ukuran

    sikap dan keyakinan individu di dalam memanfaatkan

    pelayanan kesehatan. Variabel tersebut mempengaruhi individu

    untuk mengambil keputusan dan bertindak didalam

    menggunakan pelayanan kesehatan.

    4) Model Sumber Daya Keluarga

    Pada model ini variabel yang digunakan adalah

    pendapatan keluarga dan cakupan asuransi keluarga atau

    membiyai pelayanan kesehatan keluarga dan sebagainya.

    Variabel tersebut dapat mengukur kesanggupan dari setiap individu

    atau keluarga untuk memperoleh pelayanan kesehatan.

  • 28  

    5) Model Sumber Daya Masyarakat

    Pada model ini variabel yang digunakan adalah

    penyediaan pelayanan kesehatan dan sumber-sumber di dalam

    masyarakat dan ketercapaian dari pelayanan kesehatan yang

    tersedia. Model sumber daya ini kemudian berfokus pada

    suplai ekonomi dalam ketersediaan sumber-sumber kesehatan

    pada masyrakat.

    6) Model Organisasi

    Pada model ini variabel yang digunakan adalah

    pencerminan perbedaan bentuk-bentuk pelayanan kesehatan. Pada

    umumnya variabel yang biasa digunakan adalah:

    a. Gaya praktik pengobatan sendiri (sendiri, rekanan,

    kelompok)

    b. Sifat alamiah dari pelayanan tersebut (pembayaran secara

    langsung atau tidak)

    c. Lokasi dari pelayanan kesehatan (pribadi, rumah sakit atau

    klinik)

    d. Petugas kesehatan yang pertama kali dihubungi oleh pasien

    (dokter, perawat atau yang lainnya).

    c. Model kepercayan kesehatan (The health belief models).

    Model kepercayan kesehatan adalah model penjabaran dari

    model sosio-psikologis yang oleh Becker (1974) dalam

    Notoatmodjo (2012) dimana ada 4 variabel kunci yang mempengaruhi

  • 29  

    perilakuseseorang dalam bertindak untuk mencegah atau

    mengobati suatu penyakit, yaitu:

    1) Kerentanan yang dirasa (Perceived susceptibility).

    Tindakan individu dalam mencari pengobatan atau

    melakukan upaya pencegahan terhadap suatu penyakit yang

    didorong oleh persepsi adanya kerentanan terhadap suatu

    penyakit.

    2) Keseriusan yang dirasakan (Perceived seriousness).

    Tindakan individu dalam mencari pengobatan dan

    pencegahan penyakit yang didorong oleh keseriusan penyakit

    itu sendiri.

    3) Manfaat dan rintangan yang dirasakan (Perceived benefit and

    barriers).

    Tindakan yang dilakukan akibat kerentanan dari suatu

    penyakit tergantung dari manfaat yang dirasakan dan

    rintangan-rintangan yang ditemukan dalam mengambil tindakan

    tersebut.

    4) Isyarat atau tanda-tanda (Cues).

    Untuk mendapatkan tingkat penerimaan yang benar tentang

    kerentanan, kegawatan dan keuntungan diperlukan isyarat

    berupa faktor-faktor dari luar yang berupa pesan-pesan media

    massa, nasihat atau anjuran dari teman atau anggota keluarga yang

    pernah mengalaminya.

  • 30  

    d. Model Green

    Teori lain yang digunakan untuk mencoba mengungkapkan

    determinan perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam hal

    ini adalah Program Jaminan Kesehatan Nasional adalah teori yang

    disampaikan oleh Green (1980) dalam Notoatmodjo (2012) bahwa

    tindakanseseorang dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu:

    1) Faktor Predisposisi (Predisposing factors).

    Faktor-faktor ini mencakup mengenai pengetahuan,

    sikap, kepercayaan, keyakinan nilai-nilai dan sebagainya.

    2) Faktor Pemungkin (Enabling factors).

    Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan

    prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat.

    3) Faktor Penguat (Reinforcing factors)

    Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap tokoh masyarakat,

    tokoh agama, sikap para petugas termasuk petugas kesehatan,

    termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari

    pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan

    kesehatan.

    Berdasarkan uraian tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

    seseorang dan masyarakat dalam memanfaatkan program Jaminan

    Kesehatan Nasional maka dalam penelitian ini akan dibahas lebih

  • 31  

    mendalam adalah tingkat pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, pendapatan,

    dan fasilitas kesehatan.

    D. Tingkat Pendidikan

    Pendidikan adalah sebuah proses untuk mengubah sikap dan tata laku

    seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui

    upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan secara umum adalah segala upaya

    yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok,

    atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku

    pendidikan. Pendidikan formal yang ditempuh seseorang pada dasarnya

    adalah merupakan suatu proses menuju kematangan intelektual, untuk itu

    pendidikan tidak dapat terlepas dari proses belajar. Dengan belajar pada

    hakikatnya merupakan upaya penyempurnaan potensi atau kemampuan pada

    organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia

    dengan luar dan hidup masyarakat. Pendidikan merupakan upaya atau

    kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif (Notoatmdjo,

    2003 ).

    Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kehidupan

    manusia. Bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat, di

    dalamnya terjadi suatu proses pendidikan. Pendidikan telah ada sepanjang

    peradaban manusia (Gunawan, 2012).

    Pendidikan berdasarkan cara mendapatkannya dapat dibagi menjadi 3

    jalur pendidikan (Gunawan, 2012) macam yaitu: pendidikan informal,

    pendidikan nonformal dan pendidikan formal. Pendidikan informal adalah

  • 32  

    kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk

    kegiatan belajar secara mandiri dan hasil pendidikan informal diakui sama

    dengan pendidikan fomal setelah peserta didik berhasil lulus ujian sesuai

    dengan standar nasional pendidikan. Pendidikan nonformal adalah pendidikan

    yang diselenggarakan untuk masyarakat yang memerlukan layanan

    pendidikan sebagai pengganti, penambah dan/atau pelengkap pendidikan

    formal dalam rangka mendukung pendidikan masyarakat sepanjang hayat

    (Gunawan, 2012). Pendidikan formal adalah pendidikan yang dilakukan di

    sekolah secara teratur, bertingkat, dan mengikuti syarat-syarat tertentu yang

    sudah disahkan oleh undang-undang. Tingkat pendidikan fomal dibagi atas 3

    bagian:

    1. Pendidikan Dasar merupakan jenjang pendidikan awal yang biasanya

    dilakukan selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak

    yang melandasi jenjang pendidikan menengah meliputi lulus Sekolah

    Dasar dan Taman Kanak-kanak.

    2. Pendidikan menengah adalah jenjang pendidikan yang yang merupakan

    lanjutan pendidikan dasar meliputi SMP-SMA atau yang dianggap

    sederajat

    3. Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah

    yang mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang

    diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi, Akademi, Sekolah Tinggi,

    Politeknik, dan Institut (Depdiknas, 2008).

  • 33  

    E. Pengetahuan

    Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang didapat melalui proses

    pengindraan terhadap suatu objek. Pengindraan terjadi melalui pancaindra

    manusia yanng terdiri dari indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

    dan raba walaupun sebagian besar pengetahuan diperoleh dari penglihatan

    dan pendengaran. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam

    membentuk suatu tindakan seseorang (overt behaviour). Pengetahuan yang

    tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:

    1. Tahu (Know) merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah karena

    hanya sebatas mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

    2. Memahami (Comprehension) diartikan sebgai kemampuan untuk

    menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

    menginterpretasikan materi secara benar seperti mampu menjelaskan,

    menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.

    3. Analisis (Analysis), Kemampuan analisis dapat terlihat melalui

    kemampuan untuk menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

    memisahkan, mengelompokkan suatu materi atau objek.

    4. Sintesis (Synthesis) adalah kemampuan menyusun formulasi baru dari

    formulasi-formulasi yang ada karena adanya kemapuan untuk meletakkan

    atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan

    yang baru. Kemampuan sistesis terlihat dari kemampuan untuk menyusun,

    merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan sesuatu teori atau

    rumusan-rumusan yang telah ada.

  • 34  

    5. Evaluasi (Evaluation) adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

    penilaian terhadap suatu materi atau objek berdasarkan penilaian yang

    ditentukan sendiri atau menurut kriteria yang sudah ada.

    Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan metode wawancara

    atau menggunakan kuesioner yang menanyakan materi yang ingin diukur

    dari subjek penelitian atau objek (Notoatmodjo, 2012).

    F. Pekerjaan

    Pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi pemanfaatan pelayanan

    kesehatan. Bekerja adalah salah satu upaya untuk mendapatkan pamasukan,

    sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan.

    Tingkat kesejahteraan yang baik dapat meningkatkan akses seseorang ke

    layanan kesehatan untuk menjaga status kesehatannya agar tetap baik

    (Indriyani, 2012).Status pekerjaan dapat mempengaruhi perilaku seseorang

    dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.

    G. Pendapatan

    Menurut Reksoprayitno, pendapatan atau income adalah uang yang

    diterima oleh seseorang dan perusahaan dalam bentuk gaji, upah, sewa bunga,

    dan laba termasuk juga beragam tunjangan, seperti kesehatan dan pensiun.

    (Reksoprayitno, 2009)

    Ada 3 kategori pendapatan yaitu :

    1. Pendapatan berupa uang yaitu segala penghasilan berupa uang yang

    sifatnya regular dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa atau kontra

    prestasi.

  • 35  

    2. Pendapatan berupa barang adalah segala pendapatan yang sifatnya reguler

    dan biasa, akan tetapi selalu berbentuk balas jasa dan diterima dalam

    bentuk barang dan jasa.

    3. Pendapatan yang bukan merupakan pendapatan adalah segala penerimaan

    yang bersifat transfer redistributive dan biasanya membuat perubahan

    dalam keuangan rumah tangga. (Sunuharjo, 2009)

    H. Fasilitas Kesehatan

    Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6

    Tahun 2013, fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat

    yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik

    promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh

    pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat.

    Fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan Peraturan Menteri

    Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2013 terdiri atas 3 tingkatan

    yaitu :

    1. Fasilitas kesehatan tingkat pertama adalah fasilitas pelayanan kesehatan

    yang memberikan pelayanan kesehatan dasar.

    2. Fasilitas kesehatan tingkat kedua adalah fasilitas pelayanan kesehatan

    yang memberikan pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan

    spesialistik.

    3. Fasilitas kesehatan tingkat ketiga adalah fasilitas pelayanan kesehatan

    yang memberikan pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan

    spesialisik dan pelayanan kesehatan sub spesialistik.

  • 36  

    BAB III

    KERANGKA KONSEP

    A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti

    Ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan seseorang dalam

    memanfaatan pelayanan kesehatan. Faktor langsung dipengaruhi oleh sosio-

    ekonomi dan budaya. Faktor tidak langsung berpa variabel psikologis (selera,

    persepsi sehat sakit, harapan, penilaian terhadap provider) dan karakteristik

    individu meliputi umur jenis kelamin, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan.

    Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat pendididikan,

    pendapatan, pekerjaan, fasilitas keshatan, pengetahuan, dan kebutuhan

    individu, sedangkan variabel dependen adalah pemanfaatan Jaminan

    Kesehatan Nasional.

    Menurut Anderson (1974) yang dikutip dari Notoatmodjo (2012)

    adalah model sistem kesehatan (health system model) berupa model

    kepercayaan kesehatan. di dalam model Anderson ini terdapat tiga kategori

    utama dalam pelayanan kesehatan yaitu:

    1. Karakteristik predisposisi (Predisposing characteristics)

    Karakterisitik ini menggambarkan bahwa kecenderungan suatu

    individu menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda

    disebabkan oleh adanya ciri-ciri individu, yang digolongkan kedalam

    tiga kelompok.

  • 37  

    a. Ciri demografi, seperti jenis kelamin dan umur

    b. Struktur sosial seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, suku, ras dan

    sebaginya.

    c. Manfaat-manfaat kesehatan berupa keyakinan bahwa pelayanan

    kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit.

    Sehingga Anderson percaya bahwa:

    a. Setiap individu yang mempunyai perbedaan karakteristik, tipe dan

    frekuensi penyakit serta pola penggunaan pelayanan kesehatan.

    b. Setiap individu yang mempunyai perbedaan struktur sosial dan

    gaya hidup akhirnya akan mempunyai perbedaaan pola penggunaan

    pelayanan kesehatan.

    c. Setiap individu percaya adanya kemanjuran dalam

    penggunaan pelayanan kesehatan.

    2. Karasteristik Pendukung (Enabling characteristics)

    Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai

    predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan tapi individu

    tersebut tidak memanfaatkanya karena tidak adanya kemampuan

    dalam menggunakannya. Kemampuan penggunaanya dipengaruhi oleh

    kemampuan untuk membayar dengan sumber daya yang ada dalam hal

    ini sumber daya keluarga dan sumber daya masyarakat.

    3. Karakteristik kebutuhan (Need characteristics)

  • 38  

    Karakteristik kebutuhan disebut juga sebagai kesakitan karena

    mewakili kebutuhan akan pelayanan kesehatan. Suatu tindakan akan

    terwujud apabila dirasakan ada kebutuhan sehingga kebutuhan

    merupakan stimulan langsung dalam menggunakan pelayanan

    kesehatan. kebutuhan (need) di sini dibagi menjadi dua kategori yaitu

    yang dirasakan secara sujektif oleh individu dan berdasarkan penilaian

    klinis.

    Menurut Benned, 1987 (dalam Artati, 2005) faktor – faktor yang

    mempengaruhi demand pasien terhadap pelayanan kesehatan adalah:

    a. Insiden penyakit yang menggambarkan kejadian penyakit

    b. Karakteristik demografi dan sosial budaya yang meliputi status

    perkawinan, jumlah anggota keluarga, pendidikan dan sistem nilai

    budaya yang ada pada keluarga atau masyarakat

    c. Faktor ekonomi antara lain pendapatan, harga pelayanan medis dan

    nilai waktu yang dipergunakan untuk mencari pengobatan.

  • 39  

    B. Pola Pikir Variabel yang Diteliti

    1. Kerangka Teori

    Gambar Ilustrasi Model Anderson (Notoatmodjo, 2012).

    Predisposing 

    Social Structur 

    Demography 

    Health Beliefs 

    Enabling  Need  Health Service Use 

    Family Resource  Perceived 

    Community Resource 

    Evaluated

  • 40  

    2. Kerangka Pikir

    Berdasarkan kerangka teori di atas, dapat disusun kerangka pikir

    penelitian sebagai berikut :

    Faktor Predisposisi:

    Tingkat Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan Tentang Asuransi

    Kesehatan Pemanfaatan Jaminan Kesehatan

     

    Faktor Enabling :

    Pendapatan Fasilitas Kesehatan

    Faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat: 

                   

           Variabel Dependen

    Variabel Independen

  • 41  

    3. Kerangka Konsep

    Berdasarkan kerangka teori di atas, dapat disusun kerangka konsep

    penelitian sebagai berikut:

    Keterangan :

    : Variabel Independen/ Variabel Bebas

    : Variabel Dependen/ Variabel Terikat

    Pemanfaatan Jaminan

    Kesehatan (Y)

    Fasilitas Kesehatan (X5)

    Pengetahuan (X2)

    Pekerjaan (X3)

    Pendapatan (X4)

    Tingkat Pendidikan (X1)

  • 42  

    C. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

    Defenisi operasional variabel pada penelitian ini adalah Tingkat

    Pendidikan, Pengetahuan, Pendapatan, dan Kebutuhan Individu sebagai

    variabel bebas (independen) dan Penggunaan Jaminan Kesehatan sebagai

    variabel terikat (dependen).

    1. Tingkat Pendidikan

    Yang dimaksud dengan tingkat pendidikan adalah tingkat

    pendidikan formal yang saat ini sudah dan/atau sedang dijalani oleh

    responden. Tingkat pendidikan formal yang dimaksud adalah pendidikan

    yang dilakukan di sekolah secara teratur, bertingkat, dan mengikuti

    syarat-syarat tertentu yang sudah disahkan oleh undang-undang

    (Depdiknas, 2008).

    Kriteria Objektif:

    Rendah : Jika tingkat pendidikan terakhir responden adalah lebih

    rendah dari lulus SMU atau yang sederajat.

    Tinggi : Jika tingkat pendidikan terakhir responden lebih tinggi dari

    SMU atau sederajat.

    2. Pengetahuan

    Yang dimaksud dengan pengetahuan adalah segala sesuatu yang

    diketahui oleh responden mengenai Jaminan Kesehatan Nasional (JKN),

    yaitu arti JKN, penyelenggaraan JKN, Kepesertaan JKN, Manfaat JKN,

    dan prosedur pendaftaran JKN.

  • 43  

    Kriteria Objektif:

    Tingkat Pengetahuan Cukup : Jika responden memperoleh skor jawaban

    > nilai median dari 10 pertanyaan yang

    diajukan.

    Tingkat Pengetahuan Kurang : Jika responden memperoleh skor jawaban

    ≤ nilai median dari 10 pertanyaan yang

    diajukan.

    3. Pekerjaan

    Pekerjaan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pekerjaan

    yang sedang dilakukan reponden saat diadakan penelitian.

    Kriteria Objektif:

    Bekerja : Jika pekerjaan responden adalah sebagai PNS, pegawai

    swasta, buruh, petani/nelayan, dan pedagang/ wiraswasta

    (melakukan aktivitas yang untuk mendapatkan upah).

    Tidak Bekerja : Jika pekerjaan respoden tidak bekerja, ibu rumah tangga,

    mahasiswa/ pelajar, dan pensiunan.

    4. Pendapatan

    Yang dimaksud dengan pendapatan adalah total pemasukan yang

    diterima dalam kurun waktu 1 bulan.

    Kriteria Objektif:

    Tinggi : Jika pendapatan > Rp. 2.300.000,00

    Rendah : Jika pendapatan ≤ Rp. 2.300.000,00

  • 44  

    5. Fasilitas Kesehatan

    Dalam penelitian ini fasilitas kesehatan berupa keramahan petugas,

    kelengkapan alat dan ketersediaan obat dan peralatan. Penilaian variabel

    ini menggunakan Skala Likert sesuai jumlah pertanyaan dengan

    mengggunakan 4 kategori: “Sangat Baik”= 4, “Baik”= 3, “Tidak Baik”=

    2, dan “Sangat Tidak Baik”= 1.

    Kriteria objektif (Sugiyono, 2003):

    Baik : bila skor jawaban responden memenuhi kriteria ≥ 12,5

    Kurang baik : bila skor jawaban responden memenuhi kriteria < 12,5

    Cara perhitungan kriteria objektif untuk variabel fasilitas kesehatan:

    Skor tertinggi jawaban responden = Jumlah pertanyaan x skor tertinggi

    = 5 x 4

    = 20

    Skor terendah jawaban responden = Jumlah pertanyaan x skor terendah

    = 5 x 1

    = 5

    Range (R) = skor tertinggi – skor terendah

    = 20 – 5

    = 15

    Interval (I) =

    = = 7,5

    Maka skor standar = 20 – 7,5 = 12,5

  • 45  

    6. Pemanfaatan Jaminan Keehatan Nasional

    Pernyataan responden tentang pernah atau tidak pernah

    memanfaatkan JKN untuk memperoleh pelayanan kesehatan di Puskesmas

    Tamalanrea Jaya Kota Makassar.

    Kriteria Objektif:

    Memanfaatkan : Apabila responden pernah memanfaatkan

    pelayanan kesehatan dengan menggunakan JKN

    di Puskesmas Tamalanrea Jaya.

    Tidak Memanfaatkan : Apabila responden tidak pernah memanfaatkan

    pelayanan kesehatan dengan menggunakan JKN

    Tamalanrea Jaya.

    D. Hipotesis Penelitian

    1. Hipotesis Null (Ho)

    f. Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan terhadap pemanfaatan

    Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota

    Makassar.

    g. Tidak ada hubungan antara pengetahuan terhadap pemanfaatan

    Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota

    Makassar.

    h. Tidak ada hubungan antara pekerjaan terhadap pemanfaatan Jaminan

    Kesehatan Nasional di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar.

    i. Tidak ada hubungan antara pendapatan terhadap pemanfaatan Jaminan

    Kesehatan Nasional di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar.

  • 46  

    j. Tidak ada hubungan antara fasilitas kesehatan terhadap pemanfaatan

    Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota

    Makassar.

    2. Hipotesis Alternatif (Ha)

    a. Ada hubungan antara antara tingkat pendidikan terhadap pemanfaatan

    Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota

    Makassar.

    b. Ada hubungan antara pengetahuan terhadap pemanfaatan Jaminan

    Kesehatan Nasional di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar.

    c. Ada hubungan antara pekerjaan terhadap pemanfaatan Jaminan

    Kesehatan Nasional di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar.

    d. Ada hubungan antara pendapatan terhadap pemanfaatan Jaminan

    Kesehatan Nasional di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar.

    e. Ada hubungan antara fasilitas kesehatan terhadap pemanfaatan

    Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota

    Makassar.

  • 47  

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan

    observasional menggunakan desain Cross Sectional dimana penelitian ini

    dimaksudkan untuk melakukan identifikasi kepada variabel yang akan diteliti

    agar dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi individu dalam

    memanfaatkan Jaminan Kesehatan Nasional di Wilayah Kerja Puskesmas

    Tamalanrea Jaya Kota Makassar tahun 2016.

    B. Waktu dan Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 11 November 2016 sampai

    dengan 11 Desember 2016 di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea Jaya

    yang merupakan fasilitas layanan tingkat pertama yang berlokasi di Jl.

    Perintis Kemerdekaan IV, Kota Makassar.

    C. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi adalah keseluruhan atau univers yang ciri-cirinya atau

    karakteristik-karakteristiknya dapat diamati untuk ditarik menjadi suatu

    sampel dalam penelitian (Pasolong, 2012). Oleh karena itu, yang menjadi

    objek penelitian yaitu seluruh masyarakat yang tercakup dalam wilayah

    kerja Puskesmas Tamalanrea Jaya yaitu sebanyak 23.455 jiwa.

  • 48  

    2. Sampel

    Sampel adalah sebagian dari kuantitas populasi yang

    mencerminkan dari keseluruhan populasi. Teknik pengambilan sampel

    yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik Sampling Kebetulan

    (Accidental Sampling) yaitu suatu teknik penarikan sampel yang paling

    sederhana, karena peneliti memperoleh sampel dengan cara kebetulan saja

    dilokasi penelitian dengan tidek menggunakan perencanaan terentu.

    (Pasolong, 2012).

    Penentuan besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus

    Slovin sebagai berikut:

    ² 1

    Keterangan:

    n = Besaran Sampel

    N = Besar Populasi

    d = Tingkat kesalahan 10% = 0,10

    jadi,

    23.4551 23.455. 0.1

    23.455235,55

    99,57 Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 99,57 dibulakan

    menjadi 100 orang. Berdasarkan rumus Slovin tersebut, jumlah sampel

    yang dapat diambil adalah sebanyak 100.

  • 49  

    D. Pengumpulan Data

    1. Data Primer

    Data primer diperoleh di lapangan dengan melakukan wawancara

    langsung dengan responden menggunakan kuesioner penelitian yang telah

    disiapkan.

    2. Data Sekunder

    Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara

    tidak langsung yaitu melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh

    pihak lain) meliputi sejarah rumah sakit (profil rumah sakit), struktur

    organisasi rumah sakit, dan laporan tiga tahun terakhir rumah sakit.

    E. Pengolahan Data

    Data yang diperoleh dari hasil wawancara, diolah dengan

    menggunakan komputer melalui program SPSS (Statistical Package and

    Social Silence) versi 20.0. Adapun tahap pengolahan data dengan

    menggunakan SPSS sebagai berikut:

    1. Editing

    Yaitu memeriksa kelengkapan kesalahan, dan konsistensi data hasil

    wawancara kuesioner dari responden.

    2. Coding

    Yaitu memberikan kode masing-masing jawaban responden pada setiap

    pertanyaan dalam kuesioner berupa angka untuk memudahkan pengolahan

    data.

  • 50  

    3. Entry Data

    Yaitu memasukkan jawaban responden dari kuesioner yang telah dikoding

    ke dalam SPSS.

    4. Cleaning Data

    Cleaning data adalah pengecekan kembali data-data yang telah

    dimasukkan dari kemungkinan adanya kesalahan atau ketidaklengkapan

    data kemudian dilakukan perbaikan.

    F. Analisis Data

    1. Analisis Univariat

    Dilakukan pada tiap variable untuk mengetahui gambaran masing-

    masing variable (persentase dan jumlah) yang dipaparkan dalam tabel

    distribusi frekuensi.

    2. Analisis Bivariat

    Pada tahap ini dilakukan uji statistic untuk mengetahui hubungan

    variabel independen dengan variabel dependen. Data disajikan dalam

    bentuk crosstab. Analisis data dilakukan untuk menguji hubungan tiap

    variabel yang selanjutnya dianalisis secara statistik dengan menggunakan

    uji Chi-Square (X²) dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05).

    Rumus Chi Square :

    X2 =∑

    Keterangan :

    Ei 

    (Oi – Ei)2

  • 51  

    X2 : Kai kuadrat hasil perhitungan

    Oi : Banyaknya kasus yang diamati dalam kategori ke-i

    Ei : Banyaknya kasus yang diharapkan dalam kategori ke-i

    ∑ : Penjumlahan semua kategori

    Untuk melihat hubungan antara hubungan variabel independen dan

    variabel dependen jika frekuensi yang diharapkan (E) lebih atau sama

    dengan 5 dipergunakan Chi-square dengan Yates’s Corection

    menggunakan table kontingensi 2x2 dengan rumus :

    n |ad bc| na b a c b d c d

    Tabel Kontigensi 2x2

    Sampel Kriteria Objek

    Jumlah sampel I II

    Sampel 1 A B a+b

    Sampel 2 C D c+d

    Total a+c b+d n

    Sumber : Sugiyono,2002

    Dengan interpretasi sebagai berikut:

    1. Ho ditolak jika nilai ρ < 0,05 maka Ha diterima, dengan demikian ada

    hubungan antara variable independen dengan dependen.

  • 52  

    2. Ho diterima jika nilai ρ > 0,05 maka Ha ditolak, dengan demikian

    tidak ada hubungan antara variable independen dengan dependen.

    G. Penyajian Data

    Data yang telah dianalisis, disajikan dalam bentuk tabel dan narasi

    untuk membahas hasil penelitian.

  • 53  

    BAB V

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    Puskesmas Tamalanrea Jaya beralamat di Jalan Perintis Kemerdekaan

    IV Kota Makassar. Puskesmas ini memilki visi sebagai Puskesmas sehat

    2017. Adapun misinya yaitu:

    1. Pelayanan kesehatan terdepan,

    2. Melaksanakan pelayanan prima,

    3. Mengutamakan kepentingan masyarakat.

    Adapun tujuan Puskesmas Tamalanrea Jaya yakni meningkatkan

    kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang

    bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan

    yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat 2019.

    Sedangkan sasaran Puskesmas Tamalanrea Jaya adalah seluruh masyarakat

    termasuk individu, keluarga dan kelompok beresiko tinggi

    (keluarga/penduduk didaerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak

    terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan bumil).

    B. Hasil Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Tamalanrea

    Jaya Kota Makassar yang berlangsung pada tanggal 11 November 2016 s/d 11

    Desember 2016, tentang faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam

  • 54  

    pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional di wilayah kerja Puskesmas

    Tamalanrea Jaya dengan sampel sebanyak 100 responden.

    Penelitian ini merupakan penelitian observasional bersifat analitik

    dengan menggunakan desain crosssectional study yang bertujuan untuk

    mengetahui hubungan antara 2 variabel yang berbeda. Untuk pengumpulan

    data dilakukan dengan kuesioner yang hasilnya kemudian di input dan diolah

    dengan menggunakan program pengolah data SPSS (Statistical Package and

    Social Silence) versi 20.0. Hasil penelitian ditampilkan dalam bentuk table

    distribusi frekuensi dan distribusi silang (crosstab) yang disertai dengan

    narasi pada setiap penjelasan tabel.

    1. Analisis Univariat

    Analisis ini dilakukan untuk mengetahui sebaran karakteristik

    responden berdasarkan variable-variabel yang diteliti, yaitu:

    a. Karakteristik Umum Responden

    Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 100

    orang. Responden merupakan pasien yang berobat di Puskesmas

    Tamalanrea Jaya, Kota Makassar. Karakteristik responden meliputi

    umur dan jenis kelamin responden.

    Umur yang dimaksud di sini adalah usia responden saat

    dilakukan pengambilan data.dalam penelitian ini umur responden

    bervariasi dari umur 13 tahun sampai umur lebih dari 62 tahun.

    Distribusi responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel

    berikut:

  • 55  

    Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Puskesmas

    Tamalanrea Jaya Kota Makassar Tahun 2016

    Kelompok Umur (Tahun) Frekuensi (n) Persentase (%)

    13 – 19 20 – 26 27 – 33 34 – 40 41 – 47 48 – 54 55 – 61 ≥ 62

    9 19 16 26 16 6 4 4

    9,0 19,0 16,0 26,0 16,0 6,0 4,0 4,0

    Total 100 100,0 Sumber: Data Primer, 2016

    Berdasarkan tabel 1, menunjukkan mayoritas responden berada

    pada kelompok umur 34 – 40 tahun sebanyak 26 orang (26,0%),

    sedangkan yang paling sedikit berada pada kelompok umur 55 – 61

    dan kelompok umur di atas 62 tahun yaitu masing-masing 4 orang

    (4,0%).

    Selain umur, karakteristik responden yang lain adalah jenis

    kelamin responden. Jenis kelamin responden adalah perbedaan antara

    perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak lahir. Distribusi

    responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut:

    Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas

    Tamalanrea Jaya Kota Makassar Tahun 2016

    Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%) Laki-laki

    Perempuan 40 60

    40,0 60,0

    Total 100 100,0 Sumber: Data Primer, 2016

  • 56  

    Tabel 2 menunjukkan mayoritas responden adalah perempuan

    sebanyak 60 orang (60,0%) sedangkan responden dengan jenis

    kelamin laki-laki sebannyak 40 orang (40,0%).

    b. Tingkat Pendidikan

    Tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang saat

    ini sudah dan/atau sedang dijalani oleh responden. Berdasarkan hasil

    penelitian distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat

    dilihat pada tabel berikut:

    Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar Tahun 2016

    Tingkat Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)

    Rendah Tinggi

    36 64

    36,0 64,0

    Total 100 100,0 Sumber: Data Primer, 2016

    Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar

    responden berpendidikan tinggi, yaitu sebanyak 64 orang (64,0%),

    sedangkan sisanya sebanyak 36 responden (36,0%) masih

    berpendidikan rendah.

    c. Pengetahuan

    Variabel pengetahuan responden diukur berdasarkan jawaban

    yang diberikan kepada responden dalam bentuk kuesioner yang

    berkaitan dengan pengetahuan responden tentang JKN. Berdasarkan

    hasil penelitian pengetahuan responden tentang JKN dapat dilihat pada

    tabel 4.

  • 57  

    Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar Tahun 2016

    Tingkat

    Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)

    Kurang Cukup

    68 32

    68,0 32,0

    Total 100 100,0 Sumber: Data Primer, 2016

    Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan

    responden tentang JKN masih kurang. Sebanyak 68 responden (68,0%)

    belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang JKN. Sedangkan

    yang memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 32 orang (32,0%).

    d. Pekerjaan

    Variabel Pekerjaan responden diukur berdasarkan ada tidaknya

    pengekerjaan responden pada saat dilakukan penelitian. D