FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN...
Transcript of FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN...
SKRIPSI
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN
MEMBAYAR IURAN BPJS MANDIRI PADA PASIEN DI
RSUD LABUANG BAJI KOTA MAKASSAR
NOVIA WIDYANTI
K 111 14 330
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
DEPARTEMEN ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
ii
iii
iv
RINGKASAN
Universitas Hasanuddin
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Makassar, Mei 2018
Novia Widyanti
“Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Membayar Iuran BPJS
Mandiri pada Pasien Di RSUD Labuang Baji Kota Makassar”
(xiii + 88 halaman + 15 tabel + 6 lampiran)
Kepatuhan merupakan ketaatan atau ketidaktaatan pada perintah atau
aturan. Sedangkan kepatuhan dalam membayar iuran berarti perilaku seseorang
yang memiliki kemauan membayar iuran secara tepat berdasarkan waktu yang telah
ditetapkan. Di Kota Makassar, sebanyak 143.794 (45%) tidak memiliki kepatuhan
dalam membayar iuran. Ketidakteraturan peserta JKN dalam membayar iuran akan
berdampak pada penjaminan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang
tersedia, salah satunya yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji yang
bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan
kepatuhan membayar iuran BPJS mandiri pada pasien di RSUD Labuang Baji Kota
Makassar. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan
desain cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien
peserta BPJS mandiri dengan rata-rata pengunjung setiap bulannya yaitu 168
pasien. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 117 sampel yang diambil dengan
menggunakan metode purposive sampling. Analisis data yang dilakukan adalah
analisis univariat dan bivariat dengan uji chi square.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 117 responden terdapat
67,5% yang patuh dalam membayar iuran BPJS mandiri. Variabel yang
berhubungan dengan kepatuhan membayar iuran pada pasien di RSUD Labuang
Baji adalah pendidikan (p=0,034), pekerjaan (p=0,001), pengetahuan (p=0,000),
dan persepsi (p=0,001). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan
kepatuhan membayar iuran BPJS mandiri pada pasien di RSUD Labuang Baji
adalah pendapatan (p=0,786), dan motivasi (p=0,979). Saran kepada BPJS
Kesehatan untuk memberikan sosialisasi atau informasi kepada peserta BPJS
Kesehatan tentang Program BPJS Kesehatan dari waktu pembayaran, metode
pembayaran, dan sanksi jika menunggak pembayaran.
Kata Kunci : BPJS, Kepatuhan, Iuran, Peserta
DAFTAR PUSTAKA: 46 (2003 – 2017)
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas berkah, rahmat, serta perlindungan dan bantuan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor yang Berhubungan dengan
Kepatuhan Membayar Iuran BPJS Mandiri pada Pasien di RSUD Labuang Baji
Kota Makassar”.
Penghargaan dan terima kasih yang tidak terhingga saya ucapkan kepada
kedua orangtua saya Bapak I Nyoman Gede Widnyana dan Ibu Beatris Evi
Patimang, adik-adik saya Dwi Murtini Widiastuti dan Vitri Widiantari serta seluruh
keluarga. Terima kasih atas bantuan, motivasi dan doa yang tak berujung,
pengertian, nasehat yang tiada henti dan pengorbanan tiada akhir sehingga penulis
dapat menyelesaikan studi ini.
Dengan tidak melupakan uluran tangan dan bantuan yang telah Penulis
peroleh dari berbagai pihak, penulis mengucapkan terima kasih atas segala bentuk
bantuan baik materil maupun moril, kepada:
1. Bapak Dr. Darmawansyah, SE, MS dan Bapak Dr. H. Muh. Alwy Arifin,
M.Kes sebagai dosen pembimbing yang telah banyak mencurahkan tenaga dan
pikirannya, meluangkan waktunya yang begitu berharga untuk memberi
bimbingan dan pengarahan dengan baik, dan memberikan dukungan serta
motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. drg. Andi Zulkifli, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin beserta seluruh staf atas kemudahan
birokrasi serta administrasi selama penyusunan skripsi ini.
vi
3. Ibu Indra Fajarwati Ibnu, SKM, MA selaku Penasehat Akademik selama
penulis mengikuti pendidikan.
4. Bapak Dr. H. Muh. Alwy Arifin, M. Kes selaku Ketua Departemen
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin.
5. Bapak Prof. Dr. dr. H. Muh. Syafar, MS, Bapak Dian Saputra Marzuki, SKM,
M.Kes, dan Ibu Jumriani Ansar, SKM, M.Kes sebagai dosen penguji yang telah
meluangkan waktunya dan banyak memberi masukan, kritikan serta arahan
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan lebih baik.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat, terkhusus kepada
seluruh dosen Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, yang telah
memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berharga selama penulis mengikuti
pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
7. Seluruh staf pegawai FKM Unhas atas segala arahan, dan bantuan yang
diberikan selama penulis mengikuti pendidikan terkhusus kepada staf jurusan
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Pak Salim dan Kak Ros, atas segala
bantuannya.
8. Pimpinan Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji dan seluruh staffnya yang
membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
9. Sahabat-sahabat, Anak Sukses (Yuyu, Wilis, Iffa, Dewi, Ummu, Novi, Ulfah,
Ain) dan Calm (Furqan, Vera, Anti, dan Qalbi) yang selalu memberikan
semangat, motivasi dan nasehat serta bantuan dan kerjasamanya dalam
penyusunan skripsi ini.
vii
10. Teman-teman pengurus HAPSC Periode 2017/2018 dan seluruh keluarga besar
HAPSC, terimakasih atas tawa, canda, motivasi, semangat, nasehat dan
bantuan serta kerjasamanya selama ini.
11. Teman-teman PBL Desa Bonto Ujung dan teman-teman KKN Reguler
Angkatan 96 Kecamatan Galesong (Desa Parasangan Beru) atas kenangan dan
pengalaman yang tak terlupakan.
12. Teman-teman seperjuangan angkatan 2014 VAMPIR Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin yang tidak bisa penulis sebutkan satu per
satu. Semoga kebersamaan kita menjadi kenangan dan pelajaran yang tidak
terlupakan.
13. Serta semua pihak yang telah membantu penulis selama ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena
itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersimpati pada
skripsi ini untuk penyempurnaannya. Akhir kata, tiada kata yang patut penulis
ucapkan selain doa semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridho
dan berkah-Nya atas amalan kita di dunia dan di akhirat. Amin.
Makassar, Mei 2018
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
RINGKASAN .................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Jaminan Kesehatan ....................................... 10
B. Tinjauan Umum Tentang BPJS Kesehatan ........................................... 11
C. Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit ................................................. 24
D. Tinjauan Umum Tentang Variabel yang Diteliti ................................... 27
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti ............................................... 33
B. Kerangka Teori ...................................................................................... 36
C. Kerangka Konsep .................................................................................. 37
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ........................................... 37
E. Hipotesis Penelitian ............................................................................... 43
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ...................................................................................... 45
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 45
C. Populasi dan Sampel .............................................................................. 45
D. Pengumpulan Data ................................................................................. 47
ix
E. Pengolahan Data .................................................................................... 48
F. Analisis Data ......................................................................................... 49
G. Penyajian Data ....................................................................................... 49
H. Sintesa Penelitian .................................................................................. 50
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...................................................... 59
B. Hasil Penelitian ...................................................................................... 61
C. Pembahasan ........................................................................................... 71
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 87
B. Saran ...................................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Sintesa Penelitian ............................................................................. 50
Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden di Instalasi
Rawat Inap RSUD Labuang Baji ..................................................... 61
Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Instalasi Rawat Inap
RSUD Labuang Baji ........................................................................ 62
Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Instalasi Rawat Inap
RSUD Labuang Baji ........................................................................ 63
Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan di Instalasi Rawat Inap
RSUD Labuang Baji ........................................................................ 63
Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Instalasi Rawat Inap
RSUD Labuang Baji ........................................................................ 64
Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Labuang Baji ........................................................................ 65
Tabel 8 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Labuang Baji ........................................................................ 65
Tabel 9 Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan Membayar di Instalasi
Rawat Inap RSUD Labuang Baji ..................................................... 66
Tabel 10 Hubungan Pendidikan dengan Kepatuhan Membayar Iuran BPJS
Mandiri pada Pasien di RSUD Labuang Baji .................................. 66
Tabel 11 Hubungan Pekerjaan dengan Kepatuhan Membayar Iuran BPJS Mandiri
pada Pasien di RSUD Labuang Baji ................................................ 67
xi
Tabel 12 Hubungan Pendapatan dengan Kepatuhan Membayar Iuran BPJS
Mandiri pada Pasien di RSUD Labuang Baji .................................. 68
Tabel 13 Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Membayar Iuran BPJS
Mandiri pada Pasien di RSUD Labuang Baji .................................. 69
Tabel 14 Hubungan Persepsi dengan Kepatuhan Membayar Iuran BPJS Mandiri
pada Pasien di RSUD Labuang Baji ................................................ 70
Tabel 15 Hubungan Motivasi dengan Kepatuhan Membayar Iuran BPJS Mandiri
pada Pasien di RSUD Labuang Baji ................................................ 71
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional
Gambar 2 Kerangka Teori
Gambar 3 Kerangka Konsep
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
Lampiran 2 Hasil Pengolahan Data
Lampiran 3 Master Tabel
Lampiran 4 Persuratan
Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 6 Riwayat Hidup Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak tahun 2004 telah dikeluarkan Undang-Undang No. 40 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang menyatakan bahwa telah terdapat
jaminan sosial yang diwajibkan bagi seluruh penduduk Indonesia yakni
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Jaminan kesehatan merupakan jaminan
berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan
dan perlindungan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang
diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya
dibayarkan oleh pemerintah (Perpres No. 12 tahun 2013). Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) ini dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan. BPJS Kesehatan merupakan transformasi dari penyelenggara
asuransi kesehatan yang berbentuk Perseroan Terbatas, yakni PT. Askses.
Seluruh penduduk Indonesia wajib menjadi peserta jaminan kesehatan yang
dikelola oleh BPJS termasuk orang asing yang telah bekerja paling singkat
enam bulan di Indonesia dan telah membayar iuran (Kemenkes RI, 2013). BPJS
Kesehatan bersifat nirlaba, kegotongroyongan, portabilitas, serta memiliki tata
kelola yang baik (good governance) berupa keterbukaan, akuntabilitas, efisien
dan efektivitas dibandingkan PT. Askes yang bersifat profit (Thabrany, 2003).
Menurut UU No. 40 tahun 2004, jaminan sosial yang diselenggarakan oleh
pemerintah merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial, untuk menjamin
seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
2
Pemberlakuan JKN yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan mulai tanggal
1 Januari 2014 mengharapkan seluruh masyarakat Indonesia dapat ikut serta
sehingga seluruh masyarakat akan tercover oleh Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN). Pemerintah menyebutkan bahwa di tahun 2019 seluruh rakyat Indonesia
wajib menjadi anggota JKN karena dengan adanya JKN masyarakat yang sakit
akan merasakan dampak layanan kesehatan yang mereka terima sebagai peserta
JKN yaitu pemeriksaan, perawatan, dan pengobatan dijamin oleh BPJS
Kesehatan (Depkes RI, 2014).
Saat ini tercatat jumlah peserta BPJS Kesehatan mencapai sekitar
183.579.086 orang. Di dalam kepesertaan JKN terdiri dari Penerima Bantuan
Iuran dan bukan Penerima Bantuan Iuran. Peserta Penerima Bantuan Iuran JKN
meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu yang
iurannya di bayarkan oleh pemerintah sedangkan peserta bukan Penerima
Bantuan Iuran adalah peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak
mampu.
Salah satu peserta bukan Penerima Bantuan Iuran adalah pekerja mandiri
(bukan penerima upah) yang mendapatkan penghasilan dari usaha sendiri
sehingga ketika mereka menjadi peserta JKN harus membayarkan iuran setiap
bulannya. Di Indonesia hingga bulan Desember 2017, jumlah peserta mandiri
sudah mencapai 29.006.196 jiwa (BPJS, 2017). Sementara di Provinsi Sulawesi
Selatan, jumlah peserta BPJS Kesehatan mencapai 7.205.802 jiwa atau sekitar
76,15% dari total keseluruhan penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan. Jumlah
3
peserta BPJS mandiri di Sulawesi Selatan mencapai 12,12% dari total jumlah
penduduk (BPJS, 2017).
Adanya fenomena insurance effect (efek asuransi) menjadi salah satu
penyebab terjadinya mismatch. Artinya mereka yang tadinya tidak pernah
berobat ketika sakit, kini berbondong-bondong berobat ke puskesmas dan
rumah sakit. Salah satu penyumbang terbanyak insurance effect adalah dari
kelompok Non PBI mandiri yang jumlahnya di tahun 2017 mencapai 29 juta
jiwa (Intiasari, 2017).
Kepesertaan mandiri yang terus meningkat tidak sejalan dengan
kepatuhannya dalam membayar iuran JKN. Kepatuhan merupakan ketaatan
atau ketidaktaatan pada perintah atau aturan. Sedangkan kepatuhan dalam
membayar iuran berarti perilaku seseorang yang memiliki kemauan membayar
iuran secara tepat berdasarkan waktu yang telah ditetapkan (Fildzah, 2016).
Besaran iuran merupakan kunci dari kesinambungan, kualitas Jaminan
Kesehatan, dampak terhadap pemiskinan baru, dan peningkatan produktifitas
penduduk. Apabila iuran ditetapkan tanpa perhitungan yang matang, atau
hanya dengan kesepakatan, maka terdapat ancaman BPJS tidak mampu
membayar fasilitas kesehatan, jaminan tidak tersedia, dan rakyat tidak
percaya lagi kepada negara. Besaran iuran harus: (1) cukup untuk membayar
layanan kesehatan dengan kualitas baik, (2) cukup untuk mendanai
operasional BPJS dengan kualitas baik dengan harga keekonomian yang
layak, (3) tersedia dana cadangan teknis jika sewaktu-waktu terjadi klaim
4
yang tinggi, (4) tersedia dana pengembangan program, riset operasional, atau
pengobatan baru (DJSN, 2012).
Biaya kesehatan yang semakin tinggi serta resiko sakit yang dimiliki oleh
semua orang menjadi dasar bagi seseorang untuk menjadi peserta JKN, salah
satunya peserta JKN mandiri. Kepatuhan dalam membayar iuran JKN bagi
peserta mandiri merupakan komponen terpenting untuk mempermudah
pemanfaatan pelayanan kesehatan. Pemberian pelayanan kesehatan bagi pasien
peserta mandiri JKN sangat ditentukan oleh kepatuhan dalam membayar iuran
setiap bulannya. Apabila pasien peserta mandiri JKN belum membayar iuran,
maka pasien peserta mandiri JKN diwajibkan untuk melunasi iuran yang belum
dibayarkan, dan jika tidak melunasi iuran tersebut maka pasien peserta mandiri
tidak dapat menggunakan JKN sebagai penjamin dari biaya perawatan di
fasilitas kesehatan. Hal tersebut berdampak pada pasien rawat inap yang harus
menjadi pasien umum sehingga pasien/keluarga harus menanggung beban biaya
perawatan sendiri karena tidak lagi dijamin oleh BPJS Kesehatan.
Berdasarkan data sekunder BPJS yang diperoleh peneliti, jumlah peserta
JKN di Kota Makassar hingga saat ini mencapai 1.286.925 jiwa (77,36%).
Untuk jumlah peserta mandiri di Kota Makassar sampai dengan Bulan
Desember 2017 adalah 319.404 jiwa (24,82%) yang setiap bulannya terus
mengalami peningkatan. Dari seluruh peserta mandiri di Kota Makassar,
sebanyak 143.794 (45%) tidak memiliki kepatuhan dalam membayar iuran
BPJS (BPJS, 2017).
5
Berdasarkan data di atas, kepatuhan masyarakat dalam membayar iuran
BPJS Kesehatan di Kota Makassar masih kurang disiplin. Masalah yang
dihadapi dalam pengumpulan iuran peserta mandiri (PBPU) adalah tunggakan
pembayaran (tidak rutin membayar). Alasan peserta mandiri tidak rutin
membayar karena penghasilan mereka tidak menentu, ATM sering offiline,
lama proses bayar, dan biaya iuran terlalu tinggi. Selain itu, ada persepsi bahwa
pelayanan yang diberikan kepada pasien yang menggunakan BPJS kurang
maksimal. Alasan lain masyarakat tidak rutin membayar iuran yaitu peserta
merasa kalau dirinya tidak sakit, uang mereka akan hilang begitu saja dan
walaupun sakit cukup beli obat di warung.
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan dapat dikategorikan bahwa
peserta penunggak relatif orang berpendidikan menengah dan usia produktif.
Sekitar 2/3 penunggak karena mendaftar saat sakit. Lebih dari setengah
penunggak peserta perawatan kelas III dan selebihnya ada yang membayar
sendiri, melalui ATM, dll.
Ketersedian tempat pembayaran iuran merupakan salah satu bentuk
pelayanan publik yang dilaksanakan oleh pemerintah sebagai pemenuhan
kebutuhan masyarakat. Salah satu kebutuhan masyarakat adalah mendapatkan
pelayanan kesehatan dengan adanya jaminan kesehatan berarti bagi
masyarakat peserta mandiri JKN harus membayar iuran pada tempat
pembayaran yang telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan agar dapat
memperoleh pelayanan di fasilitas kesehatan dan dijamin oleh BPJS
Kesehatan (BPJS Kesehatan, 2014).
6
Menurut beberapa pendapat terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
kepatuhan dalam membayar iuran jaminan kesehatan. Salah satunya yaitu
penelitian (Pratiwi, 2015) menyatakan bahwa faktor yang berhubungan dengan
keteraturan membayar iuran JKN yaitu pengetahuan, pendidikan, pekerjaan,
ketersediaan tempat pelayanan, jarak ke tempat pelayanan, kemampuan dan
kemauan membayar iuran, persepsi terhadap tempat pelayanan kesehatan dan
motivasi. Dalam penelitian ini variabel kemampuan dan kemauan dalam
membayar iuran JKN tidak diteliti karena ketika telah menjadi peserta JKN
maka seseorang telah mampu dan mau untuk membayar iuran namun masih
banyak peserta mandiri JKN yang tidak patuh dalam membayar iuran.
Hasil penelitian (Ni Made Sri Nopiyani, 2015) menunjukkan bahwa faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap kepatuhan pembayaran iuran adalah usia,
kelas kepesertaan, status kepesertaan, pemanfaatan layanan FKTP dan
pemanfaatan layanan FKTL. Iuran dari peserta merupakan salah satu sumber
pendapatan untuk pengelolaan skema asuransi kesehatan. Oleh karena itu,
kepatuhan peserta asuransi untuk membayar iuran sangat penting bagi
keberlangsungan skema asurasi kesehatan tersebut.
Faktor lain seperti yang dilakukan oleh (Annisa, 2015) menyatakan bahwa
pengalaman kesakitan, pendapatan, jumlah anggota keluarga, ATP 1 dan ATP
2 merupakan faktor yang berhubungan dengan kemauan membayar seseorang.
Peserta non PBI mandiri memiliki potensi yang lebih besar untuk tidak patuh
membayar iuran karena berbeda dengan pekerjaan sektor formal yang pada
umumnya dikelola oleh organisasi dimana mereka bekerja dan dipotong
7
langsung dari gaji. Keteraturan dalam membayar iuran JKN bagi peserta
mandiri merupakan komponen terpenting untuk mempermudah pemanfaatan
pelayanan kesehatan.
Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yaitu rumah sakit. Rumah Sakit
Umum Daerah Labuang Baji Kota Makassar merupakan salah satu rumah sakit
milik Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan yang mengalami
perkembangan sangat pesat. Status RSUD Labuang Baji Kota Makassar adalah
rumah sakit tipe B non pendidikan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
Selain itu, RSUD Labuang Baji sebagai pusat rujukan di wilayah Kota
Makassar mampu menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten.
RSUD Labuang Baji merupakan salah satu rumah sakit dengan kunjungan
pasien terbilang cukup banyak. Berdasarkan data yang diperoleh dari profil
Rumah Sakit (RSUD Labuang Baji, 2017) terjadi peningkatan jumlah
pemanfaatan pelayanan rawat inap yaitu 6.091 pasien, terdapat 2023 pasien Non
PBI atau sekitar 33,22% dari total pasien rawat inap.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti mengangkat judul yaitu
“Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Membayar Iuran BPJS Mandiri
pada Pasien di RSUD Labuang Baji Kota Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah faktor yang berhubungan dengan kepatuhan
membayar iuran BPJS mandiri pada pasien di RSUD Labuang Baji.
8
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis faktor yang berhubungan dengan kepatuhan membayar
iuran BPJS mandiri pada pasien di RSUD Labuang Baji.
2. Tujuan Khusus :
a. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dengan kepatuhan
membayar iuran BPJS Kesehatan pada pasien peserta mandiri.
b. Untuk mengetahui hubungan antara pekerjaan dengan kepatuhan
membayar iuran BPJS Kesehatan pada pasien peserta mandiri.
c. Untuk mengetahui hubungan antara pendapatan dengan kepatuhan
membayar iuran BPJS Kesehatan pada pasien peserta mandiri.
d. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan
membayar iuran BPJS Kesehatan pada pasien peserta mandiri.
e. Untuk mengetahui hubungan antara persepsi dengan kepatuhan
membayar iuran BPJS Kesehatan pada pasien peserta mandiri.
f. Untuk mengetahui hubungan antara motivasi dengan kepatuhan
membayar iuran BPJS Kesehatan pada pasien peserta mandiri.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan
dapat menjadi bahan bacaan atau acuan bagi peneliti selanjutnya.
9
b. Manfaat Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
BPJS Kesehatan mengenai faktor yang menyebabkan peserta JKN tidak
patuh dalam membayar iuran serta dapat dijadikan sebagai salah satu
referensi dalam meningkatkan kepatuhan pembayaran iuran bagi peserta
BPJS mandiri.
c. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan menjadi tambahan wawasan dan pengalaman
peneliti dalam mempraktekkan teori yang didapat. Selain itu penelitian ini
merupakan salah satu syarat kelulusan di bagian Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Jaminan Kesehatan
1. Definisi
Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap
orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah
(Perpres RI No 12 Tahun 2013).
2. Manfaat Jaminan Kesehatan
Berdasarkan Perpres RI No 12 tahun 2013 manfaat Jaminan Kesehatan
yang bersifat pelayanan kesehatan perorangan, mencakup pelayanan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan
bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang diperlukan.
Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian
pelayanan:
a. Penyuluhan kesehatan perorangan
Penyuluhan kesehatan perorangan paling sedikit penyuluhan
mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih
dan sehat.
b. Imunisasi dasar
Pelayanan imunisasi dasar meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG),
Difteri Pertusis Tetanus dan Hepatitis-B (DPT-HB), Polio, dan Campak.
11
c. Keluarga berencana
Pelayanan keluarga berencana meliputi konseling, kontrasepsi
dasar, vasektomi dan tubektomi bekerjasama dengan lembaga yang
membidangi keluarga berencana. Vaksin untuk imunisasi dasar dan alat
kontrasepsi dasar disediakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah
Daerah.
d. Skrining kesehatan
Pelayanan skrining kesehatan diberikan secara selektif yang
ditujukan untuk mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak
lanjutan dari risiko penyakit tertentu (Perpres RI No 12 Tahun 2013).
B. Tinjauan Umum Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
1. Definisi
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum
publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial.
BPJS ini terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Semua
penduduk Indonesia wajib menjadi peserta jaminan kesehatan yang dikelola
oleh BPJS termasuk orang asing yang telah bekerja paling singkat enam
bulan di Indonesia dan telah membayar iuran (UU No. 24 Tahun 2011).
BPJS Kesehatan mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014.
Jaminan Kesehatan adalan jaminan berupa perlindungan kesehatan agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap
orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah
12
(Perpres No. 12 tahun 2013). Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang
dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN). Sistem Jaminan Sosial Nasional ini diselenggarakan
melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang bersifat wajib
(mandatory) berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional. Tujuannya adalah agar semua penduduk
Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga mereka dapat
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak.
2. Asas
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial menyelenggarakan sistem
jaminan sosial nasional berdasarkan asas:
a. Asas kemanusiaan adalah asas yang terkait dengan penghargaan
terhadap martabat manusia.
b. Asas manfaat adalah asas yang bersifat operasional menggambarkan
pengelolaan yang efisien dan efektif.
c. Asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah asas yang
bersifat idiil (UU No 24 Tahun 2011).
3. Tujuan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial bertujuan untuk mewujudkan
terselenggaranya pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup
yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya (UU No 24
Tahun 2011).
13
4. Prinsip
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial menyelenggarakan sistem
jaminan sosial nasional berdasarkan prinsip (UU No. 24 Tahun 2011) :
a. Prinsip kegotongroyongan
Prinsip gotong royong berarti peserta yang mampu membantu peserta
yang kurang mampu dan peserta yang sehat membantu yang sakit atau
yang berisiko tinggi. Hal ini terwujud karena kepesertaan SJSN bersifat
wajib untuk seluruh penduduk tanpa pandang bulu. Dengan demikian,
melalui prinsip gotong royong jaminan sosial dapat menumbuhkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. (Buku Pegangan
Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan
Sosial Nasional)
b. Prinsip nirlaba
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah nirlaba bukan
untuk mencari laba (for profit oriented). Dana yang dikumpulkan dari
masyarakat adalah dana amanat, sehingga hasil pengembangannya
akan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta.
c. Prinsip keterbukaan
Prinsip ini mempermudah akses informasi yang lengkap, benar, dan
jelas bagi setiap peserta.
d. Prinsip kehati-hatian
Prinsip ini meliputi pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman, dan
tertib.
14
e. Prinsip akuntabilitas
Prinsip yang pelaksanaan program dan pengelolaan keuangannya
akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
f. Prinsip portabilitas
Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan
jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka
berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
g. Prinsip kepesertaan bersifat wajib
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta
sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi
seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan
ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan
program. Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal,
bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta secara
mandiri, sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) dapat mencakup seluruh rakyat.
h. Prinsip dana amanat
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada
badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam
rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.
15
i. Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan
seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar
kepentingan peserta.
5. Fungsi, Tugas, dan Wewenang
a. Berdasarkan UU No 24 Tahun 2011 Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan berfungsi menyelenggarakan program jaminan
kesehatan.
b. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan bertugas untuk :
1) Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta
2) Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi
kerja
3) Menerima bantuan iuran dari pemerintah
4) Mengelola dana jaminan sosial untuk kepentingan peserta
5) Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan
sosial
6) Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan
sesuai dengan ketentuan program jaminan sosial
7) Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program
jaminan sosial kepada peserta dan masyarakat.
c. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan berwenang untuk :
1) Menagih pembayaran Iuran
16
2) Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek
dan jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas,
solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai
3) Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan Peserta
dan Pemberi Kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional
4) Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar
pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif
yang ditetapkan oleh Pemerintah
5) Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas
kesehatan
6) Mengenakan sanksi administratif kepada Peserta atau Pemberi
Kerja yang tidak memenuhi kewajibannya
7) Melaporkan Pemberi Kerja kepada instansi yang berwenang
mengenai ketidakpatuhannya dalam membayar Iuran atau dalam
memenuhi kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
8) Melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka
penyelenggaraan program Jaminan Sosial.
6. Hak dan Kewajiban
a. Hak
Hak yang diperoleh oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan adalah :
17
1) Memperoleh dana operasional untuk penyelenggaraan program
yang bersumber dari Dana Jaminan Sosial dan/atau sumber lainnya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
2) Memperoleh hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan
program Jaminan Sosial dari DJSN setiap 6 (enam) bulan.
b. Kewajiban
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan memiliki
kewajiban sebagai berikut :
1) Memberikan nomor identitas tunggal kepada Peserta
2) Mengembangkan aset Dana Jaminan Sosial dan aset BPJS untuk
sebesar-besarnya kepentingan Peserta
3) Memberikan informasi melalui media massa cetak dan elektronik
mengenai kinerja, kondisi keuangan, serta kekayaan dan hasil
pengembangannya
4) Memberikan Manfaat kepada seluruh Peserta sesuai dengan
Undang-Undang tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
5) Memberikan informasi kepada Peserta mengenai hak dan
kewajiban untuk mengikuti ketentuan yang berlaku
6) Memberikan informasi kepada Peserta mengenai prosedur untuk
mendapatkan hak dan memenuhi kewajibannya
7) Memberikan informasi kepada Peserta mengenai saldo jaminan hari
tua dan pengembangannya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun
18
8) Memberikan informasi kepada Peserta mengenai besar hak pensiun
1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun
9) Membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktik aktuaria
yang lazim dan berlaku umum
10) Melakukan pembukuan sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku dalam penyelenggaraan Jaminan Sosial
11) Melaporkan pelaksanaan setiap program, termasuk kondisi
keuangan, secara berkala 6 (enam) bulan sekali kepada Presiden
dengan tembusan kepada DJSN (UU No 24 Tahun 2011).
7. Kepesertaan
Kepesertaan Jaminan Kesehatan bersifat wajib dan dilakukan secara
bertahap sehingga mencakup seluruh penduduk. Pentahapan kepesertaan
dilakukan sebagai berikut:
Gambar 1 Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional
Sumber: Buku Panduan Sosialisasi JKN (2014)
19
Peserta Jaminan Kesehatan tersebut meliputi Penerima Bantuan Iuran
(PBI) JKN dan bukan PBI Jaminan Kesehatan termasuk orang asing yang
bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia yang telah membayar
iuran. Berikut ini adalah rincian peserta jaminan kesehatan (Perpres RI
No.111 tahun 2013) :
a. Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir
miskin dan orang tidak mampu dengan penetapan peserta sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Peserta Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI),
terdiri dari:
1) Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:
a. Pegawai Negeri Sipil
b. Anggota TNI
c. Anggota Polri
d. Pejabat Negara
e. Pegawai Pemerintah Non-Pegawai Negeri
f. Pegawai swasta
g. Pekerja yang menerima upah namun tidak termasuk huruf a
hingga huruf f.
2) Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:
a. Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri
b. Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima
Upah
20
c. Pekerja sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, termasuk
warga negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6
(enam) bulan.
3) Bukan pekerja dan anggota keluarganya, yaitu:
a. Investor
b. Pemberi Kerja
c. Penerima Pensiun, terdiri dari :
1. Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun
2. Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak
pensiun
3. Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun
4. Penerima pensiun lain
5. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun
lain yang mendapat hak pensiun
d. Veteran
e. Perintis Kemerdekaan
f. Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan
huruf e yang mampu membayar Iuran
Anggota keluarga yang ditanggung antara lain:
1) Untuk kelompok Pekerja Penerima Upah anggota yang ditanggung
adalah:
21
a. Keluarga inti meliputi istri/suami dan anak yang sah (anak
kandung, anak tiri dan/atau anak angkat), sebanyak-banyaknya 5
(lima) orang.
b. Anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah, dan anak angkat
yang sah, dengan kriteria tidak atau belum pernah menikah atau
tidak mempunyai penghasilan sendiri; belum berusia 21 (dua puluh
satu) tahun atau belum berusia 25 (dua puluh lima) tahun yang
masih melanjutkan pendidikan formal.
2) Untuk kelompok Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja,
peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga yang diinginkan
(tidak terbatas).
3) Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga tambahan, yang
meliputi anak ke-4 dan seterusnya, ayah, ibu dan mertua.
4) Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga tambahan, yang
meliputi kerabat lain seperti Saudara kandung/ipar, asisten rumah
tangga, dll (Perpres No. 12 tahun 2013).
8. Iuran
Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara
teratur oleh peserta, Pemberi Kerja dan/atau Pemerintah untuk program
Jaminan Kesehatan (Perpres RI No 12 Tahun 2013). Setiap Peserta wajib
membayar iuran yang besarnya ditetapkan berdasarkan persentase dari upah
(untuk pekerja penerima upah) atau suatu jumlah nominal tertentu (untuk
bukan penerima upah dan PBI).
22
Berdasarkan Perpres RI No 12 Tahun 2013, berikut ini adalah beberapa
ketentuan mengenai iuran jaminan kesehatan:
a. Bagi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan Iuran
dibayar oleh Pemerintah.
b. Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja pada lembaga
Pemerintahan terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI, anggota
Polri, pejabat negara, dan pegawai pemerintahan non pegawai negeri
sebesar 5% dari gaji atau upah per bulan dengan ketentuan : 3% dibayar
oleh pemberi kerja dan 2% dibayar oleh peserta.
c. Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja di BUMN,
BUMD, dan Swasta sebesar 4,5% dari gaji atau upah per bulan dengan
ketentuan : 4% dibayar oleh Pemberi Kerja dan 0,5% dibayar oleh
Peserta.
d. Iuran untuk keluarga tambahan Pekerja Penerima Upah yang terdiri dari
anak ke 4 dan seterusnya, ayah, ibu, dan mertua, besaran iuran sebesar
1% dari gaji atau upah per orang per bulan, dibayar oleh pekerja
penerima upah.
e. Iuran bagi kerabat lain dari pekerja penerima upah (seperti saudara
kandung/ipar, asisten rumah tangga, dll), peserta pekerja penerima upah
serta iuran bukan pekerja adalah sebesar:
1. Sebesar Rp 25.500,- per orang per bulan dengan manfaat pelayanan
di ruang perawatan Kelas III.
23
2. Sebesar Rp 51.000,- per orang per bulan dengan manfaat pelayanan
di ruang perawatan Kelas II.
3. Sebesar Rp 80.000,- per orang per bulan dengan manfaat pelayanan
di ruang perawatan Kelas I.
f. Iuran Jaminan Kesehatan bagi Veteran, Perintis Kemerdekaan, dan
janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis
Kemerdekaan, iurannya ditetapkan sebesar 5% dari 45% gaji pokok
Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III/a dengan masa kerja 14 tahun
per bulan, dibayar oleh Pemerintah.
Ketentuan pembayaran iuran jaminan kesehatan berdasarkan Perpres RI No
12 Tahun 2013 adalah sebagai berikut :
a. Pemberi Kerja wajib membayar Iuran Jaminan Kesehatan seluruh
Peserta yang menjadi tanggung jawabnya pada setiap bulan yang
dibayarkan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan kepada
BPJS Kesehatan.
b. Apabila tanggal 10 (sepuluh) jatuh pada hari libur, maka iuran
dibayarkan pada hari kerja berikutnya.
c. Pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan sebagaimana sudah termasuk
iuran yang menjadi tanggung jawab Peserta.
d. Keterlambatan pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan dikenakan
denda administratif sebesar 2% (dua persen) per bulan dari total iuran
yang tertunggak dan dibayar oleh Pemberi Kerja.
24
e. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja
wajib membayar Iuran Jaminan Kesehatan pada setiap bulan yang
dibayarkan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan kepada
BPJS Kesehatan.
f. Penjaminan akan dihentikan sementara jika keterlambatan
pembayaran iuran lebih dari 6 bulan.
C. Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit
1. Definisi Rumah Sakit
Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian
integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan
pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga
merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.
Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan
diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit
(kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Rumah sakit harus dibangun
dan dilengkapi serta dipelihara dengan baik untuk menjamin pelayanan
kesehatan, keselamatan pasiennya, harus menyediakan fasilitas yang
lapang, dan terjamin sanitasinya untuk kesembuhan pasien (Ariadi, 2015).
25
Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang
dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (UU No. 44
Tahun 2009).
2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Rumah sakit mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang
bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan
upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi
dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya
rujukan.
Untuk menyelenggarakan fungsinya, maka rumah sakit menyelenggarakan
kegiatan:
a. Pelayanan medis
b. Pelayanan dan asuhan keperawatan
c. Pelayanan penunjang medis dan nonmedis
d. Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan
e. Pendidikan, penelitian dan pengembangan
f. Administrasi umum dan keuangan.
26
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2009, rumah sakit umum mempunyai fungsi:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan
medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan.
3. Klasifikasi Rumah Sakit
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.340/Menkes/Per/III/2010, rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan
kepemilikan, jenis pelayanan, dan kelas.
a. Berdasarkan kepemilikan.
Rumah sakit yang termasuk ke dalam jenis ini adalah rumah sakit
pemerintah (pusat, provinsi, dan kabupaten), rumah sakit BUMN (ABRI),
dan rumah sakit yang modalnya dimiliki oleh swasta (BUMS) ataupun
Rumah Sakit milik luar negri (PMA).
27
b. Berdasarkan Jenis Pelayanan.
Yang termasuk ke dalam jenis ini adalah rumah sakit umum, rumah sakit
jiwa, dan rumah sakit khusus (misalnya rumah sakit jantung, ibu dan anak,
rumah sakit mata, dan lain-lain).
c. Berdasarkan Kelas.
Rumah sakit berdasarkan kelasnya dibedakan atas rumah sakit kelas A, B
(pendidikan dan non-pendidikan), kelas C, kelas D.
1) Rumah sakit umum kelas A, adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik
luas dan subspesialistik luas.
2) Rumah sakit umum kelas B, adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-
kurangnya sebelas spesialistik dan subspesialistik terbatas.
3) Rumah sakit umum kelas C, adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik
dasar.
4) Rumah sakit umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar.
D. Tinjauan Umum Tentang Variabel Yang Diteliti
1. Pendidikan
.Pendidikan adalah proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang, yang diusahakan mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan Pendidikan didefinisikan sebagai tingkat
pendidikan formal tertinggi yang dicapai dan ditunjukkan dengan bukti
28
ijasah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan digolongkan menjadi 3 (tiga)
kategori yaitu pendidikan rendah (tidak sekolah, tamat SD/MI/MTS),
pendidikan menengah (tamat SMA/MA/SMK/MAK), pendidikan tinggi
(tamat Diploma/Sarjana/Magister/Spesialis).
Menurut Handayani, dkk (2013:7) pendidikan mempengaruhi persepsi
risiko, derajat keengganan menerima risiko dan persepsi terhadap besarnya
kerugian. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin bertambah
pengetahuan mengenai informasi jaminan kesehatan dan kebutuhannya
terhadap pelayanan kesehatan. Ketika seseorang memiliki tingkat
pendidikan tinggi maka dapat lebih memahami dan mengetahui manfaat
serta kebutuhan yang dianggap penting seperti kebutuhan akan pelayanan
kesehatan yang dapat dijamin dengan cara membayar iuran jaminan
kesehatan sehingga tingkat keinginan seseorang dalam membayar iuran
tersebut akan semakin meningkat, dan sebaliknya jika seseorang memiliki
tingkat pendidikan rendah dapat menurunkan keinginannya dalam
membayar iuran jaminan kesehatan karena tingkat pemahaman serta
pengetahuan mengenai adanya iuran jaminan kesehatan masih rendah.
2. Pengetahuan
Pengetahuan pasien BPJS mandiri adalah semua informasi yang
dimiliki oleh pasien mengenai kepatuhan dalam membayar premi BPJS
mandiri serta pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk dan jasa
serta informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai pasien.
29
Pengetahuan yang baik memiliki peluang pengambilan keputusan yang
positif termasuk dalam kepatuhan membayar premi BPJS.
Hal ini sesuai dengan teori (Notoatmodjo, 2014) bahwa pengetahuan
merupakan hasil tahu dan nilai yang terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Kurangnya pengetahuan peserta mengenai pembayaran iuran
termasuk konsekuensi ketidakpatuhan pembayaran iuran merupakan faktor
penghambat keberlanjutan pembayaran iuran pada peserta JKN non PBI
mandiri yang juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh
(Intiasari, 2016).
3. Pekerjaan
Menurut Notoatmodjo (2010: 207), pekerjaan adalah aktivitas atau
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang sehingga memperoleh
penghasilan. Setiap keluarga dalam memenuhi kebutuhan selalu dikaitkan
dengan mata pencahariannya, disamping kecakapan dan hasil yang
diperoleh. Jenis pekerjaan seseorang berhubungan dengan tingkat
pendapatan yang dihasilkan. Seseorang akan memperoleh pendapatan
sesuai dengan jenis pekerjaan yang dimiliki. Pendapatan yang diperoleh
dari hasil bekerja tersebut merupakan penghasilan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup, salah satunya adalah menyisihkan
penghasilan tersebut untuk membayar iuran asuransi kesehatan (Widyasih,
2014).
30
4. Pendapatan
Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktifitas masyarakat
setiap bulannya sesuai standar upah minimum pendapatan perkapita
daerah. Menurut Sakinah, dkk (2014) bahwa ada hubungan yang signifikan
antara tingkat pendapatan masyarakat dengan kesadaran masyarakat dalam
berasuransi. Semakin tinggi pendapatan seseorang maka semakin tinggi
kesadaran masyarakat dalam berasuransi dan membayar iuran. Begitu pula
dengan pengaruh pendapatan terhadap kepatuhan masyarakat dalam
membayar iuran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Pendapatan seseorang memegang peranan penting tingginya kesadaran
seseorang terhadap kepatuhan dalam membayar iuran Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN). Pendapatan yang rendah mampu menurunkan kepatuhan
masyarakat dalam membayar iuran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
karena masih banyak kebutuhan yang harus dipenuhi oleh keluarga
sehingga tidak ada alokasi pendapatan yang digunakan peserta untuk
membayar iuran tersebut. Lain halnya dengan yang berpendapatan tinggi
dan mempunyai tingkat kesejahteraan menengah keatas memiliki tingkat
kepatuhan yang tinggi dalam membayar iuran Jaminan Kesehatan Nasional
(BPJS, 2014).
5. Persepsi
Menurut Sugihartono, dkk (2007:8) persepsi adalah kemampuan otak
dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan
stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Persepsi manusia
31
terdapat perbedaan sudut pandang dalam penginderaan. Pembentukan
persepsi sangat dipengaruhi oleh informasi atau rangsangan yang pertama
kali diperolehnya.
Persepsi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang telah
bekerjasama dengan badan penyelenggara asuransi kesehatan dapat
mempengaruhi keinginan masyarakat untuk terus membayar iuran Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) secara teratur. Pengalaman pertama yang tidak
menyenangkan pada pelayanan kesehatan yang diterima masyarakat akan
berpengaruh terhadap pembentukan persepsi seorang terhadap kebutuhan
untuk memperpanjang masa kepesertaaannya serta keteraturan masyarakat
dalam membayar iuran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Sebaliknya
bagi peserta asuransi kesehatan yang memiliki persepsi positif terhadap
tempat pelayanan kesehatan akan meningkatkan keteraturannya dalam
membayar iuran asuransi kesehatan karena peserta telah mendapatkan
pelayanan serta pengalaman yang baik saat mendapatkan pelayanan
kesehatan sehingga akan meningkatkan kesinambungan kepesertaan dana
sehat tersebut (BPJS Kesehatan, 2014).
6. Motivasi
Menurut John Elder dalam Notoatmodjo (2010:144), mendefinisikan
motivasi sebagai interaksi antara perilaku dan lingkungan sehingga dapat
meningkatkan, menurunkan atau mempertahankan perilaku. Teori motivasi
menurut Maslow (1992) menyatakan motivasi didasarkan atas tingkat
kebutuhan yang disusun menurut prioritas kekuatannya. Apabila
32
kebutuhan pada tingkat bawah telah dipenuhi, maka kebutuhan ini akan
menimbulkan kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi.
Sehingga ketika adanya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dijadikan
sebagai kebutuhan yang diprioritaskan oleh masyarakat maka masyarakat
akan teratur dalam membayar iuran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Menurut Iriani (2009), kemauan seseorang untuk membayar iuran sangat
dipengaruhi oleh motivasi yang dimiliki oleh setiap orang. Motivasi
seseorang dapat timbul karena berbagai hal, baik yang bersifat positif yaitu
motivasi yang dapat menguntungkan dan negatif yaitu motivasi yang dapat
memberikan kerugian.
33
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti
Pemerintah menyebutkan bahwa di tahun 2019 seluruh rakyat Indonesia
wajib menjadi anggota JKN karena dengan adanya JKN masyarakat yang sakit
akan merasakan dampak layanan kesehatan yang mereka terima sebagai peserta
JKN yaitu pemeriksaan, perawatan, dan pengobatan dijamin oleh BPJS
Kesehatan.
Pemberian pelayanan kesehatan bagi pasien peserta mandiri JKN sangat
ditentukan oleh kepatuhan dalam membayar iuran setiap bulannya. Kepatuhan
merupakan ketaatan atau ketidaktaatan pada perintah atau aturan. Sedangkan
kepatuhan dalam membayar iuran berarti perilaku seseorang yang memiliki
kemauan membayar iuran secara tepat berdasarkan waktu yang telah
ditetapkan.
Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010: 164) ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan perilaku seseorang untuk
menjadi taat atau tidak taat terhadap pembayaran iuran JKN, yang diantaranya
dipengaruhi oleh faktor predisposisi (predisposing factor), faktor pendukung
(enabling factor) dan faktor pendorong (reinforcing factor). Adapun beberapa
variabel yang diteliti yaitu:
1. Pendidikan
Pendidikan adalah proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang, yang diusahakan mendewasakan manusia melalui upaya
34
pengajaran dan pelatihan. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin
bertambah pengetahuan mengenai informasi jaminan kesehatan dan
kebutuhannya terhadap pelayanan kesehatan yang dapat dijamin dengan
cara membayar iuran jaminan kesehatan sehingga tingkat keinginan
seseorang dalam membayar iuran tersebut akan semakin meningkat.
2. Pekerjaan
Jenis pekerjaan seseorang berhubungan dengan tingkat pendapatan
yang dihasilkan. Seseorang akan memperoleh pendapatan sesuai dengan
jenis pekerjaan yang dimiliki. Pendapatan yang diperoleh dari hasil bekerja
tersebut merupakan penghasilan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup, salah satunya adalah menyisihkan penghasilan tersebut
untuk membayar iuran asuransi kesehatan.
3. Pendapatan
Pendapatan seseorang memegang peranan penting tingginya kesadaran
seseorang terhadap kepatuhan dalam membayar iuran Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN). Pendapatan yang rendah mampu menurunkan kepatuhan
masyarakat dalam membayar iuran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
karena masih banyak kebutuhan yang harus dipenuhi oleh keluarga
sehingga tidak ada alokasi pendapatan yang digunakan peserta untuk
membayar iuran tersebut.
4. Pengetahuan
Kurangnya pengetahuan peserta mengenai pembayaran iuran termasuk
konsekuensi ketidakpatuhan pembayaran iuran merupakan faktor
35
penghambat keberlanjutan pembayaran iuran pada peserta JKN non PBI
mandiri.
5. Persepsi
Persepsi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang telah
bekerjasama dengan badan penyelenggara asuransi kesehatan dapat
mempengaruhi keinginan masyarakat untuk terus membayar iuran Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) secara teratur. Pengalaman pertama yang tidak
menyenangkan pada pelayanan kesehatan yang diterima masyarakat akan
berpengaruh terhadap pembentukan persepsi seorang terhadap kepatuhan
masyarakat dalam membayar iuran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
6. Motivasi
Motivasi didasarkan atas tingkat kebutuhan yang disusun menurut
prioritas kekuatannya. Apabila kebutuhan pada tingkat bawah telah
dipenuhi, maka kebutuhan ini akan menimbulkan kebutuhan untuk
memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Sehingga ketika adanya Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) dijadikan sebagai kebutuhan yang
diprioritaskan oleh masyarakat maka masyarakat akan teratur dalam
membayar iuran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
36
Faktor Predisposisi
B. Kerangka Teori
a. Pendidikan
b. Pekerjaan
c. Pendapatan
d. Pengetahuan
e. Motivasi
f. Pengeluaran rata-
rata perbulan
g. Kemauan Membayar
h. Kemampuan
Membayar
Gambar 2 Kerangka teori
Sumber : Teori modifikasi Lawrence Green (1980) dalam Pratiwi (2015)
Faktor Pendukung
a. Jarak menuju tempat
pembayaran
b. Waktu tempuh
menuju tempat
pembayaran
c. Tempat pembayaran
Faktor Pendorong
a. Persepsi
= Variabel diteliti
= Variabel tidak diteliti
Kepatuhan
membayar iuran
37
C. Kerangka Konsep
Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
Gambar 3
Kerangka Konsep Penelitian
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
Berikut ini definisi operasional dan kriteria objektif dari variabel yang
digunakan pada penelitian :
1. Pendidikan
Yang dimaksud dengan pendidikan adalah jenjang pendidikan formal
terakhir yang pernah diikuti responden. Variabel pendidikan dibagi dalam
lima kategori dengan memakai skala ordinal, yaitu:
1) Tidak sekolah/tidak tamat SD
2) Tamat SD
Pendapatan
Pengetahuan
Persepsi
Motivasi
Kepatuhan
Membayar Iuran
BPJS Kesehatan
Pekerjaan
Pendidikan
38
3) Tamat SMP
4) Tamat SMA
5) Tamat Perguruan Tinggi (D1/D3/S1/S2/S3)
Kriteria objektif:
a. Tinggi, jika jenjang pendidikan terakhir responden minimal tamat
SMA.
b. Rendah, jika jenjang pendidikan terakhir responden maksimal tamat
SMP (UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional)
2. Pekerjaan
Pekerjaan adalah segala bentuk aktivitas seseorang yang dilakukan
secara rutin serta mendapatkan imbalan berupa penghasilan/gaji. Variabel
pekerjaan dibagi dalam lima kategori dengan memakai skala ordinal,
yaitu:
a. Tidak bekerja
b. Pedagang/Wiraswasta
c. Karyawan Swasta
d. Pegawai Negeri/TNI/Polri
e. Lain-lain
Kriteria objektif:
a. Bekerja, jika pekerjaan responden sebagai PNS/TNI/Polri,
karyawan swasta, pedagang/wiraswasta, dan lain-lain.
b. Tidak bekerja, jika responden tidak bekerja aktif (tidak bekerja,
pensiunan, dan/atau ibu rumah tangga) (Widiantari, 2015).
39
3. Pendapatan
Pendapatan keluarga adalah seluruh penghasilan keluarganya,
pendapatan keluarga ditambah dengan penghasilan seluruh anggota
keluarga dalam satu bulan yang dihitung dalam satuan rupiah. Pendapatan
keluarga dibagi menjadi 2 kategori berdasarkan Upah Minimum
Karyawan (UMK) Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2016 yaitu sebesar Rp
2.250.000. Hal ini berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor 2424/XI/2015
per 2 November 2015.
Kriteria objektif:
a. Kurang, jika pendapatan keluarga < Rp2.250.000,-.
b. Cukup, jika pendapatan keluarga ≥ Rp2.250.000,-.
(Keputusan Gubernur Nomor 2424/XI/2015)
4. Pengetahuan
Pengetahuan mengenai tarif adalah pengetahuan masyarakat terkait
iuran JKN. Variabel pengetahuan dibagi dalam delapan pertanyaan dengan
memakai skala nominal, yaitu:
a. Definisi JKN
b. Manfaat JKN
c. Penggolongan Kepesertaan JKN
d. Kelas Perawatan JKN
e. Lain-lain
f. Iuran JKN
g. Fasilitas Pelayanan dijamin JKN
40
Skoring:
Pengetahuan diukur 8 pertanyaan dengan penilaian sebagai berikut :
Benar = 1
Salah = 0
Nilai maksimum = 8
Nilai minimum = 0
Selanjutnya dari range 0-8 dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu rendah
dan tinggi.
Perhitungan :
Rentang : Nilai maksimum-minimum = 8-0 = 8
Panjang kelas interval = Rentang/banyak kelas = 8/2 = 4
Kriteria objektif
a. Pengetahuan rendah, jika tingkat pemahaman responden tentang JKN
menunjukkan skor 0-4
b. Pengetahuan tinggi, jika tingkat pemahaman responden tentang JKN
menunjukkan skor 5-8.
5. Persepsi
Persepsi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang telah
bekerjasama dengan badan penyelenggara asuransi kesehatan dapat
mempengaruhi keinginan masyarakat untuk terus membayar iuran
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) secara teratur. Pengalaman pertama
yang tidak menyenangkan pada pelayanan kesehatan yang diterima
masyarakat akan berpengaruh terhadap pembentukan persepsi seorang
41
terhadap kepatuhan masyarakat dalam membayar iuran Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN). Pengukuran variabel persepsi menggunakan
skala Likert yang diukur melalui jawaban kuesioner dengan jumlah
pertanyaan yang diajukan sebanyak 6 pertanyaan. Setiap pertanyaan
memiliki skor 1 sampai 4, dengan kategori:
Untuk pertanyaan positif :
a. Sangat Setuju (SS) = 4
b. Setuju (S) = 3
c. Tidak Setuju (TS) = 2
d. Sangat Tidak Setuju (STS) = 1
Untuk pertanyaan negatif :
a. Sangat Setuju (SS) = 1
b. Setuju (S) = 2
c. Tidak Setuju (TS) = 3
d. Sangat Tidak Setuju (STS) = 4
Sehingga didapat skor penilaian sebagai berikut :
a. Jumlah pertanyaan sebanyak 6 nomor.
b. Skor tertinggi = 6 × 4 = 24 (100%)
c. Skor terendah = 6 × 1 = 6 (25%)
d. Range = Skor tertinggi – Skor terendah
= 100% - 25%
= 75%
42
e. Interval. Perhitungan interval dengan menggunakan rumus (Sudarto,
1999).
R
I =
K
75%
I =
2
= 37,5%
f. Skor standar = 100% - 37,5%
= 62,5%
Kriteria objektif:
a. Positif, jika skor responden ≥ 62,5%.
b. Negatif, jika skor responden < 62,5%.
6. Motivasi
Dorongan dari dalam diri manusia yang menjadi pangkal seseorang
untuk melakukan tindakan. Motivasi membayar premi seseorang
mencerminkan tingkat kepatuhan membayarnya. Variabel tersebut diukur
melalui jawaban kuesioner dengan jumlah pertanyaan yang diajukan
sebanyak 6 pertanyaan, setiap pertanyaan diberikan alternatif jawaban :
Ya : skor 1
Tidak : skor 0
Sehingga diperoleh :
a. Nilai maksimal = 6
b. Nilai minimal = 0
43
Selanjutnya dari range 0-6 dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu tinggi
dan rendah. Panjang kelas interval pada masing-masing kategori, dengan
perhitungan :
Rentang = max-min = 6-0 = 6
Banyak kelas = 2
Panjang kelas = Rentang/banyak kelas = 6/2 = 3
Kriteria objektif :
a. Motivasi rendah, jika skor 0 ≤ - ≤ 3
b. Motivasi tinggi, jika skor 4≤ - ≤6.
7. Kepatuhan membayar
Pembayaran iuran yang dilakukan oleh responden sesuai dengan waktu
yang telah ditetapkan.
Kriteria objektif :
a. Patuh, apabila responden membayar premi paling lambat tanggal 10
setiap bulannya.
b. Kurang patuh, apabila responden membayar premi lebih dari tanggal
10 (minimal 1x tunggakan) setiap bulannya.
E. Hipotesis
1. Hipotesis Nol (Ho)
a. Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kepatuhan membayar
iuran BPJS Kesehatan pada pasien peserta mandiri.
b. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan membayar
iuran BPJS Kesehatan pada pasien peserta mandiri.
44
c. Tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan kepatuhan membayar
iuran BPJS Kesehatan pada pasien peserta mandiri.
d. Tidak ada hubungan antara pendapatan dengan kepatuhan membayar
iuran BPJS Kesehatan pada pasien peserta mandiri.
e. Tidak ada hubungan antara persepsi dengan kepatuhan membayar
iuran BPJS Kesehatan pada pasien peserta mandiri.
f. Tidak ada hubungan antara motivasi dengan kepatuhan membayar
iuran BPJS Kesehatan pada pasien peserta mandiri.
2. Hipotesis Alternatif (Ha)
a. Ada hubungan antara pendidikan dengan kepatuhan membayar iuran
BPJS Kesehatan pada pasien peserta mandiri.
b. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan membayar iuran
BPJS Kesehatan pada pasien peserta mandiri.
c. Ada hubungan antara pekerjaan dengan kepatuhan membayar iuran
BPJS Kesehatan pada pasien peserta mandiri.
d. Ada hubungan antara pendapatan dengan kepatuhan membayar iuran
BPJS Kesehatan pada pasien peserta mandiri.
e. Ada hubungan antara persepsi dengan kepatuhan membayar iuran
BPJS Kesehatan pada pasien peserta mandiri.
f. Ada hubungan antara motivasi dengan kepatuhan membayar iuran
BPJS Kesehatan pada pasien peserta mandiri.
45
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan
pendekatan survei analitik. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional
yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi kepatuhan membayar iuran
BPJS Kesehatan Mandiri pada pasien di RSUD Labuang Baji.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di instalasi rawat inap RSUD Labuang Baji Kota
Makassar. Waktu penelitian dilaksanakan pada 6 Februari sampai dengan 16
Maret 2018.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti (Notoatmodjo, 2010:115). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pasien peserta JKN mandiri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Daerah Labuang Baji per Desember 2017 sebanyak 2023 pasien
dengan rata-rata pengunjung setiap bulannya adalah 168 pasien BPJS
Mandiri.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan
menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel
46
dengan pertimbangan tertentu. Artinya setiap subjek yang diambil dari
populasi dipilih dengan sengaja berdasarkan tujuan dan pertimbangan
peneliti. Besar sampel yang diambil dengan menggunakan rumus Stanley
Lameshow, sebagai berikut:
n = 𝑁.𝑍2.𝑃.𝑄
𝑑2(𝑁−1)+𝑍2.𝑃.𝑄
Keterangan :
n = Besar sampel
N = Besar populasi
Z = Tingkat kemaknaan (1,96)
P = Perkiraan proporsi sampel (0,5)
Q = 1 ; P=1 – 0,5 = 0,5
d = Tingkat kesalahan 5% = 0,05
Sehingga jika dihitung dengan rumus diatas, diperoleh besar sampel
sebagai berikut:
n = 168 (1,96
2).0,5.0,5
(0,052
).(168−1)+1.962
.0,5.0,5
n = 168 × 3,84 × 0,25 0,4175+ 0,9604
n = 161,3472
1,3779
n = 117 sampel
47
Kriteria responden :
a. Pasien BPJS mandiri
b. Kepala keluarga atau anggota keluarga yang bertanggung jawab
membayarkan premi/iuran
c. Pasien/keluarga pasien bersedia untuk menjadi responden dan siap
diwawancarai
D. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu:
1. Data primer
Data primer penelitian ini diperoleh dari 117 responden melalui
wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner yang telah
disiapkan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian yaitu data
karakteristik responden di instalasi rawat inap RSUD Labuang Baji.
2. Data sekunder
Data sekunder penelitian ini diperoleh dari data BPJS Kesehatan 2017,
gambaran kondisi rumah sakit Labuang Baji, total jumlah peserta BPJS
mandiri di Kota Makassar dan Provinsi Sulawesi Selatan, data kunjungan
pasien rawat inap BPJS mandiri di RSUD Labuang Baji, dan sumber-
sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
E. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputerisasi
program SPSS (Statistical Packages for the Social Sciences) versi 20 dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
48
1. Editing
Melakukan pemeriksaan kelengkapan dan kebenaran pada setiap data
yang telah dikumpulkan untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan dan
data yang kosong pada setiap variabel.
2. Coding
Adapun langkah-langkah dalam coding data, sebagai berikut:
1) Pembuatan daftar variabel
2) Pembuatan daftar coding
3) Pemindahan isi list variabel ke dalam daftar coding
4) Pembuatan program entri atau tabulasi data sesuai dengan daftar
variabel.
3. Entry Data
Setelah melakukan koding di SPSS, selanjutnya menginput data pada
masing-masing variabel. Urutan data yang diinput berdasarkan nomor
responden pada kuesioner.
4. Cleaning Data
Setelah proses penginputan data, maka dilakukan cleaning data
dengan cara melakukan analisis frekuensi pada semua variabel untuk
melihat ada tidaknya missing data. Data yang missing dibersihkan
sehingga dapat dilakukan proses analisis.
F. Analisis Data
Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah
karena analisis data dapat memberikan arti dan makna yang berguna dalam
49
memecahkan masalah penelitian. Analisis dalam penelitian ini berupa analisis
data univariat, bivariat dan multivariat (Notoatmodjo, 2010:180).
a. Analisis univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel hasil penelitian
dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi sehingga menghasilkan
distribusi dan presentasi dari setiap variabel penelitian dan untuk
mengetahui gambaran masing-masing variabel yang dipaparkan dalam
tabel distribusi.
b. Analisis bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel
independen dengan variabel dependen dalam bentuk tabulasi silang
(crosstab) dengan menggunakan program SPSS dengan uji statistik chi-
square. Uji chi-square berguna untuk menguji hubungan atau pengaruh
dua variabel yang menggunakan taraf signifikan α = 0,05.
G. Penyajian Data
Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
dan disertai dengan asumsi penjelasan atau interpretasi dari setiap tabel. Hal
ini dilakukan agar data yang disajikan mudah untuk dipahami.
50
H. Sintesa Penelitian
No. Penulis/Tahun Judul Metode Variabel Hasil
1 Ni Made Sri
Nopiyani/2015
Analisis Determinan
Kepatuhan dan
Pengembangan
Strategi Peningkatan
Kepatuhan
Pembayaran Iuran
Pada Peserta JKN
Non PBI Mandiri di
Kota Denpasar
- Metode penelitian:
metode campuran
(mixed methods)
- Populasi: seluruh
peserta JKN Non PBI
Mandiri di Kota
Denpasar
- Sampel: kualitatif
(informan FGD dipilih
menggunakan
purposive sampling),
sedangkan kuantitatif
sebanyak 19.496
peserta (data diperoleh
dari BPJS Kesehatan)
a. Variable Dependen :
Kepatuhan pembayaran
iuran
b. Variable Independen :
Karakteristik
sosiodemografik (umur,
jenis kelamin), kelas
kepesertaan,
penggunaan manfaat
JKN di FKTP,
penggunaan JKN di
FKTL, pengetahuan
tentang JKN,
ketersediaan informasi,
keterjangkauan iuran,
persepsi tentang
kualitas layanan
kesehatan, persepsi
tentang risiko
sakit/kebutuhan
kesehatan, persepsi
tentang prosedur
pembayaran
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa beberapa
faktor yang berpengaruh
terhadap ketidakpatuhan
pembayaran iuran JKN antara
lain kurangnya pengetahuan
tentang keterbatasan ekonomi
dan adanya prioritas non
kesehatan, ketidakpuasan
akan kualitas layanan
kesehatan yang diterima
dengan menggunakan BPJS,
kurangnya pengetahuan tetang
pembayaran iuran dan
konsekuensi ketidakpatuhan
pembayaran iuran, sistem
pembayaran iuran yang sering
bermasalah, masih adanya
tanggungan Jaminan
Kesehatan Bali Mandara
(JKBM), persepsi tentang
rendahnya resiko sakit dan
resiko pengeluaran
katastrofik.
51
2 Arfiliyah Nur
Pratiwi/2015
Faktor yang
Mempengaruhi
Keteraturan
Membayar Iuran pada
Peserta Jaminan
Kesehatan Nasional
(JKN) Kategori
Peserta Mandiri
(Studi Kasus Pasien
Rawat Inap RS dr.
Soebandi Kabupaten
Jember)
- Jenis penelitian :
penelitian analitik
- Desain : cross
sectional
- Lokasi : Instalasi
rawat inap RS dr.
Soebandi Kabupaten
Jember
- Populasi : 2.335 pasien
- Sampel : 102 pasien
rawat inap
a. Variable Dependen :
Keteraturan membayar
iuran JKN
b. Variable Independen :
Pekerjaan,
pengetahuan,
pendapatan, motivasi,
pengeluaran rata-rata
perbulan, tempat
pembayaran iuran,
jarak dan waktu tempuh
menuju tempat
pembayaran iuran, serta
persepsi
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tempat pembayaran
iuran,
pendapatan, pengeluaran rata-
rata perbulan, dan motivasi
memiliki hubungan
signifikan terhadap
keteraturan membayar iuran
pada pasien peserta mandiri
JKN. Sedangkan pekerjaan,
pengetahuan, jarak menuju
tempat pembayaran iuran,
waktu menuju tempat
pembayaran iuran dan
persepsi terhadap tempat
pelayanan
kesehatan tidak memiliki
hubungan yang signifikan
terhadap keteraturan
membayar
iuran pada pasien peserta
mandiri JKN.
3 Chaerunnisa
AR/2017
Kepatuhan
Membayar dan Mutu
Pelayanan Kesehatan
Pasien BPJS Mandiri
di RSUD Haji Kota
Makassar
- Jenis penelitian :
penelitian kuantitatif
analitik
- Lokasi : RSUD Haji
Kota Makassar
- Populasi : 2.124 pasien
a. Variable Dependen :
Kepatuhan membayar
dan mutu pelayanan
kesehatan
b.Variable Independen :
Pengetahuan, motivasi,
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tidak ada pengaruh
motivasi terhadap kepatuhan
membayar iuran pasien BPJS
mandiri di RSUD Haji Kota
Makassar
52
- Sampel : 173 pasien
rawat inap (teknik
pengambilan sampel
dengan menggunakan
purposive sampling)
kelas sosial,
pengalaman masa lalu,
dukungan keluarga
4 Eti Dewi Mutiara
Subari/2014
Analisis Faktor-
Faktor yang
Memengaruhi Intensi
Masyarakat Kota
Cirebon menjadi
Peserta Mandiri
Jaminan Kesehatan
- Metode penelitian:
metode campuran
(mixed methods)
- Desain: sequential
exploratory
- Populasi: masyarakat
Kota Cirebon
- Sampel: kualitatif 30
responden (purposive
sampling), sedangkan
kuantitatif sebanyak
210 responden (simple
random sampling)
a. Variable Dependen :
Intensi untuk menjadi
peserta jaminan
kesehatan
b.Variable Independen :
Sikap, norma subyektif
dan persepsi
kemampuan untuk
menjadi peserta
jaminan kesehatan
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tidak ada pengaruh
yang signifikan dari sikap,
norma subyektif dan persepsi
kemampuan terhadap intensi
untuk menjadi peserta
jaminan kesehatan.
5 Nurlaela
Sari/2014
Analisis Pelaksanaan
Program Jaminan
Kesehatan Nasional
dari Sisi Kepesertaan
di Puskesmas
Kedaung Barat,
Kabupaten
Tangerang Tahun
2014
- Metode penelitian:
kualitatif
- Lokasi: Puskesmas
Kedaung Barat
Kabupaten Tangerang
a. Variable Dependen :
Kepesertaan JKN
b. Variable Independen :
Tenaga kesehatan,
sarana dan pendanaan
Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa
masyarakat kurang
memahami tentang program
Jaminan Kesehatan Nasional
(dilihat dari cakupan
kepesertaan JKN yang masih
sedikit) dikarenakan
sosialisasi yang diberikan
53
oleh pemerintah belum
tersampaikan dengan baik.
6 Erlita Noviana
Sihaloho/2015
Determinan Kemauan
Membayar Iuran
Peserta Jaminan
Kesehatan Nasional
Mandiri di Wilayah
Kerja Dinas
Kesehatan Kota
Semarang
- Jenis penelitian :
analitik
- Desain : case control
- Populasi : populasi
kasus sebanyak
244.207 kasus.
Sedangkan populasi
kontrol sebanyak
710.592 jiwa
- Sampel : sampel
minimal kasus dan
kontrol masing-masing
sebanyak 79
responden
a. Variable Dependen :
Kemauan membayar
iuran pada peserta JKN
mandiri
b. Variable Independen :
Tingkat pendapatan,
pengetahuan,
pendidikan, adanya
riwayat penyakit
katastropik, jumlah
anggota keluarga,
informasi tentang JKN,
mutu pelayanan di
fasilitas kesehatan dan
kemampuan membayar.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tingkat pendapatan,
riwayat penyakit katastropik,
mutu pelayanan di fasilitas
pelayanan kesehatan, dan
kemampuan membayar
merupakan determinan
kemauan membayar iuran
peserta JKN mandiri di
wilayah kerja Dinas
Kesehatan Kota Semarang.
7 Ryryn Suryaman
Prana Putra/2014
Ability to Pay dan
Catastrophic
Payment pada Peserta
Pembayar Mandiri
BPJS Kesehatan Kota
Makassar
- Jenis penelitian :
kuantitatif
- Lokasi : kantor
BPJS Kesehatan
Divisi Regional IX
Provinsi Sulawesi
Selatan
- Populasi : 118.197
orang
- Sampel : 399
responden yang
a. Variable Dependen :
Ability to pay dan
Catastrophic payment
b. Variable Independen :
Jenis kelamin, umur,
pekerjaan, pendidikan,
pengeluaran non
essensial, Catastrophic
Payment
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar peserta
adalah wanita, kelompok umur
di bawah 29 tahun, status telah
menikah, lulusan SMU/sederajat,
wiraswasta, lama bekerja 1-2
tahun, sebagian besar tidak
memiliki asuransi kesehatan lain,
rata-rata memiliki dua orang
tanggungan, serta rata-rata
memilih premi kelas III (Rp
25.500,-), Ability to Pay atau
54
dipilih
menggunakan
accidental sampling
kemampuan membayar
peserta mandiri BPJS
Kesehatan Kota Makassar
tahun 2014 adalah Rp
405.484. Sedangkan
Catastrophic Payment peserta
pembayar mandiri BPJS
Kesehatan diketahui bahwa
hanya 2 responden (0,5%)
yang mendekati batas 10%
Catasthropic Payment yakni
sebesar 9% namun tidak ada
responden yang melebihi
batas Catasthropic.
8 Melinda/2016 Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan
Minat Masyarakat
dalam Keikutsertaan
BPJS Mandiri di
Kecamatan Bener
Kabupaten Purworejo
- Jenis penelitian :
analitik explanatory
- Desain : cross
sectional
- Lokasi : Instalasi
rawat inap RS dr.
Soebandi Kabupaten
Jember
- Populasi : keluarga
mampu/non gakin
yang belum menjadi
peserta BPJS
kesehatan yang tinggal
di Kecamatan Bener
a. Variable Dependen :
Minat masyarakat
dalam kepesertaan
BPJS mandiri
b. Variable Independen :
Pengetahuan, persepsi
tentang BPJS
kesehatan, situasi
ekonomi, sikap, kontrol
perilaku, serta
dukungan dari orang
terdekat.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan
antara pengetahuan, situasi
ekonomi dan kontrol perilaku
terhadap minat masyarakat
dalam keikutsertaan BPJS
mandiri.
Sedangkan persepsi dan
dukungan dari orang terdekat
memiliki hubungan dengan
minat masyarakat dalam
keikutsertaan BPJS mandiri.
55
- Sampel : 81 KK
9 Afwil Husni/2016 Kepatuhan Peserta
Badan Penyelenggara
Jaminan Kesehatan
Mandiri dalam
Membayar Premi di
Kota Padang
- Jenis penelitian :
deskriptif analitis
- Lokasi : di wilayah
kantor cabang BPJS
Kota Padang
- Populasi : masyarakat
Kota Padang yang
menggunakan kartu
BPJS
- Sampel : responden
ditetapkan dengan
menggunakan sistem
random sampling
a. Variable Dependen :
Kepatuhan peserta
BPJS dalam membayar
premi
b. Variable Independen :
Pengetahua,
pemahaman, faktor
ekonomi, perubahan
peraturan dari BPJS,
jarak menuju tempat
pembayaran.
Bedasarkan keadaan di
lapangan masalah kepatuhan
masyarakat dalam membayar
premi BPJS Kesehatan di
Kota Padang ternyata masih
belum disiplin. Hal ini
dibuktikan masih ada sekitar
46% peserta BPJS mandiri
tidak membayar premi lebih
dari 6 bulan.
10 Maya Andita
Aryani/2013
Determinan
Willingness to Pay
(WTP) Iuran Peserta
BPJS Kesehatan
- Jenis penelitian :
deskriptif analitis
- Lokasi : RS Umum
D.I Yogyakarta
- Populasi : seluruh
pasien yang
menggunakan
pelayanan kesehatan
BPJS di kelas III
- Sampel : 144
responden
a. Variable Dependen :
Willingness to pay
peserta BPJS kesehatan
b. Variable Independen :
Usia, jumlah anggota
keluarga, pendidikan
terakhir, tingkat
penghasilan, dan
asumsi masyarakat
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tingkat penghasilan
dan pendidikan terakhir yang
di tempuh memiliki pengaruh
terhadap willingness to pay
peserta BPJS kesehatan.
11 Fathia Nauri
Lestari/2015
Faktor-Faktor
Perilaku Kepatuhan
Peserta Mandiri
- Jenis penelitian :
analitik
a. Variable dependen :
Kepatuhan peserta
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kejelasan informasi
memiliki hubungan dengan
56
Membayar Iuran
BPJS Kesehatan di
Kantor Cabang
Jakarta Selatan Tahun
2015
- Lokasi : di wilayah
kantor cabang BPJS
Jakarta Selatan
- Populasi : seluruh
peserta pembayar
mandiri BPJS
Kesehatan cabang
Jakarta Selatan
mandiri membayar
iuran BPJS
b. Variable independen :
Umur, pekerjaan, lama
kepesertaan, channel
pembayaran, kejelasan
informasi
perilaku kepatuhan peserta
mandiri membayar iuran
BPJS kesehatan.
12 Elmamy
Handayani/2013
Faktor-Faktor yang
Memengaruhi
Kemauan Masyarakat
Membayar Iuran
Jaminan Kesehatan di
Kabupaten Hulu
Sungai Selatan
- Jenis penelitian :
kuantitatif dengan
desain potong lintang
melalui survey
- Populasi : seluruh
kepala keluarga di
Kab. HSS
- Sampel : 142
responden dengan
teknik multistage
proportional random
sampling
a. Variabel dependen :
Kemauan membayar
iuran jaminan
kesehatan
b.Variabel independen :
Kemampuan
membayar,
karakteristik individu
dan keluarga
Rata-rata nilai ATP Rp
108.270, nilai terkecil Rp
10.000, dan terbesar Rp
800.000, responden dengan
kemampuan membayar > Rp
88.500 memiliki
kecenderungan WTP lebih
besar dibanding responden
dengan kemampuan
membayar < Rp 88.500.
Responden yang memiliki
tabungan untuk biaya
pelayanan kesehatan
cenderung memiliki WTP
lebih besar dibanding yang
tidak memiliki tabungan
13 Sigit Budhi
Prakoso/2015
Efektivitas Pelayanan
Kesehatan BPJS di
Puskesmas
Kecamatan Batang
- Jenis penelitian :
kuantitatif
- Populasi : peserta
BPJS Kesehatan di
a. Variabel dependen :
efektivitas pelayanan
kesehatan
Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa program
BPJS Kesehatan sudah
berjalan efektif, dimana
57
Kecamatan Batang
sebanyak 62.542 orang
b.Variabel independen :
kepesertaan, manfaat
program, fasilitas
kesehatan dan mutu
program tersebut dapat
meningkatkan beban biaya
masyarakat dalam
memperoleh kesehatan.
14 Ida Ayu Putri
Wdhiastuti/2015
Hubungan Faktor
Sosiodemografi,
Persepsi, dan
Sosialisasi dengan
Kepesertaan Pasien
Rawat Jalan dalam
Program Jaminan
Kesehatan Nasional
Secara Mandiri di
Puskesmas I
Denpasar Timur
- Jenis penelitian :
kuantitatif
- Desain : cross
sectional
a. Variabel dependen :
kepesertaan JKN secara
mandiri
b.Variabel independen :
pendidikan,
penghasilan, persepsi
tentang kerentanan,
persepsi keparahan
masalah kesehatan yang
diderita, persepsi
tentang ancaman
terhadap masalah
kesehatan persepsi
tentang manfaat yang
didapat, persepsi
tentang hambatan,
sosialisasi tentang JKN
Persepsi tentang manfaat pada
kedua kelompok respnden
didapatkan hasil bahwa
seanyak 137 orang (72,87%)
memiliki persepsi tentang
manfaat tinggi dan 51 orang
(27,13%) memiliki persepsi
tentang manfaat rendah. Nilai
95% Cl 2,35-9.97, nilai crude
OR adalah 4,85. Analisis
multivariat menunjukkan
variabel persepsi manfaat
secara independen
berhubungan dengan
kepesertaan JKN secara
mandiri dan berpeluang 4,53
kali lebih besar dibandingkan
variabel lainnya untuk
menjadi peserta JKN secara
mandiri.
15 Sabila
Fildzah/2016
Willingness to Pay
(WTP) Fasilitas
Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial
Model yang digunakan
adalah regresi linear
berganda yang
menggunakan data
a. Variabel dependen :
kesediaan membayat
Hasil penelitian ini
menunjukkan dari ketiga
variabel bebas yang
memengaruhi willingness to
58
Kesehatan di Kota
Banda Aceh
primer dengan
judgemental atau
purposive sampling
b. Variabel independen :
usia, pendidikan,
pendapatan
pay fasilitas BPJS Kesehatan
di Banda Aceh secara
signifikan adalah variabel
pendapatan dan usia pada
tingkat sgnifikansi 10% dan
variabel pendidikan
berpengaruh tidak signifikan
secara statistik pada tingkat
signifikansi 10%.
16 Dhilla Maesa
Putri/2016
Faktor yang
Berhubungan dengan
Kepatuhan Peserta
Mandiri dalam
Membayar Iuran JKN
di Kota Padang
Tahun 2016
- Jenis penelitian :
kuantitatif
- Desain : cross
sectional
- Populasi : semua
peserta mandiri JKN
di Kota Padang
- Sampel : 105
responden dengan
menggunakan teknik
proportionate random
sampling
a. Variabel dependen :
kepatuhan peserta
mandiri membayar
iuran JKN
b. Variabel independen :
pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, jumlah
anggota keluarga,
kenaikan tarif iuran
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa faktor yang
berhubungan dengan
kepatuhan peserta mandiri
membayar iuran JKN adalah
pendidikan, pendapatan, dan
jumlah anggota keluarga.
Sedangkan faktor yang tidak
berhubungan adalah pekerjaan
dan kenaikan tarif iuran JKN.
59
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Keadaan Geografis
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Labuang Baji terletak di bagian
selatan Kecamatan Mamajang Kota Makassar tepatnya di Jalan Dr.
Ratulangi No. 81 Makassar. Adapun batas-batas geografis RSUD Labuang
Baji adalah sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Jalan Landak Lama
b. Sebelah timur berbatasan dengan Jalan Tupai
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Perumahan Pendeta Ekss
d. Sebelah barat berbatasan dengan Jalan Dr. Ratulangi
2. Profil RSUD Labuang Baji
RSUD Labuang Baji Makassar didirikan pada tahun 1938 oleh Zending
Gereja Genoformaf Surabaya, Malang dan Semarang sebagai rumah sakit
Zending. RSUD Labuang Baji diresmikan pada tanggal 12 Juni 1938. Pada
masa perang dunia ke II, rumah sakit ini digunakan oleh pemerintah
Kotapraja Makassar untuk menampung penderita korban perang. Pada
tahun 1946-1948, RSUD Labuang Baji mendapat bantuan dari pemerintah
Negara Indonesia Timur (NIT) dengan merehabilitasi gedung-gedung yang
hancur akibat perang. Kapasitas tempat tidur yang tersedia pada saat
diresmikan adalah 25 tempat tidur. Pada tahun 1949-1951, Zending
mendirikan bangunan permanen sehingga kapasitas tempat tidur menjadi
60
170 tempat tidur (TT). Pada tahun 1952-1955, oleh pemerintah daerah
Kotapraja Makassar diberikan tambahan beberapa 60 bangunan ruangan,
sehingga kapasitas tempat tidur bertambah menjadi 190 TT. Sejak saat
itulah (1955) RSUD Labuang Baji dibiayai oleh pemerintah daerah tingkat
I Sulawesi Selatan. Pada tahun 1960, oleh Zending RSUD Labuang Baji
diserahkan kepada pemerintah daerah tingkat I Sulawesi Selatan dan
dikelola oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan dengan akreditasi
rumah sakit tipe C. Terhitung mulai tanggal 16 januari 1996, melalui
Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan No. 2 Tahun 1996, kelas
rumah sakit ditingkatkan menjadi rumah sakit kelas B. Peraturan Daerah
tersebut diserahkan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 7 Agustus
1996. Terakreditasi 5 bidang pelayanan pada tahun 2000, dan pada tanggal
13 September 2002 melalui PERDA Prov. Sul-Sel No. 6/Tahun 2002
RSUD Labuang Baji berubah status dari rumah sakit kelas B non
pendidikan menjadi BP RSUD Labuang Baji yang berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.
Desember 2004 terakreditasi (yang kedua kalinya) 12 bidang pelayanan
dengan status akreditasi penuh. RSUD. Labuang Baji Provinsi Sulawesi
Selatan melalui Peraturan Daerah Nomor : 9 Tahun 2008 tanggal 21 Juli
2008 sebagai implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007.
Februari 2012 terakreditasi (yang ketiga kalinya) 16 bidang pelayanan
dengan Predikat Lulus Tingkat Lengkap yang berlaku tanggal 17 Februari
2012 s/d 17 Februari 2015.
61
B. Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan pada 6 Februari – 16 Maret 2018 di Rumah Sakit
Umum Daerah Labuang Baji Kota Makassar. Metode pengumpulan data
dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner kepada 117
responden. Analisis data secara univariat dengan tabel distribusi frekuensi dan
analisis bivariat yang disertai dengan narasi.
1. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini berjumlah 117 orang, dengan
karakteristik sebagai berikut:
Tabel 2
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden
di Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji Kota Makassar
Kategori Karakteristik Responden Jumlah
(n)
Persentase
(%)
Umur
≤ 35 tahun
36-50 tahun
51-65 tahun
> 65 tahun
30
35
42
10
25,6
29,9
35,9
8,5
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
57
60
48,7
51,3
Pendidikan
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Tamat Perguruan Tinggi
25
19
50
23
21,4
16,2
42,7
19,7
Pekerjaan
Tidak Bekerja/IRT
Wiraswasta/Pedagang
Karyawan Swasta
Lain-lain (buruh, tukang bentor,
dll)
49
33
20
15
41,9
28,2
17,1
12,8
Sumber: Data Primer, 2018.
62
Berdasarkan tabel 2 di atas, diketahui bahwa karakteristik responden
berdasarkan umur yang paling banyak adalah kategori umur 51-65 tahun
yakni sebanyak 42 orang (35,9%). Karakteristik responden berdasarkan
jenis kelamin yang paling banyak adalah perempuan yakni sebanyak 60
orang (51,3%). Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dan
pekerjaan masing-masing yang paling banyak adalah responden yang
pendidikan terakhirnya adalah SMA yakni sebanyak 50 orang (42,7%) dan
responden yang tidak bekerja (pengangguran, ibu rumah tangga dan
pensiunan) yakni sebanyak 49 orang (41,9%).
2. Analisis Univariat
a. Pendidikan
Tingkat pendidikan responden dibagi menjadi dua kategori yaitu
kategori pendidikan tinggi dan rendah. Hasilnya disajikan pada tabel
sebagai berikut.
Tabel 3
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan
di Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji Kota Makassar
Pendidikan Jumlah (n) Persentase (%)
Tinggi
Rendah
73
44
62,4
37,6
Total 117 100
Sumber: Data Primer, 2018.
Berdasarkan tabel 3 di atas, menunjukkan bahwa dari 117
responden, terdapat 73 orang (62,4%) yang berpendidikan tinggi.
Sedangkan 44 orang (37,6%) di instalasi rawat inap RSUD Labuang
Baji adalah responden yang berpendidikan rendah.
63
b. Pekerjaan
Pekerjaan responden dibagi menjadi dua kategori yaitu bekerja dan
tidak bekerja. Hasilnya disajikan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Instalasi Rawat
Inap RSUD Labuang Baji Kota Makassar
Pekerjaan N %
Bekerja
Tidak Bekerja
68
49
58,1
41,9
Total 117 100
Sumber: Data Primer, 2018.
Berdasarkan tabel 4 di atas, menunjukkan bahwa dari 117
responden, jumlah responden yang tidak bekerja adalah sebanyak 49
orang (41,9%). Sedangkan 68 orang (58,1%) responden di instalasi
rawat inap RSUD Labuang Baji memiliki pekerjaan sebagai karyawan
swasta, wiraswasta/pedagang, buruh, tukang becak/bentor dan sopir
angkutan umum.
c. Pendapatan
Pendapatan responden dibagi menjadi dua kategori yaitu kategori
pendapatan cukup dan kategori pendapatan kurang. Hasilnya
disajikan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 5
Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan di Instalasi
Rawat Inap RSUD Labuang Baji Kota Makassar
Pendapatan n %
Cukup
Kurang
61
56
52,1
47,9
Total 117 100
Sumber: Data Primer, 2018.
64
Berdasarkan tabel 5 di atas, menunjukkan bahwa dari 117
responden, terdapat 61 orang (52,1%) yang berpendapatan cukup.
Sedangkan 56 orang (47,9%) berpendapatan kurang dari upah
minimun karyawan yang telah ditetapkan di Provinsi Sulawesi
Selatan.
d. Pengetahuan
Pengetahuan responden dibagi menjadi dua kategori yaitu
kategori pengetahuan tinggi dan kategori pengetahuan rendah.
Hasilnya disajikan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 6
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan
di Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji Kota Makassar
Pengetahuan n %
Tinggi
Rendah
90
27
76,9
23,1
Total 117 100
Sumber: Data Primer, 2018.
Berdasarkan tabel 6 di atas, menunjukkan bahwa dari 117
responden, terdapat 90 orang (76,9%) yang memiliki tingkat
pengetahuan tinggi, sedangkan 27 orang (23,1%) memiliki tingkat
pengetahuan rendah.
e. Persepsi
Distribusi responden berdasarkan persepsi dibagi menjadi dua
kategori yaitu persepsi positif dan persepsi negatif yang disajikan
pada tabel sebagai berikut:
65
Tabel 7
Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi
di Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji Kota Makassar
Persepsi n %
Positif
Negatif
98
19
83,8
16,2
Total 117 100
Sumber: Data Primer, 2018.
Berdasarkan tabel 7 di atas, menunjukkan bahwa dari 117
responden yang telah diwawancara, 98 orang (83,8%) menunjukkan
persepsi positif. Sedangkan 19 orang (16,2%) menunjukkan persepsi
negatif.
f. Motivasi
Distribusi responden berdasarkan motivasi dibagi menjadi dua
kategori yaitu motivasi tinggi dan motivasi rendah yang disajikan
pada tabel sebagai berikut:
Tabel 8
Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi
di Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji Kota Makassar
Motivasi n %
Tinggi
Rendah
91
26
77,8
22,2
Total 117 100
Sumber: Data Primer, 2018.
Berdasarkan tabel 8 di atas, menunjukkan bahwa dari 117
responden yang telah diwawancara, 91 orang (77,8%) memiliki
motivasi yang tinggi untuk mematuhi pembiayaan iuran sebagai
pasien BPJS mandiri. Sedangkan 26 orang (22,2%) menunjukkan
motivasi rendah terhadap kepatuhan membayar iuran sebagai pasien
BPJS mandiri.
66
g. Kepatuhan Membayar
Distribusi responden berdasarkan tingkat kepatuhan membayar
premi pasien BPJS mandiri dibagi menjadi dua kategori yaitu patuh
dan kurang patuh, yang disajikan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 9
Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan Membayar
di Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji Kota Makassar
Kepatuhan Membayar n %
Patuh
Kurang Patuh
79
38
67,5
32,5
Total 117 100
Sumber: Data Primer, 2018.
Berdasarkan tabel 9 di atas, menunjukkan bahwa dari 117
responden, terdapat 79 orang (67,5%) yang patuh membayar iuran
BPJS mandiri, sedangkan 38 orang (32,5%) kurang patuh dalam
membayar iuran BPJS mandiri.
3. Analisis Bivariat
a. Variabel Pendidikan dengan Kepatuhan Membayar
Untuk mengetahui hubungan variabel pendidikan dengan
kepatuhan membayar dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 10
Hubungan Pendidikan dengan Kepatuhan Membayar di
Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji Kota Makassar
Pendidikan
Kepatuhan Membayar
Total Uji
Statistik Patuh Kurang
Patuh
n % n % n %
Tinggi
Rendah
55
24
75,3
54,5
18
20
24,7
45,5
73
44
100
100 p=0,034
Total 79 67,5 38 32,5 117 100
Sumber: Data Primer, 2018.
67
Berdasarkan tabel 10 menunjukkan bahwa dari 117 responden
terdapat 18 orang (24,7%) yang berpendidikan tinggi tetapi kurang
patuh dalam membayar iuran BPJS mandiri. Sedangkan responden
dengan pendidikan rendah dan patuh dalam membayar iuran BPJS
mandiri yakni sebanyak 24 orang (54,5%). Hasil uji statistik dengan
menggunakan chi square diperoleh nilai p=0,034. Hal ini menunjukkan
bahwa ada hubungan pendidikan responden dengan kepatuhan
membayar iuran pada pasien di instalasi rawat inap RSUD Labuang
Baji.
b. Variabel Pekerjaan dengan Kepatuhan Membayar
Untuk mengetahui hubungan variabel pekerjaan dengan kepatuhan
membayar dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 11
Hubungan Pekerjaan dengan Kepatuhan Membayar di Instalasi
Rawat Inap RSUD Labuang Baji Kota Makassar
Pekerjaan
Kepatuhan Membayar
Total Uji
Statistik Patuh Kurang
Patuh
n % n % n %
Bekerja
Tidak Bekerja
55
24
80,9
49
13
25
19,1
51
68
49
100
100 p=0,001
Total 79 67,5 38 32,5 117 100
Sumber: Data Primer, 2018.
Berdasarkan tabel 11 menunjukkan bahwa responden yang bekerja
namun kurang patuh dalam membayar iuran BPJS mandiri adalah
sebanyak 13 orang (19,1%). Sedangkan responden yang tidak bekerja
dan patuh membayar iuran BPJS mandiri yaitu sebanyak 24 orang
68
(49%). Hasil uji statistik dengan menggunakan chi square diperoleh
nilai p=0,001. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara
pekerjaan responden dengan kepatuhan membayar iuran BPJS mandiri
pada pasien di RSUD Labuang Baji.
c. Variabel Pendapatan dengan Kepatuhan Membayar
Untuk mengetahui hubungan variabel pendapatan dengan
kepatuhan membayar dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 12
Hubungan Pendapatan dengan Kepatuhan Membayar di
Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji Kota Makassar
Pendapatan
Kepatuhan Membayar
Total Uji
Statistik Patuh Kurang
Patuh
n % n % n %
Cukup
Kurang
40
39
65,6
69,6
21
17
34,4
30,4
61
56
100
100 p=0,786
Total 79 67,5 38 32,5 117 100
Sumber: Data Primer, 2018.
Berdasarkan tabel 12 menunjukkan bahwa responden yang
berpendapatan cukup tetapi kurang patuh dalam membayar iuran BPJS
mandiri adalah sebanyak 21 orang (34,4%). Sedangkan responden yang
berpendapatan kurang dan patuh membayar iuran BPJS mandiri yaitu
sebanyak 39 orang (69,6%). Hasil uji statistik dengan menggunakan chi
square diperoleh nilai p=0,786. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara pendapatan responden dengan kepatuhan membayar
iuran BPJS mandiri pada pasien di RSUD Labuang Baji.
69
d. Variabel Pengetahuan dengan Kepatuhan Membayar
Untuk mengetahui hubungan variabel pengetahuan dengan
kepatuhan membayar dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 13
Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Membayar di
Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji Kota Makassar
Pengetahuan
Kepatuhan Membayar
Total Uji
Statistik Patuh Kurang
Patuh
n % n % n %
Tinggi
Rendah
75
4
83,3
14,8
15
23
16,7
85,2
90
27
100
100 p=0,000
Total 79 67,5 38 32,5 117 100
Sumber: Data Primer, 2018.
Berdasarkan tabel 13 menunjukkan bahwa responden yang
mempunyai tingkat pengetahuan tinggi namun kurang patuh membayar
iuran BPJS mandiri yaitu sebanyak 15 orang (16,7%). Sedangkan
responden yang mempunyai tingkat pengetahuan rendah dan patuh
dalam membayar iuran BPJS mandiri adalah sebanyak 4 orang
(14,8%). Hasil uji statistik dengan menggunakan chi square diperoleh
nilai p=0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan
responden dengan kepatuhan membayar iuran BPJS mandiri di instalasi
rawat inap RSUD Labuang Baji.
e. Variabel Persepsi dengan Kepatuhan Membayar
Untuk mengetahui hubungan variabel persepsi dengan kepatuhan
membayar dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
70
Tabel 14
Hubungan Persepsi dengan Kepatuhan Membayar di Instalasi
Rawat Inap RSUD Labuang Baji Kota Makassar
Persepsi
Kepatuhan Membayar
Total Uji
Statistik Patuh Kurang
Patuh
n % n % n %
Positif
Negatif
73
6
74,5
31,6
25
13
25,5
68,4
98
19
100
100 p=0,001
Total 79 67,5 38 32,5 117 100
Sumber: Data Primer, 2018.
Berdasarkan tabel 14 menunjukkan bahwa responden dengan
persepsi positif dan kurang patuh membayar iuran BPJS mandiri
adalah sebanyak 25 orang (25,5%). Sedangkan responden dengan
persepsi negatif tetapi patuh dalam membayar iuran BPJS mandiri
adalah sebanyak 6 orang (31,6%). Hasil uji statistik dengan
menggunakan chi square diperoleh nilai p=0,001. Hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan persepsi responden dengan
kepatuhan membayar iuran BPJS mandiri di instalasi rawat inap
RSUD Labuang Baji.
f. Variabel Motivasi dengan Kepatuhan Membayar
Untuk mengetahui hubungan variabel motivasi dengan kepatuhan
membayar dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
71
Tabel 15
Hubungan Motivasi dengan Kepatuhan Membayar di Instalasi
Rawat Inap RSUD Labuang Baji Kota Makassar
Motivasi
Kepatuhan Membayar
Total Uji
Statistik Patuh Kurang
Patuh
n % n % n %
Tinggi
Rendah
62
17
68,1
65,4
29
9
31,9
34,6
91
26
100
100 p=0,979
Total 79 67,5 38 32,5 117 100
Sumber: Data Primer, 2018.
Berdasarkan tabel 15 menunjukkan bahwa responden dengan
motivasi tinggi namun kurang patuh dalam membayar iuran BPJS
mandiri adalah sebanyak 29 orang (31,9%). Sedangkan responden
dengan motivasi rendah dan patuh dalam membayar iuran BPJS
mandiri adalah sebanyak 17 orang (65,4%). Hasil uji statistik dengan
menggunakan chi square diperoleh nilai p=0,979. Hal ini menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan motivasi responden dengan kepatuhan
membayar iuran BPJS mandiri di instalasi rawat inap RSUD Labuang
Baji.
C. Pembahasan
1. Pendidikan
Faktor pendidikan merupakan faktor yang secara tidak langsung turut
serta mempengaruhi kondisi sosial ekonomi keluarga sehingga juga akan
mempengaruhi keluarga dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi yang akan digunakan
dalam meningkatkan kualitas hidup. Semakin tinggi pendidikan seseorang,
72
maka semakin mudah untuk menerima informasi sehingga makin banyak
pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan
menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang
diperkenalkan (Priyoto, 2014:81).
Berdasarkan hasil penelitian, responden yang memiliki pendidikan
tinggi dan patuh dalam membayar iuran BPJS Mandiri yakni sebanyak 55
orang (75,3%). Hal ini disebabkan karena mereka memiliki pengetahuan
dan informasi yang cukup tentang BPJS Kesehatan Mandiri, sehingga
mereka beranggapan bahwa BPJS Kesehatan merupakan salah satu
penunjang bagi hidup, baik untuk saat ini maupun di masa yang akan
datang. Sedangkan jumlah responden yang berpendidikan tinggi tetapi
kurang patuh dalam membayar iuran BPJS Mandiri yakni sebanyak 18
orang (24,7%). Hal ini disebabkan karena responden dengan pendidikan
yang tinggi menilai bahwa mereka bisa mendapatkan pelayanan yang lebih
maksimal jika menjadi pasien umum dibandingkan dengan menjadi
peserta BPJS Kesehatan Mandiri.
Selanjutnya, berdasarkan tabel 10 diketahui jumlah responden dengan
pendidikan yang rendah tetapi patuh dalam membayar iuran BPJS Mandiri
yaitu 24 orang (54,5%). Hal ini disebabkan karena responden yang
berpendidikan rendah memiliki pekerjaan yang penghasilannya kurang
sehingga mereka menganggap bahwa penting untuk memiliki asuransi
kesehatan. Sedangkan responden yang berpendidikan rendah dan kurang
patuh dalam membayar iuran BPJS Mandiri yakni sebanyak 20 orang
73
(45,5%). Hal ini disebabkan karena responden yang berpendidikan rendah
sebagian besar memiliki pengetahuan yang kurang mengenai kesehatan
dan BPJS mandiri. Kurangnya sosialisasi tentang BPJS Kesehatan seperti
tempat pembayaran, metode pembayaran, dan sanksi jika menunggak
membuat mereka menjadi kurang patuh dalam membayar iuran. Selain itu
mereka yang berpendidikan rendah memiliki penghasilan yang kurang
sehingga mereka merasa tidak mampu untuk membayar iuran BPJS
mandiri.
Tabel 10 menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendidikan
terhadap kepatuhan membayar iuran BPJS Mandiri pada pasien di RSUD
Labuang Baji. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa responden yang
patuh dalam membayar iuran BPJS mandiri adalah masyarakat dengan
pendidikan yang tinggi yakni 55 orang (75,3%). Hasil uji statistik chi
square dengan p=0,034 (p<0,05) sehingga Ho ditolak yang berarti bahwa
tingkat pendidikan memiliki hubungan dengan kepatuhan membayar iuran
BPJS Mandiri.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Usniza
Mila (2015) bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan kepatuhan
membayar iuran BPJS mandiri. Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sihaloho (2015) yang mengatakan
bahwa karakteristik pendidikan tidak berhubungan dengan kepatuhan
membayar iuran BPJS mandiri karena peranan pendidikan tidak sebesar
dengan faktor yang lainnya yang mempengaruhi kemauan membayar.
74
Tingkat pendidikan memegang penting tingginya kesadaran seseorang
terhadap berasuransi kesehatan karena melalui pendidikan formal wajib
belajar 9 tahun, ditambah dengan sekolah tingkat menengah ke atas dan
perguruan tinggi akan mampu mengubah sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok dalam melakukan proses kedewasaan yang terus
meningkat, sehingga melalui tingkat pendidikan pun mempengaruhi
seseorang dalam melakukan tindakan sebuah perencanaan dan
pengendalian untuk mengatasi sebuah risiko yang tidak pasti pada masa
depan yang timbul dalam kehidupan. Jadi semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang mampu meningkatkan pemahaman dan pengetahuan
masyarakat tentang asuransi, sehingga mampu menimbulkan tingkat
kesadaran yang tinggi dalam membayar premi BPJS Kesehatan mandiri.
2. Pekerjaan
Pekerjaan adalah aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
sehingga memperoleh penghasilan. Setiap keluarga dalam memenuhi
kebutuhan selalu dikaitkan dengan mata pencahariannya, disamping
kecakapan dan hasil yang diperoleh. Jenis pekerjaan seseorang
berhubungan dengan tingkat pendapatan yang dihasilkan. Seseorang akan
memperoleh pendapatan sesuai dengan jenis pekerjaan yang dimiliki.
Pendapatan yang diperoleh dari hasil bekerja tersebut merupakan
penghasilan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup, salah
satunya adalah menyisihkan penghasilan tersebut untuk membayar iuran
asuransi kesehatan (Widyasih, 2014).
75
Berdasarkan tabel 11, diketahui bahwa responden yang tidak bekerja
yakni sebanyak 49 orang (41,9%). Responden yang tidak bekerja dan patuh
membayar iuran BPJS Mandiri yakni sebanyak 24 orang (49%). Sedangkan
responden yang bekerja dan patuh membayar iuran BPJS mandiri yakni
sebanyak 55 orang (80,9%). Hal ini disebabkan karena masyarakat
menganggap bahwa BPJS sangat membantu mereka dalam mengatasi
pembiayaan kesehatan terutama bagi mereka yang tidak memiliki
pekerjaan. Begitu pula dengan yang memiliki pekerjaan, meskipun mereka
bekerja dan mendapatkan penghasilan yang cukup mereka tetap mau
membayar iuran.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa jumlah responden yang
bekerja yaitu 68 orang (58,1%). Adapun responden yang bekerja dan
kurang patuh membayar iuran BPJS Mandiri yakni 13 orang (19,1%). Hal
ini disebabkan karena responden pada kategori ini umumnya bekerja
sebagai karyawan swasta, pedagang/wiraswasta, buruh, supir angkutan
umum, dan tukang becak/bentor sehingga mereka cenderung lebih sibuk
dan tidak memiliki kesempatan untuk melakukan pembayaran premi BPJS
mandiri. Selain itu, hasil yang diterima dari pekerjaan mereka jumlahnya
tidak menentu sehingga mereka terkadang memilih mengutamakan
kebutuhan primer dibandingkan membayar iuran BPJS mandiri. Jumlah
responden yang tidak bekerja dan kurang patuh membayar iuran BPJS
Mandiri yakni sebanyak 25 orang (51%). Hal ini disebabkan karena mereka
tidak memiliki penghasilan yang cukup untuk membayar iuran BPJS.
76
Berdasarkan uji statistik chi square diperoleh hasil p=0,001 (p<0,05)
yang berarti bahwa pekerjaan seseorang mempengaruhi kepatuhan
membayar iuran BPJS Mandiri. Hal ini disebabkan karena dari 117
responden, sebagian besar responden memiliki pekerjaan dan patuh dalam
membayar iuran BPJS Mandiri.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Pratiwi (2015) yang mengatakan bahwa pekerjaan memiliki hubungan
dengan keteraturan membayar iuran pada peserta JKN peserta mandiri di
RS Soebandi Kabupaten Jember. Namun, penelitian ini bertentangan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Dhilla (2016) yang mengatakan
bahwa berdasarkan hasil uji statistik dengan p=0,061 (p>0,05) berarti
pekerjaan tidak mempengaruhi kepatuhan membayar iuran BPJS mandiri.
Jenis pekerjaan seseorang berhubungan dengan tingkat pendapatan
yang dihasilkan. Seseorang akan memperoleh pendapatan sesuai dengan
jenis pekerjaan yang dimiliki. Pendapatan yang diperoleh dari hasil bekerja
tersebut merupakan penghasilan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup, salah satunya adalah menyisihkan penghasilan tersebut
untuk membayar iuran asuransi kesehatan (Widyasih, 2014).
3. Pendapatan
Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktifitas masyarakat
setiap bulannya sesuai standar upah minimum pendapatan perkapita
daerah. Teori oleh Gunistiyo (2006) mengemukakan bahwa pendapatan
masyarakat mempengaruhi kesadaran masyarakat dalam berasuransi.
77
Semakin tinggi pendapatan seseorang maka semakin tinggi kesadaran
masyarakat dalam berasuransi dan membayar iuran.
Tabel 12 menunjukkan bahwa, responden dengan pendapatan kurang
dan patuh membayar iuran BPJS Mandiri yaitu sebanyak 39 orang (69,6%).
Hal ini karena responden menyadari bahwa kesehatan adalah salah satu
bagian dari kebutuhan tubuh yang sangat penting dan menunjang
kehidupan sehingga harus dijaga. Selain itu, adanya denda dan
penonaktifan kartu BPJS sementara apabila menunggak membuat mereka
menjadi patuh dalam membayar iuran BPJS mandiri. Sedangkan responden
dengan pendapatan kurang dan kurang patuh membayar iuran BPJS
Mandiri yaitu sebanyak 17 orang (30,4%). Hal ini disebabkan karena masih
banyak kebutuhan yang harus dipenuhi oleh keluarga sehingga tidak ada
alokasi pendapatan yang digunakan peserta untuk membayar iuran
tersebut.
Pendapatan responden yang tergolong cukup dan patuh membayar
iuran BPJS Mandiri adalah 40 orang (65,6%). Hal tersebut terjadi karena
responden menyadari bahwa pendapatan yang mereka peroleh dirasa
mampu untuk membayar iuran BPJS mandiri. Sedangkan responden
dengan pendapatan cukup dan kurang patuh membayar iuran BPJS Mandiri
yakni 21 orang (34,4%). Hal ini disebabkan karena responden mengetahui
bahwa untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu adalah
dengan cara membayar. Masyarakat menilai bahwa pelayanan kesehatan
dengan menggunakan asuransi masih kurang baik sehingga berdampak
78
pada kualitas pelayanan kesehatan yang rendah. Oleh sebab itu, responden
yang memiliki pendapatan tergolong cukup lebih memilih untuk menjadi
pasien umum.
Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji chi square diperoleh nilai
p=0,786 (p>0,05) sehingga Ha ditolak yang artinya bahwa tidak ada
hubungan pendapatan dengan kepatuhan membayar iuran BPJS mandiri
pada pasien di RSUD Labuang Baji. Hal ini disebabkan karena beberapa
responden yang berpendapatan cukup memilih untuk menjadi pasien umum
dibandingkan pasien BPJS Kesehatan sehingga mereka tidak teratur dalam
membayar iuran.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Usniza Mila (2015) yang mengatakan bahwa ada hubungan antara
pendapatan dengan kepatuhan membayar iuran BPJS mandiri. Dimana
berdasarkan hasil uji Chi Square yang dilakukan diperoleh nilai p = 0,018
(p≤0,05). Artinya ada hubungan antara pendapatan dengan kepatuhan
membayar. Pendapatan masyarakat yang tinggi akan meningkatkan minat
dan kesadaran masyarakat untuk patuh dalam membayar iuran.
Menurut Sakinah mengatakan bahwa tingkat pendapatan masyarakat
memiliki pengaruh yang besar terhadap kesadaran masyarakat dalam
berasuransi. Semakin tinggi pendapatan seseorang maka semakin tinggi
kesadaran masyarakat dalam berasuransi dan membayar iuran. Begitu pula
dengan pengaruh pendapatan dengan keteraturan masyarakat dalam
membayar iuran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pendapatan
79
seseorang memegang peranan penting tingginya kesadaran seseorang
terhadap keteraturan dalam membayar iuran Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN). Namun dalam penelitian ini ada beberapa responden yang memiliki
pendapatan cukup tapi kurang patuh dalam membayar iuran. Hal ini
disebabkan karena masyarakat menilai bahwa pelayanan kesehatan dengan
menggunakan BPJS Kesehatan tidak sesuai dengan harapan mereka
sehingga terbentuklah opini bahwa BPJS Kesehatan tidak mampu memberi
perlindungan terhadap hak pesertanya.
4. Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), bahwa pengetahuan yang cukup tentang
JKN berpengaruh terhadap perilaku kepesertaan masyarakat dalam JKN.
Apabila pengetahuan masyarakat kurang tentang JKN maka akan
berdampak pada sikap masyarakat terhadap program tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian, responden yang memiliki tingkat
pengetahuan rendah yakni 27 orang (23,1%). Responden dengan tingkat
pengetahuan yang rendah namun patuh membayar iuran BPJS Mandiri
yaitu 4 orang (14,8%). Hal ini disebabkan karena responden tidak memiliki
pengetahuan yang cukup sehingga mereka hanya mengikuti aturan BPJS
yang dibuat oleh pemerintah. Sedangkan jumlah responden yang tingkat
pengetahuannya rendah dan kurang patuh membayar iuran BPJS Mandiri
yakni sebanyak 23 orang (85,2%). Hal ini disebabkan karena beberapa
responden kurang paham mengenai BPJS baik dari waktu pembayaran,
berbagai metode pembayaran iuran yang tersedia dan konsekuensi dari
80
penunggakan pembayaran iuran. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa
sosialisasi mengenai BPJS Kesehatan belum efektif, sehingga masih
banyak masyarakat yang tidak rutin dalam membayar iuran.
Selanjutnya, berdasarkan tabel 13 diketahui jumlah responden yang
memiliki tingkat pengetahuan tinggi dan patuh membayar iuran BPJS
Mandiri sebanyak 75 orang (83,3%) dari total 90 orang (76,9%). Hal ini
disebabkan karena sebagian besar responden telah memahami prinsip
kegotongroyongan dari BPJS Kesehatan. Selain itu, paket manfaat yang
diterima oleh peserta BPJS mandiri yaitu bukan hanya untuk layanan rawat
inap tetapi juga rawat jalan dan penyakit ringan maupun penyakit parah.
Sedangkan jumlah responden dengan tingkat pengetahuan tinggi dan
kurang patuh membayar iuran BPJS Mandiri yakni 15 orang (16,7%). Hal
ini disebabkan karena responden yang berpengetahuan tinggi berfikir
bahwa BPJS terlalu banyak syarat yang harus di penuhi ketika di tempat
Pelayanan kesehatan dan yang meraka tahu bahwa menggunakan BPJS
tidak memberikan pelayanan yang maksimal ketika di tempat pelayanan
kesehatan.
Pada tabel 13, menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan
dengan kepatuhan membayar iuran BPJS mandiri pada pasien di RSUD
Labuang Baji. Hasil uji statistik chi square dengan p=0,000 (p<0,05)
sehingga Ho ditolak yang berarti bahwa tingkat pengetahuan memiliki
hubungan dengan kepatuhan membayar iuran BPJS Mandiri.
81
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Chaerunnisa (2017) yang mengatakan bahwa terdapat hubungan antara
tingkat pengetahuan tentang JKN dengan kepatuhan membayar, semakin
tinggi pengetahuan JKN maka semakin besar kepatuhan dalam membayar
iuran. Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pratiwi (2015) yang menyebut bahwa responden memiliki
tingkat pengetahuan cukup namun tidak patuh membayar iuran BPJS
mandiri dikarenakan faktor seperti masih banyak responden yang belum
paham tentang BPJS Kesehatan, kurangnya dukungan dari keluarga, dan
dalam mendapatkan sosialisasi mengenai BPJS Kesehatan belum efektif.
Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Kurangnya pengetahuan peserta
mengenai pembayaran iuran serta konsekuensi ketidakpatuhan
pembayaran iuran merupakan faktor penghambat keberlanjutan
pembayaran iuran pada peserta JKN non PBI mandiri. Hal ini sesuai
dengan penelitian (Paez, 2014) yang mengatakan bahwa skala penilaian
perilaku kepatuhan seseorang berkorelasi positif dengan tingkat
pengetahuan yang dimilikinya. Semakin tinggi tingkat pengetahuan
tentang asuransi yang dimilikinya maka semakin tinggi pula tingkat
kepatuhan dalam membayar premi.
82
5. Persepsi
Menurut teori Anderson (1974) Persepsi adalah bagian dari penilaian
individu yang merupakan karakteristik kebutuhan yang memungkinkan
untuk mencari pengobatan yang dapat terwujud di dalam tindakan apabila
itu dirasakan sebagai kebutuhan. Dengan kata lain kebutuhan merupakan
dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan.
Tabel 14 menunjukkan bahwa responden yang memiliki persepsi
negatif namun patuh membayar iuran BPJS Mandiri yakni sebesar 6 orang
(31,6%) dari total 19 orang (16,2%). Hal ini disebabkan karena responden
pernah kecewa dengan pelayanan yang diterima saat mengakses layanan
dengan BPJS Kesehatan, mereka mengatakan bahwa layanan yang diterima
kurang memuaskan. Akan tetapi mereka tetap melanjutkan pembayaran
premi karena mereka takut dan khawatir akan sakit di masa mendatang.
Sedangkan responden yang memiliki persepsi negatif dan kurang patuh
membayar iuran BPJS Mandiri yaitu 13 orang (68,4%). Hal ini disebabkan
karena keadaan masyarakat yang menganggap bahwa tidak penting untuk
membayar BPJS Kesehatan. Banyak yang berfikir bahwa masa depan
urusan nanti, yang terpenting adalah memenuhi kebutuhan sekarang.
Budaya seperti inilah yang dapat mempengaruhi rendahnya kesadaran
masyarakat dalam membayar premi BPJS kesehatan lain yang lebih
menjadi prioritas. Selain itu, beberapa masyarakat merasa tidak mampu
untuk membayar iuran BPJS Kesehatan Mandiri tiap bulannya.
83
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa responden dengan
persepsi positif dan patuh membayar iuran BPJS Mandiri yakni sebanyak
73 orang (74,5%). Hal tersebut terjadi karena responden menyadari bahwa
kesehatan sangat penting dan menunjang kehidupan sehingga harus dijaga.
Selain itu, dengan membayar iuran yang nominalnya relatif kecil, mereka
dapat memperoleh perlindungan dari resiko sakit, terutama yang
memerlukan perawatan rawat inap dan tindakan medis yang biayanya
tinggi. Sedangkan responden yang persepsinya positif tetapi kurang patuh
membayar iuran BPJS Mandiri yaitu 25 orang (25,5%). Hal ini disebabkan
karena mereka merasa akan tetap sehat dan jarang sakit sehingga mereka
beranggapan bahwa tidak perlu untuk rutin membayar iuran.
Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji chi square diperoleh nilai
p=0,001 (p<0,05) sehingga Ho ditolak yang artinya ada hubungan persepsi
dengan kepatuhan membayar iuran BPJS Mandiri. Hal ini disebabkan
karena mayoritas responden menganggap BPJS Kesehatan sangat
bermanfaat bagi mereka terutama yang membutuhkan perawatan rawat
inap dengan penyakit yang parah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rismawati (2017) yang menunjukkan bahwa persepsi mempunyai
hubungan yang bermakna dengan kepatuhan membayar iuran BPJS
mandiri di wilayah kerja Puskesmas Batalaiworu. Namun tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2015) yang dilihat dari
84
hasil uji Chi Square menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan
antara persepsi dengan kepatuhan membayar iuran BPJS mandiri.
Persepsi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang telah
bekerjasama dengan badan penyelenggara asuransi kesehatan dapat
mempengaruhi keinginan masyarakat untuk terus membayar iuran Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) secara teratur. Pengalaman pertama yang tidak
menyenangkan pada pelayanan kesehatan yang diterima masyarakat akan
berpengaruh terhadap pembentukan persepsi seorang terhadap kebutuhan
untuk memperpanjang masa kepesertaaannya serta keteraturan masyarakat
dalam membayar iuran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Sebaliknya
bagi peserta asuransi kesehatan yang memiliki persepsi positif terhadap
tempat pelayanan kesehatan akan meningkatkan keteraturannya dalam
membayar iuran asuransi kesehatan karena peserta telah mendapatkan
pelayanan serta pengalaman yang baik saat mendapatkan pelayanan
kesehatan sehingga akan meningkatkan kesinambungan kepesertaan dana
sehat tersebut (Asnah, 2001).
6. Motivasi
Motivasi dapat didefinisikan sebagai interaksi antara perilaku dan
lingkungan sehingga dapat meningkatkan, menurunkan atau
mempertahankan perilaku. Motivasi berarti dorongan dari dalam diri
manusia untuk bertindak atau berperilaku (Notoatmodjo, 2014).
Berdasarkan tabel 15 menunjukkan bahwa responden yang memiliki
motivasi tinggi dan patuh membayar iuran BPJS Mandiri yakni sebesar 62
85
orang (68,1%) dari total 91 orang (77,8%). Hal ini disebabkan oleh karena
responden memiliki kesadaran bahwa sangat penting menjaga kesehatan
agar tetap bisa bekerja dengan baik. Sedangkan responden yang memiliki
motivasi tinggi tapi kurang patuh membayar iuran BPJS Mandiri yaitu 29
orang (31,9%). Hal ini disebabkan karena banyaknya jumlah tanggungan
responden sehingga dirasa tidak mampu untuk membayar iuran BPJS
Kesehatan Mandiri.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa responden dengan
motivasi rendah tetapi patuh membayar iuran BPJS Mandiri yakni
sebanyak 17 orang (65,4%). Hal tersebut terjadi karena adanya motivasi
dari interpersonal misalnya tetangga, keluarga dan teman. Motivasi yang
dimaksud yakni memberikan informasi mengenai metode pembayaran
iuran, sanksi yang didapat jika menunggak seperti penonaktifan kartu
BPJS sementara sehingga mereka terdorong untuk membayar iuran secara
rutin. Sedangkan responden yang kurang patuh membayar iuran BPJS
Mandiri yaitu 9 orang (34,6%). Hal ini disebabkan karena responden
kurang mendapatkan motivasi atau dorongan sehingga tidak ada penguat
terhadap timbulnya sikap dan niat untuk membayar iuran BPJS mandiri.
Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji chi square diperoleh nilai
p=0,979 (p>0,05) sehingga Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan motivasi dengan kepatuhan membayar iuran BPJS Mandiri.
Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil penelitian baik responden yang
86
motivasinya tinggi maupun motivasi rendah sama-sama memiliki tingkat
kepatuhan yang tinggi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Chaerunnisa (2017) yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara
motivasi dengan kepatuhan membayar iuran BPJS mandiri. Namun, hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri
(2016) yang mengatakan bahwa motivasi memiliki hubungan yang
signifikan terhadap keteraturan membayar iuran pada peserta mandiri
JKN. Pemahaman dan kesadaran serta niat yang tulus ikhlas dalam
membayar premi demi terciptanya gotong royong merupakan aspek yang
perlu disosialisasikan kepada pasien ataupun masyarakat agar nantinya
motivasi dapat tumbuh sehingga kepatuhan dapat terwujud.
87
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada pasien di instalasi
rawat inap RSUD Labuang Baji Kota Makassar tentang faktor yang
berhubungan dengan kepatuhan membayar iuran BPJS mandiri pada pasien di
RSUD Labuang Baji, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada hubungan pendidikan dengan kepatuhan membayar iuran BPJS
mandiri pada pasien di RSUD Labuang Baji Kota Makassar.
2. Ada hubungan pekerjaan dengan kepatuhan membayar iuran BPJS
mandiri pada pasien di RSUD Labuang Baji Kota Makassar.
3. Tidak ada hubungan pendapatan dengan kepatuhan membayar iuran BPJS
mandiri pada pasien di RSUD Labuang Baji Kota Makassar.
4. Ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan membayar iuran BPJS
mandiri pada pasien di RSUD Labuang Baji Kota Makassar.
5. Ada hubungan persepsi dengan kepatuhan membayar iuran BPJS mandiri
pada pasien di RSUD Labuang Baji Kota Makassar.
6. Tidak ada hubungan motivasi dengan kepatuhan membayar iuran BPJS
mandiri pada pasien di RSUD Labuang Baji Kota Makassar.
88
B. Saran
Adapun saran yang bisa diberikan adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada BPJS Kesehatan untuk memberikan sosialisasi atau
informasi kepada peserta BPJS Kesehatan tentang program BPJS
Kesehatan, seperti cara menggunakan, cara pembayaran, dan sanksi yang
diberikan BPJS Kesehatan apabila menunggak iuran agar peserta lebih
termotivasi untuk patuh dalam membayar dan menyukseskan program
JKN.
2. Direkomendasikan kepada BPJS Kesehatan untuk mempertimbangkan
pembuatan layanan pemberitahuan berbasis online untuk mengingatkan
peserta agar melakukan pembayaran iuran BPJS Kesehatan sebelum
tanggal 10.
DAFTAR PUSTAKA
Afifi, A. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepemilikan Asuransi
Kesehatan Komersial Pada Mahasiswa S2 FKM UI Angkatan 2008 Pada
Tahun 2009.
Annisa, N. 2015. Faktor yang Berhubungan dengan Kemauan Untuk Membayar
Iuran Jaminan Kesehatan Nasional pada Pekerta Bukan Penerima Upa di
Wilayah Kerja Puskesmas Lampasi Kota Payakumbuh Tahun 2015.
Universitas Andalas, Padang.
Ariadi, H. 2015. Persepsi Pasien terhadap Mutu Pelayanan Dokter Ditinjau dari
Karakteristik dan Mutu Pelayanan Dokter di Instalasi Rawat Jalan RSI
Sunan Kudus Tahun 2015. Universitas Diponegoro, Semarang.
AR, Chaerunnisa. 2017. Kepatuhan Membayar dan Mutu Pelayanan Kesehatan
Pasien BPJS Mandiri di RSUD Haji Kota Makassar. (Tesis) Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Aryani, M. A. 2013. Determinan Willingness To Pay (WTP) Iuran Peserta BPJS
Kesehatan. Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Vol: 14 No.1.
Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik. 2017. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun
2014. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
BPJS Kesehatan, 2014, Peraturan BPJS No 4 tahun 2014 tentang tata cara
pendaftaran dan pembayaran peserta perseorangan BPJS Kesehatan,
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 No. 1718, Jakarta.
BPJS Kesehatan. 2017. Data Peserta BPJS Kesehatan. Jakarta.
Buraerah, 2013. Analisis Deskriptif Data Riset Kesehatan. Makassar: Masagena
Press.
Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003,
Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas.
Depkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
Dhilla, M.P. 2016. Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Peserta Mandiri
dalam Membayar Iuran JKN di Kota Padang Tahun 2016. Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Andalas.
DJSN, 2012. Peta Jalan Menuju Jaminan Kesehatan Nasional 2014-2019.
Jakarta: Dewan Jaminan Sosial Nasional
Firdaus, F. 2015. Evaluasi Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien Rawat
Jalan Peserta BPJS di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
Girma, F.C Jira., et.al., 2011. Health Services Utilization and Associated Factors
In JimmaZone, South West Ethiopia. Jurnal: Health Services Utilization
and Associated Vol.21 Special Issue.
http://www.ajol.info/index.php/ejhs/article/viewFile/74273/64920. Diakses
pada tanggal 31 Januari 2017.
Gubernur Sulsel, 2015. Keputusan Gubernur Nomor 2424/XI/2015 tentang Upah
Minimum Karyawan (UMK) Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2016.
Makassar
Green, Lawrence. Health Education Planning A Diagnostic Approach. Baltimore.
The John Hopkins University, Mayfield Publishing Co, 1980.
Handayani E., Gondodiputro S., dan Saefullah A., 2013, Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kemauan Masyarakat Membayar Iuran Jaminan Kesehatan
Di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Universitas Padjadjaran, Bandung.
Hendriyanto, 2009, Tesis: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemauan Membayar
Pasien instalasi rawat jalan RSD Ciawi kabupaten Bogor Tahun 2009.
FKM Universitas Indonesia, Depok.
Husni, Afwil. 2016. Kepatuhan Hukum Peserta Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan Mandiri Dalam Membayar Premi Di Kota Padang.
Unversitas Bung Hatta.
Intiasari, A. D. 2016. Analisis Pola Pemanfaatan Jaminan Pembiayaan Kesehatan
Era Jaminana Kesehatan Nasional pada Peserta Non PBI Mandiri di
Wilayah Pedesaan Kabupaten Banyumas. Jurnal Kebijakan Kesehatan
Indonesia, 5(3), 101-109.
Kemenkes. 2013. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan
Sosial Nasional.
Kemenkes RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta : Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Lestari, F. N. 2015. Faktor-Faktor Perilaku Kepatuhan Peserta Mandiri Membayar
Iuran BPJS Kesehatan di Kantor Cabang Jakarta Selatan Tahun 2015.
Universitas Indonesia, Jakarta.
Melinda. 2016. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Minat Masyarakat
dalam Keikutsertaan BPJS Mandiri di Kecamatan Bener Kabupaten
Purwerejo. Jurnal Kesehatan Masyarakat: Universitas Diponegoro.
Mila, Usniza. 2015. Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Peserta Mandiri
Kelas III Membayar Iuran Jaminan Kesehatan Nasional di Kota Solok
Tahun 2015. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Andalas.
Ni Made Sri Nopiyani, P. A. I., Rina Listyowati. 2015. Analisis Determinan
Kepatuhan dan Pengembangan Strategi Peningkatan Kepatuhan
Pembayaran Iuran pada Peserta JKN Non PBI Mandiri di Kota Denpasar.
Denpasar: BPJS Kesehatan.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2010, Edisi Revisi: Metodologi Penelitian Kesehatan,
Rineka Cipta, Jakarta.
Paez, K. A. 2014. Development of the Health Insurance Literacy Measure (HILM)
: Conceptualizing and Measuring Consumer Ability to Choose and Use
Private Health Insurance. Journal of Health Communication, 19, 225-239.
Pratiwi, A. N. 2015. Faktor Yang Mempengaruhi Keteraturan Membayar Iuran
Pada Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Kategori Peserta
Mandiri (Studi Kasus Pasien Rawat Inap Rumah Sakit dr. Soebandi
Kabupaten Jember). Universitas Negeri Jember.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor
340/MENKES/PER/III/2010,Tentang Klasifikasi Rumah Sakit. Jakarta
Peraturan Presiden No.12 tahun 2013, Jaminan Kesehatan, Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 No.29, Jakarta.
________ No.111 Tahun 2013, Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 12
Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan, Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 No.255, Jakarta.
________ No.19 Tahun 2016, Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor
12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan, Jakarta.
________ No.24 tahun 2011, 2011, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS),
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 No.116, Jakarta.
Prakoso, S. B. 2015. Efektivitas Pelayanan Kesehatan BPJS di Puskesmas
Kecamatan Battang. Economic Development Analysis Journal, 4(1).
Priyoto. 2014. Teori Sikap & Perilaku dalam Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
RI K. Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem
Jaminan Sosial Nasional. Jakarta, 2014.
Sari, Nurlaela. 2014. Analisis Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional
dari Sisi Kepesertaan di Puskesmas Kedaung Barat, Kabupaten Tangerang
Tahun 2014. Universitas Indonesia, Jakarta.
Sihaloho, E. N. 2015. Determinan Kemauan Membayar Iuran Peserta Jaminan
Kesehatan Nasional Mandiri Di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota
Semarang. Universitas Negeri Semarang.
Subari, E. D. M. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensi
Masyarakat Kota Cirebon Menjadi Peserta Mandiri Jaminan Kesehatan.
Universitas Padjadjaran, Bandung.
Sugihartono et al. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta :
Bandung.
Thabrany, H. 2003. Tinjauan Akademis tentang Asuransi Kesehatan Nasional.
Jakarta: Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan, Universitas Indonesia.
Undang-Undang RI No. 40 tahun 2004, Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No.150, Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
2009. Jakarta.
Widyasih, Eka. 2014. Persepsi Masyarakat terhadap Pelayanan BPJS di RSI
Kendal. Jawa Tengah : UNIMUS.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1.
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Makassar 90245, Telp. (0411) 585658
E-mail: [email protected], website: fkm.unhas.ac.id
Judul : Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Membayar Iuran BPJS
Mandiri pada Pasien di RSUD Labuang Baji Kota Makassar
A. Identitas Responden
1. Nama Responden : .........................................................................................
2. Umur : .........................................................................................
3. Jenis kelamin : .........................................................................................
4. Jumlah premi : .........................................................................................
5. Jumlah anggota keluarga yang ditanggung : ................................................. orang
6. Pendidikan Terakhir : 1. Tidak Sekolah
2. Tamat SD
3. SLTP/ Sederajat
4. SMU/ Sederajat
5. Perguruan Tinggi (D1/D3/S1/S2/S3) 7. Pekerjaan : 1. Tidak bekerja/IRT
2. Wiraswasta/Pedagang
3. Karyawan Swasta
4. Pegawai Negeri
5. Lain-lain
8. Pendapatan keluarga : 1. Ayah :
2. Ibu :
3. Lain-lain :
B. Pengetahuan
No Pertanyaan Pilihan
1 BPJS Kesehatan wajib bagi seluruh penduduk Indonesia. 1. Salah 2. Benar
2
Peserta mandiri merupakan bukan peserta penerima bantuan
iuran atau golongan PBI yang iurannya dibayar oleh
pemerintah.
1.Salah 2. Benar
3 BPJS Kesehatan menanggung pelayanan untuk kecantikan/kosmetik 1.Salah 2. Benar
4 Adanya denda keterlambatan jika tidak membayar iuran perbulan 1.Salah 2. Benar
5
Peserta JKN yang telat membayar iuran paling banyak selama 12
bulan (1 tahun) dikenakan sanksi berupa penjaminan peserta
dihentikan selamanya dan status peserta tidak aktif
1.Salah 2. Benar
6 Tarif iuran kelas I peserta Mandiri sebesar Rp
59.500,00 per orang per bulan. 1.Salah 2. Benar
7 Tarif iuran kelas III peserta Mandiri sebesar Rp
25.500,00 per orang per bulan. 1.Salah 2. Benar
8 Keuntungan dengan adanya BPJS Kesehatan bahwa biaya kesehatan
yang mahal dapat teratasi 1.Salah 2. Benar
C. Persepsi
No Pernyataan SS S TS ST
1
Saya merasa bahwa BPJS Kesehatan
Mandiri memberikan manfaat dalam
upaya memelihara kesehatan
2
Saya merasa jika ikut BPJS Kesehatan
Mandiri dapat memberikan bantuan
pembiayaan kesehatan untuk orang lain
yang menjadi peserta BPJS Kesehatan
Mandiri juga
3
Saya merasa bahwa dengan ikut BPJS
Kesehatan Mandiri berarti saya ikut
berpartisipasi untuk membantu
memenuhi target kepesertaan JKN
pada tahun 2019
4
Saya merasa iuran BPJS Kesehatan
Mandiri terlalu berat untuk saya
keluarkan setiap bulannya
5
Saya merasa ikut dalam BPJS
Kesehatan mandiri terlalu lama dalam
prosedur untuk mendapatkan
persyaratan ke RS yang bergabung
dalam BPJS Kesehatan
6
Saya merasa BPJS Kesehatan Mandiri
hanya untuk pasien yang mempunyai
penyakit sangat parah seperti ginjal,
paru-paru, jantung, dll.
D. Motivasi No Pernyataan Ya Tidak
1
Saya melaksanakan kewajiban membayar
iuran/premi dengan sukarela dan timbul
dari kesadaran sendiri
2
Dengan membayar premi berarti saya telah
ikut mewujudkan sistem gotong royong
nasional
3
Akan ada banyak manfaat yang bisa saya
rasakan jika saya memenuhi kewajiban
membayar premi BPJS
4
Dengan membayar premi/iuran, maka saya
telah ikut membantu dalam usaha
mengurangi angka kesakitan di Indonesia
5 Sangat mudah untuk mendaftarkan diri
menjadi peserta JKN
6
Sosialisasi atau penyuluhan tentang
pembayaran premi perlu dilakukan oleh
kader JKN guna meningkatkan
pemahaman dalam membayar iuran setiap
bulannya
E. Kepatuhan Membayar 1. Apakah anda sebagai peserta BPJS Mandiri membayar premi setiap
tanggal 10 di awal bulan?
a. Ya b. Tidak
“Sekian dan Terima Kasih”
LAMPIRAN 2.
HASIL PENGOLAHAN DATA
A. ANALISIS UNIVARIAT
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Rendah 44 37.6 37.6 37.6
Tinggi 73 62.4 62.4 100.0
Total 117 100.0 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Tidak Bekerja 49 41.9 41.9 41.9
Bekerja 68 58.1 58.1 100.0
Total 117 100.0 100.0
Pendapatan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Kurang 56 47.9 47.9 47.9
Cukup 61 52.1 52.1 100.0
Total 117 100.0 100.0
Persepsi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Negatif 19 16.2 16.2 16.2
Positif 98 83.8 83.8 100.0
Motivasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Rendah 26 22.2 22.2 22.2
Tinggi 91 77.8 77.8 100.0
Total 117 100.0 100.0
Kepatuhan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Kurang Patuh 38 32.5 32.5 32.5
Patuh 79 67.5 67.5 100.0
Total 117 100.0 100.0
Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Rendah 27 23.1 23.1 23.1
Tinggi 90 76.9 76.9 100.0
Total 117 100.0 100.0
B. ANALISIS BIVARIAT
Pendidikan * Kepatuhan
Crosstab
Kepatuhan Total
Kurang Patuh Patuh
Pendidikan
Rendah
Count 20 24 44
% within Pendidikan 45.5% 54.5% 100.0%
Tinggi
Count 18 55 73
% within Pendidikan 24.7% 75.3% 100.0%
Total
Count 38 79 117
% within Pendidikan 32.5% 67.5% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 5.414a 1 .020
Continuity Correctionb 4.508 1 .034
Likelihood Ratio 5.340 1 .021
Fisher's Exact Test .025 .017
Linear-by-Linear
Association 5.368 1 .021
N of Valid Cases 117
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.29.
b. Computed only for a 2x2 table
Pekerjaan * Kepatuhan
Crosstab
Kepatuhan Total
Kurang Patuh Patuh
Pekerjaan
Tidak Bekerja
Count 25 24 49
% within Pekerjaan 51.0% 49.0% 100.0%
Bekerja
Count 13 55 68
% within Pekerjaan 19.1% 80.9% 100.0%
Total
Count 38 79 117
% within Pekerjaan 32.5% 67.5% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 13.217a 1 .000
Continuity Correctionb 11.802 1 .001
Likelihood Ratio 13.254 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .000
Linear-by-Linear
Association 13.104 1 .000
N of Valid Cases 117
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.91.
b. Computed only for a 2x2 table
Pendapatan * Kepatuhan
Crosstab
Kepatuhan Total
Kurang Patuh Patuh
Pendapatan
Kurang
Count 17 39 56
% within Pendapatan 30.4% 69.6% 100.0%
Cukup
Count 21 40 61
% within Pendapatan 34.4% 65.6% 100.0%
Total
Count 38 79 117
% within Pendapatan 32.5% 67.5% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .220a 1 .639
Continuity Correctionb .074 1 .786
Likelihood Ratio .221 1 .638
Fisher's Exact Test .695 .393
Linear-by-Linear
Association .219 1 .640
N of Valid Cases 117
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18.19.
b. Computed only for a 2x2 table
Pengetahuan * Kepatuhan
Crosstab
Kepatuhan Total
Kurang Patuh Patuh
Pengetahuan
Rendah
Count 23 4 27
% within Pengetahuan 85.2% 14.8% 100.0%
Tinggi
Count 15 75 90
% within Pengetahuan 16.7% 83.3% 100.0%
Total
Count 38 79 117
% within Pengetahuan 32.5% 67.5% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 44.463a 1 .000
Continuity Correctionb 41.393 1 .000
Likelihood Ratio 43.766 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
Association 44.083 1 .000
N of Valid Cases 117
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.77.
b. Computed only for a 2x2 table
Persepsi * Kepatuhan
Crosstab
Kepatuhan Total
Kurang Patuh Patuh
Persepsi
Negatif
Count 13 6 19
% within Persepsi 68.4% 31.6% 100.0%
Positif
Count 25 73 98
% within Persepsi 25.5% 74.5% 100.0%
Total
Count 38 79 117
% within Persepsi 32.5% 67.5% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 13.363a 1 .000
Continuity Correctionb 11.477 1 .001
Likelihood Ratio 12.518 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear
Association 13.248 1 .000
N of Valid Cases 117
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.17.
b. Computed only for a 2x2 table
Motivasi * Kepatuhan
Crosstab
Kepatuhan Total
Kurang Patuh Patuh
Motivasi
Rendah
Count 9 17 26
% within Motivasi 34.6% 65.4% 100.0%
Tinggi
Count 29 62 91
% within Motivasi 31.9% 68.1% 100.0%
Total
Count 38 79 117
% within Motivasi 32.5% 67.5% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .070a 1 .792
Continuity Correctionb .001 1 .979
Likelihood Ratio .069 1 .793
Fisher's Exact Test .815 .483
Linear-by-Linear
Association .069 1 .793
N of Valid Cases 117
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.44.
b. Computed only for a 2x2 table
LAMPIRAN 3.
MASTER TABEL
Jumlah Jumlah Anggota
Premi Keluarga
RATNAWATI 38 Perempuan 25500 4 Tamat SMA Tidak bekerja 3000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1
NAJA MUDDIN 54 Laki-laki 80000 3 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 3000000 1 0 1 1 0 1 1 1 2 1 2 2 4 3 1 1 1 1 0 1 1
SUNARTI 33 Perempuan 80000 1 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 3500000 1 1 1 1 1 1 1 1 4 4 4 3 4 4 1 1 1 1 1 1 1
RATANG 56 Perempuan 25500 2 Tamat SD Tidak bekerja 3000000 0 0 0 1 0 1 1 0 4 4 3 1 3 4 0 0 1 0 1 1 0
ADE 32 Laki-laki 25500 2 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 3000000 0 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 2 4 1 1 1 1 1 1 1
RAHMAWATI 52 Perempuan 25500 2 Tamat SMP Tidak bekerja 2500000 1 0 0 1 0 0 1 0 4 3 3 1 3 4 1 1 1 1 1 1 0
KASMAN 28 Laki-laki 25500 3 Tamat SD Lain-lain 2000000 0 1 1 1 0 1 1 1 4 4 4 3 4 2 1 1 1 1 1 1 1
HJ RABIKA 52 Perempuan 80000 2 Tamat SMA Tidak bekerja 2000000 1 1 1 1 0 1 1 1 2 2 1 2 3 4 1 1 1 1 0 1 1
FARIDA 46 Perempuan 25500 4 Tamat SMA Pegawai Swasta 2500000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 4 3 4 1 1 1 1 1 1 1
HERLINA 40 Perempuan 25500 3 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 1750000 1 1 1 1 0 0 1 1 3 4 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
NURLIA 58 Perempuan 25500 5 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 1500000 1 1 1 1 0 0 1 1 4 3 3 3 2 3 1 1 1 0 0 0 1
ABD HAFID 53 Laki-laki 80000 5 Perguruan Tinggi Pegawai Swasta 3000000 1 1 1 1 1 1 1 1 4 3 3 3 3 4 1 1 1 1 1 1 1
RUSLAN K 47 Laki-laki 25500 3 Tamat SMA Pegawai Swasta 3000000 1 1 1 0 0 1 0 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
MANSYUR WAHID 60 Laki-laki 25500 6 Tamat SMA Tidak bekerja 1500000 1 1 1 1 0 0 1 1 3 3 3 3 3 4 1 1 1 1 1 1 1
SITI HAPSAH 69 Perempuan 25500 1 Tamat SD Tidak bekerja 1000000 1 0 1 1 0 0 1 1 3 2 3 1 3 2 0 1 1 0 0 1 0
ZAENAB 68 Perempuan 80000 2 Tamat SD Tidak bekerja 1500000 1 0 0 1 0 1 1 1 1 2 3 2 2 2 0 1 1 0 0 0 0
AHMAD TALIQ 25 Laki-laki 51000 5 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 7000000 1 0 0 1 0 0 0 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 0 0
HJ MAIMUNNAH 63 Perempuan 51000 1 Tamat SMP Tidak bekerja 3000000 0 0 1 1 0 1 1 0 3 2 2 2 3 3 0 1 1 1 0 1 0
YUNUS 70 Laki-laki 80000 4 Perguruan Tinggi Tidak bekerja 8000000 0 0 1 1 0 0 1 0 3 3 3 2 3 3 0 0 1 1 1 0 0
HALIMAH 39 Perempuan 80000 5 Perguruan Tinggi Pegawai Swasta 4000000 0 1 1 1 1 1 1 1 2 1 3 2 3 2 1 1 1 1 1 1 1
ANTO 37 Laki-laki 51000 3 Perguruan Tinggi Pegawai Swasta 3000000 1 1 1 1 0 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
MINAH 57 Perempuan 25500 2 Tamat SMP Tidak bekerja 2000000 1 0 0 1 0 0 1 1 3 2 2 2 3 3 0 1 1 1 1 0 0
HASNAH 60 Perempuan 25500 3 Tamat SD Tidak bekerja 1000000 1 0 0 1 0 0 1 1 3 3 3 3 3 2 1 1 1 1 1 1 1
D6C2 C3 C4 C5 C6 D1 D2 D3 D4 D5 E1B4NAMA UMUR Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Pendapatan B1 B2 B3 B5 B6 B7 B8 C1
ABD MUTHALIB 37 Laki-laki 51000 3 Perguruan Tinggi Pegawai Swasta 3000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 2 3 3 1 1 1 1 1 1 1
SUMARNI 28 Perempuan 80000 2 Perguruan Tinggi Pegawai Swasta 3000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
AMIRULLAH 32 Laki-laki 25500 5 Perguruan Tinggi Wiraswasta/Pedagang 2500000 1 0 0 1 0 0 1 1 2 2 3 1 2 3 1 1 0 1 1 0 1
SARIFAH 26 Perempuan 25500 2 Tamat SMP Tidak bekerja 2000000 1 0 1 1 0 0 1 1 3 3 3 3 2 2 1 1 1 0 0 0 1
HINDRAWATI 40 Perempuan 51000 3 Perguruan Tinggi Pegawai Swasta 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 2 3 1 1 1 0 1 1 1
NURLINDA 29 Perempuan 25500 4 Tamat SD Tidak bekerja 2000000 1 1 1 1 0 0 1 1 3 3 2 2 3 3 1 1 1 0 0 1 1
HJ NGAI 65 Perempuan 80000 4 Perguruan Tinggi Wiraswasta/Pedagang 5000000 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 3 3 1 3 1 1 1 0 1 1 1
ASRUL 28 Laki-laki 25500 3 Tamat SMP Lain-lain 2000000 1 1 1 1 1 0 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 0 1 1 1
BUDIMAN 47 Laki-laki 25500 2 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 2000000 0 1 0 1 0 1 0 1 3 2 3 2 2 2 0 1 0 0 1 1 0
KHADIJAH 30 Perempuan 80000 4 Perguruan Tinggi Pegawai Swasta 3000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
MARAWANI 25 Perempuan 51000 3 Perguruan Tinggi Wiraswasta/Pedagang 4000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
AMINA 35 Perempuan 25500 1 Tamat SD Tidak bekerja 1000000 0 0 1 1 0 1 0 1 3 2 2 2 2 3 1 1 1 0 1 0 0
H. IDRIS 58 Laki-laki 51000 4 Perguruan Tinggi Wiraswasta/Pedagang 3000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 2 3 3 1 0 0 1 0 0 1
MANTANG 51 Laki-laki 25500 5 Tamat SMP Wiraswasta/Pedagang 4000000 1 1 1 1 0 1 1 1 3 3 3 3 3 2 1 1 1 0 1 1 1
H. BOLLO 69 Laki-laki 80000 4 Perguruan Tinggi Wiraswasta/Pedagang 7000000 0 1 1 1 0 1 1 1 3 3 3 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1
RUSMAN 35 Laki-laki 80000 3 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 4000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 0 1
NATSIR 52 Laki-laki 25500 2 Tamat SD Wiraswasta/Pedagang 2000000 1 1 1 1 0 0 1 1 3 3 3 3 2 3 1 1 1 0 1 1 1
ROSI 62 Perempuan 25500 2 Tamat SD Tidak bekerja 1700000 1 1 1 1 1 0 1 1 3 2 3 2 3 3 1 1 1 0 1 1 1
MOCHTAR YUSUF 67 Laki-laki 51000 1 Tamat SMA Lain-lain 3000000 1 1 1 1 0 1 1 1 3 3 3 2 3 3 1 1 1 0 1 0 1
H. NURHAEDAH 53 Perempuan 25500 3 Tamat SMP Tidak bekerja 3000000 1 0 1 0 1 0 1 0 3 2 3 2 3 2 1 1 1 0 0 0 0
HJ RAMLAH 49 Perempuan 80000 2 Tamat SMA Tidak bekerja 3500000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 0 1
MINA DARWIS 37 Perempuan 80000 2 Perguruan Tinggi Pegawai Swasta 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 0 0 1 0 1 1
ANWAR 52 Laki-laki 25500 3 Tamat SMP Lain-lain 2000000 1 1 1 1 0 1 1 1 3 3 3 2 3 3 1 1 1 1 1 0 1
HJ JAWIAH 43 Perempuan 80000 4 Tamat SMP Tidak bekerja 4000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
ARSYAD 34 Laki-laki 25500 3 Tamat SMA Lain-lain 2000000 1 1 1 1 0 0 1 1 3 3 3 2 2 3 0 1 0 0 1 1 1
SAINUDDIN 44 Laki-laki 25500 2 Tamat SD Lain-lain 1500000 1 1 0 1 0 0 1 1 3 3 3 2 3 3 1 1 1 0 1 1 1
JEPPU UMUAR 64 Laki-laki 25500 2 Tamat SMP Lain-lain 2000000 0 0 0 1 1 0 0 1 3 3 3 2 3 2 1 1 1 0 0 0 0
HJ KARHANA 56 Perempuan 80000 2 Tamat SD Tidak bekerja 3000000 0 1 1 1 1 1 1 1 4 3 3 3 3 4 1 1 1 1 1 1 1
KASIATI 40 Perempuan 25500 3 Tamat SMA Pegawai Swasta 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 4 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
M. SYAIFUL 34 Laki-laki 25500 3 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 2000000 1 1 1 1 1 0 1 1 3 3 3 3 2 3 1 1 1 1 1 1 1
HJ BUNGA 58 Perempuan 51000 2 Tamat SMP Tidak bekerja 3000000 1 1 1 1 1 1 1 1 4 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 0 1
DG. BAYANG 60 Perempuan 25500 1 Tamat SD Tidak bekerja 1000000 0 0 0 0 1 1 0 1 3 3 3 1 3 2 1 1 1 0 1 1 0
MARDIANA 33 Perempuan 25500 3 Tamat SD Tidak bekerja 1500000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
SAIFUL BAHRI 35 Laki-laki 25500 3 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
M. IMRAN 48 Laki-laki 25500 4 Tamat SMA Pegawai Swasta 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 0 1 1 1
MONENG 55 Perempuan 25500 1 Tamat SD Tidak bekerja 1000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 1 3 2 1 1 1 0 1 1 0
DG. RAJA 50 Laki-laki 25500 4 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 1500000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
JUMATIAH 45 Perempuan 25500 1 Tamat SMP Tidak bekerja 1000000 0 0 1 0 1 0 0 0 3 3 3 2 3 3 1 1 1 1 1 1 0
TAMPA 55 Perempuan 25500 2 Tamat SD Tidak bekerja 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
INTAN 24 Perempuan 51000 2 Tamat SMA Tidak bekerja 5000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
USMAN 42 Laki-laki 80000 3 Perguruan Tinggi Pegawai Swasta 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 2 3 2 1 1 1 1 1 1 0
ABD ANAS 32 Laki-laki 25500 3 Tamat SMA Lain-lain 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
JALALUDDIN 59 Laki-laki 25500 3 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 1700000 1 1 0 1 1 0 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
RISMAWANTI 43 Perempuan 80000 2 Tamat SMP Tidak bekerja 3000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
ST MARWAH 29 Perempuan 51000 1 Tamat SD Tidak bekerja 2000000 0 0 1 0 1 0 1 1 2 3 3 2 2 2 1 1 1 1 1 0 0
HERLINDA 26 Perempuan 51000 2 Tamat SMP Tidak bekerja 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 0 0 0 1 1 1
AWALUDDIN 50 Laki-laki 25500 4 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 2 0 0 0 1 1 1 1
IKHSAN 36 Laki-laki 25500 3 Tamat SD Lain-lain 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
NURHAEDAH 64 Perempuan 25500 1 Tamat SD Tidak bekerja 2500000 1 0 1 1 1 1 1 1 3 2 3 2 1 3 1 0 0 0 1 1 0
AINUN 27 Laki-laki 25500 4 Tamat SMA Lain-lain 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
LILISTIANA 32 Perempuan 80000 2 Tamat SMA Pegawai Swasta 4000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 2 3 3 1 1 1 1 1 1 0
M. FAHMI 48 Laki-laki 25500 3 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 2 1 0 0 0 1 1 1
BASSO 55 Laki-laki 80000 1 Tamat SMA Lain-lain 3000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
NUR AZIZAH 41 Perempuan 51000 2 Tamat SD Tidak bekerja 3000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 2 3 3 0 0 0 1 1 1 0
DG. NGALE 66 Laki-laki 25500 1 Tamat SMA Lain-lain 2500000 0 1 0 1 1 0 0 1 3 3 3 2 3 2 1 1 1 1 1 0 0
SAKINAH 46 Perempuan 25500 3 Tamat SMA Pegawai Swasta 3000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
HJ YUSUF 66 Laki-laki 80000 2 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 5000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
ROSIDAH 35 Perempuan 25500 3 Tamat SD Tidak bekerja 3000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 1 2 2 1 1 1 1 1 1 0
MUTMAINNAH 40 Perempuan 51000 2 Tamat SMP Tidak bekerja 2500000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 0 0 0 1 1 1
M. RAFIQ 36 Laki-laki 80000 3 Perguruan Tinggi Pegawai Swasta 4000000 0 1 0 0 0 1 1 0 3 3 3 2 3 2 1 1 1 1 1 1 0
DG. BOLA' 60 Laki-laki 25500 2 Tamat SMA Lain-lain 2000000 1 1 1 1 0 1 1 1 3 3 3 1 2 2 1 0 1 1 1 0 0
MUKHLIS 29 Laki-laki 25500 3 Tamat SMA Lain-lain 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
ASRIANI 32 Perempuan 25500 2 Tamat SMP Tidak bekerja 2500000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 0 0 0 1 1 1 1
FATIMAH 35 Perempuan 51000 2 Tamat SMP Tidak bekerja 3000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
AKBAR 55 Laki-laki 25500 4 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 3000000 1 1 1 1 1 0 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
FAJAR YUSUF 41 Laki-laki 51000 3 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 3000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 0 1 0 0 1 1
FIRDAUZUL MUTTAQIN 46 Laki-laki 25500 2 Perguruan Tinggi Pegawai Swasta 3000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 2 3 3 1 1 1 1 1 1 0
USMA 39 Perempuan 51000 3 Tamat SMA Tidak bekerja 4000000 1 0 0 1 1 0 0 1 3 3 3 2 3 3 1 1 1 1 1 1 0
FATHIA 58 Perempuan 25500 2 Tamat SMP Tidak bekerja 2000000 1 1 1 1 1 1 1 0 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
MARGI 62 Perempuan 25500 2 Tamat SMA Tidak bekerja 2000000 1 1 1 1 0 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
ZAENYAKUB 57 Laki-laki 25500 3 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 2500000 0 1 0 1 1 0 1 0 3 3 3 2 3 3 1 1 1 1 1 1 0
HARIYADI 60 Laki-laki 25500 2 Tamat SMA Lain-lain 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 2 1 3 2 1 0 1 1 1 1 0
AMIRUDDIN 65 Laki-laki 80000 3 Perguruan Tinggi Wiraswasta/Pedagang 3000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 0 0 0 0 1
SYAHRUL 48 Laki-laki 80000 3 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
NURHASWI 30 Perempuan 51000 1 Tamat SD Tidak bekerja 2000000 0 0 0 1 0 1 1 0 3 3 3 1 3 3 1 1 1 0 1 0 0
ANDI ALFYAT 33 Laki-laki 25500 3 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 0 0 1 0 1 1 1
HALIDAH 64 Perempuan 25500 1 Tamat SD Tidak bekerja 2000000 1 1 1 1 1 0 1 1 3 2 3 1 3 3 1 0 1 1 1 1 0
REZKIYANI 56 Perempuan 25500 2 Tamat SD Tidak bekerja 2500000 1 1 1 1 1 0 1 1 3 3 3 3 3 3 1 0 1 0 0 1 1
SATRIANI 49 Perempuan 80000 2 Perguruan Tinggi Wiraswasta/Pedagang 6000000 0 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
M. SYAFAR 69 Laki-laki 80000 1 Perguruan Tinggi Tidak bekerja 3000000 1 1 0 1 1 1 1 1 2 2 2 2 3 2 1 1 1 0 1 1 0
HJ DARWIS 68 Laki-laki 25500 2 Tamat SMA Tidak bekerja 3000000 0 1 1 0 1 0 1 0 1 3 1 2 3 3 1 1 1 0 1 1 0
SUHERMAWANSUKRI 56 Laki-laki 25500 3 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 0 0 0 1 1 1
RUSDIN 45 Laki-laki 51000 3 Perguruan Tinggi Pegawai Swasta 4000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 1 3 3 1 1 1 1 1 1 0
ALWIYAH 53 Perempuan 25500 2 Tamat SMA Tidak bekerja 2000000 1 0 1 0 0 0 1 0 3 3 3 2 3 3 1 1 1 1 1 1 0
DIAN 42 Perempuan 80000 2 Perguruan Tinggi Pegawai Swasta 5000000 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 2 3 3 1 1 1 1 1 1 0
ERNI 64 Perempuan 25500 1 Tamat SD Tidak bekerja 2000000 0 1 1 0 1 0 1 0 3 2 3 3 2 3 1 0 1 1 1 1 0
FIRAH 51 Perempuan 25500 3 Tamat SMP Tidak bekerja 3000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
M. ANUGRAH 60 Laki-laki 80000 1 Tamat SMA Tidak bekerja 3000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
IRYANI RUSDI 66 Laki-laki 51000 1 Tamat SMA Tidak bekerja 3000000 1 1 1 1 0 1 1 1 3 3 3 2 3 3 1 1 1 0 1 1 0
KHAERUL 48 Laki-laki 25500 3 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 2000000 0 0 1 0 1 1 1 0 3 3 3 3 3 3 1 1 1 0 0 0 1
MARJUNI 57 Laki-laki 25500 4 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 2 0 0 0 1 1 1 1
NIRWANA 58 Perempuan 51000 3 Tamat SD Tidak bekerja 3000000 1 0 1 0 0 1 0 1 2 2 3 3 2 2 1 0 1 1 1 1 0
SAVIRA 45 Perempuan 80000 2 Perguruan Tinggi Pegawai Swasta 4000000 0 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
KHAIDIR 30 Laki-laki 25500 3 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 2 1 1 1 1 1 1 1
LAMPIRAN 4.
PERSURATAN
LAMPIRAN 5.
DOKUMENTASI
LAMPIRAN 6.
RIWAYAT HIDUP
Nama : Novia Widyanti
Tempat/Tgl Lahir : Lospalos, 05 November 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Katolik
Alamat : BTN Bumi Bung Permai Blok B5 No. 12
Telp & No.Hp : 085238233991
E-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan : 1. SDN 5 Karangasem Tahun 2008
2. SMP Negeri 2 Amlapura Tahun 2011
3. SMA Negeri 2 Amlapura Tahun 2014
4. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
(Tahun 2014 – Sekarang)
Riwayat Organisasi : 1. Pengurus HAPSC 2017/2018