Skripsi Diajukan untuk memenuhi Persyaratan memperoleh...
Transcript of Skripsi Diajukan untuk memenuhi Persyaratan memperoleh...
KEUTAMAAN PUASA SUNNAH DALAM PRESPEKTIF HADIS
(KAJIAN TEMATIK)
Skripsi Diajukan untuk memenuhi Persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S. Ag.)
Oleh
Luluk Khozinatin
NIM: 1112034000184
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2017 M
v
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman
pada buku pedoman penulisan skripsi yang terdapat dalam “Buku Pedoman
Akademik Program Strata 1 tahun 2013-2014 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”.
a. Padanan Aksara
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
tidak dilambangkan ا
b be ب
t te ت
ts te dan es ث
j je ج
h h dengan garis di bawah ح
kh ka dan ha خ
d de د
dz de dan zet ذ
r er ر
z zet ز
s es س
sy es dan ye ش
s es dengan garis di bawah ص
d de dengan garis di bawah ض
t te dengan garis di bawah ط
z zet dengan garis di bawah ظ
koma terbalik di atas hadap kanan ´ ع
gh ge dan ha غ
f ef ف
q ki ق
k ka ك
l el ل
m em م
vi
n en ن
w we و
h ha ه
apostrof ء
y ye ي
b. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal dalam bahasa Indonesia,
terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vocal rangkap atau
diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai
berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
a fathah
i kasrah
u dammah
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah
sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ي ai a dan i
و au a dan u
Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa
Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
vii
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
â a dengan topi di atas ى ا
î i dengan topi di atas ى ي
û u dengan topi di atas ىو
Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan
dengan huruf, yaitu ال, dialihaksarakan menjadi hurup /l/, baik diikuti
huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-
rijâl, al-diwân bukan ad-diwân.
Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab
dilambangkan dengan sebuah tanda ( ), dalam alih aksara ini
dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang
diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang
menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh
huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata رورة tidak ditulis ad-darûrah الض
melainkan al-darûrah, demikian seterusnya.
Ta Marbûtah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat
pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan
menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku
viii
jika ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2).
Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka
huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).
Contoh:
No Tanda Vokal Latin Keterangan
tarîqah طريقة 1
al-Jâmi’ah al-Islâmiyyah اجلامعة اإلسالمية 2
Wahdat al-wujûd وحدة الوجود 3
Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf capital tidak dikenal,
dalam alih aksara ini huruf capital tersebut juga digunakan, dengan
mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD) bahasa Indonesia, antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat,
huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Penting
diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang
ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan
huruf awal atau kata sandangnya. (Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan
Abû Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi).
Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat
diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak
miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu
ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya.
Demikian seterusnya.
ix
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang
berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan
meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis
Abdussamad al-Palimbani, tidak ‘Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin
al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânirî.
x
ABSTRAK
LULUK KHOZINATIN
Keutamaan Puasa Sunnah Dalam Prespektif Hadis (Kajian Tematik)
Puasa sunnah adalah puasa yang dilakukan atau dianjurkan oleh Nabi
Muhammad SAW di luar puasa wajib (ramadhan). Puasa sunnah ada beberapa
macam, di antaranya: puasa senin, puasa kamis, puasa enam hari bulan syawal,
puasa daud, puasa hari arafah, puasa hari tarwiyah, puasa Sembilan hari
pertama di bulan dzulhijjah, puasa tasu’a, puasa asyura, puasa bulan-bulan yang
dimuliakan, puasa tengah bulan, puasa bulan sya’ban dan puasa bulan rojab. Puasa sunnah memiliki manfaat luar biasa bagi pelakunya seperti: dapat
memberikan kesehatan psikis dan fisik, memperoleh pahala, menghapuskan dosa-
dosa, dan sebagainya.
Ahli fikih menyatakan bahwa puasa pada hari senin dan kamis disunnahkan dan
hal ini memberikan efek yang positif bagi tubuh, begitupula ahli hadis
mengemukakan bahwa hari senin dan kamis disunnahkan berpuasa karena pada
dua hari itu amalan akan diperlihatkan atau disetorkan, hal ini berdasarkan dari
sebuah hadis yang menyatakan bahwa nabi Muhammad SAW lebih suka
melaksanakan puasa ketika amal ibadah ditampakkan, selain itu pula hari senin
adalah hari dimana nabi Muhammad SAW dilahirkan dan menerima wahyu.
Ahli fikih (empat madzhab) berpendapat bahwa puasa daud adalah puasa
yang paling utama tingkatannya tapi dilakukan oleh orang-orang yang mampu.
Begitu pula dikemukakan oleh as-Sindy dalam catatannya yang menyatakan
bahwa puasa daud adalah puasa yang paling utama dilakukan dengan syarat
tidak menggugurkan kewajibannya. Menurut penulis kewajiban di sini termasuk
di antaranya kewajiban sebagai hamba dan kewajiban sosial terhadap sesama.
Ahli fikih berbeda pendapat mengenai kesunnahan puasa enam hari bulan
syawal dan mengenai tata caranya. Madzhab Syafi’i, Hanbali dan Hanafi
menyatakan bahwa puasa enam hari bulan syawal menghukumi sunnah
sedangkan Imam Maliki menyatakan bahwa puasa tersebut makruh karena
ditakutkan sebagai puasa wajib. Mengenai tata cara puasa Imam Syafi’i dan
Hanbali mengemukakan bahwa puasa syawal yan paling utama adalah
dikerjakan dengan cara terus-menerus tidak terpisah. Dan menurut ahli hadis
puasa enam hari bulan syawal itu seperti puasa selama setahun hal ini
didasarkan dengan hadis Rasulullah SAW.
xi
KATA PENGANTAR
حيم ن ٱلره حم ٱلره بسم ٱلله
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke-hadirat Allah Swt. atas segala
rahmat dan kehendak-Nya, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.
Solawat dan salam semoga selalu tercurah-limpahkan kepada manusia
pembimbing ummat dari dunia kemarau dihari lampau hingga kembali terbebat
pekat saat kiamat, yakni Baginda Rasulullah Saw. beserta keluarga, sahabat dan
para pengikutnya. Semoga kita selalu mendapat syafaat darinya baik ketika hidup
di dunia maupun di akhirat kelak dan kita semua berada dalam lindungan Allah
Swt.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa
bimbingan, bantuan, arahan, motivasi dan kontribusi banyak pihak. Ucapan terima
kasih yang tulus dan tak terbilang penulis haturkan kepada para dosen, keluarga,
para guru kehidupan, para sahabat dan teman-teman, sehingga penulis mampu
mengatasi segala hambatan yang menerpa. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih seluas-luasnya kepada:
1. Segenap civitas akademika Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta: Bapak Prof. Dede Rosyada, MA. selaku Rektor
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya dan Bapak Prof.
Dr. Masri Mansoer, MA. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Ibu Dr.
Lilik Ummi Kaltsum, MA. selaku Ketua Program Studi Ilmu al-Qur’an
dan Tafsir dan Ibu Dra. Banun Binaningrum, M.Pd. selaku Sekretaris
Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir.
xii
2. Bapak Dr. M. Isa HA. Salam, M.Ag. selaku dosen pembimbing
skripsi, yang selama ini dengan ikhlas meluangkan waktu untuk
membimbing dan dengan penuh kesabaran mengarahkan penulis dalam
penulisan skripsi ini hingga selesai.
3. Bapak Jauhar Azizy, MA. selaku dosen pembimbing akademik yang
telah membimbing penulis dari semester satu hingga selesai.
4. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA., selaku ketua sidang munaqasyah,
Ibu Drs. Banun Binaningrum, M.Pd, selaku sekretaris sidang
munaqasyah, Bapak Dr. Bustamin, SE., M.Si, dan Bapak Dr. Sandi
Santosa, M.Si selaku penguji I dan II sidang munaqasyah.
5. Seluruh dosen pada Fakultas Ushuluddin khususnya di Program Studi
Ilmu al-Qur’an dan Tafsir atas segala motivasi, ilmu pengetahuan,
bimbingan, wawasan dan pengalaman yang telah diberikan. Kepada
seluruh staf dan karyawan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Pimpinan dan segenap karyawan Perpustakaan Utama, Perpustakaan
Fakultas Ushuluddin, dan Perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Kedua orang tua terkasih, Bapak Ahmad Roziqin dan Ibu Husnul
Hidayati yang selalu merangkaikan doa-doa indah, memotivasi,
menginspirasi, membiayai, mendidik, mendukung, memberi semangat
dan nasehat-nasehat istimewa untuk penulis. Tak lupa terima kasih
untuk kaka tersayang Nur Azizah dan adik-adik tersayang, Ahmad
xiii
Nadzirul Mubin, Ahmad Najah Sadewo dan Nafi’atus syauqi yang
telah memberikan senyuman semangat kepada penulis.
8. Seluruh keluarga besar dari nenek Karmaning, kakek Suwito, Mbah
Sumangun, Mbah Marfuah, Paman Abdus Salam sekeluarga, Om
Masyhur, Om Huda, Tante Nashroh, dan Tante Laila, yang telah
memberikan dukungan dan motivasi kehidupan untuk penulis.
9. Guru-guru penulis, Bapak KH. Nashrullah Baqir, Umi Lujeng
Luthfiyah, dan seluruh guru di Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah
Kranji Paciran Lamongan yang telah menjadi bagian terpenting dalam
perjalanan keilmuan penulis.
10. Guru sehat Bapak Dr. Ir. Tubagus Wahyudi, MSi., MCHt., CHI (Om
Bagus) dan seluruh dosen di KAHFI BBC Motivator School yang
selalu memberikan motivasi dan nasehat kehidupan untuk penulis.
11. Sahabat-sahabat penulis, Zubad Bahris Syarof S.Pd.I, Katrini
dewantini, Ibu Ilsa, Dwi Wahyu Utami, Hilda Lisdianti S.Ag, Listatik
S.Ag, Khilda Fauziah S.Ag, Atina Rahmawati S.Ag, Lili
Siwidyaningsih S.Ag, Ririn Rindiana Dewi S.Ag, Atik Dinan Nasiha,
Nurul Hikmah, Intan, Rois Safitri, Zubaedah, Ibu Lusi Pertiwi, yang
telah memotivasi dan sangat banyak membantu penulis khususnya
dalam proses penulisan skripsi ini.
12. Tafsir Hadis (TH) E Angkatan 2012, KAHFI BBC Motivator School
Angkatan Kahfi Ustadz 8 ,dan KKN AMPERA yang telah
xiv
memberikan bantuan, semangat dan doa kepada penulis dalam
menyelesaikan karya tulis ini.
Semoga Allah Swt. membalas segala kebaikan yang telah dilakukan
dengan pahala yang berlipat ganda, di dunia dan di akhirat. Âmîn yâ Rabb al-
‘Âlamîn
Jakarta, 20 September 2017
Penulis
xv
DAFTAR ISI
PEDOMAN TRANSLITERASI................................................................. v
ABSTRAK ................................................................................................ x
KATA PENGANTAR ............................................................................... xii
DAFTAR ISI ............................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................ 5
1. Identifikasi Masalah .......................................................... 5
2. Pembatasan Masalah .......................................................... 6
3. Perumusan Masalah ........................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................. 7
1. Tujuan Penelitian ................................................................. 7
2. Manfaat Penelitian ............................................................... 7
D. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 8
E. Metodologi Penelitian ............................................................... 9
1. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 9
2. Teknik pembahasan ........................................................... 10
3. Teknik Penulisan ............................................................... 10 F. Sistematika Penulisan ............................................................... 11
BAB II SEKILAS TENTANG PUASA SUNNAH .................................. 12
A. Syarat Puasa ............................................................................ 12
B. Rukun Puasa ............................................................................ 12
C. Hal-hal yang Membatalkan Puasa ............................................ 12
D. Hakikkat Puasa ........................................................................ 13
E. Klasifikasi Puasa ..................................................................... 17
BAB III HADIS-HADIS PUASA SUNNAH .......................................... 27
A. Teks Hadis Tentang Puasa Sunnah dan Terjemah ................... 27
1. Puasa Muharram ............................................................... 27
2. Puasa Enam Hari Bulan Syawwal ..................................... 28
3. Puasa Tanggal Sembilan Dzul Hijjah (Arafah) dan
tanggal delapan Dzul Hijjah (Tarwiyah) .......................... 39
4. Puasa Bulan Rajab ............................................................ 31
5. Puasa Tanggal 13, 14, dan 15 Setiap Bulan Qamariyah ..... 32
6. Puasa Hari Senin dan Kamis ............................................. 33
7. Puasa Nabi Daud ............................................................. 34 8. Puasa Bulan Sya’ban ....................................................... 35
xvi
9. Puasa bulan-bulan haram (asyuhrul hurum) yaitu Dzul
Qa’dah, Dzul Hijjah, Muharram, dan Rajab ..................... 35
B. Hadis Tentang Keutamaan Puasa Sunnah dan Terjemahnya .... 37
1. Keutamaan Puasa Muharram ........................................... 37
2. Keutamaan Puasa Enam Hari Bulan Syawwal .................. 37
3. Keutamaan Puasa 8 dan 9 Dzulhijjah ............................... 37
4. Keutamaan Puasa Bulan Rajab ........................................ 38
5. Keutamaan Puasa Ayyamul Bidh ..................................... 38
6. Keutamaan Puasa Daud ................................................... 38
7. Keutamaan Puasa Senin dan Kamis ................................. 39
8. Keutamaan Puasa Sya’ban ............................................... 39
9. Keutamaan Puasa Bulan-bulan Haram ............................. 40 10. Keutamaan Puasa Awal Bulan Dzulhijjah ........................ 40
BAB IV PENDAPAT MUHADDIS DAN FUQAHA TENTANG
PUASA NUNNAH .................................................................... 40
A. Keutamaan Puasa Sunnah ....................................................... 40
1. Menurut Muhaddis ........................................................... 40
2. Menurut Fuqaha................................................................ 42
B. Manfaat dan Keutamaan Puasa Dalam Islam .......................... 43
1. Latihan bersabar ............................................................... 43
2. Jihad Menahan Hawa Nafsu .............................................. 43
3. Peredam Hawa Nafsu........................................................ 44
4. Pemberi Syafa’at di Hari Kiamat ...................................... 44
5. Pintu surga ar-Rayyan ....................................................... 45
6. Ibadah yang Hanya untuk Tuhan ....................................... 45
7. Untuk Memahami Arti Nikmat Tuhan............................... 46
8. Membawa Dua Kebahagiaan ............................................ 46
9. Mempersempit Ruang Gerak bagi Syaiton ........................ 46
10. Terdapat Pahala yang Dijanjikan....................................... 47
11. Ekspresi kasih sayang dalam beribadah ............................. 47
12. Keutamaan Orang Yang Memberi Makan Orang Yang
Berpuasa ........................................................................... 48
13. Puasa Adalah Perisai Pelindung ........................................ 49
14. Pintu Rayyan Khusus Bagi Orang Yang Berpuasa ............ 50
15. Keutamaan dalam Ritual Puasa adalah Makan Sahur ........ 51 16. Keutamaan Menunda Sahur dan Menyegerakan Berbuka .. 52
BAB V PENUTUP ................................................................................... 53
A. Kesimpulan ............................................................................ 53
B. Saran-saran ............................................................................. 55
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 56
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia hidup di alam semesta ini pasti membutuhkan panduan hidup,
panduan hidup beserta contohnya telah Allah SWT berikan kepada manusia, yaitu
berupa Al-Qur’an dan Rasulullah SAW, setelah manusia telah memperoleh
panduan hidup beserta contohnya maka terciptalah berbagai disiplin Ilmu, dari
disiplin Ilmu memunculkan pokok-pokok dalam agama Islam yang disebut
dengan rukun Islam.
Rukun Islam adalah pondasi, tonggak, pilar-pilar Islam, dalam ajaran
Islam Rukun Islam terbagi menjadi 5 (lima), yaitu membaca dua kalimat
syahadat, salat, zakat, puasa dan haji, sebagaimana hadits di bawah ini:
سلم على خس الي اهلل وانا ممادا عبده ورسوله وايقام الصالةي : بني وايي تاء شهادة ان لإيله ايلا 1 (رواه مسلم) .الزاكاةي وحج الب يتي وصوم رمضاني
Artinya: “Islam dibangun atas lima perkara, bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad hamba dan utusan-Nya, menjalankan sholat, menunaikan
zakat, berangkat haji ke Baitullah dan puasa Ramadhan” (HR. Muslim).
Dalam rukun Islam terdapat satu hal yang mendapat perlakuan yang
istimewa yaitu balasannya langsung dari Allah swt, sebagaimana hadis yang akan
kami paparkan di bawah ini:
1Muslim bin al-Hajjâj, Sahîh Muslim (Bairut: Dar Ihya’ at-Turats, tt), juz 1 h.45 dan Abû
Abdillâh al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî, (Damaskus: Dar Thuq an-Najah, 1422H), juz 1 h.11
2
ث نا أبو بكري بن أبي شيبة قال ، :حدا ، عن أبي صاليح ث نا أبو معاويية، ووكييع، عني العمشي حداكل عملي ابني آدم يضاعف له : " قال رسول اللاهي صلاى اهلل عليهي وسلام : عن أبي هري رة قال
ا، إيل سبعيميا ، قال اللاه سبحانه السنة بيعشري أمثالي عف إيلا الصاوم فإيناه لي وأنا »: ئةي ضي (رواه ابن ماجة) 2.«أجزيي بيهي
Artinya: Ibnu Mâjah meriwayatkan: Abu Bakr bin Abu Syaibah menceritakan
seraya berkata : Abu Mu’âwiyah dan Waki’ menceritakan kepada kami dari
A’masy dari Abu Sâlih dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“setiap perbuatan baik manusia akan dibalas sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus, Allah swt bersabda: kecuali puasa karena puasa untukku dan aku akan
membalasnya (menentukan balasannya)”. (HR. Ibnu Mâjah).
Penilaian yang langsung menjadi hak prerogatif Allah swt, membuktikan
puasa memiliki nilai lebih tersendiri. Satu amal kebaikan biasanya dinilai sepuluh
pahala hingga dilipatgandakan menjadi tujuh ratus pahala, sementara puasa tidak
dibatasi nilainya, namun menjadi hak Allah SWT karena bisa jadi pahalanya lebih
berlipat-lipat dari itu dan tidak terhingga selama aktivitas ibadah ini dijalankan
dengan baik dan mendapatkan penerimaan.3
Puasa dalam bahasa berarti menahan diri dari sesuatu sedangkan dalam
istilah adalah menahan diri dari hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar
sampai terbenamnya matahari.
Puasa termasuk salah satu rukun Islam yang mulai disyariatkan Allah
kepada manusia pada tahun kedua Hijriyah. Puasa dalam Islam terbagi menjadi 2
macam, yaitu puasa wajib yang dikenal sebagai puasa Ramadhan selama satu
bulan penuh dan puasa sunnah. Puasa baik yang wajib maupun yang sunnah
memberikan nilai yang sangat besar bagi pelakunya.
2Ibnu Mâjah, Sunan Ibnu Mâjah, (Bairut: Dar ihya’ al-kutub al’ilmiyah: tt) h. 1256 3Ahmad Syarifuddin, Puasa Menuju Sehat Fisik dan Psikis, (Jakarta: Gema Insani Press,
2004) h.81
3
Di dalam Al-Qur’an dan hadis Rasulullah SAW terdapat banyak nash yang
mendorong orang untuk melakukan puasa, menjelaskan keutamaannya dan pahala
yang Allah SWT janjikan bagi orang-orang yang berpuasa.
Puasa dapat menjadi perisai manusia dari api neraka, puasa juga dapat
menjadi perisai manusia dari tumbuh dan berkembangnya penyakit-penyakit hati
dan penyakit-penyakit fisik yang menyerang tubuh manusia,4 sebagaimana sabda
Rasulullah SAW:
5(رواه البخاري ومسلم) ة نا ج ام ي الص Artinya: “Puasa itu perisai”. (HR. Bukhâri Muslim).
Puasa sunnah terdiri dari beberapa macam, yaitu puasa Senin Kamis,
puasa Syawal, puasa ‘Asyura, puasa Daud, puasa ‘Arafah, puasa Tasu’a, puasa
Tarwiyah dan lain-lain.
Secara umum semua kebaikan adalah bertujuan untuk menghapus dosa
atau keburukan-keburukan sebagaimana firman Allah SWT:
Artinya: “Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan
petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya
perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat”.
4Ahmad Syarifuddin, Puasa Menuju Sehat Fisik dan Psikis, h. 115 5Abu Abdillah al-Bukhârî, Sâhih al-Bukhârî, juz 3, h. 24 dan Muslim bin al-Hajjâj, Sâhih
Muslim, h. 2, h. 806
4
Berdasarkan ayat Al-Qur’an di atas dapatlah kita pahami bahwa seluruh
kebajikan adalah hal yang dilakukan untuk menghapus dosa begitupula dengan
ibadah puasa juga termasuk di dalamnya.
Imam al-Bukhârî berkata “Alî bin Abdillâh telah menceritakan kepada
kami. (ia berkata), Sufyân telah menceritakan kepada kami, (ia berkata), Jâmi’
telah menceritakan kepada kami dari Alî Wâ’il dari Hudzaifah RA, ia berkata:
: ال ؟ ق ةي ن ت في ال في م لا س و هي ي ل ع ى اهلل لا ص بي النا ني ا ع ث ي دي ح ظ ف ي ن م : ه ن اهلل ع ي ضي ر ر م ع ال ق لي ج الرا ة ن ت في : ل و ق ي ه ت ع ا سي ن ا 6. ة ق د الصا ام و ي الص و ة ل ا الصا ه ر ف ك ت هي اري ج و هي الي م و هي لي ه أ في
Artinya: “Umar RA berkata, siapa yang ingat hadis Nabi SAW tentang
fitnah? Hudzaifah berkata, ‘saya pernah mendengar beliau bersabda,
‘Fitnah seorang laki-laki dalam keluarganya, hartanya, dan tetangganya
ditebus oleh sholat, puasa dan sedekah. Al-Hadits.
Dan ia mengubah dalam satu riwayat Amar ma’ruf nahi munkar. (Sâhih).
Dan terdapat hadis Abu Hurairah RA dalam riwayat Muslim secara marfu’:
ت ب ن ت ا اج ذ إي نا ه ن ي ا ب م ت ار ف ك م ان ض م ر ل إي ان ض م ر و ةي ع م ال ل إي ة ع م ال و س م ال ات و ل الصا 7.ر ائي ب ك ال غش ت ا ل م : ة اي و ري في و ر ائي ب ك ال
Artinya: “Shalat lima waktu,jum’at hingga jum’at (berikutnya), Ramadhan
hingga Ramadhan (berikutnya), merupakan kaffarat (penebus) dosa-dosa
yang ada di antaranya, apabila ditinggalkan dosa-dosa besar”.
Dan dalam satu riwayat lain menyebutkan: selama tidak dicampur dosa
besar. (Sâhih).
Melihat pemaparan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa puasa
sunnah memiliki beberapa keutamaan, apakah keutamaan-keutamaan yang puasa
6Abu Abdillâh bin al-Bukhâri, Sâhih al-Bukhârî, juz 3, h. 25 7Muslim bin al-Hajjâj, Sâhih Muslim, juz 1, h. 209
5
sunnah lainnya?ada berapa macamkah puasa sunnah? Bagaimana pendapat para
ahli hadis dan fikih mengenai puasa sunnah? menanggapi pertanyaan-pertanyaan
tersebut penulis tergelitik untuk meneliti tentang masalah ini dengan judul
Keutamaan Puasa Sunnah Dalam Prespektif Hadis.
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Dalam penelitian ini, penulis mengidentifikasi permasalahan menjadi
beberapa hal, yaitu:
a. Mengidentifikasikan macam-macam puasa sunnah (puasa senin,
puasa kamis, puasa daud, puasa arafah, puasa tarwiyah, puasa
tasu’ah, puasa asyura, puasa ayyamul bidh, puasa 6 hari bulan
syawal, puasa bulan-bulan haram).
b. Keutamaan-keutamaan puasa sunnah
c. Hadis-hadis yang menjelaskan puasa sunnah
d. Keutamaan puasa dawud, senin kamis dan enam hari bulan syawal
e. Puasa dawud, senin kamis dan enam hari bulan syawal menurut para
fuqaha’ dan muhadditsin.
6
2. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan mengenai judul di atas, maka
dengan demikian penulis membatasi permasalahan dari identifikasi-
identifikasi yang telah disebutkan di atas, maka terdapat tiga hal yang
akan dibahas:
a. Mengidentifikasikan macam-macam puasa sunnah
b. Hadis-hadis yang menjelaskan puasa sunnah
c. Keutamaan-keutamaan puasa sunnah (puasa dawud, senin kamis dan
enam hari bulan syawal.
d. Puasa dawud, senin kamis dan enam hari bulan syawal menurut para
fuqaha’ dan muhadditsin.
3. Perumusan Masalah
Dari identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka dalam
penelitian ini penulis merumuskan beberapa hal:
a. Apakah macam-macam puasa sunnah?
b. Hadis-hadis apa saja yang menjelaskan puasa sunnah?
c. Apakah keutamaan-keutamaan puasa sunnah (puasa dawud, senin
kamis dan enam hari bulan syawal)?
d. Apakah pendapat puasa dawud, senin kamis dan enam hari bulan
syawal menurut para fuqaha’ dan muhadditsin?
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan di atas, peneliti ini bertujuan untuk beberapa hal,
yaitu:
a. Untuk mengidentifikasikan macam-macam puasa sunnah
b. Untuk mengetahui hadis-hadis yang menjelaskan puasa sunnah
c. Untuk memahami keutamaan-keutamaan puasa sunnah (puasa
dawud, senin kamis dan enam hari bulan syawal.
d. Untuk mengetahui pendapat puasa dawud, senin kamis dan enam
hari bulan syawal menurut para fuqaha’ dan muhadditsin
e. Untuk mengetahui puasa sunnah bisa dikatakan sebagai ritual
ibadah.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah:
a. Masyarakat dapat mengidentifikasikan macam-macam puasa
sunnah
b. Masyarakat dapat mengetahui kapan pelaksanan puasa sunnah
dalam prespektif Hadis
c. Masyarakat dapat mengetahui keutamaan puasa sunnah dalam
prespektif Hadis
d. Masyarakat menjadi semakin rajin untuk melakukan puasa sunnah
dalam prespektif Hadis.
8
D. Kajian Pustaka
Setelah penulis meneliti secara mendalam tentang pembahasan puasa
sunnah perlu kiranya untuk memaparkan apakah pembahasan tentang keutamaan
puasa sunnah dalam prespektif hadis sudah diteliti atau belum, dan ternyata
penelitian ini belum pernah dibahas dalam penelitian sebelumnya dan sebagai
pembandingan ditemukan beberapa judul skripsi yaitu:
1. Budi Setiawan (101034021931) dengan karyanya Studi Kritik Kualitas
hadis mengenai Puasa Nabi Daud, Jurusan Tafsir Hadis Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006. Dalam
skripsi tersebut, penulis menyimpulkan bahwa hadis tentang puasa Nabi
Daud adalah mempunyai derajat ahad dari segi kuantitas perawi dan
shahih lidzatini dalam segi kualitas hadis, setelah setelah diteliti dari segi
judul terdapat perbedaan. Perbedaannya adalah dalam skripsi karya Budi
Setiawan akan membahas tentang puasa Nabi Daud, sedangkan penulis
akan meneliti tentang beberapa puasa sunnah.
2. Anwar Rizqi (208034000013) dengan karyanya Fadilah Puasa Asyura
dan Tasu’a dalam Kitab Riyadus Shalihin Studi Hadis Imam Nawawi,
Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2010. Dalam skripsi tersebut, Anwar Rizqi
telah menyimpulkan bahwa keutamaan puasa Asyura adalah dapat
menghapus dosa yang telah lalu dan puasa ini diagungkan oleh banyak
umat, dan puasa Asyura ini dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Setelah
diteliti dari segi judul terdapat persamaan dengan judul penulis yaitu:
9
sama-sama membahas tentang puasa yang disunnahkan oleh Rasulullah
SAW sedangkan perbedaannya adalah dalam skripsi karya Anwar Rizqi
membahas tentang keutamaan puasa asyura dan tasua’a sedangkan penulis
lebih membahas keutamaan tentang beberapa puasa sunnah.
3. Nana Khoirul Bariyah dalam karyanya Studi Hadis-hadis Sunnah Senin
dan Kamis (Kajian Tematik Hadis), Jurusan Tafsir Hadis Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2009.
Dalam skripsi tersebut, Nana Khoirul Bariyah telah menyimpulkan bahwa
puasa senin dan kamis adalah puasa yang dilaksanakan dua kali dalam
seminggu yaitu hari senin dan kamis, dalam skripsi ini terdapat persamaan
yaitu sama-sama membahas secara tematik, dan perbedaanya adalah dari
jenis puasanya, kalau Nana membahas hanya tentang puasa senin dan
kamis, sedangkan penulis membahas tentang beberapa puasa sunnah.
E. Metodologi Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan
(Library Research), yaitu mengumpulkan berbagai literatur yang relevan (data
primer) seperti kitab Musnad Firdaus karangan Dailami, kitab Kanzul Ummal
karangan ‘Alauddin Ali bin Hisam al-Hindy dan kitab Al-Tsawab karangan Ibnu
Hibban, dikarenakan hadis yang akan penulis teliti ini terdapat di ketiga hadis
tersebut. Selain itu yang menjadi rujukan dalam pengumpulan data di skripsi ini
10
adalah kitab-kitab hadis yang sembilan (Kutub al-Tis’ah); Sâhih al-Bukhari, Sâhih
Muslim, Sunan Abu Dâud, Sunan Tirmidzi, Sunan Nasâ’i, Sunan Ibnu Mâjah,
Sunan al-Dârimi, Musnad Ahmad Ibn Hambal, dan Muwata’ Imam Mâlik, serta
pokok permasalahan dan literatur yang mendukung (data sekunder) dalam skripsi
ini sebagai bahan pelengkap.
2. Teknik Pembahasan
Metode pembahasan dalam skripsi ini menggunakan pendekatan deskriptif
analitis yaitu mencoba mengkaji kemudian menggambarkan keadaan objek yang
akan diteliti dengan merujuk pada data-data yang ada (baik primer maupun
sekunder), kemudian menganalisanya secara proposional dan komprehensif
sehingga akan tampak jelas perincian jawaban atas persoalan yang berhubungan
dengan pokok permasalahan dan akan menghasilkan pengetahuan yang valid.
3. Teknik Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini, digunakan teknik penulisan karya ilmiah
yang berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi yang terdapat dalam
Buku Pedoman Akademik Program Strata 1 (S1) tahun 2013-2014 UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
11
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari atas empat bab penulisan, pembahasan dibagi dalam
beberapa subbab dengan perincian sebagai berikut:
Bab pertama merupakan pendahuluan, yang berisi tentang latar belakang
masalah, identifilasi masalah, perumusan masalah, tujuan dan fungsi penelitian,
kajian pustaka, metode penelitian, sistematika penulisan dan daftar pustaka.
Bab kedua merupakan pembahasan yang berisi tentang beberapa hal,
diantaranya pengertian puasa, rukun puasa, syarat wajib puasa dan klasifikasi
puasa.
Bab ketiga akan dipaparkan tentang hadis-hadis puasa sunnah.
Bab keempat akan dipaparkan tentang hadis-hadis keutamaan puasa
sunnah.
Bab kelima adalah penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
12
BAB II
SEKILAS TENTANG PUASA SUNNAH
A. Syarat Puasa
Syarat puasa dapat dibagi atas dua bagian, yaitu syarat wajib dan syarat
sahnya puasa.
Syarat wajib puasa: Islam, baligh, berakal, mampu berpuasa, mengetahui
wajibnya puasa, sehat, mukim (tidak musafir). Sedangkan syarat sahnya adalah
orang yang waras (dapat membedakan), bersih dari haid dan nifas, sesuai dengan
waktu yang ditentukan untuk berpuasa dan niat berpuasa.
B. Rukun Puasa
Rukun-rukun puasa adalah:
1. Menahan diri dari segala yang membatalkan puasa.
2. Berpuasa pada waktunya (bulan Ramadhan).
3. Niat berpuasa.
C. Hal-hal yang Membatalkan Puasa
Ada beberapa hal yang dapat membatalkan puasa, yaitu:
1. Sengaja makan
2. Sengaja minum
3. Sengaja muntah
4. Haid
5. Nifas
13
6. Sengaja mengeluarkan mani dengan cara apapun termasuk masturbasi
7. Memakan sesuatu walaupun itu tidak membuat kenyang atau sekedar
menghilangkan rasa haus
8. Jika ada niat untuk membatalkan puasanya, maka puasanya batal
walaupun tidak memakan apapun
9. Sengaja melakukan hubungan intim (bersetubuh) pada siang hari di
bulan ramadhan. Untuk masalah ini puasa seseorang tidak sekedar
batal tetapi dia juga harus membayar kafarat atas kesalahannya.1
D. Hakikat Puasa
Puasa menurut arti bahasa berasal dari kata as-Shiyam yang berarti
menahan diri, definisi ini terdapat pada sebuah ayat yang berbunyi:
Artinya: “Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. jika kamu melihat
seorang manusia, Maka Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar
berpuasa untuk Tuhan yang Maha pemurah, Maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini". (QS. Maryam: 26).
Sedangkan menurut istilah syara’ puasa adalah menahan diri dari segala
hal yang dapat membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari
disertai dengan niat berpuasa.
1Yuni A. Ghazaly, Puasa Sepanjang Tahun Bersama Nabi, (Jakarta: Alifbata, 2000), cet
1, h.50
14
Puasa di dalam Islam termasuk dalam katagori ibadah jasadiyah, Ibadah
jasadiyah adalah ibadah yang memerlukan aktivitas fisik.
Pada dasarnya, aktivitas inti di dalam ibadah puasa, yang pada ujungnya
dapat mengangkat derajat manusia menjadi hamba yang bertakwa adalah
pengendalian diri. Menurut Yusuf al-Qardhawi pengendalian diri menjadi suatu
nilai ibadah ketika seseorang melakukannya atas dasar kemauan dan pilihannya
sendiri untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Dengan demikian ibadah puasa menjadi ibadah yang mendapatkan pahala
yang berlipat ganda di hadapan Allah Swt. Ketika seorang berpuasa, maka secara
praktis adalah menahan lapar dan dahaga yang merupakan kebutuhan fisik
manusia, maka dengan sendirinya ia telah menjadi ibadah jasadiyah.2
Pada intinya puasa adalah mengendalikan hawa nafsu untuk mendekatkan
diri kepada Allah Swt. Ikhlas menjalankan perintah agama, agar kelak dapat
menikmati kehidupan akhirat yang bahagia. Puasa adalah ekspresi ketundukan
pada yang maha kuasa, dan rela menjalankan apa saja yang diperintahkan oleh-
Nya.
Puasa adalah latihan untuk melunakkan keganasan hawa nafsu manusiawi.
Sehingga manusia dapat mengendalikannya, mengarakan pada perbuatan takwa
dan tidak mengumbarnya, karena hawa nafsu yang diciptakan oleh Allah Swt.
Dengan dua kecenderungan yaitu kecenderungan bertakwa dan berbuat keji.
Sebagaimana firman Allah Swt. Yang berbunyi:
2Yuni A. Ghazaly, Puasa Sepanjang Tahun Bersama Nabi, hal 3-4.
15
Artinya:“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya.” (QS. Asy Syams: 8)
Sebagian ulama berpendapat bahwa puasa itu terbagi menjadi tiga
tingkatan: puasa orang biasa, puasa orang istimewa dan puasa orang teristimewa.
Adapun puasa orang biasa adalah puasa orang yang mencegah perut dan
farjinya dari memenuhi syahwat, puasa orang istimewa adalah puasa orang-orang
yang mencegah panca indranya dari melakukan dosa-dosa, hal mana tidak akan
terlaksana kecuali memenuhi lima syarat, yaitu:
Pertama, menundukkan mata dari tiap-tiap yang pertama tercela menurut
syara’.
Kedua, memelihara lidah dari menggunjing, berdusta, mengadu domba
dan bersumpah palsu.
Ketiga, mencegah telinga dari mendengarkan apa saja yang makruh.
Keempat, mencegah seluruh tubuh dari hal-hal yang makruh dan
mencegah perut dari makanan-makanan yang syubhat pada waktu berbuka.
Kelima, menghindari memakan makanan halal terlampau banyak pada
waktu berbuka sampai-sampai memenuhi perutnya.3
Adapun puasa orang-orang teristimewa adalah puasanya hati dari
keinginan-keinginan rendah dan pikiran duniawi dan mencegahnya sama sekali
3Ibnu Muhammad, Puasa bersama Rasulullah: Bagaimana Kehidupan Sehari-hari
Rasulullah saat Berpuasa,(Bandung: Mizan, 2007), h. 39-40
16
dari selain Allah SWT. Apabila orang yang berpuasa seperti ini memikirkan selain
Allah SWT, berarti dia berbuka dari puasanya dan puasa seperti ini ada tingkatan
para nabi dan shiddiqin sebab pelaksanaan dari tingkatan seperti ini adalah dengan
menghadapkan diri sama sekali kepada Allah SWT dan berpaling dari selainnya.4
Dalam buku karya Ahmad Syarifuddin yang berjudul Puasa Menuju Sehat
Fisik dan Psikis dijelaskan bahwa puasa pada hakikatnya dapat memberikan
kesehatan baik fisik maupun psikis, dari kesehatan fisik seseorang akan
mendapatkan hal-hal sebagai berikut:
a. Mengilangkan sakit perut
b. Puasa mengistirahatkan mesin pencernaan
c. Puasa sebagai zakat tubuh
d. Puasa meningkatkan daya tahan tubuh
e. Puasa sebagai terapi kesehatan
f. Puasa memperbaiki fungsi hormon
g. Puasa mencerdaskan otak
h. Puasa melepas kebiasaan merokok, dll.
Puasa dapat memberikan kesehatan psikis di antaranya:
a. Puasa mengatur sikap hidup takwa
b. Puasa menjalin kebersamaan
c. Puasa membangun kepercayaan diri
d. Puasa mengurangi tekanan jiwa
e. Puasa memupuk solidaritas sosial
f. Puasa dan kesehatan emosional
g. Puasa melatih kesabaran.5
4Ibnu Muhammad, Puasa bersama Rasulullah SAW (Bagaimana Kehidupan Sehari-hari
Rasulullah saat Berpuasa, (Bandung: Mizan Pustaka, 2007), cet. 1, h. 40-41 5Ahmad Syarifuddin, Puasa Menuju Sehat Fisik dan Psikis, (Jakarta: Gema Insani Press,
2004), h.14-15
17
E. Klasifikasi Puasa
Puasa dalam hukum Islam terbagi menjadi beberapa macam, diantaranya:
1. Puasa Fardlu
Puasa Fardlu adalah : puasa bulan ramadlan.
2. Puasa Qadla
Puasa qadla adalah : puasa yang wajib ditunaikan dengan sebab berbuka
dalam bulan Ramadlan karena ada udzur yang diperbolehkan oleh syara’ seperti
safar, sakit, atau disebabkan haid dan nifas atau dengan sebab yang lain.
3. Puasa Nadzar
Puasa nadzar adalah : puasa wajib yang difardlukan sendiri oleh seseorang
muslim atas dirinya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Puasa nadzar
wajib ditunaikan menurut nadzar yang dinadzarkannya. Barangsiapa bernadzar
berpuasa sehari atau beberapa hari baik secara berurutan atau tidak, wajiblah
ditunaikan sebagaimana yang telah dinadzarkannya itu selama nadzar itu tidak
jatuh pada hari-hari yang diharamkan puasa.
Firman Allah:
Artinya: “Dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar
mereka.” (QS. Al-Hajj:29)
18
4. Puasa Kaffarat
Puasa Kaffarat adalah puasa yang wajib ditunaikan dan puasa Kaffarat itu
wajib karena berbuka dengan sengaja dalam bulan Ramadlan (dalam hal ini ada
Khilaf), bukan karena suatu udzur yang dibenarkan syara’ (karena bersetubuh
dengan sengaja dalam bulan Ramadlan di siang hari, membunuh dengan tidak
sengaja, mengerjakan sesuatu yang diharamkan dalam Haji serta tidak sanggup
menyembelih binatang hadyu dan merusak sumpah serta berdhihar dengan istri).6
5. Puasa Tatawwu’(sunat)
Ibadah sunnah adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Ibadah sunnah adalah tambahan meditasi bagi hamba-hamba yang penuh
kerinduan kepada Allah Swt. Mengikat hatinya dan terus berusaha agar senantiasa
khusyu’ dalam beribadah dengan hal-hal yang sunnah. Sebagaimana telah
dijelaskan dalam sebuah hadits Rasulullah Saw. Yang berbunyi:
هري رة قال قال رسول اهلل صلى اهلل عليهي إين اهلل قال وما ت قرب إيل عبديي بيشي ئ عن أبيبه فإيذا أحببته أحب إيل ميا اف تيضت عليهي وما ي زال عبديي ي ت قرب إيل بيالن وافيلي حت أحي
ا وريجله التي ي بطيش بي عه الذيي يسمع بيهي وبصره الذيي ي بصر بيهي ويده التي ا كنت سي ى بي يشي لعي نه ولئين استيعاذني لعطيي ( رواه البخاري) 7.يذنه وعن سألني
Artinya: “dari Abû Hurairah r.a. berkata, Rasulullah Saw. Bersabda:
“sesungguhnya Allah Swt. Berkata:”Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri
kepada-Ku lebih utama daripada ibadah yang Ku-wajibkan kepadanya. Dan hamba-Ku selalu mendekati Aku dengan ibadah sunnah, hingga Aku
mencintainya. Jika Aku mencintainya maka aku menjaga apa yang dia dengar,
menjaga apa yang dia lihat, menjaga apa yang disentuh oelh tangannya, dan menyertai tempat yang ia tuju. Dan jika dia meminta-Ku sesuatu maka pasti Aku
6Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Puasa, (Jakarta: Bulan Bintang, 1983), h. 57 7Abû Abdillâh al-Bukhârî, Sâhih al-Bukhârî, Bâb at-Tawadhu’, (Damaskus: Dar at Tuq
an-Najah, 1422), juz 8, h. 105
19
beri dia, dan jika dia meminta pertolongan kepada-Ku maka Aku beri dia
pertolongan.” (HR. al-Bukhârî).
Puasa sunnah adalah termasuk dari bagian latihan diri dalam upaya
mengembangkan sayap-sayap takwa kepada Allah Swt. Dan melatih hawa nafsu
agar dalam waktu satu tahun dapat terkontrol dengan puasa-puasa tersebut, yang
puncaknya adalah Ramadhan.8
Contoh dari puasa Tatawwu’ adalah : seperti puasa enam hari di bulan
Syawal, puasa hari Asyura, sehari sebelumnya dan sehari sesudahnya (puasa
daud), puasa Arafah untuk yang tidak mengerjakan haji, puasa dikebanyakan hari
Sya’ban, puasa di bulan-bulan Haram, yaitu: Zul ka’idah, Zul Hijjah, Muharram
dan Rajab. Menghususkan bulan Rajab saja tidak berdasarkan Syara’. 9
Sedangkan Puasa dari segi hukumnya juga terbagi menjadi beberapa
macam, yaitu sebagai berikut:
1) Puasa yang Disunnahkan
Puasa yang disunnahkan adalah puasa yang dianjurkan oleh nabi
Muhammad SAW melalui haditsnya baik berupa hadits qauliyah (ucapan),
fi’liyah (perbuatan) maupun taqririyah.
8Yusni A Ghazaly, Puasa Sepanjang Tahun Bersama Nabi, (Jakarta: Alifbata, 2006). h.
88 9 M. Hasbi Ash-Shiddiqy, Pedoman Puasa, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), h. 56-57
20
2) Puasa yang Diharamkan
a) Puasa Pada Dua Hari Raya
Rasulullah SAW melarang berpuasa pada dua hari raya, yaitu hari raya
Idhul Fitri dan hari raya Idhul Adha, dan tidak sedikit ulama yang mengutip
adanya ijma’ tentang keharaman berpuasa pada kedua hari itu.
Hal itu didasarkan riwayat Abû Ubaid, budak Ibnu Azhar yang
mengatakan,
ي اهلل عنه ف قال ي وماني ن هى رسول اهلل هذاني : شهيدت العييد مع عمر بني الطاب رضيياميهيما ياميكم والي وم الخر تأكلون فييهي : صلى اهلل عليهي وسلم عن صي ي وم فيطريكم مين صي
(رواه البخاري) 10.نسككم Artinya:”aku ikut Shalat ‘Id bersama Umar bin al-Khattab Saw lalu ia berkata,
dua hari ini telah dilarang oleh Rasulullah Saw untuk melakukan puasa padanya; hari kalian berbuka dari puasa (Idul Fitri) dan hari dimana kalian
memakan kurban kalian (Idul Adha)”. (HR. al-Bukhârî)
Sementara dalam riwayat Muslim terdapat suatu hadits yang menyatakan
bahwa puasa tidak layak dilakukan di dua hari ini:.
ي وميي 11.)رواه مسلم( .ي وم الضحى وي وم الفيطري مين رمضان : ل يصلح الصيام فيArtinya:”tidak layak berpuasa pada dia hari, hari raya Idul Adha dan hari
berbuka setelah Ramadhan.” (HR. Muslim)
b) Puasa Pada Hari-hari Tasyriq
Tidak boleh berpuasa sunnah pada hari-hari Tasyriq berdasarkan riwayat
Nubaisyah al-Hudzami yang mengatakan Rasulullah Saw bersabda:
10Abû Abdillâh al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî, juz 3, h. 42 11Muslim bin al-Hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 799
21
(مسلم رواه) 12.وشرب ايام التشرييقي أيام أكل
Artinya:”hari-hari Tasyriq adalah hari-hari untuk makan dan
minum.”13
(HR. Muslim)
c) Menyambut Bulan Ramadhan dengan Berpuasa Dua Hari atau
Sehari (Yaumu Syak)
Nabi Saw melarang menyambut bulan Ramadhan dengan berpuasa sehari
atau dua hari sebelumnya kecuali bila hari itu bertepatan dengan kebiasaan puasa
seseorang, misalnya ia biasa berpuasa sehari dan berbuka sehari, atau ia biasa
berpuasa Senin dan Kamis, atau lainnya.
Larangan tersebut berdasarkan riwayat Abû Hurairah bahwa Nabi Saw
bersabda:
من احدكم رمضان بيصومي ي وم او ي وميي إيل ان ييكون رجل يصوم صومه، ف لي صم ل ي ت قد (رواه البخاري) 14.ذليك الي ومي
Artinya:”Janganlah seseorang diantara kalian mendalukan puasa Ramadhan
dengan bepuasa sehari atau dua hari sebelumnya kecuali bagi orang yang biasa
berpuasa, maka tidaklah mengapa ia berpuasa pada hari itu.” (HR. al-Bukhârî)
d) Mengkhususkan Puasa Pada Hari Jum’at
Menghususkan berpuasa pada hari Jumat adalah terlarang, namun jika
dilakukan tanpa menghususkan hari itu saja, tapi dilakukan pula sebelum atau
setelahnya, atau hari itu bertepatan dengan jadwal puasanya, seperti kebiasaanya
12Muslim bin al-Hajjâj, Sahîh Muslim, juz 2, h. 800 13Hari-hari tasyriq adalah tiga hari setelah hari qurban dan disebut tiga juga dengan hari-
hari mina karena orang-orang yang melakukan haji pada hari itu berada di mina. Hari ini
dinamakan hari tasyriq karena pada hari itu para jamaah haji membuat dendeng daging-daging
kurban mereka. Hari tasyriq adalah hari-hari tertentu. 14Abû Abdillâh al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî, juz 3, h. 28
22
berpuasa sehari dan berbuka sehari lalu hari Jumat bertepatan dengan hari
puasanya, maka itu tidak mengapa.
Abdullâh bin Abbâd bin Ja’far berkata,
ي اهلل عنه وهو يطوف بيالب يتي ان هى رسول اهلل صلى اهلل عليهي : سألت جابير بن عبدي اهلل رضييامي ي ومي المعةي، ف قال (ابن ماجةرواه ) 15.ن عم، ورب الكعبةي : وسلم عن صي
Artinya:”Aku bertanya kepada Jabir bin Abdullâh ketika ia sedang tawaf di Ka’bah, apakah Rasulullah Saw melarang berpuasa pada hari Jumat? Ia
menjawab, Ya, demi Rabb Ka’bah.” (HR. Ibnu Mâjah)
e) Puasa Sunnah yang Dilakukan Istri Sedang Suaminya Ada di
Rumah Tanpa Seizinnya
Tidak dibolehkan seorang istri berpuasa sunnah sedangkan suaminya
berada di rumah kecuali dengan seizinnya. Hal ini berdasarkan hadits riwayat Abû
Hurairah RA bahwa Rasulullah Saw bersabda:
(رواه البخاري) 16.وب علها شاهيد إيل بيإيذنيهي ل تصوم المرأة Artinya:”seorang istri tidak boleh berpuasa sunnah sedang suaminya ada di
rumah, kecuali dengan seizinnya.”17
(HR. al-Bukhârî)
15Ibnu Mâjah, Sunan Ibnu Mâjah, juz 1, h. 549 16Abû Abdillâh al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî, juz 7, h. 30 17Usamah Abdul Aziz, Kumpulan Puasa Sunnah dan Keutamaannya (Berdasarkan Al-
Qur’an dan as-Sunnah), terj. Abdillah dengan Judul Siyam at-Tathawwu’ Fadha’il wa Ahkam,
(Jakarta: Darul Haq, 2015), h. 116
23
3) Puasa yang Dimakruhkan
a. Puasa Seumur Hidup (puasa Abad)
Para ulama berbeda pendapat tentang hukum puasa seumur hidup.
Mayoritas ulama (Malikiyah, syafi’iyah dan Hanabilah) berpendapat tidak
mempermasalahkan hal tersebut asalkan seseorang tidak berpuasa pada hari-hari
yang terlarang seperti dua hari raya dan hari-hari tasyriq, tidak dikhawatirkan
merugikan suami dan tidak pula mengabaikan haknya.
Sedangkan Hanafiyah dan Ibnu al-Arabi dari kalangan malikiyah dan Ibnu
Qudamah dari kalangan Hanabilah dan Ibnu Qayyim, berpendapat makruh secara
mutlak.
Atha’ berkata, “aku tidak tahu bagaimana Nabi menyebut puasa sepanjang
masa. Rasulullah Saw telah bersabda:”
(مسلمرواه ) 18.ل صام من صام البد، ل صام من صام البد، ل صام من صام البد Artinya:”Tidak ada puasa bagi orang yang berpuasa sepanjang masa, tidak ada
puasa bagi orang yang berpuasa sepanjang masa, tidak ada puasa bagi orang
yang berpuasa sepanjang masa.” (HR. Muslim)
Al-Bukhârî dan Muslim dalam riwayatnya yang lain mengatakan Nabi
Saw bersabda:
هر إينك إيذا ف علت هجمت رواه ) 19.له العي ون فهت له الن فس، ل صام من صام الد (البخاري
18Muslim bin al-Hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 814 19Abû Abdillâh al-Bukhârî, Sahih al-Bukhârî, juz 3, h. 40
24
Artinya:”Sesungguhnya jika kamu lakukan itu, matamu akan letih dan tubuhmu
akan lelah dan tidak ada puasa bagi orang yang berpuasa seumur hidup.”(HR.
al-Bukhârî)
b. Puasa Hari Nairuz dan hari-hari sejenisnya dari hari raya kaum
musyrik
Makruh mengkhususkan hari Nairuz dan hari raya kaum Musyrik lainnya
dengan puasa, karena itu adalah hari-hari yang diagungkan oleh kafir sehingga
mengkhususkannya dengan puasa tanpa hari-hari yang lain menyerupai mereka
dalam mengagungkannya. Namun jika secara kebetulan hari itu bersamaan
dengan kebiasaan puasa seseorang maka tidak dimakruhkan.
Al-Hasan al-Bishri pernah ditanya tentang hukum puasa pada hari Nairuz,
lalu ia memakruhkannya seraya mengatakan itu adalah hari yang diagungkan
orang ‘Ajam (non Arab).20
4) Puasa yang Diperselisihkan Hukumnya
a. Berpuasa Sunnah Setelah Pertengahan Bulan Sya’ban
Ulama berbeda pendapat tentang boleh tidaknya berpuasa sunnah setelah
pertengahan bulan Sya’ban dalam dua pendapat:
Mayoritas ulama (Hanafiyah, Malikiyah dan Hambaliyah) berpendapat
boleh.
20Usamah Abdul Aziz, Kumpulan Puasa Sunnah dan Keutamaannya (Berdasarkan Al-
Qur’an dan as-Sunnah), terj. Abdillah dengan Judul Siyam at-Tatawwu’ Fadha’il wa Ahkâm, h.
136
25
Sedangkan kebanyakan ulama kalangan Syafi’iyah berpendapat makruh
dan pendapat ini yang dipandang benar oleh an-Nawawi. Dalil kalangan
Syafi’iyah:
Ulama Syafi’iyah mendasarkan pandangannya itu dengan hadits yang
diriwayatkan al-Alâ’ bin Abdurrahmân dari Abû Hurairah bahwa Rasulullah Saw
bersabda:
(بو داودرواه ا) 21.إيذا ان تصف شعبان فل تصومواArtinya:”Bila telah tiba pertengahan bulan Sya’ban, maka janganlah kalian
berpuasa sunnah.” (HR. Abû Dâwûd)
Dalil mayoritas ulama:
Mayoritas Ulama yang membolehkan berpuasa setelah pertengahan bulan
Sya’ban mendasarkan pendapatnya kepada dua hal:
Pertama: hadits yang melarangnya lemah.
Kedua: banyak hadits-hadits sahih yang secara tegas
membolehkannya. Diantaranya:
1. Abû Salamah berkata,”aku bertanya kepada Aisyah tentang puasa yang
dilakukan Rasulullah Saw, ia menjawab:
ن شهري قط كان يصوم حت ن قول قد صام، وي فطير حت ن قول قد ي فطير ول اره صائيما مين شعبان، كان يصوم شعبان كله، كان يصوم شعبان إيل قلييل ياميهي مي رواه ) 22.اكث ر مين صي
(ابن ماجة
21Abû Dâwûd as-Sijistâni, Sunan Abû Dâwûd, juz 2, h. 300 22Ibnu Majâh al-Qazwin, Sunan Ibnu Majâh, juz 1, h. 545
26
Artinya: Rasulullah Saw selalu berpuasa hingga kami mengatakan beliau tetap
berpuasa dan berbuka hingga kami mengatakan beliau tetap berbuka. Aku tidak
pernah melihatnya berpuasa dalam satu bulan melebihi banyaknya berpuasa
berpuasa pada Bulan Sya’ban. pada bulan Sya’ban itu kadang beliau berpuasa selama sebulan penuh dan kadang beliau berpuasa kecuali beberapa hari saja
berbuka.”(HR. Ibnu Mâjah)
2. Ummu Salamah berkata,
رواه ) .ان ورمضان ما رأيت رسول اهلل صلى اهلل عليهي وسلم يصوم شهريني متتابيعيي إيل شعب 23( تمذيال
Artinya:”Aku tidak pernah melihat Rasulullah Saw berpuasa dua bulan berturut-
turut kecuali pada bulan Sya’ban dan Ramadhan.” (HR. at-Tirmidz î )
Pendapat mayoritas ulama yang membolehkan berpuasa setelah
pertengahan bulan adalah pendapat yang kuat karena hadits yang melarang adalah
lemah dan banyak hadits-hadits yang sahih yang menunjukkan pada
kebolehannya.
b. Puasa Hari Sabtu
Dari Abdullah bin Busr dari saudaranya ash-Shamma bahwa Nabi Saw
bersabda:
اء عنبة او ل تصوموا ي وم السبتي إيل فييما اف تيض عليكم، واين ل ييد احدكم إيل لي 24( تمذيرواه ال) .عود شجرة ف ليمضغه
Artinya:”Janganlah kalian berpuasa pada Hari Sabtu kecuali puasa
yang diwajibkan atas kalian. Bila seseorang darimu tidak
mendapatkan kecuali kulit pohon anggur atau ranting pohon, maka
kunyalah itu” .25 (HR. at-Tirmidz î )
23Abû Isâ at-Tirmidz î , Sunan at-Tirmidz î , juz 3, h. 104 î 24Abû Isâ at-Tirmidz î , Sunan at-Tirmidz î , juz 1, h. 550 25Usamâh Abdul Aziz, Kumpulan Puasa Sunnah dan Keutamaannya (Berdasarkan Al-
Qur’an dan as-Sunnah), terj. Abdillah dengan Judul Siyam at-Tatawwu’ Fadhâ’il wa Ahkâm,
(Jakarta: Darul Haq, 2015), h. 147
27
BAB III
HADITS-HADITS KEUTAMAAN PUASA SUNNAH
A. Teks Hadits Tentang Puasa Sunnah dan Terjemahnya
1. Puasa Muharram
Pada bulan Muharram terdapat hari mulia yang dianjurkan oleh
Rasulullah Saw untuk menjalankan puasa yaitu hari yang bertepatan pada
tanggal sembilan Muharram (bisa dinamakan dengan Tasu’â dan tanggal
sepuluh Muharram atau disebut dengan ‘Asyurâ). Puasa pada tanggal
sepuluh Muharram atau ‘Asyura adalah puasa pertama kali yang dilakukan
oleh Rasulullah Saw, sebelum puasa Ramadhan disyari’atkan di dalam
Islam. Oleh sebab itu, bulan ini menjadi bulan yang utama setelah
Ramadhan. Selain itu puasa ‘Asyurâ termasuk puasa yang umurnya paling
panjang dibandingkan dengan puasa-puasa yang lain di dalam Islam.
Karena puasa ‘Asyurâ adalah warisan dari umat terdahulu, dan praktik
puasa ini juga dikerjakan oleh Rasulullah sejak zaman jahiliyah.1
Adapun Hadits yang menjelaskan mengenai puasa ‘Asyurâ adalah:
ي اهلل عنه قال هري رة رضي افضل : وسلم قال رسول اهلل صلى اهلل عليهي : عن ابيرواه )الصيامي ب عد رمضان شهر اهلل المحرمي وافضل الصلةي ب عد الفرييضةي صلة اليلي
2.(مسلم
1Yusni A. Ghazaly, Puasa Sepanjang Tahun Bersama Nabi, (Jakarta: Alifbata,
2006) h. 88 2Muslim bin al-Hajjâj, Syarh Sahih Muslim, Bâb Fadhlu Saum al-Muharram,
(Bairut: Dar Ihya at-Turâts, tt), Juz 2, h. 821
28
Artinya: dari Abû Hurairah r.a. berkata, Rasulullah Saw. Bersabda:
“puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan
Muharram, dan shalat yang paling utama setelah shalat fardlu adalah
shalat malam” (HR. Muslim).
Waktu pelaksanaan puasa Muharram yang paling utama adalah
pada tanggal sembilan dan sepuluh. Haditsnya adalah:
صلى اهلل عليهي ي صام النبي اب و غطفان ي قول سيعت عبد اهلل بن عباس ي قول حيياميهي قالوا يارسول اهلل انه ي وم ت عظمه الي هود وسلم ي وم عاشوراء وامرنا بيصي
والنصارى ف قال رسول اهلل صلى اهلل عليهي وسلم فإيذا كان العام المقبيل صمنا ي وم ع 3(.رواه ابو داود)التاسي
Artinya: Abû Ghadfân berkata kepada aku pernah mendengar Ibnu
Abbâs berkata: “ketika Rasulullah Saw. melaksanakan puasa ‘Asyurâ (sepuluh Muharram) dan beliau memerintahkan agar berbuasa, para
sahabat berkata: “ Wahai Rasulullah Saw. Sesungguhnya orang-orang
Yahudi dan Nasrani telah memuliakan hari itu”. Kemudian Rasulullah Saw. Bersabda: “jika bertemu Tahun depan kita puasa tanggal sembilan
juga”. (HR. Abû Dâûd).
4( مسلمرواه ) .عي اسي الت ن م و ص ل ل ابي ق ل إي ت ي قي ب ن ئي ل : ال ق اس ب ع ني اب ني ع Artinya: “Dari Ibnu Abbâs Berkata: Apabîla tiba tahun depan saya akan berpuasa pada hari kesembilan.” (HR. Muslim)
2. Puasa Enam Hari Bulan Syawwal
من صام رمضان وات ب عه : قال رسول اهللي صلى اهلل عليهي وسلم : عني بني عمر قال ن ذن وبيهي كي وم تا مين شوال خرج مي (رواه الطرباين) 5.ولدته امه سي
Artinya: “Dari Ibnu Umar berkata Rasulullah Saw. Bersabda: siapa
yang menjalankan puasa Ramadhan dan menyertai dengan puasa enam
hari pada bulan Syawal maka keluar dosa-dosa dari dirinya seperti dia baru dilahirkan oleh ibunya”. (HR. at-Tabrâni).
3Sulaimân bin al-Ats’ats as-Sijistânî, Sunan Abû Dâwud, Bâb Mâ Wuriya ‘Anna
Asyurâ al-Yaum, (Bairut: Maktabah al-Ashriyah, tt), Juz. 2, h. 327 4Muslim bin al-Hajjâj, Sahîh Muslim, juz 2, h. 798 5Sulaimân bin Ahmad at-Thabrâni, Mu’jam al-Ausath, (Kairo: Dar al-Haramain,
tt), juz 8, h. 275
29
أ ن ع ان ال ك و ش ن ا مي ت سي ه ع ب ت أ ث ان ض م ر ام ص ن م : ال ق ي اري ص ن ب ال و ي أ بي 6( رتمذيرواه ال) .ري ه الد امي ي صي ك
Artinya: “Dari Abû Ayyûb al-Ansarî berkata: siapa saja yang puasa
ramadhan kemudian mengiringinya enam hari dari Syawal seperti puasa
selama setahun”. (HR. at-Tirmidzi)
3. Puasa Tanggal Sembilan Dzul Hijjah (Arafah) dan tanggal
delapan Dzulhijjah (Tarwiyah)
Hadits yang menjelaskan keutamaan sepuluh hari pertama di bulan
Dzulhijjah Hadits Hasan Sahih riwayat Imam at-Tirmidzî yang berbunyi:
ن ايام العمل : قال رسول اهلل صلى اهلل عليهي وسلم : عني ابني عباس قال ما مي الصاليح فييهين احب ايل اهلل مين هذيهي اليامي العشري ف قالوا يارسول اهلل ول اليهاد في
سبييلي اهلل ايل رجل : سبييلي اهلل؟، ف قال رسول اهلل صلى اهلل عليهي وسلم في ولاليهاد يهي وماليهي ف لم ن ذليك بيشيئ خرج بين فسي ع مي 7(رواه الرتمذي) .ي رجي
Artinya: “dari Ibnu Abbâs berkata Rasulullah Saw. Bersabda: “tidak ada hari-hari yang berbuat kebajikan di dalamnya sangat disukai oleh Allah
Swt., selain dari sepuluh hari ini (awal Dzulhijjah)”para sahabat
bertanya: “mengalahkan jihad di jalan Allah Swt. Wahai Rasulullah Saw.? Beliau menjawab: “ya mengalahkan Jihad d ijalan Allah Swt,
kecuali jika ada seorang yang keluar dengan jiwa dan hartanya, serta
kembali tidak membawa apa-apa lagi.”(HR. at-Tirmidzî).
أ ن ع اء ر و اش ع م و ص و ة ل بي ق ت س م و ة ي اضي م يي ت ن س ر ف ك ي ة ف ر ع مي و ي م و ص : ال ق ة اد ت ق بي .ة ي اضي م ة ن س ر ف ك ي
Artinya: “Dan Abû Qatâdah berkata: Puasa hari Arafah dapat
menghapus dosa selama dua tahun (setahun yang lalu dan setahun yang
akan datang), dan puasa Asyura dapat menghapus dosa selama setahun”.
6Abû Isâ at-Tirmidzî, Sunan at-Tirmidz î , juz 3, h. 123 7Abû Isâ at-Tirmidzî, Sunan at-Tirmidzî, juz 3, h. 121
30
الت رويية سنة، وله بيصومي من صام العشر ف له بيكل ي وم صوم شهر ، وله بيصومي ي ومي 8.ي ومي عرفة سنتاني
Artinya: “Siapa yang puasa 10 hari, maka untuk setiap harinya seperti
puasa sebulan. Dan untuk puasa hari tarwiyah seperti puasa setahun
sedangkan untuk puasa hari arafah, seperti puasa dua tahun”.
9.صوم ي ومي الت روييةي كفارة سنة ، وصوم ي ومي عرفة كفارة سنت يي Artinya : Puasa pada hari tarwiyah menghapuskan (dosa) satu tahun,
dan puasa pada hari Arafah menghapuskan (dosa) dua tahun”.
ث نا ق ت يبة، ث نا حاد بن زيد ، عن غيلن بني : وأحد بن عبدة الضب، قال حد حد صلى الله عليهي ، عن أبي ق تادة، أن النبي جريير ، عن عبدي اللهي بني معبد الزمايني
يام ي ومي ع »: وسلم قال له صي نة التي ق ب ب على اللهي أن يكفر الس رفة، إيين أحتسينة التي ب عده حدييث أبي ق تادة حدييث حسن، ».: وفي البابي عن أبي سعييد « والس
يام ي ومي عرفة، إيل بي 10(بن ماجةرواه ا) «عرفة وقدي استحب أهل العيلمي صيArtinya: Qutaibah dan Ahmad bin Abdah ad-Dabb î telah menceritakan kepada kami, mereka berkata: Hammâd bin Zaid telah menceritakan
kepada kami dari Ghailân bin Jar î r dari Abdullâh bin Ma’bad az-Zamân î dari Abû Qatâdah bahwa Nabi Muhammad SAW berkata: “puasa hari
arafah, sesungguhnya saya berharap kepada Allah agar menghapus dosanya setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya”. (HR. Ibnu
Majah)
د بن عبدي اهللي بني يزييد المقريئ، قال ث نا س : أخب رنا مم فيان، عن داود، عن أبي حد صلى اهلل عليهي ، عن أبي حرملة، عن أبي ق تادة، عني النبي ق زعة، عن أبي اللييلي
نة، وصوم ي ومي عرفة يكفر سنة »: وسلم قال والتي صوم ي ومي عاشوراء يكفر الس 11( نسائيرواه ال) «تلييها
8Muhammad bin Ali asyaukânî, al-Fawâid al-Majmu’ah fi al-Ahâdits al-
Maudhu’ah, (Bairut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyah, tt), Juz 1, h. 96 9Alâuddîn Ali bin Hisâm al-Hindy, Kanzul ‘Ummâl, (tt: Muassasah RIsâlah,
1401 H), juz 5, h.67 dan Dailami, Musnad Firdaus, juz 2 h.248 10Ibnu Mâjah, Sunan Ibnu Mâjah, juz 1, h. 551 dan Abû Isâ at-Tirmidzî, Sunan
at-Tirmidzî, juz. 3, h. 115 11Abdurrahmân an-Nasâ’i, Sunan an-Nasâ’i, (Bairut: Muassasah ar-RiIsâlah,
1421), juz 3, h.222
31
Artinya: Muhammad bin Abdullâh bin Yazîd al-Muqri’ mengkhabarkan
kepada kami, dia berkata: Sufyân telah menceritakan kepada kami dari
Dâud dari Abû Qaza’ah dari Abû al-Khalîl dari Abû Harmalah dari Ab û
Qatâdah dari Nabî Muhammad SAW bersabda: “puasa hari asyura dapat menghapus dosa setahun dan puasa hari arafah menghapus dosa
selama setahun sebelumnya dan sesudahnya”. (HR. an-Nasa’i)
د بن عب يدي اهللي، قال ث نا السن بن بيشر ، : أخب رنا مم ر، عن : قال حد ث نا زهي حد، عن أبي حرملة، عن أبي ق تادة، قال قال رسول اهللي : أبي الزب يي، عن أبي اللييلي
سنت يي صوم عاشوراء كفارة سنة ، وصوم عرفة كفارة »: صلى اهلل عليهي وسلم ية ومست قب لة السن بن بيشر ليس عيندنا بيالقويي في »: قال أبو عبدي الرحني « ماضي
12( نسائيرواه ال) «الدييثي Artinya: Muhammad bin Ubaidillâh telah mengkhabarkan kepada kami,
dia berkata: al-Hasan bin Bisyr telah menceritakan kepada kami, dia
berkata: Zuhair telah menceritakan kepada kami dari Abî az-Zubair dari Abî al-Khalîl dari Abî Harmalah dari Abî Qatâdah berkata: Rasulullah
SAW bersabda: “Puasa asyura dapat menghapus dosa setahun dan
puasa arafah dapat menghapus dosa selama dua tahun (yang lalu dan akan datang)”. (HR. an-Nasa’i)
4. Puasa Bulan Rajab
ث نا عثمان بن حكييم النصاريي قال سألت سعييد بن جب ي عن صومي رجب حد رجب ف قال ي اهلل عن هما ي قول كان رسول : ونن ي ومئيذ في عت ابن عباس رضي سي
اهلل صلى اهلل عليهي وسلم يصوم حت ن قول ل ي فطير وي فطير حت ن قول ل يصوم 13(.رواه مسلم)
Artinya: menceritakan kepada kami Utsmân bin Hakîm al-Ansârî berkata:”Aku bertanya Sa’îd bin Jubair tentang puasa Rajab, dan kami
pada waktu itu ada di bulan Rajab. Kemudian dia menjawab: “Aku
mendengar Ibnu Abbâs berkata:”Rasulullah Saw puasa sehingga seolah-
olah dia tidak pernah tidak puasa, dan kami terkadang melihat beliau berduka hingga kami merasa beliau seolah-olah beliau tidak pernah
puasa”.(HR. Muslim).
12Abdurrahman an-Nasâ’î, Sunan an-Nasâ’î, juz 3, h.222 13Muslim bin al-Hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 810
32
5. Puasa Tanggal 13, 14, dan 15 Setiap Bulan Qamariyah
ذر قال من صام مين كل شهر : ل اهلل صلى اهلل عليهي وسلم قال رسو : عن ابييام الدهري 14( وابن ماجة رواه الرتمذي)ثلثة ايام فذ ليك صي
Artinya: “dari Abû Dzar berkata, Rasulullah Saw, bersabda:”siapa yang berpuasa tiga hari dalam setiap bulan maka itu sama halnya dengan
puasa satu tahun”.(HR. at-Tirmidzî dan Ibnu Mâjah).
أ ن ع ص و أ ة ر ي ر ه بي ل ك ن مي ام ي أ ةي ث ل ث م و ص ت و م أ ت ح ن ه ع د أ ل ث ل ث بي ي لي ي لي خ ايني 15( رواه البخاري) .ر ت ى وي ل ع م و ن ى و ح الض ة ل ص و ر ه ش
Artinya: “Dari Abû Hurairah RA,ia berkata :kekasihku (yaitu Rasulullah
SAW) mewasiatkan padaku tiga nasehat yang tidak pernah aku
tinggalkan sampai aku mati:1-berpuasa tiga hari setiap bulannya 2-mengerjakan shalat dhuha 3-mengerjakan shalat witir sebelum tidur.”
(HR.Bukhârî)
ام ي أ ةي ث ل ث م و ص :صلى اهلل عليه وسلم اهلل ل و س ر ال اص ق ع ر ال م ع ني اهلل ب دي ب ع ن ع 16( رواه البخاري) .ه ل ك ري ه الد م و ص
Artinya: “Dari Abdullâh bin ‘Amr bin ‘Ash, Rasulullah SAW bersabda,
puasa pada tiga hari setiap bulannya adalah seperti puasa sepanjang
tahun”. (HR.Bukhârî)
أ ن ع ة ع ب ر أ و ة ر ش ع ة ث ل ث م ص ف ام ي أ ة ث ل ث ري ه الش ن مي ت م ا ص ذ إي ر ا ذ ب ا ا ي : ر ذ بي 17( رتمذيرواه ال) .ة ر ش ع ة س خ و ة ر ش ع
Artinya: “Dari Abû Dzar, Rasulullah SAW bersabda kepadanya:jika
engkau ingin berpuasa tiga hari setiap bulannya, maka berpuasalah pada tanggal 13,14 dan 15 (dari bulan hijriyah”). (HR. at-Tirmidzî)
ن ا ا ن ر م أ ي م ل س و هي ي ل ى اهلل ع ل اهلل ص ل و س ر ان ك : هي ي بي ا ن ع ي شي ي ق ال اني ح ل مي ني اب ن ع رواه ) .ري ه الد ةي ئ ي ه ك ن ه ال ق و . ة ر ش ع ة س خ و ة ر ش ع ة ع ب ر أ و ة ر ش ع ة ث ل ث ض ي بي ال م و ص ن
( ابو داود والنسائي18
14Abû Isâ at-Tirmidzî, Sunan at-Tirmidzî, juz 3, h. 126 15Abû Abdillâh al-Bukhârî, Sahih al-Bukhârî, juz 2, h. 58 16Abû Abdillâh al-Bukhârî, Sahih al-Bukhârî, juz 3, h. 40 17Abû Isâ at-Tirmidzî, Sunan at-Tirmidzî, juz 3, h. 125 18Abû Dâwud as-Sijistânî, Sunan Abû Dâwud, juz 2, h. 328
33
Artinya: Dari Ibnu Milhan Al Qaisy dari ayahnya ia berkata:
“Rasulullah SAW biasa memerintahkan pada kami untuk berpuasa pada
ayyâmul bîdh yaitu 13,14 dan 15 dan beliau bersabda: puasa ayyâmul
bîdh itu seperti puasa setahun”. (HR.Abû Dâwûd dan an-Nasâî)
رواه ) .ري ف الس و ري ض ل ا في ضي ي بي ال ام ي ا ر طي ف ي اهلل ل ل و س ر ال ق : عني ابني عباس قال 19( نسائيال
Artinya: Dari Ibnu Abbâs RA, beliau berkata: “Rasulullah SAW biasa
berpuasa pada ayyâmul bîdh ketika tidak bepergian maupun ketika bersafar”. (HR. an- Nasâi)
6. Puasa Hari Senin dan Kamis
، عمرو بن عليي الفلس، قال ث نا أبو حفص ث نا عبد اهللي بن داود، عن : حد حد ث وري بني يزييد، عن خاليدي بني معدان، عن ، عن عائيشة قالت كان النبي ي ربييعة الرشي
ث ن يي والمييسي 20(.رواه الرتمذي)صلى اهلل عليهي وسلم ي تحرى صوم اليArtinya: Abû Hafs (Amr bin Alî al-Fallâs) telah menceritakan kepada kami, dia berkata: Abdullâh bin Dâwûd telah menceritakan kepada kami
dari Tsaur bin Yazîd dari Khâlid bin Ma’dân dari Rabî’ah al-Jurasyî
dari ‘Aisyâh r.a. berkata:”Rasulullah Saw. Melaksanakan puasa hari Senin dan Kamis.”(HR. at-Tirmidzî).
د بن يي، قال ث نا مم ، عن ممدي بني ريفاعة، عن سهيلي : حد م ث نا أبو عاصي حد، عن أبييهي، عن أبي هري رة، أن رسول اهللي صلى الله عليهي وسلم قال : بني أبي صاليح
ب أن ، فأحي ث ن يي والمييسي رواه ) .عرض عمليي وأنا صائيم ي ت عرض العمال ي وم الي 21( الرتمذي
Artinya: Muhammad bin Yahyâ telah menceritakan kepada kami, dia
berkata: Abû ‘Asim telah menceritakan kepada kami dari Muhammad bin
Rifâ’ah dari Suhail bin Abî Sâlih dari ayahnya dari Abû Hurairah :berkata Rasulullah saw bersabda :”berbagai amalan dihadapkan
(kepada Allah) pada hari senin dan kamis, maka Aku suka jika amalanku
dihadapkan sedangkan Aku sedang berpuasa”. (HR.Tirmidzî)
19Abdurrahmân an-Nasâ’î, Sunan an-Nasâ’i, juz 4, h. 198 20Abû Isâ at-Tirmidzî, Sunan at-Tirmidzî, (Bairut: Dar al-Ghurab al-Islami,
1998), juz 2, h. 113 21Abû Isâ at-Tirmidzî, Sunan at-Tirmidzî, juz 3, h. 113
34
ث نا عبد الرحني بن ، حد ر بن حرب ثني زهي ، وحد ث نا مهديي بن ميمون مهديي، حد ، أ ن ع عن غيلن، عن عبدي اهللي بني معبد الزمايني عنه اهلل ي ضي ر ي اري ص ن ل ا ة اد ت ق بي
ل زي ن أ و أ ت ث عي ب م و ي و هي ي في ت د لي و اك ذ : ال ق ف وسلم هي ي ل ى اهلل ع ل اهلل ص ل و س ر ل ئي س 22( مسلمرواه ) .هي ي في ي ل ع
Artinya: Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada saya, Abdurrahmân bin Mahdî telah menceritakan kepada kami, Mahdî bin Maimun telah
menceritakan kepada kami dari Ghailân dan Abdullâh bin Ma’bad az-
Zamânî dari Abû Qatâdah al-Ansârî RA: “Rasulullah SAW pernah
bertanya mengenai puasa pada hari senin, lantas beliau menjawab :Hari dimana aku dilahirkan dan hari aku diutus atau diturunkan wahyu
untukku”.(HR.Muslim)
ا ئ ي ش اهللي بي ك ري ش ي ل د ب ع ل ك لي ر ف غ ي ف سي ي مي ال م و ي و يي ن ث لي ا م و ي نةي ل ا اب و ب أ ح ت ف ت ا و ر ظي ن أ ا ح لي ط ص ي ت ح ني ي ذ ا ه و ر ظي ن أ ال ق ي اء ف ن ح ش هي ي خي أ ي ب و ه ن ي ب ت ان ك ل ج ر ل إي
23( مسلمرواه ) .اح لي ط ص ي ت ح ني ي ذ ا ه و ر ظي ن أ ا ح لي ط ص ي ت ح ني ي ذ ه Artinya: “Pintu surga dibuka pada hari senin dan kamis setiap hambah
yang tidak berbuat syirik sedikit pun akan diampuni (pada hari tersebut)kecuali seseorang yang memiliki percekcokan (permusuhan )
antara dirinya dan saudaranya. nanti akan dikatakan pada mereka
,akhirkan urusan mereka sampai mereka berdua berdamai, akhirkan urusan mereka sampai mereka berdua berdamai, akhirkan urusan
mereka sampai mereka berdua berdamai”. (HR.Muslim)
7. Puasa Nabî Dâud
أحب الصلةي إيل اهلل صلة داود عليهي : رسول اهلل صلى اهلل عليهي وسلم قال إين ، وي قوم ث لثه وي نام يام داود، وكان ي نام نيصف اليلي لم واحب الصيامي إيل اهللي صي الس
24( رواه البخاري) .م ا وي فطير ي وم اسدسه، ويصوم ي و Artinya: “Sesungguhnya Rasulullah SAW berkata kepadanya: Salat yang paling disukai Allah SWT adalah salat Nabî Dâud A.S dan puasa yang
disukai Allah SWT juga puasa Nabî Dâud A.S, ia tidur separuh malam,
shalat sepertiga malam dan tidur lagi seperenam malam. Ia berpuasa
sehari dan berbuka sehari”. (HR. al-Bukhâri)
22Muslim bin al-Hajjâj, Sahih al-Muslim, (Bairut: Dar Ihya Turast al-Arabi, tt),
juz 2, h.819 23Muslim bin al-Hajjâj, Sahih al-Muslim, juz 4, h. 1987 24Abû Abdillah al-Bukhârî, Sahih al-Bukhârî, juz 2, h. 50
35
8. Puasa Bulan Sya’ban
طير حت ن قول كان رسول اهلل صلى اهلل عليهي وسلم يصوم حت ن قول لي فطير، وي ف يام شهر إيل ل يصوم، وما رأيت رسول اهلل صلى اهلل عليهي وسلم استكمل صي
شعبان نه في يام ا مي 25( رواه البخاري) .رمضان، وما رأيت أكث ر صيArtinya: dari ‘Aisyah r.a. berkata:”Rasulullah Saw. Menjalankan ibadah puasa hingga kami mengira dia tidak pernah tidak puasa, dan berbuka
(tidak puasa) hingga kami mengira beliau tidak berpuasa, dan aku tidak
melihat menyempurnakan puasa dalam satu bulan penuh kecuali
Ramadhan dan aku tidak melihat beliau banyak berpuasa selain dibulan
Sya’bân” (HR. al-Bukhâri).
9. Puasa bulan-bulan haram (asyuhrul hurum) yaitu Dzul
Qa’dah, Dzul Hijjah, Muharram, dan Rajab.
ها أو عمها لييةي عن أبيي أنه أتى رسول اهلل صلى اهلل عليهي وسلم، ث عن مييبة الباهي؟ قال : انطلق فأتاه ب عد سنة ، وقد ت غي ر حاله وهيئته ف قال يا رسول اهلل اما ت عريفني
ئتك عام : من انت؟ قال ليي الذيي جي فما غي رك، وقد كنت : الول، قال أنا الباهيتك، قال رسول اهلل صلى اهلل : حسن اليئةي؟ قال ما اكلت طعام ا ايل بيليل منذ فارق
بت ن فسك؟ ث قال : عليهي وسلم م ا مين كل شهر ، صم شهر الصربي، وي و : لي عذ ق وة ، قال : قال فإين بي : صم ي وميي، قال : زيديني ، قال : قال : زيديني : صم ثلث أيام
، قال ن الرمي وات رك، صم مين الرمي وات رك : زيديني ن الرمي وات رك، صم مي وقال . صم مي 26( ابو داودرواه ) .بيأصابيعيهي الثلثةي فضمها، ث أرسلها
Artinya: dari Abû Mujîbah al-Bâhilî dari bapaknya dari pamannya
berkata: “aku mendatangi Rasulullah Saw. dan aku berkata kepada beliau: Wahai Nabîyallah Swt. Aku adalah lelaki yang datang kepadamu
satu tahun yang lalu beliau berkata: “kenapa kamu sekarang kurusan?
Dia berkata:”wahai Rasulullah Saw. Aku tidak makan di siang hari, aku tidak makan kecuali pada malam hari ” beliau bertanya: “siapa yang
menyuruhmu menyiksa dirimu sendiri?” dia menjawab:” wahai
Rasulullah Saw. Sesungguhnya aku kuat melakukan itu” beliau berkata:”
puasalah bulan kesabaran (Ramadhan) dan satu hari setelahnya” kemudian lelaki menjawab:”sesungguhnya aku lebih kuat melakukan
25Abû Abdillah al-Bukhârî, Sahih al-Bukhârî, juz 3, h. 38 26Abû Dâwud as-Sijistâni, Sunan Abû Dâwud, juz 2, h. 322
36
itu” Rasulullah berkata:”puasalah Ramadhan dan dua hari
setelahnya”al-Bâhili menjawab:”aku lebih kuat melakukan itu”
Rasulullah Saw berkata:”puasalah Ramadhan dan tiga hari setelah
bulan itu, dan puasalah paada bulan-bulan haram” (HR. Abû Dâud).27
، ر بن حرب ثني زهي ث نا جريير، عن عبدي المليكي بني عمي ، عن ممدي بني وحد حدي اهلل عنه، ي رف عه، قال ري، عن حيدي بني عبدي الرحني، عن أبي هري رة رضي : المنتشي
الصيامي أفضل ب عد شهري رمضان؟ أي الصلةي أفضل ب عد المكتوبةي؟ وأي : سئيل ، وأفضل »: ف قال أفضل الصلةي، ب عد الصلةي المكتوبةي، الصلة في جوفي الليلي
يام شهري اهللي المحرمي 28( مسلمرواه ) «الصيامي ب عد شهري رمضان، صيArtinya: Zuhair telah menceritakan kepada kami, Jarîr telah
menceritakan kepada kami dari Abdul Malik bin Umair dari Muhammad bin al-Muntasyir dari Humaid bin Abdurrahmân dari Abû Hurairah RA
dimarfu’kan, dia berkata: dia ditanya:” shalat apakah yang paling
utama setelah shalat wajib? Dan puasa apakah yang paling utama
setelah puasa bulan ramadhan?, dia menjawab: shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat di pertengahan malam dan
puasa yang paling utama setelah bulan ramadhan adalah puasa bulan
Allah yang dimuliakan”. (HR. Muslim)
B. Hadits Tentang Keutamaan Puasa Sunnah dan Terjemahnya
1. Keutamaan Puasa Muharram
أ ن ع مي و ي مي و ص ن ع ل ئي س م ل س و هي ي ل ع ى اهلل ل ص اهللي ل و س ر ن أ ال ق ة اد ت ق بي (م لي س م اه و ر ) ة ي اضي م ال ة ن س ر ف ك ي ال ق ف اء ر و اش ع
Artinya: “dari Abû Hurairah berkata: bahwa rasulullah saw ditanya tentang puasa Asyura, Rasulullah SAW bersabda puasa Asyura akan
menghapus dosa setahun yang lalu”. (HR. Muslim).
27Yusni A. Ghazaly, Puasa Sepanjang tahun bersama Nabi, h. 114 28Muslim bin al-Hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h.821
37
2. Keutamaan Puasa Enam Hari Bulan Syawwal
من صام رمضان وات ب عه : قال رسول اهللي صلى اهلل عليهي وسلم : عني بني عمر قال ن ذن وبيهي كي وم ولدته امه تا مين شوال خرج مي (رواه الطرباين) 29.سي
Artinya: dari Ibnu Umar berkata Rasulullah Saw. Bersabda: “siapa yang
menjalankan puasa Ramadhan dan menyertai dengan puasa enam hari
pada bulan Syawal maka keluar dosa-dosa dari dirinya seperti dia baru dilahirkan oleh ibunya”. (HR. at-Thabarâni).
أ ن ع ان ال ك و ش ن ا مي ت سي ه ع ب ت أ ث ان ض م ر ام ص ن م : ال ق ي اري ص ن ب ال و ي أ بي 30( رواه البخاري) .ري ه الد امي ي صي ك
Dari Abû Ayyûb al-Ansâri berkata: “siapa saja yang puasa ramadhan kemudian mengiringinya enam hari dari Syawal seperti puasa selama
setahun” (HR. al-Bukhari)
3. Keutamaan Puasa 8 dan 9 Dzulhijjah
ن ايام العمل : قال رسول اهلل صلى اهلل عليهي وسلم : عني ابني عباس قال ما مي الصاليح فييهين احب ايل اهلل مين هذيهي اليامي العشري ف قالوا يارسول اهلل ول اليهاد في
سبييلي اهلل ايل رجل : سبييلي اهلل؟، ف قال رسول اهلل صلى اهلل عليهي وسلم في ولاليهاد ين ذليك بيشيئ ع مي هي وماليهي ف لم ي رجي 31(رواه الرتمذي) .خرج بين فسي
Artinya: dari Ibnu Abbâs berkata Rasulullah Saw. Bersabda: “tidak ada
hari-hari yang berbuat kebajikan di dalamnya sangat disukai oleh Allah
Swt., selain dari sepuluh hari ini (awal Dzulhijjah)”para sahabat bertanya: “mengalahkan jihad di jalan Allah Swt. Wahai Rasulullah
Saw.? Beliau menjawab: “ya mengalakan Jihad dijalan Allah Swt.,
kecuali jika ada seorang yang keluar dengan jiwa dan hartanya, serta
kembali tidak membawa apa-apa lagi.”(HR. at-Tirmidzî).
29Sulaimân bin Ahmad at-Tabrânî, Mu’jam al-Ausath, (Kairo: Dar al-Haramain,
tt), juz 8, h. 275 30Abû Isâ at-Tirmidzî, Sunan at-Tirmidzî, juz 3, h. 123 31Abû Isâ at-Tirmidzî, Sunan at-Tirmidzî, juz 3, h. 121
38
4. Keutamaan Puasa Bulan Rajab
ث نا عثمان بن حكييم النصاريي قال سألت سعييد بن جب ي عن صومي رجب حد رجب ف قال ي اهلل عن هما ي قول كان رسول : ونن ي ومئيذ في عت ابن عباس رضي سي
اهلل صلى اهلل عليهي وسلم يصوم حت ن قول ل ي فطير وي فطير حت ن قول ل يصوم 32(.رواه مسلم)
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Utsmân bin Hakîm al-Ansârî
berkata:”Aku bertanya kepada Sa’îd bin Jubair tentang puasa Rajab
sedang kami pada waktu itu ada di bulan Rajab. Kemudian dia
menjawab: “Aku mendengar Ibnu Abbâs berkata:”Rasulullah Saw puasa sehingga seolah-olah dia tidak pernah tidak puasa, dan kami terkadang
melihat beliau berduka hingga kami merasa beliau seolah-olah beliau
tidak pernah puasa”.(HR. Muslim).
5. Keutamaan Puasa Ayyamul Bidh
ذر قال من صام مين كل شهر : قال رسول اهلل صلى اهلل عليهي وسلم : عن ابييام الدهري 33( رواه الرتمذي وابن ماجة)ثلثة ايام فذ ليك صي
Artinya: dari Abû Dzar berkata, Rasulullah Saw, bersabda:”siapa yang berpuasa tiga hari dalam setiap bulan maka itu sama halnya dengan
puasa satu tahun”.(HR. at-Tirmidzî dan Ibnu Mâjah)
6. Keutamaan Puasa Dâud
أحب الصلةي إيل اهلل صلة داود عليهي : إين رسول اهلل صلى اهلل عليهي وسلم قال ، وي قوم ث لثه وي نام السلم يام داود، وكان ي نام نيصف اليلي واحب الصيامي إيل اهللي صي
34( ومسلم رواه البخاري) .سدسه، ويصوم ي وم ا وي فطير ي وم ا
Artinya: “Sesungguhnya Rasulullah SAW berkata kepadanya: Shalat
yang palng disukai Allah SWT adalah shalat Nabî Dâud A.S dan puasa
32Muslim bin al-Hajjâj, Sahîh Muslim, juz 2, h. 810 33Abû Isâ at-Tirmidzî, Sunan at-Tirmidzî, juz 3, h. 126 34Abû Abdillâh al-Bukhârî, Sahih al-Bukhârî, juz 3, h.40 dan Muslim bin al-
Hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 830
39
yang disukai Allah SWT juga puasa Nabî Dâud A.S, ia tidur separuh
malam, shalat sepertiga malam dan tidur lagi seperenam malam. Ia
berpuasa sehari dan berbuka sehari”. (HR. al-Bukhâri dan Muslim)
7. Keutamaan Puasa Senin dan Kamis
د بن يي، قال ث نا مم ، عن ممدي بني ريفاعة، عن سهيلي : حد م ث نا أبو عاصي حد، عن أبييهي، عن أبي هر : ي رة، أن رسول اهللي صلى الله عليهي وسلم قال بني أبي صاليح
ب أن ي عرض عمليي وأنا صائيم ، فأحي ث ن يي والمييسي رواه ) .ت عرض العمال ي وم الي 35( رتمذيال
Artinya: Muhammad bin Yahyâ telah menceritakan kepada kami, dia
berkata: Abû ‘Asim telah menceritakan kepada kami dari Muhammad bin
Rifâ’ah dari Suhail bin Abî Sâlih dari ayahnya dari Abû Hurairah
:berkata Rasulullah saw bersabda: “berbagai amalan dihadapkan (kepada Allah) pada hari senin dan kamis, maka Aku suka jika amalanku
dihadapkan sedangkan Aku sedang berpuasa”. (HR.Tirmidzî)
8. Keutamaan Puasa Sya’ban
كان رسول اهلل صلى اهلل عليهي وسلم يصوم حت ن قول لي فطير، وي فطير حت ن قول يام شهر إيل ل يصوم، وما رأيت رسول اهلل صلى اهلل عليهي وسلم استكمل صي
شعبان نه في يام ا مي 36( رواه البخاري) .رمضان، وما رأيت أكث ر صي
Artinya: dari ‘Aisyah r.a. berkata:”Rasulullah Saw. Menjalankan ibadah puasa hingga kami mengira dia tidak pernah tidak puasa , dan berbuka
(tidak puasa) hingga kami mengira beliau tidak berpuasa. Dan aku tidak
melihat menyempurnakan puasa dalam satu bulan penuh kecuali
Ramadhan dan aku tidak melihat beliau banyak berpuasa selain dibulan Sya’ban”. (HR. al-Bukhârî).
35Abû Isâ at-Tirmidzî, Sunan at-Tirmidzî, juz 3, h. 113 36Abû Abdillâh al-Bukhârî, Sâhih al-Bukhârî, juz 3, h. 38
40
9. Keutamaan Puasa Bulan-bulan Haram
ث نا جريير، عن عبدي المليكي بني عمي ، عن ممدي بني ، حد ر بن حرب ثني زهي وحدري، عن حيدي بني عبدي الرحني، عن أبي ي اهلل عنه، ي رف عه، قال المنتشي : هري رة رضي
أي الصلةي أفضل ب عد المكتوبةي؟ وأي الصيامي أفضل ب عد شهري رمضان؟ : سئيل ، وأفضل أفضل الصلةي، ب عد الصلةي المكتوبةي، الصلة في جوفي الليلي »: ف قال
يام شهري اهللي المحرمي (مسلمرواه ) 37«الصيامي ب عد شهري رمضان، صيArtinya: Zuhair telah menceritakan kepada kami, Jarîr telah
menceritakan kepada kami dari Abdul Malik bin Umair dari Muhammad
bin al-Muntasyir dari Humaid bin Abdurrahman dari Abû Hurairah RA dimarfu’kan, dia berkata: “dia ditanya: shalat apakah yang paling
utama setelah shalat wajib? Dan puasa apakah yang paling utama
setelah puasa bulan ramadhan?, dia menjawab: salat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat di pertengahan malam dan puasa yang
paling utama setelah bulan ramadhan adalah puasa bulan Allah yang
dimuliakan”. (HR. Muslim)
37Muslim bin al-Hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h.821
40
BAB IV
PENDAPAT MUHADDIS DAN FUQAHA TENTANG PUASA
SUNNAH
A. Keutamaan Puasa Sunnah
Dalam puasa sunnah di sini, penulis akan menyebutkan tentang tiga
jenis puasa (puasa senin dan kamis, puasa enam hari bulan syawal dan
puasa dawud), berikut penjelasan dari ahli hadits dan fikih.
1. Menurut Muhaddis
Sabda Rasulullah SAW (siapa saja yang berpuasa di bulan
ramadhan kemudian mengiringinya enam hari dari bulan syawal maka
seperti puasa selama setahun). Ini merupakan dalil yang jelas bagi
madzhab Syafi’i, Ahmad dan Dawud bahwa puasa enam hari bulan syawal
adalah puasa yang disunnahkan, imam Malik dan Abû Hanifah
memakruhkan puasa tersebut dan imam Malik berkata dalam kitabnya (al-
Muwatha’) : saya tidak melihat ahli ilmu (intelektual) melakukannya dan
mereka berpendapat: dimakruhkan agar tidak disangka sebagai puasa
wajib dan dalil imam syafi’i dan orang yang sependapat dengannya adalah
hadits yang jelas keSahihannya.
Jika sebuah hadits sudah ditetapkan tentang kesunnahannya maka
tidak dapat ditinggalkan pengamalannya karena minoritas atau mayoritas
atau seluruhnya meninggalkannya. Dan pendapat mereka adalah mereka
41
kadang-kadang menyangka bahwa kewajibannya membatalkan puasa
arafah dan asyura dan selain itu yang termasuk puasa sunnah. Kelompok
kami mengatakan: yang paling utama adalah puasa enam hari secara terus-
menerus setelah hari raya idul fitri baik dilakukan dari tanggal 2 atau
diakhirkan dalam memulai (masih dalam bulan syawal) maka masih
mendapatkan keutamaan berurutan karena telah mempercayai telah
mengirinya dengan enam hari dari bulan syawal. Ulama berkata:
sesungguhnya hal itu seperti puasa selama setahun karena kebaikan akan
dibalas dengan sepuluh kebaikan, bulan ramadhan dianggap seperti
sepuluh bulan dan enam hari dianggap dua bulan.1
As-Sindy mengatakan: puasa daud adalah puasa yang paling utama
dan dilakukan bagi orang yang mampu mengerjakannya dengan syarat
segala kewajibannya ditunaikan.2
Al-Mundziri berkata: terdapat suatu riwayat yang mengatakan
bahwa di hari senin adalah hari dimana Rasulullah SAW dilahirkan dan
diturunkan Al-Qur’an kepadanya.3
1Abû Zakaria Muhyiddîn Yahyâ bin Syaraf an-Nawawî, al-Minhâj Syarh Sahih
Muslim bin al-Hajjâj, (Bairut: Dar Ihyâ at-Turats al-Araby, 1392), juz. 5 h.1392
2Abû al-Hasan Nuruddîn as-Sindî, Kifâyatul Hâjah fîSyarh Sunan Ibnu Mâjah, (Bairut: dar al-Fikr, tt), juz 1, h.523
3Al-‘adzîm Abâdî, ‘Aunul Ma’bûd, (Bairut: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 1415),
juz 7, h.57
42
2. Menurut Fuqaha
Puasa enam hari bulan syawal disunnahkan secara mutlak tanpa
syarat menurut 3 imam fikih (imam Syafi’i, Hanafi dan Ahmad). Dan
imam Malik berbeda pendapat mengenai hal ini. Yang paling utama adalah
berpuasa terus menerus tanpa terpisah menurut imam Syafi’i dan Hanbali,
sedangkan menurut imam Maliki dimakruhkan puasa 6 hari di bulan
syawal dengan beberapa syarat:
1. Hendaknya orang yang berpuasa tidak menyakini akan
kewajibannya
2. Hendaknya melakukan puasa bersambung setelah hari raya idul
fitri
3. Puasa dilakukan secara berurutan
4. Jelas dalam melakukan niat puasa
Adapun puasa enam hari dari bulan syawal disunnahkan kecuali
imam Maliki memakruhkan karena ditakutkan dianggap sebagai bagian
dari puasa ramadhan.4
Empat madzhab telah bersepakat bahwa disunnahkan bagi orang
yang mampu untuk berpuasa sehari dan berbuka sehari dan terdapat
sebuah hadits yang menyatakan bahwa puasa Daud adalah puasa sunnah
yang utama.
4Ibnu Rusyd, Bidâyatul Mujtahid, (Kairo: Darul Hadis, 2004), juz 2, h.71
43
Dan empat madzhab juga bersepakat jikalau dalam satu minggu
disunnahkan untuk berpuasa pada hari senin dan kamis, dan melakukan
puasa tersebut memberikan manfaat bagi badan.5
B. Manfaat dan Keutamaan Puasa Dalam Islam
Setiap kewajiban yang turun kepada manusia dari Allah Swt.
Melalui Rasul-Nya menyimpan suatu hikmah maka hikmah, manfaat dan
keutamaan ibadah puasa dapat kita lihat dan kita hayati dari beberapa
Hadits dan ayat Al-Quran sebagai berikut:
1. Latihan bersabar
: عن عمرى بن شرحبيل عن رجل من أصحاب رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم رواه )وحر الصدر صوم ثلثة أيام من كل شهر قال أل أخبكم با يذهب
6(.النسائيArtinya: dari ‘Amr bin Syarhabil dari salah seorang sahabat Nabi Saw, beliau bersabda: “ketahuilah akan aku memberi tahu kalian tentang
sesuatu yang dapat melenyapkan penatnya hati, (yaitu) puasa tiga hari
dalam setiap bulan” (HR. An Nasâ’i dan al-Baihaqi).
2. Jihad Menahan Hawa Nafsu
ديد بالصر عن أب هري رة أن رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم ق ا ال ليس الش عة إنديد 7(.رواه البخاري ومسلم)الغضب عند الذي يلك ن فسه الش
5Abdurrahmân ibnu Muhammad ‘Iwadh al-Jaziri, Fiqh ‘ala Madzhahibil
Arba’ah, (Bairut: Dar al-Kutub al’Ilmiyah, 2003) juz 1, h. 506
6Abdurrahmân an-Nasâ’î, Sunan an-Nasâ’î, Kitâb Siyam, Bâb Saumu
Tsulutsayiddahri, juz 4, h. 208
44
Artinya: dari Abû Hurairah r.a sesungguhnya Rasulullah Saw.
Bersabda:”yang dimaksud dengan perkasa itu bukan karena
kekuatannya tetapi yang bisa menguasai nafsunya termasuk marah”
(HR. al-Bukhârî dan Muslim).
3. Peredam Hawa Nafsu
عن علقمة قال لنا النب صلى اهلل عليه وسلم يا معشر الشباب من استطاع منكم 8(.رواه البخاري) الباءة ف ليت زوج ومن ل يستطع ف عليه بالصوم فإنه له وجاء
Artinya: “dari Alqamah berkata, bersabda kepada kami Rasulullah Saw.: “wahai para pemuda siapa yang mampu diantara kalian untuk
melaksanakan pernikahan makan nikahlah. Dan bagi yang tidak mampu
maka sebainya ia berpuasa karena itu bisa menjadi benteng” (HR. al-
Bukhârî).
4. Pemberi Syafa’at di Hari Kiamat
هما أن رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم قال : عن عبداهلل بن عمرو رضي اهلل عن هوات الصيام والقران يشفعان للعبد ي قول الصيام رب إن من عته الطعام و الش
( رواه امحد والنسائى)ه وي قول القران من عته الن وم باليل ف يشفعان بالن هار فشفعن في 9
Artinya: “dari Abdullâh bin ‘Amr r.a sesungguhnya Rasulullah Saw.
Bersabda: “ puasa dan al-Qur’an keduanya memberikan syafa’at pada hamba, puasa berkata: “ Ya Tuhanku sebab aku ia tidak makan dan tidak
melampiaskan syahwatnya di siang hari, maka izinkan aku memberi
syafaat padanya, dan al-Quran berkata: “ aku telah menyebabkan dia
tidak tidur di dalam hari. Akhirnya keduanya memberikan syafaat”.(HR. Ahmad dan al-Hakim).
10
7Abû Abdillâh al-Bukhârî, Sahih al-Bukhârî, Kitâb al-Adab, Bâb al-Hadzar
‘Indal Ghadhab, juz 8, h.28 dan Muslim bin al-Hajjâj, Sahih Muslim, Kitâb al-Adâb, Bâb
Man Yamliku Nafsahu, juz 8, h.2014 8Abû Abdillâh al-Bukhârî, Sahih al-Bukhârî, Kitâb an-Nikâh, Bâb Qaulinnabi
SAW Mâ nis Tatâ’a, juz 7, h. 3 9Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, juz 11, h. 199 10Yusni A Ghazaly, Puasa Sepanjang Tahun Bersama Nabi, h. 22
45
5. Pintu surga ar-Rayyan
ثن أبو حازم عن سهل ث نا سليمان بن بلل قال حد ث نا خالد بن ملد حد حدقال له الريان عن النب صلى الله عليه وسلم قال إن ف النة بابا ي رضي الله عنه
رهم ي قال أين الصائمون يدخل منه الصائمون ي وم القيامة ل يدخل منه أحد غي رهم فإذا دخلوا أغلق ف لم يدخل منه أحد رواه )ف ي قومون ل يدخل منه أحد غي
11(.ممسل
Artinya:Telah menceritakan kepada kami Khâlid bin Makhlad telah
menceritakan kepada kami Sulaimân bin Bilâl berkata, telah menceritakan
kepada saya Abû Hâzim dari Sahl RA dari Nabi saw bersabda: "Dalam surga ada satu pintu yang disebut dengan Ar-Rayyan, yang pada hari
qiyamat tidak akan ada orang yang masuk ke surga melewati pintu itu
kecuali para shaimun (orang-orang yang berpuasa). Tidak akan ada
seorangpun yang masuk melewati pintu tersebut selain mereka. Lalu dikatakan kepada mereka; Mana para shaimun, maka para shaimun
berdiri menghadap. Tidak akan ada seorangpun yang masuk melewati
pintu tersebut selain mereka. Apabila mereka telah masuk semuanya, maka pintu itu ditutup dan tidak akan ada seorangpun yang masuk melewati
pintu tersebut". (HR. Muslim).
6. Ibadah yang Hanya untuk Tuhan
ع أبا هري رة رضي اهلل عنه ي قول قال رسول اهلل صلى عن أب صالح الزيات أنه ساهلل عليه وسلم قال اهلل كل عمل ابن ادم له إل الصيام فإنه ل وانا أجزي به
12(رواه البخاري). والصيام جنة Artinya: dari Abû Salih az-Zayyât sesungguhnya dia mendengar Abû
Hurairah r.a. berkata. Rasulullah Saw. Bersabda:”Allah Swt.
Berfirman:”setiap amal ibadah anak Adam adalah untunya kecuali puasa, sesunggunya puasa adalah untukKu dan Aku akan membeli
balasan atas puasa itu dan puasa adalah tameng.” (HR. al-Bukhârî)
11Muslim bin al-Hajjâj, Sahih Muslim, Kitâb Saum, Bâb Fadhl as-Siyam, juz 2,
h.808 12Abû Abdillâh al-Bukhârî, Sahih al-Bukhârî, Kitâb as-Saum, Bâb: Hal Yaqûlu
Inni Saimun, juz 3, h. 26
46
7. Untuk Memahami Arti Nikmat Tuhan
ة ذهبا عن النب صلى اهلل عليه وسلم قال عرض علي رب ليجعل ل بطحاء مك ق لت يارب ولكن أشبع ي وما واجوع ي وما وقال ثلثا أو نو هذا فإذا جعت
13(رواه الرتمذي)تضرعت إليك وذكرتك وإذا شبعت شكرتك Artinya: “Dari Nabi Saw, bersabda: “Allah Swt menawariku bagaimana kalau tanah makah dijadikan emas, maka aku berkata:”tidak ya
Tuhanku, tetapi aku ingin sesekali kenyang dan sesekali juga merasa
lapar, (beliau mengatakan ini tiga kali) ketika aku lamar aku tunduk
kepada-Mu dan mengingat-Mu, dan ketika aku kenyang aku bersyukur kepada-Mu” (HR. at-Tirmidzî).
14
8. Membawa Dua Kebahagiaan
ع أبا هري رة رضي اهلل عنه ي قول قال رسول اهلل صلى عن أب صالح الزيات أنه سللصائم ف رحتان ي فرحهما إذا أفطر ف رح وإذا لقي ربه ف رح : اهلل عليه وسلم
15(.رواه البخاري. )بصومه Artinya: dari Abû Salih az-Zayyât sesungguhnya dia mendengar Abû
Hurairah r.a. berkata, rasulullah Saw, bersabda:” terdapat dua kegembiraan bagi orang yang berpuasa: juga datang waktu buka dia
gembira. Dan jika bertemu Tuhannya dia gembira karena (pahala)
puasanya” (HR. al-Bukhârî).
9. Mempersempit Ruang Gerak bagi Syaiton
13Abû Isâ at-Tirmidzî, Sunan at-Tirmidzî, Kitâb al-Adâb, Bâb Mâ Jâ’a Fî al-
Kafâf, juz 4, 575 14Yusni A Ghazaly, Puasa Sepanjang Tahun Bersama Nabi, h. 27 15Abû Abdillâh al-Bukhârî, Sahih al-Bukhârî, Kitâb as-Saum, Bâb: Hal Yaqûlu
Innî Saimun, juz 3, h. 26
47
قال رسول اهلل قال إن الشيطان يري من النسان : عن صفية بنت حيي قالت م وإن خشيت أن ي قذف ف ق لوبكما شرا 16(.رواه البخاري ومسلم)مرى الد
Artinya: dari Safiyah binti Huyyai berkata, Rasulullah Saw, bersabda:
“sesungguhnya syaitan menjalar di dalam tubuh manusia melalui
peredaran darah, dan aku takut kalau syatan mencemari hati kalian
bedua dengan suatu yang buruk” (HR. al-Bukhârî dan Muslim).
10. Terdapat Pahala yang Dijanjikan
عن أب أمامة قال ق لت يا رسول اهلل مرن بعمل قال عليك بالصوم فإنه ل عدل رواه . )ل عدل له له ق لت يارسول اهلل مرن بعمل قال عليك بالصوم فإنه
17(.نسائىالArtinya: dari Abû Umâmah berkata, aku berkata”Wahai Rasulullah Saw
printahlah aku tentang suatu amal ibadah! Beliau bersabda: “sebaiknya
kamu berpuasa sesungguhnya puasa itu tidak ada tandingannya” Aku berkata lagi: “perintahlah aku tentang sesuatu amal ibadah! Beliau
bersabda:”sebaiknya kamu berpuasa sesungguhnya puasa itu tidak ada
tandingannya”. (HR. an-Nasâ’î).
11. Ekspresi kasih sayang dalam beribadah
قال رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم الرامحون ي رمحهم : عن عبد اهلل بن عمروقال ماء الرحم شجنة من الرمحن فمن الرمحن ا رمحوا من ف الرض ي رمحكم من ف الس
18(رواه الرتمذى)وصلها وصله اهلل ومن قطعها قطعه اهلل Artinya: dari Abdullah bin Umar r.a. berkata Rasulullah Saw. Bersabda: “hamba-hamba yang pengasih, akan disayang oleh Allah Swt. Dan
sayangilah orang-orang yang ada di bumi maka kalian akan disayangi
oleh penduduk langit. Dan rasa kasih sayang adalah jalan yang diberikan Allah Swt. Sipa yang menyambung jalan itu maka Allah Swt. Akan
16Abû Abdillâh al-Bukhârî, Sahih al-Bukhârî, Kitâb al-I’Tikâf, Bâb Ziyâratil
Mar’ah Zaujahâ Fil-I’tikâf, juz 3, h. 50 dan Muslim bin al-Hajjâj, Sahih Muslim, juz 4,
h.1712 17Abdurrahman an-Nasâ’î, Sunan an-Nasâ’î, juz 4, h. 165 18Abû Isâ at-Tirmidzî, Sunan at-Tirmidzî, juz 4, h. 323
48
menyambung kasih sayang, dan siapa yang memutus jalan itu maka Allah
akan memutus kasih sayang”. (HR. at-Tirmidzî)19
12. Keutamaan Orang Yang Memberi Makan Orang Yang
Berpuasa
Imam Abû Dâud berkata: “Makhlad bin Khâlid telah menceritakan
kepada kami. (Ia berkata), Abdurrazâq telah menceritakan kepada kami.
(Ia berkata), Ma’mar mengabarkan kepada kami. Dari Tsâbit, dari Anas
ra.”
أن النب صلى اهلل عليه وسلم جاء إل سعد بن عبادة فجاء ببز وزيت فأكل ث أفطر عندكم الصائمون وأكل طعامكم الب رار : النب صلى اهلل عليه وسلم قال
20.وصلت عليكم الملئكة Artinya: “Bahwasanya Nabi SAW berkunjung kepada Sa’ad Ubâdah ia (Sa’ad) membawa roti dan zait (minyak). Lalu beliau makan dan kemudian
bersabda, ‘Orang-orang yang berpuasa berbuka di sisi kalian, al- abrâr
(orang-orang yang baik) menyantap makanan kalian, dan para malaikat mendoakan kalian.” (Sahih lighairihi).
ل ي زال : رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم قال وعن سهل بن سعد رضي اهلل عنه أن 21.الناس بي ما عجلوا الفطر
Artinya: dari Sahl bin Sa’ad, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “manusia
akan selalu dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR. Muttafaq ‘Alaih).
Terdapat pula sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam at-
Tirmidzî:
19Yusni A Ghazaly, Puasa Sepanjang Tahun Bersama Nabi, h. 15-31 20Abû Dâwûd as-Sijistânî, Sunan Abû Dâwûd, juz 3, h.367 21Abû Isâ at-Tirmidzî, Sunan at-Tirmidzî, juz 3, h. 73
49
: وللت رمذي من حديث أب هري رة رضي اهلل عنه عن النب صلى اهلل عليه وسلم قال 22. إل اعجلهم فطراأ حب عبادي : قال اهلل عز وجل )
Artinya: Riwayat At-Tirmidzî dari hadits Abû Hurairah RA bahwa Nabi
SAW bersabda, “Allah SWT berfirman, ‘Hamba-Ku yang paling Aku cintai
adalah mereka yang paling menyegerakan berbuka.”(HR. at-Tirmidzî)
13. Puasa Adalah Perisai Pelindung
Imam an-Nasâi berkata: “Qutaibah telah menggambarkan kepada
kami. Ia berkata, ‘ Al-Laits telah menceritakan kepada kami. Dari Yazid
bin Abî Habîb, dari Saîd bin Abi Hind, bahwa Mutarrif, seorang laki-laki
dari bani Amîr bin Sha’sha’ah telah menceritakan kepadanya bahwa
Utsmân bin Abi al-‘Ash bahwa ia meminta susu baginya untuk
memberikan minuman kepadanya. Mutharrif berkata: “saya sedang
berpuasa”. ‘Utsmân berkata, “Saya pernah mendengar Rasulullah SAW
bersabda:”.
الصوم جنة من النار كجنة : وف رواية . أحدكم من القتال الصيام جنة كجنة 23.أحدكم من القتال
Artinya:”Puasa merupakan perisai seperti perisai dalah seorang dari
kalian dari peperangan.’ Dan didalam satu riwayat: ‘Puasa merupakan
perisai dari neraka, seperti perisai salah seorang dari kalian dalam peperangan” (Sahih). (HR. An-Nasâ’î)
Imam al-Bukhârî berkata,”Abdân telah menceritakan kepada kami.
Dari Abû Hamzah dari al-A’masy dari Ibrâhim dari Alqamah ia berkata,
22Abû Isâ at-Tirmidzî, Sunan at-Tirmidzî, juz 3, h. 74 23Abdurrahmân an-Nasâ’î, Sunan an-Nasâ’î, juz 4, h. 167
50
‘tatkalah saya berjalan bersama Abdullâh RA, ia berkata, ‘kami pernah
bersama Nabi SAW lalu beliau bersabda:
من استطاع منكم الباءة ف ليت زوج فإنه أغض للبصر وأحصن للفرج ومن ل يستطع 24.وجاء ف عليه بالصوم فإنه له
Artinya:”barang siapa yang mampu menikah, hendaklah ia menikah,
karena hal itu lebih menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan.
Dan barang siapa tidak mampu, hendaklah ia berpuasa, karena puasa adalah penjagaan baginya (dari maksiat).”
14. Pintu Rayyan Khusus Bagi Orang Yang Berpuasa
Imam al-Bukhârî berkata “Khâlid bin Makhlad telah menceritakan
kepada kami. (ia berkata) Sulaimân bin Bilâl telah menceritakan kepada
kami. Ia berkata, Abû Hâzim telah menceritakan kepada kami. Dari Sahl
RA, dari Nabi SAW beliau bersabda,”
، يدخل منه الصائمون ي وم القيا مة ل يدخل منه إن ف النة بابا ي قال له الريان رهم، فإذا دخلوا أغلق ف لم يدخل منه أحد 25.أحد غي
Artinya:”sesunggunya didalam surga terdapat sebuah pintu yang dinaman Rayyan, orang-orang yang berpuasa masuk darinya di hari
Kiamat. Tidak ada seorang pun yang masuk darinya selain mereka.
Dikatakan, ‘Di mana orang-orang yang berpuasa? Lalu mereka berdiri,
tidak ada seorang pun masuk darinya selain mereka. Apabila mereka telah masuk, pintu itu ditutup, maka tidak ada seorangpun yang masuk
darinya”.
Dan di dalam satu riwayat al-Bukhârî pula menyatakan:
ها باب يسمى الريان ل 26.يدخله إل الصائمون ف النة ثا نية أب واب في
24Abû Abdillâh al-Bukhârî, Sahih al-Bukhârî, juz 7, h. 3 25Abû Abdillâh al-Bukhârî, Sahih al-Bukhârî, juz 3, h. 25
51
Artinya: “di surga itu ada delapan pintu, ada satu pintu yang dinamakan
Rayyan, tidak ada yang memasukinya selain orang-orang yang
berpuasa.”
.أبدامن دخل شرب ومن شرب ل يظمأ : وف رواية النسائيDan di dalam riwayat An-Nasai. “barang siapa ia masuk niscaya
ia minum, dan barang siapa ia minum ia tidak pernah haus
selama-lamanya.”
15. Keutamaan dalam Ritual Puasa adalah Makan Sahur
Imam al-Bukhârî berkata, “Adam bin Abî Iyâs telah menceritakan
kepada kami. (Ia berkata), Syu’bah telah menceritakan kepada kami. (ia
berkata), Abdul Azîz bin Suhaib telah menceritakan kepada kami. Ia
berkata: “Saya mendengar Anas bin Malik RA berkata, Nabi bersabda,”
روا فإن ف السحور بركة 27 .تسحArtinya: “makan sahurlah, karena makan sahur itu mengandung
berkah.” (Sahih). (HR.Muslim)
Imam Muslim RA berkata, Qutaibah bin Sa’îd telah menceritakan
kepada kami. (Ia berkata), Laîts telah menceritakan kepada kami dari
Musâ bin Alî dari ayahnya dari Abû Qais melalui ‘Amr bin al-‘Ash RA
dari ‘Amr bin al-‘Ash bahwa Rasulullah SAW bersabda:
28.فصل ما ب ي صيامنا وصيام أهل الكتاب أكلة السحر Artinya: “perbedaan diantara puasa kita dan puasa ahli kitab adalah makan sahur”. (Hasan). (HR. Abû Dâwûd)
26Abû Abdillâh al-Bukhârî, Sahih al-Bukhârî, juz 4, h. 119 27Muslim al-Hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 770, Abû Abdillâh al-Bukhârî, Sahih
al-Bukhârî, juz 3, h. 29 28Abû Dâwûd as-Sijistânî, Sunan Abû Dâwûd, juz 2, h.302
52
16. Keutamaan Menunda Sahur dan Menyegerakan Berbuka
Imam al-Bukhârî berkata: Abdullâh bin Yusuf telah menceritakan
kepada kami. (Ia berkata) Mâlik telah menggambarkan kepada kami, dari
Abû Hâzîm, dari Sahl bin Sa’îd RA bahwa Rasulullah SAW bersabda,
لوا الفطر .ل ي زال الناس بي ما عج
Artinya: “orang-orang (muslim) senantiasa berada dalam kebaikan
selama mereka menyegerakan berbuka.”(Sahih). (HR. al-Bukhârî)
Imam Muslim berkata: “Yahyâ bin Yahyâ, Abû Kuraib
Muhammad bin al-Alâ’ telah menceritakan kepada kami. Keduanya
berkata, Abû Mu’âwiyah menggambarkan kepada kami dari al-A’masy
dari Umârah bin Umair dari Abû Atiyyah, ia berkata”,
المؤمني رجلن من أصحاب يا أم : دخلت أنا و مسروق على عائشة ف قلنافطا ر وي عجل الصلة والخر ي ؤخر ل ال ممد صلى اهلل عليه وسلم أحدها ي عج
فطار وي ؤخر الصلة قالت فطار وي : ال عجل الصلة؟ قال اي هما الذي ي عجل الكذلك كان يصنع رسول اهلل صلى اهلل عليه : ق لت . عبد اهلل ي عن إبن مسعود
.والخر أب و موسى: زاد أب و كريب. وسلم Artinya: aku bersama Masruq berkunjung kepada Aisyah. Kami berkata, ‘Wahai Ummul Mukminin, ada dua orang sahabat Nabi SAW, salah
satunya menyegerakan berbuka puasa dan menyegerakan shalat, dan
yang lain menunda shalat. ‘Ia berkata. Siapakah di antara keduanya yang meneygerakan berbuka dan shalat? Ia berkata. Kami menjawab,
Abdullah Mas’ud. Ia berkata , Seperti itulah perbuatan Rasulullah SAW
Abû Kuraib menambahkan. Dan yang lain adalah Abû Musa. (Sahih).
(HR. Muslim)
53
Hadits-hadits tentang perintah untuk mengakhirkan sahur dan
menyegerakan berbuka itu merupakan hadits mutawatir yang diriwayatkan
oleh Ath-Tahâwi dan yang lainnya.
Ibnu Abdil Barr berkata, “Hadits-hadits tentang menyegerakan
berbuka dan mengakhirkan sahur adalah Sahih mutawatir.”
Dan mengenai santapan awal untuk berbuka puasa terdapat sebuah
hadits yang menyatakan bahwa makanan pembuka untuk berbuka adalah
kurma, sebagaimana hadits Rasulullah SAW yang maknanya adalah:
“Dari Salmân bin Amir Adh- Dabbi RA: Nabi SAW bersabda,
“jika salah seorang dari kalian berbuka, berbukalah dengan kurma. Jika
tidak ada, berbukalah dengan air, karna sesungguhnya air itu
menyucikan.” (HR. Lima Imam Hadits) dan dinilai Sahih oleh Ibnu
Khuzaimah, Ibnu Hibbân, dan Hâkim.
Sabri Al-Qabbâni mengatakan bahwa “buah kurma kaya akan
berbagai macam gula dan ia larut dengan cepat ke dalam darah kemudian
memberikan kekuatan kepada otot.”
Kedokteran modern mendapatkan sehatnya sunnah Rasulullah
dalam berpuasa dan berbuka. Orang-orang yang berpuasa kehabisan gula
yang berkumpul pada sel-sel tubuhnya, itulah yang menyebabkan
kelemahan, kemalasan, dan kemampuan dalam melihat yang dirasakan
oleh orang yang sedang berpuasa. Oleh karena itu kita penting untuk
membekali tubuh dengan gula yang banyak pada waktu berbuka untuk
memulihkan kekuatan dengan sahur.
53
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian tentang puasa sunnah, maka dapat disimpulkan beberapa
hal sebagai berikut:
1. Puasa sunnah adalah puasa yang dilakukan atau dianjurkan oleh Nabi
Muhammad SAW di luar puasa wajib (ramadhan).
2. Puasa sunnah ada beberapa macam, di antaranya: puasa senin, puasa
kamis, puasa enam hari bulan syawal, puasa daud, puasa hari arafah,
puasa hari tarwiyah, puasa Sembilan hari pertama di bulan dzulhijjah,
puasa tasu’a, puasa asyura, puasa bulan-bulan yang dimuliakan, puasa
tengah bulan, puasa bulan sya’ban dan puasa bulan rojab.
3. Ahli fikih menyatakan bahwa puasa pada hari senin dan kamis
disunnahkan dan hal ini memberikan efek yang positif bagi tubuh,
begitupula ahli hadis mengemukakan bahwa hari senin dan kamis
disunnahkan berpuasa karena pada dua hari itu amalan akan
diperlihatkan atau disetorkan, hal ini berdasarkan dari sebuah hadis
yang menyatakan bahwa nabi Muhammad SAW lebih suka
melaksanakan puasa ketika amal ibadah ditampakkan, selain itu pula
hari senin adalah hari dimana nabi Muhammad SAW dilahirkan dan
menerima wahyu.
54
4. Ahli fikih (empat madzhab) berpendapat bahwa puasa daud adalah
puasa yang paling utama tingkatannya tapi dilakukan oleh orang-
orang yang mampu. Begitu pula dikemukakan oleh as-Sindy dalam
catatannya yang menyatakan bahwa puasa daud adalah puasa yang
paling utama dilakukan dengan syarat tidak menggugurkan
kewajibannya. Menurut penulis kewajiban di sini termasuk di
antaranya kewajiban sebagai hamba dan kewajiban sosial terhadap
sesama.
5. Ahli fikih berbeda pendapat mengenai kesunnahan puasa enam hari
bulan syawal dan mengenai tata caranya. Madzhab Syafi’i, Hanbali
dan Hanafi menyatakan bahwa puasa enam hari bulan syawal
menghukumi sunnah sedangkan Imam Maliki menyatakan bahwa
puasa tersebut makruh karena ditakutkan sebagai puasa wajib.
Mengenai tata cara puasa Imam Syafi’i dan Hanbali mengemukakan
bahwa puasa syawal yan paling utama adalah dikerjakan dengan cara
terus-menerus tidak terpisah. Dan menurut ahli hadis puasa enam hari
bulan syawal itu seperti puasa selama setahun hal ini didasarkan
dengan hadis Rasulullah SAW.
55
B. Saran
Dalam pembahasan tentang puasa sunnah ini masih perlu memiliki kajian
secara intensif yaitu yang berkaitan dengan:
1. Hendaknya jenis puasa-puasa sunnah lainnya perlu diungkap
mengenai pejelasannya dari ahli fikih dan ahli hadis serta ahli
tasawuf.
2. Hendaknya hadis-hadis puasa sunnah diuji kualitas perawinya
melalui takhrij secara lengkap dengan pendekatan metode
mentakhrij suatu hadis seperti Jarh dan Ta’dil dan sebagainya.
3. Dalam pemaparan tentang hadis-hadis puasa sunnah sebaiknya
dijelaskan secara detil tentang kritik matan. Wallahu A’lam.
56
DAFTAR PUSTAKA
Abady, Al-‘adzim, ‘Aunul Ma’bud, Bairut: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 1415
Al-Bukhari, Abu Abdillah bin, Shahih al-Bukhari, Damaskus: Dar Thuq an-
Najah, 1422
Al-Hindy, Alaudin Ali bin Hisam, Kanzul Ummal, tt: Muassasah Risalah, 1401 H
Al-Jaziri, Abdurrahman ibnu Muhammad ‘Iwadh, Fiqh ‘Ala Madzhahibil
Arba’ah, Bairut: Dar al-Kutub al’Ilmiyah, 2003
Al-Syaukani, Muhammad bin Ali, al-Fawaid al-Majmu’ah fi al-Ahadits al-
Maudhu’ah, Bairut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, tt
An-Nasa’i, Abdurrahman, Sunan an-Nasa’i, Bairut: Muassasah ar-Risalah, 1421
An-Nawawi, Abu Zakaria Muhyiddin Yahya bin Syaraf, al-Minhaj Syarh Shahih
Muslim bin al-Hajjaj, Bairut: Dar Ihya at-Turats al-Araby, 1392
Ash-Shiddieqy, Hasbi, Pedoman Puasa, Jakarta: Bulan Bintang, 1983
As-Sindi, Abu al-Hasan Nuruddin, Kifayatul Hajah fi Syarh Sunan Ibnu Majah,
Bairut: dar al-Fikr, tt
At-Tirmidzi, Abu Isa, Sunan at-Tirmidzi, Bairut: Dar al-Ghurab al-Islami, 1998
Dailami, Musnad Firdaus
Majah, Ibnu, Sunan Ibnu Majah, Bairut: Dar ihya’ al-kutub al’ilmiyah: tt
Muhammad, Ibnu, Puasa bersama Rasulullah: Bagaimana Kehidupan Sehari-
hari Rasulullah saat Berpuasa,Bandung: Mizan, 2007
Syarifuddin, Ahmad, Puasa Menuju Sehat Fisik dan Psikis, Jakarta: Gema Insani
Press, 2004
Rusyd, Ibnu, Bidayatul Mujtahid, Kairo: Darul Hadis, 2004
al-Hajjaj, Muslim, Shahih Muslim Bairut: Dar Ihya’ at-Turats, tt
At-Thabrani, Sulaiman bin Ahmad, Mu’jam al-Ausath, Kairo: Dar al-Haramain, tt
Al-Ats’ats, Sulaiman bin, Sunan Abu Dawud, Bab Ma Wuriya Anna Asyura al-
Yaum, Bairut: Maktabah al-Ashriyah, tt
Aziz, Usamah Abdul, Kumpulan Puasa Sunnah dan Keutamaannya, Berdasarkan
Al-Qur’an dan as-Sunnah), terj. Abdillah dengan Judul Shiyam at-
Tathawwu’ Fadha’il wa Ahkam, Jakarta: Darul Haq, 2015
Ghazaly, Yusni A. Puasa Sepanjang Tahun Bersama Nabi, Jakarta: Alifbata,
2000
LAMPIRAN
Hadis tentang puasa tarwiyah di sini berkaitan dengan beberapa tema,
antara lain:
1. Puasa tarwiyah pahalanya adalah seperti puasa selama setahun
روية سنة، وله بصوم ي وم عرفة من صام العشر ف له بكل ي وم صوم شهر، وله بصوم ي وم الت .1سنتان
Artinya: “Siapa yang puasa 10 hari, maka untuk setiap harinya seperti
puasa sebulan. Dan untuk puasa hari tarwiyah seperti puasa setahun
sedangkan untuk puasa hari arafah, seperti puasa dua tahun”.
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu ‘Ady dari Aisyah secara marfu’. Dan
hadis tersebut tidak shahih karena dalam jalur periwayatan terdapat al-Kalby, al-
Kalby ini seorang pendusta (al-Kadzab).
Abu syaikh memuat hadis ini di dalam kitab as-Sawab dari jalur al-Kalby
juga dan Ibnu Najjar meriwayatkannya di kitabnya Tarikh dari jalur Jabir yakni
dari al-Husain bin Musa bin Imran dari Amir bin Sayar dari Muhammad bin
Abdul Malik.1
2. Puasa tarwiyah dapat menghapus dosa selama setahun
ارة سنة، روية كف ارة سنت ي صوم ي وم الت 1.وصوم ي وم عرفة كفArtinya : “Puasa pada hari tarwiyah menghapuskan (dosa) satu tahun,
dan puasa pada hari Arafah menghapuskan (dosa) dua tahun”.
Puasa hari tarwiyah dapat menghapus dosa selama setahun dan puasa hari
arafah dapat menghapuskan dosa selama dua tahun.
Sebagaimana yang ditetapkan oleh Abu Syaikh al-Ashbahani dalam kitab
ats-tsawab dan Ibnu an-Najjar dalam kitab at-Tarikh dari Ibnu ‘Abbas.1
Al-Bani menghukumi bahwa hadis tersebut adalah maudhu’ dalam
kitabnya Dha’if al-Jami’.
1. 1 Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad dan
Imam an-Nasa’i dalam Sunan
ثن أبو النضر، قال : أخب رنا أبو بكر بن أب النضر، قال ث نا أبو إسحق الشجعي كوف، عن : حد حد ، ، عن الر بن الصياح، عن هن يدة بن خالد الزاعي : عن حفصة قالت ) عمرو بن ق يس الملئي
ام من كل شهر اربع ل يكن يدعهن رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم صيام عاشوراء والعشر وثلثة اي 1.(رواه والنسائي) وركعت ي ق بل الغداة
Artinya: Abu Bakr bin Abi an-Nadhr telah mengkabarkan kepada kami, Abu
an-Nadhr telah menceritakan kepadaku, dia berkata: Abu Ishaq al-Asyja’i
Kufy dari Amr bin Qais al-Mulaiyyi dari al-Hurr bin as-Sayyah dari
Hunaidah bin Khalid al Khuza’i dari Hafshah bahwasanya beliau berkata:
“Empat perkara yang mana Rasulullah SAW tidak pernah ditinggalkan oleh
Rasulullah SAW yaitu puasa Asyura, asyr (10 hari pertama dzulhijjah), tiga
hari setiap bulan dan dua rakaat sebelum pagi”. (HR. an-Nasa’i).
ث نا أب ث نا هاشم بن القاسم، حد ث نا عمرو بن ق يس : و إسحاق الشجعي الكوف، قال حد حد، عن حفصة، قالت ، عن الر بن الصياح، عن هن يدة بن خالد الزاعي أربع ل يكن : " الملئي
والعشر، وثلثة أيام من كل شهر، والركعت ي صيام عاشوراء،: يه وسلم يدعهن النب صلى اهلل عل (رواه امحد) .1"ق بل الغداة
Artinya: Hasyim bin al-Qasim telah menceritakan kepada kami, Abu Ishaq al-
Asyja’i al-Kufi telah menceritakan kepada kami, dia berkata: Amr bin Qais al-
Mulaiyyi telah menceritakan kepada kami dari al-Hurr bin as-Sayyah dari
Hunaidah bin Khalid al-Khuza’i dari Hafshah bahwasanya dia berkata: “Empat
perkara yang mana Rasulullah SAW tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah
SAW yaitu puasa Asyura, asyr (10 hari pertama dzulhijjah), tiga hari setiap bulan
dan dua rakaat sebelum pagi. (HR. Imam Ahmad).
2. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dalam Sunan
Ibnu Majah
د قال ث نا علي بن مم ث نا أبو معاوية، عن العمش، عن مسلم البطي، عن سعيد بن : حد حد، عن ابن عباس، قال الح فيها »: عليه وسلم قال رسول الله صلى اهلل : جب ي ما من أيام، العمل الص
: يا رسول الله ول الهاد ف سبيل الله؟ قال : ي عن العشر، قالوا« أحب إل الله، من هذه اليام رواه ابن ) 1«رجل خرج بن فسه وماله، ف لم ي رجع من ذلك بشيء ول الهاد ف سبيل الله، إل »
(ماجةArtinya: Ibnu Majah berkata: Ali bin Muhammad telah menceritakan kepada
kami, dia berkata: Abu Mu’awiyah telah menceritakan kepada kami dari al-
A’masy dari Muslim al-Bathin dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas RA. Dia
berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada hari dimana amal shalih pada
saat itu dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yaitu sepuluh (al-‘asyr),
mereka bertanya: Ya Rasulullah, tidak juga jihad fi sabilillah?, beliau menjawab:
tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali orang yang keluar dengan jiwa dan hartanya
kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun”. (HR. Ibnu Majah)
ث نا عمر بن شبة بن عبيدة قال ث نا مسعود ب : حد اس بن ق هم، عن ق تادة، عن حد ه ن واصل، عن الن ن يا »: قال رسول الله صلى اهلل عليه وسلم : سعيد بن المسيب، عن أب هري رة، قال ما من أيام الد
ت عبد له فيها من أيام العشر، وإن صيام ي وم فيها لي عدل صيام سنة، أيام أحب إل الله سبحانه أن ي لة القدر لة فيها بلي (رواه ابن ماجة) 1«ولي
Artinya: Ibnu Majah berkata: Umar ibnu Syaibah bin ‘Abiidah telah
menceritakan kepada kami, dia berkata: Mas’ud bin Washil telah menceritakan
kepada kami dari an-Nahas bin Fahmin dari Qatadah dari Sa’ud bin al-
Musayyab dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada
hari di dunia dimana amal shalih pada saat itu dicintai oleh Allah daripada hari-
hari ini, yaitu sepuluh (al’asyr) dan sesungguhnya puasa sehari sebanding
dengan puasa setahun dan setiap malmnya seperti malam lailatul qodar. (HR
Imam Ibnu Majah)
ري قال ث نا هناد بن الس ث نا أبو الحوص، عن منصور، عن إب راهيم، عن السود، عن : حد حد (ماجةرواه ابن ) 1«ما رأيت رسول الله صلى اهلل عليه وسلم صام العشر قط »: عائشة، قالت
Artinya: Ibnu Majah berkata: Hannad bin as-Sarry telah menceritakan kepada
kami, dia berkata: Abu al-Ahwash telah menceritakan kepada kami dari Manshur
dari Ibrahim dari al-Aswad dari Aisyah RA, dia berkata: Saya tidak pernah
melihat Rasulullah SAW berpuasa pada al-‘Asyr saja. (H.R Imam Ibnu Majah)
3. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi dalam Sunan
ث نا هناد قال ث نا أبو معاوية، عن العمش، عن مسلم هو البطي وهو ابن أب عمران، عن : حد حد، عن ابن عباس قال سعيد ما من أيام العمل »: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : بن جب ي
الح فيهن أحب إل الله من هذه اليام العشر بيل يا رسول الله، ول الهاد ف س : ، ف قالوا«الصول الهاد ف سبيل الله، إل رجل خرج بن فسه وماله »: الله؟ ف قال رسول الله صلى الله عليه وسلم
.: لله بن عمرو، وجابر وف الباب عن ابن عمر، وأب هري رة، وعبد ا« ف لم ي رجع من ذلك بشيء (رواه الرتمذي) 1.«حديث ابن عباس حديث حسن صحيح غريب »
Artinya: Imam at-Tirmidzi berkata: Hannad telah menceritakan kepada kami, dia
berkata: Abu Mu’awiyah telah menceritakan kepada kami dari Al-A’masy dari
Muslim yakni al-Bathin beliau adalah Ibnu Abi ‘Imran dari Sa’id bin Jubair dari
Ibnu ‘Abbas berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada hari dimana amal
shalih pada saat itu dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yaitu al’asyr,
mereka bertanya: Ya Rasulullah, tidak juga jihad fi sabilillah?, beliau menjawab:
tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali orang yang keluar dengan jiwa dan hartanya
kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun”. Dan dalam bab ini terdapat
periwayatan dari jalur Ibnu Umar, Abu Hurairah, Abdullah bin Umar dan Jabir.
Hadis Ibnu ‘Abbas berkualitas Hasan Shahih Gharib. (HR. Imam At-Tirmidzi)
ث نا أبو بكر بن نافع البصري قال اس بن ق هم، عن ق تادة، : حد ث نا مسعود بن واصل، عن ن ه حدسيب، عن أب هري رة، عن النب صلى الله عليه وسلم قال عن
ما من أيام أحب إل »: سعيد بن امل
ها بصيام سنة ة، ي عدل صيام كل ي وم من لة الله أن ي ت عبد له فيها من عشر ذي الج ، وقيام كل لي لة القدر ها بقيام لي هذا حديث غريب ل ن عرفه إل من حديث مسعود بن واصل، عن »: «من
اس ه دا، عن هذا الديث ف لم ي عرفه من غي هذا الوجه . «الن مثل هذا وقد روي عن وسألت ممسيب، عن النب صلى الله عليه وسلم مرسل شيء من هذا
وقد تكلم يي »ق تادة، عن سعيد بن امل
اس بن ق هم من قبل حفظه (رواه الرتمذي) 1«بن سعيد ف ن ه
Artinya: Imam at-Tirmidzi berkata: Abu Bakr bin Nafi’ al-Bashry telah
menceritakan kepada kami, dia berkata: Mas’ud bin Washil telah menceritakan
kepada kami dari Nahhas bin Fahm dari Qatadah dari Sa’id bin Musayyab dari
Abu Hurairah dari Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tidak ada hari dimana
pada saat itu dicintai oleh Allah beribadah pada al’asyr, yangmana puasa sehari
di tiap-tiap hari itu sebanding dengan puasa setahun dan qiyam setiap malamnya
seperti qiyam malam lailatul qodar”. Imam at-Tirmidzi berkata: “Hadis ini
berkualitas Gharib, tidak ada riwayat lain kecuali periwayatan dari Mas’ud bin
Washil dari an-Nahhas. Dan saya bertanya kepada Muhammad al-Bukhari
tentang hadis in bahwasanya beliau tidak menmukan jalur lain tentang hadis ini.
Dan telah diriwayatkan dari Qatadah dari Sa’id bin Musayyab dari Rasulullah
SAW secara mursal suatu hadis tentang tema ini. Imam Abu Isa berkata: Yahya
bin Sa’id telah berkomentar bahwa Nahhas bin Fahm terdapat sesuatu di
hafalannya”. (H.R. Imam At-Tirmidzi).
4. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam Shahih al-
Bukhari
د بن عرعرة، قال ث نا مم ، : حد ث نا شعبة، عن سليمان، عن مسلم البطي، عن سعيد بن جب ي حدها ف هذه؟»: سلم أنه قال عن ابن عباس، عن النب صلى اهلل عليه و « ما العمل ف أيام أفضل من
رواه ) 1«ول الهاد، إل رجل خرج ياطر بن فسه وماله، ف لم ي رجع بشيء »: ول الهاد؟ قال : قالوا (البخاري
Artinya: Imam al-Bukhari berkata: Muhammad bin ‘Ar’arah telah menceritakan
kepada kita, dia berkata: Syu’bah telah menceritakan kepada kita dari Sulaiman
dari Muslim al-Bathin dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas dari Nabi
Muhammad SAW bahwasanya beliau bersabda: “Tidak ada hari dimana amal
shalih pada saat itu dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yaitu sepuluh
(al’asyr) , mereka bertanya: Ya Rasulullah, tidak juga jihad fi sabilillah?, beliau
menjawab: tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali orang yang keluar dengan jiwa
dan hartanya kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun”. (H.R. Imam al-
Bukhari)
5. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dalam Sunan
Abu Dawud
ث نا العمش، عن أب صالح، و ث نا وكيع، حد ث نا عثمان بن أب شيبة، حد ماهد، ومسلم البطي، حد، عن ابن عباس قال ما من أيام العمل »: قال رسول الله صلى اهلل عليه وسلم : عن سعيد بن جب ي
الح فيها أحب إل الله من هذه اليام يا رسول الله، ول الهاد ف : العشر، قالواي عن أيام « الصول الهاد ف سبيل الله، إل رجل خرج بن فسه وماله، ف لم ي رجع من ذلك »: سبيل الله؟ قال
1«بشيء Imam Abu Dawud berkata: Usman bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada
kami, dia berkata: Waki’ telah menceritakan kepada kami, dia berkata: Al-
A’masy telah menceritakan kepada kami dari Abu Shalih, Mujahid dan Muslim
al-Bathin dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas berkata: Rasulullah SAW
bersabda: “Tidak ada hari dimana amal shalih pada saat itu dicintai oleh Allah
daripada hari-hari ini, yaitu al’asyr, mereka bertanya: Ya Rasulullah, tidak juga
jihad fi sabilillah?, beliau menjawab: tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali orang
yang keluar dengan jiwa dan hartanya kemudian tidak kembali dengan sesuatu
apapun”. (H.R Imam Abu Dawud).
ث نا أبو عوانة، عن العمش، عن إب راهيم، عن السود، عن عائشة قال د، حد ث نا مسد ما »: ت حد 1«ليه وسلم صائما العشر قط رأيت رسول الله صلى اهلل ع
Artinya: Imam Abu Dawud berkata: Musaddad telah menceritakan kepada kami,
dia berkata: Abu ‘Awanah telah menceritakan kepada kami dari al-A’masy dari
Ibrahim dari Ibrahim dari al-Aswad dari Aisyah dia berkata: Saya tidak pernah
melihat Rasulullah SAW berpuasa pada hari ‘Asyr. (H.R Imam Abu Dawud)
6. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqy dalam Syu’abul
Iman
د بن ع ب يد القرشي بالكوفة، أخب رهم، أن بأن أبو عبد اهلل الافظ، إجازة أن أبا السن علي بن ممث نا عياش بن ع ث نا زيد بن الباب، حد ، حد ان العامري ث نا السن بن علي بن عف ، حد قبة الضرمي
ر بن ن عيم، عن أب الزب ي، ع ثن خي والفجر : قال رسول اهلل صلى الله عليه وسلم : ن جابر، قال حدفع ي وم النحر :" وليال عشر، قال رواه ) 1."،"العشر عشر الضحى، والوت ر ي وم عرفة، والش
(البيهقيArtinya: Abu Abdillah al-Hafidz telah menceritakan kepada saya secara Ijazah
bahwasanya Abu al-Hasan Ali bin Muhammad bin Ubaid al-Qurasyi di Kufah
telah mengkhabarkan kepada mereka, al-Hasan bin Ali bin Affan al-‘Amiry telah
menceritakan kepada kami, Zaid bin al-Hubbab telah menceritakan kepada kami,
Ayyasy bin Uqbah al-Hadhrami telah menceritakan kepada kami, Khair bin
Nu’aim telah mengkhabarkan kepadaku dari Abi az-Zubair dari Jabir berkata:
Rasulullah SAW bersabda: demi waktu fajar dan malam-malam asyr. Jabir
berkata: asyr di sini adalah asyr adha dan ganjil adalah hari arafah dan genap
adalah hari idul adha.
ث نا بشر د بن أمحد بن بالويه، حد ث نا أبو بكر مم ث نا أبو عبد اهلل الافظ، حد ث نا حد بن موسى، حدد بن يي، ، عن خليفة بن حصي بن ق يس، عن أب نصر، عن ابن خل ث نا سفيان، عن الغر حد
هار : " ، قال [1: الفجر]{ والفجر }عباس، عشر : " ، قال [2: الفجر]{ وليال عشر }، "فجر الن رواه ) 1."لذي حجى : " ، قال [5: الفجر]{ قسم لذي حجر هل ف ذلك }، "ف الضحى
(البيهقيArtinya: Abu Abdillah al-Hafidz telah menceritakan kepada kami, Abu Bakr
Muhammad bin Ahmad bin Balawaih, Bisyr bin Musa telah menceritakan kepada
kami, Kollad bin Yahya telah menceritakan kepada kami, Sufyan telah
menceritakan kepada kami dari al-Aghar dari Khalifah bin Hashin bin Qais dari
Abi Nashr dari Ibnu Abbas: { والفجر الفجر]{ :1] Ibnu Abbas berkata: Fajar ketika
siang hari dan {عشر الفجر]{وليال :2]، ibnu Abbas berkata: sepuluh hari di waktu
adha dan {جر ح ل ذ ي قسم ذل ك ف ي هل الفجر]{ :5] ibnu Abbas berkata: yaitu yang
memiliki hijan.(H.R Imam al-Baihaqy)
ري بن خزية، أخب رنا أبو عبد اهلل الافظ، أخب رنا إب راهيم بن عصمة بن إب راهيم ث نا الس العدل، حدث نا العمش، عن زياد بن أب أوف، عن ا ث نا أب، حد ث نا عمر بن حفص بن غياث، حد بن حد
فع ي وم النحر، الليال الت أقسم اهلل عز وجل بن : " عباس، قال ة، والش العشر الول من ذي الج (رواه البيهقي) .1"كذا وجدت ف كتاب زياد بن أب أوف ". " والوت ر ي وم عرفة
Artinya: Abu Abdillah al-Hafidz telah mengkhabarkan kepada kami, Ibrahim bin
‘Ismah bin Ibrahim al’Adl telah mengkhabarkan kepada kami, as-Sariy bin
Khuzaimah telah menceritakan kepada kami, Umar bin Hafsh bin Ghiyats telah
menceritakan kepada kami, Ayahku telah menceritakan kepada kami, al-A’masy
telah menceritakan kepada kami dari Ziyad bin Abu Aufa dari Ibnu Abbas, dia
berkata: “malam-malam yang mana Allah pernah bersumpah dengannya adalah
sepuluh pertama di bulan dzulhijjah, dan as-Syaf’u adalah hari nahr (kurban)
dan al-Watr adalah hari Arafah”. Seperti inilah yang saya temukan di kitab Ziyad
bin Abi Aufa. (H.R. Imam al-Baihaqy).
د بن أمحد بن حاضر الت روغبذي د بن بكر، أخب رنا أبو بشر مم ث نا أبو أخب رنا أبو بكر مم ، حد ، د بن أمحد بن زهي ث نا زرارة السن مم ث نا عوف، حد ث نا يي، حد ث نا عبد اهلل بن هاشم، حد حد
فع ي وم : " قال ابن عباس : بن أوف، قال ة، والش العشر الت أقسم اهلل بن ليال عشر ذي الجبح، والوت ر (رواه البيهقي) .1"ي وم عرفة الذ
Artinya: Abu Bakr Muhammad bin Bakr telah mengkhabarkan kepada kami, Abu
Bisyr Muhammad bin Ahmad bin Hadhir at-Turughabdzy, Abu al-Hasan
Muhammad bin Ahmad bin Zuhair telah menceritakan kepada kami, Abdullah bin
Hasyim telah menceritakan kepada kami, Yahya telah menceritakan kepada kami,
Auf telah menceritakan kepada kami, Zurarah bin Aufa telah menceritakan
kepada kami, dia berkata: Ibnu Abbas berkata: “malam-malam yang mana Allah
pernah bersumpah dengannya adalah sepuluh pertama di bulan dzulhijjah, dan
as-Syaf’u adalah hari nahr (kurban) dan al-Watr adalah hari Arafah”. (H. R.
Imam al-Baihaqy)
ث أخب رنا أبو زكريا بن أب إسحاق، أخب رنا أمحد بن السن بن يزيد القزوين، د بن منده حد نا مم
ث نا إسرائيل، عن أب إسحاق، عن مسروق ث نا السي بن حفص، حد وليال }: الصب هان، حدلم العشر عشر الضحى الت وعد اهلل عز وجل موسى : " ، قال [2: الفجر]{ عشر عليه الس
(رواه البيهقي) 1" [142: العراف]{ وأتمناها بعشر }Artinya: Abu Zakariya bin Abi Ishaq telah mengkhabarkan kepada kami, Ahmad
bin al-Hasan bin Yazid al-Qazwini, Muhammad bin Mandah al-Ashbahani telah
menceritakan kepada kami, al-Husain bin Hafsh telah menceritakan kepada kami,
Isra’il telah menceritakan kepada kami dari Abu Ishaq dari Masruq {عشر {وليال
الفجر] :2]، dia berkata bahwa ‘asyr adalah sepuluh hari di adha yang dijanjikan
oleh Allah SWT kepada nabi Musa AS dalam surat al-A’raf ayat 142. (H.R. Imam
al-Baihaqy).
ها ي عدل بصيام سنة، وا هليل والتكبي وذكر اهلل، وإن صيام ي وم من لعمل فيهن يضاعف فإن ها أيام الت 1"سبعمائة ضعف
Dalam kitab syu’abul Iman dijelaskan bahwa sesungguhnya asyr adalah hari
tahlil, takbir dan dzikr kepada Allah dan sesungguhnya puasa setiap harinya
seperti puasa selama setahun dan perbuatan pada hari-hari itu akan
dilipatgandakan menjadi 700 kali.
ث نا مالك بن أخب رنا أبو السي ب ، حد ث نا أمحد بن زهي ن بشران، أخربنا أبو جعفر الرزاز، حدث نا مسعود بن سعد، عن يزيد بن أب زياد، عن ماهد، عن ابن عم ، حد هدي ر، عن إساعيل الن
ما من أيام أعظم عند اهلل ول أحب إليه من العمل فيهن من : " ى الله عليه وسلم، قال النب صل (رواه البيهقي) 1"هذه اليام العشر، فأكثروا فيهن من التحميد، والتكبي، والت هليل
Imam telah berkata: Abu al-Husain bin Bisyran telah memberitahu kepada kami,
dia berkata: Abu Ja’far al-Razzaz telah memberitahu kami, dia berkata: Ahmad
bin Zuhair telah menceritakan kepada kami, dia berkata: Malik bin Isma’il an-
Nahdi telah menceritakan kepada kami, dia berkata: Mas’ud bin Said telah
menceritakan kepada kami dari Yazid bin Abi Ziyad dari Mujahid dari Ibnu
‘Umar dari Nabi Muhammad SAW bersabda: tidak ada hari yang lebih agung
dan amal lebih dicintai menurut Allah SWT di hari itu selain hari-hari ini (Asyr),
maka perbanyakklah bacaan tahmid, takbir dan tahlil.
ث نا أمح ، حد د بن عمرو البخرتي د بن الوليد أخب رنا أبو السي بن بشران، أخب رنا أبو جعفر ممث نا يزيد بن ه ام، حد ارون، أخب رنا سفيان بن سعيد، عن العمش، عن مسلم البطي، عن الفح
، عن ابن عباس، عن النب صلى الله عليه وسلم، قال ما من أيام فيهن العمل : " سعيد بن جب ي: يا رسول اهلل ول الهاد ف سبيل اهلل؟، قال : ، قيل "ز وجل وأفضل من أيام العشر أحب إل اهلل ع
، إل رجل جاهد ف سبيل اهلل باله ون فسه ف لم ي رجع من ذلك بشيء "ول الهاد ف سبيل اهلل " مام أمحد رمحه اهلل ". ، ومن ذلك الوجه أخرجه "وكذلك رواه شعبة، عن العمش : " قال ال
ر أنه زاد حيح، وروينا ف ذلك عن ماهد، عن ابن عباس متصرا غي فأكثروا " : البخاري ف الصهليل، والتحميد، والتكبي والتسبيح عوات ". " فيهن من الت رواه ) 1"وهو مذكور ف كتاب الد
(البيهقيArtinya: Abu al-Husain bin Bisyran telah memberitahu kami, dia berkata: Abu
Ja’far Muhammad bin ‘Amr al-Bakhtary telah memberitahu kami, dia berkata:
Ahmad bin Walid al-Fajjam telah menceritakan kepada kami, dia berkata: Yazid
bin Harun telah menceritakan kepada kami, dia berkata: Sufyan bin Sa’id telah
memberitahu kepada kami dari al-A’masy dari Muslim al-Bathin dari Sa’id bin
Jubair dari Ibnu ‘Abbad dari Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tidak ada hari
dimana amal shalih pada saat itu dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yaitu
al’asyr, mereka bertanya: Ya Rasulullah, tidak juga jihad fi sabilillah?, beliau
menjawab: tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali orang yang keluar dengan jiwa
dan hartanya kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun”.Imam Ahmad
Rohimahullah berkata: dan begitu juga Syu’bah meriwayatkannya dari A’masy.
Dan dari jalur lain diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam Shahihnya. Dan
diriwayatkan kepada kami tentang hal itu dari Mujahid dari Ibnu ‘Abbas secara
ringkas hanya saja beliau menambahkan: perbanyaklah dalam hari-hari itu
ucapan tahlil, tahmid, takbir dan tasbih. Hal ini terdapat di kitab ad-da’awaat.
د بن موسى، قال ث نا العباس بن : أخب رنا أبو عبد اهلل الافظ، ومم ث نا أبو العباس الصم، حد حد، قال ث نا الوزاعي ن أن العمل ف الي وم من أيام العشر كقدر ب لغ : " الوليد بن مزيد، أخب رن أب، حد
لها إل أن يتص امرؤ بشهادة ثن : قال الوزاعي ". غزوة ف سبيل اهلل، يصام ن هارها ويرس لي حد (رواه البيهقي) 1ن بن مزوم، عن النب صلى الله عليه وسلم بذا الديث رجل من ق ريش م
Abu ‘Abdillah AL-Hafidz dan Muhammad Bin Musa telah mengkabarkan kepada
kami, mereka berkata: Abu al-‘Abbas al-Ashamm telah menceritakan kepada
kami, dia berkata: al-‘Abbas bin al-Walid bin Mazyadd telah menceritakan
kepada kami, dia berkata: Ayahku telah memberitahu kepadaku, dia berkata: al-
Auza’i telah menceritakan kepada kami, dia berkata: telah sampai kepadaku
bahwa perbuatan di suatu hari dari hari-hari sepuluh (asyr) itu seperti perang di
jalan Allah SWT, puasa di siang hari dan terjaga malamnya (untuk beribadah)
kecuali seseorang dikhususkan dengan persaksian. Al-Auza’i berkata: seorang
laki-laki (rojulun) dari bani Makhzum telah menceritakan kepadaku hadis ini dari
Nabi Muhammad SAW.
ث نا يزيد بن أب زياد، عن ماهد، عن ابن عمر، ع ث نا أبو عوانة، حد ان، حد ث نا عف ن النب صلى حدحب إليه من العمل فيهن من هذه اليام ما من أيام أعظم عند اهلل، ول أ : " اهلل عليه وسلم قال
هليل، والتكبي، والتحميد العشر، ( رواه) 1."فأكثروا فيهن من الت
Affan telah menceritakan kepada kami, Abu Awwanah telah menceritakan kepada
kami, Yazid bin Abi Ziyad telah menceritakan kepada kami dari Mujahid dari
Ibnu Umar dari Nabi Muhammad SAW, dia berkata: tidak ada hari-hari yang
lebih agung dan dicintai menurut Allah SAW dari amalan yang dilakukan pada
hari-hari ‘asyr, maka perbanyaklah tahlil, takbir dan tahmid di dalamnya.
7. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqy dalam Kitab
Fadhoiul Auqat
ث نا أبو علي السي بن علي بن يزيد الافظ د بن عبد اهلل الافظ، حد ث نا عبد اهلل أخب رنا مم ، حدث نا يي بن عيسى الرم بن م ، حد ث نا العباس بن الوليد الزدي ، حد ي نوري د بن وهب الد ، م لي
، عن ابن عباس، ، عن عدي بن ثابت، عن سعيد بن جب ي ث نا يي بن أيوب البجلي قال : قال حدما من أيام أفضل عند اهلل ول العمل فيهن أحب إل اهلل عز : " رسول اهلل صلى الله عليه وسلم
هليل والتكبي (رواه البيهقي) 1 .وجل من هذه اليام العشر، فأكثروا فيهن من الت Muhammad bin Abdullah al-Hafidz telah menceritakan kepada kami, dia berkata:
Abu ‘Ali al-husain bin Ali bin Yazid al-Hafidz telah menceritakan kepada kami,
dia berkata: Abdullah bin Muhammad bin Wahb ad-Daynuri telah menceritakan
kepada kami, dia berkata: al-‘Abbas bin Walid al-Azdy telah menceritakan
kepada kami, dia berkata: Yahya bin Isa al-Ramly telah menceritakan kepada
kami, dia berkata: Yahya bin Ayub al-Bajaly telah menceritakan kepada kami
dari ‘Ady bin Tsabit dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbas RA berkata:
Rasulullah SAW bersabda: tidak ada hari yang utama menurut Allah dan
perbuatan yang disukai Allah SWT kecuali hari-hari ini (ayyam al-‘asyr). Maka
perbanyakklah tahlil dan takbir di hari-hari itu.
د بن عبد الله ال ث نا عبد الله بن أخب رنا مم افظ، أخب رنا أبو علي السي بن علي الافظ، حدث نا يي بن عيسى ا ، حد ث نا العباس بن الوليد الرملي ، حد ي ن وري د بن وهب الد ث نا مم ، حد لرملي
، عن ابن عباس، قال يي ، عن عدي بن ثابت، عن سعيد بن جب ي قال رسول : بن أيوب البجليه عز وجل من ما من أيام أفضل عند الله، ول العمل فيهن أحب إل الل »: الله صلى اهلل عليه وسلم
هليل والت هليل والتكبي، فإن ها أيام الت كبي وذكر الله، وإن هذه اليام العشر، فأكثروا فيهن من الت ها ي عدل صيام سنة، والعمل فيهن يض (رواه البيهقي) 1«اعف ست مائة ضعف صيام ي وم من
Muhammad bin ‘Abdullah al-Hafidz telah menceritakan kepada kami, dia
berkata: Abu ‘Ali al-Husain telah menceritakan kepada kami, dia berkata;
Abdullah bin Muhammad bin Wahb ad-Dainury telah menceritakan kepada kami,
dia berkata: al-‘Abbas bin al-Walid al-Ramly telh menceritakan kepada kami, dia
berkata Yahya bin ‘Isa al-Ramly telah menceritakan kepada kami, dia berkata:
Yahya bin Ayyub al-Bajaly telah menceritakan kepada kami dri ‘Ady bin Tsabit
dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas berkata: Rasulullah SAW bersabda: tidak
ada hari yang lebih agung dan amal lebih dicintai menurut Allah SWT di hari itu
selain hari-hari ini (Asyr), maka perbanyakklah bacaan tahlil dan takbir karena
sesungguhnya hari itu adalah hari-hari untuk tahlil, takbir dan dzikir kepada
Allah SWT. Dan sesungguhnya puasa satu hari di hari itu sepadan dengan puasa
setahun dan perbuatan di hari-hari itu akan dilipatgandakan menjadi 600 kali.
ث نا أ د بن إب راهيم أخب رنا أبو عبد اهلل الافظ، حد ث نا مم ، حد بو إسحاق إب راهيم بن إساعيل القاريث ن ، ح وأخب رنا أبو سعيد بن أب عثمان الزاهد، أخب رنا أبو عمرو بن مطر، حد ا إب راهيم بن العبدي
ث نا : نجان، قال يوسف اهلس ث نا مسعود بن واصل، حد ، حد د بن عبد الرمحن العنربي ث نا مم حداس بن ق هم، عن ق تادة، عن سعيد بن المسيب، عن أب هري رة، قال ه الله قال رسول اهلل صلى: الن
ن يا أحب إل اهلل أن ي ت عبد له فيها من أيام العشر ي عدل : " عليه وسلم صيام ما من أيام من أيام الدلة القدر لة بقيام لي ها بصيام سنة، وقيام كل لي (رواه البيهقي) 1." كل ي وم من
Abu Abdillah al-Hafidz telah mengkhabarkan kepada kami, Abu Ishaq Ibrahim
bin Isma’il al-Qari telah menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ibrahim al-
‘Abdy telah menceritakan kepada kami (at-Tahwil) dan Abu Sa’id bin Abi Utsman
az-Zahid telah mengkhabarkan kepada kami, Abu ‘Amr bin Mathor telah
menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Yusuf telah menceritakan kepada kami
dan mereka berkata: Muhammad bin Abdurrahman telah menceritakan kepada
kami, Mas’ud bin Washil telah menceritakan kepada kami, an-Nahhas bin Qahm
telah menceritakan kepada kami dari Qatadah dari Sa’id bin Musayyab dari Abu
Hurairah berkata: Rasulullah SAW bersabda: tidak ada hari-hari dari hari-hari
di dunia yang lebih disukai oleh Allah SWT untuk beribadah di dalamnya
daripada hari-hari asyr yang puasa sehari seperti puasa setahun dan qiyam
(bangun untuk shalat dan ibadah lainnya) setiap malamnya seperti qiyam pada
malam lailatul qadr. (H.R Imam al-Baihaqy)
8. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam at-Thahawi dalam Musykilul
Atsar
د بن سليمان الزدي الباغندي قال ث نا مم ان قال : وما قد حد ث نا أبو غس ث نا مسعود بن : حد حدما من : " ه وسلم قال سعد، عن يزيد بن أب زياد، عن ماهد، عن ابن عمر عن النب صلى الله علي
روا فيهن من أيام أفضل عند اهلل ول أحب إليه فيهن العمل من هذه اليام أيام العشر؛ فأكث هليل والتكبي 1"التحميد والت
Muhammad bin Sulaiman al-Azdy al-Baghondy telah menceritakan kepada kami,
dia berkata: Abu Ghassan telah menceritakan kepada kami, dia berkata: Mas’ud
bin Sa’id telah menceritakan kepada kami dari Yazid bin Abu Ziyad dari Mujahid
dari Ibnu ‘Umar dari Nabi Muhammad SAW bersabda: tidak ada hari yang lebih
agung dan amal lebih dicintai menurut Allah SWT di hari itu selain hari-hari ini
(Asyr), maka perbanyakklah bacaan tahmid, takbir dan tahlil.
د بن سليمان أيضا قال ث نا مم ان قال : وما قد حد ث نا أبو غس ر بن معاوية قال ح : حد ث نا زهي : دهم ث نا إب راهيم بن مهاجر، عن عبد اهلل بن باباه، عن عبد اهلل بن عمرو رضي اهلل عن : ا قال حد
ما من أيام أفضل فيهن العمل : " ف قال , ال كنت عند النب صلى الله عليه وسلم فذكرت العم ول الهاد إل أن يرج الرجل : " وقال , ول الهاد؟ فأكب ره , يا رسول اهلل : قالوا" من هذه العشر
1"كون مهجة ن فسه فيه ث ت , بن فسه وماله ف سبيل اهلل
Muhammad bin Sulaiman telah menceritakan kepada kami, dia berkata: Abu
Ghassan telah menceritakan kepada kami, dia berkata: Zuhair bin Umaiyah
menceritakan kepada kami, dia berkata: Ibrahim bin Muhajir telah menceritakan
kepada kami dari Abdullah bin Babah dari Abdullah bin Amr RA, dia berkata:
Saya bersama Rasulullah SAW kemudian saya menyebutkan amalan-amalan
(al’a’mal). Kemudian beliau berkata: tidak ada amalan-amalan yang lebih utama
daripada yang dilaksanakan di hari-hari ini (al-‘Asyr), para sahabat bertanya:
wahai rasulullah SAW, tidaklah jihad? Bukanlah lebih besar dari itu (al-‘asyr),
dan beliau menjawab: dan tidakpun jihad kecuali seorang laki-laki keluar untuk
berjihad dengan diri dan hartanya di jalan Allah. Kemudian dia gugur.
ث نا علي بن شيبة قال ث نا يزيد بن هارون قال : فذكر ما قد حد ث نا أصبغ بن زيد الوراق : حد حدث نا القاسم بن أب أيوب، عن سعيد بن جب ي أنه كان يد : قال ث، عن ابن عباس، عن النب حد
ما من عمل أزكى عند اهلل عز وجل ول أعظم منزلة من خي عمل : " صلى الله عليه وسلم أنه قال ول : " ن جاهد ف سبيل اهلل بن فسه وماله قال ول م , يا رسول اهلل : قيل " ف العشر من الضحى
1."من جاهد ف سبيل اهلل بن فسه وماله إل من ل ي رجع بن فسه وماله
Dan disebutkan bahwa Ali telah menceritakan kepada kami, Yazid telah
menceritakan kepada kami, dia berkata: Asbagh bin Zaid al-Warraq telah
menceritakan kepada kami, dia berkata: al-Qasim bin Abu Ayyub telah
menceritakan kepada kami dari Sa’id bin Jubair bahwasanya dia telah
menceritakan dari Ibnu ‘Abbas dari Nabi Muhammad SAW bahwasanya beliau
bersabda: tidak ada amalan yang lebih dibersihkan dan diangungkan derajatnya
untuk melakukan perbuatan baik daripada hari asyr adha, dikatakan: wahai
Rasulullah SAW dan tidak pula orang yang berjihad di jalan Allah SWT dengan
jiwa dan hartanya? Rasulullah SAW menjawab: “dan tidak pula orang yang jihad
di jalan Allah SWT dengan jiwa dan hartanya kecuali orang yang tidak kembali
lagi dengan jiwa dan hartanya (gugur/syahid).
Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa amalan-amalan yang
dilaksanakan di hari-hari al-‘Asyr (10 hari pertama di bulan dzulhijjah)
merupakan amalan yang sangat disukai oleh Allah dan dianggap mulia serta
mendapat posisi yang lebih baik dari jihad. Dianggap sepadan dengan jihad
jikalau seseorang laki-laki yang berjihad dengan harta dan dirinya sehingga dia
gugur dalam peperangan.
Hadis tentang keutamaan al-‘Asyr di atas terdapat di beberapa kitab hadis
diantaranya: Shahih al-Bukari, Sunan Ibnu Majah, Sunan Abu Dawud, Sunan at-
Tirmidzi, Syu’abul Iman dan lainnya.
Namun mengenai amalan di sini tidak dijelaskan secara terperinci, namun
terdapat beberapa keterangan yang menyebutkan bahwa hari-hari al’Asyr ini
merupakan hari untuk banyak melakukan ibadah dimulai dari memperbanyak
dzikir (berupa tahlil, takbir, tahmid), memperbanyak sholat dan amalan-amalan
baik lainnya seperti membaca Al-Qur’an sedekah dan sebagainya.
Untuk mengenai puasa yang dilakukan di hari-hari al-‘Asyr ini terhitung
dari tanggal 1-9 Dzulhijjah karena tanggal 10 bertepatan dengan hari raya idul
adha. Sedangkan tanggal 8 dzulhijjah bisa disebut dengan yaumut tarwiyah atau
lebih terkenal dengan puasa tarwiyah. Sedangkan tanggal 9 dzulhijjah disebut
sebagai yaumu ‘Arafah atau lebih dikenal dengan puasa ‘Arafah bagi yang
melaksanakannya. Secara garis besar tarwiyah dan ‘arafah adalah masih termasuk
dalam hari-hari ‘Asyr jadi tidak salah jika dalil yang digunakan dalam puasa
tarwiyah adalah mengikuti puasa al’Asyr. Kendati demikian terdapat sebuah hadis
bahwa Nabi Muhammad SAW tidak pernah melaksanakan puasa al-Asyr, berikut
hadisnya:
ث نا أبو عوانة، عن العمش، عن إب راهيم، عن السود، عن عائشة قال د، حد ث نا مسد ما »: ت حد 1«رأيت رسول الله صلى اهلل عليه وسلم صائما العشر قط
Imam Abu Dawud berkata: Musaddad telah menceritakan kepada kami, dia
berkata: Abu ‘Awanah telah menceritakan kepada kami dari al-A’masy dari
Ibrahim dari Ibrahim dari al-Aswad dari Aisyah dia berkata: Saya tidak pernah
melihat Rasulullah SAW berpuasa pada hari ‘Asyr.
Terdapat suatu hadis yang secara dhahir ada kontradiksi yaitu mengenai
puasa asyr. Karena dalam hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari, Abu Dawud,
at-Tirmidzi dan Ibnu Majah menyatakan bahwa Nabi SAW bersabda Allah SWT
sangat menyukai amalan-amalan yang dilakukan di hari-hari asyr kemudian dalam
beberapa syarah hadis disebutkan bahwa perbuatan baik ini termasuk di antaranya
puasa. Namun di hadis lain yang diriwayatkan oleh Aisyah RA bahwasanya dia
tidak pernah melihat Rasulullah SAW melakukan puasa al-asyr kemudian hal ini
ditakwilkan oleh Imam an-Nawawi dalam kitab al-Minhaj bahwa bisa jadi nabi
Muhammad SAW tidak berpuasa itu dikarenakan karena sakit atau berperang atau
sebab yang lainnya. Yang jelas hal ini tidak bisa dijadikan alasan dimakruhkannya
puasa asyr karena terdapat sebuah hadis lain yang menyatakan bahwa nabi SAW
sangat menganjurkan umatnya untuk melakukan puasa hari ‘Arafah (9 dzulhijjah)
wallahu a’lam.1
Hal ini menunjukkan bahwa puasa di hari-hari ‘Asyr tidak seperti puasa
ramadhan yang diwajibkan. (Wallahu A’lam).
Pemahaman hadis adalah bahwa Aisyah tidak melihat Rasulullah SAW
berpuasa dan itu tidak berarti beliau tidak melakukannya. Sebab beliau
bersamanya sehari dalam sembilan hari dan selebihnya bersama istri-istrinya yang
lain. atau mungkin Rasulullah SAW kadang berpuasa beberapa hari, kadang
berpuasa semua hari dan kadang pula tidak berpuasa sama sekali karena ada
halangan seperti dalam perjalanan sakit atau lainnya.
Adapun puasa sepuluh hari pertama bulan dzulhijjah masih menjadi
perbedaan pendapat. Aisyah mengatakan, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah
berpuasa pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.” Hadis ini diriwayatkan
oleh Muslim. Sementara Hafshah mengatakan, “ada empat hal yang tidak pernah
ditinggalkan Nabi Muhamad SAW yaitu puasa hari Asyura, puasa sepuluh hari
pertama Dzulhijjah, puasa tiga hari setiap bulan dan dua rakaat sunnah fajar”.
Hadis ini disebutkan oleh Imam Ahmad.
Imam Ahmad menyebutkan juga dari sebagian istri Nabi SAW bahw
Rasulullah SAW bahwa, “Rasulullah SAW berpuasa sembilan hari bulan
Dzulhijjah, Hari Asyura, tiga hari setiap bulan atau hari senin setiap bulan dan
hari kamis, dan lafadz lain, dua hari kamis.
Menurut Usamah Abdul Aziz ini adalah catatan penting yang
dikemukakan Ibnul Qayyim yaitu tentang keshahihan dalil jika ingin
menggabungkan semua dalil. Sebab penggabungan tersebut tidk dapat dilakukan
kecuali semua dalil memiliki derajat yang sama. Sementara bila salah satu dari
kedua dalil lemah, maka tidak mungkin dikompromikan antara yang shahih
dengan yang lemah. Maka yang shahihlah yang harus diamalkan dan yang lemah
ditinggalkan.
Dengan demikian maka yang benar (yang shahih) dalam masalah ini
adalah hadis riwayat Aisyah bahwa Nabi SAW tidak pernah melakukan puasa
sepuluh hari Bulan Dzulhijjah.
Namun demikian ada sebuah problem yang muncul, yaitu bagaimana
puasa sepuluh hari ini disunnahkan sementara Nabi SAW tidak pernah
melakukannya?
Berikut jawaban yang dikemukakan oleh para Ulama:
Jawaban Imam an-Nawawi: ulama mengatakan, hadis ini mengindikasikan
makruhnya puasa sepuluh hari dan yang dimaksud dengan sepuluh hari adalah
sembilan hari pertama Bulan Dzulhijjah”. Mereka mengatakan, “ini adalah hadis
yang perlu ditakwilkan bahwa puasa sepuluh hari ini dimakruhkan bahkan sangat
disunnahkan utamanya tanggal sembilan yakni hari Arafah.” Hadis-hadis
keutamaannya telah dikemukakan dan di dalam Shahih al-Bukhari disebutkan
bahwa Rasulullah SAW bersabda:
مامنأيامالعملالصالحفيهاأفضلمنهفيهذه
“tidak ada hari-hari yang beramal shalih pada hari itu lebih baik
daripada yang dilakukan pada hari-hari ini’ yakni sepuluh hari pertama bulan
dzulhijjah.
Maka hadis yang berbunyi, Rasulullah SAW tidak melakukan puasa
sepuluh hari.” Adalah tidak melakukannya karena ada halangan seperti sakit atau
dalam perjalanan atau lainnya. Atau ditakwilkan (ditafsirkan) bahwa Aisyah tidak
pernah melihat Rasulullah berpuasa dan itu tidak berarti beliau tidak
melakukannya (hanya Aisyah tidak mengetahuinya).
Jawaban Ibnu Hajar dalam Fath al-Bari: hadis ini menjadi dalil keutamaan
puasa sepuluh hari pertama dalam Bulan Dzulhijjah karena puasa termasuk amal
shalih. Namun hadis ini menjadi sulit dimengerti karena puasa pada hari raya
diharamkan. Jawabannya adalah bahwa itu dipahami secara global. Hadis ini juga
tidak dapat dibantah dengan hadis riwayat Abu Dawud dan lainnya dari Aisyah
yang mengatakan, “saya tidak pernah melihat Rasulullah SAW melakukan puasa
sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah”. Sebab mungkin Rasulullah SAW
memang sengaja tidak melakukannya khawatir akan diwajibkan atas umatnya
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah
juga.
Jawaban ath-Thahawi dalam Musykilul Atsar: bisa saja Rasulullah SAW
tidak melakukan puasa pada sepuluh hari itu seperti dilakukan Aisyah karena jika
beliau puasa, beliau akan merasa lemah untuk melakukan amal yang lebih agung
kedudukannya dan lebih utama dari puasa, yaitu shalat, berdzikir kepada Allah
SWT dan membaca Al-Qur’an. Hal itu sebagaimana yang diriwayatkan dari
Abdullah bin Mas’ud yang memilih ibadah yang sesuai dengan dirinya.
Ibrahim bin Marzuq menceritakan kepada kami bahwa ia berkata, Ruh bin
Ubadah dan Wahb bin Jarir menceritakan kepada kami. Mereka berkata, Syu’bah
menceritakan kepada kami dari Abi Ishaq dari Abdurrahman bin Yazid bahwa
Abdullah bin Abbas hamper tidak melakukan puasa. Bila puassa dia hanya
berpuasa tiga hari setiap bulan dan dia berkata, “jika aku puasa aku merasa tidak
mampu melakukan shalat, sedang shalat lebih aku sukai dari puasa”.
Dengan demikian apa yang dikatakan Aisyah RA bahwasanya Rasulullah
SAW tidak pernah melakukan puasa pada hari-hari tersebut karena beliau sibuk
dengan ibadah yang lebih utama dari puasa. Walaupun puasa sendiri pada hari itu
memiliki keutamaan besar sebagaimana riwayat yang telah kami kemukakan.
Kemudian tidak mengapa orang yang ingin melakukan puasa pada hari-hari itu,
apalagi bagi yang mampu menggabungkan antara puasa dan amal ibadah yang
lain dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hanya kepada Allah
kami memohon taufiq.1
Setiap muslim disunnahkan melaksanakan puasa pada 9 hari pertama di
bulan dzulhijjah, hal ini sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas
bahwa Rasulullah SAW bersabda:
ها ف هذه؟» ل رجل خرج ياطر ول الهاد، إ »: ول الهاد؟ قال : قالوا« ما العمل ف أيام أفضل من (رواه البخاري) 1«بن فسه وماله، ف لم ي رجع بشيء
“tidak ada amal yang dilakukan pada hari-hari lain yang lebih baik daripada
yang dilakukan pada sepuluh hari ini, para sahabat bertanya, “tidak pula jihad”?
beliau menjawab “tidak pula jihad, kecuali seorang laki-laki yang keluar dengan
jiwa dan hartanya, kamudian ia kembali dengan tidak membawa apapun”. (H.R
al-Bukhari).
Ibnu Hazm di dalam al-Muhalla mengatakan bahwa kami menyunahkan
berpuasa pada sepuluh hari pertama bulan dzulhijjah oleh Ibnu Ibbas yaitu
sebelum hari qurban, berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas yaitu
sepuluh hari pertama bulan dzulhijjah ini.1
Menurut imam an-Nawawi bahwa al Asyr adalah sepuluh hari pertama
pada bulan dzulhijjah.1 Yang dimaksud al-Asyr di dalam hadis ini adalah sepuluh
hari pertama di bulan dzulhijjah.1
Imam Abu Dawud telah meletakkan hadis tersebut dalam bab Shiyam al-
‘Asyr, ini menunjukkan bahwa puasa termasuk dari perbuatan baik dan puasa
dilakukan selama 9 hari karena hari ke 10 adalah hari raya idul adha.1
Ibnu al-Malik berkata: dikatakan mulia karena hari-hari itu adalah waktu
untuk berhaji. as-Sayyid menuturkan bahwa para ulama berbeda pendapat
mengenai keutamaan al-‘Asyr ini menjadi dua golongan, perdapat pertama
menyatakan bahwa yang lebih utama adalah sepuluh hari terakhir di bulan
Ramadhan dan pendapat kedua menyatakan bahwa yang paling utama adalah
al’Asyr sebagaimana di hadis di atas (sepuluh hari pertama di bulan dzulhijjah).
Kemudian ada suatu pendapat yang mengkompromikan hal ini dengan
mengatakan bahwa sepuluh hari terakhir di bulan ramadhan itu dianggap mulia
karena terdapat kewajiban berpuasa dan terdapat suatu malam yang lebih baik dari
seribu bulan yaitu malam lailatul qadr sedangkan sepuluh hari di bulan dzulhijjah
dikatakan utama karena terdapat hari Arafah yang merupakan hari terbaik
sepanjang tahun.1 Menurut hemat penulis kedua pendapat adalah benar karena
baik sepuluh hari terakhir di bulan ramadhan atau sepuluh hari awal di bulan
dzulhijjah adalah hari-hari yang istimewa untuk senantiasa berbuat amal baik.
Dan diantara puasa-puasa yang dianjurkan adalah puasa di hari al-‘Asyr di
bulan dzulhijjah.1
1 Hadis tentang puasa tarwiyah di sini berkaitan dengan beberapa tema,
antara lain:
3. Puasa tarwiyah pahalanya adalah seperti puasa selama setahun
روية سنة، وله بصوم ي وم عرفة من صام العشر ف له بكل ي وم صوم شهر، وله بصوم ي وم الت .1سنتان
Artinya: “Siapa yang puasa 10 hari, maka untuk setiap harinya seperti
puasa sebulan. Dan untuk puasa hari tarwiyah seperti puasa setahun
sedangkan untuk puasa hari arafah, seperti puasa dua tahun”.
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu ‘Ady dari Aisyah secara marfu’. Dan
hadis tersebut tidak shahih karena dalam jalur periwayatan terdapat al-Kalby, al-
Kalby ini seorang pendusta (al-Kadzab).
Abu syaikh memuat hadis ini di dalam kitab as-Sawab dari jalur al-Kalby
juga dan Ibnu Najjar meriwayatkannya di kitabnya Tarikh dari jalur Jabir yakni
dari al-Husain bin Musa bin Imran dari Amir bin Sayar dari Muhammad bin
Abdul Malik.1
4. Puasa tarwiyah dapat menghapus dosa selama setahun
ارة سنت ي ارة سنة، وصوم ي وم عرفة كف روية كف 1.صوم ي وم الت Artinya : “Puasa pada hari tarwiyah menghapuskan (dosa) satu tahun,
dan puasa pada hari Arafah menghapuskan (dosa) dua tahun”.
Puasa hari tarwiyah dapat menghapus dosa selama setahun dan puasa hari
arafah dapat menghapuskan dosa selama dua tahun.
Sebagaimana yang ditetapkan oleh Abu Syaikh al-Ashbahani dalam kitab
ats-tsawab dan Ibnu an-Najjar dalam kitab at-Tarikh dari Ibnu ‘Abbas.1
Al-Bani menghukumi bahwa hadis tersebut adalah maudhu’ dalam kitabnya
Dha’if al-Jami’.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama saya Luluk Khozinatin, biasa dipanggil Luluk dan saya lahir pada
tanggal 23 Oktober 1994 dari pasangan suami istri (Ahmad Roziqin dan Husunul
Hidayati), saya adalah anak ketiga dari 6 bersaudara saya tinggal di daerah Jawa
Timur, tepatnya di Desa Pesanggrahan Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan.
TK saya di TK Muslimat NU lulus tahun 2001, MI saya di MI Sirojul
Ulum lulus tahun 2006, dan saya sekolah SMP di SMPN 2 LAREN lulus tahun
2009, kemudian saya melanjutkan sekolah MA di Tarbiyatut Tholabah plus
pesantren selama 3 tahun di pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah dan lulus
tahun 2012. Setelah lulus saya mengambil jenjang perguruan tinggi di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dengan jurusan Tafsir Hadis di Fakultas Ushuluddin.
Kini aktifitas saya adalah mengajar privat di beberapa tempat dan
melanjutkan perkuliahan di bidang motivator Islam di BBC Kahfi Motivator
School Bintaro.