SKRIPSI! DESEMBER2017! …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3....
Transcript of SKRIPSI! DESEMBER2017! …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3....
SKRIPSI
DESEMBER 2017
IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO KEJANG DEMAM SEDERHANA PADA ANAK
DISUSUN OLEH:
ROHAIZA BINTI MOHAMMAD
C 111 14 860
PEMBIMBING:
dr. Sitti Aizah Lawang M.Kes., Sp.A(K)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2 0 1 7
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-‐Nya sehingga
selesainya penelitian ini dengan judul “Identifikasi Faktor Risiko Kejang
Demam Sederhana Pada Anak” dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
skripsi. Dengan bimbingan, dorongan, semangat, bantuan serta doa dari
berbagai pihak, maka penelitian ini dapat diselesaikan. Untuk itu, penghargaan
yang tak terhingga dan ucapan terima kasih sebanyak-‐banyaknya kepada :
1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.
2. Wakil Dekan I, Wakil Dekan II,dan Wakil Dekan III Universitas
Hasanuddin Makassar.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Hasanuddin.
4. dr. Sitti Aizah Lawang, selaku sekretaris KPM Departemen Anak dan
pembimbing utama penelitian ini yang dengan kesediaan, keikhlasan
dan kesabaran meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan
dan arahan kepada peneliti mulai dari penyusunan proposal sampai
terhasilnya skripsi ini.
5. Dr. dr. Idham Jaya Ganda dan dr. Hadia Anggriani selaku penguji
bermula dari ujian proposal hingga ke ujian akhir.
6. Orang tua, keluarga serta saudara-‐mara yang selalu memberikan
dorongan moral dan bantuan material selama penyusunan skripsi ini.
vi
7. Rakan – rakan yang menjalani praklinik seangkatan yaitu Angkatan 2014
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin yang saling memberi
semangat antara satu sama lain selama penyusunan skripsi ini.
8. Semua pihak yang tidak penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu penulis dalam bentuk apapun sehingga selesainya skripsi ini.
Sebagai manusia biasa, penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan
baik dalam penguasaan ilmu maupun pengalaman penelitian, sehingga skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan. Untuk saran dan kritik yang sifatnya membangun
dari berbagai pihak, sangat di harapkan demi penyempurnaan skripsi ini. Saya
berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pembaca dan semoga segala
usaha ini mendapat redha Allah SWT.
vii
DAFTAR ISI
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG.........................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH....................................................................................2
1.3 TUJUAN PENELITIAN.....................................................................................3
1.3.1 TUJUAN UMUM.....................................................................................3
1.3.2 TUJUAN KHUSUS..................................................................................3
1.4 MANFAAT PENELITIAN.................................................................................4
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN KEJANG DEMAM………………...........................................5
2.2 ETIOLOGI KEJANG DEMAM………………………………………………..6
2.3 PATOGENESIS KEJANG DEMAM…………………………...………….….6
2.4 MANIFESTASI KLINIS KEJANG DEMAM SEDERHANA…………...…...7
2.5 FAKTOR RISIKO TERJADINYA KEJANG DEMAM SEDERHANA……8
2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK…………………………………………….11
2.7 PENATALAKSAAN KEJANG DEMAM SEDERHANA…………...…...…11
2.8 KOMPLIKASI KEJANG DEMAM SEDERHANA…………………...…….14
BAB 3 : KERANGKA KONSEPTUAL HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 KERANGKA TEORI…....................................................................................15
3.2 KERANGKA KONSEP……............................................................................16
3.3 HIPOTESIS………………...............................................................................17
3.4 DEFINISI OPERASIONAL…………………………..………………………17
BAB 4 : METODE PENELITIAN
4.1 JENIS PENELITIAN.......................................................................................20
viii
4.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN...........................................................20
4.3 VARIABEL……………………………….......................................................20
4.3.1 VARIABEL DEPENDEN…………………………...………….20
4.3.2 VARIABEL INDEPENDEN……………………..…………….20
4.4 POPULASI PENELITIAN...............................................................................21
4.5 SAMPEL DAN CARA PENGAMBILAN SAMPEL………………..……....21
4.6 PERKIRAAN BESAR SAMPEL……………………………..……………...21
4.7 KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI……………..……………………...22
4.7.1 KRITERIA INKLUSI KASUS………………..………………….22
4.7.2 KRITERIA EKSKLUSI KASUS……………………..…………..23
4.7.3 KRITERIA INKLUSI KONTROL……………………..…...……23
4.8 JENIS DATA DAN INSTRUMEN PENELITIAN………………...………...23
4.8.1 JENIS DATA………………………………………...……………23
4.8.2 INSTRUMEN PENELITIAN……………………………..............23
4.9 CARA PENGUMPULAN DATA……………………………………………23
4.10 PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA………………………….............24
4.10.1 PENGOLAHAN DATA…………………………………………24
4.10.2 TEKNIK ANALISA DATA……………………………..............24
4.11 ETIKA PENELITIAN……………………………………………………….25
4.12 SKEMA ALUR PENELITIAN…………………………….......……………26
BAB 5 : HASIL PENELITIAN
5.1 JUMLAH SAMPEL…………………………………………………………..27
5.2 KARAKTERISTIK SAMPEL………………………………………………..28
5.3 PENJARINGAN FAKTOR RISIKO KEJANG DEMAM SEDERHANA…..33
ix
BAB 6 : PEMBAHASAN……………………………………………………….….….37
BAB 7 : KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………41
DAFTAR PUSTAKA………………………...………………………………………...43
LAMPIRAN
x
SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
DESEMBER 2017
Rohaiza binti Mohammad (C111 14 860)
dr. Sitti Aizah Lawang M.Kes., Sp.A(K )
IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO KEJANG DEMAM SEDERHANA PADA ANAK
ABSTRAK
Latar Belakang: Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pasti disertai
suhu tubuh lebih dari 38°C akibat suatu proses ekstrakranial dan sering terjadi pada anak
umur 5 bulan – 6 tahun.. Kejang demam sederhana mempunyai prognosis yang baik
namun masih sering menyebabkan kedua orang tua rasa cemas dan panik. Tujuan:
Mengidentifikasi faktor risiko kejang demam sederhana pada anak di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar. Metode: Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober
sehingga November 2017. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
menggunakan desain case control. Sebanyak 30 sampel dengan penyakit kejang
demam sederhana yang berumur 6 bulan – 5 tahun telah dibandingkan dengan 30
sampel anak demam tanpa kejang dengan rentang usia yang sama dan di telah
dirawat di RSUP Wahiddin Sudirohusudo Makassar. Hasil: Didapatkan hubungan
bermakna antara faktor risiko dengan terjadinya kejang demam sederhana yaitu
umur anak di bawah kurang 24 bulan p=0,018 (p=<0,05). Kesimpulan: Umur anak
kurang 24 bulan merupakan faktor risiko terjadinya kejang demam sederhana.
Kata Kunci : kejang demam sederhana, faktor risiko
xi
SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
DESEMBER 2017
Rohaiza binti Mohammad (C111 14 860)
dr. Sitti Aizah Lawang M.Kes., Sp.A(K )
IDENTIFICATION RISK FACTORS OF SIMPLE FEBRILE SEIZURE IN
CHILDREN
ABSTRACT
Background: Febrile seizure is benign convulsion that are brought on by fever with
body temperature more than 38°C due to extra cranial process and usually occur in
children at the age of 6 months – 5 years. Febrile seizure has a good prognosis but still
cause parents to become panic and anxiety. Aim: To identify risk factors of simple
febrile seizure in children at RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Methods: In
this case control study, 30 children aged 6 month to 5 years with simple febrile seizures
were compared with 30 children with fever without seizure and was carried out from
October to November 2017. Results : There was significant difference between two
groups regarding the age lower than 24 months p=0,018 (p=<0,05). Conclusion: Study
showed that age lower than 24 months is the only risk factor of simple febrile seizure.
Key Words : simple febrile seizure, risk factor
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kejang demam merupakan kejang yang diawali dengan demam. Kejang demam
merupakan salah satu kelainan saraf yang paling sering dijumpai pada bayi dan anak.
Menurut The International League Against, kejadian kejang demam pada bayi atau anak
pasti disertai suhu lebih dari 38°C tanpa bukti adanya ketidakseimbangan elektrolit akut
dan infeksi sistem saraf pusat (Paul, 2010). Lebih 90% kejang bersifat umum,
berlangsung kurang dari 5 menit dan terjadi pada awal penyakit infeksi yang
menyebabkan demam. Infeksi akut saluran napas oleh virus adalah penyebab yang
tersering (Judith, 2013).
Kejang demam terbagi kepada kejang demam sederhana dan kompleks. Kejang
demam sederhana umum terjadi saat onset, berlangsung kurang dari 15 menit, dan tidak
terjadi lebih dari sekali dalam 24 jam. Kejang kompleks lebih tahan lama, memiliki
gejala fokal, dan bisa kambuh dalam 24 jam. Risiko terkena epilepsi lebih meningkat
pada anak-anak dengan riwayat kejang demam kompleks. Kejang demam sederhana
berlaku singkat dan sedikit meningkatkan risiko pengembangan epilepsi, namun tidak
ada data efek samping pada perilaku, kesulitan belajar atau gangguan kognitif (Leena D,
2008).
Studi epidemiologi mengatakan penyakit ini terjadi sekitar 4% pada anak
berumur 6 bulan hingga 5 tahun dan sering terkena pada anak berumur 9 hingga 20 bulan
(Mark, 2002). Angka kejadian kejang demam di Swedia, Amerika Utara dan Inggris
2
sebesar 2-5%, terutama pada anak-anak berusia 3 bulan - 5 tahun (Paul, 2010) tapi lebih
tinggi prevalensinya di negara Asia. Di Japang, prevalensi kejang demam pada anak
dilaporkan sekitar 7% atau lebih tinggi sekitar 9-10% (Pengekuten,2012). Satu penelitian
juga mengatakan bahwa kejang demam lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada
anak perempuan dengan perbandingan 1,25:1 (Lumantobing, 1995).
Kemungkinan kambuhnya kejang demam pada anak umur dibawah 12 bulan
adalah 50% dan akan menurun sampai 30% setelah anak berumur di atas 12 bulan.
Kemungkinan terjadinya kambuh kembali akan meningkat menjadi 50% pada anak-anak
yang mengalami kejang demam untuk yang kedua kalinya (Ahmad Talebian, 2017).
Angka mortalitas akibat kejang demam relatif rendah. Berdasarkan studi kohort
yang dilakukan di Denmark selama 28 tahun diperoleh Case Fatality Rate kejang
demam adalah 0,42%. Resiko kematian sekitar 80% pada tahun pertama dan 90% lebih
tinggi pada tahun kedua setelah kejang demam pertama pada anak. Namun, resiko yang
lebih tinggi ini sering disebabkan oleh anak–anak yang memiliki kelainan neurologis
yang mendasarinya terutama pada kejang demam kompleks (Vestergaard dkk., 2008).
Kejang demam sederhana mempunyai prognosis yang baik namun masih sering
menyebabkan kedua orang tua rasa cemas dan panik. Sebagian orang tua sering
melakukan kesalahan dalam menangani anak dengan demam kejang. Kesalahan yang
dilakukan salah satunya disebabkan karena kurang pengetahun dalam mengatasi anak
dengan demam kejang (Syndi Seinfeld, 2013).
Fuadi dkk (2010) dalam penelitian studi kasus control, 164 anak dipilih secara
consecutive sampling dari pasien yang berobat di RS. Dr. Kariadi Semarang periode
3
bulan Januari 2008-Maret 2009. Hasil didapatkan hubungan yang bermakna antara
faktor risiko dengan terjadinya bangkitan kejang demam yaitu faktor demam lebih
dari 39°C dan faktor usia kurang 2 tahun. Namun penelitian ini belum dapat
menjelaskan peran dari seluruh faktor risiko yang diteliti dan perlu dilakukan
penelitian selanjutnya untuk memperoleh hasil yang lebih akurat. Dengan mengetahui
faktor risiko kejang demam sederhana seperti usia, jenis kelamin, suhu tubuh, berat
badan lahir dan riwayat kejang demam dalam keluarga, diharapkan dapat diketahui
perkiraan kemungkinan terjadinya kejang demam sederhana sehingga orang tua
pasien dapat diedukasi untuk meningkatkan kewaspadaan. Dari situlah peneliti
tertarik untuk meneliti tentang “Identifikasi Faktor Resiko Kejang Demam
Sederhana pada Anak”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan suatu masalah yaitu apakah ada
hubungan faktor risiko dengan penyakit kejang demam sederhana?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi faktor risiko kejang demam
sederhana pada anak di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Membandingkan umur anak yang kejang demam sederhana dengan
demam tanpa kejang.
2. Membandingkan jenis kelamin anak yang kejang demam sederhana
4
dengan demam tanpa kejang
3. Membandingkan suhu tubuh anak yang kejang demam sederhana
dengan demam tanpa kejang.
4. Membandingkan berat badan lahir anak yang kejang demam sederhana
dengan demam tanpa kejang.
5. Menentukan pengaruh faktor umur, jenis kelamin, suhu tubuh dan
berat badan lahir pada penderita kejang demam sederhana.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai sumber informasi bagi praktisi kesehatan mengenai faktor risiko
kejang demam pada anak.
2. Memberi informasi kepada orang tua tentang kejang demam dan sebagai dapat
mencegah terjadi kejang demam.
3. Sebagai tambahan ilmu, kompetensi, dan pengalaman berharga bagi peneliti
dalam melakukan penelitian kesehatan yang terkait dengan kejang demam
pada anak.
4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan memperkaya
khasanah ilmu pengetahuan dan sebagai bahan bacaan bagi peneliti
selanjutnya.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu
tubuh dengan cepat sehingga >38 derajat Celsius, dan kenaikan suhu tersebut
diakibatkan oleh proses ekstrakranial. Perlu diperhatikan bahwa demam harus
mendahului kejang. Umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan – 6 tahun, puncaknya pada
usia 14-18 bulan (Chris Tanto dkk., 2014). Secara klinis, klasifikasi kejang demam
dibagi menjadi dua yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks (Janet
dkk., 2013).
Kejang Demam Sederhana
Kejang Demam Kompleks
Tipe Kejang Kejang tonik-klonik generalisata.
Kejang fokal/parsial atau kejang fokal menjadi umum.
Durasi Berlangsung <15 menit. Berlangsung >15 menit.
Frekuensi Rekuren Tidak berulang dalam 24 jam.
Berulang dalam 24 jam.
Riwayat Penyakit Neurologi
Tanpa kelainan neurologis sebelum dan sesudah kejang.
Ada kelainan neurologis sebelum atau sesudah kejang.
Patologi Post-Iktal Tanpa kelainan. Ada kelainan (Paralisis unilateral, somnolen)
6
2.2 Etiologi
Beberapa teori dikemukan mengenai penyebab terjadinya kejang demam.
Demam yang memicu kejang berasal dari proses ekstrakranial. Sekitar 90% akibat dari
infesksi virus seperti Rotavirus dan Parainfluenza (Joshua R. Francis dkk., 2016). Kejang
demam juga disebabkan karena infeksi saluran pernapasan atas akut, otitis media akut,
roseola, infeksi saluran kemih, dan infeksi saluran cerna (Chris Tanto dkk., 2014).
Kejang demam juga diturunkan secara genetik sehingga eksitasi neuron terjadi
lebih mudah. Pola penurunan genetic masih belum jelas, namun beberapa studi
menunjukan keterkaitan dengan kromosom ternetu seperti 19p dan 8q13-2, sementara
studi lain menunjukan pola autosomal dominan (Chris Tanto dkk., 2014).
2.3 Patogenesis
Mekanisme kejang yang tepat masih belum diketahui, namun ada beberapa faktor
yang menyebabkan perkembangan kejang. Kejang dimulaui dengan adanya kelompok
neuron yang akan menimbulkan ledakan discharge atau rabas yang berarti dan sistem
hambatan GABAergik. Perjalanan rabas kejang akhirnya tergantung pada efek eksitasi
sinaps glutamaterik. Ada bukti menunjukan bahwa eksitasi neurotransmitter asam amino
seperti glutamat atau aspartat dapat memainkan peran dalam menghasilkan eksitasi
neuron dengan bekerja pada sel-sel tertentu (Behrman, 1996)
Pada keadaan demam dengan kenaikan suuhu 1 derajat Celcius akan
mengakibatkan kenaikan metabolisme basal sekitar 10% -15% dan kebutuhan oksigen
akan meningkat 20%. Pada anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari
seluruh tubuh dan orang dewasa hanya 15%. Kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi
7
perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan terjadi difusi ion Natrium melalui
membran akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini dapat meluas ke
seluruh sel dengan bantuan neurotransmitter dan terjadilah kejang (Hassan R, 2002).
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda. Pada anak dengan ambang
kejang yang rendah, kejang bisa terjadi pada suhu 38 derajat Celcius sedangkan pada
anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang akan terjadi pada 40 derajat Celcius
(Hassan R, 2002).
2.4 Manifestasi Klinis
Kebanyakan kejang demam sederhana berlangsung singkat, bilateral, serangan
berupa klonik atau tonik-klonik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang
berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik
atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf (Paul R.dkk.,
2010).
Menurut Behrman (1996), kejang demam terkait dengan kenaikan suhu yang
tinggi dan biasanya berkembang bila suhu tubuh mencapai 39 derajat Celcius atau lebih
ditandai dengan adanya kejang khas menyeluruh tonik klonik lama beberapa detik
sampai 10 menit. Kejang demam yang menetap lebih dari 15 menit menunjukkan
penyebab organik seperti proses infeksi atau toksik selain itu juga dapat terjadi mata
terbalik ke atas dengan disertai kekakuan dan kelemahan serta gerakan sentakan
terulang.
8
2.5 Faktor Risiko
1. Faktor Umur
Studi epidemiologi mengatakan kejang demam terjadi sekitar 4% pada anak
berumur 6 bulan hingga 5 tahun (Mark, 2002). Berdasarkan studi kasus kontrol yang
dilakukan Fuadi et al., (2010) di RSUP dr. Kariadi Semarang menunjukkan bahwa anak
yang berusia <2 tahun mempunyai risiko 3,4 kali lebih besar mengalami kejang demam
dibandingkan dengan anak yang berusia >2 tahun.
Perkembangan otak terdiri dari beberapa tahap. Fase perkembangan orgnanisasi
dan mielinasasi masih berlanjut sampai pasca natal. Umur di bawah 2 tahun berkaitan
dengan fase perkembangan otak yaitu masa development window dimulai fase organisasi
sehingga kejang demam lebih rentan terjadi. Pada keadaan otak belum matang reseptor
asam glutamat sebagai reseptor eksitator lebih aktif dan reseptor GABA sebagai
inhibitor kurang aktir, sehingga otak belum matang eksitasi lebih dominan dibanding
inhibisi. Anak di bawak usia 2 tahun mempunyai nilai ambang kejang rendah sehingga
mudah terjadi kejang demam. Ambang kejang adalah stimulasi paling rendah yang dapat
menyebabkan depolarisasi perkembangan otak (Fuadi et al., 2010).
2. Faktor Jenis Kelamin
Lelaki menunjukkan insidens mengalami kejang demam yang lebih tinggi
berbanding perempuan (Lamantobing, 1995). Ini disebabkan pada wanita di dapatkan
maturasi serebral yang lebih cepat berbanding laki-laki dn kerentanannya terhadap
kenaikan suhu lebih rendah disbanding anak laki-laki (Bahtera T. 2007). Hasil penelitian
Siddiqui dkk (2000) Department of Paediatrics, Hayat Shaheed Teaching Hospital
9
Peshawar diperoleh anak laki-laki menderita kejang demam 55% dan anak perempuan
45%.
3. Faktor Suhu Tubuh
Demam adalah keadaan suhu di atas suhu normal, yaitu mencapai 38 °Celcius.
Demam disebabkan adanya ketidakseimbangan antara produksi panas dan
pengeluarannya. Anak dengan demam lebih dan 39°C mempunyai risiko untuk
mengalami kejang 4-5 kali leih besar dibanding kurang dari 39°C. Demam pada infeksi
terjadi akibat mikroorganisme yang merangsanga makrofag dan membentuk pyrogen
endogenik. Zat ini bekerja pada hipothalamus dengan bantuan enzim cyclooxygenase
pembentuk prostaglandin. Prostanglandin yang akan meningkatkan set point
hipothalamus. Pada demam tinggi akan mengakibatkan hipoksik jaringan ke otak.
Demam dikaitkan dengan pengeluaran sitokin. Aktivasi jalur sitokin akan
meningkatkan risiko terkenanya kejang demam. Tinggi suhu tubuh pada saat timbul
serangan kejang disebut nilai ambang kejang. Ambang kejang berbeda-beda untuk setiap
anak. Adanya perbedaan ambang kejang ini menunjukkan bahwa ada anak yang
mengalami kejang setelah suhu tubuhnya meningkat sangat tinggi sedangkan pada anak
yang lain, kejang sudah timbul walaupun suhu meningkat tidak terlalu tinggi. Variasi
suhu berpengaruh pada kejadian seluler dan beberapa gangguan neurologis yang dipicu
oleh suhu tinggi termasuk kejang demam dan demam episodik ataksia (Paul, 2010).
4. Berat Badan Lahir
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dapat menyebabkan asfiksia,
iskemia otak, gangguan metabolism seperti hipoglikemi dan hipokalsemia sehingga
10
dapat menyebabkan kerusakan otak pada periode perinatal. Adanya kerusakan otak dapat
menyebakan kejang pada perkembangan selanjutnya (Fuadi dkk., 2010)
Satu penelitian di Denmark didapatkan bahwa risiko kejang demam meningkat dengan
penurunan berat badan ketika lahir. Bayi yang mempunyai berat badan lahir rendah,<
2500 gram 1,5 kali berisiko untuk menderita kejang demam. Pada bayi yang lahir
dengan berat badan 2500-2999 gram risikonya 1,3 kali dan bayi yang lahir dengan berat
badan 3000-3499 gram risikona 1,2 kali, sedangkan bayi yang lahir dengan berat badan
>3500 gram risiko untuk menderita kejang demam sebesar 1 kali (Vestergaard dkk.,
2002).
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
1. Punksi lumbal
Panduan American Academy of Paeditrictions (AAP) sangat merekomendasikan
lumbal punksi dilakukan pada anak yang mengalami kejang, demam dan memiliki tanda
dan gejala meningeal. Pungsi lumbal dilakukan untuk menegakkan maupun
menyingkirkan diagnosis meningitis atau infeksi intrakranial (Syndi Seinfeld, 2013).
Tingkat rekomendasi untuk pungsi lumbal berdasarkan usia anak (Chris Tanto, 2014):
• Sangat dianjurkan pada anak <12 bulan.
• Dianjurkan untuk anak usia 12-18 bulan.
• Tidak rutin dilakukan pada anak >18 bulan. Hanya dilakukan bila tanda
meningitis positif.
11
2. Elektroensefalogram (EEG)
Elektroensefalogram memiliki nilai terbatas dalam evaluasi anak-anak dengan
kejang demam. EEG tidak rutin dilakukan dann lebih cenderung abnormal pada anak
yang lebih tua, anak-anak dengan riwayat keluarga ada kejang demam, anak-anak
dengan kejang demam kompleks, atau anak-anak dengan kelainan pertumbuhan otak
yang sudah ada sebelumnya (Eun Hye Lee et al., 2015).
3. Pemeriksaan Radiologi
American Academy of Paeditritions (AAP) merekomendasikan agar pemeriksaan
radiologi tidak disertakan dalam evaluasi rutin anak dengan kejang demam sederhana
pertama (AAP, 2011). Tidak ada bukti untuk mendukung penggunaan foto kepala dalam
evaluasi anak dengan kejang demam pertama. Pemeriksaan seperti X-ray, CT scan atau
MRI hanya diindikasikan bila ada kelainan neurologis fokal, kelainan saraf kranial yang
menetap atau papilledema (Chris Tanto, 2014).
4. Pemeriksaan lab
Pemeriksaan lab seperti gula darah, elektrolit dan darah perifer tidak rutin
dilakukan. Pemeriksaan ini hanya dilakukan atas indikasi jika dicurigai hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit maupun infeksi penyebab kejang (Chris, 2014). Kadar
bakteri pada pasien kejang demam sama dengan pasien yang demam, dan karena itu
kultur darah tidak rutin dilakukan. (Paul, 2010).
2.7 Penatalaksaan
Sebagian besar kejang demam bersifat singkat dan kejang biasanya berakhir
sebelum anak tersebut dilakukan pemeriksaan. Saat kejang, pertama sekali pastikan jalan
napas tetap terbuka, pakaian ketat dilonggarkan dan anak diposisikan miring untuk
12
mencegah aspirasi. Periksa tanda vital baik pernapasan, nadi dan suhu. Pemberian
antipiretik seperti asetaminofen oral 10mg/kgBB/kali sampai 4 kali sehari atau
ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali sampai 3-4 kali sehari atau parasetamol 10-15
mg/Kg/BB/kali sampai 4-5 kali sehari (Melda, 2002).
Untuk tatalaksana kejang akut, diazepam merupakan obat pilihan utama karena
mempunyai masa kerja yang singkat. Diazepam rektal bisa diberikan di rumah dengan
dosis 5 mg bila berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg bila berat badan lebih dari 10kg
(Kevin et al., 2011). Jika jalur intravena tersedia, diazepam bisa diberikan dengan dosis
0.25-0,5 mg/kgBB dengan kecepatan 2 mg/menit, dosis maksimal 20mg atau lorazepam
0.1 mg/kgBB selama 1 menit dengan dosis maksimal 4 mg atau midazolam 0.2mg/kgBB
dengan dosis maksimal 10 mg (Chris Tanto et al., 2014).
Jika kejang tidak berhenti, berikan fenitoin dengan dosisi inisial 10-20 mg/kgBB
dengan kecepatan pelan 1 mg/kgBB/menit, maksimum 50 mg/menit. Fenition harus
diencerkan dengan NaCl 0.9% dengan komposisi 10 mg fenition/1 ml NaCl 0.9%. Jika
kejang masih berlanjut, berikan fenobarbital 20 mg/kgBB secara intravena dengan
kecepatan 2 mg/menit, dosis inisial maksimal 1 gram. Jika kejang masih berlanjut,
diperlukan penanganan lebih lanjut di ruang perawatan intensif (ICU) dengan pentotal
atau tiopental, midazolm atau propofol (Chris Tanto dkk., 2014)
13
Edukasi pada orang tua amat penting karena kejang demam merupaka hal yang
menakutkan dan orang tua sering mengangap anaknya akan meninggal. Pertama, orang
tua harus diyakinkan dan diberi penjelasan menyeluruh tentang kejang demam dan risiko
rekurensi serta petunjuk dalam keadaan akut. Dokter harus meyakinkan orang tua bahwa
kejang demam umumnya mempunyai prognosis yang baik, memberitahukan cara
penanganan kejang dan pemberian obat untuk mencegah rekurensi tetapi harus diingat
risiko efek samping obat (Rifqi, 2015).
Diazepam 5-‐10 mg rektal, maximum 2x Jarak 15 menit
Diazapem 0.25-‐0.5mg/kg/iv atau
Midazolam 0.2 mg/kg/iv bolus atau
Lorazepam 0.05-‐0.1 mg/kg/iv
Pentotal -‐ Tiopental 5-‐8mg/kg/iv
Refrakter
Fenobarbital 20mg/kg/iv dalam 5-‐10 menit, max dosis 1g
Fenitoin 20mg/kg/iv
14
2.8 Komplikasi
1. Rekurensi Kejang Demam
Sekitar 30 - 40% anak dengan kejang demam mengalami rekurensi daam setahun
selepas kejang demam pertama. Prediktor terjadi kekambuhan meliputi usia, riwayat
keluarga, cepatnya kejang setelah demam dan suhu tubuh ketika kejang. Satu penelitian
mengatakan anak dengan kejang demam berumur <1 tahun memiliki 50% risiko
kekambuhan (Jerome, 2014).
2. Epilepsi
Anak yang mengalami kejang demam sederhana tidak memiliki risiko lebih
tinggi menghidap epilepsi dibandingkan populasi normal (Chris Tanto, 2014). Risiko
terjadinya epilepsi pada anak dengan kejang demam sederhana adalah 2% dan sekitar 5-
10% pada kejang demam kompleks. Faktor risiko terjadi komplikasi ini adalah terdapat
kelainan neurologis sebelumnya, kejang demam kompleks, riwayat keluarga epilepsi dan
kejang demam sebelum usia 9 bulan (Paul, 2010).
15
15
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Teori
Faktor Umur
Faktor Jenis Kelamin
Faktor Berat Badan Lahir
Suhu tubuh meningkat
Demam
Kerusakan Otak
Kejang
Infeksi ekstrakranial
-‐ Tonsilitis -‐ dll -‐ Pharygitis -‐ OMA -‐ Gastroenteritis
Metabolisme basal meningkat 10-‐15%
Kebutuhan Oksigen meningkat 20%
Perubahan keseimbangan potensial membrane sel
neuron
Perubahan difusi ion Na+ dan ion K+
Pelepasan muatan listrik
Ambang kejang rendah
Kejang Demam Sederhana
Singkat <15 menit
>15 menit
Kejang Demam Kompleks
16
3.2 Kerangka Konsep
Metabolisme basal meningkat 10-‐15%
Kebutuhan Oksigen meningkat 20%
Perubahan difusi ion Na+ dan ion K+
Perubahan keseimbangan (membran sel neuron)
Pelepasan muatan listrik
Umur Jenis
Kelamin
Suhu tubuh
Berat badan lahir
Kejang Demam
Gangguan Metabolik
Infeksi Intrakrania
l
Malformasi perkembangan kortikal.
!
!
16!
Keterangan:
Variabel Dependen Variabel Antara HubunganVariabel Dependen
Variabel Independen Hubungan Variabel Independen Hubungan Variabel Antara
!
variabel Kendali ! Hubungan Variabel Kendali!
17
3.3 Hipotesis penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Rata-rata umur anak dengan kejang demam sederhana lebih rendah dibandingkan
dengan anak demam tanpa kejang.
2. Frekuensi jenis kelamin laki-laki lebih tinggi pada anak dengan kejang demam
sederhana dibandingkan dengan anak demam tanpa kejang.
3. Rata-rata suhu tubuh anak dengan kejang demam sederhana lebih tinggi
dibandingkan dengan anak demam tanpa kejang.
4. Rata-rata berat badan lahir anak dengan kejang demam sederhana lebih rendah
dibandingkan dengan anak demam tanpa kejang.
3.4 Definisi Operasional
a. Umur
Umur adalah usia kronologis penderita yang tertera berdasarkan catatan medis
yang diambil ketika gejala timbul pada tanggal pertama kali penderita datang
untuk berobat, kemudian dikurangi tanggal kelahiran penderita yang dinyatakan
dalam tahun/bulan. Usia anak dikelompokkan atas :
I. 6 – 12 bulan
II. 13 – 24 bulan
III. 25 – 36 bulan
IV. 37 – 48 bulan
V. 49 – 60 bulan
18
b. Jenis kelamin
Yang dimaksud dengan jenis kelamin adalah keadaan biologis yang
membedakan dua makhluk sebagai pria atau wanita. Jenis kelamin ditentukan
berdasarkan catatan medis.
I. Laki–laki
II. Perempuan
c. Suhu Tubuh
Suhu tubuh adalah unsur fisika dari suatu sistem yang mendasari keadaan
panas dan dingin dalam tubuh. Jika tubuh tidak mampu mengekalkan suhu
normal dan meningkat melebihi normal suatu keadaam hipertermia akan terjadi.
Sebaliknya apabila suhu tubuh menurun di bawah batas normal suatu keadaan
disebut hipotermia akan terjadi.
I. <38°C
II. 38°C – 38,9°C
III. >39°C
d. Berat badan lahir
Berat badan lahir adalah berat badan penderita ketika ia dilahirkan yang
tertera di catatan medis.
I. Bayi Berat Lahir Lebih (BBLL), ≥ 4000gram
II. Bayi Berat Lahir Cukup (BBLC), 2500 – 4000gram
III. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) , < 2500gram
19
e. Sebaliknya apabila suhu tubuh menurun di bawah batas normal suatu keadaan
disebut hipotermia akan terjadi.
IV. <38°C
V. 38°C – 38,9°C
VI. >39°C
f. Berat badan lahir
Berat badan lahir adalah berat badan penderita ketika ia dilahirkan yang
tertera di catatan medis.
IV. Bayi Berat Lahir Lebih (BBLL), ≥ 4000gram
V. Bayi Berat Lahir Cukup (BBLC), 2500 – 4000gram
VI. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) , < 2500gram
20
BAB 4
METODE PENELITIAN
4. 1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian case-control retrospective mengenai
identifikasi faktor risiko terhadap penyakit kejang demam sederhana pada anak
sebagai kasus dan demam tanpa kejang sebagai kontrol, kemudian menelusuri faktor
risiko umur, jenis kelamin, suhu tubuh dan berat badan lahir.
4. 2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr, Wahidin
Sudirohusudo Makassar. Data penelitian direncanakan diambil mulai bulan Januari
2015 November 2017. Penelitian ini akan dilakukan mulai bulan Oktober sampai
bulan Desember 2017.
4. 3 Variabel
4. 3. 1 Variabel Dependen
Variabel dependen pada penelitian ini adalah Kejang Demam Sederhana pada
Anak.
4. 3. 1 Variabel Independen
Variabel independen pada penelitian ini adalah faktor yang mempengaruhi
yaitu, umur, jenis kelamin, suhu tubuh, dan berat badan lahir.
21
4. 4 Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah pasien kejang demam sederhana pada anak yang
berumur 6 - 60 bulan dan telah dirawat di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusudo,
Makassar, periode Januari 2015 – November 2017.
4. 5 Sampel dan cara pengambilan sampel.
Sampel penelitian adalah seluruh populasi yang terjangkau yang dirawat inap
di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusudo, Makassar, periode Januari 2015 – November
2017 yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian dan diperoleh berdasarkan urutan
masuknya di Rumah Sakit (consecutive sampling).
Cara pengambilan semua data-data medis yang diambil dari catatan medis
pada anak yang didiagnosa kejang demam sederhana berdasarkan klinis dan
pemeriksaan penunjang dimasukan dalam penelitian ini.
4. 6 Perkiraan Besar Sampel.
Dengan desain penelitian case control retrospective, diperkirakan Odds ratio
(OR) = 2, proporsi efek pada kelompok control sebesar 0,16 dengan nilai kemaknaan
0,05 dan power sebesar 80% makan perkiraan besar sampel dapat dihitung sebagai
berikut :
n = ( z α √2 PQ + zβ √P1Q1 + P2Q2 )2
( P1 – P2 )2
n = ( 1.63 √2 (0,27 x 0,73) + 0,842 √(0,39 x 0,61) + (0,16 x 0,84) )2
( 0,39 – 0,16 )2
22
n = 30
Keterangan :
P1 = 0,39
z α = 1,64
zβ = 0,84
OR = 2
P2 = 0,16
P = ½ (P1 + P2) = 0,27
Q = 1 – P = 0,73
Q1 = 1 – P1 = 0,61
Q2 = 1 – P2 = 0,84
Berdasarkan perhitungan di atas didapatkan jumlah sampel minimal adalah 30
orang penderita kejang demam sederhana dan 30 penderita demam tanpa kejang.
4. 7 Kriteria Inklusi dan Eksklusi.
4. 7. 1 Kriteria Inklusi Kasus
1. Semua penderita penyakit kejang demam sederhana pada anak
usia 6 bulan – 5 tahun yang pendataannya berdasarkan periode
Januari 2015 – November 2017 di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar.
23
4. 7. 2 Kriteria Eksklusi Kasus
1. Rekam medis tidak lengkap.
2. Pasien dengan infeksi intrakranial.
3. Pasien dengan gangguan metabolisme.
4. Pasien dengan obat anti-konvulsan jangka panjang.
4.7.3 Kriteria Inklusi Kontrol
1. Semua penderita demam tanpa kejang dengan suhu rektal 38°C
pada anak usia 6 bulan – 5 tahun yang pendataannya
berdasarkan periode Januari 2015 – November 2017.
4.8 Jenis Data dan Instrumen Penelitian
4. 8. 1 Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh melalui
rekam medis subjek penelitian dan data primer yang diperoleh melalui wawancara di
poli mother and child RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
4. 8. 2 Instrumen Penelitian
Alat pengumpul data dan instrumen penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan tabel-tabel tertentu untuk mencatat data
yang dibutuhkan dalam penelitian yang diambil dari rekam medis pasien.
4.9 Cara pengumpulan data
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengakumulasi seluruh
24
jumlah status pasien penderita kejang demam sederhana usia 6 – 60 bulan dalam
rentang waktu Januari 2015 – November 2017 yang memenuhi kriteria inklusi.
4. 10 Pengolahan dan Analisa Data
4. 10. 1 Pengolahan Data
Semua data yang diperoleh dicatat dalam fomulir data penelitian, kemudian
masing-masing dianalisis faktor risikonya dengan metode statistik yang sesuai.
4. 10. 2 Teknik Analisa Data
Analisis univariat
Digunakan untuk deskripsi karakteristik data-data dasar penelitian
berupa persentase, rentangan , rata rata, Deviasi standar (SD) dan frekuensi.
Analisis Bivariat
a. Uji Student t : digunakan untuk menganalisaa data dengan variable
bebas berskala nominal dan variable tergantung berskala numeric yang
datanya terdistribusi normal dan mempunyai varians yang sama, dalam hal
menilai kemaknaan faktor risiko terhadap penderita yang mengalami kejang
demam sederhana dan demam tanpa kejang.
b. Uji X2 (Chi-Square) : Untuk membandingkan 2 variabel yang
berskala nominal antara 2 kelompok atau lebih yang tidak berpasangan, dalam
hal menilai kemaknaan faktor risiko terhadap penderita kejang demam
sederhana dan demam tanpa kejang.
c. Menghitung Odds Ratio (crude odds ratio = COR) dengn
confidence interval 95% untuk menentukan besarnya peluang mengalami
25
Kejang Demam Sederhana bila mempunyai risiko disbanding tanpa risiko.
- Odds ratio >1 dengan Cl 95% menunjukan bahwa faktor yang
diteliti memang merupakan faktor risiko.
- Odds ratio -1 sampai 1 dengan Cl 95% menunjukan bahwa faktor
yang diteliti bukan merupakan faktor risiko.
- Odds ratio <1 dengan Cl 95% menunjukan bahwa faktor yang
diteliti merupakan protektif.
Hasil uji hipotesis ditetapkan sebagai beriku :
- Tidak bermakna jika p > 0,05
- Bermakna jika p <0,05
- Sangat bermakna jika p < 0,01
4.11 Etika Penelitian
1. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada RSUP Dr.
Wahiddin untuk permintaan data rekam medis dan permohonan izin
penelitian.
2. Berusaha menjaga kerahasiaan identitas pasein yang terdapat di rekam
medis.
26
4.12 Skema Alur Penelitian
Populasi anak dengan demam suhu rektal > 38°C
Seleksi sesuai kriteria inklusi
Kasus 30 Kejang Demam Sederhana
Kontrol 30 Demam tanpa
kejang
• Umur • Jenis kelamin • Suhu tubuh • Berat badan lahir
• Umur • Jenis kelamin • Suhu tubuh • Berat badan lahir
Faktor risiko (+)
Faktor risiko (-‐)
Faktor risiko (+)
Faktor risiko (-‐)
Pengumpulan dan tubulasi data
Analisis
27
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1 Jumlah sampel
Setelah dilakukan penelitian yang dimulai pada bulan Oktober 2017
sampai November 2017, telah terkumpul jumlah 60 sampel penelitian yang
berusia 6 bulan sampai dengan 5 tahun yang diambil berdasarkan tahun masuk
yang tertera di rekam medis tahun 2015 s/d 2017 dan terbagi antara 2
kelompok, yaitu 30 penderita penyakit kejang demam sederhana dan 30
penderita penyakit demam tanpa kejang. 15 dari sampel kontrol diambil datanya
dengan menggunakan teknik wawancara pada responden yang homogen dan
telah dilakukan di poli mother and child RSUP Dr. wahidin Maakassar, kemudian
dilakukan identifikasi beberapa faktor risiko penyakit kejang demam sederhana
terhadap 30 penderita kejang demam sederhana dan 30 penderita demam tanpa
kejang sebagai pembandingnya.
Tabel 1. Distribusi Penderita Kejang Demam Sederhana Berdasarkan Tahun
Tahun Jumlah sampel 2015 8 2016 16 2017 6 Total 30
Tabel 2. Distribusi Penderita Demam Tanpa Kejang Berdasarkan Tahun
Tahun Jumlah sampel
2015 2 2016 12 2017 16 Total 30
28
5.2 Karakteristik Sampel
Dari 60 sampel penelitian, karakteristik sampel penderita penyakit
kejang demam sederhana dan demam tanpa kejang dapat dilihat pada Tabel 3 di
bawah ini.
Tabel 3. Karakteristik kelompok penyakit Kejang Demam Sederhana dan
Demam Tanpa Kejang.
Kelompok
Variabel Kejang Demam Sederhana Demam Tanpa Kejang
N (%) = 30 (100%) N (%) = 30 (100%) 1 Jenis Kelamin L : P 18 : 12 ( 60:40) 17 : 13 (57:43) 2 Umur (Bulan)
Rentangan 9-‐58 7-‐60
Mean 23,27 33,27
Deviasi Standar 12,75 18,45
Median 19 32
3 Suhu Tubuh
Rentangan 30-‐40.7 37-‐39
Mean 38,5 38,2
Deviasi Standar 0,69 0,65
Median 38,5 38
4 Berat Badan Lahir (kg)
Rentangan 1,8-‐4,3 3,9-‐1,9
Mean 2,9 3,0
Deviasi Standar 0,53 0,58
Median 2,9 2,95 L : Laki-‐laki P : Perempuan (%) : Nilai persentase
Dari seluruh sampel yang diteliti ada (60) anak, pada kelompok Kejang
Demam Sederhana terdapat 18 (60%) laki-‐laki dan 12 (40%) perempuan,
sedangkan pada kelompok demam tanpa kejang terdapat 17 (57%) laki-‐laki dan
13 (43%) perempuan. Rerata umur pada kejang demam sederhana 23 bulan
degan rentangan 9 – 58 bulan dan rerata umur pada anak dengan demam tanpa
kejang 33 bulan dengan rentangan 6-‐60 bulan. Rerata suhu pada kejang demam
sederhana 38,5 dengan rentangan 37-40°C dan rerata pada demam tanpa kejang
29
adalah 38,2°C dengan rentangan 37-39°C. Rerata berat badan lahir pada kejang
demam sederhana 3,0 kilogram dengan rentangan 1,8-4,3 dan rerata pada demam
tanpa kejang adalah 2,9 kilogram dengan rentangan 1,9-3,9.
Dari penelitian di dapatkan umur anak dengan kejang demam sederhana dan
demam tanpa kejang berada pada interval 6 bulan hingga 60 bulan.
Tabel 4. Distribusi penderita kejang demam sederhana dan demam tanpa
kejang berdasarkan umur.
Umur KDS : DTK
Jumlah (N=30:30)
KDS : DTK
Persen (%)
6-‐12 5 : 7 16.7 : 23.33
13-‐24 15 : 6 50 : 20
25-‐36 6 : 4 20 : 13.33
37-‐48 1 : 7 3.33 : 23.33
49-‐60 3 : 6 10 : 20
Gambar 1 Distribusi penderita kejang demam sederhana dan demam tanpa
kejang berdasarkan umur.
16.7
50
20
3.33 10
23.33 20 13.33
23.33 20
0
10
20
30
40
50
60
6-‐-‐12 13-‐24 25-‐36 37-‐48 49-‐60
Jumlah anak (%
)
Umur (bulan)
KDS
DTP
30
Tabel 4 dan Gambar 1 di atas menunjukkan bahwa pada kelompok kejang
demam sederhana secara keseluruhan subjek terbanyak berada pada umur 13 - 24
bulan yaitu sebanyak 15 orang (50.00%), diikuti dengan kelompok umur 25 – 36
bulan sebanyak 6 orang (20.00%), umur 6-12 bulan sebanyak 5 orang (16.70%), umur
49 - 60 bulan sebanyak 3 orang ( 10.00 %), dan terendah pada 37 – 48 bulan yaitu
sebanyak 1 orang (3.32 %) dibanding dengan kelompok demam tanpa kejang di mana
subjek terbanyak berada pada umur 6 – 12 bulan dan 37 - 48 bulan yaitu sebanyak 7
orang (23.33%), diikuti kelompok umur 13 – 24 bulan dan 49 -60 bulan yang
mempunyai jumlah yang sama yaitu 6 orang (20.00%). Kemudian yang terendah pada
kelompok umur 25 - 36 bulan yaitu sebanyak 4 orang (13.33%).
31
Tabel 5. Distribusi penderita kejang demam sederhana dan demam tanpa
kejang berdasarkan suhu tubuh.
Suhu Tubuh (°C) KDS : DTK
Jumlah N=(30:30) Persen (%)
≤38 12 : 17 40 : 56.67
38.1 – 38.9 7 : 7 23.33 : 23.33
≥39 11 : 6 36.67 : 20
Gambar 2. Distribusi penderita kejang demam sederhana dan demam tanpa
kejang berdasarkan suhu tubuh.
Tabel 5 dan Gambar 2 di atas menunjukkan bahwa pada kelompok kejang
demam sederhana secara keseluruhan subjek terbanyak berada pada suhu tubuh
≤38°C yaitu sebanyak 12 orang (40.00%), diikuti dengan suhu tubuh ≥39°C sebanyak
11 orang (36.67%), dan terendah pada suhu tubuh 38.1°C – 38.9°C yaitu sebanyak 7
orang (23.33 %) dibanding dengan kelompok demam tanpa kejang di mana subjek
terbanyak berada pada suhu tubuh ≤38°C yaitu sebanyak 17 orang (56.67%), diikuti,
7 orang (23.33%) pada kelompok suhu tubuh 38.1°C – 38.9°C dan sebanyak 6 orang
(20.00%) pada kelompok suhu ≥39°C.
40
23.33
36.67
56.67
23.33 20
0
10
20
30
40
50
60
≤38°C 38.1-‐38.9°C ≥39°C
Jumlah anak (%
)
Suhu Tubuh
KDS
DTK
32
Tabel 6. Distribusi penderita kejang demam sederhana dan demam tanpa
kejang berdasarkan berat badan lahir.
Berat Badan Lahir KDS : DTK
Jumlah N = (30:30)
KDS : DTK
Persen (%)
<2500 4 : 5 13.33 : 16.67
2500 – 3999 25 : 25 83.33 : 83.33
≥4000 1 : 0 3.33 : 0
Gambar 3. Distribusi penderita kejang demam sederhana dan demam
tanpa kejang berdasarkan berat badan lahir.
Tabel 6 dan Gambar 3 di atas menunjukkan bahwa pada kelompok kejang
demam sederhana dan demam tanpa kejang secara keseluruhan mempunyai berat
badan lahir yang terbanyak yaitu 2500 – 3999 gram, sebanyak 25 orang (83.33%),
diikuti dengan berat badan lahir <2500 gram sebanyak 4 orang (13.33%) untuk KDS
dan 5 orang (20.00%) untuk DTK.
13.33
83.33
3.33
16.7
83.33
0 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
<2500 2500-‐3999 ≥4000
Jumlah anak (%
)
Berat Badan Lahir
KDS
DTK
33
5.3 Penjaringan Faktor Risiko Kejang Demam Sederhana
Dalam penjaringan faktor-faktor risiko Kejang Demam Sederhana digunakan
analisis bivariat.
Nilai rata-rata umur antara kelompok kejang demam sederhana dan demam
tanpa kejang dapat dilihat pada table 7.
Tabel 7. Nilai rata-rata umur antara kejang demam sederahan dan demam tanpa kejang.
Umur (Bulan) Kejang Demam Sederhana Demam Tanpa Kejang Mean 23,27 33,27 Median 19 32
Standar Deviasi 12,75 18,45 Rentangan nilai 9-‐58 6-‐60
Uji t df=58 t=-‐2,442 p=0,018 (p<0,05) Analisis statistik pada tabel 4 menunjukan ada perbedaan bermakna dengan
niai rata-rata umur pada kelompok kejang demam sederhana 23,27 bulan lebih muda
dibanding dengan kelompok demam tanpa kejang 31,97 bulan dengan nilai p=0,018.
Analisis hubungan Umur dengan risiko kejadian penyakit Kejang Demam
Sederhana dapat dilihat di Tabel 8.
Tabel 8. Hubungan umur dengan risiko kejadian penyakit Kejang Demam Sederhana.
Umur Kelompok
Total Kejang Demam Sederhana Demam Tanpa Kejang < 24 BULAN 20 (33.3%) 13 (21.7%) 33 (55%) > 24 BULAN 10 (16.67%) 17 (28.3%) 27 (45%) Total 30 (50%) 30 (50%) 60 (100%) X2 = 5,554 df=1 p=0,018
Frekuensi kejadian kejang demam sederhana pada kelompok umur <24 bulan
sebesar (33.3%) lebih tinggi dibandingkan dengan anak umur >24 bulan (16.67%)
sedangkan frekuensi anak dengan demam tanpa kejang pada kelompok <24 bulan
(21.7%) dan >24 bulan (28.3%). Analisis statistik menunjukan ada hubungan
bermakna antara kejadian kejang demam sederhaa dan demam tanpa kejang
34
berdasarkan umur anak p=0,018 (p=<0,05). Nilai crude odds ratio (COR) = 3,596
dengan interval kepercayaan 1,216 – 10,638 berarti umur merupakan faktor risiko
terjadinya kejang demam sederhana.
Analisis hubungan Jenis Kelamin dengan risiko penyakit Kejang demam
Sederhana dapat dilihat di Tabel 9.
Tabel 9 : Hubungan Jenis Kelamin dengan risiko penyakit Kejang Demam Sederhana.
Jenis Kelamin Kelompok
Total Kejang Demam Sederhana Demam Tanpa Kejang Laki-laki 18 (60%) 17 (57%) 35 (58.3%)
Perempuan 12 (40%) 13 (43%) 25 (41.7%) Total 30 (100%) 30 (100%) 60 (100%)
X2 = 0,071 df=1 p=0,793
Frekuensi penderita Kejang Demam Sederhana pada anak laki-laki sebesar
(60%) lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan (40%) sedangkan pada anak
demam tanpa kejang laki-laki (57%) dan perempuan (43%). Tetapi ternyata secara
statistik tidak ada perbedaan bermakna antara kedua kelompok luaran (outcome)
dengan nilai p = 0,793 ( p > 0,05 ). Dilihat dari nilai crude odds ratio (COR) anak
laki-laki terhadap anak perempuan 0,872 dengan interval kepercayaan (95% 0,312 –
2,436) berarti jenis kelamin bukan merupakan faktor risiko terjadinya kejang demam
sederhana.
35
Nilai rata-rata Suhu Tubuh pada anak dengan Kejang Demam Sederhana dan
Demam Tanpa Kejang dapat dilihat di tabel 10.
Tabel 10 : Nilai rata-rata Suhu Tubuh pada anak dengan Kejang Demam
Sederhana dan Demam Tanpa Kejang
Suhu (°C) Kejang Demam Sederhana Demam Tanpa Kejang Mean 38,5 38,2 Median 38,5 38
Standar Deviasi 0,69 0,65 Rentangan nilai 37-‐40 37-‐39
Uji t df=58 t = 1,619 p = 0,111
Analisis statistik pada tabel 7 memperlihatkan tidak terdapat perbedaan
bermakna amtara kedua kelompok luaran (outcome) dengan nilai p = 0,111 (p > 0,05).
Analisis ini berarti rata-rata suhu tubuh anak antara kejang demam sederhana dan
demam tanpa kejang adalah sama.
Analisis hubungan antara Berat Badan Lahir dengan kejadian Kejang Demam
Sederhana dapat dilihat di tabel 11.
Tabel 11. Hubungan antara Suhu Tubuh dengan kejadian Kejang Demam Sederhana
Suhu Tubuh Kelompok
Total Kejang Demam Sederhana Demam Tanpa Kejang <38.5 13 (21.7%) 18 (30.0%) 31 (51.7%) ≥38.5 17 (28.3%) 12 (20.0) 29 (48.3%) Total 30 (50%) 30 (50%) 60 (100%) X2 = 1.669 df=1 p=0,196 (p>0,05)
Analisis statistik pada tabel 11 menunjukan tidak ada perbedaan bermakna
p=0,196 (p>0,05) dalam hal kejadian kejang demam sederhana dan demam tanpa
kejang berdasarkan suhu tubuh. Nilai crude odds ratio (COR) = 0,510 dengan interval
kepercayaan 95% (0,183-1,424), berarti suhu tubuh bukan faktor risiko terjadinya
kejang demam sederhana.
36
Analisis hubungan antara Berat Badan Lahir dengan kejadian Kejang Demam
Sederhana dapat dilihat di tabel 12.
Tabel 12. Hubungan antara Berat Badan Lahir dengan kejadian Kejang Demam Sederhana
Berat Badan Lahir Kelompok
Total Kejang Demam Sederhana Demam Tanpa Kejang <2,5 KG 5 (8.3%) 4 (6.7%) 9 (15.0%) >2.5 KG 25 (41.7%) 26(43.3%) 51 (85.0%) Total 30 (50%) 30 (50%) 60 (100%) X2 = 0,131 df=1 p=0,718 (p>0,05)
Analisis statistik pada tabel 12 menunjukan tidak ada perbedaan bermakna
p=0,718 (p>0,05) dalam hal kejadian kejang demam sederhana dan demam tanpa
kejang berdasarkan berat badan lahir. Nilai crude odds ratio (COR) = 1,300 dengan
interval kepercayaan 95% (0,313-5,404), berarti berat badan lahir bukan faktor risiko
terjadinya kejang demam sederhana.
37
BAB 6
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini dengan menggunakan desain case control retrospective
tentang identifikasi faktor risiko terhadap kejang demam sederhana pada anak yang
dilaksanakan selama periode Januari 2015 sampai November 2017, telah diperoleh 60
sampel yang dikelompokkan masing-masing 30 sampel sesuai dengan kriteria inklusi
kasus dan kontrol.
Frekuensi kejang demam sederhana pada anak laki-laki 60% dan anak
perempuan 40% sedangkan pada demam tanpa kejang pada anak laki-laki 57% dan
perempuan 43%. Frekuensi jenis kelamin laki-laki yang lebih banyak dijumpai pada
kelompok kasus dan kontrol sesuai dengan penelitian Fuadi (2012) dkk. Hasil uji
statistik didapatkan tidak ada hubungan bermakna p=0,791 (p>0,05) dalam hal
kejadian kejang demam sederhana dan demam tanpa kejang berdasarkan jenis
kelamin. Nilai crude odds ratio (COR)=0,868 dengan interval kepercayaan (95%
0,306 – 2,461) berarti jenis kelamin bukan merupakan faktor risiko terjadinya kejang
demam sederhana. Hasil ini sesuai dengan penelitian Jarret dkk (2012) bahwa anak
laki-laki memiliki rasio perbandingan 1,3:1 dibandingkan jenis kelamin perempuan,
namun secara statistik tidak mempunyai perbandingan bermakna. Penelitian oleh
Alireza dkk (2017) juga mendapat hasil jenis kelamin laki laki untuk kejadian kejang
demam sederhana lebih tinggi (59%) dibanding jenis kelamin perempuan (41%)
namun tidak ada perbedaan signifikan.
Nilai rata-rata umur anak dengan demam kejang demam sederhana 23,3%
lebih rendah dibanding dengan demam tanpa kejang 33,3%. Frekuensi anak dengan
kejang demam sederhana pada kelompok umur <24 bulan (33.3%) lebih tinggi
dibanding kelompok >24 bulan (16,67%). Hasil uji statistik didapatkan hubungan
38
bermakna antara kelompok anak p=0,018 (p=<0,05). Nilai crude odds ratio (COR) =
3,596 dengan interval kepercayaan 1,216 – 10,638 berarti kelompok umur <24 bulan
lebih tinggi 3,596 kali dibandingkan dengan kelompok umur >24 bulan dan berarti umur
merupakan faktor risiko terjadinya kejang demam sederhana. Hal ini sesuai dengan
penelitian Fuadi dkk di RSUP dr. Kariadi Semarang yang menunjukan bahwa kelompok
umur anak <24 bulan mempunyai risiko 3 kali lebih besar mengalami kejang demam
dibandingkan dengan anak berumur >24 bulan. Ini dikaitkan dengan fase perkembangan
otak pada umur anak <24 bulan yang masih belum sempurna dan mielinisasi masih
berlanjut sampai ke pasca natal. Umur <24 bulan berkaitan dengan fase perkembangan
otak yaitu masa development window dimulai fase organisasi sehingga pada keadaan
otak belum matang, reseptor eksitatori lebih aktif berbanding reseptor inhibitori sehinga
eksitasi lebih dominan dibanding inhibisi dan lebih mudah terjadi kejang demam.
Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan 10 orang anak kejang demam sederhana di
atas 24 bulan, ini mungkin disebabkan faktor lain yang memungkinkan untuk anak
terkena kejang demam karena proses pertumbuhan otak pada anak di atas 24 bulan sudah
mulai matur.
Didapatkan nilai rata-rata suhu tubuh pada anak dengan kejang demam sederhana
38.5°C sedikit lebih tinggi dibanding demam tanpa kejang 38,2°C. Tetapi hasil statistik
didapatkan tidak ada perbedaan bermakna antara kejang demam sederhana dengan
demam tanpa kejang dengan nilai p=0,196 (p>0,05). Hal ini berbeda dengan penelitian
di luar negeri oleh Abolfazl yang memperoleh hasil yang ada hubungan bermakna (p =
0,000). Ini mungkin disebabkan anak sering masuk rumah sakit dengan riwayat kejang
dan membuatkan pengukuran suhu lebih sulit kerana orang tua sering tidak mengetahui
suhu tubuh anak dan hanya mengetahui demam melalui perabaan. Oleh itu, untuk
39
mendapatkan pengukuran suhu tubuh yang maksimal tidak bisa dilakukan dan data yang
telah tercatat di rekam medis didapatkan ketika anak masuk rumah sakit. Demam
dikaitkan dengan pengeluaran sitokin. Aktivasi jalur sitkoin akan berpebngaruh terhadap
nilai ambang kejang. Pada keadaan demam dengan setiap kenaikan suhu satu derajat
celcius akan mengakibatakan kenaikan metabolisme basal sekitar 10 – 15% dan
kebutuhan oksigen basal meningkat 20%. Kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi
perubahan keseimbangan dari membran sel neurondan terjadi difusti ion Natrium
melalui membran akibat terjadinya lepasan muatan listrik dan terjadilah kejang.
Analisis statistik mengenai hubungan berat badan lahir pada anak menunjukan
tidak ada perbedaaan bermakna antara kelompok kejang demam sederhana 2,9 kg
dengan demam tanpa kejang 3,0kg dengan nilai p=0,718 (p > 0,05). Ini sesuai dengan
penelitian lain yang dilakukan di luar negeri oleh Abolfazl dkk (2010) yang memperoleh
hasil yang tidak ada perbedaan bermakna dengan kejadian kejang demam sederhana
menurut berat badan lahir (p>0,05). Penelitian dari Fuadi dkk (2010) juga memperoleh
hasil yang sama yaitu tidak ada hubungan bermakna antara berat badan lahir anak
dengan kejadian kejang demam sederhana (p = 0,75). Hasil dari penelitian ini
menandakan berat badan lahir rendah bukan faktor risiko terjadinya kejang demam
sederhana. Kemungkinan faktor berat badan lahir rendah tidak signifikan karena jumlah
subjek penelitian yang kurang untuk membandingkan antara kasus dan kontrol sehingga
diperlukan penelitian lanjutan dengan subjek yang lebih besar untuk menggambarkan
hasil yang sebenarnya.
Pada analisis bivariat, tearamati 1 variabel sebagai faktor risiko yang mempunyai
hubungan bermakna dengan kejadian kejang demam sederhana yaitu umur anak di
40
bawah 24 bulan. Hal ini menunjukkan jenis kelamin, suhu tubuh dan berat badan lahir
bukan merupakan faktor risiko kejang demam sederhana.
Pada penelitian ini 15 sampel kontrol diambil melaui wawancara yang dilakukan
di poli mother and child RSUP dr. Wahiddin akibat daripada sampel dari rekam medis
yang tidak mencukupi untuk dimasukan di dalam kriteria inklusi untuk penelitian ini.
Oleh itu cara lain memilih kontrol yang baik adalah dengan memilih lebih dari satu
kelompok kontrol karena sukar untuk mencari kelompok kontrol yang benar-benar
sebanding jadi peneliti telah mengambil 15 data kontrol melalui rekam medis dan 15
data melalui wawancara bersama pasien di poli mother and child RSUP dr. Wahiddin
Makassar.
41
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Setelah dijalankan penelitian mengenai identifikasi faktor risiko kejang demam
sederhana di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar periode 2015-2017, maka
dapat disimpulkan bahwa faktor risiko terjadinya kejang demam sederhana yang
teridentifikasi adalah :
1. Umur anak kurang dari 24 bulan, nilai p<0,05.
2. Tidak aada hubungan bermakna antara jenis kelamin, suhu tubuh dan berat
badan lahir, didapatkan nilai p>0,05.
7.2 Saran
Setelah melakukan penelitian tersebut, terdapat beberapa saran yang dapt
diBerikan agar peneitian seperti ini dapat diperbaiki di masa akan datang. Antara saran
yang dapat diberikan adalah :
1. Rekam medik perlu ditulis secara lengkap terutama anamnesis tentang berat
badan lahir anak dan riwayat keluarga dengan kejang demam. Penyimpanan
data juga haruslah tersusun demi menjaga tersedianya rekam medik yang
lengkap.
2. Penyuluhan kepada orang tua, jika anak menderita demam harus kontrol
demam nya supaya tidak terlalu tinggi karena dapat memicu bangkitan
kejang.
3. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian yang
42
lebih mendalam tentang semua varibel yang telah diteliti dengan mengambil
sampel yang lebih besar sehingga mendapat hasil yang lebih akurat.
43
Daftar pustaka
1. Ahmad Talebian et al., 2017. Comparison of the effects of clobazam and
diazepam in prevention of recurrent febrile seizures. Journal of Research in
Medical and Dental Sciences. Volume 5, Issue 1, Page No: 49-53.
2. Abolfazl Mahyar et al., 2010. Risk Factors of the First Febrile Seizure in Iranian
Children. International Journal of Pediatrics. Volume 2010, Article ID 862697.
3. Alireza Eskandarifar et al., 2017. The Risk Factor in Children with Simple and
Complex Febrile Seizure : An Epidemiological Study. International J Pediatr,
Vol. 5, N.6, Seral No.42.
4. American Acdemy of Pediatrics, 2011. Clinical Practical Guideline – Febrile
Seizures: Guideline for the Neurodiagnostic Evaluation of the Child With a
Simple Febrile Seizure.
5. Berg AT., 2002. Recurrent Febrile Seizures. In: Baram FZ, Sinnar S.ed Febrile
Seizures. San Diego : Academic Press. Hal 37-49.
6. Behrman, Kliegman, Arvin, 1996. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15, Vol.
3, W.B. Saunders Company, Philadelphia, Pennysylvania. Hal 2059-2060
7. Chris Tanto et al., 2014. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke-4. Jakarta : Media
Aesculapius. Hal 102-105.
8. Daoud A. Febrile convulsion review and update. J Pediatr Neurol. 2004. 9- 14.
9. Eun Hye Lee & Sajun Chung, 2015. Electroencephalography in Children with
Febrile Seizure : Is it Useful or Useless?. Journal of Neuroinfectious. S1-003.
10. Fuadi et al., 2010. Faktor Risiko Bangkitan Kejang Demam pada Anak. Sari
Pediatri, Vol. 12, No. 3 : 142
44
11. Hassan R. et al., 2002. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2, Cetakan Kesepuluh,
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta.
12. Ismoedijanto, 2000. Demam pada anak. Sari Pediatri, Vol. 2, No. 2 : 103 – 108.
13. Janet L. et al., 2013. Febrile Seizures. Pediatric Annals 42(12): 249-54.
14. Jerome Engel Jr. et al., 2014. Febrile Seizures. Hal 1-25.
15. Joshua R. Francis, et al., 2016. An observational study of febrile seizures: the
importance of viral infection and immunization. BMC Pediatrics 16:202.
16. Judith M. Sondheimer, 2013. Current Essentials Pediatrics. Jakarta: Karisma
Pulishing Group. Hal 136.
17. Lumbantobing SM, 2004. Kejang Demam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
18. Mark H. Beers et a.l, 2003. The Merck Manual of Medical Information, Edisi
kedua. United States: Merck & Co., Inc. Hal 453-454.
19. Melda Deliana, 2002. Sari Pediatri, Vol. 4. Medan: FK USU. Hal 59-62.
20. Nelson KB, 1991. Febrile Seizures Update: Natural History. Dalam: Modern
Perspectives of Child Neurology. Tokyo: Japanese Society of Child Neurology.
21. O.O. Jarret et al., 2012. Pre-hospital Management of Febrile Seizure in children
seen at the university college hospital, Ibadan, Nigeria. Vol. 10, No.2 6-10.
22. Pengekuten T. Marudur, et al., 2012. Predictive factors for recurrent febrile
seizures in children. Paediatrice Indonesiana, Vol 52, No. 6.
23. Rifqi Fadly Arief, 2015. Penatalaksaan Kejang Demam. Continuing Medical
Education. Vol. 42 No.9, Hal. 658-661.
45
24. Syndi Seinfeld DO & John M. Pellock, 2013. Recent Research on Febrile
Seizures. Journal of Neurology & Neurophysiology,: A Review. ISSN: 2155-
9562 JNN.
25. Paul R. Carney & James D. Geyer, 2010. Pediatric Practice Neurology. United
States: The McGraw-Hill Companies. Hal 41-45.
26. Pavlidou E. et al., 2008. Which factors determine febrile seizure recurrence? A
prospective study. Brain Dev. 30(1):7-13.
27. Vestergaard et al., 2008. Death in children with febrile seizures: a population-
based cohort study. Lancet Aug 9 2008372(9637): 457–63
LAMPIRAN
SPSS
1. Nilai rata-rata dan hubungan umur antara Kejang Demam Sederhana dan Demam Tanpa Kejang.
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
AGE KEJANG DEMAM
SEDERHANA 30 23.2667 12.75481 2.32870
DEMAM TANPA KEJANG 30 33.2667 18.45205 3.36887
a) Uji Student T Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
AGE
Equal variances assumed
10.598 0.002 -2.442 58 0.018 -10 4.09538 -
18.19779 -
1.80221
Equal variances not assumed
-2.442 51.562
0.018 -10 4.09538 -
18.21964 -
1.78036
b) Uji X2 (Chi-Square)
Umur * Kelompok Crosstabulation
Kelompok
Total
KEJANG
DEMAM
SEDERHANA
DEMAM TANPA
KEJANG
Umur <2 TAHUN Count 22 13 35
% of Total 36.7% 21.7% 58.3%
>2 TAHUN Count 8 17 25
% of Total 13.3% 28.3% 41.7%
Total Count 30 30 60
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Umur * Kelompok 60 95.2% 3 4.8% 63 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 5.554a 1 .018 Continuity Correctionb 4.389 1 .036 Likelihood Ratio 5.654 1 .017 Fisher's Exact Test .035 .018
Linear-by-Linear Association 5.462 1 .019 N of Valid Cases 60 a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.50.
b. Computed only for a 2x2 table
c) Crude Odds Ratio (COR)
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Umur (<2
TAHUN / >2 TAHUN) 3.596 1.216 10.638
For cohort Kelompok =
KEJANG DEMAM
SEDERHANA
1.964 1.051 3.672
For cohort Kelompok =
DEMAM TANPA KEJANG .546 .329 .908
N of Valid Cases 60
2. Hubungan Jenis Kelamin dengan risiko penyakit Kejang Demam Sederhana.
a) Uji X2 (Chi-Square)
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Jenis Kelamin * Kelompok 60 95.2% 3 4.8% 63 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .069a 1 .793 Continuity Correctionb .000 1 1.000 Likelihood Ratio .069 1 .793 Fisher's Exact Test 1.000 .500
Linear-by-Linear Association .067 1 .795 N of Valid Cases 60 a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.50.
b) Crude Odds Ratio (COR)
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Jenis
Kelamin (LAKI-LAKI /
PEREMPUAN)
.872 .312 2.435
For cohort Kelompok =
KEJANG DEMAM
SEDERHANA
.934 .562 1.552
For cohort Kelompok =
DEMAM TANPA KEJANG 1.071 .637 1.802
N of Valid Cases 60
3. Nilai rata-rata dan hubungan Suhu Tubuh pada anak dengan Kejang Demam
Sederhana dengan Demam Tanpa Kejang.
Group Statistics Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
TEMP KEJANG DEMAM
SEDERHANA 30 38.4800 .69202 .12635
DEMAM TANPA KEJANG 30 38.2000 .64701 .11813
a) Uji Student T
Levene's Test for
Equality of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean Differenc
e
Std. Error Differenc
e
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
TEMP
Equal variances assumed
0.363
0.549
1.619 58 0.111 0.28 0.17297
-0.0662
3
0.62623
Equal variances not assumed
1.619
57.74 0.111 0.28 0.17297
-0.0662
6
0.62626
b) Uji X2 (Chi-Square)
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Suhu Tubuh * Kelompok 60 95.2% 3 4.8% 63 100.0%
Suhu Tubuh * Kelompok Crosstabulation
Kelompok
Total
KEJANG
DEMAM
SEDERHANA
DEMAM TANPA
KEJANG
Suhu Tubuh <38,5 Celcius Count 13 18 31
% of Total 21.7% 30.0% 51.7%
>38,5 Celcius Count 17 12 29
% of Total 28.3% 20.0% 48.3%
Total Count 30 30 60
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.669a 1 .196 Continuity Correctionb 1.068 1 .301 Likelihood Ratio 1.676 1 .195 Fisher's Exact Test .301 .151
Linear-by-Linear Association 1.641 1 .200 N of Valid Cases 60 a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.50.
b. Computed only for a 2x2 table
c) Crude Odds Ratio (COR)
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Suhu Tubuh
(<38,5 Celcius / >38,5
Celcius)
.510 .183 1.424
For cohort Kelompok =
KEJANG DEMAM
SEDERHANA
.715 .427 1.197
For cohort Kelompok =
DEMAM TANPA KEJANG 1.403 .829 2.376
N of Valid Cases 60
4. Nilai rata-rata dan hubungan Berat Badan Lahir pada anak dengan Kejang Demam Sederhana dengan Demam Tanpa Kejang.
Group Statistics Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
BIRTH KEJANG DEMAM
SEDERHANA 30 2.9067 .52649 .09612
DEMAM TANPA KEJANG 30 3.0000 .58339 .10651
a) Uji Student T
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean Differenc
e
Std. Error Differenc
e
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
BIRTH
Equal variances assumed
0.488
0.487
-0.65
1 58 0.518 -0.09333 0.14347
-0.3805
3
0.19386
Equal variances not assumed
-
0.651
57.4 0.518 -0.09333 0.14347
-0.3805
9
0.19392
b) Uji X2 (Chi-Square)
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Berat Badan Lahir (gram) *
Kelompok 60 95.2% 3 4.8% 63 100.0%
Berat Badan Lahir (gram) * Kelompok Crosstabulation
Kelompok
Total
KEJANG
DEMAM
SEDERHANA
DEMAM TANPA
KEJANG
Berat Badan Lahir (gram) <2.5 KG Count 5 4 9
% of Total 8.3% 6.7% 15.0%
>2.5KG Count 25 26 51
% of Total 41.7% 43.3% 85.0%
Total Count 30 30 60
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .131a 1 .718 Continuity Correctionb .000 1 1.000 Likelihood Ratio .131 1 .717 Fisher's Exact Test 1.000 .500
Linear-by-Linear Association .129 1 .720 N of Valid Cases 60 a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.50.
b. Computed only for a 2x2 table
c) Crude Odds Ratio (COR)
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Berat Badan
Lahir (gram) (<2.5 KG /
>2.5KG)
1.300 .313 5.404
For cohort Kelompok =
KEJANG DEMAM
SEDERHANA
1.133 .593 2.166
For cohort Kelompok =
DEMAM TANPA KEJANG .872 .400 1.899
N of Valid Cases 60
DEMAM TANPA KEJANG
No Umur (Bulan) Jenis Kelamin Suhu Tubuh
(°C) Berat Badan Lahir
(kg) 1 8 L 38 2.3 2 54 P 38 2.5 3 7 L 38.8 3.9 4 42 L 38.1 2.9 5 9 L 39 3.2 6 35 L 38.9 3.1 7 7 L 38 3.8 8 28 L 38.5 2.5 9 24 P 37.8 3.5 10 29 L 38 2.9 11 12 L 37.8 3 12 55 P 38 3 13 11 P 38.9 3 14 48 P 38.7 2.2 15 48 L 37.8 1.9 16 46 P 38 2.8 17 48 P 38 3.5 18 10 P 38 3 19 36 P 39 2 20 18 L 39 3.1 21 24 P 39 3.8 22 60 P 38.5 2.6 23 48 L 38 3 24 23 L 39 2.5 25 22 L 38 2.2 26 57 L 38 3.6 27 48 P 39 2.8 28 60 L 38 2.9 29 60 L 38 2.5 30 21 P 38 3.2
KEJANG DEMAM SEDERHANA
No Umur Jenis Kelamin Suhu Tubuh Berat Badan Lahir (kg) 1 50 P 37.8 2.5 2 10 P 40 2.9 3 25 P 38.5 2.6 4 58 L 37.2 2.5 5 38 L 38.9 2.9 6 15 L 39 3.95 7 11 L 38 2 8 21 P 38 3.4 9 25 L 38.9 2.9 10 34 L 38 2.3 11 15 P 38.5 3.5 12 11 L 39 3.4 13 23 P 39 3.1 14 10 P 38 3.5 15 16 P 39.4 3 16 9 L 39 3.2 17 19 P 38.2 2.45 18 23 L 37.9 3.8 19 38 L 39 3.85 20 19 L 37.8 3.5 21 13 P 38.7 2.7 22 50 P 39 2.75 23 31 P 39.2 2.6 24 14 L 38.5 2.5 25 17 L 37 2.9 26 15 L 38 3.5 27 19 L 37.8 4.3 28 28 L 39.3 2.8 29 24 L 37.8 1.8 30 17 L 39 2.9
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN
KOMITE ETIK PENELITIAN KESEHATAN Sekretariat : Lantai 2 Gedung Laboratorium Terpadu
JL.PERINTIS KEMERDEKAAN KAMPUS TAMALANREA KM.10, Makassar 90245 Contact person dr. Agussalim Bukhari,PhD,SpGK (HP. 081241850858), email: [email protected]
Formula Persetujuan Setelah Penjelasan
FORMULIR PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini;
Nama / initial :
Alamat :
Nomor telepon :
Setelah mendengar dan mengerti penjelasan yang diberikan oleh peneliti
mengenai tujuan,manfaat,prosedur kerja dan luaran dari proses penelitian ini,
maka dengan ini saya menyatakan bersedia untuk menjadi partisipasi pada
penelitian ini tanpa paksaan dari pihak manapun.
Demikian surat pernyataan ini saya buat, untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Makassar,
Yang memberi pernyataan,
( _____________________ )
Saksi 1 : Saksi 2:
( _________________ ) ( __________________ )
Penanggung Jawab Peneliti Nama : Rohaiza binti Mohammad Alamat : Rusunawa Unhas Jalan Sahabat No Telepon : 087842064694 PETUNJUK Semua pertanyaan mohon dijawab sesuai keadaan sebenar. Nama Anak : Umur : Jenis Kelamin : Laki-‐laki / Perempuan Berat Badan Lahir : Tanggal Terakhir Demam : Suhu Tubuh Ketika Demam : Riwayat Kejang : Ada / Tidak ada Riwayat Keluarga :
BIODATA PENELITI Nama Lengkap : Rohaiza binti Mohammad Nama Panggilan : Haiza NIM : C111 14 860 Tempat/ Tanggal Lahir : Malaysia, 25 Maret 1995 Agama : Islam Jenis Kelamin : Perempuan Jurusan/ Fakultas : Pendidikan Dokter Nama Orangtua : Mohammad bin Adom Rupiah binti Karim Anak Ke : 5 Alamat : Rusunawa 2 UNHAS Telepon : 087842064694 Email : [email protected] Riwayat Pendidikan :
Sekolah Rendah Kebangsaan Seksyen 17 Shah Alam (2002-‐2007) Sekolah Menengah Kebangsaan Seksyen 24 (2) Shah Alam (2008-‐2012) Universiti Teknologi Mara Puncak Alam Malaysia (2013-‐2014) Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (2014 – sekarang)
Pengalaman Organisasi : Presiden Ikatan Penulis Mahasiswa Malaysia di Indonesia (2017)