skripsi cuci tangan

109

Click here to load reader

description

skripsi

Transcript of skripsi cuci tangan

  • 1

    HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN TERHADAP

    KEJADIAN DIARE PADA SISWA DI SEKOLAH

    DASAR NEGERI CIPUTAT 02

    Skripsi

    Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar

    Sarjana Keperawatan (S.Kep)

    Disusun Oleh:

    ALIF NURUL ROSYIDAH

    1110104000013

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1435 H/2014 M

  • ii

    LEMBAR PERNYATAAN

    Dengan ini Saya menyatakan bahwa :

    1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli Saya yang diajukan untuk

    memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di

    Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Semua sumber yang Saya gunakan dalam penulisan ini telah Saya

    cantumkan sesuai dengan ketentuan yang telah berlaku di Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli Saya

    atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka Saya bersedia

    menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Jakarta, Juli 2014

    Alif Nurul Rosyidah

  • iii

    FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

    SCHOOL OF NURSING

    ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    Undergraduates Thesis, June 2014

    Alif Nurul Rosyidah, NIM: 1110104000013

    Relationship of Behavior about Handwashing of Students Against Incidence

    Diarrhea in SDN Ciputat 02

    xvii + 78 pages + 8 tables + 3 shemes + 8 attachments

    ABSTRACT

    Diarrhea is a disease that is still a public health problem in developing countries,

    including in Indonesia. Banten province was ranked the six that have a fairly high

    prevalence of diarrhea. In the age group 5-14 years the prevalence of diarrhea was

    10.3%. To decrease deaths due to diarrhea governance need fast and precise, one

    hand washing with running water using soap.

    The purpose of this study was to determine the relationship of the hand washing

    behavior of the students in the incidence of diarrhea in students in SDN Ciputat

    02. This study is a quantitative research design that uses a correlation descriptive

    cross sectional study. The samples in this study were 56 respondents taken by

    stratified random sampling. Data collection using questionnaires and observation,

    data analysis using Fisher's exact test.

    The results showed that having a good hand-washing behavior was 44.6% and

    that have less behavior by 55.4%. Elementary school children with diarrhea in the

    last three months amounted to 80.4%, while children who are not suffering from

    diarrhea in the last three months was 19.6%. The test results showed statistically

    (p = 0.015) means that there is a relationship between the behavior of

    handwashing on the incidence of diarrhea.

    Researchers suggest that students are expected to apply a clean and healthy

    lifestyle behaviors by always disciplined practice of washing hands to avoid the

    risk of diarrhea.

    Keywords: Knowledge, behavior, wash their hands, the incidence of diarrhea

    Reference: 34 (years 2000 2013)

  • iv

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    Skripsi, Juni 2014

    Alif Nurul Rosyidah, NIM: 1110104000013

    Hubungan Perilaku Siswa tentang Mencuci Tangan Terhadap Kejadian

    Diare pada Siswa di Sekolah Dasar Negeri Ciputat 02

    xvii + 78 halaman + 8 tabel + 3 skema + 8 lampiran

    ABSTRAK

    Diare merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di

    negara berkembang termasuk di Indonesia. Provinsi Banten menduduki peringkat

    ke enam yang mempunyai prevalensi diare yang cukup tinggi. Pada kelompok

    umur 5 14 tahun prevalensi diarenya sebesar 10,3%. Untuk menurunkan

    kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat, salah satunya

    mencuci tangan dengan air mengalir menggunakan sabun.

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku cuci tangan

    terhadap kejadian diare pada siswa di SDN Ciputat 02. Penelitian ini merupakan

    penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif correlation yang menggunakan

    pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini sebesar 56 responden

    diambil secara stratified random sampling. Pengumpulan data menggunakan

    kuesioner dan observasi, analisa data menggunakan uji Fisher.

    Hasil penelitian menunjukkan yang memiliki perilaku cuci tangan yang baik

    sebesar 44.6% dan yang memiliki perilaku kurang sebesar 55.4%. Anak SD yang

    menderita diare dalam tiga bulan terakhir sebesar 80.4%, sedangkan anak yang

    tidak menderita diare dalam tiga bulan terakhir sebesar 19.6%. Hasil uji statistik

    menunjukan (p = 0.015) artinya ada hubungan antara perilaku cuci tangan

    terhadap kejadian diare.

    Peneliti menyarankan agar siswa diharapkan dapat menerapkan perilaku hidup

    bersih dan sehat dengan selalu disiplin melakukan praktik cuci tangan agar

    terhindar dari risiko terjadinya diare.

    Kata kunci: Pengetahuan, perilaku, cuci tangan, kejadian diare

    Referensi: 34 (tahun 2000 -2013)

  • v

    PERNYATAAN PERSETUJUAN

    Skripsi dengan Judul

    HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN TERHADAP

    KEJADIAN DIARE PADA SISWA DI SEKOLAH

    DASAR NEGERI CIPUTAT 02

    Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi

    Program Studi Ilmu Keperawatan

    Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    Disusun Oleh:

    Alif Nurul Rosyidah

    NIM: 1110104000013

    Pembimbing I

    Nia Damiati, S.Kp, MSN

    NIP: 19790114 200501 2 002

    Pembimbing II

    Ita Yuanita, S.Kp, M.Kep

    NIP: 19700122 200801 2 005

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1435 H/2014 M

  • vi

    LEMBAR PENGESAHAN

    Skripsi dengan Judul

    HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN TERHADAP

    KEJADIAN DIARE PADA SISWA DI SEKOLAH

    DASAR NEGERI CIPUTAT 02

    Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh:

    Alif Nurul Rosyidah

    NIM: 1110104000013

    Pembimbing I

    Nia Damiati, S.Kp, MSN

    NIP: 19790114 200501 2 002

    Pembimbing II

    Ita Yuanita, S.Kp, M.Kep

    NIP: 19700122 200801 2 005

    Penguji I

    Ns. Uswatun Khasanah, S.Kp, MNS

    NIP: 19770401 200912 2 003

    Penguji II

    Nia Damiati, S.Kp, MSN

    NIP: 19790114 200501 2 002

    Penguji III

    Ita Yuanita, S.Kp., M.Kep

    NIP: 19700122 200801 2 005

  • vii

    LEMBAR PENGESAHAN

    Skripsi dengan Judul

    HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN TERHADAP

    KEJADIAN DIARE PADA SISWA DI SEKOLAH

    DASAR NEGERI CIPUTAT 02

    Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh:

    Alif Nurul Rosyidah

    NIM: 1110104000013

  • viii

    RIWAYAT HIDUP

    Nama : Alif Nurul Rosyidah

    Tempat, Tanggal Lahir : Wonogiri, 11 Januari 1992

    Agama : Islam

    Status : Belum Menikah

    Alamat :

    Telepon : 081513654678

    E-mail : [email protected]

    Riwayat Pendidikan :

    1. 1997-1998 : TK Amanah

    2. 1998-2004 : SD Islam Amanah

    3. 2004-2007 : SMPN 19 Kota Tangerang

    4. 2007-2010 : SMAN 7 Kota Tangerang

    5. 2010-2014 :

    Riwayat Organisasi :

    1. Paskibraka SMPN 19 Kota Tangerang

    2. Sekretaris Umum OSIS SMAN 7 Kota Tangerang

    3. Ketua Umum MPK SMAN 7 Kota Tangerang

    4. Anggota Dep. Kaderisasi PMII Komfakes

    5. Anggota Dep. Kemahasiswaan BEM FKIK UIN Jakarta

    6. Kadep. PSDM PMII Komfakes

    7. Kadep. Kemahasiswaan BEM FKIK UIN Jakarta

    8. Anggota Dep. Pengembangan Seni dan Olahraga PMII Cab. Ciputat

    Jl. P. Senopati III No. 21 Rt. 005/017 Kel. Uwung Jaya,

    Kec. Cibodas, Kota Tangerang - Banten

    S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

    Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

    Hidayatullah Jakarta

  • ix

    Sabar dan ikhlas dua kata yang makin aku

    pahami maknanya, gampang mengucapkan tapi

    susah dilaksanakan.

    Hasil karya ini aku persembahkan untuk

    1. Kedua orang tua ku yang selalu mendoakan

    demi kelancaran penyelasaian skripsi ini dan

    juga yang telah memberi support baik moril

    maupun materiil. 2. Adikku serta keluarga besar ku terutama bude

    darmi dan bude hindun yang selalu

    mensupport dan memberi masukan untuk

    menyelesaikan skripsi ini.

  • x

    KATA PENGANTAR

    Tiada kata yang kami ucapkan, selain memanjatkan puji beserta syukur

    kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga

    saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul hubungan perilaku

    tentang mencuci tangan terhadap kejadian diare pada siswa di SDN Ciputat 02.

    Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak mengalami

    kesulitan namun berkat pertolongan dari Allah SWT serta bantuan, bimbingan,

    dan kerjasama dari berbagai pihak sehingga kesulitan tersebut dapat diatasi.

    Untuk itu, tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada :

    1. Prof. Dr. (hc) dr. M.K. Tajudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    2. dr. H. M. Djauhari Widjajakusumah, AIF., PFK selaku Wakil Dekan

    Bidang Akademik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta yang telah membantu memberikan izin untuk

    penelitian di instansi terkait

    3. Ns. Waras Budi Utomo, S. Kep., MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu

    Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta yang telah memotivasi sehingga membuat semangat

    bagi penulis

    4. Nia Damiati, S. Kp., MSN selaku dosen pembimbing I dan Ita Yuanita, S.

    Kp., M. Kep selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia

    membimbing penulis serta sabar, tekun, tulus, ikhlas meluangkan waktu,

    tenaga dan pikiran dalam penyelesaian skripsi ini

  • xi

    5. Ns. Uswatun Khasanah, MNS selaku dosen pembimbing akademik yang

    selalu memberi arahan dan motivasi dari awal perkuliahan hingga saat ini

    6. Orang tua dan keluarga yang selalu memberi dukungan baik moril maupun

    materil

    7. Sahabat terbaikku rainbow house (Desy, Fida, Fitri, Naila, Nina),

    cherry house (Adis, Devica, Hani, Laras, Kiki, Septi) dan Lia Sholeha

    yang memberikan support untuk cepat menyelesaikan skripsi ini

    8. Teman-teman seangkatan PSIK 2010 dan sahabat-sahabati PMII yang

    selalu memotivasi

    9. Serta seluruh pihak yang telah mendukung kelancaran skripsi ini hingga

    selesai

    Atas bantuan dan segala amal baiknya, semoga Allah SWT membalas

    dengan pahala yang setimpal. Besar harapan penulis skripsi ini dapat

    bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

    Kritik dan saran sangat diperlukan dalam peningkatan kualitas skripsi ini.

    Akhir kata semoga kita semua diberikan rahmat, hidayah serta karunia- Nya

    dari Allah SWT dan apa yang telah penulis peroleh selama pendidikan dapat

    diamalkan dengan baik.

    Ciputat, Juni 2014

    Penulis

  • xii

    DAFTAR ISI

    halaman

    Judul . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    Pernyataan Keaslian Karya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    Abstract . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    Abstrak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    Pernyataan Persetujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    Lembar Pengesahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    Daftar Riwayat Hidup . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    Lembar Persembahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    Daftar Tabel . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    Daftar Bagan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    Daftar Lampiran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    B. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    C. Pertanyaan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    D. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    2. Tujuan Khusus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    E. Manfaat Penelitian

    1. Bagi profesi keperawatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    2. Bagi instansi SDN 02 Ciputat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    3. Bagi pelayanan kesehatan Puskesmas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    4. Bagi peneliti selanjutnya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Diare

    1. Pengertian Diare . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    2. Insiden Kejadian Diare . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    3. Etiologi Diare . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    4. Cara Penularan dan Faktor Risiko . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    5. Jenis dan Klasifikasi Diare . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    6. Patofisiologi Diare . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    7. Manifestasi Klinis Diare . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    8. Komplikasi Diare . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    i

    ii

    iii

    iv

    v

    vi

    viii

    ix

    x

    xii

    xv

    xvi

    xvii

    1

    5

    6

    6

    7

    7

    7

    8

    8

    9

    9

    11

    12

    14

    14

    17

    17

  • xiii

    9. Penatalaksanaan Diare . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    10. Pencegahan Diare . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    B. Cuci Tangan

    1. Konsep Cuci Tangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    2. Pengertian Cuci Tangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    3. Waktu yang tepat untuk Cuci Tangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    4. Cara Cuci Tangan yang Benar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    5. Hubungan Cuci Tangan dengan Kesehatan . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    6. Hubungan Cuci Tangan dengan Jenis Kelamin. . . . . . . . . . . . . . .

    7. Hubungan Cuci Tangan dengan Sumber Informasi . . . . . . . . . . . .

    C. Pengetahuan

    1. Pengertian Pengetahuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    2. Tingkat Pengetahuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    4. Kategori Pengetahuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    D. Perilaku

    1. Pengertian Perilaku . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    2. Pengukuran Perilaku . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    3. Domain Perilaku . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    4. Proses Terjadinya Perilaku . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    5. Perubahan (adopsi) Perilaku dan Indikatornya . . . . . . . . . . . . . . .

    E. Perilaku Kesehatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    F. Anak Sekolah Dasar

    1. Pengertian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    2. Karakteristik anak sekolah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    3. Perkembangan Motorik. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    4. Perkembangan Kognitif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    5. Perkembangan Memori . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    6. Perkembangan Pemikiran Kritis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    7. Perkembangan Kreativitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    8. Aspek Psikologis . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    9. Perkembangan Bahasa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    10. Perkembangan Psikososial . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    G. Penelitian terkait . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    H. Kerangka Teori . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    BAB III. KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI

    OPERASIONAL

    A. Kerangka Konsep . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    B. Hipotesis Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    C. Definisi Operasional . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    18

    20

    20

    21

    22

    23

    24

    25

    26

    26

    27

    28

    29

    30

    31

    32

    32

    33

    35

    36

    36

    37

    37

    38

    39

    39

    39

    40

    40

    41

    44

    45

    46

    47

  • xiv

    BAB IV. METODE PENELITIAN

    A. Desain Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    C. Populasi dan Sampel Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    D. Instrumen Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    E. Uji Validitas dan Reabilitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    F. Tahapan Pengambilan Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    G. Analisis Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    H. Etika Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    BAB V. HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Tempat Penelitian

    1. Profil SDN Ciputat 02 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    2. Visi dan Misis SDN Ciputat 02 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    B. Hasil Analisis Univariat

    1. Karakteristik Responden. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    2. Informasi tentang Cuci Tangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    3. Pengetahuan Cuci Tangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    4. Perilaku Cuci Tangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    5. Kejadian Diare . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    C. Hasil Analisis Bivariat. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    BAB VI. PEMBAHASAN

    A. Analisis Univariat

    1. Gambaran Karakteristik Responden. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    2. Gambaran Informasi tentang Cuci Tangan . . . . . . . . . . . . . . . . .

    3. Gambaran Pengetahuan Cuci Tangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    4. Gambaran Perilaku Cuci Tangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    5. Gambaranan Kejadian Diare . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    B. Analisis Bivariat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    C. Keterbatasan Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    BAB VII. PENUTUPAN

    A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    B. Saran

    1. Bagi SDN Ciputat 02. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    2. Bagi Siswa SDN Ciputat 02 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    3. Bagi Peneliti Selanjutnya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    Daftar Pustaka

    Lampiran Lampiran

    51

    51

    51

    53

    54

    55

    58

    59

    61

    61

    63

    64

    65

    66

    66

    67

    68

    69

    70

    71

    73

    75

    76

    77

    78

    78

    78

  • xv

    DAFTAR TABEL

    2.1 Dosis oralit berdasarkan berat badan

    3.1 Definisi operasional

    5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik responden

    di SDN Ciputat 02

    5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan informasi tentang cuci

    tangan di SDN Ciputat 02

    5.3 Distribusi frekuensi responden pengetahuan tentang cuci tangan di

    SDN Ciputat 02

    5.4 Distribusi frekuensi responden perilaku tentang cuci tangan di

    SDN Ciputat 02

    5.5 Distribusi frekuensi responden kejadian responden selama tiga

    bulan terakhir di SDN Ciputat 02

    5.6 Hasil analisis hubungan perilaku cuci tangan terhadap kejadian

    diare pada siswa di SDN Ciputat 02

    Halaman

    19

    47

    63

    64

    65

    66

    66

    67

  • xvi

    DAFTAR BAGAN

    2.1 Patofisiologi diare

    2.2 Kerangka teori

    3.3 Kerangka konsep

    Halaman

    16

    44

    45

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

    Lampiran 2. Informed Consent

    Lampiran 3. Kuesioner

    Lampiran 4. Lembar Observasi

    Lampiran 5. Hasil Uji Reliabilitas

    Lampiran 6. Rekapitulasi Data Karakteristik Responden, Variabel Pengetahuan

    Cuci Tangan, Variabel Perilaku Cuci Tangan, Variabel Kejadian Diare pada

    Siswa di SDN Ciputat 02

    Lampiran 7. Hasil Analisis Univariat

    Lampiran 8. Hasil Analisis Bivariat

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Diare merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan

    masyarakat di negara berkembang termasuk di Indonesia. Hal ini disebabkan

    karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Pada tahun 2000

    sampai tahun 2010 survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare

    Departemen Kesehatan didapatkan insiden diare meningkat. Pada tahun 2000

    insiden diare yaitu 301/1000 penduduk, tahun 2003 insiden diare naik

    menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 insiden diare naik menjadi 423/1000

    penduduk dan tahun 2010 insiden diare menjadi 411/1000 penduduk

    (Kemenkes RI, 2011).

    Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas

    dan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dari tahun ke tahun diketahui bahwa

    diare masih menjadi penyebab utama kematian anak di Indonesia. Penyebab

    utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di

    rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena

    diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat (Kemenkes RI, 2011).

    Berdasarkan pola penyebab kematian semua umur, diare merupakan

    penyebab kematian peringkat ke-13 dengan proporsi kematian 3,5%.

    Sedangkan berdasarkan penyakit menular, diare merupakan penyebab

    kematian peringkat ke-3 setelah Tuberculosis dan Pneumonia (Kemenkes RI,

  • 2

    2011). Prevalensi diare dalam riskesdas tahun 2007 diare klinis adalah 9,0%

    (rentang: 4,2% - 18,9%), tertinggi di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

    (NAD) sebesar 18,9% dan terendah di Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta

    sebesar 4,2%. Beberapa provinsi yang mempunyai prevalensi diare klinis

    >9% (NAD, Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Nusa

    Tenggara Barat, Nusa Tengara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah,

    Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua). Data dari laporan

    hasil riskesdas Provinsi Banten tahun 2007, menunjukkan prevalensi diare di

    Provinsi Banten pada kelompok umur 5 14 tahun yang pernah didiagnosis

    diare oleh tenaga kesehaan dalam satu bulan terakhir sebesar 4,8%,

    sedangkan yang menyatakan pernah, ditanya apakah dalam satu bulan

    tersebut pernah menderita buang air besar lebih dari tiga kali sehari dengan

    kotoran lembek/cair sebesar 10,3%, serta yang menderita diare sudah minum

    oralit atau cairan gula garam sebesar 33,8%.

    Menurut Ramaiah (2000), tingginya angka kejadian diare anak

    disebabkan oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko diare

    yaitu : sanitasi yang buruk, fasilitas kebersihan yang kurang, kebersihan

    pribadi buruk (tidak mencuci tangan sebelum, sesudah makan, dan setelah

    buang air).

    Salah satu langkah dalam pencapaian target Millenium Development

    Goals (MDGs) Goal ke-4 adalah menurunkan kematian anak menjadi 2/3

    bagian dari tahun 1990 sampai pada tahun 2015. Langkah yang dibuat

    pemerintah untuk mengurangi angka kejadian diare khususnya pada anak usia

    sekolah adalah dengan mengadakan usaha kesehatan sekolah (UKS) disetiap

  • 3

    sekolah dasar (SD). Program ini dibuat di sekolah, karena sekolah adalah

    institusi yang terorganisir dengan baik dan merupakan wadah pembentukan

    karakter dan media yang mampu menanamkan pengertian dan kebiasaan

    hidup sehat (Martianto, 2005).

    UKS merupakan suatu wadah yang mengurus berbagai hal terkait dengan

    kesehatan masyarakat sekolah yaitu siswa, guru, kepala sekolah dan semua

    pegawai di sekolah. UKS juga sebagai sarana yang digunakan oleh program-

    program kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan

    (Suhartinia, 2010). Salah satu program UKS yang dibuat untuk meningkatkan

    kesehatan siswa adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang

    perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Sedangkan indikator PHBS di

    sekolah yaitu mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan

    sabun, mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah, menggunakan jamban

    yang bersih dan sehat, olahraga yang teratur dan terukur, tidak merokok di

    sekolah, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan,

    membuang sampah pada tempatnya (Kemenkes RI, 2011).

    Menurut Depkes RI (2009), sebuah ulasan yang membahas sekitar 30

    penelitian terkait menemukan bahwa cuci tangan dengan sabun dapat

    memangkas angka penderita diare hingga separuh. Cuci tangan pakai sabun

    (CTPS) merupakan perilaku sehat yang telah terbukti secara ilmiah dapat

    mencegah penyebaran penyakit menular seperti diare, infeksi saluran

    pernafasan atas (ISPA) dan flu burung, bahkan disarankan untuk mencegah

    penularan influenza. Banyak pihak yang telah memperkenalkan perilaku ini

    sebagai intervensi kesehatan yang sangat mudah, sederhana dan dapat

  • 4

    dilakukan oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Berbagai survei di lapangan

    menunjukkan menurunnya angka ketidakhadiran anak karena sakit yang

    disebabkan oleh penyakit-penyakit di atas, setelah diintervensi dengan CTPS

    (Depkes RI, 2009).

    Cuci tangan belum menjadi budaya yang dilakukan masyarakat luas di

    Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak yang mencuci tangan

    hanya dengan air sebelum makan, cuci tangan dengan sabun justru dilakukan

    setelah makan. Oleh karena itu kebersihan tangan dengan mencuci tangan

    perlu mendapat prioritas yang tinggi, walaupun hal tersebut sering

    disepelekan. Kebiasaan cuci tangan tidak timbul begitu saja, tetapi harus

    dibiasakan sejak kecil. Anak-anak merupakan agen perubahan untuk

    memberikan edukasi baik untuk diri sendiri dan lingkungannya sekaligus

    mengajarkan pola hidup bersih dan sehat. Anak-anak juga cukup efektif

    dalam memberikan contoh terhadap orang yang lebih tua khususnya mencuci

    tangan yang selama ini dianggap tidak penting (Batanoa, 2008).

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan Joni (2012) tentang hubungan

    tingkat pengetahuan sikap dan perilaku kebersihan siswa SD dengan kejadian

    diare pada siswa SD dengan sampel 72 siswa SD kelas 4-5 di SDN

    Pujokusuman 1 didapatkan hubungan antara tingkat pengetahuan sikap dan

    perilaku kebersihan siswa SD dengan kejadian diare pada siswa SD. Hasil

    dari penelitian tersebut adalah semakin kurang tingkat pengetahuan sikap dan

    perilaku siswa tentang kebersihan diri maka kejadian diare semakin tinggi.

    Hasil observasi siswa kelas V di SDN Ciputat 02 menunjukkan bahwa

    mereka tidak mencuci tangan sebelum dan setelah makan serta kuku tangan

  • 5

    yang terlihat panjang dan kotor. Selain itu juga, saat jam istirahat anak

    sekolah membeli jajanan tanpa memperhatikan kebersihannya. Melalui

    wawancara dengan siswa kelas V di SDN Ciputat 02, selama 3 bulan terakhir

    terdapat 4 siswa dari 10 siswa terkena diare. Setelah ditelusuri anak yang

    yang pernah mengalami diare kurang memahami dan tidak melakukan CTPS

    dengan baik dan benar, walaupun sering diajarkan oleh guru dan orang tua

    dirumah. Melihat kejadian diatas peneliti tertarik untuk mengetahui

    hubungan perilaku cuci tangan terhadap kejadian diare pada siswa di

    Sekolah Dasar Negeri (SDN) Ciputat 02.

    B. RUMUSAN MASALAH

    Diare merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan

    masyarakat di negara berkembang termasuk di Indonesia. Berdasarkan pola

    penyebab kematian semua umur, diare merupakan penyebab kematian

    peringkat ke-13 dengan proporsi 3,5%. Sedangkan berdasarkan penyakit

    menular, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-3 setelah

    Tuberculosis dan Pneumonia. Provinsi Banten menduduki peringkat ke enam

    yang mempunyai prevalensi diare yang cukup tinggi. Pada kelompok umur 5

    14 tahun prevalensi diarenya sebesar 10,3%. Untuk menurunkan kematian

    karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat, yaitu mencuci tangan

    dengan air mengalir menggunakan sabun.

    Hasil observasi siswa kelas V di SDN Ciputat 02 menunjukkan bahwa

    mereka tidak mencuci tangan sebelum dan setelah makan serta kuku tangan

    yang terlihat panjang dan kotor. Selain itu juga, saat jam istirahat anak

  • 6

    sekolah membeli jajanan tanpa memperhatikan kebersihannya. Melalui

    wawancara dengan siswa kelas V di SDN Ciputat 02, selama 3 bulan terakhir

    terdapat 4 siswa dari 10 siswa terkena diare. Berdasarkan latar belakang

    diatas peneliti ingin mengetahui hubungan perilaku cuci tangan terhadap

    kejadian diare pada siswa di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Ciputat 02.

    C. PERTANYAAN PENELITIAN

    Berdasarkan latar belakang diatas didapatkan beberapa pertanyaan

    penelitian, yaitu:

    1. Bagaimana gambaran karakteristik responden pada siswa di SDN Ciputat

    02?

    2. Bagaimana gambaran informasi tentang cuci tangan pada siswa di SDN

    Ciputat 02

    3. Bagaimana gambaran pengetahuan cuci tangan pada siswa di SDN Ciputat

    02?

    4. Bagaimana gambaran perilaku cuci tangan pada siswa di SDN Ciputat 02?

    5. Bagaimana kejadian diare pada siswa di SDN Ciputat 02?

    6. Apakah ada hubungan perilaku cuci tangan terhadap kejadian diare pada

    siswa di SDN Ciputat 02?

    D. TUJUAN PENELITIAN

    1. Tujuan Umum

    Mengetahui hubungan perilaku cuci tangan terhadap kejadian diare

    pada siswa di SDN Ciputat 02.

  • 7

    2. Tujuan Khusus

    a. Mengidentifikasi gambaran karakteristik responden pada siswa di SDN

    Ciputat 02

    b. Mengidentifikasi gambaran informasi tentang cuci tangan pada siswa di

    SDN Ciputat 02

    c. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan cuci tangan pada siswa di

    SDN Ciputat 02

    d. Mengidentifikasi gambaran perilaku cuci tangan pada siswa di SDN

    Ciputat 02

    e. Mengidentifikasi kejadian diare pada siswa di SDN Ciputat 02

    f. Mengidentifikasi hubungan perilaku cuci tangan terhadap kejadian

    diare pada siswa di SDN Ciputat 02

    E. MANFAAT PENELITIAN

    1. Bagi Profesi Keperawatan

    Sebagai informasi tambahan untuk pengembangan program

    pembelajaran keperawatan komunitas ditingkat sekolah khususnya

    program UKS.

    2. Bagi SDN Ciputat 02

    Informasi yang diperoleh dapat menjadi masukan bagi guru tentang

    kejadian diare pada siswa serta sebagai acuan untuk evaluasi dan

    perencanaan program UKS yang berkaitan dengan perilaku mencuci

    tangan siswanya.

  • 8

    3. Bagi Pelayanan Kesehatan Puskesmas

    Informasi yang diperoleh dapat memberi masukan bagi pelayanan

    kesehatan untuk memberikan gambaran di sekolah tentang program UKS

    terkait dengan kejadian diare. Dapat memberikan penyuluhan di sekolah

    tentang PHBS.

    4. Bagi Peneliti Selanjutnya

    Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai informasi atau bahan rujukan

    untuk penelitian selanjutnya.

  • 9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. DIARE

    1. Pengertian Diare

    Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan

    konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan

    frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari

    (Depkes RI, 2011). Sedangkan menurut Wong (2008), diare merupakan

    gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungsi pencernaan,

    penyerapan dan sekresi. Diare disebabkan oleh transportasi air dan

    elektrolit yang abnormal dalam usus. Diare merupakan suatu keadaan

    pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai

    dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari tiga kali

    sehari (Hidayat, 2006).

    2. Insiden Kejadian Diare

    Diare merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan

    masyarakat di negara berkembang termasuk di Indonesia, karena

    morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Pada tahun 2000 sampai

    tahun 2010 survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare

    Departemen Kesehatan didapatkan insiden diare meningkat. Pada tahun

    2000 insiden diare yaitu 301/1000 penduduk, tahun 2003 insiden diare

    naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 insiden diare naik menjadi

  • 10

    423/1000 penduduk dan tahun 2010 insiden diare menjadi 411/1000

    penduduk (Kemenkes RI, 2011).

    Berdasarkan pola penyebab kematian semua umur, diare merupakan

    penyebab kematian peringkat ke-13 dengan proporsi kematian 3,5%.

    Sedangkan berdasarkan penyakit menular, diare merupakan penyebab

    kematian peringkat ke-3 setelah TB dan Pneumonia (Kemenkes RI,

    2011). Prevalensi diare dalam riskesdas tahun 2007 diare klinis adalah

    9,0% (rentang: 4,2% - 18,9%), tertinggi di Provinsi Nangroe Aceh

    Darussalam (NAD) sebesar 18,9% dan terendah di Daerah Istimewa (DI)

    Yogyakarta sebesar 4,2%. Beberapa provinsi yang mempunyai prevalensi

    diare klinis >9% (NAD, Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah,

    Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tengara Timur, Kalimantan Selatan,

    Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan

    Papua).

    Data dari laporan hasil riskesdas Provinsi Banten tahun 2007,

    menunjukkan prevalensi diare di Provinsi Banten pada kelompok umur 5

    14 tahun yang pernah didiagnosis diare oleh tenaga kesehaan dalam

    satu bulan terakhir sebesar 4,8%, sedangkan yang menyatakan pernah,

    ditanya apakah dalam satu bulan tersebut pernah menderita buang air

    besar lebih dari tiga kali sehari dengan kotoran lembek/cair sebesar

    10,3%, serta yang menderita diare sudah minum oralit atau cairan gula

    garam sebesar 33,8%.

  • 11

    3. Etiologi Diare

    Menurut Setyowati dan Hurhaeni dalam Hidayat (2006), faktor

    penyebab diare dibedakan atas:

    a. Faktor infeksi

    1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan

    penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi :

    a) Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, dll

    b) Infeksi virus : Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, dll

    c) Infestasi parasit : Cacing, Protozoa, Jamur

    2) Infeksi parental yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar pencernaan,

    seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis,

    Bronkopneumonia, Ensefalitis dsb. Keadaan ini terutama terdapat

    pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.

    b. Faktor malabsorbsi

    1) Malabsorbsi karbohidrat : Disakarida dan Monosakarida. Pada bayi

    dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa

    2) Malabsorbsi lemak

    3) Malabsorbsi protein

    c. Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan

    d. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas walaupun jarang dapat

    menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.

    Penyebab yang sering ditemukan di lapangan ataupun secara klinis

    adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan (Depkes RI, 2011).

  • 12

    4. Cara Penularan dan Faktor Risiko

    Menurtu Subagyo B dan Nurtjahjo BS (2010), cara penularan diare

    melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang

    tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak

    langsung melalui lalat (melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger).

    Berdasarkan penelitian Budi (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi

    kejadian diare pada anak adalah sebagai berikut:

    a. Sumber Air

    Didapatkan ada hubungan yang signifikan antara sumber air

    dengan kejadian diare. Penyakit seperti diare, disentri, dan paratipus

    dapat dipengaruhi oleh sumber air. Penggunaaan air minum dari

    sumber air yang tercemar, dapat menyebarkan banyak penyakit salah

    satunya diare. Dan jika pipa air minum dan persediaan air kita

    disambung kurang benar, berarti kita membuka diri sendiri terhadap

    banyak penyakit seperti diare, disentri, paratipus dan lain sebagainya.

    Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu

    dengan menggunakan air bersih dan melindungi air tersebut dari

    kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.

    b. Jamban

    Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya

    penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan

    resiko terhadap penyakit diare. Jamban yang baik sebaiknya berjauhan

    dengan sumber air minum, paling sedikit 10 meter.

  • 13

    c. Kebiasaan Jajan

    Kebiasaan jajan anak usia sekolah dasar sangat berpengaruh pada

    penyakit diare. Demikian pula dengan anak jalanan yang sebagian

    besar berusia usia sekolah dasar. Mereka lebih sering jajan berupa es

    atau kue-kue. Tidak banyak anak yang memperoleh kesempatan

    mempunyai uang saku yang banyak, karena itulah mereka cenderung

    memilih jenis jajanan yang murah, biasanya makin rendah harga suatu

    barang atau jajanan makin rendah pula kualitasnya. Hal ini berakibat

    digunakannya bahan-bahan makanan yang kurang baik dan biasanya

    sudah tercemar oleh kuman. Itulah sebabnya anak-anak yang telah

    mulai suka jajan sering terkena penyakit diare.

    d. Kebiasaan Cuci Tangan Sebelum Makan

    Perilaku cuci tangan yang buruk berhubungan erat dengan

    peningkatan kejadian diare dan penyakit yang lain. Perilaku cuci

    tangan yang baik dapat menghindarkan diri dari diare. Apabila kita

    selalu mencuci tangan, kondisi tangan kita selalu bersih, sehingga

    dalam melakukan aktivitas terutama makan tangan yang kita gunakan

    selalu bersih sehingga tidak ada kuman yang masuk ke dalam tubuh.

    5. Jenis dan Klasifikasi Diare

    Menurut Depkes RI (2011), jenis diare ada dua, yaitu diare akut, diare

    persisten atau diare kronik. Diare akut adalah diare yang berlangsung

    kurang dari 14 hari, sementara diare persisten atau diare kronis adalah

    diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Menurut Hidayat (2005),

    klasifikasi diare dapat dikelompokkan menjadi lima yaitu:

  • 14

    a. Diare Dehidrasi Berat : Diare dehidrasi berat jika terdapat tanda

    sebagai berikut letargis atau mengantuk atau tidak sadar, mata cekung,

    serta turgor kulit jelek.

    b. Diare Dehidrasi Sedang atau Ringan : Diare ini mempunyai tanda

    seperti gelisah atau rewel, mata cekung, serta turgor kulit jelek.

    c. Diare Tanpa Dehidrasi : Diare tanpa dehidrasi jika hanya ada salah

    satu tanda pada dehidrasi berat atau ringan.

    d. Diare Persisten : Diare persisten apabila terjadi diare sudah lebih dari

    14 hari.

    e. Disentri : Apabila diare disertai darah pada tinja dan tidak ada tanda

    gangguan saluran pencernaan.

    6. Patofisiologi Diare

    Menurut Setyowati dan Hurhaeni dalam Hidayat (2006), proses

    terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan faktor

    diantaranya:

    a. Faktor infeksi : Faktor ini dapat diawali adanya mikroorganisme

    (kuman) yang masuk dalam saluran pencernaan yang kemudian

    berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat

    menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan

    kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus

    dalam absorbsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya

    toksin bakteri akan menyebabkan sistem transport aktif dalam usus

    sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan

    dan elektrolit akan meningkat.

  • 15

    b. Faktor malabsorbsi : Merupakan kegagalan dalam melakukan

    absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga

    terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat

    meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.

    c. Faktor makanan : Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu

    diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus

    yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan

    yang kemudian menyebabkan diare.

    d. Faktor psikologis : Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan

    peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan

    makanan yang dapat menyebabkan diare.

  • 16

    Bagan 2.1 Patofisiologi Diare

    Sumber: Setyowati dan Hurhaeni dalam Hidayat (2006)

    Faktor

    Diare

    Infeksi

    Kuman masuk

    dan berkembang

    dalam usus

    Toksin dalam

    dinding usus halus

    Hipersekresi air

    elektrolit (isi

    rongga) usus

    meningkat

    Malabsorpsi

    Tekanan osmotik

    meningkat

    Pergeseran air

    dan elektrolit

    ke rongga usus

    Isi rongga usus

    meningkat

    Makanan

    Toksin tidak

    dapat diabsorpsi

    hiperperistaltik

    Kemampuan

    absorpsi menurun

    Psikologis

    hiperperistaltik

    Kemampuan

    absorpsi menurun

  • 17

    7. Manifestasi Klinis Diare

    Infeksi usus menimbulkan gejala gastrointestinal serta gejala

    lainnya bila terjadi komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi

    neurologik. Gejala gastrointestinal bisa berupa diare, kram perut, dan

    muntah. Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada

    penyebabnya.

    Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung

    sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan

    elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga

    meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis

    metabolik, dan hipovolemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling

    berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler

    dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi

    menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi

    hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat

    dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau

    dehidrasi berat (Juffrie, 2010).

    8. Komplikasi Diare

    Menurut IDAI (2010), komplikasi dari diare dapat menyebabkan:

    a. Gangguang elektrolit

    1) Hipernatremia edema otak

    2) Hiponatremia sering terjadi pada anak dengan shigellosis dan pada

    anak malnutrisi berat edema

    3) Hiperkalemia

  • 18

    4) Hipokalemia kelemahan otot, paralitik ileus, gangguan fungsi

    ginjal dan aritmia jantung

    b. Kegagalan upaya rehidrasi oral, misalnya pengeluaran tinja cair

    yang sering dengan volume yang banyak, muntah yang menetap, tidak

    dapat minum, kembung dan ileus paralitik serta malabsorbsi glukosa

    c. Kejang, biasanya pada anak yang mengalami dehidrasi

    9. Penatalaksanaan Diare

    Menurut Kemenkes RI (2011), berikut penatalaksanaan diare

    berdasarkan klasifikasinya:

    a. Dehidrasi tanpa dehidrasi:

    1) Beri cairan lebih banyak dari biasanya

    a) Beri Oralit sampai diare berhenti dengan ketentuan: umur > 1

    tahun diberi 100-200 ml setiap kali berak. Bila muntah, tunggu

    10 menit dan dilanjutkan sedikit demi sedikit.

    2) Beri obat zinc

    Beri Zinc 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah

    berhenti. Dapat diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan

    dalam 1 sendok air matang. Dengan ketentuan: umur > 6 bulan

    diberi 20 mg (1 tablet) per hari.

    3) Beri makanan untuk mencegah kurang gizi

    a) Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada

    waktu anak sehat

    b) Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan

  • 19

    c) Beri makanan kaya Kalium seperti sari buah segar, pisang, air

    kelapa hijau.

    d) Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil

    (setiap 3-4 jam)

    e) Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan

    tambahan selama 2 minggu

    4) Antibiotic hanya diberikan sesuai indikasi, misalnya: disentri,

    kolera, dll

    b. Dehidrasi ringan/sedang:

    1) Jumlah oralit yang diberikan dalam tiga jam pertama adalah 75

    ml/kg bb. Bila BB tidak diketahui berikan oralit sesuai tabel di

    bawah ini:

    Tabel 2.1. Dosis oralit berdasarakan berat badan

    Umur 2-5 tahun

    BB 12-19 kg

    Jumlah

    cairan 900-1400

    Sumber: Data Sekunder (2011)

    2) Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah.

    3) Beri obat Zinc selama 10 hari berturut-turut

    c. Dehidrasi berat : Pada keadaan ini pasien akan diberikan larutan

    hidrasi secara intravena (intravenous hydration) dengan kadar

    100ml/kgBB/3-6 jam.

  • 20

    10. Pencegahan Diare

    Pengobatan diare penting jika seseorang telah menderita diare. Akan

    tetapi bagi anak yang masih sehat akan lebih bermakna jika pencegahan

    diare dapat dilakukan. Karena mencegah lebih baik dari pada mengobati.

    Menurut WHO (2009) dalam Ernawati (2012), mencuci tangan dengan

    sabun telah terbukti mengurangi kejadian penyakit diare kurang lebih

    40%. Mencuci tangan disini lebih ditekankan pada saat sebelum makan

    maupun sesudah buang air besar. Cuci tangan menjadi salah satu

    intervensi yang paling cost effective untuk mengurangi kejadian diare

    pada anak. Disamping mencuci tangan pencegahan diare dapat dilakukan

    dengan meningkatkan sanitasi dan peningkatan sarana air bersih. Sebab

    88% penyakit diare yang ada di dunia disebabkan oleh air yang

    terkontaminasi tinja, sanitasi yang tidak memadai, maupun hygiene

    perorangan yang buruk.

    B. CUCI TANGAN

    1. Konsep Cuci Tangan

    Cuci tangan merupakan tindakan pencegahan dan penanggulangan

    penyakit yang menjadi program perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di

    Sekolah (Kemenkes RI, 2011). PHBS merupakan perilaku yang

    dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah

    atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran. Sehingga secara mandiri

    mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan

    aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Munculnya berbagai penyakit

  • 21

    yang sering menyerang anak usia sekolah (6-10 tahun), ternyata umumnya

    berkaitan dengan PHBS. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai PHBS di

    sekolah merupakan kebutuhan mutlak dan dapat dilakukan melalui

    pendekatan UKS. (Kemenkes RI, 2011).

    2. Pengertian Cuci Tangan

    Cuci tangan adalah salah satu bentuk kebersihan diri yang penting.

    Selain itu mencuci tangan juga dapat diartikan menggosok dengan sabun

    secara bersama seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas

    yang kemudian dibilas di bawah air yang mengalir (Potter, 2005) Menurut

    Garner dan Fayero (1986) dalam Potter dan Perry (2005), mencuci tangan

    paling sedikit 10-15 detik akan memusnahkan mikroorganisme transient

    paling banyak dari kulit, jika tangan tampak kotor, dibutuhkan waktu yang

    lebih lama.

    Menurut Depkes (2009), cuci tangan pakai sabun adalah salah satu

    tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari

    menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan

    memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan dengan sabun dikenal

    juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit. Mencuci tangan

    dengan air saja tidak cukup. Penggunaan sabun selain membantu

    singkatnya waktu cuci tangan, dengan menggosok jemari dengan sabun

    menghilangkan kuman yang tidak tampak minyak/ lemak/ kotoran di

    permukaan kulit, serta meninggalkan bau wangi. Perpaduan kebersihan,

    bau wangi dan perasaan segar merupakan hal positif yang diperoleh

    setelah menggunakan sabun.

  • 22

    Cuci tangan pakai sabun (CPTS) merupakan kebiasaan yang

    bermanfaat untuk membersihkan tangan dari kotoran dan membunuh

    kuman penyebab penyakit yang merugikan kesehatan. Mencuci tangan

    yang baik membutuhkan beberapa peralatan berikut : sabun antiseptic, air

    bersih, dan handuk atau lap tangan bersih. Untuk hasil maksimal

    disarankan untuk mencuci tangan selama 20-30 detik (PHBS-UNPAD,

    2010). Menurut WHO (2005) dalam Depkes RI (2006), terdapat 2 teknik

    mencuci tangan, yaitu mencuci tangan dengan sabun dan mencuci tangan

    dengan larutan berbahan dasar alcohol.

    3. Waktu yang Tepat untuk Cuci Tangan

    Menurut Depkes (2011), waktu yang tepat untuk cuci tangan pakai

    sabun adalah:

    a. Sebelum dan setelah makan

    b. Sebelum memegang makanan

    c. Sebelum melakukan kegiatan jari-jari ke dalam mulut atau mata

    d. Setelah bermain/berolahraga

    e. Setelah BAK dan BAB

    f. Setelah buang ingus

    g. Setelah buang sampah

    h. Setelah menyentuh hewan/unggas termasuk hewan peliharaan

    i. Sebelum mengobati luka

  • 23

    4. Cara Cuci Tangan yang Benar

    Mencuci tangan yang benar harus menggunakan sabun dan di bawah

    air yang mengalir. Sedangkan menurut Depkes (2009), langkah-langkah

    teknik mencuci tangan yang benar adalah sebagai berikut.

    a. Basahi tangan dengan air di bawah kran atau air mengalir.

    b. Ambil sabun cair secukupnya untuk seluruh tangan.

    c. Gosokkan kedua telapak tangan. Gosokkan sampai ke ujung jari.

    d. Telapak tangan kanan menggosok punggung tangan kiri (atau

    sebaliknya) dengan jari-jari saling mengunci (berselang-seling) antara

    tangan kanan dan kiri. Gosok sela-sela jari tersebut. Lakukan

    sebaliknya.

    e. Letakkan punggung jari satu dengan punggung jari lainnya dan saling

    mengunci.

    f. Usapkan ibu jari tangan kanan dengan telapak kiri dengan gerakan

    berputar. Lakukan hal yang sama dengan ibu jari tangan kiri.

    g. Gosok telapak tangan dengan punggung jari tangan satunya dengan

    gerakan ke depan, ke belakang dan berputar. Lakukan sebaliknya.

    h. Pegang pergelangan tangan kanan dengan tangan kiri dan lakukan

    gerakan memutar. Lakukan pula untuk tangan kiri.

    i. Bersihkan sabun dari kedua tangan dengan air mengalir.

    j. Keringkan tangan dengan menggunakan tissue dan bila menggunakan

    kran, tutup kran dengan tissue.

  • 24

    5. Hubungan Cuci Tangan dengan Kesehatan

    Menurut Depkes (2009) penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan

    mencuci tangan dengan sabun adalah:

    a. Diare, menjadi penyebab kematian kedua yang paling umum untuk

    anak-anak balita. Sebuah ulasan yang membahas sekitar 30 penelitian

    terkait menemukan bahwa cuci tangan dengan sabun dapat memangkas

    angka penderita diare hingga separuh. Penyakit diare seringkali

    diasosiasikan dengan keadaan air, namun secara akurat sebenarnya

    harus diperhatikan juga penanganan kotoran manusia seperti tinja dan

    air kencing, karena kuman-kuman penyakit penyebab diare berasal dari

    kotoran-kotoran ini. Kuman-kuman penyakit ini membuat manusia

    sakit ketika mereka masuk mulut melalui tangan yang telah menyentuh

    tinja, air minum yang terkontaminasi, makanan mentah, dan peralatan

    makan yang tidak dicuci terlebih dahulu atau terkontaminasi akan

    tempat makannya yang kotor.

    b. Infeksi saluran pernapasan adalah penyebab kematian utama untuk

    anak-anak balita. Mencuci tangan dengan sabun mengurangi angka

    infeksi saluran pernapasan ini dengan dua langkah: dengan melepaskan

    patogen-patogen pernapasan yang terdapat pada tangan dan permukaan

    telapak tangan dengan menghilangkan patogen (kuman penyakit)

    lainnya (terutama virus entrentic) yang menjadi penyebab tidak hanya

    diare namun juga gejala penyakit pernapasan lainnya. Bukti-bukti telah

    ditemukan bahwa praktik-praktik menjaga kesehatan dan kebersihan

  • 25

    seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah makan/ buang air

    besar/kecil dapat mengurangi tingkat infeksi.

    c. Infeksi cacing, infeksi mata dan penyakit kulit. Penelitian juga telah

    membuktikan bahwa selain diare dan infeksi saluran pernapasan

    penggunaan sabun dalam mencuci tangan mengurangi kejadian

    penyakit kulit; infeksi mata seperti trakoma, dan cacingan khususnya

    untuk ascariasis dan trichuriasis.

    6. Hubungan Cuci Tangan dengan Jenis Kelamin

    Jenis kelamin dapat mempengaruhi tahap cuci tangan seseorang,

    antara laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan kebiasaan mengenai

    pola hidup bersih (Cupuwatie, 2010). Penelitian yang dilakukan di tujuh

    kota di Korea Selatan dengan 2800 responden yang diobservasi, Jeong et

    al (2007) menemukan bahwa 63,4% responden mencuci tangannya setelah

    menggunakan kamar mandi umum dan yang lebih sering mencuci tangan

    setelah menggunakan kamar mandi umum adalah yang berjenis kelamin

    perempuan. Penelitian lain oleh Johnson, et al (2003) mengemukakan

    bahwa tingginya angka cuci tangan pada wanita dibanding pria

    dipengaruhi oleh perilaku penglihatan. Pada penelitian yang dilakukan,

    Johnson, et al memasang tanda peringatan yang mengingatkan orang

    untuk mencuci tangan di kamar mandi umum, hasil observasi pada 175

    responden (95 wanita dan 80 pria) didapatkan 61% wanita dan 37% pria

    mencuci tangan pada keadaan ada tanda peringatan.

  • 26

    7. Hubungan Cuci Tangan dengan Sumber Informasi

    Sumber informasi dapat mempengaruhi tahap cuci tangan seseorang,

    disebabkan karena sumber informasi tertentu dapat mempengaruhi sikap

    dan perilaku seseorang untuk cuci tangan dengan benar (Cupuwatie,

    2010). Salah satu sumber informasi yang dapat meningkatkan tingkat

    kepatuahan cuci tangan adalah orang tua. Berdasarkan penelitian yang

    dilakukan oleh Catalina Lopez, et al kepada anak-anak dengan jumlah

    sampel 645 menunjukkan bahwa anak-anak mencuci tangan setelah

    mendapat informasi dari orang tua sebesar 88,5%, dari sekolah 66,7%, dari

    media 56,8%. Selain itu, siswa yang mendapat informasi dari orang tua

    cenderung dua kali lebih benar dalam mencuci tangan dibandingkan

    dengan tidak mendapat informasi dari orang tua (Nutbeam, 1998).

    C. PENGETAHUAN

    1. Pengertian Pengetahuan

    Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

    melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

    terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,

    penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

    melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

    Menurut Bloom dan Skinner pengetahuan adalah kemampuan

    seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam

    bentuk bukti jawaban baik lisan atau tulisan, bukti atau tulisan tersebut

  • 27

    merupakan suatu reaksi dari suatu stimulasi yang berupa pertanyaan baik

    lisan atau tulisan (Notoatmodjo, 2003).

    2. Tingkat Pengetahuan

    Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan yang tercakup dalam

    domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

    a. Tahu (Know)

    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

    sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

    mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan

    yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu

    ini merupakan tingkat pengatahuan yang paling rendah

    b. Memahami (Comprehension)

    Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

    secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

    menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah faham

    terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan

    contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek

    yang dipelajari.

    c. Aplikasi (Aplication)

    Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

    materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

  • 28

    d. Analisis

    Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

    objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu

    struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

    e. Sintesis

    Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

    menyambungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang

    baru, dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun

    suatu formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

    f. Evaluasi

    Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

    penilaian terhadap suatu materi atau objek.

    3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

    Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat

    dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

    a. Pengalaman

    Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun

    pengalaman orang lain. Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas

    pengetahuan seseorang.

    b. Tingkat pendidikan

    Secara umum, orang yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki

    pengetahuan yang lebih luas daripada orang yang berpendidikan lebih

    rendah.

  • 29

    c. Keyakinan

    Biasanya keyakinan diperoleh secara turun-temurun, baik keyakinan

    yang positif maupun keyakinan yang negatif, tanpa adanya pembuktian

    terlebih dahulu.

    d. Fasilitas

    Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi

    pengetahuan seseorang adalah majalah, radio, koran, televisi, buku, dan

    lain-lain.

    e. Penghasilan

    Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengetahuan

    seseorang. Namun, jika seseorang berpenghasilan cukup besar, maka

    dia mampu menyediakan fasilitas yang lebih baik.

    f. Sosial budaya

    Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat

    mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap

    sesuatu.

    4. Kategori Pengetahuan

    Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu:

    a. Baik : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 76% - 100% dari

    seluruh pertanyaan

    b. Cukup : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari

    seluruh pertanyaan

    c. Kurang : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 40% - 55% dari

    seluruh pertanyaan

  • 30

    D. PERILAKU

    1. Pengertian Perilaku

    Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang

    mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,

    menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya.

    Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia

    adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung,

    maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

    Menurut Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2010), merumuskan

    bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap

    stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku manusia terjadi melalui proses :

    Stimulus organisme respons, sehingga teori ini disebut teori S-O-R.

    Skiner membedakan adanya dua respons, yakni:

    a. Respondent respon atau refleksif, yakni respon yang ditimbulkan oleh

    rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini

    disebut eliciting stimuli karena menimbulkan respons-respons yang

    relatif tetap. Misalnya: makanan yang lezat menimbulkan keinginan

    untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan

    sebagainya. Responden respons ini juga mencakup perilaku emosional,

    misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus

    ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan

    sebagainya.

    b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul

    dan berkembang kemudian diikuti oleh stimuli atau perangsang

  • 31

    tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimuli atau reinforce,

    karena memperkuat respons. Misalnya: apabila seorang petugas

    kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respons terhadap uraian

    tugasnya atau job diskripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari

    atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih

    baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.

    Berdasarkan teori S-O-R tersebut, maka perilaku manusia dapat

    dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

    a. Perilaku tertutup (convert behavior) Respon seseorang terhadap

    stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau

    reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,

    pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang

    menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh

    orang lain.

    b. Perilaku terbuka (overt behavior) Respon seseorang terhadap

    stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap

    stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek

    (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang

    lain.

    2. Pengukuran Perilaku

    Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui

    dua cara, secara langsung, dengan pengamatan (obsevasi), yaitu

    mengamati tindakan dari subyek dalam rangka memelihara kesehatannya.

    Sedangkan secara tidak langsung menggunakan metode mengingat

  • 32

    kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan

    terhadap subyek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan

    obyek tertentu (Notoatmodjo, 2005)

    3. Domain Perilaku

    Perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari

    luar), berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk responnya

    berbeda tiap orangnya. Faktor faktor yang membedakan respon terhadap

    stimulus disebut determinan perilaku. Menurut Notoatmodjo (2007)

    Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

    a. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan bersifat

    given atau bawaan misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional,

    jenis kelamin, dan sebagainya.

    b. Faktor eksternal yaitu lingkungan baik fisik, ekonomi maupun politik.

    Faktor lingkungan ini menjadi faktor yang dominan yang mewarnai

    perilaku seseorang.

    4. Proses Terjadinya Perilaku

    Menurut Notoatmodjo (2007), terjadi proses yang berurutan untuk

    membentuk perilaku:

    a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

    mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu

    b. Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus

    c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi

    dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi

    d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru

  • 33

    e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

    kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Apabila penerimaan

    perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari

    oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku

    tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng.

    5. Perubahan (Adopsi) Perilaku dan Indikatornya

    Perubahan atau adopsi perilaku baru adalah suatu proses yang

    kompleks dan memerlukan waktu yang relative lama. Menurut

    Notoatmodjo (2007), secara teori perubahan perilaku seseorang menerima

    atau mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya melalui 3 tahap:

    a. Pengetahuan

    Sebelum seseorang menghadapi perilaku (berperilaku baru), ia harus

    tahu terlebih dahulu apa arti manfaat perilaku bagi dirinya atau

    keluarganya. Indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat

    pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan:

    1) Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi:

    a) Penyebab penyakit

    b) Gejala dan tanda-tanda penyakit

    c) Bagaimana cara pengobatan, atau kemana mencari pengobatan

    d) Bagaimana cara penularannya

    e) Bagaimana cara pencegahannya

    2) Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup

    sehat, meliputi:

  • 34

    a) Penyakit atau bahaya merokok, minuman keras, narkoba dan

    sebagainya

    b) Pentingnya istirahat cukup, relaksasi, rekreasi

    c) Jenis makanan yang bergizi

    3) Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan

    a) Manfaat air bersih

    b) Cara-cara pembuangan limbah yang sehat

    c) Manfaat pencahayaan

    d) Akibat polusi

    b. Sikap

    Sikap adalah penilaian (dapat berupa pendapat) seseorang terhadap

    stimulus atau objek. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek,

    proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau

    objek kesehatan tersebut. Oleh sebab itu indicator terhadap sikap

    kesehatan sejalan dengan pengetahuan kesehatan, yakni:

    1) Sikap terhadap sakit dan penyakit

    2) Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat

    3) Sikap terhadap kesehatan lingkungan

    c. Praktik/tindakan

    Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan,

    kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang

    diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau

    mempraktikan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah

    yang disebut praktik kesehatan, atau dapat juga disebut perilaku

  • 35

    kesehatan. Oleh sebab itu indikator praktik kesehatan mencakup hal-hal

    yakni:

    1) Tindakan sehubungan dengan penyakit

    2) Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

    3) Tindakan kesehatan lingkungan

    E. PERILAKU KESEHATAN

    Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku kesehatan adalah sesuatu respon

    (organisme) terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan

    penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta

    lingkungan. Dari batasan ini, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terjadi dari

    3 aspek:

    a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit,

    serta pemulihan kesehatan bilamana telah senbuh dari sakit.

    b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan

    sehat.

    c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman

    Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2010),

    mengemukakan bahwa untuk mencoba menganalisa perilaku manusia dari

    tingkat kesehatan orang dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dari

    dalam perilaku (behavioral factors) dan faktor dari luar perilaku (non-

    behavioral). Perilaku terbentuk dari tiga faktor yaitu:

    a. Faktor predisposisi (disposing factor), yaitu faktor-faktor yang

    mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang,

  • 36

    antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai,

    tradisi, dan sebagainya.

    b. Faktor pemungkin (enabling factor), adalah faktor-faktor yang

    memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Seperti

    sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan,

    misalnya Puskesmas, Posyandu, rumah sakit, tempat pembuangan air,

    tempat pembuangan sampah, tempat olahraga, makanan bergizi, uang,

    dan sebagainya.

    c. Faktor penguat (reinforcing factor), adalah faktor-faktor yang

    mendorong atau terjadinya perilaku. Kadang-kadang, meskipun

    seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak

    melakukannya.

    F. ANAK SEKOLAH DASAR

    1. Pengertian

    Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki

    fisik lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak

    bergantung dengan orang tua. Biasanya pertumbuhan anak putri lebih

    cepat dari pada putra (Moehji, 2003).

    2. Karakteristik anak sekolah

    Menurut Moehji (2003), karakteristik anak sekolah meliputi:

    a. Pertumbuhan tidak secepat bayi.

    b. Gigi merupakan gigi susu yang tidak permanen (tanggal).

    c. Lebih aktif memilih makanan yang disukai.

  • 37

    d. Kebutuhan energi tinggi karena aktivitas meningkat.

    e. Pertumbuhan lambat.

    f. Pertumbuhan meningkat lagi pada masa pra remaja.

    3. Perkembangan Motorik

    Dengan terus bertambahnya berat dan kekuatan badan, maka pada

    masa ini perkembangan motorik menjadi lebih halus dan lebih

    terkoordinasi dibandingkan dengan awal masa anak-anak. Anak-anak

    terlihat lebih cepat dalam berlari dan makin pandai meloncat, anak juga

    makin mampu menjaga keseimbangan badannya (Wong, 2004)

    4. Perkembangan Kognitif Anak Usia Sekolah

    Menurut teori Piaget dalam Wong (2004), pemikiran anak masa

    sekolah dasar disebut juga pemikiran operasional kongkrit (concrete

    operational thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek-

    objek peristiwa nyata atau kongkrit.dalam upaya memahami alam

    sekitarnya mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang

    bersumber dari panca indera, karena anak mulai mempunyai kemampuan

    untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan

    sesungguhnya. Dalam masa ini, anak telah mengembangkan tiga macam

    proses yang disebut dengan operasi-operasi, yaitu:

    a. Negasi (negation), yaitu pada masa kongkrit operasional, anak

    memahami hubungan-hubungan antara benda atau keadaan yang satu

    dengan benda atau keadaan yang lain.

    b. Hubungan timbal balik (resiprok), yaitu anak telah mengetahui

    hubungan sebab-akibat dalam suatu keadaan.

  • 38

    c. Identitas, yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan benda

    yang ada. Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula

    untuk mengetahui suatu perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan

    tersebut ditunjukkan. Jadi pada tahap ini anak telah memiliki struktur

    kognitif yang memungkinkannya dapat berfikir untuk melakukan suatu

    tindakan tanpa ia sendiri bertindak secara nyata.

    5. Perkembangan Memori

    Menurut Wong (2004), selama periode ini memori jangka pendek

    anak telah berkembang dengan baik. Akan tetapi, memori jangka panjang

    tidak terjadi banyak peningkatan dengan disertai adanya keterbatasan-

    keterbatasan. Untuk mengurangi keterbatasan-keterbatasan tersebut, anak

    berusaha menggunakan strategi memori yaitu merupakan prilaku

    disengaja yang digunakan untuk meningkatkan memori. Menurut Matlin

    (1994), menyebutkan empat macam strategi memori yang penting, yaitu:

    a. Rehalsal (pengulangan), suatu strategi meningkatkan memoridengan

    cara mengulang berkali-kali informasi yang telah disampaikan.

    b. Organization (organisasi), pengelompokan dan pengkategorian

    sesuatu yang digunakan untuk meningkatkan memori. Seperti anak

    SD sering mengingat nama-nama teman sekelasnya menurut susunan

    dimana mereka duduk dalam satu kelas.

    c. Imagery (perbandingan), membandingkan sesuatu dengan tipe dari

    karakteristik pembayangan dari seseorang.

    d. Retrieval (pemunculan kembali), proses mengeluarkan atau

    mengangkat informasi dari tempat penyimpanan. Ketika suatu isyarat

  • 39

    yang mungkin dapat membantu memunculkan kembali sebuah

    memori, mereka akan menggunakan secara spontan.

    Selain strategi-strategi memori diatas, terdapat hal-hal lain yang

    mempengaruhi memori anak, seperti tingkat usia, sifat anak (termasuk

    sikap, kesehatan, dan motivasi), serta pengetahuan yang diperolehanak

    sebelumnya.

    6. Perkembangan Pemikiran Kritis

    Perkembangan pemikiran kritis yaitu pemahaman atau refleksi

    terhadap permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar

    tetap terbuka, tidak mempercayai begitu saja informasi-informasi yang

    datang dari berbagai sumber, serta mampu berpikir secara reflektif dan

    evaluative (Wong, 2004).

    7. Perkembangan Kreativitas

    Dalam tahap ini anak-anak mempunyai kemampuan untuk

    menciptakan sesuatu yang baru. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh

    lingkungan, terutama lingkungan sekolah (Wong, 2004).

    8. Aspek Psikologis

    Pada umur 6-12 tahun energinya disalurkan kepada permainan dan

    pelajaran. Seorang anak mulai merasa sampai dimana kesanggupannya dan

    ia mulai mengenal rasa sukses. Bila pada tahun-tahun tersebut ia banyak

    mengalami kegembiraan, rasa persahabatan dan sukses, maka ia akan

    memasuki masa adolesen dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri.

    Pada masa ini yang berbahaya ialah bila timbul rasa inadekuat dan rasa

    rendah diri pada seseorang anak yang tidak mendapat penghargaan atas

  • 40

    usaha-usahanya, sehingga pada masa adolesen ia menjadi seorang yang

    agresif (Wong, 2004).

    9. Perkembangan Bahasa

    Menurut Wong (2004), perkembangan bahasa meliputi:

    a. Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal

    b. Pemahaman terhadap kata-kata mungkin tertinggal dari pengertiannya

    c. Tidak begitu egosentris dalam orientasi; dapat mempertimbangkan

    pandangan lain

    d. Mengerti sebagian besar kata-kata abstrak

    e. Memakai semua bagian pembicaraan, termasuk kata sifat, kata

    keterangan, kata penghubung, dan kata depan

    f. Ikut memakai kalimat mejemuk dan kompleks

    g. Kosa katanya mencapai 50.000 kata pada akhir masa ini

    10. Perkembangan Psikososial

    Menurut Wong (2004), perkembangan psikososial meliputi:

    a. Tugas perkembangan belajar mengembangkan rasa keadekuatan

    terhadap kemampuan dan kompetensi pada saat kesempatan untuk

    belajar dan interaksi sosial bertambah; anak berusaha agar berhasil di

    sekolah.

    b. Krisis perkembangan anak dalam bahaya akibat perkembangan rasa

    rendah diri jika ia tidak merasa kompeten dalam pencapaian tugas.

    c. Bermain anak menikmati aktivitas santai bersama teman sebaya

    (misalkan kasti); permainan cenderung memisahkan kedua lawan jenis;

    mainan rough dan tumble adalah ciri khas permainan luar rumah yang

  • 41

    tidak terstruktur; minat pribadi , aktivitas, dan hobi berkembang pada

    saat ini.

    d. Peran keluarga dan orang tua orangtua menjadi figur yang kurang

    bermakna dalam arti sebagai agens untuk sosialisasi; hubungan dengan

    teman sebaya cenderung mengurangi pengaruh dominan dari orang tua

    yang telah ada sebelumnya; orang tua masih merasa dan berespons

    sebagai otoritas utama; harapan dari guru, pelatih, dan para tokoh

    keagamaan memberi dampak terhadap perilaku anak.

    e. Rencana meningkatkan keterlibatan dalam rencana aktivitas sekolah

    sesuai usia (mis. klub dan olahraga ), ekstrakulikuler (mis. pramuka),

    dan kelompok sosial dan komunitas (mis. kelompok sukarela) untuk

    membangun rasa pencapaian dan kebanggaan.

    G. PENELITIAN TERKAIT

    1. Penelitian yang dilakukan oleh Joni dan Anggoro (2012), mengenai

    hubungan tingkat pengetahuan sikap dan perilaku tentang kebersihan diri

    siswa SD dengan kejadian diare pada siswa SD menggunakan metode

    penelitian cohort. Penelitian ini menggunakan sampel 72 siswa SDN

    Pujokusuman 1. Nilai p=0,009 pada tingkat pengetahuan , nilai p=0,000

    pada sikap dan perilaku atau semua nilai p

  • 42

    2. Menurut Fazlin, Suriadi, Sianturi (2013), dalam penelitiannya tentang

    tingkat pengetahuan siswa tentang teknik mencuci tangan yang benar

    terhadap kejadian diare di SDN 01 Pontianak Utara dengan menggunakan

    metode cross sectional. Penelitian ini menggunakan sampel 74 siswa SDN

    01 Pontianak Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (39,2%)

    responden memiliki pengetahuan kurang tentang teknik mencuci tangan

    yang benar dan yang mengalami kejadian diare tinggi yaitu (51,4%)

    responden. Hasil uji statistik menunjukkan nilai rho spearman yaitu -310**

    dengan pvalue = 0,007, artinya ada hubungan yang signifikan (bermakna)

    dengan korelasi yang lemah dan negatif maksudnya hubungan yang

    berlawanan arah antara tingkat pengetahuan siswa tentang teknik mencuci

    tangan yang benar dengan kejadian diare di SDN 01 pontianak utara.

    Simpulan penelitian ini adalah semakin kurang tingkat pengetahuan siswa

    tentang teknik mencuci tangan yang benar maka kejadian diare semakin

    tinggi. Untuk itu diharapkan siswa-siswi untuk menerapkan perilaku hidup

    sehat dengan selalu disiplin melakukan praktek mencuci tangan yang

    benar guna meghindari terjadinya resiko diare

    3. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rompas, Tuda, Ponidjan

    (2013), mengenai Hubungan antara perilaku cuci tangan pakai sabun

    dengan terjadinya diare pada anak usia sekolah di SD GMM 2 Kecamatan

    Tareran dengan metode crossectional. Penelitian menunjukan bahwa

    perilaku cuci tangan pakai sabun sebanyak 55 anak (93,2%), dan yang

    tidak terbiasa 4 anak (6,8%). Anak SD yang menderita diare dalam 3 bulan

    terakhir sebanyak 11 anak (18.6%) , sedangkan anak yang tidak menderita

  • 43

    diare 48 anak (81,4%). Kesimpulan : Ada hubungan antara perilaku cuci

    tangan pakai sabun dengan terjadinya diare pada anak usia sekolah dasar

    di SD GMIM 2 Lansot Kecamatan Tareran. Dengan nilai p=0,003 , ini

    berarti hubungan anatara cuci tangan pakai sabun sangat penting untuk

    mencegah penyakit termasuk diare

    Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian

    dari Fazlin (2013) dengan variabel independen tingkat pengetahuan mencuci

    tangan dengan tempat serta populasi pun berbeda. Penelitian Rompas (2013)

    dengan tempat serta populasi yang berbeda. Pada penelitian ini, peneliti

    menggunakan variabel independen adalah perilaku siswa tentang mencuci

    tangan dengan cara ukurnya menggunakan kuesioner dan lembar observasi.

    Subyek penelitian yaitu siswa kelas 4 dan 5 pada SDN Ciputat 02 di Kota

    Tangerang Selatan Provinsi Banten yang mana belum pernah ada penelitian

    terkait di Sekolah tersebut.

  • 44

    H. KERANGKA TEORI

    Bagan 2.2 Kerangka teori

    Keterangan: diteliti tidak diteliti

    Faktor yang mempengaruhi

    kejadian diare:

    a. Sumber air

    b. Jamban

    c. Kebiasaan jajan

    d. Kebiasaan cuci tangan

    Budi (2006)

    Etiologi:

    - Infeksi

    - Malabsorpsi

    - Makanan

    - Psikologis

    Hidayat (2006)

    Cara penularan diare melalui 5 F

    (faeces, flies, food, fluid, finger)

    Subagyo B dan Nurtjahjo BS (2010)

    Perilaku terbentuk oleh:

    a. Faktor predisposisi, seperti: pengetahuan,

    sikap, keyakinan, kepercayaan, tradisi

    b. Faktor pemungkin, seperti: sarana dan

    prasarana

    c. Faktor penguat

    Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2010)

    Faktor yg mempengaruhi

    pengetahuan:

    - Pengalaman

    - Tingkat pendidikan

    - Keyakinan

    - Fasilitas

    - Penghasilan

    - Social budaya

    Notoatmodjo (2003)

    Kejadian Diare

    Pengetahuan cuci tangan

    Perilaku cuci tangan

  • 45

    BAB III

    KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI

    OPERASIONAL

    A. KERANGKA KONSEP

    Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu

    terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Setiadi, 2007).

    Penelitian ini mengkaji tiga variabel yang terdiri dua variabel bebas

    (independen) yang nilainya menentukan variabel lain. Variabel bebas

    biasanya dimanipulasi, diamati, dan diukur untuk diketahui hubungannya atau

    pengaruhnya terhadap variabel lain. Variabel dependen (terikat) yang nilainya

    ditentukan oleh variabel lain. Variabel independen adalah perilaku cuci

    tangan pada siswa, sedangkan variabel dependen adalah kejadian diare pada

    siswa.

    \

    Bagan 3.1 Kerangka konsep

    Kejadian diare Perilaku cuci tangan

    Faktor yang mempengaruhi

    kejadian diare:

    e. Sumber air

    f. Jamban

    g. Kebiasaan jajan

    h. Kebiasaan cuci tangan

    Perilaku terbentuk oleh:

    d. Faktor predisposisi, seperti:

    pengetahuan, sikap,

    keyakinan, kepercayaan,

    tradisi

    e. Faktor pemungkin, seperti:

    sarana dan prasarana

    f. Faktor penguat

  • 46

    B. HIPOTESIS

    Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

    pertanyaan penelitian (Nursalam, 2009). Hipotesis yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah :

    1. H0 = tidak ada hubungan perilaku cuci tangan terhadap kejadian diare pada

    siswa di SDN Ciputat 02

    2. H1 = ada hubungan perilaku cuci tangan terhadap kejadian diare pada

    siswa di SDN Ciputat 02

  • 47

    C. DEFINISI OPERASIONAL

    Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana caranya menentukan variabel dan mengukur suatu

    variabel, sehingga definisi operasional merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti lain yang ingin menggunakan

    variabel yang sama serta sebagai penjelasan semua variabel dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional

    sehingga mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2007).

    Tabel 3.1 Definisi Operasional

    N

    o Variabel Definisi Operasional

    Cara

    Ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

    1. Jenis

    kelamin

    Karakteristik seksual yang

    dimiliki oleh responden

    Mengisi

    kuesioner

    Kuesioner tentang

    karakteristik responden,

    dimana jawaban skor:

    1 = laki-laki

    2 = perempuan

    Dikelompokkan, dengan

    ketentuan sebagai berikut:

    a. Laki laki = 1

    b. Perempuan = 2

    Nominal

    2 Umur Usia responden yang dihitung

    sejak lahir hingga sampai saat

    ini, yang diukur dalam tahun

    Mengisi

    kuesioner

    Kuesioner tentang

    karakteristik responden,

    dimana jawaban skor:

    . tahun

    Rasio

  • 48

    3 Kelas Tingkatan atau jenjang SD Mengisi

    kuesioner

    Kuesioner tentang

    karakteristik responden,

    dimana jawaban skor:

    Kelas 4

    Kelas 5

    Dikelompokkan, dengan

    ketentuan sebagai berikut:

    a. Kelas 4

    b. Kelas 5

    Ordinal

    4 Waktu

    memperoleh

    informasi

    tentang cuci

    tangan

    Kapan mendapatkan

    kabar/berita tentang cuci

    tangan

    Mengisi

    kuesioner

    Kuesioner tentang

    karakteristik responden,

    dimana jawaban skor:

    Kelas berapa

    Rasio

    5 Sumber

    informasi

    tentang cuci

    tangan

    Asal mendapatkan kabar/berita

    tentang cuci tangan

    Mengisi

    kuesioner

    Kuesioner tentang

    karakteristik responden,

    dimana jawaban skor:

    1 = petugas kesehatan

    2 = media cetak

    3 = media elektronik

    4 = guru

    5 = orang tua

    6 = lain-lain

    Dikelompokkan, dengan

    ketentuan sebagai berikut:

    a. Petugas kesehatan = 1

    b. Media cetak = 2

    c. M