Skripsi Bab III

download Skripsi Bab III

If you can't read please download the document

Transcript of Skripsi Bab III

55

BAB IIIHASIL PENELITIAN DAN TEMUAN

Hasil PenelitianPenelitian yang dilaksanakan adalah penelitian eksperimen, yaitu melihat peningkatan perolehan belajar siswa dengan membedakan hasil belajar siswa yang menggunakan penerapan model pembelajaran Problem Posing dengan hasil belajar siswa yang menggunakan penerapan pembelajaran Ceramah. Sebagai kelas ekperimen adalah kelas yang dalam proses pembelajarannya menggunakan penerapan model pembelajaran Problem Posing, sedangkan kelas kontrol menggunakan penerapan pembelajaran Ceramah.

Hasil belajar ranah kognitif siswa diperoleh dari hasil pre test dan post test. Pre test bertujuan sebagai langkah awal untuk mengetahui kognitif siswa yang diberikan sebelum pembelajaran berlangsung. Sedangkan post test sebagai langkah akhir untuk mengetahui peningkatan kognitif siswa yang diberikan sesudah proses pembelajaran selesai dilaksanakan. Adapun dari hasil pre test dan post test yang kemudian dibedakan dan diperoleh gain atau selisih, yang menunjukkan ada tidaknya peningkatan hasil belajar kognitif baik dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Berdasarkan data yang diperoleh kemudian dianalisis.Adapun data yang menunjang peningkatan hasil belajar ranah kognitif yaitu data yang diperoleh dari hasil penyebaran angket setelah dilaksanakannya post test. Angket tersebut diberikan kepada kedua kelas, kemudian diberikan poin (ditransporasi) untuk setiap pertanyaan dalam bentuk angka sehingga dapat terlihat selisih angka yang menunjukan ada atau tidaknya peningkatan respon siswa. Data yang diperoleh sebagai berikut:

Hasil Belajar Kognitif SiswaHasil belajar siswa dengan menggunakan penerapan model pembelajaran Problem Posing.

Hasil belajar kognitif siswa yang diperoleh dari pre test dan post test dapat dilihat dari tabel 2.1 (terlampir).Dari nilai pre test dan post test siswa pada materi pokok Ekosistem (satuan ekosistem, pola intraksi dan saling ketergantungan di antara komponen biotik) dengan menggunakan penerapan model pembelajaran Problem Posing diperoleh data rata-rata pre test sebesar 47,10, nilai post test sebesar 64,00. Berdasarkan nilai tersebut dapat diketahui bahwa hasil belajar kognitif siswa pada materi pokok Ekosistem (satuan ekosistem, pola intraksi dan saling ketergantungan di antara komponen biotik) dengan menggunakan penerapan model pembelajaran Problem Posing mengalami peningkatan sebesar 16,90. Dari nilai yang diperoleh tersebut dapat dibuat dalam tabel dan grafik sebagai berikut:

Hasil Belajar Kognitif Siswa Dengan Menggunakan Penerapan Model Pembelajaran Problem PosingPre Test47,10Post Test64,00Gain16,90

Grafik. 1.1Rata-rata Hasil Belajar Kognitif Siswa Dengan Menggunakan Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing

Hasil belajar siswa dengan menggunakan penerapan pembelajaran Ceramah.

Hasil belajar kognitif siswa yang diperoleh dari pre test dan post test dapat dilihat dari tabel 2.1 (terlampir).Dari nilai pre test dan post test siswa pada materi pokok Ekosistem (satuan ekosistem, pola intraksi dan saling ketergantungan di antara komponen biotik) dengan menggunakan penerapan pembelajaran Ceramah diperoleh data rata-rata pre test sebesar 41,81, nilai post test sebesar 53,10. Berdasarkan nilai tersebut dapat diketahui bahwa hasil belajar kognitif siswa pada materi pokok Ekosistem (satuan ekosistem, pola intraksi dan saling ketergantungan di antara komponen biotik) dengan menggunakan penerapan pembelajaran Ceramah mengalami peningkatan sebesar 11,25. Dari nilai yang diperoleh tersebut dapat dibuat tabel dan grafik sebagai berikut:

Hasil Belajar Kognitif Siswa Dengan Menggunakan Penerapan Pembelajaran CeramahPre Test41,81Post Test53,10Gain11,25

Grafik. 1.2Rata-rata Hasil Belajar Kognitif Siswa Dengan Menggunakan Penerapan PembelajaranCeramah

Hasil Belajar dari Respon SiswaRespon Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol

Hasil belajar dari respon siswa yang diperoleh setelah dilaksanakannya pembelajaran masing-masing kelas dapat dilihat pada tabel 2.18 dan tabel 2.21 (terlampir).Setelah dilaksanakan proses pembelajaran pada materi pokok Ekosistem (satuan ekosistem, pola intraksi dan saling ketergantungan di antara komponen biotik) dengan penerapan model pembelajaran Problem Posing diperoleh prosentase rata-rata per-aspek adalah 4,11 (kualifikasi tinggi) dan dengan penerapan pembelajaran Ceramah diperoleh prosentase rata-rata per-aspek adalah 3,80 (kualifikasi tinggi). Berdasarkan data tersebut, walaupun keduanya masih dalam kualifikasi tinggi namun kelas eksperimen lebih tinggi, seperti digambarkan dalam grafik berikut:Chart1

3.74.2

4.14.4

3.53.8

4.24.4

3.53.8

Pem. Ceramah

Pem. Problem Posing

Sheet1

Pem. CeramahPem. Problem Posing

Model Pem.3.74.2

Apersepsi4.14.4

Aktivitas3.53.8

Diskusi4.24.4

Penugasan3.53.8

To resize chart data range, drag lower right corner of range.

Sheet1

Pem. Ceramah

Pem. Problem Posing

Grafik. 1.3Prosentase Respon Siswa Per-Aspek

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Penerapan Moodel Pembelajaran Problem Posing dan CeramahPeningkatan hasil belajar siswa pada materi pokok Ekosistem (satuan ekosistem, pola intraksi dan saling ketergantungan di antara komponen biotik) dengan penerapan model pembelajaran Problem Posing dan Ceramah dapat dilihat dari perbedaan nilai rata-rata gain keduan kelas masing masing penerapan. Untuk lebih ringkasnya dapat terlihat dalam tabel bersikut:

PendekatanNilai Rata-rataKognitifProblem Posing16,90

Ceramah11,25ResponProblem Posing4,11

Ceramah3,80Tabel 1. Peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaranProblem Posing dan Ceramah

Bedasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata gain dengan menggunakan penerapan pembelajaran Problem Posing sebagai kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol ceramah, yaitu kognitif kelas eksperimen 16,90 sedangkan kelas kontrol 11,25. Dan respon siswa kelas eksperimen 4,11 lebih tinggi daripada respon kelas kontrol 3,80. Data peningkatan hasil belajar siswa di atas dapat disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:Pembelajaran Ceramah

Grafik. 1.4Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Penerapan PembelajaranProblem Posing dan CeramahAnalisis Data Hasil PenelitianUji Normalitas

Pengujian normalitas merupakan salah satu langkah yang ditempuh sebagai syarat digunakannya rumus statistik parametris. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat (2). Kriterian pengujian, apabila 2hitung < 2tabel maka sebaran data berdistribusi normal, baliknya apabila 2hitung > 2tabel maka sebaran berdistribusi tidak normal.Nilai Pre Test

Setelah dilakukan uji normalitas pada kelas eksperimen dengan taraf kepercayaan 95% diperoleh 2hitung = 6,64 dan 2tabel = 7,815, berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa 2hitung < 2tabel maka data pre test kelas eksperimen normal. Sedangkan pada kelas kontrol 2hitung = 8,28 dan 2tabel = 7,815, berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa 2hitung > 2tabel maka data pre test kelas kontrol tidak normal.Nilai Post Test

Setelah dilakukan uji normalitas pada kelas eksperimen dengan taraf kepercayaan 95% diperoleh 2hitung = 14,31 dan 2tabel = 7,815, berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa 2hitung < 2tabel maka data post test kelas eksperimen tidak normal. Sedangkan pada kelas kontrol 2hitung = 16,26 dan 2tabel = 7,815, berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa 2hitung > 2tabel maka data post test kelas kontrol tidak normal.Nilai Gain

Setelah dilakukan uji normalitas pada kelas eksperimen dengan taraf kepercayaan 95% diperoleh 2hitung = 5,25 dan 2tabel = 7,815, berdasarkan data gain dapat disimpulkan bahwa 2hitung < 2tabel maka data gain kelas eksperimen normal. Sedangkan data gain pada kelas kontrol 2hitung = 75,06 dan 2tabel = 7,815, berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa 2hitung > 2tabel maka data gain kelas kontrol tidak normal.Kerena beberapa sebaran yang berdistribusi tidak normal, maka analisis data dilakukan dengan analisis non parametris yaitu Test Wilcoxon.Test Wilcoxon

Test Wilcoxon ditempuh untuk menguji hipotesis data yang berdistribusi tidak normal dengan memperhatikan jenjang dari nilai pre test dan post test. Adapun kriteria pengujiannya adalah Ho diterima apabila Zhitung < Ztabel dalam keadaan sebaliknya Ho ditolak dan Ha diterima.Setelah dilakukan Test Wilcoxon pada nilai gain pada kelas eksperimen dan kontrol dengan taraf kepercayaan 95%, diperoleh Zhitung = -4,12 dan Ztabel = -1,64 dengan demikian Zhitung > Ztabel Artinya Ho ditolak dan terdapat perbedaan antara nilai gain antara kelas eksperimen dan kontrol. Dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran Problem Posing pada materi pokok Ekosistem berpengaruh terhadap hasil belajara siswa. Dengan perkataan lain penerapan pembelajaran Problem Posing pada materi pokok Ekosistem lebih meningkatkan hasil belajar siswa SMP Mekar Arum Kelas VII.

TemuanSetelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan penerapan model pembelajaran Problem Posing dengan penerapan pembelajaran Ceramah, ditunjukan bahwa hasil belajar kognitif dan respon siswa pada materi pokok Ekosistem terjadi perbedaan yang signifikan. Hal ini terlihat dari perbedaan nilai rata-rata post test dan nilai gain yang diperoleh. Nilai rata-rata post test dengan menggunakan penerapan pembelajaran Problem Posing adalah 64,00 dan nilai gain adalah 16,90, sedangkan nilai rata-rata post test yang menggunakan penerapan pembelajaran Ceramah adalah 53,10 dan nilai gain adalah 11,25. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran Problem Posing pada materi pokok Ekosistem berpengaruh terhadap hasil belajara siswa. Dengan perkataan lain penerapan pembelajaran Problem Posing pada materi pokok Ekosistem lebih meningkatkan hasil belajar siswa SMP Mekar Arum Kelas VII, karena hasil perolehan akhir yang dicapai lebih dari KKM yang ditentukan 60,00, sedangkan yang dicapai yaitu 64,00. Hal selaras yang pernah dilakukan oleh seorang mahasiswi yang bernama lengkap Rina Nur Hidayati, A 420 030 035, Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hasil analisis menunjukkan bahwa pembelajaran dengan strategi Problem Posing dapat meningkatkan hasil belajar biologi (Rina Nur Hidayati, 2008: xvi).

Perapan pembelajaran Problem posing merupakan salah satu pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa, mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif yang diharapkan dapat membangun sikap positif siswa dan meningkatkan SDM yang berkualitas untuk menghadapi masa depan yang lebih banyak tantangannya. Kekuatan-kekuatan model pembelajaran problem posing adalah sebagai berikut :Memberi penguatan terhadap konsep yang diterima atau memperkaya konsep-konsep dasar.Diharapkan mampu melatih siswa meningkatkan kemampuan dalam belajar.Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.Bagi siswa, pembelajaran problem posing merupakan keterampilan mental, siswa menghadapi suatu kondisi dimana diberikan suatu permasalahan dan siswa memecahkan masalah tersebut (Tn. 2009).

Selaras dengan pernyataan Mulyani (2005) tentang Problem posing, yaitu bertanya merupakan salah satu indikasi seseorang berpikir. Secara umum berpikir dianggap sebagai proses kognitif, tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan. Penekanan dalam keterampilan berfikir menegaskan penalaran sebagai fokus utama kognitif. berpikir merupakan pokok pangkal untuk mem peroleh pengetahuan. Berpikir juga didefinisikan sebagai suatu proses untuk mencapai sesuatu yang menurut kita sebagai makhluk hidup untuk menjadi dewasa. Dengan demikian bertanya merupakan potensi dasar yang patut untuk dikembangkan sedini mungkin, dimilai melatih menggunakan akal sehat sejak manusia berhubungan dengan lingkungan (Rina Nur Hidayati. 2008: 22).Dari data di atas menunjukan bahwa penerapan pembelajaran Problem posing bisa dijadikan salah satu strategi belajar dalam proses pembelajaran, hal ini dikarenakan dalam proses pembelajaran dengan Problem posing ini siswa dan guru dituntut untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, bukan hanya bertumpu pada perolehan intelegansi namun afektifnyapun dapat meningkat. Beda halnya dengan penerapan pembelajaran Ceramah yang hanya menekankan pada penguasaan materi, sehingga penyampaian materi lebih cenderung berjalan satu arah secara verbal dari guru kepada murid.Hasil penelitian yang terungkap di atas, ditunjang pula oleh data respon siswa dengan diperolehnya perbedaan rata-rata prosentase respon yaitu afektif kelas kontrol 3,80 dan kelas eksperimen 4,11. Adapun data-data lain penunjang pengajaran selayaknya berpegang pada apa yang tertuang dalam perencanaan. Namun, situasi yang dihadapi di lapangan (di kelas) tidak selamanya sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu dalam pelaksanaan pengajaran dengan penerapan pembelajaran Ceramah ini, seperti yang disebutkan di atas bahwa peningkatannya cukup rendah.Sangat jelas terlihat pada pelaksanaannya, siswa yang baru pertama kali mendapat pelajaran dengan penerapan pembelajaran Problem posing dan berbagai strateginya sangat antusias serta hal ini terlihat dengan prestasinya yang meningkat. Kelebihan yang diperoleh adalah respon siswa yang diperoleh sangat baik. Hal ini dikarenakan penyadaran hakikat mereka sebagai manusia yang seutuhnya terjadi dan terbentuk secara mendekati maksimal. Hal inilah yang akan melekat pada jiwa mereka sebagai pelajar yang seutuhnya.Karena dalam pelaksanaan pembelajaran ini siswa diajak untuk menikmati pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya, mulai dari tertawa, serius pada materi dan penutup dengan hasil kesimpulan mereka mengerti.Ini membuktikan bahwa dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal. Internal yaitu lebih cenderung pada keinginan dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Sangat jauh berbeda ketika pembelajaran dilakukan pada kelas kontrol, ada yang mengantuk, tidak konsentrasi pada pelajaran. Hal ini dipengaruhi oleh kegiatan pembelajaran kegiatan pembelajaran yang berada pada jam siang, yaitu 13.20-14.10 sehingga sangat sulit untuk dikondisikan proses pembelajaran. Berbeda pada kelas eksperimen, walaupun dengan kondisi yang sama pada awalnya, namun setelah memasuki proses pembelajaran dengan penerapan pembelajaran Problem posing dampaknya sangat baik.Dengan demikian, seperti yang disampaikan Slameto (2003: 54-70) ada dua faktor yang mempengaruhi dalam belajar, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.Faktor intern

Faktor jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh)Faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan)Faktor kelelahan (kelelahan jasmani dan rohani)

Faktor ekstern

Faktor keluargaFaktor sekolah (metode belajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, relasi siswa dan siswa, disiplin sekolah, alat pengajar, waktu sekolah dan keadaan gedung)Faktor masyarakat