Skripsi Audit Inspektorat Kota

download Skripsi Audit Inspektorat Kota

of 163

Transcript of Skripsi Audit Inspektorat Kota

PENGAR RUH KOM MPETEN INDE NSI, EPENDENSI, DAN MOTIV N VASI TER RHADAP KUALIT TAS AUD OPER DIT RASIONA YANG AL G DI ILAKSAN NAKAN O OLEH APARAT INSPEKT A I TORAT KOTA BENGKU B ULU DAL LAM PEN NGAWAS SAN KEUA ANGAN DAERAH H

SKRIP PSI

SKRIP PSI

Oleh :

ELV VIRA HE ERTIKA NP : C1C PM C008007

UNIVER RSITAS BENGK KULU FAKUL E OMI LTAS EKONO JURUS SAN AK KUNTANSI 2012 2

PENGAR RUH KOM MPETEN INDE NSI, EPENDENSI, DAN MOTIV N VASI TER RHADAP KUALIT TAS AUD OPER DIT RASIONA YANG AL G DI ILAKSAN NAKAN O OLEH APARAT INSPEKT A I TORAT KOTA BENGKU B ULU DAL LAM PEN NGAWAS SAN KEUA ANGAN DAERAH H

PSI SKRIPDiaju ukan Kepad Universi da itas Bengku Untuk Memenuhi Salah Satu ulu i Persyar ratan dalam Menyeles m saikan Sarj jana Ekono omi

Oleh : ELV VIRA HE ERTIKA NP : C1C PM C008007

UNIVER RSITAS BENGK KULU FAKUL E OMI LTAS EKONO JURUS SAN AK KUNTANSI 2012 2

i

MOTTO Harapan dan Keyakinan adalah Bekal Sukses diMasa

Depan (Elvira Hertika) Perjalanan Seribu Batu Bermula Dari Satu Langkah (Lao Tze) Kebanggaan Kita Yang Terbesar adalah Bukan Tidak Pernah Gagal, tetapi Bangkit Kemabali Setiap Kita Jatuh (Confusius) To Handle Your Self Use Your HeadTo Handle Others Use Your Heart (Elvira Hertika) Allah Tidak Membebani Seseorang Melainkan Sesuai Dengan Kesanggupannya (Al-Baqarah 286) Tuhan Tau Tapi Tuhan Menunggu. Percayalah Tuhan Selalu Mendampingimu Baik Susah ataupun Senang (Elvira Hertika) Bersikaplah kukuh seperti batu karang yang tidak putusputus-nya dipukul ombak. Ia tidak saja tetap berdiri kukuh, bahkan ia menenteramkan amarah ombak dan gelombang itu. (Jalinus At Thabib).

iv

PERSEMBAHANDengan menyebut nama Allah SWT, skripsi ini kupersembahkan untuk :

Ayah (H. Zahedi Zen) dan Ibu (Hj.Elly Herlinda., Spd), yang selalu memberikan kasih sayang, selalu mendoakan dalam setiap langkah, impian, dan harapan, selalu memberikan yang terbaik, selalu memenuhi keinginan dan selalu memberikan semangat untuk terus berjuang menggapai impian. Mungkin semua ketulusan takkan pernah bisa terbalas oleh sesuatu yang paling mahal sekalipun di dunia ini, hanya kesuksesan dan kebanggaan yang dapat diberikan untuk membahagiakan mereka. Ayok- ayok tersayang, Elva Harneni. SE, Elvi Hervita.SE yang selalu menyemangatiku dan membantu ku baik dalam bentuk motivasi atau materil ,Semoga kasih sayang dan kebahagiaan selalu menyertai kita. Nyai ku tercinta (Hj. Hasanah Iskandar) yang selalu setia mendoakan ku dan memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini dan Datuk ku (R. Iskandar) yg selalu mendoakan ku dari surge sana, walau dek gak pernah ketemu tapi dek selalu merasa dukungan dari datuk ^-^. Dosen Pembimbingku Bapak Dr. Fachruzzaman sang motivator dan dosen sekaligus bapak yang sangat aq banggakan. Keponakan dan sepupu2ku tersayang (Andin, Keyzha) semoga kebahagian untuk kita selalu. Dia(My lofly Ki08) yang akan mendampingiku sampai akhir hayatku. Teman2 akuntansi khususnya angkatan 2008. Agama dan Almamaterku.

v

THANKS TOKeluarga terhebatku, Ayah (H. Zahedi Zen), Ibu (Hj. Elly Herlinda), Ayok-ayok ku tersayang (Elva Harneni. SE, Elvi Hervita. SE). Makasih atas bantuannya, doa, semangatnya dan semoga kita selalu bisa sama-sama dan kebahagiaan selalu menyertai kita, Aminn.. Pak Fachruzzaman sebagai dosen pembimbingku dan ibu Rini, yang tidak pernah lelah memberi masukkan, arahan sehingga aku bisa menyelesaikan skripsi dan menjadi sosok yang sangat berarti selain ayah dan ibu ku. Kalian motivator kuInsyaallah Vie bakal sukses seperti yang bapak ibu harapkan amin.. Pak Eddy selaku Kajur yang berdidikasi, vie ngucapin banyak terima-kasih atas masukan serta motivasi yang sangat membantu vie dalam menyelesaikan skripsi ini. Ibu Novita Sebagai dosen sekaligus temen curhat, yang selalu memberikan motivasi dan semangat dikala vie bener-bener down. Sekali lagi makasih ya ibu ku yang cantik. Pak Madani yang merupakan dosen yang memberikan masukan dan motivasi dan memberikan masukan dalam pengerjaan skripsi ini, walaupun sebenarnya dia sibuk tapi tetap bersedia ketika vie minta bantuan. Doakan vie menjadi sukses dan membanggakan bapak dan dosen-dosen lainnya. Buat My Lovely Ki (Emon), makasih buat kebersamaanya dan selalu menemaniku dikala sedih dan susah, makasih atas motivasi dan dukungan yang membuatku semangat untuk menyelesaikan skripsi ini semoga hal ini terus dapat berujung sampai akhir hayat kita aminn.. Sahabat2 ku tersayang (Bunda Tri, Nyai Diah, Nut(Rena), Goceng (Silke), Inga Mimi, wendy, dei, upik Banun (Azwita), inul (Ikhlazia), kodok (eko), Eta, yang selalu memberikan semangat lewat keceriaan yang telah kalian berikan. Semoga persahabatan ini kekal abadi dan kesuksesan diperuntukan bagi kita semua aminn.

vi

Rekan satu bimbingan mang Hanif, Mb siska, dan yang lain-lain^-^ Temen2 Peminatan Akuntansi Sektor Publik angkatan pertama yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Tetap semangat untuk terus memajukan peminatan sektor publik jangan biarkan orang memandang sebelah mata, buktikan dan berikan hal yang terbaik..^-^ Temen2 akuntansi angkatan 2008 kelas A makasih buat cerita yang pernah kita ukir sama2,, moga akan jadi persahabatan yang selalu abadi. dan Tetap semangat menggapai cita-cita. Temen2 akuntansi angkatan 2008 kelas B, tetap semangat menggapai kesuksesan untuk masa depan. Seluruh mahasiswa akuntansi angkatan 2007, 2009, 2010, 2011, yang tidak bisa disebutkan satu persatu Buat Mbak Ning, Ayuk Lili, Bu Odah yang terus vira repotkan, dan mungkin sampe bosan vira datangin terus ^-^, makasih atas bantuan dan kemudahannya selama ini. . Pak andi, Ayuk Nur, Ayuk Nike, yang setia jadi temen ngobrol dan terus direpotkan kalau vie lagi nunggu bimbingan ma pak heru. Makasih ya ^-^ Ayuk Renti bunda cece, ayuk yenni, yang mau bantuin untuk penelitian di Inspektorat Kota Bengkulu Aparat Inspektorat Yang telah membantu vira dalam mengisi Kuesioner dan bersedia untuk vira wawancara. Makasih atas bantuan dan kemudahan untuk vie dalam melakukan penelitian.

vii

JUR RUSAN AK KUNTANSI I PERNYA ATAAN KE EASLIAN KARYA TULIS ILM K MIAH Saya yang bertanda tangan di ba g t awah ini me enyatakan bahwa skrips dengan ju si udul : PENGARU KOMPETENSI, IN UH NDEPENDENSI, DAN MOTIVA TERHA N ASI ADAP KUAL LITAS AUD OPERA DIT ASIONAL YANG DIL Y LAKSANAK KAN OLEH H APARAT INSPEKT T TORAT KO OTA BENGK KULU DAL LAM PE ENGAWAS SAN KEUA ANGAN DA AERAH l Yang diuji hari senin pada tangg 06 Febru gal uari, 2012, adalah hasil karya saya a. Sa menyata aya akan denga sesunggu an uhnya bahw dalam s wa skripsi ini tidak terdapat k keseluruhan atau sebagi tulisan orang lain yang saya am dengan cara ian o y mbil n menyalin atau men niru dalam bentuk ra angkaian kalimat ata simbol yang k au menunjuk kkan gagasan, pendapat atau pemi t, ikiran dari penulis lain yang saya akui p n, a seolah-ola sebagai tulisan say sendiri, dan atau tidak terda ah ya apat bagian atau n keseluruha tulisan yang saya s an y salin, tiru at yang sa ambil d tulisan orang tau aya dari o lain tanpa memberika pengakua pada pen an an nulis aslinya a. Ap pabila saya melakukan hal terseb diatas, baik sengaja maupun tidak, n but b a t dengan in saya me ni enyatakan m menarik skr ripsi yang saya ajuka sebagai hasil an tulisan sa sendiri. Bila kemu aya udian terbu ukti bahwa saya mela akukan tind dakan menyalin atau meniru tulisan or u rang lain seo olah-olah hasil pemiki h iran saya se endiri, berarti gel dan ijaza yang tela diberikan oleh Univ lar ah ah n versitas Ben ngkulu batal saya l terima.

Bengk kulu, Febr ruari 2012 Yang Membuat P Pernyataan,

Elvira Hertika

viii

PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, DAN MOTIVASI TERHADAP KUALITAS AUDIT OPERASIONAL YANG DILAKSANAKAN OLEH APARAT INSPEKTORAT KOTA BENGKULU DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH By : Elvira Hertika 1) Dr. Fachruzzaman, SE., MDM. Ak2)

ABSTRACT This research aims to assess the competence, independence and motivation of the inspectorate personnel of Bengkulu prounce and examine the effect on the quality of the operational audit based on respondents perceptions to the question in the form of questionnaires and interviews. The sample on this research were 23 respondents as the are public servants whom working in the environment inspectorate and direct to audit examine the city of Bengkulu and to the offices or agencies in the Local Government of Bengkulu prounce. This research is qualitative descriptive, without using the hypothesis testing and analysis of qualitative data analysis, assisted with Microsoft Office Excel data tabulation to counting the results from respondents. In-Depth interview approach used to assess the influence of independence variables to the devenden variables. The results showed that generally, inspectorate competence personnel is good, almost part of the independence of inspectorate officers are good, and most of their motivation is good too. Competence, independence, and motivation have influence on the quality of the operational audit measure training level, work time and will knowledge about the standards, inspection rules, interference/pressure of perceived auditor, consistency and level of aspiration as well as the relationships between the team of audit while examines.

Key word : Competence, Independence, Motivation

1) 2)

Student Supervisor

ix

PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, DAN MOTIVASI TERHADAP KUALITAS AUDIT OPERASIONAL YANG DILAKSANAKAN OLEH APARAT INSPEKTORAT KOTA BENGKULU DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH

Oleh Elvira Hertika 1) Dr. Fachruzzaman, SE., MDM. Ak2) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kompetensi, independensi aparat inspektorat daerah Kota Bengkulu dan mengkaji pengaruhnya terhadap kualitas audit operasional berdasarkan persepsi responden terhadap pertanyaan yang diajukan baik dalam bentuk kuesioner maupun dalam bentuk wawancara. Sampel dalam penelitian ini adalah 23 responden yang merupakan pegawai negeri yang bekerja dilingkungan Inspektorat Kota Bengkulu dan turun langsung melaksanakan audit ke kantor-kantor ataupun dinas di Pemerintahan Daerah Kota Bengkulu. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang tidak menggunakan uji hipotesis dan analisis datanya berupa analisis kualitatif yang dibantu dengan Microsoft Office Excel dalam mengitung hasil tabulasi data jawaban dari responden. Pendekatan indepth interview yang digunakan untuk mengkaji pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi aparat inspektorat pada umumnya adalah baik, independensi aparat inspektorat hampir sebagian adalah baik, dan motivasi aparat inspektorat sebagian besar adalah baik. Kompetensi, independensi, motivasi memiliki pengaruh terhadap kualitas audit operasional dilihat dari tingkat pelatihan, masa kerja dan pemahamana akan standar, aturan pemeriksaan,gangguan/tekanan yang dirasakan aparat auditor, konsistensi dan tingkat aspirasi serta hubungan antar sesama tim audit pada saat melaksanakan pemeriksaan (audit).

Kata Kunci : Kompetensi, Independensi, dan Motivasi

1) 2)

Calon Sarjana Ekonomi (Akuntansi) Dosen Pembimbing

x

KATA PENGANTARAlhamdulillah puji syukur penulis haturkan atas kehadirat Allah SWT, atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Kompetensi, Independensi,dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit Operasional Yang Dilaksanakan Oleh Aparat Inspektorat Kota Bengkulu Dalam Pengawasan Keuangan Daerah.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Fachruzzaman, SE., MDM. Ak selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 2. Bapak Eddy Suranta, SE., M.Si, Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Bengkulu dan Ibu Sriwidharmanely, SE., MBM, Ak selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi. 3. Ibu Lismawati, SE., M.Si, Ak selaku dosen pembimbing akademik selama menempuh studi di Universitas Bengkulu. 4. Bapak Baihaqi., SE., M.Si., Ak selaku Dosen yang selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi dan memberikan keceriaan sehingga semangat dalam menyelesaikan skripsi. 5. Ibu Dr. Rini Indriani Djaman., SE., M.Si., Ak selaku dosen terbaik ku, motivatorku, dan pembimbing kedua ku dalam mencari jati diri yang sebenarnya dan penyemangat dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Bapak Dr. Husaini, SE., M.Si, Ak selaku Penguji I, Bapak Abdullah, SE., M.Si. Ak selaku Penguji II dan Ibu Lismawati, SE., M.Si, Ak selaku penguji III dan Bapak/Ibu Dosen Jurusan Akuntansi yang telah memberikan pengetahuan dan bimbingan kepada penulis. 7. Bapak Dr. Ridwan Nurazi, SE., M.Sc. Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Bengkulu.

xi

8. Bapak Prof. Zainal Muktamar, Ph.D selaku Rektor Universitas Bengkulu. 9. Seluruh Staf fakultas Ekonomi Universitas Bengkulu 10. Semua Aparat Inspektorat yang telah menjadi responden dalam penelitian ini. 11. Semua pihak yang telah membantu dan tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki, maka dari itu penulis mengharapkan perbaikan-perbaikan dimasa yang akan datang agar skripsi ini dapat lebih baik lagi. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihakpihak yang memerlukan. Akhirnya penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja.

Bengkulu, Februari 2012

Penulis

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI.................................................... HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................... HALAMAN MOTTO ................................................................................. HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. HALAMAN UCAPAN TERIMA KASIH ................................................. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ........................ ABSTRACT .................................................................................................. ABSTRAK .................................................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................. DAFTAR ISI ................................................................................................. DAFTAR GAMBAR .................................................................................... DAFTAR TABEL ........................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 Latar Belakang ................................................................................... Rumusan Masalah .............................................................................. Tujuan Penelitian................................................................................ Manfaat Penelitian.............................................................................. Batasan Masalah .................................................................................

i ii iii iv v vi viii ix x xi xiii xvi xvii xviii

1 10 11 12 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 Kualitas Audit ..................................................................................... Standar Umum Profesional Internal Auditor ..................................... Audit Operasional ............................................................................... Ekonomis,Efisiensi,Efektivitas .......................................................... Kompetensi......................................................................................... Independensi....................................................................................... Motivasi .............................................................................................. Pengawasan Keuangan Daerah .......................................................... Pengertian Inspektorat Daerah ........................................................... Peran Inspektorat Daerah ................................................................... Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................................. 14 17 20 21 24 27 29 33 36 37 38

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ..................................................................................... 41

xiii

3.2 3.3

3.4 3.5

3.6

3.7

3.8

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ................................... Desain Penelitian .................................................................................. 3.3.1 Skenario Penelitian ................................................................. 3.3.2 Instrument Penelitian .............................................................. 3.3.3 Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................. 3.3.3 Jadwal Penelitian .................................................................... Sumber Data ......................................................................................... Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel .......................................... 3.5.1 Populasi Penelitian ................................................................. 3.5.2 Teknik Pengambilan Sampel Penelitian ................................. Teknik Pengumpulan data .................................................................... 3.6.1 Kuesioner................................................................................ 3.6.2 Wawancara ............................................................................. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ......................................... 3.7.1 Pengklasifikasian Data ( Data Reduction) ................................... 3.7.1.1 Wawancara Mendalam (indepth)..................................... 3.7.1.2 Snowball interview .......................................................... 3.7.2 Penyajian Data (Data Display) .................................................... 3.7.3 Kesimpulan (Conclusion) ............................................................ Pengujian Kredibilitas Data ..................................................................

41 45 48 49 49 50 50 51 52 52 53 55 57 57 57 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Data ........................................................................ 4.1.2 Keberadaan Inspektorat Sebagai Lembaga Teknis Daerah Bengkulu (LTD) ..................................................................... 4.1.3 Profil Responden .................................................................... 4.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Posisi dan Masa Kerja Pada Posisi Sekarang .......................................... 4.1.5 Kecenderungan Jawaban Atas Pertanyaan Kuesioner ............ Analisis dan Pembahasan 4.2.1 Analisis Data Kualitatif .......................................................... 4.2.1.1Variabel Kualitas Audit Operasional ........................... 4.2.1.2 Variabel Kompetensi ................................................. 4.2.1.3 Variabel Independensi ................................................ 4.2.1.4 Variabel Motivasi ....................................................... 4.2.2 Deskripsi Hasil Wawancara Indepth ...................................... 4.2.2.1 Deskripsi Pengaruh Kompetensi ............................. 4.2.2.2 Deskripsi Pengaruh Independensi ............................ 4.2.2.3 Deskripsi Pengaruh Motivasi ................................... 4.2.3 Pembahasan Hasil Penelitian .................................................. 4.2.3.1 Pengaruh Kompetensi .............................................. 4.2.3.2 Pengaruh Independensi ............................................. 4.2.3.3 Pengaruh Motivasi .................................................... 60 61 61 62 65 67 67 74 79 83 87 92 96 101 104 107

4.2

xiv

BAB V PENUTUP 5.1 5.2 5.3 5.4 Ringkasan Hasil Penelitian ................................................................... Implikasi Penelitian .............................................................................. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ Rekomendasi untuk Penelitian Selanjutnya ......................................... 111 112 113 115

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

xv

DAFTAR GAMBAR Gambar Gambar 2.1 Model Kerangka Pemikiran Teoritis ................................ Hal 39

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Tabel 2.1 Motivasi Auditor Independen Dalam Melakukan Audit Pemerintah ..................................................... Tabel 3.1 Jadwal Penelitian......................................................................... Tabel 3.2 Pegawai Inspektorat .................................................................... Tabel 3.3 Sampel Penelitian ........................................................................ Tabel 4.1 Sampel dan Tingkat Pengembalian/Respon Responden ............. Tabel 4.2 Demografi Responden ............................................................... Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Posisi dan Masa Kerja Pada Posisi Sekarang ............................................. Tabel 4.4 Kecenderungan Jawaban Atas Pertanyaan Kuesioner ................ Tabel 4.5 Responden yang akan diwawancarai .......................................... Tabel 4.6 Terjaminnya Keakuratan Temuan Audit..................................... Tabel 4.7 Nilai Rekomendasi ...................................................................... Tabel 4.8 Sikap Skeptis ............................................................................... Tabel 4.9 Pelaksanaan Audit ....................................................................... Tabel 4.10 Kejelasan Laporan..................................................................... Tabel 4.11 Tindak Lanjut Hasil Audit ........................................................ Tabel 4.12 Kualitas Audit Operasional Aparat Inspektorat Kota Bengkulu .......................................................................... Tabel 4.13 Pemahaman dan Penguasaan Standar Akuntansi Dan Auditing ............................................................................. Tabel 4.14 Keahlian dibidang Auditing ...................................................... Tabel 4.15 Wawasan tentang Pemerintahan ............................................... Tabel 4.16 Peningkatan Keahlian ............................................................... Tabel 4.17 Kompetensi Aparat Inspektorat Kota Bengkulu ....................... Tabel 4.18 Gangguan pribadi ...................................................................... Tabel 4.19 Gangguan Eksternal .................................................................. Tabel 4.20 Independensi Aparat Inspektorat Kota Bengkulu ..................... Tabel 4.21 Ketangguhan ............................................................................. Tabel 4.22 Keuletan .................................................................................... Tabel 4.23 Konsistensi ................................................................................ Tabel 4.24 Tingkat Aspirasi ........................................................................ Tabel 4.25 Motivasi Aparat Inspektorat Kota Bengkulu ............................

Hal 32 49 50 51 60 62 64 65 66 67 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87

xvii

DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Hasil Tabulasi Data Jawaban Kuesioneri Kuesioner Penelitian..ii Daftar Panduan Wawancara Indepthiii Transkip Hasil Wawancara Indepth..iv Surat Izin Penelitian dari Fakultas Ekonomi Universitas Bengkulu...v Surat Keterangan Benar-benar Melakukan Penelitian dari Inspektorat Kota Bengkulu...................................vi Biodata Penulis..vii

xviii

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Pelaksanaan akuntabilitas dan transparansi sektor publik terhadap

terwujudnya good governance di Indonesia semakin dituntut untuk terus meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya birokrasi (Susmanto, 2008). Akuntabilitas sektor publik berhubungan dengan praktik transparansi dan pemberian informasi kepada publik dalam rangka pemenuhan hak publik, sedangkan good governance menurut World Bank didefinisikan sebagai suatu penyelenggaraan manajeman pembangunan yang solid dan bertanggung jawab dan sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, pencegahan korupsi baik secara politis maupun administratif, menciptakan disiplin anggaran, serta menciptakan kerangka hukum dan politik bagi tumbuhnya aktivitas usaha, terdapat tiga aspek utama yang mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance), yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan (Mardiasmo, 2005). Selama ini organisasi sektor publik khususnya instansi pemerintah tidak luput dari tudingan sebagai sarang korupsi, kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Pemerintah merupakan lembaga yang menjalankan roda pemerintahan yang sumber legitimasinya bersumber dari masyarakat. Oleh karena itu kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kepada penyelenggara

2

pemerintahan haruslah diimbangi dengan adanya pemerintahan yang bersih (Djamil, 2008). Seiring dengan munculnya tuntutan dari masyarakat agar organisasi sektor publik khususnya instansi pemerintah mempertahankan kualitas, profesionalisme dan akuntabilitas publik serta value for money dalam menjalankan aktivitasnya, diperlukan audit terhadap organisasi sektor publik tersebut. Audit pemerintahan merupakan salah satu elemen penting dalam penegakan good government namun demikian, praktiknya sering jauh dari yang diharapkan. Audit dalam pemerintahan Indonesia terdapat beberapa kelemahan, di antaranya tidak tersedianya indikator kinerja yang memadai sebagai dasar pengukur kinerja pemerintahan baik pemerintah pusat maupun daerah dan hal tersebut umum dialami oleh organisasi publik karena output yang dihasilkan yaitu berupa pelayanan publik tidak mudah diukur, dengan kata lain ukuran kualitas audit masih menjadi suatu perdebatan (Mardiasmo, 2005). Salah satu lembaga pemerintah daerah yang melakukan pemeriksaan adalah inspektorat daerah. Inspektorat daerah mempunyai tugas

menyelenggarakan kegiatan pengawasan umum pemerintah daerah dan tugas lain yang diberikan kepala daerah, sehingga dalam tugasnya inspektorat sama dengan auditor internal yang melaksanakan audit internal. Audit internal adalah audit yang dilakukan oleh unit pemeriksa yang merupakan bagian dari organisasi yang diawasi. Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota digolongkan sebagai auditor internal hal ini disebabkan adanya pemberian otonomi dan desentralisasi yang kuat, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah kabupaten/kota sehingga

3

membawa konsekuensi perubahan terhadap lembaga pemeriksaan daerah (Mardiasmo, 2005). Peran dan fungsi Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota secara umum diatur dalam pasal 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri No 64 Tahun 2007, dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas pengawasan urusan pemerintahan, Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota mempunyai fungsi sebagai berikut: pertama, perencanaan program pengawasan; kedua, perumusan kebijakan dan fasilitas pengawasan; dan ketiga, pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan penilaian tugas pengawasan. Peran fungsi Inspektorat Kota Bengkulu yang dulunya disebut dengan Badan Pengawas Daerah (BAWASDA) diatur dalam Peraturan Walikota Bengkulu Nomor 27 Tahun 2008, mempunyai tugas pokok membantu kepala daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah dibidang pengawasan, sedangkan fungsi inspektorat Kota Bengkulu salah satunya yaitu pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan penilaian tugas pengawasan. Kenyataannya masih kurang efisiennya kinerja dari aparat pengawasan kota dalam menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai aparat pemeriksa yang membantu kepala daerah, hal ini terlihat dari masih banyaknya temuan audit yang tidak terdeteksi oleh aparat inspektorat sebagai salah satu auditor internal pemerintah, yang ditemukan oleh auditor eksternal yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Badan Pemeriksa Keuangan (2010) menyebutkan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bengkulu tahun anggaran 2009, terdapat beberapa temuan mengenai kelemahan sistem pengendalian

4

internal pemerintah dan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dengan temuan ini berarti kualitas hasil audit dari aparat inspektorat masih relatif rendah untuk dikatakan hasil audit yang berkualitas dan dapat

dipertanggungjawabkan. Berdasarkan fenomena tersebut, muncul tanda tanya mengapa masalah itu masih terjadi jika inspektorat sebagai auditor internal pemerintah sudah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan standar dan pedoman yang ditetapkan sebagai auditor yang kompeten dan independen dalam melakukan pemeriksaan, apakah kurangnya motivasi dari auditor itu sendiri yang menjadi penyebabnya atau terdapat sebab lainnya, sehingga perlu adanya analisis yang mendalam. Fungsi pemeriksaaan merupakan salah satu fungsi manajemen sehingga fungsi tersebut tidak dapat dipisahkan dalam pengelolaan keuangan daerah. Oleh sebab itu, aparat pemeriksa dituntut untuk selalu membenahi diri, meningkatkan pengetahuan dalam hal teknis pelaksanaan audit dan mengikuti perkembangan penerapan aplikasi pengelolaan keuangan dan aset. Peningkatan kemampuan dan profesionalisme Inspektorat Kota Bengkulu perlu terus ditingkatkan, mengingat Kota Bengkulu kerap dijadikan rujukan oleh kabupaten lain di Provinsi Bengkulu khususnya dalam lingkup pemeriksaan (Simbolon, 2010), hal ini sejalan dengan salah satu misi Inspektorat Kota Bengkulu yakni dalam mewujudkan dan menciptakan jiwa pemeriksa yang professional dan handal (LAKIP Inspektorat, 2011). Pelatihan-pelatihan yang ditujukan untuk aparat pengawasan intern pemerintahan yang dilakukan oleh pemerintah daerah menunjukkan besarnya

5

keinginan dari pemerintah daerah untuk menghasilkan jiwa-jiwa pengawasan yang berkompeten dibidangnya. Hal tersebut membuktikan bahwa pengawas yang berkompeten pasti menghasilkan kualitas audit yang baik pula. Pelatihan tidak hanya ditujukan untuk pemeriksaan dari laporan keuangan saja tetapi para pengawas intern pemerintahan ini juga melakukan audit operasional/audit kinerja dari intansi pemerintahan (Muzzakir, 2010). Kinerja suatu organisasi dinilai baik jika organisasi yang bersangkutan mampu melaksanakan tugas-tugas dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada standar yang tinggi dengan biaya yang rendah. Kinerja yang baik bagi suatu organisasi dicapai ketika administrasi dan penyediaan jasa oleh organisasi yang bersangkutan dilakukan pada tingkat yang ekonomis, efisien dan efektif (Ulum, 2009). Audit akan ekonomis, efisiensi dan efektifitas dari suatu program dalam instansi pemerintah merupakan bentuk audit operasional yang disebut juga audit kinerja yang dilakukan oleh para pengawas intern pemerintahan. Audit operasional ini juga dilakukan bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas pemerintahan daerah. Kualitas audit yang dihasilkan dari proses audit operasional ini juga mempengaruhi kebijakan-kebijakan bagi pemerintah daerah dalam pengambilan keputusan. Hasil pemeriksaan ini memberikan tembusan atau rekomendasi untuk instansi tersebut dalam memperbaiki kinerja mereka dan hal ini juga memberikan masukan bagi kepala daerah dalam

pengambilan keputusan. Audit operasional yang dilaksanakan oleh pemeriksa internal pemerintahan juga menghasilkan suatu kualitas yang dapat diukur (Ulum, 2009).

6

Government Accountability Office (GAO), menjelaskan bahwa kualitas audit itu sebagai ketaatan terhadap standar profesi dan ikatan kontrak selama melaksanakan audit (Lowenshon, et al, 2005). Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yaitu bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu (Elfarini, 2005). Sama halnya hasil dari audit operasional yang berkualitas hanya dapat dihasilkan jika audit tersebut dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku. Kualitas audit operasional juga berarti kemungkinan bahwa seorang auditor operasional akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang terjadi pada sistem akuntansi klien, hal ini tergantung kompetensi auditor operasional itu dan independensi auditor operasional itu sendiri. M.Guy (2002) dalam Renaldo (2010) menyatakan bahwa kompetensi adalah pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas. Standar audit internal butir 1210 mengenai proficiency dinyatakan bahwa auditor internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawabnya, selain harus kompeten seorang auditor juga harus memiliki sikap independensi dalam melakukan audit agar dapat memberikan pendapat atau kesimpulan apa adanya tanpa ada pengaruh dari pihak yang berkepentingan (BPKP, 2008). Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI Nomor 01 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, dalam Lampiran II menyebutkan: Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari

7

gangguan

pribadi,

ekstern,

dan

organisasi

yang

dapat

mempengaruhi

independensinya. Kompetensi dan independensi memang merupakan suatu standar yang harus dipenuhi oleh seorang auditor untuk dapat melakukan audit dengan baik. Namun, belum tentu auditor yang memiliki kedua hal tersebut akan memiliki komitmen untuk melakukan audit dengan baik, sebagaimana dijelaskan Goleman (2001) dalam Efendy (2010), hanya dengan adanya motivasi maka seseorang akan mempunyai semangat juang yang tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi standar yang ada, dengan kata lain motivasi akan mendorong seseorang, termasuk auditor, untuk berprestasi, komitmen terhadap kelompok serta memiliki inisiatif dan optimisme yang tinggi sehingga motivasipun dikaji sebagai variabel dalam penelitian ini guna melihat pengaruhnya terhadap kualitas audit operasional. Peran penting dari inspektorat dalam memberikan masukan kepada gubernur, bupati, walikota, mengenai apa yang mesti dilakukan supaya programprogram pembangunan berjalan secara ekonomis, efektif dan efisien. Peran tersebut, hanya dapat dijalankan apabila para auditor sudah profesional dan memiliki kemampuan yang dapat diandalkan. Inspektorat kota sebagai lembaga teknis memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan masukan kepada Walikota Bengkulu dalam pengambilan keputusan, hal ini dikarenakan inspektorat kota merupakan bagian intern pemerintah bisa juga dikatakan tangan kanan dari kepala daerah dan juga merupakan anggota aparat pemeriksaan (Audit) internal pemerintah yang melakukan pemeriksaan dan pengawasan terhadap aktivitas baik

8

itu dari segi pelaporan keuangan maupun kinerja instansi-instansi pemerintahan kota sebelum laporan tersebut dilaporkan pada BPK (Nuryanto, 2010). Pada saat pelaksanaan pengawasan seringkali timbul masalah antara lain: tidak jelasnya tujuan pengawasan tersebut, kurangnya jumlah tenaga auditor, kualifikasi auditor yang tidak memadai, rendahnya motivasi kerja auditor, tidak tersedianya anggaran yang memadai, dan tidak tersedianya sarana yang memadai, yang pada akhirnya dapat berakibat ketidaksesuaiaan hasil pengawasan atau kualitas hasil pemeriksaan dengan yang diharapkan (Ulum, 2009). Hal ini juga terjadi di Inspektorat Kota Bengkulu dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengawas keuangan daerah dan anggota dari aparat pengawasan internal pemerintah (APIP) sebagaimana auditor pada umumnya, aparat inspektorat termasuk di Kota Bengkulu berada di bawah pengaruh pihak penentu kebijakan yaitu kepala daerah sehingga akan menjadi dilema profesi aparat inspektorat untuk menjunjung tinggi kompetensi dan independen dalam menghasilkan audit yang berkualitas sehingga hal ini bisa mempengaruhi independensi aparat Inspektorat Kota Bengkulu. Hal lainnya masih belum berjalannya jabatan fungsional daripada lembaga itu sendiri, hal ini dikarenakan masih kurangnya sumberdaya dalam untuk mengisi jabantan itu sendiri dan juga masalah yang paling utama yaitu anggaran tidak mencukupi untuk mengisi jabatan fungsional itu sendiri. Penelitian-penelitian dibidang auditing mengenai kualitas audit ini telah banyak dilakukan salah satunya penelitian mengenai kualitas audit adalah penelitiannya Haslinda (2010) yang menyatakan bahwa variabel independensi

9

yang sangat berpengaruh terhadap kualitas audit Inspektorat Provinsi Sumut, beda halnya dengan penelitiannya Efendy (2010) kompetensi dan motivasi yang berpengaruh positif terhadap kualitas audit Inspektorat Kota Gorontalo. Mayangsari (2003) yang melakukan penelitian tentang hubungan antara independensi auditor dengan pendapat audit menyimpulkan bahwa auditor yang independen memberikan pendapat lebih tepat dibandingkan auditor yang tidak independen. Penelitian selanjutnya dalam bidang auditing salah satunya yaitu penelitian Renaldo (2010) yang menyatakan independensi dan kompetensi mempengaruhi kualitas audit Inspektorat Kota Padang. Jadi, berdasarkan pertimbangan mengenai penelitian terdahulu dimana variabel independensi dan kompetensi diadopsi dari penelitiannya Renaldo (2010) sedangkan variabel motivasi diadopsi dari penelitiannya Efendy (2010). Perbedaan perlakuan penelitian yang dilakukan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu dari segi perumusan masalah dan metode analisis data dimana dalam penelitian ini analisis data mengarah pada analisis kualitatif pengembangan dari analisis kuantitatif sehingga informasi yang tidak terdapat pada penelitian kuantitatif dapat dijelaskan dalam penelitian kualitatif sedangkan penelitian yang terdahulu lebih mengarah pada pengujian kuantitatif dalam menguji pengaruh antar variabel, tujuan dari menggunakan alat analisis berupa analisis kualitatif guna menjelaskan hal yang tidak dapat dijelaskan dalam penelitian jenis kuantitatif, sebagai contoh analisis ini dapat lebih menemukan kecenderungan faktor lain yang mempengaruhi variabel penelitian apabila dilihat hasilnya bahwa variabel tersebut tidak memiliki pengaruh. Penelitian ini juga

10

menggunakan bantuan Microsoft Excel dalam mengolah data yang dapat dikumpulkan dari kuesioner yang disebarkan. Berdasarkan Pertimbangan mengenai penelitian terdahulu dan masih adanya temuan audit oleh auditor eksternal mengenai sistem pengendalian internal yang merupakan salah satu bentuk kegiatan operasional pemerintah kota dan mengenai kepatuhan terhadap undang-undang yang masih kurang sehingga peran inspektorat dalam menghasilkan kualitas audit yang baik pun relatif rendah, sehingga penulis perlu untuk memunculkan permasalahan yang baru untuk

mengkaji keterkaitan dari tingkat kompetensi, independensi, dan motivasi itu sendiri terhadap kualitas audit operasional yang dilaksanakan oleh aparat Inspektorat Kota Bengkulu dalam pengawasan keuangan daerah. Keterkaitan antara ketiga variabel yang mempengaruhi dengan variabel yang dipengaruhi akan menimbulkan suatu pengaruh untuk kualitas audit operasional itu sendiri, sehingga penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai pengaruh kompetensi, independensi, dan motivasi terhadap kualitas audit operasional yang dilaksanakan oleh aparat Inspektorat Kota Bengkulu dalam pengawasan keuangan daerah. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana kompetensi aparat Inspektorat Kota Bengkulu dalam pengawasan keuangan daerah sesuai dengan persepsi responden berdasarkan pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner penelitian?

11

2) Bagaimana independensi aparat Inspektorat Kota Bengkulu dalam pengawasan keuangan daerah sesuai dengan persepsi responden berdasarkan pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner penelitian ? 3) Bagaimana motivasi aparat Inspektorat Kota Bengkulu dalam pengawasan keuangan daerah sesuai dengan persepsi responden berdasarkan pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner penelitian? 4) Apakah kompetensi, independensi, dan motivasi berpengaruh terhadap kualitas audit operasional berdasarkan kecenderungan jawaban atas pertanyaan yang diajukan dalam bentuk (interview) yang dilakukan ? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1) Untuk mengkaji bagaimana kompetensi aparat Inspektorat Kota Bengkulu dalam pengawasan keuangan daerah sesuai dengan persepsi responden berdasarkan pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner. 2) Untuk mengkaji bagaimana independensi aparat Inspektorat Kota Bengkulu dalam pengawasan keuangan daerah sesuai dengan persepsi responden berdasarkan pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner. 3) Untuk mengkaji bagaimana motivasi aparat Inspektorat Kota kuesioner dan wawancara

Bengkulu dalam pengawasan keuangan daerah sesuai dengan persepsi responden berdasarkan pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner.

12

4) Untuk

mengkaji

secara

mendalam

pengaruh

kompetensi,

independensi, dan motivasi terhadap kualitas audit operasional yang dilaksanakan oleh aparat Inspektorat Kota Bengkulu sesuai dengan persepsi responden berdasarkan pertanyaan yang diajukan baik melalui kuesioner. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1) Bagi pemegang kebijakan, dalam hal ini pemerintah daerah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai faktor yang mempengaruhi kualitas audit Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah yang lebih dipersempit daerahnya yaitu audit operasional pemerintah daerah, sehingga akan dapat

dimanfaatkan dalam upaya peningkatan kualitas audit operasional inspektorat. 2) Bagi inspektorat, sebagai masukan dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah khususnya peranan inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah dan dalam rangka mewujudkan good governance, sehingga inspektorat diharapkan dapat membuat program yang berkontribusi pada peningkatan kualitas dan kapabilitasnya. 3) Bagi akademisi, memberikan kontribusi pengembangan literatur akuntansi sektor publik di Indonesia, selain itu penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan mendorong dilakukannya penelitian-penelitian kualitatif lainnya dibidang akuntansi sektor

13

publik. Hasil penelitian ini juga diharapkan akan dapat memberikan sumbangan bagi penelitian berikutnya. 1.5 Batasan Masalah Sesuai dengan permasalahan yang telah dibahas tersebut, maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian agar pembahasan ini terarah dan tidak melakukan penyimpangan maka penelitian ini dibatasi pada bagaimana kompetensi dapat berpengaruh pada lingkup audit operasional yang dilihat kemampuan dan profesionalisme dari aparat itu sendiri, tingkat independensi dilihat dari gangguan-gangguan yang ada ketika aparat melakukan pemeriksaan terhadap instansi pemerintahan yang lebih dikhususkan pada lingkup audit operasional yaitu audit akan ekonomis, efektifitas dan efisiensi dari kinerja

instansi tersebut sedangkan lingkup dari motivasi ini dibatasi pada persepsi dari aparat itu sendiri mengenai tingkatan motivasi yang mendorong mereka dalam melaksanakan tugas sebagai auditor/pengawas internal pemerintah, tingkat motivasi ini dilihat dari pemeriksaan kinerja yang dilakukan oleh aparat pemerintahan kota sehingga menghasilkan kualitas audit yang baik. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang mengkaji bagaimana variabel dependen berpengaruh terhadap variabel independen dari persepsi responden berdasarkan daftar pertanyaan yang diajukan baik tertulis (kuesioner) maupun dengan cara interview langsung yang dilakukan dalam penelitian deskriptif dan penelitian ini juga tanpa melakukan uji hipotesis dalam menjawab permasalahan penelitian.

14

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Audit Terdapat beberapa pengertian audit yang diberikan oleh beberapa ahli di bidang akuntansi, antara lain: Menurut Arens dan Loebbecke (2006: 15): Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent independent person. Kemudian menurut Mulyadi (2002: 43): Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomis, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Sehingga dari beberapa pengertian mengenai audit tersebut dapat kita simpulkan bahwasanya audit merupakan proses sistematik yang dilakukan oleh seorang yang independen dan kompeten dalam melakukan pemeriksaan dan memberikan opini terhadap kewajaran dari laporan audit tersebut. Hasil pemeriksaan tersebut haruslah memiliki suatu kualitas yang baik sehingga menunjukkan bahwa pelaksanaan pemeriksaan tersebut sudah mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Tidak mudah untuk menggambarkan dan mengukur suatu kualitas audit yang dihasilkan secara objektif hal ini dikarenakan kualitas audit ini merupakan suatu konsep yang komplek dan sulit untuk dipahami, hal ini yang menyebabkan sering sekali terdapat kesalahan dalam menentukan sifat dan kualitasnya. Suatu

15

kualitas audit dijelaskan sebagai probabilitas atau kemungkinan dimana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya dengan pengetahuan dan keahlian auditor (De Angelo, 1981 dalam Efendy, 2010). Deis dan Giroux (1992) dalam Efendy (2010) melakukan penelitian tentang empat hal yang dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu (1) lama waktu (tenure) auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan, semakin lama seorang auditor telah melakukan audit pada klien yang sama maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin rendah; (2) jumlah klien, semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik karena auditor dengan jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya; (3) kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan klien maka akan ada kecenderungan klien tersebut untuk menekan auditor agar tidak mengikuti standar; dan (4) review oleh pihak ketiga, kualitas audit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh pihak ketiga. Menurut Marxen (1990) dalam Efendy (2010), buruknya kualitas audit disebabkan oleh beberapa perilaku disfungsional, yaitu: Underreporting of time, premature sign off, altering/replacement of audit procedure. Underreporting of time menyebabkan keputusan personel yang kurang baik, menutupi kebutuhan revisi anggaran, dan menghasilkan time pressure untuk audit di masa datang yang tidak diketahui. Sama halnya Sosutikno (2003) dalam Haslinda (2010) yang menjelaskan Premature Sign-Off (PMSO) merupakan suatu keadaan yang

16

menunjukkan auditor menghentikan satu atau beberapa langkah audit yang diperlukan dalam prosedur audit tanpa menggantikan dengan langkah yang lain. Sedangkan altering/replacing of audit procedure adalah penggantian prosedur audit yang seharusnya yang telah ditetapkan dalam standar auditing. Kualitas audit adalah kemungkinan auditor menemukan dan melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien, begitu juga halnya kualitas audit yang ada didalam sektor swasta dijelaskan bahwa kualitas audit yang baik jika pelaksanaan audit yang dilakukan oleh auditor sesuai dengan ketentuan ataupun standar auditing yang telah berlaku, sehingga dapat disimpulkan kualitas audit atau hasil pemeriksaan disini adalah kualitas dari kerja seorang auditor yang ditunjukkan dengan laporan hasil pemeriksaan yang dapat diandalkan dan sesuai dengan peraturan yang ada dimana dalam sektor publik sesuai dengan SPKN ataupun peraturan lainnya mengenai audit pemerintahan itu sendiri. Kualitas audit ini juga berhubungan dengan seberapa baik sebuah pekerjaan diselesaikan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan, untuk auditor, kualitas kerja dilihat dari kualitas audit yang dihasilkan yang dinilai dari seberapa banyak auditor memberikan respon yang benar dari setiap pekerjaan audit yang diselesaikan (Tan dan Alison dalam Mardisari, 2007). Pada sektor publik khususnya instansi pemerintahan, kualitas audit diartikan sebagai probabilitas seorang auditor atau pemeriksa dapat menemukan dan melaporkan suatu penyelewengan yang terjadi pada suatu instansi pemerintahan (baik pusat maupun daerah). Probabilitas dari temuan dan penyelewengan tergantung pada kemampuan teknikal pemeriksa dan probabilitas pelaporan kesalahan tergantung

17

pada independensi pemeriksa dan kompetensi pemeriksa tersebut untuk mengungkapkan penyelewengan, dalam meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan itu maka diperlukannya banyak pelatihan-pelatihan bagi aparat pemeriksa itu sendiri (Djamil, 2008). Prinsip-prinsip dasar dalam Pernyataan Standar Audit (PSA) No. 1170 menjelaskan, bahwa Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) harus mengembangkan program dan mengendalikan kualitas audit, pernyataan ini mensyaratkan program pengembangan kualitas mencakup seluruh aspek kegiatan audit di lingkungan APIP. Program tersebut dirancang untuk mendukung kegiatan audit APIP, memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi serta memberikan jaminan bahwa kegiatan audit di lingkungan APIP sejalan dengan Standar Audit dan Kode Etik. 2.2 Standar Umum Profesional Internal Auditor Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (SA-APIP) merupakan Standar Audit Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah yang disusun oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Standar ini meliputi standar-standar yang terkait dengan karakteristik organisasi dan para individu yang melakukan penugasan audit kinerja dan audit investigatif. Sistematika standar umum dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut: a) Visi, Misi, Tujuan, Kewenangan dan Tanggung Jawab APIP Setiap APIP tentunya harus memiliki visi, misi dan tujuan yang searah dengan visi, misi, dan tujuan pemerintah serta instansi induknya. Kemudian,

18

kewenangan dan tanggung jawab APIP harus diberdayakan secara optimal agar APIP dapat melaksanakan tugasnya secara independen dan obyektif.

Visi

pengawasan

intern

pemerintah

adalah

terwujudnya

Aparat

Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang profesional dan mampu mendorong penerapan prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik. Misi Pengawasan intern pemerintah adalah melaksanakan pengawasan intern berdasarkan kode etik dan standar pengawasan yang diakui bersama dalam rangka memberikan jaminan bagi terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efisien, dan taat terhadap peraturan perundang-undangan serta terlindunginya kekayaan negara dari setiap upaya penyimpangan (Ulum, 2009). Tujuan penyusunan Kebijakan Pengawasan Nasional APIP Tahun 2006 adalah: a) Menetapkan arah Kebijakan Pengawasan Intern Pemerintah dalam Tahun 2006. b) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengawasan intern pemerintah melalui sinergi pengawasan fungsional yang dilakukan melalui APIP. c) Menjadi dasar penyusunan Kebijakan Pengawasan Tahunan dan Program Kerja Pengawasan Tahunan masing-masing APIP. b) Independensi dan Objektifitas Dalam semua hal yang berkaitan dengan audit, APIP harus independen dan para auditornya harus obyektif dalam pelaksanaan tugasnya.

Keindependensian dan obyektivitas tersebut dapat dicapai melalui status APIP dalam organisasi dan penciptaan kebijakan untuk menjaga obyektivitas auditor

19

terhadap auditee. Independensi pada dasarnya merupakan state of mind atau sesuatu yang dirasakan oleh masing-masing menurut apa yang diyakini sedang berlangsung. c)Keahlian

Auditor harus mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawabnya. Agar tercipta kinerja audit yang baik, maka APIP harus memiliki kriteria tertentu dari setiap auditor yang diperlukan untuk merencanakan audit, mengidentifikasi kebutuhan profesional auditor dan untuk mengembangkan teknik dan metodologi audit. d)Kecermatan Profesional

Auditor harus menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama (due professional care) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap penugasan.Penggunaan keahlian secara cermat dan seksama (due professional care) mewajibkan auditor untuk melaksanakan tugasnya secara serius, teliti, dan menggunakan seluruh kemampuan dengan pertimbangan profesionalnya dalam melaksanakan tugas audit. e) Kepatuhan Terhadap Kode Etik. Auditor harus mematuhi kode etik yang ditetapkan. Auditor tidak saja harus menggunakan seluruh kemampuan dan kecermatannya tetapi juga dituntut untuk mematuhi kode etik yang ditetapkan, dengan demikian kompetensi dan etika harus dipenuhi secara bersamaan untuk memperoleh hasil audit yang bisa dipertanggung jawabkan.

20

2.3

Audit Operasional Audit operasional adalah proses yang sistematis untuk mengevaluasi

kegiatan suatu organisasi dalam prosesnya secara ekonomis, efisiensi dan efektifitas untuk mencapai tujuan organisasi tersebut, dan keekonomisan operasional organisasi yang berada dalam pengendalian manajemen serta melaporkan kepada orang-orang yang tepat atas hasil-hasil evaluasi tersebut beserta rekomendasi untuk perbaikan. Pemeriksaan ini merupakan bagian dari pemeriksaan kinerja dalam pemerintahan (Ulum, 2009). Pengertian audit operasional yang disebut juga audit kinerja menurut Mardiasmo (2006: 132) adalah sebagai berikut: Suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif, agar dapat melakukan penilaian secara independen atas ekonomis dan efisien operasi, efektifitas dalam pencapaian hasil yang diinginkan dan kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan hukum yang berlaku, menentukan kesesuaian antar kinerja yang telah dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihakpihak pengguna laporan tersebut. Proses yang sistematis seperti halnya dalam audit laporan keuangan, audit operasional menyangkut serangkaian langkah atau prosedur yang logis, terstruktur, dan terorganisasi. Aspek ini meliputi perencanaan yang baik, serta perolehan dan evaluasi secara objektif bukti yang berkaitan dengan aktivitas yang diaudit. Mengevaluasi operasi organisasi evaluasi atas operasi ini harus didasarkan pada beberapa kriteria yang ditetapkan dan disepakati. Pada audit operasional, kriteria seringkali dinyatakan dalam bentuk standar kinerja yang ditetapkan oleh manajemen, namun dalam beberapa kasus standar itu mungkin ditetapkan oleh suatu badan pemerintahan atau oleh industri. Kriteria ini

21

seringkali didefinisikan kurang jelas bila dibandingkan dengan kriteria yang digunakan dalam audit atas laporan keuangan. Audit operasional mengukur derajat kesesuaian antara kinerja aktual dan kriterianya. Audit operasional sektor publik merupakan auditing yang bertujuan untuk menguji setiap bagian organisasi yang melaksanakan aktivitasnya secara ekonomis, efektifitas dan efisiensi. Audit dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang dapat dipertanggungjawabkan (reasonable assurance) bahwa suatu program, aktivitas, fungsi, atau organisasi telah dikelola secara ekonomis, efisien, dan efektif sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan (Ulum, 2009). 2.4 Ekonomis, Efisiensi dan Efektifitas Konsep yang pertama dalam pengelolaan organisasi sektor publik terkhususkan instansi pemerintah adalah ekonomis, yang berarti pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang terendah. Ekonomis merupakan perbandingan input dengan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomis terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalisir input resource yang digunakan, yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif (Agung, 2008). Konsep kedua dalam pengelolaan organisasi sektor publik terkhususkan instansi pemerintah adalah efisiensi, yang berarti pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan, dapat disimpulkan bahwa ekonomis mempunyai arti biaya terendah, sedangkan efisiensi

22

mengacu pada rasio terbaik antara output dengan biaya (input) hal ini dikarena output dan biaya diukur dalam unit yang berbeda, maka efisiensi dapat terwujud ketika dengan sumber daya yang ada dapat dicapai output yang maksimal atau output tertentu dapat dicapai dengan sumber daya yang sekecil-kecilnya. Audit operasional secara ekonomis dan efisiensi bertujuan untuk menentukan bahwa suatu entitas telah memperoleh, melindungi, menggunakan sumber dayanya (karyawan, gedung, ruang dan peralatan kantor) secara ekonomis dan efisien. Selain itu juga bertujuan untuk menentukan dan mengidentifikasi penyebab terjadinya praktik-praktik yang tidak ekonomis atau tidak efisien, termasuk ketidakmampuan organisasi dalam mengelola sistem informasi, prosedur administrasi dan struktur organisasi (Agung, 2008). Menurut The General Accounting Office Standards (1994), beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan audit secara ekonomis dan efisiensi, yaitu dengan mempertimbangkan apakah entitas yang diperiksa/diaudit telah: (1) mengikuti ketentuan pelaksanaan pengadaan yang sehat; (2) melakukan pengadaan sumber daya (jenis, mutu, dan jumlah) sesuai dengan kebutuhan pada biaya terendah; (3) melindungi dan memelihara semua sumber daya yang ada secara memadai; (4) menghindari duplikasi pekerjaan atau kegiatan yang tanpa tujuan atau kurang jelas tujuannya; (5) menghindari adanya pengangguran sumber daya atau jumlah pegawai yang berlebihan; (6) menggunakan prosedur kerja yang efisien; (7) menggunakan sumber daya (staf, peralatan dan fasilitas) yang minimum dalam menghasilkan atau menyerahkan barang/jasa dengan kuantitas dan kualitas yang tepat; (8) mematuhi persyaratan peraturan perundang-undangan

23

yang berkaitan dengan perolehan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya negara; (9) melaporkan ukuran yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai kehematan dan efisiensi (Mardiasmo, 2002: 57). Auditor yang ingin mengetahui apakah organisasi telah menghasilkan output yang optimal dengan sumber daya yang dimiliki, dapat dilihat dengan membandingkan output yang telah dicapai pada periode yang bersangkutan dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, kinerja tahun-tahun sebelumnya dan unit lain pada organisasi yang sama atau pada organisasi yang berbeda, dengan demikian perbandingan antara besarnya output yang dicapai organisasi atau pemerintahan dapat dilihat. Konsep yang ketiga dalam pengelolaan organisasi sektor publik khususnya instansi pemerintah adalah efektifitas. Efektifitas berarti tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Efektifitas merupakan perbandingan antara outcome dengan output. Outcome seringkali dikaitkan dengan tujuan (objectives) atau target yang hendak dicapai. Jadi dapat dikatakan bahwa efektifitas berkaitan dengan pencapaian tujuan. Sedangkan menurut Audit Commission (1986) disebutkan bahwa efektifitas berarti menyediakan jasa-jasa yang benar sehingga memungkinkan pihak yang berwenang untuk

mengimplementasikan kebijakan dan tujuannya. Hal ini sependapat dengan Mardiasmo (2002) yang menjelaskan audit efektifitas bertujuan untuk menentukan tingkat pencapaian hasil atau manfaat yang diinginkan, kesesuaian hasil dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya dan menentukan apakah entitas yang diaudit telah mempertimbangkan alternatif lain yang memberikan hasil yang

24

sama dengan biaya yang paling rendah. Audit efektifitas mencakup penentuanpenentuan mengenai: (1) Tingkat pencapaian hasil program yang diinginkan atau manfaat yang telah ditetapkan oleh undang-undang atau badan lain yang berwenang; (2) Efektifitas kegiatan entitas, pelaksanaan program, kegiatan atau fungsi instansi yang bersangkutan; (3) Apakah entitas yang telah diaudit sudah menaati peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan pelaksanaan program/kegiatannya; UU Nomor 15 Tahun 2004 menjelaskan pemeriksaan kinerja (audit operasional) adalah pemeriksaan atas aspek ekonomis dan efisiensi, serta

pemeriksaan atas aspek efektifitas yang lazim dilakukan bagi kepentingan manajemen oleh aparat pengawas intern pemerintah. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengidentifikasi hal-hal, yang perlu menjadi perhatian lembaga perwakilan, adapun untuk pemerintah pemeriksaan kinerja yang dilaksanakan oleh inspektorat dimaksudkan agar kegiatan yang dibiayai dengan keuangan negara/daerah diselenggarakan secara ekonomis dan efisien serta memenuhi sasarannya secara efektif. 2.5 Kompetensi Kompetensi dalam Renaldo (2010) dijelaskan bahwa kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang

memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspek-aspek pribadi ini mencakup sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan dan ketrampilan dimana kompetensi akan mengarahkan tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan

25

menghasilkan kinerja. Susmanto (2008) memaparkan definisi tentang kompetensi yang sering dipakai adalah karakteristik-karakteristk yang mendasari individu untuk mencapai kinerja superior. Kompetensi juga merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan non-rutin. Sama halnya Mayangsari (2003) menjelaskan bahwa kompetensi dalam bidang auditing sering diukur dengan pengalaman. Pernyataan standar umum pertama dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) adalah: Pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan, dalam pernyataan standar pemeriksaan ini semua organisasi pemeriksa bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap pemeriksaan dilaksanakan oleh para pemeriksa yang secara kolektif memiliki pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas tersebut. Oleh karena itu, organisasi pemeriksa harus memiliki prosedur rekrutmen, pengangkatan, pengembangan berkelanjutan, dan evaluasi atas pemeriksa untuk membantu organisasi pemeriksa dalam mempertahankan pemeriksa yang memiliki kompetensi yang memadai. Ashton (1991) menjelaskan dalam Renaldo (2010) bahwa dalam literatur psikologi, pengetahuan spesifik dan lama pengalaman bekerja sebagai faktor penting untuk meningkatkan kompetensi. Ashton juga menjelaskan bahwa ukuran kompetensi tidak cukup hanya pengalaman tetapi diperlukan pertimbanganpertimbangan lain dalam pembuatan keputusan yang baik karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah unsur lain selain pengalaman. Pendapat ini didukung

26

oleh Schmidt et al. (1988) yang memberikan bukti empiris bahwa terdapat hubungan antara pengalaman bekerja dengan kinerja dimoderasi dengan lama pengalaman dan kompleksitas tugas. Selain itu, penelitian yang dilakukan Bonner (1990) menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai spesifik tugas dapat meningkatkan kinerja auditor berpengalaman, walaupun hanya dalam penetapan risiko analitis. Hal ini menunjukkan bahwa pendapat auditor yang baik akan tergantung pada kompetensi dan prosedur audit yang dilakukan oleh auditor (Sari, 2009). Websters Ninth New Collegiate Dictionary (1983) dalam Sri (2005) menjelaskan kompetensi sebagai keterampilan dari seorang ahli, dimana ahli didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat keterampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu yang diperoleh dari pelatihan dan pengalaman, sedangkan Trotter (1986) dalam Saifuddin (2004) mendefinisikan bahwa seorang yang berkompeten adalah orang yang dengan keterampilannya mengerjakan pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan. Kompetensi dari seorang auditor adalah pengetahuan, keahlian dan pengalaman yang dibutuhkan auditor untuk dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama, baik dalam audit sektor publik dan audit sektor swasta. Jadi auditor baik auditor sektor publik maupun swasta harus memiliki keahlian khusus dan kemampuan yang memadai sebagai seorang auditor. Kompetensi auditor operasional (auditor kinerja) disini dikenal dengan 3 pilar

27

utama yaitu mutu personal, pengetahuan umum yang memadai, serta keahlian khusus dibidangnya. 2.6 Independensi Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dengan Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah pada Standar Umum Kedua (PSA APIP No. 2100) menyatakan bahwa dalam semua hal yang berkaitan dengan audit APIP harus independensi dan para auditornya harus obyektif dalam pelaksanaan tugasnya, dalam standar ini menyatakan bahwa independensi APIP serta obyektivitas auditor diperlukan agar kredibilitas hasil pekerjaan APIP meningkat. Penilaian independensi dan objektivitas mencakup dua komponen berikut, yaitu (1) Status APIP dalam organisasi dan (2) Kebijakan untuk menjaga objektivitas auditor terhadap objek audit, sedangkan menurut Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2007, bahwa standar umum kedua dari Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, menyatakan dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya. Pernyatan standar umum kedua ini menyatakan, organisasi pemeriksa dan para pemeriksanya bertanggungjawab untuk dapat mempertahankan independensinya sedemikian rupa, sehingga pendapat, simpulan, pertimbangan atau rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak memihak dan dipandang tidak memihak oleh pihak manapun.

28

Definisi independensi dalam The CPA Handbook menurut E.B. Wilcox yang dijelaskan dalam Mayangsari (2003) adalah suatu standar auditing yang penting karena opini akuntan independen bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen, jika akuntan tersebut tidak independen terhadap kliennya, maka opininya tidak akan memberikan tambahan apapun. Kode Etik Akuntan tahun 1994 menyebutkan bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektifitas. Penelitian yang dilakukan oleh Lavin (1976) dijelskan dalam Renaldo (2010) menunjukkan bahwa pembuatan pembukuan perusahaan atau pelaksanaan fungsi pengolahan data oleh auditor tidak akan berpengaruh terhadap teknik-teknik yang digunakan auditor untuk mengaudit, Selain itu penggunaan komputer klien untuk hubungan bisnis dianggap juga tidak merusak independensi auditor. Kata independensi merupakan terjemahan dari kata independence yang berasal dari Bahasa Inggris, dalam kamus Oxford Advanced Learners Dictionary of Current English terdapat entri kata independence yang artinya dalam keadaan independen, adapun entri kata independence bermakna tidak tergantung atau dikendalikan oleh (orang lain atau benda), tidak mendasarkan diri pada orang lain; bertindak atau berfikir sesuai dengan kehendak hati, bebas dari pengendalian orang lain. Makna independensi dalam pengertian umum ini tidak jauh berbeda dengan makna independensi yangdipergunakan secara khusus dalam literatur pengauditan (Hutami, 2010).

29

Arens, et al. (2000) mendefinisikan independensi dalam pengauditan sebagai penggunaan cara pandang yang tidak bias dalam pelaksanaan pengujian audit, evaluasi hasil pengujian tersebut, dan pelaporan hasil temuan audit. Sedangkan Mulyadi (1992) menjelaskan independensi sebagai "keadaan bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain" dan akuntan publik yang independen haruslah akuntan publik yang tidak terpengaruh dan tidak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan yang berasal dari luar diri akuntan dalam mempertimbangkan fakta yang dijumpainya dalam pemeriksaan (Hutami, 2010). Menurut Messier, et al. (2005) dalam Efendy (2010), independensi merupakan suatu istilah yang sering digunakan oleh profesi auditor. Independensi menghindarkan hubungan yang mungkin mengganggu obyektifitas auditor. BPKP (1998) mengartikan obyektifitas sebagai bebasnya seseorang dari pengaruh pandangan subyektif pihak-pihak lain yang berkepentingan sehingga dapat mengemukakan pendapat apa adanya. 2.7 Motivasi Terry dalam Moekijat (2002) mendefinisikan motivasi sebagai keinginan di dalam seorang individu yang mendorong ia untuk bertindak. Dari berbagai jenis teori motivasi, teori yang sekarang banyak dianut adalah teori kebutuhan. Teori ini beranggapan bahwa tindakan manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya. Ahli yang mencoba merumuskan kebutuhan-kebutuhan manusia, di antaranya adalah Maslow. Maslow telah menyusun tingkatan kebutuhan

30

manusia,

yang

pada

pokoknya

didasarkan

pada

prinsip

berikut

ini

(Wahjosumidjo, 1987) dalam Sudrajat (2008): 1) Manusia adalah binatang yang berkeinginan; 2) Segera setelah salah satu kebutuhannya terpenuhi, kebutuhan lainnya akan muncul; 3) Kebutuhan-kebutuhan manusia nampak diorganisir ke dalam

kebutuhan yang bertingkat-tingkat; 4) Segera setelah kebutuhan itu terpenuhi, maka mereka tidak mempunyai pengaruh yang dominan, dan kebutuhan lain yang lebih meningkat mulai mendominasi. Maslow merumuskan lima jenjang kebutuhan manusia, sebagaimana dijelaskan sebagai berikut : 1) Kebutuhan mempertahankan hidup (Physiological Needs). Manifestasi kebutuhan ini tampak pada tiga hal yaitu sandang, pangan, dan papan. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan primer untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan biologis. 2) Kebutuhan rasa aman (Safety Needs). Manifestasi kebutuhan ini antara lain adalah kebutuhan akan keamanan jiwa, di mana manusia berada, kebutuhan keamanan harta, perlakuan yang adil, pensiun, dan jaminan hari tua. 3) Kebutuhan sosial (Social Needs). Manifestasi kebutuhan ini antara lain tampak pada kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain (sense

31

of belonging), kebutuhan untuk maju dan tidak gagal (sense of achievement), kekuatan ikut serta (sense of participation). 4) Kebutuhan akan penghargaan/prestise (esteem needs), semakin tinggi status, semakin tinggi pula prestisenya. Prestise dan status ini dimanifestasikan dalam banyak hal, misalnya mobil mercy, kamar kerja yang full AC, dan lain-lain. 5) Kebutuhan mempertinggi kapasitas kerja (self actualization), kebutuhan ini bermanifestasi pada keinginan mengembangkan kapasitas mental dan kerja melalui seminar, konferensi, pendidikan akademis, dan lainlain. Menurut Suwandi (2005), dalam konteks organisasi, motivasi adalah pemaduan antara kebutuhan organisasi dengan kebutuhan personil. Hal ini akan mencegah terjadinya ketegangan/konflik sehingga akan membawa pada pencapaian tujuan organisasi secara efektif, sehubungan dengan audit

pemerintahan,

terdapat

penelitian

mandiri

mengenai

pengaruh rewards

instrumentalities dan environmental risk factors

terhadap motivasi partner

auditor independen untuk melaksanakan audit pemerintah. Penghargaan (rewards) yang diterima auditor independen pada saat melakukan audit pemerintah dikelompokkan ke dalam dua bagian penghargaan, yaitu penghargaan intrinsik (kenikmatan pribadi dan kesempatan membantu orang lain) dan penghargaan ekstrinsik (peningkatan karir dan status). Sedangkan faktor risiko lingkungan (environmental risk factors) terdiri dari iklim politik dan

32

perubahan kewenangan. Rincian lebih lanjut tentang faktor penghargaan dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel. 2.1 Motivasi Auditor Independen Dalam Melakukan Audit Pemerintah Penghargaan Intrinsik Penghargaan Ekstrinsik

Kenikmatan Pribadi Karir 1) Pekerjaan yang menarik 1) Keamanan/kemapanan kerja 2) Stimulasi intelektual yang tinggi 3) Pekerjaan yang menantang 2) Kesempatan karir jangka (mental) panjang yang luas 4) Kesempatan pembangunan dan 3) Peningkatan kompensasi pengembangan pribadi 5) Kepuasan pribadi Kesempatan membantu orang lain Status 1) Pelayanan masyarakat 1) Pengakuan positif dari 2) Kesempatan membantu personal masyarakat klien 2) Penghormatan dari masyarakat 3) Kesempatan bertindak sebagai 3) Prestis atau nama baik mentor bagi staf audit 4) Meningkatkan status social Sumber: Lowehnson and Collins (2001) dalam Mardiasmo (2006) Pada konteks studi psikologi, Abin (2003) dalam Sudrajat (2008) mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya: a) Durasi kegiatan; b) Frekuensi kegiatan; c) Aspirasi pada kegiatan; d) Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan; e) Devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan; f) Tingkat kualifikasi prestasi atau produk (output) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan;

33

g) Arah sikap terhadap sasaran kegiatan. 2.8 Pengawasan Keuangan Daerah Pengawasan atas penyelenggaraan suatu pemerintahan sangat diperlukan hal ini untuk menjamin agar pelaksanaan kegiatan pemerintahan berjalan sesuai dengan rencana dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu, dalam rangka mewujudkan good governance dan clean government, pengawasan juga diperlukan untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien, transparan, akuntabel, serta bersih dan bebas dari praktik-praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Pengawasan terhadap penyelenggaran pemerintahan tersebut dapat dilakukan melalui pengawasan melekat, pengawasan masyarakat, dan pengawasan fungsional (Cahyat, 2004). Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh lembaga/aparat pengawasan yang dibentuk atau ditunjuk khusus untuk melaksanakan fungsi pengawasan secara independen terhadap obyek yang diawasi. Pengawasan fungsional tersebut dilakukan oleh lembaga/badan/unit yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan fungsional melalui audit, investigasi, dan penilaian untuk menjamin agar penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan rencana dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pengawasan fungsional dilakukan baik oleh pengawas ekstern pemerintah maupun pengawas intern pemerintah. Pengawasan ekstern pemerintah dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), sedangkan pengawasan intern

34

pemerintah dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Susmanto, 2008). Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/05/M.PAN/03/2008, kegiatan utama APIP meliputi audit, review, pemantauan, evaluasi, dan kegiatan pengawasan lainnya berupa sosialisasi, asistensi dan konsultansi, namun peraturan ini hanya mengatur mengenai standar audit APIP. Kegiatan audit yang dapat dilakukan oleh APIP pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis audit berikut ini: pertama, audit atas laporan keuangan yang bertujuan untuk memberikan opini atas kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum; kedua, audit kinerja yang sering disebut juga audit operasional yang bertujuan untuk memberikan simpulan dan rekomendasi atas pengelolaan instansi pemerintah secara ekonomis, efisien dan efektif, dan ketiga, audit dengan tujuan tertentu yaitu audit yang bertujuan untuk memberikan simpulan atas suatu hal yang diaudit, yang termasuk dalam kategori ini adalah audit investigatif, audit terhadap masalah yang menjadi fokus perhatian pimpinan organisasi dan audit yang bersifat khas. Menurut Susmanto (2008), APIP melakukan pengawasan fungsional terhadap pengelolaan keuangan negara agar berdaya guna dan berhasil guna untuk membantu manajemen pemerintahan dalam rangka pengendalian terhadap kegiatan unit kerja yang dipimpinnya fungsi (quality assurance). Pengawasan yang dilaksanakan APIP diharapkan dapat memberikan masukan kepada pimpinan mengenai hasil, hambatan, dan penyimpangan yang terjadi atas jalannya pemerintahan dan pembangunan yang menjadi tanggung jawab para pimpinan

35

penyelenggara pemerintahan tersebut. Lembaga/badan/unit yang ada di dalam tubuh pemerintah (pengawas intern pemerintah), yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan fungsional adalah Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP), yang terdiri dari: pertama, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP); kedua, Inspektorat Jenderal Departemen; ketiga, Inspektorat Utama/Inspektorat Lembaga Pemerintah Non Departemen

(LPND)/Kementerian; dan keempat, Lembaga Pengawasan Daerah atau Bawasda Provinsi/Kabupaten/Kota. Berdasarkan objek pengawasan, pengawasan terhadap pemerintah daerah dibagi menjadi tiga jenis, yaitu pengawasan terhadap produk hukum dan kebijakan daerah, pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah serta produk hukum dan kebijakan keuangan daerah. Tugas pokok dan fungsi inspektorat daerah diantaranya yaitu melakukan pengawasan keuangan dan penyelenggaraan pemerintah yang akuntabel. Ada beberapa kewenangan daerah yang menyangkut pengawasan terhadap keuangan dan asset daerah adalah pelaksanaan APBD, penerimaan pendapatan daerah dan Badan Usaha Daerah, pengadaan barang/jasa serta pemeliharaan/penghapusan barang/jasa, penelitian dan penilaian laporan pajak-pajak pribadi, penyelesaian ganti rugi, serta inventarisasi dan penelitian kekayaan pejabat di lingkungan pemerintah daerah (Cahyat, 2004). 2.9 Pengertian Inspektorat Daerah Sejalan dengan UU No 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat daerah dijelaskan pada pasal 2 ayat 11 bahwa unsur pengawasan daerah adalah badan pengawasan daerah yang selanjutnya disebut Inspektorat Provinsi,

36

Inspektorat Kabupaten, dan Inspektorat Kota. Hal ini sejalan dengan UU No. 32 tentang pemerintah daerah, paragraf 9 mengenai Pertanggungjawaban

Pelaksanaan APBD; maka dalam Pasal 184 ayat (1) disebutkan bahwa Kepala daerah menyampaikan rancangan Perda tentang pertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Namun demikian, dalam rangka pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah, maka akan senantiasa diadakan kegiatan pengawasan atas pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah, pengawasan terhadap peraturan daerah dan peraturan kepala daerah. Pengawasan sebagaimana dimaksud dilaksanakan oleh aparat pengawas intern pemerintah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, sesuai dengan Pasal 222 UU tentang pemerintah daerah maka telah diatur bahwa: 1) Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah secara nasional dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri. 2) Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud untuk kabupaten/kota dikoordinasikan oleh gubernur. 3) Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan desa

dikoordinasikan oleh bupati/walikota. 4) Bupati dan walikota dalam pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dapat melimpahkannya kepada camat.

37

Atas dasar ketentuan di ataslah maka aparat pengawasan intern pemerintah di suatu daerah (Provinsi, Kabupaten/Kota) dilakukan oleh Badan Pengawasan Daerah (BAWASDA) dulunya tapi dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 sehingga nama BAWASDA berganti dengan Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota yang dibentuk sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku di daerah masing-masing. 2.10 Peran Inspektorat Daerah Badan Pengawasan Daerah yang merupakan internal auditor pemerintah ini memiliki peran yang penting dalam melaksanakan pengawasan keuangan daerah. Bastian (2007), menjelaskan perannya adalah untuk memastikan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah telah berjalan dengan baik dan laporan keuangan daerah disajikan dengan wajar, diluar tugastugas awal Badan Pengawas Daerah (BAWASDA) sebelumnya sebagai aparat pengawas. Selain itu peranan dari Badan Pengawas Daerah (BAWASDA) adalah untuk membantu Kepala Daerah menyajikan laporan keuangan yang akuntabel dan dapat diterima secara umum. Badan Pengawas Daerah (BAWASDA) atau inspektorat dalam menghasilkan audit yang berkualitas dipengaruhi beberapa faktor, yaitu antara lain motivasi dan profesionalisme dari auditor aparat inspektorat. Motivasi merupakan dorongan auditor untuk melaksanakan audit secara berkualitas. Indikator dari motivasi antara lain adalah tingkat aspirasi, ketangguhan, keuletan, dan konsistensi (Efendy, 2010). Meskipun sekarang BAWASDA sudah berubah nama menjadi Inspektorat Kota (daerah) dikarenakan adanya UU No 41 Tahun

38

2007 Tentang Organisasi Perangkat daerah, tetapi peran inspektorat sama halnya dengan BAWASDA. 2.11 Kerangka Pemikiran Teoritis Untuk memenuhi tuntutan akuntabilitas publik dan good governance, diperlukan adanya pemeriksaan. Mardiasmo (2005) mengemukakan bahwa pemeriksaan (audit) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang memiliki kompetensi dan independensi untuk memeriksa apakah hasil kinerja pemerintah telah sesuai dengan standar yang ditetapkan. Inspektorat

Kota/Kabupaten merupakan salah satu anggota aparat pemeriksa internal pemerintah daerah yang melakukan fungsi pemeriksaan pada pemerintah daerah. Ada beberapa penelitian tentang kualitas audit yang pernah dilakukan menyimpulkan temuan yang berbeda mengenai faktor yang mempengaruhi kualitas audit. Hasil penelitian Lawenson et al. (2006) menyimpulkan bahwa spesialisasi auditor dan besarnya fee yang diterima auditor berpengaruh terhadap kualitas audit, sementara itu dalam penelitian Alim dkk. (2007) dan Elfarini (2007), diperoleh kesimpulan bahwa keahlian dan independensi auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit, sebagaimana dikatakan oleh Goleman (2001), hanya motivasi yang akan membuat seseorang mempunyai semangat juang yang tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi standar yang ada, dengan kata lain, motivasi akan mendorong seseorang, termasuk auditor, untuk berprestasi, komitmen terhadap kelompok serta memiliki inisiatif dan optimisme yang tinggi, dan belum ada penelitian yang mengungkapkan tentang kualitas audit operasional/kualitas audit kinerja itu sendiri.

39

Be erdasarkan dari uraian l d latar belaka kajian pustaka deng teori-te ang, p ngan eori yang telah dijelaskan maka seb h n, bagai keran ngka konsep ptual pemik kiran teoritis dari s penelitian ini adalah sebagai beri s ikut: Gambar 2.2 r Model Kerangka Pem mikiran Te eoritis

Inspektur utama dan a Pembantu

Kompetensi

independensi

Kualita as audit t operasio onal

Motiv vasi

Ket : Variab independ penelitia bel den an = = Variab dependen penelitian bel n n Penjel dalam ke las erangka kon nseptual seb bagai objek yang ditelit ti bukan variabel pe enelitian = menandai bagaima pengaru variabel ana uh

40

Kerangka pemikiran teoritis tersebut dapat dijelaskan bahwa inspektur utama dan pembantu selaku auditor dalam menghasilkan kualitas audit operasional harus memiliki kompetensi dan independensi yang tinggi hal ini dijelaskan dalam standar audit APIP, selain kedua hal itu ada variabel lain yang jika ditambah akan kemungkinan akan menghasilkan kualitas audit yang baik pula yaitu motivasi semakin tinggi tingkat motivasi maka semakin tinggi pula kualitas audit yang dihasilkan hal ini dijelaskan dalam penelitian Efendy (2010), dengan penjelasan tersebut ketika ketiga variabel ditambahkan apakah akan menghasilkan kualitas audit yang baikpula seperti yang dihasilkan pada penelitian terdahulu, sehingga untuk mengkaji pengaruh dari ketiga variabel tersebut terhadap kualitas audit operasional dapat dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dari keterkaitan masing-masing variabel sesuai dengan standar yang telah diatur untuk auditor internal pemerintah serta berdasarkan persepsi aparat inspektur sebagai responden penelitian ini berdasarkan jawaban atas kuesioner dan wawancara yang dilakukan.

41

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan, lebih lanjut dijelaskan dalam penelitian deskriptif kualitatif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis (Fatchan, 2004 dalam Wisudantari, 2009: 35). Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian non-hipotesis, dimana penelitian non-hipotesis dimaksudkan adalah penlitian yang tidak bermula dari adanya hipotesis untuk menjawab permasalahan selayaknya penelitian kuantitatif yang bersifat normative (Tatang, 2009). Metode kualitatif ini dapat digunakan untuk mencapai dan memperoleh suatu cerita, pandangan yang segar dan cerita mengenai segala sesuatu yang sebagian besar sudah dan dapat diketahui, begitu juga metode kualitatif diharapkan mampu memberikan suatu penjelasan secara terperinci tentang fenomena yang sulit disampaikan dengan metode kuantitatif (Fatchan, 2004 dalam Wisudantari, 2009: 36) . 3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Dalam penelitian ini, variabel dependen yang digunakan adalah Kualitas Audit Operasional, sedangkan variabel independennya terdiri dari kompetensi auditor, independensi auditor, dan motivasi auditor. Definisi operasional dan

42

pengukuran untuk variabel-variabel tersebut dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Kualitas Audit Operasional Kualitas audit operasional inspektorat dalam penelitian ini meliputi pengkajian kualitas dari hasil pemeriksaan operasional aparat inspektorat. Proses dari audit operasional sektor publik khususnya pemerintahan yang dilakukan inspektorat yakni mengkaji pelaksanaan tugas instansi pemerintah yang terdiri dari aspek ekonomis, efektifitas, dan efisiensi serta sistem pengendalian internal dalam suatu instansi pemerintah di Kota Bengkulu dan memberikan rekomendasi atas audit yang telah dilakukan. Konsep audit operasional yang sering juga disebut dengan audit kinerja ini telah tumbuh lebih cepat dibandingkan kebutuhan organisasi publik terkhususkan pemerintahan dalam rangka pelaksanaan akuntabilitas pelayanan publik. Kualitas audit operasional Inspektorat Kota Bengkulu merupakan hasil audit yang dapat memberikan rekomendasi dan membantu Kepala Daerah Kota Bengkulu dalam mengambil keputusan sehingga pemerintah daerah dapat memperbaiki sistem pengendalian internalnya. Kualitas audit operasional aparat inspektorat dalam penelitian ini dikaji dari keakuratan hasil dari temuan audit, pelaksanaan dan nilai rekomendasi dari pemeriksaan operasional, kejelasan laporan hasil pemeriksaan dan tindak lanjut dari hasil pemeriksaan yang dilakukan aparat inspektorat sebagai pemeriksa intern pemerintahan. Pengukuran dalam bentuk pengkajian indikatorindikator untuk variabel kualitas audit operasional dalam kuesioner dengan

43

jawaban angka 1 untuk menginterpretasikan jawaban Ya dan jawaban angka 0 untuk menginterpretasikan jawaban Tidak. (2) Kompetensi Auditor Kompetensi dalam pengauditan merupakan pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang dibutuhkan auditor untuk dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama. Kompetensi merupakan hal yang sangat penting untuk seorang auditor baik itu di sektor publik maupun disektor swasta karena syarat menjadi auditor adalah orang yang memiliki keahlian dan pengetahuan yang kompeten dibidangnya. Kompetensi dalam sektor publik khususnya instansi pemerintah yakni memiliki tiga pilar utama yaitu mutu personal, pengetahuan umum yang memadai dan keahlian khusus dibidangnya, dalam penelitian ini kompetensi auditor inspektorat dilihat dari pemahaman auditor mengenai Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) Nomor 24 Tahun 2005, Peraturan Pemerintah, dan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) beserta pengetahuan dari auditor mengenai lingkup dari organisasi pemerintah secara keseluruhan (Agung, 2008: 34). Kompetensi dalam penelitian ini juga dilihat dari bagaimana keahlian auditor internal dalam mengaudit dapat mempengaruhi kualitas audit, serta kompetensi seperti apa yang mempengaruhi kualitas audit mereka. Pengukuran dalam bentuk pengkajian indikator-indikator untuk variabel kompetensi dalam kuesioner dengan jawaban angka 1 untuk menginte