Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

129
ALIRAN MUSIK JAVANESE BLACK METAL (STUDI KASUS BAND BATHANG MAYIT BOROBUDUR MAGELANG) Oleh Julian Meru Mastodon 0810326015 TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI S-1 ETNOMUSIKOLOGI JURUSAN ETNOMUSIKOLOGI FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA 2015

description

Aliran musik Black Metal yang lahir di Eropa pada awal 1980-an telah mengalami perjalanannya yang panjang ke seluruh dunia, hingga salah satunya di Indonesia yang muncul pada pertengahan 1990-an. Banyak band beraliran musik Black Metal dalam komunitas-komunitas Metal Underground di Jawa berusaha menunjukkan kejawaannya. Hal ini digagas oleh Makam (Surakarta), yang kemudian dipertegas oleh Santet (Purwokerto) yang menyatakan dirinya beraliran musik Javanese Black Metal. Aliran musik Javanese Black Metal merupakan Black Metal dengan nuansa Jawa. Penelitian dengan metode kualitatif dan pendekatan etnomusikologis ini bertujuan untuk mengetahui kejawaan aliran musik Javanese Black Metal dalam aspek musikal dan non-musikal, yang memfokuskan pada Bathang Mayit, band asal Borobudur Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Dari penelitian diperoleh kesimpulan bahwa kejawaan Bathang Mayit tampak dalam beberapa unsur yang meliputi bahasa, kesenian, sistem religi, dan sistem teknologi dan peralatan. Meskipun pencampuran budaya Jawa ke dalam musik Black Metal secara eksplisit terlihat sebagai pelestarian budaya, namun sesungguhnya akan melahirkan budaya Jawa yang baru. Kekurang pahaman makna simbol yang mereka gunakan salah satunya terlihat pada pemakaian surjan sebagai kostum. Penggunaan sesajen yang terkesan mistis dan horor merupakan bagian dari keperluan publisitas yang hanya sekedar gimmick. Upaya pengidentitasan kejawaan ini untuk mencari ciri khas di antara band Black Metal di seluruh dunia.

Transcript of Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

Page 1: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

ALIRAN MUSIK JAVANESE BLACK METAL (STUDI KASUS BAND BATHANG MAYIT BOROBUDUR MAGELANG)

Oleh

Julian Meru Mastodon 0810326015

TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI S-1 ETNOMUSIKOLOGI

JURUSAN ETNOMUSIKOLOGI FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN

INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA

2015

Page 2: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

ii

ALIRAN MUSIK JAVANESE BLACK METAL (STUDI KASUS BAND BATHANG MAYIT BOROBUDUR MAGELANG)

Oleh

Julian Meru Mastodon 0810326015

Tugas Akhir ini Diajukan Kepada Dewan Penguji

Jurusan Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan

Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menempuh Gelar Sarjana S-1

dalam Bidang Etnomusikologi

2015

Page 3: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)
Page 4: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)
Page 5: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

v

MOTTO

Jika hanya terbiasa melihat dalam terang,

maka akan sulit melihat dalam gelap.

Namun jika terbiasa melihat dalam gelap,

maka akan semakin mudah melihat dalam terang.

(Julian Meru Mastodon)

Sura dira jayaningrat, lebur dening pangastuti.

(Rangga Warsita)

Page 6: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

vi

Karya Tulis ini dipersembahkan kepada

Metalheads

di seluruh penjuru dunia

Page 7: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan sembah sujud kepada Gusti Allah Ingkang Maha Kuwaos

karena limpahan rahmat-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan Tugas

Akhir berupa skripsi yang berjudul Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi

Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang), guna mencapai gelar sarjana

S-1 di Jurusan Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia

Yogyakarta.

Penulis merasa perlu mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Maka dengan segenap

kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dosen pembimbing satu sekaligus sebagai Ketua Jurusan

Etnomusikologi FSP ISI Yogyakarta Drs. Haryanto, M. Ed. atas

bimbingan dan dukungan terhadap penulis untuk memilih obyek ini

sebagai skripsi.

2. Dosen pembimbing dua Dr. Aris Wahyudi, S. Sn., M. Hum. yang

selalu sabar membimbing dan memberi motivasi, serta berbagi

ilmunya yang sangat bermanfaat bagi penulis untuk dikemudian hari.

3. Sekretaris Jurusan Etnomusikologi FSP ISI Yogyakarta Warsana, S.

Sn., M. Sn. yang telah memfasilitasi jalannya ujian pendadaran Tugas

Akhir ini.

4. Dosen wali Drs. Sukotjo, M. Hum. yang selalu sabar membimbing

penulis dalam belajar selama masa studi.

Page 8: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

viii

5. Dosen penguji ahli Dr. I Wayan Senen, M. Hum. yang telah

memberikan banyak masukan dan pandangan dalam skripsi ini.

6. Kedua orang tua R. M. Soekartono dan R. Ngt. Sarjinah yang telah

mendukung baik moril, materiil, dan doa kepada penulis selama

menempuh masa studi.

7. Saudara kandung sekaligus sebagai orang tua asuh Rr. Anystia Inang

Wulan yang telah mendukung baik moril, materiil, dan doa kepada

penulis selama menempuh masa studi.

8. Saudara kandung Rr. Mersawati Kusumastuti dan R. Khristyawan

Bemi Chandra, serta kakak ipar Mas Tri Laksono, yang telah

membantu banyak hal yang tidak terhitung selama masa studi penulis.

Kedua keponakan Kika dan Yaya yang telah hadir di sela-sela

penyusunan skripsi ini dengan kelucuan dan keributannya. Tidak lupa

juga untuk saudara angkat Almarhum Amir Urip Alit Sembodo yang

menginspirasi penulis ke jalur seni sebagai pilihan hidup.

9. Teman-teman yang terlibat atau bersinggungan secara langsung

membantu penulis menyelesaikan skripsi ini: Dreeartika Adijoko

Wicaksono, Raprika Bangkit, Seta Dewa, dan Anggit Wirasta. Tanpa

bantuan Anda semua, skripsi ini tidak akan pernah terwujud.

10. Tidak lupa juga kepada teman-teman dan orang-orang yang membantu

skripsi ini dalam wujud yang lain: keluarga Dreeartika Adijoko

Wicaksono, Bangkit Yudha P., Bambang Minarno alias Mas Minar,

Farit Usada, Rusdi alias Day, Setya RKJ, Gigih Alfajar Novra

Page 9: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

ix

Wulanda, Adib Yayuda, Okky Hendra Permana, Arindra Kristiaji,

Brian Trinanda Kusuma Adi, Muhammad Akbar Fadlillah, Mas Adil,

R. M. Sumartono, Roni Driastoto, Mbak Eli Irawati, Barep Chandra,

Aris Setyawan, Gandhi Eka, Agni Tirta, Mas Deswin Hardyanto (ISI

Surakarta), Mas Widardiyanto Kurnia Fachruddin (ISI Surakarta), dan

Mas Bagus Tri Wahyu Utomo (ISI Surakarta). Tanpa bantuan Anda

semua, skripsi ini juga tidak akan pernah terwujud.

11. Teman-teman Bathang Mayit: Fadly Aditya Benhard alias Mas

Gambaz, Mas Sena Sigit, dan Mbak Rahma Hilda Amonnisa yang

telah meluangkan waktunya bersedia menjadi nara sumber dan obyek

penelitian dalam skripsi ini.

12. Teman-teman Komunitas Nunut Ngeyup maupun penghuni belakang

rektorat lama, BLM, dan BEM ISI Yogyakarta.

13. Teman-teman kelompok musik Bob Sponge, Mendadak Keroncong,

Nunut Ngeyup Tembang Dolanan, Confused, dan Ratman yang telah

berproses panjang tanpa mengenal lelah sampai kapanpun.

14. Teman-teman pendukung ujian instrumen bawaan yang tidak pernah

terlupakan.

15. Teman-teman satu angkatan 2008 se-ISI Yogyakarta yang mengatas

namakan intuISI dan teman-teman satu angkatan 2008 se-Jurusan

Etnomusikologi FSP ISI Yogyakarta yang tidak dapat disebutkan satu-

persatu.

Page 10: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

x

16. Keluarga besar Jurusan Etnomusikologi FSP ISI Yogyakarta (pada

khususnya) dan ISI Yogyakarta (pada umumnya) yang telah banyak

membantu penulis belajar dan berproses selama ini.

17. Segenap dosen dan karyawan di Jurusan Etnomusikologi FSP ISI

Yogyakarta yang telah banyak membantu penulis belajar dan

memfasilitasi selama masa studi.

18. Basirun alias Balunk “Mayonggo Seto” yang menginspirasi penulis

meneliti Black Metal, Mas Yuka Dian Narendra yang menginspirasi

penulis untuk mengkaji musik Metal, serta teman-teman Metalheads

di Surakarta dan Yogyakarta yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

19. Teman-teman seperjuangan dalam menempuh Tugas Akhir: Farit

Etnomusikologi 08, Anggit Karawitan 09, Ajar Patung 08, Usmanto

Kriya 08, Hera Ragil Karawitan 09, Ajik Gitar 08, dan Tommy Gitar

08 atas saling supportnya selama menempuh Tugas Akhir ini.

20. Teman-teman seperjuangan dalam menempuh Tugas Akhir di Jurusan

Etnomusikologi FSP ISI Yogyakarta: Gigih, Akbar, Panji, Antok

Nogho, Priyanto Adi, Sabri Arasyid, dan Alfin atas saling supportnya

waktu itu, walaupun kalian lulus lebih dulu. Sial.

21. Sahabat lama Maryanto sebagai partner dalam belajar gitar pertama

kali dan guru seni musik SMP N 10 Yogyakarta Bu Heni yang dulu

memberi jalan terang penulis hingga mengenal dan memilih musik

sebagai jalan hidup. Keduanya tidak akan pernah terlupakan.

22. Metalheads di seluruh penjuru dunia, salam \m/

Page 11: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

xi

Pada akhirnya penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

demi kesempurnaan skripsi ini sebagai sumbangan informasi ilmiah dan literatur

kajian musik Metal di Indonesia, bahkan dunia.

Yogyakarta, 27 Juli 2015

Penulis

Page 12: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iv

HALAMAN MOTTO .................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv

DAFTAR TRANSKRIP NOTASI ................................................................ xvi

DAFTAR TANDA .......................................................................................... xviii

INTISARI ....................................................................................................... xix

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

B. Rumusan Masalah................................................................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan ................................................................................................. 5

2. Manfaat ............................................................................................... 5

D. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 6

E. Landasan Teori ....................................................................................... 9

F. Metodologi Penelitian ............................................................................. 11

1. Pendekatan .......................................................................................... 11

2. Penentuan Obyek Penelitian ............................................................. 12

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Studi Pustaka ................................................................................... 12

b. Observasi ......................................................................................... 13

c. Wawancara ...................................................................................... 13

Page 13: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

xiii

d. Pentranskripan ................................................................................. 14

e. Dokumentasi .................................................................................... 14

4. Analisis Data ....................................................................................... 15

5. Kerangka Penulisan ........................................................................... 15

BAB II: ALIRAN MUSIK BLACK METAL, JAVANESE BLACK METAL,

DAN BAND BATHANG MAYIT

A. Sekilas Mengenai Black Metal ................................................................ 16

B. Sekilas Kemunculan Black Metal di Indonesia dan

Javanese Black Metal di Jawa ................................................................ 19

C. Band Bathang Mayit ............................................................................... 25

BAB III: KEJAWAAN BATHANG MAYIT SEBAGAI BAND BERALIRAN

MUSIK JAVANESE BLACK METAL .......................................................... 31

A. Aspek Non-Musikal

1. Riasan Wajah atau Corpsepaint ........................................................ 32

2. Kostum ................................................................................................ 34

3. Properti Panggung

a. Sesajen ............................................................................................. 41

b. Saron ................................................................................................ 47

B. Aspek Musikal

1. Instrumentasi dan Teknik Permainan dalam Lagu

Kasembahan kagem Gusti Ratu .......................................................... 48

2. Syair atau Lirik Lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu ................... 53

3. Transkrip Notasi Lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu

a. Transkrip Notasi Gender dan Rebab ............................................... 55

b. Transkrip Notasi Vokal, Gitar, Gitar Bass, dan Drum .................... 58

4. Analisis Musik Lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu

a. Aspek Waktu

1) Tempo ........................................................................................ 70

2) Pola Ritme ................................................................................. 70

Page 14: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

xiv

a) Pola Ritme Gitar dan Gitar Bass .......................................... 71

b) Pola Ritme Drum ................................................................. 72

3) Meter Lagu atau Sukat ............................................................... 73

b. Aspek Melodi

1) Nada Dasar (Pitch Center) dan

Tangga Nada atau Skala (The Scale) ......................................... 74

2) Wilayah Nada atau Register (Range) dan

Jumlah Nada yang Digunakan (Frequency of Notes) ............... 76

3) Jumlah Interval (Prevalent Interval) ......................................... 78

a) Interval Gitar Bass ............................................................... 79

b) Interval Gitar 1..................................................................... 80

c) Interval Vokal ...................................................................... 82

4) Pola Kadens (Cadence Patterns) ............................................... 83

5) Formula Melodi (Melodic Formulas) ........................................ 84

6) Kontur (Contour) ....................................................................... 89

a) Kontur Melodi Vokal .......................................................... 90

b) Kontur Melodi Gitar 1 ......................................................... 90

BAB IV: PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................. 92

B. Saran ........................................................................................................ 94

KEPUSTAKAAN ........................................................................................... 95

DAFTAR NARA SUMBER .......................................................................... 103

DISKOGRAFI ................................................................................................ 103

GLOSARIUM ................................................................................................. 104

LAMPIRAN .................................................................................................... 108

Page 15: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

xv

DAFTAR GAMBAR

1. Kostum pocongan vokalis band Mayonggo Seto ..................................... 2

2. Logo band Bathang Mayit ........................................................................ 25

3. CD album kompilasi acara Wonosobo Hellfest IV

(Tak Entengke Patiku Tinimbang Aku Kalah) .......................................... 28

4. Kaus produksi band Bathang Mayit bergambar wayang

bertuliskan aksara Jawa “kasembahan kagem gusti ratu” ........................ 29

5. Corpsepaint band Bathang Mayit ............................................................. 33

6. Kostum band Bathang Mayit mengenakan surjan lurik............................ 35

7. Kostum vokalis band Bathang Mayit........................................................ 35

8. Sesajen band Bathang Mayit..................................................................... 42

9. Baphomet .................................................................................................. 45

10. Saron juga berfungsi sebagai pendukung properti panggung ................... 47

11. Gitar elektrik yang dipakai band Bathang Mayit ...................................... 49

12. Contoh notasi teknik power chord, palm muting, dan sweep picking

dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu ............................................. 50

13. Posisi tangan kanan pada teknik gitar palm muting .................................. 50

14. Contoh notasi teknik double bass drum pedal dengan not 1/16-an

dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu ............................................. 51

15. Sukat 2/4 adalah repetisi dari 2 ketukan terakhir birama sebelumnya ...... 74

16. Tangga nada pentatonis dengan pendekatan laras pelog .......................... 75

17. Notasi melodi gitar dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu

dan tangga nada diatonis mayor yang digunakan ..................................... 76

18. Perkiraan nada yang digunakan pada vokal

dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu ............................................. 77

19. Nada yang digunakan pada gitar

dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu ............................................. 78

20. Nada yang digunakan pada gitar bass

dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu ............................................. 78

Page 16: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

xvi

DAFTAR TRANSKRIP NOTASI

1. Transkrip notasi gender ............................................................................. 55

2. Transkrip notasi rebab ............................................................................... 56

3. Transkrip notasi vokal, gitar, gitar bass, dan drum ................................... 58

4. Pola ritme gitar dan gitar bass: pola ritme 1 ............................................. 71

5. Pola ritme gitar dan gitar bass: pola ritme 2 ............................................. 71

6. Pola ritme gitar dan gitar bass: pola ritme 3 ............................................. 71

7. Pola ritme gitar dan gitar bass: pola ritme 4 ............................................. 71

8. Pola ritme drum: pola ritme 1 ................................................................... 72

9. Pola ritme drum: pola ritme 2 ................................................................... 72

10. Pola ritme drum: pola ritme 3 ................................................................... 72

11. Pola ritme drum: pola ritme 4 ................................................................... 72

12. Pola ritme drum: pola ritme 5 ................................................................... 73

13. Formula melodi: motif melodi 1 ............................................................... 85

14. Pengembangan motif melodi 1 ................................................................. 85

15. Frase (motif melodi 1 dan pengembangan)............................................... 85

16. Kalimat (gabungan frase) .......................................................................... 85

17. Formula melodi: motif melodi 2 ............................................................... 86

18. Pengembangan motif melodi 2 .................................................................. 86

19. Frase 1 (motif melodi 2 dan pengembangan) ............................................ 86

20. Formula melodi: motif melodi 3 ............................................................... 86

21. Pengembangan motif melodi 3 ................................................................. 86

22. Frase 2 (motif melodi 3 dan pengembangan) ............................................ 87

23. Formula melodi: motif melodi 4 ............................................................... 87

24. Pengembangan motif melodi 4 ................................................................. 87

25. Frase 3 (motif melodi 4 dan pengembangan) ............................................ 87

26. Formula melodi: motif melodi 5 ............................................................... 88

27. Pengembangan motif melodi 5 ................................................................. 88

28. Frase 4 (motif melodi 5 dan pengembangan) ............................................ 88

Page 17: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

xvii

29. Kalimat (gabungan frase 1, 2, 3, dan 4) .................................................... 88

30. Kontur melodi vokal ................................................................................. 90

31. Kontur melodi gitar 1: kontur melodi 1 .................................................... 90

32. Kontur melodi gitar 1: kontur melodi 2 .................................................... 90

33. Kontur melodi gitar 1: kontur melodi 3 .................................................... 91

Page 18: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

xviii

DAFTAR TANDA

Tanda notasi balok untuk instrumen drum:

Keterangan:

1. Tanda untuk notasi hi-hat terbuka (open hi-hat)

2. Tanda untuk notasi crash cymbal

3. Tanda untuk notasi ride cymbal

4. Tanda untuk notasi snare drum

5. Tanda untuk notasi high-tom

6. Tanda untuk notasi middle-tom

7. Tanda untuk notasi floor-tom

8. Tanda untuk notasi bass drum

Tanda notasi kepatihan untuk instrumen gender dan rebab:

G. = tanda untuk notasi gong siyem

g. = tanda untuk notasi gong ageng

[ ] = tanda repetisi (pengulangan)

_ = tanda potongan lagon

Page 19: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

xix

INTISARI

Aliran musik Black Metal yang lahir di Eropa pada awal 1980-an telah

mengalami perjalanannya yang panjang ke seluruh dunia, hingga salah satunya di

Indonesia yang muncul pada pertengahan 1990-an. Banyak band beraliran musik

Black Metal dalam komunitas-komunitas Metal Underground di Jawa berusaha

menunjukkan kejawaannya. Hal ini digagas oleh band Makam (Surakarta), yang

kemudian dipertegas oleh band Santet (Purwokerto) yang menyatakan dirinya

beraliran musik Javanese Black Metal. Aliran musik Javanese Black Metal

merupakan Black Metal dengan nuansa Jawa.

Penelitian dengan metode kualitatif dan pendekatan etnomusikologis ini

bertujuan untuk mengetahui kejawaan aliran musik Javanese Black Metal dalam

aspek musikal dan non-musikal, yang memfokuskan pada band Bathang Mayit

asal Borobudur Kabupaten Magelang Jawa Tengah.

Dari penelitian diperoleh kesimpulan bahwa kejawaan band Bathang Mayit

tampak dalam beberapa unsur yang meliputi bahasa, kesenian, sistem religi, dan

sistem teknologi dan peralatan. Meskipun pencampuran budaya Jawa ke dalam

musik Black Metal secara eksplisit terlihat sebagai pelestarian budaya, namun

sesungguhnya akan melahirkan budaya Jawa yang baru. Kekurang pahaman

makna simbol yang mereka gunakan salah satunya terlihat pada pemakaian surjan

sebagai kostum. Penggunaan sesajen yang terkesan mistis dan horor merupakan

bagian dari keperluan publisitas yang hanya sekedar gimmick. Upaya

pengidentitasan kejawaan ini untuk mencari ciri khas di antara band Black Metal

di seluruh dunia.

Kata kunci: Black Metal, budaya Jawa, Javanese Black Metal.

Page 20: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menyeramkan, mengerikan, dan menakutkan merupakan kesan pertama

kali yang ditangkap ketika melihat pertunjukan musik Black Metal. Awal

menyaksikan pertunjukan ini akan terbayang bahwa musik ini adalah musik cadas

“hitam” dan “gelap” yang berbau dengan hal-hal mistis, ritual, horor, setan,

kematian, alam kubur, pagan, dan anti-Kristus. Black Metal terkesan menawarkan

suguhan musik yang tidak lazim. Mungkin hal ini yang menyebabkan pertunjukan

musik tersebut sulit dijumpai di televisi dibandingkan dengan musik populer

lainnya. Pertunjukan musik Black Metal hanya bisa dijumpai di pergelaran-

pergelaran musik Rock atau Metal baik skala internasional, nasional, maupun

lokal.

Menyemburkan darah, menyembelih kelinci, menggotong tengkorak

binatang ke atas panggung, merupakan beberapa hal yang tidak asing dijumpai

dalam pertunjukan musik Black Metal. Dandanan dan cara berpenampilan band-

band beraliran musik ini menggunakan jubah panjang lengkap dengan kerudung

kepala atau pakaian serba hitam dengan asesoris seperti spike, cincin, kalung,

gelang, dan lain-lain. Simbol seperti pentagram terbalik, angka „666‟, salib

terbalik, dan tengkorak kambing umum dipergunakan dalam atribut, asesoris,

gambar kaus, sampul album, merchandise, dan pernak-pernik lainnya. Selain itu

untuk menciptakan kesan mayat mereka menggunakan riasan wajah yang sering

Page 21: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

2

disebut sebagai corpsepaint. Kesemuanya itu semakin menguatkan kesan horor

dalam aliran musik ini.

Hal-hal seperti di atas merupakan gambaran singkat mengenai Black

Metal yang umum di seluruh dunia, namun demikian terdapat perbedaan dengan

fenomena Black Metal dalam komunitas-komunitas Metal Underground di Jawa.

Para pelaku Black Metal di Jawa memadukan budaya Jawa dalam aksi panggung,

atribut, dan juga karya musiknya. Hal demikian sangat mungkin agar tampak

njawani dalam rangka mendapat pengakuan sebagai “orang Jawa yang nge-Black

Metal”. Pembakaran dupa atau kemenyan, menyebarkan bunga tabur, membawa

keranda mayat, membawa payung jenazah, merupakan beberapa aksi panggung

aliran musik Black Metal yang hanya bisa dijumpai di Jawa. Ada kesan

“menggelitik” di balik tampilannya yang seram. Vokalis band Mayonggo Seto

(Yogyakarta) dan Tahlilan (Tangerang) misalnya, lewat kostumnya menghadirkan

bentuk lelembut berupa pocongan.

Gambar 1. Kostum pocongan vokalis band Mayonggo Seto (Foto Basirun alias Balunk vokalis Mayonggo Seto)

Page 22: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

3

Berkenaan dengan aspek musikal, banyak band Black Metal yang ada di

Jawa berusaha memasukkan unsur tangga nada pentatonis menyerupai pelog dan

slendro ke dalam komposisi musiknya. Sebagian besar para pelaku memasukkan

syair bahasa Jawa, bahkan tidak sedikit yang menggunakan teknik vokal Jawa

(semacam nembang). Tidak hanya itu, pemakaian mantra-mantra kejawen sebagai

bagian dari syair lagu pun juga sering ditemukan di dalam karya-karya mereka.

Penggunaan nama-nama band pun terkesan “menyeramkan” dan

“mengerikan”, berhubungan dengan hal-hal mistik dan gaib di Jawa. Di antara

nama-nama band Black Metal kejawa-jawaan yang tumbuh dalam komunitas

musik Metal Underground yang tersebar di sepanjang Pulau Jawa ini antara lain

Makam (Surakarta), Santet (Purwokerto), Patigeni (Jakarta Utara), Kembang

Mayat (Madiun), Mayonggo Seto (Yogyakarta), Parewangan (Surabaya), Jolo

Sukmo (Tulungagung), dan Mbahurekso (Karanganyar). Komunitas musik Metal

Underground menyebut aliran musik ini sebagai Javanese Black Metal, namun

demikian beberapa band tidak mengakui dan tidak menerima penamaan aliran

musik Black Metal yang dipadukan dengan budaya Jawa ini sebagai Javanese

Black Metal.

Dari sekian band beraliran musik Javanese Black Metal di Jawa, salah

satunya adalah band Bathang Mayit asal Borobudur Kabupaten Magelang Jawa

Tengah. Bathang Mayit mempunyai keunikan tersendiri dari band-band beraliran

Javanese Black Metal lainnya. Dalam segi penampilan, Bathang Mayit

mengenakan kostum busana tradisional Jawa berupa baju surjan lurik dan kadang

dengan penambahan kelengkapan seperti blangkon atau iket/udeng, kain batik,

Page 23: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

4

dan selop. Penggunaan surjan lurik pada setiap pementasan menjadi salah satu ciri

khas sekaligus daya tarik yang menonjol dari band tersebut. Tidak ketinggalan

seperti band-band beraliran musik Javanese Black Metal lainnya, Bathang Mayit

juga menaruh sajen di atas panggung. Contoh keunikan dalam bentuk musikal,

dapat didengar pada salah satu lagunya yang berjudul Kasembahan kagem Gusti

Ratu. Lagu ini diawali dengan permaianan instrumental rebab dan gender. Band

yang terdiri dari Fadly Aditya Benhard/Gambaz (vokal) dan Sena Sigit (gitar

elektrik) ini dengan tegas menyebut aliran musik mereka sebagai Javanese Black

Metal.1

Fenomena pencampuran budaya Jawa ke dalam Black Metal pada aliran

musik Javanese Black Metal ini sangat menarik untuk diteliti. Salah satunya

secara musikal adanya penggunaan tangga nada pentatonis (menyerupai pelog dan

slendro) ke dalam musik Black Metal yang bertangga nada diatonis. Fenomena

aliran musik ini bukanlah hal yang sederhana karena keduanya memiliki sifat dan

karakter yang berbeda. Selain itu dari perpaduan tersebut juga dihasilkan nuansa

musikal yang berbeda pula. Dalam penelitian ini, pembatasan satu obyek material

mengarah pada band Bathang Mayit sebagai studi kasus. Penelitian ini merupakan

tindak lanjut dari penelitian-penelitian sebelumnya mengenai aliran musik Black

Metal. Dari data yang dikumpulkan berupa buku, tesis maupun skripsi, sejauh ini

belum pernah ada yang fokus membahas tentang aliran musik Javanese Black

Metal.

1Pernyataan ini dapat dikunjungi melalui facebook fans page (halaman penyuka facebook)

dari band Bathang Mayit dengan alamat: https://www.facebook.com/pages/Bathang-Mayit-

Javanese-Black-metal/177284209372?sk=timeline&ref=page_internal. Akses tanggal 29 Agustus

2014.

Page 24: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

masalah: bagaimana kejawaan Bathang Mayit sebagai band beraliran musik

Javanese Black Metal dalam aspek musikal dan non-musikal.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

Secara langsung penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kejawaan

Bathang Mayit sebagai band pengusung aliran musik Javanese Black Metal dalam

aspek musikal dan non-musikal. Dengan demikian akan terwakili untuk

mengetahui seperti apa dan bagaimana aliran musik Javanese Black Metal itu.

Secara tidak langsung penelitian ini juga akan memberikan sedikit-banyak

informasi megenai aliran musik Javanese Black Metal.

2. Manfaat

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi ilmiah kepada

para akademisi (khususnya para etnomusikolog) untuk melihat dengan tanpa

sebelah mata sebuah aliran musik Javanese Black Metal yang merupakan

perkembangan dari aliran musik Black Metal yang dianggap sebagai musik

pemberontakan dan musik yang tidak lazim, bahwa musik ini juga layak menjadi

bahan kajian ilmiah. Diharapkan pula sebagai bahan informasi secara umum untuk

masyarakat luas dan secara khusus untuk penggemar dan penikmat musik cadas

atau musik Metal ekstrem. Harapan besar penelitian ini juga ditujukan kepada

Page 25: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

6

para pelaku Black Metal pada umumnya dan pelaku Javanese Black Metal pada

khususnya sebagai sumber yang mampu menstimulus karya-karya mereka

selanjutnya.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini akan menggunakan tesis dan skripsi sebagai

pendukung sumber tertulis atau acuan ilmiah. Tesis dan skripsi yang diperoleh

adalah penelitian mengenai Black Metal, namun dengan rumusan masalah dan

pembahasan yang sangat berbeda. Di samping belum adanya literatur buku

mengenai Black Metal di Indonesia, maka data yang terdapat dalam tesis dan

skripsi ini juga bisa berfungsi sebagai referensi dan acuan. Sumber-sumber

tersebut sebagai berikut:

Albertus Rusputranto Ponco Anggoro, “Retorika Visual pada Praktik

Representasi Hantu sebagai Simbol Identitas Komunitas Musik Underground di

Kota Surakarta”, (Tesis Program Magister Ilmu Religi dan Budaya Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta, 2013). Tesis ini membahas bagaimana band Makam

dan Bandoso sebagai komunitas musik Black Metal di kota Surakarta yang

merepresentasikan hantu dan simbol identitas komunitas musik Black Metal

sebagai simbol visual dan simbol estetika identitas mereka. Walaupun obyeknya

hampir sama, namun terdapat perbedaan pembahasan dengan penelitian ini.

Dalam tesis ini membahas mengenai representasi hantu dalam Black Metal oleh

Makam dan Bandoso, sedangkan penelitian ini membahas mengenai kejawaan

Bathang Mayit sebagai band Javanese Black Metal. Maka dari itu, tesis ini

Page 26: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

7

berfungsi sebagai batasan masalah, sekaligus sebagai sumber acuan yang sudah

dilakukan pada penelitian sebelumnya tentang aliran musik Black Metal.

Widardiyanto Kurnia Fachruddin, “Drama Pencitraan Black Metal dalam

Konser, Produk Visual dan Jejaring Sosial (Studi Kasus pada Kelompok Musik

Bandoso”, (Skripsi Jurusan Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan Institut

Seni Indonesia Surakarta, 2014). Skripsi ini merupakan suatu kajian untuk

mengetahui drama pencitraan yang dilakukan oleh band Bandoso yang

menggunakan citra Black Metal bernuansa horor, kejam, dan mengerikan untuk

dipresentasikan di panggung konser musik, produk visual, dan jejaring sosial.

Temuan dalam skripsi yang diperoleh melalui pendekatan teori dramaturgi ini,

menunjukkan bahwa kehidupan musik Black Metal Bandoso baik di depan

panggung (front stage) dan belakang panggung (back stage) layaknya sebuah

panggung sandiwara untuk kepentingan industri semata. Pembahasan yang

mengacu pada rumusan masalah skripsi ini sangat berbeda dengan pembahasan

yang mengacu pada rumusan masalah dalam penelitian ini. Dalam skripsi ini tidak

membicarakan aliran musik Javanese Black Metal, sehingga skripsi ini juga

berfungsi sebagai batasan masalah, sekaligus sebagai sumber acuan mengenai

aliran musik Black Metal.

Endarwati Kristiyani, “Makna Ritual dalam Aliran Musik Band

Siramandalem Legion (Studi Komunitas Blackmetal di Kabupaten Boyolali)”,

(Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi

Universitas Kristen Satya Wacana, 2013). Dalam skripsi ini membahas mengenai

keunikan yang dimiliki oleh band Siramandalem Legion asal Kabupaten Boyolali

Page 27: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

8

Jawa Tengah yang beraliran musik Black Metal menggunakan ritual dalam aksi

panggung mereka. Skripsi yang menggunakan metode diskriptif-eksploratif ini

menggambarkan dan menjelaskan ritual yang dilakukan oleh band yang berasal

dari komunitas underground yang bernama Pengging Total Hitam (PTH), dari

ritual sebelum mereka tampil di atas panggung, di atas panggung, hingga selesai

tampil dari atas panggung. Ritual yang mereka lakukan untuk menjaga

kebudayaan lokal yang dikombinasikan dengan aliran musik Black Metal. Dalam

skripsi ini hanya membahas mengenai kajian ritual salah satu band beraliran

musik Black Metal saja. Tentu sangat berbeda dengan pembahasan dalam

penelitian ini, yang membahas aliran musik Javanese Black Metal dalam aspek

musikal dan non-musikal. Kurang lebih sama seperti skripsi sebelumnya, maka

skripsi ini sangat membantu sebagai referensi maupun sumber acuan.

Bagus Tri Wahyu Utomo, “Etnografi Black Metal Jawa (Studi Kasus

Kelompok Musik Makam Surakarta)”, (Skripsi Jurusan Etnomusikologi Fakultas

Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Surakarta, 2014). Skripsi ini

memfokuskan permasalahan kehidupan, ideologi, dan kekaryaan musik band

Makam di Surakarta sebagai penganut aliran musik Paganisme Black Metal

berdasarkan ideologinya berupa Kedjawen Pagan Front. Elemen musik tradisi

Jawa yang berpadu dengan musik Black Metal digunakan untuk mengungkapkan

karya-karya musiknya. Atas pendekatan tersebut pada akhirnya karya musik

Makam bercampur dengan sikap hegemoni dan interkulturasi untuk membuat citra

baru mengenai Black Metal Jawa. Skripsi ini tidak ditemukan penamaan istilah

aliran musik Javanese Black Metal, namun skripsi ini dibutuhkan sebagai acuan

Page 28: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

9

mengenai fenomena pencampuran budaya Jawa ke dalam Black Metal, dimana

Makam merupakan salah satu band yang berpengaruh melahirkan aliran musik

Javanese Black Metal.

E. Landasan Teori

Untuk melihat kejawaan dari Bathang Mayit sebagai band beraliran musik

Javanese Black Metal, maka perlu diketahui unsur-unsur budaya Jawa dalam

aspek musikal dan non-musikal. Untuk itu diperlukan kerangka teori untuk

membedahnya. Menurut Koentjaraningrat yang dalam bukunya berjudul

Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan disebutkan tujuh unsur universal

kebudayaan. Namun sebelum mengetahui apa saja tujuh unsur universal

kebudayaan yang dimaksud, perlu diketahui bahwa budaya manusia mempunyai

paling sedikit tiga wujud:

1. Sebagai suatu kompleks dan ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-

norma, peraturan dan sebagainya,

2. Sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam

masyarakat,

3. Sebagai benda-benda hasil karya manusia.2

Dari ketiga wujud kebudayaan tersebut jelas bahwa wujud pertama dan wujud

kedua merupakan buah dari akal dan budi manusia, sedangkan wujud yang ketiga

adalah buah dan karya manusia. Begitu halnya dengan band Bathang Mayit yang

mewujudkan ide-idenya menjadi karya lagu dan performa di atas panggung.

2

Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan (Yogyakarta: P.T.

Gramedia Pustaka Utama, 2000), 5-8.

Page 29: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

10

Selanjutnya Koentjaraningrat menganalisa bahwa isi sebenarnya dari

budaya manusia yang terdiri dari tujuh unsur, disebutnya sebagai unsur-unsur

universal dari kebudayaan. Unsur-unsur universal tersebut merupakan isi dari

semua kebudayaan yang ada di dunia, yaitu: (1) sistem religi dan upacara

keagamaan, (2) sistem dan organisasi kemasyarakatan, (3) sistem pengetahuan,

(4) bahasa, (5) kesenian, (6) sistem mata pencaharian hidup, dan (7) sistem

teknologi dan peralatan.3

Setelah mengetahui kejawaan melalui unsur-unsur budaya Jawa dari band

Bathang Mayit, diperlukan pula kerangka teori untuk membahas aspek musikal

dari salah satu lagu band Bathang Mayit yang berjudul Kasembahan kagem Gusti

Ratu. Dalam penelitian ini, kerangka teori yang digunakan untuk menganalisa

lagu tersebut, mengacu pada buku Music Cultures of the Pacific, the Near East,

and Asia. Dasar analisis musik William P. Malm ini mencakup aspek waktu dan

aspek melodi. Aspek waktu meliputi: (1) tempo, (2) pola ritme, (3) meter lagu

atau sukat, sedangkan aspek melodi mencakup weighted scale yang meliputi: (1)

nada dasar (pitch center), (2) tangga nada atau skala (the scale), (3) wilayah nada

atau register (range), (4) jumlah nada yang digunakan (frequency of notes), (5)

jumlah interval (prevalent intervals), (6) pola kadens (cadence patterns), (7)

formula melodi (melodic formulas), dan (8) kontur (contour).4

3

Koentjaraningrat, 1-4.

4William P. Malm. Music Cultures of the Pacific, the Near East, and Asia (New Jersey:

Prentice Hall, Englewood Cliffs, 1977), 3-4.

Page 30: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

11

F. Metodologi Penelitian

Penelitian dengan judul “Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus

Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)” ini menggunakan metode kualitatif.

Metode penelitian kualitatif menurut Noorman K. Denzim dan Yvonna S. Lincoln

dalam buku Hanbook of Qualitative Research adalah:

...penelitian yang menggunakan banyak metode, pendekatan interpretif dan

naturalistik, mengamati obyeknya dalam latar alamiah, berusaha untuk

memaknai atau menginterpretasikan fenomena dari sudut pandang

masyarakatnya, melibatkan penggunaan berbagai mater empiris yang

diperoleh dari: studi kasus, pengalaman pribadi, introspeksi, cerita kehidupan,

interview, observasi, sejarah, interaksional, dan teks-teks visual, yang dapat

menggambarkan momen dan makna yang rutin dan problematik dalam

kehidupan individu.5

1. Pendekatan

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

etnomusikologis. Bruno Nettl mengatakan bahwa fokus seorang etnomusikolog

adalah musik sebagai bagian dari kebudayaan dan struktur musik. Tentunya cara

terbaik untuk memahami musik ialah mengetahui konteks budayanya karena

musik memiliki kaitan erat dengan aspek-aspek lain dalam suatu kebudayaan.6

Secara substansial dalam pendekatan etnomusikologis bahwa tidak hanya faktor

musik itu sendiri yang dijadikan obyek material penelitian, akan tetapi mencakup

seluruh aspek budaya yang memiliki relevansi dengan musik tersebut. Dalam

penelitian ini selain bertujuan mengetahui bagaimana aspek musikal dari band

Bathang Mayit yang beraliran musik Javanese Black Metal, maka akan membahas

5

Noorman K. Denzim dan Yvonna S. Lincoln (ed), Hanbook of Qualitative Research

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 2.

6Bruno Nettl. Teori dan Metode dalam Etnomusikologi, Terj. Nathalian H.P.D. Putra.

(Jayapura: Jayapura Center of Music, 2012), 262-263.

Page 31: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

12

pula bagaimana kejawaan melalui unsur-unsur budaya Jawa dalam aliran musik

Black Metal, yang kemudian disebut sebagai aliran musik Javanese Black Metal.

Penelitian ini secara tidak langsung akan membahas pula aspek budaya Jawa

sebagai pembentuk aliran musik Javanese Black Metal.

2. Penentuan Obyek Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai kejawaan aliran musik Javanese Black

Metal dalam aspek musikal dan non-musikal melalui studi kasus band Bathang

Mayit asal Borobudur Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Bathang Mayit dipilih

sebagai salah satu band yang mempunyai keunikan tersendiri dalam segi

penampilan, kualitas audio yang bersih dan jernih dari lagu-lagunya, dan kualitas

dalam komposisi musiknya, yang mampu mewakili dari sekian banyak band yang

ada.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan cara mencari data atau informasi dari

sumber tertulis dengan mencatat segala hal yang berkaitan dan relevan dengan

obyek penelitian. Cara ini dilakukan dengan mencari sumber tertulis seperti buku,

tesis, skripsi, artikel, maupun data dari internet (blog, media sosial, dan website)

baik yang sudah dipublikasikan maupun yang tidak atau belum dipublikasikan,

baik yang berupa hasil penelitian maupun yang bukan hasil penelitian, guna

Page 32: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

13

memperkuat data dalam penelitian ini, karena masih minimnya data mengenai

musik Javanese Black Metal maupun Black Metal di Indonesia.

b. Observasi

Teknik observasi diperlukan untuk mengamati obyek terhadap band

Bathang Mayit. Pengamatan yang dilakukan melalui hasil dokumentasi foto,

rekaman lagu, dan rekaman video yang diunggah di beberapa media sosial dan

situs internet. Pengamatan dilakukan dari bulan Juli hingga November 2014.

Selain itu, telah dilakukan jauh sebelumnya berupa observasi dari pertengahan

tahun 2013 untuk mengamati dan mengikuti secara langsung mengenai aliran

musik Javanese Black Metal dalam komunitas-komunitas musik Metal

Underground di Jawa (Jawa Tengah, Surakarta, dan Yogyakarta).

c. Wawancara

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan terhadap informan utama yaitu

personil dan manajer dari band Bathang Mayit. Teknik wawancara yang

dilakukan adalah teknik partisipan. Teknik ini diharapkan untuk mendapatkan

keaslian data yang didapatkan dari informan. Wawancara dilakukan melalui dua

tahap, yang pertama yaitu tahap wawancara bersama personil dan manajer band

Bathang Mayit pada tanggal 26 November 2014 di Puri Menoreh Hotel &

Restaurant, Jalan Raya Borobudur KM 5,5 Ngrajek Mungkid Magelang, dan

tahap yang kedua yaitu wawancara dengan masing-masing personil secara

mendalam. Bersama Fadly Aditya Benhard (alias Gambaz) pada tanggal 10

Desember 2014 di Puri Menoreh Hotel & Restaurant, Jalan Raya Borobudur KM

5,5 Ngrajek Mungkid Magelang, sedangkan bersama Sena Sigit pada tanggal 11

Page 33: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

14

Desember 2014 di rumahnya, Senden Bumiharjo Borobudur Magelang. Alat

untuk merekam audio pada saat wawancara langsung menggunakan alat digital

perekam audio dengan merek dan tipe Olympus VN-8500 PC. Selain itu

dilakukan pula wawancara secara tidak langsung, yaitu berupa obrolan (chatting)

melalui facebook bersama Gambaz pada tanggal 25 Desember 2014 dan bersama

Sena pada tanggal 15 Juni 2015.

d. Pentranskripan

Semua hasil wawancara dengan nara sumber berupa rekaman audio,

kemudian ditranskrip ke bentuk tulisan di atas kertas. Hal ini untuk memudahkan

pengumpulan data. Pentranskripan juga dilakukan pada salah satu lagu band

Bathang Mayit yang berjudul Kasembahan kagem Gusti Ratu dalam bentuk notasi

balok yang nantinya akan dianalisa.

e. Dokumentasi

Dokumentasi diperlukan untuk mempermudah dalam pengumpulan data

yang nantinya akan dianalisa. Dalam penelitian ini, peneliti hanya berkesempatan

mendokumentasikan dalam bentuk visual (foto), dokumentasi lainnya berupa

audio (rekaman lagu) dan audio visual (rekaman video konser), bahkan juga

dokumentasi visual (foto konser dan poster) dikumpulkan melalui dokumentasi

yang sudah ada dari koleksi pribadi band Bathang Mayit maupun yang telah

diunggah oleh Bathang Mayit dan pengunggah lain melalui internet (blog, media

sosial, dan website). Kamera foto yang digunakan untuk mendokumentasikan

menggunakan kamera dengan merek dan tipe Canon 60D dan Casio Exilim EX-

ZS5.

Page 34: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

15

4. Analisis Data

Data dari penelitian yang terkumpul nantinya akan dipilah dan diolah

sedemikian rupa, kemudian data digolongkan sebagai data primer, data skunder,

dan data pendukung yang diperlukan. Selanjutnya data tersebut diatur, diurutkan,

dan diuraikan untuk dianalisa guna mengungkap kasus dalam penelitian ini.

5. Kerangka Penulisan

Penelitian ini akan disusun sesuai dengan kerangka penulisan standar

karya ilmiah. Kerangka penulisannya sebagai berikut:

Bab I berupa pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori,

dan metodologi penelitian.

Bab II berisi mengenai sekilas aliran musik Black Metal, sekilas

kemunculan Black Metal di Indonesia dan Javanese Black Metal di Jawa, dan

mengenai band Bathang Mayit.

Bab III berupa analisis kejawaan Bathang Mayit sebagai band beraliran

musik Javanese Black Metal dalam aspek musikal dan non-musikal.

Bab IV berupa penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari penelitian

ini.

Page 35: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

BAB II

ALIRAN MUSIK BLACK METAL, JAVANESE BLACK METAL,

DAN BAND BATHANG MAYIT

A. Sekilas Mengenai Black Metal

Black Metal dalam pohon silsilah keluarga besar musik Heavy Metal

merupakan artikulasi yang paling ekstrem. Secara musikal Black Metal

mengeksplorasi kebisingan dan kecepatan yang brutal diwariskan oleh Trash

Metal.1 Para vokalis band Black Metal menghadirkan suara setan dari neraka

dengan cara menjerit pada nada tinggi yang sering disebut sebagai scream.2 Tema

aliran musik ini mengidentifikasi dirinya dengan satanisme, okultisme, dan

paganisme.3

Secara historis penamaan aliran musik Black Metal diambil dari album

yang berjudul “Black Metal” yang dirilis tahun 1982 milik Venom, band asal

Inggris beraliran New Wave of British Heavy Metal (NWOBHM) dan Trash

Metal.4 Band ini memasukkan unsur-unsur yang berbau satanis, mistis, paganis,

1Deena Wenstein, Heavy Metal: The Music and Its Subcultures (Cambridge: Da Capo

Press, 2000), 289, periksa juga Yuka Dian Narendara, “Setan” Bukan “Satan”. Mengintepretasikan

“Satan” dalam Black Metal dan Death Metal Indonesia”, dalam Prossiding the 4th International

Conference on Indonesian Studies: “Unity, Diversity and Future” (Jakarta: Fakultas Ilmu

Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012), 987.

2Yuka Dian Narendara, 987-988.

3Black Metal bertemakan satanisme dan okultisme oleh William Philips dan Brian Cogan,

sedangkan Black Metal bertemakan okultisme dan paganisme oleh Widardiyanto Kurnia

Fachruddin. William Philips dan Brian Cogan, Encyclopedia of Heavy Metal Music (Amerika

Serikat: Greenwood Press, 2009), 34; periksa juga Yuka Dian Narendara, 988; bandingkan

Widardiyanto Kurnia Fachruddin, “Drama Pencitraan Black Metal dalam Konser, Produk Visual

dan Jejaring Sosial (Studi Kasus pada Kelompok Musik Bandoso)”, Skripsi untuk menempuh

derajat Sarjana S-1 Program Studi Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni

Indonesia Surakarta, Surakarta, 2014, 23.

4William Philips dan Brian Cogan, 34; Yuka Dian Narendra, 988; Albertus Rusputranto

Ponco Anggoro. “Retorika Visual pada Praktik Representasi Hantu Sebagai Simbol Identitas

Komunitas Musik Underground di Kota Surakarta”, Tesis untuk menempuh derajat Sarjana S-2

pada Program Magister Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2013,

Page 36: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

17

dan horor ke dalam musik mereka dengan karakter sound yang kasar, gitar yang

bising, teknik vokal shrieking (jerit), dan tempo yang cepat.5 Venom di dalam

musiknya membuat sebuah atmosfir yang lebih gelap dan seram daripada konsep

musik pendahulunya yaitu Black Sabbath6, band asal Inggris beraliran NWOBHM

atau yang lebih populer disebut Heavy Metal saja.7

Dari konsep musik Venom tersebut, akhirnya membuat album ini sukses

dan kemudian banyak bermunculan band-band lain yang mengusung aliran musik

seperti pada album itu. Sejarah awal kemunculan istilah Black Metal dan

pergerakan mula-mula musik underground ini disebut sebagai gelombang pertama

perkembangan musik Black Metal. Singkatnya Black Metal yang lahir dari janin

Heavy Metal dan terpengaruh dari Trash Metal ini menjadi virus baru di daratan

Eropa. Selain Venom, band-band yang seperti ini di awal 1980-an antara lain

Bathory (Swedia), King Diamond atau Mercyful Fate (Denmark), dan Celtic Frost

25; Bagus Tri Wahayu Utomo, “Etnografi Black Metal Jawa (Studi Kasus Kelompok Musik

Makam Surakarta)”, Skripsi untuk menempuh derajat Sarjana S-1 pada Program Studi

Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Surakarta, Surakarta, 37-41;

Widardiyanto Kurnia Fachruddin, 23-24; Endarwati Kristiyani, “Makna Ritual dalam Aliran

Musik Band Siramandalem Legion (Studi Komunitas Blackmetal di Kabupaten Boyolali)”, Skripsi

untuk menempuh derajat Sarjana S-1 pada Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Komunikasi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, 2013, 33; Syammil Izuddin Bin

Mohamed Yusoff, “Fatwa Mufti Kerajaan Malaysia Tentang Aliran Black Metal”, Skripsi untuk

menempuh derajat Sarjana S-1 pada Program Studi Jinayah Siyasah Fakultas Syari’ah dan Hukum

Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2010, 12.

5Black Metal, http://metalisir.forumotion.net/t9-black-metal. Akses tanggal 17 September

2014; periksa juga Endarwati Kristiyani, 33; periksa juga Albertus Rusputranto Ponco Anggoro,

25.

6Black Sabbath dianggap sebagai pencetus aliran musik Heavy Metal yang berdiri tahun

1968 dan mengeluarkan album pertamanya pada tahun 1970. Black Sabbath,

http://en.wikipedia.org/wiki/Black_Sabbath. Akses tanggal 4 Juni 2015; Mokhammad Zakky,

Sejarah Musik Heavy Metal dan Jenis Alirannya,

http://museummusik.blogspot.com/2014/05/sejarah-musik-metal.html. Akses tanggal 4 Juni 2015.

Sedangkan Heavy Metal adalah “Rock dengan karakter kasar, keras menggelegar”. Pono Banoe,

Kamus Musik (Yogyakarta: Kanisius, 2003), 183.

7Sana Fridh, “Satan: The Perfect Man, A Symbol and Gender Analysis of Satanism in

Black Metal”, Tesis untuk menempuh derajat Sarjana S-2 pada Program Social Anthropology

University of Gothenberg, Bachelor, 2010, 5; periksa juga Widardiyanto Kurnia Fachruddin, 23-

24.

Page 37: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

18

atau Hellhammer (Switzerland).8 Keberadaan band-band tersebut dikenal sebagai

gelombang pertama invasi Black Metal di Eropa.

Band-band Black Metal gelombang pertama kemudian merasuki dan

menjiwai anak-anak muda di Skandinavia untuk memulai sesuatu yang lebih

ekstrem dengan penjiwaan paganis sesuai dengan kebudayaan nenek moyang

mereka sebagai bangsa Viking. Mereka juga melakukan perlawanan terhadap

kebudayaan Kristen yang dianggap bersalah dalam melakukan tekanan dan

peniadaan agama lokal mereka. Kemunculan gelombang keduanya di rentang

1980-an hingga 1990-an dan wilayah endemitnya paling banyak di Norwegia,

seperti band Darkthrone9

, Burzum dan Mayhem.10

Øystein Aarseth (alias

Euronymous, gitaris Mayhem) dan Varg Vikernes (alias Count Grishnackh,

Burzum) membentuk pergerakan Black Metal di Norwegia dengan nama Inner

Circle (Black Circle) dengan jumlah kedua belas anggotanya termasuk Leif Gylve

Nagell (alias Fenriz dari Darkthrone). Black Circle inilah yang menentukan arah

pergerakan Black Metal di Norwegia, salah satunya pembakaran lebih dari 50

gereja yang terjadi pada tahun 1992-1996.11

Selepas munculnya gerakan Black Circle, timbul sorotan-sorotan negatif

yang salah satunya dari media massa terhadap aliran musik Black Metal.

8

Sejarah Black Metal, http://dzaoent.blogspot.com/p/sejarah-black-metal.html. Akses

tanggal 24 Desember 2014; periksa juga Endarwati Kristiyani, 33.

9Darkthrone dengan lirik lagu-lagunya yang bertemakan paganisme, okultisme, setan, dan

anti agama ini pada akhirnya dianggap sebagai pionir Black Metal. Darkthrone,

http://up3x.net/darkthrone. Akses tanggal 4 Juni 2015; periksa juga Albertus Rusputranto Ponco

Anggoro, 27.

10Widardiyanto Kurnia Fachruddin, 25; Albertus Rusputranto Ponco Anggoro, 26.

11

10 Kasus Kejahatan Terparah Yang Pernah Dilakukan Musisi Black Metal, http://area-

frontal.com/10-kasus-kejahatan-terparah-yang-pernah-dilakukan-musisi-black-metal-part-i/. Akses

tanggal 5 Juni 2015; bandingkan Film Dokumenter karya Aaron Aites dan Audrey Ewell, Until

The Light Takes Us (Amerika Serikat: Artists Public Domain, Field Pictures, The Group

Entertainment, 2009).

Page 38: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

19

Publisitas negatif ini kemudian memicu munculnya band-band baru yang

kualitasnya jauh lebih baik dibandingkan pendahulu-pendahulunya.12

Kemunculan

band-band baru seperti Dimmu Borgir (Norwegia), Gorgoroth (Norwegia), dan

Cradle of Filth (Inggris) menandai dimulainya gelombang Black Metal modern

(gelombang ketiga). Perkembangan secara musikal terlihat di antaranya pada

penggunaan efek-efek musik modern pada karya musiknya, misalnya penggunaan

synthesizer atau efek-efek digital lainnya.13

Perkembangan musik Black Metal

modern ini terus merambah ke berbagai penjuru dunia.

B. Sekilas Kemunculan Black Metal di Indonesia dan Javanese Black Metal

di Jawa

Jauh sebelum aliran musik Black Metal muncul di Indonesia, diawali

dengan musik Rock yang tidak lepas dari sejarah kemunculan band Koes

Bersaudara pada tahun 1965 dan The Rollies yang beraliran Jazz Rock pada tahun

1967.14

Kemudian pada tahun 1970-1980-an mulai bermunculan band-band

seperti Guruh Gipsy (Jakarta), God Bless (Jakarta), Gang Pegangsaan (Jakarta),

Giant Step (Bandung), Super Kid (Bandung), Trencem (Surakarta), Bentoel

(Malang), dan AKA/SAS (Surabaya). Pada 1970-an ini kemudian dikenal istilah

underground yang digunakan oleh majalah Aktuil (majalah musik dan gaya hidup

dari Bandung) untuk mengidentifikasi band-band yang memainkan musik keras

12

Albertus Rusputranto Ponco Anggoro, 26.

13Albertus Rusputranto Ponco Anggoro, 29.

14Sejarah Musik Rock Indonesia, http://www.ipangrock.com/sejarah-musik-rock-

indonesia.html. Akses tanggal 3 Juni 2015; Periodesasi Sejarah Musik Rock Indonesia,

http://belajarsejarah.tumblr.com/post/74258125271/periodisasi-sejarah-musik-rock-indonesia.

Akses tanggal 3 Juni 2015.

Page 39: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

20

dengan gaya yang lebih “liar” dan “ekstrem” pada jamannya, meskipun lagu-lagu

yang mereka mainkan bukan lagu-lagu sendiri.15

Mereka ini yang

memperkenalkan embrio musik Metal kepada masyarakat Indonesia sebelum

terjadi demam Trash Metal menjelang dekade akhir tahun 1980-an.

Ketika era 80-an di seluruh dunia sedang mengalami demam musik Thrash

Metal dengan band-band-nya yang populer pada saat itu antara lain Slayer,

Metallica, Exodus, Megadeth, Sepultura, dan lain-lain, di Indonesia lahir

komunitas-komunitas underground di kota-kota besar seperti Bandung, Jakarta,

Yogyakarta, Surabaya, Malang, dan Bali yang berangkat dari jenis musik ini.

Komunitas Metal ekstrem di Jakarta pertama kali tampil di depan publik pada

awal tahun 1988.16

Albertus Rusputranto Ponco Anggoro dalam tesisnya menyebutkan bahwa

paruh dekade 1990-an di beberapa kota besar di Jawa-Bali digegerkan oleh

gerakan musik Metal Underground. Jenis-jenis musik Metal ekstrem yang saat itu

sangat digemari antara lain Death Metal, Brutal Death Metal, Grindcore, Black

Metal, Gothic Metal, dan Doom Metal. Bermunculan band-band yang

mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari komunitas Metal

Underground dunia yang menyebut diri anak Metal sebagai metalheads, untuk

membedakan dengan gerakan scene Rock Underground generasi sebelumnya

yang menyebut dirinya sebagai rocker.17

Hal ini juga senada diutarakan oleh Yuka

Dian Narendara bahwa Metal Underground Indonesia muncul dengan momentum

15

Albertus Rusputranto Ponco Anggoro, 35; http://www.ipangrock.com/sejarah-musik-

rock-indonesia.html. Akses tanggal 3 Juni 2015.

16

Sejarah Musik Rock Indonesia, http://www.ipangrock.com/sejarah-musik-rock-

indonesia.html. Akses tanggal 3 Juni 2015.

17

Albertus Rusputranto Ponco Anggoro, 32.

Page 40: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

21

beralihnya Trash Metal ke Death Metal, Grindcore, dan Black Metal.18

Ditelusuri

dari tanggal berdirinya band Makam (Surakarta), Ritual Orchestra (Malang), dan

Hellgods (Bandung) pada tahun 199519

, diidentifikasi bahwa mereka adalah pionir

kemunculan Black Metal di Indonesia.

Aliran musik Black Metal terus menjamur ke seluruh daerah di Indonesia,

begitu juga hidup subur dalam komunitas-komunitas Metal Underground di Jawa.

Perkembangan Black Metal di Jawa ini kemudian melahirkan fenomena

pencampuran budaya Jawa ke dalam musik Black Metal yang diperkirakan

diawali oleh band Makam asal Surakarta sejak masuknya Jiwo (alias Shiva

Ratriarkha) sebagai vokalis akhir bulan Desember 1995, yang kemudian berperan

banyak dalam perkembangan band ini. Bersama dengan Makam, Jiwo

menyuarakan gerakan paganisme Jawa dalam Black Metal. Sejak tahun 1998

Makam menjadikan paganisme Jawa sebagai visi mereka dengan menyebut

sebagai Kedjawen Pagan Front.20

Dari gerakan Makam mengenai paganisme

Jawa ini kemudian bermunculan konsep pagan dalam Black Metal di Jawa Timur

seperti Doho Pagan Front, Jenggala Pagan Front dan Ujung Galuh Pagan

Front.21

18Yuka Dian Narendra, 989

19

Tahun kemunculan/kelahiran band diperoleh melalui: http://www.spirit-of-

metal.com/index-l-en.html. Akses tanggal 12 September 2014.

20

Albertus Rusputranto Ponco Anggoro, 48-49.

“Kejawen pagan dengan nilai spiritual kabuyutan hangajawi adalah persilangan serapan

spiritualitas yang mempunyai ciri perilaku animis, dinamis, menghormati keluhuran nenek

moyang, menghargai keseimbangan alam, dan bersinergi dengan kekuatan pendanyangan sebagai

penjaga alam beserta manifestasinya. Penggunaan istilah pagan sebenarnya semata-mata hanya

untuk melekatkan konsep spiritual kejawaan dengan kultur tema sub-genre music heavy metal

global”. Usman Kalabintalu, “Vorstendom”, Katalog pameran artwork Black Metal Kedjawen

Pagan Front Bentara Budaya Balai Soedjatmoko – Surakarta, 1-5 November 2014.

21Albertus Rusputranto Ponco Anggoro, 42-43.

Page 41: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

22

Hal yang dilakukan oleh band Makam kemudian meinginspirasi lahirnya

penyebutan aliran musik baru oleh band-band Black Metal di Jawa yaitu aliran

musik Javanese Black Metal, meskipun Makam sendiri tidak pernah menyatakan

bahwa nama aliran musik mereka sebagai Javanese Black Metal. Yuka Dian

Narendra menyebutkan bahwa aliran musik Javanese Black Metal lebih populer

disebut sebagai Kedjawen Black Metal22

, namun dalam penelitian sejauh ini

belum ditemukan satu band sekali pun yang memproklamirkan beraliran

Kedjawen Black Metal. Para pelaku dengan bangga menyebut bahwa aliran musik

mereka sebagai Javanese Black Metal, begitu juga dengan para penikmat yang

berada di komunitas-komunitas musik Metal Underground yang lebih mengenal

dengan penamaan aliran musik Javanese Black Metal.

Penamaan aliran musik Javanese Black Metal diperkirakan dan sangat

dimungkinkan diawali oleh band Santet asal Purwokerto yang dirujuk dari

pernyataan dalam facebook fans page Santet:

p[P]ertama kali bernama s[S]antet saat manggung itu ya tgl[tanggal] 5

m[M]ei 1997..dengan mengusung lagu dari d[D]arkthrone dan ciptaan

sendiri...

Santet pertama kali dibentuk oleh sang leader[leader], Budi Blackustadz

bersama Rudy Hailstorm. Di kancah scene[scene]

Underground[underground] Indonesia Santet menjadi lebih dikenal setelah

menunjukkan diri sebagai pembawa panji Javanese Black Metal[Javanese

Black Metal].23

Sangat dimungkinkan dari pernyataan tersebut kemudian diikuti oleh

band-band yang dengan bangga menyatakan bahwa Javanese Black Metal sebagai

aliran musik yang diusung. Beberapa di antaranya adalah Azab (Tangerang),

22Yuka Dian Narendra, 993.

23

https://www.facebook.com/SANTETtrueJavaneseBlackMetal/timeline. Akses tanggal

29 Agustus 2014.

Page 42: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

23

Sedho (Surabaya), Kodrat Bergowong (Trenggalek), Bondowoso (Pekalongan),

Pesanggrahan Sakral (Tulungagung), Bolopati (Boyolali), Mbahurekso

(Karanganyar), Semi Mortuus (Surabaya), Sarcophagus (Sukoharjo), Mendiang

Romo (Tuban), Kembang Mayat (Madiun), Jolo Sukmo (Tulungagung),

Condromowo (Sukoharjo), Karasan Wingit (Banjar Baru, Kalimantan), Sukmo

Sirno (Surabaya), Pandhowo (Kediri), Patigeni (Jakarta Utara), Parewangan

(Surabaya), Kepaten (Surabaya), Bathang Mayit (Borobudur), dan masih banyak

lagi.24

24Pernyataan bahwa band-band beraliran musik Javanese Black Metal ini dikutip dari

facebook fans page mereka masing-masing dengan jumlah di atas 1000 penyuka. Alamat facebook

fans page masing-masing band: Azab, https://www.facebook.com/pages/AZAB-Javanese-Black-

Metal-/235491799837940?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014; Sedho,

https://www.facebook.com/pages/SEDHO-extreme-javanese-black-

metal/200735289997972?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014; Kodrat Bergowong,

https://www.facebook.com/KodratBergowongTrenggalekJavaneseGothicBlackMetal?fref=ts.

Akses tanggal 20 Desember 2014; Bondowoso, https://www.facebook.com/pages/Bondowoso-

Comal-JavaneseBlack-Metal-/103885326377739?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014;

Pesanggahan Sakral, https://www.facebook.com/pages/PESANGGRAHAN-

SAKRAL/202188839799958. Akses tanggal 20 Desember 2014; Bolopati,

https://web.facebook.com/pages/Bolopati/1415948545309627?ref=br_rs. Akses tanggal 4 Juni

2015; Mbahurekso, https://www.facebook.com/pages/Mbahurekso-Javanese-Blackmetal-

/244740315628209?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014; Semi Mortuus,

https://www.facebook.com/pages/SemiMortuus-Surabaya-Javanese-Black-

Metal/145003678946889?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014; Sarcophagus,

https://www.facebook.com/pages/SARCOPHAGUS-Extreme-javanese-Black-Metal-

/176307125789319?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014; Mendiang Romo,

https://web.facebook.com/pages/MENDIANG-ROMO/238853006171773?ref=br_rs. Akses

tanggal 20 Desember 2014; Kembang Mayat, https://www.facebook.com/pages/Kembang-Mayat-

Madiun-Javanese-Black-Metal/222112231271516?ref=br_rs. Akses tanggal 20 Desember 2014;

Jolo Sukmo, https://www.facebook.com/pages/JOLO-SUKMO/291090904343270?fref=ts. Akses

tanggal 20 Desember 2014; Condromowo,

https://web.facebook.com/CONDROMOWO.Javanesse.Black.Metal. Akses tanggal 4 Juni 2015;

Karasan Wingit, https://www.facebook.com/KarasanWingitJavaneseblackmetal?fref=ts. Akses

tanggal 20 Desember 2014; Sukmo Sirno, https://www.facebook.com/P.S.N.B.S?fref=ts. Akses

tanggal 20 Desember 2014; Pandhowo,

https://www.facebook.com/pages/Pandhowo/135802279827877?fref=ts. Akses tanggal 20

Desember 2014; Patigeni, https://www.facebook.com/patigeni666?ref=ts&fref=ts. Akses tanggal

20 Desember 2014; Parewangan, https://web.facebook.com/pages/Parewangan-Javanese-Black-

Metal/354977794587622?ref=br_rs. Akses tanggal 4 Juni 2015; Kepaten,

https://web.facebook.com/KEPATEN.JavaneseBlackMetal. Akses tanggal 4 Juni 2015.

Page 43: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

24

Band Javanese Black Metal secara musikal berusaha menggunakan tangga

nada pentatonis menyerupai pelog dan slendro ke dalam komposisi musiknya.

Sebagian besar menggunakan syair bahasa Jawa, bahkan pemakaian mantra-

mantra kejawen seperti ajian semar mesem, ki wisa karma, dan jaran goyang ke

dalam syair lagu. Tidak sedikit pula dalam karyanya menggunakan teknik vokal

Jawa (semacam nembang). Beberapa band pada komposisi musiknya juga

mengadaptasi warna suara gamelan, walaupun penggunaannya masih terbatas

dengan instrumen keyboard.

Ada pula band-band yang menggunakan unsur-unsur yang telah

disebutkan di atas ke dalam karya-karyanya (beberapa atau hanya satu karya saja)

namun tidak menyatakan diri beraliran musik Javanese Black Metal dan hanya

menyatakan beraliran musik Black Metal saja. Band-band tersebut di antaranya

adalah Siramandalem Legion (Boyolali), Mayonggo Seto (Yogyakarta),

Brhobosan (Boyolali), Tahlilan (Tangerang), Kamar Mayat (Semarang), Patigeni

666 (Cilacap), dan lain sebagainya.25

25Pernyataan bahwa band-band tersebut tidak beraliran musik Javanese Black Metal

dikunjungi melalui facebook fans page mereka masing-masing, meskipun dalam karyanya

ditemukan nuansa Jawa seperti penggunaan tangga nada pentatonis dan syair bahasa Jawa dalam

bentuk rekaman audio dari lagu-lagu koleksi pribadi Julian Meru Mastodon. Alamat facebook fans

page masing-masing band: Siramandalem Legion,

https://www.facebook.com/pages/Siramandalem-Legion/287042917992678?fref=ts. Akses tanggal

20 Desember 2014; Mayonggo Seto, https://www.facebook.com/pages/Mayonggo-

Seto/370988376267000?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014; Brhobosan,

https://www.facebook.com/brhobosan?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014; Tahlilan,

https://www.facebook.com/pages/TAHLILAN/247521171999549?fref=ts. Akses tanggal 20

Desember 2014; Kamar Mayat, https://www.facebook.com/pages/Kamar-Mayat-

Gothicmetal/145901512134173?ref=ts&fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014; Patigeni 666,

https://www.facebook.com/pages/PATIGENI-666/255221847143?fref=ts. Akses tanggal 20

Desember 2014.

Page 44: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

25

C. Band Bathang Mayit

Bathang Mayit adalah band asal Borobudur Kabupaten Magelang Jawa

Tengah yang berdiri pada tanggal 31 Oktober 2007.26

Bathang Mayit saat ini

beranggotakan Fadly Aditya Benhard (alias Gambaz) dan Sena Sigit. Gambaz

sebagai vokalis, pemain saron, dan penulis syair lagu, sedangkan Sena Sigit

sebagai pemain gitar elektrik yang juga bertugas sebagai arranger.

Gambar 2. Logo band Bathang Mayit (Foto Bathang Mayit)

Dalam bahasa Indonesia, arti “bathang mayit” secara harafiah adalah

“bangkai mayat”. Namun dalam bahasa Jawa, penggunaan kata “bathang” pada

manusia yang sudah meninggal–yang semestinya disebut “jenazah”–,

menimbulkan konotasi negatif, karena kata “bathang” dalam bahasa Jawa

lazimnya ditujukan untuk binatang. Hal ini mengandung makna agar

26http://bathangmayitgothicviolence.blogspot.com/2008/02/bathang-mayit.html. Akses

tanggal 3 Desember 2014, yang kemudian telah diklarifikasikan kepada Gambaz dalam sebuah

chatting (obrolan) melalui facebook tanggal 25 Desember 2014.

Page 45: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

26

mengingatkan manusia semasa hidupnya melakukan hal-hal baik, sehingga setelah

meninggal jenazahnya tidak disebut sebagai “bathang”.27

Pada awalnya band Bathang Mayit terdiri dari empat orang personil yaitu

Gambaz, Elang (gitar), Yusuf (gitar bass), dan Esa (drum), yang merupakan teman

satu sekolah di SMK Satya Persada Magelang. Gambaz yang merupakan pendiri

band, mengatakan tidak menemukan keseriusan dari para personilnya, sehingga

formasi yang hanya sempat mengalami satu kali tampil pada acara Secang

Bergetar (2008) ini, secara tidak langsung dinyatakan hilang semenjak Gambaz

pindah sekolah.

Tiga tahun semenjak berdiri, tepatnya tahun 2010 Gambaz merencanakan

untuk kembali merekrut personil baru guna mengikuti acara Borobudur Total

Bising. Pada formasi kedua ini diisi oleh Dedi dan Galih (gitar), Dani (gitar bass),

dan Anto (drum). Dalam formasi ini musik Black Metal Bathang Mayit sudah

mulai berbau nuansa Jawa dan sang vokalis sudah mulai menggunakan surjan

sebagai identitas barunya, meskipun waktu itu belum menyatakan beraliran musik

Javanese Black Metal. Formasi kedua ini juga tidak bertahan lama, satu-persatu

personil keluar karena kurangnya penjiwaan, keseriusan, dan totalitas dalam

band.28

Perkenalan Gambaz dengan Sena dimulai sejak Bathang Mayit bergabung

dalam komunitas Muntilan Metal Sindikat pada tahun 2010. Bathang Mayit kala

27Gambaz, wawancara dengan personil dan manajer band Bathang Mayit tanggal 26

November 2014 di Puri Menoreh Hotel & Restaurant, Jalan Raya Borobudur KM 5,5 Ngrajek

Mungkid Magelang, diijinkan untuk dikutip.

28

Gambaz, wawancara dengan personil dan manajer band Bathang Mayit tanggal 26

November 2014 di Puri Menoreh Hotel & Restaurant, Jalan Raya Borobudur KM 5,5 Ngrajek

Mungkid Magelang, diijinkan untuk dikutip.

Page 46: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

27

itu sedang kehilangan banyak personil dan masuklah Sena mengisi kekosongan

pemain gitar. Selain Sena, masuk pula Didin menggantikan Dani, Ion

menggantikan Anto, dan tahun 2011 menambah satu pemain gitar yaitu Cacing

untuk mempertajam karakter gitar agar terdengar penuh.29

Dari formasi terakhir

ini, Bathang Mayit menyatakan aliran musiknya menjadi Javanese Black Metal,

hal tersebut dengan ditunjukkannya melalui penggunaan saron untuk kebutuhan

live yang dimainkan sendiri oleh Gambaz30

, penggunaan kostum surjan lurik oleh

semua personil, dan penggunaan syair bahasa Jawa ke dalam semua lagunya.

Formasi dengan lima orang ini bertahan hingga tahun 2013, kemudian personil

Bathang Mayit hanya tinggal berdua, dengan satu atau dua pemain tambahan

(additional player) pada gitar bass dan drum untuk kebutuhan live31

.

Semenjak Sena didaulat sebagai arranger dari lagu-lagu band Bathang

Mayit, dia merombak lagu lama Bathang Mayit yang berjudul Kasembahan

kagem Gusti Ratu32

, yang masuk dalam album kompilasi acara Wonosobo Hellfest

IV (Tak Entengke Patiku Tinimbang Aku Kalah) tahun 2013. Album kompilasi

acara Wonosobo Hellfest IV (Tak Entengke Patiku Tinimbang Aku Kalah) adalah

album kompilasi bersamaan dengan acara festival Metal Underground bernama

Wonosobo Hellfest #4 yang diselenggarakan oleh Wonosobo Underground

Society “Undergrind Merch” pada tanggal 3 Februari 2013 di Gedung Sasana

29Sena, wawancara dengan personil dan manajer band Bathang Mayit tanggal 26

November 2014 di Puri Menoreh Hotel & Restaurant, Jalan Raya Borobudur KM 5,5 Ngrajek

Mungkid Magelang, diijinkan untuk dikutip.

30

Gambaz juga tergabung dalam grup Jatilan Bintang Muda sebagai penabuh saron di

Jayan Borobudur, daerah tempat tinggalnya.

31

Kebutuhan rekaman (recording) dilakukan sendiri oleh Sena, baik pengisian gitar

elektrik (take gitar 1, 2, dan 3) dan gitar bass elektrik. Instrumen drum dibuat menggunakan

perangkat lunak yaitu Addictive Drum : Metal AD Pack.

32Lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu dapat diunduh di reverbnation melalui alamat:

http://www.reverbnation.com/bathangmayit. Unduh tanggal 29 Agustus 2014.

Page 47: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

28

Adipura Kencana, Wonosobo, Jawa Tengah. Di dalam album ini berisi 18 track

lagu dari band-band beraliran musik Death Metal, Brutal Death Metal, Ghotic

Metal, Grindcore ataupun pencampuran dari itu. Satu-satunya band beraliran

musik Javanese Black Metal hanyalah Bathang Mayit.

Gambar 3. CD album kompilasi acara Wonosobo Hellfest IV

(Tak Entengke Patiku Tinimbang Aku Kalah)

(Foto Julian Meru Mastodon, 15 Desember 2014)

Layaknya band Black Metal dan band Metal Underground pada

umumnya, Bathang Mayit juga menjual merchandise berupa kaus. Gambar kaus

yang mereka jual ada beberapa macam, dua di antaranya yaitu kaus bergambar

wayang dengan tulisan aksara Jawa “kasembahan kagem gusti ratu” dan kaus

bergambar Gunung Merapi meletus bertuliskan aksara Jawa “kidung ati tangise

bumi”, keduanya menjadi judul lagu milik Bathang Mayit. Gambar kaus semacam

ini jarang sekali ditemui dalam merchandise band beraliran musik Black Metal

lainnya.

Page 48: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

29

Gambar 4. Kaus produksi band Bathang Mayit bergambar wayang

bertuliskan aksara Jawa “kasembahan kagem gusti ratu”

(Foto facebook Gambaz, edit Julian Meru Mastodon)

Band Bathang Mayit merubah aliran musiknya dari Black Metal yang

terinfluens di antaranya dari band Mayhem, Burzum, dan Venom, menjadi

Javanese Black Metal sejak Gambaz mengenal dan mendengarkan lagu-lagu dari

band Makam dan Santet. Menurut pengakuannya, bersama Bathang Mayit dia

mempunyai visi dan misi untuk melestarikan budaya Jawa melalui Black Metal.

“....melestarikan dengan cara yang beda”, terang Gambaz.33

Selain itu pernyataan

untuk melestarikan budaya, tertulis pula dalam facebook fans page band Bathang

Mayit, “....Lewat lagu-lagu kami, kami menghimbau kita untuk selalu

melestarikan budaya dan warisan leluhur apapun suku, adat dan budaya

33Gambaz, wawancara dengan personil dan manajer band Bathang Mayit tanggal 26

November 2014 di Puri Menoreh Hotel & Restaurant, Jalan Raya Borobudur KM 5,5 Ngrajek

Mungkid Magelang, diijinkan untuk dikutip.

Page 49: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

30

kalian....”.34

Hal ini yang kemudian sejalan dengan pemikiran Sena untuk

bergabung dan bertahan hingga saat ini, meskipun Sena mengaku kadang sulit

mengeksplorasi nada dalam aransemennya karena keterbatasan dalam penggunaan

tangga nadanya35

.

Band Bathang Mayit mengaku hanya bersedia tampil di acara-acara musik

Metal Underground saja. Beberapa acara Metal Underground yang pernah diikuti

oleh Bathang Mayit di antaranya yaitu Secang Bergetar (2008), Borobudur Total

Bising (2010), Purworejo Gogrog #6 (2010), Borobudur Total Bising #2 (2010),

Jogja Black Fest (2010), Borobudur Extreme Fest #2 (2011), Lamongan October

Efflux Period #2 (2011), Purworejo Extreme Fest #2 (2011), Semarang

Gentayangan #2 (2011), Borobudur Total Bising #3 (2011), Gresik Serempak #2

(2012), Borobudur Total Bising #4 (2012), Erase All Racism (2013), Wonosobo

Hellfest #4 (2013), dan acara-acara Metal Underground lainnya hingga saat ini.36

34

https://www.facebook.com/pages/Bathang-Mayit-Javanese-Black-

metal/177284209372?sk=info&tab=page_info. Akses tanggal 20 Desember 2014.

35

Berbeda dengan Gambaz, Sena tidak pernah mendengarkan lagu-lagu dari band-band

Javanese Black Metal. Inspirasinya datang dari karawitan yang dia dengar. Kebetulan ayah dari

Sena merupakan penabuh gamelan di Senden Bumiharjo Borobudur, daerah tempat tinggalnya.

Wawancara dengan Sena Sigit tanggal 11 Desember 2014 di kediamannya, Senden Bumiharjo

Borobudur, diijinkan untuk dikutip.

36Personil Bathang Mayit tidak ingat acara apa saja yang pernah diikuti. Pencarian data

dikumpulkan dari berbagai sumber. Di antaranya melalui koleksi dokumentasi foto Bathang Mayit

dan pencarian melalui google dari publikasi poster yang telah diunggah. Diunduh dan

dikumpulkan selama bulan Desember 2014 dengan beberapa alamat yang ditemukan:

http://aliefadam.blogspot.com/2011/03/pamflet-killer-in-street-borobudur.html;

http://pamfleteventmetal.blogspot.com/2011/10/borobudur-total-bising-3.html;

http://dispersal-blustery.blogspot.com/2012/04/borobudur-total-bising-4.html;

http://indometalzine.blogspot.com/2013/09/erase-all-racism-magelang.html;

http://noisevoices.blogspot.com/2013_07_01_archive.html;

http://cimanggisextremmedia.blogspot.com/2010/05/purworejo-gogrog-6.html;

http://sakietdjiwa.blogspot.com/2011/06/hellscum-community-present-semarang.html;

http://www.acara-acara.com/events/801#.VH4iTzGsUbh.

Page 50: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

BAB III

KEJAWAAN BATHANG MAYIT

SEBAGAI BAND BERALIRAN MUSIK JAVANESE BLACK METAL

Bab ini akan menjelaskan dua pokok permasalahan dari band Bathang

Mayit. Pokok permasalahan yang pertama adalah membahas mengenai aspek non-

musikal berupa riasan wajah atau corpsepaint, kostum, dan properti panggung

dalam performa atau aksi panggung dari band Bathang Mayit. Pembahasan

mengenai aspek non-musikal di sini tidak hanya dari sisi kejawaannya saja,

namun dibahas pula hal-hal yang umum dilakukan oleh band Black Metal di

seluruh dunia, sebagaimana dilakukan pula oleh Bathang Mayit. Melalui Bathang

Mayit, diharapkan pembahasan ini mampu memberikan uraian bagaimana aliran

musik Javanese Black Metal dalam aspek non-musikal.

Pokok permasalahan selanjutnya adalah membahas mengenai aspek

musikal berupa instrumentasi, teknik permainan, dan analisis musik dari salah

satu lagu band Bathang Mayit yang berjudul Kasembahan kagem Gusti Ratu.

Selain itu diuraikan pula syair atau lirik dari lagu tersebut, transkrip notasi, serta

pembahasan adanya tempelan potongan lagon instrumental gender dan rebab

sebagai awalan lagu. Dengan mengetahui aspek musikal dari salah satu karya

Bathang Mayit tersebut, diharapkan mampu memberikan gambaran bagaimana

aliran musik Javanese Black Metal dalam aspek musikal.

Selanjutnya seperti yang telah disebutkan dalam landasan teori pada Bab I

sebelumnya, Koentjaraningrat menganalisa bahwa isi dari budaya manusia

sebenarnya terdiri dari tujuh unsur, yang disebutnya sebagai unsur-unsur universal

Page 51: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

32

dari kebudayaan. Unsur universal kebudayaan ini diperlukan untuk melihat

kejawaan dari band Bathang Mayit dalam aspek musikal dan non-musikal.

Namun unsur universal kebudayaan dalam kasus ini hanya ada empat, di

antaranya yaitu: (1) unsur sistem teknologi dan peralatan berupa penggunaan

surjan lurik sebagai kostum, (2) unsur sistem religi berupa penggunaan sesajen

sebagai properti panggung, (3) unsur bahasa berupa penggunaan bahasa Jawa ke

dalam lirik lagunya, (4) unsur kesenian berupa penggunaan tangga nada

pentatonis yang mengadaptasi laras pelog, penempelan potongan lagon

instrumental gender dan rebab ke dalam salah satu lagunya yang berjudul

Kasembahan kagem Gusti Ratu, dan penggunaan saron yang difungsikan tidak

hanya sebagai alat musik, namun sebagai properti panggung.

A. Aspek Non-Musikal

1. Riasan Wajah atau Corpsepaint

Layaknya band beraliran musik Black Metal di seluruh dunia, dalam setiap

performa atau aksi panggungnya semua personil Bathang Mayit merias wajahnya

yang sering disebut dengan corpsepaint sebagai salah satu identitas musik Black

Metal. Corpsepaint adalah nama untuk berbagai gaya make-up (riasan wajah)

yang digunakan oleh band-band beraliran musik Black Metal untuk memutihkan

wajah mereka agar terlihat seperti mayat atau mungkin lebih jahat.1 Corpsepaint

untuk menciptakan citra mayat dalam diri mereka, atau secara ideologi mereka

1

William Philips dan Brian Cogan, Encyclopedia of Heavy Metal Music (Amerika

Serikat: Greenwood Press, 2009), 54.

Page 52: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

33

ingin mengutarakan konsep inhumanity (kebiadaban) yang immortal (abadi),

melawan sifat mortal (fana) alami dalam diri manusia.2

Gambar 5. Corpsepaint band Bathang Mayit

(Foto Bathang Mayit, edit Julian Meru Mastodon)

Corpsepaint sebelum populer menjadi gaya riasan wajah band beraliran

musik Black Metal akhir 1980-an, pada awal berkembangnya musik Rock dari

zaman hippies dan populernya musik Glam Rock di awal 1970-an, musisi-musisi

seperti Arthur Brown, Alice Cooper dan band KISS telah menggunakan dandanan

serupa corpsepaint dalam aksi panggung mereka yang glamor dan teatrikal.

Selanjutnya pada awal 1980-an, setelah musik Metal mulai bangkit dan

mengembangkan ciri khasnya sendiri yang semakin agresif, King Diamond

(vokalis band Mercyful Fate) adalah musisi pertama yang menggunakan

2

Albertus Rusputranto Ponco Anggoro. “Retorika Visual pada Praktik Representasi Hantu

sebagai Simbol Identitas Komunitas Musik Underground di Kota Surakarta”, Tesis untuk

menempuh derajat Sarjana S-2 pada Program Magister Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata

Dharma, Yogyakarta, 2013, 31; Endarwati Kristiyani, “Makna Ritual dalam Aliran Musik Band

Siramandalem Legion (Studi Komunitas Blackmetal di Kabupaten Boyolali)”, Skripsi untuk

menempuh derajat Sarjana S-1 pada Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Komunikasi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, 2013, 4.

Page 53: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

34

dandanan corpsepaint dalam aksi panggungnya, meskipun pada masa King

Diamond belum ada band Black Metal yang sejati. Hingga akhirnya dandanan ini

benar-benar identik dan populer dengan aliran musik Black Metal yang pada

transisi dekade 80-an ke 90-an oleh band Mayhem yang sangat kontroversial.3

2. Kostum

Seperti yang telah disebutkan pada bab sebelumnya bahwa band Bathang

Mayit pada formasi ketiga mulai menggunakan busana Jawa berupa surjan lurik

sebagai kostum wajib semua personil kecuali vokalis. Pakaian bawah atau celana

tidak diharuskan menggunakan jenis celana tertentu. Kadang dengan penambahan

destar (blangkon atau iket/udeng), maupun rambut yang dibiarkan tergerai untuk

mendukung aksi headbanging.4 Semua personil pemegang instrumen

menggunakan sepatu seperti band-band Black Metal pada umumnya.

Kostum yang dikenakan vokalis agak berbeda dari personil lainnya, karena

vokalis berada di depan dan tengah panggung, menjadi pusat perhatian penonton.

Pakaian yang digunakan kadang memakai surjan lurik atau kemeja putih berjas

hitam. Celana yang dikenakan adalah celana kain tipis (celana kolor) ukuran ¾ di

bawah lutut. Mengenakan kain batik yang diwiru hingga mata kaki (seperti yang

terlihat pada abdi dalem keraton dan wiyaga) atau sebatas paha (seperti yang

terlihat pada prajurit bregada Keraton Yogyakarta dan penari Jatilan). Tidak

3

Dibalik Sejarah Corpse Paint di Dunia Musik Underground,

http://konterkultur.com/dibalik-sejarah-corpse-paint-di-dunia-musik-underground/. Akses tanggal

4 Juni 2015.

4Gambaz, wawancara dengan personil dan manajer band Bathang Mayit tanggal 26

November 2014 di Puri Menoreh Hotel & Restaurant, Jalan Raya Borobudur KM 5,5 Ngrajek

Mungkid Magelang, diijinkan untuk dikutip.

Page 54: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

35

menggunakan sepatu, namun memakai selop atau malah tanpa menggunakan alas

kaki. Selain itu, kadang juga mengenakan blangkon sebagai penutup kepala.

Gambar 6. Kostum band Bathang Mayit mengenakan surjan lurik

(Foto Bathang Mayit, edit Julian Meru Mastodon)

Gambar 7. Kostum vokalis band Bathang Mayit

(Foto Bathang Mayit, edit Julian Meru Mastodon)

Surjan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah baju jas laki-laki

khas Jawa berkerah tegak, berlengan panjang, terbuat dari bahan lurik atau cita

Page 55: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

36

kembang.5 Sedangkan lurik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kain

tenun yg coraknya bergaris-garis, pada umumnya berwarna gelap, cokelat, biru

tua, dan hijau berasal dari Yogyakarta.6 Pada sebuah catatan kaki,

Koentjaraningrat mendefinisikan lurik sebagai berikut:

Kain seni tenun tradisional Jawa. Pada tahun 50-an banyak wanita maupun

pria masih menggunakan kain atau baju lurik. Saat ini kerajinan tersebut

sudah hampir hilang karena terdesak oleh bahan impor. Namun di beberapa

kota seperti Yogyakarta dan Surakarta, seni kerajinan ini masih dihidupkan

untuk keperluan industri pariwisata.7

Arti kata surjan menurut Mari S. Condronegoro yang dikutip dari K.R.T.

Dipura Danarta, diambil dari kata surja yang berarti nglungsur wonten jaja atau

meluncur melewati dada, sehingga bentuk surjan lebih panjang di depan daripada

belakang.8 Namun ada pula pendapat lain yang dikutip dari K.R.T. Jatiningrat

dalam makalah yang diterbitkan oleh Tepas Dwarapura Keraton Yogyakarta,

bahwa surjan berasal dari istilah siro + jan yang berarti “pelita atau yang memberi

terang”.9

K.R.T. Jatiningrat menjelaskan bahwa baju surjan atau takwa diprakarsai

oleh Sunan Kalijaga pada abad 16 M sejak Kerajaan Mataram (Zaman Mataram

Islam awal10

). Setelah perjanjian Giyanti tahun 1755, dimana Kerajaan Mataram

terpecah menjadi dua yaitu Keraton Surakarta Hadiningrat dan Keraton

5Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi

Keempat (Jakarta: Pusat Bahasa Pendidikan Nasional, 2008), 1396.

6Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 888.

7Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), 120.

8Mari S. Condronegoro, Busana Adat Kraton Yogyakarta (1877-1937) : Makna dan

Fungsi Dalam Berbagai Upacara. (Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama, 1995), 29.

9Makna Baju Surjan dan Pranakan, http://tembi.net/yogyakarta-yogyamu/makna-baju-

surjan-dan-pranakan-1. Akses tanggal 23 April 2015; bandingkan Pengageman Takwa lan

Pranakan, http://tedjatirta.blogspot.com/2009/11/pengageman-takwa-lan-pranakan.html. Akses

tanggal 23 April 2015.

10Makna Baju Surjan dan Pranakan, http://tembi.net/yogyakarta-yogyamu/makna-baju-

surjan-dan-pranakan-1. Akses tanggal 23 April 2015.

Page 56: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

37

Yogyakarta Hadiningrat, kemudian diteruskan oleh Sultan Hamengku Buwono I

sebagai busana pria yang dinamakan surjan atau takwa.11

Takwa berasal dari

bahasa Arab yaitu taqwa yang mempunyai arti patuh kepada Allah, dengan

demikian harapannya bahwa para pemakainya selalu mentaati perintah-Nya dan

menjauhi larangan-Nya.12

Surjan yang disebut juga sebagai baju takwa terkandung makna-makna

filosofis, di antaranya: (1) bagian leher baju surjan memiliki tiga pasang kancing

(6 biji kancing) menggambarkan rukun iman yaitu iman kepada Allah, iman

kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab, iman kepada utusan Allah, iman

kepada hari kiamat, dan iman kepada takdir, (2) dua buah kancing di bagian dada

sebelah kiri dan kanan berupa simbol dua kalimat syahadat yaitu percaya tiada

Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah, (3) tiga buah kancing di

dalam (bagian dada dekat perut) yang letaknya tertutup (tidak kelihatan dari luar)

menggambarkan tiga macam nafsu manusia yang harus diredam atau

dikendalikan. Nafsu-nafsu tersebut adalah nafsu bahimah (hewani), nafsu

lauwamah (nafsu makan dan minum), dan nafsu syaitoniah (nafsu setan).13

Perbedaan antara baju takwa dan surjan terletak pada bentuk lengannya.

Lengan baju takwa dipotong serong, tanpa kancing, dan sedikit longgar,

sedangkan ujung lengan surjan terlihat lebih sempit dengan beberapa kancing

11

Pengageman Takwa lan Pranakan, http://tedjatirta.blogspot.com/2009/11/pengageman-

takwa-lan-pranakan.html. Akses tanggal 23 April 2015.

12Mari S. Condronegoro, 29; Pengageman Takwa lan Pranakan,

http://tedjatirta.blogspot.com/2009/11/pengageman-takwa-lan-pranakan.html. Akses tanggal 23

April 2015; Surjan dan Tradisi Luhur Bangsa Kita, http://jogjareview.net/istimewa/surjan-dan-

tradisi-luhur-bangsa-kita/. Akses tanggal 23 April 2015.

13 Sartono. Makna Baju Surjan dan Pranakan, http://tembi.net/yogyakarta-

yogyamu/makna-baju-surjan-dan-pranakan-1. Akses tanggal 23 April 2015.

Page 57: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

38

yang dinamakan belah banten. Baju surjan terdiri atas busana kesatriyan alit dan

busana kesatriyan ageng. Busana kesatriyan alit mempunyai kelengkapan berupa

(1) baju surjan, (2) kain batik yang dilipat (diwiru) dengan ketentuan-ketentuan

tertentu14

, (3) lonthong atau setagen (ikat pinggang), (4) kamus dan timang (ikat

pinggang luar) yang dililitkan tepat pada tengah lonthong, (5) keris yang

diselipkan di belakang pada lonthong, (6) blangkon (destar), dan (7) selop

(cenela), serta kadang dihiasi dengan rerenggan (misalkan bros dan asesoris

lainnya) di dada sebelah kanan. Pada busana kesatriyan ageng mempunyai

tambahan asesoris berupa rante dan karset.15

Ada pula surjan yang khusus

digunakan oleh abdi dalem Keraton Yogyakarta dinamakan baju pranakan,

berbahan lurik dengan garis-garis berwarna biru tua.16

Pakaian surjan lengkap dalam masyarakat Jawa biasa digunakan untuk

acara-acara yang bersifat resmi seperti pernikahan, pertemuan, nabuh gamelan,

dan lain-lain. Selain itu, baju surjan (terutama jenis lurik) tanpa kelengkapan

sering dijumpai dipakai oleh para kusir andong di wilayah Yogyakarta karena

baju surjan lurik ini memang dapat dibeli dengan mudah dari pedagang kaki lima

di sepanjang Jalan Malioboro dan pasar Beringharjo Yogyakarta. Bahkan tidak

asing lagi jika di luar masyarakat Jawa (khususnya di luar Yogyakarta) banyak

pula yang menggunakan baju surjan lurik sebagai pakaian sehari-hari, karena baju

14

Kain batik yang digunakan sebagai pakaian bawah dengan dilipat (diwiru) mempunyai

beberapa istilah dalam bahasa Jawa: jarik (bahasa ngoko), sinjang (bahasa kromo), amping

(bahasa kromo inggil).

15

Mari S. Condronegoro, 29; periksa juga Kinting Handoko, Tata Busana Panatacara

Gaya Yogyakarta, http://pariwisata.jogjakota.go.id/index/extra.detail/2244. Akses tanggal 23 April

2015.

16 Pengageman Takwa lan Pranakan, http://tedjatirta.blogspot.com/2009/11/pengageman-

takwa-lan-pranakan.html. Akses tanggal 23 April 2015.

Page 58: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

39

surjan lurik kini telah menjadi cindera mata khas Daerah Istimewa Yogyakarta.

Gambaz menjelaskan bahwa surjan lurik dipilih sebagai alternatif surjan

yang murah secara ekonomis, selain itu surjan jenis ini mampu menginformasikan

identitas orang Jawa secara pandangan masyarakat umum.17

Namun penggunaan

surjan lurik sebagai lambang hendaknya akan mempengaruhi tingkah laku

pemakainya, karena menurut Mari S. Condronegoro perangkat lambang dalam

pakaian pada hakekatnya bermakna sebagai pengatur tingkah laku, di samping

berfungsi sebagai sumber informasi menyebarkan kebudayaan. Perangkat

lambang dalam busana tidak sekedar mengandung makna, namun juga menjadi

perangsang untuk bersikap sesuai dengan makna lambang tersebut.18

Tingkah laku yang dijelaskan oleh Gambaz, bahwasannya personil

Bathang Mayit diberi kebebasan untuk tidak mengharuskan memakai destar

(blangkon atau iket) dimaksudkan untuk mendukung aksi panggung seperti

headbanging19

. Tingkah laku yang lain ialah ketika tidak diharuskan memakai

kain batik dan hanya memakai celana panjang dimaksudkan untuk mendukung

aksi panggung menaikkan salah satu kaki ke atas sound control yang berada di

depan panggung layaknya rockstar. Hal inilah yang kemudian menimbulkan

kontradiktif terhadap norma-norma dalam adat-istiadat Jawa ketika memakai

surjan lengkap.

17

Gambaz, wawancara dengan personil dan manajer band Bathang Mayit tanggal 26

November 2014 di Puri Menoreh Hotel & Restaurant, Jalan Raya Borobudur KM 5,5 Ngrajek

Mungkid Magelang, diijinkan untuk dikutip.

18Mari S. Condronegoro, 1.

19Headbanging merupakan goyangan gerak kepala pada saat mendengarkan dan

mengikuti irama musik Heavy Metal. Istilah ini pertama kali datang hingga menjadi populer, pada

saat Led Zeppelin pertama kali tur di Amerika Serikat. Waktu itu penonton terlihat membenturkan

kepala ke panggung. William Philips dan Brian Cogan, 110.

Page 59: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

40

Baju surjan tanpa kelengkapan seperti yang digunakan band Bathang

Mayit akan mempengaruhi performa atau aksi panggungnya. Pemakaian surjan

lurik tanpa kelengkapan tersebut kemudian akan mempengaruhi tingkah laku yang

berbeda dengan pemakai surjan lengkap. Maka dari itu tidak dapat dipungkiri

bahwa tingkah laku dalam performa para personil Bathang Mayit di atas

panggung tidak sama seperti masyarakat Jawa ketika berpakaian surjan lengkap,

karena kelengkapan surjan juga akan mempengaruhi tingkah laku pemakainya.

Dalam hal ini adalah pengaruh dari material (benda) yang dipakai. Pengaruh

tingkah laku tersebut tidak hanya terletak pada baju surjannya, namun pada

kelengkapan itu sendiri.

Pemakaian baju surjan ini adalah upaya untuk menampakkan kejawaan

Bathang Mayit sebagai band pengusung aliran musik Javanese Black Metal, atau

dengan kata lain sebagai band Black Metal yang bernafaskan Jawa. Namun baju

surjan lurik yang dikombinasikan dengan copsepaint untuk mencitrakan kesan

mayat pada identitas musik Black Metal juga akan menimbulkan pertanyaan lebih

lanjut terhadap makna filosofis yang terkandung dalam baju surjan itu sendiri,

karena tema musik Black Metal mengidentifikasi dirinya dengan satanisme,

okultisme, dan paganisme, sedangkan baju surjan banyak mengandung makna

folosofis keislaman.

Page 60: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

41

3. Properti panggung

a. Sesajen

Penggunaan sesajen menurut Gambaz pada mulanya dimaksudkan untuk

memberikan sesembahan kepada makhluk halus yang berada di sekitar panggung.

Namun semenjak Hilda menjadi manajer band Bathang Mayit pada tahun 2012,

dalam sebuah acara mengalami kerasukan, kini sajen berubah fungsi sebagai

simbol dan kebutuhan properti panggung saja.20

Hilda yang mengaku sebagai

penganut kejawen menjelaskan bahwa sesajen digunakan sebagai upaya

simbolisasi empat unsur alam, yaitu (1) api berupa lilin, (2) udara berupa bau

kemenyan atau dupa, (3) tanah berupa beras atau tanah, dan (4) air berupa kelapa

muda.21

Penggunaan sesajen oleh Bathang Mayit macamnya tidak tetap. Macam

sesajen di antaranya terdiri dari: (1) bunga tabur berupa mawar merah dan putih,

bunga kantil (cempaka putih), dan bunga kenanga, (2) kemenyan atau dupa, (4)

beras, (5) kelapa muda, (4) lilin, dan (5) tengkorak kambing. Bunga tabur ditaruh

di atas nyiru (tampah) atau daun pisang, beserta dengan kemenyan yang dibakar

di atas anglo berukuran kecil. Sedangkan lilin dinyalakan di atas atau tanpa

tempat lilin (kandil) berbahan keramik.

20

Gambaz, wawancara dengan personil dan manajer band Bathang Mayit tanggal 26

November 2014 di Puri Menoreh Hotel & Restaurant, Jalan Raya Borobudur KM 5,5 Ngrajek

Mungkid Magelang, diijinkan untuk dikutip.

21

Hilda, wawancara dengan personil dan manajer band Bathang Mayit tanggal 26

November 2014 di Puri Menoreh Hotel & Restaurant, Jalan Raya Borobudur KM 5,5 Ngrajek

Mungkid Magelang, diijinkan untuk dikutip.

Page 61: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

42

Gambar 8. Sesajen band Bathang Mayit

(Foto Bathang Mayit, edit Julian Meru Mastodon)

Sebelum mambahas mengenai sajen atau sesajen, perlu diketahui terlebih

dahulu bahwa Koentjaraningrat membagi bentuk religi orang Jawa terdiri dari

agami Jawi dan agama Islam Santri. Pada dasarnya bahwa agama Islam Jawa

terdiri dari: (1) agama Islam sinkretis, yang menyatukan unsur-unsur pra-Hindu,

Hindu, dan Islam disebut sebagai agami Jawi (kejawen), dan (2) agama Islam

puritan yaitu mengikuti ajaran agama lebih taat yang disebut agama Islam

Santri.22

Seperti yang telah disebutkan, bahwa agami Jawi karena pengaruh pra-

Hindu dan Hindu maka hal yang tidak dapat dilepaskan dari sistem upacara agami

Jawi adalah berbagai jenis sesajen yang terlibat di dalamnya.23

Clifford Geertz

mengatakan bahwa sajen selalu ada dalam setiap upacara orang Jawa, bahkan

sajen disediakan tanpa suatu upacara apa pun.24

22

Koentjaraningrat, 310.

23Koentjaraningrat, 343.

24

Clifford Geertz, Agama Jawa : Abangan, Santri, Priyayi dalam Kebudayaan Jawa,

Terj. Aswab Mahasin dan Bur Rasuanto (Depok: Komunitas Bambu, 2014), 42; periksa juga

Koentjaraningrat, 364.

Page 62: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

43

Sajen dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu makanan (bunga-

bungaan dan sebagainya) yang disajikan kepada orang halus dan sebagainya.25

Orang halus dalam pengertian ini diartikan sebagai makhluk halus yang tidak

kasat mata (Tuhan, dewa, setan, hantu, jin, malaikat, bidadari, iblis, roh, dan lain-

lain).

Sesajen menurut Budiono Herusatoto merupakan bentuk simbolis dalam

religi sebagai peninggalan jaman mitos. Ia menjelaskan bahwa maksud

diselenggarakannya sesajen adalah untuk mendukung kepercayaan terhadap

adanya kekuatan makhluk-makhluk halus yang berada (menghuni) di tempat-

tempat tertentu26

, baik ditujukan agar jangan menggangu keselamatan,

ketentraman, dan kebahagiaan, maupun sebaliknya yaitu meminta berkah dan

lindungan makhuk halus yang dimaksud dari makhluk halus lainnya.27

Hal yang

sama juga diutarakan oleh Suwardi Endraswara bahwa sesajen dilakukan agar

makhluk-makhluk halus di atas kekuatan manusia tidak mengganggu. Dengan

adanya pemberian makan secara simbolis kepada roh halus tersebut, diharapkan

roh yang dimaksud akan menjadi jinak dan mau membantu hidup manusia.28

Menurut Capt. R. P. Suyono, jenis sesajen orang Jawa terdiri dari empat

jenis yaitu: (1) selametan atau selamatan, sesajen yang diperuntukkan bagi Yang

Kuasa, rasul, para wali, dewa, bidadari, kekuatan ulama yang dihormati, setan,

hantu, dan roh, (2) penulakan yaitu sesajen sebagai sarana untuk menolak

25Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 1244.

26

Tempat-tempat tertentu seperti: pohon-pohon besar berumur tua, tempat mata air

(sendang, sungai, dan belik), kuburan atau makam, dan tempat-tempat yang dianggap keramat dan

mengandung kekuatan gaib.

27

Budiono Herusatoto, Simbolisme Jawa (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2008), 158-159.

28Suwardi Endraswara, Mistik Kejawen: Sinkretisme, Simbolisme, dan Sufisme dalam

Budaya Spiritual Jawa, Edisi Revisi (Yogyakarta: Narasi, 2006), 247.

Page 63: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

44

pengaruh setan, makhluk-makhluk mengerikan, hantu, dan roh jahat, (3) wadima

merupakan sesajen yang dilakukan secara teratur kepada rasul, para wali, bidadari,

jin, kekuatan seseorang yang sudah meninggal, hantu baik, binatang, dan

tumbuhan, (4) sedekah adalah sesajen berupa makanan yang diberikan kepada

para wali, malaikat untuk keselamatan roh orang yang sudah meninggal dan

keselamatan penyelenggara acara, serta keluarga maupun hartanya. Sajen

selamatan dan penulakan terdiri dari makanan yang telah ditentukan, sajen

penulakan yaitu upacara disertai dengan kegiatan membakar kemenyan dan

mengucap doa serta mantra untuk menolak setan dan roh yang akan

mencelakakan, sedangkan wadima dan sedekah hanya terdiri dari kembang-

kembang yang di tempatkan di atas air dan bejana, kue-kue, dan makanan

sekedarnya.29

Jika dilihat dari sesajen yang digunakan oleh band Bathang Mayit

selalu menggunakan dupa atau kemenyan, maka sesajen tersebut tergolong

sebagai sesajen penulakan. Namun jika melihat sesajen yang digunakan lainnya

berupa bunga tabur, maka dapat digolongkan pula bahwa jenis sesajen Bathang

Mayit sebagai wadima atau sedekah.

Selain bunga tabur dan kemenyan atau dupa, daftar kebutuhan (ubarampe)

sesajen dalam aksi panggung band Bathang Mayit terdapat pula lilin dan

tengkorak kambing. Dengan adanya lilin dan tengkorak kambing ini maka sesajen

yang dipergunakan oleh Bathang Mayit bukan merupakan jenis sesajen yang

umum dipergunakan dalam ritus agami Jawi.30

Keberadaan lilin sendiri sering

29

Capt. R. P. Suyono, Dunia Mistik Orang Jawa: Roh, Ritual, Benda Magis (Yogyakarta:

Lkis, 2007), 131-132.

30Lihat daftar sesajen dalam ritual orang Jawa melalui buku Wahyana Giri MC, Sajen dan

Ritual Orang Jawa (Yogyakarta: Penerbit Narasi, 2010), 18-137.

Page 64: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

45

dijumpai dalam pertunjukan musik Black Metal di seluruh dunia. Begitu pula

halnya dengan tengkorak atau kepala kambing sebagai atribut yang umum dipakai

band-band beraliran musik Black Metal maupun Javanese Black Metal sebagai

simbol Dewa Baphomet.

Gambar 9. Baphomet (Foto https://commons.wikimedia.org)

Baphomet yang dikenal dengan kambing “Mendes” adalah makhluk

bertubuh manusia, berkepala kambing yang bertanduk, bertangan manusia,

berkaki kambing, dan mempunyai sayap. Pada dahi antara dua tanduk di bawah

suluh terdapat lambang pentagram. Baphomet digambarkan sebagai makhluk

hemafrodit (berkelamin ganda) yang mempunyai buah dada lambang kewanitaan

dan lingga lambang kelaki-lakian. Baphomet adalah dewa Romawi kuno yang

menjadi lambang bagi orang yang memuja setan pada zaman itu. Baphomet

merupakan salah satu makhluk penting dalam mitologi Nordik. Keberadaan

Page 65: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

46

simbol Baphomet mengesahkan adanya ideologi paganisme dalam perkembangan

Black Metal.31

Dalam dunia seni pertunjukan Jawa, sesajen juga menjadi media penting,

misalnya dapat dijumpai pada pertunjukan karawitan Jawa dan pertunjukan

wayang kulit. Sesajen dalam karawitan dan wayang kulit di Jawa, umum

ditempatkan di belakang agar tidak terjamah orang, karena sesajen tersebut

dianggap sakral sehingga diperlakukan secara terhormat pula. Namun berbeda

dengan penempatan sesajen yang dipergunakan oleh band Bathang Mayit. Sesajen

tersebut ditempatkan di atas panggung sebelah depan dekat vokalis, dengan begitu

sesajen ini terlihat jelas dipertontonkan kepada para penonton karena penggunaan

sesajen sebagai properti panggung merupakan hal yang umum dilakukan oleh

band-band beraliran musik Javanese Black Metal.

Walaupun hanya dimaksudkan sebagai properti panggung guna

mendukung kebutuhan pertunjukan saja, namun sikap perlakuan vokalis Bathang

Mayit tetap memposisikan (menghormati) sesajen tersebut layaknya sesajen yang

memiliki nilai kesakralan. Misalnya saja dapat dilihat dalam salah satu aksi

panggung Gambaz yang sering melakukan “sembah” terhadap sesajen tersebut.

Hal ini dimungkinkan bahwa sesajen dalam budaya Jawa begitu lekat dengan

kehidupan orang Jawa. Walaupun sesajen berfungsi sebagai properti panggung–

31

Arti Lambang Baphomet, http://fadli-posthardcore.blogspot.com/2011/10/arti-lambang-

baphomet.html. Akses tanggal 26 Mei 2015; Setanisme, http://id.wikipedia.org/wiki/Setanisme.

Akses tanggal 26 Mei 2015; Bagus Tri Wahayu Utomo, “Metode Etnografi Black Metal Jawa

(Studi Kasus Kelompok Musik Makam Surakarta)”, Skripsi untuk menempuh derajat Sarjana S-1

pada Program Studi Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Surakarta,

Surakarta, 2014, 73; Ann Wan Seng, “Rahasia Black Metal. Membongkar Kesesatan, Kejahatan &

Kegilaan Pemuja Syaitan!”, dalam Ed. Tim MQ Publishing, Membongkar Kesesatan Black Metal

(Bandung: MQ Publishing, 2007), 154.

Page 66: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

47

simbol pernyataan diri mereka sebagai penganut kejawen, serta untuk mendukung

kesan mistis dan horor aliran musik yang diusung–namun sesajen dalam konteks

yang lebih luas menjadi tanda kesakralan yang tidak hanya terbatas pada

kebutuhan properti panggung semata.

b. Saron

Selain penggunaan surjan lurik dan sajen untuk menunjukkan

kejawaannya nampak secara visual, band Bathang Mayit membawa serta

instrumen gamelan Jawa berupa saron. Selain sebagai alat musik yang dimainkan

untuk membuka repertoar–sebelum lagu pertama dimainkan–pada saat live saja,

saron juga berfungsi sebagai pendukung properti panggung. Penggunaan saron

sendiri juga masih belum difungsikan sebagai alat musik ke dalam karya-karya

lagu Bathang Mayit.

Gambar 10. Saron juga berfungsi sebagai pendukung properti panggung

(Foto Bathang Mayit, edit Julian Meru Mastodon)

Page 67: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

48

B. Aspek Musikal

1. Instrumentasi dan Teknik Permainan dalam Lagu Kasembahan kagem

Gusti Ratu

Instrumentasi dari band Bathang Mayit menggunakan instrumen-

instrumen yang umum digunakan oleh band-band Black Metal. Instrumen pokok

dalam karya-karya band Bathang Mayit berupa gitar elektrik, gitar bass elektrik,

drum (tiga instrumen pokok dalam keluarga musik Heavy Metal32

), dan vokal.

Band-band beraliran musik Black Metal dunia yang hanya menggunakan

instrumen-instrumen ini antara lain Venom (Inggris), Gorgoroth (Norwegia),

Mayhem (Norwegia), dan Darkthrone (Norwegia). Selain instrumen pokok

tersebut, pada saat live Bathang Mayit juga menggunakan saron, walaupun

penggunaannya masih belum maksimal. Selain itu, saron juga belum digunakan

ke dalam karya-karya lagu (sesi rekaman/recording) band Bathang Mayit.

Gitar elektrik dan gitar bass elektrik adalah pengembangan dari alat musik

gitar yang disesuaikan dengan kegunaan dalam penampilan combo band.33

Gitar

elektrik dan gitar bass elektrik adalah golongan alat musik yang sumber bunyinya

dihasilkan dari getaran dawai atau senar (chordophone). Gitar elektrik yang

digunakan oleh Sena adalah gitar costum yang tidak bermerek, yang mengadopsi

gitar merek Jackson King V 9234

, walaupun bentuk V pada body gitar lebih mirip

bentuk gitar merek Flying V. Sena mengaku tidak selalu menggunakan jenis efek

gitar tertentu. Untuk keperluan pada saat live, Sena mengandalkan pengolahan

32

William Philips dan Brian Cogan, 80.

33

Pono Banoe, 176.

34Wawancara dengan Sena Sigit berupa chatting melaui facebook tanggal 15 Juni 2015,

diijinkan untuk dikutip.

Page 68: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

49

suara dari amplifier yang disediakan di atas panggung. Apabila kondisi amplifier

panggung tidak sesuai seperti apa yang diharapkan, Sena membawa efek gitar

dengan merek Line 6 POD X3.35

Gambar 11. Gitar elektrik yang dipakai band Bathang Mayit

(Foto Julian Meru Mastodon, 11 Desember 2014)

Teknik iringan gitar (rhythm guitar) pada lagu Kasembahan kagem Gusti

Ratu menggunakan progres akord berupa power chord, dengan picking (teknik

memetik senar menggunakan pick) berupa downstroke (pukulan ke bawah).

Power chord adalah akord (chord) yang hanya terdiri dari dua nada, yaitu nada

pertama atau nada dasar (tonika) dan nada kelima (dominan). Karakter suara

iringan gitar yang terdengar garang dalam lagu ini dihasilkan dari teknik palm

muting. Teknik palm muting adalah teknik untuk meredam getaran yang

35Wawancara dengan Sena Sigit tanggal 11 Desember 2014 di rumahnya, Senden

Bumiharjo Borobudur, diijinkan untuk dikutip.

Page 69: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

50

dihasilkan oleh senar dengan menggunakan sisi telapak tangan kanan.36

Sedangkan melodi gitar (lead guitar) pada beberapa birama di bagian solo gitar

menggunakan teknik sweep picking. Sweep picking adalah teknik bermain gitar

dimana cara memetik senarnya (menggunakan pick) dengan gerakan menyapu.37

Dalam musik klasik teknik ini menyerupai arpeggio. Untuk memperjelas berikut

adalah beberapa notasi dan gambar dari teknik-teknik tersebut.

Gambar 12. Contoh notasi teknik power chord (atas), palm muting (tengah),

dan sweep picking (bawah) dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu

Gambar 13. Posisi tangan kanan pada teknik gitar palm muting

(Foto Bathang Mayit)

36Palm Mute, https://en.wikipedia.org/wiki/Palm_mute. Akses tanggal 16 Juni 2015.

37Sweep-picking, https://en.wikipedia.org/wiki/Sweep-picking. Akses tanggal 16 Juni

2015.

Page 70: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

51

Band Bathang Mayit pada saat live tidak menggunakan merek gitar bass

tertentu, penggunaan gitar bass disesuaikan dengan kebutuhan dari pemain

tambahan (additional player). Lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu yang baru

direkam tahun 2013 (setelah formasi dua orang), dilakukan sendiri oleh Sena

menggunakan gitar bass elektrik custom menyerupai Sterling by Music Man

Ray34. Baik gitar elektrik dan gitar bass elektrik pada sesi rekaman menggunakan

efek gitar dengan merek Line 6 POD X3.38

Drum adalah jenis alat musik perkusi yang sumber bunyinya dihasilkan

dari getaran membran yang direntangkan pada landasan berongga

(membranophone).39

Dalam kebutuhan live, band Bathang Mayit tidak membawa

drum milik pribadi. Drum dalam kebutuhan live menyesuaikan perangkat drum

yang disediakan di atas panggung. Untuk keperluan rekaman instrumen drum

dibuat menggunakan perangkat lunak yaitu Addictive Drum : Metal AD Pack.

Lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu menggunakan perangkat drum yang umum

dalam combo band terdiri dari snare drum, high-tom, middle-tom, floor-tom, bass

drum, hi-hat cymbal, crash cymbal, dan ride cymbal. Dalam lagu ini

menggunakan teknik double bass drum pedal pada pukulan 1/16-an.

Gambar 14. Contoh notasi teknik double bass drum pedal dengan not 1/16-an

dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu

38

Wawancara dengan Sena Sigit berupa chatting melalui facebook tanggal 15 Juni 2015,

diijinkan untuk dikutip.

39Pono Banoe, 123.

Page 71: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

52

Lirik yang disampaikan melalui vokal merupakan salah satu unsur penting

dalam sebuah musik (begitu juga dalam dunia musik populer). Melalui vokal

maka pesan dalam sebuah lagu akan lebih cepat ditangkap dan dicerna oleh

pendengar. Namun vokal dalam musik Black Metal, Death Metal, Brutal Death

Metal, Metalcore, dan beberapa aliran musik Metal ekstrem justru artikulasi

vokalnya sengaja dilafalkan secara “samar” atau “kurang jelas”. Beberapa teknik

vokal yang menghasilkan artikulasi ekstrem dalam musik Metal ekstrem antara

lain scream dan growl. Aliran musik Black Metal pada umumnya menggunakan

teknik vokal scream, namun mulai gelombang ketiga banyak juga band yang

memadukan teknik vokal growl seperti band Dimmu Borgir (Norwegia).

Lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu cenderung menggunakan teknik

vokal scream exhale dengan gaya vokal resitatif. Scream adalah jenis teknik vokal

berteriak yang umum dipakai dalam aliran musik Black Metal. Teknik vokal ini

menghasilkan suara tinggi melengking dengan efek suara distorsi. Teknik vokal

scream dalam musik Black Metal dibagi menjadi dua teknik berdasarkan metode

pernafasannya yaitu teknik vokal scream inhale dan scream exhale. Scream

inhale adalah teknik vokal dengan ciri pernafasan menarik nafas dari luar ke

dalam dengan menekan otot-otot tenggorokan, menghasilkan distorsi yang lebih

berat daripada teknik exhale. Sedangkan exhale adalah kebalikan dari teknik

inhale, yaitu teknik menghembuskan nafas dari dalam tubuh keluar dengan

menekan otot-otot tenggorokan, karakter vokal yang dihasilkan lebih bervariasi

dari teknik vokal inhale.40

Gaya vokal dalam lagu ini menggunakan gaya resitatif,

40

Bagus Tri Wahayu Utomo, 162-163.

Page 72: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

53

yaitu gaya menyanyi yang mirip “berbicara” dengan tinggi nada tertentu.

Ritmenya sesuai dengan ritme suku kata dan urutan nada-nadanya lebih

cenderung pada repetisi nada tertentu.41

2. Syair atau Lirik Lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu

Semua syair atau lirik lagu dari band Bathang Mayit menggunakan bahasa

Jawa. Dengan adanya penggunaan bahasa Jawa dalam tiap lagunya ini,

menimbulkan kejawaan dari karya-karya Bathang Mayit. Berikut adalah syair atau

lirik dari salah satu lagu Bathang Mayit yang berjudul Kasembahan kagem Gusti

Ratu:

Kasembahan kagem Gusti Ratu

Kasembahan kagem Kanjeng Gusti Ratu panguasaning segara kidul

Sampun cekap sesaji lelarungan

Pandonganing keslametan manungsa ing ndhuwur jagad

Sembah sinuwun kagem paringaning Gusti

Sendika dhawuh Gusti

Sembah sinuwun kagem paringaning Gusti Ratu

Pandonganing keslametan manungsa ing ndhuwur jagad

*Kunfayakun slamet rahayu sangga lingga

Araning menyan sekul pethak ganda arum

Minangka bektiku araning leluhur

Mugi Gusti maringi keslametan manungsa ing ndhuwur jagad

Supayaning manungsa kathah akehing ngibadhah

Sembah sujud dumateng Kanjeng Gusti

Kawula mangabdi dumateng Kanjeng Gusti Ratu

Mugi diparingi keslametan donya lan akherat

(diulang ke tanda*)

41

Dieter Mack, Ilmu Melodi (Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi, 1995), 147.

Page 73: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

54

Mangga kita sareng-sareng ndedonga

Nyuwun keslametan marang Kanjeng Gusti Ratu

Mugi diparingi keslametanipun

Terjemahan bebas:

Persembahan untuk Gusti Ratu

Persembahan untuk Kanjeng Gusti Ratu penguasa laut selatan

Sudah cukup sesajen lelabuhan

Doa keselamatan manusia di atas bumi

Sembah baginda (persembahan dari raja) atas pemberian dari Gusti

Hamba siap menjalankan perintah Gusti

Sembah baginda (persembahan dari raja) atas pemberian dari Gusti

Doa keselamatan manusia di atas bumi

*“Yang terjadi, terjadilah!” (bahasa Arab) selamat sejahtera terhindar dari

malapetaka

Yang dimaksud kemenyan bagaikan nasi putih yang wangi

Sebagai tanda baktiku terhadap leluhur

Semoga Gusti memberi keselamatan manusia di atas bumi

Supaya seluruh manusia banyak-banyak beribadah

Sembah sujud kepada Kanjeng Gusti

Hamba mengabdi kepada Kanjeng Gusti Ratu

Semoga diberi keselamatan dunia dan akhirat

(diulang ke tanda*)

Mari kita bersama-sama berdoa

Mohon keselamatan pada Kanjeng Gusti Ratu

Semoga diberi keselamatannya.42

42Diterjemahkan secara bebas oleh Julian Meru Mastodon.

Page 74: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

55

3. Transkrip Notasi Lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu

a. Transkrip Notasi Gender dan Rebab43

Lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu diawali suara permainan

instrumental gender dan rebab berupa potongan lagon laras slendro pathet sanga.

Meskipun potongan lagon tersebut hanya terkesan sebagai “tempelan” (kolase)44

,

namun potongan lagon ini adalah bagian dari karya lagu yang tidak bisa

dipisahkan, begitu pula yang terjadi pada saat live.45

Potongan lagon ini kurang

lebih dapat dilihat sebagai introduksi. Adanya tempelan potongan lagon

merupakan salah satu upaya untuk menampakkan kejawaan band Bathang Mayit

dalam salah satu lagunya. Di bawah ini adalah notasi keseluruhan lagon slendro

pathet sanga secara utuh yang ditulis menggunakan notasi kepatihan. Notasi yang

berada di antara garis dua adalah potongan lagon yang dimaksud.

- Transkrip notasi gender:

.x.x.x5 x.x.x.x2 x.x5x.x6 [x5x x.x5x6 x5x.x5x6]

.1yt .y1. .tew [j.1y1t .2..]

x5x xj.x5x6x x5 x!x6x!x5 x!x6x!x5 [x!x6x!x5 x!x6x!x5 ]_ j.y1 j1yjty 111Gq .y1j.y [tttj.y 111j.y]_

x3x x.x x3x x5 x3x x.x x3x2 x5x3x5x2 [x5x x.x5x6 x5x.x5x6] x5xj.x5x6x x5 j.tjy1jytjy1 jytjy1te www. [j.1y1t .2..] .y1j1yt

43

Ditranskrip oleh Anggit Wirasta.

44Kolase adalah istilah yang dipinjam dari seni rupa yang berarti: “sebuah teknik dengan

cara menempel materi-materi selain cat seperti kertas, kaca, logam, tanah, dan lain-lain kemudian

dikombinasikan dengan penggunaan cat (minyak) atau teknik lainnya”. Mikke Susanto, Diksi

Rupa : Kumpulan Istilah dan Gerakan Seni Rupa, Edisi Revisi (Yogyakarta: DictiArt Lab, 2011),

225.

45

Pada saat live, sebelum lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu dimainkan, potongan lagon

tersebut dimainkan dalam bentuk sampling. Wawancara dengan personil dan manajer band

Bathang Mayit tanggal 26 November 2014 di Puri Menoreh Hotel & Restaurant, Jalan Raya

Borobudur KM 5,5 Ngrajek Mungkid Magelang, diijinkan untuk dikutip.

Page 75: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

56

x.x.x5x6 x.x!x6x5 x.x6x!x@ x.x!x.x@ x.x.x!x. [email protected]! 23.. .... ...2 6.6. .6.6 ...1

x.x.x6x. [email protected]! x.x.x.x. x3x.x3x5 [x.x3x.x5] x.x.x3x. x.x.x.x6 ...5 .6.. 6555 .2.. [2.2.] .2.2 .1.Gy

x.x.x.x. x.x.x.x! x6x@x!x6 x.x.x.x5 x.x.x.x2 x.x.x.x. [x.x1x.x2] x.x.x1x. x.x2x.x1 .ety yy.. .... .1yt .y1. .t.Gw [y.y.] .y.y ...q

x.x.x.x. x2x3x2x. x.x2x3x5 x.x.x.x. x.x!x6x5 x.x.x1x2 x.x2x.x. x.x3x5x6 .ty1 ...1 ...t .y11 1... ty.. .... ...y

x.x.x.x! x6x5x.x. x3x2x.x. x.x.x.x5 x.x.x.x. x.x@x!x@ _ .121 ..yt ..ew .ett .... ...gt _

- Transkrip notasi rebab:

2j2ky1222j23j2111j12jy1G11j121

j2k322j2kjy1222j322 _ j2k35j5k32j2k355

6!j!k6521j2k3221Gyyyjy1y

22j23j21j12jy1G11j121

21j2k322jyk1yt.twegt _

Tangga nada dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu menggunakan

tangga nada diatonis mayor dan pentatonis yang menyerupai laras pelog. Lagon

dengan laras slendro pathet sanga, nada berat dalam satu kalimat (gong) lazimnya

jatuh pada nada ji dan ma mendekati nada do dan sol (tonika dan dominan).

Tonika (nada pertama) dan dominan (nada kelima) bila dibunyikan bersamaan

akan membentuk akord 5 (power chord) sebagai akord yang digunakan dalam

Page 76: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

57

lagu ini. Selain itu, laras slendro pathet sanga yang dalam satu kalimat nada

beratnya jatuh pada nada ji dan ma, mendekati nada nem dan lu pada laras pelog

pathet nem. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah tabel pendekatan tangga nada

diatonis dengan laras pelog dan slendro:

Tabel 1. Tabel pendekatan tangga nada diatonis dengan laras pelog dan slendro

Maka dari itu, wajar apabila dalam lagu ini diawali potongan lagon yang

menggunakan laras slendro pathet sanga, sedangkan tangga nada yang digunakan

dalam lagu ini berupa tangga nada diatonis mayor dan pentatonis yang mendekati

laras pelog.

Tabel Pendekatan Tangga Nada Diatonis

dengan Laras Pelog dan Slendro

Nama tangga nada

atau laras

Nada

Diatonis Mayor do re mi fa sol la si

Slendro Pathet Sanga ji ro lu ma nem

Pelog Pathet Nem nem ji ro lu ma

Page 77: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

58

b. Transkrip Notasi Vokal, Gitar, Gitar Bass, dan Drum46

Transkrip notasi vokal, gitar, gitar bass, dan drum dari lagu Kasembahan

kagem Gusti Ratu sebagai berikut:

46

Instrumen ditranskrip oleh Julian Meru Mastodon dan Raprika Bangkit, vokal

ditranskrip oleh Seta Dewa dan diedit oleh Julian Meru Mastodon.

Page 78: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

59

Page 79: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

60

Page 80: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

61

Page 81: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

62

Page 82: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

63

Page 83: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

64

Page 84: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

65

Page 85: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

66

Page 86: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

67

Page 87: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

68

Page 88: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

69

Page 89: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

70

4. Analisis Musik Lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu47

a. Aspek Waktu

1) Tempo

Tempo adalah waktu atau kecepatan, kecepatan dalam ukuran langkah

tertentu.48

Untuk menunjukkan cepat atau lambatnya sebuah lagu yang dimainkan,

dalam musik digunakan tanda tempo. Tempo dalam musik ditentukan melalui

bantuan metronome (alat pengukur kecepatan tempo).

Lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu memiliki dua tempo yaitu 120

ketukan per menit dan 240 ketukan per menit. Tempo dengan ketukan 120 per

menit tergolong sebagai tempo cepat (120 hingga 192 ketukan per menit) dan

ketukan 240 per menit tergolong di atas tempo cepat.49

Dalam lagu Kasembahan

kagem Gusti Ratu, tempo 120 terdapat pada birama ke-1 hingga 20, kemudian

temponya berubah menjadi 240 pada birama ke-21 hingga 68, setelah itu berubah

kembali ke tempo 120 pada birama ke-69 hingga 94, dan terakhir kembali lagi ke

tempo 240 pada birama 156 hingga berakhirnya lagu pada birama 183.

2) Pola Ritme

Ritme adalah derap atau langkah teratur.50

Ritme merupakan elemen

musikal yang berhubungan dengan waktu. Pola ritme dalam lagu Kasembahan

kagem Gusti Ratu dapat dibagi menjadi dua, yang pertama adalah pola ritme gitar

(rhythm guitar) dan gitar bass, yang mempunyai pola ritme sama, dan yang kedua

pola ritme drum.

47

Dianalisa oleh Julian Meru Mastodon dan dibantu oleh Dreeartika Adijoko Wicaksono.

48Pono Banoe, 410.

49George Thaddeus Jones, Music Theory (New York, Hagerstown, San Fransisco,

London: Barnes & Noble, 1974), 16.

50Pono Banoe, 158.

Page 90: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

71

a) Pola Ritme Gitar dan Gitar Bass

- Pola ritme 1

Pola ritme 1 pada gitar dan gitar bass seperti yang terlihat di atas, dalam

lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu terdapat pada birama ke-2 hingga 17, birama

ke-21 hingga 44, birama ke-95 hingga 118, dan birama ke-156 hingga 179.

- Pola ritme 2

Pola ritme 2 pada gitar dan gitar bass seperti yang terlihat di atas, dalam

lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu terdapat pada birama ke-45 hingga 68 dan

birama ke-119 hingga 142.

- Pola ritme 3

Pola ritme 3 pada gitar dan gitar bass seperti yang terlihat di atas, dalam

lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu terdapat pada birama ke-69 hingga 80,

birama ke-81 hingga 92 (khusus gitar 1 versi recording), dan birama ke-144

hingga 154.

- Pola ritme 4

Pola ritme 4 pada gitar dan gitar bass seperti yang terlihat di atas, dalam

lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu terdapat pada birama ke-81 hingga 92 (solo

gitar 1).

Page 91: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

72

b) Pola Ritme Drum

- Pola ritme 1

Pola ritme 1 pada drum seperti yang terlihat di atas, dalam lagu

Kasembahan kagem Gusti Ratu terdapat pada birama ke-2 hingga 17.

- Pola ritme 2

Pola ritme 2 pada drum seperti yang terlihat di atas, dalam lagu

Kasembahan kagem Gusti Ratu terdapat pada birama ke-21 hingga 44, birama ke-

95 hingga 118, dan birama ke-156 hingga 178.

- Pola ritme 3

Pola ritme 3 pada drum seperti yang terlihat di atas, dalam lagu

Kasembahan kagem Gusti Ratu terdapat pada birama ke-45 hingga 68 dan birama

ke-119 hingga 142.

- Pola ritme 4

Pola ritme 4 pada drum seperti yang terlihat di atas, dalam lagu

Kasembahan kagem Gusti Ratu terdapat pada birama ke-69 hingga 80 dan birama

ke-143 hingga 154.

Page 92: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

73

- Pola ritme 5

Pola ritme 5 pada drum tersebut, dalam lagu Kasembahan kagem Gusti

Ratu terdapat pada birama ke-81 hingga 88 dan birama ke-90 hingga 91.

3) Meter Lagu atau Sukat

Sukat dikenal sebagai tanda di dalam sebuah penulisan lagu atau karya

musik untuk mengetahui jumlah ketukan atau nilai nada. Ada berbagai macam

sukat yang sering dipergunakan di dalam sebuah lagu atau karya musik. Contoh

sukat di antaranya adalah 2/4 (di dalam satu birama terdapat dua ketuk nada

seperempat) dan 4/4 (di dalam satu birama terdapat empat ketuk nada

seperempat). Tanda sukat dalam istilah musik sering disebut sebagai time

signature.

Pada lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu menggunakan dua meter lagu

atau sukat, yaitu 4/4 dan 2/4. Dalam lagu ini secara keseluruhan menggunakan

sukat 4/4 yang terdapat pada hampir semua birama. Sedangkan sukat 2/4 hanya

terdapat pada satu birama saja, yaitu birama 155. Dalam sukat 2/4 tersebut,

terdapat variasi drum sebagai jembatan untuk menuju kembali ke sukat 4/4.

Variasi drum tersebut merupakan repetisi dari dua ketukan terakhir pada birama

sebelumnya (birama 154). Berikut adalah notasi yang dimaksud:

Page 93: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

74

Gambar 15. Sukat 2/4 adalah repetisi dari 2 ketukan terakhir pada birama sebelumnya

Di dalam sukat terdapat istilah tesis dan arsis. Tesis adalah penyebutan

tekanan kuat atau berat suatu lagu, sedangkan arsis adalah tekanan lemah suatu

lagu. Tesis dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu jatuh pada ketukan

pertama, sedangkan arsis jatuh pada ketukan ketiga.

b. Aspek Melodi

1) Nada Dasar (Pitch Center) dan Tangga Nada atau Skala (The Scale)

Nada dasar adalah nada pertama dalam urutan suatu tangga nada yang

menjadi nama tangga nada yang bersangkutan. Dalam lagu Kasembahan kagem

Gusti Ratu ini mempunyai dua nada dasar yaitu nada dasar F pada birama ke-2

hingga 20, kemudian mengalami modulasi (perubahan nada dasar) menjadi

bernada dasar C pada birama ke-21 hingga berakhirnya lagu pada birama 183.

Page 94: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

75

Tangga nada adalah urutan nada yang disusun secara berjenjang.51

Tangga

nada dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu menggunakan tangga nada

pentatonis (lima nada) dan tangga nada diatonis (tujuh nada). Tangga nada

pentatonis yang digunakan adalah tangga nada F – A – Bes – C – E (do mi fa sol

si) yang terdapat pada birama ke-2 hingga 20. Kemudian ketika mengalami

modulasi pada birama selanjutnya, yaitu birama ke-21 hingga berakhirnya lagu

pada birama 183, tangga nada yang digunakan berubah menjadi C – E – F – G – A

– B (do mi fa sol si). Nada 3 – 4 – 5 – 7 – 1 (mi fa sol si do) ini “menyerupai” atau

“mendekati” laras pelog, yaitu 1 – 2 – 3 – 5 – 6 (ji ro lu ma nem). Dengan adanya

tangga nada pentatonis yang mengadaptasi laras pelog ini, kemudian

menimbulkan kejawaan dalam karya lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu. Berikut

adalah gambar penjelasan mengenai tangga nada pentatonis dengan pendekatan

laras pelog:

Gambar 16. Tangga nada pentatonis dengan pendekatan laras pelog

Selain tangga nada pentatonis seperti yang telah dijelaskan di atas, dalam

lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu di bagian melodi gitar (solo gitar) pada

birama ke-81 hingga 94 menggunakan tangga nada diatonis, meskipun musik

iringan (rhythm guitar dan bass guitar) tetap menggunakan tangga nada

pentatonis. Hal ini yang kemudian menimbulkan keunikan tersendiri dalam lagu

51

Pono Banoe, 406.

Page 95: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

76

ini. Tangga nada diatonis yang digunakan terdiri dari C – D – E – F – G – A – B

(do re mi fa sol la si). Meskipun dalam melodi gitar tersebut juga memainkan

nada Dis dan Fis (ri dan fi), dua nada tersebut hanya digunakan sebagai penghias

motif dalam melodi. Berikut adalah notasi melodi gitar dan tangga nada diatonis

yang digunakan:

Gambar 17. Notasi melodi gitar dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu (atas)

dan tangga nada diatonis mayor yang digunakan (bawah)

2) Wilayah Nada atau Register (Range) dan Jumlah Nada yang Digunakan

(Frequency of Notes)

Wilayah nada atau register adalah jangkauan atau wilayah tinggi-rendah

nada suatu instrumen atau suara (vokal) manusia. Pada lagu Kasembahan Gusti

Ratu dibagi dua wilayah nada, yaitu suara vokal dan suara instrumen yang terdiri

dari gitar dan gitar bass. Pentranskripan nada vokal pada lagu ini sebenarnya

dilakukan dengan pendekatan nada tertentu, karena nada yang digunakan lebih

Page 96: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

77

cenderung datar dan sangat sulit ditentukan nadanya. Dengan demikian, register

vokal dalam lagu ini hanya berdasar perkiraan dari nada tertentu ke nada tertentu.

Wilayah nada pada gitar antara nada E3 hingga nada E7, sedangkan wilayah nada

pada gitar bass dari nada E2 hingga nada C4. Untuk wilayah nada pada vokal

berkisar antara nada B3 hingga nada G4. Dalam analisa ini, nada C4 sebagai nada

C tengah pada tuts piano.

Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa pembagian jumlah nada juga

dibagi dua, yaitu jumlah nada pada vokal dan jumlah nada pada dua intrumen

yang terdiri dari gitar dan gitar bass. Jumlah nada yang digunakan pada vokal

diperkirakan terdiri dari enam nada, yaitu nada B3, C4, D4, E4, F4, dan G4. Nada

E4 merupakan nada vokal yang paling sering digunakan, bahkan untuk

keseluruhan birama dalam lagu ini cenderung menggunakan nada E4. Nada yang

paling jarang digunakan adalah nada B3, yang hanya terdengar dua kali not ¼-an

pada birama 119.

Gambar 18. Perkiraan nada yang digunakan pada vokal

dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu

Nada yang digunakan pada gitar berjumlah tiga puluh dua nada, yang

terdiri dari nada E3, F3, G3, A3, Bes3, B3, C4, D4, E4, F4, G4, A4, B4, C5, D5,

E5, F5, G5, A5, B5, C6, D6, Dis6, E6, F6, Fis6, G6, A6, B6, C7, D7, dan E7.

Nada yang paling sering digunakan di hampir setiap birama adalah nada F3 dan

nada dengan jarak kelima (kwint) dari F3 yaitu C4. Nada F dan C yang

dibunyikan bersamaan akan membentuk akord “F5” (power chord). Sedangkan

Page 97: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

78

nada yang paling jarang digunakan adalah nada Dis6 dan Fis6 yang masing-

masing hanya satu kali dibunyikan dalam not ¼-an pada birama 90. Untuk

instrumen gitar bass, nada yang digunakan berjumlah sebelas nada, yang terdiri

dari nada E2, F2, G2, A2, Bes2, C3, E3, F3, G3, B3, dan C4. Jumlah nada yang

paling banyak digunakan adalah nada F2 yang terdapat di hampir semua birama,

sedangkan nada yang paling sedikit digunakan adalah nada C4, yang hanya terdiri

dari dua belas nada dalam not ¼-an.

Gambar 19. Nada yang digunakan pada gitar

dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu

Gambar 20. Nada yang digunakan pada gitar bass

dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu

3) Jumlah Interval (Prevalent Intervals)

Interval adalah jarak antara nada satu dengan yang lain atau perbedaan

tinggi-rendah nada (pitch) antara dua nada. Jenis interval berdasarkan cara

dimainkan pun dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu interval harmonik, dua

nada yang dibunyikan secara bersamaan dan interval melodik, dua nada yang

dibunyikan secara bergantian.

Page 98: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

79

Pada lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu, dua nada yang membentuk

interval harmonik adalah nada yang membentuk akord 5 (power chord) yang

dihasilkan dari instrumen gitar yaitu pada nada C – G, E – B, F – C, G – D, A – E,

dan Bes – F. Dua nada yang dibunyikan bersamaan tersebut mempunyai interval

P5 (kwint murni atau perfect quint atau perfect fifth).

Interval melodik terdiri dari interval ascending (dari nada rendah ke nada

yang lebih tinggi) dan interval descending (dari nada tinggi ke nada yang lebih

rendah), maupun dua nada yang dibunyikan bergantian namun tidak mengalami

perpindahan nada atau tetap. Nada yang membentuk interval melodik terdapat

pada instrumen gitar bass, gitar 1 (lead guitar), dan vokal.

a) Interval Gitar Bass

Interval ascending pada gitar bass dalam lagu Kasembahan kagem Gusti

Ratu terdiri dari:

- M2 (sekonde besar atau major second) yaitu nada Bes – C dan F – G,

- m2 (sekonde kecil atau minor second) yaitu nada E – F dan A – Bes,

- M3 (terts besar atau major terza atau major third) yaitu nada C – E, F – A,

dan G – B,

- P4 (kwart murni atau perfect quart atau perfect fourth) yaitu nada G – C,

- A7 (septim augmented atau augmented septime atau augmented seventh)

yaitu nada F – E.

- P8 (oktaf murni atau perfect octave) yaitu nada E – E’.

Page 99: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

80

Interval descending pada gitar bass dalam lagu Kasembahan kagem Gusti

Ratu terdiri dari:

- M2 (sekonde besar atau major second) yaitu nada C – Bes dan G –F,

- m2 (sekonde kecil atau minor second) yaitu nada C – B, F – E dan Bes –

A,

- M3 (terts besar atau major terza atau major third) yaitu nada E – C, A – F,

dan B – G,

- m3 (terts kecil atau minor terza atau minor third) yaitu nada G – E,

- P4 (kwart murni atau perfect quart atau perfect fourth) yaitu nada A – E,

- d5 (kwint diminish atau diminished quint atau diminished fifth) yaitu nada

Bes – E.

Instrumen gitar bass dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu juga

terdapat dua nada yang dibunyikan bergantian dan tidak mengalami perpindahan

nada atau statis, yaitu nada C – C, E – E, F – F, G – G, dan B – B, yang

mempunyai interval P1 (prim murni atau perfect prime atau perfect unison).

b) Interval Gitar 1

Interval ascending pada gitar 1 (lead guitar) dalam lagu Kasembahan

kagem Gusti Ratu terdiri dari:

- M2 (sekonde besar atau major second) yaitu nada C – D, D – E, E – Fis,

dan A – B,

- m2 (sekonde kecil atau minor second) yaitu nada Dis – E, E – F, Fis – G,

dan B – C,

Page 100: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

81

- M3 (terts besar atau major terza atau major third) yaitu nada C – E, F – A,

dan G – B,

- m3 (terts kecil atau minor terza atau minor third) yaitu nada E – G, A – C,

dan B – D,

- P4 (kwart murni atau perfect quart atau perfect fourth) yaitu nada C – F, D

– G, dan B – E,

- A4 (kwart augmented atau augmented quart atau ugmented fourth) yaitu

nada F – B,

- P5 (kwint murni atau perfect quint atau perfect fifth) yaitu nada C – G, E –

B, F – C, dan B – F,

- M6 (sekt besar atau major sext atau major sixth) yaitu nada G – E,

- M7 (septim besar atau major septime atau major seventh) yaitu nada F – E,

- M10 (decim besar atau major decime atau major tenth) yaitu nada C – E’.

Interval descending pada gitar 1 (lead guitar) dalam lagu Kasembahan

kagem Gusti Ratu terdiri dari:

- M2 (sekonde besar atau major second) yaitu nada D – C, E – D, G – F, A

– G, dan B – A,

- m2 (sekonde kecil atau minor second) yaitu nada C – B dan F – E,

- M3 (terts besar atau major terza atau major third) yaitu nada E – C, A – F,

dan B – G,

- m3 (terts kecil atau minor terza atau minor third) yaitu nada C – A, D – B,

dan G – E,

Page 101: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

82

- P4 (kwart murni atau perfect quart atau perfect fourth) yaitu nada D – A,

E – B, F – C, dan G – D,

- A4 (kwart augmented atau augmented quart atau ugmented fourth) yaitu

nada B – F,

- d4 (kwart diminish atau diminished quart atau diminished fourth) yaitu

nada G – Dis,

- M6 (sekt besar atau major sext atau major sixth) yaitu nada E – G.

Selain interval yang telah disebutkan di atas, dalam lagu Kasembahan

kagem Gusti Ratu pada instrumen gitar 1 (lead guitar) juga terdapat dua nada

yang dibunyikan bergantian dan tidak mengalami perpindahan nada atau statis,

yaitu nada C – C, D – D, E – E, G – G, A – A, B – B, yang mempunyai interval

P1 (prim murni atau perrfect prime atau perfect unison).

c) Interval Vokal

Vokal dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu lebih cenderung

memakai nada-nada datar yaitu nada E – E yang mempunyai interval P1 (prim

murni atau perrfect prime atau perfect unison). Selain nada E – E yang sangat

nampak pada vokal tersebut, interval prim murni juga dihasilkan dari gerakan

nada C – C, F – F, dan B – B. Meskipun demikian, diperkirakan vokal dalam lagu

ini juga mengandung beberapa interval yang lain, yaitu:

- Interval ascending berupa interval M2 (sekonde besar atau major second)

terdiri dari nada C – D dan F – G, dan interval m2 (sekonde kecil atau

minor second) yang dihasilkan dari lompatan nada E – F.

Page 102: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

83

- Interval descending berupa interval M2 (sekonde besar atau major second)

yang dihasilkan dari nada G – F, interval m2 (sekonde kecil atau minor

second) dari lompatan nada F – E, dan interval M3 (terts besar atau major

terza atau major third) hasil dari nada E – C.

4) Pola Kadens (Cadence Patterns)

Istilah kadens memiliki banyak arti, salah satunya berasal dari bahasa latin

yaitu cadere yang berarti turun atau terjun, seperti kesan gravitasi dalam urutan

harmonis.52

Dalam arti lain, kadens dapat diartikan sebagai cara untuk mengakhiri

komposisi musik dengan berbagai kombinasi akord, sehingga terasa berakhirnya

sebuah lagu atau sebuah frase lagu.53

Akord adalah paduan beberapa nada yang

dibunyikan bersamaan paling sedikit terdiri dari tiga nada atau tri nada.54

Nama

akord menurut tingkatannya yaitu tonik (I) – supertonik (II) – median (III) – sub

dominan (IV) – dominan (V) – sub median (VI) – leadingtone (VII) – oktaf

(VIII). Berikut beberapa kemungkinan perubahan untuk mengakhiri suatu gerakan

akord dalam kadens antara lain :

1. Authentic cadence (kadens otentik) adalah kadens dengan urutan akord IV

– V – I (sub dominan – dominan – tonik).

2. Imperfect cadence (kadens sementara atau kadens tidak sempurna) adalah

kadens dengan urutan akord I – V (tonik – dominan). Kadens ini

merupakan penyelesaian sementara.

3. Plagal cadence adalah kadens dengan urutan akord IV – I (sub dominan –

tonik).

52Dieter Mack, 138.

53Pono Banoe, 68.

54Pono Banoe, 83.

Page 103: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

84

4. Phrygian cadence adalah kadens dengan urutan akord IV6 – V minor (sub

dominan – dominan minor).55

Kadens dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu terdiri dari gerakan

akord V – IV – III (dominan – sub dominan – median), contohnya terdapat pada

birama ke-25 hingga 27, birama ke-47 hingga 49, dan birama ke-71 hingga 72.

Kadens dengan gerakan akord tersebut merupakan pola kadens non-konvensional

dalam teori musik. Maka dari itu, pola kadens dalam lagu Kasembahan kagem

Gusti Ratu adalah kadens yang tidak lazim. Selain itu, dalam kadens tersebut juga

tidak dapat disebut sebagai gerakan akord, karena hanya terdiri dari dua nada yang

dibunyikan bersamaan, yang kemudian membentuk akord 5 (power chord). Hal

ini yang kemudian menambah keunikan tersendiri dari lagu tersebut.

5) Formula Melodi (Melodic Formulas)

Formula melodi adalah nada-nada yang membentuk melodi. Melodi

sendiri adalah pembentuk rasa musikal pada suatu karya musik, yang di dalamnya

terdapat beberapa formula motif melodi pokok yang membentuknya. Motif adalah

unit terkecil dari suatu melodi, yang terdiri dari tiga nada atau lebih yang menjadi

ide pembentukan melodi.

Dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu formula melodi dibentuk dari

instrumen gitar 1 (lead guitar) dan vokal. Namun dalam analisa formula melodi

ini, hanya fokus menganalisa formula melodi yang dibentuk dari instrumen gitar

1, karena wilayah nada-nadanya jelas dan dapat ditentukan, daripada nada-nada

yang terdapat pada vokal. Berikut adalah motif-motif melodi pada gitar 1:

55

Dieter Mack, 138. Pono Banoe 68.

Page 104: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

85

- Motif melodi 1:

Motif melodi 1 pada gitar 1 tersebut, dalam lagu Kasembahan kagem

Gusti Ratu terdapat pada birama 69, 72, 75, 78, 143, 146, 149, dan 152. Dari

motif tersebut (contoh birama 69), kemudian terjadi pengembangan motif

pemerkecilan interval (diminuation of the ambitus) pada birama selanjutnya

(contoh birama 70), kemudian terjadi variasi motif berupa isian pada birama

selanjutnya (contoh birama 71). Berikut adalah notasi yang dimaksud (contoh

birama 70 dan 71) :

Motif 1 dan pengembangannya tersebut kemudian membentuk frase. Dari frase

tersebut kemudian terjadi pengulangan harafiah pada frase selanjutnya (contoh

birama ke-72 hingga 74). Berikut adalah notasi yang dimaksud:

Dari dua frase tersebut (contoh birama ke-69 hingga 74) akan membentuk sebuah

kalimat sebagai berikut:

Page 105: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

86

- Motif melodi 2:

Motif melodi 2 pada gitar 1 seperti yang terlihat di atas, dalam lagu

Kasembahan kagem Gusti Ratu terdapat pada birama 81 (kecuali ketukan

terakhir). Kemudian dari motif tersebut terjadi pengembangan motif berupa isian

pada birama 81 (ketukan terakhir) hingga birama 84 (ketukan pertama). Berikut

adalah notasi yang dimaksud:

Dari motif melodi 2 dan pengembangannya tersebut, kemudian akan membentuk

frase 1. Berikut adalah frase yang dimaksud:

- Motif melodi 3:

Motif melodi 3 pada gitar 1 seperti yang terlihat di atas, dalam lagu

Kasembahan kagem Gusti Ratu terdapat pada birama 84. Dari motif tersebut,

kemudian terjadi pengembangan motif berupa sekuens naik pada birama 85 dan

86 sebagai berikut:

Page 106: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

87

Dari motif melodi 3 dan pengembangannya tersebut, kemudian akan membentuk

frase 2. Berikut adalah frase yang dimaksud:

- Motif melodi 4:

Motif melodi 4 pada gitar 1 seperti yang terlihat di atas, dalam lagu

Kasembahan kagem Gusti Ratu terdapat pada birama 87. Dari motif tersebut,

kemudian terjadi pengembangan motif berupa sekuens turun pada birama 88 dan

89 sebagai berikut:

Dari motif melodi 4 dan pengembangannya tersebut, kemudian akan membentuk

frase 3. Berikut adalah frase yang dimaksud:

Page 107: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

88

- Motif melodi 5:

Motif melodi 5 pada gitar 1 seperti yang terlihat di atas, dalam lagu

Kasembahan kagem Gusti Ratu terdapat pada birama 90 dan 91 (dua ketukan

pertama). Dari motif tersebut, kemudian terjadi pengembangan motif berupa isian

pada birama 91 (ketukan keempat) hingga birama 94. Berikut adalah notasi yang

dimaksud:

Dari motif melodi 4 dan pengembangannya tersebut, kemudian akan membentuk

frase 4 sebagai berikut:

Penggabungan frase 1 hingga 4 tersebut akan membentuk sebuah kalimat

(birama ke-81 hingga 94). Kalimat ini adalah bagian melodi gitar (solo gitar) dari

lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu. Melodi gitar dalam lagu Kasembahan

kagem Gusti Ratu terdapat pada birama ke-81 hingga 94 sebagai berikut:

Page 108: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

89

6) Kontur (Contour)

Kontur biasanya ditandai dengan menarik atau menggambar garis untuk

melihat sebuah alur melodi atau perjalanan melodi sebuah komposisi musik. Ada

beberapa jenis kontur antara lain:

1. Ascending, yaitu garis melodi yang sifatnya naik dari nada rendah ke nada

yang lebih tinggi.

2. Descending, yaitu garis melodi yang sifatnya turun dari nada yang tinggi

ke nada yang lebih rendah.

3. Pendulous, yaitu garis melodi yang sifatnya melengkung dari nada yang

rendah ke nada yang tinggi, kemudian kembali ke nada yang rendah. Atau

sebaliknya dari nada yang tinggi ke nada yang lebih rendah kemudian

kembali ke nada yang lebih tinggi.

4. Teracced, yaitu garis melodi yang sifatnya berjenjang seperti anak tangga

dari nada yang rendah ke nada yang lebih tinggi, kemudian sejajar.

5. Statis, yaitu garis melodi yang sifatnya tetap.56

Untuk mengetahui kontur melodi dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu

dapat dilihat melalui alur melodi pada vokal dan instrumen gitar 1 (lead guitar).

56

William P. Malm, Music Cultures of the Pacific, the Near East, and Asia (New Jersey:

Prentice Hall, Englewood Cliffs, 1977), 76.

Page 109: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

90

a) Kontur Melodi Vokal

Jenis kontur pada notasi di atas merupakan jenis kontur statis, yaitu garis

melodi yang sifatnya tetap atau datar, seperti yang terlihat pada salah satu contoh

penggalan notasi vokal dari birama ke-69 hingga 82.

b) Kontur Melodi Gitar 1

- Kontur melodi 1:

Jenis kontur pada notasi di atas (birama ke-69 hingga 71) merupakan jenis

kontur pendulous, yaitu garis melodi yang sifatnya melengkung dari nada rendah

ke nada yang yang lebih tinggi, kemudian kembali ke nada rendah.

- Kontur melodi 2:

Page 110: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

91

Notasi tersebut terdapat pada birama ke-81 hingga 89. Kontur melodi

tersebut menunjukkan jenis kontur pendulous, yaitu garis melodi yang sifatnya

melengkung dari nada yang rendah ke nada yang tinggi, kemudian kembali ke

nada rendah.

- Kontur melodi 3:

Notasi di atas terdapat pada birama ke-90 hingga 94, merupakan lanjutan

dari birama sebelumnya. Kontur melodi di atas menunjukkan jenis kontur

teracced, yaitu garis melodi yang sifatnya berjenjang seperti anak tangga dari

nada yang rendah ke nada yang lebih tinggi, kemudian sejajar.

Page 111: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Aliran musik Black Metal yang lahir di Eropa pada awal 1980-an telah

mengalami perjalanannya yang panjang ke seluruh dunia, hingga salah satunya di

Indonesia. Banyak band beraliran musik Black Metal di Jawa berusaha

memadukan budaya Jawa ke dalam aliran musik Black Metal, baik dalam aspek

musikal dan non-musikal. Ide pencampuran ini digagas oleh band Makam asal

Surakarta sebagai salah satu pelopor Black Metal di Indonesia, yang lahir pada

tahun 1995. Kemudian Santet yang lahir pada tahun 1997 asal Purwokerto,

mempertegas dengan menyatakan dirinya beraliran musik Javanese Black Metal.

Penamaan istilah aliran musik Javanese Black Metal ini menunjukkan adanya

nuansa Jawa dalam musik Black Metal. Adapun beberapa band Black Metal yang

juga melakukan hal serupa (memadukan budaya Jawa ke dalam musik Black

Metal), tidak memproklamirkan diri sebagai pengusung aliran musik Javanese

Black Metal. Dari sekian banyak band yang ada, salah satunya adalah band

Bathang Mayit.

Bathang Mayit adalah band asal Borobudur Kabupaten Magelang Jawa

Tengah yang berdiri pada tahun 2007. Kejawaan band Bathang Mayit dalam

aspek musikal dan non-musikal tampak dalam beberapa unsur, di antaranya yaitu:

(1) unsur sistem teknologi dan peralatan berupa penggunaan surjan lurik sebagai

kostum, (2) unsur sistem religi berupa penggunaan sesajen sebagai properti

Page 112: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

93

panggung, (3) unsur bahasa berupa penggunaan bahasa Jawa dalam lirik lagunya,

dan (4) unsur kesenian berupa penggunaan tangga nada pentatonis yang

mengadaptasi laras pelog, penempelan potongan lagon instrumental gender dan

rebab ke dalam salah satu lagunya yang berjudul Kasembahan kagem Gusti Ratu,

dan penggunaan saron yang difungsikan tidak hanya sebagai alat musik namun

sebagai properti panggung. Meskipun demikian, unsur-unsur seperti bahasa,

kesenian, sistem religi, dan sistem teknologi dan peralatan tersebut, ditujukan

sebagai hasil dari karya seni yang merupakan keperluan dari unsur kesenian saja.

Pencampuran budaya Jawa ke dalam musik Black Metal yang dilakukan

oleh band Bathang Mayit secara eksplisit terlihat sebagai pelestarian budaya

Jawa, namun sesungguhnya akan melahirkan budaya Jawa yang baru. Kekurang

pahaman makna simbol yang mereka gunakan salah satunya terlihat pada

pemakaian surjan sebagai kostum, bahwa surjan mengandung makna filosofis

keislaman yang akan menimbulkan kontradiksi terhadap tema aliran musik Black

Metal yang mengidentifikasi dirinya sebagai satanis, okultis, dan paganis.

Penggunaan sesajen yang terkesan mistis dan horor, yang hanya berfungsi sebagai

properti panggung, merupakan bagian dari keperluan publisitas yang hanya

sekedar gimmick. Upaya ini tidak lain hanya sebagai upaya pengidentitasan

kejawaan mereka, sebagai band Black Metal yang berusaha mencari ciri khas di

antara band Black Metal di seluruh dunia.

Page 113: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

94

B. Saran

Apa yang dilakukan oleh band yang mengaku beraliran musik Javanese

Black Metal atau pun band yang tetap mengaku mengusung aliran musik Black

Metal dengan mencampurkan budaya Jawa ke dalam aspek musikal dan non-

musikalnya, sangat dimungkinkan akan terus dilakukan dengan segala

perkembangan kreatifitas para pelakukunya. Hal ini merupakan upaya yang sangat

menarik dan perlu dihargai untuk memunculkan potensi-potensi lokal Indonesia

ke dalam peta global. Namun seyogyanya diimbangi dengan pengetahuan yang

cukup terhadap budaya lokal yang akan diangkat, agar mampu menghasilkan

karya yang dapat dipertanggungjawabkan.

Penelitian ini pada dasarnya masih sangat terbatas dengan kasus yang

hanya meliputi satu band saja, sehingga kesimpulan yang dibuat masih bersifat

sementara. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan menyangkut

permasalahan serupa, agar data yang diperoleh dapat digunakan untuk membuat

generalisasi. Selain itu, fenomena aliran musik Javanese Black Metal dan

berbagai aliran musik Metal ekstrem di komunitas-komunitas Metal Underground

di Indonesia merupakan area kajian yang menarik untuk dipelajari lebih jauh oleh

peneliti dari berbagai disiplin ilmu, dimana literatur terhadap musik Metal di

Indonesia juga masih sangat terbatas. Literatur-literatur tersebut nantinya,

seyogyanya tidak hanya berada di dalam perpustakaan dan berhenti untuk

diinformasikan kepada khalayak umum, khususnya para pelaku dan penikmat

musik Metal di Indonesia. Dengan demikian literatur-literatur tersebut mampu

menstimulus karya-karya para pelaku selanjutnya.

Page 114: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

KEPUSTAKAAN

Sumber Tercetak

Banoe, Pono. 2003. Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius.

Condronegoro, Mari S. 1995. Busana Adat Kraton Yogyakarta (1877-1937) :

Makna dan Fungsi Dalam Berbagai Upacara. Yogyakarta: Yayasan

Pustaka Nusatama.

Denzim, Noorman K. dan Yvonna S. Lincoln (ed). 2009. Hanbook of Qualitative

Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Endraswara, Suwardi. 2006. Mistik Kejawen: Sinkretisme, Simbolisme, dan

Sufisme dalam Budaya Spiritual Jawa, Edisi Revisi. Yogyakarta: Narasi.

Geertz, Clifford. 2014. Agama Jawa : Abangan, Santri, Priyayi dalam

Kebudayaan Jawa, Terj. Aswab Mahasin dan Bur Rasuanto. Depok:

Komunitas Bambu.

Giri MC, Wahyana. 2010. Sajen dan Ritual Orang Jawa. Yogyakarta: Penerbit

Narasi.

Herusatoto, Budiono. 2008. Simbolisme Jawa. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Jones, George Thaddeus. 1974. Music Theory. New York, Hagerstown, San

Fransisco, London: Barnes & Noble.

Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan, Mentalitet, dan Pembangunan. Jakarta: P.T.

Gramedia.

______________. 1994. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.

Mack, Dieter. 1995. Ilmu Melodi. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.

Malm, William P.. 1977. Music Cultures of the Pacific, the Near East, and Asia.

New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs.

Nettl, Bruno. 2012. Teori dan Metode dalam Etnomusikologi, Terj. Nathalian

H.P.D. Putra. Jayapura: Jayapura Center of Music.

Philips, William dan Brian Cogan. 2009. Encyclopedia of Heavy Metal Music.

Amerika Serikat: Greenwood Publishing Press.

Prier SJ, Karl-Elmund. 1996. Ilmu Bentuk Musik. Yogyakarta: Pusat Musik

Liturgi.

Page 115: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

96

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan

Nasional.

Susanto, Mikke. 2011. Diksi Rupa : Kumpulan Istilah dan Gerakan Seni Rupa.

Edisi Revisi. Yogyakarta: DictiArt Lab.

Suyono, Capt. R. P.. 2007. Dunia Mistik Orang Jawa: Roh, Ritual, Benda Magis.

Yogyakarta: Lkis.

Wan Seng, Ann. 2007. “Rahasia Black Metal. Membongkar Kesesatan, Kejahatan

& Kegilaan Pemuja Syaitan!”, dalam Ed. Tim MQ Publishing,

Membongkar Kesesatan Black Metal. Bandung: MQ Publishing.

Wenstein, Deena. 2010. Heavy Metal: The Music and Its Subcultures. Cambridge:

Da Capo Press.

Sumber Tidak Tercetak

I Wayan Senen, I Nyoman Cau Arsana, Cepi Irawan, Budi Raharja, Sunaryo,

Krismus Purba, Haryanto, Joko Tri Laksono. 2015. “Pedoman Penulisan

Tugas Akhir Kompetensi Pengkajian dan Penciptaan Musik Etnis. Edisi

Revisi”, Program Studi S-1 Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan

Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Kalabintalu, Usman. 2014. “Vorstendom”, Katalog pameran artwork Black Metal

Kedjawen Pagan Front Bentara Budaya Balai Soedjatmoko.

Narendara, Yuka Dian. 2012. “Setan” Bukan “Satan”. Mengintepretasikan

“Satan” dalam Black Metal dan Death Metal Indonesia”, dalam Prossiding

the 4th International Conference on Indonesian Studies: “Unity, Diversity

and Future”. Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas

Indonesia.

Sumber Tesis dan Skripsi

Anggoro, Albertus Rusputranto Ponco. 2013. “Retorika Visual pada Praktik

Representasi Hantu sebagai Simbol Identitas Komunitas Musik

Underground di Kota Surakarta”, Tesis untuk menempuh derajat Sarjana

S-2 pada Program Magister Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata

Dharma.

Page 116: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

97

Fachruddin, Widardiyanto Kurnia. 2014. “Drama Pencitraan Black Metal dalam

Konser, Produk Visual dan Jejaring Sosial (Studi Kasus pada Kelompok

Musik Bandoso)”, Skripsi untuk menempuh derajat Sarjana S-1 Program

Studi Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia

Surakarta.

Fridh, Sana. 2010. “Satan: The Perfect Man, A Symbol and Gender Analysis of

Satanism in Black Metal”, Tesis untuk menempuh derajat Sarjana S-2

pada Program Social Anthropology University of Gothenberg.

Kristiyani, Endarwati. 2013. “Makna Ritual dalam Aliran Musik Band

Siramandalem Legion (Studi Komunitas Blackmetal di Kabupaten

Boyolali)”, Skripsi untuk menempuh derajat Sarjana S-1 pada Program

Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi Universitas

Kristen Satya Wacana.

Nugroho, Yudhistira Ardi. 2006. “Busana dalam Lingkup Kelompok “punk”,

“reggae”, dan “black metal” di Surakarta”, Skripsi untuk menempuh

derajat Sarjana S-1 Jurusan Kriya Seni/Tekstil Fakultas Sastra dan Seni

Rupa Universitas Sebelas Maret.

Utomo, Bagus Tri Wahayu. 2014. “Etnografi Black Metal Jawa (Studi Kasus

Kelompok Musik Makam Surakarta)”, Skripsi untuk menempuh derajat

Sarjana S-1 pada Program Studi Etnomusikologi Fakultas Seni

Pertunjukan Institut Seni Indonesia Surakarta.

Yusoff, Syammil Izuddin Bin Mohamed. 2010. “Fatwa Mufti Kerajaan Malaysia

Tentang Aliran Black Metal”, Skripsi untuk menempuh derajat Sarjana S-1

pada Program Studi Jinayah Siyasah Fakultas Syari’ah dan Hukum

Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah.

Sumber Internet

10 Kasus Kejahatan Terparah Yang Pernah Dilakukan Musisi Black Metal.

http://area-frontal.com/10-kasus-kejahatan-terparah-yang-pernah-

dilakukan-musisi-black-metal-part-i/. Akses tanggal 5 Juni 2015.

Arti Lambang Baphomet. http://fadli-posthardcore.blogspot.com/2011/10/arti-

lambang-baphomet.html. Akses tanggal 26 Mei 2015.

Black Metal. http://metalisir.forumotion.net/t9-black-metal. Akses tanggal 17

September 2014.

Black Sabbath. http://en.wikipedia.org/wiki/Black_Sabbath. Akses tanggal 3 Juni

2015.

Page 117: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

98

Darkthrone. http://up3x.net/darkthrone. Akses tanggal 4 Juni 2015.

Dibalik Sejarah Corpse Paint di Dunia Musik Underground.

http://konterkultur.com/dibalik-sejarah-corpse-paint-di-dunia-musik-

underground/. Akses tanggal 4 Juni 2015.

Handoko, Kinting. Tata Busana Panatacara Gaya Yogyakarta.

http://pariwisata.jogjakota.go.id/index/extra.detail/2244. Akses tanggal 23

April 2015.

http://aliefadam.blogspot.com/2011/03/pamflet-killer-in-street-borobudur.html.

Unduh bulan Desember 2014.

http://bathangmayitgothicviolence.blogspot.com/2008/02/bathang-mayit.html.

Akses tanggal 3 Desember 2014.

http://cimanggisextremmedia.blogspot.com/2010/05/purworejo-gogrog-6.html.

Unduh bulan Desember 2014.

http://dispersal-blustery.blogspot.com/2012/04/borobudur-total-bising-4.html.

Unduh Desember 2014.

http://indometalzine.blogspot.com/2013/09/erase-all-racism-magelang.html.

Unduh bulan Desember 2014.

http://noisevoices.blogspot.com/2013_07_01_archive.html. Unduh bulan

Desember 2014.

http://pamfleteventmetal.blogspot.com/2011/10/borobudur-total-bising-3.html.

Unduh bulan Desember 2014.

http://sakietdjiwa.blogspot.com/2011/06/hellscum-community-present-

semarang.html. Unduh bulan Desember 2014.

http://www.acara-acara.com/events/801#.VH4iTzGsUbh. Unduh bulan Desember

2014.

http://www.reverbnation.com/bathangmayit. Unduh tanggal 29 Agustus 2014.

http://www.spirit-of-metal.com/index-l-en.html. Akses tanggal 12 September

2014.

https://commons.wikimedia.org. Akses tanggal 26 Mei 2015.

https://www.facebook.com/fadli.binasah/media_set?set=a.1225916742789.27620.

1675155251&type=3. Akses tanggal 4 Juni 2015.

Page 118: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

99

https://www.facebook.com/pages/Bathang-Mayit-Javanese-Black-

metal/177284209372?sk=info&tab=page_info. Akses tanggal 29

Desember 2014.

https://www.facebook.com/photo.php?fbid=525583284129691&set=pb.10000034

0734332.-2207520000.1437918452.&type=3&theater. Akses tanggal 26

Juli 2014.

https://www.facebook.com/photo.php?fbid=748205988534085&set=pb.10000034

0734332.-2207520000.1437918452.&type=3&theater. Akses tanggal 26

Juli 2014.

https://www.facebook.com/SANTETtrueJavaneseBlackMetal/timeline. Akses

tanggal 20 Desember 2014.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). http://kbbi.web.id/. Akses bulan

September 2014 – Juli 2015.

Palm Mute. https://en.wikipedia.org/wiki/Palm_mute. Akses tanggal 16 Juni

2015.

Pengageman Takwa lan Pranakan.

http://tedjatirta.blogspot.com/2009/11/pengageman-takwa-lan-

pranakan.html. Akses tanggal 23 April 2015.

Periodesasi Sejarah Musik Rock Indonesia.

http://belajarsejarah.tumblr.com/post/74258125271/periodisasi-sejarah-

musik-rock-indonesia. Akses tanggal 3 Juni 2015.

Sartono. Makna Baju Surjan dan Pranakan. http://tembi.net/yogyakarta-

yogyamu/makna-baju-surjan-dan-pranakan-1. Akses tanggal 23 April

2015.

Sejarah Black Metal. http://dzaoent.blogspot.com/p/sejarah-black-metal.html.

Akses tanggal 24 Desember 2014.

Sejarah Musik Rock Indonesia. http://www.ipangrock.com/sejarah-musik-rock-

indonesia.html. Akses tanggal 3 Juni 2015.

Setanisme. http://id.wikipedia.org/wiki/Setanisme. Akses tanggal 26 Mei 2015.

Surjan dan Tradisi Luhur Bangsa Kita. http://jogjareview.net/istimewa/surjan-

dan-tradisi-luhur-bangsa-kita/. Akses tanggal 23 April 2015.

Sweep-picking. https://en.wikipedia.org/wiki/Sweep-picking. Akses tanggal 16

Juni 2015.

Page 119: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

100

Zakky, Mokhammad. Sejarah Musik Heavy Metal dan Jenis Alirannya.

http://museummusik.blogspot.com/2014/05/sejarah-musik-metal.html.

Akses tanggal 3 Juni 2015.

Sumber Facebook Fans Page

Azab:

https://www.facebook.com/pages/AZAB-Javanese-Black-Metal-

/235491799837940?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014.

Bathang Mayit:

https://www.facebook.com/pages/Bathang-Mayit-Javanese-Black-

metal/177284209372?ref=br_rs. Akses tanggal 29 Agustus 2014.

Bolopati:

https://web.facebook.com/pages/Bolopati/1415948545309627?ref=br_rs. Akses

tanggal 4 Juni 2015.

Bondowoso:

https://www.facebook.com/pages/Bondowoso-Comal-JavaneseBlack-Metal-

/103885326377739?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014.

Brhobosan:

https://www.facebook.com/brhobosan?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014.

Condromowo:

https://web.facebook.com/CONDROMOWO.Javanesse.Black.Metal. Akses

tanggal 4 Juni 2015.

Jolo Sukmo:

https://www.facebook.com/pages/JOLO-SUKMO/291090904343270?fref=ts.

Akses tanggal 20 Desember 2014.

Kamar Mayat:

https://www.facebook.com/pages/Kamar-Mayat-

Gothicmetal/145901512134173?ref=ts&fref=ts. Akses tanggal 20

Desember 2014.

Karasan Wingit:

https://www.facebook.com/KarasanWingitJavaneseblackmetal?fref=ts. Akses

tanggal 20 Desember 2014.

Kembang Mayat:

https://www.facebook.com/pages/Kembang-Mayat-Madiun-Javanese-Black-

Metal/222112231271516?ref=br_rs. Akses tanggal 20 Desember 2014.

Page 120: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

101

Kepaten:

https://web.facebook.com/KEPATEN.JavaneseBlackMetal. Akses tanggal 4 Juni

2015.

Kodrat Bergowong:

https://www.facebook.com/KodratBergowongTrenggalekJavaneseGothicBlackMe

tal?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014.

Mayonggo Seto:

https://www.facebook.com/pages/Mayonggo-Seto/370988376267000?fref=ts.

Akses tanggal 20 Desember 2014.

Mbahurekso:

https://www.facebook.com/pages/Mbahurekso-Javanese-Blackmetal-

/244740315628209?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014.

Mendiang Romo:

https://web.facebook.com/pages/MENDIANG-

ROMO/238853006171773?ref=br_rs. Akses tanggal 20 Desember 2014.

Pandhowo:

https://www.facebook.com/pages/Pandhowo/135802279827877?fref=ts. Akses

tanggal 20 Desember 2014.

Parewangan:

https://web.facebook.com/pages/Parewangan-Javanese-Black-

Metal/354977794587622?ref=br_rs. Akses tanggal 4 Juni 2015.

Patigeni:

https://www.facebook.com/patigeni666?ref=ts&fref=ts. Akses tanggal 20

Desember 2014.

Patigeni 666:

https://www.facebook.com/pages/PATIGENI-666/255221847143?fref=ts. Akses

tanggal 20 Desember 2014.

Pesanggahan Sakral:

https://www.facebook.com/pages/PESANGGRAHAN-

SAKRAL/202188839799958. Akses tanggal 20 Desember 2014.

Santet:

https://web.facebook.com/SANTETtrueJavaneseBlackMetal?fref=ts. Akses

tanggal 20 Desember 2014.

Page 121: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

102

Sarcophagus:

https://www.facebook.com/pages/SARCOPHAGUS-Extreme-javanese-Black-

Metal-/176307125789319?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014.

Sedho:

https://www.facebook.com/pages/SEDHO-extreme-javanese-black-

metal/200735289997972?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014.

Semi Mortuus:

https://www.facebook.com/pages/SemiMortuus-Surabaya-Javanese-Black-

Metal/145003678946889?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014.

Siramandalem Legion:

https://www.facebook.com/pages/Siramandalem-

Legion/287042917992678?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014.

Sukmo Sirno:

https://www.facebook.com/P.S.N.B.S?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014.

Tahlilan:

https://www.facebook.com/pages/TAHLILAN/247521171999549?fref=ts. Akses

tanggal 20 Desember 2014.

Sumber Film

Aaron Aites dan Audrey Ewell. 2009. Until The Light Takes Us. Amerika Serikat:

Artists Public Domain, Field Pictures, The Group Entertainment.

Page 122: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

103

DAFTAR NARA SUMBER

Fadly Aditya Benhard (alias Gambaz), 24 tahun, pendiri/vokalis/penabuh saron

band Bathang Mayit, pekerja pariwisata dan pelayaran, Jalan Syailendra

Raya No. 50 Jayan Borobudur Magelang, Jawa Tengah.

Sena Sigit, 24 tahun, gitaris/bassis sesi rekaman/arranger band Bathang Mayit,

musisi dan teknisi audio rekaman, Senden Bumiharjo Borobudur

Magelang, Jawa Tengah.

Rahma Hilda Amonnisa, 24 tahun, manajer band Bathang Mayit, Jalan Dieng

Desa Kepakisan RT/RW 02/04 Batur Banjarnegara, Jawa Tengah.

DISKOGRAFI

Kasembahan kagem Gusti Ratu, Bathang Mayit, album kompilasi acara

Wonosobo Hellfest IV (Tak Entengke Patiku Tinimbang Aku Kalah),

Wonosobo: Wonosobo Underground Society “Undergrind Merch”, 2013.

Page 123: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

104

GLOSARIUM

additional player : pemain tambahan untuk melengkapi kebutuhan

formasi pada kelompok musik atau band

agami Jawi : menurut Koentjaraningrat adalah penyebutan untuk

agama Islam sinkretis, yang menyatukan unsur-

unsur pra-Hindu, Hindu, dan Islam

amplifier unit elektronik penguat suara dari instrumen

elektrik

Arranger : aransir, penggubah aransemen lagu atau musik

baju pranakan : baju surjan yang khusus digunakan oleh abdi dalem

Keraton Yogyakarta, berbahan lurik dengan garis-

garis berwarna biru tua

Band : kelompok musik atau satuan musik. Formasi band

pada musik Metal umum terdiri dari vokal, gitar,

gitar bass, drum, dan keyboard. Adapun beberapa

band yang menambahkan istrumen perkusi,

turntables, instrumen tiup logam, dan saxophone,

sesuai dengan kebutuhan band itu sendiri. Istilah

lain yaitu, combo band adalah band unit kecil

blog : situs web yang berisi tulisan, artikel atau informasi

bermanfaat yang di-update (diperbaharui) secara

teratur dan dapat diakses secara online baik untuk

umum maupun pribadi

Brutal Death Metal : sub aliran musik dari Heavy Metal, perkembangan

aliran musik Death Metal dengan tempo yang lebih

cepat

chordophone : golongan alat musik yang sumber bunyinya

dihasilkan dari getaran dawai atau senar

corpsepaint : gaya riasan wajah (make-up) untuk memutihkan

wajah agar terlihat seperti mayat atau setan, yang

umum dilakukan oleh band-band Black Metal

costum : dibuat menurut pesanan pribadi

Death Metal : sub aliran musik dari Heavy Metal yang

berkembang dari Trash Metal pada awal 1980-an.

Beberapa ciri khasnya lirik lagu bertemakan

kekerasan atau kematian, stem gitar rendah

(downtuned rhythm guitars), tempo drum yang

cepat, dan intensitas dinamis, vokal biasa

dinyanyikan dengan gerutuan (death grunt),

geraman garau (guttural growl), atau geraman maut

(death growl)

Doom Metal : sub aliran musik Heavy Metal yang sangat khas,

mempunyai tempo yang sangat lamban, stem gitar

yang rendah, dan suara gitar lebih tebal atau lebih

berat dari suara aliran Metal yang lainnya. Musik

Page 124: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

105

dan lirik cenderung menimbulkan perasaan putus

asa, rasa takut, dan berharap akan terjadinya ajal

atau malapetaka

double bass drum pedal : drum bass dengan pedal ganda, digunakan pada

musik-musik Metal

downstroke : teknik memetik senar menggunakan pick dengan

pukulan ke bawah

facebook fans page : sebuah halaman khusus layaknya blog yang

menyediakan informasi yang beragam sesuai

dengan keinginan pemiliknya, mulai dari

perusahaan, pendidikan, layanan, produk fisik,

artis, komunitas, dan masih banyak lainnya.

Facebook adalah nama jejaring atau media sosial

dalam dunia internet

gimmick : tiruan, bohongan

Glam Rock : sub aliran musik Rock pasca-hippies berasal dari

Britania Raya pada awal tahun 1970-an. Penyanyi

dan pemusiknya memakai pakaian, rias wajah, dan

model rambut yang serba gemerlap, serta

mengenakan sepatu bot berhak tinggi

Gothic Metal : sub aliran musik Heavy Metal yang mempunyai

konsep lagu yang bercerita tentang kegelapan,

pagan, kemuraman, dan sebagainya. Biasanya

kelompok-kelompok aliran musik ini menggunakan

dua vokalis (wanita dan pria). Vokalis wanita

menggunakan karakter suara sopran, serta vokalis

pria biasanya menggunakan karakter vokal scream

dan shrieking

Grindcore : sub aliran musik Heavy Metal yang muncul pada

awal hingga pertengahan 1980-an. Musik ini adalah

gabungan dari beberapa musik ekstrem seperti

Death Metal dan beberapa variasi Hardcore Punk

growl : teknik vokal dengan geraman pada musik Death

Metal

headbanging : gerakan mengayun-ayunkan atau mengangguk-

anggukkan kepala saat menikmati musik Metal

Heavy Metal : suatu jenis aliran musik Metal yang muncul pada

tahun 1970-an dipelopori oleh Black Sabbath, band

asal Inggris

lagon : sekadar lagu yang diucapkan dalang guna mencari

keseimbangan nada, untuk membangun suasana

pada pathet. Lagon adalah istilah karawitan gaya

Yogyakarta, pathetan istilah karawitan gaya

Surakarta.

lead guitar : gitar yang menonjol, memainkan melodi

lelembut : makhuk halus

Page 125: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

106

live : secara langsung

membranophone : golongan alat musik yang sumber bunyinya

dihasilkan dari membran atau selaput kulit

merchandise : barang dagangan, souvenir

Metal : jenis musik keras melebihi karakter Rock

Metalheads : penikmat atau penggemar musik Metal

metronome : alat pengukur kecepatan tempo

nembang : bernyanyi, identik dengan teknik vokal karawitan

Jawa

Nordik : kepercayaan masyarakat Eropa Utara (negara

Denmark, Norwegia, Islandia, dan Swedia)

sebelum kedatangan agama Kristen

okultisme : kepercayaan kepada kekuatan gaib yang dapat

dikuasai manusia, kajian tentang kekuatan gaib

paganisme : perihal (keadaan) tidak beragama, paham pada

masa sebelum adanya (datangnya, masuknya)

agama (Kristen, Islam, dan sebagainya)

palm muting : teknik bermain gitar untuk meredam getaran yang

dihasilkan oleh senar dengan menggunakan sisi

telapak tangan kanan

pathet : susunan nada dalam suatu laras yang dapat

menimbulkan nuansa tertentu, istilah dalam

karawitan Jawa

picking cara memetik senar pada gitar menggunakan pick

(alat pemetik senar)

pocongan : hantu pocong, hantu dengan wujud manusia

terbungkus kain kavan layaknya orang meninggal

(jenazah) dalam agama Islam

power chord : akord yang hanya terdiri dari dua nada yaitu nada

pertama atau nada dasar (tonika) dan nada kelima

(dominan)

recording : rekaman, merekam audio

reverbnation : salah satu situs di dunia internet yang bisa

menampung data audio, dan biasanya digunakan

untuk kegiatan promosi karya musik

rhythm guitar : gitar pengiring

Rock : jenis karakter musik keras yang menghentak-

hentak, berkembang dari aliran musik Rock „n Roll

dan juga terpengaruh oleh musik Blues

rocker : penikmat atau penggemar musik Rock

rockstar : musisi atau bintang musik Rock yang sangat

dikagumi

satanisme : aliran kepercayaan yang menjadi pengikut atau

penyembah setan. Mereka menolak agama dan

biasanya dalam ajarannya melaksanakan hal-hal

yang mengandung kontradiksi dengan agama

Page 126: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

107

scene : suatu tempat atau kehidupan (menunjukkan

komunitas dalam wilayah yang lebih luas)

scream : jenis teknik vokal berteriak yang umum dipakai

dalam aliran musik Black Metal

selametan : sesajen yang dipersembahkan untuk Tuhan, yang

ditinggikan derajatnya

shrieking : teknik vokal dengan cara menjerit terdapat pada

jenis musik Metal atau Rock

sound control : perangkat sistem suara untuk mengontrol suara dari

permainan musik, biasanya berada di depan pemain

spike : asesoris yang dibuat dari kulit imitasi yang

ditanami logam-logam runcing. Asesoris tersebut di

antaranya dipakai pada pergelangan tangan dan

digunakan juga sebagai ikat pinggang

sweep picking : teknik bermain gitar dimana cara memetik senarnya

(menggunakan pick) dengan gerakan menyapu

Trash Metal : sub aliran musik/perkembangan dari Heavy Metal

yang muncul pada tahun 1980-an

underground : sebuah sistem yang menganut konsep “bawah

tanah”, biasanya pergerakannya secara sembunyi-

sembunyi, dan hanya lingkup komunitas saja

Page 127: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

108

LAMPIRAN

Manajer dan personil band Bathang Mayit

(Foto facebook Hilda)

Penulis bersama personil dan manajer band Bathang Mayit seusai wawancara

(Foto Adib Yayuda, 26 November 2014)

Unit komputer yang digunakan untuk rekaman (recording) band Bathang Mayit

(Foto Julian Meru Mastodon, 11 Desember 2014)

Page 128: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

109

Beberapa poster acara yang pernah diikuti oleh band Bathang Mayit

(Foto dikumpulkan dari berbagai sumber)

Kaus produksi band Bathang Mayit dengan tulisan aksara Jawa

(Foto facebook Hilda)

Page 129: Skripsi Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang)

Biodata Penulis - Nama lengkap : Julian Meru Mastodon - Jenis kelamin : Laki-laki - Tempat dan tanggal lahir : Yogyakarta, 27 Juli 1987 - Alamat : Perumahan Kasongan Permai, Jalan Yudhistira No. C 26,

Pendowoharjo Sewon Bantul Yogyakarta, Kode Pos 55185 - Nomer HP : +6285643503688 - Email : [email protected] / [email protected] - Facebook : Julian Meru Mastodon: [email protected]

Ki Cemeng: [email protected] - Pekerjaan : Musisi, penata musik, pengamat musik

Riwayat Pendidikan

- SD PIRI Nitikan, Yogyakarta (1994-1995) - SD Negeri Nogosari, Jetis Bantul (1995-2000) - SMP Negeri 10 Yogyakarta (2000-2004) - SMK Negeri 2 Kasihan Bantul (Sekolah Menengah Musik Yogyakarta), mayor Contra

Bass (2004-2005), mayor Cello (2005-2006) - SMA Budi Luhur, Yogyakarta (2006-2007) - Program Studi S-1 Etnomusikologi Jurusan Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan

(FSP) Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta (2008-2015)