Skripsi Ahmad Frio 1-3

88
SKRIPSI-PJKR-FKIP-2014 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun skripsi dengan judul Hubungan Kecepatan Reaksi kaki Dan Panjang Tungkai Terhadap Hasil Lompat Jauh Gaya Jongkok Pada Siswa SMP N 2 CILAKU. Adapun penyusunan proposal skripsi ini dilakukan Sebagai Salah Satu Syarat Penyusunan Skripsi Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) Pada Program S1 di Universitas Suryakancana Cianjur (UNSUR) dan selanjutnya proposal ini sebagai pertimbangan pihak terkait untuk dilanjutkan kebentuk skripsi. Penulis menyadari akan kekurangan dalam penyusunan proposal skripsi ini, oleh karena itu bimbingan dan arahan dari berbagai pihak sangat peneliti harapkan demi hasil penelitian yang lebih baik. Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 1

description

ddf

Transcript of Skripsi Ahmad Frio 1-3

Page 1: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyusun skripsi dengan judul Hubungan Kecepatan Reaksi kaki Dan Panjang

Tungkai Terhadap Hasil Lompat Jauh Gaya Jongkok Pada Siswa SMP N 2

CILAKU.

Adapun penyusunan proposal skripsi ini dilakukan Sebagai Salah Satu Syarat

Penyusunan Skripsi Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

(PJKR) Pada Program S1 di Universitas Suryakancana Cianjur (UNSUR) dan

selanjutnya proposal ini sebagai pertimbangan pihak terkait untuk dilanjutkan

kebentuk skripsi.

Penulis menyadari akan kekurangan dalam penyusunan proposal skripsi ini, oleh

karena itu bimbingan dan arahan dari berbagai pihak sangat peneliti harapkan

demi hasil penelitian yang lebih baik.

Akhirnya penulis ucapkan terima kasih kepada ketua dan Dosen akademika

Universitas Suryakancana Cianjur (UNSUR) yang senantiasa memberikan arahan

dan bimbingan kepada penulis. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat

khususnya bagi penulis umumnya bagi pembaca.

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 1

Page 2: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................. I

DAFTAR ISI .................................................................. II

BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 4

1. Latar Belakang Masalah..................................................... 4

2. Batasan Masalah ................................................................. 8

3. Rumusan Masalah ................................................................. 9

4. Tujuan Penelitian .................................................................. 9

5. Manfaat Penelitian .................................................................. 10

6. Anggapan Dasar dan Hipotesis .......................................... 11

7. Metode Penelitian .................................................................. 12

8. Lokasi, Populasi, dan Sampel .......................................... 13

BAB II LANDASAN TEORITIS ..................................................... 15

A. Hakikat Lompat Jauh ................................................................. 15

B. Hakikat Kecepatan Reaksi Kaki ......................................... 20

C. Hakikat Panjang Tungkai ................................................... 22

D. Hakikat Test dan Pengukuran ................................................... 23

E. Kerangka Berfikir ................................................................ 25

BAB III METODE PENELITIAN ........................................ 28

A. Definisi Oprasional Variabel .................................................... 28

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 2

Page 3: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

B. Pengembangan alat Pengumpulan Data .............................. 29

C. Populasi dan Sampel ................................................................. 29

D. Pengumpulan data ...................................................................... 31

E. Desain Penelitian .............................................................. 32

F. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 32

G. Prosedur dan Teknik Pengolahan Data .......................... 36

H. Hipotesis Statistik .............................................................. 40

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 3

Page 4: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Sekolah menengah pertama (disingkat SMP, Bahasa Inggris: junior high

school) adalah jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia

setelah lulus sekolah dasar (atau sederajat). Sekolah menengah pertama ditempuh

dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Pada tahun ajaran

1994/1995 hingga 2003/2004, sekolah ini pernah disebut sekolah lanjutan tingkat

pertama (SLTP).

Setiap sekolah memiliki Kurikulum, yang merupakan seperangkat rencana

dan pengaturan mengenai isi dan bahan pengajaran, serta cara yang digunakan

dalam menyelenggarakan belajar mengajar (UU No. 2 Tahun 1989).Kurikulum

merupakan syarat mutlak bagi pendidikan di sekolah, hal ini berarti bahwa

kurikulum merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan atau

pembelajaran.Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses

pendidikan,yang mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi

tercapainya tujuan pendidikan.

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 4

Page 5: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

Struktur kurikulum merupakan pola atau susunan mata pelajaran yang

harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman

muatan kurikulum setiap mata pelajaran dituangkan dalam kompetensi yang harus

dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur

kurikulum.

Demikian juga kurikulum di SMP memuat mata pelajaran Pendidikan

Jasmani dan kesehatan. Pendidikan Jasmani dan kesehatan adalah suatu proses

pendidikan seseorang yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai

kegiatan jasmani untuk memperoleh peningkatan kemampuan, pertumbuhan

kecerdasan, keterampilan jasmani dan pembentuk watak. Pendidikan jasmani pada

umumnya merupakan bagian dari kurikulum di sekolah termasuk olahraga dan

merawat fisik.

Kurikulum Pendidikan Jasmani dan Kesehatan di SMP memuat cabang olahraga

bola besar, bola kecil serta Atletik, Atletik adalah gabungan dari beberapa jenis olahraga

yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi nomorlari, lempar, dan lompat.

Kata ini berasal dari bahasa Yunani "athlon" yang berarti "kontes". Salah satu nomor

lompat yang termuat adalah lompat jauh.

Lompat jauh merupakan salah satu aktivitas pengembangan akan

kemampuan daya gerak yang dilakukan dari satu tempat ke tempat lainnya.

Menurut Jarver (2005;23)gaya lompat jauh terdiri dari tiga macam gaya yaitu :

“Lompat Jauh gaya Jongkok (tuckstyle), gaya menggantung (hanging in the air),

dan gaya jalan di udara (walking in the air)”. Gaya-gaya lompat jauh mengatur

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 5

Page 6: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

sikap badan sewaktu melayang di udara. Oleh karena itu teknik lompat jauh sering

disebut juga gaya lompat jauh.

Perlu diketahui bahwa yang menyebabkan adanya perbedaan dari ketiga

gaya tersebut sebenarnya hanya terdapat pada saat badan melayang di udara saja.

Jadi mengenai awalan, tumpuan dan cara melakukan pendaratan dari ketiga gaya

tersebut pada prinsipnya sama.

Lompat jauh gaya jongkok relative mudah di pelajari oleh seorang pemula

karena dalam gaya jongkok ini gerakan kaki ayunannya yang berbeda, yaitu kaki

hanya diayun ke depan dan ke atas kemudian diluruskan untuk mencapai posisi

pendaratan. Mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan

seseorang dalam melakukan lompat jauh meliputi daya ledak, kekuatan,

kelincahan, kecepatan reaksi kaki, keseimbangan dan lain-lain hal ini di jelaskan

oleh.

Faktor yang mempengaruhi prestasi lompat jauh menurut Suharto

(http://www. Sarjanaku.com/2011/09/lompat-jauh-pengertian-teknik-faktor.html)

yakni :

1. Kecepatan (speed) adalah kemampuan untuk memindahkan sebagian

tubuh atau seluruhnya dari awalan sampai dengan pendaratan. Atau bertumpu

pada papan / balok sewaktu melakukan lompatan, kecepatan banyak ditentukan

kekuatan dan fleksibelitas

2. Kekuatan (Strength) adalah jumlah tenaga yang dapat dihasilkan oleh

kelompok otot pada kontraksi maksimal pada saat melakukan pekerjaan atau

latihan dalam melakukan lompatan

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 6

Page 7: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

3. Daya ledak adalah kemampuan otot dalam melakukan tolakan tubuh

melayang di udara saat lepas dari balok tumpu

4. Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan suatu sikap

tubuh tertentu secara benar dari awal melakukan lompatan sampai selesai

melakukan lompatan

5. Keterampilan adalah kemampuan untuk melakukan suatu gerakan

motorik secara benar

6. Koordinasi adalah hal yang harus dimiliki oleh seorang atlet untuk dapat

mengkoordinasikan gerakan maju dengan kebutuhan naik.

Dari beberapa faktor di atas kecepatan (speed) mempengaruhi prestasi

lompat jauh. Mengenai kecepatanMenurut Harsono (1988:216), “Kecepatan

tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu strength, waktu reaksi,

dan fleksibilitas”. Menurut Nurhasan (2013:197), “Reaksi dapat diartikan sebagai

interval waktu antara penerima rangsang dan jawaban (response). Hampir semua

cabang olahraga membutuhkan reaksi yang cepat dalam melakukan teknik-teknik

cabang olahraga yang bersangkutan, sehingga performance yang ditampilkan

berhasil dengan baik”.

Disamping faktor fisiologis,kecepatan dan kecepatan reaksi faktor

penunjang dalamusaha untuk meningkatkan hasil lompat jauh diantaranya postur

anatomi. Hal ini di jelaskan menurut Sajoto (1988 : 3), salahsatu faktor penunjang

tersebut adalahfaktor anatomis atau postur tubuhyang meliputi : “ukuran

tinggi,panjang, besar, lebar, dan berattubuh. Keunggulan dalam posturtubuh

memang memberikankeuntungan tersendiri dalamolahraga”.

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 7

Page 8: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

Menurut Sajoto (1988 : 111) bahwa, “Otot betis yang lebih panjang rata-

rata lebih kuat dibandingkan yang pendek”. Apabila seorang pelari memiliki otot

yang lebih panjang tidak menutup kemungkinan lebih besar kekuatan otot yang

dimiliki. Panjang otot sama pentingnya dengan panjang tulang,semakin panjang

otot semakin panjang tulangnya, kemungkinan juga besar pula kekuatan yang

dihasilkan. Sehingga panjang tungkai sangat diperlukan bagi seorang pelompat

jauh.

Peranan panjang tungkai terhadap kemampuan lompat jauh adalah sangat

penting. Tungkai yang panjang akan memberikan kekuatan serta peluang

melakukan gerakan dalam ruang yang lebih luas dan waktu yang terbatas. Oleh

karena itu, lompat jauh membutuhkan panjang tungkai sehingga memungkinkan

menghasilkan lompatan yang jauh ke depan.

Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang

masalah, maka dapat di identifikasikan beberapa masalah sebagai berikut: Faktor-

faktor apa saja yang mempengaruhi hasil lompat jauh ? Apakah faktor kondisi

fisik memberikan dukungan pada hasil lompat jauh ? jika demikian postur kondisi

fisik apa yang memberikan hubungan terhadap lompat jauh tersebut ? Bagaimana

hubungan kecepatan reaksi kaki dan panjang tungkai ?

Berdasarkan paparan diatas peneliti merasa tertarik untuk mencari hasil

atau hubungan antar kecepatan reaksi kaki dan panjang tungkai terhadap hasil

lompat jauh dan peneliti tuangkan dalam judul penelitian yaitu :Hubungan

Kecepatan Reaksi Kaki dan Panjang Tungkai Terhadap Hasil Lompat Jauh

Gaya Jongkok.

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 8

Page 9: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

2. Batasan Masalah

Untuk mempermudah dalam merumuskan suatu masalah, maka perlu

diadakan pembatasan masalah agar penelitian ini mendalam pengkajiannya.

Masalah ini dibatasi pada Hubungan Kecepatan Reaksi Kaki dan Panjang Tungkai

Terhadap Hasil Lompat Jauh Gaya Jongkok pada siswa putra SMP Negeri 2

Cilaku.

3. Rumusan Masalah

Untuk mempermudah penelitian terhadap masalah yang diteliti, maka

permasalahan ini dibatasi pada “Hubungan kecepatan reaksi kaki dan panjang

tungkai terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok pada siswa SMP Negeri 2 Cilaku

Sesuai permasalahan diatas, penulis merumuskan masalah penelitian ini

sebagai berikut :

1. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kecepatan reaksi kaki dengan

hasil lompat jauh gaya jongkok, pada siswa putra SMP Negeri 2 Cilaku ?

2. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara panjang tungkai dengan hasil

lompat jauh gaya jongkok, pada siswa putra SMP Negeri 2 Cilaku ?

3. Apakah terdapat hubungan yang signifikan secara bersama antara kecepatan

reaksi kaki dan panjang tungkai dengan hasil lompat jauh gaya jongkok, pada

siswa putra SMP Negeri 2 Cilaku ?

4. Tujuan Penelitian

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 9

Page 10: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan maka penelitian ini

bertujuan untuk :

1. Ingin mengetahui hubungan kecepatan reaksi kaki dengan hasil lompat jauh

gaya jongkok, pada siswa SMP Negeri 2 Cilaku.

2. Ingin mengetahui hubungan panjang tungkai dengan hasil lompat jauh gaya

jongkok, pada siswa SMP Negeri 2 Cilaku.

3. Ingin mengetahui hubungan secara bersama antara kecepatan reaksi kaki dan

panjang tungkai dengan hasil lompat jauh gaya jongkok, pada siswa SMP Negeri

2 Cilaku.

4. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat serta menjadikan masukan

dan pertimbangan dalam upaya meningkatkan efektivitas dan kesempurnaan dalam

penulisan ini. Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan suatu bahan pertimbangan dan sumbangan

ilmu bagi para pendidik untuk lebih mengetahui besarnya: Hubungan Kecepatan Reaksi

kaki Dan Panjang Tungkai Terhadap Hasil Lompat Jauh Gaya Jongkok Pada Siswa SMP N

2 CILAKU.

Secara Praktis

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 10

Page 11: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

1. Bagi penulis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana penambah wawasan dan

penerapan ilmu yang diperoleh dalam perkuliahan serta sebagai wujud nyata dalam

penelitian.

2. Bagi akademis, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan atau evaluasi bagi

para akademis yang tertarik untuk mengadakan penelitian lebih detail.

3. Bagi pelatih dan guru, penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan atau evaluasi.

4. Bagi anak, penelitian ini dapat dijadikan sebagai tolak ukur sejauh mana kemampuan

dimilikinya.

5. Anggapan Dasar dan Hipotesis

1.      Anggapan Dasar

Anggapan dasar atau asumsi ini diperlukan sebagai pegangan dan di

jadikan sebagai titik tolak penelitian untuk memecahkan suatu masalah. Hal ini

sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2010:104) bahwa : “Anggapan

dasar, atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya

diterima oleh penyelidik. Dikatakan selanjutnya bahwa setiap penyelidik dapat

merumuskan postulat yang berbeda. Seorang penyelidik mungkin meragu-ragukan

sesuatu anggapan dasar yang oleh orang lain diterima sebagai kebenaran”.

Berdasarkan uraian diatas, maka sebagai titik tolak pemikiran dalam

penelitian ini adalah : Cabang olahraga atletik nomor lompat jauh gaya jongkok

sangat di pengaruhi oleh kecepatan reaksi kaki untuk mengoptimalkan kecapatan

berlari dan ketepatan saat menolak di papan tolakan. Panjang tungkai juga

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 11

Page 12: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

berpengaruh terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok karena panjang langkah

pada saat berlari semakin panjang dan kecepatannya akan bertambah cepat

maupun saat menolak akan menghasilkan hasil tolakan yang jauh sebagai akibat

kontribusi otot.

Berdasar uraian di atas, maka anggapan dasar penulis dalam penelitian

yang akan dilaksanakan ialah kecepatan reaksi kaki dan panjang tungkai memiliki

hubungan terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok.

2.      Hipotesis

Hipotesis menurut Arikunto (2004 : 62) adalah “sebagai suatu jawaban

yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui

data yang terkumpul.” Secara umum, hipotesis adalah jawaban sementara seorang

peneliti terhadap penelitian yang dilakukannya dan dibuktikan kebenarannya

setelah penelitian dilakukan.

Berdasarkan asumsi penelitian sebagaimana penulis uraikan di atas, maka penulis

mengajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan yang signifikan dari kecepatan reaksi kaki terhadap hasil lompat

jauh gaya jongkok pada siswa SMP Negeri 2 Cilaku.

2. Terdapat hubungan yang signifikan dari panjang tungkai terhadap hasil lompat jauh

gaya jongkok pada siswa SMP Negeri 2 Cilaku.

3. Terdapat hubungan yang signifikan secara bersama antara kecepatan reaksi kaki

dan panjang tungkai terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok pada siswa SMP

Negeri 2 Cilaku.

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 12

Page 13: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

6. Metode Penelitian

“Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya”, Arikunto (2010 : 203). Metode penelitian

yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah salah satu

jenis metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi

objek sesuai dengan apa adanya. Metode ini dipandang sesuai untuk memecahkan

masalah dengan bertujuan untuk mengetahui Hubungan Kecepatan Reaksi kaki

Dan Panjang Tungkai Terhadap Hasil Lompat Jauh Gaya Jongkok Pada Siswa

SMP N 2 Cilaku.

7. Lokasi, Populasi, dan Sampel

1. Lokasi

Lokasi penelitian dilaksanakan di Lapangan Olahraga SMP Negeri 2

Cilaku, Kabupaten Cianjur.

2. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Setiap penelitian yang akan dilaksanakan oleh seorang peneliti terlebih

dahulu menentukan populasi sebagai sumber data untuk keperluan penelitiannya.

Populasi tersebut dapat berbentuk manusia, nilai-nilai, dokumen, dan

peristiwa yang dijadikan objek penelitian. Arikunto (2010 : 173) menjelaskan

sebagai berikut: “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Penulis

mengambil populasi adalah seluruh siswa putra SMP Negeri 2 Cilaku yang

berjumlah 50 orang.

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 13

Page 14: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang di teliti. Sampel

ditentukan dengan menggunakan metoda purposif sampling atau sampling

pertimbangan yaitu metoda yang didalam pengambilan sampelnya, peneliti

memilih atas dasar pertimbangan subjek-subjek di dalam populasi. Jadi hanya

subjek-subjek yang dianggap mampu dan cocok untuk dijadikan sampel yang

dipilih oleh peneliti atas dasar pertimbangan kasus yang akan di teliti. Adapun

jumlah sampel yang dipakai dalam penelitian ini berjumlah 30 orang.

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 14

Page 15: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

BAB II

KECEPATAN REAKSI KAKI, PANJANG TUNGKAI DAN HASIL LOMPAT JAUH GAYA

JONGKOK

1. Hakikat Lompat Jauh Gaya Jongkok

Atletik mempunyai peranan penting terhadap cabang-cabang olahraga

karena gerakan-gerakannya merupakan gerakan dari seluruh gerakan olahraga.

Dalam cabang olahraga atletik ada empat nomor lompat, yaitu nomor lompat jauh,

lompat jangkit, lompat tinggi dan lompat galah.

Lompat jauh adalah suatu nomor dalam atletik. Lompat jauh pada masa

lalu merupakan cara manusia untuk mencari dan memburu makanan, serta cara

melarikan diri dari bahaya, baik dari sesama manusia atau binatang buas. Menurut

Mahendra, Sirodjudin, dan Supendi. (1994:01) dalam Adep (2009:8) ‘Tujuan dari

lompat jauh ini adalah untuk mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya’. Arti

dengan lompat jauh tersebut seseorang bisa mencapai jarak lompatan sejauh

mungkin.

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 15

Page 16: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

Kurnia, (2004:26) mengatakan bahwa : ‘Lompat jauh adalah suatu gerakan

mengangkat tubuh dari titik tertentu ke titik lain untuk memperoleh jarak

lompatan paling jauh’. Gerakan lompat jauh diawali dengan satu tumpuan dan di

akhiri dengan gerakan mendarat menggunakan kedua kaki atau anggota tubuh

lainnya secara baik dan terkontrol. Lompat jauh dapat dilakukan dengan

menggunakan beberapa bentuk gaya, seperti gaya jongkok, gaya menggantung

dan gaya berjalan di udara.

Lompat jauh gaya jongkok paling mudah di pelajari bagi seorang pemula

karena dalam gaya yang sisebut sit down ini, ayunan gerakan kaki yang berbeda,

kaki hanya di ayun ke depan dan ke atas kemudian diluruskan unutuk mencapai

posisi pendaratan. Jadi tidak ada pergerakan kaki kebelakang setelah kaki tolak

lepas dari papan tolak. Oleh karena itu penulis memilih gaya jongkok untuk

penelitian ini karena gaya jongkok relatif sangat mudah untuk di pelajari.

Menurut Dikdik (2010:65) Rangkaian lompat jauh secara keseluruhan

adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1. Rangkaian lompat jauh terbagi dalam beberapa fase : awalan,

tolakan, melayang dan mendarat.

1. Fase awalan (approach), pelompat melakukan akselerasi dengan kecepatan

maksimal yang dapat di kontrol.

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 16

Page 17: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

2. Dalam fase tolakan (take off),lompatan menghasilkan kecepatan vertikal dan

minimalisasi hilangnya kecepatan horisontal.

3. Dalam fase melayang pelompat melakukan persiapan untuk mendarat tiga

teknik melayang dapat digunakan : teknik sailing, hang, dan hitch kick walking in

the air.

4. Dalam fase mendarat, pelompat memaksimalkan jarak potensi pada jalur

melayang dan meminimalisasi hilangnya jarak saat menyentuh dan mendarat.

1. Awalan

Dikatakan oleh Jerver (2013:25). “maksudnya berlari dalam cabang

lompat jauh adalah untuk meningkatkan kecepatan horizontal secara maksimum

tanpa menimbulkan hambatan sewaktu take off”. Dengan demikian lari awalan

dalam lompat jauh untuk memperoleh kecepatan horozontal yang kemudian akan

ditransfer ke kecepatan vertikal pada saat tolakan. Pelompat akan

mengembangkan metode latihan awalannya dengan menggunakan check mark.

check mark adalah tanda yang dipasang pada lintasan awalan untuk

meningkatkan akurasi penolakan pada papan tolak. Salah satu syarat untuk latihan

awalan dengan check mark ini adalah ketetapan langkah pada saat lari.

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 17

Page 18: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

Gambar 2.2. lari awalan sebelum menyentuh papan tolakan

(Araso.1989:110)

Seperti yang dikatakan oleh Dikdik, (2013:66) karakterik teknik awalan

adalah : “a) panjang awalan bervariasi antara 10 langkah (untuk pemula) sampai

20 langkah (untuk atlet kelas atas). b) teknik lari sama dengan teknik sprinter. c)

kecepatan awalan meningkat secara terus-menerus sampai papan tolak”.

2. Tolakan

Tujuan tolakan adalah untuk mencapai ketinggian maksimum dengan

sedikit mungkin kehilangan momentum ke depan. Dikatakan oleh Jarver

(2013:26) bahwa : “take off (lepas landas) dalam cabang lompat jauh adalah

mengubah gerakan lari menjadi suatu lompatan, dengan melakukanlompatan

tegak lurus, sambil mempertahankan kecepatan horizontal semaksimal mungkin”.

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 18

Page 19: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

Gambar 2.3. Tahap take off; perhatikan penempatan kaki yang akan take

off, kaki sebelahnya, dan sudut pada waktu take off. (Jarver, 2013:26).

Seperti yang dikemukakan di atas, pada saat kaki menolak kontak dengan

papan tolakan, bagian kaki yang pertama menyentuh papan tolakan tumit. Posisi

badan saat ini masih di belakang kaki tolak. Lutut kaki tolak masih sedikit

bengkok, dalam saat yang bersamaan, titik berat badan bergerak ke depan

melewati titik tumpu kaki.

3. Saat melayang di udara

Tahap melayang di udara merupakan tahap ketiga dari serangkaian

gerakan dalam cabang lompat jauh, melayang adalah pada saat kaki tolak kontak

dengan papan tolakan dan berakhir dengan tumit menyentuh pasir pada bak

lompat jauh. Untuk dapat melayang melintasi suatu garis diperlukan kekuatan dan

kecepatan, sebagai mana yang dikatakan oleh Jarver, (2013;28) bahwa : “ ada tiga

teknik pilihan dalam tahap melayang ini, yaitu : 1. Teknikthe sail (teknik

duduk/jongkok). 2. Teknik the hang (teknik menggantung). 3. Teknik the hitch

kick (teknik berjalan di udara)”.

Dari ketiga teknik tersebut tujuannya adalah untuk mencapai lompatan

yang sejauh-jauhnya. Hal yang harus diperhatikan dalammelayang di udara pada

nomor lompat jauh, menurut Jarver (2013:28) adalah “ tidak ada suatu apapun

yang dapat mempengaruhi atau mengubah kecepatan atau arah gerakan dari pusat

gaya berat tubuh pelompat”. Fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 19

Page 20: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

teknik lompat jauh gaya jongkok, maka gambaran saat melayang di udara dapat di

lihat pada gambar berikut.

Gambar 2.4. melayang di udara dengan menggunakan teknik the sail

(teknik duduk/jongkok). (Dikdik, 2010:67).

4. Mendarat

Mendarat (landing) merupakan tahap terakhir dari serangkaian gerak

dalam nomor lompat jauh. Dikatakan oleh Mahendra, Sirodjudin, dan Supendi

(1994:48) “Mendarat yang baik adalah mendarat yang memungkinkan pantat

melewati tempat pendaratan di mana tumit yang menjadi bagian pertama

menyentuh tempat pendaratan”.

Seperti yang dikatakan oleh Jarver , (2013:31) tujuan mendarat adalah : “a)

mendapatkan suatu posisi dengan kedua kaki menyentuh pasir sejauh mungkin di

depan pusat gaya berat tubuh pelompat. b) mencegah (jangan sampai) tubuh

pelompat jatuh kebelakang”.

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 20

Page 21: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

Gambar 2.5: Posisi mendarat (landing). (Jarver, 2013:32).

5. Hakikat Kecepatan Reaksi Kaki

Menurut Angga dalam blog nya (http://www.http://anggaway89.wordpress.com/2010/05/24/kecepatanreaksi/).

Kecepatan reaksi berasal dari kata “kecepatan” dan “reaksi”. Kecepatan merupakan sejumlah gerakan per waktu. Reaksi berarti kegiatan (aksi) yang timbul karena satu perintah atau suatu peristiwa. Dari penjabaran tersebut, maka kecepatan reaksi adalah gerakan yang dilakukan tubuh untuk menjawab secepat mungkin sesaat setelah mendapat suatu respons atau peristiwa dalam satuan waktu.

Kecepatan reaksi atau daya reaksi adalah kemampuan merespons sesaat

setelah stimulus yang diterima syaraf yang berupa bunyi atau tanda lampu

menyala.Beberapa prinsip yang perlu ditaati dalam usaha meningkatkan

pengembangan kecepatan reaksi yaitu meningkatkan pengenalan terhadap situasi

persepsi khusus dan mengotomatisasikan semaksimal mungkin jawaban motoris

yang perlu dibuat atau sikap kinetis yang perlu dipilih dalam situasi nyata. Oleh

karena itu sangat perlu adanya metode latihan yang mengkondisikan atlet pada

situasi pertandingan yang sesungguhnya, di mana atlet dituntut melakukan

gerakan secepat-cepatnya dalam waktu yang singkat.

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 21

Page 22: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

Jadi kecepatan reaksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah,

kemampuan gerak kaki dengan kecepatan bergerak dalam merespon stimulus

yang ada. Sebaigan otot yang berpengaruh pada kecepatan reaksi kaki

digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.6. otot-otot tungkai bawah bagian belakang yang dapat

memberikan kekuatan secara bersama. (Damiri, 1994; 183).

Dari pendapat ini dijelaskan kecepatan reaksi seorang atlet harus

mengerahkan tenaga yang optimal seperti kebutuhan cabang-cabang olahraga

pada nomor yang ada unsur akselerasi (percepatan) seperti menendang, balap, lari,

balap sepedah, mendayung, renang, dan sebagainy.

6. Hakikat Panjang Tungkai

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 22

Page 23: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

Tungkai adalah bagian bawah tubuh manusia yang berfungsi untuk

menggerakan tubuh, seperti berjalan, berlari dan melompat. Terjadinya gerakan

pada tungkai tersebut disebabkan adanya otot-otot dan tulang, otot sebagian alat

gerak aktif dan tulang alat gerak pasif.

Tungkai menurut damiri (1994: 56) sebagai berikut “Tungkai sesuai

fungsinya sebagai alat gerak, ia menahan berat badan bagian atas, ia dapat

memindahkan tubuh (bergerak), ia dapat menggerakan tubuh ke arah atas, dan ia

dapat menendang dsb”. Tungkai (kanan/kiri) disusun oleh tulang paha atau

tungkai atas, tulang tempurung lutut, tulang kering, tulang betis, tulang pangkal

kaki, tulang tapak kaki, dan tulang jari-jari kaki.

Gambar2.7.Ekstremitas bawah terdiri dari tulang pelvis, femur, tibia, fibula, tarsal, metatarsal, dan tulang-tulang phalangs.

(www.ekstremitasinferior.com)

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 23

Page 24: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

7. Hakikat Tes dan Pengukuran

Dalam proses hasil penilaian hasil belajar siswa dibutuhkan data yang

obyektif, yang diperoleh dari hasil pengukuran. Tes merupakan suatu alat ukur

yang dapat digunakan untuk memperoleh data yang obyektif tentang hasil belajar

siswa (Nurhasan, Hasanudin Cholil. 2013:3).

Lebih lanjut Suharsiwi Asukunto yang dikutip oleh Nurhasan dan

Hasanudin Cholil (2013:3) mengemukakan pengertian tes yaitu “tes merupakan

suatu alat atau prosedur yang digunakan untuk mengethui atau mengukur sesuatu

dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan”. Dari hasil

tes, biasanya diperoleh tentang atribut atau sifat-sifat yang terdapat dalam individu

atau obyek yang bersangkutan.Data dapat dihimpun melalui tes, angket, observasi

dan wawancara atau bentuk lainnya yang sesuai (Nurhasan, Hasanudin Cholil.

2013:4).

Data yang dihimpun dalam pendidikan mencakup ranah kognitif, afektif

dan psikomotor.Untuk menghimpun data / informasi yang bersifat kognitif bisa

melalui tes tulis dan tes lisan.

Dari hasil tes, biasanya diperoleh tentang atribut atau sifat- sifat yang

terdapat pada individu atau obyek yang bersangkutan.Data dapat dihimpun

melalui tes, angket, observasi, dan wawancara atau bentuk lainnya yang

sesuai.Menurut Nurhasan dan Cholil (2013:4) mengatakan bahwa, “data atau

informasi yang bersifat motorik dapat dihimpun antara lain melalui tes

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 24

Page 25: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

kemampuan dan gerak dasar, tes kemampuan fungsional, tes cardio vascular, dan

tes keterampilan”.

Dengan alat-alat tes maupun tes lapangan, barulah kemudian dapat

diketahui status seseorang pada waktu itu apakah dalam keadaan baik, sedang atau

kurang, baik secara keseluruhan maupun secara komponen masing-masing.

Berdasarkan keadaan tersebut barulah seseorang dapat menyusun program latihan

fisik untuk jangka waktuyang ditentukan, sesuai status yang diperlukan.

Pengukuran berkaitan erat dengan proses pencarian atau penentuan nilai

kuantitatif. Pengukuran diartikan sebagai pemberian angka kepada suatu atribut

atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal atau obyek tertentu

menurut aturan atau formulasi yang jelas.

Menurut Nurhasan dan Cholil (2013:5) mengatakan bahwa :

“Pengukuran adalah proses pengumpulan data/ informasi dari suatu obyek

tertentu, dalam proses pengukuran diperlukan suatu alat ukur. Alat ukur ini bisa

berupa a) Tes dalam bentuk pertanyaan- pertanyaan, b) Tes dalam bentuk

psikomotor, c) Berupa skala sikap dan berupa alat ukur yang bersifat standard

misalnya ukuran meter, berat, ukuran derajat Fahrenheit (0F), derajat Celcius

(0C).Dengan alat ukur ini kita akan memperoleh data dari suatu obyek tertentu,

sehingga kita dapat mengungkapkan tentang keadaan obyek tersebut secara

obyektif. Suatu ciri khas dari pengukuran meliputi hasil- hasil atau bentuk angka

atau skor dan hasilnya dapat diolah secara statistik”.

Prinsip-prinsip tes dan pengukuran dalam pendidikan adalah sebagai

berikut : a) sebagai alat ukur untuk mencapai tujuan, b) pengukuran berhubungan

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 25

Page 26: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

dengan tujuan, c) penentuan kebutuhan, d) menentukan kebutuhan peralatan,

bahan dan metode, e) pengukuran lebih luas daripada tes, f) pengukuran objektif

dan subjektif. (Nurhasan dan Cholil, 2013:20).

Pengukuran merupakan salah satu teknik dalam evaluasi, khususnya dalam

proses pengumpulan data. Menurut Nurhasan dan Cholil (2013:22), fungsi tes dan

pengukuran adalah sebagai berikut :

a) megadakan klasifikasi siswa, b) menentukan status siswa, c)

mengadakan diagnosa bimbingan, d) pemberian motivasi, e) perbaikan mengajar,

f) menilai guru dan bahan, g) alat pembantu dalam survey, h) alat pembantu dalam

penelitian.

8. Kerangka Berfikir

Hubungan Kecepatan Reaksi Kaki dan Panjang Tungkai Terhadap Hasil Lompat

Jauh Gaya Jongkok sangat erat. Kedua komponen tersebut sangat penting dalam hasil

Lompat Jauh Gaya Jongkok.

Penelitian ini diselenggarakan dalam rangka untuk mengetahui Hubungan

Kecepatan Reaksi Kaki dan Panjang Tungkai Terhadap Hasil Lompat Jauh Gaya Jongkok

Pada Siswa SMP Negeri 2 Cilaku.

Oleh karena itu hubungan tersebut pada anak akan diketahui setelah mengikuti

tes tersebut dan mengetahui hasilnya. Peserta kegiatan ini adalah Siswa SMP Negeri 2

Cilaku, karena dalam tingkat tersebut cukup bagi permulaan mengetahui hubungan

tersebut.Bentuk tes yang diselenggarakan sangat bervariasi untuk memungkinkan anak

tersebut dapat mengetahui hubungan tersebut.

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 26

Page 27: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

Beranjak dari pemikiran tersebut maka dalam penelitian ini peneliti

berusaha mencari sampai dimana Hubungan Kecepatan Reaksi Kaki dan Panjang

Tungkai Terhadap Hasil Lompat Jauh Gaya Jongkok Pada Siswa SMP Negeri 2

Cilaku.Untuk memperjelas kerangka pemikiran dalam penelitian ini digambarkan

bagan atau skema penelitian sebagai berikut :

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 27

Page 28: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

SKEMA PENELITIAN

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 28

POPULASI

Siswa putra SMP Negeri 2 Cilaku

TES KECEPATAN REAKSI KAKI

SAMPEL

30 Orang Siswa

HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK

ANALISIS DATA

KESIMPULAN

TES PANJANG TUNGKAI

Page 29: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Definisi Oprasional Variabel

Untuk menghindari salah penafsiran terhadap istilah yang digunakan

dalam penelitian ini, maka penulis mencoba memberikan penjelasan mengenai

beberapa istilah sebagai berikut :

1. Hubungan menurut kamus besar bahasa indonesia, adalah “Keterkaitan antara dua

variable atau lebih yang terjalin karena adanya interaksi”.

2. Kecepatan reaksi ialah kecepatan bergerak dari sebagian atau keseluruhan organ

tubuh dalam merespon stimulus yang ada (Pate, 1984:267) dalam (Harun, 2009:19).

3. Panjang tungkai adalah bagian bawah tubuh manusia yang berfungsi untuk

menggerakan tubuh, seperti berjalan, berlari dan melompat. Terjadinya gerakan

pada tungkai tersebut disebabkan adanya otot-otot dan tulang, otot sebagian alat

gerak aktif dan tulang alat gerak pasif. Yang diukur dari pakal paha sampai telapak

kaki.

4. Tungkai Menurut Pearce (1992:75) dalam Harun (2009:19) adalah ‘anggota gerak

bawah yaitu tulang dari axtrimitas inferior anggota gerak bawah dikaitkan kepada

batang tubuh dengan perantaraan batang panggul.’

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 29

Page 30: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

5. Kecepatan menurut Harsono (1988:216) kecepatan adalah kemampuan untuk

melakukan gerak yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-

singkatnya atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang

sesingkat-singkatnya.

6. Lompat jauh menurut Kurnia (2004:26) adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari

titik tertentu ke titik lain untuk memperoleh jarak lompatan paling jauh.

2. Pengembangan Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang diperlukan digunakan

alat ukur. Nurhasan (2013:5) mengumukakan bahwa “Dalam proses pengukuran

diperlukan suatu alat ukur”. Dengan alat ukur ini kita akan mendapatkan data

yang merupakan hasil pengukuran, sesuai dengan masalah yang diteliti, maka alat

ukur yang digunkan untuk mengumpulkan data adalah :

1. Pengukuran kecepatan reaksi kaki, untuk mengukurnya penulis menggunakan tes

Nelson reaction foot dengan memiliki tingkat validitas test 0,78 dan realibilitas tes

0,93. (Jhonson & Nelson, 1986;257).

2. Pengukuran panjang tungkai Validitas instrument ini adalah Content validity dan

koefisien reliabilitas 0,84 sampai 0,98. (Tim Anatomi FIK, 2004:14).

3. Tes kemampuan lompatan pada lompat jauh, test yang digunakan dalam penelitian

ini adalah test lompat jauh. Nurhasan (1991;130) dengan tingkat validitas tes 0,65

dan reliabilitas tes 0,77

3. Populasi dan Sampel

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 30

Page 31: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

Arikunto (2010 : 173) menjelaskan sebagai berikut: “Populasi adalah

keseluruhan subjek penelitian”. Sedangkan menurut Sudjana (2005 : 161)

menjelaskan bahwa, “Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik

hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitatif ataupun kualitatif, daripada

karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas”.

Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan cara-

cara tertentu, Sudjana (2005 : 161). Arikunto (2010 : 174) mengemukakan sebagai

berikut:

Jika hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Yang dimaksud dengan menggeneralisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat penulis simpulkan

bahwa penelti tidak mungkin selalu meneliti seluruh populasi. Untuk itu peneliti

bisa mengambil sebagian atau beberapa persen dari populasi untuk dikatakan

mewakili seluruh populasi. Mengenai besar kecilnya sampel tidaklah merupakan

alasan untuk dikatakan mewakili atau tidaknya sampel tersebut terhadap populasi.

Mengutip pendapat Gay dan Diehl (1992) yang ditulis dalam

http://teorionlinejurnal.wordpress.com/2012/08/20/menentukan-ukuran-sampel-

menurut-para-ahli/, mengasumsikan bahwa,

Semakin banyak sampel yang diambil maka akan semakin representatif

dan hasilnya dapat digenelisir. Namun ukuran sampel yang diterima akan

sangat bergantung pada jenis penelitiannya.

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 31

Page 32: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

1. Jika penelitiannya bersifat deskriptif, maka sampel minimunya adalah 10% dari populasi.

2. Jika penelitianya korelasional, sampel minimunya adalah 30 subjek.

3. Apabila penelitian kausal perbandingan, sampelnya sebanyak 30 subjek per group.

4. Apabila penelitian eksperimental, sampel minimumnya adalah 15 subjek per group.

Berdasarkan keterangan diatas, dengan jumlah populasi 50 orang dan metode

penelitian ini bersifat deskriptif maka penulis mengambil sampel sekurang-

kurangnya 10% dari jumlah populasi. Dengan petimbangan-pertimbangan lain

mengenai besarnya populasi dan sampel yang diperlukan, berkaitan dengan hal

biaya, tenaga serta waktu yang tersedia maka penulis mengambil garis tengah

yakni mengambil sampel sebanyak 30 orang.

Tehnik atau cara yang dilakukan penulis dalam menentukan sampel, yaitu sebagai

berikut :

1. Didata seluruh populasi berjumlah 50 orang dari seluruh siswa putrakelas VIII

SMP Negeri 2 Cilaku secara purposif sampling.

2. Kemudian diambil sebagian dari populasi untuk dijadikan sampel dengan cara

diberikan pengetesan melakukan lompat jauh satu persatu sampai seluruh siswa

mendapatkan bagiannya masing-masing.

3. Saat pengetesan peneliti melihat dengan cermat subjek mana saja yang dirasa

cukup baik dalam melakukan lompat jauh dan mampu mewakili dari seluruh

populasi untuk dijadikan sampel.

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 32

Page 33: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

4. 30 orang terbaik dari seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian.

5. Pengumpulan Data

Sebelum test dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan persiapan-persiapan

administrasi. Setelah itu dipersiapkan pula segala fasilitasnya. Sebelumnya siswa yang

akan melaksanakan tes diberikan penjelasan terlebih dahulu tentang cara melakukan tes

yang akan dilakukan sehingga pada waktu pelaksanaannya benar-benar dipahami.

6. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif dengan tehnik survey

korelasi, yaitu suatu penelitianuntuk mengumpulkan data yang diperoleh dengan

cara mengukur dan mencatat hasil dari pengukuran yang terdiri dari kecepatan

reaksi kaki danpanjang tungkai terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok.

Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah kecepatan reaksi

kakidanpanjang tungkai serta variabel terikatnya adalah hasil lompat jauh gaya

jongkok. Disain penelitian yang digunakan yaitu :

F. Teknik Pengumpulan Data

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 33

X₁ : Kecepatan reaksi kaki

X₂ : Panjang Tungkai

Y : Hasil lompat jauh gaya jongkok

Page 34: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

Data diperlukan dalam penelitian ini adalah berupa data kecepatan reaksi

kaki, panjang tungkai, dan hasil lompat jauh gaya jongkok. Adapun Instrumen

penelitian yaitu :

1. Tes kecepatan Reaksi Kaki

Kecepatan reaksi kaki yang dimaksud adalah kecepatan dari reaksi kaki yaitu

untuk mengukur kemampuan kaki dalam melakukan kecepatan reaksi kakidalam

melakukan menangkap penggaris dengan kaki Tes Nelson reaction foot (Jhonson &

Nelson 1986:257) dalam (Harun 2009:22).

1. Alat Tes : Bangku Penggaris kayu/plastik dengan ukuran 100 cm, stop watch.

2. Pelaksanaan :

Posisi orang coba duduk di bangku dengan salah satu kaki ditekuk ke

depan, dan ujung kaki menyentuh dinding.

Penggaris kayu/pelastik dijatuhkan oleh petugas lain tepat berada diantara

ujung kaki yang ditekuk dengan dinding sekitar 2 inchi. Setelah diberi aba-aba

“siap” maka penggaris yang dijatuhkan diberi waktu antara ¹⁄₂ detik sampai 2

detik sebelum dijatuhkan penggarisnya dan stop watch di hidupkan. Pada saat

penggaris turun tepat diantara dinding dan ujung kaki secara cepat orang coba

menangkap penggaris tersebut, dan pada saat bersamaan penggaris dapat

ditangkap oleh ujung kaki yang diluruskan ke dinding maka stop watch

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 34

Page 35: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

dimatikan/diberhentikan. Lakukan hal tersebut dengan pengulangan sebanyak 20

kali dengam diberi interval istirahat selama 30 detik.

3. Penilaian :

Hasil yang dicatat adalah beberapa nilai yang diperoleh dari kemampuan kaki

untuk menangkap penggaris tadi, beberapa cm kemampuan kaki untuk dapat

menangkap penggaris dan beberapa waktu yang dapat di perolehnya. Dari ke dua puluh

(20) kali melakukan, buang 5 nilai tertinggi dan buang 5 nilai terrendah, dan hitung

beberapa nilai rata” yang diperoleh dari sepuluh kali melakukan yang dijadikan sebagai

data untuk keperluan penelitian.

Gerakan yang tidak benar dianggap tidak melakukan dan tidak dihitung yaitu bila ujung

kaki tidak mampu melakukan tangkapan penggaris.

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 35

Page 36: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

Gambar 3.8. Pelaksanaan Tes Kecepatan Reaksi Kaki (Jhonson & Nelson, 1986:157)

dalam (Harun, 2009:23)

4. Tes Panjang Tungkai

Tujuan : Untuk mengukur panjang tungkai.

Alat : Meteran

Cara pangukurannya :

1. Testi berdiri tegak di atas lantai yang rata

2. Testor meraba bagian tulang yang terluar di sebelah lateral pada paha (pada

trochanter mayor), dan bila paha di ayunkan anterior maupun ke posterior nampak

trochanter mayor bergerak.

3. Testor meletakkan meteran pas pada titik trochanter mayor, lalu tarik meteran

sampai bagian kaki yang terbawah. Instruman yang di gunakan untuk mengukur

adalah meteran baja

yang dihitung dengan satuan cm.

Validitas instrument ini adalah Content validity dan koefisien reliabilitas 0,84

sampai 0,98. (Tim Anatomi FIK, 2004:14) yang ditulis dalam

http://eprints.uny.ac.id/8870/5/lampiran_08601244101.pdf.

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 36

Page 37: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Panjang tungkai

Gambar 3.9. Panjang tungkai (Tim Anatomi, 2003: 52)

http://eprints.uny.ac.id/8870/5/lampiran_08601244101.pdf

5. Tes Lompat Jauh Gaya Jongkok

Dengan cara tes pengukuran lompat jauh dengan gaya jongkok, untuk

mengukur kemampuan lompat jauh. Pengukuran dari tolakan sampai bagian tubuh

paling belakang setelah melompat. Alat yang digunakan:

a. Bak Lompat Jauhb. Petugas

c. Rol Meter

d. Bendera

e. Peluit

f. AlatTulis

Petunjuk Pelaksanaan :

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 37

Page 38: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

1.Sebelum dilaksanakan test dan pengukuran, paratesti di kumpulkan dan diberi penjelasan secukupnya.

2. Setiap testi melakukan lompatan tiga kali secara bergiliran,

3. Pengukuran diukur dari tolakan sampai jatuhnya anggota badan yang paling belakang setelah melakukan lompatan

4. Hasil penilaian berupa skor diambil dari lompatan terjauh dinyatakan

sebagai kemampuan lompat jauh yang diukur dengan satuan

centimeter. Hasil terbaik dicatat sebagai data.

G. Prosedur dan Teknik Pengolahan Data

Pengelolaan data guna dianalisis diambil dari hasil tes kecepatan reaksi

kaki (X1), panjang tungkai (X2) dan hasil tes lompat jauh gaya jongkok (Y),

dengan menggunakan teknik korelasi dan regresi sederhana, menggunakan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Mencari nilai rata-rata, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

x=∑ X

n (Sudjana, 2005:66)

Keterangan :

x= Nilai yang dicari

∑x = Jumlah dari variabel

N = Jumlah Sampel

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 38

Page 39: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

2. Mencari nilai (simpangan baku) pada masing-masing variabel penelitian, dengan

menggunakan rumus Variansi (S²) dan akar dari variansi adalah nilai simpangan

baku dengan rumus sebagai berikut :

S= ∑ ( X I – x ) ²

n−1 (Sudjana,2005:93)

Arti rumus di atas adalah :

S = Simpangan baku yang dicari

∑= Jumlah dari

xi = Score mentah

n = Jumlah sample

3. Setelah diketahui nilai rata-rata dan simpangan bakunya pada masing-masing

data hasil pngetesan untuk setiap variabel penelitin, maka langkah selanjutnya

adalah penghitungan T-Skore dengan rumus sebagai berikut :

T-Skore = 50 + 10 (X−X )

S

4. Setelah diketahui nilai T-Skor pada data setiap variabel yang diteliti, maka

langkah selanjutnya adalah penghitungan skala skor dengan rumus sebagai

berikut :

Tabel 2.3. Norma Penilaian dan Standar 1-10 (Nurhasan,2001:177)

Skala Nilai

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 39

Page 40: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

X+2,25 (s ) 10

X+1,75 (s ) 9

X+1,25 (s ) 8

X+0,75(s) 7

X+0,25(s) 6

X−0,25(s) 5

X−0,75(s) 4

X−1,25(s) 3

X−1,75(s) 2

X−2,25(s) 1

5. Untuk mengetahui apakah data tersebut normal atau tidak maka dilakukan

pengujian normalitas dan homogenitas dengan langkah-langkah sebagi berikut :

1. Menguji normalitas data dari setiap tes untuk mengetahui pengujian dan

pendekatan selanjutnya dengan menggunakan uji kenormalan

Lilliefors.Prosedur yang digunakan rumus :

1. Pengamatan X1, X2, ....Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, .....Zn dengan

menggunakan rumus :

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 40

Page 41: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

Zi = Xi−X

s(Sudjana 2005:466)

2. Untuk tiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku,

kemudian dihitung peluang.

F(Zi) = P (Z≤ Zi) (Sudjana 2005:466)

3. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2,...Zn ≤ Zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S

(Zi), maka :

S(Zi) = Banyaknya Z 1 , Z 2 ,.... Zn yang≤ Zi

n(Sudjana 2002:467)

4. Menghitung selisih F (Zi)-S(Zi) Kemudian tentukan harga mutlaknya.

5. Ambil harga mutlak yang paling besar diantara harga-harga mutlak tersebut.

Sebutlah harga terbesar ini Lo. Kriteria uji normalitas Lilliefors, adalah:

Dengan kriteria :

Terima Ho jika Lo <La = kesimpulannya populasi distribusi normal.

Tolak Ho jika Lo >La = kesimpulannya populasi distribusi tidak normal.

6. Menguji homogenitas data untuk mengetahui kesamaan atau keseimbangan

kondisi dari masing-masing kelompok. Hal ini dilakukan agar sampel yang akan

dibandingkan berada dalam kondisi yang sama. Rumus yang digunakan adalah

sebagai berikut :

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 41

Page 42: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

F = Variansi terbesarVariansi terkecil

1. Menguji Hipotesis / Uji Signifikan

2. Mencari Korelasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

r=n∑ X i Y i−¿¿

R2= r2 x 100%

(Sudjana,2005:369)

3. Menguji hipotesis ke 1 dan hipotesis ke 2, menggunakan rumus sebagai berikut :

t= r √n−2

√1−r 2

(Sudjana,2005:380)

4. Mencari koefisien korelasi multipel diantara variabel X₁,X₂ dan variabel Y dengan

menggunakan rumus:

Ry₁₂=√ r ² y 1+r ² y 2−2 r y1 r y2 r ₁₂1−r ²₁₂

(Sudjana,2005:385)

Keterangan : r y 1= Koefisien korelasi antara y dan X₁

r y 2= Koefisien korelasi antara y dan X₂

r₁₂ = Koefisien korelasi antara X₁ dan X₂

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 42

Page 43: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

5. Untuk menguji hipotesis ke 3 digunakan rumus Uji F sebagai berikut :

F =R ²/k

(1−R ²) /(n−k−1)(Sudjana,2005:385)

H. Hipotesis Statistik

1. Rumus hipotesis pertama dengan menggunakan hipotesis statistik sebagai

berikut :

Ho : p = 0

Ha : p > 0

Artinya :

Ho: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kecepatan reaksi kaki(X₁) dengan hasil lompat jauh gaya jongkok (y) pada siswa pada siswa SMP Negeri 2 Cilaku, apabila nilai th (t hitung) lebih kecil dari nilai tt (t tabel).

Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara kecepatan reaksi kaki (X1) dengan hasil lompat jauh gaya jongkok (y) pada siswa pada siswa SMP Negeri 2 Cilaku, apabila nilai th (t hitung) lebih besar dari nilai tt (t tabel).

2. Rumusan Hipotesis kedua dengan menggunakan statistik sebagai berikut :

Ho : p = 0

Ha : p > 0

Artinya :

Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara panjang tungkai (X2) dengan hasil lompat jauh gaya jongkok (y) pada siswa pada siswa SMP Negeri 2 Cilaku, apabila nilai th (t hitung) lebih kecil dari nilai tt (t tabel).

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 43

Page 44: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara panjang tungkai (X2) dengan hasil lompat jauh gaya jongkok (y) pada siswa pada siswa SMP Negeri 2 Cilaku, apabila nilai th (t hitung) lebih besar dari nilai tt (t tabel).

3. Rumus hipotesis ketiga dengan menggunakan statistika sebagai berikut :

Ho : F = 0

Ha : F> 0

Artinya :

Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan secara bersama antara kecepatan reaksi kaki (X1) dan panjang tungkai (X2) dengan hasil lompat jauh gaya jongkok (y) pada siswa pada siswa SMP Negeri 2 Cilaku, apabila nilai Fh (F hitung) lebih kecil dari nilai F t (F tabel).

Ha : Terdapat hubungan yang signifikan secara bersama antara kecepatan reaksi kaki (X1) dan panjang tungkai (X2) dengan hasil lompat jauh gaya jongkok (y) pada siswa pada siswa SMP Negeri 2 Cilaku, apabila nilai Fh (F hitung) lebih besar dari nilai F t (F tabel).

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA

1. Temuan-temuan Studi

Setelah penulis melakukan penelitian dan dijumpai kondisi siswa putera

SMP Negeri 2 Cilaku, bahwa selama dilaksanakan pengetesan dan pengukuran

kecepatan reaksi kaki, Panjang Tungkai dan hasil lompatan lompat jauh gaya

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 44

Page 45: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

jongkok, banyak dijumpai adanya kodisi fisik siswa putera yang mempunyai

kondisi fisik yang kurang prima. Hal itu dapat diketahui dari hasil tes dan

pengukuran pada siswa putera, yaitu kemampuan kondisi fisik yang tidak merata.

Salah satunya dimungkinkan oleh kondisi fisik yang tidak terlatih, yang hanya

dihasilkan dari kegiatan belajar mengajar pendidikan jasmani.

2. Pembahasan

1. Deskripsi Data

Setelah melalui tes dan pengukuran kecepatan reaksi kaki, panjang tungkai

dan hasil lompatan lompat jauh gaya jongkok, diperoleh data mentah dan diolah

menjadi data baku melalui tahapan t-skore, skala skore. Selanjutnya data nilai

skala skore diolah dengan statistik menggunakan rumus korelasi, dimana

diperoleh nilai-nilai skala skore (hasil penghitungan terlampir) :

1. Kecepatan Reaksi Kaki

Data kecepatan reaksi kaki yang diperoleh dari hasil tes Nelson reaction foot,

menunjukan rentang 2 s.d 9 dengan nilai rata-rata sebesar 5.17 dan nilai

simpangan bakunya sebesar 1.58.

2. Panjang Tungkai

Data panjang tungkai yang diperoleh dari hasil Pengukuran panjang tungkai

Validitas instrument ini adalah Content validity dan koefisien reliabilitas 0,84

sampai 0,98. (Tim Anatomi FIK, 2004:14). Menunjukan rentang 2 s.d 9 dengan

nilai rata-rata sebesar 5.00 dan nilai simpangan bakunya sebesar 1.95.

3. Hasil lompatan lompat jauh gaya jongkok

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 45

Page 46: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

Data hasil lompatan lompat jauh gaya jongkok yang diperoleh dari hasil tes

lompat jauh gaya jongkok, menunjukan rentang 2 s.d 8 dengan nilai rata-rata

sebesar 5.17 dan nilai simpangan bakunya sebesar 1.60.

Tabel 4.3. Nilai Rentang, Nilai Rata-Rata Dan Standard Deviasi

Dari Data Skala Skor Variabel Penelitian

VARIABEL NILAI

RENTANG

RATA-RATA STANDARD

DEVIASI

1. Kecepatan reaksi kaki

(X1) 2 – 9 5.17 1.58

1. Panjang tungkai

(X2) 2 – 9 5.00 1.95

1. Hasil lompatan

lompat jauh gaya

jongkok (Y)

2 – 8 5.17 1.60

Tabel 4.4. Koefisien Korelasi Dan Determinasi dari Data Skala Skor

VARIABEL KORELASI

( r )

DETERMINASI

( R )

PERSENTASE

( % )

1. X1 dengan Y

2. X2 dengan Y

3. X1 dengan X2

-0.2666

0.0856

0.5335

0.071

0.0073

0.2846

0.01

0.01

0.28

4. X1, X2 dengan Y 0.3629 0.30

2. Pengujian Persyaratan Analisis

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 46

Page 47: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

Sesuai dengan teknik analisis data yang dikemukakan pada Bab III, bahwa

teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis korelasional, maka sebelum

analisis tersebut perlu dilakukan pengujian terhadap persyaratan-persyaratan,

yaitu : 1) normalitas sampel, dan 2) homogenitas sampel.

a. Uji Normalitas Sampel

Dalam penelitian ini pengujian normalitas menggunakan uji normalitas

Lilliefors. Pengujian dipergunakan untuk mengetahui pendekatan selanjutnya

dalam menganalisis data, apakah menggunakan pendekatan parametrik atau non

parametrik.

Pendekatan parametrik digunakan apabila hasil pengujian normalitas data

tersebut normal, sedangkan apabila data tersebut tidak normal maka pendekatan

yang digunakan adalah pendekatan non parametrik. Hasil pengolahan data

tersebut tertera pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.5. : Rangkuman Hasil Uji Normalitas Sampel dengan menggunakan

Uji Liliefors dengan taraf signifikansi = 0.05.

Variable Lo Lt Kesimpulan

X1 30 0.5595 1.258 Normal

X2 30 0.5666 1.258 Normal

Y 30 0.5778 1.258 Normal

Pada tabel di atas tampak bahwa harga Lo untuk semua variabel lebih kecil

dari harga Lt, sehingga dapat disimpulkan bahwa data berupa kecepatan reaksi

kaki, panjang tungkai dan hasil lompatan lompat jauh gaya jongkok pada siswa

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 47

Page 48: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

putera SMPN 2 Cilaku sebagai sampel pada setiap kelompok berasal dari populasi

yang berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas Sampel

Uji homogenitas menggunakan uji kesamaan dua varians (Sudjana, 1989 : 249)

Uji homogenitas kelompok antara variable X1 dengan Variabel Y

S2 Variabel X1 = 2.4805 S2 Variabel Y = 2.5575

F=VariansterbesarVarians terkecil

=2 .55752 .4805 = 1.028

Uji homogenitas kelompok antara variable X2 dengan Variabel Y

S2 Variabel X1 = 3.3.7931 S2 Variabel Y = 2.5575

F=VariansterbesarVarians terkecil

=3 .79312 .5575 = 1.483

Hasil pengujian homogenitas varians sampel dapat dilihat pada tabel 6.4. berikut :

Tabel 4.6. : Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Sampel dengan

menggunakan Uji Kesamaan Dua Varians dengan taraf signifikansi = 0.05.

Varians Kelompok Dk Fh Ft Kesimpulan

Variabel X1 – Variabel Y (30, 30) 1.028 1.70 Homogen

Variabel X2 – Variabel Y (30, 30) 1.483 1.70 Homogen

Pada tabel 6.4. di atas dapat dilihat bahwa harga Fh untuk masing-masing

variabel lebih kecil dari harga Ft sehingga dapat disimpulkan bahwa data berupa

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 48

Page 49: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

kecepatan reaksi kaki, panjang tungkai dan hasil lompatan lompat jauh gaya

jongkok siswa putera SMPN 2 Cilaku memiliki variansi sampel yang homogen.

1. Pengujian Hipotesis

Berdasarkan hasil analisis data, maka selanjutnya dapat dilakukan

pengujian hipotesis yang telah dirumuskan, sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara Kecepatan reaksi kaki (x1)

dengan hasil lompatan lompat jauh gaya jongkok (y) pada siswa SMPN 2

Cilaku diperoleh koefisien korelasi sebesar r = -0.2666 dengan tingkat

hubungan

R2= 0.071 %.

Dengan rumusan hipotesis statistik sebagai berikut :

Ho : = 0

Ha : > 0

Artinya :

Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kecepatan reaksi

kaki(x1) dengan hasil lompatan lompat jauh gaya jongkok (y) pada

siswa SMPN 2 Cilaku, apabila nilai th (t hitung) lebih kecil dari nilai tt

(t tabel).

Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara kecepatan reaksi kaki (x1)

dengan hasil lompatan lompat jauh gaya jongkok (y) pada siswa

SMPN 2 Cilaku, apabila nilai th (t hitung) lebih besar dari nilai tt (t

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 49

Page 50: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

tabel).

Namun nilai r tersebut apakah signifikan atau tidak dilakukan pengujian dengan

uji-t. Dari hasil penghitungan diperoleh nilai t sebesar - 1,46333 yang berarti < t

tabel 1.70 pada tingkat kepercayaan (dk= 28 ; = 0,05) (-1.46333 < 1.70).

Dengan demikian Ho diterima. Oleh sebab itu hipotesis Alternatif yang berbunyi

“terdapat hubungan yang signifikan antara kecepatan reaksi kaki (x1) dengan hasil

lompatan lompat jauh gaya jongkok (y) pada siswa SMPN 2 Cilaku” ditolak pada

signifikansi = 0,05, dan teruji kebenarannya dalam penelitian ini. Dengan kata

lain tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Kecepatan reaksi kaki dengan

hasil lompatan hasil lompat jauh gaya jongkok pada siswa SMPN 2 Cilaku,

dengan koefisien korelasi sebesar r = -0.2666, dan tingkat hubungannya sebesar =

0.01 %.

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara panjang tungkai (x2) dengan

hasil lompatan lompat jauh gaya jongkok (y) pada siswa SMPN 2 Cilaku

diperoleh koefisien korelasi negatif sebesar r = 0.0856 dengan tingkat

hubungan R2 = 0.0073 %.

Dengan rumusan hipotesis statistik sebagai berikut :

Ho : = 0

Ha : > 0

Artinya :

Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara panjang tungkai (x2)

dengan hasil lompatan lompat jauh gaya jongkok (y) pada siswa

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 50

Page 51: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

SMPN 2 Cilaku, apabila nilai th (t hitung) lebih kecil dari nilai tt (t

tabel).

Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara panjang tungkai (x2)

dengan hasil lompatan lompat jauh gaya jongkok (y) pada siswa

SMPN 2 Cilaku, apabila nilai th (t hitung) lebih besar dari nilai tt (t

tabel).

Namun nilai r tersebut apakah signifikan atau tidak dilakukan pengujian dengan

uji-t. Dari hasil penghitungan diperoleh nilai t sebesar 0.454719 yang berarti < t

tabel 1.70 pada tingkat kepercayaan (dk= 28 ; = 0,05) (0.454719 < 1.70).

Dengan demikian Ho diterima. Oleh sebab itu hipotesis Alternatif yang berbunyi

“terdapat hubungan yang signifikan antara panjang tungkai (x2) dengan hasil

lompatan lompat jauh gaya jongkok (y) pada siswa SMPN 2 Cilaku” ditolak pada

signifikansi = 0,05, dan teruji kebenarannya dalam penelitian ini.

Dengan kata lain tidak terdapat hubungan yang signifikan antara panjang tungkai

dengan hasil lompatan hasil lompat jauh gaya jongkok pada siswa SMPN 2

Cilaku, dengan koefisien korelasi sebesar r = 0.0856, dan tingkat hubungannya

sebesar R2 = 0.0073 %.

1. Terdapat hubungan yang signifikan secara bersama-sama antara kecepatan

reaksi kaki (x1), panjang tungkai (x2) dengan hasil lompatan lompat jauh

gaya jongkok (y) pada siswa SMPN 2 Cilaku diperoleh koefisien korelasi

multipel sebesar Ry = 0.22 dengan tingkat hubungan R2 = 0.4693 %.

Dengan rumusan hipotesis statistik sebagai berikut :

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 51

Page 52: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

Ho : F = 0

Ha : F > 0

Artinya :

Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan secara bersama-sama antara

kecepatan reaksi kaki (x1), panjang tungkai (x2) dengan hasil lompatan

lompat jauh gaya jongkok (y) pada siswa SMPN 2 Cilaku, apabila

nilai th (t hitung) lebih kecil dari nilai tt (t tabel).

Ha : Terdapat hubungan yang signifikan secara bersama-sama antara

kecepatan reaksi kaki (x1), panjang tungkai (x2) dengan hasil lompatan

lompat jauh gaya jongkok (y) pada siswa SMPN 2 Cilaku, apabila

nilai th (t hitung) lebih besar dari nilai tt (t tabel).

Namun nilai r tersebut apakah signifikan atau tidak dilakukan pengujian dengan

uji-F. Dari hasil penghitungan diperoleh nilai F sebesar 3.812129 yang berarti > F

tabel 3.35 pada tingkat kepercayaan (dk= 28 ; = 0,05) (3.812129 > 3.35).

Dengan demikian Ho ditolak. Oleh sebab itu hipotesis Alternatif yang berbunyi

“terdapat hubungan yang signifikan secara bersama-sama antara kecepatan reaksi

kaki (x1), panjang tungkai (x2) dengan hasil lompatan lompat jauh gaya jongkok

(y) pada siswa SMPN 2 Cilaku” diterima pada signifikansi = 0,05, dan teruji

kebenarannya dalam penelitian ini. Dengan kata lain terdapat hubungan yang

signifikan antara kecepatan reaksi kaki dan panjang tungkai secara bersama-

sama dengan hasil lompatan hasil lompat jauh gaya jongkok pada siswa SMPN 2

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 52

Page 53: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

Cilaku, dengan koefisien korelasi multipel sebesar R = 0.22, dan tingkat

hubungannya sebesar R2 = 0.4693 %.

C. Temuan Penelitian

Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian setelah dilakukan

pengolahan data dengan analisa statistik, dan merupakan suatu temuan penelitian,

yakni :

1. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kecepatan reaksi kaki

dengan hasil lompatan lompat jauh gaya jongkok pada siswa SMPN 2

Cilaku dan hubungan yang terjadi kurang bermakna sebesar 0.071 %.

2. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara panjang tungkai dengan

hasil lompatan lompat jauh gaya jongkok pada siswa SMPN 2 Cilaku dan

tidak adanya hubungan yang terjadi tersebut cukup memberikan makna

sebesar 0.01 %.

3. Terdapat hubungan secara bersama-sama antara kecepatan reaksi kaki dan

variabel panjang tungkai dengan hasil lompatan lompat jauh gaya jongkok

pada siswa SMPN 2 Cilaku walaupun hubungan yang terjadi tersebut

kurang bermakna sebesar 0.4693 %.

D. Diskusi Hasil

Setelah dilakukan penelitian tentang permasalahan yang dihadapi dan

dibahas mulai dari awal sampai dengan ditariknya suatu kesimpulan sementara.

Ternyata hal tersebut perlu adanya tindak lanjut yang lebih baik, terutama dalam

usaha peningkatan kemampuan lompatan dalam nomor lompat jauh sebab

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 53

Page 54: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

pelompat tidak hanya memerlukan kecepatan reaksi kaki dan panjang tungkai

saja, Artinya usaha untuk meningkatkan kemampuan lompatan dalam lompat

jauh gaya jongkok tersebut, bukan hanya unsur kecepatan reaksi kaki, dan panjang

tungkai, melainkan perlu dukungan unsur-unsur kondisi fisik lain yang lebih

penting. Karena berdasarkan hasil pengujian statistik pada setiap hipotesis yang

diajukan menunjukan hasil yang kurang berarti. Dimana dari hasil yang telah

diolah menunjukan hasil pengetesan yang dilakukan oleh orang memberikan

gambaran kemampuan lompatan, itu dimungkinkan kemampuan lompatan dalam

lompat jauh didukung oleh unsur kondisi fisik lain yang lebih dominan di

bandingkan dengan kecepatan reaksi kaki dan panjang tungkai orang coba

tersebut.

E. Rangkuman Sementara

Berdasarkan temuan penelitian dan diskusi hasil didapat rangkuman

sementara yaitu :

1. Unsur kondisi fisik kecepatan reaksi kaki menunjukan hubungan yang

kurang berarti pada kemampuan lompatan lompat jauh gaya jongkok. Hal

itu dimungkinkan unsur kecepatan reaksi kaki kecil sekali dukungannya

pada pelaksanaan teknik lompatan khususnya pada lompat jauh gaya

jongkok memiliki tingkat hubungan sebesar 0.01 %.

2. Panjang tungkai menunjukan hubungan yang kurang berarti pada

kemampuan lompatan lompat jauh gaya jongkok. Hal itu dimungkinkan

bukan panjang tungkai lebih mendukung lompatan tetapi kemampuan otot

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 54

Page 55: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

tungkainya yang lebih besar dukungannya terhadap kemampuan lompatan

khususnya pada lompat jauh gaya jongkok yang memiliki tingkat

hubungan sebesar 0.01 %.

3. Kedua variabel kecepatan reaksi kaki dan panjang tungkai secara

bersamaan memberikan hubungan berarti dengan hasil lompatan lompat

jauh gaya jongkok walaupun hubungannya kurang signifikan. Artinya

teknik lompat jauh gaya jongkok tersebut ditunjang oleh kecepatan reaksi

kaki dan postur tubuh dalam hal ini panjang tungkai walaupun dukungan

terhadap teknik tersebut kurang berarti yakni sebesar 0.4693 %.

BAB V

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Simpulan

Dari hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan tentang

"Hubungan kecepatan reaksi kaki dan panjang tungkai dengan hasil lompatan

lompat jauh gaya jongkok siswa SMPN 2 Cilaku", dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 55

Page 56: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

1. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kecepatan reaksi kaki

dengan hasil lompatan lompat jauh gaya jongkok pada siswa SMPN 2

Cilaku.

2. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara unsur panjang tungkai

dengan hasil lompatan lompat jauh gaya jongkok pada siswa SMPN 2

Cilaku.

3. Terdapat hubungan secara bersamaan dari kedua variabel kecepatan reaksi

kaki dan panjang tungkai dengan hasil lompatan lompat jauh gaya jongkok

pada siswa SMPN 2 Cilaku, walaupun kurang signifikan.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka diajukan saran-saran

sebagai berikut :

1. Kepada orang coba khususnya siswa SMPN 2 Cilaku sebagai siswa yang

berlatih lompat jauh perlu meningkatkan kemampuan teknik lompat jauh

dengan lebih intensif dan tekun dalam melakukan latihan.

2. Diharapkan kepada guru, pelatih maupun praktisi olahraga, perlu

memperhatikan usur-unsur yang mendukung teknik suatu cabang

olahraga.

3. Perlu adanya penelitian tindak lanjut yang ada kaitannnya dengan

permasalahan ini tetapi dengan ruang lingkup yang lebih luas lagi.

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 56

Page 57: Skripsi Ahmad Frio 1-3

S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4

DAFTAR PUSTAKA

Abdoellah Arma, (1985). Olahraga untuk Pelatih Pembina dan Penggemar Bandung : Pionir Jaya

Arasoo, Vasudevant T. (1986). Asas Pendidikan Jasmani Peringkat Menengah dan Tinggi. Petaling Jaya, Fajar Bakti SDN. BDH. Ipoh. Malaysia.

Arikunto Suharsimi, (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta.

Carr, Gerry A, (2003). Atletik untuk Sekolah, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Dikdik. (2010). Mengajar dan Melatih Atletik. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Jarver Jess, (2005). Belajar dan Berlatih Atletik, Bandung : Pionir Jaya

Johnson, B.L., Nelson, J.K., (1986) Practical Measurements For Evaluation In Physical Education, Fourth Ed., New York, Macmillan Publishing Company.

Hadi, Sutrisno. (2000). Metodologi Research. Andi Offset. Yogyakarta.

Harsono, (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching, Jakarta : CV. Tambak Kusuma.

Harsono, (1991) Latihan Kondisi Fisik, Bandung : ITB dan FPOK

Kosasih, E (1985), Olahraga Tehnik dan Program Latihan, Jakarta : Akademik Presindo

Nurhasan. (2001), Tes dan Pengukuran Dalam Pendidikan Jasmani : Prinsip-prinsip dan Penerapannya. Jakarta : Depdiknas. Ditjen Dikdasmen. Ditjen Olahraga

Pate, R.R, Mc Clenaghan, B. Rotella, R. (1984), Scientific Foundation Of Coaching. Publishing, Philadelphia

Saputera, Yudha. (2004). Dasar-dasar Keterampilan Atletik. Depdiknas. Dirjen Dikdasmen. Dirjen Olahraga. Jakarta Pusat.

Sudjana, (2005). Metode Statistika, Bandung : Pustaka Setia

Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 57