Skripsi Ahmad Frio 1-3
-
Upload
edwin-aldrin -
Category
Documents
-
view
38 -
download
1
description
Transcript of Skripsi Ahmad Frio 1-3
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyusun skripsi dengan judul Hubungan Kecepatan Reaksi kaki Dan Panjang
Tungkai Terhadap Hasil Lompat Jauh Gaya Jongkok Pada Siswa SMP N 2
CILAKU.
Adapun penyusunan proposal skripsi ini dilakukan Sebagai Salah Satu Syarat
Penyusunan Skripsi Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
(PJKR) Pada Program S1 di Universitas Suryakancana Cianjur (UNSUR) dan
selanjutnya proposal ini sebagai pertimbangan pihak terkait untuk dilanjutkan
kebentuk skripsi.
Penulis menyadari akan kekurangan dalam penyusunan proposal skripsi ini, oleh
karena itu bimbingan dan arahan dari berbagai pihak sangat peneliti harapkan
demi hasil penelitian yang lebih baik.
Akhirnya penulis ucapkan terima kasih kepada ketua dan Dosen akademika
Universitas Suryakancana Cianjur (UNSUR) yang senantiasa memberikan arahan
dan bimbingan kepada penulis. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis umumnya bagi pembaca.
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 1
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................. I
DAFTAR ISI .................................................................. II
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 4
1. Latar Belakang Masalah..................................................... 4
2. Batasan Masalah ................................................................. 8
3. Rumusan Masalah ................................................................. 9
4. Tujuan Penelitian .................................................................. 9
5. Manfaat Penelitian .................................................................. 10
6. Anggapan Dasar dan Hipotesis .......................................... 11
7. Metode Penelitian .................................................................. 12
8. Lokasi, Populasi, dan Sampel .......................................... 13
BAB II LANDASAN TEORITIS ..................................................... 15
A. Hakikat Lompat Jauh ................................................................. 15
B. Hakikat Kecepatan Reaksi Kaki ......................................... 20
C. Hakikat Panjang Tungkai ................................................... 22
D. Hakikat Test dan Pengukuran ................................................... 23
E. Kerangka Berfikir ................................................................ 25
BAB III METODE PENELITIAN ........................................ 28
A. Definisi Oprasional Variabel .................................................... 28
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 2
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
B. Pengembangan alat Pengumpulan Data .............................. 29
C. Populasi dan Sampel ................................................................. 29
D. Pengumpulan data ...................................................................... 31
E. Desain Penelitian .............................................................. 32
F. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 32
G. Prosedur dan Teknik Pengolahan Data .......................... 36
H. Hipotesis Statistik .............................................................. 40
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 3
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Sekolah menengah pertama (disingkat SMP, Bahasa Inggris: junior high
school) adalah jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia
setelah lulus sekolah dasar (atau sederajat). Sekolah menengah pertama ditempuh
dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Pada tahun ajaran
1994/1995 hingga 2003/2004, sekolah ini pernah disebut sekolah lanjutan tingkat
pertama (SLTP).
Setiap sekolah memiliki Kurikulum, yang merupakan seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai isi dan bahan pengajaran, serta cara yang digunakan
dalam menyelenggarakan belajar mengajar (UU No. 2 Tahun 1989).Kurikulum
merupakan syarat mutlak bagi pendidikan di sekolah, hal ini berarti bahwa
kurikulum merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan atau
pembelajaran.Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses
pendidikan,yang mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi
tercapainya tujuan pendidikan.
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 4
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
Struktur kurikulum merupakan pola atau susunan mata pelajaran yang
harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman
muatan kurikulum setiap mata pelajaran dituangkan dalam kompetensi yang harus
dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur
kurikulum.
Demikian juga kurikulum di SMP memuat mata pelajaran Pendidikan
Jasmani dan kesehatan. Pendidikan Jasmani dan kesehatan adalah suatu proses
pendidikan seseorang yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai
kegiatan jasmani untuk memperoleh peningkatan kemampuan, pertumbuhan
kecerdasan, keterampilan jasmani dan pembentuk watak. Pendidikan jasmani pada
umumnya merupakan bagian dari kurikulum di sekolah termasuk olahraga dan
merawat fisik.
Kurikulum Pendidikan Jasmani dan Kesehatan di SMP memuat cabang olahraga
bola besar, bola kecil serta Atletik, Atletik adalah gabungan dari beberapa jenis olahraga
yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi nomorlari, lempar, dan lompat.
Kata ini berasal dari bahasa Yunani "athlon" yang berarti "kontes". Salah satu nomor
lompat yang termuat adalah lompat jauh.
Lompat jauh merupakan salah satu aktivitas pengembangan akan
kemampuan daya gerak yang dilakukan dari satu tempat ke tempat lainnya.
Menurut Jarver (2005;23)gaya lompat jauh terdiri dari tiga macam gaya yaitu :
“Lompat Jauh gaya Jongkok (tuckstyle), gaya menggantung (hanging in the air),
dan gaya jalan di udara (walking in the air)”. Gaya-gaya lompat jauh mengatur
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 5
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
sikap badan sewaktu melayang di udara. Oleh karena itu teknik lompat jauh sering
disebut juga gaya lompat jauh.
Perlu diketahui bahwa yang menyebabkan adanya perbedaan dari ketiga
gaya tersebut sebenarnya hanya terdapat pada saat badan melayang di udara saja.
Jadi mengenai awalan, tumpuan dan cara melakukan pendaratan dari ketiga gaya
tersebut pada prinsipnya sama.
Lompat jauh gaya jongkok relative mudah di pelajari oleh seorang pemula
karena dalam gaya jongkok ini gerakan kaki ayunannya yang berbeda, yaitu kaki
hanya diayun ke depan dan ke atas kemudian diluruskan untuk mencapai posisi
pendaratan. Mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan
seseorang dalam melakukan lompat jauh meliputi daya ledak, kekuatan,
kelincahan, kecepatan reaksi kaki, keseimbangan dan lain-lain hal ini di jelaskan
oleh.
Faktor yang mempengaruhi prestasi lompat jauh menurut Suharto
(http://www. Sarjanaku.com/2011/09/lompat-jauh-pengertian-teknik-faktor.html)
yakni :
1. Kecepatan (speed) adalah kemampuan untuk memindahkan sebagian
tubuh atau seluruhnya dari awalan sampai dengan pendaratan. Atau bertumpu
pada papan / balok sewaktu melakukan lompatan, kecepatan banyak ditentukan
kekuatan dan fleksibelitas
2. Kekuatan (Strength) adalah jumlah tenaga yang dapat dihasilkan oleh
kelompok otot pada kontraksi maksimal pada saat melakukan pekerjaan atau
latihan dalam melakukan lompatan
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 6
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
3. Daya ledak adalah kemampuan otot dalam melakukan tolakan tubuh
melayang di udara saat lepas dari balok tumpu
4. Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan suatu sikap
tubuh tertentu secara benar dari awal melakukan lompatan sampai selesai
melakukan lompatan
5. Keterampilan adalah kemampuan untuk melakukan suatu gerakan
motorik secara benar
6. Koordinasi adalah hal yang harus dimiliki oleh seorang atlet untuk dapat
mengkoordinasikan gerakan maju dengan kebutuhan naik.
Dari beberapa faktor di atas kecepatan (speed) mempengaruhi prestasi
lompat jauh. Mengenai kecepatanMenurut Harsono (1988:216), “Kecepatan
tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu strength, waktu reaksi,
dan fleksibilitas”. Menurut Nurhasan (2013:197), “Reaksi dapat diartikan sebagai
interval waktu antara penerima rangsang dan jawaban (response). Hampir semua
cabang olahraga membutuhkan reaksi yang cepat dalam melakukan teknik-teknik
cabang olahraga yang bersangkutan, sehingga performance yang ditampilkan
berhasil dengan baik”.
Disamping faktor fisiologis,kecepatan dan kecepatan reaksi faktor
penunjang dalamusaha untuk meningkatkan hasil lompat jauh diantaranya postur
anatomi. Hal ini di jelaskan menurut Sajoto (1988 : 3), salahsatu faktor penunjang
tersebut adalahfaktor anatomis atau postur tubuhyang meliputi : “ukuran
tinggi,panjang, besar, lebar, dan berattubuh. Keunggulan dalam posturtubuh
memang memberikankeuntungan tersendiri dalamolahraga”.
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 7
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
Menurut Sajoto (1988 : 111) bahwa, “Otot betis yang lebih panjang rata-
rata lebih kuat dibandingkan yang pendek”. Apabila seorang pelari memiliki otot
yang lebih panjang tidak menutup kemungkinan lebih besar kekuatan otot yang
dimiliki. Panjang otot sama pentingnya dengan panjang tulang,semakin panjang
otot semakin panjang tulangnya, kemungkinan juga besar pula kekuatan yang
dihasilkan. Sehingga panjang tungkai sangat diperlukan bagi seorang pelompat
jauh.
Peranan panjang tungkai terhadap kemampuan lompat jauh adalah sangat
penting. Tungkai yang panjang akan memberikan kekuatan serta peluang
melakukan gerakan dalam ruang yang lebih luas dan waktu yang terbatas. Oleh
karena itu, lompat jauh membutuhkan panjang tungkai sehingga memungkinkan
menghasilkan lompatan yang jauh ke depan.
Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang
masalah, maka dapat di identifikasikan beberapa masalah sebagai berikut: Faktor-
faktor apa saja yang mempengaruhi hasil lompat jauh ? Apakah faktor kondisi
fisik memberikan dukungan pada hasil lompat jauh ? jika demikian postur kondisi
fisik apa yang memberikan hubungan terhadap lompat jauh tersebut ? Bagaimana
hubungan kecepatan reaksi kaki dan panjang tungkai ?
Berdasarkan paparan diatas peneliti merasa tertarik untuk mencari hasil
atau hubungan antar kecepatan reaksi kaki dan panjang tungkai terhadap hasil
lompat jauh dan peneliti tuangkan dalam judul penelitian yaitu :Hubungan
Kecepatan Reaksi Kaki dan Panjang Tungkai Terhadap Hasil Lompat Jauh
Gaya Jongkok.
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 8
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
2. Batasan Masalah
Untuk mempermudah dalam merumuskan suatu masalah, maka perlu
diadakan pembatasan masalah agar penelitian ini mendalam pengkajiannya.
Masalah ini dibatasi pada Hubungan Kecepatan Reaksi Kaki dan Panjang Tungkai
Terhadap Hasil Lompat Jauh Gaya Jongkok pada siswa putra SMP Negeri 2
Cilaku.
3. Rumusan Masalah
Untuk mempermudah penelitian terhadap masalah yang diteliti, maka
permasalahan ini dibatasi pada “Hubungan kecepatan reaksi kaki dan panjang
tungkai terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok pada siswa SMP Negeri 2 Cilaku
Sesuai permasalahan diatas, penulis merumuskan masalah penelitian ini
sebagai berikut :
1. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kecepatan reaksi kaki dengan
hasil lompat jauh gaya jongkok, pada siswa putra SMP Negeri 2 Cilaku ?
2. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara panjang tungkai dengan hasil
lompat jauh gaya jongkok, pada siswa putra SMP Negeri 2 Cilaku ?
3. Apakah terdapat hubungan yang signifikan secara bersama antara kecepatan
reaksi kaki dan panjang tungkai dengan hasil lompat jauh gaya jongkok, pada
siswa putra SMP Negeri 2 Cilaku ?
4. Tujuan Penelitian
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 9
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan maka penelitian ini
bertujuan untuk :
1. Ingin mengetahui hubungan kecepatan reaksi kaki dengan hasil lompat jauh
gaya jongkok, pada siswa SMP Negeri 2 Cilaku.
2. Ingin mengetahui hubungan panjang tungkai dengan hasil lompat jauh gaya
jongkok, pada siswa SMP Negeri 2 Cilaku.
3. Ingin mengetahui hubungan secara bersama antara kecepatan reaksi kaki dan
panjang tungkai dengan hasil lompat jauh gaya jongkok, pada siswa SMP Negeri
2 Cilaku.
4. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat serta menjadikan masukan
dan pertimbangan dalam upaya meningkatkan efektivitas dan kesempurnaan dalam
penulisan ini. Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan suatu bahan pertimbangan dan sumbangan
ilmu bagi para pendidik untuk lebih mengetahui besarnya: Hubungan Kecepatan Reaksi
kaki Dan Panjang Tungkai Terhadap Hasil Lompat Jauh Gaya Jongkok Pada Siswa SMP N
2 CILAKU.
Secara Praktis
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 10
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
1. Bagi penulis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana penambah wawasan dan
penerapan ilmu yang diperoleh dalam perkuliahan serta sebagai wujud nyata dalam
penelitian.
2. Bagi akademis, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan atau evaluasi bagi
para akademis yang tertarik untuk mengadakan penelitian lebih detail.
3. Bagi pelatih dan guru, penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan atau evaluasi.
4. Bagi anak, penelitian ini dapat dijadikan sebagai tolak ukur sejauh mana kemampuan
dimilikinya.
5. Anggapan Dasar dan Hipotesis
1. Anggapan Dasar
Anggapan dasar atau asumsi ini diperlukan sebagai pegangan dan di
jadikan sebagai titik tolak penelitian untuk memecahkan suatu masalah. Hal ini
sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2010:104) bahwa : “Anggapan
dasar, atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya
diterima oleh penyelidik. Dikatakan selanjutnya bahwa setiap penyelidik dapat
merumuskan postulat yang berbeda. Seorang penyelidik mungkin meragu-ragukan
sesuatu anggapan dasar yang oleh orang lain diterima sebagai kebenaran”.
Berdasarkan uraian diatas, maka sebagai titik tolak pemikiran dalam
penelitian ini adalah : Cabang olahraga atletik nomor lompat jauh gaya jongkok
sangat di pengaruhi oleh kecepatan reaksi kaki untuk mengoptimalkan kecapatan
berlari dan ketepatan saat menolak di papan tolakan. Panjang tungkai juga
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 11
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
berpengaruh terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok karena panjang langkah
pada saat berlari semakin panjang dan kecepatannya akan bertambah cepat
maupun saat menolak akan menghasilkan hasil tolakan yang jauh sebagai akibat
kontribusi otot.
Berdasar uraian di atas, maka anggapan dasar penulis dalam penelitian
yang akan dilaksanakan ialah kecepatan reaksi kaki dan panjang tungkai memiliki
hubungan terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok.
2. Hipotesis
Hipotesis menurut Arikunto (2004 : 62) adalah “sebagai suatu jawaban
yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui
data yang terkumpul.” Secara umum, hipotesis adalah jawaban sementara seorang
peneliti terhadap penelitian yang dilakukannya dan dibuktikan kebenarannya
setelah penelitian dilakukan.
Berdasarkan asumsi penelitian sebagaimana penulis uraikan di atas, maka penulis
mengajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan yang signifikan dari kecepatan reaksi kaki terhadap hasil lompat
jauh gaya jongkok pada siswa SMP Negeri 2 Cilaku.
2. Terdapat hubungan yang signifikan dari panjang tungkai terhadap hasil lompat jauh
gaya jongkok pada siswa SMP Negeri 2 Cilaku.
3. Terdapat hubungan yang signifikan secara bersama antara kecepatan reaksi kaki
dan panjang tungkai terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok pada siswa SMP
Negeri 2 Cilaku.
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 12
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
6. Metode Penelitian
“Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya”, Arikunto (2010 : 203). Metode penelitian
yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah salah satu
jenis metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi
objek sesuai dengan apa adanya. Metode ini dipandang sesuai untuk memecahkan
masalah dengan bertujuan untuk mengetahui Hubungan Kecepatan Reaksi kaki
Dan Panjang Tungkai Terhadap Hasil Lompat Jauh Gaya Jongkok Pada Siswa
SMP N 2 Cilaku.
7. Lokasi, Populasi, dan Sampel
1. Lokasi
Lokasi penelitian dilaksanakan di Lapangan Olahraga SMP Negeri 2
Cilaku, Kabupaten Cianjur.
2. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Setiap penelitian yang akan dilaksanakan oleh seorang peneliti terlebih
dahulu menentukan populasi sebagai sumber data untuk keperluan penelitiannya.
Populasi tersebut dapat berbentuk manusia, nilai-nilai, dokumen, dan
peristiwa yang dijadikan objek penelitian. Arikunto (2010 : 173) menjelaskan
sebagai berikut: “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Penulis
mengambil populasi adalah seluruh siswa putra SMP Negeri 2 Cilaku yang
berjumlah 50 orang.
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 13
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang di teliti. Sampel
ditentukan dengan menggunakan metoda purposif sampling atau sampling
pertimbangan yaitu metoda yang didalam pengambilan sampelnya, peneliti
memilih atas dasar pertimbangan subjek-subjek di dalam populasi. Jadi hanya
subjek-subjek yang dianggap mampu dan cocok untuk dijadikan sampel yang
dipilih oleh peneliti atas dasar pertimbangan kasus yang akan di teliti. Adapun
jumlah sampel yang dipakai dalam penelitian ini berjumlah 30 orang.
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 14
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
BAB II
KECEPATAN REAKSI KAKI, PANJANG TUNGKAI DAN HASIL LOMPAT JAUH GAYA
JONGKOK
1. Hakikat Lompat Jauh Gaya Jongkok
Atletik mempunyai peranan penting terhadap cabang-cabang olahraga
karena gerakan-gerakannya merupakan gerakan dari seluruh gerakan olahraga.
Dalam cabang olahraga atletik ada empat nomor lompat, yaitu nomor lompat jauh,
lompat jangkit, lompat tinggi dan lompat galah.
Lompat jauh adalah suatu nomor dalam atletik. Lompat jauh pada masa
lalu merupakan cara manusia untuk mencari dan memburu makanan, serta cara
melarikan diri dari bahaya, baik dari sesama manusia atau binatang buas. Menurut
Mahendra, Sirodjudin, dan Supendi. (1994:01) dalam Adep (2009:8) ‘Tujuan dari
lompat jauh ini adalah untuk mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya’. Arti
dengan lompat jauh tersebut seseorang bisa mencapai jarak lompatan sejauh
mungkin.
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 15
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
Kurnia, (2004:26) mengatakan bahwa : ‘Lompat jauh adalah suatu gerakan
mengangkat tubuh dari titik tertentu ke titik lain untuk memperoleh jarak
lompatan paling jauh’. Gerakan lompat jauh diawali dengan satu tumpuan dan di
akhiri dengan gerakan mendarat menggunakan kedua kaki atau anggota tubuh
lainnya secara baik dan terkontrol. Lompat jauh dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa bentuk gaya, seperti gaya jongkok, gaya menggantung
dan gaya berjalan di udara.
Lompat jauh gaya jongkok paling mudah di pelajari bagi seorang pemula
karena dalam gaya yang sisebut sit down ini, ayunan gerakan kaki yang berbeda,
kaki hanya di ayun ke depan dan ke atas kemudian diluruskan unutuk mencapai
posisi pendaratan. Jadi tidak ada pergerakan kaki kebelakang setelah kaki tolak
lepas dari papan tolak. Oleh karena itu penulis memilih gaya jongkok untuk
penelitian ini karena gaya jongkok relatif sangat mudah untuk di pelajari.
Menurut Dikdik (2010:65) Rangkaian lompat jauh secara keseluruhan
adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1. Rangkaian lompat jauh terbagi dalam beberapa fase : awalan,
tolakan, melayang dan mendarat.
1. Fase awalan (approach), pelompat melakukan akselerasi dengan kecepatan
maksimal yang dapat di kontrol.
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 16
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
2. Dalam fase tolakan (take off),lompatan menghasilkan kecepatan vertikal dan
minimalisasi hilangnya kecepatan horisontal.
3. Dalam fase melayang pelompat melakukan persiapan untuk mendarat tiga
teknik melayang dapat digunakan : teknik sailing, hang, dan hitch kick walking in
the air.
4. Dalam fase mendarat, pelompat memaksimalkan jarak potensi pada jalur
melayang dan meminimalisasi hilangnya jarak saat menyentuh dan mendarat.
1. Awalan
Dikatakan oleh Jerver (2013:25). “maksudnya berlari dalam cabang
lompat jauh adalah untuk meningkatkan kecepatan horizontal secara maksimum
tanpa menimbulkan hambatan sewaktu take off”. Dengan demikian lari awalan
dalam lompat jauh untuk memperoleh kecepatan horozontal yang kemudian akan
ditransfer ke kecepatan vertikal pada saat tolakan. Pelompat akan
mengembangkan metode latihan awalannya dengan menggunakan check mark.
check mark adalah tanda yang dipasang pada lintasan awalan untuk
meningkatkan akurasi penolakan pada papan tolak. Salah satu syarat untuk latihan
awalan dengan check mark ini adalah ketetapan langkah pada saat lari.
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 17
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
Gambar 2.2. lari awalan sebelum menyentuh papan tolakan
(Araso.1989:110)
Seperti yang dikatakan oleh Dikdik, (2013:66) karakterik teknik awalan
adalah : “a) panjang awalan bervariasi antara 10 langkah (untuk pemula) sampai
20 langkah (untuk atlet kelas atas). b) teknik lari sama dengan teknik sprinter. c)
kecepatan awalan meningkat secara terus-menerus sampai papan tolak”.
2. Tolakan
Tujuan tolakan adalah untuk mencapai ketinggian maksimum dengan
sedikit mungkin kehilangan momentum ke depan. Dikatakan oleh Jarver
(2013:26) bahwa : “take off (lepas landas) dalam cabang lompat jauh adalah
mengubah gerakan lari menjadi suatu lompatan, dengan melakukanlompatan
tegak lurus, sambil mempertahankan kecepatan horizontal semaksimal mungkin”.
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 18
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
Gambar 2.3. Tahap take off; perhatikan penempatan kaki yang akan take
off, kaki sebelahnya, dan sudut pada waktu take off. (Jarver, 2013:26).
Seperti yang dikemukakan di atas, pada saat kaki menolak kontak dengan
papan tolakan, bagian kaki yang pertama menyentuh papan tolakan tumit. Posisi
badan saat ini masih di belakang kaki tolak. Lutut kaki tolak masih sedikit
bengkok, dalam saat yang bersamaan, titik berat badan bergerak ke depan
melewati titik tumpu kaki.
3. Saat melayang di udara
Tahap melayang di udara merupakan tahap ketiga dari serangkaian
gerakan dalam cabang lompat jauh, melayang adalah pada saat kaki tolak kontak
dengan papan tolakan dan berakhir dengan tumit menyentuh pasir pada bak
lompat jauh. Untuk dapat melayang melintasi suatu garis diperlukan kekuatan dan
kecepatan, sebagai mana yang dikatakan oleh Jarver, (2013;28) bahwa : “ ada tiga
teknik pilihan dalam tahap melayang ini, yaitu : 1. Teknikthe sail (teknik
duduk/jongkok). 2. Teknik the hang (teknik menggantung). 3. Teknik the hitch
kick (teknik berjalan di udara)”.
Dari ketiga teknik tersebut tujuannya adalah untuk mencapai lompatan
yang sejauh-jauhnya. Hal yang harus diperhatikan dalammelayang di udara pada
nomor lompat jauh, menurut Jarver (2013:28) adalah “ tidak ada suatu apapun
yang dapat mempengaruhi atau mengubah kecepatan atau arah gerakan dari pusat
gaya berat tubuh pelompat”. Fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 19
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
teknik lompat jauh gaya jongkok, maka gambaran saat melayang di udara dapat di
lihat pada gambar berikut.
Gambar 2.4. melayang di udara dengan menggunakan teknik the sail
(teknik duduk/jongkok). (Dikdik, 2010:67).
4. Mendarat
Mendarat (landing) merupakan tahap terakhir dari serangkaian gerak
dalam nomor lompat jauh. Dikatakan oleh Mahendra, Sirodjudin, dan Supendi
(1994:48) “Mendarat yang baik adalah mendarat yang memungkinkan pantat
melewati tempat pendaratan di mana tumit yang menjadi bagian pertama
menyentuh tempat pendaratan”.
Seperti yang dikatakan oleh Jarver , (2013:31) tujuan mendarat adalah : “a)
mendapatkan suatu posisi dengan kedua kaki menyentuh pasir sejauh mungkin di
depan pusat gaya berat tubuh pelompat. b) mencegah (jangan sampai) tubuh
pelompat jatuh kebelakang”.
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 20
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
Gambar 2.5: Posisi mendarat (landing). (Jarver, 2013:32).
5. Hakikat Kecepatan Reaksi Kaki
Menurut Angga dalam blog nya (http://www.http://anggaway89.wordpress.com/2010/05/24/kecepatanreaksi/).
Kecepatan reaksi berasal dari kata “kecepatan” dan “reaksi”. Kecepatan merupakan sejumlah gerakan per waktu. Reaksi berarti kegiatan (aksi) yang timbul karena satu perintah atau suatu peristiwa. Dari penjabaran tersebut, maka kecepatan reaksi adalah gerakan yang dilakukan tubuh untuk menjawab secepat mungkin sesaat setelah mendapat suatu respons atau peristiwa dalam satuan waktu.
Kecepatan reaksi atau daya reaksi adalah kemampuan merespons sesaat
setelah stimulus yang diterima syaraf yang berupa bunyi atau tanda lampu
menyala.Beberapa prinsip yang perlu ditaati dalam usaha meningkatkan
pengembangan kecepatan reaksi yaitu meningkatkan pengenalan terhadap situasi
persepsi khusus dan mengotomatisasikan semaksimal mungkin jawaban motoris
yang perlu dibuat atau sikap kinetis yang perlu dipilih dalam situasi nyata. Oleh
karena itu sangat perlu adanya metode latihan yang mengkondisikan atlet pada
situasi pertandingan yang sesungguhnya, di mana atlet dituntut melakukan
gerakan secepat-cepatnya dalam waktu yang singkat.
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 21
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
Jadi kecepatan reaksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah,
kemampuan gerak kaki dengan kecepatan bergerak dalam merespon stimulus
yang ada. Sebaigan otot yang berpengaruh pada kecepatan reaksi kaki
digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.6. otot-otot tungkai bawah bagian belakang yang dapat
memberikan kekuatan secara bersama. (Damiri, 1994; 183).
Dari pendapat ini dijelaskan kecepatan reaksi seorang atlet harus
mengerahkan tenaga yang optimal seperti kebutuhan cabang-cabang olahraga
pada nomor yang ada unsur akselerasi (percepatan) seperti menendang, balap, lari,
balap sepedah, mendayung, renang, dan sebagainy.
6. Hakikat Panjang Tungkai
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 22
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
Tungkai adalah bagian bawah tubuh manusia yang berfungsi untuk
menggerakan tubuh, seperti berjalan, berlari dan melompat. Terjadinya gerakan
pada tungkai tersebut disebabkan adanya otot-otot dan tulang, otot sebagian alat
gerak aktif dan tulang alat gerak pasif.
Tungkai menurut damiri (1994: 56) sebagai berikut “Tungkai sesuai
fungsinya sebagai alat gerak, ia menahan berat badan bagian atas, ia dapat
memindahkan tubuh (bergerak), ia dapat menggerakan tubuh ke arah atas, dan ia
dapat menendang dsb”. Tungkai (kanan/kiri) disusun oleh tulang paha atau
tungkai atas, tulang tempurung lutut, tulang kering, tulang betis, tulang pangkal
kaki, tulang tapak kaki, dan tulang jari-jari kaki.
Gambar2.7.Ekstremitas bawah terdiri dari tulang pelvis, femur, tibia, fibula, tarsal, metatarsal, dan tulang-tulang phalangs.
(www.ekstremitasinferior.com)
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 23
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
7. Hakikat Tes dan Pengukuran
Dalam proses hasil penilaian hasil belajar siswa dibutuhkan data yang
obyektif, yang diperoleh dari hasil pengukuran. Tes merupakan suatu alat ukur
yang dapat digunakan untuk memperoleh data yang obyektif tentang hasil belajar
siswa (Nurhasan, Hasanudin Cholil. 2013:3).
Lebih lanjut Suharsiwi Asukunto yang dikutip oleh Nurhasan dan
Hasanudin Cholil (2013:3) mengemukakan pengertian tes yaitu “tes merupakan
suatu alat atau prosedur yang digunakan untuk mengethui atau mengukur sesuatu
dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan”. Dari hasil
tes, biasanya diperoleh tentang atribut atau sifat-sifat yang terdapat dalam individu
atau obyek yang bersangkutan.Data dapat dihimpun melalui tes, angket, observasi
dan wawancara atau bentuk lainnya yang sesuai (Nurhasan, Hasanudin Cholil.
2013:4).
Data yang dihimpun dalam pendidikan mencakup ranah kognitif, afektif
dan psikomotor.Untuk menghimpun data / informasi yang bersifat kognitif bisa
melalui tes tulis dan tes lisan.
Dari hasil tes, biasanya diperoleh tentang atribut atau sifat- sifat yang
terdapat pada individu atau obyek yang bersangkutan.Data dapat dihimpun
melalui tes, angket, observasi, dan wawancara atau bentuk lainnya yang
sesuai.Menurut Nurhasan dan Cholil (2013:4) mengatakan bahwa, “data atau
informasi yang bersifat motorik dapat dihimpun antara lain melalui tes
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 24
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
kemampuan dan gerak dasar, tes kemampuan fungsional, tes cardio vascular, dan
tes keterampilan”.
Dengan alat-alat tes maupun tes lapangan, barulah kemudian dapat
diketahui status seseorang pada waktu itu apakah dalam keadaan baik, sedang atau
kurang, baik secara keseluruhan maupun secara komponen masing-masing.
Berdasarkan keadaan tersebut barulah seseorang dapat menyusun program latihan
fisik untuk jangka waktuyang ditentukan, sesuai status yang diperlukan.
Pengukuran berkaitan erat dengan proses pencarian atau penentuan nilai
kuantitatif. Pengukuran diartikan sebagai pemberian angka kepada suatu atribut
atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal atau obyek tertentu
menurut aturan atau formulasi yang jelas.
Menurut Nurhasan dan Cholil (2013:5) mengatakan bahwa :
“Pengukuran adalah proses pengumpulan data/ informasi dari suatu obyek
tertentu, dalam proses pengukuran diperlukan suatu alat ukur. Alat ukur ini bisa
berupa a) Tes dalam bentuk pertanyaan- pertanyaan, b) Tes dalam bentuk
psikomotor, c) Berupa skala sikap dan berupa alat ukur yang bersifat standard
misalnya ukuran meter, berat, ukuran derajat Fahrenheit (0F), derajat Celcius
(0C).Dengan alat ukur ini kita akan memperoleh data dari suatu obyek tertentu,
sehingga kita dapat mengungkapkan tentang keadaan obyek tersebut secara
obyektif. Suatu ciri khas dari pengukuran meliputi hasil- hasil atau bentuk angka
atau skor dan hasilnya dapat diolah secara statistik”.
Prinsip-prinsip tes dan pengukuran dalam pendidikan adalah sebagai
berikut : a) sebagai alat ukur untuk mencapai tujuan, b) pengukuran berhubungan
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 25
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
dengan tujuan, c) penentuan kebutuhan, d) menentukan kebutuhan peralatan,
bahan dan metode, e) pengukuran lebih luas daripada tes, f) pengukuran objektif
dan subjektif. (Nurhasan dan Cholil, 2013:20).
Pengukuran merupakan salah satu teknik dalam evaluasi, khususnya dalam
proses pengumpulan data. Menurut Nurhasan dan Cholil (2013:22), fungsi tes dan
pengukuran adalah sebagai berikut :
a) megadakan klasifikasi siswa, b) menentukan status siswa, c)
mengadakan diagnosa bimbingan, d) pemberian motivasi, e) perbaikan mengajar,
f) menilai guru dan bahan, g) alat pembantu dalam survey, h) alat pembantu dalam
penelitian.
8. Kerangka Berfikir
Hubungan Kecepatan Reaksi Kaki dan Panjang Tungkai Terhadap Hasil Lompat
Jauh Gaya Jongkok sangat erat. Kedua komponen tersebut sangat penting dalam hasil
Lompat Jauh Gaya Jongkok.
Penelitian ini diselenggarakan dalam rangka untuk mengetahui Hubungan
Kecepatan Reaksi Kaki dan Panjang Tungkai Terhadap Hasil Lompat Jauh Gaya Jongkok
Pada Siswa SMP Negeri 2 Cilaku.
Oleh karena itu hubungan tersebut pada anak akan diketahui setelah mengikuti
tes tersebut dan mengetahui hasilnya. Peserta kegiatan ini adalah Siswa SMP Negeri 2
Cilaku, karena dalam tingkat tersebut cukup bagi permulaan mengetahui hubungan
tersebut.Bentuk tes yang diselenggarakan sangat bervariasi untuk memungkinkan anak
tersebut dapat mengetahui hubungan tersebut.
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 26
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
Beranjak dari pemikiran tersebut maka dalam penelitian ini peneliti
berusaha mencari sampai dimana Hubungan Kecepatan Reaksi Kaki dan Panjang
Tungkai Terhadap Hasil Lompat Jauh Gaya Jongkok Pada Siswa SMP Negeri 2
Cilaku.Untuk memperjelas kerangka pemikiran dalam penelitian ini digambarkan
bagan atau skema penelitian sebagai berikut :
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 27
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
SKEMA PENELITIAN
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 28
POPULASI
Siswa putra SMP Negeri 2 Cilaku
TES KECEPATAN REAKSI KAKI
SAMPEL
30 Orang Siswa
HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK
ANALISIS DATA
KESIMPULAN
TES PANJANG TUNGKAI
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Definisi Oprasional Variabel
Untuk menghindari salah penafsiran terhadap istilah yang digunakan
dalam penelitian ini, maka penulis mencoba memberikan penjelasan mengenai
beberapa istilah sebagai berikut :
1. Hubungan menurut kamus besar bahasa indonesia, adalah “Keterkaitan antara dua
variable atau lebih yang terjalin karena adanya interaksi”.
2. Kecepatan reaksi ialah kecepatan bergerak dari sebagian atau keseluruhan organ
tubuh dalam merespon stimulus yang ada (Pate, 1984:267) dalam (Harun, 2009:19).
3. Panjang tungkai adalah bagian bawah tubuh manusia yang berfungsi untuk
menggerakan tubuh, seperti berjalan, berlari dan melompat. Terjadinya gerakan
pada tungkai tersebut disebabkan adanya otot-otot dan tulang, otot sebagian alat
gerak aktif dan tulang alat gerak pasif. Yang diukur dari pakal paha sampai telapak
kaki.
4. Tungkai Menurut Pearce (1992:75) dalam Harun (2009:19) adalah ‘anggota gerak
bawah yaitu tulang dari axtrimitas inferior anggota gerak bawah dikaitkan kepada
batang tubuh dengan perantaraan batang panggul.’
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 29
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
5. Kecepatan menurut Harsono (1988:216) kecepatan adalah kemampuan untuk
melakukan gerak yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya.
6. Lompat jauh menurut Kurnia (2004:26) adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari
titik tertentu ke titik lain untuk memperoleh jarak lompatan paling jauh.
2. Pengembangan Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang diperlukan digunakan
alat ukur. Nurhasan (2013:5) mengumukakan bahwa “Dalam proses pengukuran
diperlukan suatu alat ukur”. Dengan alat ukur ini kita akan mendapatkan data
yang merupakan hasil pengukuran, sesuai dengan masalah yang diteliti, maka alat
ukur yang digunkan untuk mengumpulkan data adalah :
1. Pengukuran kecepatan reaksi kaki, untuk mengukurnya penulis menggunakan tes
Nelson reaction foot dengan memiliki tingkat validitas test 0,78 dan realibilitas tes
0,93. (Jhonson & Nelson, 1986;257).
2. Pengukuran panjang tungkai Validitas instrument ini adalah Content validity dan
koefisien reliabilitas 0,84 sampai 0,98. (Tim Anatomi FIK, 2004:14).
3. Tes kemampuan lompatan pada lompat jauh, test yang digunakan dalam penelitian
ini adalah test lompat jauh. Nurhasan (1991;130) dengan tingkat validitas tes 0,65
dan reliabilitas tes 0,77
3. Populasi dan Sampel
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 30
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
Arikunto (2010 : 173) menjelaskan sebagai berikut: “Populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian”. Sedangkan menurut Sudjana (2005 : 161)
menjelaskan bahwa, “Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik
hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitatif ataupun kualitatif, daripada
karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas”.
Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan cara-
cara tertentu, Sudjana (2005 : 161). Arikunto (2010 : 174) mengemukakan sebagai
berikut:
Jika hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Yang dimaksud dengan menggeneralisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat penulis simpulkan
bahwa penelti tidak mungkin selalu meneliti seluruh populasi. Untuk itu peneliti
bisa mengambil sebagian atau beberapa persen dari populasi untuk dikatakan
mewakili seluruh populasi. Mengenai besar kecilnya sampel tidaklah merupakan
alasan untuk dikatakan mewakili atau tidaknya sampel tersebut terhadap populasi.
Mengutip pendapat Gay dan Diehl (1992) yang ditulis dalam
http://teorionlinejurnal.wordpress.com/2012/08/20/menentukan-ukuran-sampel-
menurut-para-ahli/, mengasumsikan bahwa,
Semakin banyak sampel yang diambil maka akan semakin representatif
dan hasilnya dapat digenelisir. Namun ukuran sampel yang diterima akan
sangat bergantung pada jenis penelitiannya.
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 31
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
1. Jika penelitiannya bersifat deskriptif, maka sampel minimunya adalah 10% dari populasi.
2. Jika penelitianya korelasional, sampel minimunya adalah 30 subjek.
3. Apabila penelitian kausal perbandingan, sampelnya sebanyak 30 subjek per group.
4. Apabila penelitian eksperimental, sampel minimumnya adalah 15 subjek per group.
Berdasarkan keterangan diatas, dengan jumlah populasi 50 orang dan metode
penelitian ini bersifat deskriptif maka penulis mengambil sampel sekurang-
kurangnya 10% dari jumlah populasi. Dengan petimbangan-pertimbangan lain
mengenai besarnya populasi dan sampel yang diperlukan, berkaitan dengan hal
biaya, tenaga serta waktu yang tersedia maka penulis mengambil garis tengah
yakni mengambil sampel sebanyak 30 orang.
Tehnik atau cara yang dilakukan penulis dalam menentukan sampel, yaitu sebagai
berikut :
1. Didata seluruh populasi berjumlah 50 orang dari seluruh siswa putrakelas VIII
SMP Negeri 2 Cilaku secara purposif sampling.
2. Kemudian diambil sebagian dari populasi untuk dijadikan sampel dengan cara
diberikan pengetesan melakukan lompat jauh satu persatu sampai seluruh siswa
mendapatkan bagiannya masing-masing.
3. Saat pengetesan peneliti melihat dengan cermat subjek mana saja yang dirasa
cukup baik dalam melakukan lompat jauh dan mampu mewakili dari seluruh
populasi untuk dijadikan sampel.
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 32
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
4. 30 orang terbaik dari seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian.
5. Pengumpulan Data
Sebelum test dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan persiapan-persiapan
administrasi. Setelah itu dipersiapkan pula segala fasilitasnya. Sebelumnya siswa yang
akan melaksanakan tes diberikan penjelasan terlebih dahulu tentang cara melakukan tes
yang akan dilakukan sehingga pada waktu pelaksanaannya benar-benar dipahami.
6. Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif dengan tehnik survey
korelasi, yaitu suatu penelitianuntuk mengumpulkan data yang diperoleh dengan
cara mengukur dan mencatat hasil dari pengukuran yang terdiri dari kecepatan
reaksi kaki danpanjang tungkai terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok.
Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah kecepatan reaksi
kakidanpanjang tungkai serta variabel terikatnya adalah hasil lompat jauh gaya
jongkok. Disain penelitian yang digunakan yaitu :
F. Teknik Pengumpulan Data
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 33
X₁ : Kecepatan reaksi kaki
X₂ : Panjang Tungkai
Y : Hasil lompat jauh gaya jongkok
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
Data diperlukan dalam penelitian ini adalah berupa data kecepatan reaksi
kaki, panjang tungkai, dan hasil lompat jauh gaya jongkok. Adapun Instrumen
penelitian yaitu :
1. Tes kecepatan Reaksi Kaki
Kecepatan reaksi kaki yang dimaksud adalah kecepatan dari reaksi kaki yaitu
untuk mengukur kemampuan kaki dalam melakukan kecepatan reaksi kakidalam
melakukan menangkap penggaris dengan kaki Tes Nelson reaction foot (Jhonson &
Nelson 1986:257) dalam (Harun 2009:22).
1. Alat Tes : Bangku Penggaris kayu/plastik dengan ukuran 100 cm, stop watch.
2. Pelaksanaan :
Posisi orang coba duduk di bangku dengan salah satu kaki ditekuk ke
depan, dan ujung kaki menyentuh dinding.
Penggaris kayu/pelastik dijatuhkan oleh petugas lain tepat berada diantara
ujung kaki yang ditekuk dengan dinding sekitar 2 inchi. Setelah diberi aba-aba
“siap” maka penggaris yang dijatuhkan diberi waktu antara ¹⁄₂ detik sampai 2
detik sebelum dijatuhkan penggarisnya dan stop watch di hidupkan. Pada saat
penggaris turun tepat diantara dinding dan ujung kaki secara cepat orang coba
menangkap penggaris tersebut, dan pada saat bersamaan penggaris dapat
ditangkap oleh ujung kaki yang diluruskan ke dinding maka stop watch
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 34
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
dimatikan/diberhentikan. Lakukan hal tersebut dengan pengulangan sebanyak 20
kali dengam diberi interval istirahat selama 30 detik.
3. Penilaian :
Hasil yang dicatat adalah beberapa nilai yang diperoleh dari kemampuan kaki
untuk menangkap penggaris tadi, beberapa cm kemampuan kaki untuk dapat
menangkap penggaris dan beberapa waktu yang dapat di perolehnya. Dari ke dua puluh
(20) kali melakukan, buang 5 nilai tertinggi dan buang 5 nilai terrendah, dan hitung
beberapa nilai rata” yang diperoleh dari sepuluh kali melakukan yang dijadikan sebagai
data untuk keperluan penelitian.
Gerakan yang tidak benar dianggap tidak melakukan dan tidak dihitung yaitu bila ujung
kaki tidak mampu melakukan tangkapan penggaris.
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 35
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
Gambar 3.8. Pelaksanaan Tes Kecepatan Reaksi Kaki (Jhonson & Nelson, 1986:157)
dalam (Harun, 2009:23)
4. Tes Panjang Tungkai
Tujuan : Untuk mengukur panjang tungkai.
Alat : Meteran
Cara pangukurannya :
1. Testi berdiri tegak di atas lantai yang rata
2. Testor meraba bagian tulang yang terluar di sebelah lateral pada paha (pada
trochanter mayor), dan bila paha di ayunkan anterior maupun ke posterior nampak
trochanter mayor bergerak.
3. Testor meletakkan meteran pas pada titik trochanter mayor, lalu tarik meteran
sampai bagian kaki yang terbawah. Instruman yang di gunakan untuk mengukur
adalah meteran baja
yang dihitung dengan satuan cm.
Validitas instrument ini adalah Content validity dan koefisien reliabilitas 0,84
sampai 0,98. (Tim Anatomi FIK, 2004:14) yang ditulis dalam
http://eprints.uny.ac.id/8870/5/lampiran_08601244101.pdf.
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 36
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Panjang tungkai
Gambar 3.9. Panjang tungkai (Tim Anatomi, 2003: 52)
http://eprints.uny.ac.id/8870/5/lampiran_08601244101.pdf
5. Tes Lompat Jauh Gaya Jongkok
Dengan cara tes pengukuran lompat jauh dengan gaya jongkok, untuk
mengukur kemampuan lompat jauh. Pengukuran dari tolakan sampai bagian tubuh
paling belakang setelah melompat. Alat yang digunakan:
a. Bak Lompat Jauhb. Petugas
c. Rol Meter
d. Bendera
e. Peluit
f. AlatTulis
Petunjuk Pelaksanaan :
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 37
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
1.Sebelum dilaksanakan test dan pengukuran, paratesti di kumpulkan dan diberi penjelasan secukupnya.
2. Setiap testi melakukan lompatan tiga kali secara bergiliran,
3. Pengukuran diukur dari tolakan sampai jatuhnya anggota badan yang paling belakang setelah melakukan lompatan
4. Hasil penilaian berupa skor diambil dari lompatan terjauh dinyatakan
sebagai kemampuan lompat jauh yang diukur dengan satuan
centimeter. Hasil terbaik dicatat sebagai data.
G. Prosedur dan Teknik Pengolahan Data
Pengelolaan data guna dianalisis diambil dari hasil tes kecepatan reaksi
kaki (X1), panjang tungkai (X2) dan hasil tes lompat jauh gaya jongkok (Y),
dengan menggunakan teknik korelasi dan regresi sederhana, menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Mencari nilai rata-rata, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
x=∑ X
n (Sudjana, 2005:66)
Keterangan :
x= Nilai yang dicari
∑x = Jumlah dari variabel
N = Jumlah Sampel
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 38
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
2. Mencari nilai (simpangan baku) pada masing-masing variabel penelitian, dengan
menggunakan rumus Variansi (S²) dan akar dari variansi adalah nilai simpangan
baku dengan rumus sebagai berikut :
S= ∑ ( X I – x ) ²
n−1 (Sudjana,2005:93)
Arti rumus di atas adalah :
S = Simpangan baku yang dicari
∑= Jumlah dari
xi = Score mentah
n = Jumlah sample
3. Setelah diketahui nilai rata-rata dan simpangan bakunya pada masing-masing
data hasil pngetesan untuk setiap variabel penelitin, maka langkah selanjutnya
adalah penghitungan T-Skore dengan rumus sebagai berikut :
T-Skore = 50 + 10 (X−X )
S
4. Setelah diketahui nilai T-Skor pada data setiap variabel yang diteliti, maka
langkah selanjutnya adalah penghitungan skala skor dengan rumus sebagai
berikut :
Tabel 2.3. Norma Penilaian dan Standar 1-10 (Nurhasan,2001:177)
Skala Nilai
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 39
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
X+2,25 (s ) 10
X+1,75 (s ) 9
X+1,25 (s ) 8
X+0,75(s) 7
X+0,25(s) 6
X−0,25(s) 5
X−0,75(s) 4
X−1,25(s) 3
X−1,75(s) 2
X−2,25(s) 1
5. Untuk mengetahui apakah data tersebut normal atau tidak maka dilakukan
pengujian normalitas dan homogenitas dengan langkah-langkah sebagi berikut :
1. Menguji normalitas data dari setiap tes untuk mengetahui pengujian dan
pendekatan selanjutnya dengan menggunakan uji kenormalan
Lilliefors.Prosedur yang digunakan rumus :
1. Pengamatan X1, X2, ....Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, .....Zn dengan
menggunakan rumus :
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 40
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
Zi = Xi−X
s(Sudjana 2005:466)
2. Untuk tiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku,
kemudian dihitung peluang.
F(Zi) = P (Z≤ Zi) (Sudjana 2005:466)
3. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2,...Zn ≤ Zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S
(Zi), maka :
S(Zi) = Banyaknya Z 1 , Z 2 ,.... Zn yang≤ Zi
n(Sudjana 2002:467)
4. Menghitung selisih F (Zi)-S(Zi) Kemudian tentukan harga mutlaknya.
5. Ambil harga mutlak yang paling besar diantara harga-harga mutlak tersebut.
Sebutlah harga terbesar ini Lo. Kriteria uji normalitas Lilliefors, adalah:
Dengan kriteria :
Terima Ho jika Lo <La = kesimpulannya populasi distribusi normal.
Tolak Ho jika Lo >La = kesimpulannya populasi distribusi tidak normal.
6. Menguji homogenitas data untuk mengetahui kesamaan atau keseimbangan
kondisi dari masing-masing kelompok. Hal ini dilakukan agar sampel yang akan
dibandingkan berada dalam kondisi yang sama. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut :
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 41
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
F = Variansi terbesarVariansi terkecil
1. Menguji Hipotesis / Uji Signifikan
2. Mencari Korelasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
r=n∑ X i Y i−¿¿
R2= r2 x 100%
(Sudjana,2005:369)
3. Menguji hipotesis ke 1 dan hipotesis ke 2, menggunakan rumus sebagai berikut :
t= r √n−2
√1−r 2
(Sudjana,2005:380)
4. Mencari koefisien korelasi multipel diantara variabel X₁,X₂ dan variabel Y dengan
menggunakan rumus:
Ry₁₂=√ r ² y 1+r ² y 2−2 r y1 r y2 r ₁₂1−r ²₁₂
(Sudjana,2005:385)
Keterangan : r y 1= Koefisien korelasi antara y dan X₁
r y 2= Koefisien korelasi antara y dan X₂
r₁₂ = Koefisien korelasi antara X₁ dan X₂
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 42
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
5. Untuk menguji hipotesis ke 3 digunakan rumus Uji F sebagai berikut :
F =R ²/k
(1−R ²) /(n−k−1)(Sudjana,2005:385)
H. Hipotesis Statistik
1. Rumus hipotesis pertama dengan menggunakan hipotesis statistik sebagai
berikut :
Ho : p = 0
Ha : p > 0
Artinya :
Ho: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kecepatan reaksi kaki(X₁) dengan hasil lompat jauh gaya jongkok (y) pada siswa pada siswa SMP Negeri 2 Cilaku, apabila nilai th (t hitung) lebih kecil dari nilai tt (t tabel).
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara kecepatan reaksi kaki (X1) dengan hasil lompat jauh gaya jongkok (y) pada siswa pada siswa SMP Negeri 2 Cilaku, apabila nilai th (t hitung) lebih besar dari nilai tt (t tabel).
2. Rumusan Hipotesis kedua dengan menggunakan statistik sebagai berikut :
Ho : p = 0
Ha : p > 0
Artinya :
Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara panjang tungkai (X2) dengan hasil lompat jauh gaya jongkok (y) pada siswa pada siswa SMP Negeri 2 Cilaku, apabila nilai th (t hitung) lebih kecil dari nilai tt (t tabel).
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 43
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara panjang tungkai (X2) dengan hasil lompat jauh gaya jongkok (y) pada siswa pada siswa SMP Negeri 2 Cilaku, apabila nilai th (t hitung) lebih besar dari nilai tt (t tabel).
3. Rumus hipotesis ketiga dengan menggunakan statistika sebagai berikut :
Ho : F = 0
Ha : F> 0
Artinya :
Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan secara bersama antara kecepatan reaksi kaki (X1) dan panjang tungkai (X2) dengan hasil lompat jauh gaya jongkok (y) pada siswa pada siswa SMP Negeri 2 Cilaku, apabila nilai Fh (F hitung) lebih kecil dari nilai F t (F tabel).
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan secara bersama antara kecepatan reaksi kaki (X1) dan panjang tungkai (X2) dengan hasil lompat jauh gaya jongkok (y) pada siswa pada siswa SMP Negeri 2 Cilaku, apabila nilai Fh (F hitung) lebih besar dari nilai F t (F tabel).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA
1. Temuan-temuan Studi
Setelah penulis melakukan penelitian dan dijumpai kondisi siswa putera
SMP Negeri 2 Cilaku, bahwa selama dilaksanakan pengetesan dan pengukuran
kecepatan reaksi kaki, Panjang Tungkai dan hasil lompatan lompat jauh gaya
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 44
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
jongkok, banyak dijumpai adanya kodisi fisik siswa putera yang mempunyai
kondisi fisik yang kurang prima. Hal itu dapat diketahui dari hasil tes dan
pengukuran pada siswa putera, yaitu kemampuan kondisi fisik yang tidak merata.
Salah satunya dimungkinkan oleh kondisi fisik yang tidak terlatih, yang hanya
dihasilkan dari kegiatan belajar mengajar pendidikan jasmani.
2. Pembahasan
1. Deskripsi Data
Setelah melalui tes dan pengukuran kecepatan reaksi kaki, panjang tungkai
dan hasil lompatan lompat jauh gaya jongkok, diperoleh data mentah dan diolah
menjadi data baku melalui tahapan t-skore, skala skore. Selanjutnya data nilai
skala skore diolah dengan statistik menggunakan rumus korelasi, dimana
diperoleh nilai-nilai skala skore (hasil penghitungan terlampir) :
1. Kecepatan Reaksi Kaki
Data kecepatan reaksi kaki yang diperoleh dari hasil tes Nelson reaction foot,
menunjukan rentang 2 s.d 9 dengan nilai rata-rata sebesar 5.17 dan nilai
simpangan bakunya sebesar 1.58.
2. Panjang Tungkai
Data panjang tungkai yang diperoleh dari hasil Pengukuran panjang tungkai
Validitas instrument ini adalah Content validity dan koefisien reliabilitas 0,84
sampai 0,98. (Tim Anatomi FIK, 2004:14). Menunjukan rentang 2 s.d 9 dengan
nilai rata-rata sebesar 5.00 dan nilai simpangan bakunya sebesar 1.95.
3. Hasil lompatan lompat jauh gaya jongkok
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 45
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
Data hasil lompatan lompat jauh gaya jongkok yang diperoleh dari hasil tes
lompat jauh gaya jongkok, menunjukan rentang 2 s.d 8 dengan nilai rata-rata
sebesar 5.17 dan nilai simpangan bakunya sebesar 1.60.
Tabel 4.3. Nilai Rentang, Nilai Rata-Rata Dan Standard Deviasi
Dari Data Skala Skor Variabel Penelitian
VARIABEL NILAI
RENTANG
RATA-RATA STANDARD
DEVIASI
1. Kecepatan reaksi kaki
(X1) 2 – 9 5.17 1.58
1. Panjang tungkai
(X2) 2 – 9 5.00 1.95
1. Hasil lompatan
lompat jauh gaya
jongkok (Y)
2 – 8 5.17 1.60
Tabel 4.4. Koefisien Korelasi Dan Determinasi dari Data Skala Skor
VARIABEL KORELASI
( r )
DETERMINASI
( R )
PERSENTASE
( % )
1. X1 dengan Y
2. X2 dengan Y
3. X1 dengan X2
-0.2666
0.0856
0.5335
0.071
0.0073
0.2846
0.01
0.01
0.28
4. X1, X2 dengan Y 0.3629 0.30
2. Pengujian Persyaratan Analisis
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 46
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
Sesuai dengan teknik analisis data yang dikemukakan pada Bab III, bahwa
teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis korelasional, maka sebelum
analisis tersebut perlu dilakukan pengujian terhadap persyaratan-persyaratan,
yaitu : 1) normalitas sampel, dan 2) homogenitas sampel.
a. Uji Normalitas Sampel
Dalam penelitian ini pengujian normalitas menggunakan uji normalitas
Lilliefors. Pengujian dipergunakan untuk mengetahui pendekatan selanjutnya
dalam menganalisis data, apakah menggunakan pendekatan parametrik atau non
parametrik.
Pendekatan parametrik digunakan apabila hasil pengujian normalitas data
tersebut normal, sedangkan apabila data tersebut tidak normal maka pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan non parametrik. Hasil pengolahan data
tersebut tertera pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.5. : Rangkuman Hasil Uji Normalitas Sampel dengan menggunakan
Uji Liliefors dengan taraf signifikansi = 0.05.
Variable Lo Lt Kesimpulan
X1 30 0.5595 1.258 Normal
X2 30 0.5666 1.258 Normal
Y 30 0.5778 1.258 Normal
Pada tabel di atas tampak bahwa harga Lo untuk semua variabel lebih kecil
dari harga Lt, sehingga dapat disimpulkan bahwa data berupa kecepatan reaksi
kaki, panjang tungkai dan hasil lompatan lompat jauh gaya jongkok pada siswa
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 47
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
putera SMPN 2 Cilaku sebagai sampel pada setiap kelompok berasal dari populasi
yang berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas Sampel
Uji homogenitas menggunakan uji kesamaan dua varians (Sudjana, 1989 : 249)
Uji homogenitas kelompok antara variable X1 dengan Variabel Y
S2 Variabel X1 = 2.4805 S2 Variabel Y = 2.5575
F=VariansterbesarVarians terkecil
=2 .55752 .4805 = 1.028
Uji homogenitas kelompok antara variable X2 dengan Variabel Y
S2 Variabel X1 = 3.3.7931 S2 Variabel Y = 2.5575
F=VariansterbesarVarians terkecil
=3 .79312 .5575 = 1.483
Hasil pengujian homogenitas varians sampel dapat dilihat pada tabel 6.4. berikut :
Tabel 4.6. : Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Sampel dengan
menggunakan Uji Kesamaan Dua Varians dengan taraf signifikansi = 0.05.
Varians Kelompok Dk Fh Ft Kesimpulan
Variabel X1 – Variabel Y (30, 30) 1.028 1.70 Homogen
Variabel X2 – Variabel Y (30, 30) 1.483 1.70 Homogen
Pada tabel 6.4. di atas dapat dilihat bahwa harga Fh untuk masing-masing
variabel lebih kecil dari harga Ft sehingga dapat disimpulkan bahwa data berupa
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 48
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
kecepatan reaksi kaki, panjang tungkai dan hasil lompatan lompat jauh gaya
jongkok siswa putera SMPN 2 Cilaku memiliki variansi sampel yang homogen.
1. Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil analisis data, maka selanjutnya dapat dilakukan
pengujian hipotesis yang telah dirumuskan, sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara Kecepatan reaksi kaki (x1)
dengan hasil lompatan lompat jauh gaya jongkok (y) pada siswa SMPN 2
Cilaku diperoleh koefisien korelasi sebesar r = -0.2666 dengan tingkat
hubungan
R2= 0.071 %.
Dengan rumusan hipotesis statistik sebagai berikut :
Ho : = 0
Ha : > 0
Artinya :
Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kecepatan reaksi
kaki(x1) dengan hasil lompatan lompat jauh gaya jongkok (y) pada
siswa SMPN 2 Cilaku, apabila nilai th (t hitung) lebih kecil dari nilai tt
(t tabel).
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara kecepatan reaksi kaki (x1)
dengan hasil lompatan lompat jauh gaya jongkok (y) pada siswa
SMPN 2 Cilaku, apabila nilai th (t hitung) lebih besar dari nilai tt (t
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 49
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
tabel).
Namun nilai r tersebut apakah signifikan atau tidak dilakukan pengujian dengan
uji-t. Dari hasil penghitungan diperoleh nilai t sebesar - 1,46333 yang berarti < t
tabel 1.70 pada tingkat kepercayaan (dk= 28 ; = 0,05) (-1.46333 < 1.70).
Dengan demikian Ho diterima. Oleh sebab itu hipotesis Alternatif yang berbunyi
“terdapat hubungan yang signifikan antara kecepatan reaksi kaki (x1) dengan hasil
lompatan lompat jauh gaya jongkok (y) pada siswa SMPN 2 Cilaku” ditolak pada
signifikansi = 0,05, dan teruji kebenarannya dalam penelitian ini. Dengan kata
lain tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Kecepatan reaksi kaki dengan
hasil lompatan hasil lompat jauh gaya jongkok pada siswa SMPN 2 Cilaku,
dengan koefisien korelasi sebesar r = -0.2666, dan tingkat hubungannya sebesar =
0.01 %.
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara panjang tungkai (x2) dengan
hasil lompatan lompat jauh gaya jongkok (y) pada siswa SMPN 2 Cilaku
diperoleh koefisien korelasi negatif sebesar r = 0.0856 dengan tingkat
hubungan R2 = 0.0073 %.
Dengan rumusan hipotesis statistik sebagai berikut :
Ho : = 0
Ha : > 0
Artinya :
Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara panjang tungkai (x2)
dengan hasil lompatan lompat jauh gaya jongkok (y) pada siswa
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 50
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
SMPN 2 Cilaku, apabila nilai th (t hitung) lebih kecil dari nilai tt (t
tabel).
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara panjang tungkai (x2)
dengan hasil lompatan lompat jauh gaya jongkok (y) pada siswa
SMPN 2 Cilaku, apabila nilai th (t hitung) lebih besar dari nilai tt (t
tabel).
Namun nilai r tersebut apakah signifikan atau tidak dilakukan pengujian dengan
uji-t. Dari hasil penghitungan diperoleh nilai t sebesar 0.454719 yang berarti < t
tabel 1.70 pada tingkat kepercayaan (dk= 28 ; = 0,05) (0.454719 < 1.70).
Dengan demikian Ho diterima. Oleh sebab itu hipotesis Alternatif yang berbunyi
“terdapat hubungan yang signifikan antara panjang tungkai (x2) dengan hasil
lompatan lompat jauh gaya jongkok (y) pada siswa SMPN 2 Cilaku” ditolak pada
signifikansi = 0,05, dan teruji kebenarannya dalam penelitian ini.
Dengan kata lain tidak terdapat hubungan yang signifikan antara panjang tungkai
dengan hasil lompatan hasil lompat jauh gaya jongkok pada siswa SMPN 2
Cilaku, dengan koefisien korelasi sebesar r = 0.0856, dan tingkat hubungannya
sebesar R2 = 0.0073 %.
1. Terdapat hubungan yang signifikan secara bersama-sama antara kecepatan
reaksi kaki (x1), panjang tungkai (x2) dengan hasil lompatan lompat jauh
gaya jongkok (y) pada siswa SMPN 2 Cilaku diperoleh koefisien korelasi
multipel sebesar Ry = 0.22 dengan tingkat hubungan R2 = 0.4693 %.
Dengan rumusan hipotesis statistik sebagai berikut :
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 51
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
Ho : F = 0
Ha : F > 0
Artinya :
Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan secara bersama-sama antara
kecepatan reaksi kaki (x1), panjang tungkai (x2) dengan hasil lompatan
lompat jauh gaya jongkok (y) pada siswa SMPN 2 Cilaku, apabila
nilai th (t hitung) lebih kecil dari nilai tt (t tabel).
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan secara bersama-sama antara
kecepatan reaksi kaki (x1), panjang tungkai (x2) dengan hasil lompatan
lompat jauh gaya jongkok (y) pada siswa SMPN 2 Cilaku, apabila
nilai th (t hitung) lebih besar dari nilai tt (t tabel).
Namun nilai r tersebut apakah signifikan atau tidak dilakukan pengujian dengan
uji-F. Dari hasil penghitungan diperoleh nilai F sebesar 3.812129 yang berarti > F
tabel 3.35 pada tingkat kepercayaan (dk= 28 ; = 0,05) (3.812129 > 3.35).
Dengan demikian Ho ditolak. Oleh sebab itu hipotesis Alternatif yang berbunyi
“terdapat hubungan yang signifikan secara bersama-sama antara kecepatan reaksi
kaki (x1), panjang tungkai (x2) dengan hasil lompatan lompat jauh gaya jongkok
(y) pada siswa SMPN 2 Cilaku” diterima pada signifikansi = 0,05, dan teruji
kebenarannya dalam penelitian ini. Dengan kata lain terdapat hubungan yang
signifikan antara kecepatan reaksi kaki dan panjang tungkai secara bersama-
sama dengan hasil lompatan hasil lompat jauh gaya jongkok pada siswa SMPN 2
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 52
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
Cilaku, dengan koefisien korelasi multipel sebesar R = 0.22, dan tingkat
hubungannya sebesar R2 = 0.4693 %.
C. Temuan Penelitian
Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian setelah dilakukan
pengolahan data dengan analisa statistik, dan merupakan suatu temuan penelitian,
yakni :
1. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kecepatan reaksi kaki
dengan hasil lompatan lompat jauh gaya jongkok pada siswa SMPN 2
Cilaku dan hubungan yang terjadi kurang bermakna sebesar 0.071 %.
2. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara panjang tungkai dengan
hasil lompatan lompat jauh gaya jongkok pada siswa SMPN 2 Cilaku dan
tidak adanya hubungan yang terjadi tersebut cukup memberikan makna
sebesar 0.01 %.
3. Terdapat hubungan secara bersama-sama antara kecepatan reaksi kaki dan
variabel panjang tungkai dengan hasil lompatan lompat jauh gaya jongkok
pada siswa SMPN 2 Cilaku walaupun hubungan yang terjadi tersebut
kurang bermakna sebesar 0.4693 %.
D. Diskusi Hasil
Setelah dilakukan penelitian tentang permasalahan yang dihadapi dan
dibahas mulai dari awal sampai dengan ditariknya suatu kesimpulan sementara.
Ternyata hal tersebut perlu adanya tindak lanjut yang lebih baik, terutama dalam
usaha peningkatan kemampuan lompatan dalam nomor lompat jauh sebab
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 53
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
pelompat tidak hanya memerlukan kecepatan reaksi kaki dan panjang tungkai
saja, Artinya usaha untuk meningkatkan kemampuan lompatan dalam lompat
jauh gaya jongkok tersebut, bukan hanya unsur kecepatan reaksi kaki, dan panjang
tungkai, melainkan perlu dukungan unsur-unsur kondisi fisik lain yang lebih
penting. Karena berdasarkan hasil pengujian statistik pada setiap hipotesis yang
diajukan menunjukan hasil yang kurang berarti. Dimana dari hasil yang telah
diolah menunjukan hasil pengetesan yang dilakukan oleh orang memberikan
gambaran kemampuan lompatan, itu dimungkinkan kemampuan lompatan dalam
lompat jauh didukung oleh unsur kondisi fisik lain yang lebih dominan di
bandingkan dengan kecepatan reaksi kaki dan panjang tungkai orang coba
tersebut.
E. Rangkuman Sementara
Berdasarkan temuan penelitian dan diskusi hasil didapat rangkuman
sementara yaitu :
1. Unsur kondisi fisik kecepatan reaksi kaki menunjukan hubungan yang
kurang berarti pada kemampuan lompatan lompat jauh gaya jongkok. Hal
itu dimungkinkan unsur kecepatan reaksi kaki kecil sekali dukungannya
pada pelaksanaan teknik lompatan khususnya pada lompat jauh gaya
jongkok memiliki tingkat hubungan sebesar 0.01 %.
2. Panjang tungkai menunjukan hubungan yang kurang berarti pada
kemampuan lompatan lompat jauh gaya jongkok. Hal itu dimungkinkan
bukan panjang tungkai lebih mendukung lompatan tetapi kemampuan otot
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 54
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
tungkainya yang lebih besar dukungannya terhadap kemampuan lompatan
khususnya pada lompat jauh gaya jongkok yang memiliki tingkat
hubungan sebesar 0.01 %.
3. Kedua variabel kecepatan reaksi kaki dan panjang tungkai secara
bersamaan memberikan hubungan berarti dengan hasil lompatan lompat
jauh gaya jongkok walaupun hubungannya kurang signifikan. Artinya
teknik lompat jauh gaya jongkok tersebut ditunjang oleh kecepatan reaksi
kaki dan postur tubuh dalam hal ini panjang tungkai walaupun dukungan
terhadap teknik tersebut kurang berarti yakni sebesar 0.4693 %.
BAB V
SIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Simpulan
Dari hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan tentang
"Hubungan kecepatan reaksi kaki dan panjang tungkai dengan hasil lompatan
lompat jauh gaya jongkok siswa SMPN 2 Cilaku", dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 55
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
1. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kecepatan reaksi kaki
dengan hasil lompatan lompat jauh gaya jongkok pada siswa SMPN 2
Cilaku.
2. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara unsur panjang tungkai
dengan hasil lompatan lompat jauh gaya jongkok pada siswa SMPN 2
Cilaku.
3. Terdapat hubungan secara bersamaan dari kedua variabel kecepatan reaksi
kaki dan panjang tungkai dengan hasil lompatan lompat jauh gaya jongkok
pada siswa SMPN 2 Cilaku, walaupun kurang signifikan.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka diajukan saran-saran
sebagai berikut :
1. Kepada orang coba khususnya siswa SMPN 2 Cilaku sebagai siswa yang
berlatih lompat jauh perlu meningkatkan kemampuan teknik lompat jauh
dengan lebih intensif dan tekun dalam melakukan latihan.
2. Diharapkan kepada guru, pelatih maupun praktisi olahraga, perlu
memperhatikan usur-unsur yang mendukung teknik suatu cabang
olahraga.
3. Perlu adanya penelitian tindak lanjut yang ada kaitannnya dengan
permasalahan ini tetapi dengan ruang lingkup yang lebih luas lagi.
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 56
S K R I P S I - P J K R - F K I P - 2 0 1 4
DAFTAR PUSTAKA
Abdoellah Arma, (1985). Olahraga untuk Pelatih Pembina dan Penggemar Bandung : Pionir Jaya
Arasoo, Vasudevant T. (1986). Asas Pendidikan Jasmani Peringkat Menengah dan Tinggi. Petaling Jaya, Fajar Bakti SDN. BDH. Ipoh. Malaysia.
Arikunto Suharsimi, (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta.
Carr, Gerry A, (2003). Atletik untuk Sekolah, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Dikdik. (2010). Mengajar dan Melatih Atletik. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Jarver Jess, (2005). Belajar dan Berlatih Atletik, Bandung : Pionir Jaya
Johnson, B.L., Nelson, J.K., (1986) Practical Measurements For Evaluation In Physical Education, Fourth Ed., New York, Macmillan Publishing Company.
Hadi, Sutrisno. (2000). Metodologi Research. Andi Offset. Yogyakarta.
Harsono, (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching, Jakarta : CV. Tambak Kusuma.
Harsono, (1991) Latihan Kondisi Fisik, Bandung : ITB dan FPOK
Kosasih, E (1985), Olahraga Tehnik dan Program Latihan, Jakarta : Akademik Presindo
Nurhasan. (2001), Tes dan Pengukuran Dalam Pendidikan Jasmani : Prinsip-prinsip dan Penerapannya. Jakarta : Depdiknas. Ditjen Dikdasmen. Ditjen Olahraga
Pate, R.R, Mc Clenaghan, B. Rotella, R. (1984), Scientific Foundation Of Coaching. Publishing, Philadelphia
Saputera, Yudha. (2004). Dasar-dasar Keterampilan Atletik. Depdiknas. Dirjen Dikdasmen. Dirjen Olahraga. Jakarta Pusat.
Sudjana, (2005). Metode Statistika, Bandung : Pustaka Setia
Ahmad Frio Hikmat Nuraksa -UNSUR 57