Proposal skripsi ahmad hakim

36
PROPOSAL SKRIPSI PERBEDAAN HASIL BELAJAR TEKNIK AUDIO VIDEO MENGGUNAKAN POLA PIKIR INDUKTIF DENGAN HASIL BELAJAR TEKNIK AUDIO VIDEO MENGGUNAKAN POLA PIKIR DEDUKTIF DI SMKN 5 JAKARTA TIMUR DiSusun oleh: AHMAD HAKIM (5215083416) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

Transcript of Proposal skripsi ahmad hakim

Page 1: Proposal skripsi ahmad hakim

PROPOSAL SKRIPSI

PERBEDAAN HASIL BELAJAR TEKNIK AUDIO VIDEO MENGGUNAKAN POLA

PIKIR INDUKTIF DENGAN HASIL BELAJAR TEKNIK AUDIO VIDEO

MENGGUNAKAN POLA PIKIR DEDUKTIF DI SMKN 5 JAKARTA TIMUR

DiSusun oleh:

AHMAD HAKIM (5215083416)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKAJURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2012

Page 2: Proposal skripsi ahmad hakim

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah,Segala puji syukur kehadirat Allah SWT. Salawat serta salam tercurah

kepada pemimpin besar kita Nabi Muhammad SAW. yang telah memberikan rahmat dan

karunianya, sehingga penulis dapat mengajukan proposal skripsi dengan judul ”PERBEDAAN

HASIL BELAJAR TEKNIK AUDIO VIDEO MENGGUNAKAN POLA PIKIR

INDUKTIF DENGAN HASIL BELAJAR TEKNIK AUDIO VIDEO MENGGUNAKAN

POLA PIKIR DEDUKTIF DI SMKN 5 JAKARTA TIMUR ” harapan penulis agar bisa

selesai tepat pada waktunya amiin. Salawat serta salam semoga tercurah kepada pemimpin besar

kita Nabi Muhammad SAW.

Penyusun menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan kesalahan yang telah

diperbuat, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan, Atas

perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, 1 Januari 2012

Penyusun

Page 3: Proposal skripsi ahmad hakim

ABSTRAK

AHMAD HAKIM, Perbedaan Hasil Belajar Teknik Audio Video Menggunakan Pola Pikir Induktif Dengan

Hasil Belajar Teknik Audio Video Menggunakan Pola Pikir Deduktif di SMKN 5 Jakarta Timur. Skripsi,

Program Studi Pendidikan Teknik Elektronika, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri

Jakarta. 2008.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai perbedaan hasil belajar

sub kompetensi Teknik Audio Video antara siswa yang diajar menggunakan pola pikir induktif

dengan siswa yang diajar menggunakan pola pikir deduktif di kelas I Program Keahlian

Elektronika SMK Negeri 5 Jakarta tahun ajaran 2012/2013 semester genap.

Penelitian ini menggunakan metode experiment dengan populasi terjangkau seluruh

siswa kelas I Program Keahlian Teknik Elektronika SMKN 5 Jakarta. Sampel penelitian diambil

dengan metode Random Sampling. Jumlah siswa yang diamati adalah 80 orang, 40 siswa sebagai

kelas eksperimen I yaitu proses belajar mengajar menggunakan pola pikir induktif dan 40 siswa

sebagai kelas eksperimen II dimana proses belajar mengajar menggunakan pola pikir deduktif.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes ulangan harian. Koefisien reliabilitas instrumen

dan rata-rata indeks daya pembeda soal. Uji normalitas dilakukan menggunakan uji Liliefors

pada kelas eksperimen I didapat nilai L0 dan pada kelas eksperimen II didapat nilai L0 . Nilai

keduanya terletak di bawah harga Ltabel pada taraf signifikan α . Uji homogenitas hasil belajar

menggunakan uji-T

Dari hasil analisis pengujian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar

sub kompetensi teknik audio video antara siswa yang diajar dengan menggunakan pola pikir

induktif dengan hasil belajar menggunakan pola pikir deduktif.

Page 4: Proposal skripsi ahmad hakim

DAFTAR ISI

ABSTRAK

PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar BelakangB. Identifikasi MasalahC. Pembahasan MasalahD. Perumusan MasalahE. Tujuan Umum PenelitianF. Manfaat Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritis1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar2. Hakikat Demonstrasi3. Hakikat Konsep4. Hakikat Pola Pikir Induktif5. Hakikat Pola Pikir Deduktif

B. Kerangka BerpikirC. Pengajuan Hipotesis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan PenelitianB. Tempat dan Waktu PenelitianC. Metode PenelitianD. Desain PenelitianE. Teknik Pengambilan SampelF. Teknik Pengumpulan DataG. Instrument PenelitianH. Hipotesis StatistikI. Teknik Analisis Data

Page 5: Proposal skripsi ahmad hakim

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi DataB. Pengujian Persyaratan Analisis DataC. Pengujian HipotesisD. Penafsiran Kesimpulan Analisis DataE. Kesimpulan Pengujian HipotesisF. Diskusi

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. KesimpulanB. ImplikasiC. Saran

Page 6: Proposal skripsi ahmad hakim

DAFTAR TABEL

1. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Teknik Audio Video Kelompok Siswa Yang Diajar Dengan Demonstrasi Melalui Pola Pikir Induktif

2. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Teknik Audio Video Kelompok Siswa Yang Diajar Dengan Demonstrasi Melalui Pola Pikir Deduktif

3. Harga Uji-T4. Wilayah Luas Dibawah Kurva Normal5. Harga Krisis L Untuk Uji Lilieforse6. Nilai Presentil Untuk Distribusi F

Page 7: Proposal skripsi ahmad hakim

DAFTAR LAMPIRAN1. Program Satuan Pelajaran2. Spesifikasi Penyusunan Soal Tes3. Instrumen Tes Penelitian4. Kunci Jawaban5. Demonstrasi Melalui Pola Pikir Induktif6. Demonstrasi Melalui Pola Pikir Deduktif7. Analisis Reabilitas Alat Ukur8. Analisis Validitas Alat Ukur9. Analisis Derajat Kesulitan Alat Ukur10. Analisis Daya Beda Soal11. Data Hasil Belajar Teknik Audio Video Kelompok Siswa Yang Diajar Dengan

Demonstrasi Melalui Pola Pikir Induktif12. Data Hasil Belajar Teknik Audio Video Kelompok Siswa Yang Diajar Dengan

Demonstrasi Melalui Pola Pikir Deduktif13. Perhitungan Kelas dan Interval Kelas14. Distribusi Frekuensi Skor Kelompok Siswa Yang Diajar Dengan Demonstrasi Melalui

Pola Pikir Induktif15. Distribusi Frekuensi Skor Kelompok Siswa Yang Diajar Dengan Demonstrasi Melalui

Pola Pikir Deduktif16. Simpangan Baku17. Uji Normalitas18. Uji Homogenitas19. Analisis Data Dengan Uji-T

Page 8: Proposal skripsi ahmad hakim

LATAR BELAKANG MASALAH

Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan merupakan bagian penting dalam upaya

meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan di sekolah dapat menghasilkan

manusia yang cerdas, kreatif dan bertanggung jawab. Kualitas sumber daya manusia sangat

ditentukan oleh kualitas pendidikan yang diperolehnya. Semakin tinggi kualitas pendidikan yang

diperolehnya, semakin tinggi pula kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan.

Peningkatan kualitas pendidikan tidak lepas dari upaya peningkatan komponen-

komponen yang terdapat didalamnya. Komponen tersebut saling terikat erat satu dengan yang

lainnya dalam satu sistem. Komponen yang dimaksud meliputi: guru, metode pengajaran,

kurikulum, siswa, sarana dan prasarana sekolah.

Peningkatan kualitas pendidikan ini tidak hanya diberikan pada sekolah-sekolah tingkat

Dasar, Menengah Pertama (SMP), ataupun Sekolah Menengah Atas (SMA), tetapi perlu

diperhatikan pula pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pada tingkat SMK mulai diberikan

dasar pengetahuan dan keterampilan yang memegang peran penting dalam mempersiapkan siswa

untuk menjadi tenaga kerja yang profesional sesuai dengan bidang keahlian yang diminatinya.

Maka dari itu dalam proses belajar dan mengajar guru harus menentukan metode yang

efektif dan cara peyampaian suatu konsep dari sebuah mata pelajaran agar proses tersebut dapat

berjalan secara efektif agar peserta didik dapat menguasai konsep dengan baik.

Proses belajar mengajar merupakan interaksi antara guru dan siswa. Dalam proses

tersebut guru berperan sebagai pengajar atau pemimpin belajar, sedangkan siswa berperan

sebagai subjek belajar. Di dalam proses belajar mengajar siswa tidak hanya menerima informasi

akan tetapi siswa harus terlibat dalam berbagai kegiatan maupun tindakan kelas agar proses

belajar menjadi efektif dan tujuan belajarpun tercapai.

Guru memiliki peran penting dalam proses belajar.Tujuan belajar mengajar secara umum

adalah untuk mengembangkan kemampuan penguasaan bahan ajar,pengembangan keterampilan,

dan mengembangkan nilai dan sikap yang ada pada siswa.

Siswa berperan sebagai subyek belajar, maka aktivitas siswa merupakan syarat mutlak untuk

berlangsungnya proses interaksi belajar mengajar.Tanpa aktivitas siswa belajar hanyalah

pemberian informasi yang berarti interaksi dalam proses belajar mengajar tidak berlangsung

dengan baik.

Page 9: Proposal skripsi ahmad hakim

Guru berperan penting dalam mengusahakan agar siswa aktif dalam kegiatan belajar

mengajar.Hal ini dapat dilakukan menggunakan upaya menerapkan beberapa metode atau teknik

penyampaian materi pelajaran yang dapat merangsang atau membangkitkan minat belajar siswa

dalam kegiatan belajar mengajar agar dapat berjalan dengan efisien dan efektif.

Salah satu metode yang dapat mengaktifkan siswa agar dapat terlibat dalam proses

pembentukan atau pembuktian suatu konsep yaitu dengan metode demonstrasi melakukan

eksperimen siswa dibimbing untuk mengamati objek-objek, kejadian-kejadian kemudian

dihubungkan dengan ngagasan yang dimiliki siswa.

Dengan metode demonstrasi ini siswa diharapkan dapat lebih memahami dan mengingat

konsep yang telah dipelajarinya serta meningkatkan penalaran dan kemampuan siswa untuk

berpikir secara bebas untuk menemukan masalah dan memecahkanya sendiri.

Untuk mengetahui keefektifan dari suatu demonstrasi dalam perolehan konsep perlu

diadakan penelitian mana yang lebih efektif antara perolehan konsep melalui pola pikir induktif

dengan konsep pola pikir deduktif.

IDENTIFIKASI MASALAH

Dari latar belakang masalah yang diuraikan diatas maka timbul berbagai pemasalahan,

diantaranya:

1. Apakah metode demonstrasi dapat memotifasi siswa belajar?

2. Upaya apasaja yang dapat dilakukan guru untuk mengefektifitaskan demonstrasi

agar dapat mencapai tujuan belajar mengajar?

3. Apakah berbeda hasil belajar siswa yang melakukan demonstrasi untuk

memperoleh konsep melalui pola pikir dengan pola pikir deduktif?

4. Apakah demonstrasi dalam perolehan konsep melalui pola pikir induktif dapat

meningkatkan hasil belajar siswa?

5. Apakah demonstrasi dalam perolehan konsep melalui pola pikir deduktif dapat

meningkatkan hasil belajar siswa?

6. Apakah demonstrasi untuk memperoleh konsep melalui pola pikir dengan pola

pikir deduktif dapat meningkatkan mutu pendidikan disekolah?

Page 10: Proposal skripsi ahmad hakim

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. DESKRIPSI TEORITIS

1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang akan menghasilkan suatu perubahan yang

lebih baik pada diri individu yang melaksanakan belajar tersebut. Sekolah merupakan

tempat terjadinya proses belajar mengajar antara siswa dengan guru, diharapkan siswa

dapat mengembangkan pengetahuannya dengan cara latihan maupun praktek. Sekolah

menengah kejuruan, banyak mata pelajaran yang saling berhubungan satu sama lain. Baik

itu berkesinambungan (mata pelajaran lanjutan) ataupun mata pelajaran yang membantu

proses pemahaman siswa dalam mendalami suatu materi di pelajaran lain.

Menurut S. Nasution, “Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan kelakuan

baru atau mengubah kelakuan lama sehingga seorang lebih mampu untuk menghadapi

situasi dalam hidupnya. Dengan belajar diharapkan individu yang melaksanakan proses

belajar yaitu siswa dapat mengembangkan masalah yang baru berdasarkan konsep yang

sudah dipelajari”.

“Belajar adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang

untuk mencapai suatu perubahan tingkah laku. Kegiatan yang dilakukan dalam belajar

pada dasarnya adalah proses aktif dari orang yang belajar sehingga terjadi hubungan yang

dinamis dan saling mempengaruhi antara diri orang yang belajar dengan lingkungannya.

Menurut aliran teori belajar modern bahwa belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan dan

perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam bertingkah laku yang baru berkat

pengalaman dan latihan”.Menurut Oemar malik

Dikatakan pula bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan keseluruhan

tingkah laku, yaitu terjadinya aspek-aspek tingkah laku Kognitif, Afektif dan

Psikomotorik. Serta Menurut Miarso, “Belajar adalah kegiatan para siswa, baik itu

dengan bimbingan guru atau dengan usahanya sendiri sepenuhnya.”1

Sehingga dapat disimpulkan definisi belajar tersebut yaitu : belajar merupakan

usaha memperoleh ilmu, baik itu melalui berlatih maupun dari pengalaman. Dimana

pengalaman dan proses latihan tersebut dapat merubah tingkah laku secara permanen

1 Yusufhadi Miarso, Teknologi Komunikasi Pendidikan, (Jakarta: CV Rajawali, 1984), h. 25.

Page 11: Proposal skripsi ahmad hakim

sebagai hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Belajar juga selalu meliputi 3 aspek

yaitu aspek kognitif, psikomotorik dan afektif.

Tujuan proses belajar mengajar adalah materi yang ada dapat dimengerti dengan

baik oleh guru dan siswa sebagai subyek belajar.Semua usaha dikerahkan untuk

meningkatkan efektifitas proses belajar mengajar agar tujuan itu dapat tercapai.tujuan

tercapai apabila siswa memperoleh hasil belajar seperti yang diharapkan dalam proses

belajar mengajar. Hasil belajar itu dapat diukur dengan angka-angka yang bersifat

pasti,tetapi mungkin saja hanya dapat diamati karena berupa perbuatan tingkah laku.

Untuk melihat sejauh mana taraf keberhasilan siswa, diperlukan informasi yang

didukung oleh data yang objektif tentang indikator-indikator perubahan prilaku pribadi

siswa perubahan prilaku dan pribadi siswa inilah yang disebut hasil belajar.

Menurut Ngalim Purwanto bahwa, “Hasil belajar adalah potensi, yang dapat

dipergunakan guru untuk menilai hasil pelajaran yang diberikan siswa dalam waktu

tertentu.” Pendapat lain juga dikemukakan oleh Wasty Sumanto bahwa, “Sebagai suatu

petumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara

bertingkah laku berkat pengalaman dan latihan.”

Untuk mengetahui meningkat atau tiadaknya suatu proses belajar, maka

dibutuhkan adanya evaluasi. Evaluasi mempunyai peranan yang sangat penting untuk

memperbaiki, memperbaharui serta menyempurnakan proses pembelajaran yang sedang

direncanakan, sedang berlangsung dan telah berakhir. Hasil belajar tersebut dapat diukur

dengan angka-angka yang bersifat pasti atau hanya dapat diamati.

Setelah hasil belajar siswa meningkat maka mutu sekolah tersebutpun akan

mengalami peningkatan, Peningkatan mutu pendidikan yang berpusat pada peningkatan

mutu sekolah merupakan suatu proses yang dinamis, berjangka panjang yang musti

dilakukan secara sistematis lagi konsisten untuk diarahkan menuju suatu tujuan tertentu.

Peningkatan mutu sekolah tidak bersifat instan, dengan mengandalkan “aji Bandung

Bondowoso”, melainkan suatu proses yang harus dilakoni dengan sabar, tahap demi

tahap, yang terukur dengan arah yang jelas dan pasti. Dalam peningkatan mutu sekolah

tidak dikenal sesuatu yang gampang segampang teori, seperti yang disitir oleh Kurt

Lewin: “There is nothing to practical as good as a theory”. Pendapat ini berarti pula,

bahwa tidak mungkin ada peningkatan mutu sekolah tanpa didasari oleh suatu teori

Page 12: Proposal skripsi ahmad hakim

(Levin, 2008). Peningkatan mutu sekolah memerlukan teori, namun implementasinya

tidak akan bisa mulus dan semudah teori yang ada.

2. Hakikat Demonstrasi

Demostrasi merupakan salah satu metode yang digunakan pada saat

mengajar.menurut pendapat knok ”metode adalah kumpulan prinsip terkordinir untuk

melaksanakan pengajaran” perumusan lain tentang metode adalah suatu proses yang

digunakan untuk mencapai tujuan tertentu sering pula diketahui metode adalah cara untuk

memperoleh langkah maju dengan terncana dan teratur untuk mencapai sebuah tujuan,

setiap keeadaan yang sadar menggunakan pengetahuan sistematik secara terus menerus

sambil mengadakan perbaikan terhadap cara tersebut dalam pengajaran mata pelajaran

Teknik Audio Video.

Jadi metode merupakan cara melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu

yangtelah dirumuskan.berbagai metode yang umum dilakukan dalam proses belajar

mengajar yaitu:metode ceramah,Tanya jawab, demonstrasi dan lain-lain

Metode demonstrasi merupakan salah satu cara untuk mengaktifkan siswa dalam

proses belajar mengajar dengan metode demonstrasi siswa akan terlibat secara langsung

dalam proses belajar pada mata pelajaran Teknik Audio Video.

Demonstrasi memiliki beberapa kerterbatasan diantaranya pengamatan siswa

kurang jelas karena mengamati dari jauh, peran siswa terbatas. Apabila salah

melakukanya metode demonstrasi dapat merusak tujuan pelajaran mata pelajaran Teknik

Audio Video.

3. Hakikat Konsep

Konsep adalah susunan simbol yang menunjukan ciri suatu suatu objek atau peristiwa

yang dapat dibedakan berdasarkan ciri-ciri berikut untuk mengengal suatu konsep

diantaranya adalah:

Nama konsep.

Aribut-atribut kriteria dan atribut-atribut variable konsep.

Definisi konsep.

Contoh-contoh dan bukan contoh konsep.

Page 13: Proposal skripsi ahmad hakim

Konsep ada dua yang konkrit dapat ditunjukan bedanya, jadi diperoleh melalui

pengamatan indera contoh konsep konkrit televisi,radio,antena dan lain-lain.pada taraf

yang lebih tinggi diperoleh konsep yang abstrak seperti massa jenis, polaritas pancaran

dan lain-lain.

4. Hakikat Pola Pikir Induktif dan Deduktif

Pola pikir adalah bagaimana cara seseorang menerima informasi dan pola pikir

seseorang akan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkunganya.

Induktif adalah “Penarikan kesimpulan dimulai dengan menyebutkan pernyataan-

pernyataan yang khusus untuk memperoleh kesimpulan yang umum yang mencakup

keseluruhan dari keseluruhan pernyataan-pernyataan yang khusus.

Pembentukan konsep melalui pola pikir induktif dimana teori-teori menjadi

generalisasi-generalisasi dari fakta-fakta empiris.Pola pikir induktif bekerja dari bawah

keatas menyusun sistem-sistem yang memperhatikan hasil-hasil penelitian yang telah

berkali-kali di uji. Lalu menyusun sistem-sistem yang lebih tinggi tingkatnya sebagai

generalisasi dan akhirnya merumuskan suatu terori yang dapat mencakup semua

pernyataan-pernyataan yang lebih rendah tingkatnya.

Pola pikir induktif dalam pembentukan konsep merupakan suatu bentuk belajar

penemuan (Discovery Learning), yang melibatkan proses-proses psikologi analisis

deskriminatif, abstaksi, dan lain-lain sehingga menunjang kualitas pendidikan sebagai

bagian dari tugas dan tanggung jawab guru.

Beberapa contoh pembelajaran dengan pendekatan induktif misalnya pembelajaran

inkuiri, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran

berbasis kasus, dan pembelajaran penemuan. Pembelajaran dengan pendekatan induktif

dimulai dengan melakukan pengamati terhadap hal-hal khusus dan

menginterpretasikannya, menganalisis kasus, atau memberi masalah konstekstual, siswa

dibimbing memahami konsep, aturan-aturan, dan prosedur-prosedur berdasar pengamatan

siswa sendiri.

Major (2006) berpendapat bahwa pembelajaran dengan pendekatan induktif

efektif untuk mengajarkan konsep atau generalisasi. Pembelajaran diawali dengan

memberikan contoh-contoh atau kasus khusus menuju konsep atau generalisasi. Siswa

melakukan sejumlah pengamatan yang kemudian membangun dalam suatu konsep atau

Page 14: Proposal skripsi ahmad hakim

geralisasi. Siswa tidak harus memiliki pengetahuan utama berupa abstraksi, tetapi sampai

pada abstraksi tersebut setelah mengamati dan menganalisis apa yang diamati.

Dalam fase pendekatan induktif-deduktif ini siswa diminta memecahkan soal atau

masalah. Kemp (1994: 90) menyatakan ada dua kategori yang dapat dipakai dalam

membahas materi pembelajaran yaitu metode induktif dan deduktif. Pada prinsipnya

matematika bersifat deduktif. Matematika sebagai “ilmu” hanya diterima pola pikir

deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran “yang

berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang

bersifat khusus” Soedjadi (2000: 16).

Deduktif adalah “Penarikan kesimpulan dimulai dengan menyebutkan pernyataan-

pernyataan yang umum untuk memperoleh kesimpulan yang khusus yang mencakup

keseluruhan dari keseluruhan pernyataan-pernyataan yang umum.

Pendekatan deduktif ditandai dengan pemaparan konsep, definisi dan istilah-istilah

pada bagian awal pembelajaran. Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu pemikiran

bahwa proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik bila siswa telah mengetahui

wilayah persoalannya dan konsep dasarnya(Suwarna,2005).

Prince dan Felder (2006) menyatakan pembelajaran tradisional adalah

pembelajaran dengan pendekatan deduktif, memulai dengan teori-teori dan meningkat ke

penerapan teori. Di bidang sain dan teknik dijumpai upaya mencoba pembelajaran dan

topik baru yang menyajikan kerangka pengetahuan, menyajikan teori-teori dan rumus

dengan sedikit memperhatikan pengetahuan utama mahasiswa, dan kurang atau tidak

mengkaitkan dengan pengalaman mereka. Pembelajaran dengan pendekatan deduktif

menekankan pada guru mentransfer informasi atau pengetahuan. Bransford (dalam Prince

dan Felder, 2006) melakukan penelitian dibidang psikologi dan neurologi. Temuannya

adalah: ”All new learning involves transfer of information based on previous learning”,

artinya semua pembelajaran baru melibatkan transfer informasi berbasis pembelajaran

sebelumnya.

Major (2006) menyatakan dalam pembelajaran dengan pendekatan deduktif

dimulai dengan menyajikan generalisasi atau konsep. Dikembangkan melalui kekuatan

argumen logika. Contoh urutan pembelajaran: (1) definisi disampaikan; dan (2) memberi

Page 15: Proposal skripsi ahmad hakim

contoh, dan beberapa tugas mirip contoh dikerjakan siswa dengan maksud untuk menguji

pemahaman siswa tentang definisi yang disampaikan.

Dalam kegiatan memecahkan masalah siswa dapat terlibat berpikir dengan

dengan menggunakan pola pikir induktif, pola pikir deduktif, atau keduanya digunakan

secara bergantian.

Metode belajar yang digunakan sangatlah menentukan kegiatan hasil belajar

mengajar dan juga mutu pendidikan disekolah tersebut.

B. KERANGKA BERPIKIR

Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan kelakuan baru atau mengubah

kelakuan lama sehingga seorang lebih mampu untuk menghadapi situasi dalam hidupnya.

Dengan belajar diharapkan individu yang melaksanakan proses belajar yaitu siswa dapat

mengembangkan masalah yang baru berdasarkan konsep yang sudah dipelajari. Hasil

belajar teknik audio video dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal siswa.

Diantaranya metode mengajar guru dan lingkungan yang kondusif. Sudah menjadi tugas

guru untuk menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan.

Metode demonstrasi merupakan salah satu cara untuk mengaktifkan siswa dalam

proses belajar mengajar dengan metode demonstrasi siswa akan terlibat secara langsung

dalam proses belajar pada mata pelajaran Teknik Audio Video.

Dalam metode demonstrasi terdapat diantaranya dua pola pikir yang berbeda dalam

pembentukan konsep yaitu pola pikir induktif dan pola pikir deduktif. Pembentukan

konsep melalui pola pikir induktif dimana teori-teori menjadi generalisasi-generalisasi

dari fakta-fakta empiris.Pola pikir induktif bekerja dari bawah keatas menyusun sistem-

sistem yang memperhatikan hasil-hasil penelitian yang telah berkali-kali di uji. Lalu

menyusun sistem-sistem yang lebih tinggi tingkatnya sebagai generalisasi dan akhirnya

merumuskan suatu terori yang dapat mencakup semua pernyataan-pernyataan yang lebih

rendah tingkatnya. Sedangkan pembentukan konsep melalui pola pikir deduktif ditandai

dengan pemaparan konsep, definisi dan istilah-istilah pada bagian awal pembelajaran.

Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran akan

berlangsung dengan baik bila siswa telah mengetahui wilayah persoalannya dan konsep

dasarnya.

Page 16: Proposal skripsi ahmad hakim

C. HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan permasalahan yang diajukan dengan ditunjang oleh kerangka teori

dan kerangka berpikir diatas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian adalah

“Terdapat perbedaan antara hasil belajar teknik audio video menggunakan pola pikir

induktif dengan hasil belajar teknik audio video menggunakan pola pikir deduktif ”.

Page 17: Proposal skripsi ahmad hakim

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis secara umum mengadakan penilitian perbedaan hasil belajar teknik audio

video mengunakan polapikir induktif dengan hasil belajar teknik audio video menggunakan

polapikir deduktif adalah agar guru dapat menentukan metode yang tepat serta efektif dalam

mengajar teknik audio video di sekolah menenengah kejuruan.

Secara khusus,peneelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi apakah ada

perbedaan hasil belajar teknik audio video menggunakan pola pikir induktif dengan peserta didik

yang diajarkan menggunakan pola pikir deduktif sehingga baik guru maupun peserta didik dapat

menguasai materi pelajaran tersebut dengan baik.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di SMKN 5 Jakarta Timur tahun ajaran 2012/2013 demikan

penulis berharap agar dapat menyelesaikan studi tepat pada waktunya.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode experiment. Penelitian

dilakukan terhadap kelompok-kelompok yang homogen, terdiri atas dua kelompok. Kelompok

pertama adalah kelompok yang diajar dengan menggunakan pola pikir induktif dan kelompok

kedua adalah kelompok yang diajar dengan mengunakan pola pikir deduktif dalam mata

pelajaran teknik audio video.

D. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti yaitu pembelajaran dengan menggunakan

pola pikir induktif dan pembelajaran dengan menggunakan pola pikir deduktif sebagai variabel

bebas dan hasil belajar teknik audio video siswa sebagai variabel terikat.

Kelas Perlakuan Pasca Tes

(R)E I XE I Y

(R)E II XE II Y

Keterangan:

Page 18: Proposal skripsi ahmad hakim

E I : Kelas eksperimen I (pembelajaran dengan menggunakan pola pikir induktif)

E II : Kelas eksperimen II (pembelajaran dengan menggunakan pola pikir deduktif)

XE I : Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen I

XE II : Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen II

Y : Tes akhir yang sama pada kedua kelasR : Proses pemilihan subjek secara acak

Data penelitian diperoleh dari hasil belajar teknik audio video pada kelas eksperimen I

dan kelas eksperimen II yang diperoleh dari skor tes.

E. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik yang dilakukan untuk memperoleh sampel penelitian adalah teknik Random

Sampling yaitu penentuan kelas eksperimen dilakukan secara acak, kemudian dilakukan

pengamatan terhadap seluruh siswa pada kelas terpilih dengan:

1. Populasi Target

Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas I SMKN 5 Jakarta semester

II tahun ajaran 2012/2013.

2. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau adalah seluruh siswa kelas I Program Keahlian Teknik Elektronika

SMKN 5 Jakarta semester II tahun ajaran 2012/2013.

3. Sampel

Sampel dipilih dari populasi terjangkau sebanyak dua kelas yang dipilih secara acak

(random sampling).

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Variabel Yang Diteliti

a. Variabel bebas: pembelajaran dengan menggunakan pola pikir induktif dan

pembelajaran dengan menggunakan pola pikir deduktif.

b. Variabel terikat: hasil belajar teknik audio video.

2. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah

nilai tes ulangan harian siswa pada kriteria kinerja identifikasi dan prosedur gambar teknik

elektronika berdasarkan pada standar gambar teknik audio video dan teknik elektronika yang

diperoleh dari kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II setelah kedua kelas tersebut diberi

Page 19: Proposal skripsi ahmad hakim

perlakuan. Data sekunder adalah nilai praktik gambar siswa dari kelas eksperimen I dan kelas

eksperimen II pada sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika.

G. Instrumen Penelitian

1. Konsep

Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menyelesaikan

soal-soal sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika pada kriteria kinerja

identifikasi dan prosedur gambar teknik elektronika berdasarkan pada standar gambar

teknik listrik dan teknik elektronika adalah tes ulangan harian yang disusun sendiri oleh

peneliti. Bentuk tes berupa soal pilihan ganda sebanyak 40 soal dan setiap soal memiliki

skor 1 untuk jawaban benar dan 0 (nol) untuk jawaban salah, sehingga jumlah skor total

adalah 40 jika semua soal terjawab dengan benar. Instrumen ini didasarkan pada aspek

kognitif yang meliputi ingatan, pemahaman dan aplikasi.

Nilai akhir yang diperoleh siswa adalah:

Nilai Akhir =

skor total4

2. Hasil Uji Coba Instrumen

Sebelum instrumen digunakan pada sampel, instrumen tersebut diujicobakan terlebih

dahulu untuk mengetahui apakah soal tersebut telah memenuhi syarat tes yang baik atau

tidak. Syarat tes tersebut yaitu validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda

soal. Dari 40 soal yang diuji coba hanya 36 yang memenuhi syarat tes yang baik.

a. Pengujian Validitas

Uji validitas yang digunakan dalam instrumen ini adalah validitas isi (content

validity), artinya butir-butir soal disusun sesuai dengan materi dan indikator pada

desain pembelajaran.

Untuk menghitung validitas item soal digunakan rumus2:

pbi =

M p−M t

St √ pq

Keterangan:

pbi : Koefisien korelasi biserial

2 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003) h. 79.

Page 20: Proposal skripsi ahmad hakim

Mp : Rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari

validitasnya

Mt : Rerata skor total

St : Standar deviasi dari skor total

p : Proporsi siswa yang menjawab benar

(p =

banyaknya siswa yang benarjumlah seluruh siswa )

q : Proporsi siswa yang menjawab salah

(q = 1 – p)

Dari hasil uji coba validitas diperoleh 36 soal yang valid dan 4 soal drop atau tidak

valid (Lampiran 10, hal 117).

b. Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas tes menentukan ketepatan atau ketelitian suatu alat evaluasi (tes). Dalam

penelitian ini reliabilitas tes dihitung dengan menggunkan rumus KR-20 yaitu3:

r11=( kk−1 )( s2−∑ pq

s2 )Keterangan:

r11 : Reliabilitas tes secara keseluruhan

p : Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q : Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

(q = 1-p)

∑ pq : Jumlah hasil perkalian antara p dan q

k : Banyaknya item

s2: Varians tes

3 Ibid., h. 100.

Page 21: Proposal skripsi ahmad hakim

Klasifikasi koefisisen reliabilitas4:

r11 : 0,800-1,000 : sangat tinggi

r11 : 0,600-0,800 : tinggi

r11 : 0,400-0,600 : cukup

r11 : 0,200-0,400 : rendah

r11 : 0,000-0,200 : rendah sekali

Dari hasil uji coba instrumen diperoleh koefisien reliabilitas instrumen tes.Hal ini

berarti koefisien reliabilitas instrumen tersebut tergolong sangat tinggi sehingga dapat

dijadikan sebagai alat ukur.

c. Pengujian Taraf Kesukaran

Penghitungan taraf kesukaran instrumen bertujuan untuk mengetahui apakah soal

tergolong sukar, sedang atau mudah. Rumus yang digunakan untuk menghitung

indeks kesukaran adalah5:

P= BJS

Keterangan:

P : Indeks Kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul

JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi Indeks Kesukaran6:

0,00 – 0,29 : Sukar

0,30 – 0,69 : Sedang

0,70 – 1,00 : Mudah

4 Ibid., h. 75.5 Ibid., h. 208.6 Ibid., h. 210.

Page 22: Proposal skripsi ahmad hakim

Dari hasil uji coba instrumen diperoleh indeks kesukaran antara 0,13 – 0,80 dan rata-

rata indeks kesukaran 0,51 (Lampiran 13, hal 121).

d. Pengujian Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa

yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah dengan

menggunakan7:

D=P A−PB=BA

J A

−BB

J B

Keterangan:

D : Indeks Diskriminasi (Daya Pembeda)

J : Jumlah peserta tes

JA : Banyaknya peserta kelompok atas

JB : Banyaknya peserta kelompok bawah

BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan

benar

PA : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

Klsifikasi Daya Pembeda Soal8:

D < 0,00 : Sangat jelek

D = 0,00 – 0,19 : Jelek

D = 0,20 – 0,39 : Cukup

D = 0,40 – 0,69 : Baik

D = 0,70 – 1,09 : Baik sekali

Dari hasil uji coba instrumen diperoleh daya pembeda soal antara dan rata-rata indeks

daya pembeda.

H. Hipotesis Statistik

H0 : 1 = 2

7 Ibid., h. 213.8 Ibid., h. 218.

Page 23: Proposal skripsi ahmad hakim

H1 : 1 2

Keterangan:

1 : Rata-rata hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika siswa

yang diajar dengan menggunakan pola pikir induktif.

2 : Rata-rata hasil sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika teknik siswa

yang diajar dengan menggunakan pola pikir deduktif.

I. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat Analisis Data

a. Uji homogenitas menggunakan Uji Fisher dengan taraf signifikan = 0,05

Hipotesis Statistik: H0 : σ 12=σ2

2

H1 : σ 12≠σ2

2

Rumus Uji Fisher yang digunakan adalah9:

F =

s12

s22

Keterangan:

s12

: Varians hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika

kelas eksperimen I

s22

: Varians hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika

kelas eksperimen II

Kriteria pengujian, terima H0 jika:

F 12

α (n1−1 , n2−1)< Fhitung¿ F

1−12

σ (n1−1 ,n

2−1 )

b. Uji normalitas menggunakan Uji Liliefors dengan taraf signifikan = 0,05

Hipotesis Statistik: H0 : Data berdistribusi normal

H1 : Data tidak berdistribusi normal

Rumus uji Liliefors yang digunakan adalah10:

L0=maks |F (z1 )−S (z1)|

9 Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 1992), h. 249.10 Ibid., h. 446.

Page 24: Proposal skripsi ahmad hakim

dengan z1=

x1−x

s dan S(z1 ) =

banyaknya z1 , z2 ,. . . , zn yang ≤ z1

n

Keterangan:

x : Rata-rata hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika

sampel

x1 : Hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika sample

s : Simpangan baku sampel

F (z1 ) : Peluang (z ≤ z1 ) dan menggunakan daftar distribusi normal baku

Kriteria Pengujian, terima H0 jika L0 < Ltabel

2. Uji Analisis Data

Untuk menguji hipotesis digunakan uji-t dengan taraf signifikan = 0,05.

Pada penelitian ini, jika kondisi kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II adalah

homogen (σ 12=σ2

2), maka statistik uji yang digunakan untuk melakukan uji rata-rata di

kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II adalah sebagai berikut11:

t=X1−X2

s √ 1n1

+1n2

dengan

s=√ (n1−1 ) s12+(n2−1 ) s2

2

n1+n2−2

derajat kebebasan (dk) = (n1+n2−2 )

Kriteria pengujian, tolak H0 jika t >

t1−1

Keterangan:

x1 : Rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen I

x2 : Rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen II

n1 : Banyaknya sampel kelompok eksperimen I

11 Ibid., h. 241.

Page 25: Proposal skripsi ahmad hakim

n2 : Banyaknya sampel kelompok eksperimen II

s12

: Varians hasil belajar kelompok eksperimen I

s22

: Varians hasil belajar kelompok eksperimen II

s : Varians gabungan

Page 26: Proposal skripsi ahmad hakim

DAFTAR PUSTAKA

Wasty Sumanto, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 1980.

Ngalim Purwanto, Prinsip dan Teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Wijaya, 1982.

Oemar Malik, Metode belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar, Bandung: Tarsito, 1983.

A. Surjadi, Membuat Siswa Aktif Belajar, Bandung: Mandar Maju, 1989.

A. Tabrani Rusyan, dkk., Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remadja

Karya, 1989.

Nana Sudjana, Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remadja Rosda Karya,

1990.

Oemar Malik, Metode belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar, Bandung: Tarsito, 1983.

Sudjana, Metoda Statistika, Bandung: Tarsito, 1992