SKRIP BAB II -...
Transcript of SKRIP BAB II -...
BAB II
PENGEMBANGAN SIKAP SOSIAL ANAK
MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PENGAJARAN
A. Pengembangan Sikap Sosial
1. Pengembangan Sikap
Sikap, atau yang dalam bahasa Inggris disebut attitude adalah
suatau cara bereaksi terhadap suatu perangsang.1
Terdapat beberapa pendapat mengenai pengertian sikap, antara
lain:
a. Menurut Ellis, sebagaimana dikutip oleh M. Ngalim Purwanto
mengemukakan tentang sikap sebagai berikut:
Attitude involve some knowledge of situation. However, the essential aspect of the attitude is found in the fact that some characteristic feeling or emotinon is experienced, and as we would accordingly expect, some definite tendency to action is associated. Jadi menurut Ellis yang sangat memegang peranan penting di dalam
sikap ialah factor perasaan atau emosi, dan factor kedua adalah reaksi
atau respons atau kecenderungan untuk beraksi.2
b. Menurut Bruno, sebagaimana dikutip oleh Muhibbin Syah, sikap
adalah kecenderungan yang relative menetap untuk bereaksi denan
cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu.3 Hal ini
berarti sikap adalah kecenderungan seseorang untuk bertindak
dengan cara tertentu yang dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku
belajar anak yang ditandai dengan munculnya kecenderungan-
kecenderungan baru yang telah berubah terhadap suatu obyek, tata
nilai, atau peristiwa.
1 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), cet.
18, hlm. 141. 2 Ibid, hlm. 141 3 Muhibbin Ssyah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002), hlm. 120.
c. Menurut Prof. Dr. Mar’at sebagaimana dikutip oleh jalaluddin,
terdapat 11 rumusan mengenai pengertian sikap, yaitu:
1) Sikap merupakan hasil belajar melalui pengalaman dan interaksi yang terus menerus dengan lingkungan (attitudes are learned)
2) Sikap selalu dihubungkan dengan obyek seperti manusia, wawasan, peristiwa ataupun ide (attitudes have referent).
3) Sikap diperoleh dalam berinteraksi dengan manusia lain baik di rumah, sekolah, tempat ibadat ataupun tempat lainnya melalui nasehat, teladan atau percakapan (attitudes are social learnings).
4) Sikap sebagai wujud dari kesiapan untuk bertindak dengan cara-cara tertentu terhadap obyek (attitudes have readiness to respond).
5) Bagian yang dominan dari sikap adalah perasaan dan afektif seperti yang tampak dalam menentukan pilihan apakah positif, negative atau ragu (attitudes are affective)
6) Sikap memiliki tingkat intensitas terhadap obyek tertentu yakni kuat atau lemah attitudes are very intensive)
7) Sikap bergantung terhadap situasi dan waktu, sehingga dalam situasi dan saat tertentu mungkin sesuai sedangkan di saat dan situasi yang berbeda belum tentu cocok attitudes have a time dimension).
8) Sikap dapat bersifat relative consistent dalam sejarah hidup individu (attitudes have duration factor)
9) Sikap merupakan bagian dari konteks persepsi ataupun kognisi individu (attitudes are complex)
10) Sikap merupakan penilaian terhadap sesuatu yang mungkin mempunyai konsekuensi tertentu bagi seseorang atau yang bersangkutan (attitudes are evalutions).
11) Sikap merupakan penafsiran dan tingkah laku yang mungkin menjadi indicator yang sempurna, atau bahkan tidak memadai (attitudes are inferred). 4
d. Definisi Thrustone yang dikutip pleh Eddy Soewardi Kartawidjaja,
sikap adalah pengaruh atau penolakan, penilain, suka atau tidak suka,
atau kepositifan atau kenegatifan terhadap suatu obyek psikologis. 5
Jadi bahwa sikap adalah merupakan suatu kecenderungan seseorang
4 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta.: Raja Grafindo Persada, 1998), Cet. 3 halm. 187-
188). 5 Eddy Ssoewardi Kartawidjaja, Mengukur Sikap Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, tt), hlm.
4.
yang dipengaruhi oleh keadaan psikol[ogis, untuk melakukan
tindakan yang diwujudkan dalam bentuk tingkah laku tertentu.
2. Ciri-ciri Sikap
Di bawah ini adalah cirri-ciri sikap:
a. Sikap tidak dibawa seseorang sejak ia lahir melainkan dibentuk
sepanjang perkembangannya.
b. Sikap dapat berubah-ubah, oleh karena itu sikap dapat dipelajari.
c. Objek suatu sikap dapat tunggal atau jamak.
d. Sikap mengandung motivasi atau perasaan. Pengetahuan mengenai
suatu objek tanpa disertai motivasi belum berarti sikap. 6
3. Terbentuknya Sikap
Berdasarkan ciri-ciri sikap di atas bahwa manusia tidak dilahirkan
dengan sikap tertentu melainkan dapat dibentuk sepanjang
perkembangannya. Dengan demikian pembentukan sikap tidak dengan
sendirinya tetapi berlangsungnya dalam sebuah interaksi sosial. 7
Pembentukan sikap pembinaan moral dan pribadi pada umumnya
terjadi melalui pengalaman sejak kecil. Dalam hal ini pendidik atau
Pembina pertama adalah orang tua, kemudian guru. Semua pengalaman
yang dilalui oleh anak waktu kecilnya akan merupakan unsure terpenting
dalam pribadi. 8
4. Pengertian Sosial
Kata sosial, dari kata lain societas, yang artinya masyarakat. Kata
societas dari kata socius, yang artinya teman, dan selanjutnya kata sosial
berarti hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain
dalam bentuknya yang berlain-lainan, misalnya: keluarga, sekolah,
organisasi dan sebagainya. 9
Berdasarkan pengertian di atas maka sikap sosial yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah suatu perbuatan, perilaku yang berkenaan
6 Sutarmo, Psikologi Sosial, (Yogyakarta: Kanisius, 1989), Cet. I, hlm. 42. 7 Ibid, hlm. 42. 8 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), hlm. 62. 9 Agus Suyanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. 10, hlm. 236.
dengan masyarakat. Bagi siswa taman kanak-kanak, lingkungan
masyarakat yang dimaksud adalah lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakat pada umumnya.
Ditinjau dari sudut psikososial (kejiwaan kemasyarakatan), adalah
upaya menumbuh kembangkan sumber daya manusia melalui proses
hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi) yang berlangsung dalam
lingkungan masyarakat yang terorganisasi. 10
Perkembangan sikap sosial siswa adalah proses perkembangan
kepribadian siswa selaku seorang anggota masyarakat dalam berhubungan
dengan orang lain. Perkembangan sosial merupakan proses pembentukan
social self (pribadi dalam masyarat), yakni pribadi dalam keluarga,
budaya, bangsa, dan seterusnya.
Oleh karena itu guru maupun orang tua harus mampu memberikan
balance (keseimbangan), dengan memberikan sebanyak mungkin
rangsangan, dan kesempatan kepada anak untuk melakukan konsep diri
secara baik. Selain itu juga dikembangkan dengan pengembangan sosial
dan moral yang dikembangkan melalui:
a. Kerjasama dengan anak lain
b. Kegiatan tolong menolong
c. Saling hormat menghormati
d. Mengenal emosi dan bahasa tubuh11
5. Pengembangan Sikap Sosial
Menurut Abdullah Nashih Ulwan, pengembangan sikap sosial pada
anak-anak berkisar pada hal-hal di bawah ini,
a. Penanaman dasar-dasar psikis yang mulia
1) Takwa
2) Persaudaraan
3) Kasih saying
4) Mengutamakan orang lain
10 Ibid. hlm. 75. . 11 Reni Akbar-Hawadi, Psikologi Perkembangan Anak, (Jakarta: Grafindo, 2001), cet. I
hlm. 135.
5) Pemberian maaf
b. Pemeliharaan hak-hak orang lain
1) Hak terhadap kedua orang tua
2) Hak terhadap saudara-saudara
3) Hak terhadap guru
4) Hak terhadap teman
5) Hak terhadap orang besar
c. Pelaksanaan tata kesopanan sosial
1) Adab makan dan minum
2) Adab memberi salam
3) Adab meminta izin
4) Adab di dalam majlis
5) Adab berbicara
6) Adab Bergurau
7) Adab mengucapkan selamat
8) Adab menjenguk orang sakit
9) Adab berta’ziyah
10) Adab bersin dan menguap
d. Pengawasan dan kritik sosial
1) Amar ma’ruf nahi munkar12
Fenomina perkembangan sosial pada periode awal kanak-kanak
dapat dilihat sebagai berikut:
a. Merasa dirinya sebagai pusat perhatian. Anak yakin bahwa semua
anggota keluarga memperhatikan dirinya.
b. Anak akan bingung bila mendapat perlakuan yang berbeda dari kedua
orang tuanya.
c. Anak mulai memperhatikan teman bermainnya sejak usia 2 tahun
d. Anak selalu ingin lebih dari yang lainnya sejak usia 5 tahun
12 Syaifullah kamalie, Heri Noer Ali, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam (Kairo:
Aasy-Syifa’ Daru’s Salam Li’th-Thiba’ah Wa’n-Nasyr Wa’t-Tauzi’, 1981) Cet. III, halm. 418-480.
e. Anak sering meniru karakter orang dewasa, misalkan cara berjalan,
cara bicara, dan lain-lain.
f. Perasaan anak terus berkembang, dia peka tentang mana yang baik
dan mana yang buruk.
g. Anak mulai belajar kebiasaan di masyarakat. 13
Pentingnya pengembangan sikap sosial anak mengakibatkan
pentingnya adanya pendidikan terhadap anak mengenai hal tersebut. Hal
ini sesuai dnegan firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 110:
“Kamu sekalian adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan manusia, kau
perintahkan yang baik dank au cegah yang munkar,” (QS. Ali Imran: 110).
14
Dari ayat di atas diambil sebuah pengertian bahwa kehidupan
manusia tidak akan terlepas dari kehidupan sosial masyarakat yang dari
padanya melahirkan etika-etika, juga hak dan kewajiban. Dalam Islam,
etika-etika sosial, hak dan kewajiban yang menyangkut kehidupan
bermasyarakat telah dituntunkan secara lengkap. Adapun bagi anak-anak,
di sinilah letak pentingnya pendidikan, yaitu mendidik sikap sosial anak
sesuai dengan tuntutan Al-Qur’an dan sunnah Rasul.
B. Tinjauan Tentang Media Pengajaran
1. Pengertian Media Pengajaran
Kata “media” berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk
jamak dari “medium”. Secara harfiah, kata media berarti perntara atau
pengantar. 15 Adapun Association for Education and Communication
13 Khatib Ahmad Santhut, Menumbuhkan Sikap Sosial, Moral, Spiritual Anak dalam
Keluarga Muslim, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1998), hlm. 32. 14 Departemen Agama, Aal-Qur’an dan terjemahnya, (Jakarta: Pelita III, 1971), hlm. 94 15 Arief S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), cet.
3, hlm. 6
Technology (AECT) mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang
dipergunakan untuk suatu proses penyaluran infromasi.
Education Association (NEA)) mendefinisikan sebagai benda yang
dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta
instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar
mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional. 16
Dalam kegiatan belajar mengajar, sering pula pemakaian kata
media pengajaran digantikan dengan istilah-istilah seperti alat pandang
dengar, bahan penajaran (instructional material), komunikasi pandang
dengar (audio visual communication), pendidikan alat peraga pandang
(visual education), teknologi pendidikan (education technology), alat
peraga, dan media penjelas. 17
Dari berbagai rumusan tersebut di atas, media pengajaran dapat
diartikan sebagai alat Bantu yang dipergunakan pendidik untuk
menyampaikan pesan-pesan yang disampaikan lewat simbol-simbol, baik
secara verbal, non verbal ataupun visual yang bertujuan untuk
mempermudah proses penerimaan materi bagi peserta didik serta
menghindari kejenuhan dikalangan peserta didik.
2. Manfaat Media Pengajaran
Adapun manfaat-manfaat dari penggunaan media pengajaran,
yaitu:
a. Manfaat yang berkenaan dengan proses belajar siswa.
1) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
2) Bahan pengajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru,
sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga,
apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.
16 Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 11. 17 Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, tt), hlm. 6
3) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain. 18
b. Mempertinggi proses dan hasil pengajaran yang berkenaan dengan
taraf berfikir siswa.
Taraf berfikir manusia mengikuti tahap perkembangan dimulai dari
berfikir kongkrit menuju berfikir abstrak, dimulai dari berfikir
sederhana menuju ke berfikir kompleks. Penggunaan media pengajaran
erat kaitannya dengan tahap perkembangan tersebut sebab melalui
media pengajaran hal-hal yang abstrak dapat dikonkretkan, dan hal-
hal yang kompleks dapat disederhanakan.
Sejalan dengan hal di atas, Yunus (1942:78) dalam bukunya
Attarbiyatu Watta’allim yang dikutip oleh Azhar Arsyad
mengungkapkan sebagai berikut: 19
Bahwasanya media pengajaran paling bagus pengaruhnya bagi indra
dan lebih menjamin pemahaman… orang yang mendengarkan saja
tidaklah sama tingkat pemahamannya dan lamanya bertahan apa yang
dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang melihat, atau melihat
dan mendengarnya.
Adapun menurut Aristo Rahadi dalam Media Pembelajaran,
mengidentifikasikan manfaat media pembelajaran secara rinci, yaitu:
a. Penyampaian materi dapat diseragamkan. Pemanfaatan media pengajaran dapat menyeragamkan penafsiran dan pemahaman guru terhadap suatu konsep materi pelajaran tertentu. Dengan demikian, media pengajaran dapat mengurangi kesenjangan informasi diantara siswa di mana pun berada.
b. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik Dengan berbagai potensi yang dimilikinya, materi sajian bias membangkitkan rasa keingintahuan siswa, merangsang siswa bereaksi baik secara fisik maupun emosional. Media dapat membantu guru menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton, dan tidak membosankan.
18 Nana Sudjana dan Ahmad Riva’I, Media Pengajaran, (Bandung: Sinar baru
Aalgesindo, 2001), hlm. 2. 19 Aazhar Arsyad, Op. Cit, hlm. 8
c. Proses pembelajaran menjadi lebih efektif Dengan pemilihan media yang tepat, media dapat membantu guru dan siswa melakukan komunikasi dua arah secara aktif selama proses pembelajaran. Tanpa media pengajaran, seorang guru akan cenderung berbicara satu arah kepada siswa.
d. Efisiensi dalam waktu dan tenaga. Media pengajaran memungkinkan seorng guru melakukan efisiensi waktu. Guru tidak perlu menjelaskan materi ajaran berulang-ulangt, sebab hanya dengan sekali sajian menggunakan media, siswa akan lebih mudah memahami. Jadi kekurangan waktu untuk mencapai target kurikulum seperti yang sering dikeluhkan selama ini dapat diatasi
e. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Dengan penggunaan media pengajaran, siswa juga terbantu untuk menyerap materi belajar lebih mendalam dan utuh. Bila hanya dengan mendengarkan informasi verbal dari guru saja, siswa mungkin kurang memahami pelajaran secara baik. Tetapi jika diperkaya dnegan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan, atau mengalami sendiri malalui media, maka pemahaman siswa akan lebih baik.
f. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara lebih leluasa, kapanpun, dimanapun, tanpa tergantung pada keberadaan seorang guru.
g. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar. Dengan media, proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehinga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan.
h. Merubah peran guru kea rah yang lebih positif dan produktif Dengan media, seorang guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar siswa. Seorang guru tidak perlu menjelaskan seluruh materi pelajaran, karena bias berbagi peran dengan media. 20
3. Jenis-jenis media belajar
Jenis-jenis media pengajaran yang biasa digunakan menurut Nana
sudjana, yaitu:
a. Media Grafis, seperti gambar, foto, grafik, bagan atau digram, poster,
kartun, komik, dan lain-lain.
20 Aristo Rahadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Depdiknas, 2003), hlm. 15.
b. Media Tiga Dimensi, seperti media model padat (solid model), modsel
penampang, model susun, model kerja, dan lain-lain.
c. Media Proyeksi, seperti Slide, film strips, film, penggunaan OHP, dan
lain-lain.
d. Penggunaan lingkungan. 21
Adapun menurut Rudy Bretz (1971) dalam Aristo Rahadi,
menklasifikasikan jenis-jenis media pengajaran dalam tujuh kelompok,
yaitu:
a. Media audio
b. Media cetak
c. Media visual diam
d. Media visual gerak
e. Media audio semi gerak
f. Media semi gerak
g. Media audio visual diam
h. Media audio visual gerak
Menurut Edgar dale dalam Basyiruddin Usman,
mengklasifikasikan pengalaman belajar anak dalam menentukan alat
belajar tertentu. Klasifikasi tersebut yaitu:
a. Pengalaman langsung dan bertujuan, pengalaman ini diperoleh dengan berhubungan secara langsung dengan benda, kejadian, atau obyek yang sebenarnya. Di sini siswa secara aktif bekerja sendiri, memecahkan masalah sendiri yang kesemuanya didasarkan atas tujuan yang diterapkan sebelumnya.
b. Pengalaman tiruan, pengalaman ini diperoleh melalui benda-benda atau kejadian-kejadian tiruan yang sebenarnya.
c. Pengalaman melalui dramatisasi, pengalaman semacam ini diperoleh dalam bentuk drama dari berbagai gerakan. Misalnya pertunjukan di panggung, sandiwara bisu (pantomin), sandiwara boneka, dan lain-lain.
d. Demonstrasi, yaitu pengalaman melalui percontohan atau pertunjukan mengenai sesuatu hal atau sesuatu proses. Misalnya: cara membuat panganan, sabun deterjen dan sebagainya.
e. Pengalaman melalui karyawisata, pengalaman semacam ini dieproleh dengan mengajak kelas ke obyek di luar kelas dengan maksud
21 Nana Sudjana dan Aahmad Riva’I, Op. Cit, hlm. 4.
memperkaya dan memperluas pengalaman siswa. Kelas aktif mengadakan observasi, mencatat, melakukan Tanya jawab, membuat laporan dan lain-lain.
f. Pengalaman melalui pameran (study display), pengalaman tersebut diperoleh melalui pertunjukan hasil pekerjaan siswa, perkembangan dan kemajuan sekolah. Contoh benda-benda yang dapat dipamerkan berupa model, specimen, barang hasil kerajinan dan lain sebagainya.
g. Pengalaman melalui televise, pengalaman ini diperoleh melalui program pendidikan yang ditayangkan lewat televise, misalnya program Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) dan program televisi lainnya.
h. Pengalaman melalui gambar hidup atau film, gambar hidup merupakan rangkaian gambar-gambar yang diproyeksikan ke layer dengan kecepatan tertentu, bergerak secara kontinyu sehingga benar-benar mewujudkan gerakan yang normal dari apa yang diproyeksikan.
i. Pengalaman melalui radio, pengalaman di sini diperoleh melalui siaran radio dalam bentuk ceramah, wawancara sandiwara dan sebagainya.
j. Pengalaman melalui gambar, pengalaman di sini diperoleh dari segala sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan perasaan dan fikiran, misalnya lukisan ilustrasi, karikatur kartun, poster, potret, slide, dan sebagainya.
k. Pengalaman melalui lambing visual, pengalaman di sini diperoleh melalui lambing-lambang visual. Misalnya, hasil lukisan yang bentuknya lengkap atau tidak lengkap (sketsa), kombinasi garis dengan gambar dijelmakan secara logis untuk meregakan antara dengan ide (bagan), yang bersambung beruipa cerita (komik) dan lain sebagainya.
l. Pengalaman melalui lambang kata, pengalaman semacam ini diperoleh dalam buku dan bahan bacaan. 22
Berdasarkan beberapa media tersebut diatas tidak ada media yang
paling baik digunakan untuk semua tujuan belajar. Banyak factor yang
perlu diperhatikan agfar media benar-benar berfungsisesuai dengan tujuan
penggunaanya. Factor-faktoritu antara lain:
o Kecocockan dengan materi dan tujuan instruksional.
o Sesuai ndengan tingkat kemampuan belajar murid.
o Ketersediaan.
o Kesesuaian pendanaan dengan hasil yang akan dicapai.
o Mutu teknis (kondisi media).
22 Basyiruddin Usman, Op. Cit, hlm. 22-24.
Oleh karena itu dibutuhkan ketrampilan dalam memilih dan
menggunakan media. Guru tidak cukup hanya memiliki pengtahuan
kemediaan saja, akan tetapi juga harus memiliki ketrampilan memilih dan
dan mengunakanmedia tersebut dengan baik memilih dan menggunakan
media tersebut dengan baik. Memilih dan menggunakan media pendidikan
harus sesuai dengan kriteria –kriteria tertetu yakni:
a. Tujuan mengajar
b. Bahan pelajaran
c. Metode mengajar
d. Tersedianya alat yang dibutuhkan
e. Jalan pelajaran
f. Penilaian hasil belajar
g. Pribadi guru
h. Minat dan kemampuan siswa
i. Situasi pengajaran yang sedang berlangsung23
4. Tujuan Penggunaan Media Pengajaran
Untuk memudahkan terjadinya interaksi dan komunikasi antar
sumber dan obyek, media memegang peranan penting. Penggunan media
dalam proses belajar mengajar bertujuan:
a. Memberi rangsangan kepada peserta didik sehingga tumbuh motivasi
yang tinggi
b. Tidak terjadinya verbalisme, karena siswa mendengar, melihat,
menghayati sekalipun bukan wujud sebenarnya.
c. Menjelaskan obyek yang berbahaya, dimana siswa tidak mungkin
dibawa pada wujud sebenarnya.
d. Mewakili obyek yang terlalu besar yang tidak mungkin media
sebenarnya dibawa ke kelas.
e. Mengamati gerak yang terlalu cepat. Media dapat memberikan gerak-
gerak yang diperlambat sehingga siswa mendapat gambaran tentang
garakan.
23 Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: Citra Aditya bakti), hlm. 5-6.
f. Menyajikan informasi belajar secara tepat dan cepat.
5. Media Pengajaran yang ada di TK
Media Pengajaran di TK menurut letaknya dapat digolongkan
menjadi dua yaitu media pengajaran yang berada di dalam kelas dan media
pengajaran yang berada di luar kelas. Adapun media tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Media yang berada di dalam kelas.
Media pengajaran yang berada di dalam kelas menurut sifat dan
aktivitasnya dalam kelompok digolongkan menjadi 5 sudut yaitu:
1) Sudut keluarga
Media pengajaran yang termasukdaalaaam keluarga meeliputi:
kursi tamu, meja makanperalatan di dapur, peralatan di ruang
kamar tidur, boneka dan peralataan lain di ruang tamu.
2) SUDUT alam sekitar dan peeenngetahuan.
Media pengajaran yang terdapatdalam sudut alam sekitar dan
pengetahuan meliputi: aquarium,kulit kerang, biij-bijiban,,batu-
batuan, kaca pembesar, timbangan, besi berani daan sebagainya
3) Sudut pembangunan
Media pengajaran yang terdapat daalam sudut pembangunan
meliputi: alat-alat untuk permainan kontrukksibaalok
baangunan, kendaran-kendaraan kecil,dan sebagainya.
4) Sudut kebudayaan
media pengajaran yang terdapat daalam sudut kebudayaan
antara lain: peralatan
5) Sudut ke-tuhanan
Media pengajaran yang terdapat dalam sudut ke-Tuhanan
antara lain: maket-maket tempat ibadah, peralatan ibadah,
gambar-gambar tokoh misalnya pendeta, kyai, biksu, pastur
b. Media pengajaran yang berada di luar kelas.
Media pengajaran yang berada di luar kelas antara lain:
1) Jungkitan
2) Ayunan
3) Papn peluncur
4) Papan titian
5) Bak pasir dengan perlengkapannya
6) Bak air dengan perlengkapannya
7) Bola besar dan bola kecil
8) Kereta dorong
9) Alat-alat pertukangan
10) Kebun/tanam-tanaman
11) Kandang dan binatang peliharaan
12) Tangga majemuk
13) Sepeda roda tiga
14) Ban bekas
15) Taman lalu lintas
16) Jala panjatan
6. Tujuan Penggunaan media pengajaran di TK
Penggunaan media pengajaran yang ada di TK, baik yang berada di
dalam kelas maupun yang berada di luar kelas mempunyai tujuan sebagai
berikut:
a. Tujuan penggunaan media pengajaran yang ada di dalam kelas
yaitu:untuk menimbulkan suasana yang menyenangkan dan
keakraban antara sesame teman bermain sehingga anak betah tinggal
di sekolah.
b. Tujuan penggunaan media pengajaran yang ada di luar kelas yaitu:
untuk memupuk perkembangan jasmaniah, intelektual, emosional,
dan sosial. 24
24 Departemen Agama, Petunjuk Pelaksanaan Proses belajar Mengajar di RA, (Jakarta:
Dirjen Pembinaan Kelembagaan Islam, 2001), Cet. 3, hlm. 17-19.
C. Pengembangan Sikap Sosial Anak Melalui Penggunaan Media
Pengajaran di Taman Kanak-kanak
F. W. A. Frobel, adalah seorang tokoh besar dalam dunia pendidikan,
terutama pendidikan Taman kanak-kanak. Dilahirkan pada tanggal 21 Aapril
1782 dan meninggal dunia pada 21 Juni 1852. berdasarkan pengalaman masa
kecilnya yang pahit, maka frobel memiliki cita-cita ingin membahagiakan dan
mengabdikan hidupnya untuk pendidikan anak. Salah satunya adalah dengan
membuat taman kanak-kanak yang friede, freude, dan freheit (damai, gembira,
dan merdeka). Untuk itulah maka frobel menciptakan sendiri bermacam-
macam alat permainan demi malaksanakan cita-cita pendidikannya.
Nursery school atau taman kanak-kanak tidak sama dengan sekolah-
sekolah biasa. Sebab dalam taman kanak-kanak tidak disiapkan untuk
menerima pelajaran-pelajaran atau ketrampilan-ketrampilan seperti halnya di
SD. Taman kanak-kanak lebih merupakan tempat bermain bersama bagi anak-
anak di bawah asuhan dan pengawasan seorang guru.
Tujuan taman kanak-kanak adalah untuk membantu para orang tua
yang tidak mempunyai waktu atau kesempatan sama sekali untuk mengasuh
daan mendidik anak-anaknya yang masih kecil, disebabkan banyaknya
pekerrjaan sehari-hari. Selain itu taman kanak-kanak juga perlu bagi orang tua
yang kurang mengetahui bagaimana cara-cara mendidik anak sebaik-baiknya.
25
Adapun manfaat taman kanak-kanak sebagaimana tujuan frobel
medirikan kindergarten (taman kanak-kanak), yaitu:
1. Memberikan pendidikan yang lengkap kepada anak-anak (3-6 tahun)
sesuai dengan perkembangannnya yang wajar, karena pendidikan di rumah
tidak mencukupi sama sekali.
2. Memberi pertolongan dan bimbingan kepada ibu dalam mendidik anak-
anaknya. Kebanyakan ibu sekarang pada umumnya kurang mempunyai
waktu yang cukup untuk bergaul dan bermain dengan anak-anaknya
25 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teorities dan Praktis, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000), hlm. 131.
disebabkan karena banyaknya pekerjaan ibu di rumah maupun di luar
rumah tangganya.
3. mendidik dan menyiapkan para calon ibu dalam teori dan praktik untuk
menjadi pemimpin taman kanak-kanak atau untuk menunjang tugasnya
sebagai ibu di kemudian hari. 26
Dengan demikian dapat diambil beberapa keuntungan-keuntungan
dengan adanya taman kanak-kanak, yaitu:
1. Keuntungan Sosiologis
Anak-anak dengan usia di bawah 6 tahun biasanya mengalami
perkembangan yang sangat menyulitkan orang tua. Hal ini disebabkan
karena sifat egosentrisnya sangat tinggi. Masa egosentris adalah suatu
masa dimana anak merasa bahwa semua yang ada di sekitarnya adalah
untuknya, kepunyaannya, dan harus tunduk pada aturan-aturannya.
Perasaan sosialnya belum berkembang. Dengan adanya taman kanak-
kanak, maka anak-anak dilatih untuk mengembangkan sikap sosialnya.
2. Keuntungan Psikologis
Selain mengembangkan sikap sosial, dengan dimasukkannya anak-anak
dalam taman kanak-kanak, maka anak juga dilatih keberaniannya. Hal ini
sering terjadi pada anak-anak yang mengalami perkembangan kurang baik
karena kurang pemeliharaan dan kurang perhatian dari orang tuanya yang
selalu sibuk dengan perjuangan hidupnya yang berat. Perkembangan
psikologis ini juga berfungsi untuk menyiapkan anak-anak matang
bersekolah di tingkat selanjutnya.
Pernyataan Jersild yang dikutip oleh Khotib Ahmad Santut dalam
Menumbuhkan Sikap Sosial,dan Spiritual Anak dalam Keluarga Muslim,
bahwa dampak positif Taman kanak-kanak antara lain:
a. Memperluas aktivits interaksi sosial serta mendidik anak untuk tolong-
menolong dengan kelompok bermainnya.
b. Mengendalikan emosi pada saat bermain, berlatih untuk bekerjasama dan
bekerja secara kolektif. 27
26 Ibid, hlm. 134.
Peran serta guru dalam mengembangkan sikap sosial anak taman
kanak-kanak sangat dominant, karena sikap terbentuk melalui masukan-
masukan dalam berbagai bidang baik yang berasal dari guru bersangkutan
maupun dari factor-faktor lain yang membuat anak tersebut tumbuh sikap
sosialnya. Selain itu sikap sosial terbentuk melalui kontak langsung maupun
dengan memaksanakn akan untuk berbuat yang lebih baik.
Media merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan bagi anak
dalam pembentukan sikap sosial. Media dan guru saling mendukung
terbentuknya sikap sosial anak, karena pada masa anak-anak itulah
merupoakan masa bermain dan membangkitkan anak untuk melaksanakan
kontak sosial dengan teman sebaya.
Pengenalan media pengajaran bagi anak taman kanak-kanak sangat
perlu untuk merangsang anak melakukan kegiatan-kegiatannya. Tentu saja
dalam kegiatan tersebut peran guru sangat penting untuk mengarahkan
bagaimana menggunakan media yang telah ada tersebut.
Untuk membentuk sikap sosial anak tersebut dapat diwujudkan dalam
kegiatan menggambar keluarga yang meliputi ayah, ibu, dan mungkin
saudaranya yang ada di lingkungan keluarga serta dapat menggambar berbagai
sarana yang ada dalam lingkungan keluarga tersebut seperti kendaraan,
menggunakan permainan dalam mendirikan rumah-rumahan dengan balok
kayu bersama teman-temannya. Pembentukan sikap sosial juga dapat
diwujudkan dalam kebangsaan, serta dapat dilakukan melalui pembiasaan-
pembiasaan yang dilaksanakan secara rutin, spontan, terencana mauun teladan
guru.
Dengan kegiatan-kegiatan yang diberikan oleh guru dengan
menggunakan media pengajaran tersebut diharapkan anak akan tumbuh sikap
sosial anak dengan melahirkan anak yang suka tolong-menolong, sopan
santun, punya sikap tenggang rasa, menghargai orang, sabar, serta
bertanggung jawab. Lahirnya berbagai sikap sosial anak tersebut diharapkan
akan dapat mampu menerapkan dalam sehari-hari dan berperilaku yang sesuai
27 Khotib Ahmad Santhut, Op. Cit, hlm. 42-43.
dengan norma-norma yang berlaku di sekolah, masyarakat maupun dalam
lingkungan keluarga serta dalam jangka panjang akan tercipta kualitas
sumberdaya manusia yang sesuai kepribadian bangsa Indonesia.
Sikap sosial anak dapat terbentuk perlu adanya dukungan dari media
yang disediakan untuk kegiatan anak. Mustahil anak dapat berkembang sikap
sosialnya tanpa mengadakan hubungan dengan manusia lain baik melalui
penggunaan media maupun cara yang lain. Media yang sudah ada akan dapat
memberikan rangsangan pada anak untuk berkembang dalam menjalin
bersama dengan teman sebayanya untuk membentuk sikap sosial. Contoh:
anak yang diberi mainan maka mereka berusaha untuk mencari teman main.
Dalam permainan itulah anak akan menjalin kontak sosial dengan teman
sepermainan itu dan terbentuklah perubahan dalam tingkah laku anak tersebut
kea rah yang lebih baik.
Begitu besar peran media pengajaran dalam pembentukan kreativitas
anak, maka dalam proses pembelajaran di TK diharapkan guru untuk selalu
menggunakan media pengajaran dan mengupayakan ketersediaan media
pengajaran untuk dapat menumbuhkan kreativitas sosial anak tersebut.