skoliosis

42
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyeksi tulang punggung kearah depan diharapkan merupakan suatu garis lurus. Penyimpangannya, tidaklah diharapkan. Skoliosis didefinisikan sebagai terjadinya kurvatura ke lateral, dengan putaran satu atau lebih pada tulang punggung. Skoliosis merupakan suatu kondisi yang rumit. Ditengarai dengan suatu keadaan tidak hanya terjadinya kecondongan kesamping tetapi juga perputaran kolumna vertebralis pada aksis longitudinal. Serta sering bersamaan dengan terjadinya kiposis dan lordosis. Oleh karena itu, sangatlah dibutuhkan pengetahuan yang lebih dalam mengenai penyakit skoliosis ini dan salah satunya cara untuk mengetahuinya adalah dengan diskusi menggunakan metode seven jumps dan diahiri dengan membuatan makalah. 1.2 Identifikasi Kasus An. F (12thn) BB 18 Kg palpasi pada vertebrae teraba tulang belakang yang melengkung, dada kanan posterior menonjol, disertai scapula kanan tampak lebih tinggi & menonjol. Saat ini klien tidak mengeluh apapun selain ingin cepat di operasi. Klien mengatakan jenuh dengan proses menunggu yang lama & sedih meninggalkan sekolahnya. 1.3 Tujuan Tujuannya adalah:

description

file

Transcript of skoliosis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proyeksi tulang punggung kearah depan diharapkan merupakan suatu garis lurus.

Penyimpangannya, tidaklah diharapkan. Skoliosis didefinisikan sebagai terjadinya

kurvatura ke lateral, dengan putaran satu atau lebih pada tulang punggung. Skoliosis

merupakan suatu kondisi yang rumit. Ditengarai dengan suatu keadaan tidak hanya

terjadinya kecondongan kesamping tetapi juga perputaran kolumna vertebralis pada aksis

longitudinal. Serta sering bersamaan dengan terjadinya kiposis dan lordosis. Oleh karena

itu, sangatlah dibutuhkan pengetahuan yang lebih dalam mengenai penyakit skoliosis ini

dan salah satunya cara untuk mengetahuinya adalah dengan diskusi menggunakan metode

seven jumps dan diahiri dengan membuatan makalah.

1.2 Identifikasi Kasus

An. F (12thn) BB 18 Kg palpasi pada vertebrae teraba tulang belakang yang

melengkung, dada kanan posterior menonjol, disertai scapula kanan tampak lebih tinggi

& menonjol. Saat ini klien tidak mengeluh apapun selain ingin cepat di operasi. Klien

mengatakan jenuh dengan proses menunggu yang lama & sedih meninggalkan

sekolahnya.

1.3 Tujuan

Tujuannya adalah:

Untuk mengetahui pengertian dan patofisiologi dari skoliosis.

Mengetahui diagnosa untuk klien dan cara penanganan klien dengan skoliosis.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Tulang Belakang

Kolumna vertebra atau rangkaian tulang belakang adalah pilar mobile

melengkung yang kuat sebagai penahan tengkorak, rongga thorak, anggota gerak atas,

membagi berat badan ke anggota gerak bawah dan melindungi medula spinalis. ( John

Gibson MD, 1995 : 25 ). Kolumna vertebra terdiri dari beberapa tulang vertabra yang di

hubungkan oleh diskus Intervertebra dan beberapa ligamen. Masing - masing vertabra

di bentuk oleh tulang Spongiosa yang diisi oleh sumsum merah dan ditutupi oleh

selaput tipis tulang kompakta. Kolumna vertebra terdiri atas 33 ruas tulang yang terdiri

dari :

7 ruas tulang cervical

12 ruas tulang thorakal

5 ruas tulang lumbal

5 ruas tulang sakral (sacrum)

5 ruas tulang ekor (coccygis)

2.2 Definisi

Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang dimana terjadi

pembengkokan tulang belakang ke arah samping kiri atau kanan. Kelainan skoliosis ini

sepintas terlihat sangat sederhana. Namun apabila diamati lebih jauh sesungguhnya terjadi

perubahan yang luarbiasa pada tulang belakang akibat perubahan bentuk tulang belakang

secara tiga dimensi, yaitu perubahan sturktur penyokong tulang belakang seperti jaringan

lunak sekitarnya dan struktur lainnya (Rahayussalim, 2007). Skoliosis ini biasanya

membentuk kurva “C” atau kurva “S”. Sementara menurut chris brooker dalam

Ensiklopedia Keperawatan bahwa skoliosis merupakan kelengkungan tulang belakang ke

arah lateral.

Sedangkan menurut Medicastore menyatakan bahwa skoliosis adalah kelengkungan

tulang belakang yang abnormal ke arah samping, yang dapat terjadi pada segmen servikal,

toraka maupun lumbal (Apotik Online dan Media Informasi, 2006).

Senada dengan sebelumnya, Rosmawati Mion menyatakan bahwa skolisis merupakan

penyakit tulang belakang yang menjadi bengkok ke samping kiri atau kanan sehingga

wujudnya merupakan bengkok benjolan yang dapat dilihat dengan jelas dari arah

belakang. Penyakit ini juga sulit untuk dikenali kecuali setelah penderita meningkat

menjadi dewasa (Mion, Rosmawati, 2007). Kemudian menurut dr Ketut Martiana

menyebutkan dalam Jawa Pos Online adalah skoliosis merupakan kelainan fisik bawaan

atau genetik yang banyak dialami wanita (Jawa pos Online, 2007).

2.3 Epidemiologi

Sekitar 80% skoliosis adalah idiopatik, Skoliosis idiopatik dengan kurva lebih dari 10

derajat dilaporkan dengan prevalensi 0,5-3 per 100 anak dan remaja. Prevalensi dilaporkan

pada kurva lebih dari 30 derajat yaitu 1,5-3 per 1000 penduduk. Insiden yang terjadi pada

skoliosis idiopatik infantil bervariasi, namun dilaporkan paling banyak dijumpai di Eropa

daripada Amerika Utara, dan lebih banyak laki-laki dari pada perempuan.

2.4 Etiologi

Terdapat 3 penyebab umum dari skoliosis:

1. Kongenital (bawaan), biasanya berhubungan dengan suatu kelainan dalam

pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk yang menyatu

2.Neuromuskuler, pengendalian otot yang buruk atau kelemahan otot atau kelumpuhan

akibat penyakit berikut:

- Cerebral palsy

- Distrofi otot

- Polio

- Osteoporosis juvenil

3. Idiopatik, penyebabnya tidak diketahui.

a. Skoliosis Idiopatik Infantil

Kelengkungan vertebra berkembang saat lahir sampai usia 3 tahun. James,

pertama kali menggunakan istilah skoliosis idiopatik infantil, mencatat bahwa

kurva terjadi sebelum umur 3 tahun, dimana lebih sering terjadi pada laki-laki

daripada perempuan dan sebagian besar torakal melengkung kiri.

Dua tipe kurva dilaporkan pada skoliosis infantil yaitu resolving type (85%)

dan progressive type (15%). Perkembangan metode Mehta dilakukan untuk

membedakan kedua tipe kurva tersebut, dengan cara pengukuran pada posisi AP

radiologi. Pertama, dengan menggambar sebuah garis perpendikular ke end-plate

pada apeks vertebra. Kedua menarik garis yang memotong caput dan collum pada

costa, sudut yang dibentuk pada perpotongan kedua garis tersebut disebut RVA

(Rib-Vertebra Angle). Kurva dengan RVAD > 200 dapat menunjukkan

progresivitas.

b. Skoliosis Idiopatik Juvenil

Skoliosis Idiopatik Juvenil terjadi pada umur 4-10 tahun. Berbagai bentuk

dapat terjadi namun kurva torakal biasanya kekanan. Skoliosis Juvenil biasanya

lebih progresif dari adolesent. Lonstein menemukan bahwa 67% pasien dengan

umur dibawah 10 tahun menunjukkan progresivitas kurva dan resiko

progresivitas 100% pada pasien yang berumur < 10 tahun yang mempunyai kurva

lebih dari 200. Jenis bentuk tipe kurva yang terlihat pada skoliosis juvenil adalah

kurva thoracic > double thoracic > thorakolumbal > Lumbal. Pada scoliosis

juvenile ini, metode Mehta RVAD kurang digunakan dalam menentukan

prognosis dibandingkan dengan skoliosis infantil.

c. Skoliosis Idiopatik Adolescent

Skoliosis Idiopatik adolescent terjadi pada umur 10 tahun atau lebih, scoliosis

jenis ini paling sering terjadi pada remaja putri. Untuk mendiagnosa sebagai

scoliosis idiopatik, harus mempunyai derajat kurvatura minimal 100 dengan

rotasional dan deviasi lateraral pada radiologi ( < 10 derajat dapat dikatakan

normal).

2.5 Klasifikasi

Berdasarkan derajat kebengkokannya, skoliosis dibedakan menjadi skoliosis ringan

atau skoliosis fungsional dengan derajat kebengkokan kurang dari 20 derajat. Skoliosis

sedang dengan kebengkokan antara 20 sampai 40 derajat dan skoliosis berat dengan

derajat kebengkokan lebih dari 40 derajat (Luthfi, 2008).

A. Nonstruktural : Skoliosis tipe ini bersifat reversibel (dapat dikembalikan ke bentuk

semula), dan tanpa perputaran (rotasi) dari tulang punggung

a. Skoliosis postural : Disebabkan oleh kebiasaan postur tubuh yang buruk

b. Spasme otot dan rasa nyeri, yang dapat berupa :

(i) Nyeri pada spinal nerve roots : skoliosis skiatik

(ii) Nyeri pada tulang punggung : dapat disebabkan oleh inflamasi atau keganasan

(iii) Nyeri pada abdomen : dapat disebabkan oleh apendisitis

c. Perbedaan panjang antara tungkai bawah

(i) Actual shortening

(ii) Apparent shortening :

1. Kontraktur adduksi pada sisi tungkai yang lebih pendek

2. Kontraktur abduksi pada sisi tungkai yang lebih panjang

B. Sruktural : Skoliosis tipe ini bersifat irreversibel dan dengan rotasi dari tulang

punggung

a. Idiopatik (tidak diketahui penyebabnya) : 80% dari seluruh skoliosis

(i) Bayi : dari lahir – 3 tahun

(ii) Anak-anak : 4 – 9 tahun

(iii) Remaja : 10 – 19 tahun (akhir masa pertumbuhan)

(iV) Dewasa : > 19 tahun

b. Osteopatik

(i) Kongenital (didapat sejak lahir)

1. Terlokalisasi :

a. Kegagalan pembentukan tulang punggung (hemivertebrae)

b. Kegagalan segmentasi tulang punggung (unilateral bony bar)

2. General :

a. Osteogenesis imperfect

b. Arachnodactily

(ii) Didapat

1. Fraktur dislokasi dari tulang punggung, trauma

2. Rickets dan osteomalasia

3. Emfisema, thoracoplasty

c. Neuropatik

(i) Kongenital

1. Spina bifida

2. Neurofibromatosis

(ii) Didapat

1. Poliomielitis

2. Paraplegia

3. Cerebral palsy

4. Friedreich’s ataxia

5. Syringomielia

Sejak awal tahun 1983, system King-Moe telah mengklasifikasikan scoliosis idiopatik

adolescent (AIS) untuk terapi pembedahan kemudian semua pasien diterapi dengan

menggunakan instrument batang Harrington untuk mengoreksi deformitas. King tidak

memasukkan thorakolumbal, lumbal, atau ganda atau tiga kurva mayor pada

klasifikasinya.

1. King I- Kurva lumbal lebih besar dari kurva torakal

2. King II- Kurva thorakal lebih besar daripada kurva lumbal

3. King III-kurva torakal dngan kurva lumbal tidak melewati garis tengah

4. King IV-Kurva thorakal panjang dimana L4 miring kedalam kurva

5. King V- Kurva thorakal ganda

Klasifikasi Lenke merupakan system yang dikembangkan dalam mengklasifikasikan

scoliosis Idiopatik Adolescent (AIS), kini telah direkomendasikan dalam pengobatan

spesifik dengan perbedaan metode pengobatan.

Sistem Klasifikasi Lenke memadukan tiga komponen

(1). Tipe Kurva (1-6)

(2). Lumbar spine modifier (A,B,or C)

(3). Sagittal thoracal modifier (-,N or +)

Sementara itu, stadium skoliosis menurut Kawiyana dalam Soetjiningsih, 2004.

Skoliosis ringan : sudut kelengkungan kurang dari 20 derajat.

Skoliosis sedang: sudut kelengkungan 21-40 derajat.

Skoliosis berat : sudut kelengkungan lebih dari 40 derajat.

2.6 Manifestasi Klinik

a. Abdormalitas penampilan vertebra yang biasa yaitu cekung-cembung-cekung yang

terlihat menurun dari bahu sampai bokong.

b. Penonjolan iga di sisi cembung.

c. Tinggi Krista iliaka yang tidak sama,yang dapat menyebabkan Satu tungkai lebih

pendek dari pada tungkai lainnya.

d. Asimetri selubung toraks dan ketidak sejajaran vertebra spinalis akan tampak

apabila individu membungkuk.

e. Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping

f. Bahu atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya

g. Nyeri punggung

h. Kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama.

i. Skoliosis yang berat(kelengkungan yang lebih besar dari 60°)

2.7 Predisposisi

Faktor yang dapat menyebabkan masalah skoliosis bertambah buruk ialah (Jamaluddin,

2007):

Proses pertumbuhan. Dengan bertumbuh dan berkembangnya tubuh penderita

maka derajat kelengkungannya juga ikut berkembang dan menjadi semakin besar

Jenis Kelamin. Masalah skoliosis biasanya lebih buruk di kalangan remaja

perempuan dibanding lelaki.

Umur. Lebih awal seseorang penderita mengalami skoliosis, kemungkinan untuk

penyakit tersebut menjadi buruk akan lebih besar. Walaupun secara umumnya ini

lebih banyak berlaku pada remaja, anak-anak juga dapat mengalami masalah ini

pada umur empat hingga delapan tahun.

Lokasi. Lengkungan pada bagian tengah atau bawah tulang belakang biasanya

jarang bertambah buruk. Masalah skoliosis hanya bertambah buruk jika ini berlaku

pada bagian atas tulang belakang, menyebabkan badan belakang penderita

menonjol keluar dan kelihatan bongkok.

Masalah tulang belakang ketika dilahirkan. Skoliosis pada anak-anak yang

dilahirkan dengan penyakit ini , berisiko tinggi menjadi buruk dengan cepat. Oleh

karena skoliosis tidak menyebabkan kesakitan, masalah ini jarang diberi perhatian

dan rawatan hingga postur badan berubah

2.8 Komplikasi

Walaupun skoliosis tidak mendatangkan rasa sakit, penderita perlu dirawat seawal

mungkin. Tanpa perawatan, tulang belakang menjadi semakin bengkok dan menimbulkan

berbagai komplikasi seperti :

a. Kerusakan paru-paru dan jantung.

Ini boleh berlaku jika tulang belakang membengkok melebihi 70 derajat. Tulang

rusuk akan menekan paru-paru dan jantung, menyebabkan penderita sukar bernafas

dan cepat capai. Justru, jantung juga akan mengalami kesukaran memompa darah.

Keadaan ini terjadi jika tulang belakang membengkok >100 derajat. Dalam keadaan

ini, penderita lebih mudah mengalami penyakit paru-paru dan pneumonia. Keadaan

inilah yang banyak menyebabkan kematian pada kebanyakan penderita skoliosis.

b. Sakit tulang belakang.

Semua penderita, baik dewasa atau kanak-kanak, berisiko tinggi mengalami masalah

sakit tulang belakang kronik. Jika tidak dirawat, penderita mungkin akan menghidap

masalah sakit sendi. Tulang belakang juga mengalami lebih banyak masalah apabila

penderita berumur 50 atau 60 tahun.

c. Pada skoliosis yang lengkungan lebih dari 70 derajat, iga akan menekan paru-paru,

sehingga menimbulkan kesulitan bernapas.

d. Pada lengkungan lebih dari 100 derajat, kerusakan bukan hanya pada paru-paru,

namun juga pada jantung. Pada keadaan demikian infeksi paru terutama radang paru

akan mudah terjadi.

e. Pada beberapa penelitian, disebutkan bahwa skoliosis depan menimbulkan resiko

kehilangan densitas tulang (osteopenia). Terutama pada wanita yang menderita

skoliosis sejak remaja dan resiko menderita osteoporosis akan meningkat bersamaan

dengan bertambahnya usia.

f. Skoliosis tingkat ringan dan sedang baru menimbulkan keluhan bila sudah berusia

diatas 35 tahun. Keluhan yang mereka derita biasanya sakit kronis di daerah pinggang

yang lebih dini dibandingkan orang yang normal seusianya. Hal ini akibat proses

degenerasi yang lebih dini

2.9 Prognosis

Prognosis tergantung kepada penyebab, lokasi dan beratnya kelengkungan.

Semakin besar kelengkungan skoliosis, semakin tinggi resiko terjadinya progresivitas

sesudah masa pertumbuhan anak berlalu.

Skoliosis ringan yang hanya diatasi dengan brace memiliki prognosis yang bik dan

cenderung tidak menimbulkan masalah jangka panjang selain kemungkinan timbulnya

sakit punggung pada saat usia penderita semakin bertambah.

Penderita skoliosis idiopatik yang menjalani pembedahan juga memiliki prognosis yang

baik dan bisa hidup secara aktif dan sehat.

Penderita skoliosis neuromuskuler selalu memiliki penyakit lainnya yang serius

(misalnya cerebral palsy atau distrofi otot). Karena itu tujuan dari pembedahan biasanya

adalah memungkinkan anak bisa duduk tegak pada kursi roda.

Bayi yang menderita skoliosis kongenital memiliki sejumlah kelainan bentuk yang

mendasarinya, sehingga penanganannyapun tidak mudah dan perlu dilakukan beberapa

kali pembedahan.

2.10 Penatalaksanaan

Tujuan dilakukannya tatalaksana pada skoliosis meliputi 4 hal penting :

1. Mencegah progresifitas dan mempertahankan keseimbangan

2. Mempertahankan fungsi respirasi

3. Mengurangi nyeri

4. memperbaiki status neurologis

Adapun pilihan terapi yang dapat dipilih, dikenal sebagai “The three O’s” adalah :

a. Observasi

Pemantauan dilakukan jika derajat skoliosis tidak begitu berat, yaitu < 25o pada tulang

yang masih tumbuh atau <50o pada tulang yang sudah berhenti pertumbuhannya.

Rata-rata tulang berhenti tumbuh pada saar usia 19 tahun. Pada pemantauan ini,

dilakukan kontrol foto polos tulang punggung pada waktu-waktu tertentu. Foto

kontrol pertama dilakukan 3 bulan setelah kunjungan pertama ke dokter. Lalu sekitar

6-9 bulan berikutnya bagi yang derajat < 20o dan 4-6 bulan bagi yang derajatnya >20o.

b. Orthosis

Orthosis dalam hal ini adalah pemakaian alat penyangga yang dikenal dengan nama

brace. Biasanya indikasi pemakaian alat ini adalah :

1. Pada kunjungan pertama, ditemukan derajat pembengkokan sekitar 25o

2. Terdapat progresifitas peningkatan derajat sebanyak 25o

Jenis dari alat orthosis ini antara lain :

a. Milwaukee

b. Boston

c. Charleston bending brace

Alat ini dapat memberikan hasil yang cukup signifikan jika digunakan secara

teratur 23 jam dalam sehari hingga masa pertumbuhan anak berhenti.

3. Operasi

Tidak semua skoliosis dilakukan operasi. Indikasi dilakukannya operasi pada

skoliosis adalah :

1. Terdapat progresifitas peningkatan derajat pembengkokan >40-45o pada anak

yang sedang tumbuh

2. Terdapat kegagalan setelah dilakukan pemakaian alat orthosis

3. Terdapat derajat pembengkokan >50o pada orang dewasa

Risiko Operasi

1. Operasi skoliosis adalah operasi besar dimana risiko tidak berhasil dan

komplikasi bisa diperhitungkan antara 50% sampai 1%. Komplikasi operasi

yang dapat timbul adalah kehilangan darah, paru-paru terluka, tulang-tulang iga

patah, lever dan jantung terganggu, bahkan sampai terjadi kelumpuhan

2. Risiko-risiko ini harus sedapat mungkin diperkecil dengan alat-alat yang

canggih dan pengetahuan struktur ilmiah dari tulang. Dibedakan dengan 10

tahun yang lalu, risiko operasi skoliosis di Jerman sekarang ini sangatlah

minimal (di bawah 1%), dibandingkan dengan di negara-negara lainnya.

Penatalaksanaan Medis

Pengobatan yang dilakukan tergantung kepada penyebab, derajat dan lokasi

kelengkungan serta stadium pertumbuhan tulang. Jika kelengkungan kurang dari 20%,

biasanya tidak perlu dilakukan pengobatan, tetapi penderita harus menjalani pemeriksaan

secara teratur setiap 6 bulan.

Pada anak-anak yang masih tumbuh, kelengkungan biasanya bertambah sampai 25-

30%, karena itu biasanya dianjurkan untuk menggunakan brace (alat penyangga) untuk

membantu memperlambat progresivitas kelengkungan tulang belakang. Brace dari

Milwaukee & Boston efektif dalam mengendalikan progresivitas skoliosis, tetapi harus

dipasang selama 23 jam/hari sampai masa pertumbuhan anak berhenti.

Brace tidak efektif digunakan pada skoliosis kongenital maupun neuromuskuler. Jika

kelengkungan mencapai 40% atau lebih, biasanya dilakukan pembedahan. Pada

pembedahan dilakukan perbaikan kelengkungan dan peleburan tulang-tulang. Tulang

dipertahankan pada tempatnya dengan bantuan 1-2 alat logam yang terpasang sampai

tulang pulih (kurang dari 20 tahun). Sesudah dilakukan pembedahan mungkin perlu

dipasang brace untuk menstabilkan tulang belakang.

Kadang diberikan perangsangan elektrospinal, dimana otot tulang belakang

dirangsang dengan arus listrik rendah untuk meluruskan tulang belakang.

Tujuan dilakukannya tatalaksana pada skoliosis meliputi 4 hal penting :

1. Mencegah progresifitas dan mempertahankan keseimbangan

2. Mempertahankan fungsi respirasi

3. Mengurangi nyeri dan memperbaiki status neurologis

2.11 Pemeriksaan Diagnostik

a. Rontgen tulang belakang.

X-Ray Proyeksi Foto polos : Harus diambil dengan posterior dan lateral penuh

terhadap tulang belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk menilai derajat

kurva dengan metode Cobb dan menilai maturitas skeletal dengan metode Risser.

Kurva structural akan memperlihatkan rotasi vertebra ; pada proyeksi posterior-

anterior, vertebra yang mengarah ke puncak prosessus spinosus menyimpang kegaris

tengah; ujung atas dan bawah kurva diidentifikasi sewaktu tingkat simetri vertebra

diperoleh kembali.

b. Pengukuran dengan skoliometer (alat untuk mengukur kelengkungan tulang belakang)

Skoliometer

Skoliometer adalah sebuah alat untuk mengukur sudut kurvaturai. Cara pengukuran

dengan skoliometer dilakukan pada pasien dengan posisi membungkuk, kemudian atur

posisi pasien karena posisi ini akan berubah-ubah tergantung pada lokasi kurvatura,

sebagai contoh kurva dibawah vertebra lumbal akan membutuhkan posisi membungkuk

lebih jauh dibanding kurva pada thorakal. Kemudian letakkan skoliometer pada apeks

kurva, biarkan skoliometer tanpa ditekan, kemudian baca angka derajat kurva.

Pada screening, pengukuran ini signifikan apabila hasil yang diperoleh lebih besar

dari 5 derajat, hal ini biasanya menunjukkan derajat kurvatura > 200 pada pengukuran

cobb’s angle pada radiologi sehingga memerlukan evaluasi yang lanjut.

c. MRI (jika ditemukan kelainan saraf atau kelainan pada rontgen).

2.12 Terapi

Berikut ini beberapa penanganan scoliosis yang melibatkan olah tubuh:

Chiropractic

Seorang chiropractor percaya bahwa tubuh memiliki kemampuan untuk

menyembuhkan dirinya sendiri. Penanganan yang dilakukan chiropractor bersifat

memberdayakan tubuh agar kembali memiliki mekanisme dan sistem tubuh yang

baik.

Menghadapi pasien scoliosis, chiropractor akan melakukan pemeriksaan

dengan mempelajari postur tubuh pasien (examine posture), mengamati pergerakan

tubuh (motion palpation), dan memeriksa ototnya (static palpation). Pasien diminta

membuat foto X-ray untuk memastikan kondisi kurva tulang belakangnya. Jika

ditemukan adanya masalah, akan dilakukan koreksi (adjustment) dan terapi, atau

perawatan (treatment). Pasien juga diminta melakukan latihan tertentu (exercise) dan

olahraga yang disarankan. Olahraga yang disarankan untuk pasien scoliosis antara

lain berenang gaya bebas, jogging, yoga, pilates, taichi.

Yoga

Gerakan yoga untuk pasien scoliosis ditujukan untuk mengoreksi dengan cara

menarik dan mengarahkan tulang belakang secara tepat, ke depan, samping kiri, dan

samping kanan. Demikian menurut Ann Barros, guru yoga asal Santa Cruz, Amerika

Serikat, yang sejak kecil menderita scoliosis bawaan. Gerakan ditujukan untuk

menarik dan mengembalikan tulang belakang pada posisinya yang alami. "Bukan

lurus melainkan ada lengkungannya,” ujarnya.

Jadi, dalam menentukan terapi pasien scoliosis Ann Barros tidak bisa

menerapkan sembarang gerakan yoga, tetapi harus mengobservasi pasien terlebih dulu

dengan melihat hasil X-ray untuk mengetahui derajat keparahannya

Menurut Elise B. Miller, ahli yoga, dalam tulisannya di situs Yoga for teens

with Scoliosis, latihan gerakan yoga (asana) ditujukan untuk memperbaiki postur dan

meningkatkan kelenturan dan kekuatan otot, dengan cara menarik dan memperkuat

otot-otot yang menunjang tulang belakang. Posisi Adho Mukha Svanasana dan

Urdhva Mukha Svanasana baik untuk membentuk dan memperbaiki lengkungan

dan rotasi tulang belakang. Sedangkan Bharadvajasana untuk memperkuat kaki

sebagai penyangga tulang belakang.

Pilates

Ada enam prinsip dalam pilates yang efektif membantu penderita scoliosis,

yaitu concentration, control, centering, precision, flow of movement, dan correct

breathing technique. Demikian tutur Nancy Wuisan dari Pilates Bodymotion,

Bimasena Club, The Dharmawangsa Jakarta.

Concentration artinya setiap gerakan dan hitungan dalam pilates harus

dilakukan dengan penuh konsentrasi. Control artinva setiap gerakan harus terkontrol

oleh pikiran, jadi bukan pikiran yang dikontrol oleh tubuh. Centering artinya

perhatian harus terpusat pada tujuan berlatih pilates, misalnya tujuannya untuk

meringankan scoliosis. Precision, setiap gerakan harus dilakukan dengan perhitungan

yang tepat, misalnya kalau harus mengangkat kaki setinggi 90 derajat ya harus tepat

90 derajat. Flow of movement berarti gerakan yang dilakukan harus urut dan

berkesinambungan, menggunakan napas yang benar yaitu pernapasan perut.

Pernapasan perut dapat mendorong tulang belakang bersama otot-ototnva kembali

berfungsi secara seimbang. Gabungan dari enam prinsip dasar tersebutlah tulang akan

membantu mengoreksi scoliosis. Postur tubuh dan pernapasan yang benar, otot yang

elastis, akan membuat organ tubuh termasuk tulang belakang kembali berfungsi

dengan baik. Pilates dengan bantuan alat-alat berusaha menyeimbangkan otot-otot,

melenturkan otot yang meregang, dan membuat persendian menjadi lebih sehat.

Latihan diberikan setahap demi setahap sesuai kemampuan pasien, karena tidak

semua gerakan cocok untuk semua pasien scoliosis. Dari gerakan-gerakan awal, bisa

diketahui tingkat keparahan pasien. Dengan demikian dirancanglah sebuah program

untuk mengatasi masalah yang dideritanya.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Diskusi Seven Jumps

3.1.1 Step 1

-

3.1.2 Step 2

1. Etiologi? (Gian)

2. Faktor Risiko terjadinya skoliosis? (Hilma)

3. Sistem-sistem yang terganggu akibat skoliosis? (Fitri)

4. Bentuk operasi yang dilakukan seperti apa? (Hera)

5. Komplikais akibat skoliosis yang tidak ditangani? (Hasymi)

6. Alternative lain yang dilakukan pada skoliosis selain dari operasi? (Ike)

7. Pemeriksaan diagnostic? (Ferdi)

8. Kenapa klien tidak mengeluh apapun? (Helvi)

9. Skoliosis termasuk penyakit berbahaya atau tidak? Epidemiologi? (Indra)

10. Patofisiologi? (Hasymi)

11. Prognosis? (Ike)

12. Psikososial? (Gian)

13. Klasifikasi dari skoliosis? (Hilma)

14. Posisi yang baik untk klien seperti apa? (Hera)

15. Tanda dan gejala? ( Haeni)

16. Predisposisi & presipitasi? Beserta penjelasannya? (Indra)

17. Apa efek dari skoliosis apabila tidak di operasi? (Helvi)

18. Terapi frmakologi & non farmakologi? (Ike)

19. Asuhan keperawatan? (Gian)

20. Nutrisi untuk klien dengan skoliosis? (Hera)

21. Lama penyembuhan post operasi? (Helvi)

22. Stadium & grade dari skoliosis? (Ike)

23. Bagian apa dari vertebrae yang lebih sering terkena skoliosis? (Himas)

3.1.3 Step 3

1. (Hera) etiologinya yaitu karena posisi duduk yang salah

(Gian) karena pembebanan

(Indra) karena peradangan pada bagian discuss nya

(Hilma) factor genetic

2. -

3. (Ita) bisa mengenai system saraf

(Gian) tergantung bagian vertebrae mana yang terkena

4. -

5. -

6. (Fitri) ada alat yang bias meluruskan kembali tulang belakangnya

(Gian) diberi beban, contoh : melengkungnya kekiri, maka diberi beban di bagian

kanannya

7. (Ferdi) pemeriksaan diagnostic yang dilakukan adalah rontgen

8. (Hasymi) karena melengkungnya belum sampai pada derajat(sudut) parah yang bisa

menyebabkan nyeri maka klien tidak merasakan nyeri dank lien ingin cepat di operasi

karena gangguan citra diri yang buruk

9. -

10. -

11. -

12. (Gian) apabila di diagnose lebih dini & di berikan tindakan lebih cepat maka

penyembuhan akan lebih cepat

13. -

14. -

15. (Ita) posisi yang baik : kepala tegak, tulang belakang berada pada satu garis lurus,

lutut dan jari kaki mengahdap ke depan

(Indri) jangan dibiarkan terlalu ama tidur terlentang

16. (Himas) tanda yang paling khas pada skoliosis adalah lengkunagn berbentuk C atau S

(Gian) tanda dan gejala : bengkok lebih dari Xo akan terasa nyeri

17. -

18. (Hasymi) jika tidak di operasi yang pasti akan memperparah penyakitnya

19. -

20. -

21. (Indri) Kalsium, Vitamin C, Protein, diet TKTP

22. (Himas) pembuluh darah terhambat maka asupan nutrisi & O2 ke jaringan ikut

terhambat sehingga kan mengganggu system vaskularisasi

23. -

Kebiasaan posisi duduk dan etiologi lainnya

Melengkung dengan sudut Xo (Skoliosis)

Pemeriksaan diagnostik

Penekanan Organ Paru

Sesak

Gangguan Citra diri

Gangguan Psikososial

Operasi

Penekanan saraf

NyeriRisiko pola napas

tidak efektif

Perubahan bentuk vertebrae (melengkung)

24. (Himas) mungkin daerah thorakal

(Indri) servikal

25. -

26. -

3.1.4 Step 4

Data yang menyimpang :

vertebrae teraba tulang belakang yang melengkung

dada kanan posterior menonjol

scapula kanan tampak lebih tinggi & menonjol

Mind Map

3.1.5 Step 5

1. Definisi

2. Etiologi

3. Klasifikasi

4. Tanda dan Gejala

5. Prognosis

6. Epidemiologi

7. Komplikasi

8. Faktor predisposisi

9. Nutrisi

10. Penatalaksanaan

11. Terapi Non Farmakologi

12. Pemeriksaan Diagnostik

13. Psikososial

14. Patofisiologi

15. Asuhan keperawatan pasca operasi

3.2 Patofisiologi Skoliosis pada kasus

Terlampir

3.3 Pemeriksaan Diagnostik

a. Rontgen tulang belakang.

X-Ray Proyeksi Foto polos : Harus diambil dengan posterior dan lateral penuh

terhadap tulang belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk menilai derajat

kurva dengan metode Cobb dan menilai maturitas skeletal dengan metode Risser.

Kurva structural akan memperlihatkan rotasi vertebra ; pada proyeksi posterior-

anterior, vertebra yang mengarah ke puncak prosessus spinosus menyimpang kegaris

tengah; ujung atas dan bawah kurva diidentifikasi sewaktu tingkat simetri vertebra

diperoleh kembali.

b. Pengukuran dengan skoliometer (alat untuk mengukur kelengkungan tulang belakang)

Skoliometer

Skoliometer adalah sebuah alat untuk mengukur sudut kurvaturai. Cara pengukuran

dengan skoliometer dilakukan pada pasien dengan posisi membungkuk, kemudian atur

posisi pasien karena posisi ini akan berubah-ubah tergantung pada lokasi kurvatura,

sebagai contoh kurva dibawah vertebra lumbal akan membutuhkan posisi membungkuk

lebih jauh dibanding kurva pada thorakal. Kemudian letakkan skoliometer pada apeks

kurva, biarkan skoliometer tanpa ditekan, kemudian baca angka derajat kurva.

Pada screening, pengukuran ini signifikan apabila hasil yang diperoleh lebih besar

dari 5 derajat, hal ini biasanya menunjukkan derajat kurvatura > 200 pada pengukuran

cobb’s angle pada radiologi sehingga memerlukan evaluasi yang lanjut.

c. MRI (jika ditemukan kelainan saraf atau kelainan pada rontgen).

3.4 Proses Keperawatan

1. Pengkajian

a) Identitas

Nama : An F

Usia : 12 tahun

2. Anamnesa

a) Keluhan Utama :

Pada kasus disebutkan bahwa klien tidak mengeluh apapun selain ingin cepat di

operasi. Selain itu klien mengatakan jenuh dengn proses menunggu yang lama dan

sedih meninggalkan sekolahnya.

b) Riwayat Kesehatan sekarang:

Pada vertebra teraba tulang belakang yang melengkung, dada kanan posterior

menonjol disertai scapula kanan tampak lebih tinggi dan menonjol ( scoliosis ).

P : -

Q : -

R : Vertebrata

S : -

T : -

c) Riwayat kecelakaan : -

d) Riwayat penyakit genetic dan congenital : -

e) Riwayat penyakit lain : -

f) Riwayat pembedahan pada skeletal : -

g) Riwayat keluarga dengan masalah musculoskeletal : -

h) ADL : -

i) Life style : -

3. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi : scapula kanan tampak lebih tinggi

Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang tidak biasa

(abnormal).Posisi dan bentuk dari ekstremitas (deformitas).Posisi jalan (gait, waktu

masuk ke kamar periksa).Selain itu kita juga bisa meminta klien untuk :Berdiri

tegak, untuk melihat adanya :Asimetri bahu, leher, tulang iga, pinggul, dan

scapula.Plum line (kesegarisan antara leher dan pinggul).Body arm distance (jaak

antara lengan dengan badan).Membugkuk, untuk melihat adanya :Rotasi

(perputaran dari tulang punggung).Derajat pembungkukan (kifosis).Mengukur

perbandingan panjang tungkai bawah (leg length

discrepancy).Mencari :Kelenturan sendiSinus-sinus pada kulitHairy

patchyPalpable midline defects

Palpasi : tulang belakang melengkung, dada kanan posterior menonjol

raba tulang bagian vertebra apakah menonjol, miring, atau melengkung. Raba

bagian scapula kanan dan kiri terdapat perubahan asimetris atau tidak.

Perkusi : -

Auskultasi : -

4. Pengkajian Psikososial

Psikologis : jenuh dengan proses menunggu yang lama & sedih meninggalkan

sekolahnya

Spiritual : -

Social-cultural : -

5. Pemeriksaan Penunjang: -

Pemeriksaan Radiografik menyatakan derajat dan lokasi lekukan pembengkokan

tulang.Pemindaian MRIUntuk mengevaluasi kemungkinan patologi intraspinal atau

proses penyakit lain yang dapat menyebabkan skoliosis.Rontgen tulang belakang.

Pengukuran dengan skoliometer (alat untuk mengukur kelengkungan tulang

belakang).

6. Analisa Data

Data Fokus etiologi Masalah

Do: pada saat palpasi teraba

tulang belakang melengkung,

dada kanan posterior

menonjol disertai scapula

kanan tampak lebih tinggi

dan menonjol

DS: klien mengatakan jenuh

dan sedih meninggalkan

sekolahnya.

Kebiasaan posisi tidak benar

Penekanan saraf

Saraf melemah

Ketidakseimbangan tarikan

ruas tulang belakang

Skoliosis

Lengkungan pada tulang

Harga diri rendah

belakang

Menggunaka Brace

Harga diri Rendah

DO:

DS:

Kebiasaan posisi tidak benar

Penekanan saraf

Saraf melemah

Ketidakseimbangan tarikan

ruas tulang belakang

Skoliosis

Lengkungan pada tulang

belakang

Serabut saraf nyeri tertarik

Merangsang saraf nyeri

Merangsang hipitalamus

Nyeri dipersepsikan

Nyeripunggung

Risiko Nyeri

Resiko Gangguan Rasa

Nyaman : Nyeri

DO:

DS:

Kebiasaan posisi tidak benar Resiko Imobilitas fisik

Penekanan saraf

Saraf melemah

Ketidakseimbangan tarikan

ruas tulang belakang

Skoliosis

Lengkungan pada tulang

belakang

Memengaruhi stabilitas

tulang belakang dan stabilitas

panggul

Resiko gangguan mobilisasi

Do:

DS:

Kebiasaan posisi tidak benar

Penekanan saraf

Saraf melemah

Ketidakseimbangan tarikan

ruas tulang belakang

Skoliosis

Lengkungan pada tulang

belakang

Risiko Gangguan perfusi

jaringan

Lengkungan > 70

Penekanan pada jantung

Ekspansi jantung

Kompensasi kerja jantung

Risiko Ganguguan perfusi

jaringan

Do:

Ds:

Kebiasaan posisi tidak benar

Penekanan saraf

Saraf melemah

Ketidakseimbangan tarikan

ruas tulang belakang

Skoliosis

Lengkungan pada tulang

belakang

Penekanan paru

Ekspansi paru

Kompensasi napas cepat

Risiko Pola nafas tidak

Risiko Pola nafas tidak

efektif

efektif

7. Diagnosa Keperawatan

1) Harga Diri Rendah berhubungan dengan skoliosis

2) Resiko Imobilitas fisik berhubungan dengan penurunan fungsi saraf sumsum

tulang belakang.

3) Resiko Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri berhubungan dengan kekakuan sendi

4) Resiko gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan tekanan pada paru-

paru

8. Intervensi

N

O

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan Intervensi Rasional

1. Harga Diri Rendah

berhubungan dengan

skoliosis, ditandai

dengan :

DO : pada saat

palpasi teraba tulang

belakang

melengkung, dada

kanan posterior

menonjol disertai

scapula kanan

tampak lebih tinggi

dan menonjol

DS : klien

mengatakan jenuh

dan sedih

meninggalkan

Mencegah terjadinya

Harga Diri Rendah

dengan

criteria :Klien

menyatakan persepsi

nyata dan

penerimaan diri pada

perubahan yang

terjadi.Klien

mengungkapkan

perasaan dan

kekhawatirannya.Kli

en menunjukan tanda

tanda penyesuain diri

terhadap penggunaan

brace.Klien

menunjukan prilaku

koping yang positif

Bantu klien

memakai pakaian

yang menarik dan

tepat untuk

digunakan di atas

brace.

Bantu klien untuk

mengembangkan

koping penerimaan

terhadap perubahan.

Beritahu klien dan

keluarga implikasi

jika tidak memakai

brace.

Ajarkan orang tua

tentang pentingnya

respons mereka

Pakaian yang

menarik membantu

klien mengurangi

perasaan negative

mengenai

keadaannya.

Koping yang baik

membantu klien

menerima

perubahan pada

dirinya

Pemakaian brace

berguna untuk

menopang bentuk

tubuh klien sesuai

keadaan normal.

Meningkatkan

kenyamanan dan

rasa percaya diri

sekolahnya. terhadap perubahan

tubuh anak dan

penyesuaian di

kemudian hari,

sesuai dengan

kebutuhan.

klien

2. Resiko Imobilitas

fisik berhubungan

dengan penurunan

fungsi saraf sumsum

tulang belakang

Tupe

n:Mendemonstrasika

n teknik/perilaku

yang memungkinkan

melakukan kembali

aktivitas.

Tupan:Fungsi saraf

kembali normal

sesuai dengan

perubahan anatomi

tubuh yang nomal.

Berikan suatu alat

agar klien dapat

meminta

pertolongan seperti

bel atau lampu

pemanggil

Bantu klien

melakukan latihan

ROM pada semua

ekstremitas dan

sendi, pakailah

gerakan perlahan

dan lembut.

Anjurkan klien

untuk menggunakan

teknik relaksasi.

Buat rencana

aktivitas untuk klien

sehingga klien dapat

beristirahat tanpa

terganggu.

Membuat klien

memiliki rasa

nyaman, dapat

mengatur diri dan

mengurangi

ketakutan karena

ditinggal sendiri.

Meningkatkan

sirkulasi,

mempertahankan

tonus otot dan

mobilisasi sendi,

meningkatkan

mobilisasi sendi.

Mengurangi

ketegangan otot atau

kelelahan dapat

membantu

mengurangi nyeri,

spasme otot,

spastisitas (kejang).

Mencegah

kelelahan,

memberikan

kesempatan untuk

berperan

Anjurkan klien

untuk berperan serta

dalam aktivitas

sesuai dengan

kemampuan dan

toleransi.

serta/melakukan

upaya maksimal.

3. Resiko Gangguan

Rasa Nyaman :

Nyeri berhubungan

dengan kekakuan

sendi

Tupen:

Menunjukkan

keterampilan

kemampuan

relaksasi. Tampak

rileks, mampu tidur

dan istirahat dengan

tepat Tupa

n:Menyatakan rasa

nyeri hilang

Perhatikan intensitas

nyeri (skala 0-10),

lamanya dan

lokasinya. 

Berikan tindakan

kenyamanan dan

aktivitas teurapeutik.

Dorong  teknik

managemen stress

dan penggunaan

sentuhan teurapetik

Memberikan

informasi sebagai

dasar dan

pengawasan

keefektifan

intervensi  Menurun

kan tegangan otot,

memfokuskan

kembali perhatian,

meningkatkan rasa

control, dan dapat

meningkatkan

kemampuan koping

dalam managemen

ketidaknyamanan/ny

eri yang dapat

menetap selama

periode lama.

Pengendalian dini

terjadinya masalh

memberikan

kesempatan untuk

intervensi cepat dan

mencegah

Seilidiki keluhan

nyeri sendi tiba-tiba

dengan spasme otot

dan perubahan

mobilitas sendi.

Kolaboratif:Berikan

narkotik, analgesic,

dan relaksan otot

sesuai indikasi 

komplikasi lebih

serius.

Menghilangkan

nyeri dan

menurunkan

tegangan yang

menambah

ketidaknyamanan

4. Resiko gangguan

pola nafas tidak

efektif berhubungan

dengan tekanan pada

paru-paru

Tupen :Klien

menunjukan

aktivitas/perilaku

meningkatkan fungsi

paruTupan :Menunj

ukan pola nafas

efektif dengan

frekuensi dan

kedalaman dalam

rentang normal.

Menunjukan pola

nafas efektif dengan

perbaikan ekpansi

paru.

Evaluasi  fungsi

pernafasan, catat

kecepatan, dipsneu,

terjadinya sianosis,

perubahan tanda

vital

Tinggikan kepala

dan bantu mengubah

posisi.

Anjurkan pasien

untuk melakukan

napas dalam yang

efektif jika pasien

sadar

Distress pernafasan

dan perubahan pada

tanda vital dapat

terjadi sebagi akibat

stress fisiologi dan

nyeri.

Duduk tinggi

memungkinkan

ekspansi paru dan

memudahkan

pernapasannya.

Mencegah

aktelaktasis     

3.5 Aspek Nutrisi

Kesehatan umum dan nutrisi pasien harus dipantau. Diet protein seimbang, vitamin C

untuk membantu proses penyembuhan dan vitamin D dipilih untuk meyakinkan adanya

keseimbangan nitrogen dan merangasang penyembuhan. Kekurangan zat gizi seperti

vitamin D, zat kapur, dan fosfor, dapat menimbulkan gangguan proses pembentukan

tulang sehingga zat-zat tersebut harus tetap ada dalam tubuh dengan jumlah yang

seimbang.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Skoliosis merupakan kurva abnormal dari tulang belakang. Normalnya, bila dilihat

dari bidang tampak depan/koronal, kurva tulang belakang lurus satu garis dari leher

sampai sacrococcygeus (tulang ekor). Bila dilihat dari sisi samping/lateral view terdapat

kurva ke depan terus ke belakang. "Gunanya menjaga supaya tulang belakangnya stabil.

Berat ringannya skoliosis tergantung dari besar kecil derajat lengkungnya. Disebut ringan

bila derajatnya di bawah 20 derajat. Disebut sedang, bila lengkungnya antara 20-40

derajat. Kondisi berat terjadi bila lengkungnya di atas 40 derajat dan sangat berat sekitar

ratusan derajat. Penyebab skoliosis bermacam-macam. Bila derajat lengkungnya melebihi

40 derajat, maka penderita skoliosis dianjurkan operasi.

4.2 Saran

Makalah kasus ke lima kami mengenai penyakit skoliosis ini tentu saja jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu saran yang sangat membangun sangat kami harapkan untuk

menjadi bahan evaluasi kami menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSAKA

Carpenito, Linda Juall. 2000. Buku Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Jakarta:

EGC.

Corwin, Elizabeth. J. 2007. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC.

Doenges,M.E., Geissler,A.C., (2000).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumntasian Perawatan Pasien. (edisi 3) Philadelphia : F.A.Davis

Company

dexa media jurnal kedokteran dan farmasi no.1 vol.21 januari-maret 2008 hal.27

www.klikdoktermenujusehat.com

Scoliosis (from : meaning "crooked condition," from , "crooked") is a medical condition in

which a person's is curved from side to side and may also be rotated.

http://en.wikipedia.org/wiki/Scoliosis

http://irwanashari.blogspot.com/2008/01/skoliosis-idiopatik.html

http://medicastore.com/penyakit/960/Skoliosis.html

www.duniakedokterankecil.com

http://gladiolstrange.blogspot.com/2009/05/skoliosis.html