Skenario Syok Hipovolemik e Causa Diare
-
Upload
ajengdwinta -
Category
Documents
-
view
160 -
download
13
Transcript of Skenario Syok Hipovolemik e Causa Diare
SKENARIO SYOK HIPOVOLEMIK E CAUSA DIARE (2010)
Skenario C
Rizka, bayi perempuan, berusia 3 tahun dengan berat badan 15 kg dibawa ibunya ke Puskesmas Plaju
karena kaki tangannya dingin seperti es, tampak lesu dan mata cekung. Rizka sudah tidak BAK sejak 12 jam
yang lalu. Sejak 3 hari yang lalu Rizka BAB cair frekuensi 7-10 x/hari dengan jumlah ¼ gelas – ½ gelas
belimbing dalam 1 kali BAB, konsistensi cair, darah dan lendir tidak ada dan dibawa ibunya berobat ke
bidan tapi tidak ada perubahan.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : keadaan apatis, nadi filiformis, frekuensi napas : 40x/menit, capillary refill time >3 detik.
Keadaan spesifik :
Kulit : kutis mamorata, teraba dingin dan turgor kembali dangat lambat
Kepala : Mata cekung, mukosa bibr dan mulut kering
Dari hasil pemeriksaan Dokter Puskesmas tersebut akan melakukan tindakan pertolongan pertama yaitu
memposisikan anak dalam posisi hirup kemudian saat akan memberikan cairan resusitasi, akses vena sulit
didapat.
Identifikasi Masalah
1. Rizka, bayi perempuan, berusia 3 tahun dengan berat badan 15 kg dibawa ibunya ke Puskesmas
Plaju karena kaki tangannya dingin seperti es, tampak lesu dan mata cekung.
2. Rizka sudah tidak BAK sejak 12 jam yang lalu
3. Sejak 3 hari yang lalu Rizka BAB cair frekuensi 7-10 x/hari dengan jumlah ¼ gelas – ½ gelas
belimbing dalam 1 kali BAB, konsistensi cair, darah dan lendir tidak ada dan dibawa ibunya berobat
ke bidan tapi tidak ada perubahan.
4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : keadaan apatis, nadi filiformis, frekuensi napas : 40x/menit, capillary refill time >3
detik.
Keadaan spesifik :
Kulit : kutis mamorata, teraba dingin dan turgor kembali dangat lambat
Kepala : Mata cekung, mukosa bibr dan mulut kering
5. Dari hasil pemeriksaan Dokter Puskesmas tersebut akan melakukan tindakan pertolongan pertama
yaitu memposisikan anak dalam posisi hirup kemudian saat akan memberikan cairan resusitasi, akses
vena sulit didapat.
B. Analisis Masalah1
1. a. Apa makna kaki tangan dingin seperti es, tampak lesu, mata cekung dan tidak BAK selama 12
jam?
Kaki tangan dingin seperti es, tampak lesu dan tidak BAK selama 12 jam menunjukkan bahwa sudah
masuk ke fase syok.
Keadaan syok akan melalui tiga tahapan mulai dari tahap kompensasi (masih dapat ditangani oleh
tubuh), dekompensasi (sudah tidak dapat ditangani oleh tubuh), dan ireversibel (tidak dapat pulih).
Fase I : Kompensasi
Pada fase ini fungsi-fungsi organ vital masih dapat dipertahankan melalui mekanisme kompensasi
tubuh dengan meningkatkan reflek simpatis, yaitu meningkatnya resistensi sistemik dimana terjadi
distribusi selektif aliran darah dari organ perifer non vital ke organ vital seperti jantung, paru dan otak.
Tekanan darah sistolik tetap normal sedangkan tekanan darah sistolik meningkat akibat peninggian
resistensi arteriol sistemik (tekanan nadi menyempit).
Manifestasi klinis yang tampak berupa takikardia, gaduh gelisah, kulit pucat dan dingin dengan
pengisian kapiler (capillary refilling) yang melambat > 2 detik.
Fase II : Dekompensasi.
Pada fase ini mekanisme kompensasi mulai gagal mempertahankan curah jantung yang adekuat
dan system sirkulasi menjadi tidak efisien lagi. Jaringan dengan perfusi yang buruk tidak lagi
mendapat oksigen yang cukup, sehingga metabolisme berlangsung secara anaerobic yang tidak efisien.
Alur anaerobic menimbulkan penumpukan asam laktat dan asam-asam lainnya yang berakhir dengan
asidosis. Asidosis akan bertambah berat dengan terbentuknya asam karbonat intra selular akibat
ketidak mampuan sirkulasi membuang CO2.
Manifestasi klinis yang dijumpai berupa takikardia yang bertambah, tekanan darah mulai turun,
perfusi perifer memburuk (kulit dingin dan mottled, capillary refilling bertambah lama), oliguria dan
asidosis (laju nafas bertambah cepat dan dalam) dengan depresi susunan syaraf pusat (penurunan
kesadaran).
Fase III : Irreversible
Kegagalan mekanisme kompensasi tubuh menyebabkan syok terus berlanjut, sehingga terjadi
kerusakan/kematian sel dan disfungsi system multi organ lainnya. Cadangan fosfat berenergi tinggi
(ATP) akan habis terutama di jantung dan hepar, sintesa ATP yang baru hanya 2% / jam dengan
demikian tubuh akan kehabisan energi. Kematian akan terjadi walaupun system sirkulasi dapat
dipulihkan kembali. Manifestasi klinis berupa tekanan darah tidak terukur, nadi tak teraba, penurunan
kesadaran semakin dalam (sopor-koma), anuria dan tanda-tanda kegagalan system organ lain.
2
1. b. Apa etiologi dan mekanisme keluhan rizka (kaki tangan dingin seperti es, mata cekung, tampak
lesu) ?
Keluhan rizka dapat di sebabkan :
Perdarahan
Pendarahan internal : ruptur hepar/lien, trauma jaringan lunak, fraktur tulang panjang,perdarahan
saluran cerna (ulkus peptikus, divertikulum meckel, sindrom mallory weis), kelainan hematologis.
Perdarahan ekternal : trauma
Kehilangan plasma : luka bakar,sindrom nefrotik, obstruksi ileus, DBD,peritonitis.
Kehilangan air dan elektrolit : diare,muntah,diabetes insipidus,heat stroke, renal loss, luka bakar.
Anafilaksis
Kejang trauma kepala
Gejala neurologik
Pada kasus ini kemungkinan penyebab terjadinya keluhan adalah karena kehilangan cairan dan
elektrolit yang cepat dan banyak dan banyak yang disebabkan diare sehingga menurunkan preload ventrikel
sehingga terjadi penurunan isi sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi penurunan hantaran oksigen ke
jaringan tubuh akral dingin,tampak lemas, mata cekung.
Penyebab Syok
Adapun penyebab terjadinya syok berdasarkan klasifikasinya:
Jenis Syok Penyebab
Hipovolemik 1. Perdarahan
2. Kehilangan plasma (misal pada luka bakar)
3. Dehidrasi, misal karena puasa lama, diare,
muntah, obstruksi usus dan lain-lain
Kardiogenik 1. Aritmia
Bradikardi / takikardi
2. Gangguan fungsi miokard
Infark miokard akut, terutama infark ventrikel kanan
Penyakit jantung arteriosklerotik
Miokardiopati
3. Gangguan mekanis
Regurgitasi mitral/aorta
Rupture septum interventrikular
3
Aneurisma ventrikel massif
Obstruksi:
Out flow : stenosis atrium
Inflow : stenosis mitral, miksoma atrium kiri/thrombus
Obstruktif Tension Pneumothorax
Tamponade jantung
Emboli Paru
Septik 1.Infeksi bakteri gram negative,
misalnya:
eschericia coli, klibselia pneumonia, enterobacter,
serratia,proteus,danprovidential.
2. Kokus gram positif,
misal:
stafilokokus, enterokokus, dan streptokokus
Neurogenik Disfungsi saraf simpatis, disebabkan oleh trauma tulang
belakang dan spinal syok (trauma medulla spinalis
dengan quadriflegia atau para flegia)
Rangsangan hebat yang tidak menyenangkan, misal nyeri
hebat
Rangsangan pada medulla spinalis, misalnya penggunaan
obat anestesi
Anafilaksis Antibiotic (Penisilin, sofalosporin, kloramfenikol,
polimixin, ampoterisin B)
Biologis (Serum, antitoksin, peptide, toksoid tetanus, dan
gamma globulin)
Makanan (Telur, susu, dan udang/kepiting)
Lain-lain (Gigitan binatang, anestesi local)
1. c. Berapa berat badan normal anak usia 3 tahun?
Rumus: 8+2n
Berdasarkan Z score berat badan normal anak usia 3 tahun adalah 11-18 kg, BB Rizka adalah 15 kg,
ini masih dalam batasan normal.
4
1. d. Bagaimana anatomi sistem digestif anak yang berhubungan dengan kasus ini?
Sistem Pencernaan
Pada saat lahir, tidak semua komponen sistem saluran cerna telah mencapai kematangannya.
Kelanjutan pematangan sistem pencernaan akan tampak oleh adanya perubahan pola fungsi selama
masa pertumbuhan anak.
5
Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan dan menyalurkan makanan dari rongga
mulut ke lambung. Sepertiga atas esofagus merupakan otot serat lintang yang berhubungan dengan
otot-otot faring, sedangkan 2/3 bagian bawah adalah otot polos. Esofagus menyempit pada 3 tempat,
yaitu setinggi tulang rawan krikoid yang merupakan sfingter, rongga dada bagian tengah akibat
penekanan oleh arkus aorta dan bronkus utama kiri (tidak bersifat sfingter), dan pada hiatus esofagus
diafragma (otot polos bagian ini bersifat sfingter).
Pembuluh vena esofagus bagian bawah berhubungan langsung dengan sirkulasi vena porta. Di
sebelah dorsal kanan esofagus terdapat duktus torasikus. Lambung merupakan bagian sistem
gastrointestinal yang terletak antara esofagus dan duodenum. Lambung terbagi menjadi 2 bagian, ¾
proksimal terdiri dari fundus dan korpus, sedangkan bagian distalnya adalah antrum. Ciri yang
menonjol pada anatomi lambung adalah peredaran darahnya yang sangat kaya dengan pembuluh nadi
besar di depan kurvatura mayor dan minor serta dalam dinding lambung.
Pada bagian distal lambung terdapat selaput lingkar yang disebut pilorus yang berfungsi sebagai
sfingter untuk mencegah kebocoran isi lambung. Pilorus inidiperkuat oleh serabut otot lingkar yang
kuat dan terbuka melalui pengaturansaraf. Duodenum mulai pada pilorus dan berakhir pada batas
duodenoyeyunal.Pada cekungan duodenum setinggi vertebra L2 terdapat kepala pankreas.
Sekum pada anak berbentuk kerucut dan apendik berasal dari bagian apek kiri. Selama masa
anak-anak dinding lateral sekum membesar, sehingga apendiks terletak pada bagian posterior dinding
medial. Mukosa apendiks kaya akan jaringan limfoid pada masa anak-anak dan akan berkurang setelah
dewasa.
Hati adalah kelenjar terbesar di dalam tubuh manusia dan memiliki dua permukaan yaitu permukaan
diafragma da viseral. Pada waktu lahir ukuran hati relatif dua kali lebih besar dibandingkan hati pada
dewasa dan batas inferiornya dapat dipalpasi dibawah iga.
Waktu lahir berat hati sekitar 120 – 160 g. Kemudian berat ini bertambah sesuai pertumbuhan anak.
Pada umur 2 tahun berat hati bertambah 2 kali lipat, pada usia 3 tahun beratnya menjadi 3 kali lipat,
sedangkan pada umur 9 tahun dan masa pubertas mencapai masing-masing 6 dan 10 kali berat hati
waktu lahir. Hati berada di rongga dada bawah dengan bagian atas memotong garis mid klavikula
kanan pada sela iga 5-6 dan memotong garis aksilaris kanan pada sela iga ke-7. Batas bawah berada 1
cm di bawah garis lengkung iga bawah. Pankreas terletak melintang dibagian atas abdomen, di
belakang gaster, di dalam ruang retroperitoneal.
Pankreas terbagi menjadi bagian kepala/kaput, korpus, dan ekor. Di sebelah ekor kiri ekor pankreas
terdapat hilus limpa di arah kraniodorsal. Saluran pankreas Wirsung dimulai dari ekor pankreas
sampai kaput pankreas, bergabung dengan saluran empedu di ampula hepatiko-pankreatika untuk
selanjutnya bermuara pada papila Vater. Saluran pankreas minor Santorini atau duktus pankreatikus
asesorius bermuara di papila minor yang terletak proksimal dari papila mayor.6
1. e. Bagaimana pertolongan pertama pada kasus ini (dirumah)?
Tatalaksana Diare di Rumah
Rehidrasi. Berikan cairan lebih dari biasanya. Berikan cairan rehidrasi oral khusus anak (oralit anak) yang
mengandung elektrolit untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Pada tahun 2004 WHO bersama UNICEF
mengumumkan kesepakatan mengubah penggunaan cairan rehidrasi oral yang lama menjadi cairan rehidrasi
oral yang memiliki osmolaritas rendah (hipoosmolar). Oralit dewasa bisa digunakan asalkan dincerkan 2x,
misal yang harusnya 1 sachet untuk 200 ml, maka dibuat 1 sachet untuk 400 ml.Menurut IDAI (Ikatan Dokter
Anak Indonesia) :
Larutan Garam-Gula Larutan Garam-Tajin
Bahan terdiri dari 1 sendok teh
gula pasir, seperempat sendok
teh garam dapur dan 1 gelas
(200 ml) air matang. Setelah
diaduk rata pada sebuah gelas
diperoleh larutan garam-gula
yang siap digunakan.
Bahan terdiri dari 6 (enam)
sendok makan munjung (100
gram) tepung beras, 1 (satu)
sendok teh (5 gram) garam dapur,
2 (dua) liter air. Setelah dimasak
hingga mendidih akan diperoleh
larutan garam-tajin yang siap
digunakan.
Selain cairan rehidrasi oral hipoosmolar, WHO dan UNICEF juga merekomendasikan penggunaan
zinc sebagai terapi tambahan untuk diare yang diberikan selama 10-14 hari walaupun diare sudah
berhenti
2. a. Berapa jumlah normal urin pada anak usia 3 tahun?
Pada anak-anak jumlah urin normal adalah 1-2 cc/KgBB/jam, pada kasus BB rizka adalah 15 kg. Jadi jumlah urin
normal pada rizka adalah 15-30 cc/jam.
Umur Jumlah Urine/24 jam
Hari ke-1 – 2
Hari ke 3 – 10
Hari ke 10 – 2 bulan
bulan – 1 tahun
1 - 3 tahun
3 - 5 tahun
5 - 8 tahun
8 - 14 tahun
30 – 60 mL
100 – 300 mL
250 – 450 mL
400 – 500 mL
500 – 600 mL
600 – 700 mL
650 – 700 mL
800 – 1400 mL
7
2 .b. Apa makna tidak BAK sejak 12 jam yang lalu?
Maknanya adalah telah terjadi anuria yang disebabkan karena dehidrasi berat. Ini merupakan tanda
kegawatdarurataan, yaitu syok; adanya penurunan Glomerular Filtration Rate (GFR) karena terjadi
aktivasi saraf simpatis yang mengakibatkan adanya konstriksi arteriol afferen sehingga Na dan H2O
dalam sirkulasi.
2.c. apa penyebab tidak BAK sejak 12 jam yang lalu?
Penyebab:
a. Hipovolemia
Gastroenteritis (muntah dan diare)
Perdarahan
Syok
Hipoproteinemia
Drainase gastrointestinal
Asidosis diabetik
b. Vasodilatasi Perifer
Sepsis
Penurunan curah jantung
c. obat-obatan seperti diuretik, penghambat sintesa prostaglandin.
Pada kasus ini Rizka mengalami anuria akibat mengalami syok karena gastroenteritis yang dideritanya
sehingga terjadi dehidrasi berat yang menyebabkan perfusi darah ke ginjal berkurang.
2. d. Bagaimana hubungan tidak BAK sejak 12 jam yang lalu dengan keluhan utama?
Tidak BAK terjadi karena penurunan perfusi ke ginjal yang merupakan tanda perfusi ke organ vital
menurun sehingga dapat terjadi kemungkinan perfusi ke jaringan lain seperti ekstremitas juga
menurun yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan suhu diakral sehingga ekstremitas menjadi
dingin, cairan di jaringan ikat longgar mengalami penurunan terjadi mata cekung. Kehilangan cairan
dan perfusi darah yang sedikir dapat menurunkan oksigenasi sehingga terjadi metabolisme anaerob
yang menyebabkan rizka tampak lesu.
8
3.a. Apa makna rizka BAB cair frekuensi 7-10 x/hari dengan jumlah ¼ gelas – ½ gelas belimbing
dalam 1 kali BAB, konsistensi cair, darah dan lender tidak ada?
Konsistensi cair : diare
Sedangkan makna jumlah ¼ - ½ gelas belimbing:
1 gelas belimbing adalah sekitar 240 ml
¼ gelas belimbing adalah 60 ml, ½ gelas belimbing adalah 120 ml. jika frekuensi diare rizka 7-10
kali perhari maka rizka dapat mengeluarkan feses dengan volume 540 ml – 1200 ml.
Tidak ada lendir : berarti tidak ada iritasi/inflamasi pada lumen usus
Tidak ada darah : berarti tidak adanya gangguan pada saluran pencernaan (jika feses seperti tar /
darah yang hitam sekali menandakan terjadi ulkus pada lambung, jika feses masih berdarah segar
berarti gangguan pada colon hingga anus, bisa ulkus, perforasi, hemorroid maupun keganasan)
3. b. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin dengan kejadian diare?
Berdasarkan usia terhdapat hubungan dengan angka kejadian diare yang banyak terjadi pada anak
terutama balita. Sedangkan pada jenis kelamin tidak terdapat hubungan. Angka kesakitan diare sekitar
200-400 kejadian di antara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia dapat
ditemukan sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya, sebagian besar (70-80%) dari penderita ini adalah
Anak di bawah Lima Tahun (BALITA) karena imunitas belum mumpuni. Sebagian dari penderita (1-
2%) akan jatuh ke dalam dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong 50- 60% di antaranya dapat
meninggal. Kelompok ini setiap tahunnya mengalami kejadian lebih dari satu kejadian diare.
3. c. Apa etiologi dan mekanisme BAB cair?
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor :
1. Faktor infeksi
a. Faktor internal : infeksi saluran pencernaan makananan yang merupakan penyebab utama diare
pada anak. Meliputi infeksi internal sebagai berikut:
- Infeksi bakteri : vibrio, e.coli, salmonella, campylobacler, tersinia, aeromonas, dsb.
- Ifeksi virus : enterovirus (virus ECHO, cakseaclere, poliomyelitis), adenovirus, rotavirus,
astrovirus dan lain-lain
- Infeksi parasit : cacing (asoanis, trichuris, Oxyuris, Strong Ylokles, protzoa (Entamoeba
histolytica, Giarella lemblia, tracomonas homonis), jamur (candida albicans).
b. Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan, seperti : otitis media akut
(OMA), tonsilitist tonsilofasingitis, bronkopneumonia, ensefalitis dsb. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi 9
- Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa), mosiosakarida
(intoleransi glukosa, fruktosa, dan galatosa).
- Pada bayi dan anak yang terpenting dan terseirng intoleransi laktasi.
- Malabsorbsi lemak
- Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar).
Mekanisme:
3. c. Apa dampak BAB cair sejak 3 hari yang lalu?
Dehidrasi
Renjatan hipovolemik
Kejang
Bakterimia
Mal nutrisi
Hipoglikemia
Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
3. d. Bagaimana frekuensi normal BAB pada anak serta volume dan konsistensinya?
Frekuensi BAB 2-3 kali sehar
Feses terdiri atas 75 % air dan 25% materi padat
Feses normal berwarna coklat
Baunya Khas
10
Patogen Masuk ke dalam tractus intestinalis
Inflamasi
Mukosa usus teriritasi dan kerusakan villi
Berkembang biak
Hiperperistaltikdinding usus meningkat
Reabsorbsi air dan mineral di
usus halus
Berak yang banyak air daripada
ampas
Konsistensi : lembek namun berbentuk
3. e. Bagaimana hubungan BAB rizka dengan semua keluhan?
3. f. Mengapa sudah berobat ke bidan tetapi tidak ada perubahan?
Kemungkinan pengobatan tidak adekuat tidak mengobati penyebabnya.
4. Interpretasi dan mekanisme dari :
4. a. Kesadaran apatis ?11
Diare
Pengeluaran cairan dan elektrolit berlebihan
Perfusi O2 ke perifer menurun
Perubahan metabolisme menjadi
anaerob
Penyediaan O2 ke jaringan menurun
Volume sekuncup dan curah jantung menurun
Gagal menahan pengeluaran air dan natrium
Dehidrasi berat
Preload menurunPengaktifan sistem renin-angiotensin dan aldosteron
Tidak BAK selama 12 jam
Volume intravaskular menurun
Mata cekung
Tampak lesu
VasokonstriksiATP menurun
Kaki dan tangan dingin
Interpretasi: telah terjadi fase dekompensasi
Mekanisme: terjadi penurunan kesadaran akibat ↓ perfusi darah ke otak karena hipovolemia yang
terjadi akibat kegagalan peningkatan aliran darah ke organ otak sehingga terjadi hipoksia apatis
4. b. Nadi filiformis?
Merupakan tanda dari syok.
Nadi filiformis adalah nadi teraba lemah yang diakibatkan karena syok sehingga volume darah ↓
sehingga nadi halus dan tidak teraba
4. c. frekuensi napas 40x/menit?
RR : 40 x/ menit (Tachypnea) volume darah ↓ dan O2 ↓ berkompensasi tubuh dengan ↑RR untuk
memenuhi kebutuhan O2 tubuh.
4. d. capillary reffil time >3 detik ?
Capillary refilled : >3 detik (abnormal, N= < 2 detik) tidak terjadi pengisian kembali kapiler akibat
volume darah ↓ , menandakan terjadinya gangguan perfusi.
4. e. Pemeriksaan Kulit ?
Kutis marmorata dan terasa dingin
Interpretasi: tidak normal
Menandakan adanya hipotermia sedang ( stress dingin). Kutis marmorata adalah bercak- bercak
kemerahan yang berbentuk menyerupai lingkaran ( bulat- bulat kemerahan) pada badan, tangan, dan
kaki secara simetris. Penyebabnya adalah respon pembuluh darah terhadap lingkungan yang dingin.
Menghilang dengan sendirinya setelah anak dihangatkan.
Mekanisme:
Proses antigen- antibody tidak adekuat permeabilitas vascular meningkat kebocoran plasma
dari vascular ke jaringan ikat ( intravascular ke ekstravascular ) jaringan perifer akral dingin
penurunan suhu di perifer munculnya cutis marmorata.
Turgor kembali sangat lambat
Diare kehilangan cairandehidrasi Berkurangnya volume cairan tubuh elastisitas kulit
semakin berkurangturgor kembali sangat lambat.
4. f. Pemeriksaan Kepala?
Dehidrasi cairan tubuh akan berkurang mempengaruhi sekresi ludah oleh kelenjar ludah
(menurun) di lamina propria mukosa mulut tampak kering.12
Dalam keadaan dehidrasi cairan tubuh akan berkurang mempengaruhi cairan di jaringan ikat
longgar mata cekung
5. a. Bagaimana pertolongan pertama pada kasus di emergency anak?
Airway dan breathing (jalan nafas dan pernafasan)
Obstruksi jalan nafas
Sianosis
Sesak nafas berat
Circulation (Sirkulasi)
Akral dingin dengan capillary refill > 3 detik
Nadi cepat dan lemah
Dehydration (severe) [Dehidrasi Berat]
(Khusus untuk anak dengan diare)
Diare + 2 dari tanda di bawah ini:
- lemah
- mata cekung
- turgor sangat menurun
Penilaian dengan PAT
PenampilanTILCS à tone, interactivity, consolability(anak bisa dihibur/dibujuk ato nggak),
look/gaze(tatapan), speech/cry
(Upaya napas) suara, napas cuping hidung, retraksi
Sirkulasi Kulit : pucat, motlet(cutis marmorata), sianosis
5. b. Apa makna pada saat ingin memberikan cairan resusitasi akses vena sulit di dapat?
dehidrasi vasikontriksi pembuluh darah, vena tidak dapat menahan otonya kolaps. Sulit
melakukan resusitasi cairan sedangkan cairan harus segera diberikan.
13
Kemungkinan telah terjadi vasokonstriksi perifer yang merupakan fase kompensasi pada anak saat
anak kehilangan cairan untuk mempertahankan tekanan arteri sentral.
5. c. Vena apa saja yang dapat dijadikan akses untuk pemberian resusitasi?
Vena sentral : vena femoralis, subklavia dan jugularis interna
Vena perifer : vena radialis, vena dorsalis,
Berguna untuk pemberian cepat sejumlah besar cairan dan harus dilakukan pada beberapa infus obat
vasoaktif ( epinefrin, dopamine) serta penilaian tekanan pengisian intravascular.
5. d. Mengapa anak diposisikan anak pada posisi hirup?
Untuk memperbaiki jalan napas (airway clear)
5. e. Pada kasus apa saja akses vena sulit didapat?
Dehidrasi berat
Syok
Henti jantung
Tebalnya jaringan subkutan
5. f. Apa yang harus dilakukan jika akses vena sulit didapat?
Apabila akses vena sulit didapat dapat dilakukan vena seksi atau infus intraosseus. Dengan prosedur
sebagai berikut :
Vena seksi
o Siapkan kulit pergelangan kaki dengan larutan antiseptik dan tutup daerah lapangan operasi
dengan duk steril atau bisa juga daerah vena femoral atau di vena brachialis lengan penderita.
o Lakukan anestesi infiltrasi pada kulit dengan lidokain 0.5%.
o Insisi kulit melintang setebalnya dibuat di daerah anestesia sepanjang 2.5 cm.
o Diseksi tumpul, dengan menggunakan klem hemostat yang lengkung, vena diidentifikasi dan
dipotong dan dibebaskan dari semua jaringan disekitarnya.
o Angkat dan diseksi vena tersebut sepanjang kira-kira 2cm untuk melepaskannya dari dasar.
o Ikat vena bagian distal, dan mobilisasi vena, tinggalkan jahitan di tempat untuk ditarik (traction).
o Pasang pengikat keliling pembuluhnya, arah cephalad
o Buat venotomi yang kecil melintang dan dilatasi perlahan-lahan dengan ujung klem hemostat
yang ditutup.
14
o Masukkan kanul plastik melalui venotomi dan ikat dengan hgasi proksimal keliling pembuluh
dan kanul. Kanul harus dimasukkan dengan panjang yang cukup untuk mencegah terlepas.
o Sambung pipa intravena dengan kanul dan tutuplah insisinya dengan jahitan interupsi.
o Pasang pembalut steril dengan salep antibiotik topikal.
Jalur Intra Osseus
Pada Guideline sebelum 2005, jalur alternatif ini hanya dianjurkan pada anak-anak dibawah umur 8
tahun. Namun pda Guideline 2005, jalur ini dapat diberikan pada semua umur. selain itu
keunggulan jalur ini antara lain;
o Semua obat yang dapat diberikan melalui Intra vena dapat diberikan melalui jalur intra osesus
(I.O)
o Lebih baik dai jalur Intra ET
o Dapat menjadi jalur pemberian cairan (kristalloid, koloid) serta darah selama resusitasi
o Lokasi penusukannya adalah pada daerah tulang maleolus, anterior tibia, femur, iliaka bahkan di
Os. sternum.
jawab:
Bila akses vena sulit diperoleh gunakan jalur vena sentral atau intraosseus. Untuk bayi dan anak vena
sentral yang dipilih adalah vena jugularis interna kanan dan vena femoralis.
Jalur alternatif bila akses seluit didapat adalah melalui pipa endotrakeal sehingga obat diabsorpsi
melalui permukaan kapiler saluran nafas bawah. Namun jalur ini terbatas untuk obat yang larut dalam
lemak (epinefrin, atropine, lidokain, dan naloksin).
Kasus: disarankan untuk menggunakan intraosseus
LOKASI
1. Tibia Proximal
Tibia proximal lokasi yang paling sering digunakan pada pasien anak. Titik merah menunjukkan
lokasi masuk jarum intraosseous
2. Distal Tibia
Distal tibia yang disarankan untuk intraosseous pada pasien dewasa. Tanda silang menunjukkan
lokasi insersi jarum intraosseous
3. Distal Femur
Distal femur lokasi alternative untuk intraoseous akses. Titik merah menunjukkan lokasi insersi
15
TEKNIK
1) Periksa kelengkapan dan fungsi alat,
2) Tentukan lokasi dan imobilisasi dengan tangan yang tidak dominan.
3) Pegang jarum intraosseous dengan tangan yang dominan.
4) Masukkan jarum dengan cara tegak lurus atau sedikit angulasi 10o - 15o .dari panjang tulang.
5) Arah jarum selalu menjauhi growth plate untuk menghindari cidera.
6) Setelah menembus kulit dan jaringan subkutan, jarum akan kontak dengan tulang. Untuk
menembus koteks tulang jarum dimasukkan dengan cara memutar.
7) Setelah jarum masuk intraosseous hentikan untuk mencegah over penetrasi.
8) Keluarkan stylet.
9) Aspirasi darah (mungkin tidak berhasil pada situasi resusitasi henti jantung) untuk meyakinkan
lokasi jarum sudah benar.
10) Hubungkan dengan cairan infus yang sudah disiapkan. 9. Imobilisasi dan balut jarum dengan kasa
steril.
6. Apa saja kemungkinana penyakit pada kasus ini?
Diare dengan
dehidrasi ringan
Diare dengan
dehidrasi sedang
Diare dengan
dehidrasi berat
Kaki tangan dingin - + +
Tampak lesu + + +
Tidak BAK 12 jam - +/- +
Capillary reffil
time
- > 2 detik > 3 detik
Turgor - -/+ +
Nadi filiformis - -/+ +
Apatis - -/+ +
RR 40x/menit - -/+ +
Mukosa mulut
kering dan mata
cekung
+/- + +
7. Apa saja pemeriksaan penunjang pada kasus ?
16
1. Pemeriksaan Tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis.
b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest, bila diduga terdapat
intoleransi gula.
c. Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
2. Pemeriksaan Darah
a. pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium dan Fosfor) dalam serum
untuk menentukan keseimbangan asama basa.
b. Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.
8. Apa diagnosis pasti pada kasus ?
Syok hipovolemik e causa gasteroenteritis akut dengan dehidrasi berat.
9. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus ?
Tatalaksana diare dengan dehidrasi :
WHO menganjurkan empat hal utama yang efektif dalam menangani anak-anak yang menderita diare
akut, yaitu:
1. Penggantian cairan (rehidrasi), cairan yang diberikan secara oral untuk mencegah dehidrasi dan
mengatasi dehidrasi yang sudah terjadi
2. Pemberian makanan terutama asi, selama diare dan pada masa penyembuhan diteruskan
3. Tidak menggunakan obat antidiare
Antibiotika hanya diberikan pada kasus kolera dan disentri yang disebabkan oleh shigella, sedangkan
metronodazole diberikan pada kasus giardiasis dan amebiasis
4. Petunjuk yang efektif bagi ibu serta pengasuh tentang:
Bagaimana merawat anak yang sakit di rumah, terutama tentang bagaimana membuat oralit dan
cara memberikannya
Tanda-tanda yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk membawa anak kembali berobat dan
mendapat pengawasan medik yang baik
Metoda yang efektif untuk mencegah kejadian diare.
Petunjuk pengobatan rehidrasi intravena pada penderita dehidrasi berat :
Kelompok Jenis cairan / Jumlah cairan Waktu pemberian17
umur cara pemberian per kb.bb
Anak > 2
tahun
RL intravena 100 mL 3 jam
(pasien dengan renjatan berikan secepat ,ungkin
sampai nadi teraba cukup kuat)
Jumlah cairan:
= 30 cc/kgBB x (berat badan anak)
= 30 cc/kgBB x 15 kg
= 450 cc
Catatan:
1 cc = 20 tetes
20 tetes x 450 cc = 9000 cc / 60 menit = 150 tetes/menit
13. Bagaimana pandangan islam pada kasus ?
Kematian adalah suatu kepastian, seperti halnya pergantian siang dan malam.
18
” Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau
keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup . Dan Engkau
beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).”(QS.Ali Imran:27).
10. Apa saja komplikasi yang terjadi pada kasus ?
Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi
sebagai berikut :
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik)
2. Syok Hipovolemik
3. Kejang
4. Kematian
11. Bagaimana prognosis pada kasus ?
Dubia
12. Bagaimana kompetensi dokter umum pada kasus ?
19
Kerangka Konsep
Kesimpulan
Rizka perempuan 3 tahun mengalami syok hipovolemik e causa gastro enteritis dengan dehidrasi derajat
berat.
20
Rizka, anak perempuan 3 tahun
Infeksi mikroorganismeBAB cair frekuensi 7-10 x/hari dengan jumlah ¼ gelas – ½ gelas belimbing
Volume cairan menurun
Oliguria, Mata cekung dan tampak lesu. mukosa bibir dan mulut kering. Turgor lama
Gastroenteritis (Diare)
kaki tangannya dingin
seperti es, apatis, nadi
filiformis, takipneu.
System pencernaan
Syok hipovolemik
Dehidrasi berat