Skenario Klinik

17
Latar Belakang Diare dapat dicirikan dengan meningkatnya pengeluaran feses dalam bentuk cairan, biasanya lebih dari 300 ml, diikuti dengan kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang besar, khususnya sodium dan potassium. Hal ini dapat terjadi ketika makanan yang masuk hanya berada sebentar dalam usus halus, menurunnya proses enzimatik pada makanan, penurunan absorbsi cairan dan zat gizi, atau peningkatan sekresi cairan ke dalam saluran gastrointestinal. Penyebabnya bisa karena peradangan, infeksi yang disebabkan oleh jamur, bakteri, ataupun virus, adanya medikasi, konsumsi gula yang berlebihan, insufisien atau rusaknya permukaan mukosa untuk absorbsi, atau terjadi malnutrisi. Diare sendiri masih dibedakan menjadi beberapa kondisi patogenesis. Ada yang disebabkan oleh gangguan osmotik yaitu makanan yang tidak terserap menyebabkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran tekanan elektrolit dalam rongga usus yang berlebihan merangsang usus menimbulkan diare. Diare karena gangguan sekresi terjadi ketika rangsangan tertentu pada dinding usus sehingga terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit di usus sehingga timbul diare. Sedangkan yang terakhir adalah karena motilitas usus. Hiperperistaltik penyebab kurang kemampuan usus menyerap makanan, sehingga timbul diare dan sebaliknya,peristaltik yang lemah mengakibatkan tumbuh bakteri yang akan menyebabkan diare. Selain itu diare masih dibedakan menjadi diare akut dan kronik. Diare akut adalah buang air dalam bentuk encer lebih dari 3 kali sehari disertai atau tidak oleh darah dan terjadi

Transcript of Skenario Klinik

Page 1: Skenario Klinik

Latar Belakang

Diare dapat dicirikan dengan meningkatnya pengeluaran feses dalam bentuk cairan,

biasanya lebih dari 300 ml, diikuti dengan kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah

yang besar, khususnya sodium dan potassium. Hal ini dapat terjadi ketika makanan yang

masuk hanya berada sebentar dalam usus halus, menurunnya proses enzimatik pada makanan,

penurunan absorbsi cairan dan zat gizi, atau peningkatan sekresi cairan ke dalam saluran

gastrointestinal. Penyebabnya bisa karena peradangan, infeksi yang disebabkan oleh jamur,

bakteri, ataupun virus, adanya medikasi, konsumsi gula yang berlebihan, insufisien atau

rusaknya permukaan mukosa untuk absorbsi, atau terjadi malnutrisi.

Diare sendiri masih dibedakan menjadi beberapa kondisi patogenesis. Ada yang

disebabkan oleh gangguan osmotik yaitu makanan yang tidak terserap menyebabkan tekanan

osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran tekanan elektrolit dalam rongga usus yang

berlebihan merangsang usus menimbulkan diare. Diare karena gangguan sekresi terjadi

ketika rangsangan tertentu pada dinding usus sehingga terjadi peningkatan sekresi air dan

elektrolit di usus sehingga timbul diare. Sedangkan yang terakhir adalah karena motilitas

usus. Hiperperistaltik penyebab kurang kemampuan usus menyerap makanan, sehingga

timbul diare dan sebaliknya,peristaltik yang lemah mengakibatkan tumbuh bakteri yang akan

menyebabkan diare. Selain itu diare masih dibedakan menjadi diare akut dan kronik. Diare

akut adalah buang air dalam bentuk encer lebih dari 3 kali sehari disertai atau tidak oleh

darah dan terjadi secara mendadak. Diare kronik adalah diare yang menetap selama 2 minggu

atau lebih. Diagnosis diare dapat dilakukan dengan menggunakan anamnesa, pemeriksaan

laboratorium, dan atau pemeriksaan fisik

Page 2: Skenario Klinik

Skenario 1

Tn.A 45 tahun, dibawa ke RS karena sangat lemah. Pada pemeriksaan awal didapatkan

riwayat diare berulang sejak satu bulan terakhir, suhu 37,80C, TB 169 cm, BB 65 kg, BB

sebulan yang lalu 68 kg. Kadar Hb 11 mg/dl. Asupan makanan dalam sebulan terakhir bubur

nasi 3 kali sehari @1 piring, lauk hewani dan nabati 1-2 potong tiap makan, sayur dan buah

kadang-kadang/sedikit.

Identitas:

Nama : Tn. A

Umur : 45 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

I. ASESSMENT GIZI

A. SKRINING GIZI

No. Subjective Global Assesment Hasil Penilaian

1. Perubahan berat badan Ada penurunan BB (BB sebulan yang lalu 68 kg,

BBA 65 kg).

2. Perubahan asupan makanan Asupan tidak cukup dan >2 minggu dengan diet

lunak.

3. Perubahan gastrointestinal Ada diare sering lebih dari 2 minggu.

4. Perubahan kapasitas fungsional Sedikit aktivitas

5. Penyakit dan hubungan dengan

kebutuhan gizi

-

6. Penilaian Fisik

Kehilangan lemak subkutan

Kehilangan massa otot

Oedema

Asites

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

B. ASSESSMENT GIZI

a. Pengkajian Data Antropometri

TB = 169 cm

Page 3: Skenario Klinik

BB aktual = 65 kg

BB sebulan yang lalu = 68 kg

Penurunan BB =

tidak dilakukan pengukuran BBIdeal karena IMT sudah normal.

IMT = BB/TB2 = 65/(1,69)2 = 22,76 kg/m2 (kategori normal)

Pembahasan :

Penurunan berat badan merupakan salah satu tanda utama dari penyakit.

Penyebab BB turun:

1. kehilangan cairan tubuh

2. penurunan nafsu makan

3. peningkatan metabolisme jaringan

4. peningkatan kehilangan kalori di dalam urin atau feses

5. asupan kurang dalam jangka waktu lama

Klafikasi IMT Menurut WHO Tahun 2000XX

Kategori IMT (kg/m2)

Kurus

(underweight)

<18,5

Normal (ideal) 18,5-22,9

Overweight ≥23

At risk 23,0-29,9

Obes I 25,9-29,9

Obes II >30

Rimbawan, Albiner Siagian. 2004. Indeks Glikemik Pangan. Jakarta

Penilaian:

Dalam kasus ini penurunan Berat badan disebabkan karena kurangnya asupan dalam

jangka waktu yang relatif lama (1 bulan)

b. Pengkajian Data Biokimia

Jenis Nilai Nilai Normal Kategori

Page 4: Skenario Klinik

Pemeriksaan

1. Hb 11 mg/dl Laki-laki

13 – 15 mg/dl

Anemia

Pembahasan:

Hb rendah dikarenakan :

Penyebab tak langsung Penyebab langsung Status Besi

Ketersediaan zat besi

dalam bahan makanan

rendah

Praktek pemberian

makanan kurang baik

Sosial ekonomi rendah

Komposisi makanan

kurang beragam

Terdapat zat-zat

penghambat absorbsi

Pertumbuhan fisik

Kehamilan dan menyusui

Perdarahan kronis

Parasit,infeksi

Pelayanan kes.rendah

Jumlah zat besi dalam

makanan

Absorbsi zat besi yang

rendah

Kebutuhan naik

Kehilangan darah

Keadaan kurang – anemia

besi gizi

Penilaian :

Nilai Hb rendah dalam kasus ini lebih disebakan karena adanya infeksi dan gangguan

penyerapan zat gizi akibat diare yang berulang selama 1 bulan.

c. Pengkajian Data Klinis atau Fisik

Klinis

Suhu

Diare

37,80C

-

36 – 370C (Nilai Normal) Naik 0,80C

Page 5: Skenario Klinik

Fisik

(Tidak ada)

Pembahasan :

DEFINISI

Menurut kamus kedokteran Stedman’s edisi ke-25, demam adalah peningkatan suhu

tubuh diatas normal (98,6o F/ 370 C). Sedangkan menurut edisi ke-26 dalam kamus yang

sama, demam merupakan respon fisiologis tubuh terhadap penyakit yang di perantarai oleh

sitokin dan ditandai dengan peningkatan suhu pusat tubuh dan aktivitas kompleks imun.

Dalam protokol Kaiser Permanente Appointment and Advice Call Center definisi demam

untuk semua umur, demam didefinisikan temperatur rektal diatas 380 C, aksilar diatas 37,50

C dan diatas 38,2o C dengan pengukuran membran timpani 5, sedangkan demam tinggi bila

suhu tubuh diatas 39,50 C dan hiperpireksia bila suhu > 41,10 C.3,6

Demam (Pireksia dengan sebab yang tak jelas)

Pireksia dengan sebab tak jelas (Pyrexia of unknown origin = PUO) adalah demam

yang tidak jelas pnyebabnya dan terditeksi beberapa kali dalam jangka waktu 3 minggu atau

lebih. Pada kebanyakan kasus, kasus PUO ini kausa (hubungan) nya pada akhirnya

ditemukan namun masa rawatnya akan menjadi berkepanjangan jika rencana pemeriksaannya

tidak sering ditinjau ulang begitu data baru masuk. Umumnya diagnosis dibagi dalam

golongan sebagai berikut:

1. Infeksi 40%

2. Keganasan 20%

3. Kelainan jaringan ikat 20%

4. Penyakit yang jarang ditemukan dan tak terdiagnosis 20 %

Penilaian :

Suhu 37,80C termasuk ke dalam demam. Demam kemungkinan terjadi karena adanya

infeksi. Hal ini dapat dilihat dari adanya diare kronis dan Hb yang rendah.

d. Pengkajian Data Riwayat Gizi

Page 6: Skenario Klinik

Asupan Makanan atau Zat Gizi

Kualitatif :

Dalam sebulan terakhir,

Bubur nasi 3 kali sehari @1 piring.

Lauk hewani dan nabati 1 – 2 potong tiap makan.

Sayur dan buah kadang-kadang/sedikit.

Kuantitatif :

(Tidak ada)

Dari data asupan makan dapat dilihat (kualitatif) bahwa pasien sudah menerapkan

diet rendah serat. Akan tetapi, diare tidak juga sembuh. Disini, ada kemungkinan

karena dietnya tidak dimonitoring dan evaluasi kembali.

pasien masih mampu memenuhi kebutuhan makannya lauk hewani masih

dikonsumsi. Kondisi ekonomi pasien tergolong mampu.

Pengetahuan dan Perilaku Gizi

(Tidak ada)

Aktivitas Fisik

Ringan (kondisi sangat lemah)

Ringan dilihat dari kondisi pasien yang lemah selama 1 bulan terakhir.

Ketersediaan Makanan

(Tidak ada)

Kemampuan Pasien untuk Menerima Makanan

Pasien mampu menerima makanan lunak (bubur)

Pemenuhan Kebutuhan Gizi

Kurang, dilihat penurunan berat badan 3kg selama sebulan terakhir, yang

disebabkan diare berulang dan kurang asupan.

Interaksi Obat dan Zat Gizi

(Tidak ada)

e. Data Riwayat Kesehatan Pasien (penggunaan suplemen makanan)

Pasien keadaan lemah

Diare berulang selama 1 bulan terakhir

Pembahasan :

Diare

Page 7: Skenario Klinik

Diare didefinisikan sebagai pengeluaran feses dalam jumlah yang besar (+ 300 ml) selama

lebih dari 3 hari yang berkonsistensi cair. Durasi diare menentukan diagnosis, diare akut jika

diare berlangsung kurang dari 2 minggu, dan diare kronis jika diare terjadi lebih dari 2

minggu. Dalam kasus yang ada pada saat ini pasien digolongkan sebagai pasien diare kronis

karena mengalami diare selama satu bulan (> 2 minggu).

Penyebab diare kronis ada beragam dan tidak selalu disebabkan oleh kelainan yang terjadi

pada usus. Diare kronis dapat terjadi karena kelainan endokrin, kelaianan pankreas, kelainan

hati, infeksi, keganasan dan sebagainya.

Lemah

Pasien yang mengalami diare selama satu bulan dan kadar Hb 11 mg/dl dapat menjadi

penyebab kondisi pasien yang lemah. Diare akan membuat pengeluaran cairan elektrolit

utama dalam tubuh (sodium dan potassium) banyak.

Page 8: Skenario Klinik

II. DIAGNOSIS DAN PERENCANAAN ASUHAN GIZI

A. DIAGNOSIS GIZI

Matriks Diagnosis

No. Kategori Data Parameter Diagnosis Gizi

1. Antropometri BB tidak direncanakan NI 1.2 NI 5.1 NI 5.2 NI 2.3

2. Biokimia Hb menurun NI 5.10.1

3. Data Fisik Temperatur meningkat NI 1.2 NC 3.2

4. Diare NI 2.3 NI 4.2 NI 5.5

5. Riwayat Gizi Kurang Energi NI 1.4 NI 2.1 NI 5.2

6. Kurang Cairan NI 3.1

7. Kurang Mineral NI 5.10.1 NC 2.2

8. Kurang Vitamin NI 5.9.1 NC 2.2

9. Perubahan asupan

makanan terakhir

NC 1.2 NC 3.2 NC 3.4

10. Tingkat aktivitas

berkurang

NC 3.3

11. Riwayat

Kesehatan

Lemah NC 3.4

12. Diare NI 5.5 NI 5.6.2 NI 5.6.3

NI 5.8.6 NC 2.1 NC 1.4

NB 3.1

Rumusan Diagnosis:

No. Domain Rumusan Diagnosis

1. NI 1.2 Peningkatan BMR berkaitan dengan peningkatan suhu tubuh dan

diare berulang ditandai dengan suhu tubuh 37,80C, BB menurun,

frekuensi diare sering.

2. NC 1.4 Penurunan fungsi gastrointestinal berkaitan dengan perubahan

motilitas gastrointestinal (pergerakkan usus) ditunjukkan dengan

diare.

3. NC 2.1 Gangguan penggunaan zat gizi berkaitan dengan gangguan fungsi

saluran cerna ditunjukkan dengan adanya anemia (Hb 11 mg/dl)

Page 9: Skenario Klinik

4. NC 3.2 Penurunan berat badan yang tidak direncanakan berkaitan dengan

gangguan fisiologi pada saluran cerna ditunjukkan dengan penurunan

BB sebesar 4,6 % dalam waktu satu bulan.

Prioritas Diagnosis:

No. Domain Rumusan Diagnosis

NC 1.4 Penurunan fungsi gastrointestinal berkaitan dengan perubahan

motilitas gastrointestinal (pergerakkan usus) ditunjukkan dengan

diare.

B. PERENCANAAN ASUHAN GIZI

a. Preskripsi Diet

Prinsip atau Syarat Diet

- Energi sesuai dengan umur, gender, dan aktivitas

- Karbohidrat sesuai dengan sisa kebutuhan energi total

- Protein 10 – 15% dari kebutuhan energi total

- Lemak 10 -25% dari kebutuhan energi total

- Menghindari makanan yang berserat tinggi dan sedang sehingga asupan serat

maksimal 8 g/hari. Pembatasan ini disesuaikan dengan toleransi perorangan

- Menghindari susu, produk susu,dan daging berserat kasar sesuai dengan toleransi

perorangan

- Menghindari makanan yang terlalu berlemak, terlalu manis, terlalu asam, dan

berbumbu tajam

- makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu yang tidak terlalu panas

dan dingin

- makanan diberikan dalam porsi kecil tapi sering

Perhitungan Kebutuhan Gizi

BMR = 66 + (13,7 × 65) + (5 × 169) – (6,8 × 45)

= 66 + 890,5 + 845 – 306

= 1.495,5 kkal

TEE = BMR × AF × SF

= 1.495,5 kkal × 1,2 × 1,4

= 2.512,44 kkal

Page 10: Skenario Klinik

Protein = 15% x 2.512,44 = 376,87 kkal = 94,2g

Lemak = 15% x 2.512,44 = 376,87 kkal = 41,87g

KH = 70% x 2.512,44 =1758,kkal = 439,68g

Macam Diet

Diet sisa rendah II

Rute

- Pada saat awal pasien diberikan cairan minuman (suhu ruang) berupa cairan elektrolit

untuk memperbaiki kondisi dehidrasi pasien yang kehilangan banyak cairan dan

elektrolit akibat diare kronis. Pemberian makan dalam bentuk lunak,porsi kecil dan

frekuensi sering sebesar kebutuhan basal pasien yaitu 1495,5 kkal.

- Ketika kondisi dehidrasi pasien sudah teratasi, pemberian cairan elektrolit dihentikan

namun pasien tetap diberikan makanan dalam bentuk lunak, porsi kecil dan frekuensi

sering. Selanjutnya pemenuhan kebutuhan cairan elektrolit didapatkan dari menu

makanan. Pemberian kebutuhan gizi diberikan sesuai dengan kebutuhan basal pasien

mengingat kondisi pasien yang masih lemah yaitu 1495,5 kkal.

- Secara bertahap diberikan makanan yang bervariasi dengan sedikit demi sedikit

menaikan jumlah kalori sampai pada kebutuhan kalori pasien sebesar 2512,44 kkal.

- Jika kondisi pasien sudah membaik, pemberian makanan dalam bentuk biasa dengan

kalori sebesar 2512,44 kkal.

Frekuensi

3 kali makan dan 2 kali makanan selingan

b. Tujuan Intervensi Gizi

- Memperbaiki kondisi dehidrasi pasien

- Memberikan makanan sesuai dengan kebutuhan gizi pasien yang sudah dihitung yang

diberikan secara bertahap sesuai dengan kondisi klinis pasien

- Memberikan makanan yang tidak merangsang saluran cerna

- Memberikan makanan yang sedikit mungkin meninggalkan sisa sehingga dapat

membatasi volume feses

c. Macam Intervensi Gizi

1. Pemberian terapi diet/ pemberian makanan

ND 1.2 Modifikasi distribusi, tipe, atau jumlah makanan dan zat gizi pada saat

Page 11: Skenario Klinik

makan

ND 3.2.4 Pemberian suplementasi mineral (potassium dan sodium)

2. Pendidikan Gizi

E.1 Pendidikan gizi awal/ singkat yaitu menguatkan pengetahuan dasar tentang gizi

3. Konseling Gizi

C.1 Dasar / pendekatan teoritis

C.2 Strategi

4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain

RC. 1 Koordinasi dengan tim kesehatan lain selama asuhan gizi

C. PERENCANAAN MONEV

a. Dampak Perilaku

Page 12: Skenario Klinik

III. PEMBAHASAN

Page 13: Skenario Klinik

IV. PENUTUP