Skenario Klinik
-
Upload
ayuning231289 -
Category
Documents
-
view
212 -
download
0
Transcript of Skenario Klinik
Latar Belakang
Diare dapat dicirikan dengan meningkatnya pengeluaran feses dalam bentuk cairan,
biasanya lebih dari 300 ml, diikuti dengan kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah
yang besar, khususnya sodium dan potassium. Hal ini dapat terjadi ketika makanan yang
masuk hanya berada sebentar dalam usus halus, menurunnya proses enzimatik pada makanan,
penurunan absorbsi cairan dan zat gizi, atau peningkatan sekresi cairan ke dalam saluran
gastrointestinal. Penyebabnya bisa karena peradangan, infeksi yang disebabkan oleh jamur,
bakteri, ataupun virus, adanya medikasi, konsumsi gula yang berlebihan, insufisien atau
rusaknya permukaan mukosa untuk absorbsi, atau terjadi malnutrisi.
Diare sendiri masih dibedakan menjadi beberapa kondisi patogenesis. Ada yang
disebabkan oleh gangguan osmotik yaitu makanan yang tidak terserap menyebabkan tekanan
osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran tekanan elektrolit dalam rongga usus yang
berlebihan merangsang usus menimbulkan diare. Diare karena gangguan sekresi terjadi
ketika rangsangan tertentu pada dinding usus sehingga terjadi peningkatan sekresi air dan
elektrolit di usus sehingga timbul diare. Sedangkan yang terakhir adalah karena motilitas
usus. Hiperperistaltik penyebab kurang kemampuan usus menyerap makanan, sehingga
timbul diare dan sebaliknya,peristaltik yang lemah mengakibatkan tumbuh bakteri yang akan
menyebabkan diare. Selain itu diare masih dibedakan menjadi diare akut dan kronik. Diare
akut adalah buang air dalam bentuk encer lebih dari 3 kali sehari disertai atau tidak oleh
darah dan terjadi secara mendadak. Diare kronik adalah diare yang menetap selama 2 minggu
atau lebih. Diagnosis diare dapat dilakukan dengan menggunakan anamnesa, pemeriksaan
laboratorium, dan atau pemeriksaan fisik
Skenario 1
Tn.A 45 tahun, dibawa ke RS karena sangat lemah. Pada pemeriksaan awal didapatkan
riwayat diare berulang sejak satu bulan terakhir, suhu 37,80C, TB 169 cm, BB 65 kg, BB
sebulan yang lalu 68 kg. Kadar Hb 11 mg/dl. Asupan makanan dalam sebulan terakhir bubur
nasi 3 kali sehari @1 piring, lauk hewani dan nabati 1-2 potong tiap makan, sayur dan buah
kadang-kadang/sedikit.
Identitas:
Nama : Tn. A
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
I. ASESSMENT GIZI
A. SKRINING GIZI
No. Subjective Global Assesment Hasil Penilaian
1. Perubahan berat badan Ada penurunan BB (BB sebulan yang lalu 68 kg,
BBA 65 kg).
2. Perubahan asupan makanan Asupan tidak cukup dan >2 minggu dengan diet
lunak.
3. Perubahan gastrointestinal Ada diare sering lebih dari 2 minggu.
4. Perubahan kapasitas fungsional Sedikit aktivitas
5. Penyakit dan hubungan dengan
kebutuhan gizi
-
6. Penilaian Fisik
Kehilangan lemak subkutan
Kehilangan massa otot
Oedema
Asites
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
B. ASSESSMENT GIZI
a. Pengkajian Data Antropometri
TB = 169 cm
BB aktual = 65 kg
BB sebulan yang lalu = 68 kg
Penurunan BB =
tidak dilakukan pengukuran BBIdeal karena IMT sudah normal.
IMT = BB/TB2 = 65/(1,69)2 = 22,76 kg/m2 (kategori normal)
Pembahasan :
Penurunan berat badan merupakan salah satu tanda utama dari penyakit.
Penyebab BB turun:
1. kehilangan cairan tubuh
2. penurunan nafsu makan
3. peningkatan metabolisme jaringan
4. peningkatan kehilangan kalori di dalam urin atau feses
5. asupan kurang dalam jangka waktu lama
Klafikasi IMT Menurut WHO Tahun 2000XX
Kategori IMT (kg/m2)
Kurus
(underweight)
<18,5
Normal (ideal) 18,5-22,9
Overweight ≥23
At risk 23,0-29,9
Obes I 25,9-29,9
Obes II >30
Rimbawan, Albiner Siagian. 2004. Indeks Glikemik Pangan. Jakarta
Penilaian:
Dalam kasus ini penurunan Berat badan disebabkan karena kurangnya asupan dalam
jangka waktu yang relatif lama (1 bulan)
b. Pengkajian Data Biokimia
Jenis Nilai Nilai Normal Kategori
Pemeriksaan
1. Hb 11 mg/dl Laki-laki
13 – 15 mg/dl
Anemia
Pembahasan:
Hb rendah dikarenakan :
Penyebab tak langsung Penyebab langsung Status Besi
Ketersediaan zat besi
dalam bahan makanan
rendah
Praktek pemberian
makanan kurang baik
Sosial ekonomi rendah
Komposisi makanan
kurang beragam
Terdapat zat-zat
penghambat absorbsi
Pertumbuhan fisik
Kehamilan dan menyusui
Perdarahan kronis
Parasit,infeksi
Pelayanan kes.rendah
Jumlah zat besi dalam
makanan
Absorbsi zat besi yang
rendah
Kebutuhan naik
Kehilangan darah
Keadaan kurang – anemia
besi gizi
Penilaian :
Nilai Hb rendah dalam kasus ini lebih disebakan karena adanya infeksi dan gangguan
penyerapan zat gizi akibat diare yang berulang selama 1 bulan.
c. Pengkajian Data Klinis atau Fisik
Klinis
Suhu
Diare
37,80C
-
36 – 370C (Nilai Normal) Naik 0,80C
Fisik
(Tidak ada)
Pembahasan :
DEFINISI
Menurut kamus kedokteran Stedman’s edisi ke-25, demam adalah peningkatan suhu
tubuh diatas normal (98,6o F/ 370 C). Sedangkan menurut edisi ke-26 dalam kamus yang
sama, demam merupakan respon fisiologis tubuh terhadap penyakit yang di perantarai oleh
sitokin dan ditandai dengan peningkatan suhu pusat tubuh dan aktivitas kompleks imun.
Dalam protokol Kaiser Permanente Appointment and Advice Call Center definisi demam
untuk semua umur, demam didefinisikan temperatur rektal diatas 380 C, aksilar diatas 37,50
C dan diatas 38,2o C dengan pengukuran membran timpani 5, sedangkan demam tinggi bila
suhu tubuh diatas 39,50 C dan hiperpireksia bila suhu > 41,10 C.3,6
Demam (Pireksia dengan sebab yang tak jelas)
Pireksia dengan sebab tak jelas (Pyrexia of unknown origin = PUO) adalah demam
yang tidak jelas pnyebabnya dan terditeksi beberapa kali dalam jangka waktu 3 minggu atau
lebih. Pada kebanyakan kasus, kasus PUO ini kausa (hubungan) nya pada akhirnya
ditemukan namun masa rawatnya akan menjadi berkepanjangan jika rencana pemeriksaannya
tidak sering ditinjau ulang begitu data baru masuk. Umumnya diagnosis dibagi dalam
golongan sebagai berikut:
1. Infeksi 40%
2. Keganasan 20%
3. Kelainan jaringan ikat 20%
4. Penyakit yang jarang ditemukan dan tak terdiagnosis 20 %
Penilaian :
Suhu 37,80C termasuk ke dalam demam. Demam kemungkinan terjadi karena adanya
infeksi. Hal ini dapat dilihat dari adanya diare kronis dan Hb yang rendah.
d. Pengkajian Data Riwayat Gizi
Asupan Makanan atau Zat Gizi
Kualitatif :
Dalam sebulan terakhir,
Bubur nasi 3 kali sehari @1 piring.
Lauk hewani dan nabati 1 – 2 potong tiap makan.
Sayur dan buah kadang-kadang/sedikit.
Kuantitatif :
(Tidak ada)
Dari data asupan makan dapat dilihat (kualitatif) bahwa pasien sudah menerapkan
diet rendah serat. Akan tetapi, diare tidak juga sembuh. Disini, ada kemungkinan
karena dietnya tidak dimonitoring dan evaluasi kembali.
pasien masih mampu memenuhi kebutuhan makannya lauk hewani masih
dikonsumsi. Kondisi ekonomi pasien tergolong mampu.
Pengetahuan dan Perilaku Gizi
(Tidak ada)
Aktivitas Fisik
Ringan (kondisi sangat lemah)
Ringan dilihat dari kondisi pasien yang lemah selama 1 bulan terakhir.
Ketersediaan Makanan
(Tidak ada)
Kemampuan Pasien untuk Menerima Makanan
Pasien mampu menerima makanan lunak (bubur)
Pemenuhan Kebutuhan Gizi
Kurang, dilihat penurunan berat badan 3kg selama sebulan terakhir, yang
disebabkan diare berulang dan kurang asupan.
Interaksi Obat dan Zat Gizi
(Tidak ada)
e. Data Riwayat Kesehatan Pasien (penggunaan suplemen makanan)
Pasien keadaan lemah
Diare berulang selama 1 bulan terakhir
Pembahasan :
Diare
Diare didefinisikan sebagai pengeluaran feses dalam jumlah yang besar (+ 300 ml) selama
lebih dari 3 hari yang berkonsistensi cair. Durasi diare menentukan diagnosis, diare akut jika
diare berlangsung kurang dari 2 minggu, dan diare kronis jika diare terjadi lebih dari 2
minggu. Dalam kasus yang ada pada saat ini pasien digolongkan sebagai pasien diare kronis
karena mengalami diare selama satu bulan (> 2 minggu).
Penyebab diare kronis ada beragam dan tidak selalu disebabkan oleh kelainan yang terjadi
pada usus. Diare kronis dapat terjadi karena kelainan endokrin, kelaianan pankreas, kelainan
hati, infeksi, keganasan dan sebagainya.
Lemah
Pasien yang mengalami diare selama satu bulan dan kadar Hb 11 mg/dl dapat menjadi
penyebab kondisi pasien yang lemah. Diare akan membuat pengeluaran cairan elektrolit
utama dalam tubuh (sodium dan potassium) banyak.
II. DIAGNOSIS DAN PERENCANAAN ASUHAN GIZI
A. DIAGNOSIS GIZI
Matriks Diagnosis
No. Kategori Data Parameter Diagnosis Gizi
1. Antropometri BB tidak direncanakan NI 1.2 NI 5.1 NI 5.2 NI 2.3
2. Biokimia Hb menurun NI 5.10.1
3. Data Fisik Temperatur meningkat NI 1.2 NC 3.2
4. Diare NI 2.3 NI 4.2 NI 5.5
5. Riwayat Gizi Kurang Energi NI 1.4 NI 2.1 NI 5.2
6. Kurang Cairan NI 3.1
7. Kurang Mineral NI 5.10.1 NC 2.2
8. Kurang Vitamin NI 5.9.1 NC 2.2
9. Perubahan asupan
makanan terakhir
NC 1.2 NC 3.2 NC 3.4
10. Tingkat aktivitas
berkurang
NC 3.3
11. Riwayat
Kesehatan
Lemah NC 3.4
12. Diare NI 5.5 NI 5.6.2 NI 5.6.3
NI 5.8.6 NC 2.1 NC 1.4
NB 3.1
Rumusan Diagnosis:
No. Domain Rumusan Diagnosis
1. NI 1.2 Peningkatan BMR berkaitan dengan peningkatan suhu tubuh dan
diare berulang ditandai dengan suhu tubuh 37,80C, BB menurun,
frekuensi diare sering.
2. NC 1.4 Penurunan fungsi gastrointestinal berkaitan dengan perubahan
motilitas gastrointestinal (pergerakkan usus) ditunjukkan dengan
diare.
3. NC 2.1 Gangguan penggunaan zat gizi berkaitan dengan gangguan fungsi
saluran cerna ditunjukkan dengan adanya anemia (Hb 11 mg/dl)
4. NC 3.2 Penurunan berat badan yang tidak direncanakan berkaitan dengan
gangguan fisiologi pada saluran cerna ditunjukkan dengan penurunan
BB sebesar 4,6 % dalam waktu satu bulan.
Prioritas Diagnosis:
No. Domain Rumusan Diagnosis
NC 1.4 Penurunan fungsi gastrointestinal berkaitan dengan perubahan
motilitas gastrointestinal (pergerakkan usus) ditunjukkan dengan
diare.
B. PERENCANAAN ASUHAN GIZI
a. Preskripsi Diet
Prinsip atau Syarat Diet
- Energi sesuai dengan umur, gender, dan aktivitas
- Karbohidrat sesuai dengan sisa kebutuhan energi total
- Protein 10 – 15% dari kebutuhan energi total
- Lemak 10 -25% dari kebutuhan energi total
- Menghindari makanan yang berserat tinggi dan sedang sehingga asupan serat
maksimal 8 g/hari. Pembatasan ini disesuaikan dengan toleransi perorangan
- Menghindari susu, produk susu,dan daging berserat kasar sesuai dengan toleransi
perorangan
- Menghindari makanan yang terlalu berlemak, terlalu manis, terlalu asam, dan
berbumbu tajam
- makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu yang tidak terlalu panas
dan dingin
- makanan diberikan dalam porsi kecil tapi sering
Perhitungan Kebutuhan Gizi
BMR = 66 + (13,7 × 65) + (5 × 169) – (6,8 × 45)
= 66 + 890,5 + 845 – 306
= 1.495,5 kkal
TEE = BMR × AF × SF
= 1.495,5 kkal × 1,2 × 1,4
= 2.512,44 kkal
Protein = 15% x 2.512,44 = 376,87 kkal = 94,2g
Lemak = 15% x 2.512,44 = 376,87 kkal = 41,87g
KH = 70% x 2.512,44 =1758,kkal = 439,68g
Macam Diet
Diet sisa rendah II
Rute
- Pada saat awal pasien diberikan cairan minuman (suhu ruang) berupa cairan elektrolit
untuk memperbaiki kondisi dehidrasi pasien yang kehilangan banyak cairan dan
elektrolit akibat diare kronis. Pemberian makan dalam bentuk lunak,porsi kecil dan
frekuensi sering sebesar kebutuhan basal pasien yaitu 1495,5 kkal.
- Ketika kondisi dehidrasi pasien sudah teratasi, pemberian cairan elektrolit dihentikan
namun pasien tetap diberikan makanan dalam bentuk lunak, porsi kecil dan frekuensi
sering. Selanjutnya pemenuhan kebutuhan cairan elektrolit didapatkan dari menu
makanan. Pemberian kebutuhan gizi diberikan sesuai dengan kebutuhan basal pasien
mengingat kondisi pasien yang masih lemah yaitu 1495,5 kkal.
- Secara bertahap diberikan makanan yang bervariasi dengan sedikit demi sedikit
menaikan jumlah kalori sampai pada kebutuhan kalori pasien sebesar 2512,44 kkal.
- Jika kondisi pasien sudah membaik, pemberian makanan dalam bentuk biasa dengan
kalori sebesar 2512,44 kkal.
Frekuensi
3 kali makan dan 2 kali makanan selingan
b. Tujuan Intervensi Gizi
- Memperbaiki kondisi dehidrasi pasien
- Memberikan makanan sesuai dengan kebutuhan gizi pasien yang sudah dihitung yang
diberikan secara bertahap sesuai dengan kondisi klinis pasien
- Memberikan makanan yang tidak merangsang saluran cerna
- Memberikan makanan yang sedikit mungkin meninggalkan sisa sehingga dapat
membatasi volume feses
c. Macam Intervensi Gizi
1. Pemberian terapi diet/ pemberian makanan
ND 1.2 Modifikasi distribusi, tipe, atau jumlah makanan dan zat gizi pada saat
makan
ND 3.2.4 Pemberian suplementasi mineral (potassium dan sodium)
2. Pendidikan Gizi
E.1 Pendidikan gizi awal/ singkat yaitu menguatkan pengetahuan dasar tentang gizi
3. Konseling Gizi
C.1 Dasar / pendekatan teoritis
C.2 Strategi
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
RC. 1 Koordinasi dengan tim kesehatan lain selama asuhan gizi
C. PERENCANAAN MONEV
a. Dampak Perilaku
III. PEMBAHASAN
IV. PENUTUP