Skenario D Blok 25 Kel 6 Retno
-
Upload
retno-tharra -
Category
Documents
-
view
24 -
download
4
description
Transcript of Skenario D Blok 25 Kel 6 Retno
SKENARIO BIOSTATISTIK DAN EPIDEMIOLOGI
BLOK 25
Di Puskesmas Maju dengan penduduk 30.000 jiwa, dr.Bagus bersama timnya
tidak melakukan surveilan epidemiologi secara rutin, sehingga mereka tidak memahami
riwayat alamiah penyakit dan tahap perjalanan penyakit yang berpotensi KLB. Pada
bulan Januari s/d Maret tahun 2013, terjadi peningkatan kasus DBD yang baru disadari
setelah terjdi peningkatan jumlah pasien yang dikirim ke RSU Daerah, karena perawatan
yang disiapkan di puskesmas tidak bisa lagi menampung pasien yang indikasi dirawat.
Puskesmas Maju sebenarnya belum memiliki fasilitas untuk pasien rawat inap. Setelah
mengalami peristiwa tersebut dr.Bagus melakukan evaluasi dan manyadari bahwa
stafnya belum memiliki pemahaman dan keterampilan mengenai surveilans. Dr.Bagus
mulai menyusun perencanaan supaya kegiatan surveilan bisa dilakukan secara rutin, dan
melatih tenaga perawat dan bidannya memahami keterampilan penyedilikan wabah,
studi epidemiologi, dan kegiatan statistika yang terkait dengan surveilan dan
penyelidikan wabah.
Klarifikasi Istilah:
1. Surveilan : suatu kegiatan yang di lakukan terus menerus dan sistematis dalam
bentuk pengumpulan data analisis, interpretasi data dan dideminasi informasi
hasil interretasi data bagi mereka yang membutuhkan
2. Epidemiologi : ilmu yang mempelajari distribusi (yang bersifat dinamis dan
determinan dari masalah kesehatan dari penyakit-penyakit dalam populasi
manusia atau suatu komunitas)
3. KLB : kejadian yang melebihi keadaan biassa yang terjadi pada satu atau
sekelompok masyarakat tertentu
4. Wabah : peningkatan kejadian kesakitan atau kematian, yang meluas secara cepat
baik dalam jumlah kusus maupun luas daerah penyakit, dan dapat menimbulkan
mala petaka
5. Statistika : alat untuk mengukur data-data atau angka-angka untuk mengumpulkan
yang berfungsi untuk membuat suatu perencanaan dan membaca gejala alam
6. Surveilan epidemiologi : kegiatan pengamatan secara sistematis yang terus
menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan serta kondisi yang
mempengaruhi kesehatan terjadi penyakit atau masala-masalah kesehatan tersebut
Identifikasi masalah
1. Di Puskesmas Maju dengan penduduk 30.000 jiwa, dr.Bagus bersama timnya
tidak melakukan surveilan epidemiologi secara rutin, sehingga mereka tidak
memahami riwayat alamiah penyakit dan tahap perjalanan penyakit yang
berpotensi KLB.
2. Pada bulan Januari s/d Maret tahun 2013, terjadi peningkatan kasus DBD yang
baru disadari setelah terjdi peningkatan jumlah pasien yang dikirim ke RSU
Daerah, karena perawatan yang disiapkan di puskesmas tidak bisa lagi
menampung pasien yang indikasi dirawat. Puskesmas Maju sebenarnya belum
memiliki fasilitas untuk pasien rawat inap.
3. Setelah mengalami peristiwa tersebut dr.Bagus melakukan evaluasi dan
manyadari bahwa stafnya belum memiliki pemahaman dan keterampilan
mengenai surveilans. Dr.Bagus mulai menyusun perencanaan supaya kegiatan
surveilan bisa dilakukan secara rutin, dan melatih tenaga perawat dan bidannya
memahami keterampilan penyedilikan wabah, studi epidemiologi, dan kegiatan
statistika yang terkait dengan surveilan dan penyelidikan wabah.
Analisis Masalah
1. Apa makna Puskesmas Maju dengan penduduk 30.000 jiwa ? Ideal atau tidak ?
Idealnya satu puskesmas melayani 30.000 jiwa. Puskesmas Maju dengan
penduduk 30.000 jiwa termasuk dalam kategori ideal
2. Apa riwayat alamiah penyakit ?
Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) adalah deskripsi tentang
perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak terjadinya
paparan dengan agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit, seperti kesembuhan
atau kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi preventif maupun terapetik
(CDC, 2010c).
3. Apa saja tahap-tahap dari riwayat alamiah penyakit ?
Tahapan Riwayat alamiah perjalanan penyakit :
a. Tahap Pre-Patogenesa
• Pada tahap ini telah terjadi interaksi antara pejamu dengan bibit penyakit. Tetapi
interaksi ini masih diluar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada di luar
tubuh manusia dan belum masuk kedalam tubuh pejamu.
• Pada keadaan ini belum ditemukan adanya tanda – tanda penyakit dan daya tahan
tubuh pejamu masih kuat dan dapat menolak penyakit. Keadaan ini disebut sehat.
b. Tahap Patogenesa
1) Tahap Inkubasi
• Tahap inkubasi adalah masuknya bibit penyakit kedalam tubuh pejamu, tetapi
gejala- gejala penyakit belum nampak.
• Tiap-tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbeda, ada yang bersifat
seperti influenza, penyakit kolera masa inkubasinya hanya 1- 2 hari, penyakit Polio
mempunyai masa inkubasi 7 - 14 hari, tetapi ada juga yang bersifat menahun misalnya
kanker paru-paru, AIDS dan sebagainya.
• Jika daya tahan tubuh tidak kuat, tentu penyakit akan berjalan terus yang
mengakibatkan terjadinya gangguan pada bentuk dan fungsi tubuh.
• Pada suatu saat penyakit makin bertambah hebat, sehingga timbul gejalanya.
Garis yang membatasi antara tampak dan tidak tampaknya gejala penyakit disebut
dengan horison klinik.
2) Tahap Penyakit Dini
• Tahap penyakit dini dihitung mulai dari munculnya gejala-gejala penyakit, pada
tahap ini pejamu sudah jatuh sakit tetapi sifatnya masih ringan. Umumnya penderita
masih dapat melakukan pekerjaan sehari-hari dan karena itu sering tidak berobat.
Selanjutnya, bagi yang datang berobat umumnya tidak memerlukan perawatan, karena
penyakit masih dapat diatasi dengan berobat jalan.
• Tahap penyakit dini ini sering menjadi masalah besar dalam kesehatan
masyarakat, terutama jika tingkat pendidikan penduduk rendah, karena tubuh masih kuat
mereka tidak datang berobat, yang akan mendatangkan masalah lanjutan, yaitu telah
parahnya penyakit yang di derita, sehingga saat datang berobat sering talah terlambat.
3) Tahap Penyakit Lanjut
• Apabila penyakit makin bertambah hebat, penyakit masuk dalam tahap penyakit
lanjut. Pada tahap ini penderita telah tidak dapat lagi melakukan pekerjaan dan jika
datang berobat, umumnya telah memerlukan perawatan.
4) Tahap Akhir Penyakit
• Perjalanan penyakit pada suatu saat akan berakhir. Berakhirnya perjalanan
penyakit tersebut dapat berada dalam lima keadaan, yaitu :
1. Sembuh sempurna : penyakit berakhir karena pejamu sembuh
secara sempurna, artinya bentuk dan fungsi tubuh kembali kepada keadaan
sebelum menderita penyakit.
2. Sembuh tetapi cacat : penyakit yang diderita berakhir dan
penderita sembuh. Sayangnya kesembuhan tersebut tidak sempurna, karena
ditemukan cacat pada pejamu. Adapun yang dimaksudkan dengan cacat, tidak
hanya berupa cacat fisik yang dapat dilihat oleh mata, tetapi juga cacat
mikroskopik, cacat fungsional, cacat mental dan cacat sosial.
3. Karier : pada karier, perjalanan penyakit seolah-olah terhenti,
karena gejala penyakit memang tidak tampak lagi. Padahal dalam diri pejamu
masih ditemukan bibit penyakit yang pada suatu saat, misalnya jika daya tahan
tubuh berkurang, penyakit akan timbul kembali. Keadaan karier ini tidak hanya
membahayakan diri pejamu sendiri, tetapi juga masyarakat sekitarnya, karena
dapat menjadi sumber penularan
4. Kronis : perjalanan penyakit tampak terhenti karena gejala
penyakit tidak berubah, dalam arti tidak bertambah berat dan ataupun tidak
bertambah ringan. Keadaan yang seperti tentu saja tidak menggembirakan,
karena pada dasarnya pejamu tetap berada dalam keadaan sakit.
Meninggal dunia : terhentinya perjalanan penyakit disini, bukan karena
sembuh, tetapi karena pejamu meninggal dunia. Keadaan seperti ini bukanlah
tujuan dari setiap tindakan kedokteran dan keperawatan.
4. Apa fungsi dan manfaat mengetahui tentang riwayat alamiah penyakit ?
• Untuk diagnostik : masa inkubasi dapat dipakai pedoman penentuan jenis
penyakit, misal dalam KLB (Kejadian Luar Biasa)
• Untuk Pencegahan : dengan mengetahui rantai perjalanan penyakit dapat dengan
mudah dicari titik potong yang penting dalam upaya pencegahan penyakit.
• Untuk terapi : terapi biasanya diarahkan ke fase paling awal. Pada tahap
perjalanan awal penyakit, adalah waktu yang tepat untuk pemberian terapi, lebih
awal terapi akan lebih baik hasil yang diharapkan.
5. Apa syarat-syarat dikatakan KLB ?
Kriteria KLB mengacu pada Keputusan Dirjen N0. 451/9. Suatu kejadian
dinyatakan luar biasa jika ada unsur:
a. Timbulnya penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak
dikenal
b. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3
kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari,
minggu)
c. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih
dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu,
bulan, tahun)
d. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2
kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata
perbulan dalam tahun sebelumnya.
7 (tujuh) Kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB) Menurut Permenkes 1501
Tahun 2010 adalah :
a. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak
ada atau tidak dikenal pada suatu daerah
b. Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga)
kurun waktu dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut
jenis penyakitnya
c. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan
dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau
minggu menurut jenis penyakitnya
d. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan
angka rata-rata jumlah per bulan dalam tahun sebelumnya
e. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu)
tahun menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan
dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun
sebelumnya
f. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1
(satu) kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima
puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan angka kematian
kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang
sama
g. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada
satu periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding
satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama
6. Apa tujuan penyelidikan KLB ?
7. Apa langkah-langkah penyelidikan KLB ?
8. Apa tahap perjalanan penyakit yang berpotensi KLB ?
9. Apa saja penyakit yang berpotensi KLB ?
10. Bagaimana cara pelaporan KLB ?
11. Bagaimana teknik pencegahan dan penanggulangan KLB ?
12. Apa beda wabah dengan KLB ?
Wabah : adalah peningkatan kejadian kesakitan/kematian, yang meluas secara
cepat baik dalam jumlah kasus maupun luas daerah penyakit, dan dapat
menimbulkan malapetaka.
Kejadian Luar Biasa (KLB) : adalah timbulnya suatu kejadian
kesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian kesakitan/kematian
yang bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok penduduk dalam
kurun waktu tertentu (Undang-undang Wabah, 1984).
Terlihat adanya perbedaan definisi antara Wabah dan KLB. Wabah harus
mencakup jumlah kasus yang besar, daerah yang luas dan waktu yang lebih
lama, dengan dampak yang timbulkan lebih berat.
13. Apa tujuan dan manfaat melakukan surveilan epidemiologi secara rutin ?
14. Apa saja jenis-jenis dari surveilan epidemiologi ?
Terdapat lima jenis dari surveilans yaitu sebagai berikut :
1. Surveilans pasif, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari laporan bulanan sarana
pelayanan di daerah.
2. Surveilans aktif, yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara langsung untuk
mempelajari penyakit tertentu dalam waktu yang relatif singkat dan dilakukan oleh
petugas kesehatan secara teratur seminggu sekali atau dua minggu sekali untuk mencatat
ada atau tidaknya kasus baru penyakit tertentu.
3. Surveilans menyeluruh, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dalam batas waktu
tertentu diberbagai bidang agar dapat mewakili populasi yang diteliti dalam sebuah
negara.
4. Surveilans sentinel, yaitu pengumpulan data yang dilakukan terbatas pada bidang-
bidang tertentu. Survei ini tidak dapat digunakan dalam sebuah populasi karena dianggap
tidak mewakili sebuah kelompok populasi, akan tetapi dapat digunakan untuk memonitor
tren penyakit dan dalam mengumpulkan informasi yang lebih terperinci.
5. Surveilans berdasarkan kondisi masyarakat, sarana dan prasarana serta laboratorium
kesehatan termasuk pelaporan yang dilakukan oleh masyarakat, fasilitas kesehatan dan
laboratorium secara berturut-turut.
15. Apa saja langkah-langkah dari surveilan epidemiologi ?
16. Apa saja sumber data surveilan epidemiologi ?
17. Berapa jumlah petugas surveilan yang diperlukan untuk jumlah penduduk 30.000
jiwa ?
18. Apa syarat puskesmas rawat inap ?
19. Apa saja fasilitas yang harus dipenuhi untuk rawat inap ?
20. Berapa jumlah pasien yang dapat dirawat inap di puskesmas ?
21. Adakah keterkaitan antara peningkatan kasus DBD dengan tidak dilakukannya
surveilan epidemiologi secara rutin ?
22. Apa makna surveilan tidak rutin pada kasus ini ?
23. Bagaimana surveilan yang rutin ?
24. Apa saja kegiatan dari surveilan ?
25. Apa saja sasaran dari surveilan ?
26. Siapa saja yang bisa menjadi surveilan P2M ?
27. Apa saja laporan yang mungkin di laporkan petugas surveilan ?
28. Apa kegunaan dari kegiatan statistik dalam surveilan, wabah dan KLB?
29. Apa tujuan, alasan dan langkah-langkah dari penyelidikan wabah ?
30. Apa saja kemungkinan hambatan dari surveilan dan wabah ?
31. Bagaimana klasifikasi statistik dan jenis data statistik ?
32. Bagaimana ruang lingkup epidemiologi ?
33. Apa tujuan dan kegunaan epidemiologi ?
34. Apa jenis-jenis epidemiologi ?
• Epidemiologi deskriptif, yaitu Cross Sectional Study/studi potong
lintang/studi prevalensi atau survei.
• Epidemiologi analitik, terdiri dari :
a. Non eksperimental:
- Studi kohort
- Studi kasus kontrol/case control study/studi retrospektif.
- Studi ekologik.
b. Eksperimental.
Cross-Sectional Study (Studi Potong Lintang) merupakan studi yang mempelajari
prevalensi, distribusi maupun hubungan penyakit dan paparan dengan mengamati status
paparan, penyakit outcome lain secara serentak pada individu-individu dari suatu
populasi pada suatu waktu. Studi ini disebut juga sebagai studi prevalensi atau survei,
merupakan studi sederhana yang sering dilakukan. Karakter dari Cross-Sectional Study
yaitu status paparan dan penyakit diukur pada saat yang sama.
Cross-Sectional Study atau juga disebut Studi Potong Lintang mempunyai 2 jenis
studi, yaitu:
1. Studi potong lintang Deskriptif : meneliti prevalensi penyakit , paparan atau
keduanya, pada suatu populasi tertentu.
2. Studi potong lintang analitik : mengumpulkan data prevalensi paparan dan penyakit
untuk tujuan perbandingan perbedaan-perbedaan penyakit antara kelompok terpapar dan
kelompok tak terpapar, dalam rangka meneliti hubungan antara paparan dan penyakit.
35. Bagaimana melatih tenaga perawat dan bidan mengenai agar bisa memahami
tentang surveilan dan penyelidikan wabah ?
Hipotesis
Terjadi peningkatan kasus DBD di Puskesmas Maju karena surveilan epidemiologi
tidak dilakukan secara rutin dan kurangnya pengetahuan, pemahaman serta
keterampilan petugas
LI
1. Surveilan dan pendekatan epidemiologi
2. Wabah dan KLB
3. Biostatistik
Pembagian soal
Suci :1,12,23,34,10,21,32
Shelvia:2,13,24,35,11,22,33
Eno :3,14,25,1,12,23,34
Eliya :4,15,26,2,13,24,35
Putra :5,16,27,3,14,25,L1
Salsa :6,17,28,4,15,26,L2
Lisa :7,18,29,5,16,27,L3
Niken :8,19,30,6,17,28,LI
Dika :9,20,31,7,18,29,L2
KS :10,21,32,8,19,30,L3
Sharan:11,22,33,9,20,31,L.I
PERHATIAN !!!
JAWABAN DIKETIK TIMES NEW ROMAN, SIZE 12, SPASI 1,5
JAWABAN DIKIRIM PALING LAMBAT HARI RABU, 4 Juni 2014
Kirim ke [email protected]
GOMAWO