Skenario 3 Urin -Fadli- PDF
-
Upload
fadli-ilham -
Category
Documents
-
view
71 -
download
4
description
Transcript of Skenario 3 Urin -Fadli- PDF
M.FADLI ILHAM AKBARI
1102013159
LI 1. Memahami dan menjelaskan tentang anatomi prostat
LO 1.1. Makroskopik
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak di sebelah
inferior buli-buli dan membungkus uretra posterior. Prostat berbentuk seperti piramid
terbalik dan merupakan organ kelenjar fibromuskuler yang mengelilingi uretra pars
prostatica. Prostat merupakan kelenjar aksesori terbesar pada pria; tebalnya ± 2 cm dan
panjangnya ± 3 cm dengan lebarnya ± 4 cm, dan berat 20 gram. Prostat mengelilingi
uretra pars prostatika dan ditembus di bagian posterior oleh dua buah duktus
ejakulatorius.
Hubungan :
Ke superior : basis prostatae berhubungan dengan collum vesicae. Otot polos prostata
terus melanjut tanpa terputus dengan otot polos collum vesicae. Urethra masuk pada
bagian tengah basis prostatae
Ke inferior : apex prostatae terletak pada facies superior diaphragma urogenitale.
Urethra meninggalkan prostate tepat diatas apex pada facies anterior.
Ke antrior : facies anterior prostatae berbatasan dengan symphysis pubica, dipisahkan
oleh lemak ekstraperitoneal yang terdapat di dalam spatium retropubicum (cavum
Retzius). Selubung fibrosa prostata dihubungkan dengan aspek postrior os pubis oleh
ligamenta puboprostatica. Ligamenta ini terletak di samping kanan dan kiri linea
mediana dan merupakan penebalan fascia pelvis.
Ke posterior : facies posterior prostatae berhubingan erat dengan facies antrerior
ampulla recti dan dipisahkan dari rectum oleh septum rectovesicae (fascia
Denonvillier). Septum ini dibentuk pada masa janin oleh fusi dinding ujung bawah
excavatio retrovesicalis peritonealis, yang semula meluas ke bawah sampai ke corpus
peritoneal.
Ke lateral : facies lateralis prostatae difiksasi oleh serabut anterior musculus levator
ani pada saat serabut ini berjalan ke posterior dari pubis.
Struktur :
Kelenjar prostata yang jumlahnya banyak tertanam di dalam campuran otot polos dan
jaringan ikat, dan ductusnya bermuara ke urethrapars prostatica.
Prostat terdiri dari beberapa lobus, yaitu :
Lobus anterior:
- terletak di depan Urethra pars prostatica
- unsur kelenjar tidak berkembang
- embriologi: berasal dari dinding depan Urethra pars prostatica.
Lobus lateral:
- paling berkembang Benign Prostat Hyperplasia
- terletak sebelah lateral dari Urethra pars prostatica
Lobus medius:
- sinonim: Lobus medianus
- berkembang dari dinding posterior Urethra pars prostatica
- terletak diatas Ductus ejakulatorius
- sering menjadi BPH
Lobus posterior :
- berkembang dari dinding dorsal urethra
- lobus posterior ini yang teraba pada rectal toucher kanker prostata.
- bagian prostat yg berhadapan dengan rectum
- terletak dibawah muara Ductus ejakulatorius
Vaskularisasi
Dari a. vesicalis inferior cabang
dari a. iliaca interna. Plexus venosa
prostatica menerima darah dari v.
dorsalis penis dan mengalirkannya
ke v. iliaca interna
Pembuluh limfe
Pembuluh limf dari prostat
mengalirkan cairan limf ke nodi
iliaca interna
Persarafan
Persarafan prostat berasal dari
plexus hypogastricus inferior. Saraf
simpatis merangsang otot polos
prostat saat ejakulasi
LO.1.2. Mikroskopis
- Terbenam dalam stroma yang terutama terdiri dari otot polos yang dipisahkan oleh
jaringan ikat kolagen dan serat elastis.
- Otot membentuk masa padat dan dibungkus oleh kapsula yang tipis dan kuat serta
melekat erat pada stroma.
- Jenis epitelnya berlapis atau bertingkat dan bervariasi dari silindris sampai kubus
rendah tergantung pada status endokrin dan kegiatan kelenjar.
- Sekret mengandung fosfatase asam.
- Konkremen (Corpora amylacea): kondensasi sekret yg mungkin mengalami
perkapuran.
Secara histologinya, prostat dapat dibagi menjadi 3 bagian atau zona, yakni :
- Zona perifer, memenuhi hampir 70% dari bagian kalenjar prostat di mana ia
mempunyai duktus yang menyambung dengan urethra prostat bagian distal. Zona
perifer merupakan tempat prediksi timbulnya kanker prostat .
- Zona sentral atau bagian tengah pula mengambil 25% ruang prostat dan juga seperti
zona perifer tadi, ia juga memiliki duktus akan tetapi menyambung dengan uretra
prostat di bagian tengah, sesuai dengan bagiannya.
- Zona transisi, atau bagian yang terakhir dari kelenjar prostat terdiri dari dua lobus,
dan juga seperti dua zona sebelumnya, juga memiliki duktus yang mana duktusnya
menyambung hampir ke daerah sphincter pada urethra prostat dan menempati 5%
ruangan prostat. Zona transisional ini mempunyai arti medis yang penting karena
merupakan tempat asal sebagian besar hiperplasia prostat jinak. Seluruh duktus ini,
selain duktus ejakulator dilapisi oleh sel sekretori kolumna dan terpisah dari stroma
prostat oleh lapisan sel basal yang berasal dari membrana basal.
LI 2. fisiologi prostat
Prostat menghasilkan suatu cairan yang merupakan salah satu komponen dari cairan
ejakulat. Cairan ini dilairkan melalui duktus sekretorius dan bermuara di uretra posterior
untuk kemudian dikeluarkan bersama cairan semen yang lain pada saat ejakulasi. Volume
cairan prostat merupakan ± 25% dari seluruh volume ejakulat.
Fungsi prostat yang normal tergantung pada testosteron, yang dihasilkan oleh sel
Leydig testis dalam respon terhadap rangsangan oleh hormon luteinisasi (LH) dari hipofisis.
Testosteron dimetabolisme menjadi dehidrotestosteron oleh 5a-reduktase di dalam prostat
dan vesikula seminalis.
Jika kelenjar ini mengalami hiperplasia jinak atau berubah menjadi kanker ganas
dapat membuntu uretra posterior dan mengakibatkan terjadinya obstruksi saluran kemih.
Sel-sel kelenjar prostat dapat membentuk enzim asam fosfatase yang paling aktif
bekerja pada ph 5. Kelenjar prostat mensekresi sedikit cairan yang berwarna putih susu dan
bersifat alkalis. Cairan ini mengandung asam sitrat, asam fosfatase, kalsium dan koagulase
serta fibrinolisis. Selama pengeluaran cairan prostat, kapsul kelenjar prostat akan
berkontraksi bersamaan dengan kontraksi vas deferen dan cairan prostat keluar bercampur
dengan semen yang lainnya.
Cairan prostat merupakan 70% volume cairan ejakulat dan berfungsi memberikan
makanan spermatozon dan menjaga agar spermatozon tidak cepat mati di dalam tubuh
wanita, dimana sekret vagina sangat asam (PH: 3,5-4). Dengan demikian sperma dapat hidup
lebih lama dan dapat melanjutkan perjalanan menuju tuba uterina dan melakukan pembuahan.
Fungsi kelenjar prostat pada umumnya sebagai sumber nutrisi dan perlindungan spermatozoa
yaitu dengan cara:
1. Mengeluarkan cairan alkalis yang berfungsi untuk menetralkan sekresi vagina yang
asam. Fungsi ini bertujuan untuk sperma agar dapat bertahan hidup dalam lingkungan
yang sedikit basa
2. Menghasilkan enzim-enzim pembekuan dan fibrinolisin. Enzim pembekuan prostat
bekerja pada fibrinogen dari vesikula seminalis untuk enghasilkan fibrin yang
bertujuan untuk membekukan semen sehingga sperma yang diejakulasikan dapa
bertahan di dalam saluran reproduksi wanita . setelah itu bekuan seminal diuraikan
oleh fibrinolisin ,yaitu suatu enzim pengurai fibrin dari prostat,sehingga sperma motil
yang dikeluarkan dapat bergerak bebas di dalam saluran reproduksi wanita.
Prostat adalah kelenjar sex sekunder pada laki-laki yang menghasilkan cairan dan
plasma seminalis, dengan perbandingan cairan prostat 13-32% dan cairan vesikula seminalis
46-80% pada waktu ejakulasi. Kelenjar prostat dibawah pengaruh Androgen Bodies dan dapat
dihentikan dengan pemberian Stilbestrol.
LI 3. Memahami dan menjelaskan tentang Benign Prostate Hyperplasia (BPH)
LO 3.1. definisi Benign Prostate Hyperplasia (BPH)
Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah penyakit yang disebabkan oleh
penuaan. Tanda klinis BPH biasanya muncul pada lebih dari 50% laki-laki yang berusia
50 tahun ke atas. Hiperplasia prostatik adalah pertumbuhan nodul-nodul
fibroadenomatosa majemuk dalam prostat; pertumbuhan tersebut dimulai dari bagian
periuretral sebagai proliferasi yang terbatas dan tumbuh dengan menekan kelenjar
normal yang tersisa. Jaringan hiperplastik terutama terdiri dari kelenjar dengan stroma
fibrosa dan otot polos yang jumlahnya berbeda-beda. Prostat tersebut mengelilingi uretra,
dan pembesaran bagian periuretral akan menyebabkan obstruksi leher kandung kemih
dan uretra pars prostatika, yang mengakibatkan berkurangnya aliran kemih dari kandung
kemih.
LO 3.2. epidemiologi Benign Prostate Hyperplasia (BPH)
Hiperplasia prostat benigna ini dapat dialami oleh sekitar 70% pria di atas usia 60
tahun. Angka ini akan meningkat hingga 90% pada pria berusia di atas 80 tahun.Angka
kejadian BPH di Indonesia yang pasti belum pernah diteliti, tetapi sebagai gambaran
hospital prevalence di dua rumah sakit besar di Jakarta yaitu RSCM dan Sumberwaras
selama 3 tahun (1994-1997) terdapat 1040 kasus tetapi berdasarkan kepustakaan luar
negeri diperkirakan semenjak umur 50 tahun 20%-30% penderita akan memerlukan
pengobatan untuk prostat hiperplasia. Yang jelas prevalensi sangat tergantung pada
golongan umur. Sebenarnya perubahan-perubahan kearah terjadinya pembesaran prostat
sudah dimulai sejak dini, dimulai pada perubahan-perubahan mikroskopoik yang
kemudian bermanifestasi menjadi kelainan makroskopik (kelenjar membesar) dan
kemudian baru manifes dengan gejala klinik. (D. Rahardjo, 1993)
Prevalensi BPH pada orang kulit putih dan Afrika-Amerika (afro) hampir samaNamun,
BPH cenderung lebih berat dan progresif pada pria Afrika-Amerika, mungkin karena kadar
testosteron yang lebih tinggi,aktivitas 5-alpha-reductase, ekspresi reseptor androgen, dan
aktivitas faktor pertumbuhan pada populasi ini. Aktivitas meningkat menyebabkan tingkat
peningkatan hiperplasia prostat dan pembesaran berikutnya dan adanya gejala sisa.
LO 3.3. etiologi Benign Prostate Hyperplasia (BPH)
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya
hiperplasia prostat, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat
kaitannya dengan peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses aging
(menjadi tua).11
Beberapa teori atau hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya
hiperplasia prostat adalah:
Teori Hormonal
Selain androgen (testosteron/DHT), estrogen juga berperan untuk terjadinya BPH.
Dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan keseimbangan hormonal, yaitu antara
hormon testosteron dan hormon estrogen, karena produksi testosteron menurun dan
terjadi konversi testosteron menjadi estrogen pada jaringan adiposa di perifer dengan
pertolongan enzim aromatase, dimana sifat estrogen ini akan merangsang terjadinya
hiperplasia pada stroma, sehingga timbul dugaan bahwa testosteron diperlukan untuk
inisiasi terjadinya proliferasi sel tetapi kemudian estrogenlah yang berperan untuk
perkembangan stroma. Kemungkinan lain ialah perubahan konsentrasi relatif testosteron
dan estrogen akan menyebabkan produksi dan potensiasi faktor pertumbuhan lain yang
dapat menyebabkan terjadinya pembesaran prostat.
Dari berbagai percobaan dan penemuan klinis dapat diperoleh kesimpulan, bahwa
dalam keadaan normal hormon gonadotropin hipofise akan menyebabkan produksi
hormon androgen testis yang akan mengontrol pertumbuhan prostat. Dengan makin
bertambahnya usia, akan terjadi penurunan dari fungsi testikuler (spermatogenesis) yang
akan menyebabkan penurunan yang progresif dari sekresi androgen. Hal ini
mengakibatkan hormon gonadotropin akan sangat merangsang produksi hormon estrogen
oleh sel sertoli. Dilihat dari fungsional histologis, prostat terdiri dari dua bagian yaitu
sentral sekitar uretra yang bereaksi terhadap estrogen dan bagian perifer yang tidak
bereaksi terhadap estrogen.
Teori Growth Factor (faktor pertumbuhan)
Peranan dari growth factor ini sebagai pemacu pertumbuhan stroma kelenjar prostat.
Terdapat empat peptic growth factor yaitu; basic transforming growth factor,
transforming growth factor b1, transforming growth factor b2, dan epidermal growth
factor.
Teori Peningkatan Lama Hidup Sel-sel Prostat karena Berkurangnya Sel yang
Mati
Kematian sel prostat (apotosis) pada sel prostat adalah mekanisme fsiologik untuk
mempertahankan homeostasis kelenjar prostat. Pada apotosis terjadi kondensasi dan
fragmentasi sel yang selanjutnya sel sel yang mengalami apoptosis akan difagositosis
oleh sel sel disekitarnya kemudian didegradasi oleh enzim lisososom.
Berkurangnya jumlah sel sel dalam prostat yang mengalami apoptosis menyebabkan
jumlah sel sel dalam prostat secara keseluruhan menjadi meningkat sehingga
menyebabkan petambahan massa prostat. Diduga hormon adrogen berperan dalam
menghambat proses kematian sel karena setelah dilakukan kastrasi, terjadi peningkatan
aktivitas kematian sel kelenjar prostat. Estrogen diduga mampu memperpanjang usia sel
prostat. Sedangkan faktor pertumbuhan TGB beta berperan dalam proses apotosis.
Teori Sel Stem (stem cell hypothesis)
Seperti pada organ lain, prostat dalam hal ini kelenjar periuretral pada seorang dewasa
berada dalam keadaan keseimbangan “steady state”, antara pertumbuhan sel dan sel yang
mati, keseimbangan ini disebabkan adanya kadar testosteron tertentu dalam jaringan
prostat yang dapat mempengaruhi sel stem sehingga dapat berproliferasi. Pada keadaan
tertentu jumlah sel stem ini dapat bertambah sehingga terjadi proliferasi lebih cepat.
Terjadinya proliferasi abnormal sel stem sehingga menyebabkan produksi atau
proliferasi sel stroma dan sel epitel kelenjar periuretral prostat menjadi berlebihan.
Teori Dihydro Testosteron (DHT)
Testosteron yang dihasilkan oleh sel leydig pada testis (90%) dan sebagian dari
kelenjar adrenal (10%) masuk dalam peredaran darah dan 98% akan terikat oleh globulin
menjadi sex hormon binding globulin (SHBG). Sedang hanya 2% dalam keadaan
testosteron bebas. Testosteron bebas inilah yang bisa masuk ke dalam “target cell” yaitu
sel prostat melewati membran sel langsung masuk kedalam sitoplasma, di dalam sel,
testosteron direduksi oleh enzim 5 alpha reductase menjadi 5 dyhidro testosteron yang
kemudian bertemu dengan reseptor sitoplasma menjadi “hormone receptor complex”.
Kemudian “hormone receptor complex” ini mengalami transformasi reseptor, menjadi
“nuclear receptor” yang masuk kedalam inti yang kemudian melekat pada chromatin dan
menyebabkan transkripsi m-RNA. RNA ini akan menyebabkan sintese protein
menyebabkan terjadinya pertumbuhan kelenjar prostat.
Teori Reawakening
Mc Neal tahun 1978 menulis bahwa lesi pertama bukan pembesaran stroma pada
kelenjar periuretral (zone transisi) melainkan suatu mekanisme “glandular budding”
kemudian bercabang yang menyebabkan timbulnya alveoli pada zona preprostatik.
Persamaan epiteleal budding dan “glandular morphogenesis” yang terjadi pada embrio
dengan perkembangan prostat ini, menimbulkan perkiraan adanya “reawakening” yaitu
jaringan kembali seperti perkembangan pada masa tingkat embriologik, sehingga
jaringan periuretral dapat tumbuh lebih cepat dari jaringan sekitarnya, sehingga teori ini
terkenal dengan nama teori reawakening of embryonic induction potential of prostatic
stroma during adult hood.
Selain teori-teori di atas masih banyak lagi teori yang menerangkan tentang penyebab
terjadinya BPH seperti, teori tumor jinak, teori rasial dan faktor sosial, teori infeksi dari
zat-zat yang belum diketahui, teori yang berhubungan dengan aktifitas hubungan seks,
teori peningkatan kolesterol, dan Zn yang kesemuanya tersebut masih belum jelas
hubungan sebab-akibatnya.
LO 3.4. klasifikasi Benign Prostate Hyperplasia (BPH)
terdapat empat derajat pembesaran kelenjar prostat yaitu sebagai berikut :
1. Derajat Rektal
Derajat rektal dipergunakan sebagai ukuran dari pembesaran kelenjar prostat ke arah
rektum. Rectal toucher dikatakan normal jika batas atas teraba konsistensi elastis, dapat
digerakan, tidak ada nyeri bila ditekan dan permukaannya rata. Tetapi rectal toucher pada
hipertropi prostat di dapatkan batas atas teraba menonjol lebih dari 1 cm dan berat prostat
diatas 35 gram.
Ukuran dari pembesaran kelenjar prostat dapat menentukan derajat rectal yaitu sebagai
berikut :
1). Derajat O : Ukuran pembesaran prostat 0-1 cm
2). Derajat I : Ukuran pembesaran prostat 1-2 cm
3). Derajat II : Ukuran pembesaran prostat 2-3 cm
4). Derajat III : Ukuran pembesaran prostat 3-4 cm
5). Derajat IV : Ukuran pembesaran prostat lebih dari 4 cm
Gejala BPH tidak selalu sesuai dengan derajat rectal, kadang-kadang dengan rectal
toucher tidak teraba menonjol tetapi telah ada gejala, hal ini dapat terjadi bila bagian
yang membesar adalah lobus medialis dan lobus lateralis. Pada derajat ini klien
mengeluh jika BAK tidak sampai tuntas dan puas, pancaran urine lemah, harus
mengedan saat BAK, nocturia tetapi belum ada sisa urine.
2. Derajat Klinik
Derajat klinik berdasarkan kepada residual urine yang terjadi. Klien disuruh BAK
sampai selesai dan puas, kemudian dilakukan katerisasi. Urine yang keluar dari kateter
disebut sisa urine atau residual urine.
Residual urine dibagi beberapa derajat yaitu sebagai berikut :
1).Normal sisa urine adalah nol
2).Derajat I sisa urine 0-50 ml
3).Derajat II sisa urine 50-100 ml
4).Derajat III sisa urine 100-150 ml
5).Derajat IV telah terjadi retensi total atau klien tidak dapat BAK sama sekali
Bila kandung kemih telah penuh dan klien merasa kesakitan, maka urine akan keluar
secara menetes dan periodik, hal ini disebut Over Flow Incontinencia. Pada derajat ini
telah terdapat sisa urine sehingga dapat terjadi infeksi atau cystitis, nocturia semakin
bertambah dan kadang-kadang terjadi hematuria.
3. Derajat Intra Vesikal
Derajat ini dapat ditentukan dengan mempergunakan foto rontgen atau cystogram,
panendoscopy. Bila lobus medialis melewati muara uretra, berarti telah sampai pada
stadium tida derajat intra vesikal. Gejala yang timbul pada stadium ini adalah sisa urine
sudah mencapai 50-150 ml, kemungkinan terjadi infeksi semakin hebat ditandai dengan
peningkatan suhu tubuh, menggigil dan nyeri di daerah pinggang serta kemungkinan
telah terjadi pyelitis dan trabekulasi bertambah.
4. Derajat Intra Uretral
Derajat ini dapat ditentukan dengan menggunakan panendoscopy untuk melihat
sampai seberapa jauh lobus lateralis menonjol keluar lumen uretra. Pada stadium ini
telah terjadi retensio urine total.
LO 3.5. Patofisiologi Benign Prostate Hyperplasia (BPH)
Pada BPH, kapsul pada prostat terdiri dari 3 lapis :
1. Kapsul anatomis
2. Kapsul chirurgicum, ini terjadi akibat terjepitnya kelenjar prostat yang sebenarnya
(outer zone) sehingga terbentuk kapsul
3. Kapsul yang terbentuk dari jaringan fibromuskuler antara bagian dalam (inner zone)
dan bagian luar (outer zone) dari kelenjar prostat.
BPH sering terjadi pada lobus lateralis dan lobus medialis karena mengandung
banyak jaringan kelenjar, tetapi tidak mengalami pembesaran pada bagian posterior
daripada lobus medius (lobus posterior) yang merupakan bagian tersering terjadinya
perkembangan suatu keganasan prostat. Sedangkan lobus anterior kurang mengalami
hiperplasia karena sedikit mengandung jaringan kelenjar.
Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra pars prostatika dan akan
menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal.
Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan
tahanan itu. Kontraksi yang terus-menerus ini menyebabkan perubahan anatomik dari
buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan
divertikel buli-buli. Fase penebalan otot detrusor ini disebut fase kompensasi.
Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada
saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS) yang dahulu
dikenal dengan gejala-gejala prostatismus.
Dengan semakin meningkatnya resistensi uretra, otot detrusor masuk ke dalam
fase dekompensasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi
retensi urin. Tekanan intravesikal yang semakin tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian
buli-buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini
dapat menimbulkan aliran balik urin dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks vesico-
ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter,
hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal ginjal.
Hiperplasi prostat
↓
Penyempitan lumen uretra posterior
↓
Tekanan intravesikal ↑
↓
Buli-buli Ginjal dan Ureter
↓
Hipertrofi otot detrusor - Refluks vesiko-ureter
Trabekulasi - Hidroureter
Selula - Hidronefrosis
Divertikel buli-buli - Pionefrosis Pilonefritis
↓
Gagal ginjal
LO 3.6. Manifestasi klinis Benign Prostate Hyperplasia (BPH)
a. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah
Keluhan pada saluran kemih bagian bawah (LUTS) terdiri atas gejala obstruksi dan
gejala iritasi, seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3-2. Gejala Obstruksi dan Iritasi
Obstruksi Iritasi
Hesitansi
Pancaran miksi lemah
Intermitensi
Miksi tidak puas
Menetes setelah miksi
Frekuensi
Nokturia
Urgensi
Disuria
Gejala-gejala tersebut diatas sering disebut sindroma prostatismus. Secara klinis
derajat berat gejala prostatismus itu dibagi menjadi :
Grade I : Gejala prostatismus + sisa kencing <50ml
Grade II : Gejala prostatismus + sisa kencing >50 ml
Grade III : Retensi urin dengan sudah ada gangguan saluran kemih bagian atas +
sisa urin > 150 ml.
Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan LUTS, beberapa ahli/organisasi
urologi membuat sistem skoring yang secara subyektif dapat diisi dan dihitung
sendiri oleh pasien. Sistem skoring yang dianjurkan oleh WHO adalah Skor
Internasional Gejala Prostat atau IPSS (International Prostatic Symptom Score).
Sistem skoring IPSS terdiri atas tujuh pertanyaan yang berhubungan dengan
keluhan miksi (LUTS) dan satu pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas hidup
pasien. Setiap pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi diberi nilai 0-5,
sedangkan keluhan yang menyangkut kualitas hidup pasien diberi nilai 1-7. Dari skor
IPSS itu, dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam tiga derajat, yaitu
(1) ringan: skor 0-7,
(2) sedang: skor 8-19, dan
(3) berat: skor 20-35.
Timbulnya gejala LUTS merupakan manifestasi kompensasi otot vesica
urinaria untuk mengeluarkan urine. Pada suatu saat, otot vesica urinaria mengalami
kepayahan (fatigue) sehingga jatuh ke dalam fase dekompensasi yang diwujudkan
dalam bentuk retensi urine akut.
Timbulnya dekompensasi vesica urinaria didahului oleh beberapa faktor
pencetus, antara lain:
Volume vesica urinaria yang tiba-tiba terisi penuh, yaitu pada cuaca dingin,
menahan kencing terlalu lama, mengkonsumsi obat-obatan atau minuman
yang mengandung diuretikum (alkohol, kopi), dan minum air dalam jumlah
yang berlebihan
Massa prostat tiba-tiba membesar, yaitu setelah melakukan aktivitas seksual
atau mengalami infeksi prostat akut
Setelah mengkonsumsi obat-obatan yang dapat menurunkan kontraksi otot
detrusor atau yang dapat mempersempit leher vesica urinaria, antara lain
golongan antikolinergik atau α-adrenergik.
b. Keluhan pada saluran kemih bagian atas
Keluhan akibat penyulit hiperplasia prostat pada saluran kemih bagian atas berupa
gejala obstruksi, antara lain nyeri pinggang, benjolan di pinggang (yang merupakan
tanda dari hidronefrosis), atau demam (yang merupakan tanda adanya infeksi atau
urosepsis).
LO 3.7. diagnosis dan diagnosis banding Benign Prostate Hyperplasia (BPH)
a. Anamnesis
Anamnesis itu meliputi :
Keluhan yang dirasakan dan seberapa lama keluhan itu telah mengganggu
Riwayat penyakit lain dan penyakit pada saluran urogenitalia (pernah mengalami cedera,
infeksi, atau pembedahan)
Riwayat kesehatan secara umum dan keadaan fungsi seksual
Obat-obatan yang saat ini dikonsumsi yang dapat menimbulkan keluhan miksi
Tingkat kebugaran pasien yang mungkin diperlukan untuk tindakan pembedahan.
Salah satu pemandu yang tepat untuk mengarahkan dan menentukan adanya gejala
obstruksi akibat pembesaran prostat adalah International Prostate Symptom Score
(IPSS).
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan colok dubur atau digital rectal examination (DRE) dapat memberikan
gambaran tentang keadaan tonus spingter ani, reflek bulbo cavernosus, mukosa rektum,
adanya kelainan lain seperti benjolan di dalam rektum dan tentu saja teraba prostat. Pada
perabaan prostat harus diperhatikan :
1. Konsistensi prostat (pada hiperplasia prostat konsistensinya kenyal)
2. Adakah asimetris
3. Adakah nodul pada prostate
4. Apakah batas atas dapat diraba
5. Sulcus medianus prostate
6. Adakah krepitasi
Colok dubur pada hiperplasia prostat menunjukkan prostat teraba membesar,
konsistensi prostat kenyal seperti meraba ujung hidung, permukaan rata, lobus kanan dan
kiri simetris, tidak didapatkan nodul, dan menonjol ke dalam rektum. Semakin berat
derajat hiperplasia prostat, batas atas semakin sulit untuk diraba. Sedangkan pada
carcinoma prostat, konsistensi prostat keras dan atau teraba nodul dan diantara lobus
prostat tidak simetris. Sedangkan pada batu prostat akan teraba krepitasi.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium berperan dalam menentukan ada tidaknya komplikasi.
1. Darah : - Ureum dan Kreatinin
Elektrolit
Blood urea nitrogen
Gula darah
Prostate Specific Antigen (PSA)
kadar PSA yang dianggap normal berdasarkan usia adalah :
- 40-49 tahun: 0-2,5 ng/ml
- 50-59 tahun:0-3,5 ng/ml
- 60-69 tahun:0-4,5 ng/ml
- 70-79 tahun: 0-6,5 ng/ml
2. Urin : - Kultur urin + sensitifitas test
Urinalisis dan pemeriksaan mikroskopik
Sedimen
Sedimen urin diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi
pada saluran kemih. Pemeriksaan kultur urine berguna dalam mencari jenis kuman yang
menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan sensitifitas kuman terhadap beberapa
antimikroba yang diujikan.
Faal ginjal diperiksa untuk mengetahui kemungkinan adanya penyulit yang mengenai
saluran kemih bagian atas. Sedangkan gula darah dimaksudkan untuk mencari
kemungkinan adanya penyakit diabetes mellitus yang dapat menimbulkan kelainan
persarafan pada vesica urinaria.
d. Pemeriksaan pencitraan
1. Foto polos abdomen (BNO)
BNO berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih, adanya batu/kalkulosa
prostat dan kadangkala dapat menunjukkan bayangan vesica urinaria yang penuh terisi
urin, yang merupakan tanda dari suatu retensi urine. Selain itu juga bisa menunjukkan
adanya hidronefrosis, divertikel kandung kemih atau adanya metastasis ke tulang dari
carsinoma prostat.
2. Pielografi Intravena (IVP)
Pemeriksaan IVP dapat menerangkan kemungkinan adanya:
1. Kelainan pada ginjal maupun ureter berupa hidroureter atau hidronefrosis
2. Memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan oleh adanya indentasi prostat
(pendesakan vesica urinaria oleh kelenjar prostat) atau ureter di sebelah distal yang
berbentuk seperti mata kail atau hooked fish
3. Penyulit yang terjadi pada vesica urinaria yaitu adanya trabekulasi, divertikel, atau
sakulasi vesica urinaria
4. Foto setelah miksi dapat dilihat adanya residu urin
Pembesaran prostat dapat dilihat sebagai lesi defek isian kontras (filling
defect/indentasi prostat) pada dasar kandung kemih atau ujung distal ureter membelok
keatas berbentuk seperti mata kail (hooked fish).
Untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal maupun ureter berupa hidroureter
ataupun hidronefrosis serta penyulit yang terjadi pada buli – buli yaitu adanya
trabekulasi, divertikel atau sakulasi buli – buli.
Foto setelah miksi dapat dilihat adanya residu urinSistogram retrograde
Apabila penderita sudah dipasang kateter oleh karena retensi urin, maka sistogram
retrograd dapat pula memberi gambaran indentasi.
3. USG secara transrektal (Transrectal Ultrasonography = TURS)
Untuk mengetahui besar atau volume kelenjar prostat, adanya kemungkinan pembesaran
prostat maligna, sebagai petunjuk untuk melakukan biopsi aspirasi prostat, menentukan
volume vesica urinaria dan jumlah residual urine, serta mencari kelainan lain yang
mungkin ada di dalam vesica urinaria seperti batu, tumor, dan divertikel.
4. Pemeriksaan Sistografi
Dilakukan apabila pada anamnesis ditemukan hematuria atau pada pemeriksaan urine
ditemukan mikrohematuria. Sistografi dapat memberikan gambaran kemungkinan tumor
di dalam vesica urinaria atau sumber perdarahan dari atas bila darah datang dari muara
ureter, atau batu radiolusen di dalam vesica. Selain itu juga memberi keterangan
mengenai basar prostat dengan mengukur panjang uretra pars prostatika dan melihat
penonjolan prostat ke dalam uretra.
2. Pemeriksaan Penunjang Lainnya
Pemeriksaan fisik dan penunjang telah dijelaskan pada point diatas, untuk penegakan
diagnosis. Berikut beberapa pemeriksaan penunjang lainnya :
1. Uroflowmetri
2. Pemeriksaan Volume Residu Urin
3. PSA (Prostate Specific Agent)
Diagnosis banding
Kelemahan Detrusor Kandung Kemih
Kelainan medula spinalis
Neuropatia diabetes mellitus
Pasca bedah radikal di pelvis
Farmakologik
Kandung Kemih Neuropati, disebabkan oleh:
Kelainan neurologik
Neuropati perifer
Diabetes mellitus
Alkoholisme
Farmakologik (obat penenang, penghambat alfa dan parasimpatolitik)
Obstruksi Fungsional
Dissinergi detrusor-sfingter terganggunya koordinasi antara kontraksi detrusor
dengan relaksasi sfingter
Ketidakstabilan detrusor
Kekakuan Leher Kandung Kemih
Fibrosis
Resistensi Urethra yang Meningkat, disebabkan oleh :
Hiperplasia prostat jinak atau ganas
Kelainan yang menyumbatkan uretra
Uretralitiasis
Uretritis akut atau kronik
Striktur uretra
Prostatitis akut atau kronis
3.8.. Tatalaksana BPH
1. Operatif
a. Prostatektomi terbuka
- Retropubic infravesika (Terence millin)
- Suprapubic transvesica/TVP (Freyer)
- Transperineal
b. Endourologi
- Trans urethral resection (TUR)
- Trans urethral incision of prostate (TUIP)
- Pembedahan dengan laser (Laser Prostatectomy)
Trans urethral ultrasound guided laser induced prostatectomy (TULIP)
Trans urethral evaporation of prostate (TUEP)
Teknik koagulasi
- Farmako
Tujuan dari farmakoterapi pada BPH adalah untuk mengurangi morbiditas dan
mencegah komplikasi. Obat yang digunakan antara lain golongan alpha-adrenergic
blockers, 5-alpha-reductase inhibitors, dan Phosphodiesterase-5 Enzyme Inhibitors.
Alpha-Adrenergic Blockers
Bekerja Jdengan menghambat efek dari sinaps postganglion di otot polos dan
kelenjar eksokrin.
Phenoxybenzamine
Prazosin
Prazosin digunakan untuk terapi hipertensi. Prazosin meningkatkan aliran urin
dengan menghambat adrenoreseptor alpha-1 di VU dan prostat sehingga otot
polos menjadi relaksasi.
Alfuzosin
Alfuzosin diindikasikan untuk terapi pada gejala BPH. Alfuzosin adalah alpha-1
blocker dari adrenoreceptors di prostate.
Terazosin
Terazosin diindikasikan untuk terapi BPH simptomatik dan hipertensi.
5-Alpha-Reductase Inhibitors
Mekanisme kerja : menghambat konversi testosteron menjadi DHT DHT
menurun menurunkan ukuran prostat
Finasteride
Dapat mengurangi ukuran prostat 20-30%. Finasteride meningkatkan aliran
urin 2 mL/s.
Phosphodiesterase-5 Enzyme Inhibitors
Obat ini menyebabkan relaksasi otot polos pada lower urinary tract.
a. Tadalafil
PDE5 selective inhibitor. Hambatan pada PDE5 meningkatkan aktivitas cGMP,
yang akan meningkatkan efek vasodilator dari nitrit oksida. Stimulasi seksual
diperlukan untuk mengaktifkan efeknya. Tadalafil sudah disetujui oleh FDA
untuk terapi tanda dan gejala BPH.
LO 3.9. komplikasi Benigne Prostate Hyperplasia (BPH)
Dilihat dari sudut pandang perjalanan penyakitnya, hiperplasia prostat dapat
menimbulkan komplikasi sebagai berikut :
Inkontinensia Paradoks
Batu Kandung Kemih
Hematuria
Sistitis
Pielonefritis
Retensi Urin Akut Atau Kronik
Refluks Vesiko-Ureter
Hidroureter
Hidronefrosis
Gagal Ginjal
LO 3.11. prognosis Benigne Prostate Hyperplasia (BPH)
Menurut Birowo dan Rahardjo, prognosis BPH adalah:
a. Tergantung dari lokasi, lama dan kerapatan retensi.
b. Keparahan obstruksi yang lamanya 7 hari dapat menyebabkan kerusakan
ginjal. Jika keparahan obstruksi diperiksa dalam dua minggu, maka akan
diketahui sejauh mana tingkat keparahannya. Jika obstruksi keparahannya
lebih dari tiga minggu maka akan lebih dari 50% fungsi ginjal hilang.
c. Prognosis yang lebih buruk ketika obstruksi komplikasi disertai dengan
infeksi.
d. Umumnya prognosis lebih bagus dengan pengobatan untuk retensi urine.
e.
LI 4. Memahami dan menjelaskan pandangan islam tentang pemeriksaan dan
penatalaksanaan kelainan pada saluran kemih laki-laki
Sebagaimana hukum asalnya, bila ada dokter lelaki yang ahli, maka dialah yang wajib
menjalankan pemeriksaan atas seorang pasien lelaki. Bila tidak ada dokter wanita non
muslim yang dipilih. Jika masih belum ditemukan, maka dokter wanita muslim yang
melakukannya. Bila keberadaan dokter muslim tidak tersedia, bisa saja dokter non-muslim
yang menangani.
Akan tetapi harus diperhatikan, dokter wanita yang melakukan pemeriksaan hanya boleh
melihat tubuh pasien wanita itu sesuai dengan kebutuhannya saja, yaitu saat menganalisa
penyakit dan mengobatinya, serta harus menjaga pandangan. Dan juga, saat dokter wanita
menangani pasien lelaki, maka pasien lelaki itu harus disertai mahram, atau istrinya, atau
lelaki yang dapat dipercaya supaya tidak terjadi khalwat.
Dalam semua kondisi di atas, tidak boleh ada orang lain yang menyertai dokter wanita
kecuali yang memang diperlukan perannya. Selanjutnya, para dokter wanita itu harus
menjaga kerahasiaan si pasien lelaki. Pemeriksaan kelainan pada saluran kemih laki-laki
termasuk rukhsah. Rukhsah adalah keringanan bagi manusia mukalaf dalam melakukan
ketentuan Allah SWT pada keadaan tertentu karena ada kesulitan, suatu kebolehan
melakukan pengecualian dari perinsip umum karena kebutuhan atau Al-Hajat, keterpaksaan
atau Ad-darurat.
Alasan diperbolehkan Rukhsah :
1. Bukan bertujuan untuk berlaku zalim atau berbuat dosa atau meringan-
ringankan sesuatu yang sudah ringan.
2. Untuk sekedar menghilangkan kesulitan dan menghendaki keringanan sampai
kita menemukan kelapangan sesudahnya.
Sebab membolehkan Rukhsah :
1. Karena terpaksa atau karena suatu kebutuhan.
2. Karena ada uzur atau halangan yang menyulitkan.
3. Untuk kepentingan orang banyak dan menghasilkan kebutuhan hidupnya.
Rukhshah Isqath
Jika seseorang diwajibkan melaksanakan rukhshah tersebut lantaran hukum azimah telah
gugur. Misal : Wajib makan bangkai dalam keadaan terpaksa, jika tidak ia bias mati.
Rukhshah Tarfih
Jika hukum rukhsah dan hukum azimah masih dapat dilakukan semuanya. Misal :
Memakan harta orang lain ketika sangat lapar masih dapat dilaksanakan hukum azimah.
Jika ia bersabar dan tidak makan harta orang,hingga ia mati ,maka tidak berdosa. Kerena
haramnya makan harta orang lain selalu ada pada hukum azimah.