skenario 3 blok geriatri

download skenario 3 blok geriatri

of 22

Transcript of skenario 3 blok geriatri

  • 8/2/2019 skenario 3 blok geriatri

    1/22

    Mbah Suro Mogok Makan

    Mbah Suro, 80 tahun dibawa ke UGD RS Dr. Moewardi karena tidak mau makan, lemas, dannampak gelisah, Sudah 5 hari tidak buang air besar. Hampir 2 minggu mbah Suro tiduran terus,karena lemas dan batuk, berdahak, tidak berdarah, tidak demam, tidak didapatkan nyeri dada. Dan

    tidak mau dibawa berobat.

    Dari hasil pemeriksaan didapatkan kesadaran: apatis, TD 120/70 mmHg, RR 30 x/menit, T 36C,

    HR 108 x/menit. Pada pemeriksaan paru sebelah kanan didapatkan ronkhi basah kasar, suara dasarbronkhial dan fremitus raba meningkat. Tampak luka pada punggung bawah berukuran 4 x 5 cm

    dengan dasar luka kemerahan. Skor norton 9. Hasil lab: leukosit 7.500. Foto thorax menunjukkan

    kesuraman homogen pada paru kanan.

    Di UGD diberikan oksigenasi, antibiotik, dan terapi cairan. Kemudian dirawat di ruangrawat geriatri dengan medikasi dan kasur dekubitus. Direncanakan konsul ke Rehabilitasi Medik.

  • 8/2/2019 skenario 3 blok geriatri

    2/22

    ULCUS DEKUBITUS

    Definisi

    Ulkus dekubitus adalah kerusakan atau kematian kulit sampai jaringan dari bawah kulit bahkan

    menembus otot sampai mengenai tulang, akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus

    menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah.Ulkus dekubitus adalah ulkus yang ditimbulkan karena tekanan yang kuat oleh berat badan pada

    tempat tidur.

    Luka dekubitus adalah nekrosis pada jaringan lunak antara tonjolan tulang dan permukaan padat,

    paling umum akibat imobilisasi.

    Etiologi

    a) Tekananb) Kelembaban

    c) Gesekan

    Patofisiologi

    Tekanan imobilisasi yang lama akan mengakibatkan terjadinya dekubitus, kalau salah satu bagian

    tubuh berada pada suatu gradient (titik perbedaan antara dua tekanan). Jaringan yang lebih dalam

    dekat tulang, terutama jaringan otot dengan suplai darah yang baik akan bergeser kearah gradient

    yang lebih rendah, sementara kulit dipertahankan pada permukaan kontak oleh friksi yang semakin

    meningkat dengan terdapatnya kelembaban, keadaan ini menyebabkan peregangan dan angggulasi

    pembuluh darah (mikro sirkulasi) darah yang dalam serta mengalami gaya geser jaringan yang

    dalam, ini akan menjadi iskemia dan dapat mengalami nekrosis sebelum berlanjut ke kulit.

    Manifestasi Klinis dan Komplikasi

    a) Tanda cidera awal adalah kemerahan yang tidak menghilang apabila ditekan ibu jari.

    b) Pada cidera yang lebih berat dijumpai ulkus dikulit.

    c) Dapat timbul rasa nyeri dan tanda-tanda sistemik peradangan, termasuk demam dan peningkatan

    hitung sel darah putih.

    d) Dapat terjadi infeksi sebagai akibat dari kelemahan dan perawatan di Rumah Sakit yangberkepanjangan bahkan pada ulkus kecil.

    Pemeriksaan Diagnostik

    a) Kultur : pertumbuhan mikroorganisme tiruan atau sel sel jaringan.

    b) Albumin serum : protein utama dalam plasma dan cairan serosa lain.

  • 8/2/2019 skenario 3 blok geriatri

    3/22

    Penatalaksanaan medis

    a) Merubah posisi pasien yang sedang tirah baring.

    b) Menghilangkan tekanan pada kulit yang memerah dan penempatan pembalut yang bersih dan

    tipis apabila telah berbentuk ulkus dekubitus.

    c) Sistemik : antibiotic spectrum luas, seperti :

    Amoxilin 4x500 mg selama 15 30 hari.

    Siklosperm 1 2 gram selama 3 10 hari.

    Topical : salep antibiotic seperti kloramphenikol 2 gram.

    Manajemen Keperawatan

    1.Pengkajian

    a)Aktivitas/ istirahat

    Tanda : penurunan kekuatan, ketahanan, keterbatasan rentang gerak.pada area yang sakit

    gangguannya misalnya otot perubahan tunas.

    b) SirkulasiTanda : hipoksia, penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cidera, vasokontriksi perifer

    umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin, pembentukan edema jaringan.

    c) Eleminasi

    Tanda : keluaran urin menurun adalah tidak adanya pada fase darurat, warna mungkin hitam

    kemerahan , bila terjadi, mengidentifiasi kerusakan otot.

    d)Makanan/cairan

    Tanda : edema jaringan umum, anoreksia, mual dan muntah.

    e) Neurosensori

    Gejala : area kebas/kesemutan

    f) Pernapasan

    Gejala :menurunnya fungsi medulla spinalis, edema medulla, kerusakan neurology, paralysis

    abdominal dan otot pernapasan.

    g) Integritas ego

    Gejala : masalah keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.

    Tanda : ansietas, menangis, ketergantungan, mmenarik diri, marah.

    h) Keamanan

    Tanda : adanya fraktur akibat dilokasi (jatuh, kecelakaan, kontraksi otot tetanik, sampai dengan

    syok listrik).

    2.Diagnosa Keperawatan

    1)Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan destruksi mekanis jaringan sekunder terhadap

    tekanan, gesekan dan fraksi.

    2)Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan pembatasan gerak yang diharuskan, status yang

    dikondisikan, kehilangan control motorik akibat perubahan status mental.

    3)Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan

  • 8/2/2019 skenario 3 blok geriatri

    4/22

    pemasukkan oral.

    4)Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pemajanan dasar dekubitus, penekanan

    respons inflamasi.

    5)Risiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik berhubungan dengan

    ketidakcukupan pengetahuan tentang etiologi, pencegahan, tindakan dan perawatan dirumah.

    3.Intervensi dan Implementasi

    1)Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan destruksi mekanis jaringan sekunder terhadap

    tekanan, gesekan dan fraksi.

    - Terapkan prinsip pencegahan luka dekubitus.

    R : prinsip pencegahan luka dekubitus, meliputi mengurangi atau merotasi tekanan dari jaringan

    lunak.

    - Atur posis pasien senyaman mungkin.

    R : meminimalkan terjadinya jaringan yang terkena dekubitus.

    - Balut luka dengan balutan yang mempertahankan kelembaban lingkungan diatas dasar luka.R : luka yang lembab dapat mempercepat kesembuhan.

    2) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan pembatasan gerak yang diharuskan, status yang

    dikondisikan, kehilangan control motorik akibat perubahan status mental.

    - Dukungan mobilisasi ketingkat yang lebih tinggi.

    R : gerakan teratur menghilangkan tekanan konsisten diatas tonjolan tulang.

    - Bantu/dorong perawatan diri/kebersihan, seperti mandi.

    R : meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan control pasien dalam situasi dan

    peningkatan kesehatan lingkungan.

    - Berikan perhatian khusus pada kulit.R : penelitian menunjukkan bahwa kulit sangat rentan untuk mengalami kerusakan karena

    konsentrasi berat badan.

    3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan

    pemasukkan oral.

    - Beri makan dalm jumlah kecil, sering dan dalam keadaan hangat.

    R : membantu mencegah distensi gaster/ketidaknyamanan dan meningkatkan pemasukkan,

    menambah napsu makan.

    - Bantu kebersihan oral sebelum makan.

    R : mulut/peralatan bersih meningkatkan napsu makan yang baik.

    - Pertahankan kalori yang ketat.

    R : pedoman tepat untuk pemasukkan kalori yang tepat.

    4) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pemajanan dasar dekubitus, penekanan

    respons inflamasi.

    - Gunakan tehnik yang tepat selama mengganti balutan.

  • 8/2/2019 skenario 3 blok geriatri

    5/22

    R : teknik yang baik mengurangi masuknya mikroorganisme pathogen kedalam luka.

    Ukur tanda tanda vital .

    R : peningkatan suhu tubuh, takikardia menunjukkan adanya sepsis.

    - Gunakan sarung tangan steril setiap mengganti balutan.

    R : setiap ulkus terkontaminasi oleh mikroorganisme yang berbeda, tindakan ini dapat mencegah

    infeksi.

    - Cuci dasar luka dengan larutan NaCl 0,9 %.

    R : Dapat membuang jaringan yang mati pada permukaan kulit dan mengurangi mikroorganisme.

    - Berikan obat antibiotic sesuai indikasi.

    R : antibiotic pilihanpada ulkus dekubitus berguna melawan organisme gram negative dan gram

    positif.

    5) Risiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik berhubungan dengan

    ketidakcukupan pengetahuan tentang etiologi, pencegahan, tindakan dan perawatan dirumah.

    - Anjurkan tindakan untuk mencegah luka dekubitus.R : pencegahan luka dekubitus lebih mudah dari pengobatan.

    - Anjurkan tindakan untuk mengobati luka dekubitus.

    R : instruksi spesifik ini membantu pasien dan keluarga belajar untuk meningkatkan penyembuhan

    dan mencegah infeksi.

    4. Evaluasi

    1) Pasien dapat mencegah dan mengidentifikasi factor penyebab luka dekubitus; menunjukkan

    kemajuan penyembuhan.

    2) Pasien mempunyai kulit tanpa neritema dan tidak pucat.

    3) Pasien menunjukkan peningkatan berat badan dan massa otot.

    4) Kulit tidak akan teritasi akibat pemajanan terhadap fekal atau urine drainage.

    5) Menunjukkan hasil pembelajaran yang efektif untuk tujuan pemulangan dan perawatan pasien

    dirumah.

    DAFTAR PUSTAKA

    Capernito, Linda Juall. 1999. Rencana Diagnosa dan Dokumentasi Keperawatan : Diagnosa

    Keperawatan dan Masalah Kolaboratif Ed.2. Jakarta : EGC.

    Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Keperawatan : Pedoman Perencanaan dan

    Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.

    Nurachman, Elly. 2001. Nutrisi Dalam Keperawatan. Jakarta : Sagung Seto.

    Ulkus Dekubitus

  • 8/2/2019 skenario 3 blok geriatri

    6/22

    ( Bedsores )

    Pengertian

    Ulkus Dekubitus atau istilah lain Bedsores adalah kerusakan/kematian kulityang terjadi akibat gangguan aliran darah setempat dan iritasi pada kulityang menutupi tulang yang menonjol, dimana kulit tersebut mendapatkantekanan dari tempat tidur, kursi roda, gips, pembidaian atau benda keraslainnya dalam jangka waktu yang lama.Bagian tubuh yang sering mengalami ulkus dekubitus adalah bagian dimanaterdapat penonjolan tulang, yaitu bagian siku, tumit, pinggul, pergelangankaki, bahu, punggung dan kepala bagian belakang.

    Ulkus Dekubitus

    Walaupun semua bagian tubuh beresiko mengalami dekubitus, bagian bawahdari tubuhlah yang terutama beresiko tinggi dan membutuhkan perhatiankhusus.

    Area yang biasa terjadi dekubitus adalah tempat diatas tonjolan tulang dantidak dilindungi oleh cukup dengan lemak sub kutan, misalnya daerah sakrum,daerah trokanter mayor dan spina ischiadica superior anterior, daerah tumitdan siku.

    Dekubitus merupakan suatu hal yang serius, dengan angka morbiditas danmortalitas yang tinggi pada klien lanjut usia. Di negara-negara maju,

    http://nursingbegin.com/ulkus-dekubitus/http://nursingbegin.com/ulkus-dekubitus/
  • 8/2/2019 skenario 3 blok geriatri

    7/22

    prosentase terjadinya dekubitus mencapai sekitar 11% dan terjadi dalam duaminggu pertama dalam perawatan.

    Dekubitus dapat terjadi pada setiap tahap umur, tetapi hal ini merupakanmasalah yang khusus pada lansia. Khususnya pada klien dengan

    imobilitas.Usia lanjut mempunyai potensi besar untuk terjadi dekubitus karenaperubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya usia antara lain:

    Berkurangnya jaringan lemak subkutan

    Berkurangnya jaringan kolagen dan elastin

    Menurunnya efesiensi kolateral kapiler pada kulit sehingga kulit menjadilebih tipis dan rapuh.

    Resiko tinggi terjadinya ulkus dekubitus ditemukan pada:

    1. Orang-orang yang tidak dapat bergerak (misalnya lumpuh, sangatlemah, dipasung)

    2. Orang-orang yang tidak mampu merasakan nyeri, karena nyerimerupakan suatu tanda yang secara normal mendorong seseoranguntuk bergerak.Kerusakan saraf (misalnya akibat cedera, stroke, diabetes)dan koma bisa menyebabkan berkurangnya kemampuan untukmerasakan nyeri.

    3. Orang-orang yang mengalami kekurangan gizi (malnutrisi) tidakmemiliki lapisan lemak sebagai pelindung dan kulitnya tidak mengalamipemulihan sempurna karena kekurangan zat-zat gizi yang penting.

    Karena itu klien malnutrisi juga memiliki resiko tinggi menderita ulkusdekubitus.

    4. Gesekan dan kerusakan lainnya pada lapisan kulit paling luar bisamenyebabkan terbentuknya ulkus.Baju yang terlalu besar atau terlalu kecil, kerutan pada seprei atausepatu yang bergesekan dengan kulit bisa menyebabkan cedera padakulit.Pemaparan oleh kelembaban dalam jangka panjang (karenaberkeringat, air kemihatau tinja) bisa merusak permukaan kulit danmemungkinkan terbentuknya ulkus.

    Tipe Ulkus Dekubitus

    Berdasarkan waktu yang diperlukan untuk penyembuhan dari suatu ulkusdekubitus dan perbedaan temperatur dari ulkus dengan kulit sekitarnya,dekubitus dapat dibagi menjadi tiga;

    1. Tipe normal

    http://nursingbegin.com/askep-stroke-hemorrhagic/http://nursingbegin.com/tingkat-kesadaran/http://nursingbegin.com/prosedur-kateterisasi-urine-pada-pria/http://nursingbegin.com/askep-stroke-hemorrhagic/http://nursingbegin.com/tingkat-kesadaran/http://nursingbegin.com/prosedur-kateterisasi-urine-pada-pria/
  • 8/2/2019 skenario 3 blok geriatri

    8/22

    Mempunyai beda temperatur lebih kurang 2,5oC dibandingkan kulit sekitarnyadan akan sembuh dalam perawatan sekitar 6 minggu. Ulkus ini terjadi karenaiskemia jaringan setempat akibat tekanan, tetapi aliran darah dan pembuluh-pembuluh darah sebenarnya baik.

    2. Tipe arterioskelerosis

    Mempunyai beda temperatur kurang dari 1oC antara daerah ulkus dengan kulitsekitarnya. Keadaan ini menunjukkan gangguan aliran darah akibat penyakitpada pembuluh darah(arterisklerotik) ikut perperan untuk terjadinya dekubitusdisamping faktor tekanan. Dengan perawatan, ulkus ini diharapkan sembuhdalam 16 minggu.

    3. Tipe terminal

    Terjadi pada klien yang akan meninggal dunia dan tidak akan sembuh.

    Patofisiologi Terjadinya Ulkus Dekubitus

    Tekanan daerah pada kapiler berkisar antara 16 mmHg-33 mmHg. Kulit akantetap utuh karena sirkulasi darah terjaga, bila tekanan padanya masih berkisarpada batas-batas tersebut. Tetapi sebagai contoh bila seorang klienimmobil/terpancang pada tempat tidurnya secara pasif dan berbaring diataskasur busa maka tekanan daerah sakrum akan mencapai 60-70 mmHg dandaerah tumit mencapai 30-45 mmHg.

    Tekanan akan menimbulkan daerah iskemik dan bila berlanjut terjadi nokrosis

    jaringan kulit. Percobaan pada binatang didapatkan bahwa sumbatan totalpada kapiler masih bersifat reversibel bila kurang dari 2 jam. Seorang yangterpaksa berbaring berminggu-minggu tidak akan mengalami dekubitusselama dapat mengganti posisi beberapa kali perjamnya.

    Selain faktor tekanan, ada beberapa faktor mekanik tambahan yang dapatmemudahkan terjadinya dekubitus;

    Faktor teregangnya kulit misalnya gerakan meluncur ke bawah padaklien dengan posisi setengah berbaring

    Faktor terlipatnya kulit akibat gesekan badan yang sangat kurus denganalas tempat tidur, sehingga seakan-akan kulit tertinggal dari areatubuh lainnya.

    Faktor teragangnya kulit akibat daya luncur antara tubuh dengan alastempatnya berbaring akan menyebabkan terjadinya iskemia jaringansetempat.

    http://nursingbegin.com/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-infark-miokard-akut/http://nursingbegin.com/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-infark-miokard-akut/
  • 8/2/2019 skenario 3 blok geriatri

    9/22

    Keadaan ini terjadi bila klien immobil, tidak dibaringkan terlentang mendatar,tetapi pada posisi setengah duduk. Ada kecenderungan dari tubuh untukmeluncur kebawah, apalagi keadaannya basah. Sering kali hal ini dicegahdengan memberikan penghalang, misalnya bantal kecil/balok kayu padakedua telapak kaki. Upaya ini hanya akan mencegah pergerakan dari kulit,

    yang sekarang terfiksasi dari alas, tetapi rangka tulang tetap cederung majukedepan. Akibatnya terjadi garis-garis penekanan/peregangan pada jaringansubkutan yang sekan-akan tergunting pada tempat-tempat tertentu, dan akanterjadi penutupan arteriole dan arteri-arteri kecil akibat terlalu teregangbahkan sampai robek. Tenaga menggunting ini disebut Shering Forces.

    Sebagai tambahan dari shering forces ini, pergerakan dari tubuh diatas alastempatnya berbaring, dengan fiksasi kulit pada permukaan alas akanmenyebabkan terjadinya lipatan-lipatan kulit (skin folding). Terutama terjadipada klien yang kurus dengan kulit yang kendur. Lipatan-lipatan kulit yangterjadi ini dapat menarik/mengacaukan (distorsi) dan menutup pembuluh-

    pembuluh darah.

    Sebagai tambahan dari efek iskemia langsung dari faktor-faktor diatas, masihharus diperhatikan terjadinya kerusakan endotil, penumpukan trombosit danedema. Semua ini dapat menyebabkan nekrosis jaringan akibat lebihterganggunya aliran darah kapiler. Kerusakan endotil juga menyebabkanpembuluh darah mudah rusak bila terkena trauma.

    Faktor tubuh sendiri (faktor intrinsik) juga berperan untuk terjadinyadekubitus antara lain;

    Selama penuaan, regenerasi sel pada kulit menjadi lebih lambatsehingga kulit akan tipis (tortora & anagnostakos, 1990)

    Kandungan kolagen pada kulit yang berubah menyebabkan elastisitaskulit berkurang sehingga rentan mengalami deformasi dan kerusakan.

    Kemampuan sistem kardiovaskuler yang menurun dan sistemarteriovenosus yang kurang kompeten menyebabkan penurunan perfusikulit secara progresif.

    Sejumlah penyakit yang menimbulkan seperti DM yang menunjukkaninsufisiensi kardiovaskuler perifer dan penurunan fungsi kardiovaskuler

    seperti pada sistem pernapasan menyebabkan tingkat oksigenasi darahpada kulit menurun.

    Status gizi, underweight atau kebalikannya overweight

    Anemia

    Hipoalbuminemia yang mempermudah terjadinya dekubitus danmemperjelek penyembuhan dekubitus, sebaliknya bila ada dekubitusakan menyebabkan kadar albumin darah menurun

  • 8/2/2019 skenario 3 blok geriatri

    10/22

    Penyakit-penyakit neurologik, penyakit-penyakit yang merusakpembuluh darah, juga mempermudah dan memperburuk dekubitus

    Keadaan hidrasi/cairan tubuh perlu dinilai dengan cermat.

    Faktor ekstrinsik yang berperan untuk terjadinya dekubitus antara

    lain;

    Kebersihan tempat tidur,

    Alat-alat tenun yang kusut dan kotor, atau peralatan medik yangmenyebabkan klien terfiksasi pada suatu sikap tertentu jugamemudahkan terjadinya dekubitus.

    Duduk yang buruk

    Posisi yang tidak tepat

    Perubahan posisi yang kurang

    Penampilan klinis dari dekubitus

    Karakteristik penampilan klinis dari dekubitus dapat dibagi sebagai berikut;

    Derajat I: Reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis, tampaksebagai daerah kemerahan/eritema indurasi atau lecet.

    Derajat II: Reaksi yang lebih dalam lagi sampai mencapai seluruhdermis hingga lapisan lemah subkutan, tampak sebagai ulkus yangdangkal, degan tepi yang jelas dan perubahan warna pigmen kulit.

    Derajat III: Ulkus menjadi lebih dalam, meliputi jaringan lemaksubkutan dan menggaung, berbatasan dengan fascia dari otot-otot.Sudah mulai didapat infeksi dengan jaringan nekrotik yang berbau.

    Derajat IV: Perluasan ulkus menembus otot, hingga tampak tulang didasar ulkus yang dapat mengakibatkan infeksi pada tulang atau sendi.

    Mengingat patofisiologi terjadinya dekubitus adalah penekanan pada daerah-daerah tonjolan tulang, haruslah diingat bahwa kerusakan jaringan dibawahtempat yang mengalami dekubitus adalah lebih luas dari ulkusnya.

    Pengelolaan Dekubitus

    Pengelolaan dekubitus diawali dengan kewaspadaan untuk mencegahterjadinya dekubitus dengan mengenal klien risiko tinggi terjadinya dekubitus,misalnya pada klien yang immobil dan konfusio.

    Usaha untuk menentukan resiko terjadinya dekubitus ini antara lain denganmemakai sistem skor Norton. Skor dibawah 14 menunjukkan adanya risiko

  • 8/2/2019 skenario 3 blok geriatri

    11/22

    tinggi untuk terjadinya dekubitus. Dengan evaluasi skor ini dapat dilihatperkembangan klien.

    Tindakan berikutnya adalah menjaga kebersihan klien khususnya kulit, denganmemandikan setiap hari, dikeringkan dengan baik lalu digosok dengan lotion,

    terutama dibagian kulit yang ada pada tonjolan-tonjolan tulang. Sebaiknyadiberikan massase untuk melancarkan sirkulasi darah, semua ekskreta/sekretaharus dibersihkan dengan hati-hati agar tidak menyebabkan lecet pada kulitklien.

    Tindakan pencegahan dekubitus :

    1. Meningkatkan status kesehatan klien;

    Memperbaiki dan menjaga keadaan umum klien, misalnya anemia diatasi,hipoalbuminemia dikoreksi, nutrisi dan hidrasi yang cukup, vitamin (vitamin C)

    dan mineral (Zn) ditambahkan.

    khusus; coba mengatasi/mengobati penyakit-penyakit yang ada pada klien,misalnya DM.

    2. Mengurangi/memeratakan faktor tekanan yang mengganggu alirandarah;

    a. Alih posisi/alih baring/tidur selang seling, paling lama tiap dua jam.Keburukan pada cara ini adalah ketergantungan pada tenaga perawat yangkadang-kadang sudah sangat kurang, dan kadang-kadang mengganggu

    istirahat klien bahkan menyakitkan.

    b. Kasur khusus untuk lebih membagi rata tekanan yang terjadi padatubuh klien, misalnya; kasur dengan gelembung tekan udara yang naik turun,kasur air yang temperatur airnya dapat diatur. (keberatan alat canggih iniadalah harganya mahal, perawatannya sendir harus baik dan dapat rusak)

    c. Regangan kulit dan lipatan kulit yang menyebabkan sirkulasi darahsetempat terganggu, dapat dikurangi antara lain;

    Menjaga posisi klien, apakah ditidurkan rata pada tempat tidurnya, atau

    sudah memungkinkan untuk duduk dikursi.

    Bantuan balok penyangga kedua kaki, bantal-bantal kecil untukmenahan tubuh klien, kue donat untuk tumit,

    Diluar negeri sering digunakan kulit domba dengan bulu yang lembutdan tebal sebagai alas tubuh klien.

  • 8/2/2019 skenario 3 blok geriatri

    12/22

    Bagitu tampak kulit yang hiperemis pada tubuh klien, khususnya pada tempat-tempat yang sering terjadi dekubitus, semua usaha-usaha diatas dilakukandengan lebih cermat untuk memperbaiki iskemia yang terjadi, sebab sekaliterjadi kerusakan jaringan upaya penyembuhan akan lebih rumit.

    Bila sudah terjadi dekubitus, tentukan stadium dan tindakan medikmenyesuaikan apa yang dihadapi:

    1. Dekubitus derajat I

    Dengan reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis;

    Kulit yang kemerahan dibersihkan hati-hati dengan air hangat dan sabun,diberi lotion, kemudian dimassase 2-3 kali/hari.

    2. Dekubitus derajat II

    Dimana sudah terjadi ulkus yang dangkal;

    Perawatan luka harus memperhatikan syarat-syarat aseptik dan antiseptik.

    Daerah bersangkutan digesek dengan es dan dihembus dengan udara hangatbergantian untuk meransang sirkulasi.

    Dapat diberikan salep topikal, mungkin juga untuk merangsang tumbuhnyajaringan muda/granulasi,

    Penggantian balut dan salep ini jangan terlalu sering karena malahan dapatmerusak pertumbuhan jaringan yang diharapkan.

    3. Dekubitus derajat III

    Dengan ulkus yang sudah dalam, menggaung sampai pada bungkus otot dansering sudah ada infeksi;

    Usahakan luka selalu bersih dan eksudat diusahakan dapat mengalir keluar.

    Balut jangan terlalu tebal dan sebaliknya transparan sehingga permeabel

    untuk masukknya udara/oksigen dan penguapan.

    Kelembaban luka dijaga tetap basah, karena akan mempermudah regenarasisel-sel kulit.

    Jika luka kotor dapat dicuci dengan larutan NaCl fisiologis.

    Antibiotik sistemik mungkin diperlukan.

  • 8/2/2019 skenario 3 blok geriatri

    13/22

    4. Dekubitus derajat IV

    Dengan perluasan ulkus sampai pada dasar tulang dan sering pula disertajaringan nekrotik;

    Semua langkah-langkah diatas tetap dikerjakan dan jaringan nekrotik yangada harus dibersihkan , sebab akan menghalangi pertumbuhanjaringan/epitelisasi.

    Beberapa preparat enzim coba diberikan untuk usaha ini, dengan tujuanmengurangi perdarahan, dibanding tindakan bedah yang juga merupakanalternatif lain. Setelah jaringan nekrotik dibuang dan luka bersih,penyembuhan luka secara alami dapat diharapkan.

    Beberapa usaha mempercepat adalah antara lain dengan memberikanoksigenasi pada daerah luka,

    Tindakan dengan ultrasono untuk membuka sumbatan-sumbatan pembuluhdarah dan sampai pada transplantasi kulit setempat.

    Angka mortalitas dekubitus derajat IV ini dapat mencapai 40%.

    Skor Norton untuk mengukur resiko dekubitus

  • 8/2/2019 skenario 3 blok geriatri

    14/22

    skor Norton

    Risiko dekubitus jika skor total 14

    Pada kasus ini oksigenasi diberikan karena pasien kesadaran pasien yang menurun. Selain itu

    oksigen juga dapat mempercepat perbaikan jaringan dekubitus.

  • 8/2/2019 skenario 3 blok geriatri

    15/22

    Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi pada pasien. Pasien pada kasus ini mempunyai

    beberapa keadaan yang dapat memicu infeksi. Pertama adalah sulit buang air besar. Sulit buang air

    besar feses akan tertimbun di usus sehingga bakteri diusus akan meningkat. Kedua adalah

    kesuraman pada paru. Kesuraman pada paru menunjukkan adanya infiltrate di paru yang mana

    tempat tersebut sangt baik untuk perkembangan bakteri. Ketiga luka pada punggung bawah.

    Dekubitus yang sudah derajat 2 keatas dapat menjadi tempat yang baik untuk perkembangan

    bakteri.

    Terapi cairan pada kasus ini ada beberapa kemungkinan resusitasi, maintenance dan koreksi.

    Untuk resusitasi biasa digunakan kristaloid isotonik dan koloid. Kristaloid isotonik memiliki

    kandungan Na+ relatif tinggi (>100 mEq/L) tujuannya agar bertahan lama di ekstraseluler

    (khususnya intravaskuler). Sebaliknya, cairan maintenance menggunakan elektrolit dalam jumlah

    yang sesuai dengan kebutuhan harian (Na+ moderate dan K+ cukup). Terapi cairan koreksi

    ditujukan untuk mengatasi gangguan elektrolit berat.Kasur dekubitus adalah kasur khusus untuk lebih memambagi rata tekan yang terjadi pada tubuh

    penderita, misalnya; kasur dengan gelembung tekan udara yang naik turun, kasur air yang

    temperatur airnya dapat diatur. (keberatan alat canggih ini adalah harganya mahal, perawatannya

    sendir harus baik dan dapat rusak).

    Konfusio akut :

    adalah suatu akibat gangguan fungsi pengertian : derajat, kesadaran, kewaspadaan dan gangguan

    proses berfikir,bingung waktu,tempat san orang istilah lain gagal otak akut. Gangguan memori

    jangka pendek, mungkin jangka panjang. Ada ganguan angan-angan melihat sesuatu yang tidakada (halusinasi) atau salah penglihatan dan sebagainya. Ada 2 syarat yang harus terpenuhi antaa

    lain : 1. Derajat kesadaran yang menurun 2. Gangguan cipta (persepsi) 3. tergangunya siklus

    bangun, sulit tidur (insomnia), aktifitas fisik bisa meningkat dan menurun, 5. Bingung 6. gangguan

    memori tidak mampu belajar materi baru.

  • 8/2/2019 skenario 3 blok geriatri

    16/22

    Nilai Normal Laboratorium Patologi Klinik

    PRIA

    Hematologi

    Jenis Spesimen : darah

    Darah Lengkap

    Eritrosit : 4.5 5.9 (4.5 5.5) (juta/ul)

    Haemoglobin (Hb) : 13.5 17.5 (13 16) (g/dl)

    Hematokrit (Ht) : 41.0 53.0 (40 54) (%)

    Trombo sit : 150.000 440.000 (150.000 400.000) (/ul)

    Leukosit : 4.000 11.000 (5.000 10.000) (/ul)

    Laju Endap Darah (LED) : 0 10 (mm/jam)

    Diff count / Hitung Jenis Leukosit

    Basofil : 0 1 (%)

    Eosinofil : 1 3 (%)

    Batang : 2 6 (%)

    Segmen : 50 70 (%)

    Limfosit : 20 40 (%)

    Monosit : 2 8 (%)

    Urinalisa

    Jenis Spesimen : urine midstream / porsi tengah

    Urine Lengkap

    Warna : kuning

    http://panji1102.blogspot.com/2008/10/nilai-normal-laboratorium-patologi.htmlhttp://panji1102.blogspot.com/2008/10/nilai-normal-laboratorium-patologi.html
  • 8/2/2019 skenario 3 blok geriatri

    17/22

    Kejernihan : jernih

    Glukosa : negatif

    Bilirubin : negatif

    Keton : negatif

    Berat jenis : 1.005 1.030 (1.003 1.030)

    Darah samar : negatif

    pH : 4.5 8.0 (5 8)

    Protein : negatif

    Urobilinogen : 0.1 1.0 (EU/dl)

    Nitrit : negatif

    Esterase leukosit : negatif

    Sedimen

    Leukosit : 0 5 (0 3) (/LPB)

    Eritrosit : 0 1 (/LPB)

    Silinder : negatif (/LPK)

    Epitel : +1

    Kristal : negatif

    Lain-lain : negatif

    Kimia Darah

    Glukosa N : 80 100 (mg/dl)

    Glukosa PP : 100 - 120 (mg/dl)

    Glukosa S : < 150 (mg/dl)

    Kolesterol total : < 200 (mg/dl)

    Trigliserida : < 150 (mg/dl)

  • 8/2/2019 skenario 3 blok geriatri

    18/22

    HDL Kolesterol : > 55 (mg/dl)

    LDL kolesterol : < 150 (mg/dl)

    Ureum : 15 40 (mg/dl)

    Kreatinin : 0.5 1.5 (mg/dl)

    Asam urat : 3.4 7.0 (mg/dl)

    Bilirubin total : 0.2 1 (mg %)

    Bilirubin direk : 0 0.2 (mg %)

    Bilirubin indirek : 0.2 0.8 (mg %)

    SGOT : 5 40 (u/l)

    SGPT : 5 41 (u/l)

    Alkali Fosfatase : 45 190 (iu/l)

    Gamma GT : 6 28 (mu/ml)

    Protein total : 6.1 8.2 (gr %)

    Albumin : 3.8 5.0 (gr %)

    Globulin : 2.3 3.2 (gr %)

    Imunologi dan Serologi

    Widal

    Salmonella typhy

    Salmonella paratyphy A

    Salmonella paratyphy B

    Salmonella paratyphy C

  • 8/2/2019 skenario 3 blok geriatri

    19/22

    VDRL : negatif

    HbSAg

    Anti Hbs

    RF : < 8 (lu/dl)

    CRP : < 0.8 (Mg/dl)

    ASTO : < 200 (lu/dl)

    Wanita

    Hematologi

    Jenis Spesimen : darah

    Darah Lengkap

    Eritrosit : 4 5 (juta/ul)

    Haemoglobin (Hb) : 12 15 (g/dl)

    Hematokrit (Ht) : 36 47 (%)

    Trombo sit : 150.000 400.000(/ul)

    Leukosit : 5.000 10.000(/ul)

    Laju Endap Darah (LED) : < 15 (mm/jam)

    Diff count / Hitung Jenis Leukosit

    Basofil : 0 1 (%)

    Eosinofil : 1 3 (%)

    Batang : 2 6 (%)

    Segmen : 50 70 (%)

    Limfosit : 20 40 (%)

    Monosit : 2 8 (%)

  • 8/2/2019 skenario 3 blok geriatri

    20/22

    Urinalisa

    Jenis Spesimen : urine midstream / porsi tengah

    Urine Lengkap

    Warna : kuning

    Kejernihan : jernih

    Glukosa : negatif

    Bilirubin : negatif

    Keton : negatif

    Berat jenis : 1.003 1.030

    Darah samar : negatif

    pH : 5 8

    Protein : negatif

    Urobilinogen : 0.1 1.0 (EU/dl)

    Nitrit : negatif

    Esterase leukosit : negatif

    Sedimen

    Leukosit : 0 3 (/LPB)

    Eritrosit : 0 1 (/LPB)

    Silinder : negatif (/LPK)

    Epitel : +1

    Kristal : negatif

    Lain-lain : negatif

  • 8/2/2019 skenario 3 blok geriatri

    21/22

    Kimia Darah

    Glukosa N : 80 100 (mg/dl)

    Glukosa PP : 100 - 120 (mg/dl)

    Glukosa S : < 150 (mg/dl)

    Kolesterol total : < 200 (mg/dl)

    Trigliserida : < 150 (mg/dl)

    HDL Kolesterol : > 65 (mg/dl)

    LDL kolesterol : < 150 (mg/dl)

    Ureum : 15 40 (mg/dl)

    Kreatinin : 0.5 1.5 (mg/dl)

    Asam urat : 2.4 5.7 (mg/dl)

    Bilirubin total : 0.2 1 (mg %)

    Bilirubin direk : 0 0.2 (mg %)

    Bilirubin indirek : 0.2 0.8 (mg %)

    SGOT : 5 40 (u/l)

    SGPT : 5 41 (u/l)

    Alkali Fosfatase : 45 190 (iu/l)

    Gamma GT : 4 18 (mu/ml)

    Protein total : 6.1 8.2 (gr %)

    Albumin : 3.8 5.0 (gr %)

    Globulin : 2.3 3.2 (gr %)

  • 8/2/2019 skenario 3 blok geriatri

    22/22

    Imunologi dan Serologi

    Widal

    Salmonella typhy

    Salmonella paratyphy A

    Salmonella paratyphy B

    Salmonella paratyphy C

    VDRL : negatif

    HbSAg

    Anti Hbs

    RF : < 8 (lu/dl)

    CRP : < 0.8 (Mg/dl)

    ASTO : < 200 (lu/dl)