SKEN 1
-
Upload
sixtine-agustiana-fahmi -
Category
Documents
-
view
26 -
download
2
Transcript of SKEN 1
ANASTESI LOKAL
3.1.1 Klasifikasi Teknik Anestesi Lokal
Berdasarkan area yang teranestesi, anestesi lokal dapat dibedakan menjadi :
1. Nerve Block
Larutan anestesi lokal disuntikkan pada atau disekitar batang saraf utama, sehingga mampu menganestesi
daerah yang luas yang mendapat inervasi dari percabangan saraf utama tersebut. Teknik ini sering
digunakan di rongga mulut khususnya di rahang bawah. Kerugian dari teknik ini adalah bahwa biasanya
pembuluh darah letaknya berdekatan dengan batang saraf, maka kemungkinan terjadi penetrasi pembuluh
darah cukup besar. Contoh : inferior alveolar nerve block.
2. Field Block
Larutan anestesi lokal disuntikkan pada atau disekitar cabang saraf terminal dengan tujuan untuk
memblokir semua persarafan sebelah distal dari tempat injeksi cairan anestesi. Efek anestesi meliputi darah
yang terbatas (tidak seluas pada teknik nerve block) contoh : injeksi di sekitar apeks akar gigi rahang atas.
3. Lokal infiltrasi
Larutan anestesi lokal dituntikkan di sekitar ujung-ujung saraf terminal sehingga efek anestesi hanya
terbatas pada tempat difusi cairan anestesi tepat pada area yang akan dilakukan instrumentasi. Teknik ini
terbatas hanya untuk anestesi jaringan lunak.
4. Topikal anesthesia
Teknik ini dilakukan dengan cara mengoleskan larutan anestesi pada permukaan mukosa atau kulit dengan
tujuan untuk meniadakan stimulasi pada ujung-ujung saraf bebas (free nerve endings). Anestesi topikal
dapat digunakan pada tempat yang akan diinjeksi untuk mengurangi rasa sakit akibat insersi jarum.
Berdasarkan tepat insersi jarum, teknik injeksi anestesi lokal dapat dibedakan menjadi:
1. Submucosal injection
Jarum diinsersikan dan cairan anestesi dideponir ke dalam jaringan di bawah mukosa sehingga larutan
anestesi mengadakan difusi pada tempat tersebut.
2. Paraperiosteal injection
Jarum diinsersikan sampai mendekati atau menyentuh periosteum, dan setelah diinjeksikan larutan
anestesi mengadakan difusi menembus periosteum dan porositas tulang alveolar.
3. Intraosseous injection
Injeksi dilakukan ke dalam struktur tulang, setelah terlebih dahulu dibuat suatu jalan masuk dengan
bantuan bur.
4. Interseptal injection
Teknik ini merupakan modifikasi dari teknik intraosseous, dimana jarum disuntikkan ke dalam tulang
alveolar bagian interseptal diantara kedua gigi yang akan dianestesi. Teknik ini biasanya dilakukan untuk
mempermudah pelaksanaan injeksi intraosseous.
5. Intraperiodontal injection
Jarum diinjeksikan langsung pada periodontal membran dari akar gigi yang bersangkutan.
6. Pappilary Injection
Teknik ini sebenarnya termasuk teknik submukosa yang dilakukan pada papila interdental yang melekat
dengan periosteum. Teknik ini diindikasikan terutama pada gingivectomy, yang memerlukan baik efek
anestesi maupun efek hemostatis dari obat anestesi.
Anestesi lokal pada rahang atas dapat dilakukan dengan beberapa teknik injeksi diantaranya :
1. Lokal infiltration (submucous injection)
2. Field block (araperiosteal injection)
3. Anterior superior alveolar nerve block (paraperiosteal injection)
4. Middle superior alveolar nerve block (paraperiosteal injection)
5. Posterior superior alveolar nerve block
6. Infra orbital nerve block
7. Nasopalatine nerve block
8. Anterior palatine nerve block
3.1.2 Teknik Anastesi Blok
1. Teknik-teknik anastesi blok pada maksila :
a. Injeksi Zigomatik
Titik suntikan terletak pada lipatan mukosa tertinggi diatas akar distobukal molar kedua atas. Arahkan
jarum ke atas dan ke dalam dengan kedalaman kurang lebih 20 mm. ujung jarum harus tetap menempel
pada periosteum untuk menghindari masuknya jarum ke dalam plexus venosus pterygoideus.
Perlu diingat bahwa injeksi zigomatik ini biasanya tidak dapat menganestesi akar mesiobukal molar pertama
atas. Karena itu, apabila gigi tersebut perlu dianestesi untuk prosedur operatif atau ekstraksi, harus
dilakukan injeksi supraperiosteal yaitu di atas premolar kedua. Untuk ekstraksi satu atau semua gigi molar,
lakukanlah injeksi n.palatinus major.
b. Injeksi Infraorbital
Pertama-tama tentukan letak foramen infraorbitale dengan cara palpasi. Foramen ini terletak tepat
dibawah crista infraorbitalis pada garis vertikal yang menghubungkan pupil mata apabila pasien
memandang lurus ke depan. Tarik pipi, posisi jari yang mempalpasi jangan dirubah dan tusukkan jarum dari
seberang gigi premolar ke dua, kira-kira 5 mm ke luar dari permukaan bukal. Arahkan jarum sejajar dengan
aksis panjang gigi premolar kedua sampai jarum dirasakan masuk kedalam foramen infraorbitale di bawah
jari yang mempalpasi foramen ini. Kurang lebih 2 cc anestetikum dideponir perlahan-lahan.
Beberapa operator menyukai pendekatan dari arah garis median, dalam hal ini, bagian yang di tusuk adalah
pada titik refleksi tertinggi dari membran mukosa antara incisivus sentral dan lateral. Dengan cara ini, jarum
tidak perlu melalui otot-otot wajah.
Untuk memperkecil resiko masuknya jarum ke dalam orbita, klinisi pemula sebaiknya mengukur dulu jarak
dariforamen infraorbitale ke ujung tonjol bukal gigi premolar ke dua atas. Kemudian ukuran ini dipindahkan
ke jarum. Apabila ditransfer pada siringe jarak tersebut sampai pada titik perbatasan antara bagian yang
runcing dengan bagian yang bergigi. Pada waktu jarum diinsersikan sejajar dengan aksis gigi premolar
kedua, ujungnya akan terletak tepat pada foramen infraorbitale jika garis batas tepat setinggi ujung bukal
bonjol gigi premolar kedua. Jika foramen diraba perlahan, pulsasi pembuluh darah kadang bisa dirasakan.
(3)
c. Injeksi N. Nasopalatinus
Titik suntikan terletak sepanjang papilla incisivus yang berlokasi pada garis tengah rahang, di posterior gigi
insicivus sentral. Ujung jarum diarahkan ke atas pada garis tengah menuju canalis palatina anterior.
Walaupun anestesi topikal bisa digunakan untuk membantu mengurangi rasa sakit pada daerah titik
suntikan, anestesi ini mutlak harus digunakan untuk injeksi nasopalatinus. Di anjurkan juga untuk
melakukan anestesi permulaan pada jarigan yang akan dilalui jarum.
Injeksi ini menganestesi mukoperosteum sepertiga anterior palatum yaitu dari kaninus satu ke kaninus yang
lain. Meskipun demikian bila diperlukan anestesi daerah kaninus, injeksi ini biasanya lebih dapat diandalkan
daripada injeksi palatuna sebagian pada daerah kuspid dengan maksud menganestesi setiap cabang
n.palatinus major yang bersitumpang.
d. Injeksi Nervus Palatinus Major
Tentukan titik tengah garis kayal yang ditarik antara tepi gingiva molar ketiga atas di sepanjang akar
palatalnya terhadap garis tengah rahang. Injeksikan anestetikum sedikit mesial dari titik tersebut dari sisi
kontralateral.
Karena hanya bagian n.palatinus major yang keluar dari foramen palatinum majus (foramen palatinum
posterior) yang akan dianestesi, jarum tidak perlu diteruskan sampai masuk ke foramen. Injeksi ke foramen
atau deponir anestetikum dalam jumlah besar pada orifisium foramen akan menyebabkan teranestesinya
n.palatinus medius sehingga palatum molle menjadi keras. Keadaan ini akan menyebabkan timbulnya
gagging.
Injeksi ini menganestesi mukoperosteum palatum dari tuber maxillae sampai ke regio kaninus dan dari garis
tengah ke crista gingiva pada sisi bersangkutan.
e. Injeksi Sebagian Nervus Palatinus
Injeksi ini biasanya hanya untuk ekstraksi gigi atau pembedahan. Injeksi ini digunakan bersama dengan
injeksi supraperiosteal atau zigomatik.
Kadang-kadang bila injeksi upraperiosteal dan zigomatik digunakan untuk prosedur dentistry operatif pada
regio premolar atau molar atas, gigi tersebut masih tetap terasa sakit. Disini, anestesi bila dilengkapi
dengan mendeponir sedikit anestetikum di dekat gigi tersebut sepanjang perjalanan n.palatinus major.
2. Teknik-teknik anastesi blok pada mandibula :
a. Anestesi blok n.mentalis
Nervus mentalis merupakan cabang dari N.Alveolaris Inferior yang berupa cabang sensoris yang berjalan
keluar melalui foramen mentale untuk menginervasi kulit dagu, kulit dan membrana mukosa labium oris
inferior.
Teknik Anestesi Blok N.Mentalis
Tentukan letak apeks gigi-gigi premolar bawah. Foramen biasanya terletak di dekat salah satu apeks akar
gigi premolar tersebut.
Ketika blok nervus maxilaris atau alveolaris inferior sukses, maka tidak perlu dilakukan injeksi. Jarum pendek
yang berukuran 25 gauge dimasukkan (setelah jaringan yang akan dipreparasi diberikan antiseptik) dalam
mucobuccal fold di dekat foramen mentale dengan bevel di arahkan ke tulang. Foramen dapat diraba atau
dapat terlihat dengan menggunakan sinar x dan biasanya berada di antara gigi premolar. Pasien mungkin
saja merasakan sakit ketika nervus telah teraba pada foramen.5 Lakukan penembusan jaringan dengan
kedalaman 5 mm, lakukan aspirasi dan injeksikan anestetikum sebanyak 0,6 cc. Teknik ini menyebabkan
efek anestesi pada jaringan buccal bagian anterior di depan foramen, bibir bagian bawah, dan dagu.
Tariklah pipi ke arah bukal dari gigi premolar. Masukkan jarum ke dalam membrana mukosa di antara kedua
gigi premolar kurang lebih 10 mm eksternal dari permukaan bukal mandibula. Posisi syringe membentuk
sudut 45¬¬¬0 terhadap permukaan bukal mandibula, mengarah ke apeks akar premolar kedua. Tusukkan
jarum tersebut sampai menyentuh tulang. Kurang lebih ½ cc anestetikum dideponir, ditunggu sebentar
kemudian ujung jarum digerakkan tanpa menarik jarum keluar, sampai terasa masuk ke dalam foramen,
dan deponirkan kembali ½ cc anestetikum dengan hati-hati.
Selama pencarian foramen dengan jarum, jagalah agar jarum tetap membentuk sudut 45o terhadap
permukaan bukal mandibula untuk menghindari melesetnya jarum ke balik periosteum dan untuk
memperbesar kemungkinan masuknya jarum ke foramen.
Injeksi ini dapat menganestesi gigi premolar dan kaninus untuk prosedur operatif. Untuk menganestesi gigi
insisivus, serabut saraf yang bersitumpang dari sisi yang lain juga harus di blok. Untuk ekstraksi harus
dilakukan injeksi lingual.
b. Teknik Anestesi Blok N. Bucalis
Teknik Injeksi N.Buccalis
Nervus buccal tidak dapat dianestesi dengan menggunakan teknik anaestesi blok nervus alveolaris inferior.
Nervus buccal menginervasi jaringan dan buccal periosteum sampai ke molar, jadi jika jaringan halus
tersebut diberikan perawatan, maka harus dilakukan injeksi nervus buccal. Injeksi tambahan tidak perlu
dilakukan ketika melakukan pengobatan untuk satu gigi. Jarum panjang dengan ukuran 25 gauge digunakan
(karena injeksi ini biasanya dilakukan bersamaan dengan injeksi blok nervus alveolaris inferior, jadi jarum
yang sama dapat digunakan setelah anestetikum terisi). Jarum disuntikan pada membran mukosa bagian
disto bucal sampai pada molar terakhir dengan bevel menghadap ke arah tulang setelah jaringan telah
diolesi dengan antiseptik. Jika jaringan tertarik kencang, pasien lebih merasa nyaman. Masukkan jarum 2
atau 4 mm secara perlahan-lahan dan lakukan aspirasi.4 Setelah melakukan aspirasi dan hasilnya negatif,
maka depositkan anestetikum sebanyak 2 cc secara perlahan-lahan.
Masukkan jarum pada lipatan mukosa pada suatu titik tepat di depan gigi molar pertama. Perlahan-lahan
tusukkan jarum sejajar dengan corpus mandibulae, dengan bevel mengarah ke bawah, ke suatu titik sejauh
molar ketiga, anestetikum dideponir perlahan-lahan seperti pada waktu memasukkan jarum melalui
jaringan.
Pasien harus berada dalam posisi semisupine. Operator yang menggunakan tangan kanan berada dalam
posisi searah dengan jarum jam delapan sedangkan operator yang kidal berada pada posisi searah dengan
jarum jam empat.
Injeksi ini menganestesi jaringan bukal pada area molar bawah. Bersama dengan injeksi lingual, jika
diindikasikan, dapat melengkapi blok n.alveolaris inferior untuk ekstraksi semua gigi pada sisi yang diinjeksi.
In jeksi ini tidak selalu diindikasikan dalam pembuatan preparasi kavitas kecuali jika kavitas bukal dibuat
sampai di bawah tepi gingival.
3.1.3 Instrumen Untuk Anastesi Lokal
A. Syringe Anastesi (Syringe, Cartridge)
Syringe obat bius (gambar 1-15) dirancang untuk mendukung dan mengusir solusi anestesi dari tabung kaca
komersial yang disusun disebut carpuletm. (nama merek dagang, carpule). Jarum cartridge yang tersedia
untuk anestesi lokal memiliki cincin yang menangani ibu jari pada akhir luar dan tombak pada akhir
cartridge dari plunger. Seruit ini dirancang untuk melibatkan plunger karet penyumbat cartridge. Cincin-ibu
jari digunakan untuk menarik kembali plunger serta menentukan apakah jarum telah menembus pembuluh
darah. Prosedur ini disebut "aspirating" dan syringenya adalah syringe aspirating.
B. Disposable Needles (Needles, Disposable)
Jarum sekali pakai dikemas untuk menjaganya dalam kondisi steril. Setelah digunakan, jarum akan dibuang.
Jarum ini melekat pada syringe yang dihubungkan oleh plastic-hub yang merupakan bagian dari jarum sekali
pakai. Umumnya jarum tersedia dalam ukuran 13/16 inci dan 1 3 / 8 inci.
Jarum sekali pakai selalu steril, selalu tajam, dan cenderung mudah patah daripada yang lain jarum. Jarum
hipodermik harus dibuang agar tidak dapat melukai operator maupun menguhindari kejadianlain yang tidak
diinginkan.
3.1.4 Persiapan Instrument Anastesi
A. Sterilisasi Instrumen
Seperti dalam pemeriksaan dasar, anestesi juga memerlukan persiapan tertentu. Salah satu instrumen
dalam persiapan yang selalu membutuhkan, yaitu penyterilan syringe. Item lainnya disterilisasi oleh
produsen dan dikemas dalam kondisi steril.
B. Anastesi Topical
Item pertama saat persiapan adalah topikal xylocaine. Anastesi ini diproduksi dalam bentuk jelly atau salep.
Hal ini paling sering digunakan untuk menganastesi daerah tempat suntikan yang sebenarnya harus
dilakukan. Dua kasa 1-2 inci atau cotton tip aplicator akan diperlukan bila menggunakan topikal xylocaine.
Sejumlah kecil ditempatkan pada aplikator dan diaplikasikan di atas area yang akan disuntikkan. Tujuan
anestesi topikal adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan pada pasien selama injeksi berlangsung.
C. Syringe.
Syringe (sisi-loading jarum suntik cartridge) adalah satu-satunya item dalam persiapan yang memerlukan
penyterilan setelah digunakan pada setiap pasien. Syringe ini digunakan untuk mengaplikasikan anestesi
lokal. Jarum syringe merupakan jenis sekali pakai. Panjang dan jarum gauge yang digunakan akan bervariasi,
tergantung kebutuhan operator. Operator akan menangani dua jarum yang berbeda: sebuah infiltrasi dan
jarum konduktif. Jarum infiltrasi memiliki panjang 13/16 inci dan digunakan untuk injeksi maksilaris, untuk
membius daerah kecil sekitar dua hingga tiga gigi. Sedangkan, jarum konduktif memiliki panjang 1 3 / 8 inci
panjang. Injeksi blok dibuat dengan menggunakan jarum tersebut, anastesi daerah menyeluruh.
D. Anastesi Lokal.
Saat ini, dua jenis obat bius lokal yang banyak tersedia, yaitu lidokain hidroklorida (xylocaine) dengan
epinefrin (1:50.000 hingga 1:100.000) dan mepivacaine hidroklorida (carbocaine) tanpa epinefrin. Jenis ini
dapat diidentifikasi dengan warna tutup dan dengan warna wadah. Sebagai contoh: lidokain hidroklorida
dengan epinefrin (1:50.000), ditandai dengan tutup hijau dan garis hijau di wadah; lidokain hidroklorida
dengan epinephrine (1:100.000) memiliki tutup merah dan bergaris-garis merah; dan hidroklorida
mepivacaine memiliki tutup putih dan wadah cokelat. Epinefrin adalah faktor pengendali untuk berapa lama
anestesi akan berlangsung. Penambahan epinefrin mengakibatkan semakin lama daerah tersebut akan
teranastesi. Epinefrin adalah vasokonstriktor yang menyebabkan jaringan di sekitar kapiler membengkak,
sehingga akan mengkonstriksi kapiler dan memperlambat aliran darah. Aliran darah yang menurun
menyebabkan lambatnya difusi anastesi di seluruh tubuh, sehingga memperpanjang aksinya. Hal ini juga
dapat membantu dalam mengontrol pendarahan.
E. Aspirasi
Perakitan dan penggunaan syringe aspirasi cukup sederhana. Syringe ini dilengkapi dengan perangkat yang
memungkinkan operator untuk menentukan apakah operator telah menginjeksi ke dalam aliran darah.
Penginjeksian agen ke dalam sistem peredaran darah dapat menimbulkan gejala yang tidak diinginkan atau
kematian. Perhatikan cincin jempol dan plunger berpentil. Pentil itu menembus tutup karet cartridge
anestesi, yang memungkinkan aspirasi ketika operator menarik plunger melalui jarum suntik pada cincin
jempol.
F. Instrument
Untuk instrumen yang biasa digunakan pada anastesi lokal, dapat dilihat pada gambar 3.
3.1.5 Prosedur
A. Pengisian Tabung Syringe
Ketika jarum sekali pakai digunakan, hub plastik berulir ke syringe tanpa merusak segel atau memindahkan
silinder plastik pelindung luar. Langkah pertama adalah memasukkan jarum yang tepat. Langkah berikutnya
adalah untuk menarik plunger dari jarum suntik dan masukkan carpuletm (cartridge) dari obat bius. Setelah
memasukkan carpuletm, lepaskan plunger dan amankan pentil pada stopper karet dengan menyolok cincin
jempol di telapak tangan. Pelindung silinder dapat dilepas tergantung kebutuhan dan kenyamanan operator
dalam bekerja. Hal ini biasanya akan dilakukan setelah carpuletm larutan anestesi telah dan disisipkan tepat
sebelum injeksi diberikan. Hub dan jarum dan dibuang setelah digunakan, berikut pencegahan standar, dan
sesuai dengan kebijakan lokal.
B. Injeksi.
Ketika operator siap menyuntikkan larutan anestesi, daerah injeksi/ kerja harus dikeringkan dengan kain
kasa. Operator dapat mengaplikasikan antiseptik ke daerah tersebut dengan aplikator, sehingga jaringan
tersebut siap untuk di injeksi.
Anestesi lokal tidak diragukan lagi adalah obat yang paling sering digunakan dalam praktek kedokteran gigi.
Jarum anestesi tersedia dalam ukuran (gauge) yang berbeda dan panjang. Jarum dengan ukuran panjang
biasanya digunakan terutama untuk injeksi "blok" dan jarum pendek untuk tipe injeksi infiltrasi. Namun,
tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan jarum panjang pada kedua jenis injeksi. Gauge 25
merupakan jarum panjang yang disediakan dalam bidang gigi.
C. Komplikasi
Meskipun telah mengikuti teknik, dan obat-obatan yang digunakan memiliki batas keselamatan yang sangat
tinggi, dan peralatan yang digunakan efisien dan mudah disterilkan, komplikasi masih dapat terjadi.
Komplikasi paling umum adalah sinkop (pingsan) yang disebabkan oleh anemia otak (yang biasanya
psikogenik di alam) dan biasanya berlangsung dari 30 detik sampai 2 menit. Kadang-kadang, reaksi alergi
terhadap obat yang dipakai mungkin timbul, tetapi ini sangat jarang.
3.1.7 Faktor Penyebab Keefektifan Dan Kegagalan Dalam Anastesi Lokal
Faktor Penyebab Keefektifan dan Kegagalan Anestesi Lokal:
kadar obat dan potensinya
jumlah pengikatan obat oleh protein dan pengikatan obat ke jaringan local
kecepatan metabolisme
perfusi jaringan tempat penyuntikan obat.
Onset, intensitas, dan durasi blokade saraf ditentukan oleh ukuran dan lokasi anatomis saraf.
Adanya perbedaan sensitifitas serabut saraf
Pada umumnya serabut saraf kecil lebih peka terhadap anestesi local.
Serabut saraf terkecil yang tidak bermielin pada umumnya lebih cepat dihambat daripada serabut
bermielin.
Kepekaan serabut sasraf tidak tergantung dari fungsi serabut, dengan demikian serabut sensorik maupun
motorik yang sama besar tidak berbeda kepekaannya.
Serabut halus bermielin melebihi kepekaan serabut besar bermielin.
Anestetika lokal umumnya kurang efektif pada jaringan yang terinfeksi dibanding jaringan normal, karena
biasanya infeksi mengakibatkan asidosis metabolik lokal, dan menurunkan pH.
Anomali serabut saraf antar individu
Psikologis pasien
3.2 EKSODONSIA
3.2.1 Tehnik Pencabutan
Pada dasarnya hanya ada 2 metode pencabutan . Metode pertama yang cukup memadai dalam sebagian
besar kasus biasanya disebut “forceps extraction” (pencabutan dengan tang) dan terdiri dari pencabutan
gigi atau akar dengan menggunakan tang atau bein atau kedua-duanya. Blade instrument-instrumen ini
ditekan masuk ke dalam membrane periodontal antara akar gigi dan dinding tulang soket. Metode ini biasa
disebut sebagai pencabutan “intraalveolar”
Metode pencabutan yang lain adalah memisahkan gigi atu akar dari perlekatannya dengan tulang.
Pemisahan ini dilakukan dengan mengambil sebagian tulang penyanngga akar gigi itu yang mana kemudian
dikeluarkan dengan bein dan/tang. Teknik ini lazimnya disebut “surgical method” (metode pembedahan),
tetapi karena semua pencabutan yang dilakukan merupakan prosedur bedah, maka nama yang lebih baik
dan lebih akurat adalah pencabutan “trans-alveolar”.
Prinsip-prinsip Mekanik pencabutan
Ekspansi dinding tulang soket, untuk memungkinkan pengambilan gigi yang terdapat di dalamnya. Tindakan
ini dilakukan dengan menggunakan gigi sebagi instrument yang dapat melebarkan dan ini merupakan factor
terpenting dalam pencanutan dengan tang.
Penggunaan sebuah pengungkit dan titik tumpu , untuk mendesak gigi atau akar keluar dari soketnya
sepanjang lintasan dengan hambatan terkecil. Ini merupakn factor dasar yang menentukan penggunaan
bein untuk mencabut gigi geligi serta akar0-akar dan penggunaan instrument .
Penggunaan sebuah penjepit, antara akar gigi dan dinding tulang soket, yang mana menyebabkan gigi
terangkat dari soketnya.
Pencabutan Intra-Alveolar
Pencabutan gigi geligi rahang atas
Insisivus sentral sering memilki akar yang berbentuk konis dan dapat dapat diatasi dengan hanya melakukan
pergerakan rotasi.
Insisisvus lateral memilki akar-akar yang ramping dan seringkali permukaan mesial maupun distalnya rata.
Pilihlah tang blade yang kecil dan pegang akarnya dengan baik sebelum memberikan tekanan pada gigi
tersebut.
Caninus memilki akar yang panjang dan kuat dengan potongan melintang yang berbentuk segitiga.
Beberapa tang gigi caninus memilki ujung yang terlalu lebar sehingga membentuk kontak 2 titik jika
digunakan. Dengan benar dengan akarnya. Dalam sebagian kasus gigi ini lebih baik dipecah.Bila akan
melakukan pencabutan berganda, maka kemungkinan terjadinya fraktur pada lapisan tulang labial pada
saat caninus di cabut dapat berkurang dengan mencabut gigi ini sebelum gigi insisivus lateral dan premolar
pertamanya, karena pencabutan terlebih dahulu pada gigi insisivus lateral dan premolar akan melemahkan
lapisan tulang labial.
Premolar pertama rahang atas memilki dua akra kecil yang mungkin membengkok dan meregang. Dan
selama pencabutan sering terjadi fraktur.
Pencabutan Gigi geligi Rahang Bawah
Incisivus rahang bawah memiliki akar-akar yang kecil dan rata pada bagian sampingnya(pipih).Gigi geligi ini
mungkin sangat mudah untuk dicabut tapi kadang-kadang juga sangat rapuh, sehingga harus digunakan
tang dengan blade yang kecil.
Pencabutan dari keenam gigi anterior bawah, sering dapat di permudah dengan menggoyangkannya
dengan bein lurus.
Akar dari caninus rahang bawah lebih panjang dan lebih kokoh daripada akar gigi tetangganya. Apeknya
sering memiliki inklinasi ke distal. Harus dgnkan sbh tang dengan blade yang lebih lebar dan penggunaannya
pada gigi memerlukan kecermatan yang tinggi.
Premolar rahang bawah memiliki akar” yang berbentuk runcing dan apeknya mungkin memiliki inklinasi ke
distal. Akar-akar premolar rahang bawah sering tertanam dalam tulang yang padat dan jika terjadi fraktur
selama pencabutan, biasanya harus dikeluarkan dengan jalan pembedahan. Sepasang tang dengan blade
yang cukup kecil untuk mendapatkan kontak dengan dua titik pada akar harus digunakan secara hati-hati
pada gigi tersebut.
Molar rahang bawah paling tepat dicabut dengan tang molar tapi banyak operator yang tidak menggunakan
tang ini oleh karena mereka menjumpai banyak kesulitan dalam memasukkan blade yang lebar itu ke dalam
membrane periodontal. Jika ia tidak bertindak hati-hati dalam mendorong masuk blade ke dalam
membrane periodontal sehingga massa akar dapat dipegang, maka mahkota gigi itu akan hancur di dalam
tang.
Pencabutan gigi geligi susu
Sementara pencabutan gigi geligi aanterior ini biasanmya sangatlah mudah bila menggunakan tehnik dasar,
tapi pencabutan terhadap gigi molar pertama san molar kedua susu kadang-kadang lebih sulit daripada gigi
permanen penggantinya. Kesulitan ini ditimbulkan oleh gabungan dari beberapa factor.mulut yang kecil dan
memberikan jalan masuk terbatas, dan gigi premolar yang sedang di bentuk terdapat diantara akar-akar gigi
susu pendahulunya
Tehnik pencabutan gigi geligi susu ini pada dasarnya sama dengan tehnik yang digunakan dalam
pencabutan terhadap gigi geligi permanen. Yang penting terutama bila menggunakan tang, adalah
memastikan bahwa bladenya cukup kecil agar dapat masuk ke dalam membrane periodontal dan blade ini
digunakan pada akar.
Pencabutan Trans-Alveolar
Metode pencabutan ini terdiri dari pemisahan gigi atau akar dari perlekatannya dengan tulang. Metode ini
sering disebut dengan metode “terbuka” atau metode “pembedahan”. Namun karena semua pencabutan
yang dilakukan merupakan suatu prosedur bedah, maka nama yang lebih baik dan lebih akurat adalah
pencabutan :trans-alveolar”, dan metode ini harus digunakan bila terdapat salah satu dari indikasi-indikasi
berikut ini :
Setiap gigi yang tidak dapat dicabut dengan pencabutan intra-alveolar dengan menggunakan gaya yang
cukup besar.
Sisa akar yang tidak dapat dipegang dengan tang atau dikeluarkan dengan bein, terutama sisa akar yang
berhubungan dengan sinus maksilaris
Riwayat pencabutan-pencabutan yang sulit
Setiap gigi dengan restorasi yang cukup besar , terutama bila akarnya telah diisi atau tak berpulpa
Gigi geligi yang mengalami hipersementosis atau ankilosis
Gigi geligi yang m,engalami geminasi atau dilaserasi
Gigi geligi yang secara roentgenologis menunjukkan pola-pola akar yang rumit, atau akar –akar dengan arah
lintasan pengeluaran yang tidak menguntungkan atau rumit.
Bila akan dicabut pemasangan gigi tiruan segera atau sesaat setelah pencabutan.
Setelah memutuskan akan menggunakan metode “trans-alveolar” untuk mencabut sebuah gigi atau akar,
jenis anastesi yang akan digunakan harus ditetapkan, dan rencana secara keseluruhan untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan serta menghindari atau menghadapi setiap komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi
harus disusun.komponen-komponen yang penting dari rencana semacam ini adalah bentuk flap
mukopeiostealnya, metode yang akan digunakanuntuk mengeluarkan gigi atau akar-akar dari soketnya ,
dan pengambilan tulang yang dibutuhkan untuk memudahkannya.
3.2.2 Instrumen Untuk Eksodonsia
Tiap dokter gigi memiliki instrument favorit dan ini menyebabkan kesulitan dalam penyusunan alat-alat
yang dipergunakan . Mahasiswa yang sedang belajar melakukan pencabutan gigi, harus dilatih
menggunakan instrument yang terbatas pada tahap pertama. Untuk itu amatlah baik bila digunakan
instrument dasar dan meskipun para pembimbing mungkin memiliki pandangan yang berbeda tentang
komposisi satu perangkat instrument, kebanyakan menyetujui penggunaan instrument baja tahan karat
karena kepraktisannya.
Peralatan modern yang dianjurkan untuk tujuan ini secara mudahnya digolongkan menjadi dua golongan
yaitu tang dan elevator,
Tang Pencabut Gigi
Untuk Gigi Tetap Nomor
Tang akar gigi bawah (kecil) 74n
Tang akar gigi bawah (besar) 137
Tang mahkota gigi molar bawah 73
Tang atas lurus (kecil) 29
Tang atas lurus (besar) 2
Tang premolar atas (read) 76s
Tang premolar atas (kecil) 147
Tang mahkota gigi molar atas (kiri dan kanan) 94 dan 95
Tang bayonet atas 101
Untuk Gigi Sulung
Tang atas lurus 163
Tang akar gigi atas lurus 159
Tang mahkota gigi molar atas 157
Tang akar gigi bawah 162
Tang mahkota gigi molar atas 160
Elevator
Bentuk Warwick James (kiri dan kanan)
Bentuk Cryer 30/31 (kiri dan kanan)
Bentuk Lindo Levien (besar, sedang dan kecil)
Mouth gag dengan lidah Ferguson
Pengganjal gigi McKesson (1 set terdiri dari 3 buah)
Perbedaan Eksodonsia Pada Gigi Sulung Dan Gigi Permanen
Pencabutan Gigi Susu
Pencabutan gigi susu atas : Gigi susu bisa dicabut dengan menggunakan tang (#150 atau #151 (#150 S atau
# 151 S). Gigi molar susu atas mempunyai akar yang memancar,yang menyulitkan pencabutannya. Apabila
masalah tersebut ditambah dengan adanya resorpsi maka tekanan berlebihan sebaiknya dihindari. Seperti
pada pencabutan semua gigi atas, digunakan pinch grasp dan telapak menghadap keatas.
Pencabutan gigi susu bawah : Untuk pencabutan gigi molar susu, digunakan tang #151 dengan sling grasp,
seperti pada gigi molar atas, biasanya gigi ini mempunyai akar resopsi yang divergen. Pertimbangan utama
pada pencabutan gigi susu adalah menghindari cedera pada gigi permanen yang sedang berkembang.
Misalnya tang #23 (crownHorn), bukan merupakan pilihan yang cocok untuk molar bawah susu. Apabila
diperkirakan akan terjadi cedera selama pencabutan dengan tang, sebaiknya direncanakan pembedahan
dan pemotongan gigi susu. Resorpsi akar menimbulkan masalah dalam apakah akar ini sudah keluar
semuanya atau belum. Apabila ada keraguan, sebaiknya dilakukan foto rontgen. Sedangkan apabila
pengambilan fraktur akar dianggap membahayakan gigi permanen penggantinya, pencabutan gigi
sebaiknya ditunda karena rasio manfaat / resiko tidak menguntungkan.
Meskipun pencabutan gigi anterior susu biasanya amat mudah dilakukan dengan teknik dasar pencabutan
gigi. Gigi posterior susu terkadang lebih sulit dicabut daripada gigi tetap penggantinya. Beberapa faktor
berkombinasi menyebabkan kesulitan ini. Mulut anak kecil dan akses terbatas serta gigi premolar yang
sedang terbentuk terletak dikitari akar gigi susu sehingga dapat rusak bila gigi molar susu diatasnya dicabut.
Gigi molar susu tidak memiliki massa akar dan karies yang kadang meluas hingga ke akar gigi membuatnya
sulit untuk dipegang dengan tang. Resorpsi akar gigi pada gigi geligi campuran tidak terjadi dalam pola yang
teratur dari apeks ke mahkota gigi. Sering bagian samping dari akar gigi teresopsi dan secara tidak sengaja
menahan fragmen akar gigi.
Teknik pencabutan gigi susu pada dasarnya dalah sama seperti teknik yang dipergunakan untuk mencabut
gigi tetap. Yang amat penting adalah ketika mengaplikasikan tang harus yakin bahwa bilah tang cukup kecil
untuk melewati membrane periodontal dan bahwa bilah benar diaplikasikan pada akar gigi. Bila tang hanya
ditempatkan pada sisi bukal dan lingual dari gigi dan dipaksakan masuk kedalam jaringan benih gigi tetap
pengganti dapat menjadi rusak. Gerakan kearah lingual yang kuat biasanya menyebabkan gigi muncul dari
soketnya dan dapat dicabut dengan gerakan kebukal dan rotasi kedepan. Lebih baik meninggalkan patahan
fragmen akar gigi susu yang kecil yang akan mengalami resopsi atau eksfoliasi daripada merusak atau
mengubah posisi benih gigi tetap pengganti dalam upaya menenemukan lokasi dan mengambil fragmen
akar gigi susu tadi. Keputusan untuk mengambil akar gigi tersebut, jaringan lunak harus cukup terbuka
sehingga operator dapat melihat jelas hubungan benih gigi tetaP pengganti dan memmungkinkan operator
mengeluarkan fragmen akar gigi tadi dengan melihat langsung.
Sewaktu mengaplikasikan bilah tang pada akar yang mengalami karies didaerah gusi harus disadaribahwa
gusi cenderung untuk tumbuh masuk ke dalam gigi tersebut, sehingga bagian tepi akar gigi tersebut
sebaiknya benar-benar terlihat. Akar gigi susu yang tidak dpat dipegang dengan tang, harus digoyangkan
kedalam kearah gigi tetap yang sedang bertumbuh menggunakan elevator Warwick James, dengan
memakai dinding soket sebagai tumpuan. Akar gigi susu yang dicabut harus diperiksa untuk memeriksa
bahwa pencabutan telah sempurna. Permukaan gigi yang patah terasa rata dan mengkilap dengan tepi yang
tajam, akar yang mengalami resopsi biasanya kasar dengan tepi tidak berbentuk tidak teratur.
Pencabutan dengan Tang
Pencabutan Gigi Geligi Atas
Insisivus pertama memiliki akar gigi yang konus dan dapat dilakukan pencabutan hanya dengan gerakan
rotasi saja.
Insisivus kedua memiliki akar gigi yang lebih ramping dan sering datar pada permukaan distal dan mesial.
Pilihlah bilah tang yang lebih kecil dan bilah tang harus benar-benar masuk ke dalam akar gigi sebelum
memberikan tekanan pada gigi.
Kaninus memiliki akar gigi yang panjang dan kuat dengan potongan melintang berbentuk segitiga. Beberapa
tang kaninus memiliki bilah yang terlalu lebar untuk membentuk ‘kontak dua titik’, jika diaplikasijan dengan
benar pada akar gigi. Pada banyak kasus, gigi ini lebih baik dibelah. Bila pencabutan multipel dilakukan,
kemungkinan patahnya pelat tulang alveolar sebelah labial sewaktu mencabut gigi kaninus dapat dikurangi
dengan mencabut gigi ini sebelum pencabutan gigi insisivus kedua dan gigi premolar pertama akan
melemahkan pelat tulang alveolar sebelah labial.
Premolar pertama atas memiliki dua akar yang kecil, yang melengkung atau divergen, dan fraktur dapat
terjadi selama pencabutan. Pada beberapa kasus, sumbu panjang gigi semakin ke atas semakin miring ke
medial, apeksnya lebih dekat dengan gigi kaninus daripada apeks gigi premolar kedua. Inklinasi gigi perlu
diperhatikan dan berhati-hatilah ketika menempatkan bilah tang yang kecil sepanjang sumbu panjang gigi.
Sering dianjurkan agar gigi ini ditarik, tapi pada praktiknya gerakan ke lateral sering diperlukan untuk
mengeluarkan gigi dengan akar pipih yang divergen. Bila lebih dominan dilakukan gerakan lateral dalam
arah ke bukal dan terjadi fraktur akar gigi, akar palatal biasanya dapat dikeluarkan semuanya, meninggalkan
akar bukal yang lebih mudah untuk dikeluarkan dengan pembedahan. Bila gigi telah nekrosis atau memiliki
restorasi yang besar, atau bila pasien mempunyai riwayat kesulitan dalam pencabutan gigi, teknik
transalveolar merupakan indikasi. Bila molar pertama atas tetap telah hilang, gigi premolar atas dapat
miring ke distal dan rotasi pada akar palatalnya. Rotasi ini, dan juga kemiringan, harus dipertimbangkan
dengan cermat bila mengaplikasikan bilah tang pada gigi.
Gigi premolar kedua sering keluar dari lengkung rahang pada mulut dengan gigi yang berjejal. Pada
beberapa kasus gigi tersebut dapat dipegang dalam arah mesiodistal dengan tang yang dipegang menyilang
lengkung gigi, dan pencabutan gigi ini harus dengan pembedahan.
Akar gigi molar pertama atas tetap dapat menyebar sehingga bila tang molar dipergunakan, haruslah hati-
hati untuk memastikan bahwa bilah tang benar-benar masuk ke membran periodontal sehingga dapat
memegang massa akar gigi. Pada beberapa kasus, diindikasikan pencabutan transalveola dengan
pemecahan akar gigi.
Bila gigi molar pertama telah hilang, dan gigi molar atas lainnya migrasi, gigi tersebut cenderung rotasi pada
akar palatal dan miring ke mesial. Atau pada beberapa kasus, posisi massa akar molar kedua atas oblik
terhadap mahkota gigi, sehingga disebut ‘akar molar oblik’. Pada kedua keadaan tersebut, dapat massa akar
sulit atau tidak mungkin dipegang dengan tang molar; maka tang premolar atas harus digunakan, dengan
bilah bukal ditempatkan hati-hati pada akar mesiobukal atau distobukal, tetapi jangan di antaranya.
Posisi sumbu panjang akar gigi molar ketiga atas adalah sedemikian rupa sehingga mahkota gigi terletak
lebih posterior daripada akar giginya. Ini mempersulit aplikasi tang, dan bila mulut pasien membuka terlalu
melebar, prosesus koronoid dapat mengganggu masuknya tang dan menambah kesulitan. Namun, bila
pasien menutup separuh mulut dan tang bayonet atau tang premolar digunakan, biasanya gigi dapat
dipegang dengan benar, dan dengan tekanan ke arah bukal sudah dapat mengeluarkannya. Gerakan ke arah
bukal ini dapat dilakukan bila pasien menggerakkan mandibulanya ke sisi pencabutan, sehingga
menggerakkan prosesus koronoid keluar dari daerah operasi. Pada banyak kasus, akar gigi ini memiliki
konus yang sederhana, tapi terkadang bentuk akar menjadi lebih rumit, sehingga menghambat pencabutan
dengan tang, dan untuk kasus ini diindikasikan pencabutan dengan pembedahan.
Jangan mencoba mengaplikasikan tang pada gigi molar ketiga atas yang erupsi sebagian atau pada akar gigi
posterior atas kecuali bila kedua permukaan bukal dan lingual terlihat jelas. Bila tekanan diaplikasikan ke
arah atas, gigi atau akar gigi dapat masuk ke dalam sinus maksilaris.
Pencabutan Gigi Geligi Bawah
Gigi insisivus bawah memiliki akar yang kecil dengan sisi yang rata. Gigi-gigi ini dapat dengan mudah
dicabut, tapi terkadang sangat rapuh. Tang dengan bilah kecil harus digunakan.
Pencabutan dari keenam gigi anterior bawah, dapat juga dibantu dengan menggoyangkannya menggunakan
elevator/bein lurus.
Akar dari kaninus bawah lebih panjang dab lebih besar daripada gigi sebelahnya. Apeksnya terkadang
miring ke distal. Tang dengan bilah yang lebih besar harus digunakan dan diaplikasikan dengan cermat pada
gigi.
Gigi premolar bawah memiliki akar berbentuk mengecil ke bawah dan apeksnya dapat miring ke distal. Akar
gigi premolar bawah sering tertanam dalam tulang yang padat dan bila fraktur selama pencabutan gigi
biasanya diperlukan pembedahan untuk mengeluarkannya. Tang dengan bilah kecil yang menghasilkan
‘kontak dua titik’ pada akar, harus diaplikasikan dengan hati-hati. Gerakan pertama harus kuat tapi
perlahan, dan hanya untuk pencabutan gigi premolar kedua saja, gerakan pertama adalah rotasi. Bila terasa
tekanan pada rotasi pertama , jangan dipaksakan dan cobalah gerakan yang lebih klasik, yaitu gerakan ke
lateral. Bila usaha pencabutan dengan gerakan rotasi tetap diteruskan, fraktur akar berbentuk spiral dapat
terjadi, dan meninggalkan patahan akar gigi yang sulit dikeluarkan.
Gigi molar bawah paling baik dicabut dengan menggunakan tang molar, tatapi banyak operator tidak
menggunakan tang ini karena mereka lebih sulit memasukkan bilah tang yang lebih lebar ke dalam
membran periodontal. Jika penekanan bilah tang ke dalam membran periodontal tidak dilakukan dengan
hati-hati, mahkota gigi dapat hancur akibat terjepit oleh tang. Pada pencabutan gigi dengan karies yang
amat besar, banyak dokter gigi lebih suka mengaplikasikan tang pada aka gigi daripada bagian mahkota gigi
yang lebih sehat. Gigi ini sering digoyangkan dengan tekanan ke arah bukolingal dan paling baik dicabut
dengan tambahan gerak rotasi. Pencabutan gigi molar kedua dan ketiga bawah terkadang dapat dibantu
dengan aplikasi elevator pada sebelah mesial sebelum aplikasi tang. Teknik ini seharusnya tidak dilakukan
selama pencabutan gigi molar pertama bawah tetap karena dengan pola akar yang berbeda dengan gigi
premolar kedua, perlekatan gigi premolar kedua dapat rusak akibat tekanan yang disalurkan melalui
septum interdental. Bentuk akar dari gigi molar ketiga bawah tetap amat bervariasi sehingga harus dibuat
pemotretan radiografi sebelum pencabutan gigi, meskipun gigi tersebut erupsi penuh. Dalam banyak kasus,
gigi ini lebih baik dibedah dari perlekatannya.
Pasca operasi
Resepkan analgesic seperlunya
Memberikan instruksi yang jelas sehubungan dengan
Kebersihan mulut,termasuk penggunaan kumur-kumur larutan saline hangat
Perdarahan, rasa sakit setelah dioperasi dan pembengkakan pasca operasi
Indikasi untuk perawatan darurat serta hal-hal yang perlu dilakukan
Buat janji untuk kanjungan berikutnya.
EKSODONSI
Apa sih sebenarnya 'mencabut gigi' itu?
Mencabut gigi merupakan proses pembedahan yang prosedurnya memiliki standar
prosedur pada pembedahan atau operasi dengan tujuan adalah mencabut gigi-geligi dari tulang alveolar
pada rahang manusia.
Beberapa Indikasi pencabutan gigi :
1. Gigi dengan supernumerary, maksudnya gigi yang berlebih yg tumbuh secara
tidak normal.
2. Gigi persistensi, gigi sulung yang tidak tanggal pada waktunya, sehingga
menyebabkan gigi tetap terhambat pertumbuhannya.
3. Gigi yang menyebabkan fokal infeksi, maksudnya dengan keberadaan gigi yang tidak sehat dapat
menyebabkan infeksi pada tubuh manusia.
4. Gigi yang tidak dapat dirawat secara endodontik/restorasi, gigi yang tidak bisa lagi dirawat misalnya;
tambal, perawatan saluran akar.
5. Gigi dengan fraktur/patah pada akar krena trauma misalnya jatuh, kondisi ini jelas akan membuat rasa
sakit berkelanjutan pada penderita hingga gigi tersebut menjadi non vital atau mati.
6. Gigi dengan sisa akar, sisa akar akan menjadi patologis karena hilangnya jaringan ikat seperti pembuluh
darah, kondisi ini membuat akar gigi tidak vital.
7. Gigi dengan fraktur/patah pada bagian tulang alveolar ataupun pada garis fraktur tulang alveolar, kondisi
ini sama dengan gigi pada fraktur pada akar.
8. Untuk keperluan perawatan ortodontik ataupun prostodontik, biasanya hal ini merupakan perawatan
konsul dari bagian ortodontik dengan mempertimbangkan pencabutan gigi untuk mendapatkan ruangan
yang dibutuhkan dalam perawatannya.
9. Dan biasanya yang terakhir adalah keinginan pasien untuk dicabut giginya, dengan pertimbangan
'langsung' menghilangkan keluhan sakit giginya, walaupun gigi tersebut masih dirawat secara utuh.
1. Gigi yang sudah karies dan tidak dapat diselamatkan dengan perawatan apapun.
2. Pulpitis atau gigi dengan pulpa non-vital yang harus dicabut jika perawatan endodontic tidak dapat dilakukan.
3. Periodontitis apical. Gigi posterior non-vital dengan penyakit periapikal sering harus dilakukan pencabutan.
4. Penyakit periodontal. Sebagai panduan, kehilangan setengah dari kedalaman tulang alveolar yang normal atau
ekstensi poket ke bifurkasi akar gigi bagian posterior atau mobilitas yang jelas berarti pencabutan gigi tidak bias
dihindari lagi.
5. Gigi pecah atau patah. Dimana garis pecah setengah mahkota dari akar.
6. Rahang pecah. Jika garis gigi peca mungkin harus dilakukan pencabutan untuk mencegah infeksi tulang.
7. Gigi yang merusak jaringan lunak, jika pengobatan atau terapi lainnya tidak mecegah trauma atau kerusakan.
8. Salah tempat dan dampaknya. Harus dilakukan pencabutan ketika gigi menjadi karies, menyebabkan nyeri, atau
kerusakan batas gigi.
12. Persiapan radioterapi. Sebelum radiasi tumor oral, gigi yang tidak sehat membutuhkan pencabutan, atau
pengangkatan untuk mereduksi paparan radiasi yang berhubungan dengan osteomelitis.
Bila ada indikasi maka ada juga kontra indikasi. Kontra indikasi pencabutan gigi didasarkan beberapa faktor,
yang utama faktor lokal dan sistemik.
Faktor lokal:
1. Gigi dengan kondisi abses, maksudnya adanya pus atau nanah pada bagian ujung akar gigi, biasanya
ditandai dengan rasa sakit yang hebat, bengkak, suhu meningkat. Tidak bisa dicabut karena proses
pencabutan memiliki prosedur anestesi, nah saat dilakukan anestesi obat anestesi tidak akan bisa membuat
jaringan yang di anestesi menjadi baal.
2. Adanya suspect keganasan bila dilakukan pencabutan, kondisi ini biasanya pada penderita yang
didiagnosa adanya gejala-gejala kanker pada rongga mulut khususnya sekitar jaringan gigi.
3. Pasien dengan perawatan radioterapi, tidak bisa dilakukan pencabutan, dikarenakan dikhawatirkan
terjadinya komplikasi pasca pencabutan gigi.
Faktor sistemik: merupakan faktor2 yang sebenarnya perlu pertimbangan khusus untuk dilakukan
pencabutan gigi. Bukan kontraindikasi mutlak dari pencabutan gigi. Faktor-faktor ini meliputi pasien-pasien
yang memiliki riwayat penyakit khusus. Dengan kondisi riwayat penyakit tersebut pencabutan bisa
dilakukan dengan syarat penyakit yang menyertainya bisa dikontrol untuk menghindari terjadinya
komplikasi saat sebelum pencabutan, saat pencabutan, ataupun setelah pencabutan gigi.