Sk Pedoman Pelaksanaan k3rs

195
PEMERINTAH KABUPATEN GOWA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SYEKH YUSUF Jl.Dr.Wahidin Sudirohusodo No. 48 Telp. (0411) 866536/840892 S U N G G U M I N A S A SURAT KEPUTUSAN Nomor : 445.1/ /RSUD-SY/X/2010 . tentang PEDOMAN PELAKSANAAN KESELAMATAN KERJA, KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA (K3) DI RSUD SYEKH YUSUF KAB GOWA DIREKTUR RSUD SYEKH YUSUF KABUPATEN GOWA Menimbang : Bahwa dalam rangka meningkatkan kenyamanan dan pelayanan di RSUD Syehk Yusuf, maka dipandang perlu untuk menetapkan larangan merokok di lingkungan RSUD Syehk Yusuf. Mengingat :1. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2918); 2. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 3. Keputusan Menkes No. 876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan. 4. Keputusan Menkes No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. 5. Keputusan Menkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

description

Dokumen Akreditasi

Transcript of Sk Pedoman Pelaksanaan k3rs

Eta

PEMERINTAH KABUPATEN GOWARUMAH SAKIT UMUM DAERAH SYEKH YUSUF

Jl.Dr.Wahidin Sudirohusodo No. 48 Telp. (0411) 866536/840892

S U N G G U M I N A S A

SURAT KEPUTUSAN

Nomor : 445.1/ /RSUD-SY/X/2010 .tentang

PEDOMAN PELAKSANAAN KESELAMATAN KERJA, KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA (K3) DI RSUD SYEKH YUSUF KAB GOWA

DIREKTUR RSUD SYEKH YUSUF KABUPATEN GOWA Menimbang :Bahwa dalam rangka meningkatkan kenyamanan dan pelayanan di RSUD Syehk Yusuf, maka dipandang perlu untuk menetapkan larangan merokok di lingkungan RSUD Syehk Yusuf.Mengingat :1.UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2918);

2.UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

3.Keputusan Menkes No. 876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan.

4.Keputusan Menkes No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.

5.Keputusan Menkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

6.Surat Edaran Dirjen Yanmed No. HK.00.06.6.4.0197.

7.Standar Akreditasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit.MEMUTUSKAN

Menetapkan Pertama:Memberlakukan / menetapkan Pedoman Pelaksanaan K3RS RSUD Syekh Yusuf sebagaimana tersebut dalam lampiran Surat Keputusan ini.Kedua:Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan catatan apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam Surat Keputusan ini, akan diadakan pembetulan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan Di Sungguminasa

Pada Tanggal: 25 Oktober 2010

Direktur RSUD Syekh Yusuf

Kabupaten Gowa

dr. H. SALAHUDDIN, M. Kes

Nip. 19630910 199503 1 002

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat maka tuntutan pengelolaan program keselamatan kerja, kebakaran dan kewaspadaan bencana di Rumah Sakit (K3RS) semakin tinggi karena Sumber daya manusia Rumah Sakit, pengunjung/pengantar pasien, pasien dan masyarakat sekitar rumah sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan keselamatan kerja, kebakaran dan kewaspadaan bencana, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di rumah sakit yang tidak memenuhi satandar.

Di dunia Internasional program K3 telah lama diterapkan diberbagai sector industry (akhir abad 18), kecuali disektor kesehatan. Perkembangan K3RS tertinggal dikarenakan focus pada kegiatan kuratif, bukan preventif. Focus pada kualitas pelayanan pada pasien, tenaga profesi di bidang K3 masih terbatas, organisasi kesehatan yang dianggap pasti telah melindungi diri dalam bekerja.

Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknilogi, dan kehidupan social ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Selain dituntut mampu memberikan pelayanan dan pengobatan yang bermutu, Rumah Sakit juga dituntut harus melaksanakan dan mengembangkan program K3 di Rumah Sakit (K3RS).

Upaya penerapan Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana di Rumah Sakit (K3RS) telah diatur dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Permenkes Nomor 1204 tahun 2004 dan dipertegas dalam Permenkes Nomor 1087 tahun 2010 tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.

Oleh karena itu, Rumah Sakit dituntut untuk melaksanakan Upaya Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana (K3) yang dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga resiko terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK), Kecelakaan Akibat Kerja (KAK), bahaya kebakaran dan kewaspadaan bencana di Rumah Sakit dapat dihindari. Sehingga upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit khususnya dalam hal kesehatan dan keselamatan bagi SDM Rumah Sakit, pasien, pengunjung/pengantar pasien dan masyarakat sekitar Rumah Sakit dapat dilaksanakan.

B. FALSAFAH

Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana (K3) di rumah sakit, adalah suatu upaya pengelolaan resiko di lingkungan kerja untuk meminimalkan dampak di tempat kerja dan tercipta lingkungan kerja yang aman dan sehat, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit.C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM Rumah Sakit, aman dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat dan lingkungan sekitar Rumah Sakit sehingga proses pelayanan Rumah Sakit berjalan baik dan lancaar.

2. Tujuan Khusus

a. Terwujudnya organisasi kerja yang menunjang tercapainya K3RS;

b. Meningkatnya profesionalisme dalam hal K3 bagi manajemen, pelaksana dan pendukung program;

c. Terpenuhi syarat-syarat K3 di setiap unit kerja;

d. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK, KAK, bahaya kebakaran dan bencana;

e. Terselenggaranya program K3RS secara optimal dan menyeluruh;

f. Peningkatan mutu, citra dan produktivitas Rumah Sakit.

D. SASARAN

1. Pengelola Rumah Sakit;

2. Pekerja Rumah Sakit;

3. Pengunjung dan Pasien Rumah Sakit.

E. UPAYA KESEHATAN KERJA DI RUMAH SAKIT

Upaya K3 di Rumah Sakit menyangkut tenaga kerja, cara /metode kerja, alat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Upaya ini meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Kinerja setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultan dari tiga komponen K3, yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja. Agar K3RS dapat dipahami secara utuh, perlu diketahui pengertian tiga komponen yang saling berinteraksi, yaitu :

1. Kapasitas kerja adalah kemampuan seoran gpekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan baik pada suatu tempat kerja dalam waktu tertentu dengan memperhatikan status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima setiap pekerja agar dapat melakukan pekerjaannnya dengan baik;

2. Beban kerja adalah beban fisik dan mental yang harus ditanggung oleh pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya yang dipengaruhi dengan kondisi lingkungan krjanya;

3. Lingkungan kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja yagn meliputi factor fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial yang mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya.

F. PENGERTIAN

1. Kesehatan Kerja Menutrut WHO/ILO (1995), kesehatan kerja bertuuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan social yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari resiko akibat factor yang merugikan kesehatan; dan penempatan serta pemeliharaaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya. Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatannya;

2. Kesehatan dan Keselamatan Kerja adala upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK), pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi;

3. Konsep dasar K3RS adalah upaya terpadu seluruh pekerja rumah sakit, pasien, pengunjung/pengantar pasien untuk menciptakan lingkungan kerja, tempat kerja rumah sakit yang sehat, aman dan nyaman baik bagi pekerja rumah sakit, pasien, pengunjun/pengntar pasien maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar rumah sakit;

4. Pengelola K3RS adalah organisasi yang menyelenggarakan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja secara menyeluruh di Rumah Sakit;

5. Sertifikasi dalam bidang K3 adalah pengetahuan dan keahlian yang didapat baik secara formal melalui jenjang pendidikan resmi di perguruan tinggi maupun secara informal melalui pelatihan, workshop, seminar, pertemuan ilmiah dll;

6. Pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3 Rumah Sakit adalah pelatihan tentang K3 Rumah Sakit yang diakreditasi oleh pusat Pendidikan dan Pelatihan Kesehatan;

G. RUANG LINGKUP PROGRAM

Standar Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana di Rumah Sakit (K3RS) mencakup beberapa aspek, yaitu :

1. Disaster program;

2. Pencegahan dan pengendalian kebakaran;

3. Keamanan pasien, pengunjung dan petugas;

4. Keselamatan dan kesehatan pegawai;

5. Pengelolaan bahan dan barang berbahaya;

6. Kesehatan lingkungan kerja;

7. Sanitasi rumah sakit;

8. Sertifikasi/kalibrasi sarana, prasarana dan peralatan;

9. Pengelolaan limbah padat, cair dan gas;

10. Pendidikan dan pelatihan K3;

11. Pengumpulan, pengelolaan dan pelaporan data.

H. DASAR PERUNDANG-UNDANGANAgar penyelenggaraan Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana di Rumah Sakit (K3RS) lebih efektif, efisien, terpadu dan menyeluruh maka diperlukan peraturan perundang-undangan sebagai dasar hukum dalam pelaksanaan K3 di Rumah Sakit adalah sebagai berikut :1. Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2918) pasal 3 yang memuat persyaratan keselamatan kerja adalah sebagai berikut :

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;

c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;

d. Member kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;

e. Memberi pertolongan pada kecelakaan;

f. Member alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran;

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physic maupun phychis, peracunan, infeksi dan penularan;

i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;

j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;

k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;

l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;

m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya;

n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang;

o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;

p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang;

q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;

r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang berbahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

2. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

3. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);

4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;

5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 432/Menkes/SK/IV/2007 tentang pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit;

6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/Menkes/Per/I/2010 tentang Perizinan Rumah Sakit; dan

7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1087/Menkes/SK/VIII/2010 tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

BAB II

PENGORGANISASIAN K3

A. STRUKTUR ORGANISASI

Pelaksanaan K3 di RS sangat tergantung dari rasa tanggung jawab manajemen dan petugas, terhadap tugas dan kewajiban masing-masing serta kerja sama dalam pelaksanaan K3. Tanggung jawab ini harus ditanamkan melalui adanya aturan yang jelas. Pola pembagian tanggung jawab, penyuluhan kepada semua petugas, bimbingan dan latihan serta penegakkan disiplin. Ketua organisasi/satuan pelaksana K3RS secara spesifik harus mempersiapkan data dan informasi pelaksanaan K3 di semua tempat kerja, merumuskan permasalahan serta menganalisis penyebab timbulnya masalah bersama unit-unit kerja, kemudian mencari jalan pemecahannya dan mengkomunikasikannya kepada unit-unit kerja, sehingga dapat dilaksanakan dengan baik. Selanjutnya memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program, untuk menilai sejauh mana program yang dilaksanakan telah berhasil. Kalau masih terdapat kekurangan, maka perlu diidentifikasi penyimpangannya serta dicari pemecahannya.

Struktur organisasi Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana di Rumah Sakit (K3RS) berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 432/Menkes/SK/IV/2007 adalah :1. Organisasi K3 berada 1 tingkat di bawah direktur, bukan kerja rangkap dan merupakan unit organisasi yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur Rumah Sakit, karena berkaitan langsung dengan regulasi, kebijakan, biaya, logistik dan Sumber Daya Manusia. Nama organisasinya adalah unit pelaksana K3RS, yang dibantu oleh unit K3 yang beranggotakan seluruh unit kerja di Rumah Sakit.2. Keanggotaan organisasi/unit pelaksana K3RS beranggotakan unsur-unsur dari petugas dan jajaran Direksi Rumah Sakit. Organisasi/unit pelaksana K3RS terdiri dari sekurang-kurangnya ketua, sekretaris dan anggota. Organisasi/unit pelaksana K3 RS dipimpin oleh ketua. Pelaksanaan tugas ketua dibantu oleh wakil ketua dan sekretaris serta anggota.Ketua organisasi/unit pelaksana K3RS sebaiknya adalah salah satu manajemen tertinggi di Rumah Sakit atau sekurang-kurangnya manajemen dibawah langsung Direktur Rumah Sakit. Sedang sekretaris organisasi/unit pelaksana K3RS adalah seorang tenaga profesional K3RS, yaitu manajer K3RS atau ahli K3.

Berikut Struktur Organisasi K3RS

B. SUSUNAN KEPANITIAAN1. Tenaga Staf Panitia K3RS

NAMAJABATAN

Ketua

Wakil Ketua

Sekertaris

Penanggung Jawab Kesehatan Kerja

Penanggung Jawab Kewaspadaan Bencana

Penanggung Jawab Penanggulangan Kebakaran

Penanggung Jawab Kesehatan Lingkungan Kerja

2. Tenaga Pendukung Panitia K3RS

a. General Manager = 3 orang

b. Kepala Bagian= 7 orang

c. Kepala Ruangan= 10 orang

d. Kepala Instalasi= 4 Orang

C. URAIAN TUGAS1. Tugas pokok Panitia K3RS

a. Memberi rekomendasi dan pertimbangan kepada Direktur Rumah Sakit mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan K3; b. Merumuskan kebijakan, peraturan, pedoman, petunjuk pelaksanaan dan prosedur; c. Membuat program K3RS2. Fungsi Panitia K3RS

a. Mengumpulkan dan mengolah seluruh data dan informasi serta permasalahan yang berhubungan dengan K3;

b. Membantu direktur RS mengadakan dan meningkatkan upaya promosi K3; pelatihan dan penelitian K3 di Rumah Sakit;

c. Pengawasan terhadap pelaksanaan program K3;d. Memberikan saran dan pertimbangan berkaitan dengan tindakan korektif; e. Koordinasi dengan unit-unit lain yang menjadi anggota K3RS; f. Memberi nasehat tentang manajemen K3 di tempat kerja, kontrol bahaya, mengeluarkan peraturan dan inisiatif pencegahan;

g. Investigasi dan melaporkan kecelakaan, dan merekomendasikan sesuai kegiatannya; h. Berpartisipasi dalam perencanaan pembelian peralatan baru, pembangunan gedung dan proses.3. Uraian Tugas Panitia K3RSa. Ketua Panitia K3RSNAMA JABATAN:Ketua Panitia K3RS

TUGAS POKOK:Mengawasi pelaksanaan kegiatan K3 di RSUD Syekh Yusuf

WEWENANG :1. Menyusun program kerja PK3RS.

2. Memberikan usulan kepada Direktur RSUD Syekh Yusuf tentang perbaikan masalah K3.

URAIAN TUGAS :1. Menentukan langkah, kebijakan demi tercapainya pelaksanaan program Panitia K3 RSUD Syekh Yusuf2. Memimpin semua rapat pleno Panitia K3 RSUD Syekh Yusuf atau menunjuk anggota untuk memimpin rapat pleno.

3. Melakukan rapat dan evaluasi program Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSUD Syekh Yusuf

PERSYARATAN JABATAN:Minimal dokter umum yang memiliki sertifikat K3.

TANGGUNG JAWAB:Bertanggung jawab kepada Direktur RSUD Syekh Yusuf

b. Wakil Ketua Panitia K3RS

NAMA JABATAN :Wakil Ketua Panitia K3RS

TUGAS POKOK :Membantu ketua dalam mengawasi pelaksanaan kegiatan K3 di RSUD Syekh Yusuf

WEWENANG :Membantu ketua dalam menyusun program kerja Panitia K3 RSUD Syekh Yusuf

URAIAN TUGAS :Menggantikan ketua dalam memimpin semua rapat panitia K3 RSUD Syekh Yusuf jika ketua berhalangan hadir.

PERSYARATAN JABATAN:Minimal pendidikan S1 dari segala jurusan.

TANGGUNG JAWAB:Bertanggung jawab kepada Ketua Panitia K3 RSUD Syekh Yusuf

c. Sekretaris Panitia K3RS

NAMA JABATAN :Sekretaris Panitia K3RS.

TUGAS POKOK :Melakukan pencatatan dan pengumpulan dokumen yang berkaitan dengan K3 di RSUD Syekh Yusuf

WEWENANG :Membantu Ketua dalam menyusun program kerja Panitia K3RS.

URAIAN TUGAS :1. Mencatat notulen rapat rutin.

2. Mengumpulkan dokumen yang berkaitan dengan K3RS.

PERSYARATAN JABATAN:Pendidikan minimal SLTA dari segala jurusan.

TANGGUNG JAWAB:Bertanggung jawab kepada Ketua Panitia K3 RSUD Syekh Yusuf

d. Penanggung Jawab Penanggulangan Kebakaran

NAMA JABATAN :Penanggung Jawab Penanggulangan Kebakaran

TUGAS POKOK :Membantu ketua dalam melaksanakan kegaitan K3 di RSUD Syekh Yusuf khususnya di bidang pencegahan dan penanggulangan kebakaran.

WEWENANG :Bertanggung jawab dalam pelaksanaan program penanggulangan kebakaran di RSUD Syekh Yusuf

URAIAN TUGAS :1. Melaksanakan program pencegahan dan penanggulangan kebakaran.

2. Melakukan identifikasi risiko bahaya kebakaran di lingkungan RSUD Syekh Yusuf3. Melakukan pengecekan sarana dan prasarana yang menunjang pencegahan dan penanggulangan kebakaran.

PERSYARATAN JABATAN:Minimal pengalaman di bidang Maintenance selama 1 tahun.

TANGGUNG JAWAB:Bertanggung jawab kepada Ketua Panitia K3 RSUD Syekh Yusuf

e. Penanggung Jawab Kewaspadaan Bencana

NAMA JABATAN :Penanggung Jawab Kewapadaan Bencana

TUGAS POKOK :Membantu ketua dalam melaksanakan kegiatan K3 di RSUD Syekh Yusuf khususnya di bidang kewaspadaan bencana.

WEWENANG :Bertanggung jawab dalam pelaksanaan program kewaspadaan bencana di RSUD Syekh Yusuf

URAIAN TUGAS:Melaksanakan program kewaspadaan bencana.

PERSYARATAN JABATAN:Minimal D3 Keperawatan yang bertugas di UGD.

TANGGUNG JAWAB:Bertanggung jawab kepada Ketua Panitia K3 RSUD Syekh Yusuf

f. Penanggung Jawab Kesehatan Lingkungan Kerja

NAMA JABATAN :Penanggung Jawab Kesehatan Lingkungan Kerja

TUGAS POKOK :Membantu ketua dalam melaksanakan kegiatan K3 di RSUD Syekh Yusuf khususnya di bidang kesehatan lingkungan kerja.

WEWENANG :Bertanggung jawab dalam pelaksanaan program kesehatan lingkungan kerja di RSUD Syekh Yusuf

URAIAN TUGAS :Melaksanakan program kesehatan lingkungan kerja.

PERSYARATAN JABATAN:Minimal D3 Keperawatan.

TANGGUNG JAWAB:Bertanggung jawab kepada Ketua Panitia K3 RSUD Syekh Yusuf

g. Penanggung Jawab Kesehatan Kerja

NAMA JABATAN :Penanggung Jawab Kesehatan Kerja.

TUGAS POKOK :Membantu ketua dalam melaksanakan kegiatan K3 di RSUD Syekh Yusuf khususnya di bidang kesehatan kerja.

WEWENANG :Bertanggung jawab dalam pelaksanaan program kesehatan kerja di RSUD Syekh Yusuf

URAIAN TUGAS :Melaksanakan program kesehatan kerja.

PERSYARATAN JABATAN:Minimal D3 Keperawatan.

TANGGUNG JAWAB:Bertanggung jawab kepada Ketua Panitia K3 RSUD Syekh Yusuf

h. Tenaga Pendukung Panitia K3RS

NAMA JABATAN :Tenaga Pendukung Panitia K3RS.

TUGAS POKOK :Membantu panitia K3RS dalam memobilisasi kegiatan K3 di RSUD Syekh Yusuf

WEWENANG :Bertanggung jawab melaksanakan mobilisasi kegiatan K3 di RSUD Syekh Yusuf

URAIAN TUGAS :Mobilisasi pegawai dalam penanggulangan bencana di RSUD Syekh Yusuf

PERSYARATAN JABATAN:1. Kepala Bagian

2. Kepala Instalasi

3. Kepala Ruangan

TANGGUNG JAWAB:Bertanggung jawab kepada Ketua Panitia K3 RSUD Syekh Yusuf

D. RENCANA PROGRAM 1.Pengembangan kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit

a. Pembentukan atau revitalisasi organisasi K3RS;

b. Merencanakan program K3RS selama 3 tahun ke depan (setiap 3 tahun dapat direvisi kembali, sesuai dengan kebutuhan

2.Pembudayaan perilaku Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)

a. Advokasi sosialisasi K3 pada seluruh jajaran Rumah Sakit, baik bagi pekerja, pasien maupun pengunjung Rumah Sakit;

b. Penyebaran media komunikasi dan informasi baik melalui film, leaflet, poster, pamflet, dll;

c. Promosi K3 pada setiap pekerja yang bekerja disetiap unit RS dan para pasien serta para pasien serta pengunjung Rumah Sakit.

3.Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) K3RS

a. Pelatihan Umum K3RS;

b. Pelatihan intern Rumah Sakit, khususnya pekerja perunit Rumah Sakit;

c. Pengiriman SDM untuk pendidikan formal, pelatihan lanjutan, seminar dan workshop yang berkaitan dengan K3.

4.Pengembangan Peodoman, Petunjuk Teknis dan Standard Operasional Procedure (SOP) K3RS

a. Penyusunan pedoman praktis ergonomic di Rumah Sakit;

b. Penyusunan pedoman pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja;

c. Penyusunan pedoman pelaksanaan pelayanan keselamatan kerja;

d. Penyusunan pedoman pelaksanaan tanggap darurat di RS;

e. Penyusunan pedoman pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan kebakaran;

f. Penyusunan pedoman pengelolaan penyehatan lingkungan Rumah Sakit;

g. Penyusunan pedoman pengelolaan factor resiko dan pengelolaan limbah Rumah Sakit;

h. Penyusunan petunjuk teknis pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana;

i. Penyusunan control terhadap penyakit infeksi;

j. Penyusunan SOP angkat angkut pasien di Rumah Sakit;

k. Penyusunan SOP terhadap Bahan Beracun dan Berbahaya (B3);

l. Penyusunan SOP kerja dan peralatan di masing-masing unit kerja Rumah Sakit.

5.Pemantauan dan evaluasi kesehatan lingkungan tempat kerja

a. Mapping lingkungan tempat kerja (area atau tempat kerja yang dianggap beresiko dan berbahaya, area/tempat kerja yang belum melaksanakan program K3RS, area/tempat kerja yang sudh melaksanakan program K3RS, area/tempat kerja yang sudah melaksanakan dan mendokumentasikan pelaksanaan program K3RS);

b. Evaluasi lingkungan tempat kerja (walk through dan observasi, wawancara SDM Rumah Sakit, survey dan kuesioner, checklist dan evaluasi lingkungan tempat kerja secara rinci.

6.Pelayanan kesehatan kerja

a. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus bagi SDM Rumah Sakit;

b. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi SDM Rumah Sakit yang menderita sakit;

c. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik SDM Rumah Sakit;

d. Perlindungan spesifik dengan pemberian imunisasi pada SDM Rumah Sakit yang bekerja pada area/tempa kerja yang beresiko dan berbahaya;

e. Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja.

7.Pelayanan keselamatan kerja

a. Pembinaan dan pengawasan keselamatan/keamanan sarana, prasarana dan peralatan kesehatan di Rumah Sakit;

b. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja di Rumah Sakit;

c. Pengelolaan, pemeliharaan dan sertifikasi sarana, prasarana dan peralatan Rumah Sakit;

d. Pengadaan peralatan K3RS.

8.Pengembangan program pemeliharaan pengelolaan limbah padat, cair dan gas

a. Penyediaan fasilitas untuk penanganan dan pengelolaan limbah padat, cair dan gas;

b. Pengelolaan limbah medis dan non medis.

9.Pengelolaan jasa, bahan beracun berbahaya dan barang berbahya

a. Inventarisasi jasa, bahan beracun berbahaya dan barang berbahya (Permenkes No. 472 tahun 1996);

b. Membuat kebijakan dan prosedur pengandaan, penyimpanan dan penanggulangan bila terjadi kontaminasi dengan acuan Lembar Data Keselamatan Bahan (MSDS-Material Safety Data Sheet) atau Lembar Data Pengaman(LDP); lembar informasi dari pabrik tentang sifat khusus (fisik/kimia) dari bahan, cara penyimpanan, resiko pajanan dan cara penanggulangan bila terjadi kontaminasi.

10.Pengembangan manajemen tanggap darurat

a. Menyusun rencana tanggap darurat (survey bahaya, membentuk tim tanggap darurat, menetapkan prosedur pengendalian, pelatihan, dll;

b. Pembentukan organisasi/tim kewaspadaan bencana;

c. Pelatihan dan uji coba terhadap kesiapan petugas tanggap darurat;

d. Inventarisasi tempat-tempat beresiko dan berbahaya serta membuat denahnya (laboratorium, rontgen, farmasi, CSSD, kamar operasi, genset, kamar isolasi penyakit menular, dll;

e. Menyiapkan sarana dan prasarana tanggap darurat/bencana;

f. Membuat kebijakan prosedur kewaspadaan, upaya pencegahan dan pengendalian bencana pada tempat-tempat yang beresiko tersebut;

g. Membuat rambu-rambu/tanda khusus jalan keluar untuk evakuasi apabila terjadi bencana.

h. Memberikan Alat Pelindung Diri (APD) pada petugas di tempat-tempat yang beresiko (masker, apron, kaca mata, sarung tangan dll);

i. Sosialisasi dan penyuluhan ke seluruh SDM Rumah Sakit;

j. Pembentukan system komuinikasi internal dan eksternal tanggap darurat Rumah Sakit;

k. Evakuasi system tanggap darurat.

11.Pengumpulan, pengolahan, dokumentasi data dan pelaporan kegiatan K3

a. Menyusun prosedur pencatatan dan pelaporan serta penanggulangan kecelakaan kerja, PAK, kebakaran dan bencana (termasuk format pencatatan dan pelaporan yang sesuai dengan kebutuhan);

b. Pembuatan system pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya (alur pelaporan kejadian nyaris celaka dan celaka serta SOP pelaporan, penanganan dan tindak lanjut kejadian nyaris celaka (near miss) dan celaka);

c. Pendokumentasian data :

Data seluruh SDM Rumah Sakit;

Data SDM Rumah Sakit yang sakit dilayani;

Data pekerja luar Rumah Sakit yang sakit dilayani;

Data pemeriksaan kesehatan SDM Rumah sakit

i. Sebelum bekerja (awal) (orang);

ii. Berkala (orang)

iii. Khusus (orang)

Cakupan MCU bagi SDM Rumah Sakit;

Angka absensi SDM Rumah Sakit;

Kasus penyakit umum pada pekerja luar Rumah Sakit;

Jenis penyakit yang terbanyak dikalangan pekerja Rumah Sakit;

Jenis penyakit yang terbanyak dikalangan pekerja Luar Rumah Sakit;

Kasus penyakit akibat kerja (SDM Rumah Sakit);

Kasus penyakit akibat kerja (pekerja luar Rumah Sakit);

Kasus diduga penyakit akibat kerja (SDM Rumah Sakit);

Kasus diduga penyakit akibat kerja (pekerja luar Rumah Sakit);

Kasus kecelakaan akibat kerja (SDM Rumah Sakit);

Kasus kecelakaan akibat kerja (pekerja luar Rumah Sakit);

Kasus kebakaran/peledakan akibat bahan kimia;

Data kejadian nyaris celaka (near miss) dan celaka;

Data sarana, prasarana dan peralatan keselamatan kerja;

Data perizinan;

Data kegiatan pemantauan keselamatan kerja;

Data pelatihan dan sertifikasi;

Data pembinaan dan pengawasan terhadap kantin dan pengelolaan makanan di Rumah Sakit (dapur);

Data promosi kesehatan dan keselamatan kerja bagi SDM Rumah Sakit, pasien dan pengunjung/pengantar pasien;

Data petugas kesehatan RS yang berpendidikan formal kesehatan kerja, sudah dilatih kesehatan dan keselamatan kerja dan sudah dilatih tentang diagnose PAK;

Data kegiatan pemantauan APD (jenis, jumlah, kondisi dan penggunaannya);

Data kegiatan pemantauan kesehatan lingkungan kerja dan pengendalian kesehatan lingkungankerja dan pengendalian bahaya di tempat kerja (unit kerja Rumah Sakit).

12.Review program tahunan

a. Melakukan internal audit K3 dengan menggunakan instrument self assessment akreditasi Rumah Sakit;

b. Umpan balik SDM Rumah Skit melalui wawancara langsung, observasi singkat, survey tertulis dan kuesioner, dan evaluasi ulang;

c. Analisa biaya terhadap SDM Rumah Sakit atas kejadian penyakit dan kecelakaan akibat kerja;

d. Mengikuti akreditasi Rumah Sakit.

BAB III

FASILITAS DAN PERALATANDengan mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1087/MENKES/SK/VIII/2010 tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit, maka pedoman standar Fasilitas dan Peralatan sebagai berikut :

A. SISTEM KOMUNIKASI1. Tersedia saluran telepon internal dan eksternal dan berfungsi dengan baik;

2. Tersedia saluran telepon khusus untuk keadaan darurat (untuk UGD, sentral telepon dan posko tanggap darurat);

3. Instalasi kabel telah terpasang rapi, aman dan berfungsi dengan baik;

4. Tersedia komunikasi lain (HT, paging system dan alarm) untuk mendukung komunikasi tanggap darurat;

5. Tersedia system panggilan perawat (nurse call) yang terpasang dan berfungsi dengan baik;

6. Tersedia system tata suara pusat (central sound system);

7. Tersedia peralatan pemantau kemanan/CCTV (close circuit television).

B. ALAT PELINDUNG DIRI

Alat pelindung diri adalah alat yang dipergunakan untuk pengaman bagi pegawai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya terhadap resiko terkontaminasi diri dari pasien, radiasi penyinaran, bahan berbahaya dan beracun (B3), penggunaan peralatan, dll.

Jenis - jenis APD dan pemanfaatannya meliputi:

1. Pelindung kepala; a. Penutup atau Pengaman RambutDigunakan di Kamar Operasi, ICU, Laboratorium, Ruang Peracikan Obat, IRD, semua ruang tindakan pasien, laundry dan dapur.b. Helmet

Digunakan di tempat pengolahan limbah, gudang, area pembangunan

2. Pelindung mata ; Kacamata pelindung digunakan pada tempat pengolahan limbah

3. Pelindung telinga; Sumbat telinga digunakan pada tempat yang bising seperti daerah sekitar generator.4. Pelindung pernapasan ; Masker digunakan di Kamar Operasi, ICU, Laboratorium, Ruang peracikan obat, IRD, semua ruang tindakan pasien, Radiologi, Ruang perawatan penyakit menular, Laundry, dan Dapur serta tempat pengolahan limbah.5. Pelindung tangan; Sarung tangan tindakan digunakan pada saat melakukan tindakan terhadap pasien di Kamar Operasi, ICU, Laboratorium, IRD, Radiologi, semua ruang tindakan pasien, serta Ruang perawatan penyakit menular, dan Ruang peracikan obat. Sarung tangan panjang digunakan Laundry, dan tempat pengolahan limbah.6. Pelindung kaki digunakan pada di Kamar Operasi, ICU, Laboratorium, IRD, semua ruang tindakan pasien, serta Ruang perawatan, Laundry, Dapur, Tempat pengolahan limbah.7. Pelindung Badan ; Apron dada digunakan di Radiologi, baju tindakan digunakan di kamar Operasi, jas laboratorium digunakan di laboratorium.C. PERLENGKAPAN KEAMANAN PASIEN

Merupakan sarana yang berkaitan dengan fisik gedung atau bangunan rumah sakit dengan mengutamakan keamanan dan kenyamanan pasien, keluarga pasien, dan pengunjung Rumah Sakit. Fasilitas perlengkapan tersebut meliputi :

1. Pegangan pada tepi tangga;

2. Pegangan pengaman pada samping kloset dan bel panggil;

3. Pintu dapat dibuka dari luar;

4. Tempat tidur dilengkapi tralis penahan dibagian tepi;5. Sumber listrik (stop kontak) mempunyai pengaman;

6. Pasokan Oksigen cukup di tempat-tempat penting, seperti Kamar Operasi, ICU, IGD;

7. Tersedia suction/alat penghisap pada keadaan gawat darurat;

8. Pasokan tenaga listrik 24 jam pengganti listrik PLN bilamana padam.

D. PERALATAN PEMADAM KEBAKARANBangunan rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas pemadam kebakaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku.1. Tersedia APAR sesuai dengan Norma Standar Pedoman dan Manual (NSPM) Kebakaran seperti yang diatur oleh Permenaker No. 4 tahun 1980.

2. Hidran terpasang dan berfungsi dengan baik dan tersedia air yang cukup sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan;

3. Tersedia alat penyemprot air (sprinkler) dengan jumlah yang memenuhi kebutuhan luas area;

4. Tersedia koneksi Siamese;

5. Tersedia pompa HIDRAN dengan generator cadangan;

6. Tersedia dan tercukupi air untuk pemadaman kebakaran;

7. Tersedia instalasi alarm kebakaran otomatis/manual sesuai dengan Permenaker No. 2 tahun 1983.

E. PENANGANAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN 1. PengertianBahan berbahaya dan beracun adalah bahan atau zat yang mempunyai karakteristik mudah terbakar, mudah meledak, beracun bersifat reaktif koroksif atau menyebabkan infeksi.

Bahan Mudah Terbakar : Bahan yang apabila berdekatan dengan api, percikan api, gesekan atau sumber nyala lain akan, mudah menyala / terbakar dan apabila telah nya akan terus terbakar dalam waktu lama.

Bahan Mudah Meledak : Bahan yang melalui reaksi kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan yang tinggi yang dengan cepat merusak lingkungan sekitar

Bahan Bersifat Reaktif : Bahan yang mudah menyebabkan kebakaran atau ledakan karena sifat kimia yang tidak stabil pada suhu tinggi karena mengalami oksidasi.

Bahan Korosif : Bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit atau mengkorosikan baja.

Bahan Infeksious : Bahan yang berbahaya bagi lingkungan karena mengandung kuman penyakit yang dapat menular.

Bahan Beracun : Adalah bahan yang mengandung racun berbahaya bagi manusia dan lingkungan karena dapat menyebabkan kematian atau sakit serius

Bahan Iritan : Adalah bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit dan selaput lendir

Material Safety Sheet ( MSDS ) : Lembar data pengaman Bahan adalah lembar petunjuk yang berisi informasi tentang sifat fisik, kimia dari bahan berbahaya dan beracun, cara pengamanan dan tindakkan khusus yang dapat dilakukan dalam keadaan darurat apabila terpapar bahan berbahaya dan beracun.

2. Ketentuan

a. Pemesanan

1) Pemesanan Bahan berbahaya dan beracun dapat dilakukan apabila disertai permintaan tertulis yang ditandatangani oleh kepala bagian logistik farmasi

2) Pemesanan bahan berbahaya dan beracun menggunakan nota pemesanan yang terpisah dengan bahan yang tidak termasuk bahan berbahaya dan beracun

3) Pemesanan harus disertai dengan notifikasi bahwa bahan yang dipesan merupakan B3

4) Pemesanan dilakukan melalui Distributor resmi yang terdaftar pada balai POM atau Departemen perindustrian dan perdagangan

5) Setiap pemesanan harus mencantumkan dengan jelas nama bahan, nama dagang, nama kimia, jumlah yang dipesan nama dan alamat distributor.

6) Setiap pemesanan harus mencantumkan pernyatan bahwa pihak distributor akan melampirkan MSDS pada saat penyerahan B3

7) Tidak diperkenankan memesan B3 yang terlarang berdasarkan peraturan pemerintah RI No. 74 tahun 2001 tentang pengelolaan bahan berbahaya dan beracun

8) Pemesanan B3 yang termasuk golongan bahan dengan penggunaan terbatas sesuai dengan peraturan pemerintah RI No. 74 Tahun 2001 tentang pengelolan bahan berbahaya dan beracun harus mendapat persetujuan PK3RS dengan masa berlaku 1 tahun

b. Penyerahan Barang

1) Pada saat penyerahan B3, nota penyerahan harus mencantumkan dengan jelas nama, bahan, nama dagang, nama kimia jumlah bahan nama distributor, dan nama pengimpor / produsen.

2) Setiap B3 yang diserahkan harus disertai dengan lembar data pengaman bahan (material Safety data sheet) yang berisi merek dagang, rumus kimia jenis B3, klasifikasi, teknik penyimpanan, dan tatacara penanganan bila kecelakaan

3) Pada saat diserahkan, B3 harus memenuhi syarat sebagai berikut :a) Diserahkan dalam bentuk kemasan yang kompak

b) Wadah kemasan tidak bocor

c) Tidak berkarat

d) Tidak rusak

e) Disertai dengan penandaan nama dangan, nama bahan, berat yang sesuai dengan yang tertera pada nota penyerahan bahan

4) Setiap B3 yang diserahkan harus telah memiliki tanda peringatan sesuai dengan jenis dan bahayanya. Simbol bahaya dan petunjuk P3K yang mudah dilihat, dibaca, dimengerti dan tidak luntur

5) Bahan berbahaya dan beracun tidak dapat diterima apabila :

a) Dokumen tidak lengkap

b) Sudah kadaluarsa

c) Label yang tertera pada bahan dan dokumen tidak cocok

6) Penyerahan B3 harus dilakukan secara langsung kepala petugas bagian logistik sedangkan bahan langsung ditempatkan pada ruang Penyimpanan B3

c. Penanganan Bahan Kimia

1) Penandaan

a) Setiap bahan berbahaya dan beracun harus diberikan penandaan agar dapat dikenali oleh setiap orang

b) Penandaan meliput nama bahan, nama kimia dan simbol bahan berbahayaan beracun ( B3 )

c) Penandaan harus diberikan pada setiap kemasan luar/ pembungkus bahan, dengan tulisan dan simbol yangs jelas, mudah terbaca, tidak mudah terlepas dan bertahan lama

d) Simbol yang dipergunakan untuk penandaan bahan B3 mengacu pada ketentuan yang berlaku yaitu sebagai berikut

BAHAN IRITASI

BAHAN TOKSIK

BAHAN KOROSIF

BAHAN MUDAH MELEDAK

BAHAN OKSIDATOR

BAHAN MUDAH TERBAKAR

2) Tata Cara pengunaan Bahan Berbahaya dan Beracun

a) Dalam menangani bahan kimia berbahaya dan beracun setiap karyawan harus menghindari terjadinya inhalasi bahan, penyerapkan melalui kulit, tertelan melalui mulut, atau kontak langsung dengan peralatan/ bahan yang terkantaminasi.

b) Pengambilan bahan kimia cair dengan mempergunakan pipet yang disedot dengan mulut tidak diperkenankan karena dapat menyebabkan tertelanya bahan kimia tersebut.

c) Dalam menuangkan bahan kimia cair, tidak boleh dilakukan dengan terburu- buru yang sampai mengotori label

d) Sebelum menuangkan bahan kimia, pekerja harus membaca dengan teliti label kimia. Apabila label sudah tidak jelas atau tidak ada maka tidak diperkenankan mengambil bahan kimia dari kontener

e) Apabila menuang bahan kimia cair dari kontener yang besar kedalam gelas ukur yang kecil maka gelas ukur harus ditahan agar cairan tidak tumpah

f) Setiap pekerja yang menangani bahan kimia berbahaya dan beracun harus mempergunakan sarung tangan gown. Sepatu tertutup dan celana pendek, baju lengan diperkenankan dan sepatu yang terbuka apabila bekerja dengan bahan kimia yang berbahaya dan beracun

g) Makan, minum atau merokok tidak diperkenankan apabila sedang bekerja dengan bahan kimia bebahaya dan beracun

h) Tidak diperkenankan mengembalikan bahan kimia yang berlebih setelah ditungkan kedalam wadah semula karena hal ini akan dapat menimbulkan suatu reaksi kimia yang berbahaya. Harus diupayakan pengambilan bahan secara tepat tanpa berlebihan

i) Apabila sedang mengerjakan pencampuran bahan kimia, tidak diperkenankan meninggalkan tempat sehingga proses pencampuran/reaksi tidak diawasi

j) Tidak diperkenankan mencicipi/meras bahan kimia jenis apapun. Apabila harus mencium bahan kimia maka lakukan sehingga hanya sebagai kecil uap yang masuk kehidung

k) Tidak diperkenankan menyimpan mantel, baju lais, atau buku dalam ruang berisi bahan kimia karena bisa terkontaminasi oleh bahan kimia3) Tatacara Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun

a) Untuk menghindari terjadinya kecelakaan akibat bahan kimia berbahaya maka bahan kimia berbahaya dan beracun harus disimpan. Dipergunakan dan dibuang dengan cara yang sesuai tertentu

b) Setiap bagian dan setiap personal di rumah sakit harus melakukan secara benar seluruh ketentuan penyimpanan, penggunaan pembuangan bahan kimia berbahaya dan beracun

c) Setiap bagian yang menyimpan bahan kimia berbahaya dan beracun dalam jumlah besar dan jenis bahan kimia yang banyak, harus mempunyai ruangan penyimpanan khusus

d) Semua bahan kimia berbahaya dan beracun harus diberikan label yang benar agar tidak terjadi pencampuran bahan yang tidak sesuai

e) Semua bahan kimia berbahaya dan beracun harus diperiksa secara teratur untuk mendeteksi kebocoran atau kerusakan wadah

f) Bahan kimia yang menjadi basah akibat kelembaban yang tinggi harus dikeringkan sebelum dipergunakan

g) Sampah yang berasal dari bahan kimia harus dibuang pada kontener yang telah disiapkan khusus untuk bahan tersebut, tidak boleh dibuang pada sampah untuk bahan kimia lain.

h) Tidak diperkenankan mempergunakan lampu spirtus dalam ruang berisi bahan kimia apabila tidak diinstruksikan

i) Setiap wadah dari gelas harus diperiksa apakah ada keretakan atau tidak karena akan menyebabkan cedera serius apabila terjadi kebocoran bahan kimia.

j) Untuk menghindari terjadinya peledakan bahan kimia maka setiap bahan kimia dengan konsentrasi yang tinggi harus disimpan dalam rungan suhu yang lebih rendah dari titik nyala bahan kimia tersebut

k) Setiap bahan kimia yang mudah meledak atau terbakar harus diidentifikasi titik nyala dari bahan tersebut

l) Setiap karyawan harus memperhatikan bahwa beberapa bahan kimia padat tidak boleh terkena air, terkena pemanasan. Terjadi gesekan atau terkena cahaya/sinar matahari karena akan mudah terbakar.

m) Setiap karyawan harus mengetahui dari alat pemadam. Api ringan ( APAR), tempat pembilasan, dan mengetahui cara mempergunakan peralatan tersebut

n) Setelah kejadian pemaparan, kecelakan peledakan atau adanya tumpuhan bahan, karyawan harus segera memberitahukan kepala bagiannya atau atasan langsung

d. Penganganan Bahan Gas

1) Penggunalan Gas yang tidak benar dapat menimbulkan peledakan, kebakam, keracunan intoksidasi akibat inhalasi gas tau dapat mencederai kulit. Karena di rumah sakit terdapat banyak jenis gas yang berbahaya dengan efek yang bermacam-macam maka dibuat beberapa ketentuan umum yang berlaku untuk semua tindakan yang mempergunakan gas.

2) Pemakaian lampu spiritus ( Bunsen ) pada daerah yang mengndung gas harus dilakukan dengan sangat hati hati dan hanya dapat dilakukan apabila tidak terdapat kebocoran gas. Lampu spiritus harus segeraa dimatikan apabila tidak dipegunakan. Apabila sedang ada nyata api maka tidak diperkenankan menggunakan oksigen

3) Merokok dilarang diseluruh bagian, seluruh tempat tindakan di rumah sakit apabila ditempatkan gas dan penganan yang mempergunakan gas

4) Penyimpanan gas apabila memungkinkan tempat yang berjauhan dengan pusat kegiatan pelayanan dan dilindungi dari pemaparan suhu tinggi

5) Seluruh tabung gas harus diberi label yang jelas. Tabung yang tidak berlabel tidak boleh dipergunakan karena sangat membahayakan.

6) Seluruh staf harus mengetahui tatacara mengidentifikasi gas berdasarkan kode warna yang disepakati

7) Pengangkutan tabung gas dan pengisian gas harus mempergunakan troli yang menahan tang gas tidak jatuh

8) Dalam menuang gas bentuk cair maka tidak boleh terjadi tumpahan gas pada pakaian dan lantai

9) Setiap pekerjaan harus mempergunakan pakaian pelindungan masker, sarung tangan dan baju lengan panjang.

e. Penyimpanan Bahan Berbahaya Dan Beracun

1) Persyaratan Umum Ruang Penyimpanan

a) Ruangan penyimpanan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

Kedap air, tidak bocor, ada ventillasi untuk mencegah akumulasi gas, lubang angin harus dilengkapi dengan kasa penutup agas burung dan binatang tidak masuk dan dilengkapi penerangan yang mencukupi

Instansi penerangan harus tidak menimbulkan ledakan, dengan memsang lampu penerangan minimal 1 meter diatas kemasan dan semua saklar untuk ruang bahan mudah tebakar tepasang dari sisi luar

Tersedia sarana pencucian yang dekat lokasi dan memada misalnya wastafel untuk terpapar bahan berbahaya dan beracun

Tesedia sistim pemadam kesadaran dan deteksi kebakaran yang sesuai dengan luas ruang dan jenis bahan yang disimpan

Tersedia pembangkit listrik cadanngan yang berfungsi secara otomatik apabila terjadi gangguan aliran listrik

Tersedia fasilitas pertolongan pertama pada kecelakaan dalam jumlah dan jenis yang memadai

Peralatan komunikasi dalam ruang penyimpanan harus tersedia agar memudahkan komunikasi dengan bagian lain.

Setiap ruang penyimpanan harus mempunyai pompa penyedot tumpahan B3 yang juga berfungsi menyedot tumpahan cair

Tersedia pengontrol suhu dan kelembaban disetiap ruang penyimpanan bahan berbahaya dan beracun

Ruangan penyimpanan tidak boleh terkena cahaya matahari secara langsung karena dapat menyebabkan terjadi reaksi kimia pda bahan kimia yang tidak stabil

Ruangan penyimpanan bahan berbahaya dan beracun dinyatakan sebagai restrieted area sehingga setiap orang yang tidak berkepentingan tidak diperkenan masuk

Semua sistim pengamanan ruangan penyimpanan bahan kimia harus diperiksa sekurang kurangnya setiap bulan

Setiap hasil pemeriksaan harus didokumentasikan dilaporkan ke PK3RS

b) Penyimpanan bahan berbahaya dan beracun harus mengikuti ketentuan sebagai berikut ;

Dilakukan dengan sistem blok, terdiri dari 2 x 2 kemasan sehingga dapat dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhdap setiap kemasan

Jarak antar blok minimum 60 cm agar masih tersisa runagn untuk melakukan pengawasan rutin

Maksimal tumpukan 3 lapis, apabila lebih maka harus dengan memakai rak, kecuali untuk bahan kimia yang disimpan dalam wadah botol tidak diperkenankan untuk disimpan bersusun

Jarak kemasan tertular tidak boleh kurang 1 meter dari atap

Kemasan B3 yang tidak saling cocok harus disimpan terpisah, tidak dalam 1 blok untuk menghindari terjadinya reaksi kimia yang membahayakan

Penempatan kemasan harus dengan syarat tidak ada kemungkinan tumpah ke kemasan lain.3. Persyaratan Berdasarkan Jenis B3

a. Bahan Beracun

1) Ruangan penyimpanan harus dingin dan berventilasi

2) Jauhkan dari bahan lain yang dapat beraksi

3) Tersedia alat perlindungan diri

b. Bahan Korosif1) Ruangan penyimpanan harus dingin dan berventilasi

2) Bahan disimpan dalam wadah tertutup berlabel

3) Tersedia alat pelindung diri

c. Bahan Mudah Terbakar

1) Ruangan penyimpanan harus dingin dan berventilasi

2) Ruangan / bahan harus jauh dari sumber aoi / panas

4) Hindari terjadinya loncatan api listrik atau bara rokok

5) Tersedia alat pemadam kebakaran

6) Penyimpanan harus dijauhkan dari bahan kimia oksidator

7) Tesedia alat pelindung diri

d. Bahan Mudah Meledak

1) Ruangan penyimpanan harus dingin dan berventilasi

2) Ruangan / bahan harus jauh dari sumber aoi / panas

3) Tersedia alat pemadam kebakaran

4) Tempat penyimpanan tidak menimbulkan gesekan atau benturan mekanis

5) Tesedia alat pelindung diri

e. Bahan Oksidator

1) Rungan penyimpanan harus dingin, kering dan berventilasi

2) Ruangan / bahan harus jauh dari sumber api / panas

3) Ruangan harus kedap air

4) Tersedia alat pemadam kebakaran

5) Tersedia alat pelindung diri

F. PROSEDUR PENANGGULANGAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

1. Air Raksaa. Nama Kimia

: Hg

b. Nama Lain

: Mercury

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi melalui, inhalasi, tertelan. Absorbsi kulit, atau kontak dengan mata.

d. Gejala Keracunan :

1) Mata

: Iritasi mata

2) Kulit

: Iritasi Kulit

3) Inhalasi: Batuk, sakit dada, sesak napas, bronkhitis, pnuemonitis, edema paru, ataxia. Tremor, sakit kepala, nausea, vomiting, insomnia, gelisah, stomatitis, hypersalivasi, gangguan parut, anoreksia, proteinuria, hematemesis, ARF, shock, cardiac areest

e. Pertolongan Pertama1) Segera melakukan irigasi mata dengan mengunakan air mengalir selama 15 menit

2) Segera melakukan pembilasan dengan air

3) Berikan oksigen / bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernapasan

4) Bila tertelan segera lakukan lavase lambung

5) Dapat diberikan antidotum yaitu Dimercaprol

6) Bila perlu dilakukan hemodialisis

f. Pencegahan1) Hindari kontak dengan mata/ kulit

2) Pebelian cepat pada kamar bilas atau kamar mandi2. Alkohola. Nama Kimia: Ethyl Alkohol

b. Nama Lain: Alkohol Ethanol

c. PemaparanPemaparan dapat terjadi melalui inhalasi tertelan atau kontak denga kulit / matad. Gejala Keracunan1) Mata

: Iritasi mata

2) Kulit

: Iritasi Kulit

3) Inhalasi : Sakit kepala, lemas, batuk batuk, pusing, tidak sadar, kerusakan hati, anmia

e. Pertolongan Pertama1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama 15 menit

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan air

3) Berikan oksigen / bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernafasan

4) Bila tertelan, segera lakukan lavase lambung, berikan charcoal untuk menyerap sisa bahan yang masih berada dalam lambung

f. Pencegahan Pemaparan1) Hindari kontak dengan mata/kulit

2) Pakai baju pelindung

g. Pencegahan 1) Hindari kontak dengan mata/ kulit

2) Pakai masker bila kansentrasi > 2000ppm3. Barium Sulfata. Nama Kimia: BaSO4

b. Nama Lain: Barium Sulfate

c. PemaparanPemaparan dapat terjadi mellaui inhalasi, tertelan atau kontak dengan mata/kulit.

d. Gejala Keracunan1) Mata

: Iritasi mata.

2) Kulit

: Iritasi kulit, terbakar.

3) Inhalasim: Iritasi saluran napas, spasme otot, nadi lambat, ekstrasistol, hypokalemia.

e. Target OrganMata, kulit, saluran pernapasan, kardiovaskular.f. Pertolongan Pertama1) Segera lakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun dan air.

3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan bila ada gangguan pernapasan.

g. Pencegahan PemaparanHindari kontak dengan mata/kulit.4. Cidexa. Nama Kimia: Glutaraldehyde (OCH(CH2)3CHO)

b. Nama Lain: Cidex

c. PemaparanPemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, absorbsi kulit, tertelan atau kontak dengan kulit/mata.

d. Gejala Keracunan1) Mata: Iritasi mata.

2) Kulit: Iritasi kulit, dermatitis, sensitisasi kulit.

3) Inhalasi: Mual, muntah, batuk, asma.

e. Target OrganMata, kulit, saluran napas.

f. Pertolongan Pertama1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernapasan.5. Elpijia. Nama Kimia: C3H8/C3H6/C4H10/C4H8

b. Nama Lain: LPG (Liquified Petroleum Gas, Liquified Hidrocarbon Gas)

c. PemaparanPemaparan dapat terjadi melalui inhalasi atau kontak dengan kulit/mata.

d. Gejala Keracunan1) Mata: Iritasi mata, frostbite.

2) Kulit: Frostbite.

3) Inhalasi: Pusing, kesadaran menurun, asfiksia.

e. Target OrganSaluran napas, CNS.

f. Pertolongan Pertama1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernapasan.6. Fenola. Nama Kimia: C6H5OH

b. Nama Lain: Phenol, Carbolic Acid, Hydroxy Benzene, Phenyl Alcohol.

c. PemaparanPemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, absorbsi kulit, tertelan atau kontak dengan kulit/mata.

d. Gejala Keracunan1) Mata: Iritasi mata.

2) Kulit: Iritasi kulit, Dermatitis, kulit terbakar.

3) Inhalasi : Iritasi hidung/tenggorokan, anoreksia, kelemahan, nyeri otot, urin warna gelap, sianosis, kerusakan ginjal dan hati, tremor, konvulsi, twiching.

e. Target OrganMata, kulit, saluran napas, hati, ginjal.

f. Pertolongan Pertama1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernapasan.7. Formalina. Nama Kimia: HCHO

b. Nama Lain: Formaldehyda, Methanal, Methyl Aldehida, Methylene Oxide.

c. PemaparanPemaparan dapat terjadi melalui inhalasi atau kontak dengan mata/kulit.d. Gejala Keracunan1) Mata: Iritasi mata, hiperlakrimasi.

2) Kulit: Iritasi kulit.

3) Inhalasi : Iritasi hidung, tenggorokan, batuk, wheezing, sesak napas, Bronkhitis, Pneumonitis, dan edema paru.

e. Target OrganMata, saluran napas.

f. Pertolongan Pertama1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernapasan.

g. Pencegahan PemaparanHindari kontak dengan mata/kulit.8. Freona. Nama Kimia: CCl4

b. Nama Lain: Karbon klorida, Halon, Tetraklorometana.

c. PemaparanPemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan, absorbsi kulit atau kontak dengan mata/kulit.

d. Gejala Keracunan1) Mata: Iritasi mata.

2) Kulit: Iritasi kulit.

3) Inhalasi : Mual, muntah, pusing, gangguan koordinasi, depresi saraf pusat, gangguan hati, dan ginjal.

e. Target Organ1) Mata, kulit, paru-paru, saraf perifer, hati, ginjal.

2) Menyebabkan kanker hati (pada binatang).

f. Pertolongan Pertama1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernapasan.

g. Pencegahan Pemaparan1) Hindari kontak dengan mata/kulit.

2) Lakukan pembilasan cepat pada ruang bilas atau kamar mandi.9. Hidrogen Peroksidaa. Nama Kimia: H2O2

b. Nama Lain: Peroxide, Hydrogen Diooxyde.

c. PemaparanPemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan atau kontak dengan mata/kulit.

d. Gejala Keracunan1) Mata: Iritasi mata, ulkus cornea.

2) Kulit: Iritasi kulit, vesikel, eritema.

3) Inhalasi: Iritasi hidung, tenggorokan, pneumonia, edema paru.

4) Sistemik: Rambut menjadi putih.

e. Target OrganKulit, mata, saluran napas.

f. Pertolongan Pertama1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernapasan.

g. Pencegahan Pemaparan1) Hindari kontak dengan mata/kulit.

2) Lakukan pembilasan cepat pada kamar bilas atau kamar mandi.

3) Gunakan masker apabila konsentrasi > 10 ppm.10. Karbon Dioksidaa. Nama Kimia: CO2

b. Nama Lain: Gas CO2, Dry Ice.

c. PemaparanPemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan atau kontak dengan mata/kulit.d. Gejala Keracunan1) Mata: Penglihatan kabur, iritasi mata, myosis.

2) Kulit: Melepuh, luka bakar (frosbite).

3) Inhalasi : Sakit kepala, berkeringat, hypersalivasi, asfiksia, kram perut, diare, mual, muntah, lemas, twiching otot, inkoordinasi, kejang.

e. Target OrganSaraf pusat, saraf perifer, cholinesterase darah.

f. Pertolongan Pertama1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernapasan.

g. Pencegahan Pemaparan1) Hindari kontak dengan mata/kulit

2) Pakai pelindung badan.11. Klorina. Nama Kimia: Cl2

b. Nama Lain: Chlorine, Sodium Hypochloride, Precept, Bleaching Agent.

c. PemaparanPemaparan dapat terjadi melalui inhalasi atau kontak dengan kulit/mata.

d. Gejala Keracunan1) Mata: Rasa perih, panas, terbakar.

2) Kulit: Dermatitis, frostbite.

3) Inhalasi : Hipersalivasi, mual, muntah, rinorea, batuk, kesedakan, nyeri substernal, sakit kepala, pusing, sinkope, edema paru, pneumonia, hipoksemia.

e. Target OrganMata, kulit, saluran napas.f. Pertolongan Pertama1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama 15 menit. Bila terjadi frostbite, jangan dibilas dengan air.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun bila belum ada frostbite.

3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernapasan.

4) Kortikosteroid, antibiotika.

g. Pencegahan PemaparanHindari kontak dengan mata/kulit

12. Las Karbida. Nama Kimia: CH2

b. Nama Lain: Acetylene, Ethirine (Gas yang dipakai untuk las).

c. PemaparanPemaparan dapat terjadi melalui inhalasi atau kontrak dengan kulit/mata.

d. Gejala Keracunan1) Mata: Luka beku (frostbite)

2) Kulit: Frostbite

3) Inhalasi: Sakit kepala, pusing, asfiksia.

e. Target OrganSaluran napas, saraf pusat.

f. Pertolongan Pertama1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama 15 menit. Bila terjadi frostbite, jangan dibilas dengan air.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun, bila belum ada frostbite.

3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernapasan.

g. Pencegahan1) Hindari kontak dengan mata/kulit.

2) Pakai masker.

13. Methanola. Nama Kimia: CH3OH

b. Nama Lain: Methyl alkohol, Carbinol, Spiritus, Wood alkohol, thiner.

c. PemaparanPemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, absorbsi kulit, tertelan atau kontak dengan kulit/mata.d. Gejala Keracunan1) Mata: Iritasi, gangguan penglihatan, kerusakan saraf mata.

2) Kulit: Iritasi, dermatitis.

3) Inhalasi : Iritasi saluran napas/hidung, sakit kepala, pusing, mual, muntah, gangguan kesadaran.

e. Target OrganMata, kulit, saluran napas, CNS, GIT.

f. Pertolongan Pertama1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernapasan.

4) Lakukan lavese lambung, dapat diberikan Charcoal.

5) Dapat diberikan antidotom yaitu Ethanol atau Fomeprazole.

g. Pencegahan1) Hindari kontak dengan mata/kulit.

2) Pakai masker bila > 2000 ppm.

14. Natrium Hidroksidaa. Nama Kimia: NaOH

b. Nama Lain: Caustic Soda, Lye, Sodium Hydrate

c. PemaparanPemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan, absorbsi kulit, kontak dengan kulit/mata.

d. Gejala Keracunan1) Mata: Iritasi mata.

2) Kulit: Iritasi kulit, kulit terbakar.

3) Inhalasi : Iritasi mukosa saluran napas, pneumonitis, kerontokan rambut temporer.

e. Target OrganMata, kulit, saluran napas.f. Pertolongan Pertama1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan air.

3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernapasan.

g. Pencegahan1) Hindari kontak dengan mata/kulit.

2) Pakai masker bila > 10 mg/m315. Nitrogen Dioksidaa. Nama Kimia: N2O

b. Nama Lain: Nitrogen peroksida, Dinitrogen tetraoksida-gas anestesi

c. PemaparanPemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan atau kontak dengan kulit/mata.

d. Gejala Keracunan1) Mata: Iritasi mata, penglihatan kabur, frostbite.

2) Kulit: Iritasi kulit, melepuh, frostbite.

3) Inhalasi: Iritasi hidung/tenggorokan, anastesi, batuk, frothy sputum, penurunan fungsi paru, bronkitis, sesak napas, edema paru, sianosis, takipnea, takikardia.

e. Target OrganMata, saluran napas, kardiovaskular.

f. Pertolongan Pertama1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernapasan.

g. Pencegahan1) Hindari kontak dengan mata/kulit.

2) Pakai masker bila konsentrasi lebih besar 20 ppm.

16. Nitrogliserina. Nama Kimia: CH2NO3CHNO3CH2NO3

b. Nama Lain: Glyceryl, Trinitrate, Trynitroglycerynec. PemaparanPemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, absorbsi kulit, tertelan atau kontak dengan kulit/mata.

d. Gejala Keracunan1) Mata: Iritasi mata

2) Kulit: Iritasi kulit

3) Inhalasi: Sakit kepala, pusing, mual, muntah, nyeri perut, hipotensi, flushing, Palpitasi, methemoglobinemia, delirium, depresi saraf pusat.

e. Target OrganKardiovaskuler, darah, kulit, saraf pusat

f. Pertolongan Pertama1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

3) Berikan oksigen/bantuan pemaparan apabila ada gangguan pernapasan.

g. Pencegahan Pemaparan1) Hindari kontak dengan mata/kulit.

2) Lakukan pembilasan dalam ruang bilas atau kamar mandi.

3) Pakai masker.17. Timbala. Nama Kimia: Pb

b. Nama Lain: Lead, Plumbum

c. PemaparanPemaparan dapat terjadi melalui tertelan atau kontak dengan kulit/mata.

d. Gejala Keracunan1) Mata: Iritasi mata

2) Tertelan: Lemah, pucat, insomnia, anoreksia, berat badan menurun, konstipasi, nyeri abdomen, anemia, tremor, paralisis, encephalopati, gangguan ginjal, hipotensi.

e. Target OrganMata, saraf pusat, ginjal, saluran pernapasan, darah.f. Pertolongan Pertama1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernapasan.

4) Lakukan irigasi lambung.

5) Berikan antidotum EDTA atau Dimercaptosuccinic acid

6) Dapat diberikan Carchoal.

g. Pencegahan1) Hindari kontak dengan mata/kulit.

2) Pakai masker.18. Xylenea. Nama Kimia: C6H4(CH3)2.

b. Nama Lain: Orthoxylene-O-Xylol.

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi atau kontak dengan mata/kulit.

d. Gejala Keracunan1) Mata: Iritasi, vakuolisasi cornea.

2) Kulit: Iritasi, dermatitis.

3) Inhalasi: Iritasi hidung/tenggorokan, pusing, eksitasi, gangguan koordinasi, nausea, vomiting, jalan limbung, abdominal pain, anoreksia.

e. Target OrganMata, kulit, saluran napas, saraf pusat, saluran cerna, darah.

f. Pertolongan Pertama1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernapasan.

g. Pencegahan1) Hindari kontak dengan mata/kulit.

2) Pakai masker bila > 1900 ppm.

19. Wash Bensina. Nama Kimia

: -

b. Nama Lain

: -

c. PemaparanPemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan atau kontak dengan mata/kulit.

d. Gejala Keracunan1) Mata: Iritasi mata, ulkus cornea.

2) Kulit: Iritasi kulit, vesikel, eritema.

3) Inhalasi: Iritasi hidung, tenggorokan, pneumonia, edema paru.

4) Sistemik: Rambut menjadi putih.

e. Target OrganKulit, mata, saluran napas.

f. Pertolongan Pertama1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernapasan.

g. Pencegahan Pemaparan1) Hindari kontak dengan mata/kulit.

2) Lakukan pembilasan cepat pada kamar bilas atau kamar mandi.

3) Gunakan masker apabila konsentrasi > 10 ppm.

G. RAMBU RAMBU

1. Rambu penunjuk arah jalan keluar, alat pemadam api, tempat berbahaya dan tanda-tanda larangan;2. Denah, marka, tempat alat pemadam api;H. SANITASI1. Closet, urinoar, wastafel dan bak mandi dari bahan kualitas baik, utuh dan tidak cacat, serta mudah dibersihkan;2. Urinoar dipasangkan/ditempel pada dinding, kuat dan berfungsi dengan baik;

3. Wastafel dipasang rata, tegak lurus dinding, kuat, tidak menimbulkan bau, dilengkapi disinfektan dan dilengkapi tisu yang dapat dibuang (disposable tissues);

4. Bak mandi tidak berujung lancip, tidak menjadi sarang nyamuk dan mudah dibersihkan;

5. Indeks perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toilet dan kamar mandi 10 : 1;

6. Indeks perbandingan jumlah pekerja dengan jumlah dengan jumlah toiletnya dan kamar mandinya 20 :1;

7. Air untuk keperluan sanitasi seperti mandi, cuci, urinoar, wastafel, closet, keluar dengan lancar dan jumlahnya cukup.

I. PENGOLAHAN LIMBAH1. Pengertian

b. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas.c. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non-medis.d. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.e. Limbah padat non-medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman, dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.f. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.g. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti insinerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi, dan pembuatan obat citotoksik.h. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme patogen yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan organism tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan.i. Limbah sangat infeksius adalah limbah berasal dari pembiakan dan stock bahan sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan dan bahan lain yang telah diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius.j. Limbah sitotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang mempunyai kemampuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup.k. Minimasi limbah adalah upaya yang dilakukan rumah sakit untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara mengurangi bahan (reduce), menggunakan kembali limbah (reuse) dan daur ulang limbah (recycle)

2. Pengolahan Limbah

a. Limbah padat1) Tersedianya tempat/kontainner penampung limbah sesuai dengan criteria limbah;2) Tersedianya incinerator atau yang sejenisnya, terpelihara dan berfungsi dengan baik;3) Tersedia tempat pembuangan limbah padat sementara, tertutup dan berfungsi dengan baik. b. Limbah cairTersedianya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dengan perizinannya.

c. Limbah gasMonitoring limbah gas berupa NO2, So2, logam berat, dan dioksin dilakukan minimal 1 (satu) kali setahun.

J. SERTIFIKASI DAN PERIZINAN

Sarana, prasarana dan peralatan Rumah Sakit harus sesuai standar pelayanan Rumah sakit dengan dilengkapi sertifikasi dan perizinan. Perizinan sesuai dengan peraturan yang berlaku meliputi :

1. Izin Mendirikan Bangunan;

2. Izin berdasarkan Undang-undang Gangguan;

3. Rekomendasi Dinas Pemadam Kebakaran;

4. Izin Operasional Rumah Sakit;

5. Izin Instalasi Listrik;

6. Izin Pemakaian Diesel;

7. Izin Instalasi Petir;

8. Izin Pemakaian Boiler;

9. Penggunan Radiasi;

10. Izin Bejana Tekan;

11. Izin Pengolahan Limbah Padat, Cair dan Gas.

BAB IV

KEBIJAKAN DAN PROSEDURA. KEBIJAKAN UMUM

Rumah Sakit merupakan tempat kerja yang padat karya, pakar, modal dan teknologi. Namun keberadaan Rumah Sakit juga memiliki dampak negative terhadap timbulnya penyakit dan kecelakaan kerja akibat kerja, bila Rumah Sakit tersebut tidak melaksanakan prosedur K3. Oleh sebab itu, perlu dilaksanakan regulasi sebagai berikut :

1. Membuat kebijakan tertulis dari pimpinan Rumah Sakit;

2. Menyediakan Organisasi K3RS sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 432/Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen K3 d Rumah Sakit;

3. Melakukan sosialisasi K3RS pada seluruh jajaran Rumah Sakit;

4. Membudayakan perilaku K3RS;

5. Meningkatkan SDM yang professional dalam bidang K3 di masing-masing unit kerja di Rumah Sakit;

6. Meningkatkan Sistem Informasi K3RS.B. PROSEDUR PROSEDUR

1. Advokasi ke pimpinan Rumah Sakit, sosialisasi dan pembudayaan K3RS;

2. Menyusun kebijakan K3RS yang ditetapkan oleh pimpinan Rumah Sakit;

3. Membentuk Organisasi K3RS;

4. Perencanaan K3 sesuai Standar K3RS yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan;

5. Menyusun pedoman, petunjuk teknis dan SOP-K3RS ;

6. Melaksanakan 12 Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS);

7. Melaksanakan evaluasi Pelaksanaan Program K3RS;

8. Melakukan Internal Audit Program K3RS dengan menggunakan instrument penilaian sendiri (self assessment) akreditasi Rumah Sakit yang berlaku;9. Mengikuti Akreditasi Rumah Sakit.

BAB V

FAKTOR FAKTOR BAHAYA DI RUMAH SAKITSumber bahaya yang ada di Rumah Sakit harus diidentifikasi dan dinilai untuk menentukan tingkat resiko yang merupakan tolok ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan PAK.

Bahaya potensial berdasarkan lokasi dan pekerjaan di Rumah Sakit meliputi :NoBahaya

PotensialLokasiPekerja yang paling

Beresiko

1.FISIK :

BisingIPS-RS, laundry, dapur, CSSD, gedung genset-boiler, IPALKaryawan yang bekerja di lokasi tersebut

GetaranRuang mesin-mesin dan peralatan yang menghasilkan getaran (ruang gigi dll)Perawat, cleaning service dll

DebuGenset, bengkel kerja, laboratorium gigi, gudang rekam medis, incineratorPetugas sanitasi, teknisi gigi, petugas IPS dan rekam medis

PanasCSSD, dapur, laundry, incinerator, boilerPekerja dapur, pekerja laundry, petugas sanitasi dan IPS-RS

RadiasiX-Ray, Ok yang menggunakan c-arm, ruang fisioterapi, unit gigiAhli radiologi, radiotherapist dan radiographer, ahli fisioterapi dan petugas roentgen gigi

2.KIMIA :

DisinfektanSemua areaPetugas kebersihan, perawat

CytotoxicsFarmasi, tempat pembuangan limbah, bangsalPekerja farmasi, perawat, petugas pengumpul sampah

Ethylene oxideKamar operasiDokter, perawat

FormaldehydeLaboratorium, kamar mayat, gudang farmasiPetugas kamar mayat, petugas laboratorium dan farmasi

Methyl:

Methacrylate, Hg (amalgam)Ruang pemeriksaan gigiPetugas/dokter gigi, dokter bedah, perawat

SolventsLaboratorium, bengkel kerja, semua area di RSTeknisi, petugas laboratorium, petugas pembersih

Gas-gas anastesiRuang operasi gigi, OK, ruang pemulihanDokter gigi, perawat, dokter bedah, dokter/perawat anastesi

3.BIOLOGIK :

AIDS, Hepatitis B dan Non A Non BIGD, kamar Operasi, ruang pemeriksaan gigi, laboratorium, laundryDokter, dokter gigi, perawat, petugas, petugas laboratorium, petugas sanitasi dan laundry

CytomegalovirusRuang kebidanan, ruang anakPerawat, dokter yang bekerja di bagian ibu dan anak

RubellaRuang ibu dan anakDokter dan perawat

TuberculosisBangsal, laboratorium, ruang isolasiPerawat, petugas laboratorium, fisioterapi

4.ERGONOMIK :

Pekerjaan yang dilakukan secara manualArea pasien dan tempat penyimpanan barang (gudang)Petugas yang menangani pasien dan barang

Postur yang salah dalam melakukan pekerjaanSemua areaSemua karyawan

Pekerjaan yang berulangSemua areaDokter gigi, petugas pembersih, fisioterapis, sopir, operator computer, yang berhubungan dengan pekerjaan juru tulis

5.PSIKOSOSIAL :

Sering kontak dengan pasien, kerja bergilir, kerja berlebih, ancaman secara fisikSemua areaSemua karyawan

6.KECELAKAAN KERJA :

Sengatan listrik, tertusuk benda tajam, dllSemua areaSemua karyawan

BAB VI

DISASTER PROGRAMA. PENDAHULUAN

Bencana dapat terjadi kepada siapa saja dimana asaja dan kapan saja serta datangnya tidak dapat diduga, diterka dan dapat menimbulkan kerugian dan korban yang tidak sedikit bahkan kematian.

Rumah sakit sebagai salah satu Public Area tidak mustahil menghadapi bahaya dari bencana ini oleh karena itu diperlukan tindakan penanggulangan terhadap bencana, maka diperlukanlah organisasi untuk mengantisipasi keadaan dan melakukan tindakan yang tepat.B. BATASAN DISASTER /BENCANA1. PengertianBencana adalah rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam atau manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia kerugian harta benda kerusakan lingkungan kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan tata kehidupan dan penghidupan yang memerlukan pertolongan dan bantuan secara khusus

Korban massal adalah banyaknya korban dengan penyebab kejadian yang sama sehingga membutuhkan pertolongan medik yang lebih memadai dalam hal fasilitas maupun tenaga sehingga dapat memberikan pelayanan yang cepat dan tepat.2. Kategori Disaster/ BencanaYang termasuk dalam kategori bencana disaster di Rumah Sakit harus ditetapkan oleh rumah sakit itu sendiri sebagai contoh misalnya :

a. InternBencana yang berasal dari intern rumah sakit dan menimpah rumah sakit dengan segala obyek vitalnya yaitu pasien pegawai material dan dokumen. Contoh Kebakaran

b. EksternBencana bersumber berasal dari luar rumah sakit yang dalam waktu singkat mendatangkan korban bencana dalam jumlah melebih rata rata keadaan biasa sehingga memerlukan penanganan khusus dan mobilisasi tenaga pendukung lainnya. Contoh Korban keracunan missal, korban kecelakaan massal

C. MAKSUD DAN TUJUAN1. Sebagai pedoman bagi seluruh karyawan Rumah Sakit dalam mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna mencegah dan menanggulangi bencana di rumah sakit2. Untuk meningkatkan sistem koordinasi antar personil bagian agar dapat bertindak secara terpadu dan terorganisir.

3. Agar korban bencana dapat ditangani secara cepat dan tepat sesuai kondisinya.D. SISTEMATIKASebagai sistimatika pedoman disaster program ini adalah sebagai berikut :

1. Metodelogi2. Organisasi3. Perencanaan SDM Logistik dan Transportasi4. Perencanaan Komunikasi5. Pencatatan dan Pelaporan

E. ORGANISASI DAN TATA KERJAKedudukan Rumah Sakit terhadap Supra Struktural1. Pada saat terjadi bencana ekstern rumah sakit maka Rumah Sakit bersikap siap siaga stand by sebagai berikut : Supra Struktural adalah Dinas kesehtan terkait hubungan terjalin melalui garis koordinasi dengan direktur Rumah Sakit Direktur memberikan instruksi kepada Tim Disaster Rumah Sakit untuk langkah-langkah lebih lanjut sesuai hasil koordinasi dengan pihak supra structural Tim disaster memberikan laporan dan rekomendasi atas pelaksanaan instruksi direktur dan kondisi situasi dilapangan Tim disaster juga dapat berkoordinasi dengan pihak lain yang terkait seperti 118, ambulance RS lain, PMI, Puskesmas guna memperlancar pelaksanaan penanganan bencana.2. Rumah Sakit memberikan pelayanan bilamana korban telah tiba di rumah sakit yaitu : TRIASE, melakukan seleksi pasien berdasarkan tingkat kegawatdaruratan untuk memberikan prioritas penanganan. Penderita dikelompokkan dalam 5 golongan dibedakan dengan menggunakan label pita berwarna merah, biru, kuning, hijau, atau hitam. Pada label ditulis nama pasien umur jenis kelamin alamat pasien. Bila pasien tidak dikenal maka ditulis tidak dikenal.

TINDAKAN PENDAHULUAN : Dilakukan tindakan analisa situasi yaitu Mengumpulkan informasi tentang bencana dari berbagai sumber (media electronik, seperti Radio TV dll). Penyebaran analisa kepada unit unit terkait tentang terjadinya becana serta kondisi siaga (Siaga I Siaga II) dst melalui pagging. Pengaktifan koordinasi pengendalian operasi pertolongan.

RENCANA OPERASI PERTOLONGAN Berdasarkan informasi yang didapatkan dilakukan operasi pertolongan dengan mengirimkan unit ambulan dengan dilengkapi dokter jaga perawat dan peralatan medis emergensi.3. Kedudukan Tim Disaster dalam organisasi Rumah Sakit

Tim Disaster Rumah Sakit terdiri dari Pimpinan disaster dan tim pendukung Pimpinan disaster Rumah Sakit berada langsung dibawah garis komando Direktur rumah sakit dan bertanggungjawab atas pelaksanaan penanggulangan disaster kepada direkturrumah sakit Dalam melaksanakan penanggulangan disaster Tim Disaster dibantu oleh tim pendukung

Pengorganisasian Tim Disaster Rumah Sakit yang mana anggotanya terdiri dari setiap unit kerja terkait dengan tugas fungsi dan wewenangnya masing masing sebagai berikut :1. Pimpinan DisasterPada saat jam dinas kantor yang bertindak sebagai pimpinan disaster adalah WadirPelayanan Medik Rumah Sakit dan di luar jam kantor yang bertindak sebagai pimpinan disasteradalah Kepala Jaga yang bertugas saat itu sebagai pengganti direktur rumah sakit

Berwenang : Menentukan keadaan bencana Menentukan tingkat siaga Memobilisasi Tenaga

Bertugas :

Mengkoordinasi segenap unsur di rumah sakit yang bertugas menanggulangi bencana. Berkoordinasi dengan unsur dari luar rumah sakit bilamana dipandang perlu setelah berkonsultasi dengan direktur Rumah Sakit.2. Tim Evakuasi Terdiri dari perawat petugas kebersihan petugas administrasi dan keuangan Bertugas :

Membantu pasien dan keluarganya untuk keluar dari gedung rumah sakit menyelamatkan diri. Menyelamatkan harta benda milik rumah sakit dan pasien3. Tim KeamananAdalah Satuan Pengamanan dari rumah sakit

Bertugas :

Mengamankan lokasi bencana dari orang orang yang tidak bertanggungjawab, Mengamankan jalur lalu lintas ambulans, tenaga medis, dokumen-dokumen, dan harta benda.

Mengamankan jalur transportasi intern rumah sakit4. Tim MedisDipimpin oleh dokter IGD yang bertugas saat itu dan dibantu oleh perawat IRD.Berwenang :Menentukan kondisi kegawatdaruratan korbanMenentukan penanganan lanjut untuk para korban misalnya dirujuk atau tidak,Menentukan tempat rujukan yang tepat buat korban

Bertugas :Memberikan pertolongan medis pertama kepada korban bencana

5. Tim Logistik UmumAdalah petugas dapur dan laundry

Bertugas :Melakukan perencanaan dan menyediakan logistik umum yang dibutuhkan oleh petugas maupun korban bencana yang dibutuhkan saat itu

6. TimPenunjangTim Penunjang ini terdiri dari

Penunjang medik yaitu radiologi, farmasi, laboratorium, ambulan, dan rekam medis yang bertugas memberikan bantuan penunjang medis sesuai bidangnya Penunjang Umum yaitu petugas tekhnik akan memberikan bantuan penunjang yang sifatnya umum seperti mengamanan kelistrikan agar tetap berfungsi dan dapat memberikan tenaga listrik sesuai kebutuhan dan bantuan komunikasi serta bantuan umum yang lain yang dibutuhkan saat bencana. 7. Tim KhususAdalah petugas perawat di Kamar Operasi Bila ada operasi yang sedang berlangsung dan operasi harus diselasaikan maka operasi diselesaikan dan ditutup sementara maka petugas kamar operasi bertugas : Mengupayakan tenaga listrik tetap terjamin dengan berkoordinasi petugas tekhnik, Berkoordinasi dengan pimpinan disaster untuk kondisi dan situasi bencana, Petugas Kamar Operasi berwenang menghentikan kegiatan operasi dan mengevakuasi pasien bilamana situasi bencana tidak memungkinkan lagi, Bila tidak ada operasi operasi baru dimulai maka operasi dihentikan dan dilakukan evakuasi pasien oleh petugas kamar operasi sesuai ketentuan, Bila Korban bencana dari luar Rumah Sakit maka perawat Kamar Operasi berperan menyiapkan segala sesuatu untuk persiapan operasi baik kamar operasi yang akan digunakan tim operasi yaitu dokter anastesi dan dokter operator dll. Bagi korban yang memerlukan tindakan operasi segera Perawat OK dapat dalam keadaan stand by di tempat atau bila diperlukan perawat OK dapat menjemput korban yang telah tiba di IRD rumah sakit

F. PENANGGULANGAN BENCANA DARI LUAR RUMAH SAKIT1. Metodologi

Bencana dari luar rumah sakit akan mendatangkan korban yang bersifat massal karenanya berdasarkan jumlah korban yang datang bencana dengan korban massal dibagi menjadi 3 tingkat yaitu : Siaga 3 : jumlah korban yang datang 3 4 orang saja Siaga 2 : jumlah korban yang datang 5 10 orang

Siaga 1 : jumlah korban yang datang lebih dari 10 orangKeadaan siaga ini ditentukan oleh Dokter IRD yang berdinas pada saat itu yang selanjutnya dilaporkan kepada Pimpinan Disaster Wadir Pelayanan Medik. Triage dipimpin oleh dokter IRD bersama perawat IRD, Penanggulangan awal penderita dilakukan oleh dokter IRD, perawat IRD, tenaga perawat dari ruangan lain yang dimobilisasikan.

Korban dikelompokkan dalam 5 kelompok korban dan diberi label sebagai berikut :

Label Merah:Penderita yang memerlukan tindakan cepat live saving sehingga terhindar dari kecacatan atau kematian,

Label Biru:Penderita yang trauma kepala berat dan pendarahan dalam ronggaperut.

Label Kuning:Penderita dengan trauma ringan atau hanya memerlukan tindakan bedah minor yang selanjutnya korban diperbolehkan pulang.

Label Hijau:Penderita yang tidak mengalami luka dan bila dibiarkan tidak berbahaya.

Label Hitam:Penderita yang sudah meninggal dunia.

Pada label dituliskan nama korban umur jenis kelamin alamat pasien, Bila korban tidak dikenal ditulis tidak dikenal2. Organisasi

Dalam keadaan bencana disaster plan seperti ini maka secara otomatis pengorganisasian penanggulangan bencana yang telah ditetapkan menjadi aktif. 3. Perencanaan SDM

Perencanaan Sumber Daya Manusia SDM untuk menghadapi penanggulangan bencana ditentukan berdasarkan : Jumlah korban yang ada pada saat itu, Jumlah tenaga yang ada pada saat itu.Ketentuan perencanaan SDM adalah sebagai berikut :

Siaga 3 :Dokter IRD dan Perawat IRD yang berdinas dibantu oleh perawat poliklinik agar dapat memenuhi kebutuhan tenaga.

Siaga 2 :Diperlukan tambahan tenaga perawat dari Perawatan I sesuai kebutuhan.

Siaga 1 :Diperlukan tambahan tenaga dari unit pelayanan perawatan IV & V serta perawat yang sedang tidak berdinas.

4. Perencanaan Komunikasi

Komunikasi dalam penanggulangan bencana di rumah sakit merupakan hal yang sangat penting. Untuk itu ada hal-hal yang harus dipenuhi dalam berkomunikasi yaitu :a. Komunikasi dilakukan dengan singkat jelas dan benarbagi pengirim berita b. Sebutkan identitas nama instansi dan alamat dan isi berita yang mmenyebutkan jenis kejadian lokasi kejadian jumlah korban, tindakan yang telah dilakukanc. Penerima harus mencatat identitas pelapor jam menerima berita isi berita dan mencari kebenaran berita tersebut melaporkan ke atasan.Alat-alat komunikasi yang dapat dipakai adalah :

a. Airphone intercomb. Teleponc. Faximiled. Pesawat HTe. Handphone

5. Perencanaan Logistik

Perbekalan logistik umum dan obat-obatan dan alat umum maupun alat medis sangat diperlukan saat penanggulangan bencana hal menjadi peranan penting bagi tim pendukung logistik untuk merencanakan pelaksanaan sesuai dengan kondisi pada saat itu. 6. Perencanaan TransportasiPeranan Transportasi juga tidak kala pentingnya untuk pengangkutan korban oleh karena itu pimpinan disaster dapat menggunakan alat transportasi ambulan untuk merujuk korban kerumah sakit rujukan dan bilamana perlu dapat berkoordinasi 118, dengan Ambulan

7. Pelaporan

Informasi cepat tentang jumlah/beratnya korban korban harus segera di dapat dalam 2 s/d 4 jam. Dilakukan evaluasi secara cepat dan tepat oleh Pimpinan Disaster dan Tim Disaster selanjutnya dibuatkan laporannya untuk disampaikan kepada direkturrumah sakit.G. PENANGANAN BENCANA DARI DALAM RUMAH SAKIT1. Metodologi

Sebagai contoh bencana dari dalam rumah sakit yang banyak menyebabkan kerugian dan korban adalah kebakaran. Oleh karenanya metodelogi ini dititik beratkan pada penanggulangan kebakaran selanjutnya bencana lain tinggal mengikutinya.

Kebakaran di Rumah Sakit dapat digolongkan menjadi :

a. Kebakaran Ringan : kebakaran yang melibatkan area yang sempit dengan api yang kecilb. Kebakaran Sedang : kebakaran yang melibatkan area lebih luas bersifat local dengan besarnya api sedang.

c. Kebakaran Berat : kebakaran yang melibatkan area yang luas dengan api yang besar2. Organisasi

Secara otomatis organisasi penaggulangan bencana menjadi aktif sesuai ketentuan yang berlaku. 3. Perencanaan Sumber Daya ManusiaPerencanaan Sumber Daya Manusia SDM untuk menghadapi penanggulangan bencana ditentukan berdasarkan golongan kebakaran & Jumlah korban yang ada pada saat itu.

Dengan demikian dapat dibuatkan perencanaan SDM sebagai berikut :

a. GolonganKebakaran Kebakaran Ringan:untuk memadamkan api diperlukan 1 2 orang dari pegawai yang dinas atau yang berada disekitar kejadian saja dengan menggunakan 1 2 APAR.

Kebakaran Sedang:untuk memadamkan api diperlukan 3 5 orang dari pegawai yang dinas dengan apar yang jumlahnya lebih banyak. 2 3 orang untuk evakuasi pasien, dokumen, ataupun barang berharga lainnya yang ada. Kebakaran Berat:untuk memadamkan api diperlukan bantuan dari dinas kebakaran dengan mengerahkan seluruh pegawai yang berdinas saat itu untuk melakukan evakuasib. Jumlah Korban yang ada pada saat ituBerdasarkan jumlah korban pada saat itu maka untuk memobilisasi perencanaan SDM dapat digunakan ketentuan pada penanggulangan bencana missal

4. Perencanaan Logistik

Perbekalan logistik umum dan obat obatan dan alat umum maupun alat medis sangat diperlukan saat penanggulangan bencana hal menjadi peranan penting bagi tim pendukung logistik untuk merencanakan pelaksanaan sesuai dengan kondisi saat itu.5. Perencanaan KomunikasiKomunikasi dalam penanggulangan bencana di rumah sakit merupakan hal yang sangat penting Untuk itu ada hal hal yang harus dipenuhi dalam berkomunikasi yaitu :

a. Komunikasi dilakukan dengan singkat jelas dan benarbagi pengirim berita b. Sebutkan identitas nama instansi dan alamat dan isi berita yang mmenyebutkan jenis kejadian lokasi kejadian jumlah korban, tindakan yang telah dilakukanc. Penerima harus mencatat identitas pelapor jam menerima berita isi berita dan mencari kebenaran berita tersebut melaporkan ke atasan.

Alat-alat komunikasi yang dapat dipakai adalah :

a. Airphone intercomb. Teleponc. Faximiled. Pesawat HTe. Handphone

6. Perencanaan Logistik

Perbekalan logistik umum dan obat-obatan dan alat umum maupun alat medis sangat diperlukan saat penanggulangan bencana hal menjadi peranan penting bagi tim pendukung logistik untuk merencanakan pelaksanaan sesuai dengan kondisi pada saat itu. 7. Perencanaan TransportasiPeranan Transportasi juga tidak kala pentingnya untuk pengangkutan korban oleh karena itu pimpinan disaster dapat menggunakan alat transportasi ambulan untuk merujuk korban kerumah sakit rujukan dan bilamana perlu dapat berkoordinasi 118, dengan Ambulan

8. Pelaporan

Informasi cepat tentang jumlah/beratnya korban korban harus segera di dapat dalam 2 s/d 4 jam. Dilakukan evaluasi secara cepat dan tepat oleh Pimpinan Disaster dan Tim Disaster selanjutnya dibuatkan laporannya untuk disampaikan kepada direkturrumah sakit.BAB VII

PERSYARATAN RUANG DAN SANITASI

A. PERSYARATAN RUANG

1. Pengertiana. Ruang bangunan dan halaman rumah sakit adalah semua ruang/unit dan halaman yang ada di dalam batas pagar rumah sakit (bangunan fisik dan kelengkapannya) yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan kegiatan rumah sakit.b. Pencahayaan di dalam ruang bangunan rumah sakit adalah intensitas penyinaran pada suatu bidang kerja yang ada di dalam ruang bangunan rumah sakit yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.c. Pengawasan ruang bangunan adalah aliran udara di dalam ruang bangunan yang memadai untuk menjamin kesehatan penghuni ruangan.d. Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu dan/atau membahayakan kesehatan.e. Kebersihan ruang bangunan dan halaman adalah suatu keadaan atau kondisi ruang bangunan dan halaman bebas dari bahaya dan risiko minimal untuk terjadinya infeksi silang, dan masalah kesehatan dan keselamatan kerja.2. Persyaratan

a. Lingkungan Bangunan Rumah Sakit1) Lingkungan bangunan rumah sakit harus mempunyai batas yang kelas, dilengkapi dengan agar yang kuat dan tidak memungkinkan orang atau binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas.2) Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas lahan keseluruhan sehingga tersedia tempat parkir yang memadai dan dilengkapi dengan rambu parkir.3) Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas dari banjir. Jika berlokasi di daerah banjir harus menyediakan fasilitas/teknologi untuk mengatasinya.4) Lingkungan rumah sakit harus merupakan kawasan bebas rokok5) Lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan dengan intensitas cahaya yang cukup.6) Lingkungan rumah sakit harus tidak berdebu, tidak becek, atau tidak terdapat genangan air dan dibuat landai menuju ke saluran terbuka atau tertutup, tersedia lubang penerima air masuk dan disesuaikan dengan luas halaman7) Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan terpisah, masing-masing dihubungkan langsung dengan instalasi pengolahan limbah.8) Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu, dan tempat-tempat tertentu yang menghasilkan sampah harus disediakan tempat sampah.9) Lingkungan, ruang, dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan kuantitas yang memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga tidak memungkinkan sebagai tempat bersarang dan berkembang biaknya serangga, binatang pengerat, dan binatang pengganggu lainnya.

b. Konstruksi Bangunan Rumah