Sk Ka Dinas Arahan Arsitektur Khas Daerah

26
PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DINAS KEBUDAYAAN Jl. Cendana No. 11, Telepon. (0274) 562628 Faksimili (0274) 564945 Yogyakarta www.jogjabudaya.com Kode Pos 55166 KEPUTUSAN KEPALA DINAS KEBUDAYAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR: _ TENTANG PETUNJUK TEKNIS ARSITEKTUR BERNUANSA BUDAYA DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPALA DINAS KEBUDAYAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Menimbang : a. b. c. bahwa berdasarkan Pasal 32 Perda No.6 Tahun 2012 tentang Pelestarian Warisan Budaya dan Cagar Budaya perlu ditetapkan Peraturan Gubernur tentang Arahan bentuk Pelestarian Warisan Budaya dan Cagar Budaya, yang di dalamnya juga mengatur arahan arsitektur bernuansa budaya daerah; bahwa dalam masa transisi sebelum ditetapkan Peraturan Gubernur dan guna memperlancar proses pemberian ijin bangunan agar sesuai dengan arsitektur bernuansa budaya daerah perlu adanya petunjuk teknis; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b perlu menetapkan Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan DIY tentang Petunjuk Teknis Arsitektur Bernuansa Budaya Daerah; Mengingat : 1. 2. 3. 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5168); Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 170, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5339) Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

description

Surat Keputusan Kepala Daerah tentang Tanah di Yogyakarta

Transcript of Sk Ka Dinas Arahan Arsitektur Khas Daerah

Page 1: Sk Ka Dinas Arahan Arsitektur Khas Daerah

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DINAS KEBUDAYAAN

Jl. Cendana No. 11, Telepon. (0274) 562628 Faksimili (0274) 564945 Yogyakarta

www.jogjabudaya.com Kode Pos 55166

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KEBUDAYAAN

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

NOMOR: _

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS ARSITEKTUR BERNUANSA BUDAYA DAERAH

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KEPALA DINAS KEBUDAYAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Menimbang : a.

b.

c.

bahwa berdasarkan Pasal 32 Perda No.6 Tahun 2012 tentang

Pelestarian Warisan Budaya dan Cagar Budaya perlu ditetapkan

Peraturan Gubernur tentang Arahan bentuk Pelestarian Warisan

Budaya dan Cagar Budaya, yang di dalamnya juga mengatur

arahan arsitektur bernuansa budaya daerah;

bahwa dalam masa transisi sebelum ditetapkan Peraturan

Gubernur dan guna memperlancar proses pemberian ijin

bangunan agar sesuai dengan arsitektur bernuansa budaya

daerah perlu adanya petunjuk teknis;

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf

a dan huruf b perlu menetapkan Keputusan Kepala Dinas

Kebudayaan DIY tentang Petunjuk Teknis Arsitektur Bernuansa

Budaya Daerah;

Mengingat : 1.

2.

3.

4.

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4844);

2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5168);

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Keistimewaan

Daerah Istimewa Yogyakarta. (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2012 Nomor 170, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5339)

Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang pembagian

urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

Provinsi, Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

Page 2: Sk Ka Dinas Arahan Arsitektur Khas Daerah

5.

6.

7.

Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Peraturan Daerah Nomor 6 tahun 2012 tentang Pelestarian

Warisan Budaya dan Cagar Budaya.

Pertaturan Gubernur DIY Nomor 42 Tahun 2008 tentang

Rincian Tugas dan Fungsi Dinas dan Unit Pelaksana Teknis

pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

Kesatu

Kedua

Ketiga

:

:

:

Petunjuk teknis arsitektur bernuansa budaya daerah sebagaimana

tercantum dalam lampiran Keputusan ini sebagai bagian yang tidak

terpisahkan dari Keputusan ini.

Petunjuk teknis ini dapat digunakan sebagai panduan bagi pemberian

rekomendasi untuk ijin bangunan agar sesuai dengan arsitektur

bernuansa budaya daerah.

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan hingga

diterbitkannya Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta tentang

Arsitektur Bernuansa Budaya Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Ditetapkan di : Yogyakarta

Pada tanggal :

Kepala

Drs. GBPH Yudaningrat NIP. 19580117 198602 1 001

Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth:

1. Walikota Yogyakarta

2. Bupati Bantul

3. Bupati Kulon Progo

4. Bupati Gunung Kidul

5. Bupati Sleman

6. Sekretaris Daerah DIY.

7. Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretaris Daerah DIY.

8. BAPEDA DIY.

9. Biro Organisasi Setda DIY

10. Biro Hukum Setda DIY

Page 3: Sk Ka Dinas Arahan Arsitektur Khas Daerah

11. Dinas Kebudayaan DIY

12. Dinas Perizinan Kota Yogyakarta

13. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta.

14. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kulon Progo

15. Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Kabupaten Gunung Kidul

16. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman.

17. Pertinggal.

Page 4: Sk Ka Dinas Arahan Arsitektur Khas Daerah

LAMPIRAN :

Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan

Daerah Istimewa Yogyakarta

Nomor :

Tanggal :

PETUNJUK TEKNIS ARSITEKTUR BERNUANSA BUDAYA DAERAH

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

I. ARAHAN ARSITEKTUR BANGUNAN BARU

A. Ketentuan Umum Bangunan

Arsitektur bangunan baru bernuansa budaya daerah diwujudkan dengan menerapkan elemen bangunan, sosok atau bentuk

bangunan, fasad bangunan, detail ornamen, material dan pewarnaan, tata letak dan tata ruang bangunan, penempatan ruang

terbuka (open space), perabot ruang luar (outdoor furniture), serta jenis vegetasi.

B. Pola Arsitektur Bangunan

1. Arsitektur bangunan baru pada Situs dan Kawasan Cagar Budaya harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Bangunan baru yang berada pada zona inti menggunakan rancangan pola lestari asli atau pola selaras sosok;

b. Bangunan baru yang berada pada zona penyangga paling sedikit menggunakan rancangan pola selaras sosok;

c. Bangunan baru yang berada pada zona pengembangan menggunakan rancangan pola selaras parsial;

d. Bangunan baru yang berada pada zona penunjang menggunakan rancangan pola selaras parsial.

2. Bangunan baru di luar Kawasan Cagar Budaya menggunakan pola selaras parsial, dimungkinkan untuk menggunakan pola

selaras kombinasi dan/atau selaras modifikasi.

Catatan : Penjelasan lebih lanjut tentang Pola Arsitektur Bangunan dapat dilihat pada bagian III Pola Arsitektur Bangunan.

C. Gaya Arsitektur Bangunan

Panduan arsitektur bangunan baru pada Kawasan Cagar Budaya ditetapkan sebagai berikut:

1. Kawasan Cagar Budaya Malioboro memakai gaya arsitektur bangunan Indis dan Cina;

Page 5: Sk Ka Dinas Arahan Arsitektur Khas Daerah

2. Kawasan Cagar Budaya Kraton memakai gaya arsitektur bangunan tradisional Jawa grand arsitektur dan/atau

kerakyatan/profan dan dimungkinkan memakai gaya arsitektur Indis ;

3. Kawasan Cagar Budaya Pakualaman memakai gaya arsitektur tradisional Jawa dan Indis;

4. Kawasan Cagar Budaya Kotabaru memakai gaya arsitektur Indis dan Kolonial;

5. Kawasan Cagar Budaya Kotagede memakai gaya aritektur tradisional Jawa dan Klasik; dan

6. Kawasan Cagar Budaya Imogiri memakai gaya arsitektur bangunan tradisional Jawa dan Klasik.

II. ARAHAN TEKNIS BANGUNAN SECARA UMUM

A. Tampilan Sosok Bangunan

1 Bangunan direkomendasikan menampilkan tiga elemen

pembentuk bangunan atau struktur yaitu kepala (atap), badan (dinding), dan kaki (pondasi/ umpak/ tumpuan)

2 Tidak direkomendasikan menggunakan gaya arsitektur selain yang digunakan pada masing-masing KCB terkait.

3 Tampilan tata letak, bentuk, corak, tipe, proporsi/dimensi, ornamen, atribut (misal: lampu),

warna, material bangunan, vegetasi, harus disesuaikan dengan gaya arsitektur bangunan pada masing-masing KCB terkait.

Kepala

Badan

Kaki

Page 6: Sk Ka Dinas Arahan Arsitektur Khas Daerah

B. Fasad Bangunan

1 Bentuk badan bangunan (dinding) harus mengacu pada gaya arsitektur yang telah ditentukan di lokasi bangunan berdiri, dengan bukaan pintu dan jendela

serta lubang angin yang disesuaikan dengan gaya arsitektur KCB terkait.

2 Fasad bangunan yang menggunakan ornamen direkomendasikan menggunakan salah satu gaya/ corak ornamen sesuai dengan gaya arsitektur

bangunannya.

3 Tidak direkomendasikan menggunakan ornamen

berbentuk bidang persegi/ kotak atau garis-garis horisontal atau vertikal yang dominan, yang mencirikan

gaya arsitektur minimalis.

4 Tidak direkomendasikan menggunakan unsur

bangunan bergaya Yunani atau Romawi.

X X X

X X

Page 7: Sk Ka Dinas Arahan Arsitektur Khas Daerah

5 Pada fasad bangunan tidak direkomendasikan menggunakan penutup dinding yang berkesan metalik (aluminium cladding, aluminium panel).

C. Atap Bangunan

1 Tidak direkomendasikan menggunakan bentuk atap datar, atap berkesan datar (sudut atap kurang dari 30 derajat) atau atap yang hanya miring ke salah satu sisi

(gedhang selirang dan panggang pe / setengah pelana)

2 Ruang untuk mekanikal dan elektrikal dan/atau ruang jemur yang berada di lantai atas diberi atap limasan/ atap pelana; jika tidak memungkinkan, diusahakan

tidak dominan dan/ atau berada di tempat yang tidak mudah terlihat dari depan

3 Bahan atap bangunan direkomendasikan menggunakan genteng (tidak dicat dan tidak diglasur) dari bahan

tanah liat atau keramik, dengan bentuk sesuai dengan gaya arsitektur yang telah ditetapkan di lokasi bangunan berdiri.

X X

X X X

Page 8: Sk Ka Dinas Arahan Arsitektur Khas Daerah

D. Lain-lain/Kelengkapan Bangunan

1 Papan nama, pagar, tanaman, bangunan pendukung (misal: pos satpam), tidak direkomendasikan tampil

dominan sehingga menutupi/mengalahkan tampilan bangunan utama.

2 Perabot luar ruang (outdoor furniture) direkomendasikan menggunakan corak sesuai dengan gaya arsitektur

bangunannya.

III. POLA ARSITEKTUR

Arsitektur Bangunan yang perlu diatur adalah mengenai bentuk atau sosok bangunan, bahan atau material bangunan, ornamen

atau ragam hias, vegetasi, serta perabot luar ruang (outdoor furniture).

A. Arahan Arsitektur Pola Lestari Asli

Pola Lestari Asli adalah bentuk bangunan dalam tampilan yang sama ketika bentuk tersebut diciptakan pada masa

keberadaannya secara utuh dan lengkap.

1) Diterapkan pada lokasi zona inti Kawasan Warisan Budaya (KWB) atau Kawasan Cagar Budaya (KCB)

2) Bentuk bangunan dan konstruksi sesuai dengan tipe-tipe bentuk dan konstruksi Bangunan Cagar Budaya di KWB atau

KCB tersebut.

3) Ragam hias sesuai dengan tipe-tipe bentuk ragam hias Bangunan Cagar Budaya di KCB tersebut.

4) Bahan atau material diusahakan sungguh- sungguh memakai material seperti material yang digunakan pada Bangunan

Cagar Budaya di KCB tersebut

5) Vegetasi sesuai dengan vegetasi asli di KCB tersebut

6) Outdoor Furniture tidak berukuran besar dan tidak menutupi bangunan utama didesain dengan tipe-tipe ragam hias di KCB

tersebut.

Page 9: Sk Ka Dinas Arahan Arsitektur Khas Daerah

B. Arahan Arsitektur Pola Selaras Sosok

Pola Selaras Sosok adalah bentuk bangunan yang menyerap suatu gaya arsitektur bernuansa budaya daerah dari suatu masa

tertentu dari bentuk lestari asli, yang diaplikasikan pada penampilan bangunan secara garis besar tanpa detail kedalaman yang

rinci

1) Diterapkan pada lokasi zona penyangga KWB atau KCB

2) Bentuk sesuai dengan tipe – tipe bentuk BCB di KWB atau KCB tersebut namun konstruksi yang tidak terlihat dari luar

bisa disesuaikan dengan perkembangan teknologi

3) Ragam hias sesuai dengan tipe – tipe ragam hias BCB di KCB tersebut

4) Material / bahan bangunan diperbolehkan memakai material sesuai perkembangan teknologi saat ini, namun secara visual

masih memperlihatkan kemiripan dengan material yang dipakai di BCB pada KCB tersebut

5) Vegetasi sesuai dengan vegetasi asli KCB tersebut dan/atau sesuai filosofinya

6) Outdoor Furniture tidak berukuran besar dan tidak menutupi bangunan utama, didesain dengan tipe – tipe ragam hias BCB

di KCB tersebut.

C. Arahan Arsitektur Pola Selaras Parsial

Pola Selaras Parsial adalah bentuk bangunan yang sebagian komponennya mengadopsi salah satu atau lebih komponen

bangunan dari gaya arsitektur bernuansa budaya daerah. Bentuk selaras parsial dapat divariasikan pada bentuk selaras

kombinasi atau selaras modifikasi.

1) Diterapkan pada lokasi zona pengembangan KWB atau KCB

2) Bentuk dan konstruksi dapat dikombinasikan sedemikian rupa disesuaikan dengan perkembangan teknologi, namun

karakter arsitektur benuansa budaya daerah DIY masih terasa

3) Ragam hias diperbolehkan menggunakan ragam hias pada arsitektur bernuansa budaya daerah namun tetap

memperhatikan estetika dan keselarasan.

4) Material diperbolehkan memakai material sesuai perkembangan teknologi saat ini, namun secara visual memunculkan

karakter arsitektur bernuansa budaya daerah yang cenderung bersifat natural dan pewarnaan alami

5) Outdoor Furniture tidak berukuran besar dan tidak menutupi bangunan utama, didesain dengan tipe – tipe ragam hias pada

arsitektur bernuansa budaya daerah.

Page 10: Sk Ka Dinas Arahan Arsitektur Khas Daerah

D. Arahan Arsitektur Pola Selaras Kombinasi

Pola Selaras Kombinasi adalah bentuk bangunan yang memadukan dua atau lebih gaya arsitektur bernuansa budaya daerah

dari dua atau lebih masa perkembangan arsitektur pembentuk langgam-langgam tersebut.

1) Diterapkan pada lokasi zona penunjang KWB atau KCB

2) Bentuk dan konstruksi dapat mengkombinasikan beberapa gaya arsitektur sesuai dengan perkembangan teknologi, namun

karakter arsitektur benuansa budaya daerah masih terkandung di dalamnya

3) Ragam hias diperbolehkan menggunakan ragam hias pada dua atau lebih gaya arsitektur bernuansa budaya daerah,

namun tetap memperhatikan estetika dan keselarasan.

4) Material yang digunakan diperbolehkan memakai material sesuai perkembangan teknologi yang ada, namun secara visual

tetap memunculkan karakter arsitektur bernuansa budaya daerah

5) Outdoor Furniture tidak berukuran besar dan tidak menutupi bangunan utama, didesain dengan cotak/tipe ragam hias

sesuai dengan gaya arsitektur bernuansa budaya daerah yang digunakan.

E. Arahan Arsitektur Pola Selaras Modifikasi

Pola Selaras Modifikasi adalah bentuk bangunan yang menyerap langgam warisan budaya arsitektur masa tertentu, yang

dikembangkan bersamaan dengan pola-pola baru secara kreatif.

1) Diterapkan pada lokasi di luar KWB atau KCB

2) Bentuk dan konstruksi menyerap gaya arsitektur bernuansa budaya daerah, namun diperbo;ehkan dikembangkan secara

kreatif sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada.

3) Ragam hias diperbolehkan menggunakan ragam hias yang ada pada semua gaya arsitektur bernuansa budaya daerah,

dengan tetap memperhatikan estetika dan keselarasan.

4) Diperbolehkan menggunakan material/ bahan bangunan sesuai perkembangan teknologi, yang didesain secara kreatif

namun secara visual tetap memunculkan karakter arsitektur bernuansa budaya daerah

5) Outdoor Furniture tidak berukuran besar dan tidak menutupi bangunan utama, didesain dengan cotak/tipe ragam hias

sesuai dengan gaya arsitektur bernuansa budaya daerah yang digunakan.

Page 11: Sk Ka Dinas Arahan Arsitektur Khas Daerah

IV. GAYA ARSITEKTUR BANGUNAN BERNUANSA BUDAYA DAERAH DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA

A. ARSITEKTUR JAWA

ATAP

1. Bentuk atap adalah joglo, limasan atau pelana dan varian dari masing-masing bentuk

tersebut. 2. Bentuk atap garasi dan bangunan pendukung

lain seperti pos satpam, menyesuaikan

dengan bangunan induk (tidak datar). Apabila datar direkomendasikan berbentuk pergola

dari bahan kayu atau besi (bukan dari beton) dan tidak menyatu dengan bangunan induk.

3. Jika menggunakan atap joglo, tidak

direkomendasikan menggunakan bentuk atap joglo dari daerah lain selain Yogyakarta (misal

Joglo pesisiran dari pantai utara Jawa). 4. Atap tritisan bisa atap miring tanpa konsol

atau atap miring menggunakan konsol kayu /

besi di bawahnya

PENUTUP

ATAP

1. Penutup atap bangunan utama / bangunan

induk menggunakan genteng bertipe vlaam, plenthong atau kodhok dengan warna asli

(tidak dicat / tidak diglasir) dengan bahan dari genteng tanah liat / genteng keramik. Tidak direkomendasikan penutup atap dari

genteng beton, asbes, policarbonate, logam dan sejenisnya.

2. Bubungan dapat berupa kerpus dengan bahan yang sama dengan bahan gentengnya

atau dari bahan seng / plat dengan ornamen

Atap tritisan dari seng

Joglo pesisiran

tidak direkomendasikan

X Joglo ageng tidak direkomendasikan

X

Page 12: Sk Ka Dinas Arahan Arsitektur Khas Daerah

bongkak pada kedua ujung nok / molo dan pada ujung bawah jurai / dudur.

3. Atap seng hanya diperbolehkan untuk atap tritisan

4. Penutup atap garasi dan bangunan

pendukung lain seperti pos satpam direkomendasikan sama dengan bangunan

induk. Jika berbentuk pergola maka direkomendasikan dari bahan yang transparan.

5. Jika karena kebutuhan konstruksi (kons-truksi dengan rangka atap baja ringan atau konstruksi bentang lebar dari baja) dengan

penutup atap menggunakan bahan logam dan sejenisnya, maka direkomendasikan berben-

tuk sirap dengan bentuk dan susunan yang berbeda dari atap sirap yang ada di Kraton Yogyakarta. Bentuk lain adalah bahan logam

yang berbentuk datar / rata atau berbentuk genteng. Bahan ini direkomendasikan berwar-

na gelap, tidak mengkilap dan bertekstur. Bentuk atap seperti seng gelombang dan sejenisnya tidak direkomendasikan.

LISPLANG DAN

ORNAMEN

1. Tidak direkomendasikan menggunakan lisplang dari beton / semen yang terlalu lebar

(lebar yang direkomendasikan sama dengan lebar lisplang papan kayu sekitar 20 cm).

Lisplang dimungkinkan lebih lebar dari itu jika dibutuhkan dalam hal proporsi / perbandingan ukuran lebar dan tinggi atap

yang besar. 2. Jenis lisplang ada yang polos atau

berornamen (rete-rete). 3. Tidak direkomendasikan menggunakan

Jenis Srawing / sunscreen ada yang

berornamen.

Jenis lisplang berornamen (rete-rete)

Page 13: Sk Ka Dinas Arahan Arsitektur Khas Daerah

ornamen terlalu berlebihan pada fasad / tampak bangunan termasuk penggunaan batu tempel.

4. Ornamen di ujung bubungan atap dapat berupa hiasan yang berbentuk seperti tanduk

yang disebut bongkak.

PINTU,

JENDELA, VENTILASI

1. Pintu sisi luar berbentuk empat persegi

panjang dengan daun pintu krepyak kayu, panil kayu atau kombinasi keduanya. Apabila menggunakan daun pintu ganda / dobel,

daun pintu sisi dalam, menggunakan pintu kaca.

2. Jendela berbentuk empat persegi panjang dengan konstruksi krepyak kayu / panil kayu atau jendela kaca.

3. Untuk bangunan baru atau bangunan yang tidak termasuk ke dalam cagar budaya / warisan budaya / diduga warisan budaya,

maka daun pintu / daun jendela dan rangka pintu / rangka jendela diperkenankan

menggunakan bahan aluminium / logam. 4. Ventilasi ada 2 jenis, yang pertama lubang

angin pada dinding yang terbuat dari batu

bata dan yang kedua adalah krepyak / jalusi atau tebeng (dapat berupa kaca mati, kaca

berbingkai atau berupa ornamen) di atas pintu/jendela yang kusennya menyatu dengan kusen pintu dan jendela. Apabila

menggunakan AC, maka ventilasi ditutup dengan bahan transparan.

Page 14: Sk Ka Dinas Arahan Arsitektur Khas Daerah

B. ARSITEKTUR INDIS (Gaya arsitektur Eropa/Belanda yang telah diadaptasi menyesuaikan kondisi budaya dan iklim tropis/Indonesia)

ATAP

1. Bentuk atap untuk bangunan induk adalah limasan dengan kemiringan sudut atap 30-45

derajat. 2. Bentuk atap garasi dan bangunan

pendukung lain seperti pos satpam,

menyesuaikan dengan bangunan induk (tidak datar). Apabila datar direkomendasikan

berbentuk pergola dari bahan kayu atau besi (bukan dari beton) dan tidak menyatu dengan bangunan induk.

3. Atap tritisan bisa berupa atap miring tanpa konsol atau atap miring menggunakan konsol

kayu / besi di bawahnya atau atap datar biasa atau atap datar dengan tarikan kabel baja diatasnya.

PENUTUP ATAP

1. Penutup atap bangunan utama / bangunan induk menggunakan genteng bertipe vlaam, plenthong atau kodhok dengan warna asli (tidak dicat / tidak diglasir) dengan bahan dari genteng tanah liat / genteng keramik.

Tidak direkomendasikan penutup atap dari genteng beton, asbes, policarbonate, logam

dan sejenisnya. 2. Penutup atap garasi dan bangunan

pendukung lain seperti pos satpam direkomendasikan sama dengan bangunan

Tritisan tarik kabel

Pergola dari bahan kayu atau besi

(bukan dari beton)

Bentuk atap limasan

Tritisan konsol besi

Page 15: Sk Ka Dinas Arahan Arsitektur Khas Daerah

induk. Jika berbentuk pergola maka direkomendasikan dari bahan yang transparan.

3. Jika karena kebutuhan konstruksi (konstruksi dengan rangka atap baja ringan

atau konstruksi bentang lebar dari baja) dengan penutup atap menggunakan bahan logam dan sejenisnya, maka

direkomendasikan berbentuk sirap dengan bentuk dan susunan yang berbeda dari atap sirap yang ada di Kraton Yogyakarta. Bentuk

lain adalah bahan logam yang berbentuk datar / rata atau berbentuk genteng. Bahan

ini direkomendasikan berwarna gelap, tidak mengkilap dan bertekstur. Bentuk atap seperti seng gelombang dan sejenisnya tidak

direkomendasikan.

LISPLANG DAN ORNAMEN

1. Tidak direkomendasikan menggunakan lisplang dari beton / semen yang terlalu lebar (lebar yang direkomendasikan sama dengan

lebar lisplang papan kayu sekitar 20 cm). Lisplang dimungkinkan lebih lebar dari itu

jika dibutuhkan dalam hal proporsi / perbandingan ukuran lebar dan tinggi atap yang besar.

2. Ornamen berupa hiasan pada lubang ventilasi / roster, plisir (lekukan / takikan)

pada dinding dan kaca patri / kaca timah 3. Ornamen pada dinding luar bangunan

menggunakan lapisan batu kali ekspos di

dinding dengan ketinggian 40 – 100 cm, atau sampai di bawah ambang bawah jendela.

Pada dinding luar yaitu batu / kerikil di dinding dengan ketinggian 40 – 100 cm

Page 16: Sk Ka Dinas Arahan Arsitektur Khas Daerah

PINTU, JENDELA, VENTILASI

1. Pintu sisi luar berbentuk empat persegi panjang dengan daun pintu krepyak kayu, panil kayu atau kombinasi keduanya. Apabila

menggunakan daun pintu ganda / dobel, daun pintu sisi dalam, menggunakan pintu

kaca. 2. Jendela berbentuk empat persegi panjang

dengan konstruksi krepyak kayu / panil kayu

atau jendela kaca. 3. Untuk bangunan baru atau bangunan yang

tidak termasuk ke dalam cagar budaya /

warisan budaya / diduga warisan budaya, maka daun pintu / daun jendela dan rangka

pintu / rangka jendela diperkenankan menggunakan bahan aluminium / logam.

4. Ventilasi ada 2 jenis, yang pertama lubang

angin pada dinding yang terbuat dari batu bata dan yang kedua adalah krepyak / jalusi

atau tebeng (dapat berupa kaca mati, kaca berbingkai atau berupa ornamen) di atas pintu/jendela yang kusennya menyatu

dengan kusen pintu dan jendela. Apabila menggunakan AC, maka ventilasi ditutup

dengan bahan transparan.

Jendela tipe kupu tarung

Bentuk ventilasi,

jendela krepyak dan

panil kayu atau jendela

kaca

Page 17: Sk Ka Dinas Arahan Arsitektur Khas Daerah

C. ARSITEKTUR CINA

ATAP

1. Ciri khas adalah atap pelana dengan gunung-gunung (gable) di sisi kanan-kirinya (gunung-gunung tidak digunakan sebagai fasad /

tampak depan bangunan). Bubungan atap pelana sejajar dengan jalan di depan

bangunan. 2. Bentuk atap garasi dan bangunan

pendukung lain seperti pos satpam,

menyesuaikan dengan bangunan induk (tidak datar). Apabila datar direkomendasikan berbentuk pergola dari

bahan kayu atau besi (bukan dari beton) dan tidak menyatu dengan bangunan induk.

3. Atap tritisan bisa atap miring tanpa konsol atau atap miring menggunakan konsol kayu / besi di bawahnya

PENUTUP

ATAP

1. Penutup atap bangunan utama / bangunan

induk menggunakan genteng bertipe vlaam, plenthong atau kodhok dengan warna asli (tidak dicat / tidak diglasir) dengan bahan

dari genteng tanah liat / genteng keramik. Tidak direkomendasikan penutup atap dari

genteng beton, asbes, policarbonate, logam dan sejenisnya.

2. Penutup atap garasi dan bangunan

pendukung lain seperti pos satpam direkomendasikan sama dengan bangunan

induk. Jika berbentuk pergola maka direkomendasikan dari bahan yang transparan.

3. Jika karena kebutuhan konstruksi

Ciri khas adalah atap pelana

dengan gunung-gunung

(gable) di sisi kanan-kirinya

(gunung-gunung tidak

digunakan sebagai fasad /

tampak depan bangunan).

Bubungan atap pelana sejajar

dengan jalan di depan

bangunan

Page 18: Sk Ka Dinas Arahan Arsitektur Khas Daerah

(konstruksi dengan rangka atap baja ringan atau konstruksi bentang lebar dari baja) dengan penutup atap menggunakan bahan

logam dan sejenisnya, maka direkomendasikan berbentuk sirap dengan

bentuk dan susunan yang berbeda dari atap sirap yang ada di Kraton Yogyakarta. Bentuk lain adalah bahan logam yang berbentuk

datar / rata atau berbentuk genteng. Bahan ini direkomendasikan berwarna gelap, tidak mengkilap dan bertekstur. Bentuk atap

seperti seng gelombang dan sejenisnya tidak direkomendasikan.

LISPLANG

DAN ORNAMEN

1. Letak balkon pada lantai 2 dan lantai-lantai

di atasnya, tidak direkomendasikan menjorok ke daerah milik jalan. Batas balkon pada lantai 2 diperbolehkan tepat di atas dinding

depan bangunan lantai 1. Batas balkon pada lantai 3 mengikuti aturan ketinggian yang berlaku.

2. Pagar balkon / balustrade tidak direkomendasikan dari material yang masif /

tertutup semuanya. 3. Ornamen pada gunung-gunung dan

bubungan berupa profil. 4. Konsol pada tritisan dapat menggunakan

bahan dari kayu / beton / besi yang

beroranamen khas kawasan yang bergaya arsitektur Cina.

PINTU, JENDELA,

VENTILASI

1. Pintu pada lantai satu yang banyak difungsikan sebagai ruang usaha, bukaannya

relatif luas, berupa pintu dorong atau pintu lipat.

Ornamen pada gunung-gunung

dan bubungan berupa profil Pagar balkon / balustrade tidak boleh dari

material yang masif / tertutup semuanya.

Page 19: Sk Ka Dinas Arahan Arsitektur Khas Daerah

2. Bukaan pada lantai dua berupa jendela atau kombinasi jendela dan pintu pada bangunan yang berbalkon.

3. Penggunaan bahan yang berpenampilan aluminium / logam hanya diperbolehkan di

ruang usaha di lantai 1. 4. Ventilasi ada 2 jenis, yang pertama lubang

angin pada dinding yang terbuat dari batu

bata dan yang kedua adalah krepyak / jalusi atau tebeng (dapat berupa kaca mati, kaca

berbingkai atau berupa ornamen) di atas pintu/jendela yang kusennya menyatu dengan kusen pintu dan jendela. Apabila

menggunakan AC, maka ventilasi ditutup dengan bahan transparan.

Page 20: Sk Ka Dinas Arahan Arsitektur Khas Daerah

D. ARSITEKTUR KOLONIAL (Gaya arsitektur Eropa/Belanda yang langsung diterapkan pada bangunan di Yogyakarta, dengan modifikasi yang minimal)

ATAP

1. Bentuk atap untuk bangunan induk adalah limasan dan/atau pelana dengan kemiringan sudut atap 30-45 derajat.

2. Bentuk atap garasi dan bangunan pendukung lain seperti pos satpam, menyesuaikan dengan bangunan induk (tidak datar). Apabila atap

datar direkomendasikan berbentuk pergola dari bahan kayu atau besi (bukan dari beton) dan

tidak menyatu dengan bangunan induk. 3. Atap tritisan bisa berupa atap miring tanpa

konsol atau atap miring menggunakan konsol

kayu / besi di bawahnya atau atap datar biasa atau atap datar dengan tarikan kabel baja di atasnya.

PENUTUP

ATAP

1. Penutup atap bangunan utama / bangunan

induk menggunakan genteng bertipe vlaam, plenthong atau kodhok dengan warna asli (tidak

dicat / tidak diglasir) dengan bahan dari genteng tanah liat / genteng keramik. Tidak direkomendasikan penutup atap dari genteng

beton, asbes, policarbonate, logam dan sejenisnya.

2. Penutup atap garasi dan bangunan pendukung lain seperti pos satpam direkomendasikan sama dengan bangunan induk. Jika berbentuk

pergola maka direkomendasikan dari bahan yang transparan.

3. Jika karena kebutuhan konstruksi (konstruksi dengan rangka atap baja ringan atau konstruksi bentang lebar dari baja) dengan

Tritisan tarik kabel Tritisan konsol kayu

Page 21: Sk Ka Dinas Arahan Arsitektur Khas Daerah

penutup atap menggunakan bahan logam dan sejenisnya, maka direkomendasikan berbentuk sirap dengan bentuk dan susunan yang

berbeda dari atap sirap yang ada di Kraton Yogyakarta. Bentuk lain adalah bahan logam

yang berbentuk datar / rata atau berbentuk genteng. Bahan ini direkomendasikan berwarna gelap, tidak mengkilap dan

bertekstur. Bentuk atap seperti seng gelombang dan sejenisnya tidak direkomendasikan.

LISPLANG

DAN ORNAMEN

1. Dimungkinkan menggunakan lisplang dari

beton/semen yang lebar, dengan ornamen lekukan-lekukan memanjang (profil). Lebar lisplang disesuaikan dengan proporsi terhadap

ukuran lebar/tinggi atap dan bangunan. 2. Kolom-kolom silindris sebagai ornamen

dan/atau struktur, dengan gaya arsitektur Neoklasik/Artneuvo/Doric, bukan gaya arsitektur Yunani/Romawi

3. Menara sebagai ornamen/aksen bangunan dengan bentuk segi empat atau lebih, yang

diberi atap. 4. Gunung-gunung sebagai sisi depan atap

pelana, dalam bentuk segitiga berundak

dengan variannya. 5. Ornamen berupa hiasan pada lubang ventilasi

/roster, plisir (lekukan /takikan) pada dinding

dan kaca patri / kaca timah 6. Ornamen pada dinding luar bangunan

menggunakan lapisan batu kali ekspos di dinding dengan ketinggian 40 – 100 cm, atau sampai di bawah ambang bawah jendela.

Ornamen berupa kolom, menara dan gunung-gunung

sebagai sisi depan

Page 22: Sk Ka Dinas Arahan Arsitektur Khas Daerah

PINTU, JENDELA, VENTILASI

1. Pintu sisi luar berbentuk empat persegi panjang dengan daun pintu krepyak kayu, panil kayu atau kombinasi keduanya. Apabila

menggunakan daun pintu ganda / dobel, daun pintu sisi dalam, menggunakan pintu kaca.

2. Jendela berbentuk empat persegi panjang dengan konstruksi panil kayu/krepyak kayu atau jendela kaca.

3. Untuk bangunan baru atau bangunan yang tidak termasuk ke dalam cagar budaya / warisan budaya / diduga warisan budaya,

maka daun pintu / daun jendela dan rangka pintu / rangka jendela diperkenankan

menggunakan bahan aluminium / logam, dengan tetap menggunakan pola dan gaya arsitektur kolonial.

4. Jumlah bukaan jendela pada dinding luar, relative tidak banyak jika dibandingkan dengan

gaya arsitektur Indis. 5. Ventilasi ada 2 jenis, yang pertama lubang

angin pada dinding yang terbuat dari batu

bata, dan yang kedua adalah krepyak / jalusi atau tebeng (dapat berupa kaca mati, kaca

berbingkai atau berupa ornamen) di atas pintu/jendela yang kusennya menyatu dengan kusen pintu dan jendela. Apabila

menggunakan AC, maka ventilasi ditutup dengan bahan transparan.

Pintu dan jendela berbentuk

empat persegi panjang

Page 23: Sk Ka Dinas Arahan Arsitektur Khas Daerah

E. ARSITEKTUR KLASIK (Kombinasi gaya arsitektur Jawa dan gaya arsitektur Indis)

ATAP

1. Bentuk atap untuk bangunan induk adalah limasan atau pelana (kampung) dengan

kemiringan sudut atap 30-45 derajat. 2. Bentuk atap garasi dan bangunan pendukung

lain seperti pos satpam, menyesuaikan

dengan bangunan induk (tidak datar). Apabila atap datar direkomendasikan berbentuk pergola dari bahan kayu atau besi (bukan dari

beton) dan tidak menyatu dengan bangunan induk.

3. Atap tritisan bisa berupa atap miring tanpa konsol atau atap miring menggunakan konsol kayu / besi di bawahnya, atau atap datar

biasa atau atap datar dengan tarikan kabel baja di atasnya.

PENUTUP ATAP

1. Penutup atap bangunan utama / bangunan induk menggunakan genteng bertipe vlaam, plenthong atau kodhok dengan warna asli (tidak dicat / tidak diglasir) dengan bahan

dari tanah liat / genteng keramik. Tidak direkomendasikan penutup atap dari genteng

beton, asbes, policarbonate, logam dan sejenisnya.

2. Penutup atap garasi dan bangunan

pendukung lain seperti pos satpam direkomendasikan sama dengan bangunan

induk. Jika berbentuk pergola maka penutup atap direkomendasikan dari bahan yang

Bentuk atap bangunan induk berupa atap limasan, dengan atap tritisan di

depannya dan sunscreen / srawing di bawah lisplang

Page 24: Sk Ka Dinas Arahan Arsitektur Khas Daerah

transparan. 3. Jika karena kebutuhan konstruksi

(konstruksi dengan rangka atap baja ringan

atau konstruksi bentang lebar dari baja) dengan penutup atap menggunakan bahan

logam dan sejenisnya, maka direkomendasikan berbentuk sirap dengan bentuk dan susunan yang berbeda dari atap

sirap yang ada di Kraton Yogyakarta. Bentuk lain adalah bahan logam yang berbentuk datar / rata atau berbentuk genteng. Bahan

ini direkomendasikan berwarna gelap, tidak mengkilap dan bertekstur. Bentuk atap

seperti seng gelombang dan sejenisnya tidak direkomendasikan.

LISPLANG DAN

ORNAMEN

1. Tidak direkomendasikan menggunakan lisplang dari beton / semen yang terlalu lebar

(lebar yang direkomendasikan sama dengan lebar lisplang papan kayu sekitar 20 cm). Lisplang dimungkinkan lebih lebar jika

dibutuhkan dalam hal proporsi / perbandingan ukuran lebar dan tinggi atap

yang besar. 2. Ornamen berupa hiasan pada lubang ventilasi

/ roster, plisir (lekukan / takikan) pada

dinding, atau kaca patri / kaca timah 3. Ornamen pada dinding luar bangunan

menggunakan lapisan batu kali ekspos di dinding dengan ketinggian 40 – 100 cm, atau sampai di bawah ambang bawah jendela.

4. Tata ruang menggunakan pola tata ruang gaya arsitektur Jawa.

Ornamen berupa hiasan pada

lubang ventilasi / roster, plisir

(lekukan / takikan) pada

dinding

Page 25: Sk Ka Dinas Arahan Arsitektur Khas Daerah

PINTU, JENDELA, VENTILASI

1. Pintu sisi luar berbentuk empat persegi panjang dengan daun pintu krepyak kayu, panil kayu atau kombinasi keduanya. Apabila

menggunakan daun pintu ganda / dobel, daun pintu sisi dalam, menggunakan pintu

kaca. 2. Jendela berbentuk empat persegi panjang

dengan konstruksi krepyak kayu / panil kayu

atau jendela kaca. 3. Untuk bangunan baru atau bangunan yang

tidak termasuk ke dalam cagar budaya /

warisan budaya / diduga warisan budaya, maka daun pintu / daun jendela dan rangka

pintu / rangka jendela diperkenankan menggunakan bahan aluminium / logam, dengan tetap menggunakan pola dan gaya

arsitektur Indis. 4. Ventilasi ada 2 jenis, yang pertama lubang

angin pada dinding yang terbuat dari batu bata, dan yang kedua adalah krepyak / jalusi atau tebeng (dapat berupa kaca mati, kaca

berbingkai atau berupa ornamen) di atas pintu/jendela yang kusennya menyatu

dengan kusen pintu dan jendela. Apabila menggunakan AC, maka ventilasi ditutup dengan bahan transparan.

Jendela dan ventilasi berbentuk

empat persegi panjang

Page 26: Sk Ka Dinas Arahan Arsitektur Khas Daerah

V. TABEL GAYA ARSITEKTUR BANGUNAN SESUAI KAWASAN CAGAR BUDAYA

JAWA INDIS CINA KOLONIAL KLASIK

GRAND ARSITEKTUR

KERAKYATAN / TRADISIONAL

KCB MALIOBORO (INTI) v v

KCB MALIOBORO (PENYANGGA) v v v

KCB KRATON (INTI) v v v

KCB KRATON (PENYANGGA) v v

KCB PAKUALAMAN (INTI) v v

KCB PAKUALAMAN (PENYANGGA) v v

KCB KOTABARU (INTI) v v

KCB KOTABARU (PENYANGGA) v v

KCB KOTAGEDE (INTI) v v

KCB KOTAGEDE (PENYANGGA) v v v

KCB IMOGIRI (INTI) v v

KCB IMOGIRI (PENYANGGA) v v

Ditetapkan di : Yogyakarta

Pada tanggal :

Kepala

Drs. GBPH Yudaningrat NIP. 19580117 198602 1 001