Sk Ka Dinas Arahan Arsitektur Khas Daerah
-
Upload
roby-farizki -
Category
Documents
-
view
180 -
download
8
description
Transcript of Sk Ka Dinas Arahan Arsitektur Khas Daerah
PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DINAS KEBUDAYAAN
Jl. Cendana No. 11, Telepon. (0274) 562628 Faksimili (0274) 564945 Yogyakarta
www.jogjabudaya.com Kode Pos 55166
KEPUTUSAN KEPALA DINAS KEBUDAYAAN
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
NOMOR: _
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS ARSITEKTUR BERNUANSA BUDAYA DAERAH
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
KEPALA DINAS KEBUDAYAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Menimbang : a.
b.
c.
bahwa berdasarkan Pasal 32 Perda No.6 Tahun 2012 tentang
Pelestarian Warisan Budaya dan Cagar Budaya perlu ditetapkan
Peraturan Gubernur tentang Arahan bentuk Pelestarian Warisan
Budaya dan Cagar Budaya, yang di dalamnya juga mengatur
arahan arsitektur bernuansa budaya daerah;
bahwa dalam masa transisi sebelum ditetapkan Peraturan
Gubernur dan guna memperlancar proses pemberian ijin
bangunan agar sesuai dengan arsitektur bernuansa budaya
daerah perlu adanya petunjuk teknis;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf
a dan huruf b perlu menetapkan Keputusan Kepala Dinas
Kebudayaan DIY tentang Petunjuk Teknis Arsitektur Bernuansa
Budaya Daerah;
Mengingat : 1.
2.
3.
4.
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5168);
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Keistimewaan
Daerah Istimewa Yogyakarta. (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 170, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5339)
Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang pembagian
urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
5.
6.
7.
Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Peraturan Daerah Nomor 6 tahun 2012 tentang Pelestarian
Warisan Budaya dan Cagar Budaya.
Pertaturan Gubernur DIY Nomor 42 Tahun 2008 tentang
Rincian Tugas dan Fungsi Dinas dan Unit Pelaksana Teknis
pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Kesatu
Kedua
Ketiga
:
:
:
Petunjuk teknis arsitektur bernuansa budaya daerah sebagaimana
tercantum dalam lampiran Keputusan ini sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari Keputusan ini.
Petunjuk teknis ini dapat digunakan sebagai panduan bagi pemberian
rekomendasi untuk ijin bangunan agar sesuai dengan arsitektur
bernuansa budaya daerah.
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan hingga
diterbitkannya Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta tentang
Arsitektur Bernuansa Budaya Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Ditetapkan di : Yogyakarta
Pada tanggal :
Kepala
Drs. GBPH Yudaningrat NIP. 19580117 198602 1 001
Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth:
1. Walikota Yogyakarta
2. Bupati Bantul
3. Bupati Kulon Progo
4. Bupati Gunung Kidul
5. Bupati Sleman
6. Sekretaris Daerah DIY.
7. Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretaris Daerah DIY.
8. BAPEDA DIY.
9. Biro Organisasi Setda DIY
10. Biro Hukum Setda DIY
11. Dinas Kebudayaan DIY
12. Dinas Perizinan Kota Yogyakarta
13. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta.
14. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kulon Progo
15. Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Kabupaten Gunung Kidul
16. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman.
17. Pertinggal.
LAMPIRAN :
Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan
Daerah Istimewa Yogyakarta
Nomor :
Tanggal :
PETUNJUK TEKNIS ARSITEKTUR BERNUANSA BUDAYA DAERAH
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
I. ARAHAN ARSITEKTUR BANGUNAN BARU
A. Ketentuan Umum Bangunan
Arsitektur bangunan baru bernuansa budaya daerah diwujudkan dengan menerapkan elemen bangunan, sosok atau bentuk
bangunan, fasad bangunan, detail ornamen, material dan pewarnaan, tata letak dan tata ruang bangunan, penempatan ruang
terbuka (open space), perabot ruang luar (outdoor furniture), serta jenis vegetasi.
B. Pola Arsitektur Bangunan
1. Arsitektur bangunan baru pada Situs dan Kawasan Cagar Budaya harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Bangunan baru yang berada pada zona inti menggunakan rancangan pola lestari asli atau pola selaras sosok;
b. Bangunan baru yang berada pada zona penyangga paling sedikit menggunakan rancangan pola selaras sosok;
c. Bangunan baru yang berada pada zona pengembangan menggunakan rancangan pola selaras parsial;
d. Bangunan baru yang berada pada zona penunjang menggunakan rancangan pola selaras parsial.
2. Bangunan baru di luar Kawasan Cagar Budaya menggunakan pola selaras parsial, dimungkinkan untuk menggunakan pola
selaras kombinasi dan/atau selaras modifikasi.
Catatan : Penjelasan lebih lanjut tentang Pola Arsitektur Bangunan dapat dilihat pada bagian III Pola Arsitektur Bangunan.
C. Gaya Arsitektur Bangunan
Panduan arsitektur bangunan baru pada Kawasan Cagar Budaya ditetapkan sebagai berikut:
1. Kawasan Cagar Budaya Malioboro memakai gaya arsitektur bangunan Indis dan Cina;
2. Kawasan Cagar Budaya Kraton memakai gaya arsitektur bangunan tradisional Jawa grand arsitektur dan/atau
kerakyatan/profan dan dimungkinkan memakai gaya arsitektur Indis ;
3. Kawasan Cagar Budaya Pakualaman memakai gaya arsitektur tradisional Jawa dan Indis;
4. Kawasan Cagar Budaya Kotabaru memakai gaya arsitektur Indis dan Kolonial;
5. Kawasan Cagar Budaya Kotagede memakai gaya aritektur tradisional Jawa dan Klasik; dan
6. Kawasan Cagar Budaya Imogiri memakai gaya arsitektur bangunan tradisional Jawa dan Klasik.
II. ARAHAN TEKNIS BANGUNAN SECARA UMUM
A. Tampilan Sosok Bangunan
1 Bangunan direkomendasikan menampilkan tiga elemen
pembentuk bangunan atau struktur yaitu kepala (atap), badan (dinding), dan kaki (pondasi/ umpak/ tumpuan)
2 Tidak direkomendasikan menggunakan gaya arsitektur selain yang digunakan pada masing-masing KCB terkait.
3 Tampilan tata letak, bentuk, corak, tipe, proporsi/dimensi, ornamen, atribut (misal: lampu),
warna, material bangunan, vegetasi, harus disesuaikan dengan gaya arsitektur bangunan pada masing-masing KCB terkait.
Kepala
Badan
Kaki
B. Fasad Bangunan
1 Bentuk badan bangunan (dinding) harus mengacu pada gaya arsitektur yang telah ditentukan di lokasi bangunan berdiri, dengan bukaan pintu dan jendela
serta lubang angin yang disesuaikan dengan gaya arsitektur KCB terkait.
2 Fasad bangunan yang menggunakan ornamen direkomendasikan menggunakan salah satu gaya/ corak ornamen sesuai dengan gaya arsitektur
bangunannya.
3 Tidak direkomendasikan menggunakan ornamen
berbentuk bidang persegi/ kotak atau garis-garis horisontal atau vertikal yang dominan, yang mencirikan
gaya arsitektur minimalis.
4 Tidak direkomendasikan menggunakan unsur
bangunan bergaya Yunani atau Romawi.
X X X
X X
5 Pada fasad bangunan tidak direkomendasikan menggunakan penutup dinding yang berkesan metalik (aluminium cladding, aluminium panel).
C. Atap Bangunan
1 Tidak direkomendasikan menggunakan bentuk atap datar, atap berkesan datar (sudut atap kurang dari 30 derajat) atau atap yang hanya miring ke salah satu sisi
(gedhang selirang dan panggang pe / setengah pelana)
2 Ruang untuk mekanikal dan elektrikal dan/atau ruang jemur yang berada di lantai atas diberi atap limasan/ atap pelana; jika tidak memungkinkan, diusahakan
tidak dominan dan/ atau berada di tempat yang tidak mudah terlihat dari depan
3 Bahan atap bangunan direkomendasikan menggunakan genteng (tidak dicat dan tidak diglasur) dari bahan
tanah liat atau keramik, dengan bentuk sesuai dengan gaya arsitektur yang telah ditetapkan di lokasi bangunan berdiri.
X X
X X X
D. Lain-lain/Kelengkapan Bangunan
1 Papan nama, pagar, tanaman, bangunan pendukung (misal: pos satpam), tidak direkomendasikan tampil
dominan sehingga menutupi/mengalahkan tampilan bangunan utama.
2 Perabot luar ruang (outdoor furniture) direkomendasikan menggunakan corak sesuai dengan gaya arsitektur
bangunannya.
III. POLA ARSITEKTUR
Arsitektur Bangunan yang perlu diatur adalah mengenai bentuk atau sosok bangunan, bahan atau material bangunan, ornamen
atau ragam hias, vegetasi, serta perabot luar ruang (outdoor furniture).
A. Arahan Arsitektur Pola Lestari Asli
Pola Lestari Asli adalah bentuk bangunan dalam tampilan yang sama ketika bentuk tersebut diciptakan pada masa
keberadaannya secara utuh dan lengkap.
1) Diterapkan pada lokasi zona inti Kawasan Warisan Budaya (KWB) atau Kawasan Cagar Budaya (KCB)
2) Bentuk bangunan dan konstruksi sesuai dengan tipe-tipe bentuk dan konstruksi Bangunan Cagar Budaya di KWB atau
KCB tersebut.
3) Ragam hias sesuai dengan tipe-tipe bentuk ragam hias Bangunan Cagar Budaya di KCB tersebut.
4) Bahan atau material diusahakan sungguh- sungguh memakai material seperti material yang digunakan pada Bangunan
Cagar Budaya di KCB tersebut
5) Vegetasi sesuai dengan vegetasi asli di KCB tersebut
6) Outdoor Furniture tidak berukuran besar dan tidak menutupi bangunan utama didesain dengan tipe-tipe ragam hias di KCB
tersebut.
B. Arahan Arsitektur Pola Selaras Sosok
Pola Selaras Sosok adalah bentuk bangunan yang menyerap suatu gaya arsitektur bernuansa budaya daerah dari suatu masa
tertentu dari bentuk lestari asli, yang diaplikasikan pada penampilan bangunan secara garis besar tanpa detail kedalaman yang
rinci
1) Diterapkan pada lokasi zona penyangga KWB atau KCB
2) Bentuk sesuai dengan tipe – tipe bentuk BCB di KWB atau KCB tersebut namun konstruksi yang tidak terlihat dari luar
bisa disesuaikan dengan perkembangan teknologi
3) Ragam hias sesuai dengan tipe – tipe ragam hias BCB di KCB tersebut
4) Material / bahan bangunan diperbolehkan memakai material sesuai perkembangan teknologi saat ini, namun secara visual
masih memperlihatkan kemiripan dengan material yang dipakai di BCB pada KCB tersebut
5) Vegetasi sesuai dengan vegetasi asli KCB tersebut dan/atau sesuai filosofinya
6) Outdoor Furniture tidak berukuran besar dan tidak menutupi bangunan utama, didesain dengan tipe – tipe ragam hias BCB
di KCB tersebut.
C. Arahan Arsitektur Pola Selaras Parsial
Pola Selaras Parsial adalah bentuk bangunan yang sebagian komponennya mengadopsi salah satu atau lebih komponen
bangunan dari gaya arsitektur bernuansa budaya daerah. Bentuk selaras parsial dapat divariasikan pada bentuk selaras
kombinasi atau selaras modifikasi.
1) Diterapkan pada lokasi zona pengembangan KWB atau KCB
2) Bentuk dan konstruksi dapat dikombinasikan sedemikian rupa disesuaikan dengan perkembangan teknologi, namun
karakter arsitektur benuansa budaya daerah DIY masih terasa
3) Ragam hias diperbolehkan menggunakan ragam hias pada arsitektur bernuansa budaya daerah namun tetap
memperhatikan estetika dan keselarasan.
4) Material diperbolehkan memakai material sesuai perkembangan teknologi saat ini, namun secara visual memunculkan
karakter arsitektur bernuansa budaya daerah yang cenderung bersifat natural dan pewarnaan alami
5) Outdoor Furniture tidak berukuran besar dan tidak menutupi bangunan utama, didesain dengan tipe – tipe ragam hias pada
arsitektur bernuansa budaya daerah.
D. Arahan Arsitektur Pola Selaras Kombinasi
Pola Selaras Kombinasi adalah bentuk bangunan yang memadukan dua atau lebih gaya arsitektur bernuansa budaya daerah
dari dua atau lebih masa perkembangan arsitektur pembentuk langgam-langgam tersebut.
1) Diterapkan pada lokasi zona penunjang KWB atau KCB
2) Bentuk dan konstruksi dapat mengkombinasikan beberapa gaya arsitektur sesuai dengan perkembangan teknologi, namun
karakter arsitektur benuansa budaya daerah masih terkandung di dalamnya
3) Ragam hias diperbolehkan menggunakan ragam hias pada dua atau lebih gaya arsitektur bernuansa budaya daerah,
namun tetap memperhatikan estetika dan keselarasan.
4) Material yang digunakan diperbolehkan memakai material sesuai perkembangan teknologi yang ada, namun secara visual
tetap memunculkan karakter arsitektur bernuansa budaya daerah
5) Outdoor Furniture tidak berukuran besar dan tidak menutupi bangunan utama, didesain dengan cotak/tipe ragam hias
sesuai dengan gaya arsitektur bernuansa budaya daerah yang digunakan.
E. Arahan Arsitektur Pola Selaras Modifikasi
Pola Selaras Modifikasi adalah bentuk bangunan yang menyerap langgam warisan budaya arsitektur masa tertentu, yang
dikembangkan bersamaan dengan pola-pola baru secara kreatif.
1) Diterapkan pada lokasi di luar KWB atau KCB
2) Bentuk dan konstruksi menyerap gaya arsitektur bernuansa budaya daerah, namun diperbo;ehkan dikembangkan secara
kreatif sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada.
3) Ragam hias diperbolehkan menggunakan ragam hias yang ada pada semua gaya arsitektur bernuansa budaya daerah,
dengan tetap memperhatikan estetika dan keselarasan.
4) Diperbolehkan menggunakan material/ bahan bangunan sesuai perkembangan teknologi, yang didesain secara kreatif
namun secara visual tetap memunculkan karakter arsitektur bernuansa budaya daerah
5) Outdoor Furniture tidak berukuran besar dan tidak menutupi bangunan utama, didesain dengan cotak/tipe ragam hias
sesuai dengan gaya arsitektur bernuansa budaya daerah yang digunakan.
IV. GAYA ARSITEKTUR BANGUNAN BERNUANSA BUDAYA DAERAH DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA
A. ARSITEKTUR JAWA
ATAP
1. Bentuk atap adalah joglo, limasan atau pelana dan varian dari masing-masing bentuk
tersebut. 2. Bentuk atap garasi dan bangunan pendukung
lain seperti pos satpam, menyesuaikan
dengan bangunan induk (tidak datar). Apabila datar direkomendasikan berbentuk pergola
dari bahan kayu atau besi (bukan dari beton) dan tidak menyatu dengan bangunan induk.
3. Jika menggunakan atap joglo, tidak
direkomendasikan menggunakan bentuk atap joglo dari daerah lain selain Yogyakarta (misal
Joglo pesisiran dari pantai utara Jawa). 4. Atap tritisan bisa atap miring tanpa konsol
atau atap miring menggunakan konsol kayu /
besi di bawahnya
PENUTUP
ATAP
1. Penutup atap bangunan utama / bangunan
induk menggunakan genteng bertipe vlaam, plenthong atau kodhok dengan warna asli
(tidak dicat / tidak diglasir) dengan bahan dari genteng tanah liat / genteng keramik. Tidak direkomendasikan penutup atap dari
genteng beton, asbes, policarbonate, logam dan sejenisnya.
2. Bubungan dapat berupa kerpus dengan bahan yang sama dengan bahan gentengnya
atau dari bahan seng / plat dengan ornamen
Atap tritisan dari seng
Joglo pesisiran
tidak direkomendasikan
X Joglo ageng tidak direkomendasikan
X
bongkak pada kedua ujung nok / molo dan pada ujung bawah jurai / dudur.
3. Atap seng hanya diperbolehkan untuk atap tritisan
4. Penutup atap garasi dan bangunan
pendukung lain seperti pos satpam direkomendasikan sama dengan bangunan
induk. Jika berbentuk pergola maka direkomendasikan dari bahan yang transparan.
5. Jika karena kebutuhan konstruksi (kons-truksi dengan rangka atap baja ringan atau konstruksi bentang lebar dari baja) dengan
penutup atap menggunakan bahan logam dan sejenisnya, maka direkomendasikan berben-
tuk sirap dengan bentuk dan susunan yang berbeda dari atap sirap yang ada di Kraton Yogyakarta. Bentuk lain adalah bahan logam
yang berbentuk datar / rata atau berbentuk genteng. Bahan ini direkomendasikan berwar-
na gelap, tidak mengkilap dan bertekstur. Bentuk atap seperti seng gelombang dan sejenisnya tidak direkomendasikan.
LISPLANG DAN
ORNAMEN
1. Tidak direkomendasikan menggunakan lisplang dari beton / semen yang terlalu lebar
(lebar yang direkomendasikan sama dengan lebar lisplang papan kayu sekitar 20 cm).
Lisplang dimungkinkan lebih lebar dari itu jika dibutuhkan dalam hal proporsi / perbandingan ukuran lebar dan tinggi atap
yang besar. 2. Jenis lisplang ada yang polos atau
berornamen (rete-rete). 3. Tidak direkomendasikan menggunakan
Jenis Srawing / sunscreen ada yang
berornamen.
Jenis lisplang berornamen (rete-rete)
ornamen terlalu berlebihan pada fasad / tampak bangunan termasuk penggunaan batu tempel.
4. Ornamen di ujung bubungan atap dapat berupa hiasan yang berbentuk seperti tanduk
yang disebut bongkak.
PINTU,
JENDELA, VENTILASI
1. Pintu sisi luar berbentuk empat persegi
panjang dengan daun pintu krepyak kayu, panil kayu atau kombinasi keduanya. Apabila menggunakan daun pintu ganda / dobel,
daun pintu sisi dalam, menggunakan pintu kaca.
2. Jendela berbentuk empat persegi panjang dengan konstruksi krepyak kayu / panil kayu atau jendela kaca.
3. Untuk bangunan baru atau bangunan yang tidak termasuk ke dalam cagar budaya / warisan budaya / diduga warisan budaya,
maka daun pintu / daun jendela dan rangka pintu / rangka jendela diperkenankan
menggunakan bahan aluminium / logam. 4. Ventilasi ada 2 jenis, yang pertama lubang
angin pada dinding yang terbuat dari batu
bata dan yang kedua adalah krepyak / jalusi atau tebeng (dapat berupa kaca mati, kaca
berbingkai atau berupa ornamen) di atas pintu/jendela yang kusennya menyatu dengan kusen pintu dan jendela. Apabila
menggunakan AC, maka ventilasi ditutup dengan bahan transparan.
B. ARSITEKTUR INDIS (Gaya arsitektur Eropa/Belanda yang telah diadaptasi menyesuaikan kondisi budaya dan iklim tropis/Indonesia)
ATAP
1. Bentuk atap untuk bangunan induk adalah limasan dengan kemiringan sudut atap 30-45
derajat. 2. Bentuk atap garasi dan bangunan
pendukung lain seperti pos satpam,
menyesuaikan dengan bangunan induk (tidak datar). Apabila datar direkomendasikan
berbentuk pergola dari bahan kayu atau besi (bukan dari beton) dan tidak menyatu dengan bangunan induk.
3. Atap tritisan bisa berupa atap miring tanpa konsol atau atap miring menggunakan konsol
kayu / besi di bawahnya atau atap datar biasa atau atap datar dengan tarikan kabel baja diatasnya.
PENUTUP ATAP
1. Penutup atap bangunan utama / bangunan induk menggunakan genteng bertipe vlaam, plenthong atau kodhok dengan warna asli (tidak dicat / tidak diglasir) dengan bahan dari genteng tanah liat / genteng keramik.
Tidak direkomendasikan penutup atap dari genteng beton, asbes, policarbonate, logam
dan sejenisnya. 2. Penutup atap garasi dan bangunan
pendukung lain seperti pos satpam direkomendasikan sama dengan bangunan
Tritisan tarik kabel
Pergola dari bahan kayu atau besi
(bukan dari beton)
Bentuk atap limasan
Tritisan konsol besi
induk. Jika berbentuk pergola maka direkomendasikan dari bahan yang transparan.
3. Jika karena kebutuhan konstruksi (konstruksi dengan rangka atap baja ringan
atau konstruksi bentang lebar dari baja) dengan penutup atap menggunakan bahan logam dan sejenisnya, maka
direkomendasikan berbentuk sirap dengan bentuk dan susunan yang berbeda dari atap sirap yang ada di Kraton Yogyakarta. Bentuk
lain adalah bahan logam yang berbentuk datar / rata atau berbentuk genteng. Bahan
ini direkomendasikan berwarna gelap, tidak mengkilap dan bertekstur. Bentuk atap seperti seng gelombang dan sejenisnya tidak
direkomendasikan.
LISPLANG DAN ORNAMEN
1. Tidak direkomendasikan menggunakan lisplang dari beton / semen yang terlalu lebar (lebar yang direkomendasikan sama dengan
lebar lisplang papan kayu sekitar 20 cm). Lisplang dimungkinkan lebih lebar dari itu
jika dibutuhkan dalam hal proporsi / perbandingan ukuran lebar dan tinggi atap yang besar.
2. Ornamen berupa hiasan pada lubang ventilasi / roster, plisir (lekukan / takikan)
pada dinding dan kaca patri / kaca timah 3. Ornamen pada dinding luar bangunan
menggunakan lapisan batu kali ekspos di
dinding dengan ketinggian 40 – 100 cm, atau sampai di bawah ambang bawah jendela.
Pada dinding luar yaitu batu / kerikil di dinding dengan ketinggian 40 – 100 cm
PINTU, JENDELA, VENTILASI
1. Pintu sisi luar berbentuk empat persegi panjang dengan daun pintu krepyak kayu, panil kayu atau kombinasi keduanya. Apabila
menggunakan daun pintu ganda / dobel, daun pintu sisi dalam, menggunakan pintu
kaca. 2. Jendela berbentuk empat persegi panjang
dengan konstruksi krepyak kayu / panil kayu
atau jendela kaca. 3. Untuk bangunan baru atau bangunan yang
tidak termasuk ke dalam cagar budaya /
warisan budaya / diduga warisan budaya, maka daun pintu / daun jendela dan rangka
pintu / rangka jendela diperkenankan menggunakan bahan aluminium / logam.
4. Ventilasi ada 2 jenis, yang pertama lubang
angin pada dinding yang terbuat dari batu bata dan yang kedua adalah krepyak / jalusi
atau tebeng (dapat berupa kaca mati, kaca berbingkai atau berupa ornamen) di atas pintu/jendela yang kusennya menyatu
dengan kusen pintu dan jendela. Apabila menggunakan AC, maka ventilasi ditutup
dengan bahan transparan.
Jendela tipe kupu tarung
Bentuk ventilasi,
jendela krepyak dan
panil kayu atau jendela
kaca
C. ARSITEKTUR CINA
ATAP
1. Ciri khas adalah atap pelana dengan gunung-gunung (gable) di sisi kanan-kirinya (gunung-gunung tidak digunakan sebagai fasad /
tampak depan bangunan). Bubungan atap pelana sejajar dengan jalan di depan
bangunan. 2. Bentuk atap garasi dan bangunan
pendukung lain seperti pos satpam,
menyesuaikan dengan bangunan induk (tidak datar). Apabila datar direkomendasikan berbentuk pergola dari
bahan kayu atau besi (bukan dari beton) dan tidak menyatu dengan bangunan induk.
3. Atap tritisan bisa atap miring tanpa konsol atau atap miring menggunakan konsol kayu / besi di bawahnya
PENUTUP
ATAP
1. Penutup atap bangunan utama / bangunan
induk menggunakan genteng bertipe vlaam, plenthong atau kodhok dengan warna asli (tidak dicat / tidak diglasir) dengan bahan
dari genteng tanah liat / genteng keramik. Tidak direkomendasikan penutup atap dari
genteng beton, asbes, policarbonate, logam dan sejenisnya.
2. Penutup atap garasi dan bangunan
pendukung lain seperti pos satpam direkomendasikan sama dengan bangunan
induk. Jika berbentuk pergola maka direkomendasikan dari bahan yang transparan.
3. Jika karena kebutuhan konstruksi
Ciri khas adalah atap pelana
dengan gunung-gunung
(gable) di sisi kanan-kirinya
(gunung-gunung tidak
digunakan sebagai fasad /
tampak depan bangunan).
Bubungan atap pelana sejajar
dengan jalan di depan
bangunan
(konstruksi dengan rangka atap baja ringan atau konstruksi bentang lebar dari baja) dengan penutup atap menggunakan bahan
logam dan sejenisnya, maka direkomendasikan berbentuk sirap dengan
bentuk dan susunan yang berbeda dari atap sirap yang ada di Kraton Yogyakarta. Bentuk lain adalah bahan logam yang berbentuk
datar / rata atau berbentuk genteng. Bahan ini direkomendasikan berwarna gelap, tidak mengkilap dan bertekstur. Bentuk atap
seperti seng gelombang dan sejenisnya tidak direkomendasikan.
LISPLANG
DAN ORNAMEN
1. Letak balkon pada lantai 2 dan lantai-lantai
di atasnya, tidak direkomendasikan menjorok ke daerah milik jalan. Batas balkon pada lantai 2 diperbolehkan tepat di atas dinding
depan bangunan lantai 1. Batas balkon pada lantai 3 mengikuti aturan ketinggian yang berlaku.
2. Pagar balkon / balustrade tidak direkomendasikan dari material yang masif /
tertutup semuanya. 3. Ornamen pada gunung-gunung dan
bubungan berupa profil. 4. Konsol pada tritisan dapat menggunakan
bahan dari kayu / beton / besi yang
beroranamen khas kawasan yang bergaya arsitektur Cina.
PINTU, JENDELA,
VENTILASI
1. Pintu pada lantai satu yang banyak difungsikan sebagai ruang usaha, bukaannya
relatif luas, berupa pintu dorong atau pintu lipat.
Ornamen pada gunung-gunung
dan bubungan berupa profil Pagar balkon / balustrade tidak boleh dari
material yang masif / tertutup semuanya.
2. Bukaan pada lantai dua berupa jendela atau kombinasi jendela dan pintu pada bangunan yang berbalkon.
3. Penggunaan bahan yang berpenampilan aluminium / logam hanya diperbolehkan di
ruang usaha di lantai 1. 4. Ventilasi ada 2 jenis, yang pertama lubang
angin pada dinding yang terbuat dari batu
bata dan yang kedua adalah krepyak / jalusi atau tebeng (dapat berupa kaca mati, kaca
berbingkai atau berupa ornamen) di atas pintu/jendela yang kusennya menyatu dengan kusen pintu dan jendela. Apabila
menggunakan AC, maka ventilasi ditutup dengan bahan transparan.
D. ARSITEKTUR KOLONIAL (Gaya arsitektur Eropa/Belanda yang langsung diterapkan pada bangunan di Yogyakarta, dengan modifikasi yang minimal)
ATAP
1. Bentuk atap untuk bangunan induk adalah limasan dan/atau pelana dengan kemiringan sudut atap 30-45 derajat.
2. Bentuk atap garasi dan bangunan pendukung lain seperti pos satpam, menyesuaikan dengan bangunan induk (tidak datar). Apabila atap
datar direkomendasikan berbentuk pergola dari bahan kayu atau besi (bukan dari beton) dan
tidak menyatu dengan bangunan induk. 3. Atap tritisan bisa berupa atap miring tanpa
konsol atau atap miring menggunakan konsol
kayu / besi di bawahnya atau atap datar biasa atau atap datar dengan tarikan kabel baja di atasnya.
PENUTUP
ATAP
1. Penutup atap bangunan utama / bangunan
induk menggunakan genteng bertipe vlaam, plenthong atau kodhok dengan warna asli (tidak
dicat / tidak diglasir) dengan bahan dari genteng tanah liat / genteng keramik. Tidak direkomendasikan penutup atap dari genteng
beton, asbes, policarbonate, logam dan sejenisnya.
2. Penutup atap garasi dan bangunan pendukung lain seperti pos satpam direkomendasikan sama dengan bangunan induk. Jika berbentuk
pergola maka direkomendasikan dari bahan yang transparan.
3. Jika karena kebutuhan konstruksi (konstruksi dengan rangka atap baja ringan atau konstruksi bentang lebar dari baja) dengan
Tritisan tarik kabel Tritisan konsol kayu
penutup atap menggunakan bahan logam dan sejenisnya, maka direkomendasikan berbentuk sirap dengan bentuk dan susunan yang
berbeda dari atap sirap yang ada di Kraton Yogyakarta. Bentuk lain adalah bahan logam
yang berbentuk datar / rata atau berbentuk genteng. Bahan ini direkomendasikan berwarna gelap, tidak mengkilap dan
bertekstur. Bentuk atap seperti seng gelombang dan sejenisnya tidak direkomendasikan.
LISPLANG
DAN ORNAMEN
1. Dimungkinkan menggunakan lisplang dari
beton/semen yang lebar, dengan ornamen lekukan-lekukan memanjang (profil). Lebar lisplang disesuaikan dengan proporsi terhadap
ukuran lebar/tinggi atap dan bangunan. 2. Kolom-kolom silindris sebagai ornamen
dan/atau struktur, dengan gaya arsitektur Neoklasik/Artneuvo/Doric, bukan gaya arsitektur Yunani/Romawi
3. Menara sebagai ornamen/aksen bangunan dengan bentuk segi empat atau lebih, yang
diberi atap. 4. Gunung-gunung sebagai sisi depan atap
pelana, dalam bentuk segitiga berundak
dengan variannya. 5. Ornamen berupa hiasan pada lubang ventilasi
/roster, plisir (lekukan /takikan) pada dinding
dan kaca patri / kaca timah 6. Ornamen pada dinding luar bangunan
menggunakan lapisan batu kali ekspos di dinding dengan ketinggian 40 – 100 cm, atau sampai di bawah ambang bawah jendela.
Ornamen berupa kolom, menara dan gunung-gunung
sebagai sisi depan
PINTU, JENDELA, VENTILASI
1. Pintu sisi luar berbentuk empat persegi panjang dengan daun pintu krepyak kayu, panil kayu atau kombinasi keduanya. Apabila
menggunakan daun pintu ganda / dobel, daun pintu sisi dalam, menggunakan pintu kaca.
2. Jendela berbentuk empat persegi panjang dengan konstruksi panil kayu/krepyak kayu atau jendela kaca.
3. Untuk bangunan baru atau bangunan yang tidak termasuk ke dalam cagar budaya / warisan budaya / diduga warisan budaya,
maka daun pintu / daun jendela dan rangka pintu / rangka jendela diperkenankan
menggunakan bahan aluminium / logam, dengan tetap menggunakan pola dan gaya arsitektur kolonial.
4. Jumlah bukaan jendela pada dinding luar, relative tidak banyak jika dibandingkan dengan
gaya arsitektur Indis. 5. Ventilasi ada 2 jenis, yang pertama lubang
angin pada dinding yang terbuat dari batu
bata, dan yang kedua adalah krepyak / jalusi atau tebeng (dapat berupa kaca mati, kaca
berbingkai atau berupa ornamen) di atas pintu/jendela yang kusennya menyatu dengan kusen pintu dan jendela. Apabila
menggunakan AC, maka ventilasi ditutup dengan bahan transparan.
Pintu dan jendela berbentuk
empat persegi panjang
E. ARSITEKTUR KLASIK (Kombinasi gaya arsitektur Jawa dan gaya arsitektur Indis)
ATAP
1. Bentuk atap untuk bangunan induk adalah limasan atau pelana (kampung) dengan
kemiringan sudut atap 30-45 derajat. 2. Bentuk atap garasi dan bangunan pendukung
lain seperti pos satpam, menyesuaikan
dengan bangunan induk (tidak datar). Apabila atap datar direkomendasikan berbentuk pergola dari bahan kayu atau besi (bukan dari
beton) dan tidak menyatu dengan bangunan induk.
3. Atap tritisan bisa berupa atap miring tanpa konsol atau atap miring menggunakan konsol kayu / besi di bawahnya, atau atap datar
biasa atau atap datar dengan tarikan kabel baja di atasnya.
PENUTUP ATAP
1. Penutup atap bangunan utama / bangunan induk menggunakan genteng bertipe vlaam, plenthong atau kodhok dengan warna asli (tidak dicat / tidak diglasir) dengan bahan
dari tanah liat / genteng keramik. Tidak direkomendasikan penutup atap dari genteng
beton, asbes, policarbonate, logam dan sejenisnya.
2. Penutup atap garasi dan bangunan
pendukung lain seperti pos satpam direkomendasikan sama dengan bangunan
induk. Jika berbentuk pergola maka penutup atap direkomendasikan dari bahan yang
Bentuk atap bangunan induk berupa atap limasan, dengan atap tritisan di
depannya dan sunscreen / srawing di bawah lisplang
transparan. 3. Jika karena kebutuhan konstruksi
(konstruksi dengan rangka atap baja ringan
atau konstruksi bentang lebar dari baja) dengan penutup atap menggunakan bahan
logam dan sejenisnya, maka direkomendasikan berbentuk sirap dengan bentuk dan susunan yang berbeda dari atap
sirap yang ada di Kraton Yogyakarta. Bentuk lain adalah bahan logam yang berbentuk datar / rata atau berbentuk genteng. Bahan
ini direkomendasikan berwarna gelap, tidak mengkilap dan bertekstur. Bentuk atap
seperti seng gelombang dan sejenisnya tidak direkomendasikan.
LISPLANG DAN
ORNAMEN
1. Tidak direkomendasikan menggunakan lisplang dari beton / semen yang terlalu lebar
(lebar yang direkomendasikan sama dengan lebar lisplang papan kayu sekitar 20 cm). Lisplang dimungkinkan lebih lebar jika
dibutuhkan dalam hal proporsi / perbandingan ukuran lebar dan tinggi atap
yang besar. 2. Ornamen berupa hiasan pada lubang ventilasi
/ roster, plisir (lekukan / takikan) pada
dinding, atau kaca patri / kaca timah 3. Ornamen pada dinding luar bangunan
menggunakan lapisan batu kali ekspos di dinding dengan ketinggian 40 – 100 cm, atau sampai di bawah ambang bawah jendela.
4. Tata ruang menggunakan pola tata ruang gaya arsitektur Jawa.
Ornamen berupa hiasan pada
lubang ventilasi / roster, plisir
(lekukan / takikan) pada
dinding
PINTU, JENDELA, VENTILASI
1. Pintu sisi luar berbentuk empat persegi panjang dengan daun pintu krepyak kayu, panil kayu atau kombinasi keduanya. Apabila
menggunakan daun pintu ganda / dobel, daun pintu sisi dalam, menggunakan pintu
kaca. 2. Jendela berbentuk empat persegi panjang
dengan konstruksi krepyak kayu / panil kayu
atau jendela kaca. 3. Untuk bangunan baru atau bangunan yang
tidak termasuk ke dalam cagar budaya /
warisan budaya / diduga warisan budaya, maka daun pintu / daun jendela dan rangka
pintu / rangka jendela diperkenankan menggunakan bahan aluminium / logam, dengan tetap menggunakan pola dan gaya
arsitektur Indis. 4. Ventilasi ada 2 jenis, yang pertama lubang
angin pada dinding yang terbuat dari batu bata, dan yang kedua adalah krepyak / jalusi atau tebeng (dapat berupa kaca mati, kaca
berbingkai atau berupa ornamen) di atas pintu/jendela yang kusennya menyatu
dengan kusen pintu dan jendela. Apabila menggunakan AC, maka ventilasi ditutup dengan bahan transparan.
Jendela dan ventilasi berbentuk
empat persegi panjang
V. TABEL GAYA ARSITEKTUR BANGUNAN SESUAI KAWASAN CAGAR BUDAYA
JAWA INDIS CINA KOLONIAL KLASIK
GRAND ARSITEKTUR
KERAKYATAN / TRADISIONAL
KCB MALIOBORO (INTI) v v
KCB MALIOBORO (PENYANGGA) v v v
KCB KRATON (INTI) v v v
KCB KRATON (PENYANGGA) v v
KCB PAKUALAMAN (INTI) v v
KCB PAKUALAMAN (PENYANGGA) v v
KCB KOTABARU (INTI) v v
KCB KOTABARU (PENYANGGA) v v
KCB KOTAGEDE (INTI) v v
KCB KOTAGEDE (PENYANGGA) v v v
KCB IMOGIRI (INTI) v v
KCB IMOGIRI (PENYANGGA) v v
Ditetapkan di : Yogyakarta
Pada tanggal :
Kepala
Drs. GBPH Yudaningrat NIP. 19580117 198602 1 001