site manager . Komposisi · untuk melindungi keselamatan kerja dari pekerjanya. Dapat dilihat pada...
Transcript of site manager . Komposisi · untuk melindungi keselamatan kerja dari pekerjanya. Dapat dilihat pada...
Universitas Kristen Petra
33
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Pendahuluan
Pilot Study dilakukan selama kurang lebih satu minggu dengan menyebar
kuesioner kepada responden dalam jumlah kecil yaitu 6 orang untuk mengisi
kuesioner tersebut. Pengumpulan kuesioner tersebut dijadikan data awal, selain itu
dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang mengisi kuesioner tersebut untuk
memberikan masukan-masukan agar kuesioner tersebut dapat lebih mudah
dipahami. Perubahan-perubahan yang dilakukan adalah memberi keterangan dan
penjelasan serta menyederhanakan kalimat yang digunakan pada kuesioner.
Penyebaran kuesioner dilakukan selama kurang lebih dua bulan yang
dimulai pada periode bulan Maret hingga bulan Mei 2010. Dari penyebaran yang
telah dilakukan didapatkan kuesioner sebanyak 48 buah. Selain pengumpulan
kuesioner, juga dilakukan pengamatan mengenai unsafe act yang dilakukan
pekerja pada proyek. Kendala yang dihadapi peneliti adalah kendala waktu
penyebaran, kendala cuaca dan kendala bahasa. Untuk membantu kesulitan
pemahaman yang dialami responden maka peneliti membimbing responden untuk
menjawab setiap pertanyaan yang ada.
4.2 Gambaran Umum
Penyebaran kuesioner dilakukan pada beberapa jenis proyek seperti
rumah tinggal, restaurant, ruko, kantor, SPBU, dan lain-lain.
Responden yang mengisi kuesioner sebanyak 48. Semua responden
berjenis kelamin laki-laki. Sebagian besar responden menjalani pendidikan
sampai jenjang STM (31%), tetapi ada juga yang hanya sampai jenjang SD
(Gambar 4.1.).
Universitas Kristen Petra
34
Gambar 4.1. Persentase Distribusi Pendidikan Responden
Responden yang mengisi kuesioner antara lain mandor, pelaksana,
pengawas, site engineering, koordinator lapangan, site manager. Komposisi
responden dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2. Persentase Distribusi Jabatan Responden
Universitas Kristen Petra
35
Sedangkan lama waktu responden bekerja sesuai dengan posisi atau
jabatan tersebut dapat dilihat komposisinya pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3. Persentase Lama Bekerja Responden
Untuk mengetahui lama perusahaan tempat responden bekerja terjun
dalam industri konstruksi dapat dilihat komposisinya pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4. Persentase Lama Perusahaan Terjun Dalam Industri Konstruksi
Universitas Kristen Petra
36
Data jumlah responden berdasarkan jenis proyek dapat dilihat pada Tabel
4.1. Pada kuesioner ini 1 responden mewakili 1 proyek, dengan total keseluruhan
48 proyek atau 48 responden.
Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Proyek
Jenis Proyek Jumlah
Responden Ruko 9 SPBU 3 Restaurant 4 Rumah 24 Gereja 2 Kantor 4 Laboratorium 1 Sekolah 1
4.3 Analisa Budaya Keselamatan Kerja
Analisa yang dilakukan berdasarkan jenis proyek yang telah
dikelompokkan yaitu rumah, SPBU, ruko (termasuk laboratorium dan sekolah),
kantor (termasuk restaurant dan gereja). Pengelompokan tersebut dilakukan atas
dasar kemiripan luas bangunan dan keterbatasan sampel. Langkah yang dilakukan
adalah menghitung nilai mean untuk setiap variabel subfaktor sehingga didapat
gambaran mengenai faktor-faktor budaya keselamatan kerja yang ada.
4.3.1 Analisa Faktor Komitmen Top Manajemen
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, didapat nilai rata-rata
untuk setiap subfaktor yang dapat dilihat pada Tabel 4.2. dan Gambar 4.5
Tabel 4.2. Nilai Rata-Rata Faktor Komitmen Top Manajemen
Mean Rumah Ruko SPBU Kantor
B11 3.63 3.81 3.67 3.17 B12 3.83 3.52 4.00 3.58 B13 2.96 2.81 4.00 2.67 B14 3.88 3.63 4.33 3.83 B15 2.75 2.70 3.67 2.50
Universitas Kristen Petra
37
Gambar 4.5. Nilai Rata-Rata Faktor Komitmen Top Manajemen (B1)
Pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.5 dapat dilihat secara umum bahwa nilai
rata-rata untuk keseluruhan subfaktor dari komitmen top manajemen yang
menunjukkan nilai tertinggi adalah jenis proyek SPBU, hal ini disebabkan oleh
resiko dari proyek SPBU yang tinggi sehingga kontraktor lebih berkomitmen
untuk melindungi keselamatan kerja dari pekerjanya.
Dapat dilihat pada jenis proyek SPBU, subfaktor yang lebih diutamakan
pada pengambilan tindakan secara cepat bila terjadi pelanggaran keselamatan
kerja (B14). Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan di lapangan, hal ini
disebabkan karena kurangnya kesadaran dan kompetensi pekerja sehingga
seringkali menimbulkan bahaya keselamatan kerja di lapangan. Bahaya
keselamatan kerja yang sering terjadi antara lain meletakkan peralatan dan
material secara sembarangan, merokok di dalam areal proyek dan berdiri di
Universitas Kristen Petra
38
ketinggian tanpa sabuk pengaman. Proyek SPBU juga membuktikan
komitmennya dalam menjalankan peraturan bahwa setiap orang yang masuk ke
dalam areal proyek diwajibkan menggunakan helm dan sepatu. Bila tidak
menggunakan helm dan sepatu, pekerja tidak diperbolehkan masuk ke tempat
kerja.
Berdasarkan data, dapat dilihat nilai rata-rata terendah pada jenis proyek
kantor, hal ini disebabkan kurangnya apresiasi pada pekerja yang bekerja secara
aman (B15) dan kurangnya persiapan untuk mengantisipasi bila terjadi kecelakaan
kerja (B13).
4.3.2 Analisa Faktor Komunikasi
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, didapat nilai rata-rata
untuk setiap subfaktor yang dapat dilihat pada Tabel 4.3. dan Gambar 4.6.
Tabel 4.3. Nilai Rata-Rata Faktor Komunikasi
Mean Rumah Ruko SPBU Kantor
B21 3.79 3.78 4.00 3.50 B22 3.75 2.74 4.33 3.67 B23 2.92 3.37 3.33 3.42 B24 3.42 3.26 4.33 3.75 B25 3.33 3.07 3.67 3.25
Universitas Kristen Petra
39
Gambar 4.6. Nilai Rata-Rata Faktor Komunikasi (B2)
Pada faktor komunikasi terdapat dua subfaktor, manajemen mengajarkan
pekerja untuk bekerja secara aman (B21) dan pekerja diberikan respon yang
positif dari manajemen apabila membicarakan tentang keselamatan kerja (B24),
yang memiliki nilai rata-rata cukup tinggi bila dibandingkan dengan subfaktor
yang lain. Berdasarkan wawancara pada proyek, pada saat pertama kali pekerja
akan bekerja, setiap pekerja akan mendapatkan pengajaran dan pengarahan
tentang pekerjaan dan tanggung jawab terhadap pekerjaan dan masalah
keselamatan kerja dari mandor atau manajemen. Respon yang diberikan oleh
manajemen terhadap pekerja pada saat membicarakan keselamatan kerja
cenderung positif, hal ini disebabkan karena komunikasi yang dibangun oleh
pihak manajemen dan pekerja berlangsung dua arah.
Universitas Kristen Petra
40
Secara umum subfaktor yang memiliki nilai rata-rata terendah adalah
informasi mengenai keberhasilan keselamatan kerja (B23). Hal ini disebabkan
karena pekerja hanya mendapatkan informasi mengenai pekerjaannya saja,
informasi tentang masalah keselamatan kerja kurang diberikan pada pekerja.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, informasi mengenai keberhasilan
keselamatan kerja dianggap kurang penting karena masalah keselamatan kerja
hanya dianggap sebagai formalitas dan lebih mengutamakan pekerjaan yang
sedang dilakukan.
4.3.3 Analisa Faktor Peraturan dan Prosedur Keselamatan Kerja
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, didapat nilai rata-rata
untuk setiap subfaktor yang dapat dilihat pada Tabel 4.4. dan Gambar 4.7.
Tabel 4.4. Nilai Rata-Rata Faktor Peraturan dan Prosedur Keselamatan Kerja
Mean Rumah Ruko SPBU Kantor
B31 2.63 2.04 3.00 2.50 B32 3.42 3.07 3.33 3.58 B33 2.42 2.11 3.00 2.00 B34 2.29 2.41 3.00 2.25 B35 2.75 2.30 2.67 3.08
Universitas Kristen Petra
41
Gambar 4.7. Nilai Rata-Rata Faktor Peraturan dan Prosedur Keselamatan Kerja
(B3)
Berdasarkan Tabel 4.4. dan Gambar 4.7. dapat dilihat secara umum
bahwa subfaktor yang memiliki nilai rata-rata paling tinggi adalah peraturan dan
prosedur keselamatan kerja yang diterapkan tidak rumit (B32), karena pihak
manajemen menyerahkan penjelasan dan pengarahan kepada mandor untuk
pekerja yang relatif mempunyai latar belakang budaya yang sama sehingga
memudahkan penyampaian kepada pekerja untuk menaatinya.
Secara umum pada keempat jenis proyek yang diteliti, nilai rata-rata
faktor peraturan dan prosedur keselamatan berada pada kisaran nilai 2 dan 3
(Gambar 4.7.), hal ini menggambarkan bahwa peraturan yang telah dibuat oleh
manajemen kurang diterapkan secara tegas oleh pengawas lapangan atau mandor
Universitas Kristen Petra
42
sehingga pekerja tidak mematuhi peraturan yang ada, serta kurangnya
pengawasan dari pihak manajemen.
Berdasarkan wawancara, peraturan dalam menggunakan alat pelindung
diri tidak diwajibkan pada jenis proyek rumah, ruko dan kantor. Hal ini
disebabkan karena kurangnya kesadaran pekerja dalam menggunakan alat
pelindung diri seperti helm dan sepatu karena merasa tidak nyaman saat bekerja,
selain dari pihak pekerja, ada pula dari pihak manajemen yang tidak menyediakan
alat pelindung diri secara lengkap. Pada proyek SPBU ditetapkan sanksi secara
tegas apabila pekerja tidak menggunakan helm dan sepatu. Sanksi berupa
peringatan sebanyak tiga kali, bila lebih dari tiga kali maka pekerja yang
melanggar akan diberhentikan.
Setelah membandingkan dengan keempat jenis proyek, hampir semua
responden menganggap bahwa kecelakaan ringan yang sering terjadi seperti
terkena paku, tertimpa ember, terpeleset, dan lain-lain, dianggap biasa dalam
pekerjaan konstruksi di lapangan. Hal ini menunjukkan kurangnya kesadaran dari
pihak pekerja maupun pengawas untuk mencegah terjadinya kecelakaan ringan
yang seharusnya dapat dihindari apabila menjalankan peraturan dan prosedur
keselamatan terutama menggunakan alat pelindung diri.
4.3.4 Analisa Faktor Keterlibatan Pekerja
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, didapat nilai rata-rata
untuk setiap subfaktor yang dapat dilihat pada Tabel 4.5. dan Gambar 4.8.
Tabel 4.5. Nilai Rata-Rata Faktor Keterlibatan Pekerja
Mean Rumah Ruko SPBU Kantor
B41 3.71 3.56 3.67 3.75 B42 3.92 3.52 3.67 3.50 B43 4.08 3.63 4.33 4.17 B44 3.79 3.93 3.67 3.50 B45 2.46 2.07 2.67 3.17
Universitas Kristen Petra
43
Gambar 4.8. Nilai Rata-Rata Faktor Keterlibatan Pekerja (B4)
Dapat dilihat secara umum pada Tabel 4.5. dan Gambar 4.8. subfaktor
yang memiliki nilai terendah yaitu pekerja dilibatkan dalam pengembangan
prosedur keselamatan kerja B (45). Berdasarkan wawancara, pihak manajemen
berpendapat bahwa masalah keterlibatan pekerja dalam pengembangan prosedur
keselamatan kerja hanya cukup dikomunikasikan dengan mandor saja. Dalam
semua jenis proyek para pekerja sangat aktif dalam melaporkan apabila terjadi
kecelakaan (B43) agar dapat langsung mendapatkan dana untuk berobat dan
memiliki keinginan untuk mendapatkan hasil keselamatan kerja yang baik (B42).
Para pekerja cenderung pula untuk mengingatkan pekerja yang lain tentang
bahaya keselamatan kerja (B44), hal ini disebabkan karena kesamaan kultur dan
Universitas Kristen Petra
44
banyak dari antara pekerja yang berasal dari satu daerah yang sama dan bahkan
ada yang masih terkait sanak saudara.
4.3.5 Analisa Faktor Kompetensi Pekerja
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, didapat nilai rata-rata
untuk setiap subfaktor yang dapat dilihat pada Tabel 4.6. dan Gambar 4.9.
Tabel 4.6. Nilai Rata-Rata Faktor Kompetensi Pekerja
Mean
Rumah Ruko SPBU Kantor
B51 3.79 3.56 4.33 3.75 B52 4.08 4.15 3.67 3.75 B53 2.75 2.89 2.67 2.42 B54 3.67 4.11 4.00 4.00 B55 3.75 3.56 3.00 3.33
Dapat dilihat secara umum pada seluruh jenis proyek, nilai subfaktor
terendah adalah pelatihan memberikan pengertian yang jelas terhadap
keselamatan kerja (B53). Berdasarkan wawancara, hal ini disebabkan karena
kurangnya diadakan pelatihan secara khusus mengenai keselamatan kerja,
biasanya hanya diberikan pengarahan mengenai keselamatan kerja. Para pekerja
merasa bahwa dengan diberikannya pengarahan mengenai keselamatan kerja
sudah cukup. Sedangkan pada kenyataannya pelatihan dapat memberikan manfaat
lebih dalam meningkatkan kompetensi pekerja mengenai keselamatan kerja.
Universitas Kristen Petra
45
Gambar 4.9. Nilai Rata-Rata Faktor Kompetensi Pekerja (B5)
Setiap pekerja mengerti resiko dan tanggung jawab mengenai
keselamatan kerja. Hal ini dapat dilihat dari tingginya nilai rata-rata yaitu pada
kisaran 3 dan 4. Untuk subfaktor pekerja menolak melakukan pekerjaan yang
membahayakan (B55), berdasarkan wawancara banyak pekerja yang merasa harus
melakukan pekerjaan yang telah diberikan oleh mandor walaupun berbahaya,
tetapi ada pekerja yang berani menolak karena menyadari bahaya keselamatan
kerja, seperti ada pekerja yang menolak bekerja di ketinggian karena takut
ketinggian.
Universitas Kristen Petra
46
4.3.6 Analisa Faktor Lingkungan Kerja
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, didapat nilai rata-rata
untuk setiap subfaktor yang dapat dilihat pada Tabel 4.7. dan Gambar 4.10.
Tabel 4.7. Nilai Rata-Rata Faktor Lingkungan Kerja
Mean Rumah Ruko SPBU Kantor
B61 3.71 3.37 3.33 3.58 B62 4.04 3.93 4.00 3.92 B63 3.92 3.89 4.00 3.75 B64 2.83 2.11 4.00 2.83 B65 3.92 3.56 4.33 3.50
Dapat dilihat pada Tabel 4.7. dan Gambar 4.10. subfaktor perencanaan
site layout (B64) pada jenis proyek selain SPBU tidak menjadi pertimbangan yang
utama bahkan seringkali tidak ada perencanaan site layout. Berdasarkan
wawancara, perencanaan site layout pada jenis proyek ruko, rumah dan kantor
dilakukan oleh mandor secara langsung.
Pada gambar 4.10. dapat dilihat pada jenis proyek SPBU, pekerja lebih
merasa puas dengan lingkungan kerjanya. Hal ini disebabkan karena pihak
manajemen lebih memperhatikan keamanan lingkungan kerjanya
mempertimbangkan resiko yang dihadapi lebih tinggi.
Pada subfaktor pekerja bekerja dengan tenang, tidak diberi tekanan yang
berlebihan (B61) kurang terpenuhi karena seringkali pekerja dibebani dengan
tuntutan schedule yang ketat sehingga pekerja lebih memprioritaskan untuk
bekerja secara cepat dan kurang memperhatikan keselamatan kerjanya sendiri.
Berdasarkan wawancara, pada semua jenis proyek juga didapati bahwa tidak ada
budaya saling menyalahkan apabila terjadi kecelakaan karena sesama pekerja
merasa bahwa kecelakaan yang terjadi merupakan takdir dari Tuhan dan suatu
bentuk kesialan.
Universitas Kristen Petra
47
Gambar 4.10. Nilai Rata-Rata Faktor Lingkungan Kerja (B6)
4.3.7 Analisa Faktor-Faktor Budaya Keselamatan Kerja
Secara keseluruhan untuk tiap-tiap faktor dapat dilihat nilai rata-ratanya
pada Tabel 4.8. dan Gambar 4.11.
Tabel 4.8. Nilai Rata-Rata Faktor-Faktor Budaya Keselamatan Kerja
Faktor - Faktor Mean Komitmen Top Manajemen 3.35 Komunikasi 3.44 Peraturan dan Prosedur Keselamatan Kerja 2.67 Keterlibatan pekerja 3.55 Kompetensi pekerja 3.54 Lingkungan kerja 3.59
Universitas Kristen Petra
48
Gambar 4.11. Nilai Rata-Rata Faktor-Faktor Budaya Keselamatan Kerja
Secara umum dapat dilihat bahwa nilai mean terendah terdapat pada
faktor peraturan dan prosedur keselamatan kerja. Hal ini lebih disebabkan karena
kurangnya peraturan yang tertulis secara tegas dan jelas serta banyak responden
berpendapat bahwa alat pelindung diri tidak diwajibkan untuk dipakai saat bekerja
di proyek-proyek yang tidak berskala besar. Sedangkan nilai mean lebih besar dari
3.5 ada pada 3 faktor yaitu faktor kompetensi pekerja, keterlibatan pekerja dan
lingkungan kerja. Hal ini menunjukkan bahwa pekerja aktif dan bertanggung
jawab mengenai keselamatan kerja, lingkungan yang tercipta di proyek juga
kondusif untuk para pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya.
4.4 Analisa Unsafe Act Index
Untuk nilai Unsafe Act Index yang dapat digunakan adalah Unsafe Act
Index tingkah laku, karena nilai Unsafe Act Index untuk alat pelindung diri pada
semua proyek memiliki nilai 100%. Hal ini disebabkan karena tidak ada satu
pekerja pun yang menggunakan alat pelindung diri secara lengkap (helm, sarung
tangan dan sepatu), sehingga faktor alat pelindung diri dikeluarkan. Berdasarkan
perhitungan Unsafe Act Index yang telah dilakukan untuk tingkah laku, didapat
nilai-nilai Unsafe Act Index tingkah laku yang dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Universitas Kristen Petra
49
Tabel 4.9. Persentase Nilai Unsafe Act Index Tingkah Laku
No. Jenis
Proyek Unsafe Act Index (%)
1 Rumah 55,56 2 Rumah 37,50 3 Rumah 40,00 4 Rumah 61,54 5 Rumah 39,13
6 Rumah 37,04
7 Rumah 28,57
8 Rumah 0,00 9 Rumah 37,50 10 Rumah 53,33 11 Rumah 34,29 12 Rumah 21,05 13 Rumah 43,75 14 Rumah 11,11 15 Rumah 30,77 16 Rumah 45,00 17 Rumah 51,94 18 Rumah 91,67 19 Rumah 60,00 20 Rumah 86,67 21 Rumah 60,00 22 Rumah 47,37 23 Rumah 53,33 24 Rumah 73,33 25 Ruko 42,86 26 Ruko 44,44 27 Ruko 47,06 28 Ruko 31,03 29 Ruko 92,86 30 Ruko 43,75 31 Ruko 40,00 32 Ruko 18,92 33 Ruko 44,00 34 Ruko 21,05 35 Ruko 50,00 36 SPBU 42,11 37 SPBU 33,33 38 SPBU 17,14
Universitas Kristen Petra
50
Tabel 4.9. Persentase Nilai Unsafe Act Index Tingkah Laku (Sambungan)
No. Jenis
Proyek Unsafe Act Index (%)
39 Kantor 74,07 40 Kantor 35,00 41 Kantor 42,22 42 Kantor 30,00 43 Kantor 31,58 44 Kantor 33,33 45 Kantor 36,67 46 Kantor 53,85 47 Kantor 52,78 48 Kantor 55,00
Dari Tabel 4.9. dapat dikelompokkan untuk mendapatkan Unsafe Act
Index berdasarkan jenis proyek yang dapat dilihat pada Tabel 4.10. dan Gambar
4.12.
Tabel 4.10. Persentase Nilai Unsafe Act Index Tingkah Laku
Berdasarkan Jenis Proyek
No. Jenis
Proyek Total
Sampel Unsafe Act Index (%)
1 Rumah 24 45,85 2 Ruko 11 43,27 3 Kantor 10 44,45 4 SPBU 3 30,86
Universitas Kristen Petra
51
Gambar 4.12. Persentase Unsafe Act Index Tingkah Laku Berdasarkan Jenis
Proyek
Dapat dilihat pada Tabel 4.10. dan Gambar 4.11. nilai Unsafe Act Index
Tingkah Laku tertinggi ada pada jenis proyek rumah. Hal ini menunjukkan pada
jenis proyek rumah terjadi banyak pelanggaran keselamatan kerja berupa tingkah
laku yang berbahaya. Sedangkan nilai Unsafe Act Index Tingkah Laku terendah
ada pada jenis proyek SPBU, berdasarkan pengamatan pekerja pada proyek SPBU
lebih menaati peraturan-peraturan seperti menggunakan sabuk pengaman apabila
berada di ketinggian, tidak merokok apabila berada di areal proyek karena sangat
berbahaya dan lebih menggunakan alat pelindung diri. Pada jenis proyek SPBU
ditetapkan jam-jam khusus yang digunakan untuk merokok di luar areal proyek,
sehingga pekerja lebih berkemauan untuk menaatinya.
Pelanggaran-pelanggaran yang dipakai dalam Unsafe Act Index Tingkah
Laku didapat dari pelanggaran-pelanggaran yang sering terjadi di lapangan. Untuk
menghitung Unsafe Act Index Tingkah Laku ini, digunakan lima jenis
pelanggaran-pelanggaran yaitu :
1. Melempar
Melempar yang dimaksud pelanggaran adalah melempar material (batu bata,
dan lain-lain) dan peralatan (ember, palu, dan lain-lain).
Universitas Kristen Petra
52
2. Melompat
Melompat yang dimaksud pelanggaran adalah melompat langsung dari
ketinggian lebih dari 2 meter.
3. Memanjat
Memanjat yang dimaksud pelanggaran adalah memanjat perancah kayu atau
scaffolding tanpa menggunakan tangga yang diberi pengaku.
4. Berdiri
Berdiri yang dimaksud pelanggaran adalah berdiri sambil bekerja di
ketinggian lebih dari 2 meter tanpa menggunakan sabuk pengaman.
5. Merokok
Merokok yang dimaksud pelanggaran adalah merokok di areal proyek atau
merokok didalam jam kerja.
Berdasarkan pelanggaran-pelanggaran yang sering terjadi, persentase
Unsafe Act Index tingkah laku berdasarkan jenis proyek dapat dilihat pada Tabel
4.11. dan Gambar 4.13.
Tabel 4.11. Persentase Nilai Unsafe Act Index Tingkah Laku Berdasarkan Jenis
Pelanggaran-Pelanggaran yang Sering Terjadi
No Jenis Proyek Pelanggaran Tingkah Laku (%)
Melempar Melompat Memanjat Berdiri Merokok 1 Rumah 4,81 0,88 7,22 19,04 12,69 2 Ruko 3,79 1,14 2,65 18,94 13,64 3 SPBU 2,27 0,00 7,95 12,50 7,95 4 Kantor 2,36 0,79 8,14 14,70 13,65
Universitas Kristen Petra
53
Gambar 4.13. Persentase Unsafe Act Index Tingkah Laku Berdasarkan Jenis
Pelanggaran yang Sering Terjadi
Dapat dilihat pada Tabel 4.11. dan Gambar 4.13. pelanggaran yang
paling sering dilakukan adalah berdiri di ketinggian tanpa sabuk pengaman.
Menurut hasil yang didapat dari wawancara, tingginya pelanggaran berdiri di
ketinggian ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran dari pihak manajemen untuk
menegaskan peraturan-peraturan keselamatan kerja yang sebenarnya penting
untuk dilaksanakan dan diperhatikan, meskipun sebenarnya alat-alat keselamatan
seperti sabuk pengaman juga telah disediakan jika diperlukan. Pelanggaran berdiri
di ketinggian yang paling jarang terjadi adalah pada proyek SPBU. Hal ini
menunjukkan bahwa peraturan-peraturan yang telah dibuat oleh pihak manajemen
benar-benar dilaksanakan dengan tegas. Adapun pada proyek SPBU diberikan
apresiasi-apresiasi kepada pekerja yang bekerja paling aman pada setiap bulannya,
sehingga memacu para pekerja untuk bekerja lebih aman.
Pelanggaran kedua yang paling sering terjadi adalah merokok. Pekerja
yang paling sering merokok terdapat pada jenis proyek ruko, kantor dan rumah.
Menurut hasil yang didapat pada wawancara, pekerja pada jenis-jenis proyek ini
cenderung menganggap keselamatan kerja kurang penting, acuh tak acuh, serta
kurangnya kesadaran akan keselamatan kerja dengan tidak ditegaskannya
peraturan yang jelas pada proyek.
Universitas Kristen Petra
54
4.5 Analisa Pengaruh Budaya Keselamatan Kerja Terhadap Unsafe Act
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai hasil analisa statistik One-Way
ANOVA terhadap 30 subfaktor budaya keselamatan kerja yang mempengaruhi
Unsafe Act. Hasilnya dapat dilihat secara berurutan pada Tabel 4.12. berdasarkan
Level of Significance-nya mulai dari yang paling berpengaruh.
Tabel 4.12. Hasil Analisa Statistik Pengaruh Budaya Keselamatan Kerja
Terhadap Unsafe Act Index
No
Kode
Subfaktor Sig
1 B21 Di proyek ini manajemen mengajarkan pekerja untuk bekerja secara aman
0,003
2 B32 Di proyek ini peraturan dan prosedur keselamatan kerja yang diterapkan tidak rumit sehingga pekerja lebih berkemauan untuk menaatinya
0,004
3 B14 Di proyek ini manajemen bertindak secara cepat bila terjadi pelanggaran keselamatan kerja
0,006
4 B64 Di proyek ini perencanaan site layout menjadi pertimbangan yang utama dalam keselamatan kerja
0,008
5 B61 Di proyek ini pekerja bekerja dengan tenang, tidak diberi tekanan yang berlebihan
0,019
6 B45 Di proyek ini pekerja dilibatkan dalam pengembangan prosedur keselamatan kerja
0,022
7 B63 Di proyek ini kondisi kerja yang aman mendukung pekerja untuk bekerja dengan aman pula
0,051
8 B51 Di proyek ini pekerja mengerti tanggung jawabnya terhadap keselamatan kerja
0,093
9 B42 Di proyek ini pekerja memiliki keinginan untuk mendapatkan hasil keselamatan kerja yang baik
0,103
10 B24 Di proyek ini pekerja diberikan respon yang positif dari manajemen apabila membicarakan tentang keselamatan kerja
0,110
11 B41 Di proyek ini pekerja berperan aktif dalam keselamatan kerja
0,111
12 B52 Di proyek ini pekerja mengerti sepenuhnya resiko pekerjaannya
0,147
Universitas Kristen Petra
55
Tabel 4.12. Hasil Analisa Statistik Pengaruh Budaya Keselamatan Kerja terhadap
Unsafe Act Index (Sambungan)
No
Kode Subfaktor Sig
13 B43 Di proyek ini pekerja melaporkan bila terjadi kecelakaan 0,168 14 B65 Di proyek ini pekerja puas dengan keamanan lingkungan
pekerjaannya 0,189
15 B53 Di proyek ini pelatihan memberikan pekerja pengertian yang jelas terhadap keselamatan kerja
0,218
16 B11 Di proyek ini manajemen menyadari keselamatan kerja sama pentingnya dengan produksi
0,255
17 B62 Di proyek ini tidak ada budaya saling menyalahkan apabila terjadi kecelakaan
0,281
18 B35 Di proyek ini manajemen tidak mentoleransi kecelakaan ringan seperti terkena paku, terpeleset, tertimpa ember, dan lain-lain
0,286
19 B31 Di proyek ini peraturan dan prosedur keselamatan kerja dapat melindungi pekerja dari kecelakaan kerja
0,378
20 B54 Di proyek ini pekerja tidak pernah melakukan pekerjaan di luar tanggung jawabnya
0,384
21 B34 Di proyek ini pekerja telah menggunakan peralatan yang memadai
0,404
22 B44 Di proyek ini pekerja mengingatkan pekerja lain tentang bahaya dan keselamatan kerja
0,434
23 B55 Di proyek ini pekerja menolak untuk melakukan pekerjaan yang membahayakan
0,461
24 B12 Di proyek ini manajemen peduli dengan keselamatan kerja dari pekerja
0,522
25 B13 Di proyek ini manajeman melakukan persiapan untuk mengantisipasi bila terjadi kecelakaan kerja
0,563
26 B33 Di proyek ini pekerja diharuskan untuk menggunakan alat pelindung diri di area proyek
0,673
27 B23 Di proyek ini pekerja diinformasikan mengenai hasil dari keberhasilan keselamatan kerja
0,727
28 B22 Di proyek ini komunikasi tentang keselamatan kerja yang dilakukan oleh manajemen berlangsung terus menerus
0,730
29 B15 Di proyek ini manajemen mengapresiasi pekerja yang menjalankan pekerjaannya dengan aman
0,885
30 B25 Di proyek ini manajemen mendengarkan dan bertindak sesuai tanggapan dari pekerja tentang keselamatan kerja di lapangan
0,929
Universitas Kristen Petra
56
Dari hasil analisa di atas terlihat bahwa subfaktor-subfaktor yang secara
statistik signifikan berpengaruh terhadap Unsafe Act yang memenuhi Level of
Significance (α) sebesar 0.05 adalah sebagai berikut (secara berurutan):
1. Di proyek ini manajemen mengajarkan pekerja untuk bekerja secara aman
2. Di proyek ini peraturan dan prosedur keselamatan kerja yang diterapkan tidak
rumit sehingga pekerja lebih berkemauan untuk menaatinya
3. Di proyek ini manajemen bertindak secara cepat bila terjadi pelanggaran
keselamatan kerja
4. Di proyek ini perencanaan site layout menjadi pertimbangan yang utama
dalam keselamatan kerja
5. Di proyek ini pekerja bekerja dengan tenang, tidak diberi tekanan yang
berlebihan
6. Di proyek ini pekerja dilibatkan dalam pengembangan prosedur keselamatan
kerja
Berikut di bawah ini merupakan penjelasan lebih detail mengenai
subfaktor-subfaktor yang berpengaruh. Sedangkan untuk subfaktor-subfaktor
yang tidak berpengaruh dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 4.
4.5.1 ANOVA Subfaktor “ Di proyek ini manajemen mengajarkan pekerja
untuk bekerja secara aman” (B21)
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, didapatkan Level of
Significance untuk subfaktor “ Di proyek ini manajemen mengajarkan pekerja
untuk bekerja secara aman” (B21), yang dapat dilihat pada Tabel 4.13. dan
Gambar 4.14.
Tabel 4.13. Anova Subfaktor B21
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Between Groups
24,167 40 ,604 8,458 ,003
Within Groups ,500 7 ,071 Total 24,667 47
Universitas Kristen Petra
57
B21
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
1 2 3 4 5
Skala Penilaian
Un
safe
Act
In
de
x (
%)
B21
Gambar 4.14. Grafik Skala Penilaian vs Unsafe Act Index Pada Subfaktor B21
Menurut hasil analisa statistik di atas, subfaktor “Di proyek ini
manajemen mengajarkan pekerja untuk bekerja secara aman” merupakan
subfaktor yang secara statistik paling berpengaruh terhadap Unsafe Act yang
dilakukan pekerja pada proyek konstruksi di Surabaya.
Dapat dilihat pada Gambar 4.14. bahwa skala penilaian yang semakin
baik, maka Unsafe Act Index juga semakin rendah, sehingga hasil ini
menunjukkan bahwa subfaktor B21 memang memiliki pengaruh terhadap Unsafe
Act pekerja. Banyak responden yang mengisi pada skala penilaian 4, tetapi
melalui pengamatan Unsafe Act, tidak semuanya menunjukkan hasil yang baik,
meskipun cenderung menunjukkan hasil Unsafe Act Index yang rendah.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan pelaksana dan
pengawas lapangan, subfaktor “Di proyek ini manajemen mengajarkan pekerja
untuk bekerja secara aman” memang sangat berpengaruh terhadap Unsafe Act
yang dilakukan pekerja. Hal ini disebabkan karena pengajaran tentang bekerja
secara aman dilakukan saat pekerja baru akan memulai bekerja di sebuah proyek,
sehingga para pekerja merasa segan dan takut bila tidak menaatinya. Hal ini
menunjukkan bahwa kesadaran pekerja masih sangat kurang untuk bekerja secara
aman. Untuk meningkatkan kesadaran pekerja maka komunikasi yang dilakukan
Universitas Kristen Petra
58
dalam pengajaran pekerja harus dapat diterima sehingga pekerja mengerti dengan
jelas.
Pihak manajemen yang memiliki kemampuan komunikasi yang efektif
dapat menyampaikan maksud pengajaran kepada pekerja dengan lebih jelas dan
mencapai hasil yang lebih baik bila dibandingkan dengan yang memiliki
kemampuan komunikasi yang buruk. Secara umum, kemampuan komunikasi yang
efektif adalah kunci untuk memberikan pengaruh kepada pekerja dalam arti yang
positif. Komunikator yang efektif akan diakui oleh pekerja, didengarkan dan
mendapat empati dari pekerja (Williams, 2003).
4.5.2 ANOVA Subfaktor “ Di proyek ini peraturan dan prosedur
keselamatan kerja yang diterapkan tidak rumit sehingga pekerja
lebih berkemauan untuk menaatinya” (B32)
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, didapatkan Level of
Significance untuk subfaktor “ Di proyek ini peraturan dan prosedur keselamatan
kerja yang diterapkan tidak rumit sehingga pekerja lebih berkemauan untuk
menaatinya” (B32), yang dapat dilihat pada Tabel 4.14. dan Gambar 4.15.
Tabel 4.14. Anova Subfaktor B32
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Between Groups
22,750 40 ,569 7,963 ,004
Within Groups ,500 7 ,071 Total 23,250 47
Universitas Kristen Petra
59
B32
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
1 2 3 4 5
Skala Penilaian
Un
safe
Act
In
de
x (
%)
B32
Gambar 4.15. Grafik Skala Penilaian vs Unsafe Act Index Pada Subfaktor B32
Menurut hasil analisa statistik di atas, subfaktor “Di proyek ini peraturan
dan prosedur keselamatan kerja yang diterapkan tidak rumit sehingga pekerja
lebih berkemauan untuk menaatinya” merupakan subfaktor yang secara statistik
berpengaruh terhadap Unsafe Act yang dilakukan pekerja pada proyek konstruksi
di Surabaya. Adapun dari hasil analisa mean budaya keselamatan kerja, diketahui
bahwa faktor peraturan dan prosedur keselamatan kerja merupakan faktor yang
paling kurang diperhatikan, sehingga hal ini memicu adanya pengaruh antara
subfaktor “Di proyek ini peraturan dan prosedur keselamatan kerja yang
diterapkan tidak rumit sehingga pekerja lebih berkemauan untuk menaatinya”
terhadap Unsafe Act.
Dapat dilihat pada Gambar 4.15. bahwa skala penilaian yang semakin
baik, maka Unsafe Act Index juga semakin rendah, sehingga hasil ini
menunjukkan bahwa subfaktor B32 memang memiliki pengaruh terhadap Unsafe
Act pekerja. Penyebaran responden lebih banyak pada skala penilaian 3 dan 4,
hanya 1 responden yang mengisi 5. Pada skala 3 hasil pengamatan Unsafe Act
mulai menunjukkan hasil Unsafe Act Index yang merata, kemudian pada skala
penilaian 4 mulai menunjukkan hasil Unsafe Act Index yang rendah.
Berdasarkan wawancara, peraturan dan prosedur keselamatan kerja yang
dibuat sebaik mungkin tidak akan dapat berjalan apabila peraturan yang
Universitas Kristen Petra
60
disampaikan rumit atau sulit untuk dimengerti oleh pekerja, karena kebanyakan
pekerja memiliki latar belakang pendidikan yang rendah dan berasal dari desa.
Oleh sebab itu peraturan dan prosedur keselamatan kerja yang diterapkan harus
memenuhi standar keselamatan kerja tetapi juga tidak rumit dalam
penyampaiannya sehingga dapat dimengerti oleh pekerja.
4.5.3 ANOVA Subfaktor “ Di proyek ini manajemen bertindak secara
cepat bila terjadi pelanggaran keselamatan kerja” (B14)
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, didapatkan Level of
Significance untuk subfaktor “ Di proyek ini manajemen bertindak secara cepat
bila terjadi pelanggaran keselamatan kerja” (B14), yang dapat dilihat pada Tabel
4.15. dan Gambar 4.16.
Tabel 4.15. Anova Subfaktor B14
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Between Groups
19,979 40 ,499 6,993 ,006
Within Groups ,500 7 ,071 Total 20,479 47
B14
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
1 2 3 4 5
Skala Penilaian
Un
safe
Act
In
de
x (
%)
B14
Gambar 4.16. Grafik Skala Penilaian vs Unsafe Act Index Pada Subfaktor B14
Universitas Kristen Petra
61
Menurut hasil analisa statistik di atas, subfaktor “Di proyek ini
manajemen bertindak secara cepat bila terjadi pelanggaran keselamatan kerja”
merupakan subfaktor yang secara statistik berpengaruh terhadap Unsafe Act yang
dilakukan pekerja pada proyek konstruksi di Surabaya.
Dapat dilihat pada Gambar 4.16. bahwa skala penilaian yang semakin
baik, maka Unsafe Act Index juga semakin rendah, sehingga hasil ini
menunjukkan bahwa subfaktor B14 memang memiliki pengaruh terhadap Unsafe
Act pekerja. Banyak sekali responden yang mengisi skala penilaian 4 dan
memiliki Unsafe Act Index yang relatif rendah, kemudian pada skala penilian 5
menunjukkan Unsafe Act Index yang cenderung lebih rendah.
Pendekatan berdasarkan komitmen manajemen pada kesehatan dan
keselamatan kerja lebih efektif apabila dibandingkan dengan kontrol orientasi dan
dapat meningkatkan kinerja pekerja agar lebih percaya pada manajemen sehingga
pekerja dapat memberikan hasil yang maksimal (Barling, 2000)
Berdasarkan pengamatan, pelanggaran keselamatan kerja sering terjadi
karena kurangnya kesadaran dari pekerja sendiri, meskipun manajemen telah
bertindak secara cepat apabila pekerja melakukan pelanggaran keselamatan kerja.
4.5.4 ANOVA Subfaktor “ Di proyek ini perencanaan site layout menjadi
pertimbangan yang utama dalam keselamatan kerja” (B64)
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, didapatkan Level of
Significance untuk subfaktor “ Di proyek ini perencanaan site layout menjadi
pertimbangan yang utama dalam keselamatan kerja” (B64), yang dapat dilihat
pada Tabel 4.16. dan Gambar 4.17.
Tabel 4.16. Anova Subfaktor B64
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Between Groups
53,813 40 1,345 6,278 ,008
Within Groups 1,500 7 ,214 Total 55,313 47
Universitas Kristen Petra
62
B64
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
1 2 3 4 5
Skala Penilaian
Un
safe
Act
In
de
x (
%)
B64
Gambar 4.17. Grafik Skala Penilaian vs Unsafe Act Index Pada Subfaktor B64
Menurut hasil analisa statistik di atas, subfaktor “Di proyek ini
perencanaan site layout menjadi pertimbangan yang utama dalam keselamatan
kerja” merupakan subfaktor yang secara statistik berpengaruh terhadap Unsafe Act
yang dilakukan pekerja pada proyek konstruksi di Surabaya.
Dapat dilihat pada Gambar 4.17. bahwa skala penilaian yang semakin
baik, maka Unsafe Act Index juga semakin rendah, sehingga hasil ini
menunjukkan bahwa subfaktor B14 memang memiliki pengaruh terhadap Unsafe
Act pekerja. Penyebaran responden lebih banyak yang mengisi pada skala 2, 3 ,
dan 4. Meskipun pada skala penilaian 2 unsafe act index-nya terlihat merata
namun pada skala 3 dan 4 memiliki kecenderungan unsafe act index yang rendah.
Tujuan dari perencanaan site-layout adalah untuk menciptakan
lingkungan kerja yang akan memaksimalkan efisiensi dan meminimalkan resiko
(Gibb and Knobbs, 1995). Dalam penelitian sebelumnya yang telah dilakukan,
Sawacha (1999) menyebutkan bahwa site-layout yang telah direncanakan dengan
baik dan teratur akan menghasilkan tingkat keselamatan kerja yang tinggi.
Berdasarkan wawancara dengan pelaksana, mandor dan pengawas
lapangan. Pihak manajemen kurang menjadikan perencanaan site layout dalam
pertimbangan yang utama dalam keselamatan kerja. Hal ini disebabkan oleh pihak
manajemen yang beralasan bahwa proyek yang ditangani bukanlah proyek besar
Universitas Kristen Petra
63
sehingga penempatan material dan tempat tinggal pekerja dilakukan di tempat
secara spontan.
4.5.5 ANOVA Subfaktor “ Di proyek ini pekerja bekerja dengan tenang,
tidak diberi tekanan yang berlebihan” (B61)
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, didapatkan Level of
Significance untuk subfaktor “ Di proyek ini pekerja bekerja dengan tenang, tidak
diberi tekanan yang berlebihan” (B61), yang dapat dilihat pada Tabel 4.17. dan
Gambar 4.18.
Tabel 4.17. Anova Subfaktor B61
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Between Groups
26,979 40 ,674 4,721 ,019
Within Groups 1,000 7 ,143 Total 27,979 47
B61
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
1 2 3 4 5
Skala Penilaian
Un
safe
Act
In
de
x (
%)
B61
Gambar 4.18. Grafik Skala Penilaian vs Unsafe Act Index Pada Subfaktor B61
Menurut hasil analisa statistik di atas, subfaktor “Di proyek ini pekerja
bekerja dengan tenang, tidak diberi tekanan yang berlebihan” merupakan
Universitas Kristen Petra
64
subfaktor yang secara statistik berpengaruh terhadap Unsafe Act yang dilakukan
pekerja pada proyek konstruksi di Surabaya.
Dapat dilihat pada Gambar 4.18. bahwa skala penilaian yang semakin
baik, maka Unsafe Act Index juga semakin rendah, sehingga hasil ini
menunjukkan bahwa subfaktor B14 memang memiliki pengaruh terhadap Unsafe
Act pekerja. Penyebaran responden lebih banyak yang mengisi pada skala 4 dan
menunjukkan unsafe act index yang rendah. Pada skala penilaian 5 semua unsafe
act index-nya menunjukkan hasil di bawah 40%.
Berdasarkan wawancara, dalam suatu proyek yang pekerjanya mendapat
tekanan yang berlebihan saat bekerja cenderung bekerja secara tergesa-gesa dan
kurang memperhatikan prosedur keselamatan kerja. Hal ini banyak disebabkan
karena pihak manajemen hanya menuntut hasil kerja yang cepat untuk mengejar
tenggang waktu proyek sehingga para mandor lebih memprioritaskan hasil kerja
daripada keselamatan kerja.
4.5.6 ANOVA Subfaktor “ Di proyek ini pekerja dilibatkan dalam
pengembangan prosedur keselamatan kerja” (B45)
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, didapatkan Level of
Significance untuk subfaktor “ Di proyek ini pekerja dilibatkan dalam
pengembangan prosedur keselamatan kerja” (B45), yang dapat dilihat pada Tabel
4.18. dan Gambar 4.19.
Tabel 4.18. Anova Subfaktor B45
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Between Groups
38,417 40 ,960 4,482 ,022
Within Groups 1,500 7 ,214 Total 39,917 47
Universitas Kristen Petra
65
B45
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
1 2 3 4 5
Skala Penilaian
Un
safe
Act
In
de
x (
%)
B45
Gambar 4.19. Grafik Skala Penilaian vs Unsafe Act Index Pada Subfaktor B45
Menurut hasil analisa statistik di atas, subfaktor “Di proyek ini pekerja
dilibatkan dalam pengembangan prosedur keselamatan kerja” merupakan
subfaktor yang secara statistik berpengaruh terhadap Unsafe Act yang dilakukan
pekerja pada proyek konstruksi di Surabaya.
Dapat dilihat pada Gambar 4.19. bahwa skala penilaian yang semakin
baik, maka Unsafe Act Index juga semakin rendah, sehingga hasil ini
menunjukkan bahwa subfaktor B14 memang memiliki pengaruh terhadap Unsafe
Act pekerja. Penyebaran responden lebih banyak yang mengisi pada skala 2 secara
merata. Pada skala 3, 4 dan 5 memiliki kecenderungan unsafe act index yang
semakin rendah.
Tidak hanya dengan partisipasi dari manajemen dan keikutsertaan dalam
aktivitas menjaga keselamatan kerja tetapi juga kemauan manajemen untuk
mengikutsertakan pekerja agar lebih aktif (Niskanen, 1994). Jadi dalam suatu
proyek, manajemen dituntut untuk mengikutsertakan pekerja dalam menentukan
kebijakan yang berlaku mengenai prosedur keselamatan kerja dalam proyek
tersebut.
Universitas Kristen Petra
66
Berdasarkan wawancara, dalam suatu proyek sangat jarang sekali pihak
manajemen mau repot-repot untuk mengikutsertakan pekerja dalam menentukan
prosedur keselamatan kerja. Pihak manajemen lebih memilih untuk membuat
kebijakan dan mengharuskan para pekerja untuk mematuhi peraturan yang telah
ditetapkan.