Sistem Utama Transportasi Kota Lhokseumawe

6
4.5 SISTEM UTAMA TRANSPORTASI Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 26/1985 tentang Jalan, klasifikasi jalan secara fungsional terbagi atas Sistem Jaringan Jalan Primer dan Sistem Jaringan Jalan Sekunder. Berdasarkan dengan ketentuan tersebut, maka pengembangan jalan Kota Lhokseumawe dan wilayah sekitarnya dapat digolongkan dalam : a. Sistem Jaringan Primer, terbagi atas Jalan Arteri Primer dan Jalan Kolektor Primer. b. Sistem Jaringan Jalan Sekunder, terbagi ata Jalan Arteri Sekunder dan Jalan Kolektor Sekunder. 4.5.1 Jaringan Jalan 1. Sistem Jaringan Jaringan Primer A. Jalan Arteri Primer Jalan arteri primer berfungsi menghubungkan pusat kota denhgan dominasi kegiatan primer (bisnis, perdagangan, perkantoran), atau menghubungkan antara pusat kota dengan pusat Bagian Wilayah Kota (BWK) yang merupakan kota kecamatan atau yang menjadi pusat dari beberapa kecamatan, dengan dominasi kegiatan sekunder untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat sehari-hari. Jalan Arteri Primer di Wialayah Kota Lhokseumawe merupakan bagian dari jalan regional Medan – Banda Aceh. Jalan ini secara geografis berada di sepanjang wilayah pantai, menghubungkan Kota Lhokseumawe dengan Kota Medan di sebelah Timur, serta dengan Kota Banda Aceh di sebelah Barat. Mengingat lokasi industri dasar yang ada di Kota Lhokseumawe dan sekitar pada umumnya beada di kawasan pantai, terutama industry gas alam cair (LNG) dengan tingkat bahaya tinggi (eksplosif), maka Pemerintah Aceh telah membangun jalan alternative berupa Jalan By Pass (Jalan Elak), dengan tujuan untuk mengalihkan arus lalu lintas kendaraan dari zona industri di kawasan pantai Utara ke kawasan di sebelah Selatannya. Jalan Elak ini membentuk busur (loop) yang membentang di kawasan perbukitan sebelah Selatan jalan arteri lama (Pusat Kota Lhokseumawe), dengan panjang keseluruhan lebih kurang 32 Km. Jalan ini menghubungkan kawsan Buketrata (Kecamatan

Transcript of Sistem Utama Transportasi Kota Lhokseumawe

Page 1: Sistem Utama Transportasi Kota Lhokseumawe

4.5 SISTEM UTAMA TRANSPORTASI Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 26/1985 tentang Jalan, klasifikasi jalan secara fungsional terbagi atas Sistem Jaringan Jalan Primer dan Sistem Jaringan Jalan Sekunder. Berdasarkan dengan ketentuan tersebut, maka pengembangan jalan Kota Lhokseumawe dan wilayah sekitarnya dapat digolongkan dalam :a. Sistem Jaringan Primer, terbagi atas Jalan Arteri Primer dan Jalan Kolektor Primer.b. Sistem Jaringan Jalan Sekunder, terbagi ata Jalan Arteri Sekunder dan Jalan Kolektor

Sekunder.

4.5.1 Jaringan Jalan1. Sistem Jaringan Jaringan Primer

A. Jalan Arteri PrimerJalan arteri primer berfungsi menghubungkan pusat kota denhgan dominasi kegiatan primer (bisnis, perdagangan, perkantoran), atau menghubungkan antara pusat kota dengan pusat Bagian Wilayah Kota (BWK) yang merupakan kota kecamatan atau yang menjadi pusat dari beberapa kecamatan, dengan dominasi kegiatan sekunder untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat sehari-hari.

Jalan Arteri Primer di Wialayah Kota Lhokseumawe merupakan bagian dari jalan regional Medan – Banda Aceh. Jalan ini secara geografis berada di sepanjang wilayah pantai, menghubungkan Kota Lhokseumawe dengan Kota Medan di sebelah Timur, serta dengan Kota Banda Aceh di sebelah Barat. Mengingat lokasi industri dasar yang ada di Kota Lhokseumawe dan sekitar pada umumnya beada di kawasan pantai, terutama industry gas alam cair (LNG) dengan tingkat bahaya tinggi (eksplosif), maka Pemerintah Aceh telah membangun jalan alternative berupa Jalan By Pass (Jalan Elak), dengan tujuan untuk mengalihkan arus lalu lintas kendaraan dari zona industri di kawasan pantai Utara ke kawasan di sebelah Selatannya.

Jalan Elak ini membentuk busur (loop) yang membentang di kawasan perbukitan sebelah Selatan jalan arteri lama (Pusat Kota Lhokseumawe), dengan panjang keseluruhan lebih kurang 32 Km. Jalan ini menghubungkan kawsan Buketrata (Kecamatan Blang Mangat – Kota Lhokseumawe) di sebelah Timur dengan Kruneg Mane (Kecamatan Muara Batu – Kabupaten Aceh Utara) di sebelah Barat Kota Lhokseumawe. Fungsi Jalan Elak ini selanjutnya menjadi Jalan Arteri Primer menggantikan ruas jalan lama (Medan – Banda Aceh) yang berada di wilayah Kecamatan Blang Mangat (Kota Lhokseumawe) dan Kecamatan Muara Batu (Kabupaten Aceh Utara). Jalan ini diharapkan akan meningkatkan aksesibilitas kawasan di bagian Selatan Kota Lhokseumawe selain juga untuk mengalihkan arus penumpang dan barang dari jalan arteri lama.

Klasifikasi Jalan Arteri Primer (Jalan Elak Buketrata - Krueng Mane) sesuai dengan fungsinya :a. Kecepatan lalu lintas rencana paling lambat 60 Km/jamb. Volume lalu lintas rencana 20.000 SMP

Page 2: Sistem Utama Transportasi Kota Lhokseumawe

c. Jumlah lajur lalu lintas minimum 2 lajur dengan ROW atau Daerah Milik Jalan (Damija) 40 meter.

d. Jumlah jalan masuk dan persimpangan dibatasi secara efisien agar kecepatan dan volume lalu lintas rencana dapat mencapai optimal.

e. Lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal dan kegiatan lokal.

B. Jalan Kolektor Primer

Jalan Kolektor Primer berfungsi menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua lainnya, atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga. Dalam hal ini Jalan Kolektor Primer menghubungkan antara kota-kota yang merupakan Pusat Bagian Wilayah Kota (BWK), yang sekaligus juga merupakan kota kecamatan atau yang menjadi pusat dari beberapa kecamatan, atau menghubungkan antara kota-kota yang merupakan pusat kegiatan lokal atau permukiman, pada suatu kecamatan atau kota-kota strategis tertentu.

Jalan Kolektor Sekunder ini menghubungkan Punteut (Kota Lhokseumawe) dengan Buloh Blang Ara serta Keudee Amplah hingga Krueng Geukuh (Aceh Utara). Jalan ini juga akses menuju pelabuhan umum Krueng geukuh yang menghubungkannya dengan Jalan Elak, serta sebagai penghubung menuju Kota Lhokseumawe dari arah Buloh Blang Ara.

Klasifikasi Jalan Kolektor Primer sesuai dengan fungsinya :a. Kecepatan lalu lintas rencana paling lambat 40 Km/jamb. Volume lalu lintas rencana 15.000 SMPc. Jumlah lajur lalu lintas minimum 2 lajur dengan ROW atau Daerah Milik Jalan

(Damija) 20 meter.d. Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien agar kecepatan dan volume lalu lintas

rencana dapat mencapai optimal.

2. Sistem Jaringan Jalan SekunderA. Jalan Arteri Sekunder

Jalan Arteri Sekunder berfungsi untuk menghubungkan kawasan primer dengan kawasan Sekunder Kesatu, atau Sekunder Kesatu dengan kawasan Sekunder Kesatu lainnya, atau menghubungkan kawasan Sekunder Kesatu dengan kawasan Sekunder Kedua.

Daam hal ini Jalan Arteri Sekunder menghubungkan antar kawasan yang merupakan pusat kegiatan bisnis atau Central Business District (CBD) dengan kawasan campuran

Page 3: Sistem Utama Transportasi Kota Lhokseumawe

hunian dan bisnis dengan skala pelayanan terbatas yang berada pada kota jenjang pertama, atau menghubungkan antara kawasan yang merupakan pusat kegiatan bisnis pada kota jenjang pertama tersebut dengan kawasan campuran hunian dan bisnis dengan skala pelayanan terbatas yang berada pada kota jenjang kedua.

Di wilayah Kota Lhokseumawe, jalan ini merupakan bagian dari jalan arteri lama (jalan regional Medan – Banda Aceh) pada ruas jalan Blang Mangat (Kota Lhokseumawe) – Muara Batu (Aceh Utara). Jalan ini menghubungkan pusat Kota Lhokseumawe dengan pusat lingkungan Krueng Geukuh (kota Kecamatan Dewantara – Aceh Utara) dan sub pusat kota Krueng mane (Kota Kecamatan Muara Batu – Aceh Utara) di sebelah Barat, serta dengan sub pusat kota Punteut (Kota Kecamatan Blang Mangat - Kota Lhokseumawe dan pusat lingkungan Bayu (Kota Kecamatan Syamtalira Bayu – Aceh Utara) di sebelah Timur.

Untuk memudahkan pergerakan lalu lintas di dalam Pusat Kota Lhokseumawe, maupun untuk meningkatkan aksesibilitas ked an dari Pusat Kota Lhokseumawe, dikembangkan pula Jalan Lingkar (Ring Road) yang mengelilingi pantai Kecamatan Banda Sakti – Lhokseumawe) mulai dari kawasan di sekitar Ujong Blang hingga ke kawasn Teluk Pusong, yang selanjutnya menuju kawaan sekitar Kandang. Jalan Lingkar (Ring Road) ini jugab merupakan bagian jalan arteri sekunder yang menghubungkan antara kawsan Pusat Kota Lhokseumawe dengan kawasan sekitar Simpang Keuramat melewati kawasan Teluk Pusong.

Klasifikasi Jalan Arteri Sekunder sesuai dengan fungsinya :a. Kecepatan lalu lintas rencana paling lambat 30 Km/jamb. Volume lalu lintas rencana 18.000 SMPc. Jumlah lajur lalu lintas minimum 2 lajur dengan ROW atau Daerah Milik Jalan

(Damija) 30 meter.d. Jumlah jalan masuk dan persimpangan seminimal mungkin agar kecepatan dan

volume lalu lintas rencana dapat dicapai seoptimal mungkin.e. Lalu lintas cepat sedapat mungkin tidak terganggu oleh lalu lintas lambat.

B. Jalan Kolektor Sekunder

Jalan Kolektor Sekunder berfungsi menghubungkan Kawasan Sekunder Kedua dengan Kawasan Sekunder Kedua lainnya, atau menghubungkan Kawasan Sekunder Kedua dengan Kawsan Sekunder Ketiga.

Dalam hal ini Jalan Kolektor Sekunder menghubungkan antar kawasan yang merupakan pusat kegiatan bisnis (Central Business District (CBD) dengan kawadan campuran hunian dengan bisnis dengan skala pelayanan terbatas yang berada pada kota jenjang kedua,

Page 4: Sistem Utama Transportasi Kota Lhokseumawe

atau menghubungkan antara kawasan yang merupakan pusat kawasan bisnis pada kota jenjang kedua tersebut dengan kawasan campuran hunian dan bisnis dengan skala pelayanan terbatas yang berada pada kota jenjang ketiga.

Ruas Jalan Kolektor Sekunder ini menghubungkan kawasan sekitar Bandara Malikussaleh dengan Krueng mane dan Jalan Arteri Sekunder menuju kawsan industry kertas Kraft, serta jalan arteri lama Medan – Banda Aceh.

Di pusat kota Lhokseumawe, Jalan Kolektor Sekunder ini menghubungkan kawasan pusat kota dengan Jalan Arteri Sekunder (jalan alteri Medan – Banda Aceh) menyusuri tepi pantai Kecamatan Banda Sakti, serta menghubungkan dengan Kawasan Rekreasi Pantai Ujong Blang. Di bagian Selatan, jalan ini menghubungkan kawasan sekitar Buloh Blang Ara dengan Kawasan Rekreasi Air Terjun Blang Kolam (di luar Kota Lhokseumawe) serta sekitarv Simpang Keuramat dengan wilayah belakang kota.

Klasifikasi Jalan Kolektor Sekunder sesuai dengan fungsinya :a. Kecepatan lalu lintas rencana paling lambat 20 Km/jamb. Volume lalu lintas rencana 13.000 SMPc. Jumlah lajur lalu lintas minimum 2 lajur dengan ROW atau Daerah Milik Jalan

(Damija) 15 meter.

Sitem Jaringan Utama Transportasi Kota Lhokseumawe dan sekitarnya ini diperlihatkan pada Gambar ……… .

Page 5: Sistem Utama Transportasi Kota Lhokseumawe

GAMBAR …..Peta Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Kota Lhokseumawe