Sistem Traumaologi

download Sistem Traumaologi

of 51

Transcript of Sistem Traumaologi

SISTEM TRAUMAOLOGILAPORAN TUTORIAL MODUL 1 SESAK NAFAS

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2

ANDI SILPIA(2011730122)ASTRI KARTIKA SARI(2011730124)DIMAS HERVIAN PUTRA(2011730129)IRAWATI(2011730124)MUHAMMAD THANTHAWI J (2011730151)RR. YUNISA PUTRI R(2011730161)REZKY PRATAMA(2011730159)SURAYYA ARDILLA(2011730163)VIDIA AMRINA R(2011730167)YUDHA DAUD P(2011730168)TUTOR: dr. Yusnam Syarief

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA2013/2014

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wbPuji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah Rahmah HidayahNYA sehingga kami akhirnya dapat menyelesaikan laporan modul 1 Sesak Nafas pada system kegawatdaruratan dan traumatology sebagai tuntutan perlengkapan administrasi. Laporan ini merupakan hasil observasi dari problem based learning yang telah kami jalani yang merupakan sebuah metode pembelajaran yang bertujuan melatih siswa untuk berpikir kritis dalam menghadapi suatu kasus atau masalah. Kami menyadari bahwa segala kesempurnaan hanya milik Allah, saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan laporan ini sangat kami harapkan.Terima kasih kepada para narasumber yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, dan seluruh pihak yang ikut terlibat dalam menyumbangkan segala aspirasi, tenaga, dan waktu sehingga laporan ini dapat tersusun.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Jakarta, 19 Juni 2014

PENYUSUN

BAB IPENDAHULUAN

A. Skenario ISeorang laki-laki usia 25 taun dibawa ke Puskesmas dengan keluhan sesak napas penderita terlihat pucat dan kebiruan. Nadi teraba cepat dan lemah. B. Kata / Kalimat Sulit-C. Kata / Kalimat Kunci1. Laki-laki 25 tahun2. Sesak Nafas3. Pucat dan kebiruan4. Nadi cepat dan lemah

D. Pertanyaan- Pertanyaan1. Jelaskan apa saja penyebab sesak nafas serta gejala tanda dari scenario!2. Bagaimana membedakan antara sesak nafas akibat trauma dan non trauma ?3. Jelasakan bagaimana tindakan awal penanganan jalan nafas pada penderita sesak nafas tanpa alat!4. Jelasakan bagaimana tindakan awal penanganan jalan nafas pada penderita sesak nafas dengan alat!5. Bagaimana cara memberikan oksigen pada scenario?6. Bagaimana cara pemberian tindakan lanjut apabila terjadi kegagalan tindakan awal?7. Bagaimana cara memberikan resusitasi?8. Jelaskan mekanismeebirua, nadi cepat dan lemah pada scenario!9. Jelaskan dan sebutkan lokasi dan cara pemeriksaan Nadi!10. Bagaimana cara pemakaian obat-obatan darurat?11. Jelaskan bagimana cara menstabilisai penderita sesak nafas karena trauma!12. Jelaskan syarat-syarat melakukan transportasi dan ujukan untuk penderita pada scenario!

BAB IITINJAUAN PUSTAKA1.Jelaskan apa saja penyebab sesak nafas serta gejala tanda dari scenario!2.Bagaimana membedakan antara sesak akibat trauma dan non trauma?3.Jelasakan bagaimana tindakan awal penanganan jalan nafas pada penderita sesak nafas tanpa alat!4.Jelasakan bagaimana tindakan awal penanganan jalan nafas pada penderita sesak nafas dengan alat!5.Bagaimana cara memberikan oksigen pada scenario?6.Bagaimana cara pemberian tindakan lanjut apabila terjadi kegagalan tindakan awal?7.Bagaimana cara memberikan resusitasi?8.Jelaskan mekanismeebirua, nadi cepat dan lemah pada scenario!9.Jelaskan dan sebutkan lokasi dan cara pemeriksaan Nadi!10.Bagaimana cara pemakaian obat-obatan darurat?11.Jelaskan bagimana cara menstabilisai penderita sesak nafas karena trauma!12.Jelaskan syarat-syarat melakukan transportasi dan ujukan untuk penderita pada scenario!

1. Dimas Hervian Putera2011730129

Guyton, Arthur C. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. EGC : Jakarta.

2. Andi Silpia2011730122Penyebab Sesak napas, yaitu :Trauma a. Kardiak dispneu, yakni dispneu yang disebabkan oleh adanya kelainan pada jantung, misalnya :1. infark jantung akut (IMA), dimana dispneu serangannya terjadi bersama-sama dengan nyeri dada yang hebat.2. Fibrilasi atrium, dispneu timbul secara tiba-tiba, dimana sudah terdapat penyakit katub jantung sebelumnya.3. Kegagalan jantung kiri (Infark miokard akut dengan komplikasi, example : edema paru kardiogenik) dimana dispneu terjadi dengan mendadak pada malam hari pada waktu penderita sedang tidur; disebut Paroxysmal nocturnal dyspnoe. Pada keadaan ini biasanya disertai otopneu dimana dispneu akan berkurang bila si pasien mengambil posisi duduk.

b. Pulmonal dispneu, misalnya :1. Pneumotoraks, penderita menjadi sesak dengan tiba-tiba, sesak nafas tidak akan berkurang dengan perubahan posisi.2. Asma bronchiale, yang khas disini adalah terdapatnya pemanjangan dari ekspirasi dan wheezing ( mengi ).3. COPD, sesak bersifat kronik dimana dispneu mempunyai hubungan dengan exertional (latihan).4. Edema paru yang akut, sebab dan tipe dari dispneu disini adalah sama dengan dispneu yang terjadi pada penyakit jantung.

c. Hematogenous dispneuDisebabkan oleh karena adanya asidosis, anemia atau anoksia, biasanya berhubungan dengan exertional ( latihan ).

d. Neurogenik dispneuContohnya : psikogenik dispneu yang terjadi misalnya oleh karena emosi dan organik dispneu yang terjadi akibat kerusakan jaringan otak atau karena paralisis dari otot-otot pernafasan.

e. Trauma KepalaCedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala. Cedera kepala dapat disebabkan oleh berbagai faktor, namun penyebab terseringnya adalah kecelakaan seperti kecelakaan lalulintas. Jika hal tersebut terjadi, akan mengakibatkan terjadinya trauma pada kepala sehingga dapat menimbulkan perdarahan,baik perdarahan intracranial maupun perdarahan ekstrakranial..Perdarahan intrakranial dapat menyebabkan terjadinya peningkatan TIK, akibat yang ditimbulkan yaitu sakit kepala hebat dan menekan pusat reflek muntah di medulla yang mengakibatkan terjadinya muntah proyektil sehingga tidak terjadi keseimbangan antara intake dengan output. Selain itu peningkatan TIK juga dapat menyebabkan terjadinya penurunan kesadaran dan aliran darah otak menurun. Jika aliran darah otak menurun maka akan terjadi hipoksia yang menyebabkan disfungsi serebral sehingga koordinasi motorik terganggu. Disamping itu hipoksia juga dapat menyebabkan terjadinya sesak nafas.

Non Trauma1. Efusi PleuraEfusi Pleura, yang juga dikenal dengan cairan di dada, adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peningkatan cairan yang berlebihan diantara kedua lapisan pleura. Pleura adalah kantung yang terdiri dari dua lapisan yang meliputi paru-paru dan memisahkannya dari dinding dada dan struktur-struktur di sekitarnya. Biasanya, sejumlah kecil cairan yang ada diantara dua lapisan tersebut berfungsi sebagai pelicin, mencegah gesekan ketika paru-paru mengembang dan menguncup ketika bernafas. Pada efusi pleura, jumlah cairan yang abnormal dalam rongga pleura membatasi fungsi paru-paru, menghasilkan gejala, seperti batuk, nyeri dada dan kesulitan bernafas.

2. Asma BronkhialPenyakit asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat sementara. Pada penderita asma, penyempitan saluran pernafasan merupakan respon terhadap rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan mempengaruhi saluran pernafasan. Penyempitan ini menjadi penyabab asma dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga

3. PneumoniaAdalah infeksi pada organ paru, merupakan penyakit menular dan menjadi penyebab kematian nomor 1 pada usia kanak-kanak. Penyebab infeksi bisa virus, bakteri dan jamur. Beberapa tahun yang lalu di Indonesia merebak kasus virus Influenza (flu Burung atau flu baru/babi) yang menyebabkan kematian dengan kemampuan penularan yang tinggi.Gejala klinik yang dikeluhkan pasien pada awalnya adalah panas dan batuk dan bila berlanjut akan terjadi sesak napas, nyeri dada, panas tinggi dan penurunan kesadaran. Penundaan penanganan pneumonia adalah fatal karena organ paru yang terkena tidak lagi dapat melakukan fungsi dengan baik karena elemen terkecil tempat pertukaran gas di paru yang disebut ALVEOLI sudah terisi oleh infiltrat (cairan) sehingga Oksigen yang dibutuhkan tubuh tidak lagi dapat diambil oleh Alveoli. Kejadian ini disebut sebagai GAGAL NAPAS yang menyebabkan pasien harus dibantu dengan mesin pompa napas (ventilator) untuk menyelamatkan jiwanya.

Perbedaan antara sesak napas akbat trauma dan non-trauma

TraumaNon Trauma

Adanya riwayat trauma Sering disertai tanda syok Akut (tiba-tiba) Tanpa riwayat trauma Tidak disertai tanda syok Sudah ada riwayat perjalanan penyakit tertentu

3, 4 Yunisa Putri Ryanti2011730161

Penanganan AwalAIRWAYPenilaianTanda-tanda objektif sumbatan airway:Look (lihat): melihat gerakan napas/pengembangan dada dan adanya retraksi sela igaListen (dengar): mendengar aliran udara pernapasanFeel (raba/rasa) merasakan adanya aliran udara pernapasanPenilaian secara cepet tepat akan adanya obstruksiPengelolaan airway bila terdapat obstruksiObstruksi ParsialSuara mendengkur (snoring)Tanpa alat secara manualSumbatan jalan napas karena pangkat lidah jjatuh kebelakang, terdengar sara snoring atau mendengkur. Lakukan pertolongan dengan cara: Head-tilt/chin liftBila tidak ada cedera kepala dengan cara head tilt atau chin liftCara melakukan:1. Letakan satu ttangan pada dahi tekan perlahan ke posterior, sehingga kemiringan kepala menjadi normal atau sedikit ekstensi (hindari hiperekstensi karena dapat menyumbat jalan napas).2. Letakan jari (bukan ibu jari) tangan yang lain pada tulang rahang bahwa tepat di ujung dagu dan dorong ke luar atas, sambil mempertahankan cara 1. Jaw thrustBila tidak sadar da nada cedera kepala dengan cara jaw thrustCara melakukan:1. Posisi penolong di sisi atau di arah kepala2. Letakan 2-3 jari (tangan kiri dan kanan) pada masing-masing sudut posterior bawah kemudian angkat dan dorong keuar.3. Bila posisi penolong diatas kepala. Kedua siku penolong diletakan pada lantai atau alas dimana korban diletakan.4. Bila upaya ini belum membuka jalan napas, kombinasi dengan head tilt dan membuka mulut (metode gerak triple)Untuk cedera kepala/leher lakukan jaw thrust dengan immobilisasi leher. Dengan menggunakan alat Pipa orofaringCara pemasangan:1. Pakai sarung tangan2. Buka mulut pasien dengan cara chin lift atau gunakan ibu jari dan teluntuk3. Siapkan pipa orofaring yang tepat ukurannya4. Bersihkan dan basahi pipa orofaring agar licin dan mudah dimasukan5. Arahkan lengkungan meghadap ke langit-langit (palatal)6. Masukan separuh, putar lengkungan mengarah ke bawah lidah7. Dorong pean-pelan sampai posisi tepat8. Yakinkan lidah sudah tertopang dengan pipa orofaring dengan melihat pola napas, rasakan dan dengarkan suara napas pasca pemasangan.Berkumur (gurgling) Sapuan jari (finger sweep)Cara melakukan:1. Pasang sarung tangan2. Buka mulut pasien dengan jaw thrust dan tekan dagu ke bawah3. Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah yang bersih atau dibungkus dengan sarung tangan/kassa untuk membersihkan dan mengorek semua benda asing dalam mulut Cross finger Dengan suctionObstruksi oral Tanpa secara manual Back blows (pasien sadar)Pukulan punggung dilakukan 5 kali dengan pangkal tangal diatas tulang belakang diantara kedua tulang belikat. Jika memungkinkan rendahan kepaladi bawah dada. Heimlich maneuver (pasien sadar)Penolong berdiri di belakang korban, lingkarkan kedua lengan mengitari pinggang, peganglah satu sama lain pergelangan atau kepalan tangan (penolong). Abdominal thrust (pasien tidak sadar)Letakan kedua tangan (penolong pada perut antara pusat dan prosesus sifoideus, tekanlah kea rah abdomen atas dengan hentakan cepat 3-5 kali.Dengan menggunakan alat ETT (Endotrakhea tube)

BREATHINGBreathing dilakukan apabila pemeriksaan airway telah dilaksanakan. Atau apabila tidak terdapat tanda-tanda obstruksi.Tanpa menggunakan alat:Mouth to mouthSambil mempertahankan posisi keala (jalan napas) lakukan tiupan nafas buatan dengan mulut denan cara tarik napas dalam, tiup dan liat pengembangan dada. Dengan konsentrasi oksigen 16%.Mouth to maskCara:Pasang sungkup dengan ukuran sesuai umur sehingga menutup mlut dan hidung, lalu rapatkan.Sambil mempertahankan posisi kepala (jalan napas) lakukan tipuan napas dengan menggunakan:Kanula oksigen: dengan oksigen 2-3 liter/menit, konsentrasi 30%Sungkup sederhana: dengan oksigen 6-8 liter/menit, konsentrasi 60%Sungkup berbalon: dengan oksigen > 10 liter/menit, konsentrasi 100%Kemudian liat pengembangan dada.Evaluasi pernapasan, nadi dan warna kulit.

Pemberian ventilasi tekanan positif1. Pilih ukuran masker yang cocok dengan wajah penderita2. Pastikan jalan napas penderita bebas3. Tangan kiri memegang masker sedemikian rupa sehingga masker rapat ke wajah penderita dan pastikan tidak ada udara yang keluar dari sisi masker pada saat dipompa. Tangan kanan memegang bag dan memompa sampai dada penderita terlihat mengembang.4. Kecukupan ventilasi dinilai dengan melihat gerakan dada penderita.CIRCULATIONIndikasi pijat jantung: bradikardia ( 60 mmHg atau SaO2 > 90% untuk :- Mencegah hipoksia sel & jaringan- Menurunkan kerja nafas- Menurunkan kerja otot jantung

LANGKAH PEMBERIAN OKSIGEN:1. Universal precaution (cuci tangan)2. Hubungan humidifier serta flowmeter pada tabung oksigen3. Sambungkan selang kanul/masker ke selang sumber oksigen/humidifier4. Cek aliran oksigen (humidifier akan bergelembung)5. Atur aliran oksigen sesuai indikasi6. Pasang kanul/masker pada klien dan atur pengikat untuk kenyamanan klien7. Observasi dan evaluasi oksigenasi dengan klinis pasien8. Rujuk dan konsultasi bila perluUntuk alat pemberian oksigen menggunakan :1. Kanul nasal2. Sungkup muka (masker)3. Masker non rebreathingSementara sumber oksigennya berasal dari :1. Humidifier2. Flow meter3. Tabung oksigenRumus pemberian oksigen adalah : FiO2 = 150 + AaDO2 x 100% =..% 760AaDO2 = PAO2 PaO2PAO2 : tekanan oksigen alveoliPaO2 : nilai diambil dari hasil AGDFiO2 : konsentrasi O2 diberikan pd pasienAaO2 : prbdaan tek.O2 alveolar dgn O2 arteri

6. VIDIA AMRINA R2011730167Intubasi EndotrakealIntubasi endotrakeal merupakan cara yang paling efektif dan handal untuk mengamankan jalan napas. Metode ini menjamin patensi jalan napas, mencegah aspirasi, memastikan oksigenasi yang baik, dan memungkinkan pemberian ventilasi tekanan tinggi dan positive end-expiratory pressure (PEEP). Suctioning dapat dilakukan dengan mudah; obat-obatan juga dapat diberikan melalui selang endotrakeal apabila tidak terdapat akses intravena.DEFINISIIntubasi endotrakheal adalah tindakan untuk memasukan pipa endostracheal kedalam trachea. Tujuannya adalah pembebasan jalan nafas, pemberian nafas buatan dengan bag and mask, pemberian nafas buatan secara mekanik ( respirator )memungkinkan pengisapan secret secara adekuat, mencegah aspirasi asam lambung dan pemberian oksigen dosis tinggi.TUJUANTujuannya adalah pembebasan jalan nafas, pemberian nafas buatan dengan bag and mask, pemberian nafas buatan secara mekanik ( respirator )memungkinkan pengisapan secret secara adekuat, mencegah aspirasi asam lambung dan pemberian oksigen dosis tinggi.INDIKASIa. Ada obstruksi jalan nafas bagian atasb. Pasien memerlukan bantuan nafas dengan respiratorc. Menjaga jalan nafas tetap bebasd. Pemberian anestesi seperti pada operasi kepala, mulut, hidung, tenggorokan, operasi abdominal dengan relaksasi penuh dan operasi thoracotomy.e. Terdapat banyak sputum ( pasien tidak mengeluarkan sendiri )

JENIS INTUBASIa. Intubasi oral-Keuntungan : lebih mudah dilakukan, bisa dilakukan dengan cepat pada pasien dalam keadaan emergency, resiko terjadinya trauma jalan nafas lebih kecil-Kerugian : tergigit, lebih sulit dilakukan oral hygiene dan tidak nyaman.b. Intubasi nasal-Keuntungan : pasien merasa lebih enak/ nyaman, lebih mudah dilakukan pada pasien sadar, tidak akan tergigit-Kerugian : pipa ET yang digunakan lebih kecil, pengisapan secret lebih sulit, dapat terjadi kerusakan jaringan dan perdarahan, dan lebih sering terjadi infeksi ( sinusitis )KOMPLIKASIa. RinganTenggorokan serak, kerusakan pharyng, muntah, aspirasi, gigi copot/ rusak.b. SeriusLaryngeal edema, obstruksi jalan nafas, rupture trachea, perdarahan hidung, fistula trcheoesofagal granuloma, memar, laserasi akan terjadi dysponia dan dyspagia, bradi kardi, aritmia, sampai dengan cardiac arrest.Penyulit :a. Leher pendekb. Fraktur servicalc. Rahang bawah kecild. Osteoarthritis temporo mandibula jointe. Trismusf. Ada masa difaring dan laringPERSIAPAN PASIEN DAN ALAT1.Persiapan pasien.a. Beritaukan pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.b. Minta persetujuan keluarga/ informed consentc. Berikan support mentald. Hisap cairan atau sisa makanan dari naso gastric tubee. Yakinkan pasien terpasang IV line dan infuse menetes dengan lancer2.Persiapan alat.a. Bag and mask + slang 02 dan 02b. Laryngoscope lengkap dengan blade sesuai ukuran pasien dan lampu harus menyala dengan terangc. Alat-alat untuk suction ( yakinkan berfungsi dengan baik )d. Xillocain jelli/ xyllocain spraydan ky jellie. Naso/ orotracheal tube sesuai ukuran pasienLaki-laki dewasa no 7, 7.5, 8Perempuan dewasa no 6.5, 7, 7.5Anak-anak usia ( dalam tahun ) + 4 dibagi 4f. Konektor yang cocok dengan tracheal tube yang disiapkang. Stilet/ mandarinh. Magyll forcepi. Oropharingeal tube ( mayo tube )j. Stethoscopek. Spoeit 20 cc untuk mengisi cuffl. Plester untuk fiksasim. Gunting bantal kecil setinggi 12 cm

PROSEDURa. Mencuci tanganb. Posisi pasien terlentangc. Kepala diganjal bantal kecil setinggi 12 cmd. Pilih ukuran pipa endotraceal yang akan digunakane. Periksa balon pipa/ cuff ETTf. Pasang blade yang sesuaig. Oksigenasi dengan bag dan mask/ ambil bag dengan O2 100%h. Masukan obat-obat sedasi dan muscle relaxani. Buka mulut dengan laryngoscope sampai terlihat epiglottisj. Dorong blade sampai pangkal epiglottisk. Lakukan pengisapan lender bila banyak secretl. Anastesi daerah laring dengan xillocain spray ( bila kasus emergency tidak perlu dilakukan )m. Masukan endotraceal tube yang sebelumnya sudah diberi jellin. Cekapakah endotraceal sudah benar posisinyao. Isi cuff dengan udara, sampai kebocoran mulai tidak terdengarp. Lakukan fiksasi dengan plesterq. Foto thorak

PERAWATAN INTUBASIa. Fiksasi harus baikb. Gunakan oropharing air way ( guedel )pada pasien yang tidak kooperatifc. Hati-hati pada waktu mengganti posisi pasiend. Jaga kebersihan mulut dan hidunge. Jaga patensi jalan nafasf. Humidifikasi yang adekuatg. Pantau tekanan balonh. Observasi tanda-tanda vital dan suara paru-parui. Lakukan fisioterapi nafas tiap 4 jamj. Lakukan suction setiap fisioterapi nafas dan sewaktu-waktu bila ada suara lenderk. Yakinkan bahwa posisi konektor dalam posisi baikl. Cek blood gas untuk mengetahui perkembanganm. Lakukan foto thorak segera setelah intubasi dan dalam waktu-waktu tertentun. Observasi terjadinya empisema kutiso. Air dalam water trap harus sering terbuangp. Pipa endotraceal tube ditandai diujung mulut/ hidungKrikotiroidotomi

Krikotirodotomi merupakan tindakan penyelamat pada pasien dalam keadaan gawat napas. Dengan cara membelah membrane krikotiroid untuk dipasang kanul. Membrane ini terletak dekat kulit, tidak terlalu kaya darah sehingga lebih mudah dicapai. Tindakan ini harus dikerjakan cepat walaupun persiapannya darurat (Hadiwikarta, dkk, 2010)

Krikotiroidotomi dibagi menjadi 2 macam yaitu needle cricothyroidotomy dan surgical cricothyroidotomy. a. Needle cricothyroidotomyPada needle cricothyroidotomy,sebuah semprit dengan jarum digunakan untuk melubangi melewati membran krikoid yang berada sepanjang trakea. Setelah jarum menjangkau trakea, kateter dilepaskan dari jarumnya dan dimasukkan ke tenggorokan dan dilekatkan pada sebuah kantung berkatup. b. Surgical cricothyroidotomy Pada surgical cricothyroidotomy, dokter dan tim medis lainnya membuat insisi melewati membran krikoid sampai ke trakea dengan tujuan memasukkan pipa untuk ventilasi pasien.Teknik Krikotirodotomi Pasien tidur telentang dengan kepala ekstensi pada artikulasio atlanto oksipitalis. Puncak tulang rawan tiroid (Adams apple) mudah diidentifikasi difiksasi dengan jari tangan kiri. Dengan telunjuk jari tangan kanan tulang rawan tiroid diraba ke bawah sampai ditemukan kartilago krikoid. Membrane krikotiroid terdapat diantara kedua tulang rawan ini. Daerah ini diinfiltrasi dengan anestetikum kemudian dibuat sayatan horizontal pada kulit. Jaringan dibawah sayatan dipisahkan tepat pada garis tengah. Setelah tepi bawah kartilago tiroid terlihat, tusukkan pisau dengan arah ke bawah. Kemudian, masukkan kanul bila tersedia. Jika tidak, dapat dipakai pipa plastic untuk sementara. Krikotirodotomi merupakan kontraindikasi pada anak dibawah 12 tahun, demikian juga pada tumor laring yang sudah meluas ke subglotik dan terdapat laryngitis. Stenosis subglotik akan timbul bila kanul dibiarkan terlalu lama karena kanul yang letaknya tinggi akan mengiritasi jaringan-jaringan disekitar subglotis, sehingga terbentuk jaringan granulasi dan sebaiknya segera diganti dengan trakeostomi dalam waktu 48 jam.Indikasi Indikasi Absolut krikotiroidotomi : gagal intubasi, tidak terjadi ventilasi, atau pasien tidak bias tenang terhadap pemasangan alat bantu nafas. Indikasi relative krikotiroidotomi : trauma wajah atau orofaringeal yang masif pembengkakan wajah atau orofaringeal yang masif. Kontraindikasi Kontraindikasi absolute : tidak ada kontraindikasi absolute untuk dilakukan krikotiroidotomi Kontrainsokasi relative : Transeksi trakea dengan retraksi trakea ke mediastinum Fraktur laring atau trauma pada kartilago krikoid Tumor laring Anak usia < 8 tahun karena anatomi kecil dan jaringannya sangat lembut Gangguan perdarahan Edema leher yang masif Inflamasi laring yang berat (laringotrakeitis, difteri, inflamasi kimia, TB).

Komplikasi Komplikasi dari krikotiroidotomi : Gagal napas Perdarahan local dan hematoma Emfisema subkutis Infeksi Perforasi esophageal Mediastinitis Pneumotoraks Pneumomediastinum Trauma pita suara Trauma laring Trauma kelenjar tiroid Trauma arteri karotis, vena jugularis, dan nervus vagus Stoma persisten Stenosis subglotik

TrakeostomiTrakeostomi adalah prosedur operatif dengan membuat lubang untuk bernapas pada dinding depan trakea.Trakeostomimenurut letak yaitu letak yang tinggi dan letak yang rendah dan batasnya adalah cincin trakea ketiga. Trakeostomi menurut waktu yaitu trakeostomi darurat dan trakeostomi berencana.Indikasi TrakeostomiAlasan utama trakeostomi dilakukan, yaitu : Obstruksi saluran napas atas Insufisiensi mekanis respirasi Kesulitan pernapasan akibat sekresi Elektif: trakesotomi dilakukan untuk mempertahankan aliran udara saat saluran napas atas tidak dapat dilakukan. Untuk membantu pemasangan alat bantu pernapasan Mengurangi ruang rugi /dead air spaceProsedur TrakeostomiAlat-alat yang diperlukan, yaitu : Spoit (semprit) dengan anestesi local (lidokain 2%) Pisau (bisturi no. 11 & 15 dan penanganannya) Pinset anatomi Gunting panjang dengan tepi/ujung yang tumpul Haak tumpul yang kecil, klem arteri (hemostat) lurus & bengkok Retraktor untuk membuka lumen trakea Suction dan kauterisasi Kanul trakea Forceps.Kanul TrakheostomiTerdiri dari 3 bagian yaitu kanul luar, kanul dalam dan abturator. Kanul dalam dapat ditarik untuk dapat dibersihkan dalam waktu yang singkat. Obturator hanya digunakan sebagai penuntun untuk kanul luar dan dicabut kembali setelah kanul luar masuk pada tempatnya. Bentuk-bentuk kanul dapat pula bervariasi sesuai dengan jenis dan kegunaannya masing-masing.Jenis-jenis Kanula

Kanul Metal

Dewasa dan Anak-anakKanul Plastik

Tube Portex dan Tube SheileyTrakheostomi Elektif Pada Orang DewasaPenderita tidur terlentang dengan posisi kepala lebig tingga daripada kaki untuk mengurangi tekanan aliran balik vena. Kulit daerah leher dibersihkan secara asepsis dan antisepsis dan ditutup dengan kain kasa steril.Insisi horisontal direkomendasikan pada trakheostomi elektif. Insisi kulit dilakukan pada daerah landmark sepanjang 5 cm,yaitu cincin ke-2 dan ke-4. Ikatan-ikatan otot dipisahkan selapis demi selapis dan dijauhkan satu sama lain dengan dua penarik kecil samapi cincin trachea tampak Isthmus ini bisa diretraksi maka dapat ditarik ke atas dan ke bawah menjauhi lapangan trakheostomi.Irisan trakhea dilakukan pada jajaran setinggi cincin kedua dan ketiga. Kanul trakheostomi disesuaikan dengan diameter dari lumen trakhea dan panjangnya disesuaikan dengan panjang trakhea. Setelah kanul terpasang, dilakukan fiksasi berupa pengikatan dari kanul dan diikatkan disisi leher.Trakheostomi DaruratIndikasi:kondisi pasien sangat berat berupa hipoksia yang semakin menghebat dimana tidak ada waktu untuk trakheostomi terencana dan fasilitas untuk intubasi endoktrakhea dan pemasukkan bronkhoskopi tidak memungkinkan.Teknik dari trakheostomi darurat berbeda dari trakheostomi terencana, yaitu insisi dilakukan secara vertikal.Trakheostomi Pada AnakTeknik trakheostomi pada anak prinsipnya sama dengan pada orang dewasa. Anak harus lebih hati-hati karena anatomi leher anak sedikit berbeda. Diperlukan pula suatu ventilasi control dengan masker.Perawatan Pasca Trakheostomi Awasi tanda vital Foto dada segera dilakukan dan 48 jam kemudian untuk melihat komplikasi lambat yang mungkin ada. Udara hangat yang lembab harus disediakan selama 48 sampai 72 jam Aspirasi teratur harus dilakukan dalam beberapa hari segera setelah operasiKomplikasiImmediate Apneu, akibat lambatnya penanganan hipoksia Perdarahan Pneumothoraks dan pneumomediastinum Trauma pada kartilago krikoid Trauma pada struktur dekat trachea, seperti esophagus, n.laringeal rekurens dan pleura.Intermediate. Erosi trachea dan perdarahan Disposisi dari kanul trakheostomi Emfisema subkutan Aspirasi dan abses paruLate Fistel trakheokutanes yang menetap Stenosis dari laring dan trachea Pembentukan jaringan ikat pada trachea Fistel trakheaosofagusDekanulasiPastikan bahwa penyakit yang mendasari tindakan trakeostomi telah teratasi. Penutupan kanul trakeostomi dilakukan secara bertahap. Mulai dari bagian stoma/lubang, bagian dan terakhir ditutup penuh, atau dengan mengganti kanul dengan diameter yang lebih kecil.Syarat-syarat dilakukan dekanulasiHambatan atau kelainan neurologik sudah teratasi sehingga airway melalui hidung sudah adekuat. Jika pasien dapat batuk dengan adekuat dan disertai fungsi menelan yang sudah baik. Sekret tidak ada tanda-tanda infeksi seperti mukopurulen. Stoma terawat baik dan tidak ada komplikasi misalnya fistel (faringokutan).

Resusitasi Jantung Paru (RJP)DefinisiResusitasi jantung paru merupakan upaya mengembalikan fungsi system sirkulasi dan pernapasan untuk menjamin tercukupinya oksigenasi sel-sel terutama sel-sel otak dan jantung, ketika fungsi system sirkulasi dan pernapasan berhenti mendadakRJP dilakukan bila terjadi Henti napas. Korban tidak bernapas, ditandai dengan tidak adanya pergerakan dada dan aliran udara napas Henti jantung. Jantung berhenti berdenyut dan memompakan darah, ditandai dengan tidak terabanya denyut nadi pada arteri-arteri besar, seperti arteri karotis, arteri brakialis dan arteri femoralis.Langkah-langkah Resusitasi Jantung Paru Nilai kesadaran/respond an kesan pernapasan Minta tolong (aktifkan system gawat darurat) Circulation Support Airway control dan cervical control Breathin support Defibrillator Reevaluasi

1. Nilai kesadaran/respond an kesan pernapasan dilanjutkan dengan minta tolong (aktifkan system gawat darurat)2. Cek nadi (bagi petugas kesehatan)3. Lakukan RJP dengan perbandingan 30 : 2 (setiap 1 siklus)4. Ketika AED datang, orang kedua memasang AED tanpa menghentikan kompresi jantung luat. Kompresi jantung luar hanya dihentikan bila AED sedang menganalisis dan ketika sedang memberikan shock. Setelah itu langsung dilanjutkan dengan kompresi jantung luar.5. Reevaluasi dilakukan setiap 5 siklus

KONSEP PENTING : HIGH QUALITY AND EFFECTIVE CPR1. Frekuensi kompresi jantung luar minimal 100x/menit2. Kedalaman kompresi minimal 5cm3. Biarkan chest recoil (dinding dada kembali keposisi semula) setelah setiap kompresi jantung luar4. Minimalkan interupsi ketika sedang kompresi jantung luar. Interupsi yang boleh hanyalah untuk cek nadi dan defibrilasi5. Hindari ventilasi yang berlebihan

Tindakan resusitasi jantung paru tidak akan serta merta membuat korban hidup kembali. Perlu tindakan lebih lanjut dari tenaga medis atau paramedic (dengan peralatan yang lebih lengkap) seperti defibrilasi.Tanda-tanda RJP yang dilakukan berhasil Napas spontan Gerakan dada turun naik Adanya aliran udara napas Denyut nadi kembali teraba Denyut jantung kembali terdengar melalui stetoskop Kulit korban yang semula pucat menjadi kemerahan Dapat melakukan gerakan terarah Korban berudaha menelan Refleks pupil positifRJP dihentikan bila Penolong kelelahan Korban telah dialihkan kepada petugasss lain yang lebih ahli Didapatkan informasi bahwa korban sudah lama meninggal Sirkulasi (denyut nadi) dan pernapasan sudah kembali pulihRPJ boleh dihentikan untuk sementara bila Saat memindahkan pasien ke tandu Memindahkan korban menuruni tangga atau melalui lorong yang sempit Saat memasukan atau mengeluarkan korban dari ambulans Saat melakukan defribilasiKesalahan-kesalahan seputar RJP Posisi pasien tidak terlentang Alas lunak dan tidak rata Pemberian napas yang tidak adekuat atau terlalu cepat Posisi peniolong tidak tepat Kompresi dada yang kurang atau terlalu cepat Jumlah pijatan dan batuan napas tidak sesuaiPenyulit dilakukannya RJP Fraktur iga Pneumotoraks Hematotoraks Luka dan memar pada paru, hati dan limpaAlgoritma

7. REZKY PRATAMA2011730159Bagaimana cara memberikan resusitasi apabila terjadi kegagalan/gangguan sirkulasi?Basic Life Support (BLS) atau Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah sistematika upaya oksigenasi darurat. Sebelum mengetahui tentang BHD maka harus dipahami bahwa sistem pernapasan dan sirkulasi yang berhenti mendadak menyebabkan darah yang teroksigenasi tidak dapat sampai ke otak dan jaringan tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian bila tidak segera ditolong. Berdasarkan berbagai penelitian berhentinya oksigenasi ke otak akan menimbulkan kerusakan di otak sejak menit ke-4 dan kematian otak terjadi mulai menit ke-6. Untuk itu BHD yang dilakukan memang harus secepatnya. BHD dilakukan pada pasien yang mengalami henti jantung dan henti nafas secara mendadak yang disebabkan oleh berbagai keadaan. Penyebab tersering dari kondisi henti jantung ini adalah ventrikular takikardia (VT) dan ventrikular fibrilasi (VF). Pada American Heart Association (AHA) 2010 circulation didahulukan dengan cara penilaian nadi terlebih dahulu, begitu nadi tidak teraba maka resusitasi jantung paru (RJP) segera dimulai. Penilaian nadi tidak melebihi waktu 10 detik. Yang terpenting adalah penilaian nadi ini tidak memperlama dimulainya kompresi jantung luar. Lokasi penilaian denyut nadi : arteri karotis, terletak 2 jari ke kiri dan ke kanan dari garis pertengahan leher. Tanda dan gejala gangguan sirkulasi:Frekuensi nadi melebihi 100x/menit atau kurang dari 60x/menitDenyut nadi melemahNadi tidak teraturAdanya perdarahanAdanya syok. Frekuensi nadi cepat, suhu kulit dingin, warna kulit pucat hingga kebiruan, dan pengisian kapiler pada ujung-ujung jari lambatCatatan: penilaian adanya perdarahan atau kondisi syok dilakukan bila teraba nadi. Bila nadi tidak ada maka dimulai kompresi jantung luar.Pengelolaan gangguan sistem sirkulasi Pengadaan sirkulasi buatan dengan kompresi jantung luar (Resusitasi Jantung Paru - RJP). Cara melakukan kompresi jantung luar:1. Tentukan titik kompresi. Titik kompresi terletak di bagian setengah bawah tulang dada atau diantara 2 puting susu (pada garis tengah).2. Letakkan tumit salah satu tangan di titik kompresi. Tangan yang lain ditempatkan diatas tangan pertama. Dianjurkan jari-jemari kedua tangan saling mengait. Tekanan hanya diberikan melalui tumit tangan tersebut, usahakan agar jari-jari penolong tidak menyentuh bahkan menekan tulang-tulang iga korban.3. Saat melakukan penekanan dinding dada, posisi badan penolong tegak lurus bidang datar, dengan kedua lengan lurus. Penolong menekan dinding dada korban dengan tenaga dari berat badannya. Setiap siklus dilakukan 30 kali kompresi, dengan kedalaman sekitar 5cm. Kompresi dilakukan dengan kecepatan 100x/menit. Setiap kali setelah kompresi biarkan dada korban kembali mengembang. Jangan lepaskan tangan penolong dari dada korban atau merubah posisi tangan.Konsep penting: High Quality and Effective CPR Frekuensi kompresi jantung luar minimal 100x/menit Kedalaman kompresi minimal 5cm Biarkan chest recoil (dinding dada kembali ke posisi semula) setelah setiap kompresi jantung luar Minimalkan interupsi ketika sedang kompresi jantung luar. Interupsi yang boleh hanyalah untuk cek nadi dan defibrilasi Hindari ventilasi yang berlebihanResusitasi Jantung Paru (RJP)DefinisiResusitasi jantung paru merupakan upaya mengembalikan fungsi sistem sirkulasi dan pernapasan untuk menjamin tercukupinya oksigenasi sel-sel terutama sel-sel otak dan jantung, ketika fungsi sistem sirkulasi dan pernapasan berhenti mendadak. RJP dilakukan bila terjadi: Henti napas, korban tidak bernapas, ditandai dengan tidak adanya pergerakan dada dan aliran udara napas. Henti jantung, jantung berhenti berdenyut dan memompakan ke darah, ditandai dengan tidak terabanya denyut nadi pada arteri-arteri besar, seperti arteri karotis, arteri brakialis dan arteri femoralis.Langkah-langkah RJP: Nilai kesadaran/respon dan kesan pernapasan Minta tolong (aktifkan sistem gawat darurat) Circulation support Airway control dan cervical control Breathing support Defibrillator Reevaluasi1. Nilai kesadaran/respon dan kesan pernapasan dilanjutkan dengan minta tolong (aktifkan sistem gawat darurat)2. Cek nadi (bagi petugas kesehatan)3. Lakukan RJP dengan perbandingan 30:2 (setiap 1 siklus)4. Ketika AED datang, orang kedua memasang AED tanpa menghentikan kompresi jantung luar5. Reevaluasi dilakukan setiap 5 siklusTindakan resusitasi jantung paru tidak akan serta merta membuat korban hidup kembali. Perlu tindakan lebih lanjut dari tenaga medis atau paramedis (dengan peralatan yang lebih lengkap) seperti defibrilasi.Tanda-tanda RJP yang dilakukan berhasil: Napas spontan Gerakan dada turun naik Adanya aliran udara napas Denyut nadi kembali teraba Denyut jantung kembali terdengar melalui stetoskop Kulit korban yang semula pucat menjadi kemerahan Dapat melakukan gerakan terarah Korban berusaha menelan Refleks pupil positifRJP dihentikan bila: Penolong kelelahan Korban telah dialihkan kepada petugas lain yang lebih ahli Didapatkan informasi bahwa korban sudah lama meninggal Sirkulasi (denyut nadi) dan pernapasan sudah kembali pulihRJP boleh dihentikan untuk sementara bila: Saat memindahkan pasien ke tandu Memindahkan korban menuruni tangga atau melalui lorong yang sempit Saat memasukkan atau mengeluarkan korban dari ambulans Saat melakukan defibrilasiKesalahan-kesalahan seputar RJP Posisi korban: tidak terlentang Alas: lunak dan tidak rata Pemberian napas yang tidak adekuat atau terlalu cepat Posisi penolong tidak tepat Kompresi dada yang kurang atau terlalu cepat Jumlah pijatan dan bantuan napas tidak sesuaiPenyulit dilakukan RJP Fraktur iga Pneumotoraks Hematotoraks Luka dan memar pada paru, hati, dan limpa

8, 9. SURAYYA ARDILLA20117301638. Jelaskan hubungan sesak nafas dengan pucat, kebiruan dan nadi cepat!Hubungan Sesak Napas dengan Pucat Akibat dari paru yang kekurangan oksigen, maka tubuh akan melakukan autoregulasi untuk mencegah kekurangan oksigen di otak (hipoksia). Yaitu dengan vasokonstriksi pembuluh darah perifer, dan vasodilatasi pembuluh darah pusat yang mengakibatkan kulit penderita tampak pucat

Hubungan Sesak Napas dengan Sianosis Obstruksi pada saluran napas menyebabkan adanya hambatan jalan napas dan O tidak bisa masuk sehingga mengakibatkan sesak napas. Paru-paru yang kekurangan O menghambat pertukaran O dengan CO sehingga CO banyak terdapat di darah dan akan berikatan dengan Hb, yang seharusnya berikatan dengan Oksigen . Sehingga ikatan COHb semakin banyak di darah dan ikatan Oksigen dengan Hb berkurang sehingga penderita akan tampak kebiruan (sianosis).Hubungan Sesak Napas dengan Denyut Nadi pada keadaan Sesak napas , jaringan atau organ kekurangan O2. Respon tubuh adalah dengan meningkatkan frekuensi denyut jantung, agar banyak darah yang dipompakan. Hal tersebut menyebabkan periode diastolik yang terjadi antar kontraksi akan memendek sehingga darah tidak mempunyai waktu yang cukup untuk mengalir secara adekuat dari atrium ke ventrikel. Hal inilah yang menyenbabkan nadi memjadi cepat dan lemah

9. Jelaskan lokasi dan cara pemeriksaan nadi!Nadi adalah sensasi denyutan seperti gelombang yang dapat dirasakan/dipalpasi di arteri perifer, terjadi karena gerakan atau aliran darah ketika kontraksi jantung. Jantung bekerja memompa darah ke sirkulasi tubuh (oleh ventrikel kiri) dan paru (oleh ventrikel kanan). Melalui ventrikel kiri, disemburkan darah ke aorta dan kemudian di teruskan ke arteri di seluruh tubuh, sebagai akibatnya, timbul suatu gelombang tekananan yang bergerak cepat pada arteri dan dapat dirasakan sebagai denyut nadi. jadi, dengan menghitung denyut nadi dapat diketahui frekuensi denyut jantung dalam satu menit.Lokasi pemeriksaan denyut nadi dapat di lakukan di a.femoralis, a.poplitea, a.tibialis posterior, a.dorsalis pedis, a.radialis, dan lain-lain. Prinsipnya, pulsasi arteri dapat diraba jika arteri tersebut memiliki dasar yang keras. Dalam praktek sehari-hari, pemeriksaan pulsasi a.radialis paling sering di lakukan.

Gambar 1. Titik Pemeriksaan Denyut Nadi

Penilaiaan denyut nadi meliputi :a. Tegangan NadiTegangan nadi biasanya di pengaruhi oleh tekanan darah. Terdiri dari :1. Pulsasi normal.2. Pulsasi molis (tegangan nadi lunak).3. Pulsasi durus (tegangan nadi keras).b. Isi NadiIsi Nadi tergantung pada curah jantung (cardiac output) dan keadaan pembuluh darah.

c. Gelombang Nadi1. Pulsasi celer (gelombang nadi tinggi)2. pulsasi tardus (gelombang nadi rendah)d. Frekuensi1. Takikardia (>100 kali/menit)2. Brakikardia ( tetesan dapat lebih cepat Posisi setengah duduk atau berbaring dengan bantal tinggi -> usahakan yang paling enak buat pasien. Bila syok -> Posisi kepala jangan tinggi. Cari penyebab -> tindakan selanjutnya tergantung penyebab. Mulai berikan terapi berdasarkan penyebabPerhatian : Pada panyah jantung -> jangan beri infus NaCl, dan tetesan harus pelan sekali -> agar tidak makin memberatkan beban jantung Pada (riwayat) sakit dada -> jangan injeksi adrenalin -> fatal Pada PPOM, jika diperlukan O2 -> aliran kecil : 1-2 liter/ menit -> dapat terjadi Apnea.

1. Pemberian OksigenPemberian oksigen pada klien dapat melalui tiga cara, yaitu melalui : Kateter nasal Kanula nasal Masker oksigen

Indikasi :Terapi ini dilakukan pada penderita : Dengan anoksia atau hipoksia Dengan kelumpuhan alat-alat pernafasan Mendapat trauma paru Tiba-tiba menunjukkan tanda-tandashock, dispneu, sianosis, apneu Dalam keadaan coma

Kontra indikasi : Orang dengan riwayat operasi paru Infeksi saluran nafas atas Cedera paru Orang yang mengidap penyakit- penyakit menular lain dan mengidap gaustrophobia (rasa takut berada dalam ruangan tertutup)

Tata Kerja Tabung oksigen dibuka dan diperiksa isinya Cuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan Hubungkan nasal prong atau masker dengan slang oksigen ke botol pelembab Pasang ke penderita Atur aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan Setelah pemberian tidak dibutuhkan lagi lepas nasal prong atau masker dari penderita Tabung oksigen ditutup Penderita dirapikan kembali Peralatan dibereskan

Perhatian Amati tanda-tanda vital sebelum, selama dan sesudah pemberian oksigen Jauhkan hal-hal yang dapat membahayakan misalnya : api, yang dapat menimbulkan kebakaran Air pelembab harus diganti setiap 24 jam dan isi sesuai batas yang ada pada botol

DisabilityPemeriksaan lanjutan1. Bagaimana kesadaran penderita AVPU (paling cepat) Glasgow Coma Scale (EVM) Sadar, somnolent, sopor, coma 2. Tanda-tanda neurologis lain Mata : pupil, gerak, papil Anggota gerak : Hemiplegia, paraplegia Sistem saraf, tanda vital 3. Penyebab gangguan kesadaran a. Gangguan pernapasan Hipoksemia Hipercarbia b. Gangguan sirkulasi Syok Cardiac arrest CVA (perdarahan, thrombo emboli) c. Traumad. Metabolik e. Infeksi f. Obat-obatan g. TumorExposure Penderita harus dibuka pakaiannya Penderita tidak boleh kedinginan Selimut, ruang cukup hangat Cairan infus yang sudah dihangatkan 12. IRAWATI2011730124Transport dan rujukan pasien gawat daruratTUJUAN1. Mengenal penderita trauma yang harus dilakukan rujukan.2. Melakukan persiapan yang optimal untuk dilakukan rujukan dengan cara transport yang sesuai3. Mengetahui RS rujukan yang mampu menangani penderita trauma

MENENTUKAN PERLUNYA RUJUKAN1. Kebanyakan penderita trauma dapat dilakukan tindak di RS setempat2. Dalam menentukan rujukan penting diketahui kemampuan dokter dan RS yang akan menerima rujukan3. Bila sudah diputuskan dirujuk jangan menunda-nunda rujukan dengan melakukan tindakan diagnostik (misal:DPL CT Scan dsb)4. Waktu sangatlah penting dari mulai kejadian sampai dilakukan terapi difinitif

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN RUJUKAN1. Jarak antara RS Pusat rujukan2. Kesiapan tenaga terampil untuk mendampingi penderita3. Peralatan ambulans4. Keadaan penderita sebelum dan selama transport

FAKTOR-FAKTOR YANG MENJADI DASAR UNTUK RUJUKAN1. Kriteria fisiologis penderita syock yang sulit diatasi dengan penurunan keadaan neurologis2. Pola perlukaan3. Biomekanik trauma4. Masalah khusus5. Sebaiknya stabilkan dulu keadaan penderita kemudian dilakukan rujukan

KESULITAN DALAM MELAKUKAN RUJUKAN1. Penderita dalam keadaan gelisah dengan tidak kooperatif akan sangat sulit, kadang-kadang penderita diikat kuat2. Pemberian sedativa pada penderita tersebut sebaiknya dilakukan intubasi

KESULITAN DALAM MELAKUKAN RUJUKAN1. Sebelum memberikan sedativa sebaiknya : Masalah ABCDE sudah teratasi Mengurangi rasa nyeri dengan memasang pada penderita fraktur dan pemberian narkotik dengan dosis kecil Menghentikan pendarahan dengan balutan Usahakan menenangkan penderita2. Pemberian benzo-diazopam, fentanyl,propofol dengan ketamin berbahaya bila diberikan pada penderita dengan syock intoksikasi dan trauma kapitis3. Bila ragu-ragu serahkan pada ahlinya4. Pemakai alkohol/obat-obatan lain sering ditemukan pada penderita trauma harus dikenali karena mungkin dapat mengurangi rasa nyeri dan menghilangkan gejala5. Perubahan tingkat kesadaran dapat dipengaruhi oleh alkohol dan obat-obatan

CARA RUJUKAN1. Dokter/perawat yang mengirim bertanggung jawab untuk memulai rujukan yaitu : cara transport harus dipilih yang sesuai perawatan dalam perjalanan komunikasi dengan RS dirujuk penderita dalam keadaan stabil saat akan dirujuk laporkan prosedur tindakan yang telah dilakukan2. Dokter/perawat yang dirujuk Yakinkan bahwa RS mampu menerima penderita Bersedia untuk menerima Sebaiknya dapat membantu memilih cara transport Komunikasi dapat membantu keamanan dalam transport penderita CARA TRANSPORT1. Prinsip DO NO Further Harm sangat berperan2. Udara-darat,laut dapat dilakukan dengan aman3. Stabilkan penderita sebelum dilakukan transport4. Persiapkan tenaga yang terlatih agar proses transport berjalan dengan aman

PROTOKOL RUJUKAN1. Sebelum melakukan rujukan harus melakukan komunikasi dengan memberikan informasi ke RS rujukan tentang: Identitas penderita ;nama, umur, kelamin,dll Hasil anamnesa penderita dan termasuk data pra RS Penemuan awal pemeriksaan dengan respon terapi2. Informasi untuk petugas pendamping: Pengelolaan jalan nafas Cairan yang telah/akan diberikan Prosedur khusus yang mungkin diperlukan GCS, resusitasi, dan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi dalam perjalanan.3. DokumentasiHarus disertakan dengan penderita : Permasalahan penderita Terapi yang telah diberikan Keadaan penderita saat akan dirujuk Sebaiknya dengan fax agar data lebih cepat sampai4. Sebelum rujukanSebelum dirujuk stabilkan dulu penderita, yaitu : Airway : pasang OPA bila perlu intubasi Breathing : tentukan laju pernafasan, oxygen bila perlu ventilasi mekanik Circulation : Kontrol pendarahan Pasang infus bila perlu 2 jalur Tentukan jenis cairan Perbaiki kehilangan darah, bila perlu teruskan selama transportasi Pemasangan kateter urin Monitor kecepatan dan irama jantung Berikan diuretik bila diperlukan Bila Curiga Ada Cedera Cervikal Dan Tulang Belakang Luka: hentikan pendarahan dengan balutan dan tehnik lainnya profilaksis tetanus antibiotik bila perlu Fraktur : pasang bidai atau traksi5. Pegelolaan selama transportPetugas pendamping harus: Monitor, tanda-tanda vital bila tersedia, pasang pulse oxymetry Bantu kardio respirasi bila diperlukan Pemberian darah bila diperlukan Pemberian obat-obatan sesuai instruksi dokter atau sesuai protap Melakukan komunikasi dengan dokter selama transportasi Dokumentasi

PERMASALAHAN1. Pemindahan penderita dari satu tempat ke tempat lain tanpa mempertimbangkan jarak selalu berbahaya2. Harus dipikirkan masalah yang akan timbul selama transportasi. Misal : ETT tercabut, pemakai monitor jantung, penggunaan listrik yang tidak cocok3. Terjadi penurunan tingkat kesadaran atau hemodinamika4. Data dengan hasil pemeriksaan tertinggal

KESIMPULAN1. Prinsip utama pelayanan trauma DO NO FURTHER HARM2. Harus ada komunikasi antar RS yang merujuk dengan yang dirujuk3. Petugas/perawat pendamping harus sudah terlatih dengan baik dibidang gawat daruratPERSYARATAN AMBULANS1. Suspensi lunak2. Cukup tinggi3. Ruangan cukup luas4. Kalau bisa muat 2 penderita paling sedikit5. Pakai pendingin/AC6. Identitas jelas

ALAT-ALAT YANG DIPERLUKAN1. Tempat tidur/blankard 2. Tandu scoop3. Vacum matras/LSB SSB4. Alat resusitasi5. Alat monitor jantung6. Obat-obat resusitasi

MASALAH YANG MUNGKIN TERJADI DALAM EVAKUASIDapat berupa : Darat, Udara, Laut / air1. Melalui darat & laut tidak terlalu banyak masalah hanya waktu lebih lama2. Melalui udara mempunyai masalah tersendiri yang harus dikuasai oleh tim medis yang melakukannya.Sebelum Melakukan Evakuasi Harus Dipikirkan1. Apakah pasien perlu dirujuk ?2. Cara transportasinya ?

PASIEN-PASIEN YANG HARUS DIRUJUK1. Bayi Prematur dengan komplikasi yang memerlukan fasilitas (NICU)2. Pasien hamil dengan resiko tinggi3. Infark miokard, terutama yang tidak stabil COPD keracunan obat, syok septik dengan pasien HD4. Pasien Trauma dengan kelaianan neurologi, luka bakar >30%5. Pasien psikiatri dapat ditolak dipenerbangan

PENYAKIT YANG DAPAT TIMBUL DI UDARA1. HIPOKSIADapat terjadi karena : Kadar oksigen menurun Menurunnya suplay oksigen dalam darah2. COPD Udema paru Pneumoni Emboli paru3. Menurunnya kemampuan darah mentransport O2 Anemia Keracunan CO, dll4. Menurunnya suplay O2 ke jaringan Syok Nyeri Perfusi jaringan menurun karena luka bakar Frostbite5. Menurunnya kemampuan sel mempergunakan O2 Keracunan sianida Mabuk alcohol Bahan hitotostik lain

TOTAL CAREDapat dipakai dalam persiapan atau selama transport :1. Diagnosa Pemeriksa fisik Pemeriksa lab2. Apakah harus di evakuasi3. Kontra indikasi4. Cara evakuasi5. Timing evakuasi6. Problem pra evakuasi7. Problem selama evakuasi8. Problem pasca evakuasi9. Follow up setelah keluar RS