Sistem penjaminan mutu

15
A. TUJUAN a. Tujuan Umum Agar pengelola dan pemberi pelayanan kesehatan memahami prinsip dan metode Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan Dasar dan Kebidanan b. Tujuan Khusus a) Memahami falsafah Jaminan Mutu; b) Memahami prinsi dan metoda pelaksanaan Jaminan Mutu; c) Memahami peran pengelola dan pelaksana program dalam pelaksanaan Jaminan Mutu. B. FALSASAH MUTU Perbaikan mutu merupakan upaya transformasi budaya kerja organisasi melalui pengalaman belajar sehingga merubah cara berpikir setiap orang yang terlibat dalam organisasi dan cara organisasi dikelola, sehingga berubah ke arah yang lebih baik. Contoh falsafah mutu: Hari esok harus lebih baik dari hari sekarang Pelanggan puas adalah harapan kami Meningkatkan mutu pelayaman adalah tekad kami Apa yang kita tulis sekarang kita kerjakan dan apa yang kita kerjakan kita tulis. C. PENGERTIAN a. Mutu adalah suatu konsep yang multi dimensi, artinya pengertiannya akan berbeda-beda dari orang per orang tergantung pada kepentingan, latar belakang kehidupan, pendidikan, dan harapan seseorang terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan. b. Pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan baik perorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.

Transcript of Sistem penjaminan mutu

Page 1: Sistem penjaminan mutu

A. TUJUAN

a. Tujuan Umum

Agar pengelola dan pemberi pelayanan kesehatan memahami prinsip dan metode Jaminan

Mutu Pelayanan Kesehatan Dasar dan Kebidanan

b. Tujuan Khusus

a) Memahami falsafah Jaminan Mutu;

b) Memahami prinsi dan metoda pelaksanaan Jaminan Mutu;

c) Memahami peran pengelola dan pelaksana program dalam pelaksanaan Jaminan Mutu.

B. FALSASAH MUTU

Perbaikan mutu merupakan upaya transformasi budaya kerja organisasi melalui pengalaman

belajar sehingga merubah cara berpikir setiap orang yang terlibat dalam organisasi dan cara

organisasi dikelola, sehingga berubah ke arah yang lebih baik.

Contoh falsafah mutu:

Hari esok harus lebih baik dari hari sekarang

Pelanggan puas adalah harapan kami

Meningkatkan mutu pelayaman adalah tekad kami

Apa yang kita tulis sekarang kita kerjakan dan apa yang kita kerjakan kita tulis.

C. PENGERTIAN

a. Mutu adalah suatu konsep yang multi dimensi, artinya pengertiannya akan berbeda-beda

dari orang per orang tergantung pada kepentingan, latar belakang kehidupan, pendidikan, dan

harapan seseorang terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan.

b. Pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara

bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,

mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan baik perorangan,

keluarga, kelompok ataupun masyarakat.

Page 2: Sistem penjaminan mutu

c. Pelayanan Medik Dasar adalah bagian dari pelayanan kesehatan yang dilandasi ilmu klinik

(clinical science). Pelayanan medik dasar merupakan pelayanan medik perorangan yang

meliputi aspek:

a. Pencehahan primer (health promotion & specific protection) yang dapat dilakukan oleh

tenga non medik dan medik/kesehatan;

b. Pencegahan sekunder, yang terdiri dari deteksi dini dan pengobatan serta pembatasan

cacat;

c. Pencegahan tersier, berupa rehabilitsi medik yang dilakukan oleh dokter/perawat, sesuai

dengan kompetensi yang berkaitan dengan keahliannya.

d. Mutu pelayanan kesehatan adalah tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan, yang di satu pihak menimbulkan kepuasan pelanggan (pasien/klien) sesuai

dengan tingkat kepuasan rata-rata pelanggan, serta di pihak lain tatacara penyelenggaraannya

sesuai dengan standar dan etika profesi yang telah ditetapkan.

e. Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan adalah suatu proses upaya yang dilaksanakan secara

berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu dalam menetapkan masalah dan

penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan berdasarkan standar yang

telah ditetapkan serta menentukan dan melaksanakan cara pemecahan masalah mutu sesuai

dengan kemampuan yang ada dan menilai hasil yang dicapai guna menyusun saran

trindaklanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

f. Kepuasan pelanggan merupakan indikator mutu suatu pelayanan kesehatan, sehingga

pelayanan kesehatan harus diselenggarakan dengan orientasi pada pemenuhan harapan dan

kebutuhan pelanggan.

g. Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang

dipergunakan sebagai penerimaan minimal. Standar menunjuk pada tingkat ideal tercapai

yang diinginkan.

Dalam pendekatan Jaminan Mutu dikenal dua macam standar, yaitu:

1. Standar Persyaratan Minimal, yaitu persyaratan minimal yang harus dipenuhi untuk dapat

menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu, terdiri atas:

a) Standar masukan

Page 3: Sistem penjaminan mutu

b) Standar proses

c) Standar lingkungan.

2. Standar Penampilan Minimal/Standar Penampilan/Standar Keluaran, adalah penampilan

minimal pelayanan kesehatan yang masih dapat diterima.

Selain itu standr juga terdiri dari (Burill & Ledoster, Archieving Quality through Continual

Improvement):

a. Standar eksternal: disusun di luar organisasi pemberi pelayanan.

b. Standar internal: disusun oleh organisasi emberi pelayanan.

h. Protokol/prosedur tetap adalah panduan urutan tindakan tertulis yang digunakan petugas

kesehatan dalam memberikan pelayanan.

Memberikan pelayanan sesuai dengan protokol/prosedur yang telah ditetapkan, berarti telah

bekerja sesuai dengan standar.

i. Etika Profesi kesehatan masyarakat adalah landasan moral, norma, yang mendasari aplikasi

ilmu, pengetahuan dan teknologi kesehatan masyarakat.

Etika Profesi kesehatan masyarakat meliputi prinsip:

i. menghindari masyarakat dari bahaya atau ancaman kesehatan;

ii. menolong masyarakat

iii. menghormati hak masyarakat;

iv. pemerataan dan keadilan;

v. pemanfaatan.

j. Prinsip Jaminan Mutu:

a. bekerja dalam tim;

b. memberikan fokus perubahan pada proses;

c. mempunyai orientasi kinerja pada pelanggan;

d. pengambilan keputusan berdasarkan data;

e. adanya komitmen pimpinan dan keterlibatan bawahan dalam perbaikan proses pelayanan.

k. Bentuk Jaminan Mutu

Bertitik tolak dari waktu penyelenggaraannya, maka Jaminan mutu dapat dibedakan dalam 3

bentuk, yaitu:

Page 4: Sistem penjaminan mutu

i. Jaminan Mutu Prospektif, dilaksanakan sebelum pelayanan kesehatan diselenggarakan,

upayanya terutama ditujukan pada unsur masukan dan lingkungan. Contoh:

a) Standarisasi, untuk menjamin pelayanan kesehatan yang bermutu perlu ditetapkan

standarisasi fasilitas pelayanan kesehatan.

b) Perizinan, setelah terpenuhi standarisasi perlu diikuti dengan perizinan yang akan ditinjau

secara berkala.

c) Sertifikasi, tindaklanjut dari perizinan, memberikan sertifikat kepada fasilitas dan atau

profesi kesehatan yang telah memenuhi persyaratan tertentu.

d) Akreditasi, berntuk lain dari sertifikasi, diberikan kepada fasilitas atau profesi kesehatan

setelah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

ii. Jaminan Mutu Konkuren, dillaksanakan bersamaan dengan penyelenggaraan pelayanan

kesehatan. Perhatian utama ditujukan kepada proses, dimana proses itu diukur dengan standar

yang telah ditetapkan, jika pelayanan kesehatan tidalk sesuai dengan standar maka pelayanan

kesehatan tersebut kurang bermutu.

Jaminan mutu konkuren ini paling baik, tetapi sukar dilaksanakan, sering terjadi bias, untuk

menghindarkan bias dilakukan oleh”’Peer”atau tim.

iii. Jaminan Mutu Retrospektif, dilaksanakan setelah pelayanan kesehatan diselenggarakan.

Contoh:

a) Telaah rekam medik (medical record review)

b) Ulasbalik Jaringan (tissue review)

c) Survei pelanggan (costumer survey)

d) Ulasbalik penggunaan (obat, darah, tempat tidur), dll.

k. Model Jaminan Mutu

Menggunakan pendekatan evolusi yang didasari oleh pandangan bahwa upaya peningkatan

mutu harus dilakukan secara bertahap. Mulai dari pemecahan masalah sederhana sampai

dengan masalah yang kompleks.

a. Tahap Analisis Sistem

Pada tahap ini yang pertama akan diperbaiki adalah mutu pelayanan medik dasar, kemudian

mutu pelayanan non medik

Yang dimaksud dengan pelayanan medik ialah pelayanan ”best practices”, yaitu segala

Page 5: Sistem penjaminan mutu

kegiatan yang menyangkut: anamnesis, pemeriksaan fiosik, pengobatan/rujukan dan

konseling. Berdasarkan etika profesi, kemanusiaan, administratif dan yuridis setiap profesi

kesehatan tanpa kecuali dalam setiap menyelenggarakan pelayanann kepada pasien harus

menerapkan semua ketentuan ”best practices” tersebut. Kenyataan di lapangan ”best

practices” sering diiabaikan, sehingga pasien/klien memperoleh pelayanan kesehatan yang

kurang bermutu dan hak pasien menjadi kurang dipenuhi. Oleh sebab itu yang menjadi

prioritas ditingkatkan terlebih dahulu ialah mutu pelayanan medik.

Pada tahap ini digunakan daftar tilik untuk mengukur tingkat kepatuhan terhadap standar

yang telah ditetapkan.

b. Tahap Pendekatan Tim

Upaya pemecahan masalah mutu melalui pendekatan siklus pemecahan masalah.

TAHAP TAHAP ANALIS SISTEM/SUPERVISI TAHAP PENDEKATAN TIM

Lingkup Kegiatan Memperbaiki kompetensi teknik

Meningkatkan tingkat kepatuhan Memperbaiki dimensi mutu yang lain (kepuasan,

kenyaman, efektifitas, efisiensi, dll)

Kompleksitas Masalah Masalah sederhana yaitu masalah yang diidentifikasi pada proses

Masalah kompleks yaitu masalah yang diidentifikasi pada output/outcome

Proses Pemecahan Masalah Mudah/sederhana Lebihj sulit, dengan mempergunakan Quality

Improvement Tools

Cara Identifikasi Masalah Dengan menggunakan daftar Tilik Dengan melalui pendekatan

Tim.

Diharapkan dengan pelaksanaan Model Evolusi tersebut di dalam organisasi pelayanan

kesehatan akan terjadi hal sebagai berikut:

a) Pola pikir petugas dalam organisasi pelayanan kesehatan akan berubah dari pola pikir

sumber daya menjadi pola pikir mutu;

b) Petugas organisasi pelayanman kesehatan akan menyadari bahwa mutu itu sebenarnya

dapat dikendalikan oleh petugas itu sendiri;

c) Petugas dalam organisasi pelayanan kesehatan akan menjabarkan tugas mereka dalam

bentuk istilah mutu, artinya dari hanya mementingkan kuantitas atau cakupan pekerjaan saja,

berubah menjadi orientasi kepada mutu.

Page 6: Sistem penjaminan mutu

d) Petugas organisasi pelayanan kesehatan akan merasa puas kalau mampu memecahkan

masalah mutu yang sulit dan kemudian selanjutnya tingkat kepuasan akan meningkat kalau

masalah mutu yang dipecahkan semakin sulit.

l. Dimensi Mutu

b. Komptensi Teknik: kemampuan dan ketrampilan petugas sesuai dengan standar

keprofesian

c. Efektivitas: pelayanan yang dilakukan menunjukkan manfaat dan hasil yang diinginkan.

d. Efisiensi: memberikan hasil yang paling besar dalam keterbatasan sumber daya.

e. Akses (keterjangkauan): bahasa, dana, geografi, adat istiadat

f. Hubungan Antar Manusia: interaksi antara Pemberi Pelayanan Kesehatan dengan

pasien/klien, supervisor kabupaten dengan petugas Puskesmas, Kepala Puskesmas dengan

petugas Puskesmas, dengan memperhatikan komunikasi, rasa hormat, perhatian dan empati

yang baik. Hubungan antar manusia yang baik akan menimbulkan kemitraan, saling percaya,

saling menghormati dan keterbukaan.

g. Kesinambungan pelayanan: pasien selalu mendapatkan pelayanan yang dibutuhkannya

tanpa terputus termasuk rujukannya. Misalnya pelayanan K1 ibu hamil, tindaklanjut pasca-

perawatan di RS.

h. Keamanan: meminimalkan resiko-resiko trauma, infeksi dan efek yang membahayakan

lainnya yang diberikan.

i. Kenyamanan; sarana pelayanan kesehatan dapat memberikan kenyamanan kepada pasien,

termasuk kebersihan, waktu tunggu.

j. Informasi: mampu menjelaskan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelayanan

kesehatan.

k. Ketepatan waktu: diselenggarakan dalam waktu yang tepat, misalnya jam buka dan jam

tutup Puskesmas harus tepat waktu,.

m Indikator

Indikator adalah tolok ukur yang menunjukkan tercapai atau tidaknya suatu standar

pelayanan kesehatan.

Dibedakan atas 2 (dua) macam indikator:

Page 7: Sistem penjaminan mutu

1. Indikator Persyaratan Minimal, untuk mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi mutu

pelayanan kesehatan (penyebab), terdiri atas:

c. Indikator masukan: tenaga, dana, pedoman, sarana dan prasarana

d. Indikator lingkungan: kebijakan, UU, organisasi dan manajemen fasilitas pelayanan

kesehatan

e. Indikator proses: tindakan medis dan non medis yang dikerjakan dalam memberikan

pelayanan (alur kerja, praktek, perilaku pelayanaan).

2. Indikator Penampilan Minimal/Indikator Keluaran, indikator ini mengukur mutu pelayanan

kesehatan (akibat), baik bersifat medik ataupun non medik..

n. Daftar Tilik

Adalah suatu instrumen yang berisi kegiatan atau variabel yang dianggap penting, dapat

diamati dan diukur.

o. Manfaat Program Jaminan Mutu

Penerapan the best practices (memberikan pelayanan kesehatan terbaik) yang

diselenggarakan sesuai dengan standar profesi dan etika profesi) menghindarkan efek

samping, komplikasi, malpraktek, tuntutan yuridis masyarakat serta dapat mewujudkan

pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat yang selalu

berubah dan meningkat (kepuasan pelanggan).

D. RUANG LINGKUP KEGIATAN

1. Membangun Kesadaran Mutu

Merupakan upaya penggeseran cara pandang peran dan fungsi organisasi pelayanan

kesehatan dari ”memberii obat” ke ”melayani pasien”, dari ”pemeriksaan cepat” ke

”pemeriksaan sesuai standar”, dari ”pekerjaan saya” ke ” pekerjaan kita” dan dari *pelayanan

yang tidak ramah” menjadi pelayanan yang ramah dan penuh senyum”. Petugas organisasi

pelayanan kesehatan harus mendapat keyakinan bahwa pendekatan Jaminan Mutu akan

memberikan perubahan yang bermakna bagi kualitas pelayanan yang diberikan dan bersama-

sama dalam satu tim mampu mengidentifikasi masalah di l;ingkungan pelayanan dan

kemudian mencarikan jalan terbaik bagi pemecahan masalah tersebut.

2. Pembentukan Tim Jaminan Mutu

Berdasarkan Surat Keputusan kepala organisasi pelayanan kesehatan dan mendapat

Page 8: Sistem penjaminan mutu

dukunghan dari kepala organisasi tersebut dan petugas lainnya. Tim Jaminan Mutu dapat

terdiri dari sub-tim yang mempunyai fungsi tertentu: sub-tim pembuatan standar, sub-tim

pelaksanaan dan sub-tim penilaian kepatuhan terhadap standar dan evaluasi.Tim Jaminan

Mutu harus mendapatkan pelatihan tentang jaminan mutu. Jumlah anggota tim atau sub-tim

dapat berkisar 4-5 orang.

3. Pembuatan Alur Kerja dan Standar Pelayanan

Alur pelayanan ditempel di dinding agar mudah diketahui dan sebagai penunjuk jalan bagi

pasien maupun pengunjung unit pelayanan kesehatan.

Alur kerja: loket, alur keja pelayanan, laborsatorium, apotik, dan lain sebagainya yang dibuat

dalam bentuk skema, dibingkai dan ditempel di masing-masing ruang pelayanan terkait serta

terlihat oleh petugas. Pembuatan alur kerja ini sekaligus dapat diikuti dengan identifikasi

berbagai hambatan/kendala yang membuat alur kerja ini tidak jalan atau membutuhkan waktu

yang lama.

Standar pelayanan medik yang penting dibuat dalam bentuk algoritme medik, misalnya

styandar penatalaksanaan diare, penatalaksanaan demam pada anak, penatalaksanaan anak

dengan batuk dan kesulitan bernafas, penatalaksanaan pasien TB paru, dan lain-lain.

4. Penilaian Kepatuhan Terhadap Standar

Untuk menilai tingkat kepatuhan, digunakan daftar tilik penilaian yang telah disiapkan

terlebih dahulu. Penilaian tingkat kepatuhan dilakukan oleh rekan kerja dari unit pelayanan

kesehatan lain (peer review) atau sejawat dari unit pelayanan yang sama tetapi harus dijaga

kerahasiaan rekan yang ditunjuk sebagai penilai ataupun supervisor dari Dinas Kesehatan

Kabupaten.

Sesuai dengan kegunaannya daftar tilik dipakai untuk mengukur kelengkapan sarana dan

prasarana, pengetahuan pemberi pelayanan, standar kompetensi teknis petugas dan persepsi

penerima pelayanan.

5. Penyampaian Hasil Kegiatan

Data temuan yang terkumpul diolah dan dianalisa untuk kemudian disajikan dalam

Lokakarya Mini oraganisasi/unit pelayanan. Jika nilai tingkat lkepatuhan di bawah 80% maka

keadaan ini perlu diperbaiki dengan melakukan intervensi terhadap penyebab rendahnya

tingkat kepatuhan terhadap standar.

Page 9: Sistem penjaminan mutu

6. Survei Pelanggan

Dilakukan secara sederhana dengan membuat kuesioner kemudian dibagikan kepada

pasien/klien sambil diminta untuk diisi dan segera mengembalikannya pada kotak yang

tersedia di Puskesmas.

Jika ditemukan lebih darei 5% pasien/klien tidak puas, perlu dilakukan tindakan segera untuk

mengetahui sebab-seba kertidakpuasan pasien, misalnya melalui studi kualitatif (disklusio

kelompok atau wawancara mendalam) atau menggunakan kuesioner terstruktur melalui

wawancara langsung kepada pasien/klien

7. Penyusunan Rencana Kegiatan

Sebelumnya tim jaminan mutu secara bersama-sama melakukan analisis permasalahan

melalui siklus pemecahan masalah yanmg terdiri dari:

i. Identifikasi masalah

ii. Penentuan prioritas masalah

iii. Mencari penyebab masalah

iv. Mencari alternatif pemecahan masalah

v. Menetapkan pemecahan masalah

vi. Menyusun rencana kegiatan pemecahan masalah.

PoA antara lain berisi:

Penanggungjawab pelaksana kegiatan: membuat alat bantu kerja.

Pendekatan yang digunakan untuk meningkatkan kepatuhan: kalakarya

Melengkapi sarana yang kurang: realokasi atau pengaturan

Cara pemantauan kemajuan pelaksanaan kegiatan

Dari pengalaman ini Puskesmas akan mengerti bahwa mutu itu dapat ditingkatkan oleh

petugas Puskjesm,as secara mandiri, tanpa bantuan dari luar dan dengan menggunakan cara

yang sederhana hingga ke cara yang lebih kompleks.

Untuk mempermudah proses pemecahan masalah, beberapa instrumen mutu sederhana dapat

digunakan, misalnya:

i. Curah pendapat (brain storming), untuk menggali berbagai alternatif pemecahan masalah

dan solusinya;

ii. Muliple Criteria Utility Assessment (MCUA), untuk pengambilan keputusan bersama;

Page 10: Sistem penjaminan mutu

iii. Check List

iv. Diagram alur (flowchart) untuk menjelaskan komponen yang terlibat dalam proses;

v. Diagram Ishikawa (diagram tulang ikan) untukn menggali kemingkinan penyebab.

vi. Data matrik.

8. Pemantauan dan Supervisi

Kunjungan penyelia (supervisor) kabupaten/kota untuk berkunjung secara berkala (1-3 bulan

sekali) ke Puskesmas untuk memantau status kegiatan jaminan mutu di suatu Puskesmas.

Beberapa masalah yang ditemui dapat diatasi dengan perbaikan proses pelaksanaan, akan

tetapi dapat pula terjadi masalah yang ditemui hanya bisa diatasi dengan bantuan sarana-

prasarana dari kabupaten/kota, bahkan mungkin diperlukan bantuan teknis dari propinsi atau

arah kebijakan dari pemerintah pusat.

Keberhasilan kegiatan pemantauan dan supervisi sangat tergantung pada konsistensi kegiatan

(teratur, taat azas serta berkesinambungan), kapasitas (pengetahuan dan ketrampilan)

penyelia untuk memberikan bantuan teknis, daftar tilik pemantauan, data status kegiatan dan

adanya dukungan kepala unit organisasi dan Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota untuk

mengatasi masalah/hambatan yang muncul.

9. Evaluasi

Evaluasi dilakukan pada akhir siklus kerja tim jaminan mutu (3-6 bulan).

Pada akhir tahun, Tim Jaminan Mutu Puskesmas melakukan Penilaian Kinerja Jaminan Mutu

yang telah dilakukan bertempat di aula Dinas Kesehatan Kabupaten/kota. Bahan presentasi

mencakup pencapaian program terhadap indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dan

penyampaian identifikasi proses pembelajaran atas pelaksanaan kegiatan selama ini serta

rekomendasi/saran tindaklanjut. Keberhasilan suatu organisasi pelayanan menjalankan suatu

kegiatan dapat menumbuhkan inspirasi dan bahkan menjadi tolok banding (benchmarking)

oleh organisasi pelayanan lainnya untuk meniru/mencontoh dengan melakukan kunjungan

lapangan ke organisasi pelayananyang telah berhasil tersebut.

E. TAHAP-TAHAP PELAKSANAAN JAMINAN MUTU

1. Tahap Pelaksanaan Analisis Sistem dan Supervisi

Page 11: Sistem penjaminan mutu

a) Cara pelaksanaan analisis sistem/supervisi dengan cara Peer Review (ulasbalik

kesejawatan).dengamn mengikuti cara perputaran Robin.

Pengamatan tingkat kepatuhan dilakukan oleh sejawat yang sama dari Puskesmas lain

menggunakan instrumen berupa Daftar Tilik (checklist).

Daftar Tilik berisi item-item yang harus dilaksanakan oleh petugas kesehatan dalam

memberikan pelayanan kesehatan. Analisis Sistem merupakan suatu audit atau penilaian

terhadap mutu pelayanan kesehatan, adapun penilaian meliputi beberapa aspek:

1) Kepatuhan terhadap standar

Pengamatan dilakukan untuk menilai kepatuhan petugas terhadap standar yang ada dalam

memberikan pelayanan kesehatan.

Cara supervisor memeriksa kepatuhan terhadap standar:

• Ambil secara acak masing-masing 3 Catatan Medik pasien yang relevan dan telah

dilaksanakan pengukuran terhadap standar.

• Periksa Catatan Medik tersebut dan catat hasil temuan pada kolom yang tersedia.

Kecenderungan dari beberapa petugas kesehatan yang mematuhi Daftar Tilik artinya

melakukan semua yang terdapat di dalam Daftar Tilik, akan tetapi tidak mematuhi Standar.

Contohnya: poetugas kesehatan mungkin telah menanyakan semua pertanyaan yang

menyangkut anamnesis dan melakukan pemeriksaan terhadap geejala klinik, tetapi salah

melaakukan klasifikasi/diagnosis atau salah memberikan pengobatan. Sebagai akibnatnya

dapat terjadi persepsi/anggapan yang keliru tentang Jaminan Mutu, yaitu petufgas Puskesmas

menganggap Jaminan Mutu adalah Daftar Tilik.

2) Pengetahuan Petugas Puskesmas

Selain pengamatan, juga akanm dilakukan wawancara oleh pengamat tentang pengetahuan

petugas yang diamati, menggunakan alat bantu berupa Daftar Tilik.

3) Pengetahuan Pasien

Wawancara juga dilakukan terhadap pasien/pengantar untuk mengetahui pengetahuan mereka

tentang penyakit atau pelayanan yang diberikan berhubungan dengan kunjungannya ke

Page 12: Sistem penjaminan mutu

Puskesmas. Wawancara dilakukan setelah pasien selesai mendapatkan pelayanan sewaktu

akan meninggalkan Puskesmas (exit interview) menggunakan instrumen Daftar Tilik.

4) Ketersediaan Sarana (Obat dan Alat)

Dilakukan pengamatan ketersediaan alat dan obat yangg mendukung pelayanan kesehatan

yang bersangkutan, menggunakan instrumen berupa Daftar Tilik.

Pengisian Daftar Tilik cukup dengan memberikan tanda ’v’ pada kotak yang tersedia sesuai

dengan hasil pengamatan dan jawaban.

Daftar Tilik terdiri dari 4 bagian yaitu:

1. Pengamatan langsung (tehadap pelaksana): teknik bekerja, pencatatan (kartu status)

2. Wawancara tehadap pengantar/pasien

3. Wawancara petugas

4. Pengamatan sarana/alat esensial.

b) Area Pelayanan yang dilakukan pengamatan

Area Pelayanann Kesehatan Dasar penting adalah: Pelayanan Antenatal, Batuk dan Kesulitan

Bernafas, Imunisasi.

Untuk selanjutnya Puskesmas akan melakukan pengamatan untuk area lainnya sesuai dengan

prioritas (kondisi) setempat.

c) Pelaksana

Empat atau lima petugas kesehatan dalam satu organisasi, biasanya terdiri dari seorang

dokter, bidan, perawat, tenaga gizi dan atau Jurim yang telah mendapat Pelatihan Analisis

Sistem, sehingga mereka terampil dalam menggunakan Daftar Tilik untuk melakukan

pengamatan langsung terhadap petugas. Pelayanan kesehatan yang sedang dilakukan harus

telah berdasarkan suatu Standar Pelayanan yang telah disepakati.

d) Jumlah sampel

Untuk setiap area akan dikumpulkan sejumlah 25 kasus. Ada kalanya setelah melakukan

pengamatan selama 5-6 hari dalam kutrun waktu dua minggu, tetapi tidak terkumpul 25

kasus, maka pengamatannya dihentikan, dan data yang akan digunakan cukup dengan jumlah

yang sudah terkumpul saja.

Page 13: Sistem penjaminan mutu

e) Cara melakukan pengumpulan data

1) Pengamatan Langsung

2) Wawancara terhadap petugas Puskesmas yang diamati

3) Wawancara dengan pasien/klien

4) Ketersediaan Peralatan Essensial

.

f) Jumlah petugas yang diamati

Tujuan pengamatan ialah menentukan Tingkat Kepatuhan Puskesmas, maka pengamatan

dilakukan terhadap sebanyak mungkin petugas Puskesmas (jika Petugas Puskesmas lebih dari

seorang), kecuali dokter, kalau dokter hanya seorang saja. Diupayakan melakukan

pengamatan seproposional mungkin dengan jumlah pasien yang diperiksa oleh petugas

kesehatan yang diamati.

g) Pengolajhan dan analisa

Data yang terkumpul dibuat tabulasi, kemudian dihitung tingkat kepatuhan/tingkat

pengetahuan/tingkat kelengkapan sarana dengan mempergunakan rumus sebagai berikut:

Tingkat kepatuhan = Jumlah Ya

Jumlah (Ya + Tidak)

h) Penyusunanm Rencana Kegiatan atau Plan of Action

Organisasi pelayanan kesehatan tetangga yang melakukan pengamatan, setelah mengolah

data akan memberikan umpan balik kepada unit pelayanan yang diamati. Umpan balik

tersebut diberikan pada Lokakarya di tingkat kabupaten.

Setelah menerima umpan balik tersebut, maka Puskesmas segera membuat suatu Rencana

Kegiatan atau Plan of Action (PoA) untuk meningkatkan Tingkat Kepatuhan Petugas

terhadap Standar, tingkat pengetahuan serta tingkat kelengkapan sarana, sehingga menjadi

sekurang-kurangnya 80%.

PoA tersebut antara lain berisi: penanggungjawab untuk melaksanakan kegiatan, pendekatan

yang digunakan untuk meningkatkan kepatuhan dan cara pemantauan kemajuan pelaksanaan

kegiatan. Contoh:

1) membuat job aid yang dapat dipergunakan sebagai alat Bantu bagi petugas agar selalu

Page 14: Sistem penjaminan mutu

ingat standar pelayanan.

2) Melakukan kalakarya (on the job training) untuk meningkatkan ketrampuilan dan

pengetahuan petugas.

3) Melengkapi sarana yang masih kurang dengan cara realokasi atau pengaturan.

i) Pemantauan dan Supervisi

Selama organisasi pelayanan melaksanakan rencana kegiatan (PoA) maka diharapkan

Supervisor kabupaten/kota akan sering berkunjung ke organisasi pelayanan untuk membantu

petugas kesehatan meningkatkan Tingkat Kepatuhan terhadap Standar.

Selain oleh Supervisor kabupaten/kota, maka kepala organisasi pelayanan juga harus

memantau petugas Puskesmas.

Ada dua hal yang harus menjadi perhatian Supervisor, yaitu:

i. Apakah petugas Puskesmas mematuhi Standar? Apakah semua kegiatan yang terdapat di

dalam Standar dikerjakan?

ii. Apakah petugas Puskesmas melaksanakan Standar dengan benar? Misalnya di dalam

Standar menyebutkan harus mengukur tekanan darah, pengamat akan melihat petugas yang

diamati melakukan pengukurasn tekanan darah secara tepat dan benar.

Evaluasi

Tiga sampai enam bulan setelah ulasbalik kesejawatan yang pertama dilakukan lagi ulasbalik

kesejawatan yang kedua, dengan cara dan instrumen yang sama, tetapi cukup dengan

mengumpulkan 12 pengamatan. Penyajian data sama dengan ulasbalik kesejawatan yang

pertama. Tingkat kepatuhan/pengetahuan/ketersediaan sarana yang diperoleh pada peer

review pertama (25 kasus) dibandingkan dengan hasil peer review kedua (12 kasus) dan

diharapkan terjadi peningkatan tingkat kepatuhannya.

2 .Tahap Pelaksanaan Pendekatan Tim dalam Pemecahan Masalah

Pendekatan Tim sudah dimulai sejak saat Jaminan Mutu mulai dilaksanakan. Pendekatan Tim

dalam Pemecahan Masalah adalah suatu pendekatan untuk memecahkan masalah, dalam hal

ini adalah masalah mutu pelayanan (masalah kompleks), yang terjadi di dalam organisasi

pelayanan secara tim dengan mengikuti langkah- langkah dalam siklus pemecahan masalah

(Problem Solving Cycle) dan mempergunakan alat-alat pemecahan masdalah (Quality

Improvement Tool) serta berdasarkan data. Istilah masalah kompleks yang ditujukan terhadap

masalah Keluaran yaitu outcome dan output pelayanan kesehatan. Kepuasan pasien adalah

keluaran, maka masalah tentang kepuasan pasien akan dilihat sebagai mutu pelayanan.

Page 15: Sistem penjaminan mutu

Kompleksitas masalah itu dapat terjadi dalam berbagai bentuk, antara lain sebagai berikut:

a. Besaran atau magnitude suatu masalah yang kompleks lebih sulit ditentukan;

b. Penyebab masalah yang kompleks lebih sulit diketahui atau dimengerti;

c. Pengumpulan data harus dilakukan untuk mengidentifikasi penyebabn suatu masalah yang

kompleks;

d. Suatu intervensi khusus diperlukan untuk menghilangkan penyebab masalahnya;

e. Diperlukan suatu pemantauan khusus terhadap kemajuan pelaksanaan pemecahan masalah

untukm menentukan apakah masalah kompleks tersebut telah dapat dipecahkan.

Diharapkan organisasi pelayanan dapat memecahkan masalah mutu dua atau tiga dalam

setahun. Proses pemecahan masalah dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 3 bulan. Dimana

pemecahan masalah tersebut, apabila menurut hasil evaluasi dinilai berhasil, akan menjadi

SOP organisasi pelayanan untuk kegiatan yang bersangkutan. Sehingga dengan ini

diharapkan organisasi dapat memberikan pelayanan berdasarkan SOP dengan mutu yang

terjamin serta hasil sesuai dengan yang diharapkan, baik oleh pengguna, pelaksana maupun

pimpinan. Yang penting adalah nahwa Puskesmas selalu bekerja dalam menemukan dan

memecahkan masalah yang kompleks tanpa henti-hentinya.

Cara menjaga kelansungan Jaminan Mutu di Puskesmas adalah:

b) Mempertahankan tingkat kepatuhan terhadap standar, dalam arti profesionalisme petugas

dalam memberikan pelayanan tetap memegang ‘best practice’, antara lain dengan upaya:

c) Mengintegrasikan Jaminan mutu ke dalam sistem manajemen Puskesmas yang telah ada

yaitu Perencanaan Tingkat Puskesmas, Lokakarya Mini Puskesmas dan Penilaian Kinerja

Puskersmas dengan cara:

• Identifikasi masalah melalui Penilaian Kinerja

• Proses pemecahan masalah melalui PTP

• Evaluasi dan monitoring melalui Lokakarya Mini Puskesmas.