SISTEM PENCERNAAN SAPI.docx
-
Upload
andi-ci-peano -
Category
Documents
-
view
56 -
download
5
description
Transcript of SISTEM PENCERNAAN SAPI.docx
NUTRISI TERNAK DASAR
“ SISTEM PENCERNAAN DAN PENYERAPAN SAPI ”
Oleh:
Nama : Andi Cahyono
Nim : H 0512011
JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
SISTEM PENCERNAAN dan PENYERAPAN SAPI
Sapi merupakan ternak yang dapat digolongkan sebagai hewan pemamah biak
(Ruminansia). Ternak ruminansia memiliki susunan alat pencernaan yang terdiri dari mulut,
esophagus, rumen, reticulum, omasum, obamasum, usus halus, usus besar, dan kolonanus.
Ruminansia memilikikemampuan yang tidak dimiliki ternak lain karena ruminansia mampu
mengembalikan pakannya dari retikulo-rumen ke mulut (regurtgitasi) untuk dimamah/dikunyah
kembali. Proses ini disebut ruminansi.
A. Pencernaan pada rongga mulutPencernaan yang terjadi di rongga mulut adalah pencernaan secara mekanik yang
dilakukan oleh gigi dengan bantuan otot-otot yang ada disekitar mulut. Proses ini dimulai
dari dari rumput masuk ke dalam mulut sapi kemudian oleh gigi seri dijepit dan digigit dan
direnggut oleh lidah kemudian dikunyah oleh gigi geraham untuk menggiling dan menggilas
diding tumbuhan. Ternak ruminansia mengunyah pakannya dengan mencampurkan sejumlah
air liurnya yang dihasilkan oleh kelenjar saliva. Saliva sapi disekresikan dengan kecepatan 75
– 100 liter per hari. Sekresi ini dipengaruhi oleh bentuk fisik pakan, kandungan bahan kering,
volume cairan isi perut dan stimulasi psikologis.
Selain pencernaan secara mekanik, di dalam rongga mulut juga terjadi pencernaan
secara kimia dengan melibatkan enzim yakni mengurai bahan makanan secara unsure dan
molekul atau kandungan kimianya, nilai gizi di dalamnya yang kompleks yersusun dari
berbagai unsure kimiawi akan terurai menjadi bentuk halus atau molekul yang lebih
sederhana. Enzim-enzim yang dihasilkan rongga mulut dihasilkan dari sejumlah kelenjar
ludah, terdapat 3 kelenjar ludah yaitu kelenjar parotis, submandibularis, dan sublingualis. Air
liur mengandung enzim ptyalin (amylase ludah), yakni enzim yang mengurai karbohidrat
polisakarida (amilum) menjadi maltose (disakarida). Air liur pHnya ± 6,7.
B. Pencernaan pada esophagusEsofagus merupakan saluran penghubung antara rongga mulut dengan lambung. Di
sini tidak terjadi proses pencernaan. Esofagus pada sapi sangat pendek dan lebar, serta lebih
mampu membesar (berdilatasi). Esofagus berdinding tipis dan panjangnya bervariasi,
diperkirakan sekitar 5 cm. adanya mukosa yang dihasilkan di esophagus juga mempermudah
[roses mendorong bolus kea rah lambung, sehingga bolus akan lebih licin, selain itu mucus
akan membuat resiko gesekan berkurang dengan licinnya permukaan, membuatnya dapat
meregang untuk menampung makanan dan air sebanyak kurang lebih 2 liter.
C. Pencernaan pada Rumen
Rumen berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang ditelan. Setelah
rumen cukup terisi makanan, sapi beristirahat. Di dalam rumen terdapat populasi bakteri dan
Protozoa. Mikroorganisme tersebut menghasilkan enzim yang menguraikan polisakarida,
misalnya enzim: hidrolase, amilase, oligosakharase, glikosidase, dan enzim selulase yang
berfungsi untuk menguraikan selulosa. Selain itu juga terdapat enzim yang menguraikan
protein, yaitu enzim proteolitik; dan enzim pencerna lemak. Cairan retikulo rumen
mengandung bakteri dan protozoa. Di dalam rumen terdapat populasi mikroba yang cukup
banyak jumlahnya.Mikroba rumen dapat dibagi dalam tiga grup utama yaitu bakteri,
protozoa dan fungi (Czerkawski, 1986). Kehadiran fungi di dalam rumen diakui sangat
bermanfaat bagi pencernaan pakan serat, karena dia membentuk koloni pada jaringan
selulosa pakan. Rizoid fungi tumbuh jauh menembus dinding sel tanaman sehingga pakan
lebih terbuka untuk dicerna oleh enzim bakteri rumen.
Bakteri rumen dapat diklasifikasikan berdasarkan substrat utama yang digunakan,
karena sulit mengklasifikasikan berdasarkan morfologinya. Kebalikannya protozoa
diklasifikasikan berdasarkan morfologinya sebab mudahdilihat berdasarkan penyebaran
silianya. Beberapa jenis bakteri yang dilaporkanoleh Hungate (1966) adalah : (a) bakteri
pencerna selulosa (Bakteroidessuccinogenes, Ruminococcus flavafaciens, Ruminococcus
albus, Butyrifibriofibrisolvens), (b) bakteri pencerna hemiselulosa (Butyrivibrio
fibrisolvens,Bakteroides ruminocola, Ruminococcus sp), (c) bakteri pencerna
pati(Bakteroides ammylophilus, Streptococcus bovis, Succinnimonas amylolytica, (d) bakteri
pencerna gula (Triponema bryantii, Lactobasilus ruminus), (e) bakteri pencerna protein
(Clostridium sporogenus, Bacillus licheniformis). Protozoa rumen diklasifikasikan menurut
morfologinya yaitu: Holotrichs yang mempunyai silia hampir diseluruh tubuhnya dan
mencerna karbohidrat yangfermentabel, sedangkan Oligotrichs yang mempunyai silia sekitar
mulut umumnya merombak karbohidrat yang lebih sulit dicerna (Arora, 1989).
Konsentrasi bakteri kira-kira 109 tiap cc isi rumen, sedangkan jumlah protozoa
bervariasi kira-kira 105 sampai 106setiap cc. Jenis-jenis bakteri yang terdapat di dalam rumen
disajikan pada Tabel berikut :
Pencernaan microbial lebih penting terjadi pada ternak ruminansia, dimana memiliki
kemampuan mencerna bahan pakan berserat kasar tinggi pada rumennya. Pada ternak
ruminansia, pencernaan microbial mendahului pencernaan enzimatik.
D. Pencernaan pada Retikulum
Di dalam retikulum makanan diaduk-aduk kemudian dicampur dengan enzim yang
dihasilkan oleh bakteri yang ada, hingga akhirnya menjadi gumpalan-gumpalan yang masih
kasar (bolus). Pengadukan dilakukan oleh kontraksi otot dinding retikulum. Kemudian,
gumpalan makanan tersebut didorong kembali ke mulut (regurgitasi) untuk dikunyah lebih
sempurna (dimamah kedua kali), sambil beristirahat (Ruminansi). Proses regurgitasi dapat
terjadi karena Bagian-bagian pakan dari ruang depan (anterior) rumen, karena daya
vakum/hampa udara ditarik kembali ke esophagus dan mulut, bagian cair segera ditelan lagi
sedangkan bagian kasar (bolus) dikunyah ulang sebelum dimasukkan kembali ke dalam
rumen.
Para ahli telah menemukan bahwa bolus dikunyah ulang 40 sampai 50 kali sebelum
ditelan. Selanjutnya untuk waktu yang diperlukan dalam proses tersebut menurut beberapa
ahli bahwa pada sapi waktu untuk grazing 8 jam dan 8 jam untuk ruminansi. Setelah itu,
gumpalan makanan ditelan lagi masuk ke omasum melewati rumen dan retikulum.
E. Pencernaan pada Omasum
Omasum sering juga disebut dengan perut buku, karena permukaannya berbuku-buku.
PH omasum berkisar antara 5,2 sampai 6,5. Antara omasum dan abomasums terdapat lubang
yang disebut omaso abomasal orifice. - Letak : sebelah kanan (retikulum) garis median
(disebelah rusuk 7-11) - Bentuk : elips - Permukaan dalam berbentuk laminae → perut buku
(pada lamina terdapat papila untuk absorpsi) - Fungsi : grinder, filtering, fermentasi,
absorpsi6. Di dalam omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan
bercampur dengan bolus. Makanan dijadikan lebih halus lagi di omasum. Kadar air dari
gumpalan makanan dikurangi (terjadi absorpsi air), kemudian gumpalan makanan diteruskan
ke abomasum.
F. Pencernaan pada obamasum
Di dalam abomasum makanan dicernakan lagi dengan bantuan enzim dan asam
klorida. Abomasum merupakan perut yang sebenarnya, karena di sini terjadi pencernaan
sebenarnya secara kimiawi oleh enzim-enzim pencernaan. Enzim yang dikeluarkan oleh
dinding abomasum sama dengan yang terdapat pada lambung mamalia lain. Misalnya, enzim
pepsin merombak protein menjadi asam amino.
Asam klorida (HCl) selain mengaktifkan pepsinogen yang dikeluarkan dinding
abomasum, juga sebagai desinfektan (zat pembunuh bakteri, karena bakteri akan mati pada
pH yang sangat rendah). Namun, bakteri yang mati dapat dicerna menjadi sumber protein
bagi hewan memamah biak. Dengan demikian, hewan memamah biak tidak memerlukan
asam amino esensial seperti pada manusia. Kemudian, makanan yang telah halus dari ruang
abomasum didorong masuk ke usus halus. Di usus halus ini sari-sari makanan diserap dan
diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh. Selanjutnya sisa makanan keluar melalui anus.
Perhatikan sistem pencernaan sapi pada Gambar 6.25. Apabila sapi meminum air, lipatan
dinding antara rumen dan retikulum membentuk saluran yang menghubungkan mulut-
esofagus-omasum-abomasum. Keadaan yang demikian mengakibatkan air yang diminum
dapat langsung masuk ke abomasum.
G. Pencernaan pada usus halus
Usus halus memiliki panjang kurang lebihnya 6 meter pada manusia,usus halus (small
intestine) merupakan bagian dari sistempencernaan yang terpanjang.Pada organ ini
penyederhana-an zat yang kompleks akan dirubahdan diurai menjadi bentuk yang lebih
sederhana lagi daripada hasilpencernaan dari tahap-tahap sebelum-nya, dan sebagian besar
zat-zat tersebut diserap oleh darah yang ada di pembuluh kapiler yangtersebar di usus halus
ini dengan cara berdifusi, untuk selanjutnyadidistribusikan bagi seluruh bagian tubuh yang
membutuhkannya. Bagian-bagian dari usus halus sendiri terbagimenjadi 3 bagian, yakni
duodenum (usus 12 jari),jejenum (usus kosong), ileum (usus pe-nyerapan).Pada bagian
duodenum kim asam yang dihasilkandari lambung bercampur dengan getah pencernaandari
pankreas, hati, kandung empedu, dan sel-selkelenjar pada dinding sel usus halus itu sendiri.
Pada jejenum , makanan mengalami pencernaan secara kimiawi(dengan bantuan
enzim) yang dihasilkan dari dinding usus, teksturmakanan pada fase ini lebih encer dan
halus. Enzim-enzim yangdihasilkan pada usus halus meliputi :Enterokinase, berfungsi
mengaktifkan tripsinogen yang dihasilkanpankreas;Laktase, berfungsi mengubah laktosa
(semacam protein susu)menjadi glukosa;Erepsin atau dipeptidase, berfungsi mengubah
dipeptida atau pepton menjadi asam amino; Maltase, berfungsi mengubah maltosa menjadi
glukosa; Disakarase, berfungsi mengubah disakarida (gula yang memiliki lebih dari 1
monosakarida) menjadi monosakarida (suatu gugus gula yag paling sedrhana); Peptidase,
berfungsi mengubah polipeptida menjadi asam amino; Sukrase, berfungsi mengubah sukrosa
menjadi glukosa dan Lipase, berfungsi mengubah trigliserid menjadi asam lemak dan
fruktosa; gliserol Dalam ileum (usus usus penyerapan)terdapat banyak vili (lipatanatau
lekukan atau sering disebut jonjot usus). Vili berfungsimemperluas bidang penyerapan usus
halus sehingga penyerapanzat makanan akan lebih maksimal.
H. Pencernaan pada usus besar
Usus besar atau kolon memiliki panjang kurang lebih 1 meter dan terdiri atas
kolonascendens, kolon transversum, dan kolon descendens. Di antara intes-tinum tenue(usus
halus) dan intestinum crassum (usus besar) terdapat sekum (usus buntu).Pada ujung sekum
terdapat tonjolan kecil yang disebut appendiks (umbai cacing)yang berisi massa sel darah
putih yang berperan dalam imunitas.Zat-zat sisa di dalam usus besar ini didorong ke bagian
belakang dengan gerakanperistaltik. Zat-zat sisa ini masih mengandung banyak air dan garam
mineral yangdiperlukan oleh tubuh. Air dan garam mineral ke-mudian diabsorpsi kembali
olehdinding kolon, yaitu kolon ascendens. Zat-zat sisa berada dalam usus besar selama1
sampai dengan 4 hari. Pada saat itu terjadi proses pembusukan terhadap zat-zatsisa dengan
dibantu bakteri E. coli, yang mampu membentuk vitamin K dan B12.Selanjutnya dengan
gerakan peristaltik, zat-zat sisa ini terdorong sedikit demisedikitke saluran akhir dari
pencernaan yaitu rectum dan akhirnya keluar dengan prosesdefekasi melewati anus.
Defekasi diawali dengan terjadinya penggelembunganpada bagian rektum akibat
suatu rangsang yang disebutrefleks gastrokolik. Kemudian akibat adanya aktivitaskontraksi
rektum dan otot sfinkter yang berhubunganmengakibatkan terjadi-nya defekasi. Di dalam
usus besarini semua proses pencernaan telah selesai dengansempurna.