Sistem Pencernaan pada Ular

25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua organisme memerlukan suplai zat-zat penghasil energi, yang dikenal sebagai makanan, untuk meyediakan bahan bakar bagi kebutuhan fungsionalnya. Makanan mengandung berbagai zat-zat kimiawi yang kita sebut nutrien. Nutrien menyediakan zat-zat untuk produksi energi dan juga zat-zat stuktural untuk pertumbuhan serta penjagaan sel. Nutrien-nutrien utama meliputi karbohidrat, protein, dan lipid. Vitamin dan mineral diperlukan dalam jumlah yang lebih sedikit. Protein memiliki peranan struktural dan fungsional. Karbohidrat dan lipid merupakan penyedia energi utama, tetapi juga memiliki peran struktural, terutama dalam perakitan membran-membran (Piliang, 2006). Setiap hewan memiliki cara yang berbeda-beda untuk menangkap dan merobek-robek mangsanya. Seperti cara menangkap mangsa pada hewan dari kelas mamalia berbeda 1

description

Biologi Fungsi

Transcript of Sistem Pencernaan pada Ular

KELAS MAMMALIA

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahSemua organisme memerlukan suplai zat-zat penghasil energi, yang dikenal sebagai makanan, untuk meyediakan bahan bakar bagi kebutuhan fungsionalnya. Makanan mengandung berbagai zat-zat kimiawi yang kita sebut nutrien. Nutrien menyediakan zat-zat untuk produksi energi dan juga zat-zat stuktural untuk pertumbuhan serta penjagaan sel. Nutrien-nutrien utama meliputi karbohidrat, protein, dan lipid. Vitamin dan mineral diperlukan dalam jumlah yang lebih sedikit. Protein memiliki peranan struktural dan fungsional. Karbohidrat dan lipid merupakan penyedia energi utama, tetapi juga memiliki peran struktural, terutama dalam perakitan membran-membran (Piliang, 2006).Setiap hewan memiliki cara yang berbeda-beda untuk menangkap dan merobek-robek mangsanya. Seperti cara menangkap mangsa pada hewan dari kelas mamalia berbeda dengan hewan dari kelas reptilia. Hewan dari kelas reptilia contohnya ular menangkap mangsanya dengan menggunakan gigi taring yang mengandung bisa dan menelan mangsa secara utuh. Ular memiliki sensor kimia yang sangat tajam, meskipun tidak memiliki gendang telinga, ular sangat sensitif terhadap getaran di darat, sehingga membantu dalam mendeteksi pergerakan mangsa. Organ pendeteksi panas antara mata dan lubang hidung ular berbisa (pit viper), termasuk ular derik sangat sensitive terhadap perubahan suhu yang sangat kecil, sehingga perburuan pada malam hari mampu menemukan hewan yang bersuhu hangat. Ular berbisa menyuntikkan bisanya melalui sepasang gigi berlubang dan tajam atau gigi berlekuk. Lidah yang menjulur tidak berbahaya namun membantu mengipas bau ke arah organ penciuman pada atap mulut. Rahang yang bersambungan secara longgar memungkinkan sebagian besar ular menelan mangsanya yang lebih besar dari diameter ular itu sendiri (Campbell, 2000).Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut tentang sistem pencernaan yang terdapat pada ular.

B. Batasan MasalahBatasan masalah dalam penulisan makalah ini adalah :1. Pengertian sistem pencernaan2. Struktur dan fungsi sistem pencernaan pada ular.3. Proses pencernaan pada ular.

C. Tujuan PenulisanUntuk mengetahui pengertian dari sistem pencernaan, mendapatkan gambaran dan pengetahuan tentang struktur dan fungsi sistem pencernaan pada ular serta dapat mengetahui bagaimana proses pencernaan yang terjadi pada ular.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem PencernaanPencernaan merupakan proses kimia yang rumit dimana enzim khusus diperlukan untuk mengkatalisasis pencernaan molekul substansi makanan menjadi senyawa kimia yang sederhana dan berukuran kecil sehingga dapat dengan mudah menembus dinding usus menuju ke dalam darah. Pencernaan makanan bertujuan untuk mengubah subtansi makanan menjadi suatu bentuk yang ukurannya kecil dan dapat larut dalam air, sehingga dengan mudah menembus dinding usus dan dapat segera digunakan oleh sel untuk sintesis sel-sel baru, selain itu pencernaan makanan juga bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan adanya sifat anti genik dari substansi makanan terutama protein (Wulangi, 1993). Sistem pencernaan adalah rangkaian organ visceral dari kelenjar-kelenjar yang menghasilkan secret yang berfungsi untuk pencernaan, absorbsi dan metabolisme makanan. Sistem pencernaan ini meliputi beberapa tahapan, yaitu tahapan yang pertama pengolahan makanan dan tahapan kedua adalah proses perombakan makanan menjadi molekul-molekul yang cukup kecil sehingga dapat diserap oleh tubuh (Kurniati, 2009).

2.2 Struktur dan FungsiSama seperti sistem pencernaan hewan pada umumnya, sistem pencernaan pada ular juga terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaannya terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus dan kloaka. Dan kelenjar pencernaannya terdiri atas kelenjar ludah, pancreas dan hati. 2.2.1 MulutMulut ular telah mengalami adaptasi. Perubahan terjadi pada kelenjar dalam mulut dan kelenjar racun yang membantu dalam melumpuhkan mangsa dan menelan mangsanya. Kelenjar ludah yang ditemukan dalam ular meliputi: Palatine, lingual, sublingual dan kelenjar labia. Kelenjar ini membantu melembabkan mangsa untuk ditelan. Pada ular berbisa, seperti Water Moccasin, kelenjar racun merupakan modifikasi dari kelenjar labial. Kelenjar ini terletak di kedua sisi kepala dan leher. Pada bagian depan atau belakang rahang atas, ular berbisa memiliki dua gigi tajam yang cekung untuk memungkinkan racun dapat melewati. Setelah menyerang, ular memasukkan gigi taring pada mangsanya, racun diperas dari masing-masing kelenjar venom di bawah mata ke dalam saluran yang melewati kelenjar dimana senyawa racun akan dilepaskan dan racun akan keluar dari taring (Spellerberg, 1982). Pada ular yang tidak berbisa, gigi ular konstriktor, stasioner, taring panjang (beralur), gigi lipat mundur ke dalam mulut saat tidak digunakan jika tidak, ular akan menusuk bagian bawah mulutnya sendiri. Meskipun spesies ular berbisa hanya seperlima dari semua ular, masing-masing ular memiliki cairan racun khusus, berikut ini adalah tiga jenis yang paling penting dari racun yang ditemukan dalam bisa ular :a. Neurotoksin: Mempengaruhi sistem saraf dengan merusak pusat-pusat syaraf, seringkali menyebabkan pernapasan berhenti.b. Cardiotoxins: Otot-otot jantung memburuk, yang menyebabkan jantung berhenti berdenyut.c. Hemotoxins: Penyebab pembuluh darah pecah, yang mengakibatkan pendarahan internal yang luas Beberapa racun juga dapat mengakibatkan agglutinins, yang membekukan darah atau antikoagulan yang membuat darah berkurang. Kebanyakan ular memanfaatkan beberapa senyawa ini untuk efek gabungan mematikan. Beberapa ular menyerang mangsanya dengan cara penyempitan (Spellerberg, 1982). Berikut adalah gambar struktur dari rahang dan bisa ular.

Gambar 2.1. Struktur Gigi Taring dan Bisa Ular (Anonymous, 2014 a)2.2.2 KerongkonganKerongkongan berhubungan langsung dengan mulut ular yang disebut juga dengan buccal cavity. Hal ini menyebabkan kerongkongan/esophagus pada ular menjadi terbuka. Ular memiliki kerongkongan yang panjang dan dapat menutupi hingga setengah panjang tubuh. Kerongkongan ular memiliki lipatan lebih internal daripada reptil lain, yang memungkinkan untuk menelan mangsanya yang besar secara utuh. Gerakan peristaltik dalam kerongkongan menggerakkan makanan menuju perut (Lillywhite, 2014).2.2.3 LambungLambung adalah organ berbentuk j di mana sebagian besar pencernaan terjadi pada ular. Sel-sel perut mensekresikan enzim pencernaan dan asam lambung untuk menghancurkan protein/ breakdown proteins. Lambung mengeluarkan cairan pencernaan yang sangat kuat yang dapat melarutkan semua bagian dari mangsa kecuali untuk gigi dan rambut (pada mamalia). Semua bagian lain dari mangsa termasuk tulang dicerna (Spellerberg, 1982). Lambung merupakan bagian pertama (atau paling atas) yang diperluas dari bagian saluran pencernaan. Ukuran dindingnya diperluas untuk membantu mengakomodasi makanan besar selama periode awal pencernaan. Dalam beberapa kasus dimana beberapa mangsa berukuran besar dan panjang seperti ikan besar yang dimakan oleh seekor ular, setelah ditelan mangsa menggeliat dan hanya ditampung sebagian di dalam perut dan sebagian di dalam kerongkongan dan kemudian memasuki usus. Namun, dari dua bagian tersebut, hanya perut yang memiliki kapasitas untuk mencerna. Ketika perut tidak buncit dengan makanan, dinding rileks ke dalam lipatan yang disebut rugae. Lipatan ini umumnya terdiri dari jaringan yang relatif lebih tebal dari kerongkongan yang membantu untuk menggambarkan bagian perut dari saluran pencernaan (Stevens & Ian, 1995).

Gambar 2.2. Bentuk Lambung Ular (Stevens & Ian, 1995).2.2.4 UsusUsus adalah segmen yang sangat penting, yang mana dari usus pencernaan akhir dari makanan terjadi dan produk yang dihasilkan diserap ke dalam sirkulasi darah. Usus terdiri dari dua wilayah utama, usus kecil anterior dan segmen posterior yang lebih besar yang disebut usus besar. Usus besar jauh lebih pendek daripada usus kecil dan biasanya memiliki diameter yang lebih besar (Lillywhite, 2014).

2.2.4.1 Usus KecilUsus kecil berbentuk tabung melingkar yang panjang dan sempit di mana absorbansi/absorbance nutrisi berlangsung. Usus kecil dibagi menjadi tiga wilayah, yaitu: duodenum, ileum dan jejunum (Spellerberg, 1982). Menurut Lillywhite (2014), permukaan mukosa usus beruang-ruang, sehingga banyak terdapat struktur fingerlike yang disebut dengan villi (tunggal: villus) dan sel-sel mukosa yang menutupi permukaan setiap Vili ditutupi dengan berbagai proyeksi yang lebih kecil, yang disebut microvili. Secara kolektif ini sangat memperbesar luas permukaan penyerapan chime di dalam lumen .Gambar 2.3. Struktur Usus Halus (Lillywhite, 2014)

2.2.4.2 Usus BesarUsus besar adalah bagian yang paling berotot dan memiliki struktur dinding yang sangat tipis dari sistem pencernaan ular. Usus besar ini melewati ruang cloacae/ cloacae chamber (Spellerberg, 1982).2.2.5 HatiHati mengeluarkan empedu, yang disimpan dalam kantung empedu dan disampaikan oleh saluran ke usus, di mana ia berfungsi untuk mengemulsi lemak. Hati juga berfungsi dalam membuang air limbah nitrogen, menyimpan nutrisi, memproduksi empedu, dan mengeluarkan enzim pencernaan ke dalam duodenum dari usus kecil (Goin, 1962). 2.2.6 Pankreas Lokasi dan fungsi pankreas mirip dengan hewan lain. Pankreas menghasilkan insulin dan glikogen, juga menghasilkan enzim pencernaan seperti lipase, protease dan karbohidrase lalu mengeluarkannya ke duodenum (Goin, 1962).2.2.7 KloakaMenurut Spellerberg (1982), Rektum membuka ke kloaka, yang akhirnya, membuka ke dalam lubang pembukaan ke luar tubuh. Kloaka memainkan peran penting dalam reabsorpsi air. Kloaka memiliki ruang (cloacae chamber) yang dibagi menjadi:a. Copradaeum untuk menerima kotoran.b. Urodaeum untuk urin dan produk dari organ kelamin. Berikut adalah gambaran umum dari struktur sistem pencernaan yang terdapat pada ular.

Gambar 2.4. Struktur Sistem Pencernaan Ular (Anonymous, 2014 b)

2.3 Proses Pencernaan Pada UlarMeskipun spesies ular memiliki metode yang berbeda untuk menemukan dan menangkap mangsa, pada dasarnya semua ular makan dengan cara yang sama. Rahang dibuka dengan lebar sehingga memungkinkan ular untuk memangsa hewan dari ukuran yang jauh lebih besar dari ukuran tubuhnya dan menelannya secara utuh. Rahang atas ular melekat pada otot-otot, ligamen dan tendon di tempurung otaknya. Rahang atas terhubung ke rahang bawah dengan tulang kuadrat, yang bekerja seperti engsel bersendi ganda yang membuat rahang bawah bisa terkilir, sehingga mulut untuk membuka selebar 150 derajat. Selain itu, tulang yang membentuk sisi rahang tidak menyatu bersama-sama di depan seperti dagu manusia, melainkan dihubungkan oleh jaringan otot, yang memungkinkan masing-masing rahang untuk memisahkan dan bergerak secara independen satu sama lain. Semua fleksibilitas ini sangat berguna ketika ular menangkap mangsa yang lebih besar dari kepalanya. Kepalanya dapat meregang untuk mengakomodasi hal tersebut (Badger & John, 1999).

Gambar 2.5 Struktur Rahang Ular (Anonymous, 2014 a)Setelah ular siap untuk makan, ular akan membuka mulutnya lebar-lebar dan mangsa mulai "berjalan" pada rahang bawah. Gigi yang melengkung ke belakang memegang hewan mangsa pada satu sisi rahang dan menariknya, sementara sisi lain bergerak maju untuk gigitan berikutnya. Setelah ular memastikan hewan dalam cengkeraman rahang, ular akan menggulung tubuhnya di sekitar mangsa. Ketika hewan menghembuskan nafas, udara dibiarkan keluar dari rongga tubuhnya, otot-otot ular akan berkontraksi untuk mengencangkan gulungan, meremas tubuh sehingga hewan tidak bisa bernapas lagi. Meskipun tekanan ini mencekik mangsa dengan mengompresi paru-paru, namun juga dapat memiliki efek yang sama pada jantung sehingga dapat mempercepat kematian secara signifikan (Pough, et al., 2009).(a) (b)Gambar 2.6. Ular yang sedang Memangsa. (a) Ular Elachistodon westermanni yang sedang Menelan Telur dan (b) Ular Anaconda Hijau (Eunectes murinus) yang sedang Menelan Rusa (Lillywhite, 2014).

Beberapa ular telah mengembangkan kemampuan untuk menginjeksi racun ke dalam mangsa untuk membunuh atau menaklukkan binatang sebelum memakannya. Beberapa racun bahkan memberikan proses pada awal pencernaan. Dengan adanya alat yang berupa taring, ular memiliki cara yang efektif untuk menginjeksi racun ke dalam sistem hewan. Kemudian ular membasahi mangsa dengan air liur dan akhirnya menariknya ke kerongkongan. Dari kerongkongan, ular menggunakan otot secara bersamaan untuk menghancurkan mangsa dan mendorongnya lebih dalam ke saluran pencernaan, di mana makanan tersebut akan dipecah menjadi nutrisi (Badger, & John, 1999).Mangsa yang tertelan melewati kerongkongan dan masuk ke dalam perut. Dinding bagian dalam perut dilapisi oleh jaringan epitel glandular dan ditandai oleh adanya kelenjar lambung. Berbagai kelenjar lambung ini mengeluarkan lendir, asam klorida atau enzim proteolitik. Enzim mencerna makanan dengan bantuan media asam. Makanan akhirnya menjadi encer seperti sup cair dan sebagian dicerna (digesta) sebelum memasuki usus. Bagian terbawah dari perut yang memenuhi usus disebut pilorus dan masuknya chyme ke usus diatur oleh katup pilorus. Makanan kemudian melewati katup pilorus dan masuk ke dalam usus kecil (Lillywhite, 2014). pH lambung yang dipertahankan selama proses pencernaan berkisar 1,5-4. setelah makanan meninggalkan perut ular pH meningkat menjadi sekitar 7-7,5. Lamanya waktu produksi asam lambung dan fungsi enzim tergantung dari suhu tubuh baik ukuran dan komposisi makan. Durasi sekresi pH lambung dan enzim meningkat dengan ukuran dan komposisi struktural makanan. Pencernaan yang berkepanjangan pada suhu yang lebih rendah akan melambat atau berhenti sama sekali jika suhu turun di bawah 10 oC (Lillywhite, 2014).Pada membran mikrovili usus telah tertanam enzim yang bertindak tegas pada bagian lokal mikrovili. Bagian anterior dari usus juga menerima enzim pencernaan melalui saluran kecil yang menyampaikan enzim dari pankreas. Secara kolektif berbagai sekresi menetralisir asam terdapat pada perut, memecah lemak terpisah, dan selanjutnya mencerna chyme di dalam lumen usus. Karena ular adalah karnivora, banyak dari enzim-enzim baik di perut dan protease di usus yang berperan untuk mencerna protein (Lillywhite, 2014). Chyme yang hancur, bercampur, dan berpindah ke arah posterior yang disebabkan oleh gerakan peristaltik otot polos di dinding usus. Susunan otot-otot ini melibatkan lapisan dalam melingkar dan lapisan luar yang longitudinal. Kontraksi lapisan melingkar dan relaksasi simultan lapisan membujur mengkonstriksi dan memanjangkan tabung usus. Relaksasi yang bergantian dari lapisan melingkar dikoordinasikan dengan aktif memendekkan lapisan longitudinal yang memperpendek tabung usus (Lillywhite, 2014).Setelah fase pencernaan asam dan pencampuran terjadi di usus kecil, penyerapan produk pencernaan, termasuk air, sebagian besar terjadi di dalam usus besar. Bagian-bagian yang tidak tercerna berpadu dengan bagian yang tidak terserap dibentuk menjadi kotoran, yang menjadi semakin lebih solid dalam komposisinya karena penyerapan air oleh usus. Kotoran juga mengandung sejumlah besar bakteri yang diwariskan dari bagian atas dari usus di mana populasi bakteri berkembang dan berpartisipasi dalam pencernaan (Lillywhite, 2014).Kotoran dibuang melalui kloaka, yang merupakan segmen posterior sebagian besar usus. Jika keseimbangan air dalam ular baik, kotoran yang muncul mungkin cairan yang cukup lembut, terutama jika ular telah minum banyak air. Di sisi lain, jika ular dehidrasi dan tidak minum baru-baru ini, kotoran lebih solid dan benar-benar bisa sangat sulit untuk dikompresi. Hal ini disebabkan penyerapan air tambahan, yang mungkin berkurang di usus kecil dan kloaka. Kadang-kadang, penyerapan kelebihan air dari volume besar kotoran dapat menghasilkan pemadatan yang membentuk penyumbatan dan tidak mudah dilalui oleh ular. Dengan demikian, akses terhadap air sangat penting sehubungan dengan fungsi pencernaan ular (Lillywhite, 2014).Berbagai enzim, racun-racun, sekresi asam, dan bakteri kimia, komponen karbohidrat, protein, dan lipid, diserap ke dalam sirkulasi darah di dinding usus. Saluran pencernaan dapat dianggap sebagai sistem input-output, dengan makanan yang masuk ke mulut dan kotoran yang keluar pada saat kloaka terbuka, sedangkan air dan nutrisi yang diambil dan didistribusikan ke tubuh dari daerah pencernaan yang terletak antara "dalam" dan "luar" titik terminal dari usus. Gerakan mekanik menyebabkan otot polos dikoordinasikan terutama oleh saraf yang mengaktifkan otot-otot halus di dinding usus. Koordinasi simultan sekresi pencernaan dikendalikan oleh kehadiran fisik makanan dalam usus, dan oleh hormon gastrointestinal yang dikeluarkan dari sel endokrin pada dinding lambung dan usus (Stevens & Ian, 1995).

BAB IIIPENUTUPKESIMPULANSistem pencernaan pada ular terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaannya terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus dan kloaka. Sedangkan kelenjar pencernaannya terdiri atas kelenjar ludah, pancreas dan hati.Pada ular berbisa, ketika menangkap mangsa menggunakan bisanya untuk melumpuhkan mangsa. Adapun tiga jenis racun yang paling penting yang ditemukan dalam bisa ular adalah Neurotoksin, Cardiotoxins dan Hemotoxins. Proses pencernaan dimulai ketika ular memegang hewan mangsa pada satu sisi rahang dan menariknya, sementara sisi lain bergerak maju untuk gigitan berikutnya. Kemudian ular akan menggulung tubuhnya di sekitar mangsa. Ular membasahi mangsa dengan air liur dan akhirnya menariknya ke kerongkongan. Dari kerongkongan, ular menggunakan otot untuk menghancurkan mangsa dan mendorongnya lebih dalam ke saluran pencernaan. Mangsa yang tertelan melewati kerongkongan dan masuk ke dalam perut/lambung. Lambung ini mengeluarkan lendir, asam klorida atau enzim proteolitik. Enzim mencerna makanan dengan bantuan media asam. Makanan akhirnya menjadi encer seperti sup cair dan sebagian dicerna (digesta) sebelum memasuki usus. Makanan kemudian melewati katup pilorus dan masuk ke dalam usus kecil. Pada usus kecil makanan mengalami penyerapan. Bagian anterior dari usus juga menerima enzim pencernaan melalui saluran kecil yang menyampaikan enzim dari pankreas. Hati mengeluarkan empedu, yang disimpan dalam kantung empedu dan disampaikan oleh saluran ke usus, di mana ia berfungsi untuk mengemulsi lemak. Chyme yang hancur, bercampur, dan berpindah ke arah posterior yang disebabkan oleh gerakan peristaltik otot polos di dinding usus. Setelah fase pencernaan asam dan pencampuran terjadi di usus kecil, penyerapan produk pencernaan, termasuk air, sebagian besar terjadi di dalam usus besar. Bagian-bagian yang tidak tercerna berpadu dengan bagian yang tidak terserap dibentuk menjadi kotoran, yang menjadi semakin lebih solid dalam komposisinya karena penyerapan air oleh usus. Kemudian kotoran dibuang melalui kloaka.

DAFTAR PUSTAKAAnonymous. 2014a. Snake Digestion: What a Snake Eats. (Online:http://science. howstuffworks.com/zoology/reptiles-amphibians/snake4.htm). diakses tanggal: 18 Februari 2014.

Anonymous. 2014b. Snake Dissection. (Online: http://www.vonsteuben.org/ ourpages/ auto/2012/5/31/56335372/snake_dissection.pdf). diakses tanggal: 18 Februari 2014.

Badger, D. & John, N. 1999. Snakes. U.S.A: Voyageur Press, Inc.Campbell, N. A. dkk. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.Goin, C. J. 1962. Intro to Herpetology. San Francisco: W.H. Freeman and Company.Kurniati, T., dkk. 2009. Zoologi Vertebrata. Bandung. UIN SGD.Lillywhite, H. B. 2014. How Snakes Work: Structure, Function and Behavior of The Worlds Snakes. New York: Oxford University Press.

Piliang, W. G. 2006. Fisiologi Nutrisi Volume 1. Bogor: IPB Press.

Pough, F. H., Christine, M. J., & John, B. H. 2009. Vertebrate Life Eighth Edition. San Francisco: Pearson Education, Inc.

Spellerberg, I. 1982. Biology of Reptiles. New York: Chapman and Hall.

Stevens, C. E., & Ian, D. H. 1995. Comparative Physiology of The Vertebrate Digestive System Second Edition. London: Cambridge University Press.

Wulangi, K. S. 1993. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. Bandung: FMIPA ITB.

17