Sistem Pencernaan
-
Upload
gloria-ate -
Category
Documents
-
view
151 -
download
17
description
Transcript of Sistem Pencernaan
SISTEM PENCERNAAN
Sistem pencernaan terdiri atas saluran cerna yang terdiri dari rongga mulut, esofagus,
lambung, usus halus, dan usus besar, rektum dan anus dan kelenjar terkait yang terdiri
dari kelenjar liur, hati, dan pankreas. Fungsinya adalah mendapatkan molekul-molekul
yand diperlukan dari makanan untuk pertahanan, pertumbuhan, dan kebutuhan energi
tubuh. Molekul besar seperti protein, lemak, karbohidrat kompleks, dan asam nukleat
dipecah menjadi molekul kecil yang mudah diabsorpsi melalui permukaan saluran cerna
terutama pada usus halus.
STRUKTUR MAKROKOPIS
Cavum Oris
Cavum oris terdiri dari Rima oris, Vestibulum oris, Cavum oris, dan Isthmus faucium.
Oesophagus
Oesophagus dibagi menjadi dua pars yaitu pars cervicalis dan pars thoracalis. Pars
cervicalis di bagian anterior terdapat trachea dan ganglion thyreoidea. Pada bagian
posterior terdapat vertebra cervicalis dan f. prevertebralis. Oesophagus dipersyarafi oleh
N. Recurrens dan vaskularisasinya adalah A.carotis comunis dan A.subclavia.
Oesophagus pars thoracalis di bagian anterior berbatasan dengan trachea,bronchus kiri,
pericardium, atrium kiri, dan diafragma. Pada bagian posterior berbatasan dengan
vertebra thorachalis, ductus thoracicus, v.azygos, aorta ascendens. Di bagian kiri
berbatasan dengan Arcus aorta, N.recurrent kiri, A.subclavia kiri, ductus thoracicus dan
pleura. Pada bagian kanan berbatasan dengan pleura dan v. Azygos.
Gaster
Bagian-bagian pada gaster terdiri dari fundus, corpus, anthrum pyloricum, dan pylorus.
Terdapat dua muara yaitu cardia yang merupakan muara oesophagus menuju gaster dan
pylorus yang merupakan muara gaster menuju duodenum. Gaster memiliki dua lekukan
yaitu incisura cardiaca yaitu curvatura major dan incisura angularis yaitu curvatura
minor. Terdapat dua permukaan yaitu facies anterior dan facies posterior. Bagian-bagian
pada gaster terdiri lapang lambung (Magen Feld) yang merupakan bagian dinding dada
dan perut yang langsung berbatasan dengan gaster. Bagian lambung bidang transpyloric
yang merupakan bidang melalui titik tengah sumbu proc.xyphoideus-umbilicus dan
melalui lumbal I/II dan ujung rawan iga 9. Bagian lambung Ruang Traube yang
merupakan bagian dari lapang lambung yang dibatasi oleh tepi hati (kanan), tepi lien
(kiri), tepi bawah paru kiri (atas), dan arcus aorta kiri (bawah).
Vascularisasi gaster terdirir atas A. Gastrica (cabang dari truncus coelacalis), A.gastrica
dextra (cabang dari hepatica communis), A. gastroepiploica dextra dan sinistra, A.
Gastrica brevis (cabang dari A.lienalis) sedangkan pada venanya mengikuti dari arteri.
Inervasi pada gaster terdiri dari saraf parasymphatis, dan symphatis. Pada parasymphatis
dipersyarafi oleh N. Vagus sedangkan pada symphatis dipersyarafi oleh N. Splanchnicus
Th dengan serabut preganglionic dan serabut posterior ganglionic oleh ganglion plexus
celiacus.
Duodenum
Terdiri dari 4 pars yaitu pars superior duodeni, pars descendens duodeni, pars
inferior/horizontal, dan pars ascendens duodeni. Terdapat plica semicircularis, papila
vateri, dan papilla duodenalis minor yang merupakan muara dari duktus pankreastikus
dari suatu saluran duktus choledocus dan duktus pankreastikus major. Terdapat jaringan
ikat yang menghubungkan flexura duodenojejunalis dengan oesophagus disebut ligament
treitz. Vaskularisasi pada duodenum terdiri atas A. Gasttroduodenalis yang merupakan
cabang dari A.hepatica comm dan truncus oesophagus, A. Pancreatico duodenalis
superior anterior dan posterior memperdarahi duodenum bagian proximal yang
merupakan cabang dari A.mesenterika superior, A.pancreatico duodenalis inferior
anterior yang merupakan cabang dari A. Mesenterika superior yang memperdarahi
duodenum bagian distal.
Intestinum Tenuae
Terdiri dari 2/5 bagian jejunum dan 3/5 ileum dari flexura duodenu jejunalis-fossa iliaca
dextra, kadang-kadang pada artic sacroiliaca. Letaknya adalah intra peritoneal dan ada
penggantung usus yang disebut peritoneum. Mesenterium merupakan lipatan peritoneum
lebar menyerupai kipas yang menggantung jejunum dan ileum dari dinding posterior
abdomen, dan memungkinkan usus bergerak dengan leluasa. Mesenterium menyokong
pembuluh darah dan limfe yang menyuplai ke usus. Omentum majus merupakan lapisan
ganda peritoneum yang menggantung dan kurvatura major lambung dan berjalan turun di
depan visera abdomen menyerupai celemek. Omentum biasanya mengandung banyak
lemak dan kelenjar limfe yang membantu melindungi rongga peritoneum terhadap
infeksi. Omentum minus merupakan lipatan peritoneum yang terbentang dan kurvatura
minor larnbung dan bagian atas duodenum, menuju ke hati, membentuk ligamentum
suspensorium hepatogastrika dan ligamentum hepatoduodenale. Salah satu fungsi penting
peritoneum adalah mencegah gesekan antara organ-organ yang berdekatan dengan cara
menyekresi cairan serosa yang berperan sebagai pelumas. Arteria mesenterika superior
dicabangkan dan aorta tepat di bawah arteri seliaka. Arteria ini mendarahi seluruh usus
halus kecuali duodenum yang diperdarahi oleh artenia gastroduodenalis dan cabangnya,
arteria pankreatiko duodenalis superior. Darah dikembalikan lewat vena mesenterika
superior yang menyatu dengan vena lienalis membentuk vena porta.Usus halus
dipersarafi oleh cabang-cabang sistem saraf otonom. Rangsangan parasimpatis
merangsang aktivitas sekresi dan motilitas, dan rangsangan simpatis menghantarkan
nyeri, sedangkan serabut-serabut parasimpatis mengatur refleks usus
Intestinum crassum
Bentuknya adalah U terbalki dan terdiri atas coecum,colon ascendens, colon tranversum,
colon descendens, colon sigmoideum, dan rectum. Ciri-cirinya adalah bahwa usus besar
memiliki taenia coli, haustra coli, dan plica semilunaris. Usus besar dibagi menjadi
sekum, kolon, dan rektum. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan apendiks yang
melekat pada ujung sekum. Sekum menempati sekitar dua atau tiga inci pertama dari usus
besar. Katup ileosekal mengendalikan aliran kimus dan ileum ke dalam sekum dan
mcncegah terjadinya aliran balik bahan fekal dan usus besar ke dalam usus halus. Kolon
dibagi lagi menjadi kolon asenden, transversum, desenden, dan sigmoid . Tempat kolon
membentuk kelokan tajam pada abdomen kanan dan kiri atas berturut-turut disebut
sebagai fleksura hepatika dan fleksura lienalis. Kolon sigmoid mulai setinggi krista iliaka
dan membentuk lekukan berbentuk-S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri sewaktu
kolon sigmoid bersatu dengan rektum, dan hal ini merupakan alasan anatomis, mengapa
memposisikan penderita kesisi kiri saat pemberian enema. Pada posisi ini, gaya gravitasi
membantu mengalirkan air dan rektum ke fleksura sigmoid. Bagian utama usus besar
yang terakhir disebut sebagai rektum dan membentang dan kolon sigmoid hingga anus
(muara ke bagian luar tubuh). Satu inci terakhir dan rektum disebut sebagai kanalis ani
dan dilindungi oleh otot sfingter ani eksternus dan internus. Panjang rektum dan kanalis
ani adalah sekitar 15 cm (5,9 inci). Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri
dan kanan berdasarkan pada suplai darah yang diterima. Arteria mesenterika superior
mendarahi belahan kanan (sekum, kolon asendens, dan dua pertiga proksimal koion
transvensum), dan arteria mesenterika inferior mendarahi belahan kiri (sepertiga distal
kolon transversum, kolon desendens, kolon sigmoid, dan bagian proksimal rektum).
Suplai darah tambahan ke rektum berasal dari arteri hemoroidalis media dan inferior yang
dicabangkan dan arteria iliaka interna dan aorta abdominalis.Aliran balik vena dari kolon
dan rektum superior adalah melalui vena mesenterika superior, vena mesenterika inferior,
dan vena hemoroidalis superior (bagian sistem portal yang mengalirkan darah ke hati).
Vena hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka sehingga
merupakan bagian sirkulasi sistemik. Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis
superior, media, dan inferior, sehingga tekanan portal yang meningkat dapat
menyebabkan terjadinya aliran balik ke dalam vena dan mengakibatkan
hemoroid.Persarafan usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom dengan perkecualian
sfingter ekstema yang berada dalam pengendalian voluntar. Serabut parasimpatis berjalan
melalui saraf vagus ke bagian tengah kolon transversum, dan saraf pelvikus yang berasal
dari daerah sakral menyuplai bagian distal. Serabut simpatis meninggalkan medula
spinalis melalui saraf splangnikus. Serabut saraf ini bersinaps dalam ganglia seliaka dan
aortikorenalis, kemudian serabut pasca ganglionik menuju kolon. Rangsangan simpatis
menghambat sekresi dan kontraksi, serta merangsang sfingter rektum. Rangsangan
parasimpatis mempunyai efek yang berlawanan.
Rectum
Merupakan kelanjutan dari colon sigmoideum. Lengkung rectum terbagi dua yaitu pada
bidang frontal dan bidang sagital. Bagian-bagian rectum terbagi menjadi dua pars yaitu
pars ampularis recti yang merupakan bagian yang melebar dan pars analis recti yang
merupakan bagian sempit dan pendek. Dibelakang valvula terdapat lekukan yang lebih
dalam diebut crypti morgagni.Vascularisasi rectum adalah A.rectalis superir yang
merupakan cabang dari A.mesenterika superior, A.rectalis media dan A.rectalis inferior
yang merupakan cabang dari A.mesenterika inferior.
Pancreas
Merupakan kelenjar endokrin dan eksokrin yang terletak retro peritoneal. Bagian-bagian
dari pancreas terdiri dari caput pankreas, collum pankreas, corpus pankreas, dan cauda
pankreas (menghadap ke lien). Tuber omentale adalah penonjolan pancreas karena
adanya curvature minor ventriculi. Endokrin pancreas banyak terdapat di cauda pancreas
yang disebut pulau-pulau Langerhans. Vaskularisasi pancreas terdiri dari A.pancreatico
duodenale superior yang merupakan cabang dari A.gastroduodenalis, A. pancreatico
duodenalis inferior yang merupakan cabang dari A.mesenterika superior. Sedangkan pada
vena darah di alirkan ke dalam V. lienalis, dan V. Mesenterika superior. Persyarafan
pankreas oleh plexus cellacus.
Hepar
Terdiri dari 2 lobus yaitu lobus sinister dan dexter. Pada lobus dexter terbagi menjadi dua
yaitu lobus caudatus dan lobus Quadratus. Batas lobus dexter dan sinister adalah alur
yang ditempati ligament teres hepatis dan ligament venosum arantii. Facies Hepar terdiri
atas 3 facies yaitu facies diaphragmatica, fasciec visceralis, dan fascies superior yaitu
bare area. Vaskularisasi pada hepar adalah A. hepatica comunis yang merupakan cabang
dari truncus coliacus, A. hepatica propria yang bercabang menjadi dua yaitu A.hepatica
dextra dan A. hepatica sinistra. A.hepatica propria berjalan bersama-sama dengan ductus
choledochus dan v.porta dalam ligament hepatoduodenale. Sedangkan pada vena hampir
semua darah dari sistem disgestive di alirkan ke dalam V.porta hepatis yang terbentuk
dari V. Mesenterika superior, V. Mesenterika inferior, V. Lienalis, V. Coronaria
ventriculi, V. Parumbilicalis.
Nama organ Fungsi
Cavum oris adalah jalan masuk menuju sistem
pencernaan dan berisi organ aksesori yang
berfungsi dalam proses awal pencernaan.
Oesophagus menghantarkan bahan yang dimakan dari
faring ke lambung
Gaster memecah makanan menjadi partikel-
partikel kecil dan mencampurnya dengan
getah lambung
menyimpan makanan sampai sedikit demi
sedikit bergerak pada saluran cerna,
menyesuaikan peningkatan volume tanpa
menambah tekanan dengan relaksasi. Pada
sfingter esofageal berfunsi menjaga
makanan agar tetap di lambung dan hanya
akan terbuka pada saat makanan masuk
atau muntah.
Duodenum Tenpat terjadi proses pencernaan secara
kimiawi karena melibatkan enzim.
Jejunum Tempat terjadi proses pencernaa secara
kimiawi sehingga makanan semakin halus
dan encer
Ileum Tempat penyerapan makanan berupa asam
amino, glukosa, vitamin, mineral, dan air.
colon Menjaga makanan agar tidak kembali ke
usus halus. Tempat pembusukan sisa
makanan dengan bantuan E.coli agar
menjadi feses.
Rectum Berkontraksi sehingga menimbulkan
terjadinya defekasi
Pankreas melindungi duodenum dengan cara
menetralkan asam lambung
Hepar Proses pencernaan lemak, sekresi garam
empedu, sintesis protein plasma,
penyimpanan glikogen, pengaktivan
vitamin D, pengeluaran bakteri dan eritrosit
yang usang, ekresi kolestrol dan bilirubin.
STRUKTUR MIKROKOPIS
Cavum oris
Cavum oris dilapisi epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk atau tanpa lapisan
tanduk, bergantung pada daerahnya. Lapisan keratin melindungi mukosa mulut terhadap
kerusakan selama mengunyah dan hanya terdapat di gingiva dan palatum durum. Lamina
propia daerah ini memiliki sejumlah papila dan langsung melekat pada jaringan tulang.
Epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk menutupi paltum molle,bibir, pipi, dan dasar
mulut. Lamina propia memiliki papila, mirip dermis kulit, dan menyatu dengan
submukosa yang mengandung kelenjar liur kecil yang difus.
Oesophagus
Bagian saluran cerna yang disebut oesophagus merupakan saluran berotot yang berfungsi
meneruskan makanan dari lambung ke lambung. Pada oesophagus tunika mukosanya
dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lpisan tanduk dan T.M.M hanya terdiri dari satu
lapis longitudinal. Pada lamina propria terdapat kel mukus tubulosa kompleks (kel
superfisial) yang merupakan perluasan dari kelenjar kardia. Pada tunika submukosa
terdapat kelenjar mukus tubulosa yang disebut kelenjar submukosa atau oesophageal
glands. Pada tunika muskularis terdiri dari 1/3 proksimal yang terdiri dari otot lurik lalu
1/3 tengah terdiri dari campuran otot polos dan lurik dan 1/3 distal seluruhnya adalah otot
polos.
Gaster
Gaster dilapisi oleh epitel mukosa selapis torak tanpa sel goblet. Seluruh permukaan
mukosa gaster terdapat gastric pits atau foveola gastrica. Sitoplasma pada permukaan
apikalnya mengandung musigen dengan inti oval. Pada lamina propria terdapat kelenjar
di carida, fundus, maupun pilorus yang merupakan daerah pada gaster. Pada kelenjar
caedia dan pilorus tubulosanya kompleks dan mengandung mukus. Kelenjar pilorus
relatif pendek, simpleks, dan tubulosanya bercabang. Mukus dari kelenjar cardia dan
pilorus berfungsi melindungi lambung dari autodigestion. Pada kelenjar fundus simpleks
tubulosanya bercabang. Dimulai dari dasar gastric pits ke seluruh lamina propria sampai
TMM. Kelenjarnya terbagi atas bagian leher, korpus, dan fundus. Pada fundus terdapat 4
macam sel yaitu Chief cell (zimogenic cell), Parietal cell, Mucous Neck cell, dan
Argentafin cell. Pada gaster lapisan sumbukosanya terdiri dari jaringan ikat padat yang
mengandung pembuluh darah dan pembuluh limfe. Pada lapisan ini terdapat sel-sel
limfoid, makrofag, dan sel mast. Pada lapisan muskularis terdiri atas serabut otot polos
yang tersususn atas 3 arah utama yaitu pada lapisan luar tersusun longitudinal, lapisan
tengah tersusun sirkular, dan lapisan dalam tersusun oblik. Di pilorus pada lapisan tengah
sangat menebal sehingga membentuk sfingter pilorus. Pada lambung dilapisi oleh selapis
tipis serosa.
Usus Halus
Usus halus dibagi dalam 3 bagian yaitu duodenum, jejunum, dan ileum. Tersusun dari
selapis torak dan sel goblet. Pada sel torak di bagian apikalnya terdapat brush
border/mikrovili yang berfungsi memperluas permukaan absorptif dan pada lapisan ini
mengandung enzim-enzim pencernaan. Sel goblet ke arah distal jumlahnya makin
banyak. Pada usus halus terdapat vili instestinal dan vili di duodenum bentuknya lebar
sedangkan di jejunum bentuknya bundar seperti lidah dan pada ileum berbentuk jari.
Plika sirkularis kerkringi merupakan lipatan mukosa dan submukosa. Pada jejunum plika
kerkringi tinggi-tinggi. Pada usus halus sepanjang membran mukosanya terdapat
ganglion intestinalis (cryptus Lieberkuhn), tubulosanya simplek yang bermuara di antara
vili intestinalis. Pada dasar cryptus terdapat sel paneth, di bagian apiklanya mengandung
granula eosinofilia. Sel-sel cryptus menggantikan sel-sel epitel permukaan yang rusak.
Duodenum
Ciri khas dari duodenum adalah terdapat kelenjar Brunner, tubulosanya kompleks dan
bercabang serta memiliki mukus.
Jejunum
Pada jejunum tidak terdapat kelenjar brunner ataupun agmina peyeri. Plica sirkularisnya
kerckringi tinggi-tinggi. Kelenjar intestinalnya terdapat di lamina propria.
Ileum
Pada ileum terdapat agregat limfonodus atau agmina peyeri / plaque peyeri di lamina
propria dan meluas ke tunika submukosa.
Colon
Tunika mukosanya mengandung plica sirkularis dan vili intestinal. Sel goblet banyak
terdapat di antara sel epitel. Terdapat Cryptus Lieberkuhn. Jumlah Selmpaneth dan sel
argentafin sedikit sekali. Terdapat limfonodus yang tersebar soliter. Pada tunika
muskularis longitudinal memebentuk 3 pita longitudinal yang disebut taenia coli.
Rektum
Rektum merupakan organ di bagian sebelah bawah (Anal Canal). Lapisan mukosanya
mempunyai lipatan longitudinal Rectal collum (Anal column, column of morgagni)
berakhir kira-kira ½ inchi dari orrificium anal. Rektum dilapisi oleh epitel selapis torak
dan terdapat cryptus. Pertemuan rectum dengan anus disebut linea pectinata.
Anus
Anus dibagi ke dalam 3 segmen yaitu zona collumnnaris (epitel berlapis kubus dan
terdapat kelenjar circumanalis), zona intermedia (epitel berlapis gepeng tdak bertanduk),
dan zona cutanea (berupa kulit biasa). Pada tunika submukosanya mengandung banyak
pembuluh darah, saraf, dan badan vater pacini. Pembuluh-pembuluh vena membentuk
plexus hemmoroid. Pada lapisan longitudinal membentuk M. Dilatator ani internus.
Tunika muskular sirkular menebal pada ujungnya membentuk M.Sphincter ani internus.
Diluar lapisan otot ini terdapat jaringan otot lurik M.sphincter ani externus.
Pankreas
Merupakan sel kelenjar eksokrin dan endokrin. Tersusun oleh epitel duktus ekskretorius
bervariasi dari torak rendah bersel goblet-kubus. Duktus interklarisnya (isthmus)
panjang-panjang dan eptelnya selapis gepeng. Bentuk sel asinusnya lebih kecil dari sel
asinus parotis. Sinus pankreas menghasilkan enzim-enzim. Pada pankreas adalah serosa
murni. Pars terminalisnya 100% serous dan ditengah pars terminal sering dijumpai sel-sel
sentroasini yang merupakan bagian dari isthmus. Tidak ada sel myoepitel.
Hepar
Organ hepar bentuknya poligonal dan diliputi oleh kapsula glissoni. Septa membagi
hepar menjadi lobuli-lobuli. Porta hepatis berisi pembuluh limfe, pembuluh empedu,
V.portae dan A. Hepatika. Unit fungsional hepar ialah 1 lobulus. Berbagai unit pada hati
(lobulasi) terdiri atas lobulus klasik (V.sentralis sumbunya, portal triad sudutnya),
Lobulus portal (portal triad sumbunya, v.sentralis sudutnya), dan asinus hati (bentuk
belah ketupat, v.sentralis di kedua ujungnya, aksisnya yaitu jaringan ikat tepi lobulus
klasik). Sinusoid hati dibatasi oleh sel endotel sinus dan sel kupffer. Sel kupffer ovoid,
dengan kromatin pucat dan bersifat fagositer. Pada ruangan disse di hati berisi cairan
limfe dan tidak terdapat membrana basalis. Filtrasi darah dan plasma melalui dinding
sinusoid. Pada organ empedu terdapat saluran empedu terdapat kanalikuli biliaris-
preduktuli biliaris (saluran Hering)-duktus biliaris-duktus hepatikus-vesika felea-duktus
cysticus-duktus koledokus. Arah aliran empedu dari sentral ke perifer hati. Arah aliran
darah dari perifer ke sentral lobulus.
MEKANISME PENCERNAAN
Pencernaan makanan pada saluran pencernaan manusia meliputi dua proses, yaitu
pencernaan mekanik dan pencernaan kimiawi. Pencernaan mekanik adalah proses yang
tidak melibatkan enzim. Proses ini terjadi saat dikunyah di mulut dengan gigi dan
dilumatkan oleh lambung. Pencernaan kimiawi adalah pencernaan yang melibatkan
enzim yang terjadi mulai dari mulut, lambung, dan usus.
Proses pencernaan mulai dengan aktivitas mengunyah, dimana makanan dipecah ke
dalam partikel kecil yang dapat ditelan dan dicampur dengan enzim pencernaan. Saliva
adalah sekresi pertama yang kontak dengan makanan.
Menelan mulai sebagai aktifitas volunter yang di atur oleh pusat menelan di medulla
oblongata dari sistem saraf pusat. Saat makanan ditelan, epiglotis bergerak menutup
lubang trakea dan karenanya mencegah aspirasi makanan ke dalam paru-paru. Menelan,
mengakibatkan bolus makanan berjalan ke dalam esofagus atas, yang berakhir sebagai
aktivitas refleks, otot halus di dinding esofagus berkontraksi dalam urutan irama dari
esofagus ke arah lambung untuk mendorong bolus makanan sepanjang saluran. Selama
proses peristaltik esofagus ini, sfingter esofagus bawah rileks dan memungkinkan bolus
makanan masuk lambung. Akhirnya, sfingter esofagus menutup dengan rapat untuk
mencegah refluks isi lambung ke dalam esofagus. Makanan masuk ke dalam lambung.
Pengaturan sekresi lambung dapat dibagi menjadi beberapa yaitu :
1) Fase sefalik, yang dimulai bahkan sebelum makanan masuk kelambung, yaitu sebagai
akibat melihat, mencium memikirkan atau mengecap makanan. Sinyal neurogenik yang
menyebabkan fase sefalik berasal dari korteks serebri.
2) Fase gastric, dimulai saat makanan mencapai antrum pylorus. Distensi pada antrum
menyebabkan terjadinya rangsangan mekanis dari reseptor-reseptor pada dinding
lambung. Impuls-impuls ini merangsang pelepasan hormone gastrin dan secara
lanmgsung juga merangsang kelenjar-kelenjar lambung. Pelepasan gastrin juga
dirangsang oleh Ph alkali, garam empedu di antrum dan terrutama oleh protein makanan
dan alcohol. Gastrin adalah stimulasi utama sekresi asam hidroklorida.
3) Fase intestinal, dimulai oleh gerakan kimus dari lambung ke duodenum. Adanya
protein yang telah dicerna sebagian dalam duodenum tampaknya merangsang gastrin
usus, suatu hormone yang menyebabkan lambung terus menerus mensekresikan cairan
langsung.
Sekresi lambung juga mengandung enzim pepsin yang penting untuk memulai
pencernaan protein. Faktor instrinsik juga disekresi oleh mukosa gaster. Kontraksi
peristaltik di dalam lambung mendorong isi lambungnya ke arah pilorus. Karena partikel
makanan besar tidak dapat melewati sfingter pilorus, partikel ini diaduk kembali ke
korpus lambung. Makanan tetap berada di lambung selama waktu yang bervariasi, dari
setengah jam sampai beberapa jam tergantung pada ukuran partikel makanan, komposisi
makanan dan faktor lain. Peristaltik di dalam lambung dan kontraksi sfingter pilorus
memungkinkan makanan dicerna sebagian untuk masuk ke usus halus (Smeltzer Suzanne
C, 2001).
Proses pencernaan berlanjut ke duodenum, sekresi di dalam duodenum datang dari
pankreas, hepar dan kelenjar di dinding usus itu sendiri. Karakteristik utama dari sekresi
ini adalah kandungan enzim pencernaan yang tinggi. Sekresi pankreas mempunyai pH
alkalin karena konsentrasi bikarbonatnya yang tinggi. Ini menetralisir asam yang
memasuki duodenum dari lambung. Pankreas juga mensekresi enzim pencernaan,
termasuk tripsin, yang membantu dalam pencernaan protein, amilase yang membantu
dalam pencernaan zat pati dan lipase yang membantu dalam pencernaan lemak. Empedu
(disekresi oleh hepar dan disimpan di dalam kandung empedu) membantu mengemulsi
lemak yang dicerna.
Sekresi kelenjar usus terdiri daru mukus, yang menyelimuti sel-sel dan melindungi
mukosa dari serangan oleh asam hidroklorida, hormon, elektrolit dan enzim. Hormon,
neuroregulator dan regulator lokal ditemukan di dalam sekresi usus, berfungsi
mengontrol laju sekresi usus dan mempengaruhi motilitas gastrointestinal.
Sekresi usus total kira-kira getah pankreas 1 L/hari, empedu 0.5 L/hari dan kelenjar usus
halus 3 L/hari. Ada 2 tipe kontraksi yang terjadi secara teratur di usus halus :
1)Kontraksi segmental yang menghasilkan campuran gelombang yang menggerakkan isi
usus ke belakang dan ke depan dalam gerakan mengaduk.
2)Peristaltik usus mendorong isi usus halus tersebut ke arah kolon.
Karbohidrat dipecahkan menjadi disakarida dan monosakarida. Protein dipecahkan
menjadi asam amino dan peptida. Lemak dicerna diemulsifikasi menjadi monogliserida
dan asam lemak.
Dalam 4 jam setelah makan, materi sisa residu melewati ileum terminalis dan dengan
perlahan melewati bagian proksimal kolon melalui katup ileusekal. Populasi bakteri
adalah komponen utama dari isi usus besar. Bakteri membantu menyelesaikan
pemecahan materi sisa dan garam empedu.
Aktivitas peristaltik yang lemah menggerakkan isi kolonik dengan perlahan sepanjang
saluran. Transport lambat ini memungkinkan reabsorbsi efisien terhadap air dan
elektrolit. Materi sisa dari makanan akhirnya mencapai dan mengembangkan anus,
biasanya dalam kira-kira 12 jam sebanyak seperempat dari materi sisa makanan mungkin
tetap berada direktum 3 hari setelah makanan dicerna.
Distensi rektum secara relatif menimbulkan kontraksi otot-ototnya dan merilekskan
sfinger anal internal yang biasanya tertutup. Sfingter internal dikontrol oleh sistem saraf
otonom, sfringter eksternal di bawah kontrol sadar dari kortektes serebral.
Rata-rata frekuensi defekasi pada manusia adalah sekali sehari, tetapi frekuensi bervariasi
diantara individu, faeces terdiri dari bahan makanan yang tidak tercerna, materi
anorganik, air dan bakteri, Bahan kekal kira-kira 75 % materi cair dan 25 materi padat.
Mekanisme Penyerapan Karbohidrat
Proses pencernaan pati (starch) secara sempurna dimulai di lambung yang selanjutnya
akan diserap melalui pompa mekanisme yang membutuhkan energi dan perlu bantuan
“Carrier” (Tranporting Agents). Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan
karbohidrat, yaitu:
1. Hormon insulin akan meningkatkan transport glukosa ke dalam jaringan sel. Berarti
juga mempertinggi penyerapan glukosa dalam jaringan, akibatnya akan mempercepat
perubahan glukosa menjadi glikogen dalam hati.
2. Tiamin (Vitamin B1), Piridoksin, Asam panthotenat, hormon tiroksin berperan
besar di dalam penyerapan dan metabolisme karbohidrat. Karbohidrat diserap dalam
usus halus dalam bentuk monosakarida, yaitu glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Proses
pemecahan karbohidrat dimulai di dalam mulut. Saat makanan dikunyah, kelenjar saliva,
terutama kelenjar parotis, mengsekresikan enzim ptialin yang dapat menghidrolisis pati
menjadi disakarida (maltosa dan isomaltosa). Akan tetapi makanan yang tertinggal
didalam mulut hanya dalam waktu singkat, dan mungkin tidak lebih dari 3%-5% dari
semua pati yang dimakan akan dihidrolisis menjadi maltosa dan isomaltosa pada waktu
makanan ditelan. Sisanya hanya diubah menjadi senyawa antara yaitu dekstrin.
Walaupun makanan tidak tinggal di mulut dalam waktu yang cukup bagi ptialin untuk
menyelesaikan pemecahan pati menjadi maltosa. Kerja ptialin terus berlangsung selama
15-30 menit setelah makanan masuk ke dalam lambung, yaitu sampai isi fundus
dicampur dengan sekret lambung. Kemudian aktivitas ptialin dihambat oleh asam dari
sekret lambung. Ptialin pada hakekatnya tidak aktif sebagai enzim bila pH medium turun
kira-kira dibawah 4,0. Walaupun demikian, sebelum makanan bercampur sempurna
dengan sekret lambung, kurang lebih sebanyak 30%- 40 % pati telah diubah menjadi
maltosa dan isomaltosa. Asam getah lambung, dalam arti sempit dapat menghidrolisis
pati dan disakarida. Akan tetapi, secara kuantitatif reaksi ini terjadi sangat sedikit
sehingga biasanya dianggap merupakan efek yang penting.
Makanan yang telah dicerna di dalam lambung disebut chyme. Chyme memasuki usus
halus melalui sphincter pilorus. Pencernaan dilanjutkan di dalam usus halus oleh amilase
pankreas. Sekret pankreas, seperti saliva, mengandung α-amilase dalam jumlah besar
yang hampir identik dengan fungsinya dengan α-amilase saliva dan mampu
memecahkan pati menjadi maltosa dan isomaltosa. Oleh karena itu, segera setelah kimus
dikosongkan dari lambung masuk duodenum dan bercampur dengan getah pankreas. Pati
yang belum dipecahkan akan dicerna oleh amilase. Pada umumnya, pati hampir
seluruhnya diubah menjadi maltosa dan isomaltosa sebelum mereka masuk ke jejunum.
Sel epitel yang membatasi usus halus mengandung empat enzim yaitu laktase, sukrase,
maltase, dan isomaltase, yang masing-masing mampu memecahkan disakarida laktosa,
sukrosa, maltosa, dan isomaltosa menjadi unsur-unsur monosakaridanya. Enzim-enzim
ini terletak pada brush border (sel yang membatasi lumen usus halus). Disakarida dicerna
menjadi monosakarida pada waktu berhubungan dengan brush border tersebut.
Monosakarida glukosa, galaktosa dan fruktosa kemudian diabsorpsi melalui sel-sel epitel
usus halus dan diangkut oleh sistem sirkulasi darah melalui vena porta. Bila konsentrasi
monosakarida di dalam usus halus atau mukosa sel cukup tinggi, absorpsi dilakukan
secara pasif atau fasilitatif. Bila konsentrasi turun, absorpsi dilakukan secara aktif
melawan gradien konsentrasi dengan menggunakan energi dari ATP dan ion natrium.
Di hati, fruktosa dan galaktosa akan diubah menjadi glukosa karena tubuh hanya bisa
memanfaatkan energi dari karbohidrat dalam bentuk glukosa. Dari hati ini, glukosa akan
dikirim ke seluruh jaringan tubuh menurut kebutuhan. Sebagian glukosa disimpan di otot
dan di hati sebagai cadangan yang disebut glikogen. Kapasitas pembentukan glikogen ini
terbatas, kelebihan karbohidrat akan diubah menjadi lemak dan ditimbun di dalam
jaringan adiposa.
Laktosa dipecahkan menjadi satu molekul galaktosa dan satu molekul glukosa. Sukrosa
dipecahkan menjadi satu molekul fruktosa dan satu molekul glukosa. Maltosa dan
isomaltosa masing-masing pecah menjadi dua molekul glukosa. Jadi, hasil akhir
pencernaan karbohidrat yang diabsorpsi ke dalam darah semua berupa monosakarida.
Kadar glukosa darah akan naik dalam jangka waktu ± 30 menit setelah makan dan secara
perlahan kembali ke kadar gula normal (70-100 mg/100 ml) dalam waktu 90-180 menit.
Kadar gula darah maksimal dan kecepatan untuk kembali pada kadar normal bergantung
pada jenis makanan.
Mekanisme Penyerapan Protein
Pencernaan protein dimulai di organ lambung. Sebagian protein yang ada di lambung
dicerna menjadi peptida oleh enzim pepsin. Sifat setiap jenis protein ditentukan oleh jenis
asam amino dalam molekul protein dan oleh susunan asam-asam amino tersebut.
Pepsin paling aktif pada pH sekitar 2 dan tidak aktif sama sekali pada pH diatas 5.
Kelenjar gastrik mensekresikan asam klorida dalam jumlah besar. Asam klorida ini
disekresikan oleh sel parietal pada pH sekitar 0,8. Tetapi pada saat ia dicampur dengan
isi lambung dan dengan sekresi dari sel kelenjar non parietal lambung, pH berkisar antara
2 atau 3, batas keasaman yang sangat menguntungkan bagi aktivitas pepsin. Pepsin
biasanya hanya mengawali proses pencernaan, memecahkan protein menjadi protease,
pepton dan polipeptida besar. Pemecahan protein ini merupakan suatu proses ”hidrolisis”
yang terjadi pada ikatan peptida antara asam-asam amino.
Bila protein meninggalkan lambung, protein biasanya dalam bentuk proteosa, pepton,
polipeptida besar, dan sekitar 15 % asam amino. Segera setelah masuk ke usus halus,
hasil pemecahan parsial diserang oleh enzim tripsin, kimotripsin, dan karboksipeptidase
pankreas. Enzim-enzim ini mampu menghidrolisis semua hasil pemecahan parsial protein
menjadi asam amino. Akan tetapi, sebagian besar hasilnya adalah dipeptida atau
polipeptida kecil lainnya.
Ikatan antara pasangan asam amino tertentu berbeda dalam ikatan energi dan sifat
fisikanya dari ikatan antara pasangan lain. Oleh karena itu, dibutuhkan enzim spesifik
untuk setiap jenis ikatan spesifik. Hal ini menyebabkan tidak ada satu enzim pun yang
dapat mencernakan protein sepenuhnya menjadi unsur-unsur asam amino.
Asam amino keluar dari sel epitel melalui difusi ke dalam aliran darah. Asam amino
mengikuti aliran yang sama dengan yang ditempuh monosakarida. Dalam waktu yang
bersamaan, dipeptida dan tripeptida dibawa oleh sel epitel melalui transport aktif.
Dipeptida dan tripeptida dihidrolisis menjadi asam amino di dalam sel dan melewati
kapiler yang ada di dalam villi. Dari kapiler, asam amino diangkut ke dalam darah
menuju ke hati melalui sistem peredaran darah porta. Ternyata tidak semua protein
dipecah sampai ke tingkat asam amino, sebagian tetap dalam bentuk ptoteosa, pepton,
dan berbagai ukuran polipeptida. Terkadang ada protein atau peptida yang lolos dari kerja
enzim pencernaan, sehingga ia diserap dalam bentuk bukan asam amino. Protein dan
peptida yang lolos itu bisa aktif bekerja dan sering memberikan manfaat atau berfungsi
secara khusus. Sehingga kedua senyawa itu dikenal sebagai protein dan peptida aktif atau
fungsional. Bila makanan dikunyah dengan semestinya dan tidak dimakan dalam jumlah
yang terlalu banyak pada saat yang sama, sekitar 98% semua protein akhirnya menjadi
asam amino.
Pencernaan Lipid
Lemak dalam susunan makanan sebagian besar merupakan lemak netral (trigliserida)
yang masing-masing molekul terdiri atas satu inti gliserol dan tiga asam lemak. Lemak
netral ditemukan dalam makanan yang berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Dalam susunan makanan juga biasa terdapat sejumlah kecil fosfolipid, kolesterol, dan
ester-ester kolesterol. Karena fosfolipid dan ester kolesterol mengandung asam lemak
maka dianggap sebagai lemak sendiri. Sedangkan kolesterol merupakan senyawa sterol
yang mengandung asam lemak dengan menunjukkan sifat fisika dan kimia lemak;
kolesterol merupakan derivat lemak dan dimetabolisme sama seperti lemak. Oleh karena
itu kolesterol dipandang dari segi makanan sehari-hari sebagai lemak.
Lemak yang didapat dari makanan terdapat dalam 2 bentuk (dalam mulut):
sebagai lemak yang telah diemulsikan (emulsified fat), dan
sebagai lemak yang belum diemulsikan (unemulsified fat).
Sejumlah kecil trigliserida rantai pendek yang berasal dari lemak mentega dicernakan di
dalam lambung oleh lipase lambung (Tributirase). Akan tetapi, jumlah yang dicerna
demikian kecil sehingga tidak penting. Pada hakekatnya, semua pencernaan lemak terjadi
di dalam usus halus. Langkah pertama pencernaan lemak adalah proses emulsifikasi
lemak, yaitu memecahkan butir-butir lemak menjadi ukuran-ukuran kecil sehingga
enzim-enzim pencernaan yang larut dalam air dapat bekerja pada permukaan butiran.
Proses ini dicapai dengan pengaruh empedu yang disekresikan oleh hati yang tidak
mengandung enzim pencernaan. Pada waktu lemak memasuki usus halus, hormon
kolesistokinin memberi isyarat kepada kantung empedu untuk mengeluarkan cairan
mepedu. Cairan empedu berperan sebagai bahan emulsi. Cairan empedu terdapat sebagai
asam empedu dan garam empedu. Tetapi empedu mengandung sejumlah besar garam-
garam empedu terutama dalam bentuk garam natrium terionisasi yang sangat penting
dalam proses emulsifikasi lemak.
Bagian karboksil atau polar garam empedu sangat larut dalam air, sedangkan bagian
sterol garam empedu sangat larut dalam lemak. Oleh karena itu, garam empedu
berkelompok pada butiran lemak dalam isi usus dengan bagian karboksil garam empedu
menonjol keluar dan larut dalam cairan sekitarnya, sedangkan bagian sterol hanya larut
dalam lemak, efek ini menurunkan tegangan permukaan lemak.
Bila tegangan permukaan butiran cairan nonmisel rendah, cairan nonmisel yang berada
dalam keadaan agitasi dapat dengan mudah dipecah menjadi partikel-partikel yang jauh
lebih kecil daripada bila tegangan permukaannya besar. Akibatnya, sebagian besar fraksi
garam empedu membuat butiran lemak dan dengan mudah mengalami fragmentasi oleh
agitasi dalam usus kecil. Kerja ini sama seperti kerja deterjen dalam rumah tangga untuk
menghilangkan lemak. Setiap saat diameter butiran lemak berkurang akibat proses agitasi
dalam usus halus. Luas total permukaan lemak bertambah dua kali. Hal ini berarti luas
permukaan total partikel lemak berbanding terbalik dengan diameternya.
Pencernaan selanjutnya yang terjadi di dalam usus halus yaitu lemak yang sudah
teremulsi dihidrolisis oleh enzim lipase pankreas dalam getah pankreas dan lipase usus.
Hasil akhir pencernaan lemak antara lain asam lemak dan gliserol (40-50%),
monogliserida (40-50%), dan digliserida atau trigliserida (10-20%).
Absorpsi lipid terutama terjadi dalam jejunum, bagian tengah usus halus. Hasil
pencernaan lipid (gliserol, asam lemak rantai pendek, asam lemak rantai sedang, asam
lemak rantai panjang, monogliserida, trigliserida, kolesterol, dan fosfolipid) diabsorpsi ke
dalam membran mukosa usus halus dengan cara difusi pasif (gambar 7). Perbedaan
konsentrasi pada membran mukosa usus halus dipengaruhi dengan dua cara:
1). Kehadiran protein pengikat asam lemak yang segera mengikat asam lemak memasuki
sel epitel,
2). Esterifikasi kembali asam lemak menjadi monogliserida (produk utama pencernaan
yang melintasi mukosa usus halus).
Kolesterol sebelum diabsorpsi mengalami esterifikasi kembali yang dikatalis oleh asetil-
Koenzim A dan kolesterol asetiltransferase, dimana enzim-enzim tersebut dipengaruhi
oleh konsentrasi tinggi kolesterol makanan.
Sebagian besar hasil pencernaan lemak berupa monogliserida dan asam lemak rantai
panjang (C12 atau lebih) contoh asam stearat (C18) ditambah misel (garam-garam
empedu yang membentuk gumpalan) berada di lumen usus halus berdifusi melalui
mikrovilli ke dalam sel epitel usus halus. Setelah masuk ke dalam sel epithel,
monogliserida dicerna menjadi gliserol dan asam lemak oleh lipase sel epithel. Kemudian
asam lemak bebas diubah kembali oleh retikulum endoplasma menjadi trigliserida.
Setelah terbentuk, trigliserida berkumpul dalam butiran, bersama kolesterol yang
diabsorpsi, fosfolipid yang diabsorpsi, dan posfolipid yang baru disintesis. Masing-
masing zat tersebut diliputi oleh selubung protein yang disintesis oleh retikulum
endoplasma. Lipoprotein yang mengangkut lipid terutama trigliserida dari saluran cerna
ke dalam tubuh ini dinamakan kilomikron.
Kilomikron diabsorpsi dari sel epithel pada villus ke dalam lakteal villi. Kilomikron
masuk ke dalam sistem limfe melalui pembuluh limfatik melewati ductus thoraxicus di
sepanjang tulang belakang masuk ke dalam vena besar di tengkuk dan seterusnya masuk
ke dalam aliran darah. Antara 80-90% semua lemak yang diabsorpsi dari usus ditransport
ke darah melalui limfe toraks dalam bentuk kilomikron (gambar 8).
Trigliserida dan lipid besar lainnya (kolesterol dan fosfolipida) yang terbentuk di dalam
usus halus dikemas untuk diabsorpsi secara aktif dan ditransportasi oleh darah. Bahan-
bahan ini bergabung dengan protein-protein khusus dan membentuk alat angkut lipid
yang dinamakan lipoprotein. Tubuh membentuk empat jenis lipoprotein yaitu seperti
yang telah dijelaskan kilomikron, Low Density Lipoprotein/LDL, Very Low Density
Lipoprotein/VLDL, dan High Density Lipoprotein/HDL. Tiap jenis lipoprotein berbeda
dalam ukuran, densitas dan mengangkut berbagai jenis lipida dalam jumlah yang
berbead.
Asam lemak rantai pendek (C4-C6) contoh asam lemak butirat, dan rantai sedang (C8-
C10) contoh asam lemak kaprat dalam lumen usus halus diabsorpsi langsung melalui
proses difusi menembus mikrovili melewati sel epithel villi ke dalam kapiler darah
kemudian ke vena porta dibawa ke hati untuk segera dioksidasi. Oleh karena itu, asam-
asam lemak ini tidak mempengaruhi kadar lipida plasma dan tidak disimpan di dalam
jaringan lemak dalam jumlah berarti.
Karbohidrat Sumber energi
Mengatur proses metabolisme
Menjaga keseimbangan asam dan basa
Sebagai bahan pembentuk struktur sel, jaringan, dan organ tubuh
Protein Mensintesis substansi-substansi penting seperti hormon, enzim,
antibodi, dan kromosom
Pertumbuhan, perbaikan, dan pemeliharaan struktur tubuh mulai dari
sel, jaringan, hingga organ
Memacu dan berpartisipasi dalam berbagai reaksi kimia dan biologis
Menyeimbangkan cairan dalam tubuh (asam dan basa) karena bersifat
amfoter
Berfungsi sebagai sistem buffer
Membantu mengatur kemampuan tubuh mendetoksi racun dan zat-zat
asing lainnya.
Sebagai sumber energi
Lemak Pembawa zat-zat makanan yang essensial
Sebagai sumber energi yang paling besar
Pelindung alat-alat tubuh yang lunak dan melindungi tubuh dari suhu
yang rendah
Sebagai bahan penyusun membran sel
Penahan rasa lapar karena pencernaan lemak membutuhkan waktu yang
lebih lama.
Pemeriksaan Sistem Pencernaan
Pemeriksaan pada sistem pencernaan terbagi menjadi dua bagian yaitu pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang terbagi menjadi du yaitu
pemeriksaan dengan laboratorium dan pemeriksaan secara radiologi. Pertama kali di
dalam melakukan suatu pemeriksaan adalah dengan melakukan anamnesa pada pasien.
Komunikasi antara dokter dengan pasien sangat pentig sekali dan dengan melakukan
anamnesa kita dapat mengetahui 70% kondisi dari pasien. Kemudian setelah anamnesa
kita melakukan pemeriksaan fisik yang meliputi :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan secara laboratorium dan radiologi.
Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan darah, urin, pemeriksaan amilase serum,
pemeriksaan lipase serum, tes toleransi lemak, dan pemeriksaan tinja
Pemeriksaan Darah Samar
Perdarahan di dalam saluran pencernaan dapat disebabkan baik oleh iritasi ringan
maupun kanker yang serius.
Bila perdarahannya banyak, bisa terjadi muntah darah, dalam tinja terdapat darah segar
atau mengeluarkan tinja berwarna kehitaman (melena).
Jumlah darah yang terlalu sedikit sehingga tidak tampak atau tidak merubah penampilan
tinja, bisa diketahui secara kimia; dan hal ini bisa merupakan petunjuk awal dari adanya
ulkus, kanker dan kelainan lainnya.
Pada pemeriksaan colok dubur, dokter mengambil sejumlah kecil tinja . Contoh ini
diletakkan pada secarik kertas saring yang mengandung zat kimia. Setelah ditambahkan
bahan kimia lainnya, warna tinja akan berubah bila terdapat darah.
Pemeriksaan yang dilakukan secara radiologi untuk sistem pencernaan terdiri dari:
Endoskop (tabung serat optik yang digunakan untuk melihat struktur dalam dan untuk
memperoleh jaringan dari dalam tubuh)
- Rontgen
- Ultrasonografi (USG)
- Perunut radioaktif
- Pemeriksaan kimiawi.
Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosis,
menentukan lokasi kelainan dan kadang mengobati penyakit pada sistem pencernaan.
Pada beberapa pemeriksaan, sistem pencernaan harus dikosongkan terlebih dahulu; ada
juga pemeriksaan yang dilakukan setelah 8-12 jam sebelumnya melakukan puasa;
sedangkan pemeriksaan lainnya tidak memerlukan persiapan khusus.
Langkah pertama dalam mendiagnosis kelainan sistem pencernaan adalah riwayat medis
dan pemeriksaan fisik.
Tetapi gejala dari kelainan pencernaan seringkali bersifat samar sehingga dokter
mengalami kesulitan dalam menentukan kelainan secara pasti.
Kelainan psikis (misalnya kecemasan dan depresi) juga bisa mempengaruhi sistem
pencernaan dan menimbulkan gejala-gejalanya.
Pemeriksaan kerongkongan
Pemeriksaan barium
Penderita menelan barium dan perjalanannya melewati kerongkongan dipantau melalui
fluoroskopi (teknik rontgen berkesinambungan yang memungkinkan barium diamati atau
difilmkan).
Dengan fluoroskopi, dokter bisa melihat kontraksi dan kelainan anatomi kerongkongan
(misalnya penyumbatan atau ulkus). Gambaran ini seringkali direkam pada sebuah film
atau kaset video.
Selain cairan barium, bisa juga digunakan makanan yang dilapisi oleh barium, sehingga
bisa ditentukan lokasi penyumbatan atau bagian kerongkongan yang tidak berkontraksi
secara normal.
Cairan barium yang ditelan bersamaan dengan makanan yang dilapisi oleh barium bisa
menunjukkan kelainan seperti:
- selaput kerongkongan (dimana sebagian kerongkongan tersumbat oleh jaringan fibrosa)
- divertikulum Zenker (kantong kerongkongan)
- erosi dan ulkus kerongkongan
- varises kerongkongan
- tumor.
Manometri
Manometri adalah suatu pemeriksaan dimana sebuah tabung dengan alat pengukur
tekanan dimasukkan ke dalam kerongkongan.
Dengan alat ini (alatnya disebut manometer) dokter bisa menentukan apakah kontraksi
kerongkongan dapat mendorong makanan secara normal atau tidak.
Pengukuran pH kerongkongan
Mengukur keasaman kerongkongan bisa dilakukan pada saat manometri.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah terjadi refluks asam atau tidak.
Uji Bernstein (Tes Perfusi Asam Kerongkongan)
Pada pemeriksaan ini sejumlah kecil asam dimasukkan ke dalam kerongkongan melalui
sebuah selang nasogastrik. Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah nyeri
dada disebabkan karena iritasi kerongkongan oleh asam dan merupakan cara yang baik
untuk menentukan adanya peradangan kerongkongan (esofagitis).
Intubasi
Intubasi adalah memasukkan sebuah selang plastik kecil yang lentur melalui hidung atau
mulut ke dalam lambung atau usus halus. Prosedur ini bisa digunakan untuk keperluan
diagnostik maupun pengobatan.
Intubasi bisa menyebabkan muntah dan mual, tetapi tidak menimbulkan nyeri.
Ukuran selang yang digunakan bervariasi, tergantung kepada tujuan dilakukannya
prosedur ini (apakah untuk diagnosik atau pengobatan).
Intubasi Nasogastrik
Pada intubasi nasogastrik, sebuah selang dimasukkan melalui hidung menuju ke
lambung. Prosedur ini digunakan untuk mendapatkan contoh cairan lambung, untuk
menentukan apakah lambung mengandung darah atau untuk menganalisa keasaman,
enzim dan karakteristik lainnya.
Pada korban keracunan, contoh cairan lambung ini dianalisa untuk mengetahui racunnya.
Kadang selang terpasang agak lama sehingga lebih banyak contoh cairan yang bisa
didapat.
Intubasi nasogastrik juga bisa digunakan untuk memperbaiki keadaan tertentu:
- Untuk menghentikan perdarahan dimasukkan air dingin
- Untuk memompa atau menetralkan racun diberikan karbon aktif
- Pemberian makanan cair pada penderita yang mengalami kesulitan menelan.
Kadang intubasi nasogastrik digunakan secara berkesinambungan untuk mengeluarkan isi
lambung. Ujung selang biasanya dihubungkan dengan alat penghisap, yang akan
mengisap gas dan cairan dari lambung.
Cara ini membantu mengurangi tekanan yang terjadi jika sistem pencernaan tersumbat
atau tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Intubasi Nasoenterik
Pada intubasi nasoenterik, selang yang dimasukkan melalui hidung lebih panjang, karena
harus melewati lambung untuk menuju ke usus halus.
Prosedur ini bisa digunakan untuk:
- mendapatkan contoh isi usus
- mengeluarkan cairan
- memberikan makanan.
Sebuah selang yang dihubungkan dengan suatu alat kecil di ujungnya bisa digunakan
untuk biopsi (mengambil contoh jaringan usus halus untuk diperiksa secara mikroskopik
atau untuk analisa aktivitas enzim).
Lambung dan usus halus tidak dapat merasakan nyeri, sehingga kedua prosedur diatas
tidak menimbulkan nyeri.
Endoskopi
Endoskopi adalah pemeriksaan struktur dalam dengan menggunakan selang/tabung serat
optik yang disebut endoskop. Endoskop yang dimasukkan melalui mulut bisa digunakan
untuk memeriksa:
- kerongkongan (esofagoskopi)
- lambung (gastroskopi)
- usus halus (endoskopi saluran pencernaan atas).
Jika dimasukkan melalui anus, maka endoskop bisa digunakan untuk memeriksa:
- rektum dan usus besar bagian bawah (sigmoidoskopi)
- keseluruhan usus besar (kolonoskopi).
Diameter endoskop berkisar dari sekitar 0,6 cm-1,25 cm dan panjangnya berkisar dari
sekitar 30 cm-150 cm. Sistem video serat-optik memungkinkan endoskop menjadi
fleksibel menjalankan fungsinya sebagai sumber cahaya dan sistem penglihatan.
Banyak endoskop yang juga dilengkapi dengan sebuah penjepit kecil untuk mengangkat
contoh jaringan dan sebuah alat elektronik untuk menghancurkan jaringan yang
abnormal.
Dengan endoskop dokter dapat melihat lapisan dari sistem pencernaan, daerah yang
mengalami iritasi, ulkus, peradangan dan pertumbuhan jaringan yang abnormal. Biasanya
diambil contoh jaringan untuk keperluan pemeriksaan lainnya.
Endoskop juga bisa digunakan untuk pengobatan. Berbagai alat yang berbeda bisa
dimasukkan melalui sebuah saluran kecil di dalam endoskop:
Elektrokauter bisa digunakan untuk menutup suatu pembuluh darah dan menghentikan
perdarahan atau untuk mengangkat suatu pertumbuhan yang kecil Sebuah jarum bisa
digunakan untuk menyuntikkan obat ke dalam varises kerongkongan dan menghentikan
perdarahannya.
Sebelum endoskop dimasukkan melalui mulut, penderita biasanya dipuasakan terlebih
dahulu selama beberapa jam. Makanan di dalam lambung bisa menghalangi pandangan
dokter dan bisa dimuntahkan selama pemeriksaan dilakukan.
Sebelum endoskop dimasukkan ke dalam rektum dan kolon, penderita biasanya menelan
obat pencahar dan enema untuk mengosongkan usus besar.
Komplikasi dari penggunaan endoskopi relatif jarang.
Endoskopi dapat mencederai atau bahkan menembus saluran pencernaan, tetapi biasanya
endoskopi hanya menyebabkan iritasi pada lapisan usus dan perdarahan ringan.
Laparoskopi
Laparoskopi adalah pemeriksaan rongga perut dengan menggunakan endoskop
Laparoskopi biasanya dilakukan dalam keadaan penderita terbius total. Setelah kulit
dibersihkan dengan antiseptik, dibuat sayatan kecil, biasanya di dekat pusar. Kemudian
endoskop dimasukkan melalui sayatan tersebut ke dalam rongga perut. Dengan
laparoskopi dokter dapat:
- mencari tumor atau kelainan lainnya
- mengamati organ-organ di dalam rongga perut
- memperoleh contoh jaringan
- melakukan pembedahan perbaikan.
Rontgen
Foto polos perut.
Foto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk perut, yang tidak memerlukan
persiapan khusus dari penderita.
Sinar X biasanya digunakan untuk menunjukkan:
- suatu penyumbatan
- kelumpuhan saluran pencernaan
- pola udara abnormal di dalam rongga perut
- pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa).
Pemeriksaan barium
Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak putih pada foto rontgen
dan membatasi saluran pencernaan, menunjukkan kontur dan lapisan dari kerongkongan,
lambung dan usus halus.
Barium yang terkumpul di daerah abnormal menunjukkan adanya ulkus, erosi, tumor dan
varises kerongkongan.
Foto rontgen bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu untuk menunjukkan keberadaan
barium. Atau digunakan sebuah fluoroskop untuk mengamati pergerakan barium di
dalam saluran pencernaan. Proses ini juga bisa direkam.
Dengan mengamati perjalanan barium di sepanjang saluran pencernaan, dokter dapat
menilai:
- fungsi kerongkongan dan lambung
- kontraksi kerongkongan dan lambung
- penyumbatan dalam saluran pencernaan.
Barium juga dapat diberikan dalam bentuk enema untuk melapisi usus besar bagian
bawah. Kemudian dilakukan foto rontgen untuk menunjukkan adanya polip, tumor atau
kelainan struktur lainnya.
Prosedur ini bisa menyebabkan nyeri kram serta menimbulkan rasa tidak nyaman.
Barium yang diminum atau diberikan sebagai enema pada akhirnya akan dibuang ke
dalam tinja, sehingga tinja tampak putih seperti kapur.
Setelah pemeriksaan, barium harus segera dibuang karena bisa menyebabkan sembelit
yang berarti. Obat pencahar bisa diberikan untuk mempercepat pembuangan barium.
Parasentesis
Parasentesis adalah memasukkan jarum ke dalam rongga perut dan mengambil cairannya.
Dalam keadaan normal, rongga perut diluar saluran pencernaan hanya mengandung
sejumlah kecil cairan. Cairan bisa terkumpul dalam keadaan-keadaan tertentu, seperti
perforasi lambung atau usus, penyakit hati, kanker atau pecahnya limpa. Parasentesis
digunakan untuk memperoleh contoh cairan untuk keperluan pemeriksaan atau untuk
membuang cairan yang berlebihan.
Pemeriksaan fisik (kadang disertai dengan USG) dilakukan sebelum parasentesis untuk
memperkuat dugaan bahwa rongga perut mengandung cairan yang berlebihan.
Selanjutnya daerah kulit (biasanya tepat dibawah pusar) dibersihkan dengan larutan
antiseptik dan dibius lokal. Melalui kulit dan otot dinding perut, dimasukkan jarum yang
dihubungkan dengan tabung suntik ke dalam rongga perut dimana cairan terkumpul.
Sejumlah kecil cairan diambil untuk pemeriksaan laboratorium atau sampai 0,96 liter
cairan diambil untuk mengurangi pembengkakan perut.
USG Perut
USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran dari organ-organ
dalam. USG bisa menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai organ (misalnya hati dan
pankreas) dan juga bisa menunjukkan daerah abnormal di dalamnya. USG juga dapat
menunjukkan adanya cairan. Tetapi USG bukan alat yang baik untuk menentukan
permukaan saluran pencernaan, sehingga tidak digunakan untuk melihat tumor dan
penyebab perdarahan di lambung, usus halus atau usus besar. USG merupakan prosedur
yang tidak menimbulkan nyeri dan tidak memiliki resiko.
Pemeriksa menekan sebuah alat kecil di dinding perut dan mengarahkan gelombang suara
ke berbagai bagian perut dengan menggerakkan alat tersebut. Gambaran dari organ dalam
bisa dilihat pada layar monitor dan bisa dicetak atau direkam dalam filem video.
DAFTAR PUSTAKA
www.wikipedia .com
http://www.indonesiaindonesia.com/f/10673-biologi-sistem-pencernaan/
030208
www.medicastore.com 9 februari 2007
www.medicastore.com
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/27/askep-tiphus-abdominalis/
http://dokterfoto.com/2008/02/25/anatomi-anak/ thn 200iuiughghghgg
http://members.lycos.co.uk/weborgan/index.php?id=stm4 thn 2005
Biologi SMA.Esis.2004
Biologi SMA XI. Grafindo.2004
Louise carlos dan jose carneiro.Histologi dasar.EGC.2007
Ganong. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.EGC.2007
Guyton. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.EGC.2007
Buku panduan skill lab