Sistem Pencernaan

46
SISTEM PENCERNAAN Sistem pencernaan terdiri atas saluran cerna yang terdiri dari rongga mulut, esofagus, lambung, usus halus, dan usus besar, rektum dan anus dan kelenjar terkait yang terdiri dari kelenjar liur, hati, dan pankreas. Fungsinya adalah mendapatkan molekul-molekul yand diperlukan dari makanan untuk pertahanan, pertumbuhan, dan kebutuhan energi tubuh. Molekul besar seperti protein, lemak, karbohidrat kompleks, dan asam nukleat dipecah menjadi molekul kecil yang mudah diabsorpsi melalui permukaan saluran cerna terutama pada usus halus. STRUKTUR MAKROKOPIS Cavum Oris Cavum oris terdiri dari Rima oris, Vestibulum oris, Cavum oris, dan Isthmus faucium.

description

Organ sistem pencernaan

Transcript of Sistem Pencernaan

Page 1: Sistem Pencernaan

SISTEM PENCERNAAN

Sistem pencernaan terdiri atas saluran cerna yang terdiri dari rongga mulut, esofagus,

lambung, usus halus, dan usus besar, rektum dan anus dan kelenjar terkait yang terdiri

dari kelenjar liur, hati, dan pankreas. Fungsinya adalah mendapatkan molekul-molekul

yand diperlukan dari makanan untuk pertahanan, pertumbuhan, dan kebutuhan energi

tubuh. Molekul besar seperti protein, lemak, karbohidrat kompleks, dan asam nukleat

dipecah menjadi molekul kecil yang mudah diabsorpsi melalui permukaan saluran cerna

terutama pada usus halus.

STRUKTUR MAKROKOPIS

Cavum Oris

Cavum oris terdiri dari Rima oris, Vestibulum oris, Cavum oris, dan Isthmus faucium.

Oesophagus

Oesophagus dibagi menjadi dua pars yaitu pars cervicalis dan pars thoracalis. Pars

cervicalis di bagian anterior terdapat trachea dan ganglion thyreoidea. Pada bagian

posterior terdapat vertebra cervicalis dan f. prevertebralis. Oesophagus dipersyarafi oleh

N. Recurrens dan vaskularisasinya adalah A.carotis comunis dan A.subclavia.

Oesophagus pars thoracalis di bagian anterior berbatasan dengan trachea,bronchus kiri,

pericardium, atrium kiri, dan diafragma. Pada bagian posterior berbatasan dengan

vertebra thorachalis, ductus thoracicus, v.azygos, aorta ascendens. Di bagian kiri

Page 2: Sistem Pencernaan

berbatasan dengan Arcus aorta, N.recurrent kiri, A.subclavia kiri, ductus thoracicus dan

pleura. Pada bagian kanan berbatasan dengan pleura dan v. Azygos.

Gaster

Bagian-bagian pada gaster terdiri dari fundus, corpus, anthrum pyloricum, dan pylorus.

Terdapat dua muara yaitu cardia yang merupakan muara oesophagus menuju gaster dan

pylorus yang merupakan muara gaster menuju duodenum. Gaster memiliki dua lekukan

yaitu incisura cardiaca yaitu curvatura major dan incisura angularis yaitu curvatura

minor. Terdapat dua permukaan yaitu facies anterior dan facies posterior. Bagian-bagian

pada gaster terdiri lapang lambung (Magen Feld) yang merupakan bagian dinding dada

dan perut yang langsung berbatasan dengan gaster. Bagian lambung bidang transpyloric

yang merupakan bidang melalui titik tengah sumbu proc.xyphoideus-umbilicus dan

melalui lumbal I/II dan ujung rawan iga 9. Bagian lambung Ruang Traube yang

merupakan bagian dari lapang lambung yang dibatasi oleh tepi hati (kanan), tepi lien

(kiri), tepi bawah paru kiri (atas), dan arcus aorta kiri (bawah).

Vascularisasi gaster terdirir atas A. Gastrica (cabang dari truncus coelacalis), A.gastrica

dextra (cabang dari hepatica communis), A. gastroepiploica dextra dan sinistra, A.

Gastrica brevis (cabang dari A.lienalis) sedangkan pada venanya mengikuti dari arteri.

Inervasi pada gaster terdiri dari saraf parasymphatis, dan symphatis. Pada parasymphatis

Page 3: Sistem Pencernaan

dipersyarafi oleh N. Vagus sedangkan pada symphatis dipersyarafi oleh N. Splanchnicus

Th dengan serabut preganglionic dan serabut posterior ganglionic oleh ganglion plexus

celiacus.

Duodenum

Terdiri dari 4 pars yaitu pars superior duodeni, pars descendens duodeni, pars

inferior/horizontal, dan pars ascendens duodeni. Terdapat plica semicircularis, papila

vateri, dan papilla duodenalis minor yang merupakan muara dari duktus pankreastikus

dari suatu saluran duktus choledocus dan duktus pankreastikus major. Terdapat jaringan

ikat yang menghubungkan flexura duodenojejunalis dengan oesophagus disebut ligament

treitz. Vaskularisasi pada duodenum terdiri atas A. Gasttroduodenalis yang merupakan

cabang dari A.hepatica comm dan truncus oesophagus, A. Pancreatico duodenalis

superior anterior dan posterior memperdarahi duodenum bagian proximal yang

merupakan cabang dari A.mesenterika superior, A.pancreatico duodenalis inferior

anterior yang merupakan cabang dari A. Mesenterika superior yang memperdarahi

duodenum bagian distal.

Intestinum Tenuae

Terdiri dari 2/5 bagian jejunum dan 3/5 ileum dari flexura duodenu jejunalis-fossa iliaca

dextra, kadang-kadang pada artic sacroiliaca. Letaknya adalah intra peritoneal dan ada

penggantung usus yang disebut peritoneum. Mesenterium merupakan lipatan peritoneum

lebar menyerupai kipas yang menggantung jejunum dan ileum dari dinding posterior

abdomen, dan memungkinkan usus bergerak dengan leluasa. Mesenterium menyokong

pembuluh darah dan limfe yang menyuplai ke usus. Omentum majus merupakan lapisan

ganda peritoneum yang menggantung dan kurvatura major lambung dan berjalan turun di

depan visera abdomen menyerupai celemek. Omentum biasanya mengandung banyak

Page 4: Sistem Pencernaan

lemak dan kelenjar limfe yang membantu melindungi rongga peritoneum terhadap

infeksi. Omentum minus merupakan lipatan peritoneum yang terbentang dan kurvatura

minor larnbung dan bagian atas duodenum, menuju ke hati, membentuk ligamentum

suspensorium hepatogastrika dan ligamentum hepatoduodenale. Salah satu fungsi penting

peritoneum adalah mencegah gesekan antara organ-organ yang berdekatan dengan cara

menyekresi cairan serosa yang berperan sebagai pelumas. Arteria mesenterika superior

dicabangkan dan aorta tepat di bawah arteri seliaka. Arteria ini mendarahi seluruh usus

halus kecuali duodenum yang diperdarahi oleh artenia gastroduodenalis dan cabangnya,

arteria pankreatiko duodenalis superior. Darah dikembalikan lewat vena mesenterika

superior yang menyatu dengan vena lienalis membentuk vena porta.Usus halus

dipersarafi oleh cabang-cabang sistem saraf otonom. Rangsangan parasimpatis

merangsang aktivitas sekresi dan motilitas, dan rangsangan simpatis menghantarkan

nyeri, sedangkan serabut-serabut parasimpatis mengatur refleks usus

Intestinum crassum

Bentuknya adalah U terbalki dan terdiri atas coecum,colon ascendens, colon tranversum,

colon descendens, colon sigmoideum, dan rectum. Ciri-cirinya adalah bahwa usus besar

memiliki taenia coli, haustra coli, dan plica semilunaris. Usus besar dibagi menjadi

sekum, kolon, dan rektum. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan apendiks yang

melekat pada ujung sekum. Sekum menempati sekitar dua atau tiga inci pertama dari usus

besar. Katup ileosekal mengendalikan aliran kimus dan ileum ke dalam sekum dan

mcncegah terjadinya aliran balik bahan fekal dan usus besar ke dalam usus halus. Kolon

dibagi lagi menjadi kolon asenden, transversum, desenden, dan sigmoid . Tempat kolon

membentuk kelokan tajam pada abdomen kanan dan kiri atas berturut-turut disebut

sebagai fleksura hepatika dan fleksura lienalis. Kolon sigmoid mulai setinggi krista iliaka

Page 5: Sistem Pencernaan

dan membentuk lekukan berbentuk-S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri sewaktu

kolon sigmoid bersatu dengan rektum, dan hal ini merupakan alasan anatomis, mengapa

memposisikan penderita kesisi kiri saat pemberian enema. Pada posisi ini, gaya gravitasi

membantu mengalirkan air dan rektum ke fleksura sigmoid. Bagian utama usus besar

yang terakhir disebut sebagai rektum dan membentang dan kolon sigmoid hingga anus

(muara ke bagian luar tubuh). Satu inci terakhir dan rektum disebut sebagai kanalis ani

dan dilindungi oleh otot sfingter ani eksternus dan internus. Panjang rektum dan kanalis

ani adalah sekitar 15 cm (5,9 inci). Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri

dan kanan berdasarkan pada suplai darah yang diterima. Arteria mesenterika superior

mendarahi belahan kanan (sekum, kolon asendens, dan dua pertiga proksimal koion

transvensum), dan arteria mesenterika inferior mendarahi belahan kiri (sepertiga distal

kolon transversum, kolon desendens, kolon sigmoid, dan bagian proksimal rektum).

Suplai darah tambahan ke rektum berasal dari arteri hemoroidalis media dan inferior yang

dicabangkan dan arteria iliaka interna dan aorta abdominalis.Aliran balik vena dari kolon

dan rektum superior adalah melalui vena mesenterika superior, vena mesenterika inferior,

dan vena hemoroidalis superior (bagian sistem portal yang mengalirkan darah ke hati).

Vena hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka sehingga

merupakan bagian sirkulasi sistemik. Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis

superior, media, dan inferior, sehingga tekanan portal yang meningkat dapat

menyebabkan terjadinya aliran balik ke dalam vena dan mengakibatkan

hemoroid.Persarafan usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom dengan perkecualian

sfingter ekstema yang berada dalam pengendalian voluntar. Serabut parasimpatis berjalan

melalui saraf vagus ke bagian tengah kolon transversum, dan saraf pelvikus yang berasal

dari daerah sakral menyuplai bagian distal. Serabut simpatis meninggalkan medula

spinalis melalui saraf splangnikus. Serabut saraf ini bersinaps dalam ganglia seliaka dan

aortikorenalis, kemudian serabut pasca ganglionik menuju kolon. Rangsangan simpatis

menghambat sekresi dan kontraksi, serta merangsang sfingter rektum. Rangsangan

parasimpatis mempunyai efek yang berlawanan.

Rectum

Page 6: Sistem Pencernaan

Merupakan kelanjutan dari colon sigmoideum. Lengkung rectum terbagi dua yaitu pada

bidang frontal dan bidang sagital. Bagian-bagian rectum terbagi menjadi dua pars yaitu

pars ampularis recti yang merupakan bagian yang melebar dan pars analis recti yang

merupakan bagian sempit dan pendek. Dibelakang valvula terdapat lekukan yang lebih

dalam diebut crypti morgagni.Vascularisasi rectum adalah A.rectalis superir yang

merupakan cabang dari A.mesenterika superior, A.rectalis media dan A.rectalis inferior

yang merupakan cabang dari A.mesenterika inferior.

Pancreas

Merupakan kelenjar endokrin dan eksokrin yang terletak retro peritoneal. Bagian-bagian

dari pancreas terdiri dari caput pankreas, collum pankreas, corpus pankreas, dan cauda

pankreas (menghadap ke lien). Tuber omentale adalah penonjolan pancreas karena

adanya curvature minor ventriculi. Endokrin pancreas banyak terdapat di cauda pancreas

yang disebut pulau-pulau Langerhans. Vaskularisasi pancreas terdiri dari A.pancreatico

duodenale superior yang merupakan cabang dari A.gastroduodenalis, A. pancreatico

duodenalis inferior yang merupakan cabang dari A.mesenterika superior. Sedangkan pada

vena darah di alirkan ke dalam V. lienalis, dan V. Mesenterika superior. Persyarafan

pankreas oleh plexus cellacus.

Hepar

Terdiri dari 2 lobus yaitu lobus sinister dan dexter. Pada lobus dexter terbagi menjadi dua

yaitu lobus caudatus dan lobus Quadratus. Batas lobus dexter dan sinister adalah alur

yang ditempati ligament teres hepatis dan ligament venosum arantii. Facies Hepar terdiri

atas 3 facies yaitu facies diaphragmatica, fasciec visceralis, dan fascies superior yaitu

bare area. Vaskularisasi pada hepar adalah A. hepatica comunis yang merupakan cabang

dari truncus coliacus, A. hepatica propria yang bercabang menjadi dua yaitu A.hepatica

dextra dan A. hepatica sinistra. A.hepatica propria berjalan bersama-sama dengan ductus

choledochus dan v.porta dalam ligament hepatoduodenale. Sedangkan pada vena hampir

semua darah dari sistem disgestive di alirkan ke dalam V.porta hepatis yang terbentuk

dari V. Mesenterika superior, V. Mesenterika inferior, V. Lienalis, V. Coronaria

ventriculi, V. Parumbilicalis.

Nama organ Fungsi

Page 7: Sistem Pencernaan

Cavum oris adalah jalan masuk menuju sistem

pencernaan dan berisi organ aksesori yang

berfungsi dalam proses awal pencernaan.

Oesophagus menghantarkan bahan yang dimakan dari

faring ke lambung

Gaster memecah makanan menjadi partikel-

partikel kecil dan mencampurnya dengan

getah lambung

menyimpan makanan sampai sedikit demi

sedikit bergerak pada saluran cerna,

menyesuaikan peningkatan volume tanpa

menambah tekanan dengan relaksasi. Pada

sfingter esofageal berfunsi menjaga

makanan agar tetap di lambung dan hanya

akan terbuka pada saat makanan masuk

atau muntah.

Duodenum Tenpat terjadi proses pencernaan secara

kimiawi karena melibatkan enzim.

Jejunum Tempat terjadi proses pencernaa secara

kimiawi sehingga makanan semakin halus

dan encer

Ileum Tempat penyerapan makanan berupa asam

amino, glukosa, vitamin, mineral, dan air.

colon Menjaga makanan agar tidak kembali ke

usus halus. Tempat pembusukan sisa

makanan dengan bantuan E.coli agar

menjadi feses.

Rectum Berkontraksi sehingga menimbulkan

terjadinya defekasi

Pankreas melindungi duodenum dengan cara

menetralkan asam lambung

Page 8: Sistem Pencernaan

Hepar Proses pencernaan lemak, sekresi garam

empedu, sintesis protein plasma,

penyimpanan glikogen, pengaktivan

vitamin D, pengeluaran bakteri dan eritrosit

yang usang, ekresi kolestrol dan bilirubin.

STRUKTUR MIKROKOPIS

Cavum oris

Cavum oris dilapisi epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk atau tanpa lapisan

tanduk, bergantung pada daerahnya. Lapisan keratin melindungi mukosa mulut terhadap

kerusakan selama mengunyah dan hanya terdapat di gingiva dan palatum durum. Lamina

propia daerah ini memiliki sejumlah papila dan langsung melekat pada jaringan tulang.

Epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk menutupi paltum molle,bibir, pipi, dan dasar

mulut. Lamina propia memiliki papila, mirip dermis kulit, dan menyatu dengan

submukosa yang mengandung kelenjar liur kecil yang difus.

Oesophagus

Bagian saluran cerna yang disebut oesophagus merupakan saluran berotot yang berfungsi

meneruskan makanan dari lambung ke lambung. Pada oesophagus tunika mukosanya

dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lpisan tanduk dan T.M.M hanya terdiri dari satu

lapis longitudinal. Pada lamina propria terdapat kel mukus tubulosa kompleks (kel

superfisial) yang merupakan perluasan dari kelenjar kardia. Pada tunika submukosa

terdapat kelenjar mukus tubulosa yang disebut kelenjar submukosa atau oesophageal

glands. Pada tunika muskularis terdiri dari 1/3 proksimal yang terdiri dari otot lurik lalu

Page 9: Sistem Pencernaan

1/3 tengah terdiri dari campuran otot polos dan lurik dan 1/3 distal seluruhnya adalah otot

polos.

Gaster

Gaster dilapisi oleh epitel mukosa selapis torak tanpa sel goblet. Seluruh permukaan

mukosa gaster terdapat gastric pits atau foveola gastrica. Sitoplasma pada permukaan

apikalnya mengandung musigen dengan inti oval. Pada lamina propria terdapat kelenjar

di carida, fundus, maupun pilorus yang merupakan daerah pada gaster. Pada kelenjar

caedia dan pilorus tubulosanya kompleks dan mengandung mukus. Kelenjar pilorus

relatif pendek, simpleks, dan tubulosanya bercabang. Mukus dari kelenjar cardia dan

pilorus berfungsi melindungi lambung dari autodigestion. Pada kelenjar fundus simpleks

tubulosanya bercabang. Dimulai dari dasar gastric pits ke seluruh lamina propria sampai

TMM. Kelenjarnya terbagi atas bagian leher, korpus, dan fundus. Pada fundus terdapat 4

macam sel yaitu Chief cell (zimogenic cell), Parietal cell, Mucous Neck cell, dan

Argentafin cell. Pada gaster lapisan sumbukosanya terdiri dari jaringan ikat padat yang

mengandung pembuluh darah dan pembuluh limfe. Pada lapisan ini terdapat sel-sel

limfoid, makrofag, dan sel mast. Pada lapisan muskularis terdiri atas serabut otot polos

yang tersususn atas 3 arah utama yaitu pada lapisan luar tersusun longitudinal, lapisan

tengah tersusun sirkular, dan lapisan dalam tersusun oblik. Di pilorus pada lapisan tengah

sangat menebal sehingga membentuk sfingter pilorus. Pada lambung dilapisi oleh selapis

tipis serosa.

Usus Halus

Usus halus dibagi dalam 3 bagian yaitu duodenum, jejunum, dan ileum. Tersusun dari

selapis torak dan sel goblet. Pada sel torak di bagian apikalnya terdapat brush

border/mikrovili yang berfungsi memperluas permukaan absorptif dan pada lapisan ini

mengandung enzim-enzim pencernaan. Sel goblet ke arah distal jumlahnya makin

banyak. Pada usus halus terdapat vili instestinal dan vili di duodenum bentuknya lebar

sedangkan di jejunum bentuknya bundar seperti lidah dan pada ileum berbentuk jari.

Plika sirkularis kerkringi merupakan lipatan mukosa dan submukosa. Pada jejunum plika

kerkringi tinggi-tinggi. Pada usus halus sepanjang membran mukosanya terdapat

Page 10: Sistem Pencernaan

ganglion intestinalis (cryptus Lieberkuhn), tubulosanya simplek yang bermuara di antara

vili intestinalis. Pada dasar cryptus terdapat sel paneth, di bagian apiklanya mengandung

granula eosinofilia. Sel-sel cryptus menggantikan sel-sel epitel permukaan yang rusak.

Duodenum

Ciri khas dari duodenum adalah terdapat kelenjar Brunner, tubulosanya kompleks dan

bercabang serta memiliki mukus.

Jejunum

Pada jejunum tidak terdapat kelenjar brunner ataupun agmina peyeri. Plica sirkularisnya

kerckringi tinggi-tinggi. Kelenjar intestinalnya terdapat di lamina propria.

Ileum

Pada ileum terdapat agregat limfonodus atau agmina peyeri / plaque peyeri di lamina

propria dan meluas ke tunika submukosa.

Colon

Tunika mukosanya mengandung plica sirkularis dan vili intestinal. Sel goblet banyak

terdapat di antara sel epitel. Terdapat Cryptus Lieberkuhn. Jumlah Selmpaneth dan sel

argentafin sedikit sekali. Terdapat limfonodus yang tersebar soliter. Pada tunika

muskularis longitudinal memebentuk 3 pita longitudinal yang disebut taenia coli.

Rektum

Rektum merupakan organ di bagian sebelah bawah (Anal Canal). Lapisan mukosanya

mempunyai lipatan longitudinal Rectal collum (Anal column, column of morgagni)

berakhir kira-kira ½ inchi dari orrificium anal. Rektum dilapisi oleh epitel selapis torak

dan terdapat cryptus. Pertemuan rectum dengan anus disebut linea pectinata.

Anus

Page 11: Sistem Pencernaan

Anus dibagi ke dalam 3 segmen yaitu zona collumnnaris (epitel berlapis kubus dan

terdapat kelenjar circumanalis), zona intermedia (epitel berlapis gepeng tdak bertanduk),

dan zona cutanea (berupa kulit biasa). Pada tunika submukosanya mengandung banyak

pembuluh darah, saraf, dan badan vater pacini. Pembuluh-pembuluh vena membentuk

plexus hemmoroid. Pada lapisan longitudinal membentuk M. Dilatator ani internus.

Tunika muskular sirkular menebal pada ujungnya membentuk M.Sphincter ani internus.

Diluar lapisan otot ini terdapat jaringan otot lurik M.sphincter ani externus.

Pankreas

Merupakan sel kelenjar eksokrin dan endokrin. Tersusun oleh epitel duktus ekskretorius

bervariasi dari torak rendah bersel goblet-kubus. Duktus interklarisnya (isthmus)

panjang-panjang dan eptelnya selapis gepeng. Bentuk sel asinusnya lebih kecil dari sel

asinus parotis. Sinus pankreas menghasilkan enzim-enzim. Pada pankreas adalah serosa

murni. Pars terminalisnya 100% serous dan ditengah pars terminal sering dijumpai sel-sel

sentroasini yang merupakan bagian dari isthmus. Tidak ada sel myoepitel.

Hepar

Organ hepar bentuknya poligonal dan diliputi oleh kapsula glissoni. Septa membagi

hepar menjadi lobuli-lobuli. Porta hepatis berisi pembuluh limfe, pembuluh empedu,

V.portae dan A. Hepatika. Unit fungsional hepar ialah 1 lobulus. Berbagai unit pada hati

(lobulasi) terdiri atas lobulus klasik (V.sentralis sumbunya, portal triad sudutnya),

Lobulus portal (portal triad sumbunya, v.sentralis sudutnya), dan asinus hati (bentuk

belah ketupat, v.sentralis di kedua ujungnya, aksisnya yaitu jaringan ikat tepi lobulus

klasik). Sinusoid hati dibatasi oleh sel endotel sinus dan sel kupffer. Sel kupffer ovoid,

dengan kromatin pucat dan bersifat fagositer. Pada ruangan disse di hati berisi cairan

limfe dan tidak terdapat membrana basalis. Filtrasi darah dan plasma melalui dinding

sinusoid. Pada organ empedu terdapat saluran empedu terdapat kanalikuli biliaris-

preduktuli biliaris (saluran Hering)-duktus biliaris-duktus hepatikus-vesika felea-duktus

cysticus-duktus koledokus. Arah aliran empedu dari sentral ke perifer hati. Arah aliran

darah dari perifer ke sentral lobulus.

Page 12: Sistem Pencernaan

MEKANISME PENCERNAAN

Pencernaan makanan pada saluran pencernaan manusia meliputi dua proses, yaitu

pencernaan mekanik dan pencernaan kimiawi. Pencernaan mekanik adalah proses yang

tidak melibatkan enzim. Proses ini terjadi saat dikunyah di mulut dengan gigi dan

dilumatkan oleh lambung. Pencernaan kimiawi adalah pencernaan yang melibatkan

enzim yang terjadi mulai dari mulut, lambung, dan usus.

Proses pencernaan mulai dengan aktivitas mengunyah, dimana makanan dipecah ke

dalam partikel kecil yang dapat ditelan dan dicampur dengan enzim pencernaan. Saliva

adalah sekresi pertama yang kontak dengan makanan.

Menelan mulai sebagai aktifitas volunter yang di atur oleh pusat menelan di medulla

oblongata dari sistem saraf pusat. Saat makanan ditelan, epiglotis bergerak menutup

lubang trakea dan karenanya mencegah aspirasi makanan ke dalam paru-paru. Menelan,

mengakibatkan bolus makanan berjalan ke dalam esofagus atas, yang berakhir sebagai

aktivitas refleks, otot halus di dinding esofagus berkontraksi dalam urutan irama dari

esofagus ke arah lambung untuk mendorong bolus makanan sepanjang saluran. Selama

proses peristaltik esofagus ini, sfingter esofagus bawah rileks dan memungkinkan bolus

makanan masuk lambung. Akhirnya, sfingter esofagus menutup dengan rapat untuk

mencegah refluks isi lambung ke dalam esofagus. Makanan masuk ke dalam lambung.

Pengaturan sekresi lambung dapat dibagi menjadi beberapa yaitu :

1) Fase sefalik, yang dimulai bahkan sebelum makanan masuk kelambung, yaitu sebagai

akibat melihat, mencium memikirkan atau mengecap makanan. Sinyal neurogenik yang

menyebabkan fase sefalik berasal dari korteks serebri.

2) Fase gastric, dimulai saat makanan mencapai antrum pylorus. Distensi pada antrum

menyebabkan terjadinya rangsangan mekanis dari reseptor-reseptor pada dinding

lambung. Impuls-impuls ini merangsang pelepasan hormone gastrin dan secara

lanmgsung juga merangsang kelenjar-kelenjar lambung. Pelepasan gastrin juga

Page 13: Sistem Pencernaan

dirangsang oleh Ph alkali, garam empedu di antrum dan terrutama oleh protein makanan

dan alcohol. Gastrin adalah stimulasi utama sekresi asam hidroklorida.

3) Fase intestinal, dimulai oleh gerakan kimus dari lambung ke duodenum. Adanya

protein yang telah dicerna sebagian dalam duodenum tampaknya merangsang gastrin

usus, suatu hormone yang menyebabkan lambung terus menerus mensekresikan cairan

langsung.

Sekresi lambung juga mengandung enzim pepsin yang penting untuk memulai

pencernaan protein. Faktor instrinsik juga disekresi oleh mukosa gaster. Kontraksi

peristaltik di dalam lambung mendorong isi lambungnya ke arah pilorus. Karena partikel

makanan besar tidak dapat melewati sfingter pilorus, partikel ini diaduk kembali ke

korpus lambung. Makanan tetap berada di lambung selama waktu yang bervariasi, dari

setengah jam sampai beberapa jam tergantung pada ukuran partikel makanan, komposisi

makanan dan faktor lain. Peristaltik di dalam lambung dan kontraksi sfingter pilorus

memungkinkan makanan dicerna sebagian untuk masuk ke usus halus (Smeltzer Suzanne

C, 2001).

Proses pencernaan berlanjut ke duodenum, sekresi di dalam duodenum datang dari

pankreas, hepar dan kelenjar di dinding usus itu sendiri. Karakteristik utama dari sekresi

ini adalah kandungan enzim pencernaan yang tinggi. Sekresi pankreas mempunyai pH

alkalin karena konsentrasi bikarbonatnya yang tinggi. Ini menetralisir asam yang

memasuki duodenum dari lambung. Pankreas juga mensekresi enzim pencernaan,

termasuk tripsin, yang membantu dalam pencernaan protein, amilase yang membantu

dalam pencernaan zat pati dan lipase yang membantu dalam pencernaan lemak. Empedu

(disekresi oleh hepar dan disimpan di dalam kandung empedu) membantu mengemulsi

lemak yang dicerna.

Sekresi kelenjar usus terdiri daru mukus, yang menyelimuti sel-sel dan melindungi

mukosa dari serangan oleh asam hidroklorida, hormon, elektrolit dan enzim. Hormon,

neuroregulator dan regulator lokal ditemukan di dalam sekresi usus, berfungsi

mengontrol laju sekresi usus dan mempengaruhi motilitas gastrointestinal.

Sekresi usus total kira-kira getah pankreas 1 L/hari, empedu 0.5 L/hari dan kelenjar usus

halus 3 L/hari. Ada 2 tipe kontraksi yang terjadi secara teratur di usus halus :

1)Kontraksi segmental yang menghasilkan campuran gelombang yang menggerakkan isi

Page 14: Sistem Pencernaan

usus ke belakang dan ke depan dalam gerakan mengaduk.

2)Peristaltik usus mendorong isi usus halus tersebut ke arah kolon.

Karbohidrat dipecahkan menjadi disakarida dan monosakarida. Protein dipecahkan

menjadi asam amino dan peptida. Lemak dicerna diemulsifikasi menjadi monogliserida

dan asam lemak.

Dalam 4 jam setelah makan, materi sisa residu melewati ileum terminalis dan dengan

perlahan melewati bagian proksimal kolon melalui katup ileusekal. Populasi bakteri

adalah komponen utama dari isi usus besar. Bakteri membantu menyelesaikan

pemecahan materi sisa dan garam empedu.

Aktivitas peristaltik yang lemah menggerakkan isi kolonik dengan perlahan sepanjang

saluran. Transport lambat ini memungkinkan reabsorbsi efisien terhadap air dan

elektrolit. Materi sisa dari makanan akhirnya mencapai dan mengembangkan anus,

biasanya dalam kira-kira 12 jam sebanyak seperempat dari materi sisa makanan mungkin

tetap berada direktum 3 hari setelah makanan dicerna.

Distensi rektum secara relatif menimbulkan kontraksi otot-ototnya dan merilekskan

sfinger anal internal yang biasanya tertutup. Sfingter internal dikontrol oleh sistem saraf

otonom, sfringter eksternal di bawah kontrol sadar dari kortektes serebral.

Rata-rata frekuensi defekasi pada manusia adalah sekali sehari, tetapi frekuensi bervariasi

diantara individu, faeces terdiri dari bahan makanan yang tidak tercerna, materi

anorganik, air dan bakteri, Bahan kekal kira-kira 75 % materi cair dan 25 materi padat.

Mekanisme Penyerapan Karbohidrat

      Proses pencernaan pati (starch) secara sempurna dimulai di lambung yang selanjutnya

akan diserap melalui pompa mekanisme yang membutuhkan energi dan perlu bantuan

“Carrier” (Tranporting Agents). Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan

karbohidrat, yaitu:

1. Hormon insulin akan meningkatkan transport glukosa ke dalam jaringan sel. Berarti

juga mempertinggi penyerapan glukosa dalam jaringan, akibatnya akan mempercepat

perubahan glukosa menjadi glikogen dalam hati.

2. Tiamin (Vitamin B1), Piridoksin, Asam panthotenat, hormon tiroksin berperan      

besar di dalam penyerapan dan metabolisme karbohidrat.  Karbohidrat diserap dalam

Page 15: Sistem Pencernaan

usus halus dalam bentuk monosakarida, yaitu glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Proses

pemecahan karbohidrat dimulai di dalam mulut. Saat makanan dikunyah, kelenjar saliva,

terutama kelenjar parotis, mengsekresikan enzim ptialin yang dapat menghidrolisis pati

menjadi disakarida (maltosa dan isomaltosa). Akan tetapi makanan yang tertinggal

didalam mulut hanya dalam waktu singkat, dan mungkin tidak lebih dari 3%-5% dari

semua pati yang dimakan akan dihidrolisis menjadi maltosa dan isomaltosa pada waktu

makanan ditelan. Sisanya hanya diubah menjadi senyawa antara yaitu dekstrin.  

Walaupun makanan tidak tinggal di mulut dalam waktu yang cukup bagi ptialin untuk

menyelesaikan pemecahan pati menjadi maltosa. Kerja ptialin terus berlangsung selama

15-30 menit setelah makanan masuk ke dalam lambung, yaitu sampai isi fundus

dicampur dengan sekret lambung. Kemudian aktivitas ptialin dihambat oleh asam dari

sekret lambung. Ptialin pada hakekatnya tidak aktif sebagai enzim bila pH medium turun

kira-kira dibawah 4,0. Walaupun demikian, sebelum makanan bercampur sempurna

dengan sekret lambung, kurang lebih sebanyak 30%- 40 % pati telah diubah menjadi

maltosa dan isomaltosa. Asam getah lambung, dalam arti sempit dapat menghidrolisis

pati dan disakarida. Akan tetapi, secara kuantitatif reaksi ini terjadi sangat sedikit

sehingga biasanya dianggap merupakan efek yang penting.

 Makanan yang telah dicerna di dalam lambung disebut chyme. Chyme memasuki usus

halus melalui sphincter pilorus. Pencernaan dilanjutkan di dalam usus halus oleh amilase

pankreas. Sekret pankreas, seperti saliva, mengandung        α-amilase dalam jumlah besar

yang hampir identik dengan fungsinya dengan           α-amilase saliva dan mampu

memecahkan pati menjadi maltosa dan isomaltosa. Oleh karena itu, segera setelah kimus

dikosongkan dari lambung masuk duodenum dan bercampur dengan getah pankreas. Pati

yang belum dipecahkan akan dicerna oleh amilase. Pada umumnya, pati hampir

seluruhnya diubah menjadi maltosa dan isomaltosa sebelum mereka masuk ke jejunum.

 Sel epitel yang membatasi usus halus mengandung empat enzim yaitu laktase, sukrase,

maltase, dan isomaltase, yang masing-masing mampu memecahkan disakarida laktosa,

sukrosa, maltosa, dan isomaltosa menjadi unsur-unsur monosakaridanya. Enzim-enzim

ini terletak pada brush border (sel yang membatasi lumen usus halus). Disakarida dicerna

menjadi monosakarida pada waktu berhubungan dengan brush border tersebut.

Monosakarida glukosa, galaktosa dan fruktosa kemudian diabsorpsi melalui sel-sel epitel

Page 16: Sistem Pencernaan

usus halus dan diangkut oleh sistem sirkulasi darah melalui vena porta. Bila konsentrasi

monosakarida di dalam usus halus atau mukosa sel cukup tinggi, absorpsi dilakukan

secara pasif atau fasilitatif. Bila konsentrasi turun, absorpsi dilakukan secara aktif

melawan gradien konsentrasi dengan menggunakan energi dari ATP dan ion natrium.

 Di hati, fruktosa dan galaktosa akan diubah menjadi glukosa karena tubuh hanya bisa

memanfaatkan energi dari karbohidrat dalam bentuk glukosa. Dari hati ini, glukosa akan

dikirim ke seluruh jaringan tubuh menurut kebutuhan. Sebagian glukosa disimpan di otot

dan di hati sebagai cadangan yang disebut glikogen. Kapasitas pembentukan glikogen ini

terbatas, kelebihan karbohidrat akan diubah menjadi lemak dan ditimbun di dalam

jaringan adiposa.

 Laktosa dipecahkan menjadi satu molekul galaktosa dan satu molekul glukosa. Sukrosa

dipecahkan menjadi satu molekul fruktosa dan satu molekul glukosa. Maltosa dan

isomaltosa masing-masing pecah menjadi dua molekul glukosa. Jadi, hasil akhir

pencernaan karbohidrat yang diabsorpsi ke dalam darah semua berupa monosakarida.

 Kadar glukosa darah akan naik dalam jangka waktu ± 30 menit setelah makan dan secara

perlahan kembali ke kadar gula normal (70-100 mg/100 ml) dalam waktu 90-180 menit.

Kadar gula darah maksimal dan kecepatan untuk kembali pada kadar normal bergantung

pada jenis makanan.   

Mekanisme Penyerapan Protein          

 Pencernaan protein dimulai di organ lambung. Sebagian protein yang ada di lambung

dicerna menjadi peptida oleh enzim pepsin. Sifat setiap jenis protein ditentukan oleh jenis

asam amino dalam molekul protein dan oleh susunan asam-asam amino tersebut.

 Pepsin paling aktif pada pH sekitar 2 dan tidak aktif sama sekali pada pH diatas 5.

Kelenjar gastrik mensekresikan asam klorida dalam jumlah besar. Asam klorida ini

disekresikan oleh sel parietal pada pH sekitar  0,8. Tetapi pada saat ia dicampur dengan

isi lambung dan dengan sekresi dari sel kelenjar non parietal lambung, pH berkisar antara

2 atau 3, batas keasaman yang sangat menguntungkan bagi aktivitas pepsin. Pepsin

biasanya hanya mengawali proses pencernaan, memecahkan protein menjadi protease,

pepton dan polipeptida besar. Pemecahan protein ini merupakan suatu proses ”hidrolisis”

yang terjadi pada ikatan peptida antara asam-asam amino.

Page 17: Sistem Pencernaan

Bila protein meninggalkan lambung, protein biasanya dalam bentuk proteosa, pepton,

polipeptida besar, dan sekitar 15 % asam amino. Segera setelah masuk ke usus halus,

hasil pemecahan parsial diserang oleh enzim tripsin, kimotripsin, dan karboksipeptidase

pankreas. Enzim-enzim ini mampu menghidrolisis semua hasil pemecahan parsial protein

menjadi asam amino. Akan tetapi, sebagian besar hasilnya adalah dipeptida atau

polipeptida kecil lainnya.  

Ikatan antara pasangan asam amino tertentu berbeda dalam ikatan energi dan sifat

fisikanya dari ikatan antara pasangan lain. Oleh karena itu, dibutuhkan enzim spesifik

untuk setiap jenis ikatan spesifik. Hal ini menyebabkan tidak ada satu enzim pun yang

dapat mencernakan protein sepenuhnya menjadi unsur-unsur asam amino.

Asam amino keluar dari sel epitel melalui difusi ke dalam aliran darah. Asam amino

mengikuti aliran yang sama dengan yang ditempuh monosakarida. Dalam waktu yang

bersamaan, dipeptida dan tripeptida dibawa oleh sel epitel melalui transport aktif.

Dipeptida dan tripeptida dihidrolisis menjadi asam amino di dalam sel dan melewati

kapiler yang ada di dalam villi. Dari kapiler, asam amino diangkut ke dalam darah

menuju ke hati melalui sistem peredaran darah porta. Ternyata tidak semua protein

dipecah sampai ke tingkat asam amino, sebagian tetap dalam bentuk ptoteosa, pepton,

dan berbagai ukuran polipeptida. Terkadang ada protein atau peptida yang lolos dari kerja

enzim pencernaan, sehingga ia diserap dalam bentuk bukan asam amino. Protein dan

peptida yang lolos itu bisa aktif bekerja dan sering memberikan manfaat atau berfungsi

secara khusus. Sehingga kedua senyawa itu dikenal sebagai protein dan peptida aktif atau

fungsional.  Bila makanan dikunyah dengan semestinya dan tidak dimakan dalam jumlah

yang terlalu banyak pada saat yang sama, sekitar 98% semua protein akhirnya menjadi

asam amino.  

Pencernaan Lipid 

Page 18: Sistem Pencernaan

 Lemak dalam susunan makanan sebagian besar merupakan lemak netral (trigliserida)

yang masing-masing molekul terdiri atas satu inti gliserol dan tiga asam lemak. Lemak

netral ditemukan dalam makanan yang berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Dalam susunan makanan juga biasa terdapat sejumlah kecil fosfolipid, kolesterol, dan

ester-ester kolesterol. Karena fosfolipid dan ester kolesterol mengandung asam lemak

maka dianggap sebagai lemak sendiri. Sedangkan kolesterol merupakan senyawa sterol

yang mengandung asam lemak dengan menunjukkan sifat fisika dan kimia lemak;

kolesterol merupakan derivat lemak dan dimetabolisme sama seperti lemak. Oleh karena

itu kolesterol dipandang dari segi makanan sehari-hari sebagai lemak.

Lemak yang didapat dari makanan terdapat dalam 2 bentuk (dalam mulut):

sebagai lemak yang telah diemulsikan (emulsified fat), dan

sebagai lemak yang belum diemulsikan (unemulsified fat). 

 Sejumlah kecil trigliserida rantai pendek yang berasal dari lemak mentega dicernakan di

dalam lambung oleh lipase lambung (Tributirase). Akan tetapi, jumlah yang dicerna

demikian kecil sehingga tidak penting. Pada hakekatnya, semua pencernaan lemak terjadi

di dalam usus halus. Langkah pertama pencernaan lemak adalah proses emulsifikasi

lemak, yaitu memecahkan butir-butir lemak menjadi ukuran-ukuran kecil sehingga

enzim-enzim pencernaan yang larut dalam air dapat bekerja pada permukaan butiran.

Proses ini dicapai dengan pengaruh empedu yang disekresikan oleh hati yang tidak

mengandung enzim pencernaan. Pada waktu lemak memasuki usus halus, hormon

kolesistokinin memberi isyarat kepada kantung empedu untuk mengeluarkan cairan

mepedu. Cairan empedu berperan sebagai bahan emulsi. Cairan empedu terdapat sebagai

asam empedu dan garam empedu. Tetapi empedu mengandung sejumlah besar garam-

garam empedu terutama dalam bentuk garam natrium terionisasi yang sangat penting

dalam proses emulsifikasi lemak.

Bagian karboksil atau polar garam empedu sangat larut dalam air, sedangkan bagian

sterol garam empedu sangat larut dalam lemak. Oleh karena itu, garam empedu

berkelompok pada butiran lemak dalam isi usus dengan bagian karboksil garam empedu

menonjol keluar dan larut dalam cairan sekitarnya, sedangkan bagian sterol hanya larut

dalam lemak, efek ini menurunkan tegangan permukaan lemak.

Page 19: Sistem Pencernaan

 Bila tegangan permukaan butiran cairan nonmisel rendah, cairan nonmisel yang berada

dalam keadaan agitasi dapat dengan mudah dipecah menjadi partikel-partikel yang jauh

lebih kecil daripada bila tegangan permukaannya besar. Akibatnya, sebagian besar fraksi

garam empedu membuat butiran lemak dan dengan mudah mengalami fragmentasi oleh

agitasi dalam usus kecil. Kerja ini sama seperti kerja deterjen dalam rumah tangga untuk

menghilangkan lemak. Setiap saat diameter butiran lemak berkurang akibat proses agitasi

dalam usus halus. Luas total permukaan lemak bertambah dua kali. Hal ini berarti luas

permukaan total partikel lemak berbanding terbalik dengan diameternya.

Pencernaan selanjutnya yang terjadi di dalam usus halus yaitu lemak yang sudah

teremulsi dihidrolisis oleh enzim lipase pankreas dalam getah pankreas dan lipase usus.

Hasil akhir pencernaan lemak antara lain asam lemak dan gliserol (40-50%),

monogliserida (40-50%), dan digliserida atau trigliserida (10-20%).

                

Absorpsi lipid terutama terjadi dalam jejunum, bagian tengah usus halus. Hasil

pencernaan lipid (gliserol, asam lemak rantai pendek, asam lemak rantai sedang, asam

lemak rantai panjang, monogliserida, trigliserida, kolesterol, dan fosfolipid) diabsorpsi ke

dalam membran mukosa usus halus dengan cara difusi pasif (gambar 7). Perbedaan

konsentrasi pada membran mukosa usus halus dipengaruhi dengan dua cara:

1). Kehadiran protein pengikat asam lemak yang segera mengikat asam lemak memasuki

sel epitel,

2). Esterifikasi kembali asam lemak menjadi monogliserida (produk utama pencernaan

yang melintasi mukosa usus halus). 

Kolesterol sebelum diabsorpsi mengalami esterifikasi kembali yang dikatalis oleh asetil-

Koenzim A dan kolesterol asetiltransferase, dimana enzim-enzim tersebut dipengaruhi

oleh konsentrasi tinggi kolesterol makanan.

Sebagian besar hasil pencernaan lemak berupa monogliserida dan asam lemak rantai

panjang (C12 atau lebih) contoh asam stearat (C18) ditambah misel (garam-garam

empedu yang membentuk gumpalan)  berada di lumen usus halus berdifusi melalui

mikrovilli ke dalam sel epitel usus halus. Setelah masuk ke dalam sel epithel,

monogliserida dicerna menjadi gliserol dan asam lemak oleh lipase sel epithel. Kemudian

Page 20: Sistem Pencernaan

asam lemak bebas diubah kembali oleh retikulum endoplasma menjadi trigliserida.

Setelah terbentuk, trigliserida berkumpul dalam butiran, bersama kolesterol yang

diabsorpsi, fosfolipid yang diabsorpsi, dan posfolipid yang baru disintesis. Masing-

masing zat tersebut diliputi oleh selubung protein yang disintesis oleh retikulum

endoplasma. Lipoprotein yang mengangkut lipid terutama trigliserida dari saluran cerna

ke dalam tubuh ini dinamakan kilomikron.

Kilomikron diabsorpsi dari sel epithel pada villus ke dalam lakteal villi. Kilomikron

masuk ke dalam sistem limfe melalui pembuluh limfatik melewati ductus thoraxicus di

sepanjang tulang belakang masuk ke dalam vena besar di tengkuk dan seterusnya masuk

ke dalam aliran darah. Antara 80-90% semua lemak yang diabsorpsi dari usus ditransport

ke darah melalui limfe toraks dalam bentuk kilomikron (gambar 8). 

 Trigliserida dan lipid besar lainnya (kolesterol dan fosfolipida) yang terbentuk di dalam

usus halus dikemas untuk diabsorpsi secara aktif dan ditransportasi oleh darah. Bahan-

bahan ini bergabung dengan protein-protein khusus dan membentuk alat angkut lipid

yang dinamakan lipoprotein. Tubuh membentuk empat jenis lipoprotein yaitu seperti

yang telah dijelaskan kilomikron, Low Density Lipoprotein/LDL, Very Low Density

Lipoprotein/VLDL, dan High Density Lipoprotein/HDL. Tiap jenis lipoprotein berbeda

dalam ukuran, densitas dan mengangkut berbagai jenis lipida dalam jumlah yang

berbead.

 Asam lemak rantai pendek (C4-C6) contoh asam lemak butirat, dan rantai sedang (C8-

C10) contoh asam lemak kaprat dalam lumen usus halus diabsorpsi langsung melalui

proses difusi menembus mikrovili melewati sel epithel villi ke dalam kapiler darah

kemudian ke vena porta dibawa ke hati untuk segera dioksidasi. Oleh karena itu, asam-

asam lemak ini tidak mempengaruhi kadar lipida plasma dan tidak disimpan di dalam

jaringan lemak dalam jumlah berarti.  

Karbohidrat Sumber energi

Mengatur proses metabolisme

Menjaga keseimbangan asam dan basa

Sebagai bahan pembentuk struktur sel, jaringan, dan organ tubuh

Protein Mensintesis substansi-substansi penting seperti hormon, enzim,

Page 21: Sistem Pencernaan

antibodi, dan kromosom

Pertumbuhan, perbaikan, dan pemeliharaan struktur tubuh mulai dari

sel, jaringan, hingga organ

Memacu dan berpartisipasi dalam berbagai reaksi kimia dan biologis

Menyeimbangkan cairan dalam tubuh (asam dan basa) karena bersifat

amfoter

Berfungsi sebagai sistem buffer

Membantu mengatur kemampuan tubuh mendetoksi racun dan zat-zat

asing lainnya.

Sebagai sumber energi

Lemak Pembawa zat-zat makanan yang essensial

Sebagai sumber energi yang paling besar

Pelindung alat-alat tubuh yang lunak dan melindungi tubuh dari suhu

yang rendah

Sebagai bahan penyusun membran sel

Penahan rasa lapar karena pencernaan lemak membutuhkan waktu yang

lebih lama.

Pemeriksaan Sistem Pencernaan

Pemeriksaan pada sistem pencernaan terbagi menjadi dua bagian yaitu pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang terbagi menjadi du yaitu

pemeriksaan dengan laboratorium dan pemeriksaan secara radiologi. Pertama kali di

dalam melakukan suatu pemeriksaan adalah dengan melakukan anamnesa pada pasien.

Komunikasi antara dokter dengan pasien sangat pentig sekali dan dengan melakukan

anamnesa kita dapat mengetahui 70% kondisi dari pasien. Kemudian setelah anamnesa

kita melakukan pemeriksaan fisik yang meliputi :

Inspeksi

Palpasi

Perkusi

Auskultasi

Page 22: Sistem Pencernaan

Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan secara laboratorium dan radiologi.

Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan darah, urin, pemeriksaan amilase serum,

pemeriksaan lipase serum, tes toleransi lemak, dan pemeriksaan tinja

Pemeriksaan Darah Samar

Perdarahan di dalam saluran pencernaan dapat disebabkan baik oleh iritasi ringan

maupun kanker yang serius.

Bila perdarahannya banyak, bisa terjadi muntah darah, dalam tinja terdapat darah segar

atau mengeluarkan tinja berwarna kehitaman (melena).

Jumlah darah yang terlalu sedikit sehingga tidak tampak atau tidak merubah penampilan

tinja, bisa diketahui secara kimia; dan hal ini bisa merupakan petunjuk awal dari adanya

ulkus, kanker dan kelainan lainnya.

Pada pemeriksaan colok dubur, dokter mengambil sejumlah kecil tinja . Contoh ini

diletakkan pada secarik kertas saring yang mengandung zat kimia. Setelah ditambahkan

bahan kimia lainnya, warna tinja akan berubah bila terdapat darah.

Pemeriksaan yang dilakukan secara radiologi untuk sistem pencernaan terdiri dari:

Endoskop (tabung serat optik yang digunakan untuk melihat struktur dalam dan untuk

memperoleh jaringan dari dalam tubuh)

- Rontgen

- Ultrasonografi (USG)

- Perunut radioaktif

- Pemeriksaan kimiawi.

Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosis,

menentukan lokasi kelainan dan kadang mengobati penyakit pada sistem pencernaan.

Pada beberapa pemeriksaan, sistem pencernaan harus dikosongkan terlebih dahulu; ada

juga pemeriksaan yang dilakukan setelah 8-12 jam sebelumnya melakukan puasa;

sedangkan pemeriksaan lainnya tidak memerlukan persiapan khusus.

Langkah pertama dalam mendiagnosis kelainan sistem pencernaan adalah riwayat medis

dan pemeriksaan fisik.

Page 23: Sistem Pencernaan

Tetapi gejala dari kelainan pencernaan seringkali bersifat samar sehingga dokter

mengalami kesulitan dalam menentukan kelainan secara pasti.

Kelainan psikis (misalnya kecemasan dan depresi) juga bisa mempengaruhi sistem

pencernaan dan menimbulkan gejala-gejalanya.

Pemeriksaan kerongkongan

Pemeriksaan barium

Penderita menelan barium dan perjalanannya melewati kerongkongan dipantau melalui

fluoroskopi (teknik rontgen berkesinambungan yang memungkinkan barium diamati atau

difilmkan).

Dengan fluoroskopi, dokter bisa melihat kontraksi dan kelainan anatomi kerongkongan

(misalnya penyumbatan atau ulkus). Gambaran ini seringkali direkam pada sebuah film

atau kaset video.

Selain cairan barium, bisa juga digunakan makanan yang dilapisi oleh barium, sehingga

bisa ditentukan lokasi penyumbatan atau bagian kerongkongan yang tidak berkontraksi

secara normal.

Cairan barium yang ditelan bersamaan dengan makanan yang dilapisi oleh barium bisa

menunjukkan kelainan seperti:

- selaput kerongkongan (dimana sebagian kerongkongan tersumbat oleh jaringan fibrosa)

- divertikulum Zenker (kantong kerongkongan)

- erosi dan ulkus kerongkongan

- varises kerongkongan

- tumor.

Manometri

Manometri adalah suatu pemeriksaan dimana sebuah tabung dengan alat pengukur

tekanan dimasukkan ke dalam kerongkongan.

Dengan alat ini (alatnya disebut manometer) dokter bisa menentukan apakah kontraksi

kerongkongan dapat mendorong makanan secara normal atau tidak.

Page 24: Sistem Pencernaan

Pengukuran pH kerongkongan

Mengukur keasaman kerongkongan bisa dilakukan pada saat manometri.

Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah terjadi refluks asam atau tidak.

Uji Bernstein (Tes Perfusi Asam Kerongkongan)

Pada pemeriksaan ini sejumlah kecil asam dimasukkan ke dalam kerongkongan melalui

sebuah selang nasogastrik. Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah nyeri

dada disebabkan karena iritasi kerongkongan oleh asam dan merupakan cara yang baik

untuk menentukan adanya peradangan kerongkongan (esofagitis).

Intubasi

Intubasi adalah memasukkan sebuah selang plastik kecil yang lentur melalui hidung atau

mulut ke dalam lambung atau usus halus. Prosedur ini bisa digunakan untuk keperluan

diagnostik maupun pengobatan.

Intubasi bisa menyebabkan muntah dan mual, tetapi tidak menimbulkan nyeri.

Ukuran selang yang digunakan bervariasi, tergantung kepada tujuan dilakukannya

prosedur ini (apakah untuk diagnosik atau pengobatan).

Intubasi Nasogastrik

Pada intubasi nasogastrik, sebuah selang dimasukkan melalui hidung menuju ke

lambung. Prosedur ini digunakan untuk mendapatkan contoh cairan lambung, untuk

menentukan apakah lambung mengandung darah atau untuk menganalisa keasaman,

enzim dan karakteristik lainnya.

Pada korban keracunan, contoh cairan lambung ini dianalisa untuk mengetahui racunnya.

Kadang selang terpasang agak lama sehingga lebih banyak contoh cairan yang bisa

didapat.

Intubasi nasogastrik juga bisa digunakan untuk memperbaiki keadaan tertentu:

- Untuk menghentikan perdarahan dimasukkan air dingin

- Untuk memompa atau menetralkan racun diberikan karbon aktif

- Pemberian makanan cair pada penderita yang mengalami kesulitan menelan.

Kadang intubasi nasogastrik digunakan secara berkesinambungan untuk mengeluarkan isi

lambung. Ujung selang biasanya dihubungkan dengan alat penghisap, yang akan

Page 25: Sistem Pencernaan

mengisap gas dan cairan dari lambung.

Cara ini membantu mengurangi tekanan yang terjadi jika sistem pencernaan tersumbat

atau tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Intubasi Nasoenterik

Pada intubasi nasoenterik, selang yang dimasukkan melalui hidung lebih panjang, karena

harus melewati lambung untuk menuju ke usus halus.

Prosedur ini bisa digunakan untuk:

- mendapatkan contoh isi usus

- mengeluarkan cairan

- memberikan makanan.

Sebuah selang yang dihubungkan dengan suatu alat kecil di ujungnya bisa digunakan

untuk biopsi (mengambil contoh jaringan usus halus untuk diperiksa secara mikroskopik

atau untuk analisa aktivitas enzim).

Lambung dan usus halus tidak dapat merasakan nyeri, sehingga kedua prosedur diatas

tidak menimbulkan nyeri.

Endoskopi

Endoskopi adalah pemeriksaan struktur dalam dengan menggunakan selang/tabung serat

optik yang disebut endoskop. Endoskop yang dimasukkan melalui mulut bisa digunakan

untuk memeriksa:

- kerongkongan (esofagoskopi)

- lambung (gastroskopi)

- usus halus (endoskopi saluran pencernaan atas).

Jika dimasukkan melalui anus, maka endoskop bisa digunakan untuk memeriksa:

Page 26: Sistem Pencernaan

- rektum dan usus besar bagian bawah (sigmoidoskopi)

- keseluruhan usus besar (kolonoskopi).

Diameter endoskop berkisar dari sekitar 0,6 cm-1,25 cm dan panjangnya berkisar dari

sekitar 30 cm-150 cm. Sistem video serat-optik memungkinkan endoskop menjadi

fleksibel menjalankan fungsinya sebagai sumber cahaya dan sistem penglihatan.

Banyak endoskop yang juga dilengkapi dengan sebuah penjepit kecil untuk mengangkat

contoh jaringan dan sebuah alat elektronik untuk menghancurkan jaringan yang

abnormal.

Dengan endoskop dokter dapat melihat lapisan dari sistem pencernaan, daerah yang

mengalami iritasi, ulkus, peradangan dan pertumbuhan jaringan yang abnormal. Biasanya

diambil contoh jaringan untuk keperluan pemeriksaan lainnya.

Endoskop juga bisa digunakan untuk pengobatan. Berbagai alat yang berbeda bisa

dimasukkan melalui sebuah saluran kecil di dalam endoskop:

Elektrokauter bisa digunakan untuk menutup suatu pembuluh darah dan menghentikan

perdarahan atau untuk mengangkat suatu pertumbuhan yang kecil Sebuah jarum bisa

digunakan untuk menyuntikkan obat ke dalam varises kerongkongan dan menghentikan

perdarahannya.

Sebelum endoskop dimasukkan melalui mulut, penderita biasanya dipuasakan terlebih

dahulu selama beberapa jam. Makanan di dalam lambung bisa menghalangi pandangan

dokter dan bisa dimuntahkan selama pemeriksaan dilakukan.

Sebelum endoskop dimasukkan ke dalam rektum dan kolon, penderita biasanya menelan

obat pencahar dan enema untuk mengosongkan usus besar.

Komplikasi dari penggunaan endoskopi relatif jarang.

Endoskopi dapat mencederai atau bahkan menembus saluran pencernaan, tetapi biasanya

endoskopi hanya menyebabkan iritasi pada lapisan usus dan perdarahan ringan.

Laparoskopi

Laparoskopi adalah pemeriksaan rongga perut dengan menggunakan endoskop

Laparoskopi biasanya dilakukan dalam keadaan penderita terbius total. Setelah kulit

dibersihkan dengan antiseptik, dibuat sayatan kecil, biasanya di dekat pusar. Kemudian

endoskop dimasukkan melalui sayatan tersebut ke dalam rongga perut. Dengan

Page 27: Sistem Pencernaan

laparoskopi dokter dapat:

- mencari tumor atau kelainan lainnya

- mengamati organ-organ di dalam rongga perut

- memperoleh contoh jaringan

- melakukan pembedahan perbaikan.

Rontgen

Foto polos perut.

Foto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk perut, yang tidak memerlukan

persiapan khusus dari penderita.

Sinar X biasanya digunakan untuk menunjukkan:

- suatu penyumbatan

- kelumpuhan saluran pencernaan

- pola udara abnormal di dalam rongga perut

- pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa).

Pemeriksaan barium

Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak putih pada foto rontgen

dan membatasi saluran pencernaan, menunjukkan kontur dan lapisan dari kerongkongan,

lambung dan usus halus.

Barium yang terkumpul di daerah abnormal menunjukkan adanya ulkus, erosi, tumor dan

varises kerongkongan.

Foto rontgen bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu untuk menunjukkan keberadaan

barium. Atau digunakan sebuah fluoroskop untuk mengamati pergerakan barium di

dalam saluran pencernaan. Proses ini juga bisa direkam.

Dengan mengamati perjalanan barium di sepanjang saluran pencernaan, dokter dapat

menilai:

Page 28: Sistem Pencernaan

- fungsi kerongkongan dan lambung

- kontraksi kerongkongan dan lambung

- penyumbatan dalam saluran pencernaan.

Barium juga dapat diberikan dalam bentuk enema untuk melapisi usus besar bagian

bawah. Kemudian dilakukan foto rontgen untuk menunjukkan adanya polip, tumor atau

kelainan struktur lainnya.

Prosedur ini bisa menyebabkan nyeri kram serta menimbulkan rasa tidak nyaman.

Barium yang diminum atau diberikan sebagai enema pada akhirnya akan dibuang ke

dalam tinja, sehingga tinja tampak putih seperti kapur.

Setelah pemeriksaan, barium harus segera dibuang karena bisa menyebabkan sembelit

yang berarti. Obat pencahar bisa diberikan untuk mempercepat pembuangan barium.

Parasentesis

Parasentesis adalah memasukkan jarum ke dalam rongga perut dan mengambil cairannya.

Dalam keadaan normal, rongga perut diluar saluran pencernaan hanya mengandung

sejumlah kecil cairan. Cairan bisa terkumpul dalam keadaan-keadaan tertentu, seperti

perforasi lambung atau usus, penyakit hati, kanker atau pecahnya limpa. Parasentesis

digunakan untuk memperoleh contoh cairan untuk keperluan pemeriksaan atau untuk

membuang cairan yang berlebihan.

Pemeriksaan fisik (kadang disertai dengan USG) dilakukan sebelum parasentesis untuk

memperkuat dugaan bahwa rongga perut mengandung cairan yang berlebihan.

Selanjutnya daerah kulit (biasanya tepat dibawah pusar) dibersihkan dengan larutan

antiseptik dan dibius lokal. Melalui kulit dan otot dinding perut, dimasukkan jarum yang

dihubungkan dengan tabung suntik ke dalam rongga perut dimana cairan terkumpul.

Sejumlah kecil cairan diambil untuk pemeriksaan laboratorium atau sampai 0,96 liter

cairan diambil untuk mengurangi pembengkakan perut.

Page 29: Sistem Pencernaan

USG Perut

USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran dari organ-organ

dalam. USG bisa menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai organ (misalnya hati dan

pankreas) dan juga bisa menunjukkan daerah abnormal di dalamnya. USG juga dapat

menunjukkan adanya cairan. Tetapi USG bukan alat yang baik untuk menentukan

permukaan saluran pencernaan, sehingga tidak digunakan untuk melihat tumor dan

penyebab perdarahan di lambung, usus halus atau usus besar. USG merupakan prosedur

yang tidak menimbulkan nyeri dan tidak memiliki resiko.

Pemeriksa menekan sebuah alat kecil di dinding perut dan mengarahkan gelombang suara

ke berbagai bagian perut dengan menggerakkan alat tersebut. Gambaran dari organ dalam

bisa dilihat pada layar monitor dan bisa dicetak atau direkam dalam filem video.

Page 30: Sistem Pencernaan

DAFTAR PUSTAKA

www.wikipedia .com

http://www.indonesiaindonesia.com/f/10673-biologi-sistem-pencernaan/

030208

www.medicastore.com 9 februari 2007

www.medicastore.com

http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/27/askep-tiphus-abdominalis/

http://dokterfoto.com/2008/02/25/anatomi-anak/ thn 200iuiughghghgg

http://members.lycos.co.uk/weborgan/index.php?id=stm4 thn 2005

Biologi SMA.Esis.2004

Biologi SMA XI. Grafindo.2004

Louise carlos dan jose carneiro.Histologi dasar.EGC.2007

Ganong. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.EGC.2007

Guyton. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.EGC.2007

Buku panduan skill lab