Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)

33
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN Sistem Moneter Makroekonomi Dosen : Bapak Imam Subadio Disusun oleh : (Kelompok 3) Farchan Rifai 153060021414 Febriliana Noertianingtyas 153060021720 Febryan Adhyassa.D 153060021679 Fikri Amri 153060021612 Fisal Fatkur Rohman 153060021811 Ghazyi Fajrin Naim 153060021647 Gifari Widi Kurniawan 153060021498 Ilham Ramadhan.H 153060021778 Paper ini membahas Bab 29 dan 30 tentang Sistem Moneter, disusun untuk memenuhi tugas makroekonomi.

Transcript of Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)

Page 1: Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

Sistem Moneter

Makroekonomi

Dosen :

Bapak Imam Subadio

Disusun oleh :

(Kelompok 3)

Farchan Rifa’i 153060021414

Febriliana Noertianingtyas 153060021720

Febryan Adhyassa.D 153060021679

Fikri Amri 153060021612

Fisal Fatkur Rohman 153060021811

Ghazyi Fajrin Naim 153060021647

Gifari Widi Kurniawan 153060021498

Ilham Ramadhan.H 153060021778

Paper ini membahas Bab 29 dan 30 tentang Sistem Moneter, disusun untuk memenuhi tugas makroekonomi.

Page 2: Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)

1

Daftar isi

Pendahuluan ........................................................................................................................................... 2

Uang ........................................................................................................................................................ 3

A. Definisi dan Fungsi Uang ........................................................................................................... 3

B. Sejarah dan Perkembangan Uang ............................................................................................... 3

Uang yang Beredar .................................................................................................................................. 6

Lembaga Keuangan dan Sistem Perbankan ............................................................................................ 8

A. Lembaga Keuangan Bank ........................................................................................................... 8

B. Lembaga Keuangan Bukan Bank .............................................................................................. 10

Kegiatan Antar Bank dan Cadangan ...................................................................................................... 11

A. Kegiatan Antarbank .................................................................................................................. 11

B. Cadangan................................................................................................................................... 12

Penciptaan Uang oleh Sistem Perbankan ............................................................................................. 13

Kebijakan Moneter ............................................................................................................................... 16

Nilai Sekarang dan Dampak Kebijakan Moneter .................................................................................. 18

A. Nilai Sekarang ........................................................................................................................... 18

B. Pengaruh Kebijakan Moneter .................................................................................................... 20

Permintaan dan Penawaran Uang ........................................................................................................ 25

Mekanisme Transmisi ........................................................................................................................... 27

Kecepatan Perpindahan Uang dan Persamaaan Jumlah Uang ............................................................. 30

Referensi ............................................................................................................................................... 32

Page 3: Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)

2

Pendahuluan

Dalam sistem perekonomian saat ini, uang merupakan suatu komponen yang krusial,

sebagaimana seluruh aspek kehidupan dalam peradaban modern saat ini tidak terlepas dan

ditopang sepenuhnya oleh uang. Dalam transaksi, uang berfungsi sebagai alat tukar yang

diterima umum sehingga masyarakat tidak perlu mempertemukan beberapa keinginan yang

berbeda terhadap suatu komoditas yang dibutuhkan setiap pihak yang bertransaksi. Menjadi

sebuah pertanyaan, apakah uang sama berharganya dengan barang yang diinginkan setiap

orang. Jawaban dari pertanyaan tersebut terkait dengan sejarah uang dan lembaga keuangan

dengan kebijakan moneter dalam suatu kesatuan bab mengenai sistem moneter yang dibahas

dalam tulisan ilmiah ini. Berikut garis besar pembahasan bab 29 dan 30 mengenai uang dan

sistem moneter :

1. Uang

2. Uang yang Beredar

3. Lembaga Keuangan dan Sistem Perbankan

4. Kegiatan Antarbank

5. Penciptaan Uang oleh Sistem Perbankan

6. Kebijakan Moneter

7. Nilai Sekarang dan Dampak Kebijakan Moneter

8. Permintaan dan Penawaran Uang

9. Mekanisme Transmisi

10. Kecepatan Perpindahan Uang dan Persamaan Jumlah Uang

Page 4: Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)

3

Uang

A. Definisi dan Fungsi Uang

Uang adalah alat tukar yang diterima umum untuk memperoleh barang dan jasa, yang

memiliki 3 fungsi sebagai berikut :

1. Alat tukar

Uang digunakan sebagai medium of exchange, dimana uang diberikan sebagai

bayaran atas barang atau jasa dalam transaksi jual beli.

2. Satuan hitung

Uang digunakkan untuk menentukan nilai suatu barang atau jasa, dengan cara

menentukan banyaknya uang yang harus disediakan untuk memperoleh barang dan

jasa.

3. Penyimpan nilai

Didefinisikan juga sebagai penyimpan kekayaan, uang yang dimiliki dan disimpan

mencerminkan daya beli yang dimiliki seseorang terhadap barang dan jasa di masa

mendatang.

B. Sejarah dan Perkembangan Uang

Sebelum manusia mengenal uang, masyarakat memenuhi kebutuhannya dengan hasil

produksi sendiri. Mereka berburu, mengumpulkan hasil hutan, bertani, menangkap ikan untuk

memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Dalam kenyataannya, mereka tidak dapat memenuhi

semua kebutuhan dengan hasil produksi sendiri. Untuk dapat memenuhi kebutuhan akan

barang yang tidak dapat dihasilkannya sendiri, mereka mencari orang yang memiliki barang

yang diinginkan. Setelah ditemukan, kemudian dilakukan tukar-menukar barang yang

dinginkan dengan barang yang dimilikinya. Cara tukar-menukar inilah yang disebut dengan

istilah barter.

Pertukaran secara barter, hanya mungkin terjadi bilamana terdapat dua pihak yang

saling membutuhkan barang yang dimilikinya, di mana orang yang pertama membutuhkan

barang yang dimiliki oleh orang kedua dan (sebaliknya) orang yang kedua membutuhkan

barang yang dimiliki orang pertama. Bila syarat ini (double coincidence of wants) tidak

terpenuhi, maka pertukaran dengan cara barter sulit dilakukan. Oleh karenanya, diperlukan

Page 5: Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)

4

suatu barang yang diterima umum sebagai alat tukar. Berikut perkembangan uang dalam

sejarah :

1. Koin

Sebelum ditemukannya koin, pembayaran dilakukan dengan logam mulia dalam

bentuk curah yang harus ditimbang terlebih dahulu untuk menentukan nilainya.

Untuk mempermudah transaksi pembayaran, diciptakanlah koin dari logam mulia

yang telah ditimbang dan diukur kadarnya, kemudian diberikan cap yang

manandakan kadar logam mulia yang dikandung sebuah koin. Dengan adanya cap

yang menandakan kadar logam mulia sebuah koin, dalam transaksi koin tidak lagi

ditimbang sehingga muncul sebuah kecurangan berupa mengiris, menyimpan, dan

melebur tepi koin yang telah dikumpulkan karena pada saat itu koin benar-benar

terbuat dari logam mulia dengan nilai tinggi. Adanya penemuan koin bergerigi

mengatasi masalah ini, karena gerigi koin yang hilang menandakan bahwa uang

telah diiris tepinya. Adapun bentuk kecurangan lainnya dilakukan oleh (beberapa)

penguasa yang memiliki wewenang untuk mencetak uang. Kecurangan dilakukan

dengan cara mengumpulkan seluruh koin milik rakyat untuk dicap ulang, yang

pada proses peleburan penguasa menambahkan logam murahan ke dalam koin

yang dilebur, sehingga pada saat mencetak koin, lebih banyak koin yang

diperoleh. Kelebihan koin tersebut digunakkan oleh penguasa sesuai

keperluannya, diantaranya untuk membayar hutang yang tak dapat dilunasinya.

2. Uang kertas

Pada masa lalu, masyarakat sering menitipkan emas yang dimilikinya kepada

perajin emas karena perajin emas memiliki tempat penyimpanan emas yang aman.

Saat penitipan, perajin emas memberikan tanda terima kepada orang yang

menitipkan emasnya. Tanda terima tersebut menyatakan bahwa emas yang

dititipkan dapat diambil kembali. Dalam transaksi pembelian, orang datang

kepada perajin emas untuk mengambil sebagian emasnya dengan memberikan

tanda terima yang diberikan oleh perajin emas, kemudian membayar emasnya

kepada penjual. Bilamana penjual belum membutuhkan emasnya untuk

dibelanjakan, ia mennitipkan emasnya kepada perajin emas. Transaksi yang

demikian tentunya tidak praktis, lalu muncul kebiasaan menukarkan tanda terima

yang diberikan perajin emas dalam transaksi karena setiap pihak yakin bahwa

tanda terima tersebut dapat ditukarkan dengan emas. Tanda terima inilah yang

Page 6: Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)

5

memunculkan uang kertas. Saat pertama muncul, uang kertas dapat ditukarkan

dengan emas karena dijamin emas. Seiring waktu, disadari bahwa emas simpanan

yang juga merupakan jaminan uang kertas tersebut tidak semuanya diambil oleh

orang yang menitipkan. Akibatnya keberadaan emas tidak benar-benar diperlukan

karena orang menukarkan uang kertas dalam transaksi. Uang kertas yang dijamin

emas ini bukan tanpa masalah, karena jika bank mencetak uang kertas melebihi

simpanan emasnya, bank dapat bankrut karena tidak mampu mengembalikan emas

titipan saat penitip mengambil ingin emasnya, akibatnya izin mencetak uang

kertas oleh bank dihapus. Sebagai gantinya, pemerintah mencetak uang yang tidak

dijamin emas, namun ditetapkan sebagai alat pembayaran yang sah. Uang yang

demikian disebut uang fiat.

3. Uang giral

Dalam perkembangan, uang kertas dirasa memiliki kelemahan dalam

menyelesaikan transaksi dalam jumlah besar. Sama (prinsipnya) seperti

penyimpanan dan pembayaran dengan emas pada masa lalu, sejumlah uang kertas

harus dibawa dalam jumlah yang banyak dan apabila uang disimpan di bank maka

harus dilakukan penarikan terlebih dahulu, sehingga kurang praktis dan

menimbulkan resiko. Timbul gagasan untuk melakukan transfer uang ke rekening

orang lain yang dilakukan langsung oleh bank sebagaimana nasabah yang

menyimpan uangnya di bank dicatat dalam catatan khusus yang disebut rekening

nasabah. Transfer antar rekening oleh bank dilakukan dapat dengan transfer

rekening giro atau membuat cek. Giro merupakan perintah kepada bank untuk

memindah bukukan sejumlah simpanan dalam rekening nasabah pada rekening

yang dituju (transfer), sedangkan cek merupakan surat perintah kepada bank untuk

melakukan pembayaran kepada penerima cek. Uang giral dapat terjadi dari

simpanan dalam bentuk giro di bank. Bila penyimpan akan melakukan

pembayaran untuk transaksi jual belinya, ia dapat menggunakan selembar cek

yang di atasnya ditulis sejumlah pembayaran yang diinginkan. Dalam pembayaran

dengan cek, agar cek dapat diuangkan, nilai nominal yang tertulis dalam cek harus

lebih kecil dari simpanan gironya. Dalam hal ini bilamana ternyata nilai nominal

yang tertulis dalam cek lebih besar dari simpanan gironya, maka cek tersebut

merupakan cek kosong.

Page 7: Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)

6

Uang yang Beredar

Total stock uang dalam perekonomian pada saat tertentu disebut jumlah uang beredar

(supply of money). Uang yang beredar terbagi menjadi beberapa golongan (M : Money) yang

secara umum yakni M1, M2, dan M3. Pembagian ini didasarkan pada jenis deposit yang ada.

M1 mencakup aset lancar yang siap pakai atau yang dapat berfungsi sebagai alat tukar seperti

uang kartal, rekening giro, dan cek. M2 mencakup segala yang termasuk M1 dan dana cair

(near money), yakni aset lancar yang dapat diuangkan dengan mudah dan cepat namun bukan

alat tukar seperti saving deposit, eurodollar, dan sekuritas. M3 mencakup M2 dan aset lancar

yang bernilai besar berjangka panjang seperti sertifikat deposito (certificate of deposit).

Untuk memperjelas, disajikan gambar 1 yang menunjukkan cuplikan laporan uang beredar di

Indonesia tahun 2009 dan 2010 oleh Bank Indonesia, sebagai berikut :

Gambar 1

Dari gambar diatas, dengan jelas dapat terlihat bahwa uang yang beredar terbagi dalam

beberapa golongan, yang dalam hal ini terdapat 2 golongan yakni M1 yang merupakan uang

beredar sempit, mencakup : Uang kartal dan Simpanan Giro rupiah dan M2 atau uang beredar

luas yang mencakup : M1, Uang kuasi, dan Surat berharga selain saham. Penjelasan yang

lebih singkat dan memudahkan disajikan dalam tabel berikut :

Page 8: Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)

7

Tabel 1

Keterangan (jenis uang beredar) Jumlah pada

tahun 2009

Uang Beredar Luas (M2) 2,141,384

1

Uang Beredar Sempit (M1) 515,824

A Uang kartal di luar Bank Umum dan BPR 226,006

B Simpanan giro rupiah 289,818

2

Uang Kuasi 1,622,055

A

Simpanan Berjangka 894,280

1) Rupiah 756,347

2) Valuta Asing 137,934

B

Tabungan 603,320

1) Rupiah 564,567

2) Valuta Asing 38,754

C Simpanan Giro Valuta Asing 124,455

3 Surat Berharga Selain Saham 3,504

515,824

894,280

603,320

1,622,055

2,141,384

Page 9: Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)

8

Lembaga Keuangan dan Sistem Perbankan

Lembaga keuangan adalah lembaga yang kegiatan utamanya menghimpun dana dan

menyalurkan dana. Lembaga keuangan terbagi dalam 2 jenis, yakni lembaga keuangan bank

(LKB) dan lembaga keuangan bukan bank (LKBB). Lembaga keuangan bank terdapat 3

macam, yakni : bank sentral, bank umum, dan bank perkreditan rakyat (BPR). Sementara

lembaga keuangan bukan bank secara umum terbagi dalam 4 macam, yakni : perusahaan

asuransi, dana pensiun, pegadaian, dan perusahaan efek. Bagan 1 disajikan untuk

memberikan keterangan lebih jelas, sebagai berikut :

Bagan 1

A. Lembaga Keuangan Bank

1. Bank sentral

Bank Sentral adalah lembaga keuangan yang dimiliki dan dioperasikan oleh

pemerintah, yang mengendalikan sistem perbankan, menetapkan dan

menyelenggarakan kebijakan moneter, dan menguasai otoritas penerbitan uang secara

tunggal. Di Indonesia yang bertindak sebagai bank sentral adalah Bank Indonesia (BI)

sebagaimana ditetapkan dalam UU No.23 tahun 1999 pasal 4 ayat 1.

Lembaga Keuangan

Lembaga Keuangan Bank Lembaga Keuangan Bukan Bank

Bank Sentral

Bank Komersial

Bank Perkreditan

Rakyat (BPR)

Perusahaan Asuransi

Dana Pensiun

Pegadaian

Perusahaan Efek

Page 10: Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)

9

Bank sentral memiliki 4 fungsi dalam perananya sebagai salah satu komponen sistem

perbankan, yakni sebagai berikut :

a) Bankir bagi bank komersial (swasta)

Salah satu fungsi krusial bank sentral sebagai bankir bagi bank komersial

adalah penyediaan pinjaman bagi bank komersial, terutama saat bank komersial

tidak dapat mengembalikan dana yang disimpan oleh deposan. Salah satu

penyebabnya yakni deposito yang dititipkan deposan telah dipinjamkan oleh bank

komersial kepada debitor, sehingga jika terjadi penarikan besar-besaran oleh para

nasabah (rush) jumlah uang tunai yang tersedia lebih sedikit daripada jumlah

uang tunai yang diinginkan nasabah. Dalam hal ini, bank sentral merupakan

penyedia pinjaman terakhir bagi bank komersial (Lender of the last resource).

Fungsi lain bank sentral sebagai bankir bagi bank komersial yakni menerima

simpanan deposito dari bank komersial, melayani transfer ke rekening antar bank,

dan menyediakan pinjaman jangka pendek bagi bank dengan bunga pinjaman

yang disebut tingkat diskonto.

b) Bank bagi pemerintah

Seperti masyarakat, pemerintah juga membutuhkan bank untuk menyimpan

dana. Hal ini dapat dijalankan oleh bank sentral. Selain itu, bank sentral selaku

bankir bagi pemerintah dapat memberikan pinjaman kepada pemerintah, yang

apabila dilakukan dengan cara membeli obligasi pemerintah yang dijual di pasar

uang disebut pinjaman tidak langsung.

c) Pengawas dan pengendali jumlah uang beredar

Selaku lembaga keuangan yang berwenang dalam bidang moneter, bank

sentral berperan dan bertanggung jawab dalam mengendalikan jumlah uang yang

beredar demi menjaga nilai uang dan kestabilan dalam perekonomian.

2. Bank komersial

Bank komersial (swasta) merupakan lembaga keuangan milik swasta yang

berorientasi pada perolehan laba yang berperan dalam pengumpulan dan penyaluran

dana dari masyarakat. Kegiatan usaha bank komersial antara lain:

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, deposit

berjangka, dan tabungan.

2. Memberikan kredit

Bank Sentral Bank umum

Bank Perkreditan Rakyat

Lembaga pembiayaan

Perusahaan asuransi

Perusahaan efek

Reksa dana

Dana pensium

Pegadaian

Sistem moneter

Lembaga Keuangan Bank Lembaga Keuangan Bukan Bank

Page 11: Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)

10

3. Menerbitkan surat pengakuan hutang.

2. Bank perkreditan rakyat

Bank perkreditan rakyat adalah bank yang melayani jasa simpanan, memberikan

kredit, menyediakan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, dan menempatkan

dananya dalam bentuk SBI, deposito, dan tabungan pada bank lain, namun tidak

melayani : lalulintas pembayaran, menerima simpanan dalam bentuk giro, penyertaan

modal, maupun jasa asuransi. Bank perkreditan rakyat melaksanakan kegiatan usaha

secara konvensional maupun berdasarkan syariah.

B. Lembaga Keuangan Bukan Bank

Lembaga keuangan bukan bank adalah lembaga keuangan yang tidak diizinkan

menghimpun dana dalam bentuk tabungan.

1. Perusahaan asuransi

Perusahaan asuransi adalah lembaga keuangan yang kegiatan usahanya memberikan

perlindungan finansial untuk mengantisipasi kejadian yang tidak menguntungkan

seperti: kecelakaan, sakit keras, dan kematian.

2. Lembaga dana pensiun

Lembaga dana pensiun merupakan lembaga keuangan yang menawarkan jasa

persiapan dana pensiun.

3. Pegadaian

Pegadaian adalah lembaga perkreditan yang kegiatan usahanya didasarkan pada

hukum gadai, dimana bantuan kredit yang diberikan dimintai jaminan berupa aset

yang akan dikembalikan bila peminjam telah melunasi pinjaman beserta bungannya.

4. Perusahaan efek

Perusahaan efek adalah lembaga yang kegiatan usahanya sebagai pihak penjamin

emisi efek, pedagang efek, dan manajer investasi.

Page 12: Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)

11

Kegiatan Antar Bank dan Cadangan

A. Kegiatan Antarbank

Terdapat beberapa kegiatan yang berkenaan dengan transaksi yang dilakukan antar

bank komersial yang diantaranya adalah kredit bersama (share loans), kliring, dan

penagihan cek.

1. Share loans

Apabila sebuah perusahaan meminjam uang ke bank namun jumlah uang yang

ingin dipinjam melebihi jumlah uang yang tersedia di bank, bank menawarkan

kredit bersama, dimana pinjaman sekelompok bank memberikan pinjaman kepada

perusahaan yang sama, namun setiap bank hanya memberikan pinjaman pada

sektor tertentu dari perusahaan tersebut sesuai kesanggupan bank.

2. Kliring dan penagihan cek

Kliring adalah suatu kegiatan dimana sejumlah bank bertindak sebagai perantara

transaksi yang dilakukan oleh nasabah antar bank dan mempertemukan cek yang

diterima dari nasabah untuk selanjutnya dimintakan pembayaran kepada bank

yang bersangkutan. Sebagai contoh (untuk memperjelas) diberikan ilustrasi 1

sebagai berikut :

Ilustrasi 1

A.Transaksi

1. Finn adalah nasabah Bank A yang memiliki hutang kepada Fritz sebesar

$100.

2. Fritz adalah nasabah Bank B.

3. Finn membayar hutangnya kepada Fritz menggunakkan cek sebesar $100.

4. Fritz menyerahkan cek yang diterima ke bank untuk mendapatkan uangnya.

B.Kliring

1. Bank B menyerahkan cek yang diterima Fritz ke Bank Sentral

2. Bank Sentral menyerahkan cek ke Bank A dan mendebit akun Bank A

sebesar $100 dan mengkredit akun Bank B sebesar $100.

3. Cadangan Bank A di Bank Sentral berkurang $100 dan cadangan Bank B di

Bank Sentral bertambah $100.

*) Pada saat kliring semua penarikan yang dilakukan Finn dan ditransfer ke Bank B

dijumlahkan dan dibandingkan dengan penarikan yang dilakukan Fritz dan ditransfer

ke Bank A. Dalam hal ini, Finn mentransfer uang ke Bank B sejumlah $100

sementara Fritz tidak melakukan transfer ke Bank A sehingga jumlah transfer Fritz

$0. Transaksi ini menyebabkan Bank A selaku penyimpan uang Finn harus

mentransfer uang sebesar $100 ke Bank B dimana Fritz menyimpan uangnya.

Page 13: Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)

12

B. Cadangan

Sebagaimana bank menyimpan uang yang dititipkan nasabah dalam bentuk deposito,

pada kenyataanya tidak semua uang yang disimpan di bank ditarik oleh nasabah. Sebagian

besar uang tersebut dipinjamkan dan sebagian kecil tetap disimpan dan tidak dipinjamkan.

Sebagian dari deposito yang disimpan ini disebut sebagai cadangan (reserves). Bank

diharuskan memiliki cadangan supaya bank dapat melayani penarikan tunai oleh nasabah

sewaktu-waktu dan untuk memastikan bahwa bank mampu mengembalikan uang yang

dititipkan ketika diminta, bank sentral menetapkan ketentuan mengenai jumlah cadangan

minimum yang harus dimiliki bank. Ketentuan ini disebut cadangan wajib minimum

(required reserves) yang berupa besaran bagian (presentase) dari total simpanan yang

disimpan oleh bank (reserve ratio), sementara selisih positif cadangan dengan cadangan

wajib minimum disebut kelebihan cadangan. Sebagi contoh, Bank Indonesia saat ini (dengan

ketentuan Giro Wajib Minimum [GWM]) mewajibkan bank untuk memiliki simpanan

sebesar 5% dari total simpanan yang dimiliki (reserve ratio sebesar 0,05). Artinya, jika

sebuah bank memiliki simpanan total sebesar Rp 100.000.000, bank harus menyimpan Rp

5.000.000 sebagai cadangan.

Catatan 1

Saat ini sistem perbankan yang banyak digunakan bank adalah sistem perbankan

bercadangan-sebagian (fractional-reserve banking), dimana dari seluruh simpanan yang

dimiliki bank hanya sebagian kecil saja yang benar-benar disimpan di bank sementara

sebagian besar lainnya dipinjamkan kepada orang lain (kreditor) sehingga bank dapat

memperoleh keuntungan berupa biaya tambahan yang dikenakan dari pinjaman yang

diberikan (bunga pinjaman).

Page 14: Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)

13

Penciptaan Uang oleh Sistem Perbankan

Kenyataan bahwa tidak semua uang yang disimpan di bank ditarik nasabah, motif

mencari laba oleh bank komersial dan penerapan sistem perbankan bercadangan-sebagian

memungkinkan uang yang benar-benar ada dalam perekonomian beredar dan dapat dinikmati

oleh lebih banyak pihak. Orang yang awalnya tidak memiliki uang dapat menikmati

penggunaan uang meski uang tersebut adalah pinjaman dan berkewajiban untuk

mengembalikan. Dengan adanya peredaran uang tersebut, seolah-olah jumlah uang yang ada

menjadi lebih banyak, hal ini disebut dengan efek penggandaan uang. Efek penggandaan

uang ini berhubungan dengan aktivitas bank dalam meminjamkan sebagian uang yang

dititipkan kepada bank, dimana uang pinjaman bank yang sebenarnya tidak ada (karena

bukan milik bank) dapat beredar dalam perekonomian karena transaksi yang dilakukan oleh

peminjam, inilah yang disebut dengan penciptaan uang dengan sistem perbankan

bercadangan sebagian. Untuk memperjelas pembahasan mengenai efek penggandaan uang,

disajikan asumsi penyederhanaan beserta beberapa ilustrasi pelengkap sebagai berikut :

Asumsi :

1. Bank hanya memiliki 1 jenis simpanan, yakni rekening giro.

2. Bank hanya melakukan 1 jenis investasi, yakni pinjaman (loan).

3. Rasio cadangan wajib minimum tetap dan sama bagi semua bank, yakni sebesar 0.2

(20%).

4. Tidak ada kelebihan cadangan.

5. Tidak ada penrikan tunai.

Ilustrasi 2

1) Bank A memiliki simpanan sebesar $ 100. Dari simpanan

tersebut $20 adalah cadangan, dan $80 adalah pinjaman.

Bank A

Aset Kewajiban

Cadangan.......................$20

Pinjaman........................$80

Deposit.....................$100

Page 15: Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)

14

Ilustrasi 3

Ilustrasi 4

2) Transaksi :

Fritz meminjam uang dari Bank A untuk membayar sewa

yang dibayarkan kepada Finn selaku pemilik apartemen.

Finn kemudian menyimpan uang tersebut di Bank B.

Dengan demikian Bank B memiliki simpanan sebesar $80.

Dari simpanan tersebut $16 adalah cadangan, dan $64 adalah

pinjaman.

Bank B

Aset Kewajiban

Cadangan.......................$16

Pinjaman........................$64

Deposit.....................$80

3) Transaksi :

Barbara meminjam uang dari Bank B untuk membeli buku

milik Klauss.

Klauss menyimpan uang tersebut di Bank C setelah menerima

pembayaran dari Barbara.

Dengan demikian Bank C memiliki simpanan sebesar $64.

Dari simpanan tersebut $12,8 adalah cadangan, dan $51,2

adalah pinjaman.

Bank C

Aset Kewajiban

Cadangan....................$12,8

Pinjaman.....................$51,2

Deposit.....................$64

Page 16: Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)

15

Ilustrasi 5

Model matematis peredaran uang

Penggandaan uang berbanding lurus dengan rasio cadangan, hal tersebut dibuktikan dengan

menggunakkan data transaksi sebelumnya, ditunjukkan dalam peraga 1 dan 2 di bawah ini :

Peraga 1 Peraga 2

4) Uang yang beredar :

Transaksi seperti pada ilustrasi 2,3, dan 4 terus berlanjut. Dari

ke 3 transaksi tersebut, untuk sementara diperoleh jumlah uang

beredar dengan rincian sebagai berikut :

Simpanan awal ..............$ 100

Pinjaman Bank A...........$ 80

Pinjaman Bank B...........$ 64

Total...............................$ 244

Rumus :

Pengganda uang = 1/R

Total uang beredar = 1/R x Deposito

Dimana R adalah rasio cadangan wajib.

Rumus :

Deposit = 1/R x Cadangan

Dimana R adalah rasio cadangan.

-------------------------------------------

Diketahui :

Cadangan awal $20, Rasio cadangan 0.2,

dan deposit sebesar $100.

Maka :

Pengganda uang = 1/R

= 1/0.2

= 5

-------------------------------------------

Deposit = 1/0.2 x 20

= 5 x 20

= 100, sesuai.

Total uang yang beredar :

= 1/R x Deposito

= 5 x 100

= 500

Kesimpulan :

Transaksi yang terjadi pada ilustrasi 2

hingga 4, terus berlanjut dan jumlah uang

yang beredar terus bertambah hingga

totalnya mencapai $500.

Page 17: Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)

16

Kebijakan Moneter

“Kebijakan Moneter adalah kebijakan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh Bank Indonesia

untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang dilakukan antara lain melalui

pengendalian jumlah uang beredar dan/atau suku bunga.” (Pasal 1 ayat 10 Undang-Undang

Republik Indonesia No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia).

Jumlah uang yang beredar sangat berpengaruh terhadap sektor ekonomi mikro dan

makro. Pada sektor mikro, banyaknya jumlah uang yang beredar atau mudahnya pinjaman

uang yang diperoleh mengindikasikan banyaknya konsumsi yang dilakukan setiap orang,

sementara pada sektor ekonomi makro, jumlah uang yang beredar mempengaruhi PDB, suku

bunga, tingkat pertumbuhan ekonomi, dan tingkat pengangguran, sehingga sangatlah penting

untuk dikendalikan jumlahnya yang beredar. Bank sentral mengendalikan jumlah uang

beredar dengan 3 cara yang merupakan instrumen kebijakan moneter, yakni sebagai berikut :

1. Operasi pasar terbuka

Operasi pasar terbuka (Open market policy) merupakan kegiatan transaksi

bank sentral di pasar uang dalam rangka menjalankan kebijakan moneter untuk

mencapai target suku bunga tertentu. Operasi pasar terbuka dilakukan dengan cara

bank sentral menjual atau membeli surat berharga di pasar uang. Terdapat 2

macam operasi pasar terbuka, yakni absorbsi dan injeksi.

a. Absorbsi merupakan langkah yang dilakukan bank sentral untuk mengurangi

jumlah uang beredar, salah satunya dengan cara menjual surat berharga.

Absorbsi dilakukan apabila bank mengalami kelebihan likuiditas. Sebagai

contoh, apabila perhitungan perkiraan likuiditas atau indikator suku bunga di

pasar uang antar bank (PUAB) mengalami kelebihan likuiditas, maka Bank

Indonesia menerbitkan SBI, SBSS, dan SDBI yang kemudian dijual di pasar

uang untuk menghimpun uang yang beredar sehingga jumlah uang yang

beredar berkurang.

b. Apabila perhitungan likuiditas maupun indikator suku bunga bank mengalami

kekurangn likuiditas, maka dilakukan injeksi. Injeksi dilakukan dengan cara

bank sentral membeli SBN yang dijual di pasar uang, sehingga menambah

jumlah uang yang beredar.

Page 18: Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)

17

2. Kebijakan diskonto

Tingkat diskonto (discount rate) merupakan tingkat bunga pinjaman yang

dibebankan bank sentral kepada bank komersial selaku peminjam dana bank

sentral. Bank komersial meminjam dari bank sentral ketika cadangan yang

disimpan kurang jumlahnya dari yang disyaratkan akibat banyaknya penarikan

deposit yang terjadi. Dana yang dipinjam bank komersial menambah jumlah uang

yang beredar, untuk mengendalikannya, bank sentral menaikkan atau menurunkan

tingkat diskonto. Kenaikan tingkat diskonto berarti kenaikan bunga pinjaman yang

harus dibayarkan oleh bank komersial sehingga bank cenderung enggan

meminjam dari bank sentral yang berdampak pada menurunnya jumlah uang yang

beredar. Hal yang sebaliknya berlaku untuk penurunan tingkat diskonto.

3. Kebijakan cadangan wajib

Disebut juga syarat cadangan minimum (reserve requirements), cadangan

wajib merupakan jumlah minimum cadangan (dari seluruh cadangan yang ada)

yang harus disimpan oleh bank komersial.

Page 19: Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)

18

Nilai Sekarang dan Dampak Kebijakan Moneter

A. Nilai Sekarang

Aset keuangan, baik berupa obligasi maupun uang memiliki nilai sekarang dari

pembayaran di masa mendatang. Nilai sekarang (present value [PV]) untuk suatu aset

adalah nilai sekarang dari pembayaran masa mendatang. Nilai sekarang bergantung

pada suku bunga. Sebagai contoh, disajikan ilustrasi sebagai berikut :

*) Suku bunga yang dihasilkan suatu aset adalah tambahan nilai suatu aset (setiap t

tahun) dimasa mendatang.

Semisal, dengan suku bunga sebesar 5% yang dibayar setiap 1 tahun, aset senilai

$100 yang diinvestasikan sekarang, satu tahun kemudian bernilai $105 (1,05

kalinya) jika 2 tahun kemudian, aset akan bernilai $110.25 (105 + (105 x 0.05))

Dari permisalan diatas, dapat disimpulkan bahwa : 𝑃𝑉 =$𝑿

𝟏+𝒊 𝒕

dimana $X adalah nilai aset dari sekarang (yang dijanjikan), i adalah bunga

(interest) dan t adalah jumlah tahun.

Bukti : PV = 105/1,05

= 100 Tambahan nilai aset setelah 1 tahun sebesar $5

PV2 = 110.25/(1+0.05)2

= 100

Contoh 1 :

Suatu obligasi yang menjanjikan sekali pembayaran dalam 1 tahun sebesar $100,

dengan suku bunga sebesar 5%, memiliki present value sebesar $95.24 yang

berasal dari PV = $100/1.05 = $95.24.

Apabila suku bunga dinaikkan menjadi 10%, dengan obligasi yang sama seperti

pada contoh 1, maka nilai sekarang obligasi tersebut adalah $90.90 (100/1+0.1).

Page 20: Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)

19

Tingkat bunga dan harga pasar mempunyai 3 proporsi penting:

1. Ketika suku bunga turun, maka harga aset yang menghasilkan arus pendapatan

akan naik.

2. Ketika harga pasar suatu aset yang menghasilkan arus pendapatan mengalami

kenaikan, maka suku bunga yang dihasikan oleh aset yang bersangkutan akan

mengalami penurunan.

3. Semakin singkat tanggal jatuh tempo suatu obligasi, semakin sedikit nilai

obligasi tersebut akan berubah seiring dengan perubahan suku bunga.

𝑷𝑽 = $𝑿

𝟏+ 𝒊 +

$𝑿

𝟏+ 𝒊 𝟐 +

$𝑿

𝟏+ 𝒊 𝟑+ ⋯+

$𝑿

𝟏+ 𝒊 𝒏

Contoh 2 :

Suatu obligasi menjanjikan 3 kali pembayaran sebesar $200 setiap 1 tahun dengan

bunga 5%. Nilai sekarang dari total pembayaran yang dijanjikan obligasi tersebut

adalah $544.649. Yang diperoleh dari :

PV = 200/(1+0.05)+200/(1+0.05)2+200/(1+0.05)

3

= $544.649

sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai sekarang dari total yang diperoleh dari

setiap pembayaran adalah :

Kesimpulan :

Semakin rendah suku bunga, semakin tinggi nilai sekarang suatu aset, sehingga

nilai sekarang suatu aset berbanding terbalik dengan suku bunga.

Page 21: Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)

20

B. Pengaruh Kebijakan Moneter

1. Perubahan rasio cadangan wajib

Diasumsikan dalam suatu perekonomian banyaknya stock uang sebesar $600,

yang terdiri dari uang di bank sentral sebesar $100 dan deposito di bank sebesar

$100. Dengan rasio cadangan wajib sebesar 0.1, bank komersial harus

menyediakan $10 sebagai cadangan untuk $100 yang disimpan. Sehingga

neraca bank dan bank sentral sebagai berikut :

Bank A

Aset Kewajiban

Cadangan....................$10

Pinjaman.....................$90

Deposit.....................$100

Bank Sentral

Aset Kewajiban

Obligasi pemerintah.........$200

Cadangan.......................$100

Currency.........................$100

Bank sentral dapat menambah jumlah uang beredar dengan menurunkan rasio

cadangan wajb. Apabila bank sentral menurunkan rasio cadangan wajib

sehingga rasio cadangan wajib sebesar 0.05, maka cadangan yang harus

disediakan oleh bank komersial turun menjadi $5. Sehingga neraca bank

komersial menjadi :

Bank A

Aset Kewajiban

Cadangan......................$5

Pinjaman.....................$95

Deposit.....................$100

Neraca tersebut masih menunjukkan jumlah uang beredar yang sama dengan

sebelumnya, namun, pertambahan jumlah uang beredar sebagaimana

dimaksudkan bank sentral berkaitan dengan efek penggandaan uang, yang

dalam kasus ini sebesar 20 (1/R = 1/0.05). Dengan neraca awal, apabila bank

menyediakan $10 sebagai cadangan, maka bank kelebihan cadangan sebesar

$5 yang dapat dipinjamkan sehingga tambahan uang yang beredar sebesar

$100 sebagaimana tiap $1 dari $5 yang dipinjamkan menyebabkan peredaran

Page 22: Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)

21

uang sebesar $20. Dengan demikian, neraca perbankan yang baru sebagai

berikut :

Bank A

Aset Kewajiban

Cadangan....................$10

Pinjaman...................$190

Deposit.....................$200

Bank Sentral

Aset Kewajiban

Obligasi pemerintah.........$200

Cadangan.......................$100

Currency.........................$100

Sehingga total uang yang beredar sebesar $300. (Deposit+Currency=200+100).

2. Kebijakan diskonto

Bank sentral dapat mengubah besaran bunga atas pinjaman yang diberikan

kepada bank komersial (tingkat diskonto). Apabila bank komersial meminjam

lebih banyak dana dari bank sentral, jumlah uang beredar bertambah. Untuk

memperjelas, diberikan ilustrasi sebagai berikut :

Ilustrasi 6

Diasumsikan rasio cadangan wajib minimum sebesar 0.2. Bank sentral memiliki

stock uang sebesar $100 dan bank komersial memiliki deposito sebesar $100,

sehingga jumlah uang beredar sebesar $200. Neraca perbankan disajikan sebagai

berikut :

Bank Komersial

Aset Kewajiban

Cadangan....................$20

Pinjaman.....................$80

Deposit.....................$100

Bank Sentral

Aset Kewajiban

Obligasi pemerintah.........$200

Cadangan.......................$100

Currency.........................$100

Page 23: Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)

22

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, ketika bank sentral menurunkan

tingkat diskonto, bank komersial dapat lebih mudah meminjam lebih banyak

dana dari bank sentral karena penurunan tingkat diskonto membuat beban

bunga yang harus dibayar bank komersial menjadi lebih rendah. Hal ini

berakibat pada bertambahnya jumlah uang beredar. Semisal bank komersial

meminjam $50 dari bank sentral, jumlah uang beredar bertambah sebesar $250

(50 x 1/R=50 x 1/0.2) sebagaimana ditunjukkan dalam neraca berikut :

Bank Komersial

Aset Kewajiban

Cadangan....................$70

Pinjaman...................$330

Deposit.....................$350

Pinjaman dari

bank sentral................$50

Bank Sentral

Aset Kewajiban

Obligasi pemerintah.........$200

Pinjaman............................$50

Cadangan.......................$150

Currency........................$100

3. Operasi pasar terbuka

Bank sentral memiliki obligasi pemerintah yang dibeli saat pemerintah

menjual obligasinya di pasar terbuka. Apabila bank sentral menjual obligasi

tersebut di pasar terbuka, maka kepemilikan obligasi tersebut berpindah dan

uang pembayaran yang diambil dari deposito di bank komersial mengurangi

cadangan bank komersial di bank sentral. Hal ini menyebabkan

berkurangnya jumlah uang beredar. Sebagai contoh, bank sentral menjual

obligasi pemerintah senilai $10. Seorang investor bernama Karl membeli

obligasi tersebut di pasar terbuka. Transaksi demikian menyebabkan

simpanan Karl di bank komersial berkurang sebesar $10, deposito bank

komersial berkurang sebesar $10, dan cadangan bank komersial di bank

sentral juga berkurang $10, sehingga jumlah uang beredar turun. Untuk

lebih jelasnya disajikan neraca pihak yang bertransaksi sebagai berikut :

Page 24: Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)

23

*) Diasumsikan rasio cadangan wajib dan neraca perbankan sama dengan

neraca awal pada ilustrasi 6 dan Karl memiliki deposito sebesar $80

a. Neraca awal

Neraca Karl

Aset Ekuitas

Deposit.........................$80 Modal........................$80

Bank Komersial

Aset Kewajiban

Cadangan....................$20

Pinjaman.....................$80

Deposit.....................$100

Bank Sentral

Aset Kewajiban

Obligasi pemerintah.........$200

Cadangan.......................$100

Currency........................$100

b. Setelah jual beli obligasi

Neraca Karl

Aset Ekuitas

Deposit.........................$70

Obligasi pemerintah.....$10

Modal........................$80

Bank Komersial

Aset Kewajiban

Cadangan.....................$10

Pinjaman......................$80

Deposit......................$90

Bank Sentral

Aset Kewajiban

Obligasi pemerintah.........$190

Cadangan........................$90

Currency........................$100

Namun, setelah jual-beli obligasi bank mengalami kekurangan cadangan sebesar

$8 sebagaimana dengan rasio cadangan sebesar 0.2, cadangan bank seharusnya

sebesar $18. Apabila bank tidak menambah cadangannya, bank harus mengurangi

pinjaman yang disediakan untuk menyesuaikan dengan kebijakan moneter.

Sehingga neraca akhirnya sebagai berikut :

Page 25: Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)

24

c. Neraca akhir

Neraca Karl

Aset Ekuitas

Deposit.........................$70

Obligasi pemerintah.....$10

Modal........................$80

Bank Komersial

Aset Kewajiban

Cadangan.....................$10

Pinjaman......................$40

Deposit......................$50

Bank Sentral

Aset Kewajiban

Obligasi pemerintah.........$190

Cadangan........................$90

Currency........................$100

Sebagaimana rasio cadangan wajib sebesar 0.2, maka jumlah uang beredar

berkurang sebesar $50. (10 x 1/R = 10 x 1/0.2).

Page 26: Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)

25

Permintaan dan Penawaran Uang

Penawaran dan permintaan uang memengaruhi nilai uang. Variabel penting yang

memengaruhi permintaan uang yaitu tingkat harga rata-rata dalam ekonomi. Bahwa berapa

banyak uang yang ingin seseorang miliki bergantung pada harga barang dan jasa yang

dibutuhkan. Semakin tinggi harga barang dan jasa tersebut, semakin banyak uang yang

dibutuhkan untuk transaksi dan semakin banyak uang yang ingin dimiliki di dalam dompet

maupun rekening cek. Hubungan antara jumlah uang, tingkat harga, dan nilai uang

ditunjukkan dalam kurva 1 sebagai berikut :

Kurva 1

Keterangan :

a. Kurva tersebut adalah kurva awal.

b. Sumbu horizontal menunjukkan jumlah uang.

* (Semakin ke kanan, jumlah uang semakin banyak)

c. Sumbu vertikal di sebelah kiri menunjukkan nilai uang.

* (Semakin ke bawah semakin rendah nilai uang)

d. Sumbu vertikal di sebelah kanan menunjukkan tingkat harga (yang dituliskan

terbalik, yaitu tingkat harga yang rendah diperlihatkan di dekat puncak sumbu dan

tingkat harga yang tinggi di dekat dasar sumbu).

Maksudnya: jika nilai uang tinggi, tingkat harga rendah.

e. Garis MD(Money Demand) adalah permintaan uang.

f. Garis MS(Money Supply) adalah penawaran uang.

Nilai uang (1/P)

Tingkat harga (P)

1 1

1/2 2

Rendah Tinggii

M0

MS

MD

E0

Page 27: Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)

26

g. E0 adalah keseimbangan awal.

h. M0 adalah jumlah uang yang ditetapkan oleh bank

Kurva tersebut merupakan kurva penawaran dan permintaan uang. Dimana kurva

penawaran berbentuk vertikal (MS), karena bank telah menetapkan jumlah uang yang

tersedia sejumlah M0. Serta kurva permintaan(MD) berbentuk menurun ke bawah yang

mengindikasikan bahwa ketika nilai uang rendah maka tingkat harga tinggi dan orang-orang

meminta jumlah uang yang lebih besar untuk membeli barang dan jasa. Perubahan

keseimbangan uang ditunjukkan pada kurva 2 sebagai berikut :

Kurva 2

Peningkatan jumlah uang yang beredar menimbulkan uang menjadi banyak. Hasilnya

adalah peningkatan pada tingkat harga (dari 2 ke 4) yang menyebabkan nilai uang turun (dari

½ ke ¼). Dimana ketika pemerintah menggandakan atau meningkatkan jumlah uang yang

beredar akan menjadikan nilai uang turun, tingkat harga naik, kurva penawaran bergeser ke

kanan, dan keseimbangan bergeser ke kanan (dari E0 ke E1).

Catatan 2

E1 1/4 4

Nilai uang (1/P)

Tingkat harga (P)

1 1

1/2 2

Rendah Tinggi M0

MD

E0

M1

Uang hanya akan dipegang bila memberikan manfaat yang setidaknya sama dengan biaya

oportunitas menyimpannya. Biaya oportunitas menyimpan uang adalah tambahan bunga

yang dapat diperoleh jika uang diinvestasikan, misalnya dalam bentuk obligasi. Tiga

manfaat saldo uang adalah sebagai berikut :

1. Motif transaksi

2. Motif berjaga-jaga

3. Motif spekulasi

Page 28: Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)

27

Mekanisme Transmisi

Mekanisme transmisi adalah mekanisme perubahan permintaan dan penawaran uang

yang mempengaruhi permintaan agregat. Mekanisme transmisi terjadi dalam 3 tahap, yakni

sebagai berikut :

1. Ekuilibrium moneter dan suku bunga

Ekuilibrium moneter terjadi apabila penawaran uang sama dengan permintaan

uang. Perubahan penawaran dan permintaan uang berpengaruh terhadap suku

bunga yang akhirnya turut mempengaruhi ekuilibrium. Lebih jelasnya, disajikan

kurva 3 dan kurva 4 sebagai berikut :

Kurva 3

Kurva 3 menunjukkan adanya peningkatan jumlah uang beredar dari M0 ke M1

menyebabkan penurunan suku bunga dari r0 ke r1 sehingga ekuilibrium berubah

dari E0 menjadi E1.

r0

r1

Suku Bunga

Nominal (r)

Kuantitas

Uang (M) M0 M1

E1

E0

Page 29: Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)

28

Pengaruh yang timbul akibat pergeseran permintaan uang disajikan dalam kurva 4

sebagai berikut :

Kurva 4

Kurva 4 menunjukkan adanya peningkatan permintaan uang dari D0 ke D1

menyebabkan peningkatan suku bunga nominal dari r0 ke r1 sehingga

keseimbangan berubah, dari E0 menjadi E1.

2. Suku bunga dan pengeluaran investasi

Perubahan jumlah uang beredar berpengaruh pada suku bunga nominal sehingga

menentukan pengeluaran investasi yang dilakukan sebagaimana ditunjukkan

dalam kurva 5 dan 6 sebagai berikut :

Kurva 5 Kurva 6

1

1 Garis melengkung menurun padamkurva 6 menunjukkan fungsi efisiensi marjinal investasi

(Marginal Efficiency of Investment[MEI]), yang merupakan hubungan negatif antara investasi dan

suku bunga.

r0

r1

Suku Bunga

Nominal (r)

Kuantitas

Uang (M) M0

E1

E0

D1

D0

r0

r1

Suku Bunga

Nominal (r)

Kuantitas

Uang (M) M0 M1

E1

E0 r0

r1

Suku Bunga

Nominal (r)

Investasi

(I) I0 I1

B

A

MEI

Page 30: Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)

29

Pada kurva 5, ditunjukkan bahwa adanya peningkatan jumlah uang yang beredar

dari M0 ke M1 menyebabkan penurunan suku bunga nominal dari r0 ke r1 yang

berdampak pada peningkatan pengeluaran investasi dari I0 ke I1 pada kurva 6.

3. Pengeluaran investasi dan permintaan agregat.

Perubahan jumlah uang beredar mempengaruhi pengeluaran investasi yang

menyebabkan perubahan permintaan agregat, sebagaimana diperjelas dalam kurva

7 dan 8 sebagai berikut :

Kurva 7 Kurva 8

Kurva 7 menunjukkan kenaikan uang yang beredar menaikkan pengeluaran

investasi sebesar I1-I0 (karena penurunan suku bunga) sehingga menggeser fungsi

pengeluaran agregat dari AE0 ke AE1. Pada tingkat harga tetap sebesar P0

pendapatan naik dari Y0 ke Y1 sebagaimana kurva permintaan agregat bergeser

dari AD0 ke AD1.

Secara singkat, mekanisme transmisi digambarkan dengan diagram berikut :

AE=Y

AE1

I1

I0

Investasi (I)

Pendapatan Nasional Riil (Y)

Y0 Y1

E1

E0

AE0

P0

Tingkat

Harga (P)

Pendapatan Nasional Riil (Y)

Y0 Y1

E1 E0

AD1 AD0

Jumlah uang

beredar naik

/Permintaan uang

turun

Kelebihan jumlah

uang beredar

Suku bunga

turun

Investasi

meningkat

Kurva AE

bergeser ke atas

Kurva AD

bergeser ke kanan

Pengeluaran agregat

meningkat Permintaan agregat

meningkat

Page 31: Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)

30

Sebuah perekonomian memproduksi 100 pizza dalam satu tahun, pizza tersebut dijual

dengan harga sebesar $10 per pizza, dan jumlah uang dalam perekonomian adalah $50,

maka :

V = ($10 x 100) / $50 = 20

Dalam perekonomian ini, orang menghabiskan total $1000 per tahun untuk pizza. Karena

pengeluaran sebesar $1000 ini hanya menggunakan uang /450, setiap mata uang lokal harus

berpindah tangan rata-rata sebanyak 20 kali per tahun.

Kecepatan Perpindahan Uang dan Persamaaan Jumlah Uang

Velositas uang (velocity of money) adalah kecepatan mata uang bergerak di dalam

ekonomi dari dompet ke dompet. Velositas uang dapat menunjukkan berapa kali dalam

setahun uang kartal digunakan untuk membayar barang dan jasa yang baru diproduksi.

Rumusnya:

Dimana:

V = Kecepatan perpindahan uang (velocity of money)

P = tingkat harga

Y = jumlah output barang dan jasa

M = jumlah uang

Sebagai contoh, diberikan ilustrasi sebagai berikut :

Ilustrasi 7

Dengan rumus tersebut, maka persamaan jumlah uang adalah M x V = P x Y

Untuk menjelaskan tingkat harga keseimbangan, terdapat 5 unsur sebagai berikut :

1. Velositas uang relatif stabil seiring berjalannya waktu.

2. Perubahan jumlah uang (M) oleh bank sentral ketika velositas stabil menyebabkan

perubahan yang sebanding pada nilai nominal keluaran (P x Y).

3. Keluaran barang dan jasa dalam perekonomian (Y) ditentukan oleh persediaan faktor

produksi yang tersedia. *) Karena uang bersifat netral, uang tidak mempengaruhi

keluaran branag dan jasa.

4. Dengan keluaran (Y) ditentukan oleh persediaan faktor dan teknologi, saat bank

sentral mengubah jumlah uang beredar (M) dan menyebabkan perubahan yang

V = (P x Y) / M

Page 32: Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)

31

proporsional pada nilai nominal keluaran (P x Y), perubahan tersebut tercermin dalam

perubahan tingkat harga (P).

5. Ketika bank sentral meningkatkan jumlah uang beredar dengan sangat cepat, terjadi

inflasi tinggi.

Page 33: Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)

32

Referensi

Bank Indonesia. (t.thn.). Banking Institution in Indonesia. Dipetik Januari 16, 2016, dari Bank

Indonesia: http://www.bi.go.id/en/perbankan/ikhtisar/lembaga/Contents/Default.aspx

Case, K. E., Fair, R. C., & Oster, S. M. (2009). Principles of Macroeconomics. New Jersey: Pearson

Education, Inc.

Courant, P. N., Lipsey, R. G., Purvis, D. D., & Steiner, P. O. (1995). Pengantar Makroekonomi. Jakarta:

Binarupa Aksara.

Ireland, P. (2013). Economics 132 : Principles of Macroeconomics. Dipetik Januari 7, 2015, dari

Boston College: http://www2.bc.edu/peter-ireland/ec132.html

Mankiw, N. G., Quah, E., & Wilson, P. (2014). Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: Salemba Empat.

Manurung, M., & Rahardja, P. (2008). Pengantar Ilmu Ekonomi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi Universitaas Indonesia.

Otoritas Jasa Keuangan. (2013). Perusahaan Efek. Dipetik Januari 19, 2015, dari Otoritas Jasa

Keuangan: http://sikapiuangmu.ojk.go.id/id/article/36/perusahaan-efek

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang BI