SISTEM GERAK MANUSIA
-
Upload
celin-zaquisha -
Category
Documents
-
view
1.905 -
download
5
Transcript of SISTEM GERAK MANUSIA
MATERI AJAR
Standar kompetensi 3 : Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada salingtemas
kompetensi dasar 3.1 : Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem gerak pada manusia.
1. Organisasi Materi Pembelajaran
Materi pokok : Sistem Gerak
Sub Materi pokok :
Rangka
Tulang
Mekanisme pembentukan tulang
Persendian
Otot,
Kelainan pada sistem gerak
2. Peta Konsep (Lampiran 1)
3. Materi Ajar
SISTEM GERAK
Gerak adalah suatu tanggapan terhadap rangsangan baik dari luar maupun
dalam. Gerak dapat merupakan gerakan sebagian anggota tubuh atau seluruh
anggota tubuh. Gerak pada manusia disebabkan oleh adanya kontraksi otot yang
mengerakan tulang.
Macam-macam Rangka
Rangka tubuh manusia tersusun dari 206 tulang yang saling bersendi
membentuk suatu sistem rangka. Rangka tubuh manusia terdiri dari dua bagian,
yaitu rangka aksial (sumbu utama) dan rangka apendikular (rangka anggota
badan).
1. Rangka Aksial
Rangka aksial merupakan jenis rangka yang tidak langsung terkait dengan
sistem gerak. Tugasnya adalah melindungi organ-organ yang berada dalam tubuh,
seperti otak, jantung, paru-paru, dan organ dalam lainnya. Rangka aksial manusia
terdiri atas tengkorak, tulang belakang, tulang dada, dan tulang rusuk.
2. Rangka Apendikuler
Berbeda dengan rangka aksial, rangka apendikuler terkait langsung dengan
sistem gerak. Karenanya, rangka apendikuler tersusun atas tulang anggota gerak
atas dan tulang anggota gerak bawah. Anggota gerak atas tersusun atas tulang
bahu dan tulang-tulang lengan sedangkan anggota gerak bawah tersusun atas
tulang-tulang pelvis/ pinggul dan tulang-tulang kaki.
Gambar 1. Sistem Rangka
Rangka manusia termasuk endoskeleton yang mempunyai fungsi yaitu
sebagai berikut:
Menegakkan tubuh
Melindungi bagian-bagian tubuh yang lemah
Tempat melekatnya otot-otot rangka
Member bentuk pada tubuh
Sebagai alat gerak pasif
Sebagai tempat memproduksi sel-sel darah
Sebagai tempat cadangan kalsium dan fosfat
A. Tulang sebagai Alat Gerak Pasif
Tulang disebut alat gerak pasif karena digerakan oleh otot. Tulang dapat
diklasifikasikan berdasarkan:
1. Struktur dan zat penyusunnya
Berdasarkan struktur dan zat penyusunnya tulang dapat dibedakan menjadi
tulang rawan (kartilago) dan tulang keras (osteon). Secara fisik, kedua tulang ini
memiliki ciri yang berbeda. Tulang rawan bersifat lentur sedangkan tulang sejati
tidak lentur
a. Tulang rawan
Tulang rawan bersifat lentur, matriks tulang rawan tersusun dari
substansi yang disebut sebagai kondrin. Tulang rawan ini merupakan kumpulan
jaringan tulang rawan yang disusun oleh sel-sel tulang. Sel tulang yang dimaksud
yakni kondrosit. Kondrosit dibentuk oleh sel-sel tulang rawan yang masih muda
dan disebut dengan kondroblas. Kemudian, tulang tersebut dibungkus oleh
sebuah lapisan yang dinamakan perikondrium. Perikondrium tersebut berisi
pembuluh darah untuk memasok zat-zat makanan dan oksigen ke dalam
kondrosit. Khusus pada anak, tulang rawan mengandung banyak sel tulang yang
berasal dari mesenkim. Sedangkan pada orang dewasa, tulang rawan berasal dari
perikondrium.
Pada anak-anak jaringan tulang rawan banyak mengandung sel-sel. Pada
orang dewasa tulang rawan hanya terdapat pada beberapa tempat, misalnya
kuping hidung, kuping telinga, antar tulang rusuk dan tulang dada, sendi-sendi
tulang, antar ruas tulang belakang, dan pada cakra epifisis. Tulang rawan pada
orang dewasa dibentuk oleh selaput tulang rawan (perikondrium) yang
mengandung sel-sel pembentuk tulang rawan (kondroblas). Tulang rawan terdiri
dari 3 macam yaitu:
Tulang rawan hialin
Matrik tulang rawan hialin tidak mengandung serabut. Pada bagian
perifer tulang rawan hialin, kondrosit mempunyai bentuk bulat panjang
dengan sumbu panjang sejajar dengan permukaan. Makin ke dalam
kondrosit berbentuk bulat dan berada dalam kelompok dan disebut
kelompok isogenik. Pada manusia tulang rawan hialain dijumpai pada
tulang rawan persendian, tulang rawan rusuk, tulang rawan trakea,
hidung, dan pembuluh bronchial pada ujung laring.
Tulang rawan elastis
Tulang rawan elastis berwarna kekuningan dan lebih gelap, lebih lentur
dan lebih elastis.sel-selnya serupa dengan tulang rawan hialin, bentuk
selnya membulat, dikelilingi oleh kapsul, tersebar tunggal atau
mengelompok dua atau tiga sel. Didalam matriknya terdat serabut,
serabut-serabut tersebut membentuk jarring-jaring yang begitu padat.
Pada lapisan di bawah perikondrium, serabut-serabut elastis Nampak
agak longgar, dan bersambung terus ke perikondrium. Pada manusia
tulang rawan elastis dijumpai antara lain pada daun telinga, dinding
pembuluh eustachius, dan epiglottis
Tulang rawan fibrosa
Di dalam matriknya terdapat berkas-berkas serabut kolagen yang tebal
dan padat, sejajar satu dengan yang lainnya dan tersebar dengan jarak
yang sempit. Kondrosit terletak dalam kapsul yang homogen, tersebar
secara tunggal atau berpasangan, dan kadang-kadang dalam kelompok
besar yang menyebar memanjang. Tulang rawan fibrosa dapat
ditemukan pada ruas tulang belakang dan cakram sendi lutut.
Gambar 2. Tulang Rawan
b. Tulang Keras (Osteon)
Tidak seperti tulang rawan, tulang sejati/tulang
(Osteon) memiliki sifat lebih keras, kuat, dan kaku.
Hal ini terjadi, sebab strukturnya tersusun dari
jaringan tulang yang mengandung sel tulang
(osteosit) dan matriks. Osteosit dibentuk oleh
osteoblas (sel pembentuk tulang). Selain osteoblas,
pada jaringan tulang terdapat osteoklas yaitu sel-sel
tulang yang berukuran besar dan intinya banyak.
Fungsi osteoklas adalah memindahkan matriks dari
tulang lama, dan selanjutnya menyediakan ruang untuk tulang baru. Matriks yang
menyusun tulang tersusun atas beberapa zat, seperti semen, kolagen dan mineral.
Semen merupakan zat penyusun tulang yang mengandung karbohidrat. Sementara
serabut kolagen merupakan zat yang menjadikan tulang tidak mudah rapuh.
Adapun kerasnya tulang karena berisi mineral keras seperti kalsium fosfat
(Ca(PO4)2) dan kalsium karbonat (CaCO3). Pada orang dewasa, kadar zat kapur
lebih tinggi daripada anak-anak sehingga tulang orang dewasa lebih keras
dibandingkan tulang anak-anak. Sebaliknya tulang anak-anak mengandung zat
perekat lebih banyak daripada orang dewasa. Oleh karena itu jika terjadi patah
tulang, anak-anak lebih cepat sembuh daripada orang dewasa
Ditinjau dari sifat bahan penyusunnya terdapat 2 macam tulang keras yaitu:
Tulang kompak
Tulang kompak merupakan tulang dengan matriks yang rapat dan padat,
misalnya tulang pipa. Tulang kompak terdiri atas sistem-sistem Havers,
yaitu sistem yang dibangun oleh saluran Havers yang berisi pembuluh
darah dan saraf yang dikelilingi oleh lamela-lamela dan lakuna-lakuna
yang berisi osteosit.
Tulang spongiosa
Tulang spongiosa merupakan tulang yang matriksnya berongga yang berisi
sumsum merah yang memproduksi sel-sel darah sebagai organ
kemopoitik. Tulang spongioasa biasanya ditemukan pada tulang-tulang
pipih dan tulang-tulang pendek
Gambar 3. Tulang Keras
2. Bentuk tulang
Berdasarkan bentuknya, tulang dikelompokkan menjadi tulang pipa, tulang
pipih, tulang pendek, tulang tak beraturan.
a. Tulang panjang (Ossa longa)
Tulang panjang atau tulang pipa, yaitu tulang yang memiliki ukuran panjang
lebih besar dari pada lebarnya. Contoh tulang panjang antara lain: tulang paha,
tulang betis, tulang kering, tulang lengan atas, tulang radius dan tulang ulna.
Gambar 4. Tulang pipa
Tulang pipa terdiri dari 3 bagian yaitu:
1) Diafisis, yaitu bagian tengah berbentuk seperti pipa, tersusun dari
jaringan tulang kompak. Pada bagian tengahnya yang berongga disebut
cavum medularis yang berisi sumsum merah saat bayi dan sumsum
kuning saat dewasa. Dibagian laur diafisis dilapisi oleh membrane fibrisa
putih yang disebut periosteum.
2) Epifisis, yaitu bagian kedua ujung tulang panjang yang berbentuk
gembungan. Sebagian besar epifisis tersusun dari tulang spongiosa yang
dikelilingi oleh tulang rawan hialin yang biasanya disebut tulang rawan
persendian.
3) Cakra epifisis, bagian antara diafisis dan epifisis.
b. Tulang pendek (Ossa brevia)
Tulang pendek yaitu tulang yang memiliki panjang kurang lebih sama
dengan lebarnya. Bagian luar tersusun dari tulang kompak dan pada bagian
dalamnya tersusun dari tulang spongiosa. Contohnya: tulang-tulang pergelangan
tangan (Metakarpal) dan tulang-tulang pergelangan kaki (metatarsal).
c. Tulang pipih (Ossa plana)
Tulang-tulang yang berbentuk labar pipih, biasanya bagian dalam tersusun
dari tulang spongiosa dan dibagiam luar merupakan tulang kompak. Contohnya:
tulang dahi, tulang dada, tulang rusuk, dan tulang belikat.
Gambar 5. Tulang belikat merupakan contoh dari tulang pipih
d. Tulang tidak beraturan
Tulang yang memiliki bentuk tak tentu. Contohnya: tulang wajah dan ruas-
ruas tulang belakang.
Gambar 6. Ruas-ruas tulang belakang.
B. Mekanisme Pembentukan Tulang (Osifikasi)
Rangka terbentuk mengikuti suatu proses yang dinamakan Osifikasi.
Osifikasi atau osteogenesis dimulai pada saat embrio berumur 6 minggu dan terus
berlanjut sampai masa dewasa. Semua
rangka tersebut masih dalam bentuk
kartilago. Rangka ini berasal dari
jaringan ikat embrional atau mesenkim.
Setelah kartilago terbentuk, rongga
yang ada di tengahnya akan segera
berisi sel-sel pembentuk tulang atau
osteoblast. Sel-sel ini juga menempati
jaringan pengikat di sekeliling rongga. Sel-sel tulang terbentuk secara konsentris,
Gambar 7.Proses Osifikasi
artinya pembentukannya bermula dari arah dalam terus keluar mengelilingi pusat.
Setiap satuan sel-sel tulang akan melingkari suatu pembuluh darah dan serabut
saraf, membentuk satu sistem yang disebut sistem Havers. Di antara sel-sel tulang
terdapat matriks yang tersusun atas senyawa protein. Pembuluh darah dari sistem
Havers ini bercabang-cabang menuju ke matriks, mengangkut zat fosfor, dan
pengerasan tulang ini dinamakan osifikasi atau penulangan. Bila matriks tulang
berongga, maka akan membentuk tulang spons. Bila matriksnya padat dan rapat,
maka akan terbentuk tulang kompak atau tulang keras.
C. Persendian
Hubungan antara tulang dan tulang disebut artikulasi (persendian).
Persendian dapat diklasifikasikan berdasarkan:
1. Adanya gerak antar tulang
Berdasarkan kemungkinan adanya gerak, maka persendian dibedakan menjadi:
a. Sinartrosis
Sinartrosis adalah persendian yang tidak memungkinkan adanya gerakan.
Contoh sinartrosis adalah sutura yaitu persendian antara tulang-tulang tengkorak.
Contoh sinartrosis yang lain adalah persendian antara
diafisis dan epifisis dari tulang panjang
b. Amfiartrosis
Amfiartrosis adalah peresendian yang masih
memungkinkan adanya sedikit gerakan antara dua
tulang yang bersendi, dan permukaan persendiannya
dibatasi oleh jaringan antara. Jaringan antara itu dapat berupa jaringan tulang
rawan fibrosa atau jaringan tulang rawan
hialin. Contoh amfiartrosis yang dibatasi
oleh tulang rawan fibrosa adalah
persambungan antara ruas-ruas tulang
belakang. Contoh amfiartrosis yang
dibatasi oleh tulang rawan hialin adalah
persambungan antara tulang rusuk dengan
tulang dada.
Gambar 8. Contoh Sendi Mati
Gambar 9. Contoh Sendi Kaku
c. Diartrosis
Diartrosis adalah persendian yang memungkinkan adanya gerak bebas
antara tulang-tulang yang bersendi. Dengan cirri-ciri struktural sebagai berikut:
1) Persendian diselubungi oleh kapsul dari jaringan ikat fibrosa, yang disebut
kapsul fibrosa
2) Di sebelah dalam kapsul ini dibatasi oleh jaaringan ikat halus, yang disebut
membrane synovial, yang berfungsi menghasilkan cairan pelumas untuk
mengurangi gesekan antar tulang
3) Permukaan sendi dilapisi oleh tulang rawan hialin
4) Kapsul fibrosa kadang-kadang diperkuat oleh ligament
Sebagian besar persendian rangka tubuh manusia adalah diartrosis.
Persendian diartrosis dibedakan menjadi 6 macam:
a) Sendi luncur/geser
Permukaan sendi datar, hanya mungkin melakukan gerakan kiri kanan dan
muka belakang. Persendian yang memungkinkan gerak pada dua bidang
datar seperti ini disebut persendian dua sumbu (biaksial). Contoh:
persendian antara tulang-tulang karpal, antara tulang-tulang tarsal, antara
sternum.
b) Sendi engsel
Permukaan sendi tulang pertama cekung, permukaan sendi tulang ke dua
cembung. Persdendian ini memungkinkan gerakan hanya pada satu bidang datar,
termasuk persendian satu sumbu
(monaksial), dan merupakan gerakan
fleksi dan ekstensi seperti gerak membuka
dan menutup pintu. Gerak fleksi adalah
suatu gerakan yang mengacu pada gerak
mengecilkan sudut,sedangkan gerak
ekstensi mengacu pada gerak
membesarkan sudut. Contoh sendi engsel
adalah sendi siku dan sendi lutut.
c) Sendi putar
Gambar 10. Contoh Sendi Engsel
Pada sendi putar, permukaan tulang pertama yang membulat, meruncing, atau
berbentuk kerucut, bersendi dengan
lekuk yang dangkal dari tulang lain.
Memungkinkan gerak utama memutar,
dan merupakan persendian monaksial.
Contoh sendi putar adalah: persendian
antara tulang atlas dan dasar tulang
tengkorak yang menghasilkan gerak
menggelengkan kepala, persendian
antara ujung proksimal tulang radius dan
ulna yang menghasilkan gerakan supinasi dan pronasi tapak tangan.
d) Sendi pelana
Pada sendi pelana, permukaan ujung tulang pertama berbentuk cekung masuk ke
permukaan tulang kedua berbentuk
cembung. Persendian ini
memungkinkan gerak menyamping
(kanan-kiri) dan gerak muka-
belakang, sehingga persendian ini
termasuk persendian biaksial. Contoh
sendi pelana adalah persendian antara
tulang trapesium dan metakarpal dari
ibu jari.
e) Sendi peluru
Pada sendi peluru, permukaan sendi tulang
pertama yang berbentuk seperti bola masuk
ke permukaan cekung seperti mangkuk dari
tulang ke dua, sehingga memungkinkan
terjadinya gerak triaksial, yaitu gerak fleksi
dan ekstensi, abduksi dan aduksi, serta gerak
rotasi. Contoh sendi peluru adalah persendian
antara tulang lengan atas dengan tulang
belikat, dan persendian antara tulang paha dengan tulang pinggul.
Gambar 11. Contoh Sendi Putar
Gambar 12. Contoh Sendi Pelana
Gambar 13. Contoh Sendi Peluru
f) Sendi ellipsoidal
Pada sendi, ellipsoidal, ujung tulang yang berbentuk oval masuk ke
cekungan tulang lain yang berbentuk elips. Persendian ini memungkinkan
gerak kiri-kanan dan muka belakang, sehingga termasuk persendian
biaksial. Contoh sendi elipsoidal adalah persendian antara tulang radius
dan tulang karpal yang memungkinkan gerak tapak tangan ke atas bawah
dan ke kanan kiri.
2. Jaringan yang menghubungkan
Berdasarkan jaringan yang menghubungkan, persendian dibedakan menjadi:
a. Sindemosis
Merupakan persendian dimana tulang yang bersendi dihubungkan oleh
jaringan fibrosa padat. Misalnya pada persendian antara ujung distal tulang tibia
dan fibula, juga pada sutura anak yang masih dalam pertumbuhan
b. Sinkondrosis
Sinkdrosis merupakan persendian dimana tulang yang bersendi
dihubungkan oleh tulang rawan hialin. Contoh: persendian antara ruas-ruas tulang
belakang yang dihubungkan oleh cawan pipih dari tulang rawan fibrosa, dan
persendian antar tulang rusuk dengan tulang dada yang dihubungkan dengan
tulang rawan hialin.
c. Sinostosis
Merupakan persendian dimana antara tulang yang bersendi dihubungkan
oleh jaringan tulang. Contoh: sutura pada orang dewasa, persendian antara epifisis
dan diafisis tulang panjang pada orang dewasa
D. Otot sebagai Alat Gerak Aktif
Otot merupakan alat gerak aktif. Otot dapat bergerak karena adanya sel otot.
Otot sebagai alat gerak aktif memiliki tiga kemampuan, yaitu kontraksibilitas,
ekstenbilitas, dan elastisitas. Kontrakbilitas adalah kemampuan memendek hingga
memiliki ukuran yang lebih pendek dari ukuran awal. Ini terjadi pada saat otot
sedang kontraksi. Kemampuan ekstenbilitas adalah kemampuan memanjangkan
diri melebihi ukuran panjang awal. Sedangkan, elastisitas yaitu kemampuan otot
untuk kembali pada ukuran semula.Otot berkontraksi karena suatu rangsang,
yaitu:
a. rangsang mekanis: pijat, tarik, dan tekanan
b. rangsang suhu: dingin dan panas
c. rangsang kimia: asam, basa, dan garam
d. rangsang listrik: arus listrik.
Kontraksi sel-sel otot ini dikontrol oleh sel-sel saraf. Otot dapat
menggerakkan tulang, kulit, rambut, gerak peristaltik saluran dalam jantung,
pembuluh darah, dan sebagainya.
1. Macam- macam otot
Otot ada tiga macam, yaitu otot rangka/otot lurik, otot polos, dan otot
jantung. Berikut ini ketiga macam otot tersebut akan dijelaskan satu per satu.
a) Otot Rangka/Otot Lurik/Otot Serat Lintang
Disebut otot rangka karena melekat pada rangka. Disebut otot lurik
karena tampak garis-garis melintang/lurik. Satu sel otot disebut serabut otot.
Serabut otot terdiri dari sejumlah miofibril. Di dalam miofibril tersusun secara
teratur filamen kontraktil, yaitu aktin dan miosin. Kontraksi otot rangka cepat,
kuat, dan disadari. Setiap serabut otot dibungkus oleh endomisium, kumpulan
berkas-berkas serabut dibungkus oleh fasia propia/perimisium, sedangkan otot
(daging) dibungkus oleh selaput fasia super fisalis/epimisium. Endomisium,
perimisium, dan epimisium bergabung membentuk urat (tendon) yang melekatkan
otot pada tulang (Gambar)
Gambar 14. Makroskopis dan mikroskopis otot rangka
Bagian gabungan otot, yaitu tendon, adalah ujung otot lurik yang mengecil
dan keras berwarna putih kekuningan serta melekat pada tulang. Ventrikel (empal)
adalah bagian tengah gabungan otot yang mempunyai daya kontraksi. Setiap
kumpulan otot mempunyai dua tendon atau lebih. Tendon yang melekat pada
tulang yang bergerak disebut insersi, sedangkan tendon yang melekat pada tulang
yang tidak bergerak disebut origo. Otot yang sering dilatih, akan membesar,
disebut hipertrofi, dan yang mengisut disebut atrofi.
b) Otot Polos/Otot Visceral
Disebut otot polos karena tidak mempunyai garis-garis melintang, inti
hanya satu. Kerja otot polos lambat beraturan dan tidak cepat lelah serta
tidak disadari. Otot polos sering disebut otot alat dalam (visceral) karena
semuanya terdapat di dalam tubuh, seperti dinding saluran pencernaan,
saluran pernapasan, dan pembuluh darah, kecuali diafragma tersusun dari
otot lurik. Sel otot polos berbentuk seperti gelendong dengan satu inti terletak di
tengah sel, memiliki penampang antara 2-10 nm, sedangkan panjangnya 50-200
nm. Struktur internal otot polos nampak kurang terorganisasi secara teratur di-
bandingkan dengan otot rangka dan otot jantung. Susunan filamen tebal dan tipis
dalam otot polos Nampak hampir acak dan tersebar homogeny, organisasi
sarkomerik dan pita Z-nya tidak ada.
Gambar 15. Otot polos pada saluran pencernakan
c). Otot Jantung
Pada otot jantung dinamakan juga miokardium. Sesuai namanya, otot ini
hanya terdapat jantung, tepatnyadinding jantung. Sel-sel otot jantung memiliki
satu inti sel dan mirip otot rangka. Satu sel otot jantung membentuk anyaman
yang disebut sinsitium. Pada setiap percabangan terdapat jaringan ikat yang
disebut diskus interkalaris.Gerak otot jantung tidak menurut kehendak kita atau
tidak kita sadari, namun dikendalikan oleh saraf otonom, sehingga disebut gerak
tak sadar.
Gambar 16. Otot jantung pada dinding jantung
2. Sifat Gerak Otot
Gerak pada bagian tubuh terjadi karena kontraksi satu macam otot atau
lebih. Otot-otot yang bekerja bersama untuk suatu gerakan disebut sinergis.
Apabila gerak yang ditimbulkan berlawanan, gerak itu disebut antagonis. Contoh
gerak antagonis adalah sebagai berikut.
1) Ekstensor (meluruskan) dan Fleksor (membengkok), seperti gerak tangan
melipat ke atas.
2) Abduktor (menjauh) dan Adduktor (mendekati) seperti gerak tangan
sejajar bahu.
3) Supinator (menengadah) dan Pronator (menelungkup) seperti gerak
pada telapak tangan.
4) Depresor (ke bawah) dan Elevator (ke atas) seperti menaikkan dan
menurunkan dagu.
5) Protraksi (gerakan mendorong mandibula ke luar) dan Rektraksi
(gerakan mendorong mandibula ke dalam), seperti gerakan mandibula
(rahang).
Contoh gerak sinergis adalah sebagai berikut.
1) Pronator teres dan Pronator kuadratus. Rotasi (gerakan berputar), seperti
gerak pada tulang atlas sewaktu memutarkan kepala.
2) Sirkumduksi, gerakan ujung distal satu tulang membentuk satu lingkaran,
sedangkan ujung proksimalnya tetap, seperti gerakan memutar satu
lingkaran mengitari sendi bahu.
Gambar 17. Macam-macam gerak sinergis
3. Mekanisme Kontraksi Otot
Mekanisme kontraksi otot berlangsung dengan urutan sebagai berikut.
a) Pusat motorik di otak mengirimkan impuls/rangsang menuju otot melalui
saraf motorik (saraf kranial dan saraf spinal).
b) Sesampainya di ujung akson saraf motorik, rangsang dilanjutkan oleh
neurohumor (hormon saraf) berupa asetilkolin atau epinefrin (adrenalin)
menuju ke otot (reseptor pada otot) yang mempunyai aktin.
c) Setelah rangsang sampai di reseptor, energi dilepaskan, maka aktin akan
bergeser, zona H mengecil bahkan menghilang dan sarkomer memendek.
Garis saling mendekat dan otot berkontraksi (berkerut). Jarak antara garis Z
satu dan garis Z yang lainnya disebut sarkomer.
d) Setelah kontraksi, ujung saraf motorik mengeluarkan suatu zat yang dapat
menetralisasi/menghambat kerja neurohumor yang dihasilkan sebelumnya,
serta kolinesterasi untuk menghambat asetil kolin dan Mono Amina Oksida
(MAO) serta menghambat epinefrin/adrenalin, sehingga aktin (miofilamen
tipis) dan miosin (miofilamen tebal) merenggang, zona H terbuka, garis Z
satu dan garis Z yang lainnya saling menjauh, otot kembali relaksasi.
Diagram kontraksi otot dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Diagram Kontraksi Otot
E. Kelainan sistem gerak pada manusia
1. Gangguan pada Rangka
Kelainan pada sistem rangka dapat terjadi karena adanya gangguan secara
fisik, gangguan secara fisiologis, dan gangguan kedudukan tulang belakang.
a. Gangguan tulang
Fraktura, yaitu tulang retak atau patah.
Macamnya:
1) Fraktura sederhana: jika tulang yang retak tidak sampai melukai organ
lain di sekitarnya, misalnya organ otot.
2) Fraktura kompleks atau fraktura majemuk: jika tulang yang patah
menyebabkan otot dan kulit terluka, bahkan ujung yang patah bisa
mencuat keluar.
3) Fraktura greenstick: jika retak atau patah tulang tidak sampai
memisahkan tulang menjadi dua bagian.
4) Fraktura comminuted atau remuk: jika tulang retak menjadi beberapa
bagian tetapi masih tetap tertahan di dalam otot.
b. Persendian
1) Dislokasi: gangguan pergeseran sendi dari kedudukan semula karena
tulang ligamennya tertarik atau sobek.
2) Terkilir atau keseleo: tertariknya ligamen sendi yang disebabkan oleh gerakan
yang tiba-tiba atau tidak bisa dilakukan, menimbulkan rasa sakit.
3) Ankilosis: persendian tidak dapat digerakkan lagi karena tulangnya menyatu.
4) Artritis atau infeksi sendi: gangguan sendi yang ditandai terjadinya peradangan
sendi yang disertai timbulnya rasa sakit dan kadang-kadang tulang sendi
mengalami perubahan.
Macam Artritis:
a) Artritis eksudatif: radang getah dalam sendi.
b) Artritis sika: kekurangan cairan sinovial.
c) Gout artritis: gangguan gerak karena kegagalan metabolisme asam urat.
Asam urat yang berlebihan akan diangkut oleh darah dan disimpan di dalam
sendi kecil, seperti sendi ruas jari-jari. Tanda sendi yang mengalami
kelebihan asam urat adalah membesarkan sendi.
d) Rheumatik: penyakit kronis pada sendi sehingga sendi membengkak.
e) Osteoartritis: kemunduran sendi karena kartilago menipis dan degenerasi
sehingga merangsang pembentukan tulang pada sendi.
c. Gangguan pada ruas-ruas tulang belakang
1) Skoliosis: tulang belakang bengkok ke samping.
2) Kifosis: tulang belakang bengkok ke belakang.
3) Lordosis: tulang belakang bengkok ke depan.
Hal tersebut akibat kebiasaan sikap tubuh yang salah. Di samping ketiga
jenis gangguan tersebut ada satu lagi gangguan yang disebut subluksasi, yaitu
gangguan ruas tulang leher yang disebabkan oleh kecelakaan ataupun gerakan
tiba-tiba yang melebihi batas, akibatnya posisi kepala mengalami perubahan ke
arah lain atau ke arah kanan.
a b c
Gambar 15. Gangguan pada ruas-ruas tulang belakang: (a) skoliosis, (b) lordosis, (c) kifosis.
2. Gangguan pada Otot
1. Atrofi
Atrofi yaitu keadaan di mana otot mengecil sehingga menghilangkan
kemampuannya untuk berkontraksi. Atrofi dapat terjadi karena penyakit
poliomielitis dan keadaan tertentu misalnya sakit, sehingga seseorang harus
istirahat di tempat tidur dalam jangka waktu lama. Poliomielitis adalah penyakit
karena virus yang merusakkan saraf yang mengkoordinasi otot ke anggota gerak
bawah.
b. Hipertrofi
Hipertrofi yaitu keadaan otot menjadi lebih besar dan kuat karena sering
dilatih secara berlebih.
c. Kejang otot
Yaitu gangguan otot yang terjadi karena melakukan aktivitas terus menerus
yang pada suatu ketika tak mampu lagi melakukan kontraksi alias kejang, karena
telah kehabisan energi atau sering dikenal dengan kram.
d. Kaku leher atau stiff
Yaitu keadaan leher terasa kaku dan sakit jika digerakkan.
e. Tetanus
Yaitu kejang otot yang disebabkan oleh toksin yang dihasilkan oleh baksil
tetanus.
f. Miastema gravis
Yaitu keadaan di mana otot berangsur-angsur menjadi lemah dan
menyebabkan kelumpuhan. Yaitu penyakit otot kronis sejak anak-anak.
h. Hernia abdominalis
Yaitu sobeknya otot dinding perut yang lemah, yang mengakibatkan usus
melorot ke bawah masuk ke rongga perut.