SIPENDIKUM 2018 - semnas.unikama.ac.id · menganulir Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus...

12
SIPENDIKUM 2018 295 PENGATURAN PEMBATASAN KENDARAAN SEPEDA MOTOR (Studi Putusan No. 57 P/HUM/2017) Mustakim 1 Email : [email protected] Abstrak Kajian penelitian ini adalah putusan Mahkamah Agung No. 57 P/HUM/2017 yang telah menganulir Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 141 Tahun 2015 Tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 195 Tahun 2014 Tentang Pembatasan Lalu Lintas Sepeda Motor dengan menyatakan bertentangan dengan Pasal 133 ayat (1) Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal 11 Undang-Undang No. 39 Tahun 199 Tentang Hak Asasi Manusia dan Pasal 5 dan 6 Undang undang No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Perundang-undangan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian normatif dengan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan kasus. Hasil penelitian ditemukan bahwa Mahkamah Agung tidak konsisten dan keliru dalam memberikan pertimbangan hukumnya dalam putusan No. 57 P/HUM/2017, justru pembatasan kendaraan sepeda motor telah dijamin dalam Pasal 28 J Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Universal Declaration of Human Rights, Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998. dan Undang-Undang Np. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, serta bertujuan untuk menciptakan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, lancar serta etika berlalu lintas dan budaya bangsa (just culture) serta mendorong perekonomian nasional, mewujudkan kesejahteraan rakyat, persatuan kesatuan bangsa, serta menjunjung tinggi martabat bangsa. Kata kunci : Pembatasan sepeda motor, kemacetan. Pendahuluan Kemacetan di Ibukota Negara Indonesia yaitu Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta semakin akut. Sesuai data tahun 2010 ini, jumlah kendaraan di Jakarta telah mencapai angka 11. 362. 396 unit kendaraan. Dimana dari jumlah tersebut 8. 244. 346 unit merupakan kendaraan roda dua dan 3. 118. 050 unit merupakan kendaraan roda empat. Data Polda Metro Jaya, penambahan sepeda motor mencapai 1.250 unit per hari. Jumlah unit kendaraan bermotor hingga akhir 2014 di Jakarta sebanyak 17.523.967 unit yang didominasi oleh kendaraan roda dua dengan jumlah 13.084.372 unit. Diikuti dengan mobil pribadi sebanyak 3.226.009 unit, mobil barang 673.661 unit, bus 362.066 unit, dan kendaraan khusus 137.859 unit. 2 Berdasarkan data dari Kasubdir Kamsel Polda Metro Jaya pertumbuhan kendaraan bermotor tahun 2014 dan Tahun 2015 di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) sebagai berikut : 1 Penulis adalah Dosen Tetap Fakultas Hukum Universitas Nasional dan Advokat serta Direktur Eksekutif Lembaga Kajian dan Advokasi Hukum Transportasi Indonesia (LAKAT-INDONESIA). 2 Aditya Ramadhan, Jumlah motor dan mobil di Jakarta tumbuh 12 persen tiap tahun, Antara NEW.Com, Jumat, 9 Januari 2015 18:21 WIB | 28.805 Views, di unduh pada tanggal 8 Juli 2016.

Transcript of SIPENDIKUM 2018 - semnas.unikama.ac.id · menganulir Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus...

SIPENDIKUM 2018

295

PENGATURAN PEMBATASAN KENDARAAN SEPEDA MOTOR

(Studi Putusan No. 57 P/HUM/2017)

Mustakim

1

Email : [email protected]

Abstrak

Kajian penelitian ini adalah putusan Mahkamah Agung No. 57 P/HUM/2017 yang telah

menganulir Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 141

Tahun 2015 Tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus

Ibukota Jakarta Nomor 195 Tahun 2014 Tentang Pembatasan Lalu Lintas Sepeda Motor

dengan menyatakan bertentangan dengan Pasal 133 ayat (1) Undang-Undang No. 22

Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal 11 Undang-Undang No. 39

Tahun 199 Tentang Hak Asasi Manusia dan Pasal 5 dan 6 Undang undang No. 12 Tahun

2011 Tentang Pembentukan Perundang-undangan. Metode penelitian yang digunakan

adalah penelitian normatif dengan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan

kasus. Hasil penelitian ditemukan bahwa Mahkamah Agung tidak konsisten dan keliru

dalam memberikan pertimbangan hukumnya dalam putusan No. 57 P/HUM/2017, justru

pembatasan kendaraan sepeda motor telah dijamin dalam Pasal 28 J Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang No. 22 Tahun 2009

Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Universal Declaration of Human Rights,

Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998. dan Undang-Undang Np. 39 Tahun 1999

Tentang Hak Asasi Manusia, serta bertujuan untuk menciptakan Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, lancar serta etika berlalu lintas dan budaya

bangsa (just culture) serta mendorong perekonomian nasional, mewujudkan

kesejahteraan rakyat, persatuan kesatuan bangsa, serta menjunjung tinggi martabat

bangsa.

Kata kunci : Pembatasan sepeda motor, kemacetan.

Pendahuluan

Kemacetan di Ibukota Negara Indonesia yaitu Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota

Jakarta semakin akut. Sesuai data tahun 2010 ini, jumlah kendaraan di Jakarta telah

mencapai angka 11. 362. 396 unit kendaraan. Dimana dari jumlah tersebut 8. 244. 346

unit merupakan kendaraan roda dua dan 3. 118. 050 unit merupakan kendaraan roda

empat. Data Polda Metro Jaya, penambahan sepeda motor mencapai 1.250 unit per hari.

Jumlah unit kendaraan bermotor hingga akhir 2014 di Jakarta sebanyak 17.523.967 unit

yang didominasi oleh kendaraan roda dua dengan jumlah 13.084.372 unit. Diikuti

dengan mobil pribadi sebanyak 3.226.009 unit, mobil barang 673.661 unit, bus 362.066

unit, dan kendaraan khusus 137.859 unit.2

Berdasarkan data dari Kasubdir Kamsel Polda Metro Jaya pertumbuhan

kendaraan bermotor tahun 2014 dan Tahun 2015 di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang

dan Bekasi (Jabodetabek) sebagai berikut :

1 Penulis adalah Dosen Tetap Fakultas Hukum Universitas Nasional dan Advokat serta Direktur Eksekutif

Lembaga Kajian dan Advokasi Hukum Transportasi Indonesia (LAKAT-INDONESIA). 2 Aditya Ramadhan, Jumlah motor dan mobil di Jakarta tumbuh 12 persen tiap tahun, Antara NEW.Com,

Jumat, 9 Januari 2015 18:21 WIB | 28.805 Views, di unduh pada tanggal 8 Juli 2016.

SIPENDIKUM 2018

296

TABEL 1

JUMLAH RANMOR SE WILAYAH HUKUM POLDA METRO JAYA

TAHUN 2014

NO SAMSATJUMLAH / JENIS KENDARAAN

TOTALMOBIL PNP BUS MOBIL BRG SPD MOTOR RANSUS

1 JAKARTA PUSAT 389.268 52.747 117.801 1.083.784 11.947 1.655.547

2 JAKARTA UTARA 284.180 25.320 64.705 1.017.512 25.204 1.416.921

3 JAKARTA BARAT 700.640 87.068 159.843 1.707.817 13.725 2.669.093

4 JAKARTA SELATAN 637.418 104.121 112.059 1.436.074 12.943 2.302.615

5 JAKARTA TIMUR 320.427 24.885 55.310 1.442.188 15.931 1.858.741

JUMLAH DKI 2.331.933 294.141 509.718 6.687.375 79.750 9.902.917

6 KOTA TANGERANG 74.306 20.852 28.961 875.497 19.631 1.019.247

7 CILEDUG 90.906 413 8.864 347.698 53 447.934

8 KAB. TANGERANG 63.223 500 10.956 158.533 31 233.243

9 BALARAJA 145.913 27.219 28.040 1.358.231 229 1.559.632

10 CIPUTAT 85.067 348 11.708 369.279 47 466.449

JUMLAH BANTEN 459.415 49.332 88.529 3.109.238 19.991 3.726.505

11 KOTA BEKASI 229.560 13.572 29.024 1.233.015 17.655 1.522.826

12 KAB. BEKASI 103.497 3.727 26.085 1.170.565 20.029 1.323.903

13 KOTA DEPOK 84.086 1.032 14.006 589.075 433 688.632

14 CINERE 57.518 262 6.299 295.104 1 359.184

JUMLAH JABAR 474.661 18.593 75.414 3.287.759 38.118 3.894.545

TOTAL 3.266.009 362.066 673.661 13.084.372 137.859 17.523.967

NO SAMSATJUMLAH / JENIS KENDARAAN

TOTALMOBIL PNP BUS MOBIL BRG SPD MOTOR RANSUS

1JAKARTA PUSAT

401.298 52.778 120.574 1.117.982 11.961 1.704.593

2JAKARTA UTARA

301.751 25.331 67.193 1.082.351 27.071 1.503.697

3JAKARTA BARAT

723.677 87.131 162.120 1.796.111 13.725 2.782.764

4JAKARTA SELATAN

666.791 103.626 115.220 1.524.281 12.949 2.422.867

5JAKARTA TIMUR

344.418 25.139 59.031 1.555.524 15.941 2.000.053

JUMLAH DKI2.437.935 294.005 524.138 7.076.249 81.647 10.413.974

6 KOTA TANGERANG 81.639 21.121 30.552 914.591 19.648 1.067.551

7 CILEDUG 98.062 461 10.017 381.128 54 489.722

8 KAB. TANGERANG 69.207 521 11.917 173.250 31 254.926

9BALARAJA

159.470 27.148 31.763 1.452.172 229 1.670.782

10 CIPUTAT 95.201 430 12.880 409.130 47 517.688

JUMLAH BANTEN 503.579 49.681 97.129 3.330.271 20.009 4.000.669

11KOTA BEKASI

250.800 14.633 31.412 1.334.674 17.655 1.649.174

12KAB. BEKASI

122.355 3.866 31.376 1.287.587 20.056 1.465.240

13 KOTA DEPOK 92.673 1.036 15.036 640.507 433 749.685

14 CINERE 61.826 262 6.923 320.302 1 389.314

JUMLAH JABAR527.654 19.797 84.747 3.583.070 38.145 4.253.413

TOTAL 3.469.168 363.483 706.014 13.989.590 139.801 18.668.056

TABEL 2

JUMLAH RANMOR SE WILAYAH HUKUM POLDA METRO JAYA

TAHUN 2015

Pertumbuhan sepeda motor yang sedemikian besarnya memberi dampak negatif

pada kehidupan masyarakat khususnya dalam transportasi darat. Dampak negatif tersebut

antara lain menimbulkan kemacetan, kecelakaan yang melibatkan sepeda motor,

sumbangan emisi, boros BBM, dan tindak kriminal.3

Kemacetan lalu lintas saat ini memang telah menjadi benang kusut yang sulut

dicari pangkal ujungnya dan mengakibatkan banyaknya kerugian diantaranya

bertambahnya waktu tempuh dalam satu perjalanan, waktu terbuang di jalan, tingginya

ongkos transportasi yang harus ditanggung masyarakat, turunnya produktifitas

masyarakat, pemborosan bahan baskar, panjangnya waktu penyebaran polusi udara dan

suara, serta meningkatnya agresivitas masyarakat akibat akumulasi kekesalan yang tidak

tersalurkan. 4

Atas kondisi tersebut, untuk menimalisasi kerugian tersebut dan mewujudkan

tujuan transportasi sesuai amanat Pasal 3 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Gubernur DKI Jakarta, kala itu dijabat oleh Basuki

Cahaya Purnama atau dikenal sebutan AHOK menerbitkan Peraturan Gubernur No. 195

Tahun 2014 Tentang Pembatasan Lalu Lintas Sepeda Motor juncto Peraturan Gubernur

Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 141 Tahun 2015 Tentang Perubahan atas

3 Surajiman dan Diah Ratu Sari Harahap, Gagasan Pengaturan Pengendalian Sepeda Motor Dalam Sistm

Transportasi Nasional, Lex Jurnalica Volume 10 Nomor 1, April 2013 4 Darmaningtyas, Transportasi Jakarta Menjemput Maut, (Jakarta : Pustaka Yasiba, 2010), hlm, 17.

SIPENDIKUM 2018

297

Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 195 Tahun 2014 Tentang

Pembatasan Lalu Lintas Sepeda Motor, Namun pergub pembatasan sepeda motor

tersebut dibatalkan melalui putusan Mahkamah Agung Putusan No. 57 P/HUM/2017.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian normatif dengan mengunakan pendakatan

undang-undang (statute approach)5 yaitu Pasal 133 ayat (1) dan (2) huruf c Undang-

Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan Peraturan

Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 141 Tahun 2015 Tentang

Perubahan atas Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 195 Tahun

2014 Tentang Pembatasan Lalu Lintas Sepeda Motor dan pendekatan kasus (case

approach)6 yaitu Putusan Mahkamah Agung Putusan No. 57 P/HUM/2017.

Bahan yang digunakan adalah bahan hukum Primer yaitu bahan hukum yang

autoritatif artinya mempunyai otoritas dapat juga diartikan sebagai bahan hukum yang

mengikat berupa peraturan perundang-undangan , berupa Undang-Undang No. 22 Tahun

2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dan Pergub Pembatasan Sepeda Motor,

bahan hukum Sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk terhadap bahan

hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus hukum dan Ensiklopedi

hukum dan bahan tersier atau penunjang atau bahan non hukum7. Selanjutnya bahan

hukum yang diperoleh dalam penelitian ini diuraikan dan dihubungkan sedemikian rupa,

sehingga disajikan dalam penulisan yang lebih sistematis guna menjawab permasalahan

yang telah dirumuskan.8 Pengolahan bahan hukum dilakukan secara deduktif, yakni

menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan

yang dihadapi.9 Selanjutnya bahan hukum yang ada dianalisis secara kualitatif yaitu

dengan menguraikan hasil penelitian berupa kalimat-kalimat.

Hasil dan Pembahasan Penelitian

1. Pengertian Sepeda Motor

Sepeda motor terdiri dari dua kata yaitu sepeda dan motor. Sepeda merupakan

jenis kendaraan beroda dua yang digerakan oleh tenaga manusia dengan cara

mendayung pakai kaki. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan “sepeda

adalah kendaraan beroda dua atau tiga, mempunyai setang, tempat duduk, dan

sepasang pengayuh yang digerakan kaki untuk menjalankannya; kereta angin”.

Sedangkan motor adalah tenaga mekanis yang digerakan oleh mesin dengan

menggunakan bahan bakar minyak (BBM). Berdasarkan pengertian tersebut secara

5 Pendekatan perundang-undangan dilakukan untuk meneliti aturan–aturan yang penormaannya dapat

menimbulkan permasalahan. 6 Pendekatan kasus dilakukan dengan cara melakukan telaah terhadap kasuskasus yang berkaitan dengan isu

yang dihadapi yang telah menjadi keputusan hakim yang dapat dilaksanakan atau mempunyai kekuatan hukum

yang mengikat.

8 Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif. (Jakarta: Bayumedia, 2006), hal. 393.

9 Ibid,

SIPENDIKUM 2018

298

sederhana sepeda motor dapat diartikan kendaraan yang bentuknya seperti sepeda

(beroda dua) yang digerakan oleh mesin dan menggunakan BBM.10

Secara yuridis Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan Pasal 1 butir ke 20 memberi pengertian bahwa “sepeda motor adalah

Kendaraan Bermotor beroda dua dengan atau tanpa rumah-rumah dan dengan atau

kereta samping atau Kendaraan Bermotor beroda tiga tanpa rumah-rumah.”

2. Dasar Hukum Pembatasan Sepeda Motor

Payung hukum pembatasan sepeda motor diatur Pasal 133 ayat (2) huruf c

Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal

60 ayat (2) huruf c Peraturan Pemerintah No, 32 Tahun 2011 Tentang Manajemen dan

Rekayasa, Analisis Dampak, serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas, Pasal 76 ayat

(1) dan (2) huruf h Peraturan Daerah No. 05 Tahun 2014 tentang Transportasi, yang

pada intinya menyatakan bahwa pembatasan kendaraan bermotor dapat dilakukan

dengan membatasi Lalu Lintas sepeda motor pada kawasan tertentu dan/atau waktu

dan/atau jaringan Jalan tertentu.berdasarkan kriteria perbandingan volume Lalu Lintas

Kendaraan Bermotor dengan kapasitas Jalan, ketersediaan jaringan dan pelayanan

angkutan umum; dan kualitas lingkungan.

Untuk segera terealisasi, pada tahun 2014, terbit Peraturan Gubernur Daerah

Khusus Ibukota Jakarta No. 195 Tahun 2014 Tentang Pembatasan Lalu Lintas Sepeda

Motor dan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 141

Tahun 2015 Tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota

Jakarta No. 195 Tahun 2014 Tentang Pembatasan Lalu Lintas Sepeda.

3. Pengujian (Judicial Review) ke Mahkamah Agung

a. Pemohon

Pemohon terdiri dari 2 orang yaitu YULIANSAH HAMID seorang Wartawan; dan

2. DIKI ISKANDAR pengemudi Driver Gojek Angkutan Aplikasi Online yang

merasa dirugikan atas pergub pembatasan sepeda motor.

b. Aturan yang diuji

Pasal 1 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta

No. 195 Tahun 2014 Tentang Pembatasan Lalu Lintas Sepeda Motor juncto Pasal 3

ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

No. 141 Tahun 2015 Tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Daerah Khusus

Ibukota Jakarta No. 195 Tahun 2014 Tentang Pembatasan Lalu Lintas Sepeda

motor.

c. Landasan Pengujian

Pasal 133 ayat 1 Undang Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan, Pasal 11 Undang- Undang No. 39 Tahun 199 Tentang Hak Asasi

Manusia serta, Pasal 5 dan 6 Undang Undang No. 12 Tahun 2011 Tentang

10

Surajiman dan Diah Ratu Sari Harahap, Loc.Cit,

SIPENDIKUM 2018

299

Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dan idak mempunyai kekuatan

hukum mengikat

d. Dasar dan Alasan Pengujian

Pasal 1 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta

No. 195 Tahun 2014 Tentang Pembatasan Lalu Lintas Sepeda Motor juncto Pasal 3

ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

No. 141 Tahun 2015 Tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Daerah Khusus

Ibukota Jakarta No. 195 Tahun 2014 Tentang Pembatasan Lalu Lintas Sepeda

motor dianggap bertentangan dengan Pasal 133 ayat 1 Undang Undang No. 22

Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal 11 Undang- Undang

No. 39 Tahun 199 Tentang Hak Asasi Manusia serta, Pasal 5 dan 6 Undang

Undang No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

Undangan.

4. Pertimbangan dan Putusan Mahkamah Agung

Fakta mengejutkan, Mahkamah Agung RI, pada tanggal Januari 2017,

mengeluarkan Putusan No. 57 P/HUM/2017) atas pegujian yang dilakukan oleh

YULIANSAH HAMID seorang Wartawan; dan 2. DIKI ISKANDAR pengemudi

Driver Gojek Angkutan Aplikasi Online dengan menyatakan bahwa Pasal 1 ayat (1)

dan ayat (2) Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 195 Tahun 2014

Tentang Pembatasan Lalu Lintas Sepeda Motor juncto Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2)

Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 141 Tahun 2015

Tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 195

Tahun 2014 Tentang Pembatasan Lalu Lintas Sepeda motor bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, yaitu Pasal 133 ayat (1) Undang

Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal 11

Undang- Undang No. 39 Tahun 199 Tentang Hak Asasi Manusia serta, Pasal 5 dan 6

Undang Undang No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

Undangan dan idak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

Jika dicermati, ada tiga dasar putusan MA yang menyatakan pergub

pembatasan sepeda motor tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat ;

a. Dasar acuan Pergub pembatasan sepeda motor tidak memenuhi persyaratan yang

diwajibkan Pasal 133 ayat (1) Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu

Lintas Dan Angkutan Jalan dan Pasal 60 ayat (1) PP 32 tahun 2011 Tentang

Manajemen Dan Rekayasa, Analisis Dampak, Serta Manajemen Kebutuhan Lalu

Lintas yang pada menegaskan bahwa Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas

penggunaan Ruang Lalu Lintas dan mengendalikan pergerakan Lalu Lintas,

diselenggarakan manajemen kebutuhan Lalu Lintas berdasarkan kriteria

Perbandingan volume Lalu Lintas Kendaraan Bermotor dengan kapasitas Jalan,

Ketersediaan jaringan dan pelayanan angkutan umum; dan Kualitas lingkungan.

Kemudian pada Pasal 70 ayat (1) ditentukan bahwa Pembatasan lalu lintas sepeda

motor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (2) huruf c dapat dilakukan

apabila pada jalan, kawasan, atau koridor memenuhi kriteria paling sedikit

SIPENDIKUM 2018

300

Memiliki perbandingan volume lalu lintas kendaraan bermotor dengan kapasitas

jalan pada salah satu jalur jalan sama dengan atau lebih besar dari 0,5 (nol koma

lima); dan Telah tersedia jaringan dan pelayanan angkutan umum dalam trayek

yang memenuhi standar pelayanan minimal pada jalan, kawasan, atau koridor yang

bersangkutan.

b. Pertimbangan kedua, MA menilai bahwa pergub pembatasan sepeda motor tidak

disertasi adanya solusi atau alternatif penyelesaian masalah keterjangkauan bagi

pengendara kendaraan roda dua untuk mengakses jalan, kawasan, koridor sehingga

diperlukan adanya infrastruktur lalu lintas yang memadai bagi seluruh pengguna

ruang lalu lintas di kawasan tersebut dengan menyediakan jalur khusus bagi

kendaraan sepeda motor atau jalur alternatif dengan aksebilitas yang seimbang

guna memberikan perlindungan dan kepastian hukum secara sama dan setara bagi

segenap warga Negara yang berhak atas pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk

dapat hidup secara layak, sehingga peraturan tidak hanya melindungi serta

memberikan kepastian hukum bagi sebagian orang khusus tertentu sehingga

dianggap peraturan pembatasan sepeda motor bertentangan dengan ketentuan Pasal

11 Undang-Undang No. 39 Tahun 199 Tentang Hak Asasi Manusia.

c. Materi muatan pergub pembatasan sepeda motor tidak mencerminkan asas

keadilan dan asas persamaan dalam hukum dan pemerintahan serta tidak berdasar

pada asas kejelasan tujuan, khususnya asas ke lima, yaitu kedayagunaan dan

kehasilgunaan, sehingga bertentangan dengan ketentuan Pasal 5 dan 6 Undang

undang No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Perundang-undangan;

5. Analisa Putusan MA No. 57 P/HUM/2017

Menurut Penulis pertimbangan hukum bertolak belakang dengan amar putusan

MA yang menyatakan bahwa pergub pembatasan sepeda motor bertentangan dengan

Pasal 133 ayat (1) Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan

Angkutan Jalan, padahal jika dikaji kembali pertimbangan hukum tersebut, bukan

bertentangan akan tetapi belum terpenuhinya syarat syarat yang ditentukan dalam

Pasal 133 ayat (1) Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan

Angkutan Jalan dan Pasal 60 ayat (1) dan Pasal 70 PP 32 tahun 2011 Tentang

Manajemen Dan Rekayasa, Analisis Dampak, Serta Manajemen Kebutuhan Lalu

Lintas, karena itu Penulis sependapat dengan Akbar Muhamad, Kadishub DKI Jakarta

periode tahun 2014 yang menyatakan “jika penolakan pembatasan sepeda motor

dasarnya keadilan, maka setiap warga negara dengan segala jenis kendaraanya juga

bisa masuk, maka akan merepotkan pemerintah untuk mengaturnya. Putusan ini dapat

membawa tafsir bahwa Pasal 133 ayat (2) huruf d Undang-Undang No. 22 Tahun

2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan juga dapat dikatakan bertentangan

ketentuan Pasal 28D Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

jika pertimbanganya adalah perlindungan yang sama di hadapan hukum.

Prinsip persamaan dihadapan hukum memang prinsip yang wajib

dilaksanakan, akan tetapi dalam kontek pembatasan kendaraan sepeda motor memang

harus memperhatikan ketentuan persyaratan yang diwajibkan dalam Pasal 133 ayat

SIPENDIKUM 2018

301

(1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan

dan Pasal 60 ayat (1) dan Pasal 70 PP 32 tahun 2011 Tentang Manajemen Dan

Rekayasa, Analisis Dampak, Serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas, sehingga

konsep keadilan benar-benar terwujud. Pertimbangan atas dasar persamaan di

hadapan hukum menurut Penulis tidak tepat dalam perkara ini, karena jika itu

dijadikan landasan mengambil kebijakan, maka dapat dipahami akan terjadi kondisi

dimana pemerintah akan sulit mengaturnya dan tujuan transportasi tidak akan

tercapai.

Ketentuan pembatasan kendaraan sepeda motor sebagai kaedah hukum pada

dasarnya memiliki dua sifat pokok yaitu bersifat mengatur (regelen/anuullen recht)

dan bersifat memaksa (dwingen recht). Yang diatur oleh kaidah hukum yakni prilaku

masyarakat untuk menciptakan suasana keteraturan, ketertiban, ketentraman dan

kedamaian (order and peace) dalam kehidupan bersama. Sedangkan sifat memaksa

suatu kaedah hukum tercermin dari penerapan sanksi secara represif dari aparast

penegak hukum bagi setiap orang yang melanggar.11

Penulis juga tidak sependapat bahwa pergub pembatasan sepeda motor

melanggar Pasal 11 Undang-Undang No. 39 Tahun 199 Tentang Hak Asasi Manusia.

Justru pembatasan sepeda motor di jalan MH.Thamrin, segmen Bundaran HI, sampai

dengan Bundaran Air Mancur Monas Dan Jalan Medan Merdeka Barat telah sesuai

dengan teori Transportasi Demand Management (TDM) sering juga disebut dengan

Travel Demand Management atau Majajemen Kebutuhan Transportasi atau

Manajemen Permintaan Transportasi dengan tujuan untuk memaksimalkan efisiensi

sistem transportasi perkotaan melalui pembatasan pengunaan kendaraan peribadi yang

tidak perlu dan mendorong moda trasnportasi yang lebih efektif, sehat dan ramah

lingkungan seperti angkutan umum dan kendaraan tidak bermotor.12

Tujuan lainya

meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem transportasi perkotaan yang telah

diterapkan di berbagai kota di dunia serta kemungkinan penerapan TDM di kota-kota

Indonesia dengan mempertimbangkan kondisi dan keterbatasan yang ada. 13

Pasal 1

angka 9 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan

Jalan menjelaskan bahwa Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas adalah serangkaian

usaha dan kegiatan yang meliputi perencanaan, pengadaan, pemasangan, pengaturan,

dan pemeliharaan fasilitas perlengkapan Jalan dalam rangka mewujudkan,

mendukung dan memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran Lalu

Lintas.14

. Dengan demikian terwujud perlindungan dan kepastian hukum secara sama

dan setara bagi segenap warga Negara yang berhak atas kebutuhan dasarnya untuk

11

Hamzah Alim, dan Kemal Redindo Syahrul Putera, Cara Praktis Menyusun dan Merancang Peraturan

Daerah ; suatu kajian teoritis dan praktis diertasi manual, Konsepsi teoritis menuju empiris, cetakan ke 3,

(Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2013), hlm. 39. 12

Brilliant Bagaskara, Ida Agustin Nomleni dan Niko Patty, Implementasi Electronic Road Pricing guna

Menciptakan Transportasi yang berkelanjutan, Universitas Sebelas Mare Surakarta, 2017 13

Filliyanti T.A. Bangun, Strategi, Metode dan Teknik Penerapan Transport Demand Management Serta

Pengaruhnya di Indonesia dan di Beberapa Kota Besar di Dunia , Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara e-USU Repository Universitas Sumatera Utara, tahun 2006. 14

Indonesia, Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. UU No. 22 Tahun 200, Lembaran Negara Tahun

2009 Nomor 96 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 5025.

SIPENDIKUM 2018

302

dapat hidup secara layak yang dijamin baik dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun

199 Tentang Hak Asasi Manusia maupun dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai dasar hukum tertinggi.

Penulis sependapat dan senada dengan beberapa pendapat diantaranya dari

Penegak Hukum (Kepolisian), pakar dan peneliti transportasi:

1. Irjen Royke Lumowa (Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri), menyatakan:

Polisi menyatakan tidak setuju, jika pemerintah provinsi (Pemprov) DKI

Jakarta menghapus larangan sepeda motor melintas di ruas Jalan

MH Thamrin. dengan alasan, sudah selayaknya kota Metropolitan seperti

Jakarta mengutamakan angkutan umum, ketimbang kendaraan pribadi.

semua kebijakan pasti ada untung rugi. Sehingga ada kemungkinan pihak

pemerintah sudah mengkaji dan menganalisis soal penghapusan

larangansepeda motor di Jalan MH Thamrin.15

2. Darmaningtyas (Pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia

(MTI) mengatakan :

Seharusnya Peraturan Gubernur (pergub) yang sudah dibuat dan ditetapkan

saat ini dipertahankan, bukan justru diubah untuk mengizinkan pemotor

melintas kembali. Kalau dilihat dari regulasinya larangan saat ini sudah tepat,

lagi pula rekayasa lalu lintas secara teknis juga sudah terpenuhi karena ada

transportasi umum sebagai pengganti. Transportasi umum di kawasan MH

Thamrin akan bertambah seiring dengan beroperasinya Mass Rapid Transit

atauMRT. Dengan begitu, seharusnya ada imbauan Pemprov DKI Jakarta

untuk mengarahkan masyarakat menggunakan transportasi. Hal itu untuk

mengurai masalah kemacetan yang terjadi selama ini. MRT pada 2019 sudah

berjalan, artinya armada transportasi umum akan bertambah dan harusnya

sudah tidak ada lagi sepeda motor yang melintas di sana. nantinya pelarangan

motor akan sulit akan diterapkan kembali. Jika sebelumnya Pemprov DKI

Jakarta membebaskan motor melintas kawasan Jalan MH Thamrin dan Jalan

Medan Merdeka Barat. Dampak ini akan berimbas pada jalur angkutan

umum yang tidak akan steril seperti yang saat ini terjadi pada transjakarta.16

3. Tulus Abadi Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia

(YLKI) mengatakan bahwa :

Mahkamah Agung (MA) tidak melihat data faktual tentang sepeda motor

ketika memutuskan pembatalan larangan sepeda motor melintas di Jalan

Thamrin dan Jalan Medan Merdeka Barat Jakarta. Sepeda motor sebagai

moda transportasi paling tidak aman. Terbukti 76 persen kecelakaan lalu

lintas melibatkan sepeda motor dengan korban fatal, cacat tetap dan

meninggal dunia. MA tidak tahu atau tidak menyadari bahwa lebih dari 30

15

Megapolitan, Ini Alasan Polisi Tidak Setuju Larangan Sepeda Motor di Jalan MH Thamrin Dihapus, Selasa,

14 November 2017 | 13:43 WIB 16

Kompas.com, Pengamat Anggap Pelarangan Motor di Jalan MH Thamrin Sudah Tepat, 07/11/2017, 14:25

WIB

SIPENDIKUM 2018

303

ribu orang di Indonesia meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas dan

kebanyakan adalah pengguna sepeda motor.17

4. Djoko Setijowarno (Pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia

(MTI) mengungkapkan bahwa :

Pembatalan oleh MA menunjukkan ketidakmengertian dan kesewenangan

hakim. Dengan kondisi lalu lintas Jakarta seperti sekarang, justru akan

semakin membuat buruk image transportasi Jakarta di mata dunia. Pasal 133

ayat 1 UU 22/2009 tentang LLAJ yang dianggap oleh Hakim MA

bertentangan, justru isinya selaras dengan penerapan larangan sepeda

motor.Dalam ilmu transportasi, ada konsep Transport Demand Management

(TDM) sebagai salah satu pemecahan masalah kemacetan lalu lintas. Tujuan

mendorong orang meninggalkan kendaraan pribadi dengan cara pembatasan

dan menarik orang untuk menggunakan angkutan umum dalam upaya

perbaikan layanan.Upaya mendorong orang untuk meninggalkan itu berupa

pelarangan sepeda motor, kebijakan ganjil genap, tarif parkir tinggi, pajak

progresif. keputusan MA untuk membatalkan aturan pembatasan kendaraan

bermotor tersebut dapat memberikan dampak buruk. Pasalnya, akhirnya Jakarta dapat kembali berorientasi pembangunan berbasis kendaraan

bermotor. Dampak buruk pembangunan yang berorientasi kendaraan

bermotor adalah kualitas udara, kebisingan dan getaran, kecelakaan,

perubahan iklim global, habitat alam, pembuangan limbah, kemacetan,

keamanan energi, keefisienan ekonomi, semangat instansi yang terkait

transportasi untuk membuat upaya penataan transportasi perkotaan di

Indonesia menuju transportasi humanis menurun," tutupnya.18

5. Danang Parikesit, Ketua Dewan Pakar Orang-orang Transportasi Indonesia,

mengatakan bahwa:

Patahnya Pergub pembatasan sepeda motor di tangan MA Pemprov DKI ke

depan butuh melakukan kajian komprehensif sebelumnya buat ketentuan.

Sebab banyak kebijakan Pemprov DKI yang rubuh karna tuntutan orang-

orang. Masalah pembatasan sepeda motor menurut dia harus juga diliat

menyeluruh. Kebijakan itu tidak dapat diliat dari kaca mata hitam-putih.19

6. Bambang Prihartono (Kepala Tubuh Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ)

mengatakan bahwa :

Pembatasan sepeda motor mesti dilihat dari perspektif yang luas. Larangan

tidak sebatas mempunyai tujuan kurangi kemacetan di lajur Thamrin." Ini

bicara masalah segi keselamatan juga. angka kecelakaan teratas melibatkan

kendaraan roda dua. Walau, Bambang tidak menguraikan angka tentunya.,

berlangsung penghematan. tempuh, cost, operasi kendaraan serta tingkat

kecelakaan. Ada juga variabel polusi, pemborosan daya, dan sebagainya.

Bagaimana juga, lanjut dia, sepeda motor bukanlah moda baik bagi

berhemat. masih tetap ada celah bila Pemprov tetaplah menginginkan 17

Republika.co.id, YLKI: Putusan MA Coreng Wajah Transportasi di Indonesia, Senin 15 January 2018 13:06

WIB 18

Merdeka.com, Usai batalkan pembatasan motor, MA dinilai perburuk citra transportasi Jakarta, Selasa, 9

Januari 2018 08:31 19

Megapolitian, Situs Taruhan Bola Online-Motor Bisa Lewat Thamrin, Adil atau Semrawut, January 09, 2018

SIPENDIKUM 2018

304

menjaga ketentuan pembatasan sepeda motor di Thamrin. Ia menyebutkan

Pemprov butuh berikan klarifikasi pada MA berkaitan kebijakan itu

Bambang berkaca pada Permenhub tentang taksi on-line yang sempat juga

dibatalkan MA. Menurut dia, pemerintah dapat keluarkan ketentuan sekali

lagi berkaitan taksi on-line sesudah berikan keterangan pada MA.20

Hasil kajian pembatasan sepeda motor dari yang dilakukan menunjukkan

pelarangan sepeda motor di sepanjang Jalan MH Thamrin hingga Jalan Medan

Merdeka Barat efektif mengurai kemacetan, selain itu pembatasan hak sebagian orang

secara konstitusi juga dibolehkan sebagaimana jelas ditegaskan dalam :

1. Pasal 28 J Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

menyebutkan bahwa setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain

dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dan Dalam

menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan

yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata

untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain

dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-

nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.

2. Universal Declaration of Human Rights yang juga menempatkan pasal tentang

pembatasan hak asasi manusia sebagai pasal penutup, yaitu Pasal 29 ayat (2) yang

berbunyi, “In the exercise of his rights and freedoms, everyone shall be subject

only to such limitations as are determined by law solely for the purpose of securing

due recognition and respect for the rights and freedoms of others and of meeting

the just requirements of morality, public order and the general welfare in a

democratic society.” dan

3. Semangat Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998. dan UU HAM itu

sendirivdengan syarat bahwa pembatasan tersebut diatur dalam UU dan untuk

kepentingan umum dan untuk menciptakan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang

aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain, juga

mempunyai tujuan untuk mendorong perekonomian nasional, mewujudkan

kesejahteraan rakyat, persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung

tinggi martabat bangsa. Aspek keamanan juga mendapatkan perhatian yang

ditekankan dalam pengaturan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Selain itu, di dalam

Undang-Undang ini juga ditekankan terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya

bangsa (just culture)

Faktor lain, diluar dari konteks subtansi pengujian, Pemeriksaan yang tertutup

dalam proses pengujian di MA tidak memberikan proses hukum yang transparan dan

seimbang, sehingga pihak-pihak penyelenggara transportasi yang terlibat dalam

pengambilan kebijakan pembatasn sepeda motor tidak dapat memberikan penjelasan

kepada MA mengenai urgensi dan latar belakang lahirnya regulasi pembatasan sepeda

motor dan tidak adanya ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses

20

Ibid.

SIPENDIKUM 2018

305

pengujian seperti halnya pengujian suatu undang undang di Mahkamah Konstitusi

yang memungkinkan keterlibatan pihak lain (pihak terkait/ahli) yang haknya

bersingungan dengan materi yang diperiksa. Dan akhirnya memberikan dampak

kurangnya pemahaman hakim dalam mempertimbangkan materi yang diuji, apalagi

karakter dan jenis perkara yang berbeda dengan perkara yang biasanya diperiksa oleh

MA.

Namun Penulis yakin dalam proses pengambilan keputusan pengujian pergub

pembatasan sepeda motor ini, hakim telah berusaha semaksimal mungkin melakukan

tugas dan fungsinya dalam pemeriksa sesuai amanat UU No. 48 Tahun 2009 Tentang

Kekuasaan Kehakiman yaitu mengali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum

dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Thomas A. Wartowski menjelaskan

agar efektif suatu hukum harus mempunyai dukungan dari mayoritas rakyat dan untuk

mendapatkan dukungan itu, maka suatu hukum harus dapat dilaksanakan dengan baik,

dipahami dengan baik dan konsisten dengan nilai nilai komunitasnya.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Keputusan sudah final, Penulis berkesimpulan bahgwa ada beberapa kebijakan

yang dapat diambil atas putusan MA yang menyatakan pergub pembatasan sepeda motor

bertentangan dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan, Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia dan

Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

Undangan yaitu segera menindaklanjuti putusan MA tersebut dengan mencari kebijakan

alternatif untuk mengatasi persoalan kemacetan dengan mencabut dan/atau merubah

pergub pembatasan sepeda motor dengan dasar putusan MA dengan tetap

memperhatikan konsep Transportasi Demand Management (TDM) atau Manajemen

Kebutuhan Transportasi atau Manajemen Permintaan Transportasi, mempertimbangkan

penerapan ERP terhadap objek yang patut untuk dikenakan termasuk sepeda motor

dengan mempertimbangkan kreteria yang ditentukan Pasal 133 ayat (1) Undang-Undang

No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dan melakukan upaya

penyadaran kepada publik akan pentingnya sadar hukum berlalu lintas dan sikap tegas

dalam penegakan hukum terhadap pelanggar lalu lintas dengan penerapan denda

maksimal dengan berkoordinasi secara baik dengan penegak hukum lainya (Kejaksaan

dan Hakim/Pengadilan).

Daftar Pustaka

Alim, Hamzah dan Kemal Redindo Syahrul Putera, Cara Praktis Menyusun dan Merancang

Peraturan Daerah: suatu kajian teoritis dan praktis diertasi manual, Konsepsi teoritis

menuju empiris, cetakan ke 3, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2013.

Bagaskara, Brilliant, dkk, Implementasi Electronic Road Pricing guna Menciptakan

Transportasi yang berkelanjutan, Universitas Sebelas Mare Surakarta, 2017

Bangun, Filliyanti T.A, Strategi, Metode dan Teknik Penerapan Transport Demand

Management Serta Pengaruhnya di Indonesia dan di Beberapa Kota Besar di Dunia ,

SIPENDIKUM 2018

306

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara e-USU Repository

Universitas Sumatera Utara, tahun 2006.

Darmaningtyas, Transportasi Jakarta Menjemput Maut, Jakarta : Pustaka Yasiba, 2010.

Naskah Akademik, Revisi Peraturan Daerah No. 12 Tahun 2003 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan. Kereta Api, Sungai dan Danau Serta Penyebrangan, Dinas

Perhubungan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2010.

Ramadhan, Aditya, Jumlah motor dan mobil di Jakarta tumbuh 12 persen tiap tahun, Antara

NEW.Com, Jumat, 9 Januari 2015 18:21 WIB | 28.805 Views, di unduh pada tanggal 8

Juli 2016.

Surajiman dan Diah Ratu Sari Harahap, Gagasan Pengaturan Pengendalian Sepeda Motor

Dalam Sistm Transportasi Nasional, Lex Jurnalica Volume 10 Nomor 1, April 2013

Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indinesia Tahun 1945

_____________________, Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan. LN Tahun 2009, No. 96, TLN No. 5025.

_______________________, Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan, LN Tahun 2011, No. 82, TLN No. 5234.

_______________________, Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 Tentang

Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak, serta Manajemen Kebutuhan Lalu

Lintas LN Tahun 2011, No. 61, TLN No. 5221.

______________________, Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2011 Tentang Hak

Uji Materiil.

______________________, Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2014 Tentang Transportasi. LD

Tahun 2014, No.104.

______________________, Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor

195 Tahun 2014 Tentang Pembatasan Lalu Lintas Sepeda Motor

______________________, Peraturan Gubernur Provinsi Daerash Khusus Ibukota Jakarta

Nomor 141 Tahun 2015 Tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Daerah Khusus

Ibukota Jakarta Nomor 195 Tahun 2014 Tentang Pembatasan Lalu Lintas Sepeda

motor.

Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 57 P/HUM/2017, tanggal 21 November

2017.

Megapolitan, Ini Alasan Polisi Tidak Setuju Larangan Sepeda Motor di Jalan MH Thamrin Dihapus, Selasa, 14

November 2017 | 13:43 WIB

Kompas.com, Pengamat Anggap Pelarangan Motor di Jalan MH Thamrin Sudah Tepat,

07/11/2017, 14:25 WIB.

Republika.co.id, YLKI: Putusan MA Coreng Wajah Transportasi di Indonesia, Senin 15

January 2018 13:06 WIB.

Merdeka.com, Usai batalkan pembatasan motor, MA dinilai perburuk citra transportasi

Jakarta, Selasa, 9 Januari 2018 08:31