SIPENDIKUM 2018 - semnas.unikama.ac.id · menganulir Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus...
Transcript of SIPENDIKUM 2018 - semnas.unikama.ac.id · menganulir Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus...
SIPENDIKUM 2018
295
PENGATURAN PEMBATASAN KENDARAAN SEPEDA MOTOR
(Studi Putusan No. 57 P/HUM/2017)
Mustakim
1
Email : [email protected]
Abstrak
Kajian penelitian ini adalah putusan Mahkamah Agung No. 57 P/HUM/2017 yang telah
menganulir Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 141
Tahun 2015 Tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Nomor 195 Tahun 2014 Tentang Pembatasan Lalu Lintas Sepeda Motor
dengan menyatakan bertentangan dengan Pasal 133 ayat (1) Undang-Undang No. 22
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal 11 Undang-Undang No. 39
Tahun 199 Tentang Hak Asasi Manusia dan Pasal 5 dan 6 Undang undang No. 12 Tahun
2011 Tentang Pembentukan Perundang-undangan. Metode penelitian yang digunakan
adalah penelitian normatif dengan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan
kasus. Hasil penelitian ditemukan bahwa Mahkamah Agung tidak konsisten dan keliru
dalam memberikan pertimbangan hukumnya dalam putusan No. 57 P/HUM/2017, justru
pembatasan kendaraan sepeda motor telah dijamin dalam Pasal 28 J Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang No. 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Universal Declaration of Human Rights,
Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998. dan Undang-Undang Np. 39 Tahun 1999
Tentang Hak Asasi Manusia, serta bertujuan untuk menciptakan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, lancar serta etika berlalu lintas dan budaya
bangsa (just culture) serta mendorong perekonomian nasional, mewujudkan
kesejahteraan rakyat, persatuan kesatuan bangsa, serta menjunjung tinggi martabat
bangsa.
Kata kunci : Pembatasan sepeda motor, kemacetan.
Pendahuluan
Kemacetan di Ibukota Negara Indonesia yaitu Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota
Jakarta semakin akut. Sesuai data tahun 2010 ini, jumlah kendaraan di Jakarta telah
mencapai angka 11. 362. 396 unit kendaraan. Dimana dari jumlah tersebut 8. 244. 346
unit merupakan kendaraan roda dua dan 3. 118. 050 unit merupakan kendaraan roda
empat. Data Polda Metro Jaya, penambahan sepeda motor mencapai 1.250 unit per hari.
Jumlah unit kendaraan bermotor hingga akhir 2014 di Jakarta sebanyak 17.523.967 unit
yang didominasi oleh kendaraan roda dua dengan jumlah 13.084.372 unit. Diikuti
dengan mobil pribadi sebanyak 3.226.009 unit, mobil barang 673.661 unit, bus 362.066
unit, dan kendaraan khusus 137.859 unit.2
Berdasarkan data dari Kasubdir Kamsel Polda Metro Jaya pertumbuhan
kendaraan bermotor tahun 2014 dan Tahun 2015 di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang
dan Bekasi (Jabodetabek) sebagai berikut :
1 Penulis adalah Dosen Tetap Fakultas Hukum Universitas Nasional dan Advokat serta Direktur Eksekutif
Lembaga Kajian dan Advokasi Hukum Transportasi Indonesia (LAKAT-INDONESIA). 2 Aditya Ramadhan, Jumlah motor dan mobil di Jakarta tumbuh 12 persen tiap tahun, Antara NEW.Com,
Jumat, 9 Januari 2015 18:21 WIB | 28.805 Views, di unduh pada tanggal 8 Juli 2016.
SIPENDIKUM 2018
296
TABEL 1
JUMLAH RANMOR SE WILAYAH HUKUM POLDA METRO JAYA
TAHUN 2014
NO SAMSATJUMLAH / JENIS KENDARAAN
TOTALMOBIL PNP BUS MOBIL BRG SPD MOTOR RANSUS
1 JAKARTA PUSAT 389.268 52.747 117.801 1.083.784 11.947 1.655.547
2 JAKARTA UTARA 284.180 25.320 64.705 1.017.512 25.204 1.416.921
3 JAKARTA BARAT 700.640 87.068 159.843 1.707.817 13.725 2.669.093
4 JAKARTA SELATAN 637.418 104.121 112.059 1.436.074 12.943 2.302.615
5 JAKARTA TIMUR 320.427 24.885 55.310 1.442.188 15.931 1.858.741
JUMLAH DKI 2.331.933 294.141 509.718 6.687.375 79.750 9.902.917
6 KOTA TANGERANG 74.306 20.852 28.961 875.497 19.631 1.019.247
7 CILEDUG 90.906 413 8.864 347.698 53 447.934
8 KAB. TANGERANG 63.223 500 10.956 158.533 31 233.243
9 BALARAJA 145.913 27.219 28.040 1.358.231 229 1.559.632
10 CIPUTAT 85.067 348 11.708 369.279 47 466.449
JUMLAH BANTEN 459.415 49.332 88.529 3.109.238 19.991 3.726.505
11 KOTA BEKASI 229.560 13.572 29.024 1.233.015 17.655 1.522.826
12 KAB. BEKASI 103.497 3.727 26.085 1.170.565 20.029 1.323.903
13 KOTA DEPOK 84.086 1.032 14.006 589.075 433 688.632
14 CINERE 57.518 262 6.299 295.104 1 359.184
JUMLAH JABAR 474.661 18.593 75.414 3.287.759 38.118 3.894.545
TOTAL 3.266.009 362.066 673.661 13.084.372 137.859 17.523.967
NO SAMSATJUMLAH / JENIS KENDARAAN
TOTALMOBIL PNP BUS MOBIL BRG SPD MOTOR RANSUS
1JAKARTA PUSAT
401.298 52.778 120.574 1.117.982 11.961 1.704.593
2JAKARTA UTARA
301.751 25.331 67.193 1.082.351 27.071 1.503.697
3JAKARTA BARAT
723.677 87.131 162.120 1.796.111 13.725 2.782.764
4JAKARTA SELATAN
666.791 103.626 115.220 1.524.281 12.949 2.422.867
5JAKARTA TIMUR
344.418 25.139 59.031 1.555.524 15.941 2.000.053
JUMLAH DKI2.437.935 294.005 524.138 7.076.249 81.647 10.413.974
6 KOTA TANGERANG 81.639 21.121 30.552 914.591 19.648 1.067.551
7 CILEDUG 98.062 461 10.017 381.128 54 489.722
8 KAB. TANGERANG 69.207 521 11.917 173.250 31 254.926
9BALARAJA
159.470 27.148 31.763 1.452.172 229 1.670.782
10 CIPUTAT 95.201 430 12.880 409.130 47 517.688
JUMLAH BANTEN 503.579 49.681 97.129 3.330.271 20.009 4.000.669
11KOTA BEKASI
250.800 14.633 31.412 1.334.674 17.655 1.649.174
12KAB. BEKASI
122.355 3.866 31.376 1.287.587 20.056 1.465.240
13 KOTA DEPOK 92.673 1.036 15.036 640.507 433 749.685
14 CINERE 61.826 262 6.923 320.302 1 389.314
JUMLAH JABAR527.654 19.797 84.747 3.583.070 38.145 4.253.413
TOTAL 3.469.168 363.483 706.014 13.989.590 139.801 18.668.056
TABEL 2
JUMLAH RANMOR SE WILAYAH HUKUM POLDA METRO JAYA
TAHUN 2015
Pertumbuhan sepeda motor yang sedemikian besarnya memberi dampak negatif
pada kehidupan masyarakat khususnya dalam transportasi darat. Dampak negatif tersebut
antara lain menimbulkan kemacetan, kecelakaan yang melibatkan sepeda motor,
sumbangan emisi, boros BBM, dan tindak kriminal.3
Kemacetan lalu lintas saat ini memang telah menjadi benang kusut yang sulut
dicari pangkal ujungnya dan mengakibatkan banyaknya kerugian diantaranya
bertambahnya waktu tempuh dalam satu perjalanan, waktu terbuang di jalan, tingginya
ongkos transportasi yang harus ditanggung masyarakat, turunnya produktifitas
masyarakat, pemborosan bahan baskar, panjangnya waktu penyebaran polusi udara dan
suara, serta meningkatnya agresivitas masyarakat akibat akumulasi kekesalan yang tidak
tersalurkan. 4
Atas kondisi tersebut, untuk menimalisasi kerugian tersebut dan mewujudkan
tujuan transportasi sesuai amanat Pasal 3 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Gubernur DKI Jakarta, kala itu dijabat oleh Basuki
Cahaya Purnama atau dikenal sebutan AHOK menerbitkan Peraturan Gubernur No. 195
Tahun 2014 Tentang Pembatasan Lalu Lintas Sepeda Motor juncto Peraturan Gubernur
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 141 Tahun 2015 Tentang Perubahan atas
3 Surajiman dan Diah Ratu Sari Harahap, Gagasan Pengaturan Pengendalian Sepeda Motor Dalam Sistm
Transportasi Nasional, Lex Jurnalica Volume 10 Nomor 1, April 2013 4 Darmaningtyas, Transportasi Jakarta Menjemput Maut, (Jakarta : Pustaka Yasiba, 2010), hlm, 17.
SIPENDIKUM 2018
297
Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 195 Tahun 2014 Tentang
Pembatasan Lalu Lintas Sepeda Motor, Namun pergub pembatasan sepeda motor
tersebut dibatalkan melalui putusan Mahkamah Agung Putusan No. 57 P/HUM/2017.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian normatif dengan mengunakan pendakatan
undang-undang (statute approach)5 yaitu Pasal 133 ayat (1) dan (2) huruf c Undang-
Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan Peraturan
Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 141 Tahun 2015 Tentang
Perubahan atas Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 195 Tahun
2014 Tentang Pembatasan Lalu Lintas Sepeda Motor dan pendekatan kasus (case
approach)6 yaitu Putusan Mahkamah Agung Putusan No. 57 P/HUM/2017.
Bahan yang digunakan adalah bahan hukum Primer yaitu bahan hukum yang
autoritatif artinya mempunyai otoritas dapat juga diartikan sebagai bahan hukum yang
mengikat berupa peraturan perundang-undangan , berupa Undang-Undang No. 22 Tahun
2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dan Pergub Pembatasan Sepeda Motor,
bahan hukum Sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk terhadap bahan
hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus hukum dan Ensiklopedi
hukum dan bahan tersier atau penunjang atau bahan non hukum7. Selanjutnya bahan
hukum yang diperoleh dalam penelitian ini diuraikan dan dihubungkan sedemikian rupa,
sehingga disajikan dalam penulisan yang lebih sistematis guna menjawab permasalahan
yang telah dirumuskan.8 Pengolahan bahan hukum dilakukan secara deduktif, yakni
menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan
yang dihadapi.9 Selanjutnya bahan hukum yang ada dianalisis secara kualitatif yaitu
dengan menguraikan hasil penelitian berupa kalimat-kalimat.
Hasil dan Pembahasan Penelitian
1. Pengertian Sepeda Motor
Sepeda motor terdiri dari dua kata yaitu sepeda dan motor. Sepeda merupakan
jenis kendaraan beroda dua yang digerakan oleh tenaga manusia dengan cara
mendayung pakai kaki. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan “sepeda
adalah kendaraan beroda dua atau tiga, mempunyai setang, tempat duduk, dan
sepasang pengayuh yang digerakan kaki untuk menjalankannya; kereta angin”.
Sedangkan motor adalah tenaga mekanis yang digerakan oleh mesin dengan
menggunakan bahan bakar minyak (BBM). Berdasarkan pengertian tersebut secara
5 Pendekatan perundang-undangan dilakukan untuk meneliti aturan–aturan yang penormaannya dapat
menimbulkan permasalahan. 6 Pendekatan kasus dilakukan dengan cara melakukan telaah terhadap kasuskasus yang berkaitan dengan isu
yang dihadapi yang telah menjadi keputusan hakim yang dapat dilaksanakan atau mempunyai kekuatan hukum
yang mengikat.
8 Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif. (Jakarta: Bayumedia, 2006), hal. 393.
9 Ibid,
SIPENDIKUM 2018
298
sederhana sepeda motor dapat diartikan kendaraan yang bentuknya seperti sepeda
(beroda dua) yang digerakan oleh mesin dan menggunakan BBM.10
Secara yuridis Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Pasal 1 butir ke 20 memberi pengertian bahwa “sepeda motor adalah
Kendaraan Bermotor beroda dua dengan atau tanpa rumah-rumah dan dengan atau
kereta samping atau Kendaraan Bermotor beroda tiga tanpa rumah-rumah.”
2. Dasar Hukum Pembatasan Sepeda Motor
Payung hukum pembatasan sepeda motor diatur Pasal 133 ayat (2) huruf c
Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal
60 ayat (2) huruf c Peraturan Pemerintah No, 32 Tahun 2011 Tentang Manajemen dan
Rekayasa, Analisis Dampak, serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas, Pasal 76 ayat
(1) dan (2) huruf h Peraturan Daerah No. 05 Tahun 2014 tentang Transportasi, yang
pada intinya menyatakan bahwa pembatasan kendaraan bermotor dapat dilakukan
dengan membatasi Lalu Lintas sepeda motor pada kawasan tertentu dan/atau waktu
dan/atau jaringan Jalan tertentu.berdasarkan kriteria perbandingan volume Lalu Lintas
Kendaraan Bermotor dengan kapasitas Jalan, ketersediaan jaringan dan pelayanan
angkutan umum; dan kualitas lingkungan.
Untuk segera terealisasi, pada tahun 2014, terbit Peraturan Gubernur Daerah
Khusus Ibukota Jakarta No. 195 Tahun 2014 Tentang Pembatasan Lalu Lintas Sepeda
Motor dan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 141
Tahun 2015 Tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota
Jakarta No. 195 Tahun 2014 Tentang Pembatasan Lalu Lintas Sepeda.
3. Pengujian (Judicial Review) ke Mahkamah Agung
a. Pemohon
Pemohon terdiri dari 2 orang yaitu YULIANSAH HAMID seorang Wartawan; dan
2. DIKI ISKANDAR pengemudi Driver Gojek Angkutan Aplikasi Online yang
merasa dirugikan atas pergub pembatasan sepeda motor.
b. Aturan yang diuji
Pasal 1 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta
No. 195 Tahun 2014 Tentang Pembatasan Lalu Lintas Sepeda Motor juncto Pasal 3
ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
No. 141 Tahun 2015 Tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Daerah Khusus
Ibukota Jakarta No. 195 Tahun 2014 Tentang Pembatasan Lalu Lintas Sepeda
motor.
c. Landasan Pengujian
Pasal 133 ayat 1 Undang Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, Pasal 11 Undang- Undang No. 39 Tahun 199 Tentang Hak Asasi
Manusia serta, Pasal 5 dan 6 Undang Undang No. 12 Tahun 2011 Tentang
10
Surajiman dan Diah Ratu Sari Harahap, Loc.Cit,
SIPENDIKUM 2018
299
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dan idak mempunyai kekuatan
hukum mengikat
d. Dasar dan Alasan Pengujian
Pasal 1 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta
No. 195 Tahun 2014 Tentang Pembatasan Lalu Lintas Sepeda Motor juncto Pasal 3
ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
No. 141 Tahun 2015 Tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Daerah Khusus
Ibukota Jakarta No. 195 Tahun 2014 Tentang Pembatasan Lalu Lintas Sepeda
motor dianggap bertentangan dengan Pasal 133 ayat 1 Undang Undang No. 22
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal 11 Undang- Undang
No. 39 Tahun 199 Tentang Hak Asasi Manusia serta, Pasal 5 dan 6 Undang
Undang No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan.
4. Pertimbangan dan Putusan Mahkamah Agung
Fakta mengejutkan, Mahkamah Agung RI, pada tanggal Januari 2017,
mengeluarkan Putusan No. 57 P/HUM/2017) atas pegujian yang dilakukan oleh
YULIANSAH HAMID seorang Wartawan; dan 2. DIKI ISKANDAR pengemudi
Driver Gojek Angkutan Aplikasi Online dengan menyatakan bahwa Pasal 1 ayat (1)
dan ayat (2) Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 195 Tahun 2014
Tentang Pembatasan Lalu Lintas Sepeda Motor juncto Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2)
Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 141 Tahun 2015
Tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 195
Tahun 2014 Tentang Pembatasan Lalu Lintas Sepeda motor bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, yaitu Pasal 133 ayat (1) Undang
Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal 11
Undang- Undang No. 39 Tahun 199 Tentang Hak Asasi Manusia serta, Pasal 5 dan 6
Undang Undang No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan dan idak mempunyai kekuatan hukum mengikat.
Jika dicermati, ada tiga dasar putusan MA yang menyatakan pergub
pembatasan sepeda motor tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat ;
a. Dasar acuan Pergub pembatasan sepeda motor tidak memenuhi persyaratan yang
diwajibkan Pasal 133 ayat (1) Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas Dan Angkutan Jalan dan Pasal 60 ayat (1) PP 32 tahun 2011 Tentang
Manajemen Dan Rekayasa, Analisis Dampak, Serta Manajemen Kebutuhan Lalu
Lintas yang pada menegaskan bahwa Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penggunaan Ruang Lalu Lintas dan mengendalikan pergerakan Lalu Lintas,
diselenggarakan manajemen kebutuhan Lalu Lintas berdasarkan kriteria
Perbandingan volume Lalu Lintas Kendaraan Bermotor dengan kapasitas Jalan,
Ketersediaan jaringan dan pelayanan angkutan umum; dan Kualitas lingkungan.
Kemudian pada Pasal 70 ayat (1) ditentukan bahwa Pembatasan lalu lintas sepeda
motor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (2) huruf c dapat dilakukan
apabila pada jalan, kawasan, atau koridor memenuhi kriteria paling sedikit
SIPENDIKUM 2018
300
Memiliki perbandingan volume lalu lintas kendaraan bermotor dengan kapasitas
jalan pada salah satu jalur jalan sama dengan atau lebih besar dari 0,5 (nol koma
lima); dan Telah tersedia jaringan dan pelayanan angkutan umum dalam trayek
yang memenuhi standar pelayanan minimal pada jalan, kawasan, atau koridor yang
bersangkutan.
b. Pertimbangan kedua, MA menilai bahwa pergub pembatasan sepeda motor tidak
disertasi adanya solusi atau alternatif penyelesaian masalah keterjangkauan bagi
pengendara kendaraan roda dua untuk mengakses jalan, kawasan, koridor sehingga
diperlukan adanya infrastruktur lalu lintas yang memadai bagi seluruh pengguna
ruang lalu lintas di kawasan tersebut dengan menyediakan jalur khusus bagi
kendaraan sepeda motor atau jalur alternatif dengan aksebilitas yang seimbang
guna memberikan perlindungan dan kepastian hukum secara sama dan setara bagi
segenap warga Negara yang berhak atas pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk
dapat hidup secara layak, sehingga peraturan tidak hanya melindungi serta
memberikan kepastian hukum bagi sebagian orang khusus tertentu sehingga
dianggap peraturan pembatasan sepeda motor bertentangan dengan ketentuan Pasal
11 Undang-Undang No. 39 Tahun 199 Tentang Hak Asasi Manusia.
c. Materi muatan pergub pembatasan sepeda motor tidak mencerminkan asas
keadilan dan asas persamaan dalam hukum dan pemerintahan serta tidak berdasar
pada asas kejelasan tujuan, khususnya asas ke lima, yaitu kedayagunaan dan
kehasilgunaan, sehingga bertentangan dengan ketentuan Pasal 5 dan 6 Undang
undang No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Perundang-undangan;
5. Analisa Putusan MA No. 57 P/HUM/2017
Menurut Penulis pertimbangan hukum bertolak belakang dengan amar putusan
MA yang menyatakan bahwa pergub pembatasan sepeda motor bertentangan dengan
Pasal 133 ayat (1) Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan, padahal jika dikaji kembali pertimbangan hukum tersebut, bukan
bertentangan akan tetapi belum terpenuhinya syarat syarat yang ditentukan dalam
Pasal 133 ayat (1) Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan dan Pasal 60 ayat (1) dan Pasal 70 PP 32 tahun 2011 Tentang
Manajemen Dan Rekayasa, Analisis Dampak, Serta Manajemen Kebutuhan Lalu
Lintas, karena itu Penulis sependapat dengan Akbar Muhamad, Kadishub DKI Jakarta
periode tahun 2014 yang menyatakan “jika penolakan pembatasan sepeda motor
dasarnya keadilan, maka setiap warga negara dengan segala jenis kendaraanya juga
bisa masuk, maka akan merepotkan pemerintah untuk mengaturnya. Putusan ini dapat
membawa tafsir bahwa Pasal 133 ayat (2) huruf d Undang-Undang No. 22 Tahun
2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan juga dapat dikatakan bertentangan
ketentuan Pasal 28D Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
jika pertimbanganya adalah perlindungan yang sama di hadapan hukum.
Prinsip persamaan dihadapan hukum memang prinsip yang wajib
dilaksanakan, akan tetapi dalam kontek pembatasan kendaraan sepeda motor memang
harus memperhatikan ketentuan persyaratan yang diwajibkan dalam Pasal 133 ayat
SIPENDIKUM 2018
301
(1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan
dan Pasal 60 ayat (1) dan Pasal 70 PP 32 tahun 2011 Tentang Manajemen Dan
Rekayasa, Analisis Dampak, Serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas, sehingga
konsep keadilan benar-benar terwujud. Pertimbangan atas dasar persamaan di
hadapan hukum menurut Penulis tidak tepat dalam perkara ini, karena jika itu
dijadikan landasan mengambil kebijakan, maka dapat dipahami akan terjadi kondisi
dimana pemerintah akan sulit mengaturnya dan tujuan transportasi tidak akan
tercapai.
Ketentuan pembatasan kendaraan sepeda motor sebagai kaedah hukum pada
dasarnya memiliki dua sifat pokok yaitu bersifat mengatur (regelen/anuullen recht)
dan bersifat memaksa (dwingen recht). Yang diatur oleh kaidah hukum yakni prilaku
masyarakat untuk menciptakan suasana keteraturan, ketertiban, ketentraman dan
kedamaian (order and peace) dalam kehidupan bersama. Sedangkan sifat memaksa
suatu kaedah hukum tercermin dari penerapan sanksi secara represif dari aparast
penegak hukum bagi setiap orang yang melanggar.11
Penulis juga tidak sependapat bahwa pergub pembatasan sepeda motor
melanggar Pasal 11 Undang-Undang No. 39 Tahun 199 Tentang Hak Asasi Manusia.
Justru pembatasan sepeda motor di jalan MH.Thamrin, segmen Bundaran HI, sampai
dengan Bundaran Air Mancur Monas Dan Jalan Medan Merdeka Barat telah sesuai
dengan teori Transportasi Demand Management (TDM) sering juga disebut dengan
Travel Demand Management atau Majajemen Kebutuhan Transportasi atau
Manajemen Permintaan Transportasi dengan tujuan untuk memaksimalkan efisiensi
sistem transportasi perkotaan melalui pembatasan pengunaan kendaraan peribadi yang
tidak perlu dan mendorong moda trasnportasi yang lebih efektif, sehat dan ramah
lingkungan seperti angkutan umum dan kendaraan tidak bermotor.12
Tujuan lainya
meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem transportasi perkotaan yang telah
diterapkan di berbagai kota di dunia serta kemungkinan penerapan TDM di kota-kota
Indonesia dengan mempertimbangkan kondisi dan keterbatasan yang ada. 13
Pasal 1
angka 9 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan
Jalan menjelaskan bahwa Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas adalah serangkaian
usaha dan kegiatan yang meliputi perencanaan, pengadaan, pemasangan, pengaturan,
dan pemeliharaan fasilitas perlengkapan Jalan dalam rangka mewujudkan,
mendukung dan memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran Lalu
Lintas.14
. Dengan demikian terwujud perlindungan dan kepastian hukum secara sama
dan setara bagi segenap warga Negara yang berhak atas kebutuhan dasarnya untuk
11
Hamzah Alim, dan Kemal Redindo Syahrul Putera, Cara Praktis Menyusun dan Merancang Peraturan
Daerah ; suatu kajian teoritis dan praktis diertasi manual, Konsepsi teoritis menuju empiris, cetakan ke 3,
(Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2013), hlm. 39. 12
Brilliant Bagaskara, Ida Agustin Nomleni dan Niko Patty, Implementasi Electronic Road Pricing guna
Menciptakan Transportasi yang berkelanjutan, Universitas Sebelas Mare Surakarta, 2017 13
Filliyanti T.A. Bangun, Strategi, Metode dan Teknik Penerapan Transport Demand Management Serta
Pengaruhnya di Indonesia dan di Beberapa Kota Besar di Dunia , Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara e-USU Repository Universitas Sumatera Utara, tahun 2006. 14
Indonesia, Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. UU No. 22 Tahun 200, Lembaran Negara Tahun
2009 Nomor 96 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 5025.
SIPENDIKUM 2018
302
dapat hidup secara layak yang dijamin baik dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun
199 Tentang Hak Asasi Manusia maupun dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai dasar hukum tertinggi.
Penulis sependapat dan senada dengan beberapa pendapat diantaranya dari
Penegak Hukum (Kepolisian), pakar dan peneliti transportasi:
1. Irjen Royke Lumowa (Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri), menyatakan:
Polisi menyatakan tidak setuju, jika pemerintah provinsi (Pemprov) DKI
Jakarta menghapus larangan sepeda motor melintas di ruas Jalan
MH Thamrin. dengan alasan, sudah selayaknya kota Metropolitan seperti
Jakarta mengutamakan angkutan umum, ketimbang kendaraan pribadi.
semua kebijakan pasti ada untung rugi. Sehingga ada kemungkinan pihak
pemerintah sudah mengkaji dan menganalisis soal penghapusan
larangansepeda motor di Jalan MH Thamrin.15
2. Darmaningtyas (Pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia
(MTI) mengatakan :
Seharusnya Peraturan Gubernur (pergub) yang sudah dibuat dan ditetapkan
saat ini dipertahankan, bukan justru diubah untuk mengizinkan pemotor
melintas kembali. Kalau dilihat dari regulasinya larangan saat ini sudah tepat,
lagi pula rekayasa lalu lintas secara teknis juga sudah terpenuhi karena ada
transportasi umum sebagai pengganti. Transportasi umum di kawasan MH
Thamrin akan bertambah seiring dengan beroperasinya Mass Rapid Transit
atauMRT. Dengan begitu, seharusnya ada imbauan Pemprov DKI Jakarta
untuk mengarahkan masyarakat menggunakan transportasi. Hal itu untuk
mengurai masalah kemacetan yang terjadi selama ini. MRT pada 2019 sudah
berjalan, artinya armada transportasi umum akan bertambah dan harusnya
sudah tidak ada lagi sepeda motor yang melintas di sana. nantinya pelarangan
motor akan sulit akan diterapkan kembali. Jika sebelumnya Pemprov DKI
Jakarta membebaskan motor melintas kawasan Jalan MH Thamrin dan Jalan
Medan Merdeka Barat. Dampak ini akan berimbas pada jalur angkutan
umum yang tidak akan steril seperti yang saat ini terjadi pada transjakarta.16
3. Tulus Abadi Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia
(YLKI) mengatakan bahwa :
Mahkamah Agung (MA) tidak melihat data faktual tentang sepeda motor
ketika memutuskan pembatalan larangan sepeda motor melintas di Jalan
Thamrin dan Jalan Medan Merdeka Barat Jakarta. Sepeda motor sebagai
moda transportasi paling tidak aman. Terbukti 76 persen kecelakaan lalu
lintas melibatkan sepeda motor dengan korban fatal, cacat tetap dan
meninggal dunia. MA tidak tahu atau tidak menyadari bahwa lebih dari 30
15
Megapolitan, Ini Alasan Polisi Tidak Setuju Larangan Sepeda Motor di Jalan MH Thamrin Dihapus, Selasa,
14 November 2017 | 13:43 WIB 16
Kompas.com, Pengamat Anggap Pelarangan Motor di Jalan MH Thamrin Sudah Tepat, 07/11/2017, 14:25
WIB
SIPENDIKUM 2018
303
ribu orang di Indonesia meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas dan
kebanyakan adalah pengguna sepeda motor.17
4. Djoko Setijowarno (Pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia
(MTI) mengungkapkan bahwa :
Pembatalan oleh MA menunjukkan ketidakmengertian dan kesewenangan
hakim. Dengan kondisi lalu lintas Jakarta seperti sekarang, justru akan
semakin membuat buruk image transportasi Jakarta di mata dunia. Pasal 133
ayat 1 UU 22/2009 tentang LLAJ yang dianggap oleh Hakim MA
bertentangan, justru isinya selaras dengan penerapan larangan sepeda
motor.Dalam ilmu transportasi, ada konsep Transport Demand Management
(TDM) sebagai salah satu pemecahan masalah kemacetan lalu lintas. Tujuan
mendorong orang meninggalkan kendaraan pribadi dengan cara pembatasan
dan menarik orang untuk menggunakan angkutan umum dalam upaya
perbaikan layanan.Upaya mendorong orang untuk meninggalkan itu berupa
pelarangan sepeda motor, kebijakan ganjil genap, tarif parkir tinggi, pajak
progresif. keputusan MA untuk membatalkan aturan pembatasan kendaraan
bermotor tersebut dapat memberikan dampak buruk. Pasalnya, akhirnya Jakarta dapat kembali berorientasi pembangunan berbasis kendaraan
bermotor. Dampak buruk pembangunan yang berorientasi kendaraan
bermotor adalah kualitas udara, kebisingan dan getaran, kecelakaan,
perubahan iklim global, habitat alam, pembuangan limbah, kemacetan,
keamanan energi, keefisienan ekonomi, semangat instansi yang terkait
transportasi untuk membuat upaya penataan transportasi perkotaan di
Indonesia menuju transportasi humanis menurun," tutupnya.18
5. Danang Parikesit, Ketua Dewan Pakar Orang-orang Transportasi Indonesia,
mengatakan bahwa:
Patahnya Pergub pembatasan sepeda motor di tangan MA Pemprov DKI ke
depan butuh melakukan kajian komprehensif sebelumnya buat ketentuan.
Sebab banyak kebijakan Pemprov DKI yang rubuh karna tuntutan orang-
orang. Masalah pembatasan sepeda motor menurut dia harus juga diliat
menyeluruh. Kebijakan itu tidak dapat diliat dari kaca mata hitam-putih.19
6. Bambang Prihartono (Kepala Tubuh Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ)
mengatakan bahwa :
Pembatasan sepeda motor mesti dilihat dari perspektif yang luas. Larangan
tidak sebatas mempunyai tujuan kurangi kemacetan di lajur Thamrin." Ini
bicara masalah segi keselamatan juga. angka kecelakaan teratas melibatkan
kendaraan roda dua. Walau, Bambang tidak menguraikan angka tentunya.,
berlangsung penghematan. tempuh, cost, operasi kendaraan serta tingkat
kecelakaan. Ada juga variabel polusi, pemborosan daya, dan sebagainya.
Bagaimana juga, lanjut dia, sepeda motor bukanlah moda baik bagi
berhemat. masih tetap ada celah bila Pemprov tetaplah menginginkan 17
Republika.co.id, YLKI: Putusan MA Coreng Wajah Transportasi di Indonesia, Senin 15 January 2018 13:06
WIB 18
Merdeka.com, Usai batalkan pembatasan motor, MA dinilai perburuk citra transportasi Jakarta, Selasa, 9
Januari 2018 08:31 19
Megapolitian, Situs Taruhan Bola Online-Motor Bisa Lewat Thamrin, Adil atau Semrawut, January 09, 2018
SIPENDIKUM 2018
304
menjaga ketentuan pembatasan sepeda motor di Thamrin. Ia menyebutkan
Pemprov butuh berikan klarifikasi pada MA berkaitan kebijakan itu
Bambang berkaca pada Permenhub tentang taksi on-line yang sempat juga
dibatalkan MA. Menurut dia, pemerintah dapat keluarkan ketentuan sekali
lagi berkaitan taksi on-line sesudah berikan keterangan pada MA.20
Hasil kajian pembatasan sepeda motor dari yang dilakukan menunjukkan
pelarangan sepeda motor di sepanjang Jalan MH Thamrin hingga Jalan Medan
Merdeka Barat efektif mengurai kemacetan, selain itu pembatasan hak sebagian orang
secara konstitusi juga dibolehkan sebagaimana jelas ditegaskan dalam :
1. Pasal 28 J Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menyebutkan bahwa setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain
dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dan Dalam
menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan
yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata
untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain
dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-
nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
2. Universal Declaration of Human Rights yang juga menempatkan pasal tentang
pembatasan hak asasi manusia sebagai pasal penutup, yaitu Pasal 29 ayat (2) yang
berbunyi, “In the exercise of his rights and freedoms, everyone shall be subject
only to such limitations as are determined by law solely for the purpose of securing
due recognition and respect for the rights and freedoms of others and of meeting
the just requirements of morality, public order and the general welfare in a
democratic society.” dan
3. Semangat Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998. dan UU HAM itu
sendirivdengan syarat bahwa pembatasan tersebut diatur dalam UU dan untuk
kepentingan umum dan untuk menciptakan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang
aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain, juga
mempunyai tujuan untuk mendorong perekonomian nasional, mewujudkan
kesejahteraan rakyat, persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung
tinggi martabat bangsa. Aspek keamanan juga mendapatkan perhatian yang
ditekankan dalam pengaturan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Selain itu, di dalam
Undang-Undang ini juga ditekankan terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya
bangsa (just culture)
Faktor lain, diluar dari konteks subtansi pengujian, Pemeriksaan yang tertutup
dalam proses pengujian di MA tidak memberikan proses hukum yang transparan dan
seimbang, sehingga pihak-pihak penyelenggara transportasi yang terlibat dalam
pengambilan kebijakan pembatasn sepeda motor tidak dapat memberikan penjelasan
kepada MA mengenai urgensi dan latar belakang lahirnya regulasi pembatasan sepeda
motor dan tidak adanya ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses
20
Ibid.
SIPENDIKUM 2018
305
pengujian seperti halnya pengujian suatu undang undang di Mahkamah Konstitusi
yang memungkinkan keterlibatan pihak lain (pihak terkait/ahli) yang haknya
bersingungan dengan materi yang diperiksa. Dan akhirnya memberikan dampak
kurangnya pemahaman hakim dalam mempertimbangkan materi yang diuji, apalagi
karakter dan jenis perkara yang berbeda dengan perkara yang biasanya diperiksa oleh
MA.
Namun Penulis yakin dalam proses pengambilan keputusan pengujian pergub
pembatasan sepeda motor ini, hakim telah berusaha semaksimal mungkin melakukan
tugas dan fungsinya dalam pemeriksa sesuai amanat UU No. 48 Tahun 2009 Tentang
Kekuasaan Kehakiman yaitu mengali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum
dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Thomas A. Wartowski menjelaskan
agar efektif suatu hukum harus mempunyai dukungan dari mayoritas rakyat dan untuk
mendapatkan dukungan itu, maka suatu hukum harus dapat dilaksanakan dengan baik,
dipahami dengan baik dan konsisten dengan nilai nilai komunitasnya.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Keputusan sudah final, Penulis berkesimpulan bahgwa ada beberapa kebijakan
yang dapat diambil atas putusan MA yang menyatakan pergub pembatasan sepeda motor
bertentangan dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia dan
Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan yaitu segera menindaklanjuti putusan MA tersebut dengan mencari kebijakan
alternatif untuk mengatasi persoalan kemacetan dengan mencabut dan/atau merubah
pergub pembatasan sepeda motor dengan dasar putusan MA dengan tetap
memperhatikan konsep Transportasi Demand Management (TDM) atau Manajemen
Kebutuhan Transportasi atau Manajemen Permintaan Transportasi, mempertimbangkan
penerapan ERP terhadap objek yang patut untuk dikenakan termasuk sepeda motor
dengan mempertimbangkan kreteria yang ditentukan Pasal 133 ayat (1) Undang-Undang
No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dan melakukan upaya
penyadaran kepada publik akan pentingnya sadar hukum berlalu lintas dan sikap tegas
dalam penegakan hukum terhadap pelanggar lalu lintas dengan penerapan denda
maksimal dengan berkoordinasi secara baik dengan penegak hukum lainya (Kejaksaan
dan Hakim/Pengadilan).
Daftar Pustaka
Alim, Hamzah dan Kemal Redindo Syahrul Putera, Cara Praktis Menyusun dan Merancang
Peraturan Daerah: suatu kajian teoritis dan praktis diertasi manual, Konsepsi teoritis
menuju empiris, cetakan ke 3, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2013.
Bagaskara, Brilliant, dkk, Implementasi Electronic Road Pricing guna Menciptakan
Transportasi yang berkelanjutan, Universitas Sebelas Mare Surakarta, 2017
Bangun, Filliyanti T.A, Strategi, Metode dan Teknik Penerapan Transport Demand
Management Serta Pengaruhnya di Indonesia dan di Beberapa Kota Besar di Dunia ,
SIPENDIKUM 2018
306
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara e-USU Repository
Universitas Sumatera Utara, tahun 2006.
Darmaningtyas, Transportasi Jakarta Menjemput Maut, Jakarta : Pustaka Yasiba, 2010.
Naskah Akademik, Revisi Peraturan Daerah No. 12 Tahun 2003 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan. Kereta Api, Sungai dan Danau Serta Penyebrangan, Dinas
Perhubungan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Tahun 2010.
Ramadhan, Aditya, Jumlah motor dan mobil di Jakarta tumbuh 12 persen tiap tahun, Antara
NEW.Com, Jumat, 9 Januari 2015 18:21 WIB | 28.805 Views, di unduh pada tanggal 8
Juli 2016.
Surajiman dan Diah Ratu Sari Harahap, Gagasan Pengaturan Pengendalian Sepeda Motor
Dalam Sistm Transportasi Nasional, Lex Jurnalica Volume 10 Nomor 1, April 2013
Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indinesia Tahun 1945
_____________________, Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan. LN Tahun 2009, No. 96, TLN No. 5025.
_______________________, Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan, LN Tahun 2011, No. 82, TLN No. 5234.
_______________________, Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 Tentang
Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak, serta Manajemen Kebutuhan Lalu
Lintas LN Tahun 2011, No. 61, TLN No. 5221.
______________________, Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2011 Tentang Hak
Uji Materiil.
______________________, Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2014 Tentang Transportasi. LD
Tahun 2014, No.104.
______________________, Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor
195 Tahun 2014 Tentang Pembatasan Lalu Lintas Sepeda Motor
______________________, Peraturan Gubernur Provinsi Daerash Khusus Ibukota Jakarta
Nomor 141 Tahun 2015 Tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Nomor 195 Tahun 2014 Tentang Pembatasan Lalu Lintas Sepeda
motor.
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 57 P/HUM/2017, tanggal 21 November
2017.
Megapolitan, Ini Alasan Polisi Tidak Setuju Larangan Sepeda Motor di Jalan MH Thamrin Dihapus, Selasa, 14
November 2017 | 13:43 WIB
Kompas.com, Pengamat Anggap Pelarangan Motor di Jalan MH Thamrin Sudah Tepat,
07/11/2017, 14:25 WIB.
Republika.co.id, YLKI: Putusan MA Coreng Wajah Transportasi di Indonesia, Senin 15
January 2018 13:06 WIB.
Merdeka.com, Usai batalkan pembatasan motor, MA dinilai perburuk citra transportasi
Jakarta, Selasa, 9 Januari 2018 08:31