SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II)...

92
i SKRIPSI SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) MENGGUNAKAN METODE SOLVOTERMAL GINA ASWARI INTAN PERTIWI NRP. 1412 100 095 Dosen Pembimbing : Dra. Ratna Ediati, M.S., Ph.D. JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2016

Transcript of SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II)...

Page 1: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

i

SKRIPSI SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) MENGGUNAKAN METODE SOLVOTERMAL GINA ASWARI INTAN PERTIWI NRP. 1412 100 095 Dosen Pembimbing : Dra. Ratna Ediati, M.S., Ph.D. JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2016

Page 2: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

ii

SCRIPT SYNTHESIS OF Co(II) DOPED HKUST-1 BY SOLVOTHERMAL METHOD GINA ASWARI INTAN PERTIWI NRP. 1412 100 095 Advisor Lecturer : Dra. Ratna Ediati, M.S., Ph.D. CHEMISTRY DEPARTMENT FACULTY OF MATHEMATICS AND SCIENCES SEPULUH NOPEMBER INSTITUT OF TECHNOLOGY SURABAYA 2016

Page 3: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak
Page 4: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

vi

SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) MENGGUNAKAN METODE SOLVOTERMAL

Nama : Gina Aswari Intan Pertiwi NRP : 1412 100 095 Jurusan : Kimia Pembimbing : Dra. Ratna Ediati, MS., Ph.D.

ABSTRAK Material tembaga-benzentrikarboksilat (Cu-BTC) dan

kobalt-tembaga-benzentrikarboksilat (Co-Cu-BTC) telah berhasil disintesis dengan metode solvotermal pada suhu 100 °C selama 10 jam. Sintesis ini dilakukan dengan penambahan variasi mol Co(II) sebesar 2,5%; 5% dan 10% yang diikuti dengan pengurangan mol Cu(II). Cu-BTC dan Co-Cu-BTC hasil sintesis selanjutnya dikarakterisasi menggunakan XRD, FTIR, SEM-EDX, TGA dan BET. Difraktogram muncul pada sudut khas HKUST-1 yaitu 2θ = 11,6° ; 9,5° dan 2θ = 13,4°. Penambahan Co2+ mempengaruhi pergeseran puncak difraktogram dan intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak mempengaruhi gugus fungsi yang ada pada material Cu-BTC. Penambahan Co2+ mempengaruhi keseragaman dari morfologi HKUST-1 ditunjukkan dengan analisa SEM-EDX. Analisa TGA menunjukkan Co-Cu-BTC memiliki stabilitas termal sebesar 354 °C. Luas permukaan yang dimiliki oleh Cu-BTC dan Co-Cu-BTC 5% masing-masing sebesar 1149 m2/g dan 1033 m 2/g. Pada uji reaksi esterifikasi menunjukkan bahwa Co-Cu-BTC 2,5% mampu meningkatkan konversi FFA yaitu sebesar 44,17%.

Kata kunci : doping logam, Esterifikasi, HKUST-1, kobalt, metode solvotermal

Page 5: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

vii

SYNTHESIS OF Co(II) DOPED HKUST-1 BY SOLVOTHERMAL METHOD

Name : Gina Aswari Intan Pertiwi NRP : 1412 100 095 Department : Chemistry Advisor Lecturer : Dra. Ratna Ediati, MS., Ph.D.

ABSTRACT Copper-benzenetricarboxylic (Cu-BTC) and Cobalt-

copper-benzenetricarboxylic (Co-Cu-BTC) have been successfully synthesized. The synthesis is carried out with the addition of variations mole Co (II) of 2.5%; 5% and 10%, followed by reduction of the mole Cu (II). This material is synthesized using solvothermal methods on 100 °C for 10 hours. Cu-BTC and Co-Cu-BTC subsequently were characterized using XRD, FTIR, SEM-EDX TGA and adsorption-desorption N2. Diffractogram apper on 2θ = 11,6°; 9,5° and 2θ = 13,4°. The addition of Co2+ affect diffractogram peak shift and peak intensity. FTIR analysis showed that the addition of Co2+ doesn’t affect the functional groups in Cu-BTC. The addition of Co2+ affect the uniformity of the morphology of HKUST-1 was shown by SEM-EDX analysis. TGA analysis showed that Co-Cu-BTC has thermal stability at 354 °C. In esterification reaction showed that Co-Cu-BTC 2,5% capable to convert FFA in amount of 44,17%

Keyword: Cobalt, Esterification, HKUST-1, Metal doped, Solvothermal

Page 6: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil ‘alamin. Puji Syukur pada Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat dan KaruniaNya sehingga naskah tugas akhir yang berjudul “Sintesis HKUST-1 dengan Penambahan Co(II) melalui Metode Solvotermal” dapat selesai dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis berterima kasih pada:

1. Ibu Dra. Ratna Ediati, M.S., Ph.D, selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama proses penyusunan naskah ini.

2. Bapak Prof.Dr. Didik Prasetyoko, M.Sc. selaku Ketua jurusan Kimia atas fasilitas yang telah diberikan hingga naskah ini terselesaikan.

3. Bapak Djoko Hartanto M.Si, selaku dosen wali yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam bidang akademik.

4. Untuk ibu, bapak, adik-adik (Aqil dan Muthia) serta keluarga besar H. Anwar Hamid yang tak pernah lelah memberi dukungan dan doa.

5. Tim TA (Novicha, Arfy, Fitrop, Sari, Cindy KP) yang telah mendukung dan memberi semangat selama pengerjaan tugas akhir.

6. Sahabat-sahabat (“PURIK” dan “MEB-21”) yang selalu memberikan semangat dan dukungan selama p enulisan naskah ini.

7. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa naskah tugas akhir ini tidak lepas dari kekurangan. Oleh karena itu, penulis terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun. Semoga naskah ini memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

Surabaya, Februari 2016

Penulis

Page 7: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................. iv ABSTRAK............................................................................. vi ABSTRACT .......................................................................... vii KATA PENGANTAR .......................................................... viii DAFTAR ISI ......................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ............................................................ xii DAFTAR TABEL ................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ....................................................... 1 1.2. Permasalahan ......................................................... 3 1.3. Batasan Masalah .................................................... 3 1.4. Tujuan Penelitian ................................................... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metal Organic Frameworks (MOF) ...................... 5 2.2. Material Cu3(BTC)2 (HKUST-1)

........................... 7

2.3. Doping Logam Terhadap Metal Organic Frameworks (MOF) ...............................................

9

2.4. Metode Doping ...................................................... 10 2.5. Metode Solvotermal ............................................... 10 2.6. Reaksi Esterifikasi Palm Fatty Acid Distillate

(PFAD) ...................................................................

11 2.7. Karakterisasi 2.7.1. Spektrofotometer Fourier Transform Infra

Red (FTIR) ...................................................

13 2.7.2. X-Ray Diffraction (XRD) ............................ 16 2.7.3. Scanning Electron Microscopy (SEM) ........ 18 2.7.4. Analisa Termogravimetri (TGA) ................. 20 2.7.5. Adsorpsi-desorpsi N2 ................................... 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan ....................................................... 25 3.1.1. Alat .............................................................. 25 3.1.2. Bahan ........................................................... 25

Page 8: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

x

3.2. Prosedur Kerja ........................................................ 25 3.2.1. Sintesis HKUST-1 ....................................... 25 3.2.2. Penambahan Co(II) pada HKUST-1 ............ 26 3.3. Karakterisasi Hasil Sintesis .................................... 26 3.3.1. Difraksi Sinar X (XRD) ............................... 26 3.3.2. Spektrofotometer Fourier Transform Infra

Red (FTIR) ................................................... 26

3.3.3. Scanning Electron Microscope (SEM) ........ 27 3.3.4. Analisa Termogravimetri (TGA) ................. 27 3.3.5. Adsorpsi-desorpsi N2 ................................... 27 3.3.6. Uji Reaksi Esterifikasi Pada Palm Fatty

Acid Distillate (PFAD) ................................

27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sintesis Cu-BTC dan Co-CU-BTC ........................ 29 4.2. Karakterisasi .......................................................... 33 4.2.1. Hasil Karakterisasi X-Ray Diffraction

(XRD)...........................................................

34 4.2.2. Hasil Karakterisasi Fourier Transform

Infra Red (FTIR) .........................................

36 4.2.3. Hasil Karakterisasi Scanning Electron

Microscope (SEM-EDX) .............................

38 4.2.4. Hasil Karakterisasi Thermogravimetric

Analysis (TGA) ...........................................

43 4.2.5. Hasil Karakterisasi Adsorpsi-desorpsi

N2..... 45

4.2.6. Hasil Uji Reaksi Esterifikasi Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) ................................

49

BAB V KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan ............................................................ 53 5.2. Saran ....................................................................... 53 DAFTAR PUSTAKA............................................................ 55 LAMPIRAN .......................................................................... 63

Page 9: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Jenis-jenis MOF ........................................ 6 Gambar 2.2. Mekanisme reaksi dari HKUST-1 ............. 7 Gambar 2.3. Struktur HKUST-1 .................................... 8 Gambar 2.4. Skema solvotermal ................................... 11 Gambar 2.5. Bilangan gelombang beberapa gugus

fungsi .........................................................

14 Gambar 2.6. Skema alat FTIR ....................................... 15 Gambar 2.7. Hasil FTIR HKUST-1 ............................... 16 Gambar 2.8. Skema kerja XRD ..................................... 17 Gambar 2.9. Grafik XRD HKUST-1.............................. 18 Gambar 2.10. Foto SEM HKUST-1 ................................. 20 Gambar 2.11. Hasil TGA HKUST-1 ............................... 21 Gambar 2.12. Tipe-tipe grafik isoterm N2 ....................... 23 Gambar 2.13. Hasil karakterisasi adsorpsi-desorpsi N2

... 23

Gambar 4.1. (a) Larutan H3BTC; (b) Larutan Cu(NO3)2; (c) Larutan CoCl2.....................

30

Gambar 4.2. Co-Cu-BTC setelah dilakukan pemanasan pada 100°C selama 10 jam. Variasi penambahan Co (a) 2,5%; (b) 5%; (c) 10%............................................................

30

Gambar 4.3. Kristal hasil sintesis setelah pencucian dengan metanol .........................................

31

Gambar 4.4. Perubahan massa pada setiap penambahan Co seiring berkurangnya Cu ......................

33

Gambar 4.5. Difraktogram Cu-BTC dan Co-Cu-BTC ... 35 Gambar 4.6. Pita serapan FTIR pada sampel Cu-BTC

dan Co-Cu-BTC ........................................

37 Gambar 4.7. Foto SEM Cu-BTC ................................... 40 Gambar 4.8. Foto SEM Co-Cu-BTC 5% ....................... 41 Gambar 4.9. Spektra EDX Cu-BTC ............................... 42 Gambar 4.10 Spektra EDX Co-Cu-BTC ......................... 42 Gambar 4.11. Kurva perubahan massa

Page 10: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

xii

thermogravimetric analysis (TGA) ........... 44 Gambar 4.12. Kurva isoterm adsorpsi-desorpsi N2 Cu-

BTC dan Co-Cu-BTC ...............................

46 Gambar 4.13. Distribusi ukuran pori dengan pemodelan

HK pada Cu-BTC dan Co-Cu-BTC ..........

48 Gambar 4.14. Distribusi ukuran pori dengan pemodelan

BJH pada Cu-BTC dan Co-Cu-BTC .........

49 Gambar 4.15. (a)Hasil ektraksi alkil ester menggunakan

pelarut n-heksana; (b) hasil titrasi alkil ester dengan NaOH ...................................

50

Page 11: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Massa kristal setelah pencucian ..................... 32 Tabel 4.2. Intensitas dan pergeseran puncak Cu-BTC

dan Co-Cu-BTC pada analisa XRD ...............

35 Tabel 4.3. Nilai bilangan gelombang FTIR ..................... 37 Tabel 4.4. Persentase penurunan massa padatan hasil

sintesis ............................................................

45 Tabel 4.5. Karakterisasi pori material Cu-BTC dan Co-

Cu-BTC melalui metode BET ........................

47 Tabel 4.6. Hasil uji reaksi esterifikasi ............................. 51

Page 12: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Prosedur Kerja.......................................................63 Lampiran B : Perhitungan............................................................66 Lampiran C : Hasil Karakterisasi.................................................69

Page 13: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Metal Organik Frameworks (MOF) adalah material kristalin berpori yang terdiri atas ligan organik yang terikat dengan ion logam sebagai atom pusat atau kluster logam. Kedua konstituen tersebut membentuk sistem kristal tiga dimensi dengan intrakristalin yang sangat luas (Sposato dkk., 2008). Ukuran pori yang terbentuk dapat diatur dengan menyesuaikan panjang ligan organik yang digunakan. Tidak hanya ukuran pori yang dapat diatur dalam sintesis kimia, tetapi be ntuk dari pori juga dapat didesain secara spesifik dengan menggunakan ligan organik dengan fungsi berbeda atau dengan logam pusat yang berbeda. MOF dapat didesain untuk kebutuhan tertentu, contohnya untuk material penyimpan dan transport molekul kecil, pemisahan untuk ukuran atau bentuk yang selektif, dan katalisis (Crane dkk., 2015).

Salah satu MOF yang dapat digunakan sebagai material penyimpan H2 yang efektif serta sebagai katalis adalah HKUST-1 (Hongkong University Science and Technology-1). HKUST-1 pertama kali disintesis oleh Chui dkk. (1999) dan dilaporkan bahwa material tersebut terdiri atas ligan 1,3,5-benzentrikarboksilat (BTC) yang terkoordinasi dengan ion tembaga (Cu) dalam kisi kubus (Fm-3m). HKUST-1 tersebut membentuk sistem 3-D yang saling berhubungan dengan bentuk pori segiempat sebesar 9x9 Å. Luas permukaan BET dari HKUST-1 yang telah disintesis sebelumnya adalah 692,2 m2/g dan volume pori sebesar 0,333 cm3/g (Chui dkk., 1999).

Sposato dkk. (2008) berhasil mensintesis HKUST-1 dengan variasi logam yang berbeda. Pada penelitiannya, logam yang digunakan adalah seng (Zn) dan campuran Zn dan Cu. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa luas permukaan BET dari Zn-Cu-BTC adalah 120 m2/g (Sposato dkk., 2008). Hasil sintesis tersebut selanjutnya digunakan sebagai katalisis pada reaksi oksidasi sikloheksana. Zn-Cu-BTC yang telah disintesis

Page 14: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

2

memiliki aktivitas yang tinggi pada temperatur rendah dibandingkan dengan Cu-BTC (Sposato dkk., 2008).

Logam Kobalt (Co), merupakan unsur dari golongan VIIIB dengan nomor atom 27 dan massa atom 58,93 g/mol. Logam Co(II) telah banyak digunakan sebagai logam tambahan pada sintesis beberapa jenis MOF. Yang dkk. (2014) telah berhasil mensintesis MOF-5 dengan menggunakan logam Co(II) sebagai logam tambahan. Pada penelitian tersebut dilaporkan bahwa MOF-5 yang didoping dengan ion logam Co(II) menunjukkan adanya peningkatan hidrostabilitas. Sebelumnya Botas dkk (2010) melaporkan bahwa penambahan logam Co(II) pada MOF-5 menghasilkan Co-MOF-5 dengan kapasitas adsorpsi yang tinggi untuk gas H2, CO2, dan CH4 pada tekanan tinggi. Hasil adsorpsi tersebut mendukung asumsi bahwa ion logam Co(II) berhasil masuk ke dalam framework dan berperan penting dalam proses adsorpsi gas. Pada penelitian lainnya, Wang dkk. (2014) telah berhasil mensintesis MOF(Fe) dengan logam tambahan Co(II) menggunakan metode hidrotermal. Hasil yang diperoleh yaitu MOF(Fe) dengan doping Co(II), memiliki struktur kristalin yang baik dengan mikropori yang banyak, luas permukaan besar, dan stabilitas termal tinggi. MOF(Fe) dengan doping Co(II) diuji aktivitas kataliknya pada oxygen evolution reaction (OER) dan oxygen reduction reaction (ORR). Penelitian lainnya mengenai doping Co(II) terhadap MOF juga pernah dilaporkan oleh Nurherdiana dkk. (2015) yaitu doping Co(II) pada UiO-66. Hasilnya menunjukkan bahwa doping Co(II) dapat meningkatkan stabilitas termal dari UiO-66 menjadi 480-520 °C.

Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilaporkan, penelitian ini merujuk pada jalur sintesis yang dilakukan oleh Crane dkk. (2015) yaitu mensintesis MOF menggunakan logam Co dan ligan BTC dengan metode hidrotermal. Hasil penelitian Crane dkk (2015) mengungkapkan bahwa logam Co dapat berikatan dengan ligan BTC menghasilkan material Co3(BTC)2.12H2O. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh doping logam Co(II) terhadap HKUST-1 serta menghasilkan produk dengan kemurnian tinggi.

Page 15: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

3

1.2. Permasalahan Material HKUST-1 yang telah disintesis sebelumnya oleh

(Chui dkk., 1999) memiliki luas permukaan besar dan stabilitas termal sebesar 240-380 °C. Penambahan Co(II) pada MOF mampu meningkatkan luas permukaan spesifik (Wang dkk., 2014), adsorpsi gas (Botas dkk., 2010), stabilitas termal (Nurherdiana dkk., 2015), sisi keasaman (Moura dkk., 2012), serta meningkatkan selektifitas dan aktifitas MOF (Batista dkk., 2004). Oleh karena itu, penambahan Co(II) mampu meningkatkan luas permukaan, stabilitas termal, kemampuan katalisis serta kemampuan adsorpsi gas.

1.3. Batasan Masalah Pada penelitian ini, sintesis Co-Cu-BTC dilakukan

dengan metode solvotermal pada 100 °C selama 10 jam. Penambahan mol Co(II) dilakukan seiring dengan pengurangan mol Cu(II). Variasi perbandingan mol Cu(II):Co(II) yaitu 97,5:2,5 ; 95:5 ; dan 90:10. Hasil sintesis dikarakterisasi dengan XRD, SEM, TGA, FTIR dan Adsorpsi-Desorpsi N2.

1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh

penambahan ion logam Co(II) pada sintesis HKUST-1 terhadap struktur, kristalinitas, morfologi, stabilitas termal, luas permukaan serta aktivitas katalitiknya pada reaksi esterifikasi PFAD (Palm Fatty Acid Distillate). Disamping itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menentukan pengaruh variasi ion logam Co(II) yang ditambahkan terhadap karakteristik dari padatan Co-Cu-BTC yang dihasilkan.

Page 16: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

4

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

Page 17: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Metal Organic Framework (MOF)

Metal Organic Framework (MOF) merupakan salah satu material mikropori. MOF terdiri dari material organik dan anorganik yang terbentuk dari ikatan koordinasi antara ion logam anorganik dengan ligan organik hingga membentuk frameworks. MOF memiliki kristalinitas tinggi, luas permukaan dan volume pori yang besar. P ada topologi MOF, logam pusat berikatan dengan ligan organik untuk membentuk struktur poros 3D, dan memiliki sistem saluran 1D, 2D atau 3D (Chowdury, 2008).

MOF memiliki ukuran pori dan luas permukaan sisi aktif yang berbeda. Hal ini disebabkan ikatan logam dan ligan organik yang membentuk kristal MOF yang berbeda. Berdasarkan diameter porinya, MOF dibedakan menjadi tiga, yaitu diameter < 20 Å disebut mikropori, diameter pori 20-500 Å disebut mesopori dan diameter pori > 500 Å disebut makropori. MOF memiliki volume pori berkisar antara 0,2 hingga 0,8 cm3/g, namun ada pula MOF yang memiliki volume pori mencapai 1,2 cm3/g (Rowsell dkk., 2004).

Beberapa variasi struktur MOF bergantung pada ikatan koordinasi antara jenis logam dengan ligannya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1. Beberapa jenis MOF yang telah berhasil disintesis adalah MOF-5 (Metal Organic Framework-5) berasal dari ikatan koordinasi antara logam Zn dengan ligan BDC (Yang dkk., 2014), UiO-66 (University of Oslo-66) yang berasal dari ikatan koordinasi antara logam Zr dengan ligan BDC (Cavka dkk., 2008), HKUST-1 (Hongkong University of Science and Technology-1) berasal dari ikatan koordinasi antara logam Cu dengan ligan BTC (Xiao dan Yuan, 2009), dan MIL-101 (Material of Institute Lavoisier-101) berasal dari ikatan koordinasi antara logam Cr atau Fe dengan ligan BTC atau BDC (Llewellyn dkk., 2008).

Page 18: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

6

Gambar 2.1 Jenis-jenis MOF (Dey dkk, 2013)

MOF memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan material sejenis lainnya (Zeolit, karbon aktif, dan oksida). Keunggulan tersebut adalah stabilitas termal yang tinggi, porositas tinggi, berstruktur nano dengan ukuran pori sekitar 2 nm. Ukuran pori ini dengan struktur nano dapat terbentuk karena

Page 19: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

7

ketika ion logam bereaksi dengan ligan-ligan organik. Ion logam mengalami suatu penataan dan berikatan dengan poliatomik organik sehingga terbentuk jembatan ligan. Proses ini terjadi berulang-ulang sehingga diperoleh nanomaterial berpori dengan stabilitas mekanik yang tinggi. Berdasarkan porositas, stabilitas, dan ukuran partikelnya, MOF sering digunakan untuk material penyimpanan gas, agen penukar ion, dan katalis (Czaja dkk., 2009).

2.2. Material Cu3(BTC)2 (HKUST-1) HKUST-1 memiliki rumus molekul Cu3(BTC)2

(Tembaga 1,3,5-benzenetrikarboksilat) merupakan salah satu material MOF yang kuat dan memiliki struktur mikro yang mirip dengan kerangka zeolit. Pada penelitian Chowdury dkk. (2009), HKUST-1 disintesis menggunakan prekursor tembaga(II) nitrat [Cu(NO3)2] dan asam trimesat (H3BTC). Mekanisme reaksi pembentukan HKUST-1 ditunjukkan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Mekanisme reaksi HKUST-1 (Kumar dkk., 2013)

HKUST-1 termasuk ke dalam salah satu jenis MOF dikarenakan memiliki luas permukaan besar, volume pori tinggi, sifat kimia yang stabil, derajat keasaman Lewis tinggi dan memiliki kemampuan untuk mengikat air atau molekul lainnya yang terkoordinasi dengan Cu(II) tak jenuh. HKUST-1 memiliki stabilitas struktural yang tinggi terhadap adsorpsi dan desorpsi air, sehingga HKUST-1 dapat diaplikasikan untuk adsorpsi, penyimpanan gas dan katalis (Seo dkk., 2008). Struktur dari HKUST-1 ditunjukkan pada Gambar 2.3.

Asam 1,3,5-benzentrikarboksilat Cu3(BTC)2

Page 20: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

8

Gambar 2.3 Struktur HKUST-1 (Dey dkk, 2013)

Kontrol dimensi dalam pembentukan MOF merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Meskipun telah digunakan berbagai ligan polifungsi dalam pembentukan MOF, penggunaan air ataupun pelarut lain dalam sintesis MOF juga dapat mempengaruhi struktur MOF yang terbentuk. Hal tersebut karena pelarut dan air dapat berfungsi sebagai ligan tambahan. Pada kasus HKUST-1, Pickardt dkk. (1988) telah melakukan sintesis antara Cu(ClO4)2 dengan 1,3,5-benzenetrikarboksilat dan pelarut metanol. Hasil yang diperoleh adalah material [Cu(BTC-H)-(H2O)3] yang mirip dengan HKUST-1 (Pech dan Pickardt, 1988).

2.3. Doping Logam terhadap Metal Organic Framework (MOF)

Doping ion logam pada MOF dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dari MOF. Doping logam pada MOF

Page 21: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

9

tersebut tergantung pada jenis ion logam dan MOF yang digunakan. Biasanya ion logam yang digunakan untuk ditambahkan ke dalam MOF adalah Mg2+, Zr4+, Cr3+, Co3+, Co2+, Rh2+, Rh+, Ir2+, Ni2+, Ni+, Pt2+, Pt+, Cu2+, Ag+, Zn2+, dan ion logam lainnya (Yaghi, dkk. 2010).

Yang dkk. (2014) telah melakukan penelitian tentang penambahan ion logam Co(II) terhadap MOF-5. Hasil karakterisasi XRD menunjukkan bahwa doping ion logam Co(II) terhadap MOF-5 dapat meningkatkan stabilitas struktur kerangka MOF-5. Karakterisasi dengan FTIR dari MOF-5 murni dan MOF-5 setelah didoping dengan Co(II) menghasilkan spektra pada bilangan gelombang yang sama. Kurva TGA dari MOF-5 yang telah didoping Co(II) menunjukkan adanya penurunan massa sebanyak dua kali. Penurunan pertama pada suhu 30-230 °C yang menunjukkan hilangnya molekul pengotor. Penurunan kedua terjadi pada suhu 440-550 °C yang menunjukkan adanya dekomposisi kerangka Co-MOF-5. Pada pengukuran gas diketahui bahwa pada partikel dengan kristalinitas tinggi memiliki luas permukaan Langmuir yang besar. Doping Co(II) terhadap MOF-5 juga menunjukkan bahwa hidrostabilitas dan profil adsorpsi dari Co-MOF-5 bergantung pada morfologi dan ukuran parikel (Yang dkk., 2014).

Penelitian lain mengenai doping ion logam Co(II) telah dilaporkan oleh Botas dkk., (2011) dimana MOF-74 didoping menggunakan ion logam Co(II). Hasil karakterisasi XRD menunjukkan bahwa kristalinitas dari MOF-74 menurun seiring dengan bertambahnya ion logam Co(II). Hasil ini menunjukkan bahwa ion logam Co2+ telah masuk kedalam kerangka MOF-74. Hasil karakterisasi SEM menunjukkan bahwa MOF-74 yang didoping logam Co(II) memiliki morfologi kristal berbentuk seperti jarum. Penambahan doping Co(II) berpengaruh pada ukuran kristal. Penurunan ukuran kristal terjadi seiring dengan bertambahnya doping Co(II) pada MOF-74. Hal ini juga dibuktikan oleh adanya sedikit pelebaran pada puncak XRD (Botas dkk., 2011).

Page 22: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

10

Wang dkk. (2014) juga melakukan penelitian terhadap MOF(Fe/Co). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pada MOF(Fe/Co) dihasilkan kristalinitas tinggi, kelimpahan mikropori, memiliki luas permukaan spesifik yang besar dan stabilitas termal tinggi. MOF(Fe/Co) juga menunjukkan aktivitas katalitik yang tinggi untuk Oxygen Evolution Reaction (OER) dan Oxygen Reduction Reaction (ORR). Luas permukaan spesifik yang besar dan kelimpahan mikropori menjadi keuntungan dalam difusi oksigen dan pemanfaatan katalitik pada katalis, dimana digunakan pada proses katalisis EOR dan ORR (Wang dkk., 2014).

2.4. Metode Doping Metode doping memiliki ciri khas kompetisi antara logam

dasar dan logam pendukung. Proses doping dilakukan dengan menambahkan logam pendukung dan diiringi dengan pengurangan logam dasar dalam satuan mol. Metode doping dilakukan untuk tujuan tertentu seperti memperbesar luas permukaan material, meningkatkan kemampuan adsorpsi gas, meningkatkan hidrostabilitas dan katalis (Yang dkk., 2014). Beberapa ion logam yang sering digunakan pada metode doping adalah: Al3+, Ni2+, Co2+, Zn2+ dan Cu2+. Pengaruh doping pada setiap material berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh jari-jari ion dari logam dasar dan logam pendukung.

2.5. Metode Solvotermal Metode solvotermal adalah metode sintesis MOF yang

lazim digunakan.Pada sintesis MOF, metode solvotermal melibatkan pelarut organik dan proses sintesis dilakukan pada suhu (antara 100 °C dan 1000 °C) dan tekanan tinggi (umumnya antara 1 a tm dan 10000 atm). Penggunaan pelarut organik bertujuan untuk mendeprotonasi ligan organik agar dapat berikatan dengan logam pusat (Yan dkk, 2014). Penggunaan pelarut organik juga berpengaruh pada luas permukaan, kristalinitas dan kestabilan termal material sintesis (Yiamsawas dkk., 2009). Secara garis besar, metode solvotermal dapat digambarkan seperti pada Gambar 2.4. Metode solvotermal

Page 23: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

11

merupakan metode yang menggunakan prinsip penumbuhan kristal dalam campuran pelarut air dan pelarut organik. Metode solvotermal umumnya dilakukan menggunakan autoclave dimana sistem tertutup pada autoclave membuat pelarut menguap dan volume gas akan bertambah. Pada tekanan dan suhu tinggi atom-atom akan menata ulang strukturnya hingga terjadi proses nukleasi dan terbentuk kristal baru (Lee, Kim, & Ahn, 2013).

Gambar 2.4 Skema solvotermal (Lee, Kim, & Ahn, 2013)

2.6. Reaksi Esterifikasi Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) Salah satu aplikasi dari reaksi esterifikasi adalah proses

pre-treatment pada pembuatan biodiesel. Reaksi esterifikasi dapat mengurangi kadar asam lemak bebas (FFA). Tingginya keberadaan kadar asam lemak bebas menyebabkan adanya reaksi saponifikasi dan dapat menyebabkan berkurangnya hasil metil ester (Hidayat dkk., 2015). Reaksi esterifikasi pada dasarnya adalah reaksi dari asam lemak dengan alkil alkohol membentuk ester dan air yang bersifat reversibel. Reaksi esterifikasi ditunjukkan pada persamaan 2.1. Reaksi ini bersifat endotermis dan berjalan relatif lambat (Kusmiyati, 2008).

(2.1)

Untuk mempercepat reaksi dan meningkatkan hasil, reaksi esterifikasi dilakukan dengan pemberian reaktan berlebih

Struktur MOF Hasil Sintesis

Pemanasan/ Vakum

Pencucian Pelarut

Pemanasan

Penyusunan struktur MOF

Pelarut

Page 24: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

12

dan penambahan katalis agar reaksi bergeser ke kanan. Katalis yang biasa digunakan untuk produksi biodiesel antara lain katalis asam seperti H2SO4, H3PO4 dan asam sulfonat (Aziz, dkk. 2011). Disisi lain, penggunaan katalis mineral asam (homogen) memiliki banyak kelemahan dibandingkan dengan katalis asam padat (heterogen). Penggunaan katalis mineral asam memerlukan penanganan serius, karena katalis mineral asam dapat menyebabkan korosi pada alat dan masalah lingkungan. Alternatif lain penggunaan katalis pada reaksi esterifikasi yaitu penggunaan katalis padat asam dimana bersifat lebih stabil, lebih aktif, lebih mudah dalam isolasi produk asam lemak alkil ester dan menghindari terjadinya korosi pada alat (Cirujano dkk., 2015).

Penggunaan katalis heterogen untuk reaksi esterifikasi pernah dilakukan oleh Baroi dkk. (2014) dengan menggunakan zeolit H-Y dan asam 12-tungstofosforik (TPA) sebagai pendukung. Pada penelitiannya digunakkan perbandingan antara metanol:PFAD sebesar 20:1 dan katalis yang digunakkan sebesar 5% dari massa PFAD. Reaksi esterifikasi dikondisikan pada suhu 65 °C selama 6 j am (Baroi dkk., 2014). Hasil konversi FFA diperoleh sebesar 77,3%. Hidayat dkk. (2015) juga pernah melakukan penelitian terhadap penggunaan katalis bioarang dari tempurung kelapa pada reaksi esterifikasi. Reaksi esterifikasi dilakukan pada suhu 60 °C selama 4 jam dengan menggunakan perbandingan metanol:PFAD sebanyak 12:1. Hasil konversi FFA yang diperoleh adalah 87%. Cirujano dkk. (2015) telah melakukan penelitian penambahan katalis padat asam terhadap reaksi esterifikasi. Pada penelitiannya digunakan katalis UiO-66 sebanyak 8% dari massa PFAD. Reaksi dikondisikan pada suhu 60 °C selama 2 jam dengan perbandingan metanol:PFAD sebesar 26:1. Hasil konversi FFA yang diperoleh adalah 94%. Hasil ini lebih besar dibandingkan dengan tanpa penambahan katalis, dimana dengan kondisi yang sama diperoleh hasil konversi FFA sebesar 9% (Cirujano dkk., 2015).

Pada reaksi esterifikasi pelarut yang lazim digunakan adalah metanol (MeOH) dan etanol (EtOH). Penggunaan alkohol ini akan membantu dalam terbentuknya alkil ester. Cirujano dkk.

Page 25: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

13

(2015) juga telah melakukan penelitian mengenai variasi jenis alkohol terhadap reaksi esterifikasi. Jenis alkohol yang digunakan yaitu etanol dan metanol. Perbandingan metanol:PFAD yang digunakan adalah 1:18 pada suhu 78 °C selama 8 jam. Hasil konversi FFA yang diperoleh ketika tanpa penambahan katalis adalah 4% sedangkan setelah ditambahkan katalis hasil yang diperoleh adalah 64%. Dari hasil ini, diperoleh bahwa metanol adalah alkohol yang unggul digunakan pada reaksi esterifikasi PFAD karena dapat menghasilkan yield yang besar, membutuhkan waktu yang relatif sedikit dan suhu yang rendah (Cirujano dkk., 2015).

2.7. Karakterisasi 2. 7. 1. Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red

(FTIR) Spektrofotometer infrared (IR) merupakan suatu alat

yang digunakan untuk mengidentifikasi material dengan menentukan gugus fungsi yang terkandung didalamnya, dan memberikan informasi dalam memprediksi struktur dalam molekul. Spektrofotometer IR mendeteksi vibrasi spesifik dari suatu gugus fungsi pada suatu materi. Ketika radiasi inframerah berinteraksi dengan molekul, molekul menyerap energi untuk bervibrasi stretching maupun bending. Daerah serapan inframerah meiliki daerah pada panjang gelombang 2,5 µm – 25 µm atau disebutkan dalam bilangan gelombang antara 4000-400 cm-1. Bilangan gelombang untuk beberapa gugus fungsi ditunjukkan pada Gambar 2.5 (Pavia dkk., 2009).

Page 26: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

14

Gambar 2.5 Bilangan gelombang untuk beberapa gugus fungsi

(Pavia dkk., 2009)

Salah satu hasil kemajuan instrumentasi IR adalah pemrosesan data seperti Fourier Transform Infra Red (FTIR). Teknik ini memberikan informasi dalam hal kimia, seperti struktur dan konformasional gugus fungsi, perubahan induksi tekanan dan reaksi kimia. Teknik pengoperasian FTIR berbeda dengan spektrofotometer infra merah. Pada FTIR digunakan suatu interferometer Michelson sebagai pengganti monokromator yang terletak di depan monokromator. Interferometer ini akan memberikan sinyal ke detektor sesuai dengan intensitas frekuensi vibrasi molekul yang berupa interferogram. Data yang diperoleh dari interferogram selanjutnya diolah menggunakan algoritma yang disebut Transformasi Fourier hingga diperoleh spektrum yang sama dengan spektrum yang dihasilkan dari spektrofotometer inframerah konvensional (Silverstein dkk., 2005).

Page 27: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

15

Gambar 2. 6. Skema alat FTIR (1) Sumber Inframerah. (2) pembagi berkas (beam spliter). (3) kaca pemantul. (4) Sensor inframerah. (5) sampel. (6) Display (Anam dkk, 2007)

Hasil karakterisasi HKUST-1 yang telah disintesis oleh Kumar dkk. (2013) menggunakan FTIR ditunjukkan pada Gambar 2.7. Untuk mengonfirmasi adanya ikatan antara ion Cu2+ dengan benzenatrikarboksilat pada HKUST-1, maka spektra dari ligan BTC dengan spektra HKUST-1 dibandingkan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.7. Pita serapan pada bilangan gelombang 1715 c m-1 menunjukkan adanya vibrasi stretching C=O pada ligan BTC, dimana setelah terjadi kompleksasi dengan ion Cu2+ bilangan gelombang tersebut mengalami pergeseran ke bilangan gelombang 1655 cm-1. Hal ini juga membuktikkan bahwa pada gugus C=O telah terjadi deprotonasi. HKUST-1 memiliki karakteristik puncak serapan pada bilangan gelombang 714 cm-1 yang menunjukkan adanya vibrasi stretching dari Cu-O. Hal ini membuktikkan bahwa atom O telah terkoordinasi dengan Cu. Pada spektra ligan BTC muncul puncak serapan lebar pada bilangan gelombang 2500-3300 cm-1 yang mengindikasikan adanya O-H stretching dari gugus karboksilat. Pada spektra HKUST-1 puncak serapan tersebut mengalami pergeseran ke

Page 28: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

16

bilangan gelombang 3100-3600 cm-1 yang mengindikasikan adanya kehilangan molekul air Cu3(BTC)2.

Gambar 2.7 Hasil FTIR HKUST-1 (Kumar dkk, 2013)

2. 7. 2. X-Ray Diffraction (XRD) X-Ray Diffraction (XRD) adalah salah satu cara untuk

mempelajari keteraturan atom atau molekul dalam suatu struktur tertentu. Sinar X yang ditembakkan ke suatu sampel akan berinteraksi dengan elektron dalam atom-atom sampel. Interaksi ini akan menghasilkan suatu hamburan cahaya sesuai dengan bentuk, struktur dan keteraturan kristal-kristal sampel. Gelombang-gelombang hasil interaksi pada struktur kristal yang sama akan saling menguatkan pola XRD yang sama (Skoog dkk., 2007).

Difraktogram XRD dihasilkan dari hamburan sinar X kristal dalam sampel (Prasetyoko, 2014). Pengukuran difraksi didasarkan pada hukum Bragg dengan prinsip ketika radiasi monokromatik-X yang menjadi komponen utama akan menuju material kristal, maka sinar akan terdifraksi hingga menuju

Bilangan gelombang (cm-1)

% T

rans

mitt

an

Page 29: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

17

lapisan-lapisan atom dan sebagiannya dihamburkan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.8. Persamaan Hukum Bragg didefinisikan pada persamaan 2.2.

nλ =2 d sin θ ......... (2.2)

Dimana, n = tingkat difraksi (0,1,2,3,..) ; λ = panjang gelombang sinar (nm); θ = sudut antara sinar datang dengan bidang normal, dan d = jarak antar bidang kisi.

Gambar 2.8 Skema Kerja XRD (Settle, 1997)

Hasil penelitian Kumar dkk. (2013), HKUST-1 menghasilkan difraktogram XRD seperti Gambar 2.9. Dari difraktogram tersebut diperoleh bahwa HKUST-1 memiliki puncak khas pada 2θ = 11,6° dan terdapat puncak khas lainnya pada 2θ = 9,5° dan 2θ = 13,4°. Difraktogram ini menunjukkan puncak yang tajam yang mengindikasikan bahwa HKUST-1 yang telah disintesis memiliki kristalinitas yang tinggi. Puncak tersebut juga menunjukkan bahwa struktur dari HKUST -1 memiliki struktur kubus pusat muka (Kumar dkk., 2013).

Page 30: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

18

Gambar 2.9 Grafik XRD HKUST-1 (Kumar dkk., 2013)

2. 7. 3. Scanning Electron Microscopy – Energy Dispersive X-Ray (SEM-EDX)

Scanning Electron Microscopy (SEM) merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui morfologi (bentuk, ukuran, dan susunan partikel). Tipe-tipe sinyal yang diproduksi oleh SEM adalah secondary electron (SE), back-scattered electron (BSE), dan sinar-X. SEM bekerja dengan cara menembakkan elektron yang berasal dari katoda filament kearah sampel. Saat elektron dengan energi tinggi ditembakkan, maka akan terjadi interaksi antara elektron yang ditembakkan dengan elektron yang ada pada padatan. Terbentuknya gambar pada SEM didasarkan pada deteksi elektron yang dipantulkan dari permukaan sampel ketika permukaan sampel tersebut disinari dengan sinar elektron. Selama pemindaian sampel oleh seberkas elektron, sinyal dari

Inte

nsita

s (a.

u)

Page 31: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

19

tiap tempat dikumpulkan, diperkuat dan serentak ditampilkan pada CRT (Catode Ray Tube) dengan intensitas yang sebanding dengan sinyal yang dikumpulkan. Perbesaran dihasilkan dari perbandingan luas material yang di-scan terhadap luas area layar monitor. Peningkatan perbesaran SEM dapat dilakukan dengan men-scan berkas elektron terhadap luas permukaan material yang cukup sempit.

Hasil penelitian Lin dkk. (2012), menunjukan karakterisasi menggunakan SEM seperti Gambar 2.10. Pada Gambar 2.10 (a) dan (b) HKUST-1 memiliki bentuk oktahedral dengan ukuran kira-kira 15-20 μm. Pada Gambar 2.10 (c) ditunjukkan bahwa permukaan HKUST-1 yang kasar yang memungkinkan untuk adsorpsi hidrogen (Lin dkk., 2012).

Gambar 2.10. Foto SEM dari HKUST-1 (Lin dkk., 2012)

2. 7. 4. Thermogravimetric Analysis (TGA) Thermogravimetric Analysis (TGA) adalah analisa

massa yang hilang dari sampel sebagai fungsi suhu pada kecepatan tetap atau sebagai fungsi waktu. Sehingga dengan

Page 32: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

20

metode tersebut dapat dipelajari degradasi termal dari sampel, menentukan kemurnian sampel dan kinetika kimia. Perubahan massa yang terjadi disebabkan oleh adanya evaporasi uap air yang tersisa namun memungkinkan jika pada suhu yang tinggi dapat diakibatkan oleh dekomposisi dari material sampel. Hasil analisa berupa termogram massa sebagai fungsi suhu (West, 1984).

Analisa TGA dilakukkan dengan memasukkan sampel dalam suatu timbangan yang disebut sebagai sample pan. Pan tersebut selanjutnya dimasukkan dalam furnace dan dipanaskan dengan kecepatan perubahan suhu tertentu. Ketika proses pemanasan terjadi, massa dari sampel diamati hingga suhu akhir yang telah ditetapkan. Agar suhu dilingkungan sampel tetap stabil, sampel dialiri suatu gas untuk mengontrol lingkungan sampel. Gas yang digunakan biasanya adalah gas inert yang selanjutnya keluar melalui saluran pembuangan yang disebut exhaust (Brown, 2004).

Hasil karakterisasi HKUST-1 yang telah disintesis oleh Kumar dkk. (2013) menggunakan thermogravimetric analysis (TGA) ditunjukkan pada Gambar 2.11. Berdasarkan gambar tersebut, HKUST-1 mengalami tiga kali penurunan massa. Penurunan massa pertama terjadi pada suhu 50-120 °C sebanyak 19,5% yang menandakan hilangnya air. Penurunan massa kedua terjadi pada 120-293 °C sebanyak 6% yang menandakan hilangnya dua molekul air yang terdapat pada MOF. Penurunan massa ketiga terjadi dimulai pada suhu 293 °C yang menandakan bahwa kerangka HKUST-1 telah rusak karena degradasi dari ligan organik. Kehilangan massa berakhir pada suhu 438 °C dan stabil hingga suhu 800 °C (Kumar dkk., 2013).

Page 33: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

21

Gambar 2.11 Hasil TGA HKUST-1 (Kumar dkk., 2013)

2. 7. 5. Adsorpsi-Desorpsi N2 Adsorpsi-desorpsi N2 dilakukan bertujuan utntuk

megetahui luas permukaan padatan, ukuran pori dan volume pori sampel. Luas permukaan diukur dengan menghitung jumlah molekul yang menempel pada lapisan pertama. Pada analisa adsorpsi gas, dikenal dua istilah yaitu adsorben dan adsorbat. Adsorbat merupakan zat yang teradsorb pada permukaan material sedangkan adsorben merupakan material padatan yang mampu menyerap adsorbat. Dari hasil adsorpsi nitrogen dihasilkan grafik adsorpsi isoterm.

Analisa adsorpsi-desorpsi N2 memiliki beberapa model untuk menghitung luas permukaan padatan dan ukuran pori, yaitu:

1. Isoterm Adsorpsi Langmuir: adsorpsi ini berkelakuan ideal dalam fasa uap. Gas yang teradsoprsi dibatasi sampai monolayer. Model ini digunakan untuk mengukur luas permukaan.

Suhu (°C)

Pers

en b

erat

(%)

Page 34: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

22

2. Isoterm Adsorpsi BET: adsorpsi ini terjadi pada lapisan multilayer. Model ini digunakan untuk mengukur luas permukaan.

3. Isoterm Adsorpsi Freundlich: adsorpsi zat terlarut pada padatan adsorben. (Andreas dkk., 2015).

Terdapat enam tipe grafik isoterm seperti pada Gambar 2.12. Keenam tipe tersebut memiliki karakteristik tersendiri. Tipe I memiliki ciri khas untuk padatan mikropori, tipe II dan III untuk padatan tak berpori atau pori makro, tipe IV untuk padatan mesopori, tipe V terbentuk apabila interaksi antara molekul nitrogen lebih kuat dibandingkan dengan nitrogen pada permukaan, dan tipe VI untuk padatan tak berpori yang memiliki permukaan padatan seragam (Sing, 2001).

Gambar 2.12 Tipe-tipe grafik isoterm N2 (Sing, 2001)

Dari hasil penelitian (Chowdury dkk., 2009) diperoleh hasil adsoprsi HKUST-1 seperti pada Gambar 2.13. Grafik tersebut menunjukan pola isoterm tipe 1. H KUST-1 yang diperoleh dari hasil sintesis memiliki luas permukaan sebesar 1482 m2g-1 dan volume pori sebesar 0,828 cm3g-1.

Page 35: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

23

Gambar 2.13 Hasil karakterisasi adsorpsi-desorpsi N2 (Chowdury dkk., 2009)

Tekanan relatif (Ps/Po)

Jum

lah

tera

dsor

b (c

m3

pada

STP

gm

-1)

Page 36: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

24

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

Page 37: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3. 1. Alat dan Bahan 3. 1 . 1 Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas beker, magnetic stirrer, botol Duran, pipet ukur, kertas saring whatmann, termometer, penangas minyak dan spatula. Untuk karakterisasi digunakan X-Ray Diffraction (Philip X’Pert PN-1830 X-ray), Thermogravimetry Analyzer (Mettler Toledo), Scanning Electron Microscopy (SEM-Zeiss, EVO MA10), Fourier Transform Infra Red (8400S Shimadzu) dan Adsorpsi-desorpsi N2.

3. 1 . 2 Bahan Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah

Tembaga (II) nitrat trihidrat [Cu(NO3).3H2O] (99% Merck), Kobalt (II) klorida [CoCl2.6H2O] (99% Merck), Trimesic Acid ([1,3,5-benzena trikarboksilat, (H3BTC)], metanol, etanol, aquades dan N,N-dimetilformamida [DMF] (99,5% Merck).

3. 2. Prosedur Kerja 3. 2. 1. Sintesis HKUST-1

Sebanyak 1,0 g H3BTC dilarutkan dalam 20 mL campuran etanol:DMF dengan perbandingan 1:1. Pada wadah berbeda, 2,0772 g Cu(NO3).3H2O dilarutkan dalam 10 mL aquades. Kedua larutan dicampur dan dimasukkan ke dalam botol durran. Campuran tersebut diaduk dengan magnetik stirrer selama 15 menit. Selanjutnya larutan tersebut dimasukkan ke dalam oven dan dipanaskan pada suhu 100 °C selama 10 jam. Setelah dipanaskan, campuran didinginkan pada suhu kamar dan didiamkan selama 2 hari. Kristal yang terbentuk disaring dan dimasukkan dalam botol vial. Kristal tersebut kemudian dicuci dengan menggunakan 20 mL DMF dan dibiarkan selama 24 jam. Kristal yang telah dicuci kemudian didekantasi dan dicuci

Page 38: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

26

kembali dengan 30 mL metanol dan dipanaskan dalam penangas minyak pada suhu 40-55 °C selama 3 hari.

3. 2. 2. Penambahan Co(II) pada HKUST-1 Sintesis Cu-BTC dengan doping Co(II) dilakukan dengan

pengurangan mol Cu (II) terhadap penambahan mol Co (II) dengan variasi Cu:Co sebesar 97,5:2,5; 95:5 dan 90:10. Campuran yang terbentuk dimasukkan ke dalam botol durran dan diaduk dengan magnetik stirrer selama 15 menit. Selanjutnya larutan tersebut dimasukkan ke dalam oven dan dipanaskan pada suhu 100 °C selama 10 jam. Setelah dipanaskan, campuran didinginkan pada suhu kamar dan didiamkan selama 2 hari. Kristal yang terbentuk disaring dan dimasukkan dalam botol vial. Kristal tersebut kemudian dicuci dengan menggunakan 30 mL metanol dan dipanaskan dalam penangas minyak pada suhu 40-55 °C selama 3 hari.

3. 3. Karakterisasi Hasil Sintesis 3.3. 1. Difraksi Sinar X (XRD)

Analisa dengan XRD digunakan untuk menentukan struktur kristal dari HKUST-1 dan Co-Cu-BTC. Pengukuran ini dilakukan alat Philip X’Pert PN-1830 X-ray dengan radiasi CuKα pada panjang gelombang λ = 1,5418 Å dengan sudut 2θ dari 5° hingga 50°. Hasil karakterisasi yang diperoleh berupa kurva antara intesitas puncak difraksi sampel dan sudut 2θ.

3.3. 2. Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (FTIR)

Karakterisasi dengan FTIR dilakukan dengan membuat pellet ketebalan 2 mm dengan tekanan 5 ton. Karaktersasi FTIR ini dilakukan menggunakan FTIR Shimadzu dengan bilangan gelombang 400-4000 cm-1. Sampel HKUST-1 dan Co-Cu-BTC digerus dengan KBr pada perbandingan 1:99 (sampel:KBr). Penggerusan dilakukan menggunakan mortar agat hingga homogen dan ditempatkan pada pellet holder. Selanjutnya, pellet yang terbentuk dimasukkan dalam holder FTIR.

Page 39: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

27

3.3. 3. Scanning Electron Microspe (SEM) Analisa SEM dilakukan untuk mengetahui morfologi

kristal HKUST-1 dan Co-Cu-BTC. Preparasi sampel dilakukan dengan meletakkan sampel dalam holder dan di coating dengan emas agar sampel dapat mudah dideteksi saat analisa. Analisa ini dilakukan dengan menggunakan perbesaran tertentu agar mendapatkan bentuk dan perubahan struktur hasil sintesis dari HKUST-1 dan Co-Cu-BTC.

3.3. 4. Analisa Thermogravimetri (TGA) Analisa TGA dilakukan mulai suhu kamar (25 °C) hingga

800 °C de ngan laju kenaikan suhu 5 °C/menit. Analisa ini dilakukan dalam aliran gas N2 (150 mL/menit).

3.3. 5. Adsorpsi-Desorpsi N2 Analisa ini dilakukan dengan tekanan rendah pada suhu

77 K dan suhu degassing sebesar 150 °C.

3.3. 6. Uji Reaksi Esterifikasi pada Palm Fatty Acid Destillate (PFAD)

Kadar FFA (Free Fatty Acid) ditentukkan melalui metode titrasi asam-basa dengan indikator phenolphtalein (pp). Pengujian aktivitas katalis diuji terhadap penurunan kadar FFA pada PFAD. Tahapan awal pada reaksi esterifikasi adalah standarisasi larutan NaOH dengan asam oksalat (H2C2O4). Sebanyak 0,63 g H2C2O4 dilarutkan dalam 100 m L aquades dan diperoleh larutan asam oksalat 0,1N. Larutan H2C2O4 0,1N dimasukkan ke dalam buret. Sebanyak 0,4 gram NaOH dilarutkan dalam 100 mL aquades. Larutan NaOH dimasukkan ke dalam erlenmeyer sebanyak 5 mL dan ditambahkan 2 tetes indikator pp. Proses titrasi dilakukan dan dihitung volume asam oksalat hingga larutan NaOH berubah dari warna merah muda menjadi tak berwarna. Perhitungan normalitas NaOH dihitung menggunakan persamaan 3.1.

NNaOH × VNaOH = VH2C2O4 × VH2C2O4 (3.1)

Page 40: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

28

Reaksi esterifikasi dilakukan dalam labu bundar, termometer dan 1 set alat soxhlet. Perbandingan PFAD:metanol yang digunakan adalah sebesar 1:30, sehingga PFAD yang digunakan sebanyak 3 gram, metanol sebesar 12,75 m L, dan katalis yang digunakkan sebesar 8% dari berat PFAD dimasukkan ke dalam labu bundar. Campuran dipanaskan pada suhu 65 °C selama 2 jam dan diaduk dengan kecepatan 600 rpm. Hasil reaksi kemudian dimasukkan dalam corong pisah hingga terbentuk dua fasa, dimana fase atas adalah larutan kuning yang mengandung alkil ester dan fase bawah adalah katalis. Fase atas selanjutnya diekstrak dengan menggunakan 5 mL n-heksana sebanyak tiga kali. Proses dilanjutkan dengan titrasi asam-basa. Sebanyak 1 gram hasil esterifikasi PFAD dilarutkan dalam 5 mL 2-propanol dan ditambahkan 3 tetes indikator pp. Titrasi dilakukkan dengan NaOH yang telah distandarisasi. Volume NaOH dihitung hingga larutan berubah warna dari warna kekuningan menjadi warna merah muda. Kadar FFA dihitung menggunakan persamaan 3.2 dan 3.3 :

FFA (%)= V NaOH (mL)×N NaOH (N)×25,6 ( g

mol)

Massa sampel (g) × 100% (3.2)

Konversi FFA (%)= (% FFA awal-% FFA akhir)% FFA awal

× 100% (3.3)

Page 41: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, Cu-BTC disintesis menggunakan prekursor tembaga (II) nitrat [Cu(NO3)2.3H2O] dan asam 1,3,5-benzentrikarboksilat [H3BTC] dalam campuran pelarut air:etanol:N,N’-dimetilformamida (DMF) dengan perbandingan 1:1:1. Sintesis Co-Cu-BTC dilakukan dengan penambahan Co(II) pada variasi persen mol sebesar 2,5%, 5% dan 10% yang diikuti dengan pengurangan Cu(II) sehingga jumlah mol Cu(II) dan Co(II) tetap sama. Metode yang digunakan untuk sintesis Cu-BTC dan Co-Cu-BTC adalah metode solvotermal pada suhu 100 C selama 10 jam.

Hasil sintesis kemudian dikarakterisasi dengan X-ray Diffraction (XRD), Scanning Electron Microscopy (SEM), Thermogravimetric Analysis (TGA), Fourier Transform Infrared (FTIR), dan adsorpsi-desorpsi nitrogen. Disamping itu, Co-Cu-BTC hasil sintesis juga digunakan sebagai katalis pada reaksi esterifikasi pada Palm Fatty Acid Distillate (PFAD).

4. 1. Sintesis Cu-BTC dan Co-Cu-BTC Sintesis Cu-BTC dilakukan sesuai dengan metode yang

telah dilaporkan oleh Chowdury dkk. (2009) dan telah dioptimasi oleh Hasan (2015). Perlakuan awal pada sintesis Cu-BTC adalah proses pelarutan tembaga(II) nitrat trihidrat yang berupa padatan berwarna biru tua dengan aquades dan pelarutan asam trimesat (1,3,5-benzenatrikarboksilat) yang berupa serbuk berwarna putih dengan campuran etanol:DMF (1:1). Larutan yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 4.1 (a) dan (b). Ligan dilarutkan dengan DMF agar ligan dapat terdeprotonasi lebih cepat dan membentuk O- yang nantinya akan bereaksi dengan ion Cu2+ (Yan dkk., 2014). Larutan tembaga (II) nitrat berwarna biru jernih dan larutan 1,3,5-benzenatrikarboksilat berwarna putih jernih tak berwarna. Kedua larutan tersebut dimasukkan kedalam botol Duran dan diaduk menggunakan magnetic strirrer selama 15 menit dan terbentuk larutan homogen.

Page 42: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

30

Gambar 4. 1 (a) Larutan H3BTC; (b) Larutan Cu(NO3)2; (c)

Larutan CoCl2

Larutan tersebut selanjutnya dipanaskan dalam oven pada suhu 100 C selama 10 jam. Campuran reaksi tersebut kemudian didinginkan dan dibiarkan pada suhu kamar selama 2 hari sehingga dihasilkan endapan berwarna biru seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4. 2. Pendinginan campuran selama 2 hari bertujuan agar padatan stabil dan mengendap sempurna.

Gambar 4. 2 Co-Cu-BTC setelah dilakukan pemanasan pada 100C selama 10 jam. Variasi penambahan Co(II) (a) 2,5%; (b) 5%; (c) 10%

Endapan yang terbentuk dipisahkan dari filtratnya melalui proses penyaringan dengan kertas saring kemudian direndam dengan DMF selama 24 jam. Tujuan dicuci melalui perendaman

a c b

a b c

Page 43: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

31

dengan DMF adalah untuk melarutkan sisa-sisa ligan BTC yang terdapat dalam endapan. Proses pencucian endapan dilanjutkan dengan perendaman dalam metanol selama 3 hari pada suhu 40-55 C, dilanjutkan dengan proses dekantasi hingga didapat filtrat yang jernih. Berdasarkan penelitian Yan dkk. (2014), pencucian endapan dengan menggunakan metanol bertujuan untuk menghilangkan pengotor DMF dan pengotor lainnya karena metanol bersifat polar protik sehingga mampu mendonorkan proton secara alami. Endapan yang telah bersih dan kering disimpan dalam botol vial untuk selanjutnya dikarakterisasi. Hasil endapan yang telah bersih dan kering dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Kristal hasil sintesis setelah pencucian dengan metanol

Beberapa peneliti sebelumnya telah melakukan penambahan ion Co(II) terhadap beberapa jenis MOF, namun penambahan logam Co(II) pada Cu-BTC belum pernah dilakukan. Variasi massa reaktan yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.1. Variasi Co(II) yang ditambahkan bertujuan untuk mengetahui konsentrasi optimal Co(II) pada Cu-BTC tanpa merusak struktur dan morfologinya. Penambahan ion logam kobalt (II) tersebut dilakukan setelah larutan tembaga (II) nitrat dan larutan ligan dicampurkan. Prekursor yang digunakan pada penambahan kobalt (II) adalah kobalt (II) klorida yang berupa padatan berwarna merah tua yang dilarutkan dengan

Page 44: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

32

aquades sehingga dihasilkan larutan berwarna merah muda. Warna yang dihasilkan pada larutan Co(II) dan Cu(II) disebabkan karena pada subkulit-d dari ion logam Co(II) dan Cu(II) terdapat elektron yang tidak berpasangan dan orbital d yang tidak terisi penuh. Peralihan elektron yang terjadi pada pengisian subkulit-d (sehingga terjadi penurunan bilangan oksidasi) menyebabkan terjadinya warna (Miessler dkk., 2014).

Tabel 4.1 Massa Kristal setelah pencucian

Sampel Massa Cu-nitrat

(g)

Massa H3BTC

(g)

% doping

Co

Massa CoCl2

(g)

Massa Cu-BTC setelah

dicuci (g) I 1,3848 0,6668 0 0 2,2023 II 1,3522 0,6672 2,5 0,0347 1,4177 III 1,3151 0,6679 5 0,0687 1,4177 IV 1,2475 0,6677 10 0,1373 1,4017

Hasil sintesis dalam penelitian ini berupa padatan berupa serbuk berwarna biru cerah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.3. Tidak terdapat perubahan warna yang signifikan seiring dengan penambahan Co2+ pada Cu-BTC. Sebelumnya penambahan Co2+ pada MOF-74 pernah dilakukan oleh Botas dkk. (2011) dimana pada setiap penambahan Co2+ tidak dihasilkan perubahan warna yaitu warna jingga kemerahan. Tidak seperti pada penelitian Botas dkk. (2010) penambahan Co2+ pada MOF-5 menyebabkan perubahan warna dari merah muda menjadi biru. Perubahan warna pada MOF-5 terjadi karena adanya perubahan struktur dari oktahedral menjadi tetrahedral. Penambahan Co2+ juga pernah dilakukan oleh Nurherdiana dkk. (2015) terhadap material UiO-66. Terdapat perubahan warna pada UiO-66 dari warna putih (tanpa Co2+) menjadi berwarna biru seiring dengan bertambahnya Co2+. Berdasarkan penelitian ini, dapat dinyatakan bahwa penambahan Co2+ pada Cu-BTC tidak berpengaruh terhadap struktur framework nya.

Page 45: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

33

Perubahan massa kristal Cu-BTC dan Co-Cu-BTC secara keseluruhan ditunjukkan pada Gambar 4.4. Penurunan massa terjadi setelah dilakukkan doping Co(II) terhadap Cu-BTC. Doping Co(II) sebesar 10% menghasilkan yield yang lebih sedikit dibandingkan dengan doping sebanyak 2,5% dan 5%. Hasil ini pengamatan ini menunjukkan bahwa semakin banyak Co(II) yang terdoping dalam Cu-BTC, maka yield yang diperoleh semakin rendah.

Gambar 4.4 Perubahan massa pada setiap penambahan Co seiring berkurangnya Cu

Sesuai dengan penelitian Botas dkk. (2010) bahwa semakin banyak Co(II) yang terdoping ke dalam MOF-5 akan dihasilkan yield yang semakin rendah. Pada penelitian ini, ion logam Co2+ yang terdoping dalam Cu-BTC tersubstitusi dalam struktur Cu-BTC atau Co2+ tidak masuk dalam struktur Cu-BTC dan membentuk Co-BTC. Hal ini diketahui dari analisa selanjutnya dengan XRD, FTIR, SEM-EDX, TGA dan BET.

4. 2. Karakterisasi Cu-BTC dan Co-Cu-BTC Pada penelitian ini, padatan yang telah berhasil disintesis

selanjutnya dikarakterisasi menggunakan X-Ray Diffraction (XRD), Fourier Transform Infrared (FTIR), Thermogravimetric

0

0,5

1

1,5

2

2,5

0 2,5 5 10

Mas

sa C

u-B

TC

(g)

Persen penambahan Co (%)

Page 46: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

34

Analysis (TGA), Scanning Electron Microscopy (SEM), dan Adsorpsi-desorpsi N2.

4. 2. 1. Hasil karakterisasi X-Ray Diffraction (XRD) Karakterisasi dengan XRD bertujuan untuk

mengidentifikasi struktur kristal. Data yang diperoleh dari karakterisasi XRD berupa difraktogram yang ditunjukkan pada Gambar 4.5. Difraktogram padatan Cu-BTC menunjukkan puncak khas dari HKUST-1 yaitu pada 2θ = 9,4; 11,5 dan 13,3. Hal ini sesuai dengan penelitian Lin dkk. (2012), dimana puncak khas yang dimiliki Cu-BTC muncul pada 2θ = 11,6 dan terdapat puncak khas lainnya pada 2θ = 9,5 dan 2θ = 13,4.

Puncak karakteristik Cu-BTC dan Co-Cu-BTC hasil sintesis ditunjukkan pada Tabel 4.2. Dari tabel tersebut diketahui bahwa pada setiap penambahan konsentrasi Co2+, puncak yang teramati memiliki ciri khas masing-masing dimana terdapat pergeseran letak puncak dan intensitas puncak yang berbeda-beda namun pada masing-masing difraktogram, tidak terdapat puncak baru. Adanya pergeseran ini disebabkan oleh ion logam Co2+ yang telah terdoping dalam material Cu-BTC. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa meskipun adanya pergeseran puncak pada difraktogram, struktur kristal Cu-BTC yang ditambahkan Co(II) tidak mengalami perubahan atau penambahan struktur baru. Selain itu, terdapat penurunan dan kenaikan intensitas dari puncak difraktogram. Kenaikan intensitas puncak tertinggi terlihat pada doping Co2+ sebanyak 5%. Besarnya intesitas puncak menunjukkan bahwa material Co-Cu-BTC 5% memiliki kristalinitas tertinggi dibandingkan dengan variasi lainnya.

Page 47: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

35

Gambar 4.5 Difraktogram Cu-BTC dan Co-Cu-BTC

Tabel 4.2 Intensitas dan pergeseran puncak Cu-BTC dan Co-Cu-BTC pada analisa XRD

Sampel HKUST-

1 (I) Co-Cu-

BTC 2,5% (II)

Co-Cu-BTC 5%

(III)

Co-Cu-BTC 10%

(IV) 2θ (°) 9,4106 9,35 9,3892 9,3871 Intensitas (cps)

2188,5 1940,4 2421,23 2074,51

2θ (°) 11,5419 11,4833 11,5191 11,5227 Intensitas (cps)

6282,18 6602,65 8412,22 6959,81

2θ (°) 13,3535 13,2657 13,341 13,3348 Intensitas (cps)

1596,54 1336,18 1744,47 1331,68

Page 48: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

36

Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa setelah dilakukan doping Co(II) pada Cu-BTC sebanyak 5% terjadi kenaikan intensitas pada puncak khas dibandingkan dengan Cu-BTC murni. Kenaikan intensitas puncak difraktogram ini menunjukkan bahwa pada penambahan Co2+ 5% material Co-Cu-BTC menjadi lebih kristalin dibandingkan dengan Cu-BTC.

Pada penelitian Botas dkk. (2010), penambahan ion Co(II) pada MOF-5 menghasilkan difraktogram yang sama namun terdapat penurunan intensitas seiring dengan penambahan ion Co(II). Hal ini menunjukan adanya pengaruh ion logam Co(II) yang telah menyatu pada kerangka MOF-5 karena jari-jari ion Co2+ yang lebih kecil dibandingkan dengan jari-jari ion Zn2+. Oleh karena ini, pada penelitian ini ion logam Co2+ telah tersubstitusi dalam kerangka Cu-BTC karena jari-jari ion Co2+ lebih kecil dibandingkan dengan Cu2+.

4. 2. 2. Hasil karakterisasi Fourier Transform Infra Red (FTIR)

Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi menggunakan FTIR. Karakterisasi ini dilakukan untuk mengidentifikasi gugus fungsi yang terdapat pada material Cu-BTC. Hasil karakterisasi dengan FTIR ditunjukkan pada Gambar 4.6.

Berdasarkan karakterisasi FTIR yang telah dilakukan, spektra Cu-BTC dan Co-Cu-BTC hasil sintesis menunjukkan pita serapan pada bilangan gelombang yang sama. Pita serapan Cu-BTC dari referensi dibandingkan dengan Cu-BTC dan Co-Cu-BTC hasil sintesis seperti pada Tabel 4.3.

Pada Gambar 4.6 dapat dilihat bahwa terdapat pita serapan tajam pada bilangan gelombang 1649 cm-1 yang menunjukan adanya gugus C=O dari ligan BTC. Pada daerah serapan ini terjadi pergeseran dari 1715 cm-1 menjadi 1649 cm-1. Hal ini disebabkan karena ligan telah mengalami kompleksasi dengan Cu2+. Hal ini juga membuktikan bahwa DMF mampu untuk mendeprotonasi asam benzentrikarboksilat serta menghilangkan ligan benzentrikarboksilat yang menyumbat frameworks (Yan dkk., 2014).

Page 49: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

37

Gambar 4.6 Pita serapan FT-IR pada sampel Cu-BTC dan Co-Cu-

BTC

Tabel 4.3 Nilai bilangan gelombang (I) Cu-BTC; (II) Co-Cu-BTC 2,5%; (III) Co-Cu-BTC 5%; dan (IV) Co-Cu-BTC 10%

1/ (cm-1) Referensi (Kumar

dkk., 2013)

I II III IV Keterangan

1374-1450 1373 1373 1373 1373 C-O Stretching

1599-1646 1649 1647 1647 1647 C=O 3100-3600 3620 3558 3444 3481 O-H asam

Pita serapan tajam pada bilangan gelombang 1452 cm-1

menunjukkan adanya gugus C=C aromatik. Pita serapan tajam juga muncul pada bilangan gelombang 1373 cm-1 yang

Bilangan gelombang (cm-1)

Page 50: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

38

menunjukan adanya gugus C-O stretching dari gugus karboksilat. Selain itu terdapat pita serapan yang lebih lebar pada 3100-3600 cm-1 yang menunjukan adanya gugus O-H dari H2O yang terikat pada Cu-BTC. Pita serapan ini mengalami pergeseran dari 2500-3300 cm-1 yang menunjukkan adanya kehilangan air dari kompleks Cu-BTC (Kumar dkk., 2013). Menurut Kumar dkk. (2013), munculnya pita serapan pada bilangan gelombang 410, 500, 610 dan 615 cm-1 mengindikasikan bahwa material yang telah disintesis masih mengandung CuO dan Cu2O yang terbentuk selama proses nukleasi dari Cu3(BTC)2. Bahkan pita serapan pada bilangan gelombang 714 cm-1 sering dikaitkan dengan adanya vibrasi Cu-O stretching, dimana atom oksigen berkoordinasi dengan Cu. Adanya CuO ini tidak diinginkan dalam hasil sintesis, namun karena jumlah yang terdeteksi dalam jumlah kecil sehingga tidak mempengaruhi kristalinitas produk pada analisa XRD (Kumar dkk., 2013).

Secara garis besar penambahan ion logam Co2+ pada material Cu-BTC tidak mempengaruhi gugus fungsi. Puncak serapan baru tidak muncul pada Co-Cu-BTC yang dikarakterisasi dengan FTIR yang menunjukkan bahwa tidak terdapat gugus fungsi baru. Adanya pergeseran puncak serapan pada doping Co2+ menandakan bahwa logam Co2+ telah tersubstitusi ke dalam Cu-BTC tanpa mengubah strukturnya.

4. 2. 3. Hasil Karakterisasi Scanning Electron Microscope (SEM)

Padatan Cu-BTC dan Co-Cu-BTC hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM). Analisis ini bertujuan untuk mengetahui morfologi dan bentuk dari kristal hasil sintesis. Bentuk morfologi dari padatan hasil sintesis ditunjukkan pada Gambar 4. 7. Pada Error! Reference source not found. dapat dilihat bahwa Cu-BTC hasil sintesis memiliki bentuk oktahedral. Hal ini sesuai dengan penelitian Liu dkk. (2010) dimana Cu-BTC yang diperoleh memiliki morfologi bentuk oktahedral.

Penambahan logam Co2+ pada material Cu-BTC secara umum tidak mempengaruhi morfologinya. Hal ini ditunjukkan

Page 51: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

39

pada Gambar 4.8 dimana pada penambahan Co2+ sebanyak 5% tidak terlihat perubahan morfologi. Sesuai dengan penelitian Yan dkk. (2014), bahwa pada penambahan Co2+ terhadap MOF-5 tidak mempengaruhi morfologi material Co-MOF-5. Pada Gambar 4. 7 dan Gambar 4.8 dapat dilihat bahwa penambahan Co2+ berpengaruh terhadap keteraturan dari morfologi material. Pada Gambar 4. 7 (b), material Cu-BTC memiliki morfologi oktahedral yang teratur, namun pada material Co-Cu-BTC memiliki morfologi yang tidak teratur seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.8 (b). Kecacatan bentuk oktahedral juga terlihat pada material Co-Cu-BTC yang ditunjukkan pada Gambar 4.8(b). Hal ini dimungkinkan karena logam Co2+ telah tersubstitusi dalam kerangka Cu-BTC.

Cu-BTC dan Co-Cu-BTC selanjutnya dikarakterisasi menggunakan EDX. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui perkiraan persen berat dari unsur yang terkandung dalam Cu-BTC dan Co-Cu-BTC. Spektra EDX Cu-BTC pada Gambar 4.9 menunjukkan adanya puncak dari unsur Cu dengan persen berat sebesar 59,09%. Selanjutnya, pada spektra tersebut juga muncul puncak dari unsur O dengan persen berat sebesar 13,65%.

Spektra EDX Co-Cu-BTC pada Gambar 4.10 menunjukkan bahwa terdapat puncak dari unsur Cu dengan persen berat sebesar 55,87%. Selanjutnya, pada spektra tersebut juga menunjukkan adanya puncak dari unsur O sebesar 17,37%. Gambar 4.10 tersebut menunjukkan bahwa unsur Co tidak menimbulkan puncak pada spektra EDX. Hal ini disebabkan karena keberadaan unsur Co dalam Co-Cu-BTC dalam jumlah sedikit yaitu 0,3%. Tidak terdeteksinya puncak dari unsur Co pada spektra EDX Co-Cu-BTC juga kemungkinan disebabkan karena saat analisa EDX daerah yang dianalisa memiliki unsur Co yang sedikit dan ada kemungkinan unsur Co tidak masuk ke dalam framework Cu-BTC. Dari analisa EDX ini terlihat bahwa unsur O mengalami kenaikan persen berat setelah didoping dengan Co(II). Peningkatan persen berat ini kemungkinan disebabkan adanya ligan yang terperangkap dalam kerangka atau terbentuknya Cu-O

Page 52: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

40

Gambar 4. 7. Foto SEM Cu-BTC

Page 53: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

41

Gambar 4.8 Foto SEM Co-Cu-BTC 5%

Page 54: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

42

Gambar 4.9 Spektra EDX Cu-BTC

.

Gambar 4.10 Spektra EDX Co-Cu-BTC

Page 55: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

43

4. 2. 4. Hasil Karakterisasi Thermogravimetric Analysis (TGA)

Cu-BTC dan Co-Cu-BTC dikarakterisasi menggunakan thermogravimetric analysis (TGA) bertujuan untuk mengetahui dekomposisi padatan melalui fungsi suhu. Analisis ini dilakukkan dengan pemanasan pada suhu 25-800 C dengan laju alir 5 C /min. Hasil analisis ditunjukkan pada Gambar 4.9. Data yang diperoleh dari analisis ini adalah penurunan % massa senyawa dalam cuplikan terhadap kenaikan suhu (C).

Gambar 4.11 menunjukkan bahwa pada material Cu-BTC dan Co-Cu-BTC memiliki dua tahapan dekomposisi yang didukung dengan persentase penurunan massa pada Tabel 4.4 Padatan Cu-BTC dan Co-Cu-BTC mengalami penurunan massa yang signifikan pada suhu ~100 C dan ~300 C. Tahap pertama terjadi penurunan massa pada suhu 25-120 C. Hal ini ditunjukkan dengan adanya penguapan pelarut (Chui dkk., 1999). Tahap kedua terjadi penurunan massa pada 120-300 C yang menunjukkan adanya kehilangan molekul air. Penurunan massa ini tidak terdeteksi oleh TGA namun hanya muncul plato datar. Tahapan ketiga terjadi penurunan pada suhu ~300 C. Penurunan massa ini menunjukkan bahwa struktur MOF rusak dan terjadi dekomposisi ligan pada gugus karboksilat (Chowdury dkk., 2013). Rusaknya struktur ini menyebabkan terbentuknya CuO, dimana dengan terbentuknya CuO tersebut dapat ditentukan stabilitas termal sampel. Stabilitas termal dapat ditentukan ketika pemanasan pada sampel dilanjutkan, namun tidak terjadi perubahan massa lagi.

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa Cu-BTC setelah didoping Co(II) mampu meningkatkan stabilitas termal dari material tersebut. Stabilitas termal yang dimiliki oleh Cu-BTC adalah 328 C, namun setelah didoping Co(II) stabilitas termal meningkat menjadi 354 C.

Page 56: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

44

Gambar 4.11 Kurva perubahan massa thermogravimetric analysis (TGA) (a) Cu-BTC; (b) Co-Cu-BTC 5%; (c) Co-Cu-BTC 10%

a

b

c

Page 57: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

45

Tabel 4.4 Persentase pengurangaan massa pada padatan hasil sintesis

Sampel Massa padatan yang hilang (%) pada rentang suhu tertentu (C)

Stabilitas termal

Tahap I Tahap II Tahap III Cu-BTC 25-120 C

(39%) 120-293 C (~0%)

300-400 C (65%)

328 C

Co-Cu-BTC 5%

25-120 C (26%)

120-300 C (~0%)

300-380 C (27 %)

354 C

Co-Cu-BTC 10%

25- 120 C (31%)

110–300 C (~0%)

300-370 C (31%)

354 C

4. 2. 5. Hasil Karakterisasi Adsorpsi-desorpsi N2

Padatan Cu-BTC dan Co-Cu-BTC selanjutnya dikarakterisasi dengan adsorpsi-desorpsi nitrogen yang bertujuan untuk menentukan luas permukaan dan volume pori. Karakterisasi ini dilakukan pada suhu 77 K dan suhu degassing 150 C. Metode yang digunakan pada karakterisasi ini adalah metode BET (Brunauer, Emmet dan Teller). Kurva isoterm adsorpsi-desorpsi nitrogen dari padatan Cu-BTC dan Co-Cu-BTC ditunjukkan pada Gambar 4.12.

Berdasarkan klasifikasi IUPAC, tipe isoterm pada Cu-BTC adalah tipe IV yang menunjukkan adanya pori meso dan Co-Cu-BTC adalah tipe II. Hal ini ditandai dengan adanya adsorpsi nitrogen ke pori-pori berukuran mikro pada lapisan monolayer saat tekanan relatif P/Po kurang dari 0,2. Ketika tekanan relatif P/P0 dinaikkan sebesar 0,5-0,8, jumlah gas yang teradsorp tidak mengalami kenaikan yang tajam. Selanjutnya ketika tekanan relatif P/P0 mencapai 0,8 terjadi kenaikan tajam jumlah nitrogen yang teradsorp yang menunjukkan adanya aktivitas penyerapan sejumlah nitrogen pada dinding pori.

Page 58: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

46

Gambar 4.12 Kurva isoterm adsorpsi-desorpsi nitrogen Cu-BTC

dan Co-Cu-BTC

Pada Tabel 4.5 menunjukkan luas permukaan BET material yang disintesis dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya. Pada material Cu-BTC dan Co-Cu-BTC hasil sintesis menunjukkan peningkatan adsorpsi tertinggi pada P/P0 0,997 dan 0,998 secara berurutan. Hal ini disebabkan adanya pelebaran ukuran pori dan membentuk pori meso. Ketika dilanjutkan pada proses desorpsi dan tekanan relatif P/P0 diturunkan hingga mendekati 0, jumlah gas nitrogen yang terdesorpsi sama banyaknya dengan jumlah yang teradsorp.

Kurva isoterm dari Cu-BTC menunjukkan bahwa terdapat loop histeresis pada tekanan relatif P/P0= 0,5 sehingga mengindikasikan adanya pori yang berukuran mikro dan meso sedangkan pada kurva isoterm Co-Cu-BTC menunjukkan bahwa material tersebut didominasi oleh pori mikro. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pada material Co-Cu-BTC terbentuk Co-O yang berada diantara pori material tersebut. Selanjutnya, terlihat pula bahwa adanya doping Co(II) terhadap Cu-BTC menyebabkan kurva isoterm lebih rendah dibandingkan

Page 59: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

47

dengan Cu-BTC. Co-Cu-BTC memiliki luas permukaan yang lebih rendah dibandingkan dengan Cu-BTC. Hal ini disebabkan pengaruh logam Co(II) terhadap kerangka logam ligan sesuai dengan penelitian Botas dkk. (2010).

Tabel 4.5 Karakterisasi pori material Cu-BTC dan Co-Cu-BTC melalui metode BET

Material Luas Permukaan BET ( m2/g)

Volume pori

(cm3/g)

Referensi

HKUST-1 857 0,477 (Chowdury dkk., 2013)

HKUST-1 1009 0,064 (Lin dkk., 2012) Cu-BTC 1149 0,13 Diteliti Co-Cu-

BTC 5% 1033 0,11 Diteliti

Distribusi ukuran pori dari suatu material dapat ditentukakan dengan menggunakan metode HK (Horvath dan Kavazoe) dan metode BJH (Barret, Joiner, dan Halenda). Perbedaan dari kedua metode ini adalah berdasarkan ukuran porinya. Pada metode BJH digunakan untuk menganalisis material mesopori yang memiliki ukuran pori 2-50 nm, sedangkan pada metode HK digunakan untuk menganalisis material mikropori yang memiliki ukuran pori kurang dari 2 nm. Distribusi ukuran pori menggunakan metode HK ditunjukkan pada Gambar 4.13. Pada gambar tersebut menunjukkan bahwa pada Cu-BTC dan Co-Cu-BTC didominasi oleh mikropori dengan ukuran pori < 8 Ǻ (0,8 nm).

Page 60: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

48

Gambar 4.13 Distribusi ukuran pori dengan pemodelan HK pada Cu-BTC dan Co-Cu-BTC

Grafik distribusi ukuran pori dengan pemodelan BJH ditunjukkan pada Gambar 4.14. Dari gambar tersebut nampak bahwa Cu-BTC dan Co-Cu-BTC didominasi oleh mikropori. Data tersebut diperkuat dengan besarnya volume pori masing-masing sampel yaitu sebesar 0,13 cm3/g dan 0,11 cm3/g.

Page 61: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

49

Gambar 4.14 Distribusi ukuran pori dengan pemodelan BJH pada

Cu-BTC dan Co-Cu-BTC

4. 2. 6. Hasil Uji Reaksi Esterifikasi Palm Fatty Acid Distillate (PFAD)

Cu-BTC dan Co-Cu-BTC hasil sintesis selanjutnya digunakan sebagai katalis pada uji reaksi esterifikasi Palm Fatty Acid Distillate (PFAD). Prekursor alkohol yang digunakan pada reaksi ini adalah metanol dengan perbandingan metanol:PFAD sebesar 30:1 dan katalis yang digunakan sebesar 8% dari massa PFAD. Sesuai dengan penelitian Cirujano dkk. (2015) reaksi esterifikasi dikondisikan pada suhu 65 C selama 2 jam. Hasil yang diperoleh dari reaksi esterifikasi adalah alkil ester dan produk samping berupa air sedangkan katalis heterogen dapat diperoleh kembali dengan pemisahan dengan corong pisah hingga terbentuk dua fasa. Fase atas yang berwarna kuning merupakan alkil ester dan fase bawah berwarna biru merupakan katalis Cu-BTC dan Co-Cu-BTC dan produk samping berupa air. Terbentuknya dua fasa ini disebabkan karena adanya perbedaan

Page 62: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

50

massa jenis dimana massa jenis alkil ester (0,872 g/cm3) lebih rendah dibandingkan dengan air (1 g/cm3). Alkil ester yang telah dipisahkan dari katalis selanjutnya dilakukkan proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut n-heksana. Fungsi penggunaan pelarut n-heksana adalah untuk menghilangkan pelarut yang masih terdapat pada produk, selain itu pemilihan n-heksana ini dikarenakan n-heksana mudah menguap sehingga mudah dipisahkan kembali dengan produk alkil ester yang diinginkan (Munawaroh dkk., 2010). Proses ekstraksi menggunakan corong pisah hingga terbentuk dua fasa dimana fasa atas berupa minyak berwarna kuning yang merupakan alkil ester dan fase bawah berwarna putih jernih yang merupakan n-heksana ditunjukkan pada Gambar 4.15. Reaksi akan dipantau persen konversi asam lemak bebas yang dihasilkan setelah reaksi. Nilai %FFA pada PFAD adalah 94,83% yang digunakan sebagai nilai FFA awal.

Gambar 4.15 (a) Hasil ekstraksi alkil ester menggunakan pelarutt n-heksana; (b) hasil titrasi alkil ester dengan NaOH

Alkil ester yang diperoleh selanjutnya dianalisa dengan titrasi asam-basa dengan larutan standar NaOH dari berwarna putih kekuningan hingga berwarna merah muda seperti pada Gambar 4.15. Dari hasil analisa tersebut diperoleh % FFA akhir pada PFAD seperti pada Tabel 4.6.

a b

Page 63: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

51

Tabel 4.6 Hasil Uji Reaksi Esterifikasi

Katalis Volume NaOH rata-rata (mL)

FFA akhir (%)

Konversi FFA (%)

Tanpa katalis 33,1 82,34 13,17

Cu-BTC 21,8 53,82 43,23

Co-Cu-BTC 2,5%

21,1 52,94 44,17

Co-Cu-BTC 5%

23,2 57,75 39,1

Co-Cu-BTC 10%

29,3 70,26 24,57

Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui bahwa reaksi esterifikasi

tanpa katalis memiliki konversi FFA terendah. Pada penambahan katalis Cu-BTC diperoleh konversi FFA sebesar 43,23. Hal ini menunjukkan bahwa katalis Cu-BTC mampu mempercepat reaksi esterifikasi dan menurunkan FFA. Konversi FFA terbesar ditunjukkan pada penambahan katalis Co-Cu-BTC 2,5%. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan loam Co(II) mampu meningkatkan sisi aktif yang bersifat asam dan menghasilkan kadar FFA yang lebih rendah dibandingkan tanpa katalis. Selain itu, pada penambahan katalis Co-Cu-BTC mengalami penurunan kemampuan konversi FFA seiring dengan bertambahnya doping logam Co(II) pada HKUST-1. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan doping Co(II) mampu meningkatkan sisi aktif dari katalis, namun apabila doping Co(II) pada katalis berlebih maka doping tersebut menjadi dominan dan menurunkan sisi aktif.

Page 64: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

52

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

Page 65: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1. Kesimpulan

Pada penelitian ini padatan Cu-BTC maupun dengan adanya doping Co(II) telah berhasil disintesis dengan metode solvotermal. Hasil karakterisasi dengan XRD menunjukkan bahwa material hasil sintesis menunjukkan puncak karakteristik pada 2θ = 11,6°; 9,5° dan 13,4° yang merupakan puncak khas dari HKUST-1. Hasil karakterisasi FTIR menunjukkan bahwa spektra FTIR memiliki puncak serapan pada bilangan gelombang yang sama yaitu 1373 cm-1, 1647 cm-1, 3100-3600 cm-1 yang berturut-turut merupakan serapan dari gugus C-O stretching, gugus C=O dan gugus O-H asam. Hasil karakterisasi SEM menunjukan bahwa pada Cu-BTC memiliki bentuk oktahedral. Penambahan Co(II) berpengaruh terhadap keteraturan morfologi oktahedral dari Cu-BTC. Hasil karakterisasi TGA menunjukkan bahwa Cu-BTC memiliki stabilitas termal sebesar 328 °C sedangkan pada Co-Cu-BTC memiliki stabilitas termal lebih tinggi yaitu 350 °C. Hasil karakterisasi adsorpsi-desorpsi nitrogen menunjukkan bahwa Cu-BTC memiliki luas permukaan sebesar 1149 m 2/g, sedikit lebih tinggi bila dibandingkan dengan material Cu-BTC dengan doping Co(II) yaitu sebesar 1033 m2/g. Penggunaan Cu-BTC dan Co-Cu-BTC sebagai katalis pada reaksi esterifikasi Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) menunjukkan bahwa katalis Co-Cu-BTC 2,5% menghasilkan konversi FFA terbesar yaitu 44,17%.

5. 2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai stabilitas termal Co-Cu-BTC, media sintesis, suhu optimum sintesis, variasi pelarut untuk mempelajari morfologi dari Co-Cu-BTC serta aplikasi dari material Co-Cu-BTC sebagai material penyimpan hidrogen.

Page 66: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

54

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

Page 67: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

55

DAFTAR PUSTAKA

Anam, C., & Sirojudin. (2007). Analisis Gugus Fungsi Pada Sampel Uji bensin dan Spirtus Menggunakan Metode Spektroskopi FT-IR. Berkala Fisika. 10 (1) , 79-85.

Andreas, A., Putranto, A., & Sabatabi, C. (2015). Sintesis Karbon Aktif dari Kulit Salak dengan Aktivasi K2CO3 sebagai Adsorben Larutan Zat Warna Metilen Biru. Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia , 1-7.

Aziz, I., Nurbayti, S., & Ulum, B. (2011). Pembuatan produk biodiesel dari Minyak Goreng Bekas dengan Cara Esterifikasi dan Transesterifikasi. Valensi. 2 (3), 443-448.

Baroi, C., & Dalai, A. (2014). Esterification of free fatty acids (FFA) of Green Seed Canola (GSC) oil using H-Y zeolite supported 12-Tungstophosphoric acid (TPA). Applied Catalysis A: General 485 , 99–107.

Bassler. (1986). Penyidikan Spektrometrik Senyawa Organik. Jakarta: Erlangga.

Batista, M. S., Santos, R. K., & Assaf, E. M. (2004). High efficiency steam reforming of ethanol by cobalt-based catalysts. Journal of Power Sources 134 , 27-32.

Botas, J. A., Calleja, G., Sanchez, M. S., & Orcajo, M. G. (2010). Cobalt Doping of the MOF-5 Framework and Its Effect on Gas-Adsorption Properties. Langmuir 26 (8) , 5300–5303.

Botas, J. A., Calleja, G., Sanchez, M. S., & Orcajo, M. G. (2011). Effect of Zn/Co ratio in MOF-74 type materials containing

Page 68: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

56

exposed metal sites on their hydrogen adsorption behaviour and on their band gap energy. international journal of hydrogen energy 36 , 10834-10844.

Brown M. E. ed. (2004) Introduction to Thermal Analysis., Kluwer Academic Publishers, Dordrecht.

Chowdury, P., Bikkina, C., Meister, D., Dreisbach, F., & Gumma, S. (2008). Comparison of adsorption isotherms on Cu-BTC metal organic frameworks. Microporous and Mesoporous Materials 117 , 406-413.

Chui, S., Lo, S., Charmant, J., Orpen, A., & William, I. (1999). A Chemically Functionalizable Nanoporous Material [Cu3(TMA)2(H2O)3]n. Science 283(5405) , 1148-50.

Cirujano, F., Corma, A., & Llabres i Xamena, F. (2015). Zirconium-containing metal organic frameworks as solid acid catalysts for the esterification of free fatty acids: Synthesis of biodiesel and other compounds of interest. Catalysis Today 257 , 213-220.

Crane, J., Anderson, K. E., & Conway, S. G. (2015). Hydrothermal Synthesis and Characterization of a Metal-Organic Frameworks by Thermogravimetric Analysis, Powder X-Ray Diffraction, and Infrared Spectroscopy: An integrative Inorganic Chemistry Department. Journal of Chemical Education, 1-5

Czaja, A. U., Trukhan, N., & Muller, U. (2009). Industrial applications of metal–organic frameworks. Chemical Society Review 37 , 1284–1293.

Page 69: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

57

Dey, C., Kundu, T., Biswal, B. P., Mallick, A., & Banerjee, R. (2013). Crystalline metal-organic frameworks (MOFs): synthesis, structure and function. Structural Science,Crystal Engineering and Materials , 3–10.

Gedde, U. (1995). Polymer Physics. London: Chapman and Hall.

Gersten, B. (2015). Solvothermal Synthesis of Nanoparticles. Dipetik Januari Minggu, 2016, dari Sigma-aldrich: http://www.sigmaaldrich.com/technical-documents/articles/chemfiles/solvothermal-synthesis.html

Hasan, M.R. & Ediati, R. (2015). Pengaruh Penambahan Modulator Asam Asetat pada Sintesis Metal Organic Framework Tipe HKUST-1. Jurnal Sains dan Seni POMITS 2 (1), 1-4

Hidayat, A., Rochmadi, Wijaya, K., Nurdiawati, A., Kurniawan, W., Hinode, H., Yoshikawa, K., Budiman, A. (2015). Esterification of palm fatty acid distillate with high amount of free fatty acids using coconut shell char based catalyst. Energy Procedia 75 , 969 – 974.

Kumar, R. S., Kumar, S. S., & Kulandainathan, M. A. (2013). Efficient electrosynthesis of highly active Cu3(BTC)2-MOF and its catalytic application to chemical reduction. Microporous and Mesoporous Materials 168 , 57–64.

Kusmiyati. (2008). Reaksi Katalitis Esterifikasi Asam Oleat dan Metanol Menjadi Biodiesel dengan Metode Distilasi Reaktif. Reaktor, 12 (2) , 78-82.

Page 70: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

58

Lee, Y.-R., Kim, J., & Ahn, W.-S. (2013). Synthesis of metal-organic frameworks: A mini review. Korean J. Chem. En., 30 (9) , 1667-1680.

Lin, K., Adhikari, A., Ku, C., Chiang, C., & Kuo, H. (2012). Synthesis and characterization of porous HKUST-1 metal organic frameworks for hydrogen storage. International Journal of Hydrogen Energy 37 , 13865-13871.

Liu, J., Wang, Y., Benin, A. I., Jakubczk, P., Willis, R. R., & LeVan, M. D. (2010). CO2/H2O Adsorption Equilibrium and Rates on Metal-Organic Frameworks: HKUST-1 and Ni/DOBDC. Langmuir , 14301–14307.

Llewellyn, P. L., Bourrelly, S., Serre, C., Vimont, A., Daturi, M., Hamon, L., Weireld, G. D., Chang, J. S., Hong, D. Y., Hwang, Y. K., Jhung, S. H., Ferey, G. (2008). High Uptakes of CO2 and CH4 in Mesoporous Metals Organic Frameworks MIL-100 and MIL-101. Langmuir 24 , 7245-7250.

Miessler, G. L., Fischer, P. J., & Tarr, D. A. (2014). Inorganic Chemistry 5th edition. USA: Pearson Education, Inc. .

Moura, J. S., Souza, M. O., Bellido, J. D., Assaf, E. M., Opportus, M., Reyes, P., Rangel, M. C. (2012). Ethanol steam reforming over rhodium and cobalt-based catalysts: Effect of the support. international journal of hydrogen energy 37 , 3213-3224.

Munawaroh, S., & Handayani, P. (2010). Eskstraksi Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C) dengan Pelarut Etanol dan n-heksana. Jurnal Kompetensi Teknik , 73-78.

Page 71: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

59

Nurherdiana, S. D., & Ediati, R. (2015). Penambahan Co(II) pada Sintesis Zr-BDC (UiO-66) melalui Metode Solvotermal. Jurnal Sains dan Seni POMITS 2 (1) , 1-4.

Pavia, D., Lampman, G., Kriz, G., & Vyvyan, J. (2009). Introduction to Spectroccopy third edition. USA: Brooks/Cole Cengange Learning.

Pech, R., & Pickardt, J. (1988). Catena-triaqua-μ-[1,3,5-benzenetricarboxylato(2–)]-copper(II). Acta Crystallographica Section C Crystal Structure Communications , 992-994.

Prasetyoko, D., 2014. Pentingnya Mengetahui Struktur dan Sifat Bahan. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Rowsell, J., Millward, A., Park, K., & Yaghi, O. (2004). Hydrogen Sorption in Functionalized Metal-Organic Frameworks. J Am Chem Soc 126 , 5666-7.

Schlichte, K., Kratzke, T., & Kaskel, S. (2004). Improved synthesis, thermal stability and catalytic properties of the metal-organic framework compound Cu3(BTC)2. Microporous and Mesoporous Materials 73 , 81-88.

Seo, Y.K, Hundal, G. I., Hwang, Y. C., & Jong, S. (2009). Microwave Stnthesis of Hybrid Inorganic-Organic Materials Including Porous Cu3(BTC)2 from Cu(II)-Trimesic Mixture. Microporous and Mesoporous Materials 119 , 331-337.

Settle, F. (1997). Handbook of Instrumental Techniques for Analytical Chemistry. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Page 72: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

60

Silverstein, R., Webster, F., & Kiemle, D. (2005). Spectrometric Identification of Organic Compounds 7th edition. USA: John Wiley & Sons. Inc.

Sing, K. (2001). The use of nitrogen adsorption for the characterisation of porous materials. Colloids and Surfaces A: Physicochemical and Engineering Aspects 187–188 , 3–9.

Skoog, D. A., Holler, F. J. & Crouch, S. R., (2007). Principles of Instrumental Analysis. Kanada: Thompson Brooks/Cole.

Sposato, C., Janiszewska, E., Macario, A., Kowalak, S., Braccio, G., & Giordano, G. (2008). Synthesis and Characterization of Metal-benzene-tricarboxylate Oxidation Catalysis. Zeolites and Related Material: Trends, Targets and Challanges , 1275-1278.

Sumbono, A. (2010). Thermogravimetric Analysis. Palembang: Universitas Sriwijaya.

Wang, H., Yin, F., Li, G., Chen, B., & Wang, Z. (2014). Preparation, characterization and bifunctional catalytic properties of MOF(Fe/Co) catalyst for oxygen reduction/evolution reactions in alkaline electrolyte. International of Hydrogen Energy , 1-8.

Wang, Q., Shen, D., Bulow, M., Lau, M., Deng, S., & Fitch, F. (2002). Metallo-organic Molecular Sieve for Gas Separation and Purification. Micropore and Mesopore Material , 217-30.

West, H. (1984). Ewing’s Analytical Instrumentation Handbook 3rd Edition :Chapter 15. New York: Marcel Dekker.

Page 73: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

61

Xiao, B., & Yuan, Q. (2009). Nanoporous Metal Organic Frameworks Materials for Hydrogen Storage. Particuology 7 , 129-140.

Yan, X., Komarneni, S., Zhang, Z., & Yan, Z. (2014). Extremely enhanced CO2 uptake by HKUST-1 metal–organic framework. Microporous and Mesoporous Materials , 69-73.

Yang, S., Ye, F., Lv, Q., Zhang, C., Shen, S., & Zhao, S. (2014). Incorporation of metal-organic framework HKUST-1 into porouspolymer monolithic capillary columns to enhance thechromatographic separation of small molecules. Journal of Chromatography A 218 , 143-149.

Yiamsawas, D., Boonpavanitchakul, K., & Kangwansupamonkon, W. (2009). Preparation of ZnO Nanostructures by Solvothermal Method. Journal of Microscopy Society of Thailand , 75-78.

Page 74: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

62

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

Page 75: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

63

LAMPIRAN

Lampiran A: Prosedur Kerja

A.1. Sintesis HKUST-1

Etanol : DMF 10:10 mL Cu(NO3)2

1,3858 g

-dioven pada 100°C selama 10 jam -didinginkan suhu ruang -disaring dengan kertas saring

Serbuk biru

Endapan biru Filtrat

Campuran

Campuran

Sumber Ligan

H3BTC 0,6668 g

Sumber Atom pusat

H2O 10 mL

-diaduk selama 15 menit dengan stirrer -dipindahkan dalam botol durran

-dikeringkan

-dicuci dengan 30 mL metanol pada 55°C selama 3 hari. -dibiarkan pada suhu ruang

Hasil

Page 76: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

64

Gambar A.1. Skema kerja sintesis HKUST-1

A.2. Penambahan Co2+ pada HKUST-1

FTIR SEM TGA XRD

Kristal HKUST-1

BET

-dikarakterisasi

Campuran

-diaduk selama 15 menit dengan stirrer -dipindahkan dalam botol durran

Campuran

-dioven pada 100°C selama 10 jam -didinginkan suhu ruang -disaring dengan kertas saring

Filtrat Endapan biru

-dikeringkan

Serbuk biru

Etanol : DMF 10:10 mL

H3BTC 0,6668 g

Sumber Ligan

Cu(NO3)2 H2O

10 mL

Sumber Atom pusat

CoCl2* H2O

10 mL

Sumber doping

Page 77: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

65

(*) Variasi penambahan CoCl2 yaitu sebesar 2,5%, 5% dan 10% dengan metode doping.

Gambar A.2. Skema kerja sintesis Co-Cu-BTC A.3. Uji Reaksi Esterifikasi Palm Patty Acid Distillate (PFAD)

(*) Katalis yang digunakan: Cu-BTC, Co-Cu-BTC 2,5; 5 dan 10

Gambar A.3. Skema kerja uji esterifikasi PFAD Lampiran B: Perhitungan

-dikarakterisasi

XRD TGA SEM FTIR BET

-dicuci dengan 30 mL metanol pada 55°C selama 3 hari. -dibiarkan pada suhu ruang

Kristal HKUST-1

Serbuk biru

3 gram PFAD

12,75 mL Metanol

Katalis* 8% dari PFAD

Dipanaskan dengan pengadukan pada suhu 65 °C selama 2 jam

Senyawa

Dititrasi dengan NaOH 0,1 N

% FFA

Page 78: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

66

B.1. Mol Cu(NO3)2 Mr Cu(NO3)2.3H2O = 241,5 g/mol Mr CoCl2. 6 H2O = 237,92 g/mol Massa = 2,077 g Mol Cu(NO3)2. 3H2O = massa

Mr= 2,077 g

241,4 g/mol=8,6 .10-3 mol

= 8,6 mmol B.2. Pengurangan mol Cu2+ terhadap penambahan Co2+ • Pengurangan Cu2+ 2,5% mol

Jumlah pengurangan mol Cu2+ = 2,5100

×mol Cu(NO3)2.3H2O

= 2,5100

×8,6 .10-3 mol

= 2,15 . 10-4 mol = 0,215 mmol

Mol Cu2+ yang telah dikurangi = 8,6 mmol – 0,215 mmol = 8,385 mmol

Massa Cu2+ yang digunakan = mol x Mr

= 8,385 x 10-3 mol x 241,5 g/mol = 2,025 g

Mol Co2+ yang digunakan = 0,215 mmol

Massa Co2+ yang digunakan = mol x Mr = 2,15 x 10-4 mol x 237,92 g/mol = 0,051 g

• Pengurangan Cu2+ 5% mol Jumlah pengurangan mol Cu2+ = 5

100×mol Cu(NO3)2.3H2O

= 5100

×8,6 .10-3 mol

= 4,3 . 10-4 mol = 0,43 mmol

Page 79: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

67

Mol Cu2+ yang telah dikurangi = 8,6 mmol – 0,43 mmol = 8,17 mmol

Massa Cu2+ yang digunakan = mol . Mr = 8,17 x 10-3 mol . 241,5 g/mol = 1,973 g

Mol Co2+ yang digunakan = 0,43 mmol Massa Co2+ yang digunakan = mol . Mr

= 4,3 x 10-4 mol . 237,92 g/mol = 0,1023 g

• Pengurangan Cu2+ 10% mol

Jumlah pengurangan mol Cu2+ = 10100

×mol Cu(NO3)2.3H2O

= 10100

×8,6 .10-3 mol

= 8,6 . 10-4 mol = 0,86 mmol

Mol Cu2+ yang telah dikurangi = 8,6 mmol – 0,86 mmol = 7,74 mmol

Massa Cu2+ yang digunakan = mol . Mr = 7,74 x 10-3 mol . 241,5 g/mol = 1,869 g

Mol Co2+ yang digunakan = 0,86 mmol Massa Co2+ yang digunakan = mol . Mr

= 8,6 x 10-4 mol . 237,92 g/mol = 0,2046 g

Page 80: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

68

B.3. Reaksi Esterifikasi Titrasi penentuan %FFA :

% FFA= (Konsentasi NaOH ×Volume NaOH ×25,6 g

mol )massa PFAD

= (0,1 N ×33,1 mL ×25,6 g

mol )1,029 g

=82,35 % Konversi FFA (%):

% Konversi= (% FFA awal-% FFA akhir)

(%FFA awal)×100%

= 94,83-82,35

94,83 ×100%

=13,16 %

Katalis Massa PFAD

rata-rata (g)

Vol. NaOH

rata-rata (mL)

FFA akhir (%)

Konversi (%)

Tanpa katalis 1,029 33,1 82,35 13,16 Cu-BTC 1,0368 21,8 53,82 43,23

Co-Cu-BTC 2,5%

1,0202 21,1 52,94 44,17

Co-Cu-BTC 5%

1,0285 23,2 57,75 39,1

Co-Cu-BTC 2,5%

1, 0676 29,3 70,26 24,57

Page 81: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

69

Lampiran C: Hasil Karakterisasi

C.1. X-Ray Diffraction

Gambar C.1.1. Difraktogram Cu-BTC

Gambar C.1.2. Difraktogram Co-Cu-BTC 2,5%

Position [°2Theta] (Copper (Cu))

10 20 30 40

Counts

0

2000

4000

6000 HKUST-1 murni

Position [°2Theta] (Copper (Cu))

10 20 30 40

Counts

0

2000

4000

6000

Co-W-BTC (1) 2,5%

Page 82: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

70

Gambar C.1.3. Difraktogram Co-Cu-BTC 5%

Gambar C.1.4. Difraktogram Co-Cu-BTC 10%

Position [°2Theta] (Copper (Cu))

10 20 30 40

Counts

0

2000

4000

6000

8000 Co-W-BTC (II) 5%

Position [°2Theta] (Copper (Cu))

10 20 30 40

Counts

0

2000

4000

6000

Co-W-BTC(III) 10%

Page 83: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

71

C.2. Fourier Transform Infra Red (FTIR)

Gambar C.2.1. Spektrum Cu-BTC

Gambar C.2.2. Spektrum Co-Cu-BTC 2,5%

Page 84: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

72

Gambar C.2.3. Spektrum Co-Cu-BTC 5%

Gambar C.2.4. Spektrum Co-Cu-BTC 10%

Page 85: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

73

C.3. Scanning Electron Microscope (SEM)

Gambar C.3.1. Foto SEM Cu-BTC

Page 86: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

74

Gambar C.3.2. Foto SEM Co-Cu-BTC 5%

Page 87: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

75

C.4. Thermogravimteric Analysis (TGA)

Gambar C.4.1. Cu-BTC

Gambar C.4.2. Co-Cu-BTC 5%

Page 88: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

76

Gambar C.4.3. Co-Cu-BTC 5%

Page 89: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

77

C.5. Adsorpsi-desorpsi Nitrogen

Gambar C.5.1. Kurva isoterm Cu-BTC

Page 90: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

78

Gambar C.5.2. Kurva isoterm Co-Cu-BTC 5%

Page 91: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

79

Gambar C.5.3. Grafik distribusi pemodelan HK Cu-BTC

Gambar C.5.4. Grafik distribusi pemodelan HK Co-Cu-BTC 5%

Page 92: SINTESIS HKUST-1 DENGAN PENAMBAHAN Co(II) …repository.its.ac.id/1407/1/1412100095-Undergraduate_theses.pdf · intensitas puncak. Analisa FTIR menunjukkan bahwa penambahan Co2+ tidak

63

BIODATA PENULIS

Penulis bernama lengkap Gina Aswari Intan Pertiwi, lahir di Jakarta, 20 Maret 1995, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis telah menempuh pendidikan formal yaitu SD Putradarma Global School (2000-2006), SMP Al-Muslim (2006-2009), SMAN 1 Tambun Selatan (2009-2012). Penulis diterima di Jurusan Kimia FMIPA ITS melalui jalur PKM Mandiri dan terdaftar dengan NRP 1412100095. Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan yaitu Staff

Divisi Perekonomian HIMKA-ITS (2013-2014), Bendahara Departemen Perekonomian HIMKA-ITS (2014-2015), pernah mengikuti dalam beberapa pelatihan yaitu LKMM Pra-TD FMIPA 2012 da n LKMM TD HIMKA 2013, s erta pernah menjadi panitia dalam beberapa kegiatan baik dalam lingkup HIMKA maupun ITS. Selain itu, penulis juga pernah melakukan Kerja Praktik di PT.Medco E&P Indonesia, Lematang Asset, Sumatera Selatan. Penulis mengambil Tugas Akhir di bidang Kimia Material dan Energi dalam menyelesaikan jenjang pendidikan S1 di jurusan Kimia FMIPA-ITS dibawah bimbingan Dra. Ratna Ediati, MS., Ph.D. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan inspirasi untuk kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang Kimia. Penulis dapat dihubungi melalui email [email protected].