Sinopsis Pada Tahap Kegiatan Psikodrama 4

5
Berani Mengatakan yang benar-benar dan yang salah itu salah Efek percaya diri dalam mengungkapkan kebenaran demi teman dekatnya Misal: Ada dua orang siswa yang berteman dekat, yaitu Intan dan Linda. Mereka berteman dekat sejak dari sekolah menengah pertama (SMP), hubungan pertemanan yang mereka miliki sangat dekat. Mereka sering menghabiskan waktu luang bersama-sama, melakukan macam-macam kegiatan dan hobi-hobi mereka. Kedua siswa ini dikenal sebagai siswa-siswa yang sopan dan cerdas. Tetapi ada perbedaan yang sangat mencolok dari kedua siswa ini, Linda adalah anak yang ceria, periang dan aktif, sedangkan Intan adalah anak yang pendiam, pemalu dan lebih pasif dari Linda. Intan sering merasa minder dan tidak percaya diri, apalagi ketika ada yang membandingkan mereka berdua. Pada suatu siang, setelah jam istirahat selesai, kedua siswa ini berlarian dari kantin menuju kelas karena mereka takut terlambat masuk ke pelajaran selanjutnya. Ketika sedang berlari-lari, Linda yang didorong oleh Intan tidak sengaja menyentuh sebuah vas bunga yang terletak di meja khusus didepan ruangan kelas. Linda merasa ketakutan karena vas bunga itu merupakan vas bunga kesayangan wali kelasnya. Wali kelas mereka adalah ibu Nana, guru matematika yang ditakuti dan disegani oleh para siswa. Linda merasa ketakutan dan khawatir bagaimana untuk mengakui kesalahannya kepada ibu Nana. Seperti Linda, Intan pun merasa ketakutan atas kejadian tersebut karena didorong oleh dirinyalah Linda bisa

description

sinopsis kegiatan psikodrama untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa

Transcript of Sinopsis Pada Tahap Kegiatan Psikodrama 4

Berani Mengatakan yang benar-benar dan yang salah itu salah

Efek percaya diri dalam mengungkapkan kebenaran demi teman dekatnyaMisal:

Ada dua orang siswa yang berteman dekat, yaitu Intan dan Linda. Mereka berteman dekat sejak dari sekolah menengah pertama (SMP), hubungan pertemanan yang mereka miliki sangat dekat. Mereka sering menghabiskan waktu luang bersama-sama, melakukan macam-macam kegiatan dan hobi-hobi mereka. Kedua siswa ini dikenal sebagai siswa-siswa yang sopan dan cerdas. Tetapi ada perbedaan yang sangat mencolok dari kedua siswa ini, Linda adalah anak yang ceria, periang dan aktif, sedangkan Intan adalah anak yang pendiam, pemalu dan lebih pasif dari Linda. Intan sering merasa minder dan tidak percaya diri, apalagi ketika ada yang membandingkan mereka berdua.Pada suatu siang, setelah jam istirahat selesai, kedua siswa ini berlarian dari kantin menuju kelas karena mereka takut terlambat masuk ke pelajaran selanjutnya. Ketika sedang berlari-lari, Linda yang didorong oleh Intan tidak sengaja menyentuh sebuah vas bunga yang terletak di meja khusus didepan ruangan kelas. Linda merasa ketakutan karena vas bunga itu merupakan vas bunga kesayangan wali kelasnya. Wali kelas mereka adalah ibu Nana, guru matematika yang ditakuti dan disegani oleh para siswa. Linda merasa ketakutan dan khawatir bagaimana untuk mengakui kesalahannya kepada ibu Nana.Seperti Linda, Intan pun merasa ketakutan atas kejadian tersebut karena didorong oleh dirinyalah Linda bisa menjatuhkan vas bunga tersebut. Jadi secara tidak langsung, Intan adalah orang yang bertanggung jawab atas kejadian ini.

Intan bertindak sebagai protagonist, Ibu Nana dan Linda berperan sebagai auxiliary ego (yang nantinya memperdalam perasaan yang protagonist hadapi). Sebelum psikodrama dimulai, Intan, Linda dan Ibu Nana harus memahami peran masing-masing sehingga akan memunculkan insight dari penempatan peran ini. Anggota kelompok yang lain mengamati sebagai penonton, yang nantinya akan memberikan bantuan berupa umpan balik kepada para pemeran dalam psikodrama.

Sabtu siang, setelah jam istirahat..

Auxiliary ego (Linda)

: aduuuh kacau, kesenggol lagi vas bunga kesayangannya ibu, pecah pula. Kamu juga sih tan, pake acara dorong-dorong aku segala, pecah kan sekarang. Gimana nih?

Protagonist (Intan)

: uhhmmm, aduuuuh, aku ga tau, maafin aku yah

Auxiliary ego (Linda)

: waaah bagaimana kalau Ibu Nana melihatnya, pasti beliau marah

Protagonist

: aku ga tahu, aku juga takut nih Lin

(Kemudian Ibu Nana datang menuju kearah kejadian)

Auxiliary ego (Ibu Nana)

: eheem ada apa ini? Yaa ampuuuuun, apa yang kalian lakukan dengan vas ini!!?? Siapa yang melakukannya?

Protagonist

: eeehhhh aanuuu buuu, ituuuAuxiliary ego (Ibu Nana)

: anu itu anu ini, apa sih! Bicara yang jelas

Auxiliary ego (Linda)

: begini bu, eehmmmm, ga sengaja jatuh bu

Protagonist

: iya bu, kedorong

Auxiliary ego (Ibu Nana)

: Siapa yang melakukannya?

Auxiliary ego (Linda)

: saya bu yang melakukannya, maaf bu

Auxiliary ego (Ibu Nana)

: aduh Linda, kamu juga sih terlalu aktif. Pecah kan sekarang vas nya.

Protagonist

: aduuuh Linda, hhhmmmmm

Auxiliary ego (Linda)

: ssssttttt

Auxiliary ego (Ibu Nana)

: kalian berdua jangan berbisik-bisik. Atas kejadian ini, baik disengaja maupu tidak, salah satu dari kalian harus ada yang dihukum karena kelalaiannya. Jadi lebih baik kalian mengaku saja siapa yang bersalah atas kejadian ini

Auxiliary ego (Linda)

: saya saja bu yang dihukum, jangan Intan

Auxiliary ego (Ibu Nana)

: baiklah kalau begitu, nanti siang pulang sekolah temui ibu di kantor

(Didalam kelas, ketika pelajaran sedang berlangsung)

Protagonist

: Lin, seharusnya aku yang salah, kenapa kamu yang menerima hukuman? Seharusnya aku yang menanggung hukuman tu karena sudah mendorong kamu sampai menjatuhkan vas nya hingga pecah

Auxiliary ego (Linda)

: sudahlah santai saja

Protagonist

: tidak bisa Lin, aku yang salah. Aku juga yang harus bertanggung jawab. Aku harus mengakui kalau aku yang salah, aku tidak boleh mengorbankan sahabatku sendiri, maafkan aku

Auxiliary ego (Linda)

: jadi kamu mau apa?

Protagonist

: nanti aku yang akan berbicara dengan Ibu Nana supaya aku saja yang dihukum

Auxiliary ego (Linda)

: memangnya kamu berani?

Protagonist

: uuhhhmmmmmmmmmm

Auxiliary ego (Linda)

: tuuuh kan, disini saja kamu bingung. Disini saja kamu ga berani

Protagonist

: aku berani kok, nanti biar aku saja yang dihukum. Ini salahku dan aku ga mau mengorbankan sahabatkku sendiri

Setelah muncul peran dan dialog antara protagonist dan auxiliary ego, maka penonton (anggota kelompok yang lain) boleh ikut bermain peran.

Penonton (Siswa IV): kamu bisa kok tan, kamu berani kok. Demi sahabatmu sendiri Penonton (Siswa V): Iya tan, jangan takut, jujur demi kebaikan bersama. Beranilah sekarang, daripada nanti kamu menyesal karena sudah membiarkan sahabatmu menanggung hukumannya. Penonton (Siswa VI): Lagian juga, aku rasa Ibu Nana ga bakalan ngehukum yang berat-berat kok, apalagi kalau kita sudah jujur dan berani mengakui kesalahan kita.

Penonton (Siswa VII): Semangat tan, demi persahabatan kamu dan Linda. Bisa kok, Cuma sekedar bicara sama Ibu Nana, jangan takut tan.

Setelah penonton (anggota kelompok yang lain) ikut memberikan umpan balik, kemudian Linda dan Intan melanjutkan diskusi untuk membahas serta menemukan fomula baru untuk menyelesaikan permasalahan mereka dengan Ibu Nana dengan mengembil kesimpulan serta umpan balik kelompok.