SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

141
SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN WONOGIRI DAN KABUPATEN GUNUNGKIDUL DALAM PENGELOLAAN GUNUNG SEWU UNESCO GLOBAL GEOPARK SKRIPSI Diajukan untuk menempuh ujian Sarjana pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya NUR FITRIASARI NIM. 145030100111017 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK MALANG 2018

Transcript of SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

Page 1: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN

PACITAN, KABUPATEN WONOGIRI DAN

KABUPATEN GUNUNGKIDUL DALAM

PENGELOLAAN GUNUNG SEWU UNESCO

GLOBAL GEOPARK

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh ujian Sarjana

pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

NUR FITRIASARI

NIM. 145030100111017

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

MALANG

2018

Page 2: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

ii

MOTTO

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan

(Q.S Al Insyirah : 5)

Memulai, menjalani dan mengakhiri sama-sama tidak ada yang mudah. Untuk itu,

berdoalah lebih banyak untuk meminta kekuatan, kesabaran dan segala hal yang

berguna untuk menghadapinya. Sebab, perjalanan ke depan tidak pernah

dijanjikan akan semakin mudah

(Kurniawan Gunadi)

Page 3: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

iii

Page 4: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

iv

Page 5: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

v

Page 6: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

vi

LEMBAR PERSEMBAHAN

Untuk Bapak dan Ibu yang selalu mendukung dan mendoakan apapun pilihanku

Giyono dan Sunarni

Untuk dua adik laki-laki yang kusayang

Ferry Setyawan dan Januar Fandhika Setyawan

Page 7: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

vii

RINGKASAN

Nur Fitriasari, 2018, Sinergitas Pemerintah Kabupaten Pacitan, Kabupaten

Wonogiri Dan Kabupaten Gunungkidul Dalam Pengelolaan Gunung Sewu

UNESCO Global Geopark, M. Chazienul Ulum S.SOS, M.AP, Ali Maskur,

S.AP., M.AP., MA, 122 Halaman

Geopark merupakan suatu konsep manajemen pengembangan kawasan

secara berkelanjutan, yang memadu-serasikan tiga keragaman alam, yaitu

keragaman geologi, keragaman hayati, dan keragaman budaya, dengan tujuan

untuk pembangunan serta pengembangan ekonomi kerakyatan yang berbasis pada

asas perlindungan (konservasi) terhadap ketiga keragaman tersebut. Pengesahan

Gunung Sewu sebagai Global Geopark oleh UNESCO dirasa belum berdampak

pada kemajuan perekonomian masyarakat di wilayah Kabupaten Pacitan dan

Kabupaten Wonogiri. Oleh karena itu perlu untuk mengkaji lebih jauh tentang

sinergitas Pemerintah Kabupaten Pacitan, Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten

Gunungkidul dalam pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Terdapat dua fokus

penelitian, yang pertama yaitu sinergitas Pemerintah Kabupaten Pacitan,

Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul dalam pengelolaan Gunung

Sewu UNESCO Global Geopark, dan yang kedua adalah tantangan yang

dihadapi Pemerintah Kabupaten Pacitan, Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten

Gunungkidul dalam pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark. Jenis

data penelitian ada dua yaitu data primer dan data sekunder. Terdapat tiga teknik

pengumpulan data yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian ini

menggunakan teknik analisis data model Creswell. Untuk menguji kebenaran dari

hasil penelitian, peneliti menggunakan metode triangulasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi yang terjadi antara

Pemerintah Kabupaten Pacitan, Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul

dilakukan melalui rapat, grup whatsapp dan email, ketiga daerah mempunyai

inisiatif untuk melakukan komunikasi terlebih dahulu. Sedangkan koordinasi

masih menemui kendala, terutama berkaitan dengan kelanjutan kesepakatan

bersama dengan Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral, Kementerian

Pendidikan, Kementerian Pariwisata, Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Provinsi

Jawa Tengah dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain itu, Tim

Pengelola Gunung Sewu UNESCO Global Geopark yang telah disepakati

bersama dibentuk oleh Bupati Gunungkidul tidak melakukan pengelolaan secara

keseluruhan di tiga kabupaten, sehingga setiap daerah melakukan pengelolaan

geosite yang ada di daerahnya masing-masing secara mandiri.

Kata Kunci: Global Geopark, Komunikasi, Koordinasi

Page 8: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

viii

SUMMARY

Nur Fitriasari, 2018, Government Synergy of Pacitan Regency, Wonogiri

Regency and Gunungkidul Regency In Management of Gunung Sewu

UNESCO Global Geopark, M. Chazienul Ulum S.SOS, M.AP, Ali Maskur,

S.AP., M.AP., MA, 122 Pages

Geopark is a management concept of sustainable development of the

region, combining three natural diversity, namely geological diversity,

biodiversity, and cultural diversity, with the aim of growing and developing a

populist economy based on the principle of protection (conservation) of the three

diversities. The ratification of Gunung Sewu as a Global Geopark by UNESCO

felt not have an impact on the economic progress of the community in the region

of Pacitan and Wonogiri. Therefore it is necessary to study more about the

synergy of the Government of Pacitan Regency, Wonogiri Regency and

Gunungkidul Regency in the management of Gunung Sewu UNESCO Global

Geopark

The type of research used in this research is descriptive research using

qualitative approach. The focus of this research is the synergy of the Government

of Pacitan Regency, Wonogiri Regency and Gunungkidul Regency in the

management of Gunung Sewu UNESCO Global Geopark, and the second is the

challenges faced by Pacitan Regency, Wonogiri Regency and Gunungkidul

Regency in the management of Gunung Sewu UNESCO Global Geopark. This

type of research data there are two types of data that is primary data and

secondary data. Technique of data collecting there are three that is observation,

interview, and documentation. This research uses Creswell model data analysis

technique. The aim is to test the truth of research result, researcher use

triangulation method.

The results showed that the communication between Pacitan Regency,

Wonogiri Regency and Gunungkidul Regency through meetings, whatsapp groups

and email, the three regions have initiatives to communicate first. While

coordination still encountered obstacles, mainly related to the continuation of the

agreement with the Ministry of Energy and Mineral Resources, Ministry of

Education, Ministry of Tourism and Government of East Java Province, Central

Java Province and Special Region of Yogyakarta Province. In addition, the

management of Gunung Sewu UNESCO Global Geopark which has been jointly

agreed to be formed by the Bupati of Gunungkidul, does not conduct overall

management in three districts, so that each region manages geosite management in

their respective areas independently.

Keywords: Global Geopark, Communication, Coordination

Page 9: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Sinergitas Pemerintah Kabupaten Pacitan, Kabupaten Wonogiri Dan

Kabupaten Gunungkidul Dalam Pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global

Geopark”. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Administrasi Publik (SAP) pada Fakultas

Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang. Penulis menyadari bahwa

skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai

pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini menyampaikan terima kasih yang

sangat tulus kepada :

1. Bapak Giyono dan Ibu Sunarni selaku orang tua saya

2. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, M.S selaku Dekan Fakultas

Ilmu Adminstrasi

3. Bapak Drs. Andy Fefta Wijaya, MDA., Ph.D selaku Ketua Jurusan

Administrasi Publik

4. Bapak Dr. Fadillah Amin, M.AP., Ph.D selaku Ketua Program Studi

Ilmu Administrasi Publik

5. Bapak M. Chazienul Ulum S.SOS, M.AP selaku Ketua dosen

pembimbing skripsi

6. Bapak Ali Maskur, S.AP., M.AP., MA selaku Anggota dosen

pembimbing skripsi

7. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Administrasi

8. Bapak Teguh S selaku Kepala Bidang Kerjasama Bagian Administrasi

Pemerintahan Sekretariat Daerah Kabupaten Gunungkidul

9. Ibu Retno Utari selaku Kepala Bidang Kerjasama Bagian Tata

Pemerintahan Sekretariat Daerah Kabupaten Wonogiri

Page 10: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

x

10. Bapak Tulus Wahyudi Saptono Putro selaku Kasubag Kerjasama

Bagian Tata Pemerintahan dan Kerjasama Sekretariat Daerah

Kabupaten Pacitan

11. Bapak Fredy Perwakilan Dinas Pariwisata Kabupaten Wonogiri

12. Sahabat-sahabatku yang membersamai perjalanan meraih gelar sarjana

Wulan Ningsih, Khetimareta Pratungga Damastuti, Dina Alyani Putri,

Novela Dwi Putri Kusuma Hardini dan Dhina Fiersa Anandita

13. Teman yang sudah banyak kurepotkan Ulfiona Rizki, Mariyatul

Kiptiyah, Abdul Aziz, Adi Nugroho, Itsnaini Nurfaizah, Titah

Werdimastuti dan Vingga Moris Pangestu

14. Teman-teman Jurusan Administrasi Publik 2014

15. Teman-teman RSC 2014 dan seluruh Keluarga RSC

16. Keluarga Sukoharjo Makmur Tercinta (Skuter)

17. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu oleh penulis

Demikian laporan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat

penulis harapkan, semoga laporan skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan

sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Malang, 1 Oktober 2018

Penulis

Page 11: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ............................................................................... i

MOTTO ...................................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ...................................................... iii

PERNYATAAN ORISINALITA SKRIPSI .............................................. iv

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................... v

LEMBAR PERSEMBAHAN ..................................................................... vi

RINGKASAN ............................................................................................. vii

SUMMARY ................................................................................................ viii

KATA PENGANTAR ................................................................................ ix

DAFTAR ISI ............................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv

DAFTAR BAGAN ..................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 10

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 10

D. Kontribusi Penelitian ................................................................. 11

E. Sistematika Pembahasan ............................................................ 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Administrasi Publik ................................................................... 13

B. Otonomi Daerah

1. Pengertian Otonomi Daerah ................................................... 17

2. Prinsip-prinsip Otonomi Daerah ............................................. 19

C. Pemerintahan Daerah

1. Konsep Pemerintahan Daerah ................................................ 20

2. Urusan Pemerintahan Daerah .................................................. 23

3. Asas Pemerintahan Daerah ..................................................... 25

D. Kerjasama Antar Daerah .............................................................. 26

E. Sinergitas

1. Pengertian Sinergitas ............................................................. 33

2. Jenis Sinergi Kelembagaan .................................................... 37

Page 12: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

xii

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian .......................................................................... 41

B. Fokus Penelitian ........................................................................ 42

C. Lokasi dan Situs Penelitian ........................................................ 43

D. Jenis dan Sumber Data ............................................................... 43

E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 45

F. Instrumen Penelitian .................................................................. 46

G. Analisis Data ............................................................................. 47

H. Keabsahan Data ......................................................................... 50

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

1. Gunung Sewu UNESCO Global Geopark ................................ 51

2. Badan Kerjasama Antar Daerah Pacitan-Wonogiri-

Wonosari (Pawonsari) .............................................................. 55

B. Penyajian Data

1. Sinergitas Pemerintah Kabupaten Pacitan, Kabupaten

Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul dalam pengelolaan

Gunung Sewu UNESCO Global Geopark

a. Komunikasi ......................................................................... 60

b. Koordinasi ........................................................................... 66

2. Tantangan Yang Dihadapi Pemerintah Kabupaten Pacitan,

Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul dalam

pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark ............ 92

C. Analisis dan Interpretasi Data

1. Sinergitas Pemerintah Kabupaten Pacitan, Kabupaten

Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul dalam pengelolaan

Gunung Sewu UNESCO Global Geopark

c. Komunikasi ........................................................................ 94

d. Koordinasi .......................................................................... 96

2. Tantangan Yang Dihadapi Pemerintah Kabupaten Pacitan,

Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul dalam

pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark ............. 112

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................. 117

B. Saran ............................................................................................ 121

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 123

LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 126

Page 13: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

xiii

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Daftar Geosite Setiap Kabupaten Yang Termasuk Kedalam

Gunung Sewu UNESCO Global Geopark.......................................... 6

2. Tugas Tim Pengelola Gunung Sewu UNESCO Global Geopark ........ 82

3. Hasil Analisis dan Interpretasi Data ................................................... 114

Page 14: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

xiv

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1. Data Kunjungan Wisatawan di Kawasan Gunung Sewu

UNESCO Global Geopark 2012-2016 .............................................. 8

2. Data Pendapatan Asli Daerah di Kawasan Gunung Sewu

UNESCO Global Geopark ................................................................ 9

3. Spiral Analisis Data .......................................................................... 49

4. Alur Menjadi Anggota Global Geopark Network (GGN) .................. 52

5. Peta Gunung Sewu UNESCO Global Geopark .................................. 53

6. Geosite Goa Gong di Kabupaten Pacitan .......................................... 54

7. Pertemuan yang dilakukan oleh perwakilan dari Pemerintah

Kabupaten Pacitan-Kabupaten Wonogiri-Kabupaten

Gunungkidul di Kabupaten Pacitan ................................................... 64

8. Badingah (Bupati Gunungkidul) melakukan penandatanganan

Peraturan Bersama Bupati Pacitan-Bupati Wonogiri-Bupati

Gunungkidul tentang Pelestarian Gunung Sewu UNESCO

Global Geopark ................................................................................. 70

Page 15: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

xv

DAFTAR BAGAN

No Judul Halaman

1. Struktur Organisasi BKAD Pawonsari ............................................ 59

Page 16: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Pengantar Riset Fakultas .............................................. 126

Lampiran 2. Interview Guide ..................................................................... 127

Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian ......................................................... 128

Lampiran 4. Transkrip Wawancara ........................................................... 130

Lampiran 5. Pengelompokan Hasil Koding ............................................... 145

Lampiran 6. Dokumen Data Sekunder ....................................................... 153

Lampiran 7. Curriculum Vitae .................................................................. 159

Page 17: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Desentralisasi menurut United Nations Development Programme

(UNDP) dalam Noor (2012: 5) ialah merujuk pada restrukturisasi atau

reorganisasi wewenang sehingga ada sebuah sistem tanggungjawab bersama

antara institusi pemerintah pada tingkat pusat dan daerah menurut prinsip

subsidiaritas, hal tersebut diharapkan mampu meningkatkan keseluruhan

kualitas dan keefektifan sistem pemerintahan, dan juga meningkatkan

wewenang dan kapasitas daerah. Desentralisasi diharapkan dapat menciptakan

pemerintahan yang baik, meningkatkan peluang bagi masyarakat untuk

berpartisipasi dalam bidang ekonomi, sosial dan berbagai keputusan politik,

membantu kapasitas masyarakat yang masih dalam taraf berkembang,

memperluas tanggungjawab, transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan

pemerintahan.

Kebijakan desentralisasi di Indonesia membawa dampak pada pergeseran

format hubungan antar pemerintah daerah. Pemerintah daerah sebagai daerah

otonom memiliki kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri,

sesuai dengan pendapat Muluk (2009: 62) bahwa otonomi daerah merupakan

wewenang untuk mengatur urusan pemerintahan yang bersifat lokalitas

menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat setempat. Otonomi

daerah di Indonesia diperkuat dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014

Page 18: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

2

tentang Pemerintahan Daerah. Pada pasal 1 ayat 6 dijelaskan bahwa otonomi

daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur

dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal tersebut

membuat posisi pemerintah daerah setara antara satu dengan yang lainnya.

Pergeseran hubungan antar pemerintah daerah tersebut memunculkan

permasalahan baru dalam hubungan antar pemerintah daerah, yaitu

kecenderungan daerah memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk

kepentingan pihak-pihak tertentu dan munculnya sikap kedaerahan. Pendapat

tersebut diperkuat dengan pernyataan Kurniawan (2014: 45) bahwa terdapat

kekayaan alam yang tidak dipergunakan sebagaimana mestinya, digadaikan

kepada pihak ketiga yang memiliki modal, dan hal tersebut dilakukan untuk

menguntungkan elit lokal serta pejabat daerah setempat. Perihal munculnya

sikap kedaerahan, menurut Hertanto (2014: 21) hubungan antar pemerintah

daerah (provinsi, kabupaten/kota dan sebaliknya) cenderung mundur kembali

dengan adanya otonomi daerah, yang dimaksud mundur kembali tersebut ialah

muncul sifat kedaerahan.

Disisi lain, daerah yang berdekatan memiliki potensi, keadaan geografis

dan juga keadaan masyarakat yang sebagian besar sama. Kondisi yang

berdekatan semakin meningkatkan interaksi masyarakat. Kebutuhan

masyarakat seringkali dapat dipenuhi dari daerah lain karena faktor jarak yang

dekat dan juga memiliki keadaan yang sama, yaitu jauh dari pusat

Page 19: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

3

pemerintahan. Hal tersebut menyebabkan adanya peningkatan kebutuhan akan

adanya kerjasama daerah.

Kerjasama daerah dilakukan agar potensi yang dimiliki oleh setiap

daerah dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat, sesuai dengan

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 pasal 363 ayat 1 yang menjelaskan

bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, pemerintah daerah dapat

mengadakan kerjasama dengan pertimbangan efisiensi dan efektivitas

pelayanan publik serta saling menguntungkan. Menurut Peraturan Pemerintah

Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah yang

dimaksud dengan kerjasama daerah adalah kesepakatan yang dilakukan antara

gubernur dengan gubernur atau gubernur dengan bupati/wali kota atau antara

bupati/wali kota dengan bupati/wali kota yang lain, dan atau gubernur,

bupati/wali kota dengan pihak ketiga, yang dibuat secara tertulis serta

menimbulkan hak dan kewajiban.

Salah satu bentuk kerjasama daerah di Indonesia adalah Badan

Kerjasama Antar Daerah (BKAD) Pacitan-Wonogiri-Wonosari (Pawonsari)

yaitu kerjasama daerah yang dilakukan oleh tiga kabupaten yang secara

geografis letaknya berdekatan tetapi berada dalam tiga provinsi yang berbeda.

Kabupaten Pacitan berada di Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Wonogiri di

Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Gunungkidul di Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta. Potensi yang dimiliki oleh ketiga daerah tersebut sama,

yaitu kawasan karst, areanya yang didominasi oleh pegunungan berbukit-bukit,

Page 20: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

4

batuan kapur, goa-goa, sungai bawah tanah, air terjun, daerah cekungan dan

lain sebagainya (www.geomagz.geologi.esdm.go.id).

BKAD Pawonsari telah berdiri sejak 4 November 2002 ditandai dengan

ditandatanganinya Surat Keputusan Bersama Nomor: 272 Tahun 2002, Nomor:

05 Tahun 2002 dan Nomor: 240/KPTS/2002 tentang Kerjasama Antar Daerah

Kabupaten Pacitan, Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul yang

selanjutnya disebut dengan Pawonsari (Pacitan-Wonogiri-Wonosari) di

Kabupaten Pacitan. Kesepakatan Bersama tersebut menjadi tonggak awal

komitmen ketiga kabupaten dalam melakukan kerjasama. Awal disetujuinya

kesepakatan bersama tersebut mempunyai fokus untuk mengurangi adanya

kemungkinan konflik perbatasan dan pengembangan layanan publik terutama

pendidikan, kesehatan, ketersediaan air bersih, perhubungan jalan dan tata

infrastruktur jalan. Saat ini yang menjadi fokus kerjasama adalah pengelolaan

dan pelestarian Gunung Sewu UNESCO Global Geopark. Hal tersebut

diungkapkan oleh Ibu Retno Utari (Bagian Tata Pemerintahan Sekretariat

Daerah Kabupaten Wonogiri) pada 30 November 2017 bahwa setelah

Sekretariat BKAD Pawonsari berpindah ke Kabupaten Gunungkidul tahun

2015 telah disepakati untuk berfokus pada pengelolaan Gunung Sewu

UNESCO Global Geopark.

Tanggal 9 September 2015 United Nations Educational, Scientific and

Cultural Organization (UNESCO) menetapkan bentang alam Gunung Sewu

sebagai Global Geopark. Gunung Sewu UNESCO Global Geopark merupakan

taman geologi dengan luas wilayah mencapai 1.802 km² sehingga secara

Page 21: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

5

administratif masuk dalam tiga provinsi yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah dan

D.I. Yogyakarta (www.unesco.org). Geopark merupakan singkatan dari

Geological Park yang apabila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia

sebagai taman geologi atau taman bumi. Global Geopark berada dibawah

naungan badan dunia UNESCO, kemudian dikembangkan dan difasilitasi

oleh Global Geopark Network (GGN). Di Indonesia terdapat dua Global

Geopark, yaitu Batur Global Geopark dan Gunung Sewu UNESCO Global

Geopark.

Geopark merupakan konsep pengelolaan pengembangan kawasan secara

berkelanjutan, yang menggabungkan tiga keragaman alam, yaitu keragaman

geologi (geodiversity), keragaman hayati (biodiversity), dan keragaman budaya

(cultural diversity), dengan tujuan untuk pembangunan serta pengembangan

ekonomi kerakyatan yang berbasis pada asas perlindungan (konservasi)

terhadap ketiga keragaman tersebut, seperti penjelasan Global Geoparks

Network (2010: 3) bahwa,

“Geopark is a geographical area where geological heritage sites are

part of a holistic concept of protection, education and sustainable

development. The Geopark should take into account the whole

geographical setting of the region, and shall not solely include sites of

geological significance. The synergy between geodiversity, biodiversity

and culture, in addition to both tangible and non-tangible heritage are

such that non-geological themes must be highlighted as an integral part

of each Geopark, especially when their importance in relation to

landscape and geology can be demonstrated to the visitors. For this

reason, it is necessary to also include and highlight sites of ecological,

archaeological, historical and cultural value within each Geopark. In

many societies, natural, cultural and social history are inextricably

linked and cannot be separated.”

(Geopark adalah wilayah geografis dimana situs peninggalan geologi

menjadi bagian dari konsep holistik tentang perlindungan, pendidikan

dan pembangunan berkelanjutan. Geopark harus mempertimbangkan

Page 22: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

6

keseluruhan wilayah geografis dan tidak boleh hanya mencakup situs-

situs yang memiliki makna geologis. Sinergi antara keanekaragaman

geologi, keanekaragaman hayati dan budaya, baik warisan berwujud dan

tidak berwujud adalah tema non-geologi yang harus disorot sebagai

bagian integral dari setiap geopark, terutama sangat penting berkaitan

dengan landscape dan geologi yang dapat ditunjukkan untuk para

pengunjung. Untuk alasan ini, perlu juga memasukkan dan menyoroti

lokasi ekologi, arkeologi, sejarah dan nilai budaya di dalam setiap

Geopark. Di masyarakat, sejarah alam, budaya dan sosial saling terkait

erat dan tidak dapat dipisahkan)

Untuk mendukung pengembangan dan pelestarian Gunung Sewu

UNESCO Global Geopark maka dibuat Keputusan Bersama antara Menteri

Energi dan Sumber Daya Mineral, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,

Menteri Pariwisata, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Gubernur Jawa

Tengah, Gubernur Jawa Timur, Bupati Gunungkidul, Bupati Wonogiri dan

Bupati Pacitan dengan Nomor: 003/PJ/45/MEM/2015 tentang Pengembangan

dan Pelestarian Geopark Gunung Sewu.

Gunung Sewu UNESCO Global Geopark memiliki keragaman alam

yang kaya. Terdapat tiga belas geosite di Kabupaten Gunungkidul, tujuh

geosite di Kabupaten Wonogiri dan tiga belas geosite di Kabupaten Pacitan

yang termasuk kedalam Gunung Sewu UNESCO Global Geopark

(www.gunungkidulkab.go.id). Berikut ini daftar keragaman alam yang berada

di Gunung Sewu UNESCO Global Geopark:

Tabel 1. Daftar Geosite Setiap Kabupaten Yang Termasuk

Kedalam Gunung Sewu UNESCO Global Geopark

No. Wilayah Geosite

1 Pacitan Pantai Klayar, Pantai Buyutan, Pantai Watukarung,

Pantai Srau, Teluk Pacitan, Goa Gong, Tabuhan,

Luwengombo, Luwengjaran, Situs Song Terus, Bak

Soka, Guyang Warak dan Situs Ngrijangan

2 Wonogiri Museum Kars, Sungai Bengawan Solo Purba, Goa

Tembus, Goa Sodong, Goa Potro Bunder, Goa Sonyo

Page 23: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

7

No. Wilayah Geosite

Ruri dan Pantai Sembukan

3 Gunungkidul Gunung Api Purba Ngglangeran, Kaling Ngalang,

Hutan Wanagama, Air Terjun Sri Gethuk, Goa kali

Suci, Goa Jomblang, Goa Pindul, Lembah Karst Mulo,

Pantai Baron-Pantai Kukup-Pantai Krakal,Pantai Siung-

Gunung Batur-Pantai Krakal, Hutan Wisata Turunan,

Goa Cokro dan Lembah Kering Sadeng

Sumber : Olahan Peneliti berdasarkan Paparan General Manager Gunung

Sewu UNESCO Global Geopark dalam Peluncuran Pedoman

Teknis Asasmen Sumber Daya Warisan Geologi di Bandung, 2018.

Gunung Sewu UNESCO Global Geopark perlu dikelola dengan baik

karena salah satu sektor dari Gunung Sewu UNESCO Global Geopark, yaitu

sektor pariwisata, menyebabkan kesejahteraan masyarakat meningkat. Menurut

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Gunungkidul, Sumarwiyanto penurunan

angka kemiskinan di Kabupaten Gunungkidul disebabkan pesatnya

perkembangan pariwisata selama beberapa tahun terakhir. Menurut Sekretaris

Dinas Pariwisata Gunungkidul Harry Sukmono seperti dikutip oleh

www.cnnindonesia.com mengatakan saat ini terdapat sekitar 30 kelompok

sadar wisata yang aktif mengelola wisata dan memperoleh pendapatan

langsung dari sektor pariwisata. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan angka

kemiskinan di Kabupaten Gunungkidul pada 2016 sebesar 19,34%. Angka ini

mengalami penurunan jika dibandingkan pada 2015 yang mencapai 21,73%.

Pernyataan tersebut juga sejajar dengan hasil penelitian tesis Fadiah Khairina

yang berjudul Dampak Perubahan Pemanfaatan Kawasan Karst Gunung Sewu

Terhadap Resiliensi Ekonomi Rumahtangga Di Kabupaten Gunungkidul yang

mengambil lokasi penelitian di Desa Bedoyo dan Desa Bejiharjo (merupakan

desa yang termasuk dalam geosite di Goa Pindul) pada tahun 2017

Page 24: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

8

menunjukkan bahwa perubahan penggunaan kawasan karst di kedua desa

memberikan dampak yang berbeda kepada masyarakat di sekitarnya. Secara

umum, tingkat kesejahteraan rumah tangga di kedua desa mengalami

peningkatan karena tersedianya sumber penghasilan yang baru.

Gambar 1. Data Kunjungan Wisatawan Di Kawasan

Gunung Sewu UNESCO Global Geopark

Tahun 2012-2016

Sumber: Paparan General Manager Gunung Sewu UNESCO Global

Geopark dalam Peluncuran Pedoman Teknis Asasmen

Sumber Daya Warisan Geologi di Bandung, 2017

Berdasarkan data kunjungan wisatawan tersebut dapat dilihat bahwa

kunjungan yang paling banyak dilakukan oleh wisatawan ke Kabupaten

Gunungkidul dan paling sedikit ke Kabupaten Wonogiri, sementara kenaikan

paling banyak di Kabupaten Pacitan sebesar 435.867 orang. Meskipun begitu

setelah menjadi anggota GGN pada tahun 2015 kunjungan wistawan ke tiga

daerah tersebut mengalami peningkatan dari tahun 2015 ke tahun 2016. Selain

itu pendapatan asli daerah (PAD) ketiga kabupaten tersebut juga mengalami

Page 25: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

9

peningkatan. Kenaikan PAD tertinggi di Kabupaten Pacitan sebesar Rp

2.834.458.600,- dapat dilihat dalam Gambar 2 berikut ini:

Gambar 2. Data Pendapatan Asli Daerah Di Kawasan Gunung Sewu

UNESCO Global Geopark

Sumber: Paparan General Manager Gunung Sewu UNESCO Global

Geopark dalam Peluncuran Pedoman Teknis Asasmen

Sumber Daya Warisan Geologi di Bandung, 2017

Meskipun mengalami peningkatan jumlah kunjungan wisatwan dan

peningkatan pendapatan asli daerah, pengesahan Gunung Sewu sebagai Global

Geopark oleh UNESCO dirasa belum berdampak pada kemajuan

perekonomian masyarakat di wilayah Kabupaten Pacitan dan Kabupaten

Wonogiri. Hal tersebut diungkapkan oleh General Manager Gunung Sewu

UNESCO Global Geopark Budi Martono saat Focus Group Disscusion (FGD)

Geopark Gunung Sewu Menuju Destinasi Pariwisata Prioritas Nasional di

Lobby DPRD DIY Selasa 27 Desember 2016 (www.krjogja.com). Peran

BKAD Pawonsari masih belum terlihat meskipun telah disepakati adanya

Page 26: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

10

kerjasama untuk melakukan pengelolaan dan pelestarian Gunung Sewu

UNESCO Global Geopark. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti

mengangkat penelitian dengan judul Sinergitas Pemerintah Kabupaten

Pacitan, Kabupaten Wonogiri Dan Kabupaten Gunungkidul Dalam

Pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sinergitas Pemerintah Kabupaten Pacitan, Kabupaten Wonogiri

dan Kabupaten Gunungkidul dalam pengelolaan Gunung Sewu UNESCO

Global Geopark?

2. Apa saja tantangan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Pacitan,

Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul dalam pengelolaan

Gunung Sewu UNESCO Global Geopark?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan tentang sinergitas Pemerintah Kabupaten Pacitan,

Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul dalam pengelolaan

Gunung Sewu UNESCO Global Geopark.

2. Mendeskripsikan tentang tantangan yang dihadapi oleh Pemerintah

Kabupaten Pacitan, Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul

dalam pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark.

Page 27: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

11

D. Kontribusi Penelitian

1. Kontribusi Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan dan dapat

digunakan sebagai bahan kajian bagi peneliti selanjutnya dalam hal

pengelolaan global geopark dengan format kerjasama antar pemerintah.

2. Kontribusi Praktis

a. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan dan

bahan kajian kepada Badan Kerjasama Antar Daerah Pacitan-Wonogiri-

Wonosari dalam pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark

agar dapat mempertahankan keikutsertaannya dalam Global Geopark

Network dan juga supaya pariwisata yang ada dapat mensejahterakan

masyarakat di kawasan tersebut.

b. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi masyarakat

untuk mendukung dan ikut serta dalam menjaga dan mengelola kawasan

Gunung Sewu UNESCO Global Geopark.

E. Sistematika Pembahasan

1. BAB I : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang peneliti melakukan penelitian tentang

sinergitas Pemerintah Kabupaten Pacitan-Kabupaten Wonogiri-

Kabupaten Gunungkidul dalam pengelolaan Gunung Sewu

Page 28: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

12

UNESCO Global Geopark, tujuan penelitian yang dilakukan,

kontribusi yang diharapkan serta sistematika pembahasan

penelitian.

2. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisi teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang

dilakukan. Peneliti mencantumkan teori administrasi publik, teori

otonomi daerah, teori kerjasama antar daerah, konsep sinergitas

3. BAB III : METODE PENELITIAN

Berisi jenis penelitian, fokus penelitian, pemilihan lokasi dan situs

penelitian, sumber data, pengumpulan data, instrumen penelitian,

metode analisis dan keabsahan data.

4. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berisi gambaran umum lokasi penelitian, penyajian data hasil

wawancara serta analisis dan interpretasi data.

5. BAB V : PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran.

Page 29: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Administrasi Publik

Administrasi didefinisikan kedalam dua hal, dalam artian sempit dan

artian luas. Secara sempit administrasi berkaitan dengan kegiatan surat

menyurat dan tata usaha, sedangkan administrasi secara luas berkaitan dengan

pencapaian tujuan bersama. Luther Gullick dalam Islamy (2015: 2)

mengatakan administration has to do with getting things done with the

accomplishment of defined objectives (administrasi berkaitan dengan

pelaksanaan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah

ditentukan), sedangkan Siagian dalam Islamy (2015: 5) mendefinisikan

administrasi sebagai keseluruhan tindakan kerjasama yang dilakukan oleh dua

orang manusia atau lebih yang dilakukan atas dasar rasionalitas tertentu untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Secara umum administrasi

dapat dimaknai sebagai kerjasama antara dua orang atau lebih untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan bersama.

Administrasi memiliki dimensi-dimensi yang harus dipenuhi. Pasolong

(2013: 3) menyebutkan terdapat dua dimensi administrasi, yaitu dimensi

karakteristik dan dimensi unsur-unsur yang melekat pada administrasi. Yang

termasuk dimensi karakteristik administrasi terdiri atas:

Page 30: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

14

1. Efisien, dapat diartikan bahwa pencapaian tujuan administrasi dilakukan

untuk mencapai hasil secara efektif (dapat berhasil guna) dan efisien (dapat

berdaya guna)

2. Efektivitas, dapat diartikan sasaran yang telah ditetapkan tercapai karena

adanya proses kegiatan

3. Rasional, dapat diartikan tujuan dicapai dengan sadar dan disengaja serta

memiliki manfaat untuk maksud yang baik

Dimensi yang kedua adalah dimensi unsur-unsur yang melekat pada

administrasi, yaitu:

1. Terdapat tujuan yang hendak dicapai dan tujuan tersebut ditetapkan sebelum

melaksanakan suatu pekerjaan

2. Terdapat kerjasama yang dilakukan oleh sekelompok orang

3. Terdapat sarana yang digunakan dalam pencapaian tujuan

Arti kata publik dapat dipahami sebagai manusia yang mempunyai

pemikiran yang sama. Sejalan dengan pendapat tersebut, Syafi’ie dalam

Pasolong (2013:6) mengatakan bahwa publik adalah sekelompok manusia yang

memiliki harapan, pemikiran, sikap dan tindakan yang sama berdasarkan nilai-

nilai dan norma yang mereka miliki. Sementara itu Frederickson dalam

Wibowo (2012: 4) membedakan berbagai perspektif dalam mendefinisikan

publik, sebagai berikut:

1. Publik sebagai kelompok kepentingan (perspektif pluralis)

2. Publik sebagai pemilih rasional (perspektif pilihan publik)

3. Publik sebagai pihak yang diwakili (perspektif perwakilan)

Page 31: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

15

4. Publik sebagai pelanggan (perspektif penerima pelayanan publik)

5. Publik sebagai warga negara

Secara umum publik dapat dipahami secara luas, tidak hanya sebagai warga

negara, tetapi juga sekumpulan manusia yang mempunyai tujuan tertentu.

Berdasarkan pengertian publik dilihat dari perspektif perwakilan, publik

sebagai pihak yang diwakili, memperkuat salah satu pendapat Jhon M. Pfiffner

dan Robert V Presthus dalam Islamy (2015: 20) yang menjelaskan pengertian

administrasi publik dengan beberapa ungkapan. (1) Public administration

involves the implementation of publik policy which has been determined by

representative political bodies (Administrasi publik meliputi implementasi

kebijakan pemerintah yang telah ditetapkan oleh badan-badan perwakilan

politik). Pada bagian lain dikatakan bahwa (2) Public administration may be

defined as the coordination of individual and group efforts to carry out publik

policy. It is mainly occupied with the daily work of governments (Administrasi

publik dapat didefinisikan sebagai koordinasi usaha-usaha perorangan dan

kelompok untuk melaksanakan kebijakan pemerintah. Hal ini terutama

meliputi pekerjaan sehari-hari pemerintah). Penjelasan tersebut diakhiri dengan

(3) In sum, public administration is a process concerned with carrying out

publik policies, en compassing innumerable skills and techniques which give

order and purpose to the efforts of large numbers of people (Secara

menyeluruh, administrasi publik adalah suatu proses yang bersangkutan

dengan pelaksanaan kebijakan-kebijakan pemerintah, pengarah kecakapan-

kecakapan dan teknik-teknik yang tak terhingga jumlahnya yang memberi arah

Page 32: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

16

dan maksud terhadap usaha-usaha sejumlah besar orang). Pendapat lain

dikemukakan oleh Lembaga Administrasi Negara dalam Indradi (2016: 109),

mendefinisikan administrasi publik (negara) yaitu:

“Administrasi mengenai negara dalam arti, unsur, dimensi dan

dinamikanya. Dalam situasi dan kondisi negara bagaimanapun,

administrasi negara harus tetap berperan memberikan dukungan terhadap

penyelenggaraan negara, mengemban tugas penyelenggaraan negara,

mengemban misi perjuangan bangsa dalam bernegara; memberikan

perhatian dan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat dan

membuka peluang kepada masyarakat untuk berkarya dalam upaya

mencapai tujuan bersama dalam bernegara, ataupun untuk melakukan

peran tertentu dalam pengelolaan kebijakan dan pelayanan publik yang

secara tradisional dilakukan oleh aparatur negara”

Sejalan dengan pengertian administrasi publik yang telah dijelaskan

sebelumnya, terdapat pengertian lain tentang administrasi publik dengan

membaginya kedalam empat aspek. Shafritz dan Russel dalam Lionardo (2009:

1) menjelaskan aspek tersebut meliputi pengertian administrasi publik dalam

aspek politik, legal, manajerial dan jabatan (occupation). Administrasi publik

dalam perspektif politik yaitu kemampuan pemerintah dalam mengatasi

persoalan publik. Dalam perspektif legal menjelaskan bahwa administrasi

publik merupakan implementasi setiap kebijakan publik yang berdampak pada

aktualisasi hak masyarakat dimana kebijakan publik tersebut adalah produk

hukum yang harus dipatuhi oleh warga negara dan pemerintah. Administrasi

publik dalam perspektif manajemen lebih menekankan pada pengelolaan sektor

private sebagai civil society yang harus dilayani pemerintah. Konsep

administrasi publik sebagai occupation berkaitan dengan evaluasi setiap

program publik yang telah direncanakan sebelumnya yang berada dibawah

pemerintah sebagai pemilik jabatan (authority). Kategorisasi-kategorisasi

Page 33: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

17

sesungguhnya bermakna sebagai “the rationale for public administration to be

an academic discipline”. Dari penjelasan tersebut peneliti menarik kesimpulan

bahwa administrasi publik adalah kegiatan yang dilakukan pemerintah dalam

membuat peraturan dan mengimplemestasikannya untuk memberikan

pelayanan kepada masyarakat.

B. Otonomi Daerah

1. Pengertian Otonomi Daerah

Secara etimologi otonomi berasal dari kata auto dan nomos yang

memiliki arti sendiri dan peraturan atau perintah. Merujuk pada arti yang

dimiliki tersebut, maka otonomi dapat diartikan sebagai ‘peraturan yang

dibuat oleh satu entitas (pemerintah tersendiri)’ atau menurut Riant Nugroho

dalam Agustino (2014: 13) berarti ‘memerintah sendiri’. Samoff dalam

Agustino (2014: 13) menyatakan otonomi sebagai transferred power and

authority over decision making to local units are the core of autonomy

(transfer kekuasaan dan wewenang atas pengambilan keputusan kepada unit

lokal adalah inti dari otonomi). Pendapat lain dikemukakan Rosenbloom

dalam Agustino (2014: 13) menjelaskan bahwa otonomi merupakan wujud

penyerahan suatu kuasa kepada pemerintah yang lebih rendah tingkatannya

untuk mengatur wilayah secara bebas tanpa campur tangan pemerintah

pusat. Salah satu pemindahan otoritas yang diberikan kepada pemerintah

daerah ialah kebebasan untuk memformulasikan kebijakan, seperti

dikatakan Escobar-lemmon dalam Agustino (2014: 14) menyatakan otonomi

Page 34: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

18

sebagai pemindahan otoritas, fungsi dan tanggungjawab dari pemerintah

pusat kepada pemerintah daerah dalam hal pembuatan kebijakan dan

keputusan.

Walaupun kewenangan diberikan dari pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah, bukan berarti ada kebebasan yang mutlak. Menurut

Bagir Manan dalam Fitriyah (2003: 103) otonomi adalah kemandirian

walaupun bukan suatu kebebasan sebuah satuan yang merdeka. Terlepas

dari makna pemindahan kekuasaan dari pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah, menurut Nyakman dalam Fitriyah (2003: 103) otonomi

diartikan sebagai kewenangan sebuah organisasi untuk mengembangkan

fungsi-fungsi yang dimiliki. Dalam konteks pemerintahan, terdapat tiga

dimensi otonomi. Pertama, otonomi negara yang berhubungan dengan

kekuatan-kekuatan yang ada dalam masyarakat (terutama masyarakat

ekonomi dan partai-partai politik). Kedua, otonomi pemerintah daerah

dalam hubungannya dengan pemerintah pusat. Ketiga, otonomi unit-unit

terendah pemerintahan dalam hubungannya dengan unit yang lebih tinggi.

Otonomi daerah di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Dijelaskan

pada pasal 1 ayat 6 otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban

daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Peneliti menyimpulkan bahwa otonomi daerah adalah

Page 35: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

19

kemandirian daerah untuk mengatur sendiri urusan pemerintahannya

berdasarkan kepentingan masyarakat.

2. Prinsip-prinsip Otonomi Daerah

Pelaksanaan otonomi daerah tidak terlepas dari prinsip-prinsip yang

harus dijadikan dasar atau acuan dalam bertindak. Prinsip tersebut seperti

dijelaskan oleh Abdullah (2007: 5), yaitu:

a. Prinsip Otonomi Luas

Pada prinsip otonomi luas, kepala daerah memiliki tugas, wewenang,

hak, dan kewajiban untuk melakukan pengelolaan urusan pemerintahan

yang tidak dikelola oleh pemerintah pusat, hal tersebut membuat isi

otonomi suatu daerah lebih beragam. Selain itu, daerah diberi keleluasaan

untuk merumuskan tujuan daerahnya masing-masing. Tujuan utama

pemberian otonomi daerah agar dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat, pemerintah daerah dapat melakukan sesuai dengan potensi

dan karakteristik masing-masing daerah.

b. Prinsip Otonomi Nyata

Pada prinsip otonomi nyata pemerintah daerah diberikan tugas,

wewenang dan kewajiban untuk menangani urusan pemerintahan yang

telah ada sebelumnya, dimana daerah tersebut memiliki potensi untuk

tumbuh dan berkembang sesuai dengan karakteristik yang dimiliki oleh

daerah.

Page 36: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

20

c. Prinsip Otonomi yang Bertanggungjawab

Pada prinsip otonomi yang bertanggung jawab pemerintah daerah

melakukan penyelenggaraan otonomi sejalan dengan tujuan pemberian

otonomi, yaitu untuk memberdayakan daerah, termasuk didalamnya

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

C. Pemerintahan Daerah

1. Konsep Pemerintahan Daerah

Pemerintahan daerah merupakan salah satu lembaga pelaksana

pembangunan pada tingkat daerah. Kewenangan yang dimiliki oleh

pemerintah daerah disebabkan oleh adanya penyerahan kekuasaan dari

pemerintah pusat yang biasa dikenal dengan istilah desentralisasi.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan desentralisasi adalah

penyerahan urusan pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah

otonom berdasarkan asas otonomi yaitu prinsip dasar penyelenggaraan

pemerintahan daerah. Menurut Smith (dalam Muluk, 2007: 8) menyebutkan

bahwa:

“Desentralisasi mencakup beberapa elemen, yakni: (1) desentralisasi

memerlukan pembatasan area, yang bisa didasarkan pada tiga hal (pola

spasial kehidupan sosial dan ekonomi, rasa identitas politik, dan efisiensi

pelayanan publik yang bisa dilaksanakan); dan (2) desentralisasi yang

meliputi pula pendelegasian wewenang, baik itu kewenangan politik

maupun maupun kewenangan birokratis.”

Page 37: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

21

Pendapat lain dikemukakan oleh Hoessein (dalam Muluk, 2007:9)

bahwa “desentralisasi mencakup dua elemen pokok, yakni pembentukan

daerah otonom dan penyerahan urusan pemerintahan kepada daerah otonom

tersebut”. Atas pendapat–pendapat tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa desentralisasi merupakan pendelegasian wewenang atas urusan

pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sebagai

pelaksana pemerintahan di daerah otonom. Berdasarkan penjelasan tersebut

di atas maka lahirlah istilah Pemerintahan Daerah (Local Government).

Local Government merupakan sebuah konsep pemerintahan yang

timbul dari adanya desentralisasi. Menurut Muluk (2007:12) bahwa “Local

Government dapat dimaknai menjadi tiga hal. Pertama, sebagai

pemerintahan daerah yang mengacu pada organ yang melaksanakan urusan

dan fungsi yang didesentralisasikan. Kedua, sebagai pemerintahan daerah

yang mengacu pada fungsi yang dijalankan dalam kerangka desentralisasi.

Ketiga, sebagai daerah otonom tempat dimana lokalitas berada dan

membentuk kesatuan hukum sendiri yang meskipun tidak berdaulat tetapi

memiliki hak untuk mengurus dirinya sendiri”. Berikutnya menurut

Hoessein dalam Kristiono (2005: 95) mengungkapkan bahwa Local

Government ini merupakan sebuah konsep yang dapat mengandung tiga arti.

Pertama, ia berarti pemerintah lokal yang kerap kali dipertukarkan dengan

local outhoity yang mengacu pada organ, yakni council dan mayor dimana

rekrutmen pejabatnya didasarkan pada pemilihan. Kedua, ia mengacu pada

pemerintahan lokal yang dilakukan oleh pemerintah lokal. Arti kedua ini

Page 38: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

22

lebih mengacu pada fungsi. Dalam menentukan fungsi yang menjadi

kewenangan Pemerintah Daerah, terdapat prinsip yang lazim dipergunakan,

pemerintah daerah dapat bertindak pada hal-hal tertentu atau memberikan

pelayanan tertentu saja, fungsi atau urusan pemerintahan bagi pemerintah

daerah dirinci sedangkan fungsi pemerintahan yang tersisa menjadi

kompetensi Pemerintah Pusat. Ketiga, ia bermakna daerah otonom. Menurut

Hoessein pembentukan daerah otonom yang secara simultan merupakan

kelahiran status otonomi berdasarkan atas aspirasi dan kondisi objektif dari

masyarakat yang berada di wilayah tertentu sebagai bagian dari bangsa dan

wilayah nasional. Masyarakat yang menuntut otonomi melalui desentralisasi

menjelma menjadi daerah otonom sebagai kesatuan masyarakat hukum yang

berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan menurut prakarsa

sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

Menurut UU Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,

yang disebut dengan Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan

pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip

otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Dapat ditarik kesimpulan bahwa Local Government dimaknai

sebagai Pemerintahan Daerah yang memiliki kewenangan mengurus

wilayahnya sendiri sesuai dengan fungsi yang dimiliki berdasarkan daerah

otonom. sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

Page 39: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

23

2. Urusan Pemerintahan Daerah

Urusan pemerintahan daerah ada dua, yaitu urusan pemerintahan

wajib dan urusan pemerintahan pilihan. Urusan pemerintahan wajib adalah

urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh semua daerah. Pada

ayat 2 pasal 11 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Urusan

Pemerintahan Wajib terdiri atas urusan pemerintahan yang berkaitan dengan

pelayanan dasar dan urusan pemerintahan yang tidak berkaitan dengan

Pelayanan Dasar. Pada ayat 1 pasal 12 Undang-undang Nomor 23 Tahun

2014 menyebutkan bahwa urusan pemerintah yang berkaitan dengan

pelayanan dasar meliputi:

a. Pendidikan;

b. Kesehatan;

c. Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang;

d. Perumahan Rakyat Dan Kawasan Permukiman;

e. Ketenteraman, Ketertiban Umum, Dan Pelindungan Masyarakat; Dan

f. Sosial.

Sedangkan pada ayat 2 pasal 12 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014

urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar

meliputi:

a. Tenaga kerja;

b. Pemberdayaan perempuan dan pelindungan anak;

c. Pangan;

d. Pertanahan;

Page 40: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

24

e. Lingkungan hidup;

f. Administrasi kependudukan dan pencatatan sipil;

g. Pemberdayaan masyarakat dan desa;

h. Pengendalian penduduk dan keluarga berencana;

i. Perhubungan;

j. Komunikasi dan informatika;

k. Koperasi, usaha kecil, dan menengah;

l. Penanaman modal;

m. Kepemudaan dan olah raga;

n. Statistik;

o. Persandian;

p. Kebudayaan;

q. Perpustakaan; dan

r. Kearsipan.

Urusan pemerintahan pilihan adalah urusan pemerintahan yang wajib

diselenggarakan oleh daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki daerah.

Urusan pemerintahan pilihan menurut pada ayat 3 pasal 12 Undang-undang

Nomor 23 Tahun 2014 meliputi:

A. Kelautan Dan Perikanan;

B. Pariwisata;

C. Pertanian;

D. Kehutanan;

E. Energi Dan Sumber Daya Mineral;

Page 41: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

25

F. Perdagangan;

G. Perindustrian; Dan

H. Transmigrasi

3. Asas Pemerintahan Daerah

Menurut Syafiie (2013: 83) terdapat tiga asas pemerintahan daerah, yaitu:

a. Desentralisasi

Desentralisasi adalah penyerahan sebagian urusan dari pemerintah

pusat kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan mengatur

daerahnya sendiri. Hal yang dimaksud dengan sebagian urusan adalah

tidak semua urusan dapat diserahkan pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah, seperti penyerahan urusan pertahanan keamanann

akan menimbulkan keberanian daerah untuk melawan pusat secara

separatis.

b. Dekonsentrasi

Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari aparat

pemerintah pusat atau pejabat diatasnya (misalnya wilayah provinsi).

Jadi, begitu suatu departemen di tingkat pusat melimpahkan

wewenangnya kepada pejabat kepala kantor wilayah provinsi atau

pejabat kepala wilayah provinsi tersebut melimpahkan wewenang kepada

kepala kantor departemen di tingkat kabupaten maka terkadang muncul

egoisme sektoral karena pemerintah daerah tidak mengetahui

pelaksanaan dan sulit untuk ikut mengawasinya. Misalnya dalam hal

kemungkinan munculnya tumpang tindih pekerjaan, baik waktunya

Page 42: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

26

maupun biayanya. Contohnya adalah pembangunan bongkar pasang jalan

karena pemasangan pipa air minum, kabel telepon dan jaringan listrik.

c. Tugas Pembantuan

Di satu pihak pemerintah pusat khawatir penyerahan semua urusan

kepada daerah akan membuat daerah menjadi separatis, tetapi di pihak

lain pemerintah daerah curiga karena pemerintah pusat akan merongrong

kekayaan daera maka tarik ulur antara pemerintah pusat dan pemerintah

daerah tidak pernah selesai dari dulu. Diketahui desentralisasi

pemerintahan pada zaman penjajahan sangat dibatasi sehingga aparat

dekonsentrasi sangat kewalahan. Oleh karena itu dalam urusan

pemerintahaan tertentu pemerintah daerah diikutsertakan. Kata lain dari

tugas pembantuan adalah medebewind. Mede dalam bahasa Belanda

artinya ikut serta atau turut serta, sedangkan bewind juga dalam bahasa

Belanda artinya berkuasa atau memerintah. Jadi Pemerintah Daerah ikut

serta mengurus sesuatu urusan tetapi kemudian urusan itu harus

dipertanggungjawabkan kepada Pemerintah Pusat.

D. Kerjasama Antar Daerah

Pemerintah daerah tidak dapat melakukan pengelolaan potensi daerahnya

sendiri, membutuhkan bantuan dari berbagai pihak, tidak terkecuali pemerintah

daerah lain. Dua pihak yang saling membantu tersebut memiliki tujuan yang

hendak dicapai bersama-sama. Ramses dan Bowo dalam Domai (2010: 28)

menyatakan bahwa hakekat kerjasama adalah adanya dua pihak atau lebih yang

Page 43: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

27

secara dinamis melakukan interaksi dalam upaya mencapai tujuan bersama.

Sementara itu Flo Frank and Anne Smith dalam Utomo (2005: 70)

mengemukakan bahwa kerjasama merupakan hubungan dua pihak atau lebih

yang berjanji untuk melakukan sesuatu bersama dan memiliki tujuan yang

ingin dicapai bersama. Kerjasama yang dilakukan juga harus menguntungkan

kedua belah pihak, supaya tidak ada yang dirugikan dan dapat memenuhi

keinginan masing-masing pihak. Hal ini diperkuat dengan pendapat Lembaga

Administrasi Negara dalam Utomo (2005: 70) kerjasama berhubungan dengan

orang-orang yang bekerja bersama dalam suatu hubungan yang

menguntungkan, pekerjaan yang dilakukan secara bersama-sama yaitu

pekerjaan yang mungkin tidak dapat dicapai apabila sendirian.

Kaitan kerjasama dengan pemerintah daerah dapat dilihat dari tujuan

dilakukannya kerjasama tersebut. Paterson dalam Domai (2013: 27)

menyatakan bahwa kerjasama antar pemerintah adalah tata cara yang

digunakan antara satu atau lebih pemerintahan dalam mencapai tujuan

bersama, pemberian jasa atau pemecahan masalah. Lebih lanjut kerjasama

antar pemerintah tersebut diarahkan untuk kepentingan masyarakat. Utomo

(2005: 71) menjelaskan bahwa kerjasama antar daerah adalah suatu tindakan,

kegiatan atau usaha yang dilakukan bersama oleh dua atau lebih daerah

otonom, dalam rangka mencapai tujuan bersama untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat.

Kerjasama antar daerah tidak dapat serta merta dilakukan, ada basis-basis

pengembangan kerjasama antar daerah yang harus diperhatikan. Menurut

Page 44: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

28

Pratikno dalam buku Model Kerjasama Antar Daerah yang diterbitkan oleh

Program S2 PLOD UGM dan APEKSI (2007: 9) terdapat beberapa basis bagi

pengembangan kerjasama antar daerah yaitu:

1. Basis ketetanggaan secara geografis, karena daerah yang secara geografis

bertetangga, cenderung mempunyai potensi konflik tinggi sekaligus memiliki

potensi kepentingan bersama yang tinggi pula. Dengan demikian, kedekatan

secara geografis daerah dapat menjadi basis kerjasama.

2. Basis kesetaraan potensi, karena daerah-daerah ternyata memiliki potensi

sama, seperti pariwisata, potensi laut dan sebagainya, juga mungkin

mempunyai permasalahan yang hampir sama dan cenderung berkompetisi

secara ketat. Dengan membangun kerjasama, daerah dapat melakukan

negosiasi secara kuat menghadapi aktor lain, baik dari pemerintah pusat,

maupun aktor swasta.

3. Basis kesetaraan permasalahan, karena biasanya kerjasama juga dilandasi dari

adanya permasalahan yang serupa yang dihadapi daerah otonom, seperti

adanya trauma konflik sosial dan kekerasan di daerah rentan konflik. Bisa

juga karena adanya persamaan permasalahan yang berasal dari kondisi alam,

seperti kebakaran hutan, banjir, longsor dan sebagainya. Kerjasama bisa

dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dan tidak bisa diatasi

daerah snediri tanpa harus melibatkan daerah lain yang mempunyai

persamaan serupa dengan melakukan sharing pengalaman penanganan.

Kerjasama antar daerah memiliki bentuk yang didasarkan pada

kesepakatan antar daerah yang melakukan kerjasama. Gary D. Taylor dalam

Page 45: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

29

Wahyudi dan Sari (2011: 290) menjelaskan tentang bentuk yang dapat

diwujudkan dalam kerjasama antar daerah, yaitu:

1. Handshake Agreement, merupakan bentuk kerjasama yang berdasarkan

komitmen dan kepercayaan yang tinggi secara politis antar daerah yang

bekerjasama. Kerjasama ini dilakukan tanpa dokumen perjanjian formal.

2. Fee for service contracts (service agreements), merupakan bentuk kerjasama

dimana pelayanan publik yang diberikan oleh suatu daerah dapat dinikmati

pula oleh masyarakat dari daerah lain. Pelayanan publik tersebut misalnya

pelayanan kesehatan, pendidikan, listrik, air bersih, dan sebagainya, dengan

sistem kompensasi (harga) dan jangka waktu yang disepakati bersama.

3. Joint Agreements (pengusahaan bersama), dalam bentuk ini penyediaan dan

pengelolaan pelayanan publik dilakukan secara bersama-sama sehingga

dibutuhkan keterlibatan masing-masing daerah.

4. Jointly–formed authorities (pembentukan otoritas bersama). Disepakati oleh

daerah yang bekerjasama untuk menyerahkan pengelolaan kerjasama

kepada pihak pihak ketiga yaitu pihak yang professional.

Untuk melihat pengaruh dari kerjasama antar pemerintah daerah, maka harus

terlebih dahulu melihat variabel kerjasamanya. Menurut Program S2 PLOD

UGM dan APEKSI (2007: 7) efektivitas kerjasama antar pemerintah daerah

tergantung pada tujuh variabel yaitu:

1. Transparansi

Dalam kerjasama ada transparansi (transparency), berupa kemudahan

proses pengawasan atau penegasan kepatuhan anggota dengan prinsip utama

Page 46: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

30

kerjasama. Sebuah institusi kerjasama akan efektif jika anggotanya

mematuhi aturan yang tercantum di dalam hak-hak dan kewajiban mereka.

Kepatuhan dapat dibangun dengan tiga prinsip berbeda yaitu, kemudahan

untuk mendeteksi pelanggaran yang dilakukan anggota, kemungkinan

pelanggar akan menerima sanksi, dan besarnya sanksi yang akan diterima.

Hal terpenting yang harus dikembangkan dalam menjaga efektifitas sebuah

kerjasama bukan pada pemberian sanksi ataupun besarnya sanksi, tetapi lebih

ditekankan pada deteksi akan pelanggaran yang dilakukan anggota. Karena

pemberian sanksi dalam jangka waktu lama justru akan memperlemah ikatan

kerjasama. Penggunaan rasa malu dan hukuman sosial pada anggota yang

melanggar kesepakatan kerjasama akan berfungsi sebagai kontrol pada

kepatuhan anggota. Dengan demikian kepatuhan anggota akan terjaga yang

selanjutnya bisa menjadi jaminan bagi efektivitas kerjasama yang ada.

2. Kekokohan dan keluwesan (robustness)

Efektivitas sebuah lembaga kerjasama tergantung kepada adanya

kekokohan dan keluwesan (robustness) dalam menyelesaikan segala persoalan

yang timbul dalam kerjasama, serta adanya keluwesan dalam mensikapi

perkembangan yang terjadi antar anggota tanpa melalui perubahan radikal.

Sebuah kerjasama yang terlalu rapuh (fragile) ataupun terlalu kaku (brittle)

akan menjadi tidak efektif, persoalan antar anggota dan perubahan yang

terjadi dalam lingkungan sosial dapat menjadikan kerjasama tidak efektif

apabila tidak ada prinsip yang kokoh sebagai acuan dan keluwesan dalam

mensikapi berbagai permasalahan yang timbul.

Page 47: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

31

3. Perubahan aturan (transformation rules)

Perubahan aturan (transformation rules) yang terlalu sering dilakukan

dalam lembaga kerjasama akan menjadikan kerjasama tidak efektif,

perubahan aturan justru akan melemahkan efektivitasnya karena ada

peluang bagi anggota untuk selalu merubah aturan yang dipandang

memberatkan. Perubahan aturan yang sulit dilakukan justru akan menjaga

efektivitas kerjasama karena akan mendorong anggota untuk mentaati

aturan kerjasama.

4. Kapasitas pemerintah (anggota kerjasama)

Efektivitas sebuah kerjasama sangat tergantung pada kapasitas

pemerintah (capacity of governments) anggota dalam mengimplementasikan

aturan yang telah dikeluarkan dalam wilayah yuridiksi pemerintahannya.

Keterbatasan sumberdaya pemerintah anggota kerjasama menjadi

penghambat implementasi aturan, selain itu lemahnya legitimasi

pemerintah anggota kerjasama juga akan menjadi sebab lain yang

menjadikan aturan kerjasama tidak bisa dijalankan di dalam yuridiksi

anggota. Lemahnya legitimasi menyebabkan tidak adanya kepatuhan

masyarakat pada peraturan yang dikeluarkan pemerintah. Apabila ini terjadi

maka efektivitas dari kerjasama akan melemah karena tidak bisa

diimplementasikan di dalam wilayah anggota.

5. Distribusi kekuasaan (distribution of powers)

Ketimpangan yang tajam dalam distribusi kekuasaan (distribution of

powers) di antara anggota akan membatasi efektivitas kerjasama, karena

Page 48: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

32

akan ada anggota yang sangat dominan dan dapat memaksakan kemauan pada

anggota lain. Tetapi di sisi lain akan ada anggota yang selalu berada dalam

posisi untuk tidak bisa menolak kemauan anggota yang lebih dominan.

Anggota yang mendapat kekuasaan besar cenderung bisa mengabaikan

aturan yang tidak sesuai dengan kepentingannya, sehingga mendorong

timbulnya rasa tidak suka dari anggota lain yang akan menghambat

berjalannya kerjasama. Keseimbangan pembagian kekuasaan antar anggota

akan menjadikan kerjasama lebih efektif karena tidak adanya kekuatan yang

cukup besar untuk melawan kesepakatan yang telah dibuat.

6. Tingkat ketergantungan (interdependence) antar anggotanya

Efektivitas kerjasama akan tergantung pada tingkat ketergantungan

(interdependence) antar anggotanya. Ketergantungan timbul apabila aksi dari

satu anggota mempengaruhi kesejahteraan anggota lain dalam kerjasama.

Mereka yang saling tergantung akan sangat sensitif pada perilaku satu sama

lain, sehingga antar anggota akan saling menjaga interaksi mereka untuk

tidak bertentangan dengan angota lain. Tingkat ketergantungan yang tinggi

akan meningkatkan efektivitas kerjasama karena masing-masing anggota

akan saling menjaga kepentingan anggota lain.

7. Ide intelektual (intellectual order)

Kerjasama antar daerah tidak dapat bertahan efektif dalam jangka

waktu lama apabila substruktur intelektual yang mendasarinya runtuh atau

mengalami pengikisan. Efektivitas kerjasama sangat dipengaruhi oleh

kekuatan ide dan gagasan yang mendasarinya. Sebuah bentuk kerjasama

Page 49: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

33

tidak akan efektif dan tahan lama apabila ide intelektual (intellectual order)

yang mendasarinya telah roboh, tidak peduli apakah ada ide atau gagasan

lain yang menggantikan atau tidak. Efektivitas sebuah kerjasama akan sangat

tergantung pada kuat-lemahnya ide atau gagasan yang mendasarinya.

E. Konsep Sinergitas

1. Pengertian Sinergi

Najiyati dan Rahmat dalam Rahmawti (2014) mengartikan sinergi

sebagai suatu kombinasi atau perpaduan unsur atau bagian yang dapat

menghasilkan keluaran lebih baik dan lebih besar. Menurut Podugge dalam

Puspita (2017: 22) menyatakan bahwa sinergi berarti melakukan kegiatan

secara bersama-sama, ini tentunya memerlukan koordinasi yang baik,

perasaan saling memberi, saling menguntungkan dan saling membutuhkan

untuk mencapai suatu maksud tertentu yang telah disepakati bersama. Jadi

sinergi dapat dipahami sebagai operasi gabungan atau perpaduan unsur

untuk menghasilkan output yang lebih baik. Menurut Pratiwi dalam Puspita

(2017: 23) sinergitas dapat terbangun melalui dua cara, yaitu:

a. Komunikasi

Sofyandi dan Garniwa dalam Puspita (2015: 23), pengertian komunikasi

dapat dibedakan atas dua bagian, yaitu:

1) Pengertian komunikasi yang berorientasi pada sumber menyatakan

bahwa, komunikasi adalah kegiatan dengan mana seseorang (sumber)

Page 50: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

34

secara sungguh-sungguh memindahkan stimuli guna mendapatkan

tanggapan.

2) Pengertian komunikasi yang berorientasi pada penerima memandang

bahwa, komunikasi sebagai semua kegiatan di mana seseorang

(penerima) menanggapi stimulus atau rangsangan.

b. Koordinasi

Selain adanya komunikasi, dalam menciptakan sinergitas juga

memerlukan koordinasi. Hal tersebut seperti apa yang dikatakan oleh

Hasan (2005: 18) bahwa komunikasi tidak dapat berdiri sendiri tanpa

adanya koordinasi, dalam komunikasi dibutuhkan koordinasi. Silalahi

(2011: 217) menyatakan bahwa koordinasi adalah integrasi dari kegiatan-

kegiatan individual dan unit-unit ke dalam satu usaha bersama yaitu

bekerja kearah tujuan bersama. Menurut Tripethi dan Reddy dalam

Moekijat (1994: 39-42) ada sembilan syarat untuk mewujudkan

koordinasi yang efektif, yaitu:

1) Hubungan langsung

Koordinasi dapat lebih mudah dicapai melalui hubungan pribadi

langsung diantara orang-orang yang bertanggung jawab. Melalu

hubungan pribadi langsung, ide-ide, cita-cita, tujuan-tujuan

pandangan-pandangan dapat dibicarakan dan salah paham dapat

dijelaskan jauh lebih baik ketimbang melalui metode apapun lainnya.

Page 51: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

35

2) Kesempatan awal

Koordinasi dapat dicapai lebih mudah dalam tingkat-tingkat awal

perencanaan dan pembuatan kebijaksanaan. Misalnya, sambil

mempersiapkan rencana itu sendiri ada konsultasi bersama. Dengan

cara demikian tugas penyesuaian dan penyatuan dalam proses

pelaksanaan rencana lebih mudah.

3) Kontinuitas

Koordinasi merupakan suatu proses yang kontinyu dan harus

berlangsung pada semua waktu, mulai dari tahapan perencanaan. Oleh

karena itu koordinasi merupakan dasar struktur organisasi, maka

koordinasi harus berlangsung selama perusahaan berfungsi.

4) Dinamisme

Koordinasi harus secara terus menerus diubah mengingat perubahan-

perubahan lingkungan intern maupun ekstern. Dengan kata lain

koordinasi itu jangan kaku. Koordinasi akan meredakan masalah-

masalah apabila timbul koordinasi yang baik akan mengetuai masalah

secara dini dan mencegah kejadiannya.

5) Tujuan yang jelas

Tujuan yang jelas itu penting untuk memperoleh koordinasi yang

efektif dalam suatu perusahaan, manajer-manajer bagian harus

diberitahu tentang tujuan perusahaan dan diminta agar berkerja untuk

tujuan bersama perusahaan. Suatu tujuan yang jelas dan diberikan

keselarasan tindakan.

Page 52: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

36

6) Organisasi yang sederhana

Struktur organisasi yang sederhana memudahkan koordinasi yang

efektif. Penyusunan kembali bagian-bagian dapat dipertimbangkan

untuk memiliki koordinasi yang lebih baik diantara bagian.

Pelaksanaan pekerjaan dan fungsi yang erat berhubungan dapat

ditempatkan di bawah beban seorang pimpinan apabila hak ini akan

mempermudah pengambilan tindakan yang diperlukan untuk

koordinasi agar semua bagian yang saling berhadapan dapat

dibicarakan kepada seorang atasan bersama untuk menjamin

koordinasi yang lebih baik. Suatu sub bagian merupakan suatu contoh

jelas pengelompokan ini. Suatu sub bagian membuat koordinasi lebih

mudah dan membantu penyusunan yang cepat terhadap perubahan

lingkungan.

7) Perumusan wewenang dan tanggung jawab yang jelas

Faktor lain yang memudahkan koordinasi adalah wewenang dan

tanggung jawab yang jelas untuk masing-masing individu dan bagian.

Wewenang yang jelas tidak harus mengurangi pertentangan diantara

pegawai-pegawai yang berlainan, tetapi juga membantu mereka dalam

pelaksanaan pekerjaan dengan kesatuan tujuan. Selanjutnya,

wewenang yang jelas membantu manajer dalam mengawasi bawahan

bertanggung jawab atas pelanggaran pembatasan-pembatasan.

Page 53: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

37

8) Komunikasi yang efektif

Komunikasi yang efektif merupakan salah satu persyaratan untuk

koordinasi yang baik. Melalui saling tukar informasi secara terus

menerus, perbedaan individu dan bagian dapat diatasi dan perubahan-

perubahan kebijaksanaan, penyesuaian program-program, untuk

waktu yang akan datang, dan sebagainya, dapat dibicarakan. Melalui

komunikasi yang efektif tindakan-tindakan atau pelaksanaan-

pelaksanaan pekerjaan yang bertentangan dengan tujuan-tujuan

perusahan dapat dihindarkan dan kegiatan-kegiatan keseluruhan staf

dapat diarahkan secara harmonis menuju ke pelaksanaan tujuan

perusahan yang ditentukan.

9) Kepemimpinan dan supervisi yang efektif

Suksesnya koordinasi banyak dipengaruhi oleh hakikat kepemimpinan

dan supervisi. Kepemimpinan yang efektif menjamin koordinasi

kegiatan orang-orang, baik pada tingkatan perencanaan maupun pada

tingkat pelaksanaan. Kepemimpinan yang efektif merupakan metode

koordinasi yang paling baik dan tidak ada lain yang dapat

menggantikannya.

2. Jenis Sinergi Kelembagaan

`Sinergi kelembagaan, baik antar kelembagaan negara dan/atau instansi

pemerintahan maupun dengan organisasi masyarakat madani sesungguhnya

telah lama menjadi pusat perhatian di negara-negara demokrasi modern.

Negara-negara maju yang menerapkan sistem demokrasi modern yang

Page 54: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

38

tergabung dalam Organization for Economic Cooperation and Development

menyatakan bahwa sinergi kelembagaan ikut menentukan suksesnya

pelaksanaan pembangunan. Organization for Economic Cooperation and

Development dalam Puspita (2017: 25) mendefinisikan beberapa jenis

sinergi, yaitu:

a. Sinergi Horizontal

Sinergi horizontal yaitu semua bentuk sinergi, koordinasi dan

sinkronisasi antar kelembagaan negara dan/atau instansi pemerintahan

yang diajukan untuk meminimalkan semua potensi dan peluang

inkonsistensi penerapan kebijakan publik yang digagas oleh masing-

masing instansi pada sektor tertentu. Sinergi horizontal juga ditujukan

untuk mencegah semua bentuk pertentangan dari pencapaian tujuan

kebijakan publik yang berbeda. Sinergi horizontal merupakan salah satu

pilar penting yang mencerminkan pemerintahan yang kokoh, kuat,

tangguh dan berwibawa.

Beberapa langkah pendekatan pada pemeliharaan dan pemantapan

sinergi horizontal antar kelembagaan negara dan/atau instansi

pemerintahan, antara lain adalah memastikan bahwa semua pemangku

kepentingan pembangunan telah dilibatkan pada proses penetapan

kebijakan guna mengurangi resiko konflik kebijakan; perluasan dan

percepatan fasilitasi komunikasi kebijakan bagi para pemangku

kepentingan; pengawasan kolektif pada pelaksanaan berbagai kebijakan

publik; penetapan mediator dan arbiter diantara kalangan pemerintahan

Page 55: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

39

guna memfasilitasi penerapan kebijakan yang koheren dan efektif serta

pemeliharaan hubungan kerja yang bersifat kolaboratif antar semua

sektor pemerintahan.

b. Sinergi Vertikal

Yaitu semua bentuk sinergi koordinasi dan sinkronisasi unit kerja

dalam sebuah kelembagaan negara dan/atau instansi pemerintahan guna

memberikan pelayanan publik yang terbaik. Sinergi vertikal ditujukan

utamanya untuk mencegah semua bentuk inkonsistensi internal dalam

sebuah instansi, khusunya pada lingkup pemerintahan yang kredibel dan

akuntabel dalam pemberian layanan bagi para pemengku kepentingan

pembangunan.

Untuk memantapkan sinergi vertikal langkah pendekatan yang

dapat ditempuh antara lain adalah dengan menerapkan rezim manajemen

kinerja dan evaluasi kebijakan, fasilitasi komunikasi kebijakan internal

instansi pemerintahan dan pemeliharaan hubungan kerja yang bersifat

kolaboratif antar seluruh unit kerja di instansi pemerintahan.

c. Sinergi Temporal

Yaitu semua bentuk sinergi dan koordinasi serta sinkronisasi antar

kelembagaan negara dan/atau instansi pemerintahan baik yang bersifat

eksternal maupun internal yang ditujukan untuk menyikapi isu dan

kondisi yang bersifat insidentil dan kontijensi ditengah pelaksanaan

agenda pembangunan. Sinergi temporal adalah pilar penting bagi

pemerintahan yang tanggap, responsif dan antisipatif dalam menyikapi

Page 56: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

40

beragam dinamika pembangunan peradaban, khusunya yang bersifat

gejolak dan mendadak.

Pemantapan sinergi temporal dapat diupayakan dengan

memperbesar kualitas sinergi vertikal dan horizontal antar instansi

pemerintahan. Pemeliharaan sinergi temporal juga dapat dilakukan

dengan memperbesar lingkup kerjasama kolaboratif instansi

pemerintahan dengan beragam komponen masyarakat sipil.

Page 57: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Ulber (2009:

27) penelitian deskriptif merupakan penelitian yang menyajikan suatu

gambaran yang terperinci tentang satu situasi khusus, setting social, atau

hubungan. Peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan tujuan

untuk menggambarkan sinergitas Pemerintah Kabupaten Pacitan, Kabupaten

Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul dalam pengelolaan Gunung Sewu

UNESCO Global Geopark secara sistematis, faktual, dan akurat. Pendekatan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan kualitatif.

Menurut Sugiyono (2014: 9) metode penelitian kualitatif adalah metode

penelitian untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, instrumen

kuncinya adalah peneliti itu sendiri, teknik pengumpulan data dilakukan

dengan cara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/deduktif, dan

hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Kondisi alamiah yang dimaksud adalah kondisi dimana obyek berkembang apa

adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak

mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut. Peneliti menggunakan

Page 58: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

42

pendekatan kualitatif karena obyek pada penelitian ini mempunyai kondisi

yang alamiah.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian digunakan untuk membatasi cakupan masalah dan

daerah yang akan diteliti. Menurut Sugiyono (2014 : 207) fokus adalah batasan

masalah dalam penelitian kualitatif, yang berisi pokok masalah yang masih

bersifat umum. Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sinergitas Pemerintah Kabupaten Pacitan, Kabupaten Wonogiri dan

Kabupaten Gunungkidul dalam pengelolaan Gunung Sewu UNESCO

Global Geopark:

a. Komunikasi

b. Koordinasi

1) Hubungan langsung

2) Kesempatan awal

3) Kontinuitas

4) Dinamisme

5) Tujuan yang jelas

6) Organisasi yang sederhana

7) Perumusan wewenang dan tanggung jawab yang jelas

8) Komunikasi yang efektif

9) Kepemimpinan supervisi yang efektif

Page 59: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

43

2. Tantangan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Pacitan, Kabupaten

Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul dalam pengelolaan Gunung Sewu

UNESCO Global Geopark.

C. Lokasi dan Situs Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat peneliti menggambarkan keadaan yang

sebenarnya dari obyek yang diteliti. Adapun lokasi pada penelitian ini

bertempat di Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten

Pacitan. Situs penelitian adalah tempat dimana peneliti menggambarkan pusat

penelitian dari obyek yang diteliti. Adapun situs pada penelitian ini bertempat

di Sekretariat Daerah Kabupaten Gunungkidul, Sekretariat Daerah Kabupaten

Wonogiri dan Sekretariat Daerah Kabupaten Pacitan. Alasan peneliti memilih

Kabupaten Gunungkidul karena Sekretariat BKAD Pawonsari berada dibawah

Sekretariat Daerah Kabupaten Gunungkidul. Pemilihan Kabupaten Wonogiri

dan Kabupaten Pacitan karena keduanya merupakan dua daerah yang ikut serta

dalam kerjasama.

D. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan 2 (dua) jenis data yaitu data primer dan data

sekunder. Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah dari informan

dan dokumentasi. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Page 60: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

44

1. Data Primer

Data ini diperoleh dari informasi yang didapat secara langsung dari

sumber data yang akan diteliti. Informan dalam penelitian ini adalah

a. Bapak Teguh S selaku Kepala Bagian Kerjasama Sekretariat

Daerah Kabupaten Gunungkidul

b. Ibu Retno Utari selaku Kepala Bagian Kerjasama Sekretariat

Daerah Kabupaten Wonogiri

c. Bapak Tulus Wahyudi Saptono Putro selaku Kasubag Kerjasama

Sekretariat Daerah Kabupaten Pacitan

d. Bapak Fredy selaku perwakilan Dinas Pariwisata Kabupaten

Wonogiri

2. Data Sekunder

Data ini diperoleh secara tidak langsung dan merupakan data

pendukung bagi penelitian yang dilakukan. Data sekunder meliputi

dokumen, foto, arsip, buku, jurnal dan laporan resmi yang berkaitan

dengan penelitian ini. Dokumen yang termasuk data sekunder yang

digunakan sebagai pendukung dalam penelitian ini yaitu:

a. Kesepakatan Bersama antara Menteri Energi Dan Sumber Daya

Mineral, Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan, Menteri

Pariwisata, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Gubernur

Jawa Tengah, Gubernur Jawa Timur, Bupati Gunungkidul, Bupati

Wonogiri dan Bupati Pacitan tentang Pengembangan dan

Pelestarian Geopark Gunung Sewu

Page 61: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

45

b. Peraturan Bersama Bupati pacitan, Bupati Wonogiri dan Bupati

Gunungkidul Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pembentukan

Pengelola Gunung Sewu UNESCO Global Geopark

c. Keputusan Bupati Gunungkidul Nomor 171/KPTS/TIM/2017

tentang pembentukan pengelola Gunung Sewu UNESCO Global

Geopark

E. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini terdapat tiga teknik pengumpulan data yaitu

observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berikut penjelasannya:

1. Observasi

Peneliti melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti

dan pengamatan ini dilakukan dengan waktu yang berbeda-beda. Hal ini

bertujuan agar peneliti mengetahui fakta atau kenyataan dari kerjasama

Pemerintah Kabupaten Pacitan-Kabupaten Wonogiri-Kabupaten

Gunungkidul dalam pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark.

Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

observasi terus terang.

2. Wawancara

Teknik yang dilakukan dalam mengumpulkan data selanjutnya dengan

wawancara, peneliti melakukan tanya jawab secara langsung terhadap

informan yang sudah ditetapkan. Hal ini bertujuan dengan melakukan

wawancara, peneliti bisa mendapatkan data/informasi yang valid/benar.

Page 62: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

46

Teknik wawancara dalam penelitian ini adalah teknik wawancara

terstruktur.

3. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data ketiga yang digunakan oleh peneliti adalah

dokumentasi, yaitu mengutip atau menyalin dokumen yang relevan untuk

digunakan sebagai data dalam penelitian. Hal ini bertujuan untuk

mendukung data-data observasi dan wawancara, guna meyakinkan bahwa

data yang diperoleh valid.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen Penelitian merupakan alat atau sarana yang digunakan dalam

mengumpulkan data-data penelitian. Karena salah satu teknik pengumpulan

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, sehingga

instrumen penelitian yang digunakan sebagai berikut:

1. Peneliti itu sendiri, karena peneliti yang melakukan wawancara terhadap

informan

2. Pedoman wawancara (interview guide) daftar pertanyaan yang digunakan

untuk membatasi dan mengarahkan peneliti dalam mencari data-data yang

diperlukan sesuai dengan fokus yang telah ditetapkan

3. Perekam suara dan kamera untuk dokumentasi sebagai alat penunjang untuk

pungumpulan data

Page 63: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

47

G. Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data model Creswell. Berikut

ini merupakan langkah-langkah analisis data menurut Creswell (2015: 254):

1. Mengorganisasikan Data (Manajemen Data)

Manajemen data, lingkaran pertama dalam spiral tersebut,

mengawali proses analisis data. Pada tahap awal tersebut, para peneliti

biasanya mengorganisir data mereka kedalam file-file komputer. Di

samping mengorganisasikan file-file, para peneliti mengonversi file-file

mereka menjadi satuan-satuan teks yang sesuai (misalnya, sebuah kata,

sebuah kalimat, sebuah cerita lengkap) untuk analisis baik dengan tangan

ataupun dengan komputer. Bahan-bahan harus mudah ditempatkan dalam

database yang besar dari teks (atau gambar).

2. Membaca dan Membuat Memo (Memoing)

Setelah mengorganisasikan data, para peneliti melanjutkan proses

analisis dengan memaknai data base tersebut secara keseluruhan. Agar

dalam Cresswel (2015: 256) menyarankan agar peneliti membaca transkrip-

transkrip tersebut secara keseluruhan beberapa kali, menenggelamkan diri

dalam detailnya, mencoba memaknai wawancara tersebut sebagai sebuah

kesatuan sebelum memecahnya menjadi bagian-bagian. Menulis catatan

atau memo dibagian tepi dari catatan lapangan atau transkrip atau dibawah

foto akan membantu dalam proses awal eksplorasi data base. Memo ini

berupa frasa pendek, ide, atau konsep penting yang muncul dalam pikiran

analisis ketika memeriksa semua catatan lapangan mulai dari pengamatan,

Page 64: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

48

transkrip wawancara, bukti jejak fisik, dan bahan audio visual

mengesampingkan pertanyaan yang telah diajukan sebelumnya sehingga

dapat memahami apa yang dikatakan oleh partisipan yang diwawancarai.

3. Mendeskripsikan, Mengklasifikasikan, dan Menafsirkan Data Menjadi Kode

dan Tema.

Langkah berikutnya adalah bergerak dari tahap membaca dan

membuat memo dalam spiral tersebut menuju tahap untuk mendeskripsikan,

mengklasifikasikan, dan menafsirkan data. Dalam lingkaran ini,

pembentukan kode atau kategori merupakan jantung analisis data kualitatif.

Peneliti membuat deskripsi secara detail, mengembangkan tema atau

dimensi, dan memberikan penafsiran menurut sudut pandang mereka dan

dari perspektif yang ada dalam literature. Proses pengodean (coding)

dimulai dengan mengelompokkan data teks atau visual menjadi kategori

informasi yang lebih kecil. Mencari bukti untuk kode tersebut dari berbagai

data base yang digunakan dalam studi, kemudian memberikan label pada

kode tersebut. Setelah tahap pengodean, berikutnya adalah tahap klasifikasi,

yaitu memilah-milah teks atau informasi kualitattif, dan mencari kategori,

tema, atau dimensi informasi. Sebagai bentuk analisis yang popular

klasifikasi dimulai dengan mengidentifikasi lima hingga tujuh tema umum.

Tema dalam penelitian kualitatif (juga disebut kategori) adalah satuan

informasi yang luas yang tersusun dari beberapa kode yang dikelompokkan

untuk membentuk ide umum. Yang ketiga adalah menafsirkan data,

penafsiran dalam penelitian kualitatif adalah keluar dari kode dan tema

Page 65: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

49

menuju makna yang lebih luas dari data. Hal ini merupakan proses yang

dimulai dengan pengembangan kode, pembentukan tema dari kode tersebut

dan disusul dengan pengorganisasian tema menjadi satuan abstraksi yang

lebih luas untuk memaknai data. Peneliti akan menghubungkan

penafsirannya dengan literature riset yang lebih luas yang dikembangkan

oleh ilmuwan lain.

4. Menyajikan data dan memvisualkan data

Pada fase akhir peneliti menyajikan data yaitu mengemas apa yang

ditemukan dalam bentuk teks, tabel, atau bagan atau gambar.

Berikut gambar tahapan atau alur analisis data menurut Creswell:

Gambar 3. Spiral Analisis Data

Sumber : Creswell (2015: 255)

Page 66: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

50

H. Keabsahan Data

Setiap penelitian perlu dilakukan uji kebasahan data, hal ini bertujuan

agar hasil penelitian bisa valid, akurat, dan reliabel. Uji keabsahan data juga

dilakukan agar hasil penelitian bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Untuk menguji kebeneran dari hasil penelitian digunakan uji kredibilitas,

dalam menguji kebenaran dari hasil penelitian, peneliti menggunakan metode

triangulasi. Menurut Sugiyono (2014: 273) triangulasi dalam pengujian

kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber, berbagai

cara, dan berbagai waktu. Peneliti menggunakan triangulasi sumber data dan

triangulasi teknik pengumpulan data, berikut penjelasannya:

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang sudah

didapatkan dari lapangan melalui beberapa sumber. Jadi data tidak

bersumber dari satu sumber di satu tempat saja, tetapi juga dari daerah lain

yang melakukan kerjasama pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global

Geopark.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek kepada sumber yang

sama, namun menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda. Jadi

tidak hanya menggunakan teknik wawancara saja dalam pengumpulan

data, tetapi juga menggunakan teknik pengumpulan data observasi dan

dokumentasi.

Page 67: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

51

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

1. Gunung Sewu UNESCO Global Geopark

Tahun 2004 United Nations of Educational, Scientific and Cultural

Organization (UNESCO) membentuk Global Geopark Network (GGN),

yaitu suatu jaringan pertukaran dan kerjasama global terkait warisan

geologi. Warisan geologi yang menjadi anggota GGN disebut dengan

UNESCO Global Geopark. UNESCO Global Geopark adalah area

geografis terpadu di mana situs dan lanskap geologi dikelola dengan

konsep perlindungan holistik, pendidikan dan pembangunan berkelanjutan

melalui pendekatan bottom-up. Saat ini, terdapat 120 UNESCO Global

Geoparks yang tersebar di 33 negara.

Menurut Oktariadi dalam landspatial.bappenas.go.id anggota GGN

mempunyai kewajiban untuk (1) Melakukan pelestarian peninggalan

geologi agar dapat diketahui oleh generasi saat ini dan masa depan. (2)

Mendidik dan mengajarkan kepada masyarakat mengenai ilmu geologi

serta kaitannya dengan permasalahan lingkungan. (3) Melakukan

pembangunan sosio‐ekonomi dan budaya yang berkelanjutan. (4)

Membangun jembatan multi‐budaya untuk warisan dan konservasi serta

melakukan pemeliharaan baik budaya maupun geologi, menggunakan

Page 68: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

52

skema partisipasi dan co‐partnership. (5) Menginisiasi adanya penelitian

geologi. (6) Aktif dalam memberikan kontribusi terhadap kehidupan

jaringan melalui kerjasama inisiatif (publikasi, komunikasi, pertukaran

informasi, partisipasi dalam pertemuan dan proyek‐proyek), dan (7)

kontribusi artikel ke GGN Newsletters, buku dan publikasi lainnya.

Terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui untuk menjadi anggota

GGN. Tahapan-tahapan tersebut terdiri dari aspiring geopark,

mengundang GGN UNESCO, mengirimkan dossier (laporan) sesuai

dengan pedoman GGN UNESCO, verifikasi dokumen dan pengecekan

dossier (laporan), dekstop evaluation, field asessment oleh Assesor GGN

UNESCO lalu yang tekahir adalah pengumuman. Dari tahapan Aspiring

Geopark hingga pengumuman membutuhkan waktu selama satu tahun.

Tahapan-tahapan tersebut dalam dilihat dalam gambar dibawah ini:

Gambar 4. Alur Menjadi Anggota Global Geopark Network (GGN)

Sumber: landspatial.bappenas.go.id, 2014

Page 69: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

53

Gunung Sewu dinobatkan menjadi UNESCO Global Geopark oleh

UNESCO pada tanggal 21 September 2015. Masuknya Gunung Sewu

tersebut merupakan hasil keputusan Simposium Geoparks Network Asia-

Pasifik yang ke-4, di San’in Kaigan Geopark, Jepang, pada tanggal 15

hingga 20 September 2015. Perjuangan untuk menjadi anggota Global

Geopark Network (GGN) UNESCO melewati proses yang panjang. Pada

Koferensi GGN UNESCO pada 17-22 September 2014 di Saint John, New

Bruwnswich, Kanada, Gunung Sewu gagal menjadi anggota GGN

UNESCO. Hal tersebut dikarenakan hanya geosite Gunung Sewu yang

berada di Kabupaten Pacitan yang diajukan oleh Pemerintah Kabupaten

Pacitan, padahal Gunung Sewu memanjang dan berada di tiga wilayah

yang berbeda. Kemudian setelah itu disepakati pengembangan dan

pelestarian geopark Gunung Sewu bersama-sama oleh Pemerintah

Kabupaten Pacitan-Kabupaten Wonogiri-Kabupaten Gunungkidul

(www.pacitanku.com).

Gambar 5. Peta Gunung Sewu UNESCO Global Geopark

Sumber : Dokumen Kabupaten Gunungkidul, 2017

Page 70: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

54

Gunung Sewu UNESCO Global Geopark merupakan taman geologi

dengan luas wilayah mencapai 1.802 km² sehingga secara administratif

masuk dalam tiga provinsi yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah dan Daerah

Istimewa Yogyakarta. Selain nilai estetis dan rekreasinya, Gunung Sewu

kaya akan keanekaragaman hayati, arkeologi, sejarah dan aspek budaya.

Gunung Sewu merupakan zona kapur pegunungan besar yang ditandai

oleh bukit-bukit karst berbentuk kerucut. Maulipaksi (pada website

www.kemdikbud.go.id) menyatakan bahwa bentang alam karst tumbuh

melalui pembubaran, bermula saat batu kapur terangkat dari dasar laut

sekitar 1,8 juta tahun yang lalu. Hal tersebut kemudian menyebabkan

pembentukan teras pantai dan sungai serta singkapan batu pasir. Tanda-

tanda awal dari kelahiran manusia telah ada sekitar 180.000 tahun yang

lalu, dengan bukti pemukiman di sepanjang bantaran sungai dan di batu

kapur batu-tempat penampungan dan gua di Gunung Sewu.

Gambar 6. Geosite Goa Gong di Kabupaten Pacitan

Sumber: wisata.pacitan.go.id

Page 71: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

55

Goa Gong merupakan salah satu geosite Gunung Sewu UNESCO Global

Geopark yang berada di wilayah Kabupaten Pacitan. Goa Gong

merupakan salah satu bukti kelahiran manusia telah ada sekitar 180.000

tahun yang lalu.

2. Badan Kerjasama Antar Daerah (BKAD) Pacitan-Wonogiri-

Wonosari (Pawonsari)

Anggota Badan Kerjasama Antar Daerah (BKAD) Pacitan-

Wonogiri-Wonosari (Pawonsari) terdiri dari Kabupaten Pacitan Provinsi

Jawa Timur, Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten

Gunungkidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten Pacitan

terdiri dari 12 kecamatan, yaitu Punung, Donorojo, Pacitan, Pringkuku,

Nawangan, Kebonagung, Tegalombo, Arjosari, Bandar, Sudimoro,

Tulakan, Ngadirojo (Kabupaten Pacitan Dalam Angka, 2017). Kabupaten

Wonogiri terdiri dari 25 kecamatan, yaitu Pracimantoro, Paranggupito,

Batuwarno, Baturetno, Giritontro, Giriwoyo, Girimarto, Manyaran,

Karangtengah, Tirtomoyo, Nguntoronadi, Eromoko, Wuryantoro, Selogiri,

Wonogiri, Ngadirojo, Sidoharjo, Kismantoro, Purwantoro, Bulukerto,

Puhpelem, Slogohimo, Jatiroto, Jatisrono, Jatipurno (Kabupaten Wonogiri

Dalam Angka, 2017). Sedangkan Kabupaten Gunungkidul terdiri dari 18

kecamatan, yaitu Panggang, Purwosari, Paliyan, Ponjong, Playen, Patuk,

Saptosari, Tepus, Tanjungsari, Rongkop, Girisubo, Semin, Semanu,

Karangmojo, Wonosari, Gedangsari, Nglipar, Ngawen (Kabupaten

Gunungkidul Dalam Angka, 2017). Secara geografis wilayah Pawonsari

Page 72: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

56

berada pada 110º21’-111º25’BT dan 7º32’-8º9’ LS (Suryani, 2006: 88-89).

Adapun batas-batas wilayah Pawonsari adalah:

a. Utara : Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten

Klaten dan Kabupaten Sleman.

b. Selatan : Samudera Indonesia

c. Barat : Kabupaten Bantul

d. Timur : Kabupaten Trenggalek

Berdasarkan Dokumen Kerjasama BKAD Pawonsari dijelaskan

bahwa Program Pacitan-Wonogiri-Wonosari (Pawonsari) merupakan cikal

bakal terbentuknya BKAD Pawonsari. Program Pawonsari merupakan

implementasi pasal 65 Undang-undang No. 5 Tahun 1974 yang digagas

oleh Bupati Pacitan H. Mochtar Abdul Kadir pada tahun 1986. Pawonsari

saat itu belum terbentuk menjadi sebuah badan sebagaimana sekarang ini,

semua kegiatan lintas batas dikendalikan dan berada dibawah kewenangan

Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Pusat, sehingga implementasi

kegiatannya masih dalam batas wacana dan belum memenuhi harapan

sebagaimana maksud dan tujuan adanya program tersebut. Fokus Program

Pawonsari saat itu yaitu penanganan wilayah perbatasan yang seringkali

terabaikan oleh Pemerintah Pusat, hal tersebut membuat adanya

kesenjangan hasil (outcome) dari pembangunan wilayah perbatasan.

Kesenjangan tersebut dapat dilihat dari pendekatan pembangunan IPM,

komponen pendidikan (lama pendidikan dan melek huruf) dan daya beli

masyarakat.

Page 73: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

57

Secara administratif wilayah perbatasan adalah suatu kesatuan atau

suatu bagian dari daerah-daerah, sedangkan secara strategis wilayah

perbatasan merupakan pintu gerbang memasuki wilayah atau daerah yang

dapat menggambarkan keadaan dan ciri khas suatu daerah. Program

Pawonsari secara substansi mempunyai tujuan meningkatkan derajat

kesejahteraan masyarakat di sekitar wilayah perbatasan. Program

Pawonsari mempunyai peran yang sangat strategis yaitu sebagai wahana

untuk menjalin kerjasama antar daerah perbatasan dalam rangka

memecahkan permasalahan-permasalahan yang ada di wilayah perbatasan.

Faktor pendorong lain terbentuknya program Pawonsari antara lain yaitu

adanya kesamaan potensi sumberdaya alam seperti bahan tambang, hasil

hutan, pertanian, pariwisata alam (pantai dan goa) dan adanya kesamaan

sosio kultural yaitu cara pandang, pola pikir, perilaku dan budaya

masyarakat di tiga kabupaten.

Tahun 1995-2000 Program Pawonsari masih sebatas wacana,

sinkronisasi rencana program penanganan perbatasan dilaksanakan melalui

rapat koordinasi perbatasan (rakortas) yang diselenggarakan di tingkat

provinsi, antara Provinsi Jawa Timur dengan Jawa Tengah. Sejak

digulirkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah, dengan sendirinya payung hukum yang digunakan

mengalami perubahan. Bupati Pacitan, Bupati Wonogiri dan Bupati

Gunungkidul periode 2001-2006 mempunyai keinginan yang sama untuk

membuka isolasi daerah khususnya di wilayah perbatasan antara

Page 74: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

58

Kabupaten Pacitan, Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul.

Keinginan tersebut diwujudkan dengan kesepakatan bersama antara tiga

derah perbatasan, yakni dengan ditandatangani Kesepakatan Bersama

antara Bupati Pacitan, Bupati Wonogiri dan Bupati Gunungkidul.

Tindak lanjut dari Kesepakatan Bersama tersebut dibentuklah Badan

Kerjasama Antar Daerah Pacitan, Wonogiri, Wonosari (Gunungkidul) atau

disingkat BKAD Pawonsari guna menangani program-program

pembangunan di kawasan perbatasan dalam mewujudkan sinkronisasi dan

pelaksanaan program. Kegiatan BKAD Pawonsari dibiayai bersama dari

dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) masing-masing

dengan memberikan kontribusi yang besarannnya disesuaikan dengan

kesepakatan bersama. Kesekretariatan dilaksanakan secara bergantian

dengan urutan sebagai berikut:

a. Periode I tahun 2002-2006 sekretariat berada di Kabupaten Wonogiri

b. Peridoe II tahun 2006-2009 sekretariat berada di Kabupaten

Gunungkidul

c. Periode III tahun 2009-2012 sekretariat berada di Kabupaten Pacitan

d. Periode IV tahun 2012-2015 sekretariat berada di Kabupaten Wonogiri

e. Periode V tahun 2015-2018 sekretariat berada di Kabupaten

Gunungkidul

Page 75: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

59

Bagan 1. Struktur Organisasi BKAD Pawonsari Sumber: Olahan Penulis berdasarkan wawancara dengan Bapak Teguh

selaku Kepala Bagian Kerjasama Sekretariat Daerah Kabupaten

Gunungkidul, 2018

Penanggungjawab BKAD Pawonsari adalah Bupati Pacitan, Bupati

Wonogiri, dan Bupati Gunungkidul. Ketua BKAD Pawonsari adalah

Sekretaris Daerah Kabupaten Gunungkidul, Wakil Ketua I adalah

Sekretaris Daerah Pacitan dan Wakil Ketua II adalah Sekretaris Daerah

Kabupaten Wonogiri. Setiap daerah mempunyai koordinator masing-

masing dan setiap daerah memiliki penghubung dan pokja-pokja, yaitu

pokja pemerintahan, pokja fisik, pokja pariwisata, pokja sosek, pokja

visualisasi.

Koordinator

Program

Gunungkidul

Penghubung Gunungkidul

Pokja Sosek

Pokja Visualisasi

Pokja Pemerintahan

Pokja Fisik

Pokja Pariwisata

Koordinator

Program Wonogiri

Penghubung Wonogiri

Pokja Pemerintahan

Pokja Fisik

Pokja Pariwisata

Pokja Sosek

Pokja Visualisasi

Koordinator

Program Pacitan

Penghubung Pacitan

Pokja Pemerintahan

Pokja Fisik

Pokja Pariwisata

Pokja Sosek

Pokja Visualisasi

Penanggung Jawab

Ketua

Wakil Ketua I

Wakil Ketua II

Sekretaris I

Sekretaris II

Bendahara

Page 76: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

60

B. Penyajian Data

1. Sinergitas Pemerintah Kabupaten Pacitan, Kabupaten Wonogiri dan

Kabupaten Gunungkidul dalam pengelolaan Gunung Sewu UNESCO

Global Geopark

Kerjasama pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark

dilakukan oleh Bagian Kerjasama Sekretariat Daerah Kabupaten Pacitan,

Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul. Komunikasi dilakukan

oleh tiga daerah, setiap daerah dapat menjadi pengirim maupun penerima

pesan. Koordinasi dilakukan oleh ketiga daerah sesuai dengan tugasnya

masing-masing. Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul sebagai

koordinator, Pemerintah Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Wonogiri

sebagai anggota. Ruang lingkup komunikasi dan koordinasi meliputi (a)

kelengkapan dokumen administrasi, (b) penyediaan sarana dan prasarana,

(c) pengembangan pariwisata dan pendidikan, (d) pengembangan partisipasi

masyarakat, (e) pembentukan lembaga pengelola (f) pendampingan,

pelatihan dan sosialisasi, (g) pengembangan, pelestarian, perlindungan dan

konservasi, serta (h) hal-hal lain yang disepakati oleh ketiga daerah.

Sinergitas Pemerintah Kabupaten Pacitan, Kabupaten Wonogiri dan

Kabupaten Gunungkidul dalam pengelolaan Gunung Sewu UNESCO

Global Geopark dapat dilihat sebagai berikut:

a. Komunikasi

Komunikasi merupakan hal yang penting dalam proses kerjasama

antar daerah, dengan adanya komunikasi maka tujuan serta langkah-

Page 77: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

61

langkah yang akan diambil dalam proses kerjasama dapat disusun sesuai

dengan kehendak ketiga daerah. Komunikasi yang baik akan terjadi

apabila setiap daerah dapat terbuka satu sama lain. Dalam kerjasama

pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark ini komunikasi

dilakukan oleh perwakilan masing-masing pemerintah daerah.

Perwakilan masing-masing daerah tersebut diambil dari bagian kerjasama

Sekretariat Daerah masing-masing daerah.

Berdasarkan Kesepakatan Bersama, Pemerintah Kabupaten yang

menjadi Ketua BKAD Pawonsari juga dijadikan sebagai koordinator

pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark. Sehingga

koordinator kerjasama pengelolaan Gunung sewu UNESCO Global

Geopark adalah Pemerintah Kabupaten Gunungkidul. Meskipun

Pemerintah Kabupaten Gunungkidul sebagai koordinator, tetapi inisiatif

untuk melakukan komunikasi tidak hanya dimulai dari Pemerintah

Kabupaten Gunungkidul, tetapi juga dari Pemerintah Kabupaten

Wonogiri dan Kabupaten Pacitan, hal ini sesuai dengan pernyataan

Bapak Teguh selaku Kepala Bagian Kerjasama Sekretariat Daerah

Kabupaten Gunungkidul bahwa masing-masing daerah mempunyai

kepentingan yang sama untuk mengembangkan Gunung Sewu UNESCO

Global Geopark sehingga inisiatif bisa datang dari Sekda Kabupaten

Gunungkidul, Sekda Kabupaten Pacitan maupun Sekda Kabupaten

Wonogiri (wawancara pada 20 Mei 2018 via email).

Page 78: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

62

Pemerintah Kabupaten Pacitan, Kabupaten Wonogiri dan

Kabupaten Gunungkidul mempunyai inisiatif untuk melakukan

komunikasi terlebih dahulu, karena setiap daerah mempunyai perannya

masing-masing dalam pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global

Geopark. Inisiatif untuk berkomunikasi terlebih dahulu membuat seluruh

informasi dapat tersampaikan dan informasi tersebut diketahui oleh daerah

lain untuk selanjutnya ditindaklanjuti. Setiap daerah harus menjaga

komunikasi antara satu dengan yang lainnya, karena kesibukan masing-

masing perangkat daerah berbeda-beda, sehingga antar daerah harus

menjaga hubungannya, hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu Retno Utari

selaku Kepala Bagian Kerjasama Sekretariat Daerah Kabupaten Wonogiri

bahwa antar daerah harus saling menjaga hubungan yang telah terjalin

selama ini (Wawancara pada 20 April 2018 bertempat di Sekretariat

Daerah Wonogiri).

Komunikasi dalam kerjasama pengelolaan Gunung Sewu

UNESCO Global Geopark dilakukan secara langsung dengan bertatap

muka maupun secara tidak langsung melalui media lainnya, yaitu melalui

grup whatsapp dan email. Komunikasi secara langsung dilakukan melalui

pertemuan antar pemerintah daerah dengan agenda yang telah ditetapkan

sebelumnya, hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Teguh selaku Kepala

Bagian Kerjasama Sekretariat Daerah Kabupaten Gunungkidul sebagai

berikut:

“Menyelenggarakan pertemuan antar kabupaten sehingga media

untuk melakukan koordinasi, konsolidasi dan pertukaran informasi

Page 79: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

63

tentang pengembangan geosite antar kabupaten sehingga satu

kabupaten dapat mengembangkan potensi daerah masing-masing

dengan terus belajar dari daerah lainnya (wawancara pada 24 April

2018 bertempat di Sekretariat Daerah Gunungkidul).”

Pertemuan dilakukan melalui forum-forum resmi, maupun forum yang

bersifat insidental. Forum resmi dilakukan sekurang-kurangnya tiga bulan

sekali, dalam forum ini biasanya mempunyai agenda untuk membahas

permasalahan yang dihadapi terkait pengelolaan Gunung Sewu UNESCO

Global Geopark dan cara penyelesaian masalah tersebut, hal ini sesuai

dengan pernyataan Bapak Teguh selaku Kepala Bagian Kerjasama

Sekretariat Daerah Kabupaten Gunungkidul sebagai berikut:

“Untuk forum resmi dilakukan secara langsung dalam rapat-rapat

antar perangkat daerah terkait yang difasilitasi oleh Sekretariat

BKAD Pawonsari atau oleh masing-masing anggota sesuai

kebutuhan, sekurang-kurangnya tiga bulan sekali dengan

permasalahan permasalahan pengelolaan geopark dan cara

penyelesaiannya (wawancara pada 24 April 2018 bertempat di

Sekretariat Daerah Gunungkidul).”

Meskipun dilaksanakan sekurang-kurangnya tiga bulan sekali, tetapi

pertemuan dapat dilaksanakan kurang dari tiga bulan atau dapat lebih dari

tiga bulan. Pertemuan tersebut dilakukan dapat dilakukan apabila terdapat

hal yang mendesak dan hanya dapat disampaikan dalam forum resmi,

seperti pertemuan atau rapat-rapat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu

Retno Utari selaku Kepala Bagian Kerjasama Sekretariat Daerah

Kabupaten Wonogiri bahwa intensitas pertemuan menurut kebutuhan yang

membahas tentang pengembangan geopark kedepan (wawancara pada 20

April 2018 bertempat di Sekretariat Daerah Kabupaten Wonogiri).

Page 80: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

64

Gambar 7. Pertemuan yang dilakukan oleh perwakilan

dari Pemerintah Kabupaten Pacitan-Kabupaten

Wonogiri-Kabupaten Gunungkidul di

Kabupaten Pacitan

Sumber: Dokumentasi Sekretariat Daerah Kabupaten Pacitan, 2015

Selain melakukan komunikasi secara langsung melalui forum-

forum resmi, komunikasi juga dilakukan secara tidak langsung melalui

surat menyurat. Surat menyurat dapat dilakukan melalui pos maupun juga

surat menyurat secara elektronik atau email, hal ini sesuai dengan

pernyataan Bapak Teguh selaku Kepala Bagian Kerjasama Sekretariat

Daerah Kabupaten Gunungkidul bahwa komunikasi yang dilakukan oleh

ketiga daerah melalui surat menyurat serta melalui forum-forum

koordinasi yang dilakukan secara formal melalui perangkat daerah terkait

dari masing-masing kabupaten (wawancara pada 20 Mei 2018 melalui

email).

Page 81: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

65

Setiap tahun masing-masing daerah membuat laporan

pertanggungjawaban yang diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten

Gunungkidul sebagai koordinator, komunikasi berkaitan laporan

pertanggungjawaban tersebut dilakukan melalui grup whatsapp dan email.

Masing-masing kabupaten mengirimkan data-data berupa dokumen

kegiatan dan foto-foto ke Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul, hal

ini sesuai dengan pernyataan Ibu Retno Utari selaku Kepala Bagian

Kerjasama Sekretariat Daerah Wonogiri sebagai berikut:

“Lewatnya pakai grup juga, jadi data-data dimasukkan dari

masing-masing kabupaten ke Gunungkidul ke Dinas Pariwisatanya

di Pak Hari. Jadi dikumpulkan data dari masing-masing kabupaten

ya isinya dokumen kegiatan, foto-foto, itu kan unsurnya tiga ya

geopark itu kan edukasi, konservasi sama pemberdayaan

masyarakat. Ada unsur pendidikan, pelestariaan sama

pemberdayaan masyarakat yang ada disitu apakah dapat

berkembang menghasilkan meningkatkan kesejahteraan mereka

(wawancara pada 21 Mei 2018 bertempat di Sekretariat Daerah

Kabupaten Wonogiri).”

Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan Ibu Retno Utari bahwa untuk

mengadakan event pariwisata bersama yang berkaitan dengan Gunung

Sewu UNESCO Global Geopark maka dilakukan komunikasi secara tidak

langsung via email sebagai berikut:

“Kalau saya sih ya kalau Dispar itu kan orang pariwisata ada

semua ya. Kalau dari kabupaten ada dari unsur kelembagaan,

perencanaan itu kan dari dinas-dinas terkait ada semua di grup dan

sebenarnya bisa jalan juga eee kayak misalkan minta event

pariwisata tahun 2017 saya dapet itu humas yang diemail ‘ini mas

email’ (wawancara pada 21 Mei 2018 bertempat di Sekretariat

Daerah Kabupaten Wonogiri).”

Komunikasi yang dilakukan memiliki beberapa hambatan, salah

satunya adalah pejabat daerah di masing-masing kabupaten mempunyai

Page 82: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

66

tugas lain sebagai perangkat daerah sehingga komunikasi hanya dapat

dilakukan melalui grup whastapp. Apabila komunikasi dilakukan melalui

grup whatsapp atau email, respon yang diberikan tidak cepat dan

permasalahan yang dihadapi tidak mendapatkan jalan keluar secepatnya,

hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu Retno Utari selaku Kepala Bagian

Kerjasama Sekretariat Daerah Kabupaten Wonogiri bahwa selama ini

hambatan koordinasi adalah karena pengelola di masing-masing kabupaten

juga banyak yang mempunyai tugas lain di perangkat daerah (wawancara

pada 20 April 2018 bertempat di Sekretariat Daerah Wonogiri).

Komunikasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Pacitan-

Kabupaten Wonogiri-Kabupaten Gunungkidul berjalan dua arah. Setiap

kabupaten aktif dalam menjalin komunikasi, hal tersebut dapat dilihat dari

inisiatif untuk melakukan komunikasi tidak hanya dari koordinator

kerjasama Gunung Sewu UNESCO Global Geopark, yaitu Kabupaten

Gunungkidul. Selain itu, komunikasi tidak hanya dilakukan secara

langsung melalui pertemuan-pertemuan, tetapi juga secara tidak langsung

melalui grup whatsapp dan email.

b. Koordinasi

1) Hubungan langsung

Hubungan yang terjadi dalam proses kerjasama dapat dilihat

apakah secara secara pribadi (personal) diluar perannya sebagai pejabat

daerah atau juga dilaksanakan secara impersonal. Hubungan yang

dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Pacitan, Kabupaten Wonogiri

Page 83: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

67

dan Kabupaten Gunungkidul tidak dilakukan melalui hubungan secara

pribadi atau perseorangan. Hubungan dilakukan secara impersonal

sebagai pejabat pemerintah daerah yang mempunyai tugas dan fungsi di

bidang kerjasama antar daerah, hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak

Teguh selaku Kepala Bagian Kerjasama Sekretariat Daerah Kabupaten

Gunungkidul bahwa tidak ada hubungan secara personal dalam

kerjasama pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark,

namun kerjasama dilakukan secara formal oleh pejabat yang

mempunyai tugas dan fungsi di bidang kerja sama antar daerah dan

yang menangani Badan Kerjasama Antar Daerah (wawancara pada 20

Mei 2018 via email). Walaupun tidak ada hubungan secara pribadi

untuk mendukung kerjasama, tetapi tercipta hubungan pertemanan yang

baik diluar kerjasama, hal ini diungkapkan oleh Ibu Retno Utari selaku

Kepala Bagian Kerjasama Sekretariat Daerah Kabupaten Wonogiri

bahwa hubungan yang dilakukan adalah hubungan pertemanan diluar

kerjasama, tetapi untuk mengelola kerjasama hubungan secara

profesional (wawancara pada 21 Mei 2018 bertempat di Sekretariat

Daerah Kabupaten Wonogiri).

Hal berbeda diungkapkan oleh Bapak Tulus Wahyudi Saptono

Putro selaku Kasubag Kerjasama Sekretariat Daerah Kabupaten Pacitan

sebagai berikut:

“Sekda tiga wilayah Pacitan, Wonogiri dan Gunungkidul terdapat

hubungan kekerabatan atau pertemanan dalam rangka

mengembangkan Geopark Gunung Sewu yang sudah masuk

Page 84: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

68

dalam Global Geopark Network (GGN) (wawancara pada 26 Mei

2018 via whatsapp).”

Menurut Bapak Tulus Wahyudi Saptono Putro hubungan kekerabatan

atau pertemanan secara tidak langsung terbangun dalam rangka

mengembangkan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark, sehingga

secara tidak langsung akan mempengaruhi kerjasama yang dilakukan.

Pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark dilakukan

oleh perangkat daerah masing-masing kabupaten. Hubungan yang

dilakukan antar pemerintah daerah bersifat impersonal dan sesuai tugas

dan fungsinya di bidang kerjasama. Tidak terdapat hubungan pribadi

atau perseorangan yang mendukung kerjasama tersebut. Meskipun

begitu, tercipta hubungan kekerabatan dan pertemanan yang erat antara

perangkat daerah yang menjadi perwakilan setiap daerah dalam

kerjasama tersebut.

2) Kesempatan awal

Koordinasi tidak hanya dilakukan dalam pelaksanaan kerjasama,

tetapi juga dilaksanakan dari awal perencanaan dan pembuatan

kebijakan, artinya koordinasi dilakukan dari tahap awal Pemerintah

Daerah memutuskan untuk melakukan kerjasama. Proses kerjasama

antara Pemerintah Kabupaten Pacitan, Kabupaten Wonogiri dan

Kabupaten Gunungkidul diawali ketika Dinas Pariwisata Pacitan

mengusulkan geopark yang ada di Kabupaten Pacitan kepada

UNESCO, namun pengusulan tersebut ditolak oleh UNESCO karena

geopark tersebut membentang dari Kabupaten Pacitan, Kabupaten

Page 85: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

69

Wonogiri hingga Kabupaten Gunungkidul, hal tersebut sesuai dengan

pernyataan Bapak Tulus Wahyudi Saptono Putro selaku Kasubag

Kerjasama Sekretariat Daerah Pacitan sebagai berikut:

“Sebenarnya ide geopark muncul dari Pacitan almarhum Bapak

M. Fathony dulu pernah di Dinas Pariwisata Pacitan mengusulkan

ke UNESCO dengan nama Geopark Pacitan, namun ditolak oleh

UNESCO, berkat bantuan dari badan geologi kementerian

ESDM bapak Hanang Samodra, diusulkan lagi dengan Geopark

Gunung Sewu yang meliputi wilayah Pawonsari, dengan proses

yg panjang akhirnya tahun 2015 bisa diakui UNESCO. Mengapa

tiap kabupaten mengelola sendiri-sendiri karena memang belum

ada anggaran dari pusat untuk pengelolaan Gunung Sewu

UNESCO Global Geopark, walau demikian laporan pelestarian

dan pengembangan dihimpun jadi satu di sekretariat Geopark

Gunung Sewu di Gunungkidul pengelolaan bersama sudah

menjadi komitmen bersama tiga kabupaten yang juga melibatkan

Provinsi Jateng, Provinsi DIY dan Provinsi Jatim. Dan

melibatkan tiga kementerian, yaitu Kementerian ESDM,

Pariwisata dan Pendidikan (wawancara pada 26 Mei 2018 via

whatsapp).”

Setelah pengajuan oleh Kabupaten Pacitan yang tidak disetujui oleh

UNESCO, maka atas inisiatif Kabupaten Pacitan melakukan diskusi

bersama dengan Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul.

Setelah dijelaskan permasalahan yang dihadapi, maka dicari jalan

keluar bersama dan disetujui untuk mengajukan Geopark di tiga daerah

tersebut dengan nama Gunung Sewu Global Geopark, hal tersebut

sesuai dengan pernyataan Ibu Retno Utari selaku Kepala Bagian

Kerjasama Sekretariat Daerah Kabupaten Wonogiri bahwa proses

perumusan komitmen diawali dengan diskusi, mengerucut ke tema

permasalahan dan mencari pemecahan permasalahan (wawancara pada

20 April 2018 bertempat di Sekretariat Daerah Kabupaten Wonogiri).

Page 86: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

70

Gambar 8. Badingah (Bupati Gunungkidul) melakukan

penandatanganan Peraturan Bersama

Bupati Pacitan-Bupati Wonogiri-Bupati

Gunungkidul tentang Pelestarian Gunung

Sewu UNESCO Global Geopark

Sumber: gunungkidulkab.go.id, 2015

Masalah lain yang muncul dalam pengelolaan Gunung Sewu

UNESCO Global Geopark adalah letaknya di tiga kabupaten yang

berbeda dan dalam tiga provinsi yang berbeda. Kebijakan yang diambil

tiap daerahpun berbeda-beda, termasuk perihal anggaran. Maka hal

pertama yang dilakukan untuk pengelolaan Gunung Sewu UNESCO

Global Geopark adalah melakukan manajemen pengembangan kawasan

Gunung Sewu Global Geopark, hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak

Teguh selaku Kepala Bagian Kerjasama Sekretariat Daerah Kabupaten

Gunungkidul sebagai berikut:

“Melakukan manajemen pengembangan kawasan Gunung Sewu

UNESCO Global Geopark secara berkelanjutan yang memadukan

dan menserasikan keragaman alam dengan tetap memperhatikan

aspek konservasi, edukasi dan pertumbuhan dan pemberdayaan

Page 87: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

71

masyarakat lokal (wawancara pada 24 April 2018 bertempat di

Sekretariat Daerah Kabupaten Gunungkidul).”

Berkaitan dengan adanya permasalahan kebijakan yang berbeda-

beda tiap daerah, maka tiap daerah membahas bersama perangkat

daerah terkait di wilayahnya masing-masing lalu setelah ada

kesepakatan di internal masing-masing, hasil kesepakatan itu dibahas

lagi secara bersama tiga daerah, hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak

Teguh selaku Kepala Bagian Kerjasama Sekretariat Daerah

Gunungkidul bahwa perwakilan daerah membahas lagi tentang

kesepakatan yang telah diambil bersama perangkat daerah terkait yang

difasilitasi oleh bagian yang mempunyai tugas merumuskan komitmen

atau perjanjian kerjasama (wawancara pada 24 April 2018 bertempat di

Sekretariat Daerah Kabupaten Gunungkidul).

Dari awal terbentuknya kerjasama ini terdapat kendala mengenai

anggaran. Anggaran tiap daerah untuk pengelolaan Global geopark ini

berbeda-beda, hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu Retno Utari selaku

kepala bagian kerjasama Sekretariat daerah Wonogiri sebagai berikut:

“Itu kendala kita ya itu, karna kita yang susah ada di tiga

kabupaten, tiga provinsi dengan tiga kebijakan jadi kan kita tidak

bisa memaksakan kebijakan Gunungkidul dan Pacitan. Misalnya

kan kebijakannya begini tapi anggaran di Gunungkidul segini,

Pacitan segini, misalnya anggaran tidak tersedia yasudah. Kalau

satu kabupaten saja enak banget maju sendiri. Sementara kan ini

harus maju bersama sementara dari UNESCO tidak mau ada geo

area, maunya satu manajemen, tidak mau tahu di tiga provinsi

pokoknya jadi satu kawasan. Kita peraturan di Indonesia kan tiap

wilayah itu berwenang (wawancara pada 21 Mei 2018 bertempat

di Sekretariat Daerah Kabupaten Wonogiri).”

Page 88: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

72

Disisi lain dengan diakuinya Gunung Sewu sebagai Global Geopark hal

tersebut membuat anggaran di setiap daerah naik, hal ini disampaikan

oleh Bapak Fredy perwakilan dari Dinas Pariwisata Kabupaten

Wonogiri. Dari sisi anggaran semenjak ditetapkan geopark Gunung

Sewu oleh UNESCO anggaran di Kabupaten Wonogiri agak lebih

signifikan ketimbang sebelum ditetapkan sebagai Global Geopark

Sampai saat ini perihal anggaran ini belum dapat diselesaikan,

karena tiap daerah mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda, sehingga

tidak bisa dipaksakan. Hal ini justru memunculkan pertanyaan

mengenai komitmen ketiga daerah tersebut sejak awal. Meskipun begitu

seharusnya menurut Kesepakatan Bersama Menteri ESDM, Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Pariwisata, Gubernur DIY,

Gubernur Jawa Tengah, Gubernur Jawa Timur, Bupati Gunungkidul,

Bupati Wonogiri dan Bupati Pacitan Nomor 003/PJ/45/MEM/2015

tentang Pengembangan dan Pelestarian Geopark Gunung Sewu Pasal 5

perihal pembiayaan, biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan

kesepakatan bersama dibebankan kepada:

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta

c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa

tengah

Page 89: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

73

d. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa

Timur

e. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten

Gunungkidul

f. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten

Wonogiri

g. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten

Pacitan

h. Sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat

Jadi tidak hanya berasal dari APBD masing-masing kabupaten tetapi

juga dapat berasal dari APBD Pemerintah Provinsi dan APBN.

Awal mula kerjasama pengelolaan Gunung Sewu UNESCO

Global Geopark yaitu ketika Kabupaten Pacitan mengajukan geopark

yang ada di wilayahnya kepada UNESCO. Hal tersebut ditolak oleh

UNESCO karena geopark tersebut memanjang dan melewati tiga

daerah. Akhirnya dibuat kesepakatan bersama dengan Kabupaten

Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul untuk dilakukan pengelolaan

bersama. Proses perumusan komitmen diawali dengan diskusi,

mengerucut ke tema permasalahan dan mencari pemecahan

permasalahan. Masalah yang belum dapat diselesaikan hingga saat ini

adalah perihal anggaran untuk kerjasama, anggaran yang dimiliki setiap

daerah berbeda-beda sehingga tiap daerah tidak dapat maksimal dalam

Page 90: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

74

pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark di wilayahnya

masing-masing.

3) Kontinuitas

Koordinasi yang terjalin antara Pemerintah Kabupaten Pacitan-

Kabupaten Wonogiri-Kabupaten Gunungkidul dilakukan secara berkala

dan sifatnya insidental. Koordinasi yang dilakukan berkala untuk saling

mengetahui informasi pengembangan geosite di setiap kabupaten, hal

ini sesuai dengan pernyataan Bapak Teguh S selaku Kepala Bagian

Kerjasama Sekretariat Daerah Kabupaten Gunungkidul sebagai berikut:

“Sekretariat Pawonsari serta Pengelola Gunung Sewu Global

Geopark, yang saat ini berada di Kabupaten Gunungkidul secara

berkala dan insidentil sesuai kebutuhan menyelenggarakan

pertemuan antar kabupaten sehingga media untuk melakukan

koordinasi, konsolidasi dan pertukaran informasi tentang

pengembangan geosite antar kabupaten sehingga satu kabupaten

dapat mengembangkan potensi daerah masing-masing dengan

terus belajar dari daerah lainnya (wawancara pada 24 April 2018

bertempat di Sekretariat Daerah Kabupaten Gunungkidul).”

Pernyataan tersebut ditegaskan oleh Bapak Teguh bahwa keberlanjutan

dari kerjasama pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark

dilakukan melalui rapat-rapat antar perangkat daerah, dalam rapat

tersebut membahas permasalahan-permasalahan pengelolaan geopark

dan cara penyelesaiannya, hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak

Teguh selaku kepala bagian kerjasama Sekretariat Daerah Kabupaten

Gunungkidul sebagai berikut:

“Untuk forum resmi dilakukan secara langsung dalam rapat-rapat

antar perangkat daerah terkait yang difasilitasi oleh Sekretariat

BKAD Pawonsari atau oleh masing-masing anggota sesuai

kebutuhan, sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali dengan

Page 91: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

75

membahas permasalahan permasalahan pengelolaan geopark dan

cara penyelesaiannya (wawancara pada 24 April 2018 bertempat

di Sekretariat Daerah Kabupaten Gunungkidul).”

Kebijakan terkait Gunung Sewu UNESCO Global Geopark juga

didukung dengan adanya Kesepakatan Bersama antara Kementerian

Pendidikan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM),

Kementerian Pariwisata, Gubernur Jawa Timur, Gubernur Jawa

Tengah, Gubernur D.I. Yogyakarta, Bupati pacitan, Bupati Wonogiri

dan Bupati Gunungkidul. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak

Fredy selaku perwakilan dari Dinas Pariwisata Kabupaten Wonogiri

sebagai berikut:

“Setelah ditetapkan oleh UNESO untuk MoU dan perjanjian

kerjasama nanti bisa dicek di bagian kerjasama di tempatnya mbak

Retno untuk nomor dan pasal pasalnya bisa dicek hak dan kewajiban

para pihak, itu ada sembilan para pihak mulai dari Kabupaten

Wonogiri, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Gunungkidul, Pemerintah

Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, DIY, Kementrian Pariwisata,

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dan satu lagi Kementrian

ESDM (wawancara pada 28 September 2018 melalui whatsapp).”

Baik Kementerian, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah

Kabupaten mempunyai perannya masing-masing, tetapi selama ini yang

aktif dalam pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark

hanyalah di tataran Pemerintah Kabupaten. Peran Kementerian dan juga

Pemerintah Provinsi belum signifikan, hal ini sesuai dengan pernyataan

Ibu Retno Utari selaku Kepala Bagian Kerjasama Sekretariat Daerah

Kabupaten Wonogiri sebagai berikut:

“Karena menterinya ganti jadi konsistensi dan asistensi terhadap

suatu hal kan beda juga. Nggak tahu ya bagaimana menurut yang

lain, tapi kalau menurut saya peran kementerian belum signifikan

Page 92: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

76

termasuk di provinsi juga begitu, padahal setiap tahun kita

laporan, tiap monev juga kita berikan laporan dan kita butuh

bimbingan ya tapi ya sama juga. Masing-masing perlu

meningkatkan peran, bersinergi (wawancara pada 21 Mei 2018

bertempat di Sekretariat Daerah Kabupaten Wonogiri).”

Kerjasama yang dilakukan dilakukan ditindaklanjuti melalui

rapat-rapat yang telah disepakati bersama. Keberlanjutan kerjasama

pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark lebih banyak

dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten, di tingkat yang lebih tinggi yaitu

Pemerintah Provinsi dan Kementerian sangat kurang dalam

memberikan perhatian terhadap kerjasama ini. Peran Pemerintah

Provinsi dan Kementerian tidak ada meskipun tiap tahun Pemerintah

Daerah juga mengirimkan hasil monitoring dan evaluasi serta laporan.

4) Dinamisme

Kerjasama pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark

dilaksanakan berdasarkan Kesepakatan Bersama yang telah disepakati

oleh Pemerintah Kabupaten Pacitan-Kabupaten Wonogiri-Kabupaten

Gunungkidul. Kesepakatan Bersama tersebut dijalankan dengan

semaksimal mungkin, tetapi dapat diperbaiki apabila ada yang tidak

sesuai seiring berjalannya kerjasama. Kesepakatan Bersama tersebut

dapat mengalami adendum, hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu Retno

Utari selaku Kepala Bagian Kerjasama Sekretariat Daerah Kabupaten

Wonogiri bahwa perjanjian yang sudah ada semaksimal mungkin

dilaksanakan, tetapi apabila karena suatu hal harus diperbaiki, bisa

dilakukan adendum terhadap suatu perjanjian kerjasama (wawancara

Page 93: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

77

pada 20 April 2018 bertempat di Sekretariat Daerah Kabupaten

Wonogiri).

Seiring dengan berjalannya kerjasama pengelolaan Gunung Sewu

UNESCO Global Geopark, maka banyak faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi proses kerjasama tersebut. Faktor-faktor tersebut dapat

berasal dari internal kerjasama maupun dari eksternal kerjasama. Faktor

internal berkaitan dengan kinerja tim pengelola Gunung Sewu

UNESCO Global Geopark yang berfokus di Kabupaten Gunungkidul,

hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu Retno Utari selaku Kepala Bagian

Kerjasama Sekretariat Daerah Kabupaten Wonogiri bahwa di

Kabupaten Gunungkidul lebih berkembang, timnya pengelola ada di

Kabupaten Gunungkidul dan menggandeng tim dari UGM dan UNY

(wawancara pada 21 Mei 2018 di Sekretariat Daerah Wonogiri). Karena

Tim Pengelola tersebut berfokus pada pengembangan di Kabupaten

Gunungkidul akhirnya Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Pacitan

mengelola geosite yang ada di wilayahnya sendiri, seperti yang

disampaikan oleh Ibu Retno Utari selaku Kepala Bagian Kerjasama

Sekretariat Daerah Kabupaten Wonogiri bahwa masing-masing

kekuatannya per kabupaten, terdapat kelebihan dan kekurangan, dapat

dilakukan revisi dan dapat dikelola sama pihak ketiga (wawancara pada

21 Mei 2018 di Sekretariat Daerah Wonogiri).

Selain faktor internal, juga terdapat faktor eksternal. Faktor

eksternal yang mempengaruhi kerjasama adalah kondisi tiap daerah dan

Page 94: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

78

pendanaan oleh masing-masing daerah yang berbeda-beda. Hal tersebut

sesuai dengan pernyataan Bapak Teguh selaku Kepala Bagian

Kerjasama Sekretariat Daerah Gunungkidul bahwa ada faktor situasi

dan kondisi dan pendanaan oleh masing-masing daerah yang

mempengaruhi jalannya kerjasama (wawancara pada 20 Mei 2018 via

email). Pengaruh eksternal yang lain adalah peraturan-peraturan dari

pusat yang berubah dan mempunyai pengaruh secara tidak langsung

kepada pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark, Hal ini

sesuai dengan pernyataan Bapak Tulus Wahyudi Saptono Putro selaku

Kasubag Kerjasama Sekretariat Daerah Pacitan sebagai berikut:

“Mungkin bisa saja berubah, penyebabnya mungkin kebijakan-

kebijakan dari pusat yang berubah, contoh saja daerah kabupaten

dulu mengelola pertambangan, sekarang tidak lagi dan saat ini

menjadi wewenangnya provinsi (wawancara pada 26 Mei 2018

via whatsapp).”

Kesepakatan bersama antara ketiga daerah dapat mengalami

adendum apabila dalam kerjasama terdapat hal yan tidak sesuai. Banyak

faktor yang mempengaruhi adanya perubahan, baik faktor internal

maupun eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi yaitu terkait

dengan tim pengelola yang lebih berfokus pada pengelolaan geosite di

Kabupaten Gunungkidul. Faktor dari eksternal yang mempengaruhi

kerjasama adalah kondisi tiap daerah dan pendanaan oleh masing-

masing daerah yang berbeda-beda. Pengaruh eksternal yang lain adalah

peraturan-peraturan dari pusat yang berubah dan mempunyai pengaruh

Page 95: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

79

secara tidak langsung kepada pengelolaan Gunung Sewu UNESCO

Global Geopark

5) Tujuan yang jelas

Setiap kerjasama yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah

tentunya mempunyai tujuan yang hendak dicapai, begitu juga kerjasama

antara Pemerintah Kabupaten Pacitan-Kabupaten Wonogiri-Kabupaten

Gunungkidul dalam pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global

Geopark. Salah satu tujuan kerjasama Gunung Sewu UNESCO Global

Geopark adalah untuk menjaga kelestarian alam Gunung Sewu dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sepanjang Gunung Sewu

UNESCO Global Geopark, hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak

Teguh selaku Kepala Bagian Kerjasama Sekretariat Daerah Kabupaten

Gunungkidul sebagai berikut:

“Salah satu manfaat adanya Gunung Sewu UNESCO Global

Geopark itu selain untuk kelestarian juga didalamnya ada tujuan

kesejahteraan. Itu sangat kelihatan dari yang

menggerakan/memanfaatkan dilestarikan oleh masyarakat sekitar.

Sekarang banyak sekali di bagian utara yang tidak termasuk

Gunung Sewu UNESCO Global Geopark tapi menjadi geosite

yang berkembang dan memanfaatkan potensi alam dan budaya

(wawancara pada 27 Maret 2018 bertempat di Sekretariat Daerah

Kabupaten Gunungkidul).”

Selain untuk menjaga kelestarian alam Gunung Sewu, kerjasama antara

Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan-Kabupaten Wonogiri-Kabupaten

Gunungkidul mempunyai komitmen untuk mensinergikan bidang

pariwisata dengan bidang pendidikan yang bertujuan untuk

mewujudkan sinergitas dalam upaya optimalisasi pengembangan dan

Page 96: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

80

pelestarian Gunung Sewu UNESCO Global Geopark dalam bidang

kepariwisataan, hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Teguh selaku

Kepala Bagian Kerjasama Sekretariat Daerah Kabupaten Gunungkidul

sebagai berikut:

“Dalam perjanjian kerjasama antara Pemda DIY, Pemprov Jawa

Tengah, Pemprov Jawa Timur, Pemkab Gunungkidul, Pemkab

Wonogiri dan Pemkab Pacitan tentang Pengembangan dan

Pelestarian Gunung Sewu UNESCO Global Geopark dalam

Bidang Kepariwisataan, dan Pendidikan secara bersama-sama

berkomitmen untuk mensinergikan kepariwisataan dan bidang

pendidikan dalam pengembangan dan Pelestarian Gunung Sewu

UNESCO Global Geopark. Tujuannya adalah untuk mewujudkan

sinergitas dalam upaya optimalisasi pengembangan dan

pelestarian Gunung Sewu UNESCO Global Geopark dalam

bidang kepariwisataan. Komitmen tersebut yang yang menjadi

pedoman tiga pemerintah Kabupaten sehingga segala

permasalahan yang muncul oleh tiga daerah dapat diselesaikan

dengan baik (wawancara pada 24 April 2018 bertempat di

Sekretariat Daerah Kabupaten Gunungkidul).”

Kerjasama yang dilakukan tentunya memiliki tujuan yang hendak

dicapai. Tujuan kerjasama Gunung Sewu UNESCO Global Geopark

adalah untuk menjaga kelestarian alam Gunung Sewu dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sepanjang Gunung Sewu

UNESCO Global Geopark. Selain untuk menjaga kelestarian alam

Gunung Sewu, kerjasama antara Pemerintah Daerah Kabupaten

Pacitan-Kabupaten Wonogiri-Kabupaten Gunungkidul mempunyai

komitmen untuk mensinergikan bidang pariwisata dengan bidang

pendidikan yang bertujuan untuk mewujudkan sinergitas dalam upaya

optimalisasi pengembangan dan pelestarian Gunung Sewu UNESCO

Global Geopark dalam bidang kepariwisataan.

Page 97: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

81

6) Organisasi yang sederhana

Pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark menjadi

salah satu bentuk kerjasama yang dinaungi oleh BKAD Pawonsari.

Kewenangan BKAD Pawonsari diberikan dari Bupati kepada Sekretaris

Daerah, sehingga perangkat daerah yang melakukan kerjasama

Pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark adalah Sub

Bagian Kerjasama Bagian Tata Pemerintahan masing-masing

Sekretariat Daerah, hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Teguh

selaku Kepala Bagian Kerjasama Sekretariat Daerah Kabupaten

Gunungkidul sebagai berikut:

“BKAD Pawonsari akan melaksanakan kerjasama itu difasilitasi

oleh BKAD Pawonsari dan keanggotaannya itu Pemerintah

Kabupaten Pacitan, Wonogiri, dan Gunungkidul kemudian

BKAD Pawonsari itu ditetapkan dengan Keputusan Bersama

BKADnya itu, tadi kan kerjasamanya untuk mendukung BKAD

Pawonsari tersebut dibentuk sekber dan sekber ditentukan

bergantian setiap tiga tahun sekali (wawancara pada 27 Maret

2018 bertempat di Sekretariat Daerah Kabupaten Gunungkidul).”

Struktur organisasi kerjasama sederhana dengan penanggungjawab

Bupati masing-masing daerah. Ketuanya adalah sekretaris daerah

masing-masing daerah, sedangkan yang melakukan pengelolaan adalah

bagian kerjasama masing-masimg daerah.

Disepakati oleh tiga daerah yang melakukan kerjasama

pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark dibentuk tim

pengelola yang terdiri dari penasehat, ketua, pelaksana harian, komisi-

komisi, ahli geologi lokal dan sekretariat, hal ini sesuai dengan

Page 98: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

82

pernyataan Bapak Teguh selaku Kepala Bagian Kerjasama Sekretariat

Daerah Kabupaten Gunungkidul sebagai berikut:

“Pembentukannya, pembentukan diatur dengan peraturan bersama

pengelola Gunung Sewu UNESCO Global Geopark seperti di

ayat 1 itu terdiri dari penasehat, lalu ketua badan

pengelola,pelaksana harian. Ketua badan pengelola itu dijabat

oleh sekda dimna sekber pawonsari bertempat itu untuk sekarang.

Komisi-komisi ada komisi ilmu pengetahuan, komisi konservasi,

komisi pengembangan, komisi promosi, komisi kelembagaan, ahli

geologi lokal dan sekretariat. Itu ditunjuk Ketua pengelola

Gunung Sewu UNESCO Global Geopark itu ditetapkan dengan

keputusan bupati dimana sekber Pawonsari bertempat

(wawancara pada 27 Maret 2018 bertempat di Sekretariat Daerah

Kabupaten Gunungkidul).”

Hal ini juga didukung dengan pernyataan Bapak Tulus Wahyudi

Saptono Putro selaku Kasubag Kerjasama Sekretariat Daerah

Kabupaten Pacitan yang menyatakan bahwa struktur organisasi

pengelola Gunung Sewu UNESCO Global Geopark terdiri dari

Penasehat, Ketua Badan pengelola, pelaksana harian, komisi-komisi,

ahli geologi lokal dan sekretariat (wawancara pada 26 Mei 2018 via

whatsapp)

Tabel 2. Tugas Tim Pengelola Gunung Sewu UNESCO Global Geopark

No Jabatan Tugas

1 Penasehat Memantau dan memberikan nasehat dalam rangka

kelestarian Gunung Sewu UNESCO Global Geopark

2 Ketua Badan

Pengelola

a. Memimpin dan mengkoordinasikan semua kegiatan

dalam rangka menjaga kelestarian geopark gunung

sewu

b. Mempertahankan sebagai anggota UNESCO global

geopark

3 Pelaksana

Harian

Mengadakan koordinasi secara berkala untuk membahas

dan memecahkan berbagai permasalahan yang berkaitan

dengan pengelolaan dan pengembangan geopark,

meliputi:

a. Program pengembangan ilmiah

Page 99: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

83

No Jabatan Tugas

b. Pengembangan dan peningkatan infrastruktur

c. Program rehabilitasi dan pemulihan/konservasi

d. Program peningktaan pengawsan dan pengendalian

Sumber Daya Alam

e. Program promosi dan pengembangan daya tarik

wisata

Program pengembangan partisipasi dan pemberdayaan

masyarakat

4 Komisi Ilmu

Pengetahuan

Memberikan arahan dan saran dibidang ilmiah guna

pembangunan dan konservasi geopark

5 Komisi

Konservasi

Merekomendasikan wilayah dan obyek wisata untuk

keperluan rehabilitasi dan pemulihan/konservasi

6 Komisi

Pengembangan

Melaksanakan perencanaan, pengembangan, dan

peningkatan infrastruktur masa depan geopark

7 Komisi

Promosi

Mempromosikan dan mengembangkan daya tarik wisata

di kawasan Geopark Gunung Sewu skala nasional dan

internasional

8 Komisi

Kelembagaan

Melakukan pengembangan partisipasi dan

pemberdayaan masyarakat

9 Ahli Geologi

Lokal

Melaksanakan penelitian terhadap potensi batuan

10 Sekretariat a. Melaksanakan administrasi pengelolaan gunung

sewu

b. Mengkoordinasikan penyebaran informasi geopark

Sumber: Keputusan Bupati Gunungkidul Nomor 171/KTSP/tim/2017, 2017

Pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark menjadi

salah satu bentuk kerjasama yang dinaungi oleh BKAD Pawonsari.

Kewenangan BKAD Pawonsari diberikan dari Bupati kepada Sekretaris

Daerah, sehingga perangkat daerah yang melakukan kerjasama

Pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark adalah Sub

Bagian Kerjasama Bagian Tata Pemerintahan masing-masing

Sekretariat Daerah. Kesepakatan tiga daerah yang melakukan kerjasama

pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark dibentuk tim

pengelola yang terdiri dari penasehat, ketua, pelaksana harian, komisi-

komisi, ahli geologi lokal dan sekretariat.

Page 100: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

84

Pada kenyataannya tim yang dibentuk oleh Bupati Gunungkidul

dan memusatkan pengembangan dan pengelolaannya di Kabupaten

Gunungkidul. Salah satu bentuk pengelolaan di Kabupaten

Gunungkidul yang tidak dilakukan di daerah lain adalah pelibatan

akademisi, hal ini diketahui berdasarkan wawancara dengan Ibu Retno

Utari selaku Kepala Bagian Kerjasama Sekretariat Daerah Kabupaten

Wonogiri yang menyatakan bahwa kalau di Wonogiri kan dari birokrasi

semua, kalau di Gunungkidul itu lebih berkembang, karena timnya

pengelola bekerjasama dengan tim dari Universitas Gadjah Mada dan

Universitas Negeri Yogyakarta (wawancara pada 21 Mei 2018 di

Sekretariat Daerah Wonogiri). Sedangkan untuk Kabupaten Pacitan dan

Kabupaten Wonogiri pengelolaannya dilakukan sendiri oleh daerah

tersebut, dibawah Sekretaris Daerah. Tetapi untuk laporan kegiatan

setiap tahunnya Pemerintah Kabupaten Pacitan dan Kabupaten

Wonogiri mengirimkan kepada Tim pengelola yang berada di

Kabupaten Gunungkidul dan lalu diteruskan oleh Tim Pengelola

Gunung Sewu UNESCO Global Geopark ke Global Geopark Network

UNESCO.

7) Perumusan wewenang dan tanggungjawab yang jelas

Pemerintah Kabupaten Pacitan, Kabupaten Wonogiri dan

Kabupaten Gunungkidul mempunyai peran masing-masing dalam

pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark. Setiap daerah

memiliki wewenang dan tanggungjawab yang berbeda. Ketiga daerah

Page 101: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

85

telah membuat Peraturan Bersama untuk memperjelas wewenang dan

tanggungjawab masing-masing daerah, hal ini sesuai dengan pernyataan

Bapak Teguh selaku Kepala Bagian Kerjasama Sekretariat Daerah

Kabupaten Gunungkidul bahwa wewenang telah ditetapkan dalam

Peraturan Bersama Bupati Pacitan, Bupati Wonogiri Dan Bupati

Gunungkidul (wawancara Pada 20 Mei 2018 via email).

Kabupaten Gunungkidul sebagai koordinator memiliki wewenang

dan tanggungjawab yang harus dilakukan berkenaan dengan posisinya

tersebut, yang pertama adalah mengembangkan dan melestarikan

destinasi Pariwisata Kawasan Gunung Sewu UNESCO Global

Geopark. Hal kedua yang harus dilakukan adalah mengembangkan

pemasaran Pariwisata Kawasan Gunung Sewu UNESCO Global

Geopark. Terakhir adalah mengembangkan kelembagaan

kepariwisataan Kawasan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark, hal

ini sesuai dengan pernyataan Bapak Teguh selaku Kepala Bagian

Kerjasama Sekretariat Daerah Kabupaten Gunungkidul sebagai berikut:

“Yang harus dilakukan satu mengembangkan dan melestarikan

destinasi Pariwisata Kawasan Gunung Sewu UNESO Global

Geopark. Kedua mengembangkan pemasaran Pariwisata Kawasan

Gunung Sewu UNESCO Global Geopark. Ketiga

mengembangkan kelembagaan kepariwisataan Kawasan Gunung

Sewu UNESCO Global Geopark (wawancara pada 24 April 2018

bertempat di Sekretariat Daerah Gunungkidul).”

Sementara itu Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Wonogiri sebagai

angggota harus mendukung Kabupaten Gunungkidul dan

Page 102: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

86

menyampaikan tentang pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global

Geopark kepada internal pemerintah masing-masing.

Wewenang dan tanggungjawab yang jelas dapat membantu

mempermudah dalam mencapai tujuan kerjasama. Untuk memperjelas

wewenang dan tanggungjawab setiap daerah maka harus

mengoptimalkan poin-poin yang ada didalam perjanjian, hal ini sesuai

dengan pernyataan Ibu Retno Utari selaku Kepala Bagian Kerjasama

Sekretariat Daerah Kabupaten Wonogiri bahwa mengoptimalkan point-

point yang ada dalam perjanjian menjadi suatu hal yang mutlak, bukan

hanya sebatas perjanjian diatas kertas saja (wawancara pada 20 April

2018 bertempat di Sekretariat Daerah Kabupaten Wonogiri).

Setiap daerah memiliki wewenang dan tanggungjawab yang

berbeda yang tidak tumpang tindih. Ketiga daerah telah membuat

Peraturan Bersama untuk memperjelas wewenang dan tanggungjawab

masing-masing daerah. Untuk memperjelas wewenang dan

tanggungjawab setiap daerah maka harus mengoptimalkan poin-poin

yang ada didalam perjanjian. Wewenang dan tanggungjawab

koordinator dan anggota berbeda-beda.

8) Komunikasi yang efektif

Komunikasi yang terjalin antara Pemerintah Kabupaten Pacitan,

Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul cukup baik, hal ini

sesuai dengan pernyataan Ibu Retno selaku Kepala Bagian Kerjasama

Sekretariat Daerah Wonogiri bahwa komunikasi cukup baik,

Page 103: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

87

hambatannya adalah karena pengelola di masing-masing kabupaten

juga banyak yang mempunyai tugas lain di perangkat daerah

(wawancara pada 20 April 2018 bertempat di Sekretariat Daerah

Kabupaten Wonogiri). Pendapat tersebut juga didukung oleh Bapak

Teguh selaku Kepala Bagian Kerjasama Sekretariat Daerah Kabupaten

Gunungkidul yang menyatakan bahwa:

“Pada prinsipnya tidak ada permasalahan yang berarti dalam

komunikasi antar daerah. Namun perbedaan nomenklatur

perangkat daerah yang berbeda-beda serta perbedaan tugas dan

fungsi masing-masing perangat daerah membuat pejabat terkait di

masing-masing pemerintah daerah harus memiliki pemahaman

mendalam tentang perbedaan tersebut (wawancara pada 24 April

2018 bertempat di Sekretariat Daerah Gunungkidul).”

Komunikasi yang terjadi selama ini bersifat setara, saling membutuhkan

dan saling menguntungkan antar daerah, hal ini sesuai dengan

pernyataan Bapak Teguh selaku kepala bagian kerjasama Sekretariat

daerah Gunungkidul yang menyatakan bahwa:

“Hubungan kerja sama antar daerah dapat efektif apabila

hubungan tersebut bersifat setara, saling membutuhkan dan saling

menguntungkan antar daerah. Dengan berpindahnya sekretariat

setiap tiga tahun sekali maka permasalahan tersebut dapat diatasi

(wawancara pada 20 Mei 2018 via email).”

Penggunaan media sosial dan email dirasa membuat komunikasi

lebih efektif. Hal ini berkaitan dengan undangan via pos yang akan

terlalu lama untuk sampai kepada tempat yang dituju akan lebih cepat

apabila melalui email, hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Teguh

selaku Kepala Bagian Kerjasama Sekretariat Daerah Kabupaten

Gunungkidul yang menyatakan bahwa:

Page 104: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

88

“Komunikasi ini, saya kira juga efektif dan biasanya akan

mengadakan pertemuan/ rapat dengan melibatkan OPD terkait di

tempat yg ditentukan, bisa di pacitan bisa di wonogiri, atau di

gunungkudul (bergantian tempatnya) Jika kirim undangan via

post misalnya nanti akan terlalu lama, lebih cepat via email, kita

hub personil yg biasa menangani kerjasama di lingkup pawonsari,

bahwa kami kirim email mohon di cek, ini yg sering dilakukan

untuk koordinasi. Segala biaya untuk mengadakan suatu rapat

ditanggung kabupaten yg berketempatan (wawancara pada 26

Mei 2018 via whatsapp).”

Komunikasi yang terjalin antara Pemerintah Kabupaten Pacitan,

Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul cukup baik, tetapi

terkendala perbedaan nomenklatur perangkat daerah yang berbeda-beda

serta perbedaan tugas dan fungsi masing-masing perangat daerah.

Komunikasi yang terjadi selama ini bersifat setara, saling membutuhkan

dan saling menguntungkan antar daerah. Penggunaan media sosial dan

email dirasa membuat komunikasi lebih efektif. Hal ini berkaitan

dengan undangan via pos yang akan terlalu lama untuk sampai kepada

tempat yang dituju akan lebih cepat apabila melalui email.

9) Kepemimpinan supervisi yang efektif

Kerjasama pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark

berada dibawah BKAD Pawonsari, sehingga kepemimpinannya juga

dibawah daerah yang ditunjuk sebagai Ketua BKAD Pawonsari.

Kerjasama pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark saat

ini dikoordinatori oleh Pemerintah Kabupaten Gunungkidul yang juga

sebagai Ketua BKAD Pawonsari. Pemerintah Kabupaten Gunungkidul

melakukan koordinasi kepada dua daerah lainnya, baik pada tingkat

perencanaan maupun pada tingkat pelaksanaan kerjasama. Ketua

Page 105: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

89

BKAD Pawonsari sendiri mengalami pergantian setiap tiga tahun

sekali, begitu juga koordinator pengelolaan Gunung Sewu UNESCO

Global Geopark, hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Teguh selaku

Kepala Bagian Kerjasama Sekretariat Daerah Kabupaten Gunungkidul

sebagai berikut:

“BKAD Pawonsari tersebut dibentuk sekber dan sekber

ditentukan bergantian setiap tiga tahun sekali dengan keputusan

bersama juga jadi ada keputusan bersama yang ditetapkan setiap

tiga tahun itu tentang giliran, jadi saat ini di Gunungkidul terakhir

kemudian setelah nanti 2018 sampai tiga tahun berikutnya di

Pacitan, tiga tahun di Wonogiri dan tiga tahun selanjutnya

kembali ke Gunungkidul (wawancara pada 27 Maret 2018

bertempat di Sekretariat Daerah Kabupaten Gunungkidul).”

Kerjasama yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Pacitan,

Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul menggunankan

prinsip pengeloaan terpadu dengan membentuk Sekretariat Bersama,

saat ini Sekretariat Bersama tersebut berada di Kabupaten Gunungkidul,

hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu Retno Utari selaku Kepala Bagian

Kerjasama Sekretariat Daerah Kabupaten Wonogiri bahwa kerjasama

dilakukan dengan pengelolaan terpadu, koordinator di gunungkidul,

kabupaten lain mengirimkan potensi daerahnya untuk disosialisasikan

(wawancara pada 20 April 2018 bertempat di Sekretariat Daerah

Kabupaten Wonogiri).

Kabupaten Gunungkidul sebagai koordinator memiliki beberapa

hal yang harus dilakukan berkenaan dengan posisinya tersebut, yang

pertama adalah mengembangkan dan melestarikan destinasi Pariwisata

Kawasan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark.. Hal kedua yang

Page 106: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

90

harus dilakukan adalah mengembangkan pemasaran Pariwisata

Kawasan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark. Terakhir adalah

mengembangkan kelembagaan kepariwisataan Kawasan Gunung Sewu

UNESCO Global Geopark, hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak

Teguh selaku Kepala Bagian Kerjasama Sekretariat Daerah Kabupaten

Gunungkidul sebagai berikut:

“Yang harus dilakukan satu mengembangkan dan melestarikan

destinasi Pariwisata Kawasan Gunung Sewu Unesco Global

Geopark. Kedua mengembangkan pemasaran Pariwisata Kawasan

Gunung Sewu UNESCO Global Geopark. Ketiga

mengembangkan kelembagaan kepariwisataan Kawasan Gunung

Sewu UNESCO Global Geopark (wawancara pada 24 April 2018

bertempat di Sekretariat Daerah Gunungkidul).”

Hal lain yang menjadi tugas ketua BKAD Pawonsari adalah untuk

mengkoordinasikan anggotanya dan membuat program kegiatan, hal ini

sesuai dengan pernyataan Bapak Tulus Wahyudi Saptono Putro selaku

Kasubag Kerjasama Sekretariat Daerah Kabupaten Pacitan sebagai

berikut:

“Sebagai ketua sekretariat mengkoordinasikan anggotanya dan

membuat program kegiatan yang harus disepakati bersama,

sebagai ketua sekretariat Pawonsari sekaligus juga berketempatan

sebagai sekretariat pengelola geopark, bisa di Dinas Pariwisata

atau Dinas Pendidikan. Tiap tahun dan tiap kabupaten

berkewajiban membayar iuran ke UNESCO sebesar 1000 euro

sebelum tahun 2018 secara bergiliran, untuk tahun 2018 iuran

menjadi 1500 euro, jadi sebagai ketua maupun anggota semua

berjewajiban membayar iuran ke UNESCO sesuai peraturan dari

UNESCO, tahun 2018 ini waktunya Kabupaten Wonogiri yang

membayar iuran. Gunung Sewu UNESCO Global Geopark,

merupakan satu kesatuan yg tak bisa dipisahkan, artinya milik

bersama, dilestarikan dan dikembangkan bersama, sebelumnya

seperti berdiri sendiri-sendiri geo area pacitan, geo area wonogiri

dan geo area gunungkidul, sekarang tidak lagi. Hanya satu

Page 107: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

91

Gunung Sewu UNESCO Global Geopark (wawancara pada 26

Mei 2018 via whatsapp)

Kepemimpinan yang berganti setiap tiga tahun sekali membuat

ketua BKAD Pawonsari yang saat ini menjadi pemimpin untuk

memberikan laporan yang dapat digunakan oleh ketua sekretariat

periode berikutnya, hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Teguh

selaku Kepala Bagian Kerjasama Sekretariat Daerah Kabupaten

Gunungkidul sebagai berikut:

“Setiap perpindahan BKAD ada laporan progres kegiatan dan

berita acara serah terima, dari laporan tersebut digunakan oleh

Ketua BKAD berikutnya tentang apa yang telah dilaksanakan dan

apa yang belum dilaksanakan serta program-program yang

menjadi tanggung jawab antar perangkat daerah (wawancara pada

20 Mei 2018 via email).”

Kerjasama pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark

saat ini dikoordinatori oleh Pemerintah Kabupaten Gunungkidul.

Kerjasama yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Pacitan, Kabupaten

Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul menggunankan prinsip

pengeloaan terpadu dengan membentuk Sekretariat Bersama.

Kabupaten Gunungkidul sebagai koordinator memiliki beberapa hal

yang harus dilakukan berkenaan dengan posisinya tersebut. Salah satu

yang menjadi tugas Pemerintah Kabupaten Gunungkidul adalah untuk

mengkoordinasikan anggota kerjasama dan membuat program kegiatan.

Page 108: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

92

2. Tantangan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Pacitan, Kabupaten

Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul dalam pengelolaan Gunung

Sewu UNESCO Global Geopark

Setiap kerjasama tentunya memiliki tantangan yang dihadapi.

Tantangan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Pacitan, Kabupaten

Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul dalam pengelolaan Gunung Sewu

UNESCO Global Geopark berkaitan perbedaan nomenklatur dan adanya

pergantian pejabat di masing-masing daerah. Perbedaan nomenklatur

menyebabkan setiap daerah harus menyesuaikan dengan nomenklatur

daerahnya masing-masing dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga

menyamakan pandangan ketiga daerah berlangsung lama. Pergantian

pejabat di masing-masing daerah juga menjadi tantangan tersendiri, dimana

pejabat yang baru harus menyesuaikan dengan hal-hal yang sebelumnya

tidak menjadi tanggungjawabnya. Kedua hal tersebut menyulitkan dalam

koordinasi, hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Teguh selaku Kepala

Bagian Kerjasama Sekretariat Daerah Kabupaten Gunungkidul sebagai

berikut:

“Terjadinya perbedaan nomenklatur perangkat daerah dan seringnya

pergantian pejabat di masing-masing daerah, menyulitkan dalam

koordinasi, padahal koordinasi pengelolaan GSUGG harus dilakukan

secara intensif, berkelanjutan dan terus menerus”. (Wawancara pada

20 Mei 2018 via email)

Tantangan yang dihadapi juga perihal anggaran yang berbeda-beda di

setiap daerah. Pendapatan yang didapatkan oleh setiap daerah berbeda,

begitu juga kebutuhan pengeluarannya. Apabila salah satu daerah tidak

Page 109: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

93

memiliki anggaran untuk menghadiri kegiatan yang berhubungan dengan

Global Geopark diluar kegiatan kerjasama, maka daerah lain tidak dapat

memaksanya untuk menghadiri kegiatan tersebut, hal ini sesuai dengan

pernyataan Ibu Retno Utari selaku Kepala Bagian Kerjasama Sekretariat

Daerah Kabupaten Wonogiri sebagai berikut:

“Kita yang susah ada di tiga kabupaten, tiga provinsi dengan tiga

kebijakan jadi kan kita tidak bisa memaksakan kebijakan Gunungkidul

dan Pacitan. Misalnya kan kebijakannya begini tapi anggaran di

Gunungkidul segini, Pacitan segini, misalnya anggaran tidak tersedia

yasudah. Kalau satu kabupaten saja enak banget maju sendiri.

Sementara kan ini harus maju bersama sementara dari UNESCO tidak

mau ada geo area, maunya satu manajemen, tidak mau tahu di tiga

provinsi pokoknya jadi satu kawasan. Kita peraturan di Indonesia kan

tiap wilayah itu berwenang”. (wawancara pada 21 Mei 2018 di

Sekretariat Daerah Wonogiri)

Selain berpengaruh terhadap keikutsertaan daerah dalam kegiatan-kegiatan

nasional maupun internasional yang berkaitan dengan Gunung Sewu

UNESCO Global Geopark, anggaran yang terbatas dan berbeda tiap

daerah juga berpengaruh terhadap tindak lanjut perjanjian kerjasama. Hal

tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak Tulus Wahyudi Saptono Putro

selaku Kasubag Kerjasama Sekretariat Daerah Kabupaten Pacitan sebagai

berikut:

“Biasanya kegiatan yang sudah dibuat kesepakatan tidak berlanjut

dengan perjanjian kerjasama, perjanjian kerjasama sudah dibuat

nggak jalan lagi karena anggaran yg sangat terbatas di masing-masing

kabupaten berbeda, SDM juga sangat berpengaruh (wawancara pada

26 Mei 2018 via whatsapp).”

Tantangan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Pacitan-Kabupaten

Wonogiri-Kabupaten Gunungkidul dalam pengelolaan pariwisata Gunung

Sewu UNESCO Global Geopark ada dua. Pertama, berkaitan dengan

Page 110: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

94

perbedaan nomenklatur dan adanya pergantian pejabat di masing-masing

daerah. Kedua adalah perihal anggaran yang berbeda-beda di setiap

daerah.

C. Analisis dan Interpretasi Data

1. Sinergitas Pemerintah Kabupaten Pacitan, Kabupaten Wonogiri dan

Kabupaten Gunungkidul dalam pengelolaan Gunung Sewu UNESCO

Global Geopark

a. Komunikasi

Menurut Sofyandi dan Garniwa (2007), komunikasi dapat

dibedakan atas dua bagian. Pertama yaitu komunikasi yang berorientasi

pada sumber menyatakan bahwa, komunikasi adalah kegiatan dengan

mana seseorang (sumber) secara sungguh-sungguh memindahkan stimuli

guna mendapatkan tanggapan. Kedua yaitu komunikasi yang berorientasi

pada penerima memandang bahwa, komunikasi sebagai semua kegiatan

di mana seseorang (penerima) menanggapi stimulus atau rangsangan.

Komunikasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Pacitan,

Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul dalam pengelolaan

Gunung Sewu UNESCO Global Geopark dimulai ketika Kabupaten

Pacitan gagal mendaftarkan geopark yang ada di Pacitan untuk menjadi

Global Geopark dibawah UNESCO. Kegagalan tersebut disebabkan

geopark tersebut memanjang dari Kabupaten Pacitan hingga Kabupaten

Gunungkidul, sehingga tidak dapat diajukan secara terpisah. Setelah itu

Page 111: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

95

ketiga daerah bersepakat untuk melakukan pengelolaan Gunung Sewu

UNESCO Global Geopark dibawah BKAD Pawonsari.

Inisiatif untuk melakukan komunikasi dapat dimulai dari semua

Kabupaten, meskipun Pemerintah Kabupaten Gunungkidul sebagai

koordinator, tetapi inisiatif komunikasi juga muncul dari Pemerintah

Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Wonogiri. Pemerintah Kabupaten

Pacitan, Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul mempunyai

inisiatif untuk melakukan komunikasi terlebih dahulu, karena setiap

daerah mempunyai perannya masing-masing dalam pengelolaan Gunung

Sewu UNESCO Global Geopark. Inisiatif untuk berkomunikasi terlebih

dahulu membuat seluruh informasi dapat tersampaikan dengan baik dan

hubungan yang terjadi akan semakin erat.

Komunikasi dalam kerjasama pengelolaan Gunung Sewu UNESCO

Global Geopark dilakukan secara langsung dengan bertatap muka

maupun secara tidak langsung melalui media lainnnya, yaitu grup

whatsapp dan email. Komunikasi secara langsung dilakukan melalui

pertemuan antar pemerintah daerah dengan agenda yang telah ditetapkan

sebelumnya. Komunikasi selama ini lebih banyak dilakukan secara tidak

langsung melalui grup whatsapp dan email karena kesibukan masing-

masing sebagai perangkat daerah dan juga keterbatasan waktu yang

dimiliki.

Menurut Sofyandi dan Garniwa (2007), komunikasi yang

berorientasi pada sumber menyatakan bahwa, komunikasi adalah

Page 112: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

96

kegiatan dengan mana seseorang (sumber) secara sungguh-sungguh

memindahkan stimulus guna mendapatkan tanggapan. Selanjutnya

komunikasi yang berorientasi pada penerima memandang bahwa,

komunikasi sebagai semua kegiatan di mana seseorang (penerima)

menanggapi stimulus atau rangsangan. Pemerintah Kabupaten Pacitan,

Kabupaten Wonogiri maupun Kabupaten Gunungkidul bertindak sebagai

sumber yang mengirimkan pesan, hal ini dapat dilihat bahwa inisiatif

untuk melakukan komunikasi tidak hanya berasal dari Gunungkidul

sebagai koordinator kerjasama tetapi juga dari Pemerintah kabupaten

Pacitan dan Kabupaten Wonogiri. Komunikasi dilakukan secara langsung

melalui rapat-rapat maupun tidak langsung melalui grup whatsapp dan

email. Tanggapan yang diberikan oleh masing-masing daerah terhadap

permasalahan yang terjadi cenderung cepat apabila melalui rapat-rapat

dan cenderung kurang cepat apabila melalui grup whatsapp maupun

email, hal ini karena masing-masing perwakilan memiliki pekerjaan yang

harus diselesaikan berkenaan tanggungjawabnya sebagai pejabat di

lingkungan Pemerintah Daerahnya masing-masing.

b. Koordinasi

Menurut Tripethi dan Reddy dalam Moekijat (1994:39-42) syarat

untuk mencapai koordinasi yang efektif ada sembilan, yaitu:

1) Hubungan langsung

Menurut Tripethi dan Reddy dalam Moekijat (1994: 39-42)

koordinasi dapat lebih mudah dicapai melalui hubungan pribadi

Page 113: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

97

langsung diantara orang-orang yang bertanggungjawab. Melalui

hubungan pribadi langsung, ide-ide, cita-cita, tujuan-tujuan,

pandangan-pandangan dapat dibicarakan dan salah paham dapat

dijelaskan jauh lebih baik ketimbang melalui metode apapun lainnya.

Hubungan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Pacitan,

Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul dalam pengelolaan

Gunung Sewu UNESCO Global Geopark tidak dilakukan melalui

hubungan personal, melainkan dilakukan secara impersonal sebagai

pejabat pemerintah yang mempunyai tugas dan fungsi di bidang

kerjasama antar daerah. Walaupun tidak ada hubungan secara pribadi

untuk mendukung kerjasama, tetapi tercipta hubungan pertemanan dan

kekerabatan yang baik diluar kerjasama. Ide-ide, cita-cita, tujuan-

tujuan dan pandangan-pandangan yang disampaikan secara

profesional mewakili pemerintah daerah akan lebih mengikat dan

cepat mendapatkan respon.

Menurut Tripethi dan Reddy dalam Moekijat (1994:39-42)

melalui hubungan pribadi langsung, ide-ide, cita-cita, tujuan-tujuan,

pandangan-pandangan dapat dibicarakan dan salah paham dapat

dijelaskan jauh lebih baik ketimbang melalui metode apapun lainnya.

Namun pada kenyataannya dalam kerjasama antara pemerintah

Kabupaten Pacitan, Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul

ide-ide, cita-cita, tujuan-tujuan, pandangan-pandangan dari masing-

masing daerah dapat dijelaskan lebih baik melalui posisinya sebagai

Page 114: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

98

perangkat daerah. Perangkat daerah yang mempunyai tanggungjawab

dalam kerjasama pengelolaan Gunung sewu UNESCO Global

Geopark menjalankan tugasnya sebagai perwakilan dari daerah,

sehingga membuat masing-masing daerah cepat memberikan

tanggapan.

2) Kesempatan awal

Menurut Tripethi dan Reddy dalam Moekijat (1994:39-42)

koordinasi dapat dicapai lebih mudah dalam tingkat-tingkat awal

perencanaan dan pembuatan kebijaksanaan. Misalnya, sambil

mempersiapkan rencana itu sendiri ada konsultasi bersama. Dengan

cara demikian tugas penyesuaian dan penyatuan dalam proses

pelaksanaan rencana lebih mudah.

Proses kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Pacitan,

Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul diawali ketika

Dinas Pariwisata Pacitan mengusulkan geopark yang ada di

Kabupaten Pacitan kepada UNESCO, namun pengusulan tersebut

ditolak oleh UNESCO karena geopark tersebut membentang dari

Kabupaten Pacitan, Kabupaten Wonogiri hingga Kabupaten

Gunungkidul. Setelah pengajuan oleh Kabupaten Pacitan yang tidak

disetujui oleh UNESCO, maka atas inisiatif Kabupaten Pacitan

melakukan diskusi bersama dengan Kabupaten Wonogiri dan

Kabupaten Gunungkidul. Akhirnya dibuat kesepakatan bersama

dengan Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul untuk

Page 115: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

99

melakukan pengelolaan bersama. Proses perumusan kebijakan di awal

kerjasama ini dilakukan tidak memiliki hambatan karena masing-

masing daerah memiliki keinginan untuk mengembangkan geopark

yang ada di wilayahnya.

Terdapat satu masalah yang dari awal sudah disadari dan

dibahas, tetapi belum dapat diselesaikan hingga saat ini. Masalah

tersebut adalah perihal anggaran untuk kerjasama. Anggaran yang

dimiliki setiap daerah berbeda-beda sehingga tiap daerah tidak dapat

maksimal dalam pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global

Geopark di wilayahnya masing-masing. Meskipun perihal anggaran

ini sudah dibahas diawal tetapi belum mendapatkan jalan keluar yang

tepat hingga saat ini.

Menurut Tripethi dan Reddy dalam Moekijat (1994:39-42)

koordinasi dapat dicapai lebih mudah dalam tingkat-tingkat awal

perencanaan dan pembuatan kebijaksanaan, hal yang sama dilakukan

oleh Pemerintah Kabupaten Pacitan, Kabupaten Wonogiri dan

Kabupaten Gunungkidul dimulai dari awal pengajuan kepada

UNESCO sampai dalam tahap pengelolaan Gunung Sewu UNESCO

Global Geopark. Meskipun begitu terdapat satu permasalahan yang

belum dapat diselesaikan dari awal hingga saat ini, yaitu perihal

anggaran yang berbeda-beda di setiap kabupaten, sehingga jalannya

pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark tidak bisa

maksimal dan dikembalikan lagi sesuai dengan kemampuan daerah

Page 116: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

100

masing-masing. Koordinasi pada awal kerjasama dilakukan sangatlah

penting, tetapi seringkali hal ini diabaikan sehingga permasalahan

yang terjadi di awal menjadi berulang setiap tahunnya.

3) Kontinuitas

Menurut Tripethi dan Reddy dalam Moekijat (1994:39-42)

koordinasi merupakan suatu proses yang kontinyu dan harus

berlangsung pada semua waktu, mulai dari tahapan perencanaan. Oleh

karena itu koordinasi merupakan dasar struktur organisasi, maka

koordinasi harus berlangsung selama perusahan berfungsi. Koordinasi

yang terjalin antara Pemerintah Kabupaten Pacitan, Kabupaten

Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul dilakukan secara berkala dan

sifatnya insidental. Koordinasi yang dilakukan berkala untuk saling

mengetahui informasi pengembangan geosite di setiap kabupaten.

Keberlanjutan dari kerjasama pengelolaan Gunung Sewu UNESCO

Global Geopark dilakukan melalui rapat-rapat antar perangkat daerah,

dalam rapat tersebut membahas permasalahan-permasalahan

pengelolaan geopark dan cara penyelesaiannya. Rapat dilakukan

dengan pertemuan langsung dan dilaksanakan minimal tiga bulan

sekali.

Kebijakan terkait Gunung Sewu UNESCO Global Geopark

didukung dengan adanya Kesepakatan Bersama antara Kementerian

Pendidikan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM),

Kementerian Pariwisata, Gubernur Jawa Timur, Gubernur Jawa

Page 117: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

101

Tengah, Gubernur D.I. Yogyakarta, Bupati Pacitan, Bupati Wonogiri

dan Bupati Gunungkidul. Baik Kementerian, Pemerintah Provinsi dan

Bupati mempunyai perannya masing-masing, tetapi selama ini yang

aktif dalam pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark

hanyalah di tataran Pemerintah Kabupaten. Pada tingkat yang lebih

tinggi yaitu Kementerian dan Pemerintah Provinsi sangat kurang

dalam memberikan perhatian terhadap kerjasama ini. Peran

Kementerian dan Pemerintah Provinsi tidak ada meskipun tiap tahun

Pemerintah Daerah juga mengirimkan hasil monitoring dan evaluasi

serta laporan.

Menurut Tripethi dan Reddy dalam Moekijat (1994:39-42)

koordinasi merupakan suatu proses yang kontinyu dan harus

berlangsung pada semua waktu, mulai dari tahapan perencanaan.

Kerjasama pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark

yang dilakukan oleh Pemerintah kabupaten Pacitan, Kabupaten

Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul berkelanjutan dapat dilihat

dari bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan, Kementerian

Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Pariwisata,

Gubernur Jawa Timur, Gubernur Jawa Tengah, Gubernur D.I.

Yogyakarta, Bupati pacitan, Bupati Wonogiri dan Bupati

Gunungkidul dan ditindaklanjuti lagi dengan keputusan bersama antar

tiga kabupaten. Setelah itu terus berkelanjutan dengan adanya evaluasi

setiap tahunnya dan persiapan penilaian oleh UNESCO. Meskipun

Page 118: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

102

dilakukan secara kontinyu tetapi tidak menjamin dukungan dari

pemerintah provinsi dan kementerian yang terlibat, justru dukungan

pemerintah provinsi dan kementerian tidak berlanjut meski selalu

diberikan laporan setiap tahunnya.

4) Dinamisme

Menurut Tripethi dan Reddy dalam Moekijat (1994:39-42)

koordinasi harus secara terus menerus diubah mengingat perubahan-

perubahan lingkungan intern maupun ekstern. Dengan kata lain

koordinasi itu jangan kaku. Koordinasi akan meredakan masalah-

masalah apabila timbul koordinasi yang baik akan mengetuai masalah

secara dini dan mencegah kejadiannya.

Kerjasama pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global

Geopark dilaksanakan berdasarkan Kesepakatan Bersama yang telah

disepakati oleh Pemerintah Kabupaten Pacitan-Kabupaten Wonogiri-

Kabupaten Gunungkidul. Kesepakatan Bersama tersebut dijalankan

dengan semaksimal mungkin, tetapi dapat diperbaiki apabila ada yang

tidak sesuai seiring berjalannya kerjasama. Kesepakatan Bersama

tersebut dapat mengalami adendum. Banyak faktor yang menjadi

alasan Kesepakatan Bersama dapat berubah. Faktor internal yang

mempengaruhi yaitu Tim Pengelola Gunung Sewu UNESCO Global

Geopark yang berfokus dengan pengelolaan dan pengembangan di

Kabupaten Gunungkidul tetapi kurang di dua kabupaten yang lainnya.

Faktor ekstern yang mempengaruhi kerjasama adalah kondisi tiap

Page 119: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

103

daerah dan pendanaan oleh masing-masing daerah yang berbeda-beda.

Pengaruh ekstern yang lain adalah peraturan-peraturan dari pusat yang

berubah dan mempunyai pengaruh secara tidak langsung kepada

pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark.

Menurut Tripethi dan Reddy dalam Moekijat (1994:39-42)

koordinasi harus secara terus menerus diubah mengingat perubahan-

perubahan lingkungan intern maupun ekstern. Kerjasama pengelolaan

Gunung Sewu UNESCO Global Geopark yang dilakukan oleh

Pemerintah Kabupaten Pacitan-Kabupaten Wonogiri-Kabupaten

Gunungkidul mendapatkan pengaruh internal tentang kinerja tim

pengelola yang masih bias. Selain itu juga faktor ekstern yaitu berupa

pendanaan masing-masing daerah dan peraturan dari pusat yang

secara tidak langsung mempengaruhi. Kerjasama ini bersifat fleksibel

dan dapat dirubah sewaktu-waktu. Tetapi sampai saat ini masih

relevan dan belum ada perubahan.

5) Tujuan yang jelas

Menurut Tripethi dan Reddy dalam Moekijat (1994:39-42)

tujuan yang jelas itu penting untuk memperoleh koordinasi yang

efektif dalam suatu perusahan, manajer-manajer bagian harus

diberitahu tentang tujuan perusahan dan diminta agar berkerja untuk

tujuan bersama perusahan. Suatu tujuan yang jelas dan diberikan

keselarasan tindakan.

Page 120: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

104

Salah satu tujuan kerjasama Gunung Sewu UNESCO Global

Geopark adalah untuk menjaga kelestarian alam Gunung Sewu dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sepanjang Gunung Sewu

UNESCO Global Geopark. Selain untuk menjaga kelestarian alam

Gunung Sewu, kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Pacitan,

Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul mempunyai

komitmen untuk mensinergikan bidang pariwisata dengan bidang

pendidikan yang bertujuan untuk mewujudkan sinergitas dalam upaya

optimalisasi pengembangan dan pelestarian Gunung Sewu UNESCO

Global Geopark dalam bidang kepariwisataan.

Menurut Tripethi dan Reddy dalam Moekijat (1994:39-42)

tujuan yang jelas itu penting untuk memperoleh koordinasi yang

efektif. Berdasarkan hasil di lapangan diketahui bahwa kerjasama

pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark memiliki tujuan

yang jelas yaitu untuk menjaga kelestarian alam Gunung Sewu dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sepanjang Gunung Sewu

UNESCO Global Geopark. Meskipun sudah memiliki tujuan yang

jelas, tetapi kegiatan yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan

masih bersifat kedaerahan, artinya upaya yang dilakukan dirancang

oleh masing-masing pemerintah daerah tanpa melibatkan tim

pengelola.

Page 121: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

105

6) Organisasi yang sederhana

Menurut Tripethi dan Reddy dalam Moekijat (1994:39-42)

struktur organisasi yang sederhana memudahkan koordinasi yang

efektif. Penyusunan kembali bagian-bagian dapat dipertimbangkan

untuk memiliki koordinasi yang lebih baik diantara bagian.

Pelaksanaan pekerjaan dan fungsi yang erat berhubungan dapat

ditempatkan di bawah beban seorang pimpinan apabila hak ini akan

mempermudah pengambilan tindakan yang diperlukan untuk

koordinasi agar semua bagian yang saling berhadapan dapat

dibicarakan kepada seorang atasan bersama untuk menjamin

koordinasi yang lebih baik. Suatu sub bagian merupakan suatu contoh

jelas pengelompokan ini. Suatu sub bagian membuat koordinasi lebih

mudah dan membantu penyusunan yang cepat terhadap perubahan

lingkungan.

Pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark menjadi

salah satu bentuk kerjasama yang dinaungi oleh BKAD Pawonsari.

Kewenangan BKAD Pawonsari diberikan dari Bupati kepada

Sekretaris Daerah, sehingga perangkat daerah yang melakukan

kerjasama Pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark

adalah Sub Bagian Kerjasama Bagian Tata Pemerintahan masing-

masing Sekretariat Daerah. Kerjasama dilakukan dibawah BKAD

Pawonsari.

Page 122: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

106

Kesepakatan tiga daerah yang melakukan kerjasama

pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark dibentuk tim

pengelola yang terdiri dari penasehat, ketua, pelaksana harian, komisi-

komisi, ahli geologi lokal dan sekretariat. Pembentukan tim

diserahkan bupati dimana sekretariat BKAD Pawonsari berada, saat

ini berada di Kabupaten Gunungkidul. Tim pengelola yang dibentuk

oleh Bupati Gunungkidul ini memusatkan pengembangan dan

pengelolaannya di Kabupaten Gunungkidul. Sedangkan untuk

Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Wonogiri pengelolaannya

dilakukan sendiri oleh daerah tersebut dibawah Sekretaris Daerah.

Tetapi untuk laporan Pemerintah Kabupaten Pacitan dan Kabupaten

Wonogiri mengirimkannya kepada tim pengelola di Kabupaten

Gunungkidul dan lalu meneruskan ke Global Geopark Network

(GGN) UNESCO.

Menurut Tripethi dan Reddy dalam Moekijat (1994:39-42)

struktur organisasi yang sederhana memudahkan koordinasi yang

efektif. Dalam kerjasama pengelolaan Gunung Sewu UNESCO

Global Geopark masih tumpang tindih karena tim pengelolan yang

disepakati bersama antara tiga daerah justru hanya menjadi

koordinator dalam rapat dan pembuatan laporan kepada GGN

UNESCO. Hal tersebut menyebabkan Kabupaten Wonogiri dan

Kabupaten Pacitan melakukan pengelolaan geopark yang ada

diwilayahnya oleh Dinas pariwisata dan Dinas Pendidikan masing-

Page 123: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

107

masing dengan dikoordinatori oleh bagian kerjasama Sekretariat

Daerah.

7) Perumusan wewenang dan tanggung jawab yang jelas

Menurut Tripethi dan Reddy dalam Moekijat (1994:39-42)

faktor lain yang memudahkan koordinasi adalah wewenang dan

tanggung jawab yang jelas untuk masing-masing individu dan bagian.

Wewenang yang jelas tidak harus mengurangi pertentangan diantara

pegawai-pegawai yang berlainan, tetapi juga membantu mereka dalam

pelaksanaan pekerjaan dengan kesatuan tujuan. Selanjutnya,

wewenang yang jelas membantu manajer dalam mengawasi bawahan

bertanggung jawab atas pelanggaran pembatasan-pembatasan.

Pemerintah Kabupaten Pacitan, Kabupaten Wonogiri dan

Kabupaten Gunungkidul mempunyai peran masing-masing dalam

pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark. Setiap daerah

memiliki wewenang dan tanggungjawab yang berbeda yang tidak

tumpang tindih. Kabupaten Gunungkidul sebagai koordinator dan dua

kabupaten lainnya sebagai anggota. Sebagai koordinator mempunyai

tugas untuk untuk mengkoordinasikan anggotanya dan membuat

program kegiatan. Sebagai anggota mempunyai tugas untuk

mendukung dan mengelola daerahnya masing-masing serta

mengkomunikasikan kepada pejabat daerah di masing-masing

wilayah.

Page 124: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

108

Menurut Tripethi dan Reddy dalam Moekijat (1994:39-42)

faktor lain yang memudahkan koordinasi adalah wewenang dan

tanggung jawab yang jelas untuk masing-masing individu dan bagian.

Setiap pejabat daerah yang diberi wewenang dalam kerjasama

bertugas melakukan koordinasi baik dengan daerah lainnya maupun

dengan intern daerahnya masing-masing. Tetapi wewenang yang

diberikan itu justru menjadi tumpang tindih ketika disetujui adanya

tim pengelola yang terdiri dari penasehat, ketua, pelaksana harian,

komisi-komisi, ahli geologi lokal dan sekretariat telah dijelaskan

dalam Keputusan Bupati Gunungkidul Nomor 171/KTPS/TIM/2017.

Kinerja tim pengelola tersebut masih bersifat kedaerahan, lebih

banyak melakukan pengelolaan di Kabupaten Gunungkidul.

8) Komunikasi yang efektif

Menurut Tripethi dan Reddy dalam Moekijat (1994:39-42)

komunikasi yang efektif merupakan salah satu persyaratan untuk

koordinasi yang baik. Melalui saling tukar informasi secara terus

menerus, perbedaan individu dan bagian dapat diatasi dan perubahan-

perubahan kebijaksanaan, penyesuaian program-program, untuk

waktu yang akan datang, dan sebagainya, dapat dibicarakan. Melalui

komunikasi yang efektif tindakan-tindakan atau pelaksanaan-

pelaksanaan pekerjaan yang bertentangan dengan tujuan-tujuan

perusahan dapat dihindarkan dan kegiatan-kegiatan keseluruhan staf

Page 125: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

109

dapat diarahkan secara harmonis menuju ke pelaksanaan tujuan

perusahan yang ditentukan.

Komunikasi yang terjalin antara Pemerintah Kabupaten Pacitan-

Kabupaten Wonogiri-Kabupaten Gunungkidul cukup baik.

Komunikasi yang terjadi selama ini bersifat setara, saling

membutuhkan dan saling menguntungkan antar daerah. Penggunaan

grup whatsapp dan email dirasa membuat komunikasi lebih efektif.

Hal ini berkaitan dengan undangan dan pengiriman data via pos yang

akan terlalu lama untuk sampai kepada tempat yang dituju akan lebih

cepat apabila melalui email.

Menurut Tripethi dan Reddy dalam Moekijat (1994:39-42)

komunikasi yang efektif merupakan salah satu persyaratan untuk

koordinasi yang baik. Komunikasi yang efektif dapat dilihat melalui

saling tukar informasi secara terus menerus. Komunikasi yang terjadi

selama ini bersifat setara dan saling membutuhkan. Tetapi disisi lain,

setiap daerah tidak dapat leluasa menyampaikan keluhannya karena

merasa tidak mempunyai hak untuk ikut campur atas permasalahan

yang dihadapi oleh daerah lain.

9) Kepemimpinan supervisi yang efektif

Menurut Tripethi dan Reddy dalam Moekijat (1994:39-42)

suksesnya koordinasi banyak dipengaruhi oleh hakikat kepemimpinan

dan supervisi. Kepemimpinan yang efektif menjamin koordinasi

kegiatan orang-orang, baik pada tingkatan perencanaan maupun pada

Page 126: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

110

tingkat pelaksanaan. Kepemimpinan yang efektif merupakan metode

koordinasi yang paling baik dan tidak ada lain yang dapat

menggantikannya.

Kerjasama pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global

Geopark berada dibawah BKAD Pawonsari, sehingga

kepemimpinannya juga dibawah daerah yang ditunjuk sebagai Ketua

BKAD Pawonsari. Kerjasama pengelolaan Gunung Sewu UNESCO

Global Geopark saat ini dikoordinatori oleh Pemerintah Kabupaten

Gunungkidul yang juga sebagai Ketua BKAD Pawonsari. Pemerintah

Kabupaten Gunungkidul melakukan koordinasi kepada dua daerah

lainnya, baik pada tingkat perencanaan maupun pada tingkat

pelaksanaan kerjasama. Ketua BKAD Pawonsari sendiri mengalami

pergantian setiap tiga tahun sekali, begitu juga koordinator

pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark.

Kerjasama yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Pacitan-

Kabupaten Wonogiri-Kabupaten Gunungkidul menggunankan prinsip

pengeloaan terpadu dengan membentuk Sekretariat Bersama, saat ini

Sekretariat Bersama tersebut berada di Kabupaten Gunungkidul.

Kabupaten Gunungkidul sebagai koordinator memiliki beberapa hal

yang harus dilakukan berkenaan dengan posisinya tersebut, yang

pertama adalah mengembangkan dan melestarikan destinasi

Pariwisata Kawasan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark. Hal

kedua yang harus dilakukan adalah mengembangkan pemasaran

Page 127: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

111

Pariwisata Kawasan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark.

Terakhir adalah mengembangkan kelembagaan kepariwisataan

Kawasan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark. Hal lain yang

menjadi tugas ketua sekretariat adalah untuk mengkoordinasikan

anggotanya dan membuat program kegiatan. Kepemimpinan yang

berganti setiap tiga tahun sekali membuat ketua sekretariat yang saat

ini menjadi pemimpin untuk memberikan laporan yang dapat

digunakan oleh ketua sekretariat periode berikutnya.

Menurut Tripethi dan Reddy dalam Moekijat (1994:39-42)

kepemimpinan yang efektif menjamin koordinasi kegiatan orang-

orang, baik pada tingkatan perencanaan maupun pada tingkat

pelaksanaan. Kabupaten Gunungkidul sebagai koordinator memiliki

tanggungjawab sebagai koordinator, yang pertama adalah

mengembangkan dan melestarikan destinasi pariwisata kawasan

Gunung Sewu UNESCO Global Geopark. Hal kedua yang harus

dilakukan adalah mengembangkan pemasaran Pariwisata Kawasan

Gunung Sewu UNESCO Global Geopark. Terakhir adalah

mengembangkan kelembagaan kepariwisataan Kawasan Gunung

Sewu UNESCO Global Geopark. Hal lain yang menjadi tugas ketua

sekretariat adalah untuk mengkoordinasikan anggotanya dan membuat

program kegiatan. Pada kenyataannya Kabupaten Gunungkidul belum

dapat menggerakkan anggota tim pngelola untuk mencapai tujuan

kerjasama.

Page 128: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

112

2. Tantangan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Pacitan, Kabupaten

Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul dalam pengelolaan Gunung

Sewu UNESCO Global Geopark

Setiap kerjasama tentunya memiliki tantangan yang dihadapi.

Tantangan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Pacitan, Kabupaten

Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul dalam pengelolaan Gunung Sewu

UNESCO Global Geopark berkaitan dengan anggaran setiap daerah untuk

pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark yang masih belum

sama rata. Menurut Yudhoyono dalam buku Model Kerjasama Antar

Daerah yang diterbitkan oleh Program S2 PLOD UGM dan APEKSI (2007:

8) dalam kerjasama terdapat Sharing of Burdens, yaitu dengan kerjasama,

maka daerah dapat bersama-sama menanggung biaya secara proposional

dan tidak ada daerah yang terbebani. Dengan kata lain, anggaran pengelolaan

dan penyediaan prasarana yang besar dapat ditanggung bersama sehingga tidak

terlalu membebani keuangan dari daerah tertentu. Anggaran yang

ditanggung sendiri-sendiri di tiap kabupaten membuat jumlah anggaran

yang digunakan untuk pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global

Geopark besarannya berbeda-beda. Tidak adanya kesepakatan mengenai

anggaran ini menyebabkan daerah yang memiliki anggaran besar tidak

berani mendesak daerah yang memiliki anggaran lebih kecil. Hal tersebut

berpengaruh terhadap komitmen setiap daerah dalam pengelolaan Gunung

Sewu UNESCO Global Geopark.. Dengan tidak adanya sharing of burdens,

maka daerah yang mempunyai anggaran kecil menjadi tidak maksimal dan

Page 129: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

113

cenderung komitmen yang dimiliki untuk melakukan pengelolaan Gunung

Sewu UNESCO juga rendah.

Selain tantangan tersebut, ada tantangan lain yang dihadapi yaitu

berkaitan dengan adanya pergantian pejabat di masing-masing daerah.

Pergantian pejabat di masing-masing daerah menjadi tantangan tersendiri,

pergantian pejabat daerah dalam hal ini kepala daerah dapat mempengaruhi

susunan pejabat daerah, secara tidak langsung hal tersebut berdampak pada

pejabat daerah yang ditunjuk sebagai perwakilan dalam kerjasama Gunung

Sewu UNESCO Global Geopark. Pejabat yang baru harus menyesuaikan

dengan hal-hal yang sebelumnya tidak menjadi tanggungjawabnya.

Page 130: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

114

Tabel 3. Hasil Analisis dan Interpretasi Data

FOKUS

PENELITIAN TEORI TEMUAN

Sinergitas Pemerintah

Kabupaten Pacitan,

Kabupaten Wonogiri

dan Kabupaten

Gunungkidul dalam

pengelolaan Gunung

Sewu UNESCO Global

Geopark

Komunikasi

(Sofyandi dan

Garniwa dalam

Puspita (2015:

23))

Pemerintah Kabupaten Pacitan, Kabupaten Wonogiri maupun Kabupaten

Gunungkidul bertindak sebagai sumber yang mengirimkan dan menerima pesan,

hal ini dapat dilihat bahwa inisiatif untuk melakukan komunikasi tidak hanya

berasal dari Kabupaten Gunungkidul sebagai koordinator kerjasama tetapi juga dari

Pemerintah Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Wonogiri. Komunikasi dilakukan

secara langsung melalui rapat dan pertemuan maupun tidak langsung melalui grup

whatsapp dan email.

Koordinasi

(Menurut Tripethi

dan Reddy dalam

Moekijat (1994:

39-42))

1. Hubungan langsung: Dilakukan melalui hubungan impersonal.

Perangkat daerah yang mempunyai tanggungjawab dalam kerjasama

pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark menjalankan tugasnya

sebagai perwakilan dari daerah.

2. Kesempatan awal: Koordinasi sudah dilakukan dari awal tetapi tidak

maksimal.

Terdapat permasalahan yang terjadi di awal kerjasama hingga saat ini, yaitu

berkaitan dengan anggaran dimana tiap daerah tidak dapat memberikan

dukungan dana yang sama untuk kerjasama pengelolaan Gunung Sewu

UNESCO Global Geopark.

3. Kontinuitas: Proses kerjasama masih berlanjut hingga saat ini.

Koordinasi yang dilakukan berlangsung mulai dari tahapan perencanaan dan

masih berlangsung sampai saat ini dengan dilakukan pertemuan secara berkala.

Disisi lain tindak lanjut kerjasama dengan pemerintah provinsi dan

kementerian justru tidak berkelanjutan, selama ini tidak ada respon terhadap

laporan yang diberikan.

Page 131: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

115

4. Dinamisme: Kerjasama berjalan secara dinamis.

Faktor yang mempengaruhi ada dua, yaitu faktor internal, yaitu pengelolaan

yang berfokus di Kabupaten Gunungkidul dan faktor eksternal yaitu kondisi

setiap daerah yang berbeda-beda.

5. Tujuan yang jelas: Memiliki tujuan tetapi upaya mencapai tujuan belum jelas.

Tujuan pengelolaan Gunung SewuUNESCO Global Geopark untuk menjaga

kelestarian Gunung Sewu dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang

berada di Gunung Sewu. Meskipun tujuan sudah jelas, tetapi upaya dalam

mencapai tujuan masih belum jelas, karena hal tersebut dikembalikan kepada

daerah masing-masing.

6. Organisasi yang sederhana: Struktur organisasi tumpah tindih antara BKAD

Pawonsari dan Tim Pengelola Global Geopark.

Perangkat daerah yang melakukan kerjasama Pengelolaan Gunung Sewu

UNESCO Global Geopark adalah Sub Bagian Kerjasama Bagian Tata

Pemerintahan masing-masing Sekretariat Daerah. Sementara Tim Pengelola

dibuat berdasarkan kesepakatan bersama yang kewenangan pembentukannya

membentuknya diberikan kepada Bupati Gunungkidul. Tetapi dalam

pelaksanaan justru tim pengelola tersebut belum dapat melakukan tugasnya

secara menyeluruh di tiga kabupaten.

7. Perumusan wewenang dan tanggung jawab yang jelas: Wewenang dan

tanggungjawab jelas.

Tugas dan wewenang masing-masing daerah sudah dilaksanakan sesuai dengan

posisinya baik sebagai koordinator maupun anggota. Tetapi tugas dan

wewenang menjadi tidak maksimal ketika tim pengelola tidak menjalankan

tugasnya.

8. Komunikasi yang efektif: Hubungan yang saling ketergantungan.

Komunikasi yang terjalin kurang baik meskipun masing-masing daerah yang

saling bertukar informasi secara terus menerus. Komunikasi yang terjadi

Page 132: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

116

selama ini bersifat setara dan saling membutuhkan, tetapi disisi lain setiap

daerah tidak leluasa menyampaikan keluhannya.

9. Kepemimpinan supervisi yang efektif: Kepemimpinan Kabupaten

Gunungkidul yang tidak maksimal.

Dalam melakukan tugasnya belum dapat menggerakkan anggota tim pengelola

untuk melakukan pengelolaan di tiga daerah.

Tantangan yang

dihadapi Pemerintah

Kabupaten Pacitan,

Kabupaten Wonogiri

dan Kabupaten

Gunungkidul dalam

pengelolaan Gunung

Sewu UNESCO Global

Geopark.

1. Anggaran setiap daerah untuk pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global

Geopark yang masih belum sama rata. Padahal terdapat Sharing of Burdens,

yaitu dengan kerjasama, maka daerah dapat bersama-sama menanggung biaya

secara proposional dan tidak ada daerah yang terbebani. Dengan kata lain,

anggaran pengelolaan dan penyediaan prasarana yang besar dapat ditanggung

bersama sehingga tidak terlalu membebani keuangan dari daerah tertentu.

Apabila tidak ada sharing of burdens maka akan menimbulkan kecemburuan

sosial dari pihak yang mengeluarkan anggaran paling besar, hal tersebut dapat

berdampak pada komitmen daerah dalam melaksanakan kerjasama, sehingga

sinergitas tidak berjalan baik.

2. Pergantian pejabat di masing-masing daerah menjadi tantangan tersendiri,

pergantian pejabat daerah dalam hal ini kepala daerah dapat mempengaruhi

susunan pejabat daerah, secara tidak langsung hal tersebut berdampak pada

pejabat daerah yang ditunjuk sebagai perwakilan dalam kerjasama Gunung

Sewu UNESCO Global Geopark. Pejabat yang baru harus menyesuaikan

dengan hal-hal yang sebelumnya tidak menjadi tanggungjawabnya.

Sumber: Olahan Penulis berdasarkan Analisis dan Interpretasi Data, 2018

Page 133: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

117

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Sekretariat Daerah

Kabupaten Pacitan, Sekretariat Daerah Kabupaten Wonogiri dan Sekretariat

Daerah Kabupaten Gunungkidul tentang sinergitas pemerintah Kabupaten

Pacitan, Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul dalam pengelolaan

Gunung Sewu UNESCO Global Geopark dapat disimpulkan sinergitas masih

belum maksimal, masih terdapat hal-hal yang perlu diperbaiki lagi untuk

meningkatkan sinergitas kerjasama terutama berkaitan dengan koordinasi.

Koordinasi masih menemui kendala, terutama berkaitan dengan kelanjutan

kesepakatan bersama dengan Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral,

Kementerian Pendidikan, Kementerian Pariwisata, Pemerintah Provinsi Jawa

Timur, Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Selain itu, Tim Pengelola Gunung Sewu UNESCO Global Geopark yang telah

disepakati bersama dibentuk oleh Bupati Gunungkidul tidak melakukan

pengelolaan secara keseluruhan di tiga kabupaten, sehingga setiap daerah

melakukan pengelolaan geosite yang ada di daerahnya masing-masing secara

mandiri.

Page 134: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

118

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis menghasilkan kesimpulan

sebagai berikut:

1. Komunikasi yang dilakukan tidak hanya berasal dari Gunungkidul sebagai

koordinator kerjasama tetapi juga dari Pemerintah kabupaten Pacitan dan

Kabupaten Wonogiri sebagai anggota. Komunikasi dilakukan secara

langsung melalui rapat-rapat maupun tidak langsung melalui grup

whatsapp dan email. Tanggapan yang diberikan oleh masing-masing

daerah terhadap permasalahan yang terjadi cenderung cepat apabila

melalui rapat-rapat dan cenderung kurang cepat apabila melalui grup

whatsapp maupun email, hal ini karena masing-masing perwakilan

memiliki pekerjaan yang harus diselesaikan berkenaan tanggungjawabnya

sebagai pejabat di lingkungan Pemerintah Daerah masing-masing.

2. Koordinasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Pacitan,

Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul berjalan tidak

maksimal, hal ini dapat dilihat dari kesimpulan sebagai berikut:

a. Koordinasi yang dilakukan melalui hubungan impersonal membuat

daerah yang melakukan kerjasama lebih cepat memberikan respon. Hal

tersebut karena perangkat daerah yang mempunyai tanggungjawab

dalam kerjasama pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark

menjalankan tugasnya sebagai perwakilan dari daerah, sehingga

membuat masing-masing daerah cepat memberikan tanggapan.

b. Walaupun hubungan dilakukan dari awal dilakukannya kerjasama

hingga pelaksanaan, tapi terdapat permasalahan yang berulang setiap

Page 135: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

119

tahunnya, yaitu berkaitan dengan anggaran dimana tiap daerah tidak

dapat memberikan dukungan dana yang sama.

c. Koordinasi yang dilakukan berlangsung mulai dari tahapan perencanaan

dan masih berlangsung sampai saat ini dengan dilakukan pertemuan

secara berkala. Koordinasi yang dilakukan berkala untuk saling

mengetahui informasi pengembangan geosite di setiap kabupaten.

Disisi lain tindak lanjut kerjasama dengan pemerintah provinsi dan

kementerian justru tidak berkelanjutan, selama ini tidak ada respon

terhadap laporan yang diberikan oleh masing-masing daerah.

d. Kerjasama yang dilakukan berlanjut dari tahun 2015 hingga saat ini,

setiap tiga bulan sekali mengadakan rapat untuk membahas pelaksanaan

kerjasama dan juga mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi

tiap daerah maupun yang dihadapi bersama. Hal tersebut karena

kerjasama ini sifatnya dinamis menyesuaikan dengan faktor faktor lain.

Faktor yang mempengaruhi ada dua, yaitu faktor internal, yaitu

pengelolaan yang berfokus di Kabupaten Gunungkidul dan faktor

eksternal perihal anggaran dan peraturan dari pusat yang secara tidak

langsung mempengaruhi kerjasama.

e. Kerjasama pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark

mempunyai tujuan yang jelas yaitu untuk menjaga kelestarian Gunung

Sewu dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berada di

Gunung Sewu. Meskipun tujuan sudah jelas, tetapi upaya dalam

Page 136: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

120

mencapai tujuan masih belum jelas, karena hal tersebut dikembalikan

kepada daerah masing-masing.

f. Pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark menjadi salah

satu bentuk kerjasama yang dinaungi oleh BKAD Pawonsari.

Kewenangan BKAD Pawonsari diberikan dari Bupati kepada Sekretaris

Daerah, sehingga perangkat daerah yang melakukan kerjasama

Pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global Geopark adalah Sub

Bagian Kerjasama Bagian Tata Pemerintahan masing-masing

Sekretariat Daerah. Melalui kesepakataan bersama antara tiga daerah

dibuatlah Tim Pengelola yang kewenangan membentuknya diberikan

kepada Bupati Gunungkidul. Tetapi dalam pelaksanaan justru Tim

pengelola tersebut belum dapat melakukan tugasnya secara menyeluruh

di tiga kabupaten, yang terjadi justru muncul kembali sifat kedaerahan

dengan melakukan pengelolaan yang maksimal di Kabupaten

Gunungkidul.

g. Tugas dan wewenang masing-masing daerah sudah dilaksanakan sesuai

dengan posisinya baik sebagai koordinator maupun anggota. Tetapi

tugas dan wewenang menjadi tumpang tindih ketika tim pengelola tidak

menjalankan tugasnya.

h. Komunikasi yang terjalin kurang baik meskipun masing-masing daerah

yang saling bertukar informasi secara terus menerus. Komunikasi yang

terjadi selama ini bersifat setara dan saling membutuhkan, tetapi disisi

lain setiap daerah tidak leluasa menyampaikan keluhannya.

Page 137: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

121

i. Kabupaten Gunungkidul sebagai Ketua BKAD Pawonsari memiliki

tanggungjawab sebagai koordinator, yang pertama adalah

mengembangkan dan melestarikan destinasi pariwisata kawasan

Gunung Sewu UNESCO Global Geopark. Hal kedua yang harus

dilakukan adalah mengembangkan pemasaran Pariwisata Kawasan

Gunung Sewu UNESCO Global Geopark. Terakhir adalah

mengembangkan kelembagaan kepariwisataan Kawasan Gunung Sewu

UNESCO Global Geopark. Hal lain yang menjadi tugas ketua

sekretariat adalah untuk mengkoordinasikan anggotanya dan membuat

program kegiatan. Dalam melakukan tugasnya belum dapat

menggerakkan anggota tim pengelola untuk melakukan pengelolaan di

tiga daerah.

3. Tantangan yang dihadapi yaitu perihal anggaran yang berbeda di setiap

daerah yang berdampak pada komitmen daerah untuk melakukan

kerjasama. Selain itu juga adanya pergantian pejabat di masing-masing

daerah. Pergantian pejabat di masing-masing daerah juga menjadi

tantangan tersendiri, dimana pejabat yang baru harus menyesuaikan

dengan hal-hal yang sebelumnya tidak menjadi tanggungjawabnya.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian di atas, ada beberapa saran

dari peneliti agar sinergitas kerjasama pengelolaan Gunung Sewu UNESCO

Global Geopark dapat berjalan lebih baik, diantaranya:

Page 138: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

122

1. Permasalahan pengelola dimana tiap daerah mempunyai tim pengelola

masing-masing karena tim pengelola yang telah disepakati bersama yang

dibentuk oleh Bupati Gunungkidul hanya fokus melakukan pengelolaan di

Kabupaten Gunungkidul, maka sebaiknya kesepakatan bersama mengenai

tim pengelola tersebut diperbaiki dan diperbarui dengan membentuk tim

pengelola independen yang mengelola tiga kabupaten, sehingga tidak ada

ketimpangan di tiga kabupaten tersebut.

2. Perihal anggaran yang berbeda-beda dari setiap kabupaten, dapat

ditindaklanjuti dengan kesepakatan bersama menetapkan besaran dana

secara adil dan rata, hal ini juga dapat meningkatkan komitmen setiap

daerah dalam kerjasama pengelolaan Gunung Sewu UNESCO Global

Geopark.

3. Optimalisasi peran Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Pemerintah Provinsi

Jawa Tengah, Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,

Kementerian ESDM, Kementerian Pendidikan dan Kementerian Pariwisata

dilakukan dengan memperbarui Kesepakatan Bersama dan juga melakukan

riset potensi sumber daya alam di wilayah Gunung Sewu UNESCO Global

Geopark yang dapat dikembangkan dan menjadi potensi baru dalam

berbagai bidang, termasuk bidang keilmuan dan pariwisata.

Page 139: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

123

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Rozali. 2007. Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala

Daerah Secara Langsung. Jakarta : PT Raja Grasindo.

Agustino, Leo. 2014. Politik Lokal Dan Otonomi Daerah. Bandung: Penerbit

Alfabeta.

CNN Indonesia. 2017. Angka Kemiskinan di Gunungkidul Turun karena Sadar

Wisata dalam https://www.cnnindonesia.com/gaya-

hidup/20170620142920-307-223011/angka-kemiskinan-di-gunungkidul-

turun-karena-sadar-wisata/ diakses pada 15 November 2017.

Creswell, John. 2015. Penelitian Kualitatif & Desain Riset Memilih Di Antara

Lima Pendekatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Domai, Tjahjanulin. 2010. Kebijakan Kerjasama Antar Daerah Dalam Perspektif

Sound Governance. Surabaya: Jenggala Pustaka Utama.

Fitriyah. 2003. Penguatan Demokrasi Lokal, dalam Warsito dan Teguh Yowono,

Otonomi Daerah : Capacity Building dan Penguatan Demokrasi Lokal.

Semarang : Puskodak UNDIP.

Geomagz. 2014. Gunung Sewu Seribu Keelokan Kars Tropis Warisan Dunia

dalam http://geomagz.geologi.esdm.go.id/gunung-sewu-seribu-keelokan-

kars-tropis-warisan-dunia/ diakses pada 4 Desember 2017.

Global Geoparks Network. 2010. Guidelines and Criteria for National Geoparks

seeking UNESCO's assistance to join the Global Geoparks Network

(GGN). France: United Nations Educational, Scientific and Cultural

Organization.

Hasan, Erliana. (2005). Komunikasi Pemerintahan. Bandung: Refika Aditama

Indradi, Sjamsiar. 2016. Dasar-dasar dan Teori: Administrasi Publik. Malang:

Intrans Publishing.

Islamy, La Ode. 2015. Bahan Ajar Teori-Teori Administrasi. Bau-bau: Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Dayanu Ikhsanuddin

Kabupaten Gunungkidul. 2017. Penandatanganan Kesepakatan Bersama Antara

Gunung Sewu UNESCO Global Geopark Dan Geopark Nasional Rinjani.

Gunungkidul: Pemerintah Kabupaten Gunungkidul. Dalam

http://gunungkidulkab.go.id/D-88a0baef8aff3b0bd65e40c34ee7e294-NW-

114c14b7d4672b60279a2d3d3fb39eb7-0.html diakses pada 15 November

2017.

Kesepakatan bersama yang dibuat bersama Menteri Energi dan Sumber Daya

Mineral, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Pariwisata,

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Gubernur Jawa Temgah,

Gubernur Jawa Timur, Bupati Gunungkidul, Bupati Wonogiri dan Bupati

Pacitan dengan Nomor : 003/PJ/45/MEM/2015, Nomor :

0217/MPK.A/HK/2015, Nomor : KB.3/KS.001/MP/2015, Nomor :

4/KSP/II/2015, Nomor : 007/2015, Nomor : 120.1/149/012/2015, Nomor :

415.4/KB/05/2015, Nomor : 5/KSB/2015, Nomor : 546/04/408.12/2015

tentang Pengembangan dan Pelestarian Geopark Gunung Sewu.

Page 140: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

124

Khairina, Fadiah. 2017. Dampak Perubahan Pemanfaatan Kawasan Karst

GunungSewu Terhadap Resiliensi Ekonomi Rumah Tangga di Kabupaten

Gunungkidul. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Kristiono, Natal. 2015. Buku Ajar Otonomi Daerah.Semarang: Universitas Negeri

Semarang.

Labpolokda JIP UNILA & MIP FISIP UNILA. 2014. Desentralisasi atau

Resentralisasi? Tinjauan Kritis Terhadap UU No. 23/2014. Bandar

Lampung: UNILA.

Lionardo, Andries. 2009. Administrasi Pemerintahan Daerah. Malang : Program

Pasca Sarjana Universitas Brawijaya.

Martono, Budi. 2017. Pemanfaatan Geoheritage Dalam Pengembangan Geopark

Disampaikan pada Peluncuran Pedoman Teknis Assesmen Sumber Daya

Warisan Geologi. Bandung.

Maulipaksi, Desliana. 2015. Gunung Sewu Ditetapkan UNESCO sebagai geopark

Internasioanl. Artikel di

https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2015/09/gunung-sewu-

ditetapkan-unesco-sebagai-geopark-internasional-4645-4645-4645 diakses

pada 10 Mei 2018

Muluk, Khairul. 2009. Peta Konsep Desentralisasi & Pemerintahan Daerah.

Surabaya: ITS Press

Moekijat. 1994. Koordinasi (Suatu Tinjauan Teoritis). Bandung : Mandar Maju

Noor, Muhammad. 2012. Memahami Desentralisasi Indonesia. Yogyakarta:

Interpena.

Oktariadi, Oki. 2014. Geopark Dan Penataan Ruang. Jakarta: Badan geologi

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (dalam

landspatial.bappenas.go.id diakses 10 Juli 2018)

Pacitanku. 2015. Jalan Panjang Gunung Sewu Menjadi Geopark Kelas Dunia

dalam https://pacitanku.com/2015/09/21/jalan-panjang-gunung-sewu-

menjadi-geopark-kelas-dunia/ diakses pada 10 Mei 2018

Pasolong, Harbani.2013. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta.

Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan

Kerjasama Daerah

Perjanjian Kerjasama antara Bupati Pacitan, Bupati Wonogiri dan Bupati

Gunungkidul Nomor : 27 tahun 2017, Nomor : 25 Tahun 2017, Nomor :

24 Tahun 2017 tentang Pembentukan Pengelola Gunung Sewu UNESCO

Global Geopark.

Perjanjian Kerjasama antara Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemudan Dan

Olahraga Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Wonogiri serta Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Gunungkidul Nomor :

415.4/1222/408.35/2015, Nomor : 415.4/PK/1223/2015, Nomor :

415.4/PK/24/2015 tentang Pengembangan Kepariwisataan Gunung Sewu

UNESCO Global Geopark.

Program S2 PLOD UGM dan APEKSI. 2007. Model Kerjasama Antar Daerah.

Yogyakarta : Program S2 PLOD UGM dan APEKSI.

Puspita, Mega. 2017. Sinergitas Stakeholders Dalam Pengelolaan Sampah Di

Kota Probolinggo. Univeersitas Brawijaya: Malang.

Page 141: SINERGITAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN, KABUPATEN ...

125

Rahmawati, Triana. 2014. Sinergitas Stakeholders Dalam Inovasi Daerah (Studi

Pada Program Seminggu Di Kota Probolinggo (SEMIPRO)). Universitas

Brawijaya: Malang.

Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung : Refika Aditama.

Silalahi, Ulber. 2011. Asas-asas Manajemen. Bandung: Refika Aditama.

Sudjatmiko, Tomi. 2016. Geopark Gunungsewu, Wonogiri dan Pacitan Butuh

Perhatian. Yogyakarta: krjogja.com. Dalam

http://krjogja.com/web/news/read/19953/Geopark_Gunungsewu_Wonogir

i_dan_Pacitan_Butuh_Perhatian diakses pada 8 November 2017.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :

Alfabeta.

Surat Keputusan Bersama Nomor : 272 Tahun 2002, Nomor : 05 Tahun 2002 dan

Nomor : 240/KPTS/2002 tentang Kerjasama Antar Daerah Kabupaten

Pacitan, Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul selanjutnya

disebut dengan Pawonsari (Pacitan-Wonogiri-Wonosari).

Syafiie,Inu Kencana. 2013. Ilmu Pemerintahan. Jakarta: Bumi Aksara.

UNESCO. Gunung Sewu Unesco Global Geopark (Indonesia).

http://www.unesco.org/new/en/natural-sciences/environment/earth-

sciences/unesco-global-geoparks/list-of-unesco-global-

geoparks/indonesia/gunung-sewu/ diakses pada 15 November 2017

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah

Utomo, Tri. 2005. Prospek Pengembangan Kerjasama Antar Daerah

Kabupaten/Kota Di Kalimantan Timur Dalam Penyelenggaraan Urusan

Pembangunan Dan Pelayanan Masyarakat.

Wahyudi dan Sari. 2011. Kerjasama Antar Daerah Untuk Meningkatkan

Pembangunan Daerah Dan Pelayanan Publik Di Kawasan Perbatasan.

dalam Jurnal Borneo Administrator Vol. 7 No. 3 Tahun 2011. Samarinda:

Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur III, Lembaga

Administrasi Negara.

Wibowo, Agung. 2012. Perbedaan Administrasi Publik dan Administrasi Negara

Dalam Konteks Indonesia. Universitas Indonesia: FISIP UI.