SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND...

109
SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND BARTHES Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh Achmad Tuki NIM: 1111033100002 PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M

Transcript of SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND...

Page 1: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

SIMBOL DAN MAKNA CAROK

DALAM PERSPEKTIF ROLAND BARTHES

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh

Achmad Tuki

NIM: 1111033100002

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1438 H/2017 M

Page 2: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.
Page 3: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.
Page 4: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.
Page 5: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

ABSTRAK

Achmad Tuki

Simbol dan Makna Carok

Perspektif Roland barthes

Kebudayaan merupakan suatu perjuangan, dan tradisi Carok merupakan

pembelaan harga diri yang di perjuangkan, ketika harga dirinya diinjak-injak, bagi

masyarakat Madura harga diri merupakan suatu yang sangat sensitif dan tidak bisa

dipertaruhkan. Dan pembelaan tersebut ada beberapa sebab pertama karena

perempuan kedua karena harta ketiga tahta. Oleh karena itu, berdasarkan beberapa

ulasan diatas, maka menarik penulis meneliti adalah tentang “simbol dan makna

carok persfektif Rolan Barthes”.

Peneliti ini bertujuan untuk mengetahui simbol dan makna carok dalam

telaah masyarakat Madura guna menyampaikan kepada masyarakat luas tentang

bagaimana Carok yang sebenarnya.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode penelitian

lapangan (fieel resaerch). Dengan metode pengumpulan data menggunakan

observasi langsung yaitu pengamatan data melalui pengamatan inderawi, dengan

melakukan pencatatan terhadap gejala-gejala yang terjadi pada objek penelitian

secara langsung di tempat penelitian Interview (wawancara), adalah sebagian

metode pengumpulan data dengan cara tanya-jawab sepihak dengan dikerjakan

secara sistematik dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan. Dengan analisi

data akan dibahas secara deskriptis-analitis, yang kemudian dieksplorasi,

diberikan interpretasi, ditarik penilaian dan kesimpulan.

Setelah meneliti budaya Carok maka didapati bahwa Carok merupakan

pembelaan harga diri ketika diinjak-injak. Hal ini, dalam pengertian sosiologis

masyarakat Madura dipahami sebagai ekpresi sosial dalam menyelesaikan

masalah. Keberadaan Carok sangat terkait karena aspek Carok melibatkan unsur

lain semisal ritual agama dan perjanjian sosial. Carok juga harus dilihat lebih luas

karena tradisi ini tidak diatur tegas dalam budaya setempat dan lebih merupakan

spontanitas namun memiliki tahapan umum. Maka, dapat dipahami orang Madura

melakukan Carok karena harga dirinya dipermalukan oleh orang lain, karena bagi

orang Madura harga diri merupakan sesuatu yang tidak bisa diganggu, akan tetapi

orang Madura tidak segampang melakukan Carok kalau tidak sesuai dengan

masalahnya, adanya akibat karena ada sebab.

Keyword: Carok, Madura, Harga diri, Simbol, Budaya

Page 6: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrabil A’lamin

Segala puji penulis sampaikan ke khadirat Allah Pencipta Alam

Semesta yang telah memberikan berjuta-juta nikmat, Shalawat Ma’a Sallam

penulis haturkan kepada Manusia Sempurna Muhammad SAW. sang pencerah

ilmu pengetahuan, sehingga penulisan skripsi ini rampung dengan hasil yang

diinginkan.

Beribu kata terima kasih penulis sembahkan kepada berbagai pihak

yang telah memberikan pengarahan dan bantuan yang sangat berarti, terutama

kepada laki-laki terhebat sepanjang masa, H. Abd Salam terima kasih atas

bimbingan kehidupan yang Engkau berikan sampai kapan pun nanti. Perempuan

terindah, Suhatiyah waktu luangmu adalah sebuah detak menit jarum jam,

mengingatkan akan semua saat.

Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Fariz Pari, M.Fils., telah memberikan bimbingan yang luar biasa, terima

kasih atas semua inspirasi pemikiran sehingga penulis begitu terpesona akan

kajian semiotik dan akhirnya menjadi bahan penelitian pertama ini.

2. Dra. Tien Rahmatin, MA., selaku Ketua Jurusan filsafat islam Fakultas

Ushuluddin, terima kasih atas diskusi yang menyenangkan selama satu

semester beberapa tahun yang lalu.

3. Dr. Abdul Hakim Wahid, MA,. selaku dosen pembimbing akademik dan

sekretaris jurusan yang telah membimbing penyusun dari awal semester

perkuliahan sampai sekarang.

Page 7: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

vii

4. Para Dosen Fakultas Ushuluddin terima kasih atas ilmu dan pemikirannya,

Pegawai Perpustakaan fakultas, Pegawai Perpustakaan Utama yang telah

memberikan waktu dan buku-bukunya.

5. Adik, Ali Jufri, Musli dan Laila Sitti Jamilah , terima kasih atas semua waktu

dan perkumpulan terhangat ketika di rumah.

6. Ali Thaufan Ds MA., dan Ach Fizal S,Psi kaka yang selalu memotivasi

penulis untuk selalu berkarya, terima kasih telah memberikan kesempatan

untuk belajar.

7. Dani Ramdhany, S.Thi Melky dan Tanwir terima kasih untuk waktu luangnya

untuk berdiskusi, Sahabat; Muflih Hidayat, Lina Sobariyah, S.Th.I,

Romansyah, S.Th.I, Hizqiel Aebit Alqoroni, dan Zainsyah terima kasih buat

kepulan kopi dan asap rokok di Pojokan pada Senja hari –Pojok Inspirasi

Ushuluddin, Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat

Ushuluddin dan Filsafat (HMI KOMFUF), Yakin Usaha Sampai.

8. Desy Yeni Verawati, S. Th.I, Muhibatul Fikri, S. Th.I dan Syahrul Wilda,

S.Ag. Teman seperjuangan yang selalu kompak baik itu bahagia maupun

sedih terimakasih banyak atas kebersamaannya wahai saudara-saudariku

sampai kapanpun kebersamaan kita tidak akan terlupakan.

9. Aida Fathaturrohmah yang selalu memotivasi buat menyelesaikan sikripsi ini

terimakasih.

10. Mahasiswa Aqidah Filsafat 2011, terima kasih atas diskusi-diskusi yang

renyah di setiap waktu. Para penulis buku, penerbit, penjual buku, admin jual-

beli buku on-line, peminjam buku, serta pengirim buku sehingga buku-buku

tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

Page 8: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

viii

11. Terima kasih Semesta.

Semoga Allah SWT. membalas semua kebaikan kita semua. Penulis

menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi

materi, metodologi dan analisisnya. Oleh karena itu kritik dan saran yang

membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Pada

akhirnya hanya kepada Allah Swt. penulis berharap, semoga apa yang tertulis

dalam skripsi ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca

pada umumnya. Amin.

Ciputat, 9 Maulid 1439 H.

Penulis,

Achmad Tuki

NIM. 1111033100002

Page 9: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ....................................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... iv

ABSTRAK .................................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .............................................................................................. vii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. x

PEDOMAN TRANSLITERASI ....................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 5

C. Batasan dan Rumusan Masalah ....................................................... 6

D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ...................................... 6

E. Metodologi Penelitian ..................................................................... 7

1. Metode Penelitian........................................................................ 7

2. Sumber Data ................................................................................ 8

3. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 9

4. Teknik Analisis Data ................................................................... 9

H. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 9

I. Sistematika Penulisan .................................................................... 10

BAB II MITOS ROLAND BARTHES ......................................................... 11

A. Pengetian semiotika ...................................................................... 11

B. Mitos dan Semiologi Roland Barthes ........................................... 14

BAB III LATAR BELAKANG CAROK ...................................................... 26

A. Carok ........................................................................................... 26

B. Demografi Madura ........................................................................ 51

C. Budaya dan Keagamaan Maudra ................................................. 55

BAB IV MITOS CAROK ............................................................................... 65

A. Simbol dan Denotasi .................................................................... 65

B. Konotasi dan Metabahasa ............................................................. 69

C. Mitologi Carok .............................................................................. 70

D. Kritik Analisis Carok .................................................................... 77

Page 10: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

x

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 87

A. Kesimpulan ................................................................................... 87

B. Saran-saran .................................................................................... 88

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 89

LAMPIRAN ............................................................................................................... 92

Page 11: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

xi

PEDOMAN TRANSLITERASI

Arab Indonesia Inggris Arab Indonesia Inggris

ṭ ṭ ط a a ا

ẓ ẓ ظ b b ب

‘ ‘ ع t t ت

gh gh غ ts ts ث

f f ف j j ج

q q ق h h ح

k k ك kh kh خ

l l ل d d د

m m م dz dh ذ

n n ن r r ر

w w و z z ز

h h ہ s s س

’ ’ ء sy sy ش

y y ي ṣ ṣ ص

h h ة ḍ ḍ ض

Vokal Panjang

Arab Indonesia Inggris

ā ā آ

ī ī ٳى

ū ū أو

Page 12: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia terkenal ragam budayanya, budaya lokal, daerah, sampai

budaya nasional, ketiga ragam tersebut menyatu menjadi budaya Indnonesia

yang penuh warna. Hal inilah yang membuat Indonesia kaya dan dikenal

bangsa lain yang beragam dan memiliki ciri khas tersendiri sehingga

menjadikan budaya tersebut unik. Keunikan budaya Indonesia tercermin

dari adat istiadat dan kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat. Indonesia

yang beragam dan membentuk kelompok-kelompok yang disebut

sukubangsa yang tercatat di Indonesia mencapai lebih dari 740 suku bangsa

yang tersebar di seluruh Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke.1

Salah satu suku bangsa tersebut adalah Madura.

Madura yang memiliki budaya yang khas, unik, dan, identitas

budayanya itu dianggap sebagai jati diri individual maupun komunal. Etnik

Madura dalam berperilaku dan dalam kehidupan bermasyarakat, masyarakat

Madura memegang teguh Carok. Carok adalah pemulihan harga diri ketika

diinjak-injak oleh orang lain, yang berhubungan dengan harta, tahta, tanah,

dan wanita. Intinya adalah demi kehormatan. Dalam ungkapan Madura,

1Alo Liliweri, Konflik dan Kekerasan: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur

(Yogjakarta: Lkis, 2005), h. 6-8.

Page 13: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

2

dikenal dengan istilah: Lebbi Bagus Pote Tollang atembang Pote Mata

(lebih baik mati, daripada hidup menanggung malu).

Carok merupakan salah satu alternatif penyelesaian sengketa pada

masyarakat Madura. Penyelesaian tersebut merupakan penyelesaian dengan

menggunakan jalur kekerasaan. Penyelesaian dengan jalan kekerasaan ini

sering kali menutup kemungkinan penyelesaian sengketa secara damai.

Dalam kaitan ini tampak bahwa sengketa masyarakat diakhiri dengan

memunculkan sengketa yang lain. Fenomena carok sebagai salah satu upaya

penyelesaian sengketa yang berbenturan dengan aturan hukum negara di

Indonesia. Dalam realitanya, perilaku dan pola kelompok etnik Madura

tampak sering dikesankan atas dasar prasangka subjektif oleh orang luar

Madura. Kesan demikian muncul dari suatu pencitraan yang tidak tepat,

baik berkonotasi positif maupun negatif. Prasangka subjektif itulah yang

seringkali melahirkan persepsi dan pola pandang yang keliru sehingga

menimbulkan keputusan individual secara sepihak yang ternyata keliru

karena subjektifitasnya.2

Segi lain sifat orang Madura yang sering ditekankan adalah

kecepatannya tersinggung, penuh curiga, pemarah, berdarah panas,

beringas, pendendam, suka berkelahi, dan kejam. Jika orang Madura

dipermalukan, dihunusnya belati dan dengan segera membalas dendam

hinaan yang diterimanya, atau menunggu sampai kesempatan datang untuk

membalas dendam. Perkelahian, Carok, dan pembunuhan merupakan

2A. Latief Wijaya, CAROK: Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura.,

(Yogyakarta: LKIS, 2002), h. 178.

Page 14: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

3

sesuatu yang bisa terjadi setiap hari kalau orang mau mempercayai

stereotipe itu. Orang menduga bahwa pepatah „hutang nyawa dibayar

nyawa‟ diberlakukan secara luas (De Java Post (1911, 922, 345). Bahkan

hinaan kecil dijawab dengan pisau (Wop (1866:284). Untuk menjaga

kehormatan semua dikorbankan seperti diperlihatkan oleh pepatah Madura

„etemmbbang pote mata ango’an apotea tolang’, atau daripada hidup

menanggung malu lebih baik mati berkalang tanah (Atmosoedirdjo 1952:

12).3

Pada dasarnya, Carok merupakan pembelaan harga diri masyarakat

Madura yang selalu dilecehkan harga dirinya dan Carok jangan selalu

diartikan negatif di samping itu juga ada beberapa hal yang bisa diambil

hikmahnya. Carok sudah mengalami perubahan makna. Pada masa lalu

carok merupakan perang tanding antara satu orang melawan satu orang tapi,

saat ini carok sudah mengalami perubahan makna yakni carok perkelahian

yang pakai celurit dan mengikutsertakan orang banyak seperti keluarga dan

kerabatnya. Di kalangan orang Madura tidak terdapat kebetulan pendapat

bagaimana Carok harus dilakukan. Beberapa orang mengatakan bahwa

sejumlah besar aturan harus diikuti ada cara berkelahi yang baku yang lain

berfikir bahwa cukuplah dengan menyerang lawan dari depan4. Contoh,

pada suatu sore menjelang terbenamnya matahari tepatnya hari Kamis,

ketika masyarakat Desa Rombut sedang menunggu saat berbuka puasa,

terjadilah peristiwa Carok antara Mat Tiken dan dua orang yang masih

3Mien Ahmad Rifai, Manusia Madura. (Yogyakarta: Pilar Media, 2007), h. 137.

4Huub De Jonge, Garam kekerasan dan Aduan sapi (Yogyakarta: LKIS Group, 2002), h.

127.

Page 15: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

4

saudara sepupu yaitu Kamaluddin dan Mukarram permasalahan yang

melatarbelakangi peristiwa Carok ini adalah tindakan Mat Tiken yang

menjalani hubungan dengan Sutiyani istri Kamaluddin. Kamaluddin sangat

cemburu dan marah sehingga berniat membunuh Mat Tiken. Untuk

melakukan niatnya ini Kamaluddin meminta bantuan Mukarram, dengan

cara ngangkei mereka berdua langsung menantang Mat Tiken untuk

melakukan carok. Mat Tiken melayani tantangan ini dan terjadilah Carok

dua lawan satu.

Peristiwa carok yang melibatkan Mat Tiken dengan Kamaluddin dan

Mukarram terjadi tepat di halaman rumah Mat Tiken. Sebagaimana telah

disebutkan di muka, latar belakang masalahnya adalah karena ada hubungan

cinta antara Sutiyani (istri Kamaluddin) dengan Mat Tiken menurut

keterangan dari beberapa informasi, khususnya keluarga Kamaluddin hanya

mendengar desas- desus ini semakin hari semakin tersiar luas, dan hampir

semua orang desa memperbincangkannya. Semua ini membuat hati

Kamaluddin menjadi panas, meskipun Kamaluddin bisa membuktikan

sendiri hubungan cinta antara istrinya dengan Mat Tiken. Bagi Kamaluddin

tindakan Kamaluddin dianggapnya sebagai pelecehan terhadap harga

dirinya. Apalagi jika Kamaluddin dapat membuktikan bahwa hubungan

cinta istrinya sudah sampai tingkat perbuatan zinah.5

Carok yang merupakan suatu tindakan kekerasan dengan resiko besar

(berupa kematian), maka setiap orang yang melakukan Carok harus

5A. Latief Wijaya, CAROK: Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura, h. 96.

Page 16: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

5

melakukan persiapan-persiapan. Antara kasus carok satu dengan kasus

carok yang lain membutuhkan persiapan yang berbeda-beda. Dilihat dari

sisi ini, semua kasus carok yang diteliti merupakan carok berencana (De

Jonge (1993:4). Menurut informasi yang diperoleh di lapangan ada juga

kasus carok yang dilakukan secara spontan yaitu ketika tiba-tiba terjadi

perselisihan menyangkaut pelecehan harga diri, maka ketika itu juga salah

satu pihak yang berselisih menyerang (untuk membunuh) pihak yang lain.

Jika terjadi kasus Carok seperti ini dan kebetulan pihak-pihak yang

berselisih itu tidak nyekep (tidak membawa celurit), biasanya pihak

penyerang menggunakan senjata tajam apa adanya, seperti cangkul, linggis,

dan lain sebagainya. Jadi, senjata-senjata tajam selain celurit dapat saja

dipergunakan melakukan Carok ketika mereka dihadapkan pada situasi

keterpaksaan. Oleh karena itu, carok dilakukan dengan menggunakana jenis

senjata tajam yang tidak lazim ini tetap tidak mengurangi arti dan makna

Carok itu sendiri.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis bertujuan untuk

mengkaji mengenai, simbol dan makna Carok perspektif Roland Barthes.

Karena Carok pada dasarnya adalah sikap kekerasan dengan resiko besar.

Penulis mencoba menjelaskan carok dari makna dan simbolnya.

Pembahasan carok tidak hanya diartikan sebagai suatu hal yang negatif

tetapi di sisi lain ada nilai-nilai positif yang tersimpan. Untuk itu maka

penulisan skripsi ini mengambil tema ’’SIMBOL DAN MAKNA CAROK

PERSPEKTIF ROLAND BARTHES ’’.

Page 17: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

6

B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Dari latar belakang di atas, penulis membatasi lingkup

permasalahan pada simbol dan makna carok. karena pembahasan carok

yang dibahas dalam penelitian ini mengenai peristiwa carok yang ada di

Madura khususnya di kota Pamekasan.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana

Simbol dan Makna Carok Perspektif Roland Barthes ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah memahami dan membahas lebih

mendalam mengenai makna carok yang dipaparkan oleh budayawan dan

tokoh ulama yang ada di Madura yakni bagaimana simbol carok itu

disampaikan secara positif. Di samping itu juga, penelitian ini diharapkan

dapat memberikan pemahaman yang lebih gamblang mengenai makna

carok. Dan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

pemikiran dan dapat dijadikan pedoman pada carok yang ada di Madura.

Kemudian penelitian ini juga ditujukan untuk memenuhi persyaratan

memeroleh gelar sarjana strata satu pada Fakultas Ushuluddin Jurusan

Aqidah Falsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Manfaat penelitian ini adalah memberikan kontribusi dalam pemikiran

carok Madura yang lebih baik kedepannya dan memberikan gambaran dan

Page 18: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

7

pikiran kepada penggiat keilmuan khususnya pada orang yang masih buta

tentang pendidikan.

D. Metode Penelitian

1. Metode penelitian

Metode penelitian iini menggnakan pendekatan simbol dan makna

carok dalam perspektif semiologi Roland Barthes. Menganalis

bagaimana carok sebagai makna denotasi dan kontasi lalu menjadi

mitos dan di percaya oleh suatu kelompok atau masyarakat di Madura.

Pendekatan semiologi merupakan penelitian kualitatif: carok

sebagai peristiwa, celurit sebagai simbol, senjata tajam dan jagoan

sebagai makna denotasi dan konotasi.

2. Sumber data

Untuk mencapai maksud dan tujuan dalam penelitian ini, maka

penulis melakukan penelitian lapangan dengan mewawanc arai

beberapa tokoh, Ulama yang ada disekitar kejadian dan mengumpulkan

data sebanyak-banyaknya, serta mengelolah data-data tersebut

berdasarkan kriteria sumbernya. Dalam penelitian ini penulis membagi

dua sumber data sebagai berikut

a. Data Primer ada tinga yaitu observasi terhadap masyarakat selama

15 hari, wawancara selama 5 kali baik secara langsung mauapun

secara via telpon. dan studi pustaska adalah seluruh data-data dari

data pustaka primer ini diambil dari buku Latif Wijaya, Carok

Konflik Kekerasaan dan Harga Diri Orang Madura. Yogyakarta:

Page 19: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

8

LKis. 2002 dan dari buku Huub De Jonge, Garam, Kekerasan, dan

Aduan Sapi. Yogyakarta. LKis Group. 2012

b. Data sekunder berupa rekaman video dan melihat secara langsung

tragedi carok massal yang terjadi di Desa Bujur Tengah Kecamatan

Batu mar-mar Kabupaten Pamekasan Madura..

a. Teknik pengumpulan data

a. Data observasi berupa pengematan inderawi, dengan melakukan

pencatatan terhadap gejala-gejala yang terjadi pada obyek penelitian

secara langsung ditempat penelitian dan rekaman video

b. Data wawancara yaitu adapun pihak-pihak yang dijadikan sebagai

narasumber adalah tokoh masyarakat, serta berbagai elemen

masyarakat yang ada hubunganya dengan penelitian ini. Objek yang

dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana terjadinya carok yang

ada di Kabupaten Pamekasan Desa Bujur Tengah.

b. Analisis data

Menggunakan semiologi Roland Barthes data-data diatas

diidentifikasi sebagai expresi dan sebagai catatan relasinya dianalisis

sebagai denotasi, konotasi dan metabahasa. Expressi diperoleh dari.

denotasi merupakan makna yang deskriptif dan leteral, konotasi makna

tingkat kedua yang tercipta dengan cara menghubungkan penanda

penanda dan metabahasa konotasi-konotasi mengalami pengalamihan

Page 20: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

9

menjadi hemogen, atau kata lain, telah diterima sebagai hal yang

normal.

E. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pusataka pada penelitian ini adalah:

1. Skripsi Lusi Agustini Darmayanti “Ungkapan Tradisional dalam Tradisi

Carok Masyarakat Madura: Kajian Etnografi” Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa

dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember,

2012. Penelitian ini lebih menekankan pada kajian wujud ungkapan

dalam budaya carok pada masyarakat Madura dan kandungan nilai

budaya ungkapan dalam budaya carok pada masyarakat Madura.

Sedangkan skripsi saya lebih menekankan simbol dan makna carok.

2. Penelitian oleh Mahrus Ali “Akomodasi Nilai-Nilai Budaya Masyarakat

Madura Mengenai Penyelesaian Carok Dalam Hukum Pidana” Jurnal

Hukum UII, 2010. Siapapun yang sudah melakukan Carok secara

hukum pidana diberi sangsi yang setipal dengan perbuatannya.

3. Sedangkan penelitian saya fokus pada Simbol Dan Makna Carok Dalam

Perspektif Roland Barthes.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini dimaksudkan untuk lebih

memperjelas setiap permasalahan yang dikemukakan. Adapaun dalam

penelitian ini, penulis membagi dalam lima bab. Untuk lebih jelasnya

penulis uraikan sebagai berikut:

Page 21: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

10

Bab pertama pendahuluan: latar belakang masalah, identifikasi

masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, tinjauan masalah, metodelogi penelitian terdiri dari metode

penelitian, sumber data, tekhnik pengumpulan data, tekhnik analisis data,

tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

Bab kedua memfokuskan pembahasan mitos Roland Barthes:

pengertian semilogi, mitos dan semiologi Roland Barthes.

Bab ketiga Latar belakang carok, carok, demografi Madura, dan budaya

dan keagamaan Madura

Bab keempat merupakan mitos carok, simbol dan denotasi, konotasi

dan metabahasa, mitologi carok, kritik analisis carok.

Bab kelima penutup terdiri kesimpulan berisi kritik dan saran.

Page 22: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

11

BAB II

MITOS ROLAND BARTHES

Dalam bab ini penulis akan membahas studi literatur atas semiotika

Roland Barthes. Di dalamnya memuat penjelasan secara mendalam

tentang ilmu semiotika dari Roland Barthes.

A. Pengertian Semiotika

Semiotika merupakan ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang

berada di tengah masyarakat.1 Tujuannya adalah menunjukkan bagaimana

terbentuknya tanda-tanda beserta kaidah-kaidah yang mengaturnya.

Sebagaimana kebiasan manusia pada dasarnya makhluk yang selalu

mencari makna dari berbagai hal yang ada disekitarnya. Istilah lain adalah

homo signans.2 Selain itu manusia dalam menjalani hidupnya tidak

mungkin sendirian melainkan secara berkelompok atau disebut dengan

masyarakat, karena antara yang satu dengan yang lainnya saling

membutuhkan. Manusia sebagai anggota masyarakat dalam melakukan

interaksinya seringkali menggunakan simbol dalam memahami

interaksinya.3

Tanda juga disebut dengan simbol. Secara etimologi berasal dari

Bahasa Yunani yaitu “symbolos” yang berarti tanda atau ciri yang

1Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), h. 12.

2Benny H. Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya (Depok: Komunitas

Bambu,2014), h. 3. 3Alex Sobur, Simiotika Komunikasi, h. 199.

Page 23: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

12

memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang. 4

Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI) kata simbol memiliki arti yang sama dengan

lambang, yaitu sesuatu seperti tanda (lukisan dan lencana) yang

menyatakan suatu hal atau mengandung maksud tertentu.5 Dalam bahasa

Inggris symbol berarti menggambarkan sesuatu yang abstrak, tanda-tanda

suatu obyek, lambang, dan lain-lain. Dalam bahasa Sansekerta kata simbol

adalah “pratika” yang berarti mendekatkan. 6

Adapun pengertian simbol secara terminologi dapat dipahami

sebagaimana penjelasan Peirce. Charles Sanders Peirce menjelaskan

bahwa simbol adalah tanda yang memiliki makna berdasarkan konvensi

sosial. Misalnya, bendera merah di laut merupakan simbol yang memiliki

makna “larangan melewati, bahaya”. Segala tanda baik yang verbal

maupun nonverbal disebut simbol selama maknanya diperoleh

berdasarkan konvensi sosial.7

Tanda atau simbol menjadi pembahasan mendasar dalam

semiotika. Sebab tanpa adanya tanda maka tidak akan ada pembahasan

semiotika. Sejak kemunculan Saussure dan Pierce,8 semiotika

menitikberatkan pada studi tentang tanda. Meskipun dalam semiotika

4Budiono Herusatoto, Simbolisme Dalam Budaya Jawa (Yogyakarta: Hanindita, 1983), h.

10. 5Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. Ke-4

(Jakarta: Balai Pustaka, 1995), h. 55. 6Titib, Teologi dan Simbol-simbol Dalam Agama Hindu, h. 63.

7Benny H. Hoed. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, h. 10.

8Saussure atau nama lengkapnya Ferdinand de Saussure (1857-1913) dan Pierce atau

lengkapnya Charles Sanders Pierce merupakan bapak semiotika. Keduanya dianggap sebagai

pemrakarsa teori-teori semiotika atau semiologi modern. Lihat Aart Van Zoest “Interpretasi dan

Semiotika” dalam Serba-Serbi Semiotika Peny. Panuti dan Aart Van Zoest (Jakarta: Gramedia,

1992), h. 1.

Page 24: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

13

Pierce berkecenderungan pada inferensi (pemikiran logis) dan Saussure

menekankan pada aspek linguistik, pada kenyataannya semiotika

membahas signifikasi dan komunikasi dalam sistem tanda non linguistik.9

Selain kedua tokoh di atas, semiotik juga dikembangkan oleh

Roland Barthes. Secara harfiah semiotika Roland Barthes merupakan

turunan dari teori bahasa yang digagas oleh Ferdinand de Saussure.

Sausure mengembangkan dasar dasar teori linguistik sebagai sistem

tanda.10

Adapun kerangkanya dikemukakan atas empat konsep teoritis,

yakni konsep langgue-parole, singnifiant-signifie, sintagmatik-

paradigmatik, dan sinkroni-diakroni.11

Roland Barthes mengembangkan

bahwa bahasa yang dimaksud tidak diorientasikan pada ranah bahasa

komunikasi semata, tetapi lebih luas. Menurutnya bahasa atau tuturan

terdapat dalam semua sistem kehidupan manusia.12

Atas dasar konsepsi di atas, Roland Barthes memberikan definisi

semiotika yang cukup berbeda dengan Pierce maupun Saussure. Menurut

Roland Barthes semiotika merupakan ilmu yang hendak memelajari

bagaiamana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things).13

Adapun

tujuannya adalah merekonstruksi lebih pada sistem penandaan ketimbang

9Kurniawan, Semiologi Roland Barthes (Magelang: Yayasan Indonesiatera, 2001), h. 52.

10Panuti Sudjiman dan Daan Aart Van Zoest, Serba-serbi Semiotika, (Jakarta; Gramedia,

1992), h.2. 11

Roland Barthes, Petualangan Semiologi Terj. Stephanus Aswar Herwinarko

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 5. 12

Roland Barthes, Elemen-elemen Semiologi, terj. Kahfi Nazarudin (Jakarta: Jalasutera,

2012), h. 16. 13

Kurniawan, Semiologi Roland Barthes, h. 53.

Page 25: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

14

bahasa dan membangun simulacrum dari objek yang diteliti.14

Barthes merupakan turunan strukturalisme, khususnya De

Saussure. Keduanya menggunakan teori tanda yang sama, tetapi keduanya

mencoba melihat pemaknaan tanda secara dinamis. Perbedaan pokoknya

adalah bahwa Barthes mengembangkan pemaknaan terhadap tanda yang

justru dimiliki masyarakat budaya tertentu (bukan secara individual).

Barthes mengeritik masyarakatnya dengan mengatakan bahwa semua yang

dianggap sudah wajar di dalam suatu kebudayaan sebenarnya adalah hasil

dari proses konotasi.

Bila konotasi menjadi tetap, itu akan menjadi mitos, sedangkan

kalau mitos menjadi mantap, akan menjadi ideologi. Penekanan teori tanda

Barthes adalah pada konotasi dan mitos. Ia mengatakan bahwa dalam

sebuah kebudayaan selalu terjadi “penyalahgunaan ideologi” yang

mendominasi pikiran anggota masyarakat. Ia ingin membebaskan

masyarakatnya dari “penyalahgunaan ideologi” itu dan memahami

mengapa berbagai pemaknaan yang seolah-olah sudah berterima di

masyarakat itu bisa terjadi.15

B. Mitos dan Semiologi Roland Barthes

Mitos adalah suatu bentuk pesan atau tuturan yang harus diyakini

kebenarannya tetapi tidak dapat dibuktikan. Mitos bukan konsep atau ide

14

Roland Barthes, Elemen-Elemen Semiologi Terj. Kahfie Nazarudin (Yogyakarta:

Jalasutera, 2012), h. 99. 15

Benny H. Hoed. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, cet ke-1 (Depok: Komunitas

Bambu,2014), h. 30.

Page 26: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

15

tertapi merupakan suatu cara pemberian arti. Secara etimologis, mitos

merupakan suatu jenis tuturan, tentunya bukan sembarang tuturan. Suatu

hal yang harus diperhatikan bahwa mitos adalah suatu sistem komunikasi,

yakni suatu pesan (message).16

Dalam pendahuluannya, Roland Barthes menyatakan bahwa

semiologi ditakdirkan untuk berkutat dengan trans-linguistik yang

materialnya bisa mitos dan sebagainya.17

Mitos yang berurusan dengan

semiologi telah berkaitan dengan dua istilah, yakni penanda signifier

(significant) dan petanda signified (signife), dan kemudian bertautan lagi

dengan istilah sign (tanda). Misalnya satu karangan bunga menandakan

cinta. Dalam hal ini berarti tidak hanya berurusan dengan signifier dan

signified, bunga dan cinta, karena dalam tahap analisis terdapat tiga istilah,

bunga yang menandakan cinta adalah sebagai tanda (sign).18

Roland Barthes mengingatkan bahwa sistem penandaan

(signification) terdiri dari ranah ekspresi (E) dan content (C) serta

penandaan terjadi ketika ada relasi (R) diantara keduanya.19

Kemudian

suatu sistem E R C tersebut menjadi suatu sistem yang simpel dari suatu

sistem kedua. Dengan demikian maka akan terjadi dua sistem penandaan

sekaligus yang bercampur satu dengan lain. Akan tetapi juga terpisah satu

sama lain. Dengan kata lain ada sistem berlapis.20

16

Sri Iswidayanti, “Roland Barthes dan Semiologi” diambil dari www.portaluganda.org.

diakses pada tanggal 10 maret 2017, h. 4. 17

Roland Barthes, Elemen-Elemen Semiotika, h. vii. 18

Eri Iswiyanti, “Mitologi Roland Barthes”, h. 6. 19

Roland Barthes, Elemen-Elemen Semiologi, h. 91. 20

Roland Barthes, Petualangan Semiotika, h. 82.

Page 27: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

16

Derivasi ini berlangsung dengan dua cara. Pertama sistem E R C

berorientasi pada ekspresi (E) pada sistem kedua. Sebagaimana diagram

berikut:

2

1

Konotasi

Sedangkan sistem kedua sistem E R C berorientasi pada ranah isi

(C) dari sistem kedua.

2

1

Metabahasa

ERC

E R C

ERC

E R C

Page 28: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

17

Dari diagram di atas dapat dipahami mengenai keberadaan

metabahasa. Metabahasa adalah sistem yang oreintasi isinya sudah dengan

sendirinya merupakan sistem penandaan, atau dikatakan juga semiotika

yang berbicara semiotik.21

Menurut Chris Baker, metabahasa inilah yang

kemudian sistem semiologis tingkat kedua atau mitos.22

Sistem ganda di atas dapat di pahami sebagai berikut:

Konotasi Mitos

Metabahasa

Bagi Roland Barthes ada dua macam pemaknaan: denotasi dan

konotasi. Denotasi adalah merupakan tingkat makna yang deskriptif dan

literal yang dipahami oleh hampir semua anggota suatu kebudayaan.

Contoh “babi” akan berdenotasi konsep tentang suatu binatang ternak

yang berguna dan warnanya merah muda dengan moncong dan ekor yang

keriting. Kedua konotasi adalah makna yang tercipta dengan cara

menghubungkan penanda-penanda dengan aspek kebudayaan yang lebih

21

Roland Barthes, Elemen-Elemen Semiologi, h. 92. 22

Chris Barrker, Cultural studies, h. 93.

Pn=C : Penanda = Isi

Pt = E : petanda = Ekspresi

E1 C1

CC

C

C1 C2

C1 E2

E1 C1

Page 29: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

18

luas. Contoh keyakinan, sikap, kerangka kerja, dan ideologi-ideologi suatu

formasi sosial tertentu. Makna menjadi permasalahan asosiasi tanda-tanda

dan kode-kode makna kultural lainya. Dengan demikian “babi” bisa saja

berkonotasi dengan polisi yang kejam atau cauvinis lelaki, tergantung pada

subkode-subkode atau leksikon yang sedang bekerja.23

Signifiant-signifiant konotasi, yang akan kita disebut konotator

(connotateur), disusun oleh signe-signe (yaitu signifiant-signifiant dan

signifie-signifie yang disatukan) dari sistem yang berdenotasi. Secara

natural, beberapa signe yang berdenotasi bisa menyatu untuk membentuk

satu konotator tunggal, jika konotator itu hanya memiliki satu signefie

konotasi. Dengan kata lain, unitas-unitas sistem yang berkonotasi tidaklah

serta merta memiliki ukuran yang sama dengan ukuran sistem yang

berdenotasi. Beberapa fragmen besar diskursus-diskursus yang berdenotasi

bisa saja hanya merupakan satu unitas tungggal sistem yang berdenotasi

(ini misalnya kasus nada dari sebuah teks, yang tersusun dari banyak kata,

tetapi yang meski begitu hanya menunjuk kepada satu signifie tinggal).

Dalam semiotika konotatif, signefiant sistem kedua dibangun oleh

signe-signe sistem pertama. Dalam metalanggage, terjadi yang sebaliknya:

signifie-signifie sistem kedualah yang dibangun oleh signe-signe pertama.

Hjelmslev telah mempresisikan pengertian metalangage dengan cara

berikut karena suatu operasi adalah suatu deskripsi yang dibangun

23

Chris Barrker, Cultural studies, cet ke-1 (Yogyakarta: PT Bintang Pustaka,2005), h. 93.

Page 30: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

19

berdasarkan prisip empiris, yaitu yang tidak kontradiktoris (koheren),

ekshuastif, dan simpel, maka semiotik ilmiah atau matalangage adalah

suatu operasi, sedangkan semiotik konotatif bukanlah suatu operasi. Maka

menjadi jelas bahwa semiologi, misalnya adalah suatu metalangage, sebab

dengan menjadi sistem kedua semiologi mengurusi suatu langage pertama

(atau langage-objek) yaitu sistem yang dipelajari. Dan sismtem objek itu

signifie terhadap matalangage semiologi.24

Chirs Baker memberikan gambaran yang cukup sederhana dalam

penjelasan kinerja mitos dalam semiologi. Konotasi mengandung nilai

ekspresif yang muncul dari kekuatan kumulatif dari sebuah urutan, atau

yang lebih umum dari perbandingan alternatif-alternatif yang tidak

muncul. Ketika konotasi mengalami pemahaman yang menghegemoni

maka secara tidak langsung dapat diterima secara normal atau alamiah.

Konotasi hegemonis inilah yang kemudian disebut dengan mitos.25

Sebagai contoh terkenal, Barthes mengetengahkan Paris Match.

Kepada seorang tukang cukur Barthes mengatakan bahwa ia sedang

membaca Paris-Match. Pada halaman depan ia melihat gambar seorang

Negro memakai seragam militer Perancis sedang memberi hormat, dengan

gagahnya, matanya tajam ke atas. Dalam deskripsi contoh tersebut, kita

melihat arti gambar, tetapi lebih lanjut lagi kita dapat melihat makna dari

gambar tersebut, artinya bisa melihat lebih dari sekadar sebuah gambar.

24

Roland Barthes, Petualangan Semilogi, cet ke-1 (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2007),

h. 84. 25

Chirs Barton, h. 93.

Page 31: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

20

Kita bisa melihat pesan yang ingin disampaikan dari balik gambar yang

dibuat, yakni Perancis merupakan sebuah daerah kekuasaan besar, tanpa

membedakan diskriminasi warna kulit, di bawah benderanya, dan tanpa

mempunyai rasa dendam kolonialisme.

Negro yang digambarkan dalam adegan tersebut mempunyai

makna ingin melayani negaranya. Namun lebih lanjut kita dihadapkan oleh

sistem semiologi yang lebih besar terdapat pada signifier yang telah

dibentuk oleh sistem semiologi sebelumnya yakni seorang Negro yang

sedang memberi hormat, yang memberi signified. Perancis dan militer,

yang kemudian memberi sign baru lagi tentang imperialime Perancis.

Jika kita telah melihat bahwa ada dua lapisan dalam sistem

semiologi yakni ada sistem lingustik dan sistem mitos, hal ini oleh Barthes

dibedakan menjadi dua istilah. Dalam lapisan bahasa, penanda disebut

meaning (seorang Negro memberi hormat), tetapi dalam lapisan mitos

disebut bentuk. Untuk kasus signified tetap sama karena tidak

menimbulkan keambiguan yakni konsep. Di dalam bahasa linguistik sign

dipakai dalam hubungan antara penanda dan petanda.

Tetapi di dalam mitos sign merupakan keseluruhan dari hasil

sistem semiologi terdahulu, jadi bagi mitos disebut signifikasi atau

signification. Karena pada dasarnya mitos mempunyai dua fungsi: mitos

dalam hal “menunjukkan dan memberitahu sesuatu” agar pembaca

mengerti tentang sesuatu dan sekaligus bertujuan untuk memperdayakan.

Page 32: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

21

Signifier dari mitos sekaligus merupakan meaning dan form.

Meaning dapat diperoleh dengan cara menangkap lewat indera,

tidak seperti signifier linguistik melalui mental, signifier mitos menangkap

realitas sensoris. Pemberian hormat yang dilakukan oleh seorang Negro

seperti yang terlihat pada tampilan ilustrasi ini, misalnya. Meaning dari

mitos mempunyai nilai tersendiri, mempunyai sejarahnya tersendiri juga

dan significationnya telah dibangun sebelumnya ketika mitos

menstransformasikan ke dalam bentuk kosong dan praktis menjadi suatu

bentuk.

Di saat menjadi bentuk, meaning menghilang, sejarah pun juga

menghilang, tinggal kata-kata. Pengetahuan yang baru yang kita peroleh

ialah pengetahuan yang dibungkus oleh konsep mitos. Konsep yang

didapat bukan suatu abstraksi dari signifier tetapi ia sama sekali tidak

berbentuk. Konsep adalah elemen yang mengkonsitusikan mitos dan bila

kita ingin menguraikan mitos, kita harus dapat menemukan konsep mitos

tersebut. Misalnya konsep kebaikan, kesatuan, kemanusiaan, dan

sebagainya. Signification adalah istilah ketiga yang digunakan sebagai

kesatuan sign, suatu yang dihasilkan dari bentuk dan konsep. Signification

juga berarti proses mitos yang terus-menerus dapat menjadi sign baru dan

kemudian menjadi mitos yang baru pula.

Page 33: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

22

Dengan demikian pemikiran Roland Barthes mengenai mitos dan

kerangka kerjanya dalam semiologi dapat disederhanakan menjadi berikut:

Menurut Barthes, mitos dan ideologi bekerja dengan cara

mengalamiahkan penafsiran-penafsiran yang sebenarnya bersifat

kontingen (sementara, tidak tetap) dan secara historis bersifat spesifik.

Artinya, mitos membuat pandangan dunia tertentu seolah-olah menjadi

tidak mungkin ditentang karena memang itulah yang dialami atau memang

itulah takdir Tuhan. “mitos bertugas untuk memberikan pembenaran

alamiah pada suatu intensi historis, dan membuat kesementaraan seolah

abadi” Dalam sebuah analisis lain, Barthes mendeskripsikan suatu iklan

berbahasa Prancis.26

Dalam karya-karya Barthes yang lebih baru, tanda tidak hanya

memiliki satu makna denotatif yang stabil, melainkan bersifat polisemis.

Artinya tanda mengandung banyak makna potensial. Dengan demikian

semua teks bisa ditafsirkan dengan beberapa cara yang berbeda.

Pemaknaan membutuhkan keterlibatan aktif pembaca dan kompetensi

26

Roland Barthes, Mitologi, cet ke-1 (bantul: Lembaga Kreasi Penerbitan Masyarakat(LKPM)), h. 161-162.

Denotasi

Metabahasaa Mitos Ideologi Tanda

Konotasi

Page 34: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

23

kultural yang merekan gunakan dalam pembacaan teks gambar agar biasa,

untuk sementara waktu memastikan makna demi kepentingan tertentu.

Dengan demikian, penafsiran teks tergantung pada repertoar kultural

pembaca serta pengetahuan mereka tentang kode-kode sosial.27

Buku yang ditulis Barthes sebagai upaya untuk mengeksplisitkan

kode-kode narasi yang berlaku dalam suatu naskah realis. Barthes

berpendapat bahwa Sarrasine ini terangkai dala kode rasionalisasi, suatu

proses yang mirip dengan yang terlihat dalam retorika tentang tanda mode.

Lima kode yang ditinjau Barthes adalah kode hermeneutik (kode teka-

teki), kode semik (makna konotatif), kode simbolik, kode paraoretik

(logika tindakan), dan kode gnomik atau kode kultural yang

membangkitkan suatu badan pengetahuan tertentu.

Kode hermeneutik berkisar pada harapan pembaca untuk

mendapatkan “kebenaran” bagi pertanyaan yang muncul dalam teks. Kode

teka-teki merupakan unsur struktur yang utama dalam narasi tradisional.

Di dalam narasi ada suatu kesinambungan antara pemunculan suatu

peristiwa teka-teki dan penyelesaiannya di dalam cerita.

Kode semik atau kode konotatif banyak menawarkan banyak sisi.

Dalam proses pembacaan, pembaca menyusun tema suatu teks. Ia melihat

bahwa konotasi kata atau frase tertentu dalam teks dapat dikelompokan

27

Chris Barrker, Cultural studies, cet ke-1 (Yogyakarta: PT Bintang Pustaka,2005), h. 95-

96.

Page 35: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

24

dengan konotasi kata atau frase yang mirip. Jika kita melihat suatu

kumpulan satuan konotasi, kita menemukan suatu tema di dalam cerita.

Jika sejumlah konotasi melekat pada suatu nama tertentu, kita dapat

mengenali suatu tokoh dengan atribut tertentu. Perlu dicatat bahwa Barthes

menganggap denotasi sebagai konotasi yang paling kuat dan paling

“akhir”.

Kode simbolik merupakan aspek pengkodean fiksi yang paling

khas bersifat struktural. Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa makna

berasal dari beberapa oposisi psikoseksual yang melalui proses produksi

wicara, maupun pada taraf oposisi psikoseksual yang melalui proses.

Misalnya, seorang anak belajar bahwa ibunya dan ayahnya berbeda satu

sama lain dan bahwa perbedaan ini juga membuat anak itu sama dengan

satu di antara keduanya dan berbeda dari yang lain atau pun pada taraf

pemisahan dunia secara kultural dan primitif menjadi kekuatan dan nilai-

nilai yang berlawanan yang secara mitologis dapat dikodekan. Dalam

suatu teks verbal, perlawanan yang bersifat simbolik seperti ini dapat

dikodekan melalui istilah-istilah retoris seperti antitesis, yang merupakan

hal yang istimewa dalam sistem simbol Barthes.

Kode proaretik atau kode tindakan/lakukan diangggapnya sebagai

perlengkapan utama teks yang dibaca orang; artinya, antara lain, semua

teks yang bersifat naratif. Jika Aristoteres dan todorov hanya mencari

adegan-adegan utama atau alur utama, secara teoretis Barthes melihat

Page 36: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

25

semua lakuan dapat dikodifikasi, dari terbukanya pintu sampai

petualangan yang romantis. Pada praktiknya, ia menerapkan beberapa

prinsip seleksi. Kita mengenal kode lakuan atau peristiwa karena kita

dapat memahamimya. Pada kebanyakan fiksi, kita selalu mengharap

lakuan di- “isi” sampai lakuan utama menjadi perlengkapan utama suatu

teks (seperti pemilahan ala todorov).

Kode gnomik atau kode kultural banyak jumlahnya. Kode ini

merupakan acuan teks ke benda-benda yang sudah diketahui dan

dikodifikasi oleh budaya. Menurut Barthes, realisme tredisional didefinisi

oleh acuan ke apa yang telah diketahui. Rumusan suatu budaya atau

subbudaya adalah hal-hal kecil yang telah dikodifikasi yang di atasnya

para penulis bertumpu.28

28

Alex Sobur, Semiotika Komunika si, cet ke-3 (Bnadung: PT Remaja Rosda Karya,2006),

h. 65-66.

Page 37: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

26

BAB III

LATAR BELAKANG CAROK

Pada bagian ini penulis akan menguraikan tinjauan umum

mengenai Carok, baik secara keberadaan daerahnya maupun Budayanya.

Kemudian akan dijelaskan secara faktual dari keberagamaan tentang

masyarakat Madura yang mayoritas Islam.

A. CAROK

1. Carok: Sejarah, Aturan, dan Peristiwa

Carok adalah sebuah pembelaan harga diri ketika diinjak -injak

oleh orang lain. Yang berhubungan dengan harta, tahta dan wanita intinya

adalah demi kehormatan. Ungkapan etnografi yang menyatakan, etembang

pote mata lebih bagus pote tolang (dari pada hidup menanggung perasaan

malu, lebih baik mati berkalung tanah) yang mmenjadi motivasi carok.

Semua kasus carok diawali oleh konflik, meskipun konflik tersebut

dilatar belakangin oleh permasalahan yang berbeda (kasus masalah

perempuan, kasus lainnya tuduhan mencuri, perebutan warisan dan

pembalasan dendam), semuanya mengacu pada akar yang sama, yaitu pada

perasaan malo (malu) karena pelecehan harga diri (martabat). Untuk

memulihkan harga diri yang dilecehkan, mereka melakukan carok, yang

ternyata yang selalu mendapatkan dukungan secara sosial. Apapun cara

Carok yang dilakukan, semua pelaku carok yang berasil membunuh

musuhnya menunjukkan perasaan lega, puas dan bangga. Pengertian harga

diri (martabat) dalam kaitannya dengan perasaan malo yang

Page 38: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

27

ditimbulkannya ketika terjadi pelecehan. Kedua hal ini merupakan faktor

pemicu, utama orang Madura melakukan carok selain faktor lainnya.1

Begitu pula kasus Carok lain yang terjadi di Madura. Selalu

bersumper dari perasaan malu, tidak selalu bermuncul dalam secara

sepihak, tapi ada kalanya pada dua pihak. Salah satu contoh kasus adalah

carok yang melibatkan Kamaluddin dan Mukarram ketika melawan Mat

Tiken. Kamaluddin merasa malu karena tindakan Mat Tiken yang

mengganggu istrinya dimaknai pelecehan terhadap harga dirinya sebagai

seorang suami, oleh karena itu, Kamaluddin merasa malu, kemudian

melakukan carok terhadap Mat Tiken. Mukarram yang ikut membantu

Kamaluddin ketika menghadapi Mat Tiken juga merasa ikut malu, karena

Kamaluddin adalah saudara sepupunya, yang dalam katagori sistem

kekerabatan Madura termasuk dalam katagori tarean dalem. Cara

Kamaluddin dan Mukarram melakukan carok tersebut, oleh Mat Tiken,

dimaknai sebagai pelecehan terhadap harga dirinya sehingga menimbulkan

persaan malu.

Dengan mengacu pada salah satu contoh carok tersebut, pelecehan

harga diri sama artinya dengan pelecahan terhadap kapasitas diri. Padahal,

kapasitas diri seseorang secara sosial tidak dapat dipisahkan dengan peran

dan statusnya dalam struktur sosial. Peran dan status sosial dalam

prakteknya tidak cukup hanya disadari oleh individu yang bersangkutan.

Tetapi harus dapat pengakuan dari orang atau lingkungan sosialnya.

1Latief Wijaya, Carok Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura

(Yogyakarta:LkiS, 2006), h. 98-99.

Page 39: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

28

Bahkan, setiap bentuk relasi sosial antara satu orang dengan orang lainya

harus saling menghargai peran adab status sosial masing-masing, akan

tetapi, ada kalanya hal ini tidak dipatuhi. Bagi orang Madura. Tindakan

tidak menghargai dan tidak mengakui atau mengengkari peran dan sosial

pada gilirannya timbullah persaan malu, dalam bahasa Madura selain kata

malu juga ada kata todus, yang dalam bahasa Indonesinya yang selalu

diterjemahkan sebagai malu, dalam konteks kehidupan sosial budaya

Madura. Antara malo dan todus, mempuyai pengertian yang sangat

berbeda, malo (malu) bukanlah bentuk lain dari ungkapan todus.2

Orang Madura yang malu karena dilecehkan harga dirinya

kemudian melakukan carok disebut sebagai pelaku carok. Akan tetapi, jika

carok benar-benar terjadi, yang dimaksud dengan pelaku carok adalah

kedua belah pihak baik yang harga dirinya dilecehkan (yang menyerang)

maupun pihak yang dianggap melakukan pelecehan itu (diserang).

Apabila seorang laki-laki yang dilecehkan harga dirinya, namun

kemudian ternyata tidak berani melakukan carok, orang Madura

mencemooh sebagai orang laki-laki (lo’ lake). Bahkan, sebagian informan

menyebutnya sebagai bukan orang Madura, seperti yang dikatakan Gutte

Bakir, salah seorang belater dan jagoan di Desanya “ mon lo’ benggal

acarok ajjha’ ngako orenga madureh” (jika tidak berani melakukan carok

jangan mengaku orang Madura). Jadi orang Madura melakukan carok

bukan karena semata-mata tidak mau dianggap sebagai penakut meskipun

2Latief Wijaya, Carok Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura

(Yogyakarta:LkiS, 2006), h. 179-180.

Page 40: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

29

sebenarnya takut mati melainkan juga agar dia tetap dianggap orang

Madura. Bila demikian halnya, carok juga berarti salah satu orang Madura

untuk mengekspresikan identitas etnisnya. Itu semua semakin memperkuat

anggapan bahwa carok bukan tindakan kekerasan pada umumnya,

melainkan tindakan yang sarat dengan makna-makna sosial budaya

sehingga harus dipahami sesuai dengan konteksnya.

2. Sejarah

Pemicu dari carok ini merupakan perebutan kedudukan di keraton.

Perselingguhan, perebutan tanah, bisa juga dendam turuntemurun selama

bertahun-tahun. Pada abad ke-12 M. zaman kerajaan Madura saat di

pimpin prabu Cakraningrat dan abad 14 di bawah pemerintahan Joko Tole.

Istilah carok belum dikenal bahkan masa pemmerintahan Penambahan

Semolo. Putra dari Bindara Saud putra Sunan kudus abad ke-17 M tidak

ada istilah carok. Muncul budaya carok di pulau Madura bermula pada

zaman penjajahan Belanda yaitu pada abad ke 18 M. setelah Pak Sakera

tertangkap dan dihukum di Pasuruan. Jawa Timur Orang-orang bawah

(anak buah Pak Sakera) mulai berani melakukan perlawanan pada

penindas poliisi Belanda (orang-orang Belanda) , senjatanya adalah celurit.

Saat itulah timbul keberaniaan melakukan melakukan perlawanan. Namun,

pada itu mereka tidak menyadari, kalau di hasut oleh Belanda. Mereka

diadu sama keluarga Blater (jagoan) yang menjadi kaki tangan penjajah

Page 41: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

30

Belanda, yang juga sesama bangsa. Karena provokasi Belanda itulah

golongan Blater yang sering sekali melakukan carok pada masa itu.3

Menurut salah satu budayawan Madura bernama Ibnu Hajar ,

bahwa buadaya carok yang sudah menjadi ikon bagi orang Madura masih

belum jelas asal-usulnya. Berdasarkan legenda rakyat, adalah bermula dari

perkelahian antara pak Sakera dengan dua bersaudara, Markasan dan

Manbakri, yang antek-antek Belanda. Senjata pak Sakera adalah celurit.

Karenanya, setiap perkelahian bersenjatakan celurit, untuk gampangnya

dinamai carok.4

Carok dan celurit laksana dua sisi mata uang. Satu sama lain tak

pisahkan. Hal ini muncul di kalangan orang-orang Madura sejak zaman

penjajahan Belanda abad 18 M. Carok merupakan simbol kesatria dalam

memperjuangkan harga diri (kehormatan). Pada zaman cakraningrat, Joko

tole dan penembahan semolo di Madura. tidak mengenal budaya tersebut.

Budaya yang ada pada waktu itu adalah membunuh orang secara kesatria

atau menggunakan pedang dan keris. Senjata celurit mulai muncul pada

zaman legenda Pak Sakera. Mandor tebu dari Pasuruan ini hampir tak

pernah meninggalkan celurit setiap pergi kekebun untuk mengawasi para

pekerja. Celurit bagi Sakera merupakan simbol perlawanan rakyat jelata.

Lantas apa hubungannya dengan carok. Carok dalam bahasa kawi kuno

artinya perkelahian. Biasanya melibatkan dua orang atau dua keluarga

3Hendry Arianto Dkk,“tradisi carok pada masyarakat adat Madura,” artikel di akses

pada 14 November 2016 dari http//www.esaunggul.ac.id/article/tradisi-tradisi-carok-pada-

masyarakat-adat-Madura. 4Ibnu Hajar, carok, http;//www.kaskus.us/showthred.php. di aksese pada 26 November

2026.

Page 42: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

31

besar. Bahkan antar penduduk sebuah desa di Bangkalan, Sampang, dan

Pamekasan.5

Pada saat carok mereka tidak menggunakan senjata pedang atau

keris sebagaimana yang dilakukan masyarakat Madura zaman dahulu,

akan tetapi menggunakan celurit sebagai senjata andalannya. Senjata

celurit ini sengaja diberikan Belanda kepada kaum blater dengan tujuan

merusak citra Pak Sakera sebagai pemilik sah senjata tersebut. Karena

beliau adalah seorang pemberontak dari kalangan santri dan seseorang

muslim yang taat menjalankan syariat islam. Celurit digunakan Sakera

sebagai simbol perlawanan rakyat jelata terhadap penjajah Belanda.

Sedangkan bagi Belanda, celurit disimbolkan sebagai senjata para

jagoan dan penjahat. Upaya Belanda tersebut rupanya berhasil merasuki

sebagai masyarakat Madura dan menjadi filsafat hidupnya. Bahwa kalau

ada persoalan, perselingguhan, perebutan tanah, dan sebagainya selalu

menggunakan kebijakan dengan jelas carok. Alasannya adalah demi

menjungjung harga diri. Istilahnya dari pada putih mata lebih baik putih

tulang. Artinya lebih baik mati berkalang tanah dari pada menanggung

malu. Tidak heran jika terjadi persoalan perselingguhan dan perebutan

tanah. Keturunan orang Madura di Jawa dan Kalimantan selalu di

selesaikan dengan jalan carok perorangan maupun secara massal. Senjata

yang digunakan selalu celurit.

5Hendry Arianto Dkk, “ tradisi carok pada masyarakat adat Madura,” artikel di akses

pada 14 November 2016 dari http//www.esaunggul.ac.id/article/tradisi-tradisi-carok-pada-

masyarakat-adat-Madura.

Page 43: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

32

Mereka ini keturunan orang-orang pada zaman dulu bertujuan

melawan penjajah Belanda. Setelah sekian tahun penjajah Belanda

meninggalkan pulau Madura, budaya carok dan menggunakan celurit

untuk menghabisi lawannya masih ada, baik itu di Bangkalan, Sampang,

Pamekasan dan Sumenep. Mereka mengera budaya tersebut hasil ciptaan

leluhurnya. Tidak menyadrai bila hasil rekayasa penjajah Belanda.

Carok pada masa lalu, merupakan perang tanding antara satu orang

melawan satu orang. Sebelum perang dimulai masing-masing mengadakan

perjanjian mengenai penentuan tempat arenanya hari dan waktunya.

Setelah di sepakati mereka melapor kepada penguasa setempat untuk

melakukan carok. Arena carok itu diberi tanda berupa bendera dan

disaksikan banyak orang. Usai membunuh pelakunya tidak kabur, dengan

celuritnya yang masih nempel darah segar, pelaku melapor kepada aparat

untuk menyerahkan diri.

Sedangkan carok yang terjadi sekarang tidak lagi saling

berhadapan melainkan mencari kelengahan musuhnya untuk

melampiaskan niatnya. Usai membunuh pelaku juga melarikan diri,

memang ada satu atau dua orang yang melapor pada petugas, akan tetapi

itu arang terjadi malah yang lebih banyak kabur menyelamatkan diri.

Walaupun pelaku dihukum berat 10 tahun, tidak membuat bapok atau

jerah pelakunya. Dikatakan yang paling memicu timbulnya carok,

manakala harga diri dipermalukan.

Page 44: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

33

Dengan perkembangannya, carok tidak bisa dipahami sebagai

sebuah institusi yang hanya menekankan pada aspek kekerasan. Pada suku

ini, tindakan kekerasan mendapat pembenaran secara kultural dan bahkan

dapat persetujuan sosial jika tindakan itu bertujuan mempertahankan diri

dan kehormatan. Pada tahun 2006 lalu, kita dikejutkan dengan adanya

berita tentang terjadinya “Carok” di Pamekasan yang menewaskan tujuh

orang korban tewas diakibatkan sabetan celurit. Carok merupakan tradisi

bertarung satu lawan satu dengan menggunakan senjata (biasany celurit)

tidak ada peraturan resmi dalam pertarungan ini karena carok merupakan

tindakan yang dianggap negatif dan kriminal serta melanggar hukum. Ini

merupakan cara suku Madura dalam mempertahankan harga diri dan

keluar dari masalah yang pelik.6

Istilah carok hanya dipakai oleh Madura untuk menyebut

pembunuhan (mutilasi jika pembunuhan itu tidak berhasil) dengan senjata

tajam. Membunuh atau melukai manusia dengan senjata api atau racun

tidak pernah disebut sebagai carok. Penggunaan senjata api atau racun

dalam konflik antarindividu atau antarkeluarga jelas dipandang sebagai

kurang terhormat.7

Tindakan kekerasan seolah-olah sudah melekat dalam kehidupan di

Madura, tidak dapat dibenarkan sepenuhnya, meskipun tidak dapat

disangkal begitua saja. Untuk memahami hal yang terahir, kiranya perlu

6Hendry Arianto Dkk, “ tradisi carok pada masyarakat adat Madura,” artikel di akses

pada 14 November 2016 dari http//www.esaunggul.ac.id/article/tradisi-tradisi-carok-pada-

masyarakat-adat-Madura. 7Huub De Jonge, Garam Kekerasan dan Aduan Sapi (Yogyakarta: PT. LkiS Printing

Cemerlang ), h. 127.

Page 45: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

34

ada penjelasan secara historis yang menggambarkan kondisi masyarakat

Madura pada zaman dulu. Dari salah satu iformasi yang bersumber dari

beberapa legenda tentang Madura (Zainalfattah, 1951:7-13), dapat

disimpulkan bahwa awal mula terjadinya kekerasa di Madura dapat

ditelusuri dari awal dikemukakannya pulau Madura sekitar tahun 929 M.8

Lazimnya seseorang itu melakukan carok adalah disebabkan oleh

perasaan malo (malu ) atau terhina, yang mana harga dirinya dilecehkan oleh

orang lain. Dengan kata lain, orang Madura yang merasa bahawa harga

dirinya telah dilecehkan akan merasa malu sehingga merasa perlu

melakukan carok kepada orang yang menghinanya. Perasaan malu yang

mendorong kepada carok tidak selalunya muncul secara sepihak tetapi

adakalanya melibatkan kedua belah pihak.9

Orang Madura yang menarik perhatian para pengamat adalah mudah

tersinggung, pencuriga, tempramen meledak-ledal, pemberang garang,

pendendam, dan suka berkelahi. Ciri-ciri dilambangkan oleh senjata yang sering

dibawa oleh orang Madura. Terutama pada masa lalu. Orang Madura hampir

tidak pernah terlihat tanpa membawa senjata tajam, seperti keris, celurit atau

parang. Seperti bocah di Negeri Belanda yang diperbolehkan mengenakan celana

panjang manakala dianggap sudah akil balig, bocah sesusianya di Madura

menerima sebilah keris. Bagi dunia luar “orang Madura” dan “kekerasan” selalu

8Latief Wijaya, Carok Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura

(Yogyakarta:LkiS, 2006), h. 67-68. 9Dalam bahasa Madura terdapat dua istilah yang boleh diterjemahkan sebagai malu dalam

bahasa Indonesia iaitu malo dan todus. Malo adalah perasaan malu yang timbul akibat daripada

tindakan orang lain yang mengingkari atau tidak mengakui kedudukan dirinya sehingga merasa

tada’ ajina. Manakala todus adalah perasaan malu yang timbul dalam diri sebagai akibat tindakan

diri sendiri yang menyimpang dari nilai dan norma masyarakat. Dalam hal ini, seseorang yang

melanggar adat kebiasaan akan dianggap sebagai orang yang tidak tahun malu (ta’ tao todus) atau

janggal (tidak mengerti etika kesopanan). Lazimnya orang yang merasa todus tidak akan

mengambil tindakan carok sebagaimana orang Madura yang merasa malo.

Page 46: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

35

bersinonim. Ketika menyebut “orang Madura”, “kekerasan” tak pernah jauh dari

benak si pembicara.

Untuk mengarisbawahi darah panas orang Madura, orang luar selalu

merujuk kepada carok, praktik memutilasi atau membantai lawan dengan celurit

atau senjata tajam lainnya ketika timbul konflik serius. Carok dilihat sebagai

ekspresi puncak kekejian dan kekerasan rakyat Madura. Karena selalu menjadi

urusan paling bengis dan berdarah-darah, dan karena penonton sesekali

ikutterluka atau terbunuh, carok sering diseratakan dengan amuk. Meskipun

sudah pasti tidak dapat disamakan dengan amuk, carok memang memiliku

beberapa mirip amuk.

Carok, jika merupakan reaksi terhadap penghinaan serius, adalah

tindakan yang disetujui, atau setidaknya dimaklumi dilingkungan sosial tempat

terjadinya carok. Carok merupakan jawaban kultural yang diterima secara sosial

terhadap pelanggaran aturan masyarakat yang terlibat. Dalam setuasi tertentu

carok juga diharapkan. Seseorang bahkan dapat dipaksa oleh, misalnya kerabat,

tetangga, atau kawan untuk melakukan carok.10

3. Aturan Carok

a. Rincian dan aturan carok.

1. Kadigdajan (kapasitas diri)

2. Tampeng sereng (supratural)

3. Banda (dana)

10

Huub De Jonge, Garam Kekerasan dan Aduan Sapi (Yogyakarta: PT. LkiS Printing

Cemerlang ), h. 125 -130.

Page 47: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

36

4. gu’teggu’ sabbu’ (saling megang ikan pinggang)

Nyekep sudah merupakan kebiasaan yang sulit ditinggalkan oleh

kebanyakan laki-laki Madura, khususnya di pedesaan. Hal ini terbukti,

setiap kali mereka meninggalkan rumah atau bepergian baik di waktu pagi,

siang maupun sore hampir tidak pernah lupa membawa senjata tajam.

Lebih-lebih mereka yang mempunyai musuh atau sedang menghadiri

remo. Biasanya senjata tajam yang dipake untuk nyekep adalah sekken

(celurit atau pisau ukuran kecil dengan panjang sekitar 50-70 cm) yang

mudah diselipkan di balik baju sehingga tidak megundang perhatian orang

lain, terutama musuh aparat kepolisian. Pengamatan dilapangan

menunjukkan, selain sekken, tidak jarang juga orang nyekep celurit (are’

takabuwan) atau senjata lain yang ukurannya lebih besar.

Cara orang Madura nyekep berbeda dengan jenis senjata tajam

yang satu dengan jenis yang lain, misalnya antara celurit dengan pisau.

Celurit diselipkan dibagian belakang tubuh (pungung) dengan posisi

pengangan ada diatas, maksud agar mudah dikeluarkan. (digunakan).

Pisau diselipkan dibagian depan (perut) biasanya disebelah kiri, tapi ada

juga yang menyelipkan disebelah kanan-dengan posisi sama dengan

celurit.

Persiapan-persiapan yang harus dilakukan sebelum carok

dilaksanakan pada dasarnya tidak berbeda antara carok yang dilaksanakan

secara bertahap-tahap (termasuk ngonggai) dengan cara nyelep. Tapi

bisanya carok yang dilakukan dengan cara bertahap-tahap karena harus

Page 48: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

37

dipersiapkan lebih cermat. Apalagi, jika latar belakang permasalahannya

adalah gangguan terhadap istri yang merupakan masalah yang sangat

sensitif, sehingga cepat sekali jadi perbincangan orang-orang seluruh

warga.

Menurut keterangan informan yang sudah dikenal sebagai “tukang

carok” selain persiapan yang sudah disebutkan, pada dasarnya ada tiga

para syarat yang harus dipenuhi jika seseorang akan melakukan caro, yaitu

dengan kadigdajan (kapasitas diri), tampeng sereng, dan banda (dana).

Pertama yang dimaksud kadigdajan (kapasitas diri) adalah segala sesuatu

yang berkaitan dengan kesiapan dirinya secara fisik maupun mental.

Parasyarat secara fisik ini dapat berupa penguasaan teknik-teknik bela diri,

yang ada kalanya menjadi penting terutama jika carok dilakukan dengan

cara berhadap-hadapan.

Baik parasyarat secara fisik maupun mental ini akhirnya menjadi

sia-sia ketika yang bersangkutan dibunuh dengan cara nyelep. Sama

dengan pengusahaan teknik-teknik bela diri, faktor pengalaman melakukan

carok dan sifat angko menjadi tidak penting jika yang bersangkutan

dibunuh dengan cara ini. Dengan demikian, meskipun parasyarat yang

berkaitan dengan kapasitas diri (fisik dan mental) sudah terpenuhi, namun

dalam kenyataannya, cara melakukan carok justru lebih menentukan

menang kalahnya (terbunuh atau tidak) seseorang ketika menghadapi

musuhnya.

Page 49: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

38

Prasyarat yang kedua menyangkut apa yang disebut dengan

tampeng sereng. Seseorang yang akan melakukan carok tidak semata-mata

harus mengandalkan kekuatan fisik, tetapi harus juga memiliki kekuatan

yang diperoleh secara nonfisik (supranatural). Artinya seseorang

melakukan carok masih perlu apagar (berpagar). Dengan apagar, berarti

pelaku carok telah membentngi dirinya sehingga menjadi lebih tahan

(mungkin juga kebal) terhadap serangan musuh. Untuk maksud itu, pelaku

carok minta bantuan seorang “kiai” (kaeh), selanjutnya “kiai” (kaeh)

melakukan proses “pengisian” mantra-mantra atau jambi-jambi kebadan

pelaku carok.

Parasyarat yang ketiga adalah tersedianya dana (banda). Dalam

konteks ini, carok mempunyai dimensi ekonomi. Biaya ataua dana dalam

kenyataannya memang merupakan persyaratan yang selalu atau harus

tersedia, sesuai dengan ungkapan “jangan melakukan carok kalau tidak

mempunyai dana yang cukup” (mon lo’ andi’ banda, ja’ acarok)

ungkapan ini bermakna sebagai suatu peringatan, bahwa orang yang

melakukan carok akan banyak menghabiskan biaya, baik pihak yang

menang maupun pihak yang kalah.11

Keempat adalah gu’teggu’ sabbu’ (saling memegang ikat

pinggang). Artinya, cari ini pelaku carok saling memegang seutas tali

11

Latief Wijaya, Carok, Konflik, Kekerasan, dan Harga Diri Orang Madura

(Yogyakarta:LkiS, 2006), h. 194-20.

Page 50: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

39

pingang dengan tangan kiri dan saat yang sama tangan kanan mereka

saling menganyungkan celuritnya.12

Di kalangan orang Madura, tidak terdapat kebulatan pendapat

tentang bagaimana carok harus dilakukan. Beberapa orang mengatakan

bahwa sejumlah besar aturan harus diikuti; pendeknya, ada cara berkelahi

yang baku. Yang lain berfikir bahwa cukuplah dengan menyerang lawan

dari depan. Namun di Bangkalan, bagian paling barat Pulau Madura,

dalam beberapa kejadian, menyerang dari belakang diperbolehkan. Di

beberapa tempat, dikatakan bahwa daerah perut harus dibelah hingga

menganga, sementara di tempat-tempat lain, urat nadi leher harus diputus.

Di Sumenep, bagian paling timur Madura, saya juga mendengar bahwa

kepala dan anggota badan harus diputus dari tubuh. Jelaslah bahwa

aturannya berbeda-beda tergantung pada daerah setempat, dan juga rentan

terhadap perubahan. Di beberapa daerah, aturan carok telah menjadi lebih

“halus”, sementara di sejumlah kawasan lain, komunitas-komunitas lebih

mudah menyimpang dari aturan. Meski aturan-aturan itu menyatakan

bagaimana idealnya carok harus terjadi, pada kenyataannya, dalam

panasnya perkelahian, ideal tersebut seringkali terjadi.13

Cara melakukan carok seperti ini sekarang sudah tidak ada lagi.

Hampir semua kasus carok selalu dilakukan dengan cara nyelep. Padahal,

cara ini dinilai sebagai cara yang tidak kesatria atau pengecut (kerji’)

dibangdingkan cara berhadap-hadapan (termasuk ngongai).

12

Mohammad Fauzi, Carok, www.petra,ac.id/pus/journals/pdf.php., 28 November 2016. 13

Huub De Jonge, Garam Kekerasan dan Aduan Sapi (Yogyakarta: PT. LkiS Printing

Cemerlang ), h. 127 -128.

Page 51: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

40

Kecenderuangan orang melakukan carok dengan cara nyelep sangat erat

kaitannya dengan keinginan untuk segera membunuh musuh, tapi dirinya

sendiri tidak mau menanggung risiko (untuk mati).14

4. Peristiwa

a. Kasus-kasus carok bermotif gangguan terhadap istri:

i. Cemburu Membawa Mati

Peristiwa carok antara Mat Tiken dengan dua orang yang masih

saudara sepupun, yaitu Kamaluddin dan Mukarram permasalahan yang

melatar belakangi peristiwa carok ini adalah tindakan Mat Tiken yang

diketahui telah menjalin hubungan cinta dengan sutiyani, istri

Kamaluddin. Kamaluddin sangat cemburu dan marah, sehingga berniat

harus membunuh Mat Tiken. Untuk melakukan niatnya ini, Kamaluddin

minta bantuan Mokarram. Dengan cara ngongai, mereka berdua langsung

menantang Mat Tiken untuk melakukan carok. Mat Tiken melayani

tangtangan ini dan terjadilah carok dua lawan satu.

ii. Persaingan Bisnis

Peristiwa carok antara Ikhsan dan adik kandungnya, Matmun,

melawan Mattasan. Peristiwa carok ini terjadi di suatau jalan umum

desa mongkoneng disaat itu suasananya sangat sepi. Desa ini terletak

ditepi pantai Selatan dalam wilayah kabupaten Bangkalan. Latar

belakang peristiwa carok ini adalah persaingan bisnis dan perasaan

14

Latief Wijaya, Carok, Konflik, Kekerasan, dan Harga Diri Orang Madura

(Yogyakarta:LkiS, 2006), hal. 210.

Page 52: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

41

cemburu. Menurut informasi, kedua jenis permasalahan yang

melatarbelakangi carok ini tidak muncul secara bersamaan. Persaingan

bisnis yang terjadi antara Ikhsan dan Mattasan lebih dahulu muncul

baru kemudian disusul oleh timbulnya perasaan cemburu pada diri

Matmuni, karena Mattasan diketahui telah mengganggu atau

menggoda istrinya, Haliyah. Masyarakat desa Mongkoneng menjadi

gembpar oleh peristiwa carok ini, sebab dua diantara tiga orang yang

terlibat, yaitu Ikhsan dan Mattasan, sama-sama dikenal sebagai jagoan

di Desanya masing-masing. Oleh karena itu carok ini oleh masyarakat

setempat disebut carok besar.

iii. Cemburu pada Tatangga

Peristiwa carok antara Bunawi dengan Dahlan yang berahir

dengan tewasnya Dahlan ditempat kejadian. Dalam peristiwa carok

ini, Bunawi menyerang dengan cara nyelep menggunakan are’

takabuwan. Bacokan-bacokan yang dilancarkan oleh Budawi lansung

mengenai mulut, pingagng sebelah kanan, serta perut, sehingga usus

besar korban terburai keluar. Dahlan pun tewas seketika ditemapat

kejadian carok. Latar belakang permasalahan yang menjadi fakta

pemicu terjadinya peristiwa carok ini adalah karena Bunawi merasa

cemburu dan marah kepada Dahlan. Menurut penilaian Bunawi,

Dahlan dianggap telah terbukti berselingkuh dengan istrinya,

Masniyati.

b. Kasus-kasus carok bermotif selain gangguan seterhadap istri

Page 53: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

42

i. Mempertahankan Martabat

Ali Wafa terlibat carok dengan Sumahwi, kejadiannya disuatu

jalan umum disuatu kota kecil bekas kawedanan Billapora, yang

masih termasuk dalam wilayah kabupaten Bangkalan. Keduanya

adalah pemuda lajang yang pekerjaanny sehari-harinya sebagai

penarik becak. Dengan cara nyelep. Aliwafa membunuh Sumahwi

yang sebelumnya menuduh Aliwafa sebagai pencuri cincin. Akibatnya

perbuatannya membunuh Sumahwi, Aliwafa dipidana dengan

hukuman penjara selama lima tahun, dipotong masa tahanan selama

empat bulan. Aliwafa didakwah melanggar pasal 340 KUHP, karena

terbukti melakukan pembunuhan terhadap Sumahwi yang telah

direncanakan terlebih dahulu.

Aliwafa dan Sumahwi selain berteman juga tinggal disebuah

kontrakan yang sama. Sebagai penarik becak yang berasal dari desa

lain, tetapi masih dalam bekas kawedanan Billapora, masing-masing

menyewa sebuah kamar milik penduduk setempat. Bahkan dirumah

itu masih terdapat empat orang penarik becak lain yang juga status

penyewa kamar. Aliwafa mengaku mulai ikut bergabung dengan

teman-temannya ditempat itu selama lebih kurang satu setengah tahun

hingga terjadinya carok tersebut. Sumahwi setahun lebih lama

daripada Aliwafa. Empat kawannya yang lain, ada yang telah tiga

tahun dan ada yang baru enam bulan menepati rumah sewaan tersebut.

ii. Merebut Harta Warisan

Page 54: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

43

Peristiwa carok antara Sulaiman dengan Sami’an dihalaman

sebuah pasar kecamatan kampar yang berahir dengan kematian

Sami’an. Kedua orang pelaku carok ini adalah satu keluarga dan

termasuk dalam katagori kerabat inti. Dalam lingkungan keluarga

mereka, Sulaiman adalah keponakan dari Sami’an, sebab ibu

Sulaiman, adalah kaka kandung dari Sami’an. Dengan demikian,

permusuhan antara mereka termasuk moso dalem. Pemicu carok ini

adalah masalah ketidak adilan dalam hal penguasaan harta warisan.

Akibat peristiwa itu, hubungan antara Sulaiman dengan Sami’an

menjadi jalek. Mereka selalu cekcok, bahkan beberapa kali sempat

terjadi pertengkaran fisik meskipun tidak sampai tingkat carok.

Menurut pengakuan Sulaiman, yang dibenarkan oleh ibunya, pernah

suatu saat Sami’an sembapat menusuk dirinya dengan sebilah pisau

namun hanya mengenai lengan kirinya. Kejadian lain yang membuat

Sulaiman semakin marah adalah ketika terjadi cekcok yang kesekian

kalinya, Sami’an sempat melempar batu kepada Sulaiman namun

tidak kena. Justru yang kena lemparan batu adalah ibunya itu adalah

Halimah, ibunya menurut penuturan Halimah, setiap terjadi

pertengkaran dia antara mereka, Halimah selalu berusaha

melarikannya. Meskipun begitu dendam dan amarah Sulaiman terus

berkobar yang puncaknya adalah carok di halaman pasar Kampar

yang berahir dengan tewasnya sang paman di tempat kejadian. Karena

Page 55: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

44

kejadian carok diluar lingkungan rumahnya, maka Halimah, ibu

Sulaiman, kali ini tidak semapt melerainya.

Ketika terjadi pembunuhan terhadap kaka kandungnya oleh

Abidin, Tawil baru usia 17 tahun. Peristiwa pembunuhan kaka

kandungnya itu, meneurut pengakuan Tawil, sangat membekas pada

dirinya sebab, ketika peristiwa carok itu berlangsung, Tawil mengaku

menyaksikan sendri sebagai mana kaka kanndungnya dibanatai

dihalaman rumahnya Abidin dengan sengaja ngongai. Kebetulan

seketikan itu, Tawil sedangkan berkunjung ke rumah kakanya untuk

suatu keperluan.

iii. Membalas Dendam Kakak Kandung

Peristiwa carok yang melibatkan Tawil dengan Abidin yang

kedua-duanya termasuk penduduk desa Pecorah. Akibat bacokan

celurit oleh Tawil, Abidin menderita luka-luka parah pada kepala

bagian atas kiri, leher sebelah kiri, bahu sebelah kana, pungung

sebelah kanan, serta tangan kanan bagian atas siku hingga tewasnya

seketika itu juga,. Peristiwa carok ini disaksikan sendiri oleh Sutinah,

istri korban yang ketika kejadian berlangsung sedang tidur bersama

suaminya disebuah balia-balai pada ruangan bagian belakang

rumahnya yang berdekatan dengan kandang kerbau. Latar

belakangnnya adalah perasaan dendam Tawil kepada Abidin, karena

Page 56: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

45

Abidin telah membunuh Samanhuri, kaka kandunya, sekitar emapat

tahun sebelumnya.15

iv. Tanah Desa (Tana Catoh)

Banyak yang menganggap carok adalah tindakan keji dan

bertentangan dengan ajaran agama, meski masyarakat Madura sendiri

kental dengan agamanya yaitu islam pada umumnya, Madura sebagian

masih berpegang teguh terhadap falsafah orang Madura, yaitu

ango’an poteyah tolang etembeng pote mata (lebih baik putihtulang

dari pada putih mata), sehingga secara individual masih banyak yang

masih memegang tradisi carok yang telah turun temurun di wariskan

oleh nenek moyang masyarakat Madura.

Madura kerap sekali terjadi carok, yang disebabkan oleh alasa-

alasan tertentu. Seperti carok yang telah terjadi di desa Bujur Tengah

Kecamatan Batumar-mar Kabupaten Pamekasan pada tahun 2006.

Bujur juga termasuk salah satu desa yang di kenal oleh masyarkat

desa yang disegani karena kekerasannya. Sehingga banyak yang

ditakuti atau oleh masyarakat luar desa Bujur, desa-desa yang

tergolong masyakatnya kasar-kasar adalah desa Tebul Kecamatan

Pagantenan dan desa Bujur Kecamatan Batumarmar. Kedua desa

tersebut sangat kerap sekali terjadi peristiwa carok dan perampokan

dengan cara yang sangat sadis, mmereka menganggap carok

15

Latief Wijaya, Carok, Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura

(Yogyakarta:LkiS, 2006), h. 95-164.

Page 57: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

46

merupakan hal yang biasa dan hampir setiap orang membawa senjata

tajam kemanapun mereka pergi, alasannya untuk menjaga-jaga diri

dari orang yang mempunyai niatan jelek kepada mereka, atau sebagai

bela diri. desa Bujur seirng sekali terjadi carok, yang dilatar

belakangin oleh beberapa faktor lai nnya, salah satunya adalah maslah

perampokan sapi, kambing dan motor, dan beberapa faktor lainnya.

sehingga pencuri dan perampoka saling carok atau saling bacok-

bacokan, dan yang menjadi teradisi di desa Bujur adalah carok massal

yang telah banyak menewaskan banyak orang.

Carok massal di desa Bujur pada tahun 2006 terjadi bukan

karena masalah perselinggkuhan dan harkat martabat/kehormatan

keluarga. Namun carok massal ini di warnai oleh motif-motif lain.

Dan baru pertama kalinya dalam sejarah Pamekasan sangat kerap

sekali peristiwa carok yang terjadi di berbagai daerah di Madura.

Namun tidak kalah serunya dengan peristiwa yang terjadi di desa

Bujur ini. Anehnya di desa Bujur terkenal dengan masyarakatnya yang

taat terhadap agama dan rata-rata lulusan pondok pesantren. Namun

musuh banyak sekali peristiwa carok terjadi, apa sebenarnya yang

terjadi penyebab permasalahan yang dapat memotivasi masyarakat

Bujur malakukan carok tersebut.

Peristiwa terjadinya carok masal yang terjadi di desa bujur

mengagetkan banyak orang karna telah menewaskan banyak orang,

khususnya masyarakat madura sendiri, setelah peristiwa besar sampit

Page 58: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

47

dan madura pada tanggal 18 februari 2001 yang telah menewaskan

500 orang dan 100.000 warga madura harus kehilangan tempat

tinggalnya, pembunuhan ini sangat sadis. Banyak warga madura yang

ditemukan dibunuh dengan dipenggal kepalanya.16

Namun kini terjadi lagi di madura sendiri sebuah tragedi

berdarah carok masal di desa Bujur pada tahun 2006, peristiwa ini

membuat masyarakat madura tercengang, karena di daerah madura itu

sendiri terjadi konflik besar-besaran yang juga menewaskan banyak

orang, konflik antar golongan ini disebabkan karena masalah

perebutan suatu kekuasaan, yaitu berebut tanah percaton atau tanah

upah dari pemerintah sebagai upah bagi kepala desa.

Atas alasan tersebut kiranya kawasan Desa Bujur layak diangkat

sebagai kajian penelitian secara mendalam, karena di desa Bujur

merupakan salah satu tempat kejadian peristiwa carok masal, selain itu

desa Bujur yang dikenal dengan masyarakatnya yang sangat kasar

Bujur juga mempunyai letak geografis yang sangat tandus dan gersang

sehingga sangat berpengaruh secara psikologis terhadap

masyarakatnya. Sejauh ini masih belum ada yang mengkaji dan

mengungkap secara ilmiyah tentang peristiwa carok masalah yang

terjadi di desa Bujur pada tahun 2006. Sehingga perlu adanya upaya-

upaya yang mengarah kepada pengkajian sejarah peristiwa carok

tersebut.

16

Peristiwa konflik sampit dan madura pada tanggal 18 februari 2001. Artikel dari,

id.m.wikipedia org/wiki/konflik sampit, diakses pada tanggal 13-11-2016.

Page 59: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

48

Motif-motif yang menjadai faktor penyebab meretasnya carok

sangat beragam dan bervariatif, kasus-kasus carok dan motifnya dapat

diklarifikasikan menjadi dua bagian. Bagian pertama. Kasus-kasus

carok yang bermotif gangguan terhadap istri. Bagian kedua. kasus-

kasus carok yang bermotif selain gangguan terhadap istri. Kasus carok

yang bermotif gangguan sama istri dapat dikelompokkan dalam

beberapa motif, yang kurang lebihnya diantaranya, cemburu,

persaingan bisnis dan cemburu kepada tetangga. Sedangkan kasus

carok yang bermotif selain gangguan sama istri dikelompokkan

menjadia tiga motif, misalnya, kareana mempertahankan martabat,

merebut harta warisan, membalas dendam kaka kandung, dan karena

persoalan etika. Bagai orang Madura kalau ada orang lewat tanpa

permisi bagi orang yang ada disekitarnya, maka dianggap melanggar

norma bermasyarakat kadang berahir dengan cara carok.17

Peristiwa-peristiwa kekerasan yang melibatkan orang madura

menjadi semakin lengkap oleh adanya bukti-bukti sejarah modern,

paling tidak dimulai sejak kedatadngannya VOC pertama kali

menguasai madura sekitar tahun 1700, yaitu setelah rakyat dengan

jalan pemberontakan memisahkan diri dari kerajaan mataram di pulau

jawa. Ketika itu, para pemberontak madura memporakporandakan

bagian-bagian terbesar dari jawa, sehingga hampir saja mereka dapat

menaklukan pemerintahan pusat mataram. Hanya dengan bantuan

17

Latief Wijaya, Carok, Konflik, Kekerasan, dan Harga Diri Orang Madura

(Yogyakarta:LkiS, 2006), h. 95-97.

Page 60: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

49

VOC para penguasa mataram akhirnya dapat memadamkan

pemberontakan itu dan memulihkan keadaan (De Jonge 1993: 7).18

Bagi orang Madura, tidak semua pembunuhan dapat disebut carok.

Melalui penelitian antropologis yang dilakukan secara intensif, carok

adalah suatu peristiwa pembunuhan antara orang laki-laki yang

bermotifkan “membela gengsi, kehormatan dan harga diri”.19

Berdasarkan data terjadinya carok (1984-1994) di empat kabupaten

madura maka diperoleh sebagai berikut:20

Tahun

Jenis Tindakan Kriminalitas kekerasan Jumlah

kasus Pembunuhan Penganiayaan berat

N % n % N

1985 54 20,9 204 79,1 258

1986 46 21,8 165 78,2 211

1987 51 22,8 173 77,2 224

1988 110 37,5 183 62,5 293

1989 53 24,8 161 75,2 214

1990 41 24,7 125 75,3 166

1991 42 29,4 101 70,6 143

1992 45 28,3 114 71,7 159

1993 48 24,6 147 75,4 195

1994 45 24,3 140 75,7 185

Jumlah 535 26,1 1.513 73,9 2.048

18

Latief Wijaya, Carok Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura

(Yogyakarta:LkiS, 2006), h. 69. 19

Latif Wiyata. Mencari Madura(Jakarta:KDT,2013), h. 247 20

Latief Wijaya, Carok Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura

(Yogyakarta:LkiS, 2006), h. 3.

Page 61: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

50

Menurut tabel diatas, selama kurun waktu 10 tahun (1985-1994), di

seluruh telah terjadi tindakan kriminalisasi berupa kekerasan sebanyak

2.048 kasus, yang sebagian terbesar (73,9%) berupa penganiayaan berat,

dan sisanya (26,1%) adalah pembunuhan. Data ini menunjukkan bahwa di

seluruh wilayah Madura, telah terjadi tindakan kriminalitas berupa

kekerasan rata-rata lebih 200 kasus setiap tahun, atau setiap minggunya

rata-rata 4 kasus. Rincian data yang sama untuk masing-masing

Kabupaten adalah sebagai berikut: Kabupaten Bangkalan sebanyak 347

kasus (pembunuhan 149 kasus atau 42,9% dan penganiyaan berat 194

kasus atau 57,1%), Kabupaten Sampang sebanyak 530 kasus (pembunuhan

137 kasus atau 25,8% dan penganiyaan berat 393 atau 74,2%) Kabupaten

Pamekasan sebanyak 386 kasus (pembunuhan 67 kasus atau 27,3% dan

penganiyaan berat 319 kasus atau 82,7%) dan Kabupaten sumenep

sebanyak 734 kasus (pembunuhan 131 kasus atau 18,8% dan penganiyaan

berat 603 kasus atau 81,2%).21

21

Latief Wijaya, Carok, Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura

(Yogyakarta:LkiS, 2006), h. 4.

Page 62: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

51

Pada tabel 2 berikut ini tampak bahwa dari sekian banyak kasus

Carok yang terjadi di Madura, khususnya di Bangkalan, selama kurun

waktu lima tahun (1990-1994), terbanyak dilatar belakangi oleh maslah

gangguan terhadap istri (60,4%) menyusul karena salah paham (16,9%),

masalah tanah atau harta warisan (6,7%), masalah utang piutang (9,2%)

dan masalah-masalah lain di luar itu, seperti melanggar kesopanan dijalan,

dalam pergaulan, dan lingkungan sosial lainya (6,8%).

Latar

Belakang

1990 1991 1992 1993 1994 Jumlah

N % N % n % n % N % n %

Gangguan

terhadap

istri

21 67,7 23 71,9 26 72,2 28 50,9 27 50,9 125 60,4

Salah

paham

2 6,5 4 12,5 6 16,6 10 18,2 13 24,6 35 16,9

Tanah

atau harta

warisan

1 3,2 1 3,1 2 5,6 6 10,9 4 7,5 14 6,7

Utang-

piutang

4 12,9 2 6,2 1 2,8 7 12,7 5 9,4 19 9,2

Lain-lain 3 9,7 2 6,2 1 2,8 4 7,3 4 7,5 14 6,4

Jumlah 31 100 32 100 36 100 55 100 53 100 207 100

B. Demografi Madura

Menyebut nama Madura berarti berhadapan dengan sebuah

karikatur. Karikatur yang menggambarkan keterbelakangan. Hampir di

seluruh sektor. Kecuali kekanyaan religiulitasnya, ketika hampir seluruh

Page 63: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

52

wacana sibuk menginterpretasi bagaimana menjual Madura meminjam

istilah Kuntowijoyo banyak muncul kegetan”. Sebab diskursus mutakhir

tentang Madura adalah sebuah proses tentatif industrialisasi. Sesuatu yang

nyaris bukan barang yang baru.22

Pulau Madura terletak di Timur laut Pulau Jawa, kurang lebih 7º

sebelah selatan dari khatulistiwa di antara 112º dan 114º bujur Timur.

Pulau itu di pisahkan dari Jawa oleh selat Madura yang menghubungkan

laut Jawa dengan laut Bali mongcongnya di Barat laut, karena bentuknya

disebut corong, agak dangkal dan lebarnya tidak lebih dari beberapa mil

laut. Sejak zaman dahulu kala, corongnnya merupakan suatu daerah

pelabuhan penting. Di Jawa, di muara sungai Lamongan dan Brantas,

terletak kota perdangangan tua Gresik dan Surabaya. Di antara tahun 1400

dan 1600. Kedua kota pantai ini dengan tuban letaknya lebih kebarat

merupakan pusat perdangangan Jawa timur dengan daerah seberang laut.23

Panjang Pulau Madura kurang lebih 190 km dan jarak yang

terlebar pulau itu adalah 40 km luasnya 5.304 km2. Pantai utara

merupakan suatu garis panjang yang hampir lurus. Pantai selatannya

dibagian timur memiliki dua teluk yang besar, terlindung oleh pulau-

pulau, gundukan-gundukan pasir, dan batu-batu karang. Di sebelah timur

terletak kepulauan Sapudi dan kangean yang termasuk administrasi

22

Muhammad Najib, Dkk, Demokrasi Dalam Perspektif Budaya Nusantara (Yogyakarta: LKPSM, 1996 ), h. 179-180.

23Huub de jonge , MADURA: dalam empat zaman; pedagang, perkembangan ekonomi,

dan islam (Jakarta: Gramidia , 1989), h. 3.

Page 64: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

53

Madura. Kepulauan itu keseluruhannya terdiri hampir 50 pulau yang

berpenghuni dan tidak berpenghuni.

Secara geologis Madura merupakan embel-embel bagian Utara

Jawa. Daerah itu merupakana kelanjutan dari pegunungan kapur yang

terletak di sebelah utara dan disebelah selatan Lembah Solo. Bukit-bukit

kapur di Madura merupakan bukit-bukit yang lebih rendah, lebih kasar

dan lebih bulat daripada bukit-bukit di Jawa dan letaknya pun lebih

bergabung. Pantai utara yang berada di perpanjangan pegunungan bagian

utara Jawa, pada umumnya bukit-bukit di pedalaman itu lebih tinggi dari

pada bukit-bukit di sepanjang pantai. Bukit-bukit di bagian Timur jelas

lebih tinggi letaknya di atas permukaan laut daripada di bangian Barat

Madura. Di Barat, bukit-bukit itu jarang mencapai ketinggian 200 m.

Puncak tertinggi dibagian Timur Madura adalah gunung Gadu 341 m,

Gunung Merangan 398 m, dan gunung Tembuku 471 m.24

Iklim di Madura bercirikan dua musim, musim Barat atau musim

hujan selama bulan Oktober sampai bulan April dan musim Timur atau

musim kemarau. Sebenarnya hanya di daerah pedalaman yang tinggi

letaknya terdapat enam enam bulan hujan yang terus- menerus. Di lereng-

lereng gunung yang lebih rendah musim hujan berlangsung tidak lebih

lama dari tiga dan empat bulan. Sedangkan, disepanjang pantai Utara dan

di daerah paling Selatan hanya hujan pada bulan-bulan pertama awal

tahun. Selama musim hujan, hujan itu turun selama enam belas hari

24

Huub de jonge , MADURA: dalam empat zaman; pedagang, perkembangan ekonomi,

dan islam, h. 5-6.

Page 65: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

54

sebulan. Jumlah hujan pada setiap bualan rata-rata tidak lebih dari 200

mm. Selama musim pancaroba kadang-kadang hujan turun, tetapi tidak

pernah lebih dari 100 mm setiap bulan. Hujan dimusim kemarau di lereng-

lereng dan dataran-dataran yang rendah merupakan suatu pengecualian.

Suhu di pulau itu selalu tinggi suhu di musim barat rata-rata 28 C dan di

bulan-bulan kemarau rata-rata 35 C (Oldeman 1975).

Pulau ini tidak memiliki banyak hujan. Kurang lebih enam persen

dari tanahnya merupakan dearah hutan. Pengunduhan hutan

mengakibatkan erosi yang makin meningkat dan akibat semakin banyak

pula endapan lumpur yang terbawa ke laut. Lahan-lahan penggarapan baru

dengan cepat menjadi tidak subur lagi karena lapisan atas dari tanah itu

terlalu tipis. Lahan-lahan itu berubah jadi lahan tandus, alang-alang pun

tidak mau tumbuh, lahan tegalan yang sudah tidak subur itu semakin

merosot kualitasnya. Penebangan hutan yang tidak terbatas itu baru

berhenti pada tahun tiga puluhan.25

Orang Madura selalu dijabarkan sebagai orang yang lebih kasar,

tidak halus, lebih bersegi-segi, lebih kekar lebih berani dan memiliki tubuh

yang lebih kuat. Tingginya diperkirakan berkisar antara 160 sampai 170

sentimeter, lebih kecil atau maksimum sama, tetapi tidak pernah ledih

besar dibandingkan dengan penduduk tetangganya (surink 1993: 195).

Menurut van genep (1921:184) orang Madura dengan mudah dapat

dibedakan dari oranga Jawa. Mereka memiliki perawakan yang lebih kekar

25

Huub de jonge , MADURA: dalam empat zaman; pedagang, perkembangan ekonomi,

dan islam, h. 8-10.

Page 66: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

55

dan berotot tetapi tidak lebih besar, muka lebih lebar dan tidak berkesan

lebih halus. Veth (1907, IV) mencatat terlihatnya “sifat kejam” pada muka

orang Madura, yang karena susunan kepala batu alang lebih kukuh,

memiliki paras wajah yang berkesan lebih kuat beringas. Sifat orang

Madura mencerminkan pengejawantahan pernyataan pendirian dan

kenyakinan yang terpolakan oleh pembawaannya. Sejalan dengan itu

keseluruhan tindak-tanduk perilakunya dalam menjalani hidupnya jadi

segala gerak pandangan, ucapan, dan tindaknya bersesuai dengan landasan

nilai budaya dan norma peradaban yang telah membentuk dan

mengungkungi dirinya. Sekalipmun secara genetika. Sifat dan perilaku

dikendalikan oleh pembawaan, sudah umum diketahuim bahwa keadaan

dan lingkungan di luarnya dapat mempengaruhi pengejawantahannya,

sebab prilaku memang merupakan hasil intraksi antra pembawaan dan

faktor luar.

C. Budaya dan Keagamaan Madura

Dari sekian banyak definisi yang pernah ditawarkan oarang, secara

sederhana kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan

pengejawantahkan batin, pikiran, dan akal budi sesuatu suku bangsa, yang

terakumulasi berdasarkan pelajaran terpetik serta tertumbuhkan dari

pengalaman hidupnya, suatu ciri dan kemampuan yang membedakan

manusia dari binatang. Sampai sekarang oarng sering memcampuradukkan

pengertian budaya dan peradaban, tetapi banyak juga dianut pengertian

mengaitkan peradaban dengan kemajuan suatu masyarakat kehidupan

Page 67: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

56

sosialnya berdasarkan kemajuan kebudayaannya. Dengan demikian

peradaban Madura merupakan keadaan tahap kemajuan buat penciptaan

batin, pikiran, dan akal budi beserta hasil kegiatan nyata rekayasa manusia

Madura yang meliputi tingkat perkembangan kecerdasan, pemanfaatan,

pengembangan, dan penguasaan pengetahuan, ilmu dan teknologi,

kepercayaan spiritual, seni budaya, selera, nilai, hukum, budi pekerti, adat

istiadat, dan tatanan bermasyarakat.26

Sejarah nasional Indonesia menunjukkan bahwa dari semula

perkembangan kebudayaan dan peradaban orang Madura menapaki

lintasan yang sama seperti kebanyakan suku-suku bangsa Indonesia yang

lain. Laju kemajuannya pun beranjak dengan kecepatan yang selaras

dengan suku suku bangsa di sekitarnya, hanya saja faktor lingkungan yang

kurang mendukung telah menyebabkan terjadinya perbedaan hasil yang

dicapai.27

Salah satu kebudayaan Madura yang masih dilestatikan saat ini

adalah Are` atau Sada` (arit atau sabit) yang semula merupakan pisau

berbilah melengkung dan berhulu panjang untuk dipakai menyabit rumput

dalam beberapa dewarsa terakhir menjadi populer karena selalu

diasosiasikan dengan streotipe watak keras orang Madura. Sebagai alat

pertanian serba guna, pandai besi Madura telah mengembangkannya untuk

memenuhi pelbagai macam keperluan tertentu di lapangan. Orang lalu

membuat petok (arit yang bilahnya kecil dan pendek, biasanya diberi

26

Mien Ahmad Rifai, Manusia Madura (Yogyakarta: Pilar Media), hal. 41. 27

Mien Ahmad Rifai, Manusia Madura (Yogyakarta: Pilar Media), hal. 41.

Page 68: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

57

gagang panjang, sangat cocok untuk keperluan menyiangi, mencungkil,

atau menggali rumpul dan gulma, bila-bilahnya berbentuk tikus yang

sedang diam disebut tekos bu-ambu).28

Arit yang menjadi sangat populer digemari para pelaku sosok

senjata tajam menakutkan yang digemari para pelaku kejahatan tidak saja

di Madura tetapi juga di tempat-tempat lain di Indonesia-umumnya adalah

are takabuan (sabit buatan desa Takabuan). Bentuknya sama dengan

pangare`, tetapi umumnya diberi tangkai agak pendek dan dipastikan

hampir tidak pernah dipakai lagi untuk menyabit rumput. Khusus dibuat

karena memakai baja bermutu baik sehingga terjamin kekuatan dan

ketajamannya. Karena berubah fungsi menjadi sekep atau gegaman, orang

lalu melengkapi celurit itu dengan salotong atau sarung terbuat dari kulit

untuk memudahkan dibawa kemana-mana dengan menyelipkannya di

pinggang.29

Adapun senjata yang sering digunakan oleh orang Madura adaalah

celurit. Yang akan penulis jelaskan tentang sejarah munculnya celurit.

Berawal dari kerajaan Madura di pimpinan oleh prabu Cakraningrat (abad

ke-12 M) dan dibawah pemerintahan Joko Tole (abad ke-14 M), celurit

belum dikenal oleh masyarakat Madura. Bahkan pada masa pemerintahan

Panembahan Semolo, putra dari Bindara Saud, Putra Sunan Kudus dari

abad ke-17 M tidak ditemukan Sejarah yang menyebutkan istilah celurit

dan budaya carok. Senjata yang sering kali digunakan pada saat perang

28

Mien Ahmad Rifai, Manusia Madura (Yogyakarta: Pilar Media), hal. 113-114.

29

Mien Ahmad Rifai, Manusia Madura (Yogyakarta: Pilar Media), hal. 114.

Page 69: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

58

atau duel satu lawan satu selalu saja Pedang, Keris atau Tombak. Pada

masa tersebut juga masih belum di dengar istilah carok.

Berdasarkan wawancara dengan tokoh masyarakat Madura

Ahsanul Qosasi mengatataka:

“Dulu senjata utama Madura itu clurit bukan di digunakan secara bunuh

orang. Clurit itu didisain itu sebagai alat mengambil rumput untuk sapi

mereka (binatang peliharaan) jadi masyarakat Madura dulu itu

memelihara sapi untuk membajak sawah meraka sehingga kemana-mana

mereka bawa clurit. Nah clurit ini adalah senjata tajam tidak hanya untuk

memotong rumput juga untuk membunuh orang pada saat itu. Nah saya

melihatnya bahwa apa yang dilakukan oleh orang Madura itu hanya

merupakan refleksi agar mereka dibilang hebat sehingga mereka harus

bawa clurit kemana-mana kemudian mereka berantem dan membunuh

orang paada saat itu. Itulah carok itu muncul seperti itu”30

Celurit memiliki fungsi yang melekat sebagai gengsi bagi pribadi

seorang lelaki Madura. kewibawaan dianggap lahir dari keperkasaan tak

kala membawa celurit dan menggunakannya untuk bertahan. Kewibawaan

lain terkait dengan fungsi celurit tak lepasd dari kemenang duel dengan

benda tajam tersebut. Celurit dianggap sebagai medium hasrat dan

kewibawaan. Rasa jumawa dan hebat sering dianggap refleksi lelaki

Madura, di mana akan ada rasa pengakuan dan hormat bagi orang-orang di

sekitarnya. Terutama bagi mereka yang memenangkan duel.

Di kalangan masyarakat Madura, celuri mucul sejak zaman

penjajahan Belanda pada ada 18 M.31

bagi masyarakat Madura, celurit

mempunyai banyak manfaat selain digunakan sebagai senjata tajam untuk

membela diri, juga dipergunakan untuk alat-alat pertanian, dan rumah

30

Wawancara Pribadi dengan Ahsanul Qosasi (tokoh Madura), Jakarta, 25 Agustus 2017. 31

Junaidi, Keunikan Masyarakat Madura dalam http://1001-madura.com/adat-istiadat-

madura, diakses 13 November 2016.

Page 70: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

59

tangga.32

Selain fungsinya yang bergam, atau bentuk celurit sangat

banyak. Misalnya di desa Bujur Tengah yang juga memiliki beragam

celurit.

Munculnya celurit di pulau Madura bermula pada abad ke-18 pada

masa ini dikenal seorang tokoh dari Madura yang bernama pak Sakera.

Pak Sakera diangkat jadi Mandor tebu di Bangil. Pasuruan oleh Belanda

yang menjadi ciri khas pak Sakera adalah senjata yang berbentuk arti besar

yang kemudian dikenal dengan istilah celurit. Dimana dalam setiap

kesempatan, beliau selalu membawanya untuk mengawasi para pekerja.33

Kemunculan versi kisah pak Sakera ada kesesuaian dengan hasil

penelitian De Jonge yang dikutip oleh Latif Wjaya. De Jonge mengutip

laporan seorang asisten residen dari Bangkalan. Brest Van Kempen

menyatakan bahwa antara tahun 1847-1849 keamanan di pulau Madura

sangat memperhatikan mengingat hampir setiap hari terjadi kasus

pembunuhan. Bangdingkan dengan pak Sakera dan peristiwa kekacauan

yang terjadi setelah beliau wafat, dimana menurut cacatan sejarah juga

terjadi pada abad 18 M.

Dari tinjauan historis di atas dapat diketahui bahwa nilai bagi

pengguna celurit masyarakat Madura sebenarnya dalah merupakan

simbolisasi figure pak Sakera sebagai sosok yang berani melawan ketidak

adilan dan penindasan. Namun, keberadaan celurit yang kita rasakan lebih

32

Latief Wijaya, Carok, Konflik, Kekerasan, dan Harga Diri Orang Madura (Yogyakarta:

LkiS, 2006), hal. 74. 33

Latief Wijaya, Carok, Konflik, Kekerasan, dan Harga Diri Orang Madura

(Yogyakarta:LkiS, 2006), hal. 75.

Page 71: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

60

melambangkan sifat “blater”34

yang idetic dengan kekerasan dan

kriminalitas. Bahkan celurit kini melambangkan tindakan anarkis, egois

dan brutal yang dibuktikan dengan maraknya praktek “carok”.35

Kenyataan itu bisa disederhanakan dengan memahami bahwa

gengsi atau rasa kepribadian terhina bagi masyarakat Madura merupakan

bagi anggapan yang dianggap menentang dan mengucilkan

kepribadiannya. Dari sanalah kemudia istilah heroik untuk menolak

terhina lahir dan dipegang teguh oleh sebagian masyarakat Madura hingga

saat ini. Hal ini dikuatkan oleh Ahsanul Qosasi tokoh masyrakat Madura:

“Tidak ada carok itu yang demdam terselubung, mereka berhadapan satu

lawan satu untuk menunjukkan tidak ada penghianat dari belakang tapi

dia harus ada salah satu yang mati itulah carok. Dan ini adalah sesuatu

menurut saya tidak boleh dilemparkan mengexpresikan dendam itu tidak

harus saling bunuh-membunuh, nah dulu, Madura terjadi seperti itu, di

mana peradaban Madura dalam sebuah pepatah itu lebih baik putih tulang

dari pada putih mata itu betul-betul diexpresikan carok dengan cara yang

had to had itu,”36

Di Madura terdapat sekitar 10 sampai 15 celurit yang bisa

digunakan untuk carok. Jenis celurit yang paling populer adalah arek

takabuan.37

dang osok.38

Tekos bu-ambu, (bentuknya seperti seekor tikus

sedan sedang diam) lancor. (sejenis celurit yang memiliki variasi

34

Sama dengan Bajingan. 35

Duel antara dua orang atau lebih yang disengaja. 36

Wawancara Pribadi dengan Ahsanul Qosasi (tokoh Madura), Jakarta, 25 Agustus 2017. 37

Are Takabuan adalah jenis celurit yang sangat diminati oleh orang Madura khususnya

di kawasan Madura Barat. Nama Takabuan diambil dari desa tampat dibuatnya. Yaitu desa

Takabuan dari baja campuran besi berkualitas baik. Badan celurit berbentuk melengkung mulai

dari batas pegangan hingga ujung yang menjadi tampak menarik lengkungan celurit ini sangat

serasi dengan sama panjangnya yang hanya sekitar 35 sampai 40 centi meter. Biasanya orang yang

memiliki celurit jenis ini bukan untuk tujuan dipakai sebagai alat rumah tangga atau penyabit

rumput melainkan sekep (senjata tajam yang sengaja selalu dibawa pergi untuk tujuan menjaga

segala kemungkinan jika sewaktu-waktu terjadi carok). 38

Dang-Sosok diambil dari nama salah satu jenis buah pisang yang ukurannya lebih

panjang dari ukuran rata-rata pisang biasa. Kata Dang merupakan pengucapakan dari kata Kedang

(Indonesia: Pisang). Sedangkan osok menunjukkan jenis pisang tersebut.

Page 72: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

61

lengkungan yang terdapat di antara tempat pegangan tangan dengan ujung

senjata tajam) bulu ajam, (mirip bulu ayam) kembang turi, monteng,

sekken, 39

Pada saat ini, seperti yang diungkapkan D. Zawawi Imron, saniman

sekaligus budayawan Sumenep, Madura, menuturkan bahwa kalangan

rakyat kecil memperlakukan celurit sebagai senjata tajam biasa. Dengan

kata lain, celurit itu bukan dianggap senjata sakti.40

Yang kadang-kadang

dibuat main-main dan jalan-jalan ketetangga. Dia mengatakan zaman

sekarang pengertian kehormatan bisa dialihkan ke hal postif dan rasa hebat

anggkuh itu bisa digeser nilai-nilai:

“Yah karena itu saya pernah mencetuskan konsep clurit emas itu

orang Madura yang cluritnya lagi bukan clurit kriminal tapi clurit

karat yang menumpahkan darah Madura diera kekinian di tahun

80an itu clurit kebudayaan, clurit ketaqwaan, clurit yang untuk

memerangi kebodohan. Yang diinginkan pemuda-pemuda madura

menjadi clurit intlektual menjadi orang-orang yang rajin belajar,

menjadi manusia madura yang bisa hidup menjadi nilai-nilai

positif,”41

Hampir semua orang Madura penduduknya penganut agama

islam. Tetapi dalam jamaah keagamaan mereka menempati kedudukan

yang khusus. Sedangkan orang-orang luar memandang orang Madura

sebagai orang yang sangat beriman, dalam hal penghanyatan terhadap

ajaran agama dan semangat penyebaran agama, daerah itu sering

39

Sekken adalah jenis pisau namun berukuran kecil. Panjang tidak lebih dari 15 cm, lebar

sekitar 3 cm karena ukurannya kecil, senjata ini selain mudah ditaruh disembunyikan dibalik baju

juga mudah di bawa ke mana-mana tanpa mengundang kecurigaan orang lain. 40

Latief Wijaya, Carok, Konflik, Kekerasan, dan Harga Diri Orang Madura

(Yogyakarta:LkiS, 2006), hal. 40-41. 41

Wawancara Pribadi dengan Zawawi Imron (Budayawan Madura), Jakarta, 24 Agustus

2017.

Page 73: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

62

disamakan dengan Aceh orang-orang Parindu di Madura sendriri terkenal

sebagai orang islam yang sangat saleh. Desa itu, dipandang sebangai

benteng ortodoksi.

Sifat keislaman di penduduk itu segera nampak. Parindu

mempunyai masjid besar, yang dua-duanya pantas untuk suatu kota kecil,

lima mushola, dan sejumlah besar langgar. Pada rumah-rumah tempat

tinggal mereka dapat dikenal berbagai pengaruh gaya bangunan dari timur

tengah. Seperti terlihat pada bentuk jendela dan pintu. semua bagian yang

terbuat dari kayu dicat biru langit, salah satu warna yang terpenting yang

disukai orang-orang islam.

Hampir semua orang dan anak-anak lelaki memakai kopiah, tutup

kepala indonesia yang terutama dipakai oleh orang-orang islam. Yang

menarik perhatian adalah banyaknya wanita yang berkrudung dengan

tutup kepala atau syal yang ringan. Lima kali sehari bisa melihat dan

mendengar orang-orang mukmin itu melakukan solat dengan dorongan

dari azan, yang diserukan dengan pengeras suara keseluruh kampung.

Orang-rang lelaki bersembahnyang dirumah atau disalah satu ruangan

sembahyang umum. Orang-orang perempuan selalu bersembahnyang di

ruh dengan menggunakan mukena.

Mula-mula agama islam di Madura tidak lebih dari apa yang

digambarkan oleh Geertz, sebagai another meandering trobical growth on

an already overcrowded relegious landscape (suatu pertumbuhan tropis

yang lain berliku-liku pada bentangan keagamaan yang sudah penuh

Page 74: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

63

sesak). Tetapi dibawah pengaruh pusat agama isalam dipantai utara Jawa,

penghanyatan agama islam kurang sinkretis itu semakin menjadi penting

di antara penduduk yang melakukan perdagangan di banyak kota dan

disekitar pantai42

.

Pada paroh kedua abad ke-15, penduduk pantai selatan sumenep

mulai berkenalan dengan agama islam. Kenyakinan akan kepercayaan baru

mula-mula disebarluaskan di tempat-tempat seperti Parindu, tempat

perdangangan yang mempunyai hubungan dengan daerah seberang.

Penyebaran agama islam berlangsung sejalan denagan perluasan

perdangangan. Pada paroh kedua abad ke-19, cita-cita untuk menaati

ajaran agama dengan dekat semakin lebih ditekankan, ketika hubunga-

hubungan antara penduduk Nusantra Indonesia dan semananjung arab

semakin meningkat. Pengalaman-pengalaman para jamaah haji yang

kembali dari Mekkah, informasi dari imigran Arab, dan penelaahan karya-

karya baru oleh pemimpin kegamaan yang terkemuka menyebabkan

gambaran yang semakin jelas tentang ajaran agama islam dan tafsiran-

tafsirannya.

Dalam proses komunikasi ini, Madura memainkan peranan yang

bukannya tidak penting. Jumlah penduduk yang melakukan ibadah yang

mahal, berbahaya, dan memakan waktu beberapa bulan itu, meningkat dari

hanya beberapa orang menjadi puluhan orang tiap tahun. Pada tahun 1880

di pulau itu terdapat 896 haji, pada tahun 1890 jumlahnya sudah 1, 364.

42

Huub de jonge , MADURA: dalam empat zaman; pedagang, perkembangan ekonomi,

dan islam, 239-241.

Page 75: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

64

Meskipun demikian, perubahan-perubahan ini tidak segera mengakibatkan

”pemurnian” agama islam, seperti terbukti dari perkembangnya kelompok-

kelompok keagamaan sufi yang bersifat sangat mistik dan yang

merupakan duri mata kaum fundamentalis. Reformisme pada skala yang

lebih besar baru terjadi, setelah sarekat islam dan muhammadiyah

didirikan pada dasawarsa kedua abad ke-20.

Page 76: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

65

BAB IV

MITOS CAROK

Dalam bab ini penulis akan membahas studi lapangan atas persepsi

dan pengetahuan para tokoh yang ahli dan konsentrasi akan pengetahuan

sisi Carok. Serta penulis menyajikan dari sisi studi literatur menurut

Roland Barthes tentang carok mengenai Simbol dan Maknanya.

A. Simbol dan Denotasi.

Definisi carok adalah sebuah pembelaan harga diri ketika diinjak-

injak oleh orang lain. Secara umum kejadian carok diawali dengan adanya

konflik. Menurut tokoh masyarakat Madura, konflik terbagi menjadi dua,

yaitu konflik internal dan konflik eksternal. Konflik internal berupa iri

atau kecemburuan. Sedangkan konflik eksternal berupa sengketa lahan,

kasus pelecehan terhadap perempuan, maupun penghinaan terhadap

keluarga.1

Dalam peristiwa carok memiliki berbagai peristiwa serta simbol-

simbol yang muncul. Baik dalam sebelum melakukan carok, syarat-

syaratnya, alat yang digunakan, hingga strategi yang digunakan saat

melakukan carok

“Kejadian carok di Madura memiliki corak yang berbeda-beda pada

setiap daerah. Sebagaimana yang terjadi antara Pamekasan dan

1Wawancara Pribadi dengan Bukhori (tokoh ), Pamekasan 15 mei 2017.

Page 77: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

66

Bangkalan. Bangkalan memiliki lahan pertanian yang lebih luas,

akan tetapi di Pamekasan memiliki penduduk (yang membutuhkan

kebutuhan pangan) lebih besar. Perebutan wilayah dan sumber air

inilah kemudian memunculkan adanya carok di kedua daerah

tersebut.”2

Selain itu, pada masalah perempuan salah satu alasannya adalah

daerah Bangkalan tingkat keberagamaannya sangat kuat. Salah satu

bentuknya adalah penghormatan terhadap perempuan yang dijunjung

tinggi. Oleh karena itu ketika di Bangkalan terjadi pelecehan terhadap

perempuan akan dibela mati-matian baik menurut fatwa agama maupun

keyakinan pribadi.3

Simbol alat clurit yang digunakan dalam melakukan carok pada

dasarnya diidentikan dengan alat pertanian. Clurit dalam kamus Kbbi

adalah alat pemotong rumput yang digunakan oleh petani.4 Adapun

hubungannya dengan carok, dapat dipahami sebagaimana penjelasan

budayawan sebagai berikut:

“Carok identik dengan clurit, namun pada dasarnya carok adalah

perkelahian…sebab clurit adalah alat pertanian dimana semua orang

bisa menggunakannya.”5

Pelaku sebagai simbol utama dalam carok adalah hal yang mutlak

harus dipenuhi. Sebab jika tidak ada pelaku maka tidak akan ada carok.

Menurut pelaku carok sendiri menekankan bahwa carok bukan hanya ada

2Sumber dari wawancara pada Mei 2017. Wawancara ditujukan kepada pelaku Carok,

tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh sosial budaya. Dalam hal ini peneliti mengutip tokoh

sosial budaya. 3Wawancara Pribadi dengan Melki (tokoh budaya), Pamekasan, 18 Mei 2017.

4Dalam kamus Kbbi.

5 Wawancara Pribadi dengan Melki ( tokoh budaya), Pamekasan, 18 Mei 2017.

Page 78: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

67

konflik saja, melainkan harus jelas siapa lawan yang akan dihadapi.6 Hal

tersebut juga diakui oleh budayawan serta tokoh pendidikan bahwa pelaku

harus jelas, jangan sampai salah sasaran.7

Menariknya lagi pelaku carok bisa individu, bahkan kelompok.

Sebagaimana kasus sengketa lahan besar antara Bangkalan dan Pamekasan

itu pernah dilakukan carok secara kelompok. Selain itu, menurut pelaku

carok, carok pun bisa dilakukan dengan cara menyewa orang. Hal ini

diberi target seperti potong kepala atau bola matanya.8

Menang merupakan simbol jagoan. Meskipun begitu pemenang

harus siap dan waspada atas adanya dendam yang mungkin berkelanjutan.

Sebab bagi yang kalah menurut tokoh masyarakat bisa saja orang yang

kalah kemudian oleh anaknya akan dibalas pada suatu hari nanti.9 Yang

menjadi keyakinan adalah bagi yang kalah, baju yang digunakan setelah

carok akan disimpan dan akan digunakan pada suatu nanti untuk

melakukan carok kembali oleh anaknya atau keluarganya.10

Mengenai baju, senjata tajam serta ritual merupakan simbol bagi

orang yang memiliki kepercayaan. Keseluruhannya tidak menjadi simbolis

utama dalam carok, namun beberapa ada yang menggunakannya. Hal ini

ditegaskan oleh agamawan Madura bahwa pelaku carok rata-rata bukan

6Wawancara Pribadi dengan Suhri ( pelaku Carok), Pamekasan, 22 Mei 2017.

7Wawancara Pribadi dengan Bukhori (tokoh agama), Pamekasan, 15 Mei 2017.

8Wawancara Pribadi dengan Suhri ( pelaku Carok), Pamekasan , 22 Mei 2017.

9Wawancara Pribadi dengan Daholi ( tokoh masyarakat), Pamekasan 24 Mei 2017.

10Wawancara Pribadi dengan Daholi ( tokoh masyarakat), Pamekasan 24 Mei 2017.

Page 79: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

68

santri, kalaupun santri notabenenya santri abangan.11

Dengan kata lain

menjadi simbol yang sifatnya kondisional.

Simbol-simbol carok pada dasarnya menjadi pembeda antara carok

dengan perkelahian lainnya. Jika perkelahian lainnya tanpa senjata tajam

atau memiliki motif yang bermacam-macam, maka carok memiliki simbol

utama yang bermakna harga diri. Besarnya harga diri yang harus

dipertaruhkan inilah menimbulkan simbol-simbol dalam carok.

Setiap responden yang diwawancari sepakat bahwa latar bekalang

terjadinya carok adalah konflik yang berupa penghinaan terhadap harga

diri orang Madura.12

Hal ini selaras dengan watak orang Madura tentang

etembang pote mata lebih bagus pote tolang (dari pada hidup menanggung

perasaan malu, lebih baik mati berkalung tanah).13

Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa carok merupakan pembelaan atas harga diri yang

diawali adanya konflik.

Kesimpulan di atas dapat dipahami sebagai bentuk makna yang

bersifat denotatife. Artinya carok secara umum dimaknai dengan duel atau

perkelahian untuk pembelaan harga diri. Sebagaimana pernyataan Roland

Barthes bahwa denotasi adalah makna yang diketahui secara umum.14

Sedangkan makna konotasi pada carok berkaitan dengan aspek

11

Wawancara Pribadi dengan Daholi ( tokoh masyarakat), Pamekasan , 24 Mei 2017. 12

Lihat tabel hasil wawancara pada kolom latar belakang terjadinya Carok. 13

Latief Wijaya, Carok, Konflik, Kekerasan, dan Harga Diri Orang Madura

(Yogyakarta:LkiS, 2006), h. 98-99. 14

Chris Barrker. Cultural studies, h. 93.

Page 80: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

69

budaya yang lebih luas. Untuk mendapatkan makna konotasi

mengharuskan menelusuri aspek keyakinan, ideologi, kerangka kerja

maupun formasi sosial sehingga menimbulkan kejadian carok. Atas hasil

wawancara, peneliti membuat formula atas makna konotasi dalam carok

sebagai berikut:

Carok dapat dilihat dari segi konflik yang terjadi. Begitu juga

dengan alat yang digunakan dalam carok pada dasarnya tidak

mengharuskan dengan clurit, namun pada intinya carok adalah perkelahian

hingga mati. Clurit merupakan simbol atas sosial-kultur Madura yang

mayoritas penduduknya adalah petani.15

Dengan demikian makna konotasi

carok dapat disederhanakan menjadi seluruh peristiwa perkelahian

individu atau kelompok di Madura untuk mempertahankan harga diri,

berupa hidup (menang) atau mati (kalah).

B. Konotasi dan Metabahasa

Sebelum membahas konsep mitos Roland Barthes serta telaah

simbol dan makna carok, akan digambarkan dengan model semiotika

Barthes dengan mengetahui :

a. Makna denotasi merupakan tingkat makna yang deskriptif dan literal

yang di pahami oleh hampir semua anggota suatu kebudayaan.

b. Makna konotasi, makna tingkat kedua yang tercipta dengan cara

menghubungkan penanda-penanda dengan aspek kebudayaan yang

15

Wawancara Pribadi dengan Melki ( tokoh budaya), Pamekasan, 18 Mei 2017

Page 81: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

70

lebih luas: keyakinan-keyakinan, sikap, kerangka kerja dan ideologi-

ideologi suatu formasi sosial tertentu.

c. Ketika konotasi-konotasi mengalami pengalamiahan menjadi

hegemoni, atau dengan kata lain, telah diterima sebagai hal yang

“normal” dan “alamiah”, mereka akan berfungsi sebagai peta-peta

makna yang menunjukkan bagaimana memahami dunia. Konotasi-

konotasi hegemoni inilah yang disebut dengan mitos.16

Dapat dilihat tabel berikut dalam menentukan konotasi dan

metabahasa dalam carok sebagai berikut:

Ekpresi Makna

Carok Denotasi Konotasi Metabahasa

Senjata tajam Jagoan Buka baju (orang

yang memiliki

kemampuan fisik

serta mempunyai

tehnik carok.

Ngongai

(berkelahi

berhadap-

hadapan)

Ejasa’(doa-doa

atau jimat).

C. Mitologi Carok

Carok merupakan perkelahian dalam mempertahankan jati diri.

Carok merupakan penanda (significant), dan harga diri merupakan petanda

(signife). Dalam kejadian carok tidak hanya sebatas penanda dan petanda

saja, sebab memungkinkan saja jika perkelahian hanya sebatas dendam,

16

Cris Barker, cultural Studies: teori dan Praktik, h. 93n .

Page 82: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

71

atau sebatas perlombaan (seperti pertandingan gulat, tinju yang

dilombakan resmi). Namun carok menandakan jati diri inilah yang

kemudian disebut dengan sign atau tanda. Dengan kata lain, carok berarti

harga diri.

Adapun analisis mitos yang terdapat pada carok terdiri atas

denotasi, konotasi dan metabahasa. Terdapat beberapa ekspresi yang

memiliki satu makna, sehingga lahirlah mitos.

Carok sebagai perkelahian dalam rangka mempertahankan harga

diri secara umum terdiri dari dua aspek. Pertama masalah atau konflik

yang melatarbelakangi. Kedua adalah harga diri yang menjadi akar

kebudayaan masyakarat Madura yang harus dipertahankan.

Perkelahian untuk mempertahankan harga diri merupakan makna

konotasi yang paling utama. Akan tetapi, perkelahian hidup atau mati

sebagai bentuk harga diri menjadi sistem metabahasa tersendiri. hal ini

dibuktikan dengan adanya budaya masyarakat Madura dalam

mempertahankan harga diri. Sebagaimana kutipan wawancara berikut ini:

“Harga diri itu harus dijaga. Hidup itu bisa diperdebatkan, tetapi

kalo kematian itu real. Harga diri orang Madura itu beda dengan

harga diri orang Sunda, tetapi harga diri itu bisa kita mix (filsafat

kedaerahan itu bisa kita mix) dengan cara kita bisa belajar dengan

orang Sunda, orang Jawa Tengah, dan orang Jogja.”17

Atas statement di atas membuktikan bahwa persoalan harga diri

bagi masyarakat Madura adalah hal yang utama.

17

Wawancara Pribadi dengan Melki ( tokoh budaya), Pamekasan, 18 Mei 2017.

Page 83: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

72

Metabahasa yang terwujud juga didorong atas keyakinan agama.

sebagaimana pendapat budayawan bahwa perempuan dalam sisi agama

harus dijunjung tinggi. Maka pada saat terjadi pelecehan atau penghinaan

terhadap perempuan perlu dibela sampai mati.18

Dengan kata lain harga

diri menjadi metabahasa didukung adanya faktor kepercayaan (agama).

Selain itu, wawancara bersama pelaku carok juga menegaskan

bahwa harga diri juga secara agama (Islam) harus dipertahankan. Terlebih

pada persoalan fisik, agama pun mendukung untuk membolehkan. Yang

dimaksud adalah hukum qishas dalam Islam. Berikut kutipan

wawancaranya:

“Dalam agama pun (balas dendam) diperbolehkan. Seperti hukum

mata dengan mata, nyawa dengan nyawa, tangan dengan tangan.”19

Meski tidak menyebutkan secara eksplisit, namun peneliti

memahami bahwa yang dimaksud adalah hukum qiṣaṣ. Faktor budaya dan

kepercayaan inilah menyatu yang mewujudkan metabahasa pada sistem

mitologi carok.

18

Wawancara Pribadi dengan Melki ( tokoh budaya), Pamekasan, 18 Mei 2017. 19

Wawancara Pribadi dengan Suhri ( pelaku Carok), Pamekasan, 22 Mei 2017.

Page 84: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

73

Adapun bentuk-bentuk metabahasa yang terdapat dalam simbol-

simbol carok, secara lengkap dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Rangkaia

n

peristiwa

SIMBOL Denotasi Konotasi Metabahasa Mitos

Persiapan

carok

Celurti, Senjata tajam Jagoan Calok, keris Carok

digunakan

untuk

mengartikula

sikan

martabat dan

harga diri

dalam

kehidupan

melalui

keperkasaan,

pertarungan

dengan

menggunaka

n senjata

tajam

menunjukka

n (konotasi)

kejagoan

masyarakat

madura,

yang

dikuatkan

dengan

ekpresi-

ekprsi

(metabahasa

) kekebalan,

buka baju,

bajingan,

ngongai

bahkan saat

ini nyelep

walaupun

sekarang

melanggar

aturan

agama dan

negara

(rekkest

hilang) mitos

carok

Marwah Menjaga harga

diri

Martabat Tengka

(akhlak)

Rekkes Dua pihak

melakukan

perjanjian baik

dari pihak

penegak

hukum

maupun ulama

Pengakuan

dan

penyelesaian

Pengesahan

Ejaza’ Doa-doa atau

jimat

Biar kebal Nyepet

(bacaan yang

bikin kebal )

Nyekep Menyembunyi

kan senjata di

balik baju di

sebelah kiri

Strategi

meletekkan

senjata

Nyongkel

Odheng Pengekat

kepala yang

diisi jimat

Meningkatk

an kebelan

fisik

Storcoan,

laken

Isin orang

tua

Memohon doa

restu

Meningkatk

an

kepercyaan

diri

Pametan

Pelaksana

an carok

Bendera Selebar kain

yang

dikibarkan

Tanda carok

akan segera

dimulai

Tong-tong.

Ancer.

kendongan

Ngongai Berkelahi

berhadap-

hadapan

Menonjolka

n

keperkasaan

pelaku

Bengal

Nyelep Mnyerang dari

belakang atau

dari samping

Cara

berkelahi

yang tidak

ksatria atau

pengecut

Mattheng

(membacok)

Barui Tidak

melaksanakan

Sindiran

sinis

.aloi (basi)

Page 85: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

74

carok lebih

dari empat

puluh hari

setelah

permasalahan

diketahui

orang banyak

(penakut)

terhadap

orang

bersangkuta

n

bertahan saat

ini.

Baju dil

epas

Orang yang

memiliki

kemampuan

fisik serta

mengusai

tehknik-tehnik

carok

Angko Bengal

(berani)

Pasca

carok

Bajingan Berasil

membunuh

musuhnya

Oreng jago

(orang

pemberani)

Blater

Tintetin Suara-suara

mistis yang

muncul setelah

peristiwa

pembunuhan

Jarangkong macan,

Slontong Pembungkus

celurit yang

mmemiliki

bekas bercak

darah korban

Bukti

sejarah

kemenangan

Pencot

Page 86: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

75

Dari tabel di atas dapat dipahami satu persatu metabahasa yang

muncul atas berbagai simbol yang muncul.

Konotasi

Carok Jagoan

Blater karisma

Carok Senjata

tajam

celurit

Blater Jagoan

Ngongai berkelahi

Berhadap2

Ngongai Jagoan

Ejaza’ doa-doa

Ejaza’ Jogoan

Page 87: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

76

Metabahasa

Ada persamaan dan perbedaan dalam metabahasa yang terbentuk

dalam simbol carok. Dilihat dari simbol latar belakangnya memiliki

metabahasa mengenai harga diri yang harus dipertahankan. Namun pada

simbol persiapan memiliki metabahasa tentang hal-hal yang mampu

mendukung pertahanan harga diri. Pada simbol alat juga masih

berhubungan dengan simbol-simbol persiapan. Artinya memuat hal-hal

yang memuat dukungan dalam rangka mempertahankan harga diri. Akan

tetapi pada simbol terakhir berupa pemenang atau yang kalah memiliki

metabahasa sama-sama memepretahankan harga diri. Dengan demikian

dapat disimpulkan antara latar belakang dan ending pada persitiwa carok

memiliki metabahasa berkaitan dengan harga diri.

Blater

Jagoan Ejaza’

Carok senjata

tajam

ngongai

Jagoan buka baju

Carok senjata

tajam

Page 88: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

77

Metabahasa merupakan sistem yang oreintasi isinya sudah dengan

sendirinya merupakan sistem penandaan.20

Metabahasa inilah yang

kemudian sistem semiologis tingkat kedua atau mitos.21

Dengan demikian

Carok sebagai bentuk proses perkelahian hingga hidup atau mati menjadi

sebuah mitos dalam rangka mempertahankan harga diri bagi orang

Madura.

D. KRITIK ANALISIS CAROK SAAT INI

Diterangkan bahwa carok merupakan institu-sionalisasi kekerasan

dalam masyarakat Madura yang memiliki relasi sangat kuat dengan faktor-

faktor struktur budaya, struktur sosial, kondisi sosial ekonomi, agama, dan

pendidikan. Tetapi, selain itu, pada dasarnya juga terdapat pengaruh dari

faktor politik, yaitu lemahnya pemerintah dalam memberikan

perlindungan hukum terhadap masya-rakat. Sehingga, masyarakat Madura

memilih melakukan carok, karena hal ini dianggap lebih memenuhi rasa

keadilan mereka. Dengan kata lain, carok juga merupakan

kekurangmampuan para pelaku carok mengekspresikan budi bahasa, oleh

karena mereka lebih mengedepankan perilaku-perilaku agresif secara fisik

untuk menghilangkan nyawa orang-orang yang dianggap musuh, sehingga

konflik yang berpangkal pada pelecehan harga diri tidak akan pernah

20

Roland Barthes, Elemen-Elemen Semiologi, h. 92. 21

Chris Barker. Cultural studies, h. 93.

Page 89: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

78

mencapai rekonsiliasi.22

Carok dan celurit laksana dua sisi mata uang. Satu sama

lain tak bisa dipisahkan. Hal ini muncul di kalangan orangorang

Madura sejak zaman penjajahan Belanda abad 18 M. Carok

merupakan simbol kesatria dalam memperjuangkan harga diri

(kehormatan). Pada zaman Cakraningrat, Joko Tole dan

Panembahan Semolo di Madura, tidak mengenal budaya tersebut.

Budaya yang ada waktu itu adalah membunuh orang secara kesatria

dengan menggunakan pedang atau keris. Senjata celurit mulai muncul

pada zaman legenda Pak Sakera. Mandor tebu dari Pasuruan ini hampir tak

pernah meninggalkan celurit setiap pergi ke kebun untuk mengawasi para

pekerja. Celurit bagi Sakera merupakan simbol perlawanan rakyat

jelata. Lantas apa hubungannya dengan carok. Carok dalam

bahasa Kawi kuno artinya perkelahian. Biasanya melibatkan dua

orang atau dua keluarga besar. Bahkan antar penduduk sebuah desa di

Bangkalan, Sampang, dan Pamekasan.23

Carok pada masa kerajaan, merupakan perang tanding antara satu

orang melawan satu orang atau lebih. Sebelum perang tanding, Biasanya

masing - masing mengadakan perjanjian mengenai penentuan tempat arena

22 Retno Hastijanti “Pengaruh Ritual Carok Terhadap Pemukiman Tradisonal

Madura”, DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 33, No. 1, Juli 2005: 9 – 16.

23 Henry Arianto dan Krishna “Tradisi Carok Pada Masyarakat Adat Madura”,

http://www.esaunggul.ac.id/article/tradisi-carok-pada-masyarakat-adat-madura/ tahun 2012. Diakses pada tanggal 20 November 2017.

Page 90: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

79

untuk bertanding, hari dan waktunya. Sedangkan carok yang terjadi pada

masa penjajahan sampai sekarang, kebanyakan tidak lagi saling berhadap-

hadapan tapi mencari kelengahan musuhnya (nyelep) untuk melampiaskan

niatnya. Ketika selesai membunuh musuhnya. biasanya pelaku melarikan

diri.24

Selain itu, dulu carok selalu diiringi oleh rekkest sebelum kedua

kubu bersepakat menyelenggarakan carok. Rekkest merupakan prosesi

permohonan izin dari calon pelaku carok kepada orangtua, ulama’, dan

penegak hukum setempat. Tujuannya, agar carok bisa berjalan tanpa ada

yang mengahalangi dan berlangsung secara jantan. Akan tetapi kini,

rekkest sudah mulai ditinggalkan, karena carok cenderung dilakukan

dengan cara nyelep.25

maka membawa dampak bagi pelaku carok untuk

tidak menjalankan rekkest.

Carok tumbuh ditengah masyarakat yang masih dilingkupi sikap

yang terbuka. Sulit membedakan antara individualisme dan sikap ego.

Kultur sosial memang tetap memungkinkan untuk merawat tersebut dilihat

dari bagaimana logat dan perangai Madura yang polos namun tegas.

Apabila dilihat dari aspek komunikasi budaya, sering kali tindakan carok

telah mengakibatkan munculnya stereotype yang bermacam-macam. Yang

paling sering diurakatak oleh publik di luar suku Madura ialah arogansi

24

M. Zaini. “Peranan K. Abdur Rahih dalam Membendung Pertikaian “Carok” di Desa

Cangkarman Konang Bangkalan Madura.” Skripsi UIN Surabaya, 2014. h. 45. 25

Latief Wijaya, Carok, Konflik, Kekerasan, dan Harga Diri Orang Madura

(Yogyakarta:LkiS, 2006), h. 191.

Page 91: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

80

dan menang sendiri. tentu itu merupakan kesimpulan terbatas melihat

masih ditemukan bahasa halus dan lingkungan yang masing menempatkan

ajaran moral sebagai landasan keluarga dan lingkungan setempat.

Carok saat lebih mengilustrasikan efek pembuktian dan penuntasan

persoalan yang tidak didahulu oleh rasa memandang sesama manusia.

Secara psikologis, dalam carok lawan sekaligus musuh. Tidak ada

toleransi kembali, kecuali dilakukan inisiasi diantara kedua belah pihak.

Carok selain bertalian erat dengan budaya setempat, sering

dikatakan dengan peran agama yang seolah memberikan legitimasi.

Beberapa alasan yang terkutip dalam sebuah perisntiwa cari dengan kasus

perselingkuhan misalnya. Alibi yang dipakai mengangap seseoang yang

mengganggu rumah tangga orang lain juga dianggap menginjak-nginjak

harga diri dan agama sah suami sekaligus. Jika ditarik dari kesimpulan ini,

maka ada kepercayaan seolah-olah agama juga harus mendapatkan

pembelaan sekaligus dengan duel carok.

Islam sebagai agama mayoritas dianut oleh mayoritas masyarat

Madura juga tidak sepenuhnya melegitimasi tindakan kekerangan carok

tersebut. Dalam ajaran Islam memang tidak hanya berbicara soal aspek

kesalehan sosial tetapi juga hukum keadilan. Seperti dalam sebuah ayat Al-

Maidah surat 45

ي ع ل ا ب ي ع ل وا س ف ن ل ا ب س ف ن ل ا ن أ ا ه ي ف م ه ي ل ع ا ن ب ت وكن س ل ا ب ن س ل وا ن لذ ا ب ن لذ وا ف لن ا ب ف لن لروح وا وا

Page 92: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

81

ص ا ص ه ق ل رة ا ف و ك ه ف ه ب ق د ص ت ن م ل ف ن ومون م ل ظا ل ا م ه ك ئ ول أ ف له ل ا زل ن أ ا ب م ك ي

Artinya:

Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat)

bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan

hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada

qishaashnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak qishaash)nya, maka

melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak

memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu

adalah orang-orang yang zalim.

Pengertian qisas itu dibenarkan pada jika dilakukan oleh sebuah

hukum yang berlaku dan penegak hukumnya. Tindakan carok yang

sengaja berusha menumbangkan salah satu lawan, jelas tidak sepenuhnya

diterima. Tetapi terkadang beberapa peristiwa carok sering merujuk ayat

ini, namun tindakan ini bertentangan dengan penekanan ayat Al-Quran

lainnya yang menuturkan perilaku adil dan kasih sayang.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kh. Kholil salah satu ulama

Madura terkaiat maksud pesan kebaikan Al-Quran sebagai pedoman

berperilaku Islami mengatakan:

“Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar(berdakwah),

tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. (QS. Ali Imron

ayat:159) Dalam carok itu ada 2 pihak. Nah di sini bagaimana

pihak lainnya itu pengen mengatasi masalah ini. Nah

menyelesaikan masalah dengan kekerasan menurut saya itu tidak

baik. Karna mengatasi masalaah itu harus dengan cara baik-baik.

Sebagaimana yang dijelaskn oleh ayat-ayat tersebut.”26

Patut dilihat bahwa tindakan carok bukan sebagai spontanitas

semata. Masyarakat Madura yang masih terbatas dalan pendidikan dan

26

Wawancara Pribadi dengan Kh. Kholil (ulama Madura), Pamekasan, 21 September

2017.

Page 93: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

82

pengamalan ajaran keislaman justru sering kali terjebak dalam perilaku

yang sadis dalam carok. Satu sisi, menjamurnya bentrokan antar kelompok

disebabkan miskinnya pengertian carok yang substansial. Mereka

kebanyakan carok hanya soal duel yang bisa mengalahkan lawan

bagaimanapun caranya. Inilah yang mengakibatkan pemiskinan makna

sebenarnya sebuah carok.

Di sini bisa dilihat pergeseran paradigma carok sebagai duel

perebutan kehormatan antara satu orang dan lawannya mengalami

perubahan dengan tidak lagi mengindahkan tata tindakan carok dilakukan.

Adab di mana dilakukan musyawarah mengenai duduk persoalan antara

kedua belah pihak. Adab lain yang dilakukan sebelum carok

mendiskusikan kepada keluarga. Tindakan ini untuk meberikan

pertimbangan bahwa carok merugikan hal yang besar selain hidup dan

mati tetapi psikologis lingkungan setempat.

Kh. Kholil menegaskan musyawarah sering tidak ditempatkan lagi

dalam budaya saat permulaan carok dilakukan:27

“Pertama cara pandang seseorang adalah dari keimanan dan cara

mengetahui tentang agama-agama ajaran Islam yang mengajak

mereka cara mengatasi masalah itu dengan cara sharing itu salah

satu menjadi tahapan-tahapan menyelesaikan masalah kekerasan

itu cara yang terakhir. Jadi tahapan yang pertama adalah dengan

cara diskusi-diskusi (musyawarah)”

Budaya carok memang tidak bisa dihapuskan dengan hanya

melihat sudut pandang kekerasan di dalamnya. Dengan adanya budaya

27

Wawancara Pribadi dengan Kh. Kholil (ulama Madura), Pamekasan, 21 September

2017.

Page 94: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

83

carok sendiri sebagai pengikat kerukukan dan keamanan antar sesama

warga masyarakat Madura. Carok harus dikemas diyakini sebagai satu

aturan non-legal dalam masyarakat yang tumbuh secara turun-temurun

warga Madura, di mana masyarakat akan memandang carok sebagai

batasan agar tidak berperilaku sembrono dan usil terhadap hak milik orang

lain. Carok memang tidak banyak memiliki nilas positif, jikalau

masuatakat Madura menganggap carok hanya sebagai istilah batasan akan

dirinya dan lingkungan yang mengitarinya jikalau dilakukan berdampak

buruk. Maka sebenarnya itu tidak bertentangan dengan nilai agama.

Justeru, budaya carok mencitakan stabilitas keamanan.

Bagi sebagian pelaku carok, tindakan itu ditujukan tidak sekedar

menyelsaikan masalah semata. Satu sisi yang lain, mereka

menggunakannya sebagai sebagai alasan memupuk keangkuhan dan

kedigjayaan (marwa) mereka. Memang sikap ini ditilik dari sisi moral

jelas tidak baik. Akan tetapi, sebagian dari pelaku menjadikan carok salah

satu jalan cepat untuk mendapatkan pengakuan. Di lingkungan, di mana

carok dianggap sesuatu yang masih wajar terjadi, carok jelas

memungkinkan sebagai duel sarat akan perebutan pengaruh.

Jika dilihat dari kacamata budaya dan agama, maka carok memiliki

posisi yang amat unik. Carok -sebagai suatu peristiwa kekerasan- yang

secara hukum formal dianggap tindak kriminal dan dilarang oleh agama,

justru memperoleh justifikasi dan legitimasi secara sosial budaya. Di satu

sisi masyarakat Madura dikenal sebagai penganut agama Islam yang

Page 95: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

84

sangat kuat, yang mana dalam ajaran Islam pembunuhan dengan alasan

apapun adalah suatu larangan tapi di sisi lain tradisi carok tumbuh subur di

Madura.

Bagi pelaku carok yang menang dan tergolong sebagai

orang jago, ada kecenderungan akan selalu menyimpan celurit

yang pernah digunakan ketika membunuh musuhnya

sebagai bukti atas kemenangannya itu. Celurit ini disimpan dan

dirawat dengan baik, tanpa mengusik sedikit pun sisasisa darah yang

masih melekat, meskipun akhirnya menjadi kering dan terlihat sebagai

bercakbercak hitam. Bercak-bercak darah inilah yang menjadi tanda bukti

kepada semua orang bahwa celurit itu pernah dipakai untuk membunuh

musuhnya. Dengan demikian, celurit tersebut menjadi simbolisasi

kemenangannya.28

Manusia yang tidak memiliki eksistensi yang sebenarnya

menghadapi hidup yang semu. Ia tidak menyatukan hidupnya sebagai satu

kesatuan. Dengan ketekunan mengikuti kata hatinya itulah, cara

bereksistensi yang sebenarnya. Inilah cara menemukan diri sendiri. Di sini

orang akan mendapatkan pengertian atau pemikiran yang benar tentang

manusia dan dunia.29

28

Henry Arianto dan Krishna “Tradisi Carok Pada Masyarakat Adat Madura”, http://www.esaunggul.ac.id/article/tradisi-carok-pada-masyarakat-adat-madura/ tahun 2012. Diakses pada tanggal 20 November 2017.

29 Atang Abdul Hakim dan Bani Ahmad Saebani, Filsafat Umum (Bandung:Pustaka setia),

h. 336.

Page 96: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

85

Bahwa cara berada manusia itu menunjukkan bahwa ia merupakan

kesatuan dengan alam jasmani, ia satu susunan dengan alam jasmani

manusia selalu mengkonstruksi dirinya dalam alam jasmani sebagai suatu

susunan. Karena manusia selalu menkonstuksi dirinya, jadi ia tidak pernah

selesai. Dengan demikian, manusia selalu dalam keadaan membelum, ia

selalu sedang ini atau sedang itu. Jadi, manusia selalu menyedang. Sartre

menyatakan bahwa hakikat beradanya manusia bukan etre (ada) melainkan

a etre (akan atau sedang). Jadi, manusia membangun adanya.30

Manusia masih bisa menjadiakan dirinya sendiri secara lain, benar-

benar dari pada yang secara kontingen dipaksakan kepadanaya sebagai

obyek tertentu. Di sinilah refleksi sarterian masuk mendefinisikan

manusia yang pada intinya kebebasan sebagai sebuah pour soi, “ada untuk

dirinya sendiri”. Di depan l’en soi “ada pada dirinya sendiri”. (obyek yang

mampat, pejal), kesadaran transenden manusia selalu bisa menghindar,

menolak, dan dan menindak kepadanya.31

Di lihat dari rangkain carok, bahwa kebebasan dalam

memperthankan harga diri untuk sendiri sangat dijaga, dan kebebasan

buat orang lain untuk membalas dendam adalah bentuk hak suatu

kebebasan. Karena setiap manusia mempunyai kebebasan.

30

Ahmad Tafsi, Filsafat Umum Akal Dan Hati Sejak Thales Sampai Capra (Bandung:Pt Remaja Rosdakarya,2012), h. 218.

31

A. Setyo Wibowo dan Majalah driyarkara, Filsafat Eksistensialisme (Yogyakarta:Kanisus), h. 30.

Page 97: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

86

Bagi Sartre kebebasan merupakan kesadaran bahwa dirinya adalah

subjek membedakan diri dari obyek. Kebebasan yang mendunia oleh

Sartre dinamakan bad faith atau mauvaise foi, dalam manuvaise foi

manusia berpura-pura telah cukup diri (menjadi being in itself) seolah

yang lain sama sekali tidak dapat menyentuhnya.

Page 98: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

87

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari uraian dan pemaparan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

Carok merupakan perkelahian yang memakai celurit, carok adalah

pemulihan harga diri ketika di injak-injak oleh orang lain. Maka secara

spontan orang Madura melakukan carok, orang Madura punya istilah:

Lebbi Bagus Pote Tollang atembang Pote Mata (lebih baik mati, daripada

hidup menanggung malu). Karena bagi orang madura harga diri

merupakan hal yang tidak bisa dipertaruhkan dengan apapun. Akan tetapi

carok hanya merupakan jalan alternatif menyelesaikan masalah. Fenomena

carok salah satu upaya penyelesaian sengketa yang berbenturan dengan

hukum negara di Indonesia. Jadi tidak heran kalau carok disimbolkan

dengan kekerasan celurit. Pemahaman yang demikian tidak saja lahir

sebagai proses identifikasi semata, melainkan ada sebuah semangat yang

dibangun untuk melakukan eksistensi melalui carok yang ada di Madura.

Carok digunakan untuk mengartikulasikan martabat dan harga diri dalam

kehidupan melalui keperkasaan, pertarungan dengan menggunakan senjata tajam

menunjukkan (konotasi) kejagoan masyarakat madura, yang dikuatkan dengan

ekpresi-ekprsi (metabahasa) kekebalan, buka baju, bajingan, ngongai bahkan saat

ini nyelep walaupun sekarang melanggar aturan agama dan negara (rekkest

hilang) mitos carok bertahan saat ini.

Page 99: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

88

B. SARA-SARAN

Setelah penulis menyelesaikan skripsi ini, maka ada hal-hal yang

sekiranya perlu penulis sampaikan

1. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini masih perlu dilengkapi.

Mengingat pada segi relevansi makna carok di Madura telah

mengalami pergeseran. Pada awalnya carok adalah bentuk

mempertahankan harga diri, saat ini yang marak adalah pelampiasan

emosi. Sehingga masih sangat terbuka untuk dilakukan penelitian lebih

mendalam mengenai makna carok.

2. Adapun kritik yang perlu dibangun adalah mengenai cara pandang

yang cukup beragam dalam memaknai carok. Satu sisi memahami

carok sebagai perbuatan yang negatif, tetapi sisi lain carok merupakan

bentuk kebiasaan yang tidak ada jalan untuk mengubah atau

menginovasikannya. Meskipun banyak kritik terhadap perilaku carok,

namun terkesan tidak ada solusi di dalamnya.

Page 100: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

89

DAFTAR PUSTAKA

Aart Van Zoest “Interpretasi dan Semiotika” dalam Serba-Serbi Semiotika

Peny. Panuti dan Aart Van Zoest. Jakarta: Gramedia. 1992.

Barrker, Chris. Cultural studies. Yogyakarta: PT Bintang Pustaka, 2005.

Barthes, Roland. Elemen-elemen Semiologi, terj. Kahfi Nazarudin. Jakarta:

Jalasutera, 2012.

______________. Petualangan Semiologi. Terj. Stephanus Aswar

Herwinarko Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia..

Jakarta: Balai Pustaka, 1995.

Herusatoto, Budiono. Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta:

Hanindita, 1983.

Hood, Benny H. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Depok: Komunitas

Bambu, 2014.

Ihromi, T. O. Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 1996.

Jonge, Huub De. Garam Kekerasan dan Aduan Sapi. Yogyakarta: PT. LkiS

Printing Cemerlang.

Kuntowijoyo. Madura. Jogjakarta: Mata Bangsa, 2002.

Kurniawan. Semiologi Roland Barthes. Magelang: Yayasan Indonesiatera,

2001.

Rifai, Mien Ahmad. Manusia Madura. Yogyakarta: Pilar Media, 2002.

Page 101: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

90

Rozaki, Abdur. Menabur Kharisma Menuai Kuasa: Kiprah Kiai Dan Blater

Sebagai Rezim Di Madura. Yogyakarta: Pustaka Marwan, tt.

Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya,

2004.

Sudjiman, Panuti dan Zoest, Daan Aart Van. Serba-serbi Semiotika. Jakarta;

Gramedia, 1992.

Vredenbregt, Jacob. Metode dan Teknik Penelitian Maysarakat. Jakarta: PT

Gramedia, 1983.

Wijaya, Latief. Carok, Konflik, Kekerasan, dan Harga Diri Orang Madura.

Yogyakarta: LkiS, 2006.

Zoest, Aart Van. “Interpretasi dan Semiotika” dalam Serba-Serbi Semiotika.

Peny. Panuti dan Aart Van Zoest, Jakarta: Gramedia, 1992.

Wawancara Pribadi dengan Ahsanul Qosasi (Tokoh Madura), Jakarta, 25

Agustus 2017.

Wawancara Pribadi dengan Bukhori (Tokoh Agama), Pamekasan 15 mei

2017.

Wawancara Pribadi dengan Melki (Tokoh Budaya), Pamekasan, 18 Mei

2017.

Wawancara Pribadi dengan Suhri (Pelaku Carok), Pamekasan, 22 Mei 2017.

Wawancara Pribadi dengan Daholi ( tokoh masyarakat), Pamekasan 24 Mei

2017.

Wawancara Pribadi dengan Melki, Suhri, Bukhori dan Daholi (tokoh

budaya), Pamekasan, 18 Mei 2017.

Page 102: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

91

WEBSITE

Arianto. Hendry, Dkk, “ Tradisi Carok Pada Masyarakat Adat Madura”

artikel diakses pada 14 November 2016 dari

http//www.esaunggul.ac.id/article/tradisi-tradisi-carok-pada-masyarakat-adat-

Madura/.

Fauzi mohammad, Carok, www.petra,ac.id/pus/journals/pdf.php., 28

November 2016

Hajar, Ibnu. “Carok”. Diakses dari http;//www.kaskus.us/showthred.php. di

akses pada 26 November 2016

Iswidayanti, Sri. “Roland Barthes dan Semiologi” diambil dari

www.portaluganda.org. diakses pada tanggal 10 maret 2017.

Junaidi, “Keunikan Masyarakat Madura” dalam http://1001-

madura.com/adat-istiadat-madura, diakses 13 November 2016.

Peristiwa konflik sampit dan madura pada tanggal 18 februari 2001. Artikel

dari, id.m.wikipedia org/wiki/konflik sampit, diakses pada tanggal 13-11-2016.

Page 103: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

92

Page 104: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

92

Achsanul Qosasi tgl 25 Agustus 2017

1. Mengapa ada kultur carok dimadura ?

Jadi kalo saya melihat bahwa carok itu bukan lah lagi budaya bagi Madura, jadi

jangan di gembar-gemborkan lagi bahwa budaya carok itu budaya arti Madura itu

ini adalah bagian dari ekpresi masalah di Madura dalam menginplementasikan

pertempuran had to had antar sesama laki-laki. Di Madura itu selalu ditonjolkan

prihal tentang harga diri, bahwa harga diri itu adalah segalanya. Mengexpresikan

itu orang Madura termasuk sifat yang satria, karena berhadapan satu lawan satu.

Tidak ada carok itu yang demdam terselubung, mereka berhadapan satu lawan

satu untuk menunjukkan tidak ada penghianat dari belakang tapi dia harus ada

salah satu yang mati itulah carok. Dan ini adalah sesuatu menurut saya tidak

boleh dilemparkan mengexpresikan dendam itu tidak harus saling bunuh-

membunuh, nah dulu, Madura terjadi seperti itu, di mana peradaban Madura

dalam sebiuah pepatah itu lebih baik putih tulang dari pada putih mata itu betul-

betul diexpresikan carok dengan cara yang had to had itu, nah kalo anda mencari

informasi carok itu, saya tegaskan sekali lagi ini bukan lagi menjadi budaya lagi

di Madura dan budaya seperti itu tidak boleh ditirukan itu adalah expresi masalah

di Madura pada zaman dulu di mana harga diri itu nyawa dibalas dengan nyawa

seperti itu.

2. Apa sebetulnya latar belakang keberadaan carok?

Dulu senjata utama Madura itu clurit bukan di digunakan secara bunuh orang.

Clurit itu didisain itu sebagai alat mengambil rumput untuk sapi mereka (binatang

peliharaan) jadi masyarakat Madura dulu itu memelihara sapi untuk membajak

sawah meraka sehingga kemana-mana mereka bawa clurit. Nah clurit ini adalah

senjata tajam tidak hanya untuk memotong rumput juga untuk membunuh orang

Page 105: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

93

pada saat itu. Nah saya melihatnya bahwa apa yang dilakukan oleh orang Madura

itu hanya merupakan refleksi agar mereka dibilang hebat sehingga mereka harus

bawa clurit kemana-mana kemudian mereka berantem dan membunuh orang

paada saat itu. Itulah carok itu muncul seperti itu. Asal usulnya kalo saya liat dari

senjata itu yang mereka berantem itu, mereka mengunakan senjata itu dulu ada

satu cerita ini di Madura itu selalu dengan clurit, bisa juga kan mereka sekarang

juga pake golok.

3. Apa makna carok bagi diri seorang dan sosial madura sendiri ?

Saya ingin menyampaikan seperti ini carok itu, orang Madura itu kan bisa

dibilang hebat, membunuh orang, istrinya 4. Cara-cara itu yang seharusnya kita

hilangkan dan itu mungkin muncul karena terisolir oleh kalangan luar dulu

Madura itu menjadi suatu pulau yang betul-betul yang welcome oleh informasi-

informasi luar dan tahu lingkaran Madura itu sendiri. Dan perkembangan-

perkembangan diluar banyak yanhg tidak mengetahui masyarakat madura itu

begitu orang madura itu merantau. Itu dia sadar ternyata tidak begitu yang terjadi

disana kemudian bisa menyadarkan masyarakat Madura tidak lagi melakukan

seperti itu di Madura nah ini yang nilai posistif dan sekarang perkembangan

zaman Madura megang HP, bisa melihat video dan segala macam liat facebook,

liat medsos dan mereka mulai sadar dan sudah tidak ada lagi carok bahkan kalo

mau berantem-berantem seperti itu, seperti di daerah lainnya. Keroyokan juga

ada kan di Madura satu lawan satu. Gini keinginan yang dibilang hebat itu loh

hebat membunuh orang, hebat klo punya istri 4, hebat kalo dibilang jagoan hebat

kalo dia dibilang tak mempan klo di pukul. Orang Madura itu masih bangga

terhadap kalimat-kalimat hebat itu, dia tidak tahu kalo sifat manusia itu bisa

Page 106: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

94

dihajar oleh senjata apapun makannya orang yang paling takut Madura itu adalah

pegang pistol dia gk mau dia.

4. Apakah hal-hal seperti itu menjadi mitos, atau masih ada pada saat ini ?

Yah begini dulu kan di Madura ada, di Madura itu ada orang yang tidak bisa

dipukul oleh clurit, bahkan ada yang memakai sihir akhirnya orang-orang Madura

masih percaya itu, hal- hal seperti itu masih percaya. Hal itu ada, tapi harus

perantara orang Madura itu sampai sekarang masih mempercayai itu walaupun

itu betul-betul ada tapi sudah jarang dilakukan itu saya melihatnya karna mereka

sudah mulai sadar mulai terinformasi oleh kalangan luar tentang hal-hal rasional.

Madura itu banyak hal-hal yang tidak rasional dan itu dibesar-besarkan bercerita

antara warung kopi padahal tidak seperti itu.

5. Apa pengaruh dalam keseharian/ kehidupan seseorang dan masyarakat Madura ?

Pengaruh, begitu carok itu ekspos keluar pengaruhnya orang luar itu menjadi

takut. Nah itulah mengapa orang madura sampai sekarang masih terfitnah

sebagai orang yang menakutkan, yang gemar membunuh, nah itu karena berita-

berita yang mereka dapat dari pihak luar orang Madura ini udah membunuh

orang dengan cara carok. Pengaruh berita diluar itu akhirnya sanggat segan untuk

datang ke Madura itu sehingga Madura itu menjadi tempat terzholimi padahal

Madura itu jauh dari surabaya kalo kamu muka google di tahun 2007/2008

Madura yang keluar foto clurit. Nah sekarang tidak lagi yang keluar Madura

United yang keluar bola, ini menandakan yah dulu memang menakutkan bagi

orang lain nah cara saya menjalankan dengan adanya Madura United untuk

mengundang orang datang ken Madura untuk membuktikan bahwa Madura itu

bukanlah lagi tempat yang menakutkan itulah misi yang saya bawa bahwa

Madura itu kental akan persahabatannya. Ternyatakan terbukti siapapun yang

Page 107: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

95

datang ke Madura dia datang dengan tekun dan nyaman tidak ada permusuhan

didalamnya sekarang sudah mulai terkikis isu-isu bahwa Madura itu tidak lagi

menjadi tempat yang menyeramkan

6. Dalam konteks kekinian, apakah carok masih relevan ? mengapa ?

Sudah pasti kalo carok itu tidak ingin lagi dilanjutkan kalo merasa harga dirinya

terzolimi oleh pihak lain berantam saja, tidak harus menggunakan carok. Kan

kadang-kadang mereka takut mendengar kata carok. Orang yang memakai

pakaian hitam-hitam dan membawa clurit terus saling bunuh-membunuh padahal

kan tidak seperti itu misalkan harga dirinya terganggu merasa terusik oleh laki-

laki lain selesaikan secara jantan dan Madura itu sudah mengarah kearah sana

bisa jadi dibunuh bisa jadi tidak. Bagi orang Madura nyawa harus dibalas dengan

nyawa itu sampai sekarang masih ada walaupun makin lama makin menghilang

karna dendam itu bukanlah urusan kita tapi biarkan yang diatas yang

membalasnya. Kan kadang ada orang Madura yang udah menyadari itu. Kembali

lagi pengaruhnya itu orang menjadi takut menangkal itu saya bikin lah

silaturahmi Madura baik di Sampang dan Bangkalan dan yang lainnya harus

rukun. Ada yang masih zaman sekarang orang bagian mengekpresikan harga diri

secara kekinian sudah tidak lagi dan tidak patut untuk dipertahankan bahkan

kekerasan yang lain juga bukan carok saja harus sudah kita sadarkan menyakiti

pihak lain sesama manusia dengan darah yang berceceran kemudian kita bangga

jangan lagi lah dalam tesis pun dialihkan bahwa saat ini carok itu sudah menurun

dan bahkan sudah tidak ada karena kalo berantem itu bukan carok. Carok itu satu

lawan satu dengan memegang clurit kemudian harus ada yang meninggal.

Page 108: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

96

D Zawawi Imron tgl 24 Agustus 2017

1. Perspektif carok itu apa ?

Carok yang definisinya menurut pak Dr. Ahsis syafiudin dalam kamus

bahasa madura carok itu berkelahi, satu lawan satu dengan senjata tajam. Jadi

kalo devinisinya satu lawan satu, kalo keroyokan itu bukan carok yang terdapat di

luar madura. kalo yang saya tau carok tahun 50-an itu yah berjanji di sebuah

tanah yang lapang di depan orang banyak semacam duel ibaratnya. Jadi kalo

perkelahian biasa di Jawa akan tetapi kalo di sini masih dikatakan carok silahkan

saya tidak tau. Saya tidak ikut-ikut saya sementara ketika kita berbicara ilmiyah,

yang ilmiyah saya yang kita ikuti. apakah pada zaman dahulu sudah mempunyai

alat-alat clurit dan selainya ? sudah, zaman 50an sudah ada. Jadi namanya

perkelahian biasa seperti yang di Jawa satu lawan tiga apalagi yang namanya

tauran bukan carok itu menurut kamusnya pak Dr. Ahsis syafiudin dan kenyataan

memang Madura. Jadi kalo orang datang ke sebuah kampung kemudian dengan

kata-kata egurup yaitu dalam bahasa orang lamaa itu mengosongkan kandang

sapi (melepaskan) dengan gotong royong. Jadi ketika orang gotong royong, itu

bukan carok namanya definisi carok yang asli itu. Berarti sekarang ada

pergeseran yah pak ? yah sama dengan yang ada di Jawa atau manapun yang

nama perkelahian dan yang dulu itu masalah carok yang pertama kehormatan,

harga diri jadi misalnya istri diganggu orang, tunangaan diambil orang kemudian

salah satu keluarga diganggu oleh orang, kedua paman di ganggu oleh orang itu

menuntut harus melakukan carok tantangan di desanya ada carok berpegang

tangrak (semacam clurit kecil), saling tonjok menonjok khusus di kampung

Tanjeng di desanya timur ke matang-matang kakek saya masih menangis tahun

23.

2. Apakah carok hanya identitas Madura dan mengekspresikan kebudayaan Madura

?

Yah kalo pengertian budaya itu tidak punya kebudayaan yang sebenernya tidak

punya nilai negatif jadi apakah carok itu memandangnya tapi dalam filosofi di

Madura lama itukan ada lebih baik putih tulang dari pada putih mata tapi itu

tidak hanya dapat di Madura terdapat pada pepatah melayu juga lebih baik mati

dari pada menanggung malu karna itu dalam budaya melayu ada yang disebut

amuk jadi hati-hati betul bicara carok itu. Jadi yang kedua air di sawah di ambil

oleh orang, nah air itu kehidupan dan ada orang menggambil air kita tanpa pamit

Page 109: SIMBOL DAN MAKNA CAROK DALAM PERSPEKTIF ROLAND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37506/2/ACHMAD... · tersebut berpindah tangan kepada penulis untuk dinikmati.

97

itu kadang-kadang kita tidak bisa terima muncul lah carok misalnya kalo tidak

terima orang yang menggambil air itu kemudian minta maaf masih ada maaf.

Tapi berbeda dengan wanita dan salah satu keluarga di rumah dihina lain halnya

tiada maaf bagimu kalau contohnya pak di sebuah Bujur Barat ada sengketa itu

apakah itu termasuk carok juga ? kalo itu masuknya ke sudah peranglah berapa

korbannya yang sesungguhnya kalo di koran kan hanya berapa tapi yang

sesungguhnya kamu tau lah sudah lah malas untuk mengatakan depan orang itu

perkelahian bentuk carok tidak mungkin, tapi itu sudah melenceng dari carok dari

pengertian yang sebenarnya.

3. Apa sebetulnya makna carok bagi orang madura ?

Yaitu yang merasakan ketersinggungan dari kehormatan atau diremehkan oleh

orang yang sebenarnaya ibarat bendera kita aja yang di bulak-balik oleh orang

Malaysia aja kita tidak bisa terima dan itu orang modern sudah. Yah sama orang

Madura juga soal kehormatan negara yah mudah jawabnya kalo dicari orang

modern pun terhina kehormatan negaranya diremehkan oleh orang lain

4. Dalam konteks kekinian, carok sebagai “kehormatan”, apakah bisa direfleksikan

dalam bentuk yang lain/tidak bernuansa kekerasan ?

Yah karna itu saya pernah mencetuskan konsep clurit emas itu orang Madura

yang cluritnya lagi bukan clurit kriminal tapi clurit karat yang menumpahkan

darah Madura diera kekinian di tahun 80an itu clurit kebudayaan, clurit

ketaqwaan, clurit yang untuk memerangi kebodohan. Yang diinginkan pemuda-

pemuda madura menjadi clurit intlektual menjadi orang-orang yang rajin belajar,

menjadi manusia madura yang bisa hidup menjadi nilai-nilai positif.

5. Jadi apakah carok Madura itu unsur agama ?

Iya carok itu unsur agama karna masyarakat Madura itu clurit yang emas yang

harus menjadi orang yang berguna biar gak dihina oleh orang di era modern ini

arena politik menghina orang lain urusan sehari-hari pelaku-pelaku paling tinggi

itu dilakukan oleh orang-orang modern ternyata kembali kepada lebih ke orang-

orang primitif sedikit diganggu harga dirinya itu lebih corong memakai

kekerasan. Yah Cuma itu tidak jadi carok masuknya tapi yang namanya politik

ada diplomasi ada tiba-tiba kepentingan yang sama ya namanya politik tidak

mendapat nilai-nilai positif politik di zaman sekarang lebih cenderung

kekepentingan atau kehormatan yah lain jika dikaitkan dengan politik sangat

jauh. Persaingan dan segala macamnya.