SIMAN

25
1. PROFIL UKM Bengkel Las Nginden Jaya adalah sebuah bengkel yang melayani pesanan berupa kontruksi besi, stainless steel, pembuatan tangga, kanopi, poli carbonat, pagar, dll. Bengkel Las Nginden Jaya berdiri sejak tahun 1987. Bengkel ini terletak di Raya Nginden. Awalnya bangunan bengkel berdiri pada sisi kiri jalan dari Jalan Jagir, dan disisi sebelah kanan masih berupa lahan kosong yang belum ada pertokoan. Namun setelah adanya proyek pemerintah Kota Surabaya yaitu proyek pintu air dan jembatan jagir, maka Bengkel Las Nginden Jaya terpaksa ditutup sementara. Setelah proyek tersebut selesai, bengkel dibangun kembali tetapi pada sisi kanan Jalan Jagir atau diseberang bangunan sebelumnya. UKM Nginden Jaya di kepalai oleh Bapak Sukirno yang berasal dari Surabaya tepatnya daerah Jagir pula. Pada bengkel Nginden Jaya kini, mempekerjakan 5 orang pekerja yang terbagi pada masing-masing proses pengerjaan, tetapi jika mendapatkan proyek besar owner biasa menambahkan pekerja lagi dengan sistem panggilan ketika dibutuhkan saja. Beberapa mesin yang dimiliki seperti mesin cutting, mesin grinding, mesin welding, kompressor angin dll. Bengkel ini selain menerima pengerjaan di bengkel juga menerima pengerjaan panggilan ke tempat yang akan dikerjakan, seperti mengerjakan pagar besi, kontruksi baliho. Bahan baku yang digunakan di UKM Nginden Jaya dipesan melalui pengepul besi resmi didaerah Rungkut dan Ngagel. Biasanya, UKM Nginden Jaya memesan dalam jumlah yang besar kemudian bahan baku yang belum terpakai akan disimpan pada inventory.Setiap scrap yang dihasilkan dari seluruh proses pengerjaan tidak langsung dibuang menjadi waste, tetapi dikumpulkan sampai beberapa kwintal kemudian dijual ke penadah barang rongsokan. UKM Nginden Jaya melakukan metode make to stock dan make to order dalam menjalankan UKM-nya. Mereka akan menjalankan prinsip make to order saat ada pembeli yang memesan kepada mereka. Namun bila tidak, mereka akan mengerjakan konstruksi umum produk mereka seperti pagar dengan model standar, dan lain sebagainya untuk

description

Sistem Manufaktur

Transcript of SIMAN

Page 1: SIMAN

1. PROFIL UKMBengkel Las Nginden Jaya adalah sebuah bengkel yang melayani pesanan berupa kontruksi

besi, stainless steel, pembuatan tangga, kanopi, poli carbonat, pagar, dll. Bengkel Las Nginden Jaya berdiri sejak tahun 1987. Bengkel ini terletak di Raya Nginden. Awalnya bangunan bengkel berdiri pada sisi kiri jalan dari Jalan Jagir, dan disisi sebelah kanan masih berupa lahan kosong yang belum ada pertokoan. Namun setelah adanya proyek pemerintah Kota Surabaya yaitu proyek pintu air dan jembatan jagir, maka Bengkel Las Nginden Jaya terpaksa ditutup sementara. Setelah proyek tersebut selesai, bengkel dibangun kembali tetapi pada sisi kanan Jalan Jagir atau diseberang bangunan sebelumnya.

UKM Nginden Jaya di kepalai oleh Bapak Sukirno yang berasal dari Surabaya tepatnya daerah Jagir pula. Pada bengkel Nginden Jaya kini, mempekerjakan 5 orang pekerja yang terbagi pada masing-masing proses pengerjaan, tetapi jika mendapatkan proyek besar owner biasa menambahkan pekerja lagi dengan sistem panggilan ketika dibutuhkan saja. Beberapa mesin yang dimiliki seperti mesin cutting, mesin grinding, mesin welding, kompressor angin dll. Bengkel ini selain menerima pengerjaan di bengkel juga menerima pengerjaan panggilan ke tempat yang akan dikerjakan, seperti mengerjakan pagar besi, kontruksi baliho. Bahan baku yang digunakan di UKM Nginden Jaya dipesan melalui pengepul besi resmi didaerah Rungkut dan Ngagel. Biasanya, UKM Nginden Jaya memesan dalam jumlah yang besar kemudian bahan baku yang belum terpakai akan disimpan pada inventory.Setiap scrap yang dihasilkan dari seluruh proses pengerjaan tidak langsung dibuang menjadi waste, tetapi dikumpulkan sampai beberapa kwintal kemudian dijual ke penadah barang rongsokan.

UKM Nginden Jaya melakukan metode make to stock dan make to order dalam menjalankan UKM-nya. Mereka akan menjalankan prinsip make to order saat ada pembeli yang memesan kepada mereka. Namun bila tidak, mereka akan mengerjakan konstruksi umum produk mereka seperti pagar dengan model standar, dan lain sebagainya untuk dijadikan inventory dan dijual bila ada yang berminat. Sejauh ini, UKM ini belum melakukan keseluruhan aspek CIMOSA dalam menjalankan bisnisnya. Seperti pada aspek information technology, mereka hanya menggunakan telepon seluler untuk memesan bahan baku dan sebagai media penghubung dengan pembeli. Selain itu pada aspek Finance and Accounting, UKM Nginden Jaya tidak melakukan pembukuan secara lengkap dan jelas, tetapi hanya berupa pemasukan dan pengeluaran.

2. SISTEM MANUFAKTURSistem manufaktur dan proses produksi dalam hubungannya sangat berkaitan erat. Sistem

manufaktur merupakan sistem yang melakukan proses transformasi keinginan atau kebutuhan konsumen menjadi produk jadi yang berkualitas tinggi. Keinginan konsumen diketahui dari studi pasar yang kemudian keinginan ini diterjemahkan menjadi desain produk dan dibuatkan prosesnya. Sedangkan proses produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah keguanaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada. Sebagai contohnya, proses produksi dalam UKM Nginden Jaya.

Page 2: SIMAN

Bahan baku untuk produksiataupembuatan teralis, pagar, kanopi, tangga, dsb secara umum adalah:

Plat Baja, dimana terdapat dua tipe atau spesifikasi material yang umumnya digunakan sebagai bahan baku di bengkel las yaitu baja konstruksi (Baja Karbon Rendah).

Stainless Steel (Baja Tahan Karat) dengan berbagai bentuk. Baja Stainless Steel agar dipilih yang komposisinya 18-8; artinya Khrom-nya 18% dan Nikel- nya 8%; kalau dalam spesifikasi teknik adalah : AISI 304, SUS 304.

Sedangkan peralatan yang dapat digunakan untuk produksi atau pembuatan teralis, pagar, kanopi, tangga, dsb secara umum adalah:

Peralatan Las Peralatan Potong Metal seperti gergaji tang potong, gunting potong dan gerinda Peralatan finishingUKM Nginden Jaya merupakan sebuah usaha kecil menengah yang memproduksi teralis

dimana dalam proses produksinya masih menggunakan beberapa pemesinan konvensional. Berikut merupakan flowchart dari proses produksi teralis di UKM Nginden Jaya.

Gambar 1. Flowchart Dari Proses Produksi Teralis di UKM Nginden Jaya

Proses pembuatan teralis sendiri dimulai dari pembuatan desain yang diinginkan oleh customer. Setelah pembuatan desain selesai dilanjutkan dengan proses pengukuran agar produk yang dihasilkan lebih spesifik dan sesuai dengan ukurannya. Setelah dilakukan pengukuran, kemudian balok-balok besi yang akan digunakan sebagai material utama dipotong sesuai dengan desain menggunakan proses cutting. Selanjutnya dilakukan proses bending yang dalam pengerjaannya masih menggunakan permesinan yang sangat sederhana dan masih membutuhkan tenaga manusia. Balok-balok besi tersebut ditekuk pada sebuah mesin bending satu persatu mengikuti desain yang dipesan oleh pelanggan. Kemudian setelah proses penekukan tersebut selesai, dilanjutkan dengan proses drilling yakni besi yang etrdapat dari departemen cutting diolah kembali (dilubangi) guna menancapkan roda nantinya). Setelah proses ini selesai, dilanjutkan dengan proses pengelasan yang bertujuan untuk menyatukan setiap bagian besi yang

Page 3: SIMAN

terpotong. Selanjutnya yaitu proses pendempulan, proses pendempulan ini dimaksudkan untuk menghaluskan bagian dari besi yang mengalami kecacatan. Bagian terakhir dari proses pembuatan teralis ini yaitu proses finishing dimanadalam proses finishing ini dilakukan pengecatan agar teralis besi tidak cepat mengalami korosi lalu kemudian dijemur untuk kemudian produk teralis besi siapdipasarkan.

Peta proses operasi (operation process chart) atau disingkat OPC adalah peta kerja yang menggambarkan urutan kerja dengan jalan membagi pekerjaan tersebut kedalam elemen-elemen operasi secara detail (Wignjosoebroto, 2006). Berikut merupakan peta proses operasi pembuatan teralis pada UKM Nginden Jaya.

Gambar 2 Peta Proses Operasi Pembuatan Teralis pada UKM Nginden Jaya.

3. ANALISIS DATAPada UKM Nginden Jaya, seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, proses

produksi yang dilakukan terdiri atas proses permesinan konvensional dan non-konvensional. Setelah melakukan pengamatan, kemudian dilakukan analisa 7 waste terhadap proses produksi

Page 4: SIMAN

yang dilakukan. Tujuh Tipe Pemborosan (Waste) berasal dari Jepang, dikenal dengan istilah “muda” . Secara umum tipe waste antara lain Overproduction, Waiting, Transporting, Inappropriate processing, Unnecessary inventory, Unnecessary/Excess Motion,dan Defect. Waste tersebut merupakan non-value adding activities yang harus dieliminasi atau direduksi agar sistem operasi industri dapat berjalan secara efisien.

Dari segi overproduction, UKM Nginden Jaya mendapatkan nilai 2 yakni terjadi overproduction namun tidak mengganggu aliran proses. Hal ini dikarenakan pada UKM Nginden Jaya, jenis perusahaannya adalah make to stock dan make to order. Maksudnya, pada saat ada pembeli yang memesan suatu produk, maka sistem yang berjalan adalah make to order. Namun, jika sepi pembeli, maka UKM Nginden Jaya akan membuat produk dengan ukuran rata-rata yang belum di-finishing atau hanya sekedar diberi cat dasar. Jika nanti produk tersebut dibeli, pembeli dapat meminta warna sesuai kebutuhannya. Oleh karena itu UKM Nginden Jaya juga melaksanakan sistem make to stock. Overproduction kerap kali terjadi akibat dari banyaknya stok produk yang dibuat saat sepi pembeli. Namun, overproduction ini tidak mengganggu aliran proses dan meningkatkan nventory cost sebab bila produk yang menjadi stok tersebut selama ini tidak pernah tidak terjual.

Dari segi defect, UKM Nginden Jaya mendapatkan nilai 4 yakni terjadi defect dan ditemukan oleh customer. Defect yang paling sering terjadi adalah pada saat pendempulan. Pendempulan yang kurang merata mengakibatkan produk mengalami kecacatan sebab hasil welding yang tidak merata akan terlihat. Meskipun ditemukan oleh pembeli, kecacatan semacam ini tidak berpengaruh besar terhadap pembelian sebab hal-hal semacam ini tidak terlalu memengaruhi hasil akhir dari produk terutama setelah dilakukan pengecatan dan finishing.

Dari segi unnecessary inventory, UKM Nginden Jaya mendapatkan nilai 2 yaitu terdapat inventory yang tidak pelu namun tidak mengganggu proses produksi. UKM Nginden Jaya mendapatkan bahan baku produknya dari toko yang menjual besi. Terkadang, beberapa bahan baku yang sudah lama tidak dipergunakan akan ditumpuk dan kemudian dijual lagi ke penegpul besi tua. Jenis inventory berupa besi yang tidak terpakai tidak memerlukan perawatan khusus sebab memang tidak bisa digunakan kembali.

UKM Nginden Jaya mendapatkan nilai 0 pada segi inappropriate processing yakni tidak terjadi inappropriate processing. Pada UKM Nginden Jaya, semua proses penting untuk membuat produk-produk yang akan dijual.

Dari segi excessive transportation, UKM Nginden Jaya mendapatkan nilai 4 yakni terjadi excessive transportation yang memperpanjang lead time produksi. Bentuk inefficient transportation yang terjadi pada UKM Nginden Jaya adalah wasted floor space. UKM Nginden Jaya memiliki bangunan dengan luas bangunan 79 m2. Pada bagian belakang, terdapat ±15 m2

space yang hanya digunakan untuk meletakkan mesin cutting dan mesin drilling saja.Dari segi waiting, UKM Nginden Jaya mendapatkan nilai 4 yakni waiting yang terjadi

memperpanjang lead time produksi. Pada UKM Nginden Jaya, jenis waiting yang paling sering terjadi adanya menunggu kedatangan material dari departemen sebelumnya. Karena pada UKM ini menggunakan sistem departementalisasi, akibatnya ada departemen yang hanya mampu

Page 5: SIMAN

menunggu material dari departemen sebelumnya. Waiting seperti ini mampu memengaruhi lead time produksi.

Yang terakhir, dari segi unnecessary motion, UKM Nginden Jaya mendapatkan nilai 4 yakni terdapat unnecessary motion yang mengganggu proses produksi dan memperpanjang lead time. Contoh unnecessary motion yang terjadi adalah adanya gerakan-gerakan oleh pekerja yang tidak perlu dilakukan seperti kembali menggunakan penggaris saat akan melakukan proses welding dikarenakan adanya keraguan mengenai ukuran besi yang akan dilas dan lain sebagainya. Selain itu juga terjadi banyak sekali allowance oleh pekerja seperti berbicara natar pekerja, istirahat sebelum waktunya, mengambil minum, dan merokok.

Dari analisis 7 waste yang telah dilakukan, kemudian dibuat pareto diagram untuk melihat waste apakah yang paling berpengaruh terhadap produktivitas di UKM Nginden Jaya.

Tabel 1. Hasil Analisis 7 WasteWaste Skor Persentase Persentase Kumulatif

Unnecessary Motion 4 20 20Defect 4 20 40Excessive Transportation 4 20 60Waiting 4 20 80Unnecessary Inventory 2 10 90Overproduction 2 10 100Inappropriate Processing 0 0 100

Total 20 100

Unnecessa

ry Motion

Defect

Exces

sive T

ransp

ortation

Waiti

ng

Unnecessa

ry inve

ntory

Overp

roducti

on

Inappro

priate

proces

sing

02468

101214161820

0102030405060708090100

4 4 4 4 2 2 0

Pareto Diagram 7 Waste UKM Nginden Jaya

Skor Persentase Kumulatif

Gambar 3. Pareto Diagram Hasil Analisis 7 Waste

Page 6: SIMAN

Dari diagram pareto diatas, dapat dilihat bahwa berdasarkan 7 waste, hal yang harus diperbaiki adalah mengenai unnecessary motion, defect, excessive transportation, dan waiting. Setelah diketahui aspek apa saja yang harus dilakukan perbaikan, selanjutnya dibuatlah fishbone diagram yang bertujuan untuk melihat hal-hal apa sajakah yang berpengaruh terhadap aspek-aspek tersebut.

Gambar 4. Fishbone Diagram Unnecessary Motion

Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa unnecessary motion banyak terjadi akibat tidak adnaya sarana prasarana seperti meja bagi pekerja sehingga pekerja dapat melakukan kegiatannya dengan baik dan nyaman sesuai dengan prinsip ENASE. Selain itu, juga terjadi banyak allowance dan gerakan-gerakan yang tidak perlu oleh pekerja yang merupakan faktor utama dari terjadinya unnecessary motion. Barang-barang yang berserakan juga menyulitkan pekerja untuk melakukan kegiatan dengan lancar dan produktif.

Dalam hal ketersediaan jumlah mesin, tidak perlu dilakukan perbaikan sebab mesin yang tersedia pada UKM Nginden Jaya sudah optimal. Hal ini didasarkan pada perhitungan kebutuhan jumlah mesin sebagai berikut.1 hari = 8 jam kerjaHari kerja dalam 1 tahun = 300 hari/tahunWaktu produksi = 2400 jam/tahunTarget produksi = 5 Produk/6hari x 300 hari = 250 produk/ tahun

Kemudian diasumsikan :Availibility : 90% Scrap Rate Cutting : 5%Scrap Rate Welding : 3% Scrap Rate Bending : 1%Scrap Rate Drilling : 4% Scrap Rate Pengecatan : 1%dan scrap rate di departemen lain sebesar 0%

Page 7: SIMAN

Perhitungan matematis menggunakan rumus :

output annual= 100 %100 %−% scrap rate cutting

×100 %

100 %−% scrap rate bending×

100 %100 %−% scraprate drilling

×100 %

100 %−% scrap rate welding×

100 %100 %−% scraprate pengecatan

×target produksi/ tahun

Production rate = output annual/tahun x Tc (waktu siklus)

jumlah mesin= producti on rateavailibility× waktu produksi / tahun

Contoh perhitungan pada mesin cutting :

output annual= 100 %100 %−% scrap rate cutting

×100 %

100 %−% scrap rate bending×

100 %100 %−% scraprate drilling

×100 %

100 %−% scrap rate welding×

100 %100 %−% scraprate pengecatan dan finishing

×target produksi / tahun

¿ 100 %95 %

×100 %99 %

×100 %96 %

×100 %97 %

×100 %99 %

× 250

¿288.34 unit Production Rate = Output annual x Tc

= 228.34 x 3 = 865.01

Jumlah mesin = 288.34

95 %× 250=0.37 ≈ 1unit mesin cutting

Tabel 2. Perhitungan Jumlah Mesin yang Dibutuhkan pada UKM Nginden Jaya

No

Jenis Mesin

Tc (menit)

Tc (jam)

Production Rate

Jumlah mesin

Jumlah Aktual Mesin

1 Cutting 180 3 865.01 0.37 12 Penekukan 120 2 576.68 0.25 13 Drilling 30 0.5 144.17 0.06 14 Welding 300 5 1441.7 0.63 1

5Pengecatan

1202 576.68 0.25 1

Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah mesin yang ada di UKM Nginden Jaya sudah optimal karena menurut hasil perhitungan dan jumlah mesin aktual jumlah mesinnya sama.

Page 8: SIMAN

Gambar 5. Fishbone Diagram Defect

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa terjadinya defect dipengaruhi oleh man dan environment sebagai faktor utamanya. Tidak adanya departemen inspeksi sangatlah berbengaruh terhadap kualitas produk sbeelum sampai ke tangan pembeli. Selain itu, mengingat lokasi bekerja memiliki intensitas cahaya dan tingkat kebisingan yang tinggi, hal ini tentu berpengaruh terhadap kinerja pekerja itu sendiri.

Gambar 6. Fishbone Diagram Excessive Transportation

Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa terjadinya waste pada aspek excessevi transportation paling utama disebabkan oleh adanya peralatan yang tidak diletakkan sesuai dnegan kebutuhan. Akibatnya, terjadi material handling yang tidak diperlukan. Selain itu, juga terjadi kemungkinan rusaknya produk saat material handling yang disebabkan oleh kurang berhati-hatinya pekerja saat melakukan material handling dari satu departemen ke departemen lain. Padahal, jika didukung dengan sarana-dan prasarana yang baik, tentunya akan mempermudah proses material handling.

Dibawah ini merupakan kondisi eksisting layout di UKM Nginden Jaya.

Page 9: SIMAN

Gambar 7. Kondisi Eksisting Layout di UKM Nginden Jaya

Dibawah ini merupakan rincian ukuran floor space yang digunakan perdepartemen pada UKM Nginden Jaya.

Tabel 3. Rincian Ukuran Floor Space Tiap Departemen UKM Nginden JayaNo. Departemen Ukuran1 Desain 1 x 1 m2 Pengukuran & Welding 5 x 4 m3 Cutting 1 x 1 m4 Penekukan 1 x 2 m5 Drilling 1 x 1 m6 Pendempulan 5 x 2 m7 Pengecatan & Finishing 5 x 2 m8 Inventory 3 x 3 m

Page 10: SIMAN

Ketika UKM Nginden Jaya menerapkan layout seperti gambar di atas. Maka akan terjadi proses material handling sebagai berikut.

Tabel 4. Material Handling UKM Nginden JayaNo. Proses yang berlangsung Jarak (m)1 Desain → Pengukuran 4.472 Pengukuran → Cutting 8.93 Cutting → Penekukan 12.644 Cutting → Drilling 15 Penekukan → Welding 5.596 Cutting → Welding 8.97 Welding → Pendempulan 38 Pendempulan → Pengecatan 29 Pengecatan → Finishing 010 Finishing → Inventory 6.8

Total Jarak Material Handling 53.3

Gambar 8. Fishbone Diagram Waiting

Dari gambar diatas, terlihat bahwa aspek waiting dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah departementalisasi yang dibuat tidak sesuai kebutuhan begitu pula dengan peralatan yang diletakkan pada beberapa titik lokasi. Selain itu, juga terjadi banyak allowance yang dilakukan oleh pekerja sehingga menyebabkan pekerja tidak focus dan kerap kali melakukan pengulangan proses.

Dibawah ini merupakan kondisi eksisting departementalisasi di UKM Nginden Jaya.

Page 11: SIMAN

Gambar 9. Departementalisasi UKM Nginden Jaya

Pada gambar diatas, dapat dilihat bahwa departementalisasi berjalan secara seri sehingga selalu terjadi waiting pada tiap departemen. Dibawah ini merupakan waktu yang diperlukan pekerja pada setiap departemen (termasuk allowance).

Tabel 5. Waktu Operasi UKM Nginden Jaya

No Departemen Waktu Operasi (menit)

1 Desain 202 Pengukuran 903 Cutting 1804 Penekukan 1205 Drilling 306 Welding 3007 Pendempulan 158 Pengecatan 1209 Finishing 120

Total Waktu Produksi 995 ≈ 17 jam

Sumber : Wawancara dengan pemilik UKM Nginden Jaya

4. KONSEP PERBAIKANBerdasarkan permasalahan yang ada, untuk mengatasi terjadinya unnecessary motion, defect,

excessive transportation, dan waiting diperlukan suatu konsep perbaikan. Konsep perbaikan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah motion adalah dengat dibuatnya sebuah kondisi kerja yang baru, contohnya, ditambahkan sarana prasarana dalam bekerja seperti meja, dengan begitu, pekerja tidak akan merasakan kesakitan saat bekerja karena posisi kerja yang tidak sesuai dengan prinsip ENASE. Jika pekerja tidak merasa kesakitan, tentu hal ini akan meningkatkan fokus pekerja dan mengurangi allowance sehingga ia dapat lebih optimal dalam bekerja.

Selain itu, juga bisa digunakan peta kerja tangan kanan kiri yang berguna untuk menyederhanakan gerakan yang dilakukan oleh pekerja. Pekerja banyak sekali melakukan allowance dan melakukan gerakan-gerakan yang tidak perlu. Pengoptimalan jumlah mesin juga bisa dilakukan guna mengurangi unnecessary motion dari pekerja.

Dalam menangani masalah adanya waiting dan defect dapat digunakan perbaikan departementalisasi. Terutama pada masalah waiting dimana ada beberapa departemen yang harus

Page 12: SIMAN

emnunggu hasil kerja departemen lain. Padahal, departementalisasi ini bisa lebih disederhanakan. Di bawah ini merupakan desain perbaikan departementalisasi yang baru.

Gambar 10. Departementalisasi Kondisi Perbaikan

Melalui perbaikan diatas, dapat mengurangi waktu produksi yakni dengan waktu yang masih sama seperti pada tabel waktu operasi. Pengurangan waktu produksi secara sistematis dihitung melalui perhitungan berikut ini.Waktu produksi = Max departemen paralel + Departemen seri

= Departemen Desain + Departemen Pengukuran + Departemen Cutting + Max (Departemen Penekukan, Departemen Drilling) + Departemen Welding + Departemen Pendempulan + Departemen Pengecatan + Departemen Finishing + Departemen Inspeksi

= 20 + 90 + 180 + Max (120,30) + 300 + 15 + 120 + 120 + 15= 980 menit

Akibat dari metode perbaikan yang dilakukan adalah penghematan waktu produksi sebesar 15 menit dengan asumsi bahwa penambahan departemen inspeksi adalah sekaligus menambah waktu departemen tersebut sebesar 15 menit. Dalam perbaikan mengenai defect diperbaiki melalui penambahan adanya departemen inspeksi guna melakukan pengecekan terhadap defect yang terjadi pada produk.

Guna melakukan perbaikan pada hal excessive transportation, maka dilakukan perbaikan pada layout seperti gambar dibawah ini.

Page 13: SIMAN

Gambar 11. Layout Kondisi Perbaikan

Setelah melalui proses perbaikan layout, akan terjadi kenaikan wasted floor space yang awalnya sebesar 13 m2 menjadi 16m2 namun terjadi perbaikan luasan untuk inventory sehingga inventory menjadi lebih tertata. Ketika UKM Nginden Jaya menerapkan layout seperti gambar di atas. Maka akan terjadi proses material handling sebagai berikut.

Tabel 6. Layout Kondisi PerbaikanNo. Proses yang berlangsung Jarak (m)1 Desain → Pengukuran 3.62 Pengukuran → Cutting 33 Cutting → Penekukan 4.034 Cutting → Drilling 25 Penekukan → Welding 4.716 Cutting → Welding 3.97 Welding → Pendempulan 08 Pendempulan → Pengecatan 3.5

Page 14: SIMAN

No. Proses yang berlangsung Jarak (m)9 Pengecatan → Finishing 010 Finishing → Inspeksi 011 Inspeksi → Inventory 10.51

Total Jarak Material Handling 35.25

Dari perbaikan layout yang diusulkan terjadi perubahan jarak material handling sebesar 18.05 m atau terjadi penghematan jarak material handling sebesar 33.86%.

5. KESIMPULANBengkel Las Nginden Jaya merupakan UKM yang bergerak dibidang pembuatan besi.

Bengkel yang berdiripada tahun 1987 ini beralamat di Jalan Jagir Raya. Bengkel ini memiliki lima karyawan tetap dan telah memiliki banyak mesinpendukung seperti mesin cutting, grinding, welding, kompressor angin, dll.

Pada proses manufakturnya, UKM Nginden Jaya menggunakan plat baja dan stainless steel sebagai bahan baku utama untuk membuat teralis, pagar, dan lainnya. Selain itu, UKM ini menggunakan peralatan las, pemotong, dan finishing pada umumnya untuk melakukan proses manufaktur. Layaknya pada seluruh kegiatan manufaktur, UKM Nginden Jaya menggambar desain terlebih dahulu sebelum membuat suatu produk. Setelah pembuatan desain, berikutnya UKM ini menyiapkan bahan baku dan mengukur besi-besi tersebut sesuai dengan dimensi yang diinginkan. Proses manufaktur dilakukan setelah seluruh bahan baku dan peralatan telah siap, mulai dari bending sampai finishing (pendempulan). Setelah selesai, produk tersebut dijemur untuk menghilangkan bekas-bekas kegiatan manufaktur.

UKM Nginden Jaya ini menggunakan permesinan konvensional dan non-konvensional dalam melakukan proses manufaktur. Pada analisa 7 waste yang telahdilakukan, dari segi overproduction, UKM Nginden Jaya mendapatkan nilai 2. Hal ini dikarenakan segala produksi pada UKM ini tidak banyak mempengaruhi aliran proses pembuatan produk. UKM ini juga menggunakan metode make to order dan make to stock sehingga tidak terlalu banyak memiliki stock produk. Dari segi defect, UKM Nginden Jaya mendapatkan nilai 4. Defect yang sering terjadi ialah pada proses pendempulan yang diakibatkan karena proses tersebut tidak merata. Dari segi unnecessary inventory, UKM Nginden Jaya mendapatkan nilai 2 yaitu terdapat inventory yang tidak perlu namun tidak mengganggu proses produksi.

UKM Nginden Jaya mendapatkan nilai 0 pada segi inappropriate processing yakni tidak terjadi inappropriate processing. Dari segi excessive transportation, UKM Nginden Jaya mendapatkan nilai 4. Bentuk pada waste ini ialah karena terdapat ruangan yang cukup luas dan tidak dimanfaatkan dengan baik. Dari segi waiting, UKM Nginden Jaya mendapatkan nilai 4. Pada UKM Nginden Jaya, jenis waiting yang paling sering terjadi adanya menunggu kedatangan material dari departemen sebelumnya. Waiting seperti ini dapat memengaruhi lead time produksi. Dari segi unnecessary motion, UKM Nginden Jaya mendapatkan nilai 4 yakni terdapat unnecessary motion yang mengganggu proses produksi dan memperpanjang lead time.

Page 15: SIMAN

Berdasarkan diagram pareto yang dibuat dari 7 waste tersebut, hal yang harus diperbaiki adalah mengenai unnecessary motion, defect, excessive transportation, dan waiting. Unnecessary motion dapat terjadi karena kurangnya sarana pendukung seperti kursi, meja, dll yang menyebabkan lingkungan kerja tidak memiliki kaidah ENASE. Defect pada pendempulan teralis juga dikarenakan oleh faktor pekerja yang tidak fokus atau kurang teliti dan faktor lingkungan yang berubah-ubah sehingga dapat merusak besi. Sedangkan, excessive transportation diakiatkan oleh banyaknya benda-benda yang diletakkan di sembarang tempat dan tidak sesuai dengan kebutuhan, hal inilah yang juga menyebabkan banyaknya material handling yang tidak berguna dan kerusakan pada produk.

Dalam menangani masalah adanya waiting dan defect dapat digunakan perbaikan departementalisasi. Dengan perubahan dan terstrukturnya departementalisasi dapat membuat sistem di dalam pembuatan produk ini menjadi lebih baik. Dalam perbaikan mengenai defect diperbaiki melalui penambahan adanya departemen inspeksi guna melakukan pengecekan terhadap defect yang terjadi pada produk. Kemudian, dilakukan perubahan layout guna melakukan perbaikan pada excessive transportation. Setelah melalui proses perbaikan layout, akan terjadi kenaikan wasted floor space yang awalnya sebesar 13 m2 menjadi 16m2 namun terjadi perbaikan luasan untuk inventory sehingga inventory menjadi lebih tertata.

Page 16: SIMAN

6. CHECKSHEET

Date and Time

Activity Description Note

Kamis, 7 April 2015

(13.00-16.00)

Menanyakan profil perusahaan

Bengkel Las Nginden Jaya berdiri sejak tahun 1987 Bengkel ini melayani order berupa konstruksi besi, stainless steel, pembuatan tangga, kanopi, dll. Bengkel ini terletak di Jl. Jagir No. 322. Awalnya bangunan bengkel berdiri pada sisi kiri jalan, namun setelah adanya proyek pemerintah maka bengkel ini terpaksa ditutup sementara dan setelah proyek selesai bengkel dibangun kembali pada sisi kanan jalan. Bengkel ini mempekerjakan 5 orang yang terbagi pada masing-masing proses pengerjaan, tetapi jika mendapat proyek besar maka pemilik akan menambah pekerja lagi dengan sistem panggilan ketika dibutuhkan saja. Mesin yang dimiliki di bengkel ini antara lain: mesin cutting, grinding, welding, kompressor angin, dll. Selain menerima pengerjaan, bengkel ini juga menerima pengerjaan panggilan ke tempat yang akan dikerjakan. Setiap scrap yang dihasilkan dari seluruh proses pengerjaan tidak langsung dibuang menjadi waste, tetapi dikumpulkan hingga beratnya mencapai beberapa kwintal kemudian dijual ke penadah rongsokan.

Page 17: SIMAN

Date and Time

Activity Description Note

Rabu, 15 April 2015

(14.00-16.00)

Mempelajari proses produksinya

Proses produksi dari bengkel las nginden terdiri dari beberapa proses, yaitu :- proses pembuatan desain- proses pengukuran benda kerja- proses cutting- proses penekukan (bending)- proses drilling- proses welding- proses pendempulan- proses pengecatan- proses finishing

Selasa, 21 April 2015

(10.00-12.00)

Menanyakan masalah yang ada di perusahaan tersebut

Masalah yang terdapat pada bengkel ini adalah tempat yang kurang besar untuk pengerjaan proyek besar, apabila produk yang dihasilkan memiliki tinggi dan lebar yang sangat besar, maka pengerjaan tidak dilakukan di tempat melainkan dipindah ke lapangan terbuka. Selain itu juga terdapat masalah mengenai kurang baiknya layout produksi.

Mengukur layout

Layout yang digunakan pada bengkel ini merupakan layout tetap namun, layout yang ada pada UKM ini belum mengoptimalkan pekerjaan.

Page 18: SIMAN

DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen Mata Kuliah Sistem Manufaktur. (2015). Tugas Project IKM SISMAN, Petunjuk

Tugas Besar, Jurusan Teknik Industri FTI-ITS, Surabaya.

Wignjosoebroto, Sritomo (2006). Ergonomi,,Studi Gerak dan Waktu, Teknik Analisis Untuk

Peningkatan Produktivitas Kerja, Guna Widya, Surabaya.

Yuniarti, Alifia Maya 2010, 'Usulan Perbaikan Sistem Produksi Divisi Finishing pada Industri

Sandal Jepit dengan Menggunakan Pendekatan Lean Manufacturing', Tesis Program

Magister Manajemen Teknologi Bidang Keahlian Manajemen Industri Program

Pascasarjana Institut Teknologi Sepuluh Nopember, accessed 2 May 2015,

< http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-9863-Presentation.pdf>