Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia: Melacak Perkembangan Beberapa Cabang...
-
Upload
elsarestriana -
Category
Documents
-
view
290 -
download
2
description
Transcript of Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia: Melacak Perkembangan Beberapa Cabang...
TUGAS AKHIR
Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:
Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta
Disusun Oleh:
ELSA RESTRIANA
07/258761/DSA/04436
PROGRAM DIPLOMA BAHASA PRANCIS
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2010
GRADUATING PAPER
SILAT PERISAI DIRI AS A HERITAGE OF INDONESIAN CULTURE
Tracing the Development of Several Branches of Perisai Diri in Yogyakarta
Written by:
Elsa Restriana
(07/258761/DSA/04436)
DIPLOMA III DEGREE IN THE FRENCH DEPARTEMENT
FACULTY OF CULTURAL SCIENCES
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2010
MÉMOIRE
L’ART MARTIAL PERISAI DIRI COMME UNE CULTURE DU
PATRIMOINE DE INDONÉSIENNE
Tracer le développement de plusieurs branches de Perisai Diri à Yogyakarta
Écrit Par:
Elsa Restriana
(07/258761/DSA/04436)
DIPLÔME III DÉPARTEMENT DE FRANÇAIS
FACULTÉ DES SCIENCES CULTURELLES
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2010
Karya ini kupersembahkan untuk kedua orang tuaku yang
telah membesarkanku terutama kepada ayahku (ayah memang
juara satu seluruh dunia). Kedua kakakku yang atas motivasi
dan dukungannya selama ini.
Tidak lupa karya ini kudedikasikan pula...
Bagi seluruh penggiat, penggemar, pelaku, dan pelestari
kebudayaan Indonesia yaitu PENCAK SILAT baik yang masih
hidup maupun yang telah tiada. Karya ini untuk kalian semua...
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas
limpahan rahmat dan karuniaNYA sehinggapenulis dapat menyelesaikan tugas
akhir yang berjudul “Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa
Indonesia (melacak perkembangan beberapa cabang silat perisai Diri di
Yogyakarta)”
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar ahli madya pada Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Gadjah Mada
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu. DR. Wening Udasmoro selaku Ketua Jurusan Sastra Roman,
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, dan juga selaku
dosen pembimbing penulis disini. Terima kasih atas saran, kritik, dan
motivasi dari Ibu selama ini, sehingga Tugas Akhir ini dapat
terselesaikan dengan baik.
2. Bapak Drs. Teguh Basuki S.U. selaku dosen pembimbing akademik,
terima kasih juga atas nasihat, motivasi dan bimbingannya selama ini.
Nasihat Bapak sangat berharga dan akan saya ingat selalu.
3. Ibu dan Bapak Dosen, selaku staf dan jurusan Sastra Roman yang telah
memberikan ilmu, nasehat-nasehat dan bimbingan dan
pengalamannya.
ii
4. Mbak Ayu, selaku staf di jurusan Sastra Roman yang cekatan dan
selalu ada untuk membantu permasalahan-permasalahan kami terkait
masalah akademik
5. Papa (M.Djohan.S) dan Mama (Eni Yenizar), terimakasih atas
dukungan dan motivasinya. Tidak ada satupun di dunia ini yang
terbaik selain kalian.
6. Kakakku yang bawel Yulia Mariska dan jahil Roby Wahyu, atas saran
dan motivasi juga dukungan semangatnya
7. Teman-teman D3 Prancis 07 Ido, Indah, Dita, Kiki, Najwa, Sari, Nisa,
Dian, Dewi atas hari-hari indah bersama kalian selama 3 tahun.
Banyak suka dan duka kita lalui bersama. Vous me manques :D
8. Teman-teman di kostan G2 maupun ex.G2 yang selalu menghiasi hari-
hari saya di kostan, mulai dari mbak eka, mbak eva, mbak rina,mba
opi, mbak nita smpe yang baru kyk hunny, aryu, ichi, dan penghuni-
penghuni lama lainnya Mbak Anik, Mbak Hela, Kiki, Linda, Mbak
Lel, dan Mas Bobet (kalo yang ini anaknya ibu kos). Makasih yah
kalian selalu jadi Pom-Pom Girl when i’m down, feel like home when
i’m beside you all. But zuperrrrr Thanks buat mbak Utsnia nasihat, dan
editor unggul, dan mbak Lel atas pinjaman printernya dan tebengannya
9. Teman-teman Perisai Diri UGM, Srandakan, dan Semin atas
bantuannya dalam penyusunan TA ini, big thanks for you guys.
Terimakasih atas kerja samanya. Terutama Mas Kendo, Mas Wijil,
iii
Mbak Endah, dan Mas Bahari atas pinjaman bukunya dan informasi-
informasi berharga mengenai Perisai Diri.
10. Terima kasih juga buat teman-teman saya yang sudah mensupport
saya. Frischa dengan pinjaman kameranya, Vremita atas editan resumé
saya, walaupun kita gak pernah ketemu, mais je te remercie
mademoiselle, Arief Erlangga atas pinjeman bukunya (sangat
membantu sekali bung, buku anda), Triana Sari pinjeman CD TA nya,
mas-mas di rental Vertuoso yang baik banget mau ngerapiin TA saya
(padahal saya gak minta lo hehe).
11. Penulis sebenarnya masih ingin mengucapkan terima kasih lagi yang
mendalam kepada banyak pihak, tetapi apa daya keterbatasan tempat,
tidak memungkinkan penulis untuk melanjutkan kata pengantar ini.
Terima Kasih semuanya atas bantuan kalian selama ini, sehingga TA
ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga Tuhan selalu membalas
amal perbuatan baik kalian selama ini.
Penulis juga selalu mengharapkan saran dan kritik dari pembaca semua
terkait penulisan Tugas Akhir, apabila masih terdapat kekurangan dan kesalahan
di dalamnya.
Yogyakarta, November 2010
Elsa Restriana
iv
DAFTAR ISI
TUGAS AKHIR.......................................................................................................i
GRADUATING PAPER.........................................................................................ii
MÉMOIRE.............................................................................................................iii
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................v
INTISARI.............................................................................................................viii
ABSTRACT...........................................................................................................ix
ÉXTRAIT................................................................................................................x
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah...............................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................9
1.3. Tujuan Penulisan.........................................................................................10
1.4. Manfaat Penulisan.......................................................................................10
1.5. Definisi........................................................................................................11
1.6. Tinjauan Pustaka.........................................................................................12
1.7. Metode Penelitian.......................................................................................13
1.8. Sistematika Penulisan.................................................................................13
Bab II.....................................................................................................................14
Sejarah Perguruan Silat Perisai Diri Yogyakarta dan Perkembangannya.............14
2.1. Sejarah Perguruan Silat Perisai Diri..........................................................14
2.2. Makna Lambang Perisai Diri......................................................................18
Lambang Perisai Diri.............................................................................................19
2.3. Janji Perisai Diri..........................................................................................20
2.4. Tingkatan dalam Perisai Diri......................................................................21
2.5. Materi Pendidikan dan Latihan...................................................................26
2.6. Keanggotaan Perisai Diri............................................................................44
2.7. Perkembangan Perisai Diri di Yogyakarta..................................................45
2.8. Perkembangan Perisai Diri di UGM...........................................................47
2.9. Perkembangan Perisai Diri Unit Srandakan, Bantul...................................53
2.10. Perkembangan Perisai Diri Unit Semin Gunung Kidul..............................57
BAB III..................................................................................................................62
v
PENUTUP..............................................................................................................62
3.1. KESIMPULAN...........................................................................................62
3.2. Saran...........................................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................67
RÉSUMÉ...............................................................................................................68
LAMPIRAN...........................................................................................................72
vi
Daftar Gambar
Lambang Perisai Diri
vii
INTISARI
Pencak Silat adalah seni bela diri yang berakar dari bangsa Melayu, namun
Melayu disini tidak hanya bersumber dari bangsa-bangsa yang mendiami
semenanjung Malaysia saja, secara lebih terperinci, etnis Melayu biasanya disebut
penduduk yang terhampar di kepulauan yang meliputi Malaysia, Indonesia,
Singapura, Brunei Darussalam, Filiphina dan beberapa pulau-pulau kecil yang
berdekatan dengan negara-negara tersebut. Di negara-negara inilah ilmu bela diri
Pencak Sila dapat ditemukan.
Tulisan ini membahas Perguruan Silat Perisai Diri sebagai salah satu
perguruan silat asli Indonesia. Penulisan ini menggunakan metode studi lapangan
dengan melakukan observasi dan wawancara langsung dengan anggota dn
pengurus perguruan Silat Perisai Diri di Yogyakarta dengan mengambil sampel di
tiga tempat yaitu Sleman (UGM), Srandakan, dan Semin.
Dari pengamatan yang dilakukan diketahui bahawa masing-masing
cabang-cabang Perisai Diri yang ada di Yogyakarta mempunyai ciri khas dan
keunikan di dalamnya. Melalui tulisan ini juga kita dapat mengetahui masalah-
masalah apa yang menghambat setiap cabang/unit Perisai Diri yang ada di
Yogyakarta tersebu untuk berkembang. Oleh karena itu diharapkan melalui tulisan
ini juga masyarakat dapat semakin mencintai budaya yang mereka miliki sekarang
ini dan menjaga kelestariannya bersama.
Kata Kunci: Budaya, silat Perisai Diri, problematika, ciri khas.
viii
ABSTRACT
Pencak silat is a kind of martial arts which originated from Malayan
peoples. The term Malayan here, however, not only refers to nations who live in
Malay Peninsula. In details, Malay ethnic is used to refer to inhabitants who
spreads in places includes Malaysia, Indonesia, Singapore, Brunei Darussalam,
Philippine, and several islands around those places. It is in these countries, Pencak
Silat is found.
This research is discussing the Perisai Diri Martial Art School as one of
martial arts school which originated from Indonesia. Field study was used in this
research through observation and direct interview to the members and
management of the school in Yogyakarta by sampling conducted in three places,
namely, Sleman, Srandakan, and Semin.
The observation shows that each branch of the Perisai Diri School in
Yogyakarta has unique characteristic. Through this research we could see every
problem which obstructs the development of the branches or unit of Perisai Diri
Martial Art School in Yogyakarta. And therefore, we could expect, from this
research, that the society will be more loving their own culture and together keep
its preservation.
Keywords: culture, Perisai Diri martial art, problems, unique characteristic
ix
ÉXTRAIT
Pencak Silat est un genre d’arts martiaux originaire de peuple malais. Le
terme malais ici, cependant, ne se réfère pas seulement aux nations qui vivent
dans las péninsule malaise. Pour les détails, ethnique malais est utilisé pour
désigner les habitants qui se propage dans les lieux comprend la Malaisie,
l’Indonésie, Singapour, Brunei Darussalam, Philippines, et plusieurs îles autour de
ces lieux. C’est dans ces pays. Pencak Silat se trouve.
Cette recherche examine l’ècole l’art martial Perisai Diri comme l'une des
école d'arts martiaux originaire de l'Indonésie. étude sur le terrain a été utilisé
dans cette recherche par l'observation et interview directe aux membres et à la
gestionnaire de l'école l’art martial Perisai Diri à Yogyakarta par échantillonnage
menée en trois endroits, à Sleman, Srandakan, et Semin.
L'observation montre que chaque branche de l'École Perisai Diri à
Yogyakarta a la caractéristique unique. Grâce à cette recherche nous avons pu
voir tous les problèmes qui entrave le développement des branches ou de l'unité
de Perisai Diri Martial Art School de Yogyakarta. Et donc, nous pourrions nous
attendre, de cette recherche, que la société sera plus aimant leur propre culture et
ainsi garder sa préservation.
Mots-clés: Culture, L’art martial Perisai Diri, des problèmes, caractéristique unique
x
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pencak silat adalah sebuah ilmu bela diri yang berakar dari bangsa
Melayu. O’ong Maryono dalam Tuan Ismail Tuan Soh (1999:2) mengatakan
bahwa Melayu di sini tidak hanya bersumber dari bangsa yang mendiami
semenanjung Malaysia saja. Dari segi linguistik, cakupan etnis Melayu meliputi
kawasan dari Easter Island di sebelah timur ke pulau Madagaskar di sebelah barat
atau secara lebih terperinci meliputi penduduk yang terhampar di kepulauan yang
meliputi Malaysia, Indonesia, Singapura, Brunei Darussalam, Filiphina, dan
beberapa pulau kecil yang meliputi negara-negara tersebut . Di negara-negara
inilah ilmu beladiri pencak silat dapat ditemukan. Di Indonesia sendiri ilmu bela
diri tradisional ini berkembang di hampir tiap wilayah Indonesia, tetapi tiap
daerah biasanya memiliki istilah-istilah yang berbeda. Di Sumatera Barat dikenal
dengan istilah ‘silek’ dan ‘gayuang’, lain pula dengan orang-orang di Jawa Barat
yang menyebutnya ‘maempok’, namun rata-rata orang di Pulau Jawa lebih
familiar dengan istilah pencak dibandingkan dengan silat itu sendiri. Berbeda
dengan kabupaten Dompu Nusa Tenggara Barat, orang-orang di sana menyebut
pencak silat dengan ‘mpaa Sila”, di Bulungan Kalimantan Timur dikenal dengan
istilah “ bemancek”. Selain itu nama lokal pencak silat dapat bervariasi tergantung
suku, misalnya di suku Bugis memakai istilah “mamencak” berbeda dengan suku
1
Makassar yang menggunakan istilah ‘akmencak’. Tidak sampai di situ saja, arti
kata ‘pencak’ dan ‘silat’ itu sendiri mempunyai beragam interpretasi dalam
berbagai bahasa daerah, maupun hubungan secara konseptual di antara kedua kata
tersebut.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata pencak silat itu, keduanya
mempunyai arti yang berbeda. Pencak diartikan sebagai permainan (keahlian)
untuk mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis, mengelak, dsb;
sedangkan silat itu sendiri merupakan kepandaian berkelahi, seni bela diri khas
Indonesia dengan ketangkasan membela diri dan menyerang untuk pertandingan
atau perkelahian. Namun, penjelasan secara umum melalui ilmu bahasa ini,
tidaklah diterima begitu saja oleh pendekar-pendekar di daerah. Menurut guru
Pencak silat Bawean, Abdus Sjukur :
“Pencak adalah gerakan langkah keindahan dengan menghindar yang
disertakan gerakan berunsur komedi. Pencak dapat dipertontonkan
sebagai sarana hiburan. Sedangkan silat adalah unsur teknik bela diri
menangkis, menyerang, dan mengunci yang tidak dapat diperagakan di
depan umum.”
Penjelasan serupa juga disampaikan oleh guru besar Hasan Habudin, pendiri
perguruan Pamur di Madura :
“Pencak adalah seni bela diri yang diperagakan dengan diatur, padahal
silat sebagai inti sari dari pencak tidak dapat diperagakan. Di kalangan
suku Madura pencak dianggap berakar dari bahasa Madura
‘apangkarepeng laju aloncak’ yaitu bergerak tanpa aturan sambil
2
meloncat. Sedangkan silat berasal ‘se amaean alat mancelat’, yaitu sang
pemain berloncat kian kemari seperti kilat.”
Pendekar Tapak suci kota di kota Jember, Boechori Ahmad, berpendapat bahwa
istilah pencak berasal dari Madura, dari kata ‘acak mancak’ yang berarti
melompat ke kiri dan kanan dengan menggerakkan tangan dan kaki. Beliau juga
mengartikan arti kata ‘pencak’ dan silat itu sendiri berbeda. Menurut beliau
‘pencak’ diartikan sebagai fitrah manusia untuk membela diri dan “silat’ sebagai
unsur yang menghubungkan gerakan dan pikiran. Di Bali, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Jawa Tengah istilah pencak lebih populer dibandingkan dengan silat.
Menurut para pendekar di sana istilah ‘silat’ bukan berasal dari daerah mereka.
Menurut Bapak Sukowinadi pendiri dari Perpi Harimurti, istilah ‘silat’ mulai
populer diperkenalkan oleh para penyadur komik Kho Ping Ho. Dengan menyebar
luasnya komik tersebut, maka istilah sulit pun mulai sering dikenal dan
dipergunakan di Jawa. Sebaliknya di daerah Sumatera, istilah yang sering
dipergunakan ialah ‘silat’ atau ‘silek’, bahkan mereka menolak istilah ‘pencak’
karena sering diragukan keasliannya. Mereka mendefinisikan ‘silat’ sebagai
sebuah permainan bela diri sungguh- sungguhan yang memakai serangan tangan
dan kaki serta hindaran yang cepat dan kuat (Maryono, 1999;7). Namun,
khususnya di dalam kebudayaan Minangkabau, ada visi yang menganggap bahwa
‘pencak’ dan ‘silat’ sebagai dua bagian dari suatu ilmu bela diri yang tidak dapat
dipisahkan.
Keanekaragaman penyebutan nama pencak silat itu sendiri menyebabkan
tumbuhnya keanekaragaman dalam ilmu pencak silat itu sendiri. Bahkan
3
kontrovesi mengenai arti dan nama pencak silat itu sendiri tidak pernah
terselesaikan, namun menurut O’ong Maryono hal itu bukanlah hal yang patut
untuk dipertentangkan,O’ong Maryono berpendapat hal ini mungkin disebabkan
dahulunya beberapa perguruan silat tersebut ada yang menggunakan kata
“pencak” atau “silat” saja dalam penyebutan perguruan silat mereka dengan
terjemahan bahasa daerah mereka masing-masing.Maka dari itu pada tahun 1948
dengan pendirian IPSI sebagai suatu usaha kolektif untuk menyatukan beberapa
perguruan silat di Indonesia, maka kedua kata tersebut yaitu ‘pencak’ dan’silat’
digabung menjadi satu di dalam nama IPSI, yang kemudian pada tahun 1973
istilah “pencak silat” pun resmi dikukuhkan sebagai istilah nasional. Meskipun
ada beberapa perguruan yang tetap menggunakan nama asli perguruan mereka,
karena sejarah atau kebiasaan, misalnya nama Perguruan Pamur (Pencak
Angkatan Muda Rasio) atau seperti perguruan silat Perisai Diri yang menyebut
diri mereka Keluaraga Silat Nasional Perisai Diri (Kelatnas PD).
Beberapa ahli berasumsi pada tahun 1984 anggota IPSI (Ikatan Pencak
Silat Indonesia) yang tersebar di semua propinsi berjumlah 820 perguruan
(Notosoejitno 1984:9 via Maryono, 1999;16). Kurangnya data yang akurat dan
lengkap dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya ialah masih banyaknya
perguruan-perguruan yang belum menjadi anggota IPSI, masih adanya sifat
ketidakterbukaan dari beberapa perguruan silat di Indonesia untuk membuka diri
di kalangan umum, walaupun sekarang banyak juga perguruan silat yang
membuka dirinya. Alasannya tentu saja karena di zaman sekarang ini, pencak silat
masih dianggap kampungan oleh sebagain masyarakat. Salah satu perguruan silat
4
yang memiliki basis massa terbesar di Indonesia dan juga di luar negeri adalah
Perisai Diri. Perguruan Silat ini didirikan oleh RM Soebandiman Dirdjoatmojo
pada tanggal 2 juli 1955 di Surabaya, Jawa Timur.
Perguruan silat Perisai Diri termasuk ke dalam daftar 10 perguruan silat
historis di Indonesia. Kata historis merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah 1. berkenaan dengan sejarah; bertalian atau ada hubungannya dengan
masa lampau. Namun, historis disini merujuk pada makna perjuangan mereka
selama ini melawan kelompok-kelompok sparatis yang pada saat itu berusaha
mengacaukan Indonesia yang baru merdeka. Pada tahun 1949, pasca penyerahan
kedaulatan Belanda kepada RIS (Republik Indonesia Serikat) nama Indonesia
dahulu. Tanggal 27 Desember 1949, pusat pemerintahan Indoensia berpindah dari
Jakarta ke Yogyakarta. Demikian pula kepengurusan IPSI pada tahun 1950 secara
de facto juga berpindah ke Yogyakarta. IPSI yang pada saat itu baru didirikan
selama 2 tahun, lebih mengkonsentrasikan pergerakannya pergerakan
kemerdekaan. Di sisi lain, keadaan pemerintah pusat pun dikacaukan dengan
adanya berbagai macam pemberontakan di daerah-daerah, seperti pemberontakan
Darul Islam dan Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di Jawa dan Lampung. Pada
saat itu Panglima Teritorium III, Kolonel (terakhir Letnan Jenderal) R.A. Kosasih
dibantu Kolonel Hidayat dan Kolonel Harun membentuk PPSI (Persatuan Pencak
Silat Indonesia) yang bertujuan untuk menggalang kekuatan jajaran Pencak Silat
dalam menghadapi DI/TII yang berkembang di wilayah Lampung, Jawa Barat
(termasuk Jakarta), Jawa Tengah bagian Barat termasuk D.I Yogyakarta. Akibat
dari pembentukan PPSI ini timbul dualisme dalam pembinaan Pencak Silat di
5
Indonesia. IPSI lebih banyak mengkonsentrasikan pembinaan Pencak Silat dari
sisi olahraga, sedangkan PPSI lebih banyak membina pada seni pertunjukan dan
pencak silat bela diri untuk melawan DI/TII.
Sementara itu IPSI pun harus berjuang keras agar Pencak Silat dapat
masuk dalam acara Pekan olahraga nasional (PON). Hal serupa pun juga
dilakukan oleh PPSI, namun pemerintah yang pada tahun 1948 berperan serta
dalam mendirikan IPSI, hanya mempercayakan IPSI sebagai induk organisasi
Pencak Silat di Indonesia. Upaya untuk memasukkan Pencak Silat sebagai salah
satu cabang olahraga yang dipertandingkan dalam PON tidaklah mudah. Kala itu
induk organisasi olahraga di Indonesia adalah Komite Olimpiade Indonesia (KOI)
yang diketuai oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Persatuan Oleharaga
Republik Indonesia (PORI) yang diketuai oleh Widodo Sosrodiningrat, tetapi
kemudian di tahun 1951 PORI melebur ke dalam KOI. Tahun 1961 Pemerintah
membentuk Komite Gerakan Olahraga (KOGOR) untuk mempersiapkan tim
nasional Indonesia menghadapi Asian Games ke IV di Jakarta. Kemudian di tahun
1962 dibentuklah Departemen Olahraga (Depora) dengan Maladi sebagai menteri
olahraganya. Selanjutnya di tahun 1964 pemerintah membentuk Dewan Olahraga
Republik Indonesia (DORI) yang mana semua organisasi KOI, KOGOR, dilebur
menjadi satu dalam DORI.
Pada tanggal 25 Desember 1965, IPSI pun ikut membentuk Sekretariat
bersama Top-top Organisasi Cabang Olahraga, yang kemudian mengusulkan
pergantian nama DORI menjadi Komite Olahraga Nasional (KONI) yang bebas
6
dari politik dan mandiri. Peran IPSI pada saat itu sangtlah penting dalam
pembentukan KONI ini.
Menjelang Kongres IV IPSI tahun 1973 beberapa tokoh pencak Silat yang
ada di Jakarta membantu PB IPSI untuk mencari calon Ketua Umum yang baru
karena kondisi Mr. Wongsonegoro yang sudah sangat tidak memungkinkan sekali
dikarenakan faktor usia. Salah satu nama yang berhasil diusulkan adalah Brigjen.
TNI. Tjokropanolo yang pada saat itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Namun, jalan bagi bapak Tjokropanolo untuk diangkat menjadi ketua umum PB
IPSI tidaklah semudah itu, banyak tantangan yang harus dihadapi antara lain
merumuskan jati diri dari IPSI secara aktif, dan mempertahankan eksistensi dan
historis IPSI dalam langkah pembangunan nasional. Untuk merumuskan itu semua
Brigjen TNI Tjokropranolo dibantu oleh beberapa perguruan pencak silat yang
ada di Indonesia yaitu:
1. Haryadi dan Tanamas dari Tapak Suci
2. Moch Hadimulyo dibantu Sumarnohadi, Dr Rachmadi, Dr. Djoko
Waspodo dari KPS Nusantara
3. Arnowo Adji HK dari Kelatnas Perisai Diri
4. KRT Sutardjonegoro dari Phasadja Mataram
5. Sukowinadi dari Perpi Harimurti
6. Maramis, Runtu, Sutedjo, Himantor dari Perisai Putih
7. H. Saali dari Putera Betawi
8. Mariyun Sudirohadiprojo, Mashadi, Harsoyo, dan H.M. Zain dari
Persudaraan Setia Hati
7
9. Januarno, Imam Suyatno, Laksma Pamudji dari Persaudaraan Setia Hati
Terate.
10. Persatuan Pencak Silat Seluruh Indonesia
Tidak hanya itu saja, tantangan lain yang harus dihadapi dan diselesaikan
oleh Tjokropranolo adalah menyatukan PPSI ke dalam IPSI. Kemudian melalui
pendekatan yang dilakukan oleh Bapak Tjokropranolo terhadap 3 pimpinan PPSI.
Sejak itu PPSI setuju bergabung dengan IPSI, sekretariat PB IPSI di stadion
utama dijadikan juga sebagai sekretariat PPSI. Pada kongres IV IPSI H. Suhari
Sapari ketua harian PPS menghadiri kongres dan menyatakan bahwa PPSI
bergabung ke dalam IPSI. Kongres IV IPSI tahun 1973 juga menetapkan bapak
Tjokropranolo sebagai ketua PB IPSI menggantikan Mr. Wongsonegoro. Pada
Kongres IV ini pulah sepuluh perguruan yang menjadi pemersatu dan pendukung
tetap IPSI, diterima langsung sebagai anggota IPSI pusat. Tjokropranolo juga
menegaskan bahwa sepuluh perguruan Pencak Silat tersebut telah berhasil
menyusun, dan juga melaksanakan program-program IPSI secara konsisten dan
berkesinambungan. Ke sepuluh perguruan tersebut antara lain:
1. Tapak Suci
2. KPS Nusantara
3. Kelatnas Perisai Diri
4. Phasadja Mataram
5. Perpi Harimurti
6. Perisai Putih
7. Putera Betawi
8
8. Persaudaraan Setia Hati
9. Persaudaraan Setia Hati Terate
10. Persatuan Pencak Silat seluruh Indonesia (PPSI)
Selanjutnya ke sepuluh perguruan tersebut dikenal sebagai 10 (sepuluh)
Perguruan Historis. Maka di dalam setiap musyawarah nasional (MUNAS) IPSI
ke sepuluh perguruan historis ini selalu menjadi peserta dan memiliki hak suara di
dalam Munas.1
Perisai Diri merupakan salah satu perguruan historis dalam pembentukan
IPSI dan partisipasinya dalam era perjuangan Indonesia. Dalam penelitian ini,
peneliti mencoba meneliti dan menganalisis perguruan silat Perisai Diri di
Yogyakarta. Dimana ada 20 cabang Perisai Diri yang tersebar di D.I. Yogayakarta
ini, namun pada penelitian kali ini, peneliti hanya akan mengambil beberapa
cabang Perisai Diri yang ada di Yogyakarta antara lain, Perisai Diri cabang UGM,
Srandakan, dan Semin (gunung Kidul). Adapun tujuan dari penelitian ini ialah
untuk memaparkan dan menambah khasanah pengetahuan pembaca tentang
pencak silat itu sendiri khusunya Perisai Diri ini sebagai warisan budaya bangsa
kita.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan perguruan silat Perisai Diri khususnya di
Yogyakarta itu sendiri?
1 http://pptapaksuci.org/index.php/indonesia/rubrik-umum/ipsi/sejarah-10-
perguruan-historis-ipsi.html
9
2. Apa materi pendidikan yang diajarkan oleh cabang-cabang perguruan silat
Perisai Diri di Yogyakarta?
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui perkembangan dan sejarah dari Pencak silat itu sendiri
2. Memperkenalkan silat Perisai Diri secara lebih luas dan mendalam kepada
masyarakat secara umum dan kepada civitas akademika Universitas
Gadjah Mada secara khusus.
3. Mengetahui perkembangan Perisai Diri di tiga tempat di Yogyakarta
(Srandakan, Semin, dan Sleman )
1.4. Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diperoleh dari penyusunan tugas akhir ini ialah:
1. Manfaat Praktis
Menambah khasanah pengetahuan penulis mengenai Pencak Silat
khususnya mengenai perguruan silat Perisai Diri
2. Manfaat Teoritis
a) Sebagai sumbangan ilmu bagi segenap civitas akademika, para
penggiat kesenian dan budaya Indonesia.
b) Sebagai acuan bagi para peneliti yang akan menulis hal sejenis di masa
mendatang
10
1.5. Definisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata pencak silat itu, keduanya
mempunyai arti yang berbeda. Pencak diartikan sebagai permainan (keahlian)
untuk mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis, mengelak, dsb;
sedangkan silat itu sendiri merupakan kepandaian berkelahi, seni bela diri khas
Indonesia dengan ketangkasan membela diri dan menyerang untuk pertandingan
atau perkelahian. Namun merujuk definisi dari Ikatan Pencak Silat Indonesia
(IPSI), mengatakan bahwa: “ Pencak adalah gerakan seorang bela yang berupa tari
dan berirama dengan peraturan adat kesopanan tertentu , yang biasa
dipertunjukkan di depan umum. Silat adalah inti-sari dari pencak, ilmu untuk
perkelahian atau membela diri mati-matian yang tidak dapat dipertunjukkan di
depan umum. Beragamnya makna yang terkandung dalam kata pencak silat
tersebut, sama halnya dengan keragaman perguruan pencak silat itu sendiri di
Indonesia. Ada perguruan silat yang menyebut dirinya sebagai Pencak atau silat
saja.
Dalam mendefinisikan Perguruan silat Nasional Perisai Diri, penulis
merujuk pada Quintin Chambers.dkk.,1978: 12) Perisai meaning “shield” and diri
relating to one’s self. The shield recognized in Indonesian culture as a weapon of
self-defense, retains its significance as a symbol of both struggle and protection
for the members of Silat Perisai Diri. Maksudnya makna dari kata perisai diri
sama halnya dengan ‘perisai’, salah satu senjata yang dulu digunakan untuk
pertahanan diri. Makna dari ‘perisai’ itulah digunakan melambangkan perjuangan
dan perlindungan bagi anggota perisai diri.
11
Sedangkan, untuk pembahasan mengenai makna dan arti lambang perisai
diri penulis merujuk pada definisi yang terdapat dalam buku panduan melatih
bagi para pelatih silat perisai diri tersebut. Dalam buku tersebut ada tujuh bagian
dalam lambang perisai diri tersebut antara lain:
1. Bunga sepasang dalam segi lima
2. Manusia berbaju putih tanpa muka
3. Tangan menyusun sikap bunga sepasang
4. Bunga teratai berdaun lima berwarna kuning
5. Sayap dengan tulisan perisai diri
6. Bunga teratai segitiga
7. Warna merah dan putih
Makna dari ketujuh bagian yang terdapat di dalam lambang perisai diri ini,
dijelaskan secara terperinci dalam buku tersebut.
1.6. Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang perguruan silat Perisai Diri belum pernah dilakukan
oleh peneliti sebelumnya, tetapi beberapa penelitian dan tugas akhir yang
membahas perguruan silat lain dapat kita temukan seperti makalah yang ditulis
oleh Shieni Suni Ratnaningsih (00/142268/DSA/01995) yang berjudul “Sejarah
Ringkas Perguruan Pencak Silat Persatuan di Bantul”. Selain itu penulis juga
dibantu oleh satu buku berbahasa asing terbitan Kodansha International yang
membahas tentang silat Perisai Diri yaitu “Javanese Silat (The Fighting Art of
Perisai Diri)” selain itu ada beberapa buku lagi yang digunakan oleh penulis
12
sebagai acuan dalam penelitian yaitu buku berjudul “Pencak Silat Merentang
Waktu” karya O’ong Maryono. Selain mengambil data dari buku penulis juga
mendapatkan data dari sumber referensi internet dan juga melakukan observasi
dan wawancara langsung dengan pengurus dan anggota Perisai Diri setempat.
1.7. Metode Penelitian
Metode yang diterapkan dalam penulisan ini adalah:
1. Metode studi pustaka, yakni penulis menacari dan mengumpulkan data
melalui buku-buku, dan literatur yang membahas mengenai pencak
silat khususnya perguruan silat perisai diri
2. Metode observasi, yakni penulis melakukan pengamatan secara
langsung terhadap objek penelitian
3. Metode wawancara, yakni penulis melakukan wawancara langsung
dengan pelatih ataupun anggota silat Perisai diri di Yogyakara tersebut
1.8. Sistematika Penulisan
Tugas akhir ini terdiri dari tiga bab yang disusun secara sistematik. Bab I
terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, teori, tinjauan pustaka, metode
penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II berisi sejarah berdirinya silat Perisai
Diri, makna dan filosofi gerakannya, dan juga perkembangannya sekarang ini.
Bab III berisi tentang kesimpulan penulis terhadap masalah yang sedang diteliti
oleh penulis ini, tidak lupa pula disertai saran. Selain itu penulis juga akan
melampirkan dokumentasi berupa foto dari para pesilat Perisai diri ketika sedang
beraksi.
13
Bab II
Sejarah Perguruan Silat Perisai Diri Yogyakarta dan
Perkembangannya
2.1. Sejarah Perguruan Silat Perisai Diri
Menilik sejarah perguruan silat Perisai Diri ini sangatlah menarik, butuh
waktu yang lama dan pencarian yang panjang untuk perguruan ini, sampai
akhirnya bisa berkembang pesat seperti sekarang ini. Apabila kita ingin
mengetahui sejarah Perisai Diri, maka tidak akan terlepas dari nama bapak R.M
Soebandiman Dirjoatmojo, pendiri perguruan silat Perisai Diri tersebut.
Pak Dirjo begitu beliau biasa disapa, lahir di Yogyakarta pada tanggal 8
Januari 1913 di lingkungan Keraton Pakoealam. Beliau adalah putra pertama dari
RM. Pakoesoedirdjo, buyut dari Pakualam II. Sejak berusia 9 tahun, beliau telah
dapat menguasai ilmu pencak silat yang ada di Keraton sehingga beliau mendapat
kepercayaan untuk melatih teman-temannya di lingkungan Pakualam. Di samping
belajar silat, beliau juga belajar menari di lingkungan istana Pakoe Alam dan
menjalin persahabatan dengan Wasi dan Bagong Kusudiardjo.2
Semasa kecil beliau biasa dipanggil dengan nama Soebandiman atau
Bandiman oleh teman-temannya. Pada tahun 1930, setamat dari HIK (Hollands
Inlandsche Kweekschol) atau sekolah menengah pendidikan guru setingkat SMP,
beliau meninggalkan Yogyakarta, mengembara untuk mencari tahu dan belajar
lebih dalam lagi mengenai pencak silat. Pak Dirdjo merasa ilmu silat yang telah
2 http://www.docstoc.com/docs/23912607/sejarah-perisai-diri
14
didapatkannya di lingkungan Keraton ini belum cukup, maka dia memutuskan
untuk pergi merantau jauh meninggalkan Yogyakarta tanpa membawa bekal
apapun dengan berjalan kaki. Tempat pertama yang dikunjunginya adalah
Jombang, Jawa Timur. Di sana beliau belajar silat pada KH. Hasan Basri,
sedangkan untuk pengetahuan agamanya dan lainnya beliau peroleh dari Pondok
Pesantren Tebuireng. Selain belajar, beliau pun bekerja di pabrik gula Peterongan
untuk memenuhi kebtuhannya sehari-hari.
Setelah menjalani gemblengan latihan yang cukup keras dengan lancar,
beliau kembali pergi mengembara ke Barat. Sampainya di Solo beliau belajar silat
pada Sayid Sahab dan belajar ilmu kanuragan pada kakeknya Ki Jogosurasmo.
Rasa ingin tahu yang begitu besar dari dalam diri pak Dirdjo membuat Pak Dirdjo
melanjutkan perjalanannya untuk berguru silat kepada guru-guru lain. Perjalanan
berikutnya yang dituju Pak Dirdjo ialah kota Semarang, di sini beliau belajar silat
pada bapak Soegito dari aliran Setia Saudara. Dilanjutkan dengan mempelajari
ilmu kanuragan di Pondok Randu Gintung Semarang. Dari Semarang, beliau
kembali melanjutkan perjalanannya hingga ke Cirebon setelah sebelumnya
singgah terlebih dahulu di Kuningan. Selain itu beliau juga belajar ilmu silat
Minangkabau dan Aceh.
Pak Dirdjo mempunyai tekad untuk menggabungkan berbagai macam ilmu
bela diri yang telah dipelajarinya tersebut. Itulah sebabnya, mengapa beliau tidak
bosan-bosannya menimba ilmu silat kepada beberapa guru. Baginya, bepindah
guru berarti mempelajari hal yang baru dan menambah kembali ilmu yang
dirasanya masih kurang. Beliau pun mulai meramu ilmu silat sendiri dengan
15
menetap di Parakan, Banyumas dan pada tahun 1936 beliau membuka
perkumpulan pencak silat dengan nama Eka Kalbu, yang berarti satu hati. Di
tengah kesibukan melatih, beliau betemu dengan seorang pendekar Tionghoa yang
beraliran beladiri Siauw Liem Sie (Shaolinshi) bernama Yap Kie San (George F.
De Groot dan Notosoejitno: 2006: 188). Yap Kie San adalah salah seorang cucu
murid Louw Djing Tie dari Hook Tik Tjav. Menurut catatan sejarah, Louw Djing
Tie merupakan seorang pendekar legendaris dalam dunia persilatan baik di
Tiongkok maupun di Indonesia. Dalam dunia persilatan Louw Djing Tie dijuluki
si Garuda Emas dari Siauw Liem Pay. Saat ini murid-murid penerus Louw Djing
Tie di Indonesia masih meneruskan ajaran Louw Djing Tie tersebut dengan
mendirikan perguruan kungfu Garuda Emas.
Pak Dirdjo yang mempunyai tekad dan kemauan yang kuat untuk terus
belajar ilmu beladiri, memutuskan untuk berguru pada Yap Kie San tersebut. Bagi
Pak Dirdjo, dalam menuntut ilmu itu tidak memandang usia dan suku bangsa.
Beliau pun akhirnya menghabiskan masa 14 tahun untuk belajar ilmu bela diri
yang berasal dari biara Siauw Liem (Shaolin) ini dan untuk diterimanya Pak
Dirdjo menjadi murid Yap Kie San ini sangatlah menarik, tidak dengan cara biasa.
Pak Dirdjo harus menghadapi pertarungan murid Yap Kie San dalam pertarungan
persahabatan. Melihat bakat pak Didjo, Yap Kie San tergerak hatinya untuk
menerimanya sebagai murid. Latihan dan gemblengan yang keras dari Yap Kie
San menyebabkan murid Yap Kie San yang sanggup bertahan hanya enam orang.
Di antaranya ada dua orang yang bukan orang Tionghoa yaitu Pak Dirdjo sendiri
dan R. Brotosoetarjo yang kemudian mendirikan perguruan silat BIMA (Budaya
16
Indonesia Mataram). Dengan bekal ilmu yang telah diperolehnya selama
pengembaraannya dan digabung dengan ilmu bela diri Siauw Liem Sie yang
diterima dari Yap Kie San, Pak Dirdjo mulai merumuskan ilmu yang telah
didapatkannya tersebut.
Setelah merasa puas dengan perantauannya selama ini, Pak Dirdjo kembali
ke Yogyakarta, tanah kelahirannya. Atas permintaan dari Ki Hajar Dewantara,
yang merupakan pakde (paman) dari pak Dirdjo itu sendiri, Pak Dirdjo diminta
untuk melatih di lingkungan perguruan Taman Siswa di Wirogunan. Di tengah
kesibukannya, mengajar silat di Taman Siswa,Pak Dirdjo mendapatkan pekerjaan
sebagai Magazine Meester di pabrik gula Plered.
Pada tahun 1947, Pak Dirdjo diangkat sebagai Pegawai Negeri pada
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan seksi Pencak Silat yang dikepalai oleh
Mochammad Djoemali. Beliau juga mengajar di Himpunan Siswa Budaya, sebuah
unit kegiatan mahasiswa UGM (Universitas Gadjah Mada). Murid-muridnya
adalah para mahasiswa UGM, di antaranya adalah Ir. Dalmono yang saat ini
berada di Rusia, Prod Dr. Suyono Hadi (Dosen Universitas Padjajaran Bandung)
dan (Alm) Bambang Mujiono Probokusumo atau di kalangan dunia persilatan
biasa disapa Mas Wuk.
Tahun 1954 Pak Dirdjo diperbantukan di Kantor Kebudayaan Propinsi
Jawa Timur di Surabaya. Murid-murid beliau di Yogyakarta, baik yang berlatih di
UGM maupun di luar UGM bergabung menjadi satu dalam wadah HPPSI
(Himpunan Penggemar Pencak Silat Indonesia) yang diketuai oleh Ir. Dalmono.
Tahun 1955, beliau resmi pindah ke Surabaya. Di Surabaya, kembali Pak Didjo
17
mengembangkan ilmu silat dalam bentuk kursus- kursus di lembaganya. Dengan
dibantu Imam Ramelan beliau mendirikan kursus Silat Perisai Diri pada tanggal 2
Juli 1955. Perubahan nama tersebut menyebabkan adanya penyesuaian diri nama
himpunan mereka menjadi silat Perisai Diri. Namun, murid-murid Pak Dirdjo di
Perguruan Eka Kalbu yang beliau didirikan dahulu, tidak merubah namanya, tapi
tetap berhubungan dengan Perisai Diri, pada akhirnya perguruan ini melebur
dengan sendirinya ke Perisai Diri.
Pengalaman yang diperoleh selama perantauan dan ilmu silat Siauw Liem
Sie menghasilkan teknik yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anatomi
tubuh manusia tanpa ada unsur memperkosa gerak, semuanya berjalan secara
alami dan dapat dibuktikan secara ilmiah. Dengan motto “ Pandai Silat Tanpa
Cedera” Perisai Diri diterima di berbagai kalangan dan lapisan masyarakat untuk
dipelajari sebagai ilmu beladiri.
2.2. Makna Lambang Perisai Diri
Makna dan arti lambang perisai diri penulis merujuk pada definisi yang
terdapat dalam buku panduan melatih bagi para pelatih silat perisai diri dan
sumber referensi internet. Dalam buku tersebut ada tujuh bagian dalam lambang
perisai diri tersebut antara lain:
1. Bunga sepasang dalam segi lima
2. Manusia berbaju putih tanpa muka
3. Tangan menyusun sikap bunga sepasang
4. Bunga teratai berdaun lima berwarna kuning
5. Sayap dengan tulisan perisai diri
18
6. Bunga teratai segitiga
7. Warna merah dan putih
Lambang Perisai DiriSumber: Wikipedia
Makna dari ketujuh bagian yang terdapat di dalam lambang perisai diri ini
sebagai berikut: Manusia menunduk dengan tangan menyusun sikap Bunga
Sepasang, di atas bunga teratai yang berdaun lima berwarna kuning, di bawahnya
didasari dengan sayap putih dengan tulisan PERISAI DIRI, di dalam suatu bangun
segitiga berwarna merah bertepikan warna kuning. Manusia menunduk bersikap
bunga sepasang, mempunyai makna bahwa Kelatnas Indonesia Perisai Diri
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dengan penuh rasa tanggung jawab
melaksanakan azas dan tujuan Kelatnas Indonesia Perisai Diri. Bunga Teratai
berdaun lima berwarna kuning, mempunyai makna bahwa dalam melaksanakan
tujuan Kelatnas Indonesia Perisai Diri berazaskan Pancasila. Sayap warna putih
bertuliskan PERISAI DIRI mempunyai makna bahwa Kelatnas Indonesia Perisai
Diri mempunyai sikap hidup yang dinamis, selalu mempunyai tekad dan semangat
untuk mengembangkan bela diri Indonesia umumnya dan Silat Perisai Diri
khususnya serta memelihara kelestariannya sebagai budaya bangsa.
19
Bangun segi tiga berwarna merah bertepikan warna kuning mempunyai makna:
tujuan luhur/ roh suci
hidup/ sukma
kekuatan bayu
sedangkan warna merah putih, mempunyai makna asal dan perantaraan ayah dan
ibu.3
2.3. Janji Perisai Diri
Setiap perguruan silat yang ada di Indonesia pastinya mempunyai suatu
janji yang disepakati bersama dan itu biasanya menjadi landasan yang menjiwai
setiap perguruan tersebut. Janji bagi suatu perguruan silat mempunyai arti
terpenting bagi mereka untuk mewujudkan cita-cita kemanusiaan dan
kemasyarakatan yang luhur.
Perisai Diri pun mempunyai janji perguruan mereka sendiri yang
fungsinya sebagai landasan bagi setiap anggota perguruan tersebut dalam
melangkah, berbuat, dan bertindak dalam kehidupan pribadi, maupun dalam
kehidupan bermasyarakat. Janji Perisai diri biasanya selalu tertera dalam setiap
buku panduan melatih bagi para pelatih, dan selalu diperdengarkan dan
dikumandangkan manakala ada event atau acara intern Perisai Diri. Janji Perisai
Diri tersebut adalah:
1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Setia dan taat kepada negara kesatuan Republik Indonesia
3 http://pd.ukm.ugm.ac.id/2010/03/13/arti-lambang-perisai-diri-dan-janji-perisai-diri/
20
3. Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi dan
golongan
4. Patuh kepada perguruan dan melaksanakan dengan penuh rasa tanggung
jawab asas dan tujuannya
5. Memupuk rasa kasih sayang dan kekeluargaan di antara sesama anggota
2.4. Tingkatan dalam Perisai Diri
Tingkatan di Perisai Diri berjumlah 13 tingkatan mulai dari dasar sampai
tingkat pendekar. Setiap tingkatan ditandai oleh warna sabuk, strip, dan badge
yang ada pada seragam Perisai Diri. Setiap tingkatan di Perisai Diri meiliki target
latihan yang berbeda, oleh karena itu materi latihan yang diberikan berbeda pada
setiap tingkatanya. Aspek yang membedakan antara tingkat yang satu dengan
yang lain adalah: keluwesan, tenaga, kecepatan, pernafasan, pendalaman teknik,
dan pelaksanaan teknik.4
a. Tingkat Dasar
Tingkatan dasar dalam Perisai Diri terdiri dari dua tingkat yang disebut
dengan Tingkat Dasar I dan II. Pada saat seseorang mendaftarkan dirinya pertma
kali di Perisai Diri, maka secara otomatis ia akan langsung duduk di tingkat Dasar
I ini. Tingkat dasar ini bertujuan untuk memperkenalkan teknik Perisai Diri secara
garis besar, pada tingkatan ini, siswa akan mempelajari langkah dasar Perisai Diri
yang terdiri dari antara lain:
1. Dasar dari sistem pertarungan Perisai Diri (serang hindar)
2. Perkenalan teknik serangan (tangan, kaki, dan badan)
4 http://pdikipsmg.blogspot.com/2006/11/tingkatan.html
21
3. Melatih arah terbaik dalam menghindari serangan lawan
b. Tingkat Calon Keluarga
Tingkat calon keluarga adalah masa transisi dimana siswa berada di
tingkatan antara dasar dan menuju ke tingkat keluarga, pada tingkat ini, siswa
akan mulai dilatih untuk melaksanakan teknik dengan benar, tegas, bertenaga, dan
serius. Materi-materi apa saja yang akan dipelajari pada tingkat ini adalah:
1. Serang hindar dengan pedoman yang benar
2. Perkenalan pada teknik serang balas sebagai lanjutan dari pelajaran seang
hindar
3. Secara khusus melatih kuda-kuda siswa melalui teknik asli Minangkabau
4. Mempelajari senajata wajib berupa pisau mempelajari cara pembelaan diri
c. Tingkat Keluarga
Tingkat keluarga dibagi menjadi 4 tingkatan, yaitu tingkat putih, putih
hijau, hijau, dan hijau biru. Lambang tingkatan berupa warna yang diletakkan di
badge pada seragam Perisai Diri. Pada tingkat inilah siswa akan mempelajari
teknik Perisai Diri secara lebih mendalam. Pada tingkat putih siswa akan dilatih
kelincahan dan fleksibilitas gerak tubuh mereka melalui teknik asli Burung
Mliwis, kemudian naik ke tingkatan berikutnya yaitu tingkat putih hijau, mereka
akan dilatih kecepatan dan kelincahannya melalui teknik Burung Kuntul,
kemudian pada tingkat hijau penggunaan badan sebagai serangan mulai dilatihkan
kepada siswa melalui teknik asli Burung Garuda dan Harimau. Selain itu mereka
yang telah berada pada tingkatan keluarga ini akan dilatih juga dalam hal
pengaplikasian teknik serang hindar dan serang balas dengan pedoman yang benar
22
untuk pembelaan diri. Para siswa yang berada pada tingkatan ini juga dituntut
untuk mempelajari senjata wajib tingkatan keluarga ini yaitu pedang dan thoya,
dan masih ada senjata tambahan lagi seperti kipas, celurit, samurai, dan
sebagainya. Tidak lupa kecepatan mereka dalam melakukan serang hindar pun
dilatihkan dengan target minimal 1 detik 2 gerak.
d. Tingkat Pelatih
Tingkat pelatih dibagi menjadi 4 tingkatan, yaitu : Biru, Biru Merah,
Merah, dan Merah Kuning. Tingkat Biru dan Biru merah disebut juga asisten
pelatih international, sedangkan tingkat merah dan merah kuning adalah pelatih
international yang berarti dimanapun ia berada harus siap melatih silat Perisai
Diri, baik di dalam ataupun di luar negeri.
Pada tingkatan ini, akan mulai dilatih pernafasan untuk meningkatkan
tenaga (power expansion), penyaluran tenaga (power distribution) ,dan pelepasan
tenaga (power explotion), selain itu juga melatih pernafasan untuk meringankan
tubuh. Kemudian mereka juga diminta untuk kembali mendalami dan menghayati
teknik- teknik yang telah dipelajari sebelumnya, karena dalam Perisai Diri itu
sendiri ada tingkatan dalam mempelajari teknik- teknik Perisai Diri terebut antara
mempelajari, mendalami, dan menghayati. Kemudian mendalami kembali
pedoman tingkatan teknik tingkat lanjut (papasan) dan penerapannya.
Tingkat Pendekar
Tingkat ini dibagi menjadi 2 tingkatan yaitu Pendekar Muda dan
Pendekar. Pada tingkat ini, akan dipelajari penghayatan teknik dan penggunaan
teknik yang halus/ lembut namun bisa berakibat fatal pada lawan. Hal ini ipelajari
23
melalui teknik asli tertinggi dalam Perisai Dir yaitu Teknik Puteri yang memang
hanya diplajari di tingkat pendekar ini.
2.4.1. Lama Pendidikan di Perisai Diri
Lama pendidikan di Perisai Diri terlampir dalam penjelasan singkat
melalui tabel di bawah ini :
Tingkat Sabuk Strip BadgeLama
PendidikanDasar I Putih - - 6 bulan
Dasar II Hitam - - 6 bulan
Calon Keluarga Merah - 6 bulan
Keluarga Merah Putih 6 bulan
Keluarga Merah Putih-
hijau
6 bulan
Keluarga Merah Hijau 6 bulan
Keluarga Merah Hijau-
biru
1 tahun
Pembantu/asisten
pelatih
Merah Biru 2 tahun
Pembantu/asisten
pelatih
Merah Biru-
merah
2 tahun
24
Pelatih Merah Merah 3 tahun
Pelatih Merah Merah-
kuning
3 tahun
Pendekar muda Merah Kuning Minimal 3 tahun
Pendekar Merah kuning
emas
-
Sumber: http://blognyakaka.blogspot.com/2009/10/pendidikan-dan-tingkatan-
perisai-diri.html
Semakin tinggi tingkatan seseorang maka waktu yang diperlukan semakin
lama untuk menyelesaikan tingkatannya. Dapat kita lihat juga di dalam tabel ini,
pada tingkatan keluarga waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pendidikan
ialah 6 bulan, namun berbeda pada tingkatan keluarga strip hijau-biru, waktu yang
diperlukan untuk menghabiskan pendidikan memakan waktu hingga 1 tahun. Hal
ini disebabkan karena pada tingkatan hijau-biru, seorang siswa mulai dipersiapkan
untuk menjadi pembantu/ asisten pelatih, oleh karena itu diperlukan waktu 1 tahun
untuk mempersiapkan para siswa yang berada di tingkatan ini untuk menuju ke
tingkat pembantu/asisten pelatih. Selain materi ujian yang cukup berat dan
banyak, fisik para siswa pun dalam ujian kenaikan tingkat ini diujikan dengan
porsi yang cukup banyak dibandingkan dengan siswa di tingkatan lain, selain itu,
keterampilan senjata mereka pun diuji melalui keterampilan menggunakan pedang
dan toya dalam satu rangkaian gerakan.
25
Jika nanti seorang siswa telah dinyatakan lulus dan berhak menerima strip
biru, maka secara otomatisnya jabatannya berubah menjadi asisten pelatih, dalam
hal ini siswa yang telah mendapat strip biru, tidak lagi dipandang sebagai siswa,
seperti kebanyakan siswa –siswa lainnya di tingkat dasar ataupun keluarga,
mereka mempunyai hak untuk mengajar silat bagi tingkat dasar. Selain itu, untuk
masa pendidikan pun memakan waktu yang cukup lama yaitu 2 tahun untuk bisa
naik ke tingkatan berikutnya yaitu biru merah, tetapi kebanyakan pesilat Perisai
Diri pada umumnya sudah merasa puas berada di tingkat biru, selain meteri ujian
yang cukup berat apabila mereka akan naik tingkat menjadi biru merah, tanggung
jawab yang diemban pun tidaklah sembarang, mereka wajib dan harus membawa
nama baik Perisai Diri dimana pun mereka berada, dan bisa melatih dimanapun
dan kapanpun tanpa mesti harus ada instruksi atau perintah langsung dari pelatih
mereka.
2.5. Materi Pendidikan dan Latihan
Materi pendidikan dan latihan di Perisai Diri ditempuh dalam jangka
waktu tertentu, biasanya materi pendidikan dan latihan ini disesuaikan dengan
tingkatan para siswa tersebut yang secara garis besar dapat dibagi menjadi dua
kelompok yaitu Tingkat Dasar dan Calon Keluarga. Untuk pengenalan teknik-
teknik di atas itulah ada metode baku yang telah distandarisasi oleh Kelatnas
Indonesia Perisai Diri. Metode yang digunakan adalah pengenalan olahraga,
pengenalan bela diri, penguasaan bela diri, pengawalan, perawatan sampai dengan
tingkat guru.
26
Metode pendidikan dan pengajaran, dan pelatihan di perguruan silat
Perisai Diri adalah sebagai berikut (George F. De Groot dan Notosoejitno, 2006:
192-193):
1. Pengenalan terlebih dahulu mengenai teknik-tekniknya. Pada metode ini,
siswa diajarkan suatu pertarungan dengan sistem serang hindar,
maksudnya agar siswa mengetahui penggunaan teknik-teknik serang
hindar. Dengan pengenalan teknik-teknik tersebut memberikan penjelasan
agara siswa dalam pelaksanannya dapat mempelajari gerakan sama persis
dengan apa yang dituntut oleh teknik-teknik tersebut.
2. Setelah pengenalan teknik selama 6 bulan, kemudian siswa diajarkan cara
penerapan yang sebenarnya dengan tuntunan agar tidak salah dalam
penjelasannya. Dalam hal ini penjelasan adalah yang paling utama agar
siswa dapat melaksanakan teknik dengan baik dan benar.
3. Kemudian, dilanjutkan dengan pemahaman terhadap penggunaan teknik-
teknik yang telah diajarkan. Pada tingkat/ peringkat keluarga, para siswa
diberikan waktu untuk mendalami sampai memahami benar teknik-teknik
yang telah diterima dan pengembangan teknik-teknik tersebut dalam
penggunaannya sampai tahap akhir.
4. Terakhir adalah keyakinan siswa terhadap teknik-teknik tersebut.
2.5.1. Senam Teknik Kombinasi
Senam teknik kombinasi adalah susunan gerak silat Perisai Diri yang
dilatihkan kepada pesilat di setiap sesi latihan. Namun senam teknik kombinasi
27
bukanlah rangkaian wajib gerakan yang mesti dihafalkan seperti jurus di
perguruan silat pada umumnya.
Rangkaian gerak senam teknik kombinasi dibuat oleh para pelatih
setempat pada saat latihan berlangsung. Rangkaian gerak ini dibuat berdasarkan
imajinasi pada saat pesilat melakukan serang hindar dengan seorang lawan.
Rangkaian yang dibuat oleh pelatih tersebut dilaksanakan dengan tenaga dan
kecepatan maksimal dan diulang berkali-kali. Jadi, tidak ada standar baku tentang
senam teknik kombinasi ini. Rangkaian gerakan senam teknik kombinasi ini juga
sering diperlombakan dalam kejuaraan internal Perisai Diri. Melalui nomor
beregu tangan kosong ataupun bersenjata.
Tujuan dari latihan senam teknik kombinasi adalah untuk menciptakan
kebiasaan dalam melakukan teknik yang benar dan menciptakan refleks yang baik
terhadap para pesilat. Latihan ini juga membentuk otot-otot para pesilat agar dapat
dengan mudah beradaptasi dengan berbagai macam teknik Perisai Diri. Senam
Teknik Kombinasi ini selalu berbeda-beda di setiap sesi latihan, bisa diaplikasikan
baik dengan tangan kosong ataupun menggunakan senjata.
2.5.2. Teknik Senjata
Pada saat seorang siswa berada di tingkat dasar, maka mereka masih
diajarkan teknik-teknik beladiri tangan kosong. Pada tingkat selanjutnya diajarkan
juga senjata dengan senjata wajib berupa pisau pedang, dan toya, dengan dasar
penguasaan tiga senjata wajib, diharapkan pesilat perisai diri dilatih untuk mampu
mendayagunakan berbagai peralatan yang ada di sekitarnya untuk digunakan
sebagai senjata. Teknik tersebut juga dapat digunakan untuk memainkan senjata
28
lain seperti celurit , trisula, abir, tombak, golok, pedang samurai, pentungan,
kipas, payung, bayonet, dan sebagainya.
Tujuan dari pelajaran senjata adalah memberikan pemahaman bagi pesilat
tentang berbagai macam senjata. Dengan mengenal karakteristik, maka akan
mudah bagi mereka untuk beradaptasi dengan berbaga senjata yang ada. Sebagai
contoh dengan mempelajari pisau, maka pesilat akan mengerti kelebihan dan
kekurangan senjata pendek, baik sebagai perlawanan maupun ketika diserang.
Bahkan pesilat akan dapat mengadaptasi benda-benda serupa seperti keris,atau
bahkan pena dan pensil. Dengan memahami karakteristik senjata ini pula, seorang
pesilat akan mengerti bagaimana cara menghadapi berbagai macam senjata bila
memang keadaan sudah mendesak.5
2.5.3. Serang Hindar, Serang Balas, dan Beladiri
Metode praktis yang terpenting untuk dpelajari, bahkan sudah menjadi ciri
khas perguruan ini adalah Serang Hindar. Pada latihan ini akan diajarkan cara
menyerang dan menghindar yang paling efisien, cepat, tepat, tangkas, dan
bijaksana. Sekalipun berhadapan langsung dengan lawan, kemungkinan cedera
amat kecil karena setiap siswa dibekali prinsip-prinsip dasar dalam melakukan
serangan dan hindaran. Resiko kecil pada metode Serang Hindar inilah yang
melahirkan motto “Pandai Silat Tanpa Cedera.”
Praktik pelaksanaan Serang Hindar seperti ini dua orang pesilat saling
berhadapan satu sama lain. Di dekat mereka ada seorang pelatih yang menjadi
5 http://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga_Silat_Nasional_Indonesia_Perisai_Diri
29
wasit dan memberi aba-aba. Seorang pesilat disebut sebagai A dan yang seorang
lagi disebut dengan B. Sebelumnya pelatih memberi tahu terlebih dahulu jenis
serang hindar yang dilakukan bisa serang hindar satu gerakan, dua gerakan, atau
serang balas sekalipun. Pelatih kemudian memberi aba-aba “hup!”, bersamaan
dengan itu A menyerang B dengan satu gerakan, sementara B diam menunggu
serangan itu dekat dan kemudian bergerak ke samping untuk melepaskan diri dari
serangan A. Pelatih terus memberi aba-aba hingga 10 kali untuk A menyerang B
dan B harus menghindar hanya pada saat serangan A sudah dekat. Setelah selesai,
giliran B yang menyerang pada 10 aba-aba yang kedua. Itulah tadi salah satu
metode latihan berpasangan di silat Perisai Diri yang dikenal dengan sebutan
Serang Hindar. Metode Serang Hindar ini telah diformulasikan oleh Pak Dirdjo
agar dapat dilakukan dengan aman oleh kedua pesilat. Selama berlatih pesilat
diminta unuk melakukan serangan dan hindaran yang sesuai dengan pedoman
teknik silat Perisai Diri. Arah hindaran pun harus keluar dari penjuru (daerah
dimana lawan bebas menyerang), kita bisa menghindar selama kita tidak masuk
ke dalam penjuru serangan lawan. Apabila, pesilat yang melakukan hindaran
tersebut masuk ke dalam penjuru lawan, maka ia harus menambah gerakan
hindarannya agar tidak mudah diserang kembali oleh lawan.
Metode berpasangan yang lain di Perisai Diri adalah Serang Balas. Pada
metode Serang Balas, dalam satu aba-aba, A akan melakukan serangan terhadap B
dan B Menghindar kemudian B membalas lagi serangan ke A, dan A menghindar,
begitu seterusnya hingga sampai 10 hitungan. Selanjutnya pada 10 aba-aba kedua,
30
posisi para pesilat tesebut akan ditukar oleh pelatih, yaitu B menyerang terlebih
dahulu.
Tujuan dari latihan Serang Balas ini adalah untuk melatih pesilat, terutama
bagi si penghindar, untuk menghindar ke arah yang sulit dilihat oleh lawan, tetapi
akan sangat mudah untuk melakukan serangan balasan.Inilah yang disebut
hindaran yang mengunci posisi lawan. Si penghindar juga harus mempelajari
bagaimana ia harus meletakkan langkah mereka agar dapat mempercepat serangan
balasan berikutnya.
Metode berpasangan lain yang dilatihkan di Perisai Diri adalah beladiri.
Beladiri adalah saat dimana A menyerang dan B menghindar sambil melepaskan
serangan ke A. Dalam hal ini, B disebut melakukan beladiri. Perbedaannya
dengan metode sebelumnya adalah bahwa B tidak melakukan hindaran sempurna
baru membalas, namun B melakukan hindaran dan gerakan dalam satu gerakan.
Sebagai ilustrasi yang sederhana, misalnya A melakukan pukulan ke arah
depan (pukul pendeta), ketika pukulan tersebut dekat, maka B bergerak ke
samping sambil menusukkan buku tangannya ke arah mata (tusuk kuntul). Dalam
hal ini, maka B melakukan beladiri.
Ketiga metode di atas, Serang Hindar, Serang Balas, dan Beladiri akan
diajarkan kepada pesilat Perisai Diri baik di tingkat Dasar sampai tingkat yang
tinggi sekalipun. Metode ini akan diaplikasikan baik menggunakan tangan kosong
ataupun menggunakan senjata seperti pisau, pedang, dan toya.
31
2.5.4. Teknik Perisai Diri
Teknik-teknik yang dimiliki dan diajarkan oleh Perisai Diri merupakan
gabungan dan olahan dari berbagai aliran beladiri pencak silat yang ada di tanah
air yang disusun dan disesuaikan dengan anatomi tubuh manusia (Notosoejitno
& George F.de Groot, 2006: 191). Teknik Silat Perisai Diri ada beberapa macam
dan diajarkan kepada masing-masing pesilat berdasarkan pada tingkatannya
masing-masing. Teknik-teknik itu diambil dari gerakan manusia, hewan, bunga
sampai dengan tumbuh-tumbuhan. Menurut (Quintin Chambers.dkk: 1978: 13)
The technical base on which PD rest consists of a wide range of animal or
animallike postures and movements, plus several that are typical of specially
gifted human beings. Ada juga teknik yang diberi nama sesuai dengan nama asal
daerahnya antara lain:
1. Jawa timuran
2. Minangkabau
3. Betawen
4. Bawean
5. Cimande
Teknik Minangkabau berasal dari tanah Sumatera, teknik ini sudah
disesuaikan dengan beberapa variasi dan imajinasi R.M Soebandiman
Dirdjoatmodjo. Teknik ini mirip dengan tarian tradisional Sumatera Barat. Salah
satu tujuan mempelajari teknik ini ialah untuk memperkuat otot-otot paha dan
belakang. Teknik ini mengajarkan kepada kita untuk merasakan posisi merendah
yang benar-benar merendah hingga ke tanah. Pola penyerangan teknik ini ialah
32
dengan dengan mendahului dan membuka bagian badan dengan gerakan yang
lambat. Ini merupakan pancingan yang disengaja agar lawan menyerang terlebih
dahulu. Ketika lawan datang dengan serangan, saat itulah teknik Minang
menyerang dengan sangat cepat menggunakan ujung sikunya untuk
menghancurkan serangan lawan, kemudian dilanjutkan dengan serangan
berikutnya, bisa serangan kaki, putaran, dan sebagainya.
Kemudian ada lagi yang disebut dengan teknik asli dalam Perisai Diri,
disebut asli karena mempunyai frame tersendiri dan bukan merupakan kombinasi
dari beberapa aliran silat dan sebagian besar diambil dari sumbernya, yaitu dari
aliran Siauw Liem Sie yang berasal dari Cina. Namun, berkat kreativitas dan
imajinasi R.M. Soebandiman Dirdjoatmojo, gerakan –gerakan tersebut
dimodifikasi sedemikian rupa, maka yang mirip hanya sikap awalnya saja.
Sedangkan gerakan maupun implementasi dalam teknik silatnya sangat jauh
berbeda, karena sudah disesuaikan dengan jiwa dan karakter pencak silat
Indonesia. Sehingga dari situ terciptalah ilmu silat Perisai Diri yang secara
keseluruhan mempunyai sifat yang unik. Macam-macam teknik asli yang ada
tersebut ialah:
1. Teknik burung mliwis
2. Teknik burung kuntul
3. Teknik burung garuda
4. Teknik lingsang
5. Teknik kuda kuningan
6. Teknik satria hutan
33
7. Teknik harimau
8. Teknik naga
9. Teknik satria
10. Teknik pendeta
11. Teknik putri bersedia
12. Teknik putri teratai
13. Teknik putri berhias
14. Teknik putri bersembahyang
Berikut penjelasan singkat mengenai beberapa teknik-teknik asli tersebut:
1. Teknik Burung Meliwis
Teknik Burung Meliwis ini terkenal dengan cirinya yang bergerak
dengan ringan dan cepat. Tujuan dari mempelajari teknik ini ialah pesilat
diajarkan untuk bergerak dengan ringan, dan cepat ibarat burung mliwis.
Selain untuk melatih kecepatan, dan keringanan tubuh, teknik ini juga
membuat para pesilat membiasakan diri menapak dengan ujung kaki.
Dengan mempelajari teknik ini, maka pesilat dengan sendirinya telah
melatih otot-otot kaki, betis, dan pinggul.
Teknik meliwis menggunakan ujung-ujung jarinya untuk
menyerang lawan. Oleh karena itu, sasaran serangan ialah bagian-bagian
yang sangat lemah seperti mata dan leher. Saat menyerang, maka teknik
ini akan melontarkan tangannya dengan cepat ke arah lawan dan akan
kembali dengan kecepatan yang sama, sehingga mempersulit lawan untuk
menolak. Selain ujung-ujung jari, Meliwis juga menggunakan pergelangan
34
tangannya untuk menyerang bagian-bagin seperti leher dan dagu. Teknik
ini juga menggunakan pergelangan tangan bagian dalam untuk menolak
dengan cara mengalihkan arah serangan lawan.
2. Teknik Burung Kuntul
Setelah mempelajari teknik meliwis, pesilat akan menerima
pelajaran teknik berikutnya yaitu teknik burung kuntul. Teknik ini
diberikan pada pesilat apabila tingkatannya udah mencapai putih-hijau.
Teknik ini akan dipelajari, sebagai syarat bagi seorang pesilat Perisai Diri
untuk naik ke tingkat berikutnya yaitu hijau.
Teknik burung Kuntul ini sama-sama mengajarkan agar pesilat
dapat bergerak dengan ringan, bedanya dengan teknik burung Meliwis,
pada teknik burung kuntul ini, pesilat diajarkan untuk melibatkan tenaga
saat bergerak ringan. Dibandingkan dengan Meliwis, Kuntul, tidak hanya
menyerang bagian lemah, tetapi juga bagian lain, seperi lutut. Teknik ini
memiliki satu tendangan yang digunakan untuk merusak lutut lawan yang
disebut tendang gejug. Pada saat menyerang, sifat serangan Kuntul adalah
memecut. Serangan dilontarkan sangat cepat dari badan ke arah sasaran
dengan dengan sendirinya kembali ke arah badan dengan kecepatan yang
sama. Namun, pola serangan Kuntul tidak pernah lurus ke depan seperti
teknik bela diri pada umumnya, serangan kuntul selalu mengarah ke
samping, untuk menyerang ke depan, maka Kuntul akan memposisikan
dirinya sedemikian rupa, sehingga lawan menjad berada di samping saat
serangan mencapai target
35
3. Teknik Burung Garuda
Garuda adalah simbol burung terkuat di antara jenis burung
lainnya. Oleh karena itu dibandingkan dengan teknik burung sebelumnya.
Teknik ini memiliki kemampuan bertarung yang paling tinggi. Saat
berlatih teknik Garuda, pesilat akan dikenalkan bagaimana cara
menggunakan perubahan badan sebagai tenaga tambahan saat menyerang
atau menolak, karena kemampuannya dalam menggunakan badan inilah
tenaga yang dimiliki oleh teknik Garuda menjadi lebih besar.
Teknik ini menggunakan sisi tangan dan sikunya sebagai
perlengkapan dalam menyerang dan menolak. Teknik ini selalu
mengembangkan kelima jarinya selebar mungkin untuk memperkuat otot
tangan bagian samping. Target serangan Garuda sering ke arah leher,
dengan menggunakan sikunya, Garuda akan menotok bagian leher lawan
sekaligus merobek kulit lawan, tidak hanya leher, Garuda juga dapat
menyerang ke bagian tengah di antara dua alis mata lawan dan
mengirisnya ke sepanjang garis mata. Dalam jarak yang sangat rapat,
Garuda memanfaatkan sikunya ke bagian lemah lawan ataupun
memanfaatkn tumitnya untuk melakukan tendangan jarak pendek ke arah
kemaluan lawan dan juga untuk melindungi diri dari serangan lawan.
Garuda memanfaatkan kaki untuk menolak bagian bawah dan tangan
untuk menolak bagian tengah dan atas.
36
4. Teknik Harimau
Teknik Harimau merupakan teknik yang dipelajari manakala
seorang pesilat akan beranjak menaiki tingkat strip biru (asisten pelatih).
Teknik ini dipelajari ketika pesilat berada pada strip hijau biru untuk
menghadapi ujian ke tingkat strip biru. Dibandingkan dengan Garuda,
teknik Harimau memiliki kemampuan yang lebih besar, baik itu tenaga,
kecepatan, keuletan, keganasan, dan fleksibilitas gerakan.
Teknik ini diadaptasi dari karakter hewan aslinya yang disesuaikan
dengan anatomi tubuh manusia. Teknik ini juga menggunakan perputaran
badan untuk meningkatkan kecepatan dan tenaga. Mengenai posisi
penyerangan harimau, bisa berbeda-beda, kadang bisa merendah, sedang
ataupun tinggi. Pada saat posis merendah, teknik ini akan melebarkan
kuda-kuda agar lebih merendah ke tanah dan akan menyerang ke daerah
bawah dari lawan, dilanjutkan dengan menggulung untuk menjauhkan diri
dari lawan. Pada saat posisi tinggi, penyerangan terhadap lawan dialihkan
ke daerah atas seperti dada dan kepala. Teknik ini pun kadang
menggunakan lompatannya untuk menyerang kepala. Saat menyerang,
harimau menggunakan perlengkapan seperti cakar, telapak tangan, lutut,
tumit, dan telapak kaki. Saat menolak, teknik ini menggunakan bagian
tubuh seperti kaki, tangan, dan juga cakarnya. Target sasaran yang
menjadi sasaran serangan antara lain mata, muka, telinga, leher, dada,
pergelangan badan, kemaluan, lutut, dan kulit.
37
5. Teknik Naga
Naga dilambangkan sebagai binatang terkuat di jajaran teknik silat
Perisai Diri. Oleh karena itu, naga diberikan pada jenjang teknik hewan
terakhir di Perisai Diri. Keunikan dari teknik Naga terdapat pada cara
langkahnya yang selalu mengandung putaran. Hal ini dilakukan untuk
menuju poros tengah lawan saat menghindar, memapas, ataupun
menyerang. Tenaga yang dikeluarkan pun lebih besar dibanding teknik
sebelumnya karena teknik ini telah menyatukan kemampuan perputaran
badan dan perpindahan berat badan sebagai tambahan tenaganya.
Pesilat yang menerima teknik ini adalah mereka yang telah
menduduki tingkatan Asisten Pelatih. Di tingkat ini, mereka mendapatkan
pelajaran Pernapasan Tahap 1 yang berfokus untuk meningkatkan tenaga.
Oleh karena itu, teknik Naga pun akan semakin kuat lagi karena para
Pesilat akan mengkombinasikan teknik dan pernafasan ke dalam
pengaplikasian teknik ini. Sasaran penyerangan dari teknik Naga ini ialah
merusak persendian leher, paha, dan tangan. Daerah lemah seperti dagu
dan kemaluan pun kerap menjadi sasaran serangan apabila daerah tersebut
terbuka.
6. Teknik Satria
Seorang Pesilat yang telah mempelajari teknik Hewan dalam
Perisai Diri, selanjutnya akan mulai mempelajari teknik manusia. Teknik
yang pertama dipelajari ialah teknik Satria. Pada tingkat ini, pesilat telah
38
dianggap mampu menerapkan seluruh kemampuan dari teknik hewan pada
tingkatan sebelumnya. Sebagai suatu teknik manusia, seorang pesilat
diharapkan meninggalkan karakter kehewanannya dari teknik-teknik
sebelumnya seperti sifat liar, ganas, dan brutal. Teknik Satria akan berpikir
tepat sebelum bertindak dan melaksanakan geraknya dengan penuh
percaya diri.
Bersamaan dengan pembelajaran teknik ini, seorang pesilat juga
akan diberikan pelajaran tambahan berupa pelajaran Pernapasan Tahap 2
yang difokuskan untuk meledakkan tenaga. Karena kemampuan itulah,
sifat teknik Satria ini menjadi penuh rasa percaya diri. Ketika serangan
datang, satria akan menolak, memapas, dan merusak perlengkapan
serangan lawan dengan memukul titik persendian. Saat bergerak, teknik
ini tidak melakukan gerakan-gerakan yang rumit seperti pada teknik
Harimau dan Naga.
7. Teknik Pendeta
Pendeta atau dalam bahasa Jawa disebut juga pandito adalah orang
yang selalu memberikan falsafah jalan kebaikan pada orang lain. Karakter
ini pun terbawa ke dalam teknik itu sendiri. Teknik ini tidak menunjukkan
kebrutalan dan juga tidak merusak ataupun menghancurkan persendian
lawan, teknik ini sendiri tidak akan merusak apabila tidak diperlukan.
Pola gerak yang dilakukan teknik ini pun jauh lebih sederhana.
Serangannya hanya berpola lurus dengan jarak yang dekat. Serangan yang
dilakukan sepenuhnya menggunakan putaran badan, atau dikenal dengan
39
istilah Gizoboge. Anggota tubuh yang digunakan sebagai alat untuk
menyerang lawan adalah kepalan tangan, sisi samping badan, kepala, dan
tumit. Bentuk tangan dari teknik ini selalu mengepal dan sasaran serangan
umumnya adalah ulu hati, kepala, rusuk, dan beberapa bagian persendian.
8. Teknik Puteri
Teknik puteri adalah teknik tertinggi di Perisai Diri. Karakter dari
teknik ini bisa berubah-rubah, terkadang lembut bak seorang puteri
gemulai, namun secara tiba-tiba bisa berubah menjadi sangat cepat dan
keras, kemudian lembut kembali. Teknik Puteri menggabungkan seluuh
kemampuan yang ada pada teknik-teknik sebelumnya, ditambah dengan
kemampuan fleksibilitas gerak yang tidak baku seperti teknik lain. Tenaga
yang digunakan bersifat kosong isi, ,maksud dari istilah ini ialah bahwa
Puteri akan selalu kosong, tidak bertenaga, namun di dalam
kekosongannya keluar tenaga yang sangat besar saat terjadi sentuhan
dengan lawan.
Satu hal lagi yang menarik mengenai teknik Puteri ini ialah
seringkali melakukan dua macam tindakan dalam satu gerakan. Baik itu
menyerang sambil menghindar ataupun menyerang sambil menolak.
Teknik ini pun sering memanfaatkan tenaga lawan untuk menyerang,
sehingga tenaga yang ia keluarkan semakin sedikit. Gizoboge (perputaran
badan) selalu diaplikasikan dalam tekniknya ditambah dengan Pernafasan
Tahap 3 yang selalu mengiringi geraknya. Serangannya bersifat gelap
yang artinya sulit untuk dilihat dan dibaca oleh lawan. Pada saat
40
menghadapi serangan pun, biasanya Puteri bereaksi terlebih dahulu
terhadap serangan lawan dan tidak pernah berinisiatif untuk menyerang
terlebih dahulu.
2.5.5. Teknik Olah Pernapasan
Ketika pesilat telah menduduki tingkat Asisten Pelatih, ia akan mulai
menerima pelajaan teknik olah pernapasan yang berguna baik untuk kebugaran
maupun untuk menunjang beladiri. Dalam Perisai Diri tu sendiri, teknik
pernapasannya dibagi menjadi tiga tahap.
Tahap pertama tujuannya untuk menghimpun tenaga. Seorang pesilat akan
belajar teknik penafasan yang berguna untuk menambah tenga dan membuat otot-
ototnya menjadi keras. Namun, pada saat pembelajaran tahap ini, biasanya ada
kemunduran yang akan dialami dari sisi kecepatan. Kecepatan si pesilat akan
menurun dari kecepatan sebelumnya. Ketika seorang pesilat telah menyelesaikan
latihan pernafasan Tahap 1, maka ia harus langsung melanjutkannya latihan
pernafasan tahap 2. Fokus latihan pada tahap dua ini ialah bagaimana caranya kita
meledakkan tenaga yang ada di dalam diri kita. Tenaga yang telah dihimpun
sebagai hasil latihan tahap 1, kini diarahkan untuk dilepaskan dalam bentuk-
bentuk teknik, baik seranga, tolakan, papasan, dan bahkan hindaran. Dengan
melalui proses tahap 2 ,maka kecepatan seorang pesilat akan berangsur-angsur
kembali seperti semula dan bahkan dapat meningkatkan kecepatan.
Tahap terakhir dari latihan teknik pernafasan ini adalah pernafasan tahap
3. Pada tahap ini lebih ditekankan pada implementasi penggunaan nafas pada
seluruh gerakan silat. Setelah, melalui proses latihan pernafasan tahap tiga ini,
41
seorang pesilat akan mampu bernfas dengan lembut, bergerak dengan cepat dan
menghasilkan tenaga apabila diperlukan saja. Seluruh pola pernafasan , cara
implementasi dan penghayatannya akan dilatihkan pada tahap ini. Oleh karena itu
pelajaran ini hanya akan diberikan kepada Pelatih yang dituntun langsung melalui
bimbingan seorang pendekar.
2.5.6. Kerokhanian
Kerokhanian biasanya diberikan kepada pesilat yang telah berada di
tingkat keluarga dan berusia minimal 17 tahun namun pelaksanaanya lebih
ditekankan kepada pesilat yang telah memiliki kemampuan lebih dalam ilmu
bertarung setelah mempelajari teknik tangan kosong, teknik senjata, dan tekik
pernafasan. Jadi walaupun sudah berusia minimal 17 tahun, namun apabila
kemampuan bertarung belum begitu baik dan sempurna, maka pelatih tidak akan
menganjurkan kepada siswa untuk mempelajari kerokhanian ini. Kerokhanian ini
berguna untuk menggembleng mental dan spiritual pesilat agar dapat menjadi
pesilat yang berbudi luhur, dalam Perisai Diri, gemblengan mental dan spiritual
tersebut dikenal dengan istilah kerokhanian yang diberikan secara bertahap untuk
memberi pengertian dan pelajaran tentang diri pribadi dan manusia pada
umumnya, sehingga diharapakan tercipta pesilat yang bermental baja dan berbudi
luhur, mempunyai kepercayan diri yang kuat, berperangai lemah lembut serta
bijaksana dalam berpikir dan bertindak. Keseimbangan antara pengetahuan silat
dan kerokhanian akan menjadikan anggota Perisai Diri waspada dan mawas diri,
42
tidak sombong, dan setiap saat sadar bahwa di atas segala-galanya ada Sang
Pencipta.6
***
. Selain teknik-teknik tersebut, terkadang masih dilakukan diskusi dan
pertemuan dengan pendekar dari berbagai daerah di Indonesia. Berdasarkan
pengalaman itulah R.M Soebandiman Dirdjoatmodjo menyimpulkan bahwa dapat
diketahui masing-masing aliran dan teknik ilmu beladiri itu mempunyai
perbedaan dalam hal:
Pengosongan
Meringankan badan
Memberatkan badan
Merampas
Merusak
Tangkisan
Kuncian
Serangan tangan, kaki, badan
Hindaran, elakkan, lompatan
Tolakkan, potongan, tebangan, lemparan, cangkolan, kipasan, dorongan,
tebakkan
Penyaluran nafas dan tenaga
Penggunaaan senjata; pisau satu, pisau dua, pedang satu, pedang satu,
pedang dua, pentung satu, pentung dua, rantai, payung, toya, abir, trisula,
6 http://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga_Silat_Nasional_Indonesia_Perisai_Diri
43
tongkat tiga, dan lain-lain yang kesemuanya diolah dan digabungkan
menjadi satu sehingga tercipta beladiri pencak silat Perisai Diri
2.6. Keanggotaan Perisai Diri
Keangotaan Kelatnas Indonesia Perisai Diri terdiri dari:
a. Anggota biasa, ialah mereka yang termasuk dalam tingkat dasar
dan telah memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Sehat Jasmani dan rohani
Berusia minimal 6 tahun
Tidak menjadi anggota dari aliran/ perguruan bela diri lain,
kecuali karena tugas atau pendidikannya
Berkelakuan baik
b. Anggota Keluarga, ialah yang anggota yang telah memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
Menjalani pendidikan dasar selama 1, 5 tahun atau lebih
(dimulai dari Dasar 1)
Taat pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tanga
Kelatnas Indonesia Perisai Diri
c. Anggota Kehormatan, ialah mereka yang diangkt dan disahkan
menjadi anggota berdasarkan pertimbangan atas jasa-jasanya
kepada kelatnas Indonesia Perisai Diri. Pengangkatan atau
pemberian tingkat dan pengesahan anggota Kehormatan dilakukan
oleh Pengurus pusat atas usulan dari Daerah/ Cabang. Sebagai
44
contoh ialah Bapak Rahmat Gobel yang pada bulan April 2010 lalu
diangkat sebagai anggota kehormatan Perisai Diri di Keraton
Yogyakarta.
***
2.7. Perkembangan Perisai Diri di Yogyakarta
Suatu organisasi pencak silat tidak mungkin dapat tumbuh dan
berkembang selama puluhan tahun tanpa adanya kaderisasi dan pengembangan
teknik pencak silat oleh anggota perguruannya hingga ke seluruh penjuru
Indonesia bahkan International. Didorong oleh rasa cinta dan semangat itulah
suatu perguruan silat dapat tumbuh dengan pesat.
Perguruan silat Perisai Diri pun tidak jauh berbeda dengan beberapa
perguruan silat yang ada di Indonesia. Mereka mengembangkan perguruannya
hingga ke beberapa cabang di seluruh Indonesia bahkan International. Hal ini
terbuki dengan dibukanya beberapa komisariat resmi Perisai Diri di beberapa
negara seperti Australia, Jepang, Amerika Serikat, Jerman, dan juga Belanda. Di
Indonesia sendiri, cabang-cabang Perisai Diri hampir dapat kita temui di setiap
provinsi yang ada di Indonesia, bahkan hingga ke kawasan Timur Indonesia
sekalipun.
D.I Yogyakarta, sabagai salah kota dengan luas wilayah 3,185.80 km2
merupakan tempat spesial bagi perkembangan Perisai Diri selain sebagai kota
kelahiran R. M Soebandiman Dirjoatmojo (pendiri Perisai Diri) perkembangan
Perisai Diri di dalamnya cukup baik. Tercatat ada beberapa atlit Perisai Diri dari
Yogyakarta yang telah malang melintang ke beberapa kejuaraan silat International
45
seperti Joko Widodo yang meraih medali emas pada SEA GAMES XIV tahun
1987 dan Herlina yang dua kali meraih medali emas pada SEA GAMES di Kuala
Lumpur dan Bangkok.
Cikal bakal berdirinya Perisai Diri di Yogyakarta ini sudah dimulai sejak
dulu kala. Ketika Pak dirdjo kembali dari perantauannya yang panjang untuk
menuntut ilmu bela diri. Pak Dirdjo diminta kembali untuk mengajar silat di
Taman Siswa. Namun beliau tidak bisa berlama-lama untuk mengajar di Taman
Siswa ini karena beliau harus bekerja di Pabrik Gula Plered di kawasan
Yogyakarta, lalu pada tahun 1947-1948, berkat pertolongan dari Bapak Djumali
yang bekerja di Departemen Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta, Pak Dirdjo
diangkat menjadi pegawai negeri lingkungan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan di seksi pencak silat. Dengan misi untuk mengembangkan ilmu silat
kepada generasi muda saat itu, Pak Dirdjo kemudian mengajar di Himpunan
Siswa Budaya, selain itu juga Pak Dirdjo membuka kursus silat di kantornya.
Ketika tahun 1953, Pak Dirdjo dipindahtugaskan ke Surabaya dengan bertempat
di kantor Kebudayaan Jawa Timur urusan Pencak Silat. Murid-murid Pak Dirdjo
yang masih berada di Yoyakarta pun tetap berlatih dengan dipimpin oleh Mas
Dalmono dengan membentuk suatu wadah bernama Himpunan Penggemar
Pencak Silat Indonesia (HPPSI). Barulah pada tanggal 2 Juli 1955, Pak Dirdjo
dibantu bapak Imam Ramelan secara resmi menamakan silat yang mereka
ajarkan selama ini menjadi Perisai Diri. Para murid yang berada di Yogyakarta
kemudian menyesuaikan diri dengan mengganti nama perhimpunan mereka
menjadi Perisai Diri. Di sisi lain Perguruan Eka Kalbu, yang pernah didirikan oleh
46
Pak Dirdjo di kawasan Banyumas dan Purworejo memang tidak terdengar lagi
gaungnya,hal ini disebabkan karena secara perlahan mereka melebur dengan
sendirinya ke Perisai Diri sama halnya dengan HPPSI.
2.8. Perkembangan Perisai Diri di UGM
Apabila kita melihat sejarah panjang dan berliku dari Perisai Diri
kesemuanya tersebut saling berhubungan satu sama lainnya. Awal mula
berdirinya Perisai Diri di UGM ini juga ada kaitannya dengan cerita awal mula
berdirinya Perisai Diri ini. Ketika pada waktu itu Pak Dirdjo kembali dari Jogja
setelah perantauannya yang panjang demi mempelajari lagi secara lebih
mendalam tentang ilmu bela diri khususnya Pencak Silat. Pak Dirdjo diminta
melatih di Perguruaan Taman Siswa, namun tidak begitu lama, kemudian pada
tahun 1947-1948 Pak Drdjo bekerja di Departemen Pendidikan Daerah Istimewa
Yogyakarta. Berawal dari situlah cikal bakal berdirinya Perisai Diri di UGM
dimulai, pada waktu itu beliau mengajar di Himpunan Siswa Budaya sebuah Unit
Kegiatan Mahasiswa di UGM (Universitas Gadjah Mada). Murid-muridnya
adalah para mahasiswa UGM, tetapi ada juga yang beberapa berasal dari luar
UGM. Beberapa murid Pak Dirdjo saat itu di antaranya adalah Ir.Dalmono, Prof
Dr.Suyono Hadi (dosen Universitas Padjajaran Bandung) dan Alm Bambang
Mudjiono Probokusumo atau akrab disapa dengan panggilan Mas Wuk.
Pada tahun 1974, Perisai Diri (PD) mengadakan latihan secara resmi di
UGM yang diprakarsai oleh dua mahasiswa dari fakultas Psikologi pada saat itu
yaitu Yos Aris Priadji dan Edy Tjajono Putro. Berkat kegigihan mereka
berdualah, PD yang awalnya hanya dikenal di Fakultas Psikologi mulai
47
berkembang hingga ke fakultas lain, tidak jarang anggotanya pun ada yang berasal
dari fakultas lain. Barulah pada tahun 1976, Pihak UGM mengakui PD sebaga
unit kegiatan mahasiswa. Setelah Gelanggang Mahasiswa resmi dibangun, tempat
latihan pun berpindah, dari yang tadinya di fakultas Psikologi kemudian
berpindah ke Gelanggang Mahasiswa UGM.7 Pada masa itu bermunculanlah
pesilat-pesilat tangguh kelas dunia seperti Joko Widodo (fakultas teknik) yang
meraih medali emas pada SEA GAMES XIV di Jakarta pada 1987, kemudian dua
kali meraih medali emas di Kejuaraan dunia Pencak Silat pada tahun 1990.Ada
juga pesilat putri Herlina (fakultas Psikologi) yang meraih dua kali medali emas di
arena SEA GAMES di Kuala Lumpur dan Bangkok. Selain itu prestasi PD UGM
yang lainnya yaitu pernah merebut trofi Presiden RI pada Kejurnas antar
Perguruan Tinggi ke-7 di ITS Surabaya tahun 1983, kemudian Kejurnas ke -8 di
IPB Bogor tahun 1985, dan di UNS pada kejurnas ke-9 pada tahun 1989. Selain
itu juga menjadi juara umum di Kejurnas Pencak Silat Antar Mahasiswa di
Bandung pada tahun 1982, dan di Universitas Brawijaya pada tahun 1987. Tahun
2007 Perisai Diri UGM kembali menorehkan prestasinya di Perisai Diri
International Championship dengan menyabet 4 medali emas. Kemudian prestasi
terbaru ini di tahun 2009 berhasl menjadi juara umum ke-4 di Kejurnas antar
Perguruan tinggi yang dilaksanakan di Universitas Negeri Surabaya beberapa
waktu yang lalu dengan menyabet dua medali emas di nomor teknik kombinasi
putra beregu dan bersenjata.
Hal yang menarik di perguruan Perisai Diri cabang Universitas Gadjah
Mada (UGM) ini ialah keragaman individu yang ada di dalamnya. Tidak heran,
7 Pamflet Perisai Diri UGM 2005
48
karena Perisai Diri Universitas Gadjah Mada (PD UGM) ini merupakan wadah
kegiatan mahasiswa yang tergabung dalam unit kegiatan mahasiswa di
Gelanggang Mahasiswa UGM. Suasana latihan yang ada di sini pun cukup
dinamis dan beragam, pelatih pun dalam mengajar selalu menggunakan bahasa
Indonesia, karena kebanyakan murid-murid yang ada di PD UGM ini rata-rata
berasal dari luar Pulau Jawa, ada yang berasal dari Sumatera, Nusa Tenggara,
Bali, dan masih banyak lagi, namun tidak jarang juga terjadi pertukaran budaya di
dalamnya. Ciri khas yang melekat di perguruan ini kerapian teknik dan serang
hindarnya yang sangat baik. Bahkan, tidak jarang unit-unit Perisai Diri lain di
Jogja sengaja datang latihan ke PD UGM untuk mempelajari teknik yang baik dan
melatih serang hindar mereka. Karena memang untuk mempelajari serang hindar
ini tidaklah mudah, dibutuhkan nalar dan kemampuan teknik yang baik. Tidak
boleh sembarangan, kalau sampai hal itu terjadi bisa fatal akibatnya bagi si pesilat
itu sendiri. Anggota PD UGM melalui bimbingan Mas Bahari (pelatih PD UGM)
selalu ditekankan pada penguasaan teknik yang baik baik untuk fight (bertarung)
maupun seni.
Hubungan PD UGM dengan pihak pengurus daerah (Pengda) Perisai Diri
DIY pun cukup baik, bahkan tiidak jarang PD UGM dipercayakan untuk mengisi
atraksi seni pada saat event-event Perisai Diri yang dikelola oleh Pengda. Terakhir
PD UGM tampil pada pengukuhan Rahmat Gobel sebagai anggota kehormatan
Perisai Diri di Keraton Jogjakarta pada April 2010 lalu, mereka menunjukkan
atraksi mereka antara lain seni beladiri, serang hindar, dan atraksi kebolehan
menggunakan senjata seperti pedang, toya, dan kipas. Ciri khas yang melekat di
49
PD UGM dalam setiap tampilannya adalah atraksi kipas, dalam hal ini ialah
kemampuan memainkan senjata berupa pisau di tangan kiri dan kipas di tangan
kanan, hentakan kipas yang cukup keras ditambah dengan kelincahan dari
masing-masing pesilat memainkan pisau di tangan mereka, menjadi atraksi yang
cukup unik dan menarik untuk dipertontonkan. Bahkan pada Dies Natalis UGM
ke 65 tahun lalu, tim kipas PD UGM dundang untuk tampil mengisi acara Dies
Natalis UGM tersebut.
Apabila kita melihat unit kegiatan mahasiswa PD UGM, di lingkungan
internal Gelanggang Mahasiswa UGM memang namanya cukup dikenal baik,
namun apabila beranjak ke luar lingkungan Gelanggang Mahasiswa UGM, nama
mereka kurang bergema. Wajar apabila hal ini terjadi pada mereka, mengingat
bisa dibilang memang pencak silat olahraga yang kurang populer di kalanga anak
muda terutama mahasiswa. Stigma yang masih berkembang di pikiran setiap
orang apabila mendengar olahraga Pencak Silat ini ialah olahraga bela diri yang
terkait dengan mistik, ilmu hitam, sarat dengan kekerasan, terkesan
kampungan ,dan lain sebagainya. Namun, kita juga tidak bisa menyalahkan
mereka yang menganggap Pencak Silat seperti itu. Kurangnya promosi dan
pengenalan yang baik terhadap Pencak Silat juga rasa ekslusifitas yang tinggi di
beberapa perguruan pencak silat menyebabkan pencak silat semakin sulit dijamah
oleh masyarakat awam. Untuk itulah dalam metode perekrutan anggota baru, PD
UGM biasanya lebih menonjolkan kegiatan-kegiatan non –latihan mereka, seperti
misalnya kegiatan jelajah alam, makrab, dan lain-lain sebagainya, bahkan sedikit
sekali unsur bela diri yang ditonjolkan dalam pameran atau promosi unit kegiatan
50
mereka. Hal ini dikarenakan untuk lebih menarik minat orang-orang khususnya di
kalangan mahasiswa UGM itu sendiri. PD UGM ingin merubah citra yang terpatri
di kalangan masyarakat dan menghapus stigma negatif mengenai Pencak Silat itu
sendiri. Bahkan dalam latihan pun, unsur –unsur kekerasan dalam bela diri pun
sedikit dilatikan. Pelatih PD UGM yaitu Bahari atau yang biasa disapa dengan
Mas Bari mengatakan bahwa, kalau dia melatihkan teman-teman UGM bela diri
yang sebenarnya yang sarat dengan kekerasan, dia khawatirkan, peminat Pencak
silat khususnya PD akan semakin sedikit. Oleh karena itu, setiap latihan mas
Bahari beserta kedua asisten pelatihnya yaitu Mas Imron dan Mas Junda selalu
bersikap santai, tenang, tidak memaksa kepada siswa-siswa yang belajar di sana.
Namun,apabila tingkatan mereka sudah cukup tinggi, maka mas Bahri akan
sedikit keras pada saat latihan, namun tetap santai, tidak jarang terkadang latihan
ini sesekali diselingi dengan tawa dan canda namun tidak mengurangi inti dari
latihan tersebut, Bahkan karena suasana keakraban yang seperti itu, anggota-
anggota Perisai Diri dari unit lain, semisal dari SMP Stella Duce 2, Universitas
Islam Indonesia (UII), atau dari unit Lempuyangan kerap sesekali mencoba
latihan disini. Bahkan menurut pengakuan Ika, salah satu murid PD dari cabang
SMP stella Duce 2, mengatakan bahwa latihan di PD UGM sangatlah
menyenangkan, dan penuh dengan rasa kekeluargaan yang tinggi.
51
2.8.1. Kendala yang Dihadapi
Setiap organisasi formal ataupun non formal pastilah tidak akan terlepas
dari masalah dalam tubuh organisasi mereka. Begitu pula yang dihadapi oleh Unit
Kegiatan PD UGM, masalah –masalah yang timbul terkait sumber daya
mahasiswa yang terbilang minim jumlah mahasiswa dari UGM, tetapi kebanyakan
diisi oleh mahasiswa dari luar UGM atau masyarakat umum, karena dalam
penerimaan anggota baru, tidak terbatas dari kalangan mahasiswa saja,
masyarakat umum, tua, muda, dan dewasa, dapat bergabung dan latihan di Perisai
Diri UGM ini. Namun, cukup ironis, apabila dilihat jumlah anggota yang berasal
dari kalangan mahasiswa UGM masih cukup minim, rata –rata hampir
keanggotaan PD UGM didominasi oleh mahasiswa di luar UGM, karena memang
dalam sistem perekrutannya PD UGM tidak membatasi siapa saja yang ingin ikut,
mahasiswa dari luar UGM atau masyarakat luas pun dapat mendaftar di PD
UGM ,namun terkadang hal ini menyulitkan apabila diminta oleh direktorat
kemahasiswaan untuk mengumpulkan data prestasi, maka data prestasi PD UGM
terbilang tidak terlalu banyak,karena kurangnya atlit-atlit dari UGM yang
berprestasi. Fasilitas latihan yang kurang menunjang pun kerap menjadi kendala
unit kegiatan mahasiswa ini dalam mengembangkan pola latihannya. Cara jitu
untuk menyisiasati hal tersebut ialah, dengan mengadakan latihan tambahan setiap
hari selasa, rabu, dan kamis, dengan menggunakan tempt-tempat latihan seadanya,
seperti lapangan rumput dibelakang gelanggang mahasiswa atau di lapangan
parkir Grha Sabha Pramana (GSP). Mengenai minimnya tempat latihan dan
fasilitas, hal ini sempat dibicarkan dengan pihak rektorat tapi sampai sekarang
52
belum ada tanggapan serius dari mereka. Bahkan untuk pembinaan atlit dari UGM
pun masih dirasa kurang, mengingat jadwal kuliah yang sudah cukup padat,
kebanyakan mahasiswa yang mengikuti UKM silat PD UGM ini hanya
menjadikan silat sebagai ajang berkumpul untuk melepaskan penat kuliah atau
sekadar olahraga saja, tanpa berniat untuk berprestasi. Karena sulitnya pembagian
waktu antara kuliah dengan kegiatan di luar kampus, mereka akhirnya menjadikan
silat hanya sebagai kegiatan sampingan mereka saja, walaupun ada beberapa atlit
dari UGM sendiri yang merupakan jebolan dari PBOS (Penerimaan Bibit unggul
Olahraga dan Seni), tetapi partisipasai aktif dari mereka , dirasa masih sangatlah
kurang dan minim, lagi-lagi ketika sudah menginjak bangku kuliah, mereka
cenderung tenggelam dalam rutinitas dan padatnya jadwal kuliah mereka sehingga
waktu latihan mereka pun sangatlah kurang. Untuk itulah dalam menghadapi hal
ini UKM berusaha merekrut anggota sebanyak-banyaknya, dan memotivasi
mereka atau siapa saja yang ingin ikut bertanding, karena kebanyakan dari atlit-
atlit yang berasal dari UGM sendiri, rata-rata belum memiliki pengalaman tanding
yang baik dan kurangnya rasa percaya diri di dalam diri mereka
2.9. Perkembangan Perisai Diri Unit Srandakan, Bantul
Perisai Diri unit Srandakan Bantul berlokasi di Srandakan Bantul tepatnya
di balai desa Srandakan (timur jembatan progo) , yang menarik dari Perisai Diri
Unit Srandakan ini ialah kemampuan mereka mencetak atlit-atlit fight yang
berbakat dan tangguh baik di Kejuaraan International maupun regional di
Indonesia. Bahkan, sudah tertanam dalam benak masyarakat mengenai Perisai
Diri Unit Srandakan Bantul ini bahwa mereka memang gudang pencetak atlit-alit
53
fight yang berkualitas. Bahkan atlit-atlit Perisai Diri (PD) dari unit atau cabang
mana pun di Yogyakarta, tidak jarang belajar langsung ke PD Srandakan untuk
mendalami teknik fight ((bertarung) di sana, bahkan tidak jarang, remaja-remaja
atau anak-anak muda yang berasal dari Srandakan dan sedang menempuh
pendidikan perguruan tinggi di Yogyakarta melatih silat dengan bidang khusus
tanding fight.
Unit Perisai diri cabang Srandakan berdiri pada tahun 1984 atas prakarsa
dua orang pesilat Perisai Diri yang memang berdomisili disana yaitu mas
Bambang Jhoni dan Mas Edi. Didorong oleh rasa cinta mereka pada silat Perisai
Diri, maka atas inisiatif mereka sendiri berdirilah Perisai Diri unit Bantul ini
berlokasi di Srandakan melaui perizinan dari Pengda DIY.
Sejak awal berdirinya Perisai Diri di Bantul ini jumlah pesertanya selalu
melebihi kapasitas dari pelatihnya yang ada rata-rata ada 300 peserta tiap
tahunnya yang ikut Perisai Diri. Diakui oleh Mbak endah, salah satu pelatih
disana, hal ini bisa jadi disebabkan oleh strategisnya posisi tempat latihan Perisai
Diri Bantul ini yang terletak di pinggir jalan. Mbak Endah juga berkata bahwa
pengurus Perisai diri Srandakan ini tidak pernah melakukan promosi secara besar-
besaran, bagi mereka berapa pun jumlah murid yang ada mereka ikhlas untuk
melatih.
Nama Perisai Diri Srandakan sebagai gudang pencetak atlit fight no.1 di
kalangang Perisai Diri bukanlah isapan jempol semata. Tidak hanya atlit-atlitnya
mampu berprestasi di tingkat internal Perisai Diri saja namun hingga ke tingkat
International, sebut saja seperti Sulkhan Dewantoro (Mahasiswa UGM juruan
54
Ilmu Pemerintahan angkatan 2005) yang sering meraih medali emas di kejuaraan
Pencak silat (fight).Menurut Sulkhan sendiri itu semua berkat didikan dan latihan
dari Mbak Endah. Sulkhan sendiri sudah mengikuti PD semenjak ia kecil, sedari
kecil itulah ia selalu dididik dan dilatih oleh mbak Endah, hingga bisa seperti
sekarang ini. Disinggung mengenai hal tersebut, Mbak Endah hanya berkata
bahwa dia tidak melakukan apa-apa, dia hanya melatih dan memberikan dorongan
semangat kepada mereka, yang justru membuat mereka hebat itu ialah motivasi
juara yang tinggi di dalam diri mereka. “saya hanya membantu dan mendorong
semangat saja mbak” kata mbak Endah.
Bahkan tidak jarang, karena Bantul sering meraih juara umum dalam
kejuaraan Pencak Silat khususnya di bidang fight, banyak orang tua yang lantas
menitipkan anaknya untuk berlatih di sana. Rata-rata para orang tua itu berharap
anak mereka dapat menjadi atlit yang membanggakan bagi mereka dan hebat,
namun ada juga alasan yang cukup menarik dari para orang tua terebut ialah untuk
meminimalisasi tingkah anaknya yang brutal, cenderung kasar di lingkungan
sekolahnya, maka mereka lantas memasukkan anaknya ke Perguruan ini. Tidak
jarang kata mbak Endah, pelatih disini sering menerima ucapan terima kasih dari
para orang tua siswa tentang perilaku anaknya yang berubah, tidak lagi kasar dan
brutal di lingkungannya. Diakui mbak Endah, untuk menghadapi anak seperti itu
gampang –gampang susah, oleh karena itu dalam mengajarkan ilmu fight
(bertarung) Mbak Endah selalu menekankan bahwasanya belajar Pencak Silat itu
bukanlah untuk menajdi seorang jagoan melainkan untuk menolong sesama.
55
2.9.1. Kendala Yang Dihadapi
Permasalahan yang dihadapi oleh Perisai Diri Srandakan ini lebih kepada
masalah teknis mengenai kurangnya jumlah Pelatih. Apalagi diakui oleh mbak
Endah dengan jumlah pelatih yang hanya 3 orang mereka mengaku cukup
kewalahan melatih ±300 siswa/i Perisai Diri di Bantul. Kurangnya regenerasi
pelatih juga diakui oleh mbak Endah, murid-muridnya yang telah merantau ke
Jogja terkadang sulit untuk dimintai bantuannya untuk melatih, berbagai macam
alasan dikemukakan, ada yang kurang percaya diri, tidak memiliki waktu luang
dan sebagainya. Mbak Endah pun dan pelatih lainnya tidak bisa terus- terusan
berharap kepada mereka.
Masalah ini pun pernah didiskusikan dengan pihak Pengda, namun
menurut mbak Endah,mereka pun tidak bisa hanya tergantung pada Pengda,
beberapa pihak dari Pengda pernah datanag mengunjungi PD Srandakan, bahkan
Joko Widodo atlit SEA GAMES 1987 pun dahulu sering berkunjung ke PD
Srandakan membantu melatih disana, namun dikarenakan kesibukan beliau saat
ini, maka beliau jarang sekali melatih di Srandakan. Namun, masalah tersebut
tidak menyurutkan pelatih-pelatih PD Srandakan ini, bagi mereka melihat murid-
muridnya sukses saja mereka sudah senang, dan melatih bagi mereka juga
merupakan panggilan jiwa demi kemajuan dan kelangsungan perguruan ini.
56
2.10. Perkembangan Perisai Diri Unit Semin Gunung Kidul
Di antara sekian banyak cabang Perisai Diri (PD) yang tersebar d Jogja,
mungkin hanya Perisai Diri Seminlah yang cukup menarik perhatian dan unik.
Berlokasi di Desa Semin, kecamatan Semin Kabupaten Gunung Kidul (sebelah
utara), tepatnya di SMPN 1 Semin, di sanalah kita dapat menemukan Perisai Diri
Semin. Perisai Diri Semin mulai didirikan pada tahun 2001 atas prakarsa bapak
Wiji Lestari seorang guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang
mengajar di Semin. Bapak Wiji Lestari ini dulunya juga anngota PD (Strip Biru)
dan pernah berlatih di Bantul, namun karena tugas mengajar beliau lantas
ditempatkan di Semin dan menjadi guru IPS di sana. Pak Wiji begitu beliau biasa
disapa, memiliki inisiatif untuk mengembangkan PD di Gunung Kidul, karena
pada waktu itu, belum ada perguruan silat di Semin kecuali Tapak Suci, karena
otomatis di sana berdiri sekolah Muhammadiyah. Pak Wiji lantas meminta izin
kepada pihak SMPN 1 Semin untuk mendirikan ekstrakurikuler di Semin yaitu
ekstrakurikuler Perisai Diri Semin.
Reaksi positif pun bermunculan dari masyarakat. Masyarakat di sekitar
Semin menyambut baik dengan adanya keberadaa PD Semin,namun sangat
disayangkan pada waktu itu masih terdapat pandangan tabu dari masyarakat
mengenai boleh atau tidaknya wanita mengikuti latihan bela diri, akhirnya pada
masa awal berdirinya PD Semin, bisa dibilang murid wanitanya sangat minim,
namun semakin ke depan, hal-hal tabu semacam itu yang tertanam di masyarakat
pun perlahan hlang, malahan sekarang lebih banyak murid wanita yang berlatih
PD saat ini.
57
PD semin pada awal berdirinya hanya dapat kita temui di SMPN 1 Semin
saja, namun, perkembangan sekarang ini, kita dapat menemukan PD Semin di
SMAN 1 Semin juga, dengan jadwal latihan kamis untuk tingkat SMA dan Sabtu
untuk tingkat SMP.
2.10.1. Kendala Yang Dihadapi
Tempatnya yang cukup terpencil dan jauh dari pusat kota menyebabkan
PD semin cukup terisolir dibandingkan dengan PD di cabnag lain, akses informasi
yang kurang menyebabkan mereka kurang bisa berkembang dengan baik.
Disingung mengenai perhatian dari Pengda DIY, Pak Wiji hanya menjawab,
bahwa memang perhatian dari Pengda memang masih dirasa kurang cukup
mengingat jarak Semin yang memang terbilang cukup jauh, tapi Pak Wiji
mengaku Pengda sangat mensupport keberadaan PD Semin, hal ini terbukti pada
bulan April 2009 lalu pelaksanaan Ujian Kenaikan Tingkat (UKT) PD Jogja
dilaksanakan di dua tempat sekaligus, yaitu di Semin dan Gelanggang Mahasiswa
UGM pada saat itu. Menurut Pak Wiji, mereka yang di PD Semin terpaksa
meminta bantuan Pengda agar ujian dapat tetap dilaksanakan tanpa mereka harus
ke Jogja. Disamping jaraknya yang cukup jauh, biaya perjalanan pun cukup
tinggi. Memang Pengda tidak terlalu membebankan biaya ujian yang terlampau
tinggi kepada siswa-siswa Perisai Diri yang akan naik ke tingkatan selanjutnya,
biaya pendaftaran yang dikenakan sejumlah Rp.25.000 namun biaya seperti itu
bagi mereka cukup berat, belum lagi sewa bus selama sehari penuh. Oleh karena
itu, tidak heran apabila di Semin tingkatan yang paling tinggi disana ialah strip
putih hijau, bahkan, masih banyak siswa yang ujian kenaikan tingkatnya tertunda
58
selama dua tahun karena mereka tidak mampu melakukan ujian kenaikan tingkat
di Jogja. Pada Ujian Kenaikan Tingkat bulan Mei lalu Semin terpaksa lagi-lagi
tidak bisa mengikuti ujian, selain kendala-kendala di atas, waktu ujan yang jatuh
pada bulan Mei lalu bertepatan dengan ujian akhir di sekolah. Namun, Pak Wiji
berjanji apabila ada ujian kenaikan tingkat sekali lagi, maka kali ini Semin akan
meminta bantuan Pengda untuk mendatangkan pelatih yang akan mengujikan
materi ujian dari Jogja ke Semin.
Pak Wiji juga mengatakan beberapa kali ia, dikirimi surat dari Pengda agar
PD Semin, sering-sering bersosialisasi ke Jogja. Namun apa daya, Pak Wiji
mengaku dia hanya bisa pasrah dengan keadaan. Jarak tempuh dan biaya yang
dikeluarkan sangatlah besar bagi PD Semin untuk merapat ke Jogja walaupun dari
lubuk hati yang paling dalam mereka menginginkan untuk bisa belajar di Jogja.
Dari segi pengembangan atlit juga, diakui oleh Pak Wiji untuk saat ini
beliau mengaku belum bisa mencetak atlit-atlit berprestasi hingga ke tingkat
regional Jogja, beberapa waktu yang lalu sempat dilaksanakan seleksi Pencak silat
untuk tingkat SMP di Wonosari, namun murid asuhan Pak Wiji tersebut harus
menerima kekalahan begitu menghadapi lawan di Jogja.Beliau juga belum bisa
menerapakan waktu latihan yang tepat, karena keterbatasan pelatih di sana dan
waktu latihan yang juga terbatas jadwal sekolah anak-anak. Karena Perisai Diri di
Semin ini hanya merupakan ebuah kegiatan eksta kurikuler di sana.
Harapan Pak Wiji yang cukup sederhana, beliau menginginkan suatu hari
nanti bisa membuka Perisai Diri di Semin untuk masyarakat luas, tidak hanya
terbatas pada siswa/i SMPN atau SMAN 1 Semin saja tetapi tetap saja kendala
59
yang ada ialah jumlah pelatih dan kurangnya regenerasi. Diakui Pas Wiji siswa/i
yang telah menamatkan pendidikannya di Semin kemudian merantau ke Jogja
atau kota lain-lain, begitu meninggalkan Semin mereka seolah-olah lupa atau
putus hubungan dengan alamameternya. Namun, apa daya Pak Wiji juga tidak
bisa memaksa alumni-alumni yang telah tamat untuk membantu Pak Wiji di
Semin. Sekarang, Pak Wiji hanya mengharapakan kesukarelaan dari masing-
masing alumni saja siapa yang bersedia membantu. Seperti yang dilakukan oleh
Dwi Prabowo (putih-hijau) dan Indah (putih), dua orang lulusan alumni SMAN 1
Semin ini dikala waktu senggang, sering membantu Pak Wiji melatih anak-anak
di tingkat Dasar di SMPN 1 Semin, diakui mereka, mereka melakukan ini tidak
ada paksaan dari siapapun dan mengaku sangat senang sekali membantu Pak Wiji,
bagi mereka sosok pak Wiji pelatih mereka sangat menyenangkan baik di kelas
ataupun ketika sedang melatih silat, walaupun dari segi tingkatan Indah dan
Prabowo belum bisa dikatakan asisten pelatih (Syarat menjadi asisten pelatih
minimal strip biru), mereka mengaku keadaan yang memaksa mereka untuk
melatih walaupun sempat timbul rasa ketidak percayaan diri mereka untuk
melatih. Harapan mereka pun semoga suatu hari PD semin semakin luas dan
dikenal masyarakat tidak hanya di sekitar Semin saja tetapi di seluruh Jogja.
Senada dengan Indah dan Prabowo, dua orang murid dari SMPN 1 Semin yaitu
Bela dan Diana pun mempunyai harapan yang sama dengan Indah dan Prabowo,
bahkan mereka pun berkeinginan untuk bisa menjadi seperti Prabowo dan Indah
dua orang senior mereka yang sering membantu melatih disini.Mereka juga ingin
60
segera bisa naik tingkat lagi ke tingkatan yang lebih tinggi lagi, karena dakui oleh
mereka udah 1, 5 tahun mereka belum naik tingkat.
Namun, hal yang menaik di sini, di tengah serba kekurangan akses
informasi, para psilat cilik di Semin ini tetap semangat dan penuh ceria dalam
berlatih silat. Bagi mereka Perisai Diri sudah seperti rumah kedua bagi mereka.
61
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Pencak Silat merupakan salat satu warisan budaya Indonesia yang berakar
dari bangsa Melayu. O’ong Maryono dalam Tuan Ismail Tuan Soh (1999:2)
mengatakan bahwa Melayu di sini tidak hanya bersumber dari bangsa yang
mendiami semenanjung Malaysia saja. Dari segi linguistik, cakupan etnis Melayu
meliputi kawasan dari Easter Island di sebelah timur ke pulau Madagaskar di
sebelah barat atau secara lebih terperinci meliputi penduduk yang terhampar di
kepulauan yang meliputi Malaysia, Indonesia, Singapura, Brunei Darussalam,
Filiphina, dan beberapa pulau kecil yang meliputi negara-negara tersebut. Oleh
sebab itulah Pencak Silat menjadi beragam dan tidak hanya tumbuh menjadi satu
jenis saja. Di Indonesia sendiri dapat kita jumpai ada kurang lebih ada 820
perguruan yang tersebar di seluruh propinsi Indonesia (Notosoejitno 1984:9 via
Maryono,1999;16 ). Namun, itu hanyalah perguruan-perguruan yang
mendaftarkan diri mereka secara resmi ke induk organisasi Pencak Silat yaitu
IPSI, masih banyak lagi perguruan-perguruan pencak silat di Indonesia ini, yang
belum diketahui oleh masyarakat secara luas.
Dahulu Pencak Silat digunakan sebagai alat perjuangan bela negara baik di
masa penjajajan Belanda maupun Jepang. Dari situlah muncul sepuluh Perguruan
silat historis Indonesia. Kata ‘historis’ di sini mengacu pada makna perjuangan
62
mereka melawan kelompok-kelompok sparatis yang berusaha mengacaukan
kemerdekaan Indonesia. Ke sepuluh perguruan silat tersebut adalah:
a. Tapak Suci
b. KPS Nusantara
c. Kelatnas Perisai Diri
d. Phasadja Mataram
e. Perpi Harimurti
f. Putera Betawi
g. Persudaraan Setia Hati
h. Persaudaraan Setia Hati Terate.
i. Persatuan Pencak Silat seluruh Indonesia (PPSI)
j. Perisai Putih
Dari sepuluh perguruan historis, beberapa dapat kita jumpai di Yogyakarta salah
satunya ialah perguruan silat Kelatnas Indonesia Perisai Diri yang didirikan oleh
Bapak Soebandiman Dirdjoatmojo pada tahun 1955.
Perisai Diri sebagai salah satu perguruan silat historis di Indonesia, telah
memiliki banya cabang yang tersebar di hmpir seluruh Indonesia bahkan hingga
ke luar negeri. Namun, untuk penulisan tugas akhir ini, penulis sengaja memilih
Perisai Diri di Yogyakarta, sebagai bahan penelitian tugas akhir ini dengan
membandingkan tiga cabang Perisai Diri di Yogyakarta seperti Srandakan,
Sleman, dan Semin.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis dengan pengurus
ketiga cabang Perisai Diri tersebut, dapat disimpulkan bahwa setiap cabang
63
tersebut memiliki problematika masing-masing dalam hal pengelolaan unit-unit
latihan mereka antara lain seperti ini:
a. Unit Perisai Diri Srandakan
Kekurangan jumlah pelatih
Regenerasi Pelatih
b. Unit Perisai Diri Semin
kekurangan jumlah pelatih
urangnya akses informasi dikarenakan terkendala jarak
regenerasi pelatih
sulit mengembangkan cabang
waktu latihan yang kurang
pembibitan atlit
c. Unit Perisai Diri Universitas Gadjah Mada (UGM)
pengelolaan organisasi
pembibitan atlit
waktu latihan yang terbatas
tempat latihan yang terbatas
kurangnya dukungan dari piha Universitas
kurangnya jumlah atlit yang berasal dari UGM itu sendiri
Dari sini, dapat kita lihat da simpulkan bahwa masalah yang terjadi di tiap-tiap
unit Perisai Diri cukup beragam, rata-rata masalah yang ada menyangkut
kurangnya jumlah pelatih dan juga tekait dengan pembibitan atlit-atlit.
64
Adanya permasalahan tersebut, seharusnya mendapatkan perhatian dari
Pengurus Perisai Diri setempat. Karena hal tersebut berpengaruh nantinya dalam
pengembangan organisasi perguruan tersebut. Peran serta dari Pengda DIY dan
segenap jajaran anggota Kelatnas Indonesia Perisai Diri juga diperlukan untuk
selalu menjaga kelangsungan Perguruan silat Perisai Diri ini, sebaga salah satu
warisan budaya bangsa Indonesia.
3.2. Saran
Demi menjaga kelangsungan dan keberlanjutan Perguruan Silat Perisai
Diri ini, maka diperlukan:
Fokus dan perhatian khusus dari Pengurus Daerah (Pengda) Perisai Diri
DIY terhadap setiap permasalahan yang terjadi di unit-unit.
Meningkatkan kualitas pelatih baru dan mengadakan training atau latihan
khusus bagi para pelatih baru atau asisten-asisten pelaih yang baru
Membangun jaringan komunikasi yang baik antara unit-unit Perisai Diri
yang tersebar di Jogja, apabila masalah waktu dan jarak menjadi kendala,
sudah saatnya bagi pengurus daerah Perisai Diri Jogjakarta untuk
memanfaatkan fasilitas jejaring sosial yang ada seperti milis, facebook,
twitter, dan sebagainya
Melibatkan generasi muda dalam kepengurusan, sehingga tidak hanya
tergantung pada satu orang saja
Membangun jaringan alumni Perisai Diri Jogja, karena kendala utama
yang dihadapi khususnya oleh Perisai Diri UGM ialah akses mereka
terhadap alumni yang dulunya pernah belajar di Perisai Diri UGM karena
65
peran alumni sangat penting di sini. Begitupun dengan cabang-cabang
Perisai Diri di Semin dan Srandakan haruslah mempunyai database alumni
yang cukup lengkap.
66
DAFTAR PUSTAKA
Chamber, Q. &. (1978). Javanese Silat (The Fighting Art of Perisai Diri. Tokyo:
Kodansha International Ltd.
De Groot, G. F. (2006). Pencak Silat Seni Beladiri Indonesia (Vol. II). Bandung:
PT. Granesia.
http://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga_Silat_Nasional_Indonesia_Perisai_Diri
http://id.wikipedia.org/wiki/Pencak_silat
http://pptapaksuci.org/index.php/indonesia/rubrik-umum/ipsi/sejarah-10-
perguruan-historis-ipsi.html
http://perisaidiri.org/index.php/news-mainmenu-2/1-latest/103-darah-perisai-diri-
harus-menurun-pada-sang-buah-hati
http://blognyakaka.blogspot.com/2009/10/pendidikan-dan-tingkatan-perisai-
diri.html
http://pd.ukm.ugm.ac.id/2010/03/13/arti-lambang-perisai-diri-dan-janji-perisai-
diri/
http://pdikipsmg.blogspot.com/2006/11/tingkatan.html
http://www.docstoc.com/docs/23912607/sejarah-perisai-diri
Maryono, O. (1999). Pencak Silat Merentang Waktu. Yogyakarta: Galang Press.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1990).
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
67
RÉSUMÉ
Pencak silat est un art martial originaire du peuple malais (Melayu). Le
terme malais ici, ne se réfère pas seulement aux habitants qui restent dans la
péninsule Malaise. Selon l’aspect linguistique, la région de Melayu est une région
d’océan Teduh qui commence à partir à l’est de l’île d’Easter à l’ouest de l’île de
Madagascar. Pour les détails, ethnique malais est utilisé pour désigner les
habitants qui se propage dans les lieux qui comprennent la Malaisie, l'Indonésie,
Singapour, Brunei Darussalam, Philippines, et plusieurs îles autour. C’est dans
ces pays que Pencak Silat se trouve.
L’une des écoles d’art martial en Indonésie est a Perisai Diri. Perisai Diri
est l’une des dix historiques écoles historiques d’art martial en Indonésie. Le sens
de mot ‘historique’ici ne signifie pas sur le temps passé. Mais, il explique les sens
de la lutte contre les groupes séparatistes qui à ce moment essaient de perturber
l’indépendence de l’Indonésie. Les dix écoles historiques d’art martial en
Indonésie sont (1) L’école d’art martial de Tapak Suci, (2) L’école d’art martial
de KPS à Nusantara, (3) L’école d’art martial de Perisai Diri, (4) L’école d’art
martial de Phasadja Mataram, (5) L’école de martial art de Perpi Harimurti, (6)
L’école de martial art de Perisai Putih, (7) L’école de martial art de Putera Betawi,
(8) L’école de martial art de Persaudaraan Setia Hati, (9) L’école de martial art de
persaudaraan setia hati terate, (10) Persatuan Pencak Silat Seluruh Indonesia
(PPSI)/ L’union Pencak Silat tous l’Indonésie.
68
L’ècole d’art martial Perisai Diri a étè fondée par R.M Soebandiman
Dirdjoatmojo que l’on appelle habituallement Pak Dirdjo. Pak Dirdjo est né à
Yogyakarta le 8 Janvier 1913. Il est le premier enfant de RM. Pakoesoedirdjo,
l'arrière-arrière-grand-pakualam III. Depuis 9 ans, Pak Dirjo a montré ses talents
dans les arts martiaux. En 1930, après il a réussi ses ècoles a HIK (Hollands
Inlandsche Kweekschol), et a quitté Yogyakarta pour trouver et apprendre
beaucoup d’art martial en Indonésie. Pak Dirdjo aime beaucoup les arts martiaux,
il a passé 14 ans pour apprendre avec Yap Kie San, un champion chinois. En plus
il a appris l’art martial de Minangkabau et d’Aceh, Donc, ce n’est pas étonnant si
le geste d’art martial Perisai Diri est riche parce qu’il y a beaucoup de
combination de mouvements que viennent de l’indonésie et aussi provenant de
l’assimilation de mouvements entre Indonésien et Chinois. Le nom de Perisai Diri
est apparu en 1955. Avant en 1936 il a fondé l’école d’art martial qui s’appelle
Eka Kalbu à Parakan, Banyumas. Le changement de nom a fait que l’école d’art
martial de Eka Kalbu est devenue Perisai Diri.
Par cette recherche, je vais vous èxpliquer une brève histoire de l’école
d’art martial de Perisai Diri à Yogyakarta en prennant trois èxamples de
Yogyakarta, entre autre il y a Sleman (UGM), Srandakan, et Semin. On a utilisè la
méthode d’observation et a interviwé directement les membres et le gestionnaire
de l’ècoles Perisai Diri à Yogyakarta.
Selon notre observation sur chaque branche de l’école Perisai Diri de
Yogyakarta, on a su que chaque branche de Perisai Diri à Yogyakarta a des
caractéristique distinctives et des problèmes dans la gestion et l’organisation. Ici,
69
Je vais vous expliquer brièvement chaque branche de l’ècole de Perisai Diri de
Yogyakarta.
Premièrement, l’ècole de Perisai Diri branche à Université Gadjah Mada
(UGM). Ils ont connu pour l’attraction d’art martial en utilisant toutes sortes
d’armes, spécialiment de l’attraction l’èventail. Le problème dans cette
organisation est le manque d’attention de l’université, et aussi le manque d’athlete
qui sont originaire d’UGM, parce que environ 50% des athletes à Perisai Diri
UGM ne sont pas de UGM. C’est le problème principal de Perisai Diri UGM. Par
conséquent, ils sont intensivement faisent de la promotion sur les étudiants à
l’universitè Gadjah Mada. Ils utilisent l’affiche ou faire montre de leur attraction
dans le silat. Ils souhaitent que les ètudiants soient interésses pour se joindre à
eux.
Ensuite, l’ècole de Perisai Diri branche à Srandakan Bantul. Il se trouve
dans la salle municipale Srandakan à l’orient du pont de Progo. Ils sont connu
parce qu’ils ont toujours réussi a remporter le tournoi des combats de Pencak
Silat. Même certaines personnes disent que le Perisai Diri Srandakan du centre
sont des athletes specialement du championnat des combats. Le problème dans
l’ècole de Perisai Diri à Srandakan est le manque de quantitè d’instructeurs.
Donc, ils doivent travaille dûr pour entraîner les ètudiants là-bas.
Le problémes à l’ècole de Perisai Diri Srandakan est pareil avec l’école de
Perisai Diri Semin. Ailleurs, le problème est la distance. Parce que Perisai Diri
Semin est situé au nord de Gunung Kidul ou il y a deux-heures de voyages de
70
Yogya à Semin. Ils sont toujours en manque d’information sur le developpement
de Perisai Diri à Yogyakarta.
C’est pourquoi l’attention sur la gestion des domaines de Perisai Diri
(Pengda DIY) à Yogyakarta est très împortant. Ils doivent àmeliorer la qualitè des
athletes et aussi augmenter la quantité d’instructeurs à Perisai Diri. Par exemple,
on peut faire de la formation professionnelle pour préparer des intructeurs de
Perisai Diri.
71
LAMPIRAN
Gambar 1: Suasana Latihan Tambahan Perisai Diri UGM
Gambar 2: Atraksi Kipas dan Pedang sebagai salah satu kelebihan dari unit Perisai Diri UGM
72
Gambar 3: Ujian Kenaikan Tingkat Unit Perisai Diri UGM di STIE YKPN
Gambar 4: Endah Iryanti atau biasa dipanggil Mbak Endah, salah satu pelatih silat di Unit Srandakan
73
Gambar 5: Sebelum latihan, siswa-siswi yang tergabung di dalam Perisai Diri Semin melakukan pemanasan terlebih dahulu
Gambar 6: Suasana Pemanasan di Perisai Diri Semin
74
Gambar 7: Serang Hindar salah satu bentuk pertarungan khas Perisai Diri
Gambar 8: Dua Orang Pesilat sedang melakukan Serang Hindar
75
Gambar 9: Mas Wijil, pelatih di Perisai Diri Semin sedang memberikan pengarahan gerakan kepada murid-muridnya
Gambar 10: Pesilat Perisai Diri sedang bertarung meggunakan pedang dan toya
76