Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia: Melacak Perkembangan Beberapa Cabang...

139
TUGAS AKHIR Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia: Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta Disusun Oleh: ELSA RESTRIANA 07/258761/DSA/04436 PROGRAM DIPLOMA BAHASA PRANCIS FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS GADJAH MADA

description

Tugas akhir D3 bahasa Perancis UGM 2007

Transcript of Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia: Melacak Perkembangan Beberapa Cabang...

Page 1: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

TUGAS AKHIR

Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:

Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

Disusun Oleh:

ELSA RESTRIANA

07/258761/DSA/04436

PROGRAM DIPLOMA BAHASA PRANCIS

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2010

Page 2: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

GRADUATING PAPER

SILAT PERISAI DIRI AS A HERITAGE OF INDONESIAN CULTURE

Tracing the Development of Several Branches of Perisai Diri in Yogyakarta

Written by:

Elsa Restriana

(07/258761/DSA/04436)

DIPLOMA III DEGREE IN THE FRENCH DEPARTEMENT

FACULTY OF CULTURAL SCIENCES

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2010

Page 3: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

MÉMOIRE

L’ART MARTIAL PERISAI DIRI COMME UNE CULTURE DU

PATRIMOINE DE INDONÉSIENNE

Tracer le développement de plusieurs branches de Perisai Diri à Yogyakarta

Écrit Par:

Elsa Restriana

(07/258761/DSA/04436)

DIPLÔME III DÉPARTEMENT DE FRANÇAIS

FACULTÉ DES SCIENCES CULTURELLES

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2010

Page 4: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

Karya ini kupersembahkan untuk kedua orang tuaku yang

telah membesarkanku terutama kepada ayahku (ayah memang

juara satu seluruh dunia). Kedua kakakku yang atas motivasi

dan dukungannya selama ini.

Tidak lupa karya ini kudedikasikan pula...

Bagi seluruh penggiat, penggemar, pelaku, dan pelestari

kebudayaan Indonesia yaitu PENCAK SILAT baik yang masih

hidup maupun yang telah tiada. Karya ini untuk kalian semua...

i

Page 5: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas

limpahan rahmat dan karuniaNYA sehinggapenulis dapat menyelesaikan tugas

akhir yang berjudul “Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa

Indonesia (melacak perkembangan beberapa cabang silat perisai Diri di

Yogyakarta)”

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar ahli madya pada Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Gadjah Mada

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini

tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu. DR. Wening Udasmoro selaku Ketua Jurusan Sastra Roman,

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, dan juga selaku

dosen pembimbing penulis disini. Terima kasih atas saran, kritik, dan

motivasi dari Ibu selama ini, sehingga Tugas Akhir ini dapat

terselesaikan dengan baik.

2. Bapak Drs. Teguh Basuki S.U. selaku dosen pembimbing akademik,

terima kasih juga atas nasihat, motivasi dan bimbingannya selama ini.

Nasihat Bapak sangat berharga dan akan saya ingat selalu.

3. Ibu dan Bapak Dosen, selaku staf dan jurusan Sastra Roman yang telah

memberikan ilmu, nasehat-nasehat dan bimbingan dan

pengalamannya.

ii

Page 6: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

4. Mbak Ayu, selaku staf di jurusan Sastra Roman yang cekatan dan

selalu ada untuk membantu permasalahan-permasalahan kami terkait

masalah akademik

5. Papa (M.Djohan.S) dan Mama (Eni Yenizar), terimakasih atas

dukungan dan motivasinya. Tidak ada satupun di dunia ini yang

terbaik selain kalian.

6. Kakakku yang bawel Yulia Mariska dan jahil Roby Wahyu, atas saran

dan motivasi juga dukungan semangatnya

7. Teman-teman D3 Prancis 07 Ido, Indah, Dita, Kiki, Najwa, Sari, Nisa,

Dian, Dewi atas hari-hari indah bersama kalian selama 3 tahun.

Banyak suka dan duka kita lalui bersama. Vous me manques :D

8. Teman-teman di kostan G2 maupun ex.G2 yang selalu menghiasi hari-

hari saya di kostan, mulai dari mbak eka, mbak eva, mbak rina,mba

opi, mbak nita smpe yang baru kyk hunny, aryu, ichi, dan penghuni-

penghuni lama lainnya Mbak Anik, Mbak Hela, Kiki, Linda, Mbak

Lel, dan Mas Bobet (kalo yang ini anaknya ibu kos). Makasih yah

kalian selalu jadi Pom-Pom Girl when i’m down, feel like home when

i’m beside you all. But zuperrrrr Thanks buat mbak Utsnia nasihat, dan

editor unggul, dan mbak Lel atas pinjaman printernya dan tebengannya

9. Teman-teman Perisai Diri UGM, Srandakan, dan Semin atas

bantuannya dalam penyusunan TA ini, big thanks for you guys.

Terimakasih atas kerja samanya. Terutama Mas Kendo, Mas Wijil,

iii

Page 7: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

Mbak Endah, dan Mas Bahari atas pinjaman bukunya dan informasi-

informasi berharga mengenai Perisai Diri.

10. Terima kasih juga buat teman-teman saya yang sudah mensupport

saya. Frischa dengan pinjaman kameranya, Vremita atas editan resumé

saya, walaupun kita gak pernah ketemu, mais je te remercie

mademoiselle, Arief Erlangga atas pinjeman bukunya (sangat

membantu sekali bung, buku anda), Triana Sari pinjeman CD TA nya,

mas-mas di rental Vertuoso yang baik banget mau ngerapiin TA saya

(padahal saya gak minta lo hehe).

11. Penulis sebenarnya masih ingin mengucapkan terima kasih lagi yang

mendalam kepada banyak pihak, tetapi apa daya keterbatasan tempat,

tidak memungkinkan penulis untuk melanjutkan kata pengantar ini.

Terima Kasih semuanya atas bantuan kalian selama ini, sehingga TA

ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga Tuhan selalu membalas

amal perbuatan baik kalian selama ini.

Penulis juga selalu mengharapkan saran dan kritik dari pembaca semua

terkait penulisan Tugas Akhir, apabila masih terdapat kekurangan dan kesalahan

di dalamnya.

Yogyakarta, November 2010

Elsa Restriana

iv

Page 8: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

DAFTAR ISI

TUGAS AKHIR.......................................................................................................i

GRADUATING PAPER.........................................................................................ii

MÉMOIRE.............................................................................................................iii

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................v

INTISARI.............................................................................................................viii

ABSTRACT...........................................................................................................ix

ÉXTRAIT................................................................................................................x

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1. Latar Belakang Masalah...............................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................9

1.3. Tujuan Penulisan.........................................................................................10

1.4. Manfaat Penulisan.......................................................................................10

1.5. Definisi........................................................................................................11

1.6. Tinjauan Pustaka.........................................................................................12

1.7. Metode Penelitian.......................................................................................13

1.8. Sistematika Penulisan.................................................................................13

Bab II.....................................................................................................................14

Sejarah Perguruan Silat Perisai Diri Yogyakarta dan Perkembangannya.............14

2.1. Sejarah Perguruan Silat Perisai Diri..........................................................14

2.2. Makna Lambang Perisai Diri......................................................................18

Lambang Perisai Diri.............................................................................................19

2.3. Janji Perisai Diri..........................................................................................20

2.4. Tingkatan dalam Perisai Diri......................................................................21

2.5. Materi Pendidikan dan Latihan...................................................................26

2.6. Keanggotaan Perisai Diri............................................................................44

2.7. Perkembangan Perisai Diri di Yogyakarta..................................................45

2.8. Perkembangan Perisai Diri di UGM...........................................................47

2.9. Perkembangan Perisai Diri Unit Srandakan, Bantul...................................53

2.10. Perkembangan Perisai Diri Unit Semin Gunung Kidul..............................57

BAB III..................................................................................................................62

v

Page 9: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

PENUTUP..............................................................................................................62

3.1. KESIMPULAN...........................................................................................62

3.2. Saran...........................................................................................................65

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................67

RÉSUMÉ...............................................................................................................68

LAMPIRAN...........................................................................................................72

vi

Page 10: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

Daftar Gambar

Lambang Perisai Diri

vii

Page 11: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

INTISARI

Pencak Silat adalah seni bela diri yang berakar dari bangsa Melayu, namun

Melayu disini tidak hanya bersumber dari bangsa-bangsa yang mendiami

semenanjung Malaysia saja, secara lebih terperinci, etnis Melayu biasanya disebut

penduduk yang terhampar di kepulauan yang meliputi Malaysia, Indonesia,

Singapura, Brunei Darussalam, Filiphina dan beberapa pulau-pulau kecil yang

berdekatan dengan negara-negara tersebut. Di negara-negara inilah ilmu bela diri

Pencak Sila dapat ditemukan.

Tulisan ini membahas Perguruan Silat Perisai Diri sebagai salah satu

perguruan silat asli Indonesia. Penulisan ini menggunakan metode studi lapangan

dengan melakukan observasi dan wawancara langsung dengan anggota dn

pengurus perguruan Silat Perisai Diri di Yogyakarta dengan mengambil sampel di

tiga tempat yaitu Sleman (UGM), Srandakan, dan Semin.

Dari pengamatan yang dilakukan diketahui bahawa masing-masing

cabang-cabang Perisai Diri yang ada di Yogyakarta mempunyai ciri khas dan

keunikan di dalamnya. Melalui tulisan ini juga kita dapat mengetahui masalah-

masalah apa yang menghambat setiap cabang/unit Perisai Diri yang ada di

Yogyakarta tersebu untuk berkembang. Oleh karena itu diharapkan melalui tulisan

ini juga masyarakat dapat semakin mencintai budaya yang mereka miliki sekarang

ini dan menjaga kelestariannya bersama.

Kata Kunci: Budaya, silat Perisai Diri, problematika, ciri khas.

viii

Page 12: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

ABSTRACT

Pencak silat is a kind of martial arts which originated from Malayan

peoples. The term Malayan here, however, not only refers to nations who live in

Malay Peninsula. In details, Malay ethnic is used to refer to inhabitants who

spreads in places includes Malaysia, Indonesia, Singapore, Brunei Darussalam,

Philippine, and several islands around those places. It is in these countries, Pencak

Silat is found.

This research is discussing the Perisai Diri Martial Art School as one of

martial arts school which originated from Indonesia. Field study was used in this

research through observation and direct interview to the members and

management of the school in Yogyakarta by sampling conducted in three places,

namely, Sleman, Srandakan, and Semin.

The observation shows that each branch of the Perisai Diri School in

Yogyakarta has unique characteristic. Through this research we could see every

problem which obstructs the development of the branches or unit of Perisai Diri

Martial Art School in Yogyakarta. And therefore, we could expect, from this

research, that the society will be more loving their own culture and together keep

its preservation.

Keywords: culture, Perisai Diri martial art, problems, unique characteristic

ix

Page 13: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

ÉXTRAIT

Pencak Silat est un genre d’arts martiaux originaire de peuple malais. Le

terme malais ici, cependant, ne se réfère pas seulement aux nations qui vivent

dans las péninsule malaise. Pour les détails, ethnique malais est utilisé pour

désigner les habitants qui se propage dans les lieux comprend la Malaisie,

l’Indonésie, Singapour, Brunei Darussalam, Philippines, et plusieurs îles autour de

ces lieux. C’est dans ces pays. Pencak Silat se trouve.

Cette recherche examine l’ècole l’art martial Perisai Diri comme l'une des

école d'arts martiaux originaire de l'Indonésie. étude sur le terrain a été utilisé

dans cette recherche par l'observation et interview directe aux membres et à la

gestionnaire de l'école l’art martial Perisai Diri à Yogyakarta par échantillonnage

menée en trois endroits, à Sleman, Srandakan, et Semin.

L'observation montre que chaque branche de l'École Perisai Diri à

Yogyakarta a la caractéristique unique. Grâce à cette recherche nous avons pu

voir tous les problèmes qui entrave le développement des branches ou de l'unité

de Perisai Diri Martial Art School de Yogyakarta. Et donc, nous pourrions nous

attendre, de cette recherche, que la société sera plus aimant leur propre culture et

ainsi garder sa préservation.

Mots-clés: Culture, L’art martial Perisai Diri, des problèmes, caractéristique unique

x

Page 14: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pencak silat adalah sebuah ilmu bela diri yang berakar dari bangsa

Melayu. O’ong Maryono dalam Tuan Ismail Tuan Soh (1999:2) mengatakan

bahwa Melayu di sini tidak hanya bersumber dari bangsa yang mendiami

semenanjung Malaysia saja. Dari segi linguistik, cakupan etnis Melayu meliputi

kawasan dari Easter Island di sebelah timur ke pulau Madagaskar di sebelah barat

atau secara lebih terperinci meliputi penduduk yang terhampar di kepulauan yang

meliputi Malaysia, Indonesia, Singapura, Brunei Darussalam, Filiphina, dan

beberapa pulau kecil yang meliputi negara-negara tersebut . Di negara-negara

inilah ilmu beladiri pencak silat dapat ditemukan. Di Indonesia sendiri ilmu bela

diri tradisional ini berkembang di hampir tiap wilayah Indonesia, tetapi tiap

daerah biasanya memiliki istilah-istilah yang berbeda. Di Sumatera Barat dikenal

dengan istilah ‘silek’ dan ‘gayuang’, lain pula dengan orang-orang di Jawa Barat

yang menyebutnya ‘maempok’, namun rata-rata orang di Pulau Jawa lebih

familiar dengan istilah pencak dibandingkan dengan silat itu sendiri. Berbeda

dengan kabupaten Dompu Nusa Tenggara Barat, orang-orang di sana menyebut

pencak silat dengan ‘mpaa Sila”, di Bulungan Kalimantan Timur dikenal dengan

istilah “ bemancek”. Selain itu nama lokal pencak silat dapat bervariasi tergantung

suku, misalnya di suku Bugis memakai istilah “mamencak” berbeda dengan suku

1

Page 15: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

Makassar yang menggunakan istilah ‘akmencak’. Tidak sampai di situ saja, arti

kata ‘pencak’ dan ‘silat’ itu sendiri mempunyai beragam interpretasi dalam

berbagai bahasa daerah, maupun hubungan secara konseptual di antara kedua kata

tersebut.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata pencak silat itu, keduanya

mempunyai arti yang berbeda. Pencak diartikan sebagai permainan (keahlian)

untuk mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis, mengelak, dsb;

sedangkan silat itu sendiri merupakan kepandaian berkelahi, seni bela diri khas

Indonesia dengan ketangkasan membela diri dan menyerang untuk pertandingan

atau perkelahian. Namun, penjelasan secara umum melalui ilmu bahasa ini,

tidaklah diterima begitu saja oleh pendekar-pendekar di daerah. Menurut guru

Pencak silat Bawean, Abdus Sjukur :

“Pencak adalah gerakan langkah keindahan dengan menghindar yang

disertakan gerakan berunsur komedi. Pencak dapat dipertontonkan

sebagai sarana hiburan. Sedangkan silat adalah unsur teknik bela diri

menangkis, menyerang, dan mengunci yang tidak dapat diperagakan di

depan umum.”

Penjelasan serupa juga disampaikan oleh guru besar Hasan Habudin, pendiri

perguruan Pamur di Madura :

“Pencak adalah seni bela diri yang diperagakan dengan diatur, padahal

silat sebagai inti sari dari pencak tidak dapat diperagakan. Di kalangan

suku Madura pencak dianggap berakar dari bahasa Madura

‘apangkarepeng laju aloncak’ yaitu bergerak tanpa aturan sambil

2

Page 16: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

meloncat. Sedangkan silat berasal ‘se amaean alat mancelat’, yaitu sang

pemain berloncat kian kemari seperti kilat.”

Pendekar Tapak suci kota di kota Jember, Boechori Ahmad, berpendapat bahwa

istilah pencak berasal dari Madura, dari kata ‘acak mancak’ yang berarti

melompat ke kiri dan kanan dengan menggerakkan tangan dan kaki. Beliau juga

mengartikan arti kata ‘pencak’ dan silat itu sendiri berbeda. Menurut beliau

‘pencak’ diartikan sebagai fitrah manusia untuk membela diri dan “silat’ sebagai

unsur yang menghubungkan gerakan dan pikiran. Di Bali, Daerah Istimewa

Yogyakarta, Jawa Tengah istilah pencak lebih populer dibandingkan dengan silat.

Menurut para pendekar di sana istilah ‘silat’ bukan berasal dari daerah mereka.

Menurut Bapak Sukowinadi pendiri dari Perpi Harimurti, istilah ‘silat’ mulai

populer diperkenalkan oleh para penyadur komik Kho Ping Ho. Dengan menyebar

luasnya komik tersebut, maka istilah sulit pun mulai sering dikenal dan

dipergunakan di Jawa. Sebaliknya di daerah Sumatera, istilah yang sering

dipergunakan ialah ‘silat’ atau ‘silek’, bahkan mereka menolak istilah ‘pencak’

karena sering diragukan keasliannya. Mereka mendefinisikan ‘silat’ sebagai

sebuah permainan bela diri sungguh- sungguhan yang memakai serangan tangan

dan kaki serta hindaran yang cepat dan kuat (Maryono, 1999;7). Namun,

khususnya di dalam kebudayaan Minangkabau, ada visi yang menganggap bahwa

‘pencak’ dan ‘silat’ sebagai dua bagian dari suatu ilmu bela diri yang tidak dapat

dipisahkan.

Keanekaragaman penyebutan nama pencak silat itu sendiri menyebabkan

tumbuhnya keanekaragaman dalam ilmu pencak silat itu sendiri. Bahkan

3

Page 17: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

kontrovesi mengenai arti dan nama pencak silat itu sendiri tidak pernah

terselesaikan, namun menurut O’ong Maryono hal itu bukanlah hal yang patut

untuk dipertentangkan,O’ong Maryono berpendapat hal ini mungkin disebabkan

dahulunya beberapa perguruan silat tersebut ada yang menggunakan kata

“pencak” atau “silat” saja dalam penyebutan perguruan silat mereka dengan

terjemahan bahasa daerah mereka masing-masing.Maka dari itu pada tahun 1948

dengan pendirian IPSI sebagai suatu usaha kolektif untuk menyatukan beberapa

perguruan silat di Indonesia, maka kedua kata tersebut yaitu ‘pencak’ dan’silat’

digabung menjadi satu di dalam nama IPSI, yang kemudian pada tahun 1973

istilah “pencak silat” pun resmi dikukuhkan sebagai istilah nasional. Meskipun

ada beberapa perguruan yang tetap menggunakan nama asli perguruan mereka,

karena sejarah atau kebiasaan, misalnya nama Perguruan Pamur (Pencak

Angkatan Muda Rasio) atau seperti perguruan silat Perisai Diri yang menyebut

diri mereka Keluaraga Silat Nasional Perisai Diri (Kelatnas PD).

Beberapa ahli berasumsi pada tahun 1984 anggota IPSI (Ikatan Pencak

Silat Indonesia) yang tersebar di semua propinsi berjumlah 820 perguruan

(Notosoejitno 1984:9 via Maryono, 1999;16). Kurangnya data yang akurat dan

lengkap dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya ialah masih banyaknya

perguruan-perguruan yang belum menjadi anggota IPSI, masih adanya sifat

ketidakterbukaan dari beberapa perguruan silat di Indonesia untuk membuka diri

di kalangan umum, walaupun sekarang banyak juga perguruan silat yang

membuka dirinya. Alasannya tentu saja karena di zaman sekarang ini, pencak silat

masih dianggap kampungan oleh sebagain masyarakat. Salah satu perguruan silat

4

Page 18: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

yang memiliki basis massa terbesar di Indonesia dan juga di luar negeri adalah

Perisai Diri. Perguruan Silat ini didirikan oleh RM Soebandiman Dirdjoatmojo

pada tanggal 2 juli 1955 di Surabaya, Jawa Timur.

Perguruan silat Perisai Diri termasuk ke dalam daftar 10 perguruan silat

historis di Indonesia. Kata historis merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia

adalah 1. berkenaan dengan sejarah; bertalian atau ada hubungannya dengan

masa lampau. Namun, historis disini merujuk pada makna perjuangan mereka

selama ini melawan kelompok-kelompok sparatis yang pada saat itu berusaha

mengacaukan Indonesia yang baru merdeka. Pada tahun 1949, pasca penyerahan

kedaulatan Belanda kepada RIS (Republik Indonesia Serikat) nama Indonesia

dahulu. Tanggal 27 Desember 1949, pusat pemerintahan Indoensia berpindah dari

Jakarta ke Yogyakarta. Demikian pula kepengurusan IPSI pada tahun 1950 secara

de facto juga berpindah ke Yogyakarta. IPSI yang pada saat itu baru didirikan

selama 2 tahun, lebih mengkonsentrasikan pergerakannya pergerakan

kemerdekaan. Di sisi lain, keadaan pemerintah pusat pun dikacaukan dengan

adanya berbagai macam pemberontakan di daerah-daerah, seperti pemberontakan

Darul Islam dan Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di Jawa dan Lampung. Pada

saat itu Panglima Teritorium III, Kolonel (terakhir Letnan Jenderal) R.A. Kosasih

dibantu Kolonel Hidayat dan Kolonel Harun membentuk PPSI (Persatuan Pencak

Silat Indonesia) yang bertujuan untuk menggalang kekuatan jajaran Pencak Silat

dalam menghadapi DI/TII yang berkembang di wilayah Lampung, Jawa Barat

(termasuk Jakarta), Jawa Tengah bagian Barat termasuk D.I Yogyakarta. Akibat

dari pembentukan PPSI ini timbul dualisme dalam pembinaan Pencak Silat di

5

Page 19: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

Indonesia. IPSI lebih banyak mengkonsentrasikan pembinaan Pencak Silat dari

sisi olahraga, sedangkan PPSI lebih banyak membina pada seni pertunjukan dan

pencak silat bela diri untuk melawan DI/TII.

Sementara itu IPSI pun harus berjuang keras agar Pencak Silat dapat

masuk dalam acara Pekan olahraga nasional (PON). Hal serupa pun juga

dilakukan oleh PPSI, namun pemerintah yang pada tahun 1948 berperan serta

dalam mendirikan IPSI, hanya mempercayakan IPSI sebagai induk organisasi

Pencak Silat di Indonesia. Upaya untuk memasukkan Pencak Silat sebagai salah

satu cabang olahraga yang dipertandingkan dalam PON tidaklah mudah. Kala itu

induk organisasi olahraga di Indonesia adalah Komite Olimpiade Indonesia (KOI)

yang diketuai oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Persatuan Oleharaga

Republik Indonesia (PORI) yang diketuai oleh Widodo Sosrodiningrat, tetapi

kemudian di tahun 1951 PORI melebur ke dalam KOI. Tahun 1961 Pemerintah

membentuk Komite Gerakan Olahraga (KOGOR) untuk mempersiapkan tim

nasional Indonesia menghadapi Asian Games ke IV di Jakarta. Kemudian di tahun

1962 dibentuklah Departemen Olahraga (Depora) dengan Maladi sebagai menteri

olahraganya. Selanjutnya di tahun 1964 pemerintah membentuk Dewan Olahraga

Republik Indonesia (DORI) yang mana semua organisasi KOI, KOGOR, dilebur

menjadi satu dalam DORI.

Pada tanggal 25 Desember 1965, IPSI pun ikut membentuk Sekretariat

bersama Top-top Organisasi Cabang Olahraga, yang kemudian mengusulkan

pergantian nama DORI menjadi Komite Olahraga Nasional (KONI) yang bebas

6

Page 20: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

dari politik dan mandiri. Peran IPSI pada saat itu sangtlah penting dalam

pembentukan KONI ini.

Menjelang Kongres IV IPSI tahun 1973 beberapa tokoh pencak Silat yang

ada di Jakarta membantu PB IPSI untuk mencari calon Ketua Umum yang baru

karena kondisi Mr. Wongsonegoro yang sudah sangat tidak memungkinkan sekali

dikarenakan faktor usia. Salah satu nama yang berhasil diusulkan adalah Brigjen.

TNI. Tjokropanolo yang pada saat itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Namun, jalan bagi bapak Tjokropanolo untuk diangkat menjadi ketua umum PB

IPSI tidaklah semudah itu, banyak tantangan yang harus dihadapi antara lain

merumuskan jati diri dari IPSI secara aktif, dan mempertahankan eksistensi dan

historis IPSI dalam langkah pembangunan nasional. Untuk merumuskan itu semua

Brigjen TNI Tjokropranolo dibantu oleh beberapa perguruan pencak silat yang

ada di Indonesia yaitu:

1. Haryadi dan Tanamas dari Tapak Suci

2. Moch Hadimulyo dibantu Sumarnohadi, Dr Rachmadi, Dr. Djoko

Waspodo dari KPS Nusantara

3. Arnowo Adji HK dari Kelatnas Perisai Diri

4. KRT Sutardjonegoro dari Phasadja Mataram

5. Sukowinadi dari Perpi Harimurti

6. Maramis, Runtu, Sutedjo, Himantor dari Perisai Putih

7. H. Saali dari Putera Betawi

8. Mariyun Sudirohadiprojo, Mashadi, Harsoyo, dan H.M. Zain dari

Persudaraan Setia Hati

7

Page 21: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

9. Januarno, Imam Suyatno, Laksma Pamudji dari Persaudaraan Setia Hati

Terate.

10. Persatuan Pencak Silat Seluruh Indonesia

Tidak hanya itu saja, tantangan lain yang harus dihadapi dan diselesaikan

oleh Tjokropranolo adalah menyatukan PPSI ke dalam IPSI. Kemudian melalui

pendekatan yang dilakukan oleh Bapak Tjokropranolo terhadap 3 pimpinan PPSI.

Sejak itu PPSI setuju bergabung dengan IPSI, sekretariat PB IPSI di stadion

utama dijadikan juga sebagai sekretariat PPSI. Pada kongres IV IPSI H. Suhari

Sapari ketua harian PPS menghadiri kongres dan menyatakan bahwa PPSI

bergabung ke dalam IPSI. Kongres IV IPSI tahun 1973 juga menetapkan bapak

Tjokropranolo sebagai ketua PB IPSI menggantikan Mr. Wongsonegoro. Pada

Kongres IV ini pulah sepuluh perguruan yang menjadi pemersatu dan pendukung

tetap IPSI, diterima langsung sebagai anggota IPSI pusat. Tjokropranolo juga

menegaskan bahwa sepuluh perguruan Pencak Silat tersebut telah berhasil

menyusun, dan juga melaksanakan program-program IPSI secara konsisten dan

berkesinambungan. Ke sepuluh perguruan tersebut antara lain:

1. Tapak Suci

2. KPS Nusantara

3. Kelatnas Perisai Diri

4. Phasadja Mataram

5. Perpi Harimurti

6. Perisai Putih

7. Putera Betawi

8

Page 22: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

8. Persaudaraan Setia Hati

9. Persaudaraan Setia Hati Terate

10. Persatuan Pencak Silat seluruh Indonesia (PPSI)

Selanjutnya ke sepuluh perguruan tersebut dikenal sebagai 10 (sepuluh)

Perguruan Historis. Maka di dalam setiap musyawarah nasional (MUNAS) IPSI

ke sepuluh perguruan historis ini selalu menjadi peserta dan memiliki hak suara di

dalam Munas.1

Perisai Diri merupakan salah satu perguruan historis dalam pembentukan

IPSI dan partisipasinya dalam era perjuangan Indonesia. Dalam penelitian ini,

peneliti mencoba meneliti dan menganalisis perguruan silat Perisai Diri di

Yogyakarta. Dimana ada 20 cabang Perisai Diri yang tersebar di D.I. Yogayakarta

ini, namun pada penelitian kali ini, peneliti hanya akan mengambil beberapa

cabang Perisai Diri yang ada di Yogyakarta antara lain, Perisai Diri cabang UGM,

Srandakan, dan Semin (gunung Kidul). Adapun tujuan dari penelitian ini ialah

untuk memaparkan dan menambah khasanah pengetahuan pembaca tentang

pencak silat itu sendiri khusunya Perisai Diri ini sebagai warisan budaya bangsa

kita.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan perguruan silat Perisai Diri khususnya di

Yogyakarta itu sendiri?

1 http://pptapaksuci.org/index.php/indonesia/rubrik-umum/ipsi/sejarah-10-

perguruan-historis-ipsi.html

9

Page 23: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

2. Apa materi pendidikan yang diajarkan oleh cabang-cabang perguruan silat

Perisai Diri di Yogyakarta?

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui perkembangan dan sejarah dari Pencak silat itu sendiri

2. Memperkenalkan silat Perisai Diri secara lebih luas dan mendalam kepada

masyarakat secara umum dan kepada civitas akademika Universitas

Gadjah Mada secara khusus.

3. Mengetahui perkembangan Perisai Diri di tiga tempat di Yogyakarta

(Srandakan, Semin, dan Sleman )

1.4. Manfaat Penulisan

Manfaat yang dapat diperoleh dari penyusunan tugas akhir ini ialah:

1. Manfaat Praktis

Menambah khasanah pengetahuan penulis mengenai Pencak Silat

khususnya mengenai perguruan silat Perisai Diri

2. Manfaat Teoritis

a) Sebagai sumbangan ilmu bagi segenap civitas akademika, para

penggiat kesenian dan budaya Indonesia.

b) Sebagai acuan bagi para peneliti yang akan menulis hal sejenis di masa

mendatang

10

Page 24: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

1.5. Definisi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata pencak silat itu, keduanya

mempunyai arti yang berbeda. Pencak diartikan sebagai permainan (keahlian)

untuk mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis, mengelak, dsb;

sedangkan silat itu sendiri merupakan kepandaian berkelahi, seni bela diri khas

Indonesia dengan ketangkasan membela diri dan menyerang untuk pertandingan

atau perkelahian. Namun merujuk definisi dari Ikatan Pencak Silat Indonesia

(IPSI), mengatakan bahwa: “ Pencak adalah gerakan seorang bela yang berupa tari

dan berirama dengan peraturan adat kesopanan tertentu , yang biasa

dipertunjukkan di depan umum. Silat adalah inti-sari dari pencak, ilmu untuk

perkelahian atau membela diri mati-matian yang tidak dapat dipertunjukkan di

depan umum. Beragamnya makna yang terkandung dalam kata pencak silat

tersebut, sama halnya dengan keragaman perguruan pencak silat itu sendiri di

Indonesia. Ada perguruan silat yang menyebut dirinya sebagai Pencak atau silat

saja.

Dalam mendefinisikan Perguruan silat Nasional Perisai Diri, penulis

merujuk pada Quintin Chambers.dkk.,1978: 12) Perisai meaning “shield” and diri

relating to one’s self. The shield recognized in Indonesian culture as a weapon of

self-defense, retains its significance as a symbol of both struggle and protection

for the members of Silat Perisai Diri. Maksudnya makna dari kata perisai diri

sama halnya dengan ‘perisai’, salah satu senjata yang dulu digunakan untuk

pertahanan diri. Makna dari ‘perisai’ itulah digunakan melambangkan perjuangan

dan perlindungan bagi anggota perisai diri.

11

Page 25: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

Sedangkan, untuk pembahasan mengenai makna dan arti lambang perisai

diri penulis merujuk pada definisi yang terdapat dalam buku panduan melatih

bagi para pelatih silat perisai diri tersebut. Dalam buku tersebut ada tujuh bagian

dalam lambang perisai diri tersebut antara lain:

1. Bunga sepasang dalam segi lima

2. Manusia berbaju putih tanpa muka

3. Tangan menyusun sikap bunga sepasang

4. Bunga teratai berdaun lima berwarna kuning

5. Sayap dengan tulisan perisai diri

6. Bunga teratai segitiga

7. Warna merah dan putih

Makna dari ketujuh bagian yang terdapat di dalam lambang perisai diri ini,

dijelaskan secara terperinci dalam buku tersebut.

1.6. Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang perguruan silat Perisai Diri belum pernah dilakukan

oleh peneliti sebelumnya, tetapi beberapa penelitian dan tugas akhir yang

membahas perguruan silat lain dapat kita temukan seperti makalah yang ditulis

oleh Shieni Suni Ratnaningsih (00/142268/DSA/01995) yang berjudul “Sejarah

Ringkas Perguruan Pencak Silat Persatuan di Bantul”. Selain itu penulis juga

dibantu oleh satu buku berbahasa asing terbitan Kodansha International yang

membahas tentang silat Perisai Diri yaitu “Javanese Silat (The Fighting Art of

Perisai Diri)” selain itu ada beberapa buku lagi yang digunakan oleh penulis

12

Page 26: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

sebagai acuan dalam penelitian yaitu buku berjudul “Pencak Silat Merentang

Waktu” karya O’ong Maryono. Selain mengambil data dari buku penulis juga

mendapatkan data dari sumber referensi internet dan juga melakukan observasi

dan wawancara langsung dengan pengurus dan anggota Perisai Diri setempat.

1.7. Metode Penelitian

Metode yang diterapkan dalam penulisan ini adalah:

1. Metode studi pustaka, yakni penulis menacari dan mengumpulkan data

melalui buku-buku, dan literatur yang membahas mengenai pencak

silat khususnya perguruan silat perisai diri

2. Metode observasi, yakni penulis melakukan pengamatan secara

langsung terhadap objek penelitian

3. Metode wawancara, yakni penulis melakukan wawancara langsung

dengan pelatih ataupun anggota silat Perisai diri di Yogyakara tersebut

1.8. Sistematika Penulisan

Tugas akhir ini terdiri dari tiga bab yang disusun secara sistematik. Bab I

terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, teori, tinjauan pustaka, metode

penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II berisi sejarah berdirinya silat Perisai

Diri, makna dan filosofi gerakannya, dan juga perkembangannya sekarang ini.

Bab III berisi tentang kesimpulan penulis terhadap masalah yang sedang diteliti

oleh penulis ini, tidak lupa pula disertai saran. Selain itu penulis juga akan

melampirkan dokumentasi berupa foto dari para pesilat Perisai diri ketika sedang

beraksi.

13

Page 27: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

Bab II

Sejarah Perguruan Silat Perisai Diri Yogyakarta dan

Perkembangannya

2.1. Sejarah Perguruan Silat Perisai Diri

Menilik sejarah perguruan silat Perisai Diri ini sangatlah menarik, butuh

waktu yang lama dan pencarian yang panjang untuk perguruan ini, sampai

akhirnya bisa berkembang pesat seperti sekarang ini. Apabila kita ingin

mengetahui sejarah Perisai Diri, maka tidak akan terlepas dari nama bapak R.M

Soebandiman Dirjoatmojo, pendiri perguruan silat Perisai Diri tersebut.

Pak Dirjo begitu beliau biasa disapa, lahir di Yogyakarta pada tanggal 8

Januari 1913 di lingkungan Keraton Pakoealam. Beliau adalah putra pertama dari

RM. Pakoesoedirdjo, buyut dari Pakualam II. Sejak berusia 9 tahun, beliau telah

dapat menguasai ilmu pencak silat yang ada di Keraton sehingga beliau mendapat

kepercayaan untuk melatih teman-temannya di lingkungan Pakualam. Di samping

belajar silat, beliau juga belajar menari di lingkungan istana Pakoe Alam dan

menjalin persahabatan dengan Wasi dan Bagong Kusudiardjo.2

Semasa kecil beliau biasa dipanggil dengan nama Soebandiman atau

Bandiman oleh teman-temannya. Pada tahun 1930, setamat dari HIK (Hollands

Inlandsche Kweekschol) atau sekolah menengah pendidikan guru setingkat SMP,

beliau meninggalkan Yogyakarta, mengembara untuk mencari tahu dan belajar

lebih dalam lagi mengenai pencak silat. Pak Dirdjo merasa ilmu silat yang telah

2 http://www.docstoc.com/docs/23912607/sejarah-perisai-diri

14

Page 28: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

didapatkannya di lingkungan Keraton ini belum cukup, maka dia memutuskan

untuk pergi merantau jauh meninggalkan Yogyakarta tanpa membawa bekal

apapun dengan berjalan kaki. Tempat pertama yang dikunjunginya adalah

Jombang, Jawa Timur. Di sana beliau belajar silat pada KH. Hasan Basri,

sedangkan untuk pengetahuan agamanya dan lainnya beliau peroleh dari Pondok

Pesantren Tebuireng. Selain belajar, beliau pun bekerja di pabrik gula Peterongan

untuk memenuhi kebtuhannya sehari-hari.

Setelah menjalani gemblengan latihan yang cukup keras dengan lancar,

beliau kembali pergi mengembara ke Barat. Sampainya di Solo beliau belajar silat

pada Sayid Sahab dan belajar ilmu kanuragan pada kakeknya Ki Jogosurasmo.

Rasa ingin tahu yang begitu besar dari dalam diri pak Dirdjo membuat Pak Dirdjo

melanjutkan perjalanannya untuk berguru silat kepada guru-guru lain. Perjalanan

berikutnya yang dituju Pak Dirdjo ialah kota Semarang, di sini beliau belajar silat

pada bapak Soegito dari aliran Setia Saudara. Dilanjutkan dengan mempelajari

ilmu kanuragan di Pondok Randu Gintung Semarang. Dari Semarang, beliau

kembali melanjutkan perjalanannya hingga ke Cirebon setelah sebelumnya

singgah terlebih dahulu di Kuningan. Selain itu beliau juga belajar ilmu silat

Minangkabau dan Aceh.

Pak Dirdjo mempunyai tekad untuk menggabungkan berbagai macam ilmu

bela diri yang telah dipelajarinya tersebut. Itulah sebabnya, mengapa beliau tidak

bosan-bosannya menimba ilmu silat kepada beberapa guru. Baginya, bepindah

guru berarti mempelajari hal yang baru dan menambah kembali ilmu yang

dirasanya masih kurang. Beliau pun mulai meramu ilmu silat sendiri dengan

15

Page 29: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

menetap di Parakan, Banyumas dan pada tahun 1936 beliau membuka

perkumpulan pencak silat dengan nama Eka Kalbu, yang berarti satu hati. Di

tengah kesibukan melatih, beliau betemu dengan seorang pendekar Tionghoa yang

beraliran beladiri Siauw Liem Sie (Shaolinshi) bernama Yap Kie San (George F.

De Groot dan Notosoejitno: 2006: 188). Yap Kie San adalah salah seorang cucu

murid Louw Djing Tie dari Hook Tik Tjav. Menurut catatan sejarah, Louw Djing

Tie merupakan seorang pendekar legendaris dalam dunia persilatan baik di

Tiongkok maupun di Indonesia. Dalam dunia persilatan Louw Djing Tie dijuluki

si Garuda Emas dari Siauw Liem Pay. Saat ini murid-murid penerus Louw Djing

Tie di Indonesia masih meneruskan ajaran Louw Djing Tie tersebut dengan

mendirikan perguruan kungfu Garuda Emas.

Pak Dirdjo yang mempunyai tekad dan kemauan yang kuat untuk terus

belajar ilmu beladiri, memutuskan untuk berguru pada Yap Kie San tersebut. Bagi

Pak Dirdjo, dalam menuntut ilmu itu tidak memandang usia dan suku bangsa.

Beliau pun akhirnya menghabiskan masa 14 tahun untuk belajar ilmu bela diri

yang berasal dari biara Siauw Liem (Shaolin) ini dan untuk diterimanya Pak

Dirdjo menjadi murid Yap Kie San ini sangatlah menarik, tidak dengan cara biasa.

Pak Dirdjo harus menghadapi pertarungan murid Yap Kie San dalam pertarungan

persahabatan. Melihat bakat pak Didjo, Yap Kie San tergerak hatinya untuk

menerimanya sebagai murid. Latihan dan gemblengan yang keras dari Yap Kie

San menyebabkan murid Yap Kie San yang sanggup bertahan hanya enam orang.

Di antaranya ada dua orang yang bukan orang Tionghoa yaitu Pak Dirdjo sendiri

dan R. Brotosoetarjo yang kemudian mendirikan perguruan silat BIMA (Budaya

16

Page 30: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

Indonesia Mataram). Dengan bekal ilmu yang telah diperolehnya selama

pengembaraannya dan digabung dengan ilmu bela diri Siauw Liem Sie yang

diterima dari Yap Kie San, Pak Dirdjo mulai merumuskan ilmu yang telah

didapatkannya tersebut.

Setelah merasa puas dengan perantauannya selama ini, Pak Dirdjo kembali

ke Yogyakarta, tanah kelahirannya. Atas permintaan dari Ki Hajar Dewantara,

yang merupakan pakde (paman) dari pak Dirdjo itu sendiri, Pak Dirdjo diminta

untuk melatih di lingkungan perguruan Taman Siswa di Wirogunan. Di tengah

kesibukannya, mengajar silat di Taman Siswa,Pak Dirdjo mendapatkan pekerjaan

sebagai Magazine Meester di pabrik gula Plered.

Pada tahun 1947, Pak Dirdjo diangkat sebagai Pegawai Negeri pada

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan seksi Pencak Silat yang dikepalai oleh

Mochammad Djoemali. Beliau juga mengajar di Himpunan Siswa Budaya, sebuah

unit kegiatan mahasiswa UGM (Universitas Gadjah Mada). Murid-muridnya

adalah para mahasiswa UGM, di antaranya adalah Ir. Dalmono yang saat ini

berada di Rusia, Prod Dr. Suyono Hadi (Dosen Universitas Padjajaran Bandung)

dan (Alm) Bambang Mujiono Probokusumo atau di kalangan dunia persilatan

biasa disapa Mas Wuk.

Tahun 1954 Pak Dirdjo diperbantukan di Kantor Kebudayaan Propinsi

Jawa Timur di Surabaya. Murid-murid beliau di Yogyakarta, baik yang berlatih di

UGM maupun di luar UGM bergabung menjadi satu dalam wadah HPPSI

(Himpunan Penggemar Pencak Silat Indonesia) yang diketuai oleh Ir. Dalmono.

Tahun 1955, beliau resmi pindah ke Surabaya. Di Surabaya, kembali Pak Didjo

17

Page 31: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

mengembangkan ilmu silat dalam bentuk kursus- kursus di lembaganya. Dengan

dibantu Imam Ramelan beliau mendirikan kursus Silat Perisai Diri pada tanggal 2

Juli 1955. Perubahan nama tersebut menyebabkan adanya penyesuaian diri nama

himpunan mereka menjadi silat Perisai Diri. Namun, murid-murid Pak Dirdjo di

Perguruan Eka Kalbu yang beliau didirikan dahulu, tidak merubah namanya, tapi

tetap berhubungan dengan Perisai Diri, pada akhirnya perguruan ini melebur

dengan sendirinya ke Perisai Diri.

Pengalaman yang diperoleh selama perantauan dan ilmu silat Siauw Liem

Sie menghasilkan teknik yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anatomi

tubuh manusia tanpa ada unsur memperkosa gerak, semuanya berjalan secara

alami dan dapat dibuktikan secara ilmiah. Dengan motto “ Pandai Silat Tanpa

Cedera” Perisai Diri diterima di berbagai kalangan dan lapisan masyarakat untuk

dipelajari sebagai ilmu beladiri.

2.2. Makna Lambang Perisai Diri

Makna dan arti lambang perisai diri penulis merujuk pada definisi yang

terdapat dalam buku panduan melatih bagi para pelatih silat perisai diri dan

sumber referensi internet. Dalam buku tersebut ada tujuh bagian dalam lambang

perisai diri tersebut antara lain:

1. Bunga sepasang dalam segi lima

2. Manusia berbaju putih tanpa muka

3. Tangan menyusun sikap bunga sepasang

4. Bunga teratai berdaun lima berwarna kuning

5. Sayap dengan tulisan perisai diri

18

Page 32: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

6. Bunga teratai segitiga

7. Warna merah dan putih

Lambang Perisai DiriSumber: Wikipedia

Makna dari ketujuh bagian yang terdapat di dalam lambang perisai diri ini

sebagai berikut: Manusia menunduk dengan tangan menyusun sikap Bunga

Sepasang, di atas bunga teratai yang berdaun lima berwarna kuning, di bawahnya

didasari dengan sayap putih dengan tulisan PERISAI DIRI, di dalam suatu bangun

segitiga berwarna merah bertepikan warna kuning. Manusia menunduk bersikap

bunga sepasang, mempunyai makna bahwa Kelatnas Indonesia Perisai Diri

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dengan penuh rasa tanggung jawab

melaksanakan azas dan tujuan Kelatnas Indonesia Perisai Diri. Bunga Teratai

berdaun lima berwarna kuning, mempunyai makna bahwa dalam melaksanakan

tujuan Kelatnas Indonesia Perisai Diri berazaskan Pancasila. Sayap warna putih

bertuliskan PERISAI DIRI mempunyai makna bahwa Kelatnas Indonesia Perisai

Diri mempunyai sikap hidup yang dinamis, selalu mempunyai tekad dan semangat

untuk mengembangkan bela diri Indonesia umumnya dan Silat Perisai Diri

khususnya serta memelihara kelestariannya sebagai budaya bangsa.

19

Page 33: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

Bangun segi tiga berwarna merah bertepikan warna kuning mempunyai makna:

tujuan luhur/ roh suci

hidup/ sukma

kekuatan bayu

sedangkan warna merah putih, mempunyai makna asal dan perantaraan ayah dan

ibu.3

2.3. Janji Perisai Diri

Setiap perguruan silat yang ada di Indonesia pastinya mempunyai suatu

janji yang disepakati bersama dan itu biasanya menjadi landasan yang menjiwai

setiap perguruan tersebut. Janji bagi suatu perguruan silat mempunyai arti

terpenting bagi mereka untuk mewujudkan cita-cita kemanusiaan dan

kemasyarakatan yang luhur.

Perisai Diri pun mempunyai janji perguruan mereka sendiri yang

fungsinya sebagai landasan bagi setiap anggota perguruan tersebut dalam

melangkah, berbuat, dan bertindak dalam kehidupan pribadi, maupun dalam

kehidupan bermasyarakat. Janji Perisai diri biasanya selalu tertera dalam setiap

buku panduan melatih bagi para pelatih, dan selalu diperdengarkan dan

dikumandangkan manakala ada event atau acara intern Perisai Diri. Janji Perisai

Diri tersebut adalah:

1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

2. Setia dan taat kepada negara kesatuan Republik Indonesia

3 http://pd.ukm.ugm.ac.id/2010/03/13/arti-lambang-perisai-diri-dan-janji-perisai-diri/

20

Page 34: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

3. Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi dan

golongan

4. Patuh kepada perguruan dan melaksanakan dengan penuh rasa tanggung

jawab asas dan tujuannya

5. Memupuk rasa kasih sayang dan kekeluargaan di antara sesama anggota

2.4. Tingkatan dalam Perisai Diri

Tingkatan di Perisai Diri berjumlah 13 tingkatan mulai dari dasar sampai

tingkat pendekar. Setiap tingkatan ditandai oleh warna sabuk, strip, dan badge

yang ada pada seragam Perisai Diri. Setiap tingkatan di Perisai Diri meiliki target

latihan yang berbeda, oleh karena itu materi latihan yang diberikan berbeda pada

setiap tingkatanya. Aspek yang membedakan antara tingkat yang satu dengan

yang lain adalah: keluwesan, tenaga, kecepatan, pernafasan, pendalaman teknik,

dan pelaksanaan teknik.4

a. Tingkat Dasar

Tingkatan dasar dalam Perisai Diri terdiri dari dua tingkat yang disebut

dengan Tingkat Dasar I dan II. Pada saat seseorang mendaftarkan dirinya pertma

kali di Perisai Diri, maka secara otomatis ia akan langsung duduk di tingkat Dasar

I ini. Tingkat dasar ini bertujuan untuk memperkenalkan teknik Perisai Diri secara

garis besar, pada tingkatan ini, siswa akan mempelajari langkah dasar Perisai Diri

yang terdiri dari antara lain:

1. Dasar dari sistem pertarungan Perisai Diri (serang hindar)

2. Perkenalan teknik serangan (tangan, kaki, dan badan)

4 http://pdikipsmg.blogspot.com/2006/11/tingkatan.html

21

Page 35: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

3. Melatih arah terbaik dalam menghindari serangan lawan

b. Tingkat Calon Keluarga

Tingkat calon keluarga adalah masa transisi dimana siswa berada di

tingkatan antara dasar dan menuju ke tingkat keluarga, pada tingkat ini, siswa

akan mulai dilatih untuk melaksanakan teknik dengan benar, tegas, bertenaga, dan

serius. Materi-materi apa saja yang akan dipelajari pada tingkat ini adalah:

1. Serang hindar dengan pedoman yang benar

2. Perkenalan pada teknik serang balas sebagai lanjutan dari pelajaran seang

hindar

3. Secara khusus melatih kuda-kuda siswa melalui teknik asli Minangkabau

4. Mempelajari senajata wajib berupa pisau mempelajari cara pembelaan diri

c. Tingkat Keluarga

Tingkat keluarga dibagi menjadi 4 tingkatan, yaitu tingkat putih, putih

hijau, hijau, dan hijau biru. Lambang tingkatan berupa warna yang diletakkan di

badge pada seragam Perisai Diri. Pada tingkat inilah siswa akan mempelajari

teknik Perisai Diri secara lebih mendalam. Pada tingkat putih siswa akan dilatih

kelincahan dan fleksibilitas gerak tubuh mereka melalui teknik asli Burung

Mliwis, kemudian naik ke tingkatan berikutnya yaitu tingkat putih hijau, mereka

akan dilatih kecepatan dan kelincahannya melalui teknik Burung Kuntul,

kemudian pada tingkat hijau penggunaan badan sebagai serangan mulai dilatihkan

kepada siswa melalui teknik asli Burung Garuda dan Harimau. Selain itu mereka

yang telah berada pada tingkatan keluarga ini akan dilatih juga dalam hal

pengaplikasian teknik serang hindar dan serang balas dengan pedoman yang benar

22

Page 36: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

untuk pembelaan diri. Para siswa yang berada pada tingkatan ini juga dituntut

untuk mempelajari senjata wajib tingkatan keluarga ini yaitu pedang dan thoya,

dan masih ada senjata tambahan lagi seperti kipas, celurit, samurai, dan

sebagainya. Tidak lupa kecepatan mereka dalam melakukan serang hindar pun

dilatihkan dengan target minimal 1 detik 2 gerak.

d. Tingkat Pelatih

Tingkat pelatih dibagi menjadi 4 tingkatan, yaitu : Biru, Biru Merah,

Merah, dan Merah Kuning. Tingkat Biru dan Biru merah disebut juga asisten

pelatih international, sedangkan tingkat merah dan merah kuning adalah pelatih

international yang berarti dimanapun ia berada harus siap melatih silat Perisai

Diri, baik di dalam ataupun di luar negeri.

Pada tingkatan ini, akan mulai dilatih pernafasan untuk meningkatkan

tenaga (power expansion), penyaluran tenaga (power distribution) ,dan pelepasan

tenaga (power explotion), selain itu juga melatih pernafasan untuk meringankan

tubuh. Kemudian mereka juga diminta untuk kembali mendalami dan menghayati

teknik- teknik yang telah dipelajari sebelumnya, karena dalam Perisai Diri itu

sendiri ada tingkatan dalam mempelajari teknik- teknik Perisai Diri terebut antara

mempelajari, mendalami, dan menghayati. Kemudian mendalami kembali

pedoman tingkatan teknik tingkat lanjut (papasan) dan penerapannya.

Tingkat Pendekar

Tingkat ini dibagi menjadi 2 tingkatan yaitu Pendekar Muda dan

Pendekar. Pada tingkat ini, akan dipelajari penghayatan teknik dan penggunaan

teknik yang halus/ lembut namun bisa berakibat fatal pada lawan. Hal ini ipelajari

23

Page 37: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

melalui teknik asli tertinggi dalam Perisai Dir yaitu Teknik Puteri yang memang

hanya diplajari di tingkat pendekar ini.

2.4.1. Lama Pendidikan di Perisai Diri

Lama pendidikan di Perisai Diri terlampir dalam penjelasan singkat

melalui tabel di bawah ini :

Tingkat Sabuk Strip BadgeLama

PendidikanDasar I Putih - - 6 bulan

Dasar II Hitam - - 6 bulan

Calon Keluarga Merah - 6 bulan

Keluarga Merah Putih 6 bulan

Keluarga Merah Putih-

hijau

6 bulan

Keluarga Merah Hijau 6 bulan

Keluarga Merah Hijau-

biru

1 tahun

Pembantu/asisten

pelatih

Merah Biru 2 tahun

Pembantu/asisten

pelatih

Merah Biru-

merah

2 tahun

24

Page 38: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

Pelatih Merah Merah 3 tahun

Pelatih Merah Merah-

kuning

3 tahun

Pendekar muda Merah Kuning Minimal 3 tahun

Pendekar Merah kuning

emas

-

Sumber: http://blognyakaka.blogspot.com/2009/10/pendidikan-dan-tingkatan-

perisai-diri.html

Semakin tinggi tingkatan seseorang maka waktu yang diperlukan semakin

lama untuk menyelesaikan tingkatannya. Dapat kita lihat juga di dalam tabel ini,

pada tingkatan keluarga waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pendidikan

ialah 6 bulan, namun berbeda pada tingkatan keluarga strip hijau-biru, waktu yang

diperlukan untuk menghabiskan pendidikan memakan waktu hingga 1 tahun. Hal

ini disebabkan karena pada tingkatan hijau-biru, seorang siswa mulai dipersiapkan

untuk menjadi pembantu/ asisten pelatih, oleh karena itu diperlukan waktu 1 tahun

untuk mempersiapkan para siswa yang berada di tingkatan ini untuk menuju ke

tingkat pembantu/asisten pelatih. Selain materi ujian yang cukup berat dan

banyak, fisik para siswa pun dalam ujian kenaikan tingkat ini diujikan dengan

porsi yang cukup banyak dibandingkan dengan siswa di tingkatan lain, selain itu,

keterampilan senjata mereka pun diuji melalui keterampilan menggunakan pedang

dan toya dalam satu rangkaian gerakan.

25

Page 39: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

Jika nanti seorang siswa telah dinyatakan lulus dan berhak menerima strip

biru, maka secara otomatisnya jabatannya berubah menjadi asisten pelatih, dalam

hal ini siswa yang telah mendapat strip biru, tidak lagi dipandang sebagai siswa,

seperti kebanyakan siswa –siswa lainnya di tingkat dasar ataupun keluarga,

mereka mempunyai hak untuk mengajar silat bagi tingkat dasar. Selain itu, untuk

masa pendidikan pun memakan waktu yang cukup lama yaitu 2 tahun untuk bisa

naik ke tingkatan berikutnya yaitu biru merah, tetapi kebanyakan pesilat Perisai

Diri pada umumnya sudah merasa puas berada di tingkat biru, selain meteri ujian

yang cukup berat apabila mereka akan naik tingkat menjadi biru merah, tanggung

jawab yang diemban pun tidaklah sembarang, mereka wajib dan harus membawa

nama baik Perisai Diri dimana pun mereka berada, dan bisa melatih dimanapun

dan kapanpun tanpa mesti harus ada instruksi atau perintah langsung dari pelatih

mereka.

2.5. Materi Pendidikan dan Latihan

Materi pendidikan dan latihan di Perisai Diri ditempuh dalam jangka

waktu tertentu, biasanya materi pendidikan dan latihan ini disesuaikan dengan

tingkatan para siswa tersebut yang secara garis besar dapat dibagi menjadi dua

kelompok yaitu Tingkat Dasar dan Calon Keluarga. Untuk pengenalan teknik-

teknik di atas itulah ada metode baku yang telah distandarisasi oleh Kelatnas

Indonesia Perisai Diri. Metode yang digunakan adalah pengenalan olahraga,

pengenalan bela diri, penguasaan bela diri, pengawalan, perawatan sampai dengan

tingkat guru.

26

Page 40: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

Metode pendidikan dan pengajaran, dan pelatihan di perguruan silat

Perisai Diri adalah sebagai berikut (George F. De Groot dan Notosoejitno, 2006:

192-193):

1. Pengenalan terlebih dahulu mengenai teknik-tekniknya. Pada metode ini,

siswa diajarkan suatu pertarungan dengan sistem serang hindar,

maksudnya agar siswa mengetahui penggunaan teknik-teknik serang

hindar. Dengan pengenalan teknik-teknik tersebut memberikan penjelasan

agara siswa dalam pelaksanannya dapat mempelajari gerakan sama persis

dengan apa yang dituntut oleh teknik-teknik tersebut.

2. Setelah pengenalan teknik selama 6 bulan, kemudian siswa diajarkan cara

penerapan yang sebenarnya dengan tuntunan agar tidak salah dalam

penjelasannya. Dalam hal ini penjelasan adalah yang paling utama agar

siswa dapat melaksanakan teknik dengan baik dan benar.

3. Kemudian, dilanjutkan dengan pemahaman terhadap penggunaan teknik-

teknik yang telah diajarkan. Pada tingkat/ peringkat keluarga, para siswa

diberikan waktu untuk mendalami sampai memahami benar teknik-teknik

yang telah diterima dan pengembangan teknik-teknik tersebut dalam

penggunaannya sampai tahap akhir.

4. Terakhir adalah keyakinan siswa terhadap teknik-teknik tersebut.

2.5.1. Senam Teknik Kombinasi

Senam teknik kombinasi adalah susunan gerak silat Perisai Diri yang

dilatihkan kepada pesilat di setiap sesi latihan. Namun senam teknik kombinasi

27

Page 41: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

bukanlah rangkaian wajib gerakan yang mesti dihafalkan seperti jurus di

perguruan silat pada umumnya.

Rangkaian gerak senam teknik kombinasi dibuat oleh para pelatih

setempat pada saat latihan berlangsung. Rangkaian gerak ini dibuat berdasarkan

imajinasi pada saat pesilat melakukan serang hindar dengan seorang lawan.

Rangkaian yang dibuat oleh pelatih tersebut dilaksanakan dengan tenaga dan

kecepatan maksimal dan diulang berkali-kali. Jadi, tidak ada standar baku tentang

senam teknik kombinasi ini. Rangkaian gerakan senam teknik kombinasi ini juga

sering diperlombakan dalam kejuaraan internal Perisai Diri. Melalui nomor

beregu tangan kosong ataupun bersenjata.

Tujuan dari latihan senam teknik kombinasi adalah untuk menciptakan

kebiasaan dalam melakukan teknik yang benar dan menciptakan refleks yang baik

terhadap para pesilat. Latihan ini juga membentuk otot-otot para pesilat agar dapat

dengan mudah beradaptasi dengan berbagai macam teknik Perisai Diri. Senam

Teknik Kombinasi ini selalu berbeda-beda di setiap sesi latihan, bisa diaplikasikan

baik dengan tangan kosong ataupun menggunakan senjata.

2.5.2. Teknik Senjata

Pada saat seorang siswa berada di tingkat dasar, maka mereka masih

diajarkan teknik-teknik beladiri tangan kosong. Pada tingkat selanjutnya diajarkan

juga senjata dengan senjata wajib berupa pisau pedang, dan toya, dengan dasar

penguasaan tiga senjata wajib, diharapkan pesilat perisai diri dilatih untuk mampu

mendayagunakan berbagai peralatan yang ada di sekitarnya untuk digunakan

sebagai senjata. Teknik tersebut juga dapat digunakan untuk memainkan senjata

28

Page 42: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

lain seperti celurit , trisula, abir, tombak, golok, pedang samurai, pentungan,

kipas, payung, bayonet, dan sebagainya.

Tujuan dari pelajaran senjata adalah memberikan pemahaman bagi pesilat

tentang berbagai macam senjata. Dengan mengenal karakteristik, maka akan

mudah bagi mereka untuk beradaptasi dengan berbaga senjata yang ada. Sebagai

contoh dengan mempelajari pisau, maka pesilat akan mengerti kelebihan dan

kekurangan senjata pendek, baik sebagai perlawanan maupun ketika diserang.

Bahkan pesilat akan dapat mengadaptasi benda-benda serupa seperti keris,atau

bahkan pena dan pensil. Dengan memahami karakteristik senjata ini pula, seorang

pesilat akan mengerti bagaimana cara menghadapi berbagai macam senjata bila

memang keadaan sudah mendesak.5

2.5.3. Serang Hindar, Serang Balas, dan Beladiri

Metode praktis yang terpenting untuk dpelajari, bahkan sudah menjadi ciri

khas perguruan ini adalah Serang Hindar. Pada latihan ini akan diajarkan cara

menyerang dan menghindar yang paling efisien, cepat, tepat, tangkas, dan

bijaksana. Sekalipun berhadapan langsung dengan lawan, kemungkinan cedera

amat kecil karena setiap siswa dibekali prinsip-prinsip dasar dalam melakukan

serangan dan hindaran. Resiko kecil pada metode Serang Hindar inilah yang

melahirkan motto “Pandai Silat Tanpa Cedera.”

Praktik pelaksanaan Serang Hindar seperti ini dua orang pesilat saling

berhadapan satu sama lain. Di dekat mereka ada seorang pelatih yang menjadi

5 http://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga_Silat_Nasional_Indonesia_Perisai_Diri

29

Page 43: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

wasit dan memberi aba-aba. Seorang pesilat disebut sebagai A dan yang seorang

lagi disebut dengan B. Sebelumnya pelatih memberi tahu terlebih dahulu jenis

serang hindar yang dilakukan bisa serang hindar satu gerakan, dua gerakan, atau

serang balas sekalipun. Pelatih kemudian memberi aba-aba “hup!”, bersamaan

dengan itu A menyerang B dengan satu gerakan, sementara B diam menunggu

serangan itu dekat dan kemudian bergerak ke samping untuk melepaskan diri dari

serangan A. Pelatih terus memberi aba-aba hingga 10 kali untuk A menyerang B

dan B harus menghindar hanya pada saat serangan A sudah dekat. Setelah selesai,

giliran B yang menyerang pada 10 aba-aba yang kedua. Itulah tadi salah satu

metode latihan berpasangan di silat Perisai Diri yang dikenal dengan sebutan

Serang Hindar. Metode Serang Hindar ini telah diformulasikan oleh Pak Dirdjo

agar dapat dilakukan dengan aman oleh kedua pesilat. Selama berlatih pesilat

diminta unuk melakukan serangan dan hindaran yang sesuai dengan pedoman

teknik silat Perisai Diri. Arah hindaran pun harus keluar dari penjuru (daerah

dimana lawan bebas menyerang), kita bisa menghindar selama kita tidak masuk

ke dalam penjuru serangan lawan. Apabila, pesilat yang melakukan hindaran

tersebut masuk ke dalam penjuru lawan, maka ia harus menambah gerakan

hindarannya agar tidak mudah diserang kembali oleh lawan.

Metode berpasangan yang lain di Perisai Diri adalah Serang Balas. Pada

metode Serang Balas, dalam satu aba-aba, A akan melakukan serangan terhadap B

dan B Menghindar kemudian B membalas lagi serangan ke A, dan A menghindar,

begitu seterusnya hingga sampai 10 hitungan. Selanjutnya pada 10 aba-aba kedua,

30

Page 44: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

posisi para pesilat tesebut akan ditukar oleh pelatih, yaitu B menyerang terlebih

dahulu.

Tujuan dari latihan Serang Balas ini adalah untuk melatih pesilat, terutama

bagi si penghindar, untuk menghindar ke arah yang sulit dilihat oleh lawan, tetapi

akan sangat mudah untuk melakukan serangan balasan.Inilah yang disebut

hindaran yang mengunci posisi lawan. Si penghindar juga harus mempelajari

bagaimana ia harus meletakkan langkah mereka agar dapat mempercepat serangan

balasan berikutnya.

Metode berpasangan lain yang dilatihkan di Perisai Diri adalah beladiri.

Beladiri adalah saat dimana A menyerang dan B menghindar sambil melepaskan

serangan ke A. Dalam hal ini, B disebut melakukan beladiri. Perbedaannya

dengan metode sebelumnya adalah bahwa B tidak melakukan hindaran sempurna

baru membalas, namun B melakukan hindaran dan gerakan dalam satu gerakan.

Sebagai ilustrasi yang sederhana, misalnya A melakukan pukulan ke arah

depan (pukul pendeta), ketika pukulan tersebut dekat, maka B bergerak ke

samping sambil menusukkan buku tangannya ke arah mata (tusuk kuntul). Dalam

hal ini, maka B melakukan beladiri.

Ketiga metode di atas, Serang Hindar, Serang Balas, dan Beladiri akan

diajarkan kepada pesilat Perisai Diri baik di tingkat Dasar sampai tingkat yang

tinggi sekalipun. Metode ini akan diaplikasikan baik menggunakan tangan kosong

ataupun menggunakan senjata seperti pisau, pedang, dan toya.

31

Page 45: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

2.5.4. Teknik Perisai Diri

Teknik-teknik yang dimiliki dan diajarkan oleh Perisai Diri merupakan

gabungan dan olahan dari berbagai aliran beladiri pencak silat yang ada di tanah

air yang disusun dan disesuaikan dengan anatomi tubuh manusia (Notosoejitno

& George F.de Groot, 2006: 191). Teknik Silat Perisai Diri ada beberapa macam

dan diajarkan kepada masing-masing pesilat berdasarkan pada tingkatannya

masing-masing. Teknik-teknik itu diambil dari gerakan manusia, hewan, bunga

sampai dengan tumbuh-tumbuhan. Menurut (Quintin Chambers.dkk: 1978: 13)

The technical base on which PD rest consists of a wide range of animal or

animallike postures and movements, plus several that are typical of specially

gifted human beings. Ada juga teknik yang diberi nama sesuai dengan nama asal

daerahnya antara lain:

1. Jawa timuran

2. Minangkabau

3. Betawen

4. Bawean

5. Cimande

Teknik Minangkabau berasal dari tanah Sumatera, teknik ini sudah

disesuaikan dengan beberapa variasi dan imajinasi R.M Soebandiman

Dirdjoatmodjo. Teknik ini mirip dengan tarian tradisional Sumatera Barat. Salah

satu tujuan mempelajari teknik ini ialah untuk memperkuat otot-otot paha dan

belakang. Teknik ini mengajarkan kepada kita untuk merasakan posisi merendah

yang benar-benar merendah hingga ke tanah. Pola penyerangan teknik ini ialah

32

Page 46: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

dengan dengan mendahului dan membuka bagian badan dengan gerakan yang

lambat. Ini merupakan pancingan yang disengaja agar lawan menyerang terlebih

dahulu. Ketika lawan datang dengan serangan, saat itulah teknik Minang

menyerang dengan sangat cepat menggunakan ujung sikunya untuk

menghancurkan serangan lawan, kemudian dilanjutkan dengan serangan

berikutnya, bisa serangan kaki, putaran, dan sebagainya.

Kemudian ada lagi yang disebut dengan teknik asli dalam Perisai Diri,

disebut asli karena mempunyai frame tersendiri dan bukan merupakan kombinasi

dari beberapa aliran silat dan sebagian besar diambil dari sumbernya, yaitu dari

aliran Siauw Liem Sie yang berasal dari Cina. Namun, berkat kreativitas dan

imajinasi R.M. Soebandiman Dirdjoatmojo, gerakan –gerakan tersebut

dimodifikasi sedemikian rupa, maka yang mirip hanya sikap awalnya saja.

Sedangkan gerakan maupun implementasi dalam teknik silatnya sangat jauh

berbeda, karena sudah disesuaikan dengan jiwa dan karakter pencak silat

Indonesia. Sehingga dari situ terciptalah ilmu silat Perisai Diri yang secara

keseluruhan mempunyai sifat yang unik. Macam-macam teknik asli yang ada

tersebut ialah:

1. Teknik burung mliwis

2. Teknik burung kuntul

3. Teknik burung garuda

4. Teknik lingsang

5. Teknik kuda kuningan

6. Teknik satria hutan

33

Page 47: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

7. Teknik harimau

8. Teknik naga

9. Teknik satria

10. Teknik pendeta

11. Teknik putri bersedia

12. Teknik putri teratai

13. Teknik putri berhias

14. Teknik putri bersembahyang

Berikut penjelasan singkat mengenai beberapa teknik-teknik asli tersebut:

1. Teknik Burung Meliwis

Teknik Burung Meliwis ini terkenal dengan cirinya yang bergerak

dengan ringan dan cepat. Tujuan dari mempelajari teknik ini ialah pesilat

diajarkan untuk bergerak dengan ringan, dan cepat ibarat burung mliwis.

Selain untuk melatih kecepatan, dan keringanan tubuh, teknik ini juga

membuat para pesilat membiasakan diri menapak dengan ujung kaki.

Dengan mempelajari teknik ini, maka pesilat dengan sendirinya telah

melatih otot-otot kaki, betis, dan pinggul.

Teknik meliwis menggunakan ujung-ujung jarinya untuk

menyerang lawan. Oleh karena itu, sasaran serangan ialah bagian-bagian

yang sangat lemah seperti mata dan leher. Saat menyerang, maka teknik

ini akan melontarkan tangannya dengan cepat ke arah lawan dan akan

kembali dengan kecepatan yang sama, sehingga mempersulit lawan untuk

menolak. Selain ujung-ujung jari, Meliwis juga menggunakan pergelangan

34

Page 48: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

tangannya untuk menyerang bagian-bagin seperti leher dan dagu. Teknik

ini juga menggunakan pergelangan tangan bagian dalam untuk menolak

dengan cara mengalihkan arah serangan lawan.

2. Teknik Burung Kuntul

Setelah mempelajari teknik meliwis, pesilat akan menerima

pelajaran teknik berikutnya yaitu teknik burung kuntul. Teknik ini

diberikan pada pesilat apabila tingkatannya udah mencapai putih-hijau.

Teknik ini akan dipelajari, sebagai syarat bagi seorang pesilat Perisai Diri

untuk naik ke tingkat berikutnya yaitu hijau.

Teknik burung Kuntul ini sama-sama mengajarkan agar pesilat

dapat bergerak dengan ringan, bedanya dengan teknik burung Meliwis,

pada teknik burung kuntul ini, pesilat diajarkan untuk melibatkan tenaga

saat bergerak ringan. Dibandingkan dengan Meliwis, Kuntul, tidak hanya

menyerang bagian lemah, tetapi juga bagian lain, seperi lutut. Teknik ini

memiliki satu tendangan yang digunakan untuk merusak lutut lawan yang

disebut tendang gejug. Pada saat menyerang, sifat serangan Kuntul adalah

memecut. Serangan dilontarkan sangat cepat dari badan ke arah sasaran

dengan dengan sendirinya kembali ke arah badan dengan kecepatan yang

sama. Namun, pola serangan Kuntul tidak pernah lurus ke depan seperti

teknik bela diri pada umumnya, serangan kuntul selalu mengarah ke

samping, untuk menyerang ke depan, maka Kuntul akan memposisikan

dirinya sedemikian rupa, sehingga lawan menjad berada di samping saat

serangan mencapai target

35

Page 49: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

3. Teknik Burung Garuda

Garuda adalah simbol burung terkuat di antara jenis burung

lainnya. Oleh karena itu dibandingkan dengan teknik burung sebelumnya.

Teknik ini memiliki kemampuan bertarung yang paling tinggi. Saat

berlatih teknik Garuda, pesilat akan dikenalkan bagaimana cara

menggunakan perubahan badan sebagai tenaga tambahan saat menyerang

atau menolak, karena kemampuannya dalam menggunakan badan inilah

tenaga yang dimiliki oleh teknik Garuda menjadi lebih besar.

Teknik ini menggunakan sisi tangan dan sikunya sebagai

perlengkapan dalam menyerang dan menolak. Teknik ini selalu

mengembangkan kelima jarinya selebar mungkin untuk memperkuat otot

tangan bagian samping. Target serangan Garuda sering ke arah leher,

dengan menggunakan sikunya, Garuda akan menotok bagian leher lawan

sekaligus merobek kulit lawan, tidak hanya leher, Garuda juga dapat

menyerang ke bagian tengah di antara dua alis mata lawan dan

mengirisnya ke sepanjang garis mata. Dalam jarak yang sangat rapat,

Garuda memanfaatkan sikunya ke bagian lemah lawan ataupun

memanfaatkn tumitnya untuk melakukan tendangan jarak pendek ke arah

kemaluan lawan dan juga untuk melindungi diri dari serangan lawan.

Garuda memanfaatkan kaki untuk menolak bagian bawah dan tangan

untuk menolak bagian tengah dan atas.

36

Page 50: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

4. Teknik Harimau

Teknik Harimau merupakan teknik yang dipelajari manakala

seorang pesilat akan beranjak menaiki tingkat strip biru (asisten pelatih).

Teknik ini dipelajari ketika pesilat berada pada strip hijau biru untuk

menghadapi ujian ke tingkat strip biru. Dibandingkan dengan Garuda,

teknik Harimau memiliki kemampuan yang lebih besar, baik itu tenaga,

kecepatan, keuletan, keganasan, dan fleksibilitas gerakan.

Teknik ini diadaptasi dari karakter hewan aslinya yang disesuaikan

dengan anatomi tubuh manusia. Teknik ini juga menggunakan perputaran

badan untuk meningkatkan kecepatan dan tenaga. Mengenai posisi

penyerangan harimau, bisa berbeda-beda, kadang bisa merendah, sedang

ataupun tinggi. Pada saat posis merendah, teknik ini akan melebarkan

kuda-kuda agar lebih merendah ke tanah dan akan menyerang ke daerah

bawah dari lawan, dilanjutkan dengan menggulung untuk menjauhkan diri

dari lawan. Pada saat posisi tinggi, penyerangan terhadap lawan dialihkan

ke daerah atas seperti dada dan kepala. Teknik ini pun kadang

menggunakan lompatannya untuk menyerang kepala. Saat menyerang,

harimau menggunakan perlengkapan seperti cakar, telapak tangan, lutut,

tumit, dan telapak kaki. Saat menolak, teknik ini menggunakan bagian

tubuh seperti kaki, tangan, dan juga cakarnya. Target sasaran yang

menjadi sasaran serangan antara lain mata, muka, telinga, leher, dada,

pergelangan badan, kemaluan, lutut, dan kulit.

37

Page 51: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

5. Teknik Naga

Naga dilambangkan sebagai binatang terkuat di jajaran teknik silat

Perisai Diri. Oleh karena itu, naga diberikan pada jenjang teknik hewan

terakhir di Perisai Diri. Keunikan dari teknik Naga terdapat pada cara

langkahnya yang selalu mengandung putaran. Hal ini dilakukan untuk

menuju poros tengah lawan saat menghindar, memapas, ataupun

menyerang. Tenaga yang dikeluarkan pun lebih besar dibanding teknik

sebelumnya karena teknik ini telah menyatukan kemampuan perputaran

badan dan perpindahan berat badan sebagai tambahan tenaganya.

Pesilat yang menerima teknik ini adalah mereka yang telah

menduduki tingkatan Asisten Pelatih. Di tingkat ini, mereka mendapatkan

pelajaran Pernapasan Tahap 1 yang berfokus untuk meningkatkan tenaga.

Oleh karena itu, teknik Naga pun akan semakin kuat lagi karena para

Pesilat akan mengkombinasikan teknik dan pernafasan ke dalam

pengaplikasian teknik ini. Sasaran penyerangan dari teknik Naga ini ialah

merusak persendian leher, paha, dan tangan. Daerah lemah seperti dagu

dan kemaluan pun kerap menjadi sasaran serangan apabila daerah tersebut

terbuka.

6. Teknik Satria

Seorang Pesilat yang telah mempelajari teknik Hewan dalam

Perisai Diri, selanjutnya akan mulai mempelajari teknik manusia. Teknik

yang pertama dipelajari ialah teknik Satria. Pada tingkat ini, pesilat telah

38

Page 52: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

dianggap mampu menerapkan seluruh kemampuan dari teknik hewan pada

tingkatan sebelumnya. Sebagai suatu teknik manusia, seorang pesilat

diharapkan meninggalkan karakter kehewanannya dari teknik-teknik

sebelumnya seperti sifat liar, ganas, dan brutal. Teknik Satria akan berpikir

tepat sebelum bertindak dan melaksanakan geraknya dengan penuh

percaya diri.

Bersamaan dengan pembelajaran teknik ini, seorang pesilat juga

akan diberikan pelajaran tambahan berupa pelajaran Pernapasan Tahap 2

yang difokuskan untuk meledakkan tenaga. Karena kemampuan itulah,

sifat teknik Satria ini menjadi penuh rasa percaya diri. Ketika serangan

datang, satria akan menolak, memapas, dan merusak perlengkapan

serangan lawan dengan memukul titik persendian. Saat bergerak, teknik

ini tidak melakukan gerakan-gerakan yang rumit seperti pada teknik

Harimau dan Naga.

7. Teknik Pendeta

Pendeta atau dalam bahasa Jawa disebut juga pandito adalah orang

yang selalu memberikan falsafah jalan kebaikan pada orang lain. Karakter

ini pun terbawa ke dalam teknik itu sendiri. Teknik ini tidak menunjukkan

kebrutalan dan juga tidak merusak ataupun menghancurkan persendian

lawan, teknik ini sendiri tidak akan merusak apabila tidak diperlukan.

Pola gerak yang dilakukan teknik ini pun jauh lebih sederhana.

Serangannya hanya berpola lurus dengan jarak yang dekat. Serangan yang

dilakukan sepenuhnya menggunakan putaran badan, atau dikenal dengan

39

Page 53: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

istilah Gizoboge. Anggota tubuh yang digunakan sebagai alat untuk

menyerang lawan adalah kepalan tangan, sisi samping badan, kepala, dan

tumit. Bentuk tangan dari teknik ini selalu mengepal dan sasaran serangan

umumnya adalah ulu hati, kepala, rusuk, dan beberapa bagian persendian.

8. Teknik Puteri

Teknik puteri adalah teknik tertinggi di Perisai Diri. Karakter dari

teknik ini bisa berubah-rubah, terkadang lembut bak seorang puteri

gemulai, namun secara tiba-tiba bisa berubah menjadi sangat cepat dan

keras, kemudian lembut kembali. Teknik Puteri menggabungkan seluuh

kemampuan yang ada pada teknik-teknik sebelumnya, ditambah dengan

kemampuan fleksibilitas gerak yang tidak baku seperti teknik lain. Tenaga

yang digunakan bersifat kosong isi, ,maksud dari istilah ini ialah bahwa

Puteri akan selalu kosong, tidak bertenaga, namun di dalam

kekosongannya keluar tenaga yang sangat besar saat terjadi sentuhan

dengan lawan.

Satu hal lagi yang menarik mengenai teknik Puteri ini ialah

seringkali melakukan dua macam tindakan dalam satu gerakan. Baik itu

menyerang sambil menghindar ataupun menyerang sambil menolak.

Teknik ini pun sering memanfaatkan tenaga lawan untuk menyerang,

sehingga tenaga yang ia keluarkan semakin sedikit. Gizoboge (perputaran

badan) selalu diaplikasikan dalam tekniknya ditambah dengan Pernafasan

Tahap 3 yang selalu mengiringi geraknya. Serangannya bersifat gelap

yang artinya sulit untuk dilihat dan dibaca oleh lawan. Pada saat

40

Page 54: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

menghadapi serangan pun, biasanya Puteri bereaksi terlebih dahulu

terhadap serangan lawan dan tidak pernah berinisiatif untuk menyerang

terlebih dahulu.

2.5.5. Teknik Olah Pernapasan

Ketika pesilat telah menduduki tingkat Asisten Pelatih, ia akan mulai

menerima pelajaan teknik olah pernapasan yang berguna baik untuk kebugaran

maupun untuk menunjang beladiri. Dalam Perisai Diri tu sendiri, teknik

pernapasannya dibagi menjadi tiga tahap.

Tahap pertama tujuannya untuk menghimpun tenaga. Seorang pesilat akan

belajar teknik penafasan yang berguna untuk menambah tenga dan membuat otot-

ototnya menjadi keras. Namun, pada saat pembelajaran tahap ini, biasanya ada

kemunduran yang akan dialami dari sisi kecepatan. Kecepatan si pesilat akan

menurun dari kecepatan sebelumnya. Ketika seorang pesilat telah menyelesaikan

latihan pernafasan Tahap 1, maka ia harus langsung melanjutkannya latihan

pernafasan tahap 2. Fokus latihan pada tahap dua ini ialah bagaimana caranya kita

meledakkan tenaga yang ada di dalam diri kita. Tenaga yang telah dihimpun

sebagai hasil latihan tahap 1, kini diarahkan untuk dilepaskan dalam bentuk-

bentuk teknik, baik seranga, tolakan, papasan, dan bahkan hindaran. Dengan

melalui proses tahap 2 ,maka kecepatan seorang pesilat akan berangsur-angsur

kembali seperti semula dan bahkan dapat meningkatkan kecepatan.

Tahap terakhir dari latihan teknik pernafasan ini adalah pernafasan tahap

3. Pada tahap ini lebih ditekankan pada implementasi penggunaan nafas pada

seluruh gerakan silat. Setelah, melalui proses latihan pernafasan tahap tiga ini,

41

Page 55: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

seorang pesilat akan mampu bernfas dengan lembut, bergerak dengan cepat dan

menghasilkan tenaga apabila diperlukan saja. Seluruh pola pernafasan , cara

implementasi dan penghayatannya akan dilatihkan pada tahap ini. Oleh karena itu

pelajaran ini hanya akan diberikan kepada Pelatih yang dituntun langsung melalui

bimbingan seorang pendekar.

2.5.6. Kerokhanian

Kerokhanian biasanya diberikan kepada pesilat yang telah berada di

tingkat keluarga dan berusia minimal 17 tahun namun pelaksanaanya lebih

ditekankan kepada pesilat yang telah memiliki kemampuan lebih dalam ilmu

bertarung setelah mempelajari teknik tangan kosong, teknik senjata, dan tekik

pernafasan. Jadi walaupun sudah berusia minimal 17 tahun, namun apabila

kemampuan bertarung belum begitu baik dan sempurna, maka pelatih tidak akan

menganjurkan kepada siswa untuk mempelajari kerokhanian ini. Kerokhanian ini

berguna untuk menggembleng mental dan spiritual pesilat agar dapat menjadi

pesilat yang berbudi luhur, dalam Perisai Diri, gemblengan mental dan spiritual

tersebut dikenal dengan istilah kerokhanian yang diberikan secara bertahap untuk

memberi pengertian dan pelajaran tentang diri pribadi dan manusia pada

umumnya, sehingga diharapakan tercipta pesilat yang bermental baja dan berbudi

luhur, mempunyai kepercayan diri yang kuat, berperangai lemah lembut serta

bijaksana dalam berpikir dan bertindak. Keseimbangan antara pengetahuan silat

dan kerokhanian akan menjadikan anggota Perisai Diri waspada dan mawas diri,

42

Page 56: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

tidak sombong, dan setiap saat sadar bahwa di atas segala-galanya ada Sang

Pencipta.6

***

. Selain teknik-teknik tersebut, terkadang masih dilakukan diskusi dan

pertemuan dengan pendekar dari berbagai daerah di Indonesia. Berdasarkan

pengalaman itulah R.M Soebandiman Dirdjoatmodjo menyimpulkan bahwa dapat

diketahui masing-masing aliran dan teknik ilmu beladiri itu mempunyai

perbedaan dalam hal:

Pengosongan

Meringankan badan

Memberatkan badan

Merampas

Merusak

Tangkisan

Kuncian

Serangan tangan, kaki, badan

Hindaran, elakkan, lompatan

Tolakkan, potongan, tebangan, lemparan, cangkolan, kipasan, dorongan,

tebakkan

Penyaluran nafas dan tenaga

Penggunaaan senjata; pisau satu, pisau dua, pedang satu, pedang satu,

pedang dua, pentung satu, pentung dua, rantai, payung, toya, abir, trisula,

6 http://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga_Silat_Nasional_Indonesia_Perisai_Diri

43

Page 57: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

tongkat tiga, dan lain-lain yang kesemuanya diolah dan digabungkan

menjadi satu sehingga tercipta beladiri pencak silat Perisai Diri

2.6. Keanggotaan Perisai Diri

Keangotaan Kelatnas Indonesia Perisai Diri terdiri dari:

a. Anggota biasa, ialah mereka yang termasuk dalam tingkat dasar

dan telah memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa

Sehat Jasmani dan rohani

Berusia minimal 6 tahun

Tidak menjadi anggota dari aliran/ perguruan bela diri lain,

kecuali karena tugas atau pendidikannya

Berkelakuan baik

b. Anggota Keluarga, ialah yang anggota yang telah memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

Menjalani pendidikan dasar selama 1, 5 tahun atau lebih

(dimulai dari Dasar 1)

Taat pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tanga

Kelatnas Indonesia Perisai Diri

c. Anggota Kehormatan, ialah mereka yang diangkt dan disahkan

menjadi anggota berdasarkan pertimbangan atas jasa-jasanya

kepada kelatnas Indonesia Perisai Diri. Pengangkatan atau

pemberian tingkat dan pengesahan anggota Kehormatan dilakukan

oleh Pengurus pusat atas usulan dari Daerah/ Cabang. Sebagai

44

Page 58: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

contoh ialah Bapak Rahmat Gobel yang pada bulan April 2010 lalu

diangkat sebagai anggota kehormatan Perisai Diri di Keraton

Yogyakarta.

***

2.7. Perkembangan Perisai Diri di Yogyakarta

Suatu organisasi pencak silat tidak mungkin dapat tumbuh dan

berkembang selama puluhan tahun tanpa adanya kaderisasi dan pengembangan

teknik pencak silat oleh anggota perguruannya hingga ke seluruh penjuru

Indonesia bahkan International. Didorong oleh rasa cinta dan semangat itulah

suatu perguruan silat dapat tumbuh dengan pesat.

Perguruan silat Perisai Diri pun tidak jauh berbeda dengan beberapa

perguruan silat yang ada di Indonesia. Mereka mengembangkan perguruannya

hingga ke beberapa cabang di seluruh Indonesia bahkan International. Hal ini

terbuki dengan dibukanya beberapa komisariat resmi Perisai Diri di beberapa

negara seperti Australia, Jepang, Amerika Serikat, Jerman, dan juga Belanda. Di

Indonesia sendiri, cabang-cabang Perisai Diri hampir dapat kita temui di setiap

provinsi yang ada di Indonesia, bahkan hingga ke kawasan Timur Indonesia

sekalipun.

D.I Yogyakarta, sabagai salah kota dengan luas wilayah 3,185.80 km2 

merupakan tempat spesial bagi perkembangan Perisai Diri selain sebagai kota

kelahiran R. M Soebandiman Dirjoatmojo (pendiri Perisai Diri) perkembangan

Perisai Diri di dalamnya cukup baik. Tercatat ada beberapa atlit Perisai Diri dari

Yogyakarta yang telah malang melintang ke beberapa kejuaraan silat International

45

Page 59: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

seperti Joko Widodo yang meraih medali emas pada SEA GAMES XIV tahun

1987 dan Herlina yang dua kali meraih medali emas pada SEA GAMES di Kuala

Lumpur dan Bangkok.

Cikal bakal berdirinya Perisai Diri di Yogyakarta ini sudah dimulai sejak

dulu kala. Ketika Pak dirdjo kembali dari perantauannya yang panjang untuk

menuntut ilmu bela diri. Pak Dirdjo diminta kembali untuk mengajar silat di

Taman Siswa. Namun beliau tidak bisa berlama-lama untuk mengajar di Taman

Siswa ini karena beliau harus bekerja di Pabrik Gula Plered di kawasan

Yogyakarta, lalu pada tahun 1947-1948, berkat pertolongan dari Bapak Djumali

yang bekerja di Departemen Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta, Pak Dirdjo

diangkat menjadi pegawai negeri lingkungan Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan di seksi pencak silat. Dengan misi untuk mengembangkan ilmu silat

kepada generasi muda saat itu, Pak Dirdjo kemudian mengajar di Himpunan

Siswa Budaya, selain itu juga Pak Dirdjo membuka kursus silat di kantornya.

Ketika tahun 1953, Pak Dirdjo dipindahtugaskan ke Surabaya dengan bertempat

di kantor Kebudayaan Jawa Timur urusan Pencak Silat. Murid-murid Pak Dirdjo

yang masih berada di Yoyakarta pun tetap berlatih dengan dipimpin oleh Mas

Dalmono dengan membentuk suatu wadah bernama Himpunan Penggemar

Pencak Silat Indonesia (HPPSI). Barulah pada tanggal 2 Juli 1955, Pak Dirdjo

dibantu bapak Imam Ramelan secara resmi menamakan silat yang mereka

ajarkan selama ini menjadi Perisai Diri. Para murid yang berada di Yogyakarta

kemudian menyesuaikan diri dengan mengganti nama perhimpunan mereka

menjadi Perisai Diri. Di sisi lain Perguruan Eka Kalbu, yang pernah didirikan oleh

46

Page 60: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

Pak Dirdjo di kawasan Banyumas dan Purworejo memang tidak terdengar lagi

gaungnya,hal ini disebabkan karena secara perlahan mereka melebur dengan

sendirinya ke Perisai Diri sama halnya dengan HPPSI.

2.8. Perkembangan Perisai Diri di UGM

Apabila kita melihat sejarah panjang dan berliku dari Perisai Diri

kesemuanya tersebut saling berhubungan satu sama lainnya. Awal mula

berdirinya Perisai Diri di UGM ini juga ada kaitannya dengan cerita awal mula

berdirinya Perisai Diri ini. Ketika pada waktu itu Pak Dirdjo kembali dari Jogja

setelah perantauannya yang panjang demi mempelajari lagi secara lebih

mendalam tentang ilmu bela diri khususnya Pencak Silat. Pak Dirdjo diminta

melatih di Perguruaan Taman Siswa, namun tidak begitu lama, kemudian pada

tahun 1947-1948 Pak Drdjo bekerja di Departemen Pendidikan Daerah Istimewa

Yogyakarta. Berawal dari situlah cikal bakal berdirinya Perisai Diri di UGM

dimulai, pada waktu itu beliau mengajar di Himpunan Siswa Budaya sebuah Unit

Kegiatan Mahasiswa di UGM (Universitas Gadjah Mada). Murid-muridnya

adalah para mahasiswa UGM, tetapi ada juga yang beberapa berasal dari luar

UGM. Beberapa murid Pak Dirdjo saat itu di antaranya adalah Ir.Dalmono, Prof

Dr.Suyono Hadi (dosen Universitas Padjajaran Bandung) dan Alm Bambang

Mudjiono Probokusumo atau akrab disapa dengan panggilan Mas Wuk.

Pada tahun 1974, Perisai Diri (PD) mengadakan latihan secara resmi di

UGM yang diprakarsai oleh dua mahasiswa dari fakultas Psikologi pada saat itu

yaitu Yos Aris Priadji dan Edy Tjajono Putro. Berkat kegigihan mereka

berdualah, PD yang awalnya hanya dikenal di Fakultas Psikologi mulai

47

Page 61: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

berkembang hingga ke fakultas lain, tidak jarang anggotanya pun ada yang berasal

dari fakultas lain. Barulah pada tahun 1976, Pihak UGM mengakui PD sebaga

unit kegiatan mahasiswa. Setelah Gelanggang Mahasiswa resmi dibangun, tempat

latihan pun berpindah, dari yang tadinya di fakultas Psikologi kemudian

berpindah ke Gelanggang Mahasiswa UGM.7 Pada masa itu bermunculanlah

pesilat-pesilat tangguh kelas dunia seperti Joko Widodo (fakultas teknik) yang

meraih medali emas pada SEA GAMES XIV di Jakarta pada 1987, kemudian dua

kali meraih medali emas di Kejuaraan dunia Pencak Silat pada tahun 1990.Ada

juga pesilat putri Herlina (fakultas Psikologi) yang meraih dua kali medali emas di

arena SEA GAMES di Kuala Lumpur dan Bangkok. Selain itu prestasi PD UGM

yang lainnya yaitu pernah merebut trofi Presiden RI pada Kejurnas antar

Perguruan Tinggi ke-7 di ITS Surabaya tahun 1983, kemudian Kejurnas ke -8 di

IPB Bogor tahun 1985, dan di UNS pada kejurnas ke-9 pada tahun 1989. Selain

itu juga menjadi juara umum di Kejurnas Pencak Silat Antar Mahasiswa di

Bandung pada tahun 1982, dan di Universitas Brawijaya pada tahun 1987. Tahun

2007 Perisai Diri UGM kembali menorehkan prestasinya di Perisai Diri

International Championship dengan menyabet 4 medali emas. Kemudian prestasi

terbaru ini di tahun 2009 berhasl menjadi juara umum ke-4 di Kejurnas antar

Perguruan tinggi yang dilaksanakan di Universitas Negeri Surabaya beberapa

waktu yang lalu dengan menyabet dua medali emas di nomor teknik kombinasi

putra beregu dan bersenjata.

Hal yang menarik di perguruan Perisai Diri cabang Universitas Gadjah

Mada (UGM) ini ialah keragaman individu yang ada di dalamnya. Tidak heran,

7 Pamflet Perisai Diri UGM 2005

48

Page 62: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

karena Perisai Diri Universitas Gadjah Mada (PD UGM) ini merupakan wadah

kegiatan mahasiswa yang tergabung dalam unit kegiatan mahasiswa di

Gelanggang Mahasiswa UGM. Suasana latihan yang ada di sini pun cukup

dinamis dan beragam, pelatih pun dalam mengajar selalu menggunakan bahasa

Indonesia, karena kebanyakan murid-murid yang ada di PD UGM ini rata-rata

berasal dari luar Pulau Jawa, ada yang berasal dari Sumatera, Nusa Tenggara,

Bali, dan masih banyak lagi, namun tidak jarang juga terjadi pertukaran budaya di

dalamnya. Ciri khas yang melekat di perguruan ini kerapian teknik dan serang

hindarnya yang sangat baik. Bahkan, tidak jarang unit-unit Perisai Diri lain di

Jogja sengaja datang latihan ke PD UGM untuk mempelajari teknik yang baik dan

melatih serang hindar mereka. Karena memang untuk mempelajari serang hindar

ini tidaklah mudah, dibutuhkan nalar dan kemampuan teknik yang baik. Tidak

boleh sembarangan, kalau sampai hal itu terjadi bisa fatal akibatnya bagi si pesilat

itu sendiri. Anggota PD UGM melalui bimbingan Mas Bahari (pelatih PD UGM)

selalu ditekankan pada penguasaan teknik yang baik baik untuk fight (bertarung)

maupun seni.

Hubungan PD UGM dengan pihak pengurus daerah (Pengda) Perisai Diri

DIY pun cukup baik, bahkan tiidak jarang PD UGM dipercayakan untuk mengisi

atraksi seni pada saat event-event Perisai Diri yang dikelola oleh Pengda. Terakhir

PD UGM tampil pada pengukuhan Rahmat Gobel sebagai anggota kehormatan

Perisai Diri di Keraton Jogjakarta pada April 2010 lalu, mereka menunjukkan

atraksi mereka antara lain seni beladiri, serang hindar, dan atraksi kebolehan

menggunakan senjata seperti pedang, toya, dan kipas. Ciri khas yang melekat di

49

Page 63: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

PD UGM dalam setiap tampilannya adalah atraksi kipas, dalam hal ini ialah

kemampuan memainkan senjata berupa pisau di tangan kiri dan kipas di tangan

kanan, hentakan kipas yang cukup keras ditambah dengan kelincahan dari

masing-masing pesilat memainkan pisau di tangan mereka, menjadi atraksi yang

cukup unik dan menarik untuk dipertontonkan. Bahkan pada Dies Natalis UGM

ke 65 tahun lalu, tim kipas PD UGM dundang untuk tampil mengisi acara Dies

Natalis UGM tersebut.

Apabila kita melihat unit kegiatan mahasiswa PD UGM, di lingkungan

internal Gelanggang Mahasiswa UGM memang namanya cukup dikenal baik,

namun apabila beranjak ke luar lingkungan Gelanggang Mahasiswa UGM, nama

mereka kurang bergema. Wajar apabila hal ini terjadi pada mereka, mengingat

bisa dibilang memang pencak silat olahraga yang kurang populer di kalanga anak

muda terutama mahasiswa. Stigma yang masih berkembang di pikiran setiap

orang apabila mendengar olahraga Pencak Silat ini ialah olahraga bela diri yang

terkait dengan mistik, ilmu hitam, sarat dengan kekerasan, terkesan

kampungan ,dan lain sebagainya. Namun, kita juga tidak bisa menyalahkan

mereka yang menganggap Pencak Silat seperti itu. Kurangnya promosi dan

pengenalan yang baik terhadap Pencak Silat juga rasa ekslusifitas yang tinggi di

beberapa perguruan pencak silat menyebabkan pencak silat semakin sulit dijamah

oleh masyarakat awam. Untuk itulah dalam metode perekrutan anggota baru, PD

UGM biasanya lebih menonjolkan kegiatan-kegiatan non –latihan mereka, seperti

misalnya kegiatan jelajah alam, makrab, dan lain-lain sebagainya, bahkan sedikit

sekali unsur bela diri yang ditonjolkan dalam pameran atau promosi unit kegiatan

50

Page 64: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

mereka. Hal ini dikarenakan untuk lebih menarik minat orang-orang khususnya di

kalangan mahasiswa UGM itu sendiri. PD UGM ingin merubah citra yang terpatri

di kalangan masyarakat dan menghapus stigma negatif mengenai Pencak Silat itu

sendiri. Bahkan dalam latihan pun, unsur –unsur kekerasan dalam bela diri pun

sedikit dilatikan. Pelatih PD UGM yaitu Bahari atau yang biasa disapa dengan

Mas Bari mengatakan bahwa, kalau dia melatihkan teman-teman UGM bela diri

yang sebenarnya yang sarat dengan kekerasan, dia khawatirkan, peminat Pencak

silat khususnya PD akan semakin sedikit. Oleh karena itu, setiap latihan mas

Bahari beserta kedua asisten pelatihnya yaitu Mas Imron dan Mas Junda selalu

bersikap santai, tenang, tidak memaksa kepada siswa-siswa yang belajar di sana.

Namun,apabila tingkatan mereka sudah cukup tinggi, maka mas Bahri akan

sedikit keras pada saat latihan, namun tetap santai, tidak jarang terkadang latihan

ini sesekali diselingi dengan tawa dan canda namun tidak mengurangi inti dari

latihan tersebut, Bahkan karena suasana keakraban yang seperti itu, anggota-

anggota Perisai Diri dari unit lain, semisal dari SMP Stella Duce 2, Universitas

Islam Indonesia (UII), atau dari unit Lempuyangan kerap sesekali mencoba

latihan disini. Bahkan menurut pengakuan Ika, salah satu murid PD dari cabang

SMP stella Duce 2, mengatakan bahwa latihan di PD UGM sangatlah

menyenangkan, dan penuh dengan rasa kekeluargaan yang tinggi.

51

Page 65: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

2.8.1. Kendala yang Dihadapi

Setiap organisasi formal ataupun non formal pastilah tidak akan terlepas

dari masalah dalam tubuh organisasi mereka. Begitu pula yang dihadapi oleh Unit

Kegiatan PD UGM, masalah –masalah yang timbul terkait sumber daya

mahasiswa yang terbilang minim jumlah mahasiswa dari UGM, tetapi kebanyakan

diisi oleh mahasiswa dari luar UGM atau masyarakat umum, karena dalam

penerimaan anggota baru, tidak terbatas dari kalangan mahasiswa saja,

masyarakat umum, tua, muda, dan dewasa, dapat bergabung dan latihan di Perisai

Diri UGM ini. Namun, cukup ironis, apabila dilihat jumlah anggota yang berasal

dari kalangan mahasiswa UGM masih cukup minim, rata –rata hampir

keanggotaan PD UGM didominasi oleh mahasiswa di luar UGM, karena memang

dalam sistem perekrutannya PD UGM tidak membatasi siapa saja yang ingin ikut,

mahasiswa dari luar UGM atau masyarakat luas pun dapat mendaftar di PD

UGM ,namun terkadang hal ini menyulitkan apabila diminta oleh direktorat

kemahasiswaan untuk mengumpulkan data prestasi, maka data prestasi PD UGM

terbilang tidak terlalu banyak,karena kurangnya atlit-atlit dari UGM yang

berprestasi. Fasilitas latihan yang kurang menunjang pun kerap menjadi kendala

unit kegiatan mahasiswa ini dalam mengembangkan pola latihannya. Cara jitu

untuk menyisiasati hal tersebut ialah, dengan mengadakan latihan tambahan setiap

hari selasa, rabu, dan kamis, dengan menggunakan tempt-tempat latihan seadanya,

seperti lapangan rumput dibelakang gelanggang mahasiswa atau di lapangan

parkir Grha Sabha Pramana (GSP). Mengenai minimnya tempat latihan dan

fasilitas, hal ini sempat dibicarkan dengan pihak rektorat tapi sampai sekarang

52

Page 66: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

belum ada tanggapan serius dari mereka. Bahkan untuk pembinaan atlit dari UGM

pun masih dirasa kurang, mengingat jadwal kuliah yang sudah cukup padat,

kebanyakan mahasiswa yang mengikuti UKM silat PD UGM ini hanya

menjadikan silat sebagai ajang berkumpul untuk melepaskan penat kuliah atau

sekadar olahraga saja, tanpa berniat untuk berprestasi. Karena sulitnya pembagian

waktu antara kuliah dengan kegiatan di luar kampus, mereka akhirnya menjadikan

silat hanya sebagai kegiatan sampingan mereka saja, walaupun ada beberapa atlit

dari UGM sendiri yang merupakan jebolan dari PBOS (Penerimaan Bibit unggul

Olahraga dan Seni), tetapi partisipasai aktif dari mereka , dirasa masih sangatlah

kurang dan minim, lagi-lagi ketika sudah menginjak bangku kuliah, mereka

cenderung tenggelam dalam rutinitas dan padatnya jadwal kuliah mereka sehingga

waktu latihan mereka pun sangatlah kurang. Untuk itulah dalam menghadapi hal

ini UKM berusaha merekrut anggota sebanyak-banyaknya, dan memotivasi

mereka atau siapa saja yang ingin ikut bertanding, karena kebanyakan dari atlit-

atlit yang berasal dari UGM sendiri, rata-rata belum memiliki pengalaman tanding

yang baik dan kurangnya rasa percaya diri di dalam diri mereka

2.9. Perkembangan Perisai Diri Unit Srandakan, Bantul

Perisai Diri unit Srandakan Bantul berlokasi di Srandakan Bantul tepatnya

di balai desa Srandakan (timur jembatan progo) , yang menarik dari Perisai Diri

Unit Srandakan ini ialah kemampuan mereka mencetak atlit-atlit fight yang

berbakat dan tangguh baik di Kejuaraan International maupun regional di

Indonesia. Bahkan, sudah tertanam dalam benak masyarakat mengenai Perisai

Diri Unit Srandakan Bantul ini bahwa mereka memang gudang pencetak atlit-alit

53

Page 67: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

fight yang berkualitas. Bahkan atlit-atlit Perisai Diri (PD) dari unit atau cabang

mana pun di Yogyakarta, tidak jarang belajar langsung ke PD Srandakan untuk

mendalami teknik fight ((bertarung) di sana, bahkan tidak jarang, remaja-remaja

atau anak-anak muda yang berasal dari Srandakan dan sedang menempuh

pendidikan perguruan tinggi di Yogyakarta melatih silat dengan bidang khusus

tanding fight.

Unit Perisai diri cabang Srandakan berdiri pada tahun 1984 atas prakarsa

dua orang pesilat Perisai Diri yang memang berdomisili disana yaitu mas

Bambang Jhoni dan Mas Edi. Didorong oleh rasa cinta mereka pada silat Perisai

Diri, maka atas inisiatif mereka sendiri berdirilah Perisai Diri unit Bantul ini

berlokasi di Srandakan melaui perizinan dari Pengda DIY.

Sejak awal berdirinya Perisai Diri di Bantul ini jumlah pesertanya selalu

melebihi kapasitas dari pelatihnya yang ada rata-rata ada 300 peserta tiap

tahunnya yang ikut Perisai Diri. Diakui oleh Mbak endah, salah satu pelatih

disana, hal ini bisa jadi disebabkan oleh strategisnya posisi tempat latihan Perisai

Diri Bantul ini yang terletak di pinggir jalan. Mbak Endah juga berkata bahwa

pengurus Perisai diri Srandakan ini tidak pernah melakukan promosi secara besar-

besaran, bagi mereka berapa pun jumlah murid yang ada mereka ikhlas untuk

melatih.

Nama Perisai Diri Srandakan sebagai gudang pencetak atlit fight no.1 di

kalangang Perisai Diri bukanlah isapan jempol semata. Tidak hanya atlit-atlitnya

mampu berprestasi di tingkat internal Perisai Diri saja namun hingga ke tingkat

International, sebut saja seperti Sulkhan Dewantoro (Mahasiswa UGM juruan

54

Page 68: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

Ilmu Pemerintahan angkatan 2005) yang sering meraih medali emas di kejuaraan

Pencak silat (fight).Menurut Sulkhan sendiri itu semua berkat didikan dan latihan

dari Mbak Endah. Sulkhan sendiri sudah mengikuti PD semenjak ia kecil, sedari

kecil itulah ia selalu dididik dan dilatih oleh mbak Endah, hingga bisa seperti

sekarang ini. Disinggung mengenai hal tersebut, Mbak Endah hanya berkata

bahwa dia tidak melakukan apa-apa, dia hanya melatih dan memberikan dorongan

semangat kepada mereka, yang justru membuat mereka hebat itu ialah motivasi

juara yang tinggi di dalam diri mereka. “saya hanya membantu dan mendorong

semangat saja mbak” kata mbak Endah.

Bahkan tidak jarang, karena Bantul sering meraih juara umum dalam

kejuaraan Pencak Silat khususnya di bidang fight, banyak orang tua yang lantas

menitipkan anaknya untuk berlatih di sana. Rata-rata para orang tua itu berharap

anak mereka dapat menjadi atlit yang membanggakan bagi mereka dan hebat,

namun ada juga alasan yang cukup menarik dari para orang tua terebut ialah untuk

meminimalisasi tingkah anaknya yang brutal, cenderung kasar di lingkungan

sekolahnya, maka mereka lantas memasukkan anaknya ke Perguruan ini. Tidak

jarang kata mbak Endah, pelatih disini sering menerima ucapan terima kasih dari

para orang tua siswa tentang perilaku anaknya yang berubah, tidak lagi kasar dan

brutal di lingkungannya. Diakui mbak Endah, untuk menghadapi anak seperti itu

gampang –gampang susah, oleh karena itu dalam mengajarkan ilmu fight

(bertarung) Mbak Endah selalu menekankan bahwasanya belajar Pencak Silat itu

bukanlah untuk menajdi seorang jagoan melainkan untuk menolong sesama.

55

Page 69: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

2.9.1. Kendala Yang Dihadapi

Permasalahan yang dihadapi oleh Perisai Diri Srandakan ini lebih kepada

masalah teknis mengenai kurangnya jumlah Pelatih. Apalagi diakui oleh mbak

Endah dengan jumlah pelatih yang hanya 3 orang mereka mengaku cukup

kewalahan melatih ±300 siswa/i Perisai Diri di Bantul. Kurangnya regenerasi

pelatih juga diakui oleh mbak Endah, murid-muridnya yang telah merantau ke

Jogja terkadang sulit untuk dimintai bantuannya untuk melatih, berbagai macam

alasan dikemukakan, ada yang kurang percaya diri, tidak memiliki waktu luang

dan sebagainya. Mbak Endah pun dan pelatih lainnya tidak bisa terus- terusan

berharap kepada mereka.

Masalah ini pun pernah didiskusikan dengan pihak Pengda, namun

menurut mbak Endah,mereka pun tidak bisa hanya tergantung pada Pengda,

beberapa pihak dari Pengda pernah datanag mengunjungi PD Srandakan, bahkan

Joko Widodo atlit SEA GAMES 1987 pun dahulu sering berkunjung ke PD

Srandakan membantu melatih disana, namun dikarenakan kesibukan beliau saat

ini, maka beliau jarang sekali melatih di Srandakan. Namun, masalah tersebut

tidak menyurutkan pelatih-pelatih PD Srandakan ini, bagi mereka melihat murid-

muridnya sukses saja mereka sudah senang, dan melatih bagi mereka juga

merupakan panggilan jiwa demi kemajuan dan kelangsungan perguruan ini.

56

Page 70: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

2.10. Perkembangan Perisai Diri Unit Semin Gunung Kidul

Di antara sekian banyak cabang Perisai Diri (PD) yang tersebar d Jogja,

mungkin hanya Perisai Diri Seminlah yang cukup menarik perhatian dan unik.

Berlokasi di Desa Semin, kecamatan Semin Kabupaten Gunung Kidul (sebelah

utara), tepatnya di SMPN 1 Semin, di sanalah kita dapat menemukan Perisai Diri

Semin. Perisai Diri Semin mulai didirikan pada tahun 2001 atas prakarsa bapak

Wiji Lestari seorang guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang

mengajar di Semin. Bapak Wiji Lestari ini dulunya juga anngota PD (Strip Biru)

dan pernah berlatih di Bantul, namun karena tugas mengajar beliau lantas

ditempatkan di Semin dan menjadi guru IPS di sana. Pak Wiji begitu beliau biasa

disapa, memiliki inisiatif untuk mengembangkan PD di Gunung Kidul, karena

pada waktu itu, belum ada perguruan silat di Semin kecuali Tapak Suci, karena

otomatis di sana berdiri sekolah Muhammadiyah. Pak Wiji lantas meminta izin

kepada pihak SMPN 1 Semin untuk mendirikan ekstrakurikuler di Semin yaitu

ekstrakurikuler Perisai Diri Semin.

Reaksi positif pun bermunculan dari masyarakat. Masyarakat di sekitar

Semin menyambut baik dengan adanya keberadaa PD Semin,namun sangat

disayangkan pada waktu itu masih terdapat pandangan tabu dari masyarakat

mengenai boleh atau tidaknya wanita mengikuti latihan bela diri, akhirnya pada

masa awal berdirinya PD Semin, bisa dibilang murid wanitanya sangat minim,

namun semakin ke depan, hal-hal tabu semacam itu yang tertanam di masyarakat

pun perlahan hlang, malahan sekarang lebih banyak murid wanita yang berlatih

PD saat ini.

57

Page 71: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

PD semin pada awal berdirinya hanya dapat kita temui di SMPN 1 Semin

saja, namun, perkembangan sekarang ini, kita dapat menemukan PD Semin di

SMAN 1 Semin juga, dengan jadwal latihan kamis untuk tingkat SMA dan Sabtu

untuk tingkat SMP.

2.10.1. Kendala Yang Dihadapi

Tempatnya yang cukup terpencil dan jauh dari pusat kota menyebabkan

PD semin cukup terisolir dibandingkan dengan PD di cabnag lain, akses informasi

yang kurang menyebabkan mereka kurang bisa berkembang dengan baik.

Disingung mengenai perhatian dari Pengda DIY, Pak Wiji hanya menjawab,

bahwa memang perhatian dari Pengda memang masih dirasa kurang cukup

mengingat jarak Semin yang memang terbilang cukup jauh, tapi Pak Wiji

mengaku Pengda sangat mensupport keberadaan PD Semin, hal ini terbukti pada

bulan April 2009 lalu pelaksanaan Ujian Kenaikan Tingkat (UKT) PD Jogja

dilaksanakan di dua tempat sekaligus, yaitu di Semin dan Gelanggang Mahasiswa

UGM pada saat itu. Menurut Pak Wiji, mereka yang di PD Semin terpaksa

meminta bantuan Pengda agar ujian dapat tetap dilaksanakan tanpa mereka harus

ke Jogja. Disamping jaraknya yang cukup jauh, biaya perjalanan pun cukup

tinggi. Memang Pengda tidak terlalu membebankan biaya ujian yang terlampau

tinggi kepada siswa-siswa Perisai Diri yang akan naik ke tingkatan selanjutnya,

biaya pendaftaran yang dikenakan sejumlah Rp.25.000 namun biaya seperti itu

bagi mereka cukup berat, belum lagi sewa bus selama sehari penuh. Oleh karena

itu, tidak heran apabila di Semin tingkatan yang paling tinggi disana ialah strip

putih hijau, bahkan, masih banyak siswa yang ujian kenaikan tingkatnya tertunda

58

Page 72: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

selama dua tahun karena mereka tidak mampu melakukan ujian kenaikan tingkat

di Jogja. Pada Ujian Kenaikan Tingkat bulan Mei lalu Semin terpaksa lagi-lagi

tidak bisa mengikuti ujian, selain kendala-kendala di atas, waktu ujan yang jatuh

pada bulan Mei lalu bertepatan dengan ujian akhir di sekolah. Namun, Pak Wiji

berjanji apabila ada ujian kenaikan tingkat sekali lagi, maka kali ini Semin akan

meminta bantuan Pengda untuk mendatangkan pelatih yang akan mengujikan

materi ujian dari Jogja ke Semin.

Pak Wiji juga mengatakan beberapa kali ia, dikirimi surat dari Pengda agar

PD Semin, sering-sering bersosialisasi ke Jogja. Namun apa daya, Pak Wiji

mengaku dia hanya bisa pasrah dengan keadaan. Jarak tempuh dan biaya yang

dikeluarkan sangatlah besar bagi PD Semin untuk merapat ke Jogja walaupun dari

lubuk hati yang paling dalam mereka menginginkan untuk bisa belajar di Jogja.

Dari segi pengembangan atlit juga, diakui oleh Pak Wiji untuk saat ini

beliau mengaku belum bisa mencetak atlit-atlit berprestasi hingga ke tingkat

regional Jogja, beberapa waktu yang lalu sempat dilaksanakan seleksi Pencak silat

untuk tingkat SMP di Wonosari, namun murid asuhan Pak Wiji tersebut harus

menerima kekalahan begitu menghadapi lawan di Jogja.Beliau juga belum bisa

menerapakan waktu latihan yang tepat, karena keterbatasan pelatih di sana dan

waktu latihan yang juga terbatas jadwal sekolah anak-anak. Karena Perisai Diri di

Semin ini hanya merupakan ebuah kegiatan eksta kurikuler di sana.

Harapan Pak Wiji yang cukup sederhana, beliau menginginkan suatu hari

nanti bisa membuka Perisai Diri di Semin untuk masyarakat luas, tidak hanya

terbatas pada siswa/i SMPN atau SMAN 1 Semin saja tetapi tetap saja kendala

59

Page 73: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

yang ada ialah jumlah pelatih dan kurangnya regenerasi. Diakui Pas Wiji siswa/i

yang telah menamatkan pendidikannya di Semin kemudian merantau ke Jogja

atau kota lain-lain, begitu meninggalkan Semin mereka seolah-olah lupa atau

putus hubungan dengan alamameternya. Namun, apa daya Pak Wiji juga tidak

bisa memaksa alumni-alumni yang telah tamat untuk membantu Pak Wiji di

Semin. Sekarang, Pak Wiji hanya mengharapakan kesukarelaan dari masing-

masing alumni saja siapa yang bersedia membantu. Seperti yang dilakukan oleh

Dwi Prabowo (putih-hijau) dan Indah (putih), dua orang lulusan alumni SMAN 1

Semin ini dikala waktu senggang, sering membantu Pak Wiji melatih anak-anak

di tingkat Dasar di SMPN 1 Semin, diakui mereka, mereka melakukan ini tidak

ada paksaan dari siapapun dan mengaku sangat senang sekali membantu Pak Wiji,

bagi mereka sosok pak Wiji pelatih mereka sangat menyenangkan baik di kelas

ataupun ketika sedang melatih silat, walaupun dari segi tingkatan Indah dan

Prabowo belum bisa dikatakan asisten pelatih (Syarat menjadi asisten pelatih

minimal strip biru), mereka mengaku keadaan yang memaksa mereka untuk

melatih walaupun sempat timbul rasa ketidak percayaan diri mereka untuk

melatih. Harapan mereka pun semoga suatu hari PD semin semakin luas dan

dikenal masyarakat tidak hanya di sekitar Semin saja tetapi di seluruh Jogja.

Senada dengan Indah dan Prabowo, dua orang murid dari SMPN 1 Semin yaitu

Bela dan Diana pun mempunyai harapan yang sama dengan Indah dan Prabowo,

bahkan mereka pun berkeinginan untuk bisa menjadi seperti Prabowo dan Indah

dua orang senior mereka yang sering membantu melatih disini.Mereka juga ingin

60

Page 74: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

segera bisa naik tingkat lagi ke tingkatan yang lebih tinggi lagi, karena dakui oleh

mereka udah 1, 5 tahun mereka belum naik tingkat.

Namun, hal yang menaik di sini, di tengah serba kekurangan akses

informasi, para psilat cilik di Semin ini tetap semangat dan penuh ceria dalam

berlatih silat. Bagi mereka Perisai Diri sudah seperti rumah kedua bagi mereka.

61

Page 75: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Pencak Silat merupakan salat satu warisan budaya Indonesia yang berakar

dari bangsa Melayu. O’ong Maryono dalam Tuan Ismail Tuan Soh (1999:2)

mengatakan bahwa Melayu di sini tidak hanya bersumber dari bangsa yang

mendiami semenanjung Malaysia saja. Dari segi linguistik, cakupan etnis Melayu

meliputi kawasan dari Easter Island di sebelah timur ke pulau Madagaskar di

sebelah barat atau secara lebih terperinci meliputi penduduk yang terhampar di

kepulauan yang meliputi Malaysia, Indonesia, Singapura, Brunei Darussalam,

Filiphina, dan beberapa pulau kecil yang meliputi negara-negara tersebut. Oleh

sebab itulah Pencak Silat menjadi beragam dan tidak hanya tumbuh menjadi satu

jenis saja. Di Indonesia sendiri dapat kita jumpai ada kurang lebih ada 820

perguruan yang tersebar di seluruh propinsi Indonesia (Notosoejitno 1984:9 via

Maryono,1999;16 ). Namun, itu hanyalah perguruan-perguruan yang

mendaftarkan diri mereka secara resmi ke induk organisasi Pencak Silat yaitu

IPSI, masih banyak lagi perguruan-perguruan pencak silat di Indonesia ini, yang

belum diketahui oleh masyarakat secara luas.

Dahulu Pencak Silat digunakan sebagai alat perjuangan bela negara baik di

masa penjajajan Belanda maupun Jepang. Dari situlah muncul sepuluh Perguruan

silat historis Indonesia. Kata ‘historis’ di sini mengacu pada makna perjuangan

62

Page 76: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

mereka melawan kelompok-kelompok sparatis yang berusaha mengacaukan

kemerdekaan Indonesia. Ke sepuluh perguruan silat tersebut adalah:

a. Tapak Suci

b. KPS Nusantara

c. Kelatnas Perisai Diri

d. Phasadja Mataram

e. Perpi Harimurti

f. Putera Betawi

g. Persudaraan Setia Hati

h. Persaudaraan Setia Hati Terate.

i. Persatuan Pencak Silat seluruh Indonesia (PPSI)

j. Perisai Putih

Dari sepuluh perguruan historis, beberapa dapat kita jumpai di Yogyakarta salah

satunya ialah perguruan silat Kelatnas Indonesia Perisai Diri yang didirikan oleh

Bapak Soebandiman Dirdjoatmojo pada tahun 1955.

Perisai Diri sebagai salah satu perguruan silat historis di Indonesia, telah

memiliki banya cabang yang tersebar di hmpir seluruh Indonesia bahkan hingga

ke luar negeri. Namun, untuk penulisan tugas akhir ini, penulis sengaja memilih

Perisai Diri di Yogyakarta, sebagai bahan penelitian tugas akhir ini dengan

membandingkan tiga cabang Perisai Diri di Yogyakarta seperti Srandakan,

Sleman, dan Semin.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis dengan pengurus

ketiga cabang Perisai Diri tersebut, dapat disimpulkan bahwa setiap cabang

63

Page 77: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

tersebut memiliki problematika masing-masing dalam hal pengelolaan unit-unit

latihan mereka antara lain seperti ini:

a. Unit Perisai Diri Srandakan

Kekurangan jumlah pelatih

Regenerasi Pelatih

b. Unit Perisai Diri Semin

kekurangan jumlah pelatih

urangnya akses informasi dikarenakan terkendala jarak

regenerasi pelatih

sulit mengembangkan cabang

waktu latihan yang kurang

pembibitan atlit

c. Unit Perisai Diri Universitas Gadjah Mada (UGM)

pengelolaan organisasi

pembibitan atlit

waktu latihan yang terbatas

tempat latihan yang terbatas

kurangnya dukungan dari piha Universitas

kurangnya jumlah atlit yang berasal dari UGM itu sendiri

Dari sini, dapat kita lihat da simpulkan bahwa masalah yang terjadi di tiap-tiap

unit Perisai Diri cukup beragam, rata-rata masalah yang ada menyangkut

kurangnya jumlah pelatih dan juga tekait dengan pembibitan atlit-atlit.

64

Page 78: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

Adanya permasalahan tersebut, seharusnya mendapatkan perhatian dari

Pengurus Perisai Diri setempat. Karena hal tersebut berpengaruh nantinya dalam

pengembangan organisasi perguruan tersebut. Peran serta dari Pengda DIY dan

segenap jajaran anggota Kelatnas Indonesia Perisai Diri juga diperlukan untuk

selalu menjaga kelangsungan Perguruan silat Perisai Diri ini, sebaga salah satu

warisan budaya bangsa Indonesia.

3.2. Saran

Demi menjaga kelangsungan dan keberlanjutan Perguruan Silat Perisai

Diri ini, maka diperlukan:

Fokus dan perhatian khusus dari Pengurus Daerah (Pengda) Perisai Diri

DIY terhadap setiap permasalahan yang terjadi di unit-unit.

Meningkatkan kualitas pelatih baru dan mengadakan training atau latihan

khusus bagi para pelatih baru atau asisten-asisten pelaih yang baru

Membangun jaringan komunikasi yang baik antara unit-unit Perisai Diri

yang tersebar di Jogja, apabila masalah waktu dan jarak menjadi kendala,

sudah saatnya bagi pengurus daerah Perisai Diri Jogjakarta untuk

memanfaatkan fasilitas jejaring sosial yang ada seperti milis, facebook,

twitter, dan sebagainya

Melibatkan generasi muda dalam kepengurusan, sehingga tidak hanya

tergantung pada satu orang saja

Membangun jaringan alumni Perisai Diri Jogja, karena kendala utama

yang dihadapi khususnya oleh Perisai Diri UGM ialah akses mereka

terhadap alumni yang dulunya pernah belajar di Perisai Diri UGM karena

65

Page 79: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

peran alumni sangat penting di sini. Begitupun dengan cabang-cabang

Perisai Diri di Semin dan Srandakan haruslah mempunyai database alumni

yang cukup lengkap.

66

Page 80: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

DAFTAR PUSTAKA

Chamber, Q. &. (1978). Javanese Silat (The Fighting Art of Perisai Diri. Tokyo:

Kodansha International Ltd.

De Groot, G. F. (2006). Pencak Silat Seni Beladiri Indonesia (Vol. II). Bandung:

PT. Granesia.

http://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga_Silat_Nasional_Indonesia_Perisai_Diri

http://id.wikipedia.org/wiki/Pencak_silat

http://pptapaksuci.org/index.php/indonesia/rubrik-umum/ipsi/sejarah-10-

perguruan-historis-ipsi.html

http://perisaidiri.org/index.php/news-mainmenu-2/1-latest/103-darah-perisai-diri-

harus-menurun-pada-sang-buah-hati

http://blognyakaka.blogspot.com/2009/10/pendidikan-dan-tingkatan-perisai-

diri.html

http://pd.ukm.ugm.ac.id/2010/03/13/arti-lambang-perisai-diri-dan-janji-perisai-

diri/

http://pdikipsmg.blogspot.com/2006/11/tingkatan.html

http://www.docstoc.com/docs/23912607/sejarah-perisai-diri

Maryono, O. (1999). Pencak Silat Merentang Waktu. Yogyakarta: Galang Press.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1990).

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

67

Page 81: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

RÉSUMÉ

Pencak silat est un art martial originaire du peuple malais (Melayu). Le

terme malais ici, ne se réfère pas seulement aux habitants qui restent dans la

péninsule Malaise. Selon l’aspect linguistique, la région de Melayu est une région

d’océan Teduh qui commence à partir à l’est de l’île d’Easter à l’ouest de l’île de

Madagascar. Pour les détails, ethnique malais est utilisé pour désigner les

habitants qui se propage dans les lieux qui comprennent la Malaisie, l'Indonésie,

Singapour, Brunei Darussalam, Philippines, et plusieurs îles autour. C’est dans

ces pays que Pencak Silat se trouve.

L’une des écoles d’art martial en Indonésie est a Perisai Diri. Perisai Diri

est l’une des dix historiques écoles historiques d’art martial en Indonésie. Le sens

de mot ‘historique’ici ne signifie pas sur le temps passé. Mais, il explique les sens

de la lutte contre les groupes séparatistes qui à ce moment essaient de perturber

l’indépendence de l’Indonésie. Les dix écoles historiques d’art martial en

Indonésie sont (1) L’école d’art martial de Tapak Suci, (2) L’école d’art martial

de KPS à Nusantara, (3) L’école d’art martial de Perisai Diri, (4) L’école d’art

martial de Phasadja Mataram, (5) L’école de martial art de Perpi Harimurti, (6)

L’école de martial art de Perisai Putih, (7) L’école de martial art de Putera Betawi,

(8) L’école de martial art de Persaudaraan Setia Hati, (9) L’école de martial art de

persaudaraan setia hati terate, (10) Persatuan Pencak Silat Seluruh Indonesia

(PPSI)/ L’union Pencak Silat tous l’Indonésie.

68

Page 82: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

L’ècole d’art martial Perisai Diri a étè fondée par R.M Soebandiman

Dirdjoatmojo que l’on appelle habituallement Pak Dirdjo. Pak Dirdjo est né à

Yogyakarta le 8 Janvier 1913. Il est le premier enfant de RM. Pakoesoedirdjo,

l'arrière-arrière-grand-pakualam III. Depuis 9 ans, Pak Dirjo a montré ses talents

dans les arts martiaux. En 1930, après il a réussi ses ècoles a HIK (Hollands

Inlandsche Kweekschol), et a quitté Yogyakarta pour trouver et apprendre

beaucoup d’art martial en Indonésie. Pak Dirdjo aime beaucoup les arts martiaux,

il a passé 14 ans pour apprendre avec Yap Kie San, un champion chinois. En plus

il a appris l’art martial de Minangkabau et d’Aceh, Donc, ce n’est pas étonnant si

le geste d’art martial Perisai Diri est riche parce qu’il y a beaucoup de

combination de mouvements que viennent de l’indonésie et aussi provenant de

l’assimilation de mouvements entre Indonésien et Chinois. Le nom de Perisai Diri

est apparu en 1955. Avant en 1936 il a fondé l’école d’art martial qui s’appelle

Eka Kalbu à Parakan, Banyumas. Le changement de nom a fait que l’école d’art

martial de Eka Kalbu est devenue Perisai Diri.

Par cette recherche, je vais vous èxpliquer une brève histoire de l’école

d’art martial de Perisai Diri à Yogyakarta en prennant trois èxamples de

Yogyakarta, entre autre il y a Sleman (UGM), Srandakan, et Semin. On a utilisè la

méthode d’observation et a interviwé directement les membres et le gestionnaire

de l’ècoles Perisai Diri à Yogyakarta.

Selon notre observation sur chaque branche de l’école Perisai Diri de

Yogyakarta, on a su que chaque branche de Perisai Diri à Yogyakarta a des

caractéristique distinctives et des problèmes dans la gestion et l’organisation. Ici,

69

Page 83: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

Je vais vous expliquer brièvement chaque branche de l’ècole de Perisai Diri de

Yogyakarta.

Premièrement, l’ècole de Perisai Diri branche à Université Gadjah Mada

(UGM). Ils ont connu pour l’attraction d’art martial en utilisant toutes sortes

d’armes, spécialiment de l’attraction l’èventail. Le problème dans cette

organisation est le manque d’attention de l’université, et aussi le manque d’athlete

qui sont originaire d’UGM, parce que environ 50% des athletes à Perisai Diri

UGM ne sont pas de UGM. C’est le problème principal de Perisai Diri UGM. Par

conséquent, ils sont intensivement faisent de la promotion sur les étudiants à

l’universitè Gadjah Mada. Ils utilisent l’affiche ou faire montre de leur attraction

dans le silat. Ils souhaitent que les ètudiants soient interésses pour se joindre à

eux.

Ensuite, l’ècole de Perisai Diri branche à Srandakan Bantul. Il se trouve

dans la salle municipale Srandakan à l’orient du pont de Progo. Ils sont connu

parce qu’ils ont toujours réussi a remporter le tournoi des combats de Pencak

Silat. Même certaines personnes disent que le Perisai Diri Srandakan du centre

sont des athletes specialement du championnat des combats. Le problème dans

l’ècole de Perisai Diri à Srandakan est le manque de quantitè d’instructeurs.

Donc, ils doivent travaille dûr pour entraîner les ètudiants là-bas.

Le problémes à l’ècole de Perisai Diri Srandakan est pareil avec l’école de

Perisai Diri Semin. Ailleurs, le problème est la distance. Parce que Perisai Diri

Semin est situé au nord de Gunung Kidul ou il y a deux-heures de voyages de

70

Page 84: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

Yogya à Semin. Ils sont toujours en manque d’information sur le developpement

de Perisai Diri à Yogyakarta.

C’est pourquoi l’attention sur la gestion des domaines de Perisai Diri

(Pengda DIY) à Yogyakarta est très împortant. Ils doivent àmeliorer la qualitè des

athletes et aussi augmenter la quantité d’instructeurs à Perisai Diri. Par exemple,

on peut faire de la formation professionnelle pour préparer des intructeurs de

Perisai Diri.

71

Page 85: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

LAMPIRAN

Gambar 1: Suasana Latihan Tambahan Perisai Diri UGM

Gambar 2: Atraksi Kipas dan Pedang sebagai salah satu kelebihan dari unit Perisai Diri UGM

72

Page 86: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

Gambar 3: Ujian Kenaikan Tingkat Unit Perisai Diri UGM di STIE YKPN

Gambar 4: Endah Iryanti atau biasa dipanggil Mbak Endah, salah satu pelatih silat di Unit Srandakan

73

Page 87: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

Gambar 5: Sebelum latihan, siswa-siswi yang tergabung di dalam Perisai Diri Semin melakukan pemanasan terlebih dahulu

Gambar 6: Suasana Pemanasan di Perisai Diri Semin

74

Page 88: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

Gambar 7: Serang Hindar salah satu bentuk pertarungan khas Perisai Diri

Gambar 8: Dua Orang Pesilat sedang melakukan Serang Hindar

75

Page 89: Silat Perisai Diri Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia:   Melacak Perkembangan Beberapa Cabang Silat Perisai Diri di Yogyakarta

Gambar 9: Mas Wijil, pelatih di Perisai Diri Semin sedang memberikan pengarahan gerakan kepada murid-muridnya

Gambar 10: Pesilat Perisai Diri sedang bertarung meggunakan pedang dan toya

76