Setting Perilaku

9
Arsitektur Dan Perilaku Setting Perilaku 1 Abstrak Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika.Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial. Dalam kedokteran perilaku seseorang dan keluarganya dipelajari untuk mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang memperberat timbulnya masalah kesehatan. Intervensi terhadap perilaku seringkali dilakukan dalam rangka penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif. Perilaku manusia dipelajari dalam ilmu psikologi, sosiologi, ekonomi, antropologi, dan kedokteran, serta dalam arsitektur. Manusia mempunyai keunikan tersendiri, keunikan yang dimiliki setiap individu akan mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Sebaliknya, keunikan lingkungan juga mempengaruhi perilakunya. Karena lingkungan bukan hanya menjadi wadah bagi manusia untuk beraktivitas, tetapi juga menjadi bagian integrasi dari pola perilaku manusia. A. Hubungan Lingkungan dan Perilaku Manusia Perilaku manusia akan mempengaruhi dan membentuk setting fisik lingkungannya Rapoport, A, 1986, Pengaruh lingkungan terhadap tingkah laku dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu : 1. Environmemntal Determinism, menyatakan bahwa lingkungan menentukan tingkah laku masyarakat di tempat tersebut. 2. Enviromental Posibilism, menyatakan bahwa lingkungan fisik dapat memberikan kesempatan atau hambatan terhadap tingkah laku masyarakat.

description

Behavior Setting Arsitektur & Perilaku

Transcript of Setting Perilaku

Page 1: Setting Perilaku

Arsitektur Dan Perilaku Setting Perilaku

1

Abstrak

Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan

dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau

genetika.Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku

dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi, perilaku

dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh

karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar.

Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu

tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang

secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan terhadap perilaku seseorang

diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial. Dalam

kedokteran perilaku seseorang dan keluarganya dipelajari untuk mengidentifikasi

faktor penyebab, pencetus atau yang memperberat timbulnya masalah kesehatan.

Intervensi terhadap perilaku seringkali dilakukan dalam rangka penatalaksanaan

yang holistik dan komprehensif.

Perilaku manusia dipelajari dalam ilmu psikologi, sosiologi, ekonomi,

antropologi, dan kedokteran, serta dalam arsitektur. Manusia mempunyai keunikan

tersendiri, keunikan yang dimiliki setiap individu akan mempengaruhi lingkungan

sekitarnya. Sebaliknya, keunikan lingkungan juga mempengaruhi perilakunya.

Karena lingkungan bukan hanya menjadi wadah bagi manusia untuk beraktivitas,

tetapi juga menjadi bagian integrasi dari pola perilaku manusia.

A. Hubungan Lingkungan dan Perilaku Manusia

Perilaku manusia akan mempengaruhi dan membentuk setting fisik

lingkungannya Rapoport, A, 1986, Pengaruh lingkungan terhadap tingkah laku

dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu :

1. Environmemntal Determinism, menyatakan bahwa lingkungan menentukan

tingkah laku masyarakat di tempat tersebut.

2. Enviromental Posibilism, menyatakan bahwa lingkungan fisik dapat

memberikan kesempatan atau hambatan terhadap tingkah laku masyarakat.

Page 2: Setting Perilaku

Arsitektur Dan Perilaku Setting Perilaku

2

3. Enviromental probabilism, menyatakan bahwa lingkungan memberikan

pilihan-pilihan yang berbeda bagi tingkah laku masyarakat.

Pendekatan Perilaku, menekankan pada keterkaitan yang ekletik antara ruang

dengan manusia dan masyarakat yang memanfaatkan ruang atau menghuni ruang

tersebut. Dengan kata lain pendekatan ini melihat aspek norma, kultur, masyarakat

yang berbeda akan menghasilkan konsep dan wujud ruang yang berbeda (Rapoport.

A, 1969 ),adanya interaksi antara manusia dan ruang, maka pendekatannya

cenderung menggunakan setting dari pada ruang. Istilah setting lebih memberikan

penekanan pada unsur-unsur kegiatan manusia yang mengandung empat hal yaitu :

Pelaku, Macam kegiatan, tempat dan waktu berlangsungnya kegiatan. Menurut

Rapoport pula, kegiatan dapat terdiri dari sub-sub kegiatan yang saling

berhubungan sehingga terbentuk sistem kegiatan.

B. Setting Perilaku / Behavior Setting

Menurut Roger Barker, tingkah laku tidak hanya ditentukan oleh lingkungan

atau sebaliknya, melainkan kedua hal tersebut saling menentukan dan tidak dapat

dipisahkan. Dalam istilah Barker, hubungan tingkah laku dengan lingkungan adalah

seperti jalan dua arah (two way street) atau interdependensi ekologi. Suatu hal yang

unik pada teori Barker adalah adanya setting perilaku yang dipandang sebagai

faktor tersendiri.

Setting perilaku adalah pola tingkah laku kelompok (bukan individu) yang

terjadi sebagai akibat kondisi lingkungan tertentu (physical milleu). Misalnya jika

suatu ruangan terdapat pintu, beberapa jendela, serta dilengkapi dengan papan tulis

dan meja tulis yang berhadapan dengan sejumlah bangku yang berderet, maka

setting perilaku yang terjadi pada ruang tersebut adalah rangkaian dari tingkah laku

murid yang sedang belajar di ruang kelas. Jika ruang kelas tersebut berisikan

perabotan kantor, maka orang - orang yang berada di dalamnya akan berperilaku

sebagaimana lazimnya karyawan kantor.

Menurut Roger Barker, setting perilaku adalah konsep kunci bagi analisis

perilaku manusia dalam arsitektur. Berdasarkan karya Barker ini, suatu setting

perilaku dapat diterapkan untuk tujuan-tujuan arsitektur sebagai unit dasar analitis

interaksi lingkungan. Perilaku yang meliputi empat kekhususan berikut ini :

Page 3: Setting Perilaku

Arsitektur Dan Perilaku Setting Perilaku

3

1. Suatu pola perilaku tetap atau suatu tipe perilaku yang berulang kali,

seperti berhenti berbicara jika melalui seorang teman.

2. Aturan - aturan dan tujuan - tujuan sosial yang menentukan yang dapat

ditafsirkan sebagai norma - norma yang menentukan perilaku yang

dapat ditafsirkan sebagai norma - norma yang berlaku. Pembicaraan -

pembicaraan panjang lebar merupakan norma bagi orang - orang yang

lebih tua dan konvensi sosial, memperkenankan, menyentuh dan

berdekatan akrab sementara berbicara.

3. Ciri - ciri fisik kritis dari pelataran setting yaitu unsur dan lingkungan

fisik yang terjalin tak terpisahkan dengan perilaku, seperti ukuran dan

bentuk ruang sosial perumahan untuk kaum tua dimana percakapan -

percakapan terjadi.

4. Tempat waktu, kerangka waktu di mana perilaku terjadi, untuk berbagai

perilaku yang memiliki ritme harian, mingguan, bulanan, dan musiman.

Setiap pelaku kegiatan akan menempati setting yang berbeda, sesuai

dengan karakter kegiatannya. Batas behavior setting dapat berupa batas fisik,

batas administrasi atau batas simbolik. Penentuan jenis batas ini tergantung

dari pemisahan yang dibutuhkan antara beberapa behavior setting.

Sistem kegiatan sebagai suatu rangkaian perilaku yang sengaja

dilakukan oleh satu atau beberapa orang. Pada pengamatan ini dapat

dilakukan analisis melalui beberapa cara yaitu :

1. Menurut Michelson dan Reed 1975 dalam Joyce 2005 : 184 dalam

behavior setting juga dilakukan analisis dengan Time Budget yaitu

memungkinkan orang menguraikan /mengkomposisikan suatu aktivitas

sehari-hari, aktivitas mingguan atau musiman ke dalam seperangkat

behavior setting yang meliputi hari kerja atau gaya hidup.

2. Menurut Sommer1980 dalam Haryadi 1995 : 72 – 75 dalam Behavior

Mapping digambarkan dalam bentuk sketsa atau diagram mengenai

suatu area dimana manusia melakukan berbagai kegiatannya.

Tujuannya adalah untuk menggambarkan perilaku dalam peta,

mengidentifikasikan jenis dan frekuensi perilaku, serta menunjukkan

kaitan antara perilaku tersebut dengan wujud perancangan yang

Page 4: Setting Perilaku

Arsitektur Dan Perilaku Setting Perilaku

4

spesifik. Pemetaan perilaku ini dapat dilakukan secara langsung pada

saat dan tempat dimana dilakukan pengamatan kemudian berdasarkan

catatan-catatan yang dilakukan. Terdapat dua cara melakukan pemetaan

perilaku yakni:

a. Place-centered mapping

Teknik ini digunakan untuk mengetahui bagaimana manusia atau

seketompok manusia memanfaatkan, menggunakan dan

mengakomodasikan Jurnal RUAS, Volume 11 N0 2, Desember 2013,

ISSN 1693-3702 4 perilakunya dalam suatu waktu pada tempat tertentu.

Langkah-langkah yang harus dilakukan pada teknik ini adalah:

Membuat sketsa tempat / setting yang meliputi seluruh unsur fisik

yang diperkirakan mempengaruhi perilaku pengguna ruang.

Membuat daftar perilaku yang akan diamati serta menentukan

simbol / tanda sketsa setiap perilaku.

Kemudian dalam kurun waktu tertentu, peneliti mencatat

bcrbagai perilaku yang terjadi di tempat tersebut dengan

menggunakan simbol - simbol di peta dasar yang telah disiapkan.

b. Person-centered mapping Teknik ini menekankan pada pergerakan

manusia pada periode waktu tertentu, dimana teknik ini berkaitan

dengan tidak hanya satu tempat atau lokasi akan tetapi beberapa tempat

/ lokasi. Pada teknik ini peneliti berhadapan dengan seseorang yang

khusus diamati. Langkah-langkah yang dilakukan pada teknik ini

adalah :

Menentukan jenis sampel person yang akan diamati (aktor /

pengguna ruang secara individu).

Menentukan waktu pengamatan (pagi, siang, malam)

Mengamati aktivitas yang dilakukan dari masing-masing

individu.

Mencatat aktivitas sampel yang diamati dalam matrix.

Membuat alur sirkulasi sampel di area yang diamati mengetahui

kemana orang itu pergi.

Page 5: Setting Perilaku

Arsitektur Dan Perilaku Setting Perilaku

5

C. Sistem Setting dan Komponen-Komponennya

Menurut Rapoport (1982), setting merupakan tata letak dari suatu interaksi

antara manusia dengan lingkungannya, setting mencakup lingkungan tempat

manusia (komunitas) berada (tanah,air,ruangan,udara,pohon,makhluk hidup

lainnya) yaitu untuk mengetahui tempat dan situasi dengan apa mereka

berhubungan sebab situasi yang berbeda mempunyai tata letak yang berbeda pula.

Dalam konteks ruang, setting dapat dibedakan atas setting fisik dan setting

kegiatan/ aktifitas. Berdasarkan elemen pembentuknya, setting dapat dibedakan

atas : (Rapoport, 1982)

1. Elemen fixed, merupakan elemen yang pada dasarnya tetap atau

perubahannya jarang. Secara spasial elemen-elemen ini dapat di

organisasikan ke dalam ukuran, lokasi, urutan dan susunan. Tetapi dalam

suatu kasus fenomena, elemen-elemen ini bisa dilengkapi oleh elemn-elemen

yang lain, meliputi : bangunan dan perlengkapan jalan yang melekat.

2. Elemen semi fixed, merupakan elemen-elemen agak tetap tapi tetap berkisar

dari susunan dan tipe elemen, seperti elemen jalan, tanda iklan, etalase toko

dan elemen-elemen urban lainnya. Perubahannya cukup cepat dan mudah.

Meliputi : PKL, Parkir dan sistem penanda.

3. Elemen non Fixed, merupakan elemen yang berhubungan langsung dengan

tingkah laku atau perilaku yang di tujukan oleh manusia itu sendiri yang

selalu tidak tetap, seperti posisi tubuh dan postur tubuh serta gerak anggota

tubuh. Meliputi, pejalan kaki, pergerakan kendaraan motorise dan non

motorise.

Aktivitas manusia sebagai wujud dari perilaku yang ditujukan mempengaruhi

dan dipengaruhi oleh tatanan (setting) fisik yang terdapat dalam ruang yang menjadi

wadahnya, sehingga untuk memenuhi hal tersebut di butuhkan adanya (Widley dan

scheid dalam Weisman, 1987)

1. Kenyamanan, Menyangkut keadaan lingkungan yang memberikan rasa sesuai

dengan panca indra

2. Aksesibilitas, menyangkut kemudahan bergerak melalui dan menggunakan

lingkungan sehingga sirkulasi menjadi lancar dan tidak menyulitkan pemakai.

Page 6: Setting Perilaku

Arsitektur Dan Perilaku Setting Perilaku

6

3. Legibilitas, menyangkut kemudahan bagi pemakai untuk dapat mengenal dan

memahami elemen-elemen kunci dan hubungannya dalam suatu lingkungan

yang menyebabkan orang tersebut menemukan arah atau jalan.

4. Kontrol, menyangkut kondisi suatu lingkungan untuk mewujudkan

personalitas, menciptakan teritori dan membatasi suatu ruang.

5. Teritorialitas, menyangkut suatu pola tingkah laku yang ada hubungannya

dengan kepemilikan atau hak seseorang atau sekelompok orang atas suatu

tempat. Pola tingkah laku ini mencakup personalisasi dan pertahanan

terhadap gangguan dari luar (Holahan,1982 dalam Hartanti 1997)

6. Keamanan, menyangkut rasa aman terhadap berbagai gangguan yang ada

baik dari dalam maupun dari luar.

Ruang yang menjadi wadah dari aktivitas di upayakan untuk memenuhi

kemungkinan kebutuhan yang diperlukan manusia, yang artinya menyediakan

ruang yang memberikan kepuasan bagi pemakainya. Setting terkait langsung

dengan aktivitas manusia sehingga dengan mengidentifikasi sistem aktivitas yang

terjadi dalam suatu ruang akan teridentifikasi pula sistem settingnya yang terkait

dengan keberadaan elemen dalam ruang. (Rapoport,1991)

D. Sistem Aktivitas

Sistem of Activity atau sistem aktivitas diartikan sebagai suatu rangkain

perilaku yang secara sengaja dilakukan oleh satu atau beberapa orang. Contohnya

adalah rangakaian persiapan dan pelayanan di dalam suatu restoran atau rangkaian

upacara perkawinan sesuai prosesi adat.

Sistem aktivitas dalam sebuah lingkungan terbentuk dari rangkaian sejumlah

setting perilaku. Sistem aktivitas seseorang menggambarkan motivasi, sikap, dan

pengetahuannya tentang dunia dengan batasan penghasilan, kompetensi, dan nilai-

nilai budaya yang bersangkutan. Dengan mengetahui sistem aktivitas inilah maka

arsitek mulai merancang dan mengolah bentuk batas-batas setting perilaku; berupa

batas fisik yang jelas atau batas simbolik atau kombinasi keduanya; menata stiap

setting dalam rangkaian sistem aktivitas.

Page 7: Setting Perilaku

Arsitektur Dan Perilaku Setting Perilaku

7

E. Hubungan Antara Setting dan Perilaku Manusia

Perilaku manusia dalam hubungannya terhadap suatu setting fisik

berlangsung dan konsisten sesuai waktu dan situasi. Karenanya pola perilaku yang

khas untuk setting fisik tersebut dapat diidentifikasikan. Dari data yang didapat

pada riset perilaku tidak dimaksudkan bahwa asumsi itu hanya sebagian benar, tapi

yang lebih penting adalah keyakinan bahwa hal tersebut menyederhanakan

pengertian hubungan antara perilaku manusia dan setting fisiknya. Kita dapat

menyaksikan bahwa kamar tidur itu secara tetap digunakan untuk bersosial dan

makan selain hanya untuk tidur. Ruang makan tidak hanya untuk makan tapi juga

untuk membentuk pola berinteraksi sosial.

Hal ini membawa J.B. Watson (1878-1958) memandang psikologi sebagai

ilmu yang mempelajari tentang perilaku karena perilaku dianggap lebih mudah

diamati, dicatat, dan diukur. Perilaku mencakup perilaku yang kasatmata seperti

makan, menangis, memasak, melihat, bekerja, dan Perilaku yang tidak kasatmata,

seperti fantasi, motivasi, dan proses yang terjadi pada waktu seseorang diam atau

secara fisik tidak bergerak. Sebagai objek studi empiris, perilaku mempunyai ciri-

ciri sebagai berikut.

1. Perilaku itu sendiri kasat mata, tetapi penyebab terjadinya perilaku secara

langsung mungkin tidak dapat diamati.

2. Perilaku mengenal berbagai tingkatan, yaitu perilaku sederhana dan stereotip,

perilaku kompleks seperti perilaku sosial manusia, perilaku sederhana seperti

refleks, tetapi ada juga yang melibatkan proses mental biologis yang lebih

tinggi.

3. Perilaku bervariasi klasifikasi : kognitif, afektif dan psikomotorik yang

menunjuk pada sifat rasional, emosional dan gerakan fisik dalam berperilaku.

4. Perilaku bisa disadari dan juga tidak disadari.

Dalam perjalanan perkembangan ilmu perilaku-lingkungan ini banyak

dilakukan penelitian dan pengembangan teori. Akan tetapi, tidak ada satu pun teori

yang dianggap dapat menjawab semua permasalahan dalam psikologi lingkungan.

Berbagai model ditawarkan untuk menggambarkan kompleksitas hubungan

manusia dengan lingkungannya.

Page 8: Setting Perilaku

Arsitektur Dan Perilaku Setting Perilaku

8

F. Kesimpulan

Setting perilaku adalah pola tingkah laku kelompok (bukan individu) yang

terjadi sebagai akibat kondisi lingkungan tertentu (physical milleu). Setting

perilaku secara gamblang merupakan suatu kombinasi yang stabil antara aktivitas,

tempat, dengan kriteria antara lain terdapat suatu aktivitas yang berulang, berupa

suatu pola perilaku (standing pattern of behaviour), tata lingkungan tertentu

(circumjacent milieu), milieu berkaitan dengan pola perilaku, membentuk suatu

hubungan yang sama antar keduanya (synomorphy) dan dilakukan pada priode

waktu tertentu. Selanjutnya yang harus dipenuhi oleh sebuah entitas untuk menjadi

sebuah behaviour setting yakni aktivitas, penghuni, kepemimpinan, populasi,

ruang, waktu, objek, dan mekanisme pelaku.

Setting perilaku terdiri dari 2 macam yakni System of setting (sistem tempat

atau ruang), sebagai rangkaian unsur-unsur fisik atau spasial yang mempunyai

hubungan tertentu dan terkait hingga dapat dipakai untuk suatu kegiatan tertentu.

Dan system of activity (sistem kegiatan), sebagai suatu rangkaian perilaku yang

secara sengaja dilakukan oleh satu atau beberapa orang.

Page 9: Setting Perilaku

Arsitektur Dan Perilaku Setting Perilaku

9

DAFTAR PUSTAKA

Haryadi & Setiawan, B. 1995. Arsitektur Lingkungan dan Perilaku. Dirjen Dikti

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; Jakarta

Laurens, J.M.. 2005. Arsitektur dan Perilaku Manusia. Grasindo; Jakarta

Sarwono, S. W.. 1995. Psikologi Lingkungan. Universitas Indonesia: Jakarta

Bell, P. A., Jeffrey D. F., & Ross J. L. 1978. Environmental Pychology. W. B.

Saunders Company; Philadelphia